KOMUNIKASI KONTEKSTUAL PERAWAT TERHADAP PASIEN

advertisement
KOMUNIKASI KONTEKSTUAL PERAWAT TERHADAP PASIEN
SKIZOFRENIA DI RSJ (RUMAH SAKIT JIWA) PROVINSI SULAWESI
TENGGARA KOTA KENDARI
*Puji Ayu Lestari**La ode Muh. Umran***Marsia Sumule G.
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS HALU OLEO, 08114033322
[email protected]
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini bagaimana komunikasi kontekstual
perawat terhadap pasien gangguan jiwa skizofrenia di RSJ (Rumah Sakit Jiwa)
Provinsi Sulawesi Tenggara Kota Kendari. Tujuan peneltian ini adalah mengetahui
komunikasi kontekstual perawat terhadap pasien gangguan jiwa skizofrenia di RSJ
(Rumah Sakit Jiwa) Provinsi Sulawesi Tenggara Kota Kendari. Penelitian ini
menggunakan teori komunikasi antarpribadi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yakni menggunakan purposive sampling artinya ditentukan berdasarkan
pertimbangan tertentu yang dianggap representif untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan meneliti.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa isi pesan komunikasi perawat terhadap
pasien gangguan jiwa skizofrenia. Bujukan/rayuan menyangkut pasien yang menolak
berkomunikasi, curhatan menyangkut pasien yang masih susah untuk menyampaikan
masalah yang sedang dialami, nasehat menyangkut pada kebersihan diri dan
kesembuhan pasien skizofrenia, larangan menyangkut pasien yang belum bisa
mengontrol emosi, motivasi menyangkut pasien yang berhasil melakukan terapi
penyembuhan. Dan konteks komunikasi perawat terhadap pasien gangguan jiwa
skizofrenia. Tidak stabil menyangkut pada pasien skizofrenia yang berprilaku
kekerasan, sedih/senang merupakan kesempatan yang digunakan untuk melakukan
tehnik kontekstual yaitu tehnik mendengarkan curhatan pasien, tenang merupakan
kesempatan yang dapat digunakan melakukan komunikasi kontekstual (terapi
penyembuhan), melakukan hal yang salah kesalahan fisik dan non fisik, resah
merupakan tindakan yang dialami pasien skizofrenia dimana pasien mudah putus asa,
gaduh serta gelisah.
Kata Kunci: Komunikasi, Kontekstual, Skizofrenia
1
ABSTRACT
Problems in this study how contextual communication of nurses to patients
with mental disorders in the schizophrenia RSJ (Mental Hospital) Kendari of
Southeast Sulawesi province. The purpose this research was to determine the
contextual communications nurses on mental patients with schizophrenia in the RSJ
(Mental Hospital) Kendari of Southeast Sulawesi province. This study uses the theory
of interpersonal communication. This study is a qualitative study using purposive
sampling means that is determined based on certain considerations that are
considered representif to obtain data related to researching.
These results indicate that the content of the communication messages nurses
on mental patients with schizophrenia. Persuasion / seduction involves patients who
refuse to communicate, rants regarding patients still difficult to convey the problems
being experienced, advice regarding the personal hygiene and the recovery of
patients with schizophrenia, the prohibition regarding patients who can not control
emotions, motivation involves patients who successfully perform healing therapy. And
the communication context nurses on mental patients with schizophrenia. Unstable
concerns in schizophrenic patients who behave violent, sad / happy is an opportunity
that is used to perform the technique contextual namely techniques listen curhatan
patient, calm is an opportunity that can be used to communicate the contextual
(healing therapy), doing the wrong thing a mistake physical and non-physical
sweating out an action that experienced by patients with schizophrenia in which the
patient is desperate, noisy and restless.
Keywords: Communication, Contextual, Schizophrenia
2
PENDAHULUAN
Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin komunikasi dengan
orang lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi merupakan suatu proses yang
tidak terlepas dari kehidupan kita, sebab komunikasi merupakan upaya individu
dalam menjaga dan mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang
lain. Di setiap sektor kehidupan selalu terjadi proses komunikasi serta pendekatanpendekatan yang ada didalamnya.
