pengorganisasian kinerja dinas perdagangan dan industri

advertisement
PENGORGANISASIAN KINERJA DINAS PERDAGANGAN DAN INDUSTRI
KABUPATEN CIANJUR DALAM PENGELOLAAN RETRIBUSI PASAR
Ayi Karyana
Universitas Terbuka
ABSTRACT
Work division is an important aspect in every organization. The division should be reflected
in organizational structure. This research analyzes how work division and organizational
structure in the Agency of Trade and Industry in Cianjur Regency influence management of
market retribution under the regency’s jurisdiction. Specifically, this research examines how
work division, departmentalization, span of control, and authority delegation simultaneously
and partially influence market retribution performance. All staff in the Agency with high
school diploma was included in the research. All respondents were given questionnaires
and data gathered were analyzed using Path Analysis method. The results show significant
relationship between work division, departmentalization, span of control, authority delegation
management, and market retribution performance.
Key words: organization, market retribution management.
Reformasi yang bersifat multidimensional telah memberikan warna dan pengaruh pada
perkembangan administrasi publik yaitu untuk mereposisikan fungsi aparatur pemerintah selaku
pelayan publik. Dalam kedudukan selaku pelayan publik maka secara total penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan, termasuk di dalamnya pemerintahan dan pembangunan daerah,
ditujukan kepada pelayanan publik. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan pemerintahan dan
pembangunan harus dibarengi dengan peningkatan kinerja pengelolaan pelayanan publik. Dalam
konteks otonomi daerah, konsep pengukuran kinerja merupakan salah satu tolok ukur kemampuan
birokrasi pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangannya.
Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
telah membawa perubahan cara pandang dalam sistem pemerintahan; dari pemerintahan yang
sentralistik bergeser ke pemerintahan yang desentralistik. Dalam hal ini, Maryanow dalam Hoessein
(1996) menyatakan desentralisasi dan otonomi daerah merupakan dua sisi dari satu mata uang.
Secara teoritis, pelaksanaan desentralisasi akan mendorong pemerintah daerah untuk lebih
memberdayakan masyarakatnya, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas dan meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pembangunan daerahnya. Di samping itu, pemerintah daerah mempunyai
kewenangan dan keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan
aspirasi masyarakatnya.
Upaya membangkitkan prakarsa dan mewujudkan aspirasi dari masyarakat secara efektif antara lain
akan sangat tergantung kepada ketersediaan sumber daya pendukung yang dimiliki oleh pemerintah
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Voume. 1, Nomor 1, September 2005, 11-21
daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satunya. PAD merupakan sumber
penerimaan yang paling berpengaruh untuk daerah. PAD ini dapat dijadikan penerimaan unggulan
dalam memompa dan mengalirkan aktivitas pemerintahan dan pembangunan di daerah otonom.
Peran PAD dalam menunjang pelaksanaan pembangunan sangat penting karena sebagian dari
Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) berasal dari PAD. Oleh karena itu, penggalian
potensi sumber PAD secara optimal dengan didukung oleh kinerja pengelolaan yang baik dan
sumber daya manusia yang berkualitas akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pemerintah
daerah.
Di Kabupaten Cianjur, berdasarkan informasi dari Pemerintah Kabupaten Cianjur per Desember
2003, terdapat 34 jenis retribusi. Salah satunya adalah Retribusi Pasar yang ditetapkan melalui
Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 11 Tahun 2001 tentang Perubahan Peraturan Daerah
Nomor 06 Tahun 1999 tentang Retribusi Pasar, yang diundangkan di Cianjur pada 15 Juni 2001.
Retribusi Pasar merupakan salah satu sumber PAD yang potensial untuk dikelola di Kabupaten
Cianjur.
Pengorganisasian atau pengaturan organisasi pengelola retribusi pasar di Kabupaten Cianjur
dilakukan oleh Dinas Perdagangan dan Industri. Dinas ini dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati
Cianjur Nomor 13 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perdagangan dan Industri,
yang diundangkan di Cianjur pada 19 Pebruari 2001. Di dalam Keputusan Bupati tersebut tidak
tercantum secara eksplisit berada di sub dinas dan atau Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) mana
pengelolaan retribusi pasar terstruktur. Di dalam rincian kerja organisasi dan tata kerja organisasi
juga tidak dinyatakan. Padahal hampir di ke 26 kecamatan di Kabupaten Cianjur terdapat pasar yang
dipungut retribusinya secara tersendiri. Ada yang sudah dipungut retribusinya, namun ada yang
pengelolaannya masih digabung dengan pasar lain, seperti Pasar Cibodas dan Pasar Cigombong
yang pengelolaannya masih digabung dalam satu koordinator kepala pasar. Begitu juga Pasar
Cidaun yang berada di bawah satu koordinator dengan pasar Sukanagara.
