Lampiran 3 Penjelasan Nama Naskah/ Kitab1 Abhidharma-dharmaskandha-pāda-śāstra atau 阿毘達磨法蘊足論 : kitab Abhidharma yang konon diajarkan oleh Mahāmaudgalyāyana ini diterjemahkan oleh 玄奘 Xuanzang pada tahun 659 M. Baik bentuk maupun isinya mirip dengan kitab Abhidhamma Pali, Vibhaṅga. Paruh pertama dari kitab ini membahas 37 bodhipakṣya-dhamma, paruh kedua membahas indriya, āyatana, skandha, dhātu, dan pratyaya. Kitab ini merupakan satu di antara enam kitab Abhidharma milik sekte Sarvāstivāda. Abhiniṣkramaṇa-Sūtra atau 佛本行集經 : diterjemahkan oleh Jñāṇagupta (闍那崛多) dari tahun 587-591 M. Kitab ini terutama bersandar pada riwayat Buddha versi Dharmaguptaka (Śākyamunicarita) digabung dengan versi Mahāsāṃghika (Mahāvastu), Sarvāstivāda (Lalita), Kāśyapīya (Buddhanidāna), dan Mahīśāsaka (Vinayapiṭaka-Mūla). Kitab ini merupakan kitab riwayat Buddha yang paling lengkap dalam bahasa Cina. Diawali dengan kisah pemberian persembahan kepada para Buddha, cerita lantas mengalir sampai rentang waktu enam tahun setelah pencapaian kebuddhaan. Versi Tibet dari sutra ini bisa ditemukan di mDo xxvi. 88-92. Ekottarāgama atau 增壹阿含經: berpadanan dengan Aṅguttara-Nikāya dari Tipitaka Pali. Naskah Sansekertanya sudah tidak ada. Terjemahannya dalam bahasa Cina dilakukan oleh Zhu Fonian 竺佛念 pada tahun 384 M berdasarkan hapalan naskah Sansekerta dari Dharmanandi (曇摩難 提) yang berasal dari Tukhara/Kabul (兜佉勒). Pada tahun 397-398 M, 增壹阿含經 ini diedit kembali oleh Gautama Saṃghadeva 瞿曇僧伽提婆. Ada yang mengatakan kitab versi ini milik Sekte Dharmaguptaka karena menyebutkan bahwa pratimoksa terdiri dari 250 peraturan, dan di dalamnya sarat dengan pandangan-pandangan Mahāyāna. Lalitavistara-Sūtra atau 方廣大莊嚴經 : sebuah sutra Mahayana (śrīlalitavistaro nāma mahāyānasūtraṃ ratnarājaṃ parisamāptam) yang masuk dalam kategori vaipulya, bersesuaian dengan kisah Sang Buddha versi Sarvāstivāda. Sutra tersebut diperkirakan berasal dari abad ke3. Kisah dari sutra ini juga diukir di Candi Borobudur yang ceritanya diawali dengan turunnya Sang Bodhisatwa dari Surga Tusita sampai pembabaran Dharmacakrapravartana-Sūtra. Total ada 120 pigura yang diukir di dinding sisi selatan dan timur, tingkat satu candi. Sutra tersebut bisa diunduh dari http://fiindolo.sub.unigoettingen.de/gretil/1_sanskr/4_rellit/buddh/bsu022_u.htm. Sutra ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Tibet yang bisa ditemukan di mDo ii. juga ke dalam bahasa Mandarin oleh Divākara 地婆訶羅 pada akhir abad ke-7. Mahāvastu atau Mahāvastu-avadāna (Kisah Agung) : merupakan sebuah kitab Sansekerta yang terdiri dari tiga bagian. Bagian Pertama menceritakan kisah kelahiran lampau dari Buddha Gotama sejak masa Buddha Dīpaṅkara. Bagian Kedua menceritakan kisah kelahiran lampau beliau saat berada di Surga Tusita sampai kelahiran sebagai Pangeran Siddhartha dan pencapaian pencerahan agung. Bagian Ketiga menceritakan kisah awal penyebaran Dhamma sampai terbentuknya Saṅgha serta kisah para Siswa Utama. Dalam kitab tersebut tertera jelas merupakan kitab milik Lokottaravāda dari Sekte Mahāsaṃghika (iti āryamahāsāṃghikānāṃ lokottaravādināṃ pāṭhena iti śrīmahāvastu-avadānaṃ samāptaṃ). Naskah Sansekertanya bisa diunduh dari www.suttacentral.net. Menurut M. Winternitz bentuk dasar dari kitab ini sudah terwujud pada abad ke-2, namun bentuk akhirnya baru terwujud pada abad ke-4. Tidak ada padanannya dalam bahasa Mandarin maupun Tibet. 1 Urutan nama kitab dalam bahasa Mandarin disusun berdasarkan urutan abjad pinyin. 1 Mahāsammatarāja-Sūtra atau 佛說眾許摩訶帝經 : sutra ini diterjemahkan oleh Dharmabhadra 法賢 atau 天息災 (tiān xī zāi) pada Dinasti Song (sekitar tahun 990 M). Ketika Sang Buddha sedang berada di Kapilawastu beliau memerintahkan Mahamoggalana untuk menceritakan asalusul suku Sakya sejak Mahāsammatarāja di purba kala sampai bergurunya Upāli ke Sang Buddha. Isi dari sutra ini sangat mirip dengan setengah bagian awal dari isi MūlasarvāstivādaSaṅghabhedavastu. Mūlasarvāstivāda-vinaya 根本說一切有部毘奈耶 : winaya milik sekte Mūlasarvāstivāda ---sebuah sekte yang diperkirakan berasal dari sekte Sarvāstivāda (lahir sekitar abad ke-3 SM), yang menyebar di sekitar daerah Kashmir dan Mathura. Sekte ini diperkirakan mulai ada pada abad ke-2 M. Naskah winaya ini diterjemahkan oleh Yijing 義淨 (635-713 M) ke dalam bahasa Mandarin pada abad ke-7. Sedangkan versi Tibet yang biasa disebut sebagai Dulva diperkirakan diterjemahkan sekitar abad ke-8 atau ke-9. Saṃyuktāgama atau 雜阿含經: diterjemahkan oleh Guṇabhadra (求那跋陀羅) di masa Dinasti Song (宋) antara tahun 435-443 M, diduga merupakan Samyuktāgama milik Sekte Sarvāstivāda. Namun ada juga yang mengatakan milik Mulāsarvāstivāda. Sutra yang konon dibawa Faxian dari Srilanka ini mengandung 51 saṃyukta dan 1359 sutra. Jika diperbandingkan, 別譯雜阿含 經 tidak selengkap 雜阿含經. Versi terjemahan Tibet dari kitab ini pun masih ada, namun tidak begitu lengkap. 過去現在因果經 : diterjemahkan oleh Guṇabhadra (求那跋陀羅) pada pertengahan abad ke-5, riwayat Buddha Gotama sejak pertemuan-Nya dengan Buddha Pu-guang (普光) dilanjutkan sampai beliau mencapai kebuddhaan, kemudian diakhiri dengan pertemuan bersama Mahakassapa. 2