menata keajekan inflasi

advertisement
G
eraiInfo
w w w.bi.go.id
bi peduli
Siap Jelang
MEA
sorot
EDISI 53 TAHUN VI
2015
Menata
Keajekan
Inflasi
(1) cover final.indd 2
10/7/15 3:46 PM
Daftar isi
06 Sorot
menata keajekan inflasi
Inflasi bukan semata urusan harga yang semakin mahal.
Apa saja sebetulnya yang bisa menekan lajunya?
14 perspektif
IBARAT MENJINAKKAN KUDa liar
24 Aktivitas
25 Etalase
26 Ekspos
Redaksi
EDISI 53 TAHUN VI
2015
18 BI Peduli
20 Potret
22 Dinamika
baca rubrik opini mereka:
Doddy Zulverdi
Yunita Resmi Sari
Arief Hartawan
Yufrizal
Edhie Haryanto
Departemen Kebijakan
Ekonomi dan Moneter BI
BI Mengawal Inflasi
HAL 9
Departemen Pengembangan
UMKM
Dorong UMKM, Tekan
Inflasi
HAL 10
Departemen Kebijakan
Ekonomi dan Moneter
IBARAT MENJINAKKAN
KUDa liar
HAL 14
Departemen Pengembangan
UMKM
Siasat Si Pedas
HAL 16
Departemen Komunikasi
Penanggung Jawab: Tirta Segara
Pemimpin Redaksi : Peter Jacobs
Redaksi Pelaksana : Dwi Mukti Wibowo
Ernawati Jatiningrum
Wahyu Indra Sukma
Surya Nanggala
Any Ramadhaningsih
T. Rafael Lardhana
Kontributor : Junanto Herdiawan
Syachman Perdymer
Ferry Kurniawan
Puput Kurniati
Mata Pancing Rasio
HAL 26
Alamat Redaksi :
Departemen Komunikasi Bank Indonesia
Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta
Contact Center BICARA : 131
Email : [email protected]
Website : www.bi.go.id
@bank_indonesia
flip.it/7A9uk
bankindonesia
BankIndonesiaChannel
Redaksi menerima kiriman naskah Anda, namun berhak mengedit naskah sebelum dipublikasikan.
Naskah bisa dikirim ke [email protected]
2
GERAI INFO BANK INDONESIA
PEDOMAN
Perspektif
sinergi jaga inflasi
Inflasi adalah bagian tak terpisahkan
dari perkembangan perekonomian suatu
negara. Salah satu indikator pergerakan
perekonomian adalah tingkat inflasinya.
Bagaimana dengan Indonesia? Laju inflasi
Indonesia mengalami penurunan dalam
sepuluh tahun terakhir hingga mencapai
angka 6,39% pada Triwulan III/2015.
Kebijakan reformasi subsidi energi yang
diambil oleh pemerintah dalam jangka
panjang akan mengurangi lonjakan inflasi.
Namun inflasi terjadi ketika pemerintah
melakukan penyesuaian harga BBM saat
kondisi fiskal mengalami tekanan.
Kita menghadapi berbagai kendala
struktural di sektor riil yang kerap
menimbulkan ketidakstabilan harga.
Karakteristik tiap daerah sangat
mempengaruhi inflasi, dan bisa jadi
berkaitan dengan daerah lain. Oleh
karena itu penanganan inflasi di daerah
memerlukan sinergi kebijakan, baik
antardaerah maupun daerah dengan pusat.
Sinergi ini memerlukan koordinasi
yang intensif di berbagai sektor, lintas
kementerian, serta melibatkan pemerintah
pusat maupun daerah. Termasuk di
dalamnya adalah forum TPI dan TPID.
Roadmap Pengendalian Inflasi memastikan
kesinambungan pembenahan berbagai
persoalan struktural yang kita hadapi.
Pokjanas TPID juga memberikan
penghargaan TPID terbaik kepada daerah
yang memiliki TPID dengan kinerja terbaik
dalam mendukung pencapaian stabilitas
harga.
BI memberi perhatian terhadap
perkembangan UMKM, karena UMKM
memberikan sumbangan hingga 57,8% dari
PDB nasional dan menyerap 97,7% tenaga
kerja.
BI memberikan stimulus berupa terobosan
kebijakan untuk memengaruhi inflasi dari
sisi pasokan kepada UMKM, kelompok
usaha, dan kelompok tani yang bergerak
di sektor pangan. Salah satunya melalui
pengembangan sistem klaster.
Melalui kantor perwakilan, BI telah
mengembangkan berbagai klaster dengan
tujuan untuk meningkatkan pasokan volatile
food yang menjadi salah satu penyebab
inflasi.
Mulai tahun 2014, klaster difokuskan pada
komoditas pangan yang dapat mendukung
pengendalian inflasi, yaitu padi, cabai
merah, daging sapi, bawang merah, dan
bawang putih. Klaster ini disebut dengan
klaster ketahanan pangan, melibatkan 44
KPwDN bekerja sama dengan pemda dan
stakeholder setempat.
Dengan upaya koordinasi antara Bank
Indonesia dan pemerintah serta pihak
terkait, kita optimis mampu memitigasi
risiko yang ada sehingga sasaran inflasi
4%±1% pada periode 2015-2017 dan
3,5%±1% pada 2018 akan dapat kita capai.
Salam
Agus D. W. Martowardojo
33
GERAI
GERAIINFO
INFO BANK
BANKINDONESIA
INDONESIA
EDITORIAL
KENDALI LAJU
INFLASI
Tingkat inflasi turut menentukan daya saing negara di
pasar global.
Tirta Segara
Tinggi rendah angka inflasi menjadi perhatian khusus di
banyak negara, termasuk Indonesia. Sebagai Bank Sentral
yang mengadopsi Inflation Targeting Framework (ITF),
adalah tugas BI untuk mengendalikan laju inflasi. Bersama
pemerintah dan pihak terkait, BI berkerja sama menahan laju
inflasi melalui Roadmap Pengendalian Inflasi. Pembentukan
TPI dan TPID di daerah, memunculkan optimisme bahwa laju
inflasi bisa ditahan agar target inflasi bisa tercapai.
Namun, kita tidak bisa bersantai menghadapi tantangan
mendatang. Mulai akhir tahun 2015 akan diberlakukan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang membuat
perekonomian antarnegara tak berbatas. Tak bisa dihindari,
persaingan dalam wilayah ASEAN akan lebih kompetitif.
Menekan inflasi menjadi keharusan, agar kita tidak
tertinggal dari negara sekitar. Inflasi yang tinggi akan
memberikan tekanan pada nilai rupiah, akibatnya daya saing
produk Indonesia bisa menurun.
Selain upaya yang dilakukan pemerintah dan BI, kita bisa
berkontribusi dalam mengendalikan laju inflasi. Contoh yang
paling sederhana adalah menahan diri untuk tidak berlombalomba menimbun barang, hanya karena alasan kekhawatiran
harganya akan naik. Bayangkan jika semua orang memiliki
kecemasan yang sama, lalu memborong komoditas meski
tidak membutuhkannya, harga akan terkerek naik karena
pasokan berkurang.
Pemerintah telah menetapkan target inflasi 3,5% pada 2018.
Tentu bukan hal yang mudah dicapai. Namun, keberhasilan
TPI dan TPID dalam program klaster di beberapa daerah, juga
kesuksesan mengendalikan inflasi berkat kerjasama semua
pihak, memberikan harapan bahwa kita bisa mencapai target
tersebut.
4
GERAI INFO BANK INDONESIA
Rika ([email protected]) - Media
Email
Permohonan dapat disampaikan ke
Departemen Kebijakan dan Pengawasan
Sistem Pembayaran
Bank Indonesia, Gedung D lantai 5
Jl. MH. Thamrin No 2 Jakarta 10350
Q : Saya mendapat cek
pengembalian pajak tahun 2013
dari USA tax dalam bentuk USD.
Bagaimana proses pencairan yang
dapat dilakukan sekarang? Karena
berdasarkan info yang saya dapat,
per 1 Juli 2015 tidak dapat lagi
melakukan pencairan cek dalam
bentuk USD.
A : Pada dasarnya mengacu pada
ketentuan tentang cek, cek yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia
wajib dalam mata uang rupiah.
Terkait pencairan cek dari bank
di luar negeri yang dilakukan di
Indonesia, akan tergantung dengan
kebijakan bank yang bersangkutan,
karena menyangkut masalah
keamanan atau pertimbangan bisnis
lainnya.
Berdasarkan hal-hal di atas,
secara prinsip pencairan cek wajib
dilakukan dalam mata uang rupiah.
55
GERAI
GERAI
INFOINFO
EDISIBANK
SATUINDONESIA
JUNI 2015
2015
1. Dokumen yang menunjukkan
legalitas pemohon, seperti akta
pendirian dan anggaran dasar
perusahaan termasuk perubahannya,
keterangan domisili, dan profil badan
usaha.
2. Surat keterangan dari kementerian
atau lembaga yang berwenang yang
menyatakan bahwa proyek yang
dilaksanakan merupakan proyek
infrastruktur strategis
3. Dalam hal permohonan diajukan oleh
pelaksana pekerjaan atau kontraktor,
maka keterangan mengenai
proyek infrastruktur strategis dapat
berupa fotokopi surat keterangan
yang disertai rekomendasi, yang
menyatakan bahwa proyek yang
dilaksanakan merupakan bagian
dari proyek infrastruktur strategis;
dan/atau pelaksanaan proyek
memerlukan valuta asing dalam
rangka pengadaan barang dan jasa
yang berasal dari luar wilayah NKRI.
Marcia Adinda Tanudjaja (marcia.
[email protected]) – Media
Email
EDISI 53 TAHUN VI
Q : Bagaimana langkah-langkah
pengajuan permohonan pengecualian
17/PBI/2015? Dokumen atau informasi
apa saja yang harus dilengkapi? Ke mana
permohonan diajukan?
