PENGARUH RETURN ON ASSET DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM (Sensus Kasus Pada Perusahan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014) Skripsi Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Penulisan Skripsi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Oleh: ATIK RAHMAWATI LATIFAH 123403083 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2016 ABSTRACT RETURN ON ASSET AND EARNING PER SHARE TOWARD CLOSING PRICE OF FOOD AND BEVERAGES COMPANY By ATIK RAHMAWATI LATIFAH 123403083 Guided by Euis Rosidah R. Neneng Rina A The purpose of this study is to investigate and analyze the influence of ROA and EPS to the closing price of Food and Beveragescompany Registered in Indonesia Stock Exchange. Either simultaneously or partially. Independent variable used in this research is return on asset and earning per sharewhile the closing price as dependent variable. The research data that are used got from financial report of Food and Beverages company Registered in Indonesia Stock Exchange. The data that is published through website www.idx.co.id has good income stability. This research used descriptive method by using double linier regression as statistics analysis testing. The result of analysis show that return on asset and earning per share had significant effect to closing price. Keyword :Return On Asset, Earning Per Share, Closing Price ABSTRAK RETURN ON ASSET DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES Oleh: ATIK RAHMAWATI LATIFAH 123403083 DibimbingOleh: Euis Rosidah R. Neneng Rina A Tujuanpenelitianiniadalahuntukmengetahuidanmenganalisispengaruh ROA dan EPS terhadapHargaSahampada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baiksecarasimultanmaupunparsial. Variabelindependen yang digunakandalampenelitianiniadalahreturn on asset danearning per share sementara harga saham sebagai variabel dependen.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan Food and Baverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Melalui situs www.idx.co.id metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pengujian analisis statistik yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa return on asset dan earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Kata Kunci: Return OnAsset, Earning Per Share,HargaSaham 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin meningkatnya kemajuan di bidang perdagangan dan perkembangan dalam era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada perubahan berbagai aspek kehidupan khususnya ekonomi, sehingga bagi hal ini merupakan peluang pengusaha untuk melebarkan usahanya ke luar negeri. Sejalan dengan perkembangan dunia usaha, dibutuhkan dana dalam menunjang pertumbuhan usaha. Dana-dana yang diperlukan tersebut dapat diperoleh dari masyarakat, untuk itu dibutuhkan sarana yang dapat mempertemukan antara kelebihan dana masyarakat dan kebutuhan dari luar yaitu pasar modal. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS), dan variabel dependen yaitu Harga Saham. penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur pada sektor Food and Beverages. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang disajikan dalam skripsi yang berjudul : “Pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham (Sensus Kasus Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014)”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka permasalahan dapat diidentifikasikan terkait sebagai berikut : 1. Bagaimana Return On Asset, Earning Per Share dan Harga Saham di Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 2. Bagaimana pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share secara persial terhadap Harga Saham Perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 3. Bagaimana pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share secara simultan terhadap Harga Saham Perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 1.3 Tujuan Penelitian Dari permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui Return On Asset, Earning Per Share dan Harga Saham Perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 2. Mengetahui pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share secara persial terhadap Harga Saham Perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 3. Mengetahui Pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share secara simultan terhadap Harga Saham Perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 4.1.Kegunaan Hasil Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi pihak diantaranya: 1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi ilmu pengetahuan dalam bidang analisis laporan keuangan mengenai rasio-rasio dalam laporan keuangan khsususnya tentang “Pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham (sensus kasus pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014)”. 2. Terapan Ilmu Pengetahuan a) Bagi Penulis Menambah wawasan berpikir dan pengetahuan baik secara teori maupun aplikasi sehingga dapat membandingkan antara teori yang penulis dapatkan dengan kenyataan yang ada di lapangan. b) Bagi Lembaga/ Fakultas Sebagai sumber informasi dalam menunjang perkuliahan diharapkan dapat menambah pembendaharaan perpustakaan dan sebagai bahan pembanding bagi rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian terhadap pemasalahan yang serupa. c) Bagi Pihak Calon Investor Sebagai sumber informasi yang kiranya dapat memberikan manfaat dan dapat dijadikan bahan perbandingan, petunjuk untuk keperluan penelitian pada masalah yang sama atau sebagai masukan bagi pihak yang membutukan. 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Return on Asset (ROA) Menurut James C Van Horne dan Jhon M. Wachowicz JR. yang dialih bahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2005:224), mengemukakan: “Tingkat pengembalian atas investasi (Return on InvestmentROI), atau disebut juga tingkat pengembalian atas aktiva (Return On Asset ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Hal ini dapat dilihat dengan rumus sebagai berikut: Laba Bersih Setelah Pajak Pengambilan atas Investasi (ROI, ROA) = Total Aktiva Menurut Sartono (2008:123) : “Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.” 2.1.1.1. faktor yang mempengaruhi Retun On Asset (ROA) yaitu : 1. Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, yang dihitung dengan membandingkan aktiva lancar perusahaan dengan kewajiban lancar. 2. Rasio manajemen aktiva merupakan rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. 3. Rasio manajemen utang merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang (utang) perusahaan yang digunakan untuk membiayai seluruh aktivitas perusahaan. 2.1.1.2. Kegunaan Return On Asset Menurut M. Faisal Abdullah (2005:124) beberapa kegunaan dari Return OnAsset (ROA) dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktik akuntansi yang baik maka manajemen dapat menggunakan Return On Asset (ROA) dalam mengukur efisiensi penggunaan modal kerja, efesiensi produk dan efesiensi bagian penjualan. 2. Return On Asset (ROA) dapat membandingkan efesiensi penggunaan modal pada perusahaan dengan perusahaan lain sejenis. 3. Return On Asset (ROA) dapat digunakan untuk mengukur efesiensi tindakantindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. 4. Return On Asset (ROA) dapat digunakan untuk mengukur rentabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. . 2.1.2 Earning Per Share (EPS) Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk Earning Per Share (EPS) jumlah laba bersih seiring digunakan oleh para pemodal dan kreditur dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan. Eraning Per Share menggambarkan sejumlah rupiah yang didapatkan dari setiap lembar saham yang beredar. Menurut munawir pendapatan perlembar saham biasanya merupakan indikator laba yang selalu diperhatikan oleh para investor. Adapun para ahli menjelaskan pengertian Earning Per Share (EPS) sebagai berikut: Kemudian menurut Sutrisno (2009:222) : “Earning Per Share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki oleh pemiliknya”. Dengan demikian menurut Ali (2007: 87) rasio dihitung dengan rumus sebagai berikut: Laba Bersih EPS= x 100% Jumlah Saham beredar 2.1.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi EPS Berdasarkan penelitian oleh Vicky Wulandari (2012) faktor yang menyebabkan naik turunnya EPS adalah pada keadaan : 1) 2) 3) 4) Laba bersih yang meningkat dan jumlah lembar saham tetap Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham turun Laba bersih naik dan jumlah lembar saham turun Persentase kenaikan laba bersih lebih besar dibandingkan persentase kenaikan jumlah lembar saham 5) Persentase penurunan jumlah lembar saham lebih besar dibandingkan persentase penurunan laba bersih 2.1.1.3. Kelebihan dan Kelemahan EPS EPS dianggap informasi yang paling mendasar dan mudah untuk diketahui dan mampu menggambarkan prospek perusahaan di masa depan. Namun, EPS bisa menjadi informasi yang menjebak apabila tidak dihubungkan dengan pengkajian dan analisis laporan laba rugi. (Munawir, 2004) 2.1.3 Harga Saham Darmadji dan Fakhruddin (2006: 178) mengemukakan: “Saham dapat didefinisikan sebagai tanda atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar pernyataan yang ditanamkan di perusahaan tersebut ”. Harga pasar saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek (Sunariyah, 2004:112). Apabila bursa efek telah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (Closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Harga pasar ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, dan disebut sebagai harga di pasar sekunder. Harga pasar inilah yang menyatakan naik-turunnya suatu saham dan setiap hari diumumkan di surat-surat kabar atau di media-media lainnya. Selembar saham mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: 1) Par Value (Harga Nominal) Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Par value disebut juga stated value atau face value. Nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi (Ketentuan UU PT No. 1/1995): 1. Nilai nominal dicantumkan dalam mata uang RI. 2. Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan . 2) Base Price (Harga Perdana) Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 3) Market Price (Harga Pasar) Harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benarbenar mewakili harga perusahaan penerbitnya. Karena pada transaksi dipasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. Dalam penelitian ini variabel harga saham yang dimaksud adalah harga passer saham. 2.1.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Perusahaan 1) Faktor Internal Faktor internal adalah berupa informasi-informasi yang berasal dari perusahaan atas suatu saham, seperti: a. Promosi, pengumuman tentang produksi, informassi rincian kontak, perubahan harga produk saham, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. b. Informasi pendanaan seperti besar ekuitas dan hutang. c. Informasi seputar struktur organisasi perusahaan. d. Informasi diversifikasi (laporan merger, investasi ekuitas, laporan akuisisi, divestasi dan lain-lain). 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal berupa informasi-informasi diluar perusahaan namun yang dimungkinkan dapat berdampak pada keadaan perusahaan atau pasar saham, seperti: a. Informasi pemerintah terkait perubahan suku bunga tabungan, kurs valas, inflasi, regulasi dan deregulasi ekonomi. b. Informasi hukum, seperti tuntutan karyawan, tuntutan pajak (masalah hukum yang melibatkan perusahaan). c. Kebijakan pada industry sekuritas (Laporan tahunan, insider trading, volume/ harga saham perdagangan/ pembatasan/ penundaan trading). d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar yang merupakan faktor berpengaruh signifikan pada pergerakan harga saham. 2.1.3.2 Cara Penilaian Harga Saham Perusahaan Nilai saham terdiri dari empat jenis yang mempengaruhi penempatan suatu harga saham (Eduardus Tandelilin, 2001), antara lain: 1) Nilai Nominal Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam sertifikat saham. Nilai ini merupakan hasil pemikiran oleh manajemen perusahaan sebelum saham diterbitkan. 2) Nilai Buku Nilai buku adalah nilai bersih kekayaan perusahaan yang diperhitungkan dari total aktiva perusahaan dikurangi hutang perusahaan dan besar saham preferen yang dimiliki perusahaan kemudian dibagi dengan jumlah saham perusahaan yang beredar. Seringkali fakta yang terjadi dilapangan nilai nominal lebih kecil dari pada nilai buku. 3) Nilai Intrinsik Nilai intrinsik adalah nilai yang mengandung unsur kekayaan perusahaan pada saat sekarang dan unsur potensi perusahaan untuk menghimpun laba di masa datang. 4) Nilai Pasar Nilai ini merupakan harga saham yang terjadi di pasar. Harga satu lembar saham biasa yang terbentuk oleh penjualan dan pembelian ketika satu lembar saham tersebut diperdagangkan. Informasi akan nilai-nilai ini sangat berguna bagi investor untuk mengetahui saham-saham mana yang bertumbuh dan yang murah. 2.2. Kerangka Pemikiran Saham merupakan surat bukti kepemilikan aset-aset perusahaan, dengan memiliki saham suatu perusahaan maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Seorang investor sebelum melakukan investasi dalam suatu perusahaan terlebih dahulu melihat kinerja perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan analisis fundamental dan tekhnikal karena dengan analisis ini dapat melihat laporan keuangan suatu perusahaan.Analisa terhadap harga saham yang dilakukan oleh investor memerlukan informasi, salah satu informasi yang ada adalah laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan. Laporan keuangan yang diperoleh investor baru akan berguna apabila telah dianalisa. Analisa terhadap laporan keuangan memerlukan ukuran tertentu. Ukuran yang umum digunakan adalah risiko keuangan, diantaranya yang digunakan investor dalam menganalisa saham adalah Return On Asset (ROA). Rasio keuangan yang sering digunakan dalam menganalisis perubahan harga suatu saham salah satu nya dengan rasio EPS. Earning Per Share yaitu merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki oleh pemiliknya (Sutrisno, 2009). Investor biasanya lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan menggunakan dasar saham yang dimiliki.Hal ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam mengelola keseluruhan aktivanya dalam rangka mencapai laba. Maka, apabila perhitungan rasio ini semakin tinggi, semakin baik pula keadaan suatu perusahaan. Keadaan baik dalam perusahaan, maka akan menjadi hal yang menarik bagi investor untuk berinvestasi, karena perusahaan dengan ROA yang tinggi dirasa aman dan ada pengharapan untuk memperoleh keuntungan. Semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham, maka harga saham pun akan naik. Karena pada hakekatnya harga suatu saham ditentukan oleh keadaan pasar yaitu dari tingkat permintaan dan penawaran saham. 2.3.Hipotesis Berdasarkan uraian kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “return on assets (ROA) dan earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan Food and Beverages tahun 2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. 3.1. Objek Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi Return On Assets (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada perusahaan Food and Beveragesyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan lokasi penelitian yang dilaksanakan dengan data sekunder. 3.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Bursa Efek Jakarta pertama kali dibuka pada tanggal 14 desember 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang kita kenal sekarang dengan Jakarta. Bursa Efek Jakarta dulu disebut Call-Efek. Sistem perdagangannya seperti lelang, dimana tiap efek berturut-turut diserukan pemimpin “Call”, kemudian para pialang masing-masing mengajukan permintaan beli atau penawaran jual sampai ditemukan kecocokan harga, maka transaksi terjadi. Pada saat itu terdiri dari 13 perantara pedagang efek (makelar). 3.1.2. Sektor Makanan dan Minuman (Food and Beverages Industry) Sektor makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang masuk ke dalam sektor perusahaan manufaktur. Dalam sektor makanan dan minuman ini terdapat 14 perusahaan publik.. 3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausalitas, yaitu metode penelitian yang disusun untuk meneliti kemungkinan adanya sebab akibat antar variabel. Dalam metode ini umumnya sebab akibat tersebut sudah dapat diprediksi peneliti, sehinggapeneliti dapat menyatakan klasifikasi variabel penyebab, variabel antara, dan variabel terikat. (Sanusi, 2011: 13). Operasional Variabel Dalam pengujian hipotesis, maka perlu diteliti variabel-variabel dengan penentuan indikator-indikatornya, adapun variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen dan satu variabel dependen, yaitu : 1. Variabel independen (variabel bebas) Variabel Independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2010: 59). Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah: a. Current Ratio (X1), merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bhawa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kali hutang jangka pendek (Munawir, 2007: 72). b. Debt to Equity Ratio (X2), merupakan perbandingan antara total hutang terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). c. Return on Assets (X3), merupakan Rasio yang menilai seberapa tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki (Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP, 2004). 2. Variabel Dependen (variabel terikat) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat kerena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham (Y). Return Saham Merupakan harapan keuntungan di masa datang yang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi yang dilakukan (Tandelilin, 2010). Untuk lebih jelasnya, tabel operasionalisasi variabel penelitian dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Variabel Return (X1) On Definisi Operasionalisai Asset Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. (Sartono, 2008:123) Indikator Satuan Skala - Earning Per % Rasio Share - Total Assets Earning Per Share (X2) Harga Saham (Y) Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki oleh pemiliknya. (Sutrisno, 2009) Harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupnya. - Laba Bersih Rupiah Rasio Rupiah Rasio - Jumlah Saham - Closing Price (Rusdin, 2008) 3.2.3 Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu, yaitu laporan keuangan perusahaan. b. Data kualitatif, yaitu data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka, seperti sejarah singkat perusahaan dan bidang usaha perusahaan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, Menurut Sugiyono (2007:80) sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Adapun data diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit di website resmi Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Stock Exchange (IDX) http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/profileperusahaantercatat.aspx tahun periode 2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah penelitian kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari literatur yang berhubungan dengan pokok bahasan penelitian sehingga data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar analisis. 3.4 Teknik Analisis Data 3.4.1 Uji model/Asumsi klasik a. Uji Normatis Penggunaan statistik parametris, bekerja dengan asumsi bahwa data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal. Bila data tidak normal, maka teknik statistik parametris tidak bisa digunakan untuk alat analisis. Selain itu juga dapat digunakan uji statistik kolmogorovi-smirnovi (KS). Bila ingin signikan < 0,05 berarti distribusi data tidak normal, sebaliknya bila nilai > 0,05 berarti distribusi data normal. b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (indenpenden). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel indenpenden (Ghozali 2005:91). Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) VIP (variance inflation factor). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau samadengan VIF > 10. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi menurut Ghozali (2005:95) adalah sebagai berikut: “Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi liner ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dapat dilakukan melalui uji DurbinWatson (DW Test)”. d. Uji Heterokedastisitas Uji Heterokedastisitas dijelaskan oleh Ghozali (2005:105) sebagai berikut: “Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas”. 1.4.2 Analisis regresi Linear berganda Regresi linear berganda (multiple Regression) ditetapkan untuk memecahkan kasus yang memiliki satu variabel dependen dengan beberapa atau lebih dari satu variabel independen. Regresi Linear berganda digunakan peneliti bermaksud bagaimana keadaan naik turunnya variabel dependen bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor dimanipulasi atau dinaik turunkan nilainya. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan jika jumlah variabel independennya minimal 2. Secara formulatif persamaan dasar regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 (V. Wiratna Sujarweni, 2015:149) Keterangan: Y = Harga Saham X1 = Return On Asset X2 = Earning Per Share a= Konstanta b1,2 Koefisien dari masing-masing variabel independen, dimana masing-masing mempunyai interpretasi sebagai rata-rata perubahan yang diharapkan oleh respon Y (negative/positif) per unit perubahan dalam masingmasing variabel X disebut slope. Adapun untuk menghitung a dan b digunakan program SPSS versi 17. 1.4.3 Koefisien Determinasi (R2) Untuk melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien korelasi antara non dan satu. Nilai R2 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati atau satu variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. 1.4.4 Pengujian Hipotesis Adapun pengujian hipotesis penelitian yang akan penulis lakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. Hipotesis Operasional Hipotesis yang digunakan adalah: - Secara Simultan Ho : ρyx1ρx2 = 0 Return On Asset dan Earning Per Share secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages. Ha : ρyx1ρx2 ≠ 0 Return On Assetdan Earning Per Share secara simultan berpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages. - Secara Parsial Ho1 : ρyx1 =0 Return On Asset secara parsial tidak berpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages. Ha1 : ρyx1 ≠0 Return On Assetsecara parsialberpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages. Ho2 : ρyx2 = 0 Earning Per Share secara parsial tidak berpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages. ρ Ha2 : yx2 ≠ 0 Earning Per Share secara parsial berpengaruhterhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian adalah 95% dengan taraf nyata 5% (α=0,05). Hal ini sering digunakan dalam ilmu sosial yang menunjukan kedua variabel mempunyai korelasi yang cukup nyata. b. Uji Signifikan Untuk menguji signifikan dilakukan pengujian yaitu: secara simultan menggunakan uji F secara parsial menggunakan uji t (t-test). Uji t (t-test) Uji keberadaan koefisien (b1) dilakukan dengan statistik t. Hal dilakukan untuk menguji koefisien regresi parsial dari variabel independennya. Uji t digunakan untuk melihat signifikan keofisien regresi secara individual, yaitu untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. 𝑡= r n−2 1−r² ………………………………….…(Sudjana, 2005:380) Uji F Digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel. 𝑟²/𝑘 F = (1−𝑟 2 )/(𝑛−𝑘−1) ………………………………...(Sudjana, 2004:385) c. Kaidah Keputusan Kaidah keputusan yang digunakan adalah: Terima Ho jika Fsignifikan > α dan tolak Ho jika Fsignifikan < α. Terima Ho jika tsignifikan > α dan tolak Ho jika tsignifikan < α d. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, penulis akan menganalisa kemudian menarik kesimpulan apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Return On Asset Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014 Bagi manajemen perusahaan, analisis laporan keuangan digunakan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan keuangan perusahaan dan apa yang menjadi kelemahan bagi perusahaan. Dengan demikian manajemen perusahaan mampu membuat rencana yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi investor analisis keuangan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembalian keputusan investasi untuk memenuhi kewajibannya kepada investor. Menurut Sartono (2008:123) : “Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.” Earning After Tax ROA= x 100% Total Asset Berikut ini ROA untuk Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014 : Tabel 4.1 Return On Asset (ROA) Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014 No Kode Nama Perusahaan Total Asset Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Earning After tax 378.142 7.371.846 ROA (%) 5,13 1 AISA 2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk -10.135 1.239.054 -0,82 3 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 41.001 1.284.150 3,19 4 DLTA Delta Djakarta Tbk 288.073 991.947 29,04 5 ICBP 26.560.624 10,16 6 INDF Indofood CBP Sukses Makmur 2.923.148 Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk 5.14.323 85.938.885 5,99 7 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 2.231.051 35,63 794.883 8 MYOR Mayora Indah Tbk 409.825 10.291.108 3,98 9 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk -28.175 620.928 -4,54 10 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 188.578 2.142.894 8,80 11 SKBM Sekar Bumi Tbk 89.1 649.5 13,15 12 SKLT Sekar Laut Tbk 16.481 331.575 4,97 13 STTP Siantar Top Tbk 123.465 1.700.204 7,26 14 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & 130.313 Tranding Co. Tbk 3.037.558 4,29 Sumber : Bursa Efek Indonesia 4.1.2 Earning Per SharePerusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014 Menurut Sutrisno (2009:222) Earning Per Share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki oleh pemiliknya. Earning per share digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar saham yang dimiliki sehingga informasi yang dibuat bagi para investor.Selanjutnya untuk mengetahui earning per share perusahaanfood and beverages pada tahun 2014, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Earning Per Share Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014 No Kode Nama Perusahaan Laba Bersih 1 2 AISA ALTO Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Tri Banyan Tirta Tbk 378.142 -10.135 Jumlah Saham EPS (Rp) Beredar (jutaan) 3.218 113.40 2.267 4.6 3 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 41.001 2.975 137.82 4 DLTA Delta Djakarta Tbk 288.073 1.601 17,621.38 5 ICBP 5.831 446.62 6 INDF Indofood CBP Sukses Makmur 2.923.148 Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk 5.14.323 8.780 442.50 7 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 794.883 2.107 37,717.51 8 MYOR Mayora Indah Tbk 409.825 894 451.31 9 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk -28.175 1.440 -21.27 10 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 188.578 5.061 37.26 11 SKBM Sekar Bumi Tbk 89.1 1.480 82 12 SKLT Sekar Laut Tbk 16.481 2.762 24.56 13 STTP Siantar Top Tbk 123.465 1.310 94.27 14 ULTJ Ultrajaya Milk Tranding Co. Tbk Industry & 130.313 2.888 42.61 Sumber : Bursa Efek Indonesia 4.1.3 Harga Saham Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014 Harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupnya(Closing Price). Karena harga saham tersebut menjelaskan keadaan harga saham yang sebenarnya yang terjadi pada tahun tersebut dan memiliki fluktuasi yang lebih akurat untuk dianalisis, data diperoleh dari laporan keuangan yang terdapat dalam indonesia capital market directory. Selanjutnya untuk mengetahui harga saham perusahaan food and beverages pada tahun 2014, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.3 Harga Saham Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014 No Kode Nama Perusahaan Harga Saham (Rp) 1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2.095 2 3 4 5 6 7 ALTO CEKA DLTA ICBP INDF MLBI Tri Banyan Tirta Tbk Wilmar Cahaya Indonesia Tbk Delta Djakarta Tbk Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk 352 1.500 390.000 13.100 6.750 11.950 8 9 10 11 12 13 14 MYOR PSDN ROTI SKBM SKLT STTP ULTJ Mayora Indah Tbk Prasidha Aneka Niaga Tbk Nippon Indosari Corpindo Tbk Sekar Bumi Tbk Sekar Laut Tbk Siantar Top Tbk Ultrajaya Milk Industry & Tranding Co. Tbk 20.900 143 1.385 970 300 2.880 3.720 Sumber : Bursa Efek Indonesia 4.2 Pembahasan 4.2.1 Return On Asset, Earning Per Share dan Harga Saham Perusahaan Food and Beverages Pada Tahun 2014 4.2.1.1 Return On Asset Pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka diketahui bahwa Return On Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Bagi perusahaan go public, ROA perusahaan diperoleh dari laba yang dibagikan bagi pemilik saham dibagi dengan total asset perusahaan. Hasil penelitian berdasarkan pada tabel 4.1 yang diatas yaitu mengenai besarnya ROA Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014, dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Diperoleh besarnya persentase Return On Assets dariPerusahaan Food and Beverages bervariatif. Emiten yang memperoleh nilai ROA tertinggi pada perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 35,63% .Bisa dilihat dalam tabel 4.1 yaitu laba dan total asset perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk dinilai lebih rendah dibanding perusahaan lain. Perusahaan ini menggunakan asset perusahaan dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan dengan cukup baik, sehingga dapat memperoleh ROA paling tinggi. Hal ini terjadi karena keberhasilan manajemen dari perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk dalam mengelola asset perusahaan untuk menghasilkan laba. Sedangkan nilai ROA terendah adalah perusahaan Prasidha Aneka Niaga Tbksebesar -4,54% Sangat disesali dengan asset yang cukup besar, perusahaan ini tidak dapat menghasilkan laba yang besar. Hal ini diperkirakan karena padabeberapa tahun sebelumnya, perusahaan mengalami kerugian yang mengakibatkan pada tahun-tahun ini perusahaan tersebut sedang menstabilkan kegiatan operasional dengan sebaik mungkin agar tidak mengalami kerugian kembali. Secara keseluruhan, pada tahun 2014 seluruh Perusahaan Food and Beverages telah mampu menghasilkan ROA yang positif yang mencerminkan bahwa pada tahun 2014 seluruh Perusahaan Food and Beverages mampu menghasilkan laba perusahaan dengan cukup baik dan tidak mengalami kerugian. 4.2.1.2 Earning Per Share Pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014 Hasil penelitian berdasarkan pada tabel 4.2mengenai besarnya EPS PerusahaanFood and Beveragesyang terdaftar di BEI pada tahun 2014 yaitu dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Diperoleh besarnya persentase Earning Per Share (EPS) dari setiap PerusahaanFood and Beverages bervariatif. Emiten yang memiliki persentase EPS terbesar adalah perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar Rp. 37.717.51. hal ini disebabkan karena pada perusahaan Multi Bintang IndonesiaTbk jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya presentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada persentase penurunan laba bersih. Hal ini berbeda dengan Prasidha Aneka Niaga Tbkyang memiliki EPS terendah yaitu sebesar Rp. -21.27. Hal ini terjadi karena pada tahun 2014 Prasidha Aneka Niaga Tbk tidak mampu menghasilkan laba bersih. Berdasarkan uraian diatas pada tahun 2014 seluruh Perusahaan Food and Beverages terdaftar di BEI memiliki nilai EPS yang cukup untuk menarik para investor untuk menanamkan saham nya di setiap perusahaan dan mampu menghasilkan keuntungan dan memberikan pendapatan bagi pemegang saham tertinggi. 4.2.1.3 Harga Saham Pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014 Berdasarkan data pada tabel 4.3 menunjukan Harga Saham dari setiap Perusahaan Food and Beverages pada tahun 2014, dengan flukatifnya harga saham yang disebabkan oleh harga tinggi atau rendahnya permintaan dan penawaran akan saham. Dengan kata lain harga saham tertinggi diperoleh perusahaan Delta Djakarta Tbk sebesar Rp 390.000 per saham. Hal ini terjadi karena tingginya permintaan investor terhadap saham perusahaan Delta Djakarta Tbk. sedangkan harga saham terendah adalah perusahaan Prasidha Aneka Niaga Tbk sebesar Rp 143 per saham, hal ini terjadi karena perusahaan Prasidha Aneka Niaga Tbk memiliki nilai EPS terendah pada tahun 2014 sehingga permintaan investor terhadap saham perusahaan ini cenderung sedikit. 4.2.2 Pengaruh Return On Asset terhadap Harga Saham Secara Parsial pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014 Untuk mengetahui return on asset (X1) terhadap harga saham (Y) pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014 yang mempublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia maka dilakukan uji statistik koefisien jalur. Dimana indikator yang digunakan untuk variabel return on asset yaitu laba setelah pajak dibagi dengan total asset perusahaan sedangkan untuk Harga Saham indikator yang digunakan yaitu closing price. Berdasarkan hasil uji One-Sample Kolmogorov Smirnov test pada tabel data yang terlampir pada lampiran 2, maka dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai “Asymp. Sig. (2tailed)” > dari derajat alpha (0,05) mka uji normalitas terpenuhi. Asymp. Sig. (2tailed) senilai 0,34 atau 3,4%. Dari tabel lampiran 2 tersebut maka data dikatakan berdistribusi normal. Selain itu melalui uji multikolinieritas dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk ROA sebesar 5,021. Nilai DW yang diperoleh pada uji Autokorelasi adalah sebesar 2,523 yang menunjukan bahwa return on asset dan harga saham memiliki autokorelasi negatif sehingga uji autokorelasi terpenuhi. Selain itu dilakukan pula uji heteroskedastisitas yang menunjukan bahwa pada penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dari hasil pengolahan data pada lampiran 3, denganmenggunakan SPSS Versi 17 besarnya pengaruh return on asset terhadap harga saham dapat dilihat ditabel Coefficients, untuk pengaruh return on asset terhadap harga saham adalah sebesar -0,452. Hal ini berarti bahwa ketika return on assets mengalami kenaikan maka harga saham akan mengalami penurun sebesar 45,2%. Dengan nilai sig. sebesar 0,121 > 0,5 yang dimana artinya return on asset berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Artinya setiap terjadi fluktuasi pada perolehan ROA dalam suatu periode maka akan mempengaruhi nilai harga saham pada periode tersebut. Adanya pengaruh return on asset terhadap harga saham dikarenakan semakin tinggi return on asset maka akan menghasilkan harga saham yang tinggi yang diperoleh dari peningkatan harga saham dari tahun sebelumnya dan besarnya dividen yang dibagikan kepada investor. Menurut Tandelilin (2010:372), dalam menggunakan analisis rasio keuangan, pertumbuhan profitabilitas perusahaan merupakan indikator penting yang dilihat investor untuk menilai prospek di masa datang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan return on asset sebagai indikator profitabilitas. Jadi, semakin baik return on asset suatu perusahaan, maka investor akan tertarik untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut.Hal ini sesuai dengan Ema Novasari (2013) yang menyatakan bahwa return on asset berpengaruh terhadap Harga saham. 4.2.3 Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham Secara Parsial pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014 Untuk mengetahui Earning Per Share (X2) terhadap Harga saham (Y) pada emiten Parsial Pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014 yang mempublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia maka dilakukan uji statistik koefisien jalur. Dimana indikator yang digunakan untuk variabel earning per share yaitu laba bersih (EAT) dibagi jumlah saham yang beredar sedangkan untuk HargaSaham indikator yang digunakan yaitu closing price. Berdasarkan hasil uji One-Sample Kolmogorov Smirnov test pada tabel data yang terlampir pada lampiran 2, maka dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai “Asymp. Sig. (2tailed)” > dari derajat alpha (0,05) mka uji normalitas terpenuhi. Asymp. Sig. (2tailed) senilai 0,34 atau 3,4%. Dari tabel lampiran 2 tersebut maka data dikatakan berdistribusi normal. Selain itu melalui uji multikolinieritas dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk EPS sebesar 5,021. Nilai DW yang diperoleh pada uji Autokorelasi adalah sebesar 2,523 yang menunjukan bahwa earning per share dan harga saham memiliki autokorelasi negatif sehingga uji autokorelasi terpenuhi. Selain itu dilakukan pula uji heteroskedastisitas yang menunjukan bahwa pada penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik mnyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS Versi 17 besarnya pengaruh earning per share terhadap Harga saham dapat dilihat dari tabel lampiran 3, yaitu pada tabel Coefficients, untuk pengaruh earning per share terhadap harga saham adalah sebesar 0,851. Hal ini berarti bahwa ketika earning per share mengalami kenaikan maka akan menyebabkan kenaikan terhadap harga saham sebesar 85,1%. Dengan nilai sig. sebesar 0,000 < 0,5 yang dimana artinya earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini sesuai dengan teori menurut Sofyan Harahap (2007:299) bahwa jika EPS semakin meningkat maka peluang investor untuk memperoleh return akan meningkat pula, sehingga permintaan investor terhadap saham tersebut akan meningkat dan berdampak pada harga saham yang semakin meningkat pula.Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Farhan Fatullah (2014) yang menyatakan bahwa earning per sharedan harga saham memiliki hubungan yang positif. 4.2.4 Pengaruh Return On Asset dan Earning Per Share terhadap Harga Saham secara simultan pada Perusahaan Food and Beverages Tahun 2014 Hubungan kedua variabel independent ( return on asset dan earning per share ) secara simultan dengan harga saham menunjukan kriteria yang sangat kuat. Jadi pada permasalahan yang sedang diteliti diketahui bahwa secara simultan kedua variabel bebas tersebut memiliki hubungan yang sangat kuat dengan harga saham pada tahun 2014.Pada tabel lampiran 3, Sementara nilai R-squarenya 0.877 menujukan bahwa kedua variabel bebas yang terdiri dari return on asset dan earning per share mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham. Artinya secara bersama-sama variabel bebas tersebut memberikan kontribusi/pengaruh sebesar 87,7% terhadap harga saham. Sisanya merupakan pengaruh faktor lain dari luar kedua variabel bebas yang diteliti. Jadi besar kecilnya harga saham tidak hanya dipengaruhi variabel bebas tersebut melainkan dipengaruhi juga variabel-variabel lainnya, seperti halnya penelitian Abdul Rosyid (2009) yang tidak hanya meneliti return on assetdanearning per sharesaja melainkan dividend per share nya juga diteliti dan terbukti bahwa ROA berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham, sedangkan EPS dan DPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 5.1 Simpulan Berdasarkanhasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada perusahan Food and Beverages maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Return On Asset dari setiap Perusahaan Food and Beverages pada tahun 2014. Dimana return on asset setiap perusahaan bervariasi, dengan nilai ROA tertinggi pada perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk, sedangkan nilai ROA terendah adalah perusahaan Prasidha Aneka Niaga Tbk. Earning Per Share dari setiap Perusahaan Food and Beverages pada tahun 2014. DimanaEarning Per Share setiap perusahaan bervariasi, dengan nilai EPS tertinggi pada perusahaan Multi Bintang Indonesia. Sedangkan nilai EPS terendah adalah perusahaan Prasidha Aneka Niaga Tbk. Harga Saham dari setiap PerusahaanFood and Beverages pada tahun 2014, dengan flukatifnya harga saham yang disebabkan oleh harga tinggi atau rendahnya permintaan dan penawaran akan saham. Dengan kata lain harga saham tertinggi diperoleh perusahaan Delta Djakarta Tbk, sedangkan harga saham terendah adalah perusahaan Prasidha Aneka 2. 3. Niaga Tbk. Artinya bahwa harga saham dari suat saham pada pasar yang ditutup maka harga pasar adalah harga penutupnya. Hasil pengujian secara parsial Return On Asset (ROA) berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan pada perusahaan Food and Beverages. Hasil pengujian secara simultan meunjukan bahwa Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. 5.2Saran Berdasarkan simpulan mengenai pengaruh Retun On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham pada perusahaanFood and Beverages, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Sebaiknya perusahaan mempertahankan dan berusaha untuk lebih meningkatkan nilai Retun On Asset (ROA), karena besar kecilnya ROA mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Selanjutnya Earning Per Share nya juga harus lebih ditingkatkan agar nilai perusahaan dan kepercayaan investor, untuk dapat menanamkan modalnya kembali untuk berinvestasi di perushaan, harga saham sebuah perusahaan sebaiknya dipertahankan sesuai dengan perubahan yang terjadi berdasarkan mekanisme pasar hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor dalam menginvestasikan dananya. Perusahaan juga sebaiknya memperhatikan kinerja perusahaan, yang tercermin dalam ROA dan EPS karena variabel tersebut berpengaruh terhadap Harga Saham, sehingga akan menarik perhatian investor untuk dapat berinvestasi. 2. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini hanya menggunakan variabel Profitability( yang diukur dengan Return On Asset) dan Earning Per Share sebagai variabel bebas yang mempengaruhi terhadap variabel Harga Saham sebagai variabel terikat. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel-variabel yang lain selain Profitability yang diukur dengan Return On Asset dan Earning Per Share yang dapat memprediksi Harga saham dengan periode penelitian yang lebih panjang danjuga dengan menggunakan jenis perusahaan berbeda dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Abdul Rosyid. 2009. Pengaruh ROA dan EPS terhadap Harga Saham pada PT. Astra Internasional, Tbk. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI (2014). Diakses melalui http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/profilperusahaanterc atat.aspx pada tanggal 14 Oktober 2014. Darmadji Tjitono & Hendy M. Fakhrudin. (2012). Pasar Modal di Indonesia (pendekatan tanya jawab). Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Dwi Prastowo. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ketiga. Eduardus Tandelilin. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE. Ema Novasari. (2013). Skripsi: Pengaruh PER, EPS, ROA, dan DER Terhadap Harga Saham. FE Universitas Udayana (Unud). Ghozali Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Diponogoro. Gitman, J. Lawrence. 2012. Principles Of Managerial Finance. Edition Ketigabelas. New York: Addison Wesley. Gunarianto. (2012). “Analisis Earnings per Share (EPS), dan Return on Equity (ROE) serta Tingkat Bunga Deposito Terhadap Harga Saham Perbankan”. Laporan Penelitian. FE Universitas Diponogoro Semarang. Harahap. 2005. Akuntansi Aktiva Tetap. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Irman Fahmi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta. Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Mahmud Hanafi dan Abdul Halim. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: PT. BPFE. Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Liberty Yogyakarta. Nurwulan Hidayati. (2008). Kiat-Kiat Berinvestasi. Jakarta : PT. Era Pustaka 74 Utama. Pertumbuhan Produksi Manufaktur. (2013). Diakses melalui http://www.indonesiafinancetoday.com/read/pertumbuhan20%produksi20% manufaktur20% pada tanggal 18 Oktober 2014. Rusdin. 2008. Pasar Modal. Bandung: Alfabeta. Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Yogyakarta: AMP YK. Sudjana. 2004. Statistika Untuk Ekonomi dan Niaga. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP (Unit Penerbit dan Percetakan) AMP YKPN. Sutrisno Hadi. (2004). Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset. Weston J. Fred dan Eugene F. Brigham. 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga.