KOMUNIKASI KONTEKSTUAL PERAWAT TERHADAP PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJ (RUMAH SAKIT JIWA) PROVINSI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI *Puji Ayu Lestari**La ode Muh. Umran***Marsia Sumule G. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIVERSITAS HALU OLEO, 08114033322 [email protected] ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini bagaimana komunikasi kontekstual perawat terhadap pasien gangguan jiwa skizofrenia di RSJ (Rumah Sakit Jiwa) Provinsi Sulawesi Tenggara Kota Kendari. Tujuan peneltian ini adalah mengetahui komunikasi kontekstual perawat terhadap pasien gangguan jiwa skizofrenia di RSJ (Rumah Sakit Jiwa) Provinsi Sulawesi Tenggara Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi antarpribadi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni menggunakan purposive sampling artinya ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang dianggap representif untuk memperoleh data yang berkaitan dengan meneliti. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa isi pesan komunikasi perawat terhadap pasien gangguan jiwa skizofrenia. Bujukan/rayuan menyangkut pasien yang menolak berkomunikasi, curhatan menyangkut pasien yang masih susah untuk menyampaikan masalah yang sedang dialami, nasehat menyangkut pada kebersihan diri dan kesembuhan pasien skizofrenia, larangan menyangkut pasien yang belum bisa mengontrol emosi, motivasi menyangkut pasien yang berhasil melakukan terapi penyembuhan. Dan konteks komunikasi perawat terhadap pasien gangguan jiwa skizofrenia. Tidak stabil menyangkut pada pasien skizofrenia yang berprilaku kekerasan, sedih/senang merupakan kesempatan yang digunakan untuk melakukan tehnik kontekstual yaitu tehnik mendengarkan curhatan pasien, tenang merupakan kesempatan yang dapat digunakan melakukan komunikasi kontekstual (terapi penyembuhan), melakukan hal yang salah kesalahan fisik dan non fisik, resah merupakan tindakan yang dialami pasien skizofrenia dimana pasien mudah putus asa, gaduh serta gelisah. Kata Kunci: Komunikasi, Kontekstual, Skizofrenia 1 ABSTRACT Problems in this study how contextual communication of nurses to patients with mental disorders in the schizophrenia RSJ (Mental Hospital) Kendari of Southeast Sulawesi province. The purpose this research was to determine the contextual communications nurses on mental patients with schizophrenia in the RSJ (Mental Hospital) Kendari of Southeast Sulawesi province. This study uses the theory of interpersonal communication. This study is a qualitative study using purposive sampling means that is determined based on certain considerations that are considered representif to obtain data related to researching. These results indicate that the content of the communication messages nurses on mental patients with schizophrenia. Persuasion / seduction involves patients who refuse to communicate, rants regarding patients still difficult to convey the problems being experienced, advice regarding the personal hygiene and the recovery of patients with schizophrenia, the prohibition regarding patients who can not control emotions, motivation involves patients who successfully perform healing therapy. And the communication context nurses on mental patients with schizophrenia. Unstable concerns in schizophrenic patients who behave violent, sad / happy is an opportunity that is used to perform the technique contextual namely techniques listen curhatan patient, calm is an opportunity that can be used to communicate the contextual (healing therapy), doing the wrong thing a mistake physical and non-physical sweating out an action that experienced by patients with schizophrenia in which the patient is desperate, noisy and restless. Keywords: Communication, Contextual, Schizophrenia 2 PENDAHULUAN Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin komunikasi dengan orang lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi merupakan suatu proses yang tidak terlepas dari kehidupan kita, sebab komunikasi merupakan upaya individu dalam menjaga dan mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain. Di setiap sektor kehidupan selalu terjadi proses komunikasi serta pendekatanpendekatan yang ada didalamnya. Komunikasi dikatakan kontekstual karena “komunikasi terjadi pada situasi atau sistem tertentu yang memengaruhi apa dan bagaimana kita berkomunikasi dan apa arti dari pesan yang kita bawa”. Dengan kata lain bahwa komunikasi tidak terjadi secara terisolasi atau kosong karena melibatkan berbagai macam unsur yang perlu dipertimbangkan. Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting), disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan atau sangat kehilangan kebebasan. Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa adalah faktor biologis dan ansietas, kekhawatiran, dan ketakutan, komunikasi yang tidak efektif, ketergantungan yang berlebihan, terpapar kekerasan, kemiskinan dan diskriminasi. Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan secara komprehensif melalui multipendekatan, khususnya pendekatan keluarga dan pendekatan petugas kesehatan secara langsung dengan penderita, seperti bina suasana, pemberdayaan penderita 3 gangguan jiwa dan pendampingan penderita gangguan jiwa agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang terus-menerus. Penanggulangan masalah gangguan jiwa terkendala karena adanya kesulitan dalam mendiagnosis gangguan jiwa. Hal ini berpengaruh dalam sistem pencatatan dan pelaporan, padahal informasi seperti ini sangat penting untuk mengetahui keparahan kasus gangguan jiwa. Skizofrenia juga diartikan sebagai sekelompok gangguan berat pada otak di mana orang akan menafsirkan realitas dengan abnormal, tidak seperti orang pada umumnya. Orang yang mengalami hal ini akan mengalami beberapa hal seperti halusinasi, khayalan, dan gangguan pada pemikiran dan perilaku. Mayoritas dari penderitanya mengalami rasa takut yang luar biasa. Biasanya, penyakit ini mulai muncul pada usia dewasa muda. Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia termasuk Indonesia, krisis ekonomi, politik, sosial, budaya, agama, ras, kepercayaan dan sebagainya tidak saja akan menjadikan masyarakat dengan potensi gangguan fisik berupa gangguan gizi, terserang berbagai penyakit infeksi dan sebagainya tetapi juga dengan potensi penyakit psikis berupa stress berat, depresi, skizofrenia dan sejumlah problem sosial dan spiritual lainnya. Di Sulawesi Tenggara, data menunjukkan angka yang cukup tinggi. Pada tahun 2011 jumlah pasien mecapai 767. Sedangkan pada tahun 2012-2013 berturut-turut adalah 915,727 dan 931 pasien rawat inap dengan gejala skizofrenia yang paling banyak terjadi yaitu hampir 90% dibandingkan jenis gangguan jiwa lainnya. 4 Bagi seorang perawat menjalin hubungan yang baik dengan pasien gangguan jiwa merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukannya. Seorang perawat wajib untuk memberikan rasa nyaman pada penderita dengan cara memberikan sapaan, pujian, dan melakukan hubungan saling percaya terhadap pasien dan keluarga pasien, perawat harus bertindak sebagai komunikator pada penderita dengan melakukan komunikasi yang dapat dipahami oleh pasien. Untuk menjalin hubungan baik dengan pasien dan keluarga pasien, perawat melakukan komunikasi yang efektif. Oleh karena itu, dalam proses komunikasi tersebut diperlukan proses komunikasi yang sesuai. Konteks pada penelitian ini adalah konteks penyembuhan dimana pasien tidak terlepas dari peran keluarga. Keluarga merupakan bagian yang penting dalam proses pengobatan pasien jiwa. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan. Hal lain yang bisa memperpanjang proses perawatan gangguan jiwa yang dialami oleh pasien, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol kedokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter. Selain itu, pasien sering mengatakan sudah minum obat, padahal obatnya disimpan disaku baju, terkadang dibuang, dan beberapa pasien sering meletakkan obat dibawah lidahnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana komunikasi kontekstual perawat terhadap pasien gangguan jiwa skizofernia rawat inap di Rumah Sakit Jiwa provinsi Sulawesi Tenggara Kota Kendari. Hasil dari penelitian ini diharapkan agar untuk mengetahui komunikasi 5 kontekstual perawat dan pasien gangguan jiwa skizofrenia di Rumah Sakit jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara Kota Kendari. Teori Komunikasi Antarpribadi Teori komunikasi Antarapribadi dari Littlejohn (1999), bahwa komunikasi antarpribadi adalah Komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face-to–face communication). Penggunaan teori ini karena fokus teori ini adalah pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan, percakapan, interaksi, dan karakteristik komunikator. Selain itu komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena orang dapat menggunakan kelima alat indra untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang akan dikomunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia lebih akrab dengan sesamanya. METODE PENELITIAN Subjek dan Informan Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah perawat dan pasien gangguan jiwa skizofrenia di RSJ (rumah sakit jiwa) Provinsi Sulawesi Tenggra Kota Kendari . Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak tujuh orang, yang ditetapkan secara 6 purposive sampling, yaitu satu orang kepala perawat, empat orang kepala ruangan, satu orang perawat kejiwaan, dan satu orang pasien skizofrenia (tingkat sedang). Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada objek peneliti atau lokasi penelitian untuk melihat kenyataan yang ada ditempat penelitian. 2. Wawancara, yaitu peneliti melakukan Tanya jawab langsung atau tatap muka dengan informan penelitian menggunakan pedoman wawancara dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 3. Dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan dokumentasi kegiatan peneliti untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan selama penelitian. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini bersifat analisis kualitatif. Analisis ini mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan temuan di lapangan dan selanjutnya diberi panafsiran dan kesimpulan. Data secara kualitatif ini diuraikan dengan menggunakan kalimat secara logis dan kemudian direlevansikan dengan teori yang mendukung. 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Isi Pesan Komunikasi Kontekstual Perawat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia Komunikasi kontekstual merupakan suatu komunikasi yang bertujuan sebagai terapi penyembuhan yang berisikan suatu isi pesan, dimana pesan yang disampaikan harus benar-benar dimengerti atau dipahami oleh pasien gangguan jiwa skizofrenia. Komunikasi yang terjalin antara perawat dengan pasien yang mengalami gangguan kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan komunikasi interpersonal (antarpribadi) yaitu komunikasi langsung atau komunikasi tatap muka tanpa menggunakan media sebagai perantara. Hasil penelitian menunjukkan, komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan pasien yang mengalami gangguan kejiwaan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi tenggara jelas terlihat merupakan komunikasi interpersonal (antarpribadi). Karena mereka berkomunikasi dengan pasien secara langsung atau tidak menggunakan media sebagai perantara dalam berkomunikasi. Dikaitkan dengan teori komunikasi antarpribadi, menurut Littlejohn 1999 fokus teori ini pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator. Bentukbentuk dan sifat hubungan disini merupakan bentuk dan hubungan antara perawat dengan pasien yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia. Dimana pada proses penanganannya, setiap hari akan terjadi interaksi dan percakapan antara perawat dengan pasien yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia tersebut. Agar suatu 8 interaksi dapat berjalan dengan baik maka terlebih dahulu perawat harus melakukan Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) karena pada saat itulah perawat berusaha menanggapi dengan sepenuh hati semua pesan atau informasi yang disampaikan oleh pasien. Dalam proses interaksi inilah perawat menyampaikan isi pesan mereka kepada pasien dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang tepat. Pesan yang berupa bujukan atau rayuan dilakukan pada pasien gangguan jiwa skizofrenia yang menolak untuk berkomunikasi. Pasien yang seperti ini biasanya adalah pasien yang baru masuk rumah sakit jiwa. Pesan yang berupa curhatan