Kembang Jepun merupakan salah satu tempat

advertisement
HALAMAN 22
RADAR SURABAYA l SELASA, 1 DESEMBER 2015
Kembang Jepun Kawasan
Ekonomi Legendaris
Kembang Jepun
merupakan salah satu
tempat bersejarah
di Surabaya. Selain
arsitektur bangunannya,
pada zamannya, kawasan
tersebut pernah menjadi
pusat kegiatan ekonomi
terbesar di Surabaya.
Hal tersebut dibuktikan
beberapa fakta sejarah
yang dikemukakan salah
satu sejawaran, Dukut
Imam Widodo.
MENURUT Dukut, be­
sar­nya kegiatan ekonomi
di Kembang Jepun terjadi
pada 1908. Hal itu tidak
terlepas dari pelabuhan
tradisonal yang berada di
sana. Tepatnya di bawah
Jembatan Merah. Dia
men­jelaskan, saat itu ak­
tivitas bongkar muat ka­
pal yang membawa ber­ba­
gai bahan makanan dan
pakaian dilakukan di
samping Selat Madura.
”Setelah itu, oleh para
pedagang, bahan-bahan
ter­sebut diangkut ke pela­
buhan tradisional Kem­
bang Jepun dengan tong­
kang-tongkang atau pe­
rahu-perahu kecil,” papar
Dukut saat ditemui Radar
Surabaya di kediamannya
Selasa lalu (24/11).
Pelabuhan tradisional
tersebut membuat Kem­
bang Jepun sempat men­
jadi pusat ekonomi yang
legendaris. Banyak kegia­
tan ekonomi atau jual beli
barang dan berbagai tem­
pat hiburan di kawasan
tersebut, seperti geisha (se­
bu­tan wanita penghibur
Jepang) yang khusus dida­
tangkan dari Jepang. ”Saat
itu mereka memang­gil bosbos atau pengusaha besar
da­ri atas bangunan yang sa­
at ini masih ter­sisa,” urainya.
Kemajuan ekonomi di
Kembang Jepun juga di­
tandai beberapa kantor
atau instansi yang diba­
ngun di kawasan tersebut.
Dukut menjelaskan, ber­
da­sar buku Telephon pada
1920, di Kembang Jepun
berdiri banyak kantor
advokat atau pengacara.
”Sebab, saat itu banyak
permasalahan hukum
yang terjadi di Kembang
Jepun,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, ham­
pir keseluruhan peng­usaha
ekspor impor mem­buat
kantor di Kembang Jepun.
Terdapat pula ba­nyak kan­
tor makelar, kontraktor,
apo­tek, dan bank. Semua
bangu­nan berdiri di Kem­
bang Jepun. ”Alasannya ya
itu tadi. Memang tempat
tersebut menjadi pusat
kegiatan ekonomi masya­
rakat saat itu,” ungkap
penulis buku Soera­ba­
iaTempo Doloe tersebut.
Kantor keresidenan juga
berdiri megah di kawasan
Kem­bang Jepun. Kereside­
nan adalah sebuah pem­
bagian administratif pe­
me­rintahan yang dibentuk
oleh Belanda. Namun, ka­
rena terletak tepat di ja­
lan, kantor tersebut di­
bong­kar. ”Akhirnya, kan­
tor kerisidenan itu bertem­
pat di Gedung Negara
Gra­hadi saat ini,” urainya.
Pamor Kembang Jepun
meredup ketika pusat eko­
nomi Surabaya bergeser ke
Pelabuhan Tanjung Perak.
Saat itu sudah banyak
kapal besar yang langsung
bisa bersandar dan mela­
kukan bongkar muat di
sana. Meski demi­kian,
Kem­bang Jepun te­tap men­
jadi bagian penting dari
perekomonian di Surabaya.
”Semoga, berpindahnya
kantor Radar Surabaya
kali ini bisa mengulang
kejayaan Kembang Jepun
saat itu. Se­lain itu, saya ha­
rap, Radar Su­rabaya bi­sa
men­jadi pe­lopor untuk me­
lestarikan ba­ngunan-ba­
ngunan sejarah yang ada di
sana. Sukses se­lalu, Ra­dar,”
tuturnya. (yua/c1/hen)
PUSAT EKONOMI: Kawasan
Kembang Jepun tempo dulu
yang pernah menjadi pusat
kegiatan ekonomi di Surabaya.
Pamor Kembang Jepun
meredup seiring pusat
ekonomi Surabaya bergeser ke
Pelabuhan Tanjung Perak.
ABDULLAH MUNIR/RADAR SURABAYA
FAKTA SEJARAH: Dukut Imam Widodo menunjukkan buku karyanya,
Soerabaia Tempo Doeloe.
layouter: nuryono
Download