57 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian dan pembahasan berikut ini akan dijelaskan reaksi pasar terhadap pengumuman brand value serta seberapa besar pengaruh brand value dalam mempengaruhi harga saham. Pembahasan reaksi pasar diukur dengan ada tidaknya abnormal return yang terjadi di sekitar tanggal pengumuman brand value oleh majalah SWA diawali dengan gambaran umum sampel, hasil pengukuran abnormal return serta pembahasan hasil pengukuran abnormal return. Pembahasan pengaruh brand value terhadap harga saham akan dibahas mulai dari analisa statistik deskriptif dan dilanjutkan dengan uji hipotesa dengan analisa regresi. 5.1. Analisa Pengaruh Pengumuman Brand Value terhadap Respon Pasar Analisa pengaruh brand value terhadap respon pasar ini menggunakan analisa kemunculan abnormal return disekitar pengumuman brand value yang dilakukan oleh majalah SWA. 5.1.1. Deskripsi Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam analisa ini adalah perusahaan yang masuk dalam TOP 100 Most Valuable Brand dan terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia. Namun sampel yang digunakan dalam analisa ini sebanyak 64 perusahaan. Adapun jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut: 58 Tabel 5.1. Jumlah Sampel yang Memenuhi Kriteria Kriteria Jumlah Masuk daftar Top 100 Most Valuable Brand dan terdaftar di BEI 82 Tersedia laporan keuangan pada periode pengamatan 81 Masuk dalam daftar Top 100 Most Valuable Brand pada tahun 80 2013 dan 2014 Tidak sedang mengalami kejadian lain pada periode pengamatan 64 pada tahun 2013 dan/atau tahun 2014 Sumber: Hasil pengolahan data mentah Dari 64 sampel yang digunakan tersebut, perusahan sampel yang dikelompokkan berdasarkan sektor di BEI adalah sebagai berikut: Tabel 5.2. Jumlah Perusahaan Sampel Berdasarkan Sektor No SEKTOR Pertanian Pertambangan Industri Dasar dan Kimia Aneka Industri Industri Barang Konsumsi Property dan Real Estate Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Keuangan 8 Perdagangan, Jasa dan Investasi 9 TOTAL Sumber: Hasil pengolahan data mentah 1 2 3 4 5 6 7 JML PERUSAHAAN 3 8 4 3 7 3 7 18 11 64 Pada Tabel 5.2 di atas, ternyata sektor keuangan merupakan jumlah terbanyak yaitu 18 emiten kemudian diikuti dengan sektor perdagangan, jasa dan investasi sebanyak 11 emiten. Hal ini antara lain karena peraturan di sektor keuangan cukup ketat sehingga laporan keuangan dan informasi lainnya lebih 59 mudah didapatkan di samping jumlah yang terdaftar sebagai emiten di BEI cukup banyak.Selain itu dalam majalah SWA Online menurut Samir Dixit, Direktur Brand Finance, menyatakan sektor yang sudah peduli terhadap brand adalah perbankan dan industri telekomunikasi. Sedangkan sektor perdagangan, jasa dan investasi cukup banyak yang masuk karena tanpa mereka sadari, mereka telah memelihara brand untuk bersaing di pasar. 5.1.2. Analisis Hasil Uji Statistik Reaksi Pasar Dari hasil perhitungan abnormal return dan pengujian t-statistik untuk masing-masing hari pada periode pengamatan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Abnormal Return pada Periode Pengamatan T -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 Average AR Cumulative AR -0.0010151 -0.0010151 0.0011426 0.0001275 0.0021557 0.0022832 0.0018822 0.0041654 -0.0040880 0.0000775 -0.0016249 -0.0015474 0.0028386 0.0012912 -0.0009830 0.0003083 -0.0004266 -0.0001184 0.0060628 0.0059444 0.0001824 0.0061268 Keterangan: * = signifikan pada level 5% t-Statistic (2-tailed) -0.7440 0.6964 1.1090 0.7771 -2.2328 * -0.8444 1.1837 -0.4407 -0.2285 2.0528 * 0.1015 Dari Tabel 5.3 di atas, didapatkan data bahwa abnormal return terjadi signifikan pada H-1 dengan nilai abnormal return negative dan terjadi setelah H+4 dengan nilai abnormal return positif. Abnormal return pada H-1 yang bernilai negatif dan signifikan dengan ratarata penurunan abnormal return sebesar -0,41% tersebut menunjukkan bahwa 60 investor menilai pengumuman brand value sebagai berita buruk sehingga memberikan reaksi negatif. Sedangkan setelah hari pengumuman brand value didapatkan abnormal return benilai positif dan signifikan pada level 5% terjadi pada H+4 yaitu kenaikan sebesar 0,61%. Adanya abnormal return di H+4 menunjukkan bahwa investor setelah melakukan kajian menilai bahwa pengumuman brand value ini adalah berita bagus. Waktu yang diperlukan investor untuk melakukan kajian cukup lama sehingga abnormal return baru terjadi pada H+4. Respon pasar yang cukup lama ini menunjukkan bahwa pasar di Indonesia tidak memenuhi kriteria efisien setengah kuat dalam merespon pengumuman brand value. Ada beberapa kemungkinan yang menjadikan pengumuman brand value tidak menunjukkan respon abnormal return yang cepat. Kemungkinankemungkinan tersebut antara lain: a. Pasar masih ragu-ragu dengan pengumuman brand value tersebut, hal ini karena ketika riset penelitian ini dilakukan baru dilakukan 2 kali pengumuman brand value yaitu tahun 2013 dan 2014. b. Investor ragu terhadap kejujuran hasil riset Brand Finance, hal ini terlihat dari adanya beberapa perusahaan yang mendapat peringkat di Top 100 Most Valuable Brand namun harga saham perusahaan tersebut di bursa memiliki harga minimum (Rp. 50.00). Oleh karena pengumuman brand value tidak ditanggapi secara cepat dan signifikan pada H0 (sesaat setelah pengumuman), dengan demikian kesimpulan dari penelitian ini adalah hipotesis H1 ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dutordoir et al. (2014) dimana dari hasil penelitiannya 61 didapatkan reaksi positif dan signifikan pada hari pengumuman brand value. 5.2. Hasil Uji Pengaruh Brand Value terhadap Harga Saham Hasil uji pengaruh brand value terhadap harga saham menggunakan data panel akan diuraikan mulai dari analisis statistik deskriptif dan penentuan pendekatan estimasi. 5.2.1. Analisis Statistik Deskriptif dan Variabel Operasional Statistik deskriptif ini digunakan untuk melihat gambaran umum dari data yang digunakan. Tabel berikut ini menunjukkan statistik dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 5.4. Tabel Statistik Deskriptif Mean Median Maximum Minimum Observations Cross sections LN_MVPS 7.663424 7.661458 10.32548 3.988984 128 64 LN_BRAND_PS 4.707768 4.777629 11.13482 1.148327 128 64 LN_ASET_PS 8.231398 8.324395 11.55618 5.437826 128 64 Sumber : Hasil output data panel aplikasi Eviews Variabel operasional Brand_PS dan Aset_PS menggunakan transformasi ln (logaritma natural) untuk keperluan penyesuaian besaran variabel sehingga distribusi data mendekati distribusi normal. Selain itu, dengan konversi ln maka angka yang didapat tidak terlalu besar (orde milyar). Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 64 perusahaan yang terdaftar di BEI dengan periode pengamatan 2 tahun. Dengan demikian jumlah obserbvasi keseluruhan berjumlah 128. Variabel ln_MVPS merupakan transformasi dari market value per share 62 (harga saham) memiliki nilai rata-rata 7,663 dengan median 7,661. Dengan demikian nilai rata-rata hampir sama dengan nilai tengah data yang berarti data sebagian besar terkumpul pada angka di sekitar rata-rata dengan rentang dari 3,989 sampai dengan 10,325. Nilai terendah merupakan nilai transformasi harga saham perusahaan dengan kode emiten FREN pada tahun 2013. FREN memiliki harga saham terendah diantara emiten lainnya yaitu Rp.54 karena tidak diminati oleh investor. Investor menilai kinerja FREN kurang baik terbukti dengan membukukan kerugian yang cukup besar yaitu sebesar Rp.2,5 Triliun pada akhir tahun 2013. FREN merupakan perusahaan telekomunikasi pemilik brand SMART ini, gencar melakukan promosi dengan melakukan bundle layanan dengan handset dan dijual dengan harga murah. Selain itu, FREN menggunakan teknologi berbasis CDMA (Code Division Multiple Access) dimana saat ini tidak begitu berkembang dibandingkan dengan GSM (Global System for Mobiles), sehingga mengancam keberlanjutan bisnis yang dijalankan oleh FREN. Sedangkan nilai tertinggi merupakan transformasi nilai harga saham perusahaan dengan kode emiten MYOR pada tahun 2014 dengan harga saham sebesar Rp.30.500. MYOR sebagai perusahaan dengan brand Mayora memiliki bidang usaha disektor barang konsumsi sehingga barang produksinya akan selalu dicari oleh masyarakat. Walaupun persaingan di sektor ini sangat ketat, namun Mayora berhasil membangun brand yang akan selalu diingat oleh pasar. Dalam melakukan promosinya produknya, Mayora selalu menanamkan di benak masyarakat dengan kalimat “satu lagi dari Mayora”. Hal ini yang mengakibatkan brand Mayora lebih dikenal dibandingkan dengan brand perusahaan konsumsi lainnya seperti Unilever yang tidak masuk dalam daftar Top 100 Most Valuable Brand. 63 Variabel ln_brand_ps merupakan transformasi dari brand value per share memiliki nilai rata-rata 4,708 dengan median 4,778. Dengan demikian nilai ratarata hampir sama dengan nilai tengah data yang berarti data sebagian besar terkumpul pada angka di sekitar rata-rata dengan rentang dari 1,148 sampai dengan 11,135. Nilai terendah merupakan nilai transformasi brand value per share dengan kode emiten ENRG pada tahun 2014. ENRG menduduki nilai ln_brand_ps terendah karena nilai brand hasil survey brand finance menjadi kecil jika dibagi rata kepada investor. Sedangkan nilai tertinggi untuk emiten MLBI pada tahun 2014, hal ini selain nilai brand yang sudah cukup tinggi namun jumlah saham beredar MLBI sangat kecil sehingga nilai aset brand bagi setiap investor menjadi besar. Variabel ln_aset_ps merupakan transformasi dari total asset per share memiliki nilai rata-rata 8,231 dengan median 8,324. Dengan demikian nilai ratarata hampir sama dengan nilai tengah data yang berarti data sebagian besar terkumpul pada angka di sekitar rata-rata dengan rentang dari 5,438 sampai dengan 11,556. Nilai terendah dimiliki oleh emiten dengan kode FREN tahun 2014 yang berarti besar total aset setiap investor paling kecil. Nilai terbesar dimiliki oleh emiten dengan kode MLBI pada tahun 2014 karena besarnya saham beredar paling kecil diantara emiten yang menjadi obyek penelitian sehingga nilai aset per saham yang dimiliki investor menjadi besar. Dengan dilakukan transformasi data maka model yang digunakan adalah sebagai berikut: 𝑙𝑛_𝑀𝑉𝑃𝑆𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽1 𝑙𝑛_𝐵𝑟𝑎𝑛𝑑_𝑃𝑆𝑖𝑡 + 𝛽2 𝑙𝑛_𝐴𝑠𝑒𝑡_𝑃𝑆𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 ............... (5.1) Dengan konversi ln didapatkan bahwa variabel ln_MVPS dan ln_Aset_PS 64 terdistribusi normal, sedangkan variabel Brand_PS masih belum terdistribusi normal namun jika dilihat dari histogram sudah mendekati normal dibandingkan dengan sebelum dilakukan transformasi. 5.2.2. Analisis Hasil Uji Model Regresi Analisis uji model regresi ini menggunakan pendekatan estimasi data panel karena data yang diperoleh terdiri dari cross-section dan time-series. Oleh karena itu, dalam analisis ini akan dibahas penentuan model regresi data panel yang digunakan, uji asumsi klasik untuk model estimasi data panel serta analisis hasil uji hipotesis yaitu uji determinasi, pengujian hipotesis berganda dan pengujian hipotesis individual. Pembahasan berikut ini untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah disampaikan di Bab 3 dan untuk mengambil kesimpulan penelitian. 5.2.2.1. Penentuan Model Estimasi Data Panel Dalam uji panel terdapat tiga model pendekatan yang dapat digunakan yaitu common effect model (CEM), fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM). Ketiga pendekatan model tersebut dilakukan dan dibandingkan sehingga didapatkan model yang terbaik. Tabel 5.5 menampilkan rekap koefisien estimasi regresi data panel statis dengan model persamaan 5.1. Rekap hasil tersebut terdiri dari pengujian CEM, FEM dan REM yang dihasilkan dengan menggunakan bantuan software Eviews 8. Selain itu ditampilkan juga hasil pengujian pendukung lainnya seperti Chow F-Test, Uji LM untuk menentukan weighting pada FEM dan uji Hausman untuk menentukan model terbaik antara FEM dan REM. 65 Tabel 5.5. Hasil Pengujian Brand Value per Share dan Aset per Share terhadap Market Value per Share (Harga Saham) Koefisien Konstanta (α) Ln_Brand_PS Ln_Aset_PS 𝑹𝟐 Adjusted 𝑹𝟐 F Statistik CEM 2.70690 *** (0.0001) 0.39964 *** (0.0000) 0.37358 *** (0.0002) FEM 7.12304 ** (0.0148) -0.22381 (0.2135) 0.19365 (0.5610) REM 2.64148 *** (0.0025) 0.25965 *** (0.0039) 0.46160 *** (0.0002) 0.48368 0.47542 0.98894 0.97734 0.27602 0.26444 58.54991 *** (0.0000) 85.2744 *** (0.0000) 23.8286 *** (0.0000) Chow F-Test Uji LM (uji heterokedastisitas) Hausman Test 44.95023 *** (0.0000) 63.01972 (0.4756) 10.06240 *** (0.0065) Sumber: rangkuman hasil keluaran Eviews Keterangan: - angka dalam kurung merupakan probabilitas (p-value) - tanda * menunjukkan signifikan pada level 10%, ** signifikan pada 5% dan *** signifikan pada 1%. 5.2.2.1.1. Hasil Pengujian Estimasi CEM Pendekatan CEM dengan menggunakan metoda estimasi Pooled Least Square dipilih jika diasumsikan tidak adanya perbedaan karakteristik market value per share (harga saham) per perusahaan selama waktu observasi. Dengan demikian, hasil estimasi yang didapatkan adalah konstanta tunggal dan koefisien yang sama untuk masing-masing variabel bebas dan berlaku untuk semua perusahaan. Dari hasil estimasi yang didapat pada Tabel 5.5 di atas koefisien untuk konstanta dan variabel bebas ln_Brand_PS dan ln_Aset_ps secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dengan derajat keyakinan di atas 66 99% (α = 1%). Demikian pula dengan nilai adjusted 𝑅 2 cukup besar serta F-statistik signifikan. 5.2.2.1.2. Hasil Pengujian Estimasi FEM Pemodelan dengan pendekatan FEM dengan menggunakan metode estimasi Panel Least Square dengan menggunakan variabel dummy untuk memberikan efek tetap pada masing-masing perusahaan. Sehubungan dengan asumsi masing-masing perusahaan memiliki karakteristik yang spesifik maka dipilih efek tetap yang bersifat cross-section. Dari hasil pemodelan FEM, diperoleh hasil tampak pada Tabel 5.5 di atas. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa konstanta α berpengaruh signifikan pada level 5% sedangkan variabel brand_ps dan aset_ps tidak berpengaruh signifikan. Sementara itu diperoleh nilai 𝑅 2 yang sangat tinggi yaitu 98,89% dan nilai adjusted 𝑅 2 yang tidak jauh berbeda yaitu 97,73%. Nilai 𝑅 2 dan adjusted 𝑅 2 yang tidak berbeda jauh berarti komponen variabel bebas berkontribusi dalam menjelaskan model. Besarnya nilai 𝑅 2 dan adjusted 𝑅 2 yang sangat tinggi ini disebabkan oleh efek dari penambahan variabel dummy yang digunakan untuk memberikan efek tetap pada cross-section. Untuk menentukan penggunaan pilihan weight pada FEM maka dilakukan uji LM (Lagrange Multiplier) untuk menentukan pemilihan estimator struktur heterokedastisitas atau homokedastisitas. Hasil penghitungan uji LM didapat nilai sebesar 63,0197 dengan probabilitas sebesar 47,56% (tidak signifikan terhadap chisquare tabel pada derajat 5%) sehingga estimator lebih baik menggunakan struktur homokedastik yaitu tidak menggunakan pembobotan (no-weighting). Selanjutnya uji LR tidak diperlukan lagi karena estimator menggunakan struktur homokedastik. 67 Untuk menentukan model yang lebih baik antara model CEM dan FEM maka dilakukan Chow F-test yang sudah disediakan oleh aplikasi Eviews. Hasil yang didapat adalah sebesar 44,9502 dengan probabilitas 0,0000 dimana signifikan pada level 1% sehingga ditentukan bahwa model FEM lebih baik dari pada model CEM. Namun demikian, meskipun koefisien yang didapatkan konstanta α signifikan pada level 5%, sedangkan koefisien brand value menunjukkan tanda negatif yang tidak sesuai dengan teori yaitu semakin tinggi brand value maka akan berpengaruh positif terhadap harga saham. Demikian pula dengan variabel aset tidak berpengaruh secara signifikan. Dengan demikian perlu dilakukan pengujian data panel dengan pendekatan estimasi REM. 5.2.2.1.3. Hasil Pengujian Estimasi REM Langkah berikutnya adalah menguji apakah penggunaan variabel dummy akan bersifat inefisien sehingga pemodelan efek secara random menjadi lebih baik. Dari hasil pemodelan secara random (REM) didapat nilai 𝑅 2 dan nilai adjusted 𝑅 2 sangat kecil, yang berarti masih banyak variabel lain yang menjelaskan atau memengaruhi harga saham. Sedangkan nilai F-statistik sebesar 23,83% dan probabilitas F-statistik 0,0000 signifikan pada level 1%. Dari dua parameter ini terihat bahwa model sudah baik. Semua koefisien variabel bebas signifikan dan sesuai dengan teori yang dipelajari yaitu bertanda positif. Untuk mengetahui model yang terbaik antara FEM dan REM maka dilakukan uji Hausman dan didapatkan hasil sebesar 10,0624 dengan probabilitas sebesar 0,65%. Nilai ini lebih kecil dari 5% sehingga menunjukkan bahwa variabel dummy bersifat efisien sehingga secara teori model yang lebih baik adalah FEM. 68 5.2.2.1.4. Penentuan Hasil Pengujian Model Berdasarkan ketiga hasil pengujian di atas, didapatkan hasil bahwa model CEM ditolak karena harga saham masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda untuk masing-masing individu. Oleh karena pemilihan model CEM ditolak, sehingga pilihan model jatuh pada pilihan individual effect (FEM atau REM). Dari hasil pengujian di Tabel 5.5 di atas, maka antara model FEM dan REM jika dibandingkan maka hasil pengujian REM menunjukkan hasil yang lebih baik meskipun uji Hausman menunjukkan signifikan pada level 5%. Hal ini terlihat dari jumlah variabel bebas model REM lebih banyak yang signifikan dibandingkan model FEM serta tanda koefisien masing-masing variable menunjukkan nilai yang sesuai dengan teori. Berdasarkan analisis tersebut maka model yang dipilih adalah model REM dimana metode regresi yang digunakan adalah EGLS (Estimated Generalized Least Square) atau FGLS (Feasible Generalized Least Square). 5.2.2.2. Hasil Uji Hipotesis Hasil uji hipotesis disini meliputi hasil uji determinasi, uji hipotesis berganda dan uji hipotesis individual. Uji hipotesis ini menggunakan model estimasi yang telah dipilih di atas yaitu random effect model (REM). Hasil uji determinasi diperoleh bahwa 𝑅 2 maupun adjusted 𝑅 2 masih sangat kecil dimana kemampuan variabel bebas dari model yang dipilih tersebut yaitu ln_brand_ps dan ln_aset_ps hanya dapat menjelaskan variabel terikat kecil, sedangkan sebagian besar dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor yang memengaruhi harga saham cukup banyak, namun karena fokus penelitian ini pada pengaruh brand value 69 sebagai aset intangible maka diambil satu variabel kontrol sebagai pembanding. Hasil uji ini tidak jauh berbeda dari hasil uji pada penelitian sebelumnya bahwa 𝑅 2 yang didapat juga kecil yaitu 9,18% (Kirk et al., 2012). Hasil uji hipotesis berganda atau F-statistik diperoleh nilai sebesar 23,8286 dengan probabilitas sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari nilai α yang digunakan yaitu 5%. Hal ini berarti bahwa secara kolektif variabel bebas yang ada pada model regresi memberikan dampak penjelas yang signifikan pada variabel terikat. Hasil uji hipotesis individual lebih difokuskan pada variabel ln_brand_ps karena variabel bebas lainnya yaitu ln_aset_ps merupakan variabel kontrol untuk membandingkan dampak dari ln_brand_ps terhadap variabel terikat yaitu ln_mvps. Dari hasil yang diperoleh di Tabel 5.5 di atas, diperoleh koefisien ln_brand_ps sebesar 0,2597 dengan probabilitas t-statistik sebesar 0,39%. Probabilitas ini lebih kecil dari nilai α sebesar 5%, hal ini berarti bahwa ln_brand_ps berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Demikian pula dengan kedua variabel kontrol tersebut yaitu ln_aset_ps berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Namun apabila dibandingkan antara aset intangible (brand value) dengan aset tangible (total aset) maka koefisien total aset lebih besar dan lebih signifikan dibandingkan dengan brand value. 5.2.3. Analisis Hasil Uji Pengaruh Brand Value terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil pengujian statistik di atas maka pengaruh brand value terhadap harga saham dapat dituliskan dengan persamaan model sebagai berikut: 𝑙𝑛_𝑀𝑉𝑃𝑆𝑖𝑡 = 2,64148 + 0,25965 𝑙𝑛_𝐵𝑟𝑎𝑛𝑑_𝑃𝑆𝑖𝑡 + 0,46160 𝑙𝑛_𝐴𝑠𝑒𝑡_𝑃𝑆𝑖𝑡 .......................................................................... (5.2) Dari persamaan 5.2 di atas, konstanta α bernilai positif dan signifikan yang 70 berarti ketika ln_Brand_PS dan ln_Aset_PS bernilai 0 maka nilai ln_MVPS sebesar 2,64148. Dengan demikian MVPS atau harga saham benilai rata-rata 13,89 yang berarti market value perusahaan yang masuk dalam Top 100 Most Valuable Brand tanpa adanya brand value dan total asset sudah bernilai 13,89 kali lebih tinggi dari nilai bukunya. Dengan demikian dengan adanya brand value dan total asset semakin memperkuat market value perusahaan tersebut. Koefisien ln_Brand_PS bernilai 0,25965 dan signifikan pada 1%. Hal ini berarti setiap peningkatan 10% Brand per Share akan mengakibatkan perubahan MVPS atau harga saham sebesar 2,60%. Koefisien ln_Aset_PS bernilai 0,46160 dan signifikan pada 1%. Hal ini berarti setiap peningkatan 10% Aset per Share akan mengakibatkan perubahan MVPS atau harga saham sebesar 4,61%. Dengan demikian, pada saat ini melipatkan total asset akan menaikkan market value lebih besar dibandingkan dengan menaikkan brand value perusahaan tersebut. Dari hasil analisis di atas, maka hipotesis H2 yaitu brand value secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham diterima. Hasil pengujian ini hanya sebagian yang benar yaitu brand value berpengaruh positif dan signifikan. Namun dengan nilai koefisien brand value yang lebih kecil dari total aset, hal ini menunjukkan bahwa brand value sebagai aset intangible masih kurang berpengaruh terhadap harga saham dibandingkan aset tangible (total aset). Dengan diterimanya hipotesis H2 maka penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kirk et al. (2012) serta Eryigit dan Eryigit (2014). Pengujian terhadap hipotesis H3 yaitu diduga bahwa secara bersama-sama, brand value memiliki pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan variabel kontrol ukuran perusahaan (asset per share) dalam memengaruhi harga saham ditolak. Hal 71 ini terbukti dari probabilitas brand value tidak lebih signifikan yaitu 0,39% dibandingkan probabilitas ukuran perusahaan (total aset) masing-masing yaitu 0,02%. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Kirk et al. (2012) maupun Eryigit dan Eryigit (2014) dimana menurut hasil penelitian mereka, koefisien brand value lebih besar dari koefisien book value (sebagai tangible aset) dan signifikan. Dengan nilai koefisien brand value lebih kecil dibandingkan dengan total aset, maka hal ini menunjukkan harga saham perusahaan di Indonesia lebih dipengaruhi oleh total aset yang tangible dibandingkan oleh brand value yang intangible. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan global dimana brand value sebagai intangible aset lebih di nilai dari pada tangible aset (book value). Hasil penelitian ini masih sejalan dengan artikel di majalah SWA bahwa perusahaan di Indonesia masih mementingkan tangible asset dibandingkan intangible asset.