Ringkasan Khotbah - 23 Maret 2014 Ef. 2:1-10 Ev. Bakti Anugrah Agustinus mengatakan bahwa tidak ada orang suci yang tidak memiliki masa lalu dan tidak ada pendosa yang tidak memiliki masa depan. Agustinus sendiri di masa lalunya adalah orang yang berdosa, hidup dengan seorang perempuan tanpa menikah dan mengikuti ajaran sesat tetapi karena kasih karunia Tuhan, ia ditarik dan bertobat. John Newton juga merupakan seorang pedagang budak tetapi kemudian ia diselamatkan oleh Allah. Kita semua adalah orang suci sekaligus orang berdosa. Martin Luther mengatakan bahwa kita adalah semper justus et peccator, kita adalah orang yang dibenarkan tetapi pada saat yang sama kita berdosa. Kita memiliki dua hal ini di dalam diri kita. Kita punya masa lalu tetapi kita juga punya masa depan. Kekudusan kita bukan karena perbuatan tetapi karena status kita di hadapan Tuhan. Kekudusan kita bukan karena pekerjaan kita sendiri tetapi karena pekerjaan Kristus. Inilah pengertian kekudusan paling mendasar di dalam Alkitab. Kekudusan adalah anugerah, sesuatu yang tidak dimiliki sebelumnya dan diberikan kepada kita. Inilah perbedaan kekristenan dengan agama lain. Dalam agama lain seseorang harus mencapai tahapan kerohanian tertentu supaya bisa disebut kudus. Dalam surat rasul Paulus kepada jemaat Korintus, jemaat Korintus adalah jemaat yang bejat tetapi rasul Paulus menyebut mereka sebagai orang kudus. Jadi status adalah yang pertama, perbuatan menyusul kemudian, inilah pernyataan Alkitab. Ef. 1:1-3 merupakan bagian pertama mengenai bagaimana masa lalu kita sebagai orang berdosa; Ayat 4-10 merupakan masa kini sampai dengan masa depan kita sebagai orang yang dibenarkan. Setiap orang percaya punya masa lalu dan masa lalu kita bukanlah sesuatu yang dapat kita banggakan karena dosa kita. Rasul Paulus mengatakan bahwa kita dahulu telah mati karena pelanggaran dan dosa. Yang disebut mati dalam Alkitab bukanlah kematian secara fisik tetapi keterpisahan dari sumber hidup yaitu Tuhan. Saat kita belum mengenal Yesus sebagai Juruselamat kita, kita terpisah dari Dia. Itulah pelanggaran baik secara moralitas (pelanggaran) dan kerohanian (dosa). Ayat ke 2 mengatakan kita hidup di dalamnya, bagaimana mungkin? Dalam bahasa Inggris dikatakan living dead, hidup tetapi mati, karena kita mengikuti zaman dunia ini. Pada Efesus 2 banyak kontras antara masa lalu dan masa depan, hidup dalam dosa dan kasih karunia, orang yang berdosa dan orang yang dibenarkan, dst. Kita dikatakan hidup di dalam 1/4 Ringkasan Khotbah - 23 Maret 2014 kematian karena pelanggaran dan dosa, kita hidup tetapi mati. Keadaan orang yang tidak mengenal Tuhan sepertinya penuh dengan gairah dan tujuan, tetapi lepas dari Tuhan. Setiap hari kita melihat orang yang tampan dan cantik tetapi hidup pernikahannya hancur, atau mereka korupsi. Secara duniawi mereka hidup dengan nyaman, tetapi terlepas dari Tuhan adalah living dead. Kata dunia dalam bagian ini berarti prinsip yang melawan Tuhan. Kita mengikuti sesuatu yang tidak mau berelasi dengan Tuhan. Keadaan dunia adalah keadaan tanpa relasi dengan Tuhan. Ada orang yang mengatakan supaya kita tidak terlalu fanatik terhadap agama dan hidup dengan baik saja. Kalimat seperti ini diucapkan oleh orang yang putus hubungan dan tidak mengenal Tuhan. Kita akan lebih sulit mengabarkan Injil jika orang merasa dirinya baik. Kita lebih mudah mengabarkan Injil kepada orang yang hidupnya hancur. Tuhan Yesus dalam Alkitab dekat dengan orang-orang yang dikucilkan masyarakat karena profesi mereka tidak baik, karena mereka merasa diri mereka tidak layak. Sedangkan orang yang mengaku mengenal Tuhan seperti orang Farisi dan ahli Taurat malah memusuhi Yesus, karena mereka merasa cukup baik. Yesus datang untuk mencari orang berdosa bukan orang yang merasa dirinya benar. Pada ayat 3 Rasul Paulus mengatakan bahwa dirinya tidak lebih baik karena ia juga hidup di dalam hawa nafsu. Paulus berasal dari suku Benyamin, suku yang sama dengan Saul, ia dididik oleh nabi yang paling terkenal yaitu Gamaliel. Paulus mempunyai kebanggaan tersendiri terhadap asal usulnya. Kekurangan Paulus adalah ia menjalankan agamanya terpisah dari Tuhan, hingga akhirnya ia berjumpa dengan Tuhan di Damsyik. Bagaimana dengan kita? Jika kita terlepas dari Tuhan, kita sedang mengikuti jalan dunia ini. Kita tidak selalu bergantung pada Tuhan. Kita memutuskan tanpa bergantung kepada Tuhan. Bisa jadi saat kita ke gereja kita melakukan hal yang sama, saat kita bernyanyi, mendengarkan khotbah atau berdoa kita melakukannya tanpa relasi dengan Dia. Pada dasarnya kita adalah orang yang harus dimurkai. Kita lebih sering dikuasai oleh hal lain seperti hawa nafsu, benci dll, dan tidak dikuasai oleh Tuhan. Tampilan luar kita seringkali bukan karena hasil relasi kita dengan Tuhan, apapun yang kita lakukan, kita bisa melakukannya terlepas dari Tuhan. Ini adalah kesadaran yang rasul Paulus berikan kepada kita. Ini adalah berita buruk/masa lalu yang menghantui kita. Ayat 4-10 adalah kabar baik bagi kita. Allah kaya dengan rahmat (belas kasihan), karena kasih-Nya yang besar dilimpahkan kepada kita, dengan mempersatukan kita dengan Allah dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Inilah perbedaan kekristenan dengan agama lain. Agama lain berjuang sendirian, sedangkan kita dipersatukan dengan Tuhan, menghidupkan kita 2/4 Ringkasan Khotbah - 23 Maret 2014 bersama dengan Kristus walaupun kita telah mati karena kesalahan kita. Orang yang mati tidak punya selera rohani, walaupun secara luar kelihatan baik. Orang Armenian menggambarkan orang berdosa sebagai orang yang terombang-ambing di tengah laut dan timbul tenggelam, dan ada orang yang lewat dan mengulurkan tangan untuk menolong. Jika kita menyambut tangan tersebut kita akan selamat, bila tidak kita akan tenggelam. Maka orang Armenian mengatakan orang yang berdosa harus berespon kepada Tuhan dengan kemauannya sendiri maka ia akan selamat. Tetapi pandangan orang Reformed, kita itu sudah mati. Kita tidak sedang timbul tenggelam, tetapi kita telah tenggelam ke dasar dan sudah menjadi tengkorak di dasar laut. Jika Tuhan tidak menghidupkan kita, kita tidak bisa hidup lagi. Orang mati tidak bisa berespon. Meskipun kita sudah bertobat, berapa kali dalam satu hari kita tidak berespon kepada Tuhan? Hasrat berdoa kita mungkin sudah padam karena kesibukan. Kita dipersatukan dengan kematian Kristus dan kebangkitan-Nya. Status orang percaya sudah dihidupkan. Tuhan itu solider, bukan hanya bersama-sama tetapi melekat. Salah satu contoh solidaritas dalam Alkitab adalah dalam kitab Ayub, teman-teman Ayub melihat Ayub yang menderita, ikut duduk dan diam bersama dengan Ayub selama 7 hari 7 malam. Mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun karena begitu berat penderitaannya. Tuhan Yesus selama 33,5 tahun solider dengan kita, Ia menanggung penderitaan dan kesulitan manusia, hingga puncaknya menanggung kematian demi manusia. Tidak ada solidaritas semacam ini di antara manusia. Inilah kasih karunia, sesuatu yang tidak layak kita terima, tetapi Tuhan berikan. Kasih Allah begitu melimpah dan tidak ada bandingannya, karena Ia yang merupakan Sang Pencipta mau menjadi ciptaan (manusia). Pada ayat 8-9, karena kasih karunia kita diselamatkan melalui iman. Iman bukan merupakan hasil usaha kita tetapi pemberian Allah. Diselamatkan melalui iman. Kita dihidupkan oleh Tuhan dan diberi iman. Setelah dihidupkan dalam Kristus, pada ayat 10, kita mengalami penciptaan kedua, yaitu saat kita dilahirkan kembali. Tujuan keselamatan kita adalah untuk mengerjakan pekerjaan baik yang telah Tuhan siapkan bagi kita sebelumnya. Orang Kristen tidak pernah diselamatkan untuk masuk surga saja, tetapi ada pekerjaan baik yang telah Tuhan persiapkan sebelumnya. Rasul Paulus mengalami hal ini, dari seorang penganiaya ia diselamatkan dan menjadi pemberita Injil hingga ia mati. Rasul Paulus mengerti tujuan hidupnya, jika kita tidak mengerti tujuan hidup kita, kita akan menjadi orang Kristen yang hidupnya berpusat pada diri sendiri (anthroposentris). 3/4 Ringkasan Khotbah - 23 Maret 2014 Apakah perbuatan baik yang telah Tuhan siapkan? Apa itu baik? Dalam Roma 12:12 dikatakan : “…,tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”, berarti perbuatan baik selalu ada hubungannya dengan kehendak Allah, perbuatan baik bukan hanya sekedar moral. Yesus pernah menolak untuk menolong orang sakit. Dia tidak menolong semua orang yang kesusahan secara duniawi. Apa itu perbuatan baik? Kehendak Tuhan adalah rencana-Nya yang kekal dan kadang tampak tidak baik. Yusuf yang mengalami banyak hal tidak baik dalam hidupnya, tetapi Tuhan merancangkan hal yang baik melalui hal-hal buruk yang Yusuf alami. Kita seringkali tidak bisa melihat hal buruk yang kita alami sebagai hal baik. Perbuatan baik harus sesuai dengan kehendak Allah dan kehendak Allah tidak selalu sesuai dengan kehendak manusia. Darimana kita tahu kehendak Allah? Dari Alkitab di mana Tuhan menyampaikan firman-Nya dan dari pengalaman hidup kita. Terkadang Tuhan tidak menyatakan firman-Nya seperti dalam kehidupan Yusuf. Terkadang setelah kita mengalami sesuatu kita baru tahu bahwa apa yang telah kita alami adalah kehendak Tuhan. Terkadang cara Tuhan tidak seperti yang kita pikir, dan saat kita melakukan kehendak-Nya, dunia akan membenci kita. Perbuatan baik paling baik yang bisa kita lakukan adalah menceritakan Injil Yesus Kristus. Semua adalah kasih karunia Tuhan. Kiranya Tuhan berbelas kasihan pada kita untuk dapat melakukan pekerjaan baik yang sudah Tuhan siapkan bagi kita sebelumnya. (Transkrip ini belum diperiksa oleh pengkhotbah, MD). 4/4