ABSTRAK Seperti yang kebanyakan individu lain

advertisement
ABSTRAK
Seperti yang kebanyakan individu lain lakukan, penggandaan karya cetak atau fotokopi buku
sering atau bahkan setiap hari dilakukan oleh orang lain. Hal tersebut harusnya lebih dibatasi
dengan tidak seenaknya menggandaan karya orang lain. Dalam hal ini HAKI telah dilanggar oleh
sebagian manusia. Sebagai manusia yang memiliki etika, tidak sepantasnya manusia tersebut
mengacuhkan pelanggaran yang terjadi. Penggndaan karya cetak telah menjadi hal yang biasa/
wajar dikalangan mahasiswa. Begitu juga pada mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Universitas Airlangga Surabaya.
Penelitian kualitatif pada studi ini menemukan pemaknaan dari mahasiswa Ilmu Informasi
dan Perpustakaan melalui kegiatan yang dilakukan dengan wajar fotokopi buku pada aktivitas
sehari-hari mereka. Studi ini menggunakan konstruksi sosial dengan pendekatan fenomenologi,
yang mana mencoba memahami fenomena penggandaan karya cetak yang dilakukan oleh
mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Konstruksi sosial terbagi atas tiga proses, yakni
eksternalisasi, objektifikasi, serta internalisasi. Data yang ditemukan terdapat dua tipe yaitu acuh
terhadap aturan dan tidak acuh terhadap aturan. Tipe acuh memiliki factor kebudayaan, tetapi
pada tipe tidak acuh tidak terdapat factor kebudayaan yang mempengaruhi.
Kata Kunci : Konstruksi Sosial, Fenomenologi, Penggandaan Karya Cetak
ABSTRACT
As most other people do, doubling print or copy of the work or even every day often done
by someone else. It should berestricted to not arbitrarily doubling print other people's work. In
this case the intellectual property rights have been violated by most humans. As a man who has
ethics, them an should not ignore violations. Doubling printed works have become common or
normal among students. In Library and Information Science students Airlangga University.
Qualitative research this study found meaning of information and library science students
through the activities carried out by a photocopy ofthe book fair in their daily activities. This
study uses a social construction with a phenomenological approach, which understand the
phenomenon of doubling print work done by students of Information and Library Science.
Social constructionis divided into three processes, namely externalization, objectification, and
internalization. Data found that there are two types indifferent to the rules and not indifferent to
the rule. Type indifferent has cultural factors, but on the type of indifference there are cultural
factors that influence.
Keywords: Social Construction, Phenomenology, Cloning Works Print
Indonesia,
Pendahuluan
Penggandaan karya cetak (fotokopi
pelajar,
pemustaka
mahasiswa,
dengan
mudah
dan
dapat
buku) adalah kegiatan yang biasa dilakukan
memfotokopi sebuah buku. Bagi mahasiswa
oleh orang-orang yang memerlukan jasanya.
buku untuk menunjang materi perkuliahan
Tetapi hal tersebut tidak dipertimbangkan
diperlukan
oleh kebanyakan orang tentang pelanggaran
sebagai
buku yang mereka fotokopi. Disebutkan
mereka.
pada jurnal Baca (Vol. 30, No.2, Desember
2009(124-138)
dapat
penambah
dimanfaatkan
ilmu
pengetahuan
Terdapat pula penelitian terdahulu
Pemahaman
terkait dengan penggandaan karya cetak
Pemustaka PDII-LIPI tentang Hak Cipta
(foto kopi) oleh Imansyah Lubis pada tahun
(2009), penggandaan karya cetak merupakan
1998-2001
salah satu perbuatan pelanggaran hak cipta.
Menyebutkan bahwa
Penggandaan karya cetak seperti memfoto
Indonesia tahun 1998 – 2001 diproduksi
kopi telah termasuk pada pelanggaran hak
dalam
cipta. Seperti pelanggaran untuk melalukan
memanfaatkan jasa layanan fotokopi. Selain
penggandaan karya cetak oleh pelajar dan
Bandung, domisili komikus yang tercatat di
mahasiswa.
statistik,
sini adalah kota-kota Solo, Yogyakarta,
setiap
Bogor, Malang, Bekasi, dan Surabaya.
tahunnya sekitar 20.000 orang, antara lain
Pembaca komik fotokopian Indonesia tahun
terdiri atas mahasiswa, karyawan, PNS,
1998
peneliti, dan pelajar.
mahasiswa dan pelajar. Dari total 108 komik
jumlah
berjudul
untuk
Berdasarkan
pemustaka
Jurnal
diatas
data
PDII-LIPI
dijelaskan
untuk
jumlah
–
2001
progam
magisternya.
komik fotokopian
terbatas
kebanyakan
dengan
berstatus
bahwa
fotokopian yang diteliti, seluruhnya (100%)
pemustaka berpotensi melanggar hak cipta,
dikerjakan oleh komikus yang berstatus
dan hal tersebut juga berpotensi dilakukan
sebagai mahasiswa.
oleh pelajar serta mahasiswa. Karena di
Penelitian
lain
terkait
dengan
penggandaan karya cetak adalah hal yang
penggandaan dilakukan oleh Syauzul Wisda
diperbolehkan untuk pengecualian tertentu,
Pradipta dan Aan Permana pada tahun 2012
seperti untuk kepentingan pendidikan.
menyebutkan bahwa di Indonesia seseorang
Syarat
bahwa
harus
dicantumkan,
tidak
dapat dengan mudah memfoto kopi sebuah
disebutkan
buku,
dianggap sebagai pelanggaran hak cipta : a.
mauapun
menggandakan
koleksi
atau
sumbernya
bukan buku padahal karya tersebut melekat
penggunaan
hak cipta yang dimiliki oleh pengarang atau
kepentingan
pemegang hak cipta, sehingga apabila
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
kegitan foto kopi dilakukan dan tanpa
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
memperoleh izin dari pemegang hak cipta
dengan tidak merugikan kepentingan yang
maka
wajar dari pencipta. (UUHC Pasal 15 a)
dapat
dikatagorikan
sebagai
pelanggran hak cipta. Dapat dikatakan
Telah
ciptaan
pihak
pendidikan,
disebutkan
lain
untuk
penelitian,
pada
pasal
bahwa penggandaan karya cetak merupakan
pengecualian yang menyebutkan bahwa
pelanggaran hak cipta.
diperbolehkan jika menggunakan ciptaan
Hak cipta menurut Undang-Undang
No. 19 Tahun 2002 tentang
orang lain untuk kepentingan pendidikan
Hak Cipta,
diperbolehkan. Untuk keperluan pendidikan
Pasal 1 ayat 1 disebutkah bahwa hak cipta
berarti tidak diperbolehkan untuk diperjual
adalah hak ekslusif bagi pencipta atau
belikan
penerima hak untuk mengumumkan atau
penggandaan karya cetak (fotokopi) yang
memperbanyak ciptaannya atau memberikan
terjadi pada kalangan mahasiswa Ilmu
izin untuk itu dengan tidak mengurangi
Informasi dan perpustakaan Universitas
pembatasan-pembatasan menurut peraturan
Airlangga Surabaya melakukannya dengan
perundang-undangan yang berlaku. Hak
tanpa paksaan, yang hal tersebut didasari
eksklusif mengandung pengertian bahwa
pada
tidak ada pihak lain yang boleh melakukan
kebutuhan materi perkuliahan atau bahkan
kegiatan pengumuman atau memperbanyak
untuk
karya cipta tanpa seizin pencipta, apalagi
Mahasiswa sebenarnya mengetahui larangan
kegiatan
komersial.
serta pelanggangan hak cipta tersebut,
Penggandaan karya cetak Terdapat pasal
apalagi mereka adalah mahasiswa Ilmu
yang
Informasi dan Perpustakaan.
tersebut
menjelaskan
bersifat
bahwa
melakukan
secara
keinginannya
kepentingan
besar-besaran.
untuk
diluar
Pada
memenuhi
akademik.
Tindakan
mahasiswa dikatakan
fotokopian. Mereka bahkan tidak berpikir
bahwa terdapat sanksi hukum tetapi karena
panjang mengenai HAKI atau bahkan
tidak adanya tindakan kepastian hukum
penggandaan buku yang mereka lakukan.
yang
mereka
Fenomena tersebut membuat peneliti ingin
senantiasa melakukan penggandaan karya
meneliti lebih dalam dengan menggunakan
cetak dengan pertimbangan yang panjang.
konstruksi sosial. Kajian permasalahan ini
Meskipun
menggunakan
mengikat
telah
menetapkan
mahasiswa
terdapat
hukum
pelanggaran
yang
teori
konstruksi
sosial
tersebut,
berdasarkan pada perspektif Peter L. Berger
mahasiswa tetap melakukan fotokopi buku
(1990) dimana produk masyarakat yang
dengan dalih lebih mudah dan murah
diciptakan oleh masyarakat dilalui melalui
harganya dari pada membeli ditoko buku.
tiga proses dialektik, yang terdiri atas
Fenomena
dilakukan
yang
menarik
lebih
dalam
kajian
untuk
eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi.
dengan
Kemudian
Penelitian
tentang
mengetahui bagaimana konstruksi sosial
Penggandaan karya cetak yang dilakukan
terhadap penggandaan karya cetak oleh
oleh penelitian disini mengkaji lebih dalam
mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan
tentang penggandaan karya cetak yang
Universitas Airlangga Surabaya. Dimana
dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian ini
mahasiswa tidak menyadari bahwa hal
menggunakan pendekatan fenomenologi dan
tersebut
karena
teori konstruksi sosial yang tidak hanya
bagaimanapun dia tidak memdapatkan hak
terjadi pada masa kini, namun telah terjadi
royalti dari bukunya. Mahasiswa melakukan
pada masa lalu. Pentingnya penelitian adalah
penggandaan karya cetak dengan sesuka
untuk
hatinya tanpa merasa bersalah dan hal
penggandaan karya cetak yang dilakukan
tersebut telah menjadi kebiasaan yang telah
oleh mahasiswa.
merugikan
pengarang
dialkukan banyak orang, sehingga mereka
melakukan fotokopi buku dengan leluasa.
Mahasiswa
Informasi
Dalam
melakukan
hal
konstruksi
ini
penelitian
peneliti
terkait
sosial
ingin
dengan
dan
penggandaan karya cetak, bukan tentang
Perpustakaan Uiversitas Airlangga sering
plagiaris. Penelitian penggandaan karya
kali melakukan penggandaan karya cetak,
cetak dilakukan dengan teori konstruksi
hal tersebut terlihat dari beberapa materi
sosial
perkuliahan
Pemahaman konstruksi sosial penggandaan
yang
Ilmu
mengetahui
merupakan
buku
Peter
Berger
dan
Luckmann.
karya cetak terhadap mahasiswa Ilmu
Informasi
dan
Perpustaan
1. Penelitian ini diharapkan
Universitas
dapat
memberikan
Airlangga Surabaya telah banyak terjadi saat
kontribusi
ini. Konstruksi sosial yang dibentuk tersebut
pengembangan keilmuan,
dapat digunakan oleh mahasiswa untuk
khususnya
kajian
mengekspresikan tindakan subyektif yang
sosiologis
tentang
mereka lakukan pada kehidupan sehari-hari.
konstruksi
Hal tersebut merupakan salah satu bentuk
suatu
fenomena
interpretasi manusia terhadap kehidupan
yang
sedang
sosial yang sedang dijalani oleh mereka
terjadi di masyarakat saat
pada kehidupan sehari-hari.
ini.
Fokus masalah pada penelitian ini
memusatkan
pada
perhatian
bagi
sosial
pada
sosial
banyak
2. Penelitian ini diharapkan
mengenai,
dapat
memberikan
bagaimana mahasiswa Ilmu Informasi dan
kontribusi
Perpustakaan
pengembangan keilmuan,
Universitas
Airlangga
dalam
Surabaya memaknai fenomena penggandaan
terutama
pada
karya cetak saat ini ?. Tujuan peneliian
perkembangan
ilmu
untuk mengetahui pemaknaan fenomena
informasi
penggandaan karya cetak yang dilakukan
perpustakaan.
oleh
mahasiswa
Perpustakaan
Ilmu
Informasi
universitas
dan
Airlangga
Surabaya.
Penelitian
kualitatif
yang
memfokuskan pada konstruksi sosial pada
mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Universitas
Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan
dapat
Manfaat Penelitian
Airlangga
Surabaya
ini
diharapkan memberikan manfaat secara
teoritis maupun akademis, antara lain:
Manfaat Akademis
dan
memberikan
manfaat bagi mahaiswa
Ilmu
Informasi
Perpustakaan,
dan
Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
Airlangga
Universitas
Surabaya
sebagai media sosialisasi
pada civitas akademika
yang masih melakukan
dilakukan oleh manusia sebagai usaha agar
penggandaan karya cetak.
tidak
2. Penelitian ini disajikan
sebagai
tambahan
penelitihan terdahulu.
Thomas Luckmann
Konstruksi sosial bagian dari sebuah
sosial
yang
dibentuk
melalui
dialektika antara diri (manusia) dengan
dunia sosiokultural. Manusia secara biologis
dan sosial terus tumbuh dan berkembang,
karena itu diperlukan proses belajar dan
berkarya
untuk
kelangsungannya
membangun
dan
menyesuaikan
terhadap lingkungan sosial udaya yang ada.
Konstruksi sosial tidak hanya terjadi
pada masa kini namun, juga masa yang
terjadi pada masa lalu. Teori konstruksi
sosial berusaha menjelaskan makna yang
mendalam
dari
masyarakatnya yang sedang berkembang.
Ini
merupakan
bagian
penting
dalam
dunia-kulturalnya.
Tahap ini adalah tahap dasar dalam
suatu pola perilaku interaksi antara individu
dengan sosial masyarakat. Penggandaan
karya cetak digambarkan sebagai suatu
fenomena sosial yang sudah terbiasa terjadi.
Didukung oleh Bungin yang menyebutkan
bahwa suatu proses dapat terjadi ketika
sebuah bagian penting dalam masyarakat
yang setiap saat dibutuhkan oleh individu,
maka produk sosial tersebut menjadi bagian
penting oleh seseorang untuk melihat dunia
luar (Bungin, 2008:16).
1. Objektivasi
Pada
objektivasi
merupakan
kemampuan ekspresi diri pada manusia yang
sosial
dimanifestasikan ke dalam bentuk produk-
dalam hal ini terdapat tiga momen simultan
produk kegiatan manusia sebagai unsur-
yang
yaitu
unsur dari dunia bersama (Berger &
Eksternalisasi, Objektivasi, dan Internalisasi.
Luckmann, 1990 : 47). Hal Tersebut penting
individu.
berpengaruh
di
individu
lingkungan
atau
sekelompok
seorang
oleh
kehidupan individu dan menjadi bagian dari
Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan
realitas
dikucilkan
Kontruksi
dalamnya,
dengan dapat dilihat dari suatu proses
1. Eksternalisasi
Eksternalisasi
merupakan
suatu
proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh
seorang
manusia
ketika
berada
di
lingkungan masyarakat. Penyesuaian diri ini
obyektivasi ialah pembuatan signifikansi
yang berarti sebagai pemaknaan subyektif
yang disampaikan secara eksplisit oleh
manusia.
Penggandaan
dilakukan
karya
oleh
diteliti,karena
cetak
mahasiswa
berpotensi
yang
individu terlibat dengan dunia sosial lebih
akan
dari
melakukan
sekedar
sosialisasi
belajar
primer ini
secara
kognitif,
berakhir
apabila
penggandaan karya cetak. Tetapi terdapat
konsep tentang orang lain secara umum dan
syarat
UUHC
segala sesuatu yang menyertainya telah
tentang pengecualian menggunakan karya
terbentuk dan tertanam dalam kesadaran
orang lain. Disebutkan bahwa, Dengan
individu. Sejak itu, individu tersebut sudah
syarat bahwa sumbernya harus disebutkan
menjadi anggota efektif masyarakat dan
atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai
secara subjektif memiliki suatu ‘diri’ dan
pelanggaran hak cipta : a. penggunaan
sebuah
ciptaan
1990:197).
yangmenyebutkan
pihak
pendidikan,
lain
pada
untuk
penelitian,
kepentingan
penulisan
karya
dunia
(Beger
Sosialisasi
dan
Luckmann,
sekunder
memiliki
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik
lingkup jangkauan dan sifat yang ditentukan
atau tinjauan suatu masalah dengan tidak
oleh kompleksitas pembagian kerja dan
merugikan kepentingan yang wajar dari
distribusi pengetahuan dalam masyarakat
pencipta. (UUHC Pasal 15 a ).
yang
2. Internalisasi
sekunder tergantung pada status perangkat
Berger
dan
Lukman
(1990:186)
menyatakan bahwa pada internalisasi yang
kompleks, individu tidak hanya memahami
proses-proses subjektif orang lain yang
berlangsung
sesaat,
namun
individu
antara
indivdu
berpartisipasi
juga
dalam
harus
keberadaan
saling
pihak
lainnya.
Pada dasarnya proses sosialisasi
terjadi melalui adanya dua sosialisasi yaitu
sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.
Proses sosialisasi primer berlangsung saat
Sifat
sosialisasi
pengetahuan yang bersangkutan di dalam
kehidupan
yang
universal.
Sosialisasi
sekunder dibangun diatas dunai sudah
terbentuk dan terinternalisasi (Beger dan
Luckmann, 1990:198, 200).
Hak kekayaan Intelektual (HAKI)
memahami dunia dimana ia hidup dan dunia
itu menjadi dunia individu sendiri. Namun,
menyertainya.
dapat dideskripsikan
sebagai hak atas
kekayaan yang timbul atau lahir karena
kemampuan intelektual manusia, demikian
menurut Bambang Kesowo (1995). Hal ini
berarti
bahwa
melalui
kemampuan
intelektual akan lahir karya-karya intelektual
di bidang ilmu pengetahuan, seni, susastra
dan teknologi.
sosial, namun sebagai mesin produksi
Metode dan Prosedur Penelitian
Karena Penelitian ini dengan makna
sekaligus reproduksi yang kreatif dalam
maka, metode penelitiannya adalah dengan
mengkonstruksi
menggunakan metode penelitian kualitatif
sosialnya.
dengan
menggunakan
pendekatan
(membangun)
Melihat
uraian
fenomenoligi
dimaksudkan untuk mengumpulkan banyak
penelitian terkait dengan “penggandaan
informasi tentang suatu realitas sosial
karya cetak” karena pada penelitian ini
tertentu. Dalam hal ini terkait dengan
memerlukan pemaknaan mendalam terkait
realitas sosial tentang pemaknaan pada
dengan kontruksi sosial bagi subyek yang
penggandaan
mengalami fenomena atau keadaan seperti
pendekatan
yang
penelitian
ini
cetak.Sedangkan
digunakan
yaitu
diterapkan
maka
fenomenologi. Dimana pada penelitian ini
karya
dapat
diatas
dunia
pada
dalam
ini. Oleh sebab itulah mengapa peneliti
pendekatan
memilih teori atau pendekatan fenomenologi
“fenomenologi”.
sebagai pendekatan penelitiannya.
Penelitian fenomenologi melibatkan
Sasaran Penelitian
pengujian yang teliti dan seksama pada
Penelitian
ini
memilih
focus
kesadaran pengalaman manusia. Penelitian
penelitian pada bagaimana mahasiswa ilmu
mengenai penggandaan karya cetak yang
informasi
dan
dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Informasi
airlangga
Surabaya
dan Perpustakaan Universitas Airlangga
fenomena penggandaan karya cetak. Obyek
Surabaya dilakukan dengan kesadaran serta
yang
pengalaman yang telah ada sebelumnya.
Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Sedangkan untuk konsep utama dalam
Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas
fenomenologi adalah makna.
Airlangga Surabaya. Peneliti menentukan
Lebih
lanjutnya
universitas
mengkonstruksikan
adalah
Mahasiswa
Ilmu
pula
mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan
mengenai realitas sossial yang merupakan
dengan asumsi bahwa mahasiswa yang
kontruksi
sosial
menempuh progam studi ilmu informasi dan
individu,
sedangkan
yang
dijelaskan
diteliti
perpustakaan
diciptakan
individu
oleh
dimaknai
perpustakaan
memiliki
andil
dalam
sebagai manusia bebas yang melakukan
penggandaan karya cetak. Peneliti memilih
hubungan antar manusia satu dengan yang
mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan
lainnya. individu bukanlah korban fakta
karena
materi
buku
tentang
ilmu
perpustakaan tidak semua referensi mudah
studi
kepustakaan,
didapatkan.
trianggulasi data.
observasi,
serta
Teknik Penentuan Informan
Penelitian
kualitatif
menggunakan
populasi
penelitiannya,
namun
informan.
Pada
tidak
sebagai
objek
menggunakan
penelitian
Karya Cetak
teknik
Keluarga merupakan kelembagaan
penentuan informan yang digunakan ialah
(institusi) primer yang sangat penting dalam
teknik sampling purposive. Teknik tersebut
kehidupan manusia, baik sebagai individu
merupakan
maupun
teknik
ini,
Konstruksi Sosial Makna Penggandaan
penentuan
dengan
menggunakan
tertentu.
Teknik
informan
pertimbangan
Setiap
individu
dari sistem sosial keluarga,
informan
sebelum ia memasuku sistem sosial yang
menggunakan sampling purposive yang
lebih besar, yaitu masyarakat, kemudian
memiliki krikeria tersendiri. kriteria tersebut
kembali dalam sistem sosial keluarga. Oleh
yakni dilakukan pada civitas akademika
karena itu, sistem nilai dan norma yang
Ilmu Informasi dan Perpustakaan yang telah
berlaku
memiliki
penggandaan
merupakan faktor utama dan pertama dalam
cetak sedikitnya berjumlah 5 (lima) buku/
membentuk kepribadian individu (Hendi
eksemplar. Sampling yang diambil adalah
Suhendi 2001:5). Dalam hal ini keluarga
mereka yang memiliki buku fotokopian
seperti orangtua juga berpengaruh pada
tersebut. Peneliti akan memperoleh data
sikap yang nantinya akan ditunjukkan oleh
melalui informan dengan memperhitungkan
seseorang berinteraksi dengan orang lain.
beberapa kriteria yang telah ditentukan
Hal tersebut dapat dilihat dari temuan
tersebut.
peneliti
Metode Pengumpulan Data
melibatkan sosialisasi primer dan sekunder.
atau
penentuan
berangkat
masyarakat.
melakukan
Pengumpulan data merupakan proses
dalam
pada
kehidupan
tahap
keluarga
internalisasi
yang
Temuan data yang diperoleh yakni
paling awal dari suatu penelitian. Penelitian
mahasiswa yang
ini
teknik
mulai melakukan penggandaan karya cetak
pengumpulan data. Teknik pengumpulan
saat berada di bangku sekolah, sedangkan
data
dengan
mahasiswa tidak Acuh Terhadap Aturan
pengumpulan data primer, dokumentasi,
memulainya saat kuliah. Untuk internalisasi
menggunakan
tersebut,
beberapa
antara
lain
Acuh Terhadap Aturan
pada mahasiswa mengabaikan penggandaan
Seperti pada ungkapan Chris Jenks
karya cetak melibatkan sosialisasi primer
pengetahuan, bagi filsuf-filsuf kebudayaan,
dan sekunder. Sosialisasi primer melalui
selalu merupakan keadaan jiwa atau pikiran
keluarga, dan sosialisasi sekunder dengan
(a state of mind), bukan salinan yang
guru serta teman-teman sebagai media
berbanding lurus dengan realitas-apa pun
sosialisasi, begitu juga dengan yang Tidak
itu. Jadi, kebudayaan dapat diperlakukan
Acuh Terhadap Aturan
bukan sebagai sebuah deposisi, sebuah
Pada
tahap
eksternalisasi
Acuh
refleksi,
ataupun
representasi
Terhadap Aturan ditemukan bahwa faktor
superstruktural
pekerjaan serta uang saku yang cenderung
material; sensasi-sensasi atau kesan-kesan
sedikit,
memilih
tertentu sampai kepada kita melalui sifat
melakukan fotokopi buku, dan lokasi rumah
hubungan kita dengan dunia ( Chris Jenks,
dekat dengan rental fotokopi.kemudian pada
2013: 68).
sehingga
akan
lebih
dari
sebuah
sebuah
keadaan
mahasiswa Tidak Acuh Terhadap Aturan
Mahasiswa cenderung memberikan
adalah memiliki pekerjaan dan uang saku
makna penggandaan karya cetak adalah hal
lebih untuk membeli buku dan sebisa
yang biasa dilakukan oleh kebanyakan
mungkin
masih
orang, bahkan tanpa melihat faktor HAKI.
diterbitkan. Lokasi rumah yang jauh dari
Mereka juga melihat bahwa terdapat jual-
rental
beli buku fotokopian pada rental fotokopian
mencari
fotokopian
buku
serta
jika
malas
untuk
mengantri fotokopi.
untuk
yang
Acuh
Terhadap
Aturan.
Didapatkan temuah bahwa terdapat
Sedangkan untuk yang tidak Acuh Terhadap
factor kebudayaan pada mahasiswa Acuh
Aturan yakni memberikan makna bahwa
Terhadap Aturan, penggandaan karya cetak
melakukan penggandaan karya cetak adalah
menjadi budaya yang biasa dilakukan oleh
perbuatan yang melanggar hukum, hal
dirinya serta orang lain yang memunculkan
tersebut
kesadaran moral yang telah dilakukan.
menggandakan buku yang masih terdapat
Sehingga memunculkan budaya fotokopi
dipasaran.
yang telah wajar dilakukan oleh orang lain.
Tetapi
pada
mahasiswa
Tidak
Acuh
perbuatan
yang salah apalagi
Terdapat perbedaan antara dua tipe
yang ada. Pada mahasiswa Tidak Acuh
Terhadap Aturan yang tidak ditemukan
Terhadap
Aturan
seseorang
lebih
faktor tersebut.
menghargai buku serta memperlakukan
buku-buku yang dimilikinya dengan baik,
merupakan hal yang sangat penting untuk
koleksi yang dimiliki juga lebih banyak.
diperhatikan
Begitu juga pada buku fotokopian yang
pelanggaran terhadap hal tersebut dapat
dimilikinya
yang
untuk
berakhibat merusakkan nama baik orang.
kepentingan
pendidikan
masih
(Sujarwa, 1999 : 115)
cenderung
serta
disimpan dan dipergunakan dengan baik.
setiap
orang.
Karena
Kemudian untuk tipe kedua pada
Untuk kriteria buku yang nantinya akan
mahasiswa
Acuh
difotokopi juga cenderung pada kesulitan
dilakukan
mendapatkan buku tersebut, karena tidak
sekolah, berbeda dengan mahasiswa Tidak
jarang materi buku yang berkaitan dengan
Acuh
studi ilmu Informasi dan Perpustakaan
melakukan penggandaan karya cetak saat
terdapat buku-buku yang sudah tidak terbit
kuliah. Mengetahui bahwa penggandaan
lagi, serta terdapat pula terbitan luar negeri.
karya
Tetapi untuk buku yang masih dapat dicari,
melakukan dengan dalih teman dan pengajar
maka dia akan mencari dulu sebisa mungkin
yang menyuruh. Mereka juga memiliki
buku tersebut.
sedikit mengetahui peraturan HAKI. Untuk
pada
saat
Terhadap
cetak
Terhadap
berada
Aturan
dilarang,
Aturan
dibangku
yang
tetapi
mulai
masih
Hal tersebut juga dapat dilihat dari
mahasiswa mengabaikan penggandaan karya
tingkat kesadaran untuk melakukan seseatu
cetak melakukan penggandaan karya cetak
perbuatan, yang nantinya akan berakibat
dengan terang terangan tanpa ada rasa malu
untuk orang tersebut. Menutut
Sujarwa
melakukannya, dan hal tersebut telah biasa
menyebutkan bahwa, kesadaran berasal dari
dilakukan. Hal tersebut dapat dilihat dari
kata “sadar”, artinya tau, mengerti, ingat,
budaya yang telah menjadi kebiasaan yang
paham, serta terbuka hati dan pikirannya
terjadi di masyarakat.
untuk berbuat sesuai dengan kata hatinya.
Baik masyarakat maupun keluarga
Kesadaran berarti pula keinsyafan akan
pada proses melakukan penggandaan karya
perbuatannya. Jadi, kesadaran adalah hati
cetak pada mahasiswa Ilmu Informasi dan
dan pikiran yang telah terbuka tentang apa
Perpustakaan mempunyai pengaruh sosial
yang telah dikerjakan. Dalam melakukan
baik dari keluarga, teman, guru atau dosen,
perbuatankadang-kadang
lingkungan tempat individu berada, dan
manusia
tidakhanya melanggar satu norma, bisa jadi
kebiasaan
sehari-hari
mereka.
Perilaku
dua atau tiga sekaligus. Kesadaran moral
penggandaan karya cetak berpengaruh besar
bagi
kebanyakan
orang
yang
primer
sosialisasi
menerapkannya juga. Dari individu satu ke
melalui
sekunder
individu lain mereka saling berinteraksi
keluarga,
dengan
untuk
dan
guru/
melakukan penggandaan karya cetak. Tentu
sosialisasi
pengajar
saja pengaruh ini berdampak besar bagi
sekunder
serta teman-
kehidupan mereka yang mulai dari keluarga
dengan
teman
yang mendukung, teman-teman yang juga
guru serta sebagai
melakukannya, guru atau dosen, dan hal
teman-
media
tersebut telah menjadi kebiasaan wajar
teman
sosialisasi.
sehari-hari mereka.
sebagai
mempengaruhi
individu
lain
media
Tabel 4.1
sosialisasi.
Tipe Mahasiswa Acuh Terhadap Aturan
dan Tidak Acuh Terhadap Aturan
Aspek
Faktor
Memiliki
pekerjaan
pekerjaan
Ekster
serta uang dan
uang
nalisasi
saku yang saku
lebih
Acuh
Tidak Acuh
Terhadap
Terhadap
cenderung
untuk
Aturan
Aturan
sedikit,
membeli
Waktu
Mulai
Sejak
sehingga
buku
Pengga
ketika
Kuliah
akan lebih sebisa
ndaan
sekolah
dan
memilih
mungkin
Karya
melakuka
mencari
Cetak
n fotokopi buku
Melibatka
Tahap yang
buku, dan masih
n
melibatkan
lokasi
diterbitkan.
sosialisasi
rumah
Lokasi
primer
primer
dekat
rumah yang
dan
dengan
dengan
jauh
sekunder.
keluarga
rental
rental
Sosialisasi
dan
fotokopi.
fotokopian
Interna sosialisasi
lisasi
jika
dari
serta malas
oleh orang
untuk
lain.
mengantri
Cenderun
Memberika
fotokopi.
g
n
Makna
memberik
bahwa
yang
an makna melakukan
Terben
pengganda penggandaa
tuk
an
Penggand
Faktor
aan karya
Kebud
cetak
ayaan
menjadi
oleh
orang lain
yang
memuncul
kan
kesadaran
moral
yang telah
dilakukan.
Sehingga
memuncul
kan
budaya
fotokopi
yang telah
wajar
dilakukan
cetak adalah
yang biasa yang
dilakukan
serta
karya
adalah hal perbuatan
yang biasa
dirinya
karya n
cetak
budaya
makna
---------------
dilakukan
melanggar
oleh
hukum, hal
kebanyaka tersebut
n
orang, perbuatan
bahkan
yang
tanpa
apalagi
melihat
mengganda
factor
kan
HAKI.
yang masih
Mereka
terdapat
juga
dipasaran.
melihat
bahwa
terdapat
jual-beli
buku
fotokopian
pada
rental
fotokopian
salah
buku
mengetahui
meanggar
Kesimpulan
Penelitian
hal
HAKI
tersebut
tetapi
masih
ditemukan
dilakukan karena mereka merasa
penggandaan karya cetak oleh mahasiswa
orang lain juga masih melakukan hal
Ilmu Informasi dan Perpustakaan yang
tersebut.
menunjukkan
terdapat
memiliki perbedaan Acuh Terhadap
prosesdialektika dalam tika momen yaitu
Aturan dan Tidak Acuh Terhadap
eksternalisasi,
serta
Aturan, dapat dilihat dari uang saku
pada
yang dimiliki dan lokasi jauh-dekat
internalisasi
ini
bahwa
bahwa
objektivikasi,
yang
telah
terjadi
informan-informan yang terlibat.
1. Momen
Ilmu
pada
Informasi
dan
Perpustakaan dimulai ketika mereka
menempuh
pendidikan
sebelum
informan masuk pada dunia kampus/
perkuliahan.
Informan
memilih
melakukan penggandaan karya cetak
karena mereka tidak ingin susah
mencari
buku
yang
diinginkan
karena pada progam srudi Ilmu
Informasi dan Perpustakaan referensi
buku yang disarankan kebanyakan
sulit untuk dicari. Faktor lain adalah
lingkungan sekitar yang terdapat
banyak
tentunya
rental
fotokopian,
dapat
bersaing
yang
dengan
harga yang lebih murah dari harga
buku asli. Terdapat pula dorongan
dari orang tua, guru, dosen, dan
teman-teman
fotokopi
untuk
buku.
tipe
yang
tempat rental fotokopian dari tempat
eksternalisasi
mahasiswa
Terdapat
melakukan
Informan
telah
tinggal.
2. Pada
proses
mahasiswa
Ilmu
Perpustakaan
objektifikasi
ini
Informasi
dan
dihadapkan
dengan
realitas objektif berupa melakukan
penggandaan karya cetak. Perlakuan
mereka terhadap buku yang informan
miliki, dan informan juga memliki
tujuan untuk dapat memiliki materi
dari
menggandakan
sebagai
sekolah
karya
kelengkapan
dan
kuliah
cetak
referensi
informan.
Informan tidak memiliki pengalaman
negatif dari melakukan penggandaan
karya cetak, sehingga mereka merasa
nyaman dan tidak merasa bersalah
telah melakukannya. Karena bagi
mereka orang lain juga melakukan
hal yang sama dan tidak ada sanksi.
Demikian juga dengan para rental
fotokopi yang masih welcome jika
terdapat
pelanggan
yang
ingin
fotokopi buku.
1. Mahasiswa
3. Momen ketiga adalah internalisasi
dimana individu mengalami realitas
objektif yang dihadapinya dengan
pengetahuan
yang
dimiliki
oleh
individu tersebut. Informan telah
berinteraksi dengan lingkungan yang
juga
mendorongnya
untuk
melakukan penggandaan karya cetak.
Sikap yang diberikan terhadap hal
tersebut juga biasa, karena bagi
informan fotokopi buku telah terjadi
sejak dulu dan masih biasa terjadi
sampai
sekarang.
memahami
tersebut
informan
Saran
Mereka
bahwa
dilakukan,
itu
tidak
juga
pelanggaran
dan
bagi
masalah.
Perbedaan tipe mahasiswa Acuh
Terhadap Aturan dan Tidak Acuh
terhadap Aturan dapat dilihat dari
tingkatan melakukan penggandaan
karya cetak dengan sudah terbiasa
Mahasiswa
mengetahui
pembatasan
penggandaan karya cetak yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, sehingga batasan
tentang HAKI dapat dipahami. Hal tersebut
dapat
dilakukan
dengan
melaksanakan
seminar-seminar, kuliah tamu, dan OSPEK,
sehingga
akan
lebih
memperkenalkan
kepada mahasiswa.
2. Penerbit
Penerbit mengetahui bahwa telah banyak
pelanggaran yang dilakukan oleh rental
fotokopian, yang harusnya hal tersebut tidak
dilakukan.
Sehingga
rental
fotokopian
mengetahui batasan untuk memfotokopi
buku.
3.
Mengimplementasikan
Undang-undang
pelaksanaan
yang berkaitan dengan
HAKI dengan cara di sosialisasikan dengan
batasan-batasan pengecualian yang ada,
serta seseorang yang melanggar dikenakan
sanksi.
dan telah menjadi kebiasaan yang
wajar bagi mereka dan orang lain.
Pada tahap ini juga melibatkan
sosialisasi primer dan sekunder.
Sosialisasi primer melalui keluarga,
dan sosialisasi sekunder dengan guru
serta teman-teman sebagai media
sosialisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Berger, Peter L & Luckmsnn, Thomas.
1990.
Tafsir
Sosial
Atas
Kenyataan : Sebuah Risalah
Tentang
Sosiologi
Pengetahuan. Jakarta : LP3ES.
Jenks,
Chris.
2013.
Kebudayaan
Culture
(Edisi
Studi
Kedua).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
http://pdii.lipi.go.id/baca/index.
php/baca/article/view/58/56
pada 11 Juni 2014.
Sujarwa. 1999. Manusia dan Fenomena
Lubis, Imaansyah. 2009. Komik Fotokopian
Budaya : Menuju Perspektif
Indonesia 1998-2001. ITB J.
Moralitas Agama. Yogyakarta :
Vis. Art & Des., Vol.3, No.1,
Pustaka Pelajar.
2009, 57-78. [on line]. Di akses
Undang-Undang No.
19
Tahun
2002
tentang
Hak
dalam
http://journal.itb.ac.id/index.ph
p?li=article_detail&id=959
Cipta. Jakarta:
pada 12 Juni 2014.
Sekretaris
Pradipta, Syauzul Wisda. Aan Permana.
Negara
2012. Upaya Penerapan Hak
Republik
Cipta Terhadap Pemanfaatan
Indonesia.
Koleksi
Bukan
Buku
di
Bugin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial
Perpustakaan Daerah Provinsi
Media Massa. Jakarta: Kencana.
Jawa
Kesowo, Bambang. 1995. Pengantar Umum
Perpustakaan, 1(1), 2012.[on
Tengah.
Jurnal
Ilmu
Mengenai Hak atas Kekayaan
line].
Intelektual (HaKI) di Indonesia
s1.undip.ac.id/index.php/jip/art
: Penataran Hukum Dagang.
icle/view/458/457 pada 11 Juni
Yogyakarta : Universitas Gajah
2014.
Mada.
Suhendi, Hendi. 2001. Pengantar Studi
Sosiologi Keluarga. Bandung : Pustaka
Setia.
Tupan, dkk. 2009. Pemahaman Pemustaka
PDII-LIPI Tentang Hak Cipta.
Jurnal BACA Vol. 30, No.2,
Desember 2009 (124-139). [on
line].
Di
akses
dalam
http://www.ejournal-
Download