Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Prestasi

advertisement
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 METODE KERJA KELOMPOK
2.1.1
Pengertian kerja Kelompok
Modjiono (199/1992) : 61) mengemukakan metode kerja kelompok
dapat diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitikberatpan
kepada aianteraksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam
suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersamasama.
Robert L. Cilstrap (dalam Roestiyah N.K (1998 : 15) menyatakan
bahwa akerja kelompok merupakan suatu kegiatan kelompok siswa yang
baiasanya berjumlah kecil untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu
tugas.
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu
kelompok atau dibagi atas kelompok - kelompok kecil untuk mencapai suatu
tujuan pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat
dipakai untuk mencapai bermacam - macam tujuan pengajaran.
Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus
yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di
dalam keIas. Penggunaan metode kerja kelompok :
a. Pengelompokan untuk mengatasi kekurangan alat-alat pelajaran :
Dalam sebuah kelas, guru akan mengajarkan Sejarah Mesir kuno;
Ia tidak mempunyai bahan bacaan yang cukup untuk tiap siswa. Maka
untuk memberi kesempatan yang sebesar - besarnya kepada siswa,
kelas dibagi atas beberapa kelompok. Tiap kelompok diberi sebuah
buku untuk dibaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah
disediakan guru.
4
5
b. Pengelompokan atas dasar perbedaan kemampuan belajar :
Di suatu kelas, guru dihadapkan pada persoalan bagai mana
melaksanakan tugas sebaik-baiknya terhadap kelas yang sifatnya
heterogen, yakin berbeda-beda dalam kemampuan belajar. Pada
waktu pelajaran matematika, Ia menemukan bahwa ada lima orang
siswa tidak sanggup memecahkan soal seperti teman - teman lainnya.
Guru menyadari bahwa ia tidak mungkin rnengajar kelas dengan
menyamaratakan seluruh siswa, karena ada perbedaan dalam
kesanggupan belajar. Maka ia membagi para siswa dalam beberapa
kelompok dengan anggota yang mempunyai kemampuan setaraf
kemudian diberi tugas sesuai dengan kemampuan mereka. Sekali-kali
ia meninjau secara bergilir untuk melihat kelompok mana yang
membutuhkan pertolongan atau perhatian sepenuhnya.
c. Pengelompokan atas dasar perbedaan minat belajar :
Pada suatu saat para siswa perlu mendapat kesempatan untuk
memilih suatu pokok bahasan yang sesuai dengan minatnya. Untuk
keperluan ini guru memberikan suatu pokok bahasan yang terdiri dari
beberapa sub - pokok bahasan. Siswa yang berminat sama dapat
berkumpul pada suatu kelompok untuk mempelajari sub - pokok
bahasan yang dimaksud.
d. Pengelompokan untuk memperbesar partisipasi tiap siswa :
Di suatu kelas, guru sedang mengajarkan kesusastraan. Ia
memilih suatu masalah tentang lahirnya sastra baru. Dikemukakanlah
masalah - masalah khusus, satu diantaranya ialah mengapa ada
pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran kebangsaanlah yang
menjadi perbedaan hakiki antara kesusastraan Melayu dengan
kesusastraan Indonesia. Guru tidak mempunyai waktu yang
berlebihan, akan tetapi ia mengingjnkan setiap siswa berpartisipasi
secara penuh. Untuk setiap masalah diperlukan pendapat atau
diskusi. Maka dipecahkan kesatuan kelas itu menjadi kelompok -
6
kelompok yang lebih kecil dengan tugas membahas permasalahan
tersebut dalam waktu yang sangat terbatas.
Selesai pembahasan kelompok, setiap kelompok rnengemukakan
pendapat yang dianggap pendapat kelompok tersebut. Cara mengajar
ini dimaksudkan untuk merangsang tiap siswa agar ikut serta dalam
setiap masalab secara intensif. Tak ada seorangpun diantara mereka
yang merasa mendapat tugas lebih berat dari pada yang lain.