Komunikasi dikatakan kontekstual karena “komunikasi terjadi pada situasi atau
sistem tertentu yang memengaruhi apa dan bagaimana kita berkomunikasi dan apa
arti dari pesan yang kita bawa”. Dengan kata lain bahwa komunikasi tidak terjadi
secara terisolasi atau kosong karena melibatkan berbagai macam unsur yang perlu
dipertimbangkan.
Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya
distress atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting),
disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan atau sangat kehilangan
kebebasan. Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa adalah faktor biologis dan
ansietas, kekhawatiran, dan ketakutan, komunikasi yang tidak efektif, ketergantungan
yang berlebihan, terpapar kekerasan, kemiskinan dan diskriminasi.
Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan secara komprehensif melalui multipendekatan, khususnya pendekatan keluarga dan pendekatan petugas kesehatan
secara langsung dengan penderita, seperti bina suasana, pemberdayaan penderita
3
gangguan jiwa dan pendampingan penderita gangguan jiwa agar mendapatkan
pelayanan kesehatan yang terus-menerus. Penanggulangan masalah gangguan jiwa
terkendala karena adanya kesulitan dalam mendiagnosis gangguan jiwa. Hal ini
berpengaruh dalam sistem pencatatan dan pelaporan, padahal informasi seperti ini
sangat penting untuk mengetahui keparahan kasus gangguan jiwa.
Skizofrenia juga diartikan sebagai sekelompok gangguan berat pada otak di mana
orang akan menafsirkan realitas dengan abnormal, tidak seperti orang pada
umumnya. Orang yang mengalami hal ini akan mengalami beberapa hal seperti
halusinasi, khayalan, dan gangguan pada pemikiran dan perilaku. Mayoritas dari
penderitanya mengalami rasa takut yang luar biasa. Biasanya, penyakit ini mulai
muncul pada usia dewasa muda.
Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian
besar masyarakat dunia termasuk Indonesia, krisis ekonomi, politik, sosial, budaya,
agama, ras, kepercayaan dan sebagainya tidak saja akan menjadikan masyarakat
dengan potensi gangguan fisik berupa gangguan gizi, terserang berbagai penyakit
infeksi dan sebagainya tetapi juga dengan potensi penyakit psikis berupa stress berat,
depresi, skizofrenia dan sejumlah problem sosial dan spiritual lainnya.
Di Sulawesi Tenggara, data menunjukkan angka yang cukup tinggi. Pada tahun
2011 jumlah pasien mecapai 767. Sedangkan pada tahun 2012-2013 berturut-turut
adalah 915,727 dan 931 pasien rawat inap dengan gejala skizofrenia yang paling
banyak terjadi yaitu hampir 90% dibandingkan jenis gangguan jiwa lainnya.
4
Bagi seorang perawat menjalin hubungan yang baik dengan pasien gangguan
jiwa merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukannya. Seorang perawat wajib
untuk memberikan rasa nyaman pada penderita dengan cara memberikan sapaan,
pujian, dan melakukan hubungan saling percaya terhadap pasien dan keluarga pasien,
perawat harus bertindak sebagai komunikator pada penderita dengan melakukan
komunikasi yang dapat dipahami oleh pasien.
Untuk menjalin hubungan baik dengan pasien dan keluarga pasien, perawat
melakukan komunikasi yang efektif. Oleh karena itu, dalam proses komunikasi
tersebut diperlukan proses komunikasi yang sesuai.
Konteks pada penelitian ini adalah konteks penyembuhan dimana pasien tidak
terlepas dari peran keluarga. Keluarga merupakan bagian yang penting dalam proses
pengobatan pasien jiwa. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita
gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan.
Hal lain yang bisa memperpanjang proses perawatan gangguan jiwa yang dialami
oleh pasien, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol kedokter secara
teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter. Selain itu, pasien
sering mengatakan sudah minum obat, padahal obatnya disimpan disaku baju,
terkadang dibuang, dan beberapa pasien sering meletakkan obat dibawah lidahnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah Bagaimana komunikasi kontekstual perawat terhadap pasien gangguan jiwa
skizofernia rawat inap di Rumah Sakit Jiwa provinsi Sulawesi Tenggara Kota
Kendari. Hasil dari penelitian ini diharapkan agar untuk mengetahui komunikasi
5
kontekstual perawat dan pasien gangguan jiwa skizofrenia di Rumah Sakit jiwa
Provinsi Sulawesi Tenggara Kota Kendari.
Teori Komunikasi Antarpribadi
Teori komunikasi Antarapribadi dari Littlejohn (1999), bahwa komunikasi
antarpribadi adalah Komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang
terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium).
Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face-to–face communication).
Penggunaan teori ini karena fokus teori ini adalah pada bentuk-bentuk dan
sifat hubungan, percakapan, interaksi, dan karakteristik komunikator. Selain itu
komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental
sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena orang dapat
menggunakan kelima alat indra untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang akan
dikomunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan
paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama
manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini
membuat manusia lebih akrab dengan sesamanya.
METODE PENELITIAN
Subjek dan Informan Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah perawat dan pasien gangguan jiwa
skizofrenia di RSJ (rumah sakit jiwa) Provinsi Sulawesi Tenggra Kota Kendari .
Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak tujuh orang, yang ditetapkan secara
6
purposive sampling, yaitu satu orang kepala perawat, empat orang kepala ruangan,
satu orang perawat kejiwaan, dan satu orang pasien skizofrenia (tingkat sedang).
Teknik Pengumpulan Data
1.
Observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada objek
peneliti atau lokasi penelitian untuk melihat kenyataan yang ada ditempat
penelitian.
2. Wawancara, yaitu peneliti melakukan Tanya jawab langsung atau tatap muka
dengan informan penelitian menggunakan pedoman wawancara dengan
memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
3. Dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan dokumentasi kegiatan peneliti untuk
menggambarkan kegiatan yang dilakukan selama penelitian.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini bersifat analisis kualitatif. Analisis
ini mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan temuan di lapangan dan selanjutnya
diberi panafsiran dan kesimpulan. Data secara kualitatif ini diuraikan dengan
menggunakan kalimat secara logis dan kemudian direlevansikan dengan teori yang
mendukung.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isi Pesan Komunikasi Kontekstual Perawat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa
Skizofrenia
Komunikasi kontekstual merupakan suatu komunikasi yang bertujuan sebagai
terapi penyembuhan yang berisikan suatu isi pesan, dimana pesan yang disampaikan
harus benar-benar dimengerti atau dipahami oleh pasien gangguan jiwa skizofrenia.
Komunikasi yang terjalin antara perawat dengan pasien yang mengalami
gangguan kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan
komunikasi interpersonal (antarpribadi) yaitu komunikasi langsung atau komunikasi
tatap muka tanpa menggunakan media sebagai perantara.
Hasil penelitian menunjukkan, komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan
pasien yang mengalami gangguan kejiwaan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi tenggara jelas terlihat merupakan komunikasi interpersonal (antarpribadi).
Karena mereka berkomunikasi dengan pasien secara langsung atau tidak
menggunakan media sebagai perantara dalam berkomunikasi. Dikaitkan dengan teori
komunikasi antarpribadi, menurut Littlejohn 1999 fokus teori ini pada bentuk-bentuk
dan sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator. Bentukbentuk dan sifat hubungan disini merupakan bentuk dan hubungan antara perawat
dengan pasien yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia. Dimana pada proses
penanganannya, setiap hari akan terjadi interaksi dan percakapan antara perawat
dengan pasien yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia tersebut. Agar suatu
8
interaksi dapat berjalan dengan baik maka terlebih dahulu perawat harus melakukan
Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) karena pada saat itulah perawat berusaha
menanggapi dengan sepenuh hati semua pesan atau informasi yang disampaikan oleh
pasien.
Dalam proses interaksi inilah perawat menyampaikan isi pesan mereka kepada
pasien dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang tepat. Pesan yang berupa
bujukan atau rayuan dilakukan pada pasien gangguan jiwa skizofrenia yang menolak
untuk berkomunikasi. Pasien yang seperti ini biasanya adalah pasien yang baru
masuk rumah sakit jiwa. Pesan yang berupa curhatan dilakukan agar perawat dengan
mudah menganalisis keadaan yang dialami oleh pasien skizofrenia, mengatasi
masalah pokok yang dialami pasien dan mencarikan solusinya. Pesan yang berupa
nasehat atau saran seperti kebersihan diri seperti mandi secara teratur serta mengganti
pakaian setelah mandi dan menyangkut kesembuhan pasien yaitu pasien
diperintahkan untuk mengkonsumsi obat secara teratur. Isi pesan larangan yang
diberikan paramedis lebih menekankan kepada pasien untuk tidak menyakiti atau
membahayakan diri sendiri dan orang yang ada disekitarnya seperti larangan
membawa dan menyimpan benda tajam. Selain itu, isi pesan yang berupa
laranganjuga seperti pasien dilarang untuk merokok dan mengotori ruangan. Pesan
motivasi yang dilakukan di rumah sakit jiwa yaitu memberi pujian atas keberhasilan
pasien dalam menjalankan pengobatan yang dianjurkan dengan begitu pasien
skizofrenia akan lebih bersemangat lagi menjalani terapi penyembuhannya.
9
Konteks Komunikasi Perawat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia
Komunikasi merupakan sarana dalam pembentukan atau pengembangan
pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kita menemukan pribadi kita
dan orang lain. Dalam setiap komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih akan
terdapat dua diri pribadi yang harus dikenali yaitu diri sendiri dan orang yang menjadi
teman kita berkomunikasi.
Dalam gangguan jiwa skizofrenia apabila mereka lagi tidak stabil, kadang
kala pasien melakukan kekerasan. Biasanaya para perawat saaat menghadapi pasien
skizofrenia yang lagi tidak stabil, tidak mau menerima saran mauapun tak mau
berkomunikasi serta mengamuk dengan perawat, maka perawat akan melakukan
tindakan kekeresan sedikit yaitu menempatkan pasien skizofrenia dalam sel, setelah
sudah mulai tenang barulah pasien dikeluarkan dari sel.
Sakit jiwa adalah gangguan mental yang berdampak kepada mood, pola pikir,
hingga tingkah laku secara umum. Perubahan mood yang sangat drastis dari sangat
sedih menjadi sangat senang atau sebaliknya, merasa ketakutan yang secara
berlebihan, menarik diri dari kehidupan sosial, kerap merasa sangat marah hingga
suka melakukan kekerasan.
Saat pasien gangguan jiwa skizofrenia mengalami mood yaitu sedih atau
senang saat sudah berada di Rumah Sakit Jiwa maka pada saat itu sangat tepat
waktunya perawat melakukan teknik-teknik kontekstual yaitu salah satunya teknik
mendengarkan curhatan dari pasien skizofrenia ini.
10
Ketenangan jiwa atau kesehatan mental adalah kesehatan jiwa, kesejahteraan
jiwa. Karena orang yang jiwanya tenang, tenteram berarti orang tersebut mengalami
keseimbangan di dalam fungsi-fungsi jiwanya atau orang yang tidak mengalami
gangguan kejiwaan sedikitpun sehingga dapat berfikir positif, bijak dalam menyikapi
masalah, mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi serta mampu
merasakan kebahagiaan hidup. Pada gangguan jiwa skizofrenia dalam diri mereka
merasakan ketidaktenangan, oleh karena itu mereka perlu mendapatkan perawatan
baik itu dari keluarga maupun para perawat atau petugas-petugas yang ada di Rumah
Sakit Jiwa. Dalam penelitian ini dengan cara komunikasi kontekstual yang dilakukan
oleh perawat agar jiwa pasien tetap tenang.
Pasien yang mengalami gangguan jiwa sangat sering melakukan kesalahan,
baik itu kesalahan fisik maupun non fisik. Kesalahan fisik yang dimaksud dalam hal
ini seperti melakukan kekerasan yaitu saling pukul memukul dalam ruangan (sel) hal
ini dikarenakan emosi pasien skizofrenia yang mereka tidak bisa kendalikan. Dan
kesalahan non fisik seperti tidak mau mandi, minum obat, merokok dan sebagainya.
Dalam hal ini, perawat akan mengambil tindakan tegas agar pasien skizofrenia mau
mendengarkan apa yang disampaikan perawat.
Sifat resah selalu dialami oleh gangguan jiwa skizofrenia, dimana resah ini
termaksud mereka yang mudah putuh asa, gundah, gelisah. Ini sangatlah buruk bagi
penderita gangguan jiwa skizofrenia, maka dari itu perawat akan selalu berada
disamping pasien yang selalu menyendiri dan memberi pesan pesan yang positif bagi
pasien agar pasien tidak mudah mengalami sifat resah, putus asa dan sebagainya.
