BAB I PENDAHULUAN

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan
dengan usaha menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
publik. Sektor publik bergerak dalam berbagai bidang salah satunya adalah
bidang kesehatan yang merupakan kebutuhan publik yang sangat penting.
Dalam proses pemenuhan kebutuhan publik, bidang kesehatan ini bukan tidak
mungkin dalam aktivitasnya mengalami berbagai kendala terutama berkaitan
dengan dana, dimana sektor publik bidang kesehatan dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat setiap saat padahal dalam proses
pemenuhan tersebut pasti memerlukan sejumlah dana yang belum tentu selalu
mencukupi aktivitas pelayanan yang diberikan kepada publik.
Untuk mengatasi berbagai kendala yang terjadi dalam sektor publik
terutama yang berkaitan dengan penyediaan dan pengelolaan dana tersebut
maka ditetapkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2005 tentang Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU), sebagaimana yang
diamanatkan dalam Pasal 68 Ayat (1) undang-undang Nomor 1 tahun 2004
tentang perbendaharaan negara untuk memberikan kebebasan atau fleksibilitas
pengelolaan keuangan pada entitas yang bergerak di sektor publik dalam upaya
pelayanannya kepada publik. Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, sektor publik dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLU). Menurut Pasal 1 PP No. 23 Tahun
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
2005 Badan Layanan Umum (BLU) merupakan instansi di lingkungan
pemerintah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Satuan kerja yang menerapkan PPK-BLU diberikan kebebasan dalam
pengelolaan keuangannya dengan menerapkan praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan tanpa mengutamakan laba. Selain itu, satuan kerja
yang telah berstatus BLU tidak lagi mengirimkan segala pendapatannya
langsung kepada pemerintah pusat, melainkan menyimpan pendapatannya
sendiri dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kebutuhan dalam sektor
publik. Dengan demikian diharapkan dengan adanya sistem pengelolaan BLU
ini kinerja pelayanan dari sektor publik dapat meningkat dan mampu memenuhi
kebutuhan publik dengan cepat, efektif, efisien, dan ekonomis.
Penerapan BLU pada instansi di pemerintah provinsi/kota/kabupaten
diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD). Peraturan ini merupakan acuan utama dalam melaksanakan
pengelolaan keuangan BLUD yang juga merupakan petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis dari PP No. 23 Tahun 2005.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) merupakan salah satu Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bergerak dalam bidang jasa kesehatan
publik yang sebagian besar telah diberikan kebebasan untuk mengelola
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keuangannya dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK BLUD). Dengan status BLUD ini, RSUD dapat
merencanakan, mengelola secara langsung pendapatannya, dan mengendalikan
semua urusan internal rumah sakit secara lebih fleksibel dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Selain itu RSUD dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bersifat sosial kepada masyarakat dan juga
memenuhi kebutuhan rumah sakit daerah itu sendiri.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, di wilayah Eks
Karesidenan Kedu1 khususnya RSUD, para manajemen RSUD sering
melakukan pertemuan untuk membahas permasalahan yang timbul pada tiap
unit kerja masing-masing. Berdasarkan data observasi penulis (tahun 2015)
Semua RSUD di wilayah eks Karesidenan Kedu sudah berstatus BLUD penuh
yang terdiri dari tiga RSUD bertipe C yaitu RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang, RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo, dan RSUD Dr.
Soedirman Kabupaten Kebumen dan tiga RSUD bertipe B yaitu RSUD Tidar
Kota Magelang, RSUD Djojonegoro Kabupaten Temanggung, dan RSUD Dr.
Tjitrowardojo Kabupaten Purworejo.
1
Wilayah Eks Karesidenan Kedu (ditulis pula Kedoe atau Kedoo) adalah satuan administrasi yang
berlaku di Jawa Tengah pada masa penjajahan Hindia-Belanda dan beberapa tahun sesudahnya, yang
terletak di wilayah historis Dataran Kedu yang terletak di Kota Karanganyar wilayah tengah
Kabupaten Kebumen. Saat ini, Karesidenan Kedu telah dihapus namun masih digunakan untuk
membantu administrasi pemerintahan provinsi, dengan sebutan Daerah Pembantu Gubernur Wilayah
Kedu. (id.wikipedia.org). Eks Karesidenan Kedu terdiri dari Magelang (Kota dan Kabupaten),
Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten Kebumen.
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terdapat lebih dari satu pengukuran kinerja BLU bidang layanan
kesehatan yaitu kinerja keuangan dan kinerja non keuangan yang terdiri atas
kualitas dan mutu layanan, kepedulian terhadap masyarakat dan kepedulian
terhadap lingkungan. Penerapan penilaian kinerja masing-masing BLUD
RSUD di Eks Karesidenan Kedu berbeda-beda satu sama lain, tidak seragam,
sepotong-potong dan tidak terintegrasi. Sebagai contoh RSUD Muntilan
menggunakan Permenkes RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota dan
Kemenkes RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2013 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yang dimodifikasi dalam Keputusan
Direktur RSUD Muntilan Kabupaten Magelang untuk penilaian kinerja
pelayanan (non keuangan) sedangkan kinerja keuangan masih menggunakan
pedoman kinerja keuangan daerah (Peraturan Daerah nomor 3 tahun 2010).
Sedangkan pada RSUD Tidar kota Magelang menggunakan Permenkes RI
Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang
Kesehatan
di
Kabupaten/Kota
dan
Kemenkes
RI
Nomor
828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota untuk pengukuran kinerja
pelayanan dan Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2011 untuk pengukuran kinerja
keuangan.
Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan Nomor PER-34/PB/2014
tentang Pedoman Penilaian Kinerja Satuan Kerja Badan Layanan Umum
Bidang Layanan Kesehatan memberikan acuan dalam menilai kinerja Badan
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Layanan Umum (BLU) yang teridiri dari kinerja keuangan, kinerja layanan dan
lingkungan. Tujuan dari pedoman penilaian ini adalah adanya keseragaman
pelaporan kinerja Badan Layanan Umum. Namun kekurangan dari peraturan ini
adalah diperuntukkan bagi Badan Layanan Umum bidang layanan kesehatan di
bawah Kementerian Kesehatan dan Kepolisian Republik Indonesia. Dalam
konteks otonomi daerah, pedoman ini belum diadopsi oleh kementerian dalam
negeri maupun pemerintah daerah untuk menyeragamkan laporan kinerja badan
layanan umum daerah bidang layanan kesehatan khususnya pada SKPD RSUD.
Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan Nomor PER-34/PB/2014
sudah memasukkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 05 Tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan ini digunakan
untuk menilai kinerja lingkungan hidup perusahaan atau yang sering disebut
dengan Proper. Proper merupakan program penilaian terhadap upaya
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam mengendalikan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun.
Peningkatan kelas atau klasifikasi rumah sakit juga dapat mendukung
kinerja rumah sakit karena terdapat peningkatan pada pelayanan, sumber daya
manusia, peralatan medis dan bangunan dan prasarana dikelola. Klasifikasi
rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit antara lain klasifikasi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6
digilib.uns.ac.id
rumah sakit daerah yang terdiri dari rumah sakit umum kelas A, kelas B, kelas
C dan kelas D.
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya untuk
mengevaluasi kinerja RSUD antara lain penelitian yang dilakukan oleh Pratami,
dkk (2014). Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi kinerja keuangan
dan non keuangan pada RSD Kalisat Jember sebelum dan sesudah Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) yaitu pada tahun 2009 hingga tahun 2013
dengan menggunakan metode pengelolaan data Balanced Scorecard. Kinerja
keuangan yang merupakan perspektif keuangan diukur dengan indikator kinerja
SGR,CRR, dan tingkat kemandirian. Kinerja non keuangan yang terdiri dari
perspektif pelanggan menggunakan indikator kinerja customer acquisition,
customer loyality, dan keluhan pasien, perspektif proses bisnis internal
menggunakan indikator kinerja berupa BOR, BTO, TOI, GDR, NDR, ALOS,
angka kematian bayi, dan angka kematian ibu dan perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran dengan indikator kinerja peningkatan SDM, ketidakhadiran
karyawan, rata-rata karyawan mengikuti diklat, jumlah tempat tidur, jumlah
poli, peningkatan aset, dan jumlah aset. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kinerja RSD Kalisat sebelum dan setelah BLUD mengalami peningkatan,
kinerja keuangan meningkat dan melampaui target dan kinerja nonkeuangan
sebagian besar telah mencapai target yang ditetapkan.
Penelitian yang lainnya yaitu yang dilakukan oleh Maharani (2013)
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan
sebelum dan sesudah diterapkannya Pola Pengelolaan Keuangan Badan
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Layanan Umum di Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan menggunakan
rasio keuangan yang terdiri dari rasio pendapatan terhadap belanja, rasio belanja
pegawai, rasio belanja barang, rasio belanja modal, rasio belanja bantuan sosial,
perputaran total aset, dan perputaran aset tetap. Hasil penelitian menunjukkan
setelah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPKBLU) cenderung meningkat dan lebih baik.
Dan penelitian terakhir yang juga menjadi referensi utama adalah
Suryaningsih (2015) yang bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja rasio
keuangan dan non keuangan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro sebelum dan
sesudah penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK
BLU). Kinerja keuangan diukur dengan rasio Cash Ratio, Current Ratio,
Collection Period, Fixed Asset Turnover, Return on Asset dan Return on Equity
sedangkan kinerja pelayanan diukur dengan Sales Growth (SALG) dan Activity
Growth. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Cash Ratio RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro sesudah menerapkan PPK-BLU lebih baik dibandingkan
dengan sebelum PPK-BLU sedangkan ratio yang lain tidak memiliki perbedaan
yang signifikan.
Secara
profit/surplus,
umum,
kegiatan
mempertahankan
bisnis
bertujuan
kelangsungan
untuk
hidup
memperoleh
perusahaan
dan
melaksanakan tanggung jawab sosial atau yang dikenal dengan istilah
Corporate Social Responsibility (CSR). Praktik CSR dianggap sebagai suatu
gagasan yang dapat mengukur kinerja suatu perusahaan atau organisasi yang
tidak hanya mengacu pada tanggung jawab perusahaan yang hanya
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
direfleksikan melalui kondisi keuangannya (financial) saja tetapi juga harus ikut
memperhatikan masalah sosial dan lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh
perusahaan atau organisasi tersebut. Profit merupakan variabel atau besaran
ekonomik yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan. Masalah sosial merupakan sentuhan humanisme yang dikelola
perusahaan yang berkaitan dengan variabel-variabel sosial
dan masalah
lingkungan hidup mencerminkan simbiosis dengan lingkungan perusahaan.
Hal ini mencerminkan bahwa kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai
perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).
Untuk tujuan keseragaman dalam penilaian kinerja, terdapat sebuah
konsep integrated reporting yang dikenal dengan Triple Bottom Line (TBL)
yang sudah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk
mengukur dan menilai kinerja perusahaannya. TBL sering digunakan dalam
Corporate Social Responsibility (CSR). Pengukuran kinerja TBL terdiri dari
pengukuran kinerja keuangan, kinerja sosial dan kinerja lingkungan atau lebih
dikenal dengan Profit, People, and Planet. Dalam jurnal bisnis yang ditulis oleh
Slaper (2011) dengan judul “The Triple Bottom Line: What Is It and How Does
It Work?”, menyebutkan bahwa konsep TBL yang dikembangkan oleh John
Elkington memungkinkan organisasi untuk menerapkan konsep dengan cara
yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Konsep ini telah mengubah cara bisnis
perusahaan-perusahaan profit, mengubah kebijakan dan proyek perusahaan
nirlaba dan pemerintah.
Kerangka TBL memungkinkan organisasi untuk
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengevaluasi konsekuensi dari keputusan mereka dari perspektif yang benarbenar jangka panjang.
2. Identifikasi Masalah
Dengan memperhatikan uraian pada latar belakang, peneliti dapat
mengidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian ini, yaitu terdapat enam
daerah di Eks Karesidenan Kedu yang masing-masing memiliki satu Rumah
Sakit Umum Daerah berstatus Badan Layanan Umum Daerah penuh dan setiap
daerah mempunyai versi sendiri dalam menilai kinerja satuan kerja rumah sakit
umum daerahnya sehingga belum ada keseragaman pelaporan. Masalah
perbedaan penilaian kinerja BLUD RSUD ini juga dapat diidentifikasi karena
belum adanya standar penilaian kinerja dengan indikator yang seragam, terbukti
dengan banyaknya penelitian tentang pengukuran kinerja dengan harapan dapat
memberikan referensi indikator untuk mengukur dan menilai kinerja BLUD
RSUD khususnya. Selain itu, masalah peningkatan klasifikasi rumah sakit
umum daerah juga perlu ditinjau ulang kelayakannya. Berdasarkan dari
identifikasi masalah yang dilakukan oleh penulis dan adanya potensi dari
referensi penilaian kinerja pada BLU bidang layanan kesehatan, maka perlu
dilakukan penelitian tentang penilaian kinerja yang seragam untuk RSUD di eks
Karesidenan Kedu.
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pembatasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, baik waktu, dana, tenaga, teori dan supaya
hasil penelitian lebih fokus, maka peneliti akan memfokuskan pada penilian
kinerja RSUD BLUD di wilayah Eks Karesidenan Kedu dengan menggunakan
perspektif Triple Bottom Line. Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka
peneliti mengambil judul “PENILAIAN KINERJA BADAN LAYANAN
UMUM DAERAH RSUD DI EKS KARESIDENAN KEDU (Perspektif
Triple Bottom Line)”
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis merumuskan masalah dalam pertanyaan sebagai berikut :
a. Bagaimana kinerja Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum
Daerah di Eks Karesidenan Kedu dalam Perspektif Triple Bottom Line?
b. Apakah terdapat kemungkinan peningkatan/penurunan klasifikasi rumah
sakit umum daerah yang berstatus Badan Layanan Umum Daerah?
5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kinerja Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
Umum Daerah di Eks Karesidenan Kedu. dalam Perspektif Triple Bottom
Line.
commit to user
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan/penurunan klasifikasi rumah
sakit umum daerah yang berstatus Badan Layanan Umum Daerah di Eks
Karesidenan Kedu.
6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak sebagai berikut :
a. Bagi manajemen RSUD di Karisidenan Kedu, rancangan penilaian kinerja
yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan
dan rekomendasi dalam mengevaluasi kinerja instansi yang dapat
disandingkan dengan instansi sejenis di Karisidenan Kedu.
b. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur
dan pengetahuan di bidang akuntansi khususnya mengenai evaluasi kinerja
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) bidang kesehatan terutama RSUD.
commit to user
Download