BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan manusianya, salah satu jalan mencapai keberhasilan pembangunan manusianya yaitu melalui pendidikan. Secara sederhana UNESCO mendefinisikan pendidikan sebagai “Proses belajar mengajar yang terorganisir dan terus menerus yang dirancang untuk mengkomunikasikan perpaduan pengetahuan, skill, dan pemahaman yang bernilai untuk seluruh aktivitas hidup” (Jaervis, 1990 : 105) dalam Kamil (2012 : 4). Pendidikan memiliki makna yang lebih luas. Pendidikan tidak saja dilakukan pada ruang lingkup persekolahan (formal), namun dapat dilaksanakan di luar persekolahan (nonformal) dan keluarga (informal). Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Hal ini terutama karena secara konsepsional pelatihan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, sebagaimana tercantum dalam Instruksi Presiden No.15 tahun 1974 dalam Kamil (2012 : 4), pengertian pelatihan dirumuskan sebagai berikut: Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori. Simamora (1995 : 287) mengartikan pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu. Pelatihan atau training diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dale S. Beach (1975) dalam Kamil (2012 : 4) mengemukakan, “The objective of training is to achieve a change in the 1 Yuka Martlisda Anwika, 2013 Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 behavior of those trained” (Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih). Sementara itu tujuan pelatihan yang dikemukakan oleh Edwin B.Flippo adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang (Kamil 2012 : 4). Sasaran pelatihan meliputi ruang lingkup luas, baik pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun pelatihan yang dilaksanakan oleh swasta atau pribadi. Semua itu tergantung pada pelatihan yang dilaksanakan. Salah satu sasaran pelatihan yang menjadi fokus penelitian ini yaitu musisi jalanan atau pengamen jalanan. Musisi jalanan merupakan seniman musik yang berkarya di jalanan. Permasalahan yang dihadapi musisi jalanan diantaranya kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan, perlindungan, kasih sayang, kesehatan, makanan, minuman dan pakaian, serta kurangnya memiliki wadah dalam mengapresiasikan bakat dan minatnya lebih dalam di bidang musik. Maka, diperlukannya program yang dapat sekaligus memandirikan musisi jalanan, dimana didalamnya terdapat pembinaan serta pelatihan skill musik bagi musisi jalanan yang gunanya untuk kepentingan mereka di kemudian hari dalam meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik. Salah satunya yaitu melalui suatu lembaga pelatihan, kursus dan pemberdayaan masyarakat yaitu Rumah Musik Harry Roesli. Rumah Musik Harry Roesli atau yang dikenal sebagai RMHR merupakan salah satu lembaga kursus dan pelatihan yang berada di Bandung, tepatnya di Jalan Supratman. Rumah Musik Harry Roesli didirikan pada tahun 1980 oleh Bapak Harry Roesli dan para sahabat. Pendirian Rumah Musik ini berawal dari kecintaan beliau dan para sahabatnya akan musik dan nilai-nilai yang ada dalam musik tersebut dan atas rasa kepedulian beliau yang amat tinggi kepada para pengamen jalanan yang memiliki bakat dan minat didunia musik. Lembaga ini merupakan lembaga yang bergerak dibidang pelatihan, kursus dan pemberdayaan masyarakat melalui musik, salah satunya adalah Yuka Martlisda Anwika, 2013 Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 melaksanakan pelatihan keterampilan bermusik khusus bagi para musisi jalanan berbakat dibidang musik. Program pelatihan ini mulai dilaksanakan pada tahun 1998 hingga berlangsung sekarang. Program pelatihan ini dilaksanakan sebagai program sosial dalam proses kemandirian musisi jalanan agar meningkatkan taraf hidupnya. Jumlah musisi jalanan yang telah dibina saat ini sebanyak 20 orang yang mayoritas berasal dari latar belakang musisi jalanan di Bandung. Musisi jalanan yang dibina berkisar antara umur 10 tahun hingga 35 tahun, yaitu 15 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Lembaga pelatihan ini telah memiliki nama yang besar di Bandung. Hal ini dikarenakan pendirinya adalah Bapak Harry Roesli sendiri yaitu seorang seniman besar di Bandung yang banyak berprestasi dibidang seni dan sekaligus Guru besar psikologi musik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung dan Universitas Pasundan, Bandung, melahirkan budaya musik kontemporer yang berbeda, komunikatif dan konsisten memancarkan kritik sosial khususnya dibidang musik. Inilah yang memperkuat nama Rumah Musik Harry Roesli dalam menarik musisi jalanan mengembangkan kreatifitasnya dan melahirkan musisi jalanan yang berbakat dalam bidang musik. Namun, Beliau meninggal di Jakarta, 11 Desember 2004 pada umur 53 tahun dan sekarang Rumah Musik beliau diteruskan oleh anak kembarnya yaitu Layala Roesli dan Lahami Roesli. Layala Roesli sebagai pengelola, penerus dan pengembang dalam pembinaan musisi jalanan melalui pelatihan keterampilan bermusik. Berdasarkan data tahun 2009, dari 20 musisi jalanan yang dibina dan dibimbing oleh Rumah Musik Harry Roesli, 80% taraf hidup musisi jalanan meningkat dari sebelumnya dan telah mampu mandiri. Kemandirian dapat dilihat dari faktor ekonomi yaitu musisi jalanan yang dibina di Rumah Musik Harry Roesli tidak lagi mencari uang dari hasil ngamen dijalan, namun telah mencari uang dari hasil manggung di cafe sekitar Bandung, membuka privat les musik sendiri dan mampu menembus panggung nasional maupun internasional yang diselenggarakan. Salah satunya adalah festival javajazz oleh 57Kustik yang terdiri Yuka Martlisda Anwika, 2013 Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 dari 5 musisi jalanan yang dibina di Rumah Musik Harry Roesli. Kemudian, kemandirian musisi jalanan dapat dilihat dari faktor kepribadian dan pola pikir yang berubah dari sebelumnya. Faktor kepribadian yaitu lebih menjaga kebersihan tubuh dan peduli akan penampilan fisik, sedangkan faktor pola pikir yaitu yang dari awalnya merasakan enak dijalanan mendapatkan uang untuk makan hari itu tanpa memikirkan makan untuk esok hari dan malas sekolah, namun telah berubah untuk memikirkan bekal masa depan dan ingin mencapai tujuan-tujuan hidup. Keberhasilan yang telah dicapai oleh musisi jalanan dari hasil binaan Rumah Musik Harry Roesli tidak terlepas dari kontribusi peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik. Jumlah pelatih yang ada di Rumah Harry Roesli saat ini sekitar 13 orang yang terdiri dari lulusan jurusan seni musik dari berbagai universitas di Bandung, yaitu UPI, UNPAD dan lain-lain, serta memiliki skill di bidang musik. Menurut Sudjana (2007 : 236) pada umumnya pelatih berperan sebagai pengelola pembelajaran melalui tiga fungsi pengelolaan pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran dalam pelatihan. Pelatih melakukan pengelolaan pembelajaran yang mencakup pemahaman terhadap tujuan pelatihan, menguasai materi dan teknik penyampaian materi, pemahaman terhadap karakteristik peserta hingga mengevaluasi hasil belajar. Keberhasilan suatu pelatihan dipengaruhi oleh beberapa aspek, diantaranya adalah masukan sarana (instrumental input) berupa sumber belajar, masukan mentah (raw input) berupa peserta, masukan lingkungan (environment input) yaitu faktor lingkungan lokasi pelatihan, dan proses kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, sumber belajar atau pelatih lebih berperan penting dalam ketercapaiannya suatu tujuan pelatihan, karena sumber belajar atau pelatih berperan langsung dalam hal proses peningkatan kualitas perubahan sikap dan keterampilan, serta memfasilitasi peserta dalam proses pembelajaran. Pelatihan ini dilaksanakan setiap dua kali seminggu selama 2 jam. Sistem evaluasi yang dilaksanakan pelatih bertahap, mulai dari tingkat dasar, terampil dan ahli. Ketika musisi jalanan telah dapat menguasai teknik dasar alat musik Yuka Martlisda Anwika, 2013 Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5 yang dipilihnya, maka menuju ke tahapan selanjutnya. Pelatih tidak hanya memberikan skill musik bagi musisi jalanan, namun juga membantu agar musisi jalanan dapat meningkatkan taraf hidupnya dan mandiri dalam berbagai aspek, khususnya aspek perekonomian, pola pikir dan kepribadian. Dalam hal pelaksanaan program pelatihan, musisi jalanan memiliki motivasi yang berbedabeda dan ada pula musisi jalanan yang dibina mundur dan kembali ke jalanan. Hal ini karena sebagian peserta lebih memikirkan realistis untuk harus mendapatkan uang untuk makan dan kehidupan hari itu juga tanpa memikirkan bekal hidup dan masa depan. Namun ada pula yang bertahan mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan bermusik ini hingga sekarang dan sudah ada yang menjadi pelatih. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimanakah peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan yang diselenggarakan di Rumah Harry Roesli tersebut. Dengan ini, penulis mengajukan judul “ Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik dalam Meningkatkan Motivasi dan Kemandirian Musisi jalanan” sebagai judul skripsi yang akan penulis angkat. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Adapun identifikasi masalah berdasarkan beberapa fakta dilapangan, yaitu : 1. Musisi jalanan kurang memiliki wadah dalam mengembangkan bakat dan minatnya dalam keahlian bermusik, sehingga hanya menggantungkan hidup dari jalanan. 2. Keberadaan Rumah Musik Harry Roesli yang berada di Jalan Supratman, Bandung sebagai wadah dan lembaga yang bergerak dibidang pelatihan, kursus dan pemberdayaan masyarakat melalui musik, salah satunya adalah melaksanakan pelatihan keterampilan bermusik bagi musisi jalanan yang berbakat di bidang musik. 3. Jumlah pelatih yang ada di Rumah Harry Roesli saat ini sekitar 13 orang yang memiliki latar belakang dalam dunia musik dari berbagai universitas di Bandung, yaitu UPI, UNPAD dan lain-lain. Yuka Martlisda Anwika, 2013 Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6 4. Pelatihan ini dilaksanakan setiap dua kali seminggu selama 2 jam. 5. Jumlah musisi jalanan yang telah dibina saat ini sebanyak 20 orang yang mayoritas berasal dari latar belakang musisi jalanan di Bandung. Musisi jalanan yang dibina berkisar antara umur 10 tahun hingga 35 tahun, yaitu 15 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. 6. Musisi jalanan yang dibina di Rumah Musik Harry Roesli memiliki motivasi yang berbeda-beda dan ada pula musisi jalanan yang dibina mundur dan kembali ke jalanan. Hal ini karena sebagian peserta lebih memikirkan realistis untuk harus mendapatkan uang untuk makan dan kehidupan hari itu juga tanpa memikirkan bekal hidup dan masa depan. Namun ada pula yang bertahan mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan bermusik ini hingga sekarang dan sudah ada yang menjadi pelatih. 7. Pelatih memberikan keleluasaan bagi musisi jalanan untuk memilih jenis alat musik yang dipelajari berdasarkan minat dan bakat masing-masing dan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan jenis alat musik yang dipilih. 8. Pelatih membina ranah kognitif dan psikomotorik musisi jalanan dengan penyajian teori dan praktek. Dalam hal ini, praktek lebih dominan dilakukan langsung dengan jenis alat musik. 9. Sistem evaluasi yang dilaksanakan pelatih bertahap, mulai dari tingkat dasar, terampil dan ahli. Ketika musisi jalanan telah dapat menguasai teknik dasar alat musik yang dipilihnya, maka menuju ke tahapan selanjutnya. Apabila musisi jalanan belum juga menguasai suatu nada yang dimainkan dengan alat musik, maka pelatih memberikan kesempatan latihan pengulangan hingga bisa. 10. Pelatih selalu memberi PR (pekerjaan rumah) untuk musisi jalanan agar dapat latihan di rumah. 11. Pelatih program pelatihan keterampilan bermusik selalu memotivasi musisi jalanan, motivasi yang diberikan pelatih berupa pujian, mengajak ke acara musik dan penayangan musisi berbakat agar lebih termotivasi. Yuka Martlisda Anwika, 2013 Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7 12. Selain peningkatan skill bermusik, musisi jalanan yang dibina mampu mandiri dari sebelumnya. Terdapat indikasi adanya kemandirian dalam perubahan pola pikir, kepribadian dan faktor ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya pada musisi jalanan dari hasil binaan dan bimbingan pengelola program pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli. Dari hasil perolehan identifikasi yang peneliti dapatkan di lapangan, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: “Bagaimana peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan?” Agar fokus penelitian lebih terarah dan memperjelas lingkup penelitian, maka peneliti merumuskan masalah sebagai pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli? 2. Bagaimana peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli? 3. Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang aktual dan jelas mengenai sejauh mana peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian Yuka Martlisda Anwika, 2013 Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8 berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan tentang gambaran motivasi belajar dan kemandirian berkreasi dari musisi jalanan setelah mengikuti pelatihan keterampilan bermusik di Rumah Musik Harry Roesli. 2. Untuk mendeskripsikan peran yang dilakukan oleh pelatih program pelatihan keterampilan bermusik dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli. 3. Untuk mengungkapkan tentang faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam menjalankan peran pelatih program pelatihan keterampilan bermusik demi meningkatkan motivasi belajar dan kemandirian berkreasi musisi jalanan di Rumah Musik Harry Roesli. D. Manfaat Penelitian Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat penelitian dibagi atas dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai pelatihan sebagai salah satu pendidikan luar sekolah, serta berkontribusi dalam pengembangan sumber daya manusia dalam sektor industri kreatif. 2. Manfaat Praktis (Operasional) a) Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pelatihan, khususnya pelatihan keterampilan bermusik yang dilaksanakan di Rumah Musik Harry Roesli. Selain itu, menambah pemahaman peneliti tentang pengaruh peran pelatih program pelatihan demi tercapainya keberhasilan suatu pelatihan. b) Bagi Pemerintah dan Masyarakat Yuka Martlisda Anwika, 2013 Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9 Diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan untuk pengembangan program, khususnya program pelatihan bagi para pelatih program, sehingga pelatihan yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan dirasakan manfaatnya. c) Keilmuan Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran dan informasi tentang peran pelatih program dalam penyelenggaraan suatu pelatihan, khususnya tentang pentingnya peran pelatih dalam penyelenggaraan pelatihan keterampilan bermusik yang dilaksanakan di Rumah Musik Harry Roesli. E. Struktur Organisasi Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini adalah rencana sistematika penulisan penelitian. Peneliti membagi pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari : BAB I Pendahuluan berisikan uraian tentang Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Struktur Organisasi BAB II Tinjauan Pustaka merupakan gambaran umum mengenai dasar penelitian atau teori yang melandasi permasalahan dalam penelitian yaitu terdiri dari konsep Pelatihan, konsep Pendidikan Luar Sekolah, konsep Peran, konsep Peran Pelatih, Motivasi Belajar, Kemandirian Berkreasi dan Ekonomi Kreatif BAB III Metode Penelitian membahas tentang kegiatan atau metode penelitian yang meliputi Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Yuka Martlisda Anwika, 2013 Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10 BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, menggambarkan tentang hasil penelitian yang meliputi : Gambaran umum Rumah Musik Harry Roesli, Penyajian Data Kondisi Objektif Pelatihan Keterampilan Bermusik di Rumah Musik Harry Roesli Hasil Penelitian, dan Pembahasan Hasil Penelitian BAB V Kesimpulan dan Saran, mengungkapkan tentang hasil simpulan yang didapat dari penelitian dan saran yang diberikan berdasarkan penelitian. Yuka Martlisda Anwika, 2013 Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus Di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu