bab ii landasan teori - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Semangat Kerja
1. Definisi Semangat Kerja
Davis & Newstrom (2000) menyebutkan bahwa semangat kerja
adalah kesediaan perasaan maupun perilaku yang memungkinkan
seseorang bekerja untuk menghasilkan kerja lebih banyak dan lebih
baik. Selain itu semangat kerja juga dianggap sebagai suasana kerja
positif yang tedapat dalam
suatu organisasi dan
terungkap
dalam sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh
aspek kerja termasuk didalamnya lingkungan, kerjasama dengan
orang lain yang secara optimal sesuai dengan kepentingan dan
tujuan organisasi.
Carlaw, Deming & Friedman (2003) menyatakan dengan
semangat kerja yang tinggi pegawai akan bekerja dengan berenergi,
antusias dan memiliki rasa kebersamaan, sedangkan pegawai yang
memiliki semangat kerja yang rendah akan merasa bosan, berkecil
hati
dan
malas
dalam
melakukan
perkerjaan.
Danim (2004)
mendefinisikan semangat kerja atau kegairahan kerja sebagai kesepakatan
batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu.
12
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya
Sastrohadiwiryo
(2003)
berpendapat
bahwa
semangat kerja merupakan suatu kondisi mental, atau perilaku
individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan
kesenangan mendalam pada diri untuk bekerja dengan giat dan
konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Winardi (2004) menjelaskan bahwa semangat kerja
merupakan ketiadaan konflik, perasaan senang, penyesuaian pribadi
dengan baik, dan keterlibatan ego dalam pekerjaan. Robert Guion
(dalam Winardi, 2004) menyatakan semangat kerja merupakan suatu
keadaan ketika seseorang merasa puas akan seluruh situasi dalam
pekerjaannya.
Alexander
Leighten
(dalam
Moekijat,
1989)
berpendapat bahwa semangat kerja adalah kemampuan sekelompok
orang untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar
tujuan bersama.
Hasibuan (2005) mendefinisikan semangat kerja sebagai
keinginan dan kesungguhan seseorang untuk melakukan pekerjannya
dengan baik dan disiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.
Pendapat lain dari Moekijat (1989) menyatakan apabila individu merasa
baik, bahagia dan optimis dalam melakukan pekerjaannya maka
individu tersebut digambarkan memiliki semangat kerja yang tinggi.
Sebaliknya apabila individu suka membantah, terlihat aneh, merasa
dalam kesulitan serta tidak tenang dalam menjalankan tugas maka
individu tersebut memiliki semangat kerja yang rendah.
13
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa semangat kerja
adalah kondisi seseorang yang menunjukkan kesenangan mendalam
terhadap pekerjaannya untuk bekerja dengan giat, disiplin dan bertanggung
jawab dalam mencapai tujuan dan prestasi kerja yang lebih baik.
2. Ciri - Ciri Individu yang Memiliki Semangat Kerja yang Tinggi
Carlaw, Deming dan Friedman (2003) menjelaskan terdapat 8 ciri yang
digunakan untuk mengukur semangat kerja individu, diantaranya adalah:
a. Tersenyum dan tertawa
Senyum dan tertawa menunjukkan kebahagiaan seseorang dalam
bekerja. Walaupun tersenyum dan tertawa tidak ditunjukkan dalam
bentuk perilaku, tetapi individu selalu merasa tenang dan nyaman
dalam menyelesaikan pekerjaannya.
b. Memiliki inisiatif
Seseorang dengan semangat kerja yang tinggi akan memiliki
kemauan diri untuk bekerja dan mencapai hal baru walaupun tanpa
adanya pengawasan dan perintah atasannya, namun tetap mematuhi
aturan yang berlaku.
c. Berpikir kreatif dan luas
Seseorang dengan pemikiran yang kreatif selalu memiliki ide-ide
baru dan tidak mempunyai kesulitan untuk menyalurkan ide-idenya
dalam menyelesaikan tugas. Selain itu seseorang yang berpikir
kreatif dan luas juga memiliki pandangan yang luas terhadap halhal yang berkaitan dengan pekerjaannya.
14
Universitas Sumatera Utara
d. Menyenangi apa yang sedang dilakukan
Seseorang akan lebih fokus terhadap pekerjaannya dan tertarik
untuk mencari penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
pekerjaan daripada menujukkan kesulitan selama melakukan pekerjaan.
e. Tertarik dengan pekerjaannya
Seseorang menaruh minat terhadap pekerjaannya karena sesuai
dengan keahlian yang dimiliki dan keinginannya.
f. Bertanggung jawab
Seseorang dengan semangat kerja yang tinggi selalu bersungguhsungguh
untuk
bertanggung
jawab
dalam
menyelesaikan
pekerjaannya agar memberikan hasil yang terbaik dalam bekerja.
g. Memiliki kemauan bekerja sama
Seseorang bersedia untuk bekerja sama dengan orang lain untuk
mempermudah atau mempertahankan kualitas kerja.
h. Berinteraksi secara informal dengan atasan
Seseorang selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan
atasan. Hal ini ditunjukkan dengan selalu bertukar pikiran,
informasi dan belajar dari pengalaman atasannya. Dengan
adanya interaksi yang baik dengan atasan, seseorang akan
merasa nyaman tanpa ada rasa takut dan tertekan.
15
Universitas Sumatera Utara
Menurt Carlaw, Deming & Friedman (2003) penjelasan di atas
merupakan ciri-ciri individu dengan semangat kerja yang tinggi yang
digunakan untuk mengukur semangat kerja, sedangkan semangat kerja
yang rendah sering ditunjukan oleh perilaku karyawan sebagai berikut:
a. Menjadi sangat tenang atau tidak tertarik dengan pekerjaannya
b. Tidak bersosialisasi dengan teman sekerja
c. Selalu datang terlambat atau pulang lebih awal
d. Turnover yang tinggi
e. Kurangnya kinerja yang dimiliki karyawan
f. Menjadi mudah terganggu dengan pekerjaan yang dilakukan
3. Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Pattanayak (2002) mengemukakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi semangat kerja, yaitu:
a. Perasaan kebersamaan
Karyawan memiliki rasa saling memiliki dan peduli sesama
anggota kelompok kerja.
b. Kejelasan tujuan atau objektif yang diraih
Karyawan memiliki beban kerja dan tujuan yang jelas.
c. Pengharapan keberhasilan terhadap tujuan yang diinginkan
Memiliki kepercayaan bahwa pekerjaan dapat dilakukan sesuai
tujuan yang diinginkan perusahaan atau organisasi.
16
Universitas Sumatera Utara
d. Rasa kerja dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan
Tugas
yang
diberikan
akan
dilaksanakan
dengan
saling
berpartisipasi angtar anggota kelompok kerja.
e. Memiliki pemimpin yang memberikan dukungan dan dorongan
Pemimpin selalu berhubungan langsung dengan para karyawan dan
memberikan motivasi yang membangun serta mengarahkan
bawahan agar bekerja lebih produktif.
4. Manfaat Semangat Kerja Yang Tinggi
Semangat kerja yang tinggi sangat penting dimiliki oleh seseorang,
Carlaw Deming & Friedman (2003) menyatakan dengan semangat kerja
yang tinggi dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Peningkatan kepuasan kerja
b. Tingkat turnover yang rendah
c. Produktivitas kerja yang lebih tinggi
d. Mengurangi absensi
e. Berkurangnya beban stress yang terkait dengan pekerjaan
17
Universitas Sumatera Utara
B. Kecerdasan Emosional
1. Definisi Kecredasan Emosional
John Mayer dan Peter Salovey pertama sekali memunculkan istilah
kecerdasan emosional pada tahun 1990, kecerdasan emosional dianggap
sebagai kemampuan untuk mengenali arti emosi serta digunakan untuk
memecahkan permasalahan. Kemampuan ini meliputi kapasitas untuk
memahami emosi, perasaan - perasaan yang terkait dengan emosi dan
memahami informasi tentang emosi - emosi tersebut dan mengelolanya
(Nikolaou, 2002).
Yale, Peter Salovey & John Meyer (dalam Martin 2003)
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memahami
perasaan diri sendiri, berempati terhadap perasaan orang lain dan untuk
mengatur emosi yang secara bersamaan berperan dalam peningkatan taraf
hidup seseorang.
Lebih lanjut, Goleman (1999) menyebutkan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam
memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati
dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir.
Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan
emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana
hati (Ifham & Helmi, 2002).
18
Universitas Sumatera Utara
Salovey dan Sluyter (1997) berpendapat kecerdasan emosional
merupakan kemampuan untuk mengenali emosi, menilai dan menghasilkan
emosi yang dapat membantu pikiran, memahami emosi dan arti emosional
serta untuk mengatur emosi secara efektif sehingga dapat meningkatkan
kemampuan emosi dan pikiran. Davies (dalam Casmini, 2007) menjelaskan
bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk
mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi
dengan lainnya dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses
berpikir dan berperilaku seseorang. Martin (2003) menyatakan dalam konteks
pekerjaan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengetahui apa
yang dirasakan dan orang lain rasakan termasuk diantaranya cara tepat untuk
menangani masalah.
Salovey dan Mayer (dalam Martin, 2003) merangkum kecerdasan
emosional menjadi kesadaran diri (self awareness) yaitu kemampuan
mengobservasi dan mengenali perasaan yang dimiiliki diri sendiri; mengelola
emosi (managing emotions) yaitu kemampuan mengelola emosi termasuk
yang tidak menyenangkan secara akurat; memotivasi diri sendiri (motivating
one self) yaitu kemampuan mengendalikan emosi guna mendukung
pencapaian tujuan pribadi; empati (emphaty) yaitu kemampuan untuk
mengelola sensitifitas, menempatkan diri pada sudut pandang orang lain
sekaligus menghargainya; menjaga relasi (handling relationship) yaitu
kemampuan berinteraksi dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang
lain, yang disebut juga sebagai kemampuan sosial atau interpersonal.
19
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengatur
keadaan emosinya sendiri secara efektif, memotivasi diri sendiri, mengenali
emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain sehingga dapat
mencapai tujuan, membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan.
2. Aspek Kecerdasan Emosional
Goleman (1999) aspek kecerdasan emosional terdiri dari lima
kemampuan, diantaranya adalah :
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri merupakan kesadaran diri dalam mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi dan merupakan dasar kecerdasan
emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke
waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman
diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya
membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan, sehingga tidak peka
akan perasaan yang sesungguhnya yang akan berakibat buruk dalam
pengambilan keputusan masalah.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan tepat. Kecakapan mengelola emosi ini merupakan
kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri, yang meliputi
kemampuan
menghibur
diri
sendiri,
melepaskan
kecemasan,
20
Universitas Sumatera Utara
kemurungan atau ketersinggungan.
Orang yang buruk dalam
kemampuannya mengelola emosi akan terus menerus bertarung
melawan perasaan, murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif
yang merugikan dirinya sendiri, sementara mereka yang pintar dapat
bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemorosotan dalam
kehidupan.
c. Memotivasi diri sendiri
Memotivasi diri merupakan kemampuan menggunakan hasrat yang
paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran,
membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta
bertahan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi. Orang-orang yang
yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan
efektif dalam hal apapun yang dikerjakan.
d. Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain yaitu empati atau mengenali emosi orang
lain yang dibangun berdasarkan kesadaran diri. Orang yang empatik lebih
mampu
menangkap
sinyal-sinyal
sosial
tersembunyi
yang
mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Empati
juga mencakup kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain,
mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai watak orang.
21
Universitas Sumatera Utara
e. Membina Hubungan
Seni membina hubungan merupakan keterampilan mengelola
emosi orang lain, kecakapan untuk berinteraksi dengan orang lain,
kemampuan untuk menjalin hubungan dan bagaimana seseorang
menempatkan dirinya dalam suatu kelompok. Orang yang hebat dalam
keterampilan
ini
akan
sukses
dalam
bidang
apapun
yang
mengandalkan pergaulan sosial dengan orang lain.
3. Dampak Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional memberikan dampak yang positif dan
sangat berperan didunia kerja, hal tersebut diantaranya adalah (Martin,
2003) :
a. Pada posisi yang berhubungan dengan banyak orang, individu akan
lebih sukses dalam bekerja. Hal ini dikarenakan individu lebih
berempati, komunikatif dan lebih peka akan kebutuhan orang lain
b. Dengan kecerdasan emosional individu tidak akan mudah
menyerah dan frustasi namun individu semakin termotivasi dalam
mencapai tujuan yang dicita-citakan
c. Berbekal kemampuan komunikasi dan hubungan interpersonal
yang tinggi akan membantu individu untuk lebih mudah
menyesuaikan diri dan beradaptasi
d. Individu akan menanggung stres yang lebih kecil karena terbiasa
untuk mengungkapkan perasaan dan mampu dalam memisahkan
fakta dan opini.
22
Universitas Sumatera Utara
e. Individu menjadi tidak terlalu sensitif dan emosional dan pendapat
mereka dianggap selalu obyektif dan penuh pertimbangan.
Selain penjelasan diatas, kecerdasan emosional juga memberikan
dampak terhadap organisasi, diantaranya adalah (Cherniss & Goleman,
2001) :
a. Membantu organisasi dalam merekrut karyawan
b. Membantu dalam pengembangan bakat karyawan
c. Membantu dalam membentuk kerja sama tim
d. Membantu dalam meningkatkan komitmen dan semangat kerja
karyawan
e. Memberikan Inovasi
f. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan
g. Meningkatkan efisiensi karyawan
4. Ciri – Ciri Kecerdasan Emosional Yang Tinggi dan Rendah
Goleman (1995) mengemukakan beberapa karakteristik individu
yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan rendah, yaitu
sebagai berikut :
a. Kecerdasan emosional tinggi
Individu
dengan
kecerdasan
emosional
yang
tinggi
mampu
mengendalikan perasaan marah, memiliki kesabaran dan tidak agresif,
berfikir akan akibat terlebih dahulu sebelum bertindak, selalu
berusaha, mempunyai daya tahan untuk mencapai tujuan hidup,
23
Universitas Sumatera Utara
menyadari perasaan diri sendiri maupun orang lain, mampu
mengendalikan perasaan negatif, memiliki konsep diri yang positif,
mudah membangun hubungan dengan orang lain, dan dapat
menyelesaikan konflik sosial dengan baik dan damai.
b. Kecerdasan emosional rendah
Ciri individu dengan kecerdasan emosional yang rendah yaitu
bertindak mengikuti perasaan tanpa memikirkan akibatnya, pemarah,
bertindak agresif, tidak sabar, memiliki tujuan hidup dan cita-cita yang
tidak jelas, mudah putus asa, kurang peka akan perasaan diri sendiri
dan orang lain, tidak mampu mengendalikan perasaan yang negatif,
mudah terpengaruh oleh perasaan negatif, memiliki konsep diri yang
negatif, tidak mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain,
tidak mampu berkomunikasi dengan baik, dan menyelesaikan konflik
sosial dengan kekerasan.
24
Universitas Sumatera Utara
C. Dinamika Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Semangat Kerja
Semangat kerja pegawai merupakan salah satu hal yang penting bagi
sebuah organisasi. Sebuah organisasi atau instansi akan mendapat banyak
keuntungan apabila mempunyai pegawai dengan semangat kerja yang tinggi.
Dengan adanya semangat kerja maka seseorang akan melakukan pekerjaan secara
lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan dapat diharapkan selesai dengan
lebih cepat dan lebih baik (Nitisemito, 1982).
Dengan semangat kerja yang tinggi, tentunya pegawai akan bekerja
dengan berenergi, antusias dan memiliki rasa kebersamaan, sedangkan pegawai
yang memiliki semangat kerja yang rendah cenderung merasa bosan, berkecil hati
dan malas dalam melakukan perkerjaannya (Carlaw, Deming & Friedman, 2003).
Turunnya semangat kerja yang dimiliki seseorang akan berdampak pada
keterlibatannya terhadap pekerjaan dan organisasinya, yang mana dengan
semangat kerja yang rendah diasumsikan dapat menurunkan loyalitas pegawai
terhadap organisasinya (Majorsy, 2007)
Lebih lanjut, Meyer (2008) berpendapat bahwa tantangan terbesar pada
abad ini adalah menciptakan suatu organisasi yang cerdas secara emosional.
Memiliki motivasi, empati dan pemberdayaan yang melekat pada setiap kultur
dan nilai perusahaan organisasi sehingga dapat terhindar dari segala sesuatu
negatif yang dapat menghancurkan semangat kerja pegawai.
Dalam menghadapi kondisi demikian dibutuhkan pengelolaan dan
pengendalian terhadap berbagai jenis emosi yang dimiliki supaya tidak berdampak
negatif bagi kelangsungan hidup perusahaan, untuk dapat mengendalikan dan
25
Universitas Sumatera Utara
mengelola emosi tersebut maka dibutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi.
Selain itu kecerdasan emosional juga menjadi salah satu faktor penting dalam
meningkatkan semangat kerja seseorang (Wahyuningsih 2014).
Salovey dan Mayer mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai
himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
mengendalikan perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing
pikiran dan tindakan (Shapiro, 1998)
Goleman (1999) menyebutkan bahwa terdapat lima aspek kecerdasan
emosional diantaranya adalah aspek mengenali emosi diri, yaitu kemampuan
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemudian dilanjutkan dengan
aspek mengelola emosi, berarti menangani perasaan agar dapat terungkap dengan
tepat. Kemampuan mengelola emosi ini merupakan kemampuan yang bergantung
pada kesadaran diri, yang meliputi kemampuan menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan. Aspek yang
berikutnya adalah memotivasi diri sendiri, aspek ini berkaitan dengan kemampuan
untuk menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun
menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta
bertahan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi.
Setelah itu, dilanjutkan
dengan aspek mengenali emosi orang lain, yang disebut juga dengan empati.
Empati mencakup kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain,
mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya
dan menyelaraskan diri dengan berbagai watak orang. Kemudian, aspek yang
26
Universitas Sumatera Utara
terakhir, yaitu membina hubungan, aspek ini berkaitan dengan kemampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain, kemampuan untuk menjalin hubungan dan
bagaimana seseorang menempatkan dirinya dalam suatu kelompok.
Dari kelima aspek diatas dapat diketahui bahwa dengan adanya kecerdasan
emosional ini, seseorang akan mampu mengendalikan dirinya sendiri dan memotivasi
dirinya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan baik, salah satu
contohnya adalah akan berdampak positif dengan semangat kerja yang dimiliki oleh
seseorang di tempat kerjanya. Semangat kerja seorang pegawai dapat dilihat dari
tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki oleh pegawai tersebut yang mana dengan
tingkat kecerdasan emosional tinggi akan menimbulkan semangat kerja yang baik,
begitu juga sebaliknya kecerdasan emosional yang rendah akan menimbulkan
semangat yang kurang baik. Oleh sebab itu, kecerdasan emosional sangat dibutuhkan
seseorang ditempat kerja, karena kecerdasan emosional berguna dalam menanamkan
kebutuhan untuk memahami perasaan dan emosi serta berguna dalam meningkatkan
semangat kerja individu ditempat kerja (Peter, 2013).
Berikut dipaparkan beberapa penelitian yang fokus pada kaitan kecerdasan
emosional terhadap semangat kerja. As’ad (1995) mengungkapkan terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja, antara lain faktor fisik,
sosial, finansial dan psikologis, yang mana dari ketiga faktor tersebut berhubungan
erat dengan tingkat kecerdasan emosional. Hasil penelitian Thomas J. Stanley,
Ph.D., yang dibukukan dengan judul The Millionaire Mind membuktikan bahwa
kecerdasan emosional, sosial dan spiritual memberikan kontribusi terhadap
keberhasilan sebesar 90% dan intelektual hanya 10%. Selain itu Goleman dalam
27
Universitas Sumatera Utara
bukunya Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ menyatakan
keberhasilan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya dan
sisanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (Winarno, 2008).
Sementara itu jika dikaitkan langsung dengan semangat kerja, berdasarkan
hasil penelitian oleh Wahyuningsih (2014) bahwa terdapat beberapa aspek
kecerdasan emosional yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi
diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain serta membina
hubungan, yang mana hal ini menjadi bagian dari pembentukan semangat kerja
pegawai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional
termasuk aspek-aspek yang ada didalamnya dapat dijadikan sebagai prediktor
untuk memprediksi atau mengukur semangat kerja pegawai.
Penemuan lainnya dari Shimazu, dkk (2004) juga menyebutkan bahwa
individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih baik dalam
membina interaksi personal yang positif. Interaksi ini nantinya akan membantu
individu dalam meningkatkan semangat diri, semangat orang lain dan
berkontribusi bagi individu untuk merasakan kesuksesan personal dan kepuasan
kerja.
Hasil penelitian dari Dulewicz, dkk (2003) juga menunjukkan hasil yang
sama bahwa kecerdasan emosional memiliki korelasi positif dengan semangat dan
kehidupan kerja. Selain itu hal yang sama juga dapat dilihat dari hasil penelitian
lain yang dilakukan pada Perawat Rumah Sakit Baptis Kediri oleh Astarani
(2011), dimana kecerdasan emosional yang tinggi akan menunjukkan etos kerja
yang baik dalam bekerja, karena mereka tahu bagaimana caranya mengontrol dan
28
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan emosi secara baik. Demikian juga sebaliknya jika kecerdasan
emosional rendah maka akan menunjukkan etos kerja yang rendah. Hal ini dapat
dibuktikan ketika seseorang selalu memikirkan apa yang diinginkan sebelum
bertindak, maka mereka akan dengan serius, sepenuh hati dan segenap hati dalam
menjalani pekerjaannya, demikian sebaliknya jika seseorang tidak memikirkan
sebelum mereka bertindak maka dalam pekerjaannya mereka tidak akan serius
dan sepenuh hati.
Tidak sampai disitu saja, bahwa kecerdasan emosional juga memiliki
pengaruh terhadap kinerja seorang karyawan, yang mana hal ini dapat dilihat
dari hasil Penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati & Gani (2014)
menyebutkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja
karyawan Kopkar PT. Telkom Siporennu Makassar. Artinya semakin tinggi
kecerdasan emosional, akan semakin tinggi pula kinerja karyawan. Sebaliknya
semakin rendah kecerdasan emosional, akan semakin rendah pula kinerja
karyawan.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas, diketahui bahwa kecerdasan
emosional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja.
Sehingga dapat dikemukakan bahwa kecerdasan emosional ada pengaruhnya
dengan semangat kerja, dengan kata lain baik tidaknya kecerdasan emosional
akan berpengaruh terhadap semangat kerja. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk
meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh langsung kecerdasan emosional terhadap
semangat kerja pegawai.
29
Universitas Sumatera Utara
D. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ada pengaruh positif kecerdasan emosional terhadap semangat
kerja PNS. Semakin tinggi kecerdasan emosional pegawai, maka akan semakin tinggi
semangat kerja yang dimiliki pegawai. Dan sebaliknya, semakin rendah kecerdasan
emosional yang dimiliki pegawai, maka akan semakin rendah semangat kerja pegawai.
30
Universitas Sumatera Utara
Download