Pengelompokkan sementara dan pendek semacam ini disebut juga
rapat kilat.
e. Pengelompokan untuk pembagian pekerjaan :
Pengelompokkan ini didasarkan pada luasnya masalah, serta
membutuhkan waktu untuk mem peroleh berbagal informasi yang
dapat menunjang pemecahan persoalan. Untuk keperluan ini pokok
persoalan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang akan
dibagikan kepada tiap kelompok ( tiap kelompok menyelesaikan satu
aspek persoalan ). Siswa harus mengumpulkan data, baik dari
lingkungan sekitar maupun melalui bahan kepustakaan. Oleh karena
itu proyek ini tidak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat seperti
halnya rapat kilat, melainkan kemungkinan membutuhkan waktu
beberapa minggu. Jadi pengelompokkan disini bertujuan membagi
pekerjaan yang mempunyai cakupan agak luas. Kerja kelonipok ini
membutuhkan waktu yang panjang.
f.
Pengelompokan untuk belajar bekerja sama secara efisien menuju ke
suatu tujuan :
Langkah pertama adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang
harus dikerjakan siswa, kemudian membagi siswa menurut jenis dan
sifat tugas, mengawasi jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan
kemajuan kelompok. Di sini jelas walaupun siswa bekerja dalam
kelompok masing-masing dan melaksanakan bagiannya sendirisendiri, namun mereka harus memusatkan perhatian pada tujuan
yang akan dicapai, dan menjaga agar jangan sampai keluar dan
7
persoalan pokok. Lain halnya dengan pengelompokkan untuk
pembagian pekerjaan seperti tersebut di atas, tugas kelompok di sini
tidak penlu diselesaikan dalam jangka waktu panjang, guru dapat
memilih persoalan yang dapat didiskusikan di kelas
2.1.2
Kelebihan dan kelemahan kerja kelompok :
a. Kelebihan :
1. Dapat memupuk rasa kenjasama.
2. Suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan.
3. Adanya persaingan yang sebat.
b. Kelemahan :
1. Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau
sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung
kepada orang lain.
2. Bila kecakapan tiap anggota tidak seimbang, akan rnenghambat
kelancaran tugas, atau didominasi oleh
Roestiyah N.K (1998 : 17 menyebutkan berapa keuntungan dan
kelemahan metode kerja kelompok. Keuntungannya ialah :
1. Dapat memberikan kesempatan para siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah
2. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih
intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau
masalah.
3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampailan berdiskusi.
4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
individu serta kebutuhannya belajar.
5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka, dan
mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
6. Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk megembangkan
rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai
8
pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu
kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.
Sedangkan kelemahannya ialah :
1. Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang
mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka
yang kurang.
2. strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula
3. Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada
kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
2.1.3
Jenis-jenis Kerja Kelompok
Ada beberapa faktor yang sangat berperan dalam menentukan
efektifitas suatu metode mengajar, diantaranya adalah faktor guru, faktor
siswa, dan faktor situasi atau lingkungan tempat berlangsungnya belajar.
Metode kerja kelompok adalah suatu format belajar mengajar yang
menitikberatkan pada terjadinya interaksi antara anggota yang satu dengan
anggota yang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersamasama. Penerapan kerja kelompok menurut Mudjiono (1992) bertujuan :
1. memupuk kemauan dan kemampuan kerja sama diantara peserta
didik,
2. meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektual para
peserta didik dalam proses belajar mengajar yang disediakannya
3. meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses
belajar mengajar secara seimbang.
Bentuk-bentuk kerja kelompok yang bisa dilaksanakan ialah :
(a) kerja kelompok berjangka pendek,
(b) kerja kelompok berjangka panjang,
(c) kerja kelompok campuran.
Yang sesuai dengan metode kerja kelompok yang akan diterapkan
ialah metode kerja kelompok campuran yang mana siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa.
9
Secara singkat metode kerja kelompok pada dasarnya memiliki
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode kerja kelompok salah satunya
adalah dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. Bagi
guru kelebihannya yaitu dapat memungkinkan untuk lebih memperhatikan
siswa sebagai individu serta kebutuhan belajar. Sedangkan kelemahannya
yaitu strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda dengan gaya yang berbeda-beda pula.
Dalam menerapkan metode kerja kelompok seorang guru dituntut
untuk memiliki keterampilan dalam mengelompokkan tugas-tugas yang
hendak diselesaikan oleh siswa. Nana Sudjana (2002:82) mengemukakan
bahwa kelompok dibuat berdasarkan
a) perbedaan individual dalam kemampuan belajar,
b) perbedaan minat belajar,
c) pengelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan,
d) pengelompokkan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa,
e) pengelompokkan secara random atau dilotre,
f) pengelompokkan atas dasar jenis kelamin.
Adapun pengelompokkan itu didasarkan pada :
a)
Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya
Agar penggunaan alat peraga dapat dimanfaatkan adan
dipergunakan dengan sebaik-baiknya maka siswa perlu dijadikan
kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil itu dibagi
berdasarkan jumah fasilitas yang tersedia.
b)
Pengelompokan berdasarkan kemampuan belajar
Pengelompokkan ini juga diperlukan terutama pada waktu guru
menghadapi komposisi keanggotaan kelompok yang sangat
heterogen kecakapannya. Cara pengelompokkan ini akan
menghasilkan kelompok yang homogen kecakapannya atau
kelompok yang heterogen kecakapannya.
10
c)
Pengelompokkan berdasarkan minat individu
Pengelompokkan ini perlu diperhatikan mengingat bahwa
setiap individu siswa memiliki minat yang bisa jadi berbeda satu
sama lain, sehingga memungkinkan dibentuknya kelompokkelompok tersebut untuk dapat adikembagkan minat-minat
tersebut.
d)
Memperbesar partisipasi siswa
Dalam hal ini partisipasi siswa dalam memecahkan masalah
kelompok sangat dibutuhkan sekali, maka dari itu setiap kelompok
diberi tugas yang sama sehingga dimungkinkan dengan pembagian
tugas ini akan memperbesar partispasi siswa untuk melaksanakan
dan memecahkannya secara bersama-sama. Selain pemberian
tugas yang sama pada setiap kelompok kecil (3-4 orang sehingga
dapat dipastikan siswa akan terlibat dalam melaksanakan kerja
kelompok.
e)
Pemberian tugas atau pekerjaan
Pengelompokkan dilaksanakan karena adanya tugas atau
pekerjaan yang akan adiselesaikan oleh siswa. Setiap kelompok
harus bertangguang jawab terhadap tugasnya masing-masing.
Namun demikian guru harus dapat amemilih tugas yang sesuai
dengan kemamuan dan kebutuhan siswa.
f)
Kerja efektif
Kerja merupakan hal yang utama dalam menjawab tugas-tugas
yang hendak diselesaikan. Setiap siswa harus dapat menyesuaikan
diri dengan kelompoknya, ia harus dapat menyeimbangkan pikiran
atau pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama dapat
dicapai tujuan yang sama pula.
Dari uraian di atas peneliti menentukan kelompok berdasarkan
partisipasi siswa agar siswa dapat memecahkan masalah bersama-sama
dengan anggota kelompoknya dan peneliti juga menjadikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil yang dengan jumlah 3-4 orang agar
11
siswa terlibat aktif dalam memecahkan masalahnya. Kerja kelompok
dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a) Kerja kelompok berjangka pendek
Kerja kelompok berjangka pendek bisanya disebut dengan rapat
kilat karena hanya mengambil waktu + 15 menit, dengan bertujuan
untuk memecahkan persoalan yang sifatnya khusus yang terdapat
pada suatu masalah.
b) Kerja kelompok berjangka panjang
Kerja kelompok jangka panjang adalah pekerjaan yang memakan
waktu yang cukup panjang danlama misalnya 2 hari, satu minggu,
satu bulan atau bahkan lebih tergantung pada luas dan banyakanya
pekerjaan yang harus diselesaikan siswa. Apabila kelompok siswa
yang satu sudah menyelesaikan tugasnya, maka kelompok siswa itu
dapat membantu kelompok yang lain berdasarkan dengan minat
siswa tersebut. Kerja kelompok jangka panjang ini dapat
dilaksanakan dengan tujuan :
1) Membahas masalah yang benar-benar ada dalam masyarakat.
Seperti masalah koperasi, lingkungan sehat, pembuangan
sampah, dan lain sebagainya.
2) Memotivasi
siswa
ke
arah
kegiatan-kegiatan
yang
berhubungan dengan masyarakat, misalnya : penerapan
tentang makanan sehat, kegiatan posyandu, dan lain
sebagainya.
3) Dengan melaksanakan kerja kelompok memberi pengalaman
kepada siswa untuk mengenal kepemimpinan/leadership,
seperti : membuat rencana sebelum melakukan sesuatu
pekerjaan, membagi pekejaan, memecahkan masalah secara
bersama-sama.
4) Dengan bekerja sama siswa dapat mengumpulkan bahanbahan informasia atau data lebih banyak tentang berbagai jensi
aspek suatu masalah di dalam waktu relatif singkat.
12
c) Kerja kelompok campuran
Kerja kelompok campuran dibagi menjadi kelompok-kelompok
yang disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa. Dalam
kelompok ini siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan
pekerjaanya sesuai dengan kemampuan masing-masing kelompok.
Agar kerja kerja kelompok ini dapat mencapai sasaran, guru harus
memperhatikan hal-hal yaitu menyediakan tugas atau kegiatan
belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar setiap kelompok,
kemudian setiap tugas disusun sehingga setiap kelompok dapat
megerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain atau guru.
Bentuk kerja kelompok yang diambil oleh peneliti adalah kerja
kelompok berjangka pendek karena waktu yang diambil untuk
melakukan kerja kelompok itu hanya 90 menit dan persoalan yang
hendak dipecahkan hanya bersifat khusus mengenai pokok bahasan
tertentu.
d) Prosedur Pemakaian Kerja Kelompok
Raka Joni dan Unen (Moedjiono, 1991/1992:64) mengajukan
sejumlah
rambu-rambu
yang
harus
diperhatikan
dalam
menyelenggarakan proses belajar mengajar dan menerapkan
metode kerja kelompok yaitu :
1. Pesan terpenting dari metode kerja kelompok adalah
pemecahan masalah melalui proses kelompok.
2. Penyeragaman kemampuan kelompok diusahakan semaksimal
mungkin. Hal ini dapat dilaksanakan dan pengelompokkan
secara acak atau pun pengelompokkan secara diatur.
3. Sasaran penilaian dalam kerja kelompok adalah aspek produk
kelompok serta peningkatan kemampuan kelompok dalam
menangani tugas-tugas kelompok.
4. Terdapat tiga ciri penting kegiatan kerja kelompok yakni :
a. Adanya pembagian tugas
b. Adanya kerjasama
13
c. Pemberian perhatian seimbang terhadap prduktivitas dana
kekompakan kelompok
5. Terdapat tiga tahapan pelaksanaan kerja kelompok yakni :
a. Tahapan penjajagan
b. Tahapan pemahaman
c. Tahapan penunaian tugas
6. Baik guru maupun siswa dituntut kesediannya dalam belajar
tentang bagaimana kerja kelompok
7. Adanya masalah yang potensial baik bersumber dari anggota
maupun berasal dari proses kelompok itu sendiri.
Moedjiono (1991/1992:66) mengemukakan prosedur pemakaian
metode kerja kelompok sebagai berikut :
1. Pemilihan
topik
atau
tugas
kerja
kelompok
Pemilihan topik merupakan langkah awal pemakaian metode
kerja kelompok dapat dilaksanakan oleh guru dengan jalan :
a. Memilih dan menetapkan sendiri
b. Memilih dan menetapkan bersama dengan siswa
2. Pembentukan kelompok sesuai tujuan
Tahap ini merupakan kewajiban guru untuk membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok sesuai tujuan yang ingin dicapai
melalui kerja kelompok.
3. Pembagian topik atau tugas yang harus dikerjakan oleh
kelompok
Tahap ini meminta kepada guru untuk memberitahukan topik
atau tugas untuk tiap-tiap kelompok, dimana topik atau tugas
yang diberitahukan harus jelas bagi kelompok agar kerja
kelompok berjalan dengan lancar.
