4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 METODE KERJA KELOMPOK 2.1.1 Pengertian kerja Kelompok Modjiono (199/1992) : 61) mengemukakan metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitikberatpan kepada aianteraksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersamasama. Robert L. Cilstrap (dalam Roestiyah N.K (1998 : 15) menyatakan bahwa akerja kelompok merupakan suatu kegiatan kelompok siswa yang baiasanya berjumlah kecil untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas. Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok - kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu. Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai bermacam - macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam keIas. Penggunaan metode kerja kelompok : a. Pengelompokan untuk mengatasi kekurangan alat-alat pelajaran : Dalam sebuah kelas, guru akan mengajarkan Sejarah Mesir kuno; Ia tidak mempunyai bahan bacaan yang cukup untuk tiap siswa. Maka untuk memberi kesempatan yang sebesar - besarnya kepada siswa, kelas dibagi atas beberapa kelompok. Tiap kelompok diberi sebuah buku untuk dibaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan guru. 4 5 b. Pengelompokan atas dasar perbedaan kemampuan belajar : Di suatu kelas, guru dihadapkan pada persoalan bagai mana melaksanakan tugas sebaik-baiknya terhadap kelas yang sifatnya heterogen, yakin berbeda-beda dalam kemampuan belajar. Pada waktu pelajaran matematika, Ia menemukan bahwa ada lima orang siswa tidak sanggup memecahkan soal seperti teman - teman lainnya. Guru menyadari bahwa ia tidak mungkin rnengajar kelas dengan menyamaratakan seluruh siswa, karena ada perbedaan dalam kesanggupan belajar. Maka ia membagi para siswa dalam beberapa kelompok dengan anggota yang mempunyai kemampuan setaraf kemudian diberi tugas sesuai dengan kemampuan mereka. Sekali-kali ia meninjau secara bergilir untuk melihat kelompok mana yang membutuhkan pertolongan atau perhatian sepenuhnya. c. Pengelompokan atas dasar perbedaan minat belajar : Pada suatu saat para siswa perlu mendapat kesempatan untuk memilih suatu pokok bahasan yang sesuai dengan minatnya. Untuk keperluan ini guru memberikan suatu pokok bahasan yang terdiri dari beberapa sub - pokok bahasan. Siswa yang berminat sama dapat berkumpul pada suatu kelompok untuk mempelajari sub - pokok bahasan yang dimaksud. d. Pengelompokan untuk memperbesar partisipasi tiap siswa : Di suatu kelas, guru sedang mengajarkan kesusastraan. Ia memilih suatu masalah tentang lahirnya sastra baru. Dikemukakanlah masalah - masalah khusus, satu diantaranya ialah mengapa ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran kebangsaanlah yang menjadi perbedaan hakiki antara kesusastraan Melayu dengan kesusastraan Indonesia. Guru tidak mempunyai waktu yang berlebihan, akan tetapi ia mengingjnkan setiap siswa berpartisipasi secara penuh. Untuk setiap masalah diperlukan pendapat atau diskusi. Maka dipecahkan kesatuan kelas itu menjadi kelompok - 6 kelompok yang lebih kecil dengan tugas membahas permasalahan tersebut dalam waktu yang sangat terbatas. Selesai pembahasan kelompok, setiap kelompok rnengemukakan pendapat yang dianggap pendapat kelompok tersebut. Cara mengajar ini dimaksudkan untuk merangsang tiap siswa agar ikut serta dalam setiap masalab secara intensif. Tak ada seorangpun diantara mereka yang merasa mendapat tugas lebih berat dari pada yang lain. Pengelompokkan sementara dan pendek semacam ini disebut juga rapat kilat. e. Pengelompokan untuk pembagian pekerjaan : Pengelompokkan ini didasarkan pada luasnya masalah, serta membutuhkan waktu untuk mem peroleh berbagal informasi yang dapat menunjang pemecahan persoalan. Untuk keperluan ini pokok persoalan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok ( tiap kelompok menyelesaikan satu aspek persoalan ). Siswa harus mengumpulkan data, baik dari lingkungan sekitar maupun melalui bahan kepustakaan. Oleh karena itu proyek ini tidak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat seperti halnya rapat kilat, melainkan kemungkinan membutuhkan waktu beberapa minggu. Jadi pengelompokkan disini bertujuan membagi pekerjaan yang mempunyai cakupan agak luas. Kerja kelonipok ini membutuhkan waktu yang panjang. f. Pengelompokan untuk belajar bekerja sama secara efisien menuju ke suatu tujuan : Langkah pertama adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang harus dikerjakan siswa, kemudian membagi siswa menurut jenis dan sifat tugas, mengawasi jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan kemajuan kelompok. Di sini jelas walaupun siswa bekerja dalam kelompok masing-masing dan melaksanakan bagiannya sendirisendiri, namun mereka harus memusatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai, dan menjaga agar jangan sampai keluar dan 7 persoalan pokok. Lain halnya dengan pengelompokkan untuk pembagian pekerjaan seperti tersebut di atas, tugas kelompok di sini tidak penlu diselesaikan dalam jangka waktu panjang, guru dapat memilih persoalan yang dapat didiskusikan di kelas 2.1.2 Kelebihan dan kelemahan kerja kelompok : a. Kelebihan : 1. Dapat memupuk rasa kenjasama. 2. Suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan. 3. Adanya persaingan yang sebat. b. Kelemahan : 1. Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain. 2. Bila kecakapan tiap anggota tidak seimbang, akan rnenghambat kelancaran tugas, atau didominasi oleh Roestiyah N.K (1998 : 17 menyebutkan berapa keuntungan dan kelemahan metode kerja kelompok. Keuntungannya ialah : 1. Dapat memberikan kesempatan para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah 2. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah. 3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampailan berdiskusi. 4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar. 5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi. 6. Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk megembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai 8 pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Sedangkan kelemahannya ialah : 1. Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang. 2. strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula 3. Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri. 2.1.3 Jenis-jenis Kerja Kelompok Ada beberapa faktor yang sangat berperan dalam menentukan efektifitas suatu metode mengajar, diantaranya adalah faktor guru, faktor siswa, dan faktor situasi atau lingkungan tempat berlangsungnya belajar. Metode kerja kelompok adalah suatu format belajar mengajar yang menitikberatkan pada terjadinya interaksi antara anggota yang satu dengan anggota yang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersamasama. Penerapan kerja kelompok menurut Mudjiono (1992) bertujuan : 1. memupuk kemauan dan kemampuan kerja sama diantara peserta didik, 2. meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektual para peserta didik dalam proses belajar mengajar yang disediakannya 3. meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar mengajar secara seimbang. Bentuk-bentuk kerja kelompok yang bisa dilaksanakan ialah : (a) kerja kelompok berjangka pendek, (b) kerja kelompok berjangka panjang, (c) kerja kelompok campuran. Yang sesuai dengan metode kerja kelompok yang akan diterapkan ialah metode kerja kelompok campuran yang mana siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa. 9 Secara singkat metode kerja kelompok pada dasarnya memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode kerja kelompok salah satunya adalah dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. Bagi guru kelebihannya yaitu dapat memungkinkan untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajar. Sedangkan kelemahannya yaitu strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dengan gaya yang berbeda-beda pula. Dalam menerapkan metode kerja kelompok seorang guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam mengelompokkan tugas-tugas yang hendak diselesaikan oleh siswa. Nana Sudjana (2002:82) mengemukakan bahwa kelompok dibuat berdasarkan a) perbedaan individual dalam kemampuan belajar, b) perbedaan minat belajar, c) pengelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan, d) pengelompokkan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa, e) pengelompokkan secara random atau dilotre, f) pengelompokkan atas dasar jenis kelamin. Adapun pengelompokkan itu didasarkan pada : a) Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya Agar penggunaan alat peraga dapat dimanfaatkan adan dipergunakan dengan sebaik-baiknya maka siswa perlu dijadikan kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil itu dibagi berdasarkan jumah fasilitas yang tersedia. b) Pengelompokan berdasarkan kemampuan belajar Pengelompokkan ini juga diperlukan terutama pada waktu guru menghadapi komposisi keanggotaan kelompok yang sangat heterogen kecakapannya. Cara pengelompokkan ini akan menghasilkan kelompok yang homogen kecakapannya atau kelompok yang heterogen kecakapannya. 10 c) Pengelompokkan berdasarkan minat individu Pengelompokkan ini perlu diperhatikan mengingat bahwa setiap individu siswa memiliki minat yang bisa jadi berbeda satu sama lain, sehingga memungkinkan dibentuknya kelompokkelompok tersebut untuk dapat adikembagkan minat-minat tersebut. d) Memperbesar partisipasi siswa Dalam hal ini partisipasi siswa dalam memecahkan masalah kelompok sangat dibutuhkan sekali, maka dari itu setiap kelompok diberi tugas yang sama sehingga dimungkinkan dengan pembagian tugas ini akan memperbesar partispasi siswa untuk melaksanakan dan memecahkannya secara bersama-sama. Selain pemberian tugas yang sama pada setiap kelompok kecil (3-4 orang sehingga dapat dipastikan siswa akan terlibat dalam melaksanakan