ekosine 3

advertisement
KAJIAN KELAYAKAN PRODUKSI TANAMAN
HERBAL BERBASIS METODE BUDIDAYA ORGANIK
BEBAS LOGAM (Cadmium)
(Studi Kasus Kluster Biofarmaka Karanganyar)
Arlindo Fernando Macie*, Prabang Setyono**,
Widyatmani Sih Dewi*** dan Komariah***
*Magister Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta
**Staf Pengajar Magister Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta
***Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Budidaya tanaman herbal dan rempah memberi manfaat ekonomi dan
kesempatan kerja terutama di wilayah pedesaan. Produksi dengan orientasi bisnis
mendorong aplikasi intensif bahan-bahan kimia pertanian untuk memenuhi
tuntutan pasar. Akibatnya, elemen-elemen logam berbahaya seperti kadmium (Cd)
dengan mudah turut masuk dalam rantai makanan dan mempengaruhi kehidupan.
Budidaya organik menjadi alternatif untuk menyediakan produk pangan yang aman
bagi kesehatan dan lingkungan, tanpa mengabaikan dampak sosio-ekonomi.
Meskipun, hingga saat ini belum dilakukan studi kelayakan tentang kontribusi dari
metode tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji kelayakan metode organik
bebas bahan kimia untuk budidaya tanaman herbal ditinjau dari aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Karanganyar
melalui metode wawancara dengan petani dan analisis laboratorium sampel tanah.
Seluruh biaya diperhitungkan berdasarkan nilai pasar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa produksi Zingiber officinale, Curcuma xanthorriza dan Curcuma longa dengan
aplikasi kotoran dan urin hewan, membutuhkan dana Rp 80.515.000,-, Rp
44.595.000,- dan 44.595.000,- per hektarnya. Investasi pada tanaman jahe secara
intensif akan memiliki Periode Pengembalian Investasi Terdiskonto (Discounted
Payback Period/DPP) selama 1,15 tahun, Profitability Index (PI) 3,63 dan Net Present
Value (NPV) senilai Rp 212.028.000,- dalam jangka waktu 5 tahun. Sebaliknya,
investasi pada Curcuma tidak dilakukan secara intensif. Kedua investasi dapat
membuka lapangan kerja baru, menyokong pembangunan lokal, meningkatkan
kualitas tanah dan kondisi lingkungan secara umum. Budidaya organik juga dapat
menurunkan resiko kesehatan akibat konsumsi pangan mengandung logam berat.
Kata kunci : kelayakan, investasi, tanaman herbal, kadmium, bahan kimia pertanian,
kualitas lingkungan dan budidaya organik
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
19
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
PENDAHULUAN
Tanaman herbal dan rempah bernilai
penting bagi kehidupan saat ini.
Pemanfaatan tanaman herbal untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
telah dilaporkan sejak peradaban kuno,
jauh sebelum ilmu pengobatan modern
dikembangkan (TRADE, 2009).
Kebutuhan manusia terhadap tanaman
herbal dan repah didorong oleh beberapa
manfaat yang dapat diperoleh. Salah
satunya adalah harga yang terjangkau
dan keberlimpahan jumlahnya pada area
pedesaan, kawasan dengan mayoritas
ekonomi menengah-bawah dan sulit
menjangkau layanan medis modern yang
mewah. Tidak hanya pada kawasan rural,
jenis tanaman ini juga dapat
dimanfaatkan oleh komunitas urban
(Wiersum et.al, 2006) sebagai salah satu
komoditas dagang (Bhat, et.al, 2012).
Ogbonna & Ogbonna (2011)
menambahkan bahwa tanaman herbal
dan rempah dianggap tidak memiliki efek
samping kesehatan sebesar obat-obatan
kimia.
Pola pembudidayaan tanaman herbal
dan rempah telah bergeser pada dekade
terakhir, dari metode tradisional menjadi
sebuah skala bisnis yang besar. Hal ini
berkaitan dengan upaya untuk
memenuhi permintaan pasar serta
m e m p e ro l e h ke u n t u n g a n / p ro f i t .