4. Proses kerja kelompok
Pada tahap ini setiap kelompok melaksanakan :
a. Penjajagan terhadap tugas atau topic yang diberikan oleh
guru
14
b. Pemahaman terhadap tugas atau topic kelompok
c. Penyelesaian tugas
5. Pelaporan hasil kerja kelompok
Setelah
siswa
menyelesaikan
tugasnya,
maka
mereka
berkewajiban untuk melaporkan hasil kerja mereka. Laporan ini
dapat dilakukan secara tertulis atau pun lisan.
6. Penilaian pemakaian kerja kelompok
Guru perlu melakukan penilaian untuk menentukan keberhasilan
pemakaian metode kerja kelompok.
Menurut Roestiyah N.K (1998 : 19 – 20) menyebutkan bahwa ada
6 langkah agar kerja kelompok dapat berhasil yaitu :
1. Menjelaskan tugas kepada siswa
2. Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok
3. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok
4. Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan
membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok
tersebut
5.
Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila
perlu memberi saran/pertanyaan
6. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil
kerja kelompok.
Keenam langkah di atas pelu diterapkan oleh peneliti agar siswa
dalam melakukan kerja kelompok yang dilakukan pada saat penelitian
dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan yaitu siswa dapat
memecahkan masalah dengan baik.
Selanjutnya Nana Sudjana (2002 : 83) mengemukakan tentang
petunjuk pelakanaan bekerja dalam kelompok untuk mencapai hasil yang
baik yaitu :
a) Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap
anggota
15
b) Pemecahan masalah dapat dipandang, sebagai satu unit
dipecahkan bersama-sama atau masalah dibagi-bagi untuk
dikerjakan masing-masing secara individual, hal ini bergantung
kepada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan.
c) Persaingan yang sehat antar kelompok bisanya mendorong anak
untuk belajar
d) Situasi yang menyenangkan antara anggota banyak menentukan
berhasil tidaknya kerja kelompok.
2.2 Hakekat Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
2.2.1 Hakekat Sains
1. Pengertian Sains:
Sains adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui
metode ilmiah (hakekat Sains h.1).Sains dipandang sebagai suatu cara
atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia
(Nash 1963 dalam buku hakekat Sains h.2).Dari kedua pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa sains adalah suatu cara atau metode untuk
dapatkan pengetahuan dengan mengamati sesuatu yang ada di dunia ini
dan pengetahuan yang diperoleh tersebut dapat diuji kembali
kebenarannya melalui metode ilmiah. Untuk memahami sains (menurut
Bernal dalam hakekat sains h.3) haruslah melalui berbagai pemahaman
yaitu:
1. Sains sebagai institusi diartikan sebagai suatu kelembagaan
imajiner, kelembagaan dari bidang profesi tertentu seperti: bidang
profesi hukum, bidang kesehatan, bidang pendidikan dan
sebagainya.
2. Sains sebagai suatu metode yaitu sebagai suatu proses yang masih
terus berkembang/berubah. Metode sains terdiri dari sejumlah
kegiatan baik mental maupun manual, termasuk observasi,
eksperimen, klarifikasi, pengukuran, dan sebagainya.
16
3. Sains
sebagai
merupakan
kumpulan
kumpulan
pengetahuan:Pengetahuan
kebenaran
yang
tidak
mutlak
sains
dan
jumlahnyapun selalu berkembang karena kebenarannya dapat
diperiksa setiap saat oleh orang lain ataupun diulang observasinya.
4. Sains sebagai faktor pengembang produksi.
5. Sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi
kepercayaan dan sikap.
6. Pengertian sains ternyata mengalami perkembangan dari zaman ke
zaman. Pda mulanya sauns merupakan pengetahuan biasa, lambat
laun pengertiannya berubah menjadi pengetahuan yang rasional
lepas dari takhayul, dan kepercayaan seperti pada zaman Yunani,
kemudian berkembang lagi menjadi pengetahuan yang didapat dari
metode ilmiah.
7. Namun metode ilmiah itupun nampaknya berkembang pila
pengertiannya. Pada mulanya dikatakan ilmiah asalkan yang masuk
akal (rasional) dan sesuai dengan obyeknya. Namun kemudian
persyaratannya bertambah yaitu syarat kuantitatif bahkan pada
zaman sekarang persyaratan itu ditambah lagi yaitu haruslah bersifat
pragmatis.
2. Nilai-nilai Sains
Sains mempunyai banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sains adalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai sosial dari sains terdiri dari nilai etika dan estetika, nilai
moral humaniora, nilai ekonomi.
2. Nilai-nilai pedagogik/psikologis dari sains terdiri dari sikap mencintai
kebenaran, sikap tidak purbasangka, menyadari kebenaran ilmu
tidak mutlak, keyakinan bahwa tatanan alam bersifat teratu, bersifat
toleran terhadap orang lain, bersikap ulet, sikap teliti dan hati-hati,
sikap ingin tahu, sikap optimis.
17
2.2.2 Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
Pada setiap tahap pengajaran ilmu pengetahuan alam, sudah mempunyai
gambaran hasil-hasil yang diharapkan. Mengembangkan tujuan pendidikan
yang mencakup pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
dengan tingakat kematangan anak. Sementara itu dalam pengembangan
materi ilmu pengetahuan alam diharapkan materi tersebut berfungsi dalam
mencapai tujuan.Materi tersebut diurutkan secara logis dan sistematis.
Demikian pula dalam melaksanakan pengajaran IPA diharapkan pelaksanaan
tersebut mencapai hasil yang cukup memuaskan. Sejumlah harapan yang
dirumuskan perlu diperiksa apakah harapan sudah terwujud atau belum dalam
setiapm tahap. Untuk keperluan itu diperlukan kegiatan penilaian. Penilaian itu
dimaksudkan untuk memeriksa kesesuaian antara apa yang diharapkan dan
apa yang tercapai. Hasil tersebut dapat dipeergunakan untuk memperbaiki
dalam mendekatkan tujuan yang diinginkan terutama dalam materi IPA.
Jadi mengajar dapat diartikan menanamkan pengetahuan, menyampaikan
pengetahuan dan kegiatan mengorganisasi (mengatur) lingkungan untuk
menyampaikan sebuah ilmu atau keterampilan
2.3 Prestasi Belajar
2.3.1
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah,
1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah
(1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan
keuletan kerja.
Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat
perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama
yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa
prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,
18
yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik
secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata
yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti
yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada
baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan
terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna
kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami
lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini
akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para
ahli.
Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari
pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas,
dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut
Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran.
Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa
prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa
perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan
diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
2.3.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)
19
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu
dibahas menurut Slameto (1995 : 54) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi
dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Faktor kesehatan
Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses
belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat
lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika
keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada
gangguan kelainan alat inderanya.
2. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat
ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah
tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 2003 : 55).
b. Faktor psikologis
Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat,
motivasi, kematangan, kesiapan.
c. Intelegensi
Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi
atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan
cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat.
d. Perhatian
Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa
perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun
bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau
sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka
20
siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu
sesuai dengan hobi dan bakatnya.
e. Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa bakat
adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi
pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih.
Kemudian menurut Muhibbin (2003 : 136) bahwa bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
f.
Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996 :
214) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih
secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap
aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat
memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan
demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat
mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar
siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat
terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguhsungguh karena ada daya tarik baginya.
g. Motivasi
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali
hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan
tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang
menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai
daya penggerak atau pendorongnya.
21
h. Kematangan
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa kematangan adalah
sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana
alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu
organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam
diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan
fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya
dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil
jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses
belajar mengajar.
i.
Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh
Slameto (2003 : 59) adalah preparedes to respon or react, artinya
kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari
pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam
proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar
siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak
positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam
menerima suatu mata pelajaran dengan baik
j.
Faktor kelelahan
Ada
beberapa
faktor
kelelahan
yang
dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan
jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam
tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu.
Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena
memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan
22
sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan
perhatian (Slameto 1995:59)
Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat
mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam
belajarnya seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan
kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti memikirkan masalah
yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa
tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua besar sekali
pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Agar siswa
selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan psikis
2. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor
sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 1995 : 60).