A : Pengajuan permohonan pengecualian
disampaikan secara tertulis disertai
dokumen pendukung, antara lain:
Sorot
Sorot
Menata Keajekan Inflasi
6
GERAI INFO BANK INDONESIA
7
GERAI INFO BANK INDONESIA
dikendalikan oleh pemerintah
(administered prices). Misalnya,
harga BBM, elpiji, ataupun tarif
listrik. Kedua, kelompok harga
bahan makanan yang bergejolak
(volatile
foods).
Terjadinya
gangguan atau syok pada
produksi atau distribusi bahan
makanan akan memicu inflasi.
Ketiga, kelompok inflasi inti
(core inflation), yang dipengaruhi
antara lain oleh interaksi
penawaran dan permintaan
di
masyarakat,
ekspektasi
inflasi masyarakat, kurs, harga
komoditas internasional, dan
inflasi mitra dagang.
Tinggi Rendah
Karakteristik Inflasi Indonesia
banyak dipengaruhi oleh kenaikan
harga makanan. Syok pada
gangguan pasokan dan distribusi
pangan acap menjadi pemicu
inflasi. Contohnya, kelangkaan
cabai ataupun daging
kerap
memantik inflasi pada bulanbulan tertentu selama beberapa
tahun belakangan ini.
Bagi
negara
pengimpor
minyak bumi seperti Indonesia,
fluktuasi harga minyak juga turut
mempunyai andil terhadap angka
inflasi. Terbukti, kenaikan harga
BBM pada 2005, 2008, 2010,
2013, dan 2014 menyebabkan
angka inflasi yang tinggi pada
tahun-tahun tersebut.
Sesuai dengan amanah UU
BI, kestabilan nilai rupiah
adalah fokus tugas BI. Untuk
melaksanakan tugasnya, saat ini
TAHUN VI
pasokan beras melimpah ruah.
Alhasil, harga cenderung turun
karena penawaran melampaui
permintaan. Sebaliknya, pada saat
paceklik, pasokan beras terbatas
sehingga harganya naik. Bencana
alam di suatu daerah, serta
distribusi bahan makanan yang
terganggu juga bisa menyebabkan
pasokan mengetat. Akibatnya,
harga jual di pasaran pun terkerek
naik.
Faktor lain yang memengaruhi
inflasi
ialah
ekspektasi.
Masyarakat
khawatir
harga
beras akan naik ketika musim
panen usai. Buntutnya, sebagian
orang mulai berbelanja dan
menimbun. Apa yang terjadi?
Harga kemudian merangkak naik
karena permintaan meningkat
meski secara riil pasokan beras
tidak berkurang.
Fenomena
ekspektasi serupa sering terjadi
menjelang hari raya keagamaan
serta kenaikan Upah Minimum
Regional (UMR).
Bagaimana mengukur tingkat
inflasi? Indikator untuk mengukur
tingkat inflasi di Indonesia ialah
Indeks Harga Konsumen (IHK).
Pengukuran dilakukan dengan
memonitor
harga
terhadap
“sekeranjang” barang dan jasa
yang ditetapkan Badan Pusat
Statistik (BPS) berdasarkan survei.
Pemantauan perkembangan harga
dilakukan BPS secara bulanan di
sejumlah titik wilayah Tanah Air.
Inflasi secara umum diuraikan
menjadi tiga kelompok. Pertama,
kelompok harga barang yang
EDISI 53
EDISI 53
TAHUN VI
2015
Ingatkah Anda, bentuk pisang
goreng yang dijajakan penjual
kaki lima beberapa tahun lalu?
Coba
bandingkan
dengan
bentuknya sekarang. Ukuran
lebih kecil, mungkin dengan
lebih banyak tepung daripada
pisangnya. Harganya? Tentu juga
tidak semurah dulu.
Penyebabnya? Harga pisang,
tepung, minyak dan gas yang
digunakan
untuk
membuat
pisang goreng sudah mengalami
kenaikan.
Nah, secara sederhana, itulah
contoh inflasi.
Inflasi didefinisikan sebagai
kenaikan harga-harga barang dan
jasa secara meluas dan terjadi
terus menerus. Kebalikan inflasi
ialah deflasi.
Kenaikan satu atau dua barang
saja sebenarnya belum dapat
disebut sebagai inflasi. Kecuali,
kondisi tersebut merembet pada
kenaikan harga pada barang dan
jasa lainnya.
Mengapa
inflasi
terjadi?
Secara
umum,
tingginya
permintaan barang dan jasa
yang tidak sebanding dengan
ketersediaannya menjadi faktor
signifikan penyebab inflasi.
Mari kita berilustrasi lagi.
Pernahkah Anda penasaran,
mengapa harga beras yang sama
bisa berubah-ubah dalam tempo
setahun? Itu tidak terlepas dari
hukum permintaan-penawaran
dan pengaruh musim.
Dengan asumsi permintaan
stabil,
di
musim
panen,
2015
Inflasi bukan semata urusan harga yang semakin mahal.
Apa saja sebetulnya yang bisa menekan lajunya?
Sorot
TAHUN VI
EDISI 53
Koordinasi Atasi Inflasi
Kita menyadari bahwa inflasi
disebabkan berbagai faktor. Selain
melalui kebijakan moneter yang
memengaruhi sisi permintaan,
BI juga berusaha mengurangi
tekanan inflasi dari sisi pasokan
melalui koordinasi
dengan
pemerintah, khususnya pada hal
yang terkait harga bahan makanan
8
GERAI INFO BANK INDONESIA
Inflasi yang tinggi mengikis daya beli masyarakat.
Mengadopsi Inflation Targeting Framework (ITF),
BI kini lebih fokus dalam pengendalian inflasi.
Oleh : Doddy Zulverdi
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI
Perkembangan tren inflasi saat ini
menurun setelah pada 2013 dan
2014 melonjak akibat kenaikan
harga BBM. Bahkan, inflasi pada
enam bulan pertama 2015 jika
diakumulasikan kurang dari 1%.
BI optimis inflasi hingga akhir
tahun 2015 masih dalam koridor
4%+1%.
Tantangannya kini adalah
menurunkan laju inflasi agar
setara dengan negara sekitar.
Perbedaan inflasi antarnegara
menentukan daya saing. Jika
inflasi Indonesia jauh lebih
tinggi dari pada negara ASEAN
misalnya, daya saing kita akan
menurun, serta meme­
ngaruhi
nilai tukar.
Rata-rata inflasi selama 10
tahun terakhir berada di 7,6%.
Masih terbilang tinggi jika
dibandingkan dengan target BI.
Tingkat inflasi ini juga di atas
negara-negara se­
perti Thailand,
Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Saat inflasi kita tinggi, nilai
rupiah akan mengalami depresiasi.
Dalam dimensi daya saing, hal
itu merugikan Indonesia karena
harga produk domestik seolah
lebih mahal ketimbang produk
impor.
Inflasi yang tidak terkendali
juga berdampak pada dimensi
sosial. Kesejahteraan masyarakat
menurun karena daya beli mereka
terkikis. Kemiskinan
bisa
meningkat lantaran beberapa juta
orang dalam kategori agak miskin
bisa jadi turun kelas menjadi
­miskin.
Dengan situasi perekonomian
saat
ini,
masyarakat
mengharapkan BI Rate turun.
Apalagi,
jika
dibandingkan
dengan negara seregional, suku
bunga Indonesia cukup tinggi.
Namun jika cengkeram inflasi
masih kuat, sulit bagi otoritas
moneter untuk memotong suku
bunga. Ada beberapa implikasi
yang mungkin terjadi jika suku
bunga dipaksakan turun atau
berada di level rendah.
Yang pertama, masyarakat yang
punya uang tidak akan tertarik
menyimpan dalam bentuk rupiah.
Sebab, dengan suku bunga minim,
imbal hasil yang mereka peroleh
lebih kecil daripada tingkat inflasi
yang terjadi.
Hal itu membuat masyarakat
cenderung menyimpan dana
mereka dalam mata uang selain
rupiah, bahkan menyimpan
uang di luar negeri. Terbangnya
likuiditas ke negara lain akan
membuat nilai tukar tertekan.
Dari tiga kelompok inflasi,
ranah BI terkait dengan inflasi inti,
yang disebabkan oleh permintaan
dan penawaran barang dan jasa.
BI lebih bisa mengendalikan
9
GERAI INFO BANK INDONESIA
sisi permintaan melalui kebijakan
moneter dan makroprudensial.
Namun BI tidak punya instrumen
kebijakan terkait sisi pasokan,
kapasitas produksi dan kelancaran
distribusi ke pasar dan pembeli.
Di situ lah peran pemerintah.
Sebab, di Indonesia, tantangan
utama menekan laju inflasi ada
pada sisi penawaran kelompok
volatile food yang sering meriang,
plus administered prices.
Peran BI lebih efektif untuk
mengendalikan
inflasi
inti,
karena pengaruh pengendalian
sisi permintaan lebih dominan
Dalam 5 tahun terakhir, rata-rata
inflasi inti turun cukup signifikan
dan stabil pada level 4%-5%. Hal
ini tidak terlepas dari peran BI
mengadopsi ITF sehingga lebih
fokus dalam pengendalian inflasi.
Melalui ITF, kebijakan yang
dibuat BI selaras dan tidak
saling bertentangan. Berbeda
dengan
masa
sebelumnya,
ketika tugas menjaga inflasi
sekaligus pertumbuhan ekonomi
menimbulkan dilema karena
memiliki efek kontradiksi.
BI kini menerapkan bauran
kebijakan
untuk
mencapai
sasaran inflasi, yaitu kebijakan
suku bunga, kebijakan nilai tukar,
kebijakan
makroprudensial,
koordinasi
kebijakan,
dan
komunikasi yang efektif.
2015
juga
menempuh
kebijakan
makroprudensial.
Respons
kebijakan BI tersebut dikenal
dengan istilah bauran kebijakan
(policy mix).
BI Mengawal Inflasi
TAHUN VI
Akibatnya, daya beli mereka pun
berkurang. Contohnya, barang
yang didapat dari pembelanjaan
uang 100 ribu rupiah di pasar
saat ini, bisa jadi jumlahnya tidak
sebanyak yang didapat 5-6 bulan
yang lalu dengan item yang sama.
Inflasi yang bergejolak juga
menimbulkan ketidakpastian bagi
pasar dan pelaku ekonomi. Itu
bisa membuat pelaku ekonomi
sulit
mengambil
keputusan
untuk melakukan investasi dan
kegiatan produksi, sekaligus
konsumsi. Akibatnya, aktivitas
perekonomian menurun, diikuti
dan harga barang dan jasa yang
dikendalikan pemerintah.
BI melakukan inisiasi dengan
melibatkan pemerintah pusat
sejak tahun 2004 melalui
­
pembentukan TPI. Kemudian
pada 2008, bersama pemerintah
daerah BI membentuk Tim
Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
di Malang, Jember dan Batam.
Pembentukan TPID kemudian
dilakukan di tingkat provinsi
serta kota dan kabupaten seluruh
Indonesia. Hingga kini, terdapat
439 TPID di 34 provinsi dan 398
kabupaten.
Keberhasilan TPID
mem­
berikan
kontribusi
pada
penurunan
rata-rata
inflasi
volatile foods pada periode 20112014 jika dibandingkan dengan
rata-rata periode empat tahun
sebelumnya, 2007-2010.
Dalam
Rapat
Koordinasi
Nasional
VI
TPID
yang
diselenggarakan
bulan
Mei
2015, Presiden Joko Widodo
memberikan
arahan
terkait
pengendalian
inflasi
yang
memerlukan koordinasi lintas
sektoral. Arahan ini kemudian
diintegrasikan ke dalam Roadmap
Pengendalian Inflasi.
Presiden
menyampaikan,
pengendalian
inflasi
harus
disertai dengan pengawasan
yang ketat terhadap pasar dan
distributor. Proses distribusi
komoditas harus berjalan dengan
baik, sehingga presiden meminta
untuk menyertakan pihak aparat
hukum dalam TPID. Selain itu
Presiden memberikan arahan
pengembangan
infrastruktur
pertanian,
pembukaan
lahan pertanian baru dan
pengembangan
konektivitas
antar daerah dengan dukungan
pemerintah pusat dan daerah
untuk
mengurangi
tekanan
inflasi.
EDISI 53
oleh melambatnya pertumbuhan
ekonomi.
Inflasi yang tinggi pun
menyebabkan tingkat bunga
domestik riil menjadi tidak
kompetitif.
Apalagi
jika
melampaui inflasi di negaranegara tetangga. Kondisi tersebut
dapat berujung tekanan pada kurs
rupiah.
Bagaimana
cara
BI
mengendalikan inflasi? Setiap
bulan, Dewan Gubernur BI
menetapkan BI Rate yang
merupakan stance kebijakan
moneter. Dalam upaya menjaga
stabilitas makroekonomi, BI
2015
BI menganut Inflation Targeting
Framework
(ITF)
sebagai
kerangka kebijakan moneternya.
Dalam ITF, BI mengumumkan
ke publik target inflasi nasional
yang ingin dicapai selama periode
tertentu untuk membentuk dan
mengarahkan ekspektasi publik
atas inflasi.
Inflasi yang tinggi, secara tidak
langsung dapat mengusik keajekan
rupiah. Dalam konteks lebih luas,
hal tersebut berdampak negatif
terhadap kondisi perekonomian
dan sosial masyarakat, karena
inflasi tinggi menggerus nilai
pendapatan
masyarakat.
Sorot
Sorot
Sorot
Dorong UMKM,
Tekan Inflasi
10
GERAI INFO BANK INDONESIA
dengan kementerian teknis.
Selain itu,
BI mengadakan
pelatihan keuangan.
Di level pusat, BI menjalin
nota
kesepahaman
dengan
kementerian
terkait,
yang
mencakup pembagian tugas.
Tugas kementerian terkait adalah
menyediakan
database
dan
pelatihan aspek teknis, sedangkan
BI memberikan bantuan teknis
dalam akses keuangan.
Untuk level daerah, KPwDN
berkoordinasi
dengan
pemerintah daerah setempat
untuk mengembangkan klaster.
Klaster-klaster ini mengelola
komoditas yang dapat diandalkan
sebagai pengendali inflasi. Dalam
hal ini, BI bekerjasama dengan
Dinas Pertanian setempat. Kerja
sama bisa dalam bentuk sharing
teknologi atau pendampingan
petani oleh tenaga pelatih.
Tantangan yang dihadapi
dalam mengembangkan UMKM
adalah belum adanya grand
design tentang strategi untuk
menghadapi pasar yang semakin
kompetitif. Mengingat terdapat
13 kementerian yang ambil bagian
dalam pengembangan UMKM,
grand design yang komprehensif
diperlukan agar semua upaya
mengarah pada tujuan yang sama
dan menghindari overlapping
kegiatan dari berbagai pihak.
Kata inflasi tentu tak asing lagi
bagi kita, mengingat kata inflasi
sering menghiasi media massa.
Bagaimana pendapat masyarakat
terkait inflasi?
“Saya tidak tahu inflasi.
Pokoknya sekarang semuanya
serba mahal. Cabai saja mahal,”
tutur Nurhayati, penjaja sayur
di Depok. Ia mengaku kesulitan
menjual barang dagangannya.
“Saya belinya mahal, kalau
dijual mahal pelanggan yang
mengomel,” tambahnya
berkeluh-kesah.
Mariyah, seorang ibu rumah
tangga di Bekasi menyampaikan
hal serupa. “Sekarang hampir
semua barang harganya naik.
Kalau pergi ke pasar saya
bingung bagaimana agar uangnya
cukup,” akunya. Jika sebelumnya
ia cukup membawa uang 200
ribu rupiah untuk kebutuhan
selama seminggu, saat ini
sudah tidak bisa lagi. Mariyah
menuturkan, “Beras, telur,
minyak, semuanya naik. Saya
sudah jarang memasak daging
sapi, sekarang malah harga ayam
juga ikut naik.”
Dengan tingkat inflasi saat ini
di Indonesia, suku bunga acuan
BI Rate tak bisa diturunkan. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap
masyarakat yang berniat
meminjam dana dari bank.
Menurut Ardhi Kurniawan, staf
IT sebuah BUMN di Jakarta,
suku bunga saat ini dirasa cukup
tinggi. Ia baru saja mengambil
KPR di sebuah bank swasta, dan
merasa suku bunga KPR sangat
memberatkan. Suku bunga KPR
yang ia ambil dari sebuah bank
swasta adalah sebesar 12,5% per
tahun dengan cicilan flat selama
satu tahun.
“JIka BI Rate naik, bank yang
mengeluarkan KPR saya otomatis
akan menaikkan suku bunga,
sehingga jumlah cicilan yang
saya bayar juga naik. Dengan
kondisi seperti itu, saya kuatir
tahun depan akan kesulitan
membayar cicilan KPR,” cerita
Ardhi. “Apalagi persentase
kenaikan gaji tahunan jumlahnya
tak sebanding dengan inflasi,”
tambahnya lagi.
Hal ini diamini oleh Oce Sjaiful
Bur, seorang karyawati bank
swasta. “Kenaikan pendapatan
tidak bisa catch up kenaikan
harga yang disebabkan inflasi.
Itu pun belum termasuk pajak,”
paparnya. Ia mengatakan ada
kenaikan biaya yang dikeluarkan
untuk kebutuhan makan, listrik,
air serta BBM.
Menurut Oce, ia melakukan
beberapa penyesuaian untuk
menghadapi hal tersebut. Sebagai
contoh, hanya berbelanja barang
yang dibutuhkan, bukan asal
beli. “Saya menentukan skala
prioritas, yaitu menyimpan dana
untuk kebutuhan mendadak,
serta untuk dana pendidikan
anak,” jelas Oce.
Nurhayati berharap pemerintah bisa menurunkan
harga-harga barang kebutuhan pokok.
11
GERAI INFO BANK INDONESIA
2015
memengaruhi inflasi dari sisi
pasokan. Salah satunya melalui
UMKM, kelompok usaha dan
kelompok tani yang bergerak di
sektor pangan. Memanfaatkan
44 KPw di seluruh Indonesia, BI
bekerjasama dengan pemerintah
daerah setempat, juga elemen lain
dalam Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID).
Salah satu programnya adalah
pembentukan klaster. BI tidak
hanya bertujuan menghasilkan
hektaran lahan klaster di seluruh
Indonesia, tapi membuat sebuah
bisnis model agar stakeholder
setempat yakin dan mau terlibat
membudidayakan
komoditas
penyumbang inflasi itu.
Contohnya, di Palangkaraya.
Gejolak inflasi bersumber dari
kelangkaan pasokan bawang
merah.
Biasanya
bawang
merah diperoleh dari Pulau
Jawa. Lalu dibentuklah klaster
bawang. Dengan demikian, BI
memberikan contoh bahwa
bawang juga dapat dibudidayakan
di lahan di Palangkaraya sehingga
pasokan bawang tidak tergantung
dari luar pulau.
Dari
sisi
pengembangan
UMKM, BI memberikan capacity
building melalui pelatihan yang
mencakup
akses
keuangan,
dengan peningkatan di sisi teknis
yang memerlukan kerja sama
Oleh : Yunita Resmi Sari
Departemen Pengembangan UMKM
TAHUN VI
Kecil-kecil
cabai
rawit.
Peribahasa ini paling ampuh
untuk menjelaskan peran Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dalam perekonomian
nasional.
Pelaku
ekonomi
di Indonesia sebagian besar
bergerak di sektor ini. Lebih
dari 50% produk domestik bruto
(PDB) Indonesia berasal dari
sektor ini.
BI menyadari potensi besar
dalam geliat UMKM. Karenanya,
BI berupaya mengikutsertakan
kelompok UMKM ke dalam suatu
sistem keuangan formal, agar
kebijakan BI efektif menjangkau
masyarakat yang lebih luas.
