perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Streptococcus mutans SECARA In vitro SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Muhamad Muamar G.0008132 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans Secara In vitro Muhamad Muamar, NIM : G.0008132, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Kamis, Tanggal 22 September Tahun 2011 Pembimbing Utama Nama : Hudiono, Drs., MS. NIP : 19580206 198601 1 001 ……………………… Pembimbing Pendamping Nama : Leli Saptawati, dr., Sp.MK. NIP : 19761227 200501 2 001 .……………………... Penguji Utama Nama : Marwoto, dr., M.Sc., Sp.MK. NIP : 19590203 198601 1 004 ……………………… Anggota Penguji Nama : Dr. Pradipto Subiyantoro, drg., Sp.BM. NIP : 19570629 198403 1 003 ……………………… Surakarta, …… Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Muthmainah, dr., M.Kes. NIP 19660702 199802 2 001 Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19510601 197903 1 002 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, 22 September 2011 Muhamad Muamar NIM: G.0008132 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Muhamad Muamar, G.0008132, 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans secara In vitro. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Ekstrak daun pepaya memiliki kandungan senyawa latex yang di dalamnya terdapat enzim papain (complex mixture chemical), senyawa alkaloid karpain, polifenol, saponin, dan flavonoid. Senyawa-senyawa tersebut diduga memiliki efek antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans secara In vitro. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan the post test only controlled group design. Subjek penelitian adalah ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) dengan sampel penelitian adalah bakteri Streptococcus mutans yang diambil dari usap rongga mulut dan gigi pasien dengan caries dentis. Teknik sampling dengan non random incidental sampling sebanyak 20 sampel pada setiap kelompok perlakuan. Uji sensitivitas menggunakan metode difusi cakram dengan media Muller Hinton agar. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan uji Post Hoc (Mann-Whitney) dan juga menggunakan uji-t untuk membandingkan data sampel dengan kuman standar. Hasil Penelitian: Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan daya hambat yang bermakna (p < 0,05) antara kontrol negatif (aquadest), ekstrak daun pepaya 50 %, 75 %, 100 % dan kontrol positif (disk penicillin). Namun, tidak dijumpai perbedaan daya hambat yang bermakna antara kontrol negatif (aquadest) dan ekstrak daun pepaya 25 %. Ekstrak daun pepaya 50 % telah memiliki daya hambat terhadap Streptococcus mutans dan peningkatan konsentrasi sebanding dengan peningkatan zona hambatan kuman. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak adanya perbedaan daya hambat yang bermakna (p > 0,05) antara sampel penelitian dengan kuman Streptococcus mutans standar. Simpulan Penelitian: Ekstrak daun pepaya terbukti memiliki aktifitas daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans yang sudah tampak pada pemberian ekstrak daun pepaya konsentrasi 50 %. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pepaya yang digunakan, maka semakin besar daya hambat antibakterinya. Bila dibandingkan dengan efek antibakteri penicillin, ekstrak daun pepaya dosis berapapun masih lebih rendah daya hambatnya dibandingkan dengan antibiotik penicillin terhadap Streptococcus mutans. Kata kunci: ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.), antibakteri, Streptococcus mutans commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Muhamad Muamar, G.0008132, 2011. The Antibacterial Activity Test of the Papaya Leaf Extract (Carica papaya L.) Toward Streptococcus mutans In vitro. Script, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. . Objectives: Papaya leaf extract contains compounds which are considered to have antibacterial effects, such as the latex compounds that contain papain enzyme (complex chemical mixtures), carpain alkaloid compounds, polyphenols, saponins, and flavonoids. The aim of this study is to determine the antibacterial activity of papaya leaf extract toward the growth of Streptococcus mutans In vitro. Methods: This experimental research used a laboratory setting with the post test only controlled group design. Subjects were papaya leaf extract (Carica papaya L.) and the samples were Streptococcus mutans from teeth and oral cavity swabs of patients with dental caries. The non random incidental sampling was used as much as 20 samples in each treatment group. The sensitivity test was using discdiffusion method with the Muller Hinton agar media. Data were analyzed by using the Kruskal-Wallis test followed by post hoc test (Mann-Whitney test) and also were analyzed by using t-test to compare samples and standard bacteria. . Result: The results of the Kruskal-Wallis test showed significant differences in inhibitory activities (p < 0.05) between the negative controls (the distilled water), papaya leaf extracts 50 %, 75 %, 100 % and the positive controls (the penicillin disc). However, hadn’t found significant difference in inhibitory activities between the negative controls (distilled water) and papaya leaf extracts 25 %. Papaya leaf extracts 50 % had minimal inhibitory activities against Streptococcus mutans and an increase in concentration of this sample is proportional to the increase in germ barrier zone. The results didn’t show significant difference in inhibitory activities (p > 0.05) between the study sample with the standardized Streptococcus mutans. . Conclusions: The papaya leaf extract showed to have inhibitory activities against the growth of Streptococcus mutans which has been shown in papaya leaf extracts of a concentration of 50 %. The higher concentration of papaya leaf extracts used, the greater the antibacterial inhibitory activities. When compared to the antibacterial effect of penicillin, all doses of papaya leaf extracts against Streptococcus mutans are still lower compared to penicillin antibiotic. . Keyword: papaya leaf extract (Carica papaya L.), antibacterial, Streptococcus mutans commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRAKATA Segala puji bagi Allah, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans secara In vitro. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnahnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui kendala dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan serta bantuan berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Tri Nugraha Susilawati, dr., M.Med., selaku Pembimbing I awal yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, saran dan arahan dalam penelitian ini. 4. Hudiono, Drs., MS., selaku Pembimbing I pengganti yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, saran dan arahan dalam penelitian ini. 5. Leli Saptawati, dr., Sp.MK, selaku Pembimbing II pengganti yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, saran dan arahan dalam penelitian ini. 6. Marwoto, dr., Sp.MK., M.Sc., selaku Penguji I yang telah berkenan menguji serta memberikan saran dan masukan dalam penelitian ini. 7. Dr. Pradipto Subiyantoro, drg., Sp.BM., selaku Penguji II yang telah berkenan menguji serta memberikan saran dan masukan dalam penelitian ini. 8. Seluruh Staf Bagian Skripsi dan Staf Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. 9. Ibu dan Ayah tercinta, Elli Iriana, S.Pd, serta Ir. Abil Huda; atas doa, saran, dan motivasi di setiap waktu pada penulis. 10. Penyemangat utama penulis yang tiada hentinya memberikan yang terbaik bagi penulis, MAP. 11. Teman-teman yang senantiasa membantu dalam skripsi ini: Ahmad, Ali, Yasjudan, Afandi, Alfin, Tenri, Deni, Iyas, Nafika, Rifki, Tri, Wegig, dan Syamsu. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan khususnya dan bagi pembaca umumnya. Surakarta, 22 September 2011 commit to user Muhamad Muamar vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman PRAKATA .................................................................................................. vi DAFTAR ISI ............................................................................................... viii DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 3 BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 5 A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 5 B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 29 C. Hipotesis .................................................................................. 29 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 30 A. Jenis Penelitian......................................................................... 30 B. Lokasi Penelitian ...................................................................... 30 C. Subjek Penelitian ..................................................................... 30 D. Teknik Sampling .......................... ........................................... 30 E. Identifikasi Variabel Penelitian................................................ 31 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 32 G. Prosedur Penelitian .................................................................. 33 H. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 34 I. Cara Kerja ................................................................................ 36 J. Teknik Analisis Data Statistik ................................................. 39 BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................. 40 A. Data Hasil Penelitian ............................................................... 40 B. Analisis Data ........................................................................... 43 BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 51 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 57 A. Simpulan .................................................................................. 57 B. Saran......................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Streptococcus mutans pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya, Kontrol Positif, dan Kontrol Negatif. Tabel 2. Perbandingan antara Rerata Zona Hambat pada 20 Sampel yang Diteliti dengan Bakteri Streptococcus mutans Standar. Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Tabel 4. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Dilakukan Transformasi Data. Tabel 5. Hasil Uji Kruskall-Wallis. Tabel 6. Hasil Uji Mann-Whitney. Tabel 7. Hasil Uji Shapiro-Wilk. Tabel 8. Hasil Uji-t Tidak Berpasangan. commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran. Gambar 2. Skema Prosedur Penelitian. Gambar 3. Populasi Sampel Menurut Umur dan Jenis Kelamin. Gambar 4. Zona Hambat Rerata Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans Sampel dan Standar. commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Sampel Lampiran 2. Surat Ijin Peminjaman Alat Pemeriksaan Gilut Lampiran 3. Surat Ijin Pembuatan Ekstrak. Lampiran 4. Lembar Kerja Uji Ekstraksi Lampiran 5. Ethical Clearance. Lampiran 6. Informed consent Subjek Penelitian. Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian. Lampiran 8. Uji Statistik commit to user x 1 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Streptococcus mutans adalah agen utama penyebab caries dentis dan dipercayai sebagai penyebab (pembentukan caries Streptococcus tersering terjadinya dentis) dibandingkan mutans yang melekat pada jenis proses cariogenic Streptococcus permukaan gigi lain. akan memetabolisme berbagai macam karbohidrat, sisa makanan, yang menempel di gigi. Dari hasil perombakan karbohidrat, bakteri ini memproduksi asam yang menyebabkan terjadinya caries dentis (Karyn, 2002). Caries dentis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh adanya interaksi antara bakteri, plak, dan lapisan email gigi. Plak gigi terutama disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus (Kidd dan Joyston, 1992). Streptococcus mutans banyak menyerang penduduk di seluruh dunia. Berdasarkan penelitian di negara – negara maju terdapat 8 – 35 % penderita caries dentis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans (Karyn, 2002). Persentase penyakit caries dentis di Indonesia tergolong tinggi, 63 % orang Indonesia menderita caries dentis aktif, dengan prevalensi usia tertinggi pada kelompok usia 11-20 tahun (Probosari dan Pradopo, 2004). Pengetahuan tentang agen penyebab caries dentis ini merupakan suatu hal yang penting dalam melakukan tindakan preventif terhadap penyakit ini. (Kidd dan Joyston, 1992). Pencegahan caries dentis disertai peningkatan kesehatan gigi telah lama menjadi tujuan utama dalam dunia kedokteran gigi sejak diketahui bahwa plak gigi merupakan faktor yang mendominasi penyebab rusaknya gigi oleh karena caries dentis (Da Silva dkk., 2004). Pengendalian plak dapat dilakukan dengan cara pembersihan plak secara mekanis dan kimiawi. Secara mekanis, menyikat gigi membantu mengontrol plak dan merupakan langkah awal untuk mengontrol caries dentis commit to user 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id baik untuk individu maupun populasi (Kidd dan Joyston, 1992). Secara kimiawi, bahan antibakteri telah banyak digunakan, salah satunya berupa bahan kimia dalam pasta gigi. Namun, menurut penelitian, ternyata dalam pasta gigi juga terkandung senyawa berbahaya bagi kesehatan seperti fluoride dan DEG (Diethyle Glycol). (Turner, 2007; CDC, 2002). Berbagai antibiotik telah banyak diteliti untuk menangani masalah caries dentis ini. Erythromycin, penicillin, methicillin, lincomycin, tetracycline, vancomycin, gentamicin, streptomycin, neomycin, kanamycin, bacitracin, dan polymyxin B merupakan jenis antibiotik yang telah banyak diujicobakan sebagai terapi antibakteri pada Streptococcus mutans. Banyak dilaporkan kasus resistensi Streptococcus mutans terhadap jenis antibiotik erythromycin (Cowan, 1999). Dewasa ini mulai ada kecenderungan untuk menggantikan bahanbahan kimia. Beberapa negara maju kini telah mulai menekuni gaya hidup untuk kembali ke alam (back to nature). Para peneliti di Indonesia pun giat menggalakkan program pemanfaatan tanaman obat asli Indonesia. Dengan demikian obat tradisional asli Indonesia dapat berperan aktif dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Mursito, 2000). Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan relatif tidak menimbulkan efek samping (Fauziah, 1997). Penelitian terkini pada terapi antibakteri mulai dikembangkan untuk menemukan bahan-bahan baru dari alam yang memiliki potensi terhadap daya antibakteri. Hal ini didasarkan pada kenyataan telah banyaknya resistensi terhadap berbagai antibiotik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Oladimeji dkk (2007), ekstrak daun pepaya memiliki aktivitas antibakteri secara In vitro terhadap bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Klebsiella pneumoniae dengan metode difusi padat commit to user cakram (Oladimeji dkk., 2007), 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak daun pepaya terhadap Streptococcus mutans. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan ekstrak daun pepaya untuk digunakan dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah ekstrak daun pepaya (Carica papaya L) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans secara In vitro? 2. Berapa kadar ekstrak daun pepaya (Carica papaya L) yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans secara In vitro? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans secara In vitro. 2. Mengetahui kadar ekstrak daun pepaya (Carica papaya L) yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans secara In vitro? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah pengetahuan tentang khasiat obat bahan alam b. Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans secara In vitro. commit to user 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Manfaat Aplikatif Mengetahui daya antibakteri ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai penelitian pendahuluan untuk dapat dikembangkan sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans agen penyebab caries dentis dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat. commit to user 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman pepaya (Carica papaya L) a. Sistematika Tanaman pepaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo : Cistales Familia : Caricacecae Genus : Carica Species : Carica papaya L. (Steenis, 2002) b. Nama Lain Pepaya disebut juga gedang (Sunda), kates (Jawa), peute, betik, ralempaya, punti kayu (Sumatra), pisang malaka, bandas, manjan (Kalimantan), kalujawa (Kalimantan) serta kapalaya kaliki dan uti jawa (Sulawesi). Selain nama daerah pepaya juga mempunyai nama asing yaitu : papaw tree, papaya, papayer, melonenbaum, fan mu gua 2001). commit to user 5 (Muhlisah, perpustakaan.uns.ac.id 6 digilib.uns.ac.id c. Deskripsi Tanaman pepaya merupakan tanaman semak berbentuk pohon dengan batang lurus, bulat silindris, di bagian atas bercabang atau terkadang tidak, sebelah dalam batang serupa spons dan berongga, di luar batang terdapat tanda bekas daun yang banyak, tinggi 2,5 - 10 meter. Daun berjejal pada ujung batang dan ujung cabang, tangkai daun bulat telur, bertulang dan jemari, berdaun menjari, ujung runcing dan pangkal berbentuk jantung, garis tengah 25-75 cm, taju selalu berlekuk menyirip tidak beraturan. Bunga hampir selalu berkelamin satu dan berumah dua, tetapi terkadang terdapat juga bunga berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan. Bunga jantan pada tandan yang serupa malai dan bertangkai panjang, berkelopak sangat kecil, mahkota berbentuk terompet, putih kekuningan, dengan tepi yang bertaju 5 dan tabung yang panjang, langsing, taju terputar dalam kuncup, kepala sari bertangkai pendek dan dengan posisi duduk. Bunga betina kebanyakan berdiri sendiri, daun mahkota lepas atau hampir lepas, berwarna putih kekuningan, bakal buah beruang satu, kepala putik 5, posisi duduk. Buah bulat telur memanjang atau lonjong, berdaging dan berisi cairan; biji banyak, dibungkus oleh selaput yang berisi cairan, di dalamnya berduri tempel (Steenis, 2002). d. Kandungan kimia Daun, akar, dan kulit batang Carica papaya L mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Di samping itu daun dan akar juga mengandung commit to user 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id polifenol dan bijinya mengandung saponin. Polifenol dan flavonoid merupakan golongan fenol yang telah diketahui memiliki aktivitas antiseptik (Hutapea, 2000). Buah mengandung beta karoten, pektin, delta-galaktosa, lamdaarabinosa, papain, papayotimin papain, alkaloid karpain, fitokinase, vitamin A, vitamin C (Rahardjo, 2006). 2. Tinjauan Umum Bakteri Streptococcus mutans a. Klasifikasi Kingdom : Monera Filum : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Lactobacilalles Famili : Streptococcaceae Genus : Streptococcus Species : Streptococcus mutans (Bergey, 1998). b. Deskripsi Streptococcus viridans meliputi S. mitis, S. mutans, S. salivarius, S. sanguis, dan lain-lain. Ciri khas organisme ini adalah sifat α-hemolitik, tetapi dapat juga nonhemolitik (Brooks, dkk., 2007) Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif. Bakteri ini tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob yang sering ditemukan dalam rongga mulut manusia dan merupakan bakteri yang paling umum menyebabkan caries commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dentis. Bakteri ini pertama diuraikan oleh Clarke pada tahun 1924 (Ryan, 2004; Loesche, 1996) Bakteri ini mensintesis polisakarida dekstran atau levans dari sukrosa dan berperan penting menyebabkan terjadinya caries dentis (Brooks, dkk., 2007). Pembentukan dekstran oleh bakteri ini hanya ketika ada sukrosa dan diperantarai oleh enzim dekstransukrase (Madigan dan Martinko, 2006). Morfologi dan sifat pembenihan Streptococcus mutans adalah kokus gram positif, terdapat berpasangan dan dalam rantai, tidak berkapsul, tidak berspora, tidak bergerak, fakultatif anaerob, dan ditemukan di plak gigi (Pelczar dan Chan, 1998) Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glikosiltransferase dan fruktosiltransferase. Enzim-enzim ini bersifat spesifik untuk subtsrat sukrosa yang digunakan untuk sintesa glukan dan fruktan. Pada metabolisme karbohidrat, enzim glikosiltransferase menggunakan sukrosa untuk mensintesa molekul glukosa dengan berat molekul tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3). Ikatan glukosa alfa (1-3) bersifat sangat pekat seperti lumpur, lengket dan tidak larut dalam air. Kelarutan ikatan glukosa alfa (1-3) dalam air sangat berpengaruh terhadap pembentukan koloni Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Ikatan glukosa alfa (1-3) berfungsi pada perlekatan dan peningkatan koloni bakteri ini dalam kaitannya dengan pembentukan plak dan terjadinya caries dentis (Roeslan dan Melanie, 1998). commit to user perpustakaan.uns.ac.id 9 digilib.uns.ac.id Bakteri aerob tumbuh di media solid pada kadar udara ruangan (10 % CO2, dan 18 - 21% O2); bakteri fakultatif anaerob dapat tumbuh sama baik pada kondisi ada atau tidak ada O2 (10 - 15 %). Bakteri mikroaerofilik tidak dapat tumbuh sama sekali atau tumbuh dengan buruk pada kadar ruangan, tetapi, dapat tumbuh pada kadar O2 di bawah 10 %. Sedangkan bakteri anaerob dibagi menjadi dua, strict anaerob dapat tumbuh pada kadar kurang dari 0,5 % O2, dan moderate anaerob pada kadar 2 - 8 % O2. (Brooks, dkk., 2007) Dalam keadaan fakultatif anaerob, bakteri ini memerlukan O2 dengan kadar 10 - 15%, juga memerlukan CO2 dan amonia sebagai sumber nitrogen agar dapat bertahan hidup dalam lapisan plak yang tebal (Ryan, 2004). Pertumbuhan sebagian besar Streptococcus hemolitik paling baik pada suhu 37°C (Brooks, dkk., 2007) 3. Caries Dentis Caries dentis sudah dikenal sejak 5000 tahun SM dikenal sebagai penyakit pada gigi yang disebabkan oleh ulat yang menghisap darah pada gigi dan akhirnya membuat lubang gigi (Situmorang, 2005). Pada zaman sekarang setelah banyak dilakukan penelitian maka diketahui bahwa caries dentis adalah kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva. Caries tersebut disebabkan oleh 4 komponen yang saling berinteraksi yaitu komponen gigi dan air ludah, mikroorganisme yang mampu menghasilkan asam melalui peragian, makanan, dan waktu (Julianti, dkk., 2008). Mekanisme commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id terjadinya caries melalui bakteri rongga mulut yang mengubah sukrosa dan karbohidrat lain menjadi asam laktat yang selanjutnya akan menyerang enamel. Bakteri yang berperan paling penting dalam proses ini (cariogenic) adalah Streptococcus mutans (Tortora, dkk., 2007) Caries dentis bersifat kronis dan dalam perkembangannya membutuhkan waktu lama sehingga sebagian besar penderita mempunyai potensi mengalami gangguan seumur hidup (Situmorang, 2005). Prevalensi penyakit gigi dan mulut di Indonesia cukup tinggi, sekitar 63% orang Indonesia menderita caries dentis aktif sehingga perlu adanya perhatian serius untuk menanganinya (Probosari dan Pradopo, 2004). 4. Antibakteri a. Definisi Antibakteri adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang bersifat merugikan manusia (Jawetz dkk., 2005). Kadar minimal yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Gan dkk., 1997). Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari “anti = lawan”, “bios = hidup”. Maksudnya adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedang toksisitasnya terhadap manusia relatif commit to user 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kecil. Toksisitas antibiotika ada dua yaitu toksisitas selektif (membunuh mikroorganisme yang menginvasi host tanpa merusak sel host) dan toksisitas relatif (perlu kontrol konsentrasi obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir tubuh). Aktivitas antibiotik umumnya dinyatakan dalam satuan berat (mg) kecuali yang belum sempurna permurniannya dan terdiri dari campuran beberapa macam zat, atau karena belum diketahui struktur kimianya, aktivitasnya dinyatakan dalam satuan internasional = Internasional Unit (IU). Dasar pertimbangan (ideal) pemberian antibiotik adalah Identifikasi & sensitivitas organisme, tempat infeksi, status pasien (umur, BB, keadaan patologis, kehamilan & laktasi), keamanan antibiotik, biaya. Dalam pemberian antibiotika harus diperhatikan : 1) Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai kadar puncak obat dalam darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan dimulai dengan injeksi kemudian diteruskan obat oral. 2) Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½) obat. Bila t½ pendek, maka frekuensi pemberiannya sering. 3) Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati & menghindari kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah gejala penyakit lenyap. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antibakteri In vitro: a) pH Lingkungan b) Komponen-komponen perbenihan c) Stabilitas obat commit to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id d) Besarnya inokulum bakteri e) Masa pengeraman f) Aktivitas metabolik mikroorganisme (Jawetz dkk., 2005). b. Klasifikasi Antibiotik Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan aktivitas daya hambat, cara kerja, spektrum maupun struktur kimianya. 1) Berdasarkan daya hambatnya Bakteriostatika : a) Menahan pertumbuhan & replikasi bakteri pada kadar serum yang dapat dicapai tubuh pasien. b) Membatasi penyebaran infeksi saat sistem imun tubuh bekerja memobilisasi & mengeliminasi bakteri patogen. c) Misalnya : Sulfonamid, Kloramfenikol, Tetrasiklin, Makrolid, Linkomisin. Bakterisid : a) Membunuh bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup & diturunkan. b) Pembagian : 1) Bekerja pada fase tumbuh kuman, misalnya : Penisilin, Sefalosporin, Kuinolon, Rifampisin, Polipeptida 2) Bekerja pada fase istirahat, misalnya : Aminoglikosid, INH, Kotrimoksazol, Polipeptida (Katzung dkk., 2005). commit to user 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Berdasarkan cara kerjanya Berdasarkan cara kerjanya kerja antibiotik dapat dibedakan menjadi sebagai berikut : a) Antibiotik menghambat sintesis dinding sel mikroba Dinding sel bakteri menentukan bentuk karakteristik dan berfungsi melindungi bagian dalam sel terhadap perubahan tekanan osmotik dan kondisi lingkungan lainnya. Di dalam sel terdapat sitoplasma dengan membran sitoplasma yang merupakan tempat berlangsungnya proses biokimia sel (Katzung dkk., 2005). Dinding sel bakteri terdiri dari beberapa lapisan. Pada bakteri gram positif struktur dinding selnya relatif sederhana dan gram negatif relatif lebih komplek. Dinding sel bakteri gram positif tersusun atas lapisan peptidoglikan relatif tebal, dikelilingi lapisan teichoic acid dan pada beberapa species mempunyai lapisan polisakarida. Dinding sel bakteri gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan relatif tipis, dikelilingi lapisan lipoprotein, lipopolisakarida, fosfolipid dan beberapa protein. Peptidoglikan pada kedua jenis bakteri merupakan komponen yang menentukan rigiditas pada gram positif dan berperanan pada integritas gram negatif. Oleh karena itu gangguan pada sintesis komponen ini dapat menyebabkan sel lisis dan dapat menyebabkan kematian sel (Katzung dkk., 2005). Antibiotik yang menyebabkan gangguan sintesis lapisan ini aktivitasnya akan lebih nyata pada bakteri gram positif. Aktivitas commit to user 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id penghambatan atau membinasakan hanya dilakukan selama pertumbuhan sel dan aktivitasnya dapat ditiadakan dengan menaikkan tekanan osmotik media untuk mencegah pecahnya sel. Bakteri tertentu seperti mikobakteria dan halobakteria mempunyai peptidoglikan relatif sedikit, sehingga kurang terpengaruh oleh antibiotik grup ini. Sel selama mensintesis peptidoglikan memerlukan enzim hidrolase dan sintetase. Untuk menjaga sintesis supaya normal, kegiatan kedua enzim ini harus seimbang satu sama lain. Biosintesis peptidoglikan berlangsung dalam beberapa stadium dan antibiotik pengganggu sintesis peptidoglikan aktif pada stadium yang berlainan. Sikloserin terutama menghambat enzim racemase dan sintetase yang berperan dalam pembentukan dipeptida. Vankomisin bekerja pada stadium kedua diikuti oleh basitrasin, ristosetin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin yaitu menghambat transpeptidase (Katzung dkk., 2005). Perbedaan antara sel mamalia dan bakteri yaitu dinding sel luar bakteri tebal dengan membran sel menentukan bentuk sel dan memberi ketahanan terhadap tekanan osmotik. Karena struktur dinding sel mamalia tidak sama dengan dinding sel bakteri, maka antibiotik yang mempunyai aktivitas mengganggu sintesis inding sel mempunyai toksisitas selektif sangat tinggi. Oleh karena itu antibiotik tipe ini merupakan antibiotik yang sangat berharga (Katzung dkk., 2005). Yang termasuk ke dalam antibotik golongan ini adalah Betalaktam, Penicillin, Polypeptida, Cephalosporin, Ampicillin, Oxasilin. commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (1) Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim DD-transpeptidase yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga dengan demikian akan melemahkan dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan sitolisis karena ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase dan autolysins yang mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk sebelumnya. Namun Beta-laktam (dan Penicillin) hanya efektif terhadap bakteri gram positif, sebab keberadaan membran terluar (outer membran) yang terdapat pada bakteri gram negatif membuatnya tak mampu menembus dinding peptidoglikan. (2) Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V, merupakan antibiotik bakterisidal yang menghambat sintesis dinding sel dan digunakan untuk penyakit-penyakit seperti sifilis, listeria, atau alergi bakteri gram positif/Staphilococcus/Streptococcus. Namun karena Penicillin merupakan jenis antibiotik pertama sehingga paling lama digunakan telah membawa dampak resistansi bakteri terhadap antibiotik ini. Namun demikian Penicillin tetap digunakan selain karena harganya yang murah juga produksinya yang mudah. (3) Polypeptida meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin. Ketiganya bersifat bakterisidal. Bacitracin dan Vancomycin samasama menghambat sintesis dinding sel. Bacitracin digunakan untuk bakteri gram positif, sedangkan Vancomycin digunakan untuk bakteri commit to user 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Staphilococcus dan Streptococcus. Adapun Polymixin B digunakan untuk bakteri gram negatif. (4) Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme kerja yang hampir sama yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri. Normalnya sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP Penicillin Binding Protein (PBP) yang akan berikatan dengan D-alanin-D-alanin, terutama untuk membentuk jembatan peptidoglikan. Namun keberadaan antibiotik akan membuat PBP berikatan dengannya sehingga sintesis dinding peptidoglikan menjadi terhambat. (5) Ampicillin memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran dinding peptidoglikan, hanya saja Ampicillin mampu berpenetrasi kepada bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino pada Ampicillin, sehingga membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri gram negatif. (6) Penicillin jenis lain, seperti Methicillin dan Oxacillin, merupakan antibiotik bakterisidal yang digunakan untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penggunaan Methicillin dan Oxacillin biasanya untuk bakteri gram positif yang telah membentuk kekebalan (resistansi) terhadap antibiotik dari golongan Beta-laktam (Katzung dkk., 2005). commit to user 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (7) Antibiotik jenis inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki spektrum sasaran yang lebih luas, yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem. Ketiganya bersifat bakterisidal. b) Antibiotik mengganggu membran sel mikroba. Di bawah dinding sel bakteri adalah lapisan membran sel lipoprotein yang dapat disamakan dengan membran sel pada manusia. Membran ini mempunyai sifat permeabilitas selektif dan berfungsi mengontrol keluar masuknya substansi dari dan ke dalam sel, serta memelihara tekanan osmotik internal dan ekskresi waste products. Selain itu membran sel juga berkaitan dengan replikasi DNA dan sintesis dinding sel. Oleh karena itu substansi yang mengganggu fungsinya akan sangat lethal terhadap sel (Katzung dkk., 2005). Beberapa antibiotik yang dikenal mempunyai mekanisme kerja mengganggu membran sel yaitu antibiotik peptida (polimiksin, gramisidin, sirkulin, tirosidin, valinomisin) dan antibiotik polyene (amphoterisin, nistatin, filipin). Membran sel merupakan lapisan molekul lipoprotein yang dihubungkan dengan ion Mg. Sehingga agen chelating yang berkompetisi dengan Mg selama pembentukan membran, dapat meningkatkan permeabilitas sel atau menyebabkan sel lisis. Beberapa antibiotik bersatu dengan membran dan berfungsi sebagai iondphores.yaitu senyawa yang memberi jalan masuknya ion abnormal. Proses ini dapat mengganggu biokimia sel, misalnya gramicidin. commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Polimiksin dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel. Sehingga polimiksin lebih aktif terhadap bakteri gram negatif daripada gram positif yang mempunyai jumlah fosfor lebih rendah. Antibiotik polyene hanya bekerja pada fungi tetapi tidak aktif pada bakteri. Dasar selektivitas ini, karena antibiotik bekerja berikatan dengan sterol yang ada pada membran fungi dan organisme yang lebih tinggi lainnya. Secara In vitro polyene dapat menyebabkan hemolisis, karena diduga membran sel darah merah mengandung sterol sebagai tempat aktivitas antibiotik polyene. Amfoterisin B juga dapat digunakan untuk infeksi sistemik tetapi sering disertai efek samping anemia hemolitik. Kerusakan membran sel dapat menyebabkan kebocoran sehingga komponen-komponen penting di dalam sel seperti protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain dapat mengalir keluar. Diduga struktur membran ini ada pada mamalia, oleh karena itu antibiotik ini mempunyai toksisitas selektif relatif kecil dibanding antibiotik yang bekerja pada dinding sel bakteri, sehingga dalam penggunaan sistemik antibiotik ini relatif toksik; untuk mengurangi toksisitasnya dapat digunakan secara topikal (Katzung dkk., 2005). c) Antibiotik menghambat sintesis protein mikroba Penghambatan sintesis protein dapat berlangsung di dalam ribosom. Berdasarkan koefisien sedimentasinya, ribosom dikelompokkan dalam 3 grup. commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (1) Ribosom 80s, terdapat pada sel eukariot. Partikel ini terdiri dari subunit 60s dan 40s. (2) Ribosom 70s, didapatkan pada sel prokariot dan eukariot. Partikel ini terdiri dari subunit 50s dan 30s. (3) Ribosom 55s, hanya terdapat pada mitokondria mamalia dan menyerupai ribosom bakteri baik fungsi maupun kepekaannya terhadap antibiotik. Untuk memelihara kelangsungan hidupnya, sel mikroba perlu mensintesis protein yang berlangsung di dalam ribosom bekerja sama dengan mRNA dan tRNA; gangguan sintesis protein akan berakibat sangat fatal dan antimikroba dengan mekanisme kerja seperti ini mempunyai daya antibakteri sangat kuat (Katzung dkk., 2005). Yang termasuk Aminoglycoside, ke dalam golongan Tetracycline, ini adalah Chloramphenicol, Macrolide, Kanamycin, Oxytetracycline. (1) Macrolide, meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein. Peristiwa ini bersifat bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat bakteriosidal. Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke tempat terjadinya infeksi. Macrolide biasanya digunakan untuk Diphteria, Legionella mycoplasma, dan Haemophilus. commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (2) Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan antibiotik bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30s/50s sehingga menghambat sintesis protein. Namun antibiotik jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram negatif. (3) Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein. Namun antibiotik jenis ini memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan dampaknya terhadap ginjal dan hati. (4) Chloramphenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein dan biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella. (Katzung dkk., 2005) d) Antibiotik menghambat sintesis asam nukleat mikroba Asam nukleat merupakan bagian yang sangat vital bagi perkembangbiakan sel. Untuk pertumbuhannya, kebanyakan sel tergantung pada sintesis DNA, sedang RNA diperlukan untuk transkripsi dan menentukan informasi sintesis protein dan enzim. Ada beberapa jenis RNA yaitu t-RNA, r-RNA, m-RNA, masing-masing mempunyai peranan pada sintesis protein. Begitu pentingnya asam nukleat bagi sel, maka gangguan sintesis DNA atau RNA dapat memblokir pertumbuhan sel. Namun antimikroba yang mempunyai mekanisme kegiatan seperti ini pada commit to user 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id umumnya kurang selektif dalam membedakan sel bakteri dan sel mamalia. Antimikroba ini umumnya bersifat sitotoksik terhadap sel mamalia. Sehingga penggunaan antimikroba jenis ini harus hati-hati dan selektif yaitu yang sifat sitotoksiknya masih dapat diterima. Seperti asam nalidiksat dan rifampisin, karena aktivitasnya sangat kuat dalam menghambat pertumbuhan, maka antimikroba dengan mekanisme seperti ini sering digunakan sebagai anti-tumor. (Katzung dkk., 2005) Antimikroba yang mempengaruhi sintesis asam nukleat dan protein mempunyai mekanisme kegiatan pada tempat yang berbeda, antara lain: (1) Antimikroba mempengaruhi replikasi DNA, seperti bleomisin, phleomisin, mitomisin, edeine, porfiromisin. (2) Antimikroba mempengaruhi transkripsi, seperti aktinomisin, kromomisin, ekonomisin, rifamisin, korisepin, streptolidigin. (3) Antimikroba mempengaruhi pembentukan aminoacyl-tRNA, seperti borrelidin. (4) Antimikroba mempengaruhi translasi, antara lain kloraphenikol, streptomisin, neomisin, kanamisin, karbomisin, crytromisin, linkomisin, fluidic acid, tetrasiklin. Antimikroba yang mempengaruhi sintesis protein dan asam nukleat, mayoritas aktif pada bagian translasi dan di antaranya banyak yang berguna dalam terapi. Karena mekanisme translasi antara sel bakteri dan sel eukariot berbeda, maka mungkin antimikroba akan memperlihatkan toksisitas selektif (Katzung dkk., 2005). commit to user 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id e) Antibiotik mengganggu metabolisme sel mikroba. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah Sulfa atau Sulfonamide, Trimetophrim, Azaserine. (1) Pada bakteri, Sulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif terhadap enzim dihidropteroate sintetase (DHPS). Dengan dihambatnya enzim DHPS ini menyebabkan tidak terbentuknya asam tetrahidrofolat bagi bakteri. Tetrahidrofolat merupakan bentuk aktif asam folat, di mana fungsinya adalah untuk berbagai peran biologis di antaranya dalam produksi dan pemeliharaan sel serta sintesis DNA dan protein. Biasanya Sulfonamide digunakan untuk penyakit Neiserria meningitis. (2) Trimetophrim juga menghambat pembentukan DNA dan protein melalui penghambatan metabolisme, hanya mekanismenya berbeda dari Sulfonamide. Trimetophrim akan menghambat enzim dihidrofolate reduktase yang seyogyanya dibutuhkan untuk mengubah dihidrofolat (DHF) menjadi tetrahidrofolat (THF). (3) Azaserine (O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan antibiotik yang dikenal sebagai purin-antagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu jalannya metabolisme bakteri dengan cara berikatan dengan situs yang berhubungan sintesis glutamin, sehingga mengganggu pembentukan glutamin yang merupakan salah satu asam amino dalam protein (Katzung dkk., 2005). commit to user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 5. Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya Daya antibakteri ekstrak daun pepaya disebabkan oleh adanya kandungan senyawa latex yang di dalamnya terdapat enzim papain (complex mixture chemical), senyawa alkaloid karpain, polifenol, saponin, dan flavonoid (Hutapea, 2000). Enzim papain dapat mendenaturasi protein sel dengan mekanisme memproduksi senyawa koagulan yang mampu mengimobilisasi mikroorganisme sehingga sel fagosit dapat menghancurkan bakteri. Senyawa alkaloid karpain mampu mengganggu sintesis DNA bakteri. Polifenol mampu mendenaturasi protein dan merusak membran sel. Mekanisme kerjanya dengan memproduksi enzim inhibisi dari senyawa yang dioksidasi, kemungkinan melalui reaksi sulfihidril atau interaksi nonspesifik dengan protein sel. Proses ini mengakibatkan struktur tiga dimensi protein berubah dan berubah dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada stuktur kerangka kovalen, sehingga protein terdenaturasi. Deret asam amino tersebut tetap utuh setelah denaturasi, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya (Cowan, 1999) Senyawa flavonoid memiliki efek antibakteri dengan mekanisme ikatan dengan complex protein dan dinding sel sehingga mampu mendenaturasi protein dan dinding sel bakteri. Sedangkan senyawa saponin yang merupakan jenis terpenoid belum diketahui mekanisme pastinya dalam menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi diperkirakan karena mekanisme perusakan membran sel oleh sifatnya yang lipofilik (Cowan, 1999) commit to user perpustakaan.uns.ac.id 24 digilib.uns.ac.id 6. Uji Aktivitas Antibakteri Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yakni dilusi atau difusi. Penting dalam menggunakan metode standar untuk mengendalikan semua faktor yang mempengaruhi aktivitas antibakteri (Jawetz dkk., 2005). a. Metode Dilusi Metode ini menggunakan antibakteri dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan dieramkan. Tahap akhir metode ini, antibakteri dilarutkan dalam kadar yang menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi cukup memakan waktu dan penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja. Uji kepekaan cara dilusi cair dengan menggunakan tabung reaksi, tidak praktis dan jarang dipakai. Namun, kini ada cara yang lebih sederhana dan banyak dipakai, yakni menggunakan microdilution plate (Jawetz dkk., 2005). b. Metode Difusi Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas saring berisi sejumlah obat atau senyawa tertentu ditempatkan pada medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah diinkubasi, diameter zona hambat sekitar cakram untuk dipergunakan mengukur kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme (misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id molekular dan stabilitas obat). Meskipun demikian, standardisasi faktor-faktor tersebut memungkinkan melakukan uji kepekaan dengan baik (Jawetz dkk., 2005). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ukuran zona penghambatan dan harus dikontrol adalah : 1) Konsentrasi bakteri pada permukaan medium. Semakin tinggi konsentrasi mikroba maka zona penghambatan akan semakin kecil. 2) Kedalaman medium pada cawan petri. Semakin tebal medium pada cawan petri maka zona penghambatan akan semakin kecil. 3) Nilai pH dari medium. Beberapa antibiotika bekerja dengan baik pada kondisi asam dan beberapa basa kondisi alkali/ basa. 4) Kondisi aerob/ anaerob. Beberapa antibakterial kerja terbaiknya pada kondisi anaerob dan yang lainnya pada kondisi aerob (Cowan, 1999) 7. Metode Penyarian Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental, dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, di luar pengaruh cahaya matahari secara langsung. Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Cowan, 1999). Ada beberapa metode ekstraksi untuk penyarian di antaranya adalah maserasi, perkolasi, sokletasi, dan infundasi. Penyarian di samping memperhatikan sifat fisik simplisia dan sifat zat aktifnya, juga harus memperhatikan zat-zat yang terdapat dalam simplisia seperti protein, commit to user 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id karbohidrat, dan lemak (Cowan, 1999). Adapun pada penelitian ini metode penyarian yang dipakai adalah metode maserasi. a. Tujuan Ekstraksi Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan masa komponen zat padat ke dalam pelarut di mana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi: 1) Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai. 2) Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu 3) Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese Medicine (TCM) seringkali membutuhkan herbal yang dididihkan dalam air dan dicampur dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini commit to user perpustakaan.uns.ac.id 27 digilib.uns.ac.id harus dicontoh semirip mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional. 4) Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. b. Prinsip ekstraksi Maserasi Ekstraksi maserasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. commit to user 28 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap, dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat dan diperbolehkan oleh peraturan (Cowan, 1999). commit to user 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Kerangka Pemikiran Variable luar tak terkendali 1. Asal tanaman 2. Umur 3. Musim Variable luar terkendali 1. Suhu 2. Kelembaban 3. pH 4. Aerogenesis Keterangan: : menghasilkan : menghambat Ekstrak Daun Pepaya Complex compound mixture (enzim papain) Polifenol Sintesis protein sel bakteri Saponin Keutuhan membran sel bakteri Flavonoid Sintesis dinding sel bakteri Alkaloid compound (karpain) Sintesis DNA sel bakteri Daya Antibakteri Hambatan pertumbuhan Streptococcus mutans Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah: Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki daya hambat terhadap Streptococcus mutans secara commit In vitro.to user 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik menggunakan rancangan the post test only with control group design dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, Poliklinik Kesehatan Gigi dan Mulut Medical Center Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan Instalasi Bagian Gigi dan Mulut RSUD dr. Moewardi Surakarta. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah ekstrak daun pepaya (Carica papaya L) yang diuji aktivitasnya dengan bakteri Streptococcus mutans secara In vitro. D. Teknik Sampling Dalam penelitian ini pengambilan data (sampel) dilakukan dengan teknik Non Random Incidental Sampling (Consecutive sampling) karena sampel didapatkan dari subjek yang ditemui dan menderita caries dentis. commit to user 30 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April - Juli 2011. Dalam penelitian ini digunakan 20 bakteri Streptococcus mutans sebagai sampel berdasarkan rumus Federer : (k-1)(n-1) ≥15 k = kelompok perlakuan (6-1)(n-1) ≥ 15 n = jumlah tiap kelompok 5(n-1) ≥ 15 5n ≥ 15 + 5 n ≥ 4 à 20 ≥ 4 E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Konsentrasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.). 2. Variabel Terikat Daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans. 3. Variabel Luar a. Variabel luar yang dapat dikendalikan Proses ekstraksi, suhu, kelembaban, pH, aerogenesis. b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan Asal tanaman, musim, dan umur tanaman. commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id F. Definisi Operasional 1. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) Ekstrak daun pepaya diperoleh dan diproses dengan metode maserasi di Lembaga Penelitiaan dan Pengembangan Terpadu Universitas Gajah Mada. Ekstrak daun pepaya diencerkan dengan aquadest steril, menggunakan perbandingan massa (gr) tiap ml pelarut aquadest steril. Konsentrasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) yang digunakan adalah 25 %, 50 %, 75 %, dan 100 %. Sedangkan antibiotik yang digunakan sebagai kontrol positif adalah Penicillin. 2. Streptococcus mutans Bakteri Streptococcus mutans didapatkan dari usap rongga mulut pada subjek yang menderita caries dentis dan diidentifikasi dengan uji biokimia di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada penelitian ini dibutuhkan 20 isolat sampel. 3. Daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans Daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans dilihat dari zona hambatan yang terbentuk di sekitar pertumbuhan koloni Streptococcus mutans pada media Muller-Hinton agar dalam sungkup lilin yang telah diberi disk kertas saring yang mengandung ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan berbagai konsentrasi selama 24 jam – 48 jam. Sebagai kontrol negatif digunakan kertas saring berisi aquadest dan sebagai kontrol positif digunakan kertas saring berisi Penicillin, Skala pengukuran variabel ini adalah skala rasio. commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id G. Prosedur penelitian Sampel dari swab rongga mulut Medium transport Thyoglicolate (inkubasi sungkup lilin; 37°C; 24-48 jam) 24 – 48 jam) Uji identifikasi S.mutans Media Agar Darah (Inkubasi sungkup lilin; 37°C; 24 – 48 jam) Pengecatan Gram Tes Katalase Uji Hemolise Gram (+) Katalase (-) Hemolise sebagian Tes Optochin Resisten pada uji Optochin Streptococcus mutans Kultur Streptococcus mutans (dari Media Transport Thyoglicolate ditanam ke Media Agar Muller-Hinton) commit to user 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Kultur Streptococcus mutans (dari Media Transport Thyoglicolate ditanam ke Media Agar MullerHinton) Disk berisi aquadest / 0 % (kontrol negatif) Cakram Difusi (25 %, 50 %, 75 %, 100 %) Disk berisi Penicillin (kontrol positif) Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) Ukur diameter zona hambatan Gambar 2. Skema prosedur penelitian H. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian a. Oshe kolong b. Pipet c. Piring petri sedang d. Tabung reaksi e. Kaca objek f. Kapas lidi g. Penjepit commit to user (Inkubasi sungkup lilin; 37°C; 24 – 48 jam) 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id h. Toples (sungkup lilin) i. Lampu spiritus j. Lilin (diameter 3,5 cm, tinggi 4 - 5 cm) k. Inkubator l. Mikroskop m. Disk kosong n. Jangka sorong 2. Bahan Penelitian a. Ekstak daun pepaya (Carica papaya L.) b. Aquadest c. Cat Gram d. H202 0,3% e. Disk antibiotik optochin f. Medium Thyoglicolate g. Media Agar Darah h. Muller-Hinton Agar i. Media Mc Concey j. Antibiotik Penicillin k. Antibiotik Optochin commit to user 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id I. Cara Kerja 1. Persiapan awal Alat-alat yang diperlukan dicuci bersih kemudian dikeringkan dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. 2. Isolasi Streptococcus mutans Spesimen diambil dari usap rongga gigi dan mulut penderita caries dentis dengan menggunakan kapas lidi steril, sebelumnya penderita diminta untuk berkumur terlebih dahulu. Sampel yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam medium thyoglicolate dan diinkubasi dalam sungkup lilin (37°C) selama 24-48 jam. Apabila tampak pertumbuhan bakteri pada medium thyoglycolate, kemudian dilakukan kultur pada media agar darah. Sisa koloni bakteri pada media thyoglicolate digunakan untuk uji identifikasi S. mutans dengan pengecatan Gram dan tes Katalase. Media agar darah yang telah ditanami koloni suspek S. mutans kemudian dimasukkan ke dalam sungkup lilin, yang selanjutnya akan diinkubasi 37°C selama 24-48 jam. Medium agar darah ini digunakan untuk langkah identifikasi S.mutans dengan tes hemolise dan antibiotik optochin. commit to user 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Identifikasi Streptococcus mutans a. Tes Hemolise Spesimen ditanam pada media agar darah. Streptococcus mutans akan menunjukkan zona kehijauan di sekitar koloni dan akan menghemolisis sebagian (parsial) karena merupakan tipe α-hemoliticus (viridans). b. Pengecatan Gram Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif sehingga dengan pengecatan gram bakteri Streptococcus mutans akan terlihat berwarna ungu di bawah mikroskop. c. Tes Katalase 1) Pijarkan oshe pada lampu spiritus, biarkan agak dingin, ambil 2-3 oshe larutan NaCl 0,9 %, letakkan pada kaca objek. 2) Pijarkan oshe pada lampu spiritus, biarkan agak dingin, ambil 2-3 oshe koloni Streptococcus mutans, campurkan pada larutan NaCl tadi 3) Teteskan larutan H202 0,3 % 1-2 tetes pada campuran bakteri dan larutan NaCl 4) Amati hasilnya Streptococcus tidak memiliki enzim katalase sehingga tidak mampu menguraikan H202 menjadi H20 dan 02 (tidak terbentuk gelembung udara). commit to user 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id d. Skrining dengan antibiotik optochin Antibiotik optochin adalah antibiotik yang digunakan untuk skrining bakteri Streptococcus mutans, digunakan dalam bentuk disk antibiotik dan akan menghasilkan hasil yang resisten terhadap bakteri Streptococcus mutans. 4. Persiapan ekstrak daun pepaya Konsentrasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) 25 %, 50 %, 75 %, dan 100 %. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) diencerkan dengan menggunakan aquadest steril, dengan memakai perbandingan masa ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) tiap ml pelarut aquadest steril. Ekstrak ini adalah ekstrak steril yang telah disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Kemudian ekstrak digoreskan pada media agar darah dan mc concey untuk memastikan tidak ada koloni yang terbentuk akibat ekstrak yang tidak steril. 5. Persiapan disk ekstrak daun pepaya Disk kertas saring ditetesi dengan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sesuai dengan konsentrasi masing-masing hingga jenuh, kemudian dibiarkan selama 10 menit dalam cawan petri steril dan diulang sekali lagi. 6. Pelaksanaan uji daya hambat bakteri Cawan petri yang berisi media Muller Hinton agar yang telah dioleskan bakteri Streptococcus mutans secara merata didiamkan 5 menit supaya mengering. Kemudian disk kertas saring yang telah commit to user 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dipersiapkan yaitu disk dengan ekstrak daun pepaya dan disk kontrol diletakkan di atas media tersebut. Disk kertas saring ditekan ringan dengan menggunakan pinset sehingga tidak melukai permukaan media. Jarak antara setiap disk diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan mengganggu pengamatan hasil. Kemudian cawan petri tersebut dimasukkan ke dalam sungkup lilin lalu di inkubasi 37°C selama 24 – 48 jam. Zona hambatan yang terbentuk diukur dengan jangka sorong dalam satuan milimeter. J. Teknik Penyajian Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan ANOVA. Uji ini digunakan untuk menguji hipotesishipotesis komparatif lebih dari dua sampel, yaitu untuk membandingkan keenam perlakuan. Jika data tidak terdistribusi normal maka akan ditransformasikan dan kemudian akan diolah dengan metode Kruskall wallis. Kemudian akan dilanjutkan dengan Post Hoc Test dengan α = 0,05. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian daya hambat ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dilakukan sebanyak 20 sampel, dapat dilihat pada tabel berikut: N 7 6 5 Umur 11-20 4 Umur 21-30 3 Umur 31-40 Umur 41-50 2 Umur 51-60 1 0 Laki-laki Perempuan Total Jenis Kelamin Gambar 3. Populasi Sampel Menurut Umur dan Jenis Kelamin Gambar 3 menyajikan populasi sampel menurut umur dan jenis kelamin. Data ditampilkan dalam bentuk jumlah dan presentase sehingga dapat dilihat sebaran variasi sampel pada 20 sampel yang terdapat bakteri Streptococcus mutans. 40 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 SAMPEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Standar Aquadestt (Kontrol Negatif) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 50% 0 0 0 0 6 6.5 6 0 7 7 7 0 6 7 6 7 7 0 0 0 6 75% 6 0 6 0 8 7.5 7 6 7 7.5 9 7 10 8 9 8 9.5 7 7 7 7 100% 8 8 8 7 8.5 8 7 7.5 8.5 8.5 12 9.5 13.5 11 10 9.5 12.5 8 7.5 8 9.5 Penicillin (Kontrol Positif) 10 15 7 8 13 8 11 7 9 9 12 8 13.5 14 18.5 11 17 17 10 8 13 Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Streptococcus mutans pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya, Kontrol Positif, dan Kontrol Negatif Tabel 1 menyajikan diameter zona hambatan pertumbuhan Streptococcus mutans pada berbagai konsentrasi ekstrak daun papaya, kontrol positif (Penicillin), dan kontrol negatif (aquadest) sangatlah bervariasi pada 20 sampel yang diteliti. Tampak pula diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans standar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 Sampel Standar (-) 0 0 Zona hambat rerata (mm) 25 50 75 0.65 3.625 6.825 0 6 7 Penicillin 100 P 9.025 11.3 9.5 13 Tabel 2. Perbandingan antara Rerata Zona Hambat pada 20 Sampel yang Diteliti dengan Bakteri Streptococcus mutans Standar Tabel 2 memperlihatkan bahwa disk berisi aquadestt sebagai kontrol negatif tidak memberikan pengaruh hambatan pertumbuhan bakteri, sedangkan pemberian ekstrak daun papaya berbagai konsentrasi dan disk Penicillin memberikan pengaruh hambatan pada pertumbuhan Streptococcus mutans. Dapat dilihat pula perbandingan antara rerata zona hambat pada 20 sampel yang diteliti dengan bakteri Streptococcus mutans standar. mm 14 12 10 8 6 Sampel 4 Standar 2 % Penicillin % 100 50 % 75 25 (-) 0 Zona hambat rerata (mm) Gambar 4. Zona Hambat Rerata Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans Sampel dan Standar commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 B. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian, pertama kali diuji apakah ada perbedaan rata-rata diameter aktivitas antibakteri yang bermakna antara keenam kelompok dengan uji One-Way ANOVA. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows. Syarat menggunakan uji One-Way ANOVA: 1. Variabel data berupa variabel numerik/ kontinu/ rasio. Data pada penelitian ini adalah diameter aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya terhadap Streptococcus mutans yang dinyatakan dengan skala rasio. 2. Sebaran data harus normal, dibuktikan dengan nilai uji Kolmogorov-Smirnov atau Saphiro-Wilk yang memiliki nilai p lebih besar daripada nilai alfa. Misal, alfa = 0,05 maka nilai p untuk uji sebaran data harus > 0,05. 3. Varians data harus sama. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan uji Homogeneity of Variances, di mana untuk varians data yang sama akan memiliki nilai p > nilai alfa. 4. Jika ketiga syarat di atas tidak terpenuhi maka dapat digunakan uji hipotesis alternatif yaitu berupa uji hipotesis non-parametrik Kruskall-Wallis (Dahlan, 2008). Metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sebaran data normal atau tidak normal adalah uji Kolmogorov-Smirnov (sampel > 50) atau uji Saphiro-Wilk (sampel ≤ 50) (Dahlan, 2008). Penelitian ini commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 menggunakan total 120 sampel dengan jumlah 20 sampel tiap kelompok perlakuan, maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan apakah sebaran data normal atau tidak. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada lampiran 8, tabel 3. Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov Didapatkan nilai p = 0.000. Dikatakan bermakna atau memiliki distribusi yang normal bila nilai p > 0.05. Karena pada penelitian ini nilai p uji normalitas < 0.05, maka data berdistribusi tidak normal. Maka perlu dilakukan transformasi data agar data dapat berdistribusi normal. Setelah dilakukan transformasi data didapatkan nilai p = 0.000, maka data tetap berdistribusi tidak normal, maka uji one way Anova tidak dapat dilakukan. Uji alternatif yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis dapat dilihat pada lampiran 8, tabel 5. Dari hasil Uji Kruskal-Wallis, diperoleh p (Asymp sig) < 0.05, yaitu p = 0.000. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara berbagai variabel bebas terhadap daya hambat bakteri. Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan, maka harus dilakukan uji Post Hoc. Alat untuk melakukan analisis Post Hoc untuk uji Kruskal-Wallis adalah dengan uji Mann-Whitney. Data yang dibandingkan adalah Penicillin dengan aquadest, Penicillin dengan kelompok 1 (ekstrak 25 %), Penicillin dengan kelompok 2 (ekstrak 50 %), Penicillin dengan kelompok 3 (ekstrak 75 %), Penicillin dengan kelompok 4 (ekstrak 100 %); aquadest dengan kelompok 1, aquadest dengan kelompok 2, aquadest dengan kelompok 3, aquadest dengan kelompok 4; kelompok 1 dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 kelompok 2, kelompok 1 dengan kelompok 3, kelompok 1 dengan kelompok 4; kelompok 2 dengan kelompok 3, kelompok 2 dengan kelompok 4; kelompok 3 dengan kelompok 4. Uji statistik kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney yang dapat dilihat pada lampiran 8, tabel 6. Hasil uji Mann-Whitney didapatkan : a. Nilai p antarkelompok kontrol positif (Penicillin) - kontrol negatif (aquadest) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05). b. Nilai p antarkelompok kontrol positif (Penicillin) - kelompok 1 (ekstrak 25 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05). c. Nilai p antarkelompok kontrol positif (Penicillin) - kelompok 2 (ekstrak 50 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05). d. Nilai p antarkelompok kontrol positif (Penicillin) - kelompok 3 (ekstrak 75 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05). e. Nilai p antarkelompok kontrol positif (Penicillin) - kelompok 4 (ekstrak 100 %) = 0,016; lebih kecil dari alfa (0,05). f. Nilai p antarkelompok kontrol negatif (aquadest) - kelompok 1 (ekstrak 25 %) = 0,152; lebih besar dari alfa (0,05). g. Nilai p antarkelompok kontrol negatif (aquadest) - kelompok 2 (ekstrak 50 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) h. Nilai p antarkelompok kontrol negatif (aquadest) - kelompok 3 (ekstrak 75 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 i. Nilai p antarkelompok kontrol negatif (aquadest) - kelompok 4 (ekstrak 100 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) j. Nilai p antarkelompok 1 (ekstrak 25%) - kelompok 2 (ekstrak 50 %) = 0,003; lebih kecil dari alfa (0,05) k. Nilai p antarkelompok 1 (ekstrak 25 %) - kelompok 3 (ekstrak 75 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) l. Nilai p antarkelompok 1 (ekstrak 25 %) - kelompok 4 (ekstrak 100 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) m. Nilai p antarkelompok 2 (ekstrak 50 %) - kelompok 3 (ekstrak 75 %) = 0,001; lebih kecil dari alfa (0,05) n. Nilai p antarkelompok 2 (ekstrak 50 %) - kelompok 4 (ekstrak 100 %) = 0,000; lebih kecil dari alfa (0,05) o. Nilai p antarkelompok 3 (ekstrak 75 %) - kelompok 4 (ekstrak 100 %) = 0,005; lebih kecil dari alfa (0,05) Hasil ini menunjukkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol positif (Penicillin) dengan kelompok kontrol negatif (aquadest) 2) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol positif (Penicillin) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 1 (Ekstrak 25 %) 3) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol positif (Penicillin) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 2 (Ekstrak 50 %) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 4) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol positif (Penicillin) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 3 (Ekstrak 75 %) 5) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol positif (Penicillin) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 4 (Ekstrak 100 %) 6) Tidak terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol negatif (aquadest) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 1 (Ekstrak 25 %) 7) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol negatif (aquadest) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 2 (Ekstrak 50 %) 8) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol negatif (aquadest) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 3 (Ekstrak 75 %) 9) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara kelompok kontrol negatif (aquadest) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 4 (Ekstrak 100 %) 10) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 1 (Ekstrak 25 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 2 (Ekstrak 50 %) 11) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 1 (Ekstrak 25 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 3 (Ekstrak 75 %) 12) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 1 (Ekstrak 25 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 4 (Ekstrak 100 %) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 13) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 2 (Ekstrak 50 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 3 (Ekstrak 75 %) 14) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 2 (Ekstrak 50 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 4 (Ekstrak 100 %) 15) Terdapat perbedaan daya hambat bakteri antara ekstrak daun pepaya kelompok 3 (Ekstrak 75 %) dengan ekstrak daun pepaya kelompok 4 (Ekstrak 100 %) 16) Ekstrak daun pepaya dosis 1 (25 %) tidak memiliki daya hambat bakteri yang bermakna. Daya hambat bakterinya sama dengan aquadest. 17) Semakin tinggi kadar daun pepaya, semakin baik daya hambatnya terhadap bakteri. 18) Penicillin lebih baik daya hambatnya terhadap bakteri dibandingkan dengan ekstrak daun pepaya dengan dosis berapa pun. Kemudian dilakukan uji perbandingan antara bakteri sampel dengan bakteri standar American Type Culture Collection (ATCC) untuk mengetahui karakteristik bakteri yang digunakan. Uji yang digunakan adalah uji-t tidak berpasangan. Salah satu syarat uji-t tidak berpasangan adalah data harus berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena uji analitis ini lebih sensitif dan objektif dibandingkan uji yang lain. Kemudian alasan lain memakai uji Shapiro-Wilk adalah pada penelitian ini jumlah data yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 dibandingkan kurang dari 50, yakni 12 yang merupakan penjumlahan dari 6 kelompok data bakteri usap dan 6 kelompok data bakteri standar. Hasil uji Shapiro-Wilk dapat dilihat pada lampiran 8, tabel 7. Dari hasil uji Shapiro-Wilk didapatkan p > 0.05 pada bakteri usap maupun bakteri standar, yaitu p = 0.628 pada data bakteri usap dan p = 0.508 pada data bakteri standar. Karena nilai p > 0.05, dapat disimpulkan bahwa distribusi daya hambat bakteri pada kelompok bakteri usap maupun kelompok bakteri standar berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji-t tidak berpasangan untuk mengetahui karakteristik bakteri sampel yang digunakan dibandingkan bakteri standar. Hasil uji-t tidak berpasangan dapat dilihat pada lampiran 8, tabel 8. Dari hasil uji-t tidak berpasangan didapatkan pada kotak Levene’s Test (nama uji hipotesis untuk menguji varians), nilai p (sig) = 0.926. Karena nilai p > 0.05, maka varians data kedua kelompok adalah sama. Oleh karena varians sama, maka untuk melihat hasil uji-t tidak berpasangan memakai baris pertama atau baris equal variances assumed. Angka signifikansi baris pertama adalah p (sig 2 tailed) = 0.814 (tidak signifikan), dengan perbedaan rerata (mean difference) sebesar -0,68. Nilai IK 95% adalah antara -6.96 sampai 5.60. Karena nilai 0 tercakup dalam rentang IK 95%, maka tidak signifikan atau tidak ada perbedaan yang bermakna. Karena p > 0.05 atau IK 95% mencakup nilai 0, maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan daya hambat bakteri pada jenis bakteri usap dengan bakteri standar. Dengan kata lain, bakteri usap pada penelitian ini commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 memiliki kesamaan karakter dengan bakteri standar, atau tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Maka dalam penelitian ini secara umum, karakteristik kuman usap yang dipakai sebagai sampel tidak memiliki perbedaan bermakna dengan karakteristik kuman standar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 BAB V PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Penelitian dilakukan dengan ekstrak daun pepaya konsentrasi 25 %, 50 %, 75 %, dan 100 %. Aquadest digunakan sebagai kontrol negatif, dan disk Penicillin sebagai kontrol positif. Gambar 3 menunjukkan gambaran umur dan jenis kelamin 20 responden yang ikut serta dalam penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa Streptococcus mutans banyak ditemukan pada kelompok umur 21-30 tahun baik laki-laki maupun perempuan, terutama pada jenis kelamin lakilaki. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perilaku pada usia remaja hingga dewasa muda yang sebagian besar kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut. Pola makan, merokok, meminum alkohol, dan lain sebagainya merupakan faktor penyebab terjadinya caries dentis pada kelompok umur tersebut, di samping faktor komponen gigi dan air ludah, mikroorganisme penghasil asam, dan waktu (Julianti, dkk., 2008). Tabel 1 menggambarkan rerata diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri pada tiap konsentrasi. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis bahwa ekstrak daun pepaya mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Pada tabel 1 dapat dilihat hasil pengukuran diameter zona hambatan commit to user 51 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 pertumbuhan Streptococcus mutans pada berbagai konsentrasi ekstrak daun papaya pada kontrol positif, dan kontrol negatif. Pada konsentrasi ekstrak daun pepaya sebesar 25%, ternyata belum menunjukkan daya hambat yang bermakna terhadap Streptococcus mutans, hanya 2 dari total 20 sampel ini yang menunjukkan efek antibakteri. Hasil dari kelompok pada konsentrasi tersebut relatif sama dengan kontrol negatif. Perbedaan daya hambat antibakteri ekstrak daun pepaya pada konsentrasi 25 %, 50 %, 75 % dan 100 % tampak signifikan dan aktifitas antibakterinya berbanding lurus dengan peningkatan kadar ekstrak. Pada kelompok daun papaya 100 % hasilnya mendekati kontrol positif disk antibiotik Penicillin. Hal ini menunjukkan bahwa dengan konsentrasi ekstrak daun pepaya 100 % memiliki khasiat yang mendekati kekuatan disk Penicillin yang dibuktikan dengan nilai p = 0,016; lebih kecil dari alfa (0,05). Berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Oladimeji dkk., tahun 2007, didapatkan hasil ekstrak daun pepaya memiliki efek antibakteri, tetapi masih di bawah efek antibakteri penicillin. Berdasarkan data pada tabel 2, rerata diameter zona hambat yang terbentuk pada ekstrak daun papaya 25 % adalah 0,65 mm, 50 % adalah 3,63 mm, 75 % adalah 6,83 mm, 100 % adalah 9,03 mm, dan kontrol positif adalah 11,3 mm. Rerata diameter zona hambatan kelompok sampel hampir sama dengan rerata diameter zona hambatan pada kuman standar. Pada kuman standar didapatkan diameter zona hambatan ekstrak daun papaya 25 % adalah 0 mm, 50 % adalah 6 mm, 75 % adalah 7 mm, 100 % adalah 9,5 mm, dan kontrol positif commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 adalah 13 mm. Berdasarkan hasil uji-T tidak berpasangan pada lampiran 8, tabel 8, bakteri usap pada penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Maka dalam penelitian ini, karakteristik kuman usap yang dipakai sebagai sampel tidak memiliki perbedaan bermakna dengan karakteristik kuman standar. Gambar 4 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun papaya 25 % belum memberikan efek hambatan terhadap Streptococcus mutans dan peningkatan konsentrasi ekstrak daun papaya mengakibatkan peningkatan diameter zona hambat. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dosis-respon (dose-response relationship). Temuan ini memperkuat simpulan hubungan kausal antara pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dengan pertumbuhan Streptococcus mutans. (Dahlan, 2008) Penelitian ini pada mulanya akan dianalisis dengan menggunakan uji One Way ANOVA untuk mengetahui apakah ada perbedaan rerata hitung yang signifikan pada semua kelompok perlakuan, tetapi karena data tidak memenuhi syarat distribusi normal dan varians yang sama, maka dilakukan transformasi data agar berdistribusi normal dan varians sama. Namun, karena data tetap tidak memenuhi syarat, uji analisis yang digunakan menjadi uji Kruskal Wallis. Setelah dilakukan uji Kruskal Wallis didapatkan p < 0,05 hampir pada semua sampel perlakuan, atau dengan kata lain terdapat perbedaan yang signifikan pada perlakuan-perlakuan tersebut. Terdapat 1 data perbedaan yang tidak signifikan yaitu antara kelompok kontrol negatif dan kelompok ekstrak papaya 25 % commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 Oleh karena adanya perbedaan yang signifikan pada hampir semua kelompok perlakuan tersebut, maka dapat dilakukan uji analisis lanjutan dengan uji post hoc metode Mann-Whitney untuk mengetahui pada perlakuan manakah terdapat perbedaan daya hambat yang signifikan secara statistik. Lampiran 8, tabel 6, menunjukkan data perbedaan yang signifikan antara semua kelompok perlakuan yaitu antara ekstrak daun pepaya kontrol dan antarekstrak daun papaya pada semua konsentrasi. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan dosis konsentrasi ekstrak daun pepaya sebanding dengan efek antibakterinya sehingga harus mempertimbangkan toksisitasnya karena setiap peningkatan dosis mempengaruhi hasil yang didapat secara signifikan. (Gan dkk., 1997). Perbandingan rerata zona hambatan antara sampel penelitian dengan kuman Streptococcus mutans standar dianalisis dengan uji-t (pada lampiran 8, tabel 8). Hasil analisis menunjukkan bahwa zona hambat yang terbentuk antara kedua kelompok tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya mempunyai kemampuan antibakteri yang sama terhadap Streptococcus mutans secara umum yang belum mengalami mutasi. Ekstrak daun papaya mengandung berbagai macam turunan fenol sehingga tidak ditemukan adanya resistensi terhadap Streptococcus mutans (Cowan, 1999). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar hambat minimal ekstrak daun pepaya terhadap Streptococcus mutans adalah kadar ekstrak 50 %. Hal ini menunjukkan kadar tersebut sebagai kadar minimal ekstrak daun papaya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 memiliki daya antibakteri. Daya hambat akan meningkat sebanding dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun papaya. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa ekstrak daun pepaya memiliki daya hambat antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Namun, bila dibandingkan dengan efek antibakteri penicillin, antibiotik ini masih lebih baik daya hambatnya terhadap bakteri dibandingkan dengan ekstrak daun pepaya dengan dosis berapapun dibuktikan pada data pada lampiran 8 tabel 6. Kemampuan ekstrak daun pepaya dalam menghambat pertumbuhan kuman Streptococcus mutans karena zat kimia yang terkandung di dalamnya, yakni fenol dan senyawa turunannya. Daya antibakteri ekstrak daun pepaya disebabkan oleh adanya kandungan senyawa latex yang di dalamnya terdapat enzim papain (complex mixture chemical), senyawa alkaloid karpain, polifenol, saponin, dan flavonoid (Hutapea, 2000). Enzim papain dapat mendenaturasi protein sel dengan mekanisme memproduksi senyawa koagulan yang mampu mengimobilisasi mikroorganisme sehingga sel fagosit dapat menghancurkan bakteri. Senyawa alkaloid karpain mampu mengganggu sintesis DNA bakteri. Polifenol mampu mendenaturasi protein dan merusak membran sel. Mekanisme kerjanya dengan memproduksi enzim inhibisi dari senyawa yang dioksidasi, kemungkinan melalui reaksi sulfihidril atau interaksi nonspesifik dengan protein sel. Proses ini mengakibatkan struktur tiga dimensi protein berubah dan berubah dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada stuktur kerangka kovalen, sehingga protein commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 terdenaturasi. Deret asam amino tersebut tetap utuh setelah denaturasi, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya (Cowan, 1999). Senyawa flavonoid memiliki efek antibakteri dengan mekanisme ikatan dengan complex protein dan dinding sel sehingga mampu mendenaturasi protein dan dinding sel bakteri. Sedangkan senyawa saponin yang merupakan jenis terpenoid belum diketahui mekanisme pastinya dalam menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi diperkirakan karena mekanisme perusakan membran sel oleh sifatnya yang lipofilik (Cowan, 1999). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Dari hasil penelitian tentang Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans secara in vitro, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ekstrak daun papaya terbukti memiliki aktifitas daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans yang sudah tampak pada pemberian konsentrasi ekstrak daun papaya 50 %. 2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pepaya yang digunakan maka semakin besar daya hambat antibakterinya. 3. Ekstrak daun papaya 25% tidak memberikan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif. 4. Terdapat perbedaan daya hambat antibakteri yang signifikan pada semua konsentrasi ekstrak daun papaya 50 %, 75 %, dan 100 %. 5. Tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap daya hambat ekstrak daun pepaya terhadap Streptococcus mutans sampel dan Streptococcus mutans standar. commit to user 57 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 58 B. SARAN Setelah dilakukan penelitian tentang Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Streptococcus mutans secara In vitro, maka peneliti menyarankan untuk diadakan penelitian lebih lanjut tentang : 1. Daya hambat ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) untuk mengetahui dosis efektif sebagai antibakteri dan mengetahui dosis keamanan serta toksisitasnya. 2. Daya antibakteri ekstrak daun papaya menggunakan bakteri penyebab caries dentis lain sebagai sampel. 3. Kandungan kimia antibakteri daun pepaya (Carica papaya L.) dengan bentuk sediaan yang berbeda seperti rebusan air, dan sebagainya. commit to user