PENGARUH RETURN ON ASSET DAN EARNING PER SHARE

advertisement
PENGARUH RETURN ON ASSET DAN EARNING PER SHARE
TERHADAP HARGA SAHAM
(Sensus Kasus Pada Perusahan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2014)
Skripsi
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Dalam Penulisan Skripsi Pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
Oleh:
ATIK RAHMAWATI LATIFAH
123403083
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2016
ABSTRACT
RETURN ON ASSET AND EARNING PER SHARE TOWARD CLOSING
PRICE OF FOOD AND BEVERAGES COMPANY
By
ATIK RAHMAWATI LATIFAH
123403083
Guided by
Euis Rosidah
R. Neneng Rina A
The purpose of this study is to investigate and analyze the influence of
ROA and EPS to the closing price of Food and Beveragescompany Registered in
Indonesia Stock Exchange. Either simultaneously or partially. Independent
variable used in this research is return on asset and earning per sharewhile the
closing price as dependent variable. The research data that are used got from
financial report of Food and Beverages company Registered in Indonesia Stock
Exchange. The data that is published through website www.idx.co.id has good
income stability. This research used descriptive method by using double linier
regression as statistics analysis testing. The result of analysis show that return on
asset and earning per share had significant effect to closing price.
Keyword :Return On Asset, Earning Per Share, Closing Price
ABSTRAK
RETURN ON ASSET DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA
SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES
Oleh:
ATIK RAHMAWATI LATIFAH
123403083
DibimbingOleh:
Euis Rosidah
R. Neneng Rina A
Tujuanpenelitianiniadalahuntukmengetahuidanmenganalisispengaruh
ROA dan EPS terhadapHargaSahampada perusahaan Food and Beverages yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia baiksecarasimultanmaupunparsial.
Variabelindependen yang digunakandalampenelitianiniadalahreturn on asset
danearning per share sementara harga saham sebagai variabel dependen.Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan Food
and Baverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Melalui situs
www.idx.co.id metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan menggunakan pengujian analisis statistik yaitu analisis
regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa return on asset dan
earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Kata Kunci: Return OnAsset, Earning Per Share,HargaSaham
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dengan semakin meningkatnya kemajuan di bidang perdagangan dan
perkembangan dalam era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada perubahan
berbagai aspek kehidupan khususnya ekonomi, sehingga bagi hal ini merupakan
peluang pengusaha untuk melebarkan usahanya ke luar negeri. Sejalan dengan
perkembangan dunia usaha, dibutuhkan dana dalam menunjang pertumbuhan
usaha. Dana-dana yang diperlukan tersebut dapat diperoleh dari masyarakat, untuk
itu dibutuhkan sarana yang dapat mempertemukan antara kelebihan dana
masyarakat dan kebutuhan dari luar yaitu pasar modal.
Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu Return On Asset
(ROA) dan Earning Per Share (EPS), dan variabel dependen yaitu Harga Saham.
penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur pada sektor Food and
Beverages. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan
penelitian yang disajikan dalam skripsi yang berjudul :
“Pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham
(Sensus Kasus Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014)”.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka permasalahan dapat
diidentifikasikan terkait sebagai berikut :
1. Bagaimana Return On Asset, Earning Per Share dan Harga Saham di
Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2014
2. Bagaimana pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share secara persial
terhadap Harga Saham Perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2014
3. Bagaimana pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share secara simultan
terhadap Harga Saham Perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2014
1.3
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui Return On Asset, Earning Per Share dan Harga Saham
Perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2014
2. Mengetahui pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share secara persial
terhadap Harga Saham Perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2014
3. Mengetahui Pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share secara
simultan terhadap Harga Saham Perusahaan Food & Beverages yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014
4.1.Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
berguna bagi pihak diantaranya:
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi ilmu pengetahuan dalam bidang
analisis laporan keuangan mengenai rasio-rasio dalam laporan keuangan
khsususnya tentang “Pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share
Terhadap Harga Saham (sensus kasus pada perusahaan Food and Beverages
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014)”.
2. Terapan Ilmu Pengetahuan
a) Bagi Penulis
Menambah wawasan berpikir dan pengetahuan baik secara teori maupun
aplikasi sehingga dapat membandingkan antara teori yang penulis dapatkan
dengan kenyataan yang ada di lapangan.
b) Bagi Lembaga/ Fakultas
Sebagai sumber informasi dalam menunjang perkuliahan diharapkan dapat
menambah pembendaharaan perpustakaan dan sebagai bahan pembanding
bagi rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian terhadap
pemasalahan yang serupa.
c) Bagi Pihak Calon Investor
Sebagai sumber informasi yang kiranya dapat memberikan manfaat dan dapat
dijadikan bahan perbandingan, petunjuk untuk keperluan penelitian pada
masalah yang sama atau sebagai masukan bagi pihak yang membutukan.
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Return on Asset (ROA)
Menurut James C Van Horne dan Jhon M. Wachowicz JR. yang dialih
bahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2005:224),
mengemukakan:
“Tingkat pengembalian atas investasi (Return on InvestmentROI), atau
disebut juga tingkat pengembalian atas aktiva (Return On Asset ROA)
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas keseluruhan
dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia daya untuk
menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”.
Hal ini dapat dilihat dengan rumus sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Pajak
Pengambilan atas Investasi (ROI, ROA) =
Total Aktiva
Menurut Sartono (2008:123) :
“Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk menunjukan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.”
2.1.1.1.
faktor yang mempengaruhi Retun On Asset (ROA) yaitu :
1. Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
yang dihitung dengan membandingkan aktiva lancar perusahaan dengan
kewajiban lancar.
