keputusan menteri kelautan dan perikanan republik indonesia

advertisement
KEPUTUSAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6/KEPMEN-KP/2014
TENTANG
RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN NASIONAL PERAIRAN
LAUT SAWU DAN SEKITARNYA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
TAHUN 2014 - 2034
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
:
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pengelolaan
Taman Nasional Perairan Laut Sawu dan
sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
perlu menetapkan Rencana Pengelolaan dan
Zonasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu dan
sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman
Nasional Perairan Laut Sawu dan sekitarnya di
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 2034;
Mengingat
:
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4433)
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5073);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007
tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2007
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4779);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang
Pembentukan
dan
Organisasi
Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55
Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 125);
4. Peraturan ...
1
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang
Kedudukan,
Tugas,
dan
Fungsi,
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun
2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 126);
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009,
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 60/P Tahun 2013;
6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.02/MEN/2009 tentang Tata Cara
Penetapan Kawasan Konservasi Perairan;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan;
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi
Perairan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI
TAMAN NASIONAL PERAIRAN LAUT SAWU DAN
SEKITARNYA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
TAHUN 2014 - 2034.
KESATU
:
Menetapkan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman
Nasional Perairan Laut Sawu dan Sekitarnya Di
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 - 2034,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.
KEDUA
:
Rencana Pengelolaan dan Zonasi sebagaimana
dimaksud diktum KESATU merupakan panduan
operasional pengelolaan Taman Nasional Perairan
Laut Sawu dan Sekitarnya Di Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
KETIGA
:
Rencana Pengelolaan dan Zonasi sebagaimana
dimaksud diktum KESATU dapat ditinjau sekurangkurangnya 5 (lima) tahun sekali.
KEEMPAT ...
2
KEEMPAT
:
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 Januari 2014
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SHARIF C. SUTARDJO
Disalin sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Hanung Cahyono
3
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
/KEPMEN-KP/2014
TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI
TAMAN NASIONAL PERAIRAN LAUT SAWU DAN
SEKITARNYA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman
terumbu karang yang tinggi dengan ekosistem yang menyediakan
kehidupan bagi masyarakat pesisir dan sekitarnya. Sebagai bagian dari
Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), wilayah Indonesia Timur,
mempunyai keanekaragaman terumbu karang paling kaya di Bumi.
Untuk
itu
Pemerintah
Republik
Indonesia
berkomitmen
penuh
mendukung Regional Plan of Action Coral Triangle Initiative on Coral
Reefs, Fisheries and Food Security, utamanya terkait dengan upaya
pengelolaan kawasan konservasi perairan yang efektif (Marine Protected
Areas
(MPAs)
Established
and
Effectively Managed
and
therefore
(CTMPAS) in place and fully functional). Kementerian Kelautan dan
Perikanan juga telah memiliki Rencana Aksi Nasional Coral Triangle
Initiative (CTI) agar kawasan konservasi perairan dapat terkelola dan
berfungsi dengan baik.
Pengelolaan
melindungi
dan
kawasan
konservasi
melestarikan
perairan
sumberdaya
pembangunan perikanan yang berkelanjutan.
antara lain
bertujuan
alam
dalam
untuk
rangka
Upaya ini dilakukan
dengan membentuk dan menguatkan ketahanan jejaring
Kawasan Konservasi Perairan/Taman Nasional Perairan dengan prioritas
pada eko-wilayah dari sebuah bentang wilayah luas. Pemerintah
Indonesia pada Tahun 2013 telah memiliki kawasan konservasi laut
seluas 15,7 juta ha dan berkomitmen untuk meningkatkan kawasan
konservasi laut menjadi 20 juta hektar pada Tahun 2020.
Perairan Laut Sawu terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
yang berbatasan langsung dengan dengan wilayah pesisir barat Timor
Leste. Perairan Laut Sawu terletak di wilayah lintasan arus lintas
Indonesia (Arlindo), yang merupakan pertemuan dua massa arus dari
Samudera
Pasifik
dan
Samudera
1
Hindia.
Perairan
Laut
Sawu
memanjang dari barat ke timur sepanjang 600 km dan dari utara ke
Selatan sepanjang 250 km. Perairan Laut Sawu bagi pembangunan di
Provinsi
NTT
bermakna
strategis,
karena
hampir
sebagian
Kabupaten/Kota di Provinsi NTT sangat tergantung kepada Laut Sawu
yang menyumbang lebih dari 65 % potensi lestari sumberdaya ikan di
Provinsi NTT .
Perairan Laut Sawu memiliki sebaran tutupan terumbu karang
dengan keragaman hayati spesies sangat tinggi di dunia yang merupakan
habitat kritis sebagai wilayah perlintasan 21 (dua puluh satu) jenis
setasea, termasuk 2 (dua) spesies paus langka, yaitu paus biru dan paus
sperma. Perairan Laut Sawu juga merupakan habitat yang penting bagi
duyung, ikan pari manta, dan penyu. Disamping itu, perairan Laut Sawu
merupakan daerah utama jalur pelayaran di Indonesia. Wilayah ini juga
merupakan salah satu instrumen penting dalam rangka mengatasi
dampak perubahan iklim (climate change), ketahanan pangan (food
security) dan pengelolaan laut dalam (deep sea).
Wilayah perairan Laut Sawu mempunyai berbagai permasalahan
antara lain perusakan terumbu karang, penurunan populasi biota laut
penting, kegiatan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut, sebagaian perairan Laut Sawu dicadangkan
sebagai Taman Nasional Perairan melalui Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.38/MEN/2009 tentang
Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Sawu dan
Sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Taman Nasional Perairan
Laut Sawu dan sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang
selanjutnya
disebut
TNP
Laut
Sawu
meliputi
perairan
seluas
3.521.130,01 hektar, yang terdiri dari 2 bagian yaitu Wilayah Perairan
Selat Sumba dan Sekitarnya seluas 567.165,64 hektar dan Wilayah
Perairan
Pulau
Sabu-Rote-Timor-Batek
dan
Sekitarnya
seluas
2.953.964,37 hektar.
Taman Nasional Perairan merupakan kawasan konservasi perairan
yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang
perikanan yang berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi. Penetapan
kawasan konservasi perairan dilaksanakan dengan tujuan melindungi
dan melestarikan sumber daya ikan serta tipe-tipe ekosistem penting di
perairan untuk menjamin keberlanjutan fungsi ekologisnya, mewujudkan
2
pemanfaatan
sumber
daya
ikan
dan
ekosistemnya
serta
jasa
lingkungannya secara berkelanjutan, melestarikan kearifan lokal dalam
pengelolaan sumber daya ikan di dalam dan/atau di sekitar kawasan
konservasi perairan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
sekitar
kawasan
pencadangan
TNP
konservasi
Laut
perairan.
Sawu
Secara
adalah
khusus
mewujudkan
tujuan
kelestarian
sumberdaya ikan dan ekosistemnya sebagai bagian wilayah ekologi
perairan laut Sunda Kecil (Lesser Sunda Marine Eco-Region), melindungi
dan mengelola ekosistem perairan Laut Sawu dan sekitarnya, sebagai
kerangka acuan pembangunan daerah di bidang perikanan, pariwisata,
masyarakat pesisir, pelayaran, ilmu pengetahuan dan konservasi, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui mata pencaharian yang
berkelanjutan (sustainable livelihood).
Menindaklanjuti pencadangan wilayah perairan Laut Sawu sebagai
TNP Laut Sawu dan untuk menjamin keberlanjutan pengelolaannya,
maka Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Balai Kawasan
Konservasi Peraian Nasional (Balai KKPN) Kupang membentuk Kelompok
Kerja (Pokja) Penyusun Rencana Pengelolaan dan Zonasi TNP Laut Sawu
yang bertugas untuk menyusun Rencana Pengelolaan 20 (dua puluh)
tahun TNP Laut Sawu yang mencakup di dalamnya Rencana Jangka
Menengah 5 (lima) tahun. Pokja Penyusun Rencana Pengelolaan dan
Zonasi TNP Laut Sawu ini keanggotaanya terdiri dari berbagai pemangku
kepentingan terkait dalam pengelolaan TNP Laut Sawu yaitu Balai KKPN
Kupang, Sekretariat Daerah Provinsi NTT, Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi NTT, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NTT, Badan
Perencanaan
dan
Pembangunan
Daerah
Provinsi
NTT,
Badan
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi NTT, Dinas Perhubungan Provinsi
NTT, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT, Polda NTT,
LANTAMAL VII Kupang, Perguruan Tinggi (Universitas Nusa Cendana,
Universitas Kristen Artha Wacana, dan Universitas Muhammadiyah
Kupang), perwakilan FAO, Lembaga Swadaya Masyarakat (Yayasan
Iehari, Yayasan Alfa Omega, Yayasan Pengembangan Pesisir dan Lautan,
dan The Nature Conservancy-Savu Sea MPA Development Project),
Himpunan
Nelayan
Seluruh
Indonesia
Provinsi
NTT,
Kelompok
Masyarakat, dan dunia usaha dari bidang perikanan dan pariwisata.
3
Penyusunan dokumen ini berdasarkan pada Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.30/MEN/2010
tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan
dilakukan melalui berbagai hasil studi dan analisis yang mendalam,
penelusuran lapang (ground-truthing) dan konsultasi publik dengan
pemangku kepentingan terkait di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten,
yang melibatkan masyarakat di 10 kabupaten di dalam TNP Laut Sawu.
Berdasarkan
hal
tersebut,
dengan
mempertimbangkan
hasil
konsultasi publik yang dilakukan, luas kawasan TNP Laut Sawu yang
semula 3.521.130,01 hektar berubah menjadi 3.355.352,82 hektar yang
terdiri dari 2 bagian yaitu Wilayah Perairan Selat Sumba dan Sekitarnya
seluas 557.837,40 hektar dan Wilayah Perairan Pulau Sabu-Rote-TimorBatek dan Sekitarnya seluas 2.797.515,42 hektar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi TNP Laut
Sawu bertujuan untuk memberikan pedoman dan arahan bagi
pengelolaan kawasan dan seluruh potensinya secara komprehensif
dan indikatif untuk keperluan jangka panjang, yang menjadi acuan
bagi penyusunan rencana pengelolaan jangka menengah, dan rencana
kerja tahunan, serta rencana-rencana teknis.
2. Tujuan Pengelolaan
Tujuan Rencana Pengelolaan dan Zonasi TNP Laut Sawu yaitu:
a. melindungi dan melestarikan sumberdaya ikan serta tipe-tipe
ekosistem penting di perairan untuk menjamin keberlanjutan
fungsi ekologisnya;
b. mewujudkan pemanfaatan sumberdaya ikan dan ekosistemnya
serta jasa lingkungannya secara berkelanjutan;
c. melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya ikan di
dalam dan/atau disekitar kawasan konservasi perairan; dan
d. meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan
konservasi perairan.
4
C. Ruang Lingkup
1. Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah Rencana Pengelolaan dan Zonasi TNP Laut Sawu
yaitu wilayah perairan seluas 3.355.352,82
hektar
yang meliputi
Wilayah Perairan Selat Sumba dan Sekitarnya seluas 557.837,40
hektar dan Wilayah Perairan Pulau Sabu-Rote-Timor-Batek dan
Sekitarnya seluas 2.797.515,42 hektar.
2. Lingkup Materi
Lingkup materi Rencana Pengelolaan dan Zonasi TNP Laut Sawu ini
memuat pembahasan substansi mengenai:
a. isu dan permasalahan
Menjelaskan tentang berbagai isu dan masalah yang terkait
dengan hubungan antara masyarakat dan sumberdaya kawasan,
pola-pola pemanfaatan sumberdaya kawasan dan dampaknya
terhadap keberadaan sumber daya, serta potensi ancaman baik
secara alami maupun akibat intervensi.
b. kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan
Menguraikan
tentang
visi
dan
misi
pengelolaan,
opsi-opsi
pengelolaan yang dapat diterima semua pihak.
c. arahan rencana pengelolaan kawasan.
Menguraikan inti dari dokumen rencana pengelolaan, antara lain
berisi
program-program
pengelolaan
pada
setiap
zona,
penyelenggara pengelolaan kawasan, dan pembiayaan pengelolaan
kawasan.
3. Lingkup Jangka Waktu
Lingkup waktu Rencana Pengelolaan dan Zonasi TNP
terdiri dari:
a. Rencana jangka panjang 20 tahun; dan
b. Rencana jangka menengah (5 Tahun).
5
Laut Sawu
BAB II
POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN
A. Potensi
1. Potensi Fisik Kawasan
a. Lokasi Kawasan
TNP Laut Sawu terletak di bentang laut Paparan Sunda
Kecil (Ecoregion
Lesser
Sunda), yang meliputi wilayah perairan
Selat Sumba dan perairan Timur Rote-Sabu-Batek, sebagaimana
terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Batas Kawasan Pencadangan TNP laut Sawu
Wilayah perairan TNP Laut Sawu dikelilingi oleh rangkaian
kepulauan yaitu Pulau Timor, Sabu, Sumba, dan Flores. Secara
administratif, TNP Laut Sawu terletak di Kabupaten Kupang,
Kabupaten
Rote
Kabupaten
Sabu
Ndao,
Kabupaten
Rajua,
Kabupaten
Timor
Tengah
Manggarai,
Selatan,
Kabupaten
Manggarai Barat, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba
Tengah, Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat
Daya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor
KEP.38/MEN/2009
tentang
Pencadangan
Kawasan
Konservasi Perairan Nasional Laut Sawu dan sekitarnya di Provinsi
Nusa Tenggara Timur, TNP Laut Sawu memiliki 18 (delapan belas)
titik koordinat batas kawasan, sebagaimana terdapat pada Tabel 1.
6
Tabel 1. Titik batas koordinat pencadangan Kawasan Konservasi
Perairan Nasional Laut Sawu dan sekitarnya di Provinsi
Nusa Tenggara Timur
ID
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
119ᵒ
118ᵒ
118ᵒ
119ᵒ
120ᵒ
120ᵒ
120ᵒ
120ᵒ
121ᵒ
121ᵒ
122ᵒ
124ᵒ
124ᵒ
123ᵒ
122ᵒ
122ᵒ
X
46᾽29,4῝BT
55᾽36,1῝BT
55᾽34,7῝BT
53᾽0,0῝ BT
22᾽22,8῝BT
11᾽28,6῝BT
08᾽49,8῝BT
03᾽49,3῝BT
14᾽11,8῝BT
50᾽5,4῝BT
52᾽46,7῝BT
23᾽38.9῝BT
02᾽47,6῝BT
59᾽52,2῝BT
34᾽4,3῝BT
4᾽8,8῝BT
17
18
120ᵒ 38᾽58,8῝BT
124ᵒ 1’9,4῝BT
Y
9ᵒ10᾽24,9῝ LS
9ᵒ10᾽22,8῝ LS
9ᵒ33᾽35,8῝ LS
8ᵒ49᾽42,9῝ LS
8ᵒ49᾽5,6῝ LS
9ᵒ28᾽20,4῝ LS
10ᵒ13᾽18,4῝ LS
10ᵒ19᾽10,4῝ LS
11ᵒ0᾽11,7῝ LS
10ᵒ50᾽27,1῝ LS
11ᵒ09᾽22,3῝ LS
10ᵒ10᾽12,5῝ LS
9ᵒ20᾽9,9῝ LS
9ᵒ14᾽35,1῝ LS
10ᵒ26᾽38,6῝ LS
10ᵒ24᾽32,0῝ LS
9ᵒ51᾽7,0῝ LS
9ᵒ14᾽53,2῝ LS
Keterangan
Selat Sumba
Selat Sumba
Selat Sumba
Selat Sumba
Selat Sumba
Selat Sumba
Pulau Sumba
Pulau Sumba
Pulau Dana B
Pulau Sabu
Pulau Dana A
Tanjung Kolbano
Perbatasan Timur Leste
Pulau Batek
Pulau Rote
Tanjung Niuwudu (Pulau
Sabu)
Tanjung Tuak (Melolo)
Pulau Batek
Luas kawasan TNP Laut Sawu sesuai Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.38/MEN/2009 tersebut di
atas telah mengalami perubahan dengan mempertimbangkan
beberapa aturan perundangan yang berlaku dan kondisi existing
serta berdasarkan hasil konsultasi publik yang dilakukan. Luas
total TNP Laut Sawu setelah perubahan yaitu 3.355.352,82 hektar
yang meliputi 2 (dua) bagian yaitu Wilayah Perairan Selat Sumba
dan Sekitarnya seluas 557.837,40 hektar dan Wilayah Perairan
Pulau Sabu-Rote-Timor-Batek dan Sekitarnya seluas 2.797.515,42
hektar.
Lingkup
wilayah
perencanaan
ini
mengacu
pada
perubahan batas kawasan konservasi TNP Laut Sawu, dengan
perubahan kawasan sebagai berikut:
a. Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang melintas kawasan
Konservasi yaitu ALKI III (perairan antara Pulau Rote dan
Pulau Sabu serta antara Pulau Sabu dan Pulau Sumba)
dikeluarkan dari TNP Laut Sawu;
b. sebagian perairan Kabupaten Rote Ndao di bagian selatan
dikeluarkan dari TNP Laut Sawu;
c. sebagian perairan Kabupaten Sabu Raijua di bagian utara
dikeluarkan dari TNP Laut Sawu; dan
7
d. sebagian perairan di sebelah utara perairan Timor, Rote, dan
Sabu dimasukkan ke dalam TNP Laut Sawu.
Berdasarkan perubahan tersebut di atas, TNP Laut Sawu memiliki
34 (tiga puluh empat) titik koordinat batas kawasan sebagaimana
terdapat pada Gambar 2 dan Tabel 2.
Gambar 2. Peta Batas TNP Laut Sawu
Tabel 2.Titik batas koordinat TNP Laut Sawu dan sekitarnya di
Provinsi Nusa Tenggara Timur
ID
1
X
118° 55' 40.39''BT
Y
9° 32' 54.15''LS
2
118° 55' 36.10'' BT
9° 10' 22.80'' LS
3
119° 46' 29.40'' BT
9° 10' 24.90'' LS
4
119° 52' 58.32'' BT
8° 49' 45.57'' LS
5
6
7
8
120°
120°
120°
120°
8° 49' 4.28'' LS
9° 28' 20.15'' LS
9° 51' 7.21'' LS
10° 13' 16.61'' LS
9
120° 3' 48.60'' BT
10° 19' 9.85'' LS
10
120° 45' 49.11'' BT
10° 43' 30.92'' LS
11
120° 53' 36.62'' BT
10° 48' 5.71'' LS
12
121° 14' 11.41'' BT
11° 0' 11.82'' LS
13
121° 50' 11.01'' BT
10° 47' 5.26'' LS
14
15
122° 10' 17.18'' BT
122° 18' 30.54'' BT
10° 54' 14.36'' LS
10° 57' 9.94'' LS
16
122° 52' 46.77'' BT
11° 9' 21.94'' LS
22' 23.11'' BT
11' 28.93'' BT
38' 57.86'' BT
8' 50.49'' BT
8
Keterangan
Tanjung Karoso
Utara
Tanjung
Karoso
Selat Sumba
Tanjung
Karitamese
Terong
Hambapraing
Lumbukore
Praimadita
Barat
Pulau
Mengudu
Selat
RaijuaSumba Timur
Selat
RaijuaSumba Timur
Selatan
Pulau
Dana Sabu
Selatan
Pulau
Sabu
Selat Sabu-Ndao
Selat Sabu-Ndao
Selatan
Pulau
Ndana Rote
ID
X
Y
17
123° 4' 53.31'' BT
11° 1' 28.35'' LS
18
19
20
123° 4' 53.35'' BT
123° 25' 30.56'' BT
123° 26' 26.62'' BT
10° 51' 21.52'' LS
10° 28' 19.78'' LS
10° 29' 35.97'' LS
21
123° 43' 10.81'' BT
10° 36' 32.07'' LS
22
124° 23' 40.72'' BT
10° 10' 11.71'' LS
23
124° 0' 28.66'' BT
9° 20' 35.29'' LS
24
124° 0' 58.41'' BT
9° 15' 52.67'' LS
25
123° 58' 59.58'' BT
9° 14' 21.14'' LS
26
27
28
29
122°
122°
121°
121°
BT
BT
BT
BT
9° 57' 12.33'' LS
10° 5' 13.77'' LS
10° 26' 26.79'' LS
10° 30' 28.63'' LS
30
121° 38' 45.85'' BT
10° 14' 32.57'' LS
31
121° 33' 39.39'' BT
10° 12' 32.46'' LS
32
121° 23' 19.09'' BT
10° 17' 42.94'' LS
33
121° 18' 21.37'' BT
10° 10' 22.06'' LS
34
121° 22' 37.10'' BT
10° 8' 12.96'' LS
46'
33'
57'
48'
52.75''
23.56''
45.92''
44.63''
Keterangan
Selatan
Pulau
Rote
Kuli
Daiama/cek
Tanjung Usu/cek
Selatan
Pulau
Timor
Tuafanu
Netemnanu
Selatan
Timur
Pulau
Batek
Utara
Pulau
Batek
Utara Pulau Rote
Utara Pulau Ndao
Jiwuwu
Ledeana
Selat
RaijuaSumba Timur
Selat
RaijuaSumba Timur
Selat
RaijuaSumba Timur
Selat
RaijuaSumba Timur
Selat
RaijuaSumba Timur
TNP Laut Sawu dapat dijangkau melalui jalur darat, laut, dan
udara. Seluruh jalur tersebut berpusat di Kupang sebagai ibukota
Provinsi NTT dan terhubung secara langsung dengan 10 (sepuluh)
kabupaten di kawasan TNP Laut Sawu. Jalur darat di kawasan
TNP Laut Sawu
diklasifikasi dalam jalan negara, provinsi dan
kabupaten. Kondisi jalan negara umumnya baik namun jalan
provinsi dan kabupaten sebagian dalam kondisi rusak dan ada
juga yang tidak beraspal. Transportasi darat merupakan fasilitas
yang dominan dipergunakan masyarakat di kawasan TNP Laut
Sawu.
b. Kondisi Fisik Kawasan
1) Iklim
Konfigurasi
geografis
Provinsi
NTT
sebagai
provinsi
kepulauan dan letaknya pada posisi silang di antara dua
benua yaitu Asia dan Australia, dan di antara dua samudra
yaitu Hindia dan Pasifik, menentukan karakteristik iklim di
wilayah ini. TNP Laut Sawu secara umum termasuk ke dalam
tipe iklim tropis, dengan variasi suhu dan penyinaran matahari
9
yang rendah. Rata-rata suhu minimum 240C dan maksimum
320C, dengan curahan matahari rata-rata ±12 jam. Pola umum
iklim wilayah ini adalah pola musim hujan dan musim
kemarau. Musim hujan berlangsung antara bulan November
sampai dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau
antara bulan April sampai dengan bulan Oktober. Pola iklim
demikian dikendalikan oleh pola Angin Muson dari Tenggara
yang relatif kering dan dari arah Barat Laut, yang membawa
banyak uap air. Konfigurasi kepulauan dan topografi wilayah
juga merupakan pengendali iklim lokal yang berpengaruh
terhadap karakteristik iklim lokal. Kecenderungan angin pada
Bulan Juni – September, arah angin berasal dari Australia dan
tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan
musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember – Maret
arah angin berasal dari Asia dan Samudera Pasifik yang
banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan.
Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah
melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober –
Nopember.
Namun demikian, mengingat wilayah TNP Laut
Sawu dekat dengan Australia, arah angin yang banyak
mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik sampai
pada kawasan TNP Laut Sawu, kandungan uap airnya sudah
berkurang yang mengakibatkan hari hujan di wilayah ini
berkurang. Hal inilah yang menjadikan wilayah ini sebagai
wilayah yang tergolong kering, yaitu 8 (delapan) bulan relatif
kering (bulan April sampai dengan bulan November), dan
4
(empat) bulan keadaannya relatif basah (bulan Desember
sampai dengan bulan Maret).
Suhu udara rata – rata maksimum berkisar pada 30 °C 36 °C dan rata-rata suhu minimum antara 21 °C - 24,5 °C,
dengan curah hujan rata – rata adalah 1.164 mm/ tahun.
Tingkat curah hujan ini berbeda – beda tiap daerah, seperti
wilayah
Flores
bagian
barat,
yang
meliputi
Kabupaten
Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat merupakan daerah
yang cukup basah, hal ini disebabkan curah hujan rata –
ratanya lebih tinggi dari rata – rata total, yaitu 3. 849
mm/tahun. Dengan kondisi tersebut, maka daerah ini dapat
10
dikatakan
sangat
cocok
untuk
pengembangan
kawasan
pertanian dan perkebunan yang berumur pendek. Salah satu
unsur penting pembentuk iklim di atas adalah curah hujan.
Akibatnya, keragaman iklim antar wilayah di daerah ini juga
sangat besar, misalnya rata-rata curah hujan tahunan sekitar
850 mm/tahun dapat terjadi di wilayah Pulau Sabu. Secara
umum, iklim wilayah NTT termasuk ke dalam kategori iklim
semi-arid, dengan periode hujan yang hanya berlangsung 3-4
bulan, dan periode kering 8-9 bulan. Kondisi iklim demikian
mendeterminasi pola pertanian tradisional di wilayah TNP Laut
Sawu yang hanya mengusahakan tanaman semusim, yang
ditanam dalam periode musim hujan. Keadaan demikian juga
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pertanian, yang
tergolong sangat rendah (jumlah jam kerja <5 jam/minggu),
akibat dari waktu kerja bertani yang hanya berlangsung 3-4
bulan dalam setahun.
Persoalan curah hujan pada kawasan TNP Laut Sawu juga
diperparah oleh pengaruh iklim global, terutama fenomena
elnino dan lanina, serta fenomena perubahan iklim global yang
kurang menguntungkan. Dampak dari pengaruh iklim global
dimaksud antara lain adalah waktu onset dan offset musim
hujan yang sulit diprediksi, dan fenomena kondisi musim
kemarau dan musim hujan yang ekstrim. Akibatnya adalah
antara lain kekeringan, gagal tanam, gagal panen, banjir, dan
gangguan hama dan penyakit tanaman yang serius.
Laut Sawu dan sekitarnya merupakan daerah upwelling
tetap sehingga sebagian jenis paus bertempat tinggal di laut
tersebut.
Laut Sawu termasuk dibagian selatan segitiga
karang dunia dan menyokong beragam habitat ikan karang
dan ikan pelagis paling produktif.
Secara oseanografi,
kawasan ini memiliki arus laut yang terkenal kuat. Kombinasi
arus
yang
kuat
dan
tebing
laut
curam
menyebabkan
pengadukan arus dingin yang mungkin merupakan faktor
utama pemicu ketangguhan terhadap ancaman terbesar akan
peningkatan suhu permukaan laut terkait perubahan iklim.
Laut Sawu dapat menjadi tempat perlindungan bagi kehidupan
11
laut dan sumber daya ikan yang produktif diantara perubahan
iklim global. (BMG NTT, 2010).
2) Topografi, Kemiringan Lereng, dan Geologi
Ditinjau berdasarkan ketinggiannya, 48,78 % dari luas
wilayah Provinsi NTT atau sekitar 2.309.747 hektar berada
pada rentang ketinggian 100 – 500 meter di atas permukaan
air laut. Sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1000 m
hanya
sebagian
kecilnya
saja,
yaitu
sebesar
3,65%.
Berdasarkan kemiringan tanahnya, wilayah Provinsi NTT
didominasi oleh tanah dengan kemiringan lereng 15% – 40%.
Bagian terbesar lainnya adalah tanah dengan kemiringan lebih
dari 40%, yaitu sebesar 1.678.948 Ha atau 35,46% dari luas
wilayah Provinsi NTT. Besar kecilnya kemiringan lereng
menentukan
kemudahan
penggarapan
tanah
dan
dapat
tidaknya alat mekanis digunakan dalam pengelolaan tanah.
Selain itu kemiringan lereng ini juga mempengaruhi tingkat
erosi.
Wilayah Provinsi NTT termasuk dalam kawasan Circum –
Pasifik sehingga daerah ini, terutama sepanjang Pulau Flores,
memiliki struktur tanah yang labil (sering terjadi patahan).
Pulau Sumba, Pulau Sabu, Pulau Rote dan pulau sekitarnya
terbentuk dari dasar laut yang terangkat ke permukaan.
Dengan kondisi ini maka jalur pulau – pulau yang terletak
pada jalur vulkanik dapat dikategorikan subur namun sering
mengalami bencana alam yang dapat mengancam kehidupan
penduduk yang menetap di daerah tersebut. Dibalik kondisi
geologi tersebut, Provinsi NTT memiliki berbagai macam
deposit, baik mineral maupun sumber- sumber energi lainnya.
Hampir 100 lokasi di daerah ini mengandung mineral dari
sumber energi bumi/bahan bakar minyak, seperti di Pulau
Pulau Sumba, Pulau Timor dan disepanjang pantai Flores
bagian timur. Sumber energi dapat dikembangkan dari sungaisungai besar, seperti Noelmina (Kabupaten Timor Tengah
Selatan) dan sungai Kambaniru (Kabupaten Sumba Timur).
Mineral yang terkandung di provinsi ini adalah Pasir Besi,
Mangan (Mn), Emas (Au), Flourspor (Fs), Barit (Ba), Belerang
(S), Posfat (Po), Zeolit (Z), Batu Permata, Pasir Kwarsa, Pasir,
12
Gipsum, Batu Marmer, Batu Gamping, Granit, Andesit,
Balsitis, Pasir Batu (Pa), Batu apung, Tanah Diatomea dan
Lempung/Clay.
Sebaran struktur batuan geologi yang ada di wilayah
provinsi ini, adalah :
1. Batuan Silicic Acid Rock (batuan beku asam silikaan),
terdapat
di
Kabupaten
Manggarai,
Sebagian
besar
Manggarai Barat dan sebagian kecil Kabupaten Kupang;
2. Batuan Mafic Basic Rocks (batuan beku basa);
3. Batuan Intermediate Basic (batuan beku basa menengah);
4. Batuan Pre Tertiare Undivideo (pra tersier tak dibedakan);
5. Batuan Paleagene (pleogen);
6. Alluvial Terrace Deposit and Coral Reefs (alluvium undak
dan terumbu koral);
7. Batuan Neogene (neogen);
8. Batuan Kekneno Series (deret kekneno);
9. Batuan Sonebait Series (deret sonebait);
10. Batuan Sonebait and Ofu Series Terefolde (deret sonebait
dan deret terlipat bersama);
11. Batuan Ofu Series (deret ofu);
12. Batuan Silicic Efusives (efusiva berasam kersik);
13. Batuan Triassic (trias);
14. Batuan Crystalline Schist (sekis hablur).
Peta struktur geologi sebagaimana terdapat pada Gambar 3.
Gambar
3.
Peta
Struktur
Geologi
(DinasPertambangan dan Energi, 2010)
13
Provinsi
NTT
3) Hidrologi
Secara umum keadaan hidrologi di dalam kawasan TNP
Laut Sawu, terutama air permukaan, agak kurang. Hal ini
disebabkan karena musim hujan dalam satu tahun hanya
berlangsung paling lama 4 bulan. Kondisi ini mengakibatkan
sulitnya eksploitasi sumber air permukaan oleh penduduk.
Daerah Aliran Sungai (DAS) dibentuk dari beberapa sungai dan
danau. Di wilayah Provinsi NTT terdapat 27 DAS dengan luas
keseluruhan 1.527.900 hektar. Sungai yang terpanjang di
wilayah Provinsi NTT adalah Sungai Benanain dengan panjang
100 Km, yang terdapat di Kabupaten Belu. DAS terluas adalah
DAS Benain, seluas 329.841 hektar (21,58%), dan DAS terkecil
adalah DAS Oka, seluas 4.125,33 hektar (0,27%).
4) Kondisi Oseanografi Perairan
Perairan
Laut
pertemuan 2 (dua)
Sawu
sangat
dinamis,
merupakan
massa arus besar, massa air dari
Samudera Hindia dan Laut Banda. Fenomena upwelling atau
pengadukan massa air laut dalam yang dingin dan air
permukaan yang hangat menjadikan daerah ini merupakan
daerah dengan produktifitas perairan yang sangat tinggi.
Kedalaman perairan yang mencapai 4.000 (empat ribu) meter
dan tebing tebing curam merupakan ciri dominan bentang laut
di Laut Sawu.
a) Bathimetri
Perairan TNP Laut Sawu memiliki karakteristik dan
bentuk dasar perairan yang bervariasi yaitu karakteristik
dasar
perairan
dengan
tipe
dasar
perairan
landai,
bergelombang sampai dengan curam. Pada umumnya
morfologi dasar laut TNP Laut Sawu untuk daerah dekat
pantai (nearshore) relatif datar, sebagaimana terdapat pada
Gambar
4
dan
untuk
profil
kedalaman
sebagaimana terdapat pada Gambar 5.
14
Laut
Sawu
Gambar 4. Bathimetri Laut Sawu
Gambar 5. Profil Kedalaman Laut Sawu
15
b) Pola Pasang Surut
Perairan Laut Sawu memiliki tipe pasang surut
campuran condong ke harian ganda, dimana dalam satu
hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, dengan
amplitude yang jauh berbeda antara pasang dan surut
pertama dengan pasang dan surut kedua.
Kondisi pasang surut perairan Laut Sawu
mengacu
kepada hasil pengukuran dan analisis pasang surut yang
telah dilakukan oleh Dinas Hidro-oseanografi TNI-AL untuk
daerah Kota Kupang dan kajian Detail Engineering Design
(DED) Pelabuhan Perikanan Kabupaten Rote Ndao pada
Tahun
2010.
Adapun
hasil
analisis
data
konstanta
harmonis amplitudo dan phase pasang surut Kabupaten
Kupang sebagaimana terdapat pada Tabel 3 dan Kabupaten
Rote Ndao sebagaimana terdapat pada Tabel 4.
Tabel 3. Hasil Analisis Konstanta Pasut Kabupaten Kupang
So
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
K2
P1
Amplitudo (cm) -
46
26
-
16
10
0
0
7
5
Phase
57
348
-
49
43
0
0
66
328
Tabel 4. Hasil Analisis Konstanta Pasut Kabupaten Rote Ndao
So M 2 S2
Amplitudo (cm) Phase
83
43
32
7
2
N2
K1
O1
M4
MS4
K2
P1
14
29
15
1
0
12
9
31
29
29
18
1
3
9
8
328
2
293
Berdasarkan konstanta harmonik pasang surut di
atas, dapat diketahui karakteristik pasang surut baik tipe
maupun tunggang pasang surut dan elevasi muka air laut
maksimum, rata-rata saat pasang purnama dan rata-rata
saat pasang perbani.
Pada
umumnya
sifat
pasut
di
suatu
perairan
ditentukan dengan menggunakan rumus Formzahl, yang
berbentuk:
F
( K1 O1) /( M 2 S 2)
16
dimana :
F
=
Nilai Formzahl
Ki dan 01
=
konstanta pasut harian utama
M2 dan S2
=
konstanta pasut ganda utama
Klasifikasi sifat pasut di lokasi tersebut adalah:
1. Pasang ganda jika F ¼
2. Pasang campuran (ganda dominan) jika ¼ F 1 ½
3. Pasang campuran (tunggal dominan) jika 1 ½ F 3
4. Pasang tunggal jika F ! 3
Hasil analisa formzahl tersebut di atas, diperoleh nilai
F dari pasang surut Pantai Kabupaten Kupang adalah
0,361, sedangkan untuk Kabupaten Rote Ndao adalah
0,349. Nilai tersebut berarti tipe pasang surutnya adalah
campuran cenderung ke harian ganda (mixed, prevailing
semidiurnal), yaitu dalam sehari terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut tetapi dengan tinggi dan waktu yang
berbeda.
Untuk Kabupaten Kupang, tunggang pasang surut
(tidal range) terbesar adalah sekitar 1,96 meter, tunggang
pasang surut rata-rata saat pasang purnama adalah 1,70
meter, dan saat pasang perbani adalah 1,18 meter. Sedang
Kabupaten Rote Ndao, tunggang pasang surut (tidal range)
terbesar adalah sekitar 3,40 meter, tunggang pasang surut
rata-rata saat pasang purnama adalah 2,96 meter, dan
saat pasang perbani adalah 2,10 meter.
c) Pola Arus
Arus di laut dapat diakibatkan oleh tiupan angin atau
pengaruh pasang surut. Untuk perairan pantai umumnya
didominasi oleh arus pasang surut dan yang dibangkitkan
oleh tiupan angin.
Pola arus Laut Sawu sebagaimana
terdapat pada Gambar 6.
17
Pola Arus Pasang
Pola Arus Surut
Gambar 6. Pola Arus Laut Sawu
(Sumber: Analisis model arus, 2011)
Pada saat pasang naik, massa air permukaan bergerak
menuju ke utara memasuki perairan Laut Sawu dan
melewati
pulau-pulau
di
bagian
selatan
Laut
Sawu.
Sebaliknya arah arus saat menuju surut, di daerah laut
terbuka (laut dalam) memperlihatkan arus menuju ke
selatan.
Sedangkan
di
daerah
pesisir
cenderung
meninggalkan pantai menuju ke tenggara.
d) Gelombang Laut
Kondisi Gelombang pada musim barat merupakan
gelombang dari barat yakni Samudera Hindia memasuki
perairan Laut Sawu dan menerpa langsung daerah pesisir
yang berhadapan dengan Samudera Hindia yakni di Pantai
Barat dan Barat Daya Pulau Timur, Pulau Rote, Pulau
Sabu, dan Pulau Sumba. Adanya angin utara dan barat
laut di atas perairan Kepulauan Indonesia mengalami
pembelokan ketika memasuki kawasan Laut Sawu dan
pulau-pulaunya menuju ke timur dan tenggara. Kondisi
angin demikian menyebabkan pembangkitan gelombang
barat dan barat laut menuju ke arah Pulau-Pulau Bagian
Selatan dari Laut Sawu. Kondisi gelombang musim barat
sebagaimana
terdapat
pada
Gambar
7.
dan
gelombang musim timur terdapat pada Gambar 8.
18
kondisi
Gambar 7. Kondisi Gelombang Musim Barat
(Sumber: Analisis model gelombang, 2011)
Kondisi Gelombang pada musim timur merupakan
gelombang dari Selatan yakni Samudera Hindia memasuki
perairan Laut Sawu dan menerpa langsung daerah pesisir
yang berhadapan dengan Samudera Hindia yakni di
Selatan dan Timur Pulau Timor, Pulau Rote, Pulau Sabu,
dan Pulau Sumba. Adanya angin selatan Samudera Hindia
yang mengalami pembelokan ketika memasuki kawasan
Laut Sawu dan pulau-pulau menuju ke barat dan barat
laut. Kondisi angin demikian menyebabkan pembangkitan
gelombang timur dan tenggara menuju ke arah Pulau
Flores dan Sumba.
Gambar 8. Kondisi Gelombang Musim Timur
(Sumber: Analisis model gelombang, 2011)
e) Pola Angin
Pola
angin
pada
periode
musim
Barat
(periode
Desember sampai Februari), angin didominasi oleh angin
19
barat yang bertiup paling kuat pada Bulan Desember (>11
meter/detik) yang kemudian melemah pada bulan Januari
dan makin lemah di Bulan Februari seiring masuknya
periode peralihan satu.
Sebagaimana
dengan
wilayah
Indonesia
lainnya,
kondisi angin di perairan Laut Sawu juga dipengaruhi oleh
angin muson, terkait dengan letaknya yang berada di
antara benua Asia dan Australia. Saat Bulan Desember,
Januari hingga Maret terjadi angin muson barat dari benua
Asia ke Benua Australia sebagai akibat dari tekanan udara
di atas Benua Australia yang rendah. Pola angin tersebut
menyebabkan, kondisi angin di perairan Laut Sawu
umumnya
adalah
angin
Barat
hingga
angin
utara.
Sementara saat memasuki bulan Juni hingga Oktober
terjadi angin muson timur dari Benua Australia ke Benua
Asia sebagai akibat dari tekanan udara di atas Benua Asia
yang rendah dan menyebabkan kondisi angin di perairan
Laut Sawu umumnya adalah angin Timur hingga angin
Barat Daya.
Kondisi tersebut diperlihatkan pada hasil
analisis windrose (mawar angin) Laut Sawu dari empat
stasiun meteorologi di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
berada di Kota Kupang, Waingapu, Pulau Rote, dan Pulau
Sabu sebagaimana terdapat pada Gambar 9.
St. Sabu
St. Kupang
20
St. Rote
Gambar 9.
St. Waingapu
Mawar Angin di Beberapa Station Meteorologi
NTT (Sumber: Analisis model angin, 2011)
5) Kualitas Perairan
Kualitas air laut di setiap lokasi rencana pengelolaan
diukur berdasarkan parameter pH, salinitas, suhu dan DO
dapat
dilihat
menunjukkan
pada
Tabel
kisaran
2.4.
normal
Kondisi
air
laut
kualitas
dan
air
belum
mengindikasikan terjadinya pencemaran. pH rata-rata perairan
laut berkisar antara 7,56 sampai 8,10, salinitas berada pada
kisaran 34 - 37
o/oo,
Sedangkan suhu permukaan air laut
berkisar 29,0 °C sampai 34,8 °C. Selain itu juga diketahui
bahwa kandungan oksigen terlarut di perairan berkisar antara
4,01 s/d 8,8 mg/l.
Tabel 5. Kondisi Kualitas Air Perairan Laut Sawu
Kabupaten
No Parameter
1
2
3
4
pH
Suhu
(oC)
Salinitas
(o/oo)
DO (mg/l)
Kisaran
Sumba
Baku
Mutu*)
Rote Ndao
Sabu Raijua
7,56 – 8,10
7,64 – 7,87
7,64 – 7,70
7,56 – 8,10
7 – 8,5
29 - 33
29,2 – 30,2
29,3 – 34,3
29,0 – 34,3
Alami
34 - 36
33 - 37
34,3 - 35
33 – 37
4,01 – 8,80
4,62 – 8,11
4,42 – 7,89
4,01 – 8,80
Timur
33 –
34
>5
*) Kepmen. LH Nomor 51 Tahun 2004
Sumber : Hasil Survey, 2011
Secara keseluruhan, hasil pengukuran kualitas air laut di
lapangan berdasarkan parameter kualitas air laut tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
kondisi
dan
karakteristik
lingkungan laut di lokasi studi masih dalam batas kisaran
yang cukup baik atau masih dibawah standar baku mutu yang
ditetapkan sehingga bisa dipergunakan untuk pengembangan
kegiatan budidaya perikanan laut, pariwisata bahari, dan
kegiatan lainnya.
21
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan
dalam air. Selain itu, ikan dan makhluk-makhluk lainnya
hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya
nilai pH, kita dapat mengetahui apakah air tersebut sesuai
atau
tidak
untuk
didalamnya.
menunjang
kehidupan
mahluk
hidup
Nilai derajat keasaman di perairan lokasi
cenderung homogen yaitu 7,56–8,10, dengan pola sebaran pH
hampir merata di perairan. Indikasi tersebut menunjukkan pH
perairan cenderung masih sesuai dengan baku mutu yang
ditentukan.
Hasil pengukuran suhu pada tiap stasiun pengamatan
menunjukkan bahwa suhu di perairan berkisar antara 29,0 °C
– 34,3 oC menggambarkan suhu normal perairan laut tropis
yang secara umum.
Nybakken (1992) menjelaskan bahwa suhu merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran organisme. Suhu yang sesuai
merupakan faktor pendukung peningkatan proses metabolisme
atau pertukaran zat dari makhluk-makhluk hidup.
Salinitas merupakan gambaran jumlah garam dalam
suatu perairan. Sebaran salinitas di air laut dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah
hujan dan aliran sungai. Kisaran nilai salinitas berdasarkan
pengukuran 33 o/oo - 37 o/oo.
Oksigen terlarut merupakan parameter kimia yang paling
kritis dalam budidaya ikan.
Ketidakstabilan oksigen dalam
suatu perairan dapat mengakibatkan kegagalan dalam usaha
budidaya (Anonymous 1996 dalam Mayunar dkk., 1995).
Oksigen terlarut dalam jumlah yang sangat banyak dapat juga
mengakibatkan terjadinya kematian pada ikan, sebab di dalam
pembuluh-pembuluh darah terjadi emboli gas yang dapat
mengakibatkan
tertutupnya
pembuluh-pembuluh
rambut
dalam daun-daun insang ikan.
Berdasarkan
hasil
pengukuran
menunjukkan
bahwa
kadar oksigen di lokasi studi berkisar 4,01 – 8,80 mg/l. Sesuai
22
dengan kriteria pencemaran yang ditetapkan oleh Schmitz
(1972) dalam Haryanto (2001) dengan menetapkan lima
kriteria pencemaran melalui indikasi oksigen terlarut (DO),
nilai-nilai tersebut termasuk pencemaran dengan kriteria kritis
jika nilainya r4 mg/l dan kriteria baik jika nilainya r6 mg/l.
Selanjutnya kriteria tersebut di modifikasi menjadi kriteria
sedikit tercemar jika nilainya r4 mg/l dan tidak tercemar jika
nilainya r6 mg/l.
Kandungan kimia perairan Laut Sawu untuk parameter
Klorofill-a, BOD, Phosphat, Nitrat, Nitrit, COD terdapat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan Kimia Perairan Laut Sawu
Kabupaten
No
Rote Ndao
1
2
3
4
5
Kisaran
Parameter
BOD (mg/l)
0,7 - 1,9
Phospat (mg/l)
0,27 - 0,45
Nitrat (mg/l)
0,079 - 0,673
Nitrit (mg/l)
0,001 - 0,021
COD (mg/l)
102 – 144
Sabu
Sumba
Raijua
Timur
0,8 - 1,7
0,8 -1,8
0,24 - 0,80 0,307 - 0,380
0,086 - 0,259 0,143 - 0,243
0,001 - 0,003 0,001 - 0,002
120 – 316
113 - 139
Manggarai
Barat
0,7 -1,9
0,7 – 1,9
0,24 - 0,80
0,24 – 0,8
0,079 - 0,673 0,079 - 0,673
0,001 - 0,021 0,001 - 0,003
120 - 316
102 - 316
Baku
Mutu*)
20
0,15
0,008
*) Kepmen. LH Nomor 51 Tahun 2004
Sumber : Hasil Survey, 2011
Klorofil-a merupakan suatu pigmen yang didapatkan
dalam fitoplankton. Ada kecenderungan bahwa kadar klorofil-a
berkorelasi positif dan kuat dengan kelimpahan fitoplankton
dan kadar nutrient perairan, sehingga perairan yang produktif
yang memiliki kelimpahan fitoplankton yang tinggi juga
memiliki kandungan klorofil-a yang tinggi.
Hasil
studi
KKP
(2011)
Pada
bulan
Agustus
dan
September dapat dilihat bahwa kandungan klorofil di perairan
Laut Sawu sangat tinggi (0,6 – 2,0 mg/m3), sedangkan pada
bulan November dan April kandungan klorofil yang tinggi
terdapat diantara selat-selat di antara Pulau-pulau Solor,
Lembata,
Pantar dan
Alor. Kandungan klorofil di perairan
Laut Sawu pada bulan November 2010 dan pada bulan April
2011 terdapat pada Gambar 10.
23
November 2010
0
Klorofil a (mg/m3)
1.0
Klorofil a (mg/m3)
1.0
April 2011
0
Gambar 10. Kandungan Klorofil di Laut Sawu pada Bulan November 2010
dan April 2011
Kandungan phospat perairan di lokasi didapatkan antara
0,24
-
0,80
pertumbuhan
mg/l,
yang
fitoplankton.
merupakan
Hal
tersebut
kisaran
untuk
sesuai
dengan
pernyataan Wardoyo (1974) bahwa kandungan phospat yang
optimum untuk pertumbuhan fitoplankton berkisar antara
0,09 - 1,80 mg/l. Dengan demikian berdasarkan kadar
phospat-nya maka sebagian besar perairan masih berada pada
kondisi optimum untuk pertumbuhan fitoplankton.
Pencemaran dengan indikasi kandungan DO (oksigen
terlarut) dapat mendeteksi jenis pencemaran yang disebabkan
oleh unsur hara seperti nitrat (NO3-N) dan phospat (PO4). Pada
saat kadar oksigen rendah, keseimbangan menuju amoniak,
sedangkan pada saat kadar oksigen tinggi keseimbangan
bergerak menuju nitrat. Dengan demikian, nitrat merupakan
hasil akhir dari oksidasi oksigen dalam air laut (Hutagalung
dan Horas 1997). Sedangkan peningkatan kadar posfat dalam
laut
akan
menyebabkan
peledakan
populasi
(blooming)
fitoplankton yang di ikuti dengan penurunan DO secara drastis
24
dalam
air
yang
berujung
pada
kematian
ikan
yang
dibudidayakan.
Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang berperan sebagai
nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat
dan nitrogen sangat mudah larut dalam air dan memiliki sifat
yang relatif stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
yang sempurna di perairan. Pada dasarnya, nitrat merupakan
sumber utama nitrogen diperairan, akan tetapi, tumbuhan
lebih menyukai amonium untuk digunakan dalam proses
pertumbuhan.
Sumber utama nitrat dalam perairan selain
berasal dari suplai nutrien dari darat berupa bahan organik
yang selanjutnya diuraikan oleh mikroba, juga dapat berasal
dari udara dan hasil fiksasi oleh bakteri-bakteri nitrat.
Penyebab rendahnya konsentrasi nitrat dalam perairan selain
dimanfaatkan oleh plankton atau tumbuhan air lainnya untuk
pertumbuhannya juga dapat disebabkan oleh suplai nitrat ke
dalam perairan tersebut yang memang rendah.
Berbeda dengan phospat, kadar nitrat yang diperoleh di
perairan tergolong rendah yaitu berkisar antara 0,079 – 0,673
mg/l. Berdasarkan nilai kandungan tersebut maka perairan
secara umum dapat dikatakan sebagai perairan yang memiliki
kandungan
zat
hara
rendah
(Oligotrofik).
Wetzel
(1975)
mengelompokan perairan berdasarkan kandungan nitratnya
yaitu oligotrofik bila kadar nitrat perairan berkisar antara 0-1
mg/l. Kadar nitrat lebih dr 5 mg/l. menggambarkan keadaan
suatu perairan yang telah tercemar akibat aktivitas manusia
dan tinja hewan. Kadar nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/l
menggambarkan terjadinya eutrofikasi perairan. Pengukuran
di
stasiun
menunjukkan
yang
berdekatan
kandungan
nitrat
dengan
yang
muara
sungai
rendah.
Dengan
demikian rendahnya kadar nitrat dalam perairan Laut Sawu
diduga disebabkan oleh suplai nutrien dari darat berupa
bahan organik maupun fiksasi dari udara oleh bakteri-bakteri
nitrat memang sangat rendah.
Nitrit (NO3) merupakan bentuk peralihan antara amonia
dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen
25
(denitrifikasi) yg terbentuk dalam kondisi anaerob. Sumber
nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik.
Kadar
nitrit
pada
perairan
relatif
stabil
karena
segera
dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami mengandung nitrit
sekitar
0,001
mg/l.
Sementara
itu,
kadar
nitrit
yang
diperbolehkan tidak lebih dari 0,5 ppm. Kandungan Nitrit di
perairan berada dalam kisara 0,001 - 0,021 mg/l. Kandungan
tersebut menunjukkan bahwa nitrit telah melebihi kandungan
daripada perairan alami, akan tetapi tidak melebihi daripada
kandungan diperbolehkan.
COD merupakan ukuran akan banyaknya zat-zat organik
yang terdapat dalam suatu perairan. Zat-zat organik yang
terdapat dalam air laut
berasal dari alam atau buangan
domestik, industri dan pertanian. Ada yang mudah diuraikan
dan ada yang sukar diuraikan oleh mikroorganisme umumnya
bersifat toxic, sehingga membahayakan kehidupan organisme
perairan. Kandungan COD di perairan berkisar pada 120 – 316
mg/l. Kandungan COD tersebut merupakan kadar COD yang
rendah dan menandakan bahwa kondisi perairan belumlah
tercemar oleh zat organik maupun zat anorganik, sebagaimana
diutarakan Suhadi (dalam Sutamihardja 1978) bahwa perairan
dengan kandungan COD berkisar 10 – 30 ppm dikategorikan
perairan tercemar ringan.
2. Potensi Ekologis
a. Ekosistem Pesisir dan Laut
1) Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan struktur di dasar
laut
berupa
endapan
kalsium
karbonat
dihasilkan terutama hewan karang.
(CaCO3)
yang
Karang adalah hewan
yang tidak bertulang belakang yang termasuk dalam phylum
Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria yang dapat
mengeluarkan CaCO3. Jika CaCO3 terkena air laut maka akan
membentuk endapan kapur (Timotius, 2003 dalam Yulianda
dkk.,
2009).
Terumbu
karang
adalah
ekosistem
yang
memerlukan nutrien lingkungan dengan konsentrasi rendah,
seperti di lautan tropis, dimana tumbuhan dan organisme
26
autotrof lainnya seringkali memanfaatkan nitrogen dan fosfor
yang tersedia. Cahaya merupakan salah satu faktor yang
penting bagi karang hermatypic (kelompok karang yang mampu
membentuk
terumbu).
Cahaya
dibutuhkan
oleh
simbion
karang zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan tubuh
karang
hermatypic
yang
merupakan
penyuplai
utama
kebutuhan hidup karang.
Terumbu karang memiliki nilai penting sebagai sumber
makanan, habitat bagi berbagai biota laut yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi, sebagai penyedia jasa alam dalam
kegiatan wisata bahari, sebagai tempat perlindungan
bagi
satwa laut lainnya dari hewan pemangsa, tempat mencari
makan dan berkembang biak bagi ikan-ikan terumbu dan
sebagai
penghalang
bagi
daerah
pantai
dari
terjangan
gelombang.
Laut Sawu merupakan salah satu kawasan yang memiliki
potensi terumbu karang dengan keanekaragaman yang sangat
tinggi. TNP Laut Sawu yang merupakan bagian dari Eko-region
Sunda Kecil, tercatat memiliki jumlah spesies karang sebanyak
532 spesies dan terdapat 11 spesies endemik dan sub endemik
dan merupakan tempat hidup bagi sekitar 350 jenis ikan
karang. Terumbu karang di TNP Laut Sawu ditemukan
tersebar di perairan pesisir di seluruh kabupaten yang masuk
dalam kawasan TNP Laut Sawu dengan luasan total 63.339,32
ha (TNC Savu Sea, 2011).
Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis citra
satelit yang difasilitasi oleh TNC pada Tahun 2011 diperoleh
sebaran ekosistem terumbu karang sebagaimana yang terlihat
pada Gambar 11.
27
Gambar 11.
Sebaran Ekosistem Terumbu Karang di Wilayah
TNP Laut Sawu dan Sekitarnya
Sumber : Savu Sea Project, TNC (2011)
Hasil Penilaian Munasik, dkk., 2011 tentang kondisi
terumbu karang di TNP Laut Sawu telah dilakukan dengan
metode
Manta
Tow
yang
meliputi
8
(delapan)
wilayah
kabupaten yaitu Kabupaten Kupang, Kabupaten Rote Ndao,
Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten
Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten
Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat pada bulan MeiJuli 2011. Hasil menunjukkan kondisi terumbu karang
bervariasi dari baik sekali hingga buruk sekali. Kondisi
terumbu karang dalam kategori buruk mencapai 55,8%
sedangkan kondisi terumbu berkategori sedang mencapai
39,2%, kondisi baik 4,6% dan kondisi baik sekali 0,4%.
Kondisi terumbu karang yang baik umumnya terdapat di
Kabupaten Rote Ndao seperti di Desa Tesabela Kec. Pantai
Baru, Desa Onatali Kec. Rote Tengah dan Pulau Ndo’o
Kecamatan Rote Barat. Kondisi terumbu karang terburuk di
Kabupaten
Manggarai
dan
Kabupaten
Manggarai
Barat.
Tingkat kerusakan terumbu karang di kawasan TNP Laut
Sawu bervariasi dari rendah hingga tinggi. Kerusakan terumbu
karang umumnya diakibatkan oleh sedimentasi (termasuk
resuspensi), penangkapan ikan merusak dengan menggunakan
bom, racun dan pembuangan jangkar.
28
Terumbu karang di TNP Laut Sawu ditemukan tersebar di
perairan desa-desa pesisir di Kabupaten Kupang, Kabupaten
Rote Ndao, Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Sumba Timur,
Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya,
Kabupaten Manggarai, dan Kabupaten Manggarai Barat, dan
sebarannya terkonsentrasi terutama di Kabupaten Rote Ndao.
Kondisi terumbu karang bervariasi dari keadaan baik sekali
hingga buruk sekali yang ditunjukkan oleh persentase tutupan
karang
hidupnya.
Hasil
pengamatan
lintasan
survey
sepanjang 413,63 km yang meliputi 8 kabupaten di kawasan
TNP Laut Sawu menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang
dalam kategori baik sekali adalah 0,4%, kondisi baik 4,6%,
kondisi sedang 39,2%, kondisi buruk 28,4%, dan kondisi
buruk
sekali
27,4%.
Hasil
ini
mengindikasikan
hampir
sebagian dari total lintasan survey terumbu karang di TNP
Laut Sawu dalam keadan buruk (persentase tutupan karang
hidup ≤ 25%). Untuk mengetahui kondisi eksisting dan
sebaran terumbu karang di kawasan TNP Laut Sawu dan
tingkat kerusakannya serta sebaran biota laut lainnya akan
dijelaskan pada setiap Kabupaten berikut ini.
a) Kabupaten Kupang
Kondisi
terumbu
karang
di
Kabupaten
Kupang
bervariasi dari kondisi baik sekali hingga buruk sekali yang
ditunjukkan
oleh
persentase
tutupan
karang
hidup
tertinggi 80%, hingga tidak ditemukan tutupan karang
hidup. Hampir sepanjang lintasan survey di Desa Soliu
tidak ditemukan karang hidup dan substrat dasar perairan
didominasi oleh pasir dan batu dengan persentase tutupan
masing-masing dalam kisaran 30%-100% dan 5%-40%
sehingga kondisi terumbu karang termasuk kategori buruk
sekali. Kondisi terumbu yang buruk sekali di Desa Soliu
yang disebabkan substrat dasar dan perairan yang kurang
mendukung pertumbuhan karang. Kondisi terumbu di
Kabupaten Kupang yang termasuk baik sekali hingga baik
ditemukan pada lintasan yang pendek di Desa Afoan dan
Lifuleo,
sedangkan
kondisi
terumbu
kategori
sedang
ditemukan dalam lintasan survey yang panjang meliputi
29
Desa Kuanheum, Desa Oematnunu, Desa Tesabela, Desa
Lifuleo, dan Desa Akle. Bentuk pertumbuhan karang hidup
di Kabupaten Kupang umumnya tersusun atas karang
massive dan encrusting terutama lintasan survey dari Desa
Soliu
hingga
Desa
Naikliu
selanjutnya
bentuk
pertumbuhan bervariasi dengan adanya karang tabulate,
branching, sub massive dan foliose di desa-desa seperti di
Desa Kuanheum, Desa Oematnunu, Desa Tesabela, Desa
Lifuleo dan Desa Uitiuhana.
Kondisi terumbu karang di
Kabupaten Kupang sebagaimana terdapat pada Gambar
12.
Gambar 12. Peta kondisi terumbu karang di Kabupaten
Kupang (Munasik, dkk, 2011)
Kondisi terumbu karang di sepanjang lintasan survey
dari Desa Soliu hingga Naikliu Kabupaten Kupang dalam
kondisi buruk sekali. Kondisi terumbu karang yang buruk
di Afoan kemungkinan akibat sedimentasi dari daratan
yang ditandai oleh kekeruhan perairan dan munculnya
penyakit karang (coral disease). Kondisi terumbu yang
buruk di Desa Uitiuhana dan Teluk Akle dengan tingkat
kerusakan yang tinggi kemungkinan diakibatkan oleh
aktivitas penangkapan ikan menggunakan bom.
30
b) Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat
Terumbu
karang
di
Kabupaten
Manggarai
dan
Kabupaten Manggarai Barat tersebar di pesisir Desa
Sataruwuk, Desa Cekaluju yang terletak di Kabupaten
Manggarai dan Desa Nangabere yang terletak di Kabupaten
Manggarai Barat serta di Desa Nuca Molas yang terletak di
Kabupaten Manggarai. Kondisi terumbu karang di dua
kabupaten tersebut bervariasi dari sedang hingga buruk
sekali ditunjukkan dari persen tutupan karang hidup 1050%. Kondisi terumbu karang di Kabupaten Manggarai dan
Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana terdapat pada
Gambar 13.
Gambar 13. Peta kondisi terumbu karang di Kabupaten
Manggarai dan Manggarai Barat (Munasik,
dkk, 2011).
Terumbu
karang
di
desa-desa
pesisir
tersebut
umumnya dalam kategori buruk hingga buruk sekali
dengan persentase tutupan karang ≤ 25%. Adapun kondisi
terumbu di Desa Nuca Molas bervariasi dari sedang hingga
buruk
sekali.
umumnya
di
Bentuk
pertumbuhan
Kabupaten
Manggarai
karang
dan
hidup
Kabupaten
Manggarai Barat berupa karang massive dan encrusting.
Bentuk
pertumbuhan
karang
tabulate
hanya
ditemukan di Desa Sataruwuk sedangkan karang branching
dan foliose terdapat di Desa Nuca Molas. Rendahnya
31
tutupan karang hidup di Desa Cekaluju karena substrat
dasar umumnya tersusun dari pasir dan batu sehingga
karang tidak dapat tumbuh dengan baik sedangkan di
Desa Sataruwuk, selain tertutup pasir dan batu substrat
tersusun oleh karang lunak. Kondisi yang berbeda terjadi
di Desa Nuca Molas, meskipun tutupan karang hidup di
Desa Nuca Molas mencapai 50% akan tetapi rata-rata
persentase tutupan karang hidup hanya 15%. Hal tersebut
terjadi karena umumnya substrat dasar di pulau tersebut
tersusun oleh pecahan karang dan karang lunak. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa di Desa Nuca Molas telah
terjadi
kerusakan
tingkat
sedang
oleh
aktivitas
penangkapan ikan dengan bom.
c. Kabupaten Rote Ndao
Kondisi terumbu karang di Kabupaten Rote Ndao
bervariasi dari baik sekali hingga buruk sekali yang
ditunjukkan oleh persentase tutupan karang hidup dari
80% hingga 5%. Kategori baik sekali ditemukan di Desa
Tesabela (Rote Timur), Desa Onatali (Lobalaen) dan Pulau
Ndo’o (Rote Barat), sedangkan kategori baik (51-75%) selain
ditemukan di desa-desa tersebut juga ditemukan dalam
lintasan yang pendek di Desa Sotimori, Desa Bolatena,
Desa Nggodimeda, Desa Maubesi, Desa Netenaen, Desa
Oelua, Desa Oeseli, Desa Oebou, Desa Oeteffu dan Pulau
Nuse. Kondisi terumbu karang kategori sedang (26-50%)
umumnya ditemukan dalam lintasan yang panjang di desadesa pesisir Kabupaten Rote Ndao. Kondisi buruk hingga
buruk sekali (≤ 25%) umumnya dijumpai di Desa Daiama,
Mulut Seribu Kecamatan Rote Timur. Bentuk pertumbuhan
karang hidup di Kabupaten Rote Ndao meliputi massive,
sub-massive, tabulate, branching, encrusting dan foliose.
Beberapa desa dominasi oleh bentuk pertumbuhan tertentu
seperti massive dan mushroom di Desa Daiama, bentuk
massive di Desa Londalusi, bentuk branching dan tabulate
di Desa Oelua dan Desa Boni, bentuk tabulate dan
encrusting di Pulau Ndo’o dan bentuk encrusting saja
ditemukan di Pulau Ndao dan Desa Mbueain.
32
Tingkat kerusakan terumbu karang di perairan
Kabupaten Rote Ndao tergolong sedang hingga tinggi.
Secara umum penyebabnya adalah aktivitas penangkapan
ikan merusak dengan menggunakan bom dan racun ikan
seperti
yang
ditemukan
di
Kecamatan
Rote
Timur.
Beberapa kerusakan juga terjadi di dataran terumbu akibat
aktivitas
makameting,
seperti
yang
terjadi
di
Desa
Londalusi, Teluk Papela. Rendahnya tutupan karang hidup
di Desa Daiama, Mulut Seribu Kecamatan
selain
akibat
penggunaan
bom
juga
Rote Timur
dikarenakan
kekeruhan dan aktivitas budidaya rumput laut. Penyakit
karang (coral disease) umumnya ditemukan di perairan
yang mengalami kekeruhan. Meskipun ancaman kerusakan
dari sedang hingga tinggi, Kabupaten Rote Ndao adalah
lokasi yang memiliki banyak ragam jenis large fauna yang
ditemukan. Terdapat lima jenis large fauna yang ditemukan
yaitu Bumphead parrotfish, Snapper, Sweetlips, Hiu, Giant
Trevally dan Platax. Lokasi ditemukan large fauna tersebar
di beberapa lokasi di Rote Timur, Onatali, Bo’a, Mbueain,
Pulau Ndo’o dan Pulau Ndana. Kondisi terumbu karang di
Kabupaten Rote Ndao sebagaimana terdapat pada Gambar
14.
Gambar 14. Peta kondisi terumbu karang di Kabupaten Rote
Ndao (Munasik, dkk, 2011)
33
d. Kabupaten Sabu Raijua
Kondisi terumbu karang di Kabupaten Sabu Raijua
bervariasi dari baik hingga buruk sekali yang ditunjukkan
oleh persentase tutupan karang hidup 10%-60%. Kategori
baik hanya ditemukan pada lintasan yang pendek di Desa
Menia, Kecamatan Sabu Barat dan Desa Molie, Kecamatan
Hawu
Mehara,
sedangkan
kategori
sedang
umum
ditemukan di Kabupaten Sabu Raijua. Kondisi terumbu
karang sedang dijumpai di Desa Molie dan di desa-desa di
Kecamatan yang sama seperti Desa Lobohede, Desa Daeiko,
Desa Raedewa. Selain itu kondisi terumbu karang sedang
juga dijumpai di Desa Mebba dan Desa Menia, Kecamatan
Sabu Barat, Desa Ledeke, Desa Ledeunu, Desa Ballu dan
Desa Kolorae, Kecamatan Raijua.
Bentuk pertumbuhan karang hidup di Kabupaten
Sabu Raijua meliputi
branching,
encrusting
massive, sub-massive, tabulate,
dan
foliose.
Meskipun
kondisi
terumbu karang buruk sekali ditemukan dalam lintasan
survey cukup panjang utamanya di Desa Menia namun
tingkat kerusakan terumbu tergolong rendah. Kerusakan
umumnya diakibatkan oleh adanya pengadukan sedimen
dasar dan resuspensi akan tetapi beberapa diantaranya
akibat
aktivitas
nelayan
membuang
jangkar
untuk
berlabuh seperti terjadi di Desa Ledeke. Kondisi terumbu
karang di Kabupaten Sabu Raijua sebagaimana terdapat
pada Gambar 15.
34
Gambar 15. Peta kondisi terumbu karang di Kabupaten
Sabu Raijua (Munasik, dkk, 2011)
e. Kabupaten Sumba Timur
Kondisi terumbu karang di Kabupaten Sumba Timur
menunjukkan kondisi bervariasi dari kategori baik hingga
buruk sekali. Hal tersebut ditunjukkan oleh persentase
tutupan karang hidup yang berkisar antara 5%-70%.
Kondisi terumbu karang dengan kategori baik hingga
sedang (40%-70%) ditemukan di Desa Napu, Kecamatan
Haharu. Kondisi terumbu karang dengan kategori sedang
hingga buruk (20%-40%) ditemukan di Desa Kayuri,
Kecamatan Rindi. Adapun kondisi terumbu karang dengan
kategori sedang hingga buruk sekali (10%-50%) terdapat di
Desa Heikatapu dan Desa Rindi, Kecamatan Rindi. Bentuk
pertumbuhan karang hidup di Kabupaten Sumba Timur
meliputi
massive,
submassive,
tabulate,
branching,
encrusting dan foliose.
Keberadaan ekosistem pesisir secara bersama, yaitu
terumbu
karang,
mangrove
dan
lamun
di
perairan
Kecamatan Rindi telah mendukung biodiversitas kawasan.
Hal ini ditunjukkan oleh temuan biota berukuran besar
(Large Fauna) di Desa Kayuri, Desa Rindi dan Desa
Heikatapu. Beberapa biota laut seperti penyu hijau dan
kelompok large fauna ditemukan di kawasan tersebut yaitu
ikan
Kerapu
(Grouper),
35
Kakap
(Snapper),
Gergahing
(Carangidae), dan Pari (Eagle ray). Namun demikian
ekosistem terumbu karang di Kecamatan Rindi memiliki
tingkat
kerusakan
yang
tinggi
akibat
aktivitas
penangkapan ikan yang merusak dengan menggunakan
racun ikan. Ancaman penangkapan ikan merusak dengan
menggunakan bom juga terjadi di Desa Napu, Kecamatan
Haharu
serta
jangkar
di
aktivitas
Desa
nelayan
Rindi.
berupa
Kondisi
pembuangan
terumbu
karang
di
Kabupaten Sumba Timur sebagaimana terdapat pada
Gambar 16.
Gambar 16.
f.
Peta kondisi terumbu karang di Kabupaten
Sumba Timur (Munasik, dkk, 2011)
Kabupaten Sumba Tengah
Kondisi
terumbu
karang
di
Kabupaten
Sumba
Tengah bervariasi dari baik sekali hingga buruk sekali yang
ditunjukkan oleh persentase tutupan karang hidup 5%80%. Kondisi terumbu karang dengan kategori baik sekali
ditemukan di Desa Lenang Kecamatan Umbu Ratunggay.
Kondisi terumbu karang dengan kategori baik (51%-75%)
ditemukan di Desa Lenang dan Desa Tanambanas. Kondisi
terumbu
karang
dengan
kategori
sedang
umumnya
ditemukan di semua desa , secara khusus ditemukan di
Desa Lenang, Desa Tanambanas, Desa Wendewa Timur
dan Desa Wendewa Utara.
36
Adapun Kondisi terumbu
karang dengan kategori buruk dan buruk sekali ditemukan
dalam lintasan yang pendek di semua desa. Bentuk
pertumbuhan karang hidup umumnya massive, branching,
foliose, tabulate dan encrusting. Bentuk pertumbuhan
karang di Desa Lenang umumnya didominasi oleh karang
branching.
Tingkat
kerusakan
terumbu
karang
di
Kabupaten Sumba Tengah tergolong tinggi kecuali Desa
Tanambanas
Kecamatan
Katikutana
dengan
tingkat
kerusakan rendah hingga sedang. Secara umum, ancaman
kerusakan terumbu karang adalah penangkapan ikan
merusak dengan menggunakan bom dan racun ikan.
Kondisi terumbu karang di Kabupaten Sumba Tengah
sebagaimana terdapat pada Gambar 17.
Gambar 17.
Peta
kondisi
terumbu
karang
di
KabupatenSumba Tengah (Munasik, dkk,
2011)
g. Kabupaten Sumba Barat Daya
Kondisi terumbu karang di Kabupaten Sumba Barat
Daya bervariasi dari baik hingga buruk sekali yang
ditunjukkan oleh persentase tutupan karang hidup 5%60%. Kondisi terumbu kategori baik ditemukan di Desa
Waelonda, Kecamatan Kodi Utara dengan penyusun utama
karang tabulate dan branching. Kondisi terumbu karang
yang umum ditemukan di Kabupaten Sumba Barat Daya
37
adalah kategori sedang (26%-50%) berpadu dengan kondisi
buruk (10%-25%) yang ditemukan di desa-desa pesisir
Kabupaten Sumba Barat Daya, yaitu Desa Bukambero,
Desa Waelonda, Desa Kori, Desa Weepangali, Desa Karuni,
dan
Desa
Letekonda.
Bentuk
pertumbuhan
karang
umumnya massive, submassive, branching, foliose, tabulate
dan encrusting. Tingkat kerusakan terumbu karang di
Kabupaten Sumba Barat Daya bervariasi dari rendah
hingga tinggi. Penyebab kerusakan umumnya adalah
akibat badai yang mengakibatkan karang tabulate terbalik
serta aktivitas nelayan membuang jangkar.
terumbu
karang
di
Kabupaten
Sumba
Kondisi
Barat
Daya
sebagaimana terdapat pada Gambar 18.
Gambar 18.
Peta kondisi terumbu karang di Kabupaten
Sumba Barat Daya (Munasik, dkk., 2011)
2) Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat
berperan
bagi
sumberdaya
ikan.
Ekosistem
mangrove
berfungsi sebagai tempat mencari makan bagi ikan, tempat
memijah,
tempat
berkembang
biak
dan
sebagai
tempat
memelihara anak. Ekosistem mangrove juga dapat berfungsi
sebagai penahan abrasi yang disebabkan oleh gelombang dan
arus, selain itu ekosistem ini juga secara ekonomi dapat
38
dimanfaatkan sebagai kayu bakar, alat tangkap ikan, dan
bahan membuat rumah. Jenis kerapatan dan lingkar batang
mangrove terdapat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jenis Kerapatan dan Lingkar Batang Mangrove
St
1
Kabupaten
Rote Ndao
mt
mu
Lokasi
Spesies Dominan
541999
8828401
Daiama
Rhizophora stylosa
Kerapatan Lingkar
(ind/10 m2) Batang
8
80
Rhizophora
2
531454
8828331
Oen
apiculata
12
Sonneratia Alba
4
50
100
3
523921
8827578
Oenggae
Rhizophora apiculata
4
508176
8800261
Dombo
Sonneratia alba
4
180
5
508222
8800118
Dombo
Sonneratia alba
4
140
Rhizophora stylosa
3
60
Aegiceras floridum
2
120
Bruguiera spp
7
80
Osbornia octodonta
3
100
Ceriops tagal
9
50
Rhizophora spp
1
30
Osbornia octodonta
3
100
Ceriops tagal
9
50
56
40
6
7
Sabu Raijua
8
9
488216
8793572
372407
8839098
373184
Sumba Timur
258918
8839727
8897861
Oeseli
Seba
Heikatapu Aegialitis annulata
14
Sumber : Hasil Survey, 2011
Hutan mangrove di Provinsi NTT terdiri atas kurang lebih
9 (sembilan) famili yang terbagi dalam 15 (lima belas) spesies
antara lain Bakau Genjah (Rizhophora mucronata), Bakau Kecil
(Rizhophora apiculata), Bakau Tancang (Bruguiera spp), Bakau
Api-api (Avicennia spp), Bakau Jambok (Xylocorpus spp),
Bakau Bintaro (Cerbera manghas), dan Bakau Wande (Hibiscus
tiliaceus). Hasil analisis citra satelit resolusi tinggi Tahun 2011
mencatat luas mangrove di dalam kawasan TNP Laut Sawu
yaitu 5019,53 hektar dengan daerah yang mempunyai luasan
mangrove paling besar yaitu di Kabupaten Sumba Timur dan
di Kabupaten Rote Ndao (TNC Savu Sea, 2011).
3) Padang Lamun
Ekosistem padang lamun mempunyai peran yang sangat
penting.
Apabila
keanekaragaman
ditinjau
hayati,
dari
padang
beberapa
lamun
aspek
memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia diperkirakan
memiliki 13 (tiga belas) jenis lamun. Selain itu, padang lamun
juga merupakan habitat penting untuk berbagai jenis hewan
39
60
laut, antara lain ikan, moluska, krustasea, ekinodermata,
penyu, dan dugong. Lamun dapat juga mengurangi dampak
gelombang
pada
pantai
sehingga
dapat
membantu
menstabilkan garis pantai. Secara ekonomi, padang lamun
menyediakan berbagai sumberdaya yang dapat digunakan
untuk menyokong kehidupan masyarakat antara lain untuk
makanan, perikanan, bahan baku obat, dan pariwisata.
Ancaman terhadap ekosistem padang lamun ada beberapa
faktor antara lain perubahan fisik dasar laut, seperti erosi,
sedimentasi, dan pelumpuran yang mengurangi wilayah dan
kepadatan
tutupan
padang
lamun,
kekeruhan
yang
mempengaruhi kapasitas fotosintesis dan pertumbuhan pada
lamun, serta metode penangkapan ikan yang tidak ramah
lingkungan.
Hasil analisa citra satelit resolusi tinggi, lamun paling
banyak ditemukan di semua perairan Kabupaten Sumba
Timur, Kabupaten Sabu Raijua, dan Kabupaten Rote Ndao.
Total luasan daerah lamun di TNP Laut Sawu yaitu 5320,62
hektar. Sedikitnya terdapat 10 (sepuluh jenis) lamun dalam 2
famili di TNP Laut Sawu (TNC Savu Sea, 2011).
4) Habitat Perairan Dalam
Habitat perairan dalam TNP Laut Sawu terdiri dari
ambang laut dalam, selat, pulau samudera (oceanic island),
dan pulau satelit (satellite island). Ambang laut dalam
merupakan pematang bawah laut yang dapat membatasi aliran
air dalam antara dua lubuk laut. Sedangkan selat merupakan
terusan sempit yang menghubungkan dua masa air yang lebih
besar. Daerah ini penting sebagai daerah lintasan migrasi
setasea dan fauna besar laut lainnya. Pulau samudera
merupakan pulau-pulau terpencil yang dikelilingi oleh laut
dalam. Di kawasan TNP Laut Sawu sendiri, yang termasuk
pulau samudera yaitu Pulau Dana di Kabupaten Sabu Raijua.
Adapun Pulau Satelit menurut Kahn (2008) adalah pulau yang
terletak di dekat daratan utama akan tetapi pulau tersebut
terisolasi (terpisah) dari daratan utama itu karena berada
dekat kontur kedalaman 200 meter. Sebagian pulau-pulau di
40
TNP Laut Sawu merupakan pulau satelit, yang diidentifikasi
sebagai habitat dengan keanekaragaman hayati yang termasuk
komponen pesisir dan kelautan yang penting.
Upwelling musiman yang kuat di TNP Laut Sawu terjadi di
perairan Kupang sebelah barat, Rote sebelah barat, Sumba
Timur dan Manggarai serta Manggarai Barat pada bulan Mei
sampai dengan Oktober. Fenomena upwelling yang membawa
massa air laut bersuhu dingin dari dasar perairan yang kaya
akan nutrient ke perairan di atasnya menjadikan variasi suhu
yang tinggi di daerah perairan tersebut sehingga perairan
tersebut mempunyai produktivitas primer yang tinggi sehingga
ikan banyak berkumpul mencari makan di daerah ini dan juga
menjadikan
daerah
ini
tahan
terhadap
dampak
dari
pemanasan global sehingga menjadikan habitat vital seperti
terumbu karang lebih tahan terhadap fenomena pemutihan
(bleaching).
Habitat perairan dalam dan oseanografi di TNP
Laut Sawu sebagaimana terdapat pada Gambar 19.
Gambar 19. Peta habitat perairan dalam dan oseanografi di TNP
Laut Sawu (TNC Savu Sea Project, 2011)
b. Sebaran Biota Laut
1) Mamalia Laut
Selain sumberdaya hayati yang berada di wilayah pesisir,
wilayah Laut Sawu dikenal sebagai daerah migrasi mamalia
laut. Berdasarkan data dan informasi Benjamin Kahn (2009)
dan Pemetaan Partisipatif TNP Laut Sawu (2010), wilayah
41
perairan Laut Sawu khususnya TNP Laut Sawu mempunyai
koridor-koridor penting perlintasan mamalia laut. Perlintasanperlintasan tersebut penting artinya terkait dengan upaya
pengelolaan wilayah TNP Laut Sawu itu sendiri, sehingga perlu
mendapatkan perhatian. Di perairan TNP Laut Sawu ditemukan
mamalia laut sebanyak 22 spesies yang terdiri dari 14 spesies
paus, 7 spesies lumba-lumba, dan 1 spesies dugong (Ped-Soede,
2002; dan Kahn, 2005). Mamalia laut yang ditemukan di TNP
Laut Sawu sebagaimana terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8. Mamalia Laut yang ditemukan di TNP Laut Sawu
No
1
2
3
4
Nama Spesies
(ID)
Sperm whale
Dwarf sperm
whale
Pygmy sperm
whale
Short finned pilot
whale
Nama Ilmiah
Physeter
macrocephalus
Kogia sima
Kogia breviceps
Globicephala
macrorhyncus
5
Orca
Orcinus orca
6
False killer whale
Pseudorca crassidens
7
Pygmy killer whale
Feresa attenuata
8
Melon headed
whale
Peponocephala electra
9
Beaked whale
Mesoplodon spp.
10
Cuvier’s beaked
whale
11
Nama
Indonesia
Paus sperma
Paus sperma
cebol
Paus sperma
kerdil
Paus pemandu
sirip pendek
Paus
pembunuh
Paus
pembunuh
palsu
Paus
pembunuh
kerdil
Paus kepala
semangka
Nama
Lokal
Kote
kelema
Fefa
kumu
n/a
Temu
bela
Seguni
Temu
bela
Temu
kebung
Temu
kebong
Ika mea
Ziphius cavirostris
Paus paruh
cuvier
Ika mea
Bryde’s whale
Balaenoptera brydei
Paus bryde
n/a
12
Pygmy Bryde’s
whale
Balaenoptera edeni
Paus bryde
kecil
n/a
13
Blue whale
Paus biru
Lelangga
ji
14
Humpback whale
Paus bongkok
n/a
15
Spinner dholpin
Lumba-lumba
paruh panjang
Lumba-lumba
totol
Lumba-lumba
gigi kasar
Lumba-lumba
abu-abu
Lumba-lumba
hidung botol
Lumba-lumba
fraser
Temu
kira
Temu
kira
16
17
Pan-tropical
spotted dolphin
Rough-toothed
dolphin
Balaenoptera
musculus
Megaptera
novaeangliae
Stenella longirostris
Stenella attenuate
Steno bredanensis
18
Risso’s dolphin
Grampus griseus
19
Bottlenose dolphin
Tursiops truncates
20
Fraser’s dolphin
Lagenodelphis hosei
21
22
Indo-Pacific
bottlenose dolphin
Dugong
Tursiops aduncus
Dugong dugon
42
n/a
n/a
Temu
bura
n/a
Temu
notong
Secara khusus, Kahn (2005) melakukan pengamatan di
Laut Sawu dan menemukan beberapa jenis paus di Laut Sawu,
antara lain paus sperma (sperm whale), paus pembunuh kerdil
(pigmy killer whale), paus kepala semangka (melon headed
whale), paus bryde (Bryde’s
panjang
(spinner dolphin),
whale),
lumba-lumba paruh
lumba-lumba
totol
(pan-tropical
spotted dolphin), lumba-lumba gigi kasar (rough-toothed dolphin),
lumba-lumba abu-abu (risso’s dolphin), dan lumba-lumba
Fraser (Fraser’s dolphin).
Adapun pola gerakan paus yang
melintasi TNP Laut Sawu sebagaimana terdapat pada Gambar
20.
Gambar 20. Pola gerakan paus di Laut Sawu (Kahn, 2005).
Selain itu, Kahn juga mengamati gerakan/migrasi paus
dengan satelit tagging. Hasil pengamatannya menunjukkan pola
pergerakan paus biru dan paus sperma dari Solor dan Alor.
Paus Biru bergerak dari Selat Ombay ke Perairan Arafura,
sementara Paus Sperma bergerak dari Samudera Hindia ke Laut
Sawu. Selain itu juga direkam kegiatan Paus Biru di waktu
malam dan siang. Pada saat siang, paus tersebut berenang
hingga kedalaman 250 meter, sedangkan pada malam hari paus
tersebut berada di permukaan.
Berdasar data dan informasi yang diperoleh dari TNC Savu
Sea selama tahun 2009–2011 ditemukan beberapa jenis paus
selama
monitoring
dari
permukaan
air.
Mamalia
yang
ditemukan adalah jenis Paus Biru (Balaenoptera musculus),
43
Lumba–lumba Paruh Panjang (Stenella longirostris), Lumba–
lumba Abu-abu (Grampus griseus), dan 1 jenis paus tidak
teridentifikasi karena jauhnya jarak pengamatan. Paus Biru
(Balaenoptera musculus) yang ditemukan sebanyak 1 ekor. Hasil
monitoring yang dilakukan oleh TNC terhadap keberadaan Paus
di perairan Laut Sawu pada tanggal 23 Mei 2011 di perairan
Desa Uitiuhana, Kecamatan Semau Selatan, Kabupaten Kupang
sebagaimana terdapat pada Tabel 9.
Tabel 9. Monitoring Keberadaan Paus di Perairan Laut Sawu
Waktu /jam
Posisi
S-10.28287204°;
E123.42552764°
11.44–11.47 WITA
8.00 WITA
S-10.28176085°;
E123.42478945
S-10.28169388°;
E123.42490420°
S-10.32491173°;
E123.41491867°
Jenis paus dan arah pergerakan
Paus Biru berenang ke arah Utara
menuju
Pulau
Kambing,
Kecamatan Semau.
Arah pergerakan berenang ke arah
barat menuju Selat Tablolong
Arah pergerakannya menuju ke
Utara menuju Tanjung Akle
Arah pergerakan hanya berputar –
putar di Tanjung Akle dari selatan
ke timur
(jenis
paus tidak
teridentifikasi)
Sumber : Savu Sea Project - TNC, 2011
Lumba–lumba
Paruh
Panjang
(Stenella
longirostris)
ditemukan di Tanjung Kurus sebanyak 2 ekor pada pukul 16.49
WITA, tanggal 21 Mei 2011 dengan arah pergerakan dari utara
ke selatan pada titik koordinat S-9.814188° E123.626892°.
Sementara pada tanggal 23 Mei 2011 pada pukul 8.19 WITA,
Lumba–lumba Paruh Panjang ditemukan sebanyak 20 ekor di
Desa Soliu. Pada koordinat S-9.547476° E123.7595° dengan
arah pergerakan dari perairan dalam di bagian barat ke arah
timur dengan aktivitas mencari makan. Di perairan Desa
Batutua, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao
ditemukan Lumba–lumba Abu-abu (Grampus griseus) sebanyak
2 (dua) ekor pada koordinat S-10.87288° E123.00011° dengan
arah pergerakan dari timur (Desa Dolasi) ke arah barat (Desa
Oebou).
Hasil penelitian dengan metode pemetaan partisipatif
untuk
sebaran
mamalia
laut
dan
sebagaimana terdapat pada Gambar 21.
44
koridor
migrasinya
Gambar 21.
Peta Sebaran Mamalia Laut di TNP Laut Sawu (TNC
Savu Sea Project, 2011)
2) Penyu
Penyu adalah reptilia laut yang banyak ditemukan di
perairan Laut Sawu. Berdasar hasil survey yang dilakukan,
kawasan TNP Laut Sawu merupakan habitat bagi minimal 6
spesies penyu yaitu :
1. Penyu
hijau
(Chelonia
mydas)
ditemukan
di
perairan
Kabupaten Kupang, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Sabu,
Kabupaten Manggarai, Kabupaten Sumba, dan Kabupaten
Timur Tengah Selatan;
2. Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) ditemukan di perairan
Kabupaten Kupang, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Sabu,
Kabupaten Manggarai, Kabupaten Sumba, dan Kabupaten
Timur Tengah Selatan;
3. Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) ditemukan di perairan
Kabupaten Timur Tengah Selatan;
4. Penyu
belimbing
perairan
(Dermochelys
Kabupaten
Kupang,
coriacea)
ditemukan
Kabupaten
Sumba,
di
dan
Kabupaten Timur Tengah Selatan;
5. Penyu pipih (Natator depressus) ditemukan di perairan
Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Sabu;
6. Penyu tempayan (Caretta caretta) ditemukan di perairan
Sumba.
45
Monitoring
manta
tow
juga
berhasil
menemukan
keberadaan penyu dalam ekosistem terumbu karang. Lokasi
keberadaan penyu terdapat di Desa Nuca Molas di Kabupaten
Manggarai, dan di Desa Bolatena, Desa Rotedale, serta Desa
Bo’a di Kabupaten Rote Ndao dengan jenis Penyu Hijau
(Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dan
Penyu Lekang (Lepydochelys olivachea). Jenis Penyu Hijau
adalah jenis yang paling banyak ditemukan yaitu 9 (sembilan)
ekor, dengan lokasi di Desa Nuca Molas, Kabupaten Manggarai
sebanyak 8 (delapan) ekor dan Desa Bolatena, Kabupaten Rote
Ndao sebanyak 1 (satu) ekor.
Pada
jalur
manta
tow
ditemukan
Penyu
Sisik
(Eretmochelys imbricata) yang sedang melintas di Desa Nuca
Molas, Kabupaten Manggarai dan Desa Rotedale, Kabupaten
Rote Ndao sebanyak 2 (dua) ekor, sementara di Tanjung Bo’a,
Kabupaten Rote Ndao ditemukan Penyu Lekang yang sedang
melakukan perkawinan di permukaan air dengan kondisi
gelombang yang besar. Peta sebaran reptil di TNP Laut Sawu
sebagaimana terdapat pada Gambar 22.
Gambar 22. Peta Sebaran Reptil di TNP Laut Sawu (TNC Savu
SeaProject, 2011)
3) Large Fauna
Large Fauna merupakan biota target dalam monitoring
Manta Tow TNP Laut Sawu 2011 yang memiliki ukuran besar
46
serta memiliki peranan penting baik dalam sisi ekologis maupun
ekonomis di area terumbu karang. Biota yang menjadi target
pengamatan
antara
lain
jenis
Kerapu
(Grouper),
Humphead/Napoleon (Cheilinus undulatus), Hiu (Charcanidae),
Bumphead parrotfish (Bolbometopon muricatum), Pari Manta
(Manta byrostris),
Tuna
Sirip
Kuning
(Thunus albacores).
Monitoring Manta Tow yang dilakukan di 4 (empat) kabupaten
yaitu Kabupaten Kupang, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten
Manggarai, dan Kabupaten Manggarai Barat menemukan 4
(empat) jenis Large Fauna. Jenis yang ditemukan adalah
Bumphead parrotfish (Bolbometopon muricatum), Humphead
(Cheilinus undulatus), Grouper (Ephinephelus. spp) dan Hiu
(Negaprion
acuntides).
Bumphead
parrotfish
(Bolbometopon
muricatum) merupakan jenis yang paling banyak ditemukan,
baik lokasi maupun persebarannya.
banyak
ditemukan
di
Kabupaten
Jenis tersebut paling
Rote
Ndao.
Schooling
Bumphead parrotfish (Bolbometopon muricatum) di Kecamatan
Rote Barat Laut ditemukan di Desa Nembrala sebanyak 20 (dua
puluh) ekor, Pulau Ndo’o 4 (empat) ekor, Pulau Ndao 10
(sepuluh) ekor, Pulau Nuse 25 (dua puluh lima) ekor. Di
Kecamatan Rote Timur, jenis tersebut ditemukan di Desa
Sotimori sebanyak 20 (dua puluh) ekor. Humphead (Cheilinus
undulatus)
ditemukan
secara
individual.
Jenis
tersebut
ditemukan di Kabupaten Manggarai, Kabupaten Kupang, dan
Kabupaten Rote Ndao.
Adapun persebaran paling banyak
ditemukan di Desa Nuca Molas, Kecamatan Satarmese Barat,
Kabupaten Manggarai yaitu sebanyak 2 (dua) ekor dalam towing
yang berbeda. Di Kabupaten Kupang jenis tersebut ditemukan
sebanyak 1 (satu) ekor, yaitu di Desa Soliu, Kecamatan Amfoang
Barat Laut. Grouper (Ephinephelus. spp) ditemukan di Desa
Bo’a, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao
sebanyak 1 (satu) ekor. Estimasi ukuran tubuhnya lebih dari 40
(empat puluh) cm. Selain Grouper (Kerapu), di Pulau Ndana
ditemukan
pula
ikan
karang
Sweetlips
(Plectorincus
chaetodontoides) dengan ukuran lebih dari 40 (empat puluh) cm.
Ikan tersebut ditemukan sedang bergerombol dengan ikan
karang jenis Kakap/Snaper (Lutjanidae) yang ukurannya lebih
47
kecil dari Sweetlips. Hiu (Negaprion acuntides) ditemukan di
Desa Sotimori, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao
sebanyak 1 (satu) ekor. Berdasarkan informasi dari nelayan, hiu
yang ditemukan tidak temasuk dalam ikan target penangkapan
karena nilai ekonomisnya rendah. Selain itu, berdasarkan
informasi
yang
diperoleh,
Desa
Sotimori
dan
Desa
Bo’a
merupakan lokasi – lokasi penangkapan ikan bernilai ekonomis
tinggi di Kabupaten Rote Ndao, ketika musim angin barat.
Daerah tempat ditemukannya large fauna yaitu di area terumbu
karang. Bumphead parrotfish banyak terdapat di Pulau Ndo’o
dengan kondisi terumbu karang baik (sedang dan tinggi).
Bumphead
parrotfish
adalah
ikan
herbivora.
Ketersediaan
makanan menjadi faktor utama, sebab pada area terumbu
karang juga banyak ditemukan alga. Alga biasanya menempel
pada karang hidup, batu, dan pecahan karang. Kecuali di Pulau
Ndo’o,
lokasi
ditemukannya
large fauna
tidak
semuanya
memiliki tutupan terumbu karang yang baik (kategori; sedang,
tinggi, sangat tinggi). Large fauna ditemukan di lokasi tersebut
karena pada lokasi itu tersedia tempat berlindung. Grouper dan
Sweetlips menggunakan celah pada substrat batu sebagai
habitat. Berbeda dengan Tanjung Bo’a dan Pulau Ndana, Hiu di
Mulut Seribu menyamarkan keberadaanya pada substrat pasir.
3. Potensi Ekonomi
Berdasarkan perkembangan peranan masing-masing sektor
ekonomi, dalam kurun waktu tahun 2007–2009 dapat dilihat bahwa
sektor ekonomi yang dominan dalam perekonomian Provinsi NTT yaitu
sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor
jasa. Peranan dari ketiga sektor ini pada kurun waktu tahun 2007–
2009 merupakan yang terbesar, yaitu sekitar 88,34% dari seluruh
PDRB Provinsi NTT masing-masing tahun pada kurun waktu tersebut.
Meskipun cenderung terus menurun peranannya dalam kurun waktu
tahun 2007–2009, sektor pertanian masih merupakan yang paling
besar sumbangannya terhadap PDRB Provinsi NTT. Pada tahun 2007,
peranan nilai tambah bruto sektor pertanian sebesar 43,36% dari
seluruh nilai PDRB harga berlaku. Peranan tersebut kemudian terus
menurun hingga menjadi hanya sekitar 39,24% pada tahun 2009.
Gambaran ini memperlihatkan bahwa sektor pertanian meskipun
48
cenderung
melemah,
tetap
memegang
peranan
penting
dalam
perekonomian di wilayah ini.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan prospek
yang cukup menggembirakan. Peranan sektor ini sebesar 17,55%
terhadap
perekonomian
Provinsi
NTT.
Kemudian
pada
tahun
berikutnya, peranan sektor ini sedikit menurun menjadi sebesar
17,51%.
Akan
tetapi
kembali
meningkat
pada
tahun-tahun
berikutnya, hingga akhirnya mencapai 17,93% pada tahun 2009.
Demikian halnya peranan sektor jasa dalam perekonomian Provinsi
NTT, juga terlihat semakin meningkat pada kurun waktu tahun 2007–
2009.
Meskipun
menyumbang
pada
16,47%
tahun
2007
terhadap
sektor
PDRB
ini
Provinsi
hanya
mampu
NTT,
bahkan
kedudukannya lebih rendah dan tergeser oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebagai penyumbang kedua terbesar setelah sektor
pertanian, namun sejak diberlakukannya otonomi daerah sampai
dengan tahun 2008 dan berlanjut hingga tahun 2009 sumbangan
sektor ini terhadap PDRB Nusa Tenggara Timur kembali menduduki
urutan kedua terbesar dengan sumbangan sebesar 18,51% hingga
21,17 %.
Uraian singkat tersebut memperlihatkan bahwa peran dominan
sektor pertanian dalam perekonomian Provinsi NTT, tetap tidak
bergeser pada kurun waktu tahun 2000–2003. Sedangkan untuk
sektor dominan lain telah terjadi pergeseran posisi. Dominasi ketiga
sektor tersebut secara gabungan terhadap perekonomian Provinsi NTT
cenderung menguat. Hal ini ditunjukkan oleh semakin kecilnya
peranan sektor lain terhadap pembentukan PDRB Provinsi NTT dalam
kurun waktu tahun 2000–2002, meskipun peranan sektor lain ini
mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2003 menjadi 21,66%.
Setelah sempat terpuruk dengan pertumbuhan negatif pada
tahun 1998, perekonomian Provinsi NTT kembali membaik dengan
laju
pertumbuhan
pertumbuhan
pada
ekonomi
kurun
yang
waktu
semakin
tahun
meningkat.
2007–2009
Laju
memberi
pertumbuhan positif dengan kecenderungan yang relatif menguat.
Pada tahun 2009 laju pertumbuhan Provinsi NTT sedikit melemah
dengan pencapaian 5,87%. Sektor jasa selalu menempati sektor
dengan laju pertumbuhan paling tinggi, yaitu berkisar antara 9,31%
sampai dengan 13,39%. Selain itu, peran sektor ini merupakan sektor
49
yang memberi sumbangan kedua terbesar dalam perekonomian
Provinsi NTT.
Sektor bangunan dan sektor pertambangan dan penggalian
merupakan sektor yang mengalami kemunduran ekonomi paling
parah pada tahun 1998 dengan pertumbuhan masing-masing sebesar
minus 20,47% dan minus 19,46%. Akan tetapi pada kurun waktu
tahun 2007-2009, kedua sektor tersebut telah mampu bangkit dan
mengalami pertumbuhan yang cukup menyakinkan. Pada kurun
waktu tahun 2007–2009, pertumbuhan sektor bangunan berkisar
antara 0,48% hingga 2,00%, sedangkan pertumbuhan di sektor
pertambangan dan penggalian berkisar antara 7,02% hingga 2,50%.
Keduanya memiliki pola yang serupa yakni cenderung memiliki
pertumbuhan yang menguat .
Pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor dominan dan sektor jasa
pada kurun waktu yang sama ternyata cukup menggembirakan.
Sektor pertanian terus mengalami pertumbuhan yang menguat mulai
dari 2,35% hingga mencapai pertumbuhan sebesar 3,14%. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran meskipun pertumbuhannya sedikit
melemah
menjadi
sebesar
6,38%
pada
tahun
2009,
tetapi
pertumbuhan ini tercipta setelah mengalami kenaikan selama 3 (tiga)
tahun berturut-turut dari sebesar 4,18% pada tahun 2007 hingga
tumbuh sebesar 6,50% pada tahun 2009.
4. Potensi Sosial Budaya
a. Kependudukan
Berdasarkan data tahun 2011, total penduduk di Provinsi
NTT sebesar 4.683.827 jiwa dengan rasio 2.357.340 perempuan
dan 2.326.487 laki-laki. Kepadatan penduduk 99 jiwa per Km2,
dengan
laju
pertambahan
penduduk
2,07%
pertahun.
Berdasarkan data yang tersedia di Kabupaten/Kota yang wilayah
perairannya dalam dan sekitar TNP Laut Sawu, jumlah kecamatan
terbesar yang memiliki pantai ada di Kabupaten Kupang, yaitu
sebanyak 29 kecamatan yang mencakup 102 Desa/Kelurahan,
disusul Kabupaten Alor dengan 17 Kecamatan yang mencakup
107
Desa/Kelurahan,
Kabupaten
Sumba
Timur
dengan
15
Kecamatan yang mencakup 51 Desa/Kelurahan. Total penduduk
di Provinsi NTT sebesar 4.683.827 jiwa dengan kepadatan
50
penduduk 99 jiwa per km2 dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 2,07% per tahun (BPS Provinsi NTT, 2011).
TNP Laut
Sawu, memiliki cakupan 195 desa pesisir di 47 kecamatan.
1) Komposisi Penduduk
Komposisi
penduduk
Provinsi
NTT
menurut
umur,
memperlihatkan presentase penduduk usia antara 15-64 tahun
paling besar jumlahnya yaitu 57,73% (2.703.973 jiwa), dan
diikuti persentase anak-anak (0-14 tahun) sebesar 37,31%
(1.747.536 jiwa), sedangkan penduduk usia 65 tahun ke atas
paling kecil yakni 5,04% (236.065 jiwa) dari keseluruhan jumlah
penduduk Provinsi NTT. Tingkat kepadatan penduduk tahun
2011 menggambarkan bahwa rata-rata jumlah penduduk yang
adalah 99 (sembilan puluh sembilan) orang/km2.
Apabila
dilihat
tingkat
menurut
kabupaten/kota,
maka
rata-rata
kepadatan penduduk tertinggi berada di Kota Kupang yaitu
1.785 orang/km2. Adapun Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten
Sumba Tengah, dan Kabupaten Kupang merupakan kabupaten
dengan
tingkat
kepadatan
penduduk
terendah
yaitu
33
orang/km2, 33 orang/km2, dan 56 orang/km2.
2) Ketenagakerjaan
Persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja
pada kabupaten yang terdapat didalam kawasan TNP Laut Sawu
secara umum mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2009, persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia
kerja yaitu sebesar 60,46%, namun di tahun 2010 meningkat
menjadi 62,61% atau meningkat 2,15% dari tahun sebelumnya.
Tahun 2011 persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia
kerja kembali mengalami penurunan menjadi 61,25% dari
tahun sebelumnya. Persentase terbesar terjadi di Kabupaten
Sumba Tengah yaitu sebesar 64,29%, sedangkan persentase
terkecil terjadi di Kabupaten Sumba Timur yaitu sebesar
60,36%. Berdasar data tahun 2011 yang diperoleh dari Survey
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), diketahui bahwa jumlah
angkatan kerja pada tahun 2009 hingga tahun 2011 mengalami
fluktuasi, namun jumlah angka pengangguran
di kabupaten-
kabupaten di kawasan TNP Laut Sawu mengalami penurunan.
Jumlah angka pengangguran pada tahun 2009 sebanyak
51
89.395 jiwa, sementara pada tahun 2010 jumlahnya menurun
menjadi 71.152 jiwa atau turun sebanyak 18.243 jiwa, jumlah
tersebut kembali mengalami penurunan jumlah pada tahun
2011 sebesar 13.153 jiwa menjadi 57.999 jiwa.
Jumlah penduduk yang bekerja menurut data SAKERNAS
2011 menunjukkan persentase terbesar lapangan perkerjaan
berada pada sektor pertanian, kehutanan dan perkebunan
sebesar
64,89%
atau
sebesar
1.360.265
jiwa,
sementara
persentase terkecil 0,12% atau 2.420 jiwa pada sektor listrik,
gas, dan air. Jumlah penduduk bekerja menurut lapangan
pekerjaan utama pada tahun 2009 sebesar 2.086.105 jiwa,
sementara pada tahun 2010 jumlahnya menurun menjadi
2.061.229 jiwa atau turun sebesar 24.876 jiwa. Pada tahun
2011, jumlahnya kembali meningkat menjadi 2.096.259 jiwa
atau naik 35.030 jiwa dari tahun sebelumnya. Jumlah dan
Proporsi Tenaga Kerja menurut Usaha tahun 2011 sebagaimana
terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah dan Proporsi Tenaga Kerja menurut Usaha
Tahun 2011
No
Lapangan Usaha
1
Pertanian,
Kehutanan,
Perkebunan, Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian
3 Industri Pengolahan
4 Listrik, Gas & Air
5 Konstruksi / Bangunan
6 Perdagangan
7 Komunikasi,
Angkutan
dan
pergudangan
8 Keuangan
9 Jasa-jasa Kemasyarakatan
10 Lainnya
Jumlah
2010
2009
Tahun 2011
Jumlah
Persentase (%)
1.360.265
64,89
23.627
124.697
2.420
59.405
147.439
87.407
1,13
5,95
0,12
2,83
7,03
4,17
20.810
270.189
2.096.259
2.061.229
2.086.105
0,99
12,89
100,00
100,00
100,00
Sumber : NTT dalam angka Tahun 2012
Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih
merupakan sektor andalan sebagian besar masyarakat Provinsi
NTT, meskipun bersifat fluktuatif sesuai musim tanam. Di
penghujung musim penghujan pada bulan Februari, jumlah
tenaga
kerja
pada
sektor
pertanian
menunjukkan
kecenderungan meningkat, karena sebagian tenaga kerja yang
sebelumnya bekerja pada sektor lain seperti tenaga buruh di
52
sektor kontruksi dan tenaga kerja informal di sektor jasa akan
beralih pekerjaan ke sektor pertanian. Namun demikian, pada
bulan Agustus yang merupakan awal musim kemarau, aktifitas
sektor pertanian mengalami penurunan, dan akan di ikuti
dengan pengalihan pekerjaan dari tenaga kerja sektor pertanian
ke sektor kontruksi dan tenaga kerja informal di sektor jasa.
Jumlah
pencari
kerja
yang
terdaftar
dan
dapat
ditempatkan pada tahun 2011, mencapai 37.535 jiwa.
Rata-
rata upah yang diterima masyarakat pada kawasan yang masuk
dalam TNP Laut Sawu adalah Rp. 895.000,- di Kabupaten
Sumba Barat, Rp. 905.000,- di Kabupaten Sumba Timur, Rp.
1.115.000,- di Kabupaten Kupang, Rp. 977.250,- di Kabupaten
Timur
Tengah
Manggarai,
Selatan,
Rp.
868.000,-
Rp.
di
1.017.000,Kabupaten
di
Rote
Kabupaten
Ndao,
Rp.
1.196.000,- di Kabupaten Manggarai Barat, Rp. 874.500,- di
Kabupaten Sumba Tengah, Rp.893.000,- di Kabupaten Sumba
Barat Daya.
Adapun UMR pada Provinsi NTT adalah Rp.
850.000,-.
3) Rumah Tangga Perikanan
Dilihat dari data tahun 2011, jumlah rumah tangga
perikanan (RTP) yang berada di pantai pada 10 (sepuluh)
kabupaten yang berada di dalam Kawasan TNP Laut Sawu
sebagai berikut:
a) Kabupaten Kupang, sebanyak 1.399 KK;
b) Kabupaten Rote Ndao, sebanyak 1.247 KK;
c) Kabupaten Manggarai, sebanyak 1.162 KK; dan
d) kabupaten lainnya, masing-masing kurang dari 1.000 KK.
Populasi nelayan sebanyak 5% dari total penduduk Provinsi
NTT.
Jumlah nelayan cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Namun demikian, sebagian besar nelayan tersebut baru
mampu beroperasi di wilayah perairan pantai sejauh kurang
dari 12 mil. Operasi penangkapan kebanyakan dilakukan secara
harian (one day fishing operation) karena sebagian besar hanya
memiliki perahu tanpa motor dan motor tempel. Perairan di luar
12 mil hingga batas Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI)
hampir belum terjamah oleh nelayan yang berdomisili di
53
Provinsi NTT. Jumlah armada penangkapan di 10 (sepuluh)
kabupaten yang wilayah perairannya berada di dalam Kawasan
TNP Laut Sawu terbanyak berada di Kabupaten Kupang yaitu
682 (enam ratus delapan puluh dua unit), diikuti Kabupaten
Rote Ndao sebanyak 482 unit, Kabupaten Manggarai Barat
sebanyak
394
(tiga
ratus
sembilan
puluh
empat)
unit,
Kabupaten Manggarai sebanyak 372 (tiga ratus tujuh puluh
dua) unit, Kabupaten Sumba Barat sebanyak 246 (dua ratus
empat puluh enam) unit, Kabupaten Sumba Timur sebanyak
219 (dua ratus sembilan belas) unit armada, dan di Kabupaten
Timur Tengah Selatan, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten
Sabu Raijua, dan Kabupaten Sumba Barat Daya masing-masing
kurang dari 100 (seratus) unit.
Kondisi
wilayah
kepulauan
dengan
tempat-tempat
pendaratan illegal yang tersebar menyulitkan pencatatan jumlah
ikan yang didaratkan maupun yang di kirim ke luar wilayah.
Hingga saat ini, di Provinsi NTT baru terdapat 1 (satu)
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan 6 (enam) Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) yang tersebar di beberapa kabupaten.
Dengan sangat terbatasnya jumlah pelabuhan perikanan dan
tenaga pengawas sumberdaya, praktek illegal, unreported and
unregulated
fishing
(IUU
fishing)
masih
sangat
tinggi.
Meningkatnya kegiatan yang merusak memberikan dampak
pada kelestarian ekosistem laut dangkal, terutama mangrove
dan terumbu karang. Tingkat kerusakan untuk kedua jenis
ekosistem pantai tersebut rata-rata mencapai 70%.
Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa alat
penangkapan ikan yang digunakan terdiri atas 9 (sembilan)
jenis yang terdiri dari pukat kantong, pukat cincin, jaring
insang, jaring angkat, pancing, perangkap, alat pengumpul, alat
penangkap, dan lain-lain (jala tebar, garpu dan tombak).
Berdasar data jumlah produksi dan nilai produksi perikanan
tangkap tahun 2011, diketahui bahwa jumlah dan nilai
produksi perikanan tangkap terbesar berada di Kabupaten
Kupang dengan jumlah produksi sebanyak 8.389 ton, diikuti
Kabupaten
Manggarai
sebanyak
3.749,5
ton,
sementara
Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 3.553,4 ton, Kabupaten
54
Rote Ndao sebanyak 1.516,7 ton, Kabupaten Sumba Timur
1.468.8 ton, Kabupaten Sumba Barat sebanyak 1.320,4 ton,
diikuti Kabupaten Sumba Barat Daya sebanyak 799,2 ton,
Kabupaten Timor Tengah Selatan sebanyak 559,9 ton, dan
Kabupaten Sumba Tengah memiliki jumlah terkecil sebanyak
404,1 ton.
Sektor industri perikanan yang terdapat di kawasan
kabupaten yang wilayah perairannya termasuk dalam TNP Laut
Sawu kondisinya cukup beragam, berupa industri perorangan
maupun perusahaan. Industri perikanan baik yang dikelola oleh
perorangan maupun perusahaan dapat dikelompokkan menjadi
jenis
usaha
penampungan.
berkembang
perikanan
Jenis
pesat
budidaya,
perikanan
yaitu
pengolahan,
budidaya
budidaya rumput
di
laut
laut.
dan
yang
Perairan
Provinsi NTT sangat cocok untuk budidaya rumput laut karena
memiliki salinitas yang tinggi dan stabil sepanjang tahun. Selain
itu, perairannya jernih dan bebas cemaran. Selama periode
tahun 2000-2007, produksi rumput laut meningkat dengan
pesat karena pemeliharaannya relatif mudah, investasi yang
relatif rendah, tersedianya pasar untuk produk, serta cepat
menghasilkan uang, sehingga menarik minat masyarakat untuk
membudidayakannya. Selama kurun waktu tersebut, jumlah
pembudidaya meningkat dengan pesat. Jumlah ini diperkirakan
akan terus bertambah dengan semakin banyaknya nelayan kecil
yang beralih menjadi pembudidaya ikan. Selain itu, petani lahan
kering yang tinggal di desa-desa pesisir banyak yang beralih ke
budidaya rumput laut karena kegiatan ini dapat dilaksanakan
hampir sepanjang tahun.
b. Kondisi Sosial dan Budaya
Provinsi NTT memiliki keragaman suku, bahasa dan
kesenian daerah di setiap wilayahnya. Hal ini ditunjukkan dengan
begitu banyaknya suku bangsa yang mendiami setiap daerah di
Provinsi NTT. Persebaran suku bangsa di Provinsi NTT sangat
dipengaruhi oleh letak geografis Provinsi NTT yang terdiri dari
begitu banyak pulau. Sebagai contoh, di Pulau Timor, terdapat
Suku Helong, Suku Dawan, Suku Tetun, Suku Kemak, dan Suku
Marae, di Pulau Rote terdapat Suku Rote, di Pulau Flores terdapat
55
Suku Manggarai Riung, Suku Ngada, Suku Ende Lio, Suku
Nagekeo, Suku Sikka-Krowe Muhang, Suku Lamaholot, Suku
Kedang, dan Suku Labala. Selain itu di pulau-pulau lainnya,
terdapat beranekaragam suku bangsa. Secara terperinci, sukusuku bangsa yang mendiami pulau-pulau yang ada di Provinsi
NTT berdasarkan tempat asal sebagaimana terdapat pada Tabel
11.
Tabel 11. Suku Bangsa di NTT berdasarkan Tempat Asal
No
1
Nama Suku
Dawan
2
Suku Helong
3
4
5
6
Tetun
Kemak
Marae
Rote
7
Sabu
8
Sumba
9
14
Manggarai
Riung
Ngada
Ende Lio
Nagekeo
Sikka-Krowe
Muhang
Lamaholot
15
16
17
Kedang
Alor
Labala
10
11
12
13
Tempat Asal
Pulau Timur di Kabupaten Kupang (Kecamatan
Amarasi, Amfoang, Kupang Timur, Kupang Tengah),
Kabupaten Timur Tengah Selatan, Kabupaten Timur
Tengah Utara dan Kabupaten Belu (bagian perbatasan
dengan Kabupaten Timur Tengah Utara)
Pulau Timor di Kabupaten Kupang ( Kec. Kupang
Tengah dan Kupang Barat) Pulau Semau di Kabupaten
Kupang
Pulau Timor di Kabupaten Belu
Pulau Timor di Kabupaten Belu
Pulau Timor di Kabupaten Belu
Pulau Rote di Kabupaten Rote Ndao Pulau Timor
(sepanjang pantai utara) dan Pulau Semau di
Kabupaten Kupang
Pulau Sabu dan Pulau Raijua di Kabupaten Sabu
Raijua Beberapa daerah di Pulau Sumba
Pulau Sumba (Kabupaten Sumba Timur, Sumba
Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya)
Pulau Flores di Kabupaten Manggarai, Kabupaten
Manggarai Timur dan Kabupaten Manggarai Barat
Pulau Flores di Kabupaten Ngada
Pulau Flores di Kabupaten Ende
Pulau Flores di Kabupaten Nagekeo
Pulau Flores di Kabupaten Sikka
Pulau Flores, Pulau Adonara dan Pulau Solor di
KabupatenFlotim
(Sebagian
pulau
Lomblen
di
Kabupaten Lembata
Pulau Lomblen (ujung timur) di Kabupaten Lembata
Pulau Alor di Kabupaten Alor
Pulau Lomblen (ujung selatan) di Kabupaten Lembata
Sumber: Taman Budaya NTT, 2010
Berdasarkan data dari Provinsi NTT dalam angka Tahun
2012, tingkat pendidikan untuk angkatan kerja di Provinsi NTT
sebagai berikut:
1) 63,5% berpendidikan SD kebawah;
2) 15,26% berpendidikan SLTP;
3) 21,59% berpendidikan SLTA keatas.
Berdasarkan informasi data tersebut maka peningkatan kualitas
tenaga kerja perlu menjadi perhatian dalam rangka pertumbuhan
ekonomi daerah ke depan.
56
Pada tahun 2008 rata-rata angkatan kerja di Provinsi NTT
ditinjau dari tingkat pendidikan yang tidak/belum pernah sekolah,
tidak/belum pernah tamat SD, meningkat dari tahun sebelumnya
yaitu 70,99% pada tahun 2007 menjadi 71,83% pada tahun 2008.
Dengan demikian peningkatan kualitas tenaga kerja perlu menjadi
perhatian dalam rangka pertumbuhan ekonomi daerah ke depan.
Tingkat
produktifitas
tenaga
kerja
diperoleh
dengan
membandingkan PDRB harga konstan menurut sektor pada tahun
tertentu dengan jumlah tenaga kerja yang berkerja pada sektor
tersebut, dengan demikian kita dapat mengetahui berapa rupiah
yang dihasilkan per tenaga kerja pada sektor tersebut.
Setiap suku yang mendiami daerah-daerah di Provinsi NTT
juga memiliki bahasa daerah yang beda-beda pula. Bahasa daerah
merupakan alat komunikasi yang sangat vital dan digunakan oleh
setiap suku dalam berinteraksi, melakukan kegiatan-kegiatan
ritual/keagamaan, upacara/pesta adat dan lain sebagainya.
Secara geografis, bahasa daerah berdasarkan tempat asal di
seluruh wilayah di Provinsi NTT sebagaimana terdapat pada Tabel
12.
Tabel 12. Bahasa Daerah di NTT berdasarkan Tempat Asal
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama Bahasa Daerah
Tempat Asal
Bahasa
Kupang,
Melayu
Kupang,
Dawan, Helong, Tetun
Bahasa Rote
Bahasa Tewo Kedebang, Blagar, Lamuan
Abui, Adeng, Katola, Taangla, Pui,
Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule,
Aluru, Kayu, Kaileso
Bahasa Sabu
Bahasa Melayu, Larantuka, Lamaholot,
Kedang, Krawe, Palue, Sikka, Lio, Lio
Ende, Nagekeo, Ngada, Ramba, Ruteng,
Manggarai, Bajo, Komodo
Bahasa Kambera, Wewewa, Anakalang,
Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli,
Kodi
Bahasa Tewo Kedebang, Blagar, Lamuan
Abui, Adeng, Katola, Taangla, Pui,
Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule,
Aluru, Kayu, Kaileso
Pulau Timor dan pulau-pulau
kecil di sekitarnya
Pulau Rote
Pulau Alor dan pulau-pulau
di sekitarnya
Pulau Sabu dan Raijua
Pulau Flores dan pulau-pulau
sekitarnya
Pulau Sumba dan pulaupulau kecil di sekitarnya
Pulau Alor dan pulau-pulau
di sekitarnya
Sumber: Taman Budaya NTT, 2011
Keanekaragaman suku bangsa dan bahasa daerah di setiap
wilayah Provinsi NTT juga sangat mempengaruhi kesenian daerah
yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah. Setiap daerah di Provinsi NTT
memiliki kesenian antara lain tarian daerah, lagu daerah, alat
57
musik daerah, dan seni tenun ikat daerah yang memiliki
karakteristik dan perbedaan satu dengan lainnya. Kesenian
daerah tersebut digunakan oleh setiap suku di Provinsi NTT dalam
melaksanakan acara-acara ritual/keagamaan, upacara adat, pesta
perkawinan, penyambutan tamu, dan lain sebagainya.
Masyarakat pesisir sekitar Laut Sawu memiliki sejumlah
kearifan
lokal
dalam
Kearifan
lokal
masyarakat
pemanfaatan
pemanfaatan
sumberdaya
pesisir
sumberdaya
di
perikanan
Provinsi
dapat
perikanan.
NTT
dijumpai
dalam
pada
masyarakat Belong di Kabupaten Kupang, dan masyarakat
Sumba, masyarakat Alor, masyarakat Solor, masyarakat Rote,
masyarakat Timor
dan masyarakat Lamalera di Kabupaten
Lembata. Beberapa dari kearifan lokal ini sudah mengalami
degradasi, namun masih ada yang tetap eksis sampai saat ini.
Tradisi penangkapan paus secara tradisional oleh masyarakat
Lamalera di Kabupaten Lembata merupakan salah satu kearifan
lokal yang masih berlaku sampai dengan saat ini. Tradisi
perburuan paus oleh masyarakat Lamalera di Kabupaten Lembata
sudah berlangsung ratusan tahun sejak nenek moyang mereka
dan tetap mempertahankan ketradisionalannya hingga saat ini.
Masyarakat Timor/Atoni Pah Meto, hidup dalam kultur
lahan kering dan terikat pada ritus-ritus tertentu. Aktifitas yang
berkaitan dengan peri kehidupan dan kemasyarakat selalu
didahului dengan ritual tertentu, antara lain tait nuta ma nopo
(membakar tebasan), tsifo nopo (mendinginkan lahan yg sudah
dibakar), tsimo suan (memilih bibit dan menanam), toil ulan
(mendatangkan hujan), tofa lele (membersihkan lahan), eka hoe
(membendung aliran air), tatam pen tauf (persembahkan hasil
panen).
Falsafah hidup masyarakat Rote erat kaitannya dengan
pohon lontar. Seluruh bagian dari pohon lontar menjiwai sebagian
besar perikehidupan kemasyarakatan orang Rote. Falsafah ini
membuat Masyarakat Rote menjadi orang yang pekerja keras
untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan.
Pola
hidup
kebaharian telah dianut oleh masyarakat Lamaholot sejak dulu
kala.
Pemanfaatan
hasil
laut
diutamakan
pula
untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kewajiban menjaga
58
keseimbangan dengan menerapkan hak, kewajiban, dan larangan
dalam pemanfaatan hasil laut. Hak yang dimaksud merupakan
hak adat yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat.
Adapun kewajibannya antara lain harus menjaga kelestarian
lingkungan laut. Sedangkan larangan antara lain berupa daerah
tangkapan dan jenis ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap.
Peran musyawarah adat akan sangat menentukan dalam setiap
hal yang terjadi dalam pemanfaatan hasil laut tersebut.
c. Kearifan Lokal
Kearifan
lokal
adalah
pandangan
hidup
dan
ilmu
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam
bahasa
asing
setempat
sering
“local
juga
wisdom”
dikonsepsikan
atau
sebagai
pengetahuan
kebijakan
setempat
“local
knowledge” atau kecerdasan setempat “local genious”. Wilayah
Perairan Laut Sawu ternyata menyimpan banyak peninggalan
kebajikan
yang
jika
difungsikan
memiliki
potensi
untuk
melindungi upaya pelestarian lingkungan khususnya konservasi
laut. Saat ini upaya revitalisasi mutlak diperlukan, hal tersebut
penting guna menghidupkan kembali muatan lokal berbasis
kebudayaan dan kebijakan yang secara partisipatif melibatkan
masyarakat agar proses implementasi pelestarian lingkungan
dapat tumbuh dan berkembang kembali dalam pola kehidupan
masyarakat.
Berdasar hasil pengamatan yang telah dilakukan di
lapangan, terdapat tidak kurang dari 20 kearifan lokal yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat desa pesisir di TNP Laut
Sawu. Salah satu contohnya adalah kebudayaan Hohorok yang
menyebar pada beberapa desa pesisir di Kabupaten Rote Ndao,
Dawwu dan Pudhi Dahi di Kabupaten Sabu Raijua, Mehing Parotu
di Dataran Sumba, Banu di Kabupaten Timor Tengah Selatan
serta Nempung Cama dan Nareng di Kabupaten Manggarai dan
Kabupaten Manggarai Barat.
Salah satu tujuan pengembangan TNP Laut Sawu adalah
pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat. Potensi kearifan lokal
yang ada di masyarakat dapat menjadi salah satu faktor
59
pendukung
terlaksananya
kearifan lokal, maka
tujuan
ini.
Dengan
merevitalisasi
masyarakat dapat ikut serta mendukung
upaya perlindungan terhadap sumberdaya pesisir dan laut yang
ada di desa pesisir pada kawasan TNP Laut Sawu.
Kawasan Perairan Laut Sawu memiliki banyak kawasan
larang ambil yang diatur melalui ragam peraturan adat beserta
perangkat adat yang ada didalamnya. Kawasan larang ambil ini
juga memiliki ragam ritual yang dilakukan pada setiap musim
menjelang turun ke laut. Sebagai upaya pengembangan kawasan
TNP Laut Sawu, dilakukan proses identifikasi ragam kearifan lokal
yang terdapat di dalam kawasan TNP Laut Sawu. Proses
identifikasi kearifan lokal dilakukan dengan mendatangi dan
melakukan wawancara dengan para narasumber yang dianggap
memiliki banyak informasi mengenai bentuk ritual adat ataupun
kebiasaan turun temurun yang ada pada suatu tempat ataupun
kawasan dan pemetaan lokasi kearifan lokal.
1) Kabupaten Kupang
Kabupaten Kupang memiliki kearifan lokal yang disebut
dengan Lilifuk/Niful Loles. Lilifuk/Niful Loles yang dalam bahasa
Dawan artinya kolam adalah daerah cekung pada permukaan
dasar perairan pantai yang masih tergenang air laut pada saat
surut tertinggi. Kondisi tergenangnya air laut pada saat surut
ini menyerupai kolam besar di laut. Lilifuk/Niful Loles terbentuk
dengan diprakarsai oleh salah satu suku adat yang ada di Desa
Kuanheum yakni Suku Baineo. Menurut sejarahnya, Suku/klan
Baineo memiliki hak penuh terhadap lilifuk/Nifu Loles namun
dengan diawali perang antar Suku Baineo dengan Suku Lai
Kopan (Suku di Desa Bolok) dalam memperebutkan tiga
gugusan lokasi yang terhitung dari lokasi perairan pantai
(Tinmau). Tinmau adalah sebuah kolam yang sederetan dengan
Lilifuk/Nifu Loles dengan kedalaman lebih dari 15 meter,
berbentuk lingkaran yang berdiameter ± 500 meter dan dasar
kolam terdapat ekosistem terumbu karang.
Sejak Suku Baineo menguasai Lilifuk/Nifu Loles maka
pengelolaannya pun diatur berdasarkan kesepakatan adat suku
Baineo.
Selain
itu
juga
terdapat
pengelolaan lilifuk ini antara lain:
60
ragam
larangan
dalam
a) bahwa setiap orang dilarang masuk dan mengambil ikan di
dalam Lilifuk/Nifu Loles sampai dengan batas waktu yang
ditentukan;
b) masa panen Lilifuk/Nifu Loles dilaksanakan satu kali dalam
setahun, kebiasaan setahun sekali ini dikenal dengan istilah
TUT NIFU, namun yang sekarang menjadi wacana adalah
panen Lilifuk dilakukan 2 tahun sekali yaitu pada bulan Juni
dan bulan Desember;
c) pada saat panen Lilifuk/Nifu Loles diharuskan memberi
undangan kepada desa-desa tetangga; dan
d) upeti/kontribusi
bagi
suku
Baineo
selaku
pemilik
Lilifuk/Nifu Loles pada saat panen adalah beberapa ekor ikan
yang diambil dari hasil tangkapan setiap undangan yang
datang dalam istilah adatnya adalah TANAIB IKA artinya
seikat ikan.
Semua larangan tersebut ditetapkan dalam sebuah
upacara ritual yang dikenal dengan istilah adat yakni TASAEB
TALAS yang artinya mendirikan rambu-rambu. Sedangkan
sanksi yang dijatuhkan kepada pelanggar adalah, apabila ada
oknum-oknum
yang
kedapatan
melanggar
maka
akan
dikenakan sanksi berupa denda 1 (satu) ekor hewan yaitu
sapi, babi atau kambing. Sementara itu bagi pelaku yang
melakukan pencurian ikan di Lilifuk/Nifu Loles pada masa
penutupan akan dikenakan sanksi adat berupa 1 (satu) ekor
babi dan beras 100 (seratus) kg dan bagi pelaku yang
menggunakan
pukat
garu
yang
dapat
mengakibatkan
rusaknya Lilifuk/Nifu Loles akan dikenakan sanksi adat
berupa uang Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
2) Kabupaten Sabu Raijua
Kabupaten Sabu Raijua merupakan daerah yang
memegang teguh tradisi adatnya, banyak kearifan lokal yang
dimiliki kabupaten ini antara lain:
a) Kowa Hole
Masyarakat Sabu memiliki ritual Hole (merupakan
aktifitas kehidupan berdasarkan jadwal tertentu seperti
memanggil nira, memanggil hujan, menolak kekuatan gaib,
atau keseluruhan upacara dari mulai menanam, memanen
61
sampai pada persembahan hasil panen), yang merupakan
ritual puncak dari sebagian besar ritual dalam kebudayaan
orang sabu. Hole menggambarkan cognitive culture atau
orientasi budaya yang merupakan pandangan hidup yang
membentuk sikap individual maupun sikap sosial dan
kultural.
Hole
juga
dijadikan
landasan
berkomunikasi
simbolik melalui ungkapan syair-syair juga melalui simbol
artefak dalam konteks kulturalnya. Hole dalam konteks
internal menggambarkan budaya kognitif individual yang
membimbing bagaimana individu dalam tata kehidupan
sosial.
Dalam konteks eksternal, Hole merupakan aspek
sosial budaya yang masyarakat Sabu ciptakan dalam relasi
antar personal dengan orang lain, sehingga peta kognitif
masyarakat Sabu menghayati hole sebagai sebuah ungkapan
syukur bagi kemakmuran manusia, hewan dan tumbuhan
yang dalam satu kesatuan karena telah memberikan mereka
kehidupan. Upacara ini masih tetap terjaga, terutama yang di
lakukan oleh masyarakat di Kecamatan Sabu Liae yang
bertujuan untuk memanggil nira, hujan, dan menolak
kekuatan gaib. Sejak kegiatan menanam, memanen, sampai
pada persembahan hasil panen baik untuk hasil darat
maupun laut, ritual ini harus dilakukan sekali dalam setiap
tahun pada bulan april.
Proses pengambilan karang yang akan digunakan
untuk kapur sirih adalah sebuah keunikan tersendiri yang
dimiliki masyarakat Sabu. Pengambilan karang ini hanya
boleh
dilakukan
satu
kali
dalam
setahun
dengan
menggunakan Kowa (perahu). Ritual ini adalah sebuah
kegiatan yang berbentuk pelepasan kowa (perahu) kepada
Rutay sang penguasa laut yang berisi hasil panen. Hal ini
dilakukan sebagai upaya permohonan untuk menghindari
terjadinya keburukan keburukan yang dapat ditimbulkan
akibat kurangnya rasa bersyukur serta harapan agar sang
penguasa laut akan menerima persembahan tersebut dan
melimpahkan
hasil
laut
memberikan persembahan.
62
untuk
penduduk
yang
telah
Ada hal yang menarik dalam ritual ini yakni adalah
papan perahu yang digunakan akan kembali lagi ke tepi
pantai dan untuk selanjutnya digunakan kembali dalam
pelepasan perahu ditahun yang akan datang. Pada prosesi ini
sebelum perahu dilepas ke pantai dilakukan pembacaan
syair-syair yang mengisahkan puji-pujian kepada Rutay dan
setelah upacara pelepasan selesai dilakukan para peserta
harus
segera
pulang
dan
dilarang
untuk
menoleh
ke
belakang.
b) Larangan penggunaan akar tuba
Di Desa Limaggu terdapat aturan adat yang tidak
membolehkan digunakannya akar tuba (Dawwu) dalam setiap
proses penangkapan dan masih di desa ini juga terdapat
suatu wilayah yang sakral atau wilayah suci yang tidak boleh
dimasuki
sembarangan
yang
dapat
digunakan
sebagai
sumber ikan (Menangalea).
c) Panadahi
Pulau Raijua memiliki kearifan lokal yang disebut
Panadahi, yang merupakan konsep Meting yang merupakan
bentuk
lain
untuk
mempertahankan
keberlangsungan
sumber daya yang ada dilaut.
Meting merupakan suatu kegiatan mencari ikan di
pantai
pada
saat
kondisi
surut/meting
yang
sudah
berlangsung secara turun temurun di hampir seluruh daerah
Provinsi NTT, akan tetapi ada keunikan di Raijua, untuk
menjaga
agar
kelangsungan
tangkapan
terus
terjaga
masyarakat disini melakukan proses buka tutup lahan untuk
meting.
Suatu lahan di kawasan perairan akan dimanfaatkan
selama
dua
tahun
dan
kemudian
untuk
dua
tahun
berikutnya kawasan tersebut akan ditutup dan masyarakat
disana berdasarkan kesepakatan yang dilakukan bersama
dan disahkan oleh ketua adat dilarang untuk melakukan
proses penangkapan disana.
Proses pembukaan dan penutupan kawasan tersebut
berdasarkan hasil pengamatan para tetua adat setelah
melakukan serangkaian ritual upacara tradisional dan hanya
63
tetua adat yag berhak untuk menentukan kapan waktu
untuk proses panadahi tersebut dimulai.
d) Kati Dana
Penduduk Raijua percaya jika ruh para leluhur ada
selalu menjaga dan mengawasi segala bentuk kegiatan yang
mereka lakukan sehari-hari. Ruh para leluhur ini diyakini
berdiam di Pulau Dana yang merupakan pulau terluar yang
ada di bagian selatan Kabupaten Sabu Raijua.
Sebagai
salah
satu
ungkapan
rasa
syukur
dan
terimakasih karena telah menjaga dan menjauhkan mereka
dari marabahaya maka penduduk yang ada di Kabupaten
Sabu Raijua secara rutin setiap tahunnya antara bulan Juni–
Juli mengadakan upacara adat yang disebut dengan Kati
Dana.
Prosesi yang dimulai dengan bersama-samanya para
penduduk ini mengarahkan perahu mereka ke Pulau Dana
dengan membawa beragam persembahan seperti daging sapi,
ayam, atau apapun yang dapat dimakan yang ditujukan
sebagai penghormatan kepada para leluhur atas kemurahan
hatinya
membolehkan
hasil
yang
ada
dilaut
dapat
dimanfaatkan.
Sesampainya di Pulau Dana maka para penduduk
Raijua akan melakukan doa bersama dan juga makan
bersama dengan para leluhur yang ditunjukkan dengan
melabuhkan bahan makan kelautan bebas.
e) Peluru Ruju
Sebagai salah satu perairan yang memiliki padang
lamun dalam kondisi baik, menjadikan perairan Pulau Raijua
menjadi salah satu habitat dugong. Hal inilah yang kemudian
menginspirasi
para
penduduk
yang
ada
disana
untuk
melakukan semacam uji keberanian dan juga sebagai tanda
kedewasaan bagi setiap laki-laki yang ada disana.
Peluru Ruju adalah salah satu ritual perburuan
dugong yang dilakukan setiap tahunnya pada bulan MaretApril oleh penduduk disana. Aktivititas ini dimulai dengan
pemancangan satu buah tonggak disekitar perairan yang
diperkirakan akan didekati oleh mamalia tersebut, untuk
64
kemudian para lelaki dipersilahkan untuk melakukan proses
penombakan.
Namun demikian masih terdapat kearifan yaitu, para
pemburu hanya dibolehkan menombak satu kali dan dugong
yang boleh ditombak hanya yang menyentuhkan hidungnya
ke tonggak yang telah dipancangkan, dan dugong tersebut
harus yang sudah dewasa dan jantan. Hal ini menunjukkan
ada
kebajikan
yang
mengatur
bagaimana
adat
dan
kelangsungan hidup mamalia tersebut harus berjalan secara
seimbang.
3) Dataran Sumba (Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba
Tengah,
Kabupaten Sumba Barat, dan Kabupaten Sumba
Barat Daya)
Dataran Sumba merupakan suatu kawasan yang kaya
dengan
ragam
upacara
yang
berkaitan
dengan
adat.
Masyarakat Sumba memiliki prinsip bekerja berdasarkan
waktu yang berarti setiap aktivitas yang akan dikerjakan harus
memperhatikan tahun dan membuat segala sesuatu tepat pada
waktunya. Ini sesuai dengan prinsip masyarakat Sumba “Maka
paji wulangu, maka tutu ndaungu” yang artinya jika kehidupan
mengikuti prinsip, maka kita akan selamat.
Keselamatan
dan
kehidupan
masyarakat
akan
ditentukan oleh ketepatan waktu dalam melaksanakan suatu
perkerjaan.
Pelanggaran
terhadap
prinsip
tersebut
akan
membuat orang tersebut akan mengalami kesusahan dalam
hidupnya. Di Desa Mburukulu, Kabupaten Sumba Timur,
terdapat Mihi Parotu yakni kesepakatan masyarakat adat
memberlakukan larangan penangkapan ikan selama 1-2 tahun
di area yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan para
tokoh adat.
Pada
saat
proses
penutupan
kawasan
tersebut,
terdapat ritual atau upacara adat yang dilakukan dengan
menyembelih hewan sebagai persembahan kepada nenek
moyang ataupun leluhur yang selama ini dianggap menjaga
laut dan seluruh isinya. Bagi siapapun yang yang melanggar
dan melakukan penangkapan salama masa larangan tersebut
akan dikenakan sanksi adat berupa denda uang atau hewan.
65
Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi Mihi
Parotu di Desa Mburukulu, Kabupaten Sumba Timur, sudah
mulai
memudar.
Tradisi
ini
merupakan
ajaran
dari
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Pulau Sumba
dimasa lalu yakni Marapu, dimana penganut aliran tersebut
sudah semakin sedikit, karena masyarakat sudah mulai
mengenal agama yang melarang adanya perbuatan tersebut
karena dianggap bertentangan.
Di Desa Wendewa Utara, Kabupaten Sumba Tengah
terdapat lokasi yang dikenal dengan nama Samba yakni
tempat yang dianggap suci dan tidak boleh ada proses
penangkapan
apapun
di
sana.
Sementara
itu,
di
Desa
Tanambanas terdapat ritual tahunan berupa Luat, yakni
upacara persembahan bagi roh dan leluhur yang telah menjaga
laut serta memberikan hasil yang ada di dalamnya kepada
masyarakat yang ada disana. Di Desa Lokory, Kecamatan
Lokory, Kabupaten Sumba Barat terdapat kearifan yang
dikenal dengan nama Samba yang sama dengan tempat
persembahan
yang
ada
di
Kabupaten
Sumba
Tengah.
Kabupaten Sumba Barat Daya menyimpan banyak kearifan
seperti watuweri di Desa Atedalo, dan Watu Umbu di Desa
Kalembukaha, Kecamatan Kodi.
4) Kabupaten Rote Ndao
Falsafah
hidup
masyarakat
Rote
erat
kaitannya
dengan pohon lontar. Seluruh bagian dari pohon lontar
menjiwai sebagian besar kehidupan masyarakat Rote. Falsafah
ini membuat masyarakat Rote menjadi pekerja keras untuk
mencapai kesuksesan dalam kehidupan. Salah satu kearifan
lokal yang ada di Kabupaten Rote Ndao ini adalah Papadak,
yakni suatu kesepakatan adat/kearifan lokal yang berlaku di
darat maupun di laut pada suatu daerah yang memiliki
kekayaan alam yang menurut pemilik/pemerintah bisa berguna
bagi banyak orang dan langkah, maka perlu dilindungi dengan
acara adat.
Papadak sendiri adalah suatu organisasi yang ada di
masyarakat dimana organisasi adat ini memiliki ketua papadak
yang disebut Manahora yang memilki hak atas wilayah papadak
66
tersebut, biasanya wilayah/areal papadak diberi tanda oleh
Manahora dan hanya boleh mengambil diluar areal papadak.
Sedangkan untuk wilayah/areal papadak yang diberi tanda
yang ada didalamnya dilarang untuk mengambil hasilnya,
kecuali ada jangka waktu tertentu yang sudah ditentukan
berdasarkan kesepakatan papadak untuk bisa diambil hasilnya.
Waktu yang diperbolehkan untuk mengambil hasil di
dalam wilayah/areal papadak adalah 1 atau 2 tahun, kemudian
ditutup kembali sampai ada izin untuk dibuka kembali. Untuk
di darat, hasil papadak yang diambil berupa pakan ternak dan
kelapa. Sedangkan untuk di laut papadak diberlakukan untuk
teripang dan lobster yang banyak terdapat di Teluk Pouk
Kecamatan Rote Timur.
5) Kabupaten Timor Tengah Selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah kabupaten
dimana
kultur
masyarakatnya
bukanlah
sebagai
nelayan
melainkan peladang dan peternak. Akan tetapi, bukan berarti
tidak ada aturan adat yang mendukung upaya konservasi laut
disini. Salah satunya adalah Banu yakni ditutup/dilarangnya
upaya penangkapan ikan selama 1 tahun dan baru akan dibuka
kembali untuk umum selama bulan September di Muara Kain
Kolo seluas ± 5 ha. Sanksi yang dikenakan kepada pelanggar
berupa denda 1 karung beras dan 1 ekor babi. Tetapi sekarang
kearifan lokal tersebut sudah tidak aktif.
Masyarakat Timor/Atoni Pah Meto, hidup dalam kultur
lahan kering dan terikat pada ritus ritus tertentu. Berbagai
aktifitas yang berkaitan dengan kehidupan dan kemasyarakatan
selalu didahului dengan ritual tertentu, antara lain tait nuta ma
nopo (membakar tebasan), tsifo nopo (mendinginkan lahan yg
sudah dibakar), tsimo suan (memilih bibit dan menanam), toit
ulan (mendatangkan hujan), tofa lele (membersihkan lahan), eka
hoe (membendung aliran air), tatam pen tauf (persembahkan
hasil panen).
6) Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat
Di Desa Nucamolas, Kabupaten Manggarai, terdapat
ritual
penangkapan
ikan
Lambagor/Kakap
Merah
melalui
prosesi upacara adat yang dipimpin oleh Punggawa/pawang.
67
Kegiatan ini dilakukan pada rentang bulan Desember sampai
dengan
bulan
Maret
setiap
tahunnya
dimulai
dengan
pembuatan sangkar penangkapan ikan dengan acara bakar
ayam atau telur untuk meminta hasil dan keselamatan untuk
kemudian dilakukan persembahan bagi para penguasa lautan,
agar hasil tangkapan dapat melimpah. Sedangkan di Kabupaten
Manggarai Barat, ada hal yang disebut dengan Nempung Cama
atau duduk bersama mendiskusikan hal-hal yang baik untuk
keberlanjutan hidup termasuk upaya perlindungan alam dan
habitat dari kerusakan. Sanksi atas pelanggaran ditentukan
berdasarkan kesepakatan diantara tokoh desa dan masyarakat,
biasanya berupa hewan ataupun uang. Secara terperinci, Status
Kearifan Lokal di dalam TNP Laut Sawu sebagaimana terdapat
pada Tabel 13.
Tabel 13. Status Kearifan Lokal di dalam TNP Laut Sawu
Kabupaten
Kearifan Lokal
Status
Sudah diaktifkan kembali melalui proses
revitalisasi
dan
juga
pembuatan
Peraturan Desa yang mengatur Lilifuk
Kupang
Lilifuk
Sabu
Raijua
Kowa hole
Aktif
Panadahi
Aktif
Papadak
Aktif
Rote Ndao
Hohorok
Aktif
Manggarai
Ritual lambagor
Aktif
Manggarai
Barat
Nempung cama
Nareng
Dalam proses revitalisasi
Tidak aktif
Sumba
Timur
Mehi parotu
Tidak aktif
Nihi parotu
Tidak aktif
Luat
Tidak aktif
Samba
Tidak aktif
Watuweri
Aktif
Kalibuka
Tidak aktif
Banu
Tidak aktif
Sumba
Barat
Sumba
Barat Daya
Sumba
Tengah
Timor
Tengah
Selatan
Sumber: Hasil survey lapangan, 2012
B. Permasalahan Pengelolaan
Permasalahan pengelolaan di TNP Laut Sawu sangat beragam
sehingga
memerlukan
strategi
pengelolaan
yang
tepat
untuk
mengatasinya. Populasi mamalia laut yang luar biasa di TNP Laut Sawu
memerlukan pengelolaan dan pendekatan terpadu terhadap ancaman
68
yang berdampak pada populasi. Untuk menghindari seringnya mamalia
laut tertangkap, maka salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah
penetapan zonasi.
Ancaman utama untuk paus dan lumba-lumba
adalah penangkapan oleh nelayan sebagai hasil tangkapan sampingan
(by-catch), polusi suara, limbah kimia, dan benturan oleh kapal atau
perahu. Sementara untuk mengurangi ancaman tertangkapnya dugong,
strategi pengelolaan yang efektif adalah membatasi gangguan dari biota
lain
yaitu
dengan
menciptakan
zona
"tidak
ada
gangguan
(no
disturbance)". Zona tersebut diperuntukkan dalam menjaga kelestarian
dugong serta kelestarian padang lamun sebagai feeding ground mereka.
