BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka a. Kardiovaskuler Penyakit kardiovaskular adalah penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Karena sistem kardiovaskular sangat vital, maka penyakit kardiovaskular sangat berbahaya bagi kesehatan. Ada banyak macam penyakit kardiovaskular, tetapi yang paling umum dan paling terkenal adalah penyakit jantung dan stroke. Dalam banyak kasus kelainan jantung baru terdeteksi saat terjadi serangan jantung (Pearce, 2002). Penyebab penyakit kardiovaskular bersifat multifaktorial yang terutama berhubungan dengan perubahan pola hidup meliputi rokok, alkohol, inaktifitas fisik, serta pola makan yang tidak sehat (WHO, 2008). Faktor risiko penyakit kardiovaskular terdiri dari yang dapat dimodifikasi (90%) termasuk : dislipidemia, merokok, hipertensi, diabetes melitus, inaktifitas fisik, dan yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia tua, jenis kelamin laki-laki, dan keturunan (Young dan Libby, 2007). Jenis penyakit yang dapat digolongkan kedalam penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) menurut Depkes RI (2007), adalah : a. Penyakit jantung koroner ( PJK, penyakit jantung iskemik, serangan jantung, infark miokard, angina pektoris ) b. Penyakit pembuluh darah otak ( stroke, TIA (transient ischemic attack)). c. Penyakit jantung hipertensi d. Penyakit pembuluh darah perifer e. Penyakit gagal jantung f. Penyakit jantung rematik g. Penyakit jantung bawaan h. Penyakit kardiomiopathy i. Penyakit jantung katup b. Serebrovaskuler Penyakit serebrovaskuler merupakan gangguan yang mempengaruhi aliran darah ke otak dan dapat mengakibatkan gangguan neurologik (Lewis, 2002). Istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau berhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum. Istilah yang masih lama dan masih sering digunakan adalah cerebrovaskular accident (CVA) (Price dan Wilson, 2006). Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Yang biasanya diakibatkan oleh trombosis, embolisme, iskemia dan hemoragi (Smeltzer et al., 2002). Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang bisa terjadi pada siapa saja (Muttaqin, 2008). Ada 2 klasifikasi dari stroke yaitu: stroke hemoragi dan stroke non hemoragi. Stroke hemoragi merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid, disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadian saat melakukan aktifitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Stroke non hemoragi, stroke ini dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasa terjadi saat istirahat, bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat menimbulkan edema sekunder (Muttaqin, 2008). c. Antiplatelet Antiplatelet adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan thrombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri (Gunawan et al., 2007). Anti trombosit (anti platelet) adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri. Beberapa obat yang termasuk golongan ini adalah aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol, dekstran, tiklopidin, prostasiklin ( PGI-2 ) (Rambe, 2004). Platelet diproduksi oleh megakariosit sumsum tulang belakang (Liesner dan Machin, 2003). Fungsi platelet diregulasi oleh substansi-substansi yang dibagi menjadi tiga kategori. Kelompok yang pertama yaitu zat-zat yang berada diluar platelet yang berinteraksi dengan reseptor membran platelet seperti katekolamin, kolagen, thrombin dan prostasiklin. Sedangkan kategori yang kedua terdiri dari zat-zat yang berada di dalam platelet yang berinteraksi dengan reseptor membran seperti adenosine diphosphate (ADP), prostaglandin D2, prostaglandin E2 dan serotonin. Kelompok ketiga yaitu zat-zat yang berada di dalam platelet dan berinteraksi dengan platelet yaitu prostaglandin endoperoksida dan tromboxane A2 (TXA2) (Katzung, 2003). Obat antiplatelet telah direkomendasikan untuk pengobatan stroke dan transient ischemic attack (stroke sesaat) untuk mengurangi resiko stroke berulang dan kejadian vaskular lainnya. Berdasarkan prosedur penatalaksanaan pemberian obat antiplatelet sebagai pilihan dapat digunakan aspirin, clopidogrel, dipyridamole dengan aspirin (Hills dan Johsnton, 2008). Beberapa percobaan penelitian telah dilakukan untuk menilai efikasi dari pengobatan dengan antiplatelet, terutama penggunaan aspirin untuk mencegah kejadian vaskular. The Antiplatelet Trialists Collaboration (APTC) termasuk dalam meta-analisis untuk menentukan efek dari obat antiplatelet dengan berbagai jenis obat antiplatelet pada populasi dengan resiko vaskular. Berdasarkan 17 percobaan penelitian ditemukan pengobatan dengan antiplatelet mengurangi kejadian stroke, infark miokard dan kematian akibat gangguan vaskular (Sacco, 2000). d. Clopidogrel Clopidogrel merupakan antiplatelet yang bertujuan untuk mengurangi atau mencegah kejadian kardiovaskuler dan serbrovaskuler, contoh: stroke (Furie et al., 2010). Penggunaan clopidogrel beresiko terkena pendarahan saluran cerna, tetapi persentase clopidogrel terkena pendarahan lebih kecil dibandingkan antiplatelet lain (Wang et al., 2013). Clopidogrel adalah obat golongan antiagregrasi trombosit atau platelet yang bekerja secara selektif menghambat ikatan Adenosine Di-Phosphate (ADP) pada reseptor ADP di platelet, yang sekaligus dapat menghambat aktivasi kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa yang dimediasi oleh ADP, yang dapat menimbulkan penghambat terhadap agregrasi platelet. Clopidogrel tidak menghambat aktivitas dari enzim fosfodiesterase yang berpengaruh dalam siklik AMP, jadi tidak mempunyai efek vasodilatasi (Adiwijaya, 2011). Clopidogrel merupakan turunan dari derivat thienopyridine yang menghambat agregasi platelet (Katzung, 2003). Farmakokinetik clopidogrel yaitu dengan waktu paruh obat selama 8 jam dan biasanya dieliminasi melalui feses atau ginjal (Sigit, 2003). Clopidogrel bekerja secara kompetitif dan ireversibel menghambat adenosine diphospate (ADP) P2Y12 reseptor. Adenosine diphosphate yang berikatan dengan PY1 reseptor menginduksi perubahan ukuran platelet dan kelemahan serta agregasi platelet yang sementara (Nguyen et al., 2005). Tidak seperti aspirin obat ini tidak memiliki efek terhadap metabolisme prostaglandin (Katzung, 2003). Pada beberapa percobaan dilaporkan efikasi penggunaan clopidogrel dalam pencegahan transient ischemic attack, stroke dan unstable angina pectoris. Efek antithrombotik dari clopidogrel tergantung kepada dosis, didalam 5 jam setelah pemberian secara oral dosis awal clopidogrel 300 mg, aktivitas platelet sebanyak 80% dapat dihambat. Dosis 75 mg merupakan maintenance dose , yang dapat mencapai inhibisi platelet maksimum. Durasi efek antiplatelet 7-10 hari (Katzung, 2003). Clopidogrel Memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan ticlopidine yaitu supresi sumsum tulang belakang yaitu neutropenia (Katzung, 2003) dan thrombotic thrombocytopenia purpura pada beberapa kasus (Katzung, 2003). Kontraindikasi clopidogrel diberikan pada gangguan hati berat, kecenderungan perdarahan dan pada wanita hamil (Sigit, 2003). B. Kerangka Pemikiran Kardiovaskuler merupakan penyakit penyebab kematian pertama di Indonesia, sedangkan serebrovaskuler merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit jantung (kardiovaskuler). Salah satu terapi yang diberikan adalah antiplatelet clopidogrel, clopidogrel memiliki resiko pendarahan pada lambung lebih kecil dibandingkan antiplatelet lainnya seperti aspirin. Belum adanya evaluasi tentang clopidogrel berdasarkan distribusi karakteristik dasar pasien di RSUD Dr. Moewardi. Untuk mengetahui persentase penggunaan antiplatelet clopidogrel pada pasien kardiovaskuler dan serebrovaskuler tahun 2012-2015 di RSUD Dr. Moewardi berdasarkan distribusi karakteristik dasar pasien yaitu jenis kelamin, usia, dan faktor resiko. Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan metode retrospektif menggunakan data rekam medik pasien. C. Keterangan Empirik Penelitian di RSUD Sidoarjo Surabaya tahun 2015 menunjukkan bahwa terapi penggunaan anti platelet (clopidogrel) pasien pulang dengan kondisi membaik sebanyak 20 orang (90,48%), dan meninggal 1 orang (9,52%). Penggunaan clopidogrel diberikan secara oral dengan 3 katagori, 1x75mg 16 pasien (76,19%), 2x75mg 1 pasien (4,77%), 1x100mg 4 pasien (19,05%). Penelitian mengenai studi penggunaan antiplatelet clopidogrel di RSUD Dr. Moewardi berdasarkan jenis kelamin, usia, faktor resiko, lama perawatan, diagnosa utama, penyakit penyerta dan obat lainnya belum ada sampai sekarang. Adapun penelitian ini diharapkan dapat mengetahui persentase penggunaan antiplatelet clopidogrel pada pasien di RSUD Dr. Moewardi.