2. Rasio manajemen aktiva merupakan rasio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan mengelola aktivanya.
3. Rasio manajemen utang merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang
(utang) perusahaan yang digunakan untuk membiayai seluruh aktivitas
perusahaan.
2.1.1.2. Kegunaan Return On Asset
Menurut M. Faisal Abdullah (2005:124) beberapa kegunaan dari Return OnAsset
(ROA) dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh.
Apabila perusahaan sudah menjalankan praktik akuntansi yang baik maka
manajemen dapat menggunakan Return On Asset (ROA) dalam mengukur
efisiensi penggunaan modal kerja, efesiensi produk dan efesiensi bagian
penjualan.
2. Return On Asset (ROA) dapat membandingkan efesiensi penggunaan modal
pada perusahaan dengan perusahaan lain sejenis.
3. Return On Asset (ROA) dapat digunakan untuk mengukur efesiensi tindakantindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan
mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan.
4. Return On Asset (ROA) dapat digunakan untuk mengukur rentabilitas dari
masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. .
2.1.2 Earning Per Share (EPS)
Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan
manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk Earning Per Share (EPS) jumlah
laba bersih seiring digunakan oleh para pemodal dan kreditur dalam
mengevaluasi profitabilitas perusahaan. Eraning Per Share menggambarkan
sejumlah rupiah yang didapatkan dari setiap lembar saham yang beredar.
Menurut munawir pendapatan perlembar saham biasanya merupakan indikator
laba yang selalu diperhatikan oleh para investor. Adapun para ahli menjelaskan
pengertian Earning Per Share (EPS) sebagai berikut:
Kemudian menurut Sutrisno (2009:222) :
“Earning Per Share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki oleh pemiliknya”.
Dengan demikian menurut Ali (2007: 87) rasio dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Laba Bersih
EPS=
x 100%
Jumlah Saham beredar
2.1.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi EPS
Berdasarkan penelitian oleh Vicky Wulandari (2012) faktor yang
menyebabkan naik turunnya EPS adalah pada keadaan :
1)
2)
3)
4)
Laba bersih yang meningkat dan jumlah lembar saham tetap
Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham turun
Laba bersih naik dan jumlah lembar saham turun
Persentase kenaikan laba bersih lebih besar dibandingkan persentase
kenaikan jumlah lembar saham
5) Persentase penurunan jumlah lembar saham lebih besar dibandingkan
persentase penurunan laba bersih
2.1.1.3. Kelebihan dan Kelemahan EPS
EPS dianggap informasi yang paling mendasar dan mudah untuk diketahui
dan mampu menggambarkan prospek perusahaan di masa depan. Namun, EPS
bisa menjadi informasi yang menjebak apabila tidak dihubungkan dengan
pengkajian dan analisis laporan laba rugi. (Munawir, 2004)
2.1.3
Harga Saham
Darmadji dan Fakhruddin (2006: 178) mengemukakan:
“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar pernyataan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut ”.
Harga pasar saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung di bursa efek (Sunariyah, 2004:112). Apabila bursa efek telah tutup,
maka harga pasar adalah harga penutupannya (Closing price). Jadi harga pasar
inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Harga pasar ini merupakan
harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, dan disebut sebagai
harga di pasar sekunder. Harga pasar inilah yang menyatakan naik-turunnya
suatu saham dan setiap hari diumumkan di surat-surat kabar atau di media-media
lainnya.
Selembar saham mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi 3
(tiga), yaitu:
1)
Par Value (Harga Nominal)
Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang
bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Par value disebut juga
stated value atau face value. Nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan
akuntansi (Ketentuan UU PT No. 1/1995):
1.
Nilai nominal dicantumkan dalam mata uang RI.
2.
Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan .
2)
Base Price (Harga Perdana)
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa
efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga
saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan
harga perdana.
3)
Market Price (Harga Pasar)
Harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada
investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatatkan di bursa.
Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini
yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benarbenar mewakili harga perusahaan penerbitnya. Karena pada transaksi dipasar
sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga dengan perusahaan penerbit.
Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga
pasar. Dalam penelitian ini variabel harga saham yang dimaksud adalah harga
passer saham.
2.1.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Perusahaan
1)
Faktor Internal
Faktor internal adalah berupa informasi-informasi yang berasal dari
perusahaan atas suatu saham, seperti:
a. Promosi, pengumuman tentang produksi, informassi rincian kontak,
perubahan harga produk saham, penarikan produk baru, laporan produksi,
laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b. Informasi pendanaan seperti besar ekuitas dan hutang.
c. Informasi seputar struktur organisasi perusahaan.
d. Informasi diversifikasi (laporan merger, investasi ekuitas, laporan akuisisi,
divestasi dan lain-lain).
2)
Faktor Eksternal
Faktor eksternal berupa informasi-informasi diluar perusahaan namun yang
dimungkinkan dapat berdampak pada keadaan perusahaan atau pasar saham,
seperti:
a. Informasi pemerintah terkait perubahan suku bunga tabungan, kurs valas,
inflasi, regulasi dan deregulasi ekonomi.
b. Informasi hukum, seperti tuntutan karyawan, tuntutan pajak (masalah hukum
yang melibatkan perusahaan).
c. Kebijakan pada industry sekuritas (Laporan tahunan, insider trading, volume/
harga saham perdagangan/ pembatasan/ penundaan trading).
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar yang merupakan faktor
berpengaruh signifikan pada pergerakan harga saham.
2.1.3.2 Cara Penilaian Harga Saham Perusahaan
Nilai saham terdiri dari empat jenis yang mempengaruhi penempatan suatu
harga saham (Eduardus Tandelilin, 2001), antara lain:
1) Nilai Nominal
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham. Nilai ini
merupakan hasil pemikiran oleh manajemen perusahaan sebelum saham
diterbitkan.
2) Nilai Buku
Nilai buku adalah nilai bersih kekayaan perusahaan yang diperhitungkan dari
total aktiva perusahaan dikurangi hutang perusahaan dan besar saham
preferen yang dimiliki perusahaan kemudian dibagi dengan jumlah saham
perusahaan yang beredar. Seringkali fakta yang terjadi dilapangan nilai
nominal lebih kecil dari pada nilai buku.
3) Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik adalah nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan
pada saat sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk menghimpun laba di
masa datang.
4) Nilai Pasar
Nilai ini merupakan harga saham yang terjadi di pasar. Harga satu lembar
saham biasa yang terbentuk oleh penjualan dan pembelian ketika satu lembar
saham tersebut diperdagangkan. Informasi akan nilai-nilai ini sangat berguna
bagi investor untuk mengetahui saham-saham mana yang bertumbuh dan
yang murah.
2.2. Kerangka Pemikiran
Saham merupakan surat bukti kepemilikan aset-aset perusahaan, dengan
memiliki saham suatu perusahaan maka investor akan mempunyai hak terhadap
pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran
semua kewajiban perusahaan. Seorang investor sebelum melakukan investasi
dalam suatu perusahaan terlebih dahulu melihat kinerja perusahaan tersebut.
Kinerja perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan analisis fundamental dan
tekhnikal karena dengan analisis ini dapat melihat laporan keuangan suatu
perusahaan.Analisa terhadap harga saham yang dilakukan oleh investor
memerlukan informasi, salah satu informasi yang ada adalah laporan keuangan
yang dipublikasikan oleh perusahaan. Laporan keuangan yang diperoleh investor
baru akan berguna apabila telah dianalisa. Analisa terhadap laporan keuangan
memerlukan ukuran tertentu. Ukuran yang umum digunakan adalah risiko
keuangan, diantaranya yang digunakan investor dalam menganalisa saham
adalah Return On Asset (ROA).
Rasio keuangan yang sering digunakan dalam menganalisis perubahan
harga suatu saham salah satu nya dengan rasio EPS. Earning Per Share yaitu
merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per
lembar saham yang dimiliki oleh pemiliknya (Sutrisno, 2009). Investor biasanya
lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan menggunakan dasar saham
yang dimiliki.Hal ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam mengelola
keseluruhan aktivanya dalam rangka mencapai laba. Maka, apabila perhitungan
rasio ini semakin tinggi, semakin baik pula keadaan suatu perusahaan. Keadaan
baik dalam perusahaan, maka akan menjadi hal yang menarik bagi investor
untuk berinvestasi, karena perusahaan dengan ROA yang tinggi dirasa aman dan
ada pengharapan untuk memperoleh keuntungan. Semakin banyak investor yang
tertarik untuk membeli saham, maka harga saham pun akan naik. Karena pada
hakekatnya harga suatu saham ditentukan oleh keadaan pasar yaitu dari tingkat
permintaan dan penawaran saham.
2.3.Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran yang telah dikemukakan
sebelumnya, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “return on
assets (ROA) dan earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga
saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan Food and Beverages
tahun 2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
3.1. Objek Penelitian
Penelitian yang dilakukan meliputi Return On Assets (ROA) dan Earning
Per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada perusahaan Food and
Beveragesyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan lokasi penelitian yang
dilaksanakan dengan data sekunder.
3.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Jakarta pertama kali dibuka pada tanggal 14 desember 1912,
dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, didirikan di Batavia, pusat
pemerintahan kolonial Belanda yang kita kenal sekarang dengan Jakarta. Bursa
Efek Jakarta dulu disebut Call-Efek. Sistem perdagangannya seperti lelang,
dimana tiap efek berturut-turut diserukan pemimpin “Call”, kemudian para
pialang masing-masing mengajukan permintaan beli atau penawaran jual sampai
ditemukan kecocokan harga, maka transaksi terjadi. Pada saat itu terdiri dari 13
perantara pedagang efek (makelar).
3.1.2. Sektor Makanan dan Minuman (Food and Beverages Industry)
Sektor makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang masuk ke
dalam sektor perusahaan manufaktur. Dalam sektor makanan dan minuman ini
terdapat 14 perusahaan publik..
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausalitas, yaitu metode
penelitian yang disusun untuk meneliti kemungkinan adanya sebab akibat antar
variabel. Dalam metode ini umumnya sebab akibat tersebut sudah dapat diprediksi
peneliti, sehinggapeneliti dapat menyatakan klasifikasi variabel penyebab, variabel
antara, dan variabel terikat. (Sanusi, 2011: 13).
Operasional Variabel
Dalam pengujian hipotesis, maka perlu diteliti variabel-variabel dengan
penentuan indikator-indikatornya, adapun variabel-variabel dalam penelitian ini
terdiri dari tiga variabel independen dan satu variabel dependen, yaitu :
1. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel Independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2010: 59).
Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Current Ratio (X1), merupakan perbandingan antara jumlah aktiva
lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bhawa nilai
kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kali
hutang jangka pendek (Munawir, 2007: 72).
b. Debt to Equity Ratio (X2), merupakan perbandingan antara total hutang
terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan (Ang,
1997).
c. Return on Assets (X3), merupakan Rasio yang menilai seberapa tingkat
pengembalian dari asset yang dimiliki (Surat Edaran Bank Indonesia
No 6/23/DPNP, 2004).
2. Variabel Dependen (variabel terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat kerena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel dependen
dalam penelitian ini adalah Return Saham (Y). Return Saham Merupakan harapan
keuntungan di masa datang yang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko
yang terkait dengan investasi yang dilakukan (Tandelilin, 2010). Untuk lebih
jelasnya, tabel operasionalisasi variabel penelitian dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Return
(X1)
On
Definisi Operasionalisai
Asset Return On Asset (ROA) merupakan
rasio untuk menunjukan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari
aktiva yang dipergunakan.
(Sartono, 2008:123)
Indikator
Satuan
Skala
- Earning Per
%
Rasio
Share
- Total Assets
Earning
Per
Share (X2)
Harga Saham (Y)
Earning Per Share (EPS) merupakan
ukuran kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan per
lembar saham yang dimiliki oleh
pemiliknya.
(Sutrisno, 2009)
Harga suatu saham pada pasar yang
sedang berlangsung, jika bursa
sudah tutup maka harga pasar
saham tersebut adalah harga
penutupnya.
- Laba Bersih
Rupiah
Rasio
Rupiah
Rasio
- Jumlah
Saham
- Closing
Price
(Rusdin, 2008)
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
3.2.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang menunjukan
jumlah atau banyaknya sesuatu, yaitu laporan keuangan perusahaan.
b. Data kualitatif, yaitu data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka,
seperti sejarah singkat perusahaan dan bidang usaha perusahaan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
Menurut Sugiyono (2007:80) sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Adapun data diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit di website
resmi Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Stock Exchange (IDX)
http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/profileperusahaantercatat.aspx
tahun periode 2014.
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah penelitian
kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari
literatur yang berhubungan dengan pokok bahasan penelitian sehingga data yang
diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar analisis.
3.4 Teknik Analisis Data
3.4.1 Uji model/Asumsi klasik
a. Uji Normatis
Penggunaan statistik parametris, bekerja dengan asumsi bahwa data setiap
variabel penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal. Bila data
tidak normal, maka teknik statistik parametris tidak bisa digunakan untuk alat
analisis. Selain itu juga dapat digunakan uji statistik kolmogorovi-smirnovi (KS). Bila ingin signikan < 0,05 berarti distribusi data tidak normal, sebaliknya bila
nilai > 0,05 berarti distribusi data normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (indenpenden). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel indenpenden (Ghozali
2005:91). Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat (1) nilai
tolerance dan lawannya (2) VIP (variance inflation factor). Nilai yang umum
dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10
atau samadengan VIF > 10.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi menurut Ghozali (2005:95) adalah sebagai berikut: “Uji
autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi liner ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada data (time series) karena “gangguan” pada seseorang
individu atau kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu atau
kelompok yang sama pada periode berikutnya. Untuk mendiagnosis adanya
autokorelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan melalui uji DurbinWatson (DW Test)”.
d.
Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas dijelaskan oleh Ghozali (2005:105) sebagai berikut: “Uji
heterokedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan
jika berbeda disebut heterokedastisitas”.
1.4.2 Analisis regresi Linear berganda
Regresi linear berganda (multiple Regression) ditetapkan untuk memecahkan
kasus yang memiliki satu variabel dependen dengan beberapa atau lebih dari
satu variabel independen. Regresi Linear berganda digunakan peneliti
bermaksud bagaimana keadaan naik turunnya variabel dependen bila dua atau
lebih variabel independen sebagai faktor dimanipulasi atau dinaik turunkan
nilainya. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan jika jumlah variabel
independennya minimal 2.
Secara formulatif persamaan dasar regresi berganda dapat ditulis sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 (V. Wiratna Sujarweni, 2015:149)
Keterangan:
Y
=
Harga Saham
X1
=
Return On Asset
X2
=
Earning Per Share
a=
Konstanta
b1,2
Koefisien dari masing-masing variabel independen, dimana
masing-masing mempunyai interpretasi sebagai rata-rata perubahan yang
diharapkan oleh respon Y (negative/positif) per unit perubahan dalam masingmasing variabel X disebut slope. Adapun untuk menghitung a dan b digunakan
program SPSS versi 17.
1.4.3 Koefisien Determinasi (R2)
Untuk melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien korelasi antara non dan satu. Nilai R2 berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati atau satu variabel-variabel
independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel-variabel dependen.
1.4.4 Pengujian Hipotesis
Adapun pengujian hipotesis penelitian yang akan penulis lakukan dengan
prosedur sebagai berikut:
a. Hipotesis Operasional
Hipotesis yang digunakan adalah:
- Secara Simultan
Ho : ρyx1ρx2 = 0 Return On Asset dan Earning Per Share secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Food and
Beverages.
Ha : ρyx1ρx2 ≠ 0
Return On Assetdan Earning Per Share secara
simultan berpengaruh terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Food and Beverages.
- Secara Parsial
Ho1 : ρyx1
=0
Return On Asset secara parsial tidak
berpengaruh terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Food and Beverages.
Ha1 : ρyx1
≠0
Return On Assetsecara parsialberpengaruh
terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food
and Beverages.
Ho2 : ρyx2
= 0
Earning Per Share secara parsial tidak
berpengaruh terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Food and Beverages.
ρ
Ha2 : yx2
≠ 0 Earning
Per
Share
secara
parsial
berpengaruhterhadap
Harga
Saham
pada
Perusahaan Food and Beverages.
Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian adalah 95%
dengan taraf nyata 5% (α=0,05). Hal ini sering digunakan dalam ilmu
sosial yang menunjukan kedua variabel mempunyai korelasi yang
cukup nyata.
b. Uji Signifikan
Untuk menguji signifikan dilakukan pengujian yaitu: secara simultan
menggunakan uji F secara parsial menggunakan uji t (t-test).
 Uji t (t-test)
Uji keberadaan koefisien (b1) dilakukan dengan statistik t. Hal dilakukan
untuk menguji koefisien regresi parsial dari variabel independennya. Uji t
digunakan untuk melihat signifikan keofisien regresi secara individual, yaitu
untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara parsial.
𝑡=
r n−2
1−r²
………………………………….…(Sudjana, 2005:380)
 Uji F
Digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel.
𝑟²/𝑘
F = (1−𝑟 2 )/(𝑛−𝑘−1) ………………………………...(Sudjana, 2004:385)
c.
Kaidah Keputusan
Kaidah keputusan yang digunakan adalah:
Terima Ho jika Fsignifikan > α dan tolak Ho jika Fsignifikan < α.
Terima Ho jika tsignifikan > α dan tolak Ho jika tsignifikan < α
d. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, penulis akan
menganalisa kemudian menarik kesimpulan apakah hipotesis yang telah
ditetapkan itu diterima atau ditolak.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Return On Asset Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014
Bagi manajemen perusahaan, analisis laporan keuangan digunakan
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan keuangan perusahaan dan apa
yang menjadi kelemahan bagi perusahaan. Dengan demikian manajemen
perusahaan mampu membuat rencana yang lebih baik lagi dimasa yang akan
datang. Sedangkan bagi investor analisis keuangan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengembalian keputusan investasi untuk memenuhi
kewajibannya kepada investor.
Menurut Sartono (2008:123) :
“Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk menunjukan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan.”
Earning After Tax
ROA=
x 100%
Total Asset
Berikut ini ROA untuk Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014 :
Tabel 4.1
Return On Asset (ROA) Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014
No Kode
Nama Perusahaan
Total Asset
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Earning
After tax
378.142
7.371.846
ROA
(%)
5,13
1
AISA
2
ALTO
Tri Banyan Tirta Tbk
-10.135
1.239.054
-0,82
3
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
41.001
1.284.150
3,19
4
DLTA
Delta Djakarta Tbk
288.073
991.947
29,04
5
ICBP
26.560.624
10,16
6
INDF
Indofood CBP Sukses Makmur 2.923.148
Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
5.14.323
85.938.885
5,99
7
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
2.231.051
35,63
794.883
8
MYOR Mayora Indah Tbk
409.825
10.291.108
3,98
9
PSDN
Prasidha Aneka Niaga Tbk
-28.175
620.928
-4,54
10
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk
188.578
2.142.894
8,80
11
SKBM
Sekar Bumi Tbk
89.1
649.5
13,15
12
SKLT
Sekar Laut Tbk
16.481
331.575
4,97
13
STTP
Siantar Top Tbk
123.465
1.700.204
7,26
14
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry & 130.313
Tranding Co. Tbk
3.037.558
4,29
Sumber : Bursa Efek Indonesia
4.1.2
Earning Per SharePerusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014
Menurut Sutrisno (2009:222) Earning Per Share merupakan ukuran
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang
dimiliki oleh pemiliknya.
Earning per share digunakan untuk menganalisis kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar saham yang dimiliki
sehingga informasi yang dibuat bagi para investor.Selanjutnya untuk mengetahui
earning per share perusahaanfood and beverages pada tahun 2014, maka dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2
Earning Per Share Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014
No Kode
Nama Perusahaan
Laba
Bersih
1
2
AISA
ALTO
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Tri Banyan Tirta Tbk
378.142
-10.135
Jumlah Saham EPS (Rp)
Beredar
(jutaan)
3.218
113.40
2.267
4.6
3
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
41.001
2.975
137.82
4
DLTA
Delta Djakarta Tbk
288.073
1.601
17,621.38
5
ICBP
5.831
446.62
6
INDF
Indofood CBP Sukses Makmur 2.923.148
Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
5.14.323
8.780
442.50
7
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
794.883
2.107
37,717.51
8
MYOR
Mayora Indah Tbk
409.825
894
451.31
9
PSDN
Prasidha Aneka Niaga Tbk
-28.175
1.440
-21.27
10
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk
188.578
5.061
37.26
11
SKBM
Sekar Bumi Tbk
89.1
1.480
82
12
SKLT
Sekar Laut Tbk
16.481
2.762
24.56
13
STTP
Siantar Top Tbk
123.465
1.310
94.27
14
ULTJ
Ultrajaya Milk
Tranding Co. Tbk
Industry
& 130.313
2.888
42.61
Sumber : Bursa Efek Indonesia
4.1.3
Harga Saham Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014
Harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah
tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupnya(Closing Price).
Karena harga saham tersebut menjelaskan keadaan harga saham yang
sebenarnya yang terjadi pada tahun tersebut dan memiliki fluktuasi yang lebih
akurat untuk dianalisis, data diperoleh dari laporan keuangan yang terdapat
dalam indonesia capital market directory. Selanjutnya untuk mengetahui harga
saham perusahaan food and beverages pada tahun 2014, maka dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 4.3
Harga Saham Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014
No Kode
Nama Perusahaan
Harga
Saham (Rp)
1
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2.095
2
3
4
5
6
7
ALTO
CEKA
DLTA
ICBP
INDF
MLBI
Tri Banyan Tirta Tbk
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
Delta Djakarta Tbk
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
Multi Bintang Indonesia Tbk
352
1.500
390.000
13.100
6.750
11.950
8
9
10
11
12
13
14
MYOR
PSDN
ROTI
SKBM
SKLT
STTP
ULTJ
Mayora Indah Tbk
Prasidha Aneka Niaga Tbk
Nippon Indosari Corpindo Tbk
Sekar Bumi Tbk
Sekar Laut Tbk
Siantar Top Tbk
Ultrajaya Milk Industry & Tranding Co. Tbk
20.900
143
1.385
970
300
2.880
3.720
Sumber : Bursa Efek Indonesia
4.2 Pembahasan
4.2.1 Return On Asset, Earning Per Share dan Harga Saham Perusahaan
Food and Beverages Pada Tahun 2014
4.2.1.1 Return On Asset Pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka diketahui bahwa
Return On Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Bagi perusahaan go public, ROA
perusahaan diperoleh dari laba yang dibagikan bagi pemilik saham dibagi
dengan total asset perusahaan. Hasil penelitian berdasarkan pada tabel 4.1 yang
diatas yaitu mengenai besarnya ROA Perusahaan Food and Beverages Tahun
2014, dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Diperoleh besarnya persentase Return On Assets dariPerusahaan Food
and Beverages bervariatif. Emiten yang memperoleh nilai ROA tertinggi pada
perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 35,63% .Bisa dilihat dalam
tabel 4.1 yaitu laba dan total asset perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk
dinilai lebih rendah dibanding perusahaan lain. Perusahaan ini menggunakan
asset perusahaan dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan dengan
cukup baik, sehingga dapat memperoleh ROA paling tinggi. Hal ini terjadi
karena keberhasilan manajemen dari perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk
dalam mengelola asset perusahaan untuk menghasilkan laba.
Sedangkan nilai ROA terendah adalah perusahaan Prasidha Aneka
Niaga Tbksebesar -4,54% Sangat disesali dengan asset yang cukup besar,
perusahaan ini tidak dapat menghasilkan laba yang besar. Hal ini diperkirakan
karena padabeberapa tahun sebelumnya, perusahaan mengalami kerugian yang
mengakibatkan pada tahun-tahun ini perusahaan tersebut sedang menstabilkan
kegiatan operasional dengan sebaik mungkin agar tidak mengalami kerugian
kembali.
Secara keseluruhan, pada tahun 2014 seluruh Perusahaan Food and
Beverages telah mampu menghasilkan ROA yang positif yang mencerminkan
bahwa pada tahun 2014 seluruh Perusahaan Food and Beverages mampu
menghasilkan laba perusahaan dengan cukup baik dan tidak mengalami
kerugian.
4.2.1.2
Earning Per Share Pada Perusahaan Food and Beverages Tahun
2014
Hasil penelitian berdasarkan pada tabel 4.2mengenai besarnya EPS
PerusahaanFood and Beveragesyang terdaftar di BEI pada tahun 2014 yaitu
dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Diperoleh besarnya persentase Earning Per Share (EPS) dari setiap
PerusahaanFood and Beverages bervariatif. Emiten yang memiliki persentase
EPS terbesar adalah perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar Rp.
37.717.51. hal ini disebabkan karena pada perusahaan Multi Bintang
IndonesiaTbk jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya presentase penurunan
jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada persentase
penurunan laba bersih.
Hal ini berbeda dengan Prasidha Aneka Niaga Tbkyang memiliki EPS
terendah yaitu sebesar Rp. -21.27. Hal ini terjadi karena pada tahun 2014
Prasidha Aneka Niaga Tbk tidak mampu menghasilkan laba bersih. Berdasarkan
uraian diatas pada tahun 2014 seluruh Perusahaan Food and Beverages terdaftar
di BEI memiliki nilai EPS yang cukup untuk menarik para investor untuk
menanamkan saham nya di setiap perusahaan dan mampu menghasilkan
keuntungan dan memberikan pendapatan bagi pemegang saham tertinggi.
4.2.1.3
Harga Saham Pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014
Berdasarkan data pada tabel 4.3 menunjukan Harga Saham dari setiap
Perusahaan Food and Beverages pada tahun 2014, dengan flukatifnya harga
saham yang disebabkan oleh harga tinggi atau rendahnya permintaan dan
penawaran akan saham. Dengan kata lain harga saham tertinggi diperoleh
perusahaan Delta Djakarta Tbk sebesar Rp 390.000 per saham. Hal ini terjadi
karena tingginya permintaan investor terhadap saham perusahaan Delta
Djakarta Tbk. sedangkan harga saham terendah adalah perusahaan Prasidha
Aneka Niaga Tbk sebesar Rp 143 per saham, hal ini terjadi karena perusahaan
Prasidha Aneka Niaga Tbk memiliki nilai EPS terendah pada tahun 2014
sehingga permintaan investor terhadap saham perusahaan ini cenderung sedikit.
4.2.2 Pengaruh Return On Asset terhadap Harga Saham Secara Parsial
pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014
Untuk mengetahui return on asset (X1) terhadap harga saham (Y) pada
Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014 yang mempublikasikan laporan
keuangan di Bursa Efek Indonesia maka dilakukan uji statistik koefisien jalur.
Dimana indikator yang digunakan untuk variabel return on asset yaitu laba
setelah pajak dibagi dengan total asset perusahaan sedangkan untuk Harga
Saham indikator yang digunakan yaitu closing price.
Berdasarkan hasil uji One-Sample Kolmogorov Smirnov test pada tabel
data yang terlampir pada lampiran 2, maka dapat disimpulkan data dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai “Asymp. Sig.
(2tailed)” > dari derajat alpha (0,05) mka uji normalitas terpenuhi. Asymp. Sig.
(2tailed) senilai 0,34 atau 3,4%. Dari tabel lampiran 2 tersebut maka data
dikatakan berdistribusi normal. Selain itu melalui uji multikolinieritas dapat
diketahui bahwa nilai VIF untuk ROA sebesar 5,021. Nilai DW yang diperoleh
pada uji Autokorelasi adalah sebesar 2,523 yang menunjukan bahwa return on
asset dan harga saham memiliki autokorelasi negatif sehingga uji autokorelasi
terpenuhi. Selain itu dilakukan pula uji heteroskedastisitas yang menunjukan
bahwa pada penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas sebab tidak ada pola
yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Dari hasil pengolahan data pada lampiran 3, denganmenggunakan SPSS
Versi 17 besarnya pengaruh return on asset terhadap harga saham dapat dilihat
ditabel Coefficients, untuk pengaruh return on asset terhadap harga saham
adalah sebesar -0,452. Hal ini berarti bahwa ketika return on assets mengalami
kenaikan maka harga saham akan mengalami penurun sebesar 45,2%. Dengan
nilai sig. sebesar 0,121 > 0,5 yang dimana artinya return on asset berpengaruh
tidak signifikan terhadap harga saham. Artinya setiap terjadi fluktuasi pada
perolehan ROA dalam suatu periode maka akan mempengaruhi nilai harga
saham pada periode tersebut.
Adanya pengaruh return on asset terhadap harga saham dikarenakan
semakin tinggi return on asset maka akan menghasilkan harga saham yang
tinggi yang diperoleh dari peningkatan harga saham dari tahun sebelumnya dan
besarnya dividen yang dibagikan kepada investor. Menurut Tandelilin
(2010:372), dalam menggunakan analisis rasio keuangan, pertumbuhan
profitabilitas perusahaan merupakan indikator penting yang dilihat investor
untuk menilai prospek di masa datang. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan return on asset sebagai indikator profitabilitas. Jadi, semakin baik
return on asset suatu perusahaan, maka investor akan tertarik untuk melakukan
investasi di perusahaan tersebut.Hal ini sesuai dengan Ema Novasari (2013)
yang menyatakan bahwa return on asset berpengaruh terhadap Harga saham.
4.2.3 Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham Secara Parsial
pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014
Untuk mengetahui Earning Per Share (X2) terhadap Harga saham
(Y) pada emiten Parsial Pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014
yang mempublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia maka
dilakukan uji statistik koefisien jalur. Dimana indikator yang digunakan untuk
variabel earning per share yaitu laba bersih (EAT) dibagi jumlah saham yang
beredar sedangkan untuk HargaSaham indikator yang digunakan yaitu closing
price.
Berdasarkan hasil uji One-Sample Kolmogorov Smirnov test pada
tabel data yang terlampir pada lampiran 2, maka dapat disimpulkan data dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai “Asymp. Sig.
(2tailed)” > dari derajat alpha (0,05) mka uji normalitas terpenuhi. Asymp. Sig.
(2tailed) senilai 0,34 atau 3,4%. Dari tabel lampiran 2 tersebut maka data
dikatakan berdistribusi normal. Selain itu melalui uji multikolinieritas dapat
diketahui bahwa nilai VIF untuk EPS sebesar 5,021. Nilai DW yang diperoleh
pada uji Autokorelasi adalah sebesar 2,523 yang menunjukan bahwa earning
per share dan harga saham memiliki autokorelasi negatif sehingga uji
autokorelasi terpenuhi. Selain itu dilakukan pula uji heteroskedastisitas yang
menunjukan bahwa pada penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas sebab
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik mnyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y.
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS Versi 17
besarnya pengaruh earning per share terhadap Harga saham dapat dilihat dari
tabel lampiran 3, yaitu pada tabel Coefficients, untuk pengaruh earning per
share terhadap harga saham adalah sebesar 0,851. Hal ini berarti bahwa ketika
earning per share mengalami kenaikan maka akan menyebabkan kenaikan
terhadap harga saham sebesar 85,1%. Dengan nilai sig. sebesar 0,000 < 0,5 yang
dimana artinya earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Sofyan Harahap (2007:299) bahwa jika EPS
semakin meningkat maka peluang investor untuk memperoleh return akan
meningkat pula, sehingga permintaan investor terhadap saham tersebut akan
meningkat dan berdampak pada harga saham yang semakin meningkat
pula.Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Farhan Fatullah (2014) yang menyatakan bahwa earning per sharedan harga
saham memiliki hubungan yang positif.
4.2.4 Pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share terhadap Harga
Saham secara simultan pada Perusahaan Food and Beverages Tahun
2014
Hubungan kedua variabel independent ( return on asset dan earning
per share ) secara simultan dengan harga saham menunjukan kriteria yang
sangat kuat. Jadi pada permasalahan yang sedang diteliti diketahui bahwa
secara simultan kedua variabel bebas tersebut memiliki hubungan yang sangat
kuat dengan harga saham pada tahun 2014.Pada tabel lampiran 3, Sementara
nilai R-squarenya 0.877 menujukan bahwa kedua variabel bebas yang terdiri
dari return on asset dan earning per share mempunyai pengaruh positif
terhadap harga saham. Artinya secara bersama-sama variabel bebas tersebut
memberikan kontribusi/pengaruh sebesar 87,7% terhadap harga saham.
Sisanya merupakan pengaruh faktor lain dari luar kedua variabel bebas yang
diteliti. Jadi besar kecilnya harga saham tidak hanya dipengaruhi variabel
bebas tersebut melainkan dipengaruhi juga variabel-variabel lainnya, seperti
halnya penelitian Abdul Rosyid (2009) yang tidak hanya meneliti return on
assetdanearning per sharesaja melainkan dividend per share nya juga diteliti
dan terbukti bahwa ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham,
sedangkan EPS dan DPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
5.1 Simpulan
Berdasarkanhasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh
Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham
pada perusahan Food and Beverages maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Return On Asset dari setiap Perusahaan Food and Beverages pada tahun
2014. Dimana return on asset setiap perusahaan bervariasi, dengan nilai
ROA tertinggi pada perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk, sedangkan
nilai ROA terendah adalah perusahaan Prasidha Aneka Niaga Tbk.
Earning Per Share dari setiap Perusahaan Food and Beverages pada
tahun 2014. DimanaEarning Per Share setiap perusahaan bervariasi,
dengan nilai EPS tertinggi pada perusahaan Multi Bintang Indonesia.
Sedangkan nilai EPS terendah adalah perusahaan Prasidha Aneka Niaga
Tbk.
Harga Saham dari setiap PerusahaanFood and Beverages pada tahun
2014, dengan flukatifnya harga saham yang disebabkan oleh harga tinggi
atau rendahnya permintaan dan penawaran akan saham. Dengan kata lain
harga saham tertinggi diperoleh perusahaan Delta Djakarta Tbk,
sedangkan harga saham terendah adalah perusahaan Prasidha Aneka
2.
3.
Niaga Tbk. Artinya bahwa harga saham dari suat saham pada pasar yang
ditutup maka harga pasar adalah harga penutupnya.
Hasil pengujian secara parsial Return On Asset (ROA) berpengaruh
tidak signifikan terhadap Harga Saham dan Earning Per Share (EPS)
berpengaruh signifikan pada perusahaan Food and Beverages.
Hasil pengujian secara simultan meunjukan bahwa Return On Asset
(ROA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham.
5.2Saran
Berdasarkan simpulan mengenai pengaruh Retun On Asset (ROA) dan
Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada perusahaanFood and
Beverages, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Sebaiknya perusahaan mempertahankan dan berusaha untuk lebih
meningkatkan nilai Retun On Asset (ROA), karena besar kecilnya ROA
mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Selanjutnya Earning Per Share nya juga harus lebih ditingkatkan agar
nilai perusahaan dan kepercayaan investor, untuk dapat menanamkan
modalnya kembali untuk berinvestasi di perushaan, harga saham sebuah
perusahaan sebaiknya dipertahankan sesuai dengan perubahan yang
terjadi berdasarkan
mekanisme pasar hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor dalam
menginvestasikan dananya. Perusahaan juga sebaiknya memperhatikan
kinerja perusahaan, yang tercermin dalam ROA dan EPS karena variabel
tersebut berpengaruh terhadap Harga Saham, sehingga akan menarik
perhatian investor untuk dapat berinvestasi.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini hanya menggunakan variabel Profitability( yang diukur
dengan Return On Asset) dan Earning Per Share sebagai variabel bebas
yang mempengaruhi terhadap variabel Harga Saham sebagai variabel
terikat. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan
variabel-variabel yang lain selain Profitability yang diukur dengan Return
On Asset dan Earning Per Share yang dapat memprediksi Harga saham
dengan periode penelitian yang lebih panjang danjuga dengan
menggunakan jenis perusahaan berbeda dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rosyid. 2009. Pengaruh ROA dan EPS terhadap Harga Saham pada PT.
Astra Internasional, Tbk. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama.
Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI (2014). Diakses melalui
http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/profilperusahaanterc
atat.aspx pada tanggal 14 Oktober 2014.
Darmadji Tjitono & Hendy M. Fakhrudin. (2012). Pasar Modal di Indonesia
(pendekatan tanya jawab). Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Dwi Prastowo. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ketiga.
Eduardus Tandelilin. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Yogyakarta: BPFE.
Ema Novasari. (2013). Skripsi: Pengaruh PER, EPS, ROA, dan DER Terhadap
Harga Saham. FE Universitas Udayana (Unud).
Ghozali Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Edisi
Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Diponogoro.
Gitman, J. Lawrence. 2012. Principles Of Managerial Finance. Edition
Ketigabelas. New York: Addison Wesley.
Gunarianto. (2012). “Analisis Earnings per Share (EPS), dan Return on Equity
(ROE) serta Tingkat Bunga Deposito Terhadap Harga Saham Perbankan”.
Laporan Penelitian. FE Universitas Diponogoro Semarang.
Harahap. 2005. Akuntansi Aktiva Tetap. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada.
Irman Fahmi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. Jakarta: Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada.
Mahmud Hanafi dan Abdul Halim. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: PT.
BPFE.
Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Liberty
Yogyakarta.
Nurwulan Hidayati. (2008). Kiat-Kiat Berinvestasi. Jakarta : PT. Era Pustaka
74
Utama.
Pertumbuhan Produksi Manufaktur. (2013). Diakses melalui
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/pertumbuhan20%produksi20%
manufaktur20% pada tanggal 18 Oktober 2014.
Rusdin. 2008. Pasar Modal. Bandung: Alfabeta.
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Kelima. Yogyakarta: AMP YK.
Sudjana. 2004. Statistika Untuk Ekonomi dan Niaga. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. Yogyakarta:
UPP (Unit Penerbit dan Percetakan) AMP YKPN.
Sutrisno Hadi. (2004). Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Weston J. Fred dan Eugene F. Brigham. 2005. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Download