6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek

advertisement
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Proyek
2.1.1
Pengertian Manajemen
Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu Manajemen dan Proyek. Menurut
Hughes dan Cotterell (2002, p8) Manajemen meliputi kegiatan merencanakan,
mengorganisasi, mencari sumber daya, memberi instuksi, memantau kemajuan,
mengontrol, memiliki inovasi dan merepresentasi.
Manajemen adalah suatu proses perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber
daya organisasi lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
(http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha1.pdf)
Dari beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa manajemen itu adalah
proses perencanaan, pengaturan, pengkontrolan, dan pengkoordinasian kegiatankegiatan kerja dan penggunaan sumber daya agar tercapainya suatu hasil dan tujuan
yang diinginkan.
2.1.2
Pengertian Proyek
Menurut Hughes dan Cotterell (2002, p2) Proyek dapat diasumsikan sebagai
sesuatu yang besar untuk ditentukan bagaimana cara untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Beberapa karakteristik proyek dapat disimpulkan antara lain :
1.
Pekerjaan yang tidak rutin dilibatkan
2.
Diperlukan perencanaan
3.
Objektif yang spesifik dapat dillihat atau produk yang spesifik dapat dibuat
7
4.
Pekerjaan diselesaikan oleh beberapa orang
5.
Pekerjaan diselesaikan dalam beberapa fase
6.
Sumber daya yang dapat digunakan dalam proyek dibatasi
7.
Proyek itu besar dan kompleks
Menurut Schwalbe (2004, p4) proyek adalah suatu usaha yang bersifat sementara
untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang unik. Proyek normalnya melibatkan
beberapa orang yang saling berhubungan aktivitasnya.
Menurut Schwalbe ( 2004, pp4-5) atribut suatu proyek antara lain :
1.
Sebuah proyek memiliki tujuan yang khusus. Proyek harus menghasilkan suatu
produk khusus, layanan dan hasil akhir
2.
Proyek bersifat sementara. Proyek memiliki awal dan akhir yang jelas
3.
Proyek membutuhkan sumberdaya yang didapat dari berbagai area. Sumberdaya
dapat berupa hardware, software dan sumberdaya lainnya yang dilakukan oleh
pengguna sistem tersebut
4.
Proyek harus memiliki pelanggan utama ( primary customer) atau sponsor.
5.
Proyek melibatkan ketidakpastian, karena setiap proyek bersifat unik sehingga
sangat sulit untuk menentukan objektifitas proyek, mengestimasi waktu dan
biaya proyek.
Menurut Schwalbe (2004, pp5-6) setiap proyek memiliki batasan yang berbeda
terhadap ruang lingkup, waktu dan biaya yang biasanya disebut sebagai triple constraint
(tiga kendala). Seperti itu pula seorang project manager harus memperhatikan hal-hal
penting dalam manajemen proyek :
1.
Ruang lingkup ( scope ) : apa yang ingin dicapai dalam proyek, produk atau
layanan apa yang pelanggan harapkan dari proyek tersebut
8
2.
Waktu ( time ) : berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek dan bagaimana jadwal kegiatan proyek akan dilaksanakan
3.
Biaya ( cost ) : berapa biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek
Dari beberapa beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa proyek
adalah proyek bersifat sementara namun dibutuhkan sub-sub pekerjaan dalam hal-hal
waktu, biaya dan sumber daya yang dapat menunjang jalannya proyek agar dapat
menghasilkan produk atau hasil yang baik dan jelas.
2.1.3
Pengertian Manajemen Proyek
Menurut Hughes dan Cotterell (2002, pp8-9), Manajemen proyek adalah suatu
cara untuk menyelesaikan masalah yang harus dipaparkan oleh user, kebutuhan user
harus terlihat jelas dan harus terjadi komunikasi yang baik agar kebutuhan user bisa
diketahui.
Menurut Schwalbe (2004, p8) Manajemen Proyek adalah aplikasi pengetahuan,
keahlian, peralatan dan teknik untuk kegiatan proyek yang sesuai dengan kebutuhan
proyek.
Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa manajemen proyek adalah cara
mengorganisir dan mengelola sumber penghasilan yang penting untuk menyelesaikan
proyek. (http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_proyek)
Dari beberapa pendapat diatas, maka disimpulkan bahwa manajemen proyek
adalah kegiatan merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan seluruh sumber daya,
biaya, waktu untuk menghasilkan suatu hasil yang bersifat sementara atau suatu produk
yang unik dan sesuai dengan kebutuhan yang diminta.
Adapun perbedaan antar manajemen proyek sistem informasi dan teknologi
informasi adalah :
9
Manajemen proyek sistem informasi ditekankan pada tiga faktor, yaitu : manusia,
masalah dan proses. Dalam pekerjaan sistem informasi faktor manusia sangat berperan
penting dalam suksesnya manajemen proyek. Pentingnya faktor manusia dinyatakan
dalam model kematangan kemampuan manajemen manusia (a people management
capability maturity model/ PM-CMM) yang berfungsi untuk meningkatkan kesiapan
organisasi perangkat lunak (sistem informasi) dalam menyelesaikan masalah dengan
melakukan kegiatan menerima, memilih, kinerja manajemen, pelatihan, kompensasi,
pengembangan karier, organisasi dan rancangan kerja serta pengembangan tim
(www.ilkom.unsri.ac.id/dosen/hartini/materi/IIIManajemenPSI.pdf)
Sedangkan teknologi informasi dilihat dari kata penyusunnya adalah teknologi
dan informasi. Secara mudahnya teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia
terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga
pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas sebarannya dan lebih lama
penyimpanannya. (http://id.wikipedia.org/wiki/TeknologiInformasi)
Maka dari itu disimpulkan bahwa, manajemen proyek teknologi informasi adalah
merencanakan, menyusun, mengorganisasikan seluruh sumber daya, waktu, dan biaya
untuk membuat suatu rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi kepada
penerima akan lebih cepat, lebih luas sebarannya dan lebih lama penyimpanannya.
2.2
Sistem Informasi
Pengertian sistem menurut O’Brien (2003, p8) adalah suatu kelompok komponen
yang saling berhubungan dengan bekerja sama ke arah suatu pencapaian sasaran yang
umum dengan menerima input dan memproduksi output dalam suatu proses perubahan
bentuk (transformasi) yang terorganisir. Sistem mempunyai tiga fungsi dasar yang saling
berinteraksi, yaitu :
10
1.
Input
Input mencangkup penangkapan dan pengumpulan unsur komponen yang masuk
ke dalam sistem untuk diproses.
2.
Proses
Proses melibatkan perubahan bentuk (transformasi) input menjadi keluaran.
3.
Output
Output merupakan hasil akhir dari proses perubahan bentuk. Output mencakup
pemindahan unsur-unsur yang telah diproduksi oleh suatu proses perubahan
bentuk (transformasi) ke dalam tujuan akhirnya.
Pengertian sistem informasi menurut O’Brien (2002, p7) adalah kombinasi dari
elemen-elemen yang terdiri dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan
kumpulan data yang terorganisir yang dikumpulkan dan ditransformasikan untuk
menyebarluaskan informasi di sebuah organisasi.
Pengertian sistem informasi menurut Turban (2003, p15), sistem informasi
digunakan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis dan mengolah
informasi untuk tujuan tertentu.
Dari beberapa kesimpulan diatas, maka disimpulkan bahwa sistem informasi
adalah kombinasi yang terdiri dari orang, hardware, software, jaringan, dan sekumpulan
data yang diterima, diproses dan mempunyai keluaran dalam bentuk informasi dalam
sebuah organisasi
2.2.1
Pengertian Data
Pengertian data menurut Sawyer dan Williams (2005,p12), adalah berisi fakta
mentah dan figur yang akan diproses menjadi suatu informasi.
11
2.2.2
Pengertian Informasi
Pengertian informasi menurut Sawyer dan Williams (2005,p12), adalah data
yang telah dikumpulkan atau telah dimanipulasi yang digunakan untuk pengambilan
keputusan. Contoh: total vote untuk suatu kandidat presiden yang digunakan untuk
menentukan siapa yang memenangkan menjadi presiden.
2.2.3
Pengertian Hardware dan Software
Hardware adalah (Sawyer dan Williams,2005,p12) berisi semua peralatan dan
permesinan yang ada pada sistem komputer. Contoh hardware adalah keyboard, printer,
CPU. Hardware tidak dapat digunakan tanpa adanya software
Software atau program adalah (Sawyer dan Williams,2005,p12) berisi semua
instruksi elektonik untuk yang menarangkan bagaimana komputer dapat mengerjakan
suatu pekerjaan.
Menurut Sawyer dan Williams (2005,p20), Software terbagi menjadi dua tipe,
yaitu :
1.
Sistem software, yaitu software yang membantu komputer untuk melaksanakan
tugas dan memungkinkan aplikasi software dapat dijalankan. Sistem software
merupakan hal pertama yang harus diinstal sebelum aplikasi sistem. Contoh :
Windows XP, Linux
2.
Aplikasi software, yaitu software yang memungkinkan user untuk menjalankan
tugas yang spesifik, memecahkan masalah, menjalankan pekerjaan atau untuk
menjalankan suatu aplikasi hiburan. Contoh aplikasi software adalah Adobe
Photoshop, Microsoft Word.
12
2.3
Daur Hidup Proyek
Menurut Schwalbe (2004, pp43-44) Daur hidup proyek merupakan kumpulan
dari tahapan-tahapan proyek. Tahapan dari daur hidup proyek terdiri dari :
1.
Project Feasibility : terdiri dari tahap konsep dan pengembangan, tahapan ini
berfokus kepada perencanaan
2.
Project Acquisition : terdiri dari tahap implementasi dan penyelesaian (close out)
berfokus kepada penyampaian tugas yang akan dilaksanakan.
Sebuah proyek harus dapat menyelesaikan setiap tahapan sebelum melanjutkan
ketahapan yang berikutnya. Pendekatan daur hidup proyek menyediakan suatu control
manajemen yang baik dan hubungan yang tepat terhadap operasi yang berjalan dalam
organisasi.
2.4
Project Management Knowledge Area
2.4.1
Manajemen Integrasi Proyek (Project Integration Management)
Menurut Schwalbe (2000, p49), Manajemen integritas proyek meliputi proses
yang terlibat dalam pengkoordinasian seluruh area pengetahuan manajemen proyek lain
di sepanjang daur hidup proyek. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua
elemen dari proyek digunakan bersama waktu yang tepat untuk menyelesaikan suatu
proyek dengan baik
Proses utama yang terlibat di dalam manajemen integritas proyek adalah :
1.
Pengembangan Rencana Proyek (Project Plan Development)
Melibatkan pengambilan hasil dari proses perencanaan dan membuat konsisten,
dokumen yang koheren tentang rencana proyek
2.
Pengeksekusian Rencana Proyek (Project Plan Exceution)
13
Melibatkan pelaksanaan rencana proyek dengan melakukan aktivitas yang
termasuk di dalamnya
3.
Pengkontrolan Perubahan Secara Keseluruhan (Integrate Change Control)
Melibatkan koordinasi perubahan di dalam proyek secara keseluruhan untuk
menyelesaikan keintegrasian manajemen proyek harus terlibat di dalam lingkup
proyek, kualitas, waktu, biaya, sumber daya manusia, komunikasi, resiko, dan
manajemen pengadaan (procurement)
2.4.2
Manajemen Ruang Lingkup Proyek (Project Scope Management)
Menurut Schwalbe (2004, p138), Ruang lingkup mewakili semua kinerja yang
terlibat dalam menciptakan produk dari proyek dan proses utnuk menciptakan proyek
tersebut. Sedangkan ruang lingkup proyek mencakup semua proses yang terlibat dalam
pendefinisian dan pengaturan mengenai apa yang termasuk atau tidak di dalam proyak.
Hal ini untuk meyakinkan bahwa tim proyek dan stakeholder mempunyai pengertian
yang sama mengenai produk yang akan diproduksi sebagai hasil dari proyek dan proses
yang akan digunakan dalam memproduksi proyek tersebut.
Kegiatan utama yang terlibat dalam manajemen ruang lingkup proyek adalah :
1.
Inisiasi (Initiation)
Melibatkan tanda mulainya organisasi untuk memulai proyek atau melanjutkan
fase berikut dari sebuah proyek. Keluaran dari proses inisiasi proyek adalah sebuah
project charter. Project charter merupakan kunci dokumen untuk pengenalan formal
mengenai keberadaan dan penyediaan keseluruhan proyek. Menurut Schwalbe (2004,
p154), project charter terdiri dari ;
14
2.
•
Judul proyek dan tanggal pengesahan
•
Nama manajer proyek dan informasi yang dapat dihubungi
•
Penjelasan mengenai rencana pengaturan proyek
•
Peraturan dan tanggung jawab
•
Bagian persetujuan dari pihak stakeholder proyek
•
Bagian komentar mengenai proyek dari pihak stakeholder proyek
Perencanaan Ruang Lingkup (Scope Planning)
Melibatkan dokumen pengembangan untuk menyediakan dasar dari keputusan
yang akan dilakukan dari proyek, mencakup kriteria untuk menentukan proyek atau fase
telah diselesaikan sepenuhnya. Tim proyek menciptakan sebuah pernyataan ruang
lingkup dan perencanaan manajemen proyek sebagai hasil dari proses perencanaan
ruang lingkup
3.
Pendefinisian Ruang Lingkup (Scope Definition)
Melibatkan pembagian dari proyek besar menjadi lebih kecil, lebih mudah diatur.
Tim proyek menciptakan sebuah Work Breakdown Stucture (WBS) selama proses
pembuatan proyek.
Menurut Schwalbe (2004,p157), Work Breakdown Stucture (WBS) adalah
sebuah analisis yang berorientasi keluaran dari pekerjaan yang terlibat dalam proyek
yang mendefinisikan keseluruhan ruang lingkup proyek. WBS merupakan dokumen
dasar dalam menajemen proyek karena menyediakan dasar untuk perencanaan dan
pengaturan jadwal proyek, biaya dan perubahan. Seorang ahli dalam manajemen proyek
percaya bahwa kegiatan yang tidak seharusnya dilakukan dalam proyek apabila kegiatan
15
tersebut tidak termasuk dalam WBS. Contoh gambar WBS dapat dilihat pada gambar
2.1
Gambar 2.1 Work Breakdown Structure
(Sumber : Schwalbe (2004, p159)
4.
Verifikasi Ruang Lingkup (Scope Verfication)
Pada tahap verifikasi ruang lingkup, melibatkan penerimaan penyusunan dari
ruang lingkup proyek. Key stakeholders secara formal menerima deliverables suatu
proyek selama proses ini.
5.
Pengkontrolan Perubahan Ruang Lingkup (Scope Change Control)
Meliputi pengontrolan perubahan dari ruang lingkup proyek. Perubahan ruang
lingkup, tindakan pengkoreksian dan pembelajaran adalah output atau hasil dari proses
ini.
2.4.3
Manajemen Waktu (Project Time Management)
Menurut
Schwalbe
(2004,p183-184),
manajemen
waktu
proyek
yang
didefinisikan dalam melibatkan proses yang dibutuhkan unutk meyakinkan pemenuhan
waktu dari proyek
16
Proses utama yang terlibat di dalam manajemen waktu proyek adalah :
1.
Pendefinisian Aktivitas (Activity Definition)
Proses mendefinisikan aktivitas yang spesifik yang harus ditunjukkan oleh
anggota proyek dan stakeholder untuk menghasilkan project deliverables. Suatu
aktivitas adalah bagian dari pekerjaan yang biasanya ditampilkan dalam bentuk WBS
yang menjelaskan waktu yang diharapkan, biaya dan sumber daya yang dibutuhkan.
2.
Urutan Aktivitas (Activity Sequencing)
Proses mengidentifikasi dan mendokumentasikan hubungan antara aktivitas
proyek. Hasil utama dari proyek ini meliputi dagram jaringan jadwal proyek (Project
Schedule Network Diagram ), perubahan permintaan dan pembaharuan daftar aktifitas
dan atribut. Hasil utama dari dari proyek ini adalah activity resource requirement,
resource breakdown structure, requested changes, dan memperbaharui atribut aktifitas
serta kalender sumber daya.
3.
Perkiraan Durasi Aktivitas (Activity Duration Estimating)
Proses mengestimasi banyaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
aktivitas individual. Hasil dari proses ini adalah aktifitas perkiraan durasi dan
pembaharuan atribut aktifitas.
4.
Pengembangan Jadwal
Melibatkan analisis urutan aktivitas, perkiraan durasi aktivitas dan kebutuhan
sumber daya untuk menciptakan jadwal proyek.
•
Gant Chart
Menurut Schwalbe (2004,p192), penjadwalan proyek bisa digambarkan dengan
menggunakan Gantt Chart. Gantt chart menampilkan format standard untuk
17
menampilkan informasi jadwal proyek dengan membuat daftar aktivitas proyek dan
bersesuaian dengan tanggal mulai dan selesai proyek dengan format kalender.
Menurut http://dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/, Gantt Chart memiliki
beberapa karakteristik, antara lain :
1.
Gantt chart secara luas dikenal sebagai alat fundamental dan mudah diterapkan
oleh para manajer proyek untuk memungkinkan seseorang melihat dengan
mudah waktu dimulai dan selesainya tugas-tugas dan sub- sub tugas dari proyek.
2.
Semakin banyak tugas-tugas dalam proyek dan semkin penting urutan antara
tugas-tugas maka semakin besar kecenderungan dan keinginan untuk
memodifikasi gantt chart.
3.
Gantt chart membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan “what if” saat melihat
kesempatan-kesempatan untuk membuat perubahan terlebih dahulu terhadap
kebutuhan.
Keuntungan menggunakan Gantt chart :
1.
Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat bermanfaat sebagai alat
komunikasi dalam penyelenggaraan proyek.
2.
Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan
sesungguhnya pada saat pelaporan
3.
Bila digabungkan dengan metode lain dapat dipakai pada saat pelaporan
Kelemahan Gantt Chart :
1.
Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu
kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang
diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan
proyek.
18
2.
Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan bila diperlukan,
karena
pada
umumnya
ini
berarti
membuat
bagan
balok
baru.
(http://dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/)
Dibawah ini adalah gambar 2.2 yaitu contoh gambar Gantt Chart,
Gambar 2.2 Gantt Chart
(Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/PERT)
•
Project Evaluation Review Technique (PERT)
Menurut Shwalbe (2004,p206), Project Evaluation Review Technique merupakan
suatu teknik analisis jaringan yang digunakan untuk mengestimasi lama waktu proyek
jika terdapat tingkat ketidakpastian mengenai aktifitas individu. PERT menerapkan
critical path method untuk memperkirakan durasi rata-rata.
Adapun pendapat lain menyatakan , metode PERT adalah cara perencanaan
proyek dengan jaringan- jaringan pekerjaan yang dihubungkan dengan pertimbangan
tertentu. Metode ini seperti halnya CPM (Critical Path Method) memerlukan beberapa
parameter, salah satunya durasi aktivitas. Penentuan durasi aktivitas pada CPM mengacu
pada durasi pasti, artinya cukup melakukan estimasi satu durasi aktivitas. Karakteristik
proyek menyebabkan durasi aktivitas menjadi hal yang tidak pasti, karena durasi
aktivitas dipengaruhi oleh bermacam-macam kondisi yang bervariasi. Metode PERT
19
memberi asumsi pada durasi aktivitas sebagai hal yang probabilistik dikarenakan
aktivitas konstruksi bervariasi.
(http://digilib.petra.ac.id/ads-cgi/viewer.pl/jiunkpe/s1/sip4/2001/jiunkpe-ns-s1-200121494199-203-durasi_pert-chapter2.pdf)
Menurut Olson (2004,pp212-214), dalam metode PERT, ketidakpastian dalam
durasi kegiatan dibutuhkan. Diperlukan tiga perkiraan dari durasi kegiatan yaitu; waktu
minimum, waktu rata-rata, dan waktu maksimum.
Rumus PERT adalah :
te = (a + m +b) / 6
V= [ ( b – a ) ] / 6 ²
Z = Ts – Te / √ Σ V ²
Keterangan :
tе :
Waktu yang diharapkan (expected duration)
a
Waktu paling optimis (minimum)
:
m :
Waktu paling mungkin terjadi (most likely)
b
Waktu paling lambat (maximum)
:
V :
Varian
z
Deviasi standar dari distribusi normal
:
Ts :
Ekspektasi waktu penyelesaian
Te :
Waktu penyelesaian yang dikehendaki (expected duration)
Untuk mengetahui perhitungan PERT, dapat dilihat pada tabel 2.1
20
Activity
Minimum
(a)
Likely
(b)
Maximum
(c)
Variance
(V)
[ ( b – a ) / 6 ]²
4
Expected
Duration
(te)
a+4b+c
6
3
Requirements
analysis
Programming
Hardware
Acqusition
Train users
Implementation
Testing
2
3
6
3
7
3
9
3
7,17
3
9/36
0
12
3
1
12
5
1
12
7
2
12
5
1,17
0
16/36
1/36
4/36
Tabel 2.1 Perhitungan PERT
Sumber (Olson, 2004, p217)
•
Critical Path Method (CPM)
Menurut Schwalbe (2004,p196), pengertian Critical Path Method atau juga
disebut critical path analysis adalah tehnik analisis jaringan kerja proyek yang
digunakan untuk memprediksi durasi total proyek. Jalur kritis untuk sebuah proyek
adalah rangkaian aktivitas yang menentukan waktu tercepat yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu proyek.
Adapun pendapat lain menyebutkan,Critical Path Method yang dikenal dengan
CPM adalah perhitungan matematika yang berbasiskan algoritma untuk menjadwalkan
satu set aktivitas proyek. Ini merupakan alat yang penting bagi manajemen proyek yang
efektif. Teknik yang penting dalam menggunakan CPM adalah untuk suatu model
proyek yang meliputi sebagai berikut :
1.
Daftar semua aktivitas yang diperlukan untuk meyelesaikan suatu proyek
2.
Durasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu proyek
3.
Ketergantungan antar aktivitas
21
CPM menghitung alur yang terpanjang dari aktivitas yang sudah terencana
sampai akhir suatu proyek dan waktu tercepat dan terlama dari aktivitas itu dimulai dan
diselesaikan. Proses ini menentukan aktivitas mana yang kritikal (memakan waktu yang
paling panjang) dan yang mempunyai total float (waktu yang tertunda tanpa membuat
proyek tersebut lebih lama) (http://en.wikipedia.org/wiki/Critical_path_method)
Representasi node critical path dapat dilihat pada gambar 2.3,
Gambar 2.3 Representasi Node Critical Path
(Sumber : http://www.mindtools.com/critpath.html)
Keterangan :
a = nomor node
b = ES (Early Start)
Waktu mulai paling awal dari suatu kegiatan
Mencari mulai dari titik start.
Ambil yang terbesar dari aktivitas yang masuk.
c = LS (Latest Start) :
Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara
keseluruhan
Mencari mulai dari titik finish
Ambil yang terkecil dari aktivitas yang keluar
Untuk representasi aktivitas pada critical path method, dapat dilihat pada gambar
2.4,
22
Gambar 2.4 Representasi Aktivitas
(Sumber : http://www.mindtools.com/critpath.html)
Keterangan:
Kegiatan D :
ƒ
Kegiatan D dimulai paling cepat (E.S) hari ke 4.
Rumus : ES = EF – Duration (lama kegiatan)
ƒ
Kegiatan D dimulai paling lambat (L.S) hari ke 18.
Rumus : LS = LF – Duration (lama kegiatan)
ƒ
Ada waktu sisa 18 – 4 hari = 14 hari.
ƒ
Kegiatan D selesai paling cepat (E.F) hari ke 19.
Rumus : EF = ES + Duration (lama kegiatan)
ƒ
Kegiatan D selesai paling lambat (L.F) hari ke 33.
Rumus : LF = LS + Duration (lama kegiatan)
Diagram critical path dapat dilihat pada gambar 2.5,
Gambar 2.5 Critical Path
(Sumber : http://www.mindtools.com/critpath.html)
23
Keterangan :
Aktivitas kritis digambarkan oleh:
•
Garis lurus
•
Garis saling berhubungan
•
Start : E.S
•
Finish : L.S
Sedangkan aktivitas non-kritis digambarkan oleh :
•
Garis putus-putus
•
Garis tidak saling berhubungan.
•
Start : E.S
•
Finish : L.F
Langkah-langkah :
Dimulai dari node start sampai berakhir di node finish. Mencari aktivitas yang
tidak memungkinkan adanya keterlambatan pengerjaan. Dimana selisih EF – ES =
durasi dan selisih LF – LS = durasi.
Maka jalur kritis atau critical path dari proyek diatas adalah B – F – L – H - K
(garis merah)
•
Slack
Slack adalah selisih jadwal LS dan ES. Kegiatan dengan nilai slack = 0 adalah
kegiatan kritis. Rantai kegiatan kritis dari awal hingga akhir proyek adalah jalur
kritis.
Rumus : Slack = LS-ES
24
2.4.4
Manajemen Biaya (Project Cost Management)
Menurut Schwalbe ( 2004, pp225-226 ), Project Cost Management terdiri dari
aktifitas persiapan dan pengaturan anggaran untuk proyek. Manajemen biaya proyek
melibatkan proses yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa proyek terselesaikan
dengan anggaran yang dianjurkan. Seorang manajer proyek harus dapat meyakinkan
bahwa proyek sudah didefinisikan dengan baik, mempunyai perkiraan waktu dan harga
yang akurat, dan mempunyai anggaran yang realistis dimana tim proyek terlibat dalam
hal penganjuran tersebut.
Merupakan tugas manajer proyek untuk memuaskan stakeholders proyek
sekaligus memberikan tekanan yang berkelanjutan untuk mengurangi dan mengontrol
biaya.
Proses yang terlibat dalam manajemen biaya proyek adalah :
1.
Perkiraan biaya ( Cost Estimating )
Melibatkan pengembangan sebuah pendekatan atau perkiraan dari biaya
sumberdaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Hasil utama dari
proses ini merupakan perkiraan biaya, dan mendukung rincian, dan sebuah
perencanaan manajemen biaya.
2.
Penganggaran biaya ( Cost Budgeting )
Melibatkan pengalokasian perkiraan biaya keseluruhan terhadap peralatan kerja
individu untuk membangun sebuah dasar untuk pengukuran kinerja. Hasil utama
dari proses ini dari proses ini adalah landasan biaya (cost baseline ).
3.
Pengendalian biaya ( Cost Control )
25
Melibatkan pengendalian perubahan terhadap anggaran proyek. Hasil utamanya
adalah revisi perkiraan biaya, pembaharuan anggaran, landasan biaya (Cost
baseline ) dan pengukuran kinerja.
2.4.5
Manajemen Kualitas (Project Quality Management)
Menurut Schwalbe (2004, p264), Manajemen kualitas proyek adalah suatu area
pengetahuan yang sulit ditentukan. The International Organization for Standardization
(ISO) menyebutkan kualitas sebagai keseluruhan karakteristik dari suatu entity yang bisa
membawa kepuasan yang dinyatakan dan kebutuhan yang tersirat. Ada pendapat lain
menyebutkan kualitas itu berdasarkan conformance to requirements dan fitness to use.
Conformance to requirements adalah proses proyek dan produk yang dihasilkan bertemu
dengan spesifikasi kebutuhan yang tertulis. Fitness to use berarti suatu produk dapat
digunakan sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan dari manajemen kualitas proyek adalah untuk memastikan bahwa proyek
dapat memenuhi kebutuhan seperti sesuai dengan yang dikerjakan. Banyak teknikal
proyek yang gagal karena tim proyek hanya berfokus pada kebutuhan produk utama
yang tertulis yang akan dihasilkan dan mengacuhkan kebutuhan stakeholder yang
sebenarnya dan harapan atas proyek itu sendiri.
Proses utama pada manajemen kualitas terdiri tiga proses yaitu :
1.
Quality Planning
Proses mengidentifikasi standar kualitas yang relevan dengan proyek dan
bagaimana cara untuk memenuhi standar tersebut. Untuk proyek teknologi informasi,
standar yang harus dipenuhi meliputi pertumbuhan sistem, merencanakan waktu respon
yang reasonable pada suatu sistem atau memastikan sistem akan menghasilkan
informasi yang akurat dan konsisten.
26
2.
Quality Assurance
Proses mengevaluasi (secara periodik) keseluruhan proyek untuk memastikan
proyek akan memenuhi standar kulitas yang relevan. Pada proses ini meliputi
pengambilan tanggung jawab selama proyek berlangsung sampai akhir proyek berjalan
3.
Quality Control
Proses ini memonitor hasil spesifik proyek untuk memastikan bahwa proyek
berjalan sesuai dengan standard kualitas ketika mengidentifikasi beberapa cara untuk
meningkatkan kualitas secara keseluruhan.
2.4.6
Manajemen Sumber Daya (Project Human Resource Management)
Menurut Schwalbe ( 2004, pp311-312 ), Manajemen sumber daya manusia
proyek melibatkan proses yang dibutuhkan untuk melakukan efektifitas dari penggunaan
orang yang terlibat dengan proyek. Manajemen sumber daya manusia menyangkut
semua stakeholders proyek seperti : sponsor, pelanggan, anggota tim proyek, staf
pendukung, para penjual yang mendukung proyek, dan lain-lain.
Proses utama yang terlibat dalam manajemen sumber daya manusia proyek
adalah:
•
Perencanaan sumber daya manusia ( Human Resource Planning )
Melibatkan pengidentifikasian dan pendokumentasian peranan proyek, tanggung
jawab, dan pelaporan hubungan. Hasil kunci dari proses ini meliputi peranan dan
tanggung jawab, bagan organisasi untuk proyek dan rencana manajemen staf.
•
Perekrutan tim proyek ( Acquiring the Project Team )
Melibatkan cara mendapatkan personil yang dibutuhkan untuk penugasan dalam
proyek. Hasil kunci dari proses ini adalah penetapan tugas untuk setiap staf
27
proyek, informasi ketersediaan sumber daya, dan memperbaharui perencanaan
manajemen staf.
•
Pengembangan tim proyek ( Developing the Project Team )
Meliputi pembangunan kemampuan individu dan tim untuk meningkatkan kerja
proyek.
•
Pengaturan tim proyek ( Managing the Project Team )
Meliputi kegiatan melacak kinerja anggota tim, memotivasi anggota tim,
menyediakan umpan balik secara tepat waktu, memecahkan isu dan konflik, serta
mengkoordinasi perubahan untuk membantu meningkatkan kinerja proyek.
● Organisasi Proyek
Menurut Pressman (2001, pp58-59), players pada manajemen proyek piranti
lunak dibagi menjadi lima bagian :
1.
Senior managers, adalah orang yang menentukan masalah bisnis yang
sering
2.
mempunyai pengaruh yang signifikan pada suatu proyek
Project (Technical) managers, adalah orang yang harus merencanakan,
memotivasi, mengorganisasi dan mengkontrol dalam pengerjaan suatu
sistem.
3.
Practitioners, adalah mendeliver keahlian teknikal yang diperlukan
engineer untuk suatu aplikasi
4.
Customers, adalah orang yang menspesifikasi kebutuhan software yang
akan dibuat
5.
End-users, adalah orang yang berinteraksi dengan software
28
Menurut Schwalbe (2004,p322-323), Perencanaan organisasi pada proyek
meliputi mengidentifikasi, mendokumentasi, dan membuat aturan proyek, tanggung
jawab dan hubungan antar laporan. Pada gambar 2.6, dijelaskan
contoh diagram
organisasi.
Project Manager
Deputy Project
Manager
System Engineering
Independent Text
Group
SW Subproject
Manager
Team 1
Team 2
Project Technical
Lead
SW Subproject
Manager 2
Team 3
Team 1
Configuration
Management
Quality Assurance
Team 2
H/W Subproject
Manager
Team 1
Team 1
Gambar 2.6 Contoh Diagram Organisasi
(Sumber : Shwalbe (2004, p324))
2.4.7
Manajemen Komunikasi (Project Communication Management)
Menurut Schwalbe (2004,p353), tujuan dari manajemen komunikasi kebutuhan
proyek adalah untuk meyakinkan waktu dan turunan yang benar, pengumpulan,
penyebaran, penyimpanan dan peletakkan dari informasi proyek.
Proses utama dalam manajemen komunikasi proyek ada empat, yaitu :
•
Perencanaan Komunikasi
Meliputi penentuan informasi dan komunikasi kebutuhan stakeholders yaitu
siapa saja yang membutuhkan informasi, kapan waktu membutuhkan informasi, dan
bagaimana cara informasi didapatkan oleh stakeholders
•
Pendistribusian Informasi
29
Meliputi pengadaan informasi yang dibutuhkan bagi stakeholders dalam
kesatuan waktu
•
Pelaporan Kinerja
Meliputi pengumpulan dan penyebaran informasi kinerja, termasuk laporan
status, perbandingan kemajuan dan peramalan terhadap kinerja ke depannya.
Rencana proyek dan hasil-hasil kerja merupakan masukan terpenting dalam
pelaporan kinerja
•
Pengaturan Stakeholders
Meliputi pengaturan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari
stakeholders dan untuk memecahkan masalah yang ada.
2.4.8
Manajemen Resiko (Project Risk Management)
Menurut Schwalbe ( 2004, pp392-393 ), Manajemen resiko proyek merupakan
seni dan ilmu pengidentifikasian, penganalisisan, dan penanggapan terhadap resiko
melalui siklus hidup dari proyek dan berpatokan pada tercapainya tujuan proyek. Tujuan
dari manajemen resiko proyek dapat dipandang sebagai peminimalan resiko negatif
potensial dan pemaksimalan resiko positif potensial.
Menurut Pressman (2003, pp146-149), resiko selalu melibatkan dua karakteristik
yaitu :
•
Ketidak pastian (Uncertainty)
Resiko yang mungkin atau tidak mungkin terjadi. Ada atau tidak ada resiko
kemungkinan terjadinya adalah 100 persen
•
Kerugian (Lost)
30
Jika resiko menjadi kenyataan, konsekuensi atau kerugian yang tidak diinginkan
akan terjadi. Saat resiko sedang dianalisis. Tingkat ketidakpastian dan tingkat
kerugian untuk setiap resiko sangat penting untuk dihitung dan diketahui
Beberapa kategori resiko yang dipertimbangkan untuk mengukur tingkat
ketidakpastian tersebut yaitu :
1
Project risk mengancam perencanaan poyek
Jika project risk menjadi kenyataan, hal ini akan mengacaukan jadwal proyek
dan biaya juga akan meningkat. Project risk mengidentifikasikan anggaran potensial,
jadwal, personal (staf dan organisasi), sumber daya, pelanggan, requirement problem
dan dampak terhadap software project
2
Technical risk mengancam kualitas dan ketepatan waktu produksi software
Jika technical risk menjadi kenyataan, implementasi akan menjadi sulit bahkan
tidak mungkin dilakukan. Technical risk mengidentifikasikan desain potensial,
implementasi,
interface
verifikasi
dan
masalah-masalah
dalam
pemeliharaan
(maintenance). Selain itu, kerancuan spesifikasi, ketidakpastian teknis dan penggunaan
teknologi yang berlebihan juga merpakan faktor-faktor resiko
3
Business risk mengancam kelangsungan pembuatan software.
Business risk terkadang membahayakan proyek atau produk. Lima kriteria
business risk yang umum dan sering muncul dalam pengembangan software adalah :
•
Mengembangkan produk atau sistem yang tidak sungguh-sungguh diinginkan
pasar (resiko pasar)
•
Mengembangkan produk yang sudah tidak cocok lagi dengan strategi bisnis
perusahaan yang senantiasa berubah (resiko strategi)
31
•
Mengembangkan produk yang tidak dipahami oleh penjual sehingga tidak dapat
dijual
•
Hilangnya dukungan dari manajemen senior selama perubahan fokus atau SDM
(resiko manajemen)
•
Hilangnya komitmen personal atau anggaran (resiko anggaran)
•
Hilangnya dukungan dari manajemen senior selama perubahan fokus atau SDM
(resiko manajemen)
•
4
Hilangnya komitmen personal atau anggaran (resiko anggaran)
Known risk merupakan resiko yang dapat muncul setelah dilakukan evaluasi
secara menyeluruh dan terperinci terhadap perencanaan proyek, lingkungan bisnis dan
teknis pengembanngan proyek dan sumber informasi handal lainnya seperti tanggal
pengiriman yang tidak realistis, kurangnya dokumentasi kebutuhan atau lingkup proyek
5
Predictable risk merupakan perhitungan kemungkinan dari pengalaman proyek
yang lampau seperti pengalaman staff dan kurangnya komunikasi dengan pelanggan
6
Unpredictable risk merupakan resiko yang dapat muncul kapan saja dan sangat
sulit diidentifikasi
2.4.9
Manajemen Pengadaaan (Project Procurement Management)
Menurut Shwalbe (2004, p427), Pengadaan (procurement) proyek mempunyai
arti mendapatkan barang atau jasa dari sumber daya luar (outsource). Manajemen
pengadaan proyek meliputi proses yang dibutuhkan untuk mendapatkan barang atau jasa
dari luar proyek.
Proses manajemen pengadaan proyek terdiri dari enam proses, yaitu :
•
Merencanakan pembelian dan perolehan
32
Meliputi penentuan apa yang harus ada, kapan waktunya, dan bagaimana
caranya. Dalam merencanakan pengadaan sumber daya yang perlu di outsource,
menentukan tipe dari kontrak dan mendeskripsikan kerja untuk penjual yang
potensial (kontraktor, supplier, penyedia produk dan layanan untuk organisai
lain )
•
Merencanakan kontrak
Meliputi penjabaran kebutuhan untuk produk atau layanan yang diinginkan dari
pengadaan dan identifikasi sumber yang potensial atau penjual
•
Meminta tanggapan penjual
Meliputi perolehan informasi, penawaran atau proposal dari penjual yang sesuai
•
Memilih penjual
Meliputi memilih beberapa supplier yang potensial yang sesuai dengan proses
dari evaluasi penjual yang potensial dan negosiasi kontrak
•
Mengatur kontrak
Meliputi pengaturan hubungan dengan penjual yang dipilih
•
Menutup kontrak
Meliputi penyelesaian dan penetapan kontrak. Proses ini biasanya mencakup
verifikasi produk dan penerimaan formal dan penutupan serta audit kontrak
2.5
Cost Benefit Evaluation Techniques
Menurut Hughes dan Cotterell (2004, pp41-42), Cost benefit evaluation
dilakukan untuk mempertimbangkan akan melanjutkan suatu proyek atau tidak apabila
adanya keuntungan yang dihasilkan dari proyek tersebut.
Untuk mengevaluasi cost benefit dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu :
33
1.
Mengidentifikasi dan mengestimasi seluruh cost dan benefit yang dihasilkan oleh
proyek dan mengoperasikan sistem. Hal ini meliputi biaya pengembangan
sistem, biaya pengoperasian dan keuntungan yang diharapkan pada sistem baru
2.
Menjelaskan biaya dan keuntungan pada unit-unit yang umum
Diperlukan untuk mengevaluasi keuntungan bersih, perbedaan antara total
keuntungan yang diperoleh dari sistem dengan total biaya untuk membuat dan
mengoperasikan sistem. Untuk itu, harus menjelaskan setiap biaya dan setiap
keuntungan pada umumnya.
Biaya langsung yang sebenarnya adalah secara relatif mudah diidentifikasi dan
diukur dalam pengukuran keuangan. Beberapa macam biaya langsung, yaitu ;
•
Development cost (biaya pengembangan), meliputi gaji dan biaya pekerja lain
yang terlibat dalam pengerjaan proyek
•
Setup cost, meliputi biaya yang digunakan untuk pengimplementasikan sistem.
Termasuk biaya pembelian hardware baru dan perlengkapan tambahan, dan
meliputi biaya konversi file, perekrutan dan pelatihan staff
•
Operational cost, meliputi biaya untuk mengoperasikan sistem setelah sistem di
install
Keuntungan (benefit), sering kali sulit untuk diiukur dalam pengukuran
keuangan. Keuntungan dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu :
•
Direct benefits, merupakan keuntungan langsung dari pengoperasian sistem yang
diusulkan
Contohnya : sistem baru bisa mengurangi slip gaji karena sistem baru
menggunakan sistem yang terkomputerisasi
34
● Assessable indirect benefits, merupakan keuntungan tambahan, seperti
meningkatkan ketelitian dengan desain layar yang lebih user friendly, dan bisa
mengestimasi pengurangan kesalahan dan juga biaya.
•
Intangible benfits, merupakan keuntungan macam ini termasuk sangat sulit untuk
diukur. Contohnya, meningkatkan minat pekerjaan yang dapat mengurangi
penyerahan tanggung jawab dan kerenanya mengurangi biaya perekrutan.
ƒ
Metode Evaluasi Cost Benefit
Menurut Hughes dan Cotterell (2004, p44-45) Metode yang digunakan untuk
mengevaluasi cost benefit, antara lain :
•
Net Profit
Net profit
pada suatu proyek adalah perbedaan antar total biaya yang
dikeluarkan dengan total pendapatan yang dihasilkan selama proyek dijalankan.
•
Payback Period
Payback period adalah waktu yang digunakan untuk mengganti investasi awal.
Keuntungan dari payback period adalah untuk memudahkan menghitung dan
meramalkan eror yang akan dibuat.
•
Return on Investment (ROI)
Return on
Investment menggambarkan suatu cara untuk membandingkan
keuntungan yang dihasilkan dengan besarnya investasi yang ditanam.
Di bawah ini adalah formula untuk perhitungan ROI yang umum digunakan :
ROI = ( keuntungan rata-rata per tahun / total investasi ) x 100 %
35
Contoh perhitungan :
Keuntungan dalam suatu perusahaan per tahun adalah Rp 10.000 dan total
investasi sebanyak Rp 100,000. Maka ROI nya adalah
ROI = (10,000/100,000) x 100 = 10%
•
Net Present Value (NPV)
NPV adalah tehnik mengevaluasi proyek yang dimasukkan kedalam
keuntungan proyek dan waktu cash flow yang akan dihasilkan. Hal ini akan
menyusutkan cash flow berikutnya dengan presentase yang biasa dikenal dengan
discount.
Rumus untuk menghitung NPV adalah :
Present value = value in year t / (1 + r )t
Contoh perhitungan NPV dapat dilihat pada tabel 2.2:
Tabel 2.2 Contoh Perhitungan NPV
(Sumber : Olson, 2003,p70)
Year
(t)
0
1
In House
Net
(Rp380.000)
70.000
2
150.000
3
225.000
NPV
2.6
Divide by 1.15t
(Rp380.000)
70.000/(1+0.15)1 =
60.870
150.000/(1+015)2=113
.422
150.000/(1+015)3=147
.941
(Rp57.768)
Outsource
Net
(Rp520.000)
190.000
270.000
340.000
Divide by 1.15t
(Rp520.000)
190.000/(1+0.15)1=165
.217
270.000/(1+015)2=204.
159
3400.000/(1+015)3=223
.556
(Rp72.932)
System Development Life Cycle (SDLC)
System Development Lyfe Cycle (SDLC) adalah keseluruhan proses dalam
membangun sistem melalui beberapa langkah. Ada beberapa model SDLC. Model yang
36
cukup populer dan banyak digunakan adalah waterfall. Beberapa model lain SDLC
misalnya fountain, spiral, rapid, prototyping, incremental, build & fix, dan synchronize
& stabilize.
Dengan siklus SDLC, proses membangun sistem dibagi menjadi beberapa
langkah dan pada sistem yang besar, masing-masing langkah dikerjakan oleh tim yang
berbeda. Untuk lebih jelasnya, siklus SDLC digambarkan seperti pada gambar 2.7 di
bawah ini
Feasibility Study
User
Requirement
Analysis
System Design
Program Design
Coding
Testing
Operation
Gambar 2.7 Waterfall Model
(Sumber: Hughes dan Cotterell (2002,p64)
Pada gambar diatas, terlihat panah keatas dan panah ke bawah. Itu menunjukkan
bahwa, kegiatan yang dibawah dikerjakan berurutan setelah kegiatan sebelumnya
(diatas) selesai dikerjakan. Namun, alur waterfall ini dapat kembali lagi ke kegiatan
sebelumnya atau ada kegiatan iterasi, hal ini yang menunjukkan kekuatan proses model
ini. Apabila proyek yang dikerjakan kompleks dan besar, maka model ini bisa digunakan
37
untuk menghindari pekerjaan yang dilakukan ulang (karena kesalahan)setelah pekerjaan
sebelumnya selesai. Dengan dapat membuka kembali aktivitas yang sebelumnya bisa
menjamin waktu penyelesaian proyek. (Hughes dan Cotterel, 2002, p63)
2.7
Lima Tahap Pengembangan Manajemen Proyek
2.7.1
Inisiasi (Initiation)
Menurut Schwalbe (2004, p71), Inisiasi adalah proses mengenal, mendefinisikan
dan memulai sebuah proyek baru. Tindakan yang harus dilakukan oleh manajer proyek
dan manajemen senior di dalam inisiasi proyek adalah sebagai berikut :
•
Dengan cepat menentukan sebuah tim proyek yang kuat
•
Mendapatkan keterlibatan pemegang saham di dalam awal proyek
•
Menyiapkan analisis rinci dari masalah bisnis dan mengembangkan teknik
perbandingan proyek
•
Menggunakan pendekatan fase per fase
•
Menyiapkan rencana yang berguna dan realistis untuk proyek
2.7.2
Perencanaan (Planning)
Menurut Schwalbe (2004, p78), perencanaan meliputi kegiatan pemikiran serta
memperhatikan skema kerja untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai kebutuhan
organisasi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut maka rencana yang dibuat harus
realistis dan berguna serta melibatkan banyak waktu dan usaha dalam proses
perencanaan
2.7.3
Eksekusi (Excecuting)
Menurut Schwalbe (2004,p90), Eksekusi meliputi kegiatan mengkoordinasi
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya serta melaksanakan perencanaan proyek
38
untuk menghasilkan produk, jasa atau hasil dari suatu proyek atau fase. Produk dari
proyek dihasilkan selama eksekusi proyek dan biasanya memakan banyak sumber daya
unttuk diselesaikan
2.7.4
Pengawasan dan Pengendalian (Monitoring dan Controlling)
Menurut Schwalbe (2004, pp94-95), Pengawasan dan pengendalian proyek
meliputi pengukuran dan pemantauan kemajuan proyek secara berkala untuk
memastikan tim proyek memenuhi tujuan dari proyek. Manajer proyek mengawasi dan
mengukur kemajuan yang bertentangan dengan rencana dan mengambil tindakan
perbaikan jika diperlukan
2.7.5
Penutupan (Closing)
Menurut Schwalbe (2004, p96), penutupan meliputi penerimaan formal atas
proyek dan mengakhiri proyek secara efektif. Kegiatan administratif sering dilibatkan
dalam proses ini. Misalnya, pengumpulan data-data proyek, kontrak penutupan dan
penerimaan formal dari proyek. Proses penutupan juga melibatkan kegiatan untuk
mendapatkan penerimaan pemegang saham dan pelanggan dari produk akhir dan proyek
atau fase proyek, untuk pemesanan akhir. Hal ini meliputi verifikasi terhadap semua
pekerjaan yang sudah diselesaikan dan menyangkut audit proyek.
2.8 Metode Estimasi Proyek
Menurut Gray dan Larson (2007,p113) estimasi adalah proses meramalkan atau
memperkirakan waktu dan biaya untuk menyelesaikan beberapa deliverable proyek.
Estimasi proyek adalah tongkat pengukur untuk mengontrol biaya proyek. Beberapa
metode estimasi proyek adalah sebagai berikut :
39
2.8.1
Lines of Code
Menurut Olson (2003,p166) metode Lines of Code (LOC) menggunakan
pendekatan dari proyek sebelumnya. Data yang di dapat dari proyek sebelumnya adalah
dasar untuk mengidentifikasi hubungan antara nilai dari kepentingan (nilai sumberdaya,
waktu dan uang yang diperlukan dari proyek sebelumnya) dan faktor kepentingan yang
lain (halaman dokumentasi yang dihasilkan, error yang ditemukan, kekurangan system
dan orang yang terlibat). Pendekatan ini dapat menyediakan cara mudah untuk
mengimplementasikan metode estimasi.
Rumus :
Effort
=
Effort x LOC
Budget
=
Budget x LOC
Documentation
=
Documentation x LOC
Errors
=
Errors x LOC
Defects
=
Defects x LOC
People
=
People x LOC
Contoh :
Pengukuran KLOC pada proyek terdahulu :
Effort
: 1.606
Budget
: 15.673
Documentation
: 58.122
Errors
: 9. 784
Defects
: 2.531
People
: 0.195
40
Jika sebuah proyek diestimasi mempunyai 10.000 lines of code, pengukuran
estimasinya menjadi :
Effort
: 1.606 x 10.000 LOC = 16 person-month
Budget
: 15.673 x 10.000 LOC = 157.000
Documentation
: 58.122 x 10.000 LOC = 581 pages
Errors
: 9. 784 x 10.000 LOC = 98
Defects
: 2.531 x 10.000 LOC = 25
People
: 0.195 x 10.000 LOC = 2 people
2.8.2
Function Point
Menurut Olson (2003,p167) sasaran dari pendekatan berbasis function point
analisis adalah untuk menetapkan konsistensi ukuran yang berguna bagi pengguna akhir.
Metode function point dapat digunakan untuk mengestimasi waktu dan biaya
berdasarkan pada spesifikasi kebutuhan.
Metode function point perhitungannya didasarkan pada ukuran banyak dan
kompleksitas fungsi yang diinginkan dalam proyek software. Function point dapat
dihitung melalui telaah dokumentasi requirement fungsional sistem oleh seorang
profesional. Tahapan-tahapan yang ada dalam menentukan function point adalah sebagai
berikut :
Langkah 1 : Menghitung crude function points (CFP). Jumlah dari komponen
fungsional sistem pertama kali diidentifikasi dan dilanjutkan dengan mengevaluasi
kuantitasi bobot kerumitan dari tiap komponen tersebut. Pembobotan tersebut kemudian
dijumlahkan dan menjadi angka CFP. Perhitungan CFP melibatkan lima tipe komponen
sistem software berikut :
•
Jumlah macam aplikasi input
41
•
Jumlah macam aplikasi output
•
Jumlah macam aplikasi query online – aplikasi ini berhubungan dengan query
terhadap data yang tersimpan.
•
Jumlah macam file/tabel logic yang terlibat
•
Jumlah macam interface eksternal – output atau input yang dapat berhubungan
dengan komputer lewat komunikasi data, CD, disket, dan lain-lain.
Kemudian diberikan faktor bobot pada tiap komponen di atas berdasarkan
kompleksitasnya. Tabel 2.3 di bawah ini merupakan contoh blanko pembobotan
tersebut.
Tabel 2.3 Blanko Perhitungan CFP
(Sumber: http://www.
dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/Penggunaan%20Function%20Point.doc)
Komponen
Sistem
Software
Input
Total
CFP
Level kompleksitas
Sederhana
Menengah
Kompleks
Count Faktor Point Count Faktor Point Count Faktor Point
Bobot
Bobot
Bobot
A
B
C=
D
E
F=
G
H
I=
J=C+F+I
AxB
DxE
GxH
4
6
3
Output
Query
Online
4
3
5
4
7
6
File logic
7
15
Interface
Eksternal
Total CFP
5
10
7
10
Langkah 2 : Menghitung faktor pengubah kompleksitas relatif/relative
complexity adjustment factor (RCAF) untuk proyek tersebut.
42
RCAF berfungsi untuk menghitung kesimpulan kompleksitas dari sistem
software dari beberapa subyek karakteristik. Penilaian berskala 0 sampai 5 diberikan
pada tiap subyek yang paling berpengaruh terhadap usaha pengembangan yang
dibutuhkan. Blanko penilaian yang diusulkan dapat berupa seperti table 2.4 seperti di
bawah ini :
Tabel 2.4 Blanko Perhitungan RCAF
(Sumber: http://www.
dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/Penggunaan%20Function%20Point.doc)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Subyek
Tingkat kompleksitas kehandalan backup/recovery
Tingkat kompleksitas komunikasi data
Tingkat kompleksitas pemrosesan terdistribusi
Tingkat kompleksitas kebutuhan akan kinerja
Tingkat kebutuhan lingkungan operasional
Tingkat kebutuhan knowledge pengembang
Tingkat kompleksitas updating file master
Tingkat kompleksitas instalasi
Tingkat kompleksitas aplikasi input, output, query online dan
file
Tingkat kompleksitas pemrosesan data
Tingkat ketidakmungkinan penggunaan kembali dari kode
(reuse)
Tingkat variasi organisasi pelanggan
Tingkat kemungkinan perubahan/fleksibilitas
Tingkat kebutuhan kemudahan penggunaan
Total = RCAF
Keterangan :
1 = Incidental
2 = Moderate
3 = Average
4 = Significant
5 = Essential
Nilai
012345
012345
012345
012345
012345
012345
012345
012345
012345
012345
012345
012345
012345
012345
43
Langkah 3 : Menghitung Function Point dengan rumus
Nilai function point untuk sistem software tersebut kemudian dihitung
berdasarkan hasil dari tahap 1 dan 2 yang dimasukkan ke dalam rumus :
FP = CFP x (0.65 + 0.01 x RCAF)
2.8.3 Constructive Cost Model (COCOMO)
Menurut Olson (2003,p170) metode Constructive Cost Model digunakan untuk
mengestimasi usaha yang diperlukan untuk membangun suatu software. COCOMO
model yang digunakan untuk usaha pengembangan software sederhana dapat dilakukan
berbasiskan pada ukuran program. Untuk ukuran relativ pembangunan software yang
dibangun oleh tim kecil dengan pengalaman yang baik, formula COCOMO untuk orangbulan dari upaya dan waktu pengembangan dalam kronologis bulan adalah sebagai
berikut :
Person-months = 2,3 x KLOC pangkat 1.05 = E for effort
Duration (months) = 2,5 x E pangkat 0.38’
(Sumber:dosen.amikom.ac.id/download/materi/Penggunaan%20Function%20Point.doc)
2.9
Pendefinisian Pekerjaan
Perencanaan ( planning ) dan pengendalian ( controlling ) merupakan hal yang
sangat essential dalam manajemen proyek. Kedua hal ini memungkinkan orang untuk
memahami apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan proyek dan mengurangi
ketidakpastian tentang apa yang akan dihasilkan dari pengerjaan proyek.
44
Yang menjadi lingkup pekerjaan selama proses perencanaan dan pengendalian
adalah :
1.
Sebelum proyek mulai (dan selama tahap konsepsi dan pendefinisian), sebuah
rencana dipersiapkan untuk menentukan tujuan proyek, tugas-tugas yang akan
dikerjakan, jadwal dan anggaran
2.
Selama proyek (dalam tahap akuisisi) rencana yang telah dibuat lalu
dibandingkan dengan performasi, waktu dan biaya yang sebenarnya terjadi
(actual).
3.
Jika ada perbedaan antara yang direncanakan dan yang terjadi sebenarnya maka
tindakan koreksi perlu dilakukan, dan estimasi biaya dan waktu bisa
diperbaharui.
2.10
Asuransi
2.10.1 Pengertian Asuransi
Pengertian Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tidak tentu.
Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan
cara mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini adalah
perusahaan asuransi.
Asuransi merupakan suatu pelimpahan risiko dari pihak pertama kepada pihak
lain. Dalam pelimpahan dikuasai oleh aturan-aturan hukum dan berlakunya prinsip-
45
prinsip serta ajaran yang secara universal yang dianut oleh pihak pertama maupun pihak
lain. (http://asuransi.astra.co.id/index.php?page=insure.about&1210144506)
Ada empat unsur yang terlibat dalam asuransi, yaitu :
1.
Penanggung (insurer) yang memberikan proteksi.
2.
Tertanggung (insured) yang menerima proteksi.
3.
Peristiwa (accident) yang tidak diduga atau diketahui sebelumnya atau peristiwa
yang menimbulkan kerugian.
4.
Kepentingan (interest) yang diasuransikan, yang mungkin akan mengalami
kerugian disebabkan oleh peristiwa itu.
Keempat unsur diatas merupakan unsur pokok dalam asuransi kerugian yang
meliputi asuransi kebakaran, kendaraan roda empat, kendaraan bermotor, dan
sebagainya. Empat prinsip utama asuransi kerugian meliputi kepentingan yang
diasuransikan, jaminan atas ganti rugi, kepercayaan dan itikad baik. Pertanggungan
harus diadakan secara tertulis dengan akta, yang dinamakan polis. Fungsi umum polis
antara lain sebagai bukti jaminan dari penanggung terhadap tertanggung untuk
mengganti kerugian, dan sebagai bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung
kepada penanggung sebagai balas jasa atas jaminan penanggung.
Premi asuransi adalah imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh
tertanggung.
Prosedur-prosedur dalam asuransi :
1.
Underwriting
Proses akseptasi suatu resiko atau objek pertanggungan. Proses ini menentukan
apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak. Jika resiko tersebut diterima,
46
maka underwriter akan menentukan harga pertanggungan, menentukan rate yang
dikenakan terhadap resiko tersebut dan menghitung jumlah premi yang harus
dibayar oleh penanggung. Setelah itu proses ini diikuti dengan penerbitan polis.
2.
Endorsement
Perubahan yang berhubungan dengan kondisi / jangka pertanggungan yang
dilakukan terhadap polis asli. Perubahan yang sering dilakukan biasanya
perubahan terhadap harga pertanggungan, alamat tertanggung, dan penambahan
objek tertanggung.
3.
Pembatalan (Cancelation)
Pembatalan polis dapat digolongkan sebagai endorsement. Dalam hal ini premi
asuransi yang telah dibebankan terhapat tertanggung akan dikembalikan kepada
tertanggung untuk masa pertanggungan yang masih tersisa.
4.
Perpanjangan (Renewal)
Perpanjangan polis merupakan tindak lanjut dari suatu polis yang telah melewati
masa
pertanggungannya,
dimasa
sebelumnya
akan
dilakukan
proses
underwriting kembali terhadap kondisi pertanggungan.
5.
Reasuransi (Reissurance)
Proses penyebaran resiko dari perusahaan asuransi kepada perusahaan lain untuk
berpartisipasi terhadap resiko tersebut. Hal ini karena terbatasnya kapasitas yang
ada pada setiap perusahaan asuransi untuk menahan resiko.
6.
Klaim (Claim)
Claim terjadi bila ada kerugian yang terjadi pada objek tertanggung. Penanganan
claim meliputi proses menentukan kerugian apa yang terjadi dan memberikan
ganti rugi terhadap tertanggung atas kerugian yang diderita.
47
2.10.2 Manfaat Asuransi
Disamping sebagai bentuk pengendalian resiko (secara finansial), asuransi juga
memiliki berbagai manfaat yang diklasifikasikan ke dalam tiga fungsi antara lain :
(http://asuransi.astra.co.id/index.php?page=insure.about&1210144506)
•
Fungsi utama asuransi adalah sebagai pengalihan risiko, pengumpulan dana dan
premi yang seimbang
•
Fungsi sekunder asuransi adalah untuk merangsanag pertumbuhan usaha,
mencegah kerugian, pengendalian kerugian, memimiliki manfaat sosial dan
sebagai tabungan
•
Fungsi tambahan asuransi adalah sebagai investasi dana dan invisible earnings
2.10.3 Prinsip Dasar Asuransi
Dalam dunia asuransi ada enam macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu
(http://asuransi.astra.co.id/index.php?page=insure.about&1210144506 ):
•
Insurable Interest
Merupakan hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan
keuangan antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum
•
Utmost Good Faith
Merupakan suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap,
semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan
baik yang diminta maupun tidak.
•
Proximate Cause
48
Proximate cause adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan
rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang
mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen
•
Indemnity
Indemnity
adalah
suatu
mekanisme
dimana
penanggung
menyediakan
kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi
keuangan yang dimiliki sesaat sebelum terjadinya kerugian
•
Subrogation
Merupakan pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah
klaim dibayar
•
Contribution
Merupakan hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-
sama menanggung tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung
untuk ikut memberikan indemnity.
Download