PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK

advertisement
1
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MEWARNAI MOTIF MELAYU RIAU
SISWA KELAS VA SDN 138 PEKANBARU
Oleh
Roys Saddam1, Zariul Antosa2, Munjiatun3
Abstract
The problems underlying this study is the low skills of students in the learning and skills in the arts and culture
coloring Malay motifs SDN 138 VA class Pekanbaru. This study aims to improve the skills of coloring motif
Malay graders VA SDN 138 Pekanbaru with the adoption of the demonstration. The study subjects were
students of SDN 138 VA Pekanbaru. This study uses classroom action research design conducted in three (3)
cycles, each cycle consisting of 2 meetings. Based on the analysis of the data on the initial data with category
number of students who are skilled enough there were 26 students (62.79%) while students are skilled with
category there were 16 students (37.21%) with an average value of 58.00 class. Once applied the method
demonstration, at the end of the first cycle of highly skilled students by 5 students (11.63%), skilled 21 students
(48.84%), skilled enough as many as 16 students (37.21%), and only 1 less skilled students (2.33%) with an
average value of 66.47 class. While the end of the second cycle of highly skilled students increased to 13
students (30.24%), skilled 25 students (58.14), is quite skilled as many as 5 students (11.62%), and none (0%) of
students who are less skilled with the average grade 77.18. In the third cycle of highly skilled students increased
to 18 students (41.87%), skilled 25 students (58.14%), skilled enough 5 students (11.63%), and none (0%) of
students who are less skilled with an average value of 80.36 class. Based on research data, if applicable
demonstration method, it can be concluded that the application of the method can improve the skills
demonstration coloring Malay motifs SDN 138 VA graders Pekanbaru.
Keywords : Method Demonstration, Coloring Skills Malay Motif
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran dikelas V A SDN 138 Pekanbaru, saat memulai pembelajaran
guru tidak mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Kenyataannya
siswa diberi tugas menggambar bebas tanpa arah yang jelas. Idealnya pendidikan Seni
Budaya dan Keterampilan mempelajari tentang seni rupa,tari,musik dan keterampilan, bukan
fokus pada menggambar saja. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori
dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Permasalahannya adalah masih kurang
tercipta aktivitas kretaif berkarya seni dan kurang bermaknanya pelajaran SBK pada siswa
yang dibinanya. Selain itu guru juga menyebutkan beberapa faktor seperti ketergantungan
siswa terhadap siswa lainnya yang lebih unggul.
Berdasarkan data awal di atas dapat dilihat dari 43 siswa, siswa yang terampil hanya 16
siswa artinya kurang dari setengah jumlah siswa keseluruhan dan yang cukup terampil
sebanyak 26 siswa dengan rata-rata nilai siswa secara klasikal adalah 58.00. hal ini lah yang
mendorong peneliti untuk menerapkan metode pembelajaran demonstrasi dalam
pembelajaran seni rupa pada mewarnai motif. Metode demonstrasi adalah pertunjukan
tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku
yang dicontohkan agar diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.
foot note : 1. Mahasiswa PGSD FKIP UR, e-mail [email protected].
2. Dosen Penbimbing I, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail [email protected]
3. Dosen Pembimbing II, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail [email protected]
2
Bertolak dari rumusan masalah pada penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan mewarnai motif melayu riau siswa kelas VA SDN 138
Pekanbaru dengan menggunakan Metode Demonstrasi. Yang dimaksud metode demonstrasi
adalah salah satu cara mengajar, di mana guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu
hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan
itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Metode demonstrasi ialah suatu cara penyajian informasi dalam proses belajar
mengajar dengan mempertunjukan tentang cara melakukan sesuatu disertai penjelasan secara
visual dari proses dengan jelas. (Daryanto 2009 : 403). Berdasarkan pendapat di atas dapat
dipahami bahwa metode demonstrasi merupakan teknik mengajar yang memperagakan suatu
barang atau alat yang mengambarkan suatu proses atau kejadian berkenaan dengan materi
pelajaran yang dipelajari.
Menurut Nana Sudjana (2012:94) kegiatan yang dilakukan dalam metode demonstrasi
terdiri dari 3 tahap yaitu tahap (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3)evaluasi.
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya :
1. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal
lain.
2. Dapat mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan, apabila dibandingkan
dengan halnya membaca buku karena siswa mengamati langsung terhadap suatu proses
yang jelas
3. Apabila siswa turut aktif dalam sesuatu percobaan yang bersifat demonstrative maka anak
didik akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan
dan kemampuan anak, serta dapat mengembangkan kecakapannya.
Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan
demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan dan
mengamati terhadap objek yang akan didemonstrasikan
Di dalam tradisi Melayu Riau motif atau pola lazimnya disebut corak, ragi, bentuk dasar,
acuan induk, bentuk asal atau gambar asal. Pengembangan corak-corak dasar itu, disatu sisi
memperkaya bentuk hiasan. Disisi lain pengembangan itu juga memperkaya nilai falsafah
yang terkandung didalamnya. (Tennas Efendi, 2004:35).
Warna adalah salah satu unsur seni rupa yang paling mudah ditangkap oleh indera
mata jika terdapat cahaya. Warna juga merupakan salah satu unsur pokok dalam karya seni
rupa, karena segala sesuatu pengungkapan itu selalu menggunakan warna. Menurut teori
warna dari Teori Brewster yang pertama kali dikemukakan pada tahun 1831 (Sumanto :
2006). Warna-warna yang ada di alam jika disederhanakan dapat dikelompokkan menjadi 4
kelompok warna, yaitu warna primer, warna skunder, warna tertier dan warna netral.
Sedangkan Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai
keterampilan mewarnai pada motif melayu.
Kurangnya keterampilan siswa dalam mewarnai motif hias, dapat disebabkan
beberapa hal diantaranya, kurangnya keterampilan guru dalam mengembangkan metode dan
teknik pembelajaran yang selama ini hanya menggunakan metode cermah. Padahal
sebagaimana yang diketahui bahwa begitu banyak metode yang dapat dikembangkan oleh
guru dalam melakukan kegiatan pembelajran khususnya dalam mewarnai motif hias Melayu
Riau, salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengembangkan
keterampilan siswa adalah metode demonstrasi.
Adapun hubungan yang terjadi pada kedua variabel adalah hubungan sebab akiat,
dimana metode yang digunakan dapat mempengaruhi keterampilan mewarnai siswa.
3
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SDN 138 Pekanbaru tahun ajaran 2012/2013
pada mata pelajaran Seni Budaya dan keterampilan. Penelitian ini dilakukan pada semester
genap, Kelas VA pada tahun ajaran 2012/2013 dari tanggal 16 Februari sampai tanggal 23
Maret 2013 di SDN 138 Pekanbaru
Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian adalah kelas VA SDN 138 Pekanbaru jumlah siswa
sebanyak 43 siswa terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.
Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru dikelas. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif. Pada dasarnya penelitian tindakan
kelas merupakan suatu penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangankekurangan dalam pemebelajaran dikelas, dengan cara memperbaiki dan meningkatkan
praktek-praktek pembelajaran dikelas.
Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu cara atau prosedur baru untuk
meningkatkan profesionalisme pendidik dalam mengajar. Penelitian ini dilakukan tiga siklus
agar mendapatkan hasil dan informasi yang lebih baik sesuain dengan tujuan yang ingin
dicapai. Siklus pertama diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil refeksi siklus pertama, dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Tujuan
yang ingin dicapai pada pelaksanaan setiap siklus adalah adanya peningkatan aktivitas dan
keterampilan.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini digunakan 2 instrumen penelitian yaitu instrument perangkat
pembelajaran dan instrument pengumpulan data.
1. Perangkat Pembelajaran
a. Silabus
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2. Instrumen Pengumpulan data
a. Lembar pengamatan (observasi)
b. Lembar penilaian Keterampilan siswa dalam mewarnai motif hias
Teknik Pengumpulan Data
Data penilaian dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dan tes. Dalam
teknik observasi, alat pengumpulan data berupa lembar observasi yang dikembangkan sesuai
langkah-langkah metode demonstrasi yang diberikan kepada observer (Guru kelas). Teknik
tes dikumpulkan dengan menggunakan lembar penilaian keterampilan siswa dalam mewarnai
motif hias yang terdiri dari lembar penilaian proses dan lembar penilaian hasil.
Teknik Analisis Data
Data tentang aktivitas guru dan siswa serta proses dan hasil keterampilan uang
diperoleh pada penelitian ini kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif. Komponen yang dianalisa adalah
1. Analisis data aktivitas guru
Untuk memenuhi kriteria pada tabel aktivitas guru maka skor dikonversikan ke nilai
100 dengan rumus :
Nilai Maksimal = 28 x100 = 100
28
Nilai Minimal = 7 x 100 = 25
4
28
Maka Nilai maksimal adalah 100 dan nilai minimal 25. Untuk menentukan range nilai pada
interval tabel aktifitas guru menggunakan rumus :
I = NA-NB
K
=100-25 = 18,75 (Julia dalam Kartika)
K
Keterangan :
I =Interval
NA =Nilai Atas/Maksimal
NB =Nilai Bawah/ Nilai Minimal
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi guru dan penilaian
aktifitas guru ditentukan dengan menggunakan rumus :
P= F x 100 ( Sumber : Arikunto dalam Julia, 2011 : 23)
N
Keterangan :
P = Nilai Aktifitas Guru
F = Jumlah Skor Aktifitas Guru
N = Jumlah skor Maksimal Aktifitas guru
Dengan Kategori sebagai berikut :
Tabel 1
Interval Aktifitas Guru
Interval
Kategori
81,25 > < 100
Sangat Baik
62,5 > < 81,25
Baik
43,75 > < 62,5
Cukup
25 > < 43,75
Kurang
2. Analisis data aktivitas siswa
Untuk memenuhi kriteria pada tabel aktivitas siswa maka skor dikonversikan ke nilai
100 dengan rumus :
Nilai Maksimal = 28 x100 = 100
28
Nilai Minimal = 7 x 100 = 25
28
Maka Nilai maksimal adalah 100 dan nilai minimal 25. Untuk menentukan range nilai
pada interval tabel aktifitas siswa menggunakan rumus :
I = NA-NB
K
=100-25 = 18,75 (Julia dalam Kartika)
K
Keterangan :
I =Interval
5
NA =Nilai Atas/Maksimal
NB =Nilai Bawah/ Nilai Minimal
Untuk menentukan persentase nilai aktifitas siswa dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
P= F x 100% ( Sumber : Arikunto dalam Julia, 2011 : 23)
N
Keterangan :
P = Presentase aktivitas siswa
F = Jumlah Skor Aktifitas siswa
N = Jumlah skor Maksimal Aktifitas siswa
Dengan Kategori sebagai berikut :
Tabel 2
Interval Aktifitas Siswa
Interval ( % )
Kategori
81,25 > < 100
Sangat Baik
62,5 > < 81,25
Baik
43,75 > < 62,5
Cukup
25 > < 43,75
Kurang
Sumber : Pengukuran berdasarkan pengelola data 2013
3. Keterampilan siswa dalam Mewarna Motif Hias
Tingkat Keterampilan mewarnai Motif Melayu Riau kelas VA SDN 138 Pekanbaru
dianalisis dengan cara member skor penilaian pada siswa yang melakukan praktek mewarnai
motif Melayu Riau. Penilaian yang akan diberikan yaitu berupa penilaian proses dan
penilaian hasil. Penilaian proses dan penilaian hasil berpedoman pada penskoran yang
terdapat pada masing-masing aspek sesuai dengan rubrik penilaian. Aspek Penilaian proses
yaitu 1)Keseriusan, 2) Disiplin, 3) Keaktifan. Sedangkan Penilaian hasil yaitu 1) Kebersihan,
2) Keindahan, 3) Kerapian. Untuk Penskoran maksimal diberi 4 dan minimal 1. Sesuai
dengan ketentuan pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penilaian untuk
bidang SBK dikelompokkan menjadi 2 yaitu 60% dari diperoleh dari penilaian proses dan
40% diperoleh dari penilaian hasil.
Untuk menentukan penilaian keterampilan mewarnai siswa dikumpulkan dari penilaian
proses dan penilaian hasil dengan menggunakan rumus :
a. Nilai Proses=
(KTSP: 2006)
b. Nilai Hasil Unjuk Kerja =
c. Nilai Akhir = Nilai proses + Nilai hasil Unjuk Kerja
Nilai akhir diperoleh dengan menjumlahkan nilai proses dan akhir. Aspek yang dinilai
pada penilaian proses dan hasil berjumlah 6 aspek. Pada penilaian proses ada 3 aspek yaitu
keseriusan, disiplin, dan keaktifan. Pada penilaian hasil berjumlah 3 aspek yaitu kebersihan,
keindahan, kerapian. Skor terendah dari aspek penilaian proses dan hasil adalah 3(1X3) dan
skor tertinggi adalah 12 (4X3). Nilai maksimalnya dari penilaian proses dan hasil adalah 100
dan nilai minimalnya adalah 25. Untuk menentukan range nilai pada interval tabel
keterampilan siswa dalam mewarnai motif menggunakan rumus :
I = NA-NB
K
=100-25 = 18,75 (Julia dalam Kartika)
6
K
Keterangan :
I =Interval
NA =Nilai Atas/Maksimal
NB =Nilai Bawah/ Nilai Minimal
Kriteria nilai keterampilan mewarnai Motif Melayu Riau siswa dengan kategori sebagai
berikut :
Tabel 3
Kriteria Nilai Keterampilan
INTERVAL
KATEGORI
81,25 > <100
Sangat Terampil
62,5 > < 81,25
Terampil
43,75 > < 62,5
Cukup Terampil
25 > < 43,75
Kurang Terampil
(Sumber Berdasarkan pengolahan data)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.
Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran dengan waktu 2x35 menit. Setiap
kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan metode demonstrasi dan didukung oleh lembar
observasi aktivitas guru dan siswa dan lembar penilaian keterampilan.
Siklus I
Tahap Persiapan
Pada pertemuan pertama tahap ini peneliti menyiapkan segala keperluan dalam
penelitian berupa perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Perangkat
pembelajaran terdiri dari bahan ajar berupa silabus (Lampiran 1), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) (Lampiran 2a), lembar observasi aktifitas guru (Lampiran 3a), lembar
observasi aktifitas siswa (lampiran 5a), skor dasar siswa (Lampiran 7), dan lembar penilaian
proses siswa (Lampiran 8a). Dan pada pertemuan kedua peneliti menyiapkan segala
keperluan dalam penelitian berupa perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan
data. Perangkat pembelajaran terdiri dari bahan ajar berupa silabus (Lampiran 1), Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Lampiran 2b), lembar observasi aktifitas guru (Lampiran
3b), lembar observasi aktifitas siswa (lampiran 5b), skor dasar siswa (Lampiran 7), dan
lembar penilaian proses siswa (Lampiran 8b).
Tindakan Siklus I
Pertemuan Pertama
Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengadakan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan “ Anak-anak, siapa yang pernah melihat gambar dibadan bus transmetro ? gambar
apa sajakah yang kalian lihat ?. Guru memperlihatkan media gambar motif hias untuk
menarik minat dan perhatian siswa. Pembelajaran dibuka dengan menjelaskan tujuan
pembejaran dan menuliskan materi dipapan tulis. Dengan memperlihatkan salah satu gambar
motif hias melayu Riau didepan kelas guru menjelaskan tentang pengertian motif hias, jenis
atau ragam motif hias serta makna yang ada pada setiap motif. Lalu guru melanjutkan ke teori
warna yang digunakan untuk mewarnai motif tersebut. Guru menjelaskan langkah-langkah
dalam mewarnai motif hias dan mendemonstrasikannya. Selanjutnya siswa melakukan tanya
jawab tentang jenis-jenis motif hias dan teori warna yang digunakan untuk mewarnai motif.
Dalam pelaksanaan evaluasi guru meminta siswa untuk maju kedepan kelas untuk
membedakan motif hias melayu Riau. Siswa sudah dapat membedakan jenis dan bentuk
motif Bersama peserta didik guru melakukan rangkuman dan mengadakan refleksi. Setelah
7
proses pembelajaran guru melakukan penilaian pada proses kegiatan pembelajaran. Masih
banyak siswa yang bermain-main dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal
ini disebabkan guru masih kaku dalam mengajarkan dengan metode demonstrasi karena baru
pertama mengajar dengan metode demonstrasi dan belum sepenuhnya bisa menguasai siswa
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu 23 Februari 2013 selama 2 jam
pelajaran (2 X 35 Menit ) jam pelajaran ke- 3 dan 4 dengan materi pokok yang sama yaitu
motif-motif hias Melayu. Jumlah siswa 43 , 2 orang siswa berhalangan hadir sehingga siswa
yang hadir 41 siswa yang terdiri dari dari 20 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki.
Pelaksanaan tindakan berpedoman pada RPP (lampiran 2b). Pada saat pembelajran
berlangsung, observer mengisi lembar pengamatan aktifitas siswa dan lembar pengamatan
aktifitas guru dalam penerpan metode Demonstrasi. Pada kegiatan inti guru
mendemonstrasikan cara mewarnai motif hias dengan menggunakan tekhnik kering. Teknik
kering yang digunakan adalah mewarnai dengan pastel. Lalu warna yang digunakan hanya
warna primer (merah, kuning dan biru). Kemudian guru melakukan tanya jawab bersama
siswa. Salah satu siswa bertanya apakah latar belakangnya/backgroud diberi warna atau tidak.
Guru menjelaskan bahwa latar belakang/background boleh diwarnai dan tidak diwarnai
sesuai dengan kreatifitas siswa. Guru memberikan lembar unjuk kerja siswa yang bergambar
motif hias “Pucuk Rebung”. Siswa diminta mengerjakan lembar unjuk kerja sesuai dengan
langkah-langkah yang sudah didemonstrasikan dan dibimbing oleh guru. Pada proses
mewarnai ini masih ada siswa yang tidak mengikuti langkah-langkah mewarnai
menggunakan cat kering (pastel).
Refleksi Siklus I
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer pada pertemuan pertama dan kedua,
peneliti mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam mengajar dengan metode
demosntrasi. Hal ini pada disebabkan karena pada proses pelaksanaan mengajar dengan
metode demonstrasi, guru dalam menjelaskan dan pada saat mendemonstrasikan masih
terlalu cepat dan hanya membimbing beberapa siswa yang aktif dalam proses pembelajaran.
Sedangkan siswa yang bermain-main tidak ditegur dan dibimbing, sehingga siswa yang aktif
saja yang mengerti tentang pembejaran yang dilakukan.
Siklus II
Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti menyiapkan segala keperluan dalam penelitian berupa
perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri
dari bahan ajar berupa silabus (Lampiran 1), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
(Lampiran 2c), lembar observasi aktifitas guru (Lampiran 3c), lembar observasi aktifitas
siswa (lampiran 5c), dan lembar penilaian proses siswa (Lampiran 8c). Dan pada pertemuan
kedua siklus II peneliti menyiapkan segala keperluan dalam penelitian berupa perangkat
pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari bahan
ajar berupa silabus (Lampiran 1), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Lampiran 2d),
lembar observasi aktifitas guru (Lampiran 3d), lembar observasi aktifitas siswa (lampiran
5d), dan lembar penilaian proses siswa (Lampiran 8d). Lembar penilaian hasil siswa
(lampiran 9b).
Tindakan Siklus II
Pertemuan pertama
8
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 22 Maret 2013
selama 2 Jam pelajaran ( 2 x 35 menit ) pada jam pelajaran ke-3 dan 4 dengan materi
“mewarnai motif hias melayu riau”. Pembelajaran diikuti oleh 43 orang siswa yang terdiri
dari 21 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. .Pelaksanaan pembelajaran berpedoman
pada RPP (Lampiran 2c).
Kegiatan pembelajaran guru mulai dengan menerangkan kembali tentang kelompok
warna dan teknik mewarnai yang digunakan. Guru memperlihatkan media gambar motif hias
yang sudah diwarnai dengan warna tertentu, untuk menarik minat dan perhatian siswa. Di
mulai dari langkah-langkah yang dilakukan hingga warna yang digunakan serta jenis cat
yang digunakan untuk mewarnai motif hias melayu tersebut. Guru memberi kesempatan
kepada seluruh siswa untuk bertanya seputar motif hias yang telah diwarnai pada saat guru
mendemonstrasinnya. Guru membimbing siswa yang kurang terampil dalam membuat
mewarnai motif hias tersebut. Sehingga hasil yang dibuat siswa dapat lebih baik
dibandingkan dengan hasil pada praketek sebelumnya dengan teknik yang telah diajarkan
oleh guru.
Pertemuan kedua
Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 09 Maret 2013 selama
2 jam pelajaran ( 2 x 35 menit) Pada jam ke-3 dan 4 dengan materi mewarnai motif hias.
Pembelajaran diikuti oleh 41 siswa dari 43 keseluruhan siswa kelas VA, 1 orang siswa
berhalangan hadir dengan keterangan izin dan 1 orang siswa lagi tidak hadir tanpa
keterangan. Pelaksanaan tindakan berpedoman pada RPP (Lampiran 2d).
Guru mendemonstrasikan cara mewarnai motif hias sesuai dengan langkah-langkah
yang telah ditentukan. Dalam mewarni motif guru menggunakan teknik cat basah, dan warna
yang dikombinasikan adalah kelompok warna primer dengan kelompok warna skunder.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk menanggapi mengenai teknik dan cara yang
digunakan untuk mewarnai motif hias yang sudah didemonstrasikan. Siswa diberikan lembar
unjuk kerja yang berisi gambar motif hias, yang nantinya akan diberi warna skunder dan
warna primer. Didalam kegiatan mewarnai motif hias, beberapa siswa masih ragu-ragu dalam
memilih warna dan cendrung mengikuti teman disampingnya. Pada akhir kegiatan
pembelajaran guru melakukan refleksi dengan merangkum kegiatan pembelajaran yang telah
dipelajari. Selama kegiatan pembelajaran guru melakukan penilaian pada proses siswa dalam
mewarnai motif hias dan penilaian pada hasil mewarnai motif hias Melayu Riau
Refleksi Siklus II
Berdasarkan Siklus II untuk mendapatkan hasil nilai akhir yang lebih memuaskan,
maka perlu diadakan perbaikan dalam beberapa hal, yaitu mulai dari merencanakan kegiatan
pembelajaran dengan terstruktur baik antara waktu yang tersedia dengan banyaknya kegiatan
siswa yang dilakukan. Sehingga alokasi waktu yang tersedia bisa dimaksimalkan. Dalam
menjelaskan dan mendemonstrasikan kepada siswa guru harus lebih perlahan dan bersabar.
Serta membimbing siswa yang kuran aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk berpastisipasi
dalam kegiatan tanya jawab. Hal ini dimaksudkan agar keterampilan siswa dalam mewarnai
dapat meningkat pada siklus III.
SIKLUS III
Tahap Persiapan
9
Pada pertemuan pertama peneliti menyiapkan segala keperluan dalam penelitian
berupa perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Perangkat pembelajaran
terdiri dari bahan ajar berupa silabus (Lampiran 1), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) (Lampiran 2e), lembar observasi aktifitas guru (Lampiran 3e), lembar observasi
aktifitas siswa (lampiran 5e), dan lembar penilaian proses siswa (Lampiran 8e). Dan pada
pertemuan kedua peneliti menyiapkan segala keperluan dalam penelitian berupa perangkat
pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari bahan
ajar berupa silabus (Lampiran 1), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Lampiran 2f),
lembar observasi aktifitas guru (Lampiran 3f), lembar observasi aktifitas siswa (lampiran 5f),
lembar penilaian proses siswa (Lampiran 8f). Dan lembar penilaian hasil produk siswa (
lampiran 9c).
Tindakan Siklus III
Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 16 Maret 2013 selama 2 jam
pelajaran (2 x 35 Menit) pada jam ke- 3 dan 4 dengan materi mewarnai motif hias Melayu
Riau menggunakan warna tertier. Pembelajaran diikuti oleh 43 siswa yang terdiri dari 21
siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Pelaksanaan tindakan berpedoman pada RPP
(Lampiran 2e). Pada kegiatan inti guru mulai mendemonstrasikan cara mewarnai motif hias
tersebut diawali dengan menjelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam mewarnai, dan
melakukan setiap langkah yang sudah ada dalam mewarnai motif. Setelah selesai guru
memperlihatkan dan membagikan lembar unjuk kerja yang nantinya akan diberi warna tertier
menggunakan tekhnik basah. Guru juga membimbing siswa yang bermain-main sehingga
siswa waktu yang tersedia untuk kegiatan siswa tidak berkurang.
Setelah siswa selesai mengerjakan lembar unjuk kerjanya, guru menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dan mengadakan refleksi dengan cara meminta siswa
untuk menceritakan kembali kegiatan apa saja yang telah dilakukan.
Pertemuan kedua
Pertemuan kedua siklus III ini dilaksanakan pada hari sabtu 23 Maret 2013 pada jam
ke-3 dan 4 dengan materi mewarnai motif hias menggunakan warna variatif. Pembelajaran
diikuti oleh 41 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan yang hadir
dan 2 siswa yang berhalangan hadir. Pelaksanaan tindakan berpedoman pada RPP (Lampiran
2f). Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi dimana guru bertanya mengenai materi
minggu lalu yaitu tentang teknik dalam mewarnai. Selanjutnya yang akan dipelajari. Guru
memperlihatkan media gambar yang berisi salah satu contoh motif hias melayu Riau yang
masih belum diwarnai untuk menarik minat siswa. Lalu siswa melakukan tanya jawab
bersama guru, tentang cara memberi warna baik pada motif dan background motif hias
tersebut. Guru membimbing siswa saat melakukan tanya jawab dengan bertnay kembali
sambil menilai pengetahuan apa yang siswa dapatkan selama kegiatan pembelajaran
dilakukan. Selanjutnya guru melakukan demonstrasi dalam mewarnai motif hias sesuai
dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan dan dicatat dipapan tulis.
Refleksi Siklus III
Hasil Penilain Siklus III menunjukan terjadinya peningkatan keterampilan dari siklus II.
Observer mengatakan bahwa guru telah melakukan bimbingan terhadap seluruh siswa baik
yang aktif maupun yang kurang sehingga seluruh siswa melakukan kegiatan pembeljaran,
walaupun masih ada yang tidak memperhatikan guru saat menyampaikan apersepsi dan
10
melakukan tanya jawab. Dengan begitu penelitian ini tidak perlu dilanjutkan kesiklus
berikutnya.
Analisis Deskriptif Hasil Keterampilan
Aktivitas guru dalam proses pembelajaran
Data Hasil observasi siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4
Hasil Obervasi aktivitas guru siklus I, siklus II dan siklus III
Skor
Aktivitas Guru
Jumlah
Rata-rata skor
Nilai Aktivitas
Kategori
Siklus I
Siklus II
Siklus III
pertemuan
Pertemuan
Pertemuan
1
2
1
2
1
2
13
16
20
22
27
27
1.86
2.29
2.86
3.14
3.86
3.86
46.42
57.15
71.42
78.87
96.42
96.42
Cukup
Cukup
Baik
Baik
Sangat
Baik
Sangat
baik
Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa jumlah skor aktivitas guru pada
pertemuan pertama siklus I adalah 13 dengan rata-rata skor 1,86 sehingga nilai aktivitas guru
pada pertemuan pertama siklus I adalah 46,42 dengan kategori cukup. Pada pertemuan kedua
siklus I jumlah skor aktivitas meningkat sebesar 3 skor yaitu 16 dengan rata-rata skor 2,29
meningkat sebesar 0,43 poin dari pertemuan pertama dan nilai aktivitasnya 57,15 meningkat
sebesar 10,73 poin dari pertemuan pertama dengan kategori cukup.
Pada pertemuan pertama siklus II jumlah skor aktivitas guru 20 meningkat 4 angka dari
pertemuan kedua siklus I dengan rata-rata 2,86 meningkat 0,57 poin dari pertemuan kedua
siklus I dan nilai aktivitasnya 71,42 meningkat sebesar 14,47 poin dari pertemuan kedua
siklus I dengan kategori baik. Pada pertemuan kedua siklus II jumlah skor aktivitas guru
adalah 22 meningkat 2 skor dari pertemuan pertama siklus II dengan rata-rata 3,14 meningkat
0,28 poin dari pertemuan kedua siklus II dan nilai aktivitasnya 78.87 meningkat 7,45 poin
dari pertemuan pertama siklus II dengan kategori baik.
Pada pertemuan pertama siklus III jumlah skor aktivitas guru 27 meningkat 5 poin dari
pertemuan kedua siklus II dengan rata-rata 3.86 meningkat sebesar 1 poin dari pertemuan
kedua siklus II dengan kategori sangat baik. Dan pada pertemuan kedua siklus III jumlah
skor aktivitas sama dengan pertemuan pertama siklus III yaitu 27 dengan rata-rata 3,86
dengan kategori sangat baik.
Aktivitas siswa
Hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas siswa disetiap pelaksanaan pembelajaran
denan metode demonstrasi, dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 5
11
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III
Siklus I
pertemuan
1
2
Siklus II
Pertemuan
1
2
Siklus III
Pertemuan
1
2
Jumlah
13
16
18
20
26
27
Rata-rata skor
1.86
2.29
2.57
2.86
3.71
3.86
Nilai Aktivitas
Rata-rata per Siklus
46.42%
57.15%
64.28%
71.42%
92.85%
Kategori
Cukup
Aktivitas Siswa
51,78
Cukup
67.85
Baik
Baik
96.42%
94,63
Sangat
baik
Sangat
Baik
Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat dilihat bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada
pertemuan pertama siklus I adalah 13 dengan rata-rata 1,86, sehingga persentase aktivitasnya
46,42% dengan kategori cukup. Pada Pertemuan kedua siklus I jumlah skor aktivitasnya
adalah 16 meningkat 3 skor dari pertemuan pertama siklus I dengan rata-rata 2,29 meningkat
0,43 poin dari pertemuan pertama siklus I dan persentase aktivitasnya 57,15% meningkat
10,73 %.
Pada Pertemuan pertama siklus II jumlah skor aktivitas siswa adalah 18 meningkat 2
skor dari pertemuan kedua siklus I dengan rata-rata 2,57 meningkat 0,28 poin dari pertemuan
kedua siklus I dan persentase aktivitasnya 64,28% meningkat sebesar 7.13 poin dari
pertemuan kedua siklus I dengan kategori baik. Dan pada pertemuan kedua siklus II jumlah
skor aktivitas siswa adalah 20 meningkat 2 skor dari pertemuan pertama siklus II dengan ratarata 2,86 meningkat 0,29 poin dari pertemuan kedua siklus II dan persentase aktivitasnya
71,42% meningkat 7,14 poin dari pertemuan pertama siklus II dengan kategori baik.
Pada Pertemuan pertama siklus III jumlah skor aktivitas siswa adalah 26 meningkat 6
skor dari pertemuan kedua siklus II dengan rata-rata 3,71 meningkat 0,85 poin dari
pertemuan pertama siklus II dan persentase aktivitasnya 92,85% meningkat sebesar 21,43
poin dari pertemuan kedua siklus II dengan kategori sangat baik. Dan pada pertemuan kedua
siklus III jumlah skor aktivitas siswa adalah 27 meningkat 1 skor dari pertemuan pertama
siklus III dengan rata-rata 3,86 meningkat 0,15 poin dari pertemuan kedua siklus II dan
persentase aktivitasnya 96,42% meningkat 3,57 poin dari pertemuan pertama siklus II
dengan kategori baik.
Nilai Akhir Siklus I
Dari analisis data siswa pada siklus I diketahui terdapat empat kategori siswa dalam
penilaian keterampilan mewarnai motif Melayu Riau yaitu kurang terampil, cukup terampil,
terampi, sangat terampil. Siswa yang termasuk dalam kategori sangat terampil ada 5 siswa,
terampil ada 21 siswa, cukup terampil ada 16 siswa dan 1 siswa kurang terampil. Nilai ratarata siswa dalam mewarnai motif hias pada siklus I adalah 66,47. Hal ini disebabkan siswa
masih belum terbiasa dengan penerapan metode demonstrasi.
Nilai Akhir Siklus II
Dari analisis data siswa pada siklus II diketahui terdapat tiga kategori siswa dalam
penilaian keterampilan mewarnai motif hias Melayu Riau yaitu cukup terampil, terampil dan
sangat terampil. Siswa yang termasuk kategori cukup terampil ada lima siswa, terampil 25
siswa dan sangat terampil 13 siswa. Nilai rata-rata siswa dalam mewarnai motif hias pada
siklus II telah meningkat menjadi 77,18.
12
Nilai Akhir Siklus III
Dari analisis data siswa pada siklus III diketahui terdapat tiga kategori siswa dalam
penilaian keterampilan mewarnai motif melayu Riau, yaitu cukup terampil, terampil, sangat
terampil. Siswa yang termasuk kategori cukup terampil hanya 3 siswa,terampil ada 22 siswa
dan siswa yang termasuk kategori sangat terampil sebanyak 18 siswa. Nilai rata-rata siswa
dalam mewarnai motif hias pada siklus III telah meningkat menjadi 80,36.
Hasil Peningkatan Keterampilan Mewarnai Motif Hias Melayu Riau.
Berdasarkan hasil nilai akhir siklus I, siklus II dan Siklus III dapat disajikan
peningkatan keterampilan mewarnai yang dilihat dari skor dasar, siklus I, siklus II, dan siklus
III secara klasikal siswa kelas VA SDN 138 Pekanbaru pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6
Peningkatan Nilai Keterampilan Mewarnai Motif Melayu Riau Siswa Pada Data
Awal, Siklus I, Siklus II, Dan Siklus III
Jumlah Siswa
Interval
Kategori
81,25 > < 100
Sangat Terampil
62,5 > < 81,25
Terampil
43,75 > < 62,5
Cukup Terampil
25 > < 43,75
Kurang Terampil
Jumlah Nilai Siswa
Rata-rata nilai siswa
Kategori klasikal
Data
Awal
16
26
2436
58.00
Siklus I
5
21
16
1
2791.7
66.47
Siklus II
13
25
5
3241.66
77.18
Siklus III
18
22
3
3375
80.36
Terampil
Terampil
Terampil
Cukup
Terampil
Berdasarkan tabel 4.18 diatas dapat dilihat bahwa keterampilan mewarnai motif
melayu Riau di SDN 138 Pekanbaru mengalami peningkatan dari data awal, yaitu siswa
dengan kategori sangat terampil tidak ada, kategori terampil 16 siswa, kategori cukup
terampil 26 siswa. Dan kategori kurang terampil tidak ada, dengan jumlah nilai 2436 dan
nilai rata-rata 58,00. Meningkat pada siklus I menjadi siswa dengan kategori sangat terampil
lima orang, siswa termasuk kategori terampil 21 siswa, siswa dengan kategori cukup terampil
16 siswa. Dan siswa dengan kategori kurang terampil hanya satu siswa. Jumlah nilai pada
siklus I 2791,7 dengan rata-ratanya 66,47. Mengalami peningkatan pada siklus II yaitu siswa
yang termasuk kategori sangat terampil 13 siswa, kategori terampil 25 siswa, siswa yang
termasuk kategori cukup terampil lima orang siswa. Dan siswa yang termasuk kategori
kurang terampil tidak ada. Jumlah nilai siswa pada siklus II yaitu 3241,66 dengan rata-rata
77,18. Meningkat pada siklus III, siswa yang termasuk kategori sangat terampil 18 orang
siswa. Siswa yang termasuk kategori terampil 22 siswa, siswa yang termasuk kategori cukup
terampil hanya tiga siswa. Sedangkan siswa yang temasuk kategori kurang terampil tidak ada.
Jumlah nilai siswa pada siklus III yaitu 3375 dengan rata-rata 80,36.
Dengan memperhatikan tabel 4.19 dapat diketahui peningkatan keterampilan
mewarnai motif Melayu Riau siswa pada data awal, siklus I, Siklus II dan Siklus III.
Peningkatan keterampilan mewarnai motif mMelayu Riau siswa dapat digambarkan melalui
grafik dibawah ini :
13
30
26
25
22
21
20
16
10
0
18
16
13
5
5
1
0
Data Awal
Sangat terampil
Siklus I
Terampi
0
Siklus II
Cukup terampil
3
0
Siklus III
Kurang terampil
Gambar 1 : Grafik Peningkatan keterampilan mewarnai motif Melayu Riau.
Dari grafik diatas dapat kita lihat peningkatan keterampilan mewarnai motif Melayu
Riau siswa yang dilihat dari jumlah siswa pada data awal, siklus I, siklus II, siklus III. Pada
data awal siswa yang termasuk kategori terampil ada 16 siswa, dan siswa yang termasuk
kategori cukup terampil ada 26 siswa. Pada siklus I siswa yang termasuk kategori sangat
terampil ada 5 siswa, siswa yang termasuk kategori terampil menurun 21 siswa, sedangkan
kategori cukup terampil menurun 16 siswa dan terdapat satu siswa dengan kategori kurang
terampil. Pada siklus II siswa yang termasuk kategori Sanga terampil meningkat menjadi 13
siswa, yang termasuk kategori terampil bertambah menjadi 25 siswa. Kategori cukup
terampil menurun menjadi lima siswa. Pada siklus III siswa yang termasuk kategori sangat
terampil meningkat yaitu mencapai 18 siswa, kategori terampil berkurang menjadi 22 siswa,
yang termasuk kategori cukup terampil hanya tiga orang siswa. Sedangkan kategori kurang
terampil tidak ada. Dengan melihat peningkatan keterampilan siswa yang dilihat dari jumlah
siswa secara klasikal maka dapat membuktikan hipotesis dapat diterima.
SIMPULAN
Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan mewarnai motif Melayu
Riau siswa kelas VA SDN 138 Pekanbaru pada pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
Peningkatan juga terjadi setelah pada peningkatan aktivitas guru, dan aktivitas siswa.
1. Skor Aktivitas guru pada pertemuan pertama memperoleh nilai aktivitas sebesar 46,42
dengan kategori cukup. Setelah terjadi aktivitas sebanyak enam kali pertemuan nilai
aktivitas guru pada. Pada pertemuan pertama siklus III nilai aktivitasnya adalah 96,42
meningkat sebesar 17,55 poin dari pertemuan kedua siklus II dengan kategori sangat baik.
2. Persentase Aktivitas Siswa Pada pertemuan pertama siklus I persentase aktivitasnya
46,42% dengan kategori cukup. Pada Pertemuan pertama siklus III persentase aktivitasnya
92,85% meningkat sebesar 21,43 poin dari pertemuan kedua siklus II dengan kategori
sangat baik. Pada pertemuan kedua siklus III persentase aktivitasnya 96,42% meningkat
3,57 poin dari pertemuan pertama siklus II dengan kategori sangat baik.
3. Terjadi peningkatan keterampilan siswa, pada data awal siswa dengan rata-rata nilai 58,00
dan kategori sangat terampil tidak ada, kategori terampil hanya 16 siswa, kategori cukup
terampil sebanyak 26 siswa. Kemudian tidak ada satupun siswa yang termasuk kategori
kurang terampil. Besarnya peningkatan persentase dari data awal kesiklus I yaitu 8,74%,
dari siklus I ke siklus II yaitu 10,71%, dan dari siklus II ke siklus III yaitu 3,18%.
SARAN
14
Saran yang peneliti ajukan berhubungan dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan
1. Bagi siswa, sebagai motivias untuk mengembangkan pembelajaran seni rupa agar lebih
maksimal.
2. Bagi guru, dapat menerapkan metode demonstrasi sebagai salah satu alternatif dalam
pelajaran Seni Budaya dan Ketearmpilan. Khususnya pada materi mewarnai.
3. Kepala Sekolah, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan disekolah.
4. Bagi peneliti, dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian lanjutan pada pengembangan
metode mengajar.
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Dr.H.M. Nur Mustofa, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
2. Drs Zariul Antosa, M.Sn selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan dan sebagai dosen
pembimbing satu yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan
motivasi dalam penulisan skripsi ini
3. Drs. H. Lazim. N, M.Pd selaku ketua prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Dra. Hj. Munjiatun selaku dosen pembimbing dua yang telah membimbing dan
memotivasi peneliti dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh dosen di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah mencurahkan
ilmu sehingga peneliti dapat menyelasaikan skripsi ini.
6. Kepala SDN 138 Pekanbaru yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian ini.
7. Guru Kelas VA dan guru SBK Kelas V SDN 138 Pekanbaru yang telah banyak membantu
dalam peneltian ini.
8. Abah dan Mamak serta adik saya tercinta yang tidak pernah lelah memberikan sayan
semangat dan doa.
9. Orang terdekat saya yang selalu memberi semangat dan selalu menemani saya dalam
menyelsaikan skripsi ini.
10. Seluruh rekan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan semua pihak yang
memberikan motivasi dan bantuan, baik secara moril dan materil demi penyelesaian
penelitian skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Suganda. (2011). Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
IPS Siswa Kelas III SD Negeri 013 Perbaungan Kecamatan Koto Gasib
Kabupaten Siak. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Riau
Arikunto. Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Depdikbud. 1997. Pendidikan Kesenian. Jakarta : Depdikbud.
KTSP.2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bahan Standar Nasional
Pendidikan.
Lazim.2010. Inovasi Pendidikan. Pekanbaru: Cendikia Insani.
Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rusman. 2010, Model- model Pembelajaran, Bandung: Rajawali Pers
Sumanto. 2006. Pengembanagan Kreatifitas Seni Rupa Sekolah Dasar Jakarta : Depdikbud.
Syah Muhibbin, 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Download