EJOURNAL Administrative Reform Heni Fatmasari

advertisement
eJournal Administrative Reform, 2017, 5 (1): 271-281
ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2017
IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR
NOMOR 651/K.773/2015 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM
KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2016
(STUDI PADA PT. TRIWISNNA)
Heni Fatmasari 1, Nur Fitriyah 2, Rita Kalalinggi 3
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis
implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015
tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 pada PT.
Triwisnna. Hasil penelitian menunjukkan komunikasi yang dilakukan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur dengan melakukan
sosialisasi kepada perusahaan-perusahaan yang berada di lingkup kerja Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur sebagai bentuk
komunikasi yang harus dijalankan selaku implementor, dan sebagai bentuk
komunikasi kelembagaan dalam rangka pelaksanaan fungsi organisasi dalam
menyebarkan dan mensosialisasikan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur
Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai
Timur Tahun 2016. Sumberdaya implementasi Penetapan Upah Minimum
Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016
telah memiliki kemampuan dan kompetensi yang tinggi.
Kata Kunci: Implementasi, Peraturan Gubernur Kalimantan Timur, Upah
Minimum Kabupaten Kutai Timur.
Abstract
The purpose of this study is to describe and analyze the implementation of
the East Kalimantan Governor Regulation No. 651/ K.773/2015 Minimum Wage
Fixing East Kutai 2016 at PT. Triwisnna. The results showed communication is
done with dissemination to companies that are in the scope of the Department of
Manpower and Transmigration East Kutai Regency as a form of communication
that should be run by the Department of Manpower and Transmigration East
Kutai Regency as implementor, and as a form of institutional communication in
the framework of the implementation of the functions of the organization in
spreading and disseminating the East Kalimantan Governor Regulation No.
651/K.773/2015 Minimum Wage Fixing East Kutai Regency Year 2016 Resource
implementation Sectoral Minimum Wage Fixing East Kutai Stone Mining Sector
Bara 2016 has the ability and high competence.
1
Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda.
Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda.
3
Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fisip – Unmul Samarinda.
2
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 271-281
Keywords:
Implementation, Regulation of the Governor of East Kalimantan,
East Kutai Regency Minimum Wage.
Pendahuluan
Pengupahan atau pemberian upah adalah salah satu masalah yang tidak
pernah selesai diperdebatkan oleh pihak manajemen manapun, apapun bentuk
organisasinya baik itu swasta maupun pemerintah. Di suatu pihak para pengusaha
berupaya mempertahankan hak penguasaan atas wilayah otoritas bisnis, yaitu
kelayakan biaya dan keuntungan produksi. Di pihak lain, para buruh berusaha
mendapatkan hak atas kelayakan hidup sebagai manusia yaitu upah yang secara
normatif layak bagi diri dan keluarga.
Bagi kalangan buruh kenaikan upah minimum tiap tahun amat dinantikan,
meskipun kenaikan yang diterimanya jauh dari harapan setidaknya sedikit
meringankan kesulitan hidup buruh di tengah tekanan hidup yang tinggi,
sekalipun upah riil yang diterima buruh justru turun dan makin jauh dari standar
hidup layak. Ketika berbicara tentang perbedaan penetapan UMR di suatu daerah
atau provinsi tentu didasarkan atas harga kebutuhan pokok di suatu daerah
tersebut, inilah yang menjadi letak perbedaan UMR antar daerah memang
besarnya rupiah yang diterima buruh antar daerah yang berbeda tidak dapat
mempresentasikan tingkat kesejahteraan buruh di suatu daerah.
Tata cara dalam penetapan Upah Minimum Regional berdasarkan Peraturan
Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah
Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/05/HIJ tentang Surat
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.773/2015 Tanggal 8
Desember 2015 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur
Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 Tanggal 28 Desember 2015 tentang
Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor
Pertambangan Batu Bara Tahun 2016, baik Tingkat I maupun Tingkat II dengan
tahap awal dilakukan perumusan oleh Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan
Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah. Dalam merumuskan usulan Komisi
Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah dapat
berkonsultasi dengan Organisasi Pengusaha, Serikat Pekerja dan Instansi terkait
di daerah. Usulan tersebut disampaikan kepada Menteri melalui Kantor Wilayah
Departemen Tenaga Kerja setelah mendapat rekomendasi persetujuan dari
Gubernur.
Konsep Kebijakan Publik
Untuk dapat memperluas cakrawala pandang mengenai konsep kebijakan
ini, maka penting memperhatikan beberapa pernyataan para pakar, antara lain :
Dye (1978) mendefinisikan kebijaksanaan negara sebagai berikut: “is whatever
272
Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651...(Heni Fatmasari)
governments choose to do or not to do (apapun yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan atau tidak dilakukan).
Apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuai maka harus ada
tujuannya (obyektifnya) dan kebijaksanaan negara itu harus meliputi semua
tindakan pemerintah. Jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan
pemerintah atau pejabat pemerintah saja. Disamping itu “sesuatu yang tidak
dilaksanakan” oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh (dampak) yang sama
besarnya dengan”sesuatu yang dilakukan” oleh pemerintah (Islamy, 1997:19)
Dari definisi yang dikemukakan Dye tersebut, konsekuensinya bahwa
kebijakan publik itu lebih banyak mengedepankan peran negara atau pemerintah.
Sedangkan David Easton (dalam Islamy, 1997:20) memberikan pengertian
tentang kebijaksanaan negara sebagai “The autoritative allocation of values for
the whole society” (pengalokasian nilai-nilai secara paksa/sah kepada seluruh
anggota masyarakat). Berdasarkan pendapat Easton bahwa pemerintah yang
secara sah dapat berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu tersebut
diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai pada masyarakat. Dari definisi
Easton sudah melibatkan peran citizen atau warga negara atau masyarakat.
Sedangkan pendapat Jenkin (dalam Abdul Wahab, 1997:4) memberikan
penjelasan bahwa kebijaksanaan pemerintah adalah : “a set of interrelated
decision to taken by a political actors or group of actors concerning the selection
of goals and the means of achieving them within a specified situation where these
decisions should, in principle, be within the power of these actors to achieve”
(serangkaian keputusan yang saling berkaitan, yang diambil oleh seorang aktor
politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih
beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusankeputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan
kekuasaan dari para aktor tersebut”.
Konsep Implementasi Kebijakan Publik
Dalam kamus Webser (dalam Abdul Wahab, 1997:64) implementasi
kebijaksanaan sebagai berikut : “to implement (mengimplementasikan) berarti to
provide the means force carrying out (menyediakan sarana untuk melakukan
sesuatu), to give pratical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap
sesuatu), jika pandangan ini diikuti, maka implementasi kebijakan dapat diartikan
sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan (kebijakan dalam bentuk
Undang-Undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan atau dekrit presiden).
Sedangkan Van Meter dan Van Horn (dalam Abdul Wahab, 1997:65)
menjelaskan tentang pengertian implementasi sebagai : those action by public
order reliefs provide individual-individual (or group) that are directed at the
achievement of objectives set forth in prior policy decisions” (tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok
pemerintah atau swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah
digariskan dalam keputusan kebijakan).
273
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 271-281
Mazmanian dan Sabatier (dalam Abdul Wahab, 1997:65) memberikan
penjelasan tentang makna implementasi sebagai berikut : “memahami apa yang
senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan
meruakan fokus perhatian implementasi kebijakan yakni kejadian-kejadian dan
kegiatan-kegiatan yang tumbul sesudah dishkannya pedoman-pedoman kebijakan
negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun
untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadiankejadian”
Bertitik tolak pada pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
implementasi kebijakan sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badanbadan administratif yang bertangung jawab untuk melaksanakan programprogram dan menimbulkan kepatuhan dari kelompok sasaran, melainkan juga
menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang langsung atau
tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan
pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang diharapkan (intended)
maupun yang tidak diharapkan (un intended/ negative effect).
Kebijakan Pengupahan
Ahli ekonomi membuat perbedaan diantara dua pengertian upah, yakni
upah uang dan upah riil. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima para
pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental atau fisik
para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan upah riil adalah
tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli
barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para
pekerja (Kertonegoro, 1999:97).
Hal tersebut muncul karena dalam jangka panjang sejumlah tertentu upah
pekerja akan mempunyai kemampuan yang semakin sedikit didalam membeli
barang-barang dan jasa yang dibutuhkan. Hal ini terjadi akibat naiknya hargaharga barang dan jasa tersebut, kenaikan tersebut pastinya akan menurunkan daya
beli dari sejumlah tertentu pendapatan tersebut. Harga barang dan upah niscaya
akan selalu naik, yang menjadi masalah naiknya tidak serentak dan juga tidak
pada tingkat yang sama besar. Perubahan yang berbeda ini akan menimbulkan
kesulitan untuk mengetahui sampai dimana kenaikan pendapatan merupakan
suatu gambaran dari kenaikan kesejahteraan yang dinikmati pekerja.
Pandangan yang lainnya (bersebrangan) dengan teori neoklasik yakni
efficiency wage theory (teori upah efisiensi). Teori upah efisiensi ini berfokus
pada upah sebagai tujuan yang memotivasi buruh. jumlah usaha yang dibuat
buruh dalam pekerjaannya adalah berhubungan terhadap seberapa baik pekerjaan
itu membayar relatif terhadap alternatif pekerjaan lainnya. perusahaan akan
bersedia membayar upah diatas upah keseimbangan pasar untuk memastikan
bahwa buruh bekerja keras agar tidak kehilangan pekerjaannya yang baik itu
(Kertonegoro, 1999:99).
274
Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651...(Heni Fatmasari)
Implementasi
Peraturan
Gubernur
Kalimantan
Timur
Nomor
651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur
Tahun Pada PT. Triwisnna.
Pemerintah selaku fasilitator menetapkan Upah Minimum berdasarkan
Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang
Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 yang didasarkan
atas rekomendasi dari Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota atau Bupati/Walikota
yang kemudian disesuaikan dengan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/05/HIJ tentang Surat
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.773/2015 Tanggal 8
Desember 2015 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur
Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 Tanggal 28 Desember 2015 tentang
Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timr Sektor Pertambangan
Batu Bara Tahun 2016. Upah Minimum diharapkan mampu menjadi jaring
pengaman terhadap pemberian upah kepada pekerja/buruh. Dikatakan sebagai
jaring pengaman karena Upah Minimum adalah upah terendah yang harus
dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh yang bergolongan paling rendah
dan yang mempunyai masa kerja kurang dari satu tahun. Dengan demikian bagi
pekerja/buruh yang mempunyai golongan dan masa kerja lebih dari satu tahun
harus menerima upah diatas Upah Minimum.
Komunikasi
Dari hasil hasil observasi lapangan diketahui bahwa di sisi perusahaan,
PT. Triwisnna sudah melakukan komunikasi dengan para pekerja mengenai
situasi dan kondisi perusahaan. Disamping itu perusahaan mempunyai prediksi
kemungkinan kenaikan Upah Minimum, yang selanjutnya prediksi tersebut
dimasukkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan. Dengan
penyusunan prediksi kenaikan Upah Minimum tersebut maka diharapkan
perusahaan dapat melakukan proses produksinya untuk mencapai target dalam
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan. Namun prediksi kenaikan Upah
Minimum yang dibuat oleh Pengusaha terlalu kecil dan tidak sepadan dengan
realita kenaikan Upah Minimum hal ini dikarenakan para Pengusaha tidak
menginginkan biaya tenaga kerja mempengaruhi pencapaian kinerja perusahaan
yang berdampak pada pencapaian Laba/Rugi Perusahaan. Pengusaha memberikan
Upah Minimum hanya sebatas memenuhi ketentuan belaka. Kebanyakan
perusahaan memanfaatkan kelemahan posisi karyawan dalam hal tersedianya
lapangan pekerjaan. Banyaknya pengangguran dan terbatasnya lapangan
pekerjaan dimanfaatkan oleh para pengusaha dengan memberikan upah atau gaji
dibawah Upah Minimum atau menunda pembayaran upahnya. Hal ini sama sekali
tidak akan mendapatkan perlawanan dari karyawan karena karyawan berfikiran
lebih baik tetap bekerja dan mendapatkan penghasilan daripada tidak sama sekali.
Pengusaha hanya melihat upah sebagai biaya produksi, dan jarang sekali yang
275
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 271-281
melihat bahwa upah adalah sebagai investasi yang akan dikembalikan oleh
karyawan dalam bentuk produktivitas. Hal inilah yang menyebabkan para
pengusaha dalam pemberlakuan upah bagi karyawan merasa sangat berat.
Padahal apabila upah yang diberikan kepada karyawan dianggap sebagai
investasi yang akan dikembalikan kemudian, tentunya pengusaha tidak perlu
khawatir membayar upah sesuai dengan ketentuan Upah Minimum yang berlaku.
Karena biaya yang telah dikeluarkan akan dikembalikan oleh para karyawan
dalam produktivitas kerja mereka. Dalam penetapan Upah Minimum sebenarnya
sudah mempertimbangkan kepentingan karyawan dan kepentingan perusahaan.
Hal ini dibuktikan dengan adanya keterwakilan dari masing-masing pihak dalam
Dewan Pengupahan. Dengan adanya wakil karyawan dan wakil pengusaha, maka
ketika melakukan survei harga pasar untuk menentukan besarnya Upah
Minimum, masing-masing pihak diberikan kesempatan yang sama untuk
memperjuangkan pihak masing-masing.
Transmisi
Permasalahan pengupahan yang tidak dapat diselesaikan dengan baik antara
pengusaha dengan karyawan, tentunya pengusaha akan kehilangan tingkat
produktivitas perusahaan karena terganggu dengan adanya gejolak tersebut.
Sementara karyawan tidak akan tenang bekerja atau bahkan terancam terkena
dampak gejolak permasalahan tersebut seperti misalnya terjadinya inefisiensi
perusahaaan akibat biaya tenaga kerja yang terlalu tinggi dengan melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pembagian waktu kerja dengan sistem shift
dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan dimana karyawan
akan dapat mampu bekerja dengan baik dan penuh dedikasi apabila para
karyawan tersebut juga terjamin kesejahteraannya yang hal ini perlu didukung
dengan pengupahan yang memadahi. Apabila terdapat jaminan kesejahteraan bagi
karyawan maka karyawan akan memberikan yang terbaik demi kepentingan
perusahaan. Tidak ada penyelewengan yang akan dilakukan karyawan, misalnya
memberikan tenaganya pada jam kerja untuk kepentingan pihak ketiga demi
penambahan penghasilan bagi dirinya yang hal ini tentunya merugikan
perusahaan.
Kejelasan Informasi
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa karyawan sebagai aset
milik perusahaan mempunyai dinamika yang berubah-ubah setiap waktu.
Dinamika inilah yang membedakan antara aset dalam bentuk manusia dengan aset
lainnya. Dikarenakan karyawan adalah sebagai aset, tentunya pengusaha dituntut
untuk me-manage dan melakukan komunikasi serta memperlakukan karyawan
dengan baik sehingga aset tersebut dapat memberikan kontribusi atau keuntungan
bagi perkembangan dan peningkatan kinerja perusahaan. Memperlakukan dengan
baik dimaksud adalah memperlakukan karyawan dengan adil, bijaksana,
276
Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651...(Heni Fatmasari)
transparan, komuniaktif, dan pemberian perhatian yang penuh pada sisi
kesejahteraan karyawan.
Konsistensi Informasi
Untuk mendapatkan upah yang sesuai dengan kebutuhan, karyawan tidak
begitu saja menerima dari perusahaan. Diperlukan perjuangan dan bargaining
untuk mendapatkan besarnya upah sesuai yang diharapkan. Perjuangan
mendapatkan upah yang sesuai ini sering disalahartikan oleh perusahaan dengan
pengertian bahwa karyawan terlalu banyak melakukan tuntutan kepada
perusahaan yang cenderung memberatkan perusahaan. Dari sisi penetapan Upah
Minimum tentunya sudah mewakili perusahaan maupun pihak karyawan karena
dalam penetapannya masing-masing pihak diwakili oleh wakil masing-masing.
Namun apakah wakil dari masing-masing pihak sudah dapat berbuat sesuai
dengan keinginan masing-masing anggotanya. Sementara tingkat kepuasan
sifatnya sangat relatif yang dari masing-masing berbeda. Apalagi kepuasan untuk
pekerja/buruh dengan pengusaha sangat bertolak belakang.
Sumberdaya
Berdasarkan hasil penelitian, disimpukan bahwa pemerintah perlu
mengakomodir kepentingan semua pihak dalam hal penetapan upah minimum
sehingga penetapan tersebut mampu melindungi kepentingan para karyawan
maupun perusahaan terutama dilihat dari sisi sumberdaya karyawan. Pada
dasarnya penetapan upah minimum bertujuan untuk menjaga kesinambungan
perusahaan dan melindungi karyawan. Dalam hal pengupahan perusahaan juga
perlu mempertimbangkan kembali pemberian upah yang dinilai dari sisi
kemampuan dan pekerjaan masing-masing karyawan. Kebanyakan perusahaan
memberikan upah sesuai golongan tertentu tanpa menilai kemampuan
sumberdaya dan hasil kerja dari masing-masing karyawan. Dengan sistem ini
maka tidak ada perbedaan penghasilan antara karyawan yang rajin dengan
karyawan yang malas-malasan. Disamping pengupahan dengan cara tersebut
dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan, tentunya karyawan
dengan sumberdaya yang baik akan mendapatkan tambahan penghasilan
dibandingkan sumberdaya karyawan yang rendah.
Kemampuan Staf
Sumberdaya manusia berkaitan dengan kemampuan staf atau pelaksana
implementator apakah sudah cukup tersedia atau perlu adanya penambahan staf
implementor kebijakan. Ketersediaan jumlah staf yang cukup menjadi faktor
penentu suatu kebijakan. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi
kebijakan salah satunya disebabkan oleh karena staf yang tidak mencukupi,
memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya. Namun jumlah staf yang
memadai belum menjamin keberhasilan implementasi suatu kebijakan, staf harus
mempunyai keterampilan dan kompetensi di bidangnya masing-masing.
277
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 271-281
Sumberdaya manusia implementor Peraturan Gubernur Kalimantan Timur
Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai
Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur
Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 tentang Penetapan Upah Minimum
Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016
pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur, yang
berpendidikan SMA/SMK, Diploma III, Sarjana, dan Pascasarjana dengan latar
belakang disiplin ilmu yang bervariasi memberikan gambaran bahwa hanya
implementator yang mempunyai kualifikasi Sarjana dan Pascasarjana (S2) yang
mempunyai kapabilitas (kemampuan) yang komprehensif dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan dalam rangka sosialisasi kebijakan tersebut.
Kemampuan Anggaran
Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan
modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk menjamin
terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadahi,
kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.
Dalam tataran implementasi Arah dan Kebijakan Umum APBD Kabupaten
Kutai Timur Tahun Anggaran 2015, Arah Kebijakan Umum Belanja mengacu
kepada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintah yang menjadi kewenangan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Kutai Timur adalah mengalokasikan anggaran untuk menunjang
penyelenggaraan fungsi pelayanan, dengan tetap mengacu kepada prinsip
pelayanan masyarakat, keadilan anggaran, serta efisiensi dan efektifitas.
Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi memiliki pengaruh yang paling menentukan terhadap
implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu
mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme,
implementator Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015
tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 yang
menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak agar dalam pelaksanaan
kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah
struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan
cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang
rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi
menjadi tidak fleksibel.
Sementara itu dalam mengimplementasikan Peraturan Gubernur
Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan
278
Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651...(Heni Fatmasari)
Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 Tanggal 28
Desember 2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai
Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016, memang telah sesuai dengan
alur birokrasi dimana ketika muncul permasalahan pengupahan antara karyawan
dan perusahaan, maka karyawan melalui Serikat Pekerja PT. Triwisnna akan
melaksanakan rapat internal dalam mencari solusi yang terbaik. Namun apabila
tidak tercapai kesepakatan selanjutnya akan dimediasi oleh Apkindo Kabupaten
Kutai Timur, dan apabila tetap tidak disepakati, selanjutnya akan dibawa ke Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur.
Sikap (Disposisi)
Sikap (disposisi) adalah perilaku yang ditunjukkan oleh elemen-elemen dari
suatu kegiatan implementasi kebijakan untuk mampu menyelaraskan adanya
penumbuhan perilaku dari sikap yang ditunjukkan oleh para pengembang
kebijakan pemerintah pada subyek dan obyek kebijakan. Termasuk di dalamnya
berbagai bentuk program kegiatan dan tindak lanjut dari suatu kegiatan
pembangunan. Sikap/disposisi implementor Peraturan Gubernur Kalimantan
Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten
Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur
Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 tentang Penetapan Upah Minimum
Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016,
diartikan sebagai watak atau sikap untuk mengimplementasikan kebijakan Upah
Minimum, jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementor tidak
hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai
kemampuan untuk mengimplementasi kebijakan tersebut, tetapi mereka juga
harus mempunyai kesepakatan dan kemauan untuk mengimplementasikan
kebijakan tersebut untuk sesuai dengan tujuan dan standar kebijakan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015
tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat
Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor
561/208/HIJ tentang Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor
561/K.802/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai
Timur Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016 sampai dilakukan penelitian
ini pada PT. Triwisnna diperoleh kesimpulan bahwa belum pernah terjadi
perselisihan dalam hal pengupahan. Hal ini cukup dipahami dimana PT.
Triwisnna memang termasuk ke dalam perusahaan besar yang diasumsikan
sebagai perusahaan yang mempunyai karyawan diatas 100 orang dengan struktur
modal yang kuat. Pada perusahaan-perusahaan besar, perhitungan laba-rugi dan
kinerja perusahaan dihitung secara makro atau secara totalitas per tahunnya. Total
biaya pokok produksi per bulan akan diperhitungkan dengan berapa harga jual
279
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 271-281
hasil produksi dalam satu bulan sehingga akan diketahui berapa tingkat
produktivitas perusahaan dalam satu bulan. Diakhir tahun juga baru akan
kelihatan berapa tingkat produktivitas kinerja perusahaan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Komunikasi yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Kutai Timur dengan melakukan sosialisasi kepada perusahaanperusahaan yang berada di lingkup kerja Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur sebagai bentuk komunikasi yang harus
dijalankan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai
Timur selaku implementor, dan sebagai bentuk komunikasi kelembagaan
dalam rangka pelaksanaan fungsi organisasi dalam menyebarkan dan
mensosialisasikan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor
651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur
Tahun 2016.
2. Sumberdaya implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor
651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur
Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat Keputusan
Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 Tanggal 28 Desember
2015 tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur
Sektor Pertambangan Batu Bara Tahun 2016 telah memiliki kemampuan dan
kompetensi yang tinggi.
3. Struktur birokrasi dalam implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan
Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 kurang tegas, sehingga selama ini belum
pernah ada perusahaan yang mendapatkan sanksi yang diakibatkan atas
kelalaian perusahaan yang mengakibatkan keterlambatan pembayaran gaji
karyawan.
4. Sikap dari implementor dalam hal ini penentu kebijakan harus mempunyai
komitmen yang kuat terhadap implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan
Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 dan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur Nomor 561/208/HIJ tentang Surat
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.802/2015 tentang
Penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten Kutai Timur Sektor
Pertambangan Batu Bara Tahun 2016, melainkan perlu adanya bentuk
pemberitaan kepada publik sebagai bentuk transparansi sebuah kegiatan.
280
Implementasi Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651...(Heni Fatmasari)
Saran-saran
Berdasarkan hasi penelitian ini, penulis dapat memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Diperlukan komunikasi yang efektif antara Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Kutai Timur, Apindo Kabupaten Kutai Timur, dan
PT. Triwisnna sebagai implementor Peraturan Gubernur Kalimantan Timur
Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai
Timur Tahun 2016.
2. Diperlukan sikap dan konsistensi dalam implementatasi Peraturan Gubernur
Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 sehingga dapat berjalan dengan optimal
dalam melindungi hak-hak karyawan.
3. Penetapan Upah Minimum yang berlaku sampai saat ini masih dalam bentuk
Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015 tentang
Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016, sehingga
dalam penerapan sanksi hukum terhadap terjadinya pelanggaran oleh
perusahaan tidak dapat berjalan dengan optimal. Oleh karena itu perlu
Peraturan Daerah (PERDA) sebagai payung hukum pendamping bagi
karyawan.
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solichin. 1997. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Edisi Kedua. Bumi Aksara: Jakarta.
______. 1998. Reformasi Pelayanan Publik Menuju Sistem Pelayanan Yang
Responsif dan Berkualitas. PPS Unibraw: Malang.
______. 1999. Reformasi Pelayanan Publik Kajian dari Perpektif Teori
Governance, Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kebijakan Publik,
Universitas Brawijaya, Malang.
Anonim. 2013. Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 561/K.754/2012
tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) Kalimantan Timur
Tahun 2013.
______. 2015. Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 651/K.773/2015
tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016.
Dye, Thomas R. 1978. Understanding Public Policy. Englewood Eliff, Practice
Hall: New Jersey.
Hughes, 1994. Public Management & Administration. St. Martins, Press, Inc:
New York.
Islamy, M. Irfan, 2000. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi
Aksara. Jakarta.
Kertonegoro, S., 1999. Pengupahan (Wages), Yayasan Tenaga Kerja
Indonesia,Jakarta.
281
Download