Hasilnya, mayoritas upaya intensifikasi
dilakukan dengan metode agrokemikal
(Hamzah, et.al, 2016). Penggunaan
bahan kimia dalam pertanian, termasuk
dalam intensifikasi produksi herbal dan
rempah menjadi fokus perhatian.
Penyebabnya karena kandungan logam
berat berbahaya seperti kadmium/Cd
(Sun et.al, 2014). Kadmium akan
terakumulasi dalam tanah dan mudah
terserap oleh tanaman. Ketika logam
berat memasuki rantai makanan (melalui
tanah dan aliran air), bahan ini akan
mangancam kesehatan makhluk hidup,
termasuk manusia (Hamzah, et.al, 2016).
Indonesia menduduki peringkat
keenam pada produksi herbal dunia.
Pe n a n a m a n h e r b a l m e n awa r k a n
keuntungan ekonomi bagi petani dan
kontribusi besar pada perdagangan
herbal dunia memberikan penghasilan
tambahan bagi negara. Terpisah dari
aspek ekonomi, herbal memiliki peranan
penting pada kehidupan sosial seluruh
lapisan masyarakat Indonesia (TRADE,
2009). Karanganyar merupakan salah
satu kabupaten di Jawa Tengah yang
berkontribusi signifikan pada total
produksi herbal Indonesia. Namun,
model produksi saat ini yang berbasis
pada agrokemikal, ditunjuk sebagai
pemberi efek samping lingkungan akibat
residu pupuk (Grabowska, 2011),
khususnya pupuk pospat (Thomas, et.al,
2012).
Sebagai alternatif bahan kimia,
beragam bahan organik diteliti untuk
menemukan efeknya terhadap optimasi
produksi pertanian dan mereduksi
dampak polusi lingkungan kaitannya
dengan kesehatan manusia. Pupuk
organik seperti fermentasi kotoran
hewan dan urin hewan dilaporkan
memiliki efek positif pada produksi
pertanian. Secara teknis, aplikasinya
dianggap sesuai dengan ketersediaan
bahan di wilayah pedesaan. Penggunaan
pupuk kandang berpotensi
meningkatkan kualitas dan kuantitas
tanaman herbal dan rempah (Rahbarian,
2014). Meskipun, penerapan teknologi
ramah lingkungan sangat diperlukan
untuk menurunkan emisi gas rumah kaca
dalam produksi pupuk ini seperti metana
dan amonia (Vries, et.al, 2012).
Penerapan teknologi ramah
lingkungan dalam produksi pupuk
kandang dapat mencegah resiko lain
yaitu : pengasaman tanah dan deplesi
nutrisi. Kajian yang dilakukan oleh
Sartip, et.al (2015) menemukan adanya
20
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
peningkatan jumlah metabolit sekunder
pada tanaman herbal yang dipupuk
dengan pupuk organik, khususnya pupuk
kandang. Pada sisi berbeda, Darzi, et.al
(2012) menemukan bahwa aplikasi
pupuk kandang dan kompos dengan
kadar 4-10 ton/ha meningkatkan hasil
panen buah pada tanaman adas hingga
tingkat optimum. Labih lanjut,
eksperimen lapangan oleh Devakumar,
et.al (2014) mengindikasikan bahwa
aplikasi urin sapi meningkatkan
produksi biji dan serabut pada jagung.
Mempertimbangkan penelitianpenelitian yang telah dilakukan, layak
disimpulkan bahwa pertanian organik
memiliki banyak alasan untuk berhasil.
Meski demikian, studi tentang kelayakan
dan efektivitas biaya pertanian organik,
terutama untuk aplikasi kotoran dan urin
ternak, masih jarang dilakukan. Hal ini
memunculkan pertanyaan mengenai
sejauh mana efektivitas biaya yang
ditimbulkan oleh aplikasi metode
organik, baik untuk petani maupun
masyarakat. Biaya produksi yang tinggi,
keuntungan rendah dan ketidakstabilan
pasar menjadikan usaha pertanian
organik menjadi lahan pencaharian yang
tidak pasti (Bhat, et.al, 2012).
Hal tersebut menyebabkan seorang
investor harus memiliki perhitungan
yang sangat teliti bahkan hingga aspek
aspek detail. Isu utama yang wajib
dipertimbangkan antara lain : aspek
ekonomi proses pengolahan limbah
ternak, logistik, pengangkutan,
penggunaan lahan dan kebijakan
lingkungan lokal terkait penanganan
limbah ternak beserta aplikasinya.
