komunikasi organisasi ikatan keluarga minang (ikm)

advertisement
KOMUNIKASI ORGANISASI
IKATAN KELUARGA MINANG (IKM) CABANG CITEUREUP
DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN ANGGOTANYA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
( S.Kom.I )
Oleh:
Zeptri Eriadi
NIM: 207051000349
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
KOMUNIKASI ORGANISASI
IKATAN KELUARGA MINANG (IKM)
DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN ANGGOTANYA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
( S.Kom.I )
Oleh:
Zeptri Eriadi
NIM: 207051000349
Pembimbing :
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 September 2013
Zeptri Eriadi
ABSTRAK
ZEPTRI ERIADI
207051000349
Komunikasi Organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup dalam
Pembinaan Keagamaan Anggotanya
Pembinaan sangat diperlukan, khususnya pembinaan mental keagamaan,
karena seiring perkembangan zaman, dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat
cukup terlihat dengan maraknya bentuk-bentuk penyimpangan yang terjadi
dikalangan masyarakat. Sehingga dibutuhkanyaperan organisasi seperti Ikatan
Keluarga Minang (IKM) untuk dapat membina dan memberi arahan keikhlasan,
kejujuran, keadilan, kasih sayang supaya terjalin hubungan yang baik antar
bermasyarakat
.
Ikatan
Keluarga Minang merupakan sebuah organisasi yang lebih dominan dalam kegiatan
sosial dan mempunyai perhatian terhadap kehidupan para perantau yang tinggal di
Kecamatan Citeureup,bertujuan menciptakan kehidupan yang harmonis, akrab,
pandai dan berkualitas serta berakhlakul karimah dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam hal ini diperlukannya suatu upaya untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan khususnya dalam pembinaan keagamaan anggotanya serta pentingnya
komunikasi yang diterapkan oleh organisasi tersebut.
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan
analisis deskriptif yaitu bagaimana komunikasi organisasi Ikatan Keluarga Minang
Citeureup dalam pembinaan keagamaan anggotanya dan apa saja faktor pendukung
dan penghambat yang dimiliki organisasi Ikatan Keluarga Minangdalam pembinan
keagamaan anggotanya.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh dan tentang langkah-langkah
penyusunan komunikasi organisasi Ikatan Keluarga Minang dalam pembinaan
keagamaan terhadap anggotanya, ini terbukti dengan adanya kegiatan yang berkaitan
dengan pembinaan tersebut dalam memperbaiki mental, membentuk akhlak, dan
menjadi manusia yang beriman
Namun dalam prosesnya beberapa anggota tidak mengikuti kegiatan tersebut,
ada yang beralasan sibuk dengan kerjaan mereka atau kurangnya kesadaran atau
minat mereka untuk mengikuti pengajian tersebut sehingga menghambat pembinaan
tersebut.Dengan itu untuk kedepannya, dapat meningkatkan berbagai kegiatan
khususnya dalam kegiatan keagamaan dalam membina anggota sehingga dapat
menjalin silahturhami sesama perantau ranah minang serta meningkatkan kualitas diri
masyarakat ranah dan rantau dan meningkatkan ketaqwaan dan keimanan dengan
berpedoman dan berpegang teguh dengan ajaran islam.
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur yang tidak terhingga dan dengan segala limpahan
rahmat, nikmat, inayah yang tiada henti-hentinya seperti kasih sayang yang
diberikan kepada umatnya. Tidak lupa pula shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
umatnya dari zaman jahiliyah sampai zaman penuh ilmu pengetahuan seperti
sekarang, beserta para keluarga dan sahabatnya dan kaum Muslim yang telah
berjihad dijalannya mendirikan panji-panji Islam dan Risalahnya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari benar bahwa tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak terkait, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Karena berkat arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi yang
diberikan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna mendapatkan
gelar Strata Satu (S1) di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas
dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada orang tua tercinta, Ayah dan Mama yang tak henti-hentinya
mendoakan, memberi dukungan moril maupun materil, semangat dan motivasi
kepada penulis. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. H.
Arief Subhan MA, Dr. Suparto, M.Ed, MA, selaku Wadek (Wakil Dekan)
I Bidang Akademik, Drs. Jumroni M.Si, selaku Wadek II Bidang
ii
Administrasi Umum, danDrs. Wahidin Saputra, MA, selaku Wadek III
Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.
2. Dra. Asriati Jamil M. Hum (almh),yang telah memberikan dorongan moril
bagi penulis danDra. Musyfirah Nurlaily, MA. Selaku Sekretaris Program
Non Reguler.
3. Drs. Jumroni M. Si, Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
4. Dra. Musyfirah Nurlaily, MA. selaku pembimbing skripsi yang selalu
tidak henti-hentinya memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
banyak memberikan ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis
dalam menyelesailan studi maupun dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
6. Kepala dan Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
7. Kepada keluarga besar Ikatan Keluarga Minang (IKM) cabang Citeureup,
khususnya Bapak Ramsi, selaku Ketua Umum dan Bapak Azwardi, selaku
Sekretaris, yang telah membantu penulis untuk mengumpulkan materimateri dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi
dan bantuan kepada penulis dalam mengumpulkan yang dibutuhkan.
8. Saudara Adik-adiksekandung penulis: Eki Rio Astarino, Ita Yuliana, dan
Yogi Yunanda Saputra,yang selalu menemani, mendukung, menghibur dan
memberi banyak harapan bagi penulis.
9. Teman-teman Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan KPI Non-Reguler 2007: Mutiara Rizki Amelia, Ika
Kartika, Syaifullah, Mohamad Samlawi, Isnaanto Achmad Maulana, Ade
iii
Alfan Syifa, Za Arasyi Rahmah, Syahrul, Ongko Prasetyo, Dahliana
Syahri, Rio Aditama, Doni Bestadi, Abdul Ghani, Aldy, Andy Widianto,
Dhani Ibnu, Rizka, Ferdy Yulian, Indah, Nila, Neneng, H. Sulaiman, Nur
Ardiansyah, Bima Suhardiman, Farida, Fadilah, beserta teman-teman
lainnya yang belum tersebut, kakak dan adik-adik kelas yang telah
memberikan semangat dan bantuannya dalam pembuatan skripsi ini.
10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis senantiasa berdoa semoga amal baik yang telah diberikan,
mendapatkan ridha dari Allah SWT. penulis serahkan semuanya dengan
harapan semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar khusus bagi
penulis dan umumnya bagi yang membacanya.
Jakarta, 9 Oktober 2013
Zeptri Eriadi
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................
8
D. Metodologi Penelitian ..........................................................
9
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 14
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi ................................. 15
2. Teori Komunikasi Organisasi ........................................ 19
3. Fungsi Komunikasi Organisasi ...................................... 21
4. Macam-Macam Komunikasi Organisasi ......................... 22
5. Iklim Komunikasi Organisasi ....................................... 26
v
B. Pembinaan Keagamaan
1. Pengertian Pembinaan ....................................................... 28
2. Pengertian Keagamaan ..................................................... 28
3. Tujuan Pembinaan Keagamaan ......................................... 29
BAB III
GAMBARAN UMUM IKM( IKATAN KELUARGA
MINANG) CABANG CITEUREUP
A. Sejarah BerdirinyaIKM ......................................................... 31
B. Visi dan Misi ........................................................................ 33
C. StrukturOrganisasi IKM ........................................................ 34
D. Program-Program IKM ......................................................... 36
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Komunikasi Orgaanisasi IKM Citeureup dalam Pembinaan
Keagamaan ............................................................................ 39
B. Fakor Pendukung dan Penghambat ....................................... 53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 55
B. Saran-saran ............................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini masyarakat banyak mengalami perkembangan yang
sangat cepat. Era ini memiliki potensi untuk ikut mengubah hampir seluruh
sistem kehidupan masyarakat. Melalui media-media dapat dengan mudah
mengakses berbagai bentuk jenis budaya yang berkembang di negara-negara
maju yang pada gilirannya cukup memberikan pengaruh terhadap perilaku
keseharian, baik pengaruh positif maupun negatif.
Dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu
nampak semakin jelas, melalui berbagai sarana modern dengan cepat diterima
oleh masyarakat tanpa filter yang baik, dengan demikian nilai-nilai yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam sedikit demi sedikit akan tertanam kedalam diri
mereka. Maraknya penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat, baik yang
berbentuk tindak kekerasan, pencurian, pergaulan bebas, penyalahgunaan obatobatan terlarang dan tindakan korupsi.
Bentuk penyimpangan yang dilakukan masyarakat, karena kurangnya
akhlak yang dapat menuntun mereka ke jalan yang lebih baik dan benar. Padahal
dengan akhlak, diharapkan mereka dapat memfilter peradaban dan budaya yang
masuk kedalam negeri ini.
1
2
Kesadaran tentang umat manusia ini pada dasarnya merupakan kelanjutan
dari ajaran tauhid tentang asal usul manusia. Umat Islam tidak perlu takut akan
proses globalisasi meskipun memang perlu waspada.
Namun pada kenyatannya masih banyak masyarakat yang tidak
mendapatkan pembinaan mental khususnya dalm bidang keagamaan. hal ini
disebabkan karena masyarakat banyak yang tidak perduli dan selalu sibuk
dengan urusan dunia mereka. Untuk itu dibutuhkannya peran aktif suatu negara,
pemerintah atau golongan-golongan (organisasi) tertentu untuk dapat membina
dan memberi arahan agar berbudi pekerti yang luhur seperti kebenaran,
keikhlasan, kejujuran, keadilan, kasih sayang agar terjalin hubungan yang baik
antar sesama manusia atau masyarakat dan dapat menuntun mereka menjadi
manusia beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa.
Dengan pembinaan keagamaan dapat meraih ketentraman rohani, karena
sesungguhnya ketenangan hidup tidak hanya tergantung pada faktor luar saja,
akan tetapi tergantung pada bagaiman cara sikap seseorang menghadapi faktor
tersebut. Satu hal yang perlu yang dicatat adalah manusia adalah makhluk Tuhan
yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya, akan tetapi
walaupun manusia mempunyai kelebihan pasti setiap manusia memliki
kekurangan dan mempunyai sifat pelupa dan cenderung malas dalam melakukan
sesuatu yang menurutnya kurang dimengerti, maka ia akan acuh terhadap
permasalahnan yang sedang dihadapi.
3
Tujuan diadakannya kegiatan pembinaan keagamaan tersebut ialah
memberikan bimbingan dalam hidup. Ajaran agama memberi bimbingan mulai
dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, ataupun hubungan dengan Tuhan.
Bagi orang yang tingkah lakunya sesuai dengan apa yang diajarkan dalam
agama, maka dalam menjalankan hidupnya ia bersikap wajar, tenang dan tidak
melanggar hukum dan peraturan msyarakat dimana ia tinggal. Penolong dalam
menghadapi kesukaran, maka ia akan menghadapi dengan tabah dan tenang dan
dianggap sebagai cobaan tuhan kepada hambanya yang beriman.
Menentramkan batin, mendapatkan ketenangan hati bahkan agama dapat
memberi jalan, penenang hati bagi jiwa yang gelisah. mereka akan merasakan
jauh lebih baik dari sebelumnya dan selalu mensyukuri segala nikmat yang telah
diberikan oleh Tuhan kepadanya. Dan tidak akan selalu terpaku akan dengan
permasalahan, dan menganggap permasalahan tersebut pasti ada jalan keluarnya.
Organisasi sendiri merupakan suatu wadah masyarakat yang diharapkan
untuk dapat membina perilaku dan mental keagamaan dalam masyarakat.
Organisasi merupakan suatu struktur hubungan manusia.1 Organisasi sendiri
dibentuk adalah untuk membangun sumber daya manusia yang cakap dan
memiliki motivasi yang tinggi sehingga organisasi dapat bertahan dan mampu
mengatasi tantangan yang datang kepadanya. Setiap organisasi yang dibentuk
harus mempunyai kepala atau pimpinan yang mempunyai daya tampung untuk
menampung aspirasi para anggotanya dan mempunyai kemauan yang kuat dalam
membina organisasinya.
1
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet ke- 7, h. 25
4
Tujuan utama organisasi dibentuk adalah karena memilki kepentingan
dan tujuan yang sama, baik secara formal maupun informal, dan dalam setiap
penyelenggaraannya suatu kegiatan harus mempunyai peran aktif dari setiap para
anggotanya agar tidak terjadinya suatu pemikiran yang berbeda ataupun
kesalahpahaman dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Salah satu program yang
harus selalu dilakukan dengan terus-menerus adalah pembinaan keagamaan para
anggotanya. Hal ini ditekankan karena manusia adalah makhluk yang harus
mempunyai keyakinan terhadap Tuhannya, sebagai pencipta alam dan beserta
isinya, yaitu percaya kepada Allah SWT, dengan kegiatan tersebut para anggota
dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya .
Secara hubungan itu berperan guna pembinaan dan pengembangan jati
diri kehidupan berbangsa dan bernegara. Apalagi ketika berhadapan dengan
pengaruh asing yang tidak selaras dengan dasar falsafah hidup bangsa Indonesia,
Pancasila. Seperti dikatakan Onong Uchjana, komunikasi merupakan panduan
dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen
(communication management) untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, komunikasi yang digunakan harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti
kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari
situasi dan kondisi.2 Bisa dikatakan, dalam menentukan sebuah langkah, sangat
2
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1990) h. 32
5
diperlukan strategi komunikasi sebelumnya agar pesan dapat tersampaikan secara
afektif hingga tercapainya tujuan secara umum.
Ikatan Keluarga Minang (IKM) cabang Citeureup sendiri adalah suatu
organisasi yang berbasis kegiatan sosial, organisasi ini terdiri dari kumpulan
seluruh warga etnis minang dan dibentuk berdasarkan para perantau-perantau
yang berasal dari Sumatra Barat, yang berjuang dan bertahan hidup dinegeri
orang dan diharapkan dapat menjadi media silahturami yang erat dan sebagai
wadah perkumpulan dalam membangun mental keagamaan.
Semenjak
masuknya
Islam
ke
dalam
kehidupan
masyarakat
Minangkabau, terjadi titik temu dan perpaduan antara ajaran adat dengan Islam
sebagai sebuah sistem nilai dan norma dalam kebudayaan Minangkabau yang
melahirkan kesepakatan Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah.
Undang-undang alam yang dijadikan oleh Tuhan atau yang disebut sunatullah
atau hukum Allah.
Dari landasan, prinsip dasar dan nilai operasional Adat Bersendi Syarak,
Syarak Bersendi Kitabullah, tersebut orang Minangkabau harus membangun
masa depannya. Oleh karena itu, Minangkabau sekarang adalah Minangkabau
yang menuju masa depan, bukan Minangkabau yang kembali ke masa lalu, tetapi
tetap
dalam
prinsip-prinsip
nilai
yang
menjadi
identitas
kebudayaan
Minangkabau yang dinamis dan selalu mengalami perubahan. Oleh karenanya
semakin kokoh keyakinan yang diisi oleh agama Islam yang benar, haq dari Rabb
untuk membina pribadi anak nagari dari ranah Minangkabau.
6
Norma adalah aturan-aturan dan budaya adalah kebiasaan. Sebagai
norma, adat Minangkabau dilihat dari sudut yang baik yang terbentuk sejak
adanya masyarakat Minangkabau dan dikembangkan sesuai dengan tantangan
zaman. Adat atau norma telah berjalan lama sekali dan turun temurun disebut
tradisi, adalah tata cara memelihara hubungan baik antar sesama.
Pemaknaan orang Minangkabau terhadap alam terlihat jelas dalam ajaran;
pandangan dunia (world view) dan pandangan hidup (way of life) yang seringkali
mereka nisbahkan melalui pepatah, petitih, mamangan, petuah, yang diserap dari
bentuk, sifat, dan kehidupan alam.
Untuk
menjalankan
pembinaan
mental
keagamaan
dibutuhkan
perencanaan, saluran komunikasi yang tepat, metode serta evaluasi yang tepat
sehingga dapat dijalankan dengan efektif. Dalam hal ini, strategi digunakan
untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah
dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu
tidak terlepas dari strategi.
Tujuan didirikanya organisasi ini adalah untuk meningkatkan ketaqwaan
dan keimanan dengan berpedoman kepada adat basandi syarak dan syarak
basandi kitabullah, dengan melihat ketikan dari masyarakat minang yang berada
diperantauan masihkah adat tersebut di junjung atau adat tersebut hilang berganti
dengan tantangan di tempat mereka berada. Minang sendiri adalah suku di
Sumatra Barat yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan bagi yang tidak
beragama Islam tidak diakui sebagai masyarakat minang.
7
Berdasarakan uraian tersebut sangat menarik bagi peneliti untuk meneliti
lebih jauh lagi dalam kegiatan pembinaan keagamaan yang dilaksanakan oleh
Ikatan Keluarga Minang (IKM) sendiri, dan strategi yang digunakan dalam
melaksanakan kegiatan tersebut agar lebih efektif dan merasa pantas dengan
adat-istiadat
yang
dipegang
teguh
oleh
masyarakat
Minang
dalam
mempertahankan adat leluhur ranah Minang yang kental dengan keagamaan,
khususnya agama Islam, maka peneliti mengangkat judul skripsi ini dengan
Komunikasi Organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) Cabang Citeureup
Dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Masalah merupakan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan
antara dua faktor atau lebih yang menghasilakan situasi yang menimbulkan
pertanyaan dan dari situ muncul kebutuhan akan upaya pencarian jawabannya
(Linclon dan Guba). Faktor-faktor tersebut bisa berupa konsep, data empiris,
pengalaman serta unsur-unsur yang lain, apabila dipasangkan maka masingmasingnya akan menimbulkan banyak pertanyaan.3
Selanjutnya dari sini penulis hendak mengetengahkan pembatasan
permasalahan pada satu titik, yaitu bagaimana komunikasi organisasi Ikatan
Keluarga Minang Dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya.
3
Lexy J Moleong, Metologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 2007), h. 93
8
2. Perumusan Masalah
Kemudian untuk memberikan kejelasan batasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka perlu untuk menyusun suatu perumusan masalah
dalam penelitian, merupakan penentu dalam penelitian kualitatif. Pokok
masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah Komunikasi Organisasi Ikatan Keluarga Minang Citeureup
dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya?
b. Apakah Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Apa Saja yang
dimiliki Organisasi Ikatan Keluarga Minang Cabang Citeureup dalam
Pembinaan Keagamaan Anggotanya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan penelitian ini secara singkat adalah sebagai berikut :
a. Untuk Mengetahui Komunikasi Organisasi Ikatan Keluarga Minang
Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya.
b. Untuk Mengetahui Informasi Tentang Faktor-Faktor Pendukung dan
Penghambat Apa saja yang dimiliki Organisasi Ikatan Keluarga Minang
Cabang Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya.
9
2. Manfaat Penelitian:
a. Manfaat Akademis
Secara akademis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
kontribusi keilmuan bagi pengembangan keilmuan komunikasi yang di
khususkan lagi dalam komunikasi massa, komunikasi penyiaran islam,
dan komunikasi organisasi. Karena ketiganya memiliki hubungan dan
ketertarikan yang erat dan berperan penting dalam kecakapan kehidupan
berkomunikasi.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk
menambah wawasan khususnya bagi kalangan praktisi komunikasi
organisasi guna memperoleh pembinaan mental keagamaan anggotanya.
D. Metologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan yang sangat
bergantung kepada perspektif yang digunakan serta permasalahan yang
diteliti
dalam
melakukan
deskripsi
(penggambaran),
verstehen
(pemahaman dan pemaknaan), Interpretasi (penafsiran), pengembangan
dan eksplorasi.4
4
Imam Suryo Prayogo, Metodelogi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 101-102.
10
Maka dalam hal ini penulis bermaksud untuk menggambarkan
seutuhnya mengenai komunikasi organisasi Ikatan Keluarga Minang
Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan metode penelitian di atas maka penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
a. Studi Lapangan (filed research)
Yakni studi penulis lakukan dengan cara mendatangi tempat
penelitian yang dituju, dalam hal ini bertujuan guna mendapatkan
sumber data primer yang meliputi :
1) Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung dan sistematis
terhadap gejala-gejala yang sedang di hadapi.5 Dalam hal ini
kegiatan dilakukan penulis guna menggali data serta informasi
dari sumber data yakni berupa peristiwa, tempat dan dokumen
yang ada berkaitan dengan apa yang telah menjadi dasar
penelitian.
2) Wawancara, yakni proses pemerolehan data dengan cara tanya
jawab secara langsung, bertatap muka antara penanya dengan
pengelolah organisasi.6 Untuk memperoleh data secara langsung
penulis memberikan beberapa pertanyaan dan tatap muka
5
Sutrisno Hadi, Metode Research (UGM, Yogyakarta), h. 136.
Adang Rukhyat, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta : Dinas Olah Raga dan Pemuda,
2003), h. 51.
6
11
langsung dengan nara sumber. Teknik yang digunakan adalah
teknik wawancara tidak terstruktur hal ini untuk memberikan
kebebasan kepada penulis untuk bertanya, namun terarah pada
masalah yang di angkat dalam penelitian.
3) Dokumentasi, yakni mencari data mengenai hal-hal atau berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya.7 Mendokumentasikan data-data
yang berkaitan dengan organisasi yang akan diteliti yang sangat
dibutuhkan sebagai pendukung hasil wawancara.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakan merupakan suatu usaha dalam memperoleh
data sekunder, hal ini penting dalam menunjang teori-teori dan datadata dalam rangka memperkuat argumentasi. Yang selanjutnya studi
kepustakaan yang dilakukan ialah dengan cara membaca buku teoriteori maupun lembaran kajian ilmiah yang menjadi sumber-sumber
rujukan yang bersifat ilmiah tentunya terdapat relevansi terhadap
masalah-masalah yang sedang diteliti.
7
Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi
Aksara, 1998), h.32.
12
3.
Analisis Data
Untuk mengolah data, penulis gunakan analisis data deskriptif
kualitatif, yakni analisis data yang diperoleh dengan membangun
penjelasan secara deskriptif data yang diperoleh sehingga temuan hasil
penelitian akan tersaji secara runtut, detail dan mendalam, metode
deskriptif yang dimaksud adalah metode non statik dengan penyajian atau
pola pikir dari umum ke khusus. Kesimpulan dan interpretasi dilakukan
secara rasional dan obyektif berdasarkan temuan data, karena metode
deskriptif menuturkan dan menampilkan data yang ada, misalnya situasi
yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang
menampak, atau tentang proses berpengaruh yang sedang bekerja,
kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan
yang meruncing. Langkah analisis yang akan dilakukan:
a. Pengumpulan data
b. Mengklasifikasikan semua data dan mengedit sesuai kebutuhan
c. Menyusun data sesuai rencana
d. Melakukan analisa untuk menjawab rumusan masalah.
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
Praktek Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang
diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Ceqda, Tahun 2007
13
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan
kepustakaan di perpustakaan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
maupun di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menemukan salah satu skripsi karya ilmiah dari
1. Saudara Suhardin M. Ia meneliti tentang strategi komunikasi organisasi
PT. TIKI Jalur Nugraha Eka Kurir, dengan meneliti usaha dalam
membina para pegawainya dalam pembinaan mental keagamaan.
2. Kemudian skripsi yang berjudul komunikasi organisasi komunitas
suporter Aremania Malang dalam pembinaan akhlak anggota, yang
meneliti tentang iklim komunikasi dan kinerja organisasi dalam
pembinaan akhlak anggota pada komunitas Aremania.
3. Selain itu, skripsi dari saudara Farhah Khairiyah yang berjudul Strategi
komunikasi dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh yayasan yatim
piatu Islam al-barokah di pondok gede, Bekasi.
Sedangkan judul skripsi penulis “Komunikasi Organisasi Ikatan
Keluarga Minang (IKM) Cabang Citeureup Dalam Pembinaan Keagamaan
Anggotanya”. Pada skripsi ini penulis membahas tentang bagaimana
komunikasi organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) dalam proses
pembinaan keagamaan anggotanya. Dikarenakan belum adanya yang
menganalisa komunikasi organisasi yang dilakukan oleh IKM (Ikatan
Keluarga Minang) tersebut di atas untuk memberikan pembinaan keagamaan
14
anggotanya. Maka penulis tertarik untuk meneliti judul tersebut, karena belum
banyaknya yang mengangkat tentang organisasi yang berbasis kedaerahan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan karya ilmiah ini merujuk pada pedoman
umum karya ilmiah civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.8
Untuk mempermudah tahap demi tahap pembahasan dalam penulisan karya
ilmiah ini, maka penulis menyusunya ke dalam lima bab di uraikan menjadi
sub-sub bab, namun pada umumnya selalu akan ditemui keterkaitan antara
bab satu dengan yang lainnya.
BAB I
PEDAHULUAN
Bab pertama membahas tentang latar belakang, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
LANDASAN TEORITIS
BAB II
Bab
kedua
membahas
tentang
pengertian
komunikasi
organisasi, pembinaan keagamaan
.
8
Oman Fathurahman, Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),
(Jakarta : CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2007).
15
BAB III
GAMBARAN UMUM IKATAN KELUARGA MINANG
CABANG CITEUREUP
Bab ketiga menjabarkan tentang sejarah singkat Ikatan
Keluarga Minang (IKM) cabang Citeureup, visi dan misi
Ikatan Keluarga Minang (IKM), struktur organisasi Ikatan
Keluarga Minang (IKM), dan Program-program kegiatannya.
BAB IV
ANALISIS
Bab keempat menjelaskan analisis komunikasi organisasi
Ikatan Keluarga Minang (IKM) Cabang Citeureup dalam
Pembinaan Keagamaan Anggotanya dan faktor pendukung dan
penghambat.
BAB V
PENUTUP
Memberikan kesimpualan dari penelitian ini ditambah dengan
saran-saran pendukung sebagai pandangan alternatif yang bisa
dipertimbangkan.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Secara etimologi atau asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin
communication, yang bersumber dari kata communis. Arti kata communis di sini
adalah sama, dalam arti sama makna.1 Pendapat hampir sama juga yang dikemukakan
oleh Astrid Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang
di dalam bahasa latin memiliki arti “berpartisipasi” atau “memberitahukan”. Kata
communis berarti “milik bersama” atau “berlaku dimana-mana”.2
Sedangkan ditinjau dari segi terminologis (istilah) penyampian sesuatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain,dari pernyataan itu jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu
kepada orang lain. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah
komunikasi manusia yang sering juga disebut komunikasi sosial.3
Ada beberapa ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi dan organisasi
antara lain sebagai berikut :
Komunikasi menurut istilah yaitu proses kegiatan manusia yang diungkapkan
melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-bunyian dan bentuk
1
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 3-4.
Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktik, (Bandung : Bina Cipta, 1998), h.1.
3
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 3
2
16
17
kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain.4 Ahli komunikasi
Katz dan Khan menegaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial yang
mempunyai relevansi terluas didalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi atau
masyarakat.
Sedangkan menurut Onong Uchjana, komunikasi berarti proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau
merubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak
langsung melalui media.5
Organisasi adalah suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui satu
hierarki jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang diterapkan.
Organisasi menurut Everett Rogers adalah suatu sistem individu yang stabil yang
bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu struktur hierarki
dan pembagian kerja.6
Sondang P. Siagian menyatakan organisasai adalah setiap bentuk persekutuan
antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan
terikat secara formal dalam satu ikatan hirarki di mana selalu terdapat hubungan
antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau
sekelompok orang yang disebut bawahan.7
Organisasi juga dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang tunduk pada
kesepakatan bersama untuk mengadakan kerja sama dan interaksi guna mencapai
tujuan bersama, dalam rangka keterbatasan sumber daya manusia dan sumber materil.
Khocler mengatakan organisasi adalah sistem hubungan yang berstruktur yang
mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Lain
4
YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi(Jakarta : Grasindo, 1998), h. 69.
Onong, Dinamika Komunikasi, h. 9.
6
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke- 13, h.162
7
Sondang P. Siagian, Peranan Staf dan Management(Jakarta : Gunung Agung, 1976), cet ke- 1, h. 20.
5
18
lagi dengan pendapat Wright, yang mengatakan bahwa organisasi adalah suatu bentuk
sistem terbuka dari aktifitas yang dikoordinasikan oleh dua orang atau lebih untuk
mencapai suatu tujuan bersama.
Komunikasi organisasi menurut ahli komunikasi Redding dan Sanborn seperti
dikutip Arni Muhammad bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang
paling tergantung yang mencakup organisasi pengiriman dan penerimaan informasi
dalam organisasi yang kompleks.8 Sedangkan Zelko dan Dance seperti dikutip Arni
Muhammad mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang
paling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal.9
Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari
komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota
organisasi yang berupa pertukaran secara informasi mengenai informasi mengenai
informasi dan perasaan diantara sesama anggota organisasi.
Menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules mengklasifikasikan komunikasi
organisasi menjadi dua, yaitu definisi fungsional dan definisi interpretatif. Definisi
fungsional komunikasi organisasi yaitu sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan
diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.
Sedangkan definisi interpretatif komunikasi organisasi yaitu proses pencapaian makna
atas interaksi yang merupakan organisasi.10
Dari berbagai definisi komunikasi organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi ialah proses pengiriman dan penerimaan berbagai pesan dari
komunikator kepada komunikan yang berada dalam satu sistem yang saling
8
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi(Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet ke- 7, h.65
Ibid.,h. 66
10
R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2005), h.31-33.
9
19
berhubungan, mempunyai kepentingan, visi dan misi yang sama di dalam kelompok
formal maupun informal.
2. Teori Komunikasi Organisasi
Dalam kajian ilmu komunikasi organisasi setidaknya ada lima teori organisasi
yang cukup terkenal, teori dapat membantu untuk melihat proses komunikasi dalam
organisasi. Kelima teori tersebut yitu teori klasik, teori hubungan manusia, teori
sistem sosial, teori politik dan teori simbol.
Menurut Scott (Goldhaber, 1986) ada empat yang merupakan unsur kunci dari
teori organisasi klasik, yaitu pembagian kerja, hierarki proses fungsional, struktur dan
pengawasan yang ketat. Teori sistem memandang organisasi sebagai kaitan
bermacam-macam komponen yang saling tergantung satu sam lain dalam mencapai
tujuan organisasi. Dalam teori politik, ahli-ahli teori politik melihat kekuasaan
(power), konflik dan distribusi dari sumber-sumber yang langka sebagai pokok
permasalahan pada organisasi. Perspektif teori simbolis didasarkan padasatu seri
asumsi mengenai hakikat organisasi dan tingkah laku manusia.11
Dalam skripsi ini peneliti memakai teori Hubungan Manusia oleh Elton Jhon
Mayo. Teori hubungan manusia ini diperkenalkan pada tahun 1930-1an, dan didukung
pula oleh Barnard 1938, Roethlisherger dan Dichson 1939.
Elton Mayo adalah mahasiswa kedokteran, tetapi tidak begitu lama ia lalu
mengikuti minatnya akan filsafat dan psikologi. Mayo lahir di Australia, kemudian
pergi ke Amerika Seriakat dan menjadi staf dosen di Universitas Harvard, dan
akhirnya menjadi Dosen Riset Industri pada Fakultas Ilmu-Ilmu Perusahaan Berijazah
11
“Teori-teori Organisasi dan Iklim Organisasi”, artikel diakses pada 2 mei 2011 dari http://images.
Insandinami.multiply.multiplycontent.com/attachment/0SIqYZgoKCnkAAHGYQMM1/2%20Teori%20Organis
asi%20Komunikasi.ppt?nmid=107388138
20
di Harvard. Mayo amat terkenal dengan proyek yang lazimnya disebut Howthorne
Studies atau percobaan-percobaan Howthorne.
Dari hasil penelitian Mayo, para peneliti mengambil kesimpulan bahwa
hubungan sosial atau manusiawi di antara para pekerja, peneliti dan penyelia
(supervisors) lebih penting dalam menentukan produktivitas dari pada perubahanperubahan kondisi kerja di atas. Moral pekerja (anggota organisasi) yang tinggi akan
menaikkan produktifitas, kemudian timbul pertanyaan bagaimana cara untuk
meningkatkan moral anggota. Moral meningkat atau tidak tergantung seberapa besar
perhatian yang bersifat pribadi, individual dan simpati diberikan kepada karyawan,
struktur sosial kelompok kerja. Bahkan faktor-faktor sederhana, seperti siapa yng
duduk dekat seseorang karyawan, merupakan hal penting dalam organisasi.
Dalam teori hubungan manusia, manusia sebagai anggota organisasi
merupakan inti organisasi sosial. Manusia terlihat dalam tingkah laku organisasi.
Misalnya anggota organisasi yang memutuskan apa peranan yang akan
dilakukannya dan bagaimana melakukannya. Tanpa manusia organisasi tidak akan
ada. Oleh karena itu faktor manusia dalam organisasi haruslah mendapat perhatian
dan tidak dapat diabaikan seperti halnya dengan teori klasik.12
Teori hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu dan
hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Teori ini menyarankan strategi
peningkatan dan penyempurnaan organisasi yang dapat membantu individu
mengambangkan potensinya. Dengan meningkatkan kepuasan kerja dan mengarahkan
aktualisasi diri pekerja, akan mempertinggi motivasi bekerja sehingga akan dapat
meningkatkan produksi organisasi.
12
Ibid.
21
Inilah permulaan teori hubungan manusia menolak prinsip teori struktural
klasik dan menentang pandangan yang mekanis tehadap organisasi yang tidak sensitif
terhadap kebutuhan sosial anggota organisasi.
3. Fungsi komunikasi organisasi
Semdjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut :
a. Fungsi Informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu. Informasi
yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan
(bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu
juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti,
dan sebagainya.
b. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi
regulatif, yaitu berkitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran
mnajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua
informasi
yang
disampaikan.
Juga
memberi
perintah
atau
instruksi
supayaperintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Kemudian
berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada
22
kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang
boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan
tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu : saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin)
dan laporan kemajuan organisasi.
Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama
masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang
lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.13
4. Macam-macam komunikasi organisasi
Komunikasi sangat berperan dalam suatu organisasi, karena organisasi itu
sendiri
merupakan
sekumpulan
orang-orang
yang
selalu
membutuhkan
berkomunikasi dengan sesama anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Apabila ditinjau dari segi proses pencapaian tujuan, akan terikat
13
Adi Prakosa, “Teori Komunikasi Organisasi”, artikel diakses pada 1 mei 2011 dari
http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/teori-komunikasi-organisasi.html
23
dengan sangat jelas bahwa komunikasi yang efektif menunjukkan pengaruh yang
sangat besar dan bahkan bersifat menentukan.
Untuk membedakan komunikasi organisasi dengan komunikasi yang
diluar adalah struktur hierarki yang merupakan karakteristik dari setiap organisasi,
kalau dalam organisasi dikenal adanya susunan organisasi formal dan informal.
Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang
tergambar dalam susunan atau strukrtur organisasi. Adapun komunikasi informal,
arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing
pribadi yang ada dalam organisasi tersebut.14
Adapun bentuk-bentuk komunikasi organisasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Komunikasi lisan dan tulisan
Komunikasi lisan dan tulisan merupakan jenis komunikasi verbal.
Komunikasi lisan dapat diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang
pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi
tingkah laku penerima. Misalnya seorang direktur menyampaikan suatu keputusan
kepada bawahannya dengan menyandikan keputusan itu dalam bentuk kata-kata
yang diucapkan langsung ke bawahannya. Bawahan yang mendengar kata-kata
tersebut menginterpretasikan artinya atau maksudnya serta berespons terhadap
keputusan yang disampaikan tersebut.
Sedangkan kalau komunikasitulisan apabila keputusan yang disampikan
oleh Direktur tadi disandikan ke dalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas
atau tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirim kepada bawahannya dengan
14
164.
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke- 13, h.163-
24
apa yang dimaksudkan. Komunikasi tertulis ini dapat berupa surat, memo, buku
petunjuk, gambar, laporan, sedangkan komunikasi lisan dapat dalam bentuk
percakapan interpersonal secara tatap muka atau melalui telepon dan media
lainnya.
b. komunikasi verbal dan non verbal
Komunikasi verbal bisa dikatakan bentuk yang paling umum digunakan
dalam organisasi. Oleh karena itu adalah penting bagi seseorang manajer untuk
mengetahui lebih banyak mengenai komunikasi tersebut. Komuniksi verbal
adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang
dinyatakan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal merupakan
karakteristik khusus dari manusia. Tidak ada makhluk lain yang dapat
menyampaikan
bermacam-macam
arti
melalui
kata-kata.
Kemampuan
menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi administrator
dan
manajer.
Dengan
adanya
komunikasi
verbal
memungkinkan
pengindentifiksian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku untuk
mencapai tujuan.
Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah
penciptaan dan pertukaran pesan dengan menggunakan kata-kata seperti
komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan
kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan atau dapat
juga dikatakan bahwa semua kejadian di sekeliling situasi komunikasi yang tidak
berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan
komunikasi non verbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui
ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara. Misalnya seorang pimpinan
25
berbicara dengan suara yang keras dan wajah yang merah padam, itu menandakan
bahwa pimpinan tersebut sedang marah pada karyawan tersebut.
c. Komunikasi ke atas, ke bawah, dan ke samping
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada
atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.
Semua pegawai perusahaan kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas
mungkin berkomunikasi ke atas.
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para
atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke
bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan
tugas-tugas dan pemeliharaan.
d. Komunikasi formal dan informal
Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang
telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi
formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen
maupun tanggung jawabtertentu jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan
bagi anggota organisasi yang bebeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal
tidaklah direncanakandan biasanya tidaklah mengikuti struktur formal organisasi,
tetapi timbul dari interaksi sosial yang wajar di antara anggota organisasi. Yang
termasuk komunikasi informal ini adalah berita-berita dari mulut ke mulut
mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya
bersifat rahasia.
26
5. Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi organisasi merupakan salah satu hal yang memegang
peranan penting di dalam kehidupan suatu organisasi. Kepuasan komunikasi
organisasi juga merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama
pihak organisasi, karena kepuasan komunikasi organisasi mempengaruhi perilaku
orang-orang yang berada di dalam organisasi tersebut. sehingga nantinya
organisasi dapat mengambil tindakan yang paling tepat untuk mengembangkan
organisasi.
Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur
organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Suatu iklim
komunikasi berkembang dalam konteks organisasi.
Redding (1972) mengatakan bahwa iklim komunikasi organisasi jauh
lebih penting dari pada keterampilan atau teknik-teknik semata-mata dalam
menciptakan suatu organisasi yang efektif.
Pace and Faules mengatakan iklim komunikasi organisasi terdiri dari
persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut
terhadap komunikasi. (Pace dan Faules, 2002).
Dennis mendefinisikan iklim komunikasi organisasi sebagai kualitas
pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang
mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan
dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. (Soemirat, Ardianto,
Suminar,1999)
Hillreiger dan Slocum mengatakan iklim komunikasi organisasi adalah
suatu aset atribut organisasi, yang menyebabkan bagaimana berjalannya
27
subsistem organisasi terhadap anggota dan lingkungannya. (Soemirat, Ardianto,
Suminar,1999).
Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi, suatu evaluasi
makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai
terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik antar personal dan
kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut.15
Perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim organisasi
yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi,
atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut. Semua
organisasi tentu memiliki strategi dalam memanajemen SDM. Iklim organisasi
yang terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan kepentingan dan
ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan perhatian.
Ketidakpuasan seperti itu dapat ditangani dengan cara yang positif dan bijaksana.
Iklim keterbukaan, bagaimanapun juga hanya tercipta jika semua anggota
memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dan mempercayai keadilan tindakan.
Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi
seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi
penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik
anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi. Batasan pengertian
iklim organisasi itu bisa dilihat dalam dimensi iklim organisasi.
15
Epri Yanto, “Iklim Komunikasi”, artikel ini diakses pada 08 Oktober 2013 dari
http://epthealwayz.blogspot.com/2013/01/iklim-komunikasi-organisasi_14.html
28
B. Pembinaan dan Keagamaan
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan telah dibekukan kedalam bahasa Indonesia menjadi “bina” kata
pembinaan yang mendapat akhiran “an” berasal dari “bina” yang berarti bangun,
memperbaiki atau memperbaharui.16 Dalam Kamus BBI “pembinaan” mengandung
arti penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil baik.17
Pembinaan dari segi terminologis yaitu suatu upaya, usaha kegiatan yang
terus-menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, mengarahkan dan mengembangkan
kemampuan untuk mencapi tujuan agar sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial masyarakat.18
Adapun pembinaan menurut Zakiah Daradjat adalah upaya pendidikan baik
formal maupun informal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur,
dan
bertanggung
jawab
dalam
rangka
memperkenalkan,
menumbuhkan,
mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras. Pengetahuan
dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah,
meningkatkan dan mengembangkan kearah tercapainya martabat, mutu dan
kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.19
2. Pengertian Keagamaan
Keagamaan berasal dari kata “agama” yang telah diberi awalan (ke) dan
akhiran (an). Kata agama berasal dari bahasa sansekerta, bahwa agama terdiri dari dua
suku kata yaitu “a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi. Jadi agama
16
Departemen Pendidikan dalam Kebudayaan, KBBI, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 117
W.J.S Purwadaminta, Kamus Umum BI, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), cet ke-3, h. 23.
18
Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Bimbingan Rohani Islam Pada Darmawanita,
(Jakarta : Depag, 1984), h.8.
19
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979)
17
29
berarti tidak pergi, tetapi ditempat atau diwarisi turun menurun. Pendapat lain
mengatakan agama berarti teks atau kitab suci, karena setiap agama memang
mempunyai kitab suci. Ada juga yang menyatakan agama berarti tuntunan, karena
mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.20 Sebagai
sebuah sistem kepercayaan, agama begitu sulit untuk didefinisikan, namun tidak
sedikit orang yang mencoba menjelaskannya kalau dilihat dari segi bahasa.
Dengan kata lain agama adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia
dalam usahanya mencari hakikat dari hidupnya dan yang mengajarkan kepadanya
dengan tuhan, sehingga seseorang akan dapat merubah dirinya menjadi masa
pembngunan yang sadar akan masa depan dan bertakwa kepada Allah SWT, baik dari
segi akhlak, syariah, maupun akidah.21
Agama sering disebut sebagai jalan (the way), yang harus dijalani oleh setiap
orang yang menginginkan kebahagian dunia dan akhirat. Pembinaan hakikatnya
adalah sebuah upaya untuk merealisasikan nilai-nilai agama dalam rangka
membentuk, memelihara dan meningkatkan kondisi jiwa dan memperbaiki moral dan
budi pekerti yang luhur.
3. Tujuan Pembinaan Keagamaan
Menurut Zakiah Daradjat ada beberapa fungsi agama dalam kehidupan
manusia, yaitu :
a.
Memberikan bimbingan dalam hidup. Ajaran agama memberi bimbingan mulai
dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, ataupun hubungan dengan tuhan.
Bagi orang yang tingkah lakunya sesuai dengan apa yang diajarkan dalam agama,
20
21
2, h. 2.
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspek, (Jakarta :UI Pers, 1987), cet ke-5, h. 59.
Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet ke-
30
maka dalam menjalankan hidupnya ia bersikap wajar, tenang dan tidak melanggar
hukum dan peraturan msyarakat dimana ia tinggal.
b.
Penolong dalam menghadapi kesukaran, maka ia akan menghadapi dengan tabah
dan tenang dan dianggap sebagai cobaan tuhan kepada hambanya yang beriman.
c.
Menentramkan batin, mendapatkan ketenangan hati bahkan agama dapat
memberi jalan, penenang hati bagi jiwa yang gelisah.22
Dengan demikian pembinaan keagamaan bertujuan untuk membangun jiwa
agar mampu mengendalikan diri dan mengatur sikap, gerak dan tindakan sesuai
dengan agama dan nilai-nilai yang terkandung dalam agama.
Dapat disimpulkan bahwa pembinaan agama adalah membiasakan diri atau
melatih seseorang untuk melakukan perbuatan yang terpuji dalam kehidupan seharihari sesuai dengan nilai-nilai (norma-norma) yang berlaku di masyarakat sehingga
dapat dimanifestasikan baik berhubungan dengan Allah SWT, hubungan dengan
manusia dan makhluk lainnya.
Agama khususnya Islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap
pembinaan keagamaan, termasuk cara-caranya. Hubungan antara rukun Iman dan
rukun Islam terhadap pembinaan keagamaan adalah dengan menggunakan cara atau
sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan
dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaan tersebut.23
22
Zakiyah darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta :PT. Gunung Agung, 1996), cet
ke- 15, h.11.
23
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,2006),h. 164.
31
BAB III
Profil Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup
A. Sejarah Berdirinya IKM
Organisasi ini bernama Ikatan Keluarga Minang Citeureup, disingkat
IKM Citeureup, sekumpulan warga minang di wilayah kabupaten Bogor,
kecamatan Citeureup. IKM adalah organisasi ikatan keluarga yang bersifat
sosial, bebas, bertanggung jawab, mandiri, demokratsis, amanah serta
mengutamakan kesetia kawanan dan kekeluargaan dan tidak berpihak pada
suatu organisasi politik dan tidak jadi partai politik. IKM sendiri didirikan
oleh H. Yan Kardan pada tahun 1974. H. Yan Kardan adalah seorang tokoh
masyarakat yang berada di daerah Citeureup khususnya bagi para perantau
yang berasal dari Sumatra Barat. Beliau sebagai penggagas berdirinya dalam
terbentuknya IKM itu sendiri.1
Kemudian Rusdi Naif sebagai ketua kedua dalam sejarah IKM ini
terbentuk, karena beliau sendiri pada saat itu pun mempunyai jabatan, yaitu
sebagai ketua KONI kabupaten Bogor pada saat itu, beliau lahir di Solok,
Sumatra Barat. Dengan semangat mereka berusaha untuk mencari pengurus
yang sekiranya pandai dalam membina organisasi ini.
Awal IKM ini terbentuk, berangkat dari perkumpulan atau ikatan
keluarga yang sering melakuakan kegiatan pengajian yang diadakan dari
rumah ke rumah, yang dimaksud dengan ikatan keluarga disini ialah
1
Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013.
31
32
perkumpulan yang didasarkan masih memiliki hubungan keluarga dan kerabat
dekat dari kampung halaman di Sumatra Barat. Tujuan awal pengajian ini
ialah sebagai pengikat tali silahturahmi antar sanak saudara yang berada di
daerah Citeureup, Bogor.
Selain sebagai pengikat tali silahturahmi pengajian ini juga
mengangkat tradisi tanah leluhur adat Minangkabau, karena pada dasarnya
masyarakat Minangkabau tidak terlepas dari syariat agama islam. Seperti
dalam pepatah minang “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”,
yang artinya adat bersanding dengan agama, agama bersanding dengan kitab
(Al qur’an), masyarakat yang lahir dengan rasa takwa kepada Allah dan
Muhammad sebagai Rasul.2
Lambat laun pengajian yang sering dilakukan, makin lama semakin
banyak jamaahnya yang mempunyai minat dan keinginan untuk mengikuti
pengajian, dari mulut ke mulut antar sesama masyarakat Minang. Masyarakat
Minang tidak suka jika dipanggil dengan sebutan orang Padang, itu
dikarenakan orang Minang sudah pasti beragama Islam, dan orang Padang
belum tentu beragama Islam.
Dengan begitu banyaknya anggota yang mengikuti pengajian ini, maka
dibentuklah suatu organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup dan
mempunyai tujuan sebagai pengikat tali silahturahmi antara masyarakat
minang yang satu dengan lainnya. Sebagai penyemangat cinta akan negeri dan
nilai budaya luhur khususnya adat Minangkabau.
2
Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013.
33
Hingga kini, IKM beranggotakan dari berbagai suku dan daerah yang
berada di Sumatra Barat, yakni Padang Pariaman, Padang Panjang, Bukit
Tinggi, Padang Kota dan lain-lain. IKM adalah organisasi yang dibentuk
sebagai wadah para perantau yang ada di Citeureup untuk menjalankan tradisi,
karena rindu dengan kampung halaman dan untuk dapat saling tolongmenolong dan saling bekerja sama satu sama lain.
Dan bertujuan untuk mewujudkan rasa kekeluargaan, kebersamaan,
silahturahmi, dan kekerabatan sesama perantau ranah minang di Citeureup dan
memperkokoh persatuan dan kesatuan dengan warga lainnya di rantau. IKM
sifatnya tidak permanen dalam pengurusan keanggotaanya, dalam 3 tahun
sekali selalu diadakan pergantian kepengurusan. Hal ini bertujuan untuk
mengganti cara-cara lama agar lebih kreatif dalam pergantiannya dan untuk
agar generasi muda dapat merasakan dan mengembangkan organisasai
khususnya fasilitas sarana maupun prasarana yang telah ada.
B. Visi dan Misi IKM
1. Visi dari Ikatan Keluarga Minang Citeureup, yaitu :
Terciptanya kehidupan rantau dari ranah minang yang harmonis,
akrab, pandai dan berkualitas serta berakhlakul karimah dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Misi dari Ikatan Keluarga Minang Citeureup, yaitu :
a. Menjalin silahturhami sesama perantau ranah minang.
b. Meningkatkan kualitas diri masyarakat ranah dan rantau.
34
c. Meningkatkan ketaqwaan dan keimanan dengan berpedoman
kepada adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah.
d. Mewujudkan rasa kebersamaan badunsanak dengan saling
membantu, mengisi, dan berbagi sesama perantau ranah minang.
e. Membangun sarana dan prasarana.
C. Struktur Organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup.
Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya biasanya membuat
aturan-aturan, undang-undang dan hierarki dalam organisasi, hal ini
dinamakan struktur organisasi. Tiap organisasi mempunyai sumber daya
manusia dalam mengelola organisasi dan mengerjakan tugas-tugas
organisasi.3
STRUKTUR KEPENGURUSAN
IKM CITEUREUP PERIODE 2012-2015
Pelindung
Citeureup
: Muspika Kecamatan
Pembina
1. H. Yan Kardan
2. H. Labai Jaari
3. Azwar A. Bakar
4. Aulia Tk. Panjang
5. M. Najib
6. Zainal Abidin
7. Tukiman
3
30
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi ( Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet ke-6, h.
35
Ketua Umum
: Ramsi
Ketua 1
: Khairul Abdi . Se
Ketua 2
: Mansyur
Sekretaris
: Azwardi
Wakil
:
: Jhoni Asril, A.Md
Bendahara
: Saidi
Wakil
: Indra Yulis
SEKSI – SEKSI
Seksi Kepemudaan Dan Olah Raga :
Ketua
: John Naro
Wakil Ketua
: Anis Rt
Seksi Organisasi Dan Hubungan Luar :
Ketua
: Basrizal
Wakil Ketua
: Yon Hardi Izra
Anggota
: Feri Yanto. S
Seksi Hubungan Masyarakat Dan Sosial :
Ketua
: Agusra
Wakil Ketua
: Ali Tj. Raya
Anggota
: Toni
Yusuf
Erick
Anto
Seksi Kerohanian :
Ketua
: Tk. Qori Sulaiman
Wakil Ketua
: Watri Sikumbang
Anggota
: Bujang Pungki
: Raidi (Edi Buya)
Seksi Kesenian :
36
Ketua
: Nepo Yanto
Wakil Ketua
: Ermansyah
Anggota
: David
Bundo Kanduang
: Hj. Sori
: Hj. Uni
: Uni Eri
: Uni Andah
: Kardinar
Bantuan Hukum
: Mayor Rapiral
: Serma Maizul
: Serda Edi Nur
: Sertu Jefri
: Kopka Ali Mansyur
: Briptu Delvi Zainal
: Dekri
: Briptu Nasril
: Letda Shahdan
Konwil ( Koordinator Wilayah )
D. Program yang dilakukan oleh Ikatan Keluarga Minang (IKM)
Citeureup.
Program-program yang dilakukan oleh Ikatan Keluarga Minang
(IKM) Citeureup meningkatkan tali persaudaran dan sesuai dengan akidah
Islam, maka untuk mewujudkan visi dan misinya Ikatan Keluarga Minang
memerlukan
kematangan
konsep
sebagai
kunci
keberhasilannya.
Pematangan konsep ini dilkukan terhadap kegiatan tidak akan tercapai jika
tidak adanya suatu program.
Dalam
menjalankan
peranannya,
Ikatan
Keluarga
Minang
Citeureup berusaha menerapkan program pembinaannya terhadap para
37
anggotanya, melalui dua program yaitu program jangka pendek dan
program jangka panjang :
1. Program jangka pendek
a. Mengadakan pengajian rutin yang diadakan seminggu sekali.
b. Mencari dana sosial dalam kegiatan yang diadakan oleh pengurus.
2. Program jangka panjang
a. Mengadakan atau memperingati hari-hari besar Islam, seperti
memperingati tahun baru Hijriah, Maulid Nabi Muhammad SAW,
Isra Mi’raj Muhammad SAW.
b. Membangun sarana dan prasarana.
Adapun program-program Ikatan Keluarga Minang yang selalu
dilakukan untuk mempererat persaudaran dan memupuk jiwa saling tolong
menolong (tenggang rasa), kegiatat-kegiatan tersebut :
a. Penyelenggaraan kompetisi
dalam bidang olahraga, seperti
:
pertandingan olahraga futsal antar tim dan pertandingan bulu tangkis.
b. Mengadakan puasa dan shalat taraweh berjamaah pada bulan suci
Ramadhan.
c. Menyelenggarakan kegiatan pemotongan hewan kurban pada setiap
hari raya Idul Adha.
d. Mengadakan baksos, jika adalah salah satu anggota yang sedang
mengalami musibah.
e. Mengadakan arisan dari rumah ke rumah, yang dimaksudkan untuk
menarik anggota agar dapat ikut serta dalam kegiatan tersebut, karena
38
dalam arisan tersebut di isi dengan pengjian dan tausiyah yang
diberikan oleh buya atau ungku (ustadz).
f. Melakukan kunjungan jika diadakan di undang oleh salah satu anggota
yang sedang melakukan perayaan seperti khitanan, perkawinan dan
lain-lain, yang dihari hampir atau perwakilan dari setiap anggota.
g. Mengadakan penggalangan dana untuk membangun gedung serba
guna.
Dalam kegiatan berorganisasi wajar, jika dibuatnya suatu kegiatan
yang menyangkut kepentingan bersama bukan lebih mementingkan
kepentingan pribadi, sehingga dapat menjalin hidup secara bersama
ataupun kebersamaan. Selain penempatan seseorang dalam ranah individu
dan masyarakat, kekuatan rasa, tenggang rasa dan toleran memperkuat
munculnya kebersamaan dalam masyarakat Minangkabau.
Kebersamaan itu sesungguhnya lahir dari pola penempatan
seseorang dalam ranah individu dan masyarakat. Meskipun sebagai
individu diberi ruang gerak untuk dirinya sendiri, namun ia harus bersikap
toleran, saling tolong-menolong dan menghargai setiap perbedaan yang
ada. Dan pandai menempatkn diri dimana kita tinggal dan agar selalu
bertoleransi dalam pergaulan.
39
BAB IV
ANALISIS KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PEMBINAAN
KEAGAMAAN ANGGOTANYA
A.
Komunikasi
Organisasi
Ikatan
Keluarga
Minang
(IKM)
dalam
Pembinaan Keagamaan Anggotanya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti,dapat dilihat
bahwa Ikatan Keluarga Minang (IKM) adalah organisasi Ikatan Keluarga
yang bersifat sosial, bebas, bertanggung jawab, mandiri, demokratis, amanah
serta mengutamakan kesetiakawanan atau kekeluargaan.Sebagai organisasi
berbasis kedaerahan khususnya adat minang, yang berpegang teguh dengan
ajaran agama islam yang melekat dengan budaya masyarakat minang,
tercantum dalam pepatah budaya adat minang yaitu adat bersandi syarak,
syarak bersandi kitabullah, yang artinya adat bersanding dengan agama,
agama bersanding dengan kitabullah (Al qur’an). Minang sendiri adalah suku
di Sumatra Barat yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan bagi yang
tidak beragama Islam tidak diakui sebagai masyarakat minang.
Dalam teori Elton Jhon Mayo yang menjelaskan tentang teori
hubungan manusia, penelti menemukan kecocokan atau kesamaan dalam
organisasi Ikatan Keluarga Minang (IKM) yang telah diaplikasikan kedalam
sistem organisasi tersebut. Dalam teori hubungan manusia, manusia sebagai
anggota organisasi merupakan inti organisasi sosial. Manusia terlihat dalam
tingkah laku organisasi.Misalnya anggota organisasi yang memutuskan apa
39
40
peranan yang akan dilakukannya dan bagaimana melakukannya. Tanpa
manusia organisasi tidak akan ada. Oleh karena itu faktor manusia dalam
organisasi haruslah mendapat perhatian dan tidak dapat diabaikan seperti
halnya dengan teori klasik.
Dalam organisasi kedaerahan seperti Ikatan Keluarga Minang (IKM),
keberadaan anggota jelas memiliki peranan yang sangat vital. Terlebih di
dalam anggota IKM bukan hanya ada satu suku, melainkan banyak suku yang
bearada di daerah Sumatera Barat. Menurut teori hubungan manusia diatas,
hubungan komunikasi yang terjalin antar anggota IKM menjadi faktor yang
sangat penting dalam meningkatkan produktifitas organisasi.
Dalam teori hubungan manusia, manusia sebagai anggota IKM
merupakan inti organisasi sosial. Manusia terlibat dalam tingkah laku
organisasi, dalam hal ini tingkah laku organisasi IKM bergantung pada
bagaimana tingkah laku manusia atau anggota dalam organisasi itu sendiri.
Teori hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu
dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Selain hubungan sosial,
peran agama juga mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku manusia di
dalam organisasi.
Dalam pergulan dimasyarakat atau dunia kerja, masalah akan selalu
ada dalam kehidupan bermasyarakat, bagaimana kita dapat mengatasinya dan
dalam setiap suatu permasalahan pasti ada jalan keluarnya atau solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Seperti yang dikatakan Bapak Ramsi, ketua
umum :
41
“Jika ada masalah besar sebisa mungkin kita kecilkan, dan
masalah kecil berusaha untuk dihilangkan”.1
Dalam setiap permasalahan yang terjadi di organisasi yang mengambil
keputusan akhir adalah ketua umum, jadi dari semua masukan ataupun
kritikan ditampung dan kemudian diputuskan oleh ketua organisasi tersebut.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di
lapangan, dapat dijabarkan hasil temuan sebagai berikut :
1. Fungsi Komunikasi Organisasi
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi
adalah sebagai berikut :
a
Fungsi Informatif.
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik,
dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih
pasti. Dalam kepengurusan IKM sendri sudah jelas setiap anggota
mempunyai peranan masing-masing dalam membuat suatu kebijakan
guna mengatasi suatu permasalan yang terjadi di dalam organisasi
IKM. Seperti yang di paparkan oleh Bapak Ramsi :
“dalam setiap kepengurusan IKM sendri tidak permanen,
karena dalam setiap 3 tahun sekali diadakan pemilihan kepenguran
baru, guna untuk mengganti suasana kepengurusan dan diharapkan
dapat membawa IKM ke dalam suatu wadah untuk menghimpun
1
Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013.
42
anggota dalam menyuarakan pendapat mereka demi kepentingan
bersama”.
Dalam tataran keorganisasian IKM membutuhkan informasi
guna melaksanakan pekerjaan, di samping itu informasi tentang
keamanan, sosial, kesehatan dan sebagainya.
b
Fungsi regulatif.
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Di tubuh IKM sendri fungsi regulatif terlihat
dari semua acara kegiatan yang akan dilakukan, dimana pengurus IKM
mengendalikan informasi agar informasi yang disampaikan berjalan
dengan baik dan jika ada anggota belum mengerti ataupun ingin
memberi saran dapat bertemu langsung dengan pengurus maupun
ketua IKM.
Ketika pengurus memberikan instruksi lebih bersifat imbauan
bukan perintah, agara pesan yang di berikan lebih berkesan santai tapi
harus punya tanggung jawab yang berorientasi pada kepentingan
bersama khususnya. Dan bawahan sendiri pun perlu kepastian tentang
peraturan pekerjaan yang mesti dilakukan.
c
Fungsi persuasif.
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan, kewenangan
tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan apa yang diharapkan,
pimpinan lebih suka untuk mempersuasi bawahannya dari pada
memberi perintah.
43
“Dalam kepemimpinan Bapak lebih bersifat demokratis tidak
memaksakan keinginan Bapak sendiri, orang itu harus pandai klo
tidak pandai langsung ganti, klo Bapak tidak ingin seperti itu.
Keinginan Bapak, setiap yang berada di dalam kepengurusan IKM ini
tidak membatasi keinginan mereka, asalkan masih bertujuan untuk
memajukan organisasi yang lebih baik kedepan pastinya, kan setiap
pemikiran orang-orang itu berbeda-beda, contonya kamu nih,
misalnya kamu orang birokrat terus kamu Bapak suruh di bidang lain,
pasti gak mau dong. Organisasi ini kan lebih bersifat sosial atas suka
rela anggota untuk mempunyai visi dan misi yang sama demi
memajukan kepentingan bersama”.2
Dari petikan wawancara di atas dapat dianalisis bahwa
komunikasi yang digunakandalam mengatur pekerjaan yang dilakukan
pimpinan lebih suka mempersuasi anggotanya dari padaa memberi
perintah dan tidak memperlihatkan dan kewenangannya sebagai
pimpinan, sehingga dapat menghasilkan kepedulian dari setiap anggota
untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.
2. Jaringan Komunikasi Vertikal
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada
atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.
Komuniksi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan
atau para pimpinan kepada bawahannya. Komunikasi ke atas dan komunikasi
ke bawah yang terjalin antara anggota pengurus IKM dengan Bapak Ramsi
dapat nyata terwujud, yang biasanya melalui telepon dan sms. Selain itu, para
anggota pengurus IKM pun tak segan untuk bertamu ke rumah Bapak Ramsi.
Hal ini diakui sendiri oleh Bapak Ramsi selaku ketua umum IKM.
2
Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013.
44
“Bapak sering mengajak para anggota maupun pengurus untuk ikut
serta dalam kegiatan IKM, kalau tidak bisa dengan tenaga bisa dengan kasih
bantuan dana, kalau tidak bisa ya kasihlah ide atau pemikiran, dan rumah
bapak selalu terbuka untuk para anggota ataupun pengurus untuk sekedar
bertanya atau bertukar pikiran. Tidak jarang bapak juga sering berkunjung ke
tempat para anggota maupun pengurus IKM, setidaknya bapak dapat
berinteraksi secara langsung, tentang apa saja yang sudah dan apa saja yang
belum dikerjakan”.3
Dari petikan wawncara diatas dapat dianalisis bahwa komunikasi dari
bawah ke atas maupun dari atas kebawah cukup sering dijumpai. Keterbukaan
yang mereka tanamkan cukup memberikan kesempatan bagi anggota IKM
untuk berinteraksi.
3. Jaringan Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang mengalir menyamping
atau komunikasi yang berlangsung antara sesama pengurus yang setingkat.
Komunikasi horizontal yang terjalin antar anggota dan pengurus IKM tidak
jauh berbeda dengan komunikasi ke atas dan ke bawah. Komunikasi yang
berlangsung di forum IKM cukup berjalan dengan baik.
Mereka sering berkumpul dan saling kunjung satu sama lain antar
pengurus IKM, aktifitasnya meliputi berbincang-bincang, bersendau gurau,
bermain catur, dan lain sebagainya. Pertemuan paling jelas terlihat yaitu pada
saat di adakannya suatu acara, mereka datang dan berkumpul di kantor
sekretariat untuk membicarakan apa saja acara yang akan diadakan, sehingga
dari para anggota dan pengurus berbagai daerah pun dapat saling
bersilahturahmi satu sama lain.
3
Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013.
45
4. Jaringan Komunikasi Formal
Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki
resmi organisasi atau fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan
komunikasi formal. Pesan jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari
atas ke bawah atau bawah ke atas dari tingkat yang sama atau horizontal.Pada
IKM bentuk jaringan komunikasi dapat terlihat jelas dari intensitas pertemuan
yang dilakukan dalam upaya pembinaan keagamaan anggotanya. Untuk itu
banyak upaya-upaya yang dilakukan IKM dalammembina para anggota agar
terbentuknya akhlakul karimah diantaranya adalah sebagai berikut :
a Pengajian rutin seminggu sekali dalam satu bulan.
1. Sejarah dan latar belakang
Dengan melihat fenomena yang ada, banyak masyarakat sudah
tidak lagi saling berintraksi satu dengan yang lainnya dan diiringi
dengan kemerosotan mental dan moral sehingga sering terjadinya
gesekan individu yang satu dengan yang lainya. Untuk itu H. Yang
Kardan berinisiatif untuk membuat suatu pengajian, yang bertujuan
untuk sebagai wadah dan membina akhlak agar dapat meredam
permasalahan yang ada. Pengajian selalu diadakan dua kali dalam
sebulan khususnya antar sama para perantau yang berasal dari minang.
Selain itu pengajian ini diharapkan dapat membina dan
menjalin tali silhturahmi antar perantau dan membangun masyarakat
sesuai dengan akidah islam, menanamkan spirit kebersamaan agar
dapat saling menghormati dan menghargai adanya perbedaan.
46
Begitu pentingnya pengajian ini akan sebuah pembinaan
keagamaan. maka pengajian ini lebih sering diadakan yakni seminggu
sekali dalam sebulan. Selain itu pengajian ini diharapkan sebagai
wadah perkumpulan orang-orang minang untuk saling mengenal satu
sama lainnya, dalam membina moral sesuai dengan akidah islam yang
berbudi luhur dan berakhlak al karimah.
Sebagai pengingat kembali tentang apa yang telah diajarkan
pada saat di kampung halaman sebagai masyarakat yang menjaga adat
dan budaya ranah minang, yang tersirat dalam pepatah minang “Adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah,” 4
2. Jadwal Pengajian
Pengjian ini dilakukan setiap hari senin mulai pukul 22.00
sampai dengan pukul 00.00 WIB dan diadakan di mushalah.
3. Materi pengajian
Materi yang diberikan kepada para anggota menitikberatkan
pada nilai-nilai mental dan moral keagamaan, seperti sikap kepedulian,
dalam pepatah minang, “kaba baiak ba imbauan, kaba buruak ba
ambauan”, tanggung jawab, kesabaran, kedisiplinan, dan sebagainya.
Untuk menarik para anggota untuk dapat hadir dalam pengajian
tersebut, ustadz (ungku) yang didatangkan adalah ustadz yang pandai
dalam menyampaikan dakwah dan lebih berkesan berbagi ataupun
tanya jawab antara anggota dengan ustadz ataupun sebaliknya, dan
4
Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013.
47
tidak bersifat menggurui. Dan isi materi pengajian yang diberikan
lebih untuk dapat memotivasi dan memperbaiki diri yang lebih baik
daripada sebelumnya.
4. Tujuan diadakan pengajian
Untuk menanamkan dasar keyakinan agama (syara’) dan
memahami ajaran agama didalam meningkatkan hubungan antar
anggota maupun masyarakat.
“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang dapat
bermanfaat bagi orang lain, jika Habluminannas dilakukan, maka
dengan sendirinya Habluminallah akan terbawa dan Allah SWT lebih
mengetahui kebutuhan kita dibandingankan dengan keinginan kita”.5
Dan diharapkan dapat melaksanakan dan merealisasikan nilainilai dasar tersebut di dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
b Arisan yang diadakan dua minggu sekali dalam sebulan
Selain itu IKM ini membuat suatu cara atau strategi untuk
dapat menarik anggota agar ikut serta dalam proses pembinaan mental
keagamaan ialah dengan cara di adakannya sebuah arisan dengan di isi
pengajian, dan sebagai pengikat tali silahturahmi dan dilaksanakan dua
minggu sekali dan dalam prosesnya kegiatan ini dilakukan dengan cara
mengundi nama anggota, dan si pemenang undian seterusnya akan
dilakukan dirumah anggota tersebut dan uang yang di keluarkan adalah
5
Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013.
48
sebagai membuat hidangan ataupun makanan yang akan disediakan
oleh pemenang arisan.
Dalam kegiatan arisan tersebut diisi dengan tausiyah ataupun
pengajian yang di berikan oleh ustadz maupun saling tukar pendapat.
Dan ustadz (ungku) yang diundang harus pandai menyampaikan
dakwahnya dengan baik sehingga dapat menarik anggota untuk dapat
mengikuti pengajian atau arisan tersebut.
Karena dalam setiap perbedaan itu wajar dalam setiap
berorgnisasai justru itu dibuatlah suatu kegiatan yang menyangkut
kepentingan bersama bukan lebih mementingkan kepentingan pribadi,
sehingga dapat menjalin hidup secara bersama ataupun kebersamaan.
Selain penempatan seseorang dalam ranah individu dan masyarakat,
kekuatan rasa, tenggang rasa dan toleran memperkuat munculnya
kebersamaan dalam masyarakat Minangkabau.
5. Jaringan Komunikasi Informal
Bila
anggota
berkomunikasi
dengan
yang
lainnya
tanpa
memeperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus
informasi bersifat pribadi. Informasi ini mengalir ke atas ke bawah atau
horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada mungkin
sedikit. Karena komunikasi informal ini menyebabkan informasi pribadi
muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir keseluruh organisasi
tanpa dapat diperkirakan.
49
Komunikasi informal dalam IKM ini adalah setiap tahun merayakan
hari besar Islam yang merupakan bentuk peringatan terhadap berbagai
peristiwa penting dalam sejarah Islam. Perayaan hari besar tersebut ditandai
dengan kegiatan ibadah, seperti pengajian, puasa, ceramah agama, maupun
shalat.
Berikut adalah beberapa peringatan hari besar Islam yang diperingati
oleh umat muslim, antara lain :Memperingati Maulid Nabi Muhammad
SAW.Memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.Mengadakan puasa
bersama dan shalat taraweh berjamaah pada bulan suci Ramadhan.
Menyelenggarakan pemotongan hewan kurban pada setiap hari raya Idul
Adha. IKM memberikan bantuan hewan kurban sebanyak 3 ekor sapi dan 5
ekor kambing yang dibeli berdasarkan uang dari semua anggota.
Adapun komunikasi informal, arus informasinya sesuai dengan
kepentingan dan kehendak masingh-masing pribadi yang ada dalam organisasi
tersebut.
Karena dalam setiap perbedaan itu wajar dalam setiap berorganisasai
justru itu dibuatlah suatu kegiatan yang menyangkut kepentingan bersama
bukan lebih mementingkan kepentingan pribadi, sehingga dapat menjalin
hidup secara bersama ataupun kebersamaan. Selain penempatan seseorang
dalam ranah individu dan masyarakat, kekuatan rasa, tenggang rasa dan
toleran
memperkuat
Minangkabau.
munculnya
kebersamaan
dalam
masyarakat
50
Kebersamaan itu sesungguhnya lahir dari pola penempatan seseorang
dalam ranah individu dan masyarakat. Meskipun sebagai individu diberi ruang
gerak untuk dirinya sendiri, namun ia harus bersikap toleran, saling tolongmenolong dan menghargai setiap perbedaan yang ada dan pandai
menempatkan diri dimana kita tinggal dan agar selalu bertoleransi dalam
pergaulan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berkabilah-kabilah (bangsa-bangsa)dan berpuak-puak (suku-suku)
supaya kamu saling kenal mengenal …”, (QS.49, al Hujurat : 13).
Al-qur’an mengajarkan kepada kita untuk mengimbangi kehidupan
dunia dan akhirat, bahwa kita hidup di dunia ini tidak sendiri kita harus dapat
meyakini bahwa keberadaan manusia sebagai ciptaan Allah, terletak pada
keterikatannya dengan Allah, bahwa segala sesuatu bersumber dan bermuara
pada-Nya.Jika manusia berkehendak mempertahankan tugasnya sebagai
khalifatullah di dunia, maka ia harus selalu memperlihatkan bahwa ia
merupakan bagian dari struktur sosial yang menopangnya.
IKM sendiri melakukan komunikasi dua arah yaitu pemberian pesanpesan kepada anggota, pesan itu berupa motivasi, instruksi, teguran dan juga
51
menerima usulan ataupun masukan dan keluhan dari para anggota organisasi
dan disampaikan secara langsung dengan ketua pembina.
Kemudian yang lebih dominan yang menentukan proses organisasai di
lingkungan organisasi ini adalah ketua umum dan para tokoh-tokoh adat
minang. Smirch dan Calas (1987) memandang budaya adalah sesuatu yang
dibawa kedalam organisasi.6 Budaya yang digunakan pada perspektif kognitif
yang mana perspektif ini menekankan pada gagasan konsep, keyakinan, nilainilai, dan norma-norma dan pengetahuan yang diorganisasikan yang ada
dalam pemikiran orang-orang untuk memahami realitas yang terjadi di sekitar
lingkungan tersebut.
“Masyarakat Minang adalah masyarakat yang berbudaya yang
berpegang teguh dengan adat yang sudah ada, dimana bumi dipijak, disitu
langit dijunjung. Yang dimana bukan hanya membawa adat minangnya saja
melainkan harus menyesuaikan dengan masyarakat sekitar, dengan kata lain
harus bersosialisasi di mana tempat kita berada. Misalnya ada pengajian
yang diadakan oleh tetangga kita harus ikut serta jangan hanya aktif di
organisasi IKM saja, karena sebaik-baik manusia adalah manusia yang
berguna bagi orang lain”.7
Dengan melihat kutipan di atas dapat di jelaskaan bahwa budaya yang
di bawa oleh masyarakat minang tidak hanya minangnya saja, tetapi dapat
menyesuaikan dengan lingkungan sekitar, yang diman peran para tokoh adat
minang sebagai penasehat dan mengatur sistem organisasi IKM tersebut.
Iklim
komunikasi
organisai
merupakan
suatu
konsep
yang
merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap tingkah
6
Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan,
(Bandung: PT. Rosda Karya, 1998), Cet. Ke-1, h.91
7
Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013.
52
laku, dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. Iklim yang
dikemukakan oleh Litwin dan Strengers (1968) memberikan dimensi seperti :
a. Rasa tanggung jawab
Rasa tanggung jawab, standar atau harapan tentang kualitas
pekerjaan, ganjaran atau reward, rasa persaudaraan dan semangat
tim.8Dalam hal tanggung jawab. IKM sudah membuktikan diri
sebagai anggota yang bertanggung jawab atas perbuatan ataupun
tugas yang sudah dibebankan kepada setiap anggota.
b. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan
Dalam memajukan IKM, anggota maupun pengurus saling
gotong royong untuk membantu sama lain lain jika ada sala satu
anggota yang sedang mengalami kesusahan, banyak hal yang sudah
dilakukan oleh IKM dalam, guna menjadi organisasi yang mampu
mengembangkan
dan
mensukseskan
kegiatan
yang
sudah
direncanakan.
c. Penghargaan atau reward
Penghargaan yang diterima atas para anggota IKM bukanlah
berbentuk benda maupun materi, melainkan kepuasan maupun
kebanggaan tersendiri.Misalnya suatu acara dapat berjalan dengan
baik dan banyak para anggota hadir dan cabang IKM lainnya, yang
berada di wilayah Bogor Timur hadir untuk memeriahkan suatu
acara tersebut.
8
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), h. 83
53
d. Rasa persaudaraan
Rasa persaudaraan di tubuh IKM sendiri tumbuh seiring
berjalannya waktu. Karena dengan seringnya diadakan suatu acara,
dapat memupuk tali persaudaraan yang sudah ada sebagai
masyarakat yang berasal dari daerah yang sama, walaupun berbeda
suku maupun wilayah.
e. Semangat tim
IKM sendiri merupakan oganisasi yang berbasis kedaerahan
dan bersifat sosial, demi memajukan kepentingan bersama. Dan
jika ada kegiatan para anggota selalu siap dan hadir dalam
kegiatannya, misalnya dalam pembangunan gedung serba guna.
Iklim komunikasi di atas merupakan iklim yang diterapkan
oleh organisasi sesuai dengan nilai-nilai dasar organisasi IKM.
Iklim ini cocok dalam suatu organisasi yang ingin berkembang
dengan baik, karena tanggung jawab guna membangun sebuah
organisasi yang solid.
B.
Faktor Pendukung dan Penghambat
1.
Faktor pendukung
Dengan diadakannya kegiatan arisan yang dilakukan untuk menarik
para anggota untuk dapat hadir dalam kegiatan arisan tersebut di isi dengan
pengajian dalam pembentukan keagamaan, banyaknya ustadz-ustadz (ungku),
dan tempat pengajian yang diadakan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal
54
mereka, sehingga para anggota dapat mengikuti pembinaan dalam
pembentukan akhlak mulia.Sesuai dengan pernyataan dari Bapak Ramsi di
bawah ini:
“Dalam IKM ini kami tidak membatasi kehendak dalam mengundang
seorang ungku atau ustadz, kami justru menyesuaikan dengan ustadz
yang di gemari dan diminati para anggota IKM”.9
Pemilihan seorang pembicara atau ustadz yang akan menyampaikan
tausiah dalam kegiatan arisan, ditentukan oleh seksi dakwah berdasarkan
kegemaran para anggota. Dengan cara itu para anggota akan lebih menyukai
pesan-pesan atau tausiah yang disampaikan oleh ustadz.
2.
Faktor penghambat
Banyaknya para anggota yang terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka
sehingga tidak dapat hadir dalam pembinaan keagamaan dan adapun anggota
yang selalu banyak alasan untuk tidak mengikuti pengajian tersebut.
9
Wawancara pribadi, Ramsi, (Ketua Umum IKM Citeureup), 23 September 2013
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan jawaban atas rumusan masalah yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat peneliti simpulkan bahwa dalam mensiati
perkembangan jaman yang diiringi dengan menurunnya moral, Ikatan Keluarga
Minang (IKM) selalu mengadakan kegiatan khusus pengajian yang bertujuan
untuk dapat membina keagamaan anggotanya dan melakukan pembinaanya
lainnya melalui diadakanya arisan dari rumah ke rumah dan program-program
lainnya dalam membentuk manusia yang beriman.
Ada empat tipe komunikasi yang biasa terjadi dalam organisasi yaitu
komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan,
komunikasi horizontal, komunikasi formal dan
komunikasi informal. Dalam
organisasi IKM ini, keempat tipe komunikasi tersebut berjalan dengan baik.
Kebanyakan yang terjadi adalah komunikasi horizontal dimana komunikasi ini
terjalin antar sesama anggota. Dari empat tipe komunikasi ini membentuk iklim
organisasi yang terwujud seiring dengan proses pembinaan keagamaan
anggotanya. Pandangan pimpinan organisasi seperti Bapak Ramsi terhadap
organisasi akan mempengaruhi arus komunikasi dalam organisasi.
Faktor pendukung dalam proses pembinaan ini yaitu dengan adanya
arisan dan tempat pengajian yang diadakan tidak terlalu jauh, sehingga para
55
56
anggota dapat hadir dengan tepat waktu, sedangkan faktor penghambat dalam
proses ini adalah kesibukannya para anggota, sehingga kurangnya efektif dalm
pengajian tesebut, dikarenakan kurangnya kehadiran para anggota.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari keseluruhan dalam penelitian ini, peneliti ingin
menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat baik dalam
kehidupan akademis maupun praktis, beberapa saran yang terkait dalam
penelitian ini antara lain :
1.
Ikatan Keluarga Minang (IKM) Citeureup, warga minang yang
tinggal di rantau, diharapkan dapat dijadikan suatu wadah masyarakat
minang untuk mengenal satu sama lain dan menghidupkan budaya
minangkabau.
2.
IKM juga diharapakan mampu mengatasi semua permasalahan yang
ada dan menjadikan tali pengikat persaudaraan.
3.
Kepada para akademis, khususnya kepada mahasiswa jurusan
Komunikasi dan Penyiaran, diharapkan untuk lebih mendalami ilmu
komunikasi, agar dimasa mendatang bisa mendapatkan kesempatan
bekerja pada bidang yang sesuai dengan jurusan.
4.
Diharapkan penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan
menggali sumber informasi dibidang komunikasi organisasi, karena
57
masih kurangnya atau sedikitnya judul skripsi yang mengenai
komunikasi organisasi.
5.
Agar penelitian dibidang komunikasi organisasi lebih berkembang
dalam meneliti suatu lembaga, perusahaan, maupun organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar, Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1979
_ _ _ _ _, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta : PT. Gunung
Agung, 1996
Departemen Pendidikan dalam Kebudayaan, KBBI, Jakarta : Balai Pustaka, 1988
Effendi, Onong Uchjana, Dinamika
Rosdakarya, 2008
Komunikasi, Bandung: PT Remaja
Fathurahman, Oman, Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi), Jakarta : CEQDA (Center for Quality Development and
Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007
Gunadi, YS., Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta : Grasindo, 1998
Hadi , Sutrisno, Metode Research, UGM, Yogyakarta
Hermawan, Asep, Kiat Praktis Menulis Skripsi, Tesis dan Disertasi Untuk
Konsentrasi Pemasaran, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004
Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metode Penelitian Sosial Jakarta :
Bumi Aksara, 1998
Manaf, Mujahid Abdul, Sejarah Agama-Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1996
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2005, cet ke7
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,ed Revisi, 2007
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspek, Jakarta : UI Pers, 1987
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006
Prayogo, Imam Suryo, Metodelogi Penelitian Sosial Agama, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2001
Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Bimbingan Rohani Islam Pada
Darmawanita, Jakarta : Depag, 1984
Purwadaminta, W.J.S, Kamus Umum BI, Jakarta : Bulan Bintang, 1979
Rukhyat, Adang, Panduan Penelitian Bagi Remaja, Jakarta : Dinas Olah Raga
dan Pemuda, 2003
R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2005
Siagian, Sondang P., Peranan Staf dan Management, Jakarta : Gunung Agung,
1976
Susanto, Phil Astrid S., Komunikasi dalam Teori dan Praktik, Bandung : Bina
Cipta, 1998
Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002
TKATA]IKE1UARCATilIIAlIG
. KAB,BOGOR
KEC.CITEUREUP
Hs.?$
eiteureup'Bogor
Pahlawan
: -!1.
$ekertariat
?$53'
$124
8281
0813
t$g?
BgfZ
$fiZ$
{143
3220,
5$02,0813
2ffi3$699,
$913
24$?
0821
Telp.0852
8525,
SURAT KETERAF{GAN
No. 02I7-IKM Ctrp/2013
Yang berJandatangan di bawah ini :
Nama
: Azwardi
Jabatan
: Sekretaris
Alamat
: Jl. PahlawanNo. 76 Citeureup- Bogor
Menerangkan bahwa :
Nama
Zepti Eriadi
NPM
20705rc00349
Program
StrataSafu(S1)
Universitas
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bahwa yang bersangkutantelah melaksanakanpenelitian atau wawancara untuk
penulisanskripsi denganjudul " Komunikasi Organisasi lkatan Keluarga Minang
OKM) Catrang Citeureup dalam Pembinaan Keagamaan Anggotanya'o-
Demikian Surat Keterangan ini kami buat unhft
dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
2013
Citeureup,30 September
\\ l/
tfi[
IKIT BOGOR TI
RAYoNCrrEunEl|tswan6r
Sekretaris
r
I
KEMENTERIAN AGAMA
ITNTyERSTTASrSLAM I\IEGERT(rr[r9
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Telp/Fax
Email
Jl. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat l5412Indonesia
Website : www.fdkuiniakarta.ac.id
74703580
: (021)74327271
: [email protected]'id
er 2013
Iakarta,12Septemb
Nomor: Un.01/F.5
lr<Nr
0rsl A|y D0I3
Lamp : :PermohonanObservasilPenelitian
Hal
KepadaYth;
Uon^U0-s$i
Diu
Tempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah lakartamenerangkanbahwamahasiswadi bawahini :
Nama
Tempat,tgllahir
NIM
Jurusan
Program
ZeptriEriadi
Juni1988
Padang,09
207051000349
Islam(KPI)-NonReguler
KomunikasidanPenyiaran
StrataSatu(S-l)
Bermaksudmengadakanobservasi/penelitianuntuk bahanpenulisanskripsi yang
berjudul "strategi Komunikasi Organisasi lkotan Keluarga Minang Citeureup Dalam
Pembinaan Mental KeagamaanAnggotanya ".
Untuk melengkapidata yang berkaitandenganjudul skripsi di atas,kami mohon
kepada Bapak/Ibu
agar kiranya
dapat menerima yang bersangkutan untuk
melaksanakanobservasi/penelitiantersebut.
Atas kesediaanBapaMbu, kami ucapkanterima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr.W.
ffi
p;
Subhan,MAf
I 004
ll0 199303
t\,
i
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGBRI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKTJLTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMIINIKASI
Jl. Ir. H. .JuandaNo. 95 Ciputat I 5412 lndonesia
Website : urvw .tdkuinj al<arta.
ac.id
Telp/ Fax
Email
Nomor: Un. 01ff.5/KM 013/3w1 /2011
Lamp :1(satu)Proposal
Hal
:BimbinganSkripsi
(021)7432721
I 74t$s8}
[email protected]
akarta.
ac.id
Jakartz,26Mei2O11
KepadaYth;
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A
DosenFakultasIlmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif HidayatullahJakarta
Assalamu'alailuml{r. Wb.
Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Svarif Hidavatullah
Jakartasebagaiberikut .
Nama
: Zepti Eriadi
NomorPokok .207051000349
Jurusan/Semester
: Komunikasidan PenyiaranIslam (KPI) / VUI
Program
: Sl
Judul Skripsi
: StrategiKomr"nikasiorganisasiIkatanKeluargaMinang
(tr(M) CiteureupDalam PembinaanMental Keagamaan
Anggotanya.
Kami mohon kesediaannyauntuk membimbing mahasiswatersebut dalam
penyusunandan penyelesaian
skripsinyapadawaktu yang tidak terlalulama.
Atas perhatiandan kesediaanya
kamr sampaikanterimakasih
Wassalamu'alaikum
Wr.Wb.
a.n.Dek
Drs.
NIP
Tembusan:
1. Dekan
2. Ketua JurusanKPI
3. KoordinatorTeknis
FakultasIlmu Dakwahdan Ilnu Komunikasi
in Saputr4 'l/\ ^1
3 1996A3I 0 0 1
HASIL WAWANCARA
Narasumber
: Bapak Ramsi
Jabatan
: Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang
Hari/tanggal
: Senin / 23 September 2013
Waktu
: 20.00 – 21.30 WIB
Tempat
: Citeureup
1. Kapan Ikatan Keluarga Minang berdiri pak?
Ikatan keluarga Minang ini berdiri pada tahun 1974
2. Siapa penggagas atau pendiri IKM ini ?
Penggagas IKM ini terbentuk oleh H. Eyang kardan bersama dengan Rusni Naib
yang pada saat itu, beliau menjabat sebagai ketua KONI Kabupaten Bogor.
3. Apa latar belakang terbentuknya IKM ini ?
Latar belakang IKM ini terbentuk, awal mula sering dilakukan kegiatan dari rumah ke
rumah dan tuuan diadakanny pengajian ini pun untuk sebagai tali pengikat antar para
perantau dan sebagai wadah perkumpulan yang lebih bersifat sosial.
4. Apa tujuan didirikannya ini pak ?
Tujuan utama IKM ini terbentuk berdasarakan, banyaknya para perantau yang hidup
dan mencari daerah Citeureup. Untuk itu IKM sendiri dibentuk agar satu sama lain
saling mengenal dan timbullah rasa saling tenggang rasa sebagai sesama perantau.
Karena di IKM sendiri banyak berbagai suku dan daerah yang berbeda-beda yang
berada di Sumtra Barat, untuk itu dharapkan sebagai satu wadah, satu pendapat,
dimana bumi dipijak langit dijunjung.
5. Apa Visi dan Misi IKM ini ?
Visi dan misi IKM yang pada saat ini adalah untuk membangun sarana dan prasarana
khususnya bisa dikatakan gedung serba guna.
6. Bagaimana proses penentuan atau jangka waktu dalam pengurusan dalam
IKM ini ?
IKM sendiri dalam pengurusannya tidak permanen dalam 3 tahun sekali diadakan
pemilihan kepengurusan baru, dan diharapkan dalam setiap pergantian kepengurusan
mempunyai warna sendiri yang lebih bersifat demokrasi, yang di isi dengan para
pemuda dan menggantikan kepengurusan yang lama.
7. Program-program kegiatan apa saja yang telah dilakukan ?
Program-progam yang dilakukan banyak dari setiap seksi punya agenda kegiatannya
sendiri-sendiri, seperti kegiatan pengajian, arisan, diadakannya pertandingan futsal.
8. Apakah ada program khusus dalam pembinaan keagamaan ?
Y ...setau bapak kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan di IKM ini, pengajian
yang dilakukan seminggu sekali dan arisan saja.
9. Apa strategi yang Bapak lakukan dalam pembinaan tersebut ?
Strateginya didatangkannya ustadz Untuk menarik para anggota untuk dapat hadir
dalam pengajian tersebut, ustadz (ungku) yang didatangkan adalah ustadz yang
pandai dalam menyampaikan dakwah dan lebih berkesan berbagi ataupun tanya
jawab antara anggota dengan ustadz ataupun sebaliknya, dan tidak bersifat
menggurui. Dan isi materi pengajian yang diberikan lebih untuk dapat memotivasi
dan memperbaiki diri yang lebih baik daripada sebelumnya.
10.
Tujuan diadakannya pengajian tersebut ?
Sudah pasti membangun dan membentuk akhlak sesuai dengan akidah Islam,
contohnya semakin banyak dokter semakin banyak orang yang sakit, semakin banyak
alim ulama, semakin banyak orang-orang yang paham tentang agama.
11.
Apa saja kendala yang sering dihadapi dalam membina anggota dan
pengurus IKM ?
Kedalanya y ...hanya bagaimana mereka menangkap suatu informasi yang
disampaikan oleh ungku dalam proses penyampaian pesannya, bagaimana mereka
menelaah dan mengimplementasikan suatu arahan tersebut dan banyaknya anggota
yang sibuk ataupun banyaknya alasan untuk tidak mengikuti pengajian tersebut
12. Apa harapan bapak kedepan untuk IKM ini ?
Tujuan utama pada saat ini membangun sarana dan prasarana dan mengembangkan
organisasi ini lebih baik dari sebelumnya.
Bapak Ramsi
(Ketua Umum)
DOKUMENTASI PENULIS DENGAN KETUA UMUM
IKATAN KELUARGA MINANG (IKM) CITEUREUP
Download