dilakukan agar perawat dengan mudah menganalisis keadaan yang dialami oleh pasien skizofrenia, mengatasi masalah pokok yang dialami pasien dan mencarikan solusinya. Pesan yang berupa nasehat atau saran seperti kebersihan diri seperti mandi secara teratur serta mengganti pakaian setelah mandi dan menyangkut kesembuhan pasien yaitu pasien diperintahkan untuk mengkonsumsi obat secara teratur. Isi pesan larangan yang diberikan paramedis lebih menekankan kepada pasien untuk tidak menyakiti atau membahayakan diri sendiri dan orang yang ada disekitarnya seperti larangan membawa dan menyimpan benda tajam. Selain itu, isi pesan yang berupa laranganjuga seperti pasien dilarang untuk merokok dan mengotori ruangan. Pesan motivasi yang dilakukan di rumah sakit jiwa yaitu memberi pujian atas keberhasilan pasien dalam menjalankan pengobatan yang dianjurkan dengan begitu pasien skizofrenia akan lebih bersemangat lagi menjalani terapi penyembuhannya. 9 Konteks Komunikasi Perawat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia Komunikasi merupakan sarana dalam pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kita menemukan pribadi kita dan orang lain. Dalam setiap komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih akan terdapat dua diri pribadi yang harus dikenali yaitu diri sendiri dan orang yang menjadi teman kita berkomunikasi. Dalam gangguan jiwa skizofrenia apabila mereka lagi tidak stabil, kadang kala pasien melakukan kekerasan. Biasanaya para perawat saaat menghadapi pasien skizofrenia yang lagi tidak stabil, tidak mau menerima saran mauapun tak mau berkomunikasi serta mengamuk dengan perawat, maka perawat akan melakukan tindakan kekeresan sedikit yaitu menempatkan pasien skizofrenia dalam sel, setelah sudah mulai tenang barulah pasien dikeluarkan dari sel. Sakit jiwa adalah gangguan mental yang berdampak kepada mood, pola pikir, hingga tingkah laku secara umum. Perubahan mood yang sangat drastis dari sangat sedih menjadi sangat senang atau sebaliknya, merasa ketakutan yang secara berlebihan, menarik diri dari kehidupan sosial, kerap merasa sangat marah hingga suka melakukan kekerasan. Saat pasien gangguan jiwa skizofrenia mengalami mood yaitu sedih atau senang saat sudah berada di Rumah Sakit Jiwa maka pada saat itu sangat tepat waktunya perawat melakukan teknik-teknik kontekstual yaitu salah satunya teknik mendengarkan curhatan dari pasien skizofrenia ini. 10 Ketenangan jiwa atau kesehatan mental adalah kesehatan jiwa, kesejahteraan jiwa. Karena orang yang jiwanya tenang, tenteram berarti orang tersebut mengalami keseimbangan di dalam fungsi-fungsi jiwanya atau orang yang tidak mengalami gangguan kejiwaan sedikitpun sehingga dapat berfikir positif, bijak dalam menyikapi masalah, mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi serta mampu merasakan kebahagiaan hidup. Pada gangguan jiwa skizofrenia dalam diri mereka merasakan ketidaktenangan, oleh karena itu mereka perlu mendapatkan perawatan baik itu dari keluarga maupun para perawat atau petugas-petugas yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Dalam penelitian ini dengan cara komunikasi kontekstual yang dilakukan oleh perawat agar jiwa pasien tetap tenang. Pasien yang mengalami gangguan jiwa sangat sering melakukan kesalahan, baik itu kesalahan fisik maupun non fisik. Kesalahan fisik yang dimaksud dalam hal ini seperti melakukan kekerasan yaitu saling pukul memukul dalam ruangan (sel) hal ini dikarenakan emosi pasien skizofrenia yang mereka tidak bisa kendalikan. Dan kesalahan non fisik seperti tidak mau mandi, minum obat, merokok dan sebagainya. Dalam hal ini, perawat akan mengambil tindakan tegas agar pasien skizofrenia mau mendengarkan apa yang disampaikan perawat. Sifat resah selalu dialami oleh gangguan jiwa skizofrenia, dimana resah ini termaksud mereka yang mudah putuh asa, gundah, gelisah. Ini sangatlah buruk bagi penderita gangguan jiwa skizofrenia, maka dari itu perawat akan selalu berada disamping pasien yang selalu menyendiri dan memberi pesan pesan yang positif bagi pasien agar pasien tidak mudah mengalami sifat resah, putus asa dan sebagainya. 11 KESIMPULAN 1. Isi pesan komunikasi perawat dengan pasien yang mengalami gangguan kejiwaan berupa pesan bujukan/rayuan berupa pasien gangguan jiwa yang menolak untuk berkomunikasi adalah pasien yang baru masuk rumah sakit jiwa. Curhatan yang dilakukan agar perawat dengan mudah menganalisis keadaan yang di alami oleh pasien, mengatasi masalah pokok yang dialami pasien serta mencarikan solusinya. Nasehat yang diberikan paramedis kepada pasien dalam berkomunikasi seperti kebersihan diri seperti mandi secara teratur serta mengganti pakaian setelah mandi dan menyangkut kesembuhan pasien yaitu pasien diperintahkan untuk mengkonsumsi obat secara teratur. Sedangkan untuk pesan yang berupa larangan, paramedis lebih menekankan kepada pasien untuk tidak menyakiti atau membahayakan diri sendiri dan orang yang ada disekitarnya seperti larangan membawa dan menyimpan benda tajam. Selain itu, isi pesan yang berupa larangan juga seperti pasien dilarang untuk merokok dan mengotori ruangan. Dan untuk pesan yang berupa motivasi yaitu memberi pujian atas keberhasilan pasien menjalankan pengobatan yang dianjurkan dengan begitu pasien akan lebih bersemangat menjalani terapi penyembuhannya. 2. Sedangkan konteks komunikasinya yang berupa Tidak stabil menyangkut pada pasien skizofrenia yang berprilaku kekerasan, sedih/senang merupakan suatu kesempatan yang dapat digunakan untuk melakukan tehnik-tehnik kontekstual yaitu tehnik mendengarkan curhatan pasien, tenang merupakan suatu kesempatan yang dapat digunakan untuk melakukan komunikasi kontekstual (terapi 12 penyembuhan), melakukan hal yang salah ini biasa dilakukan oleh pasien yang berupa kesalahan fisik dan non fisik, resah merupakan suatu tindakan yang selalu dialami oleh pasien skizofrenia yang berupa pasien yang selalu putus asa, gaduh serta gelisah. 13 DAFTAR PUSTAKA BUKU Buchanan RW, Carpenter WT, 2005, Concept of Schizophrenia, In: Sadock BJ, Sadock VA, eds Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, 8 th ed, Philadhelpia: Lippincott Williams and Wilkins. Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. DeVito Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar Edisi Kelima. (Terjemahan Bahasa Indonesia) Jakarta. Professional Books. DirjenYanmed Depkes RI, 1993, Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJI), Edisi III, Depkes RI, Jakarta. Effendy, Uchyana Onong. 1992. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja ------------------------------- 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya. First M.B., Tasman A, 2004, Schizophrenia In: DSM-IV-TR Mental Disorders Diagnosis, Etiology and treatment, London: Wiley. Herz M.I., &Marder, S.R., 2002, Schizophrenia comprehensive treatment and management, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Larry A, Samovar,& Richard E.Porter.(2010).Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta, Indonesia: Salemba Humanika. Liliweri, Alo.1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Lauriello, J., Bustillo, J.R., & Keth, S.J., 2005, Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry (8th ed, vol 1, pp. 1345 - 1354). Schizophrenia: Scope of The Problem, Lippincott Williams & Wilkins, Sadock B.J., Sadock V.A, Philadelphia. Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A., Teori Komunikasi: Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika,2009. Loebis, B. (19 Juli 2007). Skizofrenia: Penanggulangan Memakai Antipsikotik. Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb. Morissan. 2013. TeoriKomunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana. Muhammad, Arni. 2008. Komunikasi Organisasi. Jakarta: BumiAksara. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. --------------------. 2008. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: Rosdakarya. --------------------. 2010. Ilmu Komunikas Suatu Pengantar, Bandung: Rosdakarya. Tubbs, Stewart L. dan Silvia Moss. Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Uripni, Christina Lia. (2002). Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 14 Sumber Elektronik http://feberta:ugm.ac.id/articles/kesehatan jiwa.pdf (Diakses pada 18 Desember 2014, 18.37 WITA). http://www.scribd.com/mobile/doc. (Diakses pada 13 Januari 2015, 12.34 WITA). 15