11
KESIMPULAN
1. Isi pesan komunikasi perawat dengan pasien yang mengalami gangguan kejiwaan
berupa pesan bujukan/rayuan berupa pasien gangguan jiwa yang menolak untuk
berkomunikasi adalah pasien yang baru masuk rumah sakit jiwa. Curhatan yang
dilakukan agar perawat dengan mudah menganalisis keadaan yang di alami oleh
pasien, mengatasi masalah pokok yang dialami pasien serta mencarikan solusinya.
Nasehat yang diberikan paramedis kepada pasien dalam berkomunikasi seperti
kebersihan diri seperti mandi secara teratur serta mengganti pakaian setelah
mandi dan menyangkut kesembuhan pasien yaitu pasien diperintahkan untuk
mengkonsumsi obat secara teratur. Sedangkan untuk pesan yang berupa larangan,
paramedis lebih menekankan kepada pasien untuk tidak menyakiti atau
membahayakan diri sendiri dan orang yang ada disekitarnya seperti larangan
membawa dan menyimpan benda tajam. Selain itu, isi pesan yang berupa
larangan juga seperti pasien dilarang untuk merokok dan mengotori ruangan. Dan
untuk pesan yang berupa motivasi yaitu memberi pujian atas keberhasilan pasien
menjalankan pengobatan yang dianjurkan dengan begitu pasien akan lebih
bersemangat menjalani terapi penyembuhannya.
2. Sedangkan konteks komunikasinya yang berupa Tidak stabil menyangkut pada
pasien skizofrenia yang berprilaku kekerasan, sedih/senang merupakan suatu
kesempatan yang dapat digunakan untuk melakukan tehnik-tehnik kontekstual
yaitu tehnik mendengarkan curhatan pasien, tenang merupakan suatu kesempatan
yang dapat digunakan untuk melakukan komunikasi kontekstual (terapi
12
penyembuhan), melakukan hal yang salah ini biasa dilakukan oleh pasien yang
berupa kesalahan fisik dan non fisik, resah merupakan suatu tindakan yang selalu
dialami oleh pasien skizofrenia yang berupa pasien yang selalu putus asa, gaduh
serta gelisah.
13
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Buchanan RW, Carpenter WT, 2005, Concept of Schizophrenia, In: Sadock BJ,
Sadock VA, eds Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, 8 th ed,
Philadhelpia: Lippincott Williams and Wilkins.
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
DeVito Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar Edisi Kelima.
(Terjemahan Bahasa Indonesia) Jakarta. Professional Books.
DirjenYanmed Depkes RI, 1993, Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
di Indonesia (PPDGJI), Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Effendy, Uchyana Onong. 1992. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
------------------------------- 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Rosdakarya.
First M.B., Tasman A, 2004, Schizophrenia In: DSM-IV-TR Mental Disorders
Diagnosis, Etiology and treatment, London: Wiley.
Herz M.I., &Marder, S.R., 2002, Schizophrenia comprehensive treatment and
management, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Larry A, Samovar,& Richard E.Porter.(2010).Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta,
Indonesia: Salemba Humanika.
Liliweri, Alo.1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Lauriello, J., Bustillo, J.R., & Keth, S.J., 2005, Kaplan & Sadock’s Comprehensive
Textbook of Psychiatry (8th ed, vol 1, pp. 1345 - 1354). Schizophrenia: Scope of The
Problem, Lippincott Williams & Wilkins, Sadock B.J., Sadock V.A, Philadelphia.
Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A., Teori Komunikasi: Edisi 9. Jakarta:
Salemba Humanika,2009.
Loebis, B. (19 Juli 2007). Skizofrenia: Penanggulangan Memakai Antipsikotik.
Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb.
Morissan. 2013. TeoriKomunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana.
Muhammad, Arni. 2008. Komunikasi Organisasi. Jakarta: BumiAksara.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
--------------------. 2008. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya.
Bandung: Rosdakarya.
--------------------. 2010. Ilmu Komunikas Suatu Pengantar, Bandung: Rosdakarya.
Tubbs, Stewart L. dan Silvia Moss. Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar.
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Uripni, Christina Lia. (2002). Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
14
Sumber Elektronik
http://feberta:ugm.ac.id/articles/kesehatan jiwa.pdf (Diakses pada 18 Desember 2014,
18.37 WITA).
http://www.scribd.com/mobile/doc. (Diakses pada 13 Januari 2015, 12.34 WITA).
15
Download