KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DAN MURID AUTIS DI

advertisement
KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DAN MURID AUTIS
DI SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH BEKASI
Di susun Oleh
Rahmi Isnaini
204051002855
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DAN MURID AUTIS
DI SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH BEKASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh
RAHMI ISNAINI
NIM: 204051002855
Pembimbing
Dra. Nurul Hidayati, M.Pd
NIP. 150277649
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S I) di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini buka hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Agustus 2008
Rahmi Isnaini
ABSTRAK
Nama : Rahmi Isnaini
Judul : “Komunikasi Instruksional Guru dan Murid Autis Di Sekolah Dasar
Insania Jatiasih Bekasi”
Komunikasi merupakan sebuah alat transformasi yang digunakan oleh
manusia dengan berkomunikasi manusia dapat mengekspresikan keinginannya.
Komunikasi juga ada dalam sebuah pendidikan dalam prosesnya melibatkan
banyak komponen yang terdiri atas guru, murid, kepala sekolah dan lainnya. Di
dalam sebuah kependidikan ada 2 konsep yang sangat berkaitan, yaitu belajar
(learning) dan pembelajaran (instruction). Konsep belajar ada pada pihak peserta
didik dan konsep pembelajaran pada pihak guru. Namun demikian pembelajaran
atau intrucsion biasanya terjadi dalam situasi formal dimana guru
mentransformasikan ilmu yang diberikan kepada peserta didik, berdasarkan
kurikulum yang hendak dicapai.
Dalam proses belajar mengajar seyogyanya guru dapat mengisntruksikan
muridnya melalui berbagai macam komunikasi yang digunakan. Supaya murid
dapat mengerti dan memahami sebuah pelajaran. Apalagi murid yang diajarkan
adalah murid khusus yang menyandang autisme yaitu anak yang tidak mampu
dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Maka guru harus
mengetahui metode pembelajaran yang pantas digunakan dalam mengajar murid
tersebut. Karena pendidikan adalah kunci masa depan setiap individu. Dan
individu autis juga layak mendapatkan sebuah pendidikan.
Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui komunikasi instruksional
yang dipakai oleh guru dalam proses belajar mengajar ketika mengajar murid
autis, lalu metode yang digunakan oleh guru dalam membina anak autis dan ingin
mengetahui faktor yang menunjang dan faktor yang menghambat di dalam proses
belajar mengajar. Melalui observasi, wanwancara dan dokumentasi guna
mendapatkan informasi data penelitian yang dibutuhkan dan hasil data diuraikan
melalui catatan lapangan dengan menggunakan teknik keabsahan data.
Analisis dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian kulitatif yaitu
sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata tertulis atau
lisan dari orang atau perilaku yang diamati.
Dari hasil penelitian ini, bahwa komunikasi instruksional yang dipakai
oleh guru SD Insania Jatiasih Bekasi adalah komunikasi instruksional secara
verbal,
komunikasi instruksional non verbal, komunikasi antar pribadi,
komunikasi massa dan komunikasi kelompok kemudian metode yang digunakan
dalam membina anak autis menggunakan metode lovass, dan faktor yang
menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah fasilitas dan
kerjasama oranga tua murid dengan gurunya dan yang menghambat dalam proses
belajar mengajar yaitu faktor pemahaman / kerangka berfikir yang ada pada anak
autis.
i
KATA PENGANTAR
‫ﺑــﺴﻢ اﷲ اﻟ ّﺮ ﺣﻤـﻦ اﻟ ّﺮ ﺣﻴﻢ‬
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Adil dan Maha Pengasih tanpa Inayah-Nya tak mungkin penulis bisa
mencapai pendidikan sampai strata satu (S1).
Shalawat serta salam semoga tetap teriring keharibaan junjungan Nabi besar
Muhammad SAW para keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya
sampai akhir zaman. Atas do’a dan usaha, dan perjalanan panjang, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas penting yang mempertaruhkan
segenap keilmuan yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, walaupun jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara moriil maupun
materiil, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Murodi, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan kesempatan baik secara edukatif
maupun administratif sehingga memperlancar skripsi ini.
2. Dr. Arief Subhan, M.A. Selaku Pembantu Dekan Satu (PUDEK I). Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah. Drs. Mahmud Jalal M.A.
Selaku Pembantu Dekan Dua (PUDEK II). Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah
yang telah memberikan nasehat serta dorongan
kepada penulis. Drs. Study Rizal LK, MA. Selaku Pembantu Dekan Tiga
ii
(PUDEK III). Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah,
Dosen Penasehat Akademik, yang telah memberikan arahan kepada penulis.
3. Dra. Asriati Jamil, M. Hum, dan Dra. Musfirah Nurlaily, M.A, selaku Ketua
Koordinator Teknis dan Sekretaris Koordinator Teknis Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Program Non Reguler.
4. Dra. Nurul Hidayati M.Pd, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
begitu banyak wawasan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
6. Bu Asti dan Bu Iis selaku Pimpinan dan Sekretaris Sekolah Dasar Insania
Jatiasih Bekasi beserta Staf pengajarnya (Bu Nia, Bu Olyah, Bu Diah, Bu
Anti, Bu Indah), yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada
penulis untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.
7. Ayahanda Barlin Kamin dan Ibunda Darmilis yang telah membesarkan dengan
kasih sayang, mendidik, dan yang selalu memberikan do’a. Semoga dalam
lindungan Allah SWT Amin. Uni Ineng, Abang Adri dan Abang Tamjil yang
telah membantu penulis baik moriil maupun materiil dan memberikan
semangat serta do’anya demi keberhasilan penulis.
8. Rekan-Rekan Mahasiswa Non Reguler KPI (B) angkatan 2004, Pak Nurdin,
Nurul, Vina, Rany, Lia, Umi, Oom, Mila KD, Millati, Erfan, Ronal, Irul,
Syauqi, Roby, Tedy, Muhaimin, Dado, Haris, Culo, Ryan dan Umar, yang
telah sama-sama berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda dan saling berbagi rasa,
juga teman-teman seperjuangan KKS 2007 Banjarwaru.
iii
9. Teman-teman yang berada di rumah kost “Al-Barkah 2” yang penulis tidak
bisa sebutkan satu persatu, atas kebersamaan dan canda tawa mereka yang
senantiasa mengobati rasa jenuh dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini,
teman sekamar penulis yang selalu menemani penulis dalam suka dan duka
thanks guys.. “Nurma”
10. Mas Ari yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan motivasi dan do’anya,
thanks for everything.. Abang Samsul thanks guys.. dan untuk semua pihak
yang terkait dalam pembuatan skripsi ini baik langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembalikan semoga semua yang
telah diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah yang tak terhapus
selamanya. Dengan kerendahan hati, penulis memohon do’anya agar ilmu yang
telah di peroleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan memberi berkah. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca
pada umumya.
iv
DAFTAR ISI
Abstrak...............................................................................................................i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................... v
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
E. Metodologi Penelitian..................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 8
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Komunikasi Instruksional
1. Pengertian Komunikasi Intruksional........................................ 10
2. Pengertian Belajar Mengajar.................................................... 11
3. Tujuan Belajar Mengajar ......................................................... 14
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi ........................................................... 15
2. Unsur-unsur Komunikasi ......................................................... 17
3. Tingkatan Komunikasi ............................................................ 20
4. Jenis-jenis Komunikasi ............................................................ 21
5. Hambatan-hambatan Komunikasi............................................ 23
v
C. Autis
1. Pengertian Autis ...................................................................... 25
2. Penatalaksanaan Anak Autis .................................................... 31
BAB III : GAMBARAN UMUM SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH
BEKASI
A. Latar Belakang Berdirinya Sekolah Dasar Insania .................... 39
B. Tujuan Sekolah Dasar Insania .................................................... 40
C. Sasaran Sekolah Dasar Insania................................................... 41
D. Visi dan Misi Sekolah Dasar Insania ......................................... 41
E. Sarana Prasarana Sekolah dasar Insania ..................................... 41
F. Program Kegiatan Belajar Mengajar Sekolah
Dasar Insania............................................................................... 42
G. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Insania................................ 49
BAB IV : TEMUAN DAN ANLISIS DATA
A. Komunikasi yang dipakai dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi .................. 51
B. Metode yang digunakan dalam membina
anak autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi................ 61
C. Faktor yang menunjang dan menghambat dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar Insania JatiasihBekasi ................... 67
vi
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 68
B. Saran-saran .................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..70
LAMPIRAN………………………………………………………………….72
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Komunikasi
merupakan
aktivitas
manusia
dasar,
dengan
berkomunikasi manusia melakukan hubungan, karena manusia makhluk
sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling
membutuhkan. Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya
dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Komunikasi adalah sendi dasar
terjadinya proses interaksi sosial, karena tanpa komunikasi kehidupan
manusia tidak akan berkembang dan tidak akan menghasilkan kebudayaan
yang tinggi. Dengan berkomunikasi manusia mencoba mengekspresikan
keinginannya dan dengan berkomunikasi itu pula manusia melaksanakan
kewajibannya. Seperti dikutip oleh Toto Tasmara bahwa Wilbur Schramn
(1980) memberikan predikat manusia sebagai the communication animal,
artinya tanpa komunikasi manusia akan jauh derajatnya pada tingkat yang
rendah.1
Komunikasi dalam istilah pendidikan dikenal sebagai komunikasi
instruksional (instructional communication) salah satu aspek fungsi
komunikasi untuk meningkatkan kualitas berfikir pada pelajar (komunikan)
dalam situasi instruksional yang terkondisi.
Dalam penelitian ini, fungsi komunikasi dalam pendidikan adalah
sebagai pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan
1
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet ke-2, h.6
1
2
intelektual, pembentuk watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran
yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.2
Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi antara guru
sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan. Karena dalam bidang
pendidikan melibatkan komunikasi antara guru dan murid, maka satu sama
lain dapat menyampaikan pesan, maksud dan tujuan menurut caranya
masing-masing. Pesan yang disampaikan tersebut dapat direncanakan
terlebih dahulu kepada para murid selaku komunikan. Pihak komunikator
atau guru dalam hal ini mengharapkan feedback dari komunikan atas ide-ide
dan pesan-pesan yang disampaikan, sehingga dengan pesan di sampaikan
tersebut terjadilah perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan.
Seorang guru (komunikator) mengupayakan perubahan sikap peserta didik
selaku komunikan dalam pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai
tertentu yang disampaikan melalui proses kegiatan belajar-mengajar
(KBM).3
Dalam dunia pendidikan yang memegang peranan komunikasi adalah
guru/pendidik.
Pada
kegiatan
proses
balajar
mengajar
guru
menginstruksikan pesannya melalui tindakan - tindakan komunikasi.
Tindakan komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai macam cara,
baik secara “verbal” (dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan)
ataupun “non verbal” (tidak dalam bentuk kata-kata, misalnya gestura, sikap
tingkah laku, gambar-gambar dan bentuk-bentuk lainnya yang mengandung
arti). Tindakan komunikasi juga dapat dilakukan secara langsung dan tidak
2
H.A Widjaya, komunikasi dan hubungan masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),h.11
Onong Uchjana Effendi, kepemimpinan dan komunikasi, (Bandung: CV.Mandar
Maju,1998),h.58
3
3
langsung. Bicara secara tatap muka, berbicara di depan kelas dalam proses
belajar mengajar, berbicara melalui telepon, menulis surat kepada seseorang,
sekelompok orang atau organisasi, ini adalah contoh-contoh dari tindakan
komunikasi langsung. Sementara yang termasuk tindakan komunikasi tidak
langsung adalah komunikasi yang dilakukan secara perorangan tetapi
melalui medium atau alat perantara tertentu. Misalnya penyampaian
informasi melalui surat kabar, majalah, radio, TV, film, pertunjukan
kesenian dan lain-lain.4
Pendidikan adalah kunci masa depan setiap individu, apalagi bila ia
termasuk penyandang autisme. Setiap orangtua mendambakan agar anaknya
bisa mengikuti pendidikan jalur 'normal' yang memberikan kesempatan bagi
anak mengikuti semua kegiatan.
Jalaluddin Rakhmat, berpendapat bahwa, manusia di lahirkan dalam
keadaan lemah fisik, maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang
demikian ia telah mempunyai kemampuan bawaan yang bersifat laten.5
Sekolah Dasar Insania, sangat berperan bagi pembentukan dan
perkembangan anak yang menderita autis. Lembaga ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus,
sehingga
dapat
bermanfaat
bagi
dirinya
dan
masyarakat
dan
memodisivikasi perilaku menjadi lebih baik, sehingga dapat berkembang
secara optimal. Lembaga ini juga sekaligus merupakan salah satu wadah
yang signifikan dalam membentuk sarana keagamaan pada diri seorang
4
Sasa Djuarsa Sendjaja, (at. Al), Pengantar Komunikasi , (Jakarta: Universitas Indonesia,
1993), Cet ke-4, h.2
5
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,1996),h.63.
4
anak autis.
Penulis melihat, bahwa Sekolah Dasar Insania merupakan
sarana pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam membina anakanak yang menyandang autis dan juga sekaligus berfungsi sebagai media
untuk mengkomunikasikan pesan-pesannya antara guru dan murid autis
dalam proses belajar mengajar.
Interaksi belajar mengajar diarahkan agar aktivitas berada pada pihak
anak didik. Hal ini menjadi keharusan karena anak didik merupakan
orientasi dari setiap proses atau langkah kegiatan belajar-mengajar, peranan
guru disini sebagai pembimbing yang dapat mengarahkan murid dan
memberikan motivasi untuk mencapai hasil yang optimal.6
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu
proses pengoperan atau pemindahan informasi dari komunikator kepada
komunikan untuk mencapai suatu tujuan yang digunakan oleh komunikator.
Karena itu, penting bagi pendidik dan orangtua anak autis untuk bekerja
sama berusaha mencari penanganan terbaik bagi anak-anak ini. Mau tidak
mau, suka tidak suka, para orang dewasa di sekitar anak autis lah yang harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan anak autis. Berikan mereka
kesempatan dan target yang realistis di tempat belajar "umum", serta ajarkan
keterampilan-keterampilan
baru
melalui
cara
yang
khusus
sesuai
kemampuan dan gaya belajar mereka.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, akhirnya penulis tertarik
untuk membahas dan mendalami skripsi yang berjudul:
6
H. Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997) cet
ke.1,hal.119
5
“Komunikasi Instruksional Guru Dan Murid Autis di Sekolah
Dasar Insania Jatiasih Bekasi ”.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Memperhatikan luasnya masalah yang di uraikan, maka penulis
membatasi pada masalah yaitu komunikasi Instruksional yang dipakai dalam
proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania.
2. Perumusan Masalah.
Berdasarkan pembatasan di atas, maka perumusan masalah yang akan
penulis kemukakan sebagai berikut:
a. Bagaimana komunikasi instruksional yang dipakai dalam proses belajar di
Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi?
b. Metode apakah yang digunakan dalam membina anak autis di Sekolah
Dasar Insania Jatiasih Bekasi?
c. Faktor apakah yang menunjang dan menghambat dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Bertujuan untuk mengetahui komunikasi instruksional yang di pakai dalam
proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.
b. Bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan dalam membina anak
autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.
c. Bertujuan untuk mengetahui factor yang menunjang
dan menghambat
dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.
6
D. Manfaat penelitian ini yaitu:
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang
besar dalam penerapan sistem komunikasi dalam proses belajar mengajar
yang meliputi:
a.
Sebagai usaha untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai halhal yang berhubungan dengan peningkatan profesi sesuai dengan bidang
garapan penulis.
b.
Sebagai pengalaman langsung bagi penulis dalam menyusun karya
ilmiah.
c.
Hasil penelitan ini diharapkan akan mengembangkan ilmu, dan
metodologis dalam ilmu komunikasi.
E.
Metodologi penelitan
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, adalah jenis
penelitian yang di hasilkan dari suatu data-data yang di kumpulkan dan
berupa kata-kata, gambar, dan merupakan suatu penelitian alamiah. Badgan
dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati mengenai pelaksanaan
komunikasi instruksional guru dan murid autis di Sekolah Dasar Insania
Jatiasih Bekasi.
a.
Waktu dan lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang akan penulis teliti yaitu Sekolah Dasar Insania
Jatiasih Bekasi dan waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan JuniJuli 2008.
7
b. Subyek dan Obyek penelitian
Adapun subyek dalam penelitian adalah murid-murid autis yang ada
pada kelas individual dan kelas klassikal, sedangkan informan
penelitiannya yaitu guru-guru pada kelas klassikal dan individual serta
orangtua murid autis. Kemudian yang di jadikan obyek penelitian adalah
komunikasi instruksional guru dan murid autis dalam proses belajar
mengajar.
c. Teknik Pencatatan Data
Beberapa teknik pencatatan data yang penulis gunakan sebagai berikut:
1) Observasi: Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.7 Dalam hal ini
penulis secara langsung mengamati komunikasi instruksional guru dan
murid autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi. Dengan
menggunakan alat perekam gambar (handy camera) setelah itu ditulis
kedalam catatan lapangan dengan menggunakan bahasa yang apa
adanya. Observasi ini dilakukan Sebanyak 2 kali dalam seminggu
selama 1 bulan penuh.
2) Wawancara: Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.8 Dalam hal
ini penulis mengadakan wawancara secara mendalam yang dilakukan
dengan berbagai informan yaitu guru, orangtua murid dan pihak terkait
7
Dedy Mulyanah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung PT. Rosdakarya, 2002) h.181
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya,
2007) h.186
8
8
di antaranya dengan pihak yayasan kemudian penulis menuliskan hasil
wawancara dengan bahasa yang apa adanya yang sesuai dengan hasil
wawancara.
3) Dokumentasi: Sumber datanya berupa catatan dokumen yang tersedia,
bisa termasuk sumber data yang berupa catatan resmi atau juga termasuk
dokumen-dokumen ekspresif. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi
data-data hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu
melalui observasi dan wawancara.
e. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul, dan di kelompokkan sesuai dengan tujuan
penelitian untuk di analisis dan diberikan interpretasi dengan cara
mengklarifikasikannya dengan kerangka teori yang ada dan akhirnya di
simpulkan.
f. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini. Penulis berpedoman pada buku
yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) 2008”.9
F.
Sistematika Penulisan
Bab I
Pendahuluan
Bab ini yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
9
Azyumardi Azra, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah “skripsi, tesis dan dsertasi”
(Jakarta, CeQDA (Center for Quality Development ad Assurance, 2008).
9
Bab II Tinjaun Teoritis
Membahas
tentang
pengertian
komunikasi
Instruksional,
pengertian belajar mengajar, tujuan belajar mengajar, pengertian
komunikasi, unsur-unsur komunikasi, tingkatan komunikasi, jenisjenis komunikasi, hambatan-hambatan komunikasi, pengertian
autis, dan penatalaksanaan anak autis.
Bab III Gambaran Umum Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi
Membahas tentang Latar Belakang SD Insania, Tujuan SD Insania,
Sasaran SD Insania, Visi dan Misi SD Insania, Sarana Prasarana
SD Insania, Struktur Organisasi SD Insania.
Bab IV Temuan dan Analisis Data
Membahas tentang
analisa terhadap komunikasi instruksional
yang dipakai dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar
Insania Jatiasih Bekasi, metode yang dipakai dalam membina anak
autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi, faktor-faktor yang
menunjang dan menghambat dalam proses belajar mengajar di
Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi.
BAB V Penutup
Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi, yang
berisi tentang kesimpulan, saran-saran. Pada bagian akhir dari
penulisan skripsi, penulis menyajikan daftar pustaka yang menjadi
referensi dalam peulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran yang
terkait.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Komunikasi Instruksional
1. Pengertian Komunikasi Instruksional
Istilah Instruksional berasal dari kata instruction. Ini bisa berarti
pengajaran, pelajaran atau bahkan perintah atau instruksi. Webster’s Third
New International Dictionary of the English Language mencantumkan kata
intruksional (dari kata to instruct) dengan arti “memberikan pengetahuan atau
informasi khusus dengan maksud melatih dalam berbagai bidang khusus,
memberikan keahlian atau pengetahuan dalam berbagai bidang seni atau
spesialisasi tertentu”. Atau dapat berarti pula ”mendidik dalam subjek atau
bidang pengetahuan tertentu”. Disini juga di cantumkan dengan makna lain
yang berkaitan dengan komando dan perintah.10
Di dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak di artikan perintah,
tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama, yakni pengajaran dan atau
pelajaran. Bahkan akhir-akhir ini kata tersebut diartikan sebagai pembelajaran.
Kalau pada istilah pengajaran, yang dominan adalah guru, pengajar, atau
dosen sebagaimana kata mengajar itu sendiri datangnya dari pengajar, maka
pada pelajaran titik beratnya adalah pada materi atau pesan yang diajarkan
oleh pengajar tadi. Titik perhatiannya berbeda. Mengajar pada guru, belajar
pada murid, dan pelajaran pada bahan yang digunakan oleh guru untuk
disampaikan kepada murid, dan murid melaksanakan ajaran atau bahan ajar
10
Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002) cet 1,h.17
10
11
tadi, ini disebut belajar. Sedangkan bahan belajar dan sekaligus bahan
pengajaran tadi disebut pelajaran atau bidang studi.11
Di dalam dunia pendidikan sekarang, istilah pengajaran ataupun pelajaran
mempunyai makna yang berbeda meskipun kedua istilah tersebut bisa berasal
dari kata yang sama: Instruction. Oleh karena itu, kata ini tidak di
alihbahasakan menjadi pengajaran atau pelajaran. Ia diterjemahkan dengan
pembelajaran karena kata ini lebih dapat mewakili pengajaran, pelajaran, dan
belajar.12
Uraian diatas menunjukan bahwa istilah intruksional, pembelajaran, yang
pada prinsipnya merupakan proses belajar yang terjadi akibat tindakan
pengajar dalam melakukan fungsinya, yaitu fungsi yang memandang pihak
belajar sebagai subjek yang sedang berproses menuju cita-citanya mencapai
sesuatu yang bermanfaat kelak. Dan itulah tujuan akhir proses belajar yang
direncanakan pada sistem intruksional itu mengacu pada tujuan yang lebih
luas, bahkan tujuan yang menjadi panutannya, yaitu tujuan pendidikan.
2. Pengertian Belajar Mengajar
Sebelum penulis menguraikan tentang pengertian belajar mengajar terlebih
dahulu penulis akan menguraikan tentang pengetian belajar. Belajar adalah
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung
seumur hidup. Sejak masih bayi hingga ke liang lahat nanti.13 Salah satu
pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut menyangkut baik perubahan
11
Ibid
Ibid
13
Arif S Sadirman (dkk), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-6, h. 1-2
12
dan
12
yang bersifat pengetahuan dan keterampilan maupun menyangkut nilai dan
sikap.
Gage (1984) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana
organisma berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga
Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan,
pendengaran, membaca dan meniru.14
Belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu
kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan penguatan.
Penguatan itulah yang merupakan sebab adanya perubahan tersebut, murid
dikatakan telah mengalami belajar bila ia dapat melakukan sesuatu yang
sebelumnya ia tidak dapat melaksanakannya.15
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa belajar ialah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman
atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa
memperoleh perilaku yang baru / memperbaiki / meningkatkan perilaku yang
sudah ada. Belajar menghasilkan perubahan perilaku baik positif maupun
negatif. Belajar disekolah diarahkan untuk memperoleh perlakuan yang
positif.
Belajar adalah proses perubahan berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya
tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.
14
Martinus Yamin, Srategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada
Press,2004), Cet. Ke-2, h.99
15
Ahmad Tafsir, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya,
1999), Cet. Ke-4, h.60
13
Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai
proses dan hasil belajar termasuk cakupan tanggung jawab guru.16
Setelah menguraikan definisi belajar penulis akan membahas pengertian
mengajar. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mencapai
kondisi suatu sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar dikatakan milik murid maka
mengajar sebagai kegiatan guru.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada anak didik. Menurut
pengertian ini berarti tujuan belajar dari murid itu hanya sekedar ingin
mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian
semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena
hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya.
Sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, jadi gurulah yang
memegang posisi kunci dalam proses belajar mengajar dikelas.
Kemudian pengertian yang luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi
atau
mengatur
lingkungan
sebaik-baiknya.
Dan
menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan,
mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk
berlangsungnya kegiatan belajar bagi para murid. Kondisi ini diciptakan
sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik
jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Pengertian mengajar
seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar itu
adalah mnyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan
16
Abu Ahmadi (at.Al), Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), Cet.
Ke-1, h.18
14
banyak melakukan kegiatan adalah muridnya, dalam upaya menemukan dan
memecahkan masalah.
Yang belajar adalah murid itu sendiri dengan kegiatannya sendiri. Guru
dalam hal ini membimbing. Dalam membimbing dan menyediakan kondisi
yang kondusif itu sudah barang tentu guru tidak dapat mengabaikan faktor
atau komponen-komponen yang lain dalam lingkungan proses belajar
mengajar, termasuk misalnya bagaimana dirinya sendiri, keadaan murid, alatalat peraga atau media metode dan sumber-sumber belajar lainnya. Konsep
mengajar ini memberikan indikator bahwa pengajarannya lebih bersifat pupil
centered, sehingga tercapailah suatu yang optimal, sangat bergantung oleh
kegiatan murid / anak didik itu sendiri.17
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang
terorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah
sesuai tujuan pendidikan
3. Tujuan Belajar Mengajar
Tujuan dari proses belajar mengajar adalah sebagai pengumpulan
pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap dan
perbuatan.18
Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama
yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai
indikator keberhasilan pengajar. Tujuan pada dasarnya merupakan rumusan
tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki murid setelah ia
17
Sardiman A,M. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), Cet. Ke-10, h. 47-48
18
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-1, h.30
15
menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran.
Tujuan dari belajar mengajar pada hakikatnya adalah hasil belajar yang
diharapkan.19
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Cherry dalam stuart, (1983) mendefinisikan komunikasi berpangkal pada
perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau
membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga
berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi.20
Akan tetapi pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah
dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan
makna antara dua pihak yang dikatakan minimal. Karena kegiatan komunikasi
tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tapi juga
persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau
keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang
mengkhususkan
diri
pada
studi
komunikasi
antarmanusia
(human
communication) bahwa:
”Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar
sesama manusia (2) melalui pertukaran komunikasi (3) untuk menguatkan
19
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sinar Baru Al
Gesindo, 2000 cet ke 5 h. 30.
20
H. Hafied Cangara, Pegantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet
1,h.18
16
sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan
tingkah laku itu”.21
Carl Hoveland (1953) menyatakan bahwa komunikasi adalah “proses
bilamana seorang individu atau komunikator pengoperan stimulasi yang
biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku individu
lainnya atau komunikan”.22
Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, jelaslah bahwa dalam
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyampaikan
pesan berupa lambang-lambang kepada orang lain melalui saluran yang
disebut channel atau media, selain itu pula dalam definisi Hoveland tampak
adanya penekanan bahwa komunikasi adalah bukan sekedar menyampaikan
pesan, tetapi untuk mengubah pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan.
Untuk lebih memahami pengertian komunikasi, tepatlah apa yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell (1948) dalam karyanya, “The Structure
and Function of Communication in Society”, bahwa cara yang baik untuk
menjawab pertanyaan sebagai berikut “Who says what in which channel to
whom with what effect?”. Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa
komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut,
yakni: komunikator, pesan, komunikan, media dan efek.
21
Ibid, hal 18-19
H.A. Widjaja. Komunikasi dan Hubungan kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997),h.11
22
17
Jadi pada dasarnya Lasswell menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.23
Dari uraian beberapa tokoh di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
komunikasi adalah suatu proses pengoperan atau pemindahan lambanglambang informasi dari komunikator kepada komunikan untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan oleh komunikator. Dalam proses belajar mengajar
komunikasi lebih bersifat khusus, ini artinya komunikasi yang di terapkan
dalam proses belajar mengajar lebih menekankan pada penerapan teori-teori
komunikasi yang dapat memudahkan seorang guru menyampaikan kurikulum
kepada murid sehingga tercapai tujuan pendidikan.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi adalah proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan
pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang atau diantara dua orang
atau lebih dengan tujuan tertentu. Dari pengertian komunikasi sebagaimana
diuraikan diatas, tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang dicakup
dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi
komponen atau unsur adalah sebagai berikut:24
a. Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,
kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, Radio,
televisi, film dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan
kadang-kadang komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya
23
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), cet ke-13, h.10.
24
H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakrta: Bumi Aksara, 2002) h.11
18
komunikan menjadi komunikator.25 Komunikator berfungsi sebagai
encoder yaitu, sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian
menyampaikan kepada orang lain.26 Syarat-syarat yang perlu diperhatikan
oleh seseorang komunikator adalah sebagai berikut:27
1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya.
2) Keterampilan berkomunikasi
3) Mempunyai pengetahuan yang luas
4) Sikap
5) Memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap / penambahan pengetahuan bagi diri
komunikan.
b. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
cara tatap muka atau melalui media komunikasi, isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa
Inggris pesan biasanya di terjemahkan dengan kata message, content atau
information.28
Pesan dalam dunia pendidikan adalah muatan kurikulum yang
disajikan oleh guru sebagai komunikator atau penyampai pesan kepada
siswa / murid selaku komunikan atau yang menerima pesan.
25
Ibid. h, 12
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & anak dalam keluarga. Sebuah
perspektif pendidikan Islam (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) cet ke-1, h, 11-12
27
H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)
h.12
28
H. Hafied Cangara,, Pegantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet
I h.23
26
19
c. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media
bisa
bermacam-macam
bentuknya,
misalnya
dalam
komunikasi
antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi.29
Media dalam dunia pendidikan dapat berupa papan tulis, benda, peta,
atau yang lainnya yang sesuai dengan pesan atau kurikulum yang di
sampaikan.
d. Penerima / Komunikan
Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikan berfungsi
sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan ke dalam
konteks pengertiannya sendiri.30 Komunikan mempunyai peranan sebagai
penerima pesan atau sebagai pihak yang menjadi sasaran komunikasi
haruslah mengikuti dan menyesuaikan diri dengan proses komunikasi agar
tidak
terjadi
hambatan-hambatan
sehingga
tercapai
pada
tujuan
komunikasi.31
Komunikasi bisa seseorang (murid) atau sekelompok orang atau
organisasi / institusi yang menjadi sasaran penerima pesan.
e. Pengaruh / Efek
De Fleur, (1982) Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
29
H. Hafied Cangara Ibid, h.23-24
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek, (bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), cet ke-13 h.59
31
Sasa Djuarsa Sendjaja (et.al). Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka 1993),
Cet ke-4. h.30
30
20
menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan
tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan
perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan
tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.32
Dalam proses belajar mengajar efek adalah hasil dari apa yang
diajarkan oleh guru yang disampaikan kepada murid supaya murid tersebut
dapat mengerti dan memahami pelajaran.
3. Tinkatan Komunikasi
a. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi, yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan
secara langsung antara seseorang dengan orang lain atau secara tatap muka
(face to face). Misalnya: percakapan secara tatap muka diantara dua orang
(seperti guru dengan murid ketika sedang konsultasi), surat menyurat
pribadi, dan percakapan melalui telepon. Corak komunikasinya juga
bersifat pribadi, dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya
ditujukan untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang
terlibat.33
b. Komunikasi dan kelompok
Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu
kelompok. Pada tingkatan ini, tiap individu yang terlibat masing-masing
berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok.
Pesan atau informasi yang di komunikasikan juga menyangkut semua
32
H. Hafied Cangara, Pegantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet
I, h.25
33
Sasa Djuarsa Sendjaja, (et.al). Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka 1993),
Cet ke-4. h.39
21
kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. Misalnya:
ngobrol-ngobrol dalam keluarga antar bapak, ibu, dan anak-anaknya,
diskusi dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan seorang guru
dengan murid-muridnya didalam kelas.34
c. Komunikasi Massa
Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang
menggunakan media massa. Massa adalah kumpulan orang-orang yang
hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur
tertentu. Komunikasi massa sangat efisien karena dapat menjangkau
daerah yang luas dan audiensi yang praktis tak terbatas, namun
komunikasi massa kurang efektif dalam pembentukan sifat persona karena
komunikasi massa tidak dapat langsung diterima oleh massa. tetapi
melalui opinion leader, ialah yang kemudian menerjemahkan apa yang
disampaikan dalam komunikasi massa itu kepada komunikan.35
4. Jenis-jenis Komunikasi
a. Komunikasi Verbal
Yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa dan tulisan. Menurut
Paulette J. Thomas, komunikasi verbal adalah penyampaian dan
penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan.
Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk
menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkanan kata-kata (bahasa).36
Dalam proses belajar mengajar komunikasi verbal dapat dilangsungkan
34
Sasa Djuarsa Sendjaja, Sendjaja, (et.al). Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Terbuka 1993), Cet ke-4.h.39
35
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) h.37
36
Roudhonah. Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta 2007), Cet ke 1
hal.93
22
dengan kata-kata, seperti: ceramah, bercerita, berdiskusi dan lain-lain. Bisa
juga dilangsungkan dengan menggunakan tulisan surat, buku, majalah,
koran, dan lain-lain. Bahasa lisan dan tulisan adalah lambang yang paling
banyak digunakan dalam komunikasi seperti komunikasi yang terjadi
antara guru dan murid. Sebabnya ialah karena bahasa selain dapat
mewakili kenyataan yang konkrit dan obyektif dalam dunia sekeliling kita,
juga dapat mewakili hal yang abstrak sekalipun. Yakni bahasa verbal
adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, gagasan, perasaan dan
maksud kita.37
b. Komunikasi Non Verbal
Menurut penulis komunikasi non verbal yaitu jenis komunikasi yang
menggunakan symbol, lambang, gerakan-gerakan, sikap, ekspresi wajah
dan isyarat yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Pelaksanaan
komunikasi dengan non verbal inipun tidak kalah pentingnya, namun
dalam kenyataannya, jika seseorang belum mengetahui lambang-lambang
yang ada, maka akan salah arti, dan akibatnya akan fatal. Dalam
prakteknya yang lebih efektif itu adalah komunikasi verbal dan non verbal
saling mengisi. Seperti halnya jika ada gambar di surat kabar, maka akan
lebih jelas jika ada keterangannya dengan verbal. Karena jika tidak ada
keterangan, mungkin akan salah arti.38
Komunikasi Non Verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas
dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi
no verbal ternyata jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal,
37
38
Ibid, h.93
Ibid, h.94
23
dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis
komunikasi non verbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi non verbal
bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non verbal lebih jujur
mengungkapkan hal yang mau diungkap secara sepontan.39
Albert Mehrabian (1981) di dalam bukunya ”Silent Message: Implicit
Communication
Of
Emmotion
and
Attitudes”
menegaskan
hasil
penelitiannya bahwa makna setiap pesan komunikasi dihasilkan dari
fungsi-fungsi: 7% pernyataan verbal, 38 % bentuk vokal, dan 55 %
ekspresi wajah. Dengan demikian kode-kode non verbal merupakan aspek
sangat penting di dalam komunikasi manusia.40
c. Komunikasi Satu Arah
Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang bersifat koersifdapat
berbentuk perintah, instruksi dan bersifat memaksa dengan menggunakan
sanksi-sanksi.41
d. Komunikasi Dua Arah
Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat informatif dan
persuasif dan memerlukan hasil (feed back).42
5. Hambatan-hambatan komunikasi
Menurut Hafied Cangara dalam karyanya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”,
mengatakan bahwa hambatan komunikasi ialah adanya hambatan yang
39
Agus M. hardjana. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
2003. cet ke-1, hal.26
40
Ibid, h. 95
41
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) h.100
42
Ibid
24
membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan
komunikator pada penerima.43
Hambatan Komunikasinya sebagai berikut:
a. Hambatan Teknis
Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi pengajaran yang
ditaransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise).
b. Hambatan Semantik
Hambatan semantik ialah hambatan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.
c. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis terjadi karena adanya hambatan yang disebabkan
oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga
penerima pada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan
sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.
d. Hambatan Fisik
Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi
geografis. Misalnya jarak jauh sehigga sulit dicapai, tidak adanya sarana
kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan sebagainya.
e. Hambatan Status
Hambatan status ialah hambatan yang disebabkan karena jarak sosial
diantara peserta komunikasi. misalnya perbedaan status antara senior dan
yunior atau atasan dan bawahan.
43
H. Hafied Cangara, Pegantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) cet
I, h.153
25
f. Hambatan Kerangka berfikir
Hambatan kerangka berfikir ialah hambatan yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang
digunakan dalam berkomunikasi.
g. Hambatan Budaya
Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena
adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihakpihak yang terlibat dalam berkomunikasi.44
C. Autis
1. Pengertian Autis
Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks pada yang ditandai
dengan adanya gangguan dengan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.45
Budiman, (1997) mendefinisikan Autisme adalah salah satu defisit
perkembangan pervasif pada awal kehidupan anak yang disebabkan oleh
gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan ciri pokok yaitu
terganggunya perkembangan interaksi sosial, bahasa dan wicara, serta
munculnya perilaku yang bersifat repetitif, stereotipik dan obsesif.
Lumbantobing
(2001)
mendefinisikan
Autisme
sebagai
gangguan
perkembangan fungsi otak yang mencakup bidang sosial dan fungsi afek,
komunikasi verbal (bahasa) dan non verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup
interest (minat), kognisi dan atensi. Anak dengan gangguan autis dikenal
sebagai pribadi yang tak mampu berkomunikasi dengan orang terdekat
44
Ibid, h. 153-156
Budiman, Spkj, Dr. Melly, Penyebab dan Penatalaksanaan Ganguan Spektrum Autisme,
Yayasan Autisme Indonesia, ( Jakarta 2005)
45
26
sekalipun. Anak autis juga tak mampu mengekspresikan perasaan dan
keinginannya, seringkali tertawa atau menangis sendiri.
Kata autisme sering juga disebut dengan kata autis kata autis disini
pengertiannya sama saja degan kata autisme dan tak ada bedanya hanya
kebanyakan orang memendekan kata autisme menjadi autis.
Autis berasal dari kata “auto” yang berarti berdiri sendiri. Kalau kita
perhatikan, maka kita akan mendapat kesan bahwa penyandang autisme itu
seolah-olah hidup di dunianya sendiri. Istilah autisme ini baru diperkenalkan
oleh Leo Kanner pada tahun 1943 saat Leo melihat seorang anak berperilaku
aneh, acuh terhadap lingkungan, cenderung meyendiri dan seakan-akan hidup
dalam dunianya sendiri. Masalah pada penyandang autisme ini dapat
dikelompokan dalam adanya masalah gangguan interaksi sosial, masalah
gangguan komunikasi / bicara, masalah gangguan perilaku, dan masalah
gangguan sensori (penginderaan).
Memiliki anak yang menderita autis memang berat. Anak penderita autis
seperti seorang yang kerasukan setan maksudnya adalah anak autis terkadang
tertawa terbahak-bahak, tiba-tiba menangis dan kadang marah tak terkendali.
Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat mengendalikan
emosinya. Dia sendiri tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan
memiliki gerakan-gerakan aneh yang selalu diulang-ulang. Selain itu dia
punya ritual sendiri yang harus dilakukannya pada saat-saat atau kondisi
tertentu.46
46
Hendra Priyantono “Anak Autis” Artikel diakses pada tanggal 5 mei 2008 dari
Http://www.google.co.id
27
IQ-EQ (2001) mendefinisikan Autisme adalah gangguan perkembangan
khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak
mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya
sendiri.
