HO’ONJO SHO (RISALAH BALAS BUDI) 1 HO’ONJO SHO PENDAHULUAN Setelah mendengar kabar tentang kematian GuruNya, Dozen-bo, Nichiren Shonin menulis risalah ini sebagai tanda balas budi bagi guru dan mendoa jiwaNya. Menurut surat pengantar risalah ini, Nichiren mengirimkan seorang utusan dan agar dibacakan didepan makam guruNya. Dalam tulisan ini, Nichiren membongkar segala kepalsuan sekte lain dan melimpahkan kebajikan yang diperoleh dari hati kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra seumur hidupnya untuk guruNya. Nichiren juga secara jelas mengungkapkan gagasannya tentang balas budi. Sebagai wujud balas budiNya yang tak terbatas, Ia berkata adalah melalui pencapaian KeBuddhaan dengan ajaran Saddharma Pundarika Sutra. Ia juga menjelaskan konsep tentang balas budi yang sesuai dengan Buddha Dharma yang melebihi segala hal keduniawian. Nichiren juga berdiskusi tentang sejarah Buddhisme di tiga daratan yakni India, China, dan Jepang; Saddharma Pundarika Sutra sebagai Ajaran Dharma Sesungguhnya dari Sang Buddha; dan penyebarluasan dari Saddharma Pundarika Sutra. Terakhir, Beliau mengungkapkan tentang Tiga Hukum Rahasia Agung untuk manusia pada Masa Akhir Dharma. Risalah Balas Budi Oleh: Nichiren Daishonin Inti Pokok dari Saddharma Pundarika Sutra Pertanyaan: Apakah inti pokok dari dua puluh delapan bab, delapan jilid dari Saddharma Pundarika Sutra ? Jawab: Baik, inti pokok dari Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo) adalah "Daihokobutsu kegongyo;" Sutra Agama (Agon-gyo) adalah "Bussetsu chuagongyo;" Sutra Rakit Besar (Daijik-kyo) adalah "Daihodo daijikkyo;" Sutra Kebijaksanaan (Hannya-kyo) adalah "Makahannya haramitsukyo;" Sutra Buddha Hidup Tanpa Batas (muryoju-kyo) adalah "Bussetsu muryojukyo;" Sutra Meditasi Buddha Hidup Tanpa Batas (Kan-muryojukyo) adalah "Bussetsu kammuryojukyo;" Sutra Tanah Suci (Amida-kyo) adalah "Bussetsu amidakyo;" dan Sutra Nirvana (Nehan-gyo) adalah "Daihatsu nehangyo." Semua sutra Buddhis dimulai dengan kalimat, PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] HO’ONJO SHO (RISALAH BALAS BUDI) 2 “Demikianlah Yang Aku Dengar.” Judul sutra diatas adalah intisari dari masing-masing sutra. Dengan mengabaikan jumlah isi dari masing-masing sutra, judul adalah intisari dari sutra yang bersangkutan. Ini juga berlaku bagi Sutra Buddha Matahari Agung (Dainichi-kyo), Sutra Puncak Intan (Kongocho-kyo), dan Sutra Pelaksana Sempurna (Soshitsuji-kyo). Nama dari para Buddha juga, adalah lambang dari kebajikan masing-masing Buddha seperti Buddha Matahari Agung (Dainichi Nyorai), Buddha Sinar Matahari Bulan, Buddha Cahaya Terang, Buddha Kebijaksanaan Universal (Daitsuchi-sho Butsu) dan Buddha Guntur Awan. Sekarang, hal yang sama dapat dikatakan mengenai Saddharma Pundarika Sutra. Lima Aksara dalam karakter China "Myo-Ho-Ren-GeKyo" juga muncul dengan kalimat pembuka, “Demikianlah Yang Aku Dengar” adalah inti dari satu jilid dari 8 paragraf, inti dari semua sutra, dan Dharma Luar Biasa untuk semua para Buddha, Bodhisattva, manusia dari Dua Kendaraan (sravaka and pratyekabuddha), mahluk surgawi, manusia, iblis asura, dan dewa naga. Kebajikan dari Menyebut O’Daimoku Pertanyaan: Adakah perbedaan antara menyebut "Namu Myoho Rengekyo" (Saya meletakkan hati kepercayaan dalam Saddharma Pundarika Sutra) dengan menyebut "Namu Daihokobutsu Kegongyo" (Saya meletakkan hati kepercayaan kepada Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo) tanpa mengetahui jiwa dari sutra tersebut ? Adakah juga terdapat perbedaan kebajikan diantara mereka? Jawab: Jelas terdapat perbedaan. Sebuah sungai kecil menghimpun air dari hujan, embun, sumur dan danau, tetapi tidak dari sungai besar. Sebuah sungai besar dapat menghimpun air dari hujan, dan sungai kecil lainnya tetapi tidak dari lautan. Sutra Agama sama seperti sebuah sungai kecil dimana mendapatkan air dari hujan, embun, sumur dan danau. Sutra Hodo, Sutra Amitabha (Amida-kyo), Sutra Buddha Matahari Agung (Dainichi-kyo) dan Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo) adalah sebuah sungai besar yang mendapatkan air dari sungai kecil. Saddharma Pundarika Sutra adalah lautan dan samudera, mendapatkan segala macam jenis air seperti hujan, embun, sumur, danau, sungai kecil dan sungai besar. Sebagai contoh, mereka yang menderita demam dapat menjadi dingin ketika mendapatkan air yang dingin, tetapi mereka akan terus menderita PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] HO’ONJO SHO (RISALAH BALAS BUDI) 3 jika mereka tidak mendapatkan air dingin lagi. Sama halnya, mereka yang menderita karena Lima Besar Karma Buruk dan Karma Buruk dari Pemfitnahan Dharma terhadap Ajaran Sesungguhnya dan mereka yang tidak mempunyai hati kepercayaan dalam Buddhisme tidak dapat mendingin badan yang panas hanya dengan badan mereka pada sedikit air dingin, semua ini sama seperti Sutra Agama (Agon-gyo), Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo), Sutra Meditasi Buddha Hidup Tanpa Batas (Kan-Muryoju-kyo) dan Sutra Buddha Matahari Agung (Dainichi-kyo). Jika mereka semua berada di gunung Saddharma Pundarika Sutra yang ditutupi oleh salju, mereka akan menjadi dingin dari Deman Lima Karma Buruk dan Karma Buruk dari Pemfitnahan Dharma, dan Karma dari mereka yang tidak mempunyai hati kepercayaan dalam Buddhisme. Oleh karena itu, perlu segera percaya dalam Saddharma Pundarika Sutra. Sangatlah mudah menyebut judul dari semua sutra. Meski demikian terdapat perbedaan kebajikan dari penyebutan oleh orang bodoh dan bijaksana bagaikan perbedaan langit dan bumi. Sebagai contoh; sebuah tali yang besar tidak dapat dipotong oleh seorang laki-laki yang mempunyai kekuatan besar, tetapi sangat mudah dipotong oleh seorang laki-laki kecil yang mengunakan pedang kecil. Atau, sebuah pohon yang kuat tidak akan tumbang oleh seorang laki-laki yang kuat dengan pedang yang tumpul, tetapi sangat mudah bagi seorang laki-laki kecil dengan pedang yang tajam. Sebuah obat dapat menyembuhkan seorang pasien tanpa perlu pasien itu mengetahui isinya, tetapi makanan biasa tidak dapat menyembuhkan sakit. Sebuah obat rahasia dapat memperpanjang hidup orang yang akan meninggal, tetapi obat biasa tidak dapat melakukannya, meskipun mungkin menyembuhkan sakitnya. "Namu Myohorengekyo," adalah Inti Pokok dari Ajaran Teragung Pertanyaan: Apakah inti pokok dari dua puluh delapan bab dari Saddharma Pundarika Sutra? Jawab: Beberapa orang mungkin mengatakan setiap dari dua puluh delapan bab itu adalah inti pokok, yang lain mengatakan bab 2 dan 16 adalah inti pokok. Beberapa lagi mengatakan bab.2 “Kebijaksanaan / Upaya Kausalya” adalah inti pokok, tetapi yang lain lagi mengatakan bab 15 “Jangka Waktu Hidup Sang Tathagata” sebagai intinya. Meskipun demikian, orang mengatakan bahwa “Membuka, Menunjukkan, Menerima dan Memasuki” kalimat dari bab 2 menjelaskan kenapa Sang Buddha muncul di dunia ini, atau kalimat dalam bab yang sama mengatakan semua fenomena adalah kenyataan tak terbatas adalah inti pokoknya. PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] HO’ONJO SHO (RISALAH BALAS BUDI) 4 Pertanyaan: Apakah yang kamu pikirkan tentang hal ini ? Jawab: Inti Pokok dari Saddharma Pundarika Sutra adalah "Namu Myohorengekyo. " Pertanyaan: Apakah kamu mempunyai bukti mengenai hal ini ? Jawab: Ini dibuktikan oleh fakta bahwa YA. Ananda, Bodhisattva Manjusri dan lainnya menulis "Myohorengekyo" dan berkata, “Demikianlah Yang Saya Dengar.” Pertanyaan: Apakah yang mereka maksudkan dengan hal ini? Jawab: YA.Ananda dan Bodhisattva Manjusri mendengarkan setiap kata dari Ajaran Luar Biasa, Saddharma Pundarika Sutra selama delapan tahun dan ikut berkumpul dalam pesamuan untuk mengumpulkan seluruh sutra setelah kemoksaan Sang Buddha, sembilan ratus sembilan puluh sembilan arahat hadir untuk menulis semua itu. Mereka memulai dengan "Myo, ho, ren, ge dan kyo" dan berkata, “Demikianlah Yang Aku Dengar.” Bukankah ini sebagai bukti bahwa kelima aksara China "Myo, ho, ren, ge and kyo" adalah inti pokok dari Saddharma Pundarika Sutra yang terdiri dari dua puluh delapan bab dalam delapan jilid ? Bhiksu Fa-yun dari Kuil Kuang-che-ssu, yang dikatakan telah menjaga ajaran dari Saddharma Pundarika Sutra sejak masa dari Buddha Matahari Bulan pada masa lampau, berkata, “Kata dari “Demikianlah” digunakan untuk menunjukkan inti pokok dari Saddharma Pundarika Sutra. Ini ditempatkan dibagian paling depan (didepan dari judul: daimoku) dalam rangka untuk memberitahukan apa yang mereka dengar dari Sang Buddha. “ Maha Guru T'ien-t'ai, yang dikatakan mendengarkan secara langsung pembabaran dari Sang Buddha di Gunung Gridhrakuta, brekata dalam “Kata-kata dan Wejangan dari Saddharma Pundairka Sutra (Hokke Mongu),” bahwa “Kata “Demikianlah” digunakan untuk menunjukkan inti pokok dari Dharma yang mereka dengar dari Sang Buddha.” Maha Guru Chang-an, yang mendengarkan pembabaran dari Maha Guru T'ien-t'ai tentang Saddharma Pundarika Sutra dan mencatatnya dalam “Maksud dan Arti dari Saddharma Pundarika Sutra (Hokke Gengi).” Ia menyatakan, “Kata pengantar yang ditulis oleh Maha Guru T'ien-t'ai menyatakan pikiran mendalam dari Saddharma Pundarika Sutra dan pikiran mendalam ini tidak lain adalah jiwa dari Sutra ini.” Apa yang dikatakan sebagai “Jiwa dari sutra ini” adalah judul (Daimoku) itu sendiri. Maha Guru Miao-le berkata dalam “Komentar atas Makna dan Arti dari Saddharma Pundarika Sutra (Hokke Gengi Shakusen)” bahwa, “Semua ajaran Sang Buddha tercermin dari (daimoku) yang merupakan jiwa semua huruf dalam Saddharma Pundarika Sutra." PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] HO’ONJO SHO (RISALAH BALAS BUDI) 5 Terdapat tujuh puluh negara di India, semua itu sudah tercakup dalam nama India. Enam puluh enam propinsi di Jepang, semua tercakup dalam nama Jepang. Nama dari India meliputi tujuh puluh negara di India dan semua yang terdapat didalamnya seperti orang, istana, dan kekayaan. Nama dari Jepang meliputi enam puluh enam propinsi, sayap burung elang yang disumbangkan oleh Dewa Propinsi, emas galian di propinsi Mutsu dan semua kekayaan, manusia, istana termasuk semua kuil-kuil Buddhis dan tempat suci Shinto. Melalui Mata Surgawi kita dapat melihat dalam Dua Aksara China untuk nama Jepang terdapat enam puluh enam propinsi, harta kekayaan termasuk manusia dan istana. Melalui Mata Dharma kita dapat melihat keduanya baik manusia dan lembu, terlahirkan dan mati disana sini. Sama halnya kita mengenali seseorang ketika mendengar suaranya, ukuran seekor gajah dari jejak kakinya, ukuran dari sebuah pot menunjukkan ukuran dari Bunga Teratai yang terdapat didalamnya, ukuran dari seekor naga ketika melihat besar kecilnya hujan, suatu bagian meliputi keseluruhan bagian. Judul dari Sutra Agama memperlihatkan isi dari keseluruhan didalamnya, tetapi itu hanya mempunyai seorang Buddha Sakyamuni dalam Buddhisme Hinayana dan tidak ada Buddha lainnya. Demikian juga judul sutra seperti Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo), Sutra Meditasi Buddha Tanpa Batas, dan Sutra Buddha Matahari (Dainichi-kyo), semua memperlihatkan isinya, tetapi mereka semua tidak mempunyai Buddha Sakyamuni Abadi yang mencapai Penerangan Agung pada Masa Lampau yang jauh, dan ajaran tentang Dua Kendaraan (sravaka dan pratyekabuddha) mencapai KeBuddhaan. Semua sutra ini seperti bunga tanpa buah, guntur tanpa hujan, drum tanpa suara, mata tanpa cahaya, wanita tanpa anak-anak, dan laki-laki tanpa semangat hidup. Hal yang sama dapat dikatakan mengenai mantra dari Buddha Agung Matahari, Buddha Raja Obat, Buddha Hidup Tanpa Batas, dan Bodhisattva Avalokitesvara. Mantra- mantra ini kelihatannya seperti seorang raja agung, Gunung Semeru, Matahari dan Bulan, Obat Manjur, Permata Pengabur Keinginan, dan pedang yang baik didalam masingmasing sutra. Bila dibandingkan dengan daimoku (judul) dari Saddharma Pundarika Sutra, bagaimanapun mereka tidak hanya lebih rendah, tetapi mereka juga kehilangan semua fungsi-fungsinya. Ini sama seperti sinar dari semua bintang akan lenyap ketika sinar matahari muncul; potongan besi yang tertarik oleh magnit; sebuah pedang baik yang tidak berguna ketika terpangang oleh api; susu dari sapi dan keledai akan menjadi air ketika dibandingkan dengan susu dari ratu singa; rubah akan kehilangan kekuatan gaibnya ketika mereka PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] HO’ONJO SHO (RISALAH BALAS BUDI) 6 melihat seekor anjing; dan ketika seekor anjing akan ketakutan ketika melihat seekor anak harimau. Menyebut "Namu Myohorengekyo" akan melenyapkan fungsi dari "Namu Amidabutsu (Buddha Hidup Tanpa Batas)," "Namu Dainichi shingon (Mantra Buddha Matahari Agung)," dan "Namu Kanzeon bosatsu (Bodhisattva Avalokitesvara)" sebagaimana halnya semua para Buddha, sutra, dan Bodhisattva. Semua ini menjadi tidak berguna tanpa fungsi dari Saddharma Pundarika Sutra. Ini dapat dilihat oleh semua orang, karena telah dibabarkan kepada semuanya. Ketika Aku, Nichiren, menerima "Namu Myohorengekyo, " fungsi dari "Namu Amidabutsu (Buddha Hidup Tanpa Batas)" lenyap bagaikan bulan yang menyusut, air surut, musim gugur dan musim dingin dan es yang meleleh dibawah matahari. Tiga Dharma Rahasia Agung Pertanya: Adakah Dharma dari T'ien-t'ai dan Dengyo yang belum disebarluaskan ? Jawab: Ya, ada. Pertanyaan: Apakah itu Dharma Sesungguhnya ? Jawab: Mereka ada Tiga. Mereka adalah apa yang Sang Buddha wariskan kepada mereka yang ada pada Masa Akhir Dharma, dinamakan Dharma Sesungguhnya oleh para guru seperti Kasyapa, Ananda, Asvaghosa, Nagarjuna, T'ien-t'ai, dan Dengyo, tetapi tidak tersebarluaskan. Pertanyaan: Apa saja mereka itu ? Jawab: Pertama, adalah Yang Patut Dimuliakan (honzon). Seluruh orangorang di Jepang dan seluruh dunia hendaknya hanya memuliakan Buddha Sakyamuni dari bagian pokok Saddharma Pundarika Sutra sebagai “Yang Patut Dimuliakan.” Ini dapat dikatakan bahwa, “Yang Patut Dimuliakan,” adalah Buddha Sakyamuni Abadi dan Buddha Prabhutaratna dalam Stupa Pusaka. Para Buddha lainnya berdiri diluar dari stupa dan Empat Bodhisattva seperti Bodhisattva Visistakaritra bertindak sebagai penjaga mereka. Kedua, adalah Ajaran yang didasarkan pada ajaran bagian pokok dari Saddharma Pundarika Sutra. Ketiga, adalah daimoku (judul) dari Saddharma Pundarika Sutra. Seluruh orang di Jepang, China dan semua orang didunia, tidak masalah apakah ia bijaksana atau tidak, harus menyebut, "Namu Myohorengekyo" secara ikhlas dan tulus melupakan segalanya selain ini. PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] HO’ONJO SHO (RISALAH BALAS BUDI) 7 Daimoku akan Tersebarluaskan pada Masa Akhir Dharma Penyebutan Daimoku ini belum tersebarluas di dunia. Selama 2,225 tahun setelah kemoksaan Sang Buddha, tidak seorang pun yang menyebut hal ini. Aku, Nichiren, seorang diri yang menyebut "Namu Myohorengekyo," "Namu Myohorengekyo" tanpa mengenal lelah. Sebagaimana yang kamu ketahui, besarnya ombak tergantung pada kekuatan angin, tingginya api tergantung pada kayu bakarnya, ukuran Bunga Teratai tergantung pada luasnya kolam, besarnya hujan tergantung dari sang naga; dalamnya akar sebuah pohon tergantung pada banyaknya dahan yang tumbh; dan jauhnya air sungai mengalir tergantung pada panjang sungai. Dinasti Chou bertahan selama tujuh ratus tahun karena Raja Wen memberikan perhatian kepada kebenaran dan kepada orang tuanya. Kehancuran dari Dinasti Ch’in karena kekejaman dari kaisar pertamanya. Dengan welas asih dari Nichiren, "Namu Myohorengekyo" akan terdengar selamanya bahkan melampau periode sepuluh ribu tahun. Kebajikan dari hal ini akan menyembuhkan “kebutaan” dari semua orang di Jepang, dan mereka yang menghalanginya akan jatuh dalam neraka. Kebajikan ini lebih unggul dari kebajikan Dengyo, T'ien-t'ai, Nagarjuna, dan Kasyapa. Para pelaksana ratusan tahun dari Tanah Suci tidaklah sebanding dengan kebajikan dari penyebutan daimoku meskipun hanya sehari didalam Masa Akhir Dharma ini. Penyebarluasan daimoku dalam periode dua ribu tahun setelah kemoksaan Sang Buddha tidak sebanding dengan daimoku meskipun untuk waktu yang singkat pada Masa Akhir Dharma. Ini bukan berasal dari kebijaksanaanKu; ini tidak berkaitan dengan masa ketika Aku hidup. Pada musim semi, bunga –bunga bermekaran; pada musim gugur, buah menjadi masak; pada musim panas adalah panas, dan musim dingin adalah dingin; mereka semua mengikuti hukum dari alam. Bukti dari Sutra Pada bab 23, Saddharma Pundarika Sutra dikatakan, “Sebarluaskanlah sutra ini keseluruh dunia pada period lima ratus tahun kelima setelah kemoksaanKu agar tidak sirna, dan semua iblis beserta pengikutpengikutnya, seluruh mahluk surgawi, naga, yaksa dan kumbhanda dapat mengambil keuntungan darinya.” Jika kata-kata sutra ini tidak membuktikan apa-apa, YA. Sariputra tidak akan menjadi Buddha Bunga Cahaya, sebagaimana dinyatakan dalam PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected] HO’ONJO SHO (RISALAH BALAS BUDI) 8 Saddharma Pundarika Sutra. Demikian juga, YA Kasyapa tidak akan menjadi Buddha Cahaya, YA.Maudgalyayana tidak akan menjadi Buddha Keharuman Tamalapatra-candana, Ananda tidak akan menjadi Buddha Kekuatan Gaib Kebijaksanaan Gunung Lautan, Bhiksuni Maha-Prajapati tidak akan menjadi Terlihat Gembira oleh para Buddha, dan Yasodhara tidak akan Diwarisi dengan sepuluh juta tanda Buddha. Ajran "3,000 Kalpa Koti" yang dibabarkan dalam “Perumpamaan Kota Ajaib” menjadi diskusi yang tidak ada gunanya, dan ajaran “"500 (juta) kalpa koti" dalam bab "Panjang Usia Sang Tathagata” menjadi sebuah kebohongan. Mungkin, Sang Buddha Sakyamuni akan terjatuh dalam Neraka Penderitaan Yang Tak Terputus-putus, Buddha Prabhutaratna juga terbakar dalam api Neraka Avici; para Buddha perwujudan diseluruh alam semesta juga terjatuh dalam Delapan Neraka Yang Mengerikan; dan seluruh Bodhisattva akan tersiksa oleh 136 siksaan. Bagaimana semua hal ini bisa terjadi ? Semua hal itu tidak terjadi, karena Aku pastikan bahwa seluruh orang di Jepang akan datang dan menyebut "Namu Myohorengekyo. " Perlimpahan Seluruh Kebajikan Bunga akan kembali ke akarnya. Rasa buah ditentukan oleh tanah tempat dia tumbuh. Kepada GuruKu, Dozen-bo, Aku melimpahkan seluruh jasa kebajikan yang Aku peroleh dari penyebarluasan Dharma Sesungguhnya. Namu Myohorengekyo, Namu Myohorengekyo. Tanggal 21 bulan 7 tahun Kenji ke-2 (1276) Nichiren Yang terhormat Bhiksu Joken dan Gijo di Gunung Kiyosumi, Tojo, Propinsi Awa dari Gunung Minobu, Perkampungan Hakiri, Propinsi Kai. PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id Email: [email protected]