198 MEDIA PEMBELAJARAN PENGHANTAR

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
MEDIA PEMBELAJARAN PENGHANTAR BERPOLA PIKIR GLOBAL
Instructional Media As Conductor To Global Mindset
Agus Kichi Hermansyah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Musamus Merauke
Jl. Kamizaun Mopah Lama Merauke, Hp/Telp. 085244426757;
Email: [email protected]
Abstrak
Peningkatan pola pikir atau perspektif siswa dapat dibentuk oleh guru. Guru sebagai
individu dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting dalam tercapainya
pembelajaran di kelas. Dalam memberikan pembelajaran di kelas, guru memiliki otoritas
untuk merancang pembelajaran sesuai dengan kreatifitas. Salah satu instrumen dari
rancangan pembelajaraan adalah menyiapkan media pembelajaran. Dengan menggunakan
media pembelajaran maka akan dapat memudahkan siswa menerima materi pelajaran.
Sehingga media pembelajaran yang tepat perlu dipilih dalam penggunaannya. Untuk
menjawab tuntutan perkembangan global, guru hendaknya mempertimbangkan pemilihan
penggunaan media pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa agar memiliki pola pikir
yang bersifat global. Dalam tulisan ini, dijabarkan poin penting terkait dengan
pertimbangan pemilihan media pembelajaran; 1) dasar pertimbangan pemilihan media
pembelajaran, 2) penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar - mengajar, 3) nilai
dan manfaat media pembelajaran, dan 4) jenis dan kriteria memilih media pembelajaran
yang dapat menghantarkan siswa memiliki pola pikir global. Siswa yang memiliki pola
pikir global akan dapat berfikir global, tentunya dengan tidak menghilangkan kearifan
lokal. Dengan demikian, siswa akan termotivasi dalam persaingan, tidak hanya dalam skala
lokal ataupun nasional, tetapi memiliki daya saing yang bersifat global ataupun
internasional.
Kata kunci: Guru, Media Pembelajaran, Pola Pikir Global
Abstract
Increasing student‘s mindset or perspective can be formed by the teacher. Teacher as an
individual in teaching learning process holds important role in reaching the instruction in
the classroom. In giving the instruction, the teacher has authority to design it appropriate
with creativity. One of instruments of the instructional designs is preparing instructional
media. By using the instructional media, it can ease the students receive the material. The
right instructional media needs to choose in its application. To answer the demand of
global expansion, the teacher should consider the choice of application of instructional
media which can conduct the students to have global mindset. In this paper, it is elaborated
important points related to consideration of deciding the instructional media; 1) basic
consideration on deciding the instructional media, 2) application of the instructional media
in teaching learning process, 3) value and advantage of the instructional media, and 4) type
and criteria of deciding the instructional media which can conduct students to have global
mindset. The students who have global mindset will be able to think globally, without
ignoring the local wisdom. Therefore, the students will be motivated to competitiveness,
not only in the local or national scale but also in the global and even international scale.
Key words: teacher, global mindset, instructional media
198
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PENDAHULUAN
Bahan ajar atau materi pelajaran yang terdapat dalam buku teks siswa dan guru
sejauh ini belum memasukkan unsur-unsur yang bersifat global yang dapat memacu siswa
untuk memiliki wawasan global. Seperti pada muatan (isi/materi) maupun contoh-contoh
soal yang disajikan di dalamnya. Sejauh ini pula, isi/materi ataupun soal-soal yang terdapat
pada buku teks masih bersifat lokal maupun nasional. Sehingga boleh jadi ketika siswa
ditanya mengenai cita-citanya maka lebih banyak siswa akan menjawab ingin menjadi
―polisi‖, ―tentara‖, ―dokter‖, ―guru‖ dan lain sebagainya yang bersifat lokal ataupun
nasional. Bukannya siswa mejawab ingin menjadi ―Sekjen PBB‖ ataupun ―Ilmuan Dunia‖.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Sa‘dun (2013:33) dalam bukunya menyebutkan buku ajar adalah buku teks yang
digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Disebutkan diantaranya
ciri-ciri buku ajar adalah: 1) sumber materi ajar; 2) menjadi referensi baku untuk mata
pelajaran tertentu; 3) disusun sistematis dan sederhana; dan 4) disertai petunjuk
pembelajaran. Kedudukan isi/materi dalam buku teks/ajar tersebut sebenarnya memegang
peranan yang penting dalam membentuk pikiran siswa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
tindakan oleh guru dalam memberikan penjelasan materi kepada siswa agar siswa memiliki
wawasan yang luas. Salah satunya dengan memanfaatkan penggunaan media
pembelajaran. Dimana guru memiliki otoritas dalam menentukan penggunaan media
pembelajaran tersebut, mulai dari proses merancang, menyediakan dan
menyajikan/menggunakan media pembelajaran.
Pada proses belajar, seorang pengajar mempunyai tugas untuk merangsang serta
meningkatkan jalannya proses belajar siswa. Rooijakkers (1988:14) menjelaskan tahapan
proses belajar yang dilalui siswa, yaitu dimulai dengan konsep bahwa siswa tidak tahu,
kemudian masuk dalam proses belajar (termasuk didalamnya terdapat unsur motivasi,
perhatian pada pelajaran, menerima dan mengingat, reproduksi, generalisasi dan
melaksanakan latihan dan umpan balik) dan mengerti akan suatu hal yang baru. Seseorang
yang melakukan kegiatan belajar dapat disebut telah mengerti suatu hal jika mereka juga
dapat menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
Disebutkan oleh Nurseto (2011), sesuai dengan kemajuan Teknologi Pendidikan
(Educational Technology), maupun Teknologi Pembelajaran (Instructional Technology)
menuntut digunakannya berbagai media pembelajaran (instructional media) serta
peralatan-peralatan yang semakin canggih (sophisticated). Siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pesan (pembelajar saja), tetapi siswa juga dapat bertindak sebagai
komunikator atau penyampai pesan. Pada kondisi tersebutlah terjadi apa yang disebut
dengan komunikasi dua arah, atau bahkan komunikasi banyak arah. Dalam komunikasi
pembelajaran, media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efektifitas
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Artinya, proses pembelajaran akan
terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat
media tersebut.
Agar penyampaian materi pelajaran dapat diterima baik serta menarik perhatian
siswa, seorang guru tidak cukup memanfaatkan indera pendengaran saja. Dalam
penyampaiannya guru menggunakan metode ceramah saja atau dengan kalimat-kalimat
verbal, melainkan guru sebaiknya memanfaatkan media pembelajaran yang dapat diterima
199
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
oleh indera penglihatan dan juga pendengaran siswa. Ada beberapa jenis media
pembelajaran praktis dan umum yang dapat digunakan guru tersedia di kelas yang mampu
membuat suatu pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tujuan utama pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku pada peserta
didik. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa penambahan aspek pengetahuan
(kognitif), aspek sikap (afektif) dan aspek keterampilan (psikomotorik) ke arah yang positif
menuju perbaikan. Siswa menjadi lebih pandai, memiliki budi pekerti dan keterampilan
yang baik.
Media pembelajaran dirancang agar guru dapat mengontrol dan mengolah
tampilannya setiap saat atau kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Media pembelajaran
dapat berupa video, suara atau audio, grafis, animasi, teks ataupun tulisan. Media-media
tersebut merupakan pilihan guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang disampaikan
dengan uraian lisan, yang pada akhirnya akan dicatat siswa secara cermat untuk mencerna
fakta, konsep ataupun materi pelajaran agar mudah dipahami. Disebutkan oleh Anderson
(1987:2) memilih media bahkan merupakan bagian integral dari proses perencanaan
pembelajaran. Pengetahuan dan kemampuan guru dalam menggunakan media
pembelajaran yang telah dirancang sangat menunjang kelancaran penyampaian ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu perlu seorang guru menguasai media pembelajaran yang
digunakan.
Banyak cara penyampaian materi pembelajaran agar dapat diterima dan diserap
dengan baik oleh siswa. Bahkan jauh sebelumnya, Schramm (1977: 177) menyebutkan
media pembelajaran sebagai ―supplement the school‖. Itu berarti menunjukkan betapa
pentingnya menggunakan media pembelajaran dalam proses pendidikan di sekolah, dimana
kelas merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan, dan guru adalah aktor dibalik itu
semua. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan menyajikan isi/materi
yang bersifat global, maka akan dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat
pula menjadikan media pembelajaran sebagai penghantar berpola pikir global bagi siswa.
PEMBAHASAN
Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran
Beberapa penyebab guru memilih media antara lain adalah sebagai berikut, seperti
yang disampaikan oleh Sadiman (2010:84): a. bermaksud mendemonstrasikannya seperti
dalam menjelaskan materi; b. merasa sudah akrap dengan media tersebut, misalnya
seorang guru sudah terbiasa menggunakan peta dunia ataupun globe yang ada dipasaran; c.
ingin memberi gambaran atau penjelasan yang konkret kepada siswa (terlebih pada anak
usia sekolah dasar yang sesuai dengan tahap perkembangannya); dan d. merasa bahwa
media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan guru, misalnya untuk menarik minat
atau memotivasi belajar siswa. Jadi, dasar pertimbangan guru memilih penggunaan suatu
media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang
diinginkan atau tidak.
Selanjutnya menurut Sadiman (2010:84) hal yang menjadi pertanyaan di sini adalah
apa yang menjadi ukuran atau kriteria kesesuaian tersebut. Jawaban atas pertanyaan
tersebut tidaklah semudah pertanyaannya. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan,
misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis
200
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak, dan seterusnya), keadaan tempat
atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Faktorfaktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam keputusan pemilihan media
pembelajaran yang akan digunakan.
Media pembelajaran dapat berupa media jadi dan media pembelajaran yang dibuat
sendiri. Ketika akan memilih media jadi, ada pertanyaan-pertanyaan praktis yang
digunakan pada saat pemilihan media jadi tersebut, seperti yang disampaikan oleh Sadiman
(2010:85) yaitu: 1) Apakah media yang akan digunakan tersebut relevan dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai? 2) Apakah ada sumber informasi, katalog, dan
sebagainya mengenai media yang akan digunakan? 3) Apakah perlu dibentuk tim untuk
mereviu yang terdiri dari calon pemakai? 4) Apakah ada media pembelajaran di pasaran
yang telah divalidasikan? 5) Apakah media yang akan digunakan tersebut boleh direviu
terlebih dahulu? 6) Apakah tersedia format reviu yang sudah dibakukan?
Selain media jadi, guru juga dapat sendiri membuat media pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan komponen yang
tak terpisahkan dalam pembelajaran secara keseluruhan. Pada dasarnya, dasar
pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran beserta kontennya sudah seharusnya
menyesuaikan dengan materi yang hendak dibawakan atau tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Jika ingin memberikan wawasan yang luas kepada siswa hendaknya
konten/isi/materi dalam media pembelajaran yang dibuat juga harus berisi konten yang
cakupannya luas, tidak lagi kedaerahan. Semisal, dalam menghitung jarak kota dalam
pembelajaran Matematika, guru dapat mencontohkan bukan lagi jarak antara kota
Surabaya dan Malang, tetapi guru dapat mencontohkan semisal antara Serawak hingga
Sabah di Malaysia, ataupun jarak antara Tokyo dan Hirosima di Jepang. Selain siswa akan
bertanya dimana letak daerah tersebut berada, siswa pun tetap dapat menghitung jarak
kedua tempat tersebut, dimana standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi tujuan
utama dalam pencapaian pembelajaran.
Dalam bukunya, Edgar Dale (1969:350) membuat klasifikasi tentang menentukan
alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar dari yang paling abstrak ke yang
paling konkret. Klasifikasi tersebut diberi istilah ―Cone of Experience‖. Dalam kerucut
pengalaman tersebut disebutkan dari yang paling abstrak ke yang paling konkrit adalah
sebagai berikut: 1) simbol kata, 2) simbol visual, 3) rekaman, radio dan gambar diam, 4)
gambar hidup, 5) televisi, 6) pameran, 7) karyawisata, 8) demonstrasi/peragaan, 9)
pengalaman dramatisasi, 10) pengalaman merencanakan, dan 11) pengalaman langsung.
Dengan demikian, jelaslah mengapa sebuah media pembelajaran itu dibuat atau digunakan
dengan alasan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa, dengan harapan
siswa dapat terbantu dalam proses belajarnya. Menurut Dale, dengan memberikan
pengalaman langsung dalam pembelajaran akan memudahkan siswa untuk mendapatkan
pengalaman yang bermakna dengan berinteraksi melalui media pembelajaran yang
disajikan, sehingga dapat menghantarkan pada tujuan pembelajaran tercapai dengan
maksimal.
Penggunaan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar - Mengajar
Menurut Sudjana (2010:1) proses belajar-mengajar atau proses pengajaran
merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum dari suatu lembaga pendidikan, agar
201
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan
pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan
tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial dan keterampilan (kognitif, afektif dan
psikomotorik) agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam
mencapai tujuan tersebut, tentunya akan terjadi interaksi. Baik interaksi antara siswa-guru,
siswa-siswa, atapun siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar. Tentunya, kegiatan
tersebut diatur oleh guru dalam merancang proses pembelajaran (belajar-mengajar).
Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pembelajaran, bahan
ajar, metode pengajaran dan penilaian. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan
komponen-komponen pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah rumusan kemampuan
yang diharapkan dimiliki para siswa setelah mereka menempuh berbagai pengalaman
belajarnya selama proses belajar-mengajar.
Sudjana (2010:1) pula menyebutkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi
keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang
bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Metode
pengajaran adalah metode dan teknik yang diguakan guru dalam melakukan interaksinya
dengan siswa agar bahan ajar sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan
pembelajaran. Dalam metode pembelajaran, ada dua aspek yang paling menonjol yakni
metode mengajar dan media pembelajaran yang digunakan. Sedangkan penilaian atau
evaluasi adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai-tidaknya tujuan
pembelajaran. Sekali lagi, media pembelajaran merupakan bagian dalam proses belajarmengajar yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar-mengajar.
Disampaikan pula sebelumnya oleh Heinich (2002:6) untuk membangun
pemahaman yang bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa, pembelajar perlu dasar
dalam pengalaman yang konkrit, dan membawa objek nyata dalam kelas sangat dapat
membantu hal tersebut terjadi. Benda nyata boleh jadi tersedia atau dapat pula dibuat
sendiri oleh guru untuk dihadirkan dalam pembelajaran.
Sementara Smaldino (2004:6-7) menjelaskan bahwa belajar adalah perkembangan
ilmu pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru sebagai individu yang berinteraksi
dengan informasi dan lingkungannya. Disebutkan proses belajar melibatkan aspek
perspektif psikologi, perspektif kognitif dan perspektif sosial psikologis, sehingga belajar
merupakan proses psikologi dimana dalam psikologi selalu berkaitan dengan interaksi
sosial. Ditambahkan pula oleh Slavin (Smaldino, 2004:7) yang telah mengambil
kedudukan model pembelajaran kooperatif lebih efektif jika dibandingkan dengan model
pembelajaran kompetitif dan individual.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar tidak dapat
diabaikan begitu saja. Bahkan diawal sudah dijelaskan menurut Schramm bahwa media
pembelajaran sebagai suplemen bagi sekolah dan begitu penting dalam proses belajarmengajar. Media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang dapat
memberikan penjelasan atau gambaran bagi siswa. Dengan memperhatikan alasan tersebut,
seorang guru tentunya dalam penggunaan media pembelajaran perlu mempertimbangkan
konten atau muatan dalam media tersebut. Jika guru menghendaki akan terjadinya
perubahan pola pikir yang global, maka guru harus memasukkan konten atau muatan yang
202
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
bersifat global kedalam media yang akan digunakan. Dimana dalam buku teks atau buku
ajar tidak terdapat konten tersebut.
Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat meningkatkan proses belajar siswa dalam pembelajaran
yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan,
mengapa media pembelajaran dapat meningkatkan proses belajar siswa. Alasan pertama
berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa secara umum,
sesuai dengan pendapat Sudjana (2010:2) antara lain: 1) pembelajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) bahan ajar akan lebih
jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami oleh siswa, dan
memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik; 3) metode pembelajaran
akan lebih bervariasi, tidak hanya menggunakan bahasa verbal atau penuturan kata-kata
oleh guru, sehingga siswa tidak bosan; 4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar,
sebab tidak hanya mendengarkan uraian atau penjelasan guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, atau mendemonstrasikannya dan lain-lain; 5)
mengkonkritkan konsep-konsep atau fakta yang abstrak; 6) dapat menyamakan persepsi
siswa, dengan melihat referensi pendukung yang diberikan guru maka siswa akan memiliki
persepsi yang sama; 7) menghadirkan objek-objek yang berbahaya atau sulit untuk
didapatkan kedalam lingkungan belajar siswa, semisal guru dapat menjelaskan dengan
menggunakan gambar atau film ketika akan menjelaskan lautan, gunung meletus, ruang
angkasa, binatang buas dan lain-lain.
Alasan kedua mengapa penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Seperti yang
disampaikan oleh Piaget (Dworetzky, 1990:242) taraf berfikir siswa dikategorikan kedalam
empat tahap, yaitu: 1) tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), 2) tahap praoperasional (usia 27 tahun), 3) tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun, dan 4) tahap operasional formal
(usia 11 tahun keatas). Pada usia sekolah, anak termasuk dalam tahap operasinal konkret.
Sehingga mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berfikir konkrit menuju ke berfikir
abstrak, dimulai dari berfikir sederhana menuju ke berfikir kompleks. Karena usia sekolah
masuk dalam kategori operasional konkret, penggunaan media pembelajaran erat kaitannya
dengan tahapan berfikir tersebut sebab melalui penggunaan media pembelajaran hal-hal
yang abstrak dapat dikonkritkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhakan.
Alasan ketiga yaitu bekenaan dengan peran media pembelajaran itu sendiri dalam
proses belajar-mengajar. Heinich (2010:11-12) menyebutkan ada dua peran media dalam
proses belajar, yaitu: ―instructor-directed instruction‖ dan ―instructor-independent
instruction‖. Media pembelajaran dapat langsung digunakan oleh guru untuk menjelaskan
suatu materi pelajaran atau dapat pula menggantikan peran guru dengan menyediakan
―packaged‖ suatu media kedalam proses belajar-mengajar. Dengan kata lain, guru
menyediakan seperangkat media untuk digunakan secara mandiri oleh siswa.
Alasan keempat yaitu pemanfaatan media pembelajaran dijadikan sebagai
penghantar berpola pikir global bagi siswa. Dengan menanamkan nilai-nilai manfaat dari
penggunaan media pembelajaran tersebut, diharapkan siswa terbuka wawasannya,
203
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
memiliki jiwa kompetitif yang global, serta dapat merubah pola pikir kedepannya sehingga
berguna bagi kehidupannya hingga dewasa kelak.
Jenis dan Kriteria Memilih Media Pembelajaran
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses
pembelajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram,
poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi,
yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu
dalam bentuk model seperti model padat, model penampang, model susun, model kerja,
mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga media proyeksi seperti slide, film strips, film,
penggunaan LCD dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media
pembelajaran yaitu memanfaatkan lingkungan yang tersedia.
Penggunaan jenis media pembelajaran diatas tidak dilihat atau dinilai dari segi
kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dari perannya dalam
membantu meningkatkan proses pembelajaran. Sehingga diharapkan dengan menggunakan
media pembelajaran proses pembelajaran dapat terbantu dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan maksimal.
Sebuah penggunaan poster sederhana yang dapat menggugah pentingnya
memelihara kebersihan lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran film mengenai
gambaran sebuah kota yang bersih yang memerlukan peralatan yang relatif mahal, untuk
sekadar mencapai tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan sikap siswa terhadap
kebersihan lingkungan. Demikian juga gambar peta Jawa Timur yang dibuat guru di papan
tulis mempunyai manfaat yang tinggi dibandingkan dengan globe yang mahal harganya,
apabila tujuannya hanya menunjukkan letak kota kabupaten di Jawa Timur. Oleh karena
itu, penggunaan media pembelajaran sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran,
bahan ajar, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam
menyediakan dan menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Dalam kaitannya memilih media untuk kepentingan pembelajaran dapat digunakan
kriteria-kriteria menurut Sudjana (2010:4) sebagai berikut: 1) ketepatannya dengan tujuan
pembelajaran; artinya media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. 2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran
yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media
agar lebih mudah dipahami siswa. 3) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang
akan digunakan mudah diperoleh, setidaknya mudah dibuat oleh guru. Media grafis
umumnya dapat dibuat oleh guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana dan praktis
penggunaannya. 4) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apapun jenis media yang
digunakan syarat utamanya adalah guru harus dapat menggunakannya dalam proses
pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak
dari penggunaannya oleh guru saat terjadi interaksi belajar siswa. Tersedia LCD, Proyektor
film, komputer dan alat-alat canggih lainnya tidak akan berdampak bila guru tidak dapat
menggunakannya dalam pembelajaran. 5) Tersedia waktu untuk menggunakannya;
sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung. 6)
Sesuai dengan taraf berfikir siswa; memilih media untuk pembelajaran harus sesuai
204
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami
oleh siswa.
Lebih lanjut lagi, Heinich (2002:54-79) telah mengkonstruksi model prosedural
penggunaan media pembelajaran dengan memberi nama akronim ―ASSURE‖. Dimana
model tersebut menjamin penggunaan media pembelajaran yang efektif. ASSURE
merupakan kepanjangan dari Analiyze Learners, State Objectives, Select (Methods, Media
and Materials), Utilize Media and Materials, Require Learner Participan, dan Evaluate
and Revise. Penjelasan dari model prosedural penggunaan media pembelajaran tersebut
adalah sebagai berikut: 1) identifikasi siswa, dimana dalam penyusunan media harus
memperhatikan karakteristik umum, tujuan kompetensi dan gaya belajar siswa; 2)
perumusan tujuan, yaitu harapan akhir yang akan dicapai setelah proses pembelajaran; 3)
memilih (metode, media dan bahan), ada tiga tahap yaitu menentukan metode untuk
diberikan dalam pembelajaran, memilih format media yang cocok untuk dihadirkan dalam
metode tersebut dan memilih, memodifikasi atau mendesain bahan kedalam format media
tersebut; 4) perumusan media dan bahan, menyesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar pelajaran; 5) partisipasi siswa, siswa dilibatkan dalam proses
pembelajaran; dan 6) evaluasi dan revisi, untuk menilai apakah tujuan penggunaan media
telah tercapai dan mengadakan perbaikan guna memperbaiki media pembelajaran yang
digunakan tersebut.
Dengan kriteria pemilihan media pembelajaran di atas, guru dapat lebih mudah
menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugastugasnya sebagai pengajar. Guru dapat memodifikasi media pembelajaran yang akan
digunakan dengan memasukkan konten-konten ataupun memberikan contoh-contoh yang
bersifat global, tentunya dengan harapan pola pikir siswa akan berubah pula.
Dalam penerapannya kehadiran media dalam proses pembelajaran jangan
dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, sebaliknya yakni harus mempermudah guru
dalam menjelaskan bahan pelajaran. Media sebagai alat dan sumber pengajaran tidak bisa
menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang mustahil dapat
meningkatkan kualitas pengajaran. Media pembelajaran pula bukan keharusan tetapi
sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dan
mengajar guru.
Dari penjelasan di atas Sudjana (2010:6-7) menyimpulkan bahwa peranan media
dalam proses pembelajaran ditempatkan sebagai: 1) Alat untuk memperjelas bahan ajar
pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran digunakan
guru sebagai varisi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran. 2) Alat untuk
memberikan wawasan kepada siswa. Jika konten media pembelajaran yang diberikan
sempit maka wawasan siswapun akan sempit, sebaliknya dengan memasukkan wawasan
yang luas atau bersifat global dalam media pembelajaran maka siswapun akan memiliki
wawasan yang luas dan dapat menghantarkan siswa memiliki pola pikir yang global. 3)
Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus
dipelajari siswa baik individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak
membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya dan membuat siswa mempunyai
pengalaman belajar.
205
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PENUTUP
Kesimpulan
Penggunaan berbagai jenis media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat
mendukung dan meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Ada banyak jenis media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan di
dalam menyampaikan materi ajar agar lebih efektif dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan dengan maksimal. Oleh karena itu, seorang guru yang
profesional, pengetahuan tentang jenis-jenis media pembelajaran adalah sesuatu hal yang
sangat diperlukan. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, seorang guru
dalam proses pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa. Media pembelajaran dapat
dibuat oleh guru ataupun bersama-sama dengan siswa dengan memanfaatkan bahan-bahan
yang tersedia di lingkungan sekolah. Tentunya guru harus mempertimbangkan muatan
dalam pemilihan media pembelajaran tersebut yang dapat memacu dan memotivasi siswa
agar memiliki wawasan yang bersifat global. Sehingga media pembelajaran tidak mustahil
dapat menghantarkan siswa untuk memiliki pola pikir yang bersifat global.
Saran
Guru sebagai aktor dalam pendidikan dan sebagai individu yang mempunyai otoritas
dalam proses pembelajaran di kelas, sudah saatnya memberikan suguhan-suguhan yang
dapat merubah pola pikir. Salah satunya yaitu dengan menggunakan media pembelajaran
sebagai penghantar berpola pikir global. Dengan mengetahui begitu pentingnya penanaman
nilai dan manfaat dalam penggunaan media pembelajaran, diharapkan guru dapat
memasukkan konten/isi ataupun contoh-contoh yang bermuatan global yang ada pada
media pembelajaran yang dibuat atau dipilihnya. Sehingga dalam penerapannya akan
dihasilkan siswa-siswa yang memiliki pola pikir global.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Sa‘dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Dale, Edgar. 1969. Audiovisual Methods in Teaching. USA: The Dryden Press, Holt,
Rinehart and Winston, INC
Dworetzky, J.P. 1990. Introduction to Child Development. St. Paul, USA: West Publishing
Company
Heinich, R, dkk. 2002. Instuctional Media and Technologies for Learning Seventh Edition.
Ohio: Merrill Prentice Hall
Miarso, Yusufhadi, dan tim penerjemah. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk
Pembelajaran oleh Ronald H. Anderson. Jakarta: Rajawali
Nurseto, Tejo. 2011. Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi &
Pendidikan,
vol.
8
(1):
19-35.
(Online),
(http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/viewFile/706/570, di akses tanggal 02
Maret 2016)
Rooijakkers, Ad. 1988. Mengajar dengan Sukses, Petunjuk untuk Merencanakan dan
Menyampaikan Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia
206
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Sadiman, S. Arief, dkk. 2010. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers
Schramm, Wilbur. 1977. Big Media Little Media, Tools and Technologies for Instruction.
London: SAGE Publications
Smaldino, E. Sharon, dkk. 2004. Instructional Technology and Media for Learning. Ohio:
Merrill Prentice Hall
Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
207
Download