Pertanian dengan lokasi berdekatan
dengan peternakan akan memberikan
keuntungan yang jauh lebih besar.
Tanaman bernilai ekonomis rendah
wa j i b d i h i n d a r i ke t i k a m e m i l i h
menggunakan pupuk kandang (Pallervo,
et.al, 2013). Mkhabela telah
membuktikan bahwa aplikasi pupuk dari
kotoran unggas dapat menggantikan
pupuk kimia dalam hal meningkatkan
hasil panen dan kesuburan tanah. Pada
sisi lain, hal ini akan membuka
kesempatan kerja dan meminimalkan
dampak lingkungan.
Kajian komprehensif pada bidang ini
saat ini masih terbatas dan setiap lokasi
memiliki karakteristik tertentu pada
aspek sosial, kultural, ekonomi, bentang
lahan dan lingkungan yang harus
dipertimbangkan. Berdasarkan alasan
tersebut penelitian yang bertujuan untuk
mengetahu kelayakan pengembangan
aplikasi pupuk organik untuk tanaman
herbal dan rempah dipandang relevan
dan penting dilakukan. Secara khusus,
lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah
perkebunan herbal dan rempah di
Kabupaten Karanganyar.
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 4 desa di
Kabupaten Karanganyar yaitu Kemuning,
Bakalan, Tamansari dan Sambirejo. Pada
desa-desa tersebut telah dibentuk
asosiasi petani tanaman herbal dan
rempah yang disebut agrofarmaka.
Waktu penelitian adalah sepanjang
tahun 2015.
B. Pengumpulan data
Sampel tanah diambil dari 4 desa
penelitian untuk kemudian dianalisis
s e c a ra l a b o ra to r i u m . Pa ra m e te r
penelitian sampel tanah adalah : pH, CEC,
tekstur tanah, konsentrasi kadmium (Cd)
dalam tanah. Wawancara dilakukan
terhadap petani petani dalam kluster
agrofarmaka. Total populasi petani
adalah 96 orang dengan besar sampel 33
orang. Materi wawancara meliputi : jenis
tanaman yang dikembangkan, nilai lahan,
luasan lahan, modal awal dan biaya
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
21
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
operasional. Alat penelitian meliputi : modal, net present value dan profitability
GPS, digital camera, lembar kuisioner, index). Perhitungan ini mengasumsikan
bahwa Internal Rate of Return (IRR)
wadah sampel (ember) dan bor.
sebesar 10% ideal untuk membuktikan
kelayakan penggiatan usaha ini. Untuk
C. Analisis data
Analisis data dilakukan terhadap menjabarkan nilai sesungguhnya dari
keuntungan produksi tanaman herbal modal awal, tenaga kerja dan biaya
dengan aplikasi pupuk organik. Analisis operasional, seluruh biaya akan
ini terdiri dari finansial aspek seperti distandarkan dengan nilai dasar yang
investasi, biaya operasional dan berlaku di pasaran.
indikator lain (periode pengembalian
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Rona Lingkungan dan Analisis
Tanah
Variabel tanah pada lokasi penelitian,
secara khusus diteliti untuk mengetahui
konsentrasi kadmium terkini. Selain itu,
melalui analisis tersebut akan diketahui
dampak dari perubahan dinamis kadium
tanah dan kandungannya dalam
tanaman. Lokasi penelitian terletak di
area Gunung Lawu, terdiri dari tiga titik
Kemuning, Kerjo dan Bakalan, dengan
ketinggian bervariasi : 304 m (B), 450 m
22
(C) hingga 900 m (A). Titik Kemuning (A)
memiliki presipitasi tahunan yang lebih
tinggi dan suhu lebih rendah
dibandingkan lainnya. Tanaman herbal
dibudidayakan dengan metode
agroforestri, dikombinasikan dengan
tanaman pangan seperti gandum,
kacang-kacangan, singkong dan tanaman
hutan seperti mahoni dan kayu jati.
Berikut adalah hasil analisis tanah
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
Tipe tanah teridentifikasi dari tiap
lokasi penelitian adalah : Mediterania
(A), Alfisol (B), Alfisol (C). Variabel tanah
diteliti meliputi : kapasitas tukar kation
(CEC), pH tanah, material organik tanah,
kandungan kadmium dan tekstur tanah.
Nilai CEC tergolong rendah (5-16 cm
+/kg) pada seluruh lokasi. Untuk pH
nilainya berturut turut meningkat dari
asam (5,07 lokasi A) menuju mendekati
netral (6,54; C). Material organik tanah
kurang dari 5% diseluruh tipe tanah.
Tekstur tanah secara umum untuk
keseluruhan lokasi adalah lempung liat
berpasir (sand clay loam/SCL), lempung
berpasir (sandy loam/SL) dan lempung
(clay/C). Kandungan kadmium berkisar
antara 0,40 - 0,44 mg/kg, masih dibawah
batasa baku mutu kadmium untuk tanah
pertanian (0,1 – 1 mg/kg). Kadmium
dalam kadar rendah berpotensi merusak
tanaman dan makhluk hidup lain jika
terekspos dalam periode yang panjang.
3.2. Aspek sosio-ekonomi
Tabel 2. Latar belakang pendidikan
Hasil wawancara menunjukkan
bahwa setiap sampel anggota kluster
biofarmaka setidaknya memiliki
pendidikan formal. Mayoritas
diantaranya telah menempuh
pendidikan dasar (SD) hingga SMU
(87,90%) dan hanya sebagian kecil
menyelesaikan D3 hingga Sarjana
(12,10%).
Latar belakang pendidikan
memiliki peranan penting dalam
membentuk karakter dan pola pikir
terhadap suatu aktivitas. Pendidikan
membantu seseorang untuk mampu
mempersiapkan perencanaan yang baik
terkait proses produksi dalam jangka
pendek maupun panjang. Pendidikan
juga meningkatkan kewaspadaan
terhadap penggunaan dan dampak
penggunaan bahan bahan kimia pada
pertanian. Melalui pendidikan seorang
petani akan mampu memahami proses
pasar, biaya, keuntungan hingga
keberlanjutan kegiatan mereka. Level
pendidikan dan pengalaman menjadi
kunci dalam sistem pertanian, kaitannya
dengan peningkatan produktivitas,
mereduksi inefisiensi dan kerugian yang
tidak perlu, sehingga pendapatan petani
pun akan meningkat (Djomo and Sikod,
2012).
Tabel 3. Persepsi petani pada pertanian organik
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
23
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
Mayoritas petani (87,88%)
mengkhawatirkan dampak negatif
penggunaan bahan kimia pada kesehatan
dan lingkungan. Aspek ekonomi
menunjukkan pandangan petani bahwa
pupuk kimia berharga mahal (12,12%).
Meninjau sisi hasil produksi, petani
memandang permintaan akan produk
organik cukup tinggi (12,12%). Selain itu,
terdapat insentif dari institusi terkait
(9,09%), terutama penerima hasil panen
organik seperti PT Sidomuncul
Semarang yang saat ini telah memiliki
kontrak pembelian panen organik untuk
produksi beragam obat herbal. Insentif
juga datang dari bantuan teknis
p e m e r i n t a h m a u p u n u n ive r s i t a s
setempat. Keuntungan tersebut menjadi
motivasi petani untuk mulai
meninggalkan sistem pertanian
tradisional dan mengembangkan
pertanian organik di area penelitian.
Grafik dibawah ini menunjukkan
pendapatan beberapa petani sampel di
kluster agrofarmaka.
Gambar 1. Pendapatan tahunan petani di kluster agrofarmaka
Secara umum, pendapatan tahunan
setiap petani dari 4 kluster produsen
herbal dan rempah beragam dengan
rentang luas mulai Rp 1.500.000,00
(minimum)-Rp 98.000.000,00
(ma ksimum). Fa k tor pemb eda
penghasilan dipengaruhi oleh : ukuran
lahan, jenis tanaman budidaya dan
pendapatan lain di luar sektor pertanian
(pekerjaan tetap, pekerjaan sampingan
dan bisnis lain). Sebanyak 48% petani
memiliki pendapatan tahunan di kisaran
2-10 juta rupiah. Kelompok ini akan
mengalami kesulitan untuk
n=berinvestasi secara optimal dalam
proses produksi (lihat perhitungan tabel
4
3.3. Analisis biaya modal
Tabel 4. Analisis total pengeluaran modal awal
24
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
Tabel 4 menunjukkan pengeluaran
terbesar pada pertanian herbal organik
adalah penyediaan dolomit untuk
koreksi pH tanah (24 juta rupiah), diikuti
pembelian bibit (15 juta). Untuk
penggunaan pupuk organik, pupuk padat
lebih dominan (11 juta) dibanding pupuk
cair dari urine ternak (1,5 juta rupiah).
Secara keseluruhan, produksi herbal
(Zingiber officinale, Curcuma
xanthorrhiza dan Curcuma longan) per
h e k t a r m e n g h a b i s k a n b i aya R p
52.980.000,00.
Tabel di atas menjabarkan secara
lengkap tentang biaya operasional dan
total biaya produksi herbal. Secara
spesifik pada biaya operasional, nilai
tertinggi berturut-turut pada penyiapan
lahan, pemanenan dan transportasi.
Total biaya operasioanl mencapai 21,515
juta rupiah. Secara keselurahn, biaya
produksi tanaman herbal per hektar di
kluster biofarmaka mencapai 80,515 juta
rupiah. Analisis penggunaan pupuk
kandang dan dolomit diperhitungkan
berdasarkan literatur dan analisis
kondisi tanah. Jenis kepemilikan lahan
untuk sementara diabaikan dan dibahas
pada bagian berikutnya.
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
25
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
Tabel 6 menunjukkan volume panen
per hektar dari setiap jenis tanaman
herbal dan harga tiket masuk rata-rata.
Perhitungan hasil telah
mempertimbangkan 10% kehilangan.
Zingiber officinale (jahe) menerima
pendapatan tertinggi dari penjualan perkilo. Pembudidayaan tanaman yang sama
dikalim menerima pendapatan tertinggi
(157,5 juta rupiah), biaya produksi
tertinggi (80,515 juta rupiah) dan
keuntungan terbesar (76,985 juta
rupiah) sehingga rasio income/cost-nya
adalah yang tertinggi (1,96). Curcuma
xanthorriza dan C. longan memiliki nilai
identik pada investasi, pendapatan dan
keuntungan, dengan rasio I/C 1,21,
dibawah nilai jahe. Secara umum
penanaman herbal dengan metode
organik memberikan keuntungan bagi
petani. Untuk jenis jahe, keuntungannya
mencapai 95% dari nilai investasi,
sedangkan untuk temulawak dan kunyit
nilainya 21 %.
Sangat penting untuk memastikan
bahwa investasi akan menghasilkan
profit sejak awal kegiatan, setidaknya
keuntungan tahunan, sehingga
meminimalkan resiko kebangkrutan
petani. Sebagai hasil kelayakan profit,
maka petani dapat mempertimbangkan
mengambil kredit untuk dibayar kembali
pasca panen. Namun, perlu
dipertimbangkan kemampuan petani
untuk waktu pelunasan kredit tersebut.
Terdapat 3 indikator yang digunakan
untuk mengambil keputusan terkait
proyeksi kegiatan pada periode 5
tahunan yaitu :
26
1. Payback period
Payb a c k p e r i o d a t a u p e r i o d e
pengembalian modal merupakan asumsi
jumlah tahun yang dibutuhkan untuk
mengembalikan nilai investasi. Pada
kasus ini dipertimbangkan pula periode
pengembalian modal terdiskonto atau
discounted payback period (DPP)
dengan mempertimbangkan inflasi.
Payback period Zingiber officiale : Rp
80515000/Rp76985000 = 1.05 tahun
Payback period Curcuma xanthorriza :
Rp44595000/Rp9405000 = 4.74 years.
Berdasarkan perhitungan, investasi pada
jahe akan kembali hanya dalam waktu
1,05 tahun, jauh lebih cepat
dibandingkan temulawak dan kunyit
(4,74 tahun). Kedua investasi masih
memiliki waktu pengembalian modal
yang normal dan layak. Untuk
perhitungan ini perubahan nilai inflasi
belum dimasukkan. Berikut perhitungan
periode pengembalian terdiskonto
(Discounted Period Payback/DPP).
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
Discounted Payback Period = A + (B / C)
dengan A adalah tahun terakhir dengan positif (CCF); dan C adalah tahun terakhir
aliran dana terdiskonto positif; B adalah aliran dana terdiskonto (DCF)
tahun terakhir nilai aliran dana kumulatif
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
27
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
Hasil perhitungan DPP, NPV dan PI
untuk investasi pada produksi C.
xanthorriza dan C. longa adalah 6,53
tahun, - 8,856 juta rupiah dan 0,80.
Sedangkan untuk produksi Z. officinale
adalah 1,15 tahun, 212,028 juta rupiah
dan 3,63. Hasil tersebut menunjukkan
pengembangan C. xanthorriza dan C.
longan kurang ideal karena periode
pengembalian di atas 5 tahun (6,53
tahun). Pada tahun ke 5 modal belum
kembali atau bertambah. Ada
kemungkinan proyek produksi ini akan
menurun prospeknya ditunjukkan
dengan nilai negatif pada NPV. Nilai PI
atau indeks keuntungan < 1 (0,80)
memperkuat asumsi ketidaklayakan
produksi ini, produksi C. xanthorriza dan
C. longan tidak menguntungkan secara
finansial.
Salah satu faktor penyebab kurang
layaknya pengembangan keduanya
adalah nilai jual yang rendah (Rp.
2000/kg). Asumsinya, dengan
peningkatan nilai jual hingga Rp
5000,00/kg akan memberi kelayakan
dan keuntungan finansial
pengembangan produk ini. Itulah
sebabnya dipandang sangat penting
untuk memperoleh cara meningkatkan
nilai jual dari petani pada kedua produk
mengngat harga pasar keduanya
sebenarnya berada jauh di atas nilai yang
diperoleh langsung oleh petani.
Modal awal investasi pada jahe (Z.
officinale) akan kembali hanya dalam
waktu 1,15 tahun. Pada periode 5 tahun
akan muncul peningkatan modal sebesar
212,028 juta rupiah. Nilai PI mencapai
3,63, lebih dari 1, artinya produktivitas
usaha ini berada di jalur yang benar.
Secara keseluruhan pembudidayaan
organik jahe layak dikembangkan dan
menguntungkan ditinjau dari aspek
sosial, ekonomi maupun lingkungan.
Hasil penelitian ini selaras dengan
temuan dari Bank Indonesia (2006) pada
tiga jenis tanaman herbal. Introduksi
produk produk herbal membentuk
persepsi baru pada karakter pasar
dengan diversifikasi kualitas dan harga
(Daganova and Karnoe, 2015). Biaya
produksi untuk Z. officinale 36,690 juta
rupiah/ha dan untuk C. xanthorriza serta
C. longa adalah 37,045 juta rupiah/ha.
Ketika ketiganya ditanam bersamaan
pada suatu lahan, membutuhkan biaya
produksi 65,172 juta rupiah/ha. Hasil ini
mempertimbangkan faktor waktu pada
nilai uang (inflasi). Perlu diperhatikan
pula bahwa harga pada 10 tahun lampau
lebih tinggi dibandingkan saat ini pada
beberapa wilayah yaitu Rp 23.000/kg
untuk jahe, Rp 15.000/kg untuk
temulawak dan Rp 12.000/kg untuk
kunyit
Mengesampingkan fakta
keuntungan yang dapat diraih dari
budidaya jahe, kemungkinan petani di
kluster agrofarmaka akan kesulita untuk
memenuhi pendanaan sendiri. Hal ini
ditunjukkan hasil wawancara bahwa
69% petani memiliki penghasilan
tahunan < 20 juta rupiah. Sehingga,
kemungkinan besar petani akan
membutuhkan suntikan dana eksternal.
Pendanaan ini berpeluang besar
diperoleh mempertimbangkan bahwa
mayoritas petani berkemauan untuk
membangun sistem pembudidayaan
organik (87,8% memandang bahan
kimia sebagai ancaman kesehatan dan
lingkungan). Permasalahan yang bisa
timbul adalah akibat rendahnya tingkat
pendidikan, hanya 12,12% yang
menyelesaikan pendidikan hingga
setidaknya tingkat universitas. Hal ini
membatasi kemampuan managerial
maupun tehnik produksi yang tepat.