Ancaman utama yang teridentifikasi dari proses Rencana Aksi
Konservasi (RAK) untuk penyu adalah penangkapan oleh nelayan
sebagai hasil tangkapan sampingan (by-catch).
Sedangkan ancaman
lainnya yaitu penambangan pasir pantai tempat penyu bertelur.
Eksploitasi penyu selalu sulit untuk dikelola, mengingat terdapat daerah
yang penduduknya mengkonsumsi penyu dan telur penyu. Oleh karena
itu, informasi lebih lanjut mengenai tingginya ancaman dan dampak
pada populasi penyu perlu dikumpulkan, sehingga pengelola dapat
menentukan zona serta daerah perlindungan bagi penyu.
Selain hal
tersebut, program kesadaran masyarakat dan pelibatan masyarakat
dalam pengawasan, monitoring dan melindungi penyu dan pantai
peneluran penyu harus segera dilakukan.
Peta ancaman/aktifitas
terhadap sumberdaya hayati yang ada di TNP Laut Sawu sebagaimana
terdapat pada Gambar 23.
Gambar 23. Peta ancaman/aktifitas terhadap sumberdaya hayati yang ada di
TNP Laut Sawu (TNC Savu Sea Project, 2011)
Hasil dari analisis data pemetaan partisipatif (TNC, 2010) untuk
ancaman/aktifitas yang dominan merusak habitat mangrove adalah
69
penebangan mangrove.
Adapun untuk habitat terumbu karang
ancaman/aktifitas yang dominan merusak adalah pengeboman ikan,
penggunaan racun ikan, dan penambangan karang. Ancaman/aktifitas
yang
mengakibatkan
rusaknya/menurunnya
kualitas
sumberdaya
hayati lainnya di TNP Laut Sawu antara lain yaitu pengambilan lamun,
penambangan pasir, pengambilan sirip hiu, panangkapan pari manta,
dan polusi.
Run off daratan, limbah kimia, plastik, sampah, polusi, dan
sedimentasi diidentifikasi sebagai sumber ancaman dari darat. Untuk
menanganinya, perlu dibangun kolaborasi dengan unit pengelolaan
daratan dan meningkatkan regulasi/peraturan untuk kualitas air dalam
kawasan TNP Laut Sawu dan di daratan. Selain hal tersebut, perlu
dilakukan identifikasi lebih lanjut aktivitas-aktivitas yang berdampak
pada ekosistem laut di dalam kawasan TNP Laut Sawu, termasuk
mempelajari Daerah Aliran Sungai (DAS) selama musim kemarau dan
hujan, aliran sungai, daerah di dekat pembangunan perkotaan, desa,
tambang, dan segala jenis eksploitasi yang dapat mempengaruhi
kualitas air di dalam kawasan TNP Laut Sawu. Kebiasaan membuang
sampah di tengah laut oleh penumpang maupun anak buah kapal (ABK)
pada
kapal
penyeberangan
juga
merupakan
sumber
ancaman
pencemaran perairan di kawasan TNP Laut Sawu.
Ancaman ini tidak hanya mempengaruhi habitat dan spesies yang
berasosiasi
di
dalamnya,
tetapi
mengubah
keseimbangan
dalam
ekosistem yang rapuh. Terumbu karang dapat bertahan dari setiap
ancaman secara terpisah. Namun demikian, ketika ancaman tersebut
dikombinasikan misalnya oleh pemboman ikan, sedimentasi, mereka
akan kehilangan ketahanan/resilient mereka untuk pulih dari tekanan
alami seperti badai atau dampak dari pemanasan global.
70
BAB III
PENATAAN ZONASI
A. Umum
1. Proses Penataan Zonasi
Penataan zonasi merupakan tahapan awal yang harus dipenuhi
sebelum dilakukan proses pengembangan kawasan, pemanfaatan dan
sistem pengelolaan yang efektif. Salah satu kebutuhan TNP Laut
Sawuyang
cukup
mendasar
adalah
penataan
zonasi
dengan
mempertimbangkan ekosistem dan masyarakat secara menyeluruh,
sehingga dalam pelaksanaannya mampu menjalankan fungsi kawasan
pelestarian alam dan didukung secara penuh oleh semua pihak
(stakeholder).
Proses menuju pengelolaan yang efektif dilakukan dengan
melibatkan seluruh pihak terkait, mulai dari tahapan perencanaan
sampai dengan monitoring dan evaluasi yang tidak bisa dipisahkan.
Langkah-langkah koordinasi lintas sektor dan koordinasi teknis perlu
secara rinci diidentifikasi dan dijalankan sehingga tidak menimbulkan
konflik kepentingan antar sektor. Harapan kedepan adalah partisipasi
aktif dari seluruh pihak untuk mendukung manajemen taman
nasional sehingga dapat mengemban fungsinya dengan baik dan
memberikan
manfaat
yang
optimal
bagi
pembangunan
daerah.Keterpaduan langkah dari seluruh pihak diharapkan mampu
mempertajam aspek-aspek penataan zonasi (biofisik, sosial ekonomi
masyarakat, kelembagaan, rencana pembangunan daerah).
a. Identifikasi Isu
Proses ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi isu dan
masalah yang ada dan mungkin timbul yang berkaitan dengan
keberadaan dan pemanfaatan sumberdaya alam, kelembagaan,
masyarakat dan pemanfaatan perikanan.
b. Pengumpulan Data
Proses ini dilaksanakan untuk mengetahui kondisi TNP Laut
Sawu
dengan
menggunakanData
yang
dikumpulkansebagai
berikut:
1) Data fisik, meliputi iklim, keadaan pantai dan perairan,
oseanografi, dan potensi lainnya;
71
2) Data bio-ekologis, meliputi tipe dan lokasi habitat yang bernilai
tinggi dan karakteristiknya seperti keberagaman jenis, ukuran,
tingkat
kealamiahan,
keunikan
dan
keterwakilan
serta
ketergantungan biota terhadap Kawasan Konservasi Perairan;
3) Data sosial dan budaya, meliputi tipe, lokasi dan jumlah
masyarakat
pengguna,
tingkat
kemandirian
masyarakat
pengguna, dampak terhadap biota dan habitat, kegiatan lain
yang merusak habitat dan sumber daya ikan, keberadaan dan
potensi ancaman dari aktivitas di luar kawasan dan di sekitar
kawasan antar zona dalam kawasan, kearifan lokal serta adat
istiadat; dan
4) Data ekonomi, meliputi mata pencaharian masyarakat, nilai
penting perikanan, potensi rekreasi dan pariwisata, dan
kemudahan mencapai kawasan.
c. ProsesPenyusunan Zonasi
Proses penyusunan zonasi TNP Laut Sawu dilakukan
melalui tahapan-tahapan, sebagai berikut:
1) Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan selanjutnya
dianalisis untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi
masing-masing
parameter
data.
Kondisi
masing-masing
parameter data tersebut selanjutnya menjadi input pada
proses pemilihan zona dalam TNP Laut Sawu.
Proses pemilihan zona atau rencana zonasi pada TNP Laut
Sawu pada tahap analisis dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak Marxan dan teknik tumpang susun (overlay).
Kedua
perangkat
lunak
tersebut
sifatnya
hanya
untuk
membantu pengambilan keputusan (Decision support system)
untuk memilih beberapa lokasi yang akan menjadi zona inti di
dalam kawasan konservasi perairan TNP Laut Sawu.
Hasil utama dari analisis Marxan berupa identifikasi daerahdaerah dengan nilai konservasi yang tinggi dengan tingkat
pemanfaatan
yang
rendah.Dengan
demikian
parameter
masukan dalam analisis ini adalah nilai penting suatu
kawasan dan beban biaya pengelolaan. Nilai penting kawasan
72
diperoleh dari kriteria-kriteria biofisik dan sosial yang juga
merupakan kriteria zona inti dalam TNP Laut Sawu, sementara
beban
biaya
adalah
pengaruh
negatif
aktivitas
sosial
masyarakat terhadap konservasi, dimana semakin tinggi
pengaruh negatif suatu aktivitas semakin tinggi pula angka
yang diberikan, dan sebaliknya.
2) Proses Partisipatif
Proses ini dilaksanakan dengan mengumpulkan informasi
serta mencari masukan dari berbagai pihak yang mempunyai
kepentingan terhadap pengelolaan TNPLaut Sawu. Wujud dari
proses ini berupa konsultasi publik dan/atau pertemuanpertemuan di tingkat komunitas, dengan materi masukan
adalah hasil analisis rencana zonasi yang telah dilakukan
sebelumnya.
2. Desain Zonasi
Desain untuk rencana zonasi TNP Laut Sawu berdasarkan pada
analisis dari data yang telah tersedia sesuai dengan pedoman dalam
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan NomorPER.30/MEN/2010,
tujuan dan kriteria desain (biofisik, resilien, dan sosial ekonomi)
untuk TNP Laut Sawu. TNP Laut Sawu dengan luasan 3.355.352,82
hektar dan lebih dari 50 layer data yang perlu dianalisis. Untuk
membantu
tugas
lunak/software
yang
kompleks
MARXAN
untuk
tersebut,digunakan
membantu
dalam
perangkat
analisis
pengambilan keputusan untuk mengembangkan rencana zonasi TNP
Laut
Sawu,
yang
mempunyai
kemampuan
untuk
memberikan
beberapa pilihan desain kawasan perlindungan laut secara cepat.
Hasilnya akan digunakan untuk mengidentifikasi daerah penting yang
cocok untuk konservasi/non-ekstraktif pada zona yang sesuai. Batasbatas zonasi dibuat dan dimodifikasi berdasarkan masukan dari
stakeholder kunci dan ahli ilmiah. Hasil utama dari analisis ini berupa
identifikasi daerah-daerah dengan nilai konservasi yang tinggi dengan
tingkat pemanfaatan yang rendah.
Hasil
analisis
data
menggunakan
MARXAN
kemudian
dimodifikasi berdasarkan masukan dari stakeholder kunci untuk
73
mendapatkan masukan tentang kondisi lokal atau informasi yang
tidak didapatkan pada data set yang ada.
Dalam perangkat lunak MARXAN suatu wilayah dapat dibagi
menjadi beberapa satuan perencanaan yang akan dipilih sebagai
calon prioritas bagi suatu kawasan konservasi yang akan dikelola
ataupun
suatu
area
yang
teridentifikasi
memiliki
tingkat
keanekaragaman hayati tinggi namun juga memiliki beban biaya
pengelolaan yang rendah. Istilah “Planning Unit” atau satuan unit
perencanaan ini mengacu kepada seberapa besarnya suatu area dapat
dibagi menurut tingkat kedetailan rentang sumber data yang tersedia
untuk dapat mewakili suatu target konservasi yang berpengaruh
terhadap
efektifitas
pengelolaan
yang
baik.
Dari
luasan
total
3.355.352,82 hektar TNP Laut Sawu, maka yang dijadikan target
utama adalah wilayah pesisir dengan batas kedalaman yang tidak
melampaui 200 meter dengan luas ukuran permasing-masing satuan
unit perencanaan adalah sebesar 500 m² (meter persegi). Hasil yang
didapatkan terdiri dari ± 14,815 buah satuan unit perencanaan yang
mencakup keseluruhan TNP Laut Sawu.
Stratifikasi unit dipergunakan untuk membagi TNP Laut Sawu
baik secara geografis dan adanya kedekatan hubungan interaksi
secara
ekosistem
sehingga
nantinya
dapat
memenuhi
sasaran
konservasi yang diinginkan. Oleh karna itu, TNP Laut Sawu di bagi
menjadi 7 stratifikasi unit yang terdiri dari 1) Flores Selatan 2) Sumba
Utara 3) Sumba Timur, 4) Sabu Raijua 5) Rote Ndao, 6) Timor Tengah
Selatan dan 7) Kupang Utara. Pembagian inilah yang mendasari suatu
hirarki unit analisis terhadap satuan unit perencanaan dalam
perangkat lunak MARXAN.
“Cost layer” atau tema beban biaya menjadi salah satu faktor
penting yang dapat mempengaruhi pemilihan suatu satuan unit
perencanaan. Dari hasil identifikasi awal yang telah dilakukan, maka
faktor sosial ekonomi dan aktifitas kegiatan manusia lainnya menjadi
komponen utama dari tema beban biaya ini. Tema beban biaya yang
digunakan dalam kajian ini meliputi budidaya laut, pelabuhan,
transportasi laut, daerah tangkapan ikan, daerah bekas penangkapan
ikan
dengan
penebangan
bom,
penambangan
mangrove,
karang,
penangkapan
ikan
penambangan
dengan
racun
aktifitas memancing. Adapun angka skor yang diberikan
74
pasir,
serta
sebagai
bobot pada masing – masing tema beban biaya yaitu 3 (rendah), 6
(menengah), dan 9 (tinggi), dimana angka-angka ini menunjukkan
semakin berpengaruh negatif terhadap konservasi, maka angka yang
diberikan akan tinggi (misalnya 9) dan sebaliknya.
Penentuan angka persentase target konservasi yang akan
dicapai telah dikaji melalui proses ilmiah maupun pengalaman dan
pengamatan di lapangan. Adapun untuk analisis ini yang digunakan
sebagai berikut:
a. 10 % (sepuluh) persen untuk masing-masing habitat laut dangkal
(terumbu karang, mangrove, padang lamun dan estuari)
b. 33 % (tiga puluh tiga) persen untuk daerah tempat peneluran
penyu (penyu sisik, penyu lekang, penyu pipih, penyu hijau,
penyu belimbing, penyu tempayan)
c. 20 % (dua puluh) persen untuk wilayah buaya
d. 25 % (dua puluh lima) persen untuk lokasi pemijahan ikan dan
dugong
e. 5 % (lima) persen untuk habitat pelagis yang memiliki cakupan
besar (misalnyaUpwelling), pulau satelit dan selat
f.
5 % (lima) persen untuk lokasi sebaran dan koridor setasea serta
lumba-lumba
g. 5 % (lima) persen untuk lokasi hiu dan pari manta
Selain daripada itu, digunakan beberapa faktor yang dianggap
dapat menunjang/mendukung proses kelangsungan konservasi TNP
Laut Sawu. Faktor-faktor yang dimaksud terdiri dari sebaran pos
pengawasan dari KKP/Polair/TNI AL, lilifuk (area adat), area mistik,
area yang memiliki tokoh masyarakat yang mendukung konservasi,
lokasi wisata non ekstraksi yaitu lokasi penyelaman, berenang,
berselancar, dan rekreasi,dan budidaya mutiara.
“LOCK IN AREAS” atau suatu area yang secara otomatis sudah
terpilih
sebagai
calon
konservasi
yang
memiliki
tingkat
keanekaragaman yang tinggi juga dimasukkan. Dari proses seleksi
yang dilakuan, maka 2 (dua) data pendukung ini dijadikan sebagai
“LOCK IN AREAS” yaitu:
a. area
larang
ambil
berdasarkan
lapangan; dan
75
pengetahuan/pengamatan
b. kawasan konservasi yang sudah ada baik yang secara langsung
sudah diperuntukkan untuk laut ataupun peruntukkan darat
yang memiliki kaitan dengan laut.
Data yang tersedia merupakan data terlengkap yang dapat
dikumpulkan dari berbagai sumber baik data primer (pengambilan
data di lapangan secara langsung) ataupun data sekunder (data yang
diperoleh dari hasil analisis ataupun publikasi), namun data-data
tersebut memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda. Hal ini juga
yang dijadikan acuan pada tahapan penentuan persentase untuk
target konservasi, misalnya pada data mamalia laut yang cenderung
memiliki area cakupan yang cukup luas dengan akurasi yang rendah
maka untuk angka target konservasi dibuat kecil sebaliknya dengan
tingkat akurasi yang cukup tinggi seperti data terumbu karang
ataupun mangrove maka penentuan angka target konservasi dibuat
lebih tinggi.
Boundary Length Modifier (BLM) menjadi penentu lainnya yang
dapat dipergunakan dalam analisis ini. Dari proses analisis yang telah
dilakukan secara berulang-ulang maka didapatkan angka 0,001, yang
dimana angka ini cukup signifikan untuk membuat satuan unit
perencanaan yang dipilih menjadi semakin mengelompok namun
sebaliknya angka yang semakin besar akan memberikan pengaruh
terhadap hasil yang terpilih menjadi semakin acak dan tersebar.
Dari 3 (tiga) tahapan atau skenario yang dibuat dengan
MARXAN maka kami memperoleh daerah-daerah yang mempunyai
nilai konservasi tinggi dan memiliki beban biaya konservasi yang
rendah atau tingkat pemanfaatan yang rendah. Dengan acuan dari
informasi tersebut dan setelah dilakukan cross-check dengan data
yang tersedia dan juga memasukkan desain kriteria yang telah dibuat
bersama dengan Tim P4KKP Laut Sawu guna membantu dalam
memprioritaskan hasil dari MARXAN, maka dibuat “kotak-kotak
persegi” sebagai batas kasar untuk daerah-daerah yang mempunyai
nilai konservasi tinggi dan memiliki beban biaya konservasi yang
rendah atau tingkat pemanfaatan yang rendah di TNP Laut Sawu yang
nantinya dapat memberikan arahan untuk menentukan zona larang
ambil. Adapun jumlah kotak tersebut sebanyak 63 buah yang
mencakup keseluruhan area.
76
3. Kriteria DesainRencana Zonasi TNP Laut Sawu
Selain kriteria-kriteria yang mengacu pada
pembagian zonasi
yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
NomorPER.30/MEN/2010, perlu juga memperhatikan beberapa aspek
yang berkaitan dengan penentuan zonasi TNP Laut Sawu agar
menjadi TNP yang resilien dan tangguh, diantaranya adalah:
a. Aspek Biofisik
1) ukuran setiap zona tanpa ambil memiliki diameter minimal 1020 km untuk ukuran terkecil, kecuali di wilayah-wilayah
pesisir yang masyarakatnya mempunyai ketergantungan yang
tinggi terhadap sumberdaya laut, hal ini dimaksudkan guna
pengaplikasian minimal 1 km2 untuk zona tanpa ambil.
2) tiaptipe habitat (terumbu karang, mangrove, padang lamun)
harus terwakili dalam sebuah zona tanpa-ambil Minimal 10%
(sepuluh) persen, dengan sasaran 30% (tiga puluh) persen.
3) gunamengurangi
peluang
terjadinya
gangguan
di
habitat
tersebut oleh akibat yang sama maka harus dilakukan minimal
tiga kali pengulangan dari masing-masing tipe habitat di dalam
zona tanpa-ambil.
4) pilihlahdaerah yang memiliki tipe-tipe habitat yang beragam ke
dalam sebuah zona tanpa-ambil guna memastikan adanya
keterkaitan ekologi yang tinggi antar habitat.
5) pilihlahzona tanpa-ambil yang dekat dengan kawasan lindung
darat guna memaksimalkan keutuhan ekosistem pesisir.
6) fragmentasi(pemisahan)
harus
dihindarkan,
masukkanlah
keseluruhan suatu satuan biologis dalam zona tanpa-ambil
(misalnya sebuah gunung laut, sebuah atoll, sebuah laguna,
yang utuh).
7) pilihbentuk-bentuk sederhana sebagai zona-zona tanpa ambil
guna meminimalisir pengaruh akibat tata batas, namun tetap
memaksimalkan perlindungan di dalam kawasan lindung.
8) lindungi daerah-daerah yang kritis atau unik, seperti misalnya:
a) habitat spesies yang terancam punah;
b) komunitas biota laut yang unik dan beragam;
c)
spesies yang endemik atau daerah-daerah kunci bagi keendemikan biota-biota;
d) habitat-habitat yang penting secara global;
77
e)
daerah-daerah
yang
penting
dalam
tahapan-tahapan
kehidupan suatu species seperti tempat-tempat berkumpul
ikan
untuk
kawin,
berkembang-biak
tempat-tempat
hiu,
pantai-pantai
berkumpul
atau
peneluran
atau
daerah-daerah makan/istirahat penyu, dan tempat-tempat
bertelur burung laut;
f)
habitat buaya;
g)
habitat duyung;
h) habitat-habitat pelagis yang unik (misalnya: daerah-daerah
yang memiliki konsentrasi yang tinggi dari upwelling,
tempat bertemu arus dan pusaran-pusaran arus laut).
b. Aspek Perubahan Iklim
1) daerah-daerah
yang
dipilih
adalah
daerah
yang
resilien
terhadap perubahan iklim yang dapat menyebabkan terjadinya
pemutihan karang, seperti misalnya:
a) daerah-daerah yang memiliki kisaran suhu air yang
bervariasi, termasuk habitat-habitat yang memiliki suhu
yang tinggi.
b) habitatpelagis yang dinamik secara fisik (misalnya daerahdaerah yang memiliki upwelling, pusaran-pusaran arus,
pertemuan arus, dan berarus kuat).
c)
daerah-daerah yang agak terlindung dari matahari karena
adanya pulau-pulau/tebing.
d) daerah-daerah dengan jumlah ikan herbivora yang banyak.
e)
daerah-daerah yang memiliki pertumbuhan karang-karang
baru.
2) daerah yang dipilih adalah daerah yang resilien yang terhadap
dampak naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim,
misalnya:
a) daerah-daerah mangrove yang masih memiliki ruang untuk
bisa berkembang ke arah daratan.
b) pantai-pantai peneluran penyu yang masih memiliki ruang
untuk bisa berkembang ke arah daratan.
c.
Aspek Sosial Ekonomi
78
1) diketahuidan dihargainya hak masyarakat setempat, serta
memastikan bahwa masyarakat dilibatkan dalam semua proses
pengambilan keputusan untuk zonasi.
2) pemaduserasianpengetahuan
tradisional,
praktek-praktek
konservasi tradisional dan perikanan berkelanjutan ke dalam
pengelolaan TNP Laut Sawu.
3) meminimalisir
dampak
negatif
kegiatan-kegiatan
mata
pencaharian masyarakat setempat yang ada.
4) lindungidaerah-daerah
yang
memiliki
nilai-nilai
budaya-
tradisional yang penting bagi pemilik-pemilik sumberdaya
lokal.
5) minimalisirpemanfaatan-pemanfaatan yang akan menimbulkan
konflik (misalnya antara pariwisata dan perikanan).
6) mempertimbangkanspesies-spesies
penting
bagi
perikanan
masyarakat (misalnya lola, teripang, lobster, siput hijau,
abalone,
kima),
serta
mengetahui
variasi-variasi
sebaran
tempat dan musim dalam pemanfaatannya dan nilai-nilainya.
7) dukungpenangkapan ikan yang subsisten (untuk kebutuhan
sehari-hari) dan perikanan yang berdampak rendah.
8) lindungipemanfaatan sumberdaya laut masyarakat setempat
dengan melarang praktek-praktek perikanan yang merusak.
9) fasilitasidan dukung penerapan praktek-praktek pengelolaan
yang mendukung keberlanjutan dan perikanan komersial yang
berdampak rendah.
10) pengembanganTNP Laut Sawu dirancang untuk mendukung
perikanan
artisanal
(skala
kecil
atau
tradisional)
bagi
masyarakat setempat.
11) pertimbangkanspesies-spesies
yang
rentan
terhadap
penangkapan berlebihan (misalnya kerapu, hiu).
12) lindungitempat-tempat wisata yang potensial.
13) dukungindustri ramah lingkungan yang berdampak rendah
yang cocok dengan kawasan konservasi laut (misalnya wisata
alam, budidaya mutiara).
14) cegahpenempatan
zona
tanpa-ambil
infrastruktur perkapalan yang ada.
79
di
dekat
lokasi
4. Penilaian Lokasi Hasil Analisis Marxan
Berdasarkan hasil analisis data kondisi kawasan konservasi
TNP laut Sawu, dengan menggunakan perangkat lunak Marxan, telah
berhasil diidentifikasi 63 (enam puluh tiga) buah titik lokasi yang
merupakan area penting yang memiliki tingkat keanekaragaman yang
tinggi.
Lokasi-lokasi tersebut berada dalam 7 (tujuh) stratifikasi yang
dibuat berdasarkan faktor geografis dan kedekatan dengan ekosistem.
Ketujuh stratifikasi unit tersebut adalah : 1) bagian Flores bagian
Selatan; 2) Sumba bagian Utara; 3) Sumba bagian Timur, 4) Sabu
Raijua 5) Rote Ndao, 6) Timor Tengah Selatan dan 7) Kupang bagian
Utara.
Gambar 24. Stratifikasi unit lokasi dengan keanekaragaman tinggi
(TNC Savu Project, 2012)
Hasil dari analisis tersebut telah dijadikan bahan workshop
antara TNC Savu Sea Project bersama Balai KKPN Kupang serta Tim
P4KKP Laut Sawu yang merupakan Tim multi stakeholder tingkat
provinsi yang mempunyai komitmen dalam pengembangan TNP Laut
Sawu untuk mendapatkan masukan dari segi kebijakan dan local
knowledge atau pengetahuan lokal mengenai kesesuaian hasil analisis
tersebut. Berdasarkan hasil workshop tersebut disepakati, dari 63
(enam puluh tiga) buah daerah-daerah penting berkurang menjadi 19
(sembilan belas) buah daerah-daerah penting.
80
Gambar 25.Hasil prioritas daerah-daerah penting TNP Laut Sawu
5. Penetapan Rencana Zonasi
Zonasi di TNP Laut Sawu mengacu pada pembagian zonasi yang
telah diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.30/MEN/2010. Penetapan zonasi didasarkan pada berbagai hasil
studi dan analisis yang mendalam, ground-truthing dan konsultasi
publik dengan stakeholder terkait di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten dimana hal yang terpenting adalah konsultasi publik
dengan masyarakat di 10 (sepuluh) kabupaten yang masuk dalam
TNP Laut Sawu, maka penetapan zonasi Kawasan Konservasi perairan
TNP Laut Sawu sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini.
Sistem zonasi untuk TNP Laut Sawu terdiri dari 4 tipe zona
yang memiliki kriteria, peruntukan dan peraturan-peraturan khusus
untuk masing-masing zona dan sub zona, zona-zona tersebut
dijelaskan secara detail di sub bab di bawah ini.
81
Gambar 26. Peta Zonasi TNP Laut Sawu
82
B. Zona Inti
1. Rancangan Zonasi dan Koordinat
Zona inti merupakan bagian kawasan konservasi perairan yang
memiliki kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli
dan/atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi,
berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati
yang asli dan khas. Zona inti mempunyai luas minimal 2 % dari luas
kawasan, dengan kriteria antara lain:
a. merupakan daerah pemijahan, pengasuhan dan/atau alur ruaya
ikan;
b. merupakan habitat biota perairan tertentu yang prioritas dan
khas/endemik, langka dan/atau kharismatik.
c. mempunyai
keanekaragaman
jenis
biota
perairan
beserta
ekosistemnya;
d. mempunyai ciri khas ekosistem alami, dan mewakili keberadaan
biota tertentu yang masih asli;
e. mempunyai kondisi perairan yang relatif masih asli dan tidak atau
belum diganggu manusia;
f.
mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelangsungan
hidup jenis-jenis ikan tertentu untuk menunjang pengelolaan
perikanan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses bioekologis secara alami; dan
g. mempunyai ciri khas sebagai sumber plasma nutfah bagi kawasan
konservasi perairan.
Koordinat lokasi, letak, dan luasan untuk masing-masing ID zona inti
ditampilkan dalam tabel sebagaimana terdapat pada tabel 14 dan
pada tabel 15 dibawah ini:
Tabel 14. Koordinat Lokasi untuk Masing-Masing ID Zona Inti
Nama Zona
ID Zona
1000
Zona Inti
1010
X
121° 20' 33,33" BT
121° 20' 37,35" BT
121° 12' 41,66" BT
121° 12' 37,64" BT
121° 20' 33,33" BT
123° 58' 59,58" BT
124° 0' 58,41" BT
123° 57' 14,51" BT
123° 57' 14,25" BT
83
Y
10° 45' 30,92" LS
10° 53' 15,39" LS
10° 53' 22,26" LS
10° 45' 37,78" LS
10° 45' 30,92" LS
9° 14' 21,14" LS
9° 15' 52,67" LS
9° 15' 52,65" LS
9° 15' 52,64" LS
Nama Zona
ID Zona
1020
1030
1040
123°
119°
119°
119°
119°
119°
119°
119°
119°
119°
119°
119°
121°
121°
121°
121°
121°
121°
121°
58'
55'
55'
54'
52'
52'
52'
52'
50'
50'
51'
51'
44'
38'
33'
30'
27'
37'
44'
84
X
59,58"
18,48"
35,99"
49,23"
17,69"
17,69"
17,68"
58,32"
39,91"
24,44"
24,06"
36,94"
31,66"
16,70"
18,10"
17,55"
11,75"
49,20"
31,66"
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
BT
Y
9° 14' 21,14" LS
8° 51' 42,19" LS
8° 52' 19,78" LS
8° 52' 34,86" LS
8° 51' 47,82" LS
8° 51' 47,82" LS
8° 51' 47,81" LS
8° 49' 45,57" LS
9° 21' 24,06" LS
9° 21' 6,48" LS
9° 20' 27,42" LS
9° 20' 48,23" LS
10° 28' 39,21" LS
10° 32' 16,01" LS
10° 32' 23,11" LS
10° 33' 59,07" LS
10° 21' 49,78" LS
10° 17' 57,84" LS
10° 28' 39,21" LS
Tabel 15. Letak dan Luasan Masing-masing ID Zona Inti
No
ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
1
1000
Inti
-
Pulau Dana
Sabu Raijua
Kolorae
2
1010
Inti
-
Pulau Batek
Kupang
Netemnanu
Selatan
3
1020
Inti
-
Tanjung
Karitamese
Manggarai
Barat
Nangabere
85
Desa
Luas
Keterangan
(Hektar)
20534,54 Pulau Oseanik yang pantainya
merupakan
pantai
peneluran
penyu; terdapat terumbu karang,
koridor migrasi setasea, lumbalumba, dan habitat laut dalam
(selat); Pulau ini juga merupakan
pulau
terdepan
NKRI
yang
berbatasan dengan Australia.
946,02 Pulau Batek merupakan pulau
terdepan NKRI yang berbatasan
dengan Timor Leste, pantainya
merupakan
pantai
peneluran
penyu hijau, terdapat terumbu
karang, koridor migrasi setasea,
paus, dan lumba-lumba. Terdapat
pos penjagaan TNI di pulau ini.
924,67 Terdapat buaya muara, komodo,
habitat burung, pantai peneluran
penyu, lokasi SPAGS, terumbu
karang,
paus,
lumba-lumba,
habitat laut dalam (selat), dan
daerah upwelling.
No
ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
4
1030
Inti
-
Tanambanas
Sumba
Tengah
Tanambanas
5
1040
Inti
-
Perairan
Utara Pulau
Raijua
Sabu Raijua
-
Luas Total Zona Inti
86
Desa
Luas
Keterangan
(Hektar)
148,34 Wilayah zona ini termasuk dalam
wilayah
Desa
Tanambanas.
Kondisi
terumbu
karangnya
masuk dalam kategori sedang
sampai dengan baik dengan
dominan baik. Perairannya juga
ditemukan
lumba-lumba.
Di
perairan sekitarnya mempunyai
habitat perairan dalam yaitu selat.
Terdapat pos pengawasan DKP di
wilayah ini.
57115,05 Kawasan zona ini melingkupi
Perairan sebelah Utara dari Pulau
Raijua yang memiliki koridor
migrasi setasea, lumba-lumba,
dan habitat laut dalam (selat);
Hasil
REA
Setasea
juga
ditemukan asosiasi 3 spesies
setasea dalam jumlah yang cukup
besar yaitu 80 ekor Paus Kepala
Melon, 50 ekor Lumba-lumba
Risso dan 50 ekor Lumba-lumba
Fraser, serta ditemui juga Paus
Biru dengan ukuran sekitar 20
meter yang sedang bermigrasi
melewati perairan ini.
79668,62 2,37 % dari luas TNP Laut Sawu
Luas total zona inti TNP Laut Sawu adalah 79.668,2 hektar atau sebesar 2,37 % dari luas total kawasan TNP Laut Sawu, hal ini
sudah
memenuhi
standar
minimum
luas
zona
inti menurut
Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan Nomor
PER.30/MEN/2010, yaitu luas zona inti suatu kawasan konservasi perairan paling sedikit 2% (dua persen) dari luas kawasan.
1. Potensi
Potensi dan fitur konservasi untuk masing-masing ID Zona Inti ditampilkan dalam tabel sebagaimana terdapat pada tabel
16. dibawah ini:
Tabel 16. Potensi dan Fitur Konservasi di Masing-Masing ID Zona Inti
Zona
Inti
Sub Zona
-
ID
Zona
1000
Kategori Fitur
Konservasi
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Spesies
Luas Zona 1000
1010 Kondisi yang
Mendukung
Konservasi
Spesies
Potensi dan Fitur Konservasi
Terumbu Karang
Pulau Oseanik
Selat
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Penyu
Pos pengawasan (TNI AD)
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Penyu
Paus
87
Luas
(Hektar)
595,84
2970,12
13320,3
13320,3
8775,46
709,06
20534,54
946,02
433,76
946,02
375,10
946,02
Zona
Sub Zona
ID
Kategori Fitur
Zona
Konservasi
Luas Zona 1010
1020 Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Luas Zona 1020
1030 Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung
Konservasi
Spesies
Luas Zona 1030
1040 Spesies
Luas Zona 1040
88
Potensi dan Fitur Konservasi
Terumbu Karang
Selat
Upwelling
Luas
(Hektar)
946,02
6,58
790,41
883,23
Terumbu Karang
Selat
924,67
98,14
144,37
Pos Pengawasan (DKP)
148,34
Lumba-lumba
Koridor Setasea
Lumba-lumba (Fraser dan Risso)
Paus Biru dan Paus Melon
5,88
148,34
57115,05
57115,05
57115,05
57115,05
2. Peruntukan/Tujuan Zona
Peruntukan zona inti adalah sebagai perlindungan mutlak
habitat dan populasi ikan; penelitian; dan pendidikan.
a. Kegiatan perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan meliputi:
perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan
hidup dari suatu jenis atau sumberdaya ikan dan ekosistemnya;
penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi
kawasan; dan pemulihan dan rehabilitasi ekosistem.
b. Kegiatan penelitian yang diperbolehkan yaitu: penelitian dasar
menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan
data dasar kondisi biologis dan ekologis; penelitian terapan
menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi
biologis
dan
ekologis
dan
pengembangan
dengan
metode
eksperimental untuk tujuan rehabilitasi.
c. Kegiatan
pendidikan
diperuntukkan
bagi
kegiatan
tanpa
melakukan pengambilan material langsung dari alam.
3. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh
Kegiatan yang boleh dan tidak boleh ditampilkan dalam tabel
sebagaimana terdapat pada tabel 17. dibawah ini:
Tabel 17. Perumusan kegiatan yang boleh dan tidak boleh pada Zona Inti
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan yang
boleh
No
Jenis Kegiatan
1
2
Patroli pengawasan
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (Pos Jaga,
Jetty)
Monitoring dan Penelitian non ekstraktif
Pendidikan pemeliharaan dan peningkatan
keanekaragaman hayati (ekosistem lamun,
manggrove,
terumbu
dan
laut
dalam);
perlindungan sumberdaya masyarakat lokal;
pembangunan perekonomian berbasis ekowisata
bahari; pemeliharaan proses ekologis dan sistem
pendukung kehidupan; promosi pemanfaatan
sumber daya secara berkelanjutan; promosi
upaya
tata
kelola
untuk
perlindungan
lingkungan
Monitoring dan Penelitian ekstraktif
Tambatan perahu
Pembangunan Infrastruktur wisata hotel, home
stay, dan sarana penginapan lainnya
Kegiatan yang
tidak boleh
tetapi dengan
izin
1
2
Kegiatan yang
tidak boleh
1
2
3
89
Perumusan
Kegiatan
No
Jenis Kegiatan
4
Pembangunan
Infrastruktur
wisata
(resor
permanen)
Pembangunan Rumah Adat
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (kantor)
Sarana dan pelayanan untuk melakukan wisata
petualangan (kapal layar (cruise), kapal selam,
sea walker, penenggelaman kapal (ship wreck)
Rekreasi pantai
Wisata menyelam
Wisata snorkling
Wisata Jet Ski
Wisata Kayak/Dayung
Wisata Surfing
Wisata Kite surfing
Wisata Mancing (Catch and Release)
Wisata perahu kaca (glass boat)
Perahu wisata
Wisata melihat Paus dan Lumba-Lumba
Wisata melihat burung
Wisata mangrove
Wisata Budaya
Wisata tracking
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan
komersial
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan non
komersial
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang tetap
(Set gill nets (anchored))
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang hanyut
(Drift nets)
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang oseanik
Penangkapan Ikan dengan Jaring angkat (Lift
Net)
Penangkapan Ikan dengan Jaring serok (scoop
net)
Penangkapan Ikan dengan Bagan Tancap
(bamboo platform lift net)
Penangkapan Ikan dengan Bagan Perahu/rakit
(Boat/raft lift net)
Penangkapan Ikan dengan Bubu
Penangkapan Ikan dengan Pancing ulur
Penangkapan Ikan dengan Pancing tonda
Penangkapan Ikan dengan Pancing layanglayang
Penangkapan Ikan dengan Sero
Penangkapan Ikan dengan Jermal
Penangkapan Ikan dengan Rawai Tuna
Penangkapan Ikan dengan Rawai Hanyut
Penangkapan Ikan dengan Rawai Tetap
Penangkapan Ikan dengan Rawai Hiu/Cucut
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
90
Perumusan
Kegiatan
No
Jenis Kegiatan
42 Penangkapan Ikan dengan Huhate
43 Makameting (dengan alat dan cara yang tidak
merusak terumbu karang)
44 Pemasangan Rumpon
45 Rumpon telur ikan terbang
46 Menggunakan bahan beracun, kompresor dan
bom
47 Menangkap Ikan Hias
48 Menangkap ikan dengan tombak
49 Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan kecil
dan artisanal serta kelompok nelayan yang
secara ekonomis memiliki struktur dan unit
usaha kecil yang tidak diwajibkan memiliki izin
usaha penangkapan ikan
50 Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh
usaha menengah keatas
51 Pukat cincin pelagis besar dengan satu kapal
52 Lampara dasar
53 Penangkapan Ikan dengan Kapal 5 - 30 GT
dengan
alat
penangkapan
ikan
yang
diperbolehkan
54 Penangkapan Ikan dengan Kapal < 5 GT dengan
alat penangkapan ikan yang diperbolehkan
55 Menangkap, melukai dan membunuh biota yang
dilindungi (termasuk penyu, buaya, manta,
duyung, hiu, paus, lumba-lumba, dll)
56 Mengambil dan menjual telur penyu
57 Budidaya Rumput Laut
58 Budidaya Mutiara
59 Budidaya dengan Keramba Jaring Apung (KJA)
60 Budidaya Teripang
61 Budidaya Lobster
62 Membangun Tambak
63 Alur Kapal untuk perhubungan
64 Pelayaran
selain
di
alur
kapal
untuk
perhubungan
65 ALKI III
66 Penebangan Mangrove
67 Pengambilan Karang hidup atau mati
68 Pengambilan Karang hidup atau mati dalam
aktifitas keruga (kearifan lokal Sabu Raijua)
hanya boleh dilakukan setahun sekali dalam
satu hari dan waktunya diatur oleh kesepakatan
adat.
69 Penambangan Pasir Laut
70 Survey Seismic Minyak dan Gas
71 Penambangan Minyak dan Gas
72 Pembuangan Limbah dan Sampah
91
C. Zona Perikanan Berkelanjutan
1. Rancangan Zonasi dan Koordinat
Zonasi
Perikanan
Berkelanjutan
adalah
bagian
kawasan
konservasi perairan yang karena letak, kondisi dan potensinya
mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona
pemanfaatan.
Kriteria dari Zona Perikanan Berkelanjutan antara lain:
a. memiliki
nilai
konservasi,
tetapi
dapat
bertoleransi
dengan
pemanfaatan budidaya ramah lingkungan dan penangkapan ikan
dengan alat dan cara yang ramah lingkungan;
b. mempunyai karakteristik ekosistem yang memungkinkan untuk
berbagai
pemanfaatan
ramah
lingkungan
dan
mendukung
perikanan berkelanjutan;
c. mempunyai
keanekaragaman
jenis
biota
perairan
beserta
ekosistemnya;
d. mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk
mendukung kegiatan multifungsi dengan tidak merusak ekosistem
aslinya;
e. mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin pengelolaan
budidaya ramah lingkungan, perikanan tangkap berkelanjutan,
dan kegiatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat; dan
f.
mempunyai karakteristik potensi dan keterwakilan biota perairan
bernilai ekonomi.
Zona Perikanan Berkelanjutan terbagi menjadi 3 sub zona yaitu:
a. Sub Zona Perikanan Berkelanjutan Umum
Sub Zona Perikanan Berkelanjutan Umum adalah zona perikanan
berkelanjutan yang memungkinkan untuk berbagai pemanfaatan
ramah lingkungan dan mendukung perikanan berkelanjutan yang
bersifat komersial yang ramah lingkungan dan berdampak rendah
bagi lingkungan.
b. Sub Zona Perikanan Berkelanjutan Tradisional
Sub Zona Perikanan Berkelanjutan Tradisional adalah zona
perikanan berkelanjutan yang memungkinkan untuk berbagai
pemanfaatan ramah lingkungan dan untuk mendukung kegiatan
perikanan artisanal (skala kecil atau tradisional) bagi masyarakat
setempat
yang
didalamnya
terdapat
beberapa
pengaturan
penggunaan alat penangkapan ikan yang bersifat tradisional
92
untuk mengakomodir kepentingan nelayan lokal dalam TNP Laut
Sawu
yang
sebagian
besar
dalam
kegiatan
penangkapan
menggunakan alat penangkapan ikan tradisional yang ramah
lingkungan dengan armada penangkapan yang sederhana seperti
sampan dan perahu berukuran GT kecil.
c. Sub Zona Perlindungan Setasea
Sub Zona Perlindungan Setasea diperuntukkan guna melindungi
habitat dan koridor migrasi penting bagi setasea (paus dan lumbalumba) di TNP Laut Sawu dan memungkinkan juga untuk berbagai
pemanfaatan ramah lingkungan dan untuk mendukung kegiatan
perikanan artisanal (skala kecil atau tradisional) bagi masyarakat
yang didalamnya terdapat beberapa pengaturan penggunaan alat
penangkapan ikan untuk memaksimalkan perlindungan setasea.
Koordinat lokasi untuk masing-masing ID Sub Zona Perikanan
Berkelanjutan Umum sebagaimana terdapat pada tabel 18. di bawah
ini:
Tabel 18. Koordinat Lokasi untuk Masing-Masing ID Sub Zona
Perikanan Berkelanjutan Umum
Nama Zona
Zona
Perikanan
Bekelanjutan
Umum
ID
Zona
X
Y
6000
123° 29' 51,62" BT
123° 29' 52,18" BT
123° 29' 46,76" BT
123° 32' 51,82" BT
123° 42' 34,37" BT
123° 51' 18,11" BT
123° 59' 28,06" BT
124° 4' 56,57" BT
124° 7' 19,24" BT
124° 8' 30,57" BT
124° 10' 4,43" BT
124° 18' 19,59" BT
123° 1' 6,86" BT
123° 2' 5,14" BT
123° 5' 24,06" BT
123° 8' 28,88" BT
123° 11' 54,23" BT
123° 15' 53,82" BT
123° 18' 44,94" BT
123° 21' 36,07" BT
123° 23' 46,13" BT
123° 28' 40,48" BT
123° 29' 1,01" BT
123° 27' 25,18" BT
10° 32' 24,58" LS
10° 29' 43,35" LS
10° 24' 30,03" LS
10° 23' 47,60" LS
10° 25' 33,23" LS
10° 23' 41,83" LS
10° 20' 6,75" LS
10° 17' 19,71" LS
10° 15' 53,31" LS
10° 13' 48,54" LS
10° 12' 56,71" LS
10° 13' 40,44" LS
11° 3' 55,94" LS
10° 58' 30,38" LS
10° 55' 49,75" LS
10° 53' 8,41" LS
10° 53' 57,51" LS
10° 52' 12,29" LS
10° 46' 56,71" LS
10° 44' 50,51" LS
10° 45' 4,53" LS
10° 41' 13,18" LS
10° 38' 24,96" LS
10° 33' 58,67" LS
93
Nama Zona
ID
Zona
6010
6020
6030
X
Y
121° 12' 37,64" BT
121° 9' 3,77" BT
120° 30' 53,36" BT
120° 30' 47,03" BT
120° 32' 5,35" BT
120° 33' 13,67" BT
120° 36' 38,63" BT
120° 46' 10,36" BT
120° 48' 23,41" BT
120° 51' 19,60" BT
120° 54' 8,60" BT
120° 54' 26,58" BT
120° 51' 39,87" BT
121° 23' 52,35" BT
121° 12' 37,64" BT
123° 31' 38,45" BT
123° 29' 48,93" BT
123° 27' 18,33" BT
123° 21' 29,23" BT
123° 12' 42,15" BT
123° 12' 28,46" BT
123° 12' 49,00" BT
123° 13' 31,69" BT
123° 18' 55,68" BT
123° 8' 13,49" BT
123° 6' 31,16" BT
122° 38' 24,65" BT
122° 44' 17,10" BT
123° 38' 29,23" BT
123° 39' 51,64" BT
123° 36' 39,64" BT
123° 37' 0,17" BT
123° 34' 56,96" BT
123° 36' 5,41" BT
123° 31' 24,76" BT
123° 31' 38,45" BT
119° 45' 59,63" BT
119° 43' 7,94" BT
119° 41' 49,26" BT
119° 40' 14,69" BT
119° 36' 22,20" BT
119° 31' 50,31" BT
119° 28' 13,59" BT
119° 22' 46,53" BT
119° 18' 6,76" BT
119° 13' 3,35" BT
119° 10' 9,97" BT
119° 4' 54,73" BT
118° 59' 43,44" BT
10° 45' 37,78" LS
10° 57' 10,87" LS
10° 34' 44,60" LS
10° 20' 36,88" LS
10° 18' 45,75" LS
10° 18' 1,61" LS
10° 18' 53,10" LS
10° 14' 35,68" LS
10° 11' 31,84" LS
10° 10' 10,96" LS
10° 5' 9,54" LS
10° 1' 10,67" LS
9° 56' 5,54" LS
10° 8' 42,44" LS
10° 45' 37,78" LS
9° 58' 37,48" LS
10° 2' 56,30" LS
10° 1' 11,37" LS
10° 2' 56,30" LS
10° 14' 36,09" LS
10° 17' 45,10" LS
10° 21' 8,15" LS
10° 21' 26,28" LS
10° 23' 38,56" LS
10° 34' 22,96" LS
10° 33' 45,57" LS
10° 24' 28,36" LS
10° 19' 21,17" LS
9° 32' 10,40" LS
9° 33' 50,61" LS
9° 36' 57,24" LS
9° 42' 18,67" LS
9° 45' 48,35" LS
9° 50' 0,02" LS
9° 53' 15,79" LS
9° 58' 37,48" LS
9° 10' 45,22" LS
9° 19' 21,34" LS
9° 19' 13,32" LS
9° 17' 56,97" LS
9° 17' 4,73" LS
9° 18' 49,21" LS
9° 17' 48,93" LS
9° 19' 9,30" LS
9° 17' 52,95" LS
9° 19' 17,34" LS
9° 18' 53,23" LS
9° 21' 38,00" LS
9° 22' 50,34" LS
94
Nama Zona
ID
Zona
6040
X
Y
118° 55' 40,10" BT
118° 55' 39,70" BT
119° 45' 59,63" BT
118° 55' 36.10'' BT
119° 46' 29.40'' BT
120° 53' 36,62'' BT
121° 20' 8,26'' BT
121° 9' 3,77'' BT
9° 25' 45,71" LS
9° 10' 45,77" LS
9° 10' 45,22" LS
9° 10' 22.80'' LS
9° 10' 24.90'' LS
10° 48' 5,71'' LS
10° 20' 57,74'' LS
10° 57' 10,87'' LS
Koordinat lokasi untuk masing-masing ID Sub Zona Perikanan
Berkelanjutan Tradisional sebagaimana terdapat pada tabel 19. di
bawah ini:
Tabel 19.
Koordinat Lokasi untuk Masing-Masing ID Sub Zona
Perikanan Berkelanjutan Tradisional
Nama Zona
ID Zona
X
Y
124° 0' 58,41" BT
9° 15' 52,67" LS
124° 0' 42,57" BT
9° 18' 23,17" LS
123° 56' 0,11" BT
9° 21' 23,81" LS
123° 55' 57,86" BT
9° 25' 14,72" LS
123° 56' 6,72" BT
9° 25' 14,73" LS
123° 49' 22,63" BT
9° 29' 48,55" LS
123° 49' 21,94" BT
9° 29' 48,70" LS
123° 49' 23,37" BT
9° 27' 57,34" LS
123° 46' 32,59" BT
9° 27' 53,51" LS
123° 44' 57,92" BT
9° 30' 52,61" LS
123° 47' 23,81" BT
9° 32' 4,85" LS
123° 40' 1,59" BT
9° 45' 33,12" LS
123° 40' 1,64" BT
9° 45' 19,73" LS
123° 38' 34,37" BT
9° 45' 21,91" LS
123° 37' 51,59" BT
9° 46' 22,64" LS
Zona
123° 38' 50,16" BT
9° 47' 41,54" LS
Perikanan
4010
Berkelanjutan
123° 39' 45,75" BT
9° 47' 40,84" LS
Tradisional
123° 35' 47,30" BT
10° 2' 39,48" LS
123° 29' 40,37" BT
10° 5' 32,01" LS
123° 28' 4,42" BT
10° 3' 35,42" LS
123° 27' 49,97" BT
10° 3' 14,78" LS
123° 27' 30,37" BT
10° 3' 3,43" LS
123° 27' 10,76" BT
10° 3' 5,50" LS
123° 26' 8,56" BT
10° 3' 39,03" LS
123° 23' 2,27" BT
10° 5' 19,28" LS
123° 20' 51,06" BT
10° 6' 27,73" LS
123° 19' 39,87" BT
10° 8' 56,31" LS
123° 18' 35,89" BT
10° 10' 24,01" LS
123° 17' 29,86" BT
10° 11' 44,50" LS
123° 16' 42,40" BT
10° 12' 21,64" LS
123° 16' 0,09" BT
10° 13' 4,98" LS
123° 15' 4,37" BT
10° 14' 36,71" LS
95
Nama Zona
ID Zona
X
123° 14' 58,18" BT
123° 14' 58,19" BT
123° 14' 58,18" BT
123° 15' 5,41" BT
123° 15' 25,01" BT
123° 15' 27,07" BT
123° 15' 33,26" BT
123° 15' 40,74" BT
123° 15' 47,31" BT
123° 16' 10,25" BT
123° 16' 39,24" BT
123° 17' 27,79" BT
123° 18' 8,95" BT
123° 19' 4,78" BT
123° 19' 32,77" BT
123° 19' 30,97" BT
123° 22' 13,44" BT
123° 22' 31,42" BT
123° 17' 29,06" BT
123° 16' 57,10" BT
123° 13' 48,23" BT
123° 14' 45,65" BT
123° 8' 14,19" BT
123° 8' 26,88" BT
123° 7' 56,50" BT
123° 7' 21,79" BT
123° 6' 50,55" BT
123° 6' 8,06" BT
123° 6' 8,21" BT
123° 6' 24,96" BT
123° 5' 48,51" BT
123° 5' 28,82" BT
123° 5' 28,70" BT
123° 5' 24,92" BT
123° 4' 59,99" BT
123° 5' 0,15" BT
123° 5' 17,36" BT
123° 5' 34,69" BT
123° 4' 12,27" BT
123° 4' 12,21" BT
123° 4' 12,20" BT
123° 3' 43,11" BT
123° 3' 16,20" BT
123° 3' 41,65" BT
123° 3' 41,82" BT
123° 3' 41,73" BT
123° 3' 41,73" BT
122° 57' 58,65" BT
122° 57' 58,90" BT
96
Y
10° 15' 15,92" LS
10° 15' 15,96" LS
10° 15' 16,01" LS
10° 15' 56,25" LS
10° 16' 39,59" LS
10° 17' 22,93" LS
10° 18' 16,58" LS
10° 18' 46,23" LS
10° 19' 5,49" LS
10° 19' 29,32" LS
10° 19' 58,23" LS
10° 20' 32,78" LS
10° 20' 53,35" LS
10° 20' 44,13" LS
10° 20' 32,16" LS
10° 25' 33,09" LS
10° 25' 29,45" LS
10° 25' 51,73" LS
10° 30' 49,50" LS
10° 29' 26,25" LS
10° 31' 29,33" LS
10° 32' 34,47" LS
10° 38' 54,03" LS
10° 38' 29,54" LS
10° 38' 8,66" LS
10° 38' 14,88" LS
10° 38' 53,09" LS
10° 39' 19,93" LS
10° 39' 20,24" LS
10° 39' 54,91" LS
10° 40' 21,33" LS
10° 39' 50,68" LS
10° 39' 50,50" LS
10° 39' 54,79" LS
10° 40' 23,15" LS
10° 40' 23,28" LS
10° 40' 37,00" LS
10° 40' 50,80" LS
10° 42' 13,88" LS
10° 42' 13,91" LS
10° 42' 13,89" LS
10° 41' 39,62" LS
10° 42' 2,72" LS
10° 42' 28,91" LS
10° 42' 29,09" LS
10° 42' 29,28" LS
10° 42' 29,28" LS
10° 44' 34,19" LS
10° 43' 14,71" LS
Nama Zona
ID Zona
X
122° 55' 10,18" BT
122° 53' 25,34" BT
122° 53' 25,26" BT
122° 49' 57,51" BT
122° 49' 56,00" BT
122° 49' 24,84" BT
122° 49' 25,47" BT
122° 51' 7,02" BT
122° 53' 7,26" BT
122° 54' 25,76" BT
122° 54' 27,29" BT
122° 53' 16,90" BT
123° 10' 40,14" BT
123° 10' 15,14" BT
123° 10' 57,28" BT
123° 11' 30,43" BT
123° 11' 30,19" BT
123° 23' 29,71" BT
123° 23' 30,31" BT
123° 24' 52,31" BT
123° 26' 38,73" BT
123° 26' 38,73" BT
123° 25' 32,76" BT
123° 25' 30,56" BT
123° 26' 26,93" BT
123° 26' 30,74" BT
123° 29' 52,18" BT
123° 29' 51,62" BT
123° 27' 25,18" BT
123° 29' 1,01" BT
123° 28' 40,48" BT
123° 23' 46,13" BT
123° 21' 36,07" BT
123° 18' 44,94" BT
123° 15' 53,82" BT
123° 11' 54,23" BT
123° 8' 28,88" BT
123° 5' 24,06" BT
123° 2' 5,14" BT
123° 1' 38,17" BT
123° 0' 38,43" BT
122° 56' 57,52" BT
122° 54' 13,23" BT
122° 51' 1,57" BT
122° 47' 15,68" BT
122° 47' 1,99" BT
122° 45' 33,00" BT
122° 37' 20,15" BT
122° 34' 42,71" BT
97
Y
10° 43' 14,75" LS
10° 44' 9,79" LS
10° 45' 25,70" LS
10° 55' 51,71" LS
10° 55' 52,45" LS
10° 56' 32,68" LS
10° 59' 55,75" LS
11° 1' 42,40" LS
11° 1' 42,73" LS
11° 0' 32,15" LS
10° 57' 10,72" LS
10° 54' 52,86" LS
10° 49' 45,57" LS
10° 50' 11,65" LS
10° 50' 38,12" LS
10° 50' 43,77" LS
10° 50' 10,08" LS
10° 40' 54,34" LS
10° 42' 12,94" LS
10° 42' 12,29" LS
10° 39' 21,80" LS
10° 37' 43,86" LS
10° 37' 43,74" LS
10° 28' 19,78" LS
10° 29' 30,96" LS
10° 29' 41,29" LS
10° 29' 43,35" LS
10° 32' 24,58" LS
10° 33' 58,67" LS
10° 38' 24,96" LS
10° 41' 13,18" LS
10° 45' 4,53" LS
10° 44' 50,51" LS
10° 46' 56,71" LS
10° 52' 12,29" LS
10° 53' 57,51" LS
10° 53' 8,41" LS
10° 55' 49,75" LS
10° 58' 30,38" LS
10° 58' 52,16" LS
10° 59' 11,57" LS
11° 0' 23,37" LS
11° 3' 46,89" LS
11° 3' 53,91" LS
11° 0' 16,36" LS
10° 58' 10,06" LS
10° 53' 43,48" LS
10° 52' 40,35" LS
10° 48' 48,91" LS
Nama Zona
ID Zona
4020
X
122° 36' 11,69" BT
122° 41' 47,11" BT
122° 48' 58,35" BT
122° 53' 39,01" BT
122° 57' 16,78" BT
122° 57' 18,05" BT
123° 0' 50,25" BT
123° 6' 5,33" BT
123° 7' 20,43" BT
123° 18' 55,68" BT
123° 13' 31,69" BT
123° 12' 49,00" BT
123° 12' 28,46" BT
123° 12' 42,15" BT
123° 21' 29,23" BT
123° 27' 18,33" BT
123° 29' 48,93" BT
123° 31' 38,45" BT
123° 31' 24,76" BT
123° 36' 5,41" BT
123° 34' 56,96" BT
123° 37' 0,17" BT
123° 36' 39,64" BT
123° 39' 51,64" BT
123° 43' 50,88" BT
123° 45' 6,18" BT
123° 50' 0,52" BT
123° 54' 20,64" BT
123° 56' 58,08" BT
123° 56' 11,60" BT
123° 57' 14,25" BT
123° 57' 14,51" BT
122° 45' 0,00" BT
122° 45' 5,39" BT
122° 45' 56,72" BT
122° 47' 20,24" BT
122° 47' 40,09" BT
122° 47' 40,09" BT
122° 47' 12,21" BT
122° 42' 39,97" BT
122° 42' 40,75" BT
122° 45' 35,75" BT
122° 45' 36,41" BT
122° 42' 39,97" BT
122° 1' 49,83" BT
122° 3' 37,46" BT
122° 4' 12,18" BT
122° 3' 30,52" BT
122° 1' 32,47" BT
98
Y
10° 45' 32,57" LS
10° 44' 29,47" LS
10° 42' 58,34" LS
10° 41' 20,19" LS
10° 40' 10,51" LS
10° 40' 10,10" LS
10° 39' 56,08" LS
10° 36' 9,70" LS
10° 35' 15,75" LS
10° 23' 38,56" LS
10° 21' 26,28" LS
10° 21' 8,15" LS
10° 17' 45,10" LS
10° 14' 36,09" LS
10° 2' 56,30" LS
10° 1' 11,37" LS
10° 2' 56,30" LS
9° 58' 37,48" LS
9° 53' 15,79" LS
9° 50' 0,02" LS
9° 45' 48,35" LS
9° 42' 18,67" LS
9° 36' 57,24" LS
9° 33' 50,61" LS
9° 29' 58,09" LS
9° 27' 3,49" LS
9° 24' 57,79" LS
9° 20' 53,41" LS
9° 17' 58,88" LS
9° 16' 47,07" LS
9° 15' 52,64" LS
9° 15' 52,65" LS
10° 47' 8,10" LS
10° 47' 59,50" LS
10° 47' 56,69" LS
10° 47' 32,85" LS
10° 47' 14,62" LS
10° 46' 34,65" LS
10° 46' 34,65" LS
10° 48' 42,50" LS
10° 51' 2,18" LS
10° 51' 0,73" LS
10° 48' 41,92" LS
10° 48' 42,50" LS
10° 23' 40,81" LS
10° 25' 55,81" LS
10° 28' 21,48" LS
10° 30' 15,18" LS
10° 35' 45,70" LS
Nama Zona
ID Zona
X
121° 58' 28,45" BT
121° 53' 19,43" BT
121° 50' 8,47" BT
121° 47' 0,98" BT
121° 43' 53,49" BT
121° 41' 3,35" BT
121° 37' 28,09" BT
121° 34' 17,12" BT
121° 30' 24,49" BT
121° 27' 55,19" BT
121° 27' 27,42" BT
121° 30' 17,55" BT
121° 33' 18,10" BT
121° 38' 16,70" BT
121° 47' 11,39" BT
121° 48' 59,03" BT
121° 55' 14,01" BT
122° 1' 49,83" BT
121° 52' 14,26" BT
121° 52' 14,07" BT
121° 51' 45,94" BT
121° 50' 46,93" BT
121° 49' 55,11" BT
121° 49' 50,40" BT
121° 50' 37,49" BT
121° 50' 37,50" BT
121° 43' 42,27" BT
121° 43' 42,27" BT
121° 43' 44,89" BT
121° 43' 16,55" BT
121° 41' 8,45" BT
121° 41' 38,22" BT
121° 52' 8,93" BT
121° 52' 8,96" BT
121° 52' 47,79" BT
121° 56' 44,45" BT
121° 56' 18,69" BT
121° 56' 5,50" BT
121° 58' 24,29" BT
121° 58' 24,29" BT
121° 59' 22,07" BT
121° 59' 48,37" BT
121° 59' 16,01" BT
122° 0' 21,26" BT
122° 1' 12,38" BT
122° 1' 14,84" BT
122° 0' 48,72" BT
122° 0' 27,68" BT
121° 59' 52,65" BT
99
Y
10° 36' 46,13" LS
10° 40' 37,21" LS
10° 41' 2,10" LS
10° 40' 19,43" LS
10° 40' 22,99" LS
10° 38' 54,11" LS
10° 41' 19,87" LS
10° 42' 6,10" LS
10° 41' 48,32" LS
10° 39' 58,10" LS
10° 37' 21,68" LS
10° 33' 59,07" LS
10° 32' 23,11" LS
10° 32' 16,01" LS
10° 27' 6,86" LS
10° 23' 19,50" LS
10° 21' 36,49" LS
10° 23' 40,81" LS
10° 25' 52,33" LS
10° 25' 52,45" LS
10° 25' 9,99" LS
10° 25' 45,24" LS
10° 26' 35,78" LS
10° 27' 4,91" LS
10° 27' 15,28" LS
10° 27' 15,38" LS
10° 32' 58,01" LS
10° 32' 58,01" LS
10° 32' 56,07" LS
10° 32' 8,34" LS
10° 33' 41,39" LS
10° 34' 12,44" LS
10° 37' 3,09" LS
10° 37' 3,03" LS
10° 37' 54,46" LS
10° 34' 37,54" LS
10° 34' 13,79" LS
10° 34' 1,63" LS
10° 32' 57,99" LS
10° 33' 39,53" LS
10° 33' 39,53" LS
10° 33' 6,01" LS
10° 32' 45,73" LS
10° 28' 15,14" LS
10° 28' 20,40" LS
10° 27' 10,93" LS
10° 26' 23,31" LS
10° 25' 59,36" LS
10° 26' 31,91" LS
Nama Zona
ID Zona
4030
4040
X
121° 59' 52,58" BT
121° 37' 53,12" BT
121° 38' 37,91" BT
121° 38' 42,05" BT
121° 38' 10,17" BT
121° 38' 6,40" BT
121° 33' 7,13" BT
121° 33' 4,12" BT
121° 34' 43,63" BT
121° 34' 44,93" BT
121° 36' 42,20" BT
121° 37' 53,12" BT
123° 29' 47,02" BT
123° 29' 43,42" BT
123° 29' 42,62" BT
123° 29' 32,84" BT
123° 29' 35,70" BT
123° 29' 47,41" BT
123° 29' 46,44" BT
123° 29' 51,25" BT
123° 29' 51,25" BT
123° 28' 47,35" BT
123° 25' 13,36" BT
123° 24' 44,06" BT
123° 24' 44,08" BT
123° 24' 48,99" BT
123° 24' 56,17" BT
123° 25' 6,01" BT
123° 25' 6,02" BT
123° 25' 33,10" BT
123° 25' 33,28" BT
123° 26' 30,52" BT
123° 27' 3,54" BT
123° 28' 15,77" BT
123° 29' 20,95" BT
124° 18' 19,59" BT
124° 10' 4,43" BT
124° 8' 30,57" BT
124° 7' 19,24" BT
124° 4' 56,57" BT
123° 59' 28,06" BT
123° 51' 18,11" BT
123° 42' 34,37" BT
123° 32' 51,82" BT
123° 29' 46,76" BT
123° 29' 44,29" BT
123° 33' 1,02" BT
123° 33' 4,02" BT
123° 55' 28,76" BT
100
Y
10° 26' 31,87" LS
10° 37' 53,02" LS
10° 37' 25,00" LS
10° 36' 22,14" LS
10° 36' 21,54" LS
10° 36' 24,81" LS
10° 38' 23,87" LS
10° 39' 9,12" LS
10° 39' 12,35" LS
10° 38' 32,51" LS
10° 37' 58,73" LS
10° 37' 53,02" LS
10° 15' 44,81" LS
10° 15' 45,65" LS
10° 15' 43,35" LS
10° 15' 44,62" LS
10° 15' 59,04" LS
10° 15' 57,17" LS
10° 15' 54,39" LS
10° 15' 53,32" LS
10° 15' 53,28" LS
10° 18' 34,58" LS
10° 17' 39,35" LS
10° 14' 35,91" LS
10° 14' 35,82" LS
10° 14' 35,87" LS
10° 14' 36,08" LS
10° 14' 38,94" LS
10° 14' 38,90" LS
10° 14' 45,79" LS
10° 14' 45,97" LS
10° 15' 0,44" LS
10° 15' 6,63" LS
10° 14' 43,93" LS
10° 14' 1,05" LS
10° 13' 40,44" LS
10° 12' 56,71" LS
10° 13' 48,54" LS
10° 15' 53,31" LS
10° 17' 19,71" LS
10° 20' 6,75" LS
10° 23' 41,83" LS
10° 25' 33,23" LS
10° 23' 47,60" LS
10° 24' 30,03" LS
10° 22' 18,25" LS
10° 20' 45,64" LS
10° 19' 51,10" LS
10° 17' 42,61" LS
Nama Zona
ID Zona
4050
4070
X
123° 55' 41,74" BT
123° 56' 15,16" BT
123° 58' 7,11" BT
124° 0' 4,31" BT
124° 1' 10,30" BT
124° 1' 5,22" BT
124° 1' 3,87" BT
124° 6' 1,47" BT
124° 22' 9,51" BT
120° 38' 58,21" BT
120° 51' 39,87" BT
120° 54' 26,58" BT
120° 54' 8,60" BT
120° 51' 19,60" BT
120° 48' 23,41" BT
120° 46' 10,36" BT
120° 36' 38,63" BT
120° 33' 13,67" BT
120° 32' 5,35" BT
120° 30' 47,03" BT
120° 30' 13,89" BT
120° 27' 6,91" BT
120° 20' 31,37" BT
120° 16' 23,26" BT
120° 15' 36,52" BT
120° 11' 5,01" BT
120° 7' 55,76" BT
120° 9' 5,59" BT
120° 8' 41,54" BT
120° 8' 41,54" BT
120° 5' 48,30" BT
120° 8' 50,49" BT
120° 23' 7,33" BT
120° 22' 3,07" BT
120° 26' 55,12" BT
120° 27' 11,44" BT
120° 45' 42,14" BT
120° 46' 20,11" BT
120° 45' 17,08" BT
120° 44' 48,46" BT
120° 44' 35,22" BT
120° 38' 58,02" BT
120° 38' 58,21" BT
119° 59' 33,18" BT
120° 0' 20,46" BT
120° 3' 2,02" BT
120° 5' 31,76" BT
120° 7' 22,09" BT
120° 12' 29,87" BT
101
Y
10° 18' 28,77" LS
10° 19' 4,66" LS
10° 19' 13,65" LS
10° 18' 21,89" LS
10° 17' 52,75" LS
10° 16' 34,50" LS
10° 16' 24,48" LS
10° 11' 16,09" LS
10° 11' 11,00" LS
9° 51' 7,35" LS
9° 56' 5,54" LS
10° 1' 10,67" LS
10° 5' 9,54" LS
10° 10' 10,96" LS
10° 11' 31,84" LS
10° 14' 35,68" LS
10° 18' 53,10" LS
10° 18' 1,61" LS
10° 18' 45,75" LS
10° 20' 36,88" LS
10° 21' 23,90" LS
10° 22' 33,80" LS
10° 18' 45,75" LS
10° 18' 42,07" LS
10° 21' 20,23" LS
10° 23' 14,41" LS
10° 21' 28,35" LS
10° 21' 25,37" LS
10° 16' 40,70" LS
10° 16' 40,68" LS
10° 16' 49,78" LS
10° 13' 16,61" LS
10° 15' 58,79" LS
10° 17' 30,80" LS
10° 20' 28,51" LS
10° 18' 51,26" LS
9° 56' 5,26" LS
9° 55' 16,05" LS
9° 54' 26,48" LS
9° 54' 25,65" LS
9° 55' 23,15" LS
9° 51' 7,60" LS
9° 51' 7,35" LS
9° 15' 0,17" LS
9° 17' 8,75" LS
9° 20' 13,60" LS
9° 22' 42,31" LS
9° 25' 19,07" LS
9° 24' 40,52" LS
Nama Zona
ID Zona
X
120° 11' 28,93" BT
119° 56' 38,87" BT
119° 57' 39,52" BT
119° 57' 39,52" BT
119° 56' 8,15" BT
119° 55' 14,14" BT
119° 52' 56,81" BT
119° 53' 46,53" BT
119° 51' 47,18" BT
119° 51' 13,09" BT
119° 49' 39,21" BT
119° 50' 23,76" BT
119° 45' 13,16" BT
119° 45' 15,63" BT
119° 40' 15,73" BT
119° 39' 25,27" BT
119° 25' 57,03" BT
119° 25' 56,61" BT
119° 24' 21,91" BT
119° 24' 21,91" BT
119° 19' 39,41" BT
119° 19' 39,81" BT
119° 16' 26,89" BT
119° 16' 26,45" BT
119° 11' 24,31" BT
119° 11' 24,62" BT
119° 10' 15,87" BT
119° 8' 11,75" BT
119° 8' 43,09" BT
118° 58' 55,57" BT
118° 58' 11,40" BT
118° 57' 3,73" BT
118° 57' 49,07" BT
118° 55' 44,98" BT
118° 55' 40,39" BT
118° 55' 40,10" BT
118° 59' 43,44" BT
119° 4' 54,73" BT
119° 10' 9,97" BT
119° 13' 3,35" BT
119° 18' 6,76" BT
119° 22' 46,53" BT
119° 28' 13,59" BT
119° 31' 50,31" BT
119° 36' 22,20" BT
119° 40' 14,69" BT
119° 41' 49,26" BT
119° 43' 7,94" BT
119° 43' 25,67" BT
102
Y
9° 28' 20,15" LS
9° 17' 28,01" LS
9° 16' 49,87" LS
9° 16' 18,23" LS
9° 15' 24,33" LS
9° 15' 23,16" LS
9° 18' 28,32" LS
9° 19' 14,08" LS
9° 20' 41,00" LS
9° 19' 43,56" LS
9° 20' 50,72" LS
9° 21' 36,78" LS
9° 23' 9,17" LS
9° 21' 54,77" LS
9° 20' 23,50" LS
9° 22' 4,96" LS
9° 22' 19,91" LS
9° 21' 35,23" LS
9° 21' 35,23" LS
9° 22' 28,09" LS
9° 22' 18,96" LS
9° 20' 29,10" LS
9° 20' 29,10" LS
9° 22' 0,43" LS
9° 22' 26,44" LS
9° 21' 31,13" LS
9° 21' 32,29" LS
9° 22' 30,62" LS
9° 23' 23,42" LS
9° 27' 52,33" LS
9° 27' 17,75" LS
9° 28' 39,13" LS
9° 29' 6,18" LS
9° 32' 35,57" LS
9° 32' 36,46" LS
9° 25' 45,71" LS
9° 22' 50,34" LS
9° 21' 38,00" LS
9° 18' 53,23" LS
9° 19' 17,34" LS
9° 17' 52,95" LS
9° 19' 9,30" LS
9° 17' 48,93" LS
9° 18' 49,21" LS
9° 17' 4,73" LS
9° 17' 56,97" LS
9° 19' 13,32" LS
9° 19' 21,34" LS
9° 19' 23,15" LS
Nama Zona
ID Zona
4080
X
119° 47' 4,49" BT
119° 51' 20,62" BT
119° 53' 42,48" BT
119° 56' 24,03" BT
119° 59' 33,18" BT
120° 16' 12,59" BT
120° 15' 53,71" BT
120° 16' 45,49" BT
120° 17' 38,68" BT
120° 17' 30,32" BT
120° 22' 22,87" BT
120° 22' 22,96" BT
120° 20' 8,20" BT
120° 16' 37,69" BT
120° 13' 4,91" BT
120° 11' 50,04" BT
120° 8' 25,13" BT
119° 58' 30,13" BT
119° 57' 7,38" BT
119° 54' 37,64" BT
119° 51' 20,54" BT
119° 52' 17,68" BT
119° 52' 17,68" BT
119° 52' 17,69" BT
119° 52' 17,69" BT
119° 54' 49,23" BT
119° 55' 35,99" BT
119° 55' 18,48" BT
119° 59' 50,58" BT
119° 59' 50,58" BT
120° 1' 51,88" BT
120° 1' 52,13" BT
Y
9° 19' 45,47" LS
9° 16' 48,66" LS
9° 13' 39,81" LS
9° 13' 3,66" LS
9° 15' 0,17" LS
8° 50' 53,43" LS
8° 51' 30,17" LS
8° 51' 45,66" LS
8° 51' 27,75" LS
8° 50' 48,07" LS
8° 49' 4,23" LS
8° 49' 4,81" LS
8° 57' 9,79" LS
8° 58' 36,16" LS
8° 56' 59,81" LS
8° 53' 47,12" LS
8° 50' 50,51" LS
8° 53' 2,97" LS
8° 54' 55,36" LS
8° 55' 39,52" LS
8° 54' 39,64" LS
8° 51' 47,82" LS
8° 51' 47,81" LS
8° 51' 47,82" LS
8° 51' 47,82" LS
8° 52' 34,86" LS
8° 52' 19,78" LS
8° 51' 42,19" LS
8° 49' 4,91" LS
8° 50' 0,50" LS
8° 49' 59,98" LS
8° 48' 50,52" LS
Koordinat lokasi untuk masing-masing ID Sub Zona Perlindungan
Setasea,
letak
dan
luasan
masing-masing
ID
Zona Perikanan
Berkelanjutan sebagaimana terdapat pada tabel 20. dan tabel 21. di
bawah ini:
Tabel 20. Koordinat Lokasi untuk Masing-Masing ID Sub Zona
Perlindungan Setasea
Nama Zona
Zona
Perlindungan
Setasea
Zona
ID
5000
X
121°
121°
121°
121°
121°
12'
12'
20'
20'
12'
37,64"
41,66"
37,35"
33,33"
37,64"
103
Y
BT
BT
BT
BT
BT
10°
10°
10°
10°
10°
45'
53'
53'
45'
45'
37,78"
22,26"
15,39"
30,92"
37,78"
LS
LS
LS
LS
LS
Nama Zona
Zona
ID
X
Y
121° 23' 52,35" BT
121° 52' 41,38" BT
122° 4' 9,61" BT
122° 38' 24,65" BT
123° 6' 31,16" BT
123° 8' 13,49" BT
123° 7' 20,43" BT
123° 6' 5,33" BT
123° 0' 50,25" BT
122° 57' 18,05" BT
122° 57' 16,78" BT
122° 53' 39,01" BT
122° 48' 58,35" BT
122° 41' 47,11" BT
122° 36' 11,69" BT
122° 34' 42,71" BT
122° 37' 20,15" BT
122° 45' 33,00" BT
122° 47' 1,99" BT
122° 47' 15,68" BT
122° 51' 1,57" BT
122° 54' 13,23" BT
122° 56' 57,52" BT
123° 0' 38,43" BT
123° 1' 38,17" BT
123° 2' 5,14" BT
123° 1' 6,86" BT
122° 52' 46,77" BT
121° 50' 11,01" BT
121° 14' 11,41" BT
121° 9' 3,77" BT
121° 12' 37,64" BT
121° 44' 31,66" BT
121° 37' 49,20" BT
121° 27' 11,75" BT
121° 30' 17,55" BT
121° 27' 27,42" BT
121° 27' 55,19" BT
121° 30' 24,49" BT
121° 34' 17,12" BT
121° 37' 28,09" BT
121° 41' 3,35" BT
121° 43' 53,49" BT
121° 47' 0,98" BT
121° 50' 8,47" BT
121° 53' 19,43" BT
121° 58' 28,45" BT
122° 1' 32,47" BT
122° 3' 30,52" BT
10° 8' 42,44" LS
10° 20' 0,07" LS
10° 24' 29,90" LS
10° 24' 28,36" LS
10° 33' 45,57" LS
10° 34' 22,96" LS
10° 35' 15,75" LS
10° 36' 9,70" LS
10° 39' 56,08" LS
10° 40' 10,10" LS
10° 40' 10,51" LS
10° 41' 20,19" LS
10° 42' 58,34" LS
10° 44' 29,47" LS
10° 45' 32,57" LS
10° 48' 48,91" LS
10° 52' 40,35" LS
10° 53' 43,48" LS
10° 58' 10,06" LS
11° 0' 16,36" LS
11° 3' 53,91" LS
11° 3' 46,89" LS
11° 0' 23,37" LS
10° 59' 11,57" LS
10° 58' 52,16" LS
10° 58' 30,38" LS
11° 3' 55,94" LS
11° 9' 21,94" LS
10° 47' 5,26" LS
11° 0' 11,82" LS
10° 57' 10,87" LS
10° 45' 37,78" LS
10° 28' 39,21" LS
10° 17' 57,84" LS
10° 21' 49,78" LS
10° 33' 59,07" LS
10° 37' 21,68" LS
10° 39' 58,10" LS
10° 41' 48,32" LS
10° 42' 6,10" LS
10° 41' 19,87" LS
10° 38' 54,11" LS
10° 40' 22,99" LS
10° 40' 19,43" LS
10° 41' 2,10" LS
10° 40' 37,21" LS
10° 36' 46,13" LS
10° 35' 45,70" LS
10° 30' 15,18" LS
104
Nama Zona
Zona
ID
5010
5020
5030
5040
X
Y
122° 4' 12,18" BT
122° 3' 37,46" BT
122° 1' 49,83" BT
121° 55' 14,01" BT
121° 48' 59,03" BT
121° 47' 11,39" BT
121° 44' 31,66" BT
120° 20' 31,37" BT
120° 27' 6,91" BT
120° 30' 13,89" BT
120° 30' 47,03" BT
120° 30' 53,36" BT
120° 11' 5,01" BT
120° 15' 36,52" BT
120° 16' 23,26" BT
120° 20' 31,37" BT
123° 25' 13,36" BT
123° 28' 47,35" BT
123° 27' 21,85" BT
123° 26' 38,48" BT
123° 26' 40,75" BT
123° 27' 46,96" BT
123° 29' 31,88" BT
123° 29' 44,29" BT
123° 26' 30,74" BT
123° 26' 26,93" BT
123° 25' 30,56" BT
123° 22' 31,42" BT
123° 22' 13,44" BT
123° 19' 30,97" BT
123° 19' 32,77" BT
123° 19' 30,54" BT
123° 43' 50,88" BT
123° 39' 51,64" BT
123° 38' 29,23" BT
123° 56' 11,60" BT
123° 56' 58,08" BT
123° 54' 20,64" BT
123° 50' 0,52" BT
123° 45' 6,18" BT
123° 43' 50,88" BT
120° 11' 50,04" BT
120° 13' 4,91" BT
120° 16' 37,69" BT
120° 20' 8,20" BT
120° 12' 29,87" BT
120° 7' 22,09" BT
120° 5' 31,76" BT
120° 3' 2,02" BT
10° 28' 21,48" LS
10° 25' 55,81" LS
10° 23' 40,81" LS
10° 21' 36,49" LS
10° 23' 19,50" LS
10° 27' 6,86" LS
10° 28' 39,21" LS
10° 18' 45,75" LS
10° 22' 33,80" LS
10° 21' 23,90" LS
10° 20' 36,88" LS
10° 34' 44,60" LS
10° 23' 14,41" LS
10° 21' 20,23" LS
10° 18' 42,07" LS
10° 18' 45,75" LS
10° 17' 39,35" LS
10° 18' 34,58" LS
10° 20' 53,64" LS
10° 20' 52,14" LS
10° 22' 1,92" LS
10° 22' 25,90" LS
10° 22' 24,09" LS
10° 22' 18,25" LS
10° 29' 41,29" LS
10° 29' 30,96" LS
10° 28' 19,78" LS
10° 25' 51,73" LS
10° 25' 29,45" LS
10° 25' 33,09" LS
10° 20' 32,16" LS
10° 20' 20,05" LS
9° 29' 58,09" LS
9° 33' 50,61" LS
9° 32' 10,40" LS
9° 16' 47,07" LS
9° 17' 58,88" LS
9° 20' 53,41" LS
9° 24' 57,79" LS
9° 27' 3,49" LS
9° 29' 58,09" LS
8° 53' 47,12" LS
8° 56' 59,81" LS
8° 58' 36,16" LS
8° 57' 9,79" LS
9° 24' 40,52" LS
9° 25' 19,07" LS
9° 22' 42,31" LS
9° 20' 13,60" LS
105
Nama Zona
Zona
ID
5050
X
Y
120° 0' 20,46" BT
119° 59' 33,18" BT
119° 56' 24,03" BT
119° 53' 42,48" BT
119° 51' 20,62" BT
119° 47' 4,49" BT
119° 43' 25,67" BT
119° 43' 7,94" BT
119° 45' 59,63" BT
119° 51' 20,54" BT
119° 54' 37,64" BT
119° 57' 7,38" BT
119° 58' 30,13" BT
120° 8' 25,13" BT
120° 11' 50,04" BT
123° 4' 53,31'' BT
122° 52' 46,77'' BT
122° 18' 30,54'' BT
122° 35' 22,04'' BT
122° 38' 24,65'' BT
123° 8' 13,49'' BT
123° 4' 53,33'' BT
9° 17' 8,75" LS
9° 15' 0,17" LS
9° 13' 3,66" LS
9° 13' 39,81" LS
9° 16' 48,66" LS
9° 19' 45,47" LS
9° 19' 23,15" LS
9° 19' 21,34" LS
9° 10' 45,22" LS
8° 54' 39,64" LS
8° 55' 39,52" LS
8° 54' 55,36" LS
8° 53' 2,97" LS
8° 50' 50,51" LS
8° 53' 47,12" LS
11° 1' 28,35'' LS
11° 9' 21,94'' LS
10° 57' 9,94'' LS
10° 21' 21,17'' LS
10° 24' 28,36'' LS
10° 34' 22,96'' LS
10° 56' 14,56'' LS
106
Tabel 21. Letak dan Luasan Masing-masing ID Zona Perikanan Berkelanjutan
No
ID_Zona
1
4010
2
4020
3
4030
4
4040
5
4050
6
4070
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Perikanan
Perikanan
Perairan Rote
Berkelanjutan Berkelanjutan Ndao s/d
Tradisional
perairan
sebelah Utara
Kupang
Perikanan
Perikanan
Perairan Sabu
Berkelanjutan Berkelanjutan Raijua
Tradisional
Perikanan
Perikanan
Perairan Selat
Berkelanjutan Berkelanjutan Semau
Tradisional
Perikanan
Perikanan
Perairan
Berkelanjutan Berkelanjutan sebelah
Tradisional
selatan
Kupang dan
TTS
Perikanan
Perikanan
Perairan
Berkelanjutan Berkelanjutan sebelah
selatan
Tradisional
Praimaditha
s/d
Lumbukore
Perikanan
Perikanan
Perairan
Berkelanjutan Berkelanjutan Atedalo s/d
Hambapraing
Tradisional
107
Kabupaten
Rote Ndao
dan
Kupang
Sabu
Raijua
Desa
Luas
(Hektar)
215766,88
75959,19
Kupang
5217,22
Kupang
dan TTS
53219,73
Sumba
Timur
88487,19
Sumba
Barat
Daya s/d
Sumba
Timur
97770,56
Keterangan
No
ID_Zona
7
4080
Zona
Sub Zona
Perikanan
Perikanan
Berkelanjutan Berkelanjutan
Tradisional
Luas Total Zona Perikanan Berkelanjutan
1
6000
2
6010
3
6020
4
6030
5
6040
Nama Lokasi
Perairan
Nangabere s/d
Terong
Tradisional
Perikanan
Perikanan
Perairan
Berkelanjutan Berkelanjutan sebelah
Umum
tenggara Rote
s/d Sebelah
selatan TTS
Perikanan
Perikanan
Perairan
Berkelanjutan Berkelanjutan antara Sumba
Umum
Timur dan
Sabu Raijua
Perikanan
Perikanan
Perairan
Berkelanjutan Berkelanjutan sebelah Utara
Umum
Rote s/d
sebelah Utara
Kupang
Perikanan
Perikanan
Perairan
Berkelanjutan Berkelanjutan sebelah Utara
Umum
Sumba
(Sumba Barat
Daya s/d
Sumba
Tengah)
Perikanan
Perikanan
Perairan
Berkelanjutan Berkelanjutan sebelah Barat
Umum
– Barat Daya
108
Kabupaten
Manggarai
Barat dan
Manggarai
Desa
Luas
(Hektar)
45550,06
581970,83
Rote,
Kupang,
s/d TTS
113032,08
Sumba
Timur s/d
Sabu
Raijua
Rote s/d
Kupang
363378,80
Sumba
Barat
Daya s/d
Sumba
Tengah
151459,25
Sabu
Raijua
111187,98
653800,49
Keterangan
17,34 % dari luas
TNP Laut Sawu
No
ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Pulau Dana
Sabu Raijua
Luas Total Zona Perikanan Berkelanjutan Umum
1
5000
Perikanan
Perlindungan
Berkelanjutan Setasea
2
5010
Perikanan
Perlindungan
Berkelanjutan Setasea
3
5020
Perikanan
Perlindungan
Berkelanjutan Setasea
4
5030
Perikanan
Perlindungan
Berkelanjutan Setasea
5
5040
6
5050
Perikanan
Berkelanjutan
Perikanan
Berkelanjutan
Perlindungan
Setasea
Perlindungan
Setasea
Perairan Rote
Barat dsk
serta
Perairan
Sabu Raijua
dsk
Perairan
sebelah
Selatan
Tanjung
Nguyu
Selat antara
Rote dan
Kupang
Barat
Perairan
sebelah
Utara
Kupang
(Soliu s/d
Kifu)
Selat Sumba
Perairan Rote
Barat dsk
109
Desa
Luas
(Hektar)
1392858,61
Rote Ndao
dan Sabu
Raijua
530958,20
Sumba
Timur
53937,49
Rote Ndao
s/d Kupang
28980,94
Kupang
35942,12
251179,65
Rote Ndao
339770,13
Keterangan
41,51 % dari luas
TNP Laut Sawu
No
ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Luas Total Zona Perlindungan Setasea
Desa
Luas
Keterangan
(Hektar)
1240768,54 36,98 % dari luas
TNP Laut Sawu
2. Potensi
Potensi dan fitur konservasi untuk masing-masing ID Zona Perikanan Berkelanjutan sebagaimana terdapat pada tabel 22. di
bawah ini:
Tabel 22. Potensi dan Fitur Konservasi untuk masing-masing ID Zona Perikanan Berkelanjutan
Zona
Sub Zona
Perikanan
Perikanan
Berkelanjutan Berkelanjutan
Tradisional
ID_Zona
4010
Kategori Fitur
Konservasi
Habitat Wilayah
Pesisir
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung
Konservasi
110
Potensi dan Fitur Konservasi
Estuari
Luas (Hektar)
145,23
Mangrove
Terumbu Karang
Lamun
Sills
Selat
112,13
23118,96
2044,50
46032,37
109076,64
Upwelling
Kawasan Konservasi Eksisting
(TB. Pulau Ndana)
Wisata Selam
Daerah Mistis/ Angker
Budidaya Mutiara
Pos pengawasan (TNI AL)
Wisata Rekreasi
Surfing
104071,84
0,02
49,31
153,58
7019,44
6392,96
421,36
402,17
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Wisata Berenang
Pengetahuan Lokal Usulan Daerah Larang Ambil
Spesies
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Dugong
Pari Manta
Hiu
SPAGS
Penyu
Paus
Paus
Luas Zona 4010
4020
Habitat Wilayah
Terumbu Karang
Pesisir
Lamun
Habitat Perairan
Sills
Dalam dan
Selat
Oseanografi
Kondisi yang
Wisata Selam
Mendukung
Wisata Rekreasi
Konservasi
Surfing
Spesies
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Dugong
Hiu
Penyu
111
Luas (Hektar)
14,78
169,21
175944,87
70288,07
13649,75
1199,33
1640,16
947,09
25964,42
14585,31
59950,90
215766,88
4897,29
297,35
75173,83
75959,19
66,57
283,52
311,17
75959,19
35844,17
3991,82
78,52
9740,14
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Paus
Luas Zona 4020
4030
Habitat Wilayah
Pesisir
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung
Konservasi
Mangrove
Terumbu Karang
Lamun
Upwelling
Kawasan Konservasi Eksisting
(SM. Perhatu dan TWAL. Teluk
Kupang)
Wisata Selam
Lilifuk (Kearifan Lokal)
Pos pengawasan (Polair dan TNI
AL)
Pengetahuan Lokal Usulan Daerah Larang Ambil
Spesies
Koridor Setasea
Buaya
Lumba-lumba
Paus
Luas Zona 4030
4040
Habitat Wilayah
Estuari
Pesisir
Terumbu Karang
Habitat Perairan
Selat
Dalam dan
Upwelling
Oseanografi
112
Luas (Hektar)
40755,06
75959,19
0,01
1054,81
126,50
5185,02
0,01
2,99
0,00016
500,14
80,48
393,83
38,19
265,45
2563,98
5217,22
7,52
265,38
50391,38
40638,11
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Kondisi yang
Mendukung
Konservasi
Spesies
Luas Zona 4040
4050
Habitat Wilayah
Pesisir
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Potensi dan Fitur Konservasi
Wisata Rekreasi
Surfing
971,55
971,55
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Dugong
Pari Manta
Hiu
Penyu
Paus
Estuari
10343,75
4259,96
407,31
52,67
4718,01
1132,12
65,64
53219,73
260,56
Mangrove
Terumbu Karang
Lamun
Pulau Satelit
42,23
14454,42
1290,64
49049,59
Sills
46920,29
Selat
Upwelling
Kondisi yang
Tokoh Masyarakat yang
Mendukung
Mendukung Konservasi
Konservasi
Surfing
Wisata Berenang
Pengetahuan Lokal Usulan Daerah Larang Ambil
Spesies
Koridor Setasea
Buaya
113
Luas (Hektar)
42605,40
86679,14
54,50
80,35
80,36
1064,74
86825,75
1,40
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Lumba-lumba
Dugong
Pari Manta
Hiu
SPAGS
Penyu
Paus
Paus
Luas Zona 4050
4070
Habitat Wilayah
Pesisir
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung
Konservasi
Spesies
114
Luas (Hektar)
Estuari
26069,05
3004,74
1674,13
10657,84
626,11
5504,76
70708,20
3125,47
88487,19
0,48
Terumbu Karang
Lamun
Selat
2980,65
87,18
62798,57
Pos pengawasan (DKP, Polair,
dan TNI AL)
Wisata Rekreasi
Surfing
Wisata Berenang
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Dugong
Pari Manta
Hiu
SPAGS
11892,78
693,98
52,56
420,40
1829,21
18392,34
894,25
131,08
52959,04
319,33
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Penyu
Paus
Paus
Luas Zona 4070
4080
Habitat Wilayah
Pesisir
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung
Konservasi
Perikanan
Perikanan
Berkelanjutan Berkelanjutan
Umum
Estuari
4421,48
23326,27
10672,74
97770,56
21,87
Terumbu Karang
Lamun
Pulau Satelit
690,96
12,90
12211,76
Selat
Upwelling
Wisata Selam
Wisata Rekreasi
Wisata Berenang
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Dugong
Pari Manta
Hiu
SPAGS
Penyu
Paus
Spesies
Luas Zona 4080
6000
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
115
Luas (Hektar)
Selat
Upwelling
2214,11
34990,32
367,86
367,86
0,02
5218,27
28586,32
186,45
78,52
3888,26
179,63
3813,15
27421,01
45550,06
13532,30
1755,92
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Spesies
Luas Zona 6000
6010
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Potensi dan Fitur Konservasi
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Paus
Pulau Satelit
Sills
Selat
Upwelling
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Paus
Spesies
Luas Zona 6010
6020
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Spesies
Luas Zona 6020
6030
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Spesies
Luas Zona 6030
6040
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Upwelling
Koridor Setasea
Paus
Selat
Hiu
Pulau Satelit
Sills
Selat
116
Luas (Hektar)
2807,17
1391,82
11,73
113032,08
1597,60
39446,57
37994,95
40347,29
40347,29
4184,95
38329,45
363378,80
49,42
3737,48
902,80
653800,49
64,56
64,56
151459,25
319,52
7889,31
7598,99
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Upwelling
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Paus
Spesies
Perikanan
Perlindungan
Berkelanjutan Setasea
Potensi dan Fitur Konservasi
Luas Zona 6040
5000
Habitat Wilayah
Pesisir
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Terumbu Karang
Sills
Selat
Upwelling
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Paus
Spesies
Luas Zona 5000
5010
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Spesies
Pulau Satelit
Upwelling
Luas Zona 5010
5020
Habitat Wilayah
Pesisir
Terumbu Karang
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
117
Koridor Setasea
Paus
Lamun
Selat
Upwelling
Luas (Hektar)
8069,46
8069,46
836,99
7665,89
111187,98
10,53
14537,53
51092,8
23313,59
51399
973,87
17299,02
530958,20
5587,95
6349,53
6349,53
680,39
53937,49
3392,11
127,73
7439,65
8958,72
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Kondisi yang
Mendukung
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Kawasan Konservasi Eksisting
(TWAL Teluk Kupang)
Wisata Rekreasi
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Paus
Spesies
Luas Zona 5020
5030
Spesies
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Dugong
Paus
Paus
Luas Zona 5030
5040
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Spesies
Luas Zona 5040
5050
Habitat Wilayah
Pesisir
Habitat Perairan
Dalam dan
Oseanografi
Selat
Upwelling
Lumba-lumba
Hiu
Paus
Paus
Terumbu Karang
Sills
Selat
118
Luas (Hektar)
0,01
7,37
25803,97
3648,16
3502,86
28980,94
2802,79
2802,79
2769,51
451,67
2802,79
35942,12
444,85
163,21
163,21
2553,68
2108,83
163,21
251179,65
5,27
7268,77
25546,40
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Upwelling
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Paus
Spesies
Luas Zona 5050
119
Luas (Hektar)
11656,79
25699,50
486,94
8649,51
339770,13
3. Peruntukan/Tujuan Zona
a. Peruntukan/Tujuan Sub Zona Perikanan Berkelanjutan Umum,
yaitu perlindungan habitat dan populasi ikan; penangkapan ikan
dengan alat dan cara yang ramah lingkungan; budidaya ramah
lingkungan;
pariwisata
dan
rekreasi;
penelitian
dan
pengembangan; pendidikan; dan alur pelayaran.
1) kegiatan
perlindungan
habitat
dan
populasi
ikan
yang
diperbolehkan yaitu: Perlindungan proses-proses ekologis yang
menunjang
kelangsungan
hidup
dari
suatu
jenis
atau
sumberdaya ikan dan ekosistemnya; Pengamanan, pencegahan
dan/atau
pembatasan
kegiatan-kegiatan
yang
dapat
mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan
perubahan fungsi kawasan; Pengelolaan jenis sumberdaya ikan
beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan keseimbangan
antara populasi dan habitatnya; Alur migrasi biota perairan;
Pemulihan.
2) kegiatan Penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah
lingkungan meliputi: alat penangkapan ikan yang sifatnya
statis atau pasif dan semi aktif; dan cara memperoleh ikan
dengan memperhatikan daya dukung habitat dan/atau tidak
mengganggu keberlanjutan sumber daya ikan.
alat penangkapan ikan yang sifatnya pasif adalah
alat
penangkapan ikan yang menetap, yang mana ikan mendatangi
alat tersebut sehingga tertangkap yang diperbolehkan yaitu:
Jaring Angkat (Lift Net), Jaring insang tetap (Set gill nets
(anchored)), Bagan Perahu/rakit (boat/raft lift net), Bagan
Tancap (bamboo platform lift net), Jaring Serok (scoop net), dan
Jaring angkat lainnya (Other Lift Net).
alat
penangkapan
ikan
yang
sifatnya
semi
aktif
yang
diperbolehkan yaitu: Rawai Tuna (Tuna Long Line), Rawai Tetap
(Set Long Line), Huhate (Pole and Line), Pancing Tonda (Troll
Line), Pancing Ulur (Hand Line), Pancing Layang-Layang,
panah, tombak, Jermal (Stow Net), Lampara dasar dan Pukat
cincin pelagis besar dengan satu kapal.
120
kegiatan penangkapan ikan hanya diperbolehkan: dengan
menggunakan kapal berukuran dibawah 30 GT dan dengan
alat penangkapan ikan yang diperbolehkan. rumpon dan
lampu.
3) Kegiatan budidaya ramah lingkungan yang diperbolehkan di
zona ini meliputi kegiatan budidaya yang mempertimbangkan:
jenis ikan yang dibudidayakan; jenis pakan; teknologi; jumlah
unit
usaha
budidaya;
dan
daya
dukung
dan
kondisi
perikanan
ramah
lingkungan sumber daya ikan.
Prinsip/tata
cara
kegiatan
budidaya
lingkungan adalah cara memelihara dan/atau membesarkan
ikan
serta
memanen
hasilnya
dalam
lingkungan
yang
terkontrol sehingga memberikan jaminan keamanan pangan
dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan,
obat ikan, dan bahan kimia, serta bahan biologis.
Jenis ikan yang dibudidaya di kawasan konservasi perairan
adalah jenis ikan lokal yang bertujuan untuk konservasi
spesies dan low input.
Jenis ikan yang dibudidaya diutamakan pada jenis ikan yang
dalam praktek budidayanya tidak perlu diberikan pakan
tambahan
atau
kalaupun
diberi
pakan
tambahan,
pemberiannya hanya sekali-kali serta tidak perlu diberi obatobatan dan dalam kegiatan budidaya tersebut diperlukan
kualitas air yang baik.
Budidaya perikanan yang menggunakan teknologi budidaya
tradisional, yakni teknologi budidaya dengan padat penebaran
yang rendah, pemberian pakan yang rendah dan tidak
menggunakan obat-obatan.
Budidaya perikanan yang menggunakan teknologi budidaya
intensif yang diperbolehkan adalah budidaya jenis ikan yang
dalam praktek budidayanya tidak perlu memberikan pakan
tambahan ataupun obat-obatan serta dalam kegiatan budidaya
tersebut diperlukan kualitas air yang baik seperti budidaya
tiram mutiara.
121
Penggunaan jenis pakan ikan harus mengandung nutrisi yang
terdiri dari sumber kalori dan protein sesuai kebutuhan dari
masing-masing jenis dan umur ikan; tidak mengandung zat
beracun,
bahan
pencemaran
yang
berbahaya
bagi
ikan
dan/atau manusia, atau yang mengakibatkan penurunan
produksi
atau
menyebabkan
pencemaran/kerusakan
lingkungan.
Jenis budidaya yang diperbolehkan adalah budidaya rumput
laut, mutiara, karamba jaring apung (KJA), teripang, lobster
dan tambak.
Jumlah unit usaha budidaya ikan di kawasan konservasi
perairan dibatasi dengan pertimbangan pertimbangan daya
dukung lingkungannya.
4) Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang diperbolehkan meliputi:
rekreasi
pantai;
menyelam;
pariwisata
tontonan
seperti
snorkeling dan menggunakan perahu kaca (glass boat);
pariwisata
minat
khusus;
perahu
pariwisata;
olahraga
permukaan air seperti berenang, selancar air (surfing), kite
surfing, jetsky, dan dayung/kayak, memancing (sport and
recreation fishing), dan jenis olah raga air lainnya; wisata
penelitian untuk mendapat pengetahuan terkait bidang ilmu
tertentu seperti mengamati kehidupan biota perairan (paus,
penyu dan lain-lain), formasi kehidupan terumbu karang,
mangrove, burung dan lain-lain; wisata budaya, tracking dan
pembuatan foto, video dan film.
5) Kegiatan penelitian dan pengembangan yang diperbolehkan
meliputi:
penelitian
berkelanjutan
dan
dasar
untuk
konservasi;
kepentingan
penelitian
perikanan
terapan
untuk
kepentingan perikanan berkelanjutan dan konservasi; dan
pengembangan untuk kepentingan konservasi.
6) Kegiatan
pendidikan
yang
diperbolehkan
merupakan
pendidikan untuk memberikan wawasan dan motivasi yang
meliputi aspek: biologi, ekologi, sosial ekonomi dan budaya,
tata kelola dan pengelolaan.
122
7) Alur
pelayaran
berkelanjutan
yang
diperbolehkan
umum
adalah
di
alur
zona
perikanan
pelayaran
untuk
perhubungan, pelayaran selain di alur pelayaran untuk
perhubungan, dan ALKI III.
b. Peruntukan/Tujuan
Tradisional,
yaitu
Sub
Zona
Perikanan
perlindungan
habitat
dan
Berkelanjutan
populasi
ikan;
penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan;
budidaya ramah lingkungan; pariwisata dan rekreasi; penelitian
dan pengembangan; pendidikan; dan alur pelayaran.
1) Kegiatan
perlindungan
habitat
dan
populasi
ikan
yang
diperbolehkan yaitu: Perlindungan proses-proses ekologis yang
menunjang
kelangsungan
hidup
dari
suatu
jenis
atau
sumberdaya ikan dan ekosistemnya; Pengamanan, pencegahan
dan/atau
pembatasan
kegiatan-kegiatan
yang
dapat
mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan
perubahan fungsi kawasan; Pengelolaan jenis sumberdaya ikan
beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan keseimbangan
antara populasi dan habitatnya; Alur migrasi biota perairan;
Pemulihan.
2) Kegiatan Penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah
lingkungan meliputi: alat penangkapan ikan yang sifatnya
statis dan atau pasif dan semi aktif; dan cara memperoleh ikan
dengan memperhatikan daya dukung habitat dan/atau tidak
mengganggu keberlanjutan sumber daya ikan.
3) Kegiatan budidaya ramah lingkungan yang diperbolehkan di
zona ini meliputi kegiatan budidaya yang mempertimbangkan:
jenis ikan yang dibudidayakan; jenis pakan; teknologi; jumlah
unit
usaha
budidaya;
dan
daya
dukung
dan
kondisi
perikanan
ramah
lingkungan sumber daya ikan.
Prinsip/tata
cara
kegiatan
budidaya
lingkungan adalah cara memelihara dan/atau membesarkan
ikan
serta
memanen
hasilnya
dalam
lingkungan
yang
terkontrol sehingga memberikan jaminan keamanan pangan
123
dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan,
obat ikan, dan bahan kimia, serta bahan biologis.
Jenis ikan yang dibudidaya di kawasan konservasi perairan
adalah jenis ikan lokal yang bertujuan untuk konservasi
spesies dan low input.
Jenis ikan yang dibudidaya di diutamakan pada jenis ikan
yang dalam praktek budidayanya tidak perlu diberikan pakan
tambahan
atau
kalaupun
diberi
pakan
tambahan,
pemberiannya hanya sekali-kali serta tidak perlu diberi obatobatan dan dalam kegiatan budidaya tersebut diperlukan
kualitas air yang baik.
Budidaya perikanan yang menggunakan teknologi budidaya
tradisional, yakni teknologi budidaya dengan padat penebaran
yang rendah, pemberian pakan yang rendah dan tidak
menggunakan obat-obatan.
Budidaya perikanan yang menggunakan teknologi budidaya
intensif yang diperbolehkan adalah budidaya jenis ikan yang
dalam praktek budidayanya tidak perlu memberikan pakan
tambahan ataupun obat-obatan serta dalam kegiatan budidaya
tersebut diperlukan kualitas air yang baik seperti budidaya
tiram mutiara.
Penggunaan jenis pakan ikan harus mengandung nutrisi yang
terdiri dari sumber kalori dan protein sesuai kebutuhan dari
masing-masing jenis dan umur ikan; tidak mengandung zat
beracun,
bahan
pencemaran
yang
berbahaya
bagi
ikan
dan/atau manusia atau yang mengakibatkan penurunan
produksi
atau
menyebabkan
pencemaran/kerusakan
lingkungan.
Jenis budidaya yang diperbolehkan adalah budidaya rumput
laut, mutiara, karamba jaring apung (KJA), teripang, lobster
dan tambak.
Jumlah unit usaha budidaya ikan di kawasan konservasi
perairan dibatasi dengan pertimbangan-pertimbangan daya
dukung lingkungannya.
124
4) Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang diperbolehkan meliputi:
rekreasi
pantai,
menyelam;
pariwisata
tontonan
seperti
snorkeling dan menggunakan perahu kaca (glass boat);
pariwisata
minat
khusus;
perahu
pariwisata;
olahraga
permukaan air seperti berenang, selancar air (surfing), kite
surfing, jetsky, dan dayung/kayak, memancing (sport and
recreation fishing), dan jenis olah raga air lainnya; wisata
penelitian untuk mendapat pengetahuan terkait bidang ilmu
tertentu seperti mengamati kehidupan biota perairan (paus,
penyu dan lain-lain), formasi kehidupan terumbu karang,
mangrove, burung dan lain-lain; wisata budaya, tracking dan
pembuatan foto, video dan film.
Pembatasan
ukuran
kelompok
wisatawan
yang
dapat
melakukan kegiatan wisata dalam waktu yang bersamaan dan
pembatasan jenis kegiatan dan usaha pariwisata disesuaikan
dengan daya dukung kawasan yang dikelola oleh Pengelola
TNP Laut Sawu.
Jenis pengusahaan pariwisata yang diperbolehkan yaitu usaha
penyediaan jasa wisata alam dan usaha penyediaan sarana
wisata alam.
5) Kegiatan penelitian dan pengembangan yang diperbolehkan
meliputi:
penelitian
berkelanjutan
dan
dasar
untuk
konservasi;
kepentingan
penelitian
perikanan
terapan
untuk
kepentingan perikanan berkelanjutan dan konservasi; dan
pengembangan untuk kepentingan konservasi.
6) Kegiatan
pendidikan
yang
diperbolehkan
merupakan
pendidikan untuk memberikan wawasan dan motivasi yang
meliputi aspek: biologi, ekologi, sosial ekonomi dan budaya,
tata kelola dan pengelolaan.
7) Alur
pelayaran
berkelanjutan
yang
diperbolehkan
tradisional
adalah
di
alur
zona
perikanan
pelayaran
untuk
perhubungan, pelayaran selain di alur pelayaran untuk
perhubungan, dan ALKI III.
8) Aktifitas kearifan lokal Keruga yaitu kegiatan pengambilan
terumbu karang hidup untuk digunakan sebagai batu kapur
125
untuk sirih pinang oleh masyarakat seperti di Kabupaten Sabu
Raijua diperbolehkan satu tahun sekali dalam waktu satu hari
dalam jumlah yang secukupnya dengan waktu/hari yang
ditentukan oleh keputusan adat.
c. Peruntukan/Tujuan Sub Zona Perlindungan Setasea
Sub
Zona
Perlindungan
Setasea
diperuntukkan
perlindungan habitat, populasi ikan dan
untuk:
setasea; perlindungan
koridor migrasi penting setasea; penangkapan ikan dengan alat
dan cara yang ramah lingkungan; budidaya ramah lingkungan;
pariwisata
dan
rekreasi;
penelitian
dan
pengembangan;
pendidikan; alur pelayaran; dan Aktifitas kearifan lokal Keruga.
1) Kegiatan perlindungan habitat, populasi ikan dan setasea yang
diperbolehkan yaitu: Perlindungan proses-proses ekologis yang
menunjang
kelangsungan
hidup
dari
suatu
jenis
atau
sumberdaya ikan dan ekosistemnya; Pengamanan, pencegahan
dan/atau
pembatasan
kegiatan-kegiatan
yang
dapat
mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan
perubahan fungsi kawasan; Pengelolaan jenis sumberdaya ikan
beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan keseimbangan
antara populasi dan habitatnya; Alur migrasi biota perairan;
Pemulihan.
2) Kegiatan Penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah
lingkungan meliputi: alat penangkapan ikan yang sifatnya
statis dan atau pasif dan semi aktif; dan cara memperoleh ikan
dengan memperhatikan daya dukung habitat dan/atau tidak
mengganggu keberlanjutan sumber daya ikan.
3) Kegiatan budidaya ramah lingkungan yang diperbolehkan di
zona ini meliputi kegiatan budidaya yang mempertimbangkan:
jenis ikan yang dibudidayakan; jenis pakan; teknologi; jumlah
unit
usaha
budidaya;
dan
daya
dukung
dan
kondisi
lingkungan sumber daya ikan.
4) Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang diperbolehkan meliputi:
rekreasi
pantai,
menyelam;
pariwisata
tontonan
seperti
snorkeling dan menggunakan perahu kaca (glass boat);
pariwisata
minat
khusus;
126
perahu
pariwisata;
olahraga
permukaan air seperti berenang, selancar air (surfing), kite
surfing, dan dayung/kayak, memancing (sport and recreation
fishing), dan jenis olah raga air lainnya; wisata penelitian
untuk mendapat pengetahuan terkait bidang ilmu tertentu
seperti mengamati kehidupan biota perairan (paus, penyu dan
lain-lain), formasi kehidupan terumbu karang, mangrove,
burung dan lain-lain; wisata budaya, tracking dan pembuatan
foto, video dan film.
Pembatasan
ukuran
kelompok
wisatawan
yang
dapat
melakukan kegiatan wisata dalam waktu yang bersamaan dan
pembatasan jenis kegiatan dan usaha pariwisata disesuaikan
dengan daya dukung kawasan yang dikelola oleh Pengelola
TNP;
5) Kegiatan penelitian dan pengembangan yang diperbolehkan
meliputi : penelitian dasar untuk kepentingan perlindungan
setasea dan konservasi lainnya; penelitian terapan untuk
kepentingan perlindungan setasea dan konservasi lainnya; dan
pengembangan untuk kepentingan perlindungan setasea dan
konservasi lainnya.
6) Kegiatan
pendidikan
yang
diperbolehkan
merupakan
pendidikan untuk memberikan wawasan dan motivasi yang
meliputi aspek: biologi, ekologi, sosial ekonomi dan budaya,
tata kelola dan pengelolaan.
7) Alur pelayaran yang diperbolehkan di zona perlindungan
setasea adalah alur pelayaran untuk perhubungan, dan
pelayaran selain di alur pelayaran untuk perhubungan.
8) Aktifitas kearifan lokal Keruga yaitu kegiatan pengambilan
terumbu karang hidup untuk digunakan sebagai batu kapur
untuk sirih pinang oleh masyarakat seperti di Kabupaten Sabu
Raijua diperbolehkan satu tahun satu kali satu hari dalam
jumlah yang secukupnya dengan waktu/hari yang ditentukan
oleh keputusan adat.
127
4. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh
a. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh di Sub Zona Perikanan
Berkelanjutan Umum sebagaimana terdapat pada tabel 23 di
bawah ini:
Tabel 23. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh pada Sub Zona
Perikanan Berkelanjutan Umum
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan
yang boleh
No
Kegiatan
1
2
3
4
5
Patroli pengawasan
Tambatan perahu
Pembangunan Rumah Adat
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (kantor)
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (Pos
Jaga, Jetty)
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan
non komersial
Pemasangan Rumpon
Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan
kecil dan artisanal serta kelompok nelayan
yang secara ekonomis memiliki struktur dan
unit usaha kecil yang tidak diwajibkan
memiliki izin usaha penangkapan ikan
Penangkapan Ikan dengan Kapal < 5 GT
dengan alat penangkapan ikan yang
diperbolehkan
Budidaya Rumput Laut
6
7
8
9
10
11
12
Kegiatan
yang
diperbolehk
an tetapi
dengan izin
13
1
2
3
4
5
6
Alur Kapal untuk perhubungan
Pelayaran selain di alur kapal untuk
perhubungan
ALKI III
Monitoring dan Penelitian non ekstraktif
Monitoring dan Penelitian ekstraktif
Pendidikan pemeliharaan dan peningkatan
keanekaragaman hayati (ekosistem lamun,
manggrove, terumbu dan laut dalam);
perlindungan sumberdaya masyarakat lokal;
pembangunan
perekonomian
berbasis
ekowisata bahari; pemeliharaan proses
ekologis dan sistem pendukung kehidupan;
promosi pemanfaatan sumber daya secara
berkelanjutan; promosi upaya tata kelola
untuk perlindungan lingkungan.
Pembangunan Infrastruktur wisata hotel,
home stay, dan sarana penginapan lainnya
Pembangunan Infrastruktur wisata (resor
permanen)
Sarana dan pelayanan untuk melakukan
wisata petualangan (kapal layar (cruise),
128
Perumusan
Kegiatan
No
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Kegiatan
kapal selam, sea walker, penenggelaman
kapal (ship wreck)
Rekreasi pantai
Wisata menyelam
Wisata snorkling
Wisata Jet Ski
Wisata Kayak/Dayung
Wisata Surfing
Wisata Kite surfing
Wisata Mancing (Catch and Release)
Wisata perahu kaca (glass boat)
Perahu wisata
Wisata melihat Paus dan Lumba-Lumba
Wisata melihat burung
Wisata mangrove
Wisata Budaya
Wisata tracking
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan
komersial
Penangkapan ikan dengan Jaring insang
tetap (Set gill nets (anchored))
Penangkapan ikan dengan Jaring angkat
(Lift Net)
Penangkapan ikan dengan Jaring serok
(scoop net)
Penangkapan ikan dengan Bagan Tancap
(bamboo platform lift net)
Penangkapan
ikan
dengan
Bagan
Perahu/rakit (Boat/raft lift net)
Penangkapan ikan dengan Pancing ulur
Penangkapan ikan dengan Pancing tonda
Penangkapan ikan dengan Pancing layanglayang
Penangkapan ikan dengan Jermal
Penangkapan ikan dengan Rawai Tuna
Penangkapan ikan dengan Rawai Tetap
Penangkapan ikan dengan Huhate
Menangkap ikan dengan tombak
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan
oleh usaha menengah keatas
Penangkapan ikan dengan Pukat cincin
pelagis besar dengan satu kapal
Penangkapan ikan dengan Lampara dasar
Penangkapan Ikan dengan Kapal 5 - 30 GT
dengan alat penangkapan ikan yang
diperbolehkan
Budidaya Mutiara
Budidaya dengan Keramba Jaring Apung
129
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan
yang tidak
boleh
No
42
43
44
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Kegiatan
(KJA)
Budidaya Teripang
Budidaya Lobster
Membangun Tambak
Penangkapan ikan dengan Jaring insang
hanyut (Drift nets)
Penangkapan ikan dengan Jaring insang
oseanik
Penangkapan ikan dengan Bubu
Penangkapan ikan dengan Sero
Penangkapan ikan dengan Rawai Hanyut
Penangkapan ikan dengan Rawai Hiu/Cucut
Makameting (dengan alat dan cara yang
tidak merusak terumbu karang)
Rumpon telur ikan terbang
Menggunakan bahan beracun, kompresor
dan bom
Menangkap Ikan Hias
Menangkap, melukai dan membunuh biota
yang dilindungi (termasuk penyu, buaya,
manta, duyung, hiu, paus, lumba-lumba, dll)
Mengambil dan menjual telur penyu
Penebangan Mangrove
Pengambilan Karang hidup atau mati
Pengambilan Karang hidup atau mati dalam
aktifitas keruga (kearifan local Sabu Raijua)
hanya boleh dilakukan setahun sekali dalam
satu hari dan waktunya diatur oleh
kesepakatan adat.
Penambangan Pasir Laut
Survey Seismic Minyak dan Gas
Penambangan Minyak dan Gas
Pembuangan Limbah dan Sampah
A. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh di Sub Zona Perikanan
Berkelanjutan Tradisional sebagaimana terdapat pada Tabel 24. di
bawah ini:
Tabel 24. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh
pada Sub Zona Perikanan Berkelanjutan Tradisional
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan yang
boleh
No
1
2
3
4
Kegiatan
Patroli pengawasan
Tambatan perahu
Pembangunan Rumah Adat
Infrastruktur
Pengelolaan
(kantor)
130
Kawasan
Perumusan
Kegiatan
No
Kegiatan
5
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (Pos
Jaga, Jetty)
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan
non komersial
Makameting (dengan alat dan cara yang
tidak merusak terumbu karang)
Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan
kecil dan artisanal serta kelompok
nelayan yang secara ekonomis memiliki
struktur dan unit usaha kecil yang tidak
diwajibkan
memiliki
izin
usaha
penangkapan ikan
Penangkapan Ikan dengan Kapal < 5 GT
dengan alat penangkapan ikan yang
diperbolehkan
Budidaya Rumput Laut
Alur Kapal untuk perhubungan
Pelayaran selain di alur kapal untuk
perhubungan
ALKI III
Pengambilan Karang hidup atau mati
dalam aktifitas keruga (kearifan local
Sabu Raijua) hanya boleh dilakukan
setahun sekali dalam satu hari dan
waktunya diatur oleh kesepakatan adat.
Monitoring dan Penelitian non ekstraktif
Monitoring dan Penelitian ekstraktif
Pendidikan
pemeliharaan
dan
peningkatan
keanekaragaman
hayati
(ekosistem lamun, manggrove, terumbu
dan
laut
dalam);
perlindungan
sumberdaya
masyarakat
lokal;
pembangunan perekonomian berbasis
ekowisata bahari; pemeliharaan proses
ekologis
dan
sistem
pendukung
kehidupan; promosi pemanfaatan sumber
daya secara berkelanjutan; promosi
upaya tata kelola untuk perlindungan
lingkungan
Pembangunan Infrastruktur wisata hotel,
home stay, dan sarana penginapan
lainnya
Pembangunan Infrastruktur wisata (resor
permanen)
Sarana dan pelayanan untuk melakukan
wisata petualangan (kapal layar (cruise),
kapal selam, sea walker, penenggelaman
kapal (ship wreck)
Rekreasi pantai
Wisata menyelam
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kegiatan yang
diperbolehkan
tetapi dengan
izin
1
2
3
4
5
6
7
8
131
Perumusan
Kegiatan
No
Kegiatan
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Wisata snorkling
Wisata Jet Ski
Wisata Kayak/Dayung
Wisata Surfing
Wisata Kite surfing
Wisata Mancing (Catch and Release)
Wisata perahu kaca (glass boat)
Perahu wisata
Wisata melihat Paus dan Lumba-Lumba
Wisata melihat burung
Wisata mangrove
Wisata Budaya
Wisata tracking
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan
komersial
Penangkapan ikan dengan Jaring insang
tetap (Set gill nets (anchored))
Penangkapan ikan dengan Jaring angkat
(Lift Net)
Penangkapan ikan dengan Jaring serok
(scoop net)
Penangkapan ikan dengan Bagan Tancap
(bamboo platform lift net)
Penangkapan
ikan
dengan
Bagan
Perahu/rakit (Boat/raft lift net)
Penangkapan ikan dengan Pancing ulur
Penangkapan ikan dengan Pancing tonda
Penangkapan ikan dengan Pancing
layang-layang
Penangkapan ikan dengan Jermal
Penangkapan ikan dengan Rawai Tetap
Menangkap ikan dengan tombak
Penangkapan ikan dengan Lampara
dasar
Budidaya Mutiara
Budidaya dengan Keramba Jaring Apung
(KJA)
Budidaya Teripang
Budidaya Lobster
Membangun Tambak
Penangkapan ikan dengan Jaring insang
hanyut (Drift nets)
Penangkapan ikan dengan Jaring insang
oseanik
Penangkapan ikan dengan Bubu
Penangkapan ikan dengan Sero
Penangkapan ikan dengan Rawai Tuna
Penangkapan ikan dengan Rawai Hanyut
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Kegiatan yang
tidak boleh
37
38
39
1
2
3
4
5
6
132
Perumusan
Kegiatan
No
Kegiatan
7
Penangkapan
ikan
dengan
Rawai
Hiu/Cucut
Penangkapan ikan dengan Huhate
Pemasangan Rumpon
Rumpon telur ikan terbang
Menggunakan bahan beracun, kompresor
dan bom
Menangkap Ikan Hias
Kegiatan
penangkapan
ikan
yang
dilakukan oleh usaha menengah keatas
Penangkapan ikan dengan Pukat cincin
pelagis besar dengan satu kapal
Penangkapan Ikan dengan Kapal 5 - 30
GT dengan alat penangkapan ikan yang
diperbolehkan
Menangkap, melukai dan membunuh
biota yang dilindungi (termasuk penyu,
buaya, manta, duyung, hiu, paus, lumbalumba, dll)
Mengambil dan menjual telur penyu
Penebangan Mangrove
Pengambilan Karang hidup atau mati
Penambangan Pasir Laut
Survey Seismic Minyak dan Gas
Penambangan Minyak dan Gas
Pembuangan Limbah dan Sampah
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
B. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh di Sub Zona Perlindungan
Setasea sebagaimana terdapat pada tabel 25 di bawah ini:
Tabel 25. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh pada Sub Zona
Perlindungan Setasea
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan
yang boleh
No
Kegiatan
1
2
3
4
Patroli pengawasan
Tambatan perahu
Pembangunan Rumah Adat
Infrastruktur
Pengelolaan
Kawasan
(kantor)
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (Pos
Jaga, Jetty)
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan
non komersial
Makameting (dengan alat dan cara yang
tidak merusak terumbu karang)
Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan
kecil dan artisanal serta kelompok
nelayan yang secara ekonomis memiliki
5
6
7
8
133
Perumusan
Kegiatan
No
9
10
11
12
Kegiatan
yang
diperbolehk
an tetapi
dengan izin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kegiatan
struktur dan unit usaha kecil yang tidak
diwajibkan
memiliki
izin
usaha
penangkapan ikan
Penangkapan Ikan dengan Kapal < 5 GT
dengan alat penangkapan ikan yang
diperbolehkan
Budidaya Rumput Laut
Alur Kapal untuk perhubungan
Pelayaran selain di alur kapal untuk
perhubungan
Monitoring dan Penelitian non ekstraktif
Monitoring dan Penelitian ekstraktif
Pendidikan
pemeliharaan
dan
peningkatan
keanekaragaman
hayati
(ekosistem lamun, manggrove, terumbu
dan
laut
dalam);
perlindungan
sumberdaya
masyarakat
lokal;
pembangunan perekonomian berbasis
ekowisata bahari; pemeliharaan proses
ekologis
dan
sistem
pendukung
kehidupan; promosi pemanfaatan sumber
daya secara berkelanjutan; promosi
upaya tata kelola untuk perlindungan
lingkungan
Pembangunan Infrastruktur wisata hotel,
home stay, dan sarana penginapan
lainnya
Pembangunan Infrastruktur wisata (resor
permanen)
Rekreasi pantai
Wisata menyelam
Wisata snorkling
Wisata Kayak/Dayung
Wisata Surfing
Wisata Kite surfing
Wisata Mancing (Catch and Release)
Wisata perahu kaca (glass boat)
Perahu wisata
Wisata melihat Paus dan Lumba-Lumba
Wisata melihat burung
Wisata mangrove
Wisata Budaya
Wisata tracking
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan
komersial
Penangkapan Ikan dengan Jaring angkat
(Lift Net)
Penangkapan Ikan dengan Jaring serok
(scoop net)
134
Perumusan
Kegiatan
No
Kegiatan
23
Penangkapan
Ikan
dengan
Bagan
Perahu/rakit (Boat/raft lift net)
Penangkapan Ikan dengan Pancing ulur
Penangkapan Ikan dengan Pancing tonda
Penangkapan Ikan dengan Pancing
layang-layang
Penangkapan Ikan dengan Jermal
Penangkapan Ikan dengan Huhate
Menangkap ikan dengan tombak
Penangkapan Ikan dengan Lampara
dasar
Penangkapan Ikan dengan Kapal 5 - 30
GT dengan alat penangkapan ikan yang
diperbolehkan
Budidaya Teripang
Budidaya Lobster
Membangun Tambak
Sarana dan pelayanan untuk melakukan
wisata petualangan (kapal layar (cruise),
kapal selam, sea walker, penenggelaman
kapal (ship wreck)
Wisata Jet Ski
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang
tetap (Set gill nets (anchored))
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang
hanyut (Drift nets)
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang
oseanik
Penangkapan Ikan dengan Bagan Tancap
(bamboo platform lift net)
Penangkapan Ikan dengan Bubu
Penangkapan Ikan dengan Sero
Penangkapan Ikan dengan Rawai Tuna
Penangkapan Ikan dengan Rawai Hanyut
Penangkapan Ikan dengan Rawai Tetap
Penangkapan
Ikan
dengan
Rawai
Hiu/Cucut
Pemasangan Rumpon
Rumpon telur ikan terbang
Menggunakan bahan beracun, kompresor
dan bom
Menangkap Ikan Hias
Kegiatan
penangkapan
ikan
yang
dilakukan oleh usaha menengah keatas
Penangkapan Ikan dengan Pukat cincin
pelagis besar dengan satu kapal
Menangkap, melukai dan membunuh
biota yang dilindungi (termasuk penyu,
buaya, manta, duyung, hiu, paus, lumba-
24
25
26
27
28
29
30
31
Kegiatan
yang tidak
boleh
32
33
34
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
135
Perumusan
Kegiatan
No
Kegiatan
lumba, dll)
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Mengambil dan menjual telur penyu
Budidaya Mutiara
Budidaya dengan Keramba Jaring Apung
(KJA)
ALKI III
Penebangan Mangrove
Pengambilan Karang hidup atau mati
Pengambilan Karang hidup atau mati
dalam aktifitas keruga (kearifan local
Sabu Raijua) hanya boleh dilakukan
setahun sekali dalam satu hari dan
waktunya diatur oleh kesepakatan adat.
Penambangan Pasir Laut
Survey Seismic Minyak dan Gas
Penambangan Minyak dan Gas
Pembuangan Limbah dan Sampah
D. Zona Pemanfaatan
1. Rancangan Zonasi dan Koordinat
Zona Pemanfaatan merupakan bagian kawasan konservasi
perairan yang letak, kondisi, dan potensi alamnya diutamakan untuk
kepentingan
pariwisata
alam
perairan
dan/atau
kondisi/jasa
lingkungan serta untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. Zona
pemanfaatan mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. mempunyai daya tarik pariwisata alam berupa biota perairan
beserta ekosistem perairan yang indah dan unik;
b. mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian
potensial dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan
rekreasi;
c. mempunyai
karakter
objek
penelitian
dan
pendidikan
yang
mendukung kepentingan konservasi;
d. mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk
berbagai kegiatan pemanfaatan dengan tidak merusak ekosistem
aslinya.
Koordinat lokasi, letak, dan luasan untuk masing-masing ID Zona
Pemanfaatan ditampilkan dalam tabel 26 dan tabel 27. dibawah ini:
Tabel 26. Koordinat Lokasi untuk Masing-Masing ID Zona Pemanfaatan
136
Nama Zona
Zona ID
Zona
Pemanfaatan
2000
2010
2020
2030
2040
2060
2070
X
122° 53' 16,86" BT
122° 53' 16,90" BT
122° 54' 27,29" BT
122° 54' 25,76" BT
122° 53' 7,26" BT
122° 51' 7,02" BT
122° 49' 25,47" BT
122° 49' 24,84" BT
122° 49' 56,00" BT
122° 49' 57,51" BT
122° 45' 36,41" BT
122° 45' 35,75" BT
122° 42' 40,75" BT
122° 42' 39,97" BT
122° 45' 36,41" BT
122° 47' 40,09" BT
122° 47' 20,24" BT
122° 45' 56,72" BT
122° 45' 5,39" BT
122° 45' 0,00" BT
122° 45' 0,00" BT
122° 47' 12,21" BT
122° 47' 40,09" BT
122° 47' 40,09" BT
122° 57' 58,90" BT
122° 57' 58,65" BT
122° 57' 58,65" BT
122° 53' 25,26" BT
122° 53' 25,34" BT
122° 55' 10,18" BT
122° 57' 58,90" BT
123° 8' 26,88" BT
123° 8' 14,19" BT
123° 6' 24,96" BT
123° 6' 8,21" BT
123° 6' 8,06" BT
123° 6' 50,55" BT
123° 7' 21,79" BT
123° 7' 56,50" BT
123° 8' 26,88" BT
121° 34' 44,93" BT
121° 34' 43,63" BT
121° 33' 4,12" BT
121° 33' 7,13" BT
121° 34' 45,44" BT
121° 34' 44,93" BT
121° 41' 38,22" BT
137
Y
10° 54' 52,86" LS
10° 54' 52,86" LS
10° 57' 10,72" LS
11° 0' 32,15" LS
11° 1' 42,73" LS
11° 1' 42,40" LS
10° 59' 55,75" LS
10° 56' 32,68" LS
10° 55' 52,45" LS
10° 55' 51,71" LS
10° 48' 41,92" LS
10° 51' 0,73" LS
10° 51' 2,18" LS
10° 48' 42,50" LS
10° 48' 41,92" LS
10° 47' 14,62" LS
10° 47' 32,85" LS
10° 47' 56,69" LS
10° 47' 59,50" LS
10° 47' 8,10" LS
10° 47' 8,10" LS
10° 46' 34,65" LS
10° 46' 34,65" LS
10° 47' 14,62" LS
10° 43' 14,71" LS
10° 44' 34,19" LS
10° 44' 34,29" LS
10° 45' 25,70" LS
10° 44' 9,79" LS
10° 43' 14,75" LS
10° 43' 14,71" LS
10° 38' 29,54" LS
10° 38' 54,03" LS
10° 39' 54,91" LS
10° 39' 20,24" LS
10° 39' 19,93" LS
10° 38' 53,09" LS
10° 38' 14,88" LS
10° 38' 8,66" LS
10° 38' 29,54" LS
10° 38' 32,51" LS
10° 39' 12,35" LS
10° 39' 9,12" LS
10° 38' 23,87" LS
10° 38' 16,79" LS
10° 38' 32,51" LS
10° 34' 12,44" LS
Nama Zona
Zona ID
2080
2090
2100
2110
2120
2130
X
121° 41' 8,45" BT
121° 43' 16,55" BT
121° 43' 44,89" BT
121° 43' 42,27" BT
121° 43' 42,10" BT
121° 59' 48,37" BT
121° 59' 22,07" BT
121° 58' 24,29" BT
121° 58' 24,29" BT
121° 59' 16,01" BT
121° 59' 48,37" BT
123° 16' 57,10" BT
123° 17' 29,06" BT
123° 14' 45,68" BT
123° 14' 45,65" BT
123° 13' 48,23" BT
123° 16' 57,10" BT
123° 33' 4,02" BT
123° 33' 1,02" BT
123° 29' 31,88" BT
123° 27' 46,96" BT
123° 26' 40,75" BT
123° 26' 38,48" BT
123° 27' 21,85" BT
124° 1' 3,87" BT
124° 1' 5,22" BT
124° 1' 10,30" BT
124° 0' 4,31" BT
123° 58' 7,11" BT
123° 56' 15,16" BT
123° 55' 41,74" BT
123° 55' 28,76" BT
124° 1' 3,87" BT
120° 8' 41,54" BT
120° 9' 5,59" BT
120° 7' 55,76" BT
120° 3' 48,60" BT
120° 3' 48,60" BT
120° 5' 48,30" BT
120° 8' 41,54" BT
123° 29' 47,41" BT
123° 29' 35,70" BT
123° 29' 32,84" BT
123° 29' 42,62" BT
123° 29' 43,42" BT
123° 29' 46,44" BT
123° 29' 47,41" BT
138
Y
10° 33' 41,39" LS
10° 32' 8,34" LS
10° 32' 56,07" LS
10° 32' 58,01" LS
10° 32' 58,14" LS
10° 33' 6,01" LS
10° 33' 39,53" LS
10° 33' 39,53" LS
10° 32' 57,99" LS
10° 32' 45,73" LS
10° 33' 6,01" LS
10° 29' 26,25" LS
10° 30' 49,50" LS
10° 32' 34,51" LS
10° 32' 34,47" LS
10° 31' 29,33" LS
10° 29' 26,25" LS
10° 19' 51,10" LS
10° 20' 45,64" LS
10° 22' 24,09" LS
10° 22' 25,90" LS
10° 22' 1,92" LS
10° 20' 52,14" LS
10° 20' 53,64" LS
10° 16' 24,48" LS
10° 16' 34,50" LS
10° 17' 52,75" LS
10° 18' 21,89" LS
10° 19' 13,65" LS
10° 19' 4,66" LS
10° 18' 28,77" LS
10° 17' 42,61" LS
10° 16' 24,48" LS
10° 16' 40,70" LS
10° 21' 25,37" LS
10° 21' 28,35" LS
10° 19' 9,85" LS
10° 19' 9,84" LS
10° 16' 49,78" LS
10° 16' 40,70" LS
10° 15' 57,17" LS
10° 15' 59,04" LS
10° 15' 44,62" LS
10° 15' 43,35" LS
10° 15' 45,65" LS
10° 15' 54,39" LS
10° 15' 57,17" LS
Nama Zona
Zona ID
2140
2170
2180
2190
2200
2210
2220
2230
X
124° 23' 40,72" BT
124° 22' 9,51" BT
124° 6' 1,47" BT
123° 39' 45,74" BT
123° 39' 45,75" BT
123° 38' 50,16" BT
123° 37' 51,59" BT
123° 38' 34,37" BT
123° 40' 1,64" BT
123° 40' 1,59" BT
123° 40' 1,59" BT
123° 49' 23,37" BT
123° 49' 21,94" BT
123° 49' 21,94" BT
123° 49' 21,42" BT
123° 47' 23,83" BT
123° 47' 23,81" BT
123° 44' 57,92" BT
123° 46' 32,59" BT
123° 49' 23,37" BT
119° 24' 21,91" BT
119° 24' 21,91" BT
119° 25' 56,61" BT
119° 25' 57,03" BT
119° 24' 21,91" BT
119° 19' 39,81" BT
119° 19' 39,41" BT
119° 16' 26,45" BT
119° 16' 26,89" BT
119° 19' 39,81" BT
119° 39' 25,27" BT
119° 39' 25,27" BT
119° 40' 15,73" BT
119° 45' 15,63" BT
119° 45' 13,16" BT
124° 0' 28,67" BT
123° 56' 6,81" BT
123° 56' 6,72" BT
123° 55' 57,86" BT
123° 56' 0,11" BT
124° 0' 42,57" BT
124° 0' 42,77" BT
119° 57' 39,52" BT
119° 57' 39,52" BT
119° 56' 38,87" BT
119° 53' 46,53" BT
119° 52' 56,81" BT
139
Y
10° 10' 11,71" LS
10° 11' 11,00" LS
10° 11' 16,09" LS
9° 47' 40,84" LS
9° 47' 40,84" LS
9° 47' 41,54" LS
9° 46' 22,64" LS
9° 45' 21,91" LS
9° 45' 19,73" LS
9° 45' 33,12" LS
9° 45' 33,21" LS
9° 27' 57,34" LS
9° 29' 48,70" LS
9° 29' 48,80" LS
9° 29' 48,91" LS
9° 32' 4,86" LS
9° 32' 4,85" LS
9° 30' 52,61" LS
9° 27' 53,51" LS
9° 27' 57,34" LS
9° 22' 28,09" LS
9° 21' 35,23" LS
9° 21' 35,23" LS
9° 22' 19,91" LS
9° 22' 28,09" LS
9° 20' 29,10" LS
9° 22' 18,96" LS
9° 22' 0,43" LS
9° 20' 29,10" LS
9° 20' 29,10" LS
9° 22' 4,96" LS
9° 22' 4,96" LS
9° 20' 23,50" LS
9° 21' 54,77" LS
9° 23' 9,17" LS
9° 20' 35,19" LS
9° 25' 14,73" LS
9° 25' 14,73" LS
9° 25' 14,72" LS
9° 21' 23,81" LS
9° 18' 23,17" LS
9° 18' 23,05" LS
9° 16' 18,23" LS
9° 16' 49,87" LS
9° 17' 28,01" LS
9° 19' 14,08" LS
9° 18' 28,32" LS
Nama Zona
Zona ID
2250
2131
2160
2241
2201
2202
2231
2081
X
119° 55' 14,14" BT
119° 56' 8,15" BT
119° 57' 39,52" BT
120° 1' 52,13" BT
120° 1' 51,88" BT
119° 59' 50,58" BT
119° 59' 50,58" BT
120° 27' 11,44" BT
120° 26' 55,12" BT
120° 22' 3,07" BT
120° 23' 7,33" BT
120° 27' 11,44" BT
120° 46' 20,11" BT
120° 45' 42,14" BT
120° 44' 35,22" BT
120° 44' 48,46" BT
120° 45' 17,08" BT
120° 46' 20,11" BT
120° 17' 30,32" BT
120° 17' 38,68" BT
120° 16' 45,49" BT
120° 15' 53,71" BT
120° 16' 12,59" BT
120° 17' 30,32" BT
119° 11' 24,31" BT
119° 8' 43,09" BT
119° 8' 11,75" BT
119° 10' 15,87" BT
119° 11' 24,62" BT
119° 11' 24,31" BT
118° 58' 55,57" BT
118° 57' 49,07" BT
118° 57' 3,73" BT
118° 58' 11,40" BT
118° 58' 55,57" BT
119° 51' 47,18" BT
119° 51' 36,94" BT
119° 51' 24,06" BT
119° 50' 24,44" BT
119° 50' 39,91" BT
119° 50' 23,76" BT
119° 49' 39,21" BT
119° 51' 13,09" BT
119° 51' 47,18" BT
121° 56' 44,45" BT
121° 52' 47,79" BT
121° 52' 8,96" BT
140
Y
9° 15' 23,16" LS
9° 15' 24,33" LS
9° 16' 18,23" LS
8° 48' 50,52" LS
8° 49' 59,98" LS
8° 50' 0,50" LS
8° 49' 4,91" LS
10° 18' 51,26" LS
10° 20' 28,51" LS
10° 17' 30,80" LS
10° 15' 58,79" LS
10° 18' 51,26" LS
9° 55' 16,05" LS
9° 56' 5,26" LS
9° 55' 23,15" LS
9° 54' 25,65" LS
9° 54' 26,48" LS
9° 55' 16,05" LS
8° 50' 48,07" LS
8° 51' 27,75" LS
8° 51' 45,66" LS
8° 51' 30,17" LS
8° 50' 53,43" LS
8° 50' 48,07" LS
9° 22' 26,44" LS
9° 23' 23,42" LS
9° 22' 30,62" LS
9° 21' 32,29" LS
9° 21' 31,13" LS
9° 22' 26,44" LS
9° 27' 52,33" LS
9° 29' 6,18" LS
9° 28' 39,13" LS
9° 27' 17,75" LS
9° 27' 52,33" LS
9° 20' 41,00" LS
9° 20' 48,23" LS
9° 20' 27,42" LS
9° 21' 6,48" LS
9° 21' 24,06" LS
9° 21' 36,78" LS
9° 20' 50,72" LS
9° 19' 43,56" LS
9° 20' 41,00" LS
10° 34' 37,54" LS
10° 37' 54,46" LS
10° 37' 3,03" LS
Nama Zona
Zona ID
2082
2042
2041
X
121° 52' 8,93" BT
121° 52' 32,28" BT
121° 53' 4,43" BT
121° 53' 22,13" BT
121° 53' 55,84" BT
121° 55' 1,63" BT
121° 55' 25,58" BT
121° 56' 18,69" BT
121° 56' 44,45" BT
122° 1' 14,84" BT
122° 1' 12,38" BT
122° 0' 21,26" BT
121° 59' 52,58" BT
121° 59' 52,65" BT
122° 0' 27,68" BT
122° 0' 48,72" BT
122° 1' 14,84" BT
123° 4' 12,20" BT
123° 3' 41,65" BT
123° 3' 16,20" BT
123° 3' 43,11" BT
123° 4' 12,20" BT
123° 5' 48,51" BT
123° 5' 34,69" BT
123° 5' 17,36" BT
123° 5' 0,15" BT
123° 4' 59,99" BT
123° 5' 24,92" BT
123° 5' 28,70" BT
123° 5' 28,82" BT
123° 5' 48,51" BT
141
Y
10° 37' 2,99" LS
10° 37' 3,87" LS
10° 37' 2,31" LS
10° 36' 50,59" LS
10° 35' 54,39" LS
10° 35' 24,51" LS
10° 34' 58,78" LS
10° 34' 13,79" LS
10° 34' 37,54" LS
10° 27' 10,93" LS
10° 28' 20,40" LS
10° 28' 15,14" LS
10° 26' 31,96" LS
10° 26' 31,91" LS
10° 25' 59,36" LS
10° 26' 23,31" LS
10° 27' 10,93" LS
10° 42' 13,89" LS
10° 42' 28,91" LS
10° 42' 2,72" LS
10° 41' 39,62" LS
10° 42' 13,89" LS
10° 40' 21,33" LS
10° 40' 50,80" LS
10° 40' 37,00" LS
10° 40' 23,28" LS
10° 40' 23,15" LS
10° 39' 54,79" LS
10° 39' 50,50" LS
10° 39' 50,68" LS
10° 40' 21,33" LS
Tabel 27. Letak dan Luasan Masing-masing ID Zona Pemanfaatan
No ID_Zona
1
2000
Zona
Sub Zona
Pemanfaatan -
Nama Lokasi
Pulau Ndana
Kabupaten
Rote Ndao
142
Desa
Oeseli
Luas
Keterangan
(Hektar)
7850,41 Wilayah Daratan Pulau Ndana
merupakan
Kawasan
konservasi Taman Buru; Pulau
ini
memiliki potensi wisata
yang tinggi di daratan maupun
perairannya; sekeliling Pulau
pantainya digunakan sebagai
pantai peneluran penyu sisik;
sekeliling
perairan
pulau
terdapat terumbu karang dalam
kondisi buruk sampai dengan
sedang, padang lamun, lokasi
SPAGS, paus, lumba-lumba,
koridor migrasi setasea, habitat
laut dalam (daerah upwelling,
selat dan sills), dan terdapat
pos penjagaan TNI-AL; Pulau ini
juga
merupakan
pulau
terdepan NKRI yang berbatasan
dengan Australia.
No ID_Zona
2
2010
Zona
Sub Zona
Pemanfaatan -
Nama Lokasi
Pulau Ndoo
Kabupaten
Rote Ndao
143
Desa
Ndaonuse
Luas
Keterangan
(Hektar)
2104,95 Pulau Ndoo merupakan pulau
kecil tidak berpenghuni di
sebelah barat Pulau Rote,
pantainya digunakan sebagai
peneluran penyu dan pulau ini
diduga sebagai sarang oleh
beberapa jenis burung laut.
Perairan pulau ini dikelilingi
oleh terumbu karang dengan
kondisi sedang sampai dengan
baik sekali, padang lamun di
sebelah
utara
pulau.
Di
perairan sekitarnya mempunyai
habitat perairan dalam yaitu
sills,
selat
dan
daerah
upwelling, merupakan koridor
setasea, paus dan lumbalumba.
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
3
2020
Pemanfaatan -
Pulau Nuse
sebelah
selatan
Rote Ndao
Ndaonuse
4
2030
Pemanfaatan -
Pulau
Dengka dsk
Rote Ndao
Oelua,
Netenain,
dan Daudolu
144
Luas
Keterangan
(Hektar)
631,41 Wilayah zona ini mencakup
sebelah selatan Pulau Nuse.
Pantainya digunakan sebagai
peneluran penyu dan menurut
masyarakat pulau tersebut,
setiap malam penyu mendarat
di pantai pulau tersebut untuk
bertelur.
Kondisi
terumbu
karang di sebelah selatan pulau
ini masuk dalam kategori
sedang sampai dengan baik.
Padang lamun lebat yang
merupakan habitat dugong. Di
perairan sekitarnya mempunyai
habitat perairan dalam yaitu
sills,
selat
dan
daerah
upwelling, merupakan koridor
setasea, paus, lumba-lumba
dan pari manta.
1987,04 Pulau Dengka dan wilayah
sekitarnya terdapat 2 pulau
yang
ditumbuhi
mangrove
padat, diduga sebagai sarang
oleh beberapa jenis burung
laut. Kondisi terumbu karang
di perairan pulau ini masuk
dalam kategori buruk sampai
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
Luas
(Hektar)
Keterangan
sedang. Padang lamun dengan
kepadatan
jarang
sampai
dengan lebat. Di perairan
sekitarnya mempunyai habitat
perairan dalam yaitu sills dan
daerah upwelling, merupakan
koridor setasea.
5
2040
Pemanfaatan -
Batu
Termanu
sebelah
utara
Rote Ndao
6
2041
Pemanfaatan -
Sebelah
Rote Ndao
barat
Batu
Termanu
145
Onatali dan
Nggodimeda
Onatali
495,76 Wilayah zona ini mencakup
sebelah utara Batu Termanu
dan perairan sekitarnya yang
diyakini
masyarakat
merupakan
daerah
mistis/angker karena terdapat
gurita raksasa, ular besar dan
ikan kerapu berukuran sangat
besar. Kondisi terumbu karang
di perairan pulau ini masuk
dalam kategori buruk sampai
baik dengan dominan sedang.
Padang
lamun
dengan
kepadatan
jarang
sampai
dengan lebat.
124,58 Wilayah zona ini mencakup
sebelah barat Batu Termanu
dan perairan sekitarnya yang
diyakini
masyarakat
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
7
2042
Pemanfaatan -
Tanjung
Rote Ndao
Boloanak
dan perairan
sekitarnya
8
2060
Pemanfaatan -
Bolua
Desa
Maubesi
Sabu Raijua Bolua
146
Luas
(Hektar)
Keterangan
merupakan
daerah
mistis/angker karena terdapat
gurita raksasa, ular besar dan
ikan kerapu berukuran sangat
besar. Kondisi terumbu karang
di perairan pulau ini masuk
dalam kategori sedang sampai
baik dengan dominan sedang.
109,41 Wilayah zona ini mencakup
Tanjung Boloanak dan perairan
sekitarnya. Kondisi terumbu
karang di perairan pulau ini
masuk dalam kategori baik.
Perairannya juga merupakan
koridor setasea.
415.99 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Bolua.
Pantainya digunakan sebagai
peneluran penyu pipih, penyu
hijau
dan
penyu
tempayan.Padang lamun lebat
yang
merupakan
habitat
dugong. Di perairan sekitarnya
mempunyai habitat perairan
dalam yaitu sills dan selat dan
merupakan koridor setasea.
Perairannya
juga
memiliki
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
Luas
(Hektar)
Keterangan
terumbu karang.
9
2070
Pemanfaatan -
Molie
Sabu Raijua Molie
147
760.83 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Molie.
Pantainya digunakan sebagai
peneluran penyu hijau, sisik
dan
tempayan.
Kondisi
terumbu
karangnya
masuk
dalam kategori buruk sampai
dengan
baik.
Di
perairan
sekitarnya mempunyai habitat
perairan dalam yaitu sills dan
selat serta merupakan koridor
setasea.
Daerah
terumbu
karangnya berpotensi besar
sebagai dive spot/titik lokasi
wisata selam.
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
10
2080
Pemanfaatan -
Lobodei
Sabu Raijua Lobodei
11
2081
Pemanfaatan -
Halapaji dsk
Sabu Raijua Deme,
Ledetalo,
Halapaji,
Eilogo dan
Waduwala
148
Luas
Keterangan
(Hektar)
278,92 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Lobodei.
Pantainya digunakan sebagai
peneluran penyu lekang dan
hijau. Di perairan sekitarnya
mempunyai habitat perairan
dalam yaitu sills dan selat serta
merupakan koridor setasea.
Daerah terumbu karangnya
berpotensi besar sebagai dive
spot/titik lokasi wisata selam.
1069,84 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah 5 desa yaitu
Desa Deme, Ledetalo, Halapaji,
Eilogo
dan
Waduwala.
Pantainya digunakan sebagai
peneluran penyu sisik, penyu
hijau dan penyu tempayan. Di
perairan sekitarnya mempunyai
habitat perairan dalam yaitu
sills dan selat serta merupakan
koridor
setasea.
Daerah
terumbu karangnya berpotensi
besar sebagai dive spot/titik
lokasi wisata selam.
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
12
2082
Pemanfaatan -
Tanjung
Raemea dsk
Sabu Raijua Kujiratu dan
Bodae
13
2090
Pemanfaatan -
Sotimori dsk
Rote Ndao
149
Sotimori dan
Bolatena
Luas
Keterangan
(Hektar)
594,94 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Kujiratu
dan
Bodae.
Pantainya
digunakan sebagai peneluran
penyu hijau dan penyu lekang.
Di
perairan
sekitarnya
mempunyai habitat perairan
dalam yaitu sills dan selat serta
merupakan koridor setasea.
Padang
lamun
dengan
kepadatan dari jarang sampai
sedang.
Daerah
terumbu
karangnya berpotensi besar
sebagai dive spot/titik lokasi
wisata selam.
1405,61 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Sotimori
dan
Bolatena.
Pantainya
digunakan sebagai peneluran
penyu hijau. Kondisi terumbu
karangnya
masuk
dalam
kategori buruk sampai dengan
sedang
dengan
dominan
sedang. Padang lamun dengan
kepadatan
jarang
sampai
dengan lebat, mangrove dan
koridor setasea.
No ID_Zona
14
2100
Zona
Sub Zona
Pemanfaatan -
Nama Lokasi
Lifuleo dsk
Kabupaten
Kupang
150
Desa
Lifuleo,
Tesabela,
Sumlili, dan
Bone
Luas
Keterangan
(Hektar)
2605,02 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Lifuleo,
Tesabela, Sumlili, dan Bone
dan berbatasan dengan Suaka
Margasatwa Danau Tuadale. Di
sebelah
timur
zona
ini,
pantainya digunakan sebagai
peneluran penyu sisik. Kondisi
terumbu
karangnya
masuk
dalam kategori buruk sampai
dengan sedang. Padang lamun
dengan
kepadatan
jarang
sampai dengan lebat, mangrove
yang padat dan alami, paus,
lumba-lumba
dan
koridor
setasea. Daerah ini digunakan
sebagai daerah peristirahatan
burung yang sedang bermigrasi
dari Australia. Di perairan
sekitarnya mempunyai habitat
perairan dalam yaitu selat dan
daerah upwelling.
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
15
2110
Pemanfaatan -
Buraen dsk
Kupang
Buraen dan
Pakubaun
16
2120
Pemanfaatan -
Pulau
Mengudu
dsk
Sumba
Timur
Praimaditha
151
Luas
Keterangan
(Hektar)
3621,34 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Buraen
dan
Pakubaun.
Pantainya
digunakan sebagai peneluran
penyu
sisik.
Perairannya
terdapat terumbu karang, hiu,
dan lumba-lumba. Di perairan
sekitarnya mempunyai habitat
perairan dalam yaitu selat dan
daerah
upwelling.
Perairan
pantai
Buraen
digunakan
untuk
wisata
sailing
dan
rekreasi.
5483,96 Pulau Mengudu merupakan
pulau terdepan Indonesia yang
berbatasan langsung dengan
Australia. Pantainya digunakan
sebagai
peneluran
penyu.
Perairannya memiliki terumbu
karang, dan koridor setasea
(lumba-lumba,
dan
paus).
Padang lamun dari kerapatan
jarang sampai dengan sedang.
Perairannya
juga
termasuk
pulau
satelit
dan
daerah
upwelling
yang
merupakan
habitat
perairan
dalam.
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
Luas
(Hektar)
Keterangan
Perairan pantainya digunakan
untuk wisata surfing dan sudah
terdapat
beberapa
fasilitas
pariwisata seperti bungalow.
17
2130
Pemanfaatan -
Kuanheum
Kupang
Kuanheum
18
2131
Pemanfaatan -
Kakaha
Sumba
Timur
Kakaha
152
14,74 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Kuanheum
yang berbatasan dengan zona
kearifan
lokal
Lilifuk.
Perairannya memiliki terumbu
karang dengan kondisi sedang.
Padang lamun dari kerapatan
jarang sampai dengan sedang.
Perairannya
juga
termasuk
daerah upwelling. Terdapat pos
pengawasan TNI-AL dan Polair
di dekat zona ini.
2965,12 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Kakaha.
Pantainya digunakan sebagai
peneluran penyu Sisik dan
Hijau. Perairannya memiliki
terumbu karang, dan koridor
setasea
(lumba-lumba
dan
paus).
Perairannya
juga
termasuk pulau satelit dan
daerah
upwelling
yang
No ID_Zona
19
2140
Zona
Sub Zona
Pemanfaatan -
Nama Lokasi
Bena dsk
Kabupaten
Desa
Kupang dan Pakubaun,
TTS
Enoraen,
Bena,
Oebelo,
Toineke dan
Tuafanu
153
Luas
(Hektar)
Keterangan
merupakan habitat perairan
dalam.
7097,80 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Pakubaun,
Enoraen, Bena, Oebelo, Toineke
dan Tuafanu. Wilayah zona ini
berbatasan dengan 2 kawasan
konservasi eksisting yaitu TWA.
Pulau Menipo dan TB. Dataran
Bena.
Sepanjang
pantainya
digunakan sebagai peneluran
penyu
hijau.
Di
perairan
sekitarnya mempunyai habitat
perairan dalam yaitu selat dan
daerah upwelling. Perairannya
juga
merupakan
koridor
setasea, lumba-lumba, paus,
pari manta dan hiu. Wilayah ini
memiliki mangrove yang sangat
alami dan estuari yang juga
merupakan
habitat
buaya
muara.
Pantainya
sering
digunakan untuk rekreasi.
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
20
2160
Pemanfaatan -
Rindi dsk
Sumba
Timur
Rindi dan
Tanaraing
21
2170
Pemanfaatan -
Nuataus
Kupang
Nuataus
154
Luas
Keterangan
(Hektar)
551,93 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Rindi dan
Tanaraing.
Pantainya
digunakan sebagai peneluran
penyu sisik dan hijau. Kondisi
terumbu
karangnya
masuk
dalam kategori buruk sampai
dengan
sedang
dengan
dominan buruk. Perairannya
juga memiliki padang lamun
dengan
kepadatan
jarang
sampai dengan sedang, pari
manta, hiu, koridor setasea
(lumba-lumba dan paus) dan
mangrove
yang
alami.
Di
perairan sekitarnya mempunyai
habitat perairan dalam yaitu
sills dan daerah upwelling.
764,29 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Nuataus.
Pantainya digunakan sebagai
peneluran
penyu.
Terumbu
karangnya berbentuk parit dan
kanal yang indah, kondisi
terumbu
karang
termasuk
dalam kategori buruk sampai
dengan sedang. Perairannya
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
Luas
(Hektar)
Keterangan
juga
merupakan
koridor
setasea (paus) serta daerah
upwelling.
22
2180
Pemanfaatan -
Afoan
Kupang
Afoan
23
2190
Pemanfaatan -
Lokory dsk
Sumba
Barat,
Sumba
Barat Daya
dan Sumba
Tengah
Wendewa
Barat,
Lokory, dan
Bondoboghila
155
3486,61 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Afoan.
Pantainya digunakan sebagai
peneluran penyu sisik dan
hijau.
Kondisi
terumbu
karangnya
masuk
dalam
kategori buruk sampai dengan
baik sekali di daerah dekat
dermaga.
Perairannya
merupakan habitat dugong,
hiu, lokasi SPAGS, koridor
setasea,
lumba-lumba
dan
paus.
467,86 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Wendewa
Barat, dan Lokory. Pantainya
digunakan sebagai peneluran
penyu
sisik
dan
hijau.
Perairannya
juga
memiliki
terumbu
karang,
estuari,
mangrove,
dugong,
lumbalumba, dan paus. Di perairan
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
Luas
(Hektar)
Keterangan
sekitarnya mempunyai habitat
perairan dalam yaitu selat.
Terdapat pos pengawasan KKP
di wilayah ini.
24
2200
Pemanfaatan -
Karuni dsk
Sumba
Barat Daya
Karuni dan
Letekonda
25
2201
Pemanfaatan -
Weelonda
Sumba
Barat Daya
Weelonda
156
1379,33 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Karuni dan
Letekonda.
Pantainya
digunakan sebagai peneluran
penyu belimbing, sisik dan
hijau.
Kondisi
terumbu
karangnya
masuk
dalam
kategori buruk sampai dengan
sedang dengan dominan buruk.
Perairannya juga memiliki pari
manta, hiu, lokasi SPAGS,
lumba-lumba, dan paus. Di
perairan sekitarnya mempunyai
habitat perairan dalam yaitu
selat.
Pantainya
sering
digunakan untuk rekreasi.
1046,67 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Weelonda.
Kondisi terumbu karangnya
masuk dalam kategori buruk
sampai dengan baik dengan
dominan buruk. Perairannya
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
26
2202
Pemanfaatan -
Mangganipi
dsk
Sumba
Barat Daya
Kori dan
Mangganipi
27
2210
Pemanfaatan -
Lenang
Sumba
Tengah
Lenang
157
Luas
(Hektar)
Keterangan
juga memiliki pari manta, hiu,
lokasi SPAGS, dugong, lumbalumba, dan paus. Di perairan
sekitarnya mempunyai habitat
perairan dalam yaitu selat.
Terdapat pos pengawasan KKP
di dekatnya.
519,03 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Kori dan
Mangganipi. Kondisi terumbu
karangnya
masuk
dalam
kategori buruk sampai dengan
sedang
dengan
dominan
sedang.
Perairannya
juga
ditemukan hiu dan lumbalumba. Di perairan sekitarnya
mempunyai habitat perairan
dalam yaitu selat.
3581,61 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Lenang.
Pantainya digunakan sebagai
peneluran
penyu
lekang,
belimbing, hijau dan sisik.
Kondisi terumbu karangnya
masuk dalam kategori buruk
sampai dengan baik sekali
dengan
dominan
baik.
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
Luas
(Hektar)
Keterangan
Perairannya
juga
memiliki
dugong, hiu, lokasi SPAGS,
buaya, lumba-lumba, dan paus.
Di
perairan
sekitarnya
mempunyai habitat perairan
dalam yaitu selat.
28
2220
Pemanfaatan -
Kifu dsk
Kupang
Nunuanah,
Kifu, dan
Netemnanu
Selatan
29
2230
Pemanfaatan -
Napu
Sumba
Timur
Napu
158
3635,74 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Nunuanah,
Kifu, dan Netemnanu Selatan.
Perairannya merupakan habitat
dugong,
terumbu
karang,
estuari, koridor setasea, lumbalumba dan paus.
2287,32 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Napu.
Pantainya digunakan sebagai
peneluran penyu sisik, hijau
dan
tempayan.
Kondisi
terumbu
karangnya
masuk
dalam kategori buruk sampai
dengan baik dengan dominan
baik. Perairannya juga memiliki
padang lamun, hiu, lokasi
SPAGS, koridor setasea, lumbalumba, dan paus. Di perairan
No ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama Lokasi
Kabupaten
Desa
Luas
(Hektar)
Keterangan
sekitarnya mempunyai habitat
perairan dalam yaitu selat.
Terdapat pos pengawasan KKP
di wilayah ini.
30
2231
Pemanfaatan -
Tanambanas
Sumba
Tengah
Tanambanas
31
2241
Pemanfaatan -
Sataruwuk
Manggarai
Sataruwuk
159
497,30 Wilayah zona ini termasuk
dalam
wilayah
Desa
Tanambanas. Kondisi terumbu
karangnya
masuk
dalam
kategori buruk sampai dengan
sedang
dengan
dominan
sedang.
Perairannya
juga
ditemukan lumba-lumba. Di
perairan sekitarnya mempunyai
habitat perairan dalam yaitu
selat.
Pantainya
sering
digunakan
untuk
wisata
rekreasi
dan
berenang.
Terdapat pos pengawasan KKP
di wilayah ini.
336,00 Wilayah zona ini termasuk
dalam
wilayah
Desa
Sataruwuk.
Pantainya
digunakan sebagai peneluran
penyu sisik, hijau, belimbing
dan
tempayan.
Kondisi
terumbu
karangnya
masuk
No ID_Zona
32
2250
Zona
Sub Zona
Pemanfaatan -
Nama Lokasi
Kabupaten
Perbatasan
Manggarai
Nangabere
Barat
dengan
Bentengdewa
dsk
Luas Total Zona Pemanfaatan
160
Desa
Nangabere
dan
Bentengdewa
Luas
(Hektar)
Keterangan
dalam
kategori
buruk.
Perairannya juga ditemukan
hiu, lumba-lumba, dan paus.
Perairannya
juga
termasuk
pulau
satelit
dan
daerah
upwelling
yang
merupakan
habitat perairan dalam.
689,74 Wilayah zona ini termasuk
dalam wilayah Desa Nangabere
dan Bentengdewa. Pantainya
digunakan sebagai peneluran
penyu
sisik
dan
hijau.
Perairannya memiliki terumbu
karang,
lumba-lumba,
dan
paus.
Perairannya
juga
termasuk daerah upwelling.
58861,14 1,75 % dari luas TNP Laut
Sawu
2. Potensi
Potensi dan fitur konservasi di masing-masing ID Zona Pemanfaatan disajikan dalam tabel 28. dibawah ini.
Tabel 28. Potensi dan Fitur Konservasi di Masing-Masing ID Zona Pemanfaatan
Zona
Pemanfaatan -
Sub Zona
ID_Zona
2000
Kategori Fitur
Konservasi
Habitat Wilayah Pesisir
Potensi dan Fitur Konservasi
Terumbu Karang
Lamun
Habitat Perairan Dalam Sills
dan Oseanografi
Selat
Upwelling
Kondisi
yang Kawasan Konservasi
Mendukung Konservasi Eksisting (TB. Pulau Ndana)
Pos pengawasan (TNI AL)
Wisata Rekreasi
Surfing
Pengetahuan Lokal
Usulan Daerah Larang Ambil
Spesies
Koridor Setasea
Lumba-lumba
SPAGS
Penyu
Paus
Luas Zona 2000
2010
Habitat Wilayah Pesisir Terumbu Karang
Lamun
161
Luas (Hektar)
1322,29
76,91
4415,30
7832,34
7832,38
1,54
5648,54
146,62
146,62
3809,61
7850,41
631,29
300,39
4492,28
946,41
7850,41
1205,09
69,07
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Pengetahuan Lokal
Spesies
Luas Zona 2010
2020
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2020
2030
Habitat Wilayah Pesisir
162
Potensi dan Fitur Konservasi
Luas (Hektar)
Sills
2104,95
Selat
Upwelling
Usulan Daerah Larang Ambil
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Penyu
Paus
2103,78
2103,78
1000,41
2104,95
2104,04
29,93
2104,04
2104,95
619,10
93,31
631,41
Terumbu Karang
Lamun
Sills
Selat
Upwelling
Wisata Rekreasi
Surfing
Koridor Setasea
Dugong
Pari Manta
Penyu
Mangrove
Terumbu Karang
Lamun
631,21
631,21
43,42
43,42
631,41
111,25
581,93
1150,36
631,41
24,39
877,55
169,39
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Spesies
Luas Zona 2030
2040
Habitat Wilayah Pesisir
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Pengetahuan Lokal
Luas Zona 2040
2041
Habitat Wilayah Pesisir
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Pengetahuan Lokal
Luas Zona 2041
2042
Habitat Wilayah Pesisir
Spesies
Luas Zona 2042
2060
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Spesies
163
Potensi dan Fitur Konservasi
Sills
Upwelling
Koridor Setasea
Terumbu Karang
Lamun
Daerah Mistis/ Angker
Usulan Daerah Larang Ambil
Terumbu Karang
Daerah Mistis/ Angker
Usulan Daerah Larang Ambil
Luas (Hektar)
1133,83
1964,18
1987,04
1987,04
247,93
33,25
15,35
15,73
495,76
27,42
26,35
Terumbu Karang
Sills
8,80
124.58
54,94
109,41
109,41
143,30
415,99
Selat
Koridor Setasea
Dugong
Penyu
415,70
415,99
4,83
282,51
Terumbu Karang
Koridor Setasea
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Paus
Luas Zona 2060
2070
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2070
2080
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2080
2081
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
164
Luas (Hektar)
Terumbu Karang
Sills
415,98
415,99
111,07
760,83
Selat
Wisata Selam
759,66
3,14
Koridor Setasea
Penyu
Terumbu Karang
Sills
Selat
Wisata Selam
Koridor Setasea
Penyu
760,83
1285,67
760,83
86,82
278,92
276,70
3,14
Terumbu Karang
Sills
Selat
Wisata Selam
278,92
324,75
278,92
236,90
1069,84
1069,26
8,72
Koridor Setasea
1069,84
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Lumba-lumba
Penyu
Luas Zona 2081
2082
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2082
2090
Habitat Wilayah Pesisir
Spesies
Luas Zona 2090
2100
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
165
Terumbu Karang
Lamun
Sills
Selat
Wisata Selam
Koridor Setasea
Penyu
Mangrove
Terumbu Karang
Lamun
Koridor Setasea
Penyu
Mangrove
Terumbu Karang
Lamun
Selat
Upwelling
Kawasan Konservasi
Eksisting (SM. Danau
Luas (Hektar)
50,11
496,06
1069,84
483,08
126,41
594,94
590,87
2,63
594,94
313,10
594,94
1,03
628,75
182,54
1405,61
515,23
1405,61
5,38
363,08
31,56
2243,06
2458,36
0,0036
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Luas (Hektar)
Tuadale)
Spesies
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Penyu
Paus
Luas Zona 2100
2110
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2110
2120
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Spesies
Luas Zona 2120
166
Terumbu Karang
Selat
Upwelling
Wisata Rekreasi
Surfing
Lumba-lumba
Hiu
Penyu
Terumbu Karang
Lamun
Pulau Satelit
Upwelling
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Paus
2605,02
911,92
262,73
275,33
2605,02
176,84
3616,41
3616,44
99,73
99,73
437,50
1018,00
2696,88
3621,34
587,69
49,35
5483,57
5483,57
5483,96
4550,20
5155,77
5483,96
Zona
Sub Zona
ID_Zona
2130
Kategori Fitur
Konservasi
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Luas Zona 2130
2131
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Spesies
Luas Zona 2131
2140
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
167
Potensi dan Fitur Konservasi
Luas (Hektar)
Terumbu Karang
Lamun
Upwelling
14,74
2,76
14,74
Pos pengawasan Polair dan
TNI AL
14,03
Terumbu Karang
Pulau Satelit
Upwelling
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Penyu
Paus
Paus
Estuari
Mangrove
Selat
Upwelling
Kawasan Konservasi
Eksisting (TWA, Pulau
Menipo dan TB. Dataran
Bena)
Wisata Rekreasi
14,74
5,35
2960,46
2960,46
2965,12
822,28
1382,74
2960,46
822,25
2965,12
155,28
5,44
7085,18
1827,65
0,03
0,001
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Spesies
Luas Zona 2140
2160
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2160
2170
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Spesies
Luas Zona 2170
168
Potensi dan Fitur Konservasi
Lumba-lumba
Pari Manta
Hiu
Penyu
Mangrove
Terumbu Karang
Lamun
Sills
Upwelling
Tokoh Masyarakat yang
Mendukung Konservasi
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Pari Manta
Hiu
Penyu
Terumbu Karang
Upwelling
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Luas (Hektar)
1418,22
90,74
1727,58
1740,40
7097,80
17,44
232,82
28,66
349,92
545,13
4,42
551,93
167,00
544,54
551,89
435,77
551,93
187,59
761,28
764,29
93,42
764,29
Zona
Sub Zona
ID_Zona
2180
Kategori Fitur
Konservasi
Habitat Wilayah Pesisir
Spesies
Luas Zona 2180
2190
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2190
2200
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
169
Potensi dan Fitur Konservasi
Terumbu Karang
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Dugong
Hiu
SPAGS
Penyu
Paus
Paus
Estuari
Mangrove
Terumbu Karang
Selat
Pos pengawasan (DKP)
Lumba-lumba
Dugong
Penyu
Paus
Terumbu Karang
Selat
Luas (Hektar)
36,70
3486,61
3486,58
90,51
146,40
391,81
1785,42
1012,47
1122,34
3486,61
7,24
0,23
78,16
460,92
467,86
137,49
30,17
255,43
85,75
467,86
144,21
1378,80
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2200
2201
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2201
2202
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Spesies
170
Potensi dan Fitur Konservasi
Wisata Rekreasi
Lumba-lumba
Pari Manta
Hiu
SPAGS
Penyu
Paus
Terumbu Karang
Selat
Pos Pengawasan (DKP)
Lumba-lumba
Dugong
Hiu
SPAGS
Paus
Terumbu Karang
Selat
Lumba-lumba
Hiu
Luas (Hektar)
0,05
1356,67
78,52
38,59
60,92
1201,16
757,85
1379,33
131,12
1008,55
179,67
774,35
663,45
210,72
212,63
774,35
1046,67
91,54
496,64
267,13
234,08
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Luas Zona 2202
2210
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2210
2220
Habitat Wilayah Pesisir
Spesies
Luas Zona 2220
2230
Habitat Wilayah Pesisir
171
Potensi dan Fitur Konservasi
Terumbu Karang
Selat
Wisata Rekreasi
Buaya
Lumba-lumba
Dugong
Hiu
SPAGS
Penyu
Paus
Estuari
Terumbu Karang
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Dugong
Paus
Paus
Terumbu Karang
Lamun
Luas (Hektar)
519,03
226,12
3574,76
87,95
0,03
2076,46
231,38
589,79
135,57
3223,65
923,11
3581,61
2,28
32,72
3635,74
2525,31
1358,81
3617,58
1818,56
3635,74
167,39
10,05
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2230
2231
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Kondisi yang
Mendukung Konservasi
Spesies
Luas Zona 2231
2241
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Spesies
172
Potensi dan Fitur Konservasi
Luas (Hektar)
Selat
1752,21
Pos pengawasan (DKP)
Wisata Rekreasi
Wisata Berenang
Koridor Setasea
Lumba-lumba
Hiu
SPAGS
Penyu
Paus
202,49
391,65
391,65
10,02
512,30
118,90
136,05
1743,00
494,42
2287,32
50,07
494,63
Terumbu Karang
Selat
Pos pengawasan (DKP)
Wisata Rekreasi
Wisata Berenang
Lumba-lumba
Penyu
Terumbu Karang
Pulau Satelit
Upwelling
Lumba-lumba
497,30
2,52
2,52
332,19
0,16
497,30
26,32
321,78
321,78
195,55
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Hiu
Penyu
Paus
Luas Zona 2241
2250
Habitat Wilayah Pesisir
Habitat Perairan Dalam
dan Oseanografi
Spesies
Luas Zona 2250
173
Terumbu Karang
Upwelling
Lumba-lumba
Penyu
Paus
Luas (Hektar)
150,89
1056,22
178,30
336,00
15,26
689,63
249,49
306,28
71,36
689,74
3. Peruntukan/Tujuan Zona
Peruntukan Zona Pemanfaatan adalah sebagai perlindungan dan
pelestarian habitat dan populasi ikan; pariwisata dan rekreasi; penelitian
dan pengembangan; pendidikan; dan alur pelayaran.
a. Kegiatan perlindungan dan pelestarian habitat dan populasi ikan yang
diperbolehkan meliputi: perlindungan proses-proses ekologis yang
menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya; penjagaan dan pencegahan kegiatankegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi
kawasan
dan
perubahan
fungsi
kawasan;
pengelolaan
jenis
sumberdaya ikan beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan
keseimbangan
antara
populasi
dan
daya
dukung
habitatnya;
perlindungan alur migrasi biota perairan; pemulihan dan rehabilitasi
ekosistem.
b. Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang diperbolehkan meliputi:
rekreasi pantai, menyelam; pariwisata tontonan seperti snorkeling dan
menggunakan perahu kaca (glass boat); pariwisata minat khusus;
perahu pariwisata; olahraga permukaan air seperti berenang, selancar
air (surfing), memancing catch and release (catch and release fishing),
kite surfing, jetsky, dayung/kayak dan jenis olahraga air lainnya;
wisata penelitian untuk mendapat pengetahuan terkait bidang ilmu
tertentu seperti mengamati kehidupan biota perairan (paus, penyu
dan lain-lain), formasi kehidupan terumbu karang, mangrove, burung
dan lain-lain; wisata budaya, tracking dan pembuatan foto, video dan
film.
c. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang diperbolehkan meliputi:
penelitian dasar untuk kepentingan pemanfaatan dan konservasi,
penelitian terapan untuk kepentingan pemanfaatan dan konservasi,
dan pengembangan untuk kepentingan konservasi.
d. Kegiatan pendidikan yang diperbolehkan meliputi: pemeliharaan dan
peningkatan
keanekaragaman
hayati;
perlindungan
sumberdaya
masyarakat lokal; pembangunan perekonomian berbasis ekowisata
bahari;
pemeliharaan
proses
ekologis
dan
sistem
pendukung
kehidupan; promosi pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan;
174
promosi upaya tata kelola untuk perlindungan lingkungan Taman
Nasional Perairan.
e. Alur pelayaran yang diperbolehkan di Zona Pemanfaatan adalah alur
pelayaran untuk perhubungan, dan pelayaran selain di alur pelayaran
untuk perhubungan.
4. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh
Pada zona pemanfaatan umum terdapat kegiatan yang boleh dan
tidak dilakukan, sebagaimana terdapat pada tabel 29. dibawah ini:
Tabel 29. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh pada Zona Pemanfaatan
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan yang
boleh
Kegiatan yang
diperbolehkan
tetapi dengan
izin
No
Kegiatan
1
2
3
4
5
Patroli pengawasan
Tambatan perahu
Pembangunan Rumah Adat
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (kantor)
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (Pos Jaga,
Jetty)
6 Pembuatan foto, video, film untuk tujuan non
komersial
7 Alur Kapal untuk perhubungan
8 Pelayaran
selain
di
alur
kapal
untuk
perhubungan
1 Monitoring dan Penelitian non ekstraktif
2 Monitoring dan Penelitian ekstraktif
3 Pendidikan pemeliharaan dan peningkatan
keanekaragaman hayati (ekosistem lamun,
manggrove,
terumbu
dan
laut
dalam);
perlindungan sumberdaya masyarakat lokal;
pembangunan perekonomian berbasis ekowisata
bahari; pemeliharaan proses ekologis dan sistem
pendukung kehidupan; promosi pemanfaatan
sumber daya secara berkelanjutan; promosi
upaya tata kelola untuk perlindungan lingkungan
4 Pembangunan Infrastruktur wisata hotel, home
stay, dan sarana penginapan lainnya
5 Pembangunan
Infrastruktur
wisata
(resor
permanen)
6 Sarana dan pelayanan untuk melakukan wisata
petualangan (kapal layar (cruise), kapal selam,
sea walker, penenggelaman kapal (ship wreck)
7 Rekreasi pantai
8 Wisata menyelam
9 Wisata snorkling
10 Wisata Jet Ski
175
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan yang
tidak boleh
No
Kegiatan
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Wisata Kayak/Dayung
Wisata Surfing
Wisata Kite surfing
Wisata Mancing (Catch and Release)
Wisata perahu kaca (glass boat)
Perahu wisata
Wisata melihat Paus dan Lumba-Lumba
Wisata melihat burung
Wisata mangrove
Wisata Budaya
Wisata tracking
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan
komersial
Penangkapan ikan dengan Jaring insang tetap
(Set gill nets (anchored))
Penangkapan ikan dengan Jaring insang hanyut
(Drift nets)
Penangkapan ikan dengan Jaring insang oseanik
Penangkapan ikan dengan Jaring angkat (Lift
Net)
Penangkapan ikan dengan Jaring serok (scoop
net)
Penangkapan ikan dengan Bagan Tancap
(bamboo platform lift net)
Penangkapan ikan dengan Bagan Perahu/rakit
(Boat/raft lift net)
Penangkapan ikan dengan Bubu
Penangkapan ikan dengan Pancing ulur
Penangkapan ikan dengan Pancing tonda
Penangkapan ikan dengan Pancing layang-layang
Penangkapan ikan dengan Sero
Penangkapan ikan dengan Jermal
Penangkapan ikan dengan Rawai Tuna
Penangkapan ikan dengan Rawai Hanyut
Penangkapan ikan dengan Rawai Tetap
Penangkapan ikan dengan Rawai Hiu/Cucut
Penangkapan ikan dengan Huhate
Makameting (dengan alat dan cara yang tidak
merusak terumbu karang)
Pemasangan Rumpon
Rumpon telur ikan terbang
Menggunakan bahan beracun, kompresor dan
bom
Menangkap Ikan Hias
Menangkap ikan dengan tombak
Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan kecil
dan artisanal serta kelompok nelayan yang
secara ekonomis memiliki struktur dan unit
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
176
Perumusan
Kegiatan
No
Kegiatan
usaha kecil yang tidak diwajibkan memiliki izin
usaha penangkapan ikan
26 Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh
usaha menengah keatas
27 Penangkapan ikan dengan Pukat cincin pelagis
besar dengan satu kapal
28 Penangkapan ikan dengan Lampara dasar
29 Penangkapan Ikan dengan Kapal 5 - 30 GT
dengan
alat
penangkapan
ikan
yang
diperbolehkan
30 Penangkapan Ikan dengan Kapal < 5 GT dengan
alat penangkapan ikan yang diperbolehkan
31 Menangkap, melukai dan membunuh biota yang
dilindungi (termasuk penyu, buaya, manta,
duyung, hiu, paus, lumba-lumba, dll)
32 Mengambil dan menjual telur penyu
33 Budidaya Rumput Laut
34 Budidaya Mutiara
35 Budidaya dengan Keramba Jaring Apung (KJA)
36 Budidaya Teripang
37 Budidaya Lobster
38 Membangun Tambak
39 ALKI III
40 Penebangan Mangrove
41 Pengambilan Karang hidup atau mati
42 Pengambilan Karang hidup atau mati dalam
aktifitas keruga (kearifan local Sabu Raijua)
hanya boleh dilakukan setahun sekali dalam satu
hari dan waktunya diatur oleh kesepakatan adat.
43 Penambangan Pasir Laut
44 Survey Seismic Minyak dan Gas
45 Penambangan Minyak dan Gas
46 Pembuangan Limbah dan Sampah
E. Zona Lainnya
1. Rancangan Zonasi dan Koordinat
Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti, zona perikanan
berkelanjutan, dan zona pemanfaatan yang karena fungsi dan
kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antara lain seperti zona
perlindungan dan zona rehabilitasi. Zona lainnya di TNP Laut Sawu
yaitu:
a. Sub Zona Kearifan Lokal
Sub Zona Kearifan Lokal diperuntukkan untuk melindungi
daerah-daerah yang memiliki nilai-nilai budaya-tradisional yang
177
penting dan mengakomodir kearifan lokal masyarakat
yang
terdapat dan tersebar di masing-masing daerah di TNP Laut Sawu
yang mempunyai keunikan dan mendukung upaya konservasi
seperti Lilifuk, dan Panadahi.
b. Sub Zona Pemanfaatan Pariwisata dan Budidaya
Sub
Zona
Pemanfaatan
Pariwisata
dan
Budidaya
diperuntukkan untuk kepentingan pariwisata alam perairan non
ekstraksi dan/atau kondisi/jasa lingkungan serta untuk kegiatan
budidaya ramah lingkungan (skala kecil atau tradisional) bagi
masyarakat.
Koordinat lokasi untuk masing-masing ID Sub Zona Kearifan Lokal
ditampilkan dalam tabel 30. dibawah ini:
Tabel 30. Koordinat Lokasi untuk Masing-Masing ID Sub Zona
Lokal
Nama Zona
Zona ID
3000
Zona Kearifan
Lokal
3010
X
123° 29' 51,25" BT
123° 29' 46,44" BT
123° 29' 43,42" BT
123° 29' 47,02" BT
123° 29' 47,07" BT
123° 29' 51,25" BT
121° 37' 53,12" BT
121° 36' 42,20" BT
121° 34' 44,93" BT
121° 34' 45,44" BT
121° 38' 6,40" BT
121° 38' 10,17" BT
121° 38' 42,05" BT
121° 38' 37,91" BT
121° 37' 53,12" BT
10°
10°
10°
10°
10°
10°
10°
10°
10°
10°
10°
10°
10°
10°
10°
15'
15'
15'
15'
15'
15'
37'
37'
38'
38'
36'
36'
36'
37'
37'
Kearifan
Y
53,32"
54,39"
45,65"
44,81"
44,80"
53,32"
53,02"
58,73"
32,51"
16,79"
24,81"
21,54"
22,14"
25,00"
53,02"
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
Koordinat lokasi, letak, dan luasan untuk masing-masing ID Sub Zona
Pemanfaatan Pariwisata dan Budidaya ditampilkan dalam tabel 31 dan
tabel 32 dibawah ini:
178
Tabel 31. Koordinat Lokasi untuk Masing-Masing ID Sub Zona Pemanfaatan
Pariwisata dan Budidaya
Nama Zona
Zona ID
Zona
Pemanfaatan
Pariwisata
dan Budidaya
3020
X
121° 55' 25,58" BT
121° 55' 1,63" BT
121° 53' 55,84" BT
121° 53' 22,13" BT
121° 53' 4,43" BT
121° 52' 32,28" BT
121° 56' 5,50" BT
121° 56' 18,69" BT
121° 55' 25,58" BT
179
Y
10° 34' 58,78" LS
10° 35' 24,51" LS
10° 35' 54,39" LS
10° 36' 50,59" LS
10° 37' 2,31" LS
10° 37' 3,87" LS
10° 34' 1,63" LS
10° 34' 13,79" LS
10° 34' 58,78" LS
Tabel 32. Letak dan Luasan Masing-masing ID Zona Lainnya
No
ID_Zona
1
3000
Zona
Lain
Sub Zona
Kearifan
Lokal
(Lilifuk)
Nama
Lokasi
Kuanheum
Kabupaten
Kupang
180
Desa
Kuanheum
Luas
Keterangan
(Hektar)
3,79 Wilayah zona ini termasuk dalam
wilayah
Desa
Kuanheum.
Perairannya memiliki terumbu
karang dan padang lamun dari
kerapatan jarang sampai dengan
sedang.
Perairannya
juga
termasuk
daerah
upwelling.
Terdapat pos pengawasan TNI AL
dan Polair di dekat zona ini.
Masyarakat di zona ini mempunyai
kearifan lokal yaitu Lilifuk. Lilifuk
adalah
suatu
kawasan
yang
menyerupai kolam yang pada saat
surut terendah masih digenangi
air yang dikelola oleh masyarakat
adat Baineo dengan cara menutup
kawasan tersebut selama setengah
tahun dan pada saat ditutup
tersebut tidak boleh dilakukan
penangkapan ikan di daerah
tersebut baik oleh masyarakat
setempat ataupun masyarakat
luar
dan
kemudian
baru
diperbolehkan menangkap hanya
1-2 hari dalam setengah tahun
No
2
ID_Zona
3010
Zona
Lain
Sub Zona
Kearifan
Lokal
(Panadahi)
Nama
Lokasi
Ledeke dsk
Kabupaten
Desa
Sabu Raijua Bolua,
Ledeke,
dan
Ledeunu
181
Luas
(Hektar)
Keterangan
tergantung dari keputusan pemilik
Lilifuk
dengan
sebelumnya
melakukan ritual/perayaan adat
sehari sebelum panen. Orang yang
melanggar
melakukan
penangkapan
selama
masa
penutupan
tersebut
akan
dikenakan sanksi adat berupa
denda berupa uang ataupun
hewan (babi, kambing).
764,93 Wilayah zona ini termasuk dalam
wilayah Desa Bolua, Ledeke, dan
Ledeunu. Pantainya digunakan
sebagai peneluran penyu pipih,
hijau dan tempayan. Kondisi
terumbu karangnya masuk dalam
kategori buruk sampai dengan
sedang dengan dominan buruk.
Padang
lamun
lebat
yang
merupakan habitat dugong. Di
perairan sekitarnya mempunyai
habitat perairan dalam yaitu sills
dan selat yang juga merupakan
koridor setasea. Masyarakat di
zona ini mempunyai kearifan lokal
yaitu Panadahi. Panadahi adalah
kegiatan makameting berpindah.
No
1
ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama
Lokasi
Kabupaten
Desa
Luas Total Zona Kearifan Lokal
3020
Lain
Pemanfaatan Halapaji dsk Sabu Raijua Deme,
Pariwisata
Ledetalo,
dan
Halapaji,
Budidaya
Eilogo dan
Waduwala
182
Luas
(Hektar)
Keterangan
Suatu kawasan dibuka untuk
masyarakat
melakukan
makameting sedangkan kawasan
lainnya didalam zona ini ditutup
selama kurun waktu tertentu
melalui kesepakatan adat. Dan
kemudian kawasan yang ditutup
tersebut
dibuka
kembali,
sedangkan
kawasan
yang
sebelumnya
dibuka
kemudian
ditutup, begitu seterusnya.
768,72 0,02 % dari luas TNP Laut Sawu
456,36 Wilayah zona ini termasuk dalam
wilayah 5 desa yaitu Desa Deme,
Ledetalo, Halapaji, Eilogo dan
Waduwala. Pantainya digunakan
sebagai peneluran penyu sisik,
penyu hijau dan penyu tempayan.
Perairannya
memiliki
padang
lamun dengan kepadatan jarang
sampai
dengan
sedang.
Di
perairan sekitarnya mempunyai
habitat perairan dalam yaitu sills
dan selat serta merupakan koridor
setasea.
Daerah
terumbu
karangnya
berpotensi
besar
sebagai dive spot/titik lokasi
No
ID_Zona
Zona
Sub Zona
Nama
Lokasi
Kabupaten
Desa
Luas
(Hektar)
Keterangan
wisata selam.
Luas Total Zona Pemanfaatan Pariwisata dan Budidaya
456,36
0,01 % dari luas TNP Laut Sawu
2. Potensi
Potensi dan fitur konservasi di masing-masing ID Zona Lainnya disajikan dalam tabel 33. dibawah ini:
Tabel 33. Potensi dan Fitur Konservasi di Masing-Masing ID Zona Lainnya
Zona
Lain
Sub Zona
Kearifan Lokal
ID_Zona
3000
Kategori Fitur
Potensi dan Fitur Konservasi
Konservasi
Habitat
Wilayah Terumbu Karang
Pesisir
Lamun
Habitat
Perairan Upwelling
Dalam
dan
Oseanografi
Kondisi
yang Lilifuk (Kearifan Lokal)
Mendukung
Pos pengawasan (Polair dan TNI
Konservasi
183
Luas (Hektar)
3,79
3,79
3,79
0,26
3,79
Zona
Sub Zona
ID_Zona
Kategori Fitur
Konservasi
Potensi dan Fitur Konservasi
Luas (Hektar)
AL)
Luas Zona 3000
3010
Habitat Wilayah
Pesisir
Lain
Pemanfaatan
Pariwisata dan
Budidaya
Terumbu Karang
Lamun
Habitat
Perairan Sills
Dalam
dan Selat
Oseanografi
Spesies
Koridor Setasea
Dugong
Penyu
Paus
Luas Zona 3010
3020
Habitat Wilayah
Terumbu Karang
Pesisir
Lamun
Habitat Perairan
Sills
Dalam dan
Selat
Oseanografi
Kondisi yang
Wisata Selam
Mendukung
Konservasi
Spesies
Koridor Setasea
Penyu
Luas Zona 3020
184
3,79
549,65
143,23
764,93
762,49
764,93
123,46
764,93
764,88
764,93
310,09
63,75
456,36
446,32
75,56
456,36
379,23
456,36
3. Peruntukan/Tujuan Zona
a. Peruntukan/Tujuan Sub Zona Kearifan Lokal
Peruntukan untuk Sub Zona Kearifan Lokal adalah sebagai berikut
perlindungan habitat dan populasi ikan; perlindungan daerah-daerah yang
memiliki
nilai-nilai
budaya-tradisional
yang
penting;
kearifan
lokal
masyarakat yang mempunyai keunikan dan mendukung upaya konservasi;
pariwisata dan rekreasi; penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah
lingkungan; budidaya ramah lingkungan; penelitian dan pengembangan;
pendidikan; dan alur pelayaran.
1) Kegiatan perlindungan habitat dan populasi ikan yang diperbolehkan
yaitu:
Perlindungan
proses-proses
ekologis
yang
menunjang
kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumberdaya ikan dan
ekosistemnya;
Pengamanan,
pencegahan
dan/atau
pembatasan
kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan
potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan; Pengelolaan jenis
sumberdaya ikan beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan
keseimbangan antara populasi dan habitatnya; Alur migrasi biota
perairan; Pemulihan.
2) Kegiatan Penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah
lingkungan meliputi: alat penangkapan ikan yang sifatnya statis dan
atau pasif dan semi aktif; dan cara memperoleh ikan dengan
memperhatikan daya dukung habitat dan/atau tidak mengganggu
keberlanjutan sumber daya ikan.
3) Kegiatan yang berkaitan dengan kearifan lokal yang melibatkan pihak
luar perlu menginformasikan ke Pengelola TNP Laut Sawu.
4) Kegiatan budidaya ramah lingkungan yang diperbolehkan di zona ini
meliputi kegiatan budidaya yang mempertimbangkan: jenis ikan yang
dibudidayakan; jenis pakan; teknologi; jumlah unit usaha budidaya;
dan daya dukung dan kondisi lingkungan sumber daya ikan.
5) Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang diperbolehkan meliputi: rekreasi
pantai, berenang, dayung/kayak, menyelam, perahu wisata; pariwisata
tontonan seperti snorkeling dan menggunakan perahu kaca (glass
boat); wisata penelitian untuk mendapat pengetahuan terkait bidang
ilmu tertentu seperti mengamati kehidupan biota perairan (paus,
lumba-lumba, penyu dan lain-lain), formasi kehidupan terumbu
185
karang, mangrove, burung dan lain-lain; wisata budaya, tracking dan
pembuatan foto, video dan film.
6) Kegiatan penelitian dan pengembangan yang diperbolehkan meliputi:
penelitian
dasar
untuk
kepentingan
pelestarian
budaya
dan
konservasi; penelitian terapan untuk kepentingan pelestarian budaya
dan konservasi; dan pengembangan untuk kepentingan pelestarian
budaya dan konservasi.
7) Kegiatan pendidikan yang diperbolehkan merupakan pendidikan untuk
memberikan wawasan dan motivasi yang meliputi aspek: biologi,
ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan.
8) Alur pelayaran yang diperbolehkan di zona kearifan lokal adalah alur
pelayaran untuk perhubungan, dan pelayaran selain di alur pelayaran
untuk perhubungan.
9) Aktifitas kearifan lokal Keruga yaitu kegiatan pengambilan terumbu
karang hidup untuk digunakan sebagai batu kapur untuk sirih pinang
oleh masyarakat seperti di Kabupaten Sabu Raijua diperbolehkan satu
tahun sekali dalam waktu satu hari dalam jumlah yang secukupnya
dengan waktu/hari yang ditentukan oleh keputusan adat.
b. Peruntukan/Tujuan Sub Zona Pemanfaatan Pariwisata dan Budidaya
Peruntukan untuk Sub Zona Pemanfaatan Pariwisata dan Budidaya
adalah sebagai berikut perlindungan dan pelestarian habitat dan populasi
ikan; budidaya ramah lingkungan; pariwisata dan rekreasi; penelitian dan
pengembangan; pendidikan; dan alur pelayaran.
1) Kegiatan perlindungan dan pelestarian habitat dan populasi ikan yang
diperbolehkan meliputi : perlindungan proses-proses ekologis yang
menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya; penjagaan dan pencegahan kegiatan-kegiatan
yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan
perubahan fungsi kawasan; pengelolaan jenis sumberdaya ikan beserta
habitatnya untuk dapat menghasilkan keseimbangan antara populasi
dan daya dukung habitatnya; perlindungan alur migrasi biota perairan;
pemulihan dan rehabilitasi ekosistem.
2) Kegiatan budidaya ramah lingkungan yang diperbolehkan di zona ini
meliputi kegiatan budidaya yang mempertimbangkan: jenis ikan yang
dibudidayakan; jenis pakan; teknologi; jumlah unit usaha budidaya;
dan daya dukung dan kondisi lingkungan sumber daya ikan.
186
3) Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang diperbolehkan meliputi: rekreasi
pantai,
menyelam;
pariwisata
tontonan
seperti
snorkeling
dan
menggunakan perahu kaca (glass boat); pariwisata minat khusus;
perahu pariwisata; olahraga permukaan air seperti berenang, selancar
air (surfing), memancing catch and release (catch and release fishing),
kite surfing, jetsky, dayung/kayak dan jenis olahraga air lainnya; wisata
penelitian untuk mendapat pengetahuan terkait bidang ilmu tertentu
seperti mengamati kehidupan biota perairan (paus, penyu dan lainlain), formasi kehidupan terumbu karang, mangrove, burung dan lainlain; wisata budaya, tracking dan pembuatan foto, video dan film.
4) Kegiatan penelitian dan pengembangan yang diperbolehkan meliputi:
penelitian dasar untuk kepentingan pemanfaatan dan konservasi,
penelitian terapan untuk kepentingan pemanfaatan dan konservasi,
dan pengembangan untuk kepentingan konservasi.
5) Kegiatan pendidikan yang diperbolehkan meliputi: pemeliharaan dan
peningkatan
keanekaragaman
hayati;
perlindungan
sumberdaya
masyarakat lokal; pembangunan perekonomian berbasis ekowisata
bahari;
pemeliharaan
proses
ekologis
dan
sistem
pendukung
kehidupan; promosi pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan;
promosi upaya tata kelola untuk perlindungan lingkungan Taman
Nasional Perairan.
6) Alur pelayaran yang diperbolehkan di Zona Pemanfaatan Pariwisata dan
Budidaya adalah alur pelayaran untuk perhubungan, dan pelayaran
selain di alur pelayaran untuk perhubungan.
4. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh
a. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh di Sub Zona Kearifan Lokal
Pada Sub zona Kearifan Lokal terdapat kegiatan yang boleh dan
tidak boleh dilakukan sebagaimana ditampilkan dalam tabel 34. dibawah
ini:
Tabel 34. Perumusan kegiatan yang boleh dan tidak boleh pada Sub Zona
Kearifan Lokal
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan yang
boleh
No
1
2
Kegiatan
Patroli pengawasan
Tambatan perahu
187
Perumusan
Kegiatan
No
Kegiatan
3
4
Kegiatan yang
diperbolehkan
dengan izin
Pembangunan Rumah Adat
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (Pos Jaga,
Jetty)
5 Pembuatan foto, video, film untuk tujuan non
komersial
6 Makameting (dengan alat dan cara yang tidak
merusak terumbu karang)
7 Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan kecil
dan artisanal serta kelompok nelayan yang
secara ekonomis memiliki struktur dan unit
usaha kecil yang tidak diwajibkan memiliki izin
usaha penangkapan ikan
8 Penangkapan Ikan dengan Kapal < 5 GT dengan
alat penangkapan ikan yang diperbolehkan
9 Alur Kapal untuk perhubungan
10 Pelayaran
selain
di
alur
kapal
untuk
perhubungan
11 Pengambilan Karang hidup atau mati dalam
aktifitas keruga (kearifan local Sabu Raijua)
hanya boleh dilakukan setahun sekali dalam satu
hari dan waktunya diatur oleh kesepakatan adat.
1 Monitoring dan Penelitian non ekstraktif
2 Monitoring dan Penelitian ekstraktif
3 Pendidikan pemeliharaan dan peningkatan
keanekaragaman hayati (ekosistem lamun,
manggrove,
terumbu
dan
laut
dalam);
perlindungan sumberdaya masyarakat lokal;
pembangunan perekonomian berbasis ekowisata
bahari; pemeliharaan proses ekologis dan sistem
pendukung kehidupan; promosi pemanfaatan
sumber daya secara berkelanjutan; promosi
upaya tata kelola untuk perlindungan lingkungan
4 Rekreasi pantai
5
Wisata menyelam
6
Wisata snorkling
7
8
Wisata Kayak/Dayung
Wisata perahu kaca (glass boat)
9
10
11
12
Perahu wisata
Wisata melihat Paus dan Lumba-Lumba
Wisata melihat burung
Wisata mangrove
13 Wisata Budaya
14 Wisata tracking
15 Pembuatan foto, video, film untuk tujuan
komersial
16 Penangkapan Ikan dengan Jaring insang tetap
(Set gill nets (anchored))
188
Perumusan
Kegiatan
No
Kegiatan
17 Penangkapan
Net)
18 Penangkapan
net)
19 Penangkapan
20 Penangkapan
21 Penangkapan
Ikan dengan Jaring angkat (Lift
Ikan dengan Jaring serok (scoop
Ikan dengan Pancing ulur
Ikan dengan Pancing tonda
Ikan dengan Pancing layang-layang
22 Menangkap ikan dengan tombak
23 Budidaya Rumput Laut
24 Budidaya Teripang
25 Budidaya Lobster
26 Membangun Tambak
Kegiatan yang
tidak boleh
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Pembangunan Infrastruktur wisata hotel, home
stay, dan sarana penginapan lainnya
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang hanyut
(Drift nets)
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang oseanik
Pembangunan
Infrastruktur
wisata
(resor
permanen)
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (kantor)
Sarana dan pelayanan untuk melakukan wisata
petualangan (kapal layar (cruise), kapal selam,
sea walker, penenggelaman kapal (ship wreck)
Wisata Jet Ski
Wisata Surfing
Wisata Kite surfing
Wisata Mancing (Catch and Release)
Penangkapan Ikan dengan Bagan Tancap
(bamboo platform lift net)
Penangkapan Ikan dengan Bagan Perahu/rakit
(Boat/raft lift net)
Penangkapan Ikan dengan Bubu
Penangkapan Ikan dengan Sero
Penangkapan Ikan dengan Jermal
Penangkapan Ikan dengan Rawai Tuna
Penangkapan Ikan dengan Rawai Hanyut
Penangkapan Ikan dengan Rawai Tetap
Penangkapan Ikan dengan Rawai Hiu/Cucut
Penangkapan Ikan dengan Huhate
Pemasangan Rumpon
Rumpon telur ikan terbang
Menggunakan bahan beracun, kompresor dan
bom
Menangkap Ikan Hias
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh
usaha menengah keatas
Penangkapan Ikan dengan Pukat cincin pelagis
189
Perumusan
Kegiatan
No
Kegiatan
besar dengan satu kapal
27 Penangkapan Ikan dengan Lampara dasar
27 Penangkapan Ikan dengan Kapal 5 - 30 GT
dengan
alat
penangkapan
ikan
yang
diperbolehkan
28 Menangkap, melukai dan membunuh biota yang
dilindungi (termasuk penyu, buaya, manta,
duyung, hiu, paus, lumba-lumba, dll)
29 Mengambil dan menjual telur penyu
30 Budidaya Mutiara
31 Budidaya dengan Keramba Jaring Apung (KJA)
32 ALKI III
33 Penebangan Mangrove
34 Pengambilan Karang hidup atau mati
35 Penambangan Pasir Laut
36 Survey Seismic Minyak dan Gas
37 Penambangan Minyak dan Gas
38 Pembuangan Limbah dan Sampah
b. Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh di Sub Zona Pemanfaatan Pariwisata
dan Budidaya
Pada Sub zona Pemanfaatan Pariwisata dan Budidaya terdapat
kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagaimana ditampilkan
dalam tabel 35. dibawah ini:
Tabel 35. Perumusan kegiatan yang boleh dan tidak boleh pada Sub Zona
Pemanfaatan Pariwisata dan Budidaya
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan yang
boleh
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kegiatan yang
diperbolehkan
Kegiatan
No
1
2
Patroli pengawasan
Tambatan perahu
Pembangunan Rumah Adat
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (kantor)
Infrastruktur Pengelolaan Kawasan (Pos Jaga,
Jetty)
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan non
komersial
Budidaya Rumput Laut
Alur Kapal untuk perhubungan
Pelayaran
selain
di
alur
kapal
untuk
perhubungan
Monitoring dan Penelitian non ekstraktif
Monitoring dan Penelitian ekstraktif
190
Perumusan
Kegiatan
dengan izin
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Kegiatan yang
tidak boleh
Kegiatan
No
23
24
1
2
3
4
5
6
7
Pendidikan pemeliharaan dan peningkatan
keanekaragaman hayati (ekosistem lamun,
manggrove,
terumbu
dan
laut
dalam);
perlindungan sumberdaya masyarakat lokal;
pembangunan perekonomian berbasis ekowisata
bahari; pemeliharaan proses ekologis dan sistem
pendukung kehidupan; promosi pemanfaatan
sumber daya secara berkelanjutan; promosi
upaya
tata
kelola
untuk
perlindungan
lingkungan
Pembangunan Infrastruktur wisata hotel, home
stay, dan sarana penginapan lainnya
Pembangunan
Infrastruktur
wisata
(resor
permanen)
Sarana dan pelayanan untuk melakukan wisata
petualangan (kapal layar (cruise), kapal selam,
sea walker, penenggelaman kapal (ship wreck)
Rekreasi pantai
Wisata menyelam
Wisata snorkling
Wisata Jet Ski
Wisata Kayak/Dayung
Wisata Surfing
Wisata Kite surfing
Wisata Mancing (Catch and Release)
Wisata perahu kaca (glass boat)
Perahu wisata
Wisata melihat Paus dan Lumba-Lumba
Wisata melihat burung
Wisata mangrove
Wisata Budaya
Wisata tracking
Pembuatan foto, video, film untuk tujuan
komersial
Budidaya Teripang
Budidaya Lobster
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang tetap
(Set gill nets (anchored))
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang hanyut
(Drift nets)
Penangkapan Ikan dengan Jaring insang oseanik
Penangkapan Ikan dengan Jaring angkat (Lift
Net)
Penangkapan Ikan dengan Jaring serok (scoop
net)
Penangkapan Ikan dengan Bagan Tancap
(bamboo platform lift net)
Penangkapan Ikan dengan Bagan Perahu/rakit
(Boat/raft lift net)
191
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan
No
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Penangkapan Ikan dengan Bubu
Penangkapan Ikan dengan Pancing ulur
Penangkapan Ikan dengan Pancing tonda
Penangkapan Ikan dengan Pancing layanglayang
Penangkapan Ikan dengan Sero
Penangkapan Ikan dengan Jermal
Penangkapan Ikan dengan Rawai Tuna
Penangkapan Ikan dengan Rawai Hanyut
Penangkapan Ikan dengan Rawai Tetap
Penangkapan Ikan dengan Rawai Hiu/Cucut
Penangkapan Ikan dengan Huhate
Makameting (dengan alat dan cara yang tidak
merusak terumbu karang)
Pemasangan Rumpon
Rumpon telur ikan terbang
Menggunakan bahan beracun, kompresor dan
bom
Menangkap Ikan Hias
Menangkap ikan dengan tombak
Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan kecil
dan artisanal serta kelompok nelayan yang
secara ekonomis memiliki struktur dan unit
usaha kecil yang tidak diwajibkan memiliki izin
usaha penangkapan ikan
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh
usaha menengah keatas
Penangkapan Ikan dengan Pukat cincin pelagis
besar dengan satu kapal
Penangkapan Ikan dengan Lampara dasar
29 Penangkapan Ikan dengan Kapal 5 - 30 GT
dengan
alat
penangkapan
ikan
yang
diperbolehkan
30 Penangkapan Ikan dengan Kapal < 5 GT dengan
alat penangkapan ikan yang diperbolehkan
31 Menangkap, melukai dan membunuh biota yang
dilindungi (termasuk penyu, buaya, manta,
duyung, hiu, paus, lumba-lumba, dll)
32 Mengambil dan menjual telur penyu
33 Budidaya Mutiara
34 Budidaya dengan Keramba Jaring Apung (KJA)
35 Membangun Tambak
36 ALKI III
37 Penebangan Mangrove
38 Pengambilan Karang hidup atau mati
39 Pengambilan Karang hidup atau mati dalam
aktifitas keruga (kearifan local Sabu Raijua)
hanya boleh dilakukan setahun sekali dalam
satu hari dan waktunya diatur oleh kesepakatan
192
Perumusan
Kegiatan
Kegiatan
No
adat.
40 Penambangan Pasir Laut
41 Survey Seismic Minyak dan Gas
42 Penambangan Minyak dan Gas
43 Pembuangan Limbah dan Sampah
F. Peraturan Tambahan yang Berlaku Untuk Setiap Zona dan Sub Zona TNP Laut
Sawu
Apabila
bertemu
dengan
paus
atau
lumba-lumba,
baik
dari
kapal/perahu, kendaraan lainnya, ataupun pada saat di dalam air:
1. tidak boleh membunuh, mengambil, melukai dan/atau mengganggu paus
dan lumba-lumba; Mengganggu dalam artian mengganggu, mengejar, dan
mengarahkan/ menggembalakan.
2. tidak boleh membatasi/mengganggu arah pergerakan paus dan lumbalumba
3. tidak boleh menyentuh atau memberi makan, berusaha menyentuh atau
memberi makan paus dan lumba-lumba
4. tidak boleh masuk ke dalam air pada jarak kurang dari 100 meter dari
paus atau 50 meter dari lumba-lumba
5. apabila anda di dalam air, maka tidak boleh mendekati lebih dari 30 meter
dari paus dan lumba-lumba. Apabila paus dan lumba-lumba mendekati
anda pada saat di dalam air, bergeraklah pelan, tidak boleh menyentuh
atau berenang mendekatinya.
6. harus meminimalisir kebisingan/suara apabila berada pada jarak 300
meter dari paus dan lumba-lumba.
Apabila mengoperasikan kapal/perahu atau kendaraan lainnya:
1. kapal/perahu atau kendaraan lainnya tidak boleh mendekati paus dan
lumba-lumba pada jarak kurang dari 100 meter dari paus atau 50 meter
dari lumba-lumba
2. pada saat mendekati paus dan lumba-lumba hanya boleh dari arah
belakangnya atau memposisikan kapal/perahu di depan paus dan lumbalumba
3. Apabila kapal/perahu atau kendaraan lainnya anda berada pada jarak
kurang dari 300 meter dari paus atau 150 meter dari lumba-lumba, maka
harus
dioperasikan
pada
kecepatan
rendah
dan
konstan,
apabila
kendaraan anda berada pada jarak kurang dari 50 metres dari lumba-
193
lumba, kendaraan anda tidak boleh berganti arah atau kecepatan secara
tiba-tiba.
4. Apabila terdapat 3 kendaraan pada jarak kurang dari 300 meter dari paus
atau lumba-lumba, maka apabila terdapat kendaraan lainnya harus
berada pada jarak radius diatas 300 meter dari paus atau lumba-lumba.
5. Apabila paus atau lumba-lumba mendekati kapal/perahu anda, upayakan
semua perlakuan agar tidak terjadi tabrakan, baik mengurangi kecepatan
dan mengarahkan kendaraan anda menjauhi hewan tersebut atau
posisikan mesin ke dalam gigi netral dan biarkan hewan tersebut lewat.
6. Apabila anda secara tidak disengaja menabrak paus atau lumba-lumba,
maka anda harus melaporkan ke unit pengelola TNP Laut Sawu.
Peraturan Tambahan yang berlaku untuk zona dan sub zona TNP Laut Sawu
di sekitar alur ALKI III (ID Zona 5000, 5050, 6010, dan 6040), yaitu:
1. Kapal yang melaksanakan hak lintas Alur Kepulauan Indonesia harus
mematuhi 19 (sembilan belas) persyaratan yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangannya (Pasal 53 UNCLOS Tahun 1982; Pasal 18 UU No.
6 Tahun 1996; dan Pasal 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 Peraturan
Pemerintah No. 37 Tahun 2002) yang telah diadopsi juga oleh International
Maritime Organisation (IMO).
2. Kapal yang melintas di jalur ALKI yang terdapat pada ID Zona 5000
diwajibkan untuk mengurangi kecepatan dan menempatkan 2 orang ABK
sebagai pengamat untuk mendeteksi keberadaan paus atau lumba-lumba.
3. Apabila paus atau lumba-lumba mendekati kapal anda, upayakan semua
perlakuan agar tidak terjadi tabrakan, baik mengurangi kecepatan dan
mengarahkan kapal anda menjauhi hewan tersebut atau posisikan mesin
ke dalam gigi netral dan biarkan hewan tersebut lewat.
Apabila kapal secara tidak disengaja menabrak paus atau lumba-lumba, maka
Nahkoda harus melaporkan ke Pemerintah RI yang kemudian diteruskan ke unit
pengelola TNP Laut Sawu.
194
BAB IV
RENCANA JANGKA PANJANG
A. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Perairan Laut Sawu
1. Review Terhadap Kebijakan Nasional dan Lokal terkait dengan Taman Nasional
Perairan
a. Arah Kebijakan Pembangunan Nasional (RPJPN 2005-2025)
Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah: Indonesia
yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Sesuai dengan Pasal 25A UUD 45,
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan Undang-Undang.
Misi ke-7 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional adalah
dalam rangka mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Arah
pembangunan kelautan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional adalah:
1)
meningkatkan
upaya
pemeliharaan
keamanan
nasional
dan
pengamanan kekayaan sumber daya alam nasional, termasuk di
wilayah laut;
2)
peningkatan pembangunan kelautan secara terpadu, termasuk
pengembangan Iptek kelautan; dan
3)
pengembangan industri kelautan yang meliputi perhubungan laut,
industri maritim, perikanan, wisata bahari, energi dan sumberdaya
mineral secara sinergi, optimal dan berkelanjutan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014
memiliki 11 prioritas nasional, sebagai berikut:
1)
Reformasi birokrasi dan good governance;
2)
Pendidikan;
3)
Kesehatan;
4)
Penanggulangan kemiskinan;
5)
Ketahanan pangan;
6)
Infrastruktur;
7)
Iklim investasi dan bisnis;
195
8)
Energi;
9)
Lingkungan hidup dan penanggulangan bencana;
10) Pembangunan daerah tertinggal, terdepan dan pasca konflik; dan
11) Kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi.
Pembangunan
Nasional
Bidang
Sumberdaya
Alam
dan
Lingkungan Hidup yang menaungi sebagian besar program Kementerian
Kelautan dan Perikanan memiliki 7 (tujuh) prioritas berikut:
1)
Peningkatan
Ketahanan
Pangan
dan
Revitalisasi
Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan;
2)
Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi;
3)
Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan;
4)
Perbaikan kualitas Lingkungan Hidup;
5)
Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan;
6)
Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan; dan
7)
Peningkatan Kapasitas Adaptasi & MItigasi Perubahan Iklim.
b. Arah Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
1)
Kebijakan Umum KKP
KKP dalam melaksanakan program-program pembangunan
yang
diamanatkan
telah
menetapkan
kebijakan
umum
yang
merupakan keberpihakan, yaitu: 1). Pro poor & Pro job; 2). Pro
growth; dan Pro sustainability.
Pro poor dan pro job merupakan pesan yang sangat jelas bahwa
pembangunan kelautan dan perikanan harus memberi manfaat bagi
sebesar-besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat kelautan
dan perikanan. Pro growth juga memberikan sinyal yang kuat bahwa
hasil pembangunan kelautan dan perikanan harus memiliki manfaat
ekonomi. Sedangkan pro sustainability merupakan pesan yang
sangat jelas bahwa pembangunan kelautan dan perikanan juga
harus ramah lingkungan.
196
a) Visi dan Misi KKP
Visi Pembangunan Kelautan dan Perikanan 2010-2014
adalah Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan
Terbesar 2015. Sedangkan misi Pembangunan Kelautan dan
Perikanan
2010-2014
adalah
Mensejahterakan
Masyarakat
Kelautan dan Perikanan.
b) Grand Strategy KKP
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut telah ditetapkan
Grand Strategy yang dikenal sebagai The Blue Ocean Policies for
Sustainable Development yang terdiri dari 4(butir) butir berikut:
1) Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi;
2) Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara
Berkelanjutan;
3) Meningkatkan
Produktivitas
dan
Daya
Saing
Berbasis
Pengetahuan;
4) Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional;
2. Kebijakan dan Strategi Konservasi Perairan
Pengelolaan
kawasan
konservasi
pengelolaan
sumberdaya
ikan
sumberdaya
ikan
upaya
memanfaatkan
adalah
sumberdaya
ikan
perairan
secara
terlepas
dari
keseluruhan. Konservasi
melindungi
untuk
tidak
melestarikan
menjamin
dan
keberadaan,
ketersediaan dan kesinambungan jenis ikan bagi generasi sekarang
maupun yang akan datang. Sebagai upaya konservasi wilayah perairan,
pesisir dan pulau-pulau kecil, pemerintah melakukan kebijakan antara
lain, ditetapkannya target nasional yang disampaikan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan Convention on Biological
Diversity (CBD) di Brazil tahun 2006, yaitu pencanangan Kawasan
Konservasi Laut seluas 10 juta hektar pada tahun 2010 dan 20 juta
hektar pada tahun 2020.
Dukungan
konservasi
kebijakan
perairan dibuat
nasional dalam
secara
pengembangan
menyeluruh
dan
kawasan
terpadu
mempertimbangkan desentralisasi dalam pelaksanaannya.
serta
Kebijakan
dan peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan wilayah pesisir
semakin kuat dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Terkait
197
dengan sumber daya ikan, Undang-undang ini bersinergi dengan
berbagai perundangan lain, diantaranya dengan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009. Terkait dengan desentralisasi, Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 merupakan perekat
hubungan antar beberapa undang-undang sebagai materi muatan dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di daerah. Pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tersebut memiliki implikasi terhadap pengelolaan sumberdaya
pesisir secara berkelanjutan. Implikasi akan bersifat sinergis, apabila
setiap pemerintah dan masyarakat di wilayah otonomi menyadari arti
penting
dari
pengelolaan
suberdaya
pesisir
secara
berkelanjutan,
sehingga pemanfaatan sumberdaya pesisir dilakukan secara bijaksana
dengan menerapkan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan.
Implikasi negatif akan muncul apabila setiap daerah berlomba
mengeksploitasi sumberdaya pesisir tanpa memperhatikan kaidah-kaidah
pembangunan
berkelanjutan. Sedangkan
payung
kebijakan
dalam
konservasi sumber daya ikan, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, yang
merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 2009. Melalui peraturan pemerintah ini diharapkan
segala urusan mengenai konservasi sumberdaya ikan dapat terwadahi.
Pertemuan puncak dunia mengenai pembangunan berkelanjutan di
Johannesburg pada tahun 2002 mendeklarasikan bahwa, “Samudera,
laut, pulau, dan wilayah pantai merupakan satu komponen terpadu dan
essensial
dari
ekosistem
bumi
yang
ketersediaan pangan global yang aman untuk
sangat
penting
bagi
menjaga kemakmuran
ekonomi dan kesejahteraan ekonomi banyak Negara, terutama di negaranegara
berkembang.
Pembangunan
samudera
yang
berkelanjutan
membutuhkan koordinasi dan kerjasama yang efektif, termasuk pada
198
tingkat global dan regional, diantara badan-badan yang berkepentingan
dan tindakan-tindakan di segala tingkatan”.
Arah kebijakan pembangunan lingkungan hidup dan sumberdaya
alam tersebut menunjukkan prinsip-prinsip yang sangat mendasar dan
harmonisasi antara keseimbangan, keselarasan dan keserasian sistem
ekologi, sosial, ekonomi dan budaya. Pembangunan yang semata-mata
menempatkan
sistem
dan
fungsi
ekonomi
sebagai
prioritas
dan
mengabaikan fungsi ekologi, sosial dan budaya akan menimbulkan
masalah-masalah
yang
pelik
dan
konflik
sosial
yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk membangun
dan mengembangkan keseimbangan fungsi ekologi, ekonomi, sosial dan
budaya harus dapat terimplementasikan dalam berbagai perangkat
kebijakan maupun program pemerintah.
Sebagai pelaksanaan visi dan misi Kementerian Kelautan dan
Perikanan, maka Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil menetapkan Visi, yaitu: Pengelolaan kelautan, pesisir dan pulaupulau kecil secara optimum dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat.
Visi ini dijabarkan dalam 5 (lima) Misi yaitu:
a) Memfasilitasi terwujudnya penataan ruang untuk kepentingan dan
kepastian hukum bagi pembangunan di wilayah laut, pesisir dan
pulau-pulau kecil;
b) Memperbaiki
sistem
pengelolaan
pesisir
dan
lautan
untuk
mewujudkan wilayah pesisir dan lautan yang bersih, sehat, produktif
dan aman;
c) Mendorong
pertumbuhan
investasi
pulau-pulau
kecil
yang
berkelanjutan dan berbasis masyarakat;
d) Mengembangkan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya
melalui upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan yang
berkelanjutan pada tingkat ekosistem, jenis dan genetik; dan
e) Meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat pesisir
dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari nelayan, pembudidaya,
pemasar ikan dan pengolah hasil laut, serta masyarakat pesisir
lainnya.
199
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal
Kelautan,
Pesisir
dan
Pulau
Pulau
Kecil
yang
mengemban
misi
Mengembangkan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya melalui
upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan yang berkelanjutan
pada tingkat ekosistem, jenis dan genetik tersebut, menetapkan strategi
pengelolaan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya dengan
melakukan pengelolaan dan pengembangan konservasi sumberdaya alam
dan
lingkungannya,
melalui
upaya
perlindungan,
pelestarian
dan
pemanfaatan secara berkelanjutan pada tingkat ekosistem, jenis dan
genetik,
dengan
mengembangkan
kebijakan,
penyusunan/
pengembangan pedoman, pengembangan kapasitas sumberdaya manusia
dan kelembagaan, pengembangan pilot project, bimbingan teknis fasilitasi
serta mengembangkan kerjasama nasional dan internasional di bidang
konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya.
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan telah menyusun
beberapa kebijakan dan strategi dalam rangka konservasi sumberdaya
ikan
dan
lingkungannya,
keanekaragaman
hayati
antara
lain
laut (grand
strategi
strategy
utama
marine
konservasi
biodiversity
conservation), kebijakan dan strategi pengelolaan terumbu karang,
strategi utama jejaring kawsan konservasi laut, kebijakan dan strategi
konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan daratan,
serta berbagai panduan maupun pedoman sebagai pelaksanaan dari
kebijakan dan strategi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Pelaksanaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya pada
Direktorat
Kawasan
konservasi
dan
Jenis
Ikan
bertujuan
untuk
mewujudkan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya melalui
upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan,
termasuk
ekosistem,
jenis
dan
genetik
dalam
rangka
menjamin
keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragaman sumber daya
ikan untuk kesejahteraan masyarakat. Adapun sasarannya sebagai
berikut:
a) terwujudnya pengembangan kawasan konseravsi perairan seluas 3,5
juta hektar;
b) terlaksananya pengembangan konservasi jenis dan genetik di tiga
wilayah biogeografi, sebanyak 4 jenis;
200
c) terlaksananya
rehabilitasi
ekosistem
sumberdaya
ikan
dan
lingkungannya di 8 provinsi, 15 kabupaten dan 21 lokasi;
d) pengembangan Unit Pelaksana Teknis (UPT) konservasi sumebrdaya
ikan, sebanyak 2 UPT;
e) terlaksananya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia konservasi
sumberdaya ikan sebanyak 250 orang; dan
f) tersusunnya
peraturan,
pedoman
standar
dan
norma
tentang
konservasi sumberdaya ikan sebanyak 18 dokumen.
Kegiatan pokok direktorat konservasi, antara lain pengembangan
konservasi kawasan perairan, pengembangan konservasi jenis dan
genetik,
rehabilitasi
pengembangan
sumberdaya
kelembagaan,
ikan
kapasitas
dan
lingkungannya,
sumberdaya
dan
manusia
dan
peraturan.
Strategi pengembangan kawasan konservasi perairan yang dilakukan
oleh KKP, melalui Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan antara
lain:
a)
perluasan kawasan konservasi laut, dengan target 10 (sepuluh) juta
hektar pada tahun 2010 dan 20 (dua puluh) juta hektar pada tahun
2020;
b)
melakukan upaya pengelolaan efektif Kawasan Konservasi Perairan
yang meliputi perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara
berkelanjutan, serta pengembangan kawasan percontohan;
c)
melakukan pendekatan ilmiah, termasuk: eco-regional, resilient, and
resistant principles;
d)
memantapkan jaringan global dan kerjasama dalam pengelolaan
KKP;
e)
implementasi
kolaborasi
pengelolaan
dalam
kerjasama
antar
pemerintah, masyarakat dan organisasi non pemerintah (LSM);
f)
penguatan pengelolaan KKP melalui program “Capacity Building”;
g)
pengembangan mekanisme pendanaan, serta berbagai kegiatan
pembinaan dan pengembangan masyarakat dalam pengelolaan
kawasan konservasi secara berkelanjutan.
201
3. Kebijakan Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur (RPJMD 2009-2013)
a. Visi dan Misi
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional dan regional, dilaksanakan dengan mengacu kepada kebijakan
nasional terutama dalam hubungannya dengan sistem perencanaan
pembangunan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dengan
demikian Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi NTT disusun
dengan
mengacu
kepada
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
Nasional.
Berdasarkan tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam 20
tahun kedepan serta dengan memperhatikan potensi dan kemampuan
daerah serta berbagai faktor strategis lainnya, maka Visi Provinsi NTT
Tahun 2009-2013 adalah “Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas, sejahtera, Adil dan Demokratis, dalam Bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Provinsi NTT
yang ingin diwujudkan dalam lima tahun mendatang adalah Nusa
Tenggara Timur yang memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas,
memperhatikan keseimbangan antara kewajiban dan hak, menghargai
pendapat dan menerima pendapat orang lain.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi pembangunan
Provinsi NTT tahun 2009-2013 adalah:
1) Meningkatkan pendidikan yang berkualitas, relevan, efisien dan
efektif yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.
Melalui
misi
ini
pemerintah
ingin
meningkatkan
kesempatan
pendidikan bagi masyarakat baik yang di kota mapun di desa dengan
meningkatkan fasilitas pelayanan pendidikan baik jumlah, kualitas
terutama penyebarannya, namun perluasan kesempatan belajar ini
dibarengi pula dengan relevansi jenis dan jenjang pendidikan dengan
kebutuhan masyarakatnya sehingga perluasan pendidikan dimaksud
dapat efektif dan efisien.
2) Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui
pelayanan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat.
Melalui misi ini pemerintah ingin meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
melalui
pola
hidup
202
sehat,
pemerataan
pelayanan
kesehatan, meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana kesehatan
serta peningkatan kualitas gizi masyarakat yang tiap tahunnya terus
melanda NTT dan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya
manusia.
3) Memberdayakan ekonomi rakyat dengan mengembangkan pelaku
ekonomi yang mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal.
Melalui misi ini pemerintah ingin meningkatkan kesejahteraan
penduduk yang saat ini cukup memprihatinkan akibat masih
tingginya
angka
kemiskinan
yang
disebabkan
oleh
rendahnya
pendapatan perkapita, meningkatnya angka pengangguran, belum
berkembangnya
sektor
riil
serta
rendahnya
pertumbuhan
dan
produktivitas UKM dan Koperasi. Untuk itu perekonomian NTT yang
saat ini masih mengandalkan sektorsektor tradisonal harus juga
memperhatikan sektor-sektor non tradisional seperti industri dan
tersier khususnya jasa-jasa dengan memanfaatkan potensi lokal yang
ada.
4) Meningkatkan infrastruktur yang memadai agar masyarakat dapat
memiliki akses untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
Melalui misi ini pemerintah memandang peningkatan kesejahteraan
masyarakat juga perekonomian, sangat bergantung pada kelayakan
infrastruktur pembangunan yang ada. Untuk itu dalam lima tahun
kedepan, pemerintah akan meningkatkan penyediaan sarana dan
prasarana
infrastruktur
baik
dalam
jumlah,
kualitas
serta
penyebarannya terutama sarana dan prasarana air dan listrik,
transportasi darat, laut dan udara, pendidikan, kesehatan dan
ekonomi serta infrastruktur perumahan dan permukiman .
5) Meningkatkan
penegakan
supremasi
hukum
dalam
rangka
menjelmakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta
mewujudkan masyarakat yang adil dan sadar hukum.
Melalui misi ini pemerintah Provinsi NTT ingin menata dan membina
hukum tingkat daerah serta menempatkan supremasi hukum sebagai
landasan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, dengan
mengedepankan norma /kaidah hukum dalam masyarakat serta nilainilai sosial dan rasa keadilan masyarakat.
6) Meningkatkan
pembangunan
lingkungan hidup.
203
yang
berbasis
tata
ruang
dan
Melalui
misi
ini
pemerintah
ingin
menunjukkan
pentingnya
penanganan masalah penataan ruang yang merupakan salah satu
matra dalam perencanaan pembangunan daerah, serta masalah
lingkungan hidup yang erat kaitanya dalam mendukung kehidupan
masyarakat sehari-hari.
7) Meningkatkan akses perempuan, anak dan pemuda dalam sektor
publik, serta meningkatkan perlindungan terhadap perempuan, anak
dan pemuda.
Sudah menjadi komitmen pembangunan nasional juga dunia untuk
memperhatikan
kualitas
hidup
serta
perlindungan
terhadap
perempuan dan anak. Untuk itu melalui misi ini pemerintah ingin
meningkatkan perlindungan dan kualitas hidup perempuan dan anak
melalui peningkatan akses perempuan dan anak dalam sektor publik
serta meningkatnya perlindungan hukum bagi perempuan dan anak.
8) Mempercepat penanggulangan kemiskinan, pengembangan kawasan
perbatasan, pembangunan daerah kepulauan, dan pembangunan
daerah rawan bencana alam.
Melalui misi ini pemerintah daerah menekankan pada percepatan
penanggulangan masalah yang mendasar pada masyarakat NTT
umumnya
dan
masyarakat
desa
khususnya
yakni
masalah
kemiskinan. Selain itu NTT juga hampir setiap tahun tertimpa
bencana alam sehingga harus ada upaya penanggulangan secepat
mungkin agar masyarakat tidak harus terlalu menderita. Selain itu
wilayah NTT yang merupakan wilayah kepulauan perlu adanya
strategi tersendiri dibandingkan dengan daerah daratan yang lebih
mudah dijangkau, hal ini ditambah lagi dengan posisi NTT yang juga
menjadi daerah perbatasan dengan Negara lain seperti Timor Leste
dan Australia yang rawan terhadap masalah-masalah lintas batas
termasuk penyelundupan.
b. Agenda Pembangunan Daerah
Visi dan Misi di atas selanjutnya diterjemahkan dalam 8 Agenda
Pembangunan Provinsi NTT tahun 2009 – 2013 sebagai berikut:
1)
Pemantapan Kualitas Pendidikan;
2)
Pembangunan Kesehatan;
3)
Pembangunan Ekonomi;
4)
Pembangunan Infrastruktur;
204
5)
Pembenahan sistem hukum (daerah) dan keadilan;
6)
Konsolidasi Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7)
Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Pemuda; dan
8)
Agenda Khusus: penanggulangan kemiskinan, pembangunan daerah
perbatasan, pembangunan daerah kepulauan dan pembangunan
daerah rawan bencana.
4. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi NTT
Strategi pembangunan daerah merupakan rencana yang menyeluruh
dan terpadu mengenai upaya-upaya pembangunan yang akan dilaksanakan
oleh
pemerintah
mewujudkan
bersama
visi
pembangunan
seluruh
pembangunan
daerah
tersebut
komponen
daerah.
maka
Untuk
masyarakat
untuk
mewujudkan
Pemerintah
Provinsi
visi
NTT
melaksanakan 8 (delapan) misi pembangunan daerah yang akan ditempuh
melalui 4 (empat) Strategi Pokok Pembangunan Daerah, yaitu:
a) Pembangunan Daerah yang Berkesinambungan dan Berkelanjutan
Pembangunan Daerah yang Berkesinambungan dan Berkelanjutan
diarahkan untuk melanjutkan program pembangunan yang telah
dicanangkan dan dilaksanakan pada masa-masa sebelumnya.
b) Peningkatan Kualitas Kehidupan Masyarakat
Peningkatan
Kualitas
Kehidupan
Masyarakat
diarahkan
untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Provinsi NTT dalam segala
aspek terutama yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan
hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan
hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi
perempuan maupun laki-laki.
c) Percepatan Pembangunan Daerah dengan Mengembangkan Ekonomi
Lokal.
Percepatan Pembangunan Daerah dengan Mengembangkan Ekonomi
Lokal diarahkan untuk pengembangan ekonomi lokal (lokal economic
development), yaitu dengan mengembangan kapasitas dan kegiatan
ekonomi masyarakat di daerah untuk meningkatkan derajat kemajuan
ekonomi daerah secara keseluruhan;
d) Pemberdayaan Masyarakat
205
Pemberdayaan Masyarakat diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat
untuk
berperan
aktif
dalam
kegiatan-kegiatan
pembangunan sosial, budaya dan ekonomi
5. Kebijakan Spasial dan Perda Provinsi NTT tentang RTRW 2010-2030
Penataan ruang wilayah provinsi bertujuan untuk mewujudkan Provinsi NTT sebagai
provinsi kepulauan dan maritim yang berbasis pada pengembangan potensi sumber daya
alam dan budaya lokal yang terpadu dan berkelanjutan, bertumpu pada masyarakat
berkualitas, adil dan sejahtera, dengan tetap memperhatikan aspek mitigasi bencana.
a) Rencana Struktur Ruang Provinsi NTT
Rencana struktur dan pola ruang Povinsi NTT terdiri atas pusat
sistem kegiatan dan pusat jaringan prasarana wilayah. Rencana
pengembangan sistem perkotaan di Provinsi NTT, meliputi:
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terdapat di Kota Kupang, berfungsi
sebagai pusat pelayanan seluruh wilayah Provinsi NTT;
2) PKN promosi (PKNp) terdapat di Waingapu di Kabupaten Sumba
Timur dan Maumere di Kabupaten Sikka;
3) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terdapat di Soe di Kabupaten Timor
Tengah Selatan, Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara,
Ende di Kabupaten Ende, Ruteng di Kabupaten Manggarai dan
Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat;
4) PKW promosi (PKWp) terdapat di Tambolaka di Kabupaten Sumba
Barat Daya, Bajawa di Kabupaten Ngada, Larantuka di Kabupaten
Flores Timur, Waikabubak di Kabupaten Sumba Barat dan Atambua
di Kabupaten Belu, dan Mbay di Kabupaten Nagekeo;
5) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) terdapat di Oelamasi di Kabupaten
Kupang, Ba’a di Kabupaten Rote Ndao, Seba di Kabupaten Sabu
Raijua, Lewoleba di Kabupaten Lembata, Kalabahi di Kabupaten
Alor, Waibakul di Kabupaten Sumba Tengah, dan Borong di
Kabupaten Manggarai Timur;
6) Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) terdapat di Atambua di
Kabupaten Belu, Kefamenanu di Kabupaten Timor Tengah Utara,
dan Kalabahi di Kabupaten Alor.
Sistem perdesaan mencakup seluruh pusat kecamatan diluar
sistem perkotaan di seluruh wilayah kabupaten/kota di wilayah
Provinsi.
206
b) Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah Provinsi NTT meliputi rencana
kawasan lindung dan kawasan budidaya yang mempunyai nilai
strategis provinsi dan/atau lintas kabupaten dan/atau kota. Rencana
pola ruang Provinsi NTT diuraikan sebagai berikut:
1) Rencana Kawasan Lindung
Rencana Kawasan Lindung ditetapkan berdasarkan kebijakan
dan strategi pola ruang wilayah Provinsi NTT untuk Kawasan
Lindung. Rencana kawasan Lindung Provinsi NTT minimal 29,03%
dari total luas wilayah Provinsi NTT yaitu sekitar
1.348.760,25
hektar, dimana luas lahan total adalah 3.297.598,85 hektar.
Adapun luas perairan Provinsi NTT sekitar 19.148.400 hektar, yang
mencakup pemanfaatan Lindung di wilayah Laut Provinsi NTT. Peta
Rencana Pola Ruang Provinsi NTT sebagaimana terdapat pada
Gambar 27.
2) Kawasan
Perlindungan
Setempat
Gambar
27. Peta Rencana
Pola Ruang Provinsi NTT
Kawasan Perlindungan Setempat meliputi sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan
sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal.
Adapun Kawasan Perlindungan Setempat yang terdapat di Propinsi
NTT, meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan
sungai,
kawasan
sekitar
sempadan jurang.
207
danau
atau
waduk
dan
kawasan
(a)
Kawasan sempadan pantai;
Kawasan sempadan pantai yang terdapat di Provinsi NTT
memiliki luas total kurang lebih 56.274 hektar, meliputi:
(1) kawasan sempadan pantai yang berjarak 100 meter dari
titik pasang tertinggi ke arah darat yaitu di sepanjang
pantai Provinsi Nusa Tenggara Timur; dan
(2) kawasan sempadan pantai rawan gelombang pasang dan
tsunami yang berjarak lebih dari 100 meter disesuaikan
dengan
karakter
pantai,
terdapat
di
Maumere
di
Kabupaten Sikka, Daerah Atapupu/pantai utara Belu,
pantai selatan Pulau Sumba, pantai utara Ende, pantai
utara Flores Timur, pantai selatan Lembata, dan pantai
selatan Pulau Timor.
(b)
Kawasan sempadan sungai;
Kawasan sempadan sungai yang terdapat di Provinsi NTT
memiliki luas total kurang lebih 181.837 hektar, meliputi:
(1)
kawasan sempadan sungai di kawasan non permukiman
berjarak sekurang-kurangnya 100 m dari kiri dan kanan
untuk aliran sungai utama dan sekurang-kurangnya 50
meter dari kiri dan kanan untuk anak sungai; dan
(2)
kawasan sempadan sungai di kawasan permukiman
berjarak sekurang-kurangnya 10 meter.
(c)
Kawasan sekitar danau atau waduk
Kawasan sekitar danau atau waduk memiliki luas total
kurang lebih 28.944 hektar, berjarak 50-100 meter dari titik
pasang tertinggi ke arah darat.
(d)
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya,
meliputi
kawasan
suaka
alam
laut,
kawasan
suaka
margasatwa dan suaka margasatwa laut, kawasan cagar alam
dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,
kawasan taman nasional dan taman nasional laut, kawasan
208
taman hutan raya, kawasan taman wisata alam dan kawasan
cagar budaya.
(1) Kawasan Suaka Alam
Kawasan suaka alam merupakan kawasan dengan
kriteria kawasan yang memiliki keanekaragaman biota,
ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas baik
di darat maupun diperairan dan mempunyai fungsi utama
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis biota,
ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang terdapat
didalamnya. Kawasan suaka alam yang terdapat di Provinsi
NTT yaitu Kawasan Suaka Alam Laut Sawu dan Kawasan
Suaka Alam Laut Flores.
(2) Kawasan Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
Kawasan ini memiliki kriteria :
1. merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari
suatu
jenis
satwa
yang
perlu
dilakukan
upaya
konservasi,
2. memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi,
3. merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa
migrant tertentu; dan
4. memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa
yang bersangkutan.
Di Propinsi NTT, kawasan jenis ini meliputi Kawasan Suaka
Margasatwa Perhatu di Kabupaten Kupang, Kawasan
Suaka Margasatwa Kateri di Kabupaten Belu, Kawasan
Suaka Margasatwa Harlu di Kabupaten Rote Ndao, dan
Kawasan Suaka Margasatwa Ale Asisio di Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
(3) Kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
Kawasan ini memiliki kriteria :
1. memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan
ekosistemnya;
2. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit
penyusunnya;
209
3. memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang
masih asli dan belum diganggu manusia;
4. memiliki luas dan bentuk tertentu; dan
5. memiliki
ciri
khas
yang
merupakan
satu-satunya
contoh suatu daerah serta keberadaannya memerlukan
konservasi.
Di Provinsi NTT, kawasan jenis ini meliputi Kawasan Cagar
Alam Riung di Kabupaten Ngada, Kawasan Cagar Alam
Maubesi di Kabupaten Belu, Kawasan Cagar Alam Way
Wuul/Mburak di Kabupaten Manggarai Barat, Kawasan
Cagar Alam Watu Ata di Kabupaten Ngada, Kawasan Cagar
Alam Wolo Tadho di Kabupaten Ngada, dan Kawasan Cagar
Alam Gunung Mutis yang terdapat di Kabupaten Timor
Tengah Selatan dan Kabupaten Timor Tengah Utara.
(4) Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau memiliki kriteria
koridor di sepanjang pantai dengan lebar paling sedikit 130
kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah
dari arah darat. Kawasan pantai berhutan bakau di
Provinsi NTT terdapat di Kabupaten Belu, Rote Ndao dan
Manggarai Barat.
(5) Kawasan Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
Kawasan ini ditetapkan dengan kriteria :
1. berhutan
atau
bervegetasi
tetap
yang
memiliki
tumbuhan dan satwa yang beragam;
2. memiliki
luas
yang
cukup
untuk
menjamin
kelangsungan proses ekologi secara alami;
3. memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik
berupa jenis tumbuhan maupun jenis satwa dan
ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh;
4. memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di
dalamnya yang secaramateri atau fisik tidak boleh
diubah baik oleh ekspoitasi maupun pendudukan
manusia; dan
210
5. memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan
sebagai pariwisata alam.
Di Provinsi NTT kawasan jenis ini meliputi Kawasan
Taman Nasional Kelimutu di Kabupaten Ende, Kawasan
Taman
Nasional
Laiwangi-Wanggameti
di
Kabupaten
Sumba Timur, Kawasan Taman Nasional ManupeuTanadaru di Kabupaten Sumba Tengah, Kawasan Taman
Nasional
Komodo
di
Kabupaten
Manggarai
Barat,
Kawasan Taman Nasional Laut Komodo di Kabupaten
Manggarai Barat dan Kawasan Taman Nasional Laut Selat
Pantar di Kabupaten Alor.
(6) Kawasan Taman Hutan Raya
Kawasan Taman Hutan Raya ditetapkan dengan kriteria:
1. berhutan
atau
bervegetasi
tetap
yang
memiliki
tumbuhan dan/atau satwa yang beragam;
2. memiliki arsitektur bentang alam yang baik;
3. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
4. merupakan kawasan dengan cirri khas baik asli
maupun
buatan,
baik
pada
kawasan
yang
ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang
sudah berubah;
5. kemiliki keindahan alam dan/atau gejala alam;
6. memiliki
luas
yang
memungkinkan
untuk
mengembangkan koleksi tumbuhan dan/atau satwa
jenis asli dan/atau bukan asli;
7. untuk kawasan berdasarkan kriteria tersebut berupa
Taman Hutan Raya Prof Ir. Herman Yohannes yang
terdapat di Kabupaten Kupang;
(7) Kawasan Taman Wisata Alam Dan Taman Wisata Alam
Laut
Kawasan jenis ini ditetapkan dengan kriteria :
1. memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan
ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang
indah, unik dan langka;
2. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
211
3. memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk
dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan
4. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya
pengembangan kegiatan wisata alam.
Di Provinsi NTT, kawasan-kawasan yang termasuk
pada kriteria tersebut meliputi:
1. Kawasan Taman Wisata Alam Tuti Adagae di Kabupaten
Alor;
2. Kawasan Taman Wisata Alam Kemang Beleng I di
Kabupaten Ende;
3. Kawasan Taman Wisata Alam Kemang Beleng II di
Kabupaten Ende;
4. Kawasan
Taman
Wisata
Alam
Pulau
Besar
di
Menipo
di
Kabupaten Sikka;
5. Kawasan
Taman
Wisata
Alam
Pulau
Kabupaten Kupang;
6. Kawasan Taman Wisata Alam Ruteng di Kabupaten
Manggarai;
7. Kawasan
Taman
Wisata
Alam
Egon
Illimedo
di
Kabupaten Sikka;
8. Kawasan Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang
terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Kupang dan
Kabupaten Rote Ndao.
9. Kawasan Taman Wisata Alam Gugus Pulau Teluk
Maumere di Kabupaten Sikka;
10. Kawasan Taman Wisata Alam Laut Tujuh Belas Pulau
Riung di Kabupaten Ngada;
11. Kawasan Taman Wisata Alam Camplong di Kabupaten
Kupang;
12. Kawasan Taman Wisata Pulau Batang di Kabupaten
Alor; dan
13. Kawasan
Taman
Wisata
Baumata
di
Kupang.
(8) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
212
Kabupaten
Kawasan ini ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil
budidaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Di Provinsi NTT,
kawasan ini meliputi:
1. Kawasan Kapela Tuan Ma Larantuka di Kabupaten
Flores Timur;
2. Kawasan Meriam Jepang dan Tugu Jepang di Kota
Kupang;
3. Kawasan Gereja Tua di Kota Kupang;
4. Kawasan Gua Alam Baumata di Kabupaten Kupang;
5. Kawasan cagar budaya berupa kampung adat yang
terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sumba
Tengah, Sumba Barat, Sumba Timur, Ngada, Nagekeo,
Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Ende, dan
Belu; dan
6. Kawasan Gua Bitauni di TTU.
3) Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana alam yang terdapat di Provinsi NTT,
meliputi kawasan rawan tanah longsor dan gerakan tanah dan
kawasan rawan banjir.
(a)
Kawasan rawan longsor
Kawasan rawan longsor ditetapkan dengan kriteria
kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran. Kawasan rawan longsor dan
gerakan tanah terdapat di Kabupaten Kupang, Kabupaten
Timor Tengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara,
Kabupaten
Belu,
Kabupaten
Alor,
Kabupaten
Lembata,
Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende,
Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Manggarai
Timur, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat.
(b)
Kawasan rawan banjir
Kawasan
rawan
bajir
ditetapkan
dengan
kriteria
kawasan yang diidentifikasi sering dan/atau berpotensi tinggi
213
mengalami bencana banjir. Kawasan ini terdapat di Takari dan
Noelmina di Kabupaten Kupang, Benanain di Kabupaten Belu,
Dataran Bena dan Naemeto di Kabupaten Timor Tengah
Selatan, dan Ndona di Kabupaten Ende.
Selain kawasan yang disebutkan diatas terdapat juga
kawasan rawan bencana alam geologi, meliputi kawasan rawan
gempa, kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami, dan
kawasan rawan bencana letusan Gunung Berapi.
4) Kawasan Lindung Lainnya
Kawasan Lindung Lainnya meliputi cagar biosfer, ramsar,
taman buru, kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan
pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi
jenis satwa atau biota laut yang dilindungi. Kawasan Lindung
Lainnya di Provinsi NTT memiliki luasan sekitar 180.125,07 hektar.
Kawasan Lindung Lainnya sebagaimana terdapat pada Tabel 36.
Tabel 36. Kawasan Lindung Lainnya di Provinsi NTT
No
Jenis
Kawasan
1
Kawasan Taman Buru
Kawasan Taman Buru Dataran Bena di
Kabupaten Timor Tengah Selatan;
Kawasan
Taman
Buru
Pulau
Rusa
di
Kabupaten Kupang;
Kawasan Taman Buru Pulau Ndana di
Kabupaten Rote Ndao; dan
Kawasan Taman Buru Ndana di Kabupaten
Alor.
2
Kawasan
Perlindungan
Plasma Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Riung
Nutfah
di Kabupaten Manggarai;
Kawasan
Perlindungan
Plasma
Nutfah
Maubesi di Kabupaten Belu;
Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Way
Wull/Mburak di Kabupaten Manggarai Barat;
Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Watu
214
No
Jenis
Kawasan
Ata di Kabupaten Ngada; dan
Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Wolo
Tadho di Kabupaten Ngada.
3
Kawasan Pengungsian Satwa
Kawasan Perairan Laut Flores;
Kawasan Perairan Laut Sawu;
Kawasan Perairan Laut Alor; dan
Kawasan Perairan Laut Timor.
4
Kawasan Terumbu Karang
Kawasan Terumbu Karang Laut Flores;
Kawasan Terumbu Karang Laut Sawu; dan
Kawasan Terumbu Karang Laut Timor.
5
Kawasan Koridor Jenis Satwa/
Kawasan Komodo di Kabupaten Manggarai
Biota Laut yang di Lindungi
Barat;
Perairan Laut Flores;
Perairan Laut Sawu; dan
Perairan Laut Timor.
5) Rencana Kawasan Budidaya
Penetapan kawasan budidaya provinsi dilakukan dengan
memperhatikan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis
nasional atau kawasan andalan. Kawasan andalan terdiri atas
kawasan andalan dan kawasan andalan laut. Kawasan andalan di
provinsi meliputi:
(a)
Kawasan
Kupang
dan
sekitarnya,
yang
memiliki
sektor
unggulan pertanian, industri, pariwisata, perikanan laut dan
pertambangan;
(b)
Kawasan Maumere – Ende, yang memiliki sektor unggulan
pertanian, kehutanan, industri, pariwisata, perikanan dan
perkebunan;
(c)
Kawasan Komodo dan sekitarnya, yang memiliki sektor
unggulan
pertanian,
industri,
pariwisata,
perikanan
dan
perkebunan;
(d)
Kawasan Ruteng – Bajawa, yang memiliki sektor unggulan
pertanian,
pertambangan,
perkebunan;
215
pariwisata,
perikanan
dan
(e)
Kawasan Sumba, yang memiliki sektor unggulan pertanian,
pariwisata dan perkebunan;
(f)
Kawasan Andalan Laut Flores, yang memiliki sektor unggulan
pariwisata dan perikanan;
(g)
Kawasan Andalan Laut Sawu dan sekitarnya, yang memiliki
sektor unggulan pariwisata, perikanan dan pertambangan;
(h)
Kawasan Andalan Laut Sumba dan sekitarnya, yang memiliki
sektor unggulan pariwisata dan perikanan.
6) Kawasan yang Diperuntukkan Sebagai Kawasan Perikanan
Kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan perikanan
terdiri
dari
kawasan
perikanan
tangkap,
perikanan dan kawasan pengolahan ikan.
kawasan
budidaya
Kawasan peruntukan
perikanan tangkap tersebar di seluruh kabupaten/kota. Kawasan
peruntukan
perikanan
kabupaten/kota.
budidaya
tersebar
Untuk meningkatkan nilai
di
seluruh
ikan tangkap dan
budidaya yang dihasilkan dari perairan yang terdapat di Provinsi
NTT, maka direncanakan kawasan pengolahan ikan. Kawasan
pengolahan ikan terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Kupang,
Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Ende.
7) Kawasan yang Diperuntukan Sebagai Kawasan Pariwisata
Kawasan
peruntukan
pariwisata
meliputi
kawasan
peruntukan pariwisata alam, kawasan peruntukan pariwisata
budaya
dan
kawasan
peruntukan
pariwisata
buatan/taman
rekreasi.
(a)
Kawasan peruntukan pariwisata alam
Kawasan yang termasuk jenis pariwisata alam meliputi
(1) Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat;
(2) Taman Laut Tujuh Belas
Pulau Riung di Kabupaten
Ngada;
(3) Taman Laut Teluk Maumere di Kabupaten Sikka;
(4) Taman Laut Kepa di selat Pantar di Kabupaten Alor;
(5) Taman Laut Teluk Kupang di Kabupaten dan Kota Kupang;
(6) Pantai Nembrala di Kabupaten Rote Ndao;
(7) Taman Nasional Kelimutu di Kabupaten Ende;
216
(8) Pantai Kolbano di Kabupaten Timor Tengah Selatan; dan
(9) Kawasan Wisata Gunung Mutis di Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
(b)
Kawasan peruntukan Pariwisata Budaya
Kawasan yang termasuk jenis pariwisata budaya meliputi:
(1)
Atraksi Pasola di Kabupaten Sumba Barat dan Sumba
Barat Daya;
(2)
Prosesi Jumad Agung di Kabupaten Flores Timur;
(3)
Prosesi Jumad Agung di Gua Bitauni di Kabupaten Timor
Tengah Utara;
(4)
Perburuan ikan paus di Lamalera di Kabupaten Lembata;
(5)
Perkampungan Adat di Bena di Kabupaten Ngada;
(6)
Kampung adat Koanara di Kabupaten Ende;
(7)
Kampung adat Tarung di Kabupaten Sumba Barat;
(8)
Kampung adat Laitarung di Kabupaten Sumba Tengah
(9)
Kampung adat Boti di Kabupaten Timor Tengah Selatan;
(10) Kampung Namata di Kabupaten Sabu Raijua;
(11) Kampung Tamkesi di Kabupaten Timor Tengah Utara;
(12) Homo Florencis Liangboah di Kabupaten Manggarai;
(13) Situs arkeologi Olabula di Kabupaten Nagakeo;
(14) Kuburan Megalitik di Kabupaten Sumba Timur, Sumba
Tengah, Sumba Barat dan Sikka; dan
(15) Atraksi seni budaya di seluruh kabupaten/kota.
(c)
Kawasan peruntukan Pariwisata Buatan
Kawasan yang termasuk jenis pariwisata buatan meliputi :
(1)
Taman Rekreasi Subasuka di Kota Kupang; dan
(2)
Pemancingan di Perairan Tablolong Kabupaten Kupang.
6. Isu-isu dan Permasalahan Kawasan
Berbagai isu yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan TNP Laut
Sawu yang merupakan hasil masukan dari berbagai pihak baik
pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, maupun masyarakat
antara lain:
a)
Terjadinya Penurunan Ekosistem dan Lingkungan
217
Wilayah pesisir dan laut di TNP Laut Sawu mengalami
penurunan
ekosistem
sebagai
akibat
dari
berbagai
aktivitas
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan
linggis dan hammer, potassium dan bom oleh nelayan pendatang. Di
samping itu konversi ekosistem hutan bakau yang kerap dijadikan
bahan bangunan dan perumahan juga menjadi persoalan yang perlu
menjadi perhatian untuk mengantisipasi abrasi pantai, ekosistem
mangrove tidak terdegradasi.
(2)
Terjadinya
penurunan
keanekaragaman
hayati
dan
habitat
perikanan
TNP Laut sawu merupakan daerah migrasi
ikan menuju ke
Samudera Pasifik & Samudera Hindia dari berbagai biota terutama
penyu, paus dan biota ekonomis tinggi lainnya, sehingga menjadi
target penangkapan bagi nelayan.
Penangkapan biota laut yang berlebihan akibat dari open akses
dan kurangnya pengaturan tentang ukuran yang boleh ditangkap,
jenis yang tidak boleh ditangkap, jenis alat tangkap yang dilarang,
serta
nilai ekonomi sumberdaya tersebut menyebabkan terjadinya
overfishing yang mengancam keberadaan dan kelestarian biota.
Dikhawatirkan jika kegiatan tersebut berlanjut tanpa perlindungan
dan pengendalian dapat menjadi ancaman bagi kepunahan biota
tersebut.
(3)
Lemahnya Koordinasi sehingga terjadi konflik lintas sektor dan antar
sektor
Konflik lintas sektor dan antar sektor merupakan konflik yang
terjadi dalam pemanfaatan dan pengelolaan di TNP Laut Sawu
sebagai akibat tidak adanya koordinasi dan kolabarosi dari dan
antar sektor tersebut, sehingga diperlukan leading sector yang dapat
mengayomi
semua
kepentingan
dalam
pemanfaatan
dan
pengelolaan.
(4)
Pengelolaan Pasca panen
Untuk
meningkatkan
nilai
tambah
(value
added)
dari
sumberdaya diperlukan pengolahan pasca panen secara tepat
melalui keragaman bentuk pengolahan yang dapat menjadikan nilai
tambah dari produk yang dihasilkan dan tidak cepat membusuk,
218
sehingga
tingkat
harga
produk
dapat
dipertahankan
atau
ditingkatkan.
(5)
Terbatasnya sarana dan prasarana
Salah satu faktor penunjang dalam meningkatkan pengelolaan
dan nilai sumberdaya adalah tersedianya sarana dan prasarana yang
memadai,
sehingga
kebijakan
yang
akan
diterapkan
dapat
terlaksana sebagaimana mestinya yang ditopang dengan berbagai
hasil studi yang memadai.
Kondisi geografis daerah Provinsi NTT
yang terdiri dari pulau-pulau dengan kemiringan yang cukup tinggi
(rata-rata di atas 40%) merupakan kendala dalam pembangunan
prasaran dan sarana, terutama perhubungan dan komunikasi. Hal
ini berakibat sarana dan prasarana penunjang seperti hotel,
restoran,
transportasi
dan
lain-lain
di
lokasi
calon
kawasan
konservasi masih sangat terbatas bahkan kurang.
(6)
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum memadai
SDM
merupakan
faktor
yang
sangat
menentukan
dalam
pengelolaan TNP Laut Sawu. SDM baik jumlah maupun kualitasnya
sangat
diharapkan
dapat
mengembangkan
segenap
potensi
sumberdaya yang ada secara optimal dan berkelanjutan. Jumlah
dan kualitas SDM di tataran kebiijakan dan pengelolan termasuk
nelayan sangat menentukan tujuan pengelolaan TNP Laut Sawu.
Untuk
itu diperlukan upaya secara maksimal melalui rekruitmen
tenaga SDM bagi instansi terkait serta melakukan pendidikan formal
dan non formal secara terencana.
Dari jumlah penduduk Provinsi NTT yang berjumlah 4,6 juta
jiwa, angka “melek huruf” penduduk berusia lima tahun ke atas
sebesar 83,35 persen. Rendahnya tingkat pendidikan tentunya akan
mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.
rendahnya
Rendahnya kualitas SDM juga dapat mengakibatkan
produktivitas
karena
pemahaman
dan
daya
serap
terhadap teknologi dan inovasi baru relatif kurang. Hal ini juga telah
disadari oleh pemerintah daerah Provinsi NTT, sehingga dalam
219
rencana strategi pembangunan daerah salah satu prioritasnya
adalah peningkatan kualitas SDM.
(7)
Masih tingginya angka kemiskinan
Berdasarkan data statistik tahun 2012, presentasi penduduk
miskin di NTT adalah 21,23%.
Persentase tersebut cukup tinggi
apabila dibandingkan dengan angka kemiskinan rata-rata secara
nasional
yang
hanya
mencapai
12,49%.
Tingkat
pendapatan
sebagian masyarakat yang relatif rendah mempunyai kecenderungan
terhadap eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan.
Penggunaan
berbagai
alat
tangkap
yang
tidak
ramah
lingkungan dan penggunaan alat tangkap dengan teknologi yang
lebih memadai oleh pemilik modal menyebabkan nelayan tradisonal
semakin tersisih dan semakin miskin. Oleh karena itu, diperlukan
peraturan untuk memberikan peluang pada nelayan tradisonal
dalam meningkatkan taraf hidupnya.
Di samping itu diperlukan
pendampingan, bimbingan dan pemberian modal usaha alternatif
bagi nelayan tradisonal secara kontinyu dan terencana.
(8)
Rendahnya pemahaman masyarakat akan kelestarian alam
Rendahnya
pemahaman
masyarakat
akan
pentingnya
kelestarian alam terkait erat dengan rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat. Rendahnya pemahaman masyarakat akan pentingnya
kelestarian alam dapat dilihat dari masih banyaknya praktekpraktek penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak.
Meskipun berdasarkan penuturan penduduk bukan dari masyarakat
setempat, akan tetapi masyarakat sampai saat ini belum merasa
terganggu dengan praktek tersebut.
Jika hal ini dibiarkan, maka
sumberdaya perikanan yang ada di wilayah tersebut akan menjadi
rusak.
Nelayan tradisional banyak yang melakukan penangkapan ikan
dengan
bubu.
Nelayan
tradisional
tidak
menyadari
bahwa
melakukan penangkapan ikan dengan bubu dapat mengakibatkan
rusaknya terumbu karang.
Meskipun bubu tersebut adalah alat
penangkapan yang pasif, akan tetapi dengan meletakkannya di atas
220
terumbu karang dapat mengakibatkan rusaknya terumbu karang
tersebut.
(9)
Kearifan Lokal
Mengingat salah satu tujuan pengembangan TNP Laut Sawu
adalah pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat, potensi kearifan
lokal yang ada dimasyarakat dapat menjadi salah satu faktor
pendukung terlaksananya tujuan ini, dengan merevitalisasi kearifan
lokal masyarakat yang mendukung upaya perlindungan terhadap
sumberdaya pesisr dan laut serta lingkungan yang terdapat pada
masyarakat yang ada di desa desa pesisir di TNP Laut Sawu. Hasil
identifikasi ritual adat dan kearifan lokal yang ada di masyarakat di
kawasan yang masuk dalam TNP Laut Sawu menunjukkan ternyata
masyarakat yang ada didalam kawasan perairan Laut Sawu memiliki
tatanan tersendiri dalam upaya mengelola lingkungannya.
Ragam kebajikan ini seharusnya dapat direvitalisasi kembali,
mengingat hal ini dapat menjadi suatu upaya perlindungan dan
pelestarian lingkungan yang bernuansa lokal. Selain itu, pemerintah
juga dapat melakukan inisiasi dengan memasukkan semua hal yang
berkaitan dengan kearifan lokal ini ke dalam kurikulum pendidikan
formal yang berupa muatan lokal disekolah mengenai pengetahuan
bentuk kearifan lokal yang ada di wilayahnya sebagai sarana untuk
proses diseminasi informasi tentang upaya pentingnya melestarikan
lingkungan.
(10) Aturan dan lemahnya penegakan hukum
Penegakan hukum dalam pemanfaatan dan pengelolaan TNP
Laut Sawu yang sesuai dengan aturan yang ada menjadi penting
untuk dapat menimbulkan efek jera, sehingga sumber daya dapat
diamanfaatkan dan dikelola
secara bijak namun jika penegakan
hukum lemah dapat memperparah kerusakan sumberdaya. Berbagai
aktivitas yang terkait dengan pelanggaran hukum dalam kaitannya
dengan pemanfaatan dan pengelolan di TNP Laut Sawu antara lain
pemboman,
pembiusan,
perusakan
penangkapan biota yang dilindungi
lingkungan,
dan lainnya.
ilegal
fishing,
Apabila tidak
dilakukan penindakan sesuai aturan hukum yang ada, hal tersebut
221
dapat
mempercepat
kerusakan
ekosistem
dan
kritisnya
biota
tersebut.
(11) Kelembagaan dan Kerjasama Pengelolaan
Kelembagaan pengelolaan harus memiliki keterwakilan semua
pihak baik dari masyarakat, aparat penegak hukum dan instansi
terkait, sehingga lebih aspiratif dan lebih kuat. Di samping itu sistem
kelembagaan yang dibangun termasuk sumber pendanaan dan
aturan dalam kelembagaan perlu ditingkatkan.
Pemanfaatan potensi sumber daya alam terutama potensi
wisata belum optimal dikembangkan. Pengembangan potensi wisata
alam terkait dengan kerjasama antar pengelola kawasan wisata, baik
lokal, regional, nasional, dan bahkan internasional. Beberapa
kawasan wisata di Provinsi NTT secara umum dapat dikembangkan
melalui jejaring atau kerjasama kepariwisataan dengan kawasan
yang telah berkembang, misalnya dengan pengelola-pengelola wisata
di Bali dalam sebuah paket wisata.
(12) Sosialisasi yang berkaitan TNP Laut Sawu dan Pembentukan
Kelompok Pengawasan
Sosialisasi berkaitan dengan TNP Laut Sawu perlu dilakukan
secara terprogram oleh lembaga pengelola, sehingga pada akhirnya
semua yang berkepentingan merasa memiliki TNP Laut Sawu
tersebut.
(13) Pembatas Zona-zona TNP Laut Sawu
Penzonasian TNP Laut Sawu secara partisipatif dilakukan guna
menghasilkan
zona-zona
yang
disepakati
semua
pihak
yang
berkepentingan. Di samping itu, untuk lebih menjamin status
kawasan TNP Laut Sawu, maka diperlukan pembatas di lapangan
baik
batasan
zona
inti,
zona
perikanan
berkelanjutan,
zona
pemanfaatan, dan zona lainnya sehingga menjadi tanda terhadap
nelayan atau pemangku kepentingan lainnya, sehingga batasan
222
tersebut dapat menjadi pedoman yang seharusnya tidak dilanggar
oleh pemangku kepentingan.
7. Visi dan Misi Pengelolaan TNP Laut Sawu
Visi:
"Terwujudnya Taman Nasional Perairan Laut Sawu yang dikelola
secara berkelanjutan dan kolaboratif guna menjamin keberlangsungan
keanekaragaman
hayati
laut,
nilai
budaya
dan
kesejahteraan
masyarakat".
Misi:
1. Mengembangkan upaya pemanfaatan sumber daya laut di TNP Laut
Sawu
secara
optimal
dan
berkelanjutan
bagi
kesejahteraan
masyarakat dan daerah.
2. Menerapkan sistem pengelolaan kawasan TNP Laut Sawu yang adaptif
guna menjamin kelestarian sumber daya laut dan ekosistemnya serta
pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat.
3. Mengintegrasikan fungsi kawasan dengan pembangunan wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur di dalam dan sekitar TNP Laut Sawu.
4. Memantapkan sistem pengelolaan TNP Laut Sawu yang berbasis
ekosistem,
kehati-hatian,
keterpaduan,
adaptif,
partisipatif
dan
kolaboratif.
8. Tujuan dan Sasaran Pengelolaan
Pengelolaan TNP Laut Sawu diarahkan melalui pendekatan kehatihatian, keterpaduan, berbasis ekosistem, adaptif, partisipatif, dan
kolaboratif. Pemaduserasian kebijakan dan program antara pemangku
kepentingan dalam berbagai tingkatan sangat penting agar proses
pembangunan dikawasan TNP Laut Sawu dapat dilaksanakan secara
selaras dan berkelanjutan.
a.
Tujuan Pengelolaan
Tujuan pengelolaan TNPLaut Sawu dijabarkan berdasarkan
misi, yaitu:
223
Misi 1 “Mengembangkan upaya pemanfaatan sumberdaya laut di
TNP Laut Sawu secara optimal dan berkelanjutan bagi kesejahteraan
masyarakat dan daerah”, mencakup tujuan:
1)
meningkatkan
kegiatan
monitoring
dan
identifikasi,
evaluasi
inventarisasi,
sumberdaya
laut
dan
pemanfaatannya;
2)
mengembangkan mekanisme pemanfaatan sumberdaya laut
dan ekosistemnya;
3)
melestarikan kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya
laut yang selaras dengan keberlanjutan sumberdaya laut dan
ekosistemnya;
4)
mengembangkan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata
alam serta budaya;
5)
mengatur pengelolaan dan pengembangan industri kelautan di
TNP Laut Sawu dengan tetap memperhatikan keberlanjutan
sumberdaya laut;
6)
mendorong
pengembangan
upaya
perikanan
yang
berkelanjutan;
7)
mengembangkan strategi pengelolaan dalam bidang sosial
budaya dan ekonomi masyarakat; dan
8)
mengembangkan
pemberdayaan
masyarakat
pesisir
untuk
pengembangan dalam rencana pengelolaan jangka panjang TNP
Laut Sawu.
Misi 2 “Menerapkan sistem pengelolaan kawasan TNP Laut Sawu
yang adaptif guna menjamin kelestarian sumberdaya laut dan
ekosistemnya
serta
pemanfaatannya
bagi
kesejahteraan
masyarakat”, mencakup tujuan:
1)
mengembangkan, menyusun, mengelola, dan memelihara Bank
Data TNP Laut Sawu yang dihimpun dari berbagai kegiatan
penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi
kelautan dan menyebarkannya dalam sistem informasi data
potensi sumberdaya alam TNP Laut Sawu;
2)
mengembangkan
dan
pemantauan/monitoring
status
ekosistemnya secara berkelanjutan;
224
menerapkan
sumberdaya
sistem
laut
dan
3)
menyelenggarakan
Penanggulangan
suatu
Bencana
Sistem
di
TNP
Pemantauan
Laut
Sawu
dan
serta
rehabilitasinya sebagai sub sistem dari sistem pencegahan dan
penanggulangan bencana alam nasional dan daerah;
4)
meningkatkan kegiatan Penelitian, Pengembangan, Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan yang mendukung
pengembangan TNP Laut Sawu sebagai center of excellent
keanekaragaman hayati laut (marine bio diversity);
5)
mengembangkan pengelolaan habitat perairan dalam guna
pelestarian dan pemanfaatannya secara optimal;
6)
mengembangkan dan menerapkan skema pengelolaan terpadu
dan adaptif dalam kerangka antisipasi terhadap perubahan
iklim;
7)
mengembangan dan menerapkan skema pengelolaan habitat
dan populasi jenis-jenis biota laut utamanya jenis-jenis langka
dan/atau bernilai ekonomis tinggi;
8)
mengembangkan pengelolaan populasi setasea;
9)
mengembangkan dan menerapkan sistem pengawasan dan
pengamanan kawasan yang efektif;
10) meningkatkan penguatan regulasi, perangkat dan penegakan
hukum
yang
kuat,
komprehensif
dan
effektif
serta
memperhatikan kearifan local dalam kerangka menunjang
pengelolaan TNP L Sawu yang fungsional; dan
11) meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang kompeten
dan berdedikasi dalam kerangka menunjang pengelolaan TNP
Laut Sawu yang fungsional.
Misi 3 “Mengintegrasikan fungsi kawasan dengan pembangunan
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur di dalam dan sekitar TNP
Laut Sawu”, mencakup tujuan:
1.
melakukan penguatan status titik referensi sebagai titik ikat
batas kawasan TNP Laut Sawu;
225
2.
melakukan penataan dan penetapan zonasi TNP Laut Sawu,
sebagai bagian integral dari sistem penataan ruang nasional,
provinsi dan kabupaten/kota;
3.
meningkatkan sistem pengelolaan terhadap alur pelayaran,
jaringan pipa dan kabel bawah laut; dan
4.
meningkatkan
sistem
pengelolaan
terhadap
sumber
pencemaran dari daratan dan perairan.
Misi 4 “Memantapkan sistem pengelolaan TNP Laut Sawu yang
berbasis ekosistem, kehati-hatian, keterpaduan, adaptif, partisipatif
dan kolaboratif”, mencakup tujuan:
1.
mengembangkan institusi pengelola TNP Laut Sawu;
2.
mengembangkan profesionalisme sumberdaya manusia (SDM)
yang mampu mendukung pengelolaan TNP Laut Sawu;
3.
meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan TNP Laut
Sawu;
4.
mengembangkan sistem pendanaan yang berkelanjutan;
5.
memantapkan sistem perencanaan, monitoring dan evaluasi
pengelolaan TNP Laut Sawu; dan
6.
mengembangkan sistem pengelolaan kolaboratif TNP Laut
Sawu.
b.
Sasaran Pengelolaan
Sasaran pengelolaan TNP Laut Sawu diuraikan pada setiap Misi
dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, sebagaimana terdapat pada
Tabel 37.
Tabel 37. Tujuan dan Sasaran Pengelolaan
Mengembangkan upaya pemanfaatan sumberdaya laut di TNP
Laut Sawu secara optimal dan berkelanjutan bagi kesejahteraan
masyarakat dan daerah.
Misi 1.
No
1
Tujuan-Tujuan
Sasaran-Sasaran
Meningkatkan kegiatan a.
identifikasi,
inventarisasi,
monitoring
dan
evaluasi
sumberdaya
b.
laut
dan
c.
pemanfaatannya
d.
226
Tersedianya
teknis/protokol
sumberdaya
kebutuhan;
panduan
monitoring
laut
sesuai
Adanya tim monitoring bersama;
Terlaksananya
monitoring
pemanfaatan sumber daya laut
sesuai dengan protokol;
Tersedianya
data
pemanfaatan
sumber daya laut sebagai dasar
dalam pengaturan pemanfaatan
secara berkelanjutan;
2
3
Mengembangkan
mekanisme pemanfaatan
sumberdaya laut dan
ekosistemnya
e.
Terpantaunya lokasi-lokasi kritis
ekosistem di TNP Laut Sawu dari
kegiatan
merusak
dan
penangkapan berlebih;
f.
Adanya
database
terpadu
berbasis
web
terkait
data
inventarisasi
dan
monitoring
sumberdaya
laut
dan
pemanfaatannya.
a.
Adanya
petunjuk
teknis
pemanfaatan sumberdaya laut
secara berkelanjutan;
Adanya
analisis
yang
berkelanjutan untuk peningkatan
pemanfaatan sumber daya laut
dan ekosistemnya.
Tersedianya informasi dan data
praktek-praktek kearifan lokal
dalam pemanfaatan sumber daya
laut secara berkelanjutan;
Adanya
penguatan
dan
pendampingan ke masyarakat
terkait praktek-praktek kearifan
lokal
dalam
pemanfaatan
sumberdaya
laut
secara
berkelanjutan
Terlaksananya
pemanfaatan
sumber
daya
laut
secara
berkelanjutan melalui pendekatan
kearifan lokal.
Terintegrasinya kearifan lokalkearifan lokal dalam pemanfaatan
sumber
daya
laut
secara
berkelanjutan di dalam Rencana
Pengelolaan KKP
Tersedianya
petunjuk
teknis
monitoring dan evaluasi praktekpraktek kearifan lokal dalam
pemanfaatan sumberdaya laut
secara berkelanjutan.
Tersedianya
informasi
jenis,
potensi
dan
daya
dukung
pemanfaatan jasa lingkungan,
pariwisata alam dan budaya;
Adanya petunjuk teknis dan
prosedur
pemanfaatan
jasa
lingkungan, pariwisata alam dan
budaya yang ramah lingkungan
yang
disyahkan
oleh
yang
berwenang;
Terselenggaranya
promosi
pemanfaatan jasa lingkungan dan
pariwisata alam dan budaya yang
ramah lingkungan
b.
Melestarikan
kearifan a.
lokal dalam pemanfaatan
sumberdaya laut yang
selaras
dengan
b.
keberlanjutan
sumberdaya laut dan
ekosistemnya;
c.
d.
e.
4
Mengembangkan
pemanfaatan
lingkungan
pariwisata alam
budaya:
a.
jasa
dan
serta
b.
c.
227
5
Mengatur
pengelolaan
dan
pengembangan
industri kelautan di TNP
Laut Sawu dengan tetap
memperhatikan
keberlanjutan
sumberdaya laut;
6
Mendorong
pengembangan
perikanan
berkelanjutan;
7
d. Terwujudnya pemanfaatan jasa
lingkungan, pariwisata alam dan
budaya yang ramah lingkungan
e. Tersedianya
desain
pengembangan pemanfaatan jasa
lingkungan, pariwisata alam dan
budaya yang ramah lingkungan.
Tercapainya
keterpaduan
sektorsektor terkait yang mencakup sarana
dan prasarana, Ilmu dan teknologi,
sumber
daya
manusia
serta
pendanaan
a.
upaya
yang
Tersedianya
data
pendugaan
populasi
dan
sebaran
ikan
ekonomis penting sebagai dasar
dalam
pemanfaatan
secara
berkelanjutan;
sistem
b. Terbentuknya
pengembangan
upaya
pemanfaatan
perikanan
yang
berkelanjutan.
Mengembangkan strategi a. Terlaksananya
pemberdayaan
pengelolaan
dalam
masyarakat melalui penciptaan
bidang sosial budaya dan
suasana
dan
iklim
memungkinkan berkembangnya
ekonomi masyarakat;
potensi dan daya yang dimiliki
masyarakat.
b. Tercapainya penguatan
dan daya masyarakat.
c.
potensi
Terlaksananya
Perlindungan
kepentingan masyarakat melalui
keberpihakan
kepada
masyarakat.
penyadaran,
d. Terlaksananya
penguatan
kapasitas,
dan
pemberian
akses
kepada
sumberdaya.
8
Mengembangkan
228
e.
Tersedianya akses pemanfaatan
sumberdaya
ikan
dan
ekosistemnya
dengan
memperhatikan
aspek
lokasi,
adaptif,
kebersamaan
dan
kemitraan,
keterpaduan,
keberlanjutan dan kelestarian;
f.
Terselenggaranya
Penguatan
sumber daya manusia dengan
pelatihan
dan
penguatan
kelembagaan
dengan
pembentukan
kelompok
masyarakat konservasi.
a.
Terlaksananya
pemberdayaan
Pemberdayaan
masyarakat
pesisir
untuk
pengembangan
dalam
rencana
pengelolaan
jangka
panjang TNP Laut Sawu
masyarakat pesisir yang secara
langsung maupun tidak langsung
bergantung pada pengelolaan TNP
Laut
Sawu
dengan
pengembangan mata pencaharian
alternatif;
Pengembangan
b. Tersedianya
teknologi
alternatif
ramah
lingkungan,
dan
peningkatan
kesadaran dan tanggung jawab
masyarakat
pesisir
dalam
pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya di dalam kawasan
TNP Laut Sawu.
Misi 2. Menerapkan sistem pengelolaan kawasan TNP Laut Sawu yang
adaptif guna menjamin kelestarian sumberdaya laut dan ekosistemnya
serta pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat
No
1
2
Tujuan-Tujuan
Sasaran-Sasaran
Mengembangkan,
menyusun, mengelola,
dan memelihara Bank
Data TNP Laut Sawu
yang dihimpun dari
berbagai kegiatan
penelitian,
pengembangan dan
penerapan ilmu dan
teknologi kelautan dan
menyebarkannya dalam
sistem informasi data
potensi sumberdaya
alam TNP Laut Sawu
Mengembangkan dan
menerapkan sistem
pemantauan/monitoring
status sumberdaya laut
dan ekosistemnya secara
berkelanjutan;
229
a.
Tersedianya Bank Data meliputi
data tentang karakteristik laut,
baku mutu laut, bathimetry,
hydrography, oceanography, data
tentang cuaca, data sumberdaya
hayati dan non hayati, data
tentang lempeng tanah dasar
laut, data tentang gempa di laut,
tsunami, data tentang pulaupulau, data tentang peta laut,
data tentang penduduk pesisir
dan data lain yang diperlukan;
b.
Tersedianya perangkat penunjang
system Bank Data, termasuk
peralatan, dan pendanaan;
c.
Tersusunnya system bank data
yang
selalu
dapat
diakses,
diperbaharui
dan
menjadi
referensi serta umpanbalik dalam
system pengelolaan TNP Laut
Sawu.
a.
Tersedianya
panduan
teknis/protokol
monitoring
sumberdaya
laut
sesuai
kebutuhan dan prioritas;
b.
Terlaksananya
monitoring
sumberdaya
laut
dan
ekosistemnya secara berkala;
c.
Tersedianya
analisis
hasil
monitoring sumberdaya laut dan
ekosistemnya sebagai masukan
dan umpan balik reguler bagi
pengelolaan TNP Laut Sawu
sekaligus sebagai bagian dari
Bank Data;
d.
3
4
Tersusunnya
sumberdaya
ekosistemnya
terperbaharui
profil
laut
yang
status
dan
selalu
Menyelenggarakan suatu a.
Sistem Pemantauan dan
Penanggulangan bencana
alam di TNP Laut Sawu
serta rehabilitasinya
sebagai sub sistem dari
sistem pencegahan dan
penanggulangan bencana
alam nasional dan
daerah;
Teridentifikasinya potensi dan
klasifikasi bencana alam di Laut
Sawu,
termasuk
diantaranya
bencana Tsunami, Badai Alam
yang
sangat
destruktif
dan
malapetaka laut yang sifatnya
dahsyat
(massive/catastrophic/imminent
danger) sesuai dengan peraturan
perundangan dan hukum laut
internasional yang berlaku;
b.
Tersedianya
sarana
dan
prasarana
yang
diperlukan
termasuk
peralatan,
perlengkapan yang berteknologi
tepat guna dan hasil uji coba,
membuat petunjuk teknis dalam
keadaan darurat (Contingency
Plan), sistem peringatan dini,
penyediaan sumberdaya manusia
yang
ahli, terlatih, sistem
pengamanan
lingkungan
dan
pengaturan logistik;
c.
Terpadunya dan terlaksananya
system peringatan dini dan
penanggulangannya
dalam
penyelenggaraan tatakelola di
dalam TNP Laut Sawu.
Tersedianya analisis kebutuhan
penelitian, dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
yang relevan dengan upaya
pelestarian
dan
pemanfaatan
sumber
daya
laut
yang
berkelanjutan;
Meningkatkan kegiatan
Penelitian,
Pengembangan,
Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan
Teknologi kelautan yang
mendukung
pengembangan TNP Laut
Sawu sebagai center of
excellent
keanekaragaman hayati
laut (marine biodiversity);
a.
b. Tersedianya
skema
program
penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam
rangka pengembangan TNP Laut
Sawu sebagai center of excellent
keanekaragaman hayati laut;
c.
230
Tersusunnya
rencana
pengembangan penelitian dan
pendidikan di TNP Laut Sawu
seperti penelitian
pemantauan
degradasi
dan
rehabilitasi
terumbu
karang,
rehabilitasi
terumbu
karang
dengan
manipulasi
substrat
terumbu
karang, perilaku dan agregasi
berpijah ikan ekonomis penting,
pemanfaatan
sumberdaya
terumbu
karang
dan
konsekuensinya bagi pengelolaan
kawasan
konservasi,
dampak
lingkungan
kegiatan
ekonomi
alternatif di dekat kawasan
konservasi, dll;
d. Terlaksananya
kajian
pengembangan, penelitian, dan
pendidikan di TNP Laut Sawu;
5
Mengembangkan
pengelolaan habitat
perairan dalam guna
pelestarian dan
pemanfaatannya secara
optimal;
e.
peningkatan
Terlaksananya
kemampuan
teknis
dan
manajemen pengelolaan kawasan
bagi personil/ staf pengelola TNP
Laut Sawu melalui diklat-diklat
dan pelatihan.
a.
Terselenggaranya
pengkajian
potensi sumberdaya laut dalam
dan
penyusunan
skema
pengembangan pengelolaan dan
pemanfaatannya secara lestari
termasuk
kondisi
geografi
kelautan, potensi energi alternatif
non
konvensional
dan
sumberdaya kelautan non hayati;
b. Terbentuknya kerjasama
antar
lembaga dan stakeholder kunci
untuk pengelolaan laut dalam
wilayah TNP Laut Sawu dan
sekitarnya serta pemanfaatannya
secara
lestari
dengan
mengutamakan
kelestarian
biodiversitas
langka
dan
terancam.
6
Mengembangkan dan
menerapkan skema
pengelolaan terpadu dan
adaptif dalam kerangka
antisipasi terhadap
perubahan iklim
a.
b. Terpetakannya masyarakat dan
ekosistem ekosistem pesisir dan
laut
utama/penting
yang
terpengaruh atau berpengaruh
terhadap ketahanan perubahan
iklim, seperti mangrove, terumbu
karang dan padang lamun;
c.
231
Tersusunnya
perencanaan
terpadu tata ruang pesisir, laut
dan
daratan
yang
juga
memasukkan faktor antisipasi
perubahan iklim;
Terselenggaranya
pengelolaan
secara
terkoordinir ekosistem
pesisir dan laut utama/penting
yang
terpengaruh
atau
berpengaruh terhadap ketahanan
perubahan
iklim,
seperti
mangrove, terumbu karang dan
padang
lamun,
termasuk
penataan
dan
rambu-rambu
pembatasan alih fungsi.
7
Mengembangan dan
menerapkan skema
pengelolaan habitat dan
populasi jenis-jenis
biota laut utamanya
jenis-jenis langka
dan/atau bernilai
ekonomis tinggi
a.
b. Tersedianya
kerangka
pengelolaan
dan
petunjuk
teknis/protokol
pengelolaan
habitat dan populasi jenis-jenis
biota langka dan/atau bernilai
ekonomi tinggi di perairan TNP
Laut Sawu;
c.
8
Mengembangkan
pengelolaan populasi
setasea
a.
b.
c.
232
Tersedianya data dan informasi
tentang sebaran, pola hidup dan
dinamika
serta
ancaman
terhadap habitat dan populasi
jenis-jenis biota langka dan/atau
bernilai
ekonomi
tinggi
di
perairan TNP Laut Sawu;
Terlaksananya
program
pengelolaan habitat dan populasi
jenis-jenis biota langka dan/atau
bernilai
ekonomi
tinggi
di
perairan
TNP
Laut
Sawu,
termasuk monitoring dan evaluasi
terhadap
pelaksanaan
pengelolaan habitat dan populasi
Tersedianya data dan informasi
tentang sebaran, pola hidup dan
dinamika
serta
ancaman
terhadap habitat dan populasi
setasea di perairan TNP Laut
Sawu dan sekitarnya;
Tersusunnya skema pengelolaan
Setasea di perairan TNP Laut
Sawu termasuk identifikasi dan
pengaturan alat tangkap, musim
(selama
migrasi
paus),
pengaturan
aktifitas
penangkapan
(terutama
ikan
tuna) dan kode etik untuk
menghindarkan
by-catch;
identifikasi dan pengaturan alur
pelayaran tertentu dan koridor
Setasea untuk lintasan kapal,,
pengaturan
eksplorasi
pertambangan
(pembatasan
seismik, dsb);
Terkoordinasinya pengaturan dan
pelaksanaan
penggunaan
perairan TNP Laut Sawu antar
stakeholder
kunci
sekaligus
komitmen
dan
partisipasi
termasuk dalam penggunaan alur
lintasan, pengendalian polusi dan
pemantauan
dalam
rangka
d.
9
Mengembangkan dan
menerapkan sistem
pengawasan dan
pengamanan kawasan
yang efektif
a.
b.
c.
d.
e.
10
Meningkatkan penguatan a.
regulasi, perangkat dan
penegakan hukum yang
kuat, komprehensif dan
effektif serta
memperhatikan kearifan
local dalam kerangka
menunjang pengelolaan
TNP L Sawu yang
fungsional
b.
c.
11
Meningkatkan kapasitas
sumberdaya manusia
yang kompeten dan
berdedikasi dalam
kerangka menunjang
pengelolaan TNP Laut
Sawu yang fungsional
a.
b.
c.
233
menjamin kelestarian habitat dan
populasi Setasea;
Terlaksananya penguatan hukum
adat
yang
memiliki
nilai
konservasi setasea yang tinggi.
Tersedianya peta ancaman dan
kerawanan terhadap sumberdaya
kawasan serta pembaharuannya
secara berkala;
Tersusunnya skema pengamanan
kawasan yang disusun secara
kolaboratif
antar
stakeholder
kunci;
Tersusunnya
protokol
pengamanan terpadu;
Terbentuknya tim pengamanan
terpadu antar lembaga penegakan
hukum
dan
komponen
masyarakat
serta
dukungan
sarana-prasarana yang memadai;
Terlaksananya pengawasan dan
pengamanan
kawasan
berdasarkan
ketentuan
yang
sesuai dan berlaku.
Tersusunnya
peraturan
perundang-undangan
yang
mendukung
efektifitas
pengelolaan TNP Laut Sawu
berdasarkan kajian komprehensif
dan
konsultasi
para
pihak,
termasuk
peraturan
adat
setempat yang dapat memperkuat
hukum positif;
Tersosialisasinya
peraturan
perundang-undangan
kepada
masyarakat dan penegak hukum;
Terlaksananya komitmen para
penegak
hukum
dalam
penegakan
hukum
secara
konsisten
serta
evaluasinya
dalam
rangka
meningkatkan
effektivitas
pengelolaan
sumberdaya TNP Laut Sawu
secara berkesinambungan.
Teridentifikasinya
kebutuhan
sumber
daya
manusia
dan
kompetensinya
untuk
peningkatan
kapasitas
dalam
pengelolaan efektif TNP Laut
Sawu;
Tersusunnya rancangan skema
peningkatan kapasitas sumber
daya manusia untuk pengelolaan
TNP
Laut
Sawu
dengan
mengutamakan
peningkatan
kompetensi serta sumber daya
manusia di lapangan;
Terkonsolidasinya komitmen para
pihak
untuk
meningkatkan
kapasitas SDM pengelolaan serta
dukungannya
dalam
penerapannya;
d. Terlaksananya
program
peningkatan
kapasitas
SDM
untuk pengelolaan TNP Laut
Sawu yang fungsional melalui
berbagai
jalur,
termasuk
pendidikan, pelatihan, magang,
pendampingan,
perbantuan
tenaga ahli, penjenjangan karir,
dan sebagainya.
Misi 3. Mengintegrasikan fungsi kawasan dengan pembangunan
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur di dalam dan sekitar TNP Laut
Sawu
No
1
2
3
Tujuan-Tujuan
Sasaran-Sasaran
Melakukan
penguatan a.
status
titik
referensi
sebagai titik ikat batas
kawasan TNP Laut Sawu
penguatan status titik
referensi sebagai titik
ikat batas kawasan TNP
Laut Sawu
b.
Tersedianya titik referensi batas
kawasan TNP disepakati bersama
oleh pengelola TNP Laut Sawu
dan Pemerintah Daerah yang
dituangkan dalam Berita Acara
serta tercantum secara jelas
dalam peta batas TNP serta
menjadi acuan para pihak;
Tersedianya titik referensi batas
dilengkapi dengan tanda berupa
pelampung dan atau lampu suar.
Melakukan penataan dan a. Terintegrasinya dan selarasnya
penetapan zonasi TNP
zonasi TNP Laut Sawu dalam
Laut
Sawu,
sebagai
RTRW Provinsi Nusa Tenggara
bagian
integral
dari
Timur serta RTRW Kabupatensistem penataan ruang
kabupaten di dalam TNP Laut
nasional, provinsi dan
Sawu dan menjadi acuan bagi
para
pihak
didalam
kabupaten/kota
implementasinya;
b. Terlaksananya penyerasian pola
pemanfaatan di dalam TNP Laut
Sawu sesuai dengan RPJPP&M di
tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten;
c. Terlaksananya
pengesahan
Rencana Zonasi TNP Laut Sawu
oleh
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan dan diketahui oleh
Gubernur Nusa Tenggara Timur
dan masyarakat luas;
d. Tersedianya tanda batas zonasi di
lapangan
dan
panduan
pengetahuan pengenalan batas
zonasi TNP Laut Sawu;
e. Tersosialisasinya Rencana Zonasi
TNP Laut Sawu ke pemangku
kepentingan dan masyarakat.
Meningkatkan
sistem a. Terkelolanya
kerentanan
alur
pengelolaan
terhadap
pelayaran
dan
Alur
Laut
234
alur pelayaran, jaringan
pipa dan kabel bawah
laut
4
Kepulauan
Indonesia
(ALKI)
terhadap pengelolaan TNP Laut
Sawu serta mengintegrasikan
jaringan pipa dan kabel bawah
laut
dengan
menjadikannya
sebagai aset pendukung terhadap
pengelolaan
kawasan
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
kawasan
dan
pengembangan
wilayah
serta
mempertahankan pertahanan dan
keamanan nasional;
b. Terintegrasinya wilayah alur laut
kepulauan Indonesia (ALKI) dan
alur pelayaran kapal di dalam
pengelolaan TNP Laut Sawu.
Meningkatkan
sistem a. Teridentifikasinya
secara
pengelolaan
terhadap
berkelanjutan aktivitas-aktivitas
sumber pencemaran dari
yang berdampak pada ekosistem
daratan dan perairan
laut di dalam TNP Laut Sawu;
b. Tersedianya
pengaturan
dan
pengawasan secara kolaboratif
terhadap sumber pencemaran
yang berasal dari daratan dan
lautan;
c. Tersedianya rekomendasi untuk
penyempurnaan peraturan untuk
kualitas air di dalam TNP Laut
Sawu dan kearah darat.
Misi 4. Memantapkan sistem pengelolaan TNP Laut Sawu yang
berbasis ekosistem, kehati-hatian, keterpaduan, adaptif, partisipatif
dan kolaboratif
No
1
2
Tujuan-Tujuan
Mengembangkan
institusi pengelola TNP
Laut Sawu
Sasaran-Sasaran
a. Tersedianya
hasil
assesment
tentang
struktur
organisasi
pengelola TNP Laut Sawu yang
sesuai
dengan
kebutuhan
pengelolaan TNP Laut Sawu;
b. Terselenggaranya
penetapan
lembaga pengelola professional
dan mandiri menuju ke arah
lembaga Badan Layanan Umum.
Mengembangkan
profesionalisme
sumberdaya manusia
(SDM) yang mampu
mendukung pengelolaan
TNP Laut Sawu
a.
235
Tersedianya uraian tugas dan
jabatan untuk setiap formasi;
b. Tersedianya daftar kualifikasi dan
jumlah kebutuhan pegawai;
c. Tersedianya
hasil
assesment
kebutuhan pendidikan, pelatihan,
penyegaran yang sesuai dengan
standar minimum pengelolaan;
d. Terlaksananya
pelatihanpelatihan berdasarkan analisa
kebutuhan;
e. Tersedianya rencana promosi dan
mutasi pegawai yang jelas;
Tersedianya pedoman tentang
pembinaan
(mentoring
dan
conselling) bagi setiap pegawai
(hubungan bawahan atasan);
g. Tersedianya mekanisme penilaian
kinerja, pemberian sanksi dan
penghargaan yang jelas dan
proporsional.
a. Tersedianya sarana
prasarana
pengelolaan TNP Laut Sawu
sesuai dengan kebutuhan dan
standar;
b. Terpeliharanya
sarana
dan
prasarana;
c. Tersedianya kriteria kelayakan
operasional sarana prasarana
(kepentingan replacement).
a. Tersedianya analisa kebutuhan
pendanaan yang rasional;
b. Tersedianya
standarnisasi
pembiayaan untuk setiap jenis
kegiatan pengelolaan;
c. Tersedianya
analisa
peluang
penggalangan sumber pendanaan
yang berkelanjutan;
d. Tersedianya
mekanisme
pendanaan alternative;
Pengelolaan
e. Terselenggaranya
keuangan
yang
professional,
transparan dan akuntabel.
f.
3
Meningkatkan sarana
dan prasarana
pengelolaan TNP Laut
Sawu
4
Mengembangkan sistem
pendanaan yang
berkelanjutan
5
Memantapkan sistem
perencanaan, monitoring
dan evaluasi pengelolaan
TNP Laut Sawu
a.
Tersusunnya rencana pengelolaan
jangka menengah dan pendek
(setiap 5 tahun dan 1 tahun) TNP
Laut Sawu yang bisa dijadikan
acuan bagi para pihak;
b. Tersusun
dan
terlaksananya
sistem monitoring dan evaluasi
pengelolaan TNP Laut Sawu
sebagai umpan balik perencanaan
dan pengelolaan.
6
Mengembangkan sistem a.
pengelolaan
kolaboratif
TNP Laut Sawu
Tersedianya
analisa
peran
parapihak
dalam
pengelolaan
kolaboratif yang mengakomodir
semua kepentingan di tingkat
nasional,
Provinsi
serta
Kabupaten-kabupaten di dalam
dan di sekitar TNP Laut Sawu
b. Terwujudnya kesepahaman para
pihak tentang sistem pengelolaan
kolaboratif;
c.
236
Terbentuknya kelembagaan dan
mekanisme
pengelolaan
kolaboratif
yang
mewakili
kepentingan para pihak;
d. Tersedianya
mekanisme
monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanan
pengelolaan
kolaboratif
sesuai
dengan
kebutuhan yang adaptif.
B. Strategi Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Perairan Laut Sawu
1. Analisis Lingkungan Strategis Kawasan
Untuk mengimplementasikan Visi dan Misi serta Tujuan dan
Sasaran, maka perlu dilakukan identifikasi program strategis. Penentuan
hasil analisis prioritas program dilakukan dengan memperhatikan variabel
dan parameter yang dianggap penting sebagai faktor penentu keberhasilan
pengelolaan. Adapun penentuan bobot dan skor penilaian terhadap
variabel penting dikaitkan dengan Keberlanjutan Program, Cakupan
Program,
Dampak Penting, dan Faktor-Faktor Eksternalitas. Untuk
melakukan analisis program dan kegiatan strategis, maka digunakan
Metode Analisis SWOT untuk mengetahui peluang dan kendala serta
tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan kegiatan
pengelolaan.
a. Analisis Lingkungan Internal Kawasan
Penilaian
lingkungan
internal
kawasan
dalam
pengelolaan TNP Laut Sawu mencakup unsur-unsur
alam,
sumber
daya
manusia,
kelembagaan,
dan
kerangka
sumber daya
sumberdaya
pendanaan, infrastruktur, sosial budaya dan unsur kebencanaan.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, kemudian ditelaah apa yang
menjadi kekuatan dan kelemahan yang secara internal mempengaruhi
keberhasilan pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran pengelolaan.
Lingkungan
internal
kawasan,
dapat
menjadi
kekuatan
bagi
pengelolaan kawasan dan dapat menjadi kelemahan pengelolaan.
Hasil identifikasi kondisi lingkungan internal yang dianggap
cukup penting dalam pencapaian Visi, misi, dan tujuan pengelolaan
kawasan sebagaimana terdapat pada Tabel 38.
237
Tabel 38.
Hasil Identifikasi Kondisi Lingkungan Internal Kawasan TNP
Laut Sawu
No
Unsur
1
Sumberdaya
Manusia
2
Sumberdaya
Alam
3
Infrastruktur
Wilayah
Kekuatan
Jumlah SDM yang cukup
besar dan tersebar di 10
kabupaten
a. Biodiversity
kawasan
yang
cukup
tinggi
(ekosistem dan biota)
adalah
salah
satu
alasan penetapannya
sebagai TNP
b. Keberadaan fauna laut
dilindungi:
endemik,
unik, dan langka;
c. Beberapa lokasi dalam
kawasan
memiliki
potensi kepariwisataan
yang tinggi yang dapat
dimanfaatkan
untuk
menunjang pendanaan
program,
dan
juga
dalam
peningkatan
ekonomi daerah dan
masyarakat.
d. Potensi-potensi
perikanan komersil ;
e. Posisi kawasan yang
berada dalam kerangka
kebijakan regional CTI.
Kelemahan
Kualitas SDM
masih rendah;
yang
a. Sebaran
biodiversity yang
luas menyulitkan
dalam
pengelolaan
kawasan;
b. Sifat biota laut,
terutama
jenis
mamalia laut dan
large fauna yang
tidak
menetap
memerlukan
pendekatan
pengelolaan yang
berbeda;
c. Belum optimalnya
pengelolaan
sumber
daya
alam.
d. Teknik eksploitasi
sumber daya alam
di beberapa lokasi
dapat mengancam
biodiversity
kawasan.
e. Eksploitasi
SDA
tanpa
memperhatikan
upaya pelestarian.
a. Infrastruktur
wilayah
masih
kurang memadai
untuk efektivitas
pengelolaan
kawasan;
b. Kondisi geografis
yang sulit dan
tersebar
luas
membutuhkan
infrastruktur
pendukung yang
memadai,
baik
jumlah
maupun
kualitas
fungsionalnya.
4
Sosial budaya
a. Keragaman budaya yg
tinggi
adalah
asset
pengembangan
kawasan;
b. Keberadaan
budaya
238
No
Unsur
Kekuatan
Kelemahan
dan
kearifan
lokal
dalam
pemanfaatan
sumberdaya laut
5
Kebijakan dan
Kelembagaan
a. Penempatan
a. Koordinasi
dan
UPT/BKKPN di kupang
implementasi
adalah
peluang
pengelolaan
pengelolaan kawasan
kawasan
masih
yang
perlu
lemah
(pengelolaan
disinergikan;
kawasan
b. Kebijakan
nasional
melibatkan
tentang
konservasi
keanekaragaman
beberapa
sektor
hayati di perairan
yang terkait)
b. Meski
didukung
kebijakan, namun
tidak
dibarengi
dengan petunjuk
teknis operasional
yang cukup
6
Sumberdaya
pendanaan
7
Kebencanaan
a. Pengelolaan
potensi a. Pendanaan
sumberdaya yang baik
program
dan
berkelanjutan
pengelolaan yang
adalah
salah
satu
belum memadai;
potensi
pendanaan
b. Belum
kawasan;
teridentifikasinya
b. Sumber-sumber dana
sumber-sumber
internasional
untuk
pendanaan
lain
pengelolaan kawasan
selain
yang
konservasi
dialokasikan oleh
pemerintah
Letak kawasan yang
berada pada batas
lempeng
geologis
yang
berpotensi
menimbulkan
bencana alam dari
aktivitas pergerakan
lempeng,
seperti
gunung api, tsunami,
dan gempa.
Faktor-faktor kondisi internal kawasan yang saat ini teridentifikasi saling
berinteraksi dan mempengaruhi pengelolaan kawasan dalam pencapaian
visi dan misi pengelolaannya.
239
b. Analisis Lingkungan Eksternal Kawasan
Lingkungan eksternal adalah faktor-faktor diluar kendali pengelola
yang dapat mempengaruhi pilihan arah dan tindakan, struktur
organisasi,
eksternal
dan
proses
dapat
internal
disikapi
pengelolaan,
dan
dapat
keberhasilan
pelaksanaan
pengelola
sebagai
pula
kawasan.
peluang
dipandang
pengelolaan.
bagi
Lingkungan
keberhasilan
sebagai
Hasil
tantangan
identifikasi
kondisi
lingkungan eksternal yang dianggap cukup penting dan berpengaruh
dalam
pencapaian
visi,
misi
dan
tujuan
pengelolaan
kawasan
sebagaimana terdapat pada Tabel 39.
Tabel 39. Analisis faktor eksternal kawasan TNP Laut Sawu
No
Unsur
Peluang
Ancaman
1
Sumberdaya
Manusia
a. Adanya dukungan
dari masyarakat
terhadap
keberadaan TNP
Laut Sawu yang
diperoleh sebagai
hasil
sosialisasi
terhadap
kebijakan
penetapan
TNP
Laut Sawu;
b. Dukungan
yang
cukup besar juga
berasal
dari
stakeholder
lain
seperti
pemerintah
daerah
(kabupaten
dan
provinsi),
LSM,
lembaga
profesi
(HNSI)
Swasta,
dan
perguruan
tinggi.
Melemahnya dukungan
oleh masyarakat dan
stakeholder
perlu
dipelihara secara terus
menerus;
2
Sumberdaya
Alam
a. Adanya
Jejaring
kawasan
konservasi
perairan
(Coral
Triangle InitiativeCTI) ;
a. Gangguan
keamanan kawasan
oleh kapal nelayan
dari luar kawasan
Penangkapan
ikan
ilegal (Illegal fishing),
merusak
dan
penangkapan
ikan
berlebih
(overfishing).
b. Konektivitas
dalam
pengelolaan
potensi
wisata
bahari
dapat
dilakukan dengan
240
b. Perubahan
Iklim :
Kenaikan muka air
No
Unsur
Peluang
pengelolaa
kawasan wisata di
Bali
yang
lokasinya
masih
cukup
dekat
dengan kawasan;
c. Pemanfaatan
sumberdaya
perairan
oleh
masyarakat masih
dapat
dioptimalkan
dengan penerapan
sistem
dan
teknologi
ramah
lingkungan, dan
juga
mata
pencaharian
laternatif lainnya
yang
memanfaatkan
SDA perairan.
d. Adanya
spesies
dilindungi
yang
memiliki
nilai
ekonomis tinggi
Ancaman
laut dan kenaikan
suhu
permukaan
laut (menyebabkan
bleaching
dan
penyakit).
c. Kerusakan
habitat
akibat penangkapan
yang tidak ramah
lingkungan,
penambangan
karang, dll.
d. Banyaknya
pencemaran (limbah
cair, padat dan gas)
dari
daratan
maupun
pencemaran minyak
dari kapal berupa
plastik,
limbah
kimia, suara
e. Perburuan spesiesspesies
yang
dilindungi
mempunyai
nilai
ekonomis
yang
tinggi.
f. Kerusakan
ekosistem
dan
habitat alami akibat
bencana alam
3
Infrastruktur
Wilayah
Visi
dan
agenda
RPJMD Provinsi yang
berupaya
meningkatkan
infrastruktur wilayah
secara merata
4
Sosial budaya
a. Budaya
dan a. Lunturnya
kearifan
lokal,
kebudayaan
dan
selain
menjadi
kearifan lokal akibat
kekuatan internal
adanya era globalisasi
kawasan,
juga
dan informasi sebagai
merupakan
media promosi,
peluang
bagi
pengelola
untuk
memudahkan
pengelolaan
kawasan;
b. Teknologi
dan
informasi sebagai
media promosi.
241
Dampak
pembangunan,
sedimentasi, konversi,
pelayaran,
terhadap
keutuhan ekosistem
No
Unsur
Peluang
5
Kebijakan dan a.
Kelembagaan
6
Sumberdaya
pendanaan
7
Kebencanaan
Ancaman
Komitmen
a. Penyalahgunaan
kewenangan
dalam
Pimpinan
pengelolaan kawasan
Nasional
dan
daerah;
b. Kebijakan komitmen
b. Kebijakanyang
tidak
kebijakan
berkelanjutan
pengelolaan
konservasi
nasional
yang
menguntungkan
pengelolaan
kawasan;
Perhatian dunia dan
Bantuan
pendanaan
internasional
sarat
negara
terhadap
keberlangsungan
dengan kepentingan.
biodiversity
berpeluang
sebagai
penggalangan danadana pengelolaan
Kerusakan ekosistem
dan
habitat
alami
akibat bencana alam
Berdasarkan hasil analisis kondisi lingkungan internal dan
eksternal kawasan dalam kerangka pengelolaan TNP laut Sawu, maka
dapat dihasilkan strategi-strategi pengelolaan yang:
1) mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (SO);
2) mengoptimalkan kekuatan untuk mengatasi tantangan/ancaman
(ST);
3) mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang (WO); dan
4) mengatasi kelemahan untuk mengatasi tantangan/kendala (WT).
Adapun deskripsi dari pengintegrasian (SO, ST, WO, dan WT)
adalah sebagai berikut:
1) Kekuatan–Peluang (Strategi – SO)
a)
memanfaatkan ketersediaan sumberdaya manusia di kawasan
TNP Laut Sawu untuk mendukung pengelolaan kawasan
melalui
pelibatan
secara
aktif
dalam
program-program
pengelolaan kawasan;
b)
mempertahankan
kualitas
keanekaragaman
sumberdaya
hayati (ekosistem dan biota) melalui program pengelolaan yang
berkelanjutan,
serta
242
memanfaatkan
jaringan
kerjasama
dengan semua pihak, baik nasional maupun internasional
untuk konservasi sumberdaya hayati dan lingkungan di TNP.
Laut Sawu;
c)
memfasilitasi
pengembangan
pemanfaatan
potensi
sumberdaya alam di kawasan TNP. Laut sawu secara lestari
dan berkelanjutan, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat; dan
d)
melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan budaya dan
kearifan lokal yang mendukung pengelolaan kawasan, melalui
integrasi nilai budaya dan kearifan lokal dalam pengelolaan
dan promosi kawasan dengan memanfaatkan teknologi dan
informasi.
2) Kelemahan–Peluang (Strategi WO)
a)
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kawasan TNP
Laut Sawu, baik untuk mendukung ketersediaan sumberdaya
pengelola kawasan maupun untuk meningkatkan pemahaman
dan juga dukungan terhadap keberadaan kawasan TNP Laut
Sawu. Dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan bagi
tenaga pengelola, dan juga sosialisasi dan integrasi program
konservasi dalam kurikulum lokal sistem pendidikan;
b)
melakukan
pembatasan
serta
rehabilitasi
dalam
rangka
menjaga kelestarian dan daya dukung sumberdaya;
c)
memanfaatkan luas area kawasan sebagai salah satu daya
tarik untuk menjaring kerjasama pengelolaan yang lebih luas;
d)
koordinasi dengan pemerintah daerah dalam pembangunan
sarana dan prasarana wilayah secara merata;
e)
merumuskan
dan
mengimplementasikan
pendekatan-
pendekatan yang tepat untuk mengintegrasikan budaya dan
kearifan
lokal
dalam
mendukung
program-program
pengelolaan;
f)
mengidentifikasi
potensi-potensi
sumberdaya
dan
sumber
pendanaan yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya sebagai
alternatif sumber pendanaan pengelolaan kawasan;
g)
menjalin
kerjasama
menanggulangi bencana;
243
dengan
instansi
terkait
dalam
h)
melakukan mitigasi dan adaptasi bencana dalam rangka
menghadapi bencana;
i)
mengoptimalkan budaya dan kearifan lokal yang tinggi sebagai
aset pengembangan kawasan dalam rangka menghadapi
dampak negatif globalisasi dan informasi; dan
j)
menjaring
kerjasama
dengan
berbagai
pihak
untuk
memperkuat pendanaan pengelolaan kawasan.
3) Kekuatan–Ancaman(Strategi ST)
a)
memelihara keberlanjutan dukungan sumberdaya manusia
dalam pengelolaan kawasan TNP Laut Sawu dengan programprogram pengembangan kapasitas, sosialisasi berkelanjutan,
dan peningkatan nilai tambah kawasan bagi kesejahteraan
masyarakat;
b)
meningkatkan
rangka
koordinasi
pengamanan
dengan
kawasan,
instansi
terkait
pengawasan
dalam
terhadap
pembangunan yang berdampak pada lingkungan kawasan,
dan pengawasan terhadap pemanfaatan sumberdaya kawasan
dengan menggunakan peralatan yang merusak; dan
c)
mengoptimalkan
berkelanjutan
pengelolaan
dalam
potensi
rangka
sumberdaya
antisipasi
tidak
secara
adanya
pendanaan yang sarat dengan kepentingan.
4) Kelemahan – Ancaman (Strategi WT)
a)
meningkatkan
koordinasi
dengan
instansi
terkait
dalam
rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia;
b)
pengembangan jejaring kawasan konservasi Perairan dalam
skala nasional dan regional (ekoregion) terutama dalam hal
pendanaan
dan
pengelolaan
sharing
kawasan
ilmu
dengan
dan
pengetahuan
tetap
menjaga
dalam
prinsip
kesetaraan, dan norma-norma yang berlaku secara lokal dan
nasional;
c)
mengoptimalkan
kawasan
peran
sehingga
kewenangan
dan
Balai
dapat
244
dalam
meminimalisir
kebijakan
berkelanjutan;
KKPN
komitmen
pengelolaan
penyalahgunaan
yang
tidak
d)
meningkatkan
sumberdaya
manusia
guna
keberlanjutan
dukungan oleh masyarakat; dan
e)
mengoptimalkan pengelolaan dan pengawasan sumberdaya
alam dalam rangka antisipasi gangguan keamanan kawasan;
2. Strategi Pengelolaan Kawasan
Berdasarkan hasil analisis diatas, maka terdapat 22 (dua puluh dua)
strategi pengelolaan kawasan TNP Laut Sawu yang disusun berdasarkan
unsur-unsur kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Ke 22 (dua
puluh dua) strategi pengelolaan kawasan TNP Laut Sawu ini telah
mencakup 3 (tiga) strategi utama pengelolaan kawasan konservasi perairan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan
Zonasi Kawasan Konservasi Perairan yaitu penguatan kelembagaan,
penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, dan penguatan sosial
ekonomi dan budaya.
a. Penguatan Kelembagaan
Strategi pengelolaan terkait penguatan kelembagaan yaitu:
1) koordinasi dengan pemerintah daerah dalam pembangunan sarana
dan prasarana wilayah;
2) menjalin kerjasama dengan instansi terkait dalam menanggulangi
bencana;
3) menjaring kerjasama dengan berbagai pihak untuk memperkuat
pendanaan pengelolaan kawasan;
4) memelihara keberlanjutan dukungan sumberdaya manusia dalam
pengelolaan kawasan TNP Laut Sawu dengan program-program
pengembangan
kapasitas,
sosialisasi
berkelanjutan,
dan
peningkatan nilai tambah kawasan bagi kesejahteraan masyarakat;
5) meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka
pengamanan kawasan, pengawasan terhadap pembangunan yang
berdampak pada lingkungan kawasan, dan pengawasan terhadap
pemanfaatan
sumberdaya
peralatan yang merusak;
245
kawasan
dengan
menggunakan
6) mengoptimalkan
pengelolaan
potensi
sumberdaya
secara
berkelanjutan dalam rangka antisipasi tidak adanya pendanaan
yang sarat dengan kepentingan;
7) meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka
peningkatan kualitas sumberdaya manusia;
8) pengembangan jejaring kawasan konservasi Perairan dalam skala
nasional dan regional (ekoregion) terutama dalam hal pendanaan
dan sharing ilmu dan pengetahuan dalam pengelolaan kawasan
dengan tetap menjaga prinsip kesetaraan, dan norma-norma yang
berlaku secara lokal dan nasional;
9) mengoptimalkan peran Balai KKPN dalam pengelolaan kawasan
sehingga dapat meminimalisir penyalahgunaan kewenangan dan
kebijakan komitmen yang tidak berkelanjutan;
b. Penguatan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan
Strategi pengelolaan terkait penguatan pengelolaan sumber daya
kawasan yaitu:
1) mempertahankan kualitas keanekaragaman sumberdaya hayati
(ekosistem
dan
biota)
melalui
program
pengelolaan
yang
berkelanjutan, serta memanfaatkan jaringan kerjasama dengan
semua
pihak,
baik
nasional
maupun
internasional
untuk
konservasi sumberdaya hayati dan lingkungan di TNP Laut Sawu;
2) memfasilitasi pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya
alam di kawasan TNP Laut Sawu secara lestari dan berkelanjutan,
sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat;
3) melakukan pembatasan serta rehabilitasi dalam rangka menjaga
kelestarian dan daya dukung sumberdaya;
4) memanfaatkan luas area kawasan sebagai salah satu daya tarik
untuk menjaring kerjasama pengelolaan yang lebih luas;
5) mengidentifikasi
potensi-potensi
sumberdaya
yang
dapat
dioptimalkan pemanfaatannya sebagai alternatif sumber pendanaan
pengelolaan kawasan;
6) melakukan
mitigasi
dan
menghadapi bencana; dan
246
adaptasi
bencana
dalam
rangka
7) mengoptimalkan pengelolaan dan pengawasan sumberdaya alam
dalam rangka antisipasi gangguan keamanan kawasan.
c. Penguatan Sosial, Ekonomi dan Budaya
Strategi pengelolaan terkait penguatan sosial, ekonomi dan
budaya yaitu:
1) melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan budaya dan
kearifan lokal yang mendukung pengelolaan kawasan, melalui
integrasi nilai budaya dan kearifan lokal dalam pengelolaan
kawasan;
2) memanfaatkan ketersediaan sumberdaya manusia di kawasan TNP
Laut Sawu untuk mendukung pengelolaan kawasan melalui
pelibatan
secara
aktif
dalam
program-program
pengelolaan
kawasan;
3) meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kawasan TNP Laut
Sawu, baik untuk mendukung ketersediaan sumberdaya pengelola
kawasan maupun untuk meningkatkan pemahaman dan juga
dukungan terhadap keberadaan kawasan TNP. Laut Sawu. Dapat
dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pengelola,
dan juga sosialisasi dan integrasi program konservasi dalam
kurikulum lokal sistem pendidikan;
4) merumuskan dan mengimplementasikan pendekatan-pendekatan
yang tepat untuk mengitegrasikan budaya dan kearifan lokal dalam
mendukung program-program pengelolaan;
5) mengoptimalkan budaya dan kearifan lokal yang tinggi sebagai
asset pengembangan kawasan dalam rangka menghadapi dampak
negatif globalisasi dan informasi; dan
6) meningkatkan sumberdaya manusia guna keberlanjutan dukungan
oleh masyarakat.
247
C. Program Pengelolaan TNP Laut Sawu
1. Kelembagaan Pengelolaan
Kawasan konservasi merupakan benteng terakhir upaya konservasi
sumber daya alam hayati. Namun pengelolaannya sampai saat ini masih
belum optimal. Isu otonomi daerah, tuntutan terhadap manfaat kawasan
konservasi dan sumberdaya alam di dalamnya, serta efektifitas manajemen
kawasan
konservasi
(terrestrial dan marine)
telah
mendorong
tuntutan
terhadap pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konservasi yang
berimplikasi luas terhadap keseluruhan aspek manajemen dan perangkat
regulasinya. Keberadaan sebuah kelembagaan yang handal sangat penting
dalam menunjang keberhasilan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan.
Kelembagaan yang dijalankan secara profesional serta dapat mengakomodasi
kepentingan
para
pemangku
kepentingan
lebih
dapat
menunjang
keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi dalam mencapai tujuan
pembentukannya.
Pembentukan
kelembagaan
Kawasan
Konservasi
Perairan
dimaksudkan agar pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan dapat berjalan
secara efisien, efektif dan transparan yang didukung dengan kemampuan,
kebutuhan dan potensi pada masing-masing daerah. Untuk itu dalam
pembentukan kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan perlu dipersiapkan
melalui suatu proses dan perencanaan yang baik agar lembaga yang
terbentuk dapat menjadi penggerak dalam pengelolaan Kawasan Konservasi
Perairan.
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan berpedoman pada Pasal 15
ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2007 tentang Konservasi
Sumber Daya Ikan yang menyebutkan bahwa Kawasan Konservasi Perairan
yang telah ditetapkan dikelola oleh pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai kewenangannya. Selanjutnya dalam Pasal 15 ayat 2 Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan dilakukan oleh satuan unit organisasi pengelola
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
a.
Lembaga Pengelola (Management Unit) TNP Laut Sawu
Mengacu pada status pengelolaan TNP Laut Sawu sebagai
kawasan konservasi yang dikelola oleh pemerintah pusat, maka
248
Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tanggal 15 November 2007
telah menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.19/MEN/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Kawasan
Konservasi Perairan Nasional (Balai KKPN) dengan jenjang struktural
setingkat eselon IIIa. Wilayah kerjanya mencakup perairan nasional di
Indonesia bagian timur yakni Provinsi NTT, Provinsi NTB, Provinsi Sulsel,
Provinsi Sultra, Provinsi Sulbar, Provinsi Sulteng, Provinsi Gorontolo,
Provinsi Sulut, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Maluku, Provinsi Irian
Jaya Barat dan Papua.
Balai KKPN Kupang, adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat
yang berada di lingkup Ditjen KP3K-KKP yang bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Jenderal KP3K, Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Balai KKPN Kupang mempunyai tugas melaksanakan
pemangkuan,
pemanfaatan
dan
pengawasan
kawasan
konservasi
perairan nasional yang bertujuan untuk melestarikan sumberdaya ikan
dan lingkungannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan memiliki fungsi:
1) penyusunan
rencana,
program
dan
evaluasi
di
bidang
pemangkuan, pemanfaatan dan pengawasan kawasan konservasi
perairan nasional;
2) pelaksanaan
pemangkuan,
pemanfaatan
dan
pengawasan
kawasan konservasi perairan nasional;
3) pelaksanaan
masyarakat
pemberdayaan
dan peningkatan
kesadaran
(Public Awareness) didalam dan sekitar kawasan
konservasi perairan nasional;
4) pelaksanaan
bimbingan
pemangkuan,
pemanfaatan
dan
pengawasan kawasan konservasi perairan nasional; dan
5) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Struktur organisasi Balai KKPN Kupang sebagaimana terdapat
pada Gambar 28.
KEPALA BALAI KAWASAN KONSERVASI
249
SEKSI PROGRAM DAN EVALUASI
SUB BAGIAN TATA USAHA
SEKSI PENDAYAGUNAAN DAN PENGAWASAN
Gambar 28. Struktur Organisasi BKKPN (Pengelola TNP Laut Sawu)
Memperhatikan kondisi TNP Laut Sawu yang terdiri atas 10
kabupaten, 89 kecamatan, dan 195 desa, maka dengan struktur seperti
tersebut
diatas,
sangatlah
kurang
memadai
untuk
melakukan
pengelolaan yang efektif terhadap kawasan konservasi yang luasnya
sekitar 3,5 juta hektar tersebut. Untuk menjamin operasionalisasi
pengelolaan kawasan yang baik, maka ke depan perlu dibentuk Satuan
Kerja di setiap kabupaten atau minimal di tingkat regional untuk
mendekatkan pelayanan kepada kawasan dan masyarakat.
Menyadari akan keterbatasan sumberdaya manusia yang dimiliki
Balai KKPN Kupang sebagai unit pengelola TNP Laut Sawu saat ini serta
masih minimnya sarana dan prasarana pendukung pengelolaan, maka
pemerintah daerah dan kalangan profesional dalam mendukung
eksistensi unit pengelola perlu dilibatkan.
b.
Pendanaan untuk Lembaga Pengelola
Balai KKPN Kupang merupakan salah satu Unit Pelaksana
Teknis dengan pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Selain itu juga terdapat dana yang berasal
dari luar negeri yang diterima oleh Pemerintah, untuk selanjutnya
dikelola
dan
dimandatkan
kepada
lembaga
pengelola.
Skema
pendanaan Lembaga Pengelola TNP Laut Sawu sebagaimana terdapat
pada Gambar 29.
APBN
Donor Luar
N
i
250
Unit Pengelola/ BALAI
KKPN
Fungsi Pengelolaan
Keterangan
: Aliran Langsung
: Aliran Tidak Langsung
Gambar 29. Skema Pendanaan Lembaga Pengelola TNP Laut Sawu
c.
Kolaborasi Untuk Mendukung Pengelolaan TNP Laut Sawu
Memperhatikan kondisi geografis kawasan TNP Laut Sawu
yang sangat luas, keragaman fitur konservasi dan keadaan sosial
budaya masyakat di dalam kawasan yang sangat beragam, maka
Lembaga Pengelola perlu memperoleh dukungan para pihak baik
institusi pemerintah, kalangan perguruan tinggi, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, tokoh adat dan tokoh masyarakat
serta masyarakat secara luas agar pengelolaan kawasan menjadi
lebih efektif dan memenuhi harapan semua pihak. Mengingat saat
ini badan kolaborasi untuk pengembangan kawasan konservasi di
Provinsi Nusa Tenggara Timur telah ada, maka kemitraan yang
strategis perlu diciptakan antara Lembaga Pengelola dengan badan
kolaborasi dan pemangku kepentingan terkait.
Membangun kemitraan yang efektif untuk pengelolaan TNP
Laut Sawu didasarkan pada tiga prinsip dasar, yaitu saling
menghargai (mutual respect), saling mempercayai (mutual trust), dan
saling menguntungkan (mutual benefit). Peran dan fungsi badan
kolaborasi dalam mendukung pengelolaan TNP Laut Sawu sebagai
berikut :
1) memfasilitasi dan mendorong berbagai kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan pengelolaan TNP Laut Sawu;
2) memberikan masukan kepada pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota terkait dukungan pengelolaan TNP Laut Sawu;
251
3) mengkoordinasi
program
lintas
sektoral
terkait
dukungan
pengelolaan TNP Laut Sawu ;
4) mengakomodir aspirasi dari Pemerintah Daerah terkait dengan
implementasi rencana pengelolaan serta penyusunan program
dan kegiatan;
5) membantu pemerintah daerah dalam melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap implementasi rencana pengelolaan TNP Laut
Sawu oleh Lembaga Pengelola;
6) memberikan masukan kepada Lembaga Pengelola dalam rangka
pengelolaan TNP Laut Sawu;
7) membantu Lembaga Pengelola dalam menyusun program dan
kegiatan,
menggalang
dan
memobilisasi
pendanaan
serta
memperkuat kemitraan untuk pengembangan TNP Laut Sawu;
dan
8) melakukan koordinasi secara berkala dalam setiap kegiatan
sesuai kewenangan.
Untuk menjamin pola hubungan antara badan kolaborasi dan
Lembaga Pengelola, maka dibangun skema mekanisme kolaborasi
sebagaimana terdapat pada Gambar 30.
Menteri Kelautan Dan
Perikanan Cq. Ditjen KP3K
Dewan Konservasi
Tingkat Provinsi
BALAI KKPN
Satker tingkat
Kabupaten
Gambar 30.
Forum Konservasi
Tingkat Kabupaten
GUBERNUR
BUPATI
Mekanisme Kolaborasi antara Badan Kolaborasi dengan
Lembaga Pengelola TNP Laut Sawu di tingkat Provinsi dan
Kabupaten
252
d.
Dukungan Pendanaan dari Badan Kolaborasi untuk Pengembangan TNP
Laut Sawu
Badan Kolaborasi yang didalamnya terdapat dinas/instansi
pemerintah provinsi dan kabupaten, akademisi, asosiasi profesi, NGO
dan stakeholder lainnya dalam dukungannya bagi pengelolaan TNP
Laut Sawu memiliki spesifikasi pendanaan sebagai berikut :
1)
pendanaan
Badan
Kolaborasi
berasal
dari
sumber-sumber
tertentu;
2)
sumber pendanaan badan kolaborasi berasal anggota badan
kolaborasi baik berupa dana tunai maupun kolaborasi program
tertentu;
3)
Badan Kolaborasi dapat melaksanakan kerjasama (MoU) dengan
Lembaga, badan di dalam maupun di lauar negeri dengan tetap
menjunjung tinggi asas kemaslahatan kawasan konservasi;
4)
segala sumber dana (hibah serta bantuan yang tidak mengikat)
pada badan kolaborasi, peruntukkannya tertuang di dalam
pedoman umum pengelolaan keuangan untuk sebesar-besarnya
pengembangan kawasan konservasi perairan, termasuk TNP Laut
Sawu;
5)
dalam hal pendanaan, masing-masing anggota Badan Kolaborasi
dapat mencadangkan dananya melalui program-program tertentu
yang bersumber dana APBD, APBN dan dana perbantuan, serta
kerjasama
dalam
dan
luar
negeri
berupa
penelitian
dan
pengabdian pada masyarakat (PT, LSM);
6)
mekanisme pendanaan Badan Kolaborasi untuk mendukung
pengembangan
TNP
Laut
Sawu
lebih
diarahkan
pada
pemanfaatan sumber-sumber yang ada di TNP Laut Sawu seperti
perizinan, penggunaan fasilitas dan lainnya;
7)
pendekatan
pendanaan
mencakup
sejumlah
sumber
dana,
seperti peningkatan bantuan pembangunan, pajak atas jasa
retribusi, dan/atau dana donor; dan
8)
dana
donor
untuk
kegiatan
persiapan
dan
pembiayaan
implementasi dokumen Pengelolaan dan Zonasi TNP Laut Sawu.
253
Selain
itu
dana
tersebut
untuk
mendanai
upaya-upaya
pencegahan pengalihan status zona pada kawasan konservasi.
Dalam kerangka pendanaan kolaboratif ini, nilai
–
nilai
konservasi penting yang potensial terdapat di kawasan TNP Laut
Sawu
perlu
dioptimalkan
sebagai
sumber
pendanaan
yang
diharapkan dapat secara kontinyu mendukung implementasi program
dan kegiatan. Yang dimaksud dengan nilai-nilai penting konservasi
sebagai sumber atau perolehan pendapatan untuk mendukung
pengelolaan TNP Laut Sawu secara kolaboratif sebagai berikut :
1) nilai-nilai konservasi penting berasal dari semua zona di TNP Laut
Sawu kecuali zona inti;
2) nilai penting pada zona pemanfaatan pariwisata alam perairan
adalah aktivitas yang diperbolehkan sesuai Permen Kelautan dan
Perikanan
Nomor
PER.30/MEN/2010
tentang
Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, yaitu
kegiatan
pendidikan
dan
penelitian
serta
pariwitasa
alam
perairan.
3) usaha sebagai bagian dari pendapatan sebagai berikut:
a) optimalisasi sarana pariwisata, seperti pancing, penangkaran
penyu, selancar, snorkling dan diving;
b) penyiapan
buku
saku
tentang
lokasi
dengan
berbagai
keanekaragaman hayati yang mendiaminya untuk kepentingan
pendidikan dan aktifitas penelitian; dan
c) ganti rugi dari kemungkinan adanya dampak negatif terhadap
nilai-nilai penting sumberdaya di semua zona di TNP Laut
Sawu.
Rincian pendanaan berkelanjutan di kawasan TNP Laut Sawu
sebagaimana terdapat pada Tabel 40.
Tabel 40. Rincian pendanaan berkelanjutan di kawasan TNP Laut Sawu
Tipe Biaya
Biaya Masuk
Deskripsi
Keterangan
Biaya dikenakan ketika Biaya dipungut di
masuk
Kawasan pintu
masuk
Konservasi
Kawasan
Konservasi
254
Tipe Biaya
Deskripsi
Biaya Konservasi Biaya yang dikenakan
(Conservation Fee) untuk
pengunjung/swasta
yang
beroperasi
di
Kawasan Konservasi
Biaya Penggunaan Biaya dikenakan oleh
pengunjung
yang
Fasilitas Umum
menggunakan fasilitas
umum
di
dalam
Kawasan Konservasi
Biaya Royalti dan Uang dari
Pendapatan
produk
penjualan
penjualan
Biaya Lisensi dan Instrumen
yang
diperlukan
untuk
Surat Izin
perusahaanperusahaan
swasta
(atau
untuk
individu)
melakukan kegiatan di
TNP Laut Sawu
Keterangan
Biaya
yang
dipungut
dari
aktifitas pariwisata
antara lain toko
souvenir,
pengunjung
yang
membawa kamera
Biaya
untuk
menggunakan
tempat
parkir,
tempat
perkemahan,
visitor centre, kapal
boat, shelter
Uang
hasil
penjualan
souvenir, peralatan
dan perlengkapan
rekreasi
Izin untuk operator
perjalanan maupun
pemandu wisata
Mekanisme pendanaan Kolaborasi untuk pengembangan TNP Laut
Sawu dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung mengikuti
skema sebagaimana terdapat pada Gambar 31.
255
APBD, Donor, Dana
Perbantuan, dan Dana Luar
Negeri
APBN, Donor
Luar Negeri
BALAI KKPN
Dewan Konservasi
Provinsi
x Ijin (penangkapan
dan budidaya)
x Dana retribusi
x Pariwisata
x Ganti rugi
Fungsi Pengelolaan
Forum konservasi
Kabupaten
Keterangan :
Satker
: Aliran Dana Tidak Langsung
: Aliran Dana Langsung
Gambar 31.
e.
Mekanisme pendanaan kolaborasi untuk pengembangan TNP
Laut Sawu
Penguatan Kelembagaan Pengelolaan TNP Laut Sawu
Kelembagaan pengelolaan TNP Laut Sawu merupakan salah
satu instrumen terpenting dalam memastikan tingkat efektivitas
pengelolaan kawasan. Memperhatikan karakteristik TNP Laut Sawu
yang unik, luas dengan kompleksitas permasalahan yang tinggi maka
dibutuhkan sumberdaya manusia yang handal dan profesional,
kebijakan dan strategi pengelolaan yang akurat dan adaptif serta
dukungan pendanaan yang memadai.
Berdasarkan hasil kajian PNCI (2009) tentang Pendanaan
Berkelanjutan TNP Laut Sawu, diketahui bahwa rata-rata biaya
investasi
yang
dibutuhkan
dalam
setahun
untuk
mendukung
operasionalisasi TNP Laut Sawu dengan standar minimal adalah
365.000 USD, sedangkan untuk pendanaan dengan standar terbaik
atau ideal adalah 465.000 USD. Selengkapnya trend investasi di TNP
Laut untuk 10 tahun pertama pengelolaan TNP Laut Sawu (USD)
terdapat pada Gambar 32.
256
Gambar 32. Skenario investasi pengelolaan TNP Laut Sawu dengan
standar biaya minimal dan biaya tinggi (TNC, 2009)
Berdasarkan gambaran tersebut, dapat dilihat bahwa dalam
pengelolaan TNP Laut Sawu akan sangat membutuhkan adanya
dukungan pendanaan dari sumber-sumber lain secara berkelanjutan.
Pendanaan berkelanjutan di kawasan konservasi dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk pendanaan yang cukup, stabil dan
bersifat jangka panjang, dan mengalokasikan keuangan dengan tepat
sasaran,
untuk
membiayai
operasional
kawasan
dan
untuk
memastikan bahwa area konservasi dikelola secara efektif dan efisien.
Dengan berbentuk sebagai Badan Layanan Usaha (BLU), maka
sumber-sumber pendanaan Lembaga Pengelola TNP Laut Sawu
diharapkan kedepannya tidak hanya bersumber dari APBN, tetapi
lebih luas sesuai amanat Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 yakni meliputi :
1) penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD;
2) pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari
masyarakat atau badan lain; dan
3) hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha
lainnya.
257
Sumber-sumber pendanaan di atas dapat digunaan untuk
membiaya implementasi program pengelolaan TNP Laut Sawu yang
secara umum meliputi:
1)
Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan;
2)
Pengembangan Konservasi;
3)
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
4)
Pengembangan Pariwisata;
5)
Pengembangan Ekonomi Masyarakat secara Berkelanjutan;
6)
Pengembangan Pengawasan dan Monitoring Kawasan; dan
7)
Pengembangan
Penyadartahuan
Masyarakat,
Informasi
dan
Komunikasi.
Pola
pengelolaan
keuangan
BLU
yang
kedepannya
perlu
dikembangkan adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan
fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menetapkan praktek-praktek
bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraannya. Untuk memastikan
bahwa sumber-sumber pendanaan yang dihasilkan di atas dapat
dikelola dengan baik sesuai peruntukkannya, maka BLU perlu
dilengkapi dengan SDM yang memadai dan profesional. Hal ini sangat
dimungkinkan dapat dipenuhi mengingat dengan berstatus BLU,
sesuai Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan
Keuangan
Badan
Layanan
Umum,
maka
pegawai
Lembaga Pengelola dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan/atau
tenaga profesional non-pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan
BLU. Pola rekrutmen seperti ini dapat mengakomodir pegawai di
tingkat pusat maupun daerah serta kalangan profesional, dan
memungkinkan terjadinya kolaborasi yang efektif untuk pengelolaan
TNP Laut Sawu. Untuk itu, dibutuhkan SDM yang disamping handal
dan profesional dalam bidang konservasi, juga diharapkan dapat
memahami kondisi sosial budaya masyarakat di kawasan TNP Laut
Sawu secara utuh. Dengan demikian struktur Lembaga Pengelola
sebagaimana terdapat pada Gambar 33.
258
BLU-TNP Laut Sawu
Kepala/Pemimpin
PNS-PPA/ Non PNS
Dewan
Konservasi
Bendahara
PNS-PPA/ Non PNS
Bidang/Divisi
Konservasi
(PNS-Non PNS)
Sekretaris
PNS-PPA/ Non PNS
Bidang/Divisi
Ekowisata
(PNS-Non PNS)
Bidang/Divisi
Perikanan
(PNS-Non PNS)
Bidang/Divisi
MCS
(PNS-Non PNS)
Gambar 33. Skema Kelembagaan BLU-TNP Laut Sawu
Pengembangan
kelembagaan
ke
depan
harus
menjamin
terwujudnya kolaborasi yang sinergis antara pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat untuk pengelolaan TNP Laut Sawu yang
efektif. Dalam konteks ini, maka pembagian peran dan tanggung
jawab
antara
pemerintah
dan
masyarakat
dalam
kerangka
manajemen kawasan harus menjadi bagian penting dalam proses
perencanaan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi program
pengembangan TNP Laut Sawu. Diharapkan dalam jangka panjang
diharapkan TNP Laut Sawu terkelola secara profesional, kolaboratif
dan mandiri. Kondisi ini secara ideal harus tercermin dalam struktur
dan personalia unit pengelola, sehingga disamping mewadahi aspirasi
para pihak, kelembagaan ini juga mampu menjembatani berbagai
kebutuhan vital dalam pengembangan TNP Laut Sawu ke depan,
dengan pelibatan peran aktif pemerintah dan masyarakat mulai dari
tingkat desa, kabupaten, provinsi maupun pusat.
2. Program Pokok Pengelolaan
Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan pengelolaan TNP
Laut Sawu, analisis SWOT, strategi pengelolaan kawasan TNP Laut Sawu,
maka program pengelolaan jangka panjang TNP Laut Sawu dikelompokkan
ke dalam 3 (tiga) strategi utama sesuai dengan Pasal 6 Permen Kelautan
dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan
dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, yaitu:
1. Penguatan kelembagaan;
259
2. Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan; dan
3. Penguatan sosial ekonomi dan budaya.
Strategi dan Program pengelolaan jangka panjang TNP Laut Sawu
sebagaimana terdapat pada Tabel 41.
Tabel 41.
Strategi dan Program pengelolaan jangka panjang TNP Laut
Sawu
No
1
2
Strategi
Penguatan
Kelembagaan
Penguatan
pengelolaan
sumber
kawasan
Program
1. Peningkatan kapasitas kelembagaan
pengelola TNP laut Sawu
2. Perencanaan
dan
pengendalian
pengelolaan
3. Pengembangan kelembagaan mandiri
berbentuk Badan Layanan Umum
4. Pengembangan sistem pengelolaan
kolaborasi;
5. Pengembangan kerjasama kemitraan
pengelolaan TNP Laut Sawu;
6. Pengembangan sistem pendanaan
berkelanjutan TNP Laut Sawu;
7. Penyelenggaraan urusan tata usaha
dan rumah tangga perkantoran;
yang
8. Pengembangan
peraturan
mendukung pengelolaan TNP Laut
Sawu.
jejaring
kawasan
9. Pengembangan
konservasi perairan
10. Pengembangan Bank Data TNP Laut
Sawu
11. Monitoring dan evaluasi
1. Penetapan kawasan TNP Laut;
2. Penataan kawasan TNP Laut Sawu
daya 3. Pengelolaan perikanan tangkap dan
budidaya laut;
4. Pengelolaan keanekaragaman hayati
dan ekosistem TNP Laut Sawu
5. Perlindungan,
pengawasan
dan
pengamanan kawasan
6. Pengembangan industri kelautan
yang lestari
7. Pengembangan pemanfaatan jasa
lingkungan dan wisata alam
8. Pengembangan Sistem Pemantauan
dan penanggulangan bencana alam
secara
kolaboratif
dengan
stakeholder terkait
9. Pengembangan Pengelolaan habitat
perairan dalam
10. Pengembangan
Pengelolaan
260
No
3
Strategi
Penguatan
ekonomi
budaya
Program
menghadapi perubahan iklim
11. Pengelolaan populasi setasea
12. Penelitian,
pengembangan
dan
penerapan
ilmu
dan
teknologi
kelautan
13. Pengelolaan pelayaran
14. Monitoring dan evaluasi
sosial 1. Peningkatan kesadaran masyarakat
dan
dan pendidikan lingkungan;
2. Pengembangan
mekanisme
penyebarluasan
informasi
dan
komunikasi TNP Laut Sawu
3. Pengembangan
partisipasi
masyarakat;
4. Pemberdayaan masyarakat pesisir
5. Pengembangan mata pencaharian
yang berkelanjutan
6. Pelestarian
adat
dan
budaya
masyarakat pesisir
7. Monitoring dan evaluasi
3. Rincian Kegiatan-Kegiatan Pengelolaan
Pengelolaan kawasan harus memperhatikan daya dukung dan
hubungan dari potensi sumberdaya alam dan kegiatan yang telah ada saat
ini. Potensi ini sangat didukung oleh keberadaan ekosistem yang masih
eksis. Standar pelayanan minimal pengelolaan TNP Laut Sawu dilakukan
dengan memperhatikan standar pelayanan minimal Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yang meliputi aspek pelayanan dalam
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Berdasarkan program pengelolaan jangka panjang TNP Laut Sawu
maka diuraikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pengelolaan berdasarkan
skala prioritas pengelolaan setiap 5 (lima)
tahun dalam kerangka
pengelolaan jangka panjang TNP Laut Sawu ke depan sebagaimana
terdapat pada Tabel 42.
Tabel 42.
Kegiatan-kegiatan Pengelolaan Berdasarkan Skala Prioritas
Pengelolaan
1. Penguatan Kelembagaan
1.1.
Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola TNP Laut Sawu
261
Peningkatan kapasitas kelembagaan TNP Laut Sawu dilaksanakan
dalam rangka membangun kelembagaan pengelolaan yang mantap
yang didukung dengan sumberdaya manusia yang berkualitas
berdasarkan kualifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan
kebutuhan pengelolaan. Hal ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan:
a) penyusunan rencana formasi SDM;
b) peningkatan kemampuan dan profesionalisme SDM pengelola
TNP Laut Sawu melalui pendidikan dan latihan, penyegaran,
magang dan studi banding untuk mendukung pengelolaan yang
efektif.
1.2.
1.3.
Perencanaan dan pengendalian pengelolaan
Perencanaan dan pengendalian pengelolaan kawasan TNP Laut
Sawu dilaksanakan dengan tujuan pengelolaan kawasan
didasarkan dan mengacu pada perencanaan yang sistematis
berdasarkan skala prioritas yang didukung dengan mekanisme
pengendalian dan pembinaan serta akuntabilitasnya. Hal ini akan
diwujudkan melalui kegiatan penyusunan rencana pengelolaan 20
tahun, 5 tahun dan tahunan dengan monitoring dan evaluasi
terhadap setiap pelaksanaan kegiatan.
Pengembangan kelembagaan mandiri berbentuk Badan Layanan
Umum
Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
18 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis
Kementerian dan Lembaga Pemerintahan Non Kementerian
disebutkan bahwa:
a) UPT merupakan satuan kerja yang bersifat mandiri yang
melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas
teknis penunjang tertentu dari organisasi induknya;
b) organisasi atau satuan kerja yang bersifat mandiri adalah
satuan
kerja
yang
diberikan
kewenangan
mengelola
kepegawaian, keuangan, dan perlengkapan sendiri dan tempat
kedudukannya terpisah dari organisasi induk;
c) tugas teknis operasional adalah tugas untuk melaksanakan
kegiatan teknis tertentu yang secara langsung berhubungan
dengan masyarakat dan;
d) tugas teknis penunjang adalah tugas untuk melaksanakan
kegiatan teknis tertentu dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas organisasi induknya.
Kedudukan BKKPN Kupang berada dibawah unsur pelaksana
Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Kedudukan tersebut didasarkan pada kesesuaian ruang lingkup
tugas dan fungsi BKKPN dalam melaksanakan tugas, unit
organisasi induknya, hubungan pertanggungjawaban antara
BKKPN Kupang dengan Ditjen KP3K, efektivitas kebutuhan
koordinasi, dan hubungan kerja dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi. Sementara itu BKKPN Kupang berkaitan dengan
pengembangan aktivitasnya tidak bersifat pembinaan dan tidak
berkaitan langsung dengan perumusan dan penetapan kebijakan
publik, tidak mengenal batas wilayah administrasi pemerintahan
tertentu dan tidak membawahkan UPT lainnya.
262
Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan BKKPN, ada 3
(tiga) tataran pokok yang menjadi fokus diantaranya yaitu sistem
(kerangka aturan dan kebijakan pendukung), lembaga (tata cara,
sumberdaya, struktur organisasi, pengambilan keputusan budaya
kerja), dan individu (pengetahuan, keterampilan, kompetensi dan
etos kerja). Oleh karena kewenangan pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota merupakan kewenangan pemerintah pusat
yang berupa penetapan kebijakan, norma, standar dan kriteria
pengelolaan sumberdaya kelautan wilayah nasional dan ZEE. Disisi
lain, pemerintah daerah Provinsi NTT dengan kewenangan
pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan di
wilayah laut kewenangan provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota didalam kawasan memiliki kewenangan dalam hal
pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan di
wilayah laut kewenangan kabupaten/kota. Dalam kaitan dengan
kewenangan pengelolaan tersebut, pendanaan pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan untuk tahap awal pengelolaan dapat
dianggarkan oleh Pemerintah Pusat melalui APBN, pemerintah
daerah provinsi melalui APBD Provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota melalui APBD kabupaten/kota.
Untuk menjamin kelangsungan dan kemandirian pengelolaan TNP
Laut Sawu maka upaya pengembangan kelembagaan mandiri
berbentuk Badan Layanan Umum (BLU) diharapkan dapat menjadi
pola pengelolaan keuangan lembaga pengelola TNP Laut Sawu. BLU
dapat ditentukan oleh Menteri/Gubernur, dengan lingkup kerjanya
meliputi 10 kabupaten. Secara substantif hal ini terkait dengan
pengadaan barang dan secara teknis berprinsip pada Kinerja
Layanan Layak Kelola. Untuk itu dalam 3 tahun kedepan
direncanakan lembaga pengelola TNP Laut Sawu dapat menjadi
BLU dengan beberapa persyaratan antara lain membuat pernyataan
kesanggupan meningkatkan kinerja, memiliki pola tata kelola yang
jelas, memiliki Renstra Bisnis Anggaran, memiliki Standar
Pelayanan Minimal, mampu Laporan Keuangan Pokok (proposal
laporan keuangan) dan membuat laporan audit.
1.4.
Pengembangan sistem pengelolaan kolaborasi
Pengembangan sistem pengelolaan kolaborasi pelaksanaan suatu
kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam rangka membantu
meningkatkan efektivitas pengelolaan TNP Laut Sawu
secara
bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan
kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Hal ini diwujudkan dalam bentuk
kegiatan:
a. pembentukan mekanisme pengelolaan kolaboratif dengan
membuat rancangan/model mekanisme pengelolaan bersama,
penerapan
model
mekanisme
pengelolaan
bersama,
pembentukan wadah/ruang konsultasi pengelolaan bersama
TNP Laut Sawu dan penetapan (kedudukan, fungsi dan peran
para pihak dalam pengelolaan kolaborasi);
263
b. penguatan forum konsultasi para pihak dengan memfasilitasi
pelatihan/kursus, memfasilitasi pertemuan rutin di tingkat,
kecamatan 3 bulan sekali, kabupaten 6 bulan sekali dan
provinsi setahun sekali;
c. formulasi dan penerapan mekanisme
mechanism)
dengan
merancang
impelementasinya.
1.5.
keluhan (Grievance
mekanisme
dan
Pengembangan kerjasama kemitraan pengelolaan TNP Laut Sawu;
Pengembangan kerjasama kemitraan pengelolaan TNP Laut Sawu
merupakan wujud dari paradigma pengelolaan kawasan konservasi
sebagai bagian dari tanggung jawab banyak pihak dengan menjalin
kerjasama-kerjasama dalam mendukung pengelolaan melalui
pengembangan kerjasama dengan institusi/lembaga/pihak lain
dalam rangka efektifitas dan peningkatan kapasitas pengelolaan
(pemerintah, LSM, lembaga pendidikan, kelompok/lembaga
masyarakat) lingkup lokal, regional, nasional dan internasional
serta
pengembangan
mekanisme
kerjasama
pengelolaan
(penyusunan MoU kerjasama pengelolaan TNP Laut Sawu,
penyusunan rencana kerja bersama, pelaksanaan rencana kerja
bersama dan monitoring & evaluasi bersama).
1.6.
Pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan TNP Laut Sawu
Pendanaan pengelolaan TNP diarahkan guna mendukung
pengelolaan TNP Laut Sawu yang efektif secara berkelanjutan
dalam bentuk penyusunan rencana anggaran kebutuhan
pengelolaan, merancang mekanisme pendanaan berkelanjutan,
penetapan standar biaya komponen pengelolaan TNP Laut Sawu
dan akuntabilitas pendanaan yang mencakup pengelolaan
keuangan, administrasi keuangan, pelaporan dan pengawasannya.
Kebijakan pengembangan kawasan konservasi perairan menjadi
penting diperhatikan. Dari segi pendanaan perlu mengakomodir
dalam dokumen perencanaan APBD. Kelaikan finansial dan atau
operasional pada pilihan-pilihan pengelolaan sumberdaya alam TNP
Laut Sawu dilakukan dengan:
a. inventarisasi dan merumuskan pilihan-pilihan pengelolaan
sumberdaya alam Laut Sawu, dengan memfokuskan pada
pengelolaan jejaring TNP dan perikanan;
b. melakukan perkiraan pembiayaan pilihan-pilihan pengelolaan
tersebut di atas; dan
c. mengkaji
sumber
pengelolaan.
dana
potensial
untuk
pembiayaan
Dengan demikian diperoleh pilihan-pilihan biaya maupun
penghasilan termasuk sumber pengeluaran utama dan potensi
kebutuhan/kekurangan dana untuk implementasi pengelolaan
pemanfaatan sumberdaya alam, alternatif potensi sumber dana
untuk menutup biaya pengelolaan.
Teridentifikasinya kebutuhan pembiayaan dan sumber pendanaan
yang diperlukan bagi pengelolaan kawasan dan dukungan teknis
264
yang memadai dalam pelaksanaannya. Sehingga didapatkan
Rencana Pembiayaan dan Pendanaan berkelanjutan bagi TNP Laut
Sawu. Model pembiayaan dan keuangan untuk pengelolaan TNP
Laut Sawu didasarkan prinsip-prinsip perancangan pengelolaan
antara lain prosentase pada kawasan yang dilindungi secara ketat,
prosentase pada kawasan multi guna serta sistem perijinan bagi
nelayan kecil, menengah dan besar. Berdasarkan hal tersebut
maka kerangka pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam,
dalam kaitannya dengan struktur pengelolaan, termasuk sumber
pengeluaran utama dan potensi kebutuhan/kekurangan dana
untuk implementasi pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam,
alternatif potensi sumber dana untuk menutup biaya pengelolaan.
Pilihan model operasional, yakni strategi investasi rendah dan
tinggi. Dalam skenario ini perbedaan tingkat investasi meliputi
berbagai kebijakan dan upaya pengelolaan yang berbeda
kebutuhan pendanaan. Skenario investasi
tingkat rendah
mencerminkan
upaya
pengelolaan
yang
minimal
lebih
memfokuskan pada aktivitas utama yakni pada pengawasan
daerah perlindungan melalui sistem zonasi.
Sedangkan skenario investasi tinggi meliputi semua biaya utama
pada cakupan kegiatan dan usaha yang besar termasuk juga biaya
untuk wilayah yang dilindungi seperti pemantauan biologi,
pengembangan masyarakat dan manajemen kolaborasi. Dengan
memperhatikan pada hubungan tanggung-jawab dan institusi
pengelolaan yang ada. Untuk tujuan studi, area pengelolaan atau
"area-of-interest" juga menjadi bahan pertimbangan. Secara
keilmuan, disampaikan area pengelolaan berupa "daerah lindung"
(no take zone) seluas 30% dari kawasan pesisir dari pantai sampai
kedalaman 200 meter merupakan scenario investasi rendah,
sedangkan daerah perlindungan dengan jarak hingga 5 mil laut
sebagai skenario investasi tinggi. Inventarisasi dan analisa sumbersumber pembiayaan yang memungkinkan untuk pengelolaan TNP
Laut Sawu yakni alokasi pemerintah, donor dan bantuan,
perikanan dan pariwisata. Terkait dengan tujuan pengelolaan TNP
Laut Sawu semua pihak perlu untuk merumuskan mekanisme
pendanaannya, pemanfaatan dan penggunaannya serta aturan
perundang-undangan untuk setiap sumber pembiayaan. Khusus
dalam bidang pariwisata, sumber pendapatan tidak hanya berasal
dari atraksi dan daerah tujuan wisata, tapi juga dapat diperoleh
dari unsur pendukung lainnya seperti fasilitas wisata, transportasi,
penginapan, penanganan didarat dan lain-lain. Penerapan inisiatif
baru, terutama pembagian pendapatan sektor perikanan dengan
setiap pemerintah daerah yang berada di dalam TNP Laut Sawu
merupakan proses yang butuh perhatian utama. Dalam upaya
menjamin pendanaan yang berkelanjutan, maka secara operasional
perencanaan
program
dan
pendanaan
pengelolaan
TNP
disesuaikan dengan siklus perencanaan program dan pendanaan
tahunan pemerintah, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi.
Sinkronisasi program kerja juga sangat diperlukan dengan
pemerintah pusat (KKP). Pengelolaan keuangan harus bersifat
dinamis dan harus berlangsung untuk jangka waktu yang tidak
terbatas, oleh karena itu akan diperlukan dana yang
berkesinambungan dalam pengelolaannya.
265
1.7.
Penyelenggaraan urusan tata usaha dan rumah tangga perkantoran
Penyelenggaraan urusan tata usaha dan rumah tangga perkantoran
ditujukan guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas-tugas
ketatausahaan dan rumah tangga perkantoran sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari pengelolaan TNP Laut
Sawu secara
keseluruhan dalam bentuk kegiatan pengelolaan gaji, honorarium
dan
tunjangan
penyelenggaraan
operasional
perkantoran,
perawatan sarana dan prasarana, serta penyelenggaraan tata usaha
perkantoran,
kearsipan,
perpustakaan
dan
dokumentasi
(pencetakan/penerbitan/penggandaan/laminasi/dokumentasi).
1.8.
Fasilitas dan perlengkapan dalam rangka mendukung pengelola
Laut Sawu terdiri dari:
a. fasilitas domisili
b. fasilitas penunjang:
1) penunjang kebutuhan dasar perkantoran
2) penunjang kinerja kelembagaan
3) penunjang aksesibilitas kegiatan
c. perlengkapan:
1) perangkat lunak
2) perangkat keras
Indikasi program utama merupakan petunjuk yang memuat usulan
program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi
pelaksana, dan waktu pelaksanaan dalam rangka mewujudkan
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang.
Indikasi program utama merupakan acuan utama dalam
penyusunan program Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TNP
Laut Sawu yang merupakan kunci dalam pencapaian tujuan
pengelolaan TNP Laut Sawu, serta acuan sektor dalam menyusun
rencana strategis beserta besaran investasi. Indikasi program
utama lima tahunan disusun untuk jangka waktu rencana 20 (dua
puluh) tahun.
Pengembangan peraturan yang mendukung pengelolaan TNP Laut
Sawu
Pengembangan peraturan yang mendukung pengelolaan TNP
Laut Sawu dimaksudkan sebagai bentuk pengintegrasian peraturan
perundangan bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya ke dalam rancangan peraturan daerah sehingga arah
pengembangan dan pembangunan di Provinsi NTT selalu sejalan
dengan tujuan pengelolaan TNP Laut Sawu yaitu
dengan
mendorong penyusunan rancangan Peraturan Daerah yang
mendukung pengelolaan TNP seperti rancangan Peraturan Daerah
pengelolaan kolaboratif TNP Laut Sawu, pengaturan alat tangkap,
tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten, dan pemberlakuan
karcis masuk dan tarif atas kegiatan wisata dalam kawasan, dan
lain-lain.
1.9.
Pengembangan jejaring kawasan konservasi perairan
TNP Laut Sawu sebagai bagian dari kawasan Eko-region Sunda
Kecil memiliki keterkaitan kuat dengan kawasan konsersasi
perairan sekitarnya. Keterkaitan dalam bentuk jejaring ini
266
merupakan keterkaitan yang mempresentasikan daya lenting
spesies dan habitatnya untuk mencapai keseimbangan ekosistem
melalui pengelolaan bersama. Jejaring tersebut mempunyai
peranan yang penting dalam mempertahankan keanekaragaman
hayati di kawasan tersebut. Jejaring di sekitar TNP Laut Sawu
akan:
a. menggambarkan, menjaga dan memelihara keanekaragaman
hayati;
b. memberikan model pemanfaatan kawasan konsersasi perairan
yang mendukung ekosistem setempat;
c. menjaga atau melindungi tempat biota laut yang dilindungi dari
berbagai ancaman;
d. menjaga keberadaan potensi sumberdaya perikanan laut, serta
memperluas dan meningkatkan ketahanan kawasan konsersasi
perairan.
Keterkaitan (connectivity) merupakan kata kunci pengembangan
jejaring kawasan konservasi perairan. Adanya keterkaitan
bioekologis merupakan pertimbangan dasar untuk mengelola
beberapa kawasan konsersasi perairan dalam satu sistem
pengelolaan bersama untuk mewujudkan kawasan konsersasi
perairan yang tahan (resilient) terhadap ancaman dan dapat
berfungsi efektif untuk mendukung perikanan berkelanjutan.
Pengelola TNP laut Sawu melaksanakan kerja sama antar unit
organisasi pengelola di eko-region sunda kecil.
1.10. Pengembangan Bank Data TNP Laut Sawu
Pengembangan Bank Data TNP Laut Sawu yang dihimpun dari
berbagai kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu
dan teknologi kelautan. Didalamnya memiliki elemen berupa data
yang menyediakan informasi, prosedur pemanfaatan data yang
membantu pengguna mengoperasikan, dan membuat serta
menyelesaikan data tersebut. Pengembangan data termasuk juga
basis data untuk sistem informasi geografis dan sistem informasi
kelautan dengan menyesuaikan kepada kelompok referensi yang
sesuai.
1.11. Monitoring dan evaluasi
Monitoring, atau yang selanjutnya disebut pemantauan, dan
evaluasi dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian
antara penyelenggaraan pengelolaan Laut Sawu dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Apabila hasil pemantauan dan
evaluasi terbukti terjadi penyimpangan administratif dalam
penyelenggaraan pengelolaan Laut Sawu, Menteri, Gubernur, dan
Bupati/Walikota mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan
kewenangannya.
Pemantauan adalah melihat kesesuaian pelaksanaan perencanaan
dengan arah, tujuan, dan ruang lingkup yang menjadi pedoman
dalam rangka menyusun perencanaan berikutnya.
2. Penguatan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan
2.1.
Penetapan kawasan TNP Laut Sawu
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan
267
Konservasi Perairan, setelah dicadangkan maka harus memenuhi
beberapa hal. TNP Laut Sawu merupakan kawasan konservasi
perairan yang mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang
menunjang perikanan berkelanjutan, wisata perairan dan rekreasi.
Penetapan TNP Laut Sawu sebagai Kawasan Konservasi Peraian
akan dilakukan setelah tersedianya informasi dan data yang cukup
meliputi lokasi dan luas kawasan konservasi perairan dengan
batas-batas koordinat yang jelas, satuan unit organisasi di tingkat
pemerintah untuk melakukan pengelolaan, evaluasi oleh pejabat
yang ditunjuk terhadap beberapa aspek. Setelah seluruh unsur
pendukung terpenuhi selanjutnya Menteri dapat mengeluarkan
aturan penetapan untuk selanjutnya
mengumumkan
dan
mensosialisasikan
kepada masyarakat dan menunjuk panitia
penataan batas kawasan yang terdiri dari unsur-unsur pemerintah
dan pemerintah daerah
2.2.
Penataan Kawasan TNP Laut Sawu
Penataan kawasan TNP Laut Sawu dilaksanakan dalam rangka
efektifitas pengelolaan yang bertujuan untuk memperoleh kepastian
hukum yang jelas dengan pembagian ruang-ruang pengelolaan
berdasarkan fungsi peruntukan yang diwujudkan ke dalam bentuk
kegiatan evaluasi fungsi kawasan, rekonstruksi batas luar kawasan
dan penataan zonasi TNP Laut Sawu.
Upaya membangun Pengelolaan TNP haruslah didasarkan atas
aturan-aturan tertulis serta prinsip-prinsip yang dapat menjamin
keberlangsungan keberadaan Lembaga Pengelola TNP secara jangka
panjang, yang diterima oleh para pemangku kepentingan. Adapun
prinsip-prinsip yang perlu dikembangkan dalam kelembagaan
pengelolaan TNP adalah: sikap keterbukaan, Berbasis kepada
kebutuhan para pemangku kepentingan, Jenjang pengawasan yang
efektif dengan struktur yang efisien, dapat dipertanggungjawabkan,
kejelasan wilayah kewenangan pengelolaan. berikut peran dan
tanggung jawab berdasar protokol yang menunjang, Adanya
kelengkapan protokol yang mengatur sistem TNP, mengakomodasi
dan memfasilitasi norma dan lembaga setempat, dikelola secara
profesional dan legal, menerapkan prinsip dan norma hukum dalam
rangka pengelolaan.
Usaha-usaha penataan kawasan guna mendukung system
penyangga kehidupan di TNP Laut Sawu, dengan memperhatikan
kegiatan yang ada saat ini, maka pembinaan daya dukung
sumberdaya yang tidak bisa ditinggalkan, adalah: 1) perlindungan
sumberdaya alam dari eksploitasi yang tidak terkendali terutama di
zona inti, zona pemanfaatan pariwisata alam, zona perikanan
perikanan berkelanjutan dan zona lainnya serta pengelolaan dan
perlindungan keanekaragaman keanekaragaman hayati dari
ancaman kepunahan; 2) rehabilitasi ekosistem dan habitat yang
rusak, di pesisir (terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan
estuaria) 3) pengembangan teknologi berwawasan lingkungan,
termasuk tradisional pengelolaan sumberdaya alam, pengelolaan
limbah dan teknologi yang ramah lingkungan; 4) pengembangan
pola pemanfaatan sumberdaya yang berbasiskan masyarakat
2.3
Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Budidaya Laut
268
Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi penting bagi
masyarakat di wilayah pesisir TNP Laut Sawu, khususnya
masyarakat nelayan dan pembudidaya. dengan melihat potensi
yang ada, maka sektor perikanan dan kelautan menjanjikan
prospek yang cukup baik bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui perolehan pendapatan asli daerah dari kegiatan
pemanfaatan sumberdaya perikanan. Secara umum dapat dilihat
hingga saat ini hasil produksi untuk sektor perikanan masih
bergantung pada jenis perikanan laut dan kegiatan budidaya
perikanan. Untuk dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
maka usaha-usaha budidaya ini perlu untuk terus dikembangkan
di samping tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati
tersebut dari kepunahan.
Strategi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan budidaya
laut dalam rencana jangka panjang TNP Laut Sawu sebagai berikut:
a. mendorong pembuatan aturan/ batasan alat tangkap, ukuran
ikan yang ditangkap, daerah perikanan dan musim tangkapan
untuk mencapai perikanan yang berkelanjutan berdasarkan
hasil dari taksiran data statistik perikanan, analisis ancaman
kritis dan perencanaan para pemangku kepentingan yang
terlibat.
b. memastikan informasi dan status terkini ancaman kritis, hasil
tangkapan perikanan, potensi sumberdaya daya kelautan dan
perikanan tercatat dan teranalisis dengan baik.
c. mendorong pembuatan sistem perijinan kolaboratif yang
didukung oleh peraturan perundang-undangan bagi kapal-kapal
perikanan yang beroperasi di dalam kawasan TNP Laut Sawu
sesuai dengan zonasi yang telah ada.
d. sistem perijinan yang mendukung pengelolaan perikanan yang
berkelanjutan bidang perikanan tangkap dan budidaya
e. mencegah dan merintangi praktek perikanan yg menyalahi
hukum, tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUU fishing) di dalam
TNP Laut Sawu.
f. pembinaan sarana dan prasarana perikanan budidaya melalui
penyusunan rencana,
inventarisasi,
identifikasi,
analisis
kebutuhan dan pemanfaatan sarana-prasarana perikanan
budidaya serta bimbingan, pemanfaatan sarana prasarana serta
verifikasi dan pengujian lapangan
g. melakukan
kegiatan
pengembangan
dan teknologi
perikanan budidaya melalui penyusunan rencana, inventarisasi,
identifikasi, kajian kebutuhan teknologi dalam rangka
optimalisasi perikanan budidaya,
Komoditi perikanan karang yang paling banyak dieksploitasi adalah
grouper (jenis kerapu), snapper (jenis kakap) dan tuna. Jenis-jenis
ikan ini memiliki harga jual yang relatif lebih mahal dibandingkan
ikan lainnya dan belum ada pembatasan penangkapan. Pola
perdagangan ikan grouper dan snapper khususnya memiliki trend
lain yaitu pemasaran ikan dalam keadaan hidup. Sebagian nelayan
menggunakan racun/potassium untuk membius ikan sehingga
dapat ditangkap dalam keadaan hidup. Harga ikan hidup jauh
lebih mahal dibandingkan ikan yang sudah mati. Ikan tuna
merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting di Indonesia
269
dan memiliki banyak permintaan dari pasar internasional. Jumlah
permintaan tidak dapat dipenuhi semua dari hasil penangkapan
ikan tuna di Indonesia. Peningkatan permintaan ini terutama
disebabkan oleh adanya peningkatan masyarakat mengkonsumsi
ikan sejak dasawarsa terakhir ini. Tingginya permintaan ikan tuna
dengan harga yang relatif lebih mahal daripada jenis ikan-ikan lain,
menyebabkan armada penangkapan ikan tuna semakin banyak di
Indonesia. Teknologi penangkapan ikan tuna juga semakin maju.
Kondisi menyebabkan masalah terhadap sumber perikanan tuna
dunia, termasuk di perairan laut Indonesia. Umumnya peraian
Indonesia yang menjadi fishing ground ikan tuna, telah mengalami
tangkap jenuh (fully exploited), bahkan sudah mengalami tangkap
lebih (overfishing).
Tekanan eksploitasi penangkapan yang dapat menyebabkan
overfishing dan cara menangkap destructive menjadi permasalahan
utama dalam pengelolaan perikanan karang. Kerusakan ekosistem
terumbu karang akan menyebabkan sumberdaya ikan karang
berkurang sehingga perekonomian nelayan dari hasil penangkapan
ikan karang juga akan terganggu. Permasalahan ini harus
diantisipasi melalui pengelolaan perikanan karang berbasis
ekosistem, metode penangkapan sampai pada pola perdagangan
yang harus memperhatikan sumber ikan yang bebas cara tangkap
merusak.
Pengelolaan perikanan karang berbasis ekosistem dan kebijakan
perdagangan yang memperhatikan aspek lingkungan memiliki
ruang lingkup manajemen yang komprehensif. Hal ini menyangkut
pengelolaan kawasan secara menyeluruh. Pengelolaan ini dapat
diterapkan secara efektif pada suatu kawasan konservasi.
Pencadangan Laut Sawu sebagai TNP dapat menjadi momentum
dalam pengelolaan perikanan karang sesuai prinsip-prinsip
ekosistem dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi dalam
perdagangannya.
Peningkatan kapasitas tangkap nelayan dengan alat tangkap
selektif dan memperhatikan kondisi sumberdaya ikan, peningkatan
prasarana perikanan, seleksi zonasi TNP berdasarkan spawning,
nursery dan fishing ground, pengawasan illegal fishing, penegakan
peraturan dan perizinan perikanan dan studi lanjutan sumberdaya
perikanan dan baseline data perikanan merupakan hal penting
dalam menjamin pengelolaan sumberdaya perikanan di TNP Laut
Sawu.
Pengelola TNP Laut Sawu bersama para pemangku kepentingan
lainnya harus mampu merencanakan operasional, mengendalikan
dan mengevaluasi kegiatan perikanan tangkap, pengawasan dan
pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan, melalui
pengembangan sarana prasarana, pengembangan teknologi serta
pengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan dan
perikanan, berdasarkan ketentuan dan prosedur yang berlaku
untuk pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara
optimal dan berkelanjutan.
2.4
Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem TNP Laut Sawu
Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem TNP Laut Sawu
bertujuan untuk melestarikan sumberdaya laut dan ekosistemnya
sesuai tujuan penunjukan dan penetapan TNP Laut Sawu untuk
270
dapat memenuhi fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan dan keanekaragaman jenis serta ekosistemnya serta
pemanfaatan secara lestari sumberdaya kelautan dan perikanan
dan ekosistemnya secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan bagi
penelitian ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
budaya, wisata alam dan peran serta masyarakat.
Hal ini akan diwujudkan ke dalam bentuk kegiatan survey dan
monitoring sumberdaya alam (ekologi kawasan, karang, mangrove,
setasea, penyu, daerah pemijahan ikan, habitat burung pantai, pola
pemanfaatan sumberdaya alam dan potensi wisata alam) dan
pengelolaan ekosistem, habitat, dan populasi (pemulihan ekosistem
mangrove, restoking jenis ikan melalui kegiatan rehabilitasi,
restorasi dan pengembangan budidaya laut dan penangkaran
satwa.
Eksplorasi survei-survei dan monitoring haruslah berjalan secara
rutin, instensif dan berkelanjutan, kegiatan survei dan eksplorasi
diperlukan untuk mencari potensi-potensi sumberdaya kelautan
dan perikanan baru yang mungkin menjadi kunci dalam pelestarian
kawasan.
Monitoring yang berkelanjutan akan menjamin keterbaharuan data,
sehingga analisis mengenai status dan kondisi sumberdaya
kelautan dan perikanan menjadi lebih representatif. Survei dan
monitoring yang dilakukan bukan hanya terhadap sumberdaya
kelautan dan perikanan tetapi juga interaksi dan dampak
pemanfaatannya.
2.5
Perlindungan, Pengawasan dan Pengamanan Kawasan
Kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan TNP Laut Sawu
difokuskan pada pencegahan dan pemberantasan kejahatan
pencurian atau pengambilan hasil laut tanpa izin (illegal fishing)
seperti penggunaan bahan peledak/bahan kimia (potasium cyanida)
dalam penangkapan ikan yang dapat menimbulkan kerusakan
ekosistem yang lebih luas baik dari segi ekonomi, ekologi, dan
sosial budaya.
Beberapa faktor penyebab utama terjadinya illegal fishing sebagai
berikut:
a. bahan peledak/bahan kimia masih dianggap sebagai
alat/bahan yang dapat mendatangkan keuntungan besar
dengan mudah dan cepat;
b. adanya jaringan penadah hasil tangkapan illegal fishing;
c. adanya jaringan pemasok bahan baku peledak (amonium nitrat)
dan kimia (potassium cyanida);
d. lemahnya penegakan hukum;
e. tingginya permintaan ikan hidup di luar negeri;
f. kondisi sosial ekonomi masyarakat di dalam kawasan; dan
g. SDM, sarana prasarana dan dana operasional perlindungan
yang belum memadai.
Kerugian yang sangat besar dari segi ekologi dimana ratusan jenis
tumbuhan, karang dan satwa di dalamnya terancam kelangsungan
hidupnya dan untuk memulihkan diri kembali membutuhkan
waktu yang lama. Kepunahan satu unsur akan mempengaruhi
kondisi ekosistem karena fungsinya tidak bisa digantikan oleh
unsur yang lain. Kerugian yang nyata dan dapat langsung dilihat
271
adalah rusak/matinya rumput laut akibat penggunaan bahan
kimia (potasium cyanida).
Oleh karena itu berbagai langkah/upaya untuk mengurangi,
mencegah dan memberantas kegiatan yang bersifat merusak serta
peredaran tumbuhan dan satwa yang dilindungi perlu terus
dilakukan secara fungsional maupun gabungan (kolaborasi)
bersama dengan pemerintah daerah di sekitar kawasan TNP Laut
Sawu, LSM serta berbagai elemen masyarakat. Kegiatan
perlindungan dan pengamanan kawasan TNP Laut Sawu akan
diwujudkan melalui kegiatan:
a. pengamanan kawasan baik yang bersifat fungsional maupun
gabungan dalam bentuk patroli rutin/reguler dan patroli
mendadak;
b. peningkatan kapasitas petugas pengawasan dan kelembagaan
perlindungan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan,
penyegaran, studi banding dan magang bagi pengawas
perikanan dan PPNS;
c. proses penyelesaian hukum atas perkara/kasus pelanggaran
yang terjadi di dalam kawasan TNP Laut Sawu.
Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan TNP Laut Sawu
maka dengan merujuk kepada penyelenggaraan Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu dan
berkelanjutan, dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
ketentuan di bidang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, oleh pejabat tertentu yang berwewenang di bidang
pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan
sifat pekerjaannya dan diberikan wewenang kepolisian khusus.
Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka
menjamin tercapainya tujuan perencanaan pengelolaan Laut Sawu.
Pengawasan ditujukan kepada pengaturan, pembinaan dan
pelaksanaan perencanaan pengelolaan Laut Sawu serta standar
pelayanan minimal Pengelolaan Laut Sawu secara terpadu dan
berkelanjutan. Pengawasan terhadap pengaturan dilakukan melalui
peninjauan keberadaan dan fungsi regulasi yang sudah disusun,
dengan melihat konsistensi penerapan, relevansi dan kemungkinan
penyesuaiannya.
Pengawasan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dilakukan dengan
melibatkan peran masyarakat. Peran masyarakat dapat dilakukan
melalui Pokmaswas dengan menyampaikan laporan dan/atau
pengaduan kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan/atau
pengaduan
kepada
pihak
yang
berwenang.
Dalam
hal
penyimpangan dalam penyelenggaraan pengelolaan Laut Sawu
pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.6
Pengembangan industri dan jasa kelautan yang lestari
Pengelolaan dan pengembangan industri dan jasa kelautan di TNP
Laut Sawu diarahkan dalam memperkuat pembangunan di Provinsi
NTT guna mendorong ekonomi kerakyatan melalui penguatan
sarana prasarana, ilmu dan teknologi dan sumberdaya manusia
sehingga memperkuat peran serta masyarakat di dalam dan sekitar
TNP Laut Sawu. Optimalisasi industri dan jasa kelautan lestari
lebih diarahkan melalui pengembangan bioteknologi, energi baru
272
dan terbarukan, air murni dan sejenis.
2.7
Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam
Daya tarik wisata kawasan TNP Laut Sawu dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu daya tarik wisata berbasis alam, wisata berbasis
budaya dan kehidupan masyarakat, serta daya tarik wisata
berbasis wisata buatan. Beberapa dari kawasan tersebut telah
berkembang dan dikelola secara professional serta pangsa pasarnya
dari wisatawan mancanegara. Panorama bawah laut dengan
berbagai jenis ikan dan terumbu karang yang sangat indah
merupakan produk utama yang terdapat di kawasan ini. Jadi
pengembangan obyek wisata yang akan dilakukan adalah: wisata
menyelam, keragaman biota laut yang tinggi, migrasi mamalia laut
(whale watching dan dolphin watching), berselancar, memancing
wisata dan tempat peneluran penyu.
Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam di
TNP Laut Sawu dilaksanakan dalam rangka mengembangkan
produk-produk jasa lingkungan dan wisata alam yang mampu
menghasilkan manfaat ekonomi dari sumberdaya alam yang ada di
dalam kawasan guna menyediakan ruang usaha bagi masyarakat,
pemerintah daerah dan dunia usaha dengan menciptakan iklim
usaha yang kompetitif, menciptakan infrastruktur dasar bagi
pengembangan wisata yang didukung dan diwujudkan dengan
kegiatan promosi dan penyebaran informasi potensi pariwisata TNP
Laut Sawu; pengembangan pengelolaan wisata, pemberlakuan ijin
dan karcis masuk serta adanya mekanisme perizinan dan
standarisasi bagi usaha pariwisata alam di zona pemanfaatan
pariwisata TNP Laut Sawu. Selain itu juga perlu dikembangkan
potensi jasa lingkungan yang bermanfaat bagi lingkungan dan
masyarakat.
Kawasan TNP Laut Sawu mempunyai potensi dan daya tarik wisata
yang sangat tinggi, antara lain:
1. kawasan TNP Laut Sawu merupakan koridor migrasi lebih dari
18 spesies mamalia laut (paus, lumba-lumba dan dugong),
dengan didukung bentang laut dengan transisi kedalaman dari
perairan dangkal ke perairan dalam hanya beberapa ratus
meter saja dari pantai sehingga sangat berpotensi untuk
dijadikan wisata melihat paus.
2. diving dan snorkeling di Rote Ndao, Sabu Raijua, Kupang,
Sumba dan beberapa tempat lainnya
3. berselancar (surfing), berlayar (sailing), dan kite surfing di
Nembrala dan Boa Kabupaten Rote Ndao.
4. wisata pantai, mengingat semua kabupaten yang termasuk
kawasan TNP mempunyai pantai yang sangat indah untuk
dijadikan obyek wisata pantai.
5. wisata mangrove di Sumba Timur dan Rote.
6. wisata kayak, di beberapa tempat di Rote Ndao terutama di
Mulut Seribu dengan pemandangan bukit-bukit karst yang
sangat indah.
273
2.8
Peningkatan wisata memerlukan perencanaan dan pengelolaan
cermat, termasuk peraturan yang jelas, untuk menjamin
terwujudnya pariwisata yang berkelanjutan, serta melindungi
kelestarian sumberdaya alam yang merupakan fondasi dari
kegiatan wisata itu sendiri. Strategi dalam pengelolaan pariwisata
dalam rencana pengelolaan jangka panjang TNP Laut Sawu adalah
mendorong pembangunan pariwisata bahari yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan untuk memastikan pelayanan jasa
lingkungan yang memberi manfaat secara ekologi, ekonomi dan
sosial terhadap masyarakat lokal.
Pengembangan sistem pemantauan dan penanggulangan bencana
alam secara kolaboratif dengan stakeholder terkait
Pengelola TNP Laut Sawu secara kolaboratif dengan stakeholder
terkait mengembangkan sistem pencegahan dan penanggulangan
bencana dan fenomena kelautan sebagai bagian yang terintegrasi
dengan sistem pencegahan dan penanggulangan bencana nasional.
Bencana kelautan yang disebabkan oleh fenomena alam yang perlu
diwaspadai meliputi gempa bumi, tsunami, rob, angin topan dan
serangan hewan secara musiman. Sedangkan pencemaran
lingkungan yang harus diantisipasi adalah fenomena red tide,
pencemaran minyak, pencemaran logam berat, sampah, pestisida,
limbah domestik dan disperse termal.
2.9
Pengembangan pengelolaan habitat perairan dalam
Informasi dan pengetahuan tentang laut dalam (deep ocean) di TNP
Laut Sawu masih minim. Pengelolaan habitat perairan dalam
membutuhkan pengumpulan data dan informasi serta evaluasi
kritis untuk memenuhi data dasar dan evaluasi yang benar.
Untuk meninjau status ekologi laut dalam, memerlukan informasi
yang cukup mendasar terutama yang relevan dengan pengelolaan
dan penelitian kawasan untuk diketahui yaitu kepekaan fauna
terhadap dampak pengelolaan. Selanjutnya sifat dan gradien biota
laut yang tidak seragam mulai dari batas kedalaman lebih dari 200
m dasar lereng benua harus diketahui untuk mengembangkan
pemantauan rencana dan peraturan yang berlaku. Kemudian
proses mempertahankan tingkat keanekaragaman jenis di laut
dalam harus diketahui dampak yang mempengaruhinya, jika
makanan benar-benar terbatas di laut dalam, maka gangguan
proses ketersediaan dan pemanfaatan mungkin merupakan proses
yang paling sensitif dari ekosistem laut dalam TNP Laut Sawu.
2.10
Pengelolaan menghadapi perubahan iklim
Perubahan iklim merupakan ancaman besar bagi ekosistem laut,
spesies, dan produktivitas baik di daerah tropis maupun kutub.
Ekosistem TNP Laut Sawu tidak terkecuali juga akan menghadapi
ancaman tersebut, tetapi dengan keadaan alamnya, posisi dan
pengelolaan yang baik maka ekosistem TNP laut Sawu akan dapat
bertahan hidup dari dampak perubahan iklim termasuk pemutihan
karang, kenaikan permukaan laut, naiknya kadar asam laut dan
ancaman badai tropis.
274
Hal penting untuk mengatasi dampak perubahan iklim perlu
dipersiapkan sejak dini, yakni dibutuhkan kesadaran bersama
bahwa ancaman yang timbul harus disikapi secara proaktif dengan
mengembangkan
dan
menerapkan
strategi
adaptasi
dan
membangun fleksibilitas yang cukup dalam sistem manajemen
untuk memungkinkan respon yang adaptif.
Pengelola TNP Laut Sawu akan melakukan pengelolaan terhadap
perubahan iklim tersebut dengan menggunakan strategi antara
lain: menerapkan strategi penyebaran resiko untuk mengatasi
ketidakpastian perubahan iklim, melindungi daerah-daerah kritis
yang tahan terhadap perubahan iklim dan yang berfungsi sebagai
tempat perlindungan untuk mensuplay daerah yang terkenda
dampak, memahami dan mempertahankan konektivitas antara
habitat untuk meningkatkan penambahan kembali secara bersamasama dan pemulihan untuk menjaga hubungan fungsional antar
habitat terkait serta mengelola ekosistem agar kesehatan dan
ketahanannya tetap terjaga dengan memonitor beberapa indikator
keefektifan tindakan ini sebagai dasar bagi pengelolaan adaptif.
2.11
Pengelolaan populasi setasea
TNP Laut Sawu sebagai bagian dari Ekoregion Sunda Kecil, adalah
daerah di Indonesia dimana upaya untuk mendapatkan informasi
terkait dengan setasea telah lama dilakukan baik terhadap untuk
setasea dan habitat asosiasi mereka "di perairan laut dan sekitar
pesisir". Laut Sawu merupakan habitat koridor kritis secara
regional penting, bagi paus biru dan paus sperma, yang juga
menggunakan Laut Sawu sebagai tempat untuk mencari makan
(feeding ground) dan melahirkan keturunan mereka. Paus biru
dapat digunakan sebagai "flagship spesies atau simbolis" untuk
TNP Laut Sawu. Wisata mamalia laut dan ekowisata di TNP Laut
Sawu memiliki potensi yang tinggi. Paus dari Laut Sawu dapat
mempromosikan pembangunan pariwisata berbasis alam tersebut
untuk kepentingan masyarakat lokal. Beberapa lokasi di Laut Sawu
masih kekurangan informasi sehingga harus segera dilengkapi
dengan data melalui survei dan penelitian di kedua habitat pesisir
dan laut dan spesies. Upaya ini harus dikaitkan oleh pengelola TNP
Laut Sawu melalui pembangunan kapasitas pada semua aspek
pengelolaan kolaborasi tingkat lokal.
Untuk melestarikan paus dan spesies mamalia laut lainnya, upaya
pengelolaan khusus harus diterapkan terutama pada aktivitas di
lepas pantai, industri pelayaran dan perikaan skala besar.
Pengurangan penggunaan jaring insang dan driftnet dapat
menghindari seperti by-catch dan terbelit jarring yang menjadi
ancaman utama untuk kehidupan hewan laut bermigrasi di Laut
Sawu. Sebaliknya, pole and line serta perikanan hand line ideal
untuk kegiatan perikanan tangkap skala besar di TNP Laut Sawu.
Based
Manajemen
Berbasis
Ekosistem
(Ecosystems
Management/EBM) merupakan mekanisme yang efektif untuk
mengelola Laut Sawu pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya.
Manajemen Berbasis Ekosistem ini akan mendukung pemanfaatan
275
2.12
.
multi-aspek di TNP Laut Sawu melalui Sistem Zonasi yang jelas.
Penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi
kelautan
Pengelola TNP Laut Sawu harus menunjang pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian yang terkait dengan pengelolaan
kawasan. TNP Laut Sawu perlu bekerjasama dengan mitra dari LSM
dan
lembaga-lembaga
penelitian.
Strategi
pengelolaan
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian di TNP Laut Sawu
ini dengan merancang rencana pengembangan penelitian dan
pendidikan di TNP Laut Sawu seperti penelitian pemantauan
degradasi dan rehabilitasi terumbu karang, rehabilitasi terumbu
karang dengan manipulasi substrat terumbu karang, perilaku
agregasi berpijah ikan ekonomis penting, pemanfaatan sumberdaya
terumbu karang dan konsekuensinya bagi pengelolaan kawasan
konservasi, dampak lingkungan kegiatan ekonomi alternatif di
dekat kawasan konservasi, dan lain-lain.
Bidang penelitian, pengembangan dan penerapan IPTEK kelautan
penelitian meliputi antara lain kegiatan penelitian dasar dan
terapan untuk meningkatkan pemahaman tentang biologi, kimiawi,
fisika, geologi dan dasar laut, proses dan interaksi laut dan pantai
dengan hidrologi, cuaca serta pengaruh laut dan pantai terhadap
masyarakat dan komunitas di sekitar laut, lingkungan serta
pengembangan metodologi dan instrumen untuk meningkatkan
pemahaman tentang laut.
Perlu dikembangkan kegiatan-kegiatan penelitian lain yang
mengkaji potensi perikanan yang dapat dikembangkan sebagai
alternatif mata pencaharian yang berkelanjutan. Salah satu pemicu
tekanan terhadap kawasan TNP Laut Sawu adalah tingginya
ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya laut di kawasan
TNP Laut Sawu, oleh karena itu perlu dikembangkan penelitianpenelitian pengembangan mata pencaharian alternatif yang
berkelanjutan (alternative sustainable livelihood) yang tidak
mengganggu kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan di
kawasan TNP Laut Sawu sehingga diharapkan tekanan terhadap
kawasan TNP Laut Sawu akan berkurang seperti melalui
pengembangan usaha budidaya perikanan laut dan pengembangan
industri rumah tangga untuk mendukung sektor lainnya
(pariwisata, perikanan, dan lain-lain).
2.13
.
Pengelolaan pelayaran
TNP Laut Sawu dengan potensi alur pelayaran yang strategis dan
sangat berkepentingan terhadap pembangunan di sektor pelayaran
baik dalam arus perdagangan dan wisata. Sehubungan dengan itu
perhatian terhadap pelayaran dapat dilakukan dengan membangun
prasarana dan sarana perhubungan dengan kapasitas dan kualitas
pelayanan memadai serta sebagai wilayah yang relatif dekat dengan
wilayah perbatasan maka terjangkaunya pelayanan perhubungan
ke seluruh wilayah perbatasan dapat dijadikan sebagai prioritas
dalam pembangunannya. Laut Sawu merupakan jalur pelayaran
276
lokal dan internasional dengan lalu lintas yang padat. Pengelolaan
melalui peraturan yang mengatur tentang hal ini seperti penutupan
musiman daerah tertentu untuk kapal barang, peraturan ketat
pada kecepatan, aturan dilarang membuang sampah di laut dan
keamanan kapal (untuk menghindari tenggelam atau rusaknya
kapal di daerah ini) perlu disusun agar hal ini bisa dikelola dengan
baik. Pengelolaan terhadap keamanan dan kenyamanan pelayaran
dengan titik berat pada aspek-aspek: pengembangan titik asal dan
tujuan pelayaran, pengembangan jalur-jalur pelayaran dan
Pengembangan armada pelayaran.
2.14
.
Monitoring dan evaluasi
Monitoring, atau yang selanjutnya disebut pemantauan, dan
evaluasi dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian
antara penyelenggaraan pengelolaan Laut Sawu dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Apabila hasil pemantauan dan
evaluasi terbukti terjadi penyimpangan administratif dalam
penyelenggaraan pengelolaan Laut Sawu, Menteri, Gubernur, dan
Bupati/Walikota mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan
kewenangannya.
Pemantauan adalah melihat kesesuaian pelaksanaan perencanaan
dengan arah, tujuan, dan ruang lingkup yang menjadi pedoman
dalam rangka menyusun perencanaan berikutnya.
3. Penguatan sosial, ekonomi dan budaya
3.1.
Peningkatan kesadaran partisipasi masyarakat dan para pihak
lainnya dalam pendidikan lingkungan
Peningkatan
kesadaran
masyarakat
dan
penjangkauan
dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pemahaman dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi sumberdaya
kelautan dan perikanan dan ekosistemnya. Sehingga dapat lebih
berperan aktif secara langsung dalam kegiatan pelestarian dan
pengamanan sumberdaya kelautan dan perikanan yang terdapat
dalam kawasan TNP
Laut
Sawu. Untuk mewujudkan maksud
tersebut, beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu :
Kampanye Konservasi dan Penyebaran Informasi TNP Laut Sawu,
pembentukan dan Pembentukan dan pembinaan kelompok
masyarakat
peduli
konservasi,
pengembangan
kerjasama
penerapan kurikulum muatan lokal berbasis pengelolaan
sumberdaya kelautan dan perikanan, serta monitoring dan
evaluasi.
Pengelolaan TNP Laut Sawu yang efektif sangat ditentukan oleh
tingkat kesadaran, pemahaman dan pengetahuan masyarakat lokal
tentang pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan yang berada di kawasan tersebut, dengan tetap
melakukan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
secara optimal berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Upaya yang perlu dilakukan dalam hal penyadartahuan masyarakat
adalah penerapan program pendidikan konservasi melalui berbagai
penyuluhan, pelatihan dalam jangka waktu tertentu dan berkala
yang meliputi tema-tema:
277
a. pentingnya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan
b. tujuan pembentukan TNP Laut Sawu dan aspek konservasi
lingkungan dan keterkaitannya dengan kondisi sosekbud
masyarakat lokal
c. sistem dan klasifikasi zonasi kawasan serta kaitannya terhadap
pola mata pencaharian masyarakat
d. berbagai bentuk upaya perikanan tangkap yang bersifat
merusak dan dampaknya terhadap keberlanjutan eksosistem
sumberdaya serta taraf hidup/kesejahteraan masyarakat lokal.
Perlu juga disampaikan perikanan tangkap yang ramah
lingkungan berdasarkan hasil riset dan dampak positifhya
terhadap usaha mata pencaharian masyarakat
e. berbagai bentuk perikanan budidaya yang "destructive" dan
ramah lingkungan berdasarkan hasil riset di beberapa wilayah
di Indonesia ataupun di negara lain
f. pengembangan program mata pencaharian alternatif di TNP
Laut Sawu
3.2.
Pelaksanaan program TNP Laut Sawu perlu mendapat respon positif
dari masyarakat lokal serta pihak lain yang berkepentingan
terhadap sumberdaya dan lingkungan. Respon positif dimulai dari
penumbuhan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian
sumberdaya dan lingkungan hingga pada taraf mendukung
implementasi program dan berupaya mengubah perilaku yang
negatif terhadap ekosistem/lingkungan. Upaya penumbuhan
respon positif dan pengubahan perilaku masyarakat dapat
ditempuh dengan sistem pemasaran sosial (social marketing):
menjual ide/gagasan tentang urgensi TNP. Lembaga pengelola dan
pihak yang terkait terhadap pembentukan TNP harus mampu
mempertajam, menggali, menganalisa secara komperhensif isu-isu
sosial yang berkembang dalam masyarakat terkait TNP. Dinamika
sosial kemasyarakatan akan mudah dipahami dan dianalisa dengan
melakukan pengkajian terhadap konektor sosial baik dalam bentuk
individu mauplun lembaga/institusi yang bersifat profit oriented
dan non profit oriented (nirlaba). Melalui pengkajian ini diharapkan
dapat terbentuk peta sosial yang sangat mempengaruhi dinamika
sosial masyarakat dalam konteks pemanfaatan sumberdaya laut
dan kawasan tertentu dalam batas yuridis TNP.
Pengembangan
mekanisme
penyebarluasan
informasi
dan
komunikasi TNP Laut Sawu
Pengembangan
mekanisme
penyebarluasan
informasi
dan
komunikasi TNP Laut Sawu dimaksudkan untuk mempermudah
dan mempercepat akses informasi dan komunikasi seputar TNP
Laut Sawu kepada masyarakat luas (nasional dan internasional)
sebagai media pendidikan, penyuluhan dan juga promosi. Untuk
mewujudkan hal tersebut, akan dilakukan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: Penyebaran informasi melalui media massa
(Website, TV, Radio, Surat kabar dan majalah), Desain dan
Pembuatan Material Publikasi TNP Laut Sawu, dan Penyebaran
Informasi TNP Laut Sawu melalui ragam kegiatan Publik seperti
partisipasi dalam kegiatan Pameran, Eksebisi, Festival di tingkat
lokal,regional, nasional dan internasional.
278
3.3.
Pengembangan Partisipasi Masyarakat
Pengembangan partisipasi masyarakat dimaksudkan untuk
mendorong peran aktif masyarakat semakin meningkat di lapangan,
sehingga pengelolaan TNP Laut Sawu menjadi lebih efektif dan
efisien serta dapat dukungan penuh dari masyarakat serta semua
pihak. Hal ini diwujudkan melalui kegiatan perlindungan
sumberdaya laut, pengawasan berbasis masyarakat, perbaikan
kualitas lingkungan, rehabilitasi (bersih pantai, penanaman pohon
bakau), pengamanan preventif masyarakat, penguatan aturan di
tingkat desa, dan akses terhadap kebijakan dan informasi
pengembangan TNP Laut Sawu.
3.4.
Pemberdayaan masyarakat pesisir
3.5.
3.6.
Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk mendorong
peningkatan pendayagunaan potensi yang terdapat di masyarakat,
untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar
kawasan serta dukungannya terhadap kawasan dalam pelestarian
sumberdaya kelautan dan perikanan melalui kegiatan-kegiatan :
penguatan kapasitas masyarakat dan kelompok pengguna
sumberdaya laut, dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat
pengguna sumberdaya kelautan dan perikanan di dalam TNP Laut
Sawu.
Pemberian akses pemanfaatan sumberdaya ikan dan ekosistemnya
kepada masyarakat lokal dan tradisional dengan memperhatikan
aspek spesifik lokasi, adaptif, kebersamaan dan kemitraan,
keterpaduan, keberlanjutan, dan kelestarian serta dalam
pelaksanaannya tidak mengubah status dan fungsi kawasan, tidak
memberikan hak kepemilikan atas kawasan dan hanya hak
pemanfaatan yang diatur, serta merupakan bagian pengelolaan
yang dilakukan secara utuh.
Pengembangan mata pencaharian yang berkelanjutan
Studi mata pencaharian alternatif di TNP Laut Sawu yang telah
dilakukan diharapkan dapat diadopsi oleh masyarakat dengan
bantuan dan pendampingan dari pemerintah dan stakeholder
terkait pada saat tahap implementasi TNP Laut Sawu. Studi
matapencaharian alternatif yang telah dilakukan ini menghasilkan
rekomendasi jenis dan bentuk kegiatan usaha mata pencaharian
alternatif yang sesuai dengan karakteristik/kondisi masyarakat dan
geofisik lokasi, layak dari sisi bisnis, dapat diterima secara sosial
budaya masyarakat setempat, dapat dilaksanakan secara teknis,
ramah lingkungan dan memiliki tingkat keberlanjutan yang tinggi
yang dapat dikembangkan oleh masyarakat di masing-masing
Kabupaten yang termasuk dalam kawasan TNP Laut Sawu.
Pelestarian Adat dan Budaya Masyarakat Pesisir
Wilayah Perairan Laut Sawu ternyata menyimpan banyak
peninggalan kebajikan yang jika difungsikan memiliki potensi
untuk melindungi upaya pelestarian lingkungan khususnya
konservasi laut. Saat ini upaya revitalisasi mutlak diperlukan, hal
tersebut penting guna menghidupkan kembali muatan lokal
berbasis kebudayaan dan kebijakan yang secara partisipatif
melibatkan masyarakat agar proses implementasi pelestarian
lingkungan dapat tumbuh dan berkembang kembali dalam pola
kehidupan masyarakat.
279
Berdasar hasil pengamatan yang telah dilakukan dilapangan,
terdapat tidak kurang dari 20 kearifan lokal yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat desa pesisir di TNP Laut Sawu yang
sekarang ini hanya sedikit sekali yang masih aktif.
Ragam kebajikan ini seharusnya dapat direvitalisasi kembali,
mengingat hal ini dapat menjadi suatu upaya perlindungan dan
pelestarian lingkungan yang bernuansa lokal. Selain itu,
pemerintah juga dapat melakukan inisiasi dengan memasukkan
semua hal yang berkaitan dengan kearifan lokal ini kedalam
kurikulum pendidikan formal yang berupa muatan lokal disekolah
mengenai pengetahuan bentuk kearifan lokal yang ada di
wilayahnya sebagai sarana untuk proses diseminasi informasi
tentang upaya pentingnya melestarikan lingkungan.
3.7.
Monitoring dan evaluasi
Monitoring, atau yang selanjutnya disebut pemantauan, dan
evaluasi dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian
antara penyelenggaraan pengelolaan Laut Sawu dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Apabila hasil pemantauan dan
evaluasi terbukti terjadi penyimpangan administratif dalam
penyelenggaraan pengelolaan Laut Sawu, Menteri, Gubernur, dan
Bupati/Walikota mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan
kewenangannya.
Pemantauan adalah melihat kesesuaian pelaksanaan perencanaan
dengan arah, tujuan, dan ruang lingkup yang menjadi pedoman
dalam rangka menyusun perencanaan berikutnya.
280
BAB V
RENCANA JANGKA MENENGAH
A. Umum
Rencana jangka menengah pengelolaan TNP Laut Sawu dilakukan
melalui 3 (tiga) strategi pokok yaitu strategi penguatan kelembagaan,
strategi
penguatan
pengelolaan
sumber
daya
kawasan
dan
strategi
penguatan sosial, ekonomi, dan budaya.
Indikator
yang
diharapkan
dapat
dicapai
dari
perencanaan
pengelolaan 5 (lima) tahun pertama pengelolaan TNP Laut Sawu terdiri dari :
1. Penguatan kelembagaan diarahkan pada penguatan kelembagaan unit
pengelola,
tersedianya
prasarana
pengelolaan,
SDM
Pengelola,
dokumen
pengelolaan, SOP pengelolaan, dan
tersedianya
pengelolaan
dan
sarana
dan
rencana
aksi
terbangunnya kemitraan dalam
pengelolaan, data dan informasi terbaharui secara reguler (data base)
dan tersedianya sumber pendanaan lain untuk mendukung pengelolaan.
2. Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan diarahkan pada penataan
batas kawasan, tersosialisasinya kawasan konservasi TNP Laut Sawu
sampai ke tingkat masyarakat, Zonasi TNP Laut Sawu terintegrasi di
dalam RTRW Nasional, RTRW Provinsi NTT dan RTRW kabupatenkabupaten di dalam TNP Laut Sawu, tersedianya petugas dari pengelola
yang memiliki keahlian khusus dalam kegiatan pengawasan dan
monitoring, terlaksananya kegiatan patroli atau pengawasan kawasan,
tersedianya
hasil
pemanfaatan
studi
sumber
terbangunnya
pengembangan
daya
pemahaman
di
kawasan
masyarakat
dan
pengelolaan
serta
TNP
Laut
serta
dan
Sawu
stakeholder
tentang
ancaman bencana di lokasinya dan bagaimana penanggulangannya.
3. Penguatan
sosial
ekonomi
dan
budaya
diarahkan
pada
upaya
penyadaran masyarakat tentang arti penting konservasi perairan,
terbentuk dan terlatihnya kelompok masyarakat peduli konservasi
perairan di masing-masing kabupaten di dalam TNP Laut Sawu,
tersedianya
mekanisme
meningkatnya
perikanan
dan
kapasitas
teknis
pengawasan
masyarakat
usaha
281
berbasis
dalam
perikanan
yang
masyarakat,
manajemen
usaha
berkelanjutan
dan
terwujudnya
pengembangan
demplot-demplot
mata
pencaharian
alternatif yang cocok diimplementasikan di masing-masing daerah
berdasarkan survey dan analisis
B. Rencana Jangka Menengah I (5 Tahun Pertama)
1.
Penguatan Kelembagaan
Penguatan Kelembagaan dilakukan melalui program:
a. peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola TNP Laut Sawu;
b. perencanaan dan pengendalian pengelolaan;
c. pengembangan sistem pengelolaan kolaborasi;
d. pengembangan kerja sama kemitraan pengelolaan TNP Laut Sawu;
e. pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan TNP Laut Sawu;
f. penyelenggaraan urusan tata usaha dan rumah tangga perkantoran;
g. pengembangan peraturan yang mendukung pengelolaan TNP Laut
Sawu;
h. pengembangan jejaring kawasan konservasi perairan;
i. pengembangan Bank Data TNP Laut Sawu;
j. monitoring dan evaluasi.
2.
Penguatan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan
Penguatan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan dilakukan melalui program:
a. penetapan kawasan TNP Laut Sawu;
b. penataan kawasan TNP Laut Sawu;
c. pengelolaan
perikanan
tangkap
dan
budidaya
laut
yang
berkelanjutan;
d. pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem TNP Laut Sawu;
e. perlindungan, pengawasan dan pengamanan kawasan;
f. pengembangan industri kelautan yang lestari;
g. pengembangan sistem pemantauan dan penanggulangan bencana
alam secara kolaboratif dengan stakeholder terkait;
h. pengembangan pengelolaan habitat perairan dalam;
i. pengembangan pengelolaan menghadapi perubahan iklim;
j. pengelolaan populasi setasea;
k. penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi
kelautan;
282
l. pengelolaan pelayaran;
m. monitoring dan evaluasi.
3.
Penguatan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Penguatan Sosial, Ekonomi, dan Budaya dilakukan melalui program :
a. peningkatan kesadaran masyarakat dan pendidikan lingkungan;
b. pengembangan
mekanisme
penyebarluasan
informasi
dan
komunikasi TNP Laut Sawu;
c. pengembangan partisipasi masyarakat;
d. pemberdayaan masyarakat pesisir;
e. pengembangan mata pencaharian yang berkelanjutan;
f. pelestarian adat dan budaya masyarakat pesisir;
g. monitoring dan evaluasi.
Dengan program dan rencana kegiatan pengelolaan sebagaimana
terdapat dalam matriks sebagai berikut.
283
MATRIK PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN PENGELOLAAN JANGKA MENENGAH 5 TAHUN KE - 1
TNP LAUT SAWU TAHUN 2014-2019
No
Strategi
1
Penguatan
Kelembagaan
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Peningkatan
Penyusunan
rencana Menyusun
kualifikasi
kapasitas
formasi SDM pengelola klasifikasi kebutuhan
kelembagaan
TNP Laut Sawu
TNP Laut Sawu
pengelola
TNP
laut Sawu
Rekruitmen SDM
Peningkatan
kemampuan
profesionalisme
pengelola
TNP
Sawu
Diklat/kursus/
dan magang
Laut
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
dan Formasi personel TNP Laut BKKPN Kupang
SDM Sawu disusun berdasarkan
kualifikasi dan klasifikasi
kebutuhan
Formasi personel TNP Laut BKKPN Kupang
Sawu direkruit berdasarkan
kualifikasi dan klasifikasi
kebutuhan
penyegaran, SDM Pengelola telah dididik BKKPN Kupang
dan dilatih sesuai dengan
tupoksi untuk mengelola
TNP Laut Sawu
Studi banding ke KKP lain Kemampuan
pengelola BKKPN
yang telah dikelola dengan meningkat dalam mengelola LSM
baik
TNP
Laut
Sawu
dan
mendapatkan lesson learnt
yang dapat diaplikasikan
dalam pengelolaan TNP Laut
Sawu
284
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Peningkatan
prasarana
Perencanaan
dan
pengendalian
pengelolaan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
sarana Pengembangan
dan Gedung kantor pengelola BKKPN Kupang
TNP Laut Sawu terbangun
pembangunan gedung kantor
dan terpenuhi fasilitasnya
untuk
menunjang
pengelolaan
Pengadaan alat dan mesin
Alat
dan
menunjang
pengelolaan
mesin
untuk BKKPN Kupang
aktifitas
Pemeliharaan dan operasional
Sarana prasarana terpelihara BKKPN Kupang
dan berfungsi dengan baik
untuk
mendukung
pengelolaan
Penyusunan
Rencana Penyusunan
dan
review Dokumen
Rencana BKKPN
Kupang
Pengelolaan TNP Laut Rencana
Pengelolaan
20 Pengelolaan 20 Tahun TNP Tim P4KKP Laut
Sawu
Tahun TNP Laut Sawu
Laut Sawu
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Penyusunan
program
dan Dokumen
program
dan BKKPN
Kupang
rencana kegiatan pengelolaan rencana
kegiatan Tim P4KKP Laut
pengelolaan
jangka Sawu
jangka menengah 5 tahun
menengah 5 tahun
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
285
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Penyusunan rencana
pengelolaan tahunan
Penyusunan
Standar
Operasional
Prosedur
(SOP) pengelolaan dan
pelatihan pelaksanaan
SOP
Indikator Capaian
kerja Dokumen
rencana
pengelolaan tahunan
Pelaksana dan Mitra
kerja BKKPN
Kupang
Tim P4KKP Laut
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Sosialisasi
dan
konsultasi
publik Rencana Pengelolaan
TNP Laut Sawu di tingkat
stakeholder dan masyarakat
Adanya
masukan
dari
stakeholder dan masyarakat
untuk
penyempurnaan
rencana pengelolaan TNP
Laut Sawu
Penyusunan dan pelatihan
implementasi SOP tentang
administrasi perkantoran dan
pengelolaan keuangan
- Dokumen SOP tentang BKKPN Kupang
administrasi
perkantoran
dan pengelolaan keuangan
- Adanya SDM pengelola
yang
terlatih
dan
bertanggung jawab dalam
administrasi
perkantoran
dan pengelolaan keuangan
Penyusunan
SOP
sarana prasarana
286
tentang Dokumen
SOP
sarana prasarana
BKKPN
Kupang
Tim P4KKP Laut
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
tentang BKKPN Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Penyusunan SOP
tentang Dokumen
SOP
tentang BKKPN
Kupang
patroli reguler dan patroli patroli reguler dan patroli DKP Provinsi dan
bersama
bersama
Kabupaten
TNI
AL
Polair
LSM
Penyusunan
SOP
tentang Dokumen
SOP
tentang BKKPN Kupang
penelitian dan pendidikan
penelitian dan pendidikan
Penyusunan
SOP
tentang Dokumen
SOP
tentang BKKPN
Kupang
pelaksanaan
kegiatan pelaksanaan
kegiatan Disbudpar Provinsi
pariwisata alam perairan
pariwisata alam perairan
dan Kabupaten
Penyusunan
pelaksanaan
budidaya
SOP
Penyusunan
SOP
pelaksanaan
perikanan tangkap
tentang Dokumen
SOP
kegiatan pelaksanaan
budidaya
tentang BKKPN
Kupang
kegiatan DKP Provinsi dan
Kabupaten
tentang Dokumen
SOP
kegiatan pelaksanaan
perikanan tangkap
tentang BKKPN
Kupang
kegiatan DKP Provinsi dan
Kabupaten
Penyusunan
SOP
dan
pelatihan monitoring sumber
daya:
287
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
1)
Monitoring
Partisipatif
Indikator Capaian
Pemetaan a) Dokumen
Monitoring
Partisipatif
Pelaksana dan Mitra
SOP BKKPN
Pemetaan LSM
Kupang
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring
pemetaan
partisipatif
2)
Monitoring Manta Tow
a) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring Manta Tow
LSM
Kupang
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring manta tow
3)
Monitoring
Kesehatan a) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring
Kesehatan LSM
Karang
(reef
health
monitoring)
Karang
(Reef
Health
Monitoring)
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring
Kesehatan
Karang
(Reef
Health
Monitoring)
288
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
4)
Monitoring Ikan Karang
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
a) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring Ikan Karang
LSM
Kupang
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Ikan Karang
5)
Monitoring Insidental
a) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring Insidental
LSM
Kupang
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring insidental
6)
Monitoring Pemanfaatan
Sumber Daya (Resource
Use Monitoring)
a) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring Pemanfaatan LSM
Sumber Daya (Resource
Use Monitoring)
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Pemanfaatan
Sumber Daya (Resource
Use Monitoring)
289
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
7)
Monitoring Lamun
Indikator Capaian
a) Dokumen
Monitoring Lamun
Pelaksana dan Mitra
SOP BKKPN
LSM
Kupang
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Lamun
8)
Monitoring Mangrove
a) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring Mangrove
LSM
Kupang
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Mangrove
9)
Monitoring Setasea
a) Dokumen
Monitoring Setasea
SOP BKKPN
LSM
Kupang
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Setasea
10) Monitoring Penyu
a) Dokumen
Monitoring Penyu
SOP BKKPN
LSM
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
290
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Penyu
11) Monitoring
(Spawning
Site)
SPAG
Aggregation
a) Dokumen
Monitoring
(Spawning
Site)
SOP BKKPN
SPAG LSM
Aggregation
Kupang
b) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring
SPAG
(Spawning
Aggregation
Site)
Pengembangan
sistem
pengelolaan
kolaborasi
Pembentukan
Membuat
rancangan/model
mekanisme pengelolaan mekanisme
pengelolaan
kolaborasi
kolaborasi
Pembentukan
Forum
Pengelolaan Kolaborasi
291
a) Mekanisme
kolaboratif
pengelolaan BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
b) MoU para pihak dalam LSM
pengelolaan kolaboratif
BKKPN
Kupang
c) Adanya
forum Pemprov
NTT
pengelolaan kolaborasi
Pemda Kabupaten
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Penerapan model mekanisme
pengelolaan kolaborasi
Penguatan peran forum Memfasilitasi
peningkatan Meningkatnya peran forum
kolaborasi para Pihak
kapasitas SDM forum
kolaborasi
para
pihak
melalui
peningkatan
kapasitas
SDM
dan
koordinasi rutin
Koordinasi rutin dengan para
pihak
Formulasi
dan Merancang
penerapan mekanisme keluhan
keluhan
(Grievance Mechanism)
Mechanism)
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
mekanisme Dokumen
mekanisme BKKPN
Kupang
yang
disepakati Pemprov
NTT
(Grievance keluhan
Pemda Kabupaten
para pihak yang relevan
LSM
Implementasi dan evaluasi Terlaksananya
dan BKKPN
Kupang
mekanisme
keluhan terevaluasinya implementasi Pemprov
NTT
mekanisme
keluhan Pemda Kabupaten
(Grievance Mechanism)
LSM
(Grievance Mechanism)
292
No
Strategi
Program
Kegiatan
Pengembangan
kerjasama
kemitraan
pengelolaan TNP
Laut Sawu
Pengembangan
kerjasama
dengan
institusi/lembaga/piha
k lain dalam rangka
efektifitas
dan
peningkatan kapasitas
pengelolaan
(pemerintah,
LSM,
lembaga
pendidikan,
kelompok/lembaga
masyarakat)
lingkup
lokal, regional, nasional
dan internasional
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Kupang
Kerja sama teknis: penelitian, Adanya kerjasama teknis: BKKPN
ilmu
pengetahuan
dan penelitian, ilmu pengetahuan Pemprov
NTT
dan pendidikan (tenaga ahli) Pemda Kabupaten
pendidikan (tenaga ahli)
Uniconsufish
LIPI
LSM
Lembaga lain
Kerja
sama
operasional Adanya
kerjasama
pengelolaan (tenaga, dana, operasional
pengelolaan
sarana prasarana)
(tenaga,
dana,
sarana
prasarana)
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LSM
Lembaga lain
Kerja sama dalam survey/ Adanya
MoU
kerjasama
antara pengelola dan pihak
kajian dan penerapan IPTEK
yang
relevan
dan
terlaksananya kerjasama
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LIPI
LSM
Lembaga lain
Monitoring
kerjasama
293
dan
evaluasi Terlaksananya
Monitoring BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
dan evaluasi kerjasama
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LSM
Lembaga lain
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pengembangan
Penyusunan MoU kerjasama MoU kerjasama pengelolaan BKKPN
Kupang
mekanisme kerjasama pengelolaan TNP Laut Sawu
Pemprov
NTT
TNP Laut Sawu
Pemda Kabupaten
pengelolaan
LSM
Lembaga lain
Pengembangan
sistem
pendanaan
berkelanjutan
TNP Laut Sawu
Penyusunan
bersama
rencana
kerja Adanya
bersama
rencana
kerja BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Lembaga lain
Pelaksanaan
bersama
rencana
kerja Terlaksananya rencana kerja BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
bersama
Pemda Kabupaten
LSM
Lembaga lain
Monitoring
bersama
dan
evaluasi Terlaksananya
Monitoring BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
dan evaluasi bersama
Pemda Kabupaten
LSM
Lembaga lain
Penyusunan
rencana Penyusunan
rincian Dokumen rencana anggaran BKKPN
anggaran
kebutuhan kebutuhan
anggaran
per tahunan
LSM
pengelolaan
dan kegiatan
peluang
sumber
Analisis
peluang
sumber Hasil
analisis
peluang BKKPN
pendanaan
294
Kupang
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
berkelanjutan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
pendanaan yang berkelanjutan sumber pendanaan
berkelanjutan
Pelaksana dan Mitra
yang LSM
Pengembangan
Penyusunan
mekanisme 1) Dokumen
mekanisme
pendanaan berkelanjutan
mekanisme pendanaan pendanaan berkelanjutan
berkelanjutan
2) Teralokasinya
budget
pengelolaan
secara
Pengusulan
pengalokasian
kontinyu melalui APBN
budget pengelolaan secara
dan
APBD
Tingkat
kontinyu melalui APBN dan
Provinsi
dan
Tingkat
APBD Tingkat Provinsi dan
Kabupaten
Tingkat Kabupaten
BKKPN
Pemprov
LSM
Kupang
NTT
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Penggalian sumber dana lain 3) Tersedianya sumber dana BKKPN Kupang
lain
dari
misalnya
dari misalnya pemberlakuan
pemberlakuan
karcis
karcis masuk dan tarif atas
masuk
dan
tarif
atas
kegiatan
wisata
dalam
kegiatan wisata dalam
kawasan, menetapkan dana
kawasan,
menetapkan
sanksi pelanggaran sesuai
dana sanksi pelanggaran
aturan pengelolaan, dll.
sesuai
aturan
pengelolaan, dll untuk
mendukung pelaksanaan
fungsi pengelolaan
Penetapan
standar Penyusunan standar biaya
biaya
komponen komponen pengelolaan TNP
pengelolaan TNP Laut Laut Sawu berdasarkan syarat
Sawu
profesionalisme
295
Dokumen
standar
biaya BKKPN Kupang
komponen pengelolaan TNP
Laut
Sawu
berdasarkan
syarat profesionalisme
No
Strategi
Program
Kegiatan
Akuntabilitas
pendanaan
Butir Kegiatan
Pengelolaan keuangan
Administrasi keuangan
Penyelenggaraan
urusan
tata
usaha
dan
rumah
tangga
perkantoran
Pengelolaan
honorarium
tunjangan
Penyelenggaraan
operasional
perkantoran
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Dokumen
petunjuk BKKPN Kupang
penggunaan anggaran
BKKPN Kupang
Pelaporan
BKKPN Kupang
Pengawasan
BKKPN Kupang
gaji, Penyediaan gaji, honorarium Gaji,
honorarium
dan BKKPN Kupang
dan dan tunjangan
tunjangan terkelola dengan
baik dan akuntabel
Rapat-rapat
koordinasi/konsultasi/kerja/d
inas
Operasional
perkantoran BKKPN Kupang
terselenggara dengan baik
Pengadaan ATK
BKKPN Kupang
Langganan daya dan jasa
BKKPN Kupang
Perawatan sarana dan Perawatan gedung/bangunan
prasarana
Perawatan peralatan
Perawatan angkutan air
Perawatan
bermotor
296
kendaraan
Sarana
dan
prasaranan BKKPN Kupang
pengelola
terawat
dan
digunakan untuk menunjang BKKPN Kupang
pengelolaan
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
No
Strategi
Program
Pengembangan
peraturan yang
mendukung
pengelolaan TNP
Laut Sawu
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Penyelenggaraan
tata Pencetakan/penerbitan/pengg
usaha
perkantoran, andaan/laminasi/dokumentas
kearsipan,
i
perpustakaan
dan
dokumentasi
Tata usaha perkantoran, BKKPN Kupang
kearsipan, perpustakaan dan
dokumentasi
terlaksana
dengan baik
Mendorong
Dukungan dalam menyusun
akademik
perda
penyusunan rancangan draft
kolaboratif,
peraturan
yang pengelolaan
pengaturan alat tangkap, tata
mendukung
pengelolaan TNP Laut ruang wilayah, pemberlakukan
karcis masuk dan tarif atas
Sawu
kegiatan
wisata
dalam
kawasan
Adanya
dukungan
dari BKKPN
Kupang
pengelola dalam menyusun Pemprov
NTT
draft
akademik
perda Pemda Kabupaten
pengelolaan
kolaboratif,
pengaturan alat tangkap,
tata
ruang
wilayah,
pemberlakukan
karcis
masuk
dan
tarif
atas
kegiatan
wisata
dalam
kawasan
Pengembangan
Kerjasama antar unit Rapat koordinasi regular antar Terlaksananya
rapat
jejaring kawasan organisasi pengelola
koordinasi regular antar unit
unit organisasi pengelola
konservasi
organisasi pengelola
perairan
BKKPN
Kupang
BBKSDA
NTT
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Kerjasama dalam melakukan Adanya kerjasama dalam BKKPN
Kupang
pengawasan
kawasan
dan melakukan
pengawasan BBKSDA
NTT
Pemprov
NTT
pelatihan
kawasan dan pelatihan
Pemda Kabupaten
297
No
Strategi
Program
Kegiatan
Pengembangan
Pengembangan
Bank Data TNP Database
Laut Sawu
Butir Kegiatan
Merancang desain database
Indikator Capaian
a. Tersedianya
SDM BKKPN
pengelola database.
LSM
b. Desain database
Laut Sawu
Pemasukan update data
Penyajian
data
Pembuatan Website
dan
Kupang
TNP
Data
dan
informasi BKKPN Kupang
terbaharui secara reguler
pengelolaan Database TNP Laut Sawu BKKPN Kupang
dikelola dan disajikan dalam
bentuk
peta,
laporan,
maupun terintegrasi didalam
website
Merancang desain website
Pemasukan
website
Pelaksana dan Mitra
update
data
Desain
Sawu
di a.
website
TNP
Tersedianya
pengelola website.
Laut BKKPN
LSM
Kupang
SDM BKKPN Kupang
b. Website TNP Laut Sawu
selalu terupdate secara
regular
Penyajian
website
298
dan
pengelolaan Website TNP Laut Sawu bisa BKKPN Kupang
diakses secara global oleh
semua kalangan dan dikelola
dan diupdate secara regular
No
Strategi
Program
Monitoring
evaluasi
2
Penguatan
Penetapan
pengelolaan
kawasan
sumber daya Laut
kawasan
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
dan Monitoring dan evaluasi Melakukan monev internal
dan
eksternal
(monev
kelembagaan
kelembagaan, pendanaan dan
kerjasama/kemitraan)
Laporan monev internal dan BKKPN
Kupang
eksternal
(monev Pemprov
NTT
kelembagaan,
pendanaan Pemda Kabupaten
dan kerjasama/kemitraan)
Evaluasi
TNP penetapan
Tersedianya
dokumen BKKPN
Kupang
kegiatan
dan
pengkajian Tim P4KKP Laut
yang telah dilakukan di TNP Sawu
Laut Sawu sebagai bahan
masukan rencana penetapan
TNP Laut Sawu
rencana Penyusunan
dokumen
kegiatan dan kajian yang telah
dilaksanakan di TNP Laut
Sawu
Rapat
koordinasi
antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
serta
stakeholder
terkait
untuk membahas rencana
penetapan TNP Laut Sawu
Rapat
evaluasi
penetapan
Surat
Menteri
Adanya rencana penetapan
TNP Laut Sawu yang telah
disepakati
bersama
oleh
pemerintah
Pusat
dan
Daerah serta stakeholder
terkait
BKKPN
Kupang
Kementerian
KP
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
rencana Adanya evaluasi rencana BKKPN
Kupang
penetapan TNP Laut Sawu
Kementerian
KP
Pemprov
NTT
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Keputusan Penetapan kawasan TNP Laut
BKKPN
Kupang
Diterbitkannya SK Menteri
Sawu dengan SK Menteri
Kementerian KP
tentang penetapan kawasan
299
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Kelautan dan Perikanan
Penunjukan
unit Penunjukan unit organisasi
pengelola
kawasan
dan
organisasi pengelola
disahkan dengan SK Menteri
Kelautan dan Perikanan
Pengumuman
sosialisasi
masyarakat
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
TNP Laut Sawu, berdasarkan
rekomendasi Gubernur
Adanya
unit
organisasi BKKPN
Kupang
pengelola
kawasan
yang Kementerian KP
ditunjuk
dan
disahkan
dengan SK Menteri dengan
tugas pokok dan fungsi
sesuai dengan yang telah
ditentukan
dan Pengumuman dan sosialisasi Masyarakat
di
dalam BKKPN Kupang
ke ke masyarakat
kawasan dan diluar TNP
Laut Sawu mengetahui TNP
Laut Sawu telah ditetapkan
Penunjukan
Panitia Penunjukan panitia penataan SK panitia penataan batas BKKPN
Kupang
batas
kawasan
yang yang ditetapkan oleh Menteri Kementerian KP
penataan batas
ditetapkan
oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan RI
berdasarkan
usulan
dari
Direktur
Jenderal
atau
Gubernur
Penataan
Kawasan
Batas Perancangan penataan batas Rancangan penataan batas Panitia
Penataan
kawasan;
kawasan
Batas
BKKPN Kupang
Pengukuran batas;
300
Batas kawasan telah diukur
Panitia
Batas
Penataan
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
BKKPN Kupang
Pemetaan batas kawasan;
Batas
kawasan
dipetakan
telah Panitia
Penataan
Batas
BKKPN Kupang
Pemasangan tanda batas dan Tanda batas dan papan BKKPN Kupang
pembuatan papan informasi informasi batas kawasan
batas kawasan;
telah dibuat dan dipasang
Pembuatan berita acara tata Berita acara
batas; dan
kawasan
Pengesahan batas
konservasi perairan
tata
batas Panitia
Penataan
Batas
BKKPN Kupang
kawasan Batas kawasan TNP Laut Panitia
Penataan
Sawu disahkan ditetapkan Batas
dengan Keputusan Menteri, BKKPN Kupang
setelah berita acara tata
batas
kawasan konservasi
perairan ditandatangani oleh
semua anggota panitia tata
batas
Sosialisasi penandaaan batas Masyarakat
di
dalam BKKPN Kupang
kawasan konservasi perairan;
kawasan dan diluar TNP
Laut Sawu mengetahui batas
kawasan TNP Laut Sawu
301
No
Strategi
Program
Penataan
kawasan
Laut Sawu
Kegiatan
Penataan kawasan
TNP
Butir Kegiatan
Penataan
Sawu
zonasi
TNP
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Laut Rencana Zonasi TNP Laut
Sawu disusun berdasarkan
data-data yang akurat dan
dianalisis
secara
komprehensif sesuai arahan
dari Permen 30 Tahun 2010
dan
disepakati
oleh
stakeholder dan masyarakat
di dalam TNP Laut Sawu
BKKPN
Kupang
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Padu serasi zonasi TNP Laut Zonasi TNP Laut Sawu
Sawu
dengan
RTRW terintegrasi di dalam RTRW
Nasional, RTRW Provinsi NTT
Nasional/Provinsi/Kabupaten
dan
RTRW
KabupatenKabupaten di dalam TNP
Laut Sawu
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Penataan batas zonasi
Adanya tanda batas zonasi Panitia
Penataan
yang jelas dilapangan
Batas
BKKPN Kupang
Rekonstruksi titik zonasi
Titik-titik batas zonasi telah
direkonstruksi sesuai dengan
survey
lapangan
dan
dipetakan
302
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pembuatan papan informasi Papan informasi batas-batas BKKPN Kupang
batas zonasi dan aturan dalam zonasi
yang
telah
menampilkan
peraturanzonasi
peraturan di masing-masing
zona TNP Laut Sawu
Dokumentasi zonasi
Dokumen rekaman proses BKKPN Kupang
tahapan
penyusunan
Rencana Zonasi TNP Laut
Sawu
Pengesahan Rencana Zonasi
TNP Laut Sawu oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan yang
sebelumnya sudah disetujui
oleh Gubernur Provinsi NTT
Rencana Zonasi TNP Laut BKKPN
Kupang
Sawu disahkan oleh Menteri Kementerian KP
Kelautan
dan
Perikanan
yang
sebelumnya
sudah
disetujui
oleh
Gubernur
Provinsi NTT
Sosialisasi
dan
konsultasi
publik zonasi TNP Laut Sawu
ke tingkat stakeholder dan
masyarakat di dalam dan
sekitar kawasan TNP Laut
Sawu
Rencana zonasi TNP Laut
Sawu disosialisasikan dan
dikonsultasi publikkan ke
tingkat
stakeholder
dan
masyarakat di dalam dan
sekitar kawasan TNP Laut
Sawu
dan
mendapatkan
kesepakatan dari stakeholder
dan masyarakat
303
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pengelolaan
perikanan
tangkap
dan
budidaya
laut
yang
berkelanjutan
Pembuatan
aturan/
batasan alat tangkap,
ukuran
ikan
yang
ditangkap,
daerah
fishing ground, dan
musim
tangkapan
dengan
pendekatan
zonasi
Formulasi kebutuhan aturan/
batasan alat tangkap, ukuran
dan jenis ikan yang boleh
ditangkap,
daerah
fishing
ground, dan musim tangkapan
di masing-masing zona di
dalam
TNP
Laut
Sawu
berdasarkan informasi terkini.
Kebutuhan aturan/ batasan
alat tangkap, ukuran dan
jenis
ikan
yang
boleh
ditangkap, daerah fishing
ground,
dan
musim
tangkapan
di masingmasing zona di dalam TNP
Laut
Sawu
berdasarkan
informasi terkini.
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Pembuatan
aturan/batasan
alat tangkap, ukuran dan jenis
ikan yang boleh ditangkap,
daerah fishing ground, dan
musim tangkapan di masingmasing zona di dalam TNP
Laut Sawu.
Aturan/batasan
alat
tangkap, ukuran dan jenis
ikan yang boleh ditangkap,
daerah fishing ground, dan
musim tangkapan di masingmasing zona di dalam TNP
Laut
Sawu
berdasarkan
formulasi
dan
analisis
kebutuhan serta didukung
kajian yang komprehensif
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Koordinasi dengan instansi
terkait di dalam TNP Laut
Sawu
terkait
dengan
penyusunan
mekanisme
perijinan dan rekomendasi
bagi perikanan tangkap dan
budidaya
Pedoman
mekanisme
perijinan dan rekomendasi
bagi perikanan tangkap dan
budidaya di dalam TNP Laut
Sawu yang disepakati semua
pihak
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
LSM
Pembuatan
pedoman
mekanisme kolaborasi
perijinan
bagi
perikanan tangkap dan
budidaya
304
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Penyusunan
pedoman
mekanisme
perijinan
dan
rekomendasi bagi perikanan
tangkap dan budidaya
Mencegah
dan
merintangi
praktek
perikanan yg menyalahi
hukum,
tidak
dilaporkan dan tidak di
atur (IUU fishing) di
dalam TNP Laut Sawu.
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten/KPSP
(Kantor Pelayanan
Satu
Pintu)
LSM
Pelaksanaan
mekanisme
perijinan dan rekomendasi
bagi perikanan tangkap dan
budidaya
Terlaksananya
mekanisme
perijinan
dan
pemberian
rekomendasi bagi perikanan
tangkap dan budidaya sesuai
dengan pedomannya
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten/KPSP
(Kantor Pelayanan
Satu
Pintu)
LSM
Pengusulan
perda
khusus
tentang hal-hal yang tidak
diatur dalam perundangan
dan TNP Laut Sawu
Perda khusus tentang halhal yang tidak diatur dalam
perundangan dan TNP Laut
Sawu
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
Uniconsufish
LSM
Pengelolaan
Survey dan monitoring Rapid Ecological Asessment (10 - Tersedianya petugas dari BKKPN
Kupang
pengelola
yang
memiliki LIPI
keanekaragaman sumber daya kelautan tahun sekali)
keahlian
khusus
dalam Uniconsufish
hayati
dan dan perikanan
305
No
Strategi
Program
ekosistem
Laut Sawu
Kegiatan
TNP
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
kegiatan
monitoring.
(2 - Survey dan monitoring BKKPN Kupang
sumber daya kelautan dan
perikanan terlaksana sesuai
Monitoring
Kesehatan dengan SOP masing-masing BKKPN Kupang
Terumbu Karang (2 tahun monitoring
dan
hasilnya
sekali)
digunakan sebagai bahan
dalam
pengambilan
Monitoring
Penyu
(setiap kebijakan pengelolaan yang BKKPN Kupang
bulan)
adaptif
Monitoring Manta
tahun sekali)
Tow
Monitoring Mangrove (2 tahun
sekali)
BKKPN Kupang
Monitoring Lamun (2 tahun
sekali)
BKKPN Kupang
Monitoring
bulan)
SPAGS
(setiap
BKKPN Kupang
Monitoring
tahun)
Setasea
(setiap
BKKPN
LSM
Monitoring
Pemanfaatan
Sumberdaya (Resource use
monitoring) (setiap bulan)
Kupang
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP Kabupaten
Pengelolaan ekosistem, Pemulihan/rehabilitasi habitat Terlaksananya
Kupang
kegiatan BKKPN
rehabilitasi
pada
lokasi- DKP
Prov
NTT
habitat dan populasi
sumber daya
lokasi di dalam kawasan DKP
Kabupaten
306
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
yang
perlu
direhabilitasi Uniconsufish
berdasarkan kajian yang
sebelumnya dilakukan
Restocking sumber daya
Perlindungan,
Pengamanan kawasan Patroli
pengamanan
fungsional:
pengawasan dan TNP Laut Sawu
pengamanan
a. Patroli rutin/reguler
kawasan
b. Patroli mendadak/insidentil
Terlaksananya
kegiatan
restocking
sumberdaya
sesuai
kebutuhan
berdasarkan kajian yang
sebelumnya dilakukan
Patroli
pengamanan
dilakukan oleh pengelola
sesuai dengan SOP patroli
yang
telah
disusun BKKPN Kupang
- Berkurangnya pelanggaran
dan gangguan di dalam BKKPN Kupang
kawasan
c. Patroli
pengamanan Patroli
pengamanan
bersama/joint patrol:
dilakukan secara bersama
dengan
stakeholder1) Patroli rutin/reguler
stakeholder terkait (PPNS
DKP, TNI AL, Polair) dan
masyarakat sesuai dengan
SOP patroli bersama yang
telah disusun dan disepakati
- Berkurangnya pelanggaran
307
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Uniconsufish
BKKPN
Kupang
DKP
Provinsi
DKP
Kabupaten
TNI
AL
Polair
Masyarakat
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
2) Patroli
insidentil
Indikator Capaian
dan gangguan
mendadak/ kawasan
di
Pelaksana dan Mitra
dalam
BKKPN
Kupang
DKP
Provinsi
DKP
Kabupaten
TNI
AL
Polair
Masyarakat
Pemetan
daerah
rawan Peta
rawan BKKPN
Kupang
daerah
DKP
Provinsi
pelanggaran dan gangguan
pelanggaran dan gangguan
DKP
Kabupaten
TNI
AL
Polair
Masyarakat
Penyusunan
Penyusunan
mekanisme
mekanisme pelaporan pelaporan pelanggaran
pelanggaran
Pembuatan
pusat layanan
pelaporan pelanggaran
Sosialisasi ke masyarakat dan
stakeholder terkait di dalam
kawasan TNP Laut Sawu
tentang mekanisme pelaporan
pelanggaran
308
Mekanisme
pelanggaran
pelaporan BKKPN Kupang
Adanya
pusat
layanan BKKPN Kupang
pelaporan pelanggaran
Masyarakat dan stakeholder BKKPN
Kupang
terkait di dalam kawasan DKP Kabupaten
TNP Laut Sawu mengetahui
bagaimana
penyampaian
pelaporan
pelanggaran
sesuai mekanisme yang telah
disusun ke pusat pelaporan
pelanggaran
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Penegakan hukum atas Proses
hukum/penyelesaian
pelanggaran
dan kasus secara hukum
gangguan
dalam
kawasan
TNP
Laut
Sawu
Pengembangan
Pengembangan
bioteknologi kelautan
industri
kelautan
yang
lestari
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Semua kasus pelanggaran
dalam kawasan TNP Laut
Sawu diselesaikan secara
hukum
sesuai
dengan
peraturan perundangan yang
berlaku
BKKPN
Kupang
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
Polair
TNI AL
Studi
pengembangan Laporan
pengembangan
bioteknologi kelautan
kelautan
Kemitraan
pengembangan
kelautan
studi BKKPN
Kupang
bioteknologi Uniconsufish
Universitas
Pemerintah Pusat
dalam Adanya kerjasama dalam BKKPN
Kupang
bioteknologi pengembangan bioteknologi Uniconsufish
Universitas
kelautan
Pemerintah Pusat
Percontohan
pengembangan Percontohan pengembangan BKKPN
Kupang
bioteknologi kelautan
bioteknologi kelautan
Uniconsufish
Universitas
Pemerintah Pusat
Pengembangan
terbarukan
energi Studi pengembangan
terbarukan
Kemitraan
pengembangan
terbarukan
309
energi Laporan
pengembangan
terbarukan
studi BKKPN
Kupang
energi Universitas
Pemerintah Pusat
dalam Adanya kerjasama
energi pengembangan
pengelolaan
dalam BKKPN
Kupang
dan Universitas
energi Pemerintah Pusat
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
terbarukan
Percontohan
pengembangan Percontohan pengembangan BKKPN
Kupang
energi terbarukan
energi terbarukan
Universitas
Pemerintah Pusat
Pengembangan
Pengembangan
bahari
dan
pemanfaatan
jasa lingkungan budaya
dan wisata alam
wisata Promosi
dan
penyebaran - Tersedia desain teknik
wisata informasi potensi pariwisata pengembangan
sarana
prasarana wisata di zona
TNP laut Sawu (expose)
pemanfaatan
pariwisata
Mekanisme
perijinan
pengusahaan
pariwisata
dapat
membangun
Rapat
koordinasi yang
pengembangan
pengelolaan iklim investasi dan ijin
pariwisata
(ijin
masuk)
wisata
Adanya
dampak
dan
manfaat
ekonomi
secara
nyata bagi masyarakat dan
Peningkatan
sarana
dan Pemerintah Daerah
prasarana destinasi wisata
310
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
BKKPN
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
BKKPN
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
BKKPN
No
Strategi
Program
Pengembangan
Sistem
Pemantauan dan
penanggulangan
bencana
alam
secara
kolaboratif
dengan
stakeholder
terkait
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pemberlakukan ijin dan karcis
masuk
BKKPN
Kupang
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
Penetapan dan pemberlakuan
mekanisme
perizinan
dan
standarisasi usaha pariwisata
alam dan budaya di dalam
TNP Laut Sawu
BKKPN
Kupang
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
Studi
dan
kajian Studi kerawanan bencana dan Laporan studi kerawanan
kerawanan bencana di mitigasi bencana di dalam TNP bencana
dan
mitigasi
bencana di dalam TNP Laut
dalam TNP Laut Sawu
Laut Sawu
Sawu
BNPB
BPBD
DKP
Provinsi
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN Kupang
Sosialisasi
penanggulangan
bencana
BNPB
BPBD
DKP
Provinsi
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN Kupang
Sosialisasi
penanggulangan Masyarakat dan stakeholder
bencana ke masyarakat dan mengetahui
ancaman
bencana di lokasinya dan
stakeholder
bagaimana
penanggulangannya
311
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pelatihan dan simulasi Pelatihan
dan
simulasi Terlaksananya pelatihan dan
simulasi
penanggulangan
penanggulangan
penanggulangan bencana
bencana secara kolaboratif
bencana
dengan stakeholder terkait
BNPB
BPBD
DKP
Provinsi
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN Kupang
Pengembangan fasilitas Pengembangan
fasilitas Adanya
pengembangan
evakuasi
dan evakuasi dan pemulihan
fasilitas evakuasi pada saat
bencana
alam
dan
pemulihan
pemulihan pasca terjadinya
bencana
alam
secara
kolaboratif
dengan
stakeholder terkait
BNPB
BPBD
DKP
Provinsi
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN Kupang
Pengembangan
Pengumpulan data dan Pengumpulan
data
dan Data dan informasi habitat BKKPN
Kupang
informasi
habitat informasi
habitat
perairan perairan dalam
Pengelolaan
Uniconsufish
Universitas
habitat perairan perairan dalam
dalam
dalam
Pemerintah Pusat
LSM
Studi
pengembangan
dan pengelolaan habitat
perairan dalam serta
pemanfaatan
sumberdaya laut dalam
Studi
pengembangan
dan
pengelolaan habitat perairan
dalam
serta
pemanfaatan