Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 MEDIA PEMBELAJARAN PENGHANTAR BERPOLA PIKIR GLOBAL Instructional Media As Conductor To Global Mindset Agus Kichi Hermansyah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Musamus Merauke Jl. Kamizaun Mopah Lama Merauke, Hp/Telp. 085244426757; Email: [email protected] Abstrak Peningkatan pola pikir atau perspektif siswa dapat dibentuk oleh guru. Guru sebagai individu dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting dalam tercapainya pembelajaran di kelas. Dalam memberikan pembelajaran di kelas, guru memiliki otoritas untuk merancang pembelajaran sesuai dengan kreatifitas. Salah satu instrumen dari rancangan pembelajaraan adalah menyiapkan media pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran maka akan dapat memudahkan siswa menerima materi pelajaran. Sehingga media pembelajaran yang tepat perlu dipilih dalam penggunaannya. Untuk menjawab tuntutan perkembangan global, guru hendaknya mempertimbangkan pemilihan penggunaan media pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa agar memiliki pola pikir yang bersifat global. Dalam tulisan ini, dijabarkan poin penting terkait dengan pertimbangan pemilihan media pembelajaran; 1) dasar pertimbangan pemilihan media pembelajaran, 2) penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar - mengajar, 3) nilai dan manfaat media pembelajaran, dan 4) jenis dan kriteria memilih media pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa memiliki pola pikir global. Siswa yang memiliki pola pikir global akan dapat berfikir global, tentunya dengan tidak menghilangkan kearifan lokal. Dengan demikian, siswa akan termotivasi dalam persaingan, tidak hanya dalam skala lokal ataupun nasional, tetapi memiliki daya saing yang bersifat global ataupun internasional. Kata kunci: Guru, Media Pembelajaran, Pola Pikir Global Abstract Increasing student‘s mindset or perspective can be formed by the teacher. Teacher as an individual in teaching learning process holds important role in reaching the instruction in the classroom. In giving the instruction, the teacher has authority to design it appropriate with creativity. One of instruments of the instructional designs is preparing instructional media. By using the instructional media, it can ease the students receive the material. The right instructional media needs to choose in its application. To answer the demand of global expansion, the teacher should consider the choice of application of instructional media which can conduct the students to have global mindset. In this paper, it is elaborated important points related to consideration of deciding the instructional media; 1) basic consideration on deciding the instructional media, 2) application of the instructional media in teaching learning process, 3) value and advantage of the instructional media, and 4) type and criteria of deciding the instructional media which can conduct students to have global mindset. The students who have global mindset will be able to think globally, without ignoring the local wisdom. Therefore, the students will be motivated to competitiveness, not only in the local or national scale but also in the global and even international scale. Key words: teacher, global mindset, instructional media 198 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 PENDAHULUAN Bahan ajar atau materi pelajaran yang terdapat dalam buku teks siswa dan guru sejauh ini belum memasukkan unsur-unsur yang bersifat global yang dapat memacu siswa untuk memiliki wawasan global. Seperti pada muatan (isi/materi) maupun contoh-contoh soal yang disajikan di dalamnya. Sejauh ini pula, isi/materi ataupun soal-soal yang terdapat pada buku teks masih bersifat lokal maupun nasional. Sehingga boleh jadi ketika siswa ditanya mengenai cita-citanya maka lebih banyak siswa akan menjawab ingin menjadi ―polisi‖, ―tentara‖, ―dokter‖, ―guru‖ dan lain sebagainya yang bersifat lokal ataupun nasional. Bukannya siswa mejawab ingin menjadi ―Sekjen PBB‖ ataupun ―Ilmuan Dunia‖. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Sa‘dun (2013:33) dalam bukunya menyebutkan buku ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Disebutkan diantaranya ciri-ciri buku ajar adalah: 1) sumber materi ajar; 2) menjadi referensi baku untuk mata pelajaran tertentu; 3) disusun sistematis dan sederhana; dan 4) disertai petunjuk pembelajaran. Kedudukan isi/materi dalam buku teks/ajar tersebut sebenarnya memegang peranan yang penting dalam membentuk pikiran siswa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu tindakan oleh guru dalam memberikan penjelasan materi kepada siswa agar siswa memiliki wawasan yang luas. Salah satunya dengan memanfaatkan penggunaan media pembelajaran. Dimana guru memiliki otoritas dalam menentukan penggunaan media pembelajaran tersebut, mulai dari proses merancang, menyediakan dan menyajikan/menggunakan media pembelajaran. Pada proses belajar, seorang pengajar mempunyai tugas untuk merangsang serta meningkatkan jalannya proses belajar siswa. Rooijakkers (1988:14) menjelaskan tahapan proses belajar yang dilalui siswa, yaitu dimulai dengan konsep bahwa siswa tidak tahu, kemudian masuk dalam proses belajar (termasuk didalamnya terdapat unsur motivasi, perhatian pada pelajaran, menerima dan mengingat, reproduksi, generalisasi dan melaksanakan latihan dan umpan balik) dan mengerti akan suatu hal yang baru. Seseorang yang melakukan kegiatan belajar dapat disebut telah mengerti suatu hal jika mereka juga dapat menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Disebutkan oleh Nurseto (2011), sesuai dengan kemajuan Teknologi Pendidikan (Educational Technology), maupun Teknologi Pembelajaran (Instructional Technology) menuntut digunakannya berbagai media pembelajaran (instructional media) serta peralatan-peralatan yang semakin canggih (sophisticated). Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pesan (pembelajar saja), tetapi siswa juga dapat bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Pada kondisi tersebutlah terjadi apa yang disebut dengan komunikasi dua arah, atau bahkan komunikasi banyak arah. Dalam komunikasi pembelajaran, media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Artinya, proses pembelajaran akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Agar penyampaian materi pelajaran dapat diterima baik serta menarik perhatian siswa, seorang guru tidak cukup memanfaatkan indera pendengaran saja. Dalam penyampaiannya guru menggunakan metode ceramah saja atau dengan kalimat-kalimat verbal, melainkan guru sebaiknya memanfaatkan media pembelajaran yang dapat diterima 199 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 oleh indera penglihatan dan juga pendengaran siswa. Ada beberapa jenis media pembelajaran praktis dan umum yang dapat digunakan guru tersedia di kelas yang mampu membuat suatu pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan utama pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa penambahan aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif) dan aspek keterampilan (psikomotorik) ke arah yang positif menuju perbaikan. Siswa menjadi lebih pandai, memiliki budi pekerti dan keterampilan yang baik. Media pembelajaran dirancang agar guru dapat mengontrol dan mengolah tampilannya setiap saat atau kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Media pembelajaran dapat berupa video, suara atau audio, grafis, animasi, teks ataupun tulisan. Media-media tersebut merupakan pilihan guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang disampaikan dengan uraian lisan, yang pada akhirnya akan dicatat siswa secara cermat untuk mencerna fakta, konsep ataupun materi pelajaran agar mudah dipahami. Disebutkan oleh Anderson (1987:2) memilih media bahkan merupakan bagian integral dari proses perencanaan pembelajaran. Pengetahuan dan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran yang telah dirancang sangat menunjang kelancaran penyampaian ilmu pengetahuan. Oleh karena itu perlu seorang guru menguasai media pembelajaran yang digunakan. Banyak cara penyampaian materi pembelajaran agar dapat diterima dan diserap dengan baik oleh siswa. Bahkan jauh sebelumnya, Schramm (1977: 177) menyebutkan media pembelajaran sebagai ―supplement the school‖. Itu berarti menunjukkan betapa pentingnya menggunakan media pembelajaran dalam proses pendidikan di sekolah, dimana kelas merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan, dan guru adalah aktor dibalik itu semua. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan menyajikan isi/materi yang bersifat global, maka akan dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat pula menjadikan media pembelajaran sebagai penghantar berpola pikir global bagi siswa. PEMBAHASAN Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran Beberapa penyebab guru memilih media antara lain adalah sebagai berikut, seperti yang disampaikan oleh Sadiman (2010:84): a. bermaksud mendemonstrasikannya seperti dalam menjelaskan materi; b. merasa sudah akrap dengan media tersebut, misalnya seorang guru sudah terbiasa menggunakan peta dunia ataupun globe yang ada dipasaran; c. ingin memberi gambaran atau penjelasan yang konkret kepada siswa (terlebih pada anak usia sekolah dasar yang sesuai dengan tahap perkembangannya); dan d. merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan guru, misalnya untuk menarik minat atau memotivasi belajar siswa. Jadi, dasar pertimbangan guru memilih penggunaan suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Selanjutnya menurut Sadiman (2010:84) hal yang menjadi pertanyaan di sini adalah apa yang menjadi ukuran atau kriteria kesesuaian tersebut. Jawaban atas pertanyaan tersebut tidaklah semudah pertanyaannya. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan, misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis 200 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak, dan seterusnya), keadaan tempat atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Faktorfaktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam keputusan pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan. Media pembelajaran dapat berupa media jadi dan media pembelajaran yang dibuat sendiri. Ketika akan memilih media jadi, ada pertanyaan-pertanyaan praktis yang digunakan pada saat pemilihan media jadi tersebut, seperti yang disampaikan oleh Sadiman (2010:85) yaitu: 1) Apakah media yang akan digunakan tersebut relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai? 2) Apakah ada sumber informasi, katalog, dan sebagainya mengenai media yang akan digunakan? 3) Apakah perlu dibentuk tim untuk mereviu yang terdiri dari calon pemakai? 4) Apakah ada media pembelajaran di pasaran yang telah divalidasikan? 5) Apakah media yang akan digunakan tersebut boleh direviu terlebih dahulu? 6) Apakah tersedia format reviu yang sudah dibakukan? Selain media jadi, guru juga dapat sendiri membuat media pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam pembelajaran secara keseluruhan. Pada dasarnya, dasar pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran beserta kontennya sudah seharusnya menyesuaikan dengan materi yang hendak dibawakan atau tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Jika ingin memberikan wawasan yang luas kepada siswa hendaknya konten/isi/materi dalam media pembelajaran yang dibuat juga harus berisi konten yang cakupannya luas, tidak lagi kedaerahan. Semisal, dalam menghitung jarak kota dalam pembelajaran Matematika, guru dapat mencontohkan bukan lagi jarak antara kota Surabaya dan Malang, tetapi guru dapat mencontohkan semisal antara Serawak hingga Sabah di Malaysia, ataupun jarak antara Tokyo dan Hirosima di Jepang. Selain siswa akan bertanya dimana letak daerah tersebut berada, siswa pun tetap dapat menghitung jarak kedua tempat tersebut, dimana standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi tujuan utama dalam pencapaian pembelajaran. Dalam bukunya, Edgar Dale (1969:350) membuat klasifikasi tentang menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar dari yang paling abstrak ke yang paling konkret. Klasifikasi tersebut diberi istilah ―Cone of Experience‖. Dalam kerucut pengalaman tersebut disebutkan dari yang paling abstrak ke yang paling konkrit adalah sebagai berikut: 1) simbol kata, 2) simbol visual, 3) rekaman, radio dan gambar diam, 4) gambar hidup, 5) televisi, 6) pameran, 7) karyawisata, 8) demonstrasi/peragaan, 9) pengalaman dramatisasi, 10) pengalaman merencanakan, dan 11) pengalaman langsung. Dengan demikian, jelaslah mengapa sebuah media pembelajaran itu dibuat atau digunakan dengan alasan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa, dengan harapan siswa dapat terbantu dalam proses belajarnya. Menurut Dale, dengan memberikan pengalaman langsung dalam pembelajaran akan memudahkan siswa untuk mendapatkan pengalaman yang bermakna dengan berinteraksi melalui media pembelajaran yang disajikan, sehingga dapat menghantarkan pada tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. Penggunaan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar - Mengajar Menurut Sudjana (2010:1) proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum dari suatu lembaga pendidikan, agar 201 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial dan keterampilan (kognitif, afektif dan psikomotorik) agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut, tentunya akan terjadi interaksi. Baik interaksi antara siswa-guru, siswa-siswa, atapun siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar. Tentunya, kegiatan tersebut diatur oleh guru dalam merancang proses pembelajaran (belajar-mengajar). Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pembelajaran, bahan ajar, metode pengajaran dan penilaian. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan komponen-komponen pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah mereka menempuh berbagai pengalaman belajarnya selama proses belajar-mengajar. Sudjana (2010:1) pula menyebutkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Metode pengajaran adalah metode dan teknik yang diguakan guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan ajar sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pembelajaran. Dalam metode pembelajaran, ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pembelajaran yang digunakan. Sedangkan penilaian atau evaluasi adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Sekali lagi, media pembelajaran merupakan bagian dalam proses belajarmengajar yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar-mengajar. Disampaikan pula sebelumnya oleh Heinich (2002:6) untuk membangun pemahaman yang bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa, pembelajar perlu dasar dalam pengalaman yang konkrit, dan membawa objek nyata dalam kelas sangat dapat membantu hal tersebut terjadi. Benda nyata boleh jadi tersedia atau dapat pula dibuat sendiri oleh guru untuk dihadirkan dalam pembelajaran. Sementara Smaldino (2004:6-7) menjelaskan bahwa belajar adalah perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru sebagai individu yang berinteraksi dengan informasi dan lingkungannya. Disebutkan proses belajar melibatkan aspek perspektif psikologi, perspektif kognitif dan perspektif sosial psikologis, sehingga belajar merupakan proses psikologi dimana dalam psikologi selalu berkaitan dengan interaksi sosial. Ditambahkan pula oleh Slavin (Smaldino, 2004:7) yang telah mengambil kedudukan model pembelajaran kooperatif lebih efektif jika dibandingkan dengan model pembelajaran kompetitif dan individual. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diabaikan begitu saja. Bahkan diawal sudah dijelaskan menurut Schramm bahwa media pembelajaran sebagai suplemen bagi sekolah dan begitu penting dalam proses belajarmengajar. Media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang dapat memberikan penjelasan atau gambaran bagi siswa. Dengan memperhatikan alasan tersebut, seorang guru tentunya dalam penggunaan media pembelajaran perlu mempertimbangkan konten atau muatan dalam media tersebut. Jika guru menghendaki akan terjadinya perubahan pola pikir yang global, maka guru harus memasukkan konten atau muatan yang 202 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 bersifat global kedalam media yang akan digunakan. Dimana dalam buku teks atau buku ajar tidak terdapat konten tersebut. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran Media pembelajaran dapat meningkatkan proses belajar siswa dalam pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pembelajaran dapat meningkatkan proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa secara umum, sesuai dengan pendapat Sudjana (2010:2) antara lain: 1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) bahan ajar akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik; 3) metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak hanya menggunakan bahasa verbal atau penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan; 4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian atau penjelasan guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, atau mendemonstrasikannya dan lain-lain; 5) mengkonkritkan konsep-konsep atau fakta yang abstrak; 6) dapat menyamakan persepsi siswa, dengan melihat referensi pendukung yang diberikan guru maka siswa akan memiliki persepsi yang sama; 7) menghadirkan objek-objek yang berbahaya atau sulit untuk didapatkan kedalam lingkungan belajar siswa, semisal guru dapat menjelaskan dengan menggunakan gambar atau film ketika akan menjelaskan lautan, gunung meletus, ruang angkasa, binatang buas dan lain-lain. Alasan kedua mengapa penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Seperti yang disampaikan oleh Piaget (Dworetzky, 1990:242) taraf berfikir siswa dikategorikan kedalam empat tahap, yaitu: 1) tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), 2) tahap praoperasional (usia 27 tahun), 3) tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun, dan 4) tahap operasional formal (usia 11 tahun keatas). Pada usia sekolah, anak termasuk dalam tahap operasinal konkret. Sehingga mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berfikir konkrit menuju ke berfikir abstrak, dimulai dari berfikir sederhana menuju ke berfikir kompleks. Karena usia sekolah masuk dalam kategori operasional konkret, penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berfikir tersebut sebab melalui penggunaan media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkritkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhakan. Alasan ketiga yaitu bekenaan dengan peran media pembelajaran itu sendiri dalam proses belajar-mengajar. Heinich (2010:11-12) menyebutkan ada dua peran media dalam proses belajar, yaitu: ―instructor-directed instruction‖ dan ―instructor-independent instruction‖. Media pembelajaran dapat langsung digunakan oleh guru untuk menjelaskan suatu materi pelajaran atau dapat pula menggantikan peran guru dengan menyediakan ―packaged‖ suatu media kedalam proses belajar-mengajar. Dengan kata lain, guru menyediakan seperangkat media untuk digunakan secara mandiri oleh siswa. Alasan keempat yaitu pemanfaatan media pembelajaran dijadikan sebagai penghantar berpola pikir global bagi siswa. Dengan menanamkan nilai-nilai manfaat dari penggunaan media pembelajaran tersebut, diharapkan siswa terbuka wawasannya, 203 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 memiliki jiwa kompetitif yang global, serta dapat merubah pola pikir kedepannya sehingga berguna bagi kehidupannya hingga dewasa kelak. Jenis dan Kriteria Memilih Media Pembelajaran Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan LCD dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran yaitu memanfaatkan lingkungan yang tersedia. Penggunaan jenis media pembelajaran diatas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dari perannya dalam membantu meningkatkan proses pembelajaran. Sehingga diharapkan dengan menggunakan media pembelajaran proses pembelajaran dapat terbantu dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Sebuah penggunaan poster sederhana yang dapat menggugah pentingnya memelihara kebersihan lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran film mengenai gambaran sebuah kota yang bersih yang memerlukan peralatan yang relatif mahal, untuk sekadar mencapai tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan. Demikian juga gambar peta Jawa Timur yang dibuat guru di papan tulis mempunyai manfaat yang tinggi dibandingkan dengan globe yang mahal harganya, apabila tujuannya hanya menunjukkan letak kota kabupaten di Jawa Timur. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran, bahan ajar, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menyediakan dan menggunakannya dalam proses pembelajaran. Dalam kaitannya memilih media untuk kepentingan pembelajaran dapat digunakan kriteria-kriteria menurut Sudjana (2010:4) sebagai berikut: 1) ketepatannya dengan tujuan pembelajaran; artinya media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. 3) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang akan digunakan mudah diperoleh, setidaknya mudah dibuat oleh guru. Media grafis umumnya dapat dibuat oleh guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana dan praktis penggunaannya. 4) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apapun jenis media yang digunakan syarat utamanya adalah guru harus dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaannya oleh guru saat terjadi interaksi belajar siswa. Tersedia LCD, Proyektor film, komputer dan alat-alat canggih lainnya tidak akan berdampak bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pembelajaran. 5) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung. 6) Sesuai dengan taraf berfikir siswa; memilih media untuk pembelajaran harus sesuai 204 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh siswa. Lebih lanjut lagi, Heinich (2002:54-79) telah mengkonstruksi model prosedural penggunaan media pembelajaran dengan memberi nama akronim ―ASSURE‖. Dimana model tersebut menjamin penggunaan media pembelajaran yang efektif. ASSURE merupakan kepanjangan dari Analiyze Learners, State Objectives, Select (Methods, Media and Materials), Utilize Media and Materials, Require Learner Participan, dan Evaluate and Revise. Penjelasan dari model prosedural penggunaan media pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: 1) identifikasi siswa, dimana dalam penyusunan media harus memperhatikan karakteristik umum, tujuan kompetensi dan gaya belajar siswa; 2) perumusan tujuan, yaitu harapan akhir yang akan dicapai setelah proses pembelajaran; 3) memilih (metode, media dan bahan), ada tiga tahap yaitu menentukan metode untuk diberikan dalam pembelajaran, memilih format media yang cocok untuk dihadirkan dalam metode tersebut dan memilih, memodifikasi atau mendesain bahan kedalam format media tersebut; 4) perumusan media dan bahan, menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran; 5) partisipasi siswa, siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran; dan 6) evaluasi dan revisi, untuk menilai apakah tujuan penggunaan media telah tercapai dan mengadakan perbaikan guna memperbaiki media pembelajaran yang digunakan tersebut. Dengan kriteria pemilihan media pembelajaran di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugastugasnya sebagai pengajar. Guru dapat memodifikasi media pembelajaran yang akan digunakan dengan memasukkan konten-konten ataupun memberikan contoh-contoh yang bersifat global, tentunya dengan harapan pola pikir siswa akan berubah pula. Dalam penerapannya kehadiran media dalam proses pembelajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, sebaliknya yakni harus mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pelajaran. Media sebagai alat dan sumber pengajaran tidak bisa menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang mustahil dapat meningkatkan kualitas pengajaran. Media pembelajaran pula bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dan mengajar guru. Dari penjelasan di atas Sudjana (2010:6-7) menyimpulkan bahwa peranan media dalam proses pembelajaran ditempatkan sebagai: 1) Alat untuk memperjelas bahan ajar pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran digunakan guru sebagai varisi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran. 2) Alat untuk memberikan wawasan kepada siswa. Jika konten media pembelajaran yang diberikan sempit maka wawasan siswapun akan sempit, sebaliknya dengan memasukkan wawasan yang luas atau bersifat global dalam media pembelajaran maka siswapun akan memiliki wawasan yang luas dan dapat menghantarkan siswa memiliki pola pikir yang global. 3) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari siswa baik individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya dan membuat siswa mempunyai pengalaman belajar. 205 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 PENUTUP Kesimpulan Penggunaan berbagai jenis media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat mendukung dan meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Ada banyak jenis media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan di dalam menyampaikan materi ajar agar lebih efektif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dengan maksimal. Oleh karena itu, seorang guru yang profesional, pengetahuan tentang jenis-jenis media pembelajaran adalah sesuatu hal yang sangat diperlukan. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, seorang guru dalam proses pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa. Media pembelajaran dapat dibuat oleh guru ataupun bersama-sama dengan siswa dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekolah. Tentunya guru harus mempertimbangkan muatan dalam pemilihan media pembelajaran tersebut yang dapat memacu dan memotivasi siswa agar memiliki wawasan yang bersifat global. Sehingga media pembelajaran tidak mustahil dapat menghantarkan siswa untuk memiliki pola pikir yang bersifat global. Saran Guru sebagai aktor dalam pendidikan dan sebagai individu yang mempunyai otoritas dalam proses pembelajaran di kelas, sudah saatnya memberikan suguhan-suguhan yang dapat merubah pola pikir. Salah satunya yaitu dengan menggunakan media pembelajaran sebagai penghantar berpola pikir global. Dengan mengetahui begitu pentingnya penanaman nilai dan manfaat dalam penggunaan media pembelajaran, diharapkan guru dapat memasukkan konten/isi ataupun contoh-contoh yang bermuatan global yang ada pada media pembelajaran yang dibuat atau dipilihnya. Sehingga dalam penerapannya akan dihasilkan siswa-siswa yang memiliki pola pikir global. DAFTAR PUSTAKA Akbar, Sa‘dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Dale, Edgar. 1969. Audiovisual Methods in Teaching. USA: The Dryden Press, Holt, Rinehart and Winston, INC Dworetzky, J.P. 1990. Introduction to Child Development. St. Paul, USA: West Publishing Company Heinich, R, dkk. 2002. Instuctional Media and Technologies for Learning Seventh Edition. Ohio: Merrill Prentice Hall Miarso, Yusufhadi, dan tim penerjemah. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran oleh Ronald H. Anderson. Jakarta: Rajawali Nurseto, Tejo. 2011. Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, vol. 8 (1): 19-35. (Online), (http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/viewFile/706/570, di akses tanggal 02 Maret 2016) Rooijakkers, Ad. 1988. Mengajar dengan Sukses, Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia 206 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Sadiman, S. Arief, dkk. 2010. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers Schramm, Wilbur. 1977. Big Media Little Media, Tools and Technologies for Instruction. London: SAGE Publications Smaldino, E. Sharon, dkk. 2004. Instructional Technology and Media for Learning. Ohio: Merrill Prentice Hall Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru 207