BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Homo berasal dari kata

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Homo berasal dari kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti
jenis kelamin. Istilah ini menunjukkan penyimpangan kebiasaan seksual seseorang
yang menyukai jenisnya sendiri, misalnya pria menyukai pria atau wanita
menyukai wanita. Homoseksual dapat didefinisikan sebagai suatu keinginan
membina hubungan romantis atau hasrat seksual dengan sesama jenis, jika sesama
pria dinamakan gay sedangkan sesama wanita sebut saja lesbian (Adesla, 2009).
Sebenarnya pengertian homoseksual itu meliputi 3 dimensi yaitu orientasi
seksualnya yang ke sesama jenis, perilaku seksual dan juga tentang identitas
seksualitas diri. yang dimaksud orientasi seksual ke sesama jenis adalah pola
ketertarikan seksual emosional, romantis, atau seksual terhadap laki-laki,
perempuan, keduanya, tak satupun atau jenis kelamin lain. Biasanya digambarkan
dengan pengelompokan berdasarkan gender atau jenis kelamin yang dianggap
menarik oleh seseorang. yaitu heteroseksual, homoseksual, dan biseksual.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual,
baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini
dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan,
bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam
khayalan atau diri sendiri. Identitas seksualitas diri adalah bagaimana seseorang
mengidentifikasikan dirinya sehubungan dengan orientasi atau perilaku seksual
mereka(Wikipedia.org).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Homoseksual pertama di ciptakan pertama pada abad ke 19 oleh seorang
psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Pada abad ke 20 semakin banyak homo
atau bahasa gaulnya Maho-maho bermunculan, sehingga munculnya komunitas
homoseksual di kota-kota besar di Hindia-Belanda sekitar pada tahun 1920an.
Ilmuwan pertama yang memperkenalkan teori “gen gay” adalah Magnus
Hirscheld dari Jerman pada 1899, yang menegaskan bahwa homoseksual adalah
bawaan. Dia kemudian menyerukan persamaan hukum untuk kaum homoseksual
(Hartanto, 2006).
LGBT merupakan singkatan dari Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender.
LGBT merupakan kaum yang tidak heteroseksual.LGBT juga merupakan
penyebutan baru, yang tadinya dikenal dengan ‘sodomites’ dan ‘homosex’. LGBT
lahir akibat revolusi seksual di berbagai negara Eropa. Penyebaran LGBT ke
seluruh dunia makin besar setelah mendapat legalitas dari Negara. Sejumlah
negara terutama di Eropa, melegalkan pernikahan sesama jenis. Berbagai cara
digelar oleh kaum LGBT dan bahkan telah menjadi semacam acara tahunan di
sejumlah negara Eropa dan Amerika. Homoseksual telah diakui di AS atas
kebijakan obama. Obama mengangkat sejumlah orang homoseks sebagai pejabat
Negara. Beberapa Negara di Dunia yang sudah melegalkan hubungan sesama
jenis antara lain Belanda 2001, Belgia 2003, Spanyol 2005, Kanada 2005, Afrika
Selatan 2006, Norwegia 2009, Swedia 2009, dan Portugal 2010. dan di Belanda
yang di perkirakan sampai saat ini sudah ada 16.000 pasangan sesama jenis yang
menikah secara resmi, dimana angka pernikahan Gay (sesama pria) mendominasi
dengan mencapai angka 82 persen. Mulai 29 maret 2014, pasangan sesama jenis
di Inggris sudah bisa melakukan pernikahan secara resmi. Perdebatan mengenai
Universitas Sumatera Utara
3
pernikahan sesama jenis di Inggris sebenarnya sudah mulai sejak delapan tahun
yang lalu dan akhirnya dilegalkan pada tahun 2014. Sementara itu, perdebatan
mengenai pernikahan sesama jenis sedang terjadi di beberapa Negara Australia,
China, Kolombia, Jerman, Irlandia, Nepal, Taiwan, Turki, dan Vietnam (Kompas
Cyber Media, 2014).
Konsensus ilmu-ilmu perilaku dan sosial dan juga profesi kesehatan dan
kesehatan kejiwaan menyatakan bahwa homoseksualitas adalah aspek normal
dalam orientasi seksual manusia. Homoseksual bukanlah penyakit kejiwaan dan
bukan penyebab efek psikologis negatif, prasangka terhadap kaum biseksual dan
homoseksual lah yang menyebabkan efek semacam itu. Menurut sejumlah
psikoanalis, perilaku homoseksual adalah suatu bentuk gangguan mental. Mereka
percaya bahwa homoseksual bukan bersifat bawaan, melainkan disebabkan oleh
hubungan keluarga yang tidak baik di masa kanak-kanak individu yang
bersangkutan atau karena berbagai trauma yang dialami oleh individu tersebut
(Wikipedia.org)
Penularan HIV/AIDS pertama kali di tularkan melalui hubungan seks anal
antara laki-laki. Pada tahun 1982 muncullah organisasi gay terbuka, yang
merupakan organisasi gay terbuka yang pertama di Indonesia. Setelah itu di ikuti
dengan organisasi lainnya seperti Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY),
Indonesian Gay Society (IGS) dan Gaya Nusantara (GN) (Surabaya). Setelah
banyaknya kemunculan-kemunculan tersebut, organisasi gay mulai menjamur di
berbagai kota besar seperti jakarta, pekanbaru, bandung, dan denpasar, malang,
dan ujung padang. Tentunya hal ini cukup meresahkan dan mengkhawatirkan
masyarakat terutama organisasi-organisasi islam di Indonesia ( Amelia 2010).
Selain itu dapat menyebabkan beberapa penyakit kelamin di antaranya Gonore,
Universitas Sumatera Utara
4
Klamadia, Kutil kelamin dan HIV/AIDS. Faktor hormonal termasuk yang
mempengaruhi seseorang berperilaku seksual sebagai lesbian maupun gay.
Kondisi hormon ini tidak dapat dilihat secara kasat mata, hanya kaum mereka
yang tahu dan dapat merasakannya. Lesbian dan gay ini terjadi karena ada
horomon yang mempengaruhi yaitu feromon, dan mereka tahu ciri khusus mana
seorang lesbi atau gay, hal ini dapat terlihat dari jalannya, bibirnya atau yang
lainnya ( Erna Iswati, 2010).
Lembaga pendamping khusus homoseksual (gay), waria, dan biseksual
yaitu Yayasan Gaya Dewata (YGD) salah satu lembaga penanggulangan HIV dan
AIDS. Telah mendampingi sekitar 360 orang yang bekerja di seputar Kuta dan
Denpasar.
Lembaga
pendamping
di
Medan
yaitu
Yayasan
Jaringan
Kesejahteraan/Kesehatan Masyarakat (JKM).
Gaya hidup homoseksual adalah pola hidup seseorang homoseksual yang
memiliki orientasi seksual menyimpang yaitu saling berinteraksi seksual antara
sesama jenis, bahkan sampai melakukan hubungan seksual. Kaum homoseksual
biasanya memiliki perkumpulan di tempat-tempat yang sudah disepakati mereka,
perkumpulan ini biasa disebut arisan kaum homoseksual, sedangkan kegiatan lain
yang dilakukan kaum homoseksual adalah pergi ke tempat olahraga untuk
membentuk tubuh, karena homoseksual ini sangat peduli dengan penampilan.
Kaum homoseksual ini sangat dekat dengan hura-hura dimana mereka berpesta
dengan sesama kaum homoseks, hura-hura ini juga disertai dengan minuman
keras sehingga hal ini akhirnya membawa mereka melakukan hubungan seksual
melalui anus, dan hal ini sering mereka lakukan dengan memakai alat pelumas
untuk menghindari perlukaan di daerah anus. Selain alat pelumas kaum
homoseksual juga memakai kondom untuk menghindari penyakit menular seksual
Universitas Sumatera Utara
5
(PMS) diantaranya HIV, AIDS, Hepatitis, Sifilis, Gonorhae, Herpes dan masih
banyak lagi jenis penyakit menular lainnya (Anonim, 2010).
Journal Of American Medical Assotiation menemukan tingkat kangker
dubur pada kalangan kaum homoseksual 50 kali lebih tinggi dari kalangan biasa.
Pada tahun 1997 New England Journal Of Medicine menemukan hubungan yang
kuat antara kanker dubur dan homoseksual laki-laki. Hubungan melalui dubur ini
dapat merusak anus sehingga membuka pembuluh darah dimana akan menjadi
tempat masuknya virus HIV. Studi lain menemukan 80% dari penderita sifilis
adalah kaum homoseksual dan sepertiga dari homoseksual tersebut terinfeksi
dengan herpes simpleks aktif. Sementara itu sebnayak 14% kaum homoseksual
terserang gonorhae. Pada tahun 1997 di New York menemukan 50% homoseksual
kemungkinan terkena HIV pada usia pertengahan dimana banyak homoseksual
telah meninggal di akibatkan melakukan hubungan seksual tanpa kondom dan
homoseksual yang terkena gonore semakin meningkat menjadi 74% (Anonim,
2010).
Departemen kesehatan Masyarakat Chicago melaporkan bahwa persentasi
AIDS di chicago meningkat pada kalangan kaum homoseksual dari 37% (2002)
menjadi 44% (2003), dan pada pertengahan tahun 2006 kaum homoseksual
memiliki kontribusi kurang lebih 73% untuk kasus sifilis. Sementara itu Center
For Disease Control menemukan sebanyak 71% (2005) laki-laki yang
berhubungan seksual dengan laki-laki terinfeksi HIV diantaranya orang dewasa
dan remaja. jadi gaya hidup homoseksual ini sejalan dengan perilaku kaum
homoseksual yang penuh dengan resiko penyakit menular seksual. Dengan
meningkatnya pola hidup menyimpang yang biasa disebut dengan perilaku seks
beresiko di Indonesia, tidak hanya terbatas pada kelompok heteroseksual, tetapi
Universitas Sumatera Utara
6
juga pada kelompok lelaki yang suka lelaki diantaranya waria penjaja seks, lelaki
penjaja seks dan gay (Ramadhani, 2011)
Dari data regional terbaru menunjukkan bahwa hubungan seks tanpa
kondompada lelaki yang suka berhubungan seks dengan lelaki (LSL)
berkonstribusi pentingdalam pertumbuhan epidemic HIV/AIDS di Asia. STBP
2007 telah mengumpulkan data perilaku dari LSL di enam kota (Medan, Batam,
Jakarta, Bandung, Surabaya dan Malang) dan data biologis di tiga kota yaitu
Jakarta, Bandung dan Surabaya.Diperkirakan terdapat antara 384.320 dan
1.149.270 LSL (rata-rata 776.800) diIndonesia pada tahun 2006. Angka IMS
sangat tinggi pada LSL di Jakarta, Bandungdan Surabaya terutama pada yang
aktif dalam melakukan tindakan seks komersil.Diperkirakan antara 29% - 34%
LSL. Sementara itu prevalensi IMS rektal dijumpaicukup tinggi dan merupakan
indikasi frekuensi seks anal tanpa kondom. Prevalensiureteral dijumpai lebih
rendah, berkisar dari 5% - 8%. Untuk angka prevalensi HIVpada LSL berkisar
dari 8,1% dan 2% (Anonim, 2010).
Kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sendiri
sudahdikatakan kota metropolitan dimana dengan jumlah penduduknya yang
sangat banyaktidak jauh dari gaya hidup menyimpang dan perilaku seksual yang
menyimpang atauberesiko. Berdasarkan data yang didapat, diperkirakan jumlah
gay di Kota Medan berjumlah 2.721 orang, di Serdang Bedagai berjumlah 360
orang gay dan di DeliSerdang berjumlah 512 orang gay. Sementara itu untuk
jumlah waria di Kota Medan didapat sebanyak 1.113 orang, dan waria tersebut
dalam proses edukasi sertapenyadaran akan bahaya virus HIV/AIDS.Seseorang
dapat menjadi gay diawali pada masa kanak-kanak tetapi padaumur 15 tahun baru
mulai melakukan hubungan seksual. Berdasarkan Survei padakelompok gay di
Universitas Sumatera Utara
7
wilayah Sumatera hanya memfokuskan pada perilaku beresiko saja,tidak ada
pemeriksaan tes HIV atau IMS. Hasil SSP pada kelompok gay di
wilayahSumatera Utara, menunjukkan ada perilaku berisiko yaitu sebagian besar
(87 - 92%)(Ramadhani, 2015).
Hasil penelitian dari peneliti terdahulu Ramadhani (2011) menunjukkan 3
informan mengatakan bahwa dirinya adalah seorang homoseksual (gay) dan 3
informan lainnya mengatakan bahwa dirinya adalah biseksual(penyuka dua jenis
kelamin) tetapi 3 informan ini cenderung memiliki orientasi seksual lebih
dominan kepada pasangan sesama jenisnya. Seluruh informan juga mengetahui
defenisi dari gaya hidup (life style) dan seluruh informan memilikigaya hidup
hampir sama yaitu melakukan kegiatan sehari -hari atau melakukan rutinitas yang
sama dengan orang-orang normal pada umumnya, serta bagaimana informan
mengalokasikan uang dan waktu.yang membedakan kegiatan informan adalah
tentang orientasi seksualnya yang mengarah kepada hubungan sesama jenis.
Dari hasil penelitian terdahulu ini, peneliti tertarik untuk meneliti ulang
penelitian ini untuk melihat apakah terjadi
lakukan dalam
perubahan perilaku yang mereka
gaya hidup beresiko homoseksual yang terjadi di Kota Medan
pada tahun 2015. Dengan demikian judul penelitian ini adalah “Gambaran Gaya
Hidup (Life Style) Beresiko di Kalangan Kaum Homoseksual (Gay) di Kota
Medan Tahun 2015
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah di uraikan di atas maka yang
menjadi masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran gaya hidup (life style)
beresiko pada kalangan kaum homoseksual (gay) di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
8
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran gaya hidup (life style) beresiko dikalangan
kaum homoseksual (gay) di Kota Medan tahun 2015.
1.3.2
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran rutinitas dan orientasi seksual yang beresiko
terhadap kesehatan di kalangan kaum homoseksual (gay) di Kota Medan tahun
2015.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Memberikan
masukan
kepada
lembaga-lembaga
terkait
yang
membutuhkan informasi tentang gambaran gaya hidup (life sytle) beresiko
pada kalangan kaum homoseksual (gay)
2. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam menyelesaikan studi di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian sejenis
Universitas Sumatera Utara
Download