15 BAB II LANDASAN TEORI A. Penilaian Hasil Belajar 1. Definisi

advertisement
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penilaian Hasil Belajar
1. Definisi
Hasil belajar dijelaskan dengan berbagai defenisi oleh para peneliti.
Hasil belajar menurut Winkel (1996) didefenisikan sebagai pencapaian tujuan
intruksional, berupa proses penilaian terhadap suatu objek yang telah dikuasai
maupun yang telah dicapai oleh siswa, Djamarah (2006) menjelaskan hasil
belajar merupakan hasil dari perubahan perilaku akibat adanya pengalaman
melalui proses belajar mencapai tujuan pembelajaran. Sudjana (2005) juga
mengatakan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses pemberian
nilai terhadap pengalaman belajar, dan penilaian terhadap hasil belajar diukur
melalui norma, patokan, maupun kriterium tertentu, dan hasil belajar menurut
Bloom (dalam Uno, 2009) diklasifikasikan pada tingkat kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dijelaskan secara umum hasil
belajar sebagai sejumlah hasil penilaian dari perubahan tingkah laku setelah
melalui proses belajar mengajar mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik. Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan penilaianpenilaian tertentu melalui pemberian tes untuk menunjukkan sejauh mana
kriteria-kriteria penilaian telah tercapai.
Universitas Sumatera Utara
16
2. Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2005), tujuan maupun manfaat dari penilaian terhadap
hasil belajar, yakni:
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau meta
pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut
dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa
lainnya.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah,
yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke
arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem
pelaksanaannya.
d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
3. Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Sudjana (2005) menyatakan beberapa fungsi dari penilaian hasil belajar,
yaitu:
a.
Sebagai alat untuk mengetahui (mengukur) tingkat keberhasilan dan
keefektifan proses belajar mengajar melalui
pencapaian tujuan
instruksional
Universitas Sumatera Utara
17
b. Sebagai informasi maupun umpan balik terhadap penilaian dari hasil
belajar siswa kepada pihak sekolah, kepada siswa dan kepada orangtua.
c. Sebagai acuan untuk memperbaiki proses belajar dan meningkatkan
kegiatan belajar siswa.
d . Sebagai Informasi untuk keperluan seleksi.
4. Klasifikasi Hasil Belajar
Menurut Bloom (dalam Uno, 2009) hasil belajar dapat diklasifikasikan
pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
Ranah kognitif terdiri dalam kawasan yang membahas tujuan
pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang berawal dari
tingkat pengetahuan sampai tingkat evaluasi. Kawasan kognitif terdiri
dari enam tingkatan yang saling berurutan dari yang paling rendah
sampai tingkat yang paling tinggi, yakni:
1. Tingkat Pengetahuan (Knowledge).
Pengetahuan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengingat
atau menggulang kembali pengetahuan yang pernah dipelajari.
2. Tingkat Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman
diartikan
sebagai
kemampuan
seseorang
dalam
mengartikan, menafsirkan maupun menerjemahkan sesuatu dengan cara
tersendiri, terhadap bahan yang dipelajari. Adapun kemampuan ini
dinyatakan dalam kemampuan dalam menguraikan isi pokok dari suatu
Universitas Sumatera Utara
18
bacaan, maupun kemampuan siswa dalam pemahaman mengubah data
yang disajikan dalam bentuk tertentu kebentuk lain.
3. Tingkat Penerapan (Application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan seseorang menggunakan
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan berbagai masalah yang
timbul, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode yang bekerja pada suatu kasus maupun permasalahan. Tingkat
kemampuan dapat dinyatakan dalam pengaplikasian suatu rumus pada
proses penyelesaian suatu permasalahan.
4. Tingkat Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan dalam menganalisis permasalahan yang dihadapi, dan
menganalisis cara apa yang dapat dipakai dalam memecahkan berbagai
masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari, analisis mencakup
kemampuan utnuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian
sehingga dapat dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponenkomponen dasar; bersama dengan hubungan atau relasi antara bagianbagian tersebut.
5. Tingkat Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghubungkan
atau menyatukan berbagai elemen dalam unsur pengetahuan yang ada
sehingga terbentuk suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan
Universitas Sumatera Utara
19
analisis dapat dinyatakan dalam penyusunan suatu rencana, seperti
penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian ilmiah, dalam
mengembangkan suatu skema dasar sebagai pedoman dalam memberikan
ceramah, dan sebagainya.
6. Tingkat Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat
keputusan yang tepat berdasarkan kriteria pengetahuan yang dimiliki,
evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai
sesuatu
atau
beberapa
hal,
bersama
dengan
pertanggungjawaban pendapat tersebut berdasarkan kriteria tertentu.
b. Ranah Afektif (Affective Domain)
Ranah afektif adalah suatu kawasan yang berkaitan dengan sikap, nilai
interes (ketertarikan), apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian sosial.
Ranah afektif ini terdiri dari lima tingkatan yang terdiri dari tingkatan
paling rendah sampai tingkatan yang paling tinggi, yakni:
1. Tingkat kemampuan penerimaan (Receiving)
Kemampuan menerima merupakan kemampuan maupun kepekaan akan
adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan suatu
ransangan.
2. Tingkat kemampuan menanggapi (Responding)
Kemampuan
menanggapi
merupakan
bentuk
kerelaan
untuk
memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
20
Tingkat partisipasi dalam kemampuan menanggapi dapat dinyatakan
dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.
3. Tingkat penilaian atau penentuan keyakinan dalam sikap (Valuing)
Tingkat penilaian atau penentuan keyakinan dalam sikap berhubungan
dengan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian terhadap
sesuatu.
Tingkat penilaian dapat dinyatakan dalam perkataan maupun tindakan
atau sikap, seperti; menerima, menolak, atau mengabaikan, maupun
adanya apresiasi (penghargaan) terhadap sesuatu, maupun sikap atau
kesungguhan (komitmen) yang sesuai dan konsisten.
4. Tingkat penerapan karya atau organisasi (Organization)
Tingkat penerapan karya atau organisasi berhubungan dengan penerimaan
terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pedoman
terhadap suatu sistem nilai. Tingkat penerapan karya atau organisasi
mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
5. Tingkat ketekunan dan ketelitian
Tingkat ketekunan dan ketelitian adalah tingkat afektif yang paling tinggi.
Kemampuan ini mencakup penghayatan nilai yang dipercaya dilakukan
dengan ketekunan, dan ketelitian (kehati-hatian) terhadap perilaku yang
dilakukan. seseorang yang mampu mencapai tingkatan ini memiliki
kemampuan dalam menyeleraskan suatu perilaku sesuai dengan sistem
nilai yang dianut.
Universitas Sumatera Utara
21
c. Ranah Psikomotorik (Psychomotoric Domain)
Ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan yang dimiliki
seseorang secara manual maupun motorik. Ranah psikomotorik memiliki
tingkatan dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks,
yakni:
1. Tingkat persepsi (Perception)
Persepsi dalam hal ini berhubungan dnegan penggunaan indra dalam
melakukan suatu kegiatan, contoh kemampuan dalam persepsi dapat
terlihat melalui kemampuan dalam mengetahui kerusakan dari suatu
alat melalui suara yang sumbang, atau menghubungkan suara alunan
musik dengan suatu gerakan tari tertentu.
2. Tingkat kesiapan (Set)
Kesiapan merupakan adanya kemampuan dalam kesiapan mental,
maupun kesiapan fisik serta kesiapan emosi maupun perasaan dalam
melakukan suatu tindakan.
3. Tingkat respons terbimbing (Guided Response)
Tingkat kemampuan respons terbimbing merupakan kemampuan untuk
melakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang diberikan. Dimana
gerakan tersebut terbiasa terjadi akibat usaha meniru, mengikuti atau
mengulangi suatu perbuatan.
Universitas Sumatera Utara
22
4. Tingkat mekanisme (Mechanical Response)
Tingkat mekanisme merupakan suatu perilaku respon yang sudah
dipelajari dan menjadi kebiasaan sehingga gerakan yang ditampilkan
menunjukkan suatu kemahiran.
5. Tingkat kemahiran
Tingkat kemahiran adalah kemampuan seseorang yang sudah trebiasa
menjadi mahir dalam melakukan suatu gerakan yang sesuai, karena
sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang
diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggotaanggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti latihan
menari.
6. Gerakan adaptasi (Adaptation Response)
Gerakan adaptasi adalah penampilan gerakan motorik yang terbiasa
yang mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan
yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan
yang berurutan dan menghubungkan beberapa sub keterampilan
menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti berlatih
sepak bola.
7. Originalitas atau kreatifitas (Originalitity or Creativity)
Originalitas atau kreativitas merupakan suatu tindakan yang mampu
menciptakan pola atau gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi
maupun ma salah tertentu, Originalitas mencakup kemampuan untuk
Universitas Sumatera Utara
23
melahirkan pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa
dan inisiatif sendiri.
5. Pengukuran Penilaian Hasil Belajar
Menurut Winkel (1996), Tingkatan penilaian terhadap hasil belajar pada
Tingkat Menegah Atas (SMA) diatur dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP)
atau criterion-referenced grading. Penilaian hasil belajar terdiri atas sepuluh
langkah dengan menggunakan bilangan sebagai lambang yakni 1 sampai 10.
Tabel 1. Penilaian Hasil Belajar Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
yang diumum digunakan di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Nilai (Angka)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Interpretasi Nilai
Amat Buruk
Buruk
Amat Kurang
Kurang
Tidak Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Baik
Amat Baik
Istimewah
6. Jenis Tes Penilaian Hasil Belajar
Sudjana (2005) mengutarakan bahwa alat-alat yang digunakan dalam
melakukan penilaian hasil belajar adalah tes. Tes sebagai alat penilaian adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari
siswa. Tes dikategorikan menjadi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif.
1. Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam
bentuk
menguraikan,
menjelaskan,
mendisukusikan,
membandingkan,
Universitas Sumatera Utara
24
memberi alasan, dan bentuk lain yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan
dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
2. Tes objektif dibagi lagi menjadi beberapa bentuk soal, yaitu:
a. Bentuk soal jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban
dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawabannya hanya
dapat dinilai dari benar-salah. Tes bentuk ini cocok untuk mengukur
pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip,
metode, prosedur dan penafsiran data yang sederhana.
b. Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa
pernyataan yang benar dan sebahagian lagi berupa pernyataan yang salah.
Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur
pengetahuan siswa tentang fakta, definisi dan prinsip.
c. Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang
paralel. Kedua pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok
sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari
jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama
dengan jumlah jawaban. Bentuk soal menjodohkan hanya dapat
mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan.
d. Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang
Universitas Sumatera Utara
25
benar atau paling tepat
1. Stem merupakan pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan
yang akan dinyatakan.
2. Option merupakan sejumlah pilihan atau aternatif jawaban. Alternatif
jawaban terbagi menjadi dua, yaitu kunci dan pengecoh (distractor).
Kunci merupakan jawaban benar yang paling tepat sedangkan
pengecoh (distractor) merupakan jawaban lain selain kunci jawaban.
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Djamarah (2006), juga dipengaruhi faktor – faktor
sebagai berikut, yaitu:
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal dapat bersumber dari lingkungan belajar disekolah seperti:
1. Tujuan
Tujuan adalah serangkaian pedoman maupun sasaran yang akan dicapai
dalam proses pembelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran merupakan
salah satu bentuk dari keberhasilan dari proses pembelajaran.
2. Pendidik
Tenaga pendidik dalam hal ini adalah guru yang dalam proses
pembelajaran bertugas memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada
siswa dengan perbedaan karakteristik dan latarbelakang siswa yang
berbeda-beda
Universitas Sumatera Utara
26
3. Anak Didik
Siswa adalah pelaku dalam kegiatan pembelajaran yang melakukan
proses belajar yang mengalami perubahan perilaku akibat adanya proses
belajar.
4. Kegiatan Pembelajaran
Pola umum kegiatan pembelajaran berupa interaksi antara guru dengan
anak didik dan bahan sebagai perantara. Dalam proses pembelajaram
guru memberikan kegiatan pembelajaran yang dimana kegiaran
pembelajaran akan memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajafran
yang tepat akan menentukan kualitas dan pencapaian tujuan dari hasil
belajar yang dicapai.
5. Sarana dan Fasilitas
Sarana maupun fasilitas yang mendukung proses pembelajaran, seperti
ruangan kelas yang tennag, nyaman, meja kursi yang dipakai siswa
dalam kondisi yang baik, maupun alat fasilitas pendukung lainnya yang
masih layak dipergunakan oleh siswa selama pembelajaran.
6. Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapa dikurikulum
pembelajaran yang dimana bahan pelajaran tersebut sudah dipelajari oleh
siswa guna kepentingan ulangan. Alat evaluasi yang umum digunakan
adalah: benar-salah
(true-false), pilihan ganda
(multiple-choice),
menjodohkan (matching), melengkapi (completion), dan essay.
Universitas Sumatera Utara
27
7. Suasana Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi umumnya dilaksanakan didalam kelas, dengan
membagi jumlah anak didik berdasarkan kelas masing-masing.
Pembagian jumlah siswa mempengaruhi suasana evaluasi. Selama
evaluasi siswa diawasi dengan seorang pengawas yang mengamati sikap,
gerak-gerik yang dilakukan oleh anak didik.
b. Faktor Internal
Faktor internal seperti faktor fisiologis berupa faktor kesehatan baik dari
segi kondisi fisik maupun dari kondisi panca indera dan faktor psikologis
berupa minat, bakat, motivasi, intelegensi, kepribadian, kesiapan, perhatian.
B. Motivasi Belajar
1. Definisi
Pengertian motivasi dijelaskan oleh para peneliti dengan berbagai bahasa,
seperti motivasi menurut Djamarah (2006) merupakan suatu perubahan energi
dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Purwanto (2000) motivasi dalam
belajar adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar tindakan yang dilakukan bermanfaat dalam mencapai tujuan
tertentu.
Beberapa peneliti lain yang juga menjelaskan bahwa motivasi adalah
sumber pengerak dari dalam diri siswa seperti Dalyono (2007) menjelaskan
motivasi belajar adalah suatu daya penggerak atau pendorong yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
28
siswa untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan
dan kemauan dalam belajar untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan.
Santrock (2008) juga menjelaskan bahwa motivasi berbentuk semangat,
kegigihan perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama, serta
motivasi belajar terdiri dari dua aspek, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik melibatkan dorongan untuk melakukan sesuatu atas
keinginan sendiri, dimana dalam motivasi intinsik ini memiliki dua tipe,
yakni:
1. Motivasi intrinsik berdasarkan penentuan diri dan pilihan personal.
2. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik dapat berupa usaha dalam melakukan atau
mendapatkan suatu tujuan dengan berbagai cara. Motivasi ekstrinsik
biasanya dipengaruhi oleh pemberian hadiah maupun hukuman.
Berdasarkan berbagai definisi motivasi belajar diatas dapat dikatakan
bahwa motivasi belajar adala suatu dorongan dari dalam maupun dari
luar diri siswa yang mengarahkan siswa dalam mengerakkan usaha dalam
belajar untuk pencapaian tujuan yang direncanakan.
Universitas Sumatera Utara
29
2. Peran Motivasi Dalam Belajar
Menurut Uno (2008) motivasi dalam belajar dan pembelajaran memiliki tiga
peranan, yaitu:
a. Motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan sebagai penguat dalam belajar apabila seorang
anak diharapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan
hanya daat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya,
dengan kata lain motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan
anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar.
b. Motivasi berperan dalam memperjelas tujaun belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan
kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang
dipelajari sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi
anak, dengan pengalaman ini anak akan semakin termotivasi untuk belajar
karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari belajar itu sendiri.
c. Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil
yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar
menyebabkan seseorang tekun belajar, sebaliknya apabila seseorang
kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar maka doa tidak tahan
lama belajar, ini berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan
dan ketekunan belajar.
Universitas Sumatera Utara
30
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Elliot, dkk.(2000) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar adalah sebagai berikut.
a. Kecemasan
Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang diartikan
sebagai suatu kecenderungan untuk merasa cemas pada beberapa situasi
tetapi tidak pada situasi lainnya.
b. Sikap
Sikap dapat didefinisikan sebagai cara individu yang relatif permanen
dalam hal merasakan, berpikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu atau
orang lain.
c. Keingintahuan
Keingintahuan sering digambarkan sebagai perilaku yang aktif, suka
mengeksplorasi atau memanipulasi sesuatu.
d. Locus of control
Locus of control dapat diartikan sebagai penyebab terjadinya tingkah
laku, yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri (internal locus of
control) atau dari luar diri (external locus of control).
e. Ketidakberdayaan (Learned helplessness)
Perasaan tak berdaya yang dipelajari (learned helplessness) adalah reaksi
individu untuk merasa frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang
terjadi berulang kali.
Universitas Sumatera Utara
31
f. Efikasi Diri (self-efficacy)
Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang
dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan
dan kompetensinya.
g. Belajar Bersama
Belajar bersama (kooperatif) diartikan sebagai serangkaian metode
instruksional dimana peserta didik didorong untuk bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas akademik yang bertujuan membantu peserta didik
yang satu dengan yang lain untuk belajar.
C. Strategi Pembelajaran
1.
Definisi
Strategi pembelajaran dikenal sebagai suatu rancangan pembelajaran yang
akan dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Banyak peneliti yang
mendefenisikan strategi pembelajaran dengan bahasa nya masing- masing,
seperti Uno (2009) mendefenisikan pembelajaran adalah perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa, proses
belajarnya tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber
belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Degeng
(dalam
Uno,
2007)
pembelajaran
adalah
upaya
untuk
membelajarkan siswa; dimana didalamnya terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasip pengajaran yanh
Universitas Sumatera Utara
32
diinginkan, dan pemilhan penetapan dan pengembangan metode didasarkan
pada kondisi pengajaran yang ada.
Selain itu peneliti lain seperti Kemp (dalam sanjaya, 2009) mendefenisikan
strategi pembelajaran sebagai bentuk suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Trianto (2011) juga mendefenisikan Strategi pembelajaran
adalah perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi
pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Peneliti lain seperti Dick dan Carey (dalam Trianto, 2008) strategi
pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa,
selain itu strategi pembelajaran dapat juga menggunakan beberapa metode,
dimana terdapat lima komponen umum dari strategi pembelajaran yakni
adanya kegiatan pra pembelajaran, penyajian informasi, partisipasi siswa, tes
dan tindak lanjut.
Slavin (2008) mendefenisikan strategi pembelajaran suatu perencanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebelum memulai proses belajarmengajar agar segala sumber belajar yang dipakai dapat berfungsi secara
optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat diatas, pengertian strategi pembelajaran adalah upaya
membelajarkan siswa perencanaan atau rancangan prosedur sebelum proses
Universitas Sumatera Utara
33
belajar agar penggunaan sumber-sumber belajar yang dipakai dapat dipergunakan
secara optimal untuk mencapai hasil belajar yang maksimal
2. Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Menurut Uno (2009) terdapat 3 pedoman atau panduan penggunaan suatu
strategi pembelajaran yakni:
a. Tidak ada satu materi pun yang unggul untuk semua tujuan dalam kondisi
b. Metode atau strategi pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang
berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran
c. Kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsisiten pada hasil
pengajaran.
3. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran terbagi kedalam strategi-strategi pembelajaran seperti
strategi pembelajaran ekspositori, kooperatif, inkuiri, strategi pembelajaran
berbasis masalah, dan beberapa strategi pembelajaran lainnya. Menurut
Sanjaya (2009) strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar secara
berkelompok yang disetiap kelompok belajar dengan siswa heterogen yang
terdiri dari siswa-siswa yang memiliki tingkat kemampuan akademik yang
berbeda didalam satu kelompok. Kelompok – kelompok kecil terbagi kedalam
empat sampai enam orang siswa yang mempunya latar belakang kemampuan
akademik yang berbeda, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda.
Tujuan dari strategi pembelajaran kooperatif menurut Zamroni (dalam,
Sanjaya 2009) adalah untuk mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya
dalam wujud input pada level individual.
Universitas Sumatera Utara
34
Slavin (2008) juga mendefinisikan strategi pembelajaran kooperatif sebagai
strategi pembelajaran yang selama proses pembelajaran, dimana siswa
dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang
siswa, dimana setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerjasama, belajar
berani berargumen dengan menghargai pendapat teman,
saling membantu
dalam menjelaskan materi yang tidak diketahui oleh teman satu kelompok,
dalam memahami, maupun menguasai suatu pokok pembahasan atau materi
pelajaran yang diberikan guru.
Sedangkan Trianto (2011) menjelaskan staregi pembelajaran kooperatif
sebagai kelompok belajar kecil yang berisikan empat sampai enam orang siswa
yang bersifat heterogen, dengan tujuan dibentuknya kelompok adalah
memberikan kesempatan pada semua siswa akif dalam proses belajar, setiap
kelompok bertugas mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru,
untuk meningkatkan kinerja dan tanggungjawab siswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir
kritis.
Berdasarkan penjelasan para peneliti yang mendefenisikan strategi
pembelajaran, Penyusunan strategi pembelajaran kooperatif memiliki sejumlah
tujuan, seperti yang juga dijelaskan oleh Jhonson & Jhonson (dalam Winkel,
1996) bahwa strategi pembelajaran kooperatif dapat memaksimalkan belajar
siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun secara kelompok.
Universitas Sumatera Utara
35
Tujuan strategi pembelajaran dapat disimpulkan sebagai bentuk dari salah
satu strategi yang dipakai dalam proses belajar-mengajar, dengan menenpatkan
siswa yang terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa didalam kelompok belajar kecil
yang memiliki karaterisitik yang heterogen, dengan aktivitas belajar siswa yang
lebih aktif dalam mencari, menjelaskan, dan menggunakan semua sumber
belajar, siswa diharapkan mampu memahami dan menyelesaikan permasalahan
dalam pembelajaran melalui interaksi dan kerjasama dengan siswa lainnya,
memiliki peran dan tanggungjawab yang sama dalam memahami materi
pelajaran dan menuntaskan tugas kelompok.
4. Manfaat Strategi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson, dkk (dalam Trianto, 2011), strategi pembelajaran
kooperatif mempunyai sejumlah manfaat, yakni:
a. Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar.
Dalam kelompok kecil terdapat sikap saling ketergantungan yang pisitif
antara siswa, setiap siswa dapat bekerjasama dan saling membantu dalam
hal menanyakan pertanyaan yang tidak jelas, mendiskusikan pendapat,
belajar memberikan pendapat, maupun kritikan yang membangun kepada
oranglain. Setiap anggota adalah bagian dari kelompok yang saling
terikat dan bekerjasama untuk mencapai satu tujuan, serta menyimpulkan
penemuan mereka dalam bentuk tulisan.
b. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa.
Dalam hal ini interaksi siswa akan semakin meningkat, hal ini dirancang
agar semua siswa mampu mempelajari konsep dan strategi pemecahan
Universitas Sumatera Utara
36
masalah secara bersama-sama dan saling membantu dalam mencapai
sukses.
c. Setiap siswa mempunya keterampilan interpersonal.
Dalam kelompok siswa belajar untuk berinteraksi dalam hal diskusi
maupun mengambil sikap dalam membantu dan mencari solusi dalam
permasalahan kelompok melalui argumentasi yang logis, bermanfaat dan
lebih objektif.
d. Proses kelompok
Dalam proses kelompok setiap siswa mendiskusikan cara dalam
mencapai tujuan dan hubungan kerja yang baik dengan ide-ide yang
menarik dan lebih menantang.
e. Pencapaian kesuksesan dari pencapaian tujuan diberikan kepada
kelompok yang mampu mencapai kriteria yang ditentukan, yakni setiap
anggota kelompok mampu menguasai materi pelajaran dan siap
menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain.
5. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif
Trianto (2011) menjelaskan ciri-ciri atau karaktersitik dari strategi
pembelajaran kooperatif, yakni:
a. Setiap kelompok kecil terdiri dari siswa yang heterogen yang mempunyai
tingkatan kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah.
b. Setiap kelompok kecil terdiri dari kemampuan, jenis kelamin, suku, ras
yang berbeda-beda yang saling membantu.
Universitas Sumatera Utara
37
c. Tujuan dari dibentuknya kelompok-kelompok kecil adalah memberikan
kesempatan kepada setiap siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berfikir dan kegiatan belajar.
d. Setiap anggota kelompok bertugas mencapai ketuntasan materi yang
disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya dalam
ketuntasan belajar.
e. Setiap anggota kelompok berkumpul dalam kelompok dalam beberapa
kali pertemuan, dimana dalam kelompok siswa diajarkan keterampilanketerampilan khusus agar siswa dapat bekerjasama dengan baik didalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan
kepada teman kelompok dengan baik, berdisikusi,dan lain sebagainya.
f. Dalam proses pembelajaran siswa diberi lembar kegiatan yang berisi
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
g. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu dimana
kelompok dikatakan berhasil mencapai pembelajaran nya ketika setiap
anggota kelompok mampu menguasai materi pelajaran, demikian
sebaliknya ketika setiap anggota kelompok belum mampu menguasai
materi pelajaran maka dikatakan kelompok tidak berhasil dalam
mencapai pembelajarannya.
Universitas Sumatera Utara
38
6. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2011) ada tahapan atau langkah-langkah dalam
pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif, yakni:
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Pembelajaran
dimulai
dengan
guru
menyampaikan
tujuan
dari
pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap pelajaran dan memotivasi
siswa untuk belajar.
b. Menyajikan Informasi
Pada langkah kedua ini guru menyajikan informasi kepada siswa baik
dengan jalan peragaan (demonstrasi), lewat bahan bacaan, maupun lewat
tes.
c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.
Guru memberi penjelasan bagaimana cara membentuk kelompokkelompok kecil, sebagai kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.
d. Membantu kerja kelompok dalam belajar.
Guru membimbing kelompok –kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas.
e. Evaluasi.
Guru mengetes mengevaluasi hasil belajar siswa melalui materi pelajaran
yang telah dipelajari setiap siswa dalam kelompok
Universitas Sumatera Utara
39
f. Memberikan Penghargaan.
Guru menggunakan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok.
7. Keunggulan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2009) strategi pembelajaran kooperatif memilikisejumlah
kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :
a. Keuntungan Strategi Pembelajaran Kooperatif
1. Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu bergantung
pada guru akan tetapi, siswa diarahkan untuk meningkatkan kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menmukan informasi dari berbagai sumber
dan belajar dari siswa yang lain.
2. Melalui strategi pembelajaran koooperatif siswa dapat mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara
verbal dan membandingkannya dengan ide- ide orang lain.
3. Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa dapat membantu untuk
respek pada oranglain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta
menerima segala perbedaan.
4. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan
sosial.
5.Strategi pembelajaran kooperatif membantu siswa lebih bertanggungjawab
dalam belajar
Universitas Sumatera Utara
40
b. Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif
1. Penilaian yang diberikaan dalam strategi pembelajaran kooperatif
didasarkan kepada hasil kerja kelompok, bukan berdasarkan individual.
2. Membutuhkan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan stategi
pembelajaran yang lain.
3. Bagi siswa yang memiliki kelebihan atau tingkat kecerdasan yang diatas
rata-rata siswa lainnya, strategi ini akan menghambat perkembangan
mereka yang mampu menyerap informasi selama proses belajar secara
lebih cepat dibandingkan teman – teman yang lain.
D. Profil SMA Negeri 1 Pematangsiantar
SMA Negeri 1 Pematangsiantar berdiri tahun 1959, beralamat pada jalan
Parsoburan No. 24 Pematangsiantar, Kecamatan Siantar Marihat Kota
Pematangsiantar. SMA Negeri 1 Pematangsiantar memiliki jumlah siswa kelas X,
XI, XII, sebanyak 445 siswa pada periode tahn 2012/2013. Adapun jumlah
ruangan kelas yang dipakai untuk keseluruhan siswa berjumlah 32 kelas, yakni 13
ruangan untuk kelas X, 8 ruangan untuk kelas XI, dan 11 ruangan untuk kelas XII.
SMA Negeri 1 Pematangsiantar juga memiliki beberapa tenaga pengajar,
dimana jumlah tenaga pengajar(Guru) sebanyak 112 guru yang terdiri dari 11 guru
Pendidikan Agama, guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) 6 orang, guru
Bahasa Indonesia 9 orang, guru Bahasa Inggris 13 orang, guru Matematika 12
orang, guru Fisika 6 orang, guru Biologi 7 orang, guru Kimia 8 orang, guru
Sejarah 3 orang, guru Geografi 4 orang, guru Ekonomi 7 orang, guru Sosiologi 5
Universitas Sumatera Utara
41
orang, guru Pendidikan Seni 3 orang, guru Penjaskes 3 orang, guru Teknik
Informasi Komunikasi (TIK) 4 orang, guru Bimbingan Konseling (BK) 7 orang,
dan guru Bahasa Jerman 4 orang.
SMA Negeri 1 Pematangsiantar juga memiliki fasilitas sarana yang mendukung
pembelajaran seperti perpustakaan, laboratoriun IPA, laboratorium bahasa,
laboratorium komputer, ruang baca, ruang osis, musholla, kantin, Unit Kesehatan
Siswa (UKS). SMA Negeri 1 Pematangsiantar juga merupakan salah satu sekolah
yang selalu mengikuti Program Pendidikan Nasional, yakni memberlakukan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak Tahun pelajaran 2008/2009
sebagai pengganti dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
1. Visi dan Misi Sekolah
a. Siswa SMA Negeri 1 Pematangsiantar menjadi siswa yang berbudi pekerti
luhur, berakhlak mulia, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Siswa SMA Negeri 1 Pematangsiantar menjadi siswa yang berprestasi baik
dalam bidang akademik maupun non-akademik.
c. Memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
d. Menyediakan fasilitas belajar yang memadai, lingkungan belajar yang
nyaman dan situasi belajar mengajar yang kondusif.
e. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan bakat dan kemampuan sebagai
bekal bermasyarakat.
f. Menyiapkan sumber daya manusia yang handal mampu dan mengerti
kebutuhan pembangunan utntuk mensejahterakan masyarakat.
g. Menumbuhkan sikap disiplin dan semangat keunggulan kompetitif baik
Universitas Sumatera Utara
42
dalam bidang imtaq maupun IPTEK.
h. Menyiapkan siswa yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi.
i. Menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan budi pekerti yang
luhur, akhlak mulia dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
E.
Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar
Terhadap Hasil Belajar Matematika
Matematika termasuk salah satu jenis pembelajaran yang menuntut
pemahaman kompleksitas dari siswa, sebab itu pelajaran matematika sampai
saat ini menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh sebagian besar pelajar,
alasan, yang umumnya melatarbelakanginya seperti matematika dianggap
sebagai pelajaran yang sulit sehingga menjadi momok yang menakutkan dan
dijauhi kebanyakan siswa di sekolah (Masduki, 2011). Berbagai pembelajaran
yang menyenangkan berupaya selalu ditingkatkan untuk menarik ketertarikan
siswa untuk belajar dan mengubah konsep siswa yang negatif pada pelajaran
metematika. Interaksi yang terjadi selama proses belajar membawa penilaian
siswa terhadap pelajaran dan berdampak pada pencapaian tinggi rendahnya
nilai hasil belajar. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat
bersumber dari faktor internal maupun faktor eksternal (Djamarah, 2006).
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang turut mempengaruhi
hasil belajar. Menurut sanjaya (2009) salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar adaah strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran
Universitas Sumatera Utara
43
adalah rancangan atau desain pembelajaran yang disusun oleh guru dengan
pencapaian tujuan proses pembelajaran yang diharapkan.
Desain pembelajaran dengan suasana belajar yang menyenangkan dapat
mengarahkan perhatian siswa, pelajaran menjadi jauh lebih mudah dipahami
dan lebih bertahan lama dalam ingatan siswa, (Mahmud, 1989). Pemilihan
strategi pembelajaran yang benar dapat mendukung dan meningkatkan hasil
belajar tetapi penggunaan strtaegi pembelajaran yang tidak tepat akan
memberikan pengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa, karena prestasi
belajar seorang siswa salah satunya turut dipengaruhi oleh metode mengajar
yang tersusun didalam strategi pembelajaran yang diterapkan (Suryabrata,
1983; Djamarah, 2006).
Strategi pembelajaran yang saat ini sedang digalakkan didalam dunia
pendidikan
salah
satunya
adalah
strategi
pembelajaran
kooperatif.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan pembelajaran lainnya, karena
pembelajaran kooperatif memiliki keungguan yakni adanya interdependensi
tugas, intesependensi ganjaran, interaksi siswa dengan sumber belajar, dan
kompetisi (Suprayekti, 2006). Melalui pembelajaran kooperatif para siswa
diharapkan aktif melalui interaksi saling membantu, berdiskusi, berdebat, atau
saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain.
Faktor eksternal dalam lingkungan pembelajaran melalui penerapan strategi
pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar matematika, dan
faktor lain luar pembelajaran yang juga berperan serta dalam meningkatkan
hasil belajar matematikaadalah siswa atau pembelajar sendiri (Dalyono, 2007).
Universitas Sumatera Utara
44
Dorongan dari dalam diri siswa yang menggerakkan usaha dalam
melakukan sesuatu guna mencapai suatu tujuan adalah motivasi. Santrock
(2008) mengartikan motivasi sebagai proses yang memberikan semangat, arah,
dan kegigihan perilaku. Motivasi belajar adalah salah satu bagian penting
dalam membangun usaha siswa untuk mampu memperoleh nilai hasil belajar
yang tinggi.
Motivasi belajar adalah salah satu faktor yang memperkuat suatu perbuatan
yang dilakukan, dan tujuan yang jelas dari suatu perbuatan yang dilakukan
akan membuat siswa memiliki arah dari kegiatan yang dilakukan (Winkel,
1996), didukung juga oleh Winataputra dan Sardiman (2002,2003) yang
menyatakan motivasi belajar akan mendorong keberhasilan dari pencapaian
tujuan pembelajaran, dan tanpa motivasi kegiatan belajar mengajar sulit untuk
berhasil.
Kondisi pembelajaran di Indonesia, pada umunya masih berfokus pada
pembelajaran yang berpusat pada guru aktif serta siswa sebagai objek pasif
dalam menerika pelajaran menyebabkan kondisi belajar menjadi pasif sehingga
pembelajaran menjadi membosankan (Sanjaya, 2008). Kepasifan siswa dalam
kondisi
belajar
yang
membosankan
dan
menurut
Masduki
(2011)
mengakibatkan motivasi belajar siswa rendah.
Motivasi memberikan dukungan atau peran yang membantu siswa
mencapai hasil belajar yang baik atau tidak baik, dengan kata lain motivasi
belajar berhubungan dengan hasil belajar siswa (Purwanto, 2006), oleh
Universitas Sumatera Utara
45
sebab itu motivasi belajar mendorong siswa untuk tetap semangat dalam
belajar (Winkel, 1996).
Salah satu bentuk dalam hal meningkatkan lingkungan belajar yang
kondusif adalah melalui pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan
mendorong ketertarikan, keinginan siswa belajar guna mencapai hasil
belajar yang maksimal melalui penerapan strategi pembelajaran kooperatif
(Suprapto, 2013), dan pentingnya peranan motivasi memberikan dukungan
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran dengan kata lain motivasi belajar
berhubungan dengan hasil belajar siswa (Purwanto, 2006).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memutuskan untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh strategi pembelajaran dan motivasi belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa SMA Negeri 1 kelas X di
Pematangsiantar.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang dikemukakan
sebelumnya maka peneliti mengajukan tiga hipotesis mayor dan empat
hipotesis minor, yaitu
Hipotesis Mayor :
a. Ada pengaruh strategi pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar
matematika siswa.
b. Ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika
siswa.
Universitas Sumatera Utara
46
c. Ada interaksi strategi pembelajaran dan motivasi belajar terhadap
yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
Hipotesis Minor:
a.
Ada pengaruh motivasi belajar tinggi terhadap hasil belajar
matematika pada siswa yang memakai strategi pembelajaran nonkooperatif.
b.
Ada pengaruh motivasi rendah terhadap hasil belajar matematika
pada siswa yang memakai strategi pembelajaran non-kooperatif.
c.
Ada pengaruh motivasi tinggi terhadap hasil belajar matematika
pada siswa yang memakai strategi pembelajaran kooperatif.
d.
Ada pegaruh motivasi rendah terhadap hasil belajar matematia pada
siswa yang memakai strategi pembelajaran kooperatif
Universitas Sumatera Utara
Download