ABSTRAK Seperti yang kebanyakan individu lain lakukan, penggandaan karya cetak atau fotokopi buku sering atau bahkan setiap hari dilakukan oleh orang lain. Hal tersebut harusnya lebih dibatasi dengan tidak seenaknya menggandaan karya orang lain. Dalam hal ini HAKI telah dilanggar oleh sebagian manusia. Sebagai manusia yang memiliki etika, tidak sepantasnya manusia tersebut mengacuhkan pelanggaran yang terjadi. Penggndaan karya cetak telah menjadi hal yang biasa/ wajar dikalangan mahasiswa. Begitu juga pada mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian kualitatif pada studi ini menemukan pemaknaan dari mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan melalui kegiatan yang dilakukan dengan wajar fotokopi buku pada aktivitas sehari-hari mereka. Studi ini menggunakan konstruksi sosial dengan pendekatan fenomenologi, yang mana mencoba memahami fenomena penggandaan karya cetak yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Konstruksi sosial terbagi atas tiga proses, yakni eksternalisasi, objektifikasi, serta internalisasi. Data yang ditemukan terdapat dua tipe yaitu acuh terhadap aturan dan tidak acuh terhadap aturan. Tipe acuh memiliki factor kebudayaan, tetapi pada tipe tidak acuh tidak terdapat factor kebudayaan yang mempengaruhi. Kata Kunci : Konstruksi Sosial, Fenomenologi, Penggandaan Karya Cetak ABSTRACT As most other people do, doubling print or copy of the work or even every day often done by someone else. It should berestricted to not arbitrarily doubling print other people's work. In this case the intellectual property rights have been violated by most humans. As a man who has ethics, them an should not ignore violations. Doubling printed works have become common or normal among students. In Library and Information Science students Airlangga University. Qualitative research this study found meaning of information and library science students through the activities carried out by a photocopy ofthe book fair in their daily activities. This study uses a social construction with a phenomenological approach, which understand the phenomenon of doubling print work done by students of Information and Library Science. Social constructionis divided into three processes, namely externalization, objectification, and internalization. Data found that there are two types indifferent to the rules and not indifferent to the rule. Type indifferent has cultural factors, but on the type of indifference there are cultural factors that influence. Keywords: Social Construction, Phenomenology, Cloning Works Print Indonesia, Pendahuluan Penggandaan karya cetak (fotokopi pelajar, pemustaka mahasiswa, dengan mudah dan dapat buku) adalah kegiatan yang biasa dilakukan memfotokopi sebuah buku. Bagi mahasiswa oleh orang-orang yang memerlukan jasanya. buku untuk menunjang materi perkuliahan Tetapi hal tersebut tidak dipertimbangkan diperlukan oleh kebanyakan orang tentang pelanggaran sebagai buku yang mereka fotokopi. Disebutkan mereka. pada jurnal Baca (Vol. 30, No.2, Desember 2009(124-138) dapat penambah dimanfaatkan ilmu pengetahuan Terdapat pula penelitian terdahulu Pemahaman terkait dengan penggandaan karya cetak Pemustaka PDII-LIPI tentang Hak Cipta (foto kopi) oleh Imansyah Lubis pada tahun (2009), penggandaan karya cetak merupakan 1998-2001 salah satu perbuatan pelanggaran hak cipta. Menyebutkan bahwa Penggandaan karya cetak seperti memfoto Indonesia tahun 1998 – 2001 diproduksi kopi telah termasuk pada pelanggaran hak dalam cipta. Seperti pelanggaran untuk melalukan memanfaatkan jasa layanan fotokopi. Selain penggandaan karya cetak oleh pelajar dan Bandung, domisili komikus yang tercatat di mahasiswa. statistik, sini adalah kota-kota Solo, Yogyakarta, setiap Bogor, Malang, Bekasi, dan Surabaya. tahunnya sekitar 20.000 orang, antara lain Pembaca komik fotokopian Indonesia tahun terdiri atas mahasiswa, karyawan, PNS, 1998 peneliti, dan pelajar. mahasiswa dan pelajar. Dari total 108 komik jumlah berjudul untuk Berdasarkan pemustaka Jurnal diatas data PDII-LIPI dijelaskan untuk jumlah – 2001 progam magisternya. komik fotokopian terbatas kebanyakan dengan berstatus bahwa fotokopian yang diteliti, seluruhnya (100%) pemustaka berpotensi melanggar hak cipta, dikerjakan oleh komikus yang berstatus dan hal tersebut juga berpotensi dilakukan sebagai mahasiswa. oleh pelajar serta mahasiswa. Karena di Penelitian lain terkait dengan penggandaan karya cetak adalah hal yang penggandaan dilakukan oleh Syauzul Wisda diperbolehkan untuk pengecualian tertentu, Pradipta dan Aan Permana pada tahun 2012 seperti untuk kepentingan pendidikan. menyebutkan bahwa di Indonesia seseorang Syarat bahwa harus dicantumkan, tidak dapat dengan mudah memfoto kopi sebuah disebutkan buku, dianggap sebagai pelanggaran hak cipta : a. mauapun menggandakan koleksi atau sumbernya bukan buku padahal karya tersebut melekat penggunaan hak cipta yang dimiliki oleh pengarang atau kepentingan pemegang hak cipta, sehingga apabila penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, kegitan foto kopi dilakukan dan tanpa penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah memperoleh izin dari pemegang hak cipta dengan tidak merugikan kepentingan yang maka wajar dari pencipta. (UUHC Pasal 15 a) dapat dikatagorikan sebagai pelanggran hak cipta. Dapat dikatakan Telah ciptaan pihak pendidikan, disebutkan lain untuk penelitian, pada pasal bahwa penggandaan karya cetak merupakan pengecualian yang menyebutkan bahwa pelanggaran hak cipta. diperbolehkan jika menggunakan ciptaan Hak cipta menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang orang lain untuk kepentingan pendidikan Hak Cipta, diperbolehkan. Untuk keperluan pendidikan Pasal 1 ayat 1 disebutkah bahwa hak cipta berarti tidak diperbolehkan untuk diperjual adalah hak ekslusif bagi pencipta atau belikan penerima hak untuk mengumumkan atau penggandaan karya cetak (fotokopi) yang memperbanyak ciptaannya atau memberikan terjadi pada kalangan mahasiswa Ilmu izin untuk itu dengan tidak mengurangi Informasi dan perpustakaan Universitas pembatasan-pembatasan menurut peraturan Airlangga Surabaya melakukannya dengan perundang-undangan yang berlaku. Hak tanpa paksaan, yang hal tersebut didasari eksklusif mengandung pengertian bahwa pada tidak ada pihak lain yang boleh melakukan kebutuhan materi perkuliahan atau bahkan kegiatan pengumuman atau memperbanyak untuk karya cipta tanpa seizin pencipta, apalagi Mahasiswa sebenarnya mengetahui larangan kegiatan komersial. serta pelanggangan hak cipta tersebut, Penggandaan karya cetak Terdapat pasal apalagi mereka adalah mahasiswa Ilmu yang Informasi dan Perpustakaan. tersebut menjelaskan bersifat bahwa melakukan secara keinginannya kepentingan besar-besaran. untuk diluar Pada memenuhi akademik. Tindakan mahasiswa dikatakan fotokopian. Mereka bahkan tidak berpikir bahwa terdapat sanksi hukum tetapi karena panjang mengenai HAKI atau bahkan tidak adanya tindakan kepastian hukum penggandaan buku yang mereka lakukan. yang mereka Fenomena tersebut membuat peneliti ingin senantiasa melakukan penggandaan karya meneliti lebih dalam dengan menggunakan cetak dengan pertimbangan yang panjang. konstruksi sosial. Kajian permasalahan ini Meskipun menggunakan mengikat telah menetapkan mahasiswa terdapat hukum pelanggaran yang teori konstruksi sosial tersebut, berdasarkan pada perspektif Peter L. Berger mahasiswa tetap melakukan fotokopi buku (1990) dimana produk masyarakat yang dengan dalih lebih mudah dan murah diciptakan oleh masyarakat dilalui melalui harganya dari pada membeli ditoko buku. tiga proses dialektik, yang terdiri atas Fenomena dilakukan yang menarik lebih dalam kajian untuk eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. dengan Kemudian Penelitian tentang mengetahui bagaimana konstruksi sosial Penggandaan karya cetak yang dilakukan terhadap penggandaan karya cetak oleh oleh penelitian disini mengkaji lebih dalam mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan tentang penggandaan karya cetak yang Universitas Airlangga Surabaya. Dimana dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian ini mahasiswa tidak menyadari bahwa hal menggunakan pendekatan fenomenologi dan tersebut karena teori konstruksi sosial yang tidak hanya bagaimanapun dia tidak memdapatkan hak terjadi pada masa kini, namun telah terjadi royalti dari bukunya. Mahasiswa melakukan pada masa lalu. Pentingnya penelitian adalah penggandaan karya cetak dengan sesuka untuk hatinya tanpa merasa bersalah dan hal penggandaan karya cetak yang dilakukan tersebut telah menjadi kebiasaan yang telah oleh mahasiswa. merugikan pengarang dialkukan banyak orang, sehingga mereka melakukan fotokopi buku dengan leluasa. Mahasiswa Informasi Dalam melakukan hal konstruksi ini penelitian peneliti terkait sosial ingin dengan dan penggandaan karya cetak, bukan tentang Perpustakaan Uiversitas Airlangga sering plagiaris. Penelitian penggandaan karya kali melakukan penggandaan karya cetak, cetak dilakukan dengan teori konstruksi hal tersebut terlihat dari beberapa materi sosial perkuliahan Pemahaman konstruksi sosial penggandaan yang Ilmu mengetahui merupakan buku Peter Berger dan Luckmann. karya cetak terhadap mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustaan 1. Penelitian ini diharapkan Universitas dapat memberikan Airlangga Surabaya telah banyak terjadi saat kontribusi ini. Konstruksi sosial yang dibentuk tersebut pengembangan keilmuan, dapat digunakan oleh mahasiswa untuk khususnya kajian mengekspresikan tindakan subyektif yang sosiologis tentang mereka lakukan pada kehidupan sehari-hari. konstruksi Hal tersebut merupakan salah satu bentuk suatu fenomena interpretasi manusia terhadap kehidupan yang sedang sosial yang sedang dijalani oleh mereka terjadi di masyarakat saat pada kehidupan sehari-hari. ini. Fokus masalah pada penelitian ini memusatkan pada perhatian bagi sosial pada sosial banyak 2. Penelitian ini diharapkan mengenai, dapat memberikan bagaimana mahasiswa Ilmu Informasi dan kontribusi Perpustakaan pengembangan keilmuan, Universitas Airlangga dalam Surabaya memaknai fenomena penggandaan terutama pada karya cetak saat ini ?. Tujuan peneliian perkembangan ilmu untuk mengetahui pemaknaan fenomena informasi penggandaan karya cetak yang dilakukan perpustakaan. oleh mahasiswa Perpustakaan Ilmu Informasi universitas dan Airlangga Surabaya. Penelitian kualitatif yang memfokuskan pada konstruksi sosial pada mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Manfaat Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat Manfaat Penelitian Airlangga Surabaya ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis maupun akademis, antara lain: Manfaat Akademis dan memberikan manfaat bagi mahaiswa Ilmu Informasi Perpustakaan, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Airlangga Universitas Surabaya sebagai media sosialisasi pada civitas akademika yang masih melakukan dilakukan oleh manusia sebagai usaha agar penggandaan karya cetak. tidak 2. Penelitian ini disajikan sebagai tambahan penelitihan terdahulu. Thomas Luckmann Konstruksi sosial bagian dari sebuah sosial yang dibentuk melalui dialektika antara diri (manusia) dengan dunia sosiokultural. Manusia secara biologis dan sosial terus tumbuh dan berkembang, karena itu diperlukan proses belajar dan berkarya untuk kelangsungannya membangun dan menyesuaikan terhadap lingkungan sosial udaya yang ada. Konstruksi sosial tidak hanya terjadi pada masa kini namun, juga masa yang terjadi pada masa lalu. Teori konstruksi sosial berusaha menjelaskan makna yang mendalam dari masyarakatnya yang sedang berkembang. Ini merupakan bagian penting dalam dunia-kulturalnya. Tahap ini adalah tahap dasar dalam suatu pola perilaku interaksi antara individu dengan sosial masyarakat. Penggandaan karya cetak digambarkan sebagai suatu fenomena sosial yang sudah terbiasa terjadi. Didukung oleh Bungin yang menyebutkan bahwa suatu proses dapat terjadi ketika sebuah bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial tersebut menjadi bagian penting oleh seseorang untuk melihat dunia luar (Bungin, 2008:16). 