Kondisi ini dapat memicu inefisiensi
dalam proses produksi meskipun dana
tersedia.
Secara umum kegiatan ini
memberikan banyak kesempatan kerja
28
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
baik secara langsung pada lahan
yang saat ini dipandang terlampau
pertanian maupun pekerjaan lain yang
jauh dari harga jual sesungguhnya di
terkait dengan dukungan pada proses
pasaran
produksi maupun penyediaan sarana
produksi. Peningkatan sosial dan DAFTAR PUSTAKA
ekonomi akan dibawa oleh hal tersebut. Bank Indonesia. 2006. Pola Pembiayaan
Tahap selanjutya, kemajuan kegiatan dan
Usaha Kecil Budidaya Tanaman
ekonomi masyarakat akan memicu
Bahan Jamu. Direktorat kredit,
BPR, UMKM.
pertumbuhan wilayah lokal dan
perbaikan infrastruktur. Dari aspek Bhat S.D., Ashok B.K., Acharya R., and
lingkungan, reduksi penggunaan bahan
Ravishankar D. 2012.
kimia akan menurunkan resiko dan
Importance of Kunapajala
ancaman pada kesehatan, kehidupan
(Traditional organic liquid
manure) of Vrikshayurveda in
manusia maupun kualitas lingkungan di
medicinal plant cultivation,
sekelilingnya.
GJRMI Vol 1(7): 272-279, India.
Darzi M. T. and Hadi M.H. 2012. Effects of
V. Kesimpulan
the application of organic
1. Kotoran hewan dan input organik
manure and biofertilizer on the
lainnya layak secara ekonomi, sosial
fruit yield and yield components
dan lingkungan untuk digunakan
in Dill (Anethum graveolens).
dalam pembudidayaan jahe
Department of A g r o n o m y ,
(Zingiber officinale)
Faculty of agriculture, Islamic
2. Pengembalian investasi pada Z.
Azad University, Iran Journal of
officinale dapat dicapai dalam
Medicinal Plants Research Vol6
periode 1,15 tahun, pada periode 5
(17): 3345-3350
tahun akan diperoleh keuntungan
hingga 212,028 juta rupiah dan Dell C.J., Meisinger, J.J. and Beegle, D.B.
2011. Subsurface application of
profitability index (PI) 3,63,
manures slurries for
menunjukkan kelayakan finansial
conservation tillage and pasture
pengembangan budidaya jenis ini.
soils and their impact on the
Investasi pada C. xanthorriza
nitrogen balance. Journal of
(temulawak) dan C. longan(kunyit
Environmental Quality, Vol.40
dipandang tidak layak secara
(2): 352-361, ISSN 1537- 2537.
finansial karena hanya memiliki PI
Devakumar N., Shubha S., Rao G.G.E.,
sebesar 0,8 (< 1).
Imrankhan. 2014. Studies on soil
3. Investasi secara organik akan
f e r t i l i t y, c o w u r i n e a n d
menguntungkan secara sosial
panchangavya levels on growth
ekonomi dan lingkungan, serta
and yield of maize. Building
dapat menjadi pemicu
organic bridges at the
pembangunan lokal dan perbaikan
organic world congress 2014,
infrastruktur. Untuk meningkatkan
13-15 Oct, Istambul, Turkey.
d a n m e m p e rb a i k i ke l aya ka n
pengembangan tanaman herbal, Grabowska, I. 2011. Reduction in heavy
metals transfer into food. Polish
pemerintah perlu mengintervensi
Journal of Environmental
harga jual hasil panen dari petani
Studies 20:635-642.
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
29
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
Hamzah A., Hapsari R.I.,and Wisnubroto
E. I. 2016. Phytoremediation of
cadmium- contaminated
agricultural land using
indigenous plants. Faculty of
A g r i c u l t u r e , Tr i b h uwa n a ,
Malang, Indonesia, Intl. Journ.
env. Agric research Vol 2 (1).
Kasmioui O.E. and Ceulemans R. 2012.
Feasibility analysis of the
cultivation of poplar and
willow for bioenergy. University
of Antwerp, Department of
Biology, Research group of Plant
a n d Ve g e t a t i o n E c o l o g y,
Universiteitsplein 1, B-2610
Wilrijk, Belgium. Biomass and
bioenergy 43(2012): 52-64
Matsi T.2012. Liquid cattle manure
application to soil and its effects
on crop growth, yield,
composition, and on soil
properties. Soil Science
L a b o r a t o r y, s c h o o l o f
Agriculture,
Aristhotle
University of Thessaloniki,
Thessaloniki, Greece.
Mkhabela T.S. 2004. Substitution of
fertilizer with poultry manure. Is
this economically viable?
Department of agricultural
e c o n o m i c s , U n ive r s i t y o f
Stellenbosch, South Africa,
Agrekon
Vol 43 (3).
Ogbonna I. P and Ogbonna P.C. 2011.
Heavy metal content in soil and
medicinal
plants in high
traffic urban area. Department
of Food Science and Technology,
Department of Forestry a n d
Environmental Management,
Michael Okpara University of
Agriculture, Umudike,
Nigeria, Pakistan Journal of
Nutrition 10(7): 618-624.
Djomo J.M.N. and Sikod F. 2012. Effects of
human capital on agricultural
p r o d u c t i v i t y a n d
farmer's income in Cameron.
Faculty of Economic sciences
and Management, The
University of Yaounde II,
Cameron, International
Business Research, 5 (4),
www.ccsenet.or/ibr
Pallervo K., Heikki L., Heidi R., Huibert O.,
and Sindhoj E. 2013. Economics
of manure logistics, separation
and land application. Baltic
forum for innovative
technologies for s u s t a i n a b l e
manure management. Baltic
manure WP3 Innovative
technology for animal
feedingand housing processing,
storage and spreading manure,
Swedish institute of
Agriculture and environmental
engineering. Sweden.
Rahbarian I.2014. Effects of manure on
growth medicinal plant in
dragonhead (Dracocephalum
moldavica), department of
horticultural sciences. Islamic
A z a d U n i v e r s i t y, I r a n ,
Euro.J.Exp.Bio., 4 (2): 357-360
Sartip H., Yadegari H., and Fakheri B.
2015. Organic agriculture and
production of medicinal plants.
Department of agronomy and
plant breeding, faculty of
agriculture, University of Zabol.
Intl. J. of Farming and allied
sciences.
Sun Y, Wu Q.T, Lee C.C, Li B, and Long X.
2014. Cadmium Sorption
Characteristics of Soil
Amendments and its
Relationship with the Cadmium
Uptake by Hyper accumulator
and
Normal Plants in
Amended Soils. International
Journal of remediation, 16 (5)496-508
30
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
T h o m a s E . Y. , O m u e t i . J . A . I a n d
Ogundayomi. O 2012. The effect
of phosphate fertilizer on heavy
metal in soils and Amaranthus
Caudatu. Agric. Biol. J. N. Am.
3:145-149.
Wiersum K.F., Dold A.P., Husselman M.,
and Cocks M. 2006. Cultivation
of medicinal plants as
a tool
for biodiversity conservation
and poverty alleviation in the
Amatola region, South
Africa.
Forestry and nature
conservation policy group,
Wageningen University, the
Netherland. Institute of social
and economic research, Rhodes
University, South Africa.
Vries J.W., Groenestein C.M., and Boer
I.J.M. 2012. Environmental
consequences of processing
manure to produce mineral
fertilizer and bio-energy.
W a g e n i n g e n U n i v e r s i t y,
Netherlands. Journal of
environmental management
102 (2012): 173-183
Daganova L. and Karnoe P. 2015. Building
markets for clean technologies:
Controversies, environmental
concerns and economic growth.
Journal of industrial
marketingmanagement 44
(2015): 22-31.
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
31
Kajian Kelayakan Produksi Tanaman
Herbal Berbasis Metode Budidaya Organik
Bebas Logam (cadmium)
32
Arlindo Fernando Macie,
Prabang Setyono,
Widyatmani Sih Dewi dan Komariah
Jurnal EKOSAINS / Vol. IX, Nomer. 2, / November 2016
Download