Beberapa hal yang menyebabkan anak menderita autisme disebabkan oleh
adanya kelainan struktur otak atau fungsi otak. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Edelson tahun 1980 di Utah Amerika Serikat, mutasi gen
adalah kemungkinan terbesar penyebab autisme. Kelainan otak itu terjadi
karena:
a. Faktor genetik, (kelainan kromosom)
b. Gangguan pertumbuhan sel otak
c. Komplikasi saat hamil dan persalinan (pendarahan, gawat janin, dan lainlain)
d. Gangguan sistim kekebalan tubuh (auto imun) karena vaksinasi dan
infeksi virus
e. Keracunan timah hitam dan bahan kimia yang beracun
f. Setelah anak mengalami kejang
g. Defisiensi enzim pencernaan (tubuh tidak dapat mendetoksifikasi) zat
toksik, fenol (zat pewarna) dan amin (terdapat di apel, jeruk, para setamol,
coklat)47
Klasifikasi Autisme
Autisme diklasifikasikan menjadi 2 tipe berdasarkan waktu pertama kali
gangguan autisme terjadi pada seorang anak, yaitu:
47
Budiman, Spkj, Dr. Melly, Penyebab dan Penatalaksanaan Ganguan Spektrum Autisme,
Yayasan Autisme Indonesia, ( Jakarta 2005)
28
a. Autisme Klasik (Infantil Autisme)
Gejala autisme klasik dapat diketahui sejak si anak baru lahir.
Penyebabnya dikarenakan adanya gangguan pada saat kehamilan, seperti si
ibu terkena virus rubella, taksoplasma atau terpapar logam berat (merkuri dan
timbal). Hal tersebut berpengaruh mengacaukan pembentukan sel saraf di otak
janin yang menyebabkan anak lahir dengan gejala autisme.48
Adapun penderita autisme klasik memiliki beberapa gejala yaitu: 49
1) Gangguan interaksisosial seperti:
a) Menolak atau menghindari untuk bertatap muka
b) Anak mengalami ketulian
c) Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk
d) Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang
e) Bila mengiginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan
mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya
f) Bila didekati untuk bermain justru menjauh
g) Tidak berbagi kesenangan oleh orang lain kadang mereka masih
mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar,
kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun
h) Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya di
bandingkan terhadap orangtuanya
2) Hambatan dalam komunikasi verbal dan non verbal
a) Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara
48
Ibid
Dr. Suriviana. (www.infoibu.com) Artikel diakses pada tanggal 5 mei 2008 dari
http://www.google.co.id
49
29
b) Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat di mengerti oleh orang lain yang
sering disebut sebagai bahasa planet.
c) Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang
sesuai.
d) Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
e) Meniru atau membeo, beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian,
nada, maupun kata-katanya tanpa mengerti artinya.
f) Kadang bicara monoton seperti robot50
g) Mimik muka datar
h) Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan
bereaksi dengan cepat.
3) Gangguan pada bidang perilaku dan bermain
Pada anak autis terlihat adanya perilaku yang berlebihan (excessive) dan
kekurangan (deficient).
Contoh perilaku yang berlebihan adalah:
a) Adanya hiperaktivitas motorik, seperti tidak bisa diam, lari kesana sini tak
terarah, melompat-lompat, berputar-putar, memukul-mukul pintu atau
meja, mengulang-ulang suatu gerakan tertentu.
Contoh perilaku yang kekurangan adalah:
b) Duduk diam bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara
monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang,
c) Duduk diam terpukau oleh sesuatu hal, misalnya bayangan, atau benda
yang berputar. Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu, seperti
50
Ibid
30
sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja yang terus
dipegangnya dan dibawa kemana-mana. Perilaku yang ritualistik sering
terjadi.
4) Gangguan pada bidang perasaan dan emosi
a) Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak
merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang
menangis akan di datangi dan dipukulnya.
b) Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang
nyata.
c) Sering mengamuk tidak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak
mendapatkan apa yang di inginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan
dekstruktif.
5) Gangguan dalam persepsi sensoris
a) Mencium-cium, menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja.
b) Bila mendengar suara keras langsung menutup mata.
c) Tidak menyukai rabaan dan pelukan bila digendong cenderung merosot
untuk melepaskan diri dari pelukan.
d) Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu.
b. Autisme Regresif
Autisme yang gejalanya muncul saat anak berusia 12-24 bulan, walaupun
pada awalnya anak sempat berkembang normal.51
Gejala-gejala yang digambarkan diatas tidak harus ada semua pada setiap
anak penyandang autisme. Pada penyandang autisme yang berat mungkin
51
Ibid
31
hampir semua gejala diatas ada, tapi pada kelompok yang termasuk ringan
hanya terdapat sebagian saja dari gejala diatas.
2. Penatalaksanaan pada anak autis
Orangtua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu
perkembangan anak. Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama
belajar melalui permainan, bergabunglah dengan anak ketika dia sedang
bermain, tariklah anak dari ritualnya yang sering diulang ulang, dan tuntunlah
mereka menuju kegiatan yang lebih beragam. Orang tua perlu memasuki dunia
mereka untuk membantu mereka masuk kedunia luar.
Temukan cara lain untuk mendorong perilaku baik dan untuk mengangkat
harga dirinya. Misalnya berikan waktu lebih untuk bermain dengan mainan
kesukaannya jika anak telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anak autis
belajar lebih baik jika informasi disampaikan secara visual (melalui gambar)
dan verbal (melalui kata-kata).
Masukan komunikasi argumentative dalam kegiatan rutin sehari-hari
dengan menggabungkan kata-kata dan foto-foto, lambang atau isyarat tangan
untuk membantu anak mengutarakan kebutuhan, perasaan dan gagasannya.
Tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis berbicara tetapi
sebagian anak autis tidak dapat bermain dengan baik, padahal anak-anak
mempelajari kata baru dalam permainan, sebaiknya orangtua tetap berbicara
kepada anak autis sambil menggunakan semua alat komunikasi dengan
mereka, apakah berupa isyarat tangan, gambar, foto, tangan, bahasa tubuh
manusia maupun teknologi. Jadwal kegiatan sehari-hari, makanan dan aktifitas
favorit serta teman dan anggota keluarga lainnya bisa menjadi bagian dari
32
sistem gambar dan membantu anak untuk berkomunikasi dengan dunia
disekitarnya.52
Penatalaksanaan Menyeluruh
1) Terapi Psikofarmaka.
Kerusakan sel otak di sistem limbik, yaitu pusat emosi akan menimbulkan
gangguan emosi dan perilaku temper tantrum, agresifitas, baik terhadap diri
sendiri maupun pada orang-orang disekitarnya, serta hiperaktifitas dan
stereotipik. Untuk mengendalikan gangguan emosi ini diperlukan obat yang
mempengaruhi berfungsinya sel-sel otak. Obat-obat yang digunakan antara
lain:
a) Haloperidol
Suatu obat antipsikotik yang mempunyai efek meredam psikomotor,
biasanya digunakan pada anak yang menampakkan perilaku temper
tantrum yang tidak terkendali serta mempunyai efek lain yaitu
meningkatkan proses belajar biasanya digunakan dalam dosis 0,20mg.53
b) Fenfluramin
Suatu obat yang mengurangi kadar serotonin darah yang bermanfaat pada
beberapa anak autisme.54
52
Ibid
Campbell, M., shay dkk., 1983., Pervassif Development Disorder., Comprehensive Text
Book of Psychiatry., 2277-2293 (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari
http//www.google.co.id)
54
Leventhal, dkk., 1993., Gangguan Perkembangan Pervassif., Ilustrasi 1 Kasus, Jurnal
Medika Nusantara, Vol:22(2):347-54 (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari
http//www.google.co.id)
53
33
c) Naltrexone
Merupakan obat antagonis opiat yang diharapkan dapat menghambat
opioid endogen sehingga mengurangi gejala autisme seperti mengurangi
cedera pada diri sendiri dan mengurangi hiperaktifitas.55
d) Clompramin
Merupakan obat yang berguna untuk mengurangi stereotipik, konvulsi,
perilaku ritual dan agresifitas, biasanya digunakan dalam dosis 3,75mg.56
e) Lithium
Merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif
dan mencederai diri sendiri.57
f) Ritalin
Untuk menekan hiperaktifitas.58
2) Terapi Perilaku
Dalam tatalaksana gangguan autisme, terapi perilaku merupakan
tatalaksana yang paling penting. Berbagai jenis perilaku telah dikembangkan
untuk mendidik penyandang autisme, mengurangi perilaku yang tidak lazim
dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima dalam masyarakat.
Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para penyandang autisme
untuk lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja gurunya
yang harus menerapkan terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap
55
Lensing, dkk., 1995, Gangguan Perkembangan Pervassif., Ilustrasi 1 Kasus, Jurnal Medika
Nusantara.,vol:22(2):347-54 (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari
http//www.google.co.id)
56
Campbell, M., shay dkk., 1983. Pervassif Development Disorder., Comprehensive Text
Book of Psychiatry., 2277-2293 (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari
http//www.google.co.id)
57
Lumbantobing, S.M., 2001, Anak Dengan Mental Terbelakang., Balai Penerbit Fakultas
kedokteran Indonesia (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari http//www.google.co.id)
58
Ibid
34
anggota keluarga dirumah harus bersikap sama dan konsisten dalam
menghadapi penyandang autisme. Metode yang digunakan adalah metode
Lovass.
Pengertian Lovass adalah modifikasi tingkah laku yang dapat memberi
dorongan dan pengertian sehingga para penyandangnya dapat hidup dan
berkembang lebih baik.
Metode Lovass adalah metode modifikasi tingkah laku yang disebut
dengan Applied Behavioral Analysis (ABA). Metode Lovass yang dipelopori
oleh B.F Skinner seorang behavioralist. Teknik Lovass yang berdasarkan
”Behaviour modification” atau ”Discrate Trial Learning” menggunakan
urutan: A-B-C.59
A atau Antendence (pra kejadian) adalah pemberian intruksi, misalnya:
pertanyaan, perintah atau visual. Berikan waktu 3-5 detik untuk si anak
memberi respons. Dalam memberikan intruksi perhatikan bahwa si anak ada
dalam keadaan siap (duduk, diam, tangan kebawah). Suara dan intruksi harus
jelas, dan instruksi tidak diulang. Untuk permulaan gunakanlah SATU kata
perintah. B atau Behaviour (perilaku) yaitu respons anak. Respons yang
diharapkan haruslah jelas dan anak harus memberi respons dalam 3 detik.
Mengapa demikian, karena ini normal dan dapat meningkatkan perhatian. C
atau Consuquence (konsekuensi atau akibat). Konsekuensi haruslah seketika,
berupa reinforcer atau ”TIDAK”.
Reinforcer adalah konsekuensi yang telah diberikan setelah perilaku.
Reinforcer positif dapat berupa: pujian, pelukan, elusan, ataupun kelitikan
59
Yayasan Autisme Indonesia, (Jakarta, 22 November 1997) h.61
35
yang menyenangkan. Reinforcer dapat berbentuk apa saja asalkan itu adalah
sesuatu yang disenangi oleh anak dan ia akan berperilaku lebih baik untuk
mendapatkannya.
Prompt adalah bantuan atau apa saja yang bersifat membantu agar si anak
dapat menjawab dengan benar. Setelah si anak menjawab atau memberikan
respons yang benar, dia lalu diberikan reinforcer. Prompt yang biasa
diberikan:
FISIK
: Secara fisik si anak dibantu dengan respons yang benar
MODEL
: Si anak diberikan contoh agar ia dapat meniru dengan
benar
VERBAL
: Mengucapkan kata yang benar untuk ditiru, atau
menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh sang anak,
untuk menanyakan misalnya ”apa lagi?”
GESTURAL
: Secara isyarat, dengan menunjuk, melirik, ataupun
gerakan kepala.
POSITIONAL
: Dengan meletakan apa yang diminta lebih dekat dengan si
anak dari pada benda-benda lainnya yang kita minta untuk
membedakan.
Contohnya: (1) Untuk respons yang BENAR; A-bila intruksi diberikan
yaitu: ”tepuk tangan”, B-anak menepuk tangannya; C-terapis berkata
”BAGUS” sebagai imbalan positif. (2) Untuk respons yang SALAH; A-bila
intruksi diberikan yaitu ”tepuk tangan”, B-anak melambaikan tangannya;
maka C-terapis berkata ”TIDAK”. (3) Tidak ada respons; A-bila intruksi
diberikan yaitu: ”tepuk tangan”, B-anak tidak mengerjakan apa-apa, maka C-
36
terapis akan mengatakan ”LIHAT” atau ”DENGAR” (promt atau bantuan).
Metode ini melatih anak berkemampuan bahasa, sosial, akademis, dan
kemampuan membantu sendiri.60 Dasar pemikirannya, perilaku yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan bisa dikontrol atau dibentuk dengan
system reward dan punishment. Pemberian reward akan meningkatkan
frekuensi munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan punishment akan
menurunkan frekuensi munculnya perilaku yang tidak diinginkan.61
Tujuan Lovass / ABA (Applied Behavioral Analysis)
Membuat kegiatan belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi
anak.
Mengajarkan
kepada
anak
agar
mampu
membedakan
atau
mendiskriminasikan stimulus-stimulus yang berbeda. Tanpa kemampuan ini,
anak tidak sanggup merespon secara tepat.
3) Terapi Bicara
Gangguan bicara dan berbahasa di derita oleh hampir semua anak autisme.
Tatalaksana melatih bicara dan berbahasa harus dilakukan oleh ahlinya karena
merupakan gangguan yang spesifik pada anak autisme. Anak dipaksa untuk
berbicara sekata demi sekata, cara ucapan harus diperhatikan, kemudian
diajarkan berdialog setelah mampu berbicara. Anak dipaksa untuk
memandang terapis, seperti diketahui anak austistik tidak mau adu pandang
dengan orang lain. Dengan adanya kontak mata diharapkan anak dapat meniru
gerakan bibir terapis.62
60
Ibid, 62-63
Nakita, 2002.Vol:30 (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari http//www.google.co.id)
62
Soemarno. 1992. Gangguan Autisme, Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas
Gadjah Mada. (Artikel diakses pada tanggal 6 mei 2008 dari http//www.google.co.id)
61
37
4) Terapi Okupasional
Melatih anak untuk menghilangkan gangguan perkembangan motorik
halusnya dengan memperkuat otot-otot jari supaya anak dapat menulis atau
melakukan keterampilan lainnya.
5) Fisio Terapi
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kesimbangan
pada fisiknya misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik
halus dan lain-lain. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas
dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat. Biasanya terapi
inilah yang diperlukan pertama kali bagi anak. Dikarenakan mereka
mempunyai otot tubuh yang lemas maka disinilah mereka dibantu agar bisa
berjalan dengan cara yang benar.
6) Pendidikan Khusus
Pendidikan khusus adalah pendidikan individual yang terstruktur bagi para
penyandang autisme. Anak autis mudah sekali teralih perhatiannya, karena itu
pada pendidikan khusus satu guru menghadapi satu anak dalam ruangan yang
tidak luas dan tidak ada gambar-gambar didinding atau benda-benda yang
tidak perlu, yang dapat mengalihkan perhatian anak. Setelah ada
perkembangan mulai dilibatkan dalam lingkungan kelompok kecil, kemudian
baru kelompok yang lebih besar. Bila telah mampu bergaul dan berkomunikasi
mulai dimasukan pendidikan biasa di TK dan SD untuk anak normal.63
63
Ibid
38
Gaya belajar individu pada anak autis
Setiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam upayanya mencerna
informasi secara efektif. Bagaimana dengan individu autisme ada beberapa
gaya belajar yang dominan pada diri mereka.64
a) Rote learner: Anak yang memakai gaya belajar ini, cenderung
menghafalkan informasi apa adanya, tanpa memahami arti simbol yang
mereka hafalkan itu. Contoh: anak dapat mengucapkan huruf dengan baik
secara urut (atau melengkapi urutan abjad yang tak lengkap), tetapi
sesungguhnya tidak tahu bahwa huruf itu bila digabung dengan huruf lain
akan menjadi kata yang mengandung makna.
b) Visual learner: Anak dengan gaya belajar 'visual' senang melihat-lihat
buku atau gambar atau menonton TV dan umumnya lebih mudah
mencerna informasi yang dapat mereka lihat, dari pada yang hanya dapat
mereka dengar. Berhubung penglihatan adalah indera terkuat mereka,
tidak heran banyak anak autis sangat menyukai TV/ VCD / gambar.
c) Hands-on learner: Anak yang belajar dengan gaya ini, senang mencobacoba dan biasanya mendapatkan pengetahuan melalui pengalamannya.
Mulanya ia mungkin tidak tahu apa arti kata 'buka' tetapi sesudah anda
letakkan tangannya di pegangan pintu dan membantu tangannya membuka
sambil anda katakan 'buka'. Anak-anak ini umumnya senang menekannekan tombol, membongkar mainan dan sebagainya.65
64
Sussman 1999, “Anak Autis” (Artikel diakses pada tanggal 21 april 2008 dari
http//www.google.co.id)
65
Dyah Puspita “Anak Autis” (Artikel diakses pada tanggal 21 april 2008 dari
http//www.google.co.id)
39
BAB III
GAMBARAN UMUM SEKOLAH DASAR INSANIA JATIASIH BEKASI
A. Latar Belakang Berdirinya Sekolah Dasar Insania
Berawal dari semakin banyaknya anak-anak yang berkebutuhan khusus
dalam beberapa tahun terakhir ini seperti autisme, sulit konsentrasi, hiperaktif,
dan masih banyak lagi. Keadaan ini cukup memprihatinkan kita. Walaupun
anak-anak yang berkebutuhan khusus ini bisa dikatakan mempunyai
kemampuan yang terbatas, tetapi kita tidak boleh menyerah dengan kondisi
seperti ini. Banyak yang dapat kita lakukan untuk melatih mereka, misalnya
dengan melakukan terapi.
Dengan adanya situasi dan kondisi seperti diatas, maka kami mendirikan
suatu kelompok belajar untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Maka Pada
tahun 2000 lembaga ini didirikan oleh Bapak Dhani Widjanarko dan dikelola
oleh Ibu Diah Tri Astuti dengan nama Yayasan Asa Daya Insania (YADI).
Pada awalnya lembaga ini diperuntukan anak yang membutuhkan terapi
seperti Okupasi terapi, terapi Wicara, Sensori terapi (Fisio terapi), terapi
edukasi. Tetapi setelah lembaga ini berdiri, ternyata peminat untuk anak
berkebutuhan khusus, cukup memberikan respon dari masyarakat di daerah
bekasi umumnya dan dari orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus
pada khususnya.
Karena banyaknya permintaan dan keluhan dari orangtua yang mempunyai
anak berkebutuhan khusus, misalnya kurang diterimanya anak-anak mereka di
40
sekolah umum, maka pada tahun 2005 lembaga Yayasan Asa Daya Insania
mendirikan pendidikan luar sekolah yang setara SD Insania.
SD Insania ini adalah sekolah khusus untuk anak berkebutuhan khusus
dengan jumlah murid + 10 orang dan ditangani oleh 2 guru dari IKIP PLB, 1
guru musik, 1 guru lukis. Semua guru-guru tersebut sudah berpengalaman
menangani anak-anak yang berkebutuhan khusus.47
SD Insania berdiri berdasarkan naungan Yayasan Asa Daya Insania
dengan
berdasarkan
akte
notaris
IRENE
KUSUMAWARDHANI
SH.NO.232/Y/2002/PN.BKS.
Pada awalnya lembaga ini berdomisili di Jl. Sadewa no.27 KOMP.PEMDA
Jatiasih, dikarenakan tempat bermain kurang memadai, maka kegiatan belajar
mengajar pindah ke Jl. Nakula II Blok B no.13 KOMP.PEMDA Jatiasih Tlp.
021-82413578, 021-82413579.
Lembaga ini dipercayakan pengelolahnya kepada Ibu Diah Tri Astuti
dibantu dengan 8 orang tenaga pengajar khusus yang sesuai dengan disiplin
ilmunya dan 1 orang tenaga administrasi.48
B. Tujuan Sekolah Dasar Insania
1. Mengembangkan potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus,
sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
2. Menumbuhkan kemandirian anak.
3. Memodisivikasi perilaku menjadi lebih baik, sehingga dapat berkembang
secara optimal.
4. Menyediakan faslitas belajar bagi anak berkebutuhan khusus.49
47
48
Dokumentasi SD Insania
Ibid
41
C. Sasaran SD Insania
Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Seperti: Autis, ADHD,
ADD, CP, MR, LD, dan anak-anak yang bermasalah dalam perkembangan
perilaku, sosial, emosi lainnya.
D. Visi dan Misi Sekolah Dasar Insania
Visi:
Sekolah SD Insania berupaya mengembangkan dan memotivasi
kemampuan siswa, serta menyediakan sarana pendidikansesuai dengan
kemampuanya secara optimal untuk menjadikan siswa lebih mandiri, mampu
bersosialisasi dan diterima seutuhnya oleh masyarakat.
Misi:
Menciptakan siswa lebih kreatif dengan memodisivikasikan kurikulum
dan perilaku dalam pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuha siswa
yang mengarah pada Multiple Intelegence (Kecerdasan Majemuk) sesuai
dengan potensi dan kemampuan dan dimiliki siswa.50
E. Sarana / Prasarana
Sarana / prasarana adalah fasilitas yang menunjang keberhasilan dalam
proses belajar mengajar murid-murid autis. Adapun sarana / prasarana yang
ada di sekolah dasar insania jatas bekasi adalah sebagai berikut:51
1. Ruang belajar besar, ruang belajar kecil, ruang kantor, perpustakaan anak
dan kamar mandi.
2. Alat bermain luar ayunan, pajatan, papan luncur dan lain-lain.
49
ibid
ibid
51
ibid
50
42
3. Di dalam kelas terdapat: Meja guru, meja belajar, kursi anak, kursi guru,
lemari, locker anak, mesin air, karpet, papan tulis, lemari sudut.
4. Di dalam kelas terdapat: Meja guru, meja belajar, kursi anak, kursi guru,
lemari, locker anak, mesin air, karpet, papan tulis, lemari sudut.
5. Di dalam kelas terdapat: Meja guru, meja belajar, kursi anak, kursi guru,
lemari, locker anak, mesin air, karpet, papan tulis, lemari sudut.
6. Di ruangan loby terdapat: rak sepatu, tempat sampah, guci mineral dan alat
bermai dalam ruangan.
F. Program Kegiatan Belajar Mengajar SD Insania Jatiasih Bekasi
Materi
1. Bahasa Indonesia
a. Pengenalan huruf abjad
1) Menyebutkan huruf abjad A-Z
2) Pengenalan bunyi huruf awal pada kata
3) Penegenalan bunyi huruf akhir pada kata
4) Menghubungkan
huruf
sesuai
dengan
membentuk gambar
5) Menulis huruf berikutnya
b. Membaca
1) Membaca suku kata
2) Membaca kata
3) Membaca kalimat
4) Membaca wacana dengan urutan tanda baca
5) Membaca wacana dengan gambar
urutan
abjad
sehingga
43
c. Menulis
1) Menebalkan huruf dengan cara yang benar
2) Menulis kata sesuai dengan gambar
3) Menulis kalimat dengan jarak pada tiap katanya
4) Menulis dengan rata
5) Menulis berdasarkan gambar (mengarang)
6) Dikte
d. Berbicara
1) Bicara lancar dengan kalimat sederhana
2) Menirukan kembali 2 s/d 4 urutan kata
3) Menceritakan suatu cerita melalui gambar
4) Menceritakan isi wacana yang telah dibacakan
5) Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman,
yang mempunyai warna, bentuk atau menurut ciri-ciri / sifat tertentu
6) Bercerita tentang kejadian disekitarnya secara sederhana
7) Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari satu benda
e. Struktur
1) Memperkenalkan diri
2) Mengenal anggota keluarga dan panggilannya
3) Mengenal kata-kata yang menunjukan posisi: didalam, diluar, diatas,
dibawah, dkiri, dikanan dan sebagainya.
4) Melengkapi kalimat sederhana yang suadah dimulai oleh guru
5) Menjawab pertanyaan tentang cerita pendek yang sudah diceritakan
44
6) Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana,
berapa bagaimana dan sebagainya
7) Menyanyikan berapa lagu anak
8) Membuat sebanyak-banyaknya kata dari suku kata awal yang
disediakan dalam bentuk lisan, misalnya: ma-malam, makan, marah,
dsb.
2. Matematika
a. Bilangan cacah
1) Menyebutkan urutan bilangan dari1-100
2) Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda
3) Menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan 1-10
(anak tidak disuruh menulis)
4) Mengenal lambang bilangan / angka 1-10
b. Bentuk / bangun datar / ruang
1) Menciptakan berbagai bentuk dengan menggunakan berbaga benda
sesuai dengan konsep bilangan yang sudah diketahu anak, missal:
mengelompokan menurut warna, bentuk ukuran
2) Menyusun kembali keeping / puzzle sehingga menjadi bentuk utuh
3) Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai
tiga pola yang berurutan, misal merah, putih, biru, merah, putih, biru,
merah…,….
4) Meniru pola dengan menggunakan kubus
5) Menyebut nama, menunjukan dan mengelompokan lingkaran, segitiga
dan segi empat
45
6) Mengurutkan 5-10 benda berdasarkan urutan tinggi, besar, berat atau
tebal
c. Waktu
1) Menyebut nama-nama hari
2) Menyebut nama-nama bulan
3) Menggunakan konsep waktu (hari ini, kemarin, besok pagi, sekarang,
nanti, pagi, siang, sore, malam, dsb
4) Menyatakan waktu yang dikaitkan dengan jam
5) Daya pikir
6) Mengenal konsep sama dan tidak sama, lebih dan kurang banyak dan
sedikit
7) Mengenal penambahan dan pengurangan 1-10 dengan menggunakan
benda-benda
8) Membedakan bermacam-macam rasa bau atau suara
3. Pengetahuan Umum
a. Mengenal warna
b. Mengenal gender (laki-laki atau perempuan)
c. Mengenal rasa (asin, manis, pahit, dingin, panas)
4. Kemampuan Dasar Motorik Halus
a. Menarik garis datar, tegak, miring kanan, miring kiri, lengkung
berulang-ulang dengan alat tulis secara bertahap
b. Mencontoh bentuk silang (x dan +), lingkaran, bujur sangkar, segitiga
secara bertahap
c. Mencontoh angka1-10, 1-100
46
d. Meronce dengan pola yang dibuat oleh guru
e. Menciptakan sesuatu dengan menggunting dan merobek bebas
f. Menggambar bebas dengan menggunakan pensil warna, krayon, dsb
g. Bertepuk tangan dengan bermacam pola
h. Membentuk dengan platisin
i. Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu dan papan
berpola
j. Menggunting kertas mengikuti garis lurus, lengkung, gelombang, dan
zig-zag
k. Menggunting bentuk lingkaran, segitiga dan segi empat
l. Melipat kertas
m. Menganyam
n. Menciptakan kreasi dengan stempel
o. Menjiplak dengan bentuk yang sudah tersedia
5. Kemampuan Sensori Integrasi
a. Visual
1) Mengetahui perbedaan bentuk dari setiap benda
2) Mengingat apa yang dilihat
3) Mengisi kekurangan gambar
4) Mengingat karekteristik dan gambar
5) Kordinasi mata dan tangan
6) Mengatur kerapihan meja
b. Auditory
1) Mendengar dan menyebutkan kata yang didengar
47
2) Mendengar dan melakukan perintah
3) Membedakan bunyi
4) Mengenali musik dan bisa mengikuti dengan gerakan tubuh
c. Sequensial / urut-urutan
1) Mengingat apa yang dilihat dan didengar pada waktu singkat
2) Mengingat apa yang dilihat dan didengar pada waktu lampau
3) Mengerjakan segala sesuatu yang menggunakan kordinasi
4) Mengorganisasikan dirinya dan membereskan keperluannya
5) Memperhatikan lingkungan secara detail
d. Atensi / kosentrasi
1) Mengingat segala sesuatu dengan baik
2) Berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu
3) Memfokuskan perhatiannya untuk segala macam hal / peristiwa
4) Mengatur waktu pada saat mengerjakan tugas
5) Memfokuskan perhatiannya dalam waktu yang lama pada saat
membaca
6. Kemampuan Motorik Kasar
a. Vestibular
1) Reaksi protektif
2) Keseimbangan statis
3) Keseimbangan dinamis
4) Pola jalan
b. Preprioceptik
1) Kordinasi dan kontrol gerak
48
1)) Posture
2) Koordinasi bilateral
1)) Melakukan gerakan sesuai dengan intruksi dengan benar
c. Sosialisasi dan Emosi
1) Komunikasi dan berinteraksi dengan teman
2) Empati dan toleransi terhadap teman
3) Mampu menunggu giliran / sabar
4) Hiperaktif / hipoaktif
5) Memahami situasi dan lingkungan sekitar
6) Mengikuti aturan-aturan yang berlaku
7) Berbicara tanpa mengerti konteks
8) Menunjukan perilaku merusak
9) Cepat bosan
10) Marah bila ditegur dan dinasehati
7. Perilaku belajar
a. Mandiri dalam menyelesaikan tugas
b. Mampu bekerjasama
c. Mampu menjawab pertanyaan
d. Mampu mencerna setiap intruksi dari guru
e. Tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
f. Sering mengajukan pertanyaan
g. Diam dan fokus selama jam pelajaran
h. Menyimak / memperhatikan penjelasan guru
i. Mudah letih
49
j. Mudah beralih perhatian
k. Lambat dalam bekerja namun selesai
l. Lambat dalam bekerja namun tidak selesai
m. Menghindar dari tugas / pekerjaan menulis
n. Berbicara tanpa mengerti konteks
o. Meninggalkan kelas tanpa permisi
p. Menunjukan perilaku merusak
q. Hanya menyenangi satu mata pelajaran tertentu
r. Cepat bosan
s.
Sering marah-marah / emosi
t. memahami aturan permainan
50
G.
Struktur Organisasi Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi
BADAN PENASEHAT
Dhani Wijanarko
BADAN PENGURUS
Diah Tri Astuti
BENDAHARA
Pramesti
SEKRETARIS
Sri Indah
KELAS KLASSIKAL
GURU
Nia Suniarti
GURU MUSIK
Adi
KELAS INDIVIDUAL
GURU
Olyah
GURU LUKIS
Asih
FISIO TERAPI
Anti
TERAPI WICARA
Diah
OCUPASI TERAPI
Indah
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Sekolah Dasar Insania merupakan salah satu sekolah yang terletak di daerah
Bekasi yang menangani anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yaitu anak
autis. Di sekolah ini terdapat dua kelas yaitu kelas klassikal yang di namakan
kelas akademik dan individual yaitu kelas terapi. Sekolah ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus sehingga
dapat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat., dan juga menumbuhkan
kemandirian anak autis serta memodisivikasi perilaku anak autis menjadi lebih
baik, sehingga dapat berkembang secara optimal.
Untuk menyampaikan materi-materi belajar pada kelas klassikal, kelas
individual serta kegiatan lainnya ini tentu diperlukan komunikasi yang baik, untuk
menyampaikan pesan, dan instruksi yang disampaikan melalui lambang-lambang
tertentu, agar tujuan dari Sekolah Dasar Insania tercapai.
Kaitannya dalam pendidikan, pada dasarnya di dalam pendidikan terjadi
kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan murid. Dalam
kegiatan proses belajar mengajar terdapat suatu proses komunikasi, bisa
komunikasi verbal (dengan kata-kata), non verbal (berupa lambang-lambang, atau
gerakan tubuh) komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Jadi
komunikasi mempunyai peranan penting dalam pendidikan, yaitu sebagai proses
yang di lakukan oleh guru untuk menyampaikan materi pendidikan kepada peserta
didik, dengan tujuan agar materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta
didik.
51
52
A. Komunikasi Instruksional yang dipakai dalam proses belajar mengajar
di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi
Berdasarkan pengamatan di lapangan, dapat ditemukan data bahwa dalam
pelaksanaan kegitan proses belajar mengajar, yang dilakukan oleh guru ketika
mengajar murid autis di Sekolah Dasar Insania menggunakan tipe komunikasi
instruksional sebagai berikut:
1. Komunikasi Instruksional secara non verbal
Komunikasi non verbal yaitu jenis komunikasi yang menggunakan
symbol, lambang, gerakan-gerakan, sikap, ekspresi wajah dan isyarat yang
tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan. Adapun pengertian Komunikasi
Non Verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non
verbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi non verbal ternyata
jauh lebih banyak di pakai dari pada komunikasi verbal, dengan kata-kata.
Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi non verbal ikut
terpakai. Karena itu, komunikasi non verbal bersifat tetap dan selalu ada.
Komunikasi non verbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkap
secara sepontan.
Karena anak autis termasuk anak yang sulit untuk menerima pesan dan
memahami pesan yang telah disampaikan oleh gurunya maka dari itu guru di
Sekolah Dasar Insania lebih sering menggunakan komunikasi non verbal
untuk dapat mengarahkan perilaku anak autis serta kegiatan yang menyangkut
proses belajar seperti menyampaikan materi pelajaran, bermain, bernyanyi dan
lain sebagainya.
53
Seperti hasil wawancara penulis pada kelas klassikal tentang komunikasi
non verbal yang di gunakan guru terhadap informan II, Dalam pelajaran
mengenal benda ketika guru memperkenalkan sebuah benda maka harus
disertai dengan simbolnya seperti “ini bola” harus dengan membawakan benda
bolanya. Karena anak autis bukan anak-anak normal yang langsung paham
tanpa diberikan suatu symbol atau isyarat lainnya.66
Penulis melihat di dalam proses belajar mengajar komunikasi non verbal
selalu di gabungkan dengan komunikasi verbal tanpa komunikasi non verbal
anak autis kurang paham akan sebuah materi yang di sampaikan.
Kedua bentuk komunikasi tersebut juga di gunakan dalam proses belajar
mengajar Sekolah Dasar Insania, hal ini penulis lihat pada saat:
a. Guru
sedang
mengajarkan
anak
membaca.
Ketika
anak
tidak
memperhatikan bacaan, guru memegang kepala anak untuk melihat bacaan
yang sedang dibaca. Dan ketika anak sedang menulis pada saat itu anak
tidak konsentrasi maka guru memegang tangan anak untuk membantunya,
hal ini dilakukan hanya untuk mengontrol tangan anak ketika sedang
menulis
b. Guru bercerita tentang binatang. Agar cerita lebih menarik dan anakpun
dapat memahami isi cerita sehingga anakpun senang, maka guru
menggunakan ekspresi wajah, sikap tubuh dan kontak mata sehingga
perhatian murid dapat terfokus kepada apa yang sudah disampaikan dan
mereka dapat menerima pesan atau materi tersebut tanpa paksaan. Hal ini
sesuai degan hasil wawancara dengan Ibu Nia
66
Wawancara pribadi dengan Ibu Olyah
54
“Bahwa dalam bercerita kita harus kreatif untuk menyampaikannya
dengan lebih atraktif murid dapat memahami isi cerita, supaya atensi,
konsentrasi dan komunikasi bisa menyatu karena masalah pada anak autis
adalah atensi, konsentrasi dan komunikasinya maka dengan cara yang atraktif
kita dapat bercerita. Supaya anak-anak tersebut dapat merasakan cerita apa
yang sudah diceritakan oleh gurunya.67”
c. Kegiatan bernyanyi seperti guru dan murid bertepuk tangan sambil
menggerakan tubuh untuk menghidupkan suasana dan itu membuat anak
tidak merasa jenuh dan bosan dalam belajar.
d. Guru mendisiplin anak, seperti anak menganggu dan berisik di kelas guru
cukup memegang tangan anak sambil berbicara dengan tegas kepada anak.
Kemudian jika anak tidak mau duduk dan berlari-lari, guru mengangkat
tangan sambil berbicara dengan tegas atau jika anak tidak menghiraukan
gurunya maka guru menghampiri anak dan menuntunnya untuk duduk
kembali.
Di dalam pemakaian komunikasi non verbal guru mempuyai cara
tersendiri untuk menggunakannya karena yang di hadapi oleh guru adalah
anak autis, anak yang hanya dapat meniru gerakan akan tetapi tidak paham
makna gerakan yang di sampaikan seperti, ketika guru memberikan tos tangan
kepada anak guru mengatakan “tos tangan kiri dan tangan kanan” jika guru
menyuruh tangan kanan maka guru mengangkat tangan kiri dan anak akan
mengangkat tangan kanan sesuai yang di lihatnya berarti pesan yang di
sampaikan benar akan tetapi jika guru menyuruh anak mengangkat tangan kiri
dan guru mengangkat tangan kiri maka anak akan mengangkat tangan kanan
maka pesan yang di sampaikan salah, hal ini dilakukan pada saat guru
berhadap-hadapan dengan anak kegiatan ini sering terjadi di kelas individual.
67
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nia
55
Dengan komunikasi non verbal dan verbal, anak menjadi lebih paham dan
mudah mengerti, penyampaian materi secara non verbal dan verbal,
komunikasi ini tampak lebih efektif untuk anak-anak autis. Akan tetapi untuk
mengarahkan
perilaku
anak
autis
penulis
melihat
seringnya
guru
menggunakan instruksi secara non verbal.
2. Komunikasi Instruksional secara verbal
Komunikasi Verbal yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa dan
tulisan atau bentuk komunikasi berupa kata-kata yang diucapkan secara lisan
dan tulisan yang secara umum digunakan oleh banyak orang, hal ini karena
komunikasi verbal juga di gunakan oleh guru di Sekolah Dasar Insania dalam
menyampaikan materi. Maka dengan menggunakan komunikasi secara verbal
dalam proses belajar mengajar guru-guru dapat memberikan pemahaman
materi kepada murid autis melalui program belajar yang ditetapkan, seperti
pelajaran pokoknya yaitu, bahasa Indonesia (membaca, bercerita dan menulis),
matematika (berhitung dan mengenal angka), dan megenal benda-benda yang
ada disekitarnya.
Seperti hasil wawancara penulis tentang komunikasi verbal yang
digunakan guru terhadap informan I, yaitu ketika pelajaran bahasa Indonesia
pada materi “membaca” dengan cara, ketika si anak salah dalam membaca
maka guru akan mengulangi bacaan dengan cara mengeja kata-kata.68
Kelebihan dari komunikasi melalui lisan ini, murid lebih mudah
mengetahui atau mengerti pesan yang di sampaikan. Kelemahannya apabila
68
Ibid
56
materi yang disampaikan melalui lisan ini tidak dikaji kembali secara
berulang-ulang maka murid akan lupa pada materi yang sudah disampaikan.
Kegiatan lainnya yang penulis sering temui, misalnya ketika guru sedang
berinteraksi dengan murid untuk menerangkan materi pelajaran seperti
membaca, menulis, bernyanyi dan permainan. Bentuk komunikasi ini juga
terlihat dari cara guru menyikapi tingkah laku atau sikap muridnya. Pada kelas
musik si anak disuruh maju ke depan untuk memukul drum akan tetapi si anak
tidak mau maju ke depan, maka guru tersebut mendekati si anak dan
memberikan semangat kepada si anak supaya anak tersebut mau melakukan
tugasnya.
Agar dapat terarah, komunikasi verbal dalam proses belajar mengajar dan
metode yang disampaikannya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Bercerita: Adapun kegiatan lain yang sering dilakukan oleh guru di
Sekolah Dasar Insania adalah dengan bercerita. Komunikasi dengan
bentuk verbal yang diantara bentuknya adalah bercerita, dapat membantu
dan memudahkan komunikasi dua arah atara guru dan murid autis. Metode
cerita ini cukup efektif dan mudah dimengerti oleh murid, sehingga pesanpesan yang disampaikan dapat langsung dicerna, disini guru harus kreatif
dalam menyampaikan ceritanya, sehingga apa yang diceritakan anak autis
dapat mengerti. Karena memang cerita ialah suatu yang mengasyikan,
menyenangkan dan menggembirakan. Dalam masa kanak-kanak seperti
anak-anak autis ini sangat gampang meniru bahkan meneladani seseorang
yang dianggap cocok dengan mereka dan itu mereka dapatkan dari cerita
yang mereka dengarkan baik lewat media maupun dari gurunya.
57
b. Bernyanyi: Bernyayi adalah salah satu metode yang digunakan oleh guru
pada saat murid jenuh atau bosan selama mengerjakan tugasnya. Hal ini
dinamakan oleh guru Sekolah Dasar Insania yaitu breaking ice yang di
dalamnya ada kegiatan bernyanyi yang hanya dilakukan beberapa menit
saja, selama bernyanyi guru memberikan tepuk yel yel kemudian
menyuruh si anak untuk menciptakan tepuk yel yel sendiri. Tepuk yel yel
ini digunakan untuk pembukaan pada breaking ice, jadi sebelum bernyanyi
terlebih dahulu satu persatu maju untuk tepuk yel yel yang telah mereka
ciptakan sendiri. Hal ini guna membuat murid terus kreatif dalam segala
hal. Oleh karena itu guru dituntut sekreatif mungkin mengembangkannya
untuk anak autis ini. Maka dengan bernyanyi murid tetap terus terkontrol
dengan baik dan tidak merasa jenuh dan bosan lagi, kembali ceria untuk
mengerjakan tugas selanjutnya.
c. Bermain: Bermain fungsinya sama dengan bernyanyi yaitu untuk
mencairkan suasana murid ketika jenuh atau sudah bosan. Akan tetapi
bermain / games diciptakan dari materi pelajaran, hal ini bisa dikatakan
sebagai belajar sambil bermain, dengan berusaha memeberi muatan-mutan
pelajaran ke berbagai permainan yang sudah dikenal anak pada umumnya,
misalkan pada pelajaran tentang mengenal benda sesudah pelajaran
tersebut guru menuangkannya dalam bentuk games dengan meletakan
benda-benda diatas meja kemudian menyuruh si anak mengambil benda
sambil berlari yang telah guru sebutkan sebelumnya. Hal ini memang
dapat memudahkan atau mengingat pelajaran serta pengetahuan yang telah
diberikan.
58
Komunikasi melalui lisan yang dilakukan di Sekolah Dasar Insania
juga mengkomuikasikan pesan-pesan agama, anak-anak diajarkan
membaca iqro, membaca do’a- do’a dan selalu menggunakan kalimatkalimat Islam dalam segala hal seperti mengucap salam, menjawab salam,
membaca do’a belajar ketika memulai belajar, dan setelah belajar.
Selain lisan juga melalui tulisan yaitu menulis huruf, angka-angka,
juga menulis huruf arab yaitu menulis iqro. Kelebihan dari komunikasi
tulisan murid dapat belajar menulis, bagi anak autis yang belum dapat
menulis guru dapat membantunya.
Dalam penyampaian pesan, guru menggunakan bahasa yang jelas dan
tegas untuk mudah dipahami, dimengerti oleh anak autis. Sehingga pesanpesan yang disampaikan mendapatkan feedback (tanggapan) yang positif
dan diikuti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh karena itu,
komunikasi verbal berperan sekali dalam menyampaikan pesan pada anak
autis.
3. Komunikasi antar pribadi
Selain komunikasi non verbal dan verbal yang digunakan, Sekolah
Dasar Insania juga menyampaikan materi pelajaran secara antar pribadi
atau face to face. Ini terlihat pada kegiatan ketika guru sedang mengjarkan
anak membaca dengan mengajari murid satu persatu seperti privat dan
berhadapan langsung dengan murid. Juga pada saat guru menasehati
muridnya.
Proses komunikasi antar pribadi juga, penulis melihat pada kelas terapi
(individual) disini guru menerapi anak secara face to face. Supaya materi
59
yang di sampaikan dapat langsung di cerna dan di mengerti oleh anak
autis.
Kelebihan komunikasi anatarpribadi ini, anak mendapat rangsangan
(stimuli) dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan feed
back pada diri anak. Sedangkan kelemahannya, karena melihat kondisi
anak yang berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah
menerimanya dan juga ada yang sulit.
Komunikasi antarpribadi ini digunakan oleh guru Sekolah Dasar
Insania dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara tatap muka (face to
face). Hal ini penulis lihat pada saat guru mengajarkan membaca, menulis,
menerapi anak, dan memberikan nasehat yang bersifat pribadi untuk murid
yang bersangkutan. Dalam kegiatan belajar mengajar, ketiga bentuk
komunikasi diatas selalu berperan penting dalam menyampaikan materi
dan upaya meningkatkan kualitas belajar pada anak autis di Sekolah Dasar
Insania.
4. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok adalah kegiatan komunikasi yang berlangsung
di antara anggota suatu kelompok. Pada tingkatan ini, tiap individu yang
terlibat
masing-masing
berkomunikasi
sesuai
dengan
peran
dan
kedudukannya dalam kelompok.
Komunikasi kelompok juga di gunakan di Sekolah Dasar Insania,
proses komunikasi ini terjadi pada kelas klassikal. Hasil pengamatan
penulis adalah pada saat ketika guru dan murid melakukan kegiatan
60
bernyanyi, bermain, dan belajar. Disini terlihat kegiatan tersebut yang
dilakukan dengan cara berkelompok.
Kegiatan yang penulis temui adalah pada kegiatan proses belajar pada
saat “pelajaran sains” guru menerangkan materi kemudian mengulang
kembali materi dengan cara menanyakan satu persatu kepada murid hal ini
guna murid autis dapat mencerna materi secara bersama-sama dan
kegiatan ini di lakukan dengan cara berkelompok supaya lebih
mengeratkan hubungan antara murid satu dengan yang lainnya.
Kelebihan
komunikasi
kelompok
ini
adalah
murid
dapat
mengembangkan interaksi dan sosialisasinya terhadap teman yang satu
dan teman-teman yang lainnya dan juga dengan gurunya.
Kegiatan lain yang penulis temui adalah gaya belajar individu autis
juga dapat melalui media contohnya televisi dan buku-buku yang
bergambar. Dari gambar yang mereka lihat anak autis dapat meniru dan
mengetahui makna dari gambar yang sudah dilihatnya dari pada yang di
dengarnya. Karena anak autis pada umumnya senang melihat-lihat gambar
apalagi menonton TV. Ini adalah termasuk proses komunikasi massa,
karena komunikasi massa adalah komunikasi yang di tujukan kepada
massa atau komunikasi yang menggunakan media massa, dengan bantuan
berupa media anak autis sedikit demi sedikit dapat mengembangkan
pengetahuannya.
61
Tabel I
RUMUSAN
KELAS
KELAS INDIVIDUAL/ TERAPI
KALASSIKAL
Komunikasi
ayo
Instruksional yang
tangannya
belajar mengajar
OCUPASI
mana” yo loncat” beberapa hat”
sambil menepuk tangan
dipakai dalam proses o anggi maju”
FISIO
beberapa
WICARA
detik u memegang pipi si
detik kemudian guru kemudian
guru anak dan berkata
sambil berkata “ayo loncat” berkata “lihat” sambil ”ayo”
melambaikan tangan
sambil
memegang memegang kepala si 2. “tidak” sambil
ggi duduk” (dengan kata- tangan si anak
kata yang tegas)
anak
o” sambil mengulurkan mengarahkannya.
hat” sambil memegang tangan
kepala si anak
untuk menggerakan jari
agi”
beberapa
detik berkata kembali
dak” beberapa detik kemudian
5. “ayo, buka bukunya”
kemudian
sambil memegang
lagi
buku, guru menunjuk
pegangan”.
“tidak
telunjuk lalu
guru “mana gambar
berkata berkata
“ayo burung”.
boleh masukan lagi” sambil
memegang
ke arah gambar
jari si
anak.
o lihat” beberapa detik
kemudian “ayo lepas
kancingnya”. Sambil
memegang
jari
si
anak.
Dalam
mempermudah
pemahaman
penulis
mengenai
komunikasi
instruksional yang dipakai guru dalam proses belajar mengajar, maka penulis
mencoba menguraikan dengan rinci contoh yang ada di atas antara lain:
1. Kelas Klassikal: Kegiatan yang penulis temui pada kelas klassikal adalah
menggunakan instruksi verbal (lisan) yang selalu digabungkan
pada
62
instruksi non verbal tetapi ada beberapa kegiatan hanya memakai verbal
saja. Pada instruksi verbal disini guru berkata dengan jelas dan tegas.
2. Kelas individual: Pada kelas indvidual ada 3 kelas yaitu, fisio terapi, terapi
ocupasi, dan terapi wicara. Penulis akan meguraikannya satu persatu:
a) Fisio terapi: Di dalam kegiatan fisio terapi hanya dua yang memakai
instruksi verbal dan non verbal dan 1 yang memakai isntruksi verbal
b) Terapi ocupasi: Di dalam terapi ocupasi semua kegiatan hanya
memakai instruksi verbal dan non verbal
c) Terapi Wicara: Di dalam kegiatan terapi wicara kegiatan 1 dan 2
adalah sama memakai instruksi verbal dan non verbal.
Maka masing-masing pada kelas terapi ini juga memakai instruksi
verbal dan non verbal akan tetapi setiap kegiatan guru selalu menggunakan
instruksi non verbal untuk mengarahkan perilaku anak autis.
Dengan demikian maka jelas dengan melihat perbandingan di atas
maka kebanyakan guru-guru memakai bentuk komunikasi gabungan yaitu
instruksi verbal dan non verbal akan tetapi untuk mengarahkan perilaku
anak tersebut guru selalu menggunakan instruksi non verbal ini di gunakan
pada semua kegiatan yang dilakukan.
B. Metode yang digunakan oleh guru ketika membina anak autis
Berdasarkan pengamatan dilapangan dan wawancara, dapat ditemukan
data bahwa metode yang dipakai untuk membina anak autis di Sekolah Dasar
Insania adalah:
63
Tabel II
RUMUSAN
II
KELAS TERAPI/INDIVIDUAL
KELAS
KLASSIKAL
FISIO
Metode
yang
digunakan dalam
membina
anak
autis
Lovass
Lovas
OCUPASI
WICARA
Lovass
Lovass
WAWANCARA
GURU
GURU
KLASSIKAL INDIVIDUAL
I, II & III
Lovass
Dalam mempermudah pemahaman penulis mengenai metode yang
digunakan dalam membina anak autis, maka penulis mencoba menguraikan
dengan rinci, contoh yang ada di atas atara lain:
a. Memberikan prompt (bantuan): Misalnya, di kelas ocupasi prompt
diberikan pada kegiatan memasukan benda kedalam tali dengan cara guru
memeberikan bantuan verbal kepada si anak sewaktu guru menyuruh si
anak untuk mengulang kembali tugasnya.
b. Memberikan
reinfocer
positif
(konsekuensi
positif):
Misalnya,
konsekuensi yang berupa pujian pada kelas fisio terapi guru memberikan
pujian kepada anak ketika anak telah selesai mengerjakan tugasnya dan
ketika anak malas untuk mengerjakan tugas dengan cara guru mengelitiki
si anak supaya anak mau mengerjakan tugasnya.
c. Memberikan intruksi: Misalnya pada kelas klassikal pada kegiatan
membaca guru menyuruh anak untuk memperhatikan dan konsentrasi
ketika membaca.
Lovass
64
d. Memberikan reinfocer negatif: Misalnya di kelas terapi wicara pada
kegiatan menebak gambar guru mengatakan ”TIDAK” kepada anak ketika
anak salah menyebutkan gambar.
Pada tabel di atas dapat dikatakan bahwa dalam membina anak autis
metode yang digunakan adalah metode lovass. Teknik lovass digunakan untuk
mengetahui perilaku anak autis baik perilaku positf dan perilaku negatif,
dengan menggunakan teknik lovass guru-guru dapat mudah mengarahkan
perilaku anak autis dalam segala kegiatan yang dilakukan anak autis.
Pengertian Lovass adalah modifikasi tingkah laku yang dapat memberi
dorongan dan pengertian sehingga para penyandangnya dapat hidup dan
berkembang lebih baik.
Teknik
lovass
secara
umum
digunakan
pada
anak
yang
sulit
berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi melalui teknik ini guru dapat
masuk kedalam dunia anak autis dan dapat mengetahui perilaku-perilaku anak
autis.
Penulis melihat di dalam proses terapi pada saat guru memberikan bantuan
kepada anak ketika anak sedang mengerjakan tugasnya, memberikan pujian
ketika anak selesai mengerjakan tugasnya, memberikan konsekuensi ketika
anak salah dalam mengerjakan tugasnya itu semua adalah proses bagaimana
guru membina perilaku anak autis dengan cara memakai teknik lovass guru
mudah mengarahkan perilaku anak tersebut.
Seperti hasil wawancara penulis pada di kelas fisio terapi oleh Ibu Anti
bahwa, penggunaan teknik lovass yang dipakai oleh guru tidak disertai pada
65
metode ABA karena dalam metode ABA anak diajarkan seperti robot akan
tetapi guru hanya memakai pada teknik lovass saja.69
Pengamatan penulis pada setiap kegiatan bahwa guru-guru hanya
memberikan sistem reward dan punishment, yaitu pemberian reward
(ganjaran atau imbalan) kepada anak, yang akan meningkatkan frekuensi
munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan punishment (hukuman) yang
akan menurunkan frekuensi anak untuk munculnya perilaku yang tidak
diinginkan.
Kelebihan teknik lovass ini adalah guru dapat membina perilaku anak autis
dan perkembangan anak sedikit demi sedikit akan meningkat lebih baik, dan
kekurangannya yaitu karena melihat kondisi anak autis yang berbeda-beda,
maka hal ini tentu saja ada yang mudah menerimanya dan juga ada yang sulit.
Dengan demikian maka jelas dengan melihat contoh diatas kebanyakan
kegiatan pada masing-masing kelas menggunakan teknik lovas, karena teknik
lovass adalah teknik yang cukup efektif dan sederhana dalam mengatasi dan
membina perilaku anak autis.
C. Faktor-Faktor Penunjang dan Penghambat Dalam Proses Belajar
Mengajar Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi
Faktor penunjang adalah suatu dorongan untuk mencapai keberhasilan
yang diharapkan. Hasil wawancara oleh Ibu Nia bahwa hal yang menunjang
keberhasilan seorang anak autis dalam proses belajar mengajar adalah fasilitas
dan kerjasama antara guru dan murid, dalam hal perilaku anak tersebut,
supaya anak tersebut dapat berkembang dengan baik.
69
Wawancara pribadi dengan Ibu Anti
66
Fasilitas merupakan hal yang paling utama untuk menunjang kebutuhan
anak autis, tanpa fasilitas anak autis tidak dapat mengembangkan keahliannya
karena anak autis bisa dikatakan berkembang jika dilihat dari keahlian. yang
mereka punya. Adapun fasilitas belajar yang tersedia adalah perpusatakaan,
sumber-sumber belajar seperti buku-buku pelajaran, sarana dan prasarana
olahraga.
Adapun kerjasama antara guru dan murid juga penting dalam keberhasilan
bahwa sebenarnya lingkungan yang paling dekat dengan anak autis adalah
lingkungan keluarga dan juga dalam berinteraksi yang paling lama adalah
dirumah maka ketika dirumah orangtua juga berperan sebagai guru disini
orangtua dituntut aktif dalam mengarahkan perilaku anak autis. jika disekolah
anak diberikan pengetahuan dan dibina oleh guruya maka dirumah pun
orangtua juga melakukan hal yang sama. untuk itu cara ini efektif dalam
mengembangkan kemajuan anak pada saat proses belajar.
Hasil pengamatan yang penulis temui pada saat setelah selesai belajar atau
selesai terapi guru bertemu orangtua dan membicarakan perkembangan
anaknya sewaku dalam belajar, dan memberikan saran kepada oranga tua
tentang hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan pada saat dirumah.
Faktor hambatan bukan berarti terhentinya komunikasi yang sedang
terjadi, tetapi ada hal yang menyebabkan tujuan komunikasi itu tidak tercapai.
Adapun faktor penghambat dalam proses belajar mengajar menurut hasil
wawancara oleh Ibu Nia: adalah faktor pemahaman atau pada kerangka
berfikir. Karena kalau kita sedang menerangkan biasanya anak tersebut
atensinya masih kemana-mana maka dari itu untuk bisa anak tersebut mengerti
67
kita harus benar-benar lebih fokuskan, beda dengan anak yang sudah bisa
verbal sudah paham, pasti sudah bisa menjawab pertanyaan yang guru
berikan. Tapi jika atensinya masih kurang dan kita tidak fokuskan maka anak
tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan.
Hasil pengamatan yang penulis temui pada saat belajar ada anak yang
tidak bisa menjawab pertanyaan ini dilihat karena anak tersebut tidak dapat
merespon pesan yang gurunya berikan karena atensi dan konsentrasi mereka
masih tidak fokus untuk menerima pesan, dalam belajar ada anak yang paham
atas apa yang sudah disampaikan oleh gurunya ini dilihat ketika anak dapat
merespon suatu pesan yang disampaikan. Karena anak autis beda-beda
kondisinya ada yang sudah bisa verbal tapi ada juga yang belum bisa verbal
semuanya tergantung dari kondisi anak tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil
penelitian
dan
pembahasan
mengenai
”Komunikasi
Instruksional Guru dan Murid Autis Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih
Bekasi”, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Komunikasi instruksional yang di pakai guru dalam proses belajar
mengajar adalah menggunakan instruksi komunikasi verbal, instruksi
komunikasi non verbal dan dalam proses belajar mengajar juga di temui
adanya proses komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan
komunikasi massa yaitu komunikasi yang menggunakan media massa. Di
dalam proses belajar mengajar para guru sudah mengembangkan cara
penyampaian metode pengajaran dengan baik.
2. Metode yang di gunakan dalam membina anak autis adalah menggunakan
metode lovass. Dengan menggunakan metode lovass guru dapat
mengarahkan perilaku anak autis dengan mudah.
3. Faktor penunjang dan penghambat dalam proses belajar mengajar yang di
temui di Sekolah Dasar Insania adalah:
a. Fasilitas belajar yang cukup lengkap dan memenuhi kebutuhan belajar
murid serta kerjasama orang tua dan murid merupakan hal yang
penting dalam perkembangan anak.
b. Pada pemahaman / kerangka berfikir, karena atensi anak yang masih
tidak fokus menyebabkan anak kurang paham pada pelajaran.
68
69
B. Saran-saran
Penulis mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan komunikasi
instruksional guru dan murid autis di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi
adalah sebagai berikut:
1. Untuk guru di Sekolah Dasar Insania hendaknya lebih dekat lagi dengan
anak-anak, supaya dapat lebih tahu perilaku-perilaku anak autis lebih jelas
lagi,
untuk
mengatasi
perilaku
anak
autis
maka
tingkatkanlah
komunikasinya, agar lebih mudah lagi untuk mengarahkan perilaku anak
tersebut.
2. Guru lebih fokus lagi dalam membina anak autis melalui metode yang
digunakan.
3. Perlunya meningkatkan fasilitas belajar dan bermain yang ada di Sekolah
Dasar Insania. Dan peran orang tua anak autis di Sekolah Dasar Insania
dalam mendidik anak juga sangat menentukan perkembangan anak
dirumah masing-masing. Dalam hal memberikan bimbingan tentang
perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari dirumah maupun disekolah.
4. Bagi pihak lembaga dan kepala sekolah hendaknya mendukung untuk
meningkatkan kulitas sekolah dan guru dalam melakukan pembelajaran
yaitu dengan menyediakan fasilitas-fasilitas, sarana dan prasarana yang
berkaitan dengan pembelajaran di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
A.M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2008 cet ke 10,h.47-48
Ahmadi Abu, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997 cet
ke 1,h.18
Cangra Hafied. H, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998 cet 1,h.18
Djamarah Bahri Syaiful, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam keluarga
Sebuah perspektif pendidikan Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004 cet
ke1,h11-12.
Effendi Uchjana Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999, cet ke13,h.10
Melly. Dr, Spkj, Budiman, Penyebab dan Penatalaksanaan Gangguan Spektrum
Autisme, Yayasan Autisme Indonesia, Jakarta 2005
Priyantono Hendra, Anak autis, Artikel diakses pada tanggal 5 mei 2008 dari
http://www.google.co.id
Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996
h.63
Sabri Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasiona, Jakrta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1995 cet ke1,h.30
Sadirman S Arif (dkk), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, cet.ke 6,h.12
70
71
Sendjaja Djuarsa Sasa, (et. al). Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas
Terbuka 1993 cet ke 4,h.30
Shay, M, Campbell, dkk, Pervassif Development Disorder, Comprehensive Text
Book of Psychiatry, 1983 2277-2293, artikel diakses pada tanggal 5mei
2008 dari http://www.google.co.id
Sudjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sinar Baru
Al Gesindo, 2000 cet ke 5,h.30
Surviana. Dr, www.infoibu.com, artikel diakses pada tanggal 5mei 2008 dari
http://www.google.co.id
Tafsir Ahmad, Metodelogi Pengajaran Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya,
1997 cet ke 4,h.60
Tasmara Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, Cet ke2, h.6.
Widjaya H.A, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi
Aksara,1997,h.11.
Yamin Martinus, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2004 cet ke 2,h.99
Yayasan Autisme Indonesia, (Jakarta, 22 November 1997) h.61
Yusup M. Pawit, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002 cet1,h.17.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
CATATAN LAPANGAN
PADA KELAS INDUVIDUAL
Nama Observer
: Rahmi Isnaini
Observasi yang ke
: Minggu I / durasi 1 jam
Tempat/Tanggal
: Ruangan fisio terapy / 2 July, Rabu
Objek penelitian
: Metode yang digunakan ketika membina anak autis
Subjek yang Damati : Anak Autis yag bernama (Igo) oleh guru terapis (Bu
Anti)
Latar/Situasi ruangan: Ada bangku tersusun yang terletak dipojok
™
Catatan:
Kegiatan yang per 1: Guru menarik tangan si anak lalu loncat-loncat diatas meja
karet lalu si anak berhenti bermain lalu guru menarik si
anak kemudian berkata “ayo loncat, ayo loncat” lalu si anak
mundur kebelakang kemudian guru menarik sang anak lalu
si anak duduk kembali lalu guru mengeluarkan kata-kata
“berdiri” kemudian si anak bangun.
Kegiatan yang ke 2: Guru menarik si anak berdiri lalu guru mengambil bola
yang berukuran besar kemudian mendrible bola dan berkata
“ayo” sambil mengulurkan tangan kemudian sang anak
membelakangkan tangannya. lalu guru melemparkan bola
ke arah si anak lalu sang anak mundur kebelakang dan
mengambil bola yang kecil lalu berlari kepojok lalu duduk
dan memainkan bola yang kecil tersebut. Lalu guru
menghampiri si anak dan berkata “bangun, ayo, bangun”
sambil mengelitiki sang anak dan guru memberikan “tos
tangan” kepada sang anak. Lalu guru mengambil bola yang
ada ditangan sang anak lalu memainkannya dihadapan si
anak kemudian si anak tertawa. Lalu
guru memainkan
kembali bolanya sambil berkata “ayo tangkap” lalu sang
anak menangkap bola setelah itu sang anak duduk
kemudian guru menarik si anak sambil berkata “bangun,
ayo, bangun”.
Kegiatan yang ke 3: Setelah sang anak bangun guru menarik tangan sang anak
untuk melangkahkah kakinya diatas ban lalu sang anak
melangkahkan kakinya di atas ban. Lalu sang anak
memegang tangan guru lalu guru membelakangkan
tangannya sambil berkata “tidak” dan
pegangan”.
Kemudian
si
anak
mundur
“tidak boleh
kebelakang
kemudian guru menarik tangan si anak untuk maju kembali
sambil berkata “ayo”, “igo bisa”. sang anak maju kedepan
lalu melangkahkan kakinya diatas ban. Dan guru berkata
“igo pintar”. Anak berlari kepojok duduk kembali. Lalu
guru melemparkan bola kearah si anak sambil berkata
“awas” beberapa detik guru mengucap kata yang sama
“awas”, “coba tangkap” lalu guru menarik tangan sang anak
sambil berkata “berdiri”.
™
Deskripsi latar
Setelah penulis mengamati pada kondisi ruangan fisio terapy ada
sebuah kotak yang tersusun yang terletak dipojok. Ini mengambarkan
bahwa pada setiap kegiatan, anak autis berlari kepojok karena ada suatu
benda yang menurutnya dapat bersandar kemudian dapat duduk diatas
kotak tersebut jika si anak tidak dapat menyelesaikan tugasnya atau sudah
menyelesaikan tugasnya.
™
Interpretasi data
Pada kegiatan yang per I anak autis melakukan loncat-loncat diatas
meja karet akan tetapi belum ada 5 menit anak berhenti dan tidak mau
melanjuti permainan. Untuk menariknya kembali guru melakukan
berbagai macam cara seperti mengelitiki, memberikan tos tangan atau
membuat perhatian seperti melemparkan bola kepada si anak supaya anak
tersebut bangun dari tempatnya dan dapat bermain kembali. Pada kegiatan
yang ke 2 adalah menangkap dan melempar bola yang penulis amati pada
kegiatan ini guru memberikan bola akan tetapi anak autis tidak mau
menangkapnya kemudian pergi dan duduk dipojok. Kemudian guru segera
menghampiri anak tersebut dengan melakukan berbagai macam cara
supaya anak tersebut dapat bermain kembali cara yang digunakan oleh
guru tersebut sama halnya pada kegiatan yang per I yaitu (guru
mengeluarkan kata-kata / intruksi seperti “berdiri”, “Ayo” atau “bangun”
dengan suara yang tegas. Kemudian dengan bantuan gerakan seperti
mengajak anak untuk “tos tangan” sambil memberikan pujian setelah itu
anak mau berdiri dan bangun dari tempat duduknya. Dan pada kegiatan
yang ke 3 melangkah diatas ban penulis mengamati pada kegiatan ini guru
menyuruh sang anak untuk melangkah diatas ban kemudian si anak
memegang tangan gurunya namun guru tidak mau dan memberikan
intruksi kalo tidak boleh pegangan kemudian si anak tidak mau
melanjutkan tugasnya lalu guru menyuruh si anak kembali dan berdiri di
atas ban dan memberikan bantuan secara verbal kemudian anak mau
menyelesaikan tugasnya dan guru memberikan pujian kepada si anak.
™
Kesimpulan
Setelah mengamati beberapa kegiatan pada kegiatan terdapat beberapa
perilaku anak autis yang sulit untuk melakukan sebuah kegiatan untuk
dapat menyelesaikan tugasnya akan tetapi semua itu bisa diatasi dengan
berbagai macam cara. Semua kegiatan yang penulis amati adalah
menggunakan cara yang sama. ini terlihat ketika guru terapis memberikan
intruksi-intruksi seperti memberikan pujian (Reinforcer positif) ketika
anak dapat menyelesaikan tugasnya, memberikan intruksi-intruksi seperti
bantuan (prompt) ketika anak sedang mengerjakan tugasnya supaya
tugasnya dapat diselesaikan dengan baik dan memberikan (reinforcer
negatif) bila si anak tidak menyelesaikan tugas dengan baik. Itu semua
adalah metode yang dipakai oleh guru dalam membina anak autis ketika
sedang di terapis. Untuk itu penulis menyimpulkan cara yang digunakan
guru terapi ketika membina anak autis adalah salah satu cara yang ada di
dalam metode lovass.
Pada hasil wawancara dengan guru terapis “bahwa kegiatan fisio terapi ini
untuk penekanan fisik yang berhubungan dengan kognitif, atau motorik
kasar dan juga berhubungan dengan sosialisasi anak dengan teman
bermainnya. Di dalam fisio terapi ini terdapat kegiatan-kegiatan yang
fungsinya untuk melatih keseimbangan tubuh, keseimbangan kordinasi
antara mata dengan tangan dan juga untuk melatih konsentrasi. Untuk itu
saya menggunakan metode yang pas dengan menggunakan metode lovass
saya dapat mudah mengarahkan perilaku anak autis ketika diterapi dan
selain dengan lovass juga dengan kata-kata yang tegas”.
Nama Observer
: Rahmi Isnaini
Observasi yang ke
: Minggu II / durasi 1 jam
Tempat/Tanggal
: Ruangan Ocupasi terapy / 10 July, Rabu
Objek penelitian
: Metode yang digunakan ketika membina anak autis
Subjek yang Damati
: Anak Autis yag bernama (Igo) oleh guru terapis (Bu
Indah)
Latar/Situasi ruangan: Ruangan agak gelap dan agak panasnya ruangan
™
Catatan
Kegiatan yang per 1: Guru memberikan puzzle kepada si anak sambil
membongkar puzzle dan berkata “lihat” beberapa detik
kemudian guru mengucap kata yang sama “lihat” tangan
si anak memasang puzzle dan matanya menatap kemanamana guru berkata “lihat-lihat igo lihat” “ayo pasang”
lalu
tangan
si
anak
memegang
puzzle
sambil
memasangkan puzzle lalu mata si anak menatap kemanamana. Guru berkata “lihat” lalu berkata lagi “igo lihat”
“ayo pasang” mata si anak masih melihat kemana-mana
guru memegang kepala si anak dan kepala sianak
diarahkan ke puzzle lalu tangan si anak memegang puzzle
dan memasang puzzle guru berkata “tidak” “bukan itu”
tangan si anak berhenti memegang puzzle guru berkata
“ayo lihat” mata si anak melihat puzzle sambil tangan si
anak memegang puzzle guru berkata “pintar” “OK”. Dan
guru berkata TOS sambil mengangkat tangan dan berkata
“mana tosnya” dan tangan si anak tos dengan tangan
gurunya.
Kegiatan yang ke 2: Guru memberikan tali kepada si anak sambil berkata
“pegang “, “pegang talinya” tangan si anak memegang
talinya guru berkata “ ayo masukan bendanya” tangan si
anak memasukan bendanya kedalam tali guru berkata
“pintar” “bagus”, guru berkata “lagi”, “ayo masukan
lagi”, “ayo igo” tangan si anak memasukan tali kedalam
bendanya lalu mata si anak menatap kemana-mana guru
berkata “ayo igo lihat” beberapa detik kemudian berkata
lagi “lihat” tangan si anak memegang tali guru memegang
tangan si anak sambil berkata “dorong di dorong talinya”
dan tangan si anak memasukan bendanya kedalam tali.
Guru berkata “igo pintar”. Guru berkata TOS “mana
tosnya” sambil guru mengangkat kedua tangannya si anak
juga mengangkat tangannya. Guru berkata “TOS” dan
berkata “tos tangan kirinya mana” lalu si anak
mengangkat tangan kiri guru berkata “tangan kanannya
mana” si anak mengangkat tangan kanannya guru berkata
“iya pintar”. Lalu mata si anak menatap kemana-mana.
Kegiatan yang ke 3: Guru memegang kain yang ada kancingnya sambil berkata
lepas kancingnya tangan si anak memegang kain dan
melepas
kancingnya
guru
berkata
“lihat
lepas
kancingnya” tangan si anak memegang kain dan melepas
kancingnya guru berkata “tarik dorong ayo lihat” mata si
anak menatap kemana-mana guru barkata dengan tegas
“lepas kancingnya” tangan si anak memegang kain dan
melepas kancingnya guru berkata “nah pintar” guru
berkata “iya lagi” dan berkata “lepas kancingnya” mata si
anak menatap kemana-mana guru berkata “ayo lihat”
“lepas kancingnya matanya-matanya igo ayo lihat” “ayo
lepas kancingnya” guru memanggil “igo, igo ayo lihat”
tangan si anak memegang kain dan melepas kancingnya
guru memegang tangan si anak si anak menatap kemanamana guru berkata “ lihat tangan kanannya mana?”
sambil memanggil “igo, igo” tangan si anak memegang
kain dan melepas kancingnya” guru berkata “iya lagi”
guru berkata “lepas kancingnya” guru berkata “pegang
ayo pegang kancingnya” si anak memegang kain dan
melepaskan kancingnya sambl guru memegang tangan si
anak guru berkata “nah terlepas semuanya” “sekarang
pasang kancingnya yaa” “ayo pasang kancingnya” tangan
si anak memegang kain dan memasang kancingnya” guru
berkata “ayo pegangnya yang benar” guru berkata
“tangannya tidak boleh kaku” sambil memegang angan si
anak “ayo tangannya tidak boleh kaku” tangan si anak
kaku memegang kain dan memasang kancing lalu mata si
anak menatap kemana-mana guru memanggil “igo lihat
igo matanya” “ayo didorong kancingnya” tangan si anak
memegang kain dan memasang kancingnya” guru berkata
“dorong ayo dorong” tangan si anak memegang kain dan
memasang kancingnya guru berkata “iya lagi” “pasang
lagi kancingnya “ tangan si anak memegang kain dan
memasang kancing guru berkata “bagus” “selesai
semuanya” guru berkata “tos mana tangannya” sambil
mengangkat kedua tangannya” anak mengangkat kedua
tangannya” guru berkata “TOS”.
™ Deskripsi Latar
Kondisi ruangan yang agak gelap menjadikan perhatiannya si anak seperti
anak menjadi tidak konsentrasi atau tidak fokus pada tugasnya dan agak sedikit
panasnya ruangan menjadikan igo malas untuk menyelesaikan tugasnya.
™ Interpretasi Data
Pada kegiatan yang per I yaitu kegiatan memasang puzzle guru memberikan
intruksi secara verbal dengan berkata “lihat-lihat ayo lihat” kepada si anak
untuk memasang puzzle kemudian si anak mengejakan tugasnya tiba-tiba si
anak berhenti untuk memasang puzzle dikarenakan kondisi ruangan yang agak
gelap kemudian guru memanggilnya untuk segera menyelesaikan tugasnya
lalu si anak menyelesaikan tugasnya kembali setelah itu si anak berhenti
kembali kemudian guru mengintruksikan kembali kepada si anak dengan
berkata “ayo pasang” “lihat, lihat ayo lihat” untuk konsentrasi memasang
puzzle akan tetapi si anak tetap tidak memperhatikan atau tidak mendengar
intruksi dari gurunya. Dengan cara lain guru memegang kepala si anak untuk
melihat ke puzzle kemudian si anak memasang puzzle dan guru sambil guru
memeberkan semangat dan membatunya menyelesaikan tugas si anak. Lalu
guru memberikan pujian dan memberikan tos kepada si anak. Pada kegiatan
ke 2 yaitu memasukan benda kedalam tali guru memberikan intruksi dengan
berkata “ayo pegang talinya” kepada si anak untuk memegang kemudian si
anak meresponnya lalu guru memberikan semangat dan bantuan kepada si
anak karena si anak dapat menyelesaikan tugas yang pertama karena kondisi
ruangan gelap si anak pun berhenti menyelesaikan tugasnya lalu guru
memberikan intruksi kembali sambil berkata “ayo masukan lagi bendanya
kedalam tali” dan memberi semangat / bantuan kembali kepada si anak dengan
berkata “ayo igo bisa” kemudian si anak berusaha menyelesaikan tugasnya
sambil guru membantunya. Kemudian si anak dapat menyelesaikan tugasnya
lalu guru memberikan pujian kepada si anak dan memberikan tos tangan. Pada
kegiatan yang ke 3 guru mengintruksikan si anak untuk mengerjakan kegitan
ke 3 yaitu memasang dan membuka kancing hal yang pertama guru
mengintruksikan untuk memasang kancingnya kemudian si anak mulai
mengerjakannya akan tetapi lagi-lagi si anak berhenti kemudian guru
mengintruksikan untuk mengerjakan tugasnya kembali sambil berkata “ayo
igo pasang kancingnya” dan guru membantu si anak kemudian si anak
menyelesaikan tugasnya dan guru memberikan pujian kepada si anak
kemudian memberikan tos tangan kanan dan kiri karena si anak telah
menyelesaikan tugasnya.
™ Kesimpulan
Setelah mengamati beberapa kegiatan pada kegiatan terdapat beberapa
perilaku anak autis yang sulit untuk melakukan sebuah kegiatan untuk dapat
menyelesaikan tugasnya dikarenakan diulang-ulangnya kegiatan yang sudah
dikerjakan oleh anak tersebut menjadikan anak tersebut malas untuk
menyelesaikan kembali tugasnya kemudian karena kondisi ruangan yang agak
gelap sepertinya membuat si anak kurang fokus terhadap tugasnya dan juga
situasi ruangan yang agak panas membuat si anak memberhentikan tugasnya
ketika tugasnya sedang dikerjakannya. Akan tetapi semua itu bisa diatasi
dengan berbagai macam cara. Semua kegiatan yang penulis amati adalah
menggunakan cara yang sama. Ini terlihat ketika guru terapis memberikan
intruksi-intruksi secara verbal dan nonverbal ketika anak autis sedang
memulai tugasnya dan mengerjakan tugasnya kemudian guru juga
memberikan pujian (Reinforcer positif) ketika anak dapat menyelesaikan
tugasnya, memberikan intruksi-intruksi seperti bantuan (prompt) ketika anak
sedang mengerjakan tugasnya supaya tugasnya dapat diselesaikan dengan
baik. Dan yang sering penulis amati pada terapi ocupasi guru seringkali
menggunakan intruksi secara verbal ketika anak tersebut sulit mengerjakan
tugas-tugasnya. Itu semua adalah metode yang dipakai oleh guru dalam
membina anak autis ketika sedang di terapis. Untuk itu penulis menyimpulkan
cara yang digunakan guru ketika membina anak autis adalah salah satu cara
yang ada di dalam metode lovass. Dan juga termasuk memakai tindakan
komunikasi verbal dan non verbal.
Pada hasil wawancara dengan guru terapis “bahwa kegiatan ocupasi terapi ini
perlu diberikan kepada si anak yang mempunyai gangguan perkembangan
motorik halus untuk memperbaiki kekuatan, koordinasi dan keterampilannya
dan terutama pada otot halus atau motorik halus. Di dalam ocupasi terapi ini
terdapat kegiatan-kegiatan yang fungsinya untuk melatih koordiasi mata
dengan tangan, melatih konsentrasi, melatih aktvitas sehari hari seperti
berpakaian untuk melatih gerakan-gerakan tangan supaya dapat menulis.
Untuk itu saya menggunakan teori lovass saya dapat mudah mengarahkan
perilaku anak autis ketika diterapi dan saya juga cukup sering menggunaka
komunikasi verbal untuk mengintruksikan ketika si anak sedang mengerjakan
tugasnya.
Nama Observer
: Rahmi Isnaini
Observasi yang ke
: Minggu II / durasi 1 jam
Tempat/Tanggal
: Ruangan terapy wicara / 10 July, Rabu
Objek penelitian
: Metode yang digunakan ketika membina anak autis
Subjek yang Diamati: Anak Autis yag bernama (bretley) oleh guru terapis
(Bu
Diah)
Latar/Situasi ruangan: Ruangan sejuk / dingin
™ Catatan
Kegiatan yang per I: Guru menggambar di kertas lalu menyebutkan di
hadapan si anak yaitu”mo-bil” bibir si guru bergerak
dengan monyong kedepan mengucap kata “mo”
dihadapan si anak dengan berulang ulang si anak
mengikuti bibir si guru dengan monyong kedepan dan
berucap “mo” lalu si guru melanjuti ucapannya dengan
lidah sedikit keluar “bil” di hadapan si anak dengan cara
berulang-ulang si anak mengikuti bbir si guru dengan
lidah tidak keluar si guru mengucap kembali “bil”
dengan lidah yang keluar sambil memegang pipi si anak
dan si anak mengucap “bil” dengan sedikit lidah keluar”
lalu guru megucap kembali dengan merangkai katakatanya “mo-bil” sambil memonyongkan bibir dan
mengeluarkan lidahnya sambil guru memegang pipi si
anak sambil berkata “ayo” si anak melihat bibir dan
lidah si guru sambil mengkuti ucapan si guru lalu
memonyongkan bibir dan megeluarkan lidahnya dan
berucap “mo-bil” si guru berkata “Bagus” “anak pintar”
dan guru berkata “tos” sambil mengangkat tangannya
dan si anak mengangkat tangangannya.
Kegiatan yang ke 2: Wajah Guru dan si anak menghadap ke tembok yang ada
kacanya kemudian bibir guru mengucap kata-kata
“bola” guru memonyongkan bibirnya dan mengeja kata
“bo” dan lidah keluar mengeja kata “la” lalu wajah si
anak melihat bibir guru dikaca kemudian bibir si anak
mengikuti bibir guru lalu si anak memonyongkan
bibirnya
dan
mengeja
kata
“bo”
kemudian
mengeluarkan lidahnya dan megeja kata “la” kemudian
guru
dan
si
anak
merangkai
kata-kata
sambil
memonyongkan bibir dengan lidah keluar dan berucap
kata “bo-la”. Dan guru berkata kepada si anak “Pintar”
kemudian guru berkata tos sambil mengangkat tangan
kanannya lalu si anak mengangkat tangan kanannya
kemudian tos tangan.
Kegiatan yang ke 3: Tangan guru meletakan gambar di dinding kemudian
guru berkata “mana burung” tangan si anak menunjuk
ke arah gambar kucing guru berkata “tidak” dan berkata
“mana gambar burung” tangan si anak tidak meunjuk
lalu si anak menguap guru berkata “tutup mulutnya” lau
guru berkata lagi “ayo mana burung” sambil memegang
tangan si anak dan mengarahkan tangan si anak lalu
tangan si anak menunjuk gambar burung guru berkata
“bu-rung” sambil menghadap ke wajah si anak dan
memonyongkan bibirnya
si anak mengikuti bibir si
guru dan memonyongkannya dan berkata “bu-rung”
Kemudian guru berkata kembali “mana bola” tangan si
anak menunjuk ke arah gambar bola lalu si anak
menguap guru berkata “pintar” dan berkata “tutup-tutup
mulutnya”. Lalu guru berkata “bo-la” di hadapan wajah
si anak dengan memonyongkan bibirnya lalu si anak
mengikuti bibir gurunya dan memonyongkan bibirnya
dan berkata “bo-la”. Guru berkata “tos” sambil
mengangkat tangannya dan si anak mengangkat
tangannya lalu tos tangan.
™ Deskripsi Latar
Kondisi ruangan yang sejuk/dingin menjadikan si anak mengantuk maka dari itu
si anak malas ketika sedang mengerjakan tugasnya.
™ Interpretasi data
Pada kegiatan yang per 1. Guru menggambar di kertas lalu menyebutkan kata
“mobil”di hadapan si anak dengan berulang ulang kemudian guru berucap lagi
dihadapan si anak sesuai dengan gerakan lalu si anak mengikutinya akan tetapi
ada gerakan anak yang salah kemudian guru menyebutkan kembali dengan
gerakan yang sangat hati-hati sambil memegang wajah si anak dan guru berkata
“ayo lihat” sambil menyebutkan apa yang guru ucapkan kemudian si anak
menirukan ucapan dan gerakan gurunya sambil berkata “mo-bil” kemudian guru
memeberikan pujian kepada si anak lalu mereka tos tangan. Kegiatan yang ke 2.
yaitu menyebutkan kata-kata dengan cara menghadap ke tembok kaca. Guru dan
si anak menghadap ke tembok yang ada kacanya kemudian guru mengucapkan
kata-kata “bola” sesuai dengan gerakan lalu guru mengeja kata “bo dan la”
kemudian si anak mengkuti gerakan dan ucapan gurunya lalau mereka
berbarengan mengucapakan kata “bola” sesuai dengan gerakannya. Dan guru
memberikan pujian kepada si anak kemudian guru memberikan tos tangan kepada
si anak. Dan kegiatan yang ke 3 yaitu menunjukan gambar yang ada di kertas
gambar dengan cara guru meyebutkan gambar lalu si anak menunjuk gambar
sesuai apa yang guru perintahkan seperti guru menyuruh si anak dengan berkata
“mana burung” lalu si anak malah menujuk binatang lain kemudian guru berkata
“tidak” dan guru berkata kembali kemudian si anak bermalas-malasan dan tidak
menunjuk apa yang sudah guru intruksikan kemudian guru berkata dengan tegas
sambil membantu si anak untuk mencari gambar burung kemudian si anak
menunjuk gambar apa yang sudah guru suruh tadi. Kemudian guru berkata
kembali sambil menghadap ke muka si anak sesuai dengan gerakan dan si anak
pun mengikuti gerakan dan kata-kata guru tadi. Lalu yang ke 2 guru menyuruh si
anak untuk menunjuk gambar bola lalu si anak menunjuk gambar bola kemudian
si anak bermalas-malasan kembali kemudian guru memberikan pujian kepada si
anak dan guru mengeja kata “bola” sesuai dengan gerakan kemudian si anak
mengikuti kata-kata dan gerakan gurunya lalu guru memberikan pujian kepada si
anak dan melakuakan tos tangan.
™ Kesimpulan
Setelah mengamati beberapa kegiatan pada kegiatan terdapat beberapa perilaku
anak autis yang sulit untuk melakukan dan menyelesaikan tugasnya dan juga pada
kondsi ruangan yang sejuk membuat anak autis mengantuk dan malas untuk
mengerjakan tugasnya akan tetapi semua itu bisa diatasi dengan berbagai macam
cara. Semua kegiatan yang penulis amati adalah menggunakan cara yang sama. Ini
terlihat ketika guru terapis memberikan intruksi-intruksi seperti memberikan
pujian (Reinforcer positif) ketika anak dapat menyelesaikan tugasnya,
memberikan intruksi-intruksi seperti bantuan (prompt) disini guru seringnya
menggunakan prompt secara lisan dan juga ada beberapa kegiatan yang
menggunakan prompt secara fisik ini diberikan ketika anak sedang mengerjakan
tugasnya supaya tugasnya dapat diselesaikan dengan baik dan memberikan
(reinforcer negatif) bila si anak tidak menyelesaikan tugas dengan baik. Kemudian
penulis juga mengamati pada terapi wicara ini juga menggunakan tindakan
komunikasi verbal dan non verbal tindakan ini ada pada ketika guru memberikan
prompt kepada murid autis. Itu semua adalah metode yang dipakai oleh guru
dalam membina anak autis ketika sedang di terapis. Untuk itu penulis
menyimpulkan cara yang digunakan guru terapi ketika membina anak autis adalah
salah satu cara yang ada di dalam metode lovass.
Pada hasil wawancara dengan guru terapis “ terapi wicara ini untuk mengajari
anak autis berbicara supaya dapat berkomunikasi dengan baik untuk itu saya
hanya menggunakan materi-materi yang ada di metode lovas saja tetapi menurut
saya pada terapi wicara ini dengan menggunakan komunikasi verbal adalah cukup
untuk proses terapinya.
CATATAN LAPANGAN
PADA KELAS KLASSIKAL
Nama Observer
: Rahmi Isnaini
Observasi yang ke
: Minggu ke IV/ durasi 4 jam
Tempat/Tanggal
: Ruangan kelas 3 / 31 July, Kamis 2008
Objek penelitian
: Komunikasi yang dipakai guru dalam proses belajar
mengajar
Subjek yang Diamati : Anak Autis yang bernama (anggi) oleh guru (Bu Nia
dan Bu Olyah)
Latar/Situasi ruangan: Ruangan yang luas, jendela kaca yang lebar sehingga
sinar matahari memantul keruangan kelas
™ Catatan
Kegiatan yang per I: Guru menyuruh semua anak untuk duduk tertib lalu
guru mengangkat tangannya sambl membacakan
do’a lalu murid mengangkat tangan lalu si anak
mengangkat kedua tangan guru membaca do’a
belajar dengan suara yang tegas dan keras murid
mengikuti bacaan guru.
Kegiatan yang ke 2:
Guru bernyanyi di depan murid sambil menepuk
tangan dan guru berkata “ayo tangannya mana” si
anak menepuk tangan dan guru meletakan drum di
depan papan tulis lalu guru memainkannya guru
berhenti dan berkata “siapa yang mau main” si anak
bangun dari tempat duduk lalu duduk di depan drum
lalu memukul drum guru bernyanyi si anak berhenti
guru memegang tangan si anak memukul drum
tangan guru melepas tangan si anak si anak
memukul drum lalu guru bernyanyi kembali sambil
menepuk tangan lalu guru berkata “hore” si anak
berhenti lalu berlari dan duduk ditempatnya. Lalu
guru menyuruh murid berikutnya
Kegiatan yang ke 3:
Guru menulis di papan tulis menyanyikan lagu guru
berhenti dan berkata “ayo satu-satu maju ke depan
menyanyi lagu coconut tree” guru berkata “ayo
anggi maju” sambil melambaikan tangan si anak
berjalan kedepan papan tulis guru memgang bahu si
anak sambil bernyanyi si anak mengikuti guru
bernyanyi guru berkata “pintar” si anak berhenti lalu
berlari ketempat duduk. Guru berkata “ayo siapa
lagi?”
Kegiatan yang ke 4: Guru berkata “ayo keluarkan buku tulisnya” si anak
mengeluarkan buku tulis si anak menulis matanya
melihat ke papan tulis tangan memegang pinsil lalu
menulis lalu tanga si anak berhenti si anak bangun
dari tempat duduk dan berlarian guru berkata “anggi
duduk” sambil menunjuk ke arah si anak lalu si
anak berlari guru menghampiri memegang tangan si
anak dan berkata “ayo duduk” si anak berjalan
ketempat duduk lalu si anak duduk guru berkata
“ayo tulis dulu” si anak memegang pensil lalu
menulis si anak berhenti matanya melihat kemanamana tangan si anak memukul meja degan pensil
lalu guru memegang pensil si anak sambil berkata
“ayo tulis” lalu si anak memegang pensil matanya
melihat ke papan tulis lalu menulis setelah itu si
anak berhenti lalu bangun dari tempat duduk
kemudian berjalan-jalan memutar sambil tepuk
tangan setelah itu guru mengangkat jari telunjuk
menempel ke bibir dan berkata “jangan berisik” dan
memegang bahu si anak lalu berjalan ketempat
duduk si anak lalu guru membuka buku si anak
mengambil pensil dan berkata”ayo tulis lagi” lalu
tangan si anak memegang pensil lalu menulis
setelah itu si anak berhenti dan menepuk tangan lalu
guru berjalan ke si anak dan memegang pensil si
anak lalu si anak mengambil pensil dari tangan guru
dan menulis lagi setelah itu si anak berhenti si anak
bangun dari tempat duduk dan berjalan ke arah rak
tas lalu si anak berjalan si anak memutar sambil
tepuk tangan guru berkata “anggi sudah belum”
setelah itu si anak berjalan dan duduk ditempatnya
guru berkata “ayo nyanyi sama-sama” guru
bernyanyi coconut tree sambil menepuk tangan si
anak menepuk tangan kemudian berhanti mata si
anak melihat gurnya sambil mengikuti ucapan
gurunya bernyani. Guru berkata “hore” sambil
tepuk tangan.
Kegiatan yang ke 5: Guru berkata “ sampai disini dulu pelajaran musiknya
asslamua’laikum
“ayo
jawabnya
warahmatullahi
apa?
wabarakatuh”
Waalaikum
salam
warahmatullahiwabaroka tuh” “ibu pulang dulu ya”
Kegiatan yang ke 6:
Guru II berkata “ayo kerjakan tugasnya yang belum
selesai” di samping itu guru II memegang pensil
sambil memegang tangan si anak si anak melihat ke
guru tangan guru memegang kepala si anak sambil
berkata “lihat” mata si anak melihat, guru
menggerakkan tangan si anak si anak menulis guru
menulis di buku lalu si anak berdiri dan bangun dari
tempat duduknya dan berlari kemudian guru berdiri
dan berjalan menghampiri si anak dan berkata
“duduk” lalu si anak berjalan dan duduk kembali
lalu si anak memegang pensil dan menulis guru
memegang tangan si anak dan menulis lalu tangan si
anak berhenti dan matanya melihat kemana-mana
guru berkata “ayo tulis” tangan guru memegang
kepala si anak tangan si anak menulis kembali
sambil guru memegang tangan kanan si anak untuk
menulis tangan kiri si anak memukul meja lalu
tangan guru memegang tangan kiri si anak lalu
tangan kanan si anak menulis sambil tangan guru
memegangnya lalu mata si anak melihat kemanamana guru berkata “lihat” sambil memegang kepala
si anak lalu si anak memegang pensil dan menulis
sambil tangan guru memegang tangan si anak lalu si
anak menulis dan guru berkata “bagus” lalu tangan
si anak menuls mata si anak melihat kemana-mana
guru berkata “lihat” sambl mengangkat telunjuknya
lalu tangan si anak menulis lagi dan guru berkata
“bagus” “iya”
Kegiatan yang ke 7: Guru mengeja huruf dan wajah guru menghadap ke
anak guru mengeja kata “n-a na” sambil memegang
tangan si anak guru mengulang kata “na’ lalu si
anak mengikuti ucapan guru dan berkata “na” guru
mengeja lagi “m-a ma” guru berkata “ma” si anak
mengkuti ucapan guru berkata “ma” guru berkata
“dibaca” “nama” si anak mengikuti ucapan guru
berkata “nama”. Si anak memaikan tangannya dan
guru
mengangkat
pensil
dengan
tangannya
dihadapan muka si anak lalu kepala si anak
menunduk. Lalu guru mengeja kembali sambil
melihat wajah si anak dan si anak mengkuti ucapan
gurunya.
Kegiatan yang ke 8: Guru membuka pelajaran dan berkata “setelah belajar
musik sekarang kita belajar sains apa anak-anak, sains” sambil bersuara keras dan tegas guru berkata
“ayo buka bukunya” sambil memegang buku dan
mendatangi satu-satu ke murid untuk melihatkan
kata sain yang ada di cover buku dan guru
mendatang si anak guru berkata “pelajara apa
anggi?” “sains” ulangi lagi si anak berkata “sains”
guru berkata “ya pintar” lalu berkata“ kita sekarang
belajar tentang kerangka manusia” dan berkata “ayo
lihat bukunya” sambil berjalan ke si anak
dan
berkata “ini gambar apa? ke-rang-ka manusia” si
anak mengucap kata “kerangka manusia” guru
berkata “pintar” guru berkata “pada bagian atas
kerangka manusi terdapat kepala” tangan guru
sambil memegang kepalanya lalu guru berkata
kepada si anak “mana kepala” guru berkata “ini
kepala”
sambil
memegang
kepalanya
lalu
mendatangi si anak dan berkata “mana kepala”
tangan si anak memegang kepalanya dan guru
berkata “ya bagus”. Guru berkata “kerangka tangan
dari bahu sampai ujung jari” lalu guru berkata “ayo
anggi kerangka tangan mana?” sambil mendatangi
si anak “ si anak melihat bukunya guru berkata
“kerangka tangan dari bahu sampai ujung jari”
sambil memegang bahu dan tangannya lalu tangan
guru menunjuk ke arah gambar sambil berkata “ayo
lihat” tangan si anak menunjuk gambar tangan dan
jari guru berkata “ya” guru berkata “sekarang
kerangka bagian bawah adalah kerangka pnggul
sampai kaki ayo mana” tangan guru memegang
pinggul dan kaki dan bertanya kepada si anak
“mana kerangka bawah” tangan si anak menunjuk
ke gambar pinggul dan kaki guru berkata “ya”
setelah itu guru berkata “ayo maju satu-satu
mencontohkan kerangka manusia” guru berkata
“ayo anggi maju” sambil menunjuk ke arah si anak
lalu si anak maju berdiri dekat guru da guru berkata
“mana kerangka atas” sambil memegang kepala lalu
si anak memegang kepalanya” dan guru berkata
“mana kerangka tangan” si anak memegang
tangannya
dan
terakhir
guru
berkata
“mana
kerangka bawah” sambil guru memegang pinggul
dan kaki dan si anak melihat dan mengikuti gerakan
gurunya sambil memegang pinggul dan kaki dan
guru berkata “ya pintar” si anak berlari dan duduk
kembali.
Kegiatan yang ke 9: Guru menyuruh semua anak untuk duduk tertib lalu guru
menyuruh murid mengangkat tangan lalu si anak
mengangkat kedua tangan guru membaca do’a
pulang dengan suara yang tegas dan keras murid
mengikuti bacaan guru. Setelah itu guru berjalan ke
sudut pintu dan berkata “ayo baris” dan si anak
baris lalu bersalaman dengan gurunya lalu keluar
kelas.
™ Deskripsi Latar
Kondisi ruangan yang luas menjadikan si anak berlari-larian sebelum mngerjakan
tugas atau sesudah tugasnya dikerjakan.
™ Interpretasi data
Pada kegiatan yang per 1. Guru menyuruh murid duduk tertib untuk berdo’a guru
membaca doa dan mengangkat tangannya kemudian si anak mengikutinya.
Kegiatan ke 2 adalah belajar musik. Setelah itu Guru bernyanyi di depan murid
sambil menepuk tangan lalu guru menyuruh si anak untuk bertepuk tangan
kemudian si anak bertepuk tangan dan guru setelah itu memainkan dirumah
sehabis memainkan drum guru menyuruh si anak maju untuk memainkan drum
lalu si anak maju dan memainkan dan drum guru bernyanyi setelah itu anak tidak
mau memain drum lagi akan tetapi guru menariknya dan membantunya untuk
memukul drum setalah itu guru bernyanyi kembali dan si anak memukul drum
sampai guru selesai bernyanyi lalu guru memberikan pujian ke si anak. Kegiatan
yang ke 3. guru menyuruh si anak satu persatu maju kedepan untuk bernyanyi
setelah si anak maju dan bernyanyi guru memberikan pujian kepada si anak.
Kegitan ke 4. menulis nyanyian yang sudah dinyanyikan tadi kedalam buku. Guru
menyuruh si anak menulis dibuku lalu si anak tidak mau lalu guru berkata “ayo
tulis” kemudian si anak tidak mendengar gurunya lalu guru menghampiri si anak
dan menyuruh si anak duduk untuk menulis. Lalu si anak tidak menulis lagi dan
berlari kemudian guru meyuruh si anak untuk duduk kembali dan berkata
“kerjakan” Lalu si anak mengerjakan kembali.
Setelah itu guru mengakhiri pelajaran musik dengan mengucapkan salam kepada
muridnya. Kegiatan yang ke 6. Guru mengajarkan si anak menulis dan
membantunya tetapi si anak tidak mau menulis lalu guru berkata “ayo tulis
“dengan suara yang tegas dan mengarahkan wajah si anak supaya tidak melihat
kemana-mana. Kemudian si nak menulis dan dibantu oleh gurunya akan tetapi
belum selesai lagi-lagi si anak tidak mau mengerjakan tugasnya lalu guru
menyuruh si anak untuk selesaikan tugasnya. Setelah itu guru membantu si anak
untuk menulis. Kegiatan yang ke 7 guru mengajar si anak membaca dengan cara
mengeja huruf-huruf kemudian menyuruh si anak untuk mengikuti bacaan
gurunya. Jika si anak tidak mengkuti gurunya dengan memalingkan mukanya
guru hanya berkata “ayo lihat” dan mengarahkan wajah si anak supaya melihat
gurunya dan bacaan pada buku. Kegiatan yang ke 8. pelajaran sains. Guru
menjelaskan pelajaran kepada murid dengan cara guru satu persatu bertanya
kepada murid. Setelah itu guru menyuruh murid satu persatu untuk maju kedepan
untuk mempraktekan pelajaran yang guru ajari tadi. Kemudian guru memberikan
tugas kepada si anak tentang pelajara tadi setelah tugas selesai si anak boleh
bermain. Kegiatan yang terakhir guru menyuruh murid untuk membereskan bukubuku dan duduk tertib setelah tu membaca do’a pulang setelah membaca do’a
pulans murid-murd disuruh baris lalu bersalaman dengan gurunya kemudian
pulang.
™ Kesimpulan
Setelah mengamati berbagai banyak kegiatan penulis berkesimpulan bahwa
guru pada setiap kegiatan selalu memakai komunikasi verbal dan non verbal
ketika proses belajar mengajar berlangsung komunikasi yang dipakai ini terlihat
ketika guru menjelaskan materi yang disertai dengan gerakan tubuh, ketika anak
tidak mau menyelesaikan tugasnya, ketika anak nakal susah diatur guru cukup
berkata dengan tegas dan juga jelas dan isyarat yang dikeluarkan guru kepada
murid-muridnya ketika muridnya susah untuk mengerjakan tugas dan lain
sebagainya. Selain itu penulis juga melihat terjadinya proses komunikasi antar
pribadi yaitu ketika guru mengajari si anak untuk membaca dan menulis disini
penulis melihat guru mengajari si anak menulis dan membaca dengan cara face to
face. Guru keliling satu persatu mengajari si anak.
LEMBAR WAWANCARA
Bagian ini hanya di lengkapi oleh pewawancara dan di tanda tangani oleh
responden:
Responden
: Ibu Tiwi
Jenis kelamin
: Perempuan
Jabatan
: Orang tua Murid
Pendidikan terakhir
: SMA
Lokasi wawancara
: Loby SD Insania
Tanggal&waktu wawancara : Senin, 5 Mei 2008 / 11.00-11.15
Pewawancara
: Rahmi Isnaini
Benar dan sadar wawancara yang di lakukan oleh pewawancara terhadap
responden.
Pewawancara
Responden
Rahmi Isnaini
Ibu. Tiwi
WAWANCARA
Hari: Senin
Tanggal: 5 Mei 2008
Waktu: 11.00/11.15
Pewawancara: Rahmi
Responden: Ibu.Tiwi
Assalamu’alaikum. Nama saya Rahmi Isnaini, saya mahasiswi dari
Universitas Islam Negeri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi
penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan skripsi saya yang berjudul
”Komunikasi Intruksional Guru dan Murid Autis dalam Proses Belajar mengajar
Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi”. Ingin mewawancarai bapak/ Ibu
dalam beberapa pertanyaan.
T: Apa alasan Bapak/Ibu memilih Sekolah Dasar Al-Fath sebagai tempat
pendidikan bagi anak anda?
J: Karena lokasinya dekat dari rumah, tempatnya nyaman dan guru-gurunya
sesuai pada bidangnya.
T: Apakah menurut Bapak/Ibu pengajaran guru-guru di SD Al-fath selama ini
dapat membantu anda dalam membimbing anak anda dirumah?
J: Membantu sekali.
T: Menurut pengamatan Bapak/Ibu adakah kemajuan dari anak anda ketika
sekolah di SD Inasania dan kemajuan seperti apakah yang anda ketahui pada
diri anak ada?
J: Sudah lebih tenang, untuk komunikasinya sudah mulai berjalan, walalupun
verbal belum lancar tetapi anak saya sudah mulai mengerti untuk pemahaman
kata (ya atau tidak). kemajuan dalam perilaku.
T: Menurut pengamatan Bapak/Ibu bagaimana perkembangan pengetahuan anak
anda semenjak masuk SD Insania?
J:
Kalau anak saya masih dikatakan belum ada perkembangan pengetahuan
karena anak yang menderita autis berbeda-beda kondisinya, anak saya adalah
termasuk anak yang sulit pada perkembangannya dan dokter juga pernah
bilang kalau anak saya ini perkembangannya sangat lambat karena dulunya
anak saya keracunan logam berat yang agak parah.
T: Bagaimana sikap anak anda ketika dirumah?adakah perubahan?
J: Sikap anak saya ketika dirumah sudah mau berkomunikasi soalnya waktu dulu
sebelum di terapi dia sudah bersosialisasi namun sulit untuk berkomunikasi.
T: Bagaimana sikap anak anda ketika bertemu dengan guru nya?
J: Sudah mulai tenang, sudah merasa nyaman dengan lingkungannya.
T: Bagaimana sikap anak anda terhadap temannya?
J: Sudah mulai bersosialisasi dengan teman-temannya.
T: Apakah menurut Bapak/Ibu SD Insania sudah efektif dalam membina anakanak autis?
J: Kalo menurut saya SD Insania sudah cukup efektif karena dlihat dari
pengajaran guru-gurunya yang sesuai pada bidanganya selain itu pada terapi
autis yang membuat anak saya ada kemajuan dalam berkomunikasi, berperilaku
dan bersosalisasi.
LEMBAR WAWANCARA
Bagian ini hanya di lengkapi oleh pewawancara dan di tanda tangani oleh
responden:
Responden
: Ibu Nia Suniarti
Jenis kelamin
: Perempuan
Jabatan
: Guru Kelas 3
Pendidikan terakhir
: S1
Lokasi wawancara
: Di kelas 3
Tanggal&waktu wawancara : Senin, 5 Mei 2008 / 09.20-10.00
Pewawancara
: Rahmi Isnaini
Benar dan sadar wawancara yang di lakukan oleh pewawancara terhadap
responden.
Pewawancara
Responden
Rahmi Isnaini
Ibu. Nia
WAWANCARA
Hari: Senin
Pewawancara:
Rahmi
Tanggal: 5 mei 2008
Responden: Ibu Nia
Waktu: 09.20-10.10
Assalamu’alaikum. Nama saya Rahmi Isnaini, saya mahasiswi dari
Universitas Islam Negeri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi
penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan skripsi saya yang berjudul
”Komunikasi Intruksional Guru dan (Murid Autis) dalam Proses Belajar
mengajar Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi”. Ingin mewawancarai
bapak/ Ibu dalam beberapa pertanyaan.
T: Mohon Ibu jelaskan nama jabatan Ibu di SD Insania?
J: Nama saya, Nia Suniarti jabatan saya di SD ini sebagai guru kelas 3
T: Berapa lama Ibu mengajar di SD Insania?
J: Saya sudah mengajar disini kurang lebih 3 tahun.
T: Menurut pengalaman Ibu selama mengajar, metode komunikasi manakah yang
lebih dimengerti oleh para murid autis?
J: Selama saya mengajar metode komuikasi yang saya gunakan adalah
komunikasi verbal dan nonverbal karena salah intruksi paling utama ketika
mengajar murid tersebut harus dengan kata-kata yang jelas dan juga tegas.
T: Bisakah Ibu memberikan contoh materi yang lengkap dan mudah dipahami
oleh para murid autis mengenai metode pengajaran secara verbal?
J: Saya menjelaskan atau menerangkan materi itu termasuk komunikasi verbal
seperti saya bercerita didalam pelajaran bahasa indonesia. Supaya atensi,
konsentrasi dan komunikasi bisa satu karena masalah anak-anak ini ada pada
natensi, konsentrasi dan komunikasi maka dengan cara itu kita menyampaikan
komunikasi dengan bercerita secara atraktif. Jadi anak-anak tersebut lebih
merasakan cerita apa yang diceritakan oleh gurunya.
T: Bisakah Bapak/ Ibu memberikan contoh materi yang lengkap dan mudah
dipahami oleh para murid autis mengenai metode pengajaran secara non
verbal?
J: jika lagi berisik cukup kita memberitahu dengan isyarat seperti (jari telunjuk
ditempelkan ke mulut) karena membuat anak tersebut bisa tertib yaitu dengan
kepatuhan karena bila anak tersebut sudah patuh baru nonverbalnya bisa
dapat. Akan tetapi jika anak tersebut tidak patuh kita memberikan isyarat tetap
saja anak tersebut tida dapat mengerti apa yang kita isyaratkan.
T: Apakah anak-anak Autis cepat tanggap dalam memahami pelajaran di dalam
kelas?
J: Beda-beda dilihat dari kondisinya soalnya yang bermasalah pada anak-anak ini
atensi, konsentrasi dan komunikasi ada yang dapat memahami pelajaran ada
yang belum, maka dari itu untuk menyampaikan sesuatu harus dengan
komunikasi yang jelas dan tegas supaya sedekiti demi sedikit anak-anak
tersebut dapat memahami pelajaran. Dan untuk mengajar anak-anak seperti ini
harus classikal individual supaya anak tersebut lebih fokus dengan apa yang
kita ajarkan.
T: Bagaimana menurut Ibu, metode apakah yang lebih dipahami oleh murid
autis, apakah metode verbal (lisan) atau metode non verbal (perilaku)?
J: Metode komunikasi verbal karena rata-rata anak-anak disini sudah mulai
paham akan tetapi hanya ada beberapa intruksi yang non verbal karena dilihat
juga dari kondisi anak-anak tersebut.
T: Menurut Ibu faktor apa saja yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar
mengajar ketika mengajar murid autis?
J: Fasilitas, kerjasama guru dengan orangtua dan juga SDM yang berpengalaman.
T: Menurut Ibu kedala-kendala apa saja yang menghalangi keberhasilan dalam
proses belajar mengajar?
J: Rata-rata kendalanya ada di pemahaman, karena kalau kita sedang
menarangkan biasanya anak tersebut kemana-mana maka dari itu untuk bisa
anak tersebut mengerti kita harus benar-benar lebih fokuskan, beda dengan
anak yang sudah bisa verbal sudah paham pasti sudah bisa menjawab
pertanyaan yang guru berikan. Tapi kalo atensinya masih kurang dan tidak
kita fokuskan maka anak tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan.
LEMBAR WAWANCARA
Bagian ini hanya di lengkapi oleh pewawancara dan di tanda tangani oleh
responden:
Responden
: Ibu Olyah
Jenis kelamin
: Perempuan
Jabatan
: Guru kelas 3
Pendidikan terakhir
: S1
Lokasi wawancara
: Di Ruang kelas 3
Tanggal&waktu wawancara : Selasa, 6 Mei 2008 / 11.20-11.45
Pewawancara
: Rahmi Isnaini
Benar dan sadar wawancara yang di lakukan oleh pewawancara terhadap
responden.
Pewawancara
Responden
Rahmi Isnaini
Ibu. Olyah
WAWANCARA
Hari: Selasa
Tanggal: 6 mei 2008
Waktu: 11.20-11.45
Responden: Ibu Olyah
Pewawancara: Rahmi
Assalamu’alaikum. Nama saya Rahmi Isnaini, saya mahasiswi dari
Universitas Islam Negeri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi
penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan skripsi saya yang berjudul
”Komunikasi Intruksional Guru dan Murid Autis dalam Proses Belajar mengajar
Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi”. Ingin mewawancarai bapak/ Ibu
dalam beberapa pertanyaan.
T: Mohon Ibu jelaskan nama jabatan Ibu di SD Insania?
J: Nama saya, Olyah Mirna Lestari jabatan saya di SD ini sebagai guru bantu
kelas 3
T: Berapa lama Ibu mengajar di SD Insania?
J: Saya sudah mengajar disini kurang lebih 3 bulan.
T: Menurut pengalaman Ibu selama mengajar, metode komunikasi manakah yang
dipakai ketika mengajar murid autis?
J: Komunikasi yang dipakai adalah komunikasi verbal dan nonverbal karena
mengajar murid tersebut melalui kata-kata yang jelas dan dan sikap yang
tegas.
T: Menurut Ibu Komunikasi yang sering dipakai ketika proses belajar mengajar?
J: Komunikasi yang sering dipakai adalah verbal yaitu dengan kata-kata dan
intruksi ketika mengajar murid tersebut.
T: Bisakah Ibu memberikan contoh materi yang lengkap dan mudah dipahami
oleh para murid autis mengenai metode pengajaran secara verbal?
J: Misalkan disuruh duduk tertib, dengan kata-kata yang jelas anak-anak sudah
mengerti, karena setiap hari memang sudah diterapkan jadi secara classikal
mereka sudah tahu.
T: Bisakah Bapak/ Ibu memberikan contoh materi yang lengkap dan mudah
dipahami oleh para murid autis mengenai metode pengajaran secara non
verbal?
J: Contohnya seperti mengintruksikan anak tersebut mengambi buku tidak hanya
dengan kata-kata saja tetapi di barengi dengan kode atau gerakan-gerakan.
T: Apakah anak-anak Autis cepat tanggap dalam memahami pelajaran di dalam
kelas?
J: Awalnya memang tidak tanggap tetapi kalau kita menjelaskan dengan contoh
mereka akan mengerti, kuncinya harus ada contoh yang jelas ketika
menjelaskan pelajaran kepada murid tersebut. Contohnya ini “bola” harus ada
bendanya jadi ketika menjelaskan sesuatu harus bena-benar jelas. Karena
mereka bukan seperti anak-anak normal yang sudah tahu benda “bola” itu
seperti apa.
T: Bagaimana menurut Ibu, metode apakah yang lebih dipahami oleh murid autis,
apakah metode verbal (lisan) atau metode non verbal (perilaku)?
J: metode verbal dengan kata-kata yang jelas.
T: Menurut Ibu faktor apa saja yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar
mengajar ketika mengajar murid autis?
J: Faktor SDM, dan gurunya yang berpengalaman.
T: Menurut Ibu kedala-kendala apa saja yang menghalangi keberhasilan dalam
proses belajar mengajar?
J: kendalanya yaitu pada anak-anak yang hiper sulit untuk memahami pelajaran.
T: menurut ibu guru-guru disini menerapkan komunikasi apa saja ketka mengajar
murid autis?
J: guru-guru disini menerapkan komunikasi verbal dan noverbal karena setiap
mengajar murid tersebut harus dengan kata-kata yang jelas dan ketika
mencontohkah sesuatu harus berdasarkan praktek langsung jadi verbal dan
nonverbal sama-sama dapat digunakan.
LEMBAR WAWANCARA
Bagian ini hanya di lengkapi oleh pewawancara dan di tanda tangani oleh
responden:
Responden
: Ibu Diah Tri Astuti
Jenis kelamin
: Perempuan
Jabatan
: Kepala Sekolah SD Insania
Pendidikan terakhir
: S1
Lokasi wawancara
: Kantor kepsek SD Insania
Tanggal&waktu wawancara : Senin, 5 Mei 2008 / 10.20-11.15
Pewawancara
: Rahmi Isnaini
Benar dan sadar wawancara yang di lakukan oleh pewawancara terhadap
responden.
Pewawancara
Rahmi Isnaini
Astuti
Responden
Ibu. Diah Tri
WAWANCARA
Hari: Senin
Tanggal: 5 mei 2008
Waktu: 10.20-11.15
Pewawancara: Rahmi
Nara sumber: Diah Tri Astuti
Assalamu’alaikum. Nama saya Rahmi Isnaini, saya mahasiswi dari
Universitas Islam Negeri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi
penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan skripsi saya yang berjudul
”Komunikasi Intruksional Guru dan murid autis dalam Proses Belajar mengajar
Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi”. Ingin mewawancarai Bapak/ Ibu
dalam beberapa pertanyaan.
T: Bagaimana latar belakang berdirinya SD Insania?
J: Pada awalnya lembaga ini diperuntukan untuk anak yang membutuhkan terapi
seperti okupasi terapi, terapi wicara, sensori terapi, fisio terapi dan terapi
edukasi. Tetapi setelah lembaga ini berdiri, ternyata peminat untuk anak
berkebutuhan khusus, cukup memberikan respon dari masyarakat khususnya di
daerah bekasi dan khususnya dari orang tua yang memiliki Anak yang
berkebutuhan khusus, karena banyaknya permintaan dan keluhan dari orang tua
yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, misalnya kurang diterimanya
anak-anak mereka di sekolah umum, maka pada tahun 2005 lembaga Yayasan
Asa daya Insania mendirikan pendidikan luar sekolah yang setara dengan SD
yaitu dengan nama SD Insania.
T: Apa visi dan misi SD Insania?
J: Visi Sekolah Dasar Insania yaitu SD Insania ingin mengembangkan dan
memotivasi kemampuan siswa, serta menyediakan sarana pendidikan sesuai
dengan kemampuannya secara optimal untuk menjadikan siswa lebih mandiri,
mampu bersosalisasi dan diterma seutuhnya oleh masyarakat. Dan Misi
sekolah Dasar Insania adalah untuk menciptakan siswa lebih kreatif dengan
memodisivikasikan kurikulum dan perilaku dalam pendidikan khusus yang
sesuai dengan kebutuhan siswa yang mengarah pada Multiple Intelegence
(Kecerdasan majemuk) sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki
siswa.
T: Apa tujuan didirikannya SD Insania?
J: Tujuan didirikannya SD Insania untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan anak berkebutuhan khusus, sehingga dapat bermanfaat bagi
dirinya dan masyarakat, untuk menumbuhkan kemandirian anak, untuk
memodisivikasi perilaku menjadi lebih baik, sehingga dapat berkembang
secara optimal, dan untuk menyediakan fasilitas belajar bagi anak
berkebutuhan khusus.
T: Apa saja program kegiatan belajar SD Insania?
J: Program kegiatan Belajar SD Insania yang pertama mencakupi pelajaran
Bahasa Indonesia yaitu, pengenalan huruf abjad, membaca, menulis dan
berbicara yang kedua pelajaran matematika terdiri dari bilangan cacah, bentuk
bangun datar ruang, waktu dan daya pikir yang ketga pengetahuan umum
seperti mengenal warna, rasa, dan gender dan setelah itu di terapi.
T: Apakah Guru-guru sudah menerapakan komunikasi dengan baik ketika
mengajar murid autis?
J:
Menurut saya guru-guru disini sudah menerapkan komunikasinya dengan
teratur ketika mengajar murid-murid autis. Karena sebelumnya guru-guru
disini sudah mempunyai basic dalam pengajarannya jadi mereka sudah paham
metode/komunikasi yang bagaimana untuk mengajar murid autis.
LEMBAR WAWANCARA
Bagian ini hanya di lengkapi oleh pewawancara dan di tanda tangani oleh
responden:
Responden
: Ibu Riyana
Jenis kelamin
: Perempuan
Jabatan
: Orang tua Murid
Pendidikan terakhir
: S1
Lokasi wawancara
: Via Tlp
Tanggal&waktu wawancara : Senin, 5 Mei 2008 / 16.30-16.45
Pewawancara
: Rahmi Isnaini
Benar dan sadar wawancara yang di lakukan oleh pewawancara terhadap
responden.
Pewawancara
Responden
Rahmi Isnaini
Ibu. Riyana
WAWANCARA
Hari: Senin
Tanggal: 5 Mei 2008
Waktu: 16.30-16.45
Pewawancara: Rahmi
Responden: Ibu. Riyana
Assalamu’alaikum. Nama saya Rahmi Isnaini, saya mahasiswi dari
Universitas Islam Negeri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi
penyiaran Islam. Dalam proses penyusunan skripsi saya yang berjudul
”Komunikasi Intruksional Guru dan Murid Autis dalam Proses Belajar mengajar
Di Sekolah Dasar Insania Jatiasih Bekasi”. Ingin mewawancarai Bapak/ Ibu
dalam beberapa pertanyaan.
T: Apa alasan Bapak/Ibu memilih SD Insania sebagai tempat pendidikan bagi
anak anda?
J: Karena tempatnya cocok dan tepat sekali untuk kondisi anak saya yang
menderita autis.
T: Apakah menurut Bapak/Ibu pengajaran guru-guru di SD Insania selama ini
dapat membantu anda dalam membimbing anak anda dirumah?
J: Membantu sekali.
T: Menurut pengamatan Bapak/Ibu adakah kemajuan dari anak anda ketika
sekolah di SD Insania dan kemajuan seperti apakah yang anda ketahui pada
diri anak ada?
J: Kemajuan sudah ada anak saya udah mulai bisa baca, tulis, sudah mulai
bersosialisasi.
T: Menurut pengamatan Bapak/Ibu bagaimana perkembangan pengetahuan
keagamaan anak anda semenjak masuk SD Insania?
J: Untuk perkembangan tentang pengetahuan agamanya sudah berkembang
karena anak saya juga setiap sore mengaji jadi sudah ada basic utuk
pengetahuan agamanya.
T: Bagaimana sikap anak anda ketika dirumah?adakah perubahan?
J: Perubahan menunjang sekali anak saya sudah mau bersosialisasi
T: Bagaimana sikap anak anda ketika bertemu dengan guru nya?
J: Ketika bertemu dengan gurunya anak saya sudah merasa nyaman dan seolaholah gurunya sudah dianggap seperti temannya sendiri.
T: Bagaimana sikap anak anda terhadap temannya?
J: Sudah mulai bersosialisasi dengan teman-temannya.
T: Apakah menurut Bapak/Ibu SD Insania sudah efektif dalam membina anakanak autis?
J: Menurut saya SD Insania sudah sangat membantu sekali karena anak saya
belajar disini sudah 2 tahun jadi saya percaya klo yayasan disini benar-benar
dapat membantu dalam perkembangan anak saya.
Download