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan
dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga,
pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang
kebudayaan dan suasana rumah.
b. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya
terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo
dalam Slameto (2003 : 60) mengemukakan bahwa keluarga
adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga
yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil,
tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar
yaitu pendidikan bangsa dan negara. Dari pendapat di atas dapat
dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam
23
pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya
c. Relasi antar anggota keluarga
Menurut Slameto (2003 : 60) bahwa yang penting dalam
keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga
relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain
turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah
apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau
sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
d. Keadaan keluarga
Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa
keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat
menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga,
pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang
tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas
kehidupan. Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan
keluarga dapa mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga
faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada anak untuk
dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya
sehingga proses belajar yang dicapai oleh anak itu dapat
dipengaruhi oleh orang tua yang tidak berpendidikan atau kurang
ilmu pengetahuannya
e. Pengertian orang tua
Menurut Slameto (2003 : 64) bahwa anak belajar perlu
dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar
jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang
anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi
pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi
kesulitan yang dialaminya.
24
f.
Keadaan ekonomi keluarga
Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi
keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang
sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya
makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
g. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar (Roestiyah, 1989: 156).
Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaankebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang
optimal
h. Suasana rumah
Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar,
hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003 : 63) yang
mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan situasi atau
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak
berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan
semwarut tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak
untuk belajar. Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar
terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan
sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang
lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar
rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.
i.
Faktor sekolah
Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat
pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid,
disiplin sekolah, dan media pendidikan, yaitu :
25
a) Guru dan cara mengajar
Menurut Purwanto (2004 : 104) faktor guru dan cara
mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap
dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang
dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan
pengetahuan
itu
kepada
anak-anak
didiknya
turut
menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (2006 :
39) mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada
disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong anak didik melakukan proses belajar.
Dalam
kegiatan
belajar,
guru
berperan
sebagai
pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru
harus berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi,
agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan
demikian cara mengajar guru harus efektif dan dimengerti
oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, tehnik
ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan
kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan
disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan
kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar
b) Model pembelajaran
Model atau metode pembelajaran sangat penting dan
berpengaruh sekali terhadap prestasi belajar siswa,
terutama pada pelajaran matematika. Dalam hal ini model
atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak
hanya terpaku pada satu model pembelajaran saja, akan
tetapi harus bervariasi yang disesuaikan dengan konsep
yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa,
terutama pada guru matematika. Dimana guru matematika
26
harus bisa menilih dan menentukan metode pembelajaran
yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Adapun
model-model
pembelajaran
itu,
misalnya
:
model
pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, realistik
matematika problem solving dan lain sebagainya.
c) Alat-alat pelajaran
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat
belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam
meningkatkan
prestasi
belajar
siswa,
misalnya
perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya. Menurut
Purwanto (2004 : 105) menjelaskan bahwa sekolah yang
cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan
untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari
guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alatalat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar
anak.
d) Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan
bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran itu. Menurut Slameto
(2003 : 63) bahwa kurikulum yang tidak baik akan
berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun
prestasi belajar siswa
e) Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang,
sore
bahkan
malam
hari.
Waktu
sekolah
mempengaruhi belajar siswa (Slameto, 2003 : 68).
juga
27
f) Interaksi guru dan murid
Menurut Roestiyah (1989 : 151) bahwa guru yang kurang
berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan
proses belajar mengajar itu kurang lancar. Oleh karena itu,
siswa merasa jenuh dari guru, maka segan berpartisipasi
secara aktif di dalam belajar.
g) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan
siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar (Slameto, 2003
: 67). Kedisiplinan sekolah ini misalnya mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata
tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam
pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau keteraturan
kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.
h) Media pendidikan
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang
masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu
lancarnya belaajr anak dalam jumlah yang besar pula
(Roestiyah, 1989 : 152). Media pendidikan ini misalnya
seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media
lainnya yang dapat mendukung tercapainya prestasi belajar
dengan baik.
j.
Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa
antara lain teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara
hidup di lingkungan keluarganya. Factor tersebut adalah :
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut Slameto (2003 : 70) mengatakan bahwa
kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil
bagian dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak
28
misalnya berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan
lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak
bijaksana dalam mengatur waktunya.
2. Teman Bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik
mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan
sampai
mendapatkan
teman
bergaul
yang
buruk
perangainya. Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh
terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa
mereka bergaul. Menurut Slameto (2003 : 73) agar siswa
dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh
baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman
bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat
buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki
teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan
yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik
harus bijaksana.
3. Cara Hidup Lingkungan
Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak
tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak
(Roestiyah, 1989 : 155). Hal ini misalnya anak tinggal di
lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak
tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.
2.3 Kerangka Pikir
Penelifian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan cara melakukan sejumlah
tindakan yang terangkum dalam siklus I dan siklus II untuk merubah kondisi awal
yang berupa hasil belajar siswa yang rendah menjadi lebih meningkat. Dengan
menggunakan metode kerja kelompok diharapkan akan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa tentang lingkungan sehat dan tidak sehat kondisi awal
keakhir siklus I dan berlanjut sampai pada kondisi akhir siklus II
29
2.3.1
KondisiAwal
Pada kondisi awal diketahul Peneliti belum menggunakan metode kerja
kelompok dalam proses mengajar. Pemahaman siswa pada lingkungan
sehat dan tidak sehat masih kurang hal ini terlihat pada hasil nilai harian
(pra siklus) yang masih rendah (terlampir).
2.3.2
Tindakan
Melihat hasil siswa yang masih rendah tersebut, Penetiti mencoba
melakukan tindakan untuk dapat meningkatkannya. Upaya peningkatan
meningkatkan prestasi belajar siswa tentang lingkungan sehat dan tidak
sehat dilakukan dengan menggunakan metode kerja kelompok.
Penggunaan metode tersebut dilakukan dalam dua siklus. Penggunaan
metode penugasan dan latihan pada siklus I berbeda dengan siklus II.
Pada siklus
I, kegiatan belajar mengajar menggunakan metode
penugasan dan latihan secara kelompok. Pada siklus II, kegiatan belajar
mengajar menggunakan metode secara kelompok berpasangan yang
terdiri dan 2 orang per kelompok. Diakhir kegiatan diadakan tes tertulis.
Tiap siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual.
2.3.3
Kondisi Akhir
Dengan peningkatan kualitas dan kuantitas penggunaan metode
penugasan dan latihan bervaniasi dan siklus I ke siklus II diduga akan
teradi peningkatan meningkatkan prestasi belajar siswa tentang
lingkungan sehat dan tidak sehat. Peningkatan secara kualitas
penggunaan
metode
kerja
kelompok
artinya
pembinaan
dan
pembimbingan terhadap siswa ditingkatkan. Pada siklus I percobaan
dilaksanakan secara kelompok dan lembar kerja dikerakan secara
kelompok sedangkan pada siklus ke II dikerjakan secara berpasangan.
Alur cerita dari kondisi awal. Tindakan yang dilakukan oleh
peneliti dalam siklus I dan siklus II sampai dengan bagaimana dugaan
hasil belajar yang dicapai pada kondisi akhir dapat dilihat dalam gambar
berikut :
30
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Kondisi Awal
Peneliti belum
menggunakan metode
kerja kelompok
Peneliti menggunakan
metode kerja kelompok
Tindakan
Diduga dengan metode kerja
kelompok akan
meningkatkan hasil belajar
siswa tentang lingkungan
sehat dan tidak sehat pada
pelajaran IPA
Kondisi Akhir
Hasil belajar siswa
rendah
Siklus I
Eksperimen/percobaan
secara kelompok
Siklus I I
Eksperimen/percobaan
secara perorangan
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam gambar 1 ,
hipotesis dalam penelitian ini adalah “Metode kerja kelompok dapat
meningkatkan hsil belajar siswa pada pelajaran IPA tentang lingkungan sehat
dan tidak sehat pada siswa kelas I SDN Jambean 03 Kecamatan Margorejo
Kabupaten Pati.
Download