1. Objektivasi Pada objektivasi merupakan kemampuan ekspresi diri pada manusia yang sosial dimanifestasikan ke dalam bentuk produk- dalam hal ini terdapat tiga momen simultan produk kegiatan manusia sebagai unsur- yang yaitu unsur dari dunia bersama (Berger & Eksternalisasi, Objektivasi, dan Internalisasi. Luckmann, 1990 : 47). Hal Tersebut penting individu. berpengaruh di individu lingkungan atau sekelompok seorang oleh kehidupan individu dan menjadi bagian dari Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan realitas dikucilkan Kontruksi dalamnya, dengan dapat dilihat dari suatu proses 1. Eksternalisasi Eksternalisasi merupakan suatu proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh seorang manusia ketika berada di lingkungan masyarakat. Penyesuaian diri ini obyektivasi ialah pembuatan signifikansi yang berarti sebagai pemaknaan subyektif yang disampaikan secara eksplisit oleh manusia. Penggandaan dilakukan karya oleh diteliti,karena cetak mahasiswa berpotensi yang individu terlibat dengan dunia sosial lebih akan dari melakukan sekedar sosialisasi belajar primer ini secara kognitif, berakhir apabila penggandaan karya cetak. Tetapi terdapat konsep tentang orang lain secara umum dan syarat UUHC segala sesuatu yang menyertainya telah tentang pengecualian menggunakan karya terbentuk dan tertanam dalam kesadaran orang lain. Disebutkan bahwa, Dengan individu. Sejak itu, individu tersebut sudah syarat bahwa sumbernya harus disebutkan menjadi anggota efektif masyarakat dan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai secara subjektif memiliki suatu ‘diri’ dan pelanggaran hak cipta : a. penggunaan sebuah ciptaan 1990:197). yangmenyebutkan pihak pendidikan, lain pada untuk penelitian, kepentingan penulisan karya dunia (Beger Sosialisasi dan Luckmann, sekunder memiliki ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik lingkup jangkauan dan sifat yang ditentukan atau tinjauan suatu masalah dengan tidak oleh kompleksitas pembagian kerja dan merugikan kepentingan yang wajar dari distribusi pengetahuan dalam masyarakat pencipta. (UUHC Pasal 15 a ). yang 2. Internalisasi sekunder tergantung pada status perangkat Berger dan Lukman (1990:186) menyatakan bahwa pada internalisasi yang kompleks, individu tidak hanya memahami proses-proses subjektif orang lain yang berlangsung sesaat, namun individu antara indivdu berpartisipasi juga dalam harus keberadaan saling pihak lainnya. Pada dasarnya proses sosialisasi terjadi melalui adanya dua sosialisasi yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Proses sosialisasi primer berlangsung saat Sifat sosialisasi pengetahuan yang bersangkutan di dalam kehidupan yang universal. Sosialisasi sekunder dibangun diatas dunai sudah terbentuk dan terinternalisasi (Beger dan Luckmann, 1990:198, 200). Hak kekayaan Intelektual (HAKI) memahami dunia dimana ia hidup dan dunia itu menjadi dunia individu sendiri. Namun, menyertainya. dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia, demikian menurut Bambang Kesowo (1995). Hal ini berarti bahwa melalui kemampuan intelektual akan lahir karya-karya intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni, susastra dan teknologi. sosial, namun sebagai mesin produksi Metode dan Prosedur Penelitian Karena Penelitian ini dengan makna sekaligus reproduksi yang kreatif dalam maka, metode penelitiannya adalah dengan mengkonstruksi menggunakan metode penelitian kualitatif sosialnya. dengan menggunakan pendekatan (membangun) Melihat uraian fenomenoligi dimaksudkan untuk mengumpulkan banyak penelitian terkait dengan “penggandaan informasi tentang suatu realitas sosial karya cetak” karena pada penelitian ini tertentu. Dalam hal ini terkait dengan memerlukan pemaknaan mendalam terkait realitas sosial