Kuantitas Oral Veillonella pada Plak Lidah Anak Kategori Risiko Karies Rendah dan Tinggi Fitria Chaerunnisa1, Sri Utami2, Ariadna A. Djais2 1 Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia Department of Oral Biology, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia 2 E-mail: [email protected] Abstrak Latar Belakang: Prevalensi Early Childhood Caries (ECC) anak usia 3-5 tahun masih tinggi. Lidah merupakan sumber bakteri terbesar pada rongga mulut. Oral Veillonella merupakan bakteri yang berhubungan dengan karies. Tujuan: Menganalisis keberadaan dan perbandingan kuantitas Oral Veillonella pada plak lidah anak usia 3-5 tahun kategori risiko karies rendah dan tinggi. Metode: Sampel plak lidah diekstraksi DNA dan dikuantifikasi dengan Real-Time PCR. Hasil: Tidak terdapat perbedaan kuantitas Oral Veillonella yang signifikan pada plak lidah subjek kategori risiko karies rendah dan tinggi (p>0,05). Kesimpulan: Kuantitas Oral Veillonella pada plak lidah kategori risiko karies tinggi lebih banyak dibandingkan dengan kategori risiko karies rendah. Kata kunci : ECC, Oral Veillonella, plak lidah, Real-Time PCR, risiko karies rendah dan tinggi. Quantity of Oral Veillonella on Children’s Tongue Plaque with Low and High Caries Risk Category Abstract Background:The prevalence of Early Childhood Caries(ECC) among 3-5 years old children is still high. Tongue is the biggest bacterial source in mouth. Oral Veillonella is bacteria that associate with dental caries. Objectives: Analyze the presence and comparison of Oral Veillonella quantity on the tongue plaque among 3-5 years old children with low and high caries risk category. Methods: The tongue plaque DNA are extracted and quantified by Real-Time PCR. Results: There was no significant difference of Oral Veillonella quantity between low and high caries risk category (p>0,05). Conclusion: Quantity of Oral Veillonella on the tongue plaque’s with high caries risk is more than low caries risk. Keywords : ECC, Oral Veillonella, tongue plaque, Real-Time PCR, low and high caries risk. Pendahuluan Early Childhood Caries (ECC) didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih permukaan gigi yang rusak (kavitas atau non-kavitas), hilang akibat karies, atau terdapat tumpatan pada gigi sulung anak usia kurang dari 6 tahun. Pada tahun 2003, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan prevalensi kejadian karies pada anak sebesar 60-90%. Tingginya prevalensi karies pada anak juga terlihat dari laporan Riskesdas 2007 yang menyatakan bahwa prevalensi penduduk bermasalah gigi-mulut di DKI Jakarta berdasarkan Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 karakteristik responden pada anak usia < 1 tahun adalah 1.9%, anak usia 1-4 tahun adalah 9.1% dan anak usia 5-9 tahun adalah 26.6%.1 Hal ini menunjukkan keadaan di atas dikarenakan kurangnya tindakan pencegahan dan penanganan karies yang adekuat. Semua anak pada umumnya memiliki risiko terhadap karies. American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mengklasifikasikan kategori risiko karies menjadi tiga, yakni risiko karies rendah, sedang, dan tinggi. Masing-masing klasifikasi tersebut dibedakan berdasarkan tiga indikator utama, yaitu kondisi klinis, karakteristik lingkungan, dan kondisi kesehatan umum. Indikator-indikator tersebut merupakan faktor risiko terjadinya ECC. Kategori risiko karies rendah diidentikkan pada anak yang tidak memiliki karies, sementara kategori risiko karies tinggi ditunjukkan dengan adanya karies pada anak.2 Karies merupakan penyakit multifaktorial yang memiliki tiga faktor utama yang berhubungan kompleks di dalamnya, yakni bakteri, diet, dan pejamu.3 Streptococcus mutans (S. mutans) merupakan bakteri kariogenik yang utama karena S. mutans melekat pada email, memproduksi dan tahan terhadap asam.4 S. mutans merupakan bakteri fakultatif anaerob yang dapat memetabolisme karbohidrat menjadi asam laktat yang mampu mencapai derajat keasaman (pH) kritis dan dapat menyebabkan demineralisasi