KOMUNIKASI ORGANISASI IKATAN KELUARGA MINANG (IKM) CABANG CITEUREUP DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN ANGGOTANYA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I ) Oleh: Zeptri Eriadi NIM: 207051000349 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M KOMUNIKASI ORGANISASI IKATAN KELUARGA MINANG (IKM) DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN ANGGOTANYA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I ) Oleh: Zeptri Eriadi NIM: 207051000349 Pembimbing : JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 30 September 2013 Zeptri Eriadi ABSTRAK ZEPTRI ERIADI 207051000349 Komunikasi Organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya Pembinaan sangat diperlukan, khususnya pembinaan mental keagamaan, karena seiring perkembangan zaman, dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat cukup terlihat dengan maraknya bentuk-bentuk penyimpangan yang terjadi dikalangan masyarakat. Sehingga dibutuhkanyaperan organisasi seperti Ikatan Keluarga Minang (IKM) untuk dapat membina dan memberi arahan keikhlasan, kejujuran, keadilan, kasih sayang supaya terjalin hubungan yang baik antar bermasyarakat . Ikatan Keluarga Minang merupakan sebuah organisasi yang lebih dominan dalam kegiatan sosial dan mempunyai perhatian terhadap kehidupan para perantau yang tinggal di Kecamatan Citeureup,bertujuan menciptakan kehidupan yang harmonis, akrab, pandai dan berkualitas serta berakhlakul karimah dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini diperlukannya suatu upaya untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan khususnya dalam pembinaan keagamaan anggotanya serta pentingnya komunikasi yang diterapkan oleh organisasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan analisis deskriptif yaitu bagaimana komunikasi organisasi Ikatan Keluarga Minang Citeureup dalam pembinaan keagamaan anggotanya dan apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dimiliki organisasi Ikatan Keluarga Minangdalam pembinan keagamaan anggotanya. Berdasarkan penelitian yang diperoleh dan tentang langkah-langkah penyusunan komunikasi organisasi Ikatan Keluarga Minang dalam pembinaan keagamaan terhadap anggotanya, ini terbukti dengan adanya kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan tersebut dalam memperbaiki mental, membentuk akhlak, dan menjadi manusia yang beriman Namun dalam prosesnya beberapa anggota tidak mengikuti kegiatan tersebut, ada yang beralasan sibuk dengan kerjaan mereka atau kurangnya kesadaran atau minat mereka untuk mengikuti pengajian tersebut sehingga menghambat pembinaan tersebut.Dengan itu untuk kedepannya, dapat meningkatkan berbagai kegiatan khususnya dalam kegiatan keagamaan dalam membina anggota sehingga dapat menjalin silahturhami sesama perantau ranah minang serta meningkatkan kualitas diri masyarakat ranah dan rantau dan meningkatkan ketaqwaan dan keimanan dengan berpedoman dan berpegang teguh dengan ajaran islam. i KATA PENGANTAR Puji serta syukur yang tidak terhingga dan dengan segala limpahan rahmat, nikmat, inayah yang tiada henti-hentinya seperti kasih sayang yang diberikan kepada umatnya. Tidak lupa pula shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah sampai zaman penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang, beserta para keluarga dan sahabatnya dan kaum Muslim yang telah berjihad dijalannya mendirikan panji-panji Islam dan Risalahnya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari benar bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak terkait, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karena berkat arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi yang diberikan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna mendapatkan gelar Strata Satu (S1) di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada orang tua tercinta, Ayah dan Mama yang tak henti-hentinya mendoakan, memberi dukungan moril maupun materil, semangat dan motivasi kepada penulis. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. H. Arief Subhan MA, Dr. Suparto, M.Ed, MA, selaku Wadek (Wakil Dekan) I Bidang Akademik, Drs. Jumroni M.Si, selaku Wadek II Bidang ii Administrasi Umum, danDrs. Wahidin Saputra, MA, selaku Wadek III Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama. 2. Dra. Asriati Jamil M. Hum (almh),yang telah memberikan dorongan moril bagi penulis danDra. Musyfirah Nurlaily, MA. Selaku Sekretaris Program Non Reguler. 3. Drs. Jumroni M. Si, Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Dra. Musyfirah Nurlaily, MA. selaku pembimbing skripsi yang selalu tidak henti-hentinya memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. 5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesailan studi maupun dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Kepala dan Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 7. Kepada keluarga besar Ikatan Keluarga Minang (IKM) cabang Citeureup, khususnya Bapak Ramsi, selaku Ketua Umum dan Bapak Azwardi, selaku Sekretaris, yang telah membantu penulis untuk mengumpulkan materimateri dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan bantuan kepada penulis dalam mengumpulkan yang dibutuhkan. 8. Saudara Adik-adiksekandung penulis: Eki Rio Astarino, Ita Yuliana, dan Yogi Yunanda Saputra,yang selalu menemani, mendukung, menghibur dan memberi banyak harapan bagi penulis. 9. Teman-teman Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan KPI Non-Reguler 2007: Mutiara Rizki Amelia, Ika Kartika, Syaifullah, Mohamad Samlawi, Isnaanto Achmad Maulana, Ade iii Alfan Syifa, Za Arasyi Rahmah, Syahrul, Ongko Prasetyo, Dahliana Syahri, Rio Aditama, Doni Bestadi, Abdul Ghani, Aldy, Andy Widianto, Dhani Ibnu, Rizka, Ferdy Yulian, Indah, Nila, Neneng, H. Sulaiman, Nur Ardiansyah, Bima Suhardiman, Farida, Fadilah, beserta teman-teman lainnya yang belum tersebut, kakak dan adik-adik kelas yang telah memberikan semangat dan bantuannya dalam pembuatan skripsi ini. 10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis senantiasa berdoa semoga amal baik yang telah diberikan, mendapatkan ridha dari Allah SWT. penulis serahkan semuanya dengan harapan semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar khusus bagi penulis dan umumnya bagi yang membacanya. Jakarta, 9 Oktober 2013 Zeptri Eriadi iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8 D. Metodologi Penelitian .......................................................... 9 E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 13 F. Sistematika Penulisan .......................................................... 14 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Komunikasi Organisasi 1. Pengertian Komunikasi Organisasi ................................. 15 2. Teori Komunikasi Organisasi ........................................ 19 3. Fungsi Komunikasi Organisasi ...................................... 21 4. Macam-Macam Komunikasi Organisasi ......................... 22 5. Iklim Komunikasi Organisasi ....................................... 26 v B. Pembinaan Keagamaan 1. Pengertian Pembinaan ....................................................... 28 2. Pengertian Keagamaan ..................................................... 28 3. Tujuan Pembinaan Keagamaan ......................................... 29 BAB III GAMBARAN UMUM IKM( IKATAN KELUARGA MINANG) CABANG CITEUREUP A. Sejarah BerdirinyaIKM ......................................................... 31 B. Visi dan Misi ........................................................................ 33 C. StrukturOrganisasi IKM ........................................................ 34 D. Program-Program IKM ......................................................... 36 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Komunikasi Orgaanisasi IKM Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan ............................................................................ 39 B. Fakor Pendukung dan Penghambat ....................................... 53 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 55 B. Saran-saran ............................................................................ 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini masyarakat banyak mengalami perkembangan yang sangat cepat. Era ini memiliki potensi untuk ikut mengubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat. Melalui media-media dapat dengan mudah mengakses berbagai bentuk jenis budaya yang berkembang di negara-negara maju yang pada gilirannya cukup memberikan pengaruh terhadap perilaku keseharian, baik pengaruh positif maupun negatif. Dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu nampak semakin jelas, melalui berbagai sarana modern dengan cepat diterima oleh masyarakat tanpa filter yang baik, dengan demikian nilai-nilai yang tidak sesuai dengan ajaran Islam sedikit demi sedikit akan tertanam kedalam diri mereka. Maraknya penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat, baik yang berbentuk tindak kekerasan, pencurian, pergaulan bebas, penyalahgunaan obatobatan terlarang dan tindakan korupsi. Bentuk penyimpangan yang dilakukan masyarakat, karena kurangnya akhlak yang dapat menuntun mereka ke jalan yang lebih baik dan benar. Padahal dengan akhlak, diharapkan mereka dapat memfilter peradaban dan budaya yang masuk kedalam negeri ini. 1 2 Kesadaran tentang umat manusia ini pada dasarnya merupakan kelanjutan dari ajaran tauhid tentang asal usul manusia. Umat Islam tidak perlu takut akan proses globalisasi meskipun memang perlu waspada. Namun pada kenyatannya masih banyak masyarakat yang tidak mendapatkan pembinaan mental khususnya dalm bidang keagamaan. hal ini disebabkan karena masyarakat banyak yang tidak perduli dan selalu sibuk dengan urusan dunia mereka. Untuk itu dibutuhkannya peran aktif suatu negara, pemerintah atau golongan-golongan (organisasi) tertentu untuk dapat membina dan memberi arahan agar berbudi pekerti yang luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran, keadilan, kasih sayang agar terjalin hubungan yang baik antar sesama manusia atau masyarakat dan dapat menuntun mereka menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa. Dengan pembinaan keagamaan dapat meraih ketentraman rohani, karena sesungguhnya ketenangan hidup tidak hanya tergantung pada faktor luar saja, akan tetapi tergantung pada bagaiman cara sikap seseorang menghadapi faktor tersebut. Satu hal yang perlu yang dicatat adalah manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya, akan tetapi walaupun manusia mempunyai kelebihan pasti setiap manusia memliki kekurangan dan mempunyai sifat pelupa dan cenderung malas dalam melakukan sesuatu yang menurutnya kurang dimengerti, maka ia akan acuh terhadap permasalahnan yang sedang dihadapi. 3 Tujuan diadakannya kegiatan pembinaan keagamaan tersebut ialah memberikan bimbingan dalam hidup. Ajaran agama memberi bimbingan mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, ataupun hubungan dengan Tuhan. Bagi orang yang tingkah lakunya sesuai dengan apa yang diajarkan dalam agama, maka dalam menjalankan hidupnya ia bersikap wajar, tenang dan tidak melanggar hukum dan peraturan msyarakat dimana ia tinggal. Penolong dalam menghadapi kesukaran, maka ia akan menghadapi dengan tabah dan tenang dan dianggap sebagai cobaan tuhan kepada hambanya yang beriman. Menentramkan batin, mendapatkan ketenangan hati bahkan agama dapat memberi jalan, penenang hati bagi jiwa yang gelisah. mereka akan merasakan jauh lebih baik dari sebelumnya dan selalu mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya. Dan tidak akan selalu terpaku akan dengan permasalahan, dan menganggap permasalahan tersebut pasti ada jalan keluarnya. Organisasi sendiri merupakan suatu wadah masyarakat yang diharapkan untuk dapat membina perilaku dan mental keagamaan dalam masyarakat. Organisasi merupakan suatu struktur hubungan manusia.1 Organisasi sendiri dibentuk adalah untuk membangun sumber daya manusia yang cakap dan memiliki motivasi yang tinggi sehingga organisasi dapat bertahan dan mampu mengatasi tantangan yang datang kepadanya. Setiap organisasi yang dibentuk harus mempunyai kepala atau pimpinan yang mempunyai daya tampung untuk menampung aspirasi para anggotanya dan mempunyai kemauan yang kuat dalam membina organisasinya. 1 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet ke- 7, h. 25 4 Tujuan utama organisasi dibentuk adalah karena memilki kepentingan dan tujuan yang sama, baik secara formal maupun informal, dan dalam setiap penyelenggaraannya suatu kegiatan harus mempunyai peran aktif dari setiap para anggotanya agar tidak terjadinya suatu pemikiran yang berbeda ataupun kesalahpahaman dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Salah satu program yang harus selalu dilakukan dengan terus-menerus adalah pembinaan keagamaan para anggotanya. Hal ini ditekankan karena manusia adalah makhluk yang harus mempunyai keyakinan terhadap Tuhannya, sebagai pencipta alam dan beserta isinya, yaitu percaya kepada Allah SWT, dengan kegiatan tersebut para anggota dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya . Secara hubungan itu berperan guna pembinaan dan pengembangan jati diri kehidupan berbangsa dan bernegara. Apalagi ketika berhadapan dengan pengaruh asing yang tidak selaras dengan dasar falsafah hidup bangsa Indonesia, Pancasila. Seperti dikatakan Onong Uchjana, komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, komunikasi yang digunakan harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi.2 Bisa dikatakan, dalam menentukan sebuah langkah, sangat 2 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990) h. 32 5 diperlukan strategi komunikasi sebelumnya agar pesan dapat tersampaikan secara afektif hingga tercapainya tujuan secara umum. Ikatan Keluarga Minang (IKM) cabang Citeureup sendiri adalah suatu organisasi yang berbasis kegiatan sosial, organisasi ini terdiri dari kumpulan seluruh warga etnis minang dan dibentuk berdasarkan para perantau-perantau yang berasal dari Sumatra Barat, yang berjuang dan bertahan hidup dinegeri orang dan diharapkan dapat menjadi media silahturami yang erat dan sebagai wadah perkumpulan dalam membangun mental keagamaan. Semenjak masuknya Islam ke dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, terjadi titik temu dan perpaduan antara ajaran adat dengan Islam sebagai sebuah sistem nilai dan norma dalam kebudayaan Minangkabau yang melahirkan kesepakatan Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah. Undang-undang alam yang dijadikan oleh Tuhan atau yang disebut sunatullah atau hukum Allah. Dari landasan, prinsip dasar dan nilai operasional Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah, tersebut orang Minangkabau harus membangun masa depannya. Oleh karena itu, Minangkabau sekarang adalah Minangkabau yang menuju masa depan, bukan Minangkabau yang kembali ke masa lalu, tetapi tetap dalam prinsip-prinsip nilai yang menjadi identitas kebudayaan Minangkabau yang dinamis dan selalu mengalami perubahan. Oleh karenanya semakin kokoh keyakinan yang diisi oleh agama Islam yang benar, haq dari Rabb untuk membina pribadi anak nagari dari ranah Minangkabau. 6 Norma adalah aturan-aturan dan budaya adalah kebiasaan. Sebagai norma, adat Minangkabau dilihat dari sudut yang baik yang terbentuk sejak adanya masyarakat Minangkabau dan dikembangkan sesuai dengan tantangan zaman. Adat atau norma telah berjalan lama sekali dan turun temurun disebut tradisi, adalah tata cara memelihara hubungan baik antar sesama. Pemaknaan orang Minangkabau terhadap alam terlihat jelas dalam ajaran; pandangan dunia (world view) dan pandangan hidup (way of life) yang seringkali mereka nisbahkan melalui pepatah, petitih, mamangan, petuah, yang diserap dari bentuk, sifat, dan kehidupan alam. Untuk menjalankan pembinaan mental keagamaan dibutuhkan perencanaan, saluran komunikasi yang tepat, metode serta evaluasi yang tepat sehingga dapat dijalankan dengan efektif. Dalam hal ini, strategi digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Tujuan didirikanya organisasi ini adalah untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan dengan berpedoman kepada adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah, dengan melihat ketikan dari masyarakat minang yang berada diperantauan masihkah adat tersebut di junjung atau adat tersebut hilang berganti dengan tantangan di tempat mereka berada. Minang sendiri adalah suku di Sumatra Barat yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan bagi yang tidak beragama Islam tidak diakui sebagai masyarakat minang. 7 Berdasarakan uraian tersebut sangat menarik bagi peneliti untuk meneliti lebih jauh lagi dalam kegiatan pembinaan keagamaan yang dilaksanakan oleh Ikatan Keluarga Minang (IKM) sendiri, dan strategi yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan tersebut agar lebih efektif dan merasa pantas dengan adat-istiadat yang dipegang teguh oleh masyarakat Minang dalam mempertahankan adat leluhur ranah Minang yang kental dengan keagamaan, khususnya agama Islam, maka peneliti mengangkat judul skripsi ini dengan Komunikasi Organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) Cabang Citeureup Dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Masalah merupakan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilakan situasi yang menimbulkan pertanyaan dan dari situ muncul kebutuhan akan upaya pencarian jawabannya (Linclon dan Guba). Faktor-faktor tersebut bisa berupa konsep, data empiris, pengalaman serta unsur-unsur yang lain, apabila dipasangkan maka masingmasingnya akan menimbulkan banyak pertanyaan.3 Selanjutnya dari sini penulis hendak mengetengahkan pembatasan permasalahan pada satu titik, yaitu bagaimana komunikasi organisasi Ikatan Keluarga Minang Dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya. 3 Lexy J Moleong, Metologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 2007), h. 93 8 2. Perumusan Masalah Kemudian untuk memberikan kejelasan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu untuk menyusun suatu perumusan masalah dalam penelitian, merupakan penentu dalam penelitian kualitatif. Pokok masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah Komunikasi Organisasi Ikatan Keluarga Minang Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya? b. Apakah Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Apa Saja yang dimiliki Organisasi Ikatan Keluarga Minang Cabang Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini secara singkat adalah sebagai berikut : a. Untuk Mengetahui Komunikasi Organisasi Ikatan Keluarga Minang Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya. b. Untuk Mengetahui Informasi Tentang Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Apa saja yang dimiliki Organisasi Ikatan Keluarga Minang Cabang Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya. 9 2. Manfaat Penelitian: a. Manfaat Akademis Secara akademis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi pengembangan keilmuan komunikasi yang di khususkan lagi dalam komunikasi massa, komunikasi penyiaran islam, dan komunikasi organisasi. Karena ketiganya memiliki hubungan dan ketertarikan yang erat dan berperan penting dalam kecakapan kehidupan berkomunikasi. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk menambah wawasan khususnya bagi kalangan praktisi komunikasi organisasi guna memperoleh pembinaan mental keagamaan anggotanya. D. Metologi Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan yang sangat bergantung kepada perspektif yang digunakan serta permasalahan yang diteliti dalam melakukan deskripsi (penggambaran), verstehen (pemahaman dan pemaknaan), Interpretasi (penafsiran), pengembangan dan eksplorasi.4 4 Imam Suryo Prayogo, Metodelogi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 101-102. 10 Maka dalam hal ini penulis bermaksud untuk menggambarkan seutuhnya mengenai komunikasi organisasi Ikatan Keluarga Minang Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam melaksanakan metode penelitian di atas maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut : a. Studi Lapangan (filed research) Yakni studi penulis lakukan dengan cara mendatangi tempat penelitian yang dituju, dalam hal ini bertujuan guna mendapatkan sumber data primer yang meliputi : 1) Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung dan sistematis terhadap gejala-gejala yang sedang di hadapi.5 Dalam hal ini kegiatan dilakukan penulis guna menggali data serta informasi dari sumber data yakni berupa peristiwa, tempat dan dokumen yang ada berkaitan dengan apa yang telah menjadi dasar penelitian. 2) Wawancara, yakni proses pemerolehan data dengan cara tanya jawab secara langsung, bertatap muka antara penanya dengan pengelolah organisasi.6 Untuk memperoleh data secara langsung penulis memberikan beberapa pertanyaan dan tatap muka 5 Sutrisno Hadi, Metode Research (UGM, Yogyakarta), h. 136. Adang Rukhyat, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta : Dinas Olah Raga dan Pemuda, 2003), h. 51. 6 11 langsung dengan nara sumber. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara tidak terstruktur hal ini untuk memberikan kebebasan kepada penulis untuk bertanya, namun terarah pada masalah yang di angkat dalam penelitian. 3) Dokumentasi, yakni mencari data mengenai hal-hal atau berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.7 Mendokumentasikan data-data yang berkaitan dengan organisasi yang akan diteliti yang sangat dibutuhkan sebagai pendukung hasil wawancara. b. Studi Kepustakaan Studi kepustakan merupakan suatu usaha dalam memperoleh data sekunder, hal ini penting dalam menunjang teori-teori dan datadata dalam rangka memperkuat argumentasi. Yang selanjutnya studi kepustakaan yang dilakukan ialah dengan cara membaca buku teoriteori maupun lembaran kajian ilmiah yang menjadi sumber-sumber rujukan yang bersifat ilmiah tentunya terdapat relevansi terhadap masalah-masalah yang sedang diteliti. 7 Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara, 1998), h.32. 12 3. Analisis Data Untuk mengolah data, penulis gunakan analisis data deskriptif kualitatif, yakni analisis data yang diperoleh dengan membangun penjelasan secara deskriptif data yang diperoleh sehingga temuan hasil penelitian akan tersaji secara runtut, detail dan mendalam, metode deskriptif yang dimaksud adalah metode non statik dengan penyajian atau pola pikir dari umum ke khusus. Kesimpulan dan interpretasi dilakukan secara rasional dan obyektif berdasarkan temuan data, karena metode deskriptif menuturkan dan menampilkan data yang ada, misalnya situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang proses berpengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan yang meruncing. Langkah analisis yang akan dilakukan: a. Pengumpulan data b. Mengklasifikasikan semua data dan mengedit sesuai kebutuhan c. Menyusun data sesuai rencana d. Melakukan analisa untuk menjawab rumusan masalah. Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Praktek Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Ceqda, Tahun 2007 13 E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan di perpustakaan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi maupun di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan salah satu skripsi karya ilmiah dari 1. Saudara Suhardin M. Ia meneliti tentang strategi komunikasi organisasi PT. TIKI Jalur Nugraha Eka Kurir, dengan meneliti usaha dalam membina para pegawainya dalam pembinaan mental keagamaan. 2. Kemudian skripsi yang berjudul komunikasi organisasi komunitas suporter Aremania Malang dalam pembinaan akhlak anggota, yang meneliti tentang iklim komunikasi dan kinerja organisasi dalam pembinaan akhlak anggota pada komunitas Aremania. 3. Selain itu, skripsi dari saudara Farhah Khairiyah yang berjudul Strategi komunikasi dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh yayasan yatim piatu Islam al-barokah di pondok gede, Bekasi. Sedangkan judul skripsi penulis “Komunikasi Organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) Cabang Citeureup Dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya”. Pada skripsi ini penulis membahas tentang bagaimana komunikasi organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) dalam proses pembinaan keagamaan anggotanya. Dikarenakan belum adanya yang menganalisa komunikasi organisasi yang dilakukan oleh IKM (Ikatan Keluarga Minang) tersebut di atas untuk memberikan pembinaan keagamaan 14 anggotanya. Maka penulis tertarik untuk meneliti judul tersebut, karena belum banyaknya yang mengangkat tentang organisasi yang berbasis kedaerahan. F. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan karya ilmiah ini merujuk pada pedoman umum karya ilmiah civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.8 Untuk mempermudah tahap demi tahap pembahasan dalam penulisan karya ilmiah ini, maka penulis menyusunya ke dalam lima bab di uraikan menjadi sub-sub bab, namun pada umumnya selalu akan ditemui keterkaitan antara bab satu dengan yang lainnya. BAB I PEDAHULUAN Bab pertama membahas tentang latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. LANDASAN TEORITIS BAB II Bab kedua membahas tentang pengertian komunikasi organisasi, pembinaan keagamaan . 8 Oman Fathurahman, Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), (Jakarta : CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007). 15 BAB III GAMBARAN UMUM IKATAN KELUARGA MINANG CABANG CITEUREUP Bab ketiga menjabarkan tentang sejarah singkat Ikatan Keluarga Minang (IKM) cabang Citeureup, visi dan misi Ikatan Keluarga Minang (IKM), struktur organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM), dan Program-program kegiatannya. BAB IV ANALISIS Bab keempat menjelaskan analisis komunikasi organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) Cabang Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya dan faktor pendukung dan penghambat. BAB V PENUTUP Memberikan kesimpualan dari penelitian ini ditambah dengan saran-saran pendukung sebagai pandangan alternatif yang bisa dipertimbangkan. 16 BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Organisasi 1. Pengertian Komunikasi Organisasi Secara etimologi atau asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication, yang bersumber dari kata communis. Arti kata communis di sini adalah sama, dalam arti sama makna.1 Pendapat hampir sama juga yang dikemukakan oleh Astrid Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang di dalam bahasa latin memiliki arti “berpartisipasi” atau “memberitahukan”. Kata communis berarti “milik bersama” atau “berlaku dimana-mana”.2 Sedangkan ditinjau dari segi terminologis (istilah) penyampian sesuatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain,dari pernyataan itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia yang sering juga disebut komunikasi sosial.3 Ada beberapa ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi dan organisasi antara lain sebagai berikut : Komunikasi menurut istilah yaitu proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-bunyian dan bentuk 1 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 3-4. Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktik, (Bandung : Bina Cipta, 1998), h.1. 3 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 3 2 16 17 kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain.4 Ahli komunikasi Katz dan Khan menegaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial yang mempunyai relevansi terluas didalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi atau masyarakat. Sedangkan menurut Onong Uchjana, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.5 Organisasi adalah suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui satu hierarki jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang diterapkan. Organisasi menurut Everett Rogers adalah suatu sistem individu yang stabil yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu struktur hierarki dan pembagian kerja.6 Sondang P. Siagian menyatakan organisasai adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal dalam satu ikatan hirarki di mana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.7 Organisasi juga dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang tunduk pada kesepakatan bersama untuk mengadakan kerja sama dan interaksi guna mencapai tujuan bersama, dalam rangka keterbatasan sumber daya manusia dan sumber materil. Khocler mengatakan organisasi adalah sistem hubungan yang berstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Lain 4 YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi(Jakarta : Grasindo, 1998), h. 69. Onong, Dinamika Komunikasi, h. 9. 6 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke- 13, h.162 7 Sondang P. Siagian, Peranan Staf dan Management(Jakarta : Gunung Agung, 1976), cet ke- 1, h. 20. 5 18 lagi dengan pendapat Wright, yang mengatakan bahwa organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktifitas yang dikoordinasikan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama. Komunikasi organisasi menurut ahli komunikasi Redding dan Sanborn seperti dikutip Arni Muhammad bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang paling tergantung yang mencakup organisasi pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.8 Sedangkan Zelko dan Dance seperti dikutip Arni Muhammad mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang paling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal.9 Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informasi mengenai informasi mengenai informasi dan perasaan diantara sesama anggota organisasi. Menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules mengklasifikasikan komunikasi organisasi menjadi dua, yaitu definisi fungsional dan definisi interpretatif. Definisi fungsional komunikasi organisasi yaitu sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan definisi interpretatif komunikasi organisasi yaitu proses pencapaian makna atas interaksi yang merupakan organisasi.10 Dari berbagai definisi komunikasi organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi ialah proses pengiriman dan penerimaan berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang berada dalam satu sistem yang saling 8 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi(Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet ke- 7, h.65 Ibid.,h. 66 10 R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2005), h.31-33. 9 19 berhubungan, mempunyai kepentingan, visi dan misi yang sama di dalam kelompok formal maupun informal. 2. Teori Komunikasi Organisasi Dalam kajian ilmu komunikasi organisasi setidaknya ada lima teori organisasi yang cukup terkenal, teori dapat membantu untuk melihat proses komunikasi dalam organisasi. Kelima teori tersebut yitu teori klasik, teori hubungan manusia, teori sistem sosial, teori politik dan teori simbol. Menurut Scott (Goldhaber, 1986) ada empat yang merupakan unsur kunci dari teori organisasi klasik, yaitu pembagian kerja, hierarki proses fungsional, struktur dan pengawasan yang ketat. Teori sistem memandang organisasi sebagai kaitan bermacam-macam komponen yang saling tergantung satu sam lain dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam teori politik, ahli-ahli teori politik melihat kekuasaan (power), konflik dan distribusi dari sumber-sumber yang langka sebagai pokok permasalahan pada organisasi. Perspektif teori simbolis didasarkan padasatu seri asumsi mengenai hakikat organisasi dan tingkah laku manusia.11 Dalam skripsi ini peneliti memakai teori Hubungan Manusia oleh Elton Jhon Mayo. Teori hubungan manusia ini diperkenalkan pada tahun 1930-1an, dan didukung pula oleh Barnard 1938, Roethlisherger dan Dichson 1939. Elton Mayo adalah mahasiswa kedokteran, tetapi tidak begitu lama ia lalu mengikuti minatnya akan filsafat dan psikologi. Mayo lahir di Australia, kemudian pergi ke Amerika Seriakat dan menjadi staf dosen di Universitas Harvard, dan akhirnya menjadi Dosen Riset Industri pada Fakultas Ilmu-Ilmu Perusahaan Berijazah 11 “Teori-teori Organisasi dan Iklim Organisasi”, artikel diakses pada 2 mei 2011 dari http://images. Insandinami.multiply.multiplycontent.com/attachment/0SIqYZgoKCnkAAHGYQMM1/2%20Teori%20Organis asi%20Komunikasi.ppt?nmid=107388138 20 di Harvard. Mayo amat terkenal dengan proyek yang lazimnya disebut Howthorne Studies atau percobaan-percobaan Howthorne. Dari hasil penelitian Mayo, para peneliti mengambil kesimpulan bahwa hubungan sosial atau manusiawi di antara para pekerja, peneliti dan penyelia (supervisors) lebih penting dalam menentukan produktivitas dari pada perubahanperubahan kondisi kerja di atas. Moral pekerja (anggota organisasi) yang tinggi akan menaikkan produktifitas, kemudian timbul pertanyaan bagaimana cara untuk meningkatkan moral anggota. Moral meningkat atau tidak tergantung seberapa besar perhatian yang bersifat pribadi, individual dan simpati diberikan kepada karyawan, struktur sosial kelompok kerja. Bahkan faktor-faktor sederhana, seperti siapa yng duduk dekat seseorang karyawan, merupakan hal penting dalam organisasi. Dalam teori hubungan manusia, manusia sebagai anggota organisasi merupakan inti organisasi sosial. Manusia terlihat dalam tingkah laku organisasi. Misalnya anggota organisasi yang memutuskan apa peranan yang akan dilakukannya dan bagaimana melakukannya. Tanpa manusia organisasi tidak akan ada. Oleh karena itu faktor manusia dalam organisasi haruslah mendapat perhatian dan tidak dapat diabaikan seperti halnya dengan teori klasik.12 Teori hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Teori ini menyarankan strategi peningkatan dan penyempurnaan organisasi yang dapat membantu individu mengambangkan potensinya. Dengan meningkatkan kepuasan kerja dan mengarahkan aktualisasi diri pekerja, akan mempertinggi motivasi bekerja sehingga akan dapat meningkatkan produksi organisasi. 12 Ibid. 21 Inilah permulaan teori hubungan manusia menolak prinsip teori struktural klasik dan menentang pandangan yang mekanis tehadap organisasi yang tidak sensitif terhadap kebutuhan sosial anggota organisasi. 3. Fungsi komunikasi organisasi Semdjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut : a. Fungsi Informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya. b. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu berkitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran mnajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau instruksi supayaperintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Kemudian berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada 22 kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. c. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. d. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu : saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin) dan laporan kemajuan organisasi. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.13 4. Macam-macam komunikasi organisasi Komunikasi sangat berperan dalam suatu organisasi, karena organisasi itu sendiri merupakan sekumpulan orang-orang yang selalu membutuhkan berkomunikasi dengan sesama anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila ditinjau dari segi proses pencapaian tujuan, akan terikat 13 Adi Prakosa, “Teori Komunikasi Organisasi”, artikel diakses pada 1 mei 2011 dari http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/teori-komunikasi-organisasi.html 23 dengan sangat jelas bahwa komunikasi yang efektif menunjukkan pengaruh yang sangat besar dan bahkan bersifat menentukan. Untuk membedakan komunikasi organisasi dengan komunikasi yang diluar adalah struktur hierarki yang merupakan karakteristik dari setiap organisasi, kalau dalam organisasi dikenal adanya susunan organisasi formal dan informal. Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau strukrtur organisasi. Adapun komunikasi informal, arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut.14 Adapun bentuk-bentuk komunikasi organisasi dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Komunikasi lisan dan tulisan Komunikasi lisan dan tulisan merupakan jenis komunikasi verbal. Komunikasi lisan dapat diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Misalnya seorang direktur menyampaikan suatu keputusan kepada bawahannya dengan menyandikan keputusan itu dalam bentuk kata-kata yang diucapkan langsung ke bawahannya. Bawahan yang mendengar kata-kata tersebut menginterpretasikan artinya atau maksudnya serta berespons terhadap keputusan yang disampaikan tersebut. Sedangkan kalau komunikasitulisan apabila keputusan yang disampikan oleh Direktur tadi disandikan ke dalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirim kepada bawahannya dengan 14 164. Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke- 13, h.163- 24 apa yang dimaksudkan. Komunikasi tertulis ini dapat berupa surat, memo, buku petunjuk, gambar, laporan, sedangkan komunikasi lisan dapat dalam bentuk percakapan interpersonal secara tatap muka atau melalui telepon dan media lainnya. b. komunikasi verbal dan non verbal Komunikasi verbal bisa dikatakan bentuk yang paling umum digunakan dalam organisasi. Oleh karena itu adalah penting bagi seseorang manajer untuk mengetahui lebih banyak mengenai komunikasi tersebut. Komuniksi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus dari manusia. Tidak ada makhluk lain yang dapat menyampaikan bermacam-macam arti melalui kata-kata. Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi administrator dan manajer. Dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan pengindentifiksian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku untuk mencapai tujuan. Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian di sekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi non verbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara. Misalnya seorang pimpinan 25 berbicara dengan suara yang keras dan wajah yang merah padam, itu menandakan bahwa pimpinan tersebut sedang marah pada karyawan tersebut. c. Komunikasi ke atas, ke bawah, dan ke samping Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua pegawai perusahaan kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. d. Komunikasi formal dan informal Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun tanggung jawabtertentu jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang bebeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakandan biasanya tidaklah mengikuti struktur formal organisasi, tetapi timbul dari interaksi sosial yang wajar di antara anggota organisasi. Yang termasuk komunikasi informal ini adalah berita-berita dari mulut ke mulut mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia. 26 5. Iklim Komunikasi Organisasi Iklim komunikasi organisasi merupakan salah satu hal yang memegang peranan penting di dalam kehidupan suatu organisasi. Kepuasan komunikasi organisasi juga merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama pihak organisasi, karena kepuasan komunikasi organisasi mempengaruhi perilaku orang-orang yang berada di dalam organisasi tersebut. sehingga nantinya organisasi dapat mengambil tindakan yang paling tepat untuk mengembangkan organisasi. Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Suatu iklim komunikasi berkembang dalam konteks organisasi. Redding (1972) mengatakan bahwa iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting dari pada keterampilan atau teknik-teknik semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Pace and Faules mengatakan iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. (Pace dan Faules, 2002). Dennis mendefinisikan iklim komunikasi organisasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. (Soemirat, Ardianto, Suminar,1999) Hillreiger dan Slocum mengatakan iklim komunikasi organisasi adalah suatu aset atribut organisasi, yang menyebabkan bagaimana berjalannya 27 subsistem organisasi terhadap anggota dan lingkungannya. (Soemirat, Ardianto, Suminar,1999). Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi, suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik antar personal dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut.15 Perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut. Semua organisasi tentu memiliki strategi dalam memanajemen SDM. Iklim organisasi yang terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan kepentingan dan ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan perhatian. Ketidakpuasan seperti itu dapat ditangani dengan cara yang positif dan bijaksana. Iklim keterbukaan, bagaimanapun juga hanya tercipta jika semua anggota memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dan mempercayai keadilan tindakan. Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi. Batasan pengertian iklim organisasi itu bisa dilihat dalam dimensi iklim organisasi. 15 Epri Yanto, “Iklim Komunikasi”, artikel ini diakses pada 08 Oktober 2013 dari http://epthealwayz.blogspot.com/2013/01/iklim-komunikasi-organisasi_14.html 28 B. Pembinaan dan Keagamaan 1. Pengertian Pembinaan Pembinaan telah dibekukan kedalam bahasa Indonesia menjadi “bina” kata pembinaan yang mendapat akhiran “an” berasal dari “bina” yang berarti bangun, memperbaiki atau memperbaharui.16 Dalam Kamus BBI “pembinaan” mengandung arti penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil baik.17 Pembinaan dari segi terminologis yaitu suatu upaya, usaha kegiatan yang terus-menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapi tujuan agar sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial masyarakat.18 Adapun pembinaan menurut Zakiah Daradjat adalah upaya pendidikan baik formal maupun informal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras. Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.19 2. Pengertian Keagamaan Keagamaan berasal dari kata “agama” yang telah diberi awalan (ke) dan akhiran (an). Kata agama berasal dari bahasa sansekerta, bahwa agama terdiri dari dua suku kata yaitu “a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi. Jadi agama 16 Departemen Pendidikan dalam Kebudayaan, KBBI, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 117 W.J.S Purwadaminta, Kamus Umum BI, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), cet ke-3, h. 23. 18 Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Bimbingan Rohani Islam Pada Darmawanita, (Jakarta : Depag, 1984), h.8. 19 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979) 17 29 berarti tidak pergi, tetapi ditempat atau diwarisi turun menurun. Pendapat lain mengatakan agama berarti teks atau kitab suci, karena setiap agama memang mempunyai kitab suci. Ada juga yang menyatakan agama berarti tuntunan, karena mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.20 Sebagai sebuah sistem kepercayaan, agama begitu sulit untuk didefinisikan, namun tidak sedikit orang yang mencoba menjelaskannya kalau dilihat dari segi bahasa. Dengan kata lain agama adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia dalam usahanya mencari hakikat dari hidupnya dan yang mengajarkan kepadanya dengan tuhan, sehingga seseorang akan dapat merubah dirinya menjadi masa pembngunan yang sadar akan masa depan dan bertakwa kepada Allah SWT, baik dari segi akhlak, syariah, maupun akidah.21 Agama sering disebut sebagai jalan (the way), yang harus dijalani oleh setiap orang yang menginginkan kebahagian dunia dan akhirat. Pembinaan hakikatnya adalah sebuah upaya untuk merealisasikan nilai-nilai agama dalam rangka membentuk, memelihara dan meningkatkan kondisi jiwa dan memperbaiki moral dan budi pekerti yang luhur. 3. Tujuan Pembinaan Keagamaan Menurut Zakiah Daradjat ada beberapa fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu : a. Memberikan bimbingan dalam hidup. Ajaran agama memberi bimbingan mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, ataupun hubungan dengan tuhan. Bagi orang yang tingkah lakunya sesuai dengan apa yang diajarkan dalam agama, 20 21 2, h. 2. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspek, (Jakarta :UI Pers, 1987), cet ke-5, h. 59. Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet ke- 30 maka dalam menjalankan hidupnya ia bersikap wajar, tenang dan tidak melanggar hukum dan peraturan msyarakat dimana ia tinggal. b. Penolong dalam menghadapi kesukaran, maka ia akan menghadapi dengan tabah dan tenang dan dianggap sebagai cobaan tuhan kepada hambanya yang beriman. c. Menentramkan batin, mendapatkan ketenangan hati bahkan agama dapat memberi jalan, penenang hati bagi jiwa yang gelisah.22 Dengan demikian pembinaan keagamaan bertujuan untuk membangun jiwa agar mampu mengendalikan diri dan mengatur sikap, gerak dan tindakan sesuai dengan agama dan nilai-nilai yang terkandung dalam agama. Dapat disimpulkan bahwa pembinaan agama adalah membiasakan diri atau melatih seseorang untuk melakukan perbuatan yang terpuji dalam kehidupan seharihari sesuai dengan nilai-nilai (norma-norma) yang berlaku di masyarakat sehingga dapat dimanifestasikan baik berhubungan dengan Allah SWT, hubungan dengan manusia dan makhluk lainnya. Agama khususnya Islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap pembinaan keagamaan, termasuk cara-caranya. Hubungan antara rukun Iman dan rukun Islam terhadap pembinaan keagamaan adalah dengan menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaan tersebut.23 22 Zakiyah darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta :PT. Gunung Agung, 1996), cet ke- 15, h.11. 23 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,2006),h. 164. 31 BAB III Profil Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup A. Sejarah Berdirinya IKM Organisasi ini bernama Ikatan Keluarga Minang Citeureup, disingkat IKM Citeureup, sekumpulan warga minang di wilayah kabupaten Bogor, kecamatan Citeureup. IKM adalah organisasi ikatan keluarga yang bersifat sosial, bebas, bertanggung jawab, mandiri, demokratsis, amanah serta mengutamakan kesetia kawanan dan kekeluargaan dan tidak berpihak pada suatu organisasi politik dan tidak jadi partai politik. IKM sendiri didirikan oleh H. Yan Kardan pada tahun 1974. H. Yan Kardan adalah seorang tokoh masyarakat yang berada di daerah Citeureup khususnya bagi para perantau yang berasal dari Sumatra Barat. Beliau sebagai penggagas berdirinya dalam terbentuknya IKM itu sendiri.1 Kemudian Rusdi Naif sebagai ketua kedua dalam sejarah IKM ini terbentuk, karena beliau sendiri pada saat itu pun mempunyai jabatan, yaitu sebagai ketua KONI kabupaten Bogor pada saat itu, beliau lahir di Solok, Sumatra Barat. Dengan semangat mereka berusaha untuk mencari pengurus yang sekiranya pandai dalam membina organisasi ini. Awal IKM ini terbentuk, berangkat dari perkumpulan atau ikatan keluarga yang sering melakuakan kegiatan pengajian yang diadakan dari rumah ke rumah, yang dimaksud dengan ikatan keluarga disini ialah 1 Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013. 31 32 perkumpulan yang didasarkan masih memiliki hubungan keluarga dan kerabat dekat dari kampung halaman di Sumatra Barat. Tujuan awal pengajian ini ialah sebagai pengikat tali silahturahmi antar sanak saudara yang berada di daerah Citeureup, Bogor. Selain sebagai pengikat tali silahturahmi pengajian ini juga mengangkat tradisi tanah leluhur adat Minangkabau, karena pada dasarnya masyarakat Minangkabau tidak terlepas dari syariat agama islam. Seperti dalam pepatah minang “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”, yang artinya adat bersanding dengan agama, agama bersanding dengan kitab (Al qur’an), masyarakat yang lahir dengan rasa takwa kepada Allah dan Muhammad sebagai Rasul.2 Lambat laun pengajian yang sering dilakukan, makin lama semakin banyak jamaahnya yang mempunyai minat dan keinginan untuk mengikuti pengajian, dari mulut ke mulut antar sesama masyarakat Minang. Masyarakat Minang tidak suka jika dipanggil dengan sebutan orang Padang, itu dikarenakan orang Minang sudah pasti beragama Islam, dan orang Padang belum tentu beragama Islam. Dengan begitu banyaknya anggota yang mengikuti pengajian ini, maka dibentuklah suatu organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup dan mempunyai tujuan sebagai pengikat tali silahturahmi antara masyarakat minang yang satu dengan lainnya. Sebagai penyemangat cinta akan negeri dan nilai budaya luhur khususnya adat Minangkabau. 2 Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013. 33 Hingga kini, IKM beranggotakan dari berbagai suku dan daerah yang berada di Sumatra Barat, yakni Padang Pariaman, Padang Panjang, Bukit Tinggi, Padang Kota dan lain-lain. IKM adalah organisasi yang dibentuk sebagai wadah para perantau yang ada di Citeureup untuk menjalankan tradisi, karena rindu dengan kampung halaman dan untuk dapat saling tolongmenolong dan saling bekerja sama satu sama lain. Dan bertujuan untuk mewujudkan rasa kekeluargaan, kebersamaan, silahturahmi, dan kekerabatan sesama perantau ranah minang di Citeureup dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dengan warga lainnya di rantau. IKM sifatnya tidak permanen dalam pengurusan keanggotaanya, dalam 3 tahun sekali selalu diadakan pergantian kepengurusan. Hal ini bertujuan untuk mengganti cara-cara lama agar lebih kreatif dalam pergantiannya dan untuk agar generasi muda dapat merasakan dan mengembangkan organisasai khususnya fasilitas sarana maupun prasarana yang telah ada. B. Visi dan Misi IKM 1. Visi dari Ikatan Keluarga Minang Citeureup, yaitu : Terciptanya kehidupan rantau dari ranah minang yang harmonis, akrab, pandai dan berkualitas serta berakhlakul karimah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Misi dari Ikatan Keluarga Minang Citeureup, yaitu : a. Menjalin silahturhami sesama perantau ranah minang. b. Meningkatkan kualitas diri masyarakat ranah dan rantau. 34 c. Meningkatkan ketaqwaan dan keimanan dengan berpedoman kepada adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah. d. Mewujudkan rasa kebersamaan badunsanak dengan saling membantu, mengisi, dan berbagi sesama perantau ranah minang. e. Membangun sarana dan prasarana. C. Struktur Organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup. Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya biasanya membuat aturan-aturan, undang-undang dan hierarki dalam organisasi, hal ini dinamakan struktur organisasi. Tiap organisasi mempunyai sumber daya manusia dalam mengelola organisasi dan mengerjakan tugas-tugas organisasi.3 STRUKTUR KEPENGURUSAN IKM CITEUREUP PERIODE 2012-2015 Pelindung Citeureup : Muspika Kecamatan Pembina 1. H. Yan Kardan 2. H. Labai Jaari 3. Azwar A. Bakar 4. Aulia Tk. Panjang 5. M. Najib 6. Zainal Abidin 7. Tukiman 3 30 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi ( Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet ke-6, h. 35 Ketua Umum : Ramsi Ketua 1 : Khairul Abdi . Se Ketua 2 : Mansyur Sekretaris : Azwardi Wakil : : Jhoni Asril, A.Md Bendahara : Saidi Wakil : Indra Yulis SEKSI – SEKSI Seksi Kepemudaan Dan Olah Raga : Ketua : John Naro Wakil Ketua : Anis Rt Seksi Organisasi Dan Hubungan Luar : Ketua : Basrizal Wakil Ketua : Yon Hardi Izra Anggota : Feri Yanto. S Seksi Hubungan Masyarakat Dan Sosial : Ketua : Agusra Wakil Ketua : Ali Tj. Raya Anggota : Toni Yusuf Erick Anto Seksi Kerohanian : Ketua : Tk. Qori Sulaiman Wakil Ketua : Watri Sikumbang Anggota : Bujang Pungki : Raidi (Edi Buya) Seksi Kesenian : 36 Ketua : Nepo Yanto Wakil Ketua : Ermansyah Anggota : David Bundo Kanduang : Hj. Sori : Hj. Uni : Uni Eri : Uni Andah : Kardinar Bantuan Hukum : Mayor Rapiral : Serma Maizul : Serda Edi Nur : Sertu Jefri : Kopka Ali Mansyur : Briptu Delvi Zainal : Dekri : Briptu Nasril : Letda Shahdan Konwil ( Koordinator Wilayah ) D. Program yang dilakukan oleh Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup. Program-program yang dilakukan oleh Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup meningkatkan tali persaudaran dan sesuai dengan akidah Islam, maka untuk mewujudkan visi dan misinya Ikatan Keluarga Minang memerlukan kematangan konsep sebagai kunci keberhasilannya. Pematangan konsep ini dilkukan terhadap kegiatan tidak akan tercapai jika tidak adanya suatu program. Dalam menjalankan peranannya, Ikatan Keluarga Minang Citeureup berusaha menerapkan program pembinaannya terhadap para 37 anggotanya, melalui dua program yaitu program jangka pendek dan program jangka panjang : 1. Program jangka pendek a. Mengadakan pengajian rutin yang diadakan seminggu sekali. b. Mencari dana sosial dalam kegiatan yang diadakan oleh pengurus. 2. Program jangka panjang a. Mengadakan atau memperingati hari-hari besar Islam, seperti memperingati tahun baru Hijriah, Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mi’raj Muhammad SAW. b. Membangun sarana dan prasarana. Adapun program-program Ikatan Keluarga Minang yang selalu dilakukan untuk mempererat persaudaran dan memupuk jiwa saling tolong menolong (tenggang rasa), kegiatat-kegiatan tersebut : a. Penyelenggaraan kompetisi dalam bidang olahraga, seperti : pertandingan olahraga futsal antar tim dan pertandingan bulu tangkis. b. Mengadakan puasa dan shalat taraweh berjamaah pada bulan suci Ramadhan. c. Menyelenggarakan kegiatan pemotongan hewan kurban pada setiap hari raya Idul Adha. d. Mengadakan baksos, jika adalah salah satu anggota yang sedang mengalami musibah. e. Mengadakan arisan dari rumah ke rumah, yang dimaksudkan untuk menarik anggota agar dapat ikut serta dalam kegiatan tersebut, karena 38 dalam arisan tersebut di isi dengan pengjian dan tausiyah yang diberikan oleh buya atau ungku (ustadz). f. Melakukan kunjungan jika diadakan di undang oleh salah satu anggota yang sedang melakukan perayaan seperti khitanan, perkawinan dan lain-lain, yang dihari hampir atau perwakilan dari setiap anggota. g. Mengadakan penggalangan dana untuk membangun gedung serba guna. Dalam kegiatan berorganisasi wajar, jika dibuatnya suatu kegiatan yang menyangkut kepentingan bersama bukan lebih mementingkan kepentingan pribadi, sehingga dapat menjalin hidup secara bersama ataupun kebersamaan. Selain penempatan seseorang dalam ranah individu dan masyarakat, kekuatan rasa, tenggang rasa dan toleran memperkuat munculnya kebersamaan dalam masyarakat Minangkabau. Kebersamaan itu sesungguhnya lahir dari pola penempatan seseorang dalam ranah individu dan masyarakat. Meskipun sebagai individu diberi ruang gerak untuk dirinya sendiri, namun ia harus bersikap toleran, saling tolong-menolong dan menghargai setiap perbedaan yang ada. Dan pandai menempatkn diri dimana kita tinggal dan agar selalu bertoleransi dalam pergaulan. 39 BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN ANGGOTANYA A. Komunikasi Organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti,dapat dilihat bahwa Ikatan Keluarga Minang (IKM) adalah organisasi Ikatan Keluarga yang bersifat sosial, bebas, bertanggung jawab, mandiri, demokratis, amanah serta mengutamakan kesetiakawanan atau kekeluargaan.Sebagai organisasi berbasis kedaerahan khususnya adat minang, yang berpegang teguh dengan ajaran agama islam yang melekat dengan budaya masyarakat minang, tercantum dalam pepatah budaya adat minang yaitu adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah, yang artinya adat bersanding dengan agama, agama bersanding dengan kitabullah (Al qur’an). Minang sendiri adalah suku di Sumatra Barat yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan bagi yang tidak beragama Islam tidak diakui sebagai masyarakat minang. Dalam teori Elton Jhon Mayo yang menjelaskan tentang teori hubungan manusia, penelti menemukan kecocokan atau kesamaan dalam organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) yang telah diaplikasikan kedalam sistem organisasi tersebut. Dalam teori hubungan manusia, manusia sebagai anggota organisasi merupakan inti organisasi sosial. Manusia terlihat dalam tingkah laku organisasi.Misalnya anggota organisasi yang memutuskan apa 39 40 peranan yang akan dilakukannya dan bagaimana melakukannya. Tanpa manusia organisasi tidak akan ada. Oleh karena itu faktor manusia dalam organisasi haruslah mendapat perhatian dan tidak dapat diabaikan seperti halnya dengan teori klasik. Dalam organisasi kedaerahan seperti Ikatan Keluarga Minang (IKM), keberadaan anggota jelas memiliki peranan yang sangat vital. Terlebih di dalam anggota IKM bukan hanya ada satu suku, melainkan banyak suku yang bearada di daerah Sumatera Barat. Menurut teori hubungan manusia diatas, hubungan komunikasi yang terjalin antar anggota IKM menjadi faktor yang sangat penting dalam meningkatkan produktifitas organisasi. Dalam teori hubungan manusia, manusia sebagai anggota IKM merupakan inti organisasi sosial. Manusia terlibat dalam tingkah laku organisasi, dalam hal ini tingkah laku organisasi IKM bergantung pada bagaimana tingkah laku manusia atau anggota dalam organisasi itu sendiri. Teori hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Selain hubungan sosial, peran agama juga mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku manusia di dalam organisasi. Dalam pergulan dimasyarakat atau dunia kerja, masalah akan selalu ada dalam kehidupan bermasyarakat, bagaimana kita dapat mengatasinya dan dalam setiap suatu permasalahan pasti ada jalan keluarnya atau solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Seperti yang dikatakan Bapak Ramsi, ketua umum : 41 “Jika ada masalah besar sebisa mungkin kita kecilkan, dan masalah kecil berusaha untuk dihilangkan”.1 Dalam setiap permasalahan yang terjadi di organisasi yang mengambil keputusan akhir adalah ketua umum, jadi dari semua masukan ataupun kritikan ditampung dan kemudian diputuskan oleh ketua organisasi tersebut. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, dapat dijabarkan hasil temuan sebagai berikut : 1. Fungsi Komunikasi Organisasi Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut : a Fungsi Informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Dalam kepengurusan IKM sendri sudah jelas setiap anggota mempunyai peranan masing-masing dalam membuat suatu kebijakan guna mengatasi suatu permasalan yang terjadi di dalam organisasi IKM. Seperti yang di paparkan oleh Bapak Ramsi : “dalam setiap kepengurusan IKM sendri tidak permanen, karena dalam setiap 3 tahun sekali diadakan pemilihan kepenguran baru, guna untuk mengganti suasana kepengurusan dan diharapkan dapat membawa IKM ke dalam suatu wadah untuk menghimpun 1 Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013. 42 anggota dalam menyuarakan pendapat mereka demi kepentingan bersama”. Dalam tataran keorganisasian IKM membutuhkan informasi guna melaksanakan pekerjaan, di samping itu informasi tentang keamanan, sosial, kesehatan dan sebagainya. b Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Di tubuh IKM sendri fungsi regulatif terlihat dari semua acara kegiatan yang akan dilakukan, dimana pengurus IKM mengendalikan informasi agar informasi yang disampaikan berjalan dengan baik dan jika ada anggota belum mengerti ataupun ingin memberi saran dapat bertemu langsung dengan pengurus maupun ketua IKM. Ketika pengurus memberikan instruksi lebih bersifat imbauan bukan perintah, agara pesan yang di berikan lebih berkesan santai tapi harus punya tanggung jawab yang berorientasi pada kepentingan bersama khususnya. Dan bawahan sendiri pun perlu kepastian tentang peraturan pekerjaan yang mesti dilakukan. c Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan, kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan apa yang diharapkan, pimpinan lebih suka untuk mempersuasi bawahannya dari pada memberi perintah. 43 “Dalam kepemimpinan Bapak lebih bersifat demokratis tidak memaksakan keinginan Bapak sendiri, orang itu harus pandai klo tidak pandai langsung ganti, klo Bapak tidak ingin seperti itu. Keinginan Bapak, setiap yang berada di dalam kepengurusan IKM ini tidak membatasi keinginan mereka, asalkan masih bertujuan untuk memajukan organisasi yang lebih baik kedepan pastinya, kan setiap pemikiran orang-orang itu berbeda-beda, contonya kamu nih, misalnya kamu orang birokrat terus kamu Bapak suruh di bidang lain, pasti gak mau dong. Organisasi ini kan lebih bersifat sosial atas suka rela anggota untuk mempunyai visi dan misi yang sama demi memajukan kepentingan bersama”.2 Dari petikan wawancara di atas dapat dianalisis bahwa komunikasi yang digunakandalam mengatur pekerjaan yang dilakukan pimpinan lebih suka mempersuasi anggotanya dari padaa memberi perintah dan tidak memperlihatkan dan kewenangannya sebagai pimpinan, sehingga dapat menghasilkan kepedulian dari setiap anggota untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. 2. Jaringan Komunikasi Vertikal Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Komuniksi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah yang terjalin antara anggota pengurus IKM dengan Bapak Ramsi dapat nyata terwujud, yang biasanya melalui telepon dan sms. Selain itu, para anggota pengurus IKM pun tak segan untuk bertamu ke rumah Bapak Ramsi. Hal ini diakui sendiri oleh Bapak Ramsi selaku ketua umum IKM. 2 Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013. 44 “Bapak sering mengajak para anggota maupun pengurus untuk ikut serta dalam kegiatan IKM, kalau tidak bisa dengan tenaga bisa dengan kasih bantuan dana, kalau tidak bisa ya kasihlah ide atau pemikiran, dan rumah bapak selalu terbuka untuk para anggota ataupun pengurus untuk sekedar bertanya atau bertukar pikiran. Tidak jarang bapak juga sering berkunjung ke tempat para anggota maupun pengurus IKM, setidaknya bapak dapat berinteraksi secara langsung, tentang apa saja yang sudah dan apa saja yang belum dikerjakan”.3 Dari petikan wawncara diatas dapat dianalisis bahwa komunikasi dari bawah ke atas maupun dari atas kebawah cukup sering dijumpai. Keterbukaan yang mereka tanamkan cukup memberikan kesempatan bagi anggota IKM untuk berinteraksi. 3. Jaringan Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang mengalir menyamping atau komunikasi yang berlangsung antara sesama pengurus yang setingkat. Komunikasi horizontal yang terjalin antar anggota dan pengurus IKM tidak jauh berbeda dengan komunikasi ke atas dan ke bawah. Komunikasi yang berlangsung di forum IKM cukup berjalan dengan baik. Mereka sering berkumpul dan saling kunjung satu sama lain antar pengurus IKM, aktifitasnya meliputi berbincang-bincang, bersendau gurau, bermain catur, dan lain sebagainya. Pertemuan paling jelas terlihat yaitu pada saat di adakannya suatu acara, mereka datang dan berkumpul di kantor sekretariat untuk membicarakan apa saja acara yang akan diadakan, sehingga dari para anggota dan pengurus berbagai daerah pun dapat saling bersilahturahmi satu sama lain. 3 Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013. 45 4. Jaringan Komunikasi Formal Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Pesan jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau bawah ke atas dari tingkat yang sama atau horizontal.Pada IKM bentuk jaringan komunikasi dapat terlihat jelas dari intensitas pertemuan yang dilakukan dalam upaya pembinaan keagamaan anggotanya. Untuk itu banyak upaya-upaya yang dilakukan IKM dalammembina para anggota agar terbentuknya akhlakul karimah diantaranya adalah sebagai berikut : a Pengajian rutin seminggu sekali dalam satu bulan. 1. Sejarah dan latar belakang Dengan melihat fenomena yang ada, banyak masyarakat sudah tidak lagi saling berintraksi satu dengan yang lainnya dan diiringi dengan kemerosotan mental dan moral sehingga sering terjadinya gesekan individu yang satu dengan yang lainya. Untuk itu H. Yang Kardan berinisiatif untuk membuat suatu pengajian, yang bertujuan untuk sebagai wadah dan membina akhlak agar dapat meredam permasalahan yang ada. Pengajian selalu diadakan dua kali dalam sebulan khususnya antar sama para perantau yang berasal dari minang. Selain itu pengajian ini diharapkan dapat membina dan menjalin tali silhturahmi antar perantau dan membangun masyarakat sesuai dengan akidah islam, menanamkan spirit kebersamaan agar dapat saling menghormati dan menghargai adanya perbedaan. 46 Begitu pentingnya pengajian ini akan sebuah pembinaan keagamaan. maka pengajian ini lebih sering diadakan yakni seminggu sekali dalam sebulan. Selain itu pengajian ini diharapkan sebagai wadah perkumpulan orang-orang minang untuk saling mengenal satu sama lainnya, dalam membina moral sesuai dengan akidah islam yang berbudi luhur dan berakhlak al karimah. Sebagai pengingat kembali tentang apa yang telah diajarkan pada saat di kampung halaman sebagai masyarakat yang menjaga adat dan budaya ranah minang, yang tersirat dalam pepatah minang “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah,” 4 2. Jadwal Pengajian Pengjian ini dilakukan setiap hari senin mulai pukul 22.00 sampai dengan pukul 00.00 WIB dan diadakan di mushalah. 3. Materi pengajian Materi yang diberikan kepada para anggota menitikberatkan pada nilai-nilai mental dan moral keagamaan, seperti sikap kepedulian, dalam pepatah minang, “kaba baiak ba imbauan, kaba buruak ba ambauan”, tanggung jawab, kesabaran, kedisiplinan, dan sebagainya. Untuk menarik para anggota untuk dapat hadir dalam pengajian tersebut, ustadz (ungku) yang didatangkan adalah ustadz yang pandai dalam menyampaikan dakwah dan lebih berkesan berbagi ataupun tanya jawab antara anggota dengan ustadz ataupun sebaliknya, dan 4 Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013. 47 tidak bersifat menggurui. Dan isi materi pengajian yang diberikan lebih untuk dapat memotivasi dan memperbaiki diri yang lebih baik daripada sebelumnya. 4. Tujuan diadakan pengajian Untuk menanamkan dasar keyakinan agama (syara’) dan memahami ajaran agama didalam meningkatkan hubungan antar anggota maupun masyarakat. “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat bagi orang lain, jika Habluminannas dilakukan, maka dengan sendirinya Habluminallah akan terbawa dan Allah SWT lebih mengetahui kebutuhan kita dibandingankan dengan keinginan kita”.5 Dan diharapkan dapat melaksanakan dan merealisasikan nilainilai dasar tersebut di dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. b Arisan yang diadakan dua minggu sekali dalam sebulan Selain itu IKM ini membuat suatu cara atau strategi untuk dapat menarik anggota agar ikut serta dalam proses pembinaan mental keagamaan ialah dengan cara di adakannya sebuah arisan dengan di isi pengajian, dan sebagai pengikat tali silahturahmi dan dilaksanakan dua minggu sekali dan dalam prosesnya kegiatan ini dilakukan dengan cara mengundi nama anggota, dan si pemenang undian seterusnya akan dilakukan dirumah anggota tersebut dan uang yang di keluarkan adalah 5 Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013. 48 sebagai membuat hidangan ataupun makanan yang akan disediakan oleh pemenang arisan. Dalam kegiatan arisan tersebut diisi dengan tausiyah ataupun pengajian yang di berikan oleh ustadz maupun saling tukar pendapat. Dan ustadz (ungku) yang diundang harus pandai menyampaikan dakwahnya dengan baik sehingga dapat menarik anggota untuk dapat mengikuti pengajian atau arisan tersebut. Karena dalam setiap perbedaan itu wajar dalam setiap berorgnisasai justru itu dibuatlah suatu kegiatan yang menyangkut kepentingan bersama bukan lebih mementingkan kepentingan pribadi, sehingga dapat menjalin hidup secara bersama ataupun kebersamaan. Selain penempatan seseorang dalam ranah individu dan masyarakat, kekuatan rasa, tenggang rasa dan toleran memperkuat munculnya kebersamaan dalam masyarakat Minangkabau. 5. Jaringan Komunikasi Informal Bila anggota berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memeperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi ini mengalir ke atas ke bawah atau horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada mungkin sedikit. Karena komunikasi informal ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. 49 Komunikasi informal dalam IKM ini adalah setiap tahun merayakan hari besar Islam yang merupakan bentuk peringatan terhadap berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam. Perayaan hari besar tersebut ditandai dengan kegiatan ibadah, seperti pengajian, puasa, ceramah agama, maupun shalat. Berikut adalah beberapa peringatan hari besar Islam yang diperingati oleh umat muslim, antara lain :Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.Memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.Mengadakan puasa bersama dan shalat taraweh berjamaah pada bulan suci Ramadhan. Menyelenggarakan pemotongan hewan kurban pada setiap hari raya Idul Adha. IKM memberikan bantuan hewan kurban sebanyak 3 ekor sapi dan 5 ekor kambing yang dibeli berdasarkan uang dari semua anggota. Adapun komunikasi informal, arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masingh-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut. Karena dalam setiap perbedaan itu wajar dalam setiap berorganisasai justru itu dibuatlah suatu kegiatan yang menyangkut kepentingan bersama bukan lebih mementingkan kepentingan pribadi, sehingga dapat menjalin hidup secara bersama ataupun kebersamaan. Selain penempatan seseorang dalam ranah individu dan masyarakat, kekuatan rasa, tenggang rasa dan toleran memperkuat Minangkabau. munculnya kebersamaan dalam masyarakat 50 Kebersamaan itu sesungguhnya lahir dari pola penempatan seseorang dalam ranah individu dan masyarakat. Meskipun sebagai individu diberi ruang gerak untuk dirinya sendiri, namun ia harus bersikap toleran, saling tolongmenolong dan menghargai setiap perbedaan yang ada dan pandai menempatkan diri dimana kita tinggal dan agar selalu bertoleransi dalam pergaulan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an sebagai berikut : “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-bangsa)dan berpuak-puak (suku-suku) supaya kamu saling kenal mengenal …”, (QS.49, al Hujurat : 13). Al-qur’an mengajarkan kepada kita untuk mengimbangi kehidupan dunia dan akhirat, bahwa kita hidup di dunia ini tidak sendiri kita harus dapat meyakini bahwa keberadaan manusia sebagai ciptaan Allah, terletak pada keterikatannya dengan Allah, bahwa segala sesuatu bersumber dan bermuara pada-Nya.Jika manusia berkehendak mempertahankan tugasnya sebagai khalifatullah di dunia, maka ia harus selalu memperlihatkan bahwa ia merupakan bagian dari struktur sosial yang menopangnya. IKM sendiri melakukan komunikasi dua arah yaitu pemberian pesanpesan kepada anggota, pesan itu berupa motivasi, instruksi, teguran dan juga 51 menerima usulan ataupun masukan dan keluhan dari para anggota organisasi dan disampaikan secara langsung dengan ketua pembina. Kemudian yang lebih dominan yang menentukan proses organisasai di lingkungan organisasi ini adalah ketua umum dan para tokoh-tokoh adat minang. Smirch dan Calas (1987) memandang budaya adalah sesuatu yang dibawa kedalam organisasi.6 Budaya yang digunakan pada perspektif kognitif yang mana perspektif ini menekankan pada gagasan konsep, keyakinan, nilainilai, dan norma-norma dan pengetahuan yang diorganisasikan yang ada dalam pemikiran orang-orang untuk memahami realitas yang terjadi di sekitar lingkungan tersebut. “Masyarakat Minang adalah masyarakat yang berbudaya yang berpegang teguh dengan adat yang sudah ada, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Yang dimana bukan hanya membawa adat minangnya saja melainkan harus menyesuaikan dengan masyarakat sekitar, dengan kata lain harus bersosialisasi di mana tempat kita berada. Misalnya ada pengajian yang diadakan oleh tetangga kita harus ikut serta jangan hanya aktif di organisasi IKM saja, karena sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna bagi orang lain”.7 Dengan melihat kutipan di atas dapat di jelaskaan bahwa budaya yang di bawa oleh masyarakat minang tidak hanya minangnya saja, tetapi dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar, yang diman peran para tokoh adat minang sebagai penasehat dan mengatur sistem organisasi IKM tersebut. Iklim komunikasi organisai merupakan suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap tingkah 6 Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung: PT. Rosda Karya, 1998), Cet. Ke-1, h.91 7 Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013. 52 laku, dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. Iklim yang dikemukakan oleh Litwin dan Strengers (1968) memberikan dimensi seperti : a. Rasa tanggung jawab Rasa tanggung jawab, standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan, ganjaran atau reward, rasa persaudaraan dan semangat tim.8Dalam hal tanggung jawab. IKM sudah membuktikan diri sebagai anggota yang bertanggung jawab atas perbuatan ataupun tugas yang sudah dibebankan kepada setiap anggota. b. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan Dalam memajukan IKM, anggota maupun pengurus saling gotong royong untuk membantu sama lain lain jika ada sala satu anggota yang sedang mengalami kesusahan, banyak hal yang sudah dilakukan oleh IKM dalam, guna menjadi organisasi yang mampu mengembangkan dan mensukseskan kegiatan yang sudah direncanakan. c. Penghargaan atau reward Penghargaan yang diterima atas para anggota IKM bukanlah berbentuk benda maupun materi, melainkan kepuasan maupun kebanggaan tersendiri.Misalnya suatu acara dapat berjalan dengan baik dan banyak para anggota hadir dan cabang IKM lainnya, yang berada di wilayah Bogor Timur hadir untuk memeriahkan suatu acara tersebut. 8 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), h. 83 53 d. Rasa persaudaraan Rasa persaudaraan di tubuh IKM sendiri tumbuh seiring berjalannya waktu. Karena dengan seringnya diadakan suatu acara, dapat memupuk tali persaudaraan yang sudah ada sebagai masyarakat yang berasal dari daerah yang sama, walaupun berbeda suku maupun wilayah. e. Semangat tim IKM sendiri merupakan oganisasi yang berbasis kedaerahan dan bersifat sosial, demi memajukan kepentingan bersama. Dan jika ada kegiatan para anggota selalu siap dan hadir dalam kegiatannya, misalnya dalam pembangunan gedung serba guna. Iklim komunikasi di atas merupakan iklim yang diterapkan oleh organisasi sesuai dengan nilai-nilai dasar organisasi IKM. Iklim ini cocok dalam suatu organisasi yang ingin berkembang dengan baik, karena tanggung jawab guna membangun sebuah organisasi yang solid. B. Faktor Pendukung dan Penghambat 1. Faktor pendukung Dengan diadakannya kegiatan arisan yang dilakukan untuk menarik para anggota untuk dapat hadir dalam kegiatan arisan tersebut di isi dengan pengajian dalam pembentukan keagamaan, banyaknya ustadz-ustadz (ungku), dan tempat pengajian yang diadakan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal 54 mereka, sehingga para anggota dapat mengikuti pembinaan dalam pembentukan akhlak mulia.Sesuai dengan pernyataan dari Bapak Ramsi di bawah ini: “Dalam IKM ini kami tidak membatasi kehendak dalam mengundang seorang ungku atau ustadz, kami justru menyesuaikan dengan ustadz yang di gemari dan diminati para anggota IKM”.9 Pemilihan seorang pembicara atau ustadz yang akan menyampaikan tausiah dalam kegiatan arisan, ditentukan oleh seksi dakwah berdasarkan kegemaran para anggota. Dengan cara itu para anggota akan lebih menyukai pesan-pesan atau tausiah yang disampaikan oleh ustadz. 2. Faktor penghambat Banyaknya para anggota yang terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga tidak dapat hadir dalam pembinaan keagamaan dan adapun anggota yang selalu banyak alasan untuk tidak mengikuti pengajian tersebut. 9 Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013 55 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan temuan dan jawaban atas rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat peneliti simpulkan bahwa dalam mensiati perkembangan jaman yang diiringi dengan menurunnya moral, Ikatan Keluarga Minang (IKM) selalu mengadakan kegiatan khusus pengajian yang bertujuan untuk dapat membina keagamaan anggotanya dan melakukan pembinaanya lainnya melalui diadakanya arisan dari rumah ke rumah dan program-program lainnya dalam membentuk manusia yang beriman. Ada empat tipe komunikasi yang biasa terjadi dalam organisasi yaitu komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal, komunikasi formal dan komunikasi informal. Dalam organisasi IKM ini, keempat tipe komunikasi tersebut berjalan dengan baik. Kebanyakan yang terjadi adalah komunikasi horizontal dimana komunikasi ini terjalin antar sesama anggota. Dari empat tipe komunikasi ini membentuk iklim organisasi yang terwujud seiring dengan proses pembinaan keagamaan anggotanya. Pandangan pimpinan organisasi seperti Bapak Ramsi terhadap organisasi akan mempengaruhi arus komunikasi dalam organisasi. Faktor pendukung dalam proses pembinaan ini yaitu dengan adanya arisan dan tempat pengajian yang diadakan tidak terlalu jauh, sehingga para 55 56 anggota dapat hadir dengan tepat waktu, sedangkan faktor penghambat dalam proses ini adalah kesibukannya para anggota, sehingga kurangnya efektif dalm pengajian tesebut, dikarenakan kurangnya kehadiran para anggota. B. Saran Berdasarkan hasil dari keseluruhan dalam penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat baik dalam kehidupan akademis maupun praktis, beberapa saran yang terkait dalam penelitian ini antara lain : 1. Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup, warga minang yang tinggal di rantau, diharapkan dapat dijadikan suatu wadah masyarakat minang untuk mengenal satu sama lain dan menghidupkan budaya minangkabau. 2. IKM juga diharapakan mampu mengatasi semua permasalahan yang ada dan menjadikan tali pengikat persaudaraan. 3. Kepada para akademis, khususnya kepada mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran, diharapkan untuk lebih mendalami ilmu komunikasi, agar dimasa mendatang bisa mendapatkan kesempatan bekerja pada bidang yang sesuai dengan jurusan. 4. Diharapkan penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan menggali sumber informasi dibidang komunikasi organisasi, karena 57 masih kurangnya atau sedikitnya judul skripsi yang mengenai komunikasi organisasi. 5. Agar penelitian dibidang komunikasi organisasi lebih berkembang dalam meneliti suatu lembaga, perusahaan, maupun organisasi. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Anwar, Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995 Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1979 _ _ _ _ _, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta : PT. Gunung Agung, 1996 Departemen Pendidikan dalam Kebudayaan, KBBI, Jakarta : Balai Pustaka, 1988 Effendi, Onong Uchjana, Dinamika Rosdakarya, 2008 Komunikasi, Bandung: PT Remaja Fathurahman, Oman, Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), Jakarta : CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 Gunadi, YS., Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta : Grasindo, 1998 Hadi , Sutrisno, Metode Research, UGM, Yogyakarta Hermawan, Asep, Kiat Praktis Menulis Skripsi, Tesis dan Disertasi Untuk Konsentrasi Pemasaran, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004 Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metode Penelitian Sosial Jakarta : Bumi Aksara, 1998 Manaf, Mujahid Abdul, Sejarah Agama-Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996 Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2005, cet ke7 Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,ed Revisi, 2007 Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspek, Jakarta : UI Pers, 1987 Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006 Prayogo, Imam Suryo, Metodelogi Penelitian Sosial Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001 Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Bimbingan Rohani Islam Pada Darmawanita, Jakarta : Depag, 1984 Purwadaminta, W.J.S, Kamus Umum BI, Jakarta : Bulan Bintang, 1979 Rukhyat, Adang, Panduan Penelitian Bagi Remaja, Jakarta : Dinas Olah Raga dan Pemuda, 2003 R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005 Siagian, Sondang P., Peranan Staf dan Management, Jakarta : Gunung Agung, 1976 Susanto, Phil Astrid S., Komunikasi dalam Teori dan Praktik, Bandung : Bina Cipta, 1998 Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002 TKATA]IKE1UARCATilIIAlIG . KAB,BOGOR KEC.CITEUREUP Hs.?$ eiteureup'Bogor Pahlawan : -!1. $ekertariat ?$53' $124 8281 0813 t$g? BgfZ $fiZ$ {143 3220, 5$02,0813 2ffi3$699, $913 24$? 0821 Telp.0852 8525, SURAT KETERAF{GAN No. 02I7-IKM Ctrp/2013 Yang berJandatangan di bawah ini : Nama : Azwardi Jabatan : Sekretaris Alamat : Jl. PahlawanNo. 76 Citeureup- Bogor Menerangkan bahwa : Nama Zepti Eriadi NPM 20705rc00349 Program StrataSafu(S1) Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bahwa yang bersangkutantelah melaksanakanpenelitian atau wawancara untuk penulisanskripsi denganjudul " Komunikasi Organisasi lkatan Keluarga Minang OKM) Catrang Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya'o- Demikian Surat Keterangan ini kami buat unhft dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. 2013 Citeureup,30 September \\ l/ tfi[ IKIT BOGOR TI RAYoNCrrEunEl|tswan6r Sekretaris r I KEMENTERIAN AGAMA ITNTyERSTTASrSLAM I\IEGERT(rr[r9 SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telp/Fax Email Jl. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat l5412Indonesia Website : www.fdkuiniakarta.ac.id 74703580 : (021)74327271 : [email protected]'id er 2013 Iakarta,12Septemb Nomor: Un.01/F.5 lr<Nr 0rsl A|y D0I3 Lamp : :PermohonanObservasilPenelitian Hal KepadaYth; Uon^U0-s$i Diu Tempat Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah lakartamenerangkanbahwamahasiswadi bawahini : Nama Tempat,tgllahir NIM Jurusan Program ZeptriEriadi Juni1988 Padang,09 207051000349 Islam(KPI)-NonReguler KomunikasidanPenyiaran StrataSatu(S-l) Bermaksudmengadakanobservasi/penelitianuntuk bahanpenulisanskripsi yang berjudul "strategi Komunikasi Organisasi lkotan Keluarga Minang Citeureup Dalam Pembinaan Mental KeagamaanAnggotanya ". Untuk melengkapidata yang berkaitandenganjudul skripsi di atas,kami mohon kepada Bapak/Ibu agar kiranya dapat menerima yang bersangkutan untuk melaksanakanobservasi/penelitiantersebut. Atas kesediaanBapaMbu, kami ucapkanterima kasih. Wassalamu'alaikum Wr.W. ffi p; Subhan,MAf I 004 ll0 199303 t\, i KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGBRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKTJLTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMIINIKASI Jl. Ir. H. .JuandaNo. 95 Ciputat I 5412 lndonesia Website : urvw .tdkuinj al<arta. ac.id Telp/ Fax Email Nomor: Un. 01ff.5/KM 013/3w1 /2011 Lamp :1(satu)Proposal Hal :BimbinganSkripsi (021)7432721 I 74t$s8} [email protected] akarta. ac.id Jakartz,26Mei2O11 KepadaYth; Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A DosenFakultasIlmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta Assalamu'alailuml{r. Wb. Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Svarif Hidavatullah Jakartasebagaiberikut . Nama : Zepti Eriadi NomorPokok .207051000349 Jurusan/Semester : Komunikasidan PenyiaranIslam (KPI) / VUI Program : Sl Judul Skripsi : StrategiKomr"nikasiorganisasiIkatanKeluargaMinang (tr(M) CiteureupDalam PembinaanMental Keagamaan Anggotanya. Kami mohon kesediaannyauntuk membimbing mahasiswatersebut dalam penyusunandan penyelesaian skripsinyapadawaktu yang tidak terlalulama. Atas perhatiandan kesediaanya kamr sampaikanterimakasih Wassalamu'alaikum Wr.Wb. a.n.Dek Drs. NIP Tembusan: 1. Dekan 2. Ketua JurusanKPI 3. KoordinatorTeknis FakultasIlmu Dakwahdan Ilnu Komunikasi in Saputr4 'l/\ ^1 3 1996A3I 0 0 1 HASIL WAWANCARA Narasumber : Bapak Ramsi Jabatan : Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang Hari/tanggal : Senin / 23 September 2013 Waktu : 20.00 – 21.30 WIB Tempat : Citeureup 1. Kapan Ikatan Keluarga Minang berdiri pak? Ikatan keluarga Minang ini berdiri pada tahun 1974 2. Siapa penggagas atau pendiri IKM ini ? Penggagas IKM ini terbentuk oleh H. Eyang kardan bersama dengan Rusni Naib yang pada saat itu, beliau menjabat sebagai ketua KONI Kabupaten Bogor. 3. Apa latar belakang terbentuknya IKM ini ? Latar belakang IKM ini terbentuk, awal mula sering dilakukan kegiatan dari rumah ke rumah dan tuuan diadakanny pengajian ini pun untuk sebagai tali pengikat antar para perantau dan sebagai wadah perkumpulan yang lebih bersifat sosial. 4. Apa tujuan didirikannya ini pak ? Tujuan utama IKM ini terbentuk berdasarakan, banyaknya para perantau yang hidup dan mencari daerah Citeureup. Untuk itu IKM sendiri dibentuk agar satu sama lain saling mengenal dan timbullah rasa saling tenggang rasa sebagai sesama perantau. Karena di IKM sendiri banyak berbagai suku dan daerah yang berbeda-beda yang berada di Sumtra Barat, untuk itu dharapkan sebagai satu wadah, satu pendapat, dimana bumi dipijak langit dijunjung. 5. Apa Visi dan Misi IKM ini ? Visi dan misi IKM yang pada saat ini adalah untuk membangun sarana dan prasarana khususnya bisa dikatakan gedung serba guna. 6. Bagaimana proses penentuan atau jangka waktu dalam pengurusan dalam IKM ini ? IKM sendiri dalam pengurusannya tidak permanen dalam 3 tahun sekali diadakan pemilihan kepengurusan baru, dan diharapkan dalam setiap pergantian kepengurusan mempunyai warna sendiri yang lebih bersifat demokrasi, yang di isi dengan para pemuda dan menggantikan kepengurusan yang lama. 7. Program-program kegiatan apa saja yang telah dilakukan ? Program-progam yang dilakukan banyak dari setiap seksi punya agenda kegiatannya sendiri-sendiri, seperti kegiatan pengajian, arisan, diadakannya pertandingan futsal. 8. Apakah ada program khusus dalam pembinaan keagamaan ? Y ...setau bapak kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan di IKM ini, pengajian yang dilakukan seminggu sekali dan arisan saja. 9. Apa strategi yang Bapak lakukan dalam pembinaan tersebut ? Strateginya didatangkannya ustadz Untuk menarik para anggota untuk dapat hadir dalam pengajian tersebut, ustadz (ungku) yang didatangkan adalah ustadz yang pandai dalam menyampaikan dakwah dan lebih berkesan berbagi ataupun tanya jawab antara anggota dengan ustadz ataupun sebaliknya, dan tidak bersifat menggurui. Dan isi materi pengajian yang diberikan lebih untuk dapat memotivasi dan memperbaiki diri yang lebih baik daripada sebelumnya. 10. Tujuan diadakannya pengajian tersebut ? Sudah pasti membangun dan membentuk akhlak sesuai dengan akidah Islam, contohnya semakin banyak dokter semakin banyak orang yang sakit, semakin banyak alim ulama, semakin banyak orang-orang yang paham tentang agama. 11. Apa saja kendala yang sering dihadapi dalam membina anggota dan pengurus IKM ? Kedalanya y ...hanya bagaimana mereka menangkap suatu informasi yang disampaikan oleh ungku dalam proses penyampaian pesannya, bagaimana mereka menelaah dan mengimplementasikan suatu arahan tersebut dan banyaknya anggota yang sibuk ataupun banyaknya alasan untuk tidak mengikuti pengajian tersebut 12. Apa harapan bapak kedepan untuk IKM ini ? Tujuan utama pada saat ini membangun sarana dan prasarana dan mengembangkan organisasi ini lebih baik dari sebelumnya. Bapak Ramsi (Ketua Umum) DOKUMENTASI PENULIS DENGAN KETUA UMUM IKATAN KELUARGA MINANG (IKM) CITEUREUP