Dalam organisasi dan tata kerja dinas, karakter jasa/target tidak tergambarkan dalam
pengorganisasian. Pengorganisasian unit pasar dengan alasan keperluan teknis lapangan, pedoman
tata kerjanya didasarkan pada Surat Edaran Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten
Cianjur Nomor 703/162/Perdagin, 13 Maret 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Organisasi dan
Manajemen Unit Pasar pada Dinas Perdagangan dan Industri dengan tujuan mewujudkan kinerja unit
pasar yang berdaya dan berhasil guna, yang keberadaannya terpisah dan tidak terintegrasi secara
sistemik dengan struktur organisasi dan tata kerja Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten
Cianjur.
Pengelola pasar di Kabupaten Cianjur, berpendapat bahwa pengorganisasian pengelolaan retribusi
pasar sebaiknya dikelola sendiri oleh suatu dinas atau UPTD. Hal tersebut dilakukan dalam upaya
meningkatkan kinerja pengelolaan retribusi pasar. Argumen yang dikemukakan adalah sebagai
berikut.
1. Bobot tugas dalam pengelolaan pasar cukup berat, spesifik, dan langsung berhubungan dengan
masyarakat luas sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih.
2. Permasalahan di pasar sangat kompleks dan perlu penanganan segera. Hal ini menuntut
pengambilan keputusan secara cepat dan tepat.
12
Karyana, Pengorganisasian Kinerja Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur
3. Kontribusi PAD dari hasil pungutan retribusi pasar cukup signifikan terhadap PAD.
4. Kinerja pengelolaan retribusi pasar akan lebih terfokus, mengingat ada kewenangan yang telah
terstruktur secara formal organisatoris.
Pendapat pengelola pasar di lapangan tersebut sejalan dengan salah satu misi Pemerintah
Kabupaten Cianjur, yaitu meningkatkan profesionalisme aparatur dan penataan kelembagaan
pemerintah daerah ramping struktur dan kaya fungsi. Hal lain dalam pengorganisasian adalah terlalu
luasnya tugas dan fungsi yang diemban oleh Dinas Perdagangan dan Industri. Desain organisasi dan
tata kerja instansi ini masih mengacu pada peninggalan struktur, organisasi dan tata kerja (SOTK)
instansi vertikal Departemen Perdagangan dan Industri. Kondisi yang demikian antara lain
berdampak pada timpangnya pendapatan dan belanja pada Dinas Perdagangan dan Industri.
Dalam rincian APBD tahun anggaran 2003, dinyatakan bahwa pendapatan Pemerintah Kabupaten
Cianjur sebesar Rp 980.061.300,00 sedangkan belanja sebesar Rp 2.496.974.632,00.
Fungsi pengorganisasian retribusi pasar adalah mengelola semua kegiatan dan merancang rencana
kegiatan pengelolaan pasar menjadi suatu susunan tugas dan wewenang dalam rangka
meningkatkan kinerja pengelolaan retribusi pasar. Dalam beberapa hal, fungsi pengorganisasian unit
pasar terdiri dari: (1) pembagian kerja, perancangan dan penetapan tanggung jawab tiap pekerjaan
perorangan; (2) departementalisasi, pengelompokkan pekerjaan ke dalam bagian-bagian yang
spesifik; (3) penentuan rentang kendali, dan (4) pendelegasian wewenang untuk meningkatkan
kinerja pengelolaan. Contohnya, Kepala Pasar harus menentukan apa yang harus dilakukan oleh
setiap pegawainya dan kelompok pegawai mana yang akan ditugaskan. Fungsi pengorganisasian
idealnya menghasilkan struktur organisasi yang disainnya berorientasi pada pencapaian tujuan
organisasi. Tujuan organisasi akan tercapai apabila kinerja pengelolaannya optimal.
Struktur organisasi terdiri dari banyak individu dan kelompok berbeda yang melakukan pekerjaan
yang berbeda pula. Perbedaan pekerjaan ini harus digabungkan ke dalam suatu sistem disain
organisasi yang menyeluruh. Hal ini merupakan tanggung jawab pimpinan untuk merencanakan
metode gabungan dan prosesnya.
Hubungan antara kinerja dan pengorganisasian sangatlah jelas. Pencapaian hasil sesuai target yang
ditentukan merupakan tujuan organisasi, yaitu mendefinisikan ’apa’ dan ’bagaimana’. Hasil dari
fungsi pengorganisasian dalam menentukan ’siapa’ (siapa yang akan melakukan apa dengan siapa
untuk mencapai keinginan dan hasil yang telah ditentukan). Pengorganisasian yang berupa disain
organisasi harus memfasilitasi penyelesaian pencapaian tingkat hasil atau kinerja pengelolaan
retribusi pasar.
Diduga bahwa tidak optimalnya pengelolaan retribusi pasar dipengaruhi oleh pengorganisasian.
Penerimaan retribusi pasar dapat ditingkatkan secara signifikan apabila secara pengorganisasian
ada perubahan pada disain organisasinya atau rekayasa ulang pada dimensi-dimensi
pengorganisasian, yaitu pembagian kerja yang jelas, departementalisasi atau penyebutan fungsi dan
tugas yang dikemukakan secara tegas sesuai karakteristik objek pasar/jasa pasar yang menjadi
target retribusi, rentang kendali sesuai dengan jumlah pegawai dalam lingkungan pasar, dan delegasi
wewenang yang tegas. Dengan melekatnya tugas sesuai karakteristik jasa pasar yang dikemukakan
secara tegas secara struktural maka pihak yang mengelola akan mempunyai kewenangan untuk
13
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Voume. 1, Nomor 1, September 2005, 11-21
mengoptimasi tingkat pencapaian hasil atau kinerja pengelolaan retribusi pasar sesuai tujuan
organisasi.
Dari uraian tersebut ditentukan lima rumusan permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah dimensi pembagian kerja berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan retribusi pasar di
Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur?
2. Apakah dimensi departementalisasi berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan retribusi pasar di
Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur?
3. Apakah dimensi rentang kendali berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan retribusi pasar di
Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur?
4. Apakah dimensi delegasi wewenang berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan retribusi pasar di
Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur?
5. Apakah dimensi pengorganisasian berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja
pengelolaan retribusi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur?
Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh pengetahuan faktual berupa penjelasan mengenai pengaruh masing-masing
dimensi pengorganisasian (pembagian kerja, departementalisasi, rentang kendali, dan delegasi
wewenang) terhadap kinerja pengelolaan retribusi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri
Kabupaten Cianjur.
2. Untuk memberikan informasi yang objektif tentang pengaruh dimensi pengorganisasian secara
bersama-sama terhadap kinerja pengelolaan retribusi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri
Kabupaten Cianjur.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei eksplanatori untuk menguji hipotesis. Variabel yang diuji
dioperasionalisasikan dalam dimensi yang kemudian diturunkan lagi ke dalam bentuk indikator.
Variabel bebas (X) adalah pengorganisasian, yang terdiri dari dimensi Pembagian kerja (X 1 ),
Departementalisasi (X 2 ), Rentang kendali (X 3 ), dan Delegasi wewenang (X 4 ). Sedangkan variabel
terikat (Y) adalah Kinerja Pengelolaan Retribusi Pasar.
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai dengan pendidikan terakhir minimal Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) pada Seksi Bina Usaha dan Sarana Perdagangan Dinas Perdagangan dan
Industri Kabupaten Cianjur. Memperhatikan jumlah populasi yang tidak terlalu besar maka
digunakan penarikan sampel jenuh atau sensus dengan melibatkan seluruh populasi sebagai
responden penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis).
Metode ini digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel pengorganisasian terhadap
kinerja pengelolaan retribusi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur.
14
Karyana, Pengorganisasian Kinerja Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh secara Individual Dimensi Pengorganisasian terhadap Kinerja Pengelolaan
Retribusi Pasar di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur
Dimensi pertama adalah dimensi Pembagian Kerja (X1). Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh
koefisien jalur sebesar 0.175 berpengaruh pada tingkat kepercayaan 95% dengan derajat kekeliruan
α = 0.05. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel yang berarti H 1 diterima dan H 0 ditolak. Hasil perhitungan
ini menginformasikan bahwa dimensi pembagian kerja yang pengukurannya meliputi tata kerja
sesuai spesifikasi kekhususan pekerjaan dan tata kerja mencerminkan aktivitas yang paling
diperlukan, diidentifikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan retribusi
pasar. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa dengan dilaksanakannya pembagian kerja yang diukur
dari indikator tata kerja yang sesuai dengan spesifikasi pekerjaan/kekhususan pekerjaan dan tata
kerja yang mencerminkan aktivitas yang diperlukan maka kinerja pengelolaan retribusi pasar di Dinas
Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur akan optimal sesuai dengan yang diharapkan.
Pembagian kerja di Unit pasar di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur tercermin
dalam Surat Edaran Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Nomor 703/162/Perdagin tanggal 13
Maret 2003 tentang pedoman penyelenggaraan organisasi dan manajemen unit pasar. Struktur
tugasnya meliputi Kepala Pasar; Bendahara Pembantu Penerima yang membawahi Kolektor
Retribusi Pasar; Kepala Tata Usaha (TU) yang membawahi staf TU; Kepala Keamanan dan
Ketertiban (Kamtib) Pasar yang membawahi Satuan Pelaksana (Satlak) Kebersihan & Kenyamanan
dan Satlak Keamanan & Ketertiban; serta Koordinator Kaki Lima (PKL) yang membawah Sekretaris
PKL dan Kolektor Iuran PKL.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan Kasubdin Perdagangan dan Kasi Seksi Bina Usaha
dan Sarana Perdagangan Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur ditemukan bahwa
penempatan pegawai atau personil dalam struktur tugas yang ada dilakukan oleh Kepala Pasar
setelah dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan Dinas Perdagangan dan Industri melalui Subdin
Perdagangan dan Seksi Bina Usaha dan Sarana Perdagangan. Kepala Pasar bukan jabatan
struktural melainkan jabatan fungsional. Dalam praktik, Kepala Pasar dapat mengangkat pegawai
pasar yang berstatus Tenaga Kerja Sukarela (TKS), Koordinator Pedagang Kaki Lima (PKL),
Sekretaris PKL dan Kolektor Iuran PKL.
Hasil pengolahan data statistik memberikan informasi bahwa pembagian kerja memberikan pengaruh
secara langsung sebesar 3.06%. Nilai ini memberikan indikasi bahwa pelaksanaan indikator dimensi
pembagian kerja di Dinas Perdagangan dan Industri, dalam hal pengelolaan pasar, tidak berjalan
sesuai dengan pembagian kerja yang seharusnya. Artinya di Dinas Perdagangan dan Industri
Kabupaten Cianjur, pimpinan tidak secara tegas melakukan pembagian tata kerja organisasi pasar
berdasarkan spesifikasi pekerjaan/kekhususan pekerjaan pasar dan tata kerja pasar yang
mencerminkan aktivitas yang diperlukan. Terdapat indikator yang belum berjalan dengan baik.
Sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah sebesar 8.71%. Nilai ini tidak terlalu besar karena
kecilnya hubungan antara pembagian kerja dengan departementalisasi; pembagian kerja dengan
rentang kendali; dan pembagian kerja dengan delegasi wewenang. Total pengaruh secara langsung
maupun tidak langsung melalui dimensi departementalisasi, rentang kendali dan delegasi wewenang
15
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Voume. 1, Nomor 1, September 2005, 11-21
adalah sebesar 11.77%. Ini menunjukkan masih perlu adanya perbaikan pada pembagian kerja,
khususnya yang menyangkut spesifikasi/kekhususan pekerjaan dan tata kerja yang mencerminkan
aktivitas unit pasar yang diperlukan di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur.
Dimensi kedua dari variabel pengorganisasian adalah dimensi Departementalisasi (X2). Berdasarkan
perhitungan statistik diperoleh koefisien jalur sebesar 0.263. Dimensi departementalisasi
berpengaruh pada tingkat kepercayaan 95% dengan derajat kekeliruan α = 0.05. Nilai t hitung lebih
besar dari t tabel. Ini berarti H 1 diterima dan H 0 ditolak. Hasil perhitungan ini menginformasikan
bahwa dimensi departementalisasi diidentifikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pengelolaan retribusi pasar. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa dengan dilaksanakannya
departementalisasi yang diukur dari indikator pengelompokan tata kerja sesuai karakter fungsi
pasar/jasa pasar/target pasar/pengguna pasar dan bentuk struktur keorganisasian maka kinerja
pengelolaan retribusi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur akan optimal
sesuai dengan yang diharapkan.
Struktur organisasi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri tidak termuat secara sistemik dalam
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur. Dari hasil wawancara
dengan Kasubdin Perdagangan dikemukakan bahwa struktur organisasi di unit-unit pasar dibentuk
berdasarkan aturan lama yaitu Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cianjur Nomor
974.14/67/PD/1989. Secara teknis, untuk pelaksanaan di lapangan menyangkut pengelolaan
organisasi unit pasar termasuk pengelolaan PKL, mengacu pada Edaran Kepala Dinas Perdagangan
dan Industri Nomor 703/162/Perdagin. Tujuan dikeluarkannya surat Bupati tahun 1989 tersebut
adalah: (1) menyalurkan dan menjaga stabilitas sembako, (2) menjaga stabilitas ekonomi
masyarakat, (3) meningkatkan taraf hidup pedagang, dan (4) meningkatkan kontribusi PAD dari
sektor retribusi pasar. Sedangkan tujuan dikeluarkannya Surat Edaran Kepala Dinas adalah dalam
rangka mewujudkan kinerja Unit Pasar yang berdaya guna dan berhasil guna.
Berdasarkan kondisi dan situasi tersebut, hasil pengolahan data statistik memberikan informasi
bahwa dimensi departementalisasi memberikan pengaruh secara langsung sebesar 6.92%. Nilai ini
memberikan indikasi bahwa pelaksanaan indikator dimensi Departementalisasi di Dinas
Perdagangan dan Industri, belum berjalan sesuai dengan proses departementalisasi yang
seharusnya. Hal ini berarti bahwa di Dinas Perdagangan dan Industri, pimpinan tidak secara tegas
melakukan departementalisasi organisasi pasar berdasarkan pengelompokan tata kerja sesuai
karakter fungsi/jasa/target/pengguna. Terdapat indikator yang belum berjalan dengan baik.
Sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah sebesar 9.59%. Nilai ini tidak terlalu besar karena
kecilnya hubungan antara departementalisasi dengan pembagian kerja; departementalisasi dengan
rentang kendali; dan departementalisasi dengan delegasi wewenang.
Total pengaruh secara langsung maupun tidak langsung melalui dimensi pembagian kerja, rentang
kendali dan delegasi wewenang adalah sebesar 16.51%. Nilai ini memberi indikasi bahwa
pelaksanaan departementalisasi apabila dikombinasikan dengan dimensi-dimensi pengorganisasian
yang lain, yaitu pembagian kerja, rentang kendali, dan delegasi wewenang, sudah agak baik atau
memberi efek meningkatkan kinerja pengelolaan retribusi pasar. Kombinasi dimensi-dimensi tersebut
16
Karyana, Pengorganisasian Kinerja Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur
memberi petunjuk bahwa mekanisme departementalisasi di Dinas Perdagangan dan Industri
Kabupaten Cianjur dalam tahap dasar telah dilakukan, walaupun belum optimal.
Dalam konteks ini, Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur sudah mulai menetapkan
suatu pola departementalisasi, dengan menitikberatkan pada kondisi lingkungan kerja internal
maupun lingkungan eksternal. Secara internal memperhatikan sumberdaya yang tersedia, dan
secara eksternal memperhatikan daya dukung lingkungan, terutama pihak–pihak yang berhubungan
secara langsung dengan kegiatan unit pasar di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur.
Namun perlu dicermati peringatan dari Gibson, Ivancevich, & Donnelly (1996) bahwa kultur dan
identifikasi departemen/dinas acapkali lebih kuat dibanding identifikasi unit beserta
kultur/karakteristiknya. Secara historis, Struktur Organisasi Dinas Perdagangan dan Industri,
merupakan warisan dari instansi vertikal Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cianjur,
sebelum era otonomi daerah.
Komponen yang ketiga adalah dimensi rentang kendali (X3). Berdasarkan perhitungan statistik
diperoleh koefisien jalur sebesar 0.340. Dimensi rentang kendali berpengaruh pada tingkat
kepercayaan 95% dengan derajat kekeliruan α = 0.05. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Ini berarti H 1
diterima dan H 0 ditolak. Hasil perhitungan ini menginformasikan bahwa dimensi rentang kendali
diidentifikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan retribusi pasar. Dalam
hal ini dapat diartikan bahwa dengan dilaksanakannya rentang kendali yang diukur dari indikator
frekuensi hubungan hirarki pekerjaan, dan derajat/intensitas kemampuan berkomunikasi timbal balik,
maka kinerja pengelolaan retribusi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur akan
optimal sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil pengolahan data statistik memberikan informasi bahwa dimensi rentang kendali memberikan
pengaruh secara langsung sebesar 11.56%. Pengaruh dimensi ini termasuk dominan dalam variabel
pengorganisasian. Dominannya pengaruh dimensi rentang kendali disebabkan tingkat frekuensi
hubungan hirarki antara Dinas Perdagangan dan Industri dan Petugas Pelaksana Pemungut
Retribusi terlalu luas tetapi di unit mereka sendiri frekuensi hubungan hirarki rendah, didukung
dengan komunikasi timbal balik yang intensif antara bawahan dengan pimpinan langsung petugas
lapangan yaitu Kepala Pasar.
Nilai pengaruh secara langsung (11.56%) merupakan sisa pengaruh yang diperoleh dari kombinasi
pembagian kerja, departementalisasi dan delegasi wewenang. Nilai ini memberikan indikasi bahwa
pelaksanaan indikator-indikator dimensi rentang kendali di Dinas Perdagangan dan Industri belum
berjalan sesuai dengan dimensi rentang kendali yang seharusnya. Artinya di Dinas Perdagangan dan
Industri, pimpinan belum optimal melakukan rentang kendali berdasarkan frekuensi hubungan hirarki
pekerjaan dan derajat/intensitas kemampuan berkomunikasi timbal balik. Terdapat indikator-indikator
yang belum berjalan dengan baik. Sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah sebesar 15.42%.
Nilai ini tidak terlalu besar, karena kecilnya hubungan antara rentang kendali dengan pembagian
kerja; rentang kendali dengan departementalisasi; dan rentang kendali dengan delegasi wewenang.
Total pengaruh secara langsung maupun tidak langsung melalui dimensi pembagian kerja,
departementalisasi dan delegasi wewenang adalah sebesar 26.98%. Nilai ini memberi indikasi
17
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Voume. 1, Nomor 1, September 2005, 11-21
bahwa pelaksanaan rentang kendali bila dikombinasi dengan dimensi-dimensi pengorganisasian
yang lain yaitu pembagian kerja, departementalisasi, dan delegasi wewenang, memberi dampak
dalam meningkatkan kinerja pengelolaan retribusi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri
Kabupaten Cianjur.
Memperhatikan nilai pengaruh yang positif tersebut maka dapat dikatakan bahwa secara faktual
frekuensi hubungan hirarki pekerjaan dan derajat/intensitas kemampuan berkomunikasi timbal balik
antara pimpinan dan bawahan langsung pada Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur
telah berjalan meskipun disadari bahwa pengaruh dimensi rentang kendali relatif rendah terhadap
Kinerja Pengelolaan Retribusi Pasar. Perlu disadari oleh pimpinan organisasi bahwa secara hirarki
hubungan kerja dan derajat/intensitas kemampuan berkomunikasi timbal balik antara pimpinan dan
bawahan langsung, harus dipastikan dijalin secara baik. Sehingga saluran informasi tidak terkunci,
tetapi berjalan sesuai dengan koridor kewenangan unit pasar di Dinas Perdagangan dan Industri
Kabupaten Cianjur.
Komponen yang keempat adalah dimensi delegasi wewenang (X4 ). Berdasarkan perhitungan
statistik diperoleh koefisien jalur sebesar 0.340. Dimensi delegasi wewenang berpengaruh pada
tingkat kepercayaan 95% dengan derajat kekeliruan α = 0.05. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Ini
berarti H 1 diterima dan H 0 ditolak. Hasil perhitungan ini menginformasikan bahwa dimensi delegasi
wewenang yang pengukurannya meliputi desentralisasi wewenang dan hak membuat keputusan,
diidentifikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan retribusi pasar. Dalam
hal ini dapat diartikan bahwa dengan dilaksanakannya delegasi wewenang yang diukur dari indikator
desentralisasi wewenang dan hak membuat keputusan, maka kinerja pengelolaan retribusi pasar di
Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur akan optimal sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil pengolahan data statistik memberikan informasi bahwa dimensi delegasi wewenang
memberikan pengaruh secara langsung sebesar 11.56%. Besar pengaruh yang sama dengan
dimensi rentang kendali. Pengaruh dimensi delegasi wewenang juga termasuk dominan dalam
variabel pengorganisasian. Dominannya pengaruh dimensi delegasi wewenang disebabkan tingkat
kesediaan bawahan yang menerima desentralisasi wewenang dan hak membuat keputusan, tidak
mampu melaksanakan amanah tersebut. Tetapi mereka bersedia untuk menerima desentralisasi
wewenang dan hak membuat keputusan. Nilai pengaruh secara langsung (11.56%) merupakan sisa
pengaruh yang diperoleh dari kombinasi pembagian kerja, departementalisasi, dan rentang kendali.
Nilai ini memberikan indikasi bahwa pelaksanaan indikator-indikator dimensi delegasi wewenang di
Dinas Perdagangan dan Industri belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Artinya di unit-unit
pasar yang menerima desentralisasi wewenang dan hak membuat keputusan belum optimal
melakukannya. Terdapat indikator-indikator yang belum berjalan dengan baik. Sedangkan pengaruh
tidak langsungnya adalah sebesar 13.04%. Nilai ini tidak terlalu besar karena kecilnya hubungan
antara delegasi wewenang dengan pembagian kerja, delegasi wewenang dengan departementalisasi
dan delegasi wewenang dengan rentang kendali.
Total pengaruh secara langsung maupun tidak langsung dari delegasi wewenang apabila
dikombinasi dengan dimensi-dimensi pengorganisasian yang lain yaitu pembagian kerja,
18
Karyana, Pengorganisasian Kinerja Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur
departementalisasi, dan rentang kendali, memberi dampak yang kuat dalam meningkatkan kinerja
pengelolaan retribusi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur.
Memperhatikan nilai pengaruh yang positif tersebut maka dapat dikatakan bahwa secara faktual
delegasi wewenang di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur telah berjalan. Meskipun
disadari bahwa pengaruh dimensi delegasi wewenang relatif rendah terhadap Kinerja Pengelolaan
Retribusi Pasar. Perlu disadari oleh mereka yang mendapat delegasi wewenang bahwa
desentralisasi wewenang dan hak membuat keputusan, dapat berjalan dengan baik jika tidak
disalahgunakan sesuai dengan koridor kewenangan yang telah ditetapkan.
Total pengaruh secara individual, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui dimensi
pembagian kerja, departementalisasi, dan rentang kendali sebesar 24.60%. Hal ini menunjukkan
masih perlu adanya perbaikan-perbaikan pada dimensi delegasi wewenang dalam upaya optimalisasi
kinerja pengelolaan retribusi pasar. Dari penghitungan ini jelas terlihat bahwa delegasi wewenang
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan kinerja pengelolaan retribusi pasar di
Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur.
Memperhatikan nilai pengaruh delegasi wewenang, nampak bahwa kontribusinya terhadap kinerja
pengelolaan retribusi pasar (Y) relatif rendah. Namun demikian dapat dikatakan bahwa Dinas
Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur telah menerapkan pola manajemen organisasi yang
partisipatif. Artinya pengelolaan unit pasar pada dinas tersebut tidak lagi menjadi otoritas penuh
pimpinan tetapi melibatkan semua pihak baik internal maupun external. Dalam pelaksanaannya,
terbukti pihak pedagang informal (PKL) mendapat tempat dalam organisasi unit pasar. Hal tersebut
sebagai indikasi kewenangan dijalankan oleh Kepala Pasar.
Pengaruh Dimensi Pengorganisasian secara Bersama-sama terhadap Kinerja Pengelolaan
Retribusi Pasar di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur
Pengorganisasian di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur merupakan salah satu
unsur fungsi primer administrasi dalam mengendalikan kerja sama secara sinergis sejumlah manusia
agar berjalan efisien dan efektif dalam mencapai target dan atau tujuan organisasi. Dalam proses
pengorganisasiannya, secara teoritis dan praktis, harus tergambar dalam pembagian kerja yang jelas
dengan memperhatikan karakteristik sasaran, konsisten dengan sasaran, fungsi-fungsi spesialisasi,
spesifikasi pekerjaan yang jelas, departementalisasi, tergambarkan dalam suatu sistem untuk
mengkoordinasi tugas-tugas yaitu suatu struktur unit yang merefleksikan potensi yang digarap dan
dikelola, rentang kendali dan delegasi wewenang yang jelas, terpolakan, dan terintegrasi dalam
ruang lingkup Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan studi empirik di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur, terlihat bahwa
pengorganisasian secara nyata berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan retribusi pasar. Dimana
pengaruh tersebut akan meningkat jika dimensi-dimensi pengorganisasian dipahami dan
dilaksanakan dengan taat asas diantara pimpinan sebagai pembuat kebijakan organisasi dan
bawahan yang melaksanakan tugas operasional di unit pasar.
19
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Voume. 1, Nomor 1, September 2005, 11-21
Model persamaan jalur yang dihasilkan dari perhitungan analisis jalur yaitu
Y=0,175X 1 +0,263X 2 +0,340X 3 + 0,340X 4 +0.449ε.
Berdasarkan model tersebut kemudian dilakukan pengujian koefisien jalur secara bersama-sama
untuk menguji hipotesis, yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara total dari dimensidimensi variabel pengorganisasian terhadap variabel Kinerja Pengelolaan Retribusi Pasar dengan
menggunakan statistik uji F. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai Fhitung sebesar 64,488.
Karena nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel sebesar 2513 pada α = 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel pengorganisasian berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Pengelolaan
Retribusi Pasar.
Besarnya pengaruh total variabel pengorganisasian terhadap variabel kinerja pengelolaan retribusi
pasar, baik secara langsung maupun melalui variabel intervening yaitu variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel pengorganisasian dengan variabel kinerja pengelolaan
retribusi pasar, tetapi tidak diukur, ditunjukkan melalui koefisien determinasi (R2). Hasil perhitungan
nilai koefisien determinasi sebesar 0.7987 (79,9%), artinya variabel pengorganisasian melalui
dimensi-dimensinya yaitu pembagian kerja (X1), departementalisasi (X2), rentang kendali (X3) dan
delegasi wewenang (X4), berpengaruh terhadap Kinerja Pengelolaan Retribusi Pasar (Y). Sedangkan
sisanya sebesar 20,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam persamaan
struktural tersebut. Salah satu variabel yang mempengaruhi kinerja pengelolaan retribusi pasar
adalah perilaku organisasi.
Untuk menafsirkan tingkat hubungan antara variabel pengorganisasian dengan variabel kinerja
pengelolaan retribusi pasar, digunakan pedoman interpretasi dari Guilford (Guilford’s empirical rule).
Berdasarkan hasil analisis hubungan tersebut maka hubungan antara variabel pengorganisasian
dengan variabel kinerja pengelolaan retribusi pasar dapat dikatakan memiliki tingkat hubungan yang
kuat/erat. Besarnya pengaruh variabel pengorganisasian yang dilakukan di Dinas Perdagangan dan
Industri Kabupaten Cianjur adalah sebesar 79,9%. Angka sebesar itu memberikan makna bahwa
variasi nilai pada variabel kinerja pengelolaan pasar oleh Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten
Cianjur, turut dipengaruhi variabel pengorganisasian yang dilakukannya sebesar 79,9%. Sedangkan
faktor lain yang turut mempengaruhi kinerja pengelolaan retribusi pasar yaitu 21.1%, secara teoritis
antara lain adalah perilaku organisasi. Perilaku organisasi pada unit-unit pasar untuk mengelola PKL
yang jumlahnya signifikan (1422 pedagang) dan cenderung bertambah jumlahnya, dapat dikenai
retribusi pasar secara resmi. Hasil dari pungutan retribusinya dapat dimasukkan pada kas daerah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala-kepala pasar diperoleh informasi bahwa selama ini
hasil pungutan dari PKL tidak dimasukkan pada kas daerah tetapi dikelola sendiri oleh kepala pasar
dengan koordinator PKL, untuk kesejahteraan pegawai dan dana operasional pasar setempat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta pembahasan maka diambil kesimpulan
sebagai berikut.
20
Karyana, Pengorganisasian Kinerja Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Cianjur
1. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa dimensi pembagian kerja, departementalisasi, rentang
kendali dan delegasi wewenang, dalam proses pengorganisasian unit pasar secara individual
masing-masing dimensi terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pengelolaan
retribusi pasar.
2. Hasil analisis jalur menunjukkan secara bersama-sama bahwa dimensi pengorganisasian yang
terdiri dari dimensi pembagian kerja, departementalisasi, rentang kendali, dan delegasi wewenang
berpengaruh positif terhadap optimalisasi kinerja di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten
Cianjur. Pengaruh positif tersebut menyatakan bahwa dimensi pembagian kerja,
departementalisasi, rentang kendali, dan delegasi wewenang mempunyai peranan yang penting
dalam optimalisasi kinerja pengelolaan retribusi pasar.
3. Komponen pengorganisasian yang memiliki pengaruh paling dominan dalam optimalisasi kinerja
pengelolaan retribusi pasar berdasarkan hasil penelitian adalah dimensi rentang kendali,
dibandingkan dengan dimensi pembagian kerja, departementalisasi dan delegasi wewenang. Hal
ini menggambarkan bahwa frekuensi hubungan hirarki pekerjaan dan derajat/intensitas
kemampuan berkomunikasi timbal balik antara atasan langsung dan bawahan akan meningkatkan
optimalisasi kinerja pengelolaan retribusi pasar.
Berdasarkan pada kesimpulan tersebut, dikembangkan saran sebagai berikut.
1. Untuk optimalisasi kinerja pengelolaan retribusi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri
Kabupaten Cianjur, dipandang perlu dilakukan penyempurnaan pengorganisasian unit pasar.
Upaya ini berupa mendisain ulang organisasi unit pasar sesuai karakter target pasar/jasa pasar
pada dimensi pembagian kerja, departementalisasi, rentang kendali, dan delegasi wewenang.
Tujuannya agar seluruh komponen sumberdaya manusia pada unit tersebut menyadari bahwa
keberadaan organisasi tidak akan optimal menjalankan peran dan tugasnya meningkatkan kinerja
pengelolaan retribusi pasar, tanpa adanya kesamaan cara pandang untuk memahami fungsi
pembagian kerja, departementalisasi, rentang kendali dan delegasi wewenang.
2. Dalam melakukan pembagian kerja, terkait dengan pengelolaan retribusi pasar di Dinas
Perdagangan dan Industri, pimpinan perlu memperhatikan keahlian khusus yang dimiliki masing–
masing pegawai sehingga kinerja pegawai lebih optimal.
3. Departementalisasi pengelolaan retribusi pasar di Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten
Cianjur harus dilakukan menurut pengelompokan tata kerja sesuai karakter fungsi/jasa/target
/pengguna secara tegas. Artinya, ada unit yang secara struktural organisatoris menangani pasar
sehingga lebih fokus. Unit organisasinya dapat berbentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
atau bentuk lainnya yang secara jelas terintegrasi dan tergambarkan dalam tata kerja organisasi.
REFERENSI
Gibson, L.J., Ivancevich, J.M., & Donnelly, J.H. (1996). Organisasi: Perilaku, struktur, dan proses,
Jilid 1. Alih Bahasa: Nunuk Adiarni. Jakarta: Binarupa Aksara.
Gibson, L.J., Ivancevich, J.M., & Donnelly, J.H. (1997). Organisasi: Perilaku, struktur, dan proses,
Jilid 2. Alih Bahasa: Nunuk Adiarni. Jakarta: Binarupa Aksara.
Hoessein, B. (1996). Desentralisasi dan otonomi daerah dalam dua perspektif, pada Majalah
Manajemen Pembangunan, Tahun V, Oktober 1996.
21
Download