30 Biologi sintetis untuk pengembangan produk anti-aging dari tanaman Pada era moderin ini, pendekatan biologi sintestis memungkinkan untuk “membuat” organisme atau sistem organisme dengan menggunakan bahan organik dan anorganik. Melalui biologi sintetis, teknik yang viabel yang dapat digunakan untuk melakukan skrining senyawa-senyawa tersebut dalam tanaman berpotensi obat di Indonesia. Ilustrasi biologi sintetis dalam rekayasa materi biologis (Sumber gambar: the-scientist.com). Pada era modern ini, cabang ilmu biologi sintetis atau yang lazim disebut synthetic biology telah menjadi tren. Biologi sintestis memungkinkan untuk “membuat” organisme atau sistem organisme dengan menggunakan bahan organik dan anorganik [1]. Biologi sintetis dikatakan sebagai akhir dari fase deskriptif biologi molekuler dan genomika. Apabila sebelumnya penerapan biologi molekuler sebagian besar dilakukan dengan pendekatan rekayasa genetika yang berfokus pada satu atau dua gen. Sebaliknya, biologi sintetis mencoba menyelesaikan masalah kompleks dengan perspektif rekayasa baru yang berfokus pada perubahan drastis dari arsitektur seluler dan membentuk sistem baru yang komprehensif. Saat ini, biologi sintetis sedang digalakkan untuk menciptakan sistem biologis yang sanggup membersihkan limbah berbahaya, mengidentifikasi dan menanggulangi bahan kimia berbahaya di lingkungan, dan terutama menyembuhkan penyakit-penyakit kronis pada manusia [2]. Indonesia yang merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, memiliki banyak bahan tanaman yang diklaim memiliki manfaat kesehatan seperti antioksidan atau anti-aging hingga penyakit degeneratif [3]. Penggunaannya telah dimanfaatkan secara tradisional baik dalam makanan dan minuman maupun pengobatan herbal. Sebagai referensi, negara-negara seperti Tiongkok, Etiopia dan Argentina pun telah menggunakan obat herbal sebagai bagian dari sistem kesehatan primer sejak tahun 2002 [4]. Namun, pengembangan produk suplemen herbal dari bahan-bahan tanaman tersebut belum didukung oleh ketersediaan bukti ilmiah yang baik. Penelitian-penelitian pendahuluan telah menunjukkan beberapa senyawa yang berpotensi untuk digunakan sebagai suplemen anti-aging [5]. Namun demikian, hingga saat ini, belum banyak teknik yang viabel yang dapat digunakan untuk melakukan skrining senyawa-senyawa tersebut dalam tanaman berpotensi obat/herbal di Indonesia. Kendala terbesar dari kegiatan tersebut adalah menemukan metode skrining yang cepat dan mudah. Biologi sintesis kini hadir www.iribb.org | Mei 2017 | 5(1), 30-32 Riza Arief Putranto & Rizka Tamania Saptari - Peneliti PPBBI 31 sebagai alternatif dengan sebuah konsep yang disebut “BioBrick” untuk memberikan kemudahan dalam menciptakan “sistem yang efisien” [6]. Konsep “BioBrick” membuat standar perakitan enzim restriksi sebagai building blocks biologi sintetis [7]. Sistem tersebut kemudian diinsersikan ke dalam sel hidup seperti pada Escherichia coli yang akhirnya akan membangun sistem biologis baru [8]. Bagian-bagian dari “BioBrick” meliputi promotor, situs pengikatan ribosom (RBS), daerah penyandi sekuen hingga terminator. Para ilmuwan kini dapat mengakses, merancang dan memesan bagianbagian yang diperlukan melalui situs Registry of Standard Biological Parts (http://partsregistry.org/). Ilustrasi pendekatan molecular farming untuk mensintesis produk farmasetikal menggunakan pendekatan biologi sintetis (Sumber gambar: http://3.bp.blogspot.com). Penelitian terbaru dari kelompok peneliti Sattely di Stanford University, California telah menemukan pendekatan alternatif untuk penyediaan sebuah senyawa herbal bernama podofilotoksin [9]. Senyawa podofilotoksin merupakan bahan baku untuk obat penyakit degeneratif. Kelompok peneliti tersebut membandingkan profil 31 ekspresi gen secara diferensial pada daun Mayapple untuk menskrining potensinya dalam biosintesis podofilotoksin. Satu set gen tersebut kemudian ditransfer ke dalam tanaman tembakau menggunakan pendekatan biologi sintetis dan menemukan 10 gen penyandi enzim (-)-4’– desmethyl-epipodophyllotoxin yang memiliki potensi anti-kanker. Tanaman tembakau yang mampu tumbuh cepat dengan biaya yang relatif rendah tersebut kemudian digunakan sebagai bioreaktor untuk produksi podofilotoksin melalui mekanisme molecular farming. Pendekatan molecular farming diatas dapat digunakan untuk sintesis untuk senyawa antiaging atau obat dari tanaman-tanaman indigenous Indonesia. Namun pada tingkat awal, skrining dapat dilakukan menggunakan pendekatan biologi sintetis dengan menciptakan sistem biologis yang relatif mudah dibanding rekayasa konvensional. www.iribb.org | Mei 2017 | 5(1), 30-32 Riza Arief Putranto & Rizka Tamania Saptari - Peneliti PPBBI 32 Referensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Courbet A, Renard E, Molina F. Bringing next-generation diagnostics to the clinic through synthetic biology. EMBO Molecular Medicine. 2016;8(9):987-91. Purnick PEM, Weiss R. The second wave of synthetic biology: from modules to systems. Nat Rev Mol Cell Biol. 2009;10(6):410-22. Hernani. Pengembangan biofarmaka sebagai obat herbal untuk kesehatan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 2011;7(1). WHO. WHO traditional medicine strategy 2002-2005. 2002. de Magalhães JP. The Scientific Quest for Lasting Youth: Prospects for Curing Aging. Rejuvenation Research. 2014;17(5):458-67. Constante M, Grünberg R, Isalan M. A Biobrick Library for Cloning Custom Eukaryotic Plasmids. PLoS ONE. 2011;6(8):e23685. Boyle PM, Burrill DR, Inniss MC, Agapakis CM, Deardon A, DeWerd JG, et al. A BioBrick compatible strategy for genetic modification of plants. Journal of Biological Engineering. 2012;6(1):1-8. Casanova M, Pasotti L, Zucca S, Politi N, Massaiu I, Calvio C, et al. A BioBrick™Compatible Vector for Allelic Replacement Using the XylE Gene as Selection Marker. Biological Procedures Online. 2016;18(1):1-5. Lau W, Sattely ES. Six enzymes from mayapple that complete the biosynthetic pathway to the etoposide aglycone. Science. 2015;349(6253):1224-8. www.iribb.org | Mei 2017 | 5(1), 30-32 Riza Arief Putranto & Rizka Tamania Saptari - Peneliti PPBBI