kerja kelompok. e) Pemberian tugas atau pekerjaan Pengelompokkan dilaksanakan karena adanya tugas atau pekerjaan yang akan adiselesaikan oleh siswa. Setiap kelompok harus bertangguang jawab terhadap tugasnya masing-masing. Namun demikian guru harus dapat amemilih tugas yang sesuai dengan kemamuan dan kebutuhan siswa. f) Kerja efektif Kerja merupakan hal yang utama dalam menjawab tugas-tugas yang hendak diselesaikan. Setiap siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan kelompoknya, ia harus dapat menyeimbangkan pikiran atau pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama dapat dicapai tujuan yang sama pula. Dari uraian di atas peneliti menentukan kelompok berdasarkan partisipasi siswa agar siswa dapat memecahkan masalah bersama-sama dengan anggota kelompoknya dan peneliti juga menjadikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang dengan jumlah 3-4 orang agar 11 siswa terlibat aktif dalam memecahkan masalahnya. Kerja kelompok dibagi menjadi 3 macam yaitu : a) Kerja kelompok berjangka pendek Kerja kelompok berjangka pendek bisanya disebut dengan rapat kilat karena hanya mengambil waktu + 15 menit, dengan bertujuan untuk memecahkan persoalan yang sifatnya khusus yang terdapat pada suatu masalah. b) Kerja kelompok berjangka panjang Kerja kelompok jangka panjang adalah pekerjaan yang memakan waktu yang cukup panjang danlama misalnya 2 hari, satu minggu, satu bulan atau bahkan lebih tergantung pada luas dan banyakanya pekerjaan yang harus diselesaikan siswa. Apabila kelompok siswa yang satu sudah menyelesaikan tugasnya, maka kelompok siswa itu dapat membantu kelompok yang lain berdasarkan dengan minat siswa tersebut. Kerja kelompok jangka panjang ini dapat dilaksanakan dengan tujuan : 1) Membahas masalah yang benar-benar ada dalam masyarakat. Seperti masalah koperasi, lingkungan sehat, pembuangan sampah, dan lain sebagainya. 2) Memotivasi siswa ke arah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat, misalnya : penerapan tentang makanan sehat, kegiatan posyandu, dan lain sebagainya. 3) Dengan melaksanakan kerja kelompok memberi pengalaman kepada siswa untuk mengenal kepemimpinan/leadership, seperti : membuat rencana sebelum melakukan sesuatu pekerjaan, membagi pekejaan, memecahkan masalah secara bersama-sama. 4) Dengan bekerja sama siswa dapat mengumpulkan bahanbahan informasia atau data lebih banyak tentang berbagai jensi aspek suatu masalah di dalam waktu relatif singkat. 12 c) Kerja kelompok campuran Kerja kelompok campuran dibagi menjadi kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa. Dalam kelompok ini siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaanya sesuai dengan kemampuan masing-masing kelompok. Agar kerja kerja kelompok ini dapat mencapai sasaran, guru harus memperhatikan hal-hal yaitu menyediakan tugas atau kegiatan belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar setiap kelompok, kemudian setiap tugas disusun sehingga setiap kelompok dapat megerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain atau guru. Bentuk kerja kelompok yang diambil oleh peneliti adalah kerja kelompok berjangka pendek karena waktu yang diambil untuk melakukan kerja kelompok itu hanya 90 menit dan persoalan yang hendak dipecahkan hanya bersifat khusus mengenai pokok bahasan tertentu. d) Prosedur Pemakaian Kerja Kelompok Raka Joni dan Unen (Moedjiono, 1991/1992:64) mengajukan sejumlah rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar dan menerapkan metode kerja kelompok yaitu : 1. Pesan terpenting dari metode kerja kelompok adalah pemecahan masalah melalui proses kelompok. 2. Penyeragaman kemampuan kelompok diusahakan semaksimal mungkin. Hal ini dapat dilaksanakan dan pengelompokkan secara acak atau pun pengelompokkan secara diatur. 3. Sasaran penilaian dalam kerja kelompok adalah aspek produk kelompok serta peningkatan kemampuan kelompok dalam menangani tugas-tugas kelompok. 4. Terdapat tiga ciri penting kegiatan kerja kelompok yakni : a. Adanya pembagian tugas b. Adanya kerjasama 13 c. Pemberian perhatian seimbang terhadap prduktivitas dana kekompakan kelompok 5. Terdapat tiga tahapan pelaksanaan kerja kelompok yakni : a. Tahapan penjajagan b. Tahapan pemahaman c. Tahapan penunaian tugas 6. Baik guru maupun siswa dituntut kesediannya dalam belajar tentang bagaimana kerja kelompok 7. Adanya masalah yang potensial baik bersumber dari anggota maupun berasal dari proses kelompok itu sendiri. Moedjiono (1991/1992:66) mengemukakan prosedur pemakaian metode kerja kelompok sebagai berikut : 1. Pemilihan topik atau tugas kerja kelompok Pemilihan topik merupakan langkah awal pemakaian metode kerja kelompok dapat dilaksanakan oleh guru dengan jalan : a. Memilih dan menetapkan sendiri b. Memilih dan menetapkan bersama dengan siswa 2. Pembentukan kelompok sesuai tujuan Tahap ini merupakan kewajiban guru untuk membagi kelas menjadi kelompok-kelompok sesuai tujuan yang ingin dicapai melalui kerja kelompok. 3. Pembagian topik atau tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok Tahap ini meminta kepada guru untuk memberitahukan topik atau tugas untuk tiap-tiap kelompok, dimana topik atau tugas yang diberitahukan harus jelas bagi kelompok agar kerja kelompok berjalan dengan lancar. 4. Proses kerja kelompok Pada tahap ini setiap kelompok melaksanakan : a. Penjajagan terhadap tugas atau topic yang diberikan oleh guru 14 b. Pemahaman terhadap tugas atau topic kelompok c. Penyelesaian tugas 5. Pelaporan hasil kerja kelompok Setelah siswa menyelesaikan tugasnya, maka mereka berkewajiban untuk melaporkan hasil kerja mereka. Laporan ini dapat dilakukan secara tertulis atau pun lisan. 6. Penilaian pemakaian kerja kelompok Guru perlu melakukan penilaian untuk menentukan keberhasilan pemakaian metode kerja kelompok. Menurut Roestiyah N.K (1998 : 19 – 20) menyebutkan bahwa ada 6 langkah agar kerja kelompok dapat berhasil yaitu : 1. Menjelaskan tugas kepada siswa 2. Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok 3. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok 4. Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut 5. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran/pertanyaan 6. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok. Keenam langkah di atas pelu diterapkan oleh peneliti agar siswa dalam melakukan kerja kelompok yang dilakukan pada saat penelitian dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan yaitu siswa dapat memecahkan masalah dengan baik. Selanjutnya Nana Sudjana (2002 : 83) mengemukakan tentang petunjuk pelakanaan bekerja dalam kelompok untuk mencapai hasil yang baik yaitu : a) Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota 15 b) Pemecahan masalah dapat dipandang, sebagai satu unit dipecahkan bersama-sama atau masalah dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing secara individual, hal ini bergantung kepada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan. c) Persaingan yang sehat antar kelompok bisanya mendorong anak untuk belajar d) Situasi yang menyenangkan antara anggota banyak menentukan berhasil tidaknya kerja kelompok. 2.2 Hakekat Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 2.2.1 Hakekat Sains 1. Pengertian Sains: Sains adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah (hakekat Sains h.1).Sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia (Nash 1963 dalam buku hakekat Sains h.2).Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah suatu cara atau metode untuk dapatkan pengetahuan dengan mengamati sesuatu yang ada di dunia ini dan pengetahuan yang diperoleh tersebut dapat diuji kembali kebenarannya melalui metode ilmiah. Untuk memahami sains (menurut Bernal dalam hakekat sains h.3) haruslah melalui berbagai pemahaman yaitu: 1. Sains sebagai institusi diartikan sebagai suatu kelembagaan imajiner, kelembagaan dari bidang profesi tertentu seperti: bidang profesi hukum, bidang kesehatan, bidang pendidikan dan sebagainya. 2. Sains sebagai suatu metode yaitu sebagai suatu proses yang masih terus berkembang/berubah. Metode sains terdiri dari sejumlah kegiatan baik mental maupun manual, termasuk observasi, eksperimen, klarifikasi, pengukuran, dan sebagainya. 16 3. Sains sebagai merupakan kumpulan kumpulan pengetahuan:Pengetahuan kebenaran yang tidak mutlak sains dan jumlahnyapun selalu berkembang karena kebenarannya dapat diperiksa setiap saat oleh orang lain ataupun diulang observasinya. 4. Sains sebagai faktor pengembang produksi. 5. Sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan dan sikap. 6. Pengertian sains ternyata mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Pda mulanya sauns merupakan pengetahuan biasa, lambat laun pengertiannya berubah menjadi pengetahuan yang rasional lepas dari takhayul, dan kepercayaan seperti pada zaman Yunani, kemudian berkembang lagi menjadi pengetahuan yang didapat dari metode ilmiah. 7. Namun metode ilmiah itupun nampaknya berkembang pila pengertiannya. Pada mulanya dikatakan ilmiah asalkan yang masuk akal (rasional) dan sesuai dengan obyeknya. Namun kemudian persyaratannya bertambah yaitu syarat kuantitatif bahkan pada zaman sekarang persyaratan itu ditambah lagi yaitu haruslah bersifat pragmatis. 2. Nilai-nilai Sains Sains mempunyai banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam sains adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai sosial dari sains terdiri dari nilai etika dan estetika, nilai moral humaniora, nilai ekonomi. 2. Nilai-nilai pedagogik/psikologis dari sains terdiri dari sikap mencintai kebenaran, sikap tidak purbasangka, menyadari kebenaran ilmu tidak mutlak, keyakinan bahwa tatanan alam bersifat teratu, bersifat toleran terhadap orang lain, bersikap ulet, sikap teliti dan hati-hati, sikap ingin tahu, sikap optimis. 