BAB I PENGANTAR NUTRASETIKAL A. Sejarah dan

advertisement
BAB I
PENGANTAR NUTRASETIKAL
A. Sejarah dan Perkembangan Nutrasetikal
Nutrasertikal adalah jenis makanan yang memiliki manfaat untuk kesehatan
secara medis, termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit.
Istilah ini
diperkenalkan di akhir tahun 1980an oleh Stephen Defelice, M.D., pendiri dan ketua
foundation for innovation in Medicine. Makanan seperti ini sering disebut functional
food, yang menandakan bahwa komponennya dapat memberikan manfaat untuk
kesehatan, lebih dari sekedar nutrisi dasar contohnya adalah sayuran dan buah –
buahan serta makanan yang telah diperkaya (portified). Meskipun seluruh makanan
bermanfaat karena menyediakan zat gizi, nutrisetikal mengandung bahan – bahan
yang meningkatkan kesehatan atau komponen – komponen alamiah yang memiliki
manfaat kesehatan potensial terhadap tubuh. Atribut “fungsional” sejumlah makanan
tradisional telah ditemukan, saat produk – produk makanan baru sedang
dikembangkan dan mengandung komponen yang bermanfaat.
Dalam proses pengambangan obat, hasil tes klinis dari studi terhadap hewan
dan studi – studi lain adalah suatu prasayarat untuk membuktikan efek atau khasiat
obat. Di sisi lain, pada kasus nutrisi, tidak ada metode verifikasi untuk makanan
dalam mencegah penyakit di masa lalu. Namun dalam beberapa tahun terakhir, karena
komposisi makanan telah dibuktikan secara ilmiah dapat menyebabkan penyakit
berkaitan dengan gaya hidup, maka komposisi makanan telah menjadi suatu masalah
social. Konsep nutrisetikal sudah mulai dikenali sebagai salah satu ukuran dalam
mencegah penyakit – penyakit semacam itu.
Nutrisi yang dibutuhkan
untuk kesehatan
Sediaan Farmasetikasi
untuk penyakit
Nutrasetikal pendekatan medis
untuk pencegahan penyakit
Gambar 1.1 Konsep Nutrisetikal berasal dari nutrisi dan farmasetikal yang dikemukakan
oleh Stephen Deflice tahun 1989
Konsep nutrisetikal bukanlah suatu yang baru. Meskipun telah berkembang
selama bebrapa tahun. Diawal tahun 1900an, pabrik makanan Amerika Serikat mulai
menambahkan yodium ke garam sebagai upaya untuk mencegah gondok (pelebaran
kelenjar teroid), sebagai salah satu upaya untuk mencimpatakan komponen fungsional
melalui fortifikasi. Saat ini, para peneliti telah menemukan ratusan nyawa yang
memiliki kualitas fungsional, dan mereka terus menciptakan temuan – temuan baru
seputar manfaat fitokimia (zat kimia tanaman non – nutritive yang memiliki khasiat
perlindungan atau khasiat pencegah penyakit ) didalam makanan.
Nutrisetikal sangat populer dikalangan konsumen di Amerika Serikat dan
bagian dunia lainnya. Penjualan di Amerika pada tahun 2003 diperkirakan mencapai
$31 Milyar, dan angka ini diperkirakan akan naik dalam beberapa tahun mendatang.
Nutrisetikal adalah salah satu segmen industry makanan yang berkembang paling
cepat, khususnya dikalangan baby boomer. Di Jepang, Inggris, dan beberapa Negara
lainnya, nutrisetikal telah menjadi bagian dari lansekap makanan. Minat konsumen
terhadap hubungan antara makanan dan kesehatan telah meningkatkan permintaan
terhadap informasi tentang nutrisetikal.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan biaya pelayanan
kesehatan, perubahan undang – undang makanan yang mempengaruhi lebel dan klaim
atas produk, populasi yang semakin tua dan peningkatan minat untuk memperbaiki
kesehatan melalui makanan adalah beberapa factor yang mempengaruhi minat rakyat
di Amerika Serikat terhadap nutrisetikal. Penelitian Ilmiah menunjukkan bahwa
banyaknya manfaat kesehatan potensial dari komponen makanan. Manfaat ini dapat
meningkatkan hak atas makanan yang saat ini bias diidentifikasi oleh food And Drug
Administration (FDA).
B. Nutrisetikal di Era Post Genomik
Dua puluh lima abad telah berlalu sejak Hippocrate menganjurkan, “Biarkan
makanan menjadi obat dan obat menjadi makanan”. Meskipun tananaman dan produk
– produk alam telah digunakan sepanjang sejarah untuk kepentingan medis,
karaterisasi kimia dalam makanan sebagai obat adalah sesuatu yang baru. Secara
tradisional, zat gizi esensial, pernananya dalam fisiologi normal, dan pencegahan
kekurangan zat gizi telah menjadi bisnis nutrisi dan dietitika. Namun dalam beberapa
tahun terakhir, nutrisi telah berkembang menjadi suatu ilmu penegtahuan biomedik
yang memiliki potensi luar biasa untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Bukti –
bukti epidemiologi menunjukkan bahwa buah – buahan dan sayur – sayuran dapat
melindungi dari penyakit kanker dan kardiovaskuler. Spekulasi dini tentang unsure
pokok yang bertanggung jawab terhadap efek ini difokuskan kepada spekulasi dini
tentang unsure pokok yang bertanggung jawab terhadap efek ini difokuskan pada
antioksidan β – carotene dan asam askobat yang telah ditandai dengan baik.
Meskipun lebih banyak dari pada unsure pokok dengan bobot molekul rendah,
β – carotene hanyalah satu dari 220 zat kimia atau lebih yang terkandung didalam
wortel. Memang, belum diketahui dengan pasti apakah wortel atau suplemen askobat
bias memperkuat efek positif makanan yang berbasis tanaman. Dalam dua decade
terakhir, daftar fitokimia di dalam makanan dari tanaman telah ditandai secara kimia
dan farmakologi, termasuk fenol, terpenoid, dan indole yang memiliki struktur yang
sangat beraneka ragam; dan untuk kasus kurkumin, indol 3-carbinol (I3C), dan
epigallocatechin gallat (EGCG), manfaatnya sebagai obat sudah pernah diperlihatkan
dalam sejumlah percobaan terkontrol. Dalam studi tentang khasiat terapi,
farmakodinamika, mekanisme molekul, farmakokinetika, dan metabolism agen – agen
yang diisolasi dari makanan, bidang nutrisi dan farmakologi sudah mulai bergabung
secara sukses.
Dalam sejarah , ada tiga realita yang membagi antara nutrisi dengan
farmakologi. Salah satunya adalah variabilitas dosisi yang dikonsumsi dalam
makanan akibat factor – factor seperti metode holtikultura, kultivar, iklim,
pengolahan, dan penyimpanan. Kedua, dalam decade terakhir, diketahui bahwa
berbeda dari obat – obatan resmi yang mengikat ke satu sasaran dengan selektivitas
dan dengan afinitas nanomolar yang rendah, banyak agen yang terkandung didalam
makanan mengikat lebih dari satu target molekul dengan afinitas mikromolar.
Perbedaan ketiga dan paling nyata adalah kompleksitas kimia dalam makanan vs obat.
Dengan pemberian makanan utuh melalui mulut, kemungkinan sinergi, antagonism
mutual, dan jenis interaksi lainnya diantara unsure pokok didalam makris makanan,
didalam lingkungan pencernaan dan didalam tubuh sangat besar.
C. Reseptor : Tonggak Dasar Ilmu Farmakologi
Interaksi antara reseptor – ligand merupakan landasan utama farmakologi.
Definisi klasik suatu reseptor adalah setiap molekul didalam atau di permukaan suatu
sel tempat mengikatnya suatu zat kimia secara selektif, sehingga aktivitas normal sel
akan berubah. Sebagian besar pharmacopoeia modem tertinggi terdiri dari
xonobiotika yang mengikat reseptor secara selektif, sehingga menyebabkan suatu
perubahan konformasi dan selanjutnya mengubah target atau kaskade efektior di hilir
dan menengahi terjadinya respon biologis secaa terkoordinasi. Makanan mengandung
banyak zat yang mengikat reseptor, dan secara fungsional mengubah reseptor dan
emndorong terjadinya respon biologis yang dapat diulangi. Diantara contoh yang
terkenal adalah phytoestongens genistein dan resevatrol; keduanya merupakan
estrogen receptor agonists. Asam eicosapentaenoat (EPA) yang terkandung didalam
minyak ikan adalah suatu receptor ligand yang diaktivasi oleh proliferator
peroksisom. Diindolilmetan (DIM) yang terdapat didalam sayur – sayuran adalah
suatu androgen receptor antagonist kompetitif. EGCG dari teh adalah sebuah receptor
CD 4 ligand sel T dari sebuah dihidrofolat reduktase inhibitor. Thea flavin yang
terkandung didalam teh adalah inhibitor untuk antiapoptotic Bcl-2. Lycopen yang
terkandung didalam tomat adalah inhibitor factor pertumbuhan yang diderivikasi dari
platelet dan capcaisin yang terkandung didalam cabai adalah sebuah vanilloid receptor
1 agonist. Flavonoid (yang merupakan kelas polifenol terbesar didalam makanan)
menghambat adenosine receptor, PDGF receptor, thromboxane A(2) receptor dan
lipoxygenase.
Berbeda dengan obat – obatan sintesis , cognate receptor yang terkandung
didalam makanan masih sukar dipahami. Namun, efeknya terhadap penandaan
intrasel yang relevan terhadak pathogenesis makanan telah diketahui. Kurkumin,
resveratol, flavopiridol, I3C, zerumbon, EGCG dan asam ursolat menjadikan jalur
apoptosis intrinsic dalam sel – sel tumor sebagai sasaran. Genistein, diosgenin,
curcumin dan EGCG menekan aktivasi penandaan daya tahan sel . Resveratrol,
Theaflavin dan genistein menjadikan chemikine sebagai sasaran, sehingga aktivasi
kaskade inflamasi semakin kuat. Kulkumin and asam α poat mengatur jejaring
mitogen – activated protein kinase (MAPK) yang merupakan regulator hemostasis
sentral. Setidaknya ada 80 senyawa makanan yang menghambat jalur NFKB; jalur ini
mengatur lebih adari 200 gen yang terlibat dalam inflamasi, fungsi imun dan
transformasi malignan.
Genomika Fungsional sangat vmembantu dalam penelitian farmakologi yang
dilakukan dalam decade terakhir terutama dalam menjabarkan profil ekspresi gen
secara global dan diinduksi oleh obat – obatab, sehingga memberikan gambaran
tentang mekanisme dan berfungsi sebagai alat yang sangat kuat dalam menghasilkan
hipotesis. Teknologi cDNA microarray digunakan dalam penelitian farmakologi.
Akhir – akhir ini , teknologi juga digunakan dalam penelitian nutrisi untuk
mengetahui gen – gen yang diatur oleh agen – agen terapi yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi factor transkripsi atau pemprogaman
epigenetic. Penemuan vitamin D reseptor oleh Hussler dan Norman pada tahun 1969
adalah salah satu contoh yang paling penting untuk factor transkripsi yang secara
langsung diubah zat dalam makanan. Contoh – contoh terbaru adalah genistein
(ekstrogen receptor agonist), EPA dan DHA (Peroxiome proliferator yang
mengaktivasi receptor α agonis.
Landasan molekul dari apa yang sebelumnya diabaikan sebagai *individualitas
biokimia* saat ini digambarkan oleh banyaknya catalog polimorfisme genetic yang
mempengaruhi enzim, transporter, dan perantara distribusi lainnya seperti metabolism
dan klirens. Dengan berkembangnya metode – metode genotype klinis, dojter akan
segera bisa mengevaluasi dan menyesuaikan dosisi dan jadwal pemberian nutrisetikal
untuk memaksimalkan absorpsi dan distribusi ke jaringan – jaringan sasaran dan
untuk mengakomodasi genotype farmakokinetik masing – masing. Dengan
kemampuan seperti ini, amaka tenaga kesehatan akan semakin membutuhkan
nutrisetikal yang dapat digunakan dalam terapi – terapi genotype khusus.
Nutrisetikal (yang merupakan suatu konsep makanan dengan fungsi baru
mencegah penyakit) dimulai dengan kombinasi ilmu pengetahuan dan teknologi
genom. Jadi, terciptalah teknik genom yang disebut Nutrigenomik (ilmu pengetahuan
genom makanan). Nutrigenimika adalah suatu netodologi yang baru dikembangkan,
dikombinasikan dengan berbagai teknik genome dan teknologi biologi molekul,
seperti terlihat pada Gambar.2. Nutrigenomik ini kemudian digunakan sebagai
teknologi dasar yang menjadi kekuatan penggerak untuk penciptaan Nutrisetikal.
Nutrigenomika adalah suatu teknologi yang digunakan dalam berbagai bidang
akademik, misalnya, untuk analisis ilmiah terhadap hubungan antara makanan dan
bahan pokok makanan dengan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Dibidang pengembangan obat, pertanada seperti kadar protein dan ekspresi
gen menunjukkan reaksi terhadap obat, petanda ini dapat diukur untuk menguji efek
obat terhadap kesehatan. Peran teknologi Nutrigenomika adlaah untuk menguji efek
makanan dan komposisi makanan terhadap kesehatan, dengan menghubungkan ke
biomaker ditahap awal pada level ekspresi gen dan protein. Saat ini, kita bias
mengetahui petanda untuk setiap fungsi fisiologis yang berkaitan dengan penyakit
yang mesti dihindari sebagai upaya untuk mempelajari mekanisme pencegahan
penyakit dan untuk mengetahui jumlah makanan yang diperlukan oleh seseorang,
sehingga makanan `tersebut memberikan dampak pencegahan penyakit. Saat ini,
Nutrigenomik adalah satu – satunya teknologi yang tersedia untuk penilai Nutrisetikal
secara individu . sementara itu , jika kita bias menunjukkan biomaker sasaran untuk
mencegah penyakit yang sama untuk menstandarisasi penilainan sehingga terdapat
criteria yang seragam, maka hasil penilaian akan lebih objektif.
Nutrisetikal adalah terapi biologi non – spesifik yang digunakan untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah proses penyakit maglinan, dan mengendalikan
gejala. Nutrisetikal dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori umum :
1. Zat dengan fungsi nutrisi yang telah diakui, seperti vitamin, mineral, asam amino,
dan asam lemak – Nutrien.
2. Produk tumbuhan atau botani, seperti konsentrat dan ekstrak – Herbal.
3. Reagen yang diperoleh dari sumber lain (mis, pyruvate, chondroitin sulphate,
streroid hormone precursors) dengan fungsi – fungsi khusus, seperti utrisi untuk
olah raga, suplemen penurun berat badan, dan pengganti makanan – Suplemen
Makanan.
Nutrien
Nutrien yang paling banyak dikenal adalah antioksidan, air, dan vitamin –
vitamin yang dilarutkan di dalam lemak. Banyak manfaat potensial yang ditemukan
karena pengguna antioksidan dalam bentuk suplemen atau asupan didalam makanan.
Secara umum, antioksidan berguna dalam pencegahan kanker dan penyakit
serebrovaskuler. Asupan vitamin E yang tinggi didalam makanan dapat mencegah
penyakit Parkinson. Agus et al., menyatakan bahwa vitamin C yang mengandung
oksida, asam dihidro – askorbat , dapat menembus penghambat darah otak dengan
mudah. Temuan ini memiliki implikasi terhadap peningkatan Uptake antioksidan
didalam system syaraf pusat. Jadi sebagaian ahli merasa bahwa proses ini berpotensi
membantu pengobatan penyakit Alzheimer. Jialal dan Fuller menemukan bahwa
kombinasi vitamin E, C, dan beta carotene berguna untuk menurunkan oksidasi
lipoprotein rendah dan selanjutnya menurunkan resiko aterokslerosis.
Herbal
Usia obat – obatan herbal sama dengan peradaban manusia, dan obat – obatan
ini menyediakan segudang khasiat penyembuhan terhadap penyakit akut maupun
kronik. Pengetahuan tentang obat – obatan herbal telah terakumulasi selama ribuan
tahun sehingga saat ini kita memiliki banyak cara yang efektif untuk menjamin
pelayanan kesehatan. Banyak nutrisetikal yang etrkandung didalam tanaman obat
sebgai komponen utamanya.
Ekstrak herbal, termasuj b – sitosterol (yang ditemukan didalam Saw Palmetto
Berry), cernilton (ekstrak polen), dan pygeum africum (African Plum) telah dievaluasi
secara klinis untuk digunakan dalam pengobatan hyperplasia protasis ringan. Banyak
pengobatan herbal ditemukan dalam penggunaan Echanicea untuk pencegahan dan
pengobatan batuk dan flu. Suatu seri yang terdiri dari lima studi placebo terkontrol
untuk mengevaluasi Echinacea memperlihatkan hasil yang bervariasi, mulai dari
evaluasi terhadap tenaga sukarela yangs ehat (bukan pasien) atau penggunaan ekstrak
yang belum di strandarisasi. Ernst menyatakan bahwa St John’s wort berkhasiat untuk
depresi ringan hingga sedang namun interaksinya dengan beberapa otot controversial
menjadi bahan perhatian serius.
Jenis – jenis produk bahan alam yang digunakan sebgai nutrisetikal :
1. Produk bahan alam yang distandarisasi dengan kemampuan dan marker yang telah
diketahui. Standarisasi berdasarkan kepada kandungan fitokimia dengan metode –
metode analitik untuk mendukungnya.
2. Produk bahan alam dengan kemampuan dan marker yang telah diketahui , namun
belum ada standarisasi.
3. Produk bahan alam popular dari pengobatan rakyat, dengan kemampuan yang
telah diketahui namun tanpa marker. Strandarisasi didasarkan kepada formulasi
dan proses ekstraksi atas dasar penggunaan secara tradisional.
Integrasi formulasi – formulasi semacam ini dari nutrisetilal tradisional ke
nutrisetikal global adalah situasi yang paling rumit, khususnya dari perspektif
analitik penggolongan fitokimia dan konsistensi kualitas.
Suplemen Makanan
Suplemen makanan juga dikembangkan untuk mengatasi berbagai jenis
penyakit. Misalnya, makanan kemasan yang mengandung gizi seimbang dan memenuhi
rekomendasi organisasi kesehatan nasional mempengaruhi berbagai factor resiko bagi oasieb
dengan penyakit kardiovaskuler dan peningkatan kepatuhan pasien terhadap pembatasan
makanan. Makanan kategonik (yang terdiri dari amkanan yang kaya lemak dan rendah
kandungan protein dan karbohodrat) dilaporkan dapat memeperbaiki pengendalian kejang.
Namun, makanan – makanan ini dikenal tidak enak, sehingga kepatuhan kepada pembatasan
makanan semakin sulit. Makanan sereal dan biji – bijian adalah suatu bidang nutrisetikal
dengan fortifikasi kalsium sangat kuat.
Bioinformati
Genetik
Molekuler
Nutrigonomi
Farmakogenomi
Biologi
Molekuler
Nutri
Molekule
D. Regulasi Di Bidang Nutrisetikal
Di Amerika Serikat, sebuah undang – undang dikeluarkan pada tahun 1994 untuk
mengatur pembuatan dan pemasaran nutrisetikal. Undang – undang yang dikenal
dengan Dietary Supplement Health and Education Act ini telah mengubah regulasi
FDA terhadap produk – produk kesehatan yang telah berlangsung selama 45 tahun.
FDA dapat menciptakan praktek pengolahan yang baik untuk nutrisetikal sepanjang
peraturan itu ditempa adanya peraturan yang tidak begitu ketat untuk makanan.
Sebuah rancangan undang – undang yang mengingatkan kita kepada Dietery
Supplement Health and Education Act sedang dirumuskan di India untuk mengatur
proses produksi, impor, dan pemasaran makanan kesehatan/suplemen makanan dan
nutrisetikal lainnya. Departemen pengendalian obat di Amerika Serikat ini juga telah
memberlakukan beberapa struktur untuk suplemen makanan, namun butuh waktu
lama bagi berbagai Negara bagian untuk bisa bekerja sama; bahkan, sejumlah Negara
bagian menolak struktur tersebut ketika aturan dan ketentuan mereka saling
berbenturan. Selain itu, sebuah asosiasi independen telah dibentuk di India untuk
mengatasi berbagai masalah ini. Indian Health and Dietary Supplement Associatons
dalam waktu dekat.
Nutrisetikal dapat digunakan secara terpisah, kombinasi, atau ditambahkan ke
dalam makanan atau meinuman untuk kepentingan teknologi atau manfaat kesehatan.
Untuk kegunaan seperti ini, nutrisetikal harus memiliki profil keamanan dengan
memperhatikan keamanannya untuk dikonsumsi manusia. Bukti khasiat dan
keamanan adalah dua set informasi yang mendasari keberhasilan penggunaan
nutrisetikal untuk menejemen kesehatan manusia. Sebagai upaya untuk menegtahui
keamanan dan khasiat produk, diperlukan berbagai studi ekstensif terhadap keamanan
obat, termasuk studi toksisitas akut, sub – akut, sub – kronik, kronik, dan jangka
panjang, genoktoksisitas, teratogenesitas, mekanisme aksi terhadap molekul (baik in
vitro maupun in vivo), serta studi – studi pemberian suplemen pada hewan dan
percobaan klinis pada manusia. Seluruh klaim atas nutrisetikal mesti didasarkan
kepada ilmu penegtahuan yang jelas. Kemanan, kualitas dan kehematan biaya
kemungkinan akan menjadi tantangan yang rumit dan dapat melumpuhkan industry.
Penerapan tingkat pengendalian dan rgulasi farmasi akan meningkatkan biaya dan
meurunkan adanya pemantauan secara lebih ketat terhadap bahan baku. Penegndalian
terhadap produksi dan formulasi akan diperlukan untuk memaksimalkan manfaat dan
meminimalkan resiko.
Saat ini, telah ada suatu tempat untuk nutrisetikal di lingkungan klinis, namun
masalah – masalah farmasi dan klinis masih harus dijawab melalui penelitian lebih
lanjut. Produk infomasi yang lebih komprehensif dan pelabelan produk yang lebih
tepat sangat diperlukan, namun pendidikan nutrisi untuk tenaga kesehatan, media dan
masyarakat umum merupakan kunci terhadap keberhasilan jangka panjang.
Konsumen memperlakukan perlindungan dari tuntutan yang curang atau produk
dengan kualitas buruk. Konsumen garus diberi informasi yang lebih baik tentang
produk.
E. Peraturan Nutrasetikal di Indonesia
Di Indonesia lembaga yang menilai produk nutrisetikal adalah Badan POM yaitu
Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Kosmetik menyelenggarakan fungsi :
1. Penyapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar,
criteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian
bimbingan dan pembinaan dibidang penilaian Produk I.
2. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar,
criteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian
bimbingan dan pembinaan dibidang penilaian produk II.
3. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar,
criteria, dan prosedur serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian
bimbingan dan pembinaan dibidang surveilan keamanan obat tradisional,
suplemen makanan dan kosmetik.
4. Penyusunan rencana dan program penilaian obat tradisional , suplemen dan
kosmetik
5. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksannan kebijakan teknis di bidang obat
tradisional, suplemen makanan dan kosmetik.
6. Evaluasi dan penyusunan laporan penilaian obat tradisional , suplemen makanan
dan kosmetik
7. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Deputi
Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen.
Susunan Organisasi
Direktorat Penilaian Obat Tradisional, suplemen Makanan dan Kosmetik terdiri dari :
1. Subdirektorat Penilaian Produk I
2. Subdirektorat Penilaian Produk II
3. Subdirektorat Surveilan Keamanan Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan
Kosmetik.
Subdirektorat Penilaian Produk I
Subdirektorat Penilaian Produk I mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, criteria dan prosedur,
evaluasi dan pelaksanaan penilaian Produk I.
Subdirektorat Penilaian Produk I menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan rencana dan progam I menyelenggarakan Produk I
2. Pelaksanaan prnyiapan bahan rumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman,
standar, criteria dan prosedur, serta pelaksanaan penilaian obat tradisional.
3. Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis penyusunan pedoman,
standar, criteria dan prosedur, serta pelaksanaan penilaian suplemen makanan dan
nutrisetikal
4. Evaluasi dan penyusunan laporan penilaian produk I
5. Pelaksanaan urusan tata operasional di lingkungan Direktorat Penilaian Obat
Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik.
Subdirektorat Penilaian Produk I terdiri dari :
1. Seksi Penilaian Obat Tradisional
2. Seksi Penilaian Suplemen Makanan dan Nutrisetikal
3. Seksi Tata Operasional
Seksi penilaian Obat Tradisional mempunyai tugas menyiapakan bahan perumusan
kebijakan teknis, penyusunan renvana dan program, penyusunan pedoman, standar,
criteria dan prosedur evaluasi dan penyusunan laporan serta melakukan penilaian obat
tradisional.
Seksi penilaian suplemen makanan dan nutrisetikal mempunyai tugas menyiapkan
bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan encana dan program, penyusunan
pedoman, standar, criteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta
melakukan penialaian suplemen makanan dan nutrisetikal.
Saksi Tata Operasional mempunyai tugas melakukan urusan tata operasional di
lingkungan Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik.
BAB 2
Fitokimia Sebagai Nutrasetikal
Fitokimia adalah bahan kimia kompleks yang di temukan di dalam tanaman, terutama buahbuahan dan sayuran. Review ini tidak kompehensif, hanya sebagai upaya awal untuk
menggolongkan fitokimia yang memiliki khasiat antoksidan cenderung bewarna terang
karena mengandung cromofor, yakni sejumlah karbon single- bonded dan double-bonded
yang saling bertukar-tukar.Insopren seringkali menjadi unsure pokok dari unit- unit tersebut.
Sayuran bewarna hijau gelap mengandung paling banyak klorofil; dan sayuran yang paling
banyak mengandung klorofil memerlukan paling banyak antioksidan.warna hijau akan
menutupi warna lainnya, jika ada fitokimia oksidan bewarna.
A. Terpenoid= Isoprenoid
1. Karotenoid Terpenoid
Karotenoid membuat jagung menjadi kuning, wortel jingga- kemerahan, dan
tomat bewarna merah. Karotenoid juga memberikan warna untuk ikan salmon dan
ikan emas, flamingo, dan daun-daunan di musim gugur ( ketika klorofil yang hijau
telah hilang, maka carotenoid dan fenol tetap bertahan). Bell pepper dengan warna
yang berbeda- beda menunjukan adanya seleksi karotenoid. Karotenoid yang
berwarna jingga anatara lain a,b dan y karoten; karotenoid yang bewarna merah
anatara lain licopen dan astaksatin; karotenoid telah di temukan pada tanaman.
Sekitar separuh dari 50 karotenoid di dalam makanan manusia diserap ke dalam
aliran darah. Licopen dan a carotene masing- masing mengandung 30%
karotenoid plasma. Hanya a,b dan beberapa karoten lain ( tidak termasuk licopen
atau lutein ) yang bias di ubah menjadi Vitamin A. Hipervitaminosis Vitamin A
tidak dapat disebabkan oleh kelebihan a atau b karoten karena konversi dan
tingkat absorpsi sangat lambat.a- karoten dan b- karoten dapat melindungi dari
kanker hati dan kanker paru- paru menurut temuan kultur sel dan studi-studi
terhadap hewan. Pemanasan, pemotongan, atau pencicangan sayuran dapat
melepaskan karotenoid, khususnya b karoten& licopen. Karotenoid praktis tidak
larut di dalam air, dan paling udah di serap dengan minyak. Di dalam aliran darah,
karotenoid diangkut ke dalam partikel kolesterol yang paling kaya akan lipid (
LDL ). Karingan yang memiliki paling banyak reseptor LDL menerima paling
banyak karotenoid.
1.1 Licopen
Licopen adalah suatu bahan fitokimia yang disintesis oleh tanaman dan
mikroorganisme namun bukan hewan. Licopen adalah suatu insomer asiklis bkaroten. Hidrokarbon yang sangat tidak jenuh ini mengandung 11 ikatan
rangkap dua yang terkonjungsi,sehingga licopen lebih panjang dari pada
karetenoid lainnya. Sebagai suatu polien, licopen mengalami isomerasi
cistrans yang di induksi cahaya, enenrgi panas, dan reaksi kimia. Licopen yang
diperoleh dari tanaman cenderung keluar dalam suatu configurasi semua
bentuk trans, yakni bentuk yang paling stabil secara termodinamik. Manusia
tidak dapat membuat licopen, jadi manusia harus mengkonsumsi buahbuahan, menyerap licopen, dan mengolahnya untuk digunakan di dalam tubuh.
Di dalam plasma manusia, licopen hadir alam bentuk suatu campuran isomer,
dimana 50% berbentuk isomer cis.
Meskipun paling dikenal sebagai antioksidan, mekanisme oksidasi dan nonoksidasi sama- sama terlibat dalam aktivitas bioprotektif licopen. Aktivitas
nutrasetikal karotenoid sepertib-caroten berhubungan dengan kemampauannya
untuk membentuk vitamin A di dalam tubuh. Karena licopen tidak memiliki
stuktur cincin b-inone, maka licopen tidak dapat membentuk vitamin A dan
efek bioligisnya pada manusia berkaitan dengan mekanisme selain Vitamin A.
konfigurasi yang dimiliki licopen membuatnya mampu menonaktifkan radikal
bebas. Karena radikal bebas merupakan molekul yang tidak seimbang secara
elektokimia, maka radikal bebas sangat agresif, mudah bereaksi dengan
komponen- komponen sel, dan menyebabkan kerusakan permanen. Radikal
bebas yang berasal dari oksigen adalahg spesies yang paling reaktif.zat kimia
toksik ini dibentuk secara alamiah oleh produk- produk sampingan selama
metabolism
oksidasi
sel.sebagai
suatu
antioksidan,licopen,
memiliki
kemampuan singlet-oxygen-quenching dua kali lipat dari kemampuan bcaroten ( Vitamin A Relative) dan 10 kali lipat dari kemampuan B- tocoferol (
Vitamin E relative) suatu aktivitas non-oksidatif adalah pengaturan
komunikasi gap- junction anatara sel. Licopen berpartisipasi dalam sejumlah
reaksi kimia yang dihipotesiskan dapat mencegah karsinogenesis dan
antogenesis denganmelindungi biomolekul penting untuk sel, termasuk lipid,
protein, dan DNA.
Licopen adalah karotenoid yang paling dominan di dalam plasma manusia,
terlihat secara alamiah dengan jumlah yang paling banyak dari pada b-caroten
dan karotenoid lainnya di dalam makanan. Hal ini dapat menunjukan manfaat
1.2B-Caroten
b-caroten adalah suatu jenis pigmen yang ditemukan di dalam tanaman,
khususnya woretl dan sayuran bewarna.nama B-Caroten diambil dari bahasa
latin untuk wortel,danB-Caroten memberikan warna kuning dan jingga untuk
buah-buahan serta warna-warni untuk sayuran.b-caroten juga digunakan
sebagai bahan pewarna untuk makanan,seperti margarine.
b-caroten dapat diubah menjadi vitamin A ( Retinol ) oleh tubuh. Vitamin A
diperlukan untuk kesehatan mata dan penglihatan,untuk kekuatan system
imun, dan kesehatan kulit dan selaput lender. Meskipun banyak vitamin A
Dalam bentuk suplemen dapat bersifat toksik,tubuh hanya akan mengubah
Vitamin A dari B-Caroten sesuai kebutuhan yang berarti B-Caroten dianggap
sebagai sumber Vitamin A yang aman. Namun, terlalu banyak B-Caroten
dap[at berbahaya bagi perokok ( lebih aman jika memperoleh Vitamin A.
seperti halnya Karotenoid lainnya, B-caroten dalam jumlah banyak melalui
makanan, bukan dari suplemen seperti halnya karotenoid lainnya, B-caroten
merupakan suatu antioksidan.B-caroten dapat melindungi tubuh dari molekul
perusak yang disebut radikal bebas. Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel
melalui suatu proses yang ikenal dengan aksidasi.seiring dengan waktu,
kerusakan ini dapat menyebabkan sejumlah penyakity kronik.bukti yang asa
menunjukan bahwa kandungan antioksidan yang banyak di dalam makanan
dapat membantu memperkuat system imun,melindungi diri dari radikal
bebas,dan menurunkan resiko mengalami dua jenis penyakit kronik:penyakit
hati dan kanker
1.2 a-caroten
a-caroten adalah sejenis senyawa yang disebut karotenoid,ditemukan di dalam
buah-buahan dan sayuran bewarna.b-caroten bersama dengan b-caroten dan bcryptoxanthin merupakan precursor meskipun ketiga karotenoid ini dapat di
ubah, tubuh kita paling efesien dalam mengubah b-caroten mejadi Vitamin A
bukti menunjukan bahwa B-caroten juga dapat bekerja sebagai antioksidan
untuk mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas
1.3 lutein
lutein adalah suatu xantofil dan satu dari 600 karotenoid yang ada di alam.
Lutein ditemukan di dalam sayuran berdaun hijau seperti bayam dan
kangkung.lutein juga digunakan oleh mikroorganisme sebagai antioksidan dan
untuk penyerapan sinar biru.lutein juga ditemukan di dalam \kuning
telur,lemak hewani,dan retina ( zeaxanthin mendominasi di macula lutea
sementara lutein dominan di tempat lain di dalam retina). Lutein terdapat di
dalam tanamana sebagai ester asam lemak,dimana satu dua asamlemak
mengikat ke dua kelompok hidroksil.karena alas an inim, saponifikasi lutein
ester untuk menghasilkan lutein bebas dapat megahsil;kan lurein sengan rasio
molar
dari
1
:
1
hingga
1:2
lutein
adalah
isomer
dengan
zaexanthin,perbedaannya hanay pada satu ikatan rangkap dua.
1.4 Zeaxanthin
Zeaxanthin merupakan salah satu karotenoid alcohol yang p[aling sering
ditemukan di alam. Zeaxanthin adalah pigen yang memberikan warna khas
untuk paprika. Jagung,kunyit,dan tanaman lain. Zeaxanthin memecah dan
membentuk picrocrocin dan safranal. Yang bertanggung jawab terhadap rasa
dan aroma kunyit.
1.5 Astaxanthin
Berbeda dari sejumlah karotenoid, Astaxanthin tidak ubah menjadi vitamin A
di dalam tubuh manusia. Vitamin A yang terlalu berlebihan menyebabkan efek
toksik. Namun Astaxanthin memiliki toksisitas yang lebih rendah. Astaxanthin
BAB 3
NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI DIABETES
A. Patofisiologi diabetes
iperglikemia disebabkan gangguan dalam sekresi insilun dan /atau peningkatan
H
resisten sel terhadap insilun. Hiperglikemia kronik dan gangguan metabolic lain
akibat diabetes mellitus menyebabkan kerusakan jaringan dan organ dalam jangka
panjang atau disfungsi mata,ginjal, system syaraf ,dan system vaskuler.
Patofisiologi diabetes mellitus berhubungan dengan insulin hormone,
yang disekresi oleh sel-sel beta pada pancreas. Hormon ini bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan kadar glukosa didalam darah. Hormone ini membuat sel-sel tubuh bisa
menggunakan glukosa sebagai sumber energi utama. Namun, pada subjek diabetes, akibat
metabolise insulin yang tidak normal, sel-sel dan jaringan tubuh tidak memanfaatkan glukosa
dari tubuh, sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah, atau
hiperglikemia. Dalam periode waktu tertentu,tingginya kadar glukosa didalam aliran darah
bisa menyebabkan komplikasi berat,seperti penyakit mata, penyakit kardiovaskuler,kerusakan
ginjal, dan masalah syaraf .
Pada diabetes tipe 1, pankrease tidak mensintesiskan hormone insulin dalam
jumlah yang cukup sesuai kebutuhan tubuh. Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 menunjukan
bahwa DM tipe 1 adalah suatu penyakit autoimun, dimana system imun yang dimiliki tubuh
menghasilkan sekresi zat yang menyerang sel-sel beta pancreas. Akibatnya, pancreas
mengeluarkan insulin dalam jumlah yang sangat kecil, atau bahkan tidak ada. Diabetes tipe 1
lebih sering terjadi pada anak-anak atau usia sekitar 20 tahun. Karena lebih sering terjadi
pada individu yang masih muda dan hormone insulin digunakan untuk pengobatan, diabetes
tipe 1 juga dikenal dengan diabetes mellitus yang tergantung insulin (Insulin Dependent
Dabetes Mellitus, IDDM) atau diabetes remaja (Juvenile Diabetes)
Untuk diabetes mellitus tipe 12, produksi hormone insulin tetap normal, namun
sel-sel tubuh menolak insulin. Karena sel-sel tubuh dan jaringan tidak merespon insulin,
glukosa tetap bertahan didalam aliran darah. Diabetes tipe 2 sering ditemukan pada individu
paruh baya (usia dia atas 40 tahun). Karena insulin tidak diperlukan untuk pengobatan
diabetes tipe 2, maka diabetes tipe 2 juga dikenal dengan diabetes mellitus tidak tergantung
insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus, NIIDM).
Diabets gestasi disebabkan oleh fluktuasi kadar hormone selama kehamilan.
Biasanya kadar glukosa darah kembali normal setelah bayi lahir. Seperti telah disebutkan
diatas, gejala-gejala dan efek sama. Gejala yang terlihat adalah rasa haus (polydipsia), sering
buang air kecil (polyuria), selera makan tinggi (polyphagia), rasa lelah berlebihan, penurunan
berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, dan iritasi tubuh. Dari segi definisi, diabetes
mellitus biasanya digambarkan dengan kadar glukosa darah puasa sebesar 126 milligram per
desiliter (mg/dL) atau lebih. Dari segi statistic, diabetes tipe 2 adalah jenis yang paling sering
terjadi, dibandingkan dua bentuk diabetes mellitus yang lain.
Deteksi diabetes secara dini dan benar sangat diperlukan untuk mencegah efek
yang buruk terhadap kesehatan. Setelah diagnose, seorang dokter bisa meresponkan obat
yang tepat untuk pengobatan diabetes, termasuk suntikan insulin atau obat insulin oral,
tergantung pola makan dan olahraga, sangat dianjurkan untuk penanganan gejala-gejala dan
efek jangka panjang secara efektif . Karena diabetes adalah suatu masalah kesehatan global,
sejumlah studi terkait patofisiologi diabetes mellitus saat ini sedang dilakukan untuk
meminimalkan efeknya.
Klasifikasi diabetes meliputi telah sejumlah perubahan penting,sebagi berikut:
1. Penunjukan “diabetes tipe 1” dan “diabetes tipe 2”, menggunakan angka Arab, telah
menggantilah istilah “insulin dependet diabetes mellitus” (IDDM) dan “non-insulin
dependent diabetes mellitus” (NIDDM).
2. Istilah baru, “IFG”(impaired fasting glucose), mendefinisikan nilai glukosa yang lebih
besar atau sebanding dengan 100mg/dl dan 125mg/dl.
B. Tanda dan gejala klinis
Gejala klinis diabetes adalah polyuria (sering buang air kecil), polydipsia
(meningkatnya rasa haus), dan poliyphagia (meningkatnya rasa lapar). Gejalagejalanya berkembang cepat (beberapa minggu atau beberapa bulan) pada diabetes
tipe 1 sementara pada diabetes tipe 2, gejala berkembang jauh lebih lambat, dan
bahkan bisa jadi tidak terlihat. Tingginya glukosa darah dalam jangka panjang
menyebabkan absorpsi glukosa, sehingga dapat menimbulkan perubahan lensa mata,
dan mengakibatkan perubahan penglihatan. Pandangan kabur adalah keluhan yang
lebih sering terjadi dan mengarah kepada diagnose diabetes. Tipe 1 harus selalu
curiga jika terjadi perubahan penglihatan secara cepat, sementara perubahan akibat
diabetes tipe 2 terjadi secara perlahan, namun tetap harus dicurigai.
Subjek (biasanya dengan diabetes tipe 1) bisa juga mengalami ketoasidosis
diabetic, suatu kondisi gangguan metabolic yang ditandai dengan bau aceton; tarikan
nafas cepat dan dalam yang dikenal dengan pernafasan kussmaul ; mual ; muntah ;
dan nyeri perut ; dan perubahan kondisi kesadaran.
Kemungkinan yang lebih jarang namun sama parahnya adalah hyperosmolar
nonketotic state, yang lebih lazim terjadi pada diabetes tipe 2, dan merupakan akibat
dari dehidrasi. Seringkali, pasien minum minuman yang mengandung gula dalam
jumlah yang ekstrim, sehingga terbentuklah suatu lingkaran setan dalam kaitannya
dengan kehilangan air. Sejumlah ruam kulit bisa terjadi pada diabetes, dan secara
kolektif dikenal dengan diabetic dermadrome.
C. Diagnosis
Diabetes mellitus ditandai oleh hiperglikemia berulang atau persisten, dan
didiagnosa dengan salah satu dari beberapa tanda-tanda berikut:

Kadar glukosa plasma puasa >7.0 mmol/L (126 mg/dL)

Glukosa plasma> 11.1 mmol/L (200 mg/dL) dua jam setelah konsumsi glukosa oral
sebanyak 75 g seperti halnya pada test toleransi glukosa.

Gejala-gejala hiperglikemia dan glukosa plasma kasual > 11.1 mmol/L (200 mg/dL)

Hemoglobin glikat (Hb A1C) > 6.5%
Hal positif, jika tidak terjadi hiperglikemia yang nyata, mesti dikonfirmasi dengan
mengulangi metode-metode yang telah disebutkan di atas pada hari yang berbeda.
Sebaiknya, ukur kadar glukosa puasa karena mudahnya pengukuran dan komitmen
waktu terhadap pengujian toleransi glukosa secara formal; pengujian ini memerlukan
waktu dua jam dan tidak memberikan manfaat prognostic yang lebih tinggi daripada
uji puasa. Menurut definisi saat ini, dua kali pengukuran glukosa puasa dengan hasil
diatas 126 mg/dL (7.0 mmol/L) dianggap diagnostic untuk diabetes mellitus. Subjek
dengan kadar glukosa puasa 100-125 mg/dL (5.6 hingga 6.9 mmol/L) dianggap
mengalami gangguan glukosa puasa (IFG). Pasien dengan glukosa plasma 140 mg/dL
(7.8 mmol/L) atau lebih, namun tidak lebih dari 200 mg/dL (11.1 mmol/L), dua jam
setelah loading glukosa secara oral sebanyak 75 g dianggap mengalami gangguan
toleransi glukosa. Dari kedua kondisi pra-diabetes ini, kondisi yang kedua merupakan
factor resiko utama untuk perkembangan diabetes mellitus penuh serta penyakit
kardiovaskuler.
D. Terapi nutrasetikal
Tujuan utama dalam terapi adalah untuk mencapai dan mempertahankan kadar
glukosa puasa yang optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang
menguntungkan untuk outcome metabolic lain, seperti memperbaiki profil lipid dan
menurunkan tekanan darah. Tujuan kedua adalah untuk mencegah dan mengobati
konsekuensi kronik dan komplikasi karena rendahnya control gula darah selama
bertahun-tahun.
1. Supplemen serat
Serat makanan adalah suatu aspek penting dalam pengendalian gula darah.
Penambahan serat-serat yang larut dalam air, seperti gum,pectin,dan getah bisa
menurunkan kecepatan absorpsi karbohidrat dan meningkatkan sensitivitas jaringan
terhadap insulin. Hal ini bermanfaat untuk penderita diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Penggunaan bubuk kulit ari psyllium (5 gram dua kali sehari 20-30 menit sebelum
makan) dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa dan postprandial serta
memperbaiki profil lipid pada penderita diabetes tipe 2, jika dibandingkan dengan
placebo menurut sejumlah studi double-blinded. Studi lainnya juga menemukan hasil
yang sama saat memberikan 5 gram psyllium kepada penderita diabetes tipe 2
sebelum makan tiga kali sehari. Efek positif jangka panjang terhadap pengendalian
glikemia dan konsentrasi lipid juga berkaitan dengan pemberian suplemen getah guar
15 g/hari. Penambahan suplemen serat terhadap makanan dalam bentuk psyllium atau
produk yang sama merupakan cahaya yang sangat baik untuk memelihara dan
mempertahankan control glikemik. Peningkatan serat larut didalam makanan
mempermudah waktu transit bowel dan bermanfaat bagi mikroflora usus.
2. Asam lemak esensial
Peran asam lemak esensial sangat penting terhadap kesehatan penderita diabetes
secara keseluruhan sama halnya dengan semua orang. Untuk gambaran lebih lengkap
tentang asam lemak omega 6 esensial menjadi gamma-asam linoleat (GLA) pada
pasien diabetes bermanfaat karena pasien mengkonsumsi minyak yang kaya GLA.
Manfaat terbesar dari suplemen GLA adalah meningkatnya konduksi syaraf dan
perbaikan penyakit-penyakit kulit, selain itu asam lemak omega 3 dari minyak biji
rami atau suplemen minyak ikan juga mesti dipertimbangkan. Manfaat minyak ini
pada pasien diabetes terletak pada hubungannya sengan system kardiovaskuler,
kolesterol, dan gangguan lipid lainnya. EPA rantai panjang dan DHA yang ditemukan
di dalam minyak ikan juga diperlukan untuk retina; retina adalah jaringan yang
seringkali rusak akibat buruknya penanganan gula darah selama bertahun-tahun.
Penurunan asam lemak trans dan peningkatan asam lemak esensial yang berkualiats
tinggi adalah tujuan wajib bagi semua orang, terutama untuk orang yang rentan
terhadap diabetes tipe 2.
3. Mikronutrien
Meskipun peran makanan dan gaya hidup sangat penting dalam memperbaiki
outcome bagi pasien diabetes, suplemen nutrient dan bahan terapi alami juga dapat
memainkan peran penting dalam perawatan pasien. Kadar vitamin B dalam jaringan
mengalami deplesi pada hewan model diabetes seperti yang juga dilaporkan pada
subjek manusia dengan diabetes. Produk multivitamin mineral berkualitas tinggi mesti
menjadi dasar bagi terapi dengan suplemen yang mengandung vitaman B, vitamin
C,dan magnesium dalam jumlah cukup.
4. Krom
Krom merupakan unsur pokok I dalam molekul yang dikenal sebagai factor
toleransi glukosa (glucose tolerance factor, GTF). Kompleks ini memfasilitasi
pengambilan glukosa ke dalam sel-sel bersamaan dengan insulin, yang bertindak
seperti suatu co-faktor bagi insulin. Sebuah study terbaru membandingkan asupan
suplemen 200 mcg Cr/hari, krom 1000 mcg/hari atau placebo terhadap variable
glukosa dan insulin dari 180 pria dan wanita penderita diabetes tipe 2. Meskipun
mereka menemukan perbaikan pada kelompok 200 mcg/hari, kelompok yangf
mengkomsumsi 1000 mcg/hari menunjukkan perbaikan secara statistic untuk HbA1c
(hemoglobin glikosilat), glukosa puasa, kadar insulin dan kolesterol, jika
dibandingkan dengan placebo. Selain itu, penelitian menyimpulkan bahwa pasien
diabetes yang tidak tergantung insulin menunjukkan gangguan status krom, jika
dibandingkan dengan kelompok control sehat.
5. Vanadium
Selama beberapa waktu, vanadium menunjukkan aktivitas seperti insulin didalam
sel-sel dan jaringan yang terisolasi dan dianggap memiliki potensi terapi bagi pasien
diabetes. Apapun mekanismenya, vanadium digunakan secara klinis untuk membantu
menangani kadar glukosa serum. Sebuah studi skala kecil menunjukkan bahwa
vanady l sulfate (VS) 100 mg/hari selama tiga minggu dapat memperbaiki sensitivitas
insulin hati dan perifer pada pasien NIDDM yang resisten terhadap insulin. Efek ini
bahkan bertahan selama 2 minggu setelah vanadyl sulfate dihentikan. Dosis yang
sama tidak akan mengubah sensitivitas insulin pada subjek non-diabetes. Keamanan
dan khasiat VS 100mg/hari telah diuji dan ditemukan sangat baik; sejumlah studi lain
juga berhasil dan menemukan aman dalam dosisi yang lebih tinggi. Mesti diingat
bahwa penggunaan vanadium secara kronik dengan dosis yang tinggi belum disahkan;
dan dosis yang lebih rendah mungkin berguna ketika digunakan secara bersamaan
dengan obat alami lainnya.
6. Biotin
Pentingnya mikronutrien yang diproduksi oleh mikroba usus yang sehat unu
seringkali terabaikan dalam penanganan pasien diabetes. Biotin memiliki sejumlah
khasiat yang relevan, termasuk stimulasi sekresi insulin yang diinduksi glukosa,
meningkatkan sensitivitas insulin, dan mempercepat proses glikolisis di dalam hati
dan pancreas dengan peningkatan enzim glukokinase. Pemberian suplemen biotin
dapat memperbaiki toleransi glukosa dan insulin pada hewan model diabetes yang
tergantung insulin dan tidak tergantung insulin. Pada manusia, perbaikan pada uji
toleransi glukosa secara oral serta gejala-gejala neuropati yang berkaitan dengan
diabetes dapat dikaitkan dengan peningkatan asupan biotin.
7. Asam a-lipoat
Asam a-lipoat juga dikenal dengan asam thioctat merupakan suatu antioksidan
alami dan serbaguna dengan berbagai kegunaan terapi. Sebagai suatu antioksida, asam
a-lipoat mampu mengembalikan vitamin c, vitamin e, dan glutathione karena sifatnya
yang tiga kali lipat lebih mudah larut di dalam air, larut di dalam lemak, dan
sulfhidril. Untuk kasus gangguan metabolisme glukosa dan komplikasi akibat
diabetes, asam lipoat sangat berguna. Asam lipoat tidak hanya mengatur sensitivitas
glukosa dan insulin, namun juga untuk mencegah dan mengobati berbagai kerusakan
oksidatif yang terjadi bersamaan dengan hiperglikemia. Sebuah studi terbaru
membandingkan sensitivitas insulin pada penderita diabetes tipe 2 setelah satu bulan
pemberian asam lipoat secara oral dengan dosis m600 mg/hari, 1200 mg/hari atau
1800 mg/hari, dan placebo. Mereka menemukan bahwa pengobatan sama-sama bisa
memperbaiki sensitivas insulin sebesar 27% dibandingkan placebo, berapapun dosis
yang digunakan. Data ini memperkuat penelitian yang mereka lakukan sebelumnya
melalui pemberian secara intravena. Sebagai suatu antioksidan, asam lipoat dapat
menurunkan tekanan oksidatif, yang merupakan stimulus utama untuk komplikasi
diabetes. Sebuah studi cross-sectional dilakukan untuk menilai beban oksidatif
(dengan melihat pada kadar peroksida
lipid) pada pasien diabetes, sebagian di
antaranya menggunakan asam lipoat dosis 600 mg per hari selama 3 bulan.
Kelompok perlakuan asam lipoat menunjukkan penurunan kadar peroksida lipid
sebesar 36% dan perbaikan rasio antara tekanan oksidatif dan pertahanan oksidatif
sebesar 38% (dengan mengukur kadar peroksida lipid vs alphatocopherol/kolesterol).
Data ini memperkuat peran asam lipoat sebagai antioksidan pada pasien dengan
control glikemia yang buruk. Kelompok pasien seperti ini rentan terhadap tekanan dan
kerusakan oksidatif. Mungkin, penggunaan asam lipoat lama pada diabetes dalam
pengobatan neuropati diabetic. Asam lipoat telah digunakan di jerman selama lebih
dari 30 tahun pengobatan neuropati yang di induksi diabetes. Mekanisme aksinya
berkaitan dengan khasiat antioksidan yang menghasilkan perbaikan mikrosirkulasi
dan memberikan pengaruh postif terhadap refleks neurovaskuler yang telah rusak
pada pasien dengan neuropati diabetic. Meskipun kebanyakan studi ini dilakukan
dengan pemberian obat secara intravena, studi-studi terbaru memperkuat bahwa hasil
yang sama dapat diperoleh dengan pemberian dosis 800 mg/hari secara oral, atau 600
mg 3x seahri. Namun, sebuah studi hanya menunjukkan efek positif yang marjinal
saat menggunakan 600 mg 3x sehari. Jelasnya, dibutuhkan lebih banyak penggunaan
asam lipoat dalam studi – studi jangka panjang, namun dari literature yang ada terlihat
jelas bahwa penggunaan asam lipoat merupakan suatu komponen yang vital dan aman
untuk terapi nutrasetikal pada pasien diabetes, serta pasien dengan gangguan insulin
metabolic seperti syndrome X. penggunaan asam lipoat secara oral dalam dosis tinggi
mesti diikuti oleh biotin untuk mencegah terhambatnya proses enzim yang tergantung
biotin. Banyak nutrasetikal lain yang telah berhasil digunakan untuk pengobatan
pasien diabetes. Nutrasetikal yang memberikan efek positif terhadap lipid atau
metabolism karbohidrat dapat meningkatkan metabolism atau penurunan berat badan,
atau menghambat pembentuk sorbitol, yang bermanfaat untuk mencegah atau
mengobati diabetes. Nutrasetikal ini diantaranya carnitin, niacin, zinc, kuercetin dan
agen-agen lipotropik seperti inositol dan kolin.
8. Tanaman obat
Penggunaan sejumlah tanaman dan ekstraknya untuk diabetes telah lazim
digunakan sejak zaman kuno. Saat ini, kita bisa meneliti penggunaan sejumlah ekstrak
tanaman karena efek hipoglikemik. Banyak obat-obatan konvensional diambil dari
molekul-molekul prototype pada tanaman obat. Metformin adalah contoh dari agen
penurunan glukosa oral yang sangat5 berkhasiat. Perkembanganya didasarkan kepada
penggunakan Galega officianalis banyak mengandung guanidine (komponen
hipoglikemik). Karena guanidine terlalu toksik untuk digunakan secara klinis, alkil
biguanida synthalin A dan synthalin B diperkenalkan sebagai obat anti-diabetes oral
di eropa pada tahun 1920an, namun dihentikan setelah insulin semakin banyak
tersedia. Namun pengalaman dengan guanidin dan bignuadi menyebabkan
pengembangan senyawa metformin. Hingga saat ini, telah ada lebih dari 400 obat
tradisional dari tanaman untuk diabetes, meskipun hanya sejumlah kecil yang pernah
dievaluasi secara ilmiah dan medis untuk menilai khasiatnya. Efek hipoglikemik dari
sejumlah ekstrak herbal telah diperkuat pada studi terhadap manusia dan hewan
model untuk diabetes tipe 2. Komite Ahli WHO untk diabetes merekomendasikan
agar obat-obat herbal tradisional diteliti lebih lanjut. Berikut ini adalah ringkasan dari
beberapa obat herbal yang paling banyak diteliti dan paling banyak digunakan.
8.1 Ginseng Species
Akar ginseng telah digunakan selama lebih dari 2.000 tahun di Asia Timur karena
khasiatnya yang dapat memelihara kesehatan. Dalam tahun-tahun terakhir, akar
ginseng termasuk pada top 10 obat herbal paling laris di Amerika Serikat. Dari
sejumlah spesies ginseng, panax ginseng (ginseng Asia) dan Panax quinquefolius
(ginseng Amerika) adalah spesies yang sering digunakan. Senyawa aktif dari
spesies ginseng adalah ginsenosida, polisakarida, peptide, alcohol poliasetilen,
dan asam lemak. Kebanyakan aksi farmakologi ginseng dapat dikaitkan dengan
ginsenosida , suatu senyawa turunan steroid saponin. Komposisi kimia ginseng
serta kekuatannya mungkin berbeda menurut derivate ekstrak tanaman, usia akar
ginseng, lokasi tumbuh , musim pemanenan, dan metode pengeringan. Data-data
dari studi terhadap hewan menunjukkan bahwa ginseng Asia maupun ginseng
Amerika memiliki efek hipoglikemik yang signifikasi. Efek penurun glukosa
darah ini sepertinya berkaitan dengan ginsenoside Rb-2, terutama panaxans I, J,
Kdan L pada model diabetes tipe 1. Namun, belum diketahui apakah senyawa
aktif ini memberikan efek yang sama terhadap diabetes tipe 2.
BAB IV
NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI OSTEOPOROSIS
A. Patofisiologi Ostreoporosis
Osteoporosis karena buruknya akuisisi massa tulang selama pertumbuhan dan percepatan
pengurangan massa tulang setelah massa puncak dicapai. Namun, keduanya sangat
tergantung kepada faktor lingkungan dan genetik. Sebagian besar resiko Osteoporosis
pada wanita post-menopause ditentukan oleh massa puncak tulang pra-menopause, yang
biasanya lebih tinggi pada kaum kulit hitam dibandingkan kaum Kaukasia maupun Asia,
serta pada pria. Itulah sebabnya kenapa kebanyak pria dan wanita kulit hitam beresiko
lebih kedl mengalami Osteoporosis. Separuh dari massa tulang di dalam tubuh
terakumulasi selama masa pubertas dan berkaitan dengan meningkatnya kadar hormon
yang terjadi selama periode ini. Terjadi akumulasi massa tulang yang sangat minimal
dalam 5 hingga 15 tahun perkembangan berikutnya, sebelum massa tulang akhirnya
mencapai puncak.
Struktur tulang secara keseluruhan dapat dibagi menjadi cancellous bone (tulang
trabekular) dan tulang kortikal (cortical bone). Tulang kortikal membentuk suatu
selongsong padat di sekitar tulang kanselaus yang lebih rapuh dan dibentuk oleh suatu
kisi-kisi trabekula vang saling berhubungan satu sama lain. Secara umum, kerangka
perifer terdiri dari tulang kortikal, sementara kerangka aksiai terbentuk oleh tulang
kanselaus dan tulang kortikal. Karena daerah permukaan tulang kanselaus jauh melebihi
daerah permukaan tulang kortikal, dan karena daerah permukaan tulang kanselaus lebih
aktif secara metabolic, maka tulang kanseluas akan mengalami gangguan lebih berat
ketika perubahan bentuk tulang terlepas dari sambungannya.
Gambar 4.1 Evolusi Osteoporosis
Selama periode hilangnya masa tulang tidak lama setelah menopause, hilangnya tulang
kanselaus naik 3 kali lipat, sementara hilangnya tulang kortikal terjadi lebih lambat.
Gambar 4.2 Proses tejadinya osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang paling sering menyerang orang dewasa.
“masalah tulang pada lansia” memunculkan suatu streotipe korban osteoporosis karena
penyakit ini paling sering menyerang orang yang udah tua, terutama wanita yang telah
menupause.
Kejadian fraktur Osteoporosis naik secara konstan akibat meningkatnya usia harapan
hidup. Rata-rata tulang padat mengandung sekitar 30% matriks dan 70% garam.
Osteoporosis terjadi akibat berkurangnya matriks organic tulang. Aktivitas osteoblastik
di dalam tulang biasanya tidak normal, dan akibatnya, kecepatan endapan osteoid tulang
menjadi tertekan. Wanita dewasa memiliki massa lang yang lebib rendah dibandinglcan
pria. Setelah menopause, wanita mulai kehilangan massa tulang secara lebih cepat
daripada yang dialami pria dengan usia yang sama. Akibatnya, wanita lebib rentan
mengalami osteoporosis yang serius.
B. Pemeriksaan Klinis
Untuk menegakkandlagnosis Osteoporosis, perfu dilakukan pendekatan sistematis.
Gejala-gejala baru timbul pada tahap Osteoporosis lanjut, seperti :
1.
Patah tulang
2.
Punggung yang semakin membungkuk
3.
Hilangnya tinggi badan
4.
Nyeri punggung
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjacii hancur, maka akan
timbul nyeri tulang dan kelainan bentulc. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri
punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan
atau karena cedera ringan.
Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung,
yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. jika disentuh, daerah
tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap
setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur,
maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk
Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah,
yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah
tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul.
Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah
persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu,
pada penderita Osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan. Pada
Pasien Osteoporosis atau dicurigai Osteoporosis dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan densitas tulang. Bone Mineral Density (BMD) tes adalah cara terbaik untuk
memperkirakan kesehatan tulang. BMD tes dapat mengidentifikasi Osteoporosis,
memperkirakan risiko terjadinya fraktur, dan mengukur respon terhadap terapi
Osteoporosis. DXA tes atau X-ray dual energi adalah tes yang paling banyak dikenal
dalam pemeriksaan BMD. Tidak nyeri, sedikit mirip seperti pemeriksaan x-ray tetapi
lebih sedikit terekspos dengan sinar radiasi. Alat ini dapat mengukur densitas tulang
pangguil dan vertebra. Tes densitas tulang dapat digunakan untuk :
1.
Mendeteksi densitas tulang yang rendah sebelum terjadi fraktur
2.
Memastikan diagnosis osteoporosis jika sudah terjadi satu atau beberapa fraktur
3.
Memprediksi terjadinya fraktur di kemudian hari
4.
Menentukan rata-rata kehilangan densitas tulang dan memonitor efek terapi.
Tabel. 4.1 Petanda biokimia formasi tulang
Bone specific alkaline phosphatase (serum)
Osteocalcin (serum)
Procollagen I extension peptides (serum)
Markers of Bone Resorption
N-telepeptide (NTX) (urine or serum)
C-telopeptide (CTX) (urine or serum)
Deoxypyridinoline (urine)
Untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan
pemeriksaan yang menllai kepadatan tulang. Densitometer (Lunar) menggunakan
teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold
standard diagnosis osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak
menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna
untuk : wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis penderita yang
diagnosisnya belum pasti penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai
secara akurat. Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening
awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T. dimana nilai
lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia
(penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang).
Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah.
Tabel 4.2 Klasifikasi Densitas Massa Tulang / DMT
Normal
DMT antara + 1 dan -1 rata-rata dewasa muda
Osteopenia
DMT antara -1 sampai 2,5
Osteoporosis
DMT < -2,5
Osteoporosis berat
DMT < -2,5 disertai fraktur
C. Terapi Nutrasetikal
Tujuan dari pengobatan OA adalah untuk mengurangi sakit dan kaku. Penanganannya
mencakup terapi obat dan non-obat. Terapi obat diawali dengan asetaminofen, dengan
menambahkan analgesik golongan NSAID dosis rendah, salisilat, COX-2 inhibitor
selektif, atau krim capsaicin secara topikal, jika diperlukan. Analgesia NSAIDs adalah
obat non-invasif yang paling sering diresepkan irittik mengurangi sakit akibat kasus OA
dini. Pengurangan sakit juga bisa diperoleh melalui terapi non-obat. Terapi fisik dan
pengurangan beban sendi dengan cara mengubah gaya hidup, seperti menurunkan berat
Lodan dan mengurangi stress, bisa menjadi tantangan besar, namun manfaatnya juga
sangat besar, Pada kasus-kasus yang lebih berat, injeksi sendi, irigasi, atau artroskopi
mungkin akan sangat bermanfaat. Pada pasien yang terus mengalami sakit dan
keterbatasan fungsi meskipun telah melakukan upaya-upaya ini, maka intervensi bedah
perlu dipertimbangkan.
1.
Chondroitin Sulfat
Chondroitin sulfat merupakan suatu komponen yang sangat penting untuk kartilago.
Ada dua jenis Chondroitin sulfat : chondroitin-4- sulfat dan chondroitin-6-sulfat.
Keduanya berbeda dari segi bobot molekul, jadi bioavailabilitas dan kemurniannya
pun berbeda. Chondroitin-4-sulfat adalah GAG yang paling banyak pada kartilago
hyaline mamalia yang sedang tumbuh. Seiring dengan pertambahan usia, kondrosit
mengeluarkan chondroitin-4-sulfat dalam jumlah yang lebih sedikit serta GAG lain
dalam jumlah yang lebih banyak. Perubahan ini terlihat di awal dan selama
perkembangan proses degeneratif di dalam kartilago penderita OA.
Gambar 4.3 Struktur kimia chondroitin
Bradykinin yang disuntikkan ke rongga artikular pada lutut kiri tikus putih 3 kali
sehari selama 2 hari kemudian diberikan chondroitin sulfat melalui oral pada tikus
putih tersebut selama 14 hari dan ditemukan mampu menghambat deplesi
proteoglycan yang diinduksi oleh bradykinin pada kartil . ago artikular. Khasiat ini
tergantung kepada dosis obat. Temuan ini menunjukkan bahwa pengurangan
kandungan proteoglycan pada kartilago (proses yang sama terjadi pada
osteoarthritis) bisa dihambat oleh chondroitin sulfat. Dalam sebuah studi lain,
chondroitin sulfat ditemukan menghambat enzim aggrecanase sesuai dosis yang
digunakan : artinya, chondroitin sulfat memberikan efek pelindung. Enzim
aggrecanase diyakini memperantarai degradasi aggrecans pada penderita OA.
Sejumlah studi lain melaporkan efek chondroitin sulfat yang sama dalam
menghambat enzim-enzim penyebab degradasi. Karena ukuran molekul chondroitin
sulfat yang besar, laporan-laporan terdahulu masih meragukan bioavailabilitas-nya.
Namun, chondroitin sulfat yang dilabel radioaktif yang diberikan secara oral kepada
manusia diserap sebanyak 70%. Afinitasnya terhadap cairan synovial dan kartilago
artikular juga telah terlibat. Selain itu, banyak uji klinis yang menemukan khasiat
chondroitin sulfat dalam mengobati OA, dengan memperbaiki gejala dan efek
pengubah struktur tulang.
2.
Terapi Kombinasi
Kondroitin sulfat maupun glucosamine sama-sama efektif dalam pengobatan
osteoarthritis. Selama beberapa tahun, penggunaan kedua nutrasetikal ini secara
kombinasi semakin populer. Penggunaannya menunjukkan efek samping yang lebih
kecil dibandingkan NSID, dan merupakan satu-satunya pengobatan yang dianjurkan
untuk mencegah perkembangan penyakit. Perlu diingat studi-studi eksperimental
menunjukkan efek yang sinergis jika glukosamin dan kondroitin sulfat (diberikan
secara bersamaan. Lippiello et al. meiaporkan bahwa pemberian TRH122TM
chondroitin -4-sulfat dalam bentuk garan natrium dengan bobot molekul rendah dan
FCHG49TM glukosamin hidroklorida secara bersamaan menyebabkan meningkatnya
produksi GAG (96.6%) dalam taraf dibandingkan kalau kedua obat diberikan secara
terpisah (glukosamin, 32%). Studi yang sama menunjukkan bahwa, meskipun
kondroitin
mampu
menghambat
Interleukin-1,
glukosamin
tidak
mampu
menghambatnya. Oleh sebab itu, tak satupun dari keduanya yang lebih unggul
masing-masing memiliki mekanisme aksi yang berbeda. Tubuh akan merespon
dengan paling baik, jika glukosamine dan kondroitin sulfat dikonsumsi secara
bersamaan.
Secara teoritis, penggunaan nutrasetial dalam obat-obatan olah raga sangatlah
menarik. Di bidang profilaksis untuk mencegah cedera, pengobatan awal setelah
cedera untuk mencegah intervensi bedah dan sebagai terapi tambahan setelah
intervensi bedah, maka nutrasetikal ditambahkan untuk terapi bagi atlet yang
cenderung mengalami cedera kondral atau cedera osteochondral. Menurut sebuah
studi eksperimental dengan kontrol placebo, pengobatan awal dengan kombinasi
glukosamin dan kondroitin sulfat menghasilkan inflamasi yang lebih kecil pada
kelompok intervensi. Dalam sebuah pengobatan awal lainnya yang menggunakan
kombinasi yang sama, kejadian dan keparahan artritis signifikan lebih rendah. Robek
dan cedera kondral bisa terjadi selama aktivitas fisik dan berlari dalam waktu yang
lama. Banyak pelari jarak jauh mengalami efusi yang kadang-kadang muncul di lutut
dan pergelangan kaki. Penggunaan nutrasetikal sebelum latian jarak jauh dan secara
rutin periode latihan dapat menurunkan kejadian efusi, sehingga hari latihan yang
hilang akibat pembengkakan sendi akan sedikit. Banyak pelari jarak jauh yang
berlatih meningkatkan jarak lari per mil, dan hari-hari yang hilang untuk latihan
berarti kesiapan yang lebih rendah untuk suatu acara. Olahraga kontak dan
memotong dapat menyebabkan cedera kondral dan osteokondral, terutama sekali
terlihat bersamaan dengan cedera ligamen. Apakah cedera terdiagnosis secara klinis
atau pertama kali terlihat dengan magnetic resonance imaging, pengobatan masih
sangat sangat sulit karena kartilago artikular bersifat avaskuler. Penggunaan sediaan
nutrasetikal saat ini telah didukung oleh sejumlah studi terhadap hewan, di mana
pengobatan cedera kondral akut (diinduksi secara kimia dan dan ketidakstabilan
bedah) dengan nutrasetikal menunjukkan manfaat pengubah struktur yang sangat
bermanfaat. Ketika pasien diobati melalui bedah dengan penyematan atau cangkok
osteokodral, ditemukan bahwa penggunaan nutrasetikal pasca-operasi juga dapat
memberikan manfaat.
BAB V
NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI HIPERTENSI
A. Patofisiologi Hipertensi
Pemahaman tentang patofisiologi hipertensi sangat penting untuk mengembangkan terapi
yang efektif dalam rangka mengurangi tekanan darah tinggi. Patofisiologi hipertensi
sangat kompleks dan sulit dipahami secara penuh. Banyak bukti yang mendukung
hipotesis bahwa kegagalan patofisiologi hipertensi yang lazim ditemukan adalah defek
pengikatan membran plasma sel oleh kalsium di sistem syaraf. Karena patofisiologi
hipertensi mencakup banyak faktor, suatu kombinasi regimen yang dirancang dengan
baik diyakini merupakan rencana terbaik dalam menyelesaikan persoalan. Oleh sebab itu,
strategi penurunan tekanan darah pelengkap merupakan pendekatan paling efektif untuk
mencapai sasaran penurunan tekanan darah.
Perubahan gaya hidup mungkin dapat mencegah, menghambat onset, menurunkan
tekanan darah dan perkembangannya, memperkuat efek obat-obatan antihipertensi
(dengan obat yang lebih sedikit dan dosis yang lebih rendah) dan memberikan perbaikan
secara sinergis terhadap faktor-faktor resiko, tekanan darah dan fungsi vaskuler, struktur
dan kesehatan. Pasien dengan tekanan darah normal tinggi (tekanan darah 130-139/85-89
mm Hg) atau hipertensi Tahap 1 (BP 140-159/90- 99 mm Hg) dan tidak menunjukkan
faktor resiko, penyakit kardiovaskuler (kelompok resiko A) harus diobati dengan
perubahan gaya hidup hingga 12 bulan. Pasien yang sama pada kelompok resiko B yang
hanya memiliki satu faktor resiko (tidak termasuk diabetes) dan tidak ada penyakit
kardiovaskuler mesti diobati dengan perubahan gaya hidup hingga selama enam bulan.
jika tekanan darah tetap naik setelah enam bulan, maka terapi obat antihipertensi mesti
dimulai. Namun, banyak pasien hipertensi esensial cocok dengan perubahan gaya hidup
awal dan jangka panjang selama tekanan darah sering dievaluasi dan, penyakit
kardiovaskuler, atau faktor resiko yang signifikan tidak ada atau tidak berkembang
kemudian. Sebanyak 50% hingga 60% pasien hipertensi esensial mungkin termasuk
dalam kategori ini. Nutrisi, suplemen nutrasetikal, penurunan berat badan, latihan fisik,
penghentian penggunaan tembakau, dan penggunaan alkohol secara bijaksana adalah
terapi yang efektif untuk pasien ini dan merupakan terapi tambahan yang sangat baik
pada pasien yang sedang menggunakan obat-obatan antihipertensi. Perubahan gaya hidup
yang disebutkan di atas mesti selalu dilanjutkan setelah terapi obat dimulai.
B. Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko yang penting dan sering ditemukan pada hipertensi adalah faktor genetik.
Riwayat positif keluarga pada orang tua menghasilkan peluang 25%-50% bagi seorang
anak untuk mengalami gangguan poligenik dan multifaktor yang dikenal dengan
hipertensi. Faktor resiko lainnya mencakup nutrisi yang tidak sehat, obesitas, alkohol,
asupan natrium yang tinggi, stress kronik dan akut, peningkatan asupan karbohidrat dan
gula, gava hidup, usia, etnis, jenis kelamin, penggunaan tembakau dan asupan kafein.
Stress oksidatif berperan besar dalam memulai dan memperlama hipertensi.
Meskipun ada perbedaan yang jelas antara arterioskierosis dengan aterosklerosis,
penelitian terbaru di bidang biologi vaskuler menunjukkan mekanisme yang sama dan
memberikan efek negatif terhadap pembuluh darah. Patogenesisnya menunjukkan
banyak tumpang-tindih, demikian juga dengan outcome struktural dan fungsional.
Diarahkan pada disfungsi endotel, disfungsi otot halus vaskuler, dan arteri yang tidak
normal dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan menjadi arteriosklerosis
dan aterosklerosis.
C. Pencegahan dengan Terapi Nutrasetikal
1.
Omega-3 PUFA
Asam -linoleat(ALA), asam eicosapentaenoat (EPA) dan asam docosahexanoat
(DHA) merupakan anggota keluarga omega-3 PUFA yang paling utama. Asam
lemak omega 3 ditemukan pada ikan air dingin (ikan haring, haddock, salmon
Atlantik, trout, tuna, cod dan mackerel), minyak ikan, rami, biji rami, dan kacangkacangan. Omega-3 PUFA mampu menurunkan tekanan darah menurut sejumlah uji
klinis prospektif skala kecil dan epidemiologis. Sebuah meta-analisis terhadap 31
studi tentang efek minyak ikan terhadap tekanan darah menunjukkan resiko terkait
dosis pada hipertensi serta hubungan dengan penyakit konkomitan tertentu yang
berkaitan dengan hipertensi. Dengan minyak ikan <4 g/hari, tidak ditemukan
perubahan tekanan darah pada subjek dengan hipertensi ringan. Dengan minyak i~an
4 - 7 gram per hari, tekanan darah turun 1.6 mm Hg mejadi 2.9 mm Hg; dan dengan
minyak ikan di atas 15 gram per hari, tekanan darah turun 5.8 mm Hg menjadi 8.1
mm Hg. Tidak ditemukan perubahan tekanan darah pada subjek normotensif.
Namun, pada subjek dengan penyakit aterosklerosis dan hipertensi, hiperlipidemia,
dan penyakit jantung koroner, tekanan darah turun sebagai berikut:
Tabel 5.1 Penurunan TD pada penderita hipertensi yang disebabkan konsumsi
minyak ikan yang mengandung omega-3 PUFA
Penyakit
Hipertensi
Hiperlipidemia
PJK
Dosis Minyak ikan g/hari
5,6
4,0
4,8
Penurunan TD
(mm-Hg)
2, 3-3,4
4,1
2,9-6,3
Tabel 5.1 tersaji penurunan tekanan darah pada beberapa kelainan yang disebabkan
konsumsi minyak ikan yang mengandung omega-3 PUFA. Pada penderita hipertensi
konsumsi minyak ikan 5,6 g perhari dapat menurunkan tekanan darah 2,3-3,4
mmHg. Menjadi permasalahan adalah bagaimana omega-3 PUFA tersebut dapat
menurunkan tekanan darah?. Beberapa penelitian tersaji pada Tabel 5.2 yang
menunjukkan mekanisme kerja tekanan darah.
Tabel 5.2 Mekanisme Kerja Omega-3 dan PUFA
 Merangsang nitrit oksid (NO) dan PG1 yang menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah
 Memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan tekanan darah melalui :
-
kandungan fosfolipid otot skelet N-3
-
keenceran membran, kandungan fosfolipid membran, dan mengatur
ekspresi gen
-
protein dan oksidasi asam lemak di mitokondria hati dan otot skelet
-
oksidasi mitokondria dan peroksimal di dalam otot skelet
-
induksi gen termogenesis (mengurangi lemak tubuh) (meningkatkan
produksi panas), dan keseimbangan energi membaik
-
penurunankan trigliserida, peningkatan uptake glukosa, dan penyimpanan
glikogen
-
perbaikan toleransi glukosa
 Perbaikan fungsi jantung
 Penurunan norepinephrine plasma
 Perubahan in flux kalsium
2.
Asam Lemak omega-6 (omega-6 FA)
Omega 6, termasuk asam linoleat (LA), asam -linoleat (GLA), di--asam linoleat
(DGLA) dan asam arakidonat (AA) biasanya tidak banyak menurunkan tekanan
darah, namun dapat mencegah peningkatan tekanan darah yang diinduksi oleh lemak
jenuh. Asam lemak omega 6 ditemukan pada rami, biji rami, minyak biji rami, asam
linoleat terkonjugasi (CLA), m.inyak kanola, kacang-kacangan, minyak evening
primrose, minyak borage, dan minyak black currant. Rasio asam lemak omega 3
dengan asam lemak omega 6 yang ideal adalah antara 2:1 dengan 4:1, dan rasio
lemak tak jenuh dengan lemak jenuh (P/S) di atas 1:5 hingga 2A. Minyak sayur yang
mengalami hidrogeriasi dan hidrogenasi sebagian dengan asam lemak trans mesti
dihindari karena akan meningkatkan tekanan darah dan resiko penyakit jantung
koroner. Minyak sayur seperti ini juga memiliki konsentrasi asam lemak omega 4
dengan asam lemak omega 3 yang sangat kecil (bahkan tidak ada). GLA clan DGLA
akan meningkatkan sintesis prostaglandin vasodilatasi PGE1 dan PGI2 yang dapat
mencegah peningkatan tekanan darah oleh lemak-lemak jenuh. CLA juga
menghambat hipertensi yang diinduksi stress akibat meningkatnya PGE1, turunnya
aldosterone plasma, dan turunnya kepadatan dan afinitas angiotensin II receptor
adrenal. PGE1 dan PGI2 sama-sama, mengatur konduksi syaraf, fungsi mental, dan
pelepasan neurotransmitter serta aksi yang menormalisasi perubahan akibat stress di
dalam hypothalamus dan organ-organ endokrin pada pasien hipertensi yang
diberikan suplemen CIA. Konversi LA menjadi CIA dan DCLA memerlukan kofaktor seperti magnesium, potassium, zinc, kalsium, vitamin B6, dan -caroten,
vitamin C, niasin, selenium, dan natrium.
3.
Asam Palmitoleat
Asam palmitoleat dapat mengurangi kejadian stroke pada orang yang rentan stroke
tanpa Perubahan tekanan darah. Hal ini mungkin terjadi akibat perbaikan metabolik
secara langsung pada otot halus vaskuler. Asupan lemak jenuh yang sangat rendah
pada populasi Asia berhubungan dengan peningkatan pendarahan intrakranial pada
wanita. Hal ini tidak tergantung kepada tekanan darah. Mungkin, sejumlah lemak
jenuh dan asam lemak omega 6 dari produk-produk susu dan daging merah sangat
esensial untuk keutuhan membran.
4.
Serat
Pada uji klinis dengan berbagai jenis serat untuk menurunkan tekanan darah
diperoleh hasil yang tidak konsisten. Serat larut seperti, guar gum, guava, psyllium,
dan kulit gandum dapat menurunkan tekanan darah dan kebutuhan terhadap obatobatan antihipertensi pada subiek hipertensi, subjek diabetes, dan subjek hipertensidiabetes. Pada penelitian lain terlihat penurunan tekanan darah sampai 9.4 mm Hg
pada subjek hipertensi dengan menggunakan glukomanan serat. Pemberian kulit
gandum (-glucan) kepada pasien hipertensi mampu menurunkan tekanan darah 7.5
mm Hg/5.5 mm Hg. Dosis yang diperlukan untuk mencapai penurunan tekanan
darah ini adalah sekitar 60 gram bubur gandum (oatmeal) per hari, 40 gram kulit
gandum (berat kering) per hari, 3 gram -glucan per hari, atau 7 gram pysilium per
hari. Selain itu, serat larut dan serat tidak larut menurunkan TC, TC, IDI-C dan
meningkatkan HDL. Mekanisme penurunan tekanan darah terjadi melalui perbaikan
sensitivitas insulin, penurunan disfungsi endotelium, natriuresis, dan penurunan
volume intravaskuler, penurunan aktivitas sistem syaraf simpatetik, penurunan
OXLDL dan peringanan hipertrigliseridimia, hiperglikemia dengan disfungsi ereksi,
dan vasokonstriksi yang diinduksi oleh makanan yang kaya lemak.
5.
Bawang Putih
Pada uji klinis dengan menggunakan jenis dan dosis bawang putih yang benar
memperlihatkan penurunan tekanan darah secara konsisten pada pasien hipertensi.
Tidak seluruh sediaan bawang putih diproses dengan cara yang sama dan tidak
cocok dalam hal kekuatan antihepertensi. Selain itu, bawang Putih budidaya (Allium
sativum), bawang putih liar yang tidak dibudidaya (Allium urisinum) dan bawang
putih tua atau segar menunjukkan efek yang berbeda-beda. Mohamadi et al
menemukan bahwa bawang putih liar memberikan efek antihipertensi yang paling
besar Pada tikus putih. Efek ini mungkin diperantarai melalui penurunan kadar
Angiotensin II peningkatan NO, dan penurunan ROS dengan kandungan ailicin dan
senyawa lain yang lebih tinggi, Terjadi penurunan tekanan darah yang konsisten
sesuai dosis dengan penggunaan bawang putih. Penurunan tekanan darah ini
diperantarai melalui RAAS dan sistem NO. Alisin (suatu sediaan sintesis bahan
pokok bawang putih aktif) dapat menurunkan tekanan darah, insulin, dan TG dengan
tingkat sama dengan penurunan yang dihasilkan enalapril. Tabel 5.3 tersaji putih
dalam menurunkan tekanan darah.
Gambar 5.1 Gambar Bawang Putih (Alium Sativum)
Tabel 5.3 Mekanisme Kerja Bawang Putih
-
ACEi (-Glutamil peptide, senyawa flavonol)
-
Meningkatkan NO
-
Menurunkan sensivitas terhadap NE
-
Meningkatkan Adenosil
-
Vasodilatasi dan penurunan SVR
-
Menghambat metabolit asam arakidonat (TxA2)
-
Penurunan kekuatan aorta
-
Magnesium (Vasodilator Kalsium antagonis alami)
-
Penurunan ROS
Diperlukan sekitar 10.000 mcg alisin per hari (jumlah ini terkandung pada empat
butir bawang putih, atau empat gram) untuk mendapatkan efek penurun tekanan
darah yang signifikan. Pada manusia, penurunan SBP rata-rata adalah 5-8 mm Hg.
Bawang putih mengandung banyak senyawa aktif yang dapat menjelaskan efek
antihipertensi yang dimiliki, di antaranya gammaglutamyl peptide (natural ACEI),
senyawa flavonol (natural ACEI), magnesium (vasodilator dan natural CCB), fosfor,
adenosin, allisin dan senyawa sulfur. Bawang putih mungkin merupakan suatu ACEI
dan kalsium antagonis alami yaing meningkatkan bradikinin dan vasodilator yang
menginduksi NO, menurunkan SVR dan tekanan darah, dan memperbaiki aorta
vaskuler
6.
Jamur
Efek jamur terhadap tekanan darah pada manusia belum pernah diteliti. Namun,
pada hewan coba (SHR), jamur shitake dan maitake menurunkan tekanan darah dan
lipid serum.
Gambar 5.2 Jamur Shitake
Jamur shitake dan maitake rendah karbohidrat, tidak mengandung gula, nemun
mengandung zinc dan vitamin serta mineral yang tinggi dan dapat menurunkan
tekanan darah. Selain itu, cellulose menghasilkan serat dalam jumlah kecil
7.
Ganggang Laut
Wakame (Undaria pinnatifida) merupakan ganggang laut yang paling populer dan
dapat dimakan di Jepang. Wakame memiliki aktivitas penurunan tekanan darah yang
sebanding dengan ACE Inhibitor seperti kaptopril. Pada manusia, pemakaian 3.3
gram wakame kering selama empat minggu dapat menurunkan 14 + 3 mm Hg
tekanan darah sistolik dan menurunkan tekanan darah diastolik secara signifikan (P
<0.01)
Menurut sebuah studi terhadap 62 pria paruh baya dengan hipertensi ringan
dan diberikan ganggang laut yang melepaskan beban potassium potassium
penukaran ion, dan penyerap sodium, ditemukan terjadi penurunan tekanan darah
secara signifikan dalam empat minggu dengan 12 hingga 24 gram ganggang laut per
hari.
Gambar 5.3 Wakame (Undaria Pinnatifida)
Ekskresi natrium melalui air kemih berkurang, kalium urin naik dan rasio ekskresi
natrium/kalium melalui urin turun, hal ini menunjukkan kalai penurunan tekanan
darah tergantung pada penurunan absorpsi natrium oleh usus dan peningkatan
absorbs kalium yang dilepaskan dari sediaan ganggang laut. Mekanisme penurunan
tekanan darah dan stroke yang sama dilaporkan pada SHP yang diberikan asam
Alginat 10 % dalam bentuk serat ganggang laut
8. Nutrasetikal yang Memiliki aktivitas mirip ACE inhibitor
Banyak makanan lain yang menunjukkan aktivitas ACEI secara In Vitro, namun
perlu dilakukan lebih lanjut apakah makanan tersebut tetap aktif secara ingesti
melalui mulut secara in vivo melalui studi-studi terhadap manusia. Aktivitas ACEI
didalam makanan dan nutrasetikal :
a. Susu asam menurunkan tekanan
darah
b. Kaselin
j. Saus ikan
k. Hijika fusiformis dan ganggang
laut (Wakame)
c. Zein
l. Bawang Putih
d. Gelatin
m. Hawthone
e. Sake
n. Pycnogenol
f. Susu asam
o. Protein gandun hydrolis
g. Tulang sardine
p. Asam Lemak omega 3
h. Tulang tuna
i. Banito Kering
9. Vitamin C
Vitamin C merupakan suatu antioksidan yang larut dalama air, dapat memperbaíki
disfungsi endotel, dan menyebabkan diuresis. Banyak studi epidemiologi, observasi
dan studi klinis menunjukkan bahwa asupan vitamin C dalam makanan atau
konsentrasi ascorbat di dalam plasma manusia berkorelasi secara terbalik dengan
tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan denyut jantung. Sejumlah studi
menunjukkan penurunan tekanan darah yang cukup seragam dengan pemberian
vitamin C. Studi tindak lanjut epidemiologi dan observasi jangka panjang pada
manusía juga menunjukkan penurunan resiko PJK dengan asupan vitamin C. Namun,
uji intervensi terkontrol sedikit kurang konsisten dan tidak konklusif dalam hal
hubungan pemberian vitamin C dengan tekanan darah. Banyak alasan yang
menyebabkan bervariasinya hasil temuan ini, termasuk tidak adanya kelompok
kontrol, tidak adanya tekanan darah baseline, populasi penelitian yang kecil, durasi
percobaan yang pendek, perbedaan dosis vitamin C, demografi dan populasi
penelitian yang berbeda-beda, status vitamin C premorbid yang tidak diketahui, atau
tidak diketahuinya status antioksidan atau vitamin secara umum sebelum terjadinya
penyakit, penyakit konkomitan, faktor perancu seperti merokok, alkohol, perubahan
berat badan, serat, tidak dinyatakan atau tídak dievaluasi, kadar asam askorbat di
dalam plasma tidak diukur, nilai P dan interval kepercayaan tidak dilaporkan,
penggunaan teknik pengukuran tekanan darah yang berbeda-beda (klinis atau kantor,
rumah, Klinik 24 jam), dan terjadinya polimorfisme dan bias pubtikasi. Tabel 5.4
menyajikan mekanisme kerja vitamin C dalam menurunkan tekanan darah.
Tabel 5.4 Mekanisme keria vitamin C dalam menurunkan TD