permukaan gigi dengan cepat.5 Terdapat pula kelompok bakteri lain yang berperan dalam pembentukan karies yaitu Oral Veillonella. Oral Veillonella merupakan bakteri Gram negatif anaerob yang memanfaatkan asam laktat yang dihasilkan S. mutans untuk diubah menjadi asam propionat.6 Hal ini dapat menyebabkan pH rongga mulut menjadi tidak terlalu rendah dan proses terjadinya karies dapat diperlambat. Namun sampai saat ini, peran Oral Veillonella dalam infeksi rongga mulut manusia masih belum diketahui secara jelas. Oral Veillonella terdistribusi luas di rongga mulut, terutama di permukaan lidah, saliva, plak gigi, dan mukosa bukal.7 Lidah memiliki muatan bakteri terbesar dari setiap jaringan pada rongga mulut yang berkontribusi terhadap akumulasi bakteri, debris, dan plak.8 Morfologi permukaan lidah yang ireguler menyediakan area retensi bakteri sehingga memungkinkan bakteri melekat pada permukaan lidah.9 Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keberadaan dan perbandingan kuantitas OralVeillonella pada plak lidah anak usia 3-5 tahun dengan kategori risiko karies rendah dan tinggi dengan menggunakan metode kuantifikasi Real-Time Polymerase Chain Reaction (PCR). Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 Tinjauan Teoritis Early Childhood Caries (ECC) Early Childhood Caries atau nursing caries atau baby bottle tooth decay merupakan nama atau sebutan lain yang merujuk kepada karies gigi pada anak yang sangat muda.10 ECC didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih permukaan gigi yang rusak (kavitas atau nonkavitas), hilang karena karies, atau terdapat tumpatan pada gigi sulung anak usia kurang dari 6 tahun. Terdapat pula keadaan yang dikategorikan sebagai Severe ECC (S-ECC) jika kondisi tersebut terjadi pada anak usia kurang dari 3 tahun.11 ECC dimulai segera saat gigi sulung anak mulai erupsi, terutama pada anak dengan risiko karies tinggi. Kerusakan akan berkembang cepat ke tahap kavitas selama 6-12 bulan.10 Dampak umum dari ECC yang sering terjadi yaitu ketidaknyamanan dan sakit pada saat makan dan tidur sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan anak dan juga akan mengakibatkan penurunan berat badan anak.Anak yang mengalami ECC akan memiliki peningkatan risiko karies baik pada gigi sulung maupun gigi permanennya.11 Etiologi ECC hampir sama dengan etiologi karies pada umumnya, yaitu bersifat multifaktorial. Faktor penyebab utama ECC adalah faktor bakteri. S. mutans dan Streptococcus sobrinus (S. Sobrinus) merupakan bakteri penghasil asam yang hidup di rongga mulut yang menyebabkan kerusakan struktur gigi dengan melakukan fermentasi karbohidrat seperti sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Penelitian menunjukkan bahwa pada anak dengan ECC, S. mutans biasanya melebihi 30% dari flora plak. Massa bakteri ini sering berhubungan dengan lesi karies dan lesi white spot. Sebaliknya, S. mutans hanya terdapat kurang dari 0,1% pada flora plak anak tanpa aktivitas karies.10 Terdapat beberapa faktor lain yang dapat menjadi predisposisi terjadinya ECC. Beberapa faktor tersebut antara lain yaitu konsumsi gula, feeding practices, dan faktor sosioekonomi. Gula memainkan peran krusial pada proses perkembangan karies, fermentasi karbohidrat adalah salah satu faktor yang terlibat. Molekul gula dengan ukuran kecil memperkenankan amilase saliva memecah molekul-molekul tersebut menjadi komponen yang dapat dengan mudah dimetabolisme oleh bakteri plak. Proses ini mengarahkan bakteri untuk memproduksi asam yang dapat membuat demineralisasi gigi dan meningkatkan risiko terhadap karies pada gigi tersebut. Feeding Practices seperti ketidaksesuaian waktu penggunaan botol susu memiliki peran terhadap etiologi dan keparahan ECC, seperti penggunaan botol susu pada waktu tidur malam hari yang terlalu lama dengan isi yang manis, Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 terutama laktosa. Penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara ECC dan pemakaian botol susu pada waktu tidur malam hari. Faktor sosioekonomi juga dapat mempengaruhi risiko terjadinya ECC. Terdapat hubungan yang berlawanan antara status sosioekonomi dan prevalensi karies pada anak di bawah 6 tahun.12 Kelompok anak dengan orang tua yang berpenghasilan lebih rendah memiliki DMFT 4 kali lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok anak dengan orang tua yang berpenghasilan tinggi.10 Risiko Karies Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada individu atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies pada suatu periode tertentu. AAPD mengklasifikasikan kategori risiko karies menjadi tiga, yakni risiko rendah, sedang, dan tinggi. Masing-masing klasifikasi tersebut memiliki tiga indikator utama yang membedakannya, yaitu kondisi klinis, karakteristik lingkungan, dan kondisi kesehatan umum.2 Kondisi klinis dari kategori risiko karies rendah, yaitu tidak terdapat karies gigi pada 24 bulan terakhir, tidak terdapat demineralisasi email, tidak terdapat plak, dan tidak terdapat gingivitis. Karakteristik lingkungan dari kategori risiko karies rendah, yaitu paparan fluor sistemik dan topikal optimal, konsumsi gula atau makanan yang berkaitan kuat dengan inisiasi karies hanya pada waktu makan utama, status sosioekonomi pengasuh tinggi, dan penggunaan pelayanan dental teratur. Sedangkan kondisi klinis kategori risiko sedang, yaitu terdapat karies gigi pada 24 bulan terakhir, terdapat satu area yang mengalami demineralisasi, dan adanya gingivitis. Karakteristik lingkungan dari kategori risiko karies sedang, yaitu paparan fluor sistemik suboptimal dengan fluor topikal yang optimal, terdapat 1-2 kali konsumsi gula atau makanan yang berkaitan kuat dengan karies di sela-sela waktu makan utama, status sosioekonomi pengasuh menengah, dan penggunaan pelayanan dental tidak teratur. Risiko karies tinggi memiliki kondisi klinis, yaitu terdapat karies gigi pada 12 bulan terakhir, lebih dari satu area mengalami demineralisasi (karies email “white-spot lesion”), adanya plak pada gigi anterior, pada radiograf terlihat gambaran karies email, jumlah S.mutans banyak, menggunakan alat ortodontik, dan hipoplasia email. Karakteristik lingkungan kategori risiko karies tinggi, yaitu paparan fluor topikal suboptimal, terdapat tiga kali atau lebih konsumsi gula atau makanan yang berkaitan kuat dengan karies di sela-sela waktu makan utama, status sosioekonomi pengasuh rendah, tidak ada pelayanan dental yang digunakan, dan terdapat karies aktif pada ibu. Kondisi kesehatan umum dari kategori risiko Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 karies tinggi, yaitu anak dengan kebutuhan perhatian kesehatan khusus dan kondisi yang mengganggu komposisi atau laju alir saliva2 Risiko karies dikatakan tinggi apabila terdapat satu indikator pada kategori risiko tinggi. Risiko karies dikatakan sedang apabila terdapat minimal satu indikator kategori risiko sedang dan tidak terdapat indikator kategori risiko tinggi. Sedangkan risiko karies dikatakan rendah apabila tidak terdapat indikator kategori risikosedang dan tinggi.2 Oral Veillonella Genus Veillonella merupakan bakteri Gram negatif anaerobik non fermentatif yang memiliki sedikit flagella, spora, dan kapsul. Genus ini terbagi ke dalam 12 spesies yaitu Veillonella atypica, Veillonella caviae, Veillonella criceti, Veillonella denticariosi, Veillonella dispar, Veillonella magna, Veillonella montpellierensis, Veillonella parvula, Veillonella ratti, Veillonella rodentium, Veillonella rogosae, dan Veillonella tobetsuensis. Dari spesies-spesies tersebut, Veillonella atypica, Veillonella denticariosi, Veillonella dispar, Veillonella parvula, Veillonella rogosae, dan Veillonella tobetsuensis telah ditemukan pada rongga mulut manusia.13,14 Keberadaan Veillonella sangat berlimpah pada mikrobiom manusia. Selain pada rongga mulut, Veillonella juga dapat ditemukan pada pernapasan, genital, dan usus manusia. Oral Veillonella dapat ditemukan di seluruh rongga mulut. Habitat utama dari Oral Veillonella yaitu pada dorsum lidah, saliva, plak gigi, dan mukosa bukal. Oral Veillonella ditemukan juga pada ECC yang parah, infeksi intraradikular termasuk abses, dan di dalam tubulus dentin. Spesies dari genus ini ditemukan lebih banyak pada orang dengan kesehatan rongga mulut yang buruk.13-15 Oral Veillonella tidak mampu memfermentasi karbohidrat atau asam amino dan mengandalkan pada fermentasi laktat, piruvat, malat, fumarat dan atau oksaloasetat sebagai sumber karbon dan energi. Oral Veillonella umumnya terkait dengan bakteri yang mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam laktat, seperti strain Actinomyces, Streptococcus dan Lactobacillus. Dari hal tersebut diyakini bahwa Oral Veillonella memainkan peran penting dalam mengkonversi asam laktat menjadi asam propionat yang dianggap antikariogenik dan kurang mampu mendekalsifikasi email.16 Plak Lidah Dorsum lidah menunjukkan lekukan ekologikal unik untuk bakteri di rongga mulut. Dorsum lidah merupakan sebuah permukaan yang besar untuk akumulasi bakteri, debris, dan plak. Morfologi dorsum lidah memiliki iregularitas seperti fisur yang mungkin menyebabkan Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 retensi bakteri. Kekasaran permukaan lidah juga menyebabkan lekukan yang ideal untuk mendukung perlekatan dan pertumbuhan bakteri. 8,9 Biofilm pada permukaan lidah merupakan struktur dinamis yang tersusun dari bakteri, sel epitel dari mukosa rongga mulut, leukosit dari poket periodontal, metabolit darah, dan nutrisi yang berbeda. Biofilm pada lidah nampaknya terlibat langsung terhadap terjadinya halitosis pada rongga mulut. 8,17,18 Interaksi antara lidah dan lingkungan rongga mulut lainnya mungkin adalah faktor penting dalam pembentukan bakteri pada seluruh rongga mulut. Korelasi jelas terlihat antara komposisi bakteri pada lidah dan bakteri yang ditemukan pada saliva. Keberadaan S. mutans pada saliva dianggap mempengaruhi dan berkontribusi terhadap bakteri ini pada lidah. Saat jumlah colony forming units (CFU) pada saliva meningkat, maka jumlah CFU pada lidah juga meningkat.9 Real-Time PCR Real-Time PCR merupakan perkembangan teknik PCR konvensional. Real-Time PCR menggunakan prinsip amplifikasi yang sama seperti pada PCR konvensional. Pada PCR konvensional, deteksi dan kuantifikasi urutan DNA yang teramplifikasi dilakukan pada akhir reaksi setelah siklus PCR berakhir dan melibatkan analisis post-PCR seperti menggunakan gel elektroforesis dan analisa gambar. Sedangkan pada kuantifikasi Real-Time PCR, hasilnya diukur pada masing-masing siklus dengan memonitor reaksi selama fase amplifikasi eksponensial sehingga dapat mendeterminasi kuantitas awal target dengan presisi yang tinggi.19 Terdapat tiga proses utama pada satu siklus Real-Time PCR. Proses pertama, denaturasi, yaitu proses inkubasi temperatur tinggi yang digunakan untuk mendenaturasi untaian ganda DNA menjadi untaian tunggal. Suhu tertinggi yang biasa digunakan adalah 95oC. Proses kedua yaitu annealing. Selama proses ini, urutan komplementer memiliki kesempatan untuk hibridisasi. Suhu yang tepat pada proses ini adalah 5oC dibawah suhu leleh dari primer. Proses ketiga yaitu proses ekstensi. Pada 70-72oC, aktivitas polimerase DNA optimal dan ekstensi primer terjadi hingga 100 basa per detik. Ketika amplicon (hasil amplifikasi) pada Real-Time PCR kecil, langkah ini sering dikombinasikan dengan langkah annealing menggunakan suhu 60oC.19 Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 Gambar 1 Tiga Tahapan dari Satu Siklus PCR Real-Time PCR memiliki beberapa manfaat, diantaranya mampu memonitor proses reaksi PCR yang terjadi saat berlangsung, mampu mengukur jumlah amplicon pada tiap siklus dengan presisi yang tinggi, amplifikasi dan deteksi terjadi pada single tube, dan dapat mengeliminasi manipulasi post-PCR.19 Untuk menentukan jumlah dari target sampel, diperlukan suatu analisis dari hasil DNA yang teramplifikasi dalam Real-Time PCR. Terdapat dua metode analisis yang dapat digunakan, yakni kuantifikasi absolut dan relatif. Kuantifikasi absolut dilakukan dengan membandingkan nilai CT sampel dengan suatu kurva standar. Kurva standar ini dibuat dengan cara pengenceran suatu target yang konsentrasinya telah diketahui. Pengenceran tersebut akan diamplifikasi dengan Real-Time PCR, dan data yang dihasilkan akan digunakan untuk membuat kurva standar. Setiap konsentrasi dari target akan saling berpotongan dengan threshold dan menghasilkan nilai CT. CT sampel yang tidak diketahui konsentrasinya akan dibandingkan terhadap kurva standar untuk menentukan jumlah salinan yang dihasilkan. Metode yang kedua, yaitu kuantifikasi relatif merupakan metode pilihan untuk penelitian ekspresi gen dan menawarkan dua pilihan utama untuk kuantifikasi yakni dengan menggunakan ΔΔCT dan kuantifikasi kurva standar. Hasil dari kuantifikasi relatif merupakan kenaikan atau penurunan kali lipat gen target pada uji terhadap sampel kalibrator.20 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada bulan Juli 2014 sampai dengan Oktober 2014. Penelitian ini melibatkan 18 siswa/i TK Talenta yang Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 bersedia menjadi subjek dan memenuhi kriteria penelitian. Subjek terbagi menjadi dua kelompok yaitu subjek kategori risiko karies rendah dan tinggi yang masing-masing kelompok berjumlah 9 orang. Kriteria inklusi subjek penelitian yaitu laki-laki atau perempuan, berusia 3-5 tahun, sehat, dan informed consent telah ditandatangani oleh orang tua subjek sebagai tanda kesediaan berpartisipasi dalam penelitian. Adapun kriteria eksklusi yaitu anak dengan keterbelakangan mental dan sedang mengonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi pembentukan saliva. Alur penelitian adalah sebagai berikut. Informed consent diberikan kepada orang tua calon subjek. Apabila orang tua subjek menyetujui, maka dilakukan penandatanganan informed consent. Kemudian dilakukan pemeriksaan intraoral untuk menyeleksi subjek sehingga dapat ditentukan kategori risiko karies pada masing-masing subjek. Pada saat yang sama, dilakukan juga pengambilan sampel plak lidah. Sampel plak lidah dan standar Oral Veillonella yang sebelumnya telah dibuat pada laboratorium diekstraksi dan dikuantifikasi konsentrasi DNA-nya untuk kemudian dilakukan deteksi dan kuantifikasi dengan Real-Time PCR. Analisis data pada penelitian ini menggunakan program IBM SPSS Statistics 21. Diawali dengan uji normalitas Shapiro Wilk (n<50) kemudian dilakukan uji kemaknaan perbedaan kuantitas Oral Veillonella pada subjek kategori risiko karies rendah dan tinggi. Data tersebut tidak terdistribusi normal sehingga diuji menggunakan uji beda dua kelompok yaitu uji statistik non-parametrik Mann-Whitney. Uji statistik yang dilakukan memiliki tingkat signifikansi 0,05 (p = 0,05). Hasil Penelitian Penelitian ini melibatkan 18 orang subjek yaitu 9 subjek risiko karies rendah dan 9 subjek risiko karies tinggi.Deteksidan kuantifikasi ditentukan dengan melihat siklus threshold (CT) yang artinya Oral Veillonella sudah teramplifikasi dalam siklus threshold tersebut. Pada tabel 1 menunjukkan rerata siklus threshold (CT) Oral Veillonella yang terdeteksi pada seluruh sampel plak lidah subjek dengan risiko karies rendah dan tinggi. Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 Tabel 1 Rerata Siklus threshold Oral Veillonella pada Plak Lidah Subjek Kategori Risiko Karies Rendah dan Tinggi Bakteri Kategori Rerata CTMean N Risiko karies rendah 24.50699276 9 Risiko karies tinggi 24.24116071 9 Oral Veillonella Tabel 2 Rerata Kuantitas Oral Veillonella pada Plak Lidah Subjek Kategori Risiko Karies Rendah dan Tinggi Rerata Kategori Kuantitas Oral Veillonella ± SD (CFU per Nilai p PCR mixture) Risiko karies rendah 7,470 ± 13.807 (x106) Risiko karies tinggi 9,188 ± 6.500 (x106) 0,085 Pada tabel 2 ditunjukkan nilai p>0,05. Ini berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kuantitas Oral Veillonella pada plak lidah subjek kategori risiko karies rendah dan tinggi. Hasil kuantitas Oral Veillonella dibuat dalam bentuk grafik untuk dapat menggambarkan perbandingan kuantitas Oral Veillonella antara kelompok kategori risiko karies rendah dan tinggi (gambar 2). Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 Rerata Kuantitas Oral Veillonella Tiap Kategori Kuantitas Oral Veillonella (106) 25.000 7,470 ± 13,870 20.000 9,188 ± 6,5 15.000 10.000 Risiko Rendah Risiko Tinggi 5.000 0 -5.000 -10.000 Risiko Karies Gambar 2 Grafik Rerata Kuantitas Oral Veillonella pada Plak Lidah Subjek Kategori Risiko Karies Rendah dan Tinggi Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan dan perbandingan kuantitas Oral Veillonella yang didapat dari subjek penelitian yang berjumlah 18 orang yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan kategori risiko karies rendah dan tinggi. Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah plak lidah. Plak lidah dipilih karena Oral Veillonella berhabitat pada dorsum lidah.13,14 Selain itu, lidah juga merupakan jaringan rongga mulut yang memiliki muatan bakteri terbesar yang berkontribusi terhadap penemuan bakteri.8 AAPD mengklasifikasikan kategori risiko karies menjadi tiga, yakni risiko rendah, sedang, dan tinggi. Namun pada penelitian ini, penulis hanya menggunakan dua kategori risiko karies, yaitu risiko rendah dan tinggi. Kedua kategori tersebut dipilih oleh penulis karena prevalensi anak yang memiliki risiko karies tinggi masih sangat banyak ditemukan pada masyarakat dibandingkan dengan anak yang memiliki risiko karies rendah. Selain itu, kategori risiko karies rendah juga penulis gunakan sebagai pembanding terhadap kategori risiko karies tinggi. Pada penelitian ini dilakukan uji Real-Time PCR untuk identifikasi dan kuantifikasi Oral Veillonella pada sampel plak lidah. Uji Real-Time PCR merupakan alternatif untuk melakukan penelitian epidemiologis dan klinis, karena spesifisitas dan sensitivitas yang Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 tinggi. Metode Real-Time PCR merupakan metode yang sederhana, cepat, reliabel, dan mudah digunakan. Beberapa peniliti juga melaporkan bahwa Real-Time PCR lebih sensitif untuk mendeteksi dibandingkan dengan teknik kultur konvensional, karena Real-Time PCR dapat mendeteksi bakteri walaupun dalam jumlah yang sedikit.21,22 Tabel 2 menunjukkan rerata nilai CT Mean dari keseluruhan sampel. CT menggambarkan jumlah template bakteri saat reaksi ampilifikasi dimulai. Nilai CT akan menunjukkan nilai yang berbanding terbalik dengan kuantitas dari target. Jika bakteri teramplifikasi pada CT awal, maka terdapat kuantitas bakteri yang besar. Sebaliknya, jika bakteri teramplifikasi pada CT akhir, maka terdapat kuantitas bakteri yang sedikit. Pada penelitian ini, Oral Veillonella terdeteksi pada seluruh sampel plak lidah baik pada kelompok risiko karies rendah maupun tinggi. Pada tabel 2 dan gambar 2 terlihat bahwa kelompok risiko karies tinggi memiliki kuantitas Oral Veillonella sebesar 9,188 ± 6,5 (x106) CFU/PCR mixture dan kelompok risiko karies rendah sebesar 7,470 ± 13,807 (x106) CFU/PCR mixture. Hasil penelitian ini menunjukkan perbandingan kuantitas Oral Veillonella antara kelompok risiko karies rendah dengan kelompok risiko karies tinggi adalah sebesar 1:1,2. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa Oral Veillonella ditemukan lebih banyak pada orang dengan kesehatan rongga mulut yang buruk.15 Karies merupakan penyakit infeksi yang memiliki etiologi multifaktorial. Faktor bakteri berperan penting terhadap terjadinya karies. Telah diketahui bahwa S.mutans dan S.Sobrinus merupakan bakteri kariogenik utama yang berperan. Kerusakan struktur gigi terjadinya akibat adanya fermentasi karbohidrat seperti sukrosa, fruktosa, dan glukosa, yang dilakukan oleh bakteri penghasil asam tersebut.10 AAPD menyatakan bahwa kelompok risiko karies tinggi memiliki jumlah S.mutans yang banyak. Penelitian lain juga mengemukakan bahwa frekuensi S.mutans pada anak yang memiliki karies aktif lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak yang bebas karies.23 Keberadaan Oral Veillonella sangat berhubungan erat dengan spesies yang memproduksi asam laktat.13 Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara jumlah Oral Veillonella dengan jumlah Lactobacillus, S.mutans, dan Actinomyces spp., organisme yang memfermentasi karbohidrat menjadi asam laktat. Oral Veillonella menggunakan asam laktat sebagai sumber nutrisi. Pada penelitian ini, didapatkan kuantitas Oral Veillonella pada kelompok risiko karies tinggi lebih banyak dibandingkan dengan kelompok risiko karies rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa saat Oral Veillonella memetabolisme asam laktat yang dihasilkan oleh S.mutans, Oral Veillonella dapat ditemukan dalam jumlah yang meningkatpada lesi karies.24 Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 Perbedaan kuantitas bakteri yang terjadi mungkin dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya faktor yang mendukung pertumbuhan bakteri pada subjek. Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada penelitian ini, yaitu nutrisi atau makanan yang dikonsumsi oleh pejamu, derajat keasaman (pH) pada lingkungan rongga mulut, dan kelembaban.25 Faktor nutrisi yang berbeda dari masing-masing subjek dapat mengakibatkan jumlah yang berbeda dari karbohidrat yang difermentasi.23Fermentasi karbohidrat akan menyebabkan bakteri memproduksi asam. Derajat keasaman (pH) lingkungan rongga mulut yang berbeda pada subjek dapat menyebabkan perbedaan tingkat demineralisasi gigi dan risiko terhadap terjadinya karies. Meskipun pada penelitian ini Oral Veillonella ditemukan pada seluruh subjek, tetapi faktor-faktor yang berpengaruh tersebut tidak terlalu berperan terhadap adanya perbedaan kuantitas Oral Veillonella pada kedua kelompok yang diteliti. Pada penelitian ini, terdapat kecenderungan perbedaan kuantitas Oral Veillonella pada kelompok risiko karies rendah dan tinggi walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini diduga karena jumlah subjek penelitian yang terlalu sedikit dan nilai standar deviasi yang besar.Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa Oral Veillonella dapat terdeteksi pada seluruh subjek dan lebih banyak pada kelompok risiko karies tinggi, namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini diduga karena Oral Veillonella yang terdapat pada lidah tidak secara langsung akan melekat pada permukaan gigi untuk dapat menyebabkan karies. Mikroflora yang terdapat pada lidah sangat beragam. Oleh karena itu, perbedaan kuantitas bakteri pada kelompok risiko karies rendah dan tinggi tidak hanya semata-mata dapat dilihat berdasarkan keberadaan Oral Veillonella saja, namun dapat dilihat berdasarkan keberadaan spesies bakteri spesifik lainnya. Penelitian yang dilakukan masih memiliki keterbatasan. Keterbatasan pertama adalah perbedaan berat sampel plak lidah yang akan berpengaruh terhadap kuantitas Oral Veillonella. Keterbatasan kedua yaitu penelitian ini hanya terbatas pada genus Oral Veillonella saja, sehingga tidak dapat diketahui spesies Oral Veillonella mana yang dominan atau jumlahnya paling banyak pada plak lidah subjek. Selain itu, kurangnya jumlah subjek penelitian sehingga data yang didapatkan tidak terdistribusi dengan normal. Kesimpulan Pada penelitian ini, Oral Veillonella ditemukan di seluruh sampel plak lidah subjek penelitian, baik pada anak dengan kategori risiko karies rendah dan tinggi. Terdapat kecenderungan kuantitas Oral Veillonella yang lebih banyak (tidak berbeda bermakna) pada Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 anak dengan kategori risiko karies tinggi dibandingkan pada anak dengan kategori risiko karies rendah. Saran Untuk penelitian yang serupa perlu dilakukan dengan penyamaan berat plak lidah subjek, penambahan jumlah subjek penelitian, dan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan identifikasi spesies Oral Veillonella. Daftar Referensi 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) DKI Jakarta 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2. American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) Caries Risk Assessment Tool. 2009. 3. Mount, Graham J, Hume, W.R. 2005. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Queensland: Knowledge Books and Software 4. Roberson, Theodore M., et al. 2006. Studervant’s Art and Science of Operative Dentistry 5th Ed. Missouri: Mosby. 5. Dashper SG, Reynolds EC. Lactic Acid Excretion by Streptococcus mutans. Microbiology 1984;(1 996):33-39. 6. Ng SKC, Hamilton IANR. Lactate Metabolism by Veillonella parvula. Journal of Bacteriology 1971;105(3):999-1005. 7. Igarashi E, Kamaguchi A, Fujita M, Miyakawa H, Nakazawa F. Identification of oral species of the genus Veillonella by polymerase chain reaction. Oral Microbiology Immunology 2009: 24: 310–313. 8. Effectiveness of a New Tootbrush Design Versus a Conventional Tongue Scraper in Improving Breath Odor and Reducing Tongue Microbiota. J Appl Oral Sci. 2008;16(4):271-274. 9. Lawande GS. Tongue Hygiene and Its Significance in the Control of Halitosis. Journal of Orofacial Research 2013;3(4):256-262. 10. Colak H, Dülgergil CT, Dalli M, Hamidi MM. Early childhood caries update: A review of causes, diagnoses, and treatments. J. Nat. Sci. Biol. Med. 2013;4(1):29-38. 11. Association of State and Territorial Dental Directors (ASTDD). Early Childhood Caries Policy Statement. 2012 Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 12. Council O. Guideline on Caries-risk Assessment and Management for Infants , Children, and Adolescents. American Academy of Pediatric Dentistry 2014:127-134. 13. Mashima I, Nakazawa F. A review on the characterization of a novel oral Veillonella species, V. tobetsuensis, and its role in oral biofilm formation. J. Oral Biosci. 2013;55(4):184-190. 14. Mashima I, Nakazawa F. Identification of Veillonella tobetsuensis in tongue biofilm by using a species-specific primer pair. Anaerobe 2013;22:77-81. 15. Vesth T, Ozen A, Andersen SC, et al. Veillonella , Firmicutes: Microbes disguised as Gram negatives. Standards in Genomic Sciences2013:431-448. 16. Byun R, Carlier J-P, Jacques N a, Marchandin H, Hunter N. Veillonella denticariosi sp. nov., isolated from human carious dentine. Int. J. Syst. Evol. Microbiol. 2007;57(Pt 12):2844-8. 17. Rold RS. Biofilms and the tongue: therapeutical approaches for the control of halitosis. Clin Oral Invest 2003:189-197. 18. Roberto J. Halitosis: a review of associated factors and therapeutic approach. Braz Oral Res 2008;22:44-54. 19. Life Technologies. Real-time PCR handbook. homepage on the internet. cited 2014 October25. Available from: http://find.lifetechnologies.com/Global/FileLib/qPCR/RealTimePCR_Handbook_Update_ FLR.pdf 20. Bio-Rad Laboratories, Inc. Real-time PCR application guide. homepage on the internet. Cited 2014 October25. Available from: http://www.gene-quantification.com/real-timepcr-guide-bio-rad.pdf 21. Carmona LE, Reyes N, González F. Polymerase Chain Reaction for detection of Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus in dental plaque of children from Cartagena , Colombia. Colomb Méd. 2011;42. 22. Cristina T, Franco C, Ávila FA De. Detection of Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus in Dental Plaque Samples from Brazilian Preschool Children by Polymerase Chain Reaction. Braz Dent J 2007;18:329-333. 23. Ghasempour M, Rajabnia R, Irannejad A, Hamzeh M, Ferdosi E, Bagheri M. Frequency, biofilm formation and acid susceptibility of streptococcusmutans and streptococcus sobrinus in saliva of preschool children with different levels of caries activity. Dental Research Journal 2013;10(4):3-8. Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014 24. Arif N, Sheehy EC, Do T, Beighton D. Diversity of Veillonella spp. from Sound and Carious Sites in Children. J. Dent. Res. 2008;87(3):278-282. 25. Razzak, LA. Nutrition and Growth of Bacteria. [cited 2014 October 25]. Available from: http://uobabylon.edu.iq/eprints/publication_10_1062_180.pdf Kuantitas oral..., Fitria Chaerunnisa, FKG, 2014