KERIS: MODAL SOSIAL DALAM POLITIK H.M. Fadhil Nurdin, PhD (Dosen Unpad Bandung, Visiting Assoc. Professor di Universiti Malaya) ABSTRAK Tulisan ini membincangkan keris dari perspektif modal sosial, dan bagaimana digunakan dalam kehidupan politik. Fakta membuktikan, keris bukan hanya sebagai simbol kedaulatan dan kekuasaan tetapi digunakan juga sebagai instrumen untuk kepentingan dan tujuan-tujuan politik. isu dan tantangan yang timbul dalam peristiwa ini dibincangkan berdasarkan pengalaman Indonesia dan Malaysia. PENGENALAN Keris adalah fenomena dunia. Fungsinya sebagai senjata tikam yang berasal dari kawasan Nusantara. Berdasarkan dokumen-dokumen purbakala, keris dalam bentuk awal telah digunakan sejak abad ke-9, sebagai senjata untuk membela diri dan simbol kekuasaan, jati diri dan bahkan memiliki kekuatan "super-naturaf, terutama dalam perspektif komunitas dan para pewarisnya. ..Keris hanya dihunus bila maruah tercemar .. bila air mata sudah menitik barulah keris digunakan untuk menegakkan maruah ..simbolik keris bukan sembarangan .. jangan pegang keris jikalau tidak tahu menggunakannya .. malu nanti kalau keris itu tertikam tuannya * Mengapakah keris mesti dikucup ? Kenapakah keris mesti dipegang dan matanya dijulang ke langit ? Keris dikatakan lambang pergaduhan atau perdamaian ? Penggunaan keris pada masa sekarang, dikenal di Indonesia (Jawa, Madura, Bali dan Lombok, Sumatra, sebagian Kalimantan, serta sebagian Sulawesi), Malaysia, Brunei, Thailand, dan Filipina (Mindanao). Selain sebagai senjata, keris juga sering dianggap memiliki kekuatan supranatural. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes. Tata cara penggunaan keris berbeda-beda, misalnya di daerah Jawa dan Sunda, keris ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai tetapi ditempatkan di depan pada masa perang, sedangkan di Sumatra, Malaysia, Brunei dan Fihipina, keris di tempatkan di depan (Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia). Dalam masyarakat sekarang, keris masih dipakai dan digunakan terutama oleh para pendekar pahlawan serta kalangan pembesar istana. Keris adalah a.at kebesaran bagi raja-raja sebaga! lambang kekuasaan atau kedau.atan. Di Ma.aysia, keris ada.ah lambang keme.ayuan yang mendukung kedau.atan, kekuasaan, maruah, dan jati diri bangsa; dan di pihak ,ain dikatakan keris Me.ayu menjadi pe.indung pelbagai kaum yang bernaung di bawahnya. Di Universitas Diponegoro Jawa Tengah, keris digunakan untuk lambang dengan .atar be.akang bayangan Pangeran Diponegoro mempunyai arti melindungi serta mempertahankan kemerdekaan bangsa dan tanah air. KONSEP, ISU DAN MASALAH Modal Sosial: Warisan dan Pewaris Keris Istilah modal sosial mempunyai pengertian luas, dalam konteks perbincangan mengenai Keris dapat dipandang sebagai warisan generatif - kerajaan ataupun kesultanan sebelumnya Pada waktu yang sama dan kekinian, masih wujud pewaris sebagai generasi yang memi.iki serta memelihara keris. Konsep warisan dan pewaris keris ini dapat difahami sebagai fenomenaadunia -merujuk kepada social assets, terkait dengan sumber-daya manusia, budaya, nilai moral agama partisipas, publik, komunitas dan kelompok masyarakat tertentu yang ada dalam sebuah negara' Semua jen.s aset sosial ini dilihat sebagai potensi yang mampu menghasilkan keuntungan ekonomi, politik dan sosial sebuah masyarakat maupun negara. Konsep modal sosial, mulai populer oleh Pierre Bourdieu (1970-1980), memperkenalkan 3 dimensi modal: ekonomi, budaya, sosial. Menurut Bourdieu, modal sosial mencakup dimensi manusia dan pola-pola hubungan kemanusiaan yang mempengaruhi kehidupan manusia. Konsep modal sosial mengandung norms or values of reciprocity. Dalam perkembangan kontemporer, modal sosial difaham, sebagai ...Social networks are connections between individuals based upon reciprocity and trust. ...These social networks have value...and that strengthening relationships of trust and reaprocity improves societal well-being (Alcock, 2002). Bahkan lebih jauh Arup Mitra (2008) menyatakan modal sosial memiliki implikasi politik dan kebijakan : "...the policy implication is the role of 'social capital' needs to be integrated with the existing support schemes to make the latter cost-efficient and effective" Dalam perspektif modal sosial, Pewaris Keris, memiliki social networks didalamnya terdapat struktur sosial diantara para-aktor (orang-organisasi), serta dinamika hubungan diantara mereka (social relationships) dalam situasi tertentu, baik formal maupun tidak formal. Situasi dan dinamika hubungan diantara pewaris keris {orang - organisasi) ini wujud dalam events (upacara adat, perkawinan, dan forum politik) sebagai bentuk nyata wujudnya hubungan di dalam atau antar-keluarga, kelompok masyarakat sampai negara. Kotak 1: Keris: Hubungan dan Organisasi Sosial Di beberapa kota di Pulau Jawa ada perhimpunan penggemar dan pecinta tosan aji, terutama keris. Di Surakarta, namanya Boworoso Tosan Aji, setelah itu ada Boworoso Panitikadga. Di Yogyakarta dan Jakarta ada Pametri Wiji, singkatan dari Paheman Memetri Wesi Aji. Kemudian pada tahun 1990, di Jakarta, ada lagi Damartaji, singkatan Persaudaraan Penggemar Tosan Aji. Secara berkala, para pecinta tosan aji dan keris itu mengadakan sarasehan dan diskusi untuk membahas budaya keris dari berbagai segi. Sumber: www.geocities.com/Javakeris/front.htm Dalam perspektif modal sosial, Keris bukan hanya difahami secara simbolik tetapi dilihat juga sebagai alat kekuasaan, karena pemilik dan pengaruhnya memiliki social networks dan social support systems. Konsepsi dan fakta ini - seringkali amat diperlukan oleh individu {leaderhips) dan pendukung dunia nyata Keris. Fakta menunjukkan, keris seringkali digunakan untuk mewujudkan hubungan interaksi yang berkesan dan bermakna dengan individu-individu lain {followers) di dalam memampukan hidup, seterusnya amat penting bagi memampukan leaders menjalankan peranan, tanggung jawab dan fungsi sosial dan politiknya secara berkesan. Kotak 2: Keris: Keluarga dan Kepemimpinan Sarwo Edhie (meninggal di Jakarta 9 November 1989) suka wayang dan keris. la pun mewariskan tujuh keris kepada ketujuh putra-putrinya. Anaknya yang tertua, mengikuti jejaknya, sebagai militer. Dua menantunya juga jenderal, salah satunya Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono yang tepitih menjadi Presiden periode 2004-2009, yang oleh redaksi Tokoh Indonesia diamati sebagai awal dinasti Sarwo Edhie dalam puncak kepemimpinan Indonesia. Sumber: www.tokohindonesia.eom/ensiklopedi/s/sarwo-edhie-wibowo/index.shtml Dalam realtias serta aktivitas kehidupan para pewaris keris sebagai penerus warisan budaya dan beragam hubungan sosial dan tradisi kerajaan ataupun kesultanan, digambarkan sebagai nodes (aktor/organisasi) dan ties (ikatan/hubungan diantara aktor atau organisasi). Sistem, bentuk ataupun jenis-jenis hubungan ini, meminjam istilah Borgatti (2002), "...a set dyadic ties, all of the same type, among a set of aktors". Dalam definisi dan konsepsi modal sosial, dinamika hubungan antar para-pewaris keris masih wujud norms or values of reciprocity sebagai prinsip-prinsip yang mendasari amalan saling mempercayai - terutama sekali dalam membuat konsesi atau memberi keistimewaan kepada para pewaris keris oleh pengikut atau komunitasnya. Konkritnya, konsep modal sosial ini difahami lebih jauh, karena ada social networks; berwujud kepatuhan, kesetiaan dalam hubungan antara pewaris keris yang seringkali "dibai'at" sebagai pemimpin (leader) dengan para pengikut atau komunitasnya (followers). Proses memberi dan menerima yang sifatnya timbal-balik, melahirkan saling kepercayaan, kesefahaman dan kerjasama antar-pihak yang terlibat. Ketiga azas social networks (kepercayaan, kesefahaman dan kerjasama) ini dapat menggerakkan penyertaan individu atau komunitas dalam berbagai gerakan, baik sosial maupun politik. Politik: Kedaulatan, Kekuasaan dan Kesatuan Fenomena Keris dapat dijelaskan dari berbagai perspektif; budaya dan seni sebagai warisan, ekonomi, sosial, politik dan keamanan. Masing-masing pandangan ini dapat menjelaskan secara sistematik, terintegrasi ataupun parsial. Dalam perspektif politik, keris digambarkan sebagai bagian dari realitas kedaulatan dan kekuasaan - terutama dalam kehidupan istana Raja dan Sultan. Kedua konsepsi kedaulatan dan kekuasaan ini saling terkait dalam satu sistem, karena istilah kekuasaan wujud dalam kedaulatan. Dalam membincangkan kedaulatan dan kekuasaan, bagaimana fenomena keris dalam politik sebuah negara dianggap masih perlu dipertahankan ? Kotak 3: Keris sebagai Simbolis Politik Menjulang keris menjadi warisan Umno Dalam perhimpunan agung Umno 2007, Ketua Pergerakan Pemuda Umno, Hishammuddin Hussein sekali lagi menghunus, mencium, dan menjulang Keris Panca Warisan tanpa menghiraukan bantahan keras dan meluas bahawa ia merupakan simboi 'pergaduhan' yang akan menjejaskan perpaduan kaum. Malah, Naib Ketua pergerakan itu, Khairy Jamaluddin mengisytiharkan bahawa selagi ada Pergerakan Pemuda Umno, Keris Panca Warisan akan dijulang selama-lamanya dan mengingatkan bahawa pada masa yang akan datang, sesiapa yang tidak berani menghunus dan menjulang Keris Panca Warisan adaiah pengkhianat kepada bangsa dan parti! Namun demikian, di samping Hishammuddin, Naib Presiden Umno, Najib Tun Razak dan Presiden Umno, Abdullah Ahmad Badawi terpaksa mempertahankan simbolisme hegemonik Melayu itu dalam ucapan masing-masing - tugas cuba menegakan benang basah, bagai tikus membaiki labu! Dalam perspektif politik; kedaulatan dan kekuasaan, tekanan utama (simbolik maupun nyata) -Keris sebagai senjata untuk pengembangan kekuatan yang efektif oleh (pemimpin) Negara. Prakteknya, Keris seringkali digunakan sebagai alat perebutan kekuasaan atau usaha saling bunuh (Ken Arok) dan sekurang-kurangnya untuk mempengaruhi dari pemegang kekuasaan (leader) kepada pengikutnya. Secara aktual, menurut pandangan Harold D. Laswell dan Abrahim Kaplan (1950), kekuasaan sering digunakan untuk mengancam bahkan penyitaan-penyitaan yang kasar bagi ketidaksepakatan terhadap situasi tertentu. Fakta menunjukkan Keris telah digunakan sebagai instrumen politik. Dalam sebuah forum politik, seorang pemimpin menunjukkan kekuatan, kekuasaan atau wibawanya dengan mengangkat Keris; walaupun dengan maksud dan niat yang baik, betapa pentingnya mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dengan berbagai upaya untuk meneruskan perpaduan bangsa dan negara. Kotak 4: Keris dan Isu Politik Dalam isu hak-hak Melayu, ...ada seloka: "Kita tunduk memberi hormat; Kita mengangguk mengiakan; Kita berkalis menolak sengketa; Diam jangan disangka tunduk; Mengalah jangan disangka lemah." ...dikupas juga isu keris. Keris Panca Warisan diisytiharkan sebagai Tekad Baru Pemuda berlandaskan kepada pancaran lima rukun idealisme Pemuda iaitu Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Neqara, Agenda Melayu dan Jati Diri. Secara simboliknya, ... Keris itu menjunjung lambang kekuatan dan warisan pusaka turun-temurun; ... Keris adalah lambang kemelayuan yang mendukung kedaulatan, kekuasaan, maruah, jati diri, amanah dan tanggungjawab; ...Keris amat unik - dalam cara membuatnya atau cara disepuh, disarung, dipakai, diguna dan ada pantang larang; ...Keris bukan seperti kapak yang boleh digunakan untuk menebang atau parang untuk menyembelih. ...Keris bukan senjata gunaan seharian untuk ke sawah iadang tetapi untuk ke istana atau ke majlis majlis rasmi; ...Keris juga lambang kesatuan bernegara seperti Keris Panjang milik Yang di-Pertuan Agong; ...Keris ini ditempa daripada cantuman besi - berasal daripada sebelas bilah keris negeri-negeri di Tanah Melayu. ...Keris bukan sekadar simbol kekuasaan tetapi juga adalah simbol kesatuan. Masih ramai di kalangan rakyat Malaysia yang tidak mengetahui bahawa keris juga merupakan lambang kewibawaan, kebijaksanaan dan ilmu. Orang yang memakai keris itu orang yang ada hikmah, bijaksana dan berpengetahuan dalam ilmu, bukan hanya ilmu pendekar dan persilatan sahaja. ...Keris dikucup bukan sekadar menerima kuasa tetapi ada kaitan dengan tugas yang datang bersamanya; ada hubungannya dengan kesediaan menjunjung tinggi tugas yang diwarisi dengan penuh keinsafan dan kejujuran. ...Keris dijulang bermakna menjulang kuasa, kedaulatan dan tanggungjawab yang diserahkan dengan ikrar untuk berlaku adil dan saksama dalam menunaikan amanah yang diterima; ...Keris tidak dihunus tanpa bertempat, Keris dihunus dengan tekad untuk mempertahankan bangsa dan kepentingan negara, bukan hanya untuk orang Melayu tetapi juga untuk mempertahankan kaum-kaum lain yang bernaung di negara ini; ...Keris Melayu menjadi pelindung kepada semua orang seperti juga kerajaan yang ada pada hari ini yang sentiasa melindungi rakyat pelbagai kaum yang bernaung di bawahnya. Berteduhlah di bawah perlindungan keris Melayu yang berdaulat ini. Tiada siapa yang harus gementar atau gugup dengan lambang yang abadi itu," ujarnya. Source : Utusan Malaysia Online *Malay Vert [Read]. Keris dan Elitisme Kekuasaan Dari sisi lain, kelemahan dan juga sekaligus kekuatan bagi para Pewaris Keris (the ruling class), yang merekajuga aristokrat birokratik sering menyandarkan "kekuatan" pada keris; biasanya tidak mampu melakukan perundingan persahabatan (diplomasi politik; negosiasi dan kompromi). Karakter mereka lebih suka bersikap "arogan" dalam menggunakan dan memusatkan kekuasaan (the ruling elite). Memusatkan kekuasaan dalam situasi tertentu, kondisi negara akan berbahaya jika semakin otoriter, karena organisasi kehidupan politik semakin terkonsentrasi di tangan elit sekelompok kecil manusia. Menurut teori tentang elit dan kekuasaan selain ada the ruling elite juga ada elit tandingan yang mampu meraih kuasa melalui massa; jika elit yang berkuasa kehilangan kemampuannya untuk memerintah. Dalam hal ini, massa boleh mengawal atas elit yang berkuasa, tetapi karena mereka tidak begitu acuh dengan permainan kuasa, tidak boleh diharapkan mereka akan dapat menggunakan pengaruhnya. Kotak 5: Keris dan Tafsiran Politik Keris senjata untuk beia semua kaum, kata Pak Lah Nash Rahman | Nov 7, 0711:34am Perbuatan menghunus dan mengucup keris adalah sebahagian dari adat warisan pusaka bangsa tetapi ia telah ditakrifkan secara sempit dan negatif untuk menakutkan orang bukan Melayu, kata Perdana Menteri, Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi. Isu keris masih belum reda Nash Rahman | Nov 6, 07 11:37am Ketua Pergerakan Pemuda, Datuk Seri Hishammuddin Hussein berkata isu keris terus menjadi polemik yang masih belum reda sehingga hari ini kerana masih ada warganegara yang belum memahami kebudayaan bangsa dan negara sendiri. Perwakilan Pemuda Gerakan angkat keris Wong Teck Chi \ Oct 5, 07 5:50pm Seorang perwakilan Pemuda Gerakan menggamatkan persidangan tahunan pergerakan itu di Kuala Lumpur hari ini apabila beliau mengangkat dua bilah keris 'gergasi1 ketika menyampaikan ucapannya Vilfredo Pareto (1939) seorang teoris elit politik percaya, setiap masyarakat yang diperintah oleh sekumpulan kecil orang yang mempunyai kualitas tetap diperlukan kehadiran mereka pada kekuasaan sosial dan politik yang penuh. Mereka yang boleh menjangkau pusat kekuasaan adalah yang terbaik; dikenal sebagai elit; karena mereka orang-orang yang berhasil, mampu menduduki jabatan tertinggi dalam lapisan masyarakat. Elit umumnya datang dari kelas yang sama namun terpilih; yaitu orang-orang yang kaya dan juga pandai, namun mempunyai kelebihan tertentu. Pareto lebih memusatkan perhatian pada elit yang memerintah; menurut dia berkuasa karena boleh menggabungkan kuasa dan kelicikan, yang dilihatnya sebagai hal yang sangat penting. Pareto mengembangkan juga konsep pergantian elit. Dari pandangan ini dapat dilihat konteks isu keris yang ditimbulkan melalui forum politik, dapat difahami sebagai bagian dari proses pergantian elit. Di satu sisi, ada upaya untuk tetap mempertahankan kekuasaan dan kesatuan dengan menunjukkan simbolisme Keris. Namun, disisi lain, ada pandangan yang memahami sebagai kelemahan dan tantangan yang perlu diperbaiki, melalui falsafah, prinsip-prinsip dan tindakan politik, satu diantaranya adalah dengan tetap mempertahankan semua anasir yang wujud dalam keris. EKSISTENSI DAN SOLUSI Eksistensi Keris: Falsafah dan Prinsip Pada masa lalu dan juga sekarang, secara sosial dan politik masih ada kedudukan, keperluan dan kepentingan Keris da.am eksistensi dan esensi sebuah negara, antar-negara dan dunia Eksistens, dan esensi Keris adalah Machtentfaltung (pengembangan, peningkatan dan penyebaran kekuasaan), bersama-sama dengan kemauan untuk menjaga dan mempertahankan nya. Upayanya adalah menanamkan kekuatan tertinggi, dengan menunjukkan kebenaran esensinya, di mana sifat istimewanya untuk mempertahankan kedaulatan. Secara konsepsional kedaulatan bersumber dari rakyat, sedangkan kekuasaan dan kedaulatan yang wujud dalam Keris memiiki nuansa untuk memfungsikan keamanan, ketertiban dan kesejahteraan Fakta menunjukkan, luas dan kompleksnya fenomena Keris dalam konteks politik. Kedaulatan negara bukan hanya merupakan kesatuan kuasa, tetapi dengan menggunakan "kuasa Keris" di harapkan mampu memobilisasi rakyat untuk mengekalkan perpaduan bangsa dan negara. Disinilah letak manfaat politik sebuah Keris, bukan hanya fokus pada kepentingan kedaulatan negara untuk lebih mengokohkan eksistensi negara; tetapi juga dapat mengarah kepada perlunya kerjasama antar-bangsa dan negara. Namun kondisi kini, negara modern diharapkan tidak hanya memiliki kedaulatan, tetapi lebih cenderung kepada upaya memberikan societal services seperti pengangkutan, kesehatan, industri, pertanian dan sebagainya. Walaupun gagasan tentang berbagai services telah melengkapi idea kedaulatan negara, dalam prakteknya diperlukan keseimbangan ideologi, bahwa kedaulatan negara sama pentingnya dengan puttie services yang harus diwujudkan melalui usaha-usaha mensejahterakan rakyat. Dalam konsepsi kesejahteraan, Keris selayaknya merupakan simbol dan sumber nilai kekuatan pendorong dalam berbagai usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Konsep kesejahteraan ini mempunyai makna dan upaya yang berkaitan dengan kegiatan institusional. Karena itu, dalam paradigma baru; setiap pemerintah pada suatu negara mempunyai persepsi, interpretasi dan pemahaman yang berbeda terhadap upaya memajukan manusia (rakyat). Usaha negara dalam mensejahterakan rakyat, dapat dilakukan dengan andaian: Secara institusional, usaha kesejahteraan ditujukan untuk semua anggota masyarakat. Strategi kesejahteraan yang diamalkan, bukan hanya terfokus pada economic growth, redistibution, social security, tetapi lebih kepada pendekatan kolektif: who is welfare for ? Perkembangan di banyak negara, kelayakan setiap orang/individu bergantung pada solidaristic social networks-nya, sehingga perlu upaya memberdayakan aset atau social capital. Globalisasi telah melahirkan perubahan ekonomi dunia, dan meningkatkan industrialisasi. Gambaran tentang membangun bangsa dan negara sejahtera, hakekatnya memerlukan upaya kerja keras yang berkesinambungan. Profesionalisme dari berbagai bidang pembangunan perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan cita-cita setiap negara bangsa. Dalam konteks ini, harus ada kemahiran profesional yang dapat membantu orang menyelesaikan masalah-masalah mereka sendiri, serta meningkatkan kualitas hidup manusia (M. Fadhil Nurdin, 1986). Kotak 6: Falsafah Kebangsaan dan Kebaikan "...seorang muslim yang baik pastilah seorang anggota suatu bangsa yang baik. Kafau anggota suatu bangsa terdiri dari beragam agama atau anggota masyarakat terdiri dari berbagai bangsa, hendaknya menghayati firman-Nya: "Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblat (arah yang ditujunya), dia menghadap ke arnh itu. Maka behomba-lombalah kamu (melakukan) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu" (Al Baqarah ayat 148)" (Prof. Dr. M. Quraish Shihab). Sumber: http://cetak.kompas.com Peranan Negara: Kepemimpinan dan Harmoni Fenomena dunia Keris di kawasan nusantara, tidak menunjukkan situasi konflik. Negara berperan strategis dalam menangani konflik. Kerja sama antar-negara dalam menyelesaikan konflik masih dapat diselesaikan. Karena itu, perlu dilakukan terobosan lain untuk memelihara dalam upaya menyelesaikan konflik (walau sekecil apapun), di negara-negara kawasan nusantara. Meski negara merupakan manifestasi tertinggi otoritas, tetapi otoritas adalah masalah relasi sosial yang bukan hanya melibatkan hubungan politis karena masyarakat di luar negara memiliki mekanisme distribusi otoritasnya sendiri. Jadi, otoritas dalam ruang sosial apapun diperlukan untuk menjaga tertib sosial (Max Weber, 1978). Peranan pemimpin (Pewaris Keris) dalam kehidupan bernegara, biasanya masyarakat mau lebih mendengarkan suara para pemimpin yang secara tradisional memiliki pengaruh. Disinilah prakarsa perdamaian amat ditentukan oleh bagaimana pemerintah dalam suatu negara mempersepsi terhadap masalah sosial maupun politik yang dihadapi karena kekuatan otoritas dan legitimasi yang dimiliki mampu mengorientasikan masyarakat kearah konflik atau damai. Pemimpin harus mampu mentransformasikan berbagai situasi ketegangan, pertentangan, dan sengketa yang mudah menjadi konflik kekerasan menjadi kehidupan sosial yang harmoni dan damai. Kotak 7: Peranan Negara: Kepemimpinan dan Harmoni Wahbah Az-Zuhaili sebagai pemikir Islam, dalam tesisnya, bahwa perang bukanlah naluri insani (manusia), tetapi merupakan pengaruh dari kehidupan bermasyarakat. Tujuan agama, 1) memproklamirkan akidah ketuhanan. 2) menciptakan perdamaian dan membasmi semua faktor yang bisa memicu peperangan di antara manusia. Nabj Isa Al Masih mengatakan: "Saya datang ke bumi bukan untuk peperangan, tetapi untuk perdamaian." Dari teks-teks agama Islam pun, ada 250 ayat yang isinya anjuran untuk perdamaian. "Allah pun berfirman, hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian dalam perdamaian secara total," Singkatnya, semua agama sesungguhnya menyerukan perdamaian dan ini hendaknya menjadi kebanggaan bagi seluruh manusia. "Penyebab perang itu adalah para pemimpin dunia yang dikuasai sifat sombong dan tamak untuk menguasa!' Wahbah mengajak semua negara Islam untuk membuat perjanjian tidak berkonflik dan memegang teguh perjanjian tersebut. "Yang kita sayangkan, bangsa-bangsa Barat tidak pemah membiarkan negara-negara Islam bersepakat, bahkan banyak dari mereka terus berusaha memecah belah umat Islam," Para ulama bisa berperan paling depan dalam mewujudkan perdamaian. Pasalnya, para ulama dianggap kredibel dan bebas dari kepentingan-kepentingan politik. Sumber : Http://cetak.kompas.com PENUTUP Fenomena Keris adalah dunia, melingkupi banyak daerah, kawasan dan negara. Keris sebagai modal sosial dalam politik merupakan fakta serumpun yang mempunyai isu, masalah dan tantangan sendiri. Dalam perspektif ini, Keris sebagai social assets dalam politik memerlukan kajian mendalam, terutama untuk perbaikan domestic condition, dan pengembangan institutional and organizational networks. Semoga, masa depan menjadi lebih baik. RUJUKAN Buku: Abdul Rahman Embong (ed), 2007, Social Science & Malaysian National Development, Kuala Lumpur, Persatuan Sains Sosial Malaysia. Bodjn, J (1962), The Six Books of A Commonwealth; Brown, CD (1950), John Adam and the American Revolution; Jones, G (1973), Sovereignity of the Law: Selection from Blackstone's Commentaries, Franklin, J.H (1978), John Locke and the Theory of Souveignty; Ramanathan, K. (2003), Asas Sains Politik. Mohd Fauzi Yaacob (ed), 2Q06, Malaysia, Menangani Perubahan dan Pembangunan, Kuala Lumpur, Universiti Malaya. Muhamad Fadhil Nurdin, 1986, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, Bandung, Angkasa. Siti Hajar Abu Bakar Ah, 2006, Kebajikan Sosial, Aplikasi dalam Perkhidmatan Manusia, Kuala Lumpur, Universiti Malaya. David van Duuren, The Kris; An Earthy Approach to a Cosmic Symbol. Wijk en Aalburg (The Netherlands): Pictures Publishers, 1998. David van Duuren, Krisses; A Critical Bibliography. Wijk en Aalburg (The Netherlands): Pictures Publishers, 2002. Edward Frey, The Kris; Mystic Weapon of the Malay World. Selangor Darul Eshan: Oxford University Press, 2003. Jurnal: Mitra, Arup, Social Capital, Livehood and Upward Mobility, Habitat International, 32. (2008), 261-269. Website: http.7/cetak. kompas, com Utusan Malaysia Online *Malay Ver [Read]. Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. www.geocities.com/javakeris/front.htm www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/sarwo-edhie-wibowo/index.shtml