Tak bisa dipungkiri, laju inflasi
juga sangat dipengaruhi oleh
sektor UMKM. Gejolak inflasi
sering terjadi karena terbatasnya
pasokan kebutuhan pokok rumah
tangga seperti cabai, bawang,
daging, dan beras. Bulan Mei
lalu, misalnya, kelompok volatile
foods ini menyumbang inflasi
1,52% (mtm). Artinya, masalah
inflasi tidak hanya dilihat dari sisi
persepsi, tapi juga dicermati dari
sisi pasokan. Faktanya, gejolak
harga terjadi karena pasokan
yang tidak stabil sepanjang tahun.
Lantas, bagaimana mengatasi
hal ini? Di titik inilah BI
memberikan stimulus, berupa
terobosan
kebijakan
untuk
Apa Kata Mereka?
EDISI 53
EDISI 53
TAHUN VI
2015
Salah satu cara mengendalikan inflasi bisa
dilakukan dengan pengembangan UMKM.
Sorot
Sorot
menjaga stabilitas perekonomian
Inflasi
Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)
Inflasi pada Mei 2015 tetap terkendali.
Stabilitas sistem keuangan tetap solid.
Rp
IHK
Perkembangan Terkini
Ekonomi Global
Pertumbuhan ekonomi global masih tertahan dan lebih rendah dari perkiraan
semula, disertai masih tingginya risiko di pasar keuangan global.
0,50%
(mtm)
Inflasi Harga yang
Diatur Pemerintah
(Administered Prices)
Inflasi Inti
(Core)
Inflasi Bahan
Makanan Bergejolak
(Volatile Food)
7,15%
0,38%
0,23%
1,52%
(mtm)
Rp
Rp
(mtm)
(mtm)
CAR
NPL (gross)
20,5%
Kisaran 2,5%
(mtm)
Risiko
Pertumbuhan Kredit
Pertumbuhan DPK
10,4%(yoy)
14,2%(yoy)
BI masih mewaspadai berbagai risiko, antara lain:
*) Data posisi April 2015
2015
Ekonomi Eropa diperkirakan membaik,
meskipun dibayangi risiko terkait dengan
tingginya kekhawatiran kondisi negosiasi
fiskal Yunani (Grexit).
Perkembangan
nilai tukar
Penyesuaian
administered
prices
Rp
Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2015 kembali
mencatat surplus.
5,0%
4,7%
(yoy)
Neraca Pembayaran
Tw I 2015
Neraca Perdagangan
Mei 2015
Tw IV 2014
Tw I 2015
Surplus
Surplus
US$ 1,3 Miliar
US$ 0,95 Miliar
(yoy)
Pertumbuan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 diperkirakan masih
terbatas dan akan membaik pada triwulan-triwulan mendatang.
Cadangan Devisa
US$ 110,8 Miliar
Dapat membiayai
Impor + Pembayaran
Utang Luar Negeri
Jumlah tersebut di atas standar kecukupan
internasional (sekitar 3 bulan impor)
Selengkapnya dapat
dilihat di website Bank
Indonesia
*) Data posisi akhir Mei 2015
12
GERAI INFO BANK INDONESIA
5,0-5,4%
4±1%
Defisit Transaksi
Berjalan Tw II-2015
(yoy)
sekitar
2,5%
dari PDB
Bauran kebijakan BI tetap
fokus pada:
Berdasarkan evaluasi
terhadap perkembangan
terkini, prospek dan risiko
perekonomian ke depan,
Rapat Dewan Gubernur
Bank Indonesia pada 18 Juni
2015 memutuskan :
Upaya menjaga stabilitas
makroekonomi di tengah
berlanjutnya ketidakpastian
ekonomi global.
BI RATE
TETAP
7,50%
1,50% (mtm)
atau
6,8 Bulan
Inflasi 2015
pada kisaran
Bauran Kebijakan (Policy Mix)
Pada Mei 2015, Rupiah secara rata-rata melemah 1,50%
(mtm) seiring penguatan dolar AS terhadap hampir semua
mata uang dunia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebijakan
Quantitative Easing Bank Sentral Eropa, dinamika negosiasi
fiskal Yunani (Grexit), dan kekhawatiran melambatnya
ekonomi domestik meskipun tertahan oleh peningkatan
outlook rating Indonesia oleh S&P.
Rp. 13.141/US$
Impor
Pertumbuhan
Ekonomi 2015
(yoy)
• Risiko pembalikan modal dari emerging market masih cukup tinggi.
Nilai Tukar Rupiah
Rata - rata nilai tukar pada Mei 2015
7,1 Bulan
Gejolak harga pangan
terkait dengan kemungkinan
terjadinya El Nino
Faktor musiman
selama Ramadhan dan
menjelang lebaran
TAHUN VI
Perkembangan
harga minyak
dunia
Neraca Perdagangan
Prospek Ke Depan
Rp
$
Suku Bunga
Lending Facility
8,00%
Suku Bunga
Deposit Facility
5,50%
www.bi.go.id
BankIndonesiaChannel
.Mencapai
bank_indonesia
sasaran
inflasi
4±1%
pada 2015
dan 2016
Mengarahkan defisit transaksi
berjalan ke tingkat yang lebih
sehat dalam kisaran
13
GERAI INFO BANK INDONESIA
2,5-3%
Menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi
melalui penerbitan ketentuan
terkait dengan pelonggalaran
kebijakan makroprudensial.
terhadap PDB dalam
jangka menengah.
EDISI 53
Ekonomi Tiongkok melambat,
meskipun telah dilakukan berbagai
kebijakan pelonggaran.
Rp
Ekonomi AS diperkirakan tumbuh tidak
sekuat proyeksi sebelumnya, seiring
dengan revisi ke bawah realisai PDB AS
pada Triwulan I-2015.
EDISI 53
TAHUN VI
2015
• Risiko yang memengaruhi inflasi khususnya
Perspektif
Perspektif
EDISI 53
2018. Hanya dalam jangka tiga
tahun, harus menjinakkan inflasi
yang per Juni lalu di level 7,26%
(year on year) ke sasaran 3,5% +
1%, menjadi tantangan bagi BI.
Pada
saat
yang
sama,
pemerintah pun bertujuan untuk
mengejar pertumbuhan ekonomi
setinggi-tingginya hingga 7%
tahun 2016. Sebagai contoh
adalah dalam pembangunan
infrastruktur. Dengan proyekproyek yang mulai bergulir,
akan ada peningkatan jumlah
pembelian bahan bangunan,
termasuk semen. Konsekuensinya,
jika tidak diimbangi dengan
pasokan yang memadai, akan ada
tekanan pada harga.
Rencana pemerintah untuk
mengurangi subsidi pada tarif
listrik dan elpiji, sudah tentu
akan ikut andil memengaruhi laju
inflasi. Untuk mengimbangi hal
tersebut, komponen inflasi lain
seperti volatile foods dan inflasi
inti harus turun.
Dengan jangka waktu relatif
pendek, serta perkembangan
kondisi perekonomian Indonesia
sekarang, mungkinkah target
inflasi bisa tercapai?
Bisa, yaitu melalui Roadmap
Pengendalian Inflasi.
Roadmap
Pengendalian
Inflasi merupakan guideline
program pengendalian inflasi
yang terstruktur dan terintegrasi.
Roadmap ini mencakup program
pengendalian
inflasi
untuk
kelompok inti, volatile food
maupun administered prices yang
perlu dilakukan untuk mengatasi
enam kendala struktural yang
ada. Pengendalian inflasi dalam
Roadmap dibagi menjadi dua
jangka waktu, yaitu jangka
pendek (2015-2016) dan jangka
menengah (2017-2019).
Harapannya, program itu
menjadi bagian dari Rencana
Kerja
Pemerintah
sehingga
dimasukkan dalam Rancangan
Anggaran pendapatan dan belanja
negara
(RAPBN).
Terdapat
pula arahan Presiden dalam
Rakornas VI Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) yang
Tantangan struktural yang dihadapi Indonesia
1.Terbatasnya peningkatan kapasitas perekonomian domestik.
2.Ketergantungan yang tinggi pada ekspor berbasis SDA dan bahan baku impor.
3.Produksi pangan yang rentan terhadap gangguan pasokan.
4.Inefisiensi struktur mikro pasar.
5.Pemenuhan kebutuhan energi nasional yang tergantung impor BBM dan elpiji.
6.Lemahnya konektivitas antar daerah.
14
GERAI INFO BANK INDONESIA
tantangan bagi bi adalah memaksimalkan 44 Kpwdn
yang ada untuk bekerja sama dengan tpid di 416
kabupaten dan 98 kota seluruh indonesia.
dan kabupaten, BI
bersama
pemerintah pusat serta daerah dan
lembaga terkait mengupayakan
koordinasi
kebijakan
untuk
melaksanakan
Roadmap
Pengendalian Inflasi.
Melalui pembentukan forum
TPID, diharapkan inflasi di
daerah
bisa
dikendalikan.
Ada kewenangan di pihak
pemerintah
daerah,
ada
pula
yang
membutuhkan
dukungan pemerintah pusat
melalui
Kelompok
Kerja
Nasional (Pokjanas). Pokjanas
dan kota terdapat Kantor
Perwakilan
Dalam
Negeri
(KPwDN BI). Padahal BI menjadi
anggota TPID.
Timbul tantangan mengenai
sumber
daya,
bagaimana
KPwDN BI yang berjumlah 44
bisa melayani dan bekerja sama
dengan TPID di 416 kabupaten
dan 98 kota.
Upaya pengendalian inflasi
tidak bisa hanya dilakukan BI.
BI bersama pemerintah pusat
dan daerah berkepentingan
melaksanakan
Roadmap
terkait perizinan, anggaran dan
pendanaan berasal dari kebijakan
pemerintah.
Roadmap
Pengendalian
Inflasi harus menjadi komitmen
bersama. Jika tidak ada koordinasi
mumpuni antara Bank Sentral,
pemerintah pusat dan daerah,
serta
berbagai
pemangku
kepentingan lain, target inflasi
sukar
dicapai.
Komitmen
dan konsistensi untuk bisa
menjalankan materi Roadmap
akan menjadi kunci keberhasilan
pengendalian laju inflasi.
Roadmap Pengendalian Inflasi Nasional terkait Stabilisasi Volatile Foods
Meningkatkan produksi pangan strategis.
Menjaga ketersediaan pasokan pangan antar waktu.
Membenahi saluran distribusi pangan.
Menstabilkan dan meningkatkan transparansi harga pangan strategis.
Memperkuat kelembagaan petani.
Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah terkait Stabilisasi Volatile Foods
Meningkatkan produksi pangan.
Membenahi saluran distribusi.
Menstabilkan dan meningkatkan transparansi harga pangan strategis.
Menjaga ketersediaan pasokan antar waktu.
Mengubah pola konsumsi pangan.
Memperkuat kelembagaan petani.
Roadmap Pengendalian Inflasi Nasional terkait Stabilisasi Inflasi Inti
Permintaan domestik dan kapasitas ekonomi.
Stabilisasi nilai tukar rupiah.
Ekspektasi inflasi.
Roadmap inflasi nasional terkait stabilisasi inflasi administered prices
Reformasi subsidi energi.
15
GERAI INFO BANK INDONESIA
2015
Memasuki era milenium, alias
tahun 2000an, tren tingkat inflasi
Indonesia berangsur turun. Meski
demikian, lajunya terkadang
fluktuatif. Apalagi jika terpantik
oleh harga bahan kebutuhan
pangan, pun dinamika perubahan
harga bahan bakar minyak (BBM).
Agar
inflasi
terken­
dali,
dibutuhkan
kerangka
kebijakan untuk membantu
kendali. Bank Indonesia (BI)
menetapkan Inflation Targeting
Framework (ITF) sebagai tali
kekang. Melalui ITF, otoritas
moneter mengarahkan persepsi
masyarakat atas inflasi dengan
memublikasikan target inflasi
per tiga tahun. Hal itu krusial
mengingat
ekspektasi
ialah
salah satu faktor yang sangat
memengaruhi
indikator
makroekonomi tersebut.
Pemerintah
berkonsultasi
dengan BI menetapkan target
inflasi yang rendah dan menurun
tiap tahunnya. Target inflasi yang
disasar ialah 4%+1% pada 20162017 hingga level 3,5% + 1% pada
Oleh: Arief Hartawan
Departemen Kebijakan
Ekonomi dan Moneter
Pengendalian
Inflasi
sesuai
kapasitas masing-masing.
BI
menempuh
kebijakan
moneter dan makroprudensial
untuk
menjaga
stabilitas
makroekonomi.
Sementara,
masalah struktural menjadi
tanggung jawab pemerintah
pusat dan daerah. Sebagai contoh,
untuk
membangun
waduk,
TAHUN VI
TAHUN VI
2015
Sasaran inflasi rendah dan menurun tiap tahun, hingga
3,5% + 1% pada tahun 2018. Bagaimana mencapainya?
Melalui Roadmap Pengendalian Inflasi.
berkoordinasi
dengan
TPI,
yang di dalamnya ada unsur
dari kementerian serta instansi
terkait, seperti Kementerian
Perdagangan,
Kementerian
Pertanian, dan POLRI.
Sesuai Instruksi Mendagri,
semua wilayah kabupaten dan
kota harus memiliki TPID.
Namun, tidak semua kabupaten
EDISI 53
IBARAT MENJINAKKAN
KUDa liar
diselenggarakan Mei 2015 lalu.
Arahan tersebut diintegrasikan ke
dalam Roadmap.
Diperlukan kerja sama dan
koordinasi antara pemerintah
pusat dan daerah, untuk
menyelesaikan
permasalahan
struktural
inflasi.
Melalui
pembentukan TPI dan TPID
di seluruh provinsi, kota,
Perspektif
Siasat Si Pedas
EDISI 53
TAHUN VI
2015
Menjaga pasokan bahan makanan bukan urusan sepele,
karena harus mempelajari karakter komoditas tersebut.
Komoditas cabai di Indonesia
dikenal hanya memiliki dua musim
tanam, yaitu musim tanam raya
selama musim hujan, DesemberJanuari, dan musim tanam sedikit,
pada musim kemarau, JuliOktober. Pola budidaya tersebut
terbentuk
oleh
keengganan
mayoritas
petani
Indonesia
untuk menanam cabai di musim
kemarau, karena keterbatasan air.
Sementara,
dana
untuk
membangun sumur atau menyewa
pompa air tidak ada. Akhirnya,
mereka memilih menanam cabai
secara massal di musim hujan.
Padahal, ada risiko gagal panen
akibat serangan hama tanaman
dan banjir. Saat musim hujan,
biaya petik akan meningkat. Belum
lagi, ada kecenderungan distribusi
terhambat, yang membuat produk
cabai rusak dalam perjalanan.
Maklum,
cabai
termasuk
komoditi yang tidak tahan lama.
Kendala tersebut menyebabkan
ketidakmerataan pasokan, yang
berimbas pada harga cabai.
Di sisi permintaan, selera
masyarakat Indonesia yang gemar
makanan pedas dengan bahan
dasar cabai segar, seolah tidak
terpengaruh dengan melonjaknya
harga cabai. Permintaan cabai
tetap mengalir dari mana-mana.
Konsekuensinya, harga cabai
melambung pada periode tertentu
Oleh : Yufrizal
Departemen Pengembangan UMKM
kegemaran akan makanan pedas
menyebabkan permintaan cabai
tetap tinggi meskipun harganya
melonjak.
sehingga menyebabkan tekanan
pada inflasi.
Data
Tinjauan
Kebijakan
Moneter BI, Mei 2015, mencatat
inflasi IHK sebesar 0,50% (mtm)
atau 7,15% (yoy). Hal ini terutama
disebabkan oleh peningkatan
inflasi bahan makanan bergejolak
(volatile food), yang terjadi
karena berkurangnya pasokan,
terutama akibat gangguan cuaca.
Kelompok volatile food mencatat
inflasi sebesar 1,52% (mtm) atau
8,10% (yoy), terbesar berasal
dari kenaikan harga aneka cabai
dan aneka bawang. Jelas, harga
naik karena pasokan terganggu
akibat cuaca, diperparah oleh
peningkatan
permintaan
menjelang Ramadan.
Untuk
menyiasati
potensi
lonjakan harga dan menjaga
ketersediaan
stok
cabai,
Pemerintah melalui Kementerian
Pertanian menginisiasi perubahan
pola tanam cabai melalui Gerakan
Tanam Cabai Musim Kemarau
(GTCK).
Petani
didorong
menanam cabai di musim
kemarau. Terdapat pemberian
insentif berupa bantuan paket
16
GERAI INFO BANK INDONESIA
peralatan GTCK (rain shelter,
jaringan pipa irigasi, pompa air,
tandon air, dan menara air).
Pilot project dilakukan di empat
tempat:
Kabupaten
Kupang,
Kabupaten Ciamis, Kota Ternate,
dan Kota Pontianak dengan
melibatkan dukungan dari Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Dalam
Negeri (KPwDN BI) setempat.
Program GTCK diharapkan
meningkatkan pasokan cabai yang
pada akhirnya meredam inflasi.
BI mendukung program tersebut
dan memperluas GTCK di wilayah
klaster binaan KPwDN BI yaitu
di Kabupaten Sinjai, Kabupaten
Bangka, dan Kabupaten Jember.
KPwDN BI dan Departemen
Pengembangan UMKM BI, Dirjen
Hortikultura-Kementan,
Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP), serta Dinas Pertanian,
dan universitas setempat bahu
membahu menjalankan program.
BI melalui dana PSBI menyediakan
sebagian biaya pelatihan dan
bantuan pemberian rain shelter.
Sinergi berbagai pihak, akan
menjadi upaya positif menekan
laju inflasi di Indonesia.
Monetaria
Pada 2014, TPID Jawa Timur
melakukan program penanganan
permasalahan erupsi Gunung
Kelud.
Meletusnya
gunung
tersebut mengganggu produksi
bahan pangan di Jawa Timur.
BI memperkirakan inflasi Jawa
Timur pada Februari 2014 -bulan
terjadinya erupsi- sebesar 0,60%
- 0,75%, dan Maret 2014 sebesar
0,40% - 0,55%.
Hasil rapat pleno TPID untuk
meminimalkan dampak erupsi
Gunung Kelud terhadap tekanan
inflasi dan ekonomi Jawa Timur
ditindaklanjuti dengan baik oleh
setiap anggota TPID, dipimpin
langsung oleh Gubernur Jawa
Timur. Di sisi produksi, Dinas
Pertanian segera mengoordinasi
penyelamatan komoditas cabai
yang masih bisa dipanen,
memberi bantuan benih, dan
menggelar gerakan menanam
cabai. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan
menghimbau
berbagai
asosiasi
untuk
melakukan distribusi secara
merata di daerah bencana agar
tidak menimbulkan kelangkaan
pasokan.
Pada
sisi
ekonomi,
BI
menginisiasi perbankan Jawa
Timur
untuk
mengambil
kebijakan relaksasi kredit berupa
rescheduling, restructuring, dan
reconditioning bagi debitur yang
terdampak erupsi. Adapun Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) segera mengumpulkan
dan mendistribusikan bantuan
sehingga
meminimalkan
tindakan
spekulasi.
BI
dan
Diskominfo
giat
mengomunikasikan kecukupan
pasokan
ke
masyarakat
agar ekspektasi inflasi tidak
meningkat.
Hasilnya, rilis BPS kemudian
menunjukkan inflasi Jatim pada
Februari dan Maret 2014 hanya
mencapai angka 0,28% dan
0,23%. Inflasi ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan perkiraan
BI. Hal tersebut menunjukkan
keberhasilan
penanganan
terhadap risiko inflasi yang
efektif. Artinya, TPID Jawa
Timur berhasil menjaga stabilitas
harga di wilayahnya.
GLossary
Quantitative Easing (QE): kebijakan Bank Sentral untuk memberi stimulus pada perekonomian dengan cara membeli aset finansial dalam jumlah tertentu dari bank komersial atau
institusi swasta lain.
17
GERAI INFO BANK INDONESIA
EDISI 53 TAHUN VI
2015
Best Practice
BI Peduli
BI Peduli
Siap Jelang MEA
BICARA 131 merupakan bentuk kepedulian BI terhadap
kebutuhan masyarakat akan keterbukaan informasi publik.
BICARA 131 atau BI Call and
InteRAction adalah Call Center
BI. Sebagai implementasi prinsip
akuntabilitas dan transparansi,
BICARA
131
memberikan
layanan
berupa
kunjungan
langsung
dan
informasi
melalui telepon, email, fax,
surat, dan media sosial. Jumlah
permintaan informasi yang
meningkat
mengindikasikan
semakin tingginya ekspektasi
masyarakat terhadap Layanan
Informasi Publik (LIP) yang baik.
Dengan komitmen untuk selalu
memberikan pelayanan prima
kepada stakehorlders melalui
quick respond dan quick solve,
pelayanan BICARA 131 akan
menjadi garda depan BI.
EDUKASI PUBLIK
BICARA 131 tidak hanya
menginformasikan
tugas
pokok BI, tapi juga menjadi
pusat informasi soal aktivitas
BI, di luar fungsi sebagai bank
sentral. Kegiatan BI di bidang
pendidikan,
misalnya.
Tak
sekadar memberikan beasiswa
bagi mahasiswa berprestasi,
BI berperan nyata dalam
pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat.
Gubernur
BI,
Agus DW Martowardojo, dan
seluruh jajaran Anggota Dewan
18
GERAI INFO BANK INDONESIA
Gubernur mengajar di beberapa
sekolah, memberikan edukasi
dan sosialisasi kepada publik
mengenai tujuan dan fungsi BI,
juga memaparkan performa kerja
di sektor moneter, stabilitas sistem
keuangan, sistem pembayaran,
dan manajemen internal.
BI GOES TO CAMPUS
Edukasi publik juga berbentuk
kunjungan ke sekolah tinggi. BI
Goes to Campus (BGC) di Jember,
misalnya. Expo Pasar Keuangan
Rakyat di Bondowoso dan Car
Free Day (CFD) di Jember serta
CFD Bondowoso dimanfaatkan
pula untuk edukasi.
DORONG UMKM
Fokus BI dalam pengendalian
inflasi daerah adalah memantau
inflasi yang disumbang oleh
komoditas volatile foods (beras,
daging, bawang merah, bawang
putih, dan cabai merah).
Volatilitasnya
tergantung
pasokan,
distribusi,
dan
konsumsinya.
Pengembangan
UMKM menjadi salah satu cara
pengendalian inflasi.
Menurut Dwi Pranoto, di era
MEA, salah satu potensi yang
bisa dibangun adalah UMKM.
Pada era tersebut, arus modal,
investasi, tenaga kerja terampil,
serta barang dan jasa, menjadi
tak berbatas. Tak ada lagi sekat
antarnegara. BI mengembangkan
UMKM agar siap menghadapi
MEA. Diharapkan,
UMKM
melakukan ekspor, sehingga
19
GERAI INFO BANK INDONESIA
meningkatkan cadangan devisa.
Expo UMKM Bondowoso
Kreatif digelar di alun-alun
Bondowoso,
memamerkan
produk UMKM binaan BI. Kopi,
beras organik, dan susu sapi
merupakan produk unggulan
yang ada. Pameran serupa
juga dilakukan di Banyuwangi,
Lumajang, dan Jember. Untuk
mendorong kinerja UMKM,
diperlukan peningkatan fungsi
intermediasi perbankan yang
melibatkan perbankan, forum
investasi, forum kerja sama
antardaerah, pemerintah daerah,
akademisi, dan masyarakat.
Pameran
diharapkan
dapat
membuka akses pasar dan
menambah jaringan usaha.
Program BI Goes to Campus,
talk show, CFD dan Expo UMKM
merupakan refleksi kepedulian
BI. Selanjutnya, acara serups
akan digelar di kota-kota lain di
Indonesia.
Dengan eksplorasi program
BICARA 131 ini, diharapkan
masyarakat akan lebih memahami
fungsi keberadaan BI. Dengan
begitu, semua bisa bersamasama
bersiap
menghadapi
kompetisi global. Kompleksitas
MEA
memerlukan
sinergi
berbagai pihak. Aksi konkrit
juga diperlukan, karena mau
tidak mau, era kompetisi sudah
berlangsung. Menyitir Abraham
Lincoln, “Cara terbaik untuk
menyiapkan masa depan adalah
dengan membuat masa depan
itu sendiri.” Artinya, jika ingin
Indonesia menjadi lebih baik, kita
sendiri yang harus peduli dan
harus aktif mewujudkannya.
2015
Dwi
Pranoto,
Kepala
Departemen Regional II BI,
menjawab bahwa Indonesia
hanya akan menjadi penonton
bila tidak mengubah paradigma.
“Kegemaran terhadap produk
impor harus diubah menjadi
peluang.”
Kemeriahan acara edukasi
publik dilengkapi
kegiatan
CFD. Di Jember, CFD digelar
sehari sebelum talkshow. Hari
berikutnya, CFD digelar di
Bondowoso,
diikuti
Bupati
Bondowoso H. Amin Said
Husni, Kepala KPwDN BI
Jember, Ahmad Bunyamin, dan
para pejabat daerah lainnya. BI
memanfaatkan momen untuk
mensosialisasikan implementasi
kebijakan BI terkini.
TAHUN VI
Bersama
Harian
Media
Indonesia (MI) dan Universitas
Jember (UJ), BI berkolaborasi
menggelar talkshow pada akhir
Mei lalu di UJ. Menyambut era
Masyarakat Ekonomi Asean,
tema “Mempersiapkan Generasi
Yang Handal Untuk Menghadapi
Kompetisi Global” bertujuan
memberikan wawasan tentang
menghadapi
Masyarakat
Ekonomi
ASEAN
(MEA).
Pembicaranya adalah Benny
Siswanto (Kepala KPwBI Provinsi
JawaTimur), Usman Kansong
(Direktur Pemberitaan MI),
Andy Irawan (Praktisi Bisnis
Perhotelan),
dan
Drs.Moh.
Hasan,M.Sc,Ph.D (Rektor UJ).
“Semua sudah diatur dalam
Asean Charter, dan kita harus
siap!” kata Benny. Liberalisasi
di bidang perdagangan, jasa,
dan investasi merupakan salah
satu yang harus dilakukan
negara-negara di ASEAN dalam
menyambut kerjasama ekonomi
yang bertujuan mensejahterakan
masyarakat. Peran aktif, skill,
cara pikir yang berbeda, dan
cara pandang yang lebih baik,
adalah kata kunci menghadapi
MEA. Para pembicara optimis
MEA menjadi peluang emas
bagi mahasiswa, asal mereka siap
berkontribusi.
Fikri, satu dari 1400 mahasiswa
yang
hadir,
menyampaikan
kegelisahan, karena ada anggapan
Indonesia belum siap bersaing
di kompetisi global. Masyarakat
dinilai konsumtif dan sangat
tergantung pada produk impor.
“Jangan-jangan, kita hanya jadi
penonton,” katanya.
EDISI 53
EDISI 53
TAHUN VI
2015
Edukasi publik juga berbentuk kunjungan ke sekolah
tinggi. BI Goes to Campus (BGC) di Jember, misalnya. CFD
Bondowoso dimanfaatkan pula untuk edukasi.
Potret
Potret
Jaga Kestabilan
Harga
Apa Tugas TPID?
Pada
dasarnya,
TPID
dibentuk untuk mengatasi
masalah inflasi di daerah yang
tidak terjangkau Pemerintah
Pusat. Karena karakteristik dan
problema setiap daerah berbeda,
fokus dan pendekatan antar
TPID pun berlainan. Namun,
secara umum, TPID berperan
mengidentifikasi permasalahan
dan
kemudian
memberi
rekomendasi kebijakan.
Identifikasi
bisa
untuk
mendeteksi,
umpama,
penyumbang inflasi strategis
di tiap wilayah. Misalnya,
inflasi Sulawesi, Maluku, dan
Papua disumbang oleh, antara
lain, ikan. Sementara, daging
ayam ras, telur, dan daging sapi
menjadi penyumbang dominan
inflasi di Pulau Jawa.
Setelah
mengidentifikasi
permasalahan, TPID akan
menyampaikan
rekomendasi
kebijakan yang prinsipnya untuk
mengamankan inflasi dengan
cara menjaga ketersediaan
komoditas
kebutuhan
masyarakat. Langkah TPID
dikenal sebagai “4K”, yaitu
menjaga Ketersediaan Pasokan,
Kelancaran
Distribusi,
Keterjangkauan Harga, dan
Komunikasi
yang
Efektif.
Penjabaran “4K” ini cukup
beragam
dalam
berbagai
program kerja.
TPID
juga
sudah
mengembangkan
pusat
informasi
harga
pangan
strategis. Transparansi sangat
20
GERAI INFO BANK INDONESIA
penting untuk menekan distorsi
harga antardaerah. Beberapa
pusat informasi sudah bisa
diakses lewat internet, seperti
info pangan.jakarta.go.id (TPID
Jakarta),
SiKomodo/www.
tpid-ntt.org (TPID Provinsi
NTT), dan priangan.org (TPID
Provinsi Jawa Barat).
Pada periode tertentu, TPID
dapat menggelar program kerja
khusus. Misalnya, pasar murah,
operasi pasar, dan sidak pasar di
bulan puasa. Program ini untuk
mencegah terjadinya praktik
ilegal
seperti
penimbunan
ataupun permainan harga oleh
para distributor atau agen besar.
TPID Terbaik
Seiring
waktu,
peran
TPID
dalam
pengelolaan
perekonomian daerah semakin
berkembang. Pada 2015, TPID
di seluruh Indonesia memiliki
Roadmap Inflasi Daerah sebagai
acuan program kerja untuk
mencapai sasaran target inflasi
nasional.
Setiap
tahun,
dilakukan
evaluasi. TPID dengan program
kerja yang efektif menjaga
laju inflasi di wilayahnya
pada level relatif rendah dan
stabil
mendapat
apresiasi.
transparansi sangat penting untuk menekan distorsi
harga antardaerah
Melalui penghargaan tersebut,
Pemda diharapkan dapat lebih
berpartisipasi
aktif
untuk
melakukan upaya bersama
yang sinergis dan terkoordinasi
dalam mengelola inflasi.
Pada Rakornas VI TPID Mei
lalu, TPID Provinsi Terbaik
untuk Kawasan Jawa adalah
TPID Jawa Timur. Yang
terbaik dari kawasan Sumatera
adalah TPID Sumatera Utara.
Sedangkan
TPID
Nusa
Tenggara Timur dinilai terbaik
di Kawasan Timur Indonesia.
Untuk TPID Kabupaten/Kota,
yang terbaik dari tiap wilayah
adalah TPID Kabupaten Jember,
TPID Kota Medan, dan TPID
Kota Pontianak.
Selain untuk TPID terbaik,
penghargaan juga ditujukan
bagi TPID kabupaten/kota yang
tidak dihitung inflasinya oleh
BPS, tapi berperan prima dalam
mengendalikan inflasi. Yang
terbaik untuk kategori itu adalah
TPID Kabupaten Malang, TPID
Kota Tebing Tinggi, dan TPID
Kabupaten Takalar.
Tugas dan Fungsi TPID
1. Menjaga dan meningkatkan produktivitas, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi hasil
pertanian, khususnya bahan pokok.
2. Mendorong pembangunan dan pengembangan infrastruktur yang mendukung poin 1.
3. Mendorong terciptanya struktur pasar dan tata niaga yang kompetitif dan efisien .
4. Mengelola dampak penyesuaian harga barang dan jasa yg ditetapkan Pemerintah Pusat & Daerah.
5. Mendorong ketersediaan informasi terkait produksi, stok, dan harga.
6. Melakukan koordinasi intensif antar SKPD, KPw Bank Indonesia, Kantor K/L terkait di daerah,
utk menjamin produksi, ketersediaan pasokan, dan kelancaran distribusi kebutuhan bahan pokok.
7. TPID sebagai wadah koordinasi pengendalian inflasi di daerah.
21
GERAI INFO BANK INDONESIA
2015
Pencapaian target inflasi yang
rendah dan stabil memerlukan
kolaborasi para pemangku
kepentingan, terutama antara
Bank Indonesia (BI) dan
pemerintah, baik pusat maupun
daerah. Untuk memuluskan
koordinasi, pada 2005, BI
menginisiasi terbentuknya Tim
Pemantauan dan Pengendalian
Inflasi (TPI) di level pusat.
Hal itu kemudian dilanjutkan
dengan pembentukan Tim
Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) pada 2008, mengingat
kontribusi signifikan daerah
terhadap pembentukan inflasi
nasional.
Awalnya, TPID dibentuk di
Malang, Jember, dan Batam.
Tingginya kesadaran daerah
terhadap
implikasi
inflasi
bagi kegiatan pembangunan,
mendorong kelahiran TPID di
wilayah lain. Kini, telah eksis
439 TPID di 34 provinsi.
EDISI 53 TAHUN VI
EDISI 53 TAHUN VI
2015
Ketika inflasi seperti kendaraan yang ngebut di jalan tak berpenghalang, harus
ada upaya menahannya agar kondisi tetap aman. Salah satu “rem” adalah TPID.
Dinamika
Dinamika
Telah Hadir:
KPwBI Jakarta
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia
Peter Jacobs menjelaskan, BI melakukan survei langsung
dari BICARA 131 serta media sosial untuk mengetahui
respon kebijakannya. Sedangkan Asisten Direktur
KOLIP Departemen Komunikasi Bank Indonesia
Dwi Mukti Wibowo menyatakan, penghargaan ini
merupakan kehormatan yang sangat tinggi bagi Bank
Indonesia, apalagi dewan juri yang berasal kalangan
profesional, netral, dan objektif.
BI berada pada posisi ke-8 pada peringkat Grand
Champion TBCCI 2015, sehingga mendapatkan
kesempatan menghadiri pameran contact center se-Asia
Tenggara (APCCAL) di Singapura, pertengahan Juni
2015.
Soft Launching BI Institute
Pada Rabu, 1 Juli 2015, Gubernur BI Agus Martowardojo meresmikan berdirinya Bank Indonesia Institute
(BI Institute) dalam acara soft launching BI Institute di Plaza Gedung D, Thamrin, Jakarta. Soft launching
ini merupakan rangkaian HUT ke-62 BI dan dihadiri oleh seluruh Anggota Dewan Gubernur (ADG) BI,
mantan Gubernur BI Rachmat Saleh, mantan Deputi Gubernur BI Subarjo Joyosurmato, Hartadi A. Sarwono,
serta pimpinan satuan kerja di Kantor Pusat dan KPw DKI Jakarta.
Dalam pidato sambutannya, Gubernur BI menyampaikan bahwa BI Institute merupakan salah satu kado bagi
BI yang diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam menjawab tantangan perekonomian dunia.
22
GERAI INFO BANK INDONESIA
23
GERAI INFO BANK INDONESIA
2015
Pada saat bersamaan, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja
Purnama menyambut baik pembukaan KPwBI ke-44 tersebut
dan berharap kepada segenap pihak terkait agar KPwBI Jakarta
ikut dilibatkan saat menyusun APBD. Ia juga mendorong
KPwBI Jakarta agar memberikan masukan dalam rapat
pimpinan yang digelar Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang
dilakukan secara rutin.
TAHUN VI
Tim Bank Indonesia Call and Interaction (BICARA
131) berhasil mengumpulkan delapan medali dan
satu piala Grand Champion pada ajang kompetisi The
Best Contact Center Indonesia (TBCCI) 2015, yang
diselenggarakan April 2015 lalu. BICARA 131 meraih
penghargaan tertinggi untuk kategori korporat, yakni
sebagai The Best Operation TBCCI 2015, dengan medali
platinum.
Selain itu, Jakarta merupakan pintu gerbang masuknya arus
investasi sehingga memiliki kontribusi signifikan dalam
pengelolaan investasi dan produk domestik bruto (PDB).
EDISI 53
EDISI 53
TAHUN VI
2015
BICARA131
Raih 9 Penghargaan
Di ulang tahun ke-488, Provinsi DKI Jakarta menerima kado
manis dari Bank Indonesia (BI). Kadonya berupa pembukaan
Kantor Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta (KPwBI Jakarta).
Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyampaikan,
pembukaan ini sejalan dengan upaya BI untuk turut
membangun lingkungan yang kondusif bagi peningkatan
kapabilitas perekonomian daerah.
Aktivitas
Etalase
jaga Inflasi, bangun
Infrastruktur
Infrastruktur yang memadai membuat transportasi lebih murah, harga
komoditas juga lebih murah, sehingga inflasi lebih terkendali.
Inflasi rendah,
semua senang
Inflasi amat perlu diperhatikan untuk menjaga
daya saing, produk ekspor, daya beli masyarakat.
Presiden
Joko
Widodo
menekankan
pentingnya
mengupayakan
pertumbuhan
ekonomi. Namun, tak kalah
penting menjaga inflasi tetap
terkendali. Hal ini disampaikan
Presiden dalam sambutannya,
sebelum
memimpin
Rapat
Koordinasi Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (Rakornas TPID)
VI, di Hotel Grand Sahid Jakarta,
akhir Mei lalu.
“Setiap
daerah
perlu
mengendalikan inflasi secara
serius. Salah satunya dengan
mengidentifikasi penyebab inflasi
di daerah masing-masing,” tutur
Jokowi.
Bobot terbesar dalam persoalan
inflasi, imbuh Jokowi, berasal
dari sektor komoditas pangan. Ia
mengatakan, beras menyumbang
4,02%. Selain itu, daging ayam juga
menyumbang 1,1%. Tak hanya itu,
komoditas lain seperti bawang
merah, cabai merah, dan daging
sapi juga berpengaruh signifikan
terhadap laju inflasi. Untuk itu,
Jokowi menegaskan agar segenap
daerah mengalokasikan anggaran
untuk operasi pasar.
Selain
sektor
komoditas,
persoalan infrastruktur juga
tak kalah penting. Menurut
Jokowi, “Dengan infrastruktur ini
nantinya harga-harga akan bisa
kita tekan. Kalau transportasinya
murah, tentu saja harga-harga juga
murah,” kata Jokowi.
Senada,
Gubernur
Bank
Indonesia
Agus
D.W.
Martowardojo
mengatakan
penyelenggaraan
Rakornas
TPID VI ini memang fokus
pada persoalan pembangunan
infrastruktur. Hal ini sesuai
dengan tema yang diangkat,
yakni
“Optimalisasi
Peran
Pemerintah
Daerah
Dalam
Mendukung Stabilitas Harga
Melalui Percepatan Pembangunan
Infrastruktur dan Pembenahan
Tata Niaga di Daerah”.
“Pembangunan infrastruktur
24
GERAI INFO BANK INDONESIA
akan
diberikan
penekanan
pada
infrastruktur
pangan,
infrastruktur konektivitas dan
energi,” jelas Agus.
Upaya pemerintah daerah untuk
mewujudkan infrastruktur pangan
menjadi titik fokus. Infrastruktur
pangan ini mencakup irigasi
dan DAM. Di sisi lain, Agus juga
meminta pemerintah daerah agar
menyediakan anggaran untuk
membangun
kesiapan
guna
mendukung peningkatan kinerja
pangan. Selain itu, pemerintah
daerah juga diarahkan untuk
menyiapkan
anggaran
guna
menjalankan operasi pasar dan
stabilisasi
harga.
Kerjasama
antardaerah juga menjadi hal
yang penting untuk menjamin
distribusi yang efektif.
“Setiap daerah punya keunikan
masing-masing, sehingga tidak
bisa menalangi sendiri semua
permasalahannya. Untuk itu,
perlu sinergi antar pemerintah
daerah,” terang Agus.
Stabilitas harga makanan juga
berpengaruh terhadap inflasi.
Data Biro Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa rata-rata
orang Indonesia menghabiskan
50,6-51% dari pendapatannya
untuk makanan.
“Jadi,
kuncinya
adalah
bila
pemerintah
mampu
mengamankan
pasokan
makanan, inflasi akan relatif
terjaga. Masalah pangan akan
terkait dengan produksi dan
distribusi. Bicara distribusi,
akan
berhubungan
dengan
infrastruktur. Makanya ada
yang bilang, inflasi di Indonesia
adalah inflasi yang terkait
struktural. Selama infrastruktur
jelek atau kapal di daerah Timur
masih belum bagus, inflasi akan
tetap tinggi,” ungkap Andry.
Fenomena inflasi di Indonesia
tergolong unik. Dari riset Bank
Mandiri, diketahui bahwa inflasi
setiap Ramadan dan Lebaran
selalu lebih tinggi dibandingkan
10 bulan lainnya. “Contohnya
tahun 2013, bisa sampai 2%,
sementara bulan-bulan lainnya
0,38%. Pada 2010-2014, inflasi
saat Ramadan dan Lebaran
mencapai 0,98%; sementara
inflasi pada bulan lain 0,36%.
Demand saat bulan puasa naik.
Meski supply bagus, tapi bila ada
gangguan distribusi, harga-harga
akan naik,” Andry menjelaskan.
Berbeda dengan Malaysia.
25
GERAI INFO BANK INDONESIA
Meskipun
sebagian
besar
penduduknya juga beragama
Islam namun Malaysia bukan
negara kepulauan, sehingga
distribusi lebih mudah. “Philipina
juga negara kepulauan. Tapi
inflasi di Indonesia lebih tinggi
2% dibandingkan Philipina.
Mengapa? Karena di sana tidak
ada bulan Ramadan dan tidak
merayakan Lebaran,” jawabnya.
Terkait target inflasi tahun
2015 yang ditetapkan BI sebesar
3,5-5,5%, Andry optimis akan
tercapai. “BI sudah punya ITF
dengan target inflasi, dan BI
serius dengan TPI dan TPID,
yang terbukti cukup signifikan
untuk menurunkan tingkat
inflasi,” ujar Andry.
“Perlu diperhatikan, koordinasi
TPID harus dilakukan secara
terus-menerus, karena pejabat di
daerah bisa berganti-ganti. Bila
berasal dari partai yang berbeda,
kepentingannya berbeda, target
ekonominya akan berbeda pula.
Seringkali pejabat lama aware,
penggantinya
tidak
aware.
Jadi, ini on going process dan
perlu selalu diingatkan,” Andry
menerangkan.
Yang pasti laju inflasi harus
dikendalikan.
Bila
tingkat
inflasinya
rendah,
semua
senang, sebab inflasi berperan
untuk menjaga daya saing
produk ekspor, serta daya beli
masyarakat.
2015
Tingkat inflasi selalu menjadi
perhatian
pemerintah
dan
masyarakat pada umumnya.
Naik turunnya angka inflasi
akan
berpengaruh
pada
perekonomian suatu negara.
Tentu saja yang terbaik adalah
angka yang rendah.
Lalu, bagaimana tingkat inflasi
di Indonesia? “Relatif volatile,
rata-rata di atas 7%, lebih besar
dibandingkan negara lain,” kata
Andry Asmoro, ekonom senior
Bank Mandiri.
“Biasanya, inflasi jadi tinggi
karena ada perubahan kebijakan
administered prices, yaitu hargaharga yang diatur pemerintah,
contohnya BBM. Bila selama
satu tahun tidak ada perubahan,
umumnya
inflasi
menjadi
rendah,” lanjutnya.
Contohnya
adalah
pada
2014. Inflasi Desember 2014
menjadi 8,4%; sementara bulan
November 6,2%. “Itu karena
kenaikan BBM yang relatif
besar pada November 2014,”
ujar Andry. “Ketika kemudian
pemerintah menurunkan harga
BBM, inflasi tahun ini akan lebih
rendah. Ekspektasinya 4,5-5%
dibandingkan dengan tahun lalu,
dengan catatan harga BBM masih
di level sekarang,” tambahnya.
Namun inflasi di Indonesia,
menurut Andry sifatnya seasonal.
Misalnya saat panen, inflasi akan
rendah, atau bahkan bisa deflasi.
EDISI 53 TAHUN VI
EDISI 53 TAHUN VI
2015
Andry Asmoro
Ekspose
MATA PANCING RASIO
EDISI 53 TAHUN VI
2015
Pelonggaran ketentuan rasio LTV/FTV juga memperhatikan mitigasi dan antisipasi risiko
yang mungkin timbul.
Pada bulan Juni 2015,
Bank Indonesia melakukan
penyesuaian
kebijakan
makroprudential
secara
proporsional dan terukur dalam
bentuk pelonggaran ketentuan
perkreditan,
khususnya
di
sektor properti dan kendaraan
bermotor.
Hal ini untuk menjaga
pertumbuhan
perekonomian
nasional agar tetap berada pada
momentum yang positif serta
mendorong fungsi intermediasi
perbankan.
Kedua sektor
tersebut diberi kelonggaran
karena memiliki multiplier effect
dan backward lingkage yang
besar kepada sektor ekonomi lain
sehingga diharapkan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Pelonggaran di sektor properti
adalah berupa peningkatan rasio
Loan to Value (LTV) untuk kredit
properti konvensional dan rasio
Financing to Value (FTV) untuk
pembiayaan properti syariah.
Pelonggaran ini disertai dengan
penerapan ketentuan LTV/FTV
yang dikaitkan dengan kinerja
bank dalam mengelola kredit
bermasalah.
Mengapa
rasio
LTV/
FTV
berdampak
terhadap
pertumbuhan
perekonomian
nasional? Apa kaitannya dengan
kinerja bank dalam mengelola
kredit bermasalah?
Edhie Haryanto
Departemen Komunikasi
Rumah adalah kebutuhan
dasar bagi setiap orang, oleh
karenanya ketersediaan rumah
menjadi suatu keharusan. Bagi
yang memiliki dana cukup bisa
membeli rumah secara tunai.
Bagaimana jika dana terbatas?
Salah satu solusi adalah membeli
rumah dengan menggunakan
dana kredit dari bank, atau
Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Plafon kredit yang diberikan
bank umumnya sebesar 70%
dari harga properti, termasuk
tanah dan bangunan di atasnya,
dengan besaran kredit bervariasi
tergantung kebijakan bank.
Penetapan maksimum plafon
kredit disebut sebagai LTV/
FTV,
sedangkan
rasionya
diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 17/10/
PBI/2015 tanggal 18 Juni 2015
tentang Rasio Loan to Value atau
Rasio Financing to Value untuk
Kredit atau Pembiayaan Properti
dan Uang Muka untuk Kredit
atau Pembiayaan Kendaraan
Bermotor.
26
GERAI INFO BANK INDONESIA
Kelonggaran
rasio
LTV/
FTV membuat bank leluasa
meningkatkan penyaluran kredit
menjadi 80% dari nilai agunan.
Hal ini mendorong penyaluran
kredit perbankan di sektor
properti serta sektor pendukung
lain yang terkait, sehingga
mampu
mempertahankan
momentum
pertumbuhan
ekonomi nasional
Pelonggaran rasio LTV/FTV
meningkatkan risiko bagi bank.
Semakin besar persentasi limit
kredit dari nilai properti, risiko
yang timbul semakin besar.
Karena itu terdapat ketentuan
terkait kinerja bank agar bisa
menerapkan kelonggaran rasio
LTV/FTV ini.
Pelonggaran rasio LTV/FTV
diberikan untuk bank yang
memiliki rasio kredit bermasalah
terhadap total kredit secara bruto
kurang dari 5%, serta bank yang
memiliki rasio kredit properti
bermasalah terhadap total kredit
properti secara bruto kurang
dari 5%.
Jika bank belum memenuhi
ketentuan
tersebut,
maka
mereka tidak diperkenankan
memberikan LTV/FTV hingga
80%. Pelonggaran ketentuan
rasio
LTV/FTV
ini
juga
memperhatikan mitigasi dan
antisipasi risiko yang mungkin
timbul.
Rileks
Kuis
D
F
P
V
C
Y
O
U
E
M
A
N
A
R
B
G
L
D
I
U
R
I
B
E
O
N
K
I
A
N
D
E
A
D
E
N
X
K
U
R
A
A
U
W T
I
G
T
J
F
E
G
Q
P
R
I
O
H
N
S
P
N
C
X
D
G
H
A
O
H
I
S
O
N
M
M
Q
K
T
P
R
I
Y
O
R
G
L
I
A
S
G
H
W T
H
O
A
E
G
T
I
A
Z
L
A
L
B
R
I
H
I
U
W
R
D
U
Q
O
P
E
Y
B
G
U
L
D
E
N
D
P
E
S
O
F
I
1. Jelaskan pengertian
inflasi!
2. Sebutkan macammacam inflasi!
J
D
O
N
G
R
Jawaban kuis Gerai Info
edisi 52:
1. Bank Indonesia Jl. MH.
Thamrin No. 2 Jakarta Pusat
10110
2. Neraca Transaksi Berjalan
adalah neraca yang
mencerminkan pembayaran
yang dilakukan dan penerimaan
yang diperoleh penduduk dari
hasil transaksi dengan penduduk
negara lain.
Carilah 10 mata uang dari
berbagai negara di dunia!
Email jawaban kuis Gerai Info ke: [email protected] paling lambat 15 November
2015. Cantumkan “KUIS” pada subjek email. Sertakan nama dan alamat
lengkap, profesi, dan nomor telepon yang dapat dihubungi. Pemenang akan
diumumkan pada Majalah Gerai Info berikutnya. Hadiah menarik menanti
Anda!
27
GERAI INFO BANK INDONESIA
2015
S
R
EDISI 53 TAHUN VI
W
GERAI INFO DIGITAL
seger a
download
aplik asinya!
Gr atis!
IKLAN DIGITAL.indd 2
10/7/15 3:45 PM
Download