perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) SKRIPSI Oleh: Erma Susilowati NIM K1208085 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Kasus di SMA Negeri Karangpandan) Oleh: ERMA SUSILOWATI K1208085 SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Erma Susilowati. K1208085. PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS di SMA NEGERI KARANGPANDAN). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012. Tujuan Penelitian adalah untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pementasan drama, dan kendala-kendala serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal. Sumber data yang digunakan adalah tempat dan peristiwa berkaitan dengan lokasi dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelas, informan, dan dokumen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik analisis dokumen, teknik observasi, dan teknik wawancara. Validitas data diperoleh melalui triangulasi data, triangulasi metode, dan review informan. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri dari empat tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil temuan penelitian tentang pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan diperoleh simpulan: (1) Perencanaan pembelajaran apresiasi drama (silabus dan RPP) yang disusun oleh masih terdapat kekurangan, dalam RPP guru belum mencantumkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik. (2) Pelaksananaan pembelajaran apresiasi drama, guru menjelaskan materi dengan metode inovatif, media yang digunakan guru laptop, LCD, proyektor, speaker, papan tulis dan spidol. Evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran apresiasi drama terdapat dua jenis, yaitu evaluasi proses dan hasil. (3) Pelaksanaan pementasan drama berwujud rekaman drama yang dimuat dalam CD. (4) Kendala yang dihadapi guru (a) peserta didik yang malumalu/takut serta kurang rasa percaya diri dan tidak mengerjakan tugas; (b) belum memiliki fasilitas yang lengkap; (c) waktu yang terbatas; (d) kurangnya bahan dan materi ajar. Upaya yang dilakukan guru (a) guru memberikan motivasi, semangat, menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi sekaligus praktik dalam apresiasi drama, guru memberikan kelonggaran waktu untuk menyelesaikan tugas dan bila terjadi berkai-kali guru memberikan sanksi; (b) mengajak peserta didik untuk belajar di ruangan yang memiliki fasilitas lengkap, seperti di laboratorium fisika; (c) guru menjelaskan materi drama dengan singkat, padat, dan jelas, memberikan kepercayaan penuh kepada peserta didik untuk bermain drama dengan kelompoknya masing-masing; (d) mengupayakan mencari tambahan materi ajar dari sumber lain, salah satunya buku Terampil Bermain Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di internet yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta menambahkan materi tentang pengeditan sebuah film dalam pembelajaran TIK. commit to user Kata Kunci : pembelajaran, apresiasi, pementasan, drama vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “Pengalaman adalah segalanya yang aku miliki Aku pernah jatuh, lalu bangkit kembali Dan aku yakin bahwa pengalamanlah yang membantuku kembali kuat untuk berdiri” Carl Chirul ”Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” Q. S. Al Insyirah: 5 commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Rasa syukur selalu ku panjatkan pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk: Ayah dan Ibu Doa restu darimu mengalir tiada hentinya demi kelancaran dan kesuksesanku Nur Syarohmawati Adikku yang selalu menghibur kala susah dan memotivasiku Edy Setiyawan, S. Psi dan Uning Intan Fittriawati, S.E Dukungan moralmu membuatku untuk selalu berpikir positif dan optimis. FACEL Fira, Ardhy, Colin, Erma, Lina, lima bersaudara selamanya.... Teman-teman tercinta Wahyu Purwanto, Nita Nur’aini, Aditya Permana. S., Muhari Widi, Dwi, Wahyudi, Ummi, dan seluruh teman-teman Bastind ’08. Bapak/Ibu Dosen PBS Ilmu yang kau berikan adalah langkah awal untukku menuju sukses,... commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia. Peneliti menyadari banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dengan segenap kerendahan hati perkenankan peneliti menghaturkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin penulisan skripsi. 2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi. 3. Dr. Kundharu Saddhono, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penyusunan skripsi. 4. Prof. Dr. Herman. J Waluyo, M. Pd., dan Drs. Purwadi, selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan positif kepada peneliti hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus membagikan ilmunya kepada peneliti. 6. Drs. Amin Suryadi, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri Karangpandan yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di sana. 7. Dra. Ami Rahayu, selaku guru bahasa Indonesia SMA Negeri Karangpandan yang telah memberikan informasi yang peneliti butuhkan dalam menyusun skripsi. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah Swt. Akhirnya peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Indonesia. Surakarta, commit to user ix Peneliti Juli 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman JUDUL .......................................................................................................... i PERNYATAAN ................................................................................................ ii PENGAJUAN ................................................................................................... iii PERSETUJUAN ............................................................................................... iv PENGESAHAN ................................................................................................ v ABSTRAK ........................................................................................................ vi MOTTO ….. .................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ............................................................................................. viii KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv BAB I. BAB II. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6 KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR .............................................................. commit to user x 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A. Kajian Teori .............................................................................. 7 1. Hakikat Pembelajaran ......................................................... 7 2. Hakikat Drama .................................................................... 13 3. Hakikat Apresiasi Drama ..................................................... 23 4. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Drama .............................. 26 B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 39 C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 41 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 44 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 44 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................. 44 C. Data dan Sumber Data .............................................................. 45 D. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................... 46 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 46 F. Uji Validitas Data ...................................................................... 47 G. Teknik Analisis Data ................................................................. 48 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 50 A. Deskripsi Temuan ...................................................................... 50 1. Perencanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ..................................... 50 2. Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ..................................... 58 3. Pelaksanaan Pementasan Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ......................................................... 66 commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Kendala-kendala dan Upaya yang Dilakukan Guru dalam Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ......................................................... 68 B. Pembahasan ................................................................................ 72 1. Perencanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ..................................... 72 2. Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ..................................... 77 3. Pelaksanaan Pementasan Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan ......................................................... 80 4. Kendala-kendala dan Upaya yang Dilakukan Guru dalam Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan .......................................................... 82 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ............................................... 85 A. Simpulan ................................................................................... 85 B. Implikasi .................................................................................... 87 C. Saran .......................................................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90 LAMPIRAN ...................................................................................................... 93 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ......................................................................... 43 Gambar 3.1. Analisis Interaktif (Miles& Hubermen) ....................................... 49 commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Format Penilaian Pribadi .................................................................. 37 Tabel 2.2. Format Penilaian Proyek .................................................................. 38 Tabel 3.1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ................................. 44 Tabel 4.1. Rubrik Penilaian Pengekspresian Dialog dalam Drama .................. 58 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 01 Catatan Lapangan Hasil Pengamatan .......................................... 94 Lampiran 02 Catatan Lapangan Hasil Analisis Data ........................................ 103 Lampiran 03 Catatan Lapangan Hasil Wawancara ........................................... 106 Lampiran 04 Silabus Materi Pembelajaran Apresiasi Drama ........................... 115 Lampiran 05 RPP Apresiasi Drama ................................................................... 118 Lampiran 06 Materi Pembelajaran Apresiasi Drama ........................................ 136 Lampiran 07 Daftar Nama Peserta Didik Kelas XI IPS 1 .................................. 153 Lampiran 08 Contoh Naskah Drama yang Ditulis Peserta Didik ..................... 154 Lampiran 09 Foto-foto Pembelajaran Apresiasi Drama dan Pengambilan Adegan Drama Peserta Didik ............................................................................. 162 Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA Negeri Karangpandan ................................................................................................... 164 Lampiran 11 Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian di SMA Negeri Karangpandan ................................................................................................... 165 Lampiran 12 Surat Keterangan Permohonan Menyusun Skripsi ...................... 166 Lampiran 13 Surat Keputusan Dekan FKIP ...................................................... 167 Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Research Kepada Rektor ........................ 168 commit to user xv 1 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah sesungguhnya sangat menyenangkan bagi peserta didik. Pembelajaran sastra dapat membimbing peserta didik agar memiliki wawasan tentang sastra, mampu mengapresiasi sastra, bersikap positif terhadap sastra, dan dapat mengembangkan kemampuan dirinya guna kepentingan pendidikan. Sunaryo (2011:156) berpendapat bahwa pembelajaran sastra dapat benar-benar membimbing peserta didik apabila mampu mengolah aspek kemanusian peserta didik, yang sekaligus dapat memperkokoh jati dirinya sebagai manusia Indonesia. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik lulusan sekolah lanjutan diharapkan dapat terlibat dalam berbagai kegiatan apresiasi di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Kegiatan apresiasi tersebut antara lain: mendengarkan, membaca hasil karya sastra, mengadakan pementasan, mendiskusikan hasil sastra, maupun menulis kritik sastra sebagai sarana untuk memperkokoh jati dirinya. Pembelajaran sastra dalam mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Namun, kegiatan bersastra belum dapat berkembang secara maksimal yang dikarenakan kemampuan dan kebiasaan membaca dan menulis masih relatif rendah. Temuan Ismail (dalam Suryaman, 2011: 3) menyebutkan bahwa peserta didik tidak membaca karya sastra alias nol judul buku per tahun, padahal mereka diwajibkan untuk membaca karya sastra minimal sebanyak lima belas judul buku karya sastra. Selain itu, implementasi pembelajaran sastra di kelas selama ini dimungkinkan peserta didik mahir dan terbiasa membaca dan menulis saja. Dalam pembelajaran sastra guru dan peserta didik relatif menghabiskan banyak waktu untuk keterampilan seperti bahasan kosakata, hubungan huruf-bunyi, dan jawaban terhadap pertanyaan secara tertulis. Hal ini berbanding terbalik bahwa guru dan peserta didik sedikit waktu yang digunakan untuk membaca prosa, menyimak cerita yang dibaca commit to user teman dan pendramatisasian suatu cerita. 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pendramatisasian/pertunjukan drama termasuk salah satu pembelajaran sastra yang terdapat di Sekolah Menengah Atas. Pembelajaran drama di Sekolah Menengah Atas memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengapresiasi drama. Hal ini berarti peserta didik harus mampu mengenal, memahami, mengahayati dan menghargai drama sebagai karya sastra secara kreatif. Selain itu, peserta didik diharapkan mampu mengkomunikasikan hasil kegiatan mengapresiasi bentuk sastra tersebut kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulis dan dapat mendorong keberanian menuangkan gagasan, pengalaman, dan perasaannya dalam bentuk drama. Pelaksanaan pembelajaran drama, dan sastra pada umumnya masih menyatu atau merupakan dari pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia dari dulu hingga sekarang. Dalam kaitanya dengan kepentingan pembelajaran bahasa Indonesia, sastra dan pembelajaran sastra Indonesia sangat membantu pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga penyajiannya dalam pendidikan formal bahasa Indnesia dan sastra tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran apresiasi drama dianggap masih belum memenuhi sasaran. Di sekolah-sekolah pembelajaran drama terkadang tidak berjalan sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mengingat alokasi waktu yang tidak sebanding dengan banyaknya materi yang harus disampaikan membuat materi terkesan dipaksakan, terkadang ada materi yang tercecer dan tidak dapat diajarkan pada peserta didik. Akibatnya peserta didik menjadi kurang akrab dengan apresiasi drama itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil apresiasi drama peserta didik masih rendah. Minimnya ketersediaan bahan ajar dan contoh teks-teks drama juga menjadi penghambat tercapainya kompetensi yang diharapkan. Kegiatan drama secara apresiatif tidak akan terwujud apabila peserta didik tidak diperkenalkan secara langsung dengan teks drama maupun pementasan yang kemudian membahasnya. Selain itu, minat peserta didik yang kurang antusias pada pembelajaran drama di sekolah. Dibuktikan dengan hasil penelitian Yus Rusyana (dalam Waluyo, 2003:1) menyatakan bahwa minat peserta didik dalam commit to user membaca karya sastra yang paling banyak, yaitu prosa, menyusul puisi, baru 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kemudian drama. Hal ini disebabkan karena ketika menghayati naskah drama yang berbentuk dialog, peserta didik kurang teliti dibandingkan dengan memahami prosa atau puisi terlebih lagi kurangnya rasa percaya didri dalam menentukan gerak dan karakter dari pemain dalam naskah drama tersebut. Hal lain yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran drama adalah faktor guru. Guru sebagai salah satu komponen pembelajaran adalah orang yang bertindak dan bertanggung jawab langsung pada pengelolaan kelas. Peran serta peserta didik secara aktif atau pasif dalam pembelajaran drama sangat tergantung dengan cara guru mengajar. Sebagai pengelola seorang guru diharapkan dapat membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, guru mata pelajaran bahasa Indonesia harus mampu menyusun RPP secara matang dan mampu melaksakan secara optimal dan sesuai dengan RPP yang telah dibuat, agar kompetensi dasar yang terkait dengan pembelajaran drama dapat diraih dengan baik. Menurut Mulyasa (2007:222) seorang guru dalam menyusun RPP paling tidak harus mencakup beberapa aspek agar proses belajar dapat terkendali dengan baik, yaitu (1) mengisi kolom identitas; (2) menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan; (3) menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun; (4) merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,serta indikator yang telah ditentukan; (5) mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran dalam silabus; (6) menetukan metode yang tepat dalam pembelajaran yang akan digunakan; (7) merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir; (8) menentukan sumber belajar yang digunakan; (9) menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran. Pada saat pembuatan RPP, hendaknya guru memilih metode yang akan digunakan dalam penyampaian materi dengan inovatif, tidak monoton sehingga pesera didik tidak merasa jenuh dan bosan. Pemilihan media yang kurang tepat atau kurang mendukung juga dapat menghambat proses penyampaian materi kepada peserta didik. Kurangnya commit to user drama dikarenakan keterbatasan pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pengetahuan yang diterima dari guru selain itu kurang memenuhinya buku teks yang dipakai dalam pembelajaran apresiasi drama. Dalam sebuah pembelajaran, berbagai pendukung atau komponen diperlukan agar pembelajaran dapat terlaksana dengan lancar dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin. Sejalan dengan pendapat Hamalik (2003:10) bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula dengan pembelajaran drama, diperlukan beberapa unsur yang dapat menunjang pembelajaran drama agar berjalan dengan baik dan lancar. Beberapa unsur tersebut antara lain: guru yang berpengalaman, peserta didik yang aktif dan kreatif, fasilitas yang menunjang pembelajaran, perlengkapan yang memadai, dan prosedur yang sistematis. Guru yang berpengalaman dalam pembelajaran apresiasi drama harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didiknya, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan kemampuannya secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran apresiasi drama. Fasilitas dan perlengkapan pembelajaran dalam apresiasi drama yang minim menjadikan proses petransferan ilmu menjadi terhambat. Pada saat proses penyampaian materi kebanyakan guru masih susah dalam pengelolaan fasilitas terutama pada penggunaan media yang mendukung. Di SMA Negeri Karangpadan fasilitas yang ada belum memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Dalam pembelajaran apresiasi drama guru masih terbatasi dengan media LCD dan pengeras suara/speaker yang jumlahnya sedikit. Sehingga dalam memberikan contoh pementasan drama guru harus meminjam laboratorium fisika untuk memutarkan contoh drama pentas tersebut dikarenakan belum mempunyai laboratorium bahasa sendiri. commit to user 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama kelas XI di SMA Negeri Karangpandan, secara lebih terperinci dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (silabus dan RPP)? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (guru, peserta didik, tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi)? 3. Bagaimanakah guru melaksanakan pementasan drama di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (pembentukan kelompok, penulisan naskah, proses latihan, dan proses perekaman drama)? 4. Apakah kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama dan bagaimanakah upaya yang dilakukan guru untuk mengatasinya di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (peserta didik, fasilitas,waktu, bahan ajar)? C. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah yang dikemukaan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui. 1. Perencanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan oleh guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (silabus dan RPP). 2. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan oleh guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (guru, peserta didik, tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi). 3. Pementasan drama yang dilakukan oleh guru di kelas XI SMA Negeri Karangpandan (pembentukan kelompok, penulisan naskah, proses latihan, dan proses perekaman drama). 4. Kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama dan upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui di commit to user kelas XI SMA Negeri Karangpandan. 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat bagi yang membacanya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Hasil dari penelitian yang hendak dilakukan diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya dalam hal pembelajaran apresiasi drama di SMA Karangpandan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai pengembangan secara lengkap potensi dan kreativitas dalam diri peneliti terkait dengan aspek pembelajaran apresiasi drama dan sekaligus dapat menjadi bahan perbandingan dalam kenyataan di lapangan. b. Bagi Guru Memberikan gambaran mengenai pembelajaran apresiasi sastra pada umumnya, pada apresiasi drama khususnya sehingga dapat menjadi alternatif pemecahan masalah dan memunculkan kreativitas serta inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama. c. Bagi Sekolah Memberi masukan dan pertimbangan untuk meningkatan mutu pembelajaran apresiasi sastra, khususnya pada pembelajaran apresiasi drama. d. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti lain lebih lanjut sehingga bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan pembelajaran apresiasi sastra, pada pembelajaran apresiasi drama khususnya. commit to user 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Sebelum membahas mengenai hakikat pembelajaran, terlebih dahulu disinggung sedikit tentang arti belajar. Belajar menurut Witherington (dalam Sukmadinata, 2009:155) merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru dengan bentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Senada dengan pendapat di atas belajar diartikan sebagai suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap situasi (Hilgrad dalam Sukmadinata, 2009:156). Lain halnya dengan pendapat Hamalik (2003:37) memberikan pengertian bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan belajar adalah proses yang berkaitan dengan kegiatan/aktivitas yang menghasilkan suatu perubahan, baik berupa penambahan informasi (pengetahuan) maupun berupa perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu kegiatan penambahan informasi atau perubahan tingkah laku. Belajar tidak hanya dapat dilakukan oleh anak kecil saja tapi bisa dilakukan oleh setiap individu tanpa memandang umur. Kegiatan belajar sendiri tidak hanya bisa dilakukan di bangku sekolah saja tetapi juga bisa di jalan, di lingkungan keluarga dan masyarakat, juga berbagai tempat lainnya yang dapat dijadikan sebagai penambah informasi dan pengalaman hidup bagi manusia. Belajar sangat erat kaitannya dengan istilah pembelajaran. Istilah ini sama dengan kata intruction atau pengajaran. Pengajaran merupakan interaksi commit to user Seiring dengan perkembangan belajar dan mengajar (Hamalik, 2003:54). 7 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kurikulum pendidikan istilah pengajaran bergeser padaistilah pembelajaran yang dapat diartikan sebagai suatu proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku peserta didik kearah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaanyang dimiliki peserta didik (Sanjaya, 2008:77-78) Menurut Hamalik (2003:57-64), pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada lima pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar. a. Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. b. Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu peserta didik mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang di dalamnya ada interaksi antara guru dan peserta didik dengan mengoptimalkan faktor internal maupun eksternal untuk mencapai tujuan berupa perubahan yang dialami oleh peserta didik, perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Komponen (2003:57) dalam pembelajaran berdasarkan pendapat Hamalik yang terdiri dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur. Hal ini dapat dijabarkan unsur manusiawi terdiri dari peserta didik, guru, dan tenaga pendidikan lainnya. Unsur material dapat berupa sumber belajar. Unsur fasilitas dan perlengkapan meliputi ruang kelas, media. Prosedur meliputi metode, tujuan pembelajaran, isi pelajaran dan teknik evaluasi. Berdasarkan uraian di atas dapat dijabarkan lebih rinci, sebagai berikut. commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Siswa/Peserta didik Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Lain halnya menurut UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa istilah siswa berganti dengan istilah peserta didik yang berarti anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. b. Guru Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Seperti halnya dengan pengertian dan istilah peserta didik, guru pun memiliki istilah lain dalam UU no 20 tahun 2003 yaitu pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Lebih lanjut diuraikan bahwa sebagai tenaga profesional yang memiliki kualifikasi, peranan guru dalam pendidikan, diantaranya: sebagai sumber belajar, sebagai fasilitator, sebagai manajer, sebagai demonstrator, sebagai administrator, sebagai motivator, sebagai organisator, dan sebagai evaluator (Sanjaya, 2008:147). Peran guru tersebut selaras dengan pendapat Soedomo (2005:23) yang secara ringkas mengelompokkan tugas seorang guru pada dasarnya meliputi tiga hal, yakni: (1) tugas edukasional (mendidik), (2) tugas instruksional (mengembangkan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik), dan (3) tugas managerial (mengelola kelas dan kegiatan belajar). c. Tujuan Tujuan merupakan pernyataan tentang perubahan perilaku yang commitdidik to user diinginkan terjadi pada peserta setelah mengikuti proses belajar perpustakaan.uns.ac.id 10 digilib.uns.ac.id mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif. Hamalik (2003:73) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah berlangsung pengajaran. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pengajaran. Lebih lanjut Beliau menjelaskan bahwa suatu tujuan pengajaran terdiri dari tiga komponenn yakni: (1) tingkah laku terminal, (2) kondisi-kondisi tes, dan (3) standar (ukuran). d. Isi pelajaran Isi atau materi pelajaran yakni segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Bahan pengajaran adalah bagian integral. Rahmanto (2004:27-33) menyebutkan tiga aspek yang tidak boleh dilupakan jika ingin memilih bahan pembelajaran sastra, yaitu: 1) bahasa, agar pengajaran sastra dapat berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa peserta didik; 2) psikologis, dalam memilih materi pengajaran sastra hendaknya guru memperhatikan tahap ini karena sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan peserta didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini sangat besar pengaruhnya bagi daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkina pemecahan masalah yang dihadapi; dan 3) latar belakang budaya, masalah-masalah yang ditampilkan oleh suatu karya seyogyanya mendekati dengan apa yang dihadapi oleh para peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. e. Metode Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi intruksional. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dalam usaha pemudahan ini guru memerlukan cara-cara (metode) tertentu. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang baik tentunya to user diperlukan suatu cara yangcommit efektif dan efisien sehingga ketercapaian 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pembelajaran yang baik dapat terealisasikan. Menurut Yamin (2006:147) metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu, tapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya Yamin (2006:148-152) menjelaskan beberapa pertimbangan yang seharusnya dilakukan oleh pengajar dalam memilih metode pengajaran secara tepat dan akurat, meliputi: 1) tujuan pembelajaran, 2) pengetahuan awal peserta didik, 3) bidang studi/pokok bahasan/aspek, 4) alokasi waktu dan sarana penunjang, 5) jumlah peserta didik, dan 6) pengalaman dan kewibawaan pengajar. f. Media Media merupakan bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada peserta didik agar mereka dapat mencapai tujuan. Suatu media yang digunakan tidak mungkin cocok untuk semua peserta didik. Marshall Mcluhan (dalam Hamalik, 2003:201) menjelaskan bahwa media adalah ekstensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi orag lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. William Burton (dalam Usman, 2005:32) memberikan petunjuk bahwa dalam memilih media yang akan digunakan dalam pembelajaran, hendaknya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman peserta didik serta perbedaan individual dalam kelompok, 2) alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan, 3) harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa terlebih dahulu, 4) penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya, seperti dengan diskusi, analisis, dan evaluasi, dan commitbiaya. to user 5) sesuai dengan batas kemampuan perpustakaan.uns.ac.id 12 digilib.uns.ac.id g. Evaluasi Evaluasi yakni suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana peserta didik telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan mengajar (Hamalik, 2003:157). Wand dan Brown (dalam Sanjaya, 2008:181) mendefinisikan evaluasi sebagai “… refer to the act process to determining the value of something”. Evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan nilai suatu yang dievaluasi. Beliau juga menyebutkan karakteristik evaluasi, yakni suatu proses berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Keberhasilan pembelajaran juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya: 1) Minat Belajar Minat, artinya kecenderungan yang agak menetap, mempengaruhi si subjek agar merasa tertarik dan senang berkecimpung dalam kegiatan suatu bidang. 2) Motivasi Belajar Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan guna mencapai tujuan tertentu. 3) Bahan Belajar Bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik, dan harus sesuai dengan karakteristik peserta didik agar diminati oleh peserta didik. 4) Alat Bantu Belajar Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber belajar (guru) kepada penerima (peserta didik). Dalam memilih alat bantu belajar harus mempertimbangkan kesesuaian alat bantu belajar itu dengan tujuan belajar, kemampuan peserta didik, bahan yang dipelajari, dan ketersediaan di sekolah (Hamalik, 2003:69) commit to user 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 5) Suasana Belajar Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan tempat proses pembelajaran yang berlangsung. 6) Kondisi Peserta didik yang Belajar Kondisi peserta didik adalah keadaan peserta didik pada saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung, baik fisik maupun psikis. 7) Kemampuan Guru Kemampuan guru yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, dalam mengelola kelas, serta dalam mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi selama proses belajarmengajar berlangsung. 8) Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk meyampaikan materi kepada peserta didik. 2. Hakikat Drama Secara etimologis kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu draomai yang memiliki arti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Menurut Moulton (dalam Tarigan, 1991: 70) drama adalah kehidupan yang ditampilkan dengan gerak (life presentedin action). Kemudian Sudjiman (dalam Siswanto, 2008: 163) menyatakan bahwa drama merupakan karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog. Selanjutnya, Waluyo (2006: 2) menyatakan bahwa drama memiliki arti luas apabila ditinjau dari genre sastra atau cabang kesenian mandiri, yaitu drama naskah dan drama pentas. Drama naskah merupakan genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa, sedangkan drama pentas merupakan kesenian mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis (dekor, panggung), seni kostum, seni rias, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:342) “drama” memiliki beberapa commit userdiharapkan dapat menggambarkan arti, yaitu (1) komposisi syair atau prosa to yang perpustakaan.uns.ac.id 14 digilib.uns.ac.id kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan; (2) cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; (3) kejadian yang menyedihkan. Subrata dalam kamus Webster’s New World Dictionary (1989) akan menjumpai entri “drama” (hlm. 413) yang menyatakan: “a literary composition that tell a story, usually of human conflict, by means of dialogue and action, to be performed by actors” Kalimat di atas mempunyai makna bahwa drama merupakan suatu karangan yang mengisahkan suatu cerita yang mengandung konflik yang disajikan dalam bentuk dialog dan laga, dan dipertunjukkan oleh para aktor di atas pentas. Kemudian Wijanto (dalam Dewojati, 2010: 8) menyimpulkan yang dimaksud drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog dan gerak dalam bentuk naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata busana. Dari beberapa definisi dan pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan drama adalah sebuah bentuk karya sastra yang menceritakan konflik kehidupan, dipertunjukkan oleh para aktor yang memiliki karakter ditunjukkan lewat dialog dan tingkah dalam sebuah pementasan lengkap dengan unsur-unsur pembangunnya. Drama sering disebut dengan istilah “sandiwara” atau “teater”. Kata “sandiwara” sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu “sandi” yang berarti rahasia dan “warah” yang berarti ajaran. Sandiwara berarti ajaran ayng disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Hal ini karena pada hakikatnya setiap sandiwara memiliki/mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi penontonnya. Kata “teater” berasal dari bahasa Inggris theater yang berarti “gedung pertunjukkan” atau “dunia sandiwara”. Kata tersebut ternyata sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu theatron yang artinya pertunjukan atau dunia sandiwara yang spektakuler, Wiyanto dan Soemanto dan Padmodarmaya (dalam commit to user Endraswara, 2011:12). Kedekatan tiga kata tersebut memang memiliki makna perpustakaan.uns.ac.id 15 digilib.uns.ac.id yang hampir sama, tetapi tetap memiliki perbedaan yang mampu membedakan ketiganya. Setelah dipaparkan beberapa pengertian dari drama, akan dijelaskan pengklasifikasian drama. Drama diklasifikasikan atas dasar jenis stereotip manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan. Drama dalam Waluyo (2003:38) diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu: a. Tragedi Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Dengan kisah tentang bencana ini, pengarang naskah mengharapkan agar penonton memandang kehidupan secara optimis. Kenyataan hidup yang dilukiskan berwana romantis atau idealis, sebab itu lakon yang dilukiskan sering kali mengungkapkan kekecewaan hidup karena mengharapkan sesuatu yang sempurna atau yang paling baik di dunia ini. b. Melodrama Melodrama adalah lakon/cerita yang sentimentil, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan. Tokoh dalam melodrama adalah tokoh yang tidak ternama (bukan tokoh agung seperti tragedi). Dalam kehidupan sehari-hari, sebutan melodramatik kepada seseorang seringkali merendahkan martabat orang tersebut, karena dianggap berperilaku yang melebih-lebihkan perasaannya. c. Komedi Drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak dan bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan yaitu disebut drama komedi. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi, tetapi hanya untuk menimbulkan kelucuan atau tawa riang. Nilai dramatik dari komedi masih tetap dipelihara. Hal ini berbeda dengan dagelan (farce) yang mudah mengorbankan nilai dramatik dari lakon demi kepentingan mencari kelucuan. Drama komedi ditampilkan tokoh yang tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tetapi lucu. Brockett dalam Waluyo (2003:43) to menjadi user merinci pembagian dramacommit komedi 6 yaitu: (1) komedi situasi, perpustakaan.uns.ac.id 16 digilib.uns.ac.id (2)komedi karakter/watak, (3) komedi pengembangan gagasan, (4) komedi sosial, (5) komedi gaya, dan (6) komedi romantik. d. Dagelan Dagelan (farce) disebut juga banyolan. Seringkali jenis drama ini disebut dengan komedi murahan atau komedi picisan. Sering pula disebut tontonan konyol atau tontonan murahan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan, alurnya tersusun berdasarkan arus situasi, dan tidak berdasarkan perkembangan struktur dramatik dan perkembang cerita sang tokoh. Isi cerita dagelan ini biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Jika melodrama berhubungan dengan tragedi, dagelan berhubungan dengan dengan komedi. Wiyanto (2002:7-12) juga membagi beberapa jenis drama, yaitu berdasarkan penyajian lakon, berdasarkan sasaran, dan berdasarkan keberadaan naskah. Bedasarkan penyajian, lakon (cerita) dapat di katagorikan menjadi delapan jenis yaitu; a. drama tagedi (duka cerita) adalah drama yang penuh kesedihan, b. drama komedi (suka cerita) adalah drama penggeli hati. Drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan tawa penonton, c. drama targekomedi adalah perpaduan antara drama tagedi dan komedi. Isi lakonnya penuh kesedihan, tetapi juga menggandung hal-hal yang menggembirakan dan menggelitik hati. Sedih dan gembira silih berganti, d. drama opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan iringan musik. Lagu yang dinyanyikan pemain satu berbeda dengan lagu yang dinyanyikan pemain lain. Demikian pula irama musik pengiringgnya. Drama jenis ini memang mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan lakonnya sebagai sarana. Opera yang pendek namanya operet, e. drama melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi atau musik. Tentu saja cara mengucapkannya sesuai dengan musik pengiringnya. Bahkan kadang-kadang pemain tidak berbicara apa-apa. commit to user drama farce adalah drama yang menyerupai dalegan, tetapi tidak perpustakaan.uns.ac.id 17 digilib.uns.ac.id sepenuhnya dagelan. Cerita berpola komedi. Gelak tawa dimunculkan lewat kata dan perbuatan, f. drama tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakangerakan. Jalan cerita dapat diketahui lewat gerakan-gerakan itu, dan g. drama sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari. Para pemain adalah penari-penari berbakat. Rangkaian peristiwa diwujudkan dalam bentuk tari yang diringi musik. Tidak ada dialog hanya kadangkadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa yang sedang dipentaskan. Berdasarkan sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan kepada penonton, drama dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu: a. drama panggung dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukan. Penonton berada di sekitar panggung dan dapat menikmati secara langsung dengan melihat perbuatan para aktor, mendengarkankan dialog, bahkan dapat meraba kalau mau dan boleh, b. drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat, c. drama televisi dapat didengar dan dilihat (meskipun hanya gambar). Hampir sama dengan drama panggung, hanya bedanya, drama televisi tak dapat diraba. Drama televisi dapat ditayangkan langsung, dapat pula direkam dulu lalu ditayangkan kapan saja sesuai dengan program mata acara televisi, d. drama film hampir sama dengan drama televisi. Bedanya, drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukan di bioskop. Namun, drama film dapat pula ditanyangkan dari studio televisi sehingga penonton dapat menikmati di rumah masing-masing, e. drama wayang ciri khas tontonan drama adalah ada cerita dialog. Karena itu, semua bentuk tontonan yang mengandug cerita disebut juga drama, termasuk tontonan wayang kulit (Jawa) atau wayang golek (Sunda). Para commit to user perpustakaan.uns.ac.id 18 digilib.uns.ac.id tokoh digambarkan dengan wayang atau golek (boneka kecil) yang dimainkan oleh dalang, dan f. drama boneka hampir sama dengan wayang. Perbedaanya, dalam drama boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang. bahkan, kalau bonekanya besar (di dalamnya ada orang) boneka itu dapat bermain sendiri tanpa dimainkan dalang. Berdasarkan ada atau tidaknya naskah yang digunakan, drama dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) drama tradisional, dan (2) drama modern. Dalam Endraswara (2011: 20-24) membagi struktur baku sebuah drama, antara lain: a. Babak yang biasanya kalau dalam prosa disebut episode. Suatu babak dalam naskah drama merupakan bagian dari naskah drama itu sendiri yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di satu tempat pada urutan waktu tertentu. b. Adegan yaitu bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa berhubung datangnya atau perginya seorang atau lebih tokoh ke atas pentas c. Dialog ialah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain. Dialog memainkan peranan yang penting karena menjadi pengarah lakon drama. Ini berarti, cerita dari sebuah drama dapat diketahui oleh penonton dengan mudah dan cepat lewat dialog yang mereka ucapkan. Dalam pengucapan dialog diperlukan penjiwaan emosional agar dialog yang diucapkan tidak membosankan dan hambar. Selain memerlukan penjiwaan, pelafalan yang jelas dan volume suara juga perlu diperhatikan agar suara yang dihasilkan jelas terdengar oleh semua penonton baik dari bagian depan sampai bagian paling belakang. d. Prolog adalah bagian naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal. Prolog berisi jalan cerita, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta konflik-konflik yang akan terjadi di panggung. Selain itu, prolog juga bisa berisi beberapa keterangan pengarang tentang cerita yang akan disajikan. commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id e. Epilog merupakan kata penutup yang mengakhiri pementasan. Epilog berisi kesimpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang disaksikan yang biasanya dibacakan oleh pembawa acara atau announcer. Unsur-unsur lakon (cerita) suatu drama dalam Wiyanto (2002:23-30) meliputi delapan hal. a. Tema Tema adalah pikiran pokok yang mendasari cerita dalam drama. Pikiran pokok dikembangkan sampai menjadi cerita yang menarik. Seorang penulis cerita harus menentukan lebih dahulu tema yang akan diangkat dalam cerita tersebut. Waluyo (2003:24) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema tersebut berhubungan dengan premis dari drama itu sendiri yang berhubungan pola dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang dikemukakan oleh pengarangnya. Dialog yang diucapkan oleh para tokoh menjadi pengejawantahan tema dari cerita drama. b. Amanat Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama. Pesan moral tersebut tidak disampaikan sacara langsung tetapi bisa lewat cerita dalam naskah drama tersebut. Rampan (1995:72) berpendapat bahwa amanat adalah peristiwa yang melahirkan kejadian-kejadian yang membuat sebuah cerita menjadi hidup, yang berkaitan dan berkesinambungan. c. Plot Ali Ahmad dalam Rampan menjelaskan bahwa alur atau plot merupakan aksi-aksi yang berkembang dan berhubungan satu sama lain, perkembangan ini dimungkinkan oleh adanya perlawanan antara satu kuasa dengan satu kuasa yang lain (1995:60). Wahyuningtyas dan Wijaya membagi alur berdasarkan kriteria urutan waktu menjadi tiga jenis: (1) alur garis lurus (progersif); (2) alur sorot balik (regersif) ; dan (3) alur campuran (2011:6-7) commit to user perpustakaan.uns.ac.id 20 digilib.uns.ac.id Dalam usaha mengembangkan suatu alur, pengarang juga memiliki kebebasan untuk berkreativitas. Namun sebaik apapun buah pikiran pengarang, kalau pembaca atau penonton tidak tertarik kepada karya yang diciptanya berarti karya tersebut belum bisa diterima. Pengarang hendaknya memperhatikan unsur-unsur dalam plot. Menurut Endraswara (2011: 27-28) terdapat tiga unsur plot yang paling utama, yaitu (1) ketegangan (suspense) adalah plot yang akan menimbulkan ketegangan pada diri pembaca atau penonton melalui kemampuannya untuk menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu dan kepenasaran penonton dari awal hingga akhir cerita; (2) dadakan (surprise) ialah plot yang akan mengagetkan penonton dengan cerita yang sedang dinikmatinya mengakibatkan penonton terus menduga-duga ceritanya; (3) ironi dramatik (dramatic irony) merupakan plot yang membuat pembaca atau penonton meramalkan apa yang akan terjadi kemudian. Plot dalam drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana, konflik yang kompleks, sampai pada penyelesaian konflik. Secara rinci, Gustaf dalam Waluyo, (2006: 9-14) menjelaskan perkembangan plot drama ada lima tahap, yaitu: 1) Exposition atau pelukisan awal cerita Pembaca diperkenalkan dengan semua tokoh dalam drama dengan watak masing-masing agar pembaca memperoleh gambaran tentang cerita yang dibaca. 2) Komplikasi atau pertikaian awal Dalam tahap ini pengen alan terhadap para pelaku sudah menjurus pada pertikaian, sehingga konflik pun mulai menanjak. 3) Klimaks atau titik puncak cerita Konflik yang meningkat pada tahap komplikasi akan meningkat terus sampai mencapai puncak atau klimaksnya. 4) Resolusi atau penyelesaian atau falling action commit to user perpustakaan.uns.ac.id 21 digilib.uns.ac.id Dalam tahap ini konflik mereda atau menurun. Konflik tokoh hampir selesai atau memperoleh pemecahan/penyelesaiannnya. 5) Catastrophe atau denoument atau keputusan Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan sebentar lagi cerita selesai. d. Karakter Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam cerita drama. Karakter diciptakan penulis cerita untuk diwujudkan oleh pemain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Pemain harus memahami benar karakter yang dikehendaki penulis lakon drama, agar dapat mewujudkannya. Dalam kaitannya dengan karakter ada yang dinamakan penokohan. Menurut Waluyo penokohan perwatakan memiliki hubungan yang sangat erat, tokoh-tokoh yang memiliki watak menyebabkan terjadinya konflik-konflik yang kemudian dapat menghasilkan sebuah cerita (2009:27). Beliau juga mengklasifikasikan tokoh-tokoh dalam drama seperti pengklasifikasian berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, meliputi tiga jenis tokoh (2006:16). 1) Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh para tokoh lainnya. 2) Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita. 3) Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis. Pengklasifikasian berdasarkan perananya dalam lakon (cerita) serta fungsinya, maka terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut: 1) tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerak lakon. Dalam hal ini tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan antagonis, 2) tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. commit to user dan Dalam hal ini adalah tokoh tritagonis, 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam suatu cerita. Watak para tokoh dalam cerita dapat digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional), yaitu penggambaran berdasarkan fisik, psikis, dan sosial. Menurut Waluyo (2003:19-20) cara pengarang untuk menggambarkan watak tokohnya ada beberapa cara yaitu: 1) phisical descriptionr; penggambaran watak pelaku cerita melalui pemerian (deskripsi) bentuk lahir atau temperamen pelaku; 2) portrayal of thought stream or of conscious thought, yaitu pengarang melukiskan jalan pikir pelaku atau apa yang terlintas dalam pikirannya; 3) reaction to events, yaitu pengarang melukiskan bagaimana reaksi pelaku terhadap peristiwa tertentu; 4) direct author analiysis, yaitu pengarang secara langsung manganalisis atau melukiskan watak pelaku; 5) discussion of environment, pengarang melukiskan keadaan sekitar pelaku, sehingga pembaca dapat menyimpulkan watak pelaku tersebut; 6) reaction of others to character, pengarang melukiskan pandangan-pandangan tokoh atau pelaku lain dalam suatu cerita tentang pelaku cerita; dan 7) conversation of other character, yaitu melalui dialog antar tokoh. Beberapa cara pelukisan watak tersebut, maka perwatakan memiliki hubungan yang sangat erat, tokoh-tokoh yang memiliki watak menyebabkan terjadinya konflik-konflik yang kemudian dapat menghasilkan sebuah cerita . e. Dialog Ciri khas suatu drama adalah naskah dalam drama tersebut berbentuk dialog atau cakapan. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. f. Setting Setting adalah tempat dan suasana terjadinya suatu adegan. Setting biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu tempat, ruang, dan waktu. Menurut Waluyo latar merupakan tempat kejadian cerita, tempat kejadian dapat berkaitan dengan aspek fisik, aspek sosiologis, dan aspek psikis (2009:34). commitmutlak to userdibutuhkan untuk menggarap tema Pada dasarnya, latar atau setting perpustakaan.uns.ac.id 23 digilib.uns.ac.id dan plot dalam sebuah cerita, karena merupakan tempat kejadian cerita (Rampan, 1995:43). Waluyo (2003:23) juga menjelaskan bahwa setting atau latar biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu: tempat, ruang, dan waktu. Setting tempat tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan waktu dan ruang. Setting waktu berarti waktu terjadinya cerita yaitu siang, pagi, sore, atau malam hari. Settting ruang dapat berarti ruang dalam rumah atau luar rumah. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah sebuah tempat untuk melukiskan berlangsungnya sebuah peristiwa atau kejadian, baik menyangkut ruang atau pun waktu. g. Bahasa Dalam hubungannya dengan drama, bahasa adalah segala-galanya, karena bahasa ini yang mengantarkan ide dan pikiran dari penulis naskah drama. Bahasalah yang membantu penulis untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan lewat kata-kata. Bahasa yang digunakan dalam penulisan naskah adalah bahasa yang hidup dalam masyarakat, bahasa speech-act (Endraswara, 2011:38). h. Interpretasi Drama sebagai tiruan (mimetik) terhadap kehidupan, berusaha memotret kehidupan secara nyata. Drama sebagai interpretasi dalam kehidupan mempunyai kekayaan batin. Kehidupan yang ditiru oleh penulis drama dalam cerita disentuh atau dimasuki berbagai hal agar sesuai dengan kehidupan nyata. 3. Hakikat Apresiasi Drama Kata apresiasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti “menghargai”. Dalam bahasa Inggris appreciation berarti pemahaman, pengenalan, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan yang berisi evaluasi, Hornby (dalam Waluyo dan Nugraheni, 2009:43). Kata apresiasi dalam bahasa Indonesia memilliki makna yang sejajar dengan kata apreciato (Latin), commit to usersastra berarti berusaha menerima dan appreciation (Inggris) tersebut. Apresiasi perpustakaan.uns.ac.id 24 digilib.uns.ac.id karya sastra sebagai sesuatu yang layak diterima dan menerima nilai-nilai sastra sebagai suatu kebenaran. Dengan demikian berarti apresiasi tidak hanya membutuhkan aspek afektif dan psikomotor tetapi juga aspek kognitif. Kegiatan apresiasi bisa dilakukan dari tingkat yang paling rendah atau sederhana yaitu tingkat membaca karya sastra, kemudian naik ke tingkatan yang paling tinggi yaitu upaya untuk melakukan tindakan atau kegiatan. Dalam sebuah kegiatan apresiasi drama misalnya, maka kegiatan awal yang paling mudah adalah membaca naskah drama dan memahaminya, kemudian berlanjut ketingkat yang paling sulit atau tinggi yaitu pada waktu memainkan peran suatu tokoh sesuai dengan sifat dan karakter tokoh di atas sebuah panggung. Secara lebih rinci, Abdul Rozak Z. (Waluyo dan Nugraheni, 2009:44) menjelaskan bahwa apresiasi adalah penghargaan atas karya sastra sebagi hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan atas karya sastra tersebut dengan didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra tersebut. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa apresiasi drama adalah sebuah kegiatan yang berkaitan dengan perihal memahami, menghayati, dan menghargai karya drama dengan jalan mendengarkan, membaca, menyaksikan, memerankan bahkan sampai pada mementaskan drama serta membuat resensi drama. Dalam mengapresiasi drama diperlukan kecerdasan, kehalusan perasaan, dan daya khayal yang cukup lincah, demikan juga untuk mementaskannya. Hal itu karena kita harus menangkap makna drama dari dialog-dialog yang kadangkadang menggunakan bahasa yang bukan bahasa sehari-hari, bahkan kadangkadang dengan bahasa yang berkadar estetika atau filosofis tinggi (Waluyo, 2003:194). Fowler (dalam Waluyo, 2006:202) menjelaskan bahwa apresiasi drama, khususnya pementasan drama dan prosa dapat dibagi atas empat tingkat apresiasi. a. Pembaca yang telah dapat merasakan karya sastra itu sebagai sesuatu yang hidup, dengan pelakunya-pelakunya yang mengagumkan. Mereka dapat commityang to user terbawa dalam cerita atau drama sedang dibacanya, diiringi dengan perpustakaan.uns.ac.id 25 digilib.uns.ac.id tertawa, menangis, membeci seseorang pelaku dan sebagainya. Jadi, mereka telah menggemari karya yang dibaca atau ditontonnya. b. Pembaca drama yang telah dapat melihat dalamnya perasaan manusia atau jika mereka telah dapat mengungkapkan rahasia kepribadian para pelaku suatu drama telah selangkah lebih maju dari pembaca di atas. Pada tingkat ini pembaca drama tidak saja minikmati kejadian-kejadian dalam drama secara badaniah, tetapi lebih banyak pada apa yang terjadi dalam pikiran pelaku, tingkat ini juga dinamakan tingkat menikmati. c. Pembaca drama yang telah dapat membandingkan satu drama dengan yang lain dapat memberi pendapatnya mengenai satu karya, telah dapat membaca karya yang lebih sulit dengan kenikmatan. Tingkat ini dapat dikatakan tingkat ketiga apresiasi drama, di mana telah dapat reaksi. d. Pada tingkat keempat apresiasi drama, pembaca telah dapat melihat keindahan susunan dialog, setting simbolis pemakaian kata-kata yang berirama yang disajikan oleh sastrawan. Mereka telah mampu memberi respon pada daya sastra yang merangsang mereka berpikir, diteruskan dengan memberi respon pada seni yang disajikan sastrawan dan juga mereka telah dapat menghasilkan karya sendiri. Tingkat ini disebut tingkat kreatif. Kegiatan apresiasi drama ini menyebabkan seseorang memahami drama secara mendalam, mampu merasakan apa yang ditulis oleh dramawan (penulis naskah drama), mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung di dalam drama, menghargai drama sebagai karya seni dengan kekurangan dan kelebihannya. Dissick (dalam Waluyo dan Nugraheni, 2009:44), menjelaskan ada 4 tingkatan apresiasi, yaitu: (1) tingkat menggemari, (2) tingkat menikmati, (3) tingkat mereaksi, dan (4) tingkat produktif. Seseorang baru pada tingkat menggemari, maka keterlibatan batinnya lebih kuat. Pada tingkat ini, seseorang akan senang jika membaca dan mendengarkan karya sastra. Setelah sampai pada tingkat menikmati keterlibatan batin akan semakin mendalam. Penikmat akan ikut sedih, terharu, bahagia, dan sebagainya jika menikmati karya sastra. Kemudian pada tingkat mereaksi, sikap kritis pembaca terhadap sastra lebih menonjol karena commit to user ia telah mampu menafsirkan dengan seksama dan mampu menilai baik-buruknya 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebuah sastra. Penikmat mampu menunjukkan letak keindahan sastra dan kekurangan sastra. Pada tingkat memproduksi, seoseorang mampu untuk membuat sastra, atau membuat resensi sastra. 4. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Drama Di awal sudah dijelaskan bahwa drama merupakan salah satu bagian dari karya sastra, oleh karena itu, untuk mempelajari drama kita tidak dapat sepenuhnya lepas dari pembelajaran sastra secara umum, sehingga sebelum membahas secara lebih rinci mengenai pembelajaran apresiasi drama, kita akan membahasa terlebih dahulu pembelajaran apresiasi sastra pada umumnya. Sastra adalah wujud dari gagasan seseorang yang dinyatakan dalam sebuah tulisan yang berbentuk puisi, prosa, cerpen dan sejenisnya. Karya sastra biasanya merupakan hasil dari pengalaman batin penulis, kejadian disekitar lingkungan penulis, dan bisa juga hasil imajinasi penulis. Wellek dan Austin Warren mengatakan, sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (1995:3). Mereka juga mendefinisikan sastra merupakan segala sesuatu yang tertulis dan tercetak (1995:11). Dari definisi sastra tersebut, kita tahu bahwa sastra memang sebuah kegiatan kreatif dari sebuah seni. Hal ini bisa terjadi karena seseorang yang membuat sebuah karya sastra berarti dia sedang mengembangkan daya kreatifitasnya untuk merangkai kata, memilih kata, ataupun menyusun kata–kata menjadi indah dan bernilai. Sastra dikatakan seni karena sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni. Pembelajaran apresiasi sastra Indonesia ialah memperkenalkan kepada peserta didik nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra dan mengajak peserta didik ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan. Pembelajaran apresiasi sastra Indonesia bertujuan mengembangkan kepada peserta didik terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial, secara sendiri-sendiri, atau gabungan keseluruhan, seperti tercemin di dalam karya sastra. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 27 digilib.uns.ac.id Pembelajaran drama tercakup dalam pembelajaran apresiasi sastra, karena di dalamnya peserta didik tidak hanya diajari teori semata, tetapi juga menemukan hubungan antara proses dan hasil yang nantinya akan dicapai. Drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang menjadi bahan ajar pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di tingkat Sekolah Menengah Atas. Drama merupakan bentuk karya sastra yang bersifat dialogis, karena berwujud percakapan atau dialog antar tokoh. Pembelajaran apresiasi drama merupakan bagian dari pembelajaran apresiasi sastra. Moody (dalam Rahmanto, 2004: 16-25) mengungkapkan bahwa pembelajaran apresiasi sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: a. Membantu keterampilan berbahasa Dengan pengajaran apresiasi sastra, peserta didik dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya sastra yang dibacakan oleh guru, teman, atau pita rekaman. Peserta didik dapat melatih keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Peserta didik dapat juga meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa cerita. Peserta didik dapat mendiskusikannya dan kemudian menuliskan hasilnya sebagai latihan keterampilan menulis. b. Meningkatkan pengetahuan budaya Setiap sistem pendidikan kiranya perlu disertai usaha untuk menanamkan wawasan pemahaman budaya bagi setiap peserta didik. Salah satu tugas yang utama pengajaran adalah memperkenalkan peserta didik dengan sederetan kemajuan yang dicapai manusia di seluruh dunia tanpa merusak kebanggaan atas kebudayaan yang mereka miliki sendiri. Begitu pula dengan pengajaran apresiasi sastra, jika dilaksanakan dengan bijaksana, dapat mengantar peserta didik berkenalan dengan pribadi-pribadi dan pemikirpemikir besar dunia serta pemikiran-pemikiran utama dari zaman ke zaman. c. Mengembangkan cipta dan rasa Dalam pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra, penalaran, efektif, sosial, dan religius. commit to user Pengajaran sastra dapat digunakan untuk memperluas pengungkapan apa yang perpustakaan.uns.ac.id 28 digilib.uns.ac.id diterima oleh panca indra seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan peraba. Artinya kata-kata yang diungkapkan pengarang melalui karyakaryanya, peserta didik akan diantar untuk mengenali berbagai pengertian dan mampu membedakan satu hal dengan yang lain, misalnya kuning dengan keemasan, bising dengan menggemparkan, harum dengan busuk, serta masih banyak lagi. d. Menunjang pembentukan watak Dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan watak ini. Pertama, pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai. Tuntutan kedua, bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian peserta didik yang antara lain meliputi ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Waluyo (2006:165) menyatakan pembelajaran drama sebagai penunjang pemahaman bahasa berarti untuk melatih keterampilan membaca (teks drama) dan menyimak atau mendengarkan (dialog dalam drama, mendengarkan. drama radio, televisi, dan sebagainya. Sementara sebagai penunjang latihan penggunaan bahasa dengan maksud yaitu melatih keterampilan menulis (teks drama, resensi drama, dan sebagainya) dan wicara (dialog-dialog dalam pementasan drama). Pembelajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan menjadi dua macam, yaitu pembelajaran teori dan pembelajaran apresiasi drama. Pembelajaran teori mempelajari mengenai teori pembuatan dan pembacaan teks drama serta teori tentang pementasan drama. Dalam pembelajaran apresiasi drama mempelajari mengenai apresiasi terhadap naskah drama dan apresiasi pementasan drama (Waluyo, 2003:153). Dalam pembelajaran teori menitikberatkan pada kemampuan kognitif peserta didik yang mengutamakan masalah pengetahuan yang sifatnya teoritis. Lain halnya dalam pembelajaran apresiasi menitikberatkan pada to user kemampuan afektif peserta didik commit yang mengutamakan kegiatan apresiasi. Namun, perpustakaan.uns.ac.id 29 digilib.uns.ac.id apabila peserta didik sudah mulai belajar untuk mementaskan, maka pengajaran drama mulai memasuki kawasan kemampuan psikomotorik, meskipun sebenarnya dalam pengajaran drama di sekolah tidak dapat sepenuhnya lepas dari kemampuan kognitif, sebab bagaimanapun peserta didik pasti diminta untuk dapat menguasai beberapa materi yang bersifat teori. Dalam pembelajaran drama di sekolah, pembelajaran apresiasi drama juga harus menitikberatkan pada apresiasi peserta didik yaitu kegiatan atau aktivitas peserta didik dalam pembelajaran drama di sekolah. Apresiasi peserta didik itu mencakup tiga hal, yakni kreasi, resepsi, dan ekspresi peserta didik terhadap drama. Adapun kegiatan peserta didik yang berupa kreasi yaitu kegiatan peserta didik ketika menulis naskah drama secara individu atau kelompok yang berupa resepsi yaitu kegiatan peserta didik ketika membaca dan menghafalkan naskah drama yang telah dibuat, sedangkan yang beupa ekspresi yaitu ketika peserta didik mementaskan drama berdasarkan naskah drama tersebut. Dalam pembelajaran drama ada beberapa strategi yang bisa dilakukan. Pelaksanana pembelajaran akan menjadi semakin mudah apabila mengunakan strategi tertentu dalam penyampaian materi, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran drama yang menjadi patokan pembahasan adalah strategi pembelajan yang berkaitan (1) strategi pembelajaran teks drama, meliputi: a) strategi Stratta, b) langkah-langkah penyajian, c) strategi induktif model Taba, d) strategi analisis, e) strategi sinektik (model Gordon), f) role playing (bermaian peran), g) simulasi, dan (2) strategi pembelajaran drama pentas meliputi: a) pementasan drama di kelas, b) pementasan drama oleh teater sekolah, c) teknik pembinaan apresiasi drama, dan d) catatan tambahan tentang pemilihan materi. a. Strategi Pembelajaran Teks Drama 1) Strategi Stratta Strategi ini diciptakan oleh oleh Lesli StrattaI dan dapat diterapkan untuk drama dan prosa fiksi. Wardani (dalam Waluyo, 2006: 186) menjelaskan bahwa di dalam Strategi Stratta ada tiga tahap pembelajaran, yaitu; (1) tahap penjelajahan, pada tahap ini di dalam pengajaran drama, guru commit to user harus memberikan rangsangan untuk mempersiapkan peserta didik untuk perpustakaan.uns.ac.id 30 digilib.uns.ac.id membaca atau menonton suatu drama; (2) pada tahap interprestasi, hasil bacaan atau tontonan mereka (peserta didik) berdiskusi dengan pertanyaanpertanyaan yang menggali oleh guru, mengenai kesan mereka, tokoh, latar, watak, dan lain-lain; (3) pada tahap rekreasi, guru melatih peserta didik membaca peran-peranya dan mencoba mementaskan kalau dapat. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam kelas tatap muka atau dan dilanjutkan di luar kelas sebagai tugas terstruktur. 2) Langkah-langkah Penyajian Sebelum guru melaksanakan kegiatan pembelajaran drama di kelas harus melakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut antara lain persiapan memilih bahan yang cocok dalam mengajar dan persiapan guru sebelum membawa bahan tersebut di kelas, supaya dalam pelaksanaan mengajarnya dapat terlaksana dengan baik seperti melakukan penjajagan terlebih dahulu terhadap bahan yang akan diajarkan dan peserta didik yang diajar, interprestasi yang dimaksudkan untuk membandingkan pemahaman atau pendapat peserta didik mengenai drama dengan pendapat yang terdapat dari buku materi, rekreasi ini adalah tingkat pelaksanaan atau praktik bermain drama. 3) Strategi Induktif Model Taba Strategi ini dikemukaan oleh Hilda Taba. Model pengajarannya bersifat induktif dan biasanya strategi ini cocok untuk bagi pembahasan sastra. Data-data sastra langsung diteliti oleh peserta didik, kemudian diadakan penyimpulan-penyimpulan. Hilda Taba mengembangkan model pengajaran yang berorientasi pada pengolahan orientasi. Adapun langkah-langkahnya yaitu, (1) pembentukan konsep, meliputi mendaftar data, mengklasifikasikan, dan memberi nama, (2) penganalisasian data, meliputi menafsirkan, membandingkan, dan menyimpulkan, (3) penerapan prinsip, meliputi menganalisa, membuat hipotesis, menerangkan, dan memeriksa hipotesis. 4) Strategi Analisis Strategi ini menitikberatkan pada proses analisis terhadap tema commit to userplot, hubungan sebab akibat, dan sebagai hasil akhir, setelah penokohan, perpustakaan.uns.ac.id 31 digilib.uns.ac.id sebagainya, yang kemudian disusul dengan pemahaman hal atau unsur yang abstrak dari naskah drama. Strategi analisis di dalam kelas, menurut Wardani (dalam Waluyo, 2006:193) menempuh tiga langkah, yaitu sebagai berikut. a) Membaca secara keseluruhan yang menimbulkan kesan pertama bagi peserta didik, dimana mungkin akan timbul kesan yang berbeda-beda. b) Analisis, yang akan menimbulkan kesan yang lebih objektif. c) Memberikan pendapat akhir yang merupakan perpaduan antara respon yang subjektif dari peserta didik dengan analisis yang objektif yang dilakukan. 5) Strategi Sinektik (Model Gordon) Strategi ini dikombinasikan unsur-unsur yang berbeda dan nyata. Strategi tersebut dikembangkan oleh Gordon. Ada tiga langkah dalam metode sintetik ini, yaitu (1) analogi langsung (direct analogy), memerlukan penjajagan problem yang dihayati setelah membaca atau menonton drama secara pararel; (2) analogi personal merupakan hasil dari analogi langsung yang harus dicatat, dianalisis secara personal. Dalam hal ini peserta didik akan mengidentifikasi masalah yang dibahas. Peserta didik harus mencoba berpikir dan merasa, bagaimanakah seandainya dia itu penulis drama tersebut; (3) konflik kempaan merupakan hasil dari analisis personal yang akan mempertahankan dua sudut pandangan yang berbeda. Dengan konflik kempaan juga akan ditemukan pengertian atau wawasan baru. 6) Bermain Peran Strategi pembelajaran teks drama dengan bermaian peran ini sebetulnya termasuk strategi yang sangat sederhana. Peran dapat diambil dari kehidupan sehari-hari. Sebagaimana dikutip Waluyo (2003:189), Shafel menyebutkan adanya sembilan langkah dalam role playing, yaitu (1) memotivasi kelompok, (2) memilih peran (casting), (3) menyiapkan pengamat, (4) menyiapkan tahap-tahap peran, (5) pemeranan (pentas di depan kelas), (6) diskusi dan evaluasi I (spontanitas), (7) pemeranan (pentas ulang), commit to user dan (9) membagi pengalaman (8) diskusi dan evaluasi (pemecahan masalah, perpustakaan.uns.ac.id 32 digilib.uns.ac.id dan menarik generalisasi. Melalui strategi pembelajaran drama role playing dapat dicapai aspek perasaan, sikap, nilai, persepsi, keterampilan pemecahan masalah, dan pemahaman terhadap pokok permasalahan. 7) Simulasi Dalam pembelajaran drama, strategi simulasi merupakan strategi yang digunakan untuk memberikan kemungkinan kepada peserta didik agar dapat menguasai suatu keterampilan melalui latihan dalam situasi tiruan. Prinsip-prinsip simulasi adalah: (1) harus ada tujuan kegiatan artinya keterampilan berbahasa apa yang harus dikuasai; (2) peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok dengan tugas melakukan simulasi (sama atau beda); (3) penentuan topik dan peran disesuaikan dengan kemampuan bahasa, tingkat sekolah, dan situasi; (4) di samping tujuan pokok, diarahkan tujuan lain baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik; (5) berikan petunjuk tentang peran, situasi, dan pembagian tugas-tugas (Waluyo, 2003:191). b. Strategi Pembelajaran Drama Pentas Dalam hal pementasan drama, guru dapat berperan sebagai sutradara, akan tetapi dapat sebagai pengaruh. Dalam hal ini guru dibantu oleh pekerja teater yang bertugas melatih aktor/aktris dan memimpin pementasan. Pementasan drama ini dalam pelaksanaanya dapat diselenggarakan di kelas sebagai bagian dari pengajaran bahasa dan dapat juga sebagai kegiatan ekstrakurikuler berteater. 1) Pementasan Drama di Kelas Pementasan drama di kelas dalam kaitannya dengan pelajaran bahasa Indonesia aspek sastra, dapat berupa pementasan satu naskah drama oleh satu kelompok, atau dapat juga beberapa kelompok yang dibentuk dari sebagian atau seluruh peserta didik di kelas. Pada waktu pementasan setiap kelompok mendapat giliran untuk berpentas, tentu saja dengan naskah drama yang berdurasi pendek. Hal ini dikarenakan dalam pengajaran drama di kelas, alokasi waktu di dalam kelas pun hanya sedikit. Setelah melakukan pementasan, sisa waktu yang tersedia digunakan untuk berdiskusi. commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pementasan drama di kelas ini hendaknya tidak dipentaskan di dalam kelas. Hal tersebut dikarenakan ruang kelas tidak sepenuhnya mendukung dalam sebuah pementasan. Aula merupakan salah satu tempat yang ideal untuk melaksanakan sebuah pementasan. Aula sendiri sudah dirancang untuk sebuah pertunjukan, apabila pementasan dilakukan di dalam ruang kelas tentu akan menggangu kelas yang berada di sekitar kelas tersebut. 2) Teknik Pembinaan Apresiasi Drama Pembinaan yang dimaksudkan yaitu membina hal yang sudah terlaksana supaya lebih baik dan dapat juga berarti membuat yang belum ada. Sulitnya naskah drama dan belum tentu guru bahasa Indonesia mempunyai kemampuan menyutradarai drama, yang menjadikan pembelajaran drama kurang memuaskan. Tanpa pembacaan naskah sendiri oleh peserta didik dan menonton pertunjukan drama sendiri, maka pembinaan sulit dilaksanakan. Pembinaan dapat dilakukan berupa (1) pembinaan dan pengembangan apresiasi drama. Dalam pembinaan ini guru dan peserta didik harus dilengkapi dengan bahan yang serasi untuk kelompok-kelompok yang diajarkan dan menguasai teknik mengajarkan drama dengan baik, serta dapat menyesuaikan teknik dan bahan jika diperlukan. Buku-buku atau naskah-naskah drama yang cukup diberikan oleh guru yang mencintai drama diharapkan apresiasi peserta didik akan berangsur-angsur dapat berkembang; (2) aktivitas kelas dan kelompok, guru harus sering-sering membacakan drama dengan nyaring untuk memberi contoh dan sekaligus memperjelas watak pelaku. Pemutaran recorder atau video juga sangat bermanfaat sebagai sarana dalam memberi contoh drama yang baik. Setelah berbagai teknik dijelaskan, perlu pula dipaparkan mengenai beberapa hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan pemilihan bahan naskah drama. Naskah drama yang akan diajarkan oleh guru, harus memenuhi kriteria sebagai berikut. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 34 digilib.uns.ac.id (1) Sesuai dan menarik bagi tingkat kematangan para peserta didik. (2) Tingkat kesulitan bahasanya sesuai tingkat kemapuan bahasa peserta didik yang akan menggunkannya. Apabila bahasanya terlalu sulit, maka apresiasi tidak mungkin baik. (3) Bahasanya sedapat mungkin digunakan bahasa yang standar, kecuali kalau cerita memang memasalahkan penggunaan dialek. Penggunaan dialek sedikit mungkin tidaklah begitu jelek, tetapi jika dapat dihindarkan sebaik mungkin dihindari saja. (4) Isinya tidak bertentangan dengan haluan negara. (5) Naskah hendaknya mempunyai ciri, yaitu adanya masalah yang jelas, tema atau tujuan yang jelas, perwatakan peranan, adanya penggunaan kejutan yang tepat, bertolak dari gagasan murni penulis, dan menggunkan bahasa yang baik. Selanjutnya, seperti halnya dalam setiap pembelajaran mata pelajaran dan materi apapun ada kegiatan akhir yang berupa evaluasi atau penilaian (assesment). Evaluasi atau penilaian drama dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran. Evaluasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mengetahui apakah peserta didik benar-benar telah memahami bahan yang telah diajarkan guru atau belum. Dalam penilaian berbasis kelas, jenis penilaian yang harus dibuat oleh guru meliputi, penilaian kinerja, penilaian sikap, penilaian proyek, penilaian produk, penialain portofolio, dan penilaian diri (Suwandi 2008:81-100). Semua jenis tes di atas harus dilaksanakan oleh guru agar guru dapat melaksanakan evaluasi pembelajaran. Moody (dalam Waluyo, 2003: 177) mengatakan bahwa penilaian dalam pembelajaran drama meliputi empat tingkatan, yaitu: (1) tingkatan informasi (pengetahuan); (2) tingkatan konsep (pemahaman); (3) tingkatan perspektif (cara pemikiran pengarang dan pembaca); (4) tingkatan apresiasi (penghargaan karya sastra dan pemahaman jalan pikiran pengarang). Tingkatan yang dicapai dalam evaluasi pembelajaran drama tingkat Sekolah Menengah Atas sampai pada tingkatan konsep (pemahaman). Oleh karena itu, evaluasi yang dilakukan adalah dengan tes tertulis dan diskusi mengenai unsur-unsur drama yang telah commit to user terkandung dalam suatu pementasan. perpustakaan.uns.ac.id 35 digilib.uns.ac.id Nurgiyantoro (2001:331) menyatakan bahwa tingkatan tes apresiasi kesastraan terdiri dari dua pendekatan, yaitu tingkatan taksonomi Bloom seperti tes kebahasaan dan yang kedua adalah tingkatan tes apresiasi kesastraan berdasarkan pengkategorian Moody dengan modifikasi seperlunya. Penilaian bermain peran dalam pembelajaran drama menggunakan tingkatan tes apresiasi kesastraan berdasarkan taksonomi Bloom yang berupa penilaian ranah psikomotorik. Ranah psikomotorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otot, fisik, atau gerakan-gerakan anggota badan. Keluaran hasil belajar yang bersifat psikomotoris adalah keterampilan-keterampilan gerak tertentu yang diperoleh setelah mengalami peristiwa belajar. Penilaian hasil belajar psikomotoris juga harus dilakukan dengan alat tes yang berupa tes perbuatan. a. Penilaian dengan Tes Tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang sedang dites. Jawaban yang diberikan peserta didik terhadap pertanyaan-pertanyaan itu dianggap sebagai informasi terpercaya yang mencerminkan kemampuannya. Informasi tersebut dinyatakan sebagai masukan yang penting untuk mempertimbangkan peserta didik (Suwandi, 2008:49). Suwandi (2008:54) memaparkan pada umunya tes dipergunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan dalam pembelajaran. Tingkat keberhasilan peserta didik dimaksudkan juga tingkat kemampuan peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Bentuk tes dapat berupa tes esai dan tes objektif. Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan menggunakan bahasa sendiri. Tes ini menuntut peserta didik untuk berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes bentuk esai memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menyusun dan commit to user mengemukakan jawaban sendiri dalam lingkup yang secara relatif dibatasi. 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Oleh karena itu, tes esai disebut sebagai tes subjektif. Lain halnya tes objektif yaitu disebut juga sebagai tes jawaban singkat (short answer test). Jawaban terhadap tes objektif bersifat pasti, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. Jenis tes objektif yang banyak dipergunakan orang ádalah tes jawaban benar-salah (trae-false), pilihan ganda (multipli choice), isian (complection), dan penjodohan (maching) (Suwandi, 2008: 58-59). Untuk mencari nilai setiap peserta didik menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh FSI (Foreign Service Institute) sebagai berikut: 1) Nilai setiap unsur yang dinilai dalam berbicara berkisar antara 1 sampai dengan 5. Nilai 5 berarti baik sekali, nilai 4 berarti baik, nilai 3 berarti sedang, nilai 2 berarti kurang, nilai 1 berarti kurang sekali. 2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap unsur penilaian yang diperoleh peserta didik. 3) Nilai akhir peserta didik diperoleh dengan menggunakan rumus: Total nilai Skor maksimum (25) x skor ideal (100) = nilai b. Penilaian Sikap Suwandi (2008:89-90) memaparkan bahwa sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap juga suatu ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Sikap terhadap materi pelajaran. 2) Sikap terhadap guru atau pengajar. 3) Sikap terhadap proses pembelajaran. 4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Penilain sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain. commit to user 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1) Observasi Perilaku Perilaku seseorang pada umunya menunjukan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. 2) Pertanyaan Langsung Menanyakan secara langsung atau wawancara tentang sikap seseorang berkaitan dengan suatu hal. Jawaban atau reaksi yang diberikan dapat dipahami sikap peserta didik terhadap objek sikap. 3) Laporan Pribadi Penggunaan teknik ini peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Menurut Suwandi (2008: 94) dalam penilaian sikap dapat menggunakan format penilaian sebagai berikut. No Nama Peserta didik Aspek yang Dinilai antusias terhapadap drama memperhatikan guru pada saat pembahasan drama Keaktifan dalam pada saat pembelajaran apresiasi drama Skor Keaktifan dalam berlatih peran (Tabel 2.1. Format penilaian Pribadi) Catatan: a. Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = sedang 4 = baik 5 = amat baik b. Nilai merupakan jumlah skor-skor commit to usertiap indikator perilaku. Nilai 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Keterangan diisi dengan kriteria berikut. Nilai 18-20 berarti amat baik Nilai 14-17 berarti baik Nilai 10-13 berarti sedang Nilai 6-9 berarti kurang Nilai 0-5 berarti sangat kurang 4) Penilaian Proyek Penilaian proyek merupakan kegiatan penilai terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal perlu dipertimbangkan, yaitu: a) Kemampuan pengelolaan. b) Relevansi, yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran. c) Keaslian, proyek yang dilakukan oleh peserta didik merupakan hasil karyanya, (Suwandi, 2008: 95-98). Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses kegiatan, sampai hasil akhir. Dalam penilaian proyek dapat menggunkan format penilaian sebagai berikut. No Aspek 1 Perencanaan: a. Persiapan b. Rumusan naskah drama 2 Pelaksanaan: a. Sistematika pelaksanan b. Keakuratan dengan waktu pengerjaan c. Kerja sama dan kekompakan tim d. Penggunaan alat pendukung 3 Skor (1-5) Laporan Proyek: a. Performans b. Kualitas hasil Jumlah commit to user (Tabel 2.2. Format Penilaian Proyek) 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Evaluasi/penilaian sangat penting untuk dilakukan karena dengan adanya evaluasi dapat diketahui keberhasilan seseorang dalam pembelajaran dan dari hasil yang diperoleh akan membuat seseorang lebih termotivasi untuk belajar. Evaluasi pembelajaran apresiasi drama tentu harus dapat mengukur tujuan pembelajaran apresiasi drama, yakni apresiasi peserta didik terhadap drama bukan semata tentang pengetahuan peserta didik terhadap drama. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni penelitian Kristianto dengan hasil: (1) guru Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta telah memiliki pemahaman yang positif terhadap Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan (KTSP), (2) perencanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru sudah sesuai dengan KTSP. Hal tersebut dapat dilihat dari dibuatnya prota, silabus, dan rencana pembelajaran, (3) pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri 6 Surakarta sudah mengarah pada pembelajaran yang bersifat apresiatif dan inovatif, (4) kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri 6 Surakarta, yaitu: setiap peserta didik sulit untuk menghafal naskah drama, peserta didik disuruh menampilkan pementasan drama sulit, dengan alasan tidak berani dan malu; peserta didik hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang pengapresiasian drama, (5) tindakan yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama di SMA 6 Surakarta, yaitu: guru menyediakan LKS; memberikan tugas pada peserta didik untuk mengapresiasi drama; memacu peserta didik untuk berkaya membuat naskah drama; memberikan pengarahan kepada peserta didik yang kesulitan dalam mengapresiasi drama; guru menggunakan waktu seefisien mungkin untuk mengatasi masalah waktu yang terbatas dalam pembelajaran apresiasi drama. Penelitian yang dilakukan oleh Su Jeong Wee dengan judul “A Case Study of Drama Education Curriculum for Young Children in Early Childhood Programs” menghasilkan temuan sebagai berikut. commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Guru kelas tidak hanya membahas secara khusus kurikulum yang memuat tentang drama yang menyoroti pengetahuan darama dan teknik drama melain secra garis besar saja. Dalam pembelajaran drama dari mulai pemanasan,kegiatan utama dan sampai berakhirnya pembelajaran yang ditekankanguru adalah kemampuan eksplorasi kinestetik anak-anak dan representasi serta ekspresivitas. Metode pembelajaran yang digunakan guru harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan bahan ajar yang dibutuhkan untuk mengembangkan kepribadian mengajar guru dan meningkatkan kualitas pendidikan drama. Penelitian selanjutnya adalah dari Adhiwicaksono, yang menghasilkan temuan: (1) berkaitan dengan rencana pembeajaran apresoasi drama, dalam menyusun RPP, guru sudah menyesuasikan kondisi peserta didik dan sekolah dalam mengembangkan untuk menjadi lebih baik, (2) secara umum pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 4 Surakarta sudah mengacu kepada pembelajaran apresiasi drama yang bersifat PAIKEM. Terlihat dengan penggunaan media elektronik dan mengubah drama pentas menjadi drama yang difilmkan pada akhir pembelajaran, (3) Kendala yang timbul dalam pembelajaran meliputi 3 hal yaitu: (a) rendahnya motivasi dan minat pada beberapa peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (b) alokasi waktu pembelajaran yang kurang, dan (c) evaluasi dalam pembelajaran, dan (4) upaya guru untuk mengatasi kendala-kendala pembelajaran apresiasi drama adalah sebagai berikut: (a) memberikan motivasi, bimbingan, dan arahan bagi peserta didik yang mempunyai motivasi belajar yang rendah untuk mengikuti pembelajaran apresiasi drama, (b) upaya untuk mengatasi kendala tentang kurangnya alokasi waktu pembelajaran, yaitu guru menyuruh peserta didik untuk banyak menonton film dalam belajar drama, dan (c) upaya yang dilakuakan untuk mengatasi kendala dalam kegiatan evaluasi, yaitu guru mewajibkan setiap kelompok membuat laporan kegiatan yang berisi tentang keterlibatan setiap peserta didik dalam membuat film. Penelitian yang dilakukan Rina Aryani, Nafron Hasyim, dan Joko Prayitno menghasilkan bahwa pembinaan dan pementasan pada kelompok Teater Biroe SMA Pangudi Luhur Surakarta meliputi (1) pembinaan olah vokal disampaikan secara bertahap dancommit bervariasi, (2) pembinaan nafas dan olah raga to user 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id serta olah rasa dilatihkan secara bersama-sama, (3) pembinaan latihan materi meliputi teknik berakting dan pemberian pengetahuan tentang bedah naskah, dan (4) pementasan produksi. Fungsi teater sekolah dalampembelajaran apresiasi drama adalah (1) sebagai sumber belajar dalam pembelajaran apresiasi drama, (2) aktivitas latihan teater sebagai model dalampembelajaran apresiasi drama, dan (3) teater sekolah sebagai pendorong kompetensi bersastra bagi peserta didik. C. Kerangka Berpikir Pembelajaran merupakan proses berinteraksinya antara pendidik, peserta didik, dan lingkungan yang disertai dengan perubahan perilaku atau penambahan informasi. Dalam suatu pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan pembelajaran tersebut, anatra lain: peserta didik (peserta didik), pendidik (guru), tujuan pembelajaran, materi, metode, media, dan evaluasi. Begitu pula dengan pembelajaran apresiasi drama, diperlukan beberapa komponen di atas agar pembelajaran berjalan dengan lancar sehingga peserta didik dapat memahami dan menguasai materi yang telah dipelajari. Pembelajaran sastra khususnya drama harus ditekankan pada aspek apersiasi reseptif dan aspek apresiasi ekspresif. Aspek apresiasi reseptif ini antara lain melalui kegiatan peserta didik dalam mendengarkan (menyimak) dan menonton drama, membaca dan memerankan drama. Sementara itu, aspek apresiasi ekspresif dapat diwujudkan melalui kegiatan peserta didik dalam mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam bentuk lisan (berbicara) maupun tulis (menulis) tentang drama, seperti membuatkan teks drama yang sederhana, menyusun resensi teks drama, dan bermain drama. Untuk memulai suatu pembelajaran pastinya memerlukan berbagai persiapan baik itu materi (bahan ajar), metode, teknik dan beberapa hal yang tercakup dalam suatu rancangan pelaksanaan pengajaran (RPP). Selain itu perlu pula skenario pembelajaran yanng menggambarkan seluruh kegiatan dalam pembelajaran tersebut. Perencanaan dan persiapan dalam suatu pembelajaran sangat penting agar apa yang sudah direncanakan untuk pembelajaran tersebut commit to user terlaksana dengan baik dan bisa lebih sistematis. Persiapan pembelajaran apresiasi 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id drama berhubungan dengan perencanaan yang dijadikan sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran antara lain silabus mata pelajaran, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru. Adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum yang sudah diterapkan di berbagai sekolah, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar, baik dari segi materi atau pun dari segi metode mengajar. Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses pemerolehan informasi dan pengembangan potensi yang dimiliki seseorang. Keberhasilan dalam pembelajaran berkaitan dengan peran dan upaya guru dan peserta didik yang menjalaninya. Keberhasilan guru dalam mengajar dapat dilihat dari penyampaian materi yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode yang inovatif, penggunaan media yang sesuai, dan evaluasi proses dan hasil dilakukan guru untuk mengetahui pemahaman peserta didikterhadap pembelajaran apresiasi drama. Pada pelakasanaan pembelajaran di kelas nantinya, peneliti akan menyoroti bagaimana pembelajaran berlangsung. Hal yang penting untuk diamati meliputi: (1) ketersedian sarana dan prasaran penunjang yang tersedia sebagai alat atau media dalam membantu dalam pelaksanaan pembelajaran, (2) kekreatifan dalam mengolah pembelajara sehingga dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan dapat tersampaiakan dengan baik kepada semua peserta didik serta relevansi antara Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan proses belajar mengajar selamam di kelas, (3) kendala-kendala yang dihadapi guru sebagai fasilitator, motivator, serta tugas utama guru lainnya, dan (4) kiat-kiat tertentu yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang terdapat pada saat pembelajaran apresiasi drama berlangsung. Mengenai kendala-kendala yang ada dalam pembelajaran apresiasi drama dapat lebih rinci dipilah apakah kendala berupa faktor intern yaitu guru dan sebagai pelaksana pembelajaran ataukah faktor ekstern yang dapat berupa sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama. Berdasarkan temuan kendala dan hambatan tersebut nantinya dapat dijadikan dasar untuk commit userhendak dilakukan atau yang telah mengetahui atau mencari beberapa upayatoyang 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dilakukan untuk membenahi pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama, sehingga kedepannya (dalam pembelajaran selanjutnya) dapat diantisipasi dan diminimalisasi ketidakberhasilan pembelajaran tersebut. Berdasarkan pada semua penjelasan dan paparan yang telah dijelaskan di atas, dan hasil penelitian yang diperoleh, nantinya akan ditarik sebuah kesimpulan mengenai pembelajaran apresiasi drama yang terjadi di SMA Negeri Karangpandan yang pada khususnya terjadi pada kelas XI. Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum melakukan pembelajaran, mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang akan diterapkan pada proses belajar mengajar, mengetahui pelaksanaan pementasa, dan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi saat pembelajaran dilakukan, serta mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala atau hambatan pembelajaran yang dihadapi di kelas. Berikut ini alur kerangka berpikir yang digunakan oleh peneliti. Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI SMA Negeri Karangpandan Perencanaan Silabus, RPP Pelaksanaan materi, metode, media, dan evaluasi Kendala peserta didik, fasilitas, waktu, dan bahan ajar Mengatasi Kendala peserta didik, fasilitas, waktu, dan bahan ajar Tercapainya Pembelajaran Apresiasi Drama yang Kreatif dan Inovatif Gambar 2.1. Alur Kerangka Bepikir commit to user 44 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Karangpandan yang ada di Kabupaten Karanganyar. SMA Negeri Karangpandan beralamat di Jalan BloraKarangpandan, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar 57791, telp (0271) 662880. Dilaksanakan pada kelas XI, karena materi pembelajaran apresiasi drama terdapat pada jenjang kelas tersebut di semester genap. Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari-Mei 2012 sesuai dengan tabel kegiatan di bawah ini: Tabel 3.1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Waktu Jenis penelitian Pembuatan proposal Pengajuan proposal Revisi proposal dan persiapan instrumen Pengumpul -an data Analisis data Penyusunan laporan Bulan Ke-I Bulan Ke-II Bulan Ke-III Bulan Ke-IV Bulan Ke-V 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yakni tentang commit to user pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan, maka pendekatan 44 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini mampu mendeskripsikan secara rinci dan mendalam tentang pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan khususnya kelas XI IPS 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2005:111) bahwa penelitian kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus terpancang. Disebut terpancang karena permasalahan yang dibahas hanya mengenai pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan kelas XI IPS 1. C. Data dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah : 1. Tempat dan Peristiwa Tempat penelitian ini yaitu di SMA Negeri Karangpandan kelas XI IPS1. Peristiwa berkaitan dengan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas yang terfokuskan pada pola interaksi guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik yang lainya untuk menspesifikasikan penelitian dan memudahkan dalam pengambilan data, karena peristiwa mudah diamati. 2. Informan Pengambilan informasi dilakukan pada informan yang telah dipilih yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia, serta peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan 3. Dokumen Pengambilan data dilakukan melalui dokumen-dokumen (hasil belajar peserta didik, silabus, RPP, buku materi dan pendamping yang menunjang, dan soal-soal evaluasi) yang berkaitan secara langsung dengan pokok pembahasan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran apresiasi drama. commit to user 46 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu sumber data yang digunakan tidak mewakili populasinya, tetapi cenderung mewakili informasinya (dalam Sutopo, 2005:56). Purposive sampling dilakukan dengan memilih guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI Ilmu Sosial dikarenakan memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembelajaran drama, yaitu selalu melaksanakan pembelajaran tersebut sampai tahap perekaman drama. Informan lainnya, yaitu guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI Ilmu Alam dan beberapa peserta didik yang ditunjuk sebagai ketua dalam kelompoknya. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun laporan ini menggunakan teknik mengakaji dokumen. Teknik mengkaji dokumen dipilih karena data dalam penelitian ini berupa dokumen. Teknik pengumpulan data tidak hanya sekedar mencatat dokumen tetapi juga menemukan maknanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yin (dalam H.B. Sutopo, 2005:70) yang menyatakan bahwa analisis dokumen tidak hanya sekedar mencatat isi penting yang tersurat di dalam dokumen tetapi juga tentang makna tersirat. Dalam hal ini peneliti menganalisis data yang berupa nilai akhir, laporan hasil observasi, rencana pembelajaran, rancangan silabus, sarana penunjang pembelajaran, misalnya: buku-buku yang digunakan sebagai sumber acuan dan pegangan bagi guru dan peserta didik, serta naskah drama yang digunakan, dan lain-lain. Data hasil analisis dokumen tersebut dikumpulkan dan dicatat, kemudian dipadukan dengan catatan lapangan (field note). Diharapkan perpaduan data tersebut akan menghasilkan penelitian yang objektif dan komprehensif. Selanjutnya, pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi. Peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran di SMA Negeri Karangpandan. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai partisipan pasif, di mana kehadiran peneliti diketahui namun tidak memengaruhi pembelajaran. Observasi dilakukan di dalam kelas saat pembelajaran apresiasi drama commit to data user yang sesungguhnya di lokasi berlangsung dan diharapkan diperoleh 47 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id penelitian. Hal-hal yang diobservasi meliputi: proses atau pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup); proses evaluasi yang meliputi evaluasi proses dan hasil; aktivitas guru dan peserta didik selama proses pembelajaran yang meliputi usahausaha yang dilakukan guru selama pembelajaran dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Observasi dilakukan pula terhadap proses pelatihan drama yang dilakukan di luar ruang kelas, di luar jam pelajaran. Pada kegiatan pelatihan drama ini akan diobservasi aktivitas dan kreativitas peserta didik dan guru selama pembelajaran. Selain itu juga menggunakan teknik wawancara mendalam kepada informan untuk mendapatkan data yang tidak bisa didapat melalui teknik observasi. Untuk itu peneliti melakukan wawancara secara langsung (face to face). Isi wawancara difokuskan kepada pertanyaan yang menguji tingkat apresiasi peserta didik terhadap pembelajaran drama. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan terstrukutur dengan pertanyaan yang terbuka (open ended) dan bersifat lentur guna mendapatkan informasi (pandangan) dari informan tentang hal-hal yang bermanfaat bagi penelitian. Kelonggaran dan kelenturan wawancara ini diharapkan akan mampu menggali kejujuran informasi, sehingga mampu memberikan informasi yang sebenarnya dan seluas-luasnya. Wawancara secara mendalam juga dilakukan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Ilmu Sosial dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Ilmu Alam, serta peserta didik. F. Uji Validitas Data Uji validitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi (data dan metode) dan review informan. 1. Triangulasi data, yaitu peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mendapatkan/mengumpulkan data. Untuk mendapatkan data tersebut, peneliti menggunakan beberapa sumber, yaitu dokumen (hasil rekaman maupun catatan ujaran-ujaran yang disampaikan guru dan peserta didik), peristiwa (proses pembelajaran), informan (guru dan peserta didik). commitdan to user 48 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Triangulasi metode, yaitu peneliti menggunakan metode yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa analisis dokumen, observasi, dan wawancara. Peneliti melakukan pengecekan hasil secara silang dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa observasi langsung. 3. Review informan, pada penelitian ini digunakan sebagai alat penjamin validitas data. Pada waktu peneliti sudah mendapatkan data yang sudah cukup lengkap dan berusaha menyusun sajiannya, walaupun mungkin masih belum utuh dan menyeluruh, tetapi unit-unit laporan yang telah disusun perlu dikomunikasikan dengan informan. Hal tersebut berfungsi untuk mengecek kembali kebenaran data yang diperoleh dari informan. G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model of analysis). Analisis model interaktif ini merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data (display data), dan penarikan simpulan (verifikasi). Pada saaat melakukan tahap pengumpulan data sekaligus sesuai dengan kemunculan data yang diperlukan. Adapun langkah-langkah analisis interaktif adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan cara analisis dokumen, observasi, dan wawancara. peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di Kelas XI SMA Negeri Karangpandan. 2. Reduksi Data Teknik ini mengambil langkah yang berupa pencatatan data yang diperoleh dari hasil observasi. Dalam pencatatan tersebut dilakukan seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan data, data mana yang akan diambil. Hal tersebut bertujuan untuk lebih memudahkan dalam mengambil data-data yang dianggap commit to user 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id penting, yakni tentang pembelajaran apresiasi drama di kelas XI SMA Negeri Karangpandan. Proses reduksi terus berlangsung sampai laporan akhir penelitian selesai ditulis. 3. Penyajian Data Melalui sajian data, data yang telah terkumpul dikelompokan dalam beberapa bagian dengan jenis permasalahannya supaya mudah dilihat dan dimengerti, sehingga mudah untuk dianalisis. Penyajian data penelitian yang diperoleh melalui analisis dokumen ataupun pada saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas maupun diperoleh melalui wawancara dengan informan. Hal tersebut meliputi: rencana pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dibuat oleh guru, data hasil observasi yang diperoleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung, hasil wawancara guru bahasa Indonesia, dan peserta didik berupa kendala yang ada pada saat pembelajaran apresiasi drama, serta upaya guru bahasa Indonesia dalam mengatasi kendala tersebut. 4. Penarikan Simpulan Berdasarkan dari hasil analisis terhadap ujaran dan pembicaraan antara guru dengan peserta didik yang terjadi pada proses pembelajaran dan pada saat diwawancarai, kemudian ditarik simpulan. Simpulan-simpulan tersebut diverifikasi selama penelitian berlangsung. Pada penelitian ini data yang diverifikasi meliputi: perencanaan pembelajaran apresiasi drama, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pementasn dan kendala yang timbul dalam pembelajaran apresiasi drama, serta upaya guru bahasa Indonesia. Visualisasi proses analisis tersebut sebagai Pengumpulan Data Display Data Reduksi Data Penarikan Kesimpulan commit to user & Huberman, 1992:23) Gambar 3.1 Analisis Interaktif (Miles berikut: 50 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Temuan Penelitian ini menghasilkan serangkaian data atau informasi mengenai proses pembelajaran apresiasi drama di Sekolah Menegah Atas yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di SMA Negeri Karangpandan khususnya kelas XI IPS 1. Sekolah tersebut beralamat di Jalan Blora-Karangpandan, Kecamatan Karangpandan, 57791, Kabupaten Karanganyar telp (0271) 662880. Menghasilkan temuan yang meliputi: (1) perencanaan pembelajaran apresiasi drama; (2) pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama; dan (3) pementasan drama di kelas; (4) kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama dan upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil penelitian tersebut secara rinci dideskripsikan dalam pembahasan berikut. 1. Perencanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan Dalam pembelajaran sebuah perencanaan sangat dibutuhkan guru dalam proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Perencanaan pembelajaran ini dapat membantu guru untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran di kelas. Perencanaan yang dilakukan guru antara lain: a. Silabus Sebelum menyusun perencanaan pembelajaran, guru bahasa Indonesia kelas XI IPS 1, yaitu Ibu Ami Rahayu menggunakan silabus dari hasil Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai dasar pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Ami pada saat diwawancarai oleh peneliti sebagai berikut. commit to user 50 51 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id begini mbak, kalau silabus yang saya gunakan itu hasil dari MGMP bahasa Indonesia se-kabupaten Karanganyar. Untuk sekarang ini ada ketentuan baru yang mengharuskan silabus dan perencanaan pembelajaran itu berkarakter, artinya dapat membentuk karakter dari peserta didik itu sendiri, mbak. Selain itu, silabus itu nanti dijadikan dasar dalam pembuatan suatu perencanaan pembelajaran. (CLHW1) Peneliti mencermati silabus yang disusun dalam forum MGMP bahasa Indonesia se-kabupaten Karanganyar yang terkait dengan pembelajaran apresiasi drama telah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Komponen-komponen dalam silabus meliputi: (1) identitas sekolah; (2) standar kompetensi; (3) kompetensi dasar; (4) materi pokok/pembelajaran; (5) nilai budaya dan karakter bangsa; (6) kewirausahaan/ekonomi kreatif; (7) kegiatan pembelajaran; (8) indikator; (9) penilaian yang terdiri dari jenis tugas, dan bentuk instrumen; (10) alokasi waktu; dan (11) sumber/bahan/alat. Bentuk silabus dapat dilihat dalam lampiran. Terdapat dua standar kompetensi yang berkenaan dengan apresiasi drama yang akan diajarkan oleh guru kepada peserta didik. Pertama, SK (14) keterampilan berbicara, mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama. Kompetensi dasar yang menyertainya: (14.1) mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Materi yang diajarkan guru dalam KD (14.1) berupa teks drama (penghayatan watak dan pengekspresian dialog). Nilai budaya dan karakter bangsa yang terkandung, yakni bersahabat/komunikatif dan mandiri, sedangkan kewirausahaan/ ekonomi kreatif berwujud kepemimpinan. Indikator yang hendak dicapai antara lain: (1) menghayati watak tokoh yang akan diperankan; (2) mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama; (3) menanggapi penampilan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Penilaian yang digunakan meliputi: (1) jenis tagihan yang berupa tugas individu dan tugas kelompok; (2) bentuk instrumen yang berupa unjuk kerja dan format pengamatan. Alokasi waktu yang diperkirakan untuk mengajarkan KD (14.1), yaitu 4 x 45menit commit dengan to sumber/bahan/alat, yaitu buku drama. user 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Kompetensi dasar (14.2) menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi, sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama. Materi yang diajarkan guru berupa teks drama (gerak-gerik, mimik, intonasi). Nilai budaya dan karakter bangsa yang terkandung, yakni bersahabat/komunikatif dan mandiri, sedangkan kewirausahaan/ekonomi kreatif berwujud kepemimpinan. Indikator yang hendak dicapai antara lain: (1) memerankan drama dengan memperhatikan penggunaan lafal, intonasi, nada/tekanan, mimik/gerak-gerik yang tepat sesuai dengan watak tokoh; (2) menanggapi peran yang akan ditampilkan dalam pementasan drama. Penilaian yang digunakan meliputi: (1) jenis tagihan yang berupa tugas individu dan tugas kelompok; (2) bentuk instrumen yang berupa unjuk kerja dan format pengamatan. Alokasi waktu yang diperkirakan untuk mengajarkan KD (14.2), yaitu 4 x 45menit dengan sumber/bahan/alat, yaitu buku drama. Kedua, SK (16) keterampilan menulis, menulis naskah drama. Kompetensi dasar yang menyertainya, yaitu KD (16.1) mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama. Materi yang diajarkan oleh guru berupa teks drama (unsur-unsur drama, yaitu tema, penokohan, konflik). Nilai budaya dan karakter bangsa yang terkandung, yakni bersahabat/komunikatif dan mandiri, sedangkan kewirausahaan/ekonomi kreatif berwujud kepemimpinan. Indikator yang hendak dicapai, yaitu menuliskan teks drama dengan menggunakana bahasa yang sesuai untuk mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog, menghidupkan konflik, memunculkan penampilan (performance). Penilaian yang digunakan meliputi: (1) jenis tagihan yang berupa tugas individu dan tugas kelompok; (2) bentuk instrumen yang berupa uraian bebas. Alokasi waktu yang diperkirakan untuk mengajarkan KD (16.1), yaitu 4 x 45menit dengan sumber/bahan/alat, yaitu buku drama. Kompetensi dasar (16.2) menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Materi yang diajarkan oleh guru berupa teks drama (unsur-unsur drama, yaitu tema, penokohan, konflik). Nilai to user budaya dan karakter bangsa commit yang terkandung, yakni bersahabat/komunikatif 53 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan mandiri, sedangkan kewirausahaan/ekonomi kreatif berwujud kepemimpinan. Indikator yang hendak dicapai, yaitu: (1) mendaftar pengalaman sendiri yang menarik; (2) menarasikan pengalaman sendiri dalam bentuk adegan drama. Penilaian yang digunakan meliputi: (1) jenis tagihan yang berupa tugas kelompok, individu dan ulangan; (2) bentuk instrumen berupa uraian. Alokasi waktu yang diperkirakan untuk mengajarkan KD (16.2), yaitu 4 x 45menit dengan sumber/bahan/alat, yaitu buku drama. Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa silabus yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia di SMA Negeri Karangpandan, yaitu Ibu Ami adalah hasil dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran bahasa Indonesia se-kabupaten Karanganyar yang telah mengacu pada pembelajaran apresiasi drama yang melibatkan peserta didik secara aktif, kreatif, dan mandiri. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru bahasa Indonesia di SMA Negeri Karangpandan kelas XI IPS1, yaitu Ibu Ami menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang bertumpu pada silabus. RPP tersebut disusun bersama guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam forum MGMP bahasa Indonesia SMA se-kabupaten Karanganyar setiap awal tahun pelajaran. RPP yang telah disusun bersama tersebut selanjutnya dikembangkan oleh masing-masing guru untuk disesuaikan dengan keadaan sekolah dan peserta didik. Isi dari RPP yang disusun guru tersebut meliputi nama mata pelajaran, kelas/semester, program, alokasi waktu, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), aspek pembelajaran, indikator, nilai budaya dan karakter bangsa, Kewirausahaan/ekonomi kreatif, materi pokok pembelajaran, strategi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode dan sumber belajar, dan penilaian. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara seperti berikut. Peneliti Ibu Ami : Menurut ibu, hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pembuatan RPP? : Kalau pembuatan RPP hal yang harus diperhatikan itu ya seperti yang terdapat di RPP ini, mbak (sambil menunjukkan RPP). Dari mencantumkan nama mata to user pelajaran commit disini sudah tentu bahasa Indonesia, kemudian 54 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kelas/semester, program ini maksudnya di sini kan ada program Imersi dan umum/reguler, penentuan alokasi waktu, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), aspek pembelajaran, indikator, nilai budaya dan karakter bangsa, Kewirausahaan/ekonomi kreatif materi pokok pembelajaran, strategi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode dan sumber belajar, dan yang terakhir penilaian. (CLHW 1) Berdasarkan hasil wawancara peneliti, RPP yang disusun guru bahasa Indonesia di SMA Negeri Karangpandan dalam pembelajaran apresiasi drama telah mengikuti ketentuan yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Didukung dengan dokumen RPP yang diperoleh peneliti sebagai berikut. 1) Identitas mata pelajaran yang meliputi: a) mata pelajaran, yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia b) kelas/semester, yaitu XI (sebelas)/2 (dua) c) program, yaitu umum d) alokasi waktu, yaitu 3 x 45menit e) tema,2) Standar Kompetensi 14. Mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama 3) Kompetensi Dasar 14.1 Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama 4) Aspek Pembelajaran Berbicara 5) Indikator Pencapaian Kompetensi a) mampu memahami pengertian actor b) mampu menyiapkan diri sebelum mementasakan drama c) mampu melakukan latihan mengekspresikan dialog para tokoh drama d) mampu menghayati watak tokoh yang diperankan e) mampu menanggapi penampilan dialog para tokoh dalam pementasan drama commit to user 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 6) Nilai Budaya dan Karakter Bangsa Bersahabat/komunikatif dan mandiri 7) Kewirausahaan/ekonomi kreatif, yaitu kepemimpinan 8) Materi Pokok Pembelajaran a) teks drama b) pengertian aktor c) persiapan sebelum pementasan d) macam-macam latihan mengekspresikan dialog tokoh drama e) pengekspresian dialog para tokoh dalam pementasan drama f) penghayatan watak tokoh dalam pementasan drama g) tanggapan penampilan dialog para tokoh dalam pementasan drama 9) Strategi Pembelajaran a) tatap muka, yaitu memahami wacana sastra dalam bentuk pementasan drama b) terstruktur, yaitu mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama c) mandiri, yaitu peserta didik mampu melakukan latihan mengekspresikan dialog tokoh drama 10) Kegiatan Pembelajaran a) Pembuka (apersepsi), meliputi: (1) peserta didik ditanya mengenai fungsi dialog dalam drama (2) guru dan peserta didik bertukar pikiran mengenai cara mengekspresikan dialog dalam drama b) Inti, meliputi: Eksplorasi yang terdiri dari: (1) peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok pementasan (2) peserta didik membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan Elaborasi yang terdiri dari: (1) peserta didik melakukan persiapan pementasan drama commit to user (2) peserta didik berlatih mengekspresikan dialog tokoh dalam drama 56 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (3) mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama (4) menghayati watak tokoh yang akan diperankan (5) mendiskusikan dialog para tokoh dalam pementasan drama (6) peserta didik saling memberikan tanggapan penampilan dialog para tokoh dalam pementasan drama Konfirmasi yang terdiri dari: (1) peserta didik menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui (2) peserta didik menjelaskan hal-hal yang belum diketahui c) Penutup (internalisasi dan persepsi) (1) peserta didik diminta mengungkapkan kesulitanya dalam mengekspresikan dialog tokoh yang diperankannya (2) peserta didik diminta mengungkapkan manfaat yang diperolehnya setelah memainkan peran tokoh dalam drama 11) Metode dan Sumber Belajar Sumber belajar yang digunakan guru antara lain: a) pustaka rujukan Alex Suryanto dan Agus Haryanta. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: ESIS-Erlangga halaman 190-194. Rumad (Ed). 1991. Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: PT Grasindo. Harymawan, RMA Dramaturgi. Bandung: PT Rosdakarya. b) material: VCD, kaset, poster rekaman pengajaran drama dan rekaman pementasan drama. c) media cetak dan elektronik naskah drama di majalah/koran, siaran langsung atau rekaman drama dari televisi. d) website internet naskah drama atau rekaman pementasan drama. e) narasumber commit to user dramawan, pemain sinetron/rekaman drama. 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id f) model peraga peserta didik yang mempunyai pengalaman sebagai pemain drama/sinetron/bermain drama. g) Lingkungan pementasan drama/sinetron/rekaman drama Metode yang digunakan guru, yaitu: a). presentasi b). diskusi kelompok c). inquary d). demonstrasi 12) Penilaian a). teknik dan bentuk tes lisan tes tertulis observasi kinerja/demonstrasi tagihan hasil karya/produk: tugas, projek, portofolio pengukuran sikap penilaian diri b). instrumen/soal Daftar pertanyaan lisan tentang fungsi dialog dalam drama dan cara mengekspresikan dialog dalam drama. Tugas/perintah untuk melakukan persiapan, latihan, pementasan, dan tanggapan penampilan dialog dalam drama. Daftar pertanyaan uji kompetensi dan kuis uji teori untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap teori dan konsep yang sudah dipelajari. c). rubrik penilaian pengekspresian dialog tokoh dalam drama Kompetensi Dasar : Mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama Nama Peserta Didik : commit to user 58 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Kelas/Nomor Absen : Tanggal Penilaian : KOMPONEN 1 SKOR 2 3 4 5 1. Ucapan (terdengar jelas oleh penonton?) 2. Intonasi (bervariasi sesuai tuntutan naskah?) 3. Pengaturan jeda (pengaturan jeda tepat sehingga maksud kalimat mudah ditangkap penonton?) 4. Intensitas dan kelancaran berbicara (konsisten?) 5. Kemunculan pertama (mantap& memberikan kesan yang baik?) 6. Memanfaatkan ruang yang ada untuk memosisikan tubuh (blocking) saat pementasan (baik/tidak?) 7. Ekspresi dialog untuk menggambarkan karakter tokoh (sesuai karakter tokoh?) 8. Pandangan mata dan gerak anggota tubuh untuk mendukung ekspresi dialog (sesuai karakter tokoh?) 9. Pandangan mata dan gerak anggota tubuh untuk mendukung ekspresi dialog (sesuai karakter tokoh?) 10. Gerakan (bersifat alamiah dan tak dibuatbuat?) SKOR (MAKSIMAL 50) (Tabel 4.1. Rubrik Penilaian) Bentuk silabus dan RPP yang dikembangkan oleh guru secara lebih jelas dapat dilihat di lampiran. Penyusunan RPP oleh forum MGMP bahasa Indonesia SMA se-kabupaten Karanganyar membuat pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru menjadi lebih terstruktur, walaupun tidak bisa dipungkiri dalam pelaksanaannnya terkadang tidak sesuai dengan apa yang telah dituliskan dalam RPP. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan Peneliti mengadakan pengamatan dikelas XI IPS 1 tentang pembelajaran commit to user apresiasi drama sebanyak lima kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap 59 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pertemuan 2 x 45menit. Di kelas XI IPS 1 mendapatkan pelajaran bahasa Indonesia dalam satu minggu terdapat dua kali pertemuan, yaitu pada hari senin dan kamis. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Ibu Ami sebagai berikut. a. Pengamatan Pertama Peneliti mengadakan pengamatan pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan oleh Ibu Ami dimulai pada hari Kamis, 9 Februari 2012 pukul 10.15 WIB. Pertemuan yang pertama ini, Ibu Ami tidak mengajar di kelas melainkan peserta didik dibawa ke laboratorium fisika untuk dipertontonkan sebuah rekaman drama hasil peserta didiknya angkatan tahun yang lalu. Sebelum memulai pembelajaran Beliau membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu Beliau menanyakan kehadiran peserta didik. Kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran dengan materi pokok penghayatan watak dan pengekspresian dialog dalam teks drama. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan Ibu Ami pada pertemuan pertama, antara lain: 1) Guru menyuruh peserta didik membuka modul bahasa Indonesia halaman 53 dan menyuruh membaca materi tentang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama; 2) peserta didik membuka modul bahasa Indonesia dan membaca materi tersebut; 3) Guru menjelaskan materi mengkspresikan dialog para tokoh dalam drama; 4) peserta didik mendengarkan penjelasan guru; 5) Guru memberikan contoh naskah drama yang terdapat dalam modul bahasa Indonesia yang berjudul “Tanda Bahaya” karya Bakdi Soemanto, dilanjutkan penjelasan tentang adegan dan unsur-unsur dalam drama (tema, alur, tokoh, watak tokoh, setting, dialog, dan amanat); 6) Guru dan peserta didik mendiskusikan unsur-unsur drama yang terdapat dalam naskah “Tanda Bahaya” beserta adegan yang dilakukan para pemaindalam naskah tersebut; 7) Guru memperlihatkan rekaman drama yang bertemakan akibat broken home; 8)Peserta didik menyaksikan rekaman drama yang diperlihatkan guru; 9) Guru dan peserta commit to user perpustakaan.uns.ac.id 60 digilib.uns.ac.id didik mendiskusikan adegan dan unsur- unsur drama dari rekaman drama yang diputarkan. (CLHP 1) Dalam pelaksanaan pembelajaran drama di kelas XI IPS 1 yang dilakukan oleh Ibu Ami telah menggunakan media yang mengarah pada pembelajaran apresiasi drama meskipun pelaksanaan pembelajarannya harus di laboratorium fisika. Hal ini dikarenakan di ruang kelas XI IPS 1 belum ada media yang memfasilitasi pembelajaran apresiasi drama. Di laboratorium fisika guru menggunakan alat berupa LCD, proyektor, papan tulis, spidol, dan buku materi. Pada saat pembelajaran suasana kelas sangat tenang sehingga pembelajaran berjalan lancar. Guru menjelaskan tentang adegan dalam drama dan unsur-unsur drama. Kemudian guru bersama peserta didik mendiskusikan jumlah adegan dalam naskah drama yang berjudul “Tanda Bahaya” dan meminta menyebutkan adegan apa saja yang terdapat dalam naskah tersebut. Selain adegan, guru meminta kepada peserta didik untuk mencari tokoh bayangan yang terdapat dalam naskah tersebut. Selanjutnya, guru memutarkan rekaman drama yang bertemakan broken home karya peserta didik yang sekarang kelas XII. Pemutaran rekaman drama tersebut memerlukan durasi kurang lebih 30menit. Sisa waktu yang tinggal 15menit digunakan guru untuk membicarakan adegan dan unsur-unsur dalam rekaman drama tersebut. Sebelum diakhiri, guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca dan menghayati naskah “Tanda Bahaya” yang akan dilanjutkan pembahasan pada pertemuan berikutnya. Guru menanyakan kepada peserta didik apakah ada kesulitan mengenai materi yang diajarkan hari ini dan peserta didik menjawab “tidak ada, Bu” dan akhirnya guru menutup pembelajaran pada pukul 11.45 WIB dengan mengucapkan salam dan peserta didik menjawabnya. Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada pertemuan yang pertama, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami sudah mampu menguasai kondisi peserta didik di laboratorium fisika dan menguasai materi yang diajarkan. Pada kegiatan pembelajaran dapat diketahui peserta commit to user dan bisa bekerja sama dengan didik antusias dalam mengikuti pembelajaran perpustakaan.uns.ac.id 61 digilib.uns.ac.id guru, sehingga guru mudah dalam memberikan dan menerangkan materi dan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Metode yang digunakan Ibu Ami dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu metode ceramah, tanya jawab, berdiskusi, dan inkuiri. Evaluasi yang dilakukan guru berupa pengamatan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. b. Pengamatan Kedua Peneliti melaksanakan pengamatan kedua dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Senin, 13 Februari 2012 mulai pukul 08.30 WIB. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang kedua ini dilaksanakan di ruang kelas XI IPS 1, sudah tidak lagi di laboratorium fisika. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru menanyakan kehadiran peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan guru antara lain: 1) Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik terhadap materi yang diajarkan kemarin tentang adegan, tema, penokohan, alur, setting dan amanat; 2) Guru dan peserta didik membahas naskah drama “Tanda Bahaya” dari tema, penokohan, petunjuk lakuan, konflik yang terjadi, alur, setting, dan amanat; 3) Guru memberikan contoh ekspresi dan dialog orang yang sedang marah, sedih, dan bahagia; 4) Peserta didik memperhatikan guru dan mereka tertawa ketika melihat ekspresi dari guru; 5) Guru menunjuk peserta didik secara acak untuk memerankan tokoh dalam naskah drama “Tanda Bahaya”, setelah mendapatkan pemeran yang cocok dengan karakter tokoh di dalam naskah guru menyuruh peserta didik tersebut maju untuk mementaskan drama tersebut didepan kelas; 6) Peserta didik yang ditunjuk tersebut maju untuk memeran tokoh di dalam drama; 7) Peserta didik yang lainnya memerhatikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pertemuan kedua ini, guru menyuruh peserta didik untuk mendemonstrasikan naskah drama “Tanda Bahaya” di depan kelas. Setelah selesai mendemonstrasikan, guru dan commit to user peserta didik yang lainnya memberikan penilaian terhadap pemeranan tokoh perpustakaan.uns.ac.id 62 digilib.uns.ac.id dalam naskah tersebut. Guru dan peserta didik menilai bahwa pemeran belum menjiwai watak tokoh yang sesuai dengan naskah, ekspresinya masih kurang, masih terjadi blocking. Kemudian guru memberikan contoh dialog-dialog yang dirasa masih kurang sesuai dengan naskah. Guru menanyakan kepada peserta didik apakah ada kesulitan mengenai materi yang diajarkan hari ini dan peserta didik menjawab “tidak ada, Bu” . Guru memberikan tugas rumah kepada peserta didik untuk mengerjakan uji kompetensi unit 12 halaman 5658 dalam modul bahasa Indonesia dan akhirnya guru menutup pembelajaran pada pukul 09.45 WIB dengan mengucapkan salam dan peserta didik menjawabnya. (CLHP 2) Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada pertemuan yang kedua, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami telah mengikutsertakan peserta didik untuk terlibat langsung sebagai model dalam memerankan tokoh dalam naskah drama “Tanda Bahaya” meskipun hanya beberapa peserta didik saja yang ditunjuk. Hasil dari permodelan tersebut didiskusikan bersama untuk memberikan saran agar ketika berperan nanti dapat meminimalisir kesalahan. Metode yang digunakan Ibu Ami ketika mengajar, yaitu metode ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Evaluasi yang dilakukan oleh Ibu Ami berupa penilaian sikap dan pemberian tugas. c. Pengamatan Ketiga Peneliti melaksanakan pengamatan yang ketiga dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Kamis, 16 Februari 2012 mulai pukul 10.15 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru menanyakan kehadiran peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan: 1) guru menanyakan tugas rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya; 2) peserta didik menjawab “belum selesai Bu”; 3) guru menyuruh peserta didik untuk melanjutkan mengerjakan tugasnya dengan diberi waktu 10menit; 4) guru dan peserta didik membahas tugas tersebut bersama-sama; 5) guru menjelaskan commit to dengan user soal-soal tersebut yang dikaitkan materi; 6) peserta didik perpustakaan.uns.ac.id 63 digilib.uns.ac.id mendengarkan penjelasan guru; 7) guru melanjutkan materi kompetensi dasar (KD) 14.2 menggunakan gerak-gerik, mimik, intonasi, sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama; 8) mendengarkan penjelasan guru; 9) guru menjelaskan mengenai hal-hal yang perlu disiapkan dalam perekaman drama; 10) peserta didik mendengarkan penjelasan guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada pertemuan yang ketiga ini guru lebih menekankan aspek kognitif peserta didik. Terbukti dengan pembahasan soal yang kemudian dikaitkan materi apresiasi drama. Peserta didik secara urut dari belakang disuruh untuk membacakan soal dan menjawab soal tersebut. Apabila terdapat kesalahan dan perlu penambahan penjelasan barulah guru memberikan tambahan dan koreksi terhadap soal tersebut. Setelah selesai menjawab soal guru melanjutkan materi pembelajaran apresiasi drama berikutnya. Suasana saat pembelajaran merasa jenuh, dapat dibuktikan adanya peserta didik yang asyik sendiri bahkan tertidur saat guru menerangkan. Setelah guru menjelaskan mengenai kelompok dalam perekaman drama peserta didik kembali memerhatikan guru. Guru membagi kelompok dalam perekaman drama dengan cara diundi. Dalam setiap kelompok terdiri dari empat anggota dan harus menghasilkan satu produksi rekaman drama. Guru menanyakan kepada peserta didik “apakah ada yang protes mengenai kelompoknya?” dan peserta didik menjawab “tidak ada, Bu” . Guru memberikan tugas rumah kepada peserta didik untuk mengerjakan uji kompetensi unit 13 halaman 61-63 dalam modul bahasa Indonesia dan akhirnya guru menutup pembelajaran pada pukul 11.45 WIB dengan mengucapkan salam dan peserta didik menjawabnya. (CLHP 3) Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada pertemuan yang ketiga, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami dalam mengajarkan materi hari ini terasa menjenuhkan bagi peserta didik. Peserta didik kurang antusias dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, hal ini dikarenakan metode mengajar yang dilakukan guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Pertemuan ketiga ini guru sudah mulai commityang to user menentukan kelompok-kelompok nantinya harus membuat sebuah perpustakaan.uns.ac.id 64 digilib.uns.ac.id naskah drama yang berdasarkan pengalamanya untuk kemudian direkaman dramakan. Batas waktu pengumpulan hasil rekaman drama tersebut pada akhir bulan Mei 2012. Evaluasi yang digunakan guru dalam pembelajaran apresiasi drama pertemuan ketiga ini adalah penilaian sikap dan tugas. d. Pengamatan Keempat Peneliti melaksanakan pengamatan yang keempat dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Senin, 20 Februari 2012 pukul 08.30 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru menanyakan kehadiran peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan: 1) guru menanyakan tugas rumah, yaitu uji kompetensi unit 13; 2) peserta didik membuka modul bahasa Indonesianya; 3) guru dan peserta didik membahas soal-soal tersebut secara bersama-sama; 4) guru menyuruh peserta didik untuk berkelompok sesuai dengan ketentuan kemarin; 5) peserta didik berkelompok dengan anggotanya masing-masing; 6) guru menyuruh peserta didik untuk membaca dan memahami materi di unit 16 tentang menulis naskah drama; 7) peserta didik membaca dan memahami materi; 8) guru menjelaskan hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah drama; 9) peserta didik mendengarkan penjelasan guru dan mencatatnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada pertemuan yang keempat ini guru melatih peserta didik untuk memuat naskah drama yang akan diperankan oleh masing-masing kelompok. Pada saat berkelompok, peserta didik disurh untuk menentukan tema, tema itu sendiri tidak dibatasi oleh guru, hanya guru menyarankan mengambil tema berdasarkan pengalaman agar lebih mudah membuat naskahnya. Setelah menentukan tema peserta didik disuruh membuat urutan ceritanya secara singkat. Kemudian hasil dari diskusi kelompok dikonsultasikan kepada Ibu Ami untuk diberi saran dan kritik. Bagi kelompok peserta didik yang belum konsultasi diharapkan pertemuan selanjutnya untuk konsultasi. Sebelum mengakhiri pertemuan Ibu Ami commit to user menanyakan “apakah ada kesulitan?”, peserta didik menjawab “tidak ada perpustakaan.uns.ac.id 65 digilib.uns.ac.id bu”. Ibu Ami, “baik, kalau tidak ada pembelajaran hari ini Ibu akhiri, dan jangan lupa tugas membuat naskahnya!”. Akhirnya guru menutup pembelajaran pada pukul 09.45 WIB dengan mengucapkan salam dan peserta didik menjawabnya. (CLHP 4) Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada pertemuan yang keempat, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami dalam pembelajaran kali ini berbeda dengan pertemuan yang sebelumnya, kali ini lebih semangat dan peserta didik lebih antusias karena peserta didik disuruh berkelompok untuk membuat rancangan naskah drama yang akan dipentaskan. Guru mengajar menggunakan metode ceramah, inkuiri, dan kelompok. Evaluasi yang digunakan guru adalah penilaian sikap dan penilaian tugas yang berupa naskah drama. e. Pengamatan Kelima Peneliti melaksanakan pengamatan yang keempat dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 pada hari Senin, 27 Februari 2012 pukul 09.15 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru membuka pelajaran dengan salam dan peserta didik menjawabnya, setelah itu guru menanyakan kehadiran peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan: 1) guru memberikan pengumuman tentang pengumpulan naskah drama pada akhir bulan April dan pengumpulan rekaman drama pada akhir bulan Mei dalam bentuk kepingan CD; 2) peserta didik mendengarkan dan mencatat pengumuman dari guru; 3) guru menyuruh peserta didik membaca meteri yang terdapat di unit 17 dalam modul bahasa Indonesia; 4) peserta didik membaca dan memahami materi yang tertulis dalam unit 17; 5) guru menjelaskan materi yang terdapat di unit 17 tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan naskah drama dan elemen-elemen yang terkandung dalam sebuah dialog; 6) peserta didik mendengarkan penjelasan guru; 7) guru menyuruh pesert didik berkelompok dan melanjutkan tugas menulis naskah drama; 8) peserta didik berkelompok dan mengerjakan tugas untuk menulis naskah drama yang nantinya akan commit to user dipentaskan. 66 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama untuk pertemuan kelima, merupakan pertemuan terakhir guru mengingtakan peserta didik kembali tentang pengumpulan naskah dan pengumpulan rekaman dramanya. Kemudian dilanjutkan guru menerangkan tentang prolog, dialog, epilog, tokoh, percakapan dan kramagung dalam sebuah naskah drama. Setelah itu guru menyuruh peserta didik untuk melanjutkan dalam penulisan naskah drama. Peserta didik banyak yang melakukan konsultasi kepada guru sehingga kemungkinan cerita dan konflik yang terdapat dalam naskah dipastikan kelompok satu dengan kelompok yang lainnya berbeda. Guru kembali menekankan bahwa pengumpulan hasil rekaman dramanya tidak boleh ada yang terlambat karena akan digunakan sebagai nilai akhir untuk kompetansi apresiasi drama. Sebelum mengakhiri pertemuan Ibu Ami menanyakan “apakah ada kesulitan?”, peserta didik menjawab “tidak ada bu”. Ibu Ami, “baik, kalau tidak ada pembelajaran hari ini Ibu akhiri, kalau ada kesulitan silahkan bertanya dan temui Ibu di kantor!”. Akhirnya guru menutup pembelajaran pada pukul 10.45 WIB dengan mengucapkan salam dan peserta didik menjawabnya. (CLHP 5) Berdasarkan dari pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama pada pertemuan yang kelima, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Ibu Ami telah mengakhiri pembelajaran tentang materi apresiasi drama pada hari ini. Tugas penulisan naskah dan perekaman dramanya diserahkan kepada peserta didik masing-masing kelompok. Metode mengajar Ibu Ami menggunakan metode ceramah, berkelompok. Evaluasi yang digunakan Ibu Ami pengamatan keaktifan peserta didik dan hasil akhir dari perekaman drama. 3. Pelaksanaan Pementasan Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan Dalam pelaksanaan pementasan Drama di kelas XI IPS 1 SMA Karangpandan tidak dilaksanakan di dalam kelas. Drama yang diperankan oleh peserta didik termasuk jenis drama televisi. Hal ini sesuai dengan apa yang commit to user oleh peneliti sebagai berikut. diungkapkan oleh Ibu Ami pada saat diwawancarai 67 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ee.. Begini ya mbak,, di SMA Negeri Karangpandan ini kurang lebih tiga atau empat tahun yang lalu sudah tidak melakukan pementasan drama di kelas, melainkan membuat sebuah rekaman drama/drama televisi.(CLHW1) Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas XI IPS1 dapat disimpulkan bahwa bermain peran yang dilaksanakan di SMA Negeri karangpandan bukan lagi drama panggung melainkan drama televisi. Jumlah peserta didik di Kelas XI IPS 1 adalah tiga puluh dua orang peserta didik, sebelum bermain peran, guru membagi kelompok menjadi delapan kelompok secara diundi yang beranggotakan empat orang peserta didik tiap kelompok. Setiap kelompok diwajibkan untuk membuat naskah drama yang sesuai dengan pengalamannya. Setelah naskah jadi, peserta didik mengkonsultasikan hasil pembuatan naskahnya kepada guru untuk diberi saran dan kritik yang membangun agar ceritanya tidaksama dengan kelompok yang lain. Kemudian setelah naskah sudah jadi peserta didik dengan kelompoknya mulai berlatih reading naskah untuk menentukan pemeran yang cocok dengan karakter dalam naskah drama tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Kristy pada saat diwawancarai oleh peneliti sebagai berikut. kelompok saya mengangkat tema tentang perjuangan guru honorer, mbak. Pembuatan naskahnya dikerjakan bersama-sama, terus dikumpulkan kepada Bu Ami untuk mendapatkan saran, kritik. Setelah naskah selesai saya dan kelompok saya latihan reading pas waktu istirahat gitu mbak. Kalo latihan gerak-gerik, mimik, bloking itu setelah pulang sekolah mbak, pada hari Jumat dan Sabtu. (CLHW 2) Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik kelas XI IPS1 dapat disimpulkan bahwa tema yang diangkat dalam naskah drama berupa pengalaman peserta didik dalam kelompok tersebut terhadap perjuangan guru honorer. Setelah naskah selesai mereka mengkonsultasikan kepada Bu Ami untuk mendapatkan masukan. Kemudian mereka latihan reading pada waktu jam istirahat. Selanjutnya, dari proses reading ditentukan peran yang sesuai dengan karakter yang terdapat dalam naskah. Latihan ekspresi, gerak dan bloking mereka lakukan setelah pulang sekolah terutama pada hari Jumat dan Sabtu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 68 digilib.uns.ac.id Pengambilan video drama dilakukan peserta didik setelah mereka benarbenar sudah yakin terhadap aktingnya. Hal ini dikarenakan agar tidak banyak kesalahan teknis dalam pengambilan video. Dalam pengambilan video ini, mereka tidak menggunakan handycam melainkan camera digital. Pihak sekolah pun tidak menyediakan peralatan yang menunjang untuk pembuatan drama televisi atau rekaman drama ini, sehingga peserta didik melakukan semuanya sendiri. Proses pengeditan drama televisi atau rekaman drama ini yang masih menjadikan momok kabanyakan peserta didik. Hal ini dikarenakan, dalam pembelajaran Teknologi Informasi Komunikasi tidak memberikan teori atau praktik tentang pengeditan sebuah rekaman drama. Sehingga peserta didik masih kesulitan dalam hal pengeditan rekaman drama. 4. Kendala dan Upaya yang Dilakukan Guru dalam Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan a. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran Apresiasi drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang terjadi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karagpandan pada dasarnya berjalan lancar. Akan tetapi, pembelajaran apresiasi drama yang dilaksanakan masih memiliki kendalakendala. Adapun kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama tertuang pada pernyataan guru bahasa Indonesia, Ibu Ami sebagai berikut. kendalanya adalah tidak semua peserta didik itu senang dengan bermain peran, mungkin malu, atau takut tapi kebanyakan peserta didik malu. Terus, dalam satu kelompok itu ada yang malas latihan atau tidak mau latihan. Kemudian fasilitas mbak, terutama untuk kondisi kelas-kelas di SMA Karangpandan belum semuanya menyediakan fasilitas yang saya inginkan, misalnya LCD. Selanjutnya kendala yang lain ketika mereka membuat drama televisi, nah, itu angan-angan dan kenyataan berbeda, belum bisa mengedit, jadi sering kali naskahnya bagus, ketika mau dibuat dalam proses produksi di televisi mereka kesulitan. Kemudian di semester dua ini waktu pembelajaran untuk apresiasi drama sangat terbatas mbak. Waktu-waktu itu kesita dengan hari libur untuk latihan commit to ujian user akhir nasional, ujian praktik, dan 69 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ujian akhir nasional, dan belum lagi adanya study tour juga yang menyebabkan pembelajaran apresiasi drama dengan banyak indikator yang harus dicapai peserta didik dilaksanakan dengan waktu seminimal mungkin mengingat materi yang harus diajarkan masih banyak. Kalau masalah materi drama ini saya menerangkan sesuai dengan yang di modul bahasa Indonesia itu mbak.(CLHW 1) Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran apresiasi drama terlihat dari beberapa segi antara lain: 1) Peserta didik Pada saat peserta didik diperintah untuk berakting di depan kelas maupun pada saat latihan drama dengan kelompoknya masih malu-malu atau takut kalau saja tidak sesuai dengan karakter yang diharapkan. Selain itu, masih ada beberapa peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru dipertemuan sebelumnya sehingga pembelajaran apresiasi drama menjadi terhambat. 2) Fasilitas Di SMA Negeri Karangpandan belum mempunyai Laboratorium bahasa. Selain itu di kelas-kelas, terutama kelas XI IPS 1 belum terdapat LCD yang dibutuhkan guru untuk membantu menyampaikan materi pembelajaran apresiasi drama kepada peserta didik. Di sekolah juga belum memfasilitasi peralatan untuk pengambilan video guna perekaman drama oleh peserta didik. 3) Waktu Jam pelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri Karangpandan setiap minggunya terdapat dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 kali 45 menit setiap pertemuannya. Apabila waktu tersebut dihadapkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang harus dicapai peserta didik sangatlah kurang, khusus pembelajaran apresiasi drama menutut praktik lebih banyak dibandingkan teori. Selain itu, di semester dua ini banyak hari libur yang menyita banyak commit to user waktu. perpustakaan.uns.ac.id 70 digilib.uns.ac.id 4) Bahan dan Materi Ajar Sumber atau materi ajar yang digunakan guru mengacu pada modul bahasa Indonesia (LKS) yang kandungan materinya masih kurang mendukung dalam pembelajaran apresiasi drama. Dasar teori yang terkandung di dalamnya sedikit dan banyak latihan soal. Selain itu, peserta didik tidak mendapatkan ilmu pengetahuan tentang pengeditan rekaman drama dalam pembelajaran TIK. b. Upaya yang dilakukan Guru untuk Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran Apresiasi drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan Upaya-upaya untuk mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam pembelajaran apresiasi drama perlu dilakukan untuk memaksimalkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Berikut adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri Karangpandan (Ibu Ami) untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang tertuang dalam pernyataan hasil wawancara berikut. cara saya untuk mengatasi kendala peserta didik yang takut dan malu berakting tadi dengan cara memberikan motivasi dan arahan-arahan agar mereka semangat untuk mengikuti pelajaran dan tidak malu-malu lagi. Misalnya dengan menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran apresiasi drama serta maanfaat yang akan di dapatkan. Untuk mengatasi fasilitas sekolah dan kelas yang kurang mendukung saya mengajak peserta didik belajar di ruang laboratorium fisika ketika melihat rekaman drama, selain itu pembelajaran di kelas seperti biasa. Peserta didik membuat rekaman dramanya saya bebaskan untuk meminjam alat untuk mengambil dengan handycam, camera digital, atau pun hand phone, karena di sekolah belum menyediakan. Masalah waktu yang kurang ini, saya dikelas kebanyakan memberikan materi, untuk praktiknya tidak memungkinkan, maka peserta didik saya suruh untuk latihan mandiri dengan kelompoknya di luar KBM, mbak. Kemudian untuk materi, di sekolah sudah membagikan buku paket BSE kepada peserta didik, namun itu masih kurang lengkap untuk itu saya menyuruh peserta didik untuk browsing sendiri di internet tentang materi apa yang belum dipahami baru nanti kalau masih belum paham saya bantu. (CLHW 1) Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan upaya-upaya yang commit to user dilakukan oleh guru dalam pembelajaran apresiasi drama antara lain: 71 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1) Peserta didik Guru memberikan motivasi agar peserta didik semangat mengikuti pembelajaran dan tidak malu-malu untuk berakting dengan menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi sekaligus praktik dalam apresiasi drama. Selain itu, guru memberikan kelonggaran waktu untuk mengerjakan tugas tersebut di kelas. Akan tetapi kalau hal tersebut terjadi berulang-ulang guru akan memberikan sanksi kepada peserta didik tersebut. 2) Fasilitas Guru dalam menjelaskan materi apresiasi drama menggunkan fasilitas kelas yang ada, namun ketika guru ingin memutarkan contoh rekaman drama hasil karya kakak kelas mereka, Beliau harus meminjam ruang laboratorium fisika yang telah difasilitasi LCD dan proyektor, sedangkan laptop dan speakernya pinjam kepada guru lain. Peralatan untuk pengambilan rekaman drama diserahkan kepada peserta didik itu sendiri. 3) Waktu Dalam mengefektifkan waktu, guru memberikan penjelasan materi drama secara singkat, padat, dan jelas dan untuk bermain perannya guru menyerahkan semuanya kepada peserta didik yang dilakukan di luar KBM. Guru hanya memantau peserta didik dengan cara menanyai perkembangan bermain peran dan terima jadi dari hasil perekaman drama tersebut. 4) Bahan dan Materi Ajar Solusi mengenai keterbatasan materi yang dialami adalah guru dan peserta didik mencari materi ajar dari sumber lain, misalnya dari buku drama yang berkaitan dengan materi, misalnya buku Terampil Bermain Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di internet. Selain itu, peserta didik mencari ilmu sendiri tentang pengeditan rekaman drama. commit to user 72 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. PEMBAHASAN 1. Perencanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan data dan wawancara dari narasumber yang bersangkutan dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan, antara lain: a. Silabus Silabus mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan disusun oleh tim Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) se-kabupaten Karanganyar. Dalam perencanaan pembelajaran, silabus berfungsi sebagai acuan/pedoman bagi pengembangan perencanaan yang lebih lanjut, yaitu dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut peneliti, silabus yang digunakan guru sudah sesuai dengan format yang di standarkan oleh BSNP yang terdiri dari, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat. Standar kompetansi (SK) dalam kaitannya dengan pembelajaran apresiasi drama mencakup dua aspek keterampilan berbahasa, yaitu mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasn drama (berbicara) dan menulis naskah drama (menulis). Kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam standar kompetansi pembelajaran apresiasi drama, yaitu terdapat empat kompetensi tertulis secara implisit, namun keempat kompetensi tersebut dapat tercapai. Keempat KD tersebut, yaitu 1) mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama; 2) menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi, sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama; 3) mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama; 4) menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. commit to user 73 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Materi pokok pembelajaran apresiasi drama yang terdapat dalam silabus, antara lain: 1) penghayatan watak; 2) pengekspresian dialog; 3) gerakgerik; 4) mimik; 5) intonasi; 6) unsur-unsur drama (tema, penokohan, konflik). Selanjutnya, kegiatan pembelajarannya meliputi: 1) membaca dan memahami teks drama; 2) menghayati watak tokoh; 3) mengekspresikan dialog para tokoh; 3) mendiskusikan dialog para tokoh dalam drama; 4) memerankan drama; 5) menulis naskah drama; 6) mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog; 7) menghidupkan konflik; 8) memunculkan penampilan; 9) mendaftar pengalaman sendiri yang menarik; 10) menarasikan pengalaman sendiri dalam bentuk adegan drama; 11) menghadirkan latar yang mendukung adegan. Indikator pencapaian dalam apresiasi drama yang terdapat pada silabus, antara lain: 1) menghayati watak tokoh yang akan diperankan; 2) mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama; 3) menanggapi penampilan dialog para tokoh dalam pementasan drama; 4) memerankan drama dengan memperhatikan penggunaan lafal, intonasi, nada/tekanan, mimik/gerak-gerik yang tepat sesuai dengan watak tokoh; 5) menanggapi peran yang akan ditampilkan dalam pementasan drama; 6) menuliskan teks drama dengan menggunakana bahasa yang sesuai untuk mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog; 7) menghidupkan konflik, memunculkan penampilan (performance); 8) mendaftar pengalaman sendiri yang menarik; 9) menarasikan pengalaman sendiri dalam bentuk adegan drama. Penilaian apresiasi drama yang terdapat dalam silabus berupa: 1) jenis tagihan yang terdiri berupa tugas individu dan tugas kelompok; 2) bentuk instrumen yang berupa uraian bebas. Kemudian alokasi yang terdapat dalam silabus enam belas kali empat puluh lima menit. Selanjutnya, sumber/bahan/alat berupa buku drama. Selain poin-poin di atas terdapat tambahan komponen yang menggambarkan silabus berkarakter, yaitu terdapat nilai budaya dan karakter bangsa, yang berupa bersahabat/komunikasi dan mandiri; tercantum juga commit to user kepemimpinan. Namun menurut kewirausahaan/ekonomi kreatif yang berupa 74 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id peneliti masih terdapat ketidaksesuaian dalam silabus yang mencantumkan kewirausahaan/ekonomi kreatif yang berupa kepemimpinan, karena dalam pencapaian indikator tidak menggambarkan hal kepemimpinan. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sudah terdapat relevansi antara SK, KD, indikator pencapaian, namun tidak tercantum tujuan pembelajaran dalam RPP. Selain itu, waktu yang digunakan guru untuk menyampaikan meteri apresiasi drama tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan di RPP dan silabus. Pengukuran KD juga sudah relevan yang terlihat dalam pencapaian indikator yang mencakup isi dari materi yang disampaikan. RPP ini disusun sesuai dengan pendidikan yang berkarakter seperti yang tercantum dalam silabus, yaitu terdapat nilai budaya dan karakter bangsa, yang berupa bersahabat/komunikasi dan mandiri; tercantum juga kewirausahaan/ekonomi kreatif yang berupa kepemimpinan. Namun menurut peneliti masih terdapat ketidaksesuaian dalam mencantumkan kewirausahaan/ekonomi kreatif yang berupa kepemimpinan, karena dalam pencapaian indikator tidak menggambarkan hal kepemimpinan. Materi pembelajaran telah memuat sebagaian besar bersifat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butirbutir yang sesuai dengan tujuan dan indikator pencapaian kompetensi. Materi ajar yang digunakan Ibu Ami mengajar sesuai dengan RPP. Misalnya dalam KD mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama, butir-butir teorinya terdiri dari: 1)teks drama; 2) pengertian aktor; 3) persiapan sebelum pementasan; 4) macam-macam latihan mengekspresikan dialog tokoh drama; 5)pengekspresian dialog para tokoh dalam pementasan drama; 6)penghayatan watak tokoh dalam pementasan drama; 7) tanggapan penampilan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Berdasarkan materi pembelajaran di atas peneliti mengambil kesimpulan kurang spesifiknya butir-butir materi pembelajaran. Hal ini terlihat commit to guru user menyebutkan judul teks drama pada poin 1) teks drama, seharusnya 75 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tersebut “Tanda Bahaya”. Kemudian pada poin 3) persiapan sebelum pementasan, seharusnya lebih dipersempit lagi dengan membagi ke dalam sub poin. Selanjutnya, pada poin 4) macam-macam latihan mengekspresikan dialog tokoh drama, seharusnya macam-macamnya disebutkan sekalian. Kemudian pada poin 5) penghayatan watak tokoh, seharusnya didahului menjelaskan jenis-jenis watak tokoh dalam drama. Dalam pembelajaran apresiasi drama guru menggunakan tiga strategi pembelajaran, yaitu strategi tatap muka, terstruktur dan mandiri. Pada strategi tatap muka guru menekankan pada pemahaman wacana, sedangkan strategi terstruktur digunakan guru untuk menjelaskan materi pokok pembelajaran, dan strategi mandiri guru gunakan untuk lebih cenderung ke suatu hal yang bersifat operasional. Pada kegiatan pembelajaran yang terdiri dari tiga bagian, yaitu (1)pembukaan, yang di dalamnya terdapat apersepsi; (2) inti, yang di dalamnya terdiri dari eksplorasi, elaborasi,dan konfirmasi; (3) penutup, yang di dalamnya terdapat internalisasi dan persepsi. Dalam RPP ini, tidak dituliskan pembagian alokasi waktunya di setiap langkah-langkah pembelajaran. Hal ini dapat mempersulit guru untuk memperkirakan lamanya waktu dalam mengkondisikan kegiatan pembelajaran apresiasi drama. Sumber belajar yang digunakan guru dalam pembelajaran sudah inovatif, namun masih terdapat kekurangan. Pustaka rujukan yang digunakan guru masih ada yang tahun penerbitannya di bawah tahun 2000. Materi yang berupa rekaman pengajaran drama ketika pembelajaran drama tidak diputarkan, yang diputarkan hanya hasil rekaman drama angkatan sebelumnya dan itu pun tidak diberi tema atau judul dari rekaman drama tersebut. Sumber belajar yang diambil dari media cetak juga tidak terinci nama majalah/koran yang diambil. Pada website internet juga tidak dicantumkan alamat website yang bisa dibrowsing. Narasumber yang berupa dramawan, pemain sinetron/film juga tidak disebutkan namanya, seharusnya disebutkan namanya. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran commit to user apresiasi drama cukup bervariasi. Metode-metode yang sudah ditentukan guru perpustakaan.uns.ac.id 76 digilib.uns.ac.id di RPP dapat membantu guru untuk lebih mudah menerangkan materi dan menciptakan suasana kelas yang kondusif. Dalam pembelajaran apresiasi drama ini guru menggunakan metode yang bermodel contexstual teaching and learning (CTL) dan metode yang digunakan inquairy, diskusi kelompok (learning community), demonstrasi (modelling), dan ceramah. Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar sudah disesuaikan dengan indikator pencapaian. Penilaian hasil belajar dalam RPP yang digunakan guru merupakan pengembangan dari silabus, antara lain: a). teknik dan bentuk tes lisan/tes tertulis, observasi kinerja/demonstrasi, tagihan hasil karya/produk: tugas, proyek, portofolio pengukuran sikap, penilaian diri b). instrumen/soal Daftar pertanyaan lisan tentang fungsi dialog dalam drama dan cara mengekspresikan dialog dalam drama. Tugas/perintah untuk melakukan persiapan, latihan, pementasan, dan tanggapan penampilan dialog dalam drama. Daftar pertanyaan uji kompetensi dan kuis uji teori untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap teori dan konsep yang sudah dipelajari. Evaluasi yang dilakukan oleh Ibu Ami dalam pembelajaran apresiasi drama terdapat tiga macam penilaian, yaitu secara tertulis/lisan, rubrik pengamatan dan penugasan. Penilaian tertulis dan lisan digunakan guru untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi apresiasi drama. Rubrik pengamatan digunakan guru untuk memberikan penilaian terhadap keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran. Penilaian proyek untuk memberikan penilaian terhadap hasil produksi rekaman drama peserta didik. Akan tetapi, format penghitungan penilaian belum disertakan hanya berupa rubrik penilaian saja yang terdapat di RPP yang disertai skor. Format-format penilaian dan penskoran harusnya disertakan ketika membuat RPP. commit to user 77 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan guru di kelas XI IPS1 telah sesuai dengan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru tersebut. Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama terdapat komponen-komponen yang terlibat, antara lain: a. Guru Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara oleh peneliti mengenai pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilaksanakan guru di kelas dan beberapa peserta didik sebagai informan mengenai cara guru mengajarkan materi apresiasi drama dapat dikatakan variatif, yaitu menggunakan model contexstual teaching and learning (CTL) dan metode yang digunakan sudah inovatif. Dalam proses pembelajaran guru menyampaikan materi sesuai tuntutan yang terdapat dalam RPP. Penggunaan model CTL oleh guru mengakibatkan suasana kelas tidak terasa menjenuhkan. Apalagi ketika guru mengajak peserta didik melihat rekaman drama di laboratorium fisika, peserta didik terlihat antusias sekali dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian peserta didik terhadap proses mengajar guru sudah baik, kreatif dan menyenangkan. b. Peserta didik Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif, tidak hanya sekedar menerima, menurut, dan pasrah terhadap segala materi yang disampaikan oleh guru. Di kelas XI IPS 1 terdapat tiga puluh dua peserta didik yang terdiri perempuan tiga belas orang dan lakilaki berjumlah sembilan belas orang, untuk lebih rinci dapat dilihat dalam lampiran. Pada waktu pembelajaran apresiasi drama di kelas, peserta didik terlihat antusias mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung, meskipun terdapat beberapa peserta didik yang kurang antusias. Peserta didik dapat bekerja sama dengan baik dengan guru sehingga materi yang disampaikan commit to user Hal ini diketahui oleh peneliti guru dapat dengan mudah dipahami olehnya. perpustakaan.uns.ac.id 78 digilib.uns.ac.id pada saat melakukan pengamatan pembelajaran apresiasi drama di kelas sebagai partisipan pasif. Bagi peserta didik yang tertarik dan antusias dalam pembelajaran drama dikarenakan dapat berlatih berekspresi mengeksplorasikan kemampuan ke dalam dialog dan gerak-gerik dalam drama, serta menjadi artis dadakan meskipun dilingkup yang sempit. Lain halnya dengan peserta didik yang kurang antusias terhadap pembelajaran apresiasi drama dikarenakan mereka takut, malu, kesulitan menghafal naskah dan susah untuk berimprovisasi. c. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan hasil analisis data yang berupa RPP oleh peneliti, guru belum mencantumkan tujuan pembelajaran apresiasi drama di dalam RPP. Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti tentang proses belajar mengajar di kelas guru menyampaikan tujuan pembelajaran apresiasi drama, yaitu peserta didik mampu menghayati watak tokoh yang akan diperanka; peserta didik mampu mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama; dan peserta didik mampu memberikan tanggapan terhadap penampilan pemeran dalam pementasan drama. Seharusnya guru juga menuliskan tujuan pembelajaran tersebut ke dalam RPP. Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama kelas XI di SMA Negeri Karangpandan, tidak menuju pada pementasan drama panggung malainkan drama televisi/rekaman drama. Hal ini menjadikan pembelajaran apresiasi drama yang diharapkan oleh Ibu Ami bahwa peserta didik mampu memproduksi sebuah rekaman drama sendiri tidak hanya bermain peran dan menulis naskah drama. d. Isi Pelajaran Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA Negeri Karangpandan memberikan kesempatan guru untuk memilih dan mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Selain itu, pemilihan dan pengembangan materi pembelajaran yang digunakan guru juga disesuaikan dengan silabus. commit to user 79 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Buku modul/Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan buku materi yang dimiliki oleh seluruh guru SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar karena buku tersebut merupakan kesepakatan MGMP. Meskipun demikian, guru tidak hanya menjadikan LKS sebagai satu-satunya referensi materi pembelajaran apresiasi drama. Guru ternyata juga mengambil materi pembelajaran dari internet dan buku-buku dengan alasan terkadang materi yang termuat dalam LKS atau internet masih kurang sehingga guru mencari buku-buku lain untuk melengkapi referensi materi pembelajaran apresiasi drama selain untuk memperkaya pengetahuan pribadi guru. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pemilihan materi pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan yang utama adalah disesuaikan dengan silabus dan RPP yang digunakan. Selanjutnya, materi-materi pembelajaran yang ada perlu disesuaikan dengan kebutuhan atau visi dan misi masing-masing sekolah. Selain itu, sumber materi pembelajaran apresiasi drama juga tidak hanya mengacu dari satu sumber saja melainkan menggunakan beragam sumber, baik dari buku teks maupun internet. e. Metode Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, metode pembelajaran apresiasi drama yang dipakai guru (Ibu Ami) termasuk sudah inovatif. Pada saat pembelajaran apresiasi drama berlangsung Ibu Ami menggunakan metode ceramah, inquiry, permodelan, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Metode-metode tersebut dipilih Ibu Ami karena menurut hemat beliau metode tersebut sesuai dengan materi dan dapat mempermudah proses belajar mengajar di dalam kelas. Penggunaan metode ceramah yang dilakukan guru untuk menyampaikan materi yang berhubungan dengan apresiasi drama. Metode inquiry digunakan oleh guru untuk mengetahui keaktifan peserta didik untuk mencari dan menemukan informasi dalam materi apresiasi drama. Metode permodelan digunakan oleh guru karena dapat membantu guru, misalnya to user untuk percontohan berakting.commit Metode tanya jawab untuk mempermudah 80 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id terjadinya komunikasi antara guru dengan peserta didik. Metode penugasan untuk memberikan tugas kepada peserta didik guna mengetahui aspek, kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. f. Media Pada saat pertemuan perdana pembelajaran apresiasi drama guru bahasa Indonesia, yaitu Ibu Ami sudah menggunakan media elektronik saat mengajar, terutama saat memperlihatkan contoh rekaman drama yang dibuat oleh peserta didiknya yang kini kelas XII. Beliau mengajak peserta didik ke laboratorium fisika yang di sana terdapat LCD dan proyektor, sedangkan laptop, speaker, dan rekaman drama dibawa oleh guru dari kantor, yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pertemuan kedua samapi pertemuan kelima tentang pembelajaran apresiasi drama dilaksanakan di kelas XI IPS 1 dan media yang digunakan guru berupa papan tulis dan spidol. g. Evaluasi Dalam pembelajaran apresiasi drama guru melakukan evaluasi secara tertulis, format pengamatan dan penugasan. Evaluasi pembelajaran apresiasi drama dalam bentuk tertulis dilaksanakan dalam bentuk ulangan harian (penilaian hasil). Evaluasi format pengamatan digunakan guru untuk menilai keaktifan peserta didik dalam berekspresi, melakukan gerak-gerik, mimik, intonasi, adegan saat proses bermain drama (penilaian proses). Evaluasi penugasan, guru lakukan untuk mengambil penilaian dari hasil perekaman drama (penilaian hasil). 3. Pelaksanaan Pementasan Drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan SMA Negeri Karangpandan sudah sejak tiga tahun yang lalu dalam pelaksanaan pementasan drama tidak di ruang kelas atau sering disebut pementasan drama panggung melainkan drama televisi. Wujud dari drama televisi ini berupa rekaman pementasan yang dilakukan oleh peserta didik. Persiapan yang dilakukan guru dalam menghantarkan peserta didik ke dalam proses produksi commit to user antara lain: perpustakaan.uns.ac.id 81 digilib.uns.ac.id a. Pembentukan Kelompok Pembentukan kelompok ini dilakukan oleh guru dengan cara mengundi peserta didik. Jumlah peserta didik di kelas XI IPS 1 adalah tiga puluh dua orang yang dibagi menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok beranggotakan empat orang. Awal pembentukan guru memanggil sekretaris untuk menuliskan nomor satu sampai delapan di papan tulis, kemudian peserta didik dipanggil urut nomor absen untuk mengambil undian dapat nomor berapa, setelah itu melaporkan kepada sekretaris untuk ditulis namanya sesuai dengan nomor yang diperolehnya. Hal ini dilakukan guru agar adil dan tidak terkesan pilih-pilih. b. Penulisan Naskah Peserta didik telah terbagi sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Langkah selanjutnya adalah proses penulisan naskah. Sebelum kelompok menulis naskah, didahului dengan penentuan tema. Guru menyarankan pengambilan tema berdasarkan pengalaman saja agar mudah menyusun naskahnya. Setelah penentuan tema, peserta didik dibimbing untuk menuliskan synopsis naskah dramanya nanti seperti apa. Selanjutnya penyusunan dialog dan pemberian petunjuk lakuan dalam naskah drama. Setelah naskah selesai, peserta didik mengkonsultasikan naskah tersebut kepada guru untuk mendapatkan penilaian. Kemudian setelah naskah sudah benar-benar siap untuk diperankan, peserta didik barulah memerankan naskah drama yang mereka buat tersebut. c. Proses Latihan Proses latihan ini diserahkan sepenuhnya oleh guru kepada peserta didiknya. Latihan yang dilakukan peserta didik cukup lama hampir tiga bulan. Peserta didik mengawali latihan drama dengan proses reading guna menentukan tokoh yang sesuai dengan naskah yang dibuatnya. Proses reading mereka lakukan di sela-sela waktu pelajaran, yaitu ketika jam istirahat. Proses reading ini memakan waktu cukup lama hampir dua bulan karena dilakukan hanya pada waktu istirahat saja. Setelah dialog-dialognya lancar, mereka mencoba commit user latihan vokal, intonasi, ekspresi, dan togerak-gerik yang mereka lakukan pada 82 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id hari Jumat setelah ibadah sholat Jumat dan hari Sabtu setelah pulang sekolah. Setelah mereka mendapatkan vokal, intonasi, ekspresi, gerak-gerik yang sesuai, mereka mencoba melibatkan properti yang akan digunakan dalam drama televisinya nanti supaya terbiasa. d. Proses Perekaman Drama Proses perekaman drama ini mengahabiskan waktu kurang lebih dua minggu untuk perekaman video, pengeditan dan penambahan animasi-animasi yang dibutuhkan untuk menarik perhatian penonton. Peralatan yang digunakan peserta didik berupa camera digital atau handycam yang merupakan hasil pinjaman, karena ada beberapa kelompok yang anggotanya tidak memiliki camera digital atau pun handycam. Lokasi shooting yang mereka gunakan kebanyakan di area sekolah, tetapi ada juga yang mengambil lokasi shooting di area bukit kapur dan area pemakaman. Setelah proses pengambilan video selesai, mereka kemudian melakukan pengeditan dan pemberian animasianimasi. Proses pengeditan mereka mengalami kendala, dikarenakan mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang pengeditan sebuah rekaman drama. Dalam pembelajaran TIK juga tidak terdapat materi tentang pengeditan rekaman drama, sampai akhirnya mereka membawa video tersebut kepada orang yang lebih ahli, yaitu orang yang pekerjaannya sebagai pengeditan rekaman drama/video shooting. Setelah selesai pengeditan, mereka menyimpan hasil bermain perannya dalam bentuk kepingan CD yang kemudian diserahkan kepada guru agar mendapatkan penilaian akhir dari KD apresiasi drama. 4. Kendala dan Upaya yang Dilakukan Guru dalam Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI SMA Negeri Karangpandan a. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran Apresiasi drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang terjadi di kelas XI IPS 1 commit to user berjalan lancar. Akan tetapi, SMA Negeri Karagpandan pada dasarnya 83 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pembelajaran apresiasi drama yang dilaksanakan masih memiliki kendalakendala, antara lain: 1) Peserta didik Peserta didik yan masih malu-malu/kurang percaya diri dalam berakting di depan teman-teman kelompoknya. Selain itu, masih terdapat peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. 2) Fasilitas Di SMA Negeri Karangpandan belum mempunyai LCD, proyektor, dan speaker di setiap kelasnya; belum mempunyai ruangan laboratorium bahasa sendiri; belum memiliki peralatan untuk pengambilan video guna perekaman drama oleh peserta didik misalnya: handycam/camera digital. 3) Waktu Waktu yang digunakan guru masih kurang apabila semua kegiatan pembelajaran apresiasi drama dilakukan di dalam kelas, dengan aloksi 2 x 45 menit dan hanya lima kali pertemuan saja dalam pembelajaran apresiasi drama. 4) Bahan dan Materi Ajar Sumber atau materi ajar yang digunakan guru mengacu pada modul bahasa Indonesia (LKS) yang kandungan materinya masih kurang mendukung dalam pembelajaran apresiasi drama. Dasar teori yang terkandung di dalamnya sedikit dan banyak latihan soal. Selain itu peserta didik tidak mendapatkan materi tentang pengeditan rekaman drama. b. Upaya yang dilakukan Guru untuk Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran Apresiasi drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan Upaya-upaya yang dilakukan guru (Ibu Ami) untuk mengatasi kendalakendala dalam pembelajaran apresiasi drama perlu dilakukan untuk memaksimalkan kualitas proses dan hasil pembelajaran sebagai berikut: 1) Peserta didik Guru memberikan motivasi, menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari user materi sekaligus praktikcommit dalamto apresiasi drama. Guru memberikan 84 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kelonggaran waktu kepada peserta didik untuk mengerjakan tugas tersebut di kelas. Akan tetapi kalau hal tersebut terjadi berulang-ulang guru akan memberikan sanksi kepada peserta didik tersebut tidak diberi nilai. 2) Fasilitas Guru dalam menjelaskan materi apresiasi drama menggunakan fasilitas kelas yang ada (papan tulis, spidol). Pada saat guru memperlihatkan contoh rekaman drama, Beliau harus meminjam ruang laboratorium Fisika yang telah difasilitasi LCD dan proyektor, sedangkan laptop dan speakernya pinjam kepada guru lain. Masalah pengambilan rekaman drama dan pengeditan rekaman drama diserahkan sepenuhnya kepada peserta didik dalam setiap anggota kelompok. 3) Waktu Dalam mengefektifkan waktu, guru memberikan penjelasan materi drama secara singkat, padat, dan jelas dan untuk bermain perannya guru menyerahkan semuanya kepada peserta didik yang dilakukan di luar KBM. Guru hanya memantau perkembangan peserta didik dalam bermain peran dan terima jadi dari hasil perekaman drama tersebut. 4) Bahan dan Materi Ajar Guru dan peserta didik mencari materi tambahan yang berkaitan dengan pembelajaran apresiasi drama dari sumber buku lain, salah satunya Terampil Bermain Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di internet yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan seharusnya dalam mata pelajaran TIK ditambahkan materi tentang pengeditan rekaman drama. commit to user 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Dari hasil temuan penelitian tentang pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Perencanaan pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan khususnya kelas XI IPS 1 berupa: (1) silabus; dan (2) RPP. Penyusunannya secara keseluruhan sudah baik sesuai dengan kondisi sekolah dan KTSP, namun masih terdapat kekurangan dalam menyusun RPP, yaitu guru tidak mencantumkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik. 2. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan khususnya kelas XI IPS 1 secara umum dapat dilaksanakan dan berhasil baik. Hal ini dibuktikan: (1) penyampaian materi oleh guru yang telah dipilih sesuai dengan SK dan KD yang hendak dicapai; (2) penggunaan metode yang inovatif ketika guru menyampaikan materi; (3) penggunaan media yang sesuai perkembangan teknologi, yaitu menggunakan laptop, LCD, proyektor, dan speaker; (4) evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran apresiasi drama terdapat dua jenis, yaitu evaluasi proses (penilaian pada saat pembelajaran apresiasi drama berlangsung), dan evaluasi hasil (penilaian terhadap produksi film peserta didik dan hasil ulangan harian). 3. Pelaksanaan pementasan drama di SMA Negeri Karangpandan khususnya kelas XI ditiadakan diganti dengan pementasan drama televisi yang berwujud sebuah rekaman drama dalam kepingan CD dengan durasi waktu maksimal tiga puluh menit. Persiapan guru sebelum pelaksanaan pementasan antara lain: (1) membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, (2) setiap kelompok menyusun naskah yang berdasarkan pengalaman, (3) melaksanakan perekaman drama. 4. Kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan antara lain: commit to user 85 86 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a). peserta didik yang malu-malu/takut serta kurang rasa percaya diri dan tidak mengerjakan tugas; b). belum memiliki fasilitas yang lengkap; c). waktu yang terbatas; d). bahan dan materi ajar. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang muncul dalam pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPS1 SMA Negeri Karangpandan, yaitu: a). guru memberikan motivasi, semangat, menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi sekaligus praktik dalam apresiasi drama, guru memberikan kelonggaran waktu untuk menyelesaikan tugas dan bila terjadi berkai-kali guru memberikan sanksi; b). guru mengajak peserta didik untuk belajar di ruangan yang memiliki fasilitas lengkap, seperti di laboratorium fisika; c). guru menjelaskan materi drama dengan singkat, padat, dan jelas, kemudian guru memberikan kepercayaan penuh kepada peserta didik untuk bermain drama dengan kelompoknya masing-masing; d). guru dan peserta didik bersama-sama mencari tambahan materi ajar yang berkaitan dengan pembelajaran apresiasi drama, salah satunya Terampil Bermain Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di internet yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu, dalam pembelajaran TIK guru menambahkan materi tentang pengeditan film agar hasilnya nanti lebih baik. B. Implikasi Melalui simpulan yang telah diuraikan di atas, dapat dikemukakan implikasi penelitian ini sebagai berikut. 1. Perencanaan pembelajaran yang benar-benar terprogram dengan baik dan lebih rinci dapat memengaruhi proses dan produk hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, guru sebagai pelaksana pendidikan hendaknya selalu mempertahankan kemampuannya dalam menyusun rencana pembelajaran dan commit to user 87 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id perangkat pembelajaran secara lebih rinci dan matang. Penyusunan perencanaan yang lebih rinci, matang dan sistematis dapat dijadikan guru sebagai alat kontrol dan mengarahkan tindakan selanjutnya, sehingga langkahlangkah kerja guru bisa dikendalikan melalui perencanaan yang telah dibuatnya. 2. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama akan lebih apresiatif dapat diciptakan melalui usaha-usaha berikut. a. Peserta didik diajak langsung untuk mengakrabi sebuah pertunjukan drama. b. Peserta didik diberi contoh langsung mengenai penokohan, perwatakan, adegan, dialog dan lain-lain yang berhubungan dengan darama dan pementasan. c. Peserta didik ditugasi untuk menonton, menanggapi, menceritakan kembali sebuah pertunjukan drama maupun membaca dan menulis sebuah naskah drama. d. Peserta didik diberi pembekalan yang matang mengenai pembuatan rekaman drama. 3. Pementasan drama/perekaman drama akan berhasil dengan baik apabila peserta didik diberi bekal mengenai latihan akting, latihan vokal, latihan perekaman dan tersedianya alat-alat yang dibutuhkan peserta didik. Pengawasan guru terhadap proses penulisan naskah sampai perekaman drama lebih dipertegas agar hasil yang dibuat oleh peserta didik dapat maksimal dan cerita naskah drama terdapat konflik sehingga lebih menarik untuk dilihat. 4. Kendala-kendala yang dihadapi guru ketika pembelajaran hendaknya dapat diminimalisir oleh guru dengan upaya memanfaatkan segala sesuatu yang berada di lingkungan sekolah guna membantu tercapainya tujuan pembelajaran apresiasi drama yang diharapkan. C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi, maka saran-saran yang dapat peneliti tawarkan sebagai berikut.commit to user 88 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1. Saran untuk Siswa a. Memperluas pengetahuan tentang unsur-unsur apresiasi drama dan unsur pendukungya. Untuk memperluas pengetahuan tentang penokohan, alur, setting, gerak- gerik, adegan, vocal, properti dan lain-lain yang berhubungan dengan apresiasi drama dapat dilakukan peserta didik dengan cara membaca berbagai sumber pustaka atau buku yang terkait sebagai acuan dan bertanya kepada orang yang ahli dalam bidang seni drama. b. Peserta didik harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam pembelajaran apresiasi drama terutama ketika bermain peran hendaknya peserta didik tidak perlu malu/takut, ketika berakting di depan kamera atau pun di depan teman-temannya. c. Bila peserta didik mengalami kesulitan hendaknya peserta didik bertanya kepada guru yang bersangkutan agar lebih paham dan lebih jelas. d. Frekuensi latihan bermain peran hendaknya ditingkatkan lagi meskipun di luar jam pelajaran sehingga karakter tokoh dalam naskah dapat ditonjolkan dan pesan dapat tersampaikan. 2. Saran untuk Guru Agar pembelajaran apresiasi drama dapat berhasil sesuai tujuan yang diharapkan, maka guru Bahasa Indonesia hendaknya : a. Memberikan pengetahuan hal yang bersangkutan dengan pembelajaran apresiasi drama secara lebih detail sebelum pelaksanaan pementasan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan proses dalam pembelajaran apresiasi drama. b. Guru perlu menjelaskan langkah-langkah sebelum pelaksanaan pementasan secara lebih jelas agar pelaksanaan pementasan yang dilakukan oleh peserta didik dapat berjalan dengan baik. c. Guru perlu meningkatkan kualitas mengajarnya yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Saran untuk Sekolah Demi memperlancar keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia commit to didik, user maka pihak sekolah hendaknya: khususnya apresiasi drama bagi peserta 89 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. menyediakan peralatan yang dibutuhkan peserta didik dalam pengambilan video seperti : handycam atau camera digital. b. memberikan skill dalam pengambilan dan pengeditan film melalui pembelajaran TIK. c. menyediakan sumber belajar yang dibutuhkan peserta didik dalam pembelajaran apresiasi drama minimal terbitan di atas tahun 2000 dan contoh- contoh naskah drama. 4. Saran untuk Instansi/Dinas Pendidikan Demi meningkatkan apresiasi drama peserta didik hendaknya pihak instansi Dinas Pendidikan kabupaten Karanganyar sering mengadakan lomba pentas drama antar-sekolah. commit to user