Menurunkan disfungsi ereksi dan memperbaiki kerusakan endotel dan
menurunkan tekanan darah dan pasien PJK dan perokok

Diuresis

Meningkatkan NO dan PGI2

Menurunkan produksi steroid oleh adrenal

Memperbaiki keseimbangan simpatovagal

Menurunkan Ca cystosolik

Antioksidan

Mensiklus ulang Vitamin E, Clutathione, Asam Urea

Menurunkan peptida neuroendokrin

Menurunkan trombosis dan menurunkan TxA

Menurunkan lipid (menurunkan TC, IDIL, TG, dan meningkatkan HDL)

Menurunkan leukotrin

Memperbaiki koiagen aorta, elastisitas dan kepatuhan aorta
Uji observasi, epidemiotogi, dan uji klinis prospektif menunjukkan peran vitamin C
dalam menurunkan tekanan darah pada subjek hipertensi dan serta subjek dengan
kategori penyakit lain. Diperkirakan terdapat hubungan terkaít dosis, namun khasiat
dosis *suprafisiologi' vitamin C dengan efek tekanan darah masih harus diperkuat.
10. Vitamin E
Hubungan vitamin E dengan tekanan darah telah banyak diteliti secara in vitro pada
hewan (SHR) namun pada manusia, hubungan ini belum banyak diteliti. Alfatocoferol dalam menghambat sekresi endothelin yang diinduksi oleh trombin secara
in vitro, setidaknya secara parsial melalui inhibisi protein kinase C (PKC). Penurunan
kadar PKC akan menurunkan proliferasi otot halus vaskuler (vascular smooth
muscle) melalui inhibisi protein-1 (AP-1) aktif dan nuclear factor kappa-B (NFKB).
Akhirnya, reaksi ini akan memperbaiki kerusakah endotel, menurunkan tekanan
darah pada hewan coba SVR.
11. Vitamin B-6 (Piridoksin)
Kadar vitamin B6 yang rendah di dalam serum berkaitan dengan hipertensi pada
tikus putih maupun manusia. Vitamin B6 merupakan suatu vitamin yang larut di
dalam air dan mudah dimetabolisme dan diekskresi. Ada enam vitamin B6, narmun
pyridoxal 5/ phosphate (PLP) adalah bentuk yang paling kuat dan aktif, diproduksi
melalui oksidasi hepatik yang cepat oleh pyridoxine phosphat oksídase dari
pyridoxine kinase dengan adanya zinc dan magnesium. Banyak enzim yang
tergantung PLP terlibat dijalur metabolik, termasuk metabolisme karbohidrat,
biosintesisdan degradasi spihingolipid, metabolism asam amino, biosintesis heme,
biosintesis hormon dan neurotransmitter seperti hormon sterold, hormon tiroid,
gamma amino butyric acid (GABA), histamin, norepinephrin (NE) dan serotonin.
Keterlibatan vitamin B6 dalam biosintesis neurotransmitter dan hormon, reaksi asam
amino dengan cystathionin sintase, dan kanal kalsium tipe L membran menjelaskan
banyaknya efek antihipertensi yang dimiliki vitamin B6. Vitamin B6 (PLP) terlibat
dalam jalur metabolism homocystein menjadi cysteíne. Mekanisme hipertensi yang
diajukan pada hewan maupun manusía yang kekurangan vitamin B6 adalah :
a. Sistem syaraf pusat, dan depiesi neurotransrnitter otak, seperti NE, serotonin, dan
GAMA; deplesi ini dapat meningkatkan aliran keluar simpatetik.
b. Peningkatan aktivitas SNS perifer
c. Peningkatan pengambilan kalsium VSMC dan menírigkatnya pelepasan kalsium
intrasel
d. Meningkatnya
responsivitas
organ
akhir
terhadap
glukokortikoid
dan
mineralokortikoid (aldosteron).
e. Meningkatnya kadar aldehid
f. Resistensi insulin.
Vitamin 86 memiliki efek antihipertensi yang sama dengan antihipertensi yang
bekerja sentral seperti klonidin, kalsium antagonis seperti amiodipin dan diuretika.
Perubahan sensitivitas insulin dan metabolisme karbohidrat dapat menurunkan
tekanan darah pada subjek hipertensi selektif yang mengalami sindrom resistensi
insulin metabolik. Asupan vitamin B6 secara kronik dengan 200 mg per hari aman
dan tidak menimbulkan efek negatif bahkan dosis hingga, 500 mg per hari.
12. Vitamín D
Penelitian epidemiologi, klinis, dan eksperimental menunjukkan hubungan antara
kadar 1,25 dihydroxycholecalciferoi (bentuk aktif vitamin D) di dalam plasma
dengan tekanan darah. Di antaranya adalah penurunan tekanan darah yang
diperantarai vitamin D pada penderita hipertensi. Meskipun mekanisme aksi vitamin
D terhadap tonus vaskuler dan tekanan darah belum benar-benar dipahami, efek
langsung terhadap membran sel dan efek tidak langsung terhadap transport kalsium,
metabolisme dan ekskresi telah ditemukan. Sulit untuk memisahkan efek kalsium
dari vitamin D terhadap tekanan darah pada manusia. Sejumlah studi telah
membuktikan hasil temuan adanya hubungan terbalik antara asupan kalsium dalam
makanan dengan tekanan darah. Hubungan ini berlaku untuk seluruh kelompok usia,
jenis kelamin, ras, dan kelompok sosioekonomi. Kadar kalsium ion yang rendah
didalam serum lazim ditentukan pada penderita hipertensi, renin-rendah, dan sensitif
terhadap garam dan menunjukkan peningkatan konsentrasi kalsium intrasel di dalam
platelet, limfosit, dan sel-sel tubulus proksimal ginjal. Vitamin D mungkin memiliki
peran independen dan langsung dalam mengatur tekanan darah dan metabolisme
insulin. Sebuah studi terhadap 34 pria paruh baya menunjukkan bahwa kadar 1125
(OH2) D3 di dalam serum berkorelasi secara terbalik, dengan tekanan darah (p <
0.02),VLDL, triglyceride (p < 0.005) dan dengan eksresi trigliserida setelah uji
toleransi lemak secara Intravena (p < 0.05). Kadar 25 (OH)2 D3 di dalam serum
berkorelasi dengan insulin puasa (p <005) sensitivitas insulin selama clamp (p <
0.001) dan aktifitas lipoprotein lipase didalam jaringan àdiposa (p < 0.005), serta otot
skelet (p < 0.03). Holdaway et al tidak menemukan perbedaan kadar 25 (OH)2 D3
pada sekelompok subjek hipertensi vs normotensi. Tromso Study menganalisis
asupan kalsium dan vitamin pada 7,543 pria and 8,053 wanita dan menemukan
penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik secara linier ketika
asupan kalsium dalam makanan meningkat pada kedua kelompok jenis kelamin (p <
0.05); namun, asupan vitamin D tidak menimbulkan eiek yang bermakna terhadap
tekanan darah.
13. Flavonoid
Lebih dari 4.000 senyawa flavonoid alam ditemukan dalam berbagai tanaman seperti
buah buahan, sayur, anggur merah, teh, kedele, dan licorice. Flavonoid (flavonol,
flavin, dan isofiavon) merupakan senyawa antioksidan yang dapat menetralkan
radikal bebas yang kuat dan mengbambat peroksidasi lipid, mencegah ateroskierosis,
memperkuat relaksasi vaskuler, dan memiliki khasiat antihipertensi. Selain itu,
flavonoid menurunkan stroke dan memberikan efek kardioprotektif yang dapat
menurunkan PJK. Sejumiah flavonoid telah menjadi subjek penelitian ilmiah secara
ekstensif dan menunjukkan berbagai jenis efek pelindung kardiovaskuler. Kedelai
yang mengandung diadzein dan genistein dapat menurunkan kolesterol total,
kolesterol LDL, tekanan darah, dan menurunkan trombosis menyeluruh dan
trombosis koroner. Anggur merah mengandung kuersetin yang menurunkan oksidasi
LDL dan mengurangi agregasi platelet. Blueberry (Vaccinium myrtillus) kaya akan
antioksidan, menurunkan LDL oksidasi, dan lebih kuat dari pada vitamin C sebagai
suatu antioksidan. Akar licorice (Glycyrrhiza glabra) merupakan suatu antioksidan,
antiinfiamasi, antiplatelet dan antivirus yang kuat, namun dapat menurunkan kadar
kalium, meningkatkan retensi natrium, dan meningkatkan tekanan darah akibat
adanya aksi mineralokortikoid ketika digunakan dalam dosis tinggi.
14. Likopen (Karotenold)
Lycopen adalah suatu antioksidan carotenoid non-provitamin A yang kuat dan
ditemukan di dalam tomat dan produk tomat, jambu biji, anggur merali, semangka,
aprikot, dan pepaya dalam konsentrasi tinggi. Lycopen menunjukkan efek penurunan
tekanan darah, lipid serum, dan penanda stress oksidatif. Paran et al mengevaluasi 30
subjek dengan hipertensi Stadium 1, usia 40-65 tahun, tidak sedang menggunakan
obat-obatan antihipertensi atau antilipid, dan diobati dengan ekstrak lycopen tornat
selama deiapan minggu. Tekanan darah sistolik turun dari 144 menjadi 135 mm Hg
(penurunan 9 mm Hg, P<0.01) dan tekanan darah diastolik turun dari 91 menjadi 84
mm Hg (penurunan 7 mm Hg, P < 0.01). Sebuah studi yang sama terhadap 35 orang
penderita hipertensi Stadium 1 menemukan hasil yang sama Untuk tekanan darah
sistolik, namun tidak untuk tekanan darah diastolik. Lipid serum mengalami
perbaikan yang berarti pada kedua studi, tanpa adanya perubahan homocystein
serum.
15. Coenzim Q-10 (Ubiquinon)
Coenzim Q10 (CoQ10) merupakan suatu antioksidan larut dalam fase lipid
yang sangat kuat, scavenger radikal bebas, ko-faktor, dan koenzim dalam produksi
energi mitokondrial dan fosforillasi oksidatif yang menghasilkan vitamin E, C, dan
A, menghambat oksidasi LDL, fosfolipid membran, DNA, protein mitokondria, dan
lipid; menurunkan trigliserida; meningkatkan koiesterol HDL; memperbaiki
sensitivitas insulin; menurunkan kadar glukosa puasa, dan kadar glukosa
postprandial; menurunkan tekanan darah dan melindungi miokardium dari cedera
reperfusi iskemik. CoQ1O memperbaiki produksi energi oleh mitokondrial, sehingga
dapat memperbaiki infusi miokardium disertai fungsi diastolik, fungsi ventrikel kiri,
dan tegangan dinding ventrikel kiri yang membaik.
Kadar CoQ1O di dalam serum turun sesuai usia, dan lebih rendah pada
penderita yang ditandai oleh stress oksidatif seperti hipertensi, PJK, hiperlipidemia,
DM, ateroskierosis, dan subjek yang sering melakukan latihan aerobik, pasien yang
sedang menjalani total parenteral nutrition (TPN), penderita hipotiroidisme, dan
pasien yangg sedang menggunakan obat-obatan statin.
Ditemukan korelasi yang sangat tinggi antara kekurangan CoQ10 dengan
hipertensi. Sebagian besar makanan mengandungi CoQ10 yang sangat kecil,
terutama ditemukan pada daging dan makanan laut. Diperlukan suplemen untuk
mempertahankan kadar serum normal pada kondisi penyakit seperti ini dan pada
pasien yang sedang menggunakan obat-obatan statin untuk hiperlipidèmia. CoQ1O
memiliki efek antihipertensi yang signifikan clan konsisten pada pasien dengan
hipertensi esensial.
Kesimpulan utama dari uji in vitro, uji klinis terhadap hewan dan manusia,
menunjukkan hal-hal berikut :
a. Dibandingkan pasien normotensif, penderita hipertensi esensial memiliki angka
kejadian kekurangan CoQ10 yang tinggi, terlihat dengan kadar serum;
b. Dosis CoQ10 sebesar 120 hingga 225 mg per hari diperlukan untuk mencapai
kadar di atas 2 g/ml, tergantung metode pemberian makanan lemak yang
diberikan. Dosis CoQl0 biasanya adalah 1-2 mg/kg/hari. Suplemen CoQ10 yang
paling bioavailable dan paling banyak diteliti adalah QGel. Penggunaan sistem
khusus ini membuat obat oral dalam dosis yang lebih kecil lebih mudah diserap.
c. Pasien dengan kadar CoQ10 terendah didalam serum mungkin menunjukkan
respon anti hipertensi terhadap suplemen.
d. Penurunan tekanan darah rata-rata adalah sekitar 15/10 mm Hg menurut studistudi yang dilaporkan.
e. Diperlukan beberapa waktu agar efek anti hipertensi mencapai puncaknya,
biasanya dalam waktu empat minggu, kemudian tekanan darah tetap stabil. Efek
anti hipertensi akan hilang dalam waktu , dua minggu setelah CoQ10 dihentikan.
f. sekitar 50% pasien yang menggunakan obat-obatan anti hipertesi bisa
menghentikan antara satu hingga tiga obat. Dosis total dan frekuensi pemberian
dapat dikurangi.
g. CoQ10 dàlam dosis tinggi tidak menimbulkan efek akut atau efek kronik.
16. N-Asetilsistein
N-Asetilsisten (NAC) merupakan salah satu sumber kelompok sulfhidril,
adalah suatu senyawa yang kuat dan antioksidan yang dapat menangkap radikal
oxygen species (ROS) dan meningkatkan sintesis glutathion intrasel dengan
berikatan pada aldehid endogen, sehingga produksinya berkurang dan ekskresi ke
senyawa-senyawa non-toksik menjadi naik. N-asetil sistein juga meningkatkan
produksi nitrit yang diinduksi interleukin 1-B (IL-1B) dengan meningkatkan
transkripsi (Nitric Oxide synthase - messenger RNA) dan ekspresi protein, sehingga
kadar NO naik, Efek anti hipertensi NAC ini ditemukan pada hewan coba SHR,
namun belum ada studi hipertensi pada manusia yang dipublikasikan hingga saat ini.
NAC dapat memperbaiki kanal kalsium tipe L di dalam membran sel yang
menurunkan kalsium sitosol, dan BP melalui aldehid yang mengíkat N-asetilsistein
dengan dosis 600 g per hari. Dosis ini dapat memperbaiki kecepatan aliran darah
kapiler pada perokok karena efek antioksidan yang diberikan dapat memperbaiki
kadar glutathione, menurunkan ROS, meningkatkan NO, menurunkan peroxynitrat
dan memperbaiki endotel.
17. L-Carnitin
L-canritin merupakan suatu unsur nitrogen otot yang terlibat dalam oksidasi
asam lemak pada hewan mamalia. Studi klinis dan eksperimental menunjukkan
manfaat terapi yang signifikan dari L-carnitin dan derivatnya, yakni propionyl Lcarnitin (PLC), dalam pengobatan diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung
iskemik, IM akut, aritmia, penyakit vaskuler perifer disertai dislipidemia.
18. Seledri
Sejumlah studi pada hewan menunjukkan penurunan tekanan darah secara
signifikan dengan menggunakan suatu komponen minyak selederí, 3-N-butyl
phthalid. Pada penelitian lain ditemukan suatu hubungan dosis respon pada tekanan
darah sistolik dengan penurunan Hg sebesar 24 mmHg (14%) (p < 0.05) pada hewan
model tikus putih Sprague-Dawiey yang mengalami hiperten Penurunan yang
signifikan untuk norepinephrin, epinephrin dan dopamin di dalam plasma juga sangat
tergantung kepada dosis.
Gambar 5.4 Seledri (Apium graviolens)
http://Ccrcfarmasiugm.files.iA.lordpress.com/2008/05/Seiedri3.jpg
Selederi, ekstrak selederi, dan minyak selederi mengandung epigenin, yang
dapat melentur otot polos vaskuler. Komponen ini mirip dengan kalsium antagonis
dalam menurunkan tekanan darah dan menghambat tirosin hidroksilase. Tirosin
hidroksilase dapat menurunkan kadar katekolamin plasma dan menurunan SVR serta
tekanan darah. Dengan mengkonsumsi empat batang seledri per hari, delapan sendok
teh sari seledri tiga kali sehari, atau bentuk ekstrak yang ekuivalen biji selederi
(1.000 mg dua kali sebari), atau minyak selederi (separuh hingga satu sendok teh tiga
kali sehari dalam bentuk larutan alkohol), maka penderita hipertensi esensial akan
merasakan efek anti hipertensi yang sama. Menurut sebuah studi di Cina terhadap 16
subjek anti hipertensi, menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan.
Selederi juga memiliki efek diuretik yang dapat menurunkan tekanan darah. Selain
itu, selederi telah digunakan untuk mengobati gagal jantung koroner, retensi cairan,
anksietas, insomnia, encok, dan diabetes.
19. Chlorella
Sebuah studi terhadap 24 pasien hipertensi yang diberikan 10 gram tablet
chlorella dan 100 ekstrak chlorella per hari tidak menunjukkan perubahan tekanan
darah rata-rata yang berarti. Namun sebuah kelompok kecil yang terdiri dari enam
pasien menunjukkan penurunan tekanan darah diastolik dari 96.5 mm Hg menjadi <
90 mm Hg. Efek terhadap endotel atau penggantian K+, Mg+ + , Ca + + dan serat
mungkin menjelaskan efek antihipertensi ini.
20. Buah Jambu Biji
Shigh et al melakukan evaluasi terhadap 72 penderita hipertensi esensial yang
diobati dengan buah Jambu biji 0.5 - 1.0 kg per hari selama empat kali seminggu
dalam sebuah percobaan random, single blind, dan kontrol plasebo. Pasien yang
diberi buah jambu biji menunjukkan penurunan tekanan darah rata-rata sebesar
7.5/8.5 rnm Hg (p < 0.05). Efek penurunan tekanan darah ini dapat dijelaskan
tingginya kandungan serat larut dan potassium.
D. Senyawa bahan alám yang digolongkan sebagaí antihipertensi
Senyawa alamiah yang terkandung di dalam makanan, suplemen nutrasetikal
tertentu, vitamin, antioksidan, atau mineral dapat memiliki aktivitas antihipertensi yang
bekerja dengan cara yang sama dengan kelas antihipertensi tertentu. Meskipun kekuatan
senyawa alami ini mungkin lebih rendah dari obat antihipertensi, jika digunakan secara
bersamaan dengan nutrien dan nutrasetikal lainnya, maka efek antihipertensinya akan
lebih besar. Selain itu, banyak nutrien dan zat gizi ini yang menunjukkan mekanisme
aksi yang bervariasi, aditif, dan sinergis dalam menurunkan tekanan darah.
Karakteristik antihipertensi yang ideal adalah sebagai berikut :
a. Berkhasiat sebagai monoterapi pada lebih dari 50% pasien
b. Pengendalian tekanan darah dalam melakukan seluruh kegiatan selama 24 jam
c. Dosis sekali seharí dengan rasio puncak yang tinggi
d. Efektif dan logis secara hemodinamik: menurunkan tekanan darah, memperbaiki
kepatuhan arteri, memelihara CO, dan mempertahankan perfusi terhadap seluruh
organ vital.
e. Tidak memiliki toleransi atau psedo-toleransi: tidak ada retensi volume refleks atau
stimulasi mekanisme neurohumoral;
f. Efek biokimia yang menguntungkan, efek metabolik positif, dan profil faktor
resiko
g. Mengubah hipertrofi struktural, otot halus vaskuler dan hipertrofi kardiak;
memperbaiki sistolik Dan diastolik serta kontraktilitas dan fungsi ventrikel kiri;
menurunkan ektopi ventrikel.
h. Mengurangi seluruh, kerusakan organ akhir: kardiak, serebrovaskuler, ginjal,
retina, arteri besar;
i. Memelihara respon hemodínamik normal terhadap latihan aerobik dan anaerobic
j. Kejadian efek samping rendah, kualitas hidup baik
k. Kepatuhan terhadap regimen obat baik
Tidak ada gejala putus obat dan perpanjangan control tekanan darah akibat kehilangan
dosis karena waktu paruh obat lama. Beberapa senyawa alam memiliki aktivitas
anthipertensi yang mirip dengan anthipertensi standar antara lain :
1. Bahan alam atu nutrasetikal yang bekerja sebagai diuretika
-
Berry
Vitamin B-6
Taurin
Seledri
Vitamin C
K
-
Mg
Ca
Protein
Serat
Co-enzim Q 10
L-Carnitine
2. Bahan alam atau nutrasetikal yang bekerja sebagai -bloker adalah berry
3. Nutrien atau nutrasetikal yang bekerja sebagai kalsium antagonis
Asam -lipoat (ALA)
Magnesium (Mg)
Vitamin B-6 (Pyridoxine)
Vitamin C
Vitamin E (Menaikkan Mg
dan Menurunkan Ca)
N-Acetilsisten (NAC)
Howthorne
Seledri
Asam Lemak Omega 3 (EPA +
DHA)
j. Calcium
k. Bawang Putih
4. Bahan alam atau nutrasetikal yang bekerja sebagai ACE inhibitor
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
1. Bawang putih
11. Geletin
2. Ganggang laut (Wakame)
12. Sake
3. Protein / otot tuna
13. Asam lemak esensial (asam lemak
4. Protein / otot sarden
omega 3)
5. Howtorne Berry
14. Kuning telur ayam
6. Ikan Bonito (kering)
15. Zein
7. Pycogenol
16. Ikan asin kering
8. Kasein
17. Saus ikan
9. Protein gandum hydrolis
18. Zinc
10. Susu Asam
19. Isolat basil gandum hidrolis
5. Nutrasetikal yang bekerja sebagai ARB (Angiotensin II Reseptor Bloker)
1. Potassium (K)
5. Vitamin B-6 (Pyrodixine)
2. Serat
6. Ko-enzim Q-10
3. Bawang putih
7. Seledri
4. Vitamin C
8. Gamma Linolenic Acid (GLA) dan DGLA
6. Nutrasetikal yang bekerja sebagai agonis  yang bekerja sentral
1.
2.
3.
4.
5.
Taurine
K
Zinc
Pembatasan Na
Protein
7. Vitamin C
8. Vitamin B-6
9. Ko-enzim Q-10
10. Seledri
11. GLA/DGLA
6. Serat
12. Bawang Putih
7. Nutrasetikal yang bekerja sebagai vasodilator langsung
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Asam lemak omega 3
Asam lemak omega 9
K
Mg
Ca
Kedelai
Serat
Bawang Putih
9. Flavonoid
10. Vitamin C
11. Vitamin E
12. Ko-enzim Q-10
13. L-Arginine
14. Taurine
15. Seledri
16. ALA
BAB 6
TERAPI DENGAN ANTIOKSIDAN
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat memperlambat atau mencegah kerusakan
yang disebabkan oleh radíkal bebas. Untuk mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh
radikal bebas, tubuh memliiki suatu antioksidan enclogen, disamping antioksidan enclogen
tubuh memerlukan antioksidan eksogen. Antioksidan merupakan suatu nutrasetikal. Selama
beberapa terakhir, sejumlah penelitian menemukan bahwa banyak yang mengalami gangguan
seperti diabetes, katarak, tekanan darah tinggi, ketidaksuburan, infeksi saluran pernapasan,
dan rheumatoid arthritis dan semuanya berkaitan dengan kerusakan yang disebabkan oleh
suatu radikal bebas. Oksidan dikonsumsi di dalam tubuh selama metabolisme oleh suatu
proses yang disebut oksidasi. Selama oksidasi dihasilkan radikal bebas. Radikal bebas di
tingkat molekul menyebabkan kerusakan Antioksidan merupakan donor elektron yang sangat
kuat dan bereaksi dengan radikal bebas yang merusak biomolekul. Radikal antioksidan yang
terbenuk stabil dan tidak reaktif. Antioksidan sangatbanyak, jumlahnya dan sifatnya sangat
beraneka ragam antioksidan bertentangan dengan proses oksidan dengan menetralisir radikal
bebas dengan konsentrasi yang relatif kecil. Antioksidan dalam makanan dan sejumlah
molekul tambahan seperti zinc dan vitamin tertentu sangat penting untuk mempertahankan
sistem penangkapan radikal bebas, kapasitas biosintesis, membran, enzim dan DNA.
Antioksidan ditemukan di dalam minyak sayur, seperti minyak kedele, minyak kanola,
minyak jagung, minyak gandum, minyak palem, minyak kembang malam, dll.
A. Radikal Bebas
Radikal bebas didefinisikan sebagai spesies yang secara secara indepenclen,
mengandung lebih dari satu elektron tidak berpasangan. Elektron tidak berpasangan
membuat molekul tidak stabil dan sangat reaktif. Radikal bebas umumnya diperoleh dari
oksidan dan nitrogen. Radikal bebas memliiki waktu paruh pendek. Sebagian besar
radikal bebas dibentuk di dalam tubuh dari oksidan superoksida, radikal hidroksil, nitrit
oksida, radikal peroxil, hydrogen peroksida, dan alkoxyl . Sumber radikal bebas bersifat
enciogen maupun eksogen. Radikal bebas menghancurkan keseimbangan sistem biologi
dengan menyebabkan kerusakan pada makromolekul (lipid, protein, karbohidrat, dan
DNA), dan akhirnya menyebabkan kematian sel.
B. Peran radikal bebas terhadap patofisiologi penyakit
Oksigen sangat esensial untuk kelangsungan hidup sekitar 5% dari bagian yang terbirup
diubah menjadi reactive oxygen species (ROS) seperti [02] H202 dan [.0H1 melalui
reaksi reduksi. Oksigen juga diproduksi setelah paparan dengan sinar matahari, sinar X,
ozon, asap tembakau, asap kendaraan, polutan lingkungan, dan oleh beberapa proses
fisiologis lainnya.
Gambar 6.1 Proses pembentukan radikal bebas
Adanya elektron tidak berpasangan di orbit luar membuatnya reaktif terhadap
makromolekul di sekitarnya dan membuat kerusakan pada asam nukleat, protein, lipid,
dan karbohidrat yang kemudian mempengaruhi fungsi imun yang menyebabkan penyakit
degenaratif.
Tabel 6.1 Spesies Oksigen Reaktif
O2 (anion
superoksida)
H2
Produk reduksi satu-elektron dari 02. Diproduksi oleh fagosit,
terbentuk di dalam reaksi autooksidasi (flavoprotein, redox cycling),
dan dihasilkan melalui oksidase (heme proteins)
Bentuk proton O2
H2O2 (Hidrogen
peroksida)
Produk reduksi dua-elektron dari O2, dibentuk dari O2 oleh
dismutasi atau secara tidak langsung dari O2. Reaktivitas O2 dan
H202 dijelaskan dengan adanya heme protein.
OH (radikal
hidroksil)
Produk reduksi tiga-elektron dari O2, dihasilkan melalui reaksi
Fenton, logam transisi (besi, tembaga), dikatalisasi melalui reaksi
Haber-Wess; juga dibentuk oleh kerusakan peroxynitrite yang
diproduksi melalui reaksi O2 dengan NO (radikal nitric oxide)
RO. (radikal
alkoksil)
Contoh: Lipid radicail (LO.)
ROO. (radikal
peroksil)
Contoh Lipid peroxy radical (LOO.), diproduksi dari hydroperoxide
organik (mis : lipid hydroperoxide, LOOH), ROOH
dengan
abstraksi hydrogen
O2
Singlet oxygen
Reactive oksigen spesies dibentuk oleh reduksi oksidan empat elektron dí dalam
rantai pernapasan, diikuti oleh penurunan parsial dari 1 ke 3 untuk menghasilkan anion
superoksida [O2] yang dapat dijadikan proton dengan pH rendah menjadi H2O2, [.OH]
dan H2O. Proses ini dapat dijelaskan berikut : produksi [02.] dapat juga terjadi melalui
xantin oksidase suatu enzim yang mengandung molybdenum dengan aktivasi molekul
oksigen. Selain itu, superoksida juga diperoduk selama respirasi mitokondria, oleh
oksidase NADPH, sitokrom P-450, siklooksigenase dan lipoksigenase. Ketika produksi
radikal bebas melampaui sistem pertahanan antioksidan di dalam tubuh, maka akan
menghasilkan tekanan oksidasi, atau stress oksidative. Tekanan ini dibedakan kepada selsel, akibat peningkatan produksi oksidan, penurunan perlindungan antioksidan, dan
kegagalan dalam memperbaiki kerusakan oksidative. Paparan terhadap patogen, gaya
hidup yang tidak tepat, latihan fisik yang berlebihan, dan produk sampingan dari
metabolisme normal juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap stress oksidative.
Stress oksidative menyebabkan deregulasi fungsi sel yang menyebabkan penyakit
neurodegeneratif, patogenesis gastro-duodenum, kanker, katarak, penuaan prematur,
intiamasi, disfungsi kardiovaskuler, dan metabolik.
C. Peran antioksidan dalam menetraikan radikal bebas
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, sehingga
resiko stress oksidative dan kelainan degeneratif semakin berkurang. Di tingkat sel dan
molekul, antioksidan menonaktifkan ROS dan, dengan konsentrasi rendah, antioksidan
menghambat atau memperlambat proses oksidasi dengan memutus reaksi rantai radikal
pada peroksidasi lipid. Senyawa bahan alam, diketahui memiliki kapasitas antioksidan,
senyawa antioksidan tersebut banyak terdapat dalam makanan sangat menarik karena
efek positifnya dengan memberikan perlindungan dari kerusakan akibat oksidasi. Studi
epidemiologi dan studi terhadap hewan menunjukkan bahwa konsumnsi buah, sayur, dan
kacang-kacangan utuh menurunkan resiko penyakit kronik yang berkaitan dengan
kerusakan oksidatif. Karotenoid, tocoferol, vitamin C, asam lipoat dan polifenol
merupakan antioksidan alami yang kuat dan menunjukkan Ativitas scavenger radikal
bebas. Enzim antioksidan endogen seperti superoksida dismutase (SOD), catalase,
glutathione peroxidase, glutathione reductase, mineral-mineral seperti Se, Mn, Cu, Zn,
vitamins A, C dan E, karotenoid, limonoid dan polifenoi bekerja secara sinergis dalam
menangkap radikal bebas. Antioksidan sintetis seperti hidroksi anisul (BHA) dan
butylated hydroxy toulebe (BHT) memainkan peran penting di dunia industri makanan
dan obat. Sistem antioksidan alami bisa digolongkan menjadi dua kategori, yakni
antioksidan in vitro dan in vivo. Berdasarkan fungsi, antioksidan selanjutnya dapat dibagi
ke dalam empat kategori :
a. Antioksidan lini pertahanan pertama terdiri dari antioksidan yang bersifat mencegah
seperti glutathion peroxidase, glutathione reductase, SOD, catalase, selenoprotein,
transferrin, ferritin, lactoierrin dan Protein-protein non-enzim, yang dapat menekan
Pembentulkan radikal bebas Antioksidan ini bertindak melalui [O2], penguraian
H2O2; dan sekuesterasi ion-logam.
b. Aritioksidan lini pertahanan kedua merupakan antioksidan scavenger radikal bebas,
terutama glutathione (GSH) dan senyawa yang berasal dari bahan alam. Antioksidan
ini bertindak dengan menekan inisiasi rantai atau memutus perambatan rantai.
c. Antioksidan lini pertahanan ketiga merupakan kelompok enzim kompleks yang
diperlukan untuk memperbaiki protein yang rusak, DNA, lipid oksídasi; enzimenzim ini dapat nienghentikan perambatan rantai radikal peroksil lipid.
d. antioksidan lini pertahanan keempat merupakan adaptasi, di mana sinyal dan reaksi
radikal bebas dan transport antioksidan ke lokasi penyakit yang tepat terjadi. Dalam
hal ini, sistim immun memainkan peran penting.
Antioksidan digunakan untuk mencegah kerusakan di tingkat sel melalui mekanisme
berikut: l) Dapat menurunkan energi radikal bebas, 2) menekan pembentukan radikal, 3)
memperbaiki kerusakan ,membran.
D. Terapi dengan antioksIdan
1. Flavonaid
Golongan flavonoid seperti flavon dan katekin merupakan flavonoid yang paling
kuat untuk melindungi tubuh dari reactive oxygen species (ROS). Sel-sel dan
jaringan tubuh yang mengalami kerusakan yang disebabkan, oleh radikal bebas dan
ROS yang diproduksi selama metabolisme oksigen normal, atau diinduksi oleh
kerusakan eksigen. Radikal bebas dan ROS terlíbat pada proses berbaga penyakit
pada manusia. Kuersetin, kaemferol, morin, miricetin dan rutin memperlihatkan efek
positif seperti khasiat antiinflamasi, antiaiergi, antivirus, serta aktivitas antikanker
dengan bertindak sebagai antioksidan. ROS dan radikal bebas juga diperkirakan
berperan penting pada penyakit hati, katarak dan penyakit kardiovaskuler. Kuersetin
dan silybin ditemukan memberikan efek perlindungan dar kerusakan jaringan
iskemik dengan bertindak sebagai scavenger radikal bebas. Aktivitas pencar radikal
bebas ofeh flavonoid dilaporkan terjadi secara berurutan: mirsetin > kuersetin >
rhamnetin > morín > diosmetin > naringenin > apigenin > katekin > 5,7-dihydroxy3',4',5 trimethoxyflavone > robinin > kaempferol > flavon.
Tabel 6.2 Karakteristik struktur fiavonoid untuk aktivitas penangkapan radikal bebas
yang paling
efektif
1. Kelompok catechol (O-dihydroxy) memberikan kemampuan scavenger.
2. Kelompok pyrogaliol (trihydroxy) di cincin B catechol menghasilkan
aktivitas yang justru lebih besar seperti halnya pada myricetin. Double
bond C2-C3 pada cincin C sepertinya dapat meningkatkan aktivitas
scavenger karena kelompok ini memberikan stabilitas untuk radikal
phnoxy yang diproduksi.
3. Ikatan rangkap 4-oxo pada posisi 4 di cincin C, khususnya yang berkaitan
dengan ikatan rangkap C2-C3, meningkatkan aktivitas scavenger dengan
delokalisasi elektron dari cincin B
4. Kelompok 0H 4 pada cincin C menghasilkan scavenger yang sangat aktif;
sepertinya, kombinasi ikatan rangkap C2-C3 dengan kelompok oxo 4
adaiah kombinasi terbaik pada kelompok catechol.
5. Kelompok OH-5 dan OH-7 juga dapat menambah potensi scavenger pada
kasus-kasus tertentu.
2. Vitanfin E (tokoferoi ataú tokotrienoi)
Vitamin E merupakan salah satu darí delapan molekul yang memiliki cincin
kromanol (cincin kroman dengan satu kelompok hidroksil alkohol) dan rantai sisi
12-karbon alifatis yang mengandung dua kelompok metil di pertengahan dan lebih
dari dua kelompok metil di ujung. Tokoferoi dar tokotrienol adalah unsur non-polar
dari membran biologis yang ada secara alamiah pada fase lipid. Tokoferol terdiri
dari suatu chroman dan suatu rantai panjang phytyl jenuh. Tocopheroi yang lazim
dikenal sebagai tacol adalah 2-methyl-2-(4’, 8’, 12’-trimethyl tridecyl) chroman – 6ols. Ketika 3 double bond terjadi pada posisi 3’, 7’ dan 11’ pada rantai sisi di dalam
tacol, maka disebut tocotrienol
Gambar 6.2 struktur kimia -tokoferol (Vitamin E)
Mekanisme tocoferol sebagai antioksidan secara umum melibatkan transfer hidrogen
pada kelompok 6-OH di cincin kronamol, penangkapan radikal bebas, dan
regenerasi dengan keberadaan asam askorbat. Rantai phytyl menyesuaikan diri pada
lapisan membran sementara cincin kromanol aktif posisinya dekat kepermukaan.
Struktur yang unik ini membuat mereka bisa bertindak sebagai milioksidan yang
efektif dan diregenerasi melalui reaksi dengan antioksidan lain.
3. Vitamin C
Asam askorbat (vitamin C) terdiri dari suatu cincin carbon lacton-6 dengan 2, 3enediol moiety dan menunjukkan aktivitas antioksidan akibat kelompok enediol
Gambar 6.3 Struktur kimia Vitamin C
Asam askorbat merupakan suatu antioksidan alamiah yang dapat menangkap ROS
dan memiliki efek antikarsinogen. Perubahan pertamanya menjadi asam sem
dehidro-askorbot dengan memberikan satu hidrogen dan satu elektron, diikuti oleh
konversi menjadi L-asam dehidro-askorbat dengan memberikan suatu hidrogen
kedua dan elektron. Asam askorbat L dan L-asam askorbat mempertahankan
aktivitas vítamin C.
Mekanisme asam askorbat sebagai antioksidan didasarkan pada donoratom hidrogen
pada radikal lipid, dan pelepasan molekul oksigen. Asam askorbat merupakan suatu
penyumbang elektron yang sangat baik karena potensinya menurunkan satu elektron
standar rendah, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan asam askorbat semidehidro yang relative stabil. Asam dehidro-askorbat juga mudah dikonversi menjadi
asam askorbat
Gambar 6.4 Mekanisme aksi antioksidan Vitamin C
4. Asam lipoat
Sejumlah sulfur yang mengandung senyawa-senyawa seperti (GSH), lipoic acid (1,
2- dithilane -3- pentanoic acid) dan dihydrolipoic acid yang ditemukan pada daging,
hati, dan jantung menunjukkan aktivitas antioksidan. Senyawa-senyawa ini
mencegah kerusakan protein akibat oksidasi; melakukan regenerasi GSH di dalam
hati, ginjal, dan jaringan paru-paru. Banyak bukti menunjukkan bahwa senyawa ini meringankan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes, sehingga memainkan
peran penting untuk menurunkan konsentrasi glukosa di dalam darah. Asam lipoat
dapat memperbaiki kerusakan mitokondria, penurunan daya ingat akibat usia,
penyakit otak, termasuk penyakit Alzheimer dan Parkinson. Asam lipoat bentuk
rasemis telah banyak digunakan dalam pengobatan sirosis, keracunan jamur, dan
keracunan logam. Bentuk teroksidasi (3-hydroxylipoic acid, 3-ketolipoic acid dan
bisnorlipoic acid) dan bentuk yang tereduksi (dihvdrolipoic acid) dari lipoic acid
bertindak sebagai antioksidan dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal
bebas.
5. Polifenol
Istilah polifenol atau fenolik merujuk kepada senyawa-senyawa kimia, yang
memiliki suatu, cincin aromatik dengan substituen hidroksil, termasuk derivat
seperti ester, methyl ester, glikosida
BAB VI
TERAPI DENGAN ANTI OKSIDAN
Anti Oksidan merupakan suatu senyawa yang dapat memperlambat atau mencegah kerusakan
yang di sebabkan oleh radikal bebas.untuk mengatasi kerusakan yang di sebabkan oleh
radikal bebas, tubuh memiliki suatu antioksidan endogen,disamping antioksidan endogen
tubuh juga memerlukan antioksidan . antioksidan merupakan donor electron yang sangat kuat
dan bereaksi dengan radikal bebas dengan konsentrasi yang relative kecil.antioksidan dalam
makanan dan sejumlah molekul tambahan seperti zinc dan vitamin tertentu sangat penting
utnuk
memepertahannkan
system
biosintesis,membrane,enzim,dan
sayur,seperti
minyak
penangkapan
DNA.
kedele,minyak
Antioksidan
kanola,minyak
radikal
ditemukan
bebasmkapasitas
di
jagung,minyak
dalam
minyak
gandum,minyak
palem,minyak kembang malam,dll
A. Radikal bebas
Radikal bebas didefinisikan sebagai spesies yang secara independen,mengandung
lebih dari satu electron tidak berpasangan.elektron tidak berpasangan membuat
molekul tidak stabil dan sangat reaktif. Radikal bebas umunya diperoleh dari oksidan
dan nitrogen.radikal bebas memiliki waktu paruh pendek. Sebagian besar radikal
bebas dibentuk di dalam tubuh dari oksidan superoksida,radikal hidroksil,nitrit
oksida,radikal peroxil,hydrogen peroksida,dan alkoxyl.
B. Peran radikal bebas terhadapat patofisiologi penyakit
Oksigen sangat esensial untuk kelangsungan hidup sekitae 5% dari bagian yang
terhirup diubah menjadi reactive oxygen species ( ROS ) seperti ( 01 ) H2O2 dan (
OH ) melaui reaksi reduksi oksigen juga diproduksi setelah paparan dengan sinar
matahari,sinar X, ozon,asap tembakau,asap kendaraan,polutan lingkungan,dan oleh
beberapa proses fisiologis lainnya.
Adanya electron tiidak berpasangan di orbit luar membuatnya reaktif terhadap
mekromolekul
di
sekitarnya
dan
membuat
kerusakan
pada
sam
nukleat,protein,lipid,dan karbohidrat yang kemudian mempengaruhi fungsi imun yang
menyebabkan penyakit degenaratif.
Reactive oksigen spesies dibentuk oleh reduksi oksidan empat electron di dalam
rantai pernapasan,diikuti oleh penurunan persial dari 1 ke 3 untuk mengasilkan anion
superoksida yang dapat dijadikan proton dengan ph rendah menjadi H2O2 dan H2O.
proses ini dijelaskan berikut: produksi O2 dapat juga terjadi melalui xantin oksidase
suatu enzim yang mengandung molybdenum dengan aktivitasi molekul oksigen.selain
itu, superoksida juga diproduksi selama respirasi mitokondria,oleh oksidase NADPH.
C. Peran antioksidan dalam menetralkan radikal bebas
Antioksidan
merupakan
suatu
senyawa
yang
dapat
menetralkan
radikal
bebas,sehingga resiko stress oksidative dan kelainan degenaratif semakin berkurang.
Di tingkat sel dan molekul,antioksidan menonaktifkan ROS dan,dengan konsentrasi
rendah, antioksidan mengahambat atau memperlambat proses oksidasi dengan
memeutus reaksi rantai radikal pada peroksidasi lipid.
Antioksidan selanjutnya dapat dibagi ke dalam kategori :
-
Antioksidan lini pertahanan pertama terdiri dari antioksidan yang bersifat mencegah
sepeti
glutathione
peroksidase,glutathione
reductase,SOD,catalase,selenoprotein,transferring,ferritin,lactoferrin,dan protein non
enzim,yang dapat menekan pembentukan radikal bebas
BAB VII
NUTRASETIKAL UNTUK IMUNOMODULATOR
Sistem imun merupakan suatu sistim yang kompleks dan berinteraksi melalui sejumlah
sitokin dan reseptor sel. Secara umum, sistem imun terbagi menjadi dua subsistem : sistem
imun innate (bawaan lahir) dan sistem imun adaptif. Keduanya sangat penting untuk
melindungi diri dari organisme asing.
Sistem imun innate dianggap sebagai pertahanan terdepan dan umumnya tidak spesifik.
Sistem ini melibatkan penghalang mekanis terhadap patogen (kulit, mukosa), penghmbat
kimia (asam lambung), dan penghambat sekresi (enzim, immunoglobulin [lgA], dan proses
inflamasi. Di datam sistem imun innate terdapat sel-sel seperti netrofil, makrofag, dan sel-sel
natural kilfer (NK-) yang spesifik non-antigen. Sel ini biasanya mencegah masuknya patogen
di dalam jaringan-jaringan sensitif, sehingga mengurangi kebutuhan terhadap sistem imun
adaptif. Berlawanan dengan sistem imun innate, sistem imun adaptif “beradaptasi” terhadap
antigen dari waktu ke waktu. Sel-sel primer yang terlibat datam sistem ini adalah limfosit T
dan B. Fungsi dari limfosit untuk menemukan antigen dengan spesifisitas tinggi
menggunakan reseptor sel T dan protein immunoglobulin (antibodi). Sel-sel imun adaptif
juga memiliki “memori”sehingga bisa terjadi invasi kedua oleh antigen yang sarna (reaktif
silang) untuk menstimulasi munculnya respon yang lebih cepat dan kuat.
Pematangan dan spesifisitas respon imun adaptif berpusat pada limfosit T CD4+
spesifik yang disebut T-helper cells (Th). Dua subset yang paling banyak dikenal adalah subset Th1 dan Th2, namun penelitian-penelitian terbaru juga telah menemukan subset Th17
(namanya diambíl dari ekspresi 11-17). lnteraksi antara sei T-helper (Tho) dengan antigen
menyebabkan perbedaan pada safah satu subset sei T-helper ini. Karena sel-sel T-helper
rnengkoofdihasikan bagaimana respon sístem imun adaptif terhadap antigen, rnaka
diferensiasinya dapat membedakan bagian sistem imun mana yang akan memberikan respon.
Secara umum, sel-sel Thi mensekresi ínterferon-gamma an TNF-P, sehingga menstimulasi
suatu respon'sel melawan virus, makrofag yang terserang bakteri dan k,anker. Di sisi Jain,
Sei-sei Th2 mensekresi sitokin yang berfungsi melakukan up-regulasi produksi antibodi
(Mis., respon afergi IgE) dan perlindungan terhadap parasit. Sei-sei Th17 mungkin terli6at
dalam menstimulasi suatu bagian respon inflamasi sambil mengaktifkan netrofil. Banyak
faktor dapat niempengaruh pertukaran rasio ThI/Th2 dalam sistem imun dan imun setama
perkembangan janin, paparan terhadap antigen, alergen, makanan, mikroflora usus, dan
imunisasí di awal anak-anak.
Sistem imun berfungsi untuk melindungi dari antígen yang berpotensi membahayakan,
biasanya dengan efisiensi yang tidak terdeteksi. Penggunaan obat yang dapat mempengaruhi
sistem ímun (batuk, flu, gangguan gastrointestinalis). Meskipun keanekaragaman obat dan
sarana penelitian mungkin mempersulit pengumpulan seluruh pendekatan sejarah dan klinis,
tinjauan singkat ini akan membahas tanaman dan immunomodulator nutrasetikal yang banyak
diteliti, dengan fokus terhadap klinis yang telah dipublikasikan dan mekanisme potensial dari
studi in vitro dan studi terhadap hewan. Potensi alegi terlihat pada orang yang hidup di
wilayah perkotaan, paparan dengan asap (kendaraan, penggunaan antibiotika dan program
vaksinasi. Sistem kekebalan innate (bawaan lahir) dan sistem kekebalan adaptif harus bisa
bekerja dengan benar untuk mempertahankan perlindungan dari agan-agen berbahaya dan
sel-sel malignan. Kedua sistem ini sangat rentan terhadap kekurangan gizi dan stress; namun,
keduanya merupakan kandidat yang dapat diperbaiki dengan makanan yang tepat, latihan,
dan suplemen gizi
A. Terapi dengan immunomodular
1.
Echinacea
Produk sediaan yang mengandung Echínacea termasuk dalam sediaan herbal yang
paling laris W11,1P tahunnya di Amerika Serikat. Produk-produk ini paling banyak
dikonsumsi untuk mencegah atau mengobati penyakit, khususnya pencegahan batuk
dan flu. lstilah umum Echinacea merujuk kepada sediaan tiga spesies E purpurea, E.
Angustifolia dan E. Pallida. Akar dan rhizoma setiap spesies digunakan untuk
kepentingan medis, sementara tanaman utuh (bunga dan daun) juga digunakan untuk
E. Purpure. Akar tanaman kering, ekstrak cair, larutan alkohol, ekstrak kering, dan
ekstrak standar tersedia dalam bentuk sediaan tunggal atau dicamput dengan tanaman
herbal lain, vitamin atau nutrien. Unsur pokok yang berkaitan dengan aktivitas
immunomudulator
pada
spesies
Echinacea
sp,
termasuk
arabanogalactan
polysaccharides, alkamida, ester asam kafeat, echinacosida (namun tidak untuk E.
Purpurea), minyak mudah mengap, polyacetylena dan flavonoid. Sebagian besar
peneliti berpendapat bahwa aktivitas Echinacea sp berasal dari kombinasi unsur-unsur
ini, bukan suatu komponen tunggal aktif.
sejumlah sediaan obat yang mengandung komponen E purpurea ditemukan dapat
merangsang aktivasi makrofag. Suatu inisiator untuk respon imun, serta aktivasi NK,
baik pada manusia maupun hewan model. Dalam berbagai situasi, aktivitas ini
berhubungan langsung dengan meningkatnya ekspresi sitokin. Sediaan Echinacea juga
menunjukkan aktivitas antivirus, antijamur, dan antikuman yang terbatas.
Uji klinis untuk sediaan Echinacea sudah sering dilakukan. Sulit untuk
membandingkan studi-studi klinis ini karena rancangan penelitian yang digunakan
berbeda-beda, baik dari segi jenis, dosis, maupun metode pemberian sediaan
Echinacea, jangka waktu penelitian, dan outcome primer (profilaksis vs pengobatan).
Studi yang paling sering dilakukan adalah untuk pencegahan atau pengobatan infeksi
saluran pernapasan atas, dimana sediaan Echinacea ditemukan dapat menurunkan
frekuensi, keparahan dan/atau durasi gejala/gejala batuk umum, khususnya pada anakanak. Namun, studi lain dengan berbagai sediaan tidak menunjukkan perbedaan
statistik jika dibandingkan dengan placebo. Sebuah studi menunjukkan bahwa
Echinacea purpurea dapat memperkuat supresi imunitas mukosa yang disebabkan oleh
latihan, jika diukur dengan IgA (slgA sekresi.
2. Andographis
Andrographs paniculata banyak digunakan dalam sistem pengobatan tradisional
Timur selama berabad-abad dan saat ini populer di Eropa untuk pengobatan dan
pencegahan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan sinusitis. Sejumlah tinjauan
sistematis menunjukkan efek yang konsisten dan relevan untuk klinis jika digunakan
sebagai suatu obat herbal tunggal atau dikombinasikan dengan sediaan herbal lainnya
(khususnya dengan Echinacea atau Eleuthero / Siberian Ginseng)
Senyawa aktif yang terdapat pada Andrographis paniculata memiliki aktivitas sebagai
antiradang imunomodulator, anti-piretik, antikanker, dan antivirus. Meskipun banyak
aktivitas ini yang belum dikonfirmasi dengan uji klinis pada manusia, mekanisme ini
akan membantu peneliti mendapatkan ekstrak dan dosis yang dapat memperkuat
penggunakan sambiloto secara tradisional. Laporan efek samping obat sangat kecil
dengan penggunaan sambiloto. Secara umum, sambiloto dianggap aman jika
dikonsumsi sesuai dosis yang direkomendasikan.
3. Arabinogalactan
Arabinogalactan merupakan suatu serat polisakarida yang terdiri dari polimer-polimer
yang dihubungkan galaktosa dan arabinosa. Arabinogalactan dikenal sebagai salah
satu komponen aktif tanaman imunomodulator, seperti Echinacea sp dan beberapa
spesies
jamur.
Untuk
penggunaan
suplemen
makanan
secara
komersil,
Arabinogalactan disolasi dari Tanaman Pinus Timur dan Barat (Larix spp). Sebagai
suatu pencernaan, dan secara tidak langsung ikut membantu sistem imun. Bentuk unik
dari polisakarida ini secara langsung menstimulasi fungsi sel imun.
Arabanogalactan diketahui dapat merangsang fungsi sel imun dan produksi sitokin,
namun arabanogalactan mungkin lebih dikenak karena up-regulasi dan mobilisasi selsel pembunuh alami (natural killer, NK). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui
berapa
jumlah
arabanogalactan
murni
yang diperlukan
untuk
menstimulasi sistem imun secara spesifik.
4. Ekstrak Jamur
Seperti halnya dengan tanaman, jamur telah digunakan selama berbad-abad sebagai
obat. iiplAsitas jamur dan ekstraknya banyak diteliti. jamur yang paling banyak
digunakan sèbagai suplemen makanan adalah Shiitake (Lentinus edodes), Reishi
(Canoderma lucida), Maitake (Grifola frondosa), dan Agaricus blazei; meskipun jenis
lainnya sudah semakin populer. Senyawa yang memiliki Aktivitas imunomodulator
telah ditemukan dari ekstrak jamur, meskipun senyawa yang paling banyak diteliti
adalah polisakarida. bercabang β-D glucan) dan protein polisakarida. Polisakrida ini
(sarna dengan arabanogalactan) berikatan dengan reseptor sel-sel sistem kekebalan
yang dapat memicu aktivasi sel-sel ini. Hubungan yang berbeda-beda antara glucan
jamur (1,3 dan1,6) dalam merangsang sel-sel imun (khususnya netrofil, niakrofa,-,
dan sel-sel NK) dengan cara berbeda, sehingga stimulasi imun memiliki pola yang
berbeda-beda.
Ekstrak jamur dan senyawa aktifnya mempengaruhi sistem imun innate maupun
sistem im adaptif. Sejurnlah studi menunjukkan bahwa makrofag, sel-sel NK, netrofil,
dan sel-sel dendrit maupun sitokin spesifik sel-sel imun innate ini diaktivasi oieh
sejumlah ekstrak jamur. Meskipun tidak banyak data yang tersedia tentang sistem
imun adaptif, ekstrak jamur telah ditemukan dapat mengatur respon T-helper
(biasanya sub-tipe Th I) dan mengaktifkan sel T dan B; meskipun sejumlah studi
menunjukkan adanya supresi poduksi antibodi dengan komponen-komponen tertentu.
Stimulasi sistem imun innate dengan cara yang berbeda-beda, senta peningkatan
aktivitas sel-sel NKdan limfosit T secara khas membuat banyak peneliti melakukan
studi terhadap efek antikanker dari ekstrak jamur, dan melibatkan sejumlah studi
klinis. Meskipun masih banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana ekstrak jamur
clan senyawa aktifnya dapat mempengaruhi tumorgenesis dan fungsi imun yang
berkaitan
dengan
kanker,
data-data
yang
ada
menunjukkan
hasil
yang
menjanjikan.karena keanekaragaman kegunaan klinis dan tidak banyak percobaan
klinis yang telah dipublikasi, maka rekomendasi dosis tertentu belum bisa diberikan.
5. Astragalus
Akar Astragalus membranaceus telah lama digunakan sebagai obat tradisional dalam
pengobatan Cina. Astragalus memranaceus secara umum memiliki khasiat
imunomodulatorm antiinflamasi, dan adaptogenik (meringankan stress). Kegunaannya
secara tradisional dan modem adalab berkaitan d(,ng,in imunitas atau kanker. Ekstrak
clan senayawa aktif dari Astragalus dap' at meningkatkan aktivitas NK dan bersifat
sitotoksik terhadap sei turnor yang diaktivasi oleh linifosit, serta menstimulasi il,is
se]-sel iniun fain, seperti makrofag dan sei 8. Sebagian besar penelitian tentang
tanaman obat iiii dipublika-si utituk penô-obatan Cina, dan penggunaannya paling
sering dikombinasikan dengan beberapa sediaan herbal lain, sehingga rekoniendasi
dosis khusus sulit diberikan. Astragalus secara umum aman, meski ada sedikit laporan
efek samping.
6. Lakroferin
Lactoferrin merupakan suatu giikoprot,in pengikat zat besi yang disekresi dalam
berbagai cairan biologi, khususnya air susu dan kolostrum. Bersamaan dengan
perannya dalam homeostasis besi, lactoferin dianggap penting untuk sistem imun
mukosa, yang dapat membantu pertahanan sel inang melawan infeksi kurnan.
Lactoferrin memiliki aktivitas antibakteri langsung serta kemampuan untuk memilih
dan mengaktifkan sel-sel di dalam sistem kekebalan innate maupun adaptif. Uji klinis
sering dipublikasikan tentang penggunaan Lactoferrin adalah untuk pengobatan
hepatitis C dan H. pylori (biasanya sebagai tambahan untuk obat lain);
hasil'temuannya pun sangat bervariasi. Saat ini, sedang dilakukan penelitian tentang
potensi penggunaan Lactoferrin sebagai antiinflamasi dan anti-kanker. Sebagian besar
penelitian ini masih pada tahap penelitian kultur sel dan hewan model.
7. Propolis
Propolis telah digunakan sejakjaman dahulu, dan telah digunakan dan Romawi
melaporkan penggunaan propolis karena efeknya dalam pengobatan lokal maupun
populer di berbagai di wilayah di dunia, baik secara internal maupun eksternal. Rakyat
Mesir, Yunani dan Romawi melaporkan penggunaan propolis karena efeknya dalam
penyembuhan umum dan untuk mengobati penyakit kulit. Propolis selalu disebut
sebagai suatu obat antiflamasi dan penyembuh tukak. Propolis masih menjadi obat
yang paling banyak digunakan di negara Balkan. Barulah dalam beberapa dekade
terakhir peneliti menyelidiki unsur dan khasiat biologisnya.Warna propolis
berbeda-beda, mulaí dari hijau hingga coklat pekat kemerahan propolis memiliki bau
khas dan menunjukkan khasiat karena propolis berinteraksi secara kuat dengan protein
kulit. Secara umum, propolis alami terdiri dari 30% lilin, 50% resin dan balsam sayur,
10% minyak esensial dan aromatik, 5% serbuk, dan zat-zat lainnya.
Efektivitas fraksi larut air propolis alami banyak diteliti terhadap bakteri Gram negatif
(Klebsiella pneumoniae, Proteus vulgaris, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa).
Senyawa aktif dri fraksi larut air propolis tersebut dapat menginduksi sistim imun
non-spesifik yang sangat berarti, namun tidak menghambat pertumbuhan strain secara
in virto. Pemberian fraksi larut air propolis pada hewan coba yang diberikan vaksin
BCG dan dua minggu kemudian lipopolisakarida dapat menginduksi TNIF dan
memicu terjadinya penurunan kapasitas lisis serum melawan sel-sel targe L 9292.
Pemberian fraksi larut air tersebut secara in vivo menyebabkan terjadi perubahan rute
di jalur altenatif pelengkap hemolysis. Perubahan komponen komplemen Clq dan
sintesis protein total, serta penurunan nitroblue tetrazolium menunjukkan kalau
aktivasi makrofag memberikan kontribusi besar terhadap kapasitas fraksi larut air
propolís tersebut untuk mencegah infeksi.
Aksi immunomodulator dari propolis diperkirakan hanya terbatas kepada makrofag,
tanpa pengaruh terhadap proliferasi limfosit.namun, Ivanovska et al menemukan
bahwa splenosit dari tikut yang diberikan asam sinamat (suatu senyawa aktif dari
Propolis) memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menggabungkan thymidin,
dengan adanya mitogen seperti LPS, Phytobemaggfutinin (PHA), atau Con A. Hal ini
menunjukkan kecenderungan proliferatif dari kultur seL jika mitogen tidak ada. Efek
stimulasi sistem imun dari pengobatan profiiaksis dengan propolis telah diteliti dalam
beberapa studi Unis. Propolis diberikan, dan kapasitas sekresi sitokin diteliti sebelum
dan setelah pengobatan. Kapasitas sekresi sitokin (namun bukan kadar sitokin di
dalam plasma) naik secara signifikan selama periode pengobatan dengan cara
tergantung waktu. Penulis melakukan penelitian dengan memberikan ekstrak propolis
pada mencit yang diinfeksi dengan P. Berghei sehingga menimbulkan gejala mirip
penyakit malaria pada manusia, hasil penelitian menunjukkan ekstrak propolis mampu
meningkatkan sistim kekebalan tubuh mencit dan memperpanjang masa hidup mencit.
8. Phyllanthus niruri L
Phyllanthus niruri L (Meniran) merupakan salah satu jenis imunomodulator yang
banyak ditelitidan dapat meningkatkan sistim imunitas tubuh pada hewan coba
maupun manusia. PenggunaanPhyllanthus niruri L sebagai imunomodulator terus
ditingkatkan terutama untuk infeksi virus. Padainfeksi bakteri digunakan sebagai
terapi pendamping antibiotik, di mana sering terjadi masalahresistensi. Selain itu
Phyllanthus niruri L merupakan suatu imunomodulator alami dari jenis tanamanyang
tumbuh baik di Indonesia sehingga hal tersebut sejalan dengan program pemerintah
untukmengembangkan dan meningkatkan kualitas obat-obat tradisional. Phyllanthus
niruri L (meniran)merupakan tanaman tradisional mempunyai manfaat sebagai
imunomodulator pada penyakit yangmembutuhkan pertahanan sistem imun seluler
maupun humoral. Pemberian ekstrak meniran dapatmeningkatkan respon imun seluler
pada infeksi bakteri intraseluler (S.typhimurium)'
BAB VIII
NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI KANKER
Dalam enam tahun terakhir, National Cancer Institute (NCI) telah mencatat sejumiah
dokume kesehataan dan fact sheet tentang nutrasetikal dalam penanganan kanker.
Upaya-upaya besar diperuntukan untuk meneliti efek sitotoksik yang dimiliki komponen aktif
nutrasetikal terhadap perkembanganbiakan sel kanker, dapat menurunkan metastasis,
menghambat apoptosis, menurunkan nekrosis dan tingkat pertumbuhan malignansi pada
tahap awal. Dalam dua tahun terakhir, penggunaan nutrasetikal dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit telah diperluas jangkauannya sehingga mencakup kebijakan
pemberian suplemen nutrisi di pusat pengendalian penyakit melaiui pengawasan independen.
Mekanismenya masih belum terbukti dan divalidasi, tapi praktek penggunaan nutrasetikal
sebagai suplemen makanan dalam pencegahan kanker bisa diterima.
A. Patofisiologi Kanker
1.
Perubahan Metabolism Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat berubah drastis pada hewan coba (anjing) yang dibuat
kanker.Perubahan metabolisme terjadi karena tumor lebih cenderung menjadi energi,
sehingga membentuk laktat (asam laktat) sebagai suatu produk akhir. Anjing yang
menderita kanker mendapat tambahan energi untuk mengembalikan laktat menjadi
glukosa, sehingga terjadi pertambahan energi oleh tumor dan kehilangan energi oleh
hewan. Akibatnya, anjing yang menderita kanker akan kehilangan energi dan
menunjukan peningkatan laktat dan kadar insulin di dalam darah.
2.
Perubahan Mebolism Protein
Pada subjek manusia yang mengalami kanker dan penurunan berat badan akan
penurunan massa otot tubuh, penurunan sintesis protein skelet, clan perubahan
keseimbangan nitrogen. Pasien pada saat yang sama menunjukkan peningkatan
pembagian Protein otot skelet, sintesis protein hati, dan sintesis protein tubuh secara
keseluruhan untuk mendukung pertumbuhan tumor. Diprioritaskannya kembali
sintesis protein oleh hati lazim dikenal sebagai acute-phase reactant response.
Adanya respon protein fase akut sangat erat kaitannya dengan penurunan daya tahan
hidup seseorang yang menderita beberapa bentuk kanker. Jika asupan Protein tidak
sejalan dengan penggunaan, maka akan teriadi ketidakseimbangan yang dapat
merubah respon imun, fungsi saluran cerna, dan penyembuhan luka. Meningkatnya
ekspresi ubquitin-Proteasorne Proteolytic pathway adalah penyebab utama
berkurangnya massa otot skelet pada penderita kanker. Percepatan proteolysis
metalui jalur proteasome merupakan penyebab utama pemborosan Otot yang
diinduksi oleh kanker, puasa, asidosis metabolik, denervasi, diabetes, sepsis,
terbakar, hipertiroidisme, dan akses glukokortikoid. Banyak sistem yang
mengendalikan jalur ini, termasuk sitokin, hormon, nutrien, dan tumor-derived
proteolysis inducing factor (PIF). Sejumlah studi terhadap hewan model rodent yang
mengalami muscle wasting dan pasien kanker terdeteksi adanya PIF di dalam serum.
Hilangnya massa otot skelet berkaitan dengan keberadaan PI. Sitokin seperti tumor
nerosis factor (TNFα) juga terlibat datam katabolisme Protein.
3.
Perubahan Metabolisme Lemak
Katabolisme jaringan adiposa adalah karakteristik kedua cachexia pada sejumlah
penyakit kronik, termasuk kanker. Penurunan sintesis lemak atau peningkatan
lipolisis dapat menghabiskan simpanan lemak. Suatu lipid-mobilizing factor (LMF)
telah diisolasi dari suatu tumor murine yang menginduksi cachexia dan dari air
kemih penderita kanker dan penurunan berat badan. LMF bertindak langsung pada
jaringan adiposa, sehingga menyebabkan pelepasan asam lemak bebas dan gliserol
dengan meningkatkan kadar siklis AMP dengan cara yang sama dengan 1
peningkatan hormon liposis. Sejumlah sitokin dapat mengubah metabolisme lipid.
TNFα adalah suatu sitokin utama yang terlibat dalam katabolisme jaringan adiposa
selama chachexia. TNFα menghambat lipoprotein lipase, menurunkan aktivitas
reseptor insulin dan menghambat aktivitas transporter glukosa. Seluruh tindakan ini
secara tidak langsung menstimulasi lipolisis oleh TNFα. Tingginya asam lemak
omega 3 memberikan banyak manfaat klinis, termasuk penurunan tumorigenesis,
pertumbuhan tumor, dan metastasis serta Perubaban sintesis eicosanoid dan efek
anti-katabolik.
B. Nutrasetikal sebagai terapi kanker
Nutrasetikal dapat bertindak sebagai nutrien esensial, seperti obat, atau sebagai suatu
metabolit biokimia dan sebagai fitohormon di dalam tubuh. Saat ini, sejumlah bukti telah
dilaporkan untuk mendukung aktivitas metabolik penghambat kanker dari nutrasetikal di
dalam tubuh.
a. Nutrasetikal dapat bertindak sebagai asam amino esensial seperti nutrien. Misalnya,
tryptophan diperlukan untuk sintesis protein dengan dosis rendah pada manusia.
Dengan dosis tinggi, tryptophan meningkatkan kadar 5-hydroxytryptamin di dalam
otak, sehingga bertindak sebagai suatu obat untuk mengobati insomnia.
b. Globulin lemak susu memiliki aktivits antikanker, antikolesterolemia, dan penyakit
jantung koroner.
c. Fitonutrien dapat mencegah perkembang-biakan dan memainkan peran yang
signifikan dalam pencegahan penyakit degeneratif kronik. Contoh yang paling nyata
adalah ginseng, spirulina, gingko biloba, asam amino, glukosamin, kondroitin dan
Aegle Marmelos. Fitoestrogen memainkan peran penting dalam menurunkan nekrosis
pada kanker.
d. Vitamin C, Vitamin E, β-karoten, lycopen (karotenoid), asam lipoat, glutathion
berperan dalam pencegahan kanker dan penghambatan nekrosis; Co-Enzyme Q-10,
superoksida dismutase (SOD), selenium, tembaga, mangan dan zinc memiliki
aktivitas sebagai nutrasetikal antikanker dalam penanganan apoptosis pada sel-sel
kanker terisolasi.
e. Oligosakarida diuji pada hewan model. Frukto-oligosakarida, inulin, laktilol,
laktulose, galakto-oligosakarida, oligasakarida dari kedele, laktosucrose, isomaltooligosakarida, gluco-oligasakarida dan xyo-oligosakarida menunjukkan efentivitas
dalam penurunan sel kanker.
f. Asam lemak tidak jenuh (PUFA) yang berasal dari minyak bunga matahari, minyak
jagung, minyak kedele, minyak- mustard, minyak evening primrose, minyak rami, dan
biji rami menunjukkan efek proteksi terhadap penyakit jantung dan Woke, rheumatoid
arthritis, inflàmasi atritis, inflamasi saluran cerna, asma, kanker, gagal paru-paru
kronik, cangkok ginjal, dan formasi tulang.
g. Serat-serat makanan seperti gandum, kacang-kácangan kering, tanaman polong,
sebagai serat larut di dalam air, apel, orange, aprikot, prem, dan nanas mengandung
18-30% kandungan serat. Sumber serat dari sayuran, seperti koI, wortel, selada,
bawang merah, dan tomat mengandung 9-12% kandungan serat, dan menunjukkan
aktivitas antioksidan dan penghambat proliferasi sel.
h. Makanan-makanan juga merupakan sumber nutrasetikal dan fitoestrogen. Sebagian
besar tanaman, jamur, sayuran, tanaman kacang, buah-buahan, dan bunga-bungaan
secarma keseluruhan dipandang sebagai alternatif terapi alamiah
i. Isoflavon kedele, genistein, kurkumin, capsaicin, epigallocatechin-3-gallate (EGCG),
gingerol dan lycopen merupakan nutrasetikal dengan efek melindungi tubuh dari
kanker.
C. Dasar Biokimia dari Nutrasetikal untuk Pencegahan Kanker
Mekanisme aksi nutrasetikal dibahas secara luas datam beberapa kategori berikut
metabolit aktif yang ada di datam nutrasetikal.
a. Glutathion adalah unsur pokok pelindung enzim glutathione reductase antioksidan
yang paling banyak di dalam hati. Glutathione berfungsi sebagai suatu substrat untuk
dua proses detoksifikasi kunci di dalam hati: (1) mengubah toksin menjadi bentuk
larut di dalam air; (2) menetralisasi dan berkonjugasi dengan toksin untuk eliminasi
melalui usus atau ginjal. lika salah satu proses ini terganggu karena berbagai alasan,
maka toksin akan berakumulasi di dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Nutrisi
terbaik untuk kanker hati difokuskan untuk memperbaiki cadangan glutathione di
dalam tubuh
b. lsoflavone kedele (genistein dan genistin) dilaporkan berperan sebagai kemoprotektif
melawan kanker pada manusia. Konjugat β-glikosida, yakni genistin, sangat banyak di
dalam kedele fermentasi, produk kedele seperti susu kedele dan tahu. Ikatan
β-glycosyl genistin dipecah menghasilkan genistein oleh mikroba selama fermentasi
untuk menghasilkan miso dan natto. Saus kedelai banyak mengandung isoflavon,
namun kandungan miso, dan natto sangat rendah.
c. Teh hijau dianggap sebagai obat untuk pemeliharaan kesehatan di kalangan rakyat
Cina dan Jepang. Teh hijau memiliki kekuatan yang mampu memperpanjang usia.
Baru-baru ini, Yean Lee et al. meneliti efek bahan aktif teh hijau, yakni
epigallocatechin-3- galiate (EGCG), terhadap sel-sel B pada leukemía limfosit kronik
yang diisolasi dari pasien leukemia. Sei-sei ini dikelompokkan menurut resistensinya
terhadap apoptosis, karena sel-sel B ini mengeluarkan dan mengikat faktor
pertumbuhan endotelium vaskuler.
d. Ekstrak herbal diketahui menurunkan perkembangbiakan sel
BAB XI
NUTRASETIKAL UNTUK TERAPI KANKER
A. Probiotik
Probiotik adalah istilah umum untuk kelompok bakteri positif atau ragi (Saccromyces
boulardi yang ditemukan pada flora normal di dalam usus manusia. Bifidobacterium dan
Lactobacillus, adalah dua kelompok bakteri probiotik yang paling sering diteliti dan
dikenal paling baik. Khasiat probiotik telah terbukti dalam berbagai kondisi, seperti
diarea yang berkaitan dengan antibioti penyakit iritasi perut, dan kesehatan usus secara
umum. Akhir-akhir íni, probiotik telah digunak~ pada makanan dan banyak digunakan di
industri suplemen makanan. Para peneliti ssaatt ini mmuull beralih untuk meneliti efek
bakteri probiotik terhadap sistem imun manusia.
Produk nutrasetikal lain yang tumbuh saat ini adalah makanan susu yang mengandung
bakteri probiotik yang dapat meningkatkan kesehatan usus. Produk tersebut mengandung
Lactobacillus, acidophilus dan Bifidobacteria seperti yoghurt dan yakult produk yang
difermentasi yang mengandung L. casei Shirota, Lactobacillus johnsonii dan
Lactobacillus. Minuman susu yang mengandung probiotik ini merupakan makanan
fungsional yang tumbuh cepat.
Probiotik adalah bahan aktif mikroba yang hidup dan bermanfaat untuk kesehatan.
Prasyarat untuk munculnya aksi probiotik tersebut adalah daya tahan dan adhesi pada
saluran cerna serta eksklusi patogen atau antigen-antigen berbahaya akibat persaingan.
Probiotik ditempatkan sebagai makanan kesehatan atau makanan fungsional, sementara
probiotik dikonsumsi karena manfaat positif
dalam saluran cerna dan/atau daerah sistemik, seperti hati, otak, vagina, atau aliran
darah. Kolon Adalah wilayah saluran cerna yang díhuni paling padat oleh bakteri dan
menampung sekitar 500 spesies bakteri yang berbeda.
Efektivitas seluruh probiotik tergantung kepada kemampuan organisme untuk mencapai
usus besar dalam kondisi hidup dan melekat ke dinding usus. Hanya dengan itulah
kolonisasi mikrofora bisa berhasil.
Tabel 9.1 Beberapa spesies bakteri yang merupakan probiotik
Lactobacillus :
1. Lactobaciflus rhamnosus
2. Lactobacillus reuteri
3. LactobaciIIus casei
Bifidobacterium
1. Bifidobacterium lactis
2. Bifídobacterium longum
3. Bifidobacterium breve
4. Bifidobacterium infantis
Streptococcus
Enterococcus
Saccharomyces
Bacillus
Lactococcus
1. Lactococcus platinum
2. Lactococcus reuteri
3. Lactococcus agilis
Karakteristik sifat dari bakteri probiotik adalah sebagai berikut:
a. GRAS (generally recognized as safe), atau secara umum diakui aman
b. Tahan terhadap HCL lambung dan cairan pankreas secara in vitro
c. Menghasilkan senyawa antibakteri
d. Bersaing dengan bakteri patogen untuk melekat ke dinding usus
e. Bersaing untuk mendapatkan zat gizi dan menstimulasi kekebalan tubuh, dan
f. Mengubah keseimbangan mikrofiora usus, menghambat pertumbumhan bakteri
berbahaya, mendukung sistem cerna, meningkatkan fungsi imun, dan meningkatkan
resistensi terhadap infeksi
B. Aplikasi Probiotik Secara Klinis
1. Anti-infeksi dan sistim kekebalan tubuh
Bakteri probiotik, terutama Bitidobacteria dan Lactobacilli, dapat mencegah atau
meringankan penyakit. Banyak studi empiris telah dilakukan, namun upaya untuk
mengembangkan karakteristik probiotik yang ideal masih tertinggal. Bakteri probiotik
sangat efektif dalam m mencegah atau mengurangi diare akut pada anak-anak. Bakteri
probiotik juga berguna pada diarea yang berkaitan dengan antibiotik, namun tidak untuk
mengatasi infeksi Helicobacter pylori. Pada gangguan cerna, khususnya ulseratif kolitis,
probiotik merupakan alternatif yang aman pengganti yang ada saat ini. Probiotik
digunakan untuk mencegah infeksi saluran urogenital dengan manfaat menurunkan atopi
pada anak. Probiotik bekerja bukan tanpa pengecualian; jadi, diperlukan tentang
mekanismenya.
2. Peran potensial probiotik dalam urologi pediatri
Banyak anak di seluruh dunia yang meninggal karena penyakit-penyakit seperti
infeksi saluran cerna dan HIV, sementara banyak infeksi saluran kemih yang kemudian
berulang pada masa dewasa Hingga saat ini, peran mikroflora usus dan urogenital
(vagina, uretra, dan perineum) dalam kesehatan dan penyakit belum banyak menarik
perhatian. Banyak bukti menunjukkan bahwa strain Lacto, dan Bifidobacteria tertentu
berperan besar dalam pemeliharaan dan pemulihan kesehatan anak, dan orang dewasa.
lmplikasi terhadap urológi pediatrik mencakup penurunan resiko infeksi penyakit batu
ginjal, serta efek positif terhadap pencegahan dan penanganan penyakit inflama beberapa
penyakit karsinogen.
3. Terapi bakteri oral dosis tinggi untuk diare kronik nonspesifik pada bayi
Efèktivitas terapi probiotik (bakterioterapi) oral dengan menggunakan kombinasi
anaerobe fecal Lactobacifli untuk diare kronik nonspesifik pada bayi. Sebuah studi
double-blind dilakukan terhadap total 40 anak yang diobati dengan bakteri dosis rendah
dan dosis tinggi. Hasil temuan penelitian memperkuat pentingnya flora feses terhadap
penyakít, dan mendukung hipotesis bakterioterapi bisa memperbaiki tampilan klinis dan
laboratorium, khususnya jika diberikan dosis tinggi.
4. Bifidobacteria dan Lactobacilli dalam kesehatan
Mikroflora saluran cerna merupakan suatu sistem ekologi yang kompieks, biasanya
ditandai dengan suatu ke setimbangan. Peran terpenting mikroflora dari sudut pandang
inang adalah untuk bertindak dalam resistensi kolonisasi melawan mikroorgaisme
eksogen yang berpotensi patogen dobacteria dan Lactobacillia adalah bakteri
gram-positif yang memproduksi asam laktat, dan merupakan bagian utama mikrofiora
usus pada manusia dan mamalia lainnya. Pemberian suatu antibiotika menyebabkan
gangguan keseimbangan ekologi mikroflora saluran cerna, disertai beberapa efek yang
tidak
diinginkan
seperti
kolonisasi
oleh
patogen-patogen
potensial.
Untuk
mempertahankan atau membentuk kembali keseimbangan flora, maka suplemen
mikroorganisme usus (Terutama bifidobacteria dan lactobacilli) yang kadang-kadang
disebut prebiotik) telah diguakan secara sukses
C. Prebiotik
prebiotik adalah zat yang sampai ke kolon dalam bentuk utuh, tidak dirusak oleh pH
lambung di saluran pencernaan. prebiotik ini secara selektif meningkatkan pertumbuhan
bakteri probiotik kolon jadi, prebiotik berfungsi sebagai pupuk bagi bakteri probiotik,
prebiotik adalah istilah kolektif untuk karbohidrat yang tidak dapat dicerna namun dapat
difermentasi di dalam makanan dan secara selektif dapat merangsang pertumbuhan
kelompok-kelompok bakteri tertentu di dalam kolon, seperti bifidobacteria, lactobacilli,
yang dianggap bermanfaat untuk manusia. misalnya adalah inulin, yang merupakan serat
makanan yang dapat larut dan menolak enzim pencernaan, sehingga sampai ke usus besar
atau kolon dalam keadaan utuh. di datam usus besar, inulin difermentasi oleh bakteri
resisten, yakni lactobacilli. jumlah oligosakarida yang telah diuji menggunakan sejumlah
metode in vitro hewan model
Tabel9.2 Beberapa Oligosakarida yang merupakan prebiotik
Frukto-Oligosakarida
Inulin
Laktilol
Laktulose
Galakto-Oligosakarida
Laktosukrose
Isomalto-oligosakarida
Gluko-oligosakarida
Xylo-oligosakarida
Prebiotik merupakan bahan makanan yang tidak dapat dicerna dan mempengaruhi inang
secara positif dengan menstimulasi pertumbuhan dan/atau aktivitas satu atau sejumlah
bakteri di dalam kolon, sehingga kesehatan inang sernakin membaik." Prebiotik adalah
“makanan" untuk bakteri yang menguntungkan. Prebiotik mengubah keseimbangan
mikrobiota usus dengan menstimulasi aktivitas bakkteri menguntungkan, seperti
Lactobacilli dan Bifi dobacteria. Saat ini, banyak bukti menunjukkan bahwa manipulasi
mikrobiota usus oleh prebiotik dapat mempengaruhi kesehatan inang secara positif.
secara khusus, banyak upaya telah dilakukan untuk mengendalikan konsentrasi
triacylglycerol di dalam serum melalui perubahan pola makan terkait konsumsi prebiotik
dan probiotik. Selanjutnya, berbeda dengan probiotik, prebiotik tidak mengalami masalah
viabilitas secara biologi, sehigga bisa dimasukkan ke dalam berbagai produk makanan
(seperti susu, yoghurt, dan formula bayi). Prebiotik menjadi penghuni alami mikrobiota
usus sebagai sasaran.
Sifat alami prebiotik dapat dikaitkan dengan berbagai komponen makanan. Makanan atau
komponen makanan tersebut:
a. Membantu proses pencernaan dan absorpsi pada inang
b. Difermentasi oleh mikroflora yang berkolonisasi di dalam sistem cerna.
c. Menstimulasi pertumbuhan dan/atau aktivitas satu atau sejumlah bakterí dengan
sistem GI secara selektif.
BAB X
PENGEMBANGAN PRODUK NUTRASETIKAL
Sediaan galenik dan nutrasetikal merupakan produk yang mengandung nilai terapi
secara bersamaan. Ada beberapa kombinasi bahan pokok yang terkandung di dalam produk
ini dan memberikan efek obat melalui aksi gabungan. Oleh sebab itu, aksi gabungan itu
disebut “concert performances" Menurut pengamatan, ada beberapa bahan pokok yang
terkandung di dalam produk herbal atau nutrasetikal lain yang memiliki khasiat terapi yang
sama atau kadang-kadang aksi yang bertentangan. Produk herbal dan produk nutrasetikal
mengontrol efek satu sama lain, sehingga efek samping dan efek toksik produk menjadi
berkurang. Lebih jelas lagi, reserpine adalah suatu alkaloid yang ada di dalam tanaman
Roulfia serpentina. Tanaman ini digunakan karena khasiat antihipertensi pada penderita
jantung dan tekanan darah. Lebih menarik lagi, tanaman ini juga mengandung suatu unsur
yang bisa digunakan untuk menaikkan tekanan darah. Oleh sebab itu, kedua unsur
bekerjasama secara serasi, sehingga menghasilkan efek yang sangat positif. Pengembangan
obat tambahan menghasilkan sejumlah obat yang bekerja tunggal, baik berupa derivat atau
modifikasi molekul reserpine. Hubungan yang sama terlihat pada banyak obat tunggal yang
dikembangkan berdasarkan senyawa utama dari analog herbal. Ketika obat tunggal
digunakan untuk pengobatan dalam format dosis obat atau sistem pemberian obat yang
sesuai. Sebagian besar obat allopatik memiliki solo performiance. Saat ini, semakin banyak
kombinasi yang digunakan, dengan banyak efek samping, sehingga lebih banyak komplikasi
setelah pengobatan. Menurut pengamatan, seluruh statin yang digunakan untuk menurunkan
kolesterol berasal dari ragi beras merah Cina. Sayangnya, kebanyakan statin menunjukkan
banyak efek samping, sehingga penggunaannya sebagai obat tunggal masih dipertanyakan.
Mungkin, sebaiknya ragi beras merah Cina yang bertindak dengan concert performing dapat
digunakan sebagai pengganti statin. Di sinilah munculnya penggunaan nutrasetikal untuk
kepentingan pencegahan penyakít. Kita bisa menemukan banyak contoh yang sarna, dan
inilah salah satu alasan kenapa pasar nutrasetikal berkembang sangat pesat ketika masyarakat
semakin menyadari fakta ini, mereka akan lebih memilih produk-produk alami untuk
pencegahan penyakit daripada menjadi obat solo performance.
e
A. Pertimbangan Formulasí
Untuk mencapai hal ini, produksen nutrasetikal harus terlebih dahulu memilah-milah
produk dan memperlakukan nutrasetikal dengan cara yang berbeda dari makanan fungsional.
Kedua, pengolahan formulasi nutrasetikal mesti mengikuti norma-norma formulasi obat.
Sejumlah uji sederhana bisa dilakukan oleh ilmuwan obat untuk mengevaluasi bentuk dosis
dan memberikan data yang cukup penting konsistensi produk, reproduksibilitas produk, dan
evaluasi produk secara in vitro dan in vívo.
Tabel 10.1 memuat evaluasi yang dilakukan oleh industri obat untuk menjamin
kualitas suatu produk dengan menggunakan matriks non-obat seperti yang díjelaskan
sebelumnya. Bentuk-bentuk sediaan ini bisa berupa tablet, kapsul, cairan minum, olesan,
produk luar, produk kulit, pil, dan bentuk lain yang sering digunakan. Sistem pemberian obat
terbaru perlu dieksplorasi, seperti sistem peniberian obat non-partikulat, mikrokapsul, dan
sebagainya. Sebagian evaluasi bisa dilakukan dengan mudah, dan berpengaruh terhadap
kualitas produk.
Tabel 10. 1 Parameter Evaluasi untuk produk nutrasetikal
Bentuk sediaan nutrasetikal
Tablet dapat berupa tablet berlapis film,
tablet berlapis gula, tablet ber;apis enteric
dan tablet berlapis ganda, tablet controlled
release, tablet untuk larutan, tablet
effervescent, tablet bukkal, atau tablet
sublingual
Parameter Evaluasi
- Warna
- Variasi berat
- Ketebalan tablet
- Kerapuhan
- Variasi isi
- Desintegrasi in vitro
- Disolusi in vitro
- Stabilisasi pada suhu ruangan dan suhu
akselerasi
- Dan, keseimbangan
Kapsul
- Warna dan bau
- Variasi berat
- Variasi isi
- Disintegrasi in vitro
- Disolusi in vitro
- Stabilisasi pada suhu ruangan dan suhu
akselerasi
- Dan, kelembaban
Larutan : sirup, larutan alcohol, sari buah, - Warna dan bau
minuman
- Kepadatan
- kekentalan
- Variasi kandungan obat
- Stabilisasi pada suhu ruangan dan suhu
Bentuk sediaan nutrasetikal
Emulsi :M/A atau A/M
Suspensi
Obat salep / semi padat
Pil dan bubuk
akselerasi dan kelembaban
- Uji mikrobiologi
Parameter Evaluasi
- Distribusi ukuran partikel
- Warna dan bau
- Potensi Zeta
- Kekentalan
- Tegangan permukaan
- Keseragaman kandungan
- Stabilisasi pada suhu ruangan
akselerasi dan kelembaban
- Uji mikrobiologi
- Distribusi ukuran partikel
- Warna dan bau
- Potensi Zeta
- Kekentalan
- Tegangan permukaan
- Keseragaman kandungan
- Stabilisasi pada suhu ruangan
akselerasi dan kelembaban
- Uji mikrobiologi
- Distribusi ukuran partikel
- Warna dan bau
- Potensi Zeta
- Kekentalan
- Tegangan permukaan
- Keseragaman kandungan
- Stabilisasi pada suhu ruangan
akselerasi dan kelembaban
- Uji mikrobiologi
- Warna dan bau
- Variasi berat
- Ketebalan tablet
- Kerapuhan
- Variasi isi
- Disintegrasi in vitro
- Disolusi in vitro
- Stabilisasi pada suhu ruangan
akselerasi dan kelembaban
dan suhu
dan suhu
dan suhu
dan suhu
Salah satu permasalahan yang perlu dipertimbangkan adalah kandungan dan
keseragaman obat dalam berbagai formulasi dosis karena nutrasetikal merupakan suatu gugus
entitas kimia, maka akan sulit diidentifikasi dan dihitung seluruh bahan yang terkandung di
dalam produk. Dalam situasi seperti ini, tidak satu senyawa aktif dapat diidentifikasi dan
dihitung untuk memastikan distribusi produk seragam di seluruh matriks. Hambatan kedua
yang akan dihadapi produk nutrasetikal adalah kesulitan dalam menentukan dan
mengidentifikasi kemurnian dan untuk memastikan bahwa produk tersebut tidak berbahaya
bagi konsumen.
B. Evaluasi farmakologi
Sebelum produk nutrasetikal digunakan pada manusia maka yang harus dilakukán
terlebih dahulu memastikan bahwa produk tersebut aman. Evalusi keamanan digunakan
untuk produk nutrasetikal adalah evaluasi farmakoiogi, toksikoiogi, dan farmakokinetikanya.
Sebagian besar studi ini dilakukan selama Fase 1, Fase II, atau Fase III. Selama penelitian di
setiap level, dilakukan uji yang ketat untuk memastikan khasiat dan reproduksibilitas produk
dalam kondisi-kondisi klinis. studi ini juga mempertegas tingkat dosis obat, efek toksikologi,
dan paramater yang menunjukkan absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi (ADME)
di dalam tubuh manusia. Selama penelitian, ormulasi obat juga diuji untuk mengetahui
khasiat, pola pelepasan obat, stabilitas dalam periode waktu tertentu, dan mempertegas
tanggal kadaluarsa produk. Normalnya, perusahaan berusaha nendapatkan masa kadaluarsa
minimal dua tahun untuk produk-produk mereka.
Pengelompokan nutrasetikal secara farmakoiogi adalah penentuan khasiat dan
keamanannya. saat ini, banyak nutrasetikal tidak memerlukan uji khasiat dan keamanan
sebelum dipasarkan. namun, ada kekhawatiran bahwa banyak nutrasetikal memiliki aktivitas
farmakoiogi yang dapat membahayakan kesehatan publik dan beberapa nutrasetikal tertentu
mesti diatur dengan cara yang sama dengan obat-obatan. Oleh sebab itu, pemasaran
nutrasetikal di masa mendatang mungkin akan memerlukan uji khasiat dan keamanan yang
lebih kuat sebelum dipasarkan. Ketentuan ini mengharuskan pabrik untuk mengevaluasi
komposisi, identitas, kualitas, dan kekuatan produk yang mereka pasarkan.
1. Uji keamarian dan uii toksilogi
Uji keamanan preklinis berfungsi untuk menilai potensi toksisitas sebuah obat melalui studi
in vitro dan studi terhadap hewan. Berikut ini adalah daftar dan keterangan singkat tentang
jenis uji-uji keamanan yang diharuskan FDA:
a. Studi farmakoiogi: menentukan ED50
b. Studi toksisitas akut: menentukan LD50
c. Studi toksisitas multi-dosis
d. Toksisitas subkronik: durasi satu hingga tiga bulan
e. Tokesisitas kronik: durasi enam bulan
f. Karsinogenisitas: durasi dua tahun
g. Studi toksisitas khusus: rute pemberian obat
h. Studi reproduksi: cacat fahir
i. Studi mutagenisitas: uji Ames
j. Studi farmakokiiletika: ADME
2. Evaluasi pada manusia
Studi klinis melibatkan subjek manusia; studi-studi klinis dibagi menjadi empat fase: Fase
Fase II, Fase III, dan Fase IV. Tujuan dari studi-studi klinis adalah untuk memvalidasi kalau
obat menunjukkan khasiat dan aman sebelum dipasarkan. Seperti dibahas sebelumnya, uji
preklinis akan menolak bahan-bahan kimia yang tidak menunjukkan khasiat dan/atau
menyebabkan toksisit yang tidak dapat diterima, seperti profil keamanan yang buruk. Karena
subjek uji untuk studi-studi klinis adalah manusia, maka masalah etis dan moral adalah hal
terpenting. Oleh sebab itu, ada dua pengaman utama yang selalu melekat pada uji-uji klínis:
institutional review boards (IRB) dan informed çonsent. Fungsi utama dari IRB adalah untuk
menonjua prosedur penelitian klinis yang diajukan, memastikan bahwa penelitian yang
diajukan akan dilakukan menurut prosedur yang benar termasuk peraturan institusi, lokal,
negara, maupun federal. IRB terdiri dari sejumlah individu yang tidak memiliki konflik
kepentingan dengan penelitian klinis yang sedang dilakukan oleh institusi (data perusahaan
obat). IRB biasanya terdiri dari lima anggota institusi atau lebih dengan latar belakang yang
berbeda-beda, dan setidaknya satu anggota dari luar. Setiap peserta dalam penelitian klinis
mesti diberikan informed consent, dan komponennya mencakup : penjelasan tentang
penelitian yang akan dilakukan, resiko/manfaat, dan kemampuan untuk mundur dari
penelitian karena berbagai alasan. Ada beberapa parameter penting yang perlu
dipertimbangkan secara seksama saat melakukan penelitian klinis untuk memastikan bahwa
penelitian telah mengikuti standar ilmiah yáng tertinggi:
a. Pertimbangan rancangan dan analisis
b. Pemilihan subjek
c. jumlah pasien
d. Randomisasi pasien
e. Kelompok kontrol
f. Kepatuhan pasien
g. Pertimbangan dosis
h. Farmakokinetika
i. Uji keamanan
Pertimbangan rancangan dan analisis mencakup hal-hal berikut : penggunaan statistika secara
tepat, perencanaan percobaan klinis secara seksama, dan dasar pemíkiran mengenai lama
percobaáf klinis. Pemilihan subjek manusia mesti melibátkan berbagai parameter, seperti
usia, jenis kelamin dan etnisitas. Jumlah pasien dalam percobaan klinis sangat penting,
terutama dalam kaitannya dengan pertimbangan statistik. Randomisasi pasien meningkatkan
kepercayaan terhadap kesimpulan yang ditarik dari penelitian. Kontrol penelitian adalah
penggunaan placebo, atau karena sifat penyakit penggunaan kontrol positif bisa dilakukan.
Untuk meningkatkan validitas studi, kepatuhan pasien mesti dicatat secara tepat.
Pertimbangan dosis adalah range obat yang efektif (yakni, dosis terendah dan tertinggi).
Farmakokinetika obat investigasi mesti dipastikan (yakni, ADME). Uji keamanan melibatkan
uji laboratoriurn (nitrogen urea darah) untijk memonitor kesehatan pasien.
Obat sintetis dan farmasetikal berdasarkan studi keamanan, khasiat, mekanisme, dan
studi klinis memberikan kontribusi yang bernlakna terhadap perbaikan kesehatan manusia
secara keseluruhan. Namun, banyak obat yang telah ditarik dari pasaran karena berbagai
toksisitas dan efek samping lain. Saat ini, masyarakat sangat memperhatikan pengelolaan dan
pembiayaan atas pelayanan kesehatan yang mereka terima.
Obat-obatan yang tidak terjangkau, naiknya biaya klinis, kegagalan obat-obatan
Modem untuk mengobati penyakit-penyakit penting, serta terapi nutrisi yang lebih efektif,
semuanya semakin mengembangkan pasar nutrasetikal. Nutrasetikal dan terapi nutrisi muncul
dari industri obat dan makanan serta pasar fitonutrien dan suplemen makanan. Nutrasetikal
dan terapi nutrisi menjadi cara pelengkap untuk meningkatkan kesehatan manusia. Secara
umum, penggunaan terapi nutrisi, nutrasetikal, dan fitoterapi terjadi karena beberapa alasan,
di antaranya (1) tingginya harga obat-obatan modern tapi dengan kesuksesan yang sangat
terbatas untuk mengobati penyakit-penyakit degeneratif, seperti osteoartritis. Keadaan ini
membuat orang mencari alternatif-alternatif lain pengganti obat-obatan modern yangberpotensi menimbulkan efek samping; (2) fitoterapi berbasis bukti di berbagai negara masih
sangat populer, dan konsumen mulai mencoba suplemen-suplemen gizi untuk mencegah
penyakit (3) berkembangnya pengetahuan dari penelitian nutrisi dan studi-studi farmakoiogi
atau epidemiologi menemukan hubungan yang erat antara terapi nutrisi atau asupan
nutrasetikal dengan peningkatkan kondisi kesehatan.
Download