tentang pemaknaan pada dengan kontruksi sosial bagi subyek yang penggandaan mengalami fenomena atau keadaan seperti pendekatan yang penelitian ini cetak.Sedangkan digunakan yaitu diterapkan maka fenomenologi. Dimana pada penelitian ini karya dapat diatas dunia pada dalam ini. Oleh sebab itulah mengapa peneliti pendekatan memilih teori atau pendekatan fenomenologi “fenomenologi”. sebagai pendekatan penelitiannya. Penelitian fenomenologi melibatkan Sasaran Penelitian pengujian yang teliti dan seksama pada Penelitian ini memilih focus kesadaran pengalaman manusia. Penelitian penelitian pada bagaimana mahasiswa ilmu mengenai penggandaan karya cetak yang informasi dan dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Informasi airlangga Surabaya dan Perpustakaan Universitas Airlangga fenomena penggandaan karya cetak. Obyek Surabaya dilakukan dengan kesadaran serta yang pengalaman yang telah ada sebelumnya. Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sedangkan untuk konsep utama dalam Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas fenomenologi adalah makna. Airlangga Surabaya. Peneliti menentukan Lebih lanjutnya universitas mengkonstruksikan adalah Mahasiswa Ilmu pula mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan mengenai realitas sossial yang merupakan dengan asumsi bahwa mahasiswa yang kontruksi sosial menempuh progam studi ilmu informasi dan individu, sedangkan yang dijelaskan diteliti perpustakaan diciptakan individu oleh dimaknai perpustakaan memiliki andil dalam sebagai manusia bebas yang melakukan penggandaan karya cetak. Peneliti memilih hubungan antar manusia satu dengan yang mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan lainnya. individu bukanlah korban fakta karena materi buku tentang ilmu perpustakaan tidak semua referensi mudah studi kepustakaan, didapatkan. trianggulasi data. observasi, serta Teknik Penentuan Informan Penelitian kualitatif menggunakan populasi penelitiannya, namun informan. Pada tidak sebagai objek menggunakan penelitian Karya Cetak teknik Keluarga merupakan kelembagaan penentuan informan yang digunakan ialah (institusi) primer yang sangat penting dalam teknik sampling purposive. Teknik tersebut kehidupan manusia, baik sebagai individu merupakan maupun teknik ini, Konstruksi Sosial Makna Penggandaan penentuan dengan menggunakan tertentu. Teknik informan pertimbangan Setiap individu dari sistem sosial keluarga, informan sebelum ia memasuku sistem sosial yang menggunakan sampling purposive yang lebih besar, yaitu masyarakat, kemudian memiliki krikeria tersendiri. kriteria tersebut kembali dalam sistem sosial keluarga. Oleh yakni dilakukan pada civitas akademika karena itu, sistem nilai dan norma yang Ilmu Informasi dan Perpustakaan yang telah berlaku memiliki penggandaan merupakan faktor utama dan pertama dalam cetak sedikitnya berjumlah 5 (lima) buku/ membentuk kepribadian individu (Hendi eksemplar. Sampling yang diambil adalah Suhendi 2001:5). Dalam hal ini keluarga mereka yang memiliki buku fotokopian seperti orangtua juga berpengaruh pada tersebut. Peneliti akan memperoleh data sikap yang nantinya akan ditunjukkan oleh melalui informan dengan memperhitungkan seseorang berinteraksi dengan orang lain. beberapa kriteria yang telah ditentukan Hal tersebut dapat dilihat dari temuan tersebut. peneliti Metode Pengumpulan Data melibatkan sosialisasi primer dan sekunder. atau penentuan berangkat masyarakat. melakukan Pengumpulan data merupakan proses dalam pada kehidupan tahap keluarga internalisasi yang Temuan data yang diperoleh yakni paling awal dari suatu penelitian. Penelitian mahasiswa yang ini teknik mulai melakukan penggandaan karya cetak pengumpulan data. Teknik pengumpulan saat berada di bangku sekolah, sedangkan data dengan mahasiswa tidak Acuh Terhadap Aturan pengumpulan data primer, dokumentasi, memulainya saat kuliah. Untuk internalisasi menggunakan tersebut, beberapa antara lain Acuh Terhadap Aturan pada mahasiswa mengabaikan penggandaan Seperti pada ungkapan Chris Jenks karya cetak melibatkan sosialisasi primer pengetahuan, bagi filsuf-filsuf kebudayaan, dan sekunder. Sosialisasi primer melalui selalu merupakan keadaan jiwa atau pikiran keluarga, dan sosialisasi sekunder dengan (a state of mind), bukan salinan yang guru serta teman-teman sebagai media berbanding lurus dengan realitas-apa pun sosialisasi, begitu juga dengan yang Tidak itu. Jadi, kebudayaan dapat diperlakukan Acuh Terhadap Aturan bukan sebagai sebuah deposisi, sebuah Pada tahap eksternalisasi Acuh refleksi, ataupun representasi Terhadap Aturan ditemukan bahwa faktor superstruktural pekerjaan serta uang saku yang cenderung material; sensasi-sensasi atau kesan-kesan sedikit, memilih tertentu sampai kepada kita melalui sifat melakukan fotokopi buku, dan lokasi rumah hubungan kita dengan dunia ( Chris Jenks, dekat dengan rental fotokopi.kemudian pada 2013: 68). sehingga akan lebih dari sebuah sebuah keadaan mahasiswa Tidak Acuh Terhadap Aturan Mahasiswa cenderung memberikan adalah memiliki pekerjaan dan uang saku makna penggandaan karya cetak adalah hal lebih untuk membeli buku dan sebisa yang biasa dilakukan oleh kebanyakan mungkin masih orang, bahkan tanpa melihat faktor HAKI. diterbitkan. Lokasi rumah yang jauh dari Mereka juga melihat bahwa terdapat jual- rental beli buku fotokopian pada rental fotokopian mencari fotokopian buku serta jika malas untuk mengantri fotokopi. untuk yang Acuh Terhadap Aturan. Didapatkan temuah bahwa terdapat Sedangkan untuk yang tidak Acuh Terhadap factor kebudayaan pada mahasiswa Acuh Aturan yakni memberikan makna bahwa Terhadap Aturan, penggandaan karya cetak melakukan penggandaan karya cetak adalah menjadi budaya yang biasa dilakukan oleh perbuatan yang melanggar hukum, hal dirinya serta orang lain yang memunculkan tersebut kesadaran moral yang telah dilakukan. menggandakan buku yang masih terdapat Sehingga memunculkan budaya fotokopi dipasaran. yang telah wajar dilakukan oleh orang lain. Tetapi pada mahasiswa Tidak Acuh perbuatan yang salah apalagi Terdapat perbedaan antara dua tipe yang ada. Pada mahasiswa Tidak Acuh Terhadap Aturan yang tidak ditemukan Terhadap Aturan seseorang lebih faktor tersebut. menghargai buku serta memperlakukan buku-buku yang dimilikinya dengan baik, merupakan hal yang sangat penting untuk koleksi yang dimiliki juga lebih banyak. diperhatikan Begitu juga pada buku fotokopian yang pelanggaran terhadap hal tersebut dapat dimilikinya yang untuk berakhibat merusakkan nama baik orang. kepentingan pendidikan masih (Sujarwa, 1999 : 115) cenderung serta disimpan dan dipergunakan dengan baik. setiap orang. Karena Kemudian untuk tipe kedua pada Untuk kriteria buku yang nantinya akan mahasiswa Acuh difotokopi juga cenderung pada kesulitan dilakukan mendapatkan buku tersebut, karena tidak sekolah, berbeda dengan mahasiswa Tidak jarang materi buku yang berkaitan dengan Acuh studi ilmu Informasi dan Perpustakaan melakukan penggandaan karya cetak saat terdapat buku-buku yang sudah tidak terbit kuliah. Mengetahui bahwa penggandaan lagi, serta terdapat pula terbitan luar negeri. karya Tetapi untuk buku yang masih dapat dicari, melakukan dengan dalih teman dan pengajar maka dia akan mencari dulu sebisa mungkin yang menyuruh. Mereka juga memiliki buku tersebut. sedikit mengetahui peraturan HAKI. Untuk pada saat Terhadap cetak Terhadap berada Aturan dilarang, Aturan dibangku yang tetapi mulai masih Hal tersebut juga dapat dilihat dari mahasiswa mengabaikan penggandaan karya tingkat kesadaran untuk melakukan seseatu cetak melakukan penggandaan karya cetak perbuatan, yang nantinya akan berakibat dengan terang terangan tanpa ada rasa malu untuk orang tersebut. Menutut Sujarwa melakukannya, dan hal tersebut telah biasa menyebutkan bahwa, kesadaran berasal dari dilakukan. Hal tersebut dapat dilihat dari kata “sadar”, artinya tau, mengerti, ingat, budaya yang telah menjadi kebiasaan yang paham, serta terbuka hati dan pikirannya terjadi di masyarakat. untuk berbuat sesuai dengan kata hatinya. Baik masyarakat maupun keluarga Kesadaran berarti pula keinsyafan akan pada proses melakukan penggandaan karya perbuatannya. Jadi, kesadaran adalah hati cetak pada mahasiswa Ilmu Informasi dan dan pikiran yang telah terbuka tentang apa Perpustakaan mempunyai pengaruh sosial yang telah dikerjakan. Dalam melakukan baik dari keluarga, teman, guru atau dosen, perbuatankadang-kadang lingkungan tempat individu berada, dan manusia tidakhanya melanggar satu norma, bisa jadi kebiasaan sehari-hari mereka. Perilaku dua atau tiga sekaligus. Kesadaran moral penggandaan karya cetak berpengaruh besar bagi kebanyakan orang yang primer sosialisasi menerapkannya juga. Dari individu satu ke melalui sekunder individu lain mereka saling berinteraksi keluarga, dengan untuk dan guru/ melakukan penggandaan karya cetak. Tentu sosialisasi pengajar saja pengaruh ini berdampak besar bagi sekunder serta teman- kehidupan mereka yang mulai dari keluarga dengan teman yang mendukung, teman-teman yang juga guru serta sebagai melakukannya, guru atau dosen, dan hal teman- media tersebut telah menjadi kebiasaan wajar teman sosialisasi. sehari-hari mereka. sebagai mempengaruhi individu lain media Tabel 4.1 sosialisasi. Tipe Mahasiswa Acuh Terhadap Aturan dan Tidak Acuh Terhadap Aturan Aspek Faktor Memiliki pekerjaan pekerjaan Ekster serta uang dan uang nalisasi saku yang saku lebih Acuh Tidak Acuh Terhadap Terhadap cenderung untuk Aturan Aturan sedikit, membeli Waktu Mulai Sejak sehingga buku Pengga ketika Kuliah akan lebih sebisa ndaan sekolah dan memilih mungkin Karya melakuka mencari Cetak n fotokopi buku Melibatka Tahap yang buku, dan masih n melibatkan lokasi diterbitkan. sosialisasi rumah Lokasi primer primer dekat rumah yang dan dengan dengan jauh sekunder. keluarga rental rental Sosialisasi dan fotokopi. fotokopian Interna sosialisasi lisasi jika dari serta malas oleh orang untuk lain. mengantri Cenderun Memberika fotokopi. g n Makna memberik bahwa yang an makna melakukan Terben pengganda penggandaa tuk an Penggand Faktor aan karya Kebud cetak ayaan menjadi oleh orang lain yang memuncul kan kesadaran moral yang telah dilakukan. Sehingga memuncul kan budaya fotokopi yang telah wajar dilakukan cetak adalah yang biasa yang dilakukan serta karya adalah hal perbuatan yang biasa dirinya karya n cetak budaya makna --------------- dilakukan melanggar oleh hukum, hal kebanyaka tersebut n orang, perbuatan bahkan yang tanpa apalagi melihat mengganda factor kan HAKI. yang masih Mereka terdapat juga dipasaran. melihat bahwa terdapat jual-beli buku fotokopian pada rental fotokopian salah buku mengetahui meanggar Kesimpulan Penelitian hal HAKI tersebut tetapi masih ditemukan dilakukan karena mereka merasa penggandaan karya cetak oleh mahasiswa orang lain juga masih melakukan hal Ilmu Informasi dan Perpustakaan yang tersebut. menunjukkan terdapat memiliki perbedaan Acuh Terhadap prosesdialektika dalam tika momen yaitu Aturan dan Tidak Acuh Terhadap eksternalisasi, serta Aturan, dapat dilihat dari uang saku pada yang dimiliki dan lokasi jauh-dekat internalisasi ini bahwa bahwa objektivikasi, yang telah terjadi informan-informan yang terlibat. 1. Momen Ilmu pada Informasi dan Perpustakaan dimulai ketika mereka menempuh pendidikan sebelum informan masuk pada dunia kampus/ perkuliahan. Informan memilih melakukan penggandaan karya cetak karena mereka tidak ingin susah mencari buku yang diinginkan karena pada progam srudi Ilmu Informasi dan Perpustakaan referensi buku yang disarankan kebanyakan sulit untuk dicari. Faktor lain adalah lingkungan sekitar yang terdapat banyak tentunya rental fotokopian, dapat bersaing yang dengan harga yang lebih murah dari harga buku asli. Terdapat pula dorongan dari orang tua, guru, dosen, dan teman-teman fotokopi untuk buku. tipe yang tempat rental fotokopian dari tempat eksternalisasi mahasiswa Terdapat melakukan Informan telah tinggal. 2. Pada proses mahasiswa Ilmu Perpustakaan objektifikasi ini Informasi dan dihadapkan dengan realitas objektif berupa melakukan penggandaan karya cetak. Perlakuan mereka terhadap buku yang informan miliki, dan informan juga memliki tujuan untuk dapat memiliki materi dari menggandakan sebagai sekolah karya kelengkapan dan kuliah cetak referensi informan. Informan tidak memiliki pengalaman negatif dari melakukan penggandaan karya cetak, sehingga mereka merasa nyaman dan tidak merasa bersalah telah melakukannya. Karena bagi mereka orang lain juga melakukan hal yang sama dan tidak ada sanksi. Demikian juga dengan para rental fotokopi yang masih welcome jika terdapat pelanggan yang ingin fotokopi buku. 1. Mahasiswa 3. Momen ketiga adalah internalisasi dimana individu mengalami realitas objektif yang dihadapinya dengan pengetahuan yang dimiliki oleh individu tersebut. Informan telah berinteraksi dengan lingkungan yang juga mendorongnya untuk melakukan penggandaan karya cetak. Sikap yang diberikan terhadap hal tersebut juga biasa, karena bagi informan fotokopi buku telah terjadi sejak dulu dan masih biasa terjadi sampai sekarang. memahami tersebut informan Saran Mereka bahwa dilakukan, itu tidak juga pelanggaran dan bagi masalah. Perbedaan tipe mahasiswa Acuh Terhadap Aturan dan Tidak Acuh terhadap Aturan dapat dilihat dari tingkatan melakukan penggandaan karya cetak dengan sudah terbiasa Mahasiswa mengetahui pembatasan penggandaan karya cetak yang boleh dan tidak boleh dilakukan, sehingga batasan tentang HAKI dapat dipahami. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan seminar-seminar, kuliah tamu, dan OSPEK, sehingga akan lebih memperkenalkan kepada mahasiswa. 2. Penerbit Penerbit mengetahui bahwa telah banyak pelanggaran yang dilakukan oleh rental fotokopian, yang harusnya hal tersebut tidak dilakukan. Sehingga rental fotokopian mengetahui batasan untuk memfotokopi buku. 3. Mengimplementasikan Undang-undang pelaksanaan yang berkaitan dengan HAKI dengan cara di sosialisasikan dengan batasan-batasan pengecualian yang ada, serta seseorang yang melanggar dikenakan sanksi. dan telah menjadi kebiasaan yang wajar bagi mereka dan orang lain. Pada tahap ini juga melibatkan sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer melalui keluarga, dan sosialisasi sekunder dengan guru serta teman-teman sebagai media sosialisasi. DAFTAR PUSTAKA Berger, Peter L & Luckmsnn, Thomas. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan : Sebuah Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta : LP3ES. Jenks, Chris. 2013. Kebudayaan Culture (Edisi Studi Kedua). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. http://pdii.lipi.go.id/baca/index. php/baca/article/view/58/56 pada 11 Juni 2014. Sujarwa. 1999. Manusia dan Fenomena Lubis, Imaansyah. 2009. Komik Fotokopian Budaya : Menuju Perspektif Indonesia 1998-2001. ITB J. Moralitas Agama. Yogyakarta : Vis. Art & Des., Vol.3, No.1, Pustaka Pelajar. 2009, 57-78. [on line]. Di akses Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak dalam http://journal.itb.ac.id/index.ph p?li=article_detail&id=959 Cipta. Jakarta: pada 12 Juni 2014. Sekretaris Pradipta, Syauzul Wisda. Aan Permana. Negara 2012. Upaya Penerapan Hak Republik Cipta Terhadap Pemanfaatan Indonesia. Koleksi Bukan Buku di Bugin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Perpustakaan Daerah Provinsi Media Massa. Jakarta: Kencana. Jawa Kesowo, Bambang. 1995. Pengantar Umum Perpustakaan, 1(1), 2012.[on Tengah. Jurnal Ilmu Mengenai Hak atas Kekayaan line]. Intelektual (HaKI) di Indonesia s1.undip.ac.id/index.php/jip/art : Penataran Hukum Dagang. icle/view/458/457 pada 11 Juni Yogyakarta : Universitas Gajah 2014. Mada. Suhendi, Hendi. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung : Pustaka Setia. Tupan, dkk. 2009. Pemahaman Pemustaka PDII-LIPI Tentang Hak Cipta. Jurnal BACA Vol. 30, No.2, Desember 2009 (124-139). [on line]. Di akses dalam http://www.ejournal-