BAB I PENGANTAR NUTRASETIKAL A. Sejarah dan Perkembangan Nutrasetikal Nutrasertikal adalah jenis makanan yang memiliki manfaat untuk kesehatan secara medis, termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Istilah ini diperkenalkan di akhir tahun 1980an oleh Stephen Defelice, M.D., pendiri dan ketua foundation for innovation in Medicine. Makanan seperti ini sering disebut functional food, yang menandakan bahwa komponennya dapat memberikan manfaat untuk kesehatan, lebih dari sekedar nutrisi dasar contohnya adalah sayuran dan buah – buahan serta makanan yang telah diperkaya (portified). Meskipun seluruh makanan bermanfaat karena menyediakan zat gizi, nutrisetikal mengandung bahan – bahan yang meningkatkan kesehatan atau komponen – komponen alamiah yang memiliki manfaat kesehatan potensial terhadap tubuh. Atribut “fungsional” sejumlah makanan tradisional telah ditemukan, saat produk – produk makanan baru sedang dikembangkan dan mengandung komponen yang bermanfaat. Dalam proses pengambangan obat, hasil tes klinis dari studi terhadap hewan dan studi – studi lain adalah suatu prasayarat untuk membuktikan efek atau khasiat obat. Di sisi lain, pada kasus nutrisi, tidak ada metode verifikasi untuk makanan dalam mencegah penyakit di masa lalu. Namun dalam beberapa tahun terakhir, karena komposisi makanan telah dibuktikan secara ilmiah dapat menyebabkan penyakit berkaitan dengan gaya hidup, maka komposisi makanan telah menjadi suatu masalah social. Konsep nutrisetikal sudah mulai dikenali sebagai salah satu ukuran dalam mencegah penyakit – penyakit semacam itu. Nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan Sediaan Farmasetikasi untuk penyakit Nutrasetikal pendekatan medis untuk pencegahan penyakit Gambar 1.1 Konsep Nutrisetikal berasal dari nutrisi dan farmasetikal yang dikemukakan oleh Stephen Deflice tahun 1989 Konsep nutrisetikal bukanlah suatu yang baru. Meskipun telah berkembang selama bebrapa tahun. Diawal tahun 1900an, pabrik makanan Amerika Serikat mulai menambahkan yodium ke garam sebagai upaya untuk mencegah gondok (pelebaran kelenjar teroid), sebagai salah satu upaya untuk mencimpatakan komponen fungsional melalui fortifikasi. Saat ini, para peneliti telah menemukan ratusan nyawa yang memiliki kualitas fungsional, dan mereka terus menciptakan temuan – temuan baru seputar manfaat fitokimia (zat kimia tanaman non – nutritive yang memiliki khasiat perlindungan atau khasiat pencegah penyakit ) didalam makanan. Nutrisetikal sangat populer dikalangan konsumen di Amerika Serikat dan bagian dunia lainnya. Penjualan di Amerika pada tahun 2003 diperkirakan mencapai $31 Milyar, dan angka ini diperkirakan akan naik dalam beberapa tahun mendatang. Nutrisetikal adalah salah satu segmen industry makanan yang berkembang paling cepat, khususnya dikalangan baby boomer. Di Jepang, Inggris, dan beberapa Negara lainnya, nutrisetikal telah menjadi bagian dari lansekap makanan. Minat konsumen terhadap hubungan antara makanan dan kesehatan telah meningkatkan permintaan terhadap informasi tentang nutrisetikal. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan biaya pelayanan kesehatan, perubahan undang – undang makanan yang mempengaruhi lebel dan klaim atas produk, populasi yang semakin tua dan peningkatan minat untuk memperbaiki kesehatan melalui makanan adalah beberapa factor yang mempengaruhi minat rakyat di Amerika Serikat terhadap nutrisetikal. Penelitian Ilmiah menunjukkan bahwa banyaknya manfaat kesehatan potensial dari komponen makanan. Manfaat ini dapat meningkatkan hak atas makanan yang saat ini bias diidentifikasi oleh food And Drug Administration (FDA). B. Nutrisetikal di Era Post Genomik Dua puluh lima abad telah berlalu sejak Hippocrate menganjurkan, “Biarkan makanan menjadi obat dan obat menjadi makanan”. Meskipun tananaman dan produk – produk alam telah digunakan sepanjang sejarah untuk kepentingan medis, karaterisasi kimia dalam makanan sebagai obat adalah sesuatu yang baru. Secara tradisional, zat gizi esensial, pernananya dalam fisiologi normal, dan pencegahan kekurangan zat gizi telah menjadi bisnis nutrisi dan dietitika. Namun dalam beberapa tahun terakhir, nutrisi telah berkembang menjadi suatu ilmu penegtahuan biomedik yang memiliki potensi luar biasa untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Bukti – bukti epidemiologi menunjukkan bahwa buah – buahan dan sayur – sayuran dapat melindungi dari penyakit kanker dan kardiovaskuler. Spekulasi dini tentang unsure pokok yang bertanggung jawab terhadap efek ini difokuskan kepada spekulasi dini tentang unsure pokok yang bertanggung jawab terhadap efek ini difokuskan pada antioksidan β – carotene dan asam askobat yang telah ditandai dengan baik. Meskipun lebih banyak dari pada unsure pokok dengan bobot molekul rendah, β – carotene hanyalah satu dari 220 zat kimia atau lebih yang terkandung didalam wortel. Memang, belum diketahui dengan pasti apakah wortel atau suplemen askobat bias memperkuat efek positif makanan yang berbasis tanaman. Dalam dua decade terakhir, daftar fitokimia di dalam makanan dari tanaman telah ditandai secara kimia dan farmakologi, termasuk fenol, terpenoid, dan indole yang memiliki struktur yang sangat beraneka ragam; dan untuk kasus kurkumin, indol 3-carbinol (I3C), dan epigallocatechin gallat (EGCG), manfaatnya sebagai obat sudah pernah diperlihatkan dalam sejumlah percobaan terkontrol. Dalam studi tentang khasiat terapi, farmakodinamika, mekanisme molekul, farmakokinetika, dan metabolism agen – agen yang diisolasi dari makanan, bidang nutrisi dan farmakologi sudah mulai bergabung secara sukses. Dalam sejarah , ada tiga realita yang membagi antara nutrisi dengan farmakologi. Salah satunya adalah variabilitas dosisi yang dikonsumsi dalam makanan akibat factor – factor seperti metode holtikultura, kultivar, iklim, pengolahan, dan penyimpanan. Kedua, dalam decade terakhir, diketahui bahwa berbeda dari obat – obatan resmi yang mengikat ke satu sasaran dengan selektivitas dan dengan afinitas nanomolar yang rendah, banyak agen yang terkandung didalam makanan mengikat lebih dari satu target molekul dengan afinitas mikromolar. Perbedaan ketiga dan paling nyata adalah kompleksitas kimia dalam makanan vs obat. Dengan pemberian makanan utuh melalui mulut, kemungkinan sinergi, antagonism mutual, dan jenis interaksi lainnya diantara unsure pokok didalam makris makanan, didalam lingkungan pencernaan dan didalam tubuh sangat besar. C. Reseptor : Tonggak Dasar Ilmu Farmakologi Interaksi antara reseptor – ligand merupakan landasan utama farmakologi. Definisi klasik suatu reseptor adalah setiap molekul didalam atau di permukaan suatu sel tempat mengikatnya suatu zat kimia secara selektif, sehingga aktivitas normal sel akan berubah. Sebagian besar pharmacopoeia modem tertinggi terdiri dari xonobiotika yang mengikat reseptor secara selektif, sehingga menyebabkan suatu perubahan konformasi dan selanjutnya mengubah target atau kaskade efektior di hilir dan menengahi terjadinya respon biologis secaa terkoordinasi. Makanan mengandung banyak zat yang mengikat reseptor, dan secara fungsional mengubah reseptor dan emndorong terjadinya respon biologis yang dapat diulangi. Diantara contoh yang terkenal adalah phytoestongens genistein dan resevatrol; keduanya merupakan estrogen receptor agonists. Asam eicosapentaenoat (EPA) yang terkandung didalam minyak ikan adalah suatu receptor ligand yang diaktivasi oleh proliferator peroksisom. Diindolilmetan (DIM) yang terdapat didalam sayur – sayuran adalah suatu androgen receptor antagonist kompetitif. EGCG dari teh adalah sebuah receptor CD 4 ligand sel T dari sebuah dihidrofolat reduktase inhibitor. Thea flavin yang terkandung didalam teh adalah inhibitor untuk antiapoptotic Bcl-2. Lycopen yang terkandung didalam tomat adalah inhibitor factor pertumbuhan yang diderivikasi dari platelet dan capcaisin yang terkandung didalam cabai adalah sebuah vanilloid receptor 1 agonist. Flavonoid (yang merupakan kelas polifenol terbesar didalam makanan) menghambat adenosine receptor, PDGF receptor, thromboxane A(2) receptor dan lipoxygenase. Berbeda dengan obat – obatan sintesis , cognate receptor yang terkandung didalam makanan masih sukar dipahami. Namun, efeknya terhadap penandaan intrasel yang relevan terhadak pathogenesis makanan telah diketahui. Kurkumin, resveratol, flavopiridol, I3C, zerumbon, EGCG dan asam ursolat menjadikan jalur apoptosis intrinsic dalam sel – sel tumor sebagai sasaran. Genistein, diosgenin, curcumin dan EGCG menekan aktivasi penandaan daya tahan sel . Resveratrol, Theaflavin dan genistein menjadikan chemikine sebagai sasaran, sehingga aktivasi kaskade inflamasi semakin kuat. Kulkumin and asam α poat mengatur jejaring mitogen – activated protein kinase (MAPK) yang merupakan regulator hemostasis sentral. Setidaknya ada 80 senyawa makanan yang menghambat jalur NFKB; jalur ini mengatur lebih adari 200 gen yang terlibat dalam inflamasi, fungsi imun dan transformasi malignan. Genomika Fungsional sangat vmembantu dalam penelitian farmakologi yang dilakukan dalam decade terakhir terutama dalam menjabarkan profil ekspresi gen secara global dan diinduksi oleh obat – obatab, sehingga memberikan gambaran tentang mekanisme dan berfungsi sebagai alat yang sangat kuat dalam menghasilkan hipotesis. Teknologi cDNA microarray digunakan dalam penelitian farmakologi. Akhir – akhir ini , teknologi juga digunakan dalam penelitian nutrisi untuk mengetahui gen – gen yang diatur oleh agen – agen terapi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi factor transkripsi atau pemprogaman epigenetic. Penemuan vitamin D reseptor oleh Hussler dan Norman pada tahun 1969 adalah salah satu contoh yang paling penting untuk factor transkripsi yang secara langsung diubah zat dalam makanan. Contoh – contoh terbaru adalah genistein (ekstrogen receptor agonist), EPA dan DHA (Peroxiome proliferator yang mengaktivasi receptor α agonis. Landasan molekul dari apa yang sebelumnya diabaikan sebagai *individualitas biokimia* saat ini digambarkan oleh banyaknya catalog polimorfisme genetic yang mempengaruhi enzim, transporter, dan perantara distribusi lainnya seperti metabolism dan klirens. Dengan berkembangnya metode – metode genotype klinis, dojter akan segera bisa mengevaluasi dan menyesuaikan dosisi dan jadwal pemberian nutrisetikal untuk memaksimalkan absorpsi dan distribusi ke jaringan – jaringan sasaran dan untuk mengakomodasi genotype farmakokinetik masing – masing. Dengan kemampuan seperti ini, amaka tenaga kesehatan akan semakin membutuhkan nutrisetikal yang dapat digunakan dalam terapi – terapi genotype khusus. Nutrisetikal (yang merupakan suatu konsep makanan dengan fungsi baru mencegah penyakit) dimulai dengan kombinasi ilmu pengetahuan dan teknologi genom. Jadi, terciptalah teknik genom yang disebut Nutrigenomik (ilmu pengetahuan genom makanan). Nutrigenimika adalah suatu netodologi yang baru dikembangkan, dikombinasikan dengan berbagai teknik genome dan teknologi biologi molekul, seperti terlihat pada Gambar.2. Nutrigenomik ini kemudian digunakan sebagai teknologi dasar yang menjadi kekuatan penggerak untuk penciptaan Nutrisetikal. Nutrigenomika adalah suatu teknologi yang digunakan dalam berbagai bidang akademik, misalnya, untuk analisis ilmiah terhadap hubungan antara makanan dan bahan pokok makanan dengan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Dibidang pengembangan obat, pertanada seperti kadar protein dan ekspresi gen menunjukkan reaksi terhadap obat, petanda ini dapat diukur untuk menguji efek obat terhadap kesehatan. Peran teknologi Nutrigenomika adlaah untuk menguji efek makanan dan komposisi makanan terhadap kesehatan, dengan menghubungkan ke biomaker ditahap awal pada level ekspresi gen dan protein. Saat ini, kita bias mengetahui petanda untuk setiap fungsi fisiologis yang berkaitan dengan penyakit yang mesti dihindari sebagai upaya untuk mempelajari mekanisme pencegahan penyakit dan untuk mengetahui jumlah makanan yang diperlukan oleh seseorang, sehingga makanan `tersebut memberikan dampak pencegahan penyakit. Saat ini, Nutrigenomik adalah satu – satunya teknologi yang tersedia untuk penilai Nutrisetikal secara individu . sementara itu , jika kita bias menunjukkan biomaker sasaran untuk mencegah penyakit yang sama untuk menstandarisasi penilainan sehingga terdapat criteria yang seragam, maka hasil penilaian akan lebih objektif. Nutrisetikal adalah terapi biologi non – spesifik yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah proses penyakit maglinan, dan mengendalikan gejala. Nutrisetikal dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori umum : 1. Zat dengan fungsi nutrisi yang telah diakui, seperti vitamin, mineral, asam amino, dan asam lemak – Nutrien. 2. Produk tumbuhan atau botani, seperti konsentrat dan ekstrak – Herbal. 3. Reagen yang diperoleh dari sumber lain (mis, pyruvate, chondroitin sulphate, streroid hormone precursors) dengan fungsi – fungsi khusus, seperti utrisi untuk olah raga, suplemen penurun berat badan, dan pengganti makanan – Suplemen Makanan. Nutrien Nutrien yang paling banyak dikenal adalah antioksidan, air, dan vitamin – vitamin yang dilarutkan di dalam lemak. Banyak manfaat potensial yang ditemukan karena pengguna antioksidan dalam bentuk suplemen atau asupan didalam makanan. Secara umum, antioksidan berguna dalam pencegahan kanker dan penyakit serebrovaskuler. Asupan vitamin E yang tinggi didalam makanan dapat mencegah penyakit Parkinson. Agus et al., menyatakan bahwa vitamin C yang mengandung oksida, asam dihidro – askorbat , dapat menembus penghambat darah otak dengan mudah. Temuan ini memiliki implikasi terhadap peningkatan Uptake antioksidan didalam system syaraf pusat. Jadi sebagaian ahli merasa bahwa proses ini berpotensi membantu pengobatan penyakit Alzheimer. Jialal dan Fuller menemukan bahwa kombinasi vitamin E, C, dan beta carotene berguna untuk menurunkan oksidasi lipoprotein rendah dan selanjutnya menurunkan resiko aterokslerosis. Herbal Usia obat – obatan herbal sama dengan peradaban manusia, dan obat – obatan ini menyediakan segudang khasiat penyembuhan terhadap penyakit akut maupun kronik. Pengetahuan tentang obat – obatan herbal telah terakumulasi selama ribuan tahun sehingga saat ini kita memiliki banyak cara yang efektif untuk menjamin pelayanan kesehatan. Banyak nutrisetikal yang etrkandung didalam tanaman obat sebgai komponen utamanya. Ekstrak herbal, termasuj b – sitosterol (yang ditemukan didalam Saw Palmetto Berry), cernilton (ekstrak polen), dan pygeum africum (African Plum) telah dievaluasi secara klinis untuk digunakan dalam pengobatan hyperplasia protasis ringan. Banyak pengobatan herbal ditemukan dalam penggunaan Echanicea untuk pencegahan dan pengobatan batuk dan flu. Suatu seri yang terdiri dari lima studi placebo terkontrol untuk mengevaluasi Echinacea memperlihatkan hasil yang bervariasi, mulai dari evaluasi terhadap tenaga sukarela yangs ehat (bukan pasien) atau penggunaan ekstrak yang belum di strandarisasi. Ernst menyatakan bahwa St John’s wort berkhasiat untuk depresi ringan hingga sedang namun interaksinya dengan beberapa otot controversial menjadi bahan perhatian serius. Jenis – jenis produk bahan alam yang digunakan sebgai nutrisetikal : 1. Produk bahan alam yang distandarisasi dengan kemampuan dan marker yang telah diketahui. Standarisasi berdasarkan kepada kandungan fitokimia dengan metode – metode analitik untuk mendukungnya. 2. Produk bahan alam dengan kemampuan dan marker yang telah diketahui , namun belum ada standarisasi. 3. Produk bahan alam popular dari pengobatan rakyat, dengan kemampuan yang telah diketahui namun tanpa marker. Strandarisasi didasarkan kepada formulasi dan proses ekstraksi atas dasar penggunaan secara tradisional. Integrasi formulasi – formulasi semacam ini dari nutrisetilal tradisional ke nutrisetikal global adalah situasi yang paling rumit, khususnya dari perspektif analitik penggolongan fitokimia dan konsistensi kualitas. Suplemen Makanan Suplemen makanan juga dikembangkan untuk mengatasi berbagai jenis penyakit. Misalnya, makanan kemasan yang mengandung gizi seimbang dan memenuhi rekomendasi organisasi kesehatan nasional mempengaruhi berbagai factor resiko bagi oasieb dengan penyakit kardiovaskuler dan peningkatan kepatuhan pasien terhadap pembatasan makanan. Makanan kategonik (yang terdiri dari amkanan yang kaya lemak dan rendah kandungan protein dan karbohodrat) dilaporkan dapat memeperbaiki pengendalian kejang. Namun, makanan – makanan ini dikenal tidak enak, sehingga kepatuhan kepada pembatasan makanan semakin sulit. Makanan sereal dan biji – bijian adalah suatu bidang nutrisetikal dengan fortifikasi kalsium sangat kuat. Bioinformati Genetik Molekuler Nutrigonomi Farmakogenomi Biologi Molekuler Nutri Molekule D. Regulasi Di Bidang Nutrisetikal Di Amerika Serikat, sebuah undang – undang dikeluarkan pada tahun 1994 untuk mengatur pembuatan dan pemasaran nutrisetikal. Undang – undang yang dikenal dengan Dietary Supplement Health and Education Act ini telah mengubah regulasi FDA terhadap produk – produk kesehatan yang telah berlangsung selama 45 tahun. FDA dapat menciptakan praktek pengolahan yang baik untuk nutrisetikal sepanjang peraturan itu ditempa adanya peraturan yang tidak begitu ketat untuk makanan. Sebuah rancangan undang – undang yang mengingatkan kita kepada Dietery Supplement Health and Education Act sedang dirumuskan di India untuk mengatur proses produksi, impor, dan pemasaran makanan kesehatan/suplemen makanan dan nutrisetikal lainnya. Departemen pengendalian obat di Amerika Serikat ini juga telah memberlakukan beberapa struktur untuk suplemen makanan, namun butuh waktu lama bagi berbagai Negara bagian untuk bisa bekerja sama; bahkan, sejumlah Negara bagian menolak struktur tersebut ketika aturan dan ketentuan mereka saling berbenturan. Selain itu, sebuah asosiasi independen telah dibentuk di India untuk mengatasi berbagai masalah ini. Indian Health and Dietary Supplement Associatons dalam waktu dekat. Nutrisetikal dapat digunakan secara terpisah, kombinasi, atau ditambahkan ke dalam makanan atau meinuman untuk kepentingan teknologi atau manfaat kesehatan. Untuk kegunaan seperti ini, nutrisetikal harus memiliki profil keamanan dengan memperhatikan keamanannya untuk dikonsumsi manusia. Bukti khasiat dan keamanan adalah dua set informasi yang mendasari keberhasilan penggunaan nutrisetikal untuk menejemen kesehatan manusia. Sebagai upaya untuk menegtahui keamanan dan khasiat produk, diperlukan berbagai studi ekstensif terhadap keamanan obat, termasuk studi toksisitas akut, sub – akut, sub – kronik, kronik, dan jangka panjang, genoktoksisitas, teratogenesitas, mekanisme aksi terhadap molekul (baik in vitro maupun in vivo), serta studi – studi pemberian suplemen pada hewan dan percobaan klinis pada manusia. Seluruh klaim atas nutrisetikal mesti didasarkan kepada ilmu penegtahuan yang jelas. Kemanan, kualitas dan kehematan biaya kemungkinan akan menjadi tantangan yang rumit dan dapat melumpuhkan industry. Penerapan tingkat pengendalian dan rgulasi farmasi akan meningkatkan biaya dan meurunkan adanya pemantauan secara lebih ketat terhadap bahan baku. Penegndalian terhadap produksi dan formulasi akan diperlukan untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan resiko. Saat ini, telah ada suatu tempat untuk nutrisetikal di lingkungan klinis, namun masalah – masalah farmasi dan klinis masih harus dijawab melalui penelitian lebih lanjut. Produk infomasi yang lebih komprehensif dan pelabelan produk yang lebih tepat sangat diperlukan, namun pendidikan nutrisi untuk tenaga kesehatan, media dan masyarakat umum merupakan kunci terhadap keberhasilan jangka panjang. Konsumen memperlakukan perlindungan dari tuntutan yang curang atau produk dengan kualitas buruk. Konsumen garus diberi informasi yang lebih baik tentang produk. E. Peraturan Nutrasetikal di Indonesia Di Indonesia lembaga yang menilai produk nutrisetikal adalah Badan POM yaitu Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Kosmetik menyelenggarakan fungsi : 1. Penyapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, criteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan dibidang penilaian Produk I. 2. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, criteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan dibidang penilaian produk II. 3. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, criteria, dan prosedur serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan dibidang surveilan keamanan obat tradisional, suplemen makanan dan kosmetik. 4. Penyusunan rencana dan program penilaian obat tradisional , suplemen dan kosmetik 5. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksannan kebijakan teknis di bidang obat tradisional, suplemen makanan dan kosmetik. 6. Evaluasi dan penyusunan laporan penilaian obat tradisional , suplemen makanan dan kosmetik 7. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen. Susunan Organisasi Direktorat Penilaian Obat Tradisional, suplemen Makanan dan Kosmetik terdiri dari : 1. Subdirektorat Penilaian Produk I 2. Subdirektorat Penilaian Produk II 3. Subdirektorat Surveilan Keamanan Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik. Subdirektorat Penilaian Produk I Subdirektorat Penilaian Produk I mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, criteria dan prosedur, evaluasi dan pelaksanaan penilaian Produk I. Subdirektorat Penilaian Produk I menyelenggarakan fungsi : 1. Penyusunan rencana dan progam I menyelenggarakan Produk I 2. Pelaksanaan prnyiapan bahan rumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, criteria dan prosedur, serta pelaksanaan penilaian obat tradisional. 3. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis penyusunan pedoman, standar, criteria dan prosedur, serta pelaksanaan penilaian suplemen makanan dan nutrisetikal 4. Evaluasi dan penyusunan laporan penilaian produk I 5. Pelaksanaan urusan tata operasional di lingkungan Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik. Subdirektorat Penilaian Produk I terdiri dari : 1. Seksi Penilaian Obat Tradisional 2. Seksi Penilaian Suplemen Makanan dan Nutrisetikal 3. Seksi Tata Operasional Seksi penilaian Obat Tradisional mempunyai tugas menyiapakan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan renvana dan program, penyusunan pedoman, standar, criteria dan prosedur evaluasi dan penyusunan laporan serta melakukan penilaian obat tradisional. Seksi penilaian suplemen makanan dan nutrisetikal mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan encana dan program, penyusunan pedoman, standar, criteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan penialaian suplemen makanan dan nutrisetikal. Saksi Tata Operasional mempunyai tugas melakukan urusan tata operasional di lingkungan Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik. BAB 2 Fitokimia Sebagai Nutrasetikal Fitokimia adalah bahan kimia kompleks yang di temukan di dalam tanaman, terutama buahbuahan dan sayuran. Review ini tidak kompehensif, hanya sebagai upaya awal untuk menggolongkan fitokimia yang memiliki khasiat antoksidan cenderung bewarna terang karena mengandung cromofor, yakni sejumlah karbon single- bonded dan double-bonded yang saling bertukar-tukar.Insopren seringkali menjadi unsure pokok dari unit- unit tersebut. Sayuran bewarna hijau gelap mengandung paling banyak klorofil; dan sayuran yang paling banyak mengandung klorofil memerlukan paling banyak antioksidan.warna hijau akan menutupi warna lainnya, jika ada fitokimia oksidan bewarna. A. Terpenoid= Isoprenoid 1. Karotenoid Terpenoid Karotenoid membuat jagung menjadi kuning, wortel jingga- kemerahan, dan tomat bewarna merah. Karotenoid juga memberikan warna untuk ikan salmon dan ikan emas, flamingo, dan daun-daunan di musim gugur ( ketika klorofil yang hijau telah hilang, maka carotenoid dan fenol tetap bertahan). Bell pepper dengan warna yang berbeda- beda menunjukan adanya seleksi karotenoid. Karotenoid yang berwarna jingga anatara lain a,b dan y karoten; karotenoid yang bewarna merah anatara lain licopen dan astaksatin; karotenoid telah di temukan pada tanaman. Sekitar separuh dari 50 karotenoid di dalam makanan manusia diserap ke dalam aliran darah. Licopen dan a carotene masing- masing mengandung 30% karotenoid plasma. Hanya a,b dan beberapa karoten lain ( tidak termasuk licopen atau lutein ) yang bias di ubah menjadi Vitamin A. Hipervitaminosis Vitamin A tidak dapat disebabkan oleh kelebihan a atau b karoten karena konversi dan tingkat absorpsi sangat lambat.a- karoten dan b- karoten dapat melindungi dari kanker hati dan kanker paru- paru menurut temuan kultur sel dan studi-studi terhadap hewan. Pemanasan, pemotongan, atau pencicangan sayuran dapat melepaskan karotenoid, khususnya b karoten& licopen. Karotenoid praktis tidak larut di dalam air, dan paling udah di serap dengan minyak. Di dalam aliran darah, karotenoid diangkut ke dalam partikel kolesterol yang paling kaya akan lipid ( LDL ). Karingan yang memiliki paling banyak reseptor LDL menerima paling banyak karotenoid. 1.1 Licopen Licopen adalah suatu bahan fitokimia yang disintesis oleh tanaman dan mikroorganisme namun bukan hewan. Licopen adalah suatu insomer asiklis bkaroten. Hidrokarbon yang sangat tidak jenuh ini mengandung 11 ikatan rangkap dua yang terkonjungsi,sehingga licopen lebih panjang dari pada karetenoid lainnya. Sebagai suatu polien, licopen mengalami isomerasi cistrans yang di induksi cahaya, enenrgi panas, dan reaksi kimia. Licopen yang diperoleh dari tanaman cenderung keluar dalam suatu configurasi semua bentuk trans, yakni bentuk yang paling stabil secara termodinamik. Manusia tidak dapat membuat licopen, jadi manusia harus mengkonsumsi buahbuahan, menyerap licopen, dan mengolahnya untuk digunakan di dalam tubuh. Di dalam plasma manusia, licopen hadir alam bentuk suatu campuran isomer, dimana 50% berbentuk isomer cis. Meskipun paling dikenal sebagai antioksidan, mekanisme oksidasi dan nonoksidasi sama- sama terlibat dalam aktivitas bioprotektif licopen. Aktivitas nutrasetikal karotenoid sepertib-caroten berhubungan dengan kemampauannya untuk membentuk vitamin A di dalam tubuh. Karena licopen tidak memiliki stuktur cincin b-inone, maka licopen tidak dapat membentuk vitamin A dan efek bioligisnya pada manusia berkaitan dengan mekanisme selain Vitamin A. konfigurasi yang dimiliki licopen membuatnya mampu menonaktifkan radikal bebas. Karena radikal bebas merupakan molekul yang tidak seimbang secara elektokimia, maka radikal bebas sangat agresif, mudah bereaksi dengan komponen- komponen sel, dan menyebabkan kerusakan permanen. Radikal bebas yang berasal dari oksigen adalahg spesies yang paling reaktif.zat kimia toksik ini dibentuk secara alamiah oleh produk- produk sampingan selama metabolism oksidasi sel.sebagai suatu antioksidan,licopen, memiliki kemampuan singlet-oxygen-quenching dua kali lipat dari kemampuan bcaroten ( Vitamin A Relative) dan 10 kali lipat dari kemampuan B- tocoferol ( Vitamin E relative) suatu aktivitas non-oksidatif adalah pengaturan komunikasi gap- junction anatara sel. Licopen berpartisipasi dalam sejumlah reaksi kimia yang dihipotesiskan dapat mencegah karsinogenesis dan antogenesis denganmelindungi biomolekul penting untuk sel, termasuk lipid, protein, dan DNA. Licopen adalah karotenoid yang paling dominan di dalam plasma manusia, terlihat secara alamiah dengan jumlah yang paling banyak dari pada b-caroten dan karotenoid lainnya di dalam makanan. Hal ini dapat menunjukan manfaat 1.2B-Caroten b-caroten adalah suatu jenis pigmen yang ditemukan di dalam tanaman, khususnya woretl dan sayuran bewarna.nama B-Caroten diambil dari bahasa latin untuk wortel,danB-Caroten memberikan warna kuning dan jingga untuk buah-buahan serta warna-warni untuk sayuran.b-caroten juga digunakan sebagai bahan pewarna untuk makanan,seperti margarine. b-caroten dapat diubah menjadi vitamin A ( Retinol ) oleh tubuh. Vitamin A diperlukan untuk kesehatan mata dan penglihatan,untuk kekuatan system imun, dan kesehatan kulit dan selaput lender. Meskipun banyak vitamin A Dalam bentuk suplemen dapat bersifat toksik,tubuh hanya akan mengubah Vitamin A dari B-Caroten sesuai kebutuhan yang berarti B-Caroten dianggap sebagai sumber Vitamin A yang aman. Namun, terlalu banyak B-Caroten dap[at berbahaya bagi perokok ( lebih aman jika memperoleh Vitamin A. seperti halnya Karotenoid lainnya, B-caroten dalam jumlah banyak melalui makanan, bukan dari suplemen seperti halnya karotenoid lainnya, B-caroten merupakan suatu antioksidan.B-caroten dapat melindungi tubuh dari molekul perusak yang disebut radikal bebas. Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel melalui suatu proses yang ikenal dengan aksidasi.seiring dengan waktu, kerusakan ini dapat menyebabkan sejumlah penyakity kronik.bukti yang asa menunjukan bahwa kandungan antioksidan yang banyak di dalam makanan dapat membantu memperkuat system imun,melindungi diri dari radikal bebas,dan menurunkan resiko mengalami dua jenis penyakit kronik:penyakit hati dan kanker 1.2 a-caroten a-caroten adalah sejenis senyawa yang disebut karotenoid,ditemukan di dalam buah-buahan dan sayuran bewarna.b-caroten bersama dengan b-caroten dan bcryptoxanthin merupakan precursor meskipun ketiga karotenoid ini dapat di ubah, tubuh kita paling efesien dalam mengubah b-caroten mejadi Vitamin A bukti menunjukan bahwa B-caroten juga dapat bekerja sebagai antioksidan untuk mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas 1.3 lutein lutein adalah suatu xantofil dan satu dari 600 karotenoid yang ada di alam. Lutein ditemukan di dalam sayuran berdaun hijau seperti bayam dan kangkung.lutein juga digunakan oleh mikroorganisme sebagai antioksidan dan untuk penyerapan sinar biru.lutein juga ditemukan di dalam \kuning telur,lemak hewani,dan retina ( zeaxanthin mendominasi di macula lutea sementara lutein dominan di tempat lain di dalam retina). Lutein terdapat di dalam tanamana sebagai ester asam lemak,dimana satu dua asamlemak mengikat ke dua kelompok hidroksil.karena alas an inim, saponifikasi lutein ester untuk menghasilkan lutein bebas dapat megahsil;kan lurein sengan rasio molar dari 1 : 1 hingga 1:2 lutein adalah isomer dengan zaexanthin,perbedaannya hanay pada satu ikatan rangkap dua. 1.4 Zeaxanthin Zeaxanthin merupakan salah satu karotenoid alcohol yang p[aling sering ditemukan di alam. Zeaxanthin adalah pigen yang memberikan warna khas untuk paprika. Jagung,kunyit,dan tanaman lain. Zeaxanthin memecah dan membentuk picrocrocin dan safranal. Yang bertanggung jawab terhadap rasa dan aroma kunyit. 1.5 Astaxanthin Berbeda dari sejumlah karotenoid, Astaxanthin tidak ubah menjadi vitamin A di dalam tubuh manusia. Vitamin A yang terlalu berlebihan menyebabkan efek toksik. Namun Astaxanthin memiliki toksisitas yang lebih rendah. Astaxanthin BAB 3 NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI DIABETES A. Patofisiologi diabetes iperglikemia disebabkan gangguan dalam sekresi insilun dan /atau peningkatan H resisten sel terhadap insilun. Hiperglikemia kronik dan gangguan metabolic lain akibat diabetes mellitus menyebabkan kerusakan jaringan dan organ dalam jangka panjang atau disfungsi mata,ginjal, system syaraf ,dan system vaskuler. Patofisiologi diabetes mellitus berhubungan dengan insulin hormone, yang disekresi oleh sel-sel beta pada pancreas. Hormon ini bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kadar glukosa didalam darah. Hormone ini membuat sel-sel tubuh bisa menggunakan glukosa sebagai sumber energi utama. Namun, pada subjek diabetes, akibat metabolise insulin yang tidak normal, sel-sel dan jaringan tubuh tidak memanfaatkan glukosa dari tubuh, sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah, atau hiperglikemia. Dalam periode waktu tertentu,tingginya kadar glukosa didalam aliran darah bisa menyebabkan komplikasi berat,seperti penyakit mata, penyakit kardiovaskuler,kerusakan ginjal, dan masalah syaraf . Pada diabetes tipe 1, pankrease tidak mensintesiskan hormone insulin dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan tubuh. Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 menunjukan bahwa DM tipe 1 adalah suatu penyakit autoimun, dimana system imun yang dimiliki tubuh menghasilkan sekresi zat yang menyerang sel-sel beta pancreas. Akibatnya, pancreas mengeluarkan insulin dalam jumlah yang sangat kecil, atau bahkan tidak ada. Diabetes tipe 1 lebih sering terjadi pada anak-anak atau usia sekitar 20 tahun. Karena lebih sering terjadi pada individu yang masih muda dan hormone insulin digunakan untuk pengobatan, diabetes tipe 1 juga dikenal dengan diabetes mellitus yang tergantung insulin (Insulin Dependent Dabetes Mellitus, IDDM) atau diabetes remaja (Juvenile Diabetes) Untuk diabetes mellitus tipe 12, produksi hormone insulin tetap normal, namun sel-sel tubuh menolak insulin. Karena sel-sel tubuh dan jaringan tidak merespon insulin, glukosa tetap bertahan didalam aliran darah. Diabetes tipe 2 sering ditemukan pada individu paruh baya (usia dia atas 40 tahun). Karena insulin tidak diperlukan untuk pengobatan diabetes tipe 2, maka diabetes tipe 2 juga dikenal dengan diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus, NIIDM). Diabets gestasi disebabkan oleh fluktuasi kadar hormone selama kehamilan. Biasanya kadar glukosa darah kembali normal setelah bayi lahir. Seperti telah disebutkan diatas, gejala-gejala dan efek sama. Gejala yang terlihat adalah rasa haus (polydipsia), sering buang air kecil (polyuria), selera makan tinggi (polyphagia), rasa lelah berlebihan, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, dan iritasi tubuh. Dari segi definisi, diabetes mellitus biasanya digambarkan dengan kadar glukosa darah puasa sebesar 126 milligram per desiliter (mg/dL) atau lebih. Dari segi statistic, diabetes tipe 2 adalah jenis yang paling sering terjadi, dibandingkan dua bentuk diabetes mellitus yang lain. Deteksi diabetes secara dini dan benar sangat diperlukan untuk mencegah efek yang buruk terhadap kesehatan. Setelah diagnose, seorang dokter bisa meresponkan obat yang tepat untuk pengobatan diabetes, termasuk suntikan insulin atau obat insulin oral, tergantung pola makan dan olahraga, sangat dianjurkan untuk penanganan gejala-gejala dan efek jangka panjang secara efektif . Karena diabetes adalah suatu masalah kesehatan global, sejumlah studi terkait patofisiologi diabetes mellitus saat ini sedang dilakukan untuk meminimalkan efeknya. Klasifikasi diabetes meliputi telah sejumlah perubahan penting,sebagi berikut: 1. Penunjukan “diabetes tipe 1” dan “diabetes tipe 2”, menggunakan angka Arab, telah menggantilah istilah “insulin dependet diabetes mellitus” (IDDM) dan “non-insulin dependent diabetes mellitus” (NIDDM). 2. Istilah baru, “IFG”(impaired fasting glucose), mendefinisikan nilai glukosa yang lebih besar atau sebanding dengan 100mg/dl dan 125mg/dl. B. Tanda dan gejala klinis Gejala klinis diabetes adalah polyuria (sering buang air kecil), polydipsia (meningkatnya rasa haus), dan poliyphagia (meningkatnya rasa lapar). Gejalagejalanya berkembang cepat (beberapa minggu atau beberapa bulan) pada diabetes tipe 1 sementara pada diabetes tipe 2, gejala berkembang jauh lebih lambat, dan bahkan bisa jadi tidak terlihat. Tingginya glukosa darah dalam jangka panjang menyebabkan absorpsi glukosa, sehingga dapat menimbulkan perubahan lensa mata, dan mengakibatkan perubahan penglihatan. Pandangan kabur adalah keluhan yang lebih sering terjadi dan mengarah kepada diagnose diabetes. Tipe 1 harus selalu curiga jika terjadi perubahan penglihatan secara cepat, sementara perubahan akibat diabetes tipe 2 terjadi secara perlahan, namun tetap harus dicurigai. Subjek (biasanya dengan diabetes tipe 1) bisa juga mengalami ketoasidosis diabetic, suatu kondisi gangguan metabolic yang ditandai dengan bau aceton; tarikan nafas cepat dan dalam yang dikenal dengan pernafasan kussmaul ; mual ; muntah ; dan nyeri perut ; dan perubahan kondisi kesadaran. Kemungkinan yang lebih jarang namun sama parahnya adalah hyperosmolar nonketotic state, yang lebih lazim terjadi pada diabetes tipe 2, dan merupakan akibat dari dehidrasi. Seringkali, pasien minum minuman yang mengandung gula dalam jumlah yang ekstrim, sehingga terbentuklah suatu lingkaran setan dalam kaitannya dengan kehilangan air. Sejumlah ruam kulit bisa terjadi pada diabetes, dan secara kolektif dikenal dengan diabetic dermadrome. C. Diagnosis Diabetes mellitus ditandai oleh hiperglikemia berulang atau persisten, dan didiagnosa dengan salah satu dari beberapa tanda-tanda berikut: Kadar glukosa plasma puasa >7.0 mmol/L (126 mg/dL) Glukosa plasma> 11.1 mmol/L (200 mg/dL) dua jam setelah konsumsi glukosa oral sebanyak 75 g seperti halnya pada test toleransi glukosa. Gejala-gejala hiperglikemia dan glukosa plasma kasual > 11.1 mmol/L (200 mg/dL) Hemoglobin glikat (Hb A1C) > 6.5% Hal positif, jika tidak terjadi hiperglikemia yang nyata, mesti dikonfirmasi dengan mengulangi metode-metode yang telah disebutkan di atas pada hari yang berbeda. Sebaiknya, ukur kadar glukosa puasa karena mudahnya pengukuran dan komitmen waktu terhadap pengujian toleransi glukosa secara formal; pengujian ini memerlukan waktu dua jam dan tidak memberikan manfaat prognostic yang lebih tinggi daripada uji puasa. Menurut definisi saat ini, dua kali pengukuran glukosa puasa dengan hasil diatas 126 mg/dL (7.0 mmol/L) dianggap diagnostic untuk diabetes mellitus. Subjek dengan kadar glukosa puasa 100-125 mg/dL (5.6 hingga 6.9 mmol/L) dianggap mengalami gangguan glukosa puasa (IFG). Pasien dengan glukosa plasma 140 mg/dL (7.8 mmol/L) atau lebih, namun tidak lebih dari 200 mg/dL (11.1 mmol/L), dua jam setelah loading glukosa secara oral sebanyak 75 g dianggap mengalami gangguan toleransi glukosa. Dari kedua kondisi pra-diabetes ini, kondisi yang kedua merupakan factor resiko utama untuk perkembangan diabetes mellitus penuh serta penyakit kardiovaskuler. D. Terapi nutrasetikal Tujuan utama dalam terapi adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa puasa yang optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang menguntungkan untuk outcome metabolic lain, seperti memperbaiki profil lipid dan menurunkan tekanan darah. Tujuan kedua adalah untuk mencegah dan mengobati konsekuensi kronik dan komplikasi karena rendahnya control gula darah selama bertahun-tahun. 1. Supplemen serat Serat makanan adalah suatu aspek penting dalam pengendalian gula darah. Penambahan serat-serat yang larut dalam air, seperti gum,pectin,dan getah bisa menurunkan kecepatan absorpsi karbohidrat dan meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Hal ini bermanfaat untuk penderita diabetes tipe 1 dan tipe 2. Penggunaan bubuk kulit ari psyllium (5 gram dua kali sehari 20-30 menit sebelum makan) dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa dan postprandial serta memperbaiki profil lipid pada penderita diabetes tipe 2, jika dibandingkan dengan placebo menurut sejumlah studi double-blinded. Studi lainnya juga menemukan hasil yang sama saat memberikan 5 gram psyllium kepada penderita diabetes tipe 2 sebelum makan tiga kali sehari. Efek positif jangka panjang terhadap pengendalian glikemia dan konsentrasi lipid juga berkaitan dengan pemberian suplemen getah guar 15 g/hari. Penambahan suplemen serat terhadap makanan dalam bentuk psyllium atau produk yang sama merupakan cahaya yang sangat baik untuk memelihara dan mempertahankan control glikemik. Peningkatan serat larut didalam makanan mempermudah waktu transit bowel dan bermanfaat bagi mikroflora usus. 2. Asam lemak esensial Peran asam lemak esensial sangat penting terhadap kesehatan penderita diabetes secara keseluruhan sama halnya dengan semua orang. Untuk gambaran lebih lengkap tentang asam lemak omega 6 esensial menjadi gamma-asam linoleat (GLA) pada pasien diabetes bermanfaat karena pasien mengkonsumsi minyak yang kaya GLA. Manfaat terbesar dari suplemen GLA adalah meningkatnya konduksi syaraf dan perbaikan penyakit-penyakit kulit, selain itu asam lemak omega 3 dari minyak biji rami atau suplemen minyak ikan juga mesti dipertimbangkan. Manfaat minyak ini pada pasien diabetes terletak pada hubungannya sengan system kardiovaskuler, kolesterol, dan gangguan lipid lainnya. EPA rantai panjang dan DHA yang ditemukan di dalam minyak ikan juga diperlukan untuk retina; retina adalah jaringan yang seringkali rusak akibat buruknya penanganan gula darah selama bertahun-tahun. Penurunan asam lemak trans dan peningkatan asam lemak esensial yang berkualiats tinggi adalah tujuan wajib bagi semua orang, terutama untuk orang yang rentan terhadap diabetes tipe 2. 3. Mikronutrien Meskipun peran makanan dan gaya hidup sangat penting dalam memperbaiki outcome bagi pasien diabetes, suplemen nutrient dan bahan terapi alami juga dapat memainkan peran penting dalam perawatan pasien. Kadar vitamin B dalam jaringan mengalami deplesi pada hewan model diabetes seperti yang juga dilaporkan pada subjek manusia dengan diabetes. Produk multivitamin mineral berkualitas tinggi mesti menjadi dasar bagi terapi dengan suplemen yang mengandung vitaman B, vitamin C,dan magnesium dalam jumlah cukup. 4. Krom Krom merupakan unsur pokok I dalam molekul yang dikenal sebagai factor toleransi glukosa (glucose tolerance factor, GTF). Kompleks ini memfasilitasi pengambilan glukosa ke dalam sel-sel bersamaan dengan insulin, yang bertindak seperti suatu co-faktor bagi insulin. Sebuah study terbaru membandingkan asupan suplemen 200 mcg Cr/hari, krom 1000 mcg/hari atau placebo terhadap variable glukosa dan insulin dari 180 pria dan wanita penderita diabetes tipe 2. Meskipun mereka menemukan perbaikan pada kelompok 200 mcg/hari, kelompok yangf mengkomsumsi 1000 mcg/hari menunjukkan perbaikan secara statistic untuk HbA1c (hemoglobin glikosilat), glukosa puasa, kadar insulin dan kolesterol, jika dibandingkan dengan placebo. Selain itu, penelitian menyimpulkan bahwa pasien diabetes yang tidak tergantung insulin menunjukkan gangguan status krom, jika dibandingkan dengan kelompok control sehat. 5. Vanadium Selama beberapa waktu, vanadium menunjukkan aktivitas seperti insulin didalam sel-sel dan jaringan yang terisolasi dan dianggap memiliki potensi terapi bagi pasien diabetes. Apapun mekanismenya, vanadium digunakan secara klinis untuk membantu menangani kadar glukosa serum. Sebuah studi skala kecil menunjukkan bahwa vanady l sulfate (VS) 100 mg/hari selama tiga minggu dapat memperbaiki sensitivitas insulin hati dan perifer pada pasien NIDDM yang resisten terhadap insulin. Efek ini bahkan bertahan selama 2 minggu setelah vanadyl sulfate dihentikan. Dosis yang sama tidak akan mengubah sensitivitas insulin pada subjek non-diabetes. Keamanan dan khasiat VS 100mg/hari telah diuji dan ditemukan sangat baik; sejumlah studi lain juga berhasil dan menemukan aman dalam dosisi yang lebih tinggi. Mesti diingat bahwa penggunaan vanadium secara kronik dengan dosis yang tinggi belum disahkan; dan dosis yang lebih rendah mungkin berguna ketika digunakan secara bersamaan dengan obat alami lainnya. 6. Biotin Pentingnya mikronutrien yang diproduksi oleh mikroba usus yang sehat unu seringkali terabaikan dalam penanganan pasien diabetes. Biotin memiliki sejumlah khasiat yang relevan, termasuk stimulasi sekresi insulin yang diinduksi glukosa, meningkatkan sensitivitas insulin, dan mempercepat proses glikolisis di dalam hati dan pancreas dengan peningkatan enzim glukokinase. Pemberian suplemen biotin dapat memperbaiki toleransi glukosa dan insulin pada hewan model diabetes yang tergantung insulin dan tidak tergantung insulin. Pada manusia, perbaikan pada uji toleransi glukosa secara oral serta gejala-gejala neuropati yang berkaitan dengan diabetes dapat dikaitkan dengan peningkatan asupan biotin. 7. Asam a-lipoat Asam a-lipoat juga dikenal dengan asam thioctat merupakan suatu antioksidan alami dan serbaguna dengan berbagai kegunaan terapi. Sebagai suatu antioksida, asam a-lipoat mampu mengembalikan vitamin c, vitamin e, dan glutathione karena sifatnya yang tiga kali lipat lebih mudah larut di dalam air, larut di dalam lemak, dan sulfhidril. Untuk kasus gangguan metabolisme glukosa dan komplikasi akibat diabetes, asam lipoat sangat berguna. Asam lipoat tidak hanya mengatur sensitivitas glukosa dan insulin, namun juga untuk mencegah dan mengobati berbagai kerusakan oksidatif yang terjadi bersamaan dengan hiperglikemia. Sebuah studi terbaru membandingkan sensitivitas insulin pada penderita diabetes tipe 2 setelah satu bulan pemberian asam lipoat secara oral dengan dosis m600 mg/hari, 1200 mg/hari atau 1800 mg/hari, dan placebo. Mereka menemukan bahwa pengobatan sama-sama bisa memperbaiki sensitivas insulin sebesar 27% dibandingkan placebo, berapapun dosis yang digunakan. Data ini memperkuat penelitian yang mereka lakukan sebelumnya melalui pemberian secara intravena. Sebagai suatu antioksidan, asam lipoat dapat menurunkan tekanan oksidatif, yang merupakan stimulus utama untuk komplikasi diabetes. Sebuah studi cross-sectional dilakukan untuk menilai beban oksidatif (dengan melihat pada kadar peroksida lipid) pada pasien diabetes, sebagian di antaranya menggunakan asam lipoat dosis 600 mg per hari selama 3 bulan. Kelompok perlakuan asam lipoat menunjukkan penurunan kadar peroksida lipid sebesar 36% dan perbaikan rasio antara tekanan oksidatif dan pertahanan oksidatif sebesar 38% (dengan mengukur kadar peroksida lipid vs alphatocopherol/kolesterol). Data ini memperkuat peran asam lipoat sebagai antioksidan pada pasien dengan control glikemia yang buruk. Kelompok pasien seperti ini rentan terhadap tekanan dan kerusakan oksidatif. Mungkin, penggunaan asam lipoat lama pada diabetes dalam pengobatan neuropati diabetic. Asam lipoat telah digunakan di jerman selama lebih dari 30 tahun pengobatan neuropati yang di induksi diabetes. Mekanisme aksinya berkaitan dengan khasiat antioksidan yang menghasilkan perbaikan mikrosirkulasi dan memberikan pengaruh postif terhadap refleks neurovaskuler yang telah rusak pada pasien dengan neuropati diabetic. Meskipun kebanyakan studi ini dilakukan dengan pemberian obat secara intravena, studi-studi terbaru memperkuat bahwa hasil yang sama dapat diperoleh dengan pemberian dosis 800 mg/hari secara oral, atau 600 mg 3x seahri. Namun, sebuah studi hanya menunjukkan efek positif yang marjinal saat menggunakan 600 mg 3x sehari. Jelasnya, dibutuhkan lebih banyak penggunaan asam lipoat dalam studi – studi jangka panjang, namun dari literature yang ada terlihat jelas bahwa penggunaan asam lipoat merupakan suatu komponen yang vital dan aman untuk terapi nutrasetikal pada pasien diabetes, serta pasien dengan gangguan insulin metabolic seperti syndrome X. penggunaan asam lipoat secara oral dalam dosis tinggi mesti diikuti oleh biotin untuk mencegah terhambatnya proses enzim yang tergantung biotin. Banyak nutrasetikal lain yang telah berhasil digunakan untuk pengobatan pasien diabetes. Nutrasetikal yang memberikan efek positif terhadap lipid atau metabolism karbohidrat dapat meningkatkan metabolism atau penurunan berat badan, atau menghambat pembentuk sorbitol, yang bermanfaat untuk mencegah atau mengobati diabetes. Nutrasetikal ini diantaranya carnitin, niacin, zinc, kuercetin dan agen-agen lipotropik seperti inositol dan kolin. 8. Tanaman obat Penggunaan sejumlah tanaman dan ekstraknya untuk diabetes telah lazim digunakan sejak zaman kuno. Saat ini, kita bisa meneliti penggunaan sejumlah ekstrak tanaman karena efek hipoglikemik. Banyak obat-obatan konvensional diambil dari molekul-molekul prototype pada tanaman obat. Metformin adalah contoh dari agen penurunan glukosa oral yang sangat5 berkhasiat. Perkembanganya didasarkan kepada penggunakan Galega officianalis banyak mengandung guanidine (komponen hipoglikemik). Karena guanidine terlalu toksik untuk digunakan secara klinis, alkil biguanida synthalin A dan synthalin B diperkenalkan sebagai obat anti-diabetes oral di eropa pada tahun 1920an, namun dihentikan setelah insulin semakin banyak tersedia. Namun pengalaman dengan guanidin dan bignuadi menyebabkan pengembangan senyawa metformin. Hingga saat ini, telah ada lebih dari 400 obat tradisional dari tanaman untuk diabetes, meskipun hanya sejumlah kecil yang pernah dievaluasi secara ilmiah dan medis untuk menilai khasiatnya. Efek hipoglikemik dari sejumlah ekstrak herbal telah diperkuat pada studi terhadap manusia dan hewan model untuk diabetes tipe 2. Komite Ahli WHO untk diabetes merekomendasikan agar obat-obat herbal tradisional diteliti lebih lanjut. Berikut ini adalah ringkasan dari beberapa obat herbal yang paling banyak diteliti dan paling banyak digunakan. 8.1 Ginseng Species Akar ginseng telah digunakan selama lebih dari 2.000 tahun di Asia Timur karena khasiatnya yang dapat memelihara kesehatan. Dalam tahun-tahun terakhir, akar ginseng termasuk pada top 10 obat herbal paling laris di Amerika Serikat. Dari sejumlah spesies ginseng, panax ginseng (ginseng Asia) dan Panax quinquefolius (ginseng Amerika) adalah spesies yang sering digunakan. Senyawa aktif dari spesies ginseng adalah ginsenosida, polisakarida, peptide, alcohol poliasetilen, dan asam lemak. Kebanyakan aksi farmakologi ginseng dapat dikaitkan dengan ginsenosida , suatu senyawa turunan steroid saponin. Komposisi kimia ginseng serta kekuatannya mungkin berbeda menurut derivate ekstrak tanaman, usia akar ginseng, lokasi tumbuh , musim pemanenan, dan metode pengeringan. Data-data dari studi terhadap hewan menunjukkan bahwa ginseng Asia maupun ginseng Amerika memiliki efek hipoglikemik yang signifikasi. Efek penurun glukosa darah ini sepertinya berkaitan dengan ginsenoside Rb-2, terutama panaxans I, J, Kdan L pada model diabetes tipe 1. Namun, belum diketahui apakah senyawa aktif ini memberikan efek yang sama terhadap diabetes tipe 2. BAB IV NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI OSTEOPOROSIS A. Patofisiologi Ostreoporosis Osteoporosis karena buruknya akuisisi massa tulang selama pertumbuhan dan percepatan pengurangan massa tulang setelah massa puncak dicapai. Namun, keduanya sangat tergantung kepada faktor lingkungan dan genetik. Sebagian besar resiko Osteoporosis pada wanita post-menopause ditentukan oleh massa puncak tulang pra-menopause, yang biasanya lebih tinggi pada kaum kulit hitam dibandingkan kaum Kaukasia maupun Asia, serta pada pria. Itulah sebabnya kenapa kebanyak pria dan wanita kulit hitam beresiko lebih kedl mengalami Osteoporosis. Separuh dari massa tulang di dalam tubuh terakumulasi selama masa pubertas dan berkaitan dengan meningkatnya kadar hormon yang terjadi selama periode ini. Terjadi akumulasi massa tulang yang sangat minimal dalam 5 hingga 15 tahun perkembangan berikutnya, sebelum massa tulang akhirnya mencapai puncak. Struktur tulang secara keseluruhan dapat dibagi menjadi cancellous bone (tulang trabekular) dan tulang kortikal (cortical bone). Tulang kortikal membentuk suatu selongsong padat di sekitar tulang kanselaus yang lebih rapuh dan dibentuk oleh suatu kisi-kisi trabekula vang saling berhubungan satu sama lain. Secara umum, kerangka perifer terdiri dari tulang kortikal, sementara kerangka aksiai terbentuk oleh tulang kanselaus dan tulang kortikal. Karena daerah permukaan tulang kanselaus jauh melebihi daerah permukaan tulang kortikal, dan karena daerah permukaan tulang kanselaus lebih aktif secara metabolic, maka tulang kanseluas akan mengalami gangguan lebih berat ketika perubahan bentuk tulang terlepas dari sambungannya. Gambar 4.1 Evolusi Osteoporosis Selama periode hilangnya masa tulang tidak lama setelah menopause, hilangnya tulang kanselaus naik 3 kali lipat, sementara hilangnya tulang kortikal terjadi lebih lambat. Gambar 4.2 Proses tejadinya osteoporosis Osteoporosis adalah penyakit tulang yang paling sering menyerang orang dewasa. “masalah tulang pada lansia” memunculkan suatu streotipe korban osteoporosis karena penyakit ini paling sering menyerang orang yang udah tua, terutama wanita yang telah menupause. Kejadian fraktur Osteoporosis naik secara konstan akibat meningkatnya usia harapan hidup. Rata-rata tulang padat mengandung sekitar 30% matriks dan 70% garam. Osteoporosis terjadi akibat berkurangnya matriks organic tulang. Aktivitas osteoblastik di dalam tulang biasanya tidak normal, dan akibatnya, kecepatan endapan osteoid tulang menjadi tertekan. Wanita dewasa memiliki massa lang yang lebib rendah dibandinglcan pria. Setelah menopause, wanita mulai kehilangan massa tulang secara lebih cepat daripada yang dialami pria dengan usia yang sama. Akibatnya, wanita lebib rentan mengalami osteoporosis yang serius. B. Pemeriksaan Klinis Untuk menegakkandlagnosis Osteoporosis, perfu dilakukan pendekatan sistematis. Gejala-gejala baru timbul pada tahap Osteoporosis lanjut, seperti : 1. Patah tulang 2. Punggung yang semakin membungkuk 3. Hilangnya tinggi badan 4. Nyeri punggung Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjacii hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentulc. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita Osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan. Pada Pasien Osteoporosis atau dicurigai Osteoporosis dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan densitas tulang. Bone Mineral Density (BMD) tes adalah cara terbaik untuk memperkirakan kesehatan tulang. BMD tes dapat mengidentifikasi Osteoporosis, memperkirakan risiko terjadinya fraktur, dan mengukur respon terhadap terapi Osteoporosis. DXA tes atau X-ray dual energi adalah tes yang paling banyak dikenal dalam pemeriksaan BMD. Tidak nyeri, sedikit mirip seperti pemeriksaan x-ray tetapi lebih sedikit terekspos dengan sinar radiasi. Alat ini dapat mengukur densitas tulang pangguil dan vertebra. Tes densitas tulang dapat digunakan untuk : 1. Mendeteksi densitas tulang yang rendah sebelum terjadi fraktur 2. Memastikan diagnosis osteoporosis jika sudah terjadi satu atau beberapa fraktur 3. Memprediksi terjadinya fraktur di kemudian hari 4. Menentukan rata-rata kehilangan densitas tulang dan memonitor efek terapi. Tabel. 4.1 Petanda biokimia formasi tulang Bone specific alkaline phosphatase (serum) Osteocalcin (serum) Procollagen I extension peptides (serum) Markers of Bone Resorption N-telepeptide (NTX) (urine or serum) C-telopeptide (CTX) (urine or serum) Deoxypyridinoline (urine) Untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menllai kepadatan tulang. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosis osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna untuk : wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis penderita yang diagnosisnya belum pasti penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara akurat. Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T. dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah. Tabel 4.2 Klasifikasi Densitas Massa Tulang / DMT Normal DMT antara + 1 dan -1 rata-rata dewasa muda Osteopenia DMT antara -1 sampai 2,5 Osteoporosis DMT < -2,5 Osteoporosis berat DMT < -2,5 disertai fraktur C. Terapi Nutrasetikal Tujuan dari pengobatan OA adalah untuk mengurangi sakit dan kaku. Penanganannya mencakup terapi obat dan non-obat. Terapi obat diawali dengan asetaminofen, dengan menambahkan analgesik golongan NSAID dosis rendah, salisilat, COX-2 inhibitor selektif, atau krim capsaicin secara topikal, jika diperlukan. Analgesia NSAIDs adalah obat non-invasif yang paling sering diresepkan irittik mengurangi sakit akibat kasus OA dini. Pengurangan sakit juga bisa diperoleh melalui terapi non-obat. Terapi fisik dan pengurangan beban sendi dengan cara mengubah gaya hidup, seperti menurunkan berat Lodan dan mengurangi stress, bisa menjadi tantangan besar, namun manfaatnya juga sangat besar, Pada kasus-kasus yang lebih berat, injeksi sendi, irigasi, atau artroskopi mungkin akan sangat bermanfaat. Pada pasien yang terus mengalami sakit dan keterbatasan fungsi meskipun telah melakukan upaya-upaya ini, maka intervensi bedah perlu dipertimbangkan. 1. Chondroitin Sulfat Chondroitin sulfat merupakan suatu komponen yang sangat penting untuk kartilago. Ada dua jenis Chondroitin sulfat : chondroitin-4- sulfat dan chondroitin-6-sulfat. Keduanya berbeda dari segi bobot molekul, jadi bioavailabilitas dan kemurniannya pun berbeda. Chondroitin-4-sulfat adalah GAG yang paling banyak pada kartilago hyaline mamalia yang sedang tumbuh. Seiring dengan pertambahan usia, kondrosit mengeluarkan chondroitin-4-sulfat dalam jumlah yang lebih sedikit serta GAG lain dalam jumlah yang lebih banyak. Perubahan ini terlihat di awal dan selama perkembangan proses degeneratif di dalam kartilago penderita OA. Gambar 4.3 Struktur kimia chondroitin Bradykinin yang disuntikkan ke rongga artikular pada lutut kiri tikus putih 3 kali sehari selama 2 hari kemudian diberikan chondroitin sulfat melalui oral pada tikus putih tersebut selama 14 hari dan ditemukan mampu menghambat deplesi proteoglycan yang diinduksi oleh bradykinin pada kartil . ago artikular. Khasiat ini tergantung kepada dosis obat. Temuan ini menunjukkan bahwa pengurangan kandungan proteoglycan pada kartilago (proses yang sama terjadi pada osteoarthritis) bisa dihambat oleh chondroitin sulfat. Dalam sebuah studi lain, chondroitin sulfat ditemukan menghambat enzim aggrecanase sesuai dosis yang digunakan : artinya, chondroitin sulfat memberikan efek pelindung. Enzim aggrecanase diyakini memperantarai degradasi aggrecans pada penderita OA. Sejumlah studi lain melaporkan efek chondroitin sulfat yang sama dalam menghambat enzim-enzim penyebab degradasi. Karena ukuran molekul chondroitin sulfat yang besar, laporan-laporan terdahulu masih meragukan bioavailabilitas-nya. Namun, chondroitin sulfat yang dilabel radioaktif yang diberikan secara oral kepada manusia diserap sebanyak 70%. Afinitasnya terhadap cairan synovial dan kartilago artikular juga telah terlibat. Selain itu, banyak uji klinis yang menemukan khasiat chondroitin sulfat dalam mengobati OA, dengan memperbaiki gejala dan efek pengubah struktur tulang. 2. Terapi Kombinasi Kondroitin sulfat maupun glucosamine sama-sama efektif dalam pengobatan osteoarthritis. Selama beberapa tahun, penggunaan kedua nutrasetikal ini secara kombinasi semakin populer. Penggunaannya menunjukkan efek samping yang lebih kecil dibandingkan NSID, dan merupakan satu-satunya pengobatan yang dianjurkan untuk mencegah perkembangan penyakit. Perlu diingat studi-studi eksperimental menunjukkan efek yang sinergis jika glukosamin dan kondroitin sulfat (diberikan secara bersamaan. Lippiello et al. meiaporkan bahwa pemberian TRH122TM chondroitin -4-sulfat dalam bentuk garan natrium dengan bobot molekul rendah dan FCHG49TM glukosamin hidroklorida secara bersamaan menyebabkan meningkatnya produksi GAG (96.6%) dalam taraf dibandingkan kalau kedua obat diberikan secara terpisah (glukosamin, 32%). Studi yang sama menunjukkan bahwa, meskipun kondroitin mampu menghambat Interleukin-1, glukosamin tidak mampu menghambatnya. Oleh sebab itu, tak satupun dari keduanya yang lebih unggul masing-masing memiliki mekanisme aksi yang berbeda. Tubuh akan merespon dengan paling baik, jika glukosamine dan kondroitin sulfat dikonsumsi secara bersamaan. Secara teoritis, penggunaan nutrasetial dalam obat-obatan olah raga sangatlah menarik. Di bidang profilaksis untuk mencegah cedera, pengobatan awal setelah cedera untuk mencegah intervensi bedah dan sebagai terapi tambahan setelah intervensi bedah, maka nutrasetikal ditambahkan untuk terapi bagi atlet yang cenderung mengalami cedera kondral atau cedera osteochondral. Menurut sebuah studi eksperimental dengan kontrol placebo, pengobatan awal dengan kombinasi glukosamin dan kondroitin sulfat menghasilkan inflamasi yang lebih kecil pada kelompok intervensi. Dalam sebuah pengobatan awal lainnya yang menggunakan kombinasi yang sama, kejadian dan keparahan artritis signifikan lebih rendah. Robek dan cedera kondral bisa terjadi selama aktivitas fisik dan berlari dalam waktu yang lama. Banyak pelari jarak jauh mengalami efusi yang kadang-kadang muncul di lutut dan pergelangan kaki. Penggunaan nutrasetikal sebelum latian jarak jauh dan secara rutin periode latihan dapat menurunkan kejadian efusi, sehingga hari latihan yang hilang akibat pembengkakan sendi akan sedikit. Banyak pelari jarak jauh yang berlatih meningkatkan jarak lari per mil, dan hari-hari yang hilang untuk latihan berarti kesiapan yang lebih rendah untuk suatu acara. Olahraga kontak dan memotong dapat menyebabkan cedera kondral dan osteokondral, terutama sekali terlihat bersamaan dengan cedera ligamen. Apakah cedera terdiagnosis secara klinis atau pertama kali terlihat dengan magnetic resonance imaging, pengobatan masih sangat sangat sulit karena kartilago artikular bersifat avaskuler. Penggunaan sediaan nutrasetikal saat ini telah didukung oleh sejumlah studi terhadap hewan, di mana pengobatan cedera kondral akut (diinduksi secara kimia dan dan ketidakstabilan bedah) dengan nutrasetikal menunjukkan manfaat pengubah struktur yang sangat bermanfaat. Ketika pasien diobati melalui bedah dengan penyematan atau cangkok osteokodral, ditemukan bahwa penggunaan nutrasetikal pasca-operasi juga dapat memberikan manfaat. BAB V NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI HIPERTENSI A. Patofisiologi Hipertensi Pemahaman tentang patofisiologi hipertensi sangat penting untuk mengembangkan terapi yang efektif dalam rangka mengurangi tekanan darah tinggi. Patofisiologi hipertensi sangat kompleks dan sulit dipahami secara penuh. Banyak bukti yang mendukung hipotesis bahwa kegagalan patofisiologi hipertensi yang lazim ditemukan adalah defek pengikatan membran plasma sel oleh kalsium di sistem syaraf. Karena patofisiologi hipertensi mencakup banyak faktor, suatu kombinasi regimen yang dirancang dengan baik diyakini merupakan rencana terbaik dalam menyelesaikan persoalan. Oleh sebab itu, strategi penurunan tekanan darah pelengkap merupakan pendekatan paling efektif untuk mencapai sasaran penurunan tekanan darah. Perubahan gaya hidup mungkin dapat mencegah, menghambat onset, menurunkan tekanan darah dan perkembangannya, memperkuat efek obat-obatan antihipertensi (dengan obat yang lebih sedikit dan dosis yang lebih rendah) dan memberikan perbaikan secara sinergis terhadap faktor-faktor resiko, tekanan darah dan fungsi vaskuler, struktur dan kesehatan. Pasien dengan tekanan darah normal tinggi (tekanan darah 130-139/85-89 mm Hg) atau hipertensi Tahap 1 (BP 140-159/90- 99 mm Hg) dan tidak menunjukkan faktor resiko, penyakit kardiovaskuler (kelompok resiko A) harus diobati dengan perubahan gaya hidup hingga 12 bulan. Pasien yang sama pada kelompok resiko B yang hanya memiliki satu faktor resiko (tidak termasuk diabetes) dan tidak ada penyakit kardiovaskuler mesti diobati dengan perubahan gaya hidup hingga selama enam bulan. jika tekanan darah tetap naik setelah enam bulan, maka terapi obat antihipertensi mesti dimulai. Namun, banyak pasien hipertensi esensial cocok dengan perubahan gaya hidup awal dan jangka panjang selama tekanan darah sering dievaluasi dan, penyakit kardiovaskuler, atau faktor resiko yang signifikan tidak ada atau tidak berkembang kemudian. Sebanyak 50% hingga 60% pasien hipertensi esensial mungkin termasuk dalam kategori ini. Nutrisi, suplemen nutrasetikal, penurunan berat badan, latihan fisik, penghentian penggunaan tembakau, dan penggunaan alkohol secara bijaksana adalah terapi yang efektif untuk pasien ini dan merupakan terapi tambahan yang sangat baik pada pasien yang sedang menggunakan obat-obatan antihipertensi. Perubahan gaya hidup yang disebutkan di atas mesti selalu dilanjutkan setelah terapi obat dimulai. B. Faktor Resiko Hipertensi Faktor resiko yang penting dan sering ditemukan pada hipertensi adalah faktor genetik. Riwayat positif keluarga pada orang tua menghasilkan peluang 25%-50% bagi seorang anak untuk mengalami gangguan poligenik dan multifaktor yang dikenal dengan hipertensi. Faktor resiko lainnya mencakup nutrisi yang tidak sehat, obesitas, alkohol, asupan natrium yang tinggi, stress kronik dan akut, peningkatan asupan karbohidrat dan gula, gava hidup, usia, etnis, jenis kelamin, penggunaan tembakau dan asupan kafein. Stress oksidatif berperan besar dalam memulai dan memperlama hipertensi. Meskipun ada perbedaan yang jelas antara arterioskierosis dengan aterosklerosis, penelitian terbaru di bidang biologi vaskuler menunjukkan mekanisme yang sama dan memberikan efek negatif terhadap pembuluh darah. Patogenesisnya menunjukkan banyak tumpang-tindih, demikian juga dengan outcome struktural dan fungsional. Diarahkan pada disfungsi endotel, disfungsi otot halus vaskuler, dan arteri yang tidak normal dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan menjadi arteriosklerosis dan aterosklerosis. C. Pencegahan dengan Terapi Nutrasetikal 1. Omega-3 PUFA Asam -linoleat(ALA), asam eicosapentaenoat (EPA) dan asam docosahexanoat (DHA) merupakan anggota keluarga omega-3 PUFA yang paling utama. Asam lemak omega 3 ditemukan pada ikan air dingin (ikan haring, haddock, salmon Atlantik, trout, tuna, cod dan mackerel), minyak ikan, rami, biji rami, dan kacangkacangan. Omega-3 PUFA mampu menurunkan tekanan darah menurut sejumlah uji klinis prospektif skala kecil dan epidemiologis. Sebuah meta-analisis terhadap 31 studi tentang efek minyak ikan terhadap tekanan darah menunjukkan resiko terkait dosis pada hipertensi serta hubungan dengan penyakit konkomitan tertentu yang berkaitan dengan hipertensi. Dengan minyak ikan <4 g/hari, tidak ditemukan perubahan tekanan darah pada subjek dengan hipertensi ringan. Dengan minyak i~an 4 - 7 gram per hari, tekanan darah turun 1.6 mm Hg mejadi 2.9 mm Hg; dan dengan minyak ikan di atas 15 gram per hari, tekanan darah turun 5.8 mm Hg menjadi 8.1 mm Hg. Tidak ditemukan perubahan tekanan darah pada subjek normotensif. Namun, pada subjek dengan penyakit aterosklerosis dan hipertensi, hiperlipidemia, dan penyakit jantung koroner, tekanan darah turun sebagai berikut: Tabel 5.1 Penurunan TD pada penderita hipertensi yang disebabkan konsumsi minyak ikan yang mengandung omega-3 PUFA Penyakit Hipertensi Hiperlipidemia PJK Dosis Minyak ikan g/hari 5,6 4,0 4,8 Penurunan TD (mm-Hg) 2, 3-3,4 4,1 2,9-6,3 Tabel 5.1 tersaji penurunan tekanan darah pada beberapa kelainan yang disebabkan konsumsi minyak ikan yang mengandung omega-3 PUFA. Pada penderita hipertensi konsumsi minyak ikan 5,6 g perhari dapat menurunkan tekanan darah 2,3-3,4 mmHg. Menjadi permasalahan adalah bagaimana omega-3 PUFA tersebut dapat menurunkan tekanan darah?. Beberapa penelitian tersaji pada Tabel 5.2 yang menunjukkan mekanisme kerja tekanan darah. Tabel 5.2 Mekanisme Kerja Omega-3 dan PUFA Merangsang nitrit oksid (NO) dan PG1 yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah Memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan tekanan darah melalui : - kandungan fosfolipid otot skelet N-3 - keenceran membran, kandungan fosfolipid membran, dan mengatur ekspresi gen - protein dan oksidasi asam lemak di mitokondria hati dan otot skelet - oksidasi mitokondria dan peroksimal di dalam otot skelet - induksi gen termogenesis (mengurangi lemak tubuh) (meningkatkan produksi panas), dan keseimbangan energi membaik - penurunankan trigliserida, peningkatan uptake glukosa, dan penyimpanan glikogen - perbaikan toleransi glukosa Perbaikan fungsi jantung Penurunan norepinephrine plasma Perubahan in flux kalsium 2. Asam Lemak omega-6 (omega-6 FA) Omega 6, termasuk asam linoleat (LA), asam -linoleat (GLA), di--asam linoleat (DGLA) dan asam arakidonat (AA) biasanya tidak banyak menurunkan tekanan darah, namun dapat mencegah peningkatan tekanan darah yang diinduksi oleh lemak jenuh. Asam lemak omega 6 ditemukan pada rami, biji rami, minyak biji rami, asam linoleat terkonjugasi (CLA), m.inyak kanola, kacang-kacangan, minyak evening primrose, minyak borage, dan minyak black currant. Rasio asam lemak omega 3 dengan asam lemak omega 6 yang ideal adalah antara 2:1 dengan 4:1, dan rasio lemak tak jenuh dengan lemak jenuh (P/S) di atas 1:5 hingga 2A. Minyak sayur yang mengalami hidrogeriasi dan hidrogenasi sebagian dengan asam lemak trans mesti dihindari karena akan meningkatkan tekanan darah dan resiko penyakit jantung koroner. Minyak sayur seperti ini juga memiliki konsentrasi asam lemak omega 4 dengan asam lemak omega 3 yang sangat kecil (bahkan tidak ada). GLA clan DGLA akan meningkatkan sintesis prostaglandin vasodilatasi PGE1 dan PGI2 yang dapat mencegah peningkatan tekanan darah oleh lemak-lemak jenuh. CLA juga menghambat hipertensi yang diinduksi stress akibat meningkatnya PGE1, turunnya aldosterone plasma, dan turunnya kepadatan dan afinitas angiotensin II receptor adrenal. PGE1 dan PGI2 sama-sama, mengatur konduksi syaraf, fungsi mental, dan pelepasan neurotransmitter serta aksi yang menormalisasi perubahan akibat stress di dalam hypothalamus dan organ-organ endokrin pada pasien hipertensi yang diberikan suplemen CIA. Konversi LA menjadi CIA dan DCLA memerlukan kofaktor seperti magnesium, potassium, zinc, kalsium, vitamin B6, dan -caroten, vitamin C, niasin, selenium, dan natrium. 3. Asam Palmitoleat Asam palmitoleat dapat mengurangi kejadian stroke pada orang yang rentan stroke tanpa Perubahan tekanan darah. Hal ini mungkin terjadi akibat perbaikan metabolik secara langsung pada otot halus vaskuler. Asupan lemak jenuh yang sangat rendah pada populasi Asia berhubungan dengan peningkatan pendarahan intrakranial pada wanita. Hal ini tidak tergantung kepada tekanan darah. Mungkin, sejumlah lemak jenuh dan asam lemak omega 6 dari produk-produk susu dan daging merah sangat esensial untuk keutuhan membran. 4. Serat Pada uji klinis dengan berbagai jenis serat untuk menurunkan tekanan darah diperoleh hasil yang tidak konsisten. Serat larut seperti, guar gum, guava, psyllium, dan kulit gandum dapat menurunkan tekanan darah dan kebutuhan terhadap obatobatan antihipertensi pada subiek hipertensi, subjek diabetes, dan subjek hipertensidiabetes. Pada penelitian lain terlihat penurunan tekanan darah sampai 9.4 mm Hg pada subjek hipertensi dengan menggunakan glukomanan serat. Pemberian kulit gandum (-glucan) kepada pasien hipertensi mampu menurunkan tekanan darah 7.5 mm Hg/5.5 mm Hg. Dosis yang diperlukan untuk mencapai penurunan tekanan darah ini adalah sekitar 60 gram bubur gandum (oatmeal) per hari, 40 gram kulit gandum (berat kering) per hari, 3 gram -glucan per hari, atau 7 gram pysilium per hari. Selain itu, serat larut dan serat tidak larut menurunkan TC, TC, IDI-C dan meningkatkan HDL. Mekanisme penurunan tekanan darah terjadi melalui perbaikan sensitivitas insulin, penurunan disfungsi endotelium, natriuresis, dan penurunan volume intravaskuler, penurunan aktivitas sistem syaraf simpatetik, penurunan OXLDL dan peringanan hipertrigliseridimia, hiperglikemia dengan disfungsi ereksi, dan vasokonstriksi yang diinduksi oleh makanan yang kaya lemak. 5. Bawang Putih Pada uji klinis dengan menggunakan jenis dan dosis bawang putih yang benar memperlihatkan penurunan tekanan darah secara konsisten pada pasien hipertensi. Tidak seluruh sediaan bawang putih diproses dengan cara yang sama dan tidak cocok dalam hal kekuatan antihepertensi. Selain itu, bawang Putih budidaya (Allium sativum), bawang putih liar yang tidak dibudidaya (Allium urisinum) dan bawang putih tua atau segar menunjukkan efek yang berbeda-beda. Mohamadi et al menemukan bahwa bawang putih liar memberikan efek antihipertensi yang paling besar Pada tikus putih. Efek ini mungkin diperantarai melalui penurunan kadar Angiotensin II peningkatan NO, dan penurunan ROS dengan kandungan ailicin dan senyawa lain yang lebih tinggi, Terjadi penurunan tekanan darah yang konsisten sesuai dosis dengan penggunaan bawang putih. Penurunan tekanan darah ini diperantarai melalui RAAS dan sistem NO. Alisin (suatu sediaan sintesis bahan pokok bawang putih aktif) dapat menurunkan tekanan darah, insulin, dan TG dengan tingkat sama dengan penurunan yang dihasilkan enalapril. Tabel 5.3 tersaji putih dalam menurunkan tekanan darah. Gambar 5.1 Gambar Bawang Putih (Alium Sativum) Tabel 5.3 Mekanisme Kerja Bawang Putih - ACEi (-Glutamil peptide, senyawa flavonol) - Meningkatkan NO - Menurunkan sensivitas terhadap NE - Meningkatkan Adenosil - Vasodilatasi dan penurunan SVR - Menghambat metabolit asam arakidonat (TxA2) - Penurunan kekuatan aorta - Magnesium (Vasodilator Kalsium antagonis alami) - Penurunan ROS Diperlukan sekitar 10.000 mcg alisin per hari (jumlah ini terkandung pada empat butir bawang putih, atau empat gram) untuk mendapatkan efek penurun tekanan darah yang signifikan. Pada manusia, penurunan SBP rata-rata adalah 5-8 mm Hg. Bawang putih mengandung banyak senyawa aktif yang dapat menjelaskan efek antihipertensi yang dimiliki, di antaranya gammaglutamyl peptide (natural ACEI), senyawa flavonol (natural ACEI), magnesium (vasodilator dan natural CCB), fosfor, adenosin, allisin dan senyawa sulfur. Bawang putih mungkin merupakan suatu ACEI dan kalsium antagonis alami yaing meningkatkan bradikinin dan vasodilator yang menginduksi NO, menurunkan SVR dan tekanan darah, dan memperbaiki aorta vaskuler 6. Jamur Efek jamur terhadap tekanan darah pada manusia belum pernah diteliti. Namun, pada hewan coba (SHR), jamur shitake dan maitake menurunkan tekanan darah dan lipid serum. Gambar 5.2 Jamur Shitake Jamur shitake dan maitake rendah karbohidrat, tidak mengandung gula, nemun mengandung zinc dan vitamin serta mineral yang tinggi dan dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, cellulose menghasilkan serat dalam jumlah kecil 7. Ganggang Laut Wakame (Undaria pinnatifida) merupakan ganggang laut yang paling populer dan dapat dimakan di Jepang. Wakame memiliki aktivitas penurunan tekanan darah yang sebanding dengan ACE Inhibitor seperti kaptopril. Pada manusia, pemakaian 3.3 gram wakame kering selama empat minggu dapat menurunkan 14 + 3 mm Hg tekanan darah sistolik dan menurunkan tekanan darah diastolik secara signifikan (P <0.01) Menurut sebuah studi terhadap 62 pria paruh baya dengan hipertensi ringan dan diberikan ganggang laut yang melepaskan beban potassium potassium penukaran ion, dan penyerap sodium, ditemukan terjadi penurunan tekanan darah secara signifikan dalam empat minggu dengan 12 hingga 24 gram ganggang laut per hari. Gambar 5.3 Wakame (Undaria Pinnatifida) Ekskresi natrium melalui air kemih berkurang, kalium urin naik dan rasio ekskresi natrium/kalium melalui urin turun, hal ini menunjukkan kalai penurunan tekanan darah tergantung pada penurunan absorpsi natrium oleh usus dan peningkatan absorbs kalium yang dilepaskan dari sediaan ganggang laut. Mekanisme penurunan tekanan darah dan stroke yang sama dilaporkan pada SHP yang diberikan asam Alginat 10 % dalam bentuk serat ganggang laut 8. Nutrasetikal yang Memiliki aktivitas mirip ACE inhibitor Banyak makanan lain yang menunjukkan aktivitas ACEI secara In Vitro, namun perlu dilakukan lebih lanjut apakah makanan tersebut tetap aktif secara ingesti melalui mulut secara in vivo melalui studi-studi terhadap manusia. Aktivitas ACEI didalam makanan dan nutrasetikal : a. Susu asam menurunkan tekanan darah b. Kaselin j. Saus ikan k. Hijika fusiformis dan ganggang laut (Wakame) c. Zein l. Bawang Putih d. Gelatin m. Hawthone e. Sake n. Pycnogenol f. Susu asam o. Protein gandun hydrolis g. Tulang sardine p. Asam Lemak omega 3 h. Tulang tuna i. Banito Kering 9. Vitamin C Vitamin C merupakan suatu antioksidan yang larut dalama air, dapat memperbaíki disfungsi endotel, dan menyebabkan diuresis. Banyak studi epidemiologi, observasi dan studi klinis menunjukkan bahwa asupan vitamin C dalam makanan atau konsentrasi ascorbat di dalam plasma manusia berkorelasi secara terbalik dengan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan denyut jantung. Sejumlah studi menunjukkan penurunan tekanan darah yang cukup seragam dengan pemberian vitamin C. Studi tindak lanjut epidemiologi dan observasi jangka panjang pada manusía juga menunjukkan penurunan resiko PJK dengan asupan vitamin C. Namun, uji intervensi terkontrol sedikit kurang konsisten dan tidak konklusif dalam hal hubungan pemberian vitamin C dengan tekanan darah. Banyak alasan yang menyebabkan bervariasinya hasil temuan ini, termasuk tidak adanya kelompok kontrol, tidak adanya tekanan darah baseline, populasi penelitian yang kecil, durasi percobaan yang pendek, perbedaan dosis vitamin C, demografi dan populasi penelitian yang berbeda-beda, status vitamin C premorbid yang tidak diketahui, atau tidak diketahuinya status antioksidan atau vitamin secara umum sebelum terjadinya penyakit, penyakit konkomitan, faktor perancu seperti merokok, alkohol, perubahan berat badan, serat, tidak dinyatakan atau tídak dievaluasi, kadar asam askorbat di dalam plasma tidak diukur, nilai P dan interval kepercayaan tidak dilaporkan, penggunaan teknik pengukuran tekanan darah yang berbeda-beda (klinis atau kantor, rumah, Klinik 24 jam), dan terjadinya polimorfisme dan bias pubtikasi. Tabel 5.4 menyajikan mekanisme kerja vitamin C dalam menurunkan tekanan darah. Tabel 5.4 Mekanisme keria vitamin C dalam menurunkan TD Menurunkan disfungsi ereksi dan memperbaiki kerusakan endotel dan menurunkan tekanan darah dan pasien PJK dan perokok Diuresis Meningkatkan NO dan PGI2 Menurunkan produksi steroid oleh adrenal Memperbaiki keseimbangan simpatovagal Menurunkan Ca cystosolik Antioksidan Mensiklus ulang Vitamin E, Clutathione, Asam Urea Menurunkan peptida neuroendokrin Menurunkan trombosis dan menurunkan TxA Menurunkan lipid (menurunkan TC, IDIL, TG, dan meningkatkan HDL) Menurunkan leukotrin Memperbaiki koiagen aorta, elastisitas dan kepatuhan aorta Uji observasi, epidemiotogi, dan uji klinis prospektif menunjukkan peran vitamin C dalam menurunkan tekanan darah pada subjek hipertensi dan serta subjek dengan kategori penyakit lain. Diperkirakan terdapat hubungan terkaít dosis, namun khasiat dosis *suprafisiologi' vitamin C dengan efek tekanan darah masih harus diperkuat. 10. Vitamin E Hubungan vitamin E dengan tekanan darah telah banyak diteliti secara in vitro pada hewan (SHR) namun pada manusia, hubungan ini belum banyak diteliti. Alfatocoferol dalam menghambat sekresi endothelin yang diinduksi oleh trombin secara in vitro, setidaknya secara parsial melalui inhibisi protein kinase C (PKC). Penurunan kadar PKC akan menurunkan proliferasi otot halus vaskuler (vascular smooth muscle) melalui inhibisi protein-1 (AP-1) aktif dan nuclear factor kappa-B (NFKB). Akhirnya, reaksi ini akan memperbaiki kerusakah endotel, menurunkan tekanan darah pada hewan coba SVR. 11. Vitamin B-6 (Piridoksin) Kadar vitamin B6 yang rendah di dalam serum berkaitan dengan hipertensi pada tikus putih maupun manusia. Vitamin B6 merupakan suatu vitamin yang larut di dalam air dan mudah dimetabolisme dan diekskresi. Ada enam vitamin B6, narmun pyridoxal 5/ phosphate (PLP) adalah bentuk yang paling kuat dan aktif, diproduksi melalui oksidasi hepatik yang cepat oleh pyridoxine phosphat oksídase dari pyridoxine kinase dengan adanya zinc dan magnesium. Banyak enzim yang tergantung PLP terlibat dijalur metabolik, termasuk metabolisme karbohidrat, biosintesisdan degradasi spihingolipid, metabolism asam amino, biosintesis heme, biosintesis hormon dan neurotransmitter seperti hormon sterold, hormon tiroid, gamma amino butyric acid (GABA), histamin, norepinephrin (NE) dan serotonin. Keterlibatan vitamin B6 dalam biosintesis neurotransmitter dan hormon, reaksi asam amino dengan cystathionin sintase, dan kanal kalsium tipe L membran menjelaskan banyaknya efek antihipertensi yang dimiliki vitamin B6. Vitamin B6 (PLP) terlibat dalam jalur metabolism homocystein menjadi cysteíne. Mekanisme hipertensi yang diajukan pada hewan maupun manusía yang kekurangan vitamin B6 adalah : a. Sistem syaraf pusat, dan depiesi neurotransrnitter otak, seperti NE, serotonin, dan GAMA; deplesi ini dapat meningkatkan aliran keluar simpatetik. b. Peningkatan aktivitas SNS perifer c. Peningkatan pengambilan kalsium VSMC dan menírigkatnya pelepasan kalsium intrasel d. Meningkatnya responsivitas organ akhir terhadap glukokortikoid dan mineralokortikoid (aldosteron). e. Meningkatnya kadar aldehid f. Resistensi insulin. Vitamin 86 memiliki efek antihipertensi yang sama dengan antihipertensi yang bekerja sentral seperti klonidin, kalsium antagonis seperti amiodipin dan diuretika. Perubahan sensitivitas insulin dan metabolisme karbohidrat dapat menurunkan tekanan darah pada subjek hipertensi selektif yang mengalami sindrom resistensi insulin metabolik. Asupan vitamin B6 secara kronik dengan 200 mg per hari aman dan tidak menimbulkan efek negatif bahkan dosis hingga, 500 mg per hari. 12. Vitamín D Penelitian epidemiologi, klinis, dan eksperimental menunjukkan hubungan antara kadar 1,25 dihydroxycholecalciferoi (bentuk aktif vitamin D) di dalam plasma dengan tekanan darah. Di antaranya adalah penurunan tekanan darah yang diperantarai vitamin D pada penderita hipertensi. Meskipun mekanisme aksi vitamin D terhadap tonus vaskuler dan tekanan darah belum benar-benar dipahami, efek langsung terhadap membran sel dan efek tidak langsung terhadap transport kalsium, metabolisme dan ekskresi telah ditemukan. Sulit untuk memisahkan efek kalsium dari vitamin D terhadap tekanan darah pada manusia. Sejumlah studi telah membuktikan hasil temuan adanya hubungan terbalik antara asupan kalsium dalam makanan dengan tekanan darah. Hubungan ini berlaku untuk seluruh kelompok usia, jenis kelamin, ras, dan kelompok sosioekonomi. Kadar kalsium ion yang rendah didalam serum lazim ditentukan pada penderita hipertensi, renin-rendah, dan sensitif terhadap garam dan menunjukkan peningkatan konsentrasi kalsium intrasel di dalam platelet, limfosit, dan sel-sel tubulus proksimal ginjal. Vitamin D mungkin memiliki peran independen dan langsung dalam mengatur tekanan darah dan metabolisme insulin. Sebuah studi terhadap 34 pria paruh baya menunjukkan bahwa kadar 1125 (OH2) D3 di dalam serum berkorelasi secara terbalik, dengan tekanan darah (p < 0.02),VLDL, triglyceride (p < 0.005) dan dengan eksresi trigliserida setelah uji toleransi lemak secara Intravena (p < 0.05). Kadar 25 (OH)2 D3 di dalam serum berkorelasi dengan insulin puasa (p <005) sensitivitas insulin selama clamp (p < 0.001) dan aktifitas lipoprotein lipase didalam jaringan àdiposa (p < 0.005), serta otot skelet (p < 0.03). Holdaway et al tidak menemukan perbedaan kadar 25 (OH)2 D3 pada sekelompok subjek hipertensi vs normotensi. Tromso Study menganalisis asupan kalsium dan vitamin pada 7,543 pria and 8,053 wanita dan menemukan penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik secara linier ketika asupan kalsium dalam makanan meningkat pada kedua kelompok jenis kelamin (p < 0.05); namun, asupan vitamin D tidak menimbulkan eiek yang bermakna terhadap tekanan darah. 13. Flavonoid Lebih dari 4.000 senyawa flavonoid alam ditemukan dalam berbagai tanaman seperti buah buahan, sayur, anggur merah, teh, kedele, dan licorice. Flavonoid (flavonol, flavin, dan isofiavon) merupakan senyawa antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas yang kuat dan mengbambat peroksidasi lipid, mencegah ateroskierosis, memperkuat relaksasi vaskuler, dan memiliki khasiat antihipertensi. Selain itu, flavonoid menurunkan stroke dan memberikan efek kardioprotektif yang dapat menurunkan PJK. Sejumiah flavonoid telah menjadi subjek penelitian ilmiah secara ekstensif dan menunjukkan berbagai jenis efek pelindung kardiovaskuler. Kedelai yang mengandung diadzein dan genistein dapat menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL, tekanan darah, dan menurunkan trombosis menyeluruh dan trombosis koroner. Anggur merah mengandung kuersetin yang menurunkan oksidasi LDL dan mengurangi agregasi platelet. Blueberry (Vaccinium myrtillus) kaya akan antioksidan, menurunkan LDL oksidasi, dan lebih kuat dari pada vitamin C sebagai suatu antioksidan. Akar licorice (Glycyrrhiza glabra) merupakan suatu antioksidan, antiinfiamasi, antiplatelet dan antivirus yang kuat, namun dapat menurunkan kadar kalium, meningkatkan retensi natrium, dan meningkatkan tekanan darah akibat adanya aksi mineralokortikoid ketika digunakan dalam dosis tinggi. 14. Likopen (Karotenold) Lycopen adalah suatu antioksidan carotenoid non-provitamin A yang kuat dan ditemukan di dalam tomat dan produk tomat, jambu biji, anggur merali, semangka, aprikot, dan pepaya dalam konsentrasi tinggi. Lycopen menunjukkan efek penurunan tekanan darah, lipid serum, dan penanda stress oksidatif. Paran et al mengevaluasi 30 subjek dengan hipertensi Stadium 1, usia 40-65 tahun, tidak sedang menggunakan obat-obatan antihipertensi atau antilipid, dan diobati dengan ekstrak lycopen tornat selama deiapan minggu. Tekanan darah sistolik turun dari 144 menjadi 135 mm Hg (penurunan 9 mm Hg, P<0.01) dan tekanan darah diastolik turun dari 91 menjadi 84 mm Hg (penurunan 7 mm Hg, P < 0.01). Sebuah studi yang sama terhadap 35 orang penderita hipertensi Stadium 1 menemukan hasil yang sama Untuk tekanan darah sistolik, namun tidak untuk tekanan darah diastolik. Lipid serum mengalami perbaikan yang berarti pada kedua studi, tanpa adanya perubahan homocystein serum. 15. Coenzim Q-10 (Ubiquinon) Coenzim Q10 (CoQ10) merupakan suatu antioksidan larut dalam fase lipid yang sangat kuat, scavenger radikal bebas, ko-faktor, dan koenzim dalam produksi energi mitokondrial dan fosforillasi oksidatif yang menghasilkan vitamin E, C, dan A, menghambat oksidasi LDL, fosfolipid membran, DNA, protein mitokondria, dan lipid; menurunkan trigliserida; meningkatkan koiesterol HDL; memperbaiki sensitivitas insulin; menurunkan kadar glukosa puasa, dan kadar glukosa postprandial; menurunkan tekanan darah dan melindungi miokardium dari cedera reperfusi iskemik. CoQ1O memperbaiki produksi energi oleh mitokondrial, sehingga dapat memperbaiki infusi miokardium disertai fungsi diastolik, fungsi ventrikel kiri, dan tegangan dinding ventrikel kiri yang membaik. Kadar CoQ1O di dalam serum turun sesuai usia, dan lebih rendah pada penderita yang ditandai oleh stress oksidatif seperti hipertensi, PJK, hiperlipidemia, DM, ateroskierosis, dan subjek yang sering melakukan latihan aerobik, pasien yang sedang menjalani total parenteral nutrition (TPN), penderita hipotiroidisme, dan pasien yangg sedang menggunakan obat-obatan statin. Ditemukan korelasi yang sangat tinggi antara kekurangan CoQ10 dengan hipertensi. Sebagian besar makanan mengandungi CoQ10 yang sangat kecil, terutama ditemukan pada daging dan makanan laut. Diperlukan suplemen untuk mempertahankan kadar serum normal pada kondisi penyakit seperti ini dan pada pasien yang sedang menggunakan obat-obatan statin untuk hiperlipidèmia. CoQ1O memiliki efek antihipertensi yang signifikan clan konsisten pada pasien dengan hipertensi esensial. Kesimpulan utama dari uji in vitro, uji klinis terhadap hewan dan manusia, menunjukkan hal-hal berikut : a. Dibandingkan pasien normotensif, penderita hipertensi esensial memiliki angka kejadian kekurangan CoQ10 yang tinggi, terlihat dengan kadar serum; b. Dosis CoQ10 sebesar 120 hingga 225 mg per hari diperlukan untuk mencapai kadar di atas 2 g/ml, tergantung metode pemberian makanan lemak yang diberikan. Dosis CoQl0 biasanya adalah 1-2 mg/kg/hari. Suplemen CoQ10 yang paling bioavailable dan paling banyak diteliti adalah QGel. Penggunaan sistem khusus ini membuat obat oral dalam dosis yang lebih kecil lebih mudah diserap. c. Pasien dengan kadar CoQ10 terendah didalam serum mungkin menunjukkan respon anti hipertensi terhadap suplemen. d. Penurunan tekanan darah rata-rata adalah sekitar 15/10 mm Hg menurut studistudi yang dilaporkan. e. Diperlukan beberapa waktu agar efek anti hipertensi mencapai puncaknya, biasanya dalam waktu empat minggu, kemudian tekanan darah tetap stabil. Efek anti hipertensi akan hilang dalam waktu , dua minggu setelah CoQ10 dihentikan. f. sekitar 50% pasien yang menggunakan obat-obatan anti hipertesi bisa menghentikan antara satu hingga tiga obat. Dosis total dan frekuensi pemberian dapat dikurangi. g. CoQ10 dàlam dosis tinggi tidak menimbulkan efek akut atau efek kronik. 16. N-Asetilsistein N-Asetilsisten (NAC) merupakan salah satu sumber kelompok sulfhidril, adalah suatu senyawa yang kuat dan antioksidan yang dapat menangkap radikal oxygen species (ROS) dan meningkatkan sintesis glutathion intrasel dengan berikatan pada aldehid endogen, sehingga produksinya berkurang dan ekskresi ke senyawa-senyawa non-toksik menjadi naik. N-asetil sistein juga meningkatkan produksi nitrit yang diinduksi interleukin 1-B (IL-1B) dengan meningkatkan transkripsi (Nitric Oxide synthase - messenger RNA) dan ekspresi protein, sehingga kadar NO naik, Efek anti hipertensi NAC ini ditemukan pada hewan coba SHR, namun belum ada studi hipertensi pada manusia yang dipublikasikan hingga saat ini. NAC dapat memperbaiki kanal kalsium tipe L di dalam membran sel yang menurunkan kalsium sitosol, dan BP melalui aldehid yang mengíkat N-asetilsistein dengan dosis 600 g per hari. Dosis ini dapat memperbaiki kecepatan aliran darah kapiler pada perokok karena efek antioksidan yang diberikan dapat memperbaiki kadar glutathione, menurunkan ROS, meningkatkan NO, menurunkan peroxynitrat dan memperbaiki endotel. 17. L-Carnitin L-canritin merupakan suatu unsur nitrogen otot yang terlibat dalam oksidasi asam lemak pada hewan mamalia. Studi klinis dan eksperimental menunjukkan manfaat terapi yang signifikan dari L-carnitin dan derivatnya, yakni propionyl Lcarnitin (PLC), dalam pengobatan diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung iskemik, IM akut, aritmia, penyakit vaskuler perifer disertai dislipidemia. 18. Seledri Sejumlah studi pada hewan menunjukkan penurunan tekanan darah secara signifikan dengan menggunakan suatu komponen minyak selederí, 3-N-butyl phthalid. Pada penelitian lain ditemukan suatu hubungan dosis respon pada tekanan darah sistolik dengan penurunan Hg sebesar 24 mmHg (14%) (p < 0.05) pada hewan model tikus putih Sprague-Dawiey yang mengalami hiperten Penurunan yang signifikan untuk norepinephrin, epinephrin dan dopamin di dalam plasma juga sangat tergantung kepada dosis. Gambar 5.4 Seledri (Apium graviolens) http://Ccrcfarmasiugm.files.iA.lordpress.com/2008/05/Seiedri3.jpg Selederi, ekstrak selederi, dan minyak selederi mengandung epigenin, yang dapat melentur otot polos vaskuler. Komponen ini mirip dengan kalsium antagonis dalam menurunkan tekanan darah dan menghambat tirosin hidroksilase. Tirosin hidroksilase dapat menurunkan kadar katekolamin plasma dan menurunan SVR serta tekanan darah. Dengan mengkonsumsi empat batang seledri per hari, delapan sendok teh sari seledri tiga kali sehari, atau bentuk ekstrak yang ekuivalen biji selederi (1.000 mg dua kali sebari), atau minyak selederi (separuh hingga satu sendok teh tiga kali sehari dalam bentuk larutan alkohol), maka penderita hipertensi esensial akan merasakan efek anti hipertensi yang sama. Menurut sebuah studi di Cina terhadap 16 subjek anti hipertensi, menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan. Selederi juga memiliki efek diuretik yang dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, selederi telah digunakan untuk mengobati gagal jantung koroner, retensi cairan, anksietas, insomnia, encok, dan diabetes. 19. Chlorella Sebuah studi terhadap 24 pasien hipertensi yang diberikan 10 gram tablet chlorella dan 100 ekstrak chlorella per hari tidak menunjukkan perubahan tekanan darah rata-rata yang berarti. Namun sebuah kelompok kecil yang terdiri dari enam pasien menunjukkan penurunan tekanan darah diastolik dari 96.5 mm Hg menjadi < 90 mm Hg. Efek terhadap endotel atau penggantian K+, Mg+ + , Ca + + dan serat mungkin menjelaskan efek antihipertensi ini. 20. Buah Jambu Biji Shigh et al melakukan evaluasi terhadap 72 penderita hipertensi esensial yang diobati dengan buah Jambu biji 0.5 - 1.0 kg per hari selama empat kali seminggu dalam sebuah percobaan random, single blind, dan kontrol plasebo. Pasien yang diberi buah jambu biji menunjukkan penurunan tekanan darah rata-rata sebesar 7.5/8.5 rnm Hg (p < 0.05). Efek penurunan tekanan darah ini dapat dijelaskan tingginya kandungan serat larut dan potassium. D. Senyawa bahan alám yang digolongkan sebagaí antihipertensi Senyawa alamiah yang terkandung di dalam makanan, suplemen nutrasetikal tertentu, vitamin, antioksidan, atau mineral dapat memiliki aktivitas antihipertensi yang bekerja dengan cara yang sama dengan kelas antihipertensi tertentu. Meskipun kekuatan senyawa alami ini mungkin lebih rendah dari obat antihipertensi, jika digunakan secara bersamaan dengan nutrien dan nutrasetikal lainnya, maka efek antihipertensinya akan lebih besar. Selain itu, banyak nutrien dan zat gizi ini yang menunjukkan mekanisme aksi yang bervariasi, aditif, dan sinergis dalam menurunkan tekanan darah. Karakteristik antihipertensi yang ideal adalah sebagai berikut : a. Berkhasiat sebagai monoterapi pada lebih dari 50% pasien b. Pengendalian tekanan darah dalam melakukan seluruh kegiatan selama 24 jam c. Dosis sekali seharí dengan rasio puncak yang tinggi d. Efektif dan logis secara hemodinamik: menurunkan tekanan darah, memperbaiki kepatuhan arteri, memelihara CO, dan mempertahankan perfusi terhadap seluruh organ vital. e. Tidak memiliki toleransi atau psedo-toleransi: tidak ada retensi volume refleks atau stimulasi mekanisme neurohumoral; f. Efek biokimia yang menguntungkan, efek metabolik positif, dan profil faktor resiko g. Mengubah hipertrofi struktural, otot halus vaskuler dan hipertrofi kardiak; memperbaiki sistolik Dan diastolik serta kontraktilitas dan fungsi ventrikel kiri; menurunkan ektopi ventrikel. h. Mengurangi seluruh, kerusakan organ akhir: kardiak, serebrovaskuler, ginjal, retina, arteri besar; i. Memelihara respon hemodínamik normal terhadap latihan aerobik dan anaerobic j. Kejadian efek samping rendah, kualitas hidup baik k. Kepatuhan terhadap regimen obat baik Tidak ada gejala putus obat dan perpanjangan control tekanan darah akibat kehilangan dosis karena waktu paruh obat lama. Beberapa senyawa alam memiliki aktivitas anthipertensi yang mirip dengan anthipertensi standar antara lain : 1. Bahan alam atu nutrasetikal yang bekerja sebagai diuretika - Berry Vitamin B-6 Taurin Seledri Vitamin C K - Mg Ca Protein Serat Co-enzim Q 10 L-Carnitine 2. Bahan alam atau nutrasetikal yang bekerja sebagai -bloker adalah berry 3. Nutrien atau nutrasetikal yang bekerja sebagai kalsium antagonis Asam -lipoat (ALA) Magnesium (Mg) Vitamin B-6 (Pyridoxine) Vitamin C Vitamin E (Menaikkan Mg dan Menurunkan Ca) N-Acetilsisten (NAC) Howthorne Seledri Asam Lemak Omega 3 (EPA + DHA) j. Calcium k. Bawang Putih 4. Bahan alam atau nutrasetikal yang bekerja sebagai ACE inhibitor a. b. c. d. e. f. g. h. i. 1. Bawang putih 11. Geletin 2. Ganggang laut (Wakame) 12. Sake 3. Protein / otot tuna 13. Asam lemak esensial (asam lemak 4. Protein / otot sarden omega 3) 5. Howtorne Berry 14. Kuning telur ayam 6. Ikan Bonito (kering) 15. Zein 7. Pycogenol 16. Ikan asin kering 8. Kasein 17. Saus ikan 9. Protein gandum hydrolis 18. Zinc 10. Susu Asam 19. Isolat basil gandum hidrolis 5. Nutrasetikal yang bekerja sebagai ARB (Angiotensin II Reseptor Bloker) 1. Potassium (K) 5. Vitamin B-6 (Pyrodixine) 2. Serat 6. Ko-enzim Q-10 3. Bawang putih 7. Seledri 4. Vitamin C 8. Gamma Linolenic Acid (GLA) dan DGLA 6. Nutrasetikal yang bekerja sebagai agonis yang bekerja sentral 1. 2. 3. 4. 5. Taurine K Zinc Pembatasan Na Protein 7. Vitamin C 8. Vitamin B-6 9. Ko-enzim Q-10 10. Seledri 11. GLA/DGLA 6. Serat 12. Bawang Putih 7. Nutrasetikal yang bekerja sebagai vasodilator langsung 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Asam lemak omega 3 Asam lemak omega 9 K Mg Ca Kedelai Serat Bawang Putih 9. Flavonoid 10. Vitamin C 11. Vitamin E 12. Ko-enzim Q-10 13. L-Arginine 14. Taurine 15. Seledri 16. ALA BAB 6 TERAPI DENGAN ANTIOKSIDAN Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat memperlambat atau mencegah kerusakan yang disebabkan oleh radíkal bebas. Untuk mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, tubuh memliiki suatu antioksidan enclogen, disamping antioksidan enclogen tubuh memerlukan antioksidan eksogen. Antioksidan merupakan suatu nutrasetikal. Selama beberapa terakhir, sejumlah penelitian menemukan bahwa banyak yang mengalami gangguan seperti diabetes, katarak, tekanan darah tinggi, ketidaksuburan, infeksi saluran pernapasan, dan rheumatoid arthritis dan semuanya berkaitan dengan kerusakan yang disebabkan oleh suatu radikal bebas. Oksidan dikonsumsi di dalam tubuh selama metabolisme oleh suatu proses yang disebut oksidasi. Selama oksidasi dihasilkan radikal bebas. Radikal bebas di tingkat molekul menyebabkan kerusakan Antioksidan merupakan donor elektron yang sangat kuat dan bereaksi dengan radikal bebas yang merusak biomolekul. Radikal antioksidan yang terbenuk stabil dan tidak reaktif. Antioksidan sangatbanyak, jumlahnya dan sifatnya sangat beraneka ragam antioksidan bertentangan dengan proses oksidan dengan menetralisir radikal bebas dengan konsentrasi yang relatif kecil. Antioksidan dalam makanan dan sejumlah molekul tambahan seperti zinc dan vitamin tertentu sangat penting untuk mempertahankan sistem penangkapan radikal bebas, kapasitas biosintesis, membran, enzim dan DNA. Antioksidan ditemukan di dalam minyak sayur, seperti minyak kedele, minyak kanola, minyak jagung, minyak gandum, minyak palem, minyak kembang malam, dll. A. Radikal Bebas Radikal bebas didefinisikan sebagai spesies yang secara secara indepenclen, mengandung lebih dari satu elektron tidak berpasangan. Elektron tidak berpasangan membuat molekul tidak stabil dan sangat reaktif. Radikal bebas umumnya diperoleh dari oksidan dan nitrogen. Radikal bebas memliiki waktu paruh pendek. Sebagian besar radikal bebas dibentuk di dalam tubuh dari oksidan superoksida, radikal hidroksil, nitrit oksida, radikal peroxil, hydrogen peroksida, dan alkoxyl . Sumber radikal bebas bersifat enciogen maupun eksogen. Radikal bebas menghancurkan keseimbangan sistem biologi dengan menyebabkan kerusakan pada makromolekul (lipid, protein, karbohidrat, dan DNA), dan akhirnya menyebabkan kematian sel. B. Peran radikal bebas terhadap patofisiologi penyakit Oksigen sangat esensial untuk kelangsungan hidup sekitar 5% dari bagian yang terbirup diubah menjadi reactive oxygen species (ROS) seperti [02] H202 dan [.0H1 melalui reaksi reduksi. Oksigen juga diproduksi setelah paparan dengan sinar matahari, sinar X, ozon, asap tembakau, asap kendaraan, polutan lingkungan, dan oleh beberapa proses fisiologis lainnya. Gambar 6.1 Proses pembentukan radikal bebas Adanya elektron tidak berpasangan di orbit luar membuatnya reaktif terhadap makromolekul di sekitarnya dan membuat kerusakan pada asam nukleat, protein, lipid, dan karbohidrat yang kemudian mempengaruhi fungsi imun yang menyebabkan penyakit degenaratif. Tabel 6.1 Spesies Oksigen Reaktif O2 (anion superoksida) H2 Produk reduksi satu-elektron dari 02. Diproduksi oleh fagosit, terbentuk di dalam reaksi autooksidasi (flavoprotein, redox cycling), dan dihasilkan melalui oksidase (heme proteins) Bentuk proton O2 H2O2 (Hidrogen peroksida) Produk reduksi dua-elektron dari O2, dibentuk dari O2 oleh dismutasi atau secara tidak langsung dari O2. Reaktivitas O2 dan H202 dijelaskan dengan adanya heme protein. OH (radikal hidroksil) Produk reduksi tiga-elektron dari O2, dihasilkan melalui reaksi Fenton, logam transisi (besi, tembaga), dikatalisasi melalui reaksi Haber-Wess; juga dibentuk oleh kerusakan peroxynitrite yang diproduksi melalui reaksi O2 dengan NO (radikal nitric oxide) RO. (radikal alkoksil) Contoh: Lipid radicail (LO.) ROO. (radikal peroksil) Contoh Lipid peroxy radical (LOO.), diproduksi dari hydroperoxide organik (mis : lipid hydroperoxide, LOOH), ROOH dengan abstraksi hydrogen O2 Singlet oxygen Reactive oksigen spesies dibentuk oleh reduksi oksidan empat elektron dí dalam rantai pernapasan, diikuti oleh penurunan parsial dari 1 ke 3 untuk menghasilkan anion superoksida [O2] yang dapat dijadikan proton dengan pH rendah menjadi H2O2, [.OH] dan H2O. Proses ini dapat dijelaskan berikut : produksi [02.] dapat juga terjadi melalui xantin oksidase suatu enzim yang mengandung molybdenum dengan aktivasi molekul oksigen. Selain itu, superoksida juga diperoduk selama respirasi mitokondria, oleh oksidase NADPH, sitokrom P-450, siklooksigenase dan lipoksigenase. Ketika produksi radikal bebas melampaui sistem pertahanan antioksidan di dalam tubuh, maka akan menghasilkan tekanan oksidasi, atau stress oksidative. Tekanan ini dibedakan kepada selsel, akibat peningkatan produksi oksidan, penurunan perlindungan antioksidan, dan kegagalan dalam memperbaiki kerusakan oksidative. Paparan terhadap patogen, gaya hidup yang tidak tepat, latihan fisik yang berlebihan, dan produk sampingan dari metabolisme normal juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap stress oksidative. Stress oksidative menyebabkan deregulasi fungsi sel yang menyebabkan penyakit neurodegeneratif, patogenesis gastro-duodenum, kanker, katarak, penuaan prematur, intiamasi, disfungsi kardiovaskuler, dan metabolik. C. Peran antioksidan dalam menetraikan radikal bebas Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, sehingga resiko stress oksidative dan kelainan degeneratif semakin berkurang. Di tingkat sel dan molekul, antioksidan menonaktifkan ROS dan, dengan konsentrasi rendah, antioksidan menghambat atau memperlambat proses oksidasi dengan memutus reaksi rantai radikal pada peroksidasi lipid. Senyawa bahan alam, diketahui memiliki kapasitas antioksidan, senyawa antioksidan tersebut banyak terdapat dalam makanan sangat menarik karena efek positifnya dengan memberikan perlindungan dari kerusakan akibat oksidasi. Studi epidemiologi dan studi terhadap hewan menunjukkan bahwa konsumnsi buah, sayur, dan kacang-kacangan utuh menurunkan resiko penyakit kronik yang berkaitan dengan kerusakan oksidatif. Karotenoid, tocoferol, vitamin C, asam lipoat dan polifenol merupakan antioksidan alami yang kuat dan menunjukkan Ativitas scavenger radikal bebas. Enzim antioksidan endogen seperti superoksida dismutase (SOD), catalase, glutathione peroxidase, glutathione reductase, mineral-mineral seperti Se, Mn, Cu, Zn, vitamins A, C dan E, karotenoid, limonoid dan polifenoi bekerja secara sinergis dalam menangkap radikal bebas. Antioksidan sintetis seperti hidroksi anisul (BHA) dan butylated hydroxy toulebe (BHT) memainkan peran penting di dunia industri makanan dan obat. Sistem antioksidan alami bisa digolongkan menjadi dua kategori, yakni antioksidan in vitro dan in vivo. Berdasarkan fungsi, antioksidan selanjutnya dapat dibagi ke dalam empat kategori : a. Antioksidan lini pertahanan pertama terdiri dari antioksidan yang bersifat mencegah seperti glutathion peroxidase, glutathione reductase, SOD, catalase, selenoprotein, transferrin, ferritin, lactoierrin dan Protein-protein non-enzim, yang dapat menekan Pembentulkan radikal bebas Antioksidan ini bertindak melalui [O2], penguraian H2O2; dan sekuesterasi ion-logam. b. Aritioksidan lini pertahanan kedua merupakan antioksidan scavenger radikal bebas, terutama glutathione (GSH) dan senyawa yang berasal dari bahan alam. Antioksidan ini bertindak dengan menekan inisiasi rantai atau memutus perambatan rantai. c. Antioksidan lini pertahanan ketiga merupakan kelompok enzim kompleks yang diperlukan untuk memperbaiki protein yang rusak, DNA, lipid oksídasi; enzimenzim ini dapat nienghentikan perambatan rantai radikal peroksil lipid. d. antioksidan lini pertahanan keempat merupakan adaptasi, di mana sinyal dan reaksi radikal bebas dan transport antioksidan ke lokasi penyakit yang tepat terjadi. Dalam hal ini, sistim immun memainkan peran penting. Antioksidan digunakan untuk mencegah kerusakan di tingkat sel melalui mekanisme berikut: l) Dapat menurunkan energi radikal bebas, 2) menekan pembentukan radikal, 3) memperbaiki kerusakan ,membran. D. Terapi dengan antioksIdan 1. Flavonaid Golongan flavonoid seperti flavon dan katekin merupakan flavonoid yang paling kuat untuk melindungi tubuh dari reactive oxygen species (ROS). Sel-sel dan jaringan tubuh yang mengalami kerusakan yang disebabkan, oleh radikal bebas dan ROS yang diproduksi selama metabolisme oksigen normal, atau diinduksi oleh kerusakan eksigen. Radikal bebas dan ROS terlíbat pada proses berbaga penyakit pada manusia. Kuersetin, kaemferol, morin, miricetin dan rutin memperlihatkan efek positif seperti khasiat antiinflamasi, antiaiergi, antivirus, serta aktivitas antikanker dengan bertindak sebagai antioksidan. ROS dan radikal bebas juga diperkirakan berperan penting pada penyakit hati, katarak dan penyakit kardiovaskuler. Kuersetin dan silybin ditemukan memberikan efek perlindungan dar kerusakan jaringan iskemik dengan bertindak sebagai scavenger radikal bebas. Aktivitas pencar radikal bebas ofeh flavonoid dilaporkan terjadi secara berurutan: mirsetin > kuersetin > rhamnetin > morín > diosmetin > naringenin > apigenin > katekin > 5,7-dihydroxy3',4',5 trimethoxyflavone > robinin > kaempferol > flavon. Tabel 6.2 Karakteristik struktur fiavonoid untuk aktivitas penangkapan radikal bebas yang paling efektif 1. Kelompok catechol (O-dihydroxy) memberikan kemampuan scavenger. 2. Kelompok pyrogaliol (trihydroxy) di cincin B catechol menghasilkan aktivitas yang justru lebih besar seperti halnya pada myricetin. Double bond C2-C3 pada cincin C sepertinya dapat meningkatkan aktivitas scavenger karena kelompok ini memberikan stabilitas untuk radikal phnoxy yang diproduksi. 3. Ikatan rangkap 4-oxo pada posisi 4 di cincin C, khususnya yang berkaitan dengan ikatan rangkap C2-C3, meningkatkan aktivitas scavenger dengan delokalisasi elektron dari cincin B 4. Kelompok 0H 4 pada cincin C menghasilkan scavenger yang sangat aktif; sepertinya, kombinasi ikatan rangkap C2-C3 dengan kelompok oxo 4 adaiah kombinasi terbaik pada kelompok catechol. 5. Kelompok OH-5 dan OH-7 juga dapat menambah potensi scavenger pada kasus-kasus tertentu. 2. Vitanfin E (tokoferoi ataú tokotrienoi) Vitamin E merupakan salah satu darí delapan molekul yang memiliki cincin kromanol (cincin kroman dengan satu kelompok hidroksil alkohol) dan rantai sisi 12-karbon alifatis yang mengandung dua kelompok metil di pertengahan dan lebih dari dua kelompok metil di ujung. Tokoferoi dar tokotrienol adalah unsur non-polar dari membran biologis yang ada secara alamiah pada fase lipid. Tokoferol terdiri dari suatu chroman dan suatu rantai panjang phytyl jenuh. Tocopheroi yang lazim dikenal sebagai tacol adalah 2-methyl-2-(4’, 8’, 12’-trimethyl tridecyl) chroman – 6ols. Ketika 3 double bond terjadi pada posisi 3’, 7’ dan 11’ pada rantai sisi di dalam tacol, maka disebut tocotrienol Gambar 6.2 struktur kimia -tokoferol (Vitamin E) Mekanisme tocoferol sebagai antioksidan secara umum melibatkan transfer hidrogen pada kelompok 6-OH di cincin kronamol, penangkapan radikal bebas, dan regenerasi dengan keberadaan asam askorbat. Rantai phytyl menyesuaikan diri pada lapisan membran sementara cincin kromanol aktif posisinya dekat kepermukaan. Struktur yang unik ini membuat mereka bisa bertindak sebagai milioksidan yang efektif dan diregenerasi melalui reaksi dengan antioksidan lain. 3. Vitamin C Asam askorbat (vitamin C) terdiri dari suatu cincin carbon lacton-6 dengan 2, 3enediol moiety dan menunjukkan aktivitas antioksidan akibat kelompok enediol Gambar 6.3 Struktur kimia Vitamin C Asam askorbat merupakan suatu antioksidan alamiah yang dapat menangkap ROS dan memiliki efek antikarsinogen. Perubahan pertamanya menjadi asam sem dehidro-askorbot dengan memberikan satu hidrogen dan satu elektron, diikuti oleh konversi menjadi L-asam dehidro-askorbat dengan memberikan suatu hidrogen kedua dan elektron. Asam askorbat L dan L-asam askorbat mempertahankan aktivitas vítamin C. Mekanisme asam askorbat sebagai antioksidan didasarkan pada donoratom hidrogen pada radikal lipid, dan pelepasan molekul oksigen. Asam askorbat merupakan suatu penyumbang elektron yang sangat baik karena potensinya menurunkan satu elektron standar rendah, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan asam askorbat semidehidro yang relative stabil. Asam dehidro-askorbat juga mudah dikonversi menjadi asam askorbat Gambar 6.4 Mekanisme aksi antioksidan Vitamin C 4. Asam lipoat Sejumlah sulfur yang mengandung senyawa-senyawa seperti (GSH), lipoic acid (1, 2- dithilane -3- pentanoic acid) dan dihydrolipoic acid yang ditemukan pada daging, hati, dan jantung menunjukkan aktivitas antioksidan. Senyawa-senyawa ini mencegah kerusakan protein akibat oksidasi; melakukan regenerasi GSH di dalam hati, ginjal, dan jaringan paru-paru. Banyak bukti menunjukkan bahwa senyawa ini meringankan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes, sehingga memainkan peran penting untuk menurunkan konsentrasi glukosa di dalam darah. Asam lipoat dapat memperbaiki kerusakan mitokondria, penurunan daya ingat akibat usia, penyakit otak, termasuk penyakit Alzheimer dan Parkinson. Asam lipoat bentuk rasemis telah banyak digunakan dalam pengobatan sirosis, keracunan jamur, dan keracunan logam. Bentuk teroksidasi (3-hydroxylipoic acid, 3-ketolipoic acid dan bisnorlipoic acid) dan bentuk yang tereduksi (dihvdrolipoic acid) dari lipoic acid bertindak sebagai antioksidan dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. 5. Polifenol Istilah polifenol atau fenolik merujuk kepada senyawa-senyawa kimia, yang memiliki suatu, cincin aromatik dengan substituen hidroksil, termasuk derivat seperti ester, methyl ester, glikosida BAB VI TERAPI DENGAN ANTI OKSIDAN Anti Oksidan merupakan suatu senyawa yang dapat memperlambat atau mencegah kerusakan yang di sebabkan oleh radikal bebas.untuk mengatasi kerusakan yang di sebabkan oleh radikal bebas, tubuh memiliki suatu antioksidan endogen,disamping antioksidan endogen tubuh juga memerlukan antioksidan . antioksidan merupakan donor electron yang sangat kuat dan bereaksi dengan radikal bebas dengan konsentrasi yang relative kecil.antioksidan dalam makanan dan sejumlah molekul tambahan seperti zinc dan vitamin tertentu sangat penting utnuk memepertahannkan system biosintesis,membrane,enzim,dan sayur,seperti minyak penangkapan DNA. kedele,minyak Antioksidan kanola,minyak radikal ditemukan bebasmkapasitas di jagung,minyak dalam minyak gandum,minyak palem,minyak kembang malam,dll A. Radikal bebas Radikal bebas didefinisikan sebagai spesies yang secara independen,mengandung lebih dari satu electron tidak berpasangan.elektron tidak berpasangan membuat molekul tidak stabil dan sangat reaktif. Radikal bebas umunya diperoleh dari oksidan dan nitrogen.radikal bebas memiliki waktu paruh pendek. Sebagian besar radikal bebas dibentuk di dalam tubuh dari oksidan superoksida,radikal hidroksil,nitrit oksida,radikal peroxil,hydrogen peroksida,dan alkoxyl. B. Peran radikal bebas terhadapat patofisiologi penyakit Oksigen sangat esensial untuk kelangsungan hidup sekitae 5% dari bagian yang terhirup diubah menjadi reactive oxygen species ( ROS ) seperti ( 01 ) H2O2 dan ( OH ) melaui reaksi reduksi oksigen juga diproduksi setelah paparan dengan sinar matahari,sinar X, ozon,asap tembakau,asap kendaraan,polutan lingkungan,dan oleh beberapa proses fisiologis lainnya. Adanya electron tiidak berpasangan di orbit luar membuatnya reaktif terhadap mekromolekul di sekitarnya dan membuat kerusakan pada sam nukleat,protein,lipid,dan karbohidrat yang kemudian mempengaruhi fungsi imun yang menyebabkan penyakit degenaratif. Reactive oksigen spesies dibentuk oleh reduksi oksidan empat electron di dalam rantai pernapasan,diikuti oleh penurunan persial dari 1 ke 3 untuk mengasilkan anion superoksida yang dapat dijadikan proton dengan ph rendah menjadi H2O2 dan H2O. proses ini dijelaskan berikut: produksi O2 dapat juga terjadi melalui xantin oksidase suatu enzim yang mengandung molybdenum dengan aktivitasi molekul oksigen.selain itu, superoksida juga diproduksi selama respirasi mitokondria,oleh oksidase NADPH. C. Peran antioksidan dalam menetralkan radikal bebas Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas,sehingga resiko stress oksidative dan kelainan degenaratif semakin berkurang. Di tingkat sel dan molekul,antioksidan menonaktifkan ROS dan,dengan konsentrasi rendah, antioksidan mengahambat atau memperlambat proses oksidasi dengan memeutus reaksi rantai radikal pada peroksidasi lipid. Antioksidan selanjutnya dapat dibagi ke dalam kategori : - Antioksidan lini pertahanan pertama terdiri dari antioksidan yang bersifat mencegah sepeti glutathione peroksidase,glutathione reductase,SOD,catalase,selenoprotein,transferring,ferritin,lactoferrin,dan protein non enzim,yang dapat menekan pembentukan radikal bebas BAB VII NUTRASETIKAL UNTUK IMUNOMODULATOR Sistem imun merupakan suatu sistim yang kompleks dan berinteraksi melalui sejumlah sitokin dan reseptor sel. Secara umum, sistem imun terbagi menjadi dua subsistem : sistem imun innate (bawaan lahir) dan sistem imun adaptif. Keduanya sangat penting untuk melindungi diri dari organisme asing. Sistem imun innate dianggap sebagai pertahanan terdepan dan umumnya tidak spesifik. Sistem ini melibatkan penghalang mekanis terhadap patogen (kulit, mukosa), penghmbat kimia (asam lambung), dan penghambat sekresi (enzim, immunoglobulin [lgA], dan proses inflamasi. Di datam sistem imun innate terdapat sel-sel seperti netrofil, makrofag, dan sel-sel natural kilfer (NK-) yang spesifik non-antigen. Sel ini biasanya mencegah masuknya patogen di dalam jaringan-jaringan sensitif, sehingga mengurangi kebutuhan terhadap sistem imun adaptif. Berlawanan dengan sistem imun innate, sistem imun adaptif “beradaptasi” terhadap antigen dari waktu ke waktu. Sel-sel primer yang terlibat datam sistem ini adalah limfosit T dan B. Fungsi dari limfosit untuk menemukan antigen dengan spesifisitas tinggi menggunakan reseptor sel T dan protein immunoglobulin (antibodi). Sel-sel imun adaptif juga memiliki “memori”sehingga bisa terjadi invasi kedua oleh antigen yang sarna (reaktif silang) untuk menstimulasi munculnya respon yang lebih cepat dan kuat. Pematangan dan spesifisitas respon imun adaptif berpusat pada limfosit T CD4+ spesifik yang disebut T-helper cells (Th). Dua subset yang paling banyak dikenal adalah subset Th1 dan Th2, namun penelitian-penelitian terbaru juga telah menemukan subset Th17 (namanya diambíl dari ekspresi 11-17). lnteraksi antara sei T-helper (Tho) dengan antigen menyebabkan perbedaan pada safah satu subset sei T-helper ini. Karena sel-sel T-helper rnengkoofdihasikan bagaimana respon sístem imun adaptif terhadap antigen, rnaka diferensiasinya dapat membedakan bagian sistem imun mana yang akan memberikan respon. Secara umum, sel-sel Thi mensekresi ínterferon-gamma an TNF-P, sehingga menstimulasi suatu respon'sel melawan virus, makrofag yang terserang bakteri dan k,anker. Di sisi Jain, Sei-sei Th2 mensekresi sitokin yang berfungsi melakukan up-regulasi produksi antibodi (Mis., respon afergi IgE) dan perlindungan terhadap parasit. Sei-sei Th17 mungkin terli6at dalam menstimulasi suatu bagian respon inflamasi sambil mengaktifkan netrofil. Banyak faktor dapat niempengaruh pertukaran rasio ThI/Th2 dalam sistem imun dan imun setama perkembangan janin, paparan terhadap antigen, alergen, makanan, mikroflora usus, dan imunisasí di awal anak-anak. Sistem imun berfungsi untuk melindungi dari antígen yang berpotensi membahayakan, biasanya dengan efisiensi yang tidak terdeteksi. Penggunaan obat yang dapat mempengaruhi sistem ímun (batuk, flu, gangguan gastrointestinalis). Meskipun keanekaragaman obat dan sarana penelitian mungkin mempersulit pengumpulan seluruh pendekatan sejarah dan klinis, tinjauan singkat ini akan membahas tanaman dan immunomodulator nutrasetikal yang banyak diteliti, dengan fokus terhadap klinis yang telah dipublikasikan dan mekanisme potensial dari studi in vitro dan studi terhadap hewan. Potensi alegi terlihat pada orang yang hidup di wilayah perkotaan, paparan dengan asap (kendaraan, penggunaan antibiotika dan program vaksinasi. Sistem kekebalan innate (bawaan lahir) dan sistem kekebalan adaptif harus bisa bekerja dengan benar untuk mempertahankan perlindungan dari agan-agen berbahaya dan sel-sel malignan. Kedua sistem ini sangat rentan terhadap kekurangan gizi dan stress; namun, keduanya merupakan kandidat yang dapat diperbaiki dengan makanan yang tepat, latihan, dan suplemen gizi A. Terapi dengan immunomodular 1. Echinacea Produk sediaan yang mengandung Echínacea termasuk dalam sediaan herbal yang paling laris W11,1P tahunnya di Amerika Serikat. Produk-produk ini paling banyak dikonsumsi untuk mencegah atau mengobati penyakit, khususnya pencegahan batuk dan flu. lstilah umum Echinacea merujuk kepada sediaan tiga spesies E purpurea, E. Angustifolia dan E. Pallida. Akar dan rhizoma setiap spesies digunakan untuk kepentingan medis, sementara tanaman utuh (bunga dan daun) juga digunakan untuk E. Purpure. Akar tanaman kering, ekstrak cair, larutan alkohol, ekstrak kering, dan ekstrak standar tersedia dalam bentuk sediaan tunggal atau dicamput dengan tanaman herbal lain, vitamin atau nutrien. Unsur pokok yang berkaitan dengan aktivitas immunomudulator pada spesies Echinacea sp, termasuk arabanogalactan polysaccharides, alkamida, ester asam kafeat, echinacosida (namun tidak untuk E. Purpurea), minyak mudah mengap, polyacetylena dan flavonoid. Sebagian besar peneliti berpendapat bahwa aktivitas Echinacea sp berasal dari kombinasi unsur-unsur ini, bukan suatu komponen tunggal aktif. sejumlah sediaan obat yang mengandung komponen E purpurea ditemukan dapat merangsang aktivasi makrofag. Suatu inisiator untuk respon imun, serta aktivasi NK, baik pada manusia maupun hewan model. Dalam berbagai situasi, aktivitas ini berhubungan langsung dengan meningkatnya ekspresi sitokin. Sediaan Echinacea juga menunjukkan aktivitas antivirus, antijamur, dan antikuman yang terbatas. Uji klinis untuk sediaan Echinacea sudah sering dilakukan. Sulit untuk membandingkan studi-studi klinis ini karena rancangan penelitian yang digunakan berbeda-beda, baik dari segi jenis, dosis, maupun metode pemberian sediaan Echinacea, jangka waktu penelitian, dan outcome primer (profilaksis vs pengobatan). Studi yang paling sering dilakukan adalah untuk pencegahan atau pengobatan infeksi saluran pernapasan atas, dimana sediaan Echinacea ditemukan dapat menurunkan frekuensi, keparahan dan/atau durasi gejala/gejala batuk umum, khususnya pada anakanak. Namun, studi lain dengan berbagai sediaan tidak menunjukkan perbedaan statistik jika dibandingkan dengan placebo. Sebuah studi menunjukkan bahwa Echinacea purpurea dapat memperkuat supresi imunitas mukosa yang disebabkan oleh latihan, jika diukur dengan IgA (slgA sekresi. 2. Andographis Andrographs paniculata banyak digunakan dalam sistem pengobatan tradisional Timur selama berabad-abad dan saat ini populer di Eropa untuk pengobatan dan pencegahan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan sinusitis. Sejumlah tinjauan sistematis menunjukkan efek yang konsisten dan relevan untuk klinis jika digunakan sebagai suatu obat herbal tunggal atau dikombinasikan dengan sediaan herbal lainnya (khususnya dengan Echinacea atau Eleuthero / Siberian Ginseng) Senyawa aktif yang terdapat pada Andrographis paniculata memiliki aktivitas sebagai antiradang imunomodulator, anti-piretik, antikanker, dan antivirus. Meskipun banyak aktivitas ini yang belum dikonfirmasi dengan uji klinis pada manusia, mekanisme ini akan membantu peneliti mendapatkan ekstrak dan dosis yang dapat memperkuat penggunakan sambiloto secara tradisional. Laporan efek samping obat sangat kecil dengan penggunaan sambiloto. Secara umum, sambiloto dianggap aman jika dikonsumsi sesuai dosis yang direkomendasikan. 3. Arabinogalactan Arabinogalactan merupakan suatu serat polisakarida yang terdiri dari polimer-polimer yang dihubungkan galaktosa dan arabinosa. Arabinogalactan dikenal sebagai salah satu komponen aktif tanaman imunomodulator, seperti Echinacea sp dan beberapa spesies jamur. Untuk penggunaan suplemen makanan secara komersil, Arabinogalactan disolasi dari Tanaman Pinus Timur dan Barat (Larix spp). Sebagai suatu pencernaan, dan secara tidak langsung ikut membantu sistem imun. Bentuk unik dari polisakarida ini secara langsung menstimulasi fungsi sel imun. Arabanogalactan diketahui dapat merangsang fungsi sel imun dan produksi sitokin, namun arabanogalactan mungkin lebih dikenak karena up-regulasi dan mobilisasi selsel pembunuh alami (natural killer, NK). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui berapa jumlah arabanogalactan murni yang diperlukan untuk menstimulasi sistem imun secara spesifik. 4. Ekstrak Jamur Seperti halnya dengan tanaman, jamur telah digunakan selama berbad-abad sebagai obat. iiplAsitas jamur dan ekstraknya banyak diteliti. jamur yang paling banyak digunakan sèbagai suplemen makanan adalah Shiitake (Lentinus edodes), Reishi (Canoderma lucida), Maitake (Grifola frondosa), dan Agaricus blazei; meskipun jenis lainnya sudah semakin populer. Senyawa yang memiliki Aktivitas imunomodulator telah ditemukan dari ekstrak jamur, meskipun senyawa yang paling banyak diteliti adalah polisakarida. bercabang β-D glucan) dan protein polisakarida. Polisakrida ini (sarna dengan arabanogalactan) berikatan dengan reseptor sel-sel sistem kekebalan yang dapat memicu aktivasi sel-sel ini. Hubungan yang berbeda-beda antara glucan jamur (1,3 dan1,6) dalam merangsang sel-sel imun (khususnya netrofil, niakrofa,-, dan sel-sel NK) dengan cara berbeda, sehingga stimulasi imun memiliki pola yang berbeda-beda. Ekstrak jamur dan senyawa aktifnya mempengaruhi sistem imun innate maupun sistem im adaptif. Sejurnlah studi menunjukkan bahwa makrofag, sel-sel NK, netrofil, dan sel-sel dendrit maupun sitokin spesifik sel-sel imun innate ini diaktivasi oieh sejumlah ekstrak jamur. Meskipun tidak banyak data yang tersedia tentang sistem imun adaptif, ekstrak jamur telah ditemukan dapat mengatur respon T-helper (biasanya sub-tipe Th I) dan mengaktifkan sel T dan B; meskipun sejumlah studi menunjukkan adanya supresi poduksi antibodi dengan komponen-komponen tertentu. Stimulasi sistem imun innate dengan cara yang berbeda-beda, senta peningkatan aktivitas sel-sel NKdan limfosit T secara khas membuat banyak peneliti melakukan studi terhadap efek antikanker dari ekstrak jamur, dan melibatkan sejumlah studi klinis. Meskipun masih banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana ekstrak jamur clan senyawa aktifnya dapat mempengaruhi tumorgenesis dan fungsi imun yang berkaitan dengan kanker, data-data yang ada menunjukkan hasil yang menjanjikan.karena keanekaragaman kegunaan klinis dan tidak banyak percobaan klinis yang telah dipublikasi, maka rekomendasi dosis tertentu belum bisa diberikan. 5. Astragalus Akar Astragalus membranaceus telah lama digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan Cina. Astragalus memranaceus secara umum memiliki khasiat imunomodulatorm antiinflamasi, dan adaptogenik (meringankan stress). Kegunaannya secara tradisional dan modem adalab berkaitan d(,ng,in imunitas atau kanker. Ekstrak clan senayawa aktif dari Astragalus dap' at meningkatkan aktivitas NK dan bersifat sitotoksik terhadap sei turnor yang diaktivasi oleh linifosit, serta menstimulasi il,is se]-sel iniun fain, seperti makrofag dan sei 8. Sebagian besar penelitian tentang tanaman obat iiii dipublika-si utituk penô-obatan Cina, dan penggunaannya paling sering dikombinasikan dengan beberapa sediaan herbal lain, sehingga rekoniendasi dosis khusus sulit diberikan. Astragalus secara umum aman, meski ada sedikit laporan efek samping. 6. Lakroferin Lactoferrin merupakan suatu giikoprot,in pengikat zat besi yang disekresi dalam berbagai cairan biologi, khususnya air susu dan kolostrum. Bersamaan dengan perannya dalam homeostasis besi, lactoferin dianggap penting untuk sistem imun mukosa, yang dapat membantu pertahanan sel inang melawan infeksi kurnan. Lactoferrin memiliki aktivitas antibakteri langsung serta kemampuan untuk memilih dan mengaktifkan sel-sel di dalam sistem kekebalan innate maupun adaptif. Uji klinis sering dipublikasikan tentang penggunaan Lactoferrin adalah untuk pengobatan hepatitis C dan H. pylori (biasanya sebagai tambahan untuk obat lain); hasil'temuannya pun sangat bervariasi. Saat ini, sedang dilakukan penelitian tentang potensi penggunaan Lactoferrin sebagai antiinflamasi dan anti-kanker. Sebagian besar penelitian ini masih pada tahap penelitian kultur sel dan hewan model. 7. Propolis Propolis telah digunakan sejakjaman dahulu, dan telah digunakan dan Romawi melaporkan penggunaan propolis karena efeknya dalam pengobatan lokal maupun populer di berbagai di wilayah di dunia, baik secara internal maupun eksternal. Rakyat Mesir, Yunani dan Romawi melaporkan penggunaan propolis karena efeknya dalam penyembuhan umum dan untuk mengobati penyakit kulit. Propolis selalu disebut sebagai suatu obat antiflamasi dan penyembuh tukak. Propolis masih menjadi obat yang paling banyak digunakan di negara Balkan. Barulah dalam beberapa dekade terakhir peneliti menyelidiki unsur dan khasiat biologisnya.Warna propolis berbeda-beda, mulaí dari hijau hingga coklat pekat kemerahan propolis memiliki bau khas dan menunjukkan khasiat karena propolis berinteraksi secara kuat dengan protein kulit. Secara umum, propolis alami terdiri dari 30% lilin, 50% resin dan balsam sayur, 10% minyak esensial dan aromatik, 5% serbuk, dan zat-zat lainnya. Efektivitas fraksi larut air propolis alami banyak diteliti terhadap bakteri Gram negatif (Klebsiella pneumoniae, Proteus vulgaris, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa). Senyawa aktif dri fraksi larut air propolis tersebut dapat menginduksi sistim imun non-spesifik yang sangat berarti, namun tidak menghambat pertumbuhan strain secara in virto. Pemberian fraksi larut air propolis pada hewan coba yang diberikan vaksin BCG dan dua minggu kemudian lipopolisakarida dapat menginduksi TNIF dan memicu terjadinya penurunan kapasitas lisis serum melawan sel-sel targe L 9292. Pemberian fraksi larut air tersebut secara in vivo menyebabkan terjadi perubahan rute di jalur altenatif pelengkap hemolysis. Perubahan komponen komplemen Clq dan sintesis protein total, serta penurunan nitroblue tetrazolium menunjukkan kalau aktivasi makrofag memberikan kontribusi besar terhadap kapasitas fraksi larut air propolís tersebut untuk mencegah infeksi. Aksi immunomodulator dari propolis diperkirakan hanya terbatas kepada makrofag, tanpa pengaruh terhadap proliferasi limfosit.namun, Ivanovska et al menemukan bahwa splenosit dari tikut yang diberikan asam sinamat (suatu senyawa aktif dari Propolis) memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menggabungkan thymidin, dengan adanya mitogen seperti LPS, Phytobemaggfutinin (PHA), atau Con A. Hal ini menunjukkan kecenderungan proliferatif dari kultur seL jika mitogen tidak ada. Efek stimulasi sistem imun dari pengobatan profiiaksis dengan propolis telah diteliti dalam beberapa studi Unis. Propolis diberikan, dan kapasitas sekresi sitokin diteliti sebelum dan setelah pengobatan. Kapasitas sekresi sitokin (namun bukan kadar sitokin di dalam plasma) naik secara signifikan selama periode pengobatan dengan cara tergantung waktu. Penulis melakukan penelitian dengan memberikan ekstrak propolis pada mencit yang diinfeksi dengan P. Berghei sehingga menimbulkan gejala mirip penyakit malaria pada manusia, hasil penelitian menunjukkan ekstrak propolis mampu meningkatkan sistim kekebalan tubuh mencit dan memperpanjang masa hidup mencit. 8. Phyllanthus niruri L Phyllanthus niruri L (Meniran) merupakan salah satu jenis imunomodulator yang banyak ditelitidan dapat meningkatkan sistim imunitas tubuh pada hewan coba maupun manusia. PenggunaanPhyllanthus niruri L sebagai imunomodulator terus ditingkatkan terutama untuk infeksi virus. Padainfeksi bakteri digunakan sebagai terapi pendamping antibiotik, di mana sering terjadi masalahresistensi. Selain itu Phyllanthus niruri L merupakan suatu imunomodulator alami dari jenis tanamanyang tumbuh baik di Indonesia sehingga hal tersebut sejalan dengan program pemerintah untukmengembangkan dan meningkatkan kualitas obat-obat tradisional. Phyllanthus niruri L (meniran)merupakan tanaman tradisional mempunyai manfaat sebagai imunomodulator pada penyakit yangmembutuhkan pertahanan sistem imun seluler maupun humoral. Pemberian ekstrak meniran dapatmeningkatkan respon imun seluler pada infeksi bakteri intraseluler (S.typhimurium)' BAB VIII NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI KANKER Dalam enam tahun terakhir, National Cancer Institute (NCI) telah mencatat sejumiah dokume kesehataan dan fact sheet tentang nutrasetikal dalam penanganan kanker. Upaya-upaya besar diperuntukan untuk meneliti efek sitotoksik yang dimiliki komponen aktif nutrasetikal terhadap perkembanganbiakan sel kanker, dapat menurunkan metastasis, menghambat apoptosis, menurunkan nekrosis dan tingkat pertumbuhan malignansi pada tahap awal. Dalam dua tahun terakhir, penggunaan nutrasetikal dalam pencegahan dan pengendalian penyakit telah diperluas jangkauannya sehingga mencakup kebijakan pemberian suplemen nutrisi di pusat pengendalian penyakit melaiui pengawasan independen. Mekanismenya masih belum terbukti dan divalidasi, tapi praktek penggunaan nutrasetikal sebagai suplemen makanan dalam pencegahan kanker bisa diterima. A. Patofisiologi Kanker 1. Perubahan Metabolism Karbohidrat Metabolisme karbohidrat berubah drastis pada hewan coba (anjing) yang dibuat kanker.Perubahan metabolisme terjadi karena tumor lebih cenderung menjadi energi, sehingga membentuk laktat (asam laktat) sebagai suatu produk akhir. Anjing yang menderita kanker mendapat tambahan energi untuk mengembalikan laktat menjadi glukosa, sehingga terjadi pertambahan energi oleh tumor dan kehilangan energi oleh hewan. Akibatnya, anjing yang menderita kanker akan kehilangan energi dan menunjukan peningkatan laktat dan kadar insulin di dalam darah. 2. Perubahan Mebolism Protein Pada subjek manusia yang mengalami kanker dan penurunan berat badan akan penurunan massa otot tubuh, penurunan sintesis protein skelet, clan perubahan keseimbangan nitrogen. Pasien pada saat yang sama menunjukkan peningkatan pembagian Protein otot skelet, sintesis protein hati, dan sintesis protein tubuh secara keseluruhan untuk mendukung pertumbuhan tumor. Diprioritaskannya kembali sintesis protein oleh hati lazim dikenal sebagai acute-phase reactant response. Adanya respon protein fase akut sangat erat kaitannya dengan penurunan daya tahan hidup seseorang yang menderita beberapa bentuk kanker. Jika asupan Protein tidak sejalan dengan penggunaan, maka akan teriadi ketidakseimbangan yang dapat merubah respon imun, fungsi saluran cerna, dan penyembuhan luka. Meningkatnya ekspresi ubquitin-Proteasorne Proteolytic pathway adalah penyebab utama berkurangnya massa otot skelet pada penderita kanker. Percepatan proteolysis metalui jalur proteasome merupakan penyebab utama pemborosan Otot yang diinduksi oleh kanker, puasa, asidosis metabolik, denervasi, diabetes, sepsis, terbakar, hipertiroidisme, dan akses glukokortikoid. Banyak sistem yang mengendalikan jalur ini, termasuk sitokin, hormon, nutrien, dan tumor-derived proteolysis inducing factor (PIF). Sejumlah studi terhadap hewan model rodent yang mengalami muscle wasting dan pasien kanker terdeteksi adanya PIF di dalam serum. Hilangnya massa otot skelet berkaitan dengan keberadaan PI. Sitokin seperti tumor nerosis factor (TNFα) juga terlibat datam katabolisme Protein. 3. Perubahan Metabolisme Lemak Katabolisme jaringan adiposa adalah karakteristik kedua cachexia pada sejumlah penyakit kronik, termasuk kanker. Penurunan sintesis lemak atau peningkatan lipolisis dapat menghabiskan simpanan lemak. Suatu lipid-mobilizing factor (LMF) telah diisolasi dari suatu tumor murine yang menginduksi cachexia dan dari air kemih penderita kanker dan penurunan berat badan. LMF bertindak langsung pada jaringan adiposa, sehingga menyebabkan pelepasan asam lemak bebas dan gliserol dengan meningkatkan kadar siklis AMP dengan cara yang sama dengan 1 peningkatan hormon liposis. Sejumlah sitokin dapat mengubah metabolisme lipid. TNFα adalah suatu sitokin utama yang terlibat dalam katabolisme jaringan adiposa selama chachexia. TNFα menghambat lipoprotein lipase, menurunkan aktivitas reseptor insulin dan menghambat aktivitas transporter glukosa. Seluruh tindakan ini secara tidak langsung menstimulasi lipolisis oleh TNFα. Tingginya asam lemak omega 3 memberikan banyak manfaat klinis, termasuk penurunan tumorigenesis, pertumbuhan tumor, dan metastasis serta Perubaban sintesis eicosanoid dan efek anti-katabolik. B. Nutrasetikal sebagai terapi kanker Nutrasetikal dapat bertindak sebagai nutrien esensial, seperti obat, atau sebagai suatu metabolit biokimia dan sebagai fitohormon di dalam tubuh. Saat ini, sejumlah bukti telah dilaporkan untuk mendukung aktivitas metabolik penghambat kanker dari nutrasetikal di dalam tubuh. a. Nutrasetikal dapat bertindak sebagai asam amino esensial seperti nutrien. Misalnya, tryptophan diperlukan untuk sintesis protein dengan dosis rendah pada manusia. Dengan dosis tinggi, tryptophan meningkatkan kadar 5-hydroxytryptamin di dalam otak, sehingga bertindak sebagai suatu obat untuk mengobati insomnia. b. Globulin lemak susu memiliki aktivits antikanker, antikolesterolemia, dan penyakit jantung koroner. c. Fitonutrien dapat mencegah perkembang-biakan dan memainkan peran yang signifikan dalam pencegahan penyakit degeneratif kronik. Contoh yang paling nyata adalah ginseng, spirulina, gingko biloba, asam amino, glukosamin, kondroitin dan Aegle Marmelos. Fitoestrogen memainkan peran penting dalam menurunkan nekrosis pada kanker. d. Vitamin C, Vitamin E, β-karoten, lycopen (karotenoid), asam lipoat, glutathion berperan dalam pencegahan kanker dan penghambatan nekrosis; Co-Enzyme Q-10, superoksida dismutase (SOD), selenium, tembaga, mangan dan zinc memiliki aktivitas sebagai nutrasetikal antikanker dalam penanganan apoptosis pada sel-sel kanker terisolasi. e. Oligosakarida diuji pada hewan model. Frukto-oligosakarida, inulin, laktilol, laktulose, galakto-oligosakarida, oligasakarida dari kedele, laktosucrose, isomaltooligosakarida, gluco-oligasakarida dan xyo-oligosakarida menunjukkan efentivitas dalam penurunan sel kanker. f. Asam lemak tidak jenuh (PUFA) yang berasal dari minyak bunga matahari, minyak jagung, minyak kedele, minyak- mustard, minyak evening primrose, minyak rami, dan biji rami menunjukkan efek proteksi terhadap penyakit jantung dan Woke, rheumatoid arthritis, inflàmasi atritis, inflamasi saluran cerna, asma, kanker, gagal paru-paru kronik, cangkok ginjal, dan formasi tulang. g. Serat-serat makanan seperti gandum, kacang-kácangan kering, tanaman polong, sebagai serat larut di dalam air, apel, orange, aprikot, prem, dan nanas mengandung 18-30% kandungan serat. Sumber serat dari sayuran, seperti koI, wortel, selada, bawang merah, dan tomat mengandung 9-12% kandungan serat, dan menunjukkan aktivitas antioksidan dan penghambat proliferasi sel. h. Makanan-makanan juga merupakan sumber nutrasetikal dan fitoestrogen. Sebagian besar tanaman, jamur, sayuran, tanaman kacang, buah-buahan, dan bunga-bungaan secarma keseluruhan dipandang sebagai alternatif terapi alamiah i. Isoflavon kedele, genistein, kurkumin, capsaicin, epigallocatechin-3-gallate (EGCG), gingerol dan lycopen merupakan nutrasetikal dengan efek melindungi tubuh dari kanker. C. Dasar Biokimia dari Nutrasetikal untuk Pencegahan Kanker Mekanisme aksi nutrasetikal dibahas secara luas datam beberapa kategori berikut metabolit aktif yang ada di datam nutrasetikal. a. Glutathion adalah unsur pokok pelindung enzim glutathione reductase antioksidan yang paling banyak di dalam hati. Glutathione berfungsi sebagai suatu substrat untuk dua proses detoksifikasi kunci di dalam hati: (1) mengubah toksin menjadi bentuk larut di dalam air; (2) menetralisasi dan berkonjugasi dengan toksin untuk eliminasi melalui usus atau ginjal. lika salah satu proses ini terganggu karena berbagai alasan, maka toksin akan berakumulasi di dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Nutrisi terbaik untuk kanker hati difokuskan untuk memperbaiki cadangan glutathione di dalam tubuh b. lsoflavone kedele (genistein dan genistin) dilaporkan berperan sebagai kemoprotektif melawan kanker pada manusia. Konjugat β-glikosida, yakni genistin, sangat banyak di dalam kedele fermentasi, produk kedele seperti susu kedele dan tahu. Ikatan β-glycosyl genistin dipecah menghasilkan genistein oleh mikroba selama fermentasi untuk menghasilkan miso dan natto. Saus kedelai banyak mengandung isoflavon, namun kandungan miso, dan natto sangat rendah. c. Teh hijau dianggap sebagai obat untuk pemeliharaan kesehatan di kalangan rakyat Cina dan Jepang. Teh hijau memiliki kekuatan yang mampu memperpanjang usia. Baru-baru ini, Yean Lee et al. meneliti efek bahan aktif teh hijau, yakni epigallocatechin-3- galiate (EGCG), terhadap sel-sel B pada leukemía limfosit kronik yang diisolasi dari pasien leukemia. Sei-sei ini dikelompokkan menurut resistensinya terhadap apoptosis, karena sel-sel B ini mengeluarkan dan mengikat faktor pertumbuhan endotelium vaskuler. d. Ekstrak herbal diketahui menurunkan perkembangbiakan sel BAB XI NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI KANKER A. Probiotik Probiotik adalah istilah umum untuk kelompok bakteri positif atau ragi (Saccromyces boulardi yang ditemukan pada flora normal di dalam usus manusia. Bifidobacterium dan Lactobacillus, adalah dua kelompok bakteri probiotik yang paling sering diteliti dan dikenal paling baik. Khasiat probiotik telah terbukti dalam berbagai kondisi, seperti diarea yang berkaitan dengan antibioti penyakit iritasi perut, dan kesehatan usus secara umum. Akhir-akhir íni, probiotik telah digunak~ pada makanan dan banyak digunakan di industri suplemen makanan. Para peneliti ssaatt ini mmuull beralih untuk meneliti efek bakteri probiotik terhadap sistem imun manusia. Produk nutrasetikal lain yang tumbuh saat ini adalah makanan susu yang mengandung bakteri probiotik yang dapat meningkatkan kesehatan usus. Produk tersebut mengandung Lactobacillus, acidophilus dan Bifidobacteria seperti yoghurt dan yakult produk yang difermentasi yang mengandung L. casei Shirota, Lactobacillus johnsonii dan Lactobacillus. Minuman susu yang mengandung probiotik ini merupakan makanan fungsional yang tumbuh cepat. Probiotik adalah bahan aktif mikroba yang hidup dan bermanfaat untuk kesehatan. Prasyarat untuk munculnya aksi probiotik tersebut adalah daya tahan dan adhesi pada saluran cerna serta eksklusi patogen atau antigen-antigen berbahaya akibat persaingan. Probiotik ditempatkan sebagai makanan kesehatan atau makanan fungsional, sementara probiotik dikonsumsi karena manfaat positif dalam saluran cerna dan/atau daerah sistemik, seperti hati, otak, vagina, atau aliran darah. Kolon Adalah wilayah saluran cerna yang díhuni paling padat oleh bakteri dan menampung sekitar 500 spesies bakteri yang berbeda. Efektivitas seluruh probiotik tergantung kepada kemampuan organisme untuk mencapai usus besar dalam kondisi hidup dan melekat ke dinding usus. Hanya dengan itulah kolonisasi mikrofora bisa berhasil. Tabel 9.1 Beberapa spesies bakteri yang merupakan probiotik Lactobacillus : 1. Lactobaciflus rhamnosus 2. Lactobacillus reuteri 3. LactobaciIIus casei Bifidobacterium 1. Bifidobacterium lactis 2. Bifídobacterium longum 3. Bifidobacterium breve 4. Bifidobacterium infantis Streptococcus Enterococcus Saccharomyces Bacillus Lactococcus 1. Lactococcus platinum 2. Lactococcus reuteri 3. Lactococcus agilis Karakteristik sifat dari bakteri probiotik adalah sebagai berikut: a. GRAS (generally recognized as safe), atau secara umum diakui aman b. Tahan terhadap HCL lambung dan cairan pankreas secara in vitro c. Menghasilkan senyawa antibakteri d. Bersaing dengan bakteri patogen untuk melekat ke dinding usus e. Bersaing untuk mendapatkan zat gizi dan menstimulasi kekebalan tubuh, dan f. Mengubah keseimbangan mikrofiora usus, menghambat pertumbumhan bakteri berbahaya, mendukung sistem cerna, meningkatkan fungsi imun, dan meningkatkan resistensi terhadap infeksi B. Aplikasi Probiotik Secara Klinis 1. Anti-infeksi dan sistim kekebalan tubuh Bakteri probiotik, terutama Bitidobacteria dan Lactobacilli, dapat mencegah atau meringankan penyakit. Banyak studi empiris telah dilakukan, namun upaya untuk mengembangkan karakteristik probiotik yang ideal masih tertinggal. Bakteri probiotik sangat efektif dalam m mencegah atau mengurangi diare akut pada anak-anak. Bakteri probiotik juga berguna pada diarea yang berkaitan dengan antibiotik, namun tidak untuk mengatasi infeksi Helicobacter pylori. Pada gangguan cerna, khususnya ulseratif kolitis, probiotik merupakan alternatif yang aman pengganti yang ada saat ini. Probiotik digunakan untuk mencegah infeksi saluran urogenital dengan manfaat menurunkan atopi pada anak. Probiotik bekerja bukan tanpa pengecualian; jadi, diperlukan tentang mekanismenya. 2. Peran potensial probiotik dalam urologi pediatri Banyak anak di seluruh dunia yang meninggal karena penyakit-penyakit seperti infeksi saluran cerna dan HIV, sementara banyak infeksi saluran kemih yang kemudian berulang pada masa dewasa Hingga saat ini, peran mikroflora usus dan urogenital (vagina, uretra, dan perineum) dalam kesehatan dan penyakit belum banyak menarik perhatian. Banyak bukti menunjukkan bahwa strain Lacto, dan Bifidobacteria tertentu berperan besar dalam pemeliharaan dan pemulihan kesehatan anak, dan orang dewasa. lmplikasi terhadap urológi pediatrik mencakup penurunan resiko infeksi penyakit batu ginjal, serta efek positif terhadap pencegahan dan penanganan penyakit inflama beberapa penyakit karsinogen. 3. Terapi bakteri oral dosis tinggi untuk diare kronik nonspesifik pada bayi Efèktivitas terapi probiotik (bakterioterapi) oral dengan menggunakan kombinasi anaerobe fecal Lactobacifli untuk diare kronik nonspesifik pada bayi. Sebuah studi double-blind dilakukan terhadap total 40 anak yang diobati dengan bakteri dosis rendah dan dosis tinggi. Hasil temuan penelitian memperkuat pentingnya flora feses terhadap penyakít, dan mendukung hipotesis bakterioterapi bisa memperbaiki tampilan klinis dan laboratorium, khususnya jika diberikan dosis tinggi. 4. Bifidobacteria dan Lactobacilli dalam kesehatan Mikroflora saluran cerna merupakan suatu sistem ekologi yang kompieks, biasanya ditandai dengan suatu ke setimbangan. Peran terpenting mikroflora dari sudut pandang inang adalah untuk bertindak dalam resistensi kolonisasi melawan mikroorgaisme eksogen yang berpotensi patogen dobacteria dan Lactobacillia adalah bakteri gram-positif yang memproduksi asam laktat, dan merupakan bagian utama mikrofiora usus pada manusia dan mamalia lainnya. Pemberian suatu antibiotika menyebabkan gangguan keseimbangan ekologi mikroflora saluran cerna, disertai beberapa efek yang tidak diinginkan seperti kolonisasi oleh patogen-patogen potensial. Untuk mempertahankan atau membentuk kembali keseimbangan flora, maka suplemen mikroorganisme usus (Terutama bifidobacteria dan lactobacilli) yang kadang-kadang disebut prebiotik) telah diguakan secara sukses C. Prebiotik prebiotik adalah zat yang sampai ke kolon dalam bentuk utuh, tidak dirusak oleh pH lambung di saluran pencernaan. prebiotik ini secara selektif meningkatkan pertumbuhan bakteri probiotik kolon jadi, prebiotik berfungsi sebagai pupuk bagi bakteri probiotik, prebiotik adalah istilah kolektif untuk karbohidrat yang tidak dapat dicerna namun dapat difermentasi di dalam makanan dan secara selektif dapat merangsang pertumbuhan kelompok-kelompok bakteri tertentu di dalam kolon, seperti bifidobacteria, lactobacilli, yang dianggap bermanfaat untuk manusia. misalnya adalah inulin, yang merupakan serat makanan yang dapat larut dan menolak enzim pencernaan, sehingga sampai ke usus besar atau kolon dalam keadaan utuh. di datam usus besar, inulin difermentasi oleh bakteri resisten, yakni lactobacilli. jumlah oligosakarida yang telah diuji menggunakan sejumlah metode in vitro hewan model Tabel9.2 Beberapa Oligosakarida yang merupakan prebiotik Frukto-Oligosakarida Inulin Laktilol Laktulose Galakto-Oligosakarida Laktosukrose Isomalto-oligosakarida Gluko-oligosakarida Xylo-oligosakarida Prebiotik merupakan bahan makanan yang tidak dapat dicerna dan mempengaruhi inang secara positif dengan menstimulasi pertumbuhan dan/atau aktivitas satu atau sejumlah bakteri di dalam kolon, sehingga kesehatan inang sernakin membaik." Prebiotik adalah “makanan" untuk bakteri yang menguntungkan. Prebiotik mengubah keseimbangan mikrobiota usus dengan menstimulasi aktivitas bakkteri menguntungkan, seperti Lactobacilli dan Bifi dobacteria. Saat ini, banyak bukti menunjukkan bahwa manipulasi mikrobiota usus oleh prebiotik dapat mempengaruhi kesehatan inang secara positif. secara khusus, banyak upaya telah dilakukan untuk mengendalikan konsentrasi triacylglycerol di dalam serum melalui perubahan pola makan terkait konsumsi prebiotik dan probiotik. Selanjutnya, berbeda dengan probiotik, prebiotik tidak mengalami masalah viabilitas secara biologi, sehigga bisa dimasukkan ke dalam berbagai produk makanan (seperti susu, yoghurt, dan formula bayi). Prebiotik menjadi penghuni alami mikrobiota usus sebagai sasaran. Sifat alami prebiotik dapat dikaitkan dengan berbagai komponen makanan. Makanan atau komponen makanan tersebut: a. Membantu proses pencernaan dan absorpsi pada inang b. Difermentasi oleh mikroflora yang berkolonisasi di dalam sistem cerna. c. Menstimulasi pertumbuhan dan/atau aktivitas satu atau sejumlah bakterí dengan sistem GI secara selektif. BAB X PENGEMBANGAN PRODUK NUTRASETIKAL Sediaan galenik dan nutrasetikal merupakan produk yang mengandung nilai terapi secara bersamaan. Ada beberapa kombinasi bahan pokok yang terkandung di dalam produk ini dan memberikan efek obat melalui aksi gabungan. Oleh sebab itu, aksi gabungan itu disebut “concert performances" Menurut pengamatan, ada beberapa bahan pokok yang terkandung di dalam produk herbal atau nutrasetikal lain yang memiliki khasiat terapi yang sama atau kadang-kadang aksi yang bertentangan. Produk herbal dan produk nutrasetikal mengontrol efek satu sama lain, sehingga efek samping dan efek toksik produk menjadi berkurang. Lebih jelas lagi, reserpine adalah suatu alkaloid yang ada di dalam tanaman Roulfia serpentina. Tanaman ini digunakan karena khasiat antihipertensi pada penderita jantung dan tekanan darah. Lebih menarik lagi, tanaman ini juga mengandung suatu unsur yang bisa digunakan untuk menaikkan tekanan darah. Oleh sebab itu, kedua unsur bekerjasama secara serasi, sehingga menghasilkan efek yang sangat positif. Pengembangan obat tambahan menghasilkan sejumlah obat yang bekerja tunggal, baik berupa derivat atau modifikasi molekul reserpine. Hubungan yang sama terlihat pada banyak obat tunggal yang dikembangkan berdasarkan senyawa utama dari analog herbal. Ketika obat tunggal digunakan untuk pengobatan dalam format dosis obat atau sistem pemberian obat yang sesuai. Sebagian besar obat allopatik memiliki solo performiance. Saat ini, semakin banyak kombinasi yang digunakan, dengan banyak efek samping, sehingga lebih banyak komplikasi setelah pengobatan. Menurut pengamatan, seluruh statin yang digunakan untuk menurunkan kolesterol berasal dari ragi beras merah Cina. Sayangnya, kebanyakan statin menunjukkan banyak efek samping, sehingga penggunaannya sebagai obat tunggal masih dipertanyakan. Mungkin, sebaiknya ragi beras merah Cina yang bertindak dengan concert performing dapat digunakan sebagai pengganti statin. Di sinilah munculnya penggunaan nutrasetikal untuk kepentingan pencegahan penyakít. Kita bisa menemukan banyak contoh yang sarna, dan inilah salah satu alasan kenapa pasar nutrasetikal berkembang sangat pesat ketika masyarakat semakin menyadari fakta ini, mereka akan lebih memilih produk-produk alami untuk pencegahan penyakit daripada menjadi obat solo performance. e A. Pertimbangan Formulasí Untuk mencapai hal ini, produksen nutrasetikal harus terlebih dahulu memilah-milah produk dan memperlakukan nutrasetikal dengan cara yang berbeda dari makanan fungsional. Kedua, pengolahan formulasi nutrasetikal mesti mengikuti norma-norma formulasi obat. Sejumlah uji sederhana bisa dilakukan oleh ilmuwan obat untuk mengevaluasi bentuk dosis dan memberikan data yang cukup penting konsistensi produk, reproduksibilitas produk, dan evaluasi produk secara in vitro dan in vívo. Tabel 10.1 memuat evaluasi yang dilakukan oleh industri obat untuk menjamin kualitas suatu produk dengan menggunakan matriks non-obat seperti yang díjelaskan sebelumnya. Bentuk-bentuk sediaan ini bisa berupa tablet, kapsul, cairan minum, olesan, produk luar, produk kulit, pil, dan bentuk lain yang sering digunakan. Sistem pemberian obat terbaru perlu dieksplorasi, seperti sistem peniberian obat non-partikulat, mikrokapsul, dan sebagainya. Sebagian evaluasi bisa dilakukan dengan mudah, dan berpengaruh terhadap kualitas produk. Tabel 10. 1 Parameter Evaluasi untuk produk nutrasetikal Bentuk sediaan nutrasetikal Tablet dapat berupa tablet berlapis film, tablet berlapis gula, tablet ber;apis enteric dan tablet berlapis ganda, tablet controlled release, tablet untuk larutan, tablet effervescent, tablet bukkal, atau tablet sublingual Parameter Evaluasi - Warna - Variasi berat - Ketebalan tablet - Kerapuhan - Variasi isi - Desintegrasi in vitro - Disolusi in vitro - Stabilisasi pada suhu ruangan dan suhu akselerasi - Dan, keseimbangan Kapsul - Warna dan bau - Variasi berat - Variasi isi - Disintegrasi in vitro - Disolusi in vitro - Stabilisasi pada suhu ruangan dan suhu akselerasi - Dan, kelembaban Larutan : sirup, larutan alcohol, sari buah, - Warna dan bau minuman - Kepadatan - kekentalan - Variasi kandungan obat - Stabilisasi pada suhu ruangan dan suhu Bentuk sediaan nutrasetikal Emulsi :M/A atau A/M Suspensi Obat salep / semi padat Pil dan bubuk akselerasi dan kelembaban - Uji mikrobiologi Parameter Evaluasi - Distribusi ukuran partikel - Warna dan bau - Potensi Zeta - Kekentalan - Tegangan permukaan - Keseragaman kandungan - Stabilisasi pada suhu ruangan akselerasi dan kelembaban - Uji mikrobiologi - Distribusi ukuran partikel - Warna dan bau - Potensi Zeta - Kekentalan - Tegangan permukaan - Keseragaman kandungan - Stabilisasi pada suhu ruangan akselerasi dan kelembaban - Uji mikrobiologi - Distribusi ukuran partikel - Warna dan bau - Potensi Zeta - Kekentalan - Tegangan permukaan - Keseragaman kandungan - Stabilisasi pada suhu ruangan akselerasi dan kelembaban - Uji mikrobiologi - Warna dan bau - Variasi berat - Ketebalan tablet - Kerapuhan - Variasi isi - Disintegrasi in vitro - Disolusi in vitro - Stabilisasi pada suhu ruangan akselerasi dan kelembaban dan suhu dan suhu dan suhu dan suhu Salah satu permasalahan yang perlu dipertimbangkan adalah kandungan dan keseragaman obat dalam berbagai formulasi dosis karena nutrasetikal merupakan suatu gugus entitas kimia, maka akan sulit diidentifikasi dan dihitung seluruh bahan yang terkandung di dalam produk. Dalam situasi seperti ini, tidak satu senyawa aktif dapat diidentifikasi dan dihitung untuk memastikan distribusi produk seragam di seluruh matriks. Hambatan kedua yang akan dihadapi produk nutrasetikal adalah kesulitan dalam menentukan dan mengidentifikasi kemurnian dan untuk memastikan bahwa produk tersebut tidak berbahaya bagi konsumen. B. Evaluasi farmakologi Sebelum produk nutrasetikal digunakan pada manusia maka yang harus dilakukán terlebih dahulu memastikan bahwa produk tersebut aman. Evalusi keamanan digunakan untuk produk nutrasetikal adalah evaluasi farmakoiogi, toksikoiogi, dan farmakokinetikanya. Sebagian besar studi ini dilakukan selama Fase 1, Fase II, atau Fase III. Selama penelitian di setiap level, dilakukan uji yang ketat untuk memastikan khasiat dan reproduksibilitas produk dalam kondisi-kondisi klinis. studi ini juga mempertegas tingkat dosis obat, efek toksikologi, dan paramater yang menunjukkan absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi (ADME) di dalam tubuh manusia. Selama penelitian, ormulasi obat juga diuji untuk mengetahui khasiat, pola pelepasan obat, stabilitas dalam periode waktu tertentu, dan mempertegas tanggal kadaluarsa produk. Normalnya, perusahaan berusaha nendapatkan masa kadaluarsa minimal dua tahun untuk produk-produk mereka. Pengelompokan nutrasetikal secara farmakoiogi adalah penentuan khasiat dan keamanannya. saat ini, banyak nutrasetikal tidak memerlukan uji khasiat dan keamanan sebelum dipasarkan. namun, ada kekhawatiran bahwa banyak nutrasetikal memiliki aktivitas farmakoiogi yang dapat membahayakan kesehatan publik dan beberapa nutrasetikal tertentu mesti diatur dengan cara yang sama dengan obat-obatan. Oleh sebab itu, pemasaran nutrasetikal di masa mendatang mungkin akan memerlukan uji khasiat dan keamanan yang lebih kuat sebelum dipasarkan. Ketentuan ini mengharuskan pabrik untuk mengevaluasi komposisi, identitas, kualitas, dan kekuatan produk yang mereka pasarkan. 1. Uji keamarian dan uii toksilogi Uji keamanan preklinis berfungsi untuk menilai potensi toksisitas sebuah obat melalui studi in vitro dan studi terhadap hewan. Berikut ini adalah daftar dan keterangan singkat tentang jenis uji-uji keamanan yang diharuskan FDA: a. Studi farmakoiogi: menentukan ED50 b. Studi toksisitas akut: menentukan LD50 c. Studi toksisitas multi-dosis d. Toksisitas subkronik: durasi satu hingga tiga bulan e. Tokesisitas kronik: durasi enam bulan f. Karsinogenisitas: durasi dua tahun g. Studi toksisitas khusus: rute pemberian obat h. Studi reproduksi: cacat fahir i. Studi mutagenisitas: uji Ames j. Studi farmakokiiletika: ADME 2. Evaluasi pada manusia Studi klinis melibatkan subjek manusia; studi-studi klinis dibagi menjadi empat fase: Fase Fase II, Fase III, dan Fase IV. Tujuan dari studi-studi klinis adalah untuk memvalidasi kalau obat menunjukkan khasiat dan aman sebelum dipasarkan. Seperti dibahas sebelumnya, uji preklinis akan menolak bahan-bahan kimia yang tidak menunjukkan khasiat dan/atau menyebabkan toksisit yang tidak dapat diterima, seperti profil keamanan yang buruk. Karena subjek uji untuk studi-studi klinis adalah manusia, maka masalah etis dan moral adalah hal terpenting. Oleh sebab itu, ada dua pengaman utama yang selalu melekat pada uji-uji klínis: institutional review boards (IRB) dan informed çonsent. Fungsi utama dari IRB adalah untuk menonjua prosedur penelitian klinis yang diajukan, memastikan bahwa penelitian yang diajukan akan dilakukan menurut prosedur yang benar termasuk peraturan institusi, lokal, negara, maupun federal. IRB terdiri dari sejumlah individu yang tidak memiliki konflik kepentingan dengan penelitian klinis yang sedang dilakukan oleh institusi (data perusahaan obat). IRB biasanya terdiri dari lima anggota institusi atau lebih dengan latar belakang yang berbeda-beda, dan setidaknya satu anggota dari luar. Setiap peserta dalam penelitian klinis mesti diberikan informed consent, dan komponennya mencakup : penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan, resiko/manfaat, dan kemampuan untuk mundur dari penelitian karena berbagai alasan. Ada beberapa parameter penting yang perlu dipertimbangkan secara seksama saat melakukan penelitian klinis untuk memastikan bahwa penelitian telah mengikuti standar ilmiah yáng tertinggi: a. Pertimbangan rancangan dan analisis b. Pemilihan subjek c. jumlah pasien d. Randomisasi pasien e. Kelompok kontrol f. Kepatuhan pasien g. Pertimbangan dosis h. Farmakokinetika i. Uji keamanan Pertimbangan rancangan dan analisis mencakup hal-hal berikut : penggunaan statistika secara tepat, perencanaan percobaan klinis secara seksama, dan dasar pemíkiran mengenai lama percobaáf klinis. Pemilihan subjek manusia mesti melibátkan berbagai parameter, seperti usia, jenis kelamin dan etnisitas. Jumlah pasien dalam percobaan klinis sangat penting, terutama dalam kaitannya dengan pertimbangan statistik. Randomisasi pasien meningkatkan kepercayaan terhadap kesimpulan yang ditarik dari penelitian. Kontrol penelitian adalah penggunaan placebo, atau karena sifat penyakit penggunaan kontrol positif bisa dilakukan. Untuk meningkatkan validitas studi, kepatuhan pasien mesti dicatat secara tepat. Pertimbangan dosis adalah range obat yang efektif (yakni, dosis terendah dan tertinggi). Farmakokinetika obat investigasi mesti dipastikan (yakni, ADME). Uji keamanan melibatkan uji laboratoriurn (nitrogen urea darah) untijk memonitor kesehatan pasien. Obat sintetis dan farmasetikal berdasarkan studi keamanan, khasiat, mekanisme, dan studi klinis memberikan kontribusi yang bernlakna terhadap perbaikan kesehatan manusia secara keseluruhan. Namun, banyak obat yang telah ditarik dari pasaran karena berbagai toksisitas dan efek samping lain. Saat ini, masyarakat sangat memperhatikan pengelolaan dan pembiayaan atas pelayanan kesehatan yang mereka terima. Obat-obatan yang tidak terjangkau, naiknya biaya klinis, kegagalan obat-obatan Modem untuk mengobati penyakit-penyakit penting, serta terapi nutrisi yang lebih efektif, semuanya semakin mengembangkan pasar nutrasetikal. Nutrasetikal dan terapi nutrisi muncul dari industri obat dan makanan serta pasar fitonutrien dan suplemen makanan. Nutrasetikal dan terapi nutrisi menjadi cara pelengkap untuk meningkatkan kesehatan manusia. Secara umum, penggunaan terapi nutrisi, nutrasetikal, dan fitoterapi terjadi karena beberapa alasan, di antaranya (1) tingginya harga obat-obatan modern tapi dengan kesuksesan yang sangat terbatas untuk mengobati penyakit-penyakit degeneratif, seperti osteoartritis. Keadaan ini membuat orang mencari alternatif-alternatif lain pengganti obat-obatan modern yangberpotensi menimbulkan efek samping; (2) fitoterapi berbasis bukti di berbagai negara masih sangat populer, dan konsumen mulai mencoba suplemen-suplemen gizi untuk mencegah penyakit (3) berkembangnya pengetahuan dari penelitian nutrisi dan studi-studi farmakoiogi atau epidemiologi menemukan hubungan yang erat antara terapi nutrisi atau asupan nutrasetikal dengan peningkatkan kondisi kesehatan.