17 2.2.2 Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pada setiap tahap pengajaran ilmu pengetahuan alam, sudah mempunyai gambaran hasil-hasil yang diharapkan. Mengembangkan tujuan pendidikan yang mencakup pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tingakat kematangan anak. Sementara itu dalam pengembangan materi ilmu pengetahuan alam diharapkan materi tersebut berfungsi dalam mencapai tujuan.Materi tersebut diurutkan secara logis dan sistematis. Demikian pula dalam melaksanakan pengajaran IPA diharapkan pelaksanaan tersebut mencapai hasil yang cukup memuaskan. Sejumlah harapan yang dirumuskan perlu diperiksa apakah harapan sudah terwujud atau belum dalam setiapm tahap. Untuk keperluan itu diperlukan kegiatan penilaian. Penilaian itu dimaksudkan untuk memeriksa kesesuaian antara apa yang diharapkan dan apa yang tercapai. Hasil tersebut dapat dipeergunakan untuk memperbaiki dalam mendekatkan tujuan yang diinginkan terutama dalam materi IPA. Jadi mengajar dapat diartikan menanamkan pengetahuan, menyampaikan pengetahuan dan kegiatan mengorganisasi (mengatur) lingkungan untuk menyampaikan sebuah ilmu atau keterampilan 2.3 Prestasi Belajar 2.3.1 Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, 18 yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar menurut para ahli. Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan. 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 1. Faktor dari dalam diri siswa (intern) 19 Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas menurut Slameto (1995 : 54) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan. a. Faktor Jasmani Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Faktor kesehatan Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya. 2. Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 2003 : 55). b. Faktor psikologis Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan. c. Intelegensi Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. d. Perhatian Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka 20 siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya. e. Bakat Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003 : 136) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. f. Minat Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996 : 214) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguhsungguh karena ada daya tarik baginya. g. Motivasi Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. 21 h. Kematangan Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru. Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar. i. Kesiapan Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh Slameto (2003 : 59) adalah preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik j. Faktor kelelahan Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan 22 sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian (Slameto 1995:59) Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan psikis 2. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern) Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 1995 : 60). a. Faktor keluarga Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah. b. Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto (2003 : 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara. Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam 23 pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya c. Relasi antar anggota keluarga Menurut Slameto (2003 : 60) bahwa yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya. d. Keadaan keluarga Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan. Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya e. Pengertian orang tua Menurut Slameto (2003 : 64) bahwa anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya. 24 f. Keadaan ekonomi keluarga Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya. g. Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar (Roestiyah, 1989: 156). Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaankebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal h. Suasana rumah Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003 : 63) yang mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar. Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah. i. Faktor sekolah Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan, yaitu : 25 a) Guru dan cara mengajar Menurut Purwanto (2004 : 104) faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (2006 : 39) mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar b) Model pembelajaran Model atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh sekali terhadap prestasi belajar siswa, terutama pada pelajaran matematika. Dalam hal ini model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa, terutama pada guru matematika. Dimana guru matematika 26 harus bisa menilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran itu, misalnya : model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, realistik matematika problem solving dan lain sebagainya. c) Alat-alat pelajaran Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya. Menurut Purwanto (2004 : 105) menjelaskan bahwa sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alatalat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak. d) Kurikulum Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa e) Waktu sekolah Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah mempengaruhi belajar siswa (Slameto, 2003 : 68). juga 27 f) Interaksi guru dan murid Menurut Roestiyah (1989 : 151) bahwa guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Oleh karena itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif di dalam belajar. g) Disiplin sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar (Slameto, 2003 : 67). Kedisiplinan sekolah ini misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain. h) Media pendidikan Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belaajr anak dalam jumlah yang besar pula (Roestiyah, 1989 : 152). Media pendidikan ini misalnya seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya prestasi belajar dengan baik. j. Faktor Lingkungan Masyarakat Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya. Factor tersebut adalah : 1. Kegiatan siswa dalam masyarakat Menurut Slameto (2003 : 70) mengatakan bahwa kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak 28 misalnya berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. 2. Teman Bergaul Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Menurut Slameto (2003 : 73) agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana. 3. Cara Hidup Lingkungan Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak (Roestiyah, 1989 : 155). Hal ini misalnya anak tinggal di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh. 2.3 Kerangka Pikir Penelifian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan cara melakukan sejumlah tindakan yang terangkum dalam siklus I dan siklus II untuk merubah kondisi awal yang berupa hasil belajar siswa yang rendah menjadi lebih meningkat. Dengan menggunakan metode kerja kelompok diharapkan akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa tentang lingkungan sehat dan tidak sehat kondisi awal keakhir siklus I dan berlanjut sampai pada kondisi akhir siklus II 29 2.3.1 KondisiAwal Pada kondisi awal diketahul Peneliti belum menggunakan metode kerja kelompok dalam proses mengajar. Pemahaman siswa pada lingkungan sehat dan tidak sehat masih kurang hal ini terlihat pada hasil nilai harian (pra siklus) yang masih rendah (terlampir). 2.3.2 Tindakan Melihat hasil siswa yang masih rendah tersebut, Penetiti mencoba melakukan tindakan untuk dapat meningkatkannya. Upaya peningkatan meningkatkan prestasi belajar siswa tentang lingkungan sehat dan tidak sehat dilakukan dengan menggunakan metode kerja kelompok. Penggunaan metode tersebut dilakukan dalam dua siklus. Penggunaan metode penugasan dan latihan pada siklus I berbeda dengan siklus II. Pada siklus I, kegiatan belajar mengajar menggunakan metode penugasan dan latihan secara kelompok. Pada siklus II, kegiatan belajar mengajar menggunakan metode secara kelompok berpasangan yang terdiri dan 2 orang per kelompok. Diakhir kegiatan diadakan tes tertulis. Tiap siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual. 2.3.3 Kondisi Akhir Dengan peningkatan kualitas dan kuantitas penggunaan metode penugasan dan latihan bervaniasi dan siklus I ke siklus II diduga akan teradi peningkatan meningkatkan prestasi belajar siswa tentang lingkungan sehat dan tidak sehat. Peningkatan secara kualitas penggunaan metode kerja kelompok artinya pembinaan dan pembimbingan terhadap siswa ditingkatkan. Pada siklus I percobaan dilaksanakan secara kelompok dan lembar kerja dikerakan secara kelompok sedangkan pada siklus ke II dikerjakan secara berpasangan. Alur cerita dari kondisi awal. Tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam siklus I dan siklus II sampai dengan bagaimana dugaan hasil belajar yang dicapai pada kondisi akhir dapat dilihat dalam gambar berikut : 30 Gambar 2.1 Kerangka Pikir Kondisi Awal Peneliti belum menggunakan metode kerja kelompok Peneliti menggunakan metode kerja kelompok Tindakan Diduga dengan metode kerja kelompok akan meningkatkan hasil belajar siswa tentang lingkungan sehat dan tidak sehat pada pelajaran IPA Kondisi Akhir Hasil belajar siswa rendah Siklus I Eksperimen/percobaan secara kelompok Siklus I I Eksperimen/percobaan secara perorangan 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam gambar 1 , hipotesis dalam penelitian ini adalah “Metode kerja kelompok dapat meningkatkan hsil belajar siswa pada pelajaran IPA tentang lingkungan sehat dan tidak sehat pada siswa kelas I SDN Jambean 03 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati.