HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

advertisement
57
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian dan pembahasan berikut ini akan dijelaskan reaksi pasar
terhadap pengumuman brand value serta seberapa besar pengaruh brand value
dalam mempengaruhi harga saham.
Pembahasan reaksi pasar diukur dengan ada tidaknya abnormal return yang
terjadi di sekitar tanggal pengumuman brand value oleh majalah SWA diawali
dengan gambaran umum sampel, hasil pengukuran abnormal return serta
pembahasan hasil pengukuran abnormal return. Pembahasan pengaruh brand value
terhadap harga saham akan dibahas mulai dari analisa statistik deskriptif dan
dilanjutkan dengan uji hipotesa dengan analisa regresi.
5.1. Analisa Pengaruh Pengumuman Brand Value terhadap Respon Pasar
Analisa pengaruh brand value terhadap respon pasar ini menggunakan
analisa kemunculan abnormal return disekitar pengumuman brand value yang
dilakukan oleh majalah SWA.
5.1.1. Deskripsi Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam analisa ini adalah perusahaan yang masuk
dalam TOP 100 Most Valuable Brand dan terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek
Indonesia. Namun sampel yang digunakan dalam analisa ini sebanyak 64
perusahaan. Adapun jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
58
Tabel 5.1. Jumlah Sampel yang Memenuhi Kriteria
Kriteria
Jumlah
Masuk daftar Top 100 Most Valuable Brand dan terdaftar di BEI
82
Tersedia laporan keuangan pada periode pengamatan
81
Masuk dalam daftar Top 100 Most Valuable Brand pada tahun
80
2013 dan 2014
Tidak sedang mengalami kejadian lain pada periode pengamatan
64
pada tahun 2013 dan/atau tahun 2014
Sumber: Hasil pengolahan data mentah
Dari 64 sampel yang digunakan tersebut, perusahan sampel yang
dikelompokkan berdasarkan sektor di BEI adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2. Jumlah Perusahaan Sampel Berdasarkan Sektor
No
SEKTOR
Pertanian
Pertambangan
Industri Dasar dan Kimia
Aneka Industri
Industri Barang Konsumsi
Property dan Real Estate
Infrastruktur, Utilitas dan
Transportasi
Keuangan
8
Perdagangan, Jasa dan Investasi
9
TOTAL
Sumber: Hasil pengolahan data mentah
1
2
3
4
5
6
7
JML
PERUSAHAAN
3
8
4
3
7
3
7
18
11
64
Pada Tabel 5.2 di atas, ternyata sektor keuangan merupakan jumlah
terbanyak yaitu 18 emiten kemudian diikuti dengan sektor perdagangan, jasa dan
investasi sebanyak 11 emiten. Hal ini antara lain karena peraturan di sektor
keuangan cukup ketat sehingga laporan keuangan dan informasi lainnya lebih
59
mudah didapatkan di samping jumlah yang terdaftar sebagai emiten di BEI cukup
banyak.Selain itu dalam majalah SWA Online menurut Samir Dixit, Direktur Brand
Finance, menyatakan sektor yang sudah peduli terhadap brand adalah perbankan
dan industri telekomunikasi. Sedangkan sektor perdagangan, jasa dan investasi
cukup banyak yang masuk karena tanpa mereka sadari, mereka telah memelihara
brand untuk bersaing di pasar.
5.1.2. Analisis Hasil Uji Statistik Reaksi Pasar
Dari hasil perhitungan abnormal return dan pengujian t-statistik untuk
masing-masing hari pada periode pengamatan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Abnormal Return pada Periode Pengamatan
T
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Average AR
Cumulative AR
-0.0010151
-0.0010151
0.0011426
0.0001275
0.0021557
0.0022832
0.0018822
0.0041654
-0.0040880
0.0000775
-0.0016249
-0.0015474
0.0028386
0.0012912
-0.0009830
0.0003083
-0.0004266
-0.0001184
0.0060628
0.0059444
0.0001824
0.0061268
Keterangan:
* = signifikan pada level 5%
t-Statistic (2-tailed)
-0.7440
0.6964
1.1090
0.7771
-2.2328 *
-0.8444
1.1837
-0.4407
-0.2285
2.0528 *
0.1015
Dari Tabel 5.3 di atas, didapatkan data bahwa abnormal return terjadi
signifikan pada H-1 dengan nilai abnormal return negative dan terjadi setelah H+4
dengan nilai abnormal return positif.
Abnormal return pada H-1 yang bernilai negatif dan signifikan dengan ratarata penurunan abnormal return sebesar -0,41% tersebut menunjukkan bahwa
60
investor menilai pengumuman brand value sebagai berita buruk sehingga
memberikan reaksi negatif. Sedangkan setelah hari pengumuman brand value
didapatkan abnormal return benilai positif dan signifikan pada level 5% terjadi
pada H+4 yaitu kenaikan sebesar 0,61%. Adanya abnormal return di H+4
menunjukkan bahwa investor setelah melakukan kajian menilai bahwa
pengumuman brand value ini adalah berita bagus. Waktu yang diperlukan investor
untuk melakukan kajian cukup lama sehingga abnormal return baru terjadi pada
H+4.
Respon pasar yang cukup lama ini menunjukkan bahwa pasar di Indonesia
tidak memenuhi kriteria efisien setengah kuat dalam merespon pengumuman brand
value. Ada beberapa kemungkinan yang menjadikan pengumuman brand value
tidak menunjukkan respon abnormal return yang cepat. Kemungkinankemungkinan tersebut antara lain:
a. Pasar masih ragu-ragu dengan pengumuman brand value tersebut, hal ini karena
ketika riset penelitian ini dilakukan baru dilakukan 2 kali pengumuman brand
value yaitu tahun 2013 dan 2014.
b. Investor ragu terhadap kejujuran hasil riset Brand Finance, hal ini terlihat dari
adanya beberapa perusahaan yang mendapat peringkat di Top 100 Most
Valuable Brand namun harga saham perusahaan tersebut di bursa memiliki
harga minimum (Rp. 50.00).
Oleh karena pengumuman brand value tidak ditanggapi secara cepat dan
signifikan pada H0 (sesaat setelah pengumuman), dengan demikian kesimpulan
dari penelitian ini adalah hipotesis H1 ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dutordoir et al. (2014) dimana dari hasil penelitiannya
61
didapatkan reaksi positif dan signifikan pada hari pengumuman brand value.
5.2. Hasil Uji Pengaruh Brand Value terhadap Harga Saham
Hasil uji pengaruh brand value terhadap harga saham menggunakan data
panel akan diuraikan mulai dari analisis statistik deskriptif dan penentuan
pendekatan estimasi.
5.2.1. Analisis Statistik Deskriptif dan Variabel Operasional
Statistik deskriptif ini digunakan untuk melihat gambaran umum dari data
yang digunakan. Tabel berikut ini menunjukkan statistik dari variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 5.4. Tabel Statistik Deskriptif
Mean
Median
Maximum
Minimum
Observations
Cross sections
LN_MVPS
7.663424
7.661458
10.32548
3.988984
128
64
LN_BRAND_PS
4.707768
4.777629
11.13482
1.148327
128
64
LN_ASET_PS
8.231398
8.324395
11.55618
5.437826
128
64
Sumber : Hasil output data panel aplikasi Eviews
Variabel operasional Brand_PS dan Aset_PS menggunakan transformasi ln
(logaritma natural) untuk keperluan penyesuaian besaran variabel sehingga
distribusi data mendekati distribusi normal. Selain itu, dengan konversi ln maka
angka yang didapat tidak terlalu besar (orde milyar).
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 64 perusahaan yang
terdaftar di BEI dengan periode pengamatan 2 tahun. Dengan demikian jumlah
obserbvasi keseluruhan berjumlah 128.
Variabel ln_MVPS merupakan transformasi dari market value per share
62
(harga saham) memiliki nilai rata-rata 7,663 dengan median 7,661. Dengan
demikian nilai rata-rata hampir sama dengan nilai tengah data yang berarti data
sebagian besar terkumpul pada angka di sekitar rata-rata dengan rentang dari 3,989
sampai dengan 10,325. Nilai terendah merupakan nilai transformasi harga saham
perusahaan dengan kode emiten FREN pada tahun 2013. FREN memiliki harga
saham terendah diantara emiten lainnya yaitu Rp.54 karena tidak diminati oleh
investor. Investor menilai kinerja FREN kurang baik terbukti dengan membukukan
kerugian yang cukup besar yaitu sebesar Rp.2,5 Triliun pada akhir tahun 2013.
FREN merupakan perusahaan telekomunikasi pemilik brand SMART ini, gencar
melakukan promosi dengan melakukan bundle layanan dengan handset dan dijual
dengan harga murah. Selain itu, FREN menggunakan teknologi berbasis CDMA
(Code Division Multiple Access) dimana saat ini tidak begitu berkembang
dibandingkan dengan GSM (Global System for Mobiles), sehingga mengancam
keberlanjutan bisnis yang dijalankan oleh FREN. Sedangkan nilai tertinggi
merupakan transformasi nilai harga saham perusahaan dengan kode emiten MYOR
pada tahun 2014 dengan harga saham sebesar Rp.30.500. MYOR sebagai
perusahaan dengan brand Mayora memiliki bidang usaha disektor barang konsumsi
sehingga barang produksinya akan selalu dicari oleh masyarakat. Walaupun
persaingan di sektor ini sangat ketat, namun Mayora berhasil membangun brand
yang akan selalu diingat oleh pasar. Dalam melakukan promosinya produknya,
Mayora selalu menanamkan di benak masyarakat dengan kalimat “satu lagi dari
Mayora”. Hal ini yang mengakibatkan brand Mayora lebih dikenal dibandingkan
dengan brand perusahaan konsumsi lainnya seperti Unilever yang tidak masuk
dalam daftar Top 100 Most Valuable Brand.
63
Variabel ln_brand_ps merupakan transformasi dari brand value per share
memiliki nilai rata-rata 4,708 dengan median 4,778. Dengan demikian nilai ratarata hampir sama dengan nilai tengah data yang berarti data sebagian besar
terkumpul pada angka di sekitar rata-rata dengan rentang dari 1,148 sampai dengan
11,135. Nilai terendah merupakan nilai transformasi brand value per share dengan
kode emiten ENRG pada tahun 2014. ENRG menduduki nilai ln_brand_ps
terendah karena nilai brand hasil survey brand finance menjadi kecil jika dibagi
rata kepada investor. Sedangkan nilai tertinggi untuk emiten MLBI pada tahun
2014, hal ini selain nilai brand yang sudah cukup tinggi namun jumlah saham
beredar MLBI sangat kecil sehingga nilai aset brand bagi setiap investor menjadi
besar.
Variabel ln_aset_ps merupakan transformasi dari total asset per share
memiliki nilai rata-rata 8,231 dengan median 8,324. Dengan demikian nilai ratarata hampir sama dengan nilai tengah data yang berarti data sebagian besar
terkumpul pada angka di sekitar rata-rata dengan rentang dari 5,438 sampai dengan
11,556. Nilai terendah dimiliki oleh emiten dengan kode FREN tahun 2014 yang
berarti besar total aset setiap investor paling kecil. Nilai terbesar dimiliki oleh
emiten dengan kode MLBI pada tahun 2014 karena besarnya saham beredar paling
kecil diantara emiten yang menjadi obyek penelitian sehingga nilai aset per saham
yang dimiliki investor menjadi besar.
Dengan dilakukan transformasi data maka model yang digunakan adalah
sebagai berikut:
𝑙𝑛_𝑀𝑉𝑃𝑆𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽1 𝑙𝑛_𝐵𝑟𝑎𝑛𝑑_𝑃𝑆𝑖𝑡 + 𝛽2 𝑙𝑛_𝐴𝑠𝑒𝑡_𝑃𝑆𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 ............... (5.1)
Dengan konversi ln didapatkan bahwa variabel ln_MVPS dan ln_Aset_PS
64
terdistribusi normal, sedangkan variabel Brand_PS masih belum terdistribusi
normal namun jika dilihat dari histogram sudah mendekati normal dibandingkan
dengan sebelum dilakukan transformasi.
5.2.2. Analisis Hasil Uji Model Regresi
Analisis uji model regresi ini menggunakan pendekatan estimasi data panel
karena data yang diperoleh terdiri dari cross-section dan time-series. Oleh karena
itu, dalam analisis ini akan dibahas penentuan model regresi data panel yang
digunakan, uji asumsi klasik untuk model estimasi data panel serta analisis hasil uji
hipotesis yaitu uji determinasi, pengujian hipotesis berganda dan pengujian
hipotesis individual.
Pembahasan berikut ini untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah
disampaikan di Bab 3 dan untuk mengambil kesimpulan penelitian.
5.2.2.1. Penentuan Model Estimasi Data Panel
Dalam uji panel terdapat tiga model pendekatan yang dapat digunakan yaitu
common effect model (CEM), fixed effect model (FEM) dan random effect model
(REM). Ketiga pendekatan model tersebut dilakukan dan dibandingkan sehingga
didapatkan model yang terbaik.
Tabel 5.5 menampilkan rekap koefisien estimasi regresi data panel statis
dengan model persamaan 5.1. Rekap hasil tersebut terdiri dari pengujian CEM,
FEM dan REM yang dihasilkan dengan menggunakan bantuan software Eviews 8.
Selain itu ditampilkan juga hasil pengujian pendukung lainnya seperti Chow F-Test,
Uji LM untuk menentukan weighting pada FEM dan uji Hausman untuk
menentukan model terbaik antara FEM dan REM.
65
Tabel 5.5. Hasil Pengujian Brand Value per Share dan Aset per Share
terhadap Market Value per Share (Harga Saham)
Koefisien
Konstanta (α)
Ln_Brand_PS
Ln_Aset_PS
𝑹𝟐
Adjusted 𝑹𝟐
F Statistik
CEM
2.70690 ***
(0.0001)
0.39964 ***
(0.0000)
0.37358 ***
(0.0002)
FEM
7.12304 **
(0.0148)
-0.22381
(0.2135)
0.19365
(0.5610)
REM
2.64148 ***
(0.0025)
0.25965 ***
(0.0039)
0.46160 ***
(0.0002)
0.48368
0.47542
0.98894
0.97734
0.27602
0.26444
58.54991 ***
(0.0000)
85.2744 ***
(0.0000)
23.8286 ***
(0.0000)
Chow F-Test
Uji LM (uji
heterokedastisitas)
Hausman Test
44.95023 ***
(0.0000)
63.01972
(0.4756)
10.06240 ***
(0.0065)
Sumber: rangkuman hasil keluaran Eviews
Keterangan:
- angka dalam kurung merupakan probabilitas (p-value)
- tanda * menunjukkan signifikan pada level 10%, ** signifikan pada 5%
dan *** signifikan pada 1%.
5.2.2.1.1. Hasil Pengujian Estimasi CEM
Pendekatan CEM dengan menggunakan metoda estimasi Pooled Least
Square dipilih jika diasumsikan tidak adanya perbedaan karakteristik market value
per share (harga saham) per perusahaan selama waktu observasi. Dengan demikian,
hasil estimasi yang didapatkan adalah konstanta tunggal dan koefisien yang sama
untuk masing-masing variabel bebas dan berlaku untuk semua perusahaan.
Dari hasil estimasi yang didapat pada Tabel 5.5 di atas koefisien untuk
konstanta dan variabel bebas ln_Brand_PS dan ln_Aset_ps secara statistik
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dengan derajat keyakinan di atas
66
99% (α = 1%). Demikian pula dengan nilai adjusted 𝑅 2 cukup besar serta F-statistik
signifikan.
5.2.2.1.2. Hasil Pengujian Estimasi FEM
Pemodelan dengan pendekatan FEM dengan menggunakan metode estimasi
Panel Least Square dengan menggunakan variabel dummy untuk memberikan efek
tetap pada masing-masing perusahaan. Sehubungan dengan asumsi masing-masing
perusahaan memiliki karakteristik yang spesifik maka dipilih efek tetap yang
bersifat cross-section.
Dari hasil pemodelan FEM, diperoleh hasil tampak pada Tabel 5.5 di atas.
Dari hasil tersebut diperoleh bahwa konstanta α berpengaruh signifikan pada level
5% sedangkan variabel brand_ps dan aset_ps tidak berpengaruh signifikan.
Sementara itu diperoleh nilai 𝑅 2 yang sangat tinggi yaitu 98,89% dan nilai adjusted
𝑅 2 yang tidak jauh berbeda yaitu 97,73%. Nilai 𝑅 2 dan adjusted 𝑅 2 yang tidak
berbeda jauh berarti komponen variabel bebas berkontribusi dalam menjelaskan
model. Besarnya nilai 𝑅 2 dan adjusted 𝑅 2 yang sangat tinggi ini disebabkan oleh
efek dari penambahan variabel dummy yang digunakan untuk memberikan efek
tetap pada cross-section.
Untuk menentukan penggunaan pilihan weight pada FEM maka dilakukan
uji LM (Lagrange Multiplier) untuk menentukan pemilihan estimator struktur
heterokedastisitas atau homokedastisitas. Hasil penghitungan uji LM didapat nilai
sebesar 63,0197 dengan probabilitas sebesar 47,56% (tidak signifikan terhadap chisquare tabel pada derajat 5%) sehingga estimator lebih baik menggunakan struktur
homokedastik yaitu tidak menggunakan pembobotan (no-weighting). Selanjutnya
uji LR tidak diperlukan lagi karena estimator menggunakan struktur homokedastik.
67
Untuk menentukan model yang lebih baik antara model CEM dan FEM
maka dilakukan Chow F-test yang sudah disediakan oleh aplikasi Eviews. Hasil
yang didapat adalah sebesar 44,9502 dengan probabilitas 0,0000 dimana signifikan
pada level 1% sehingga ditentukan bahwa model FEM lebih baik dari pada model
CEM.
Namun demikian, meskipun koefisien yang didapatkan konstanta α
signifikan pada level 5%, sedangkan koefisien brand value menunjukkan tanda
negatif yang tidak sesuai dengan teori yaitu semakin tinggi brand value maka akan
berpengaruh positif terhadap harga saham. Demikian pula dengan variabel aset
tidak berpengaruh secara signifikan. Dengan demikian perlu dilakukan pengujian
data panel dengan pendekatan estimasi REM.
5.2.2.1.3. Hasil Pengujian Estimasi REM
Langkah berikutnya adalah menguji apakah penggunaan variabel dummy
akan bersifat inefisien sehingga pemodelan efek secara random menjadi lebih baik.
Dari hasil pemodelan secara random (REM) didapat nilai 𝑅 2 dan nilai adjusted 𝑅 2
sangat kecil, yang berarti masih banyak variabel lain yang menjelaskan atau
memengaruhi harga saham. Sedangkan nilai F-statistik sebesar 23,83% dan
probabilitas F-statistik 0,0000 signifikan pada level 1%. Dari dua parameter ini
terihat bahwa model sudah baik. Semua koefisien variabel bebas signifikan dan
sesuai dengan teori yang dipelajari yaitu bertanda positif.
Untuk mengetahui model yang terbaik antara FEM dan REM maka
dilakukan uji Hausman dan didapatkan hasil sebesar 10,0624 dengan probabilitas
sebesar 0,65%. Nilai ini lebih kecil dari 5% sehingga menunjukkan bahwa variabel
dummy bersifat efisien sehingga secara teori model yang lebih baik adalah FEM.
68
5.2.2.1.4. Penentuan Hasil Pengujian Model
Berdasarkan ketiga hasil pengujian di atas, didapatkan hasil bahwa model
CEM ditolak karena harga saham masing-masing individu memiliki karakteristik
yang berbeda untuk masing-masing individu. Oleh karena pemilihan model CEM
ditolak, sehingga pilihan model jatuh pada pilihan individual effect (FEM atau
REM).
Dari hasil pengujian di Tabel 5.5 di atas, maka antara model FEM dan REM
jika dibandingkan maka hasil pengujian REM menunjukkan hasil yang lebih baik
meskipun uji Hausman menunjukkan signifikan pada level 5%. Hal ini terlihat dari
jumlah variabel bebas model REM lebih banyak yang signifikan dibandingkan
model FEM serta tanda koefisien masing-masing variable menunjukkan nilai yang
sesuai dengan teori. Berdasarkan analisis tersebut maka model yang dipilih adalah
model REM dimana metode regresi yang digunakan adalah EGLS (Estimated
Generalized Least Square) atau FGLS (Feasible Generalized Least Square).
5.2.2.2. Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis disini meliputi hasil uji determinasi, uji hipotesis
berganda dan uji hipotesis individual. Uji hipotesis ini menggunakan model
estimasi yang telah dipilih di atas yaitu random effect model (REM).
Hasil uji determinasi diperoleh bahwa 𝑅 2 maupun adjusted 𝑅 2 masih sangat
kecil dimana kemampuan variabel bebas dari model yang dipilih tersebut yaitu
ln_brand_ps dan ln_aset_ps hanya dapat menjelaskan variabel terikat kecil,
sedangkan sebagian besar dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam
model. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor yang memengaruhi harga saham
cukup banyak, namun karena fokus penelitian ini pada pengaruh brand value
69
sebagai aset intangible maka diambil satu variabel kontrol sebagai pembanding.
Hasil uji ini tidak jauh berbeda dari hasil uji pada penelitian sebelumnya bahwa 𝑅 2
yang didapat juga kecil yaitu 9,18% (Kirk et al., 2012).
Hasil uji hipotesis berganda atau F-statistik diperoleh nilai sebesar 23,8286
dengan probabilitas sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari nilai α yang digunakan
yaitu 5%. Hal ini berarti bahwa secara kolektif variabel bebas yang ada pada model
regresi memberikan dampak penjelas yang signifikan pada variabel terikat.
Hasil uji hipotesis individual lebih difokuskan pada variabel ln_brand_ps
karena variabel bebas lainnya yaitu ln_aset_ps merupakan variabel kontrol untuk
membandingkan dampak dari ln_brand_ps terhadap variabel terikat yaitu ln_mvps.
Dari hasil yang diperoleh di Tabel 5.5 di atas, diperoleh koefisien ln_brand_ps
sebesar 0,2597 dengan probabilitas t-statistik sebesar 0,39%. Probabilitas ini lebih
kecil dari nilai α sebesar 5%, hal ini berarti bahwa ln_brand_ps berpengaruh positif
dan signifikan terhadap harga saham. Demikian pula dengan kedua variabel kontrol
tersebut yaitu ln_aset_ps berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Namun apabila dibandingkan antara aset intangible (brand value) dengan aset
tangible (total aset) maka koefisien total aset lebih besar dan lebih signifikan
dibandingkan dengan brand value.
5.2.3. Analisis Hasil Uji Pengaruh Brand Value terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil pengujian statistik di atas maka pengaruh brand value
terhadap harga saham dapat dituliskan dengan persamaan model sebagai berikut:
𝑙𝑛_𝑀𝑉𝑃𝑆𝑖𝑡 = 2,64148 + 0,25965 𝑙𝑛_𝐵𝑟𝑎𝑛𝑑_𝑃𝑆𝑖𝑡 +
0,46160 𝑙𝑛_𝐴𝑠𝑒𝑡_𝑃𝑆𝑖𝑡 .......................................................................... (5.2)
Dari persamaan 5.2 di atas, konstanta α bernilai positif dan signifikan yang
70
berarti ketika ln_Brand_PS dan ln_Aset_PS bernilai 0 maka nilai ln_MVPS sebesar
2,64148. Dengan demikian MVPS atau harga saham benilai rata-rata 13,89 yang
berarti market value perusahaan yang masuk dalam Top 100 Most Valuable Brand
tanpa adanya brand value dan total asset sudah bernilai 13,89 kali lebih tinggi dari
nilai bukunya. Dengan demikian dengan adanya brand value dan total asset
semakin memperkuat market value perusahaan tersebut.
Koefisien ln_Brand_PS bernilai 0,25965 dan signifikan pada 1%. Hal ini
berarti setiap peningkatan 10% Brand per Share akan mengakibatkan perubahan
MVPS atau harga saham sebesar 2,60%. Koefisien ln_Aset_PS bernilai 0,46160 dan
signifikan pada 1%. Hal ini berarti setiap peningkatan 10% Aset per Share akan
mengakibatkan perubahan MVPS atau harga saham sebesar 4,61%. Dengan
demikian, pada saat ini melipatkan total asset akan menaikkan market value lebih
besar dibandingkan dengan menaikkan brand value perusahaan tersebut.
Dari hasil analisis di atas, maka hipotesis H2 yaitu brand value secara
individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham diterima. Hasil
pengujian ini hanya sebagian yang benar yaitu brand value berpengaruh positif dan
signifikan. Namun dengan nilai koefisien brand value yang lebih kecil dari total
aset, hal ini menunjukkan bahwa brand value sebagai aset intangible masih kurang
berpengaruh terhadap harga saham dibandingkan aset tangible (total aset). Dengan
diterimanya hipotesis H2 maka penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Kirk et al. (2012) serta Eryigit dan Eryigit (2014).
Pengujian terhadap hipotesis H3 yaitu diduga bahwa secara bersama-sama,
brand value memiliki pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan variabel kontrol
ukuran perusahaan (asset per share) dalam memengaruhi harga saham ditolak. Hal
71
ini terbukti dari probabilitas brand value tidak lebih signifikan yaitu 0,39%
dibandingkan probabilitas ukuran perusahaan (total aset) masing-masing yaitu
0,02%. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Kirk et al. (2012) maupun
Eryigit dan Eryigit (2014) dimana menurut hasil penelitian mereka, koefisien brand
value lebih besar dari koefisien book value (sebagai tangible aset) dan signifikan.
Dengan nilai koefisien brand value lebih kecil dibandingkan dengan total
aset, maka hal ini menunjukkan harga saham perusahaan di Indonesia lebih
dipengaruhi oleh total aset yang tangible dibandingkan oleh brand value yang
intangible. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan
global dimana brand value sebagai intangible aset lebih di nilai dari pada tangible
aset (book value). Hasil penelitian ini masih sejalan dengan artikel di majalah SWA
bahwa perusahaan di Indonesia masih mementingkan tangible asset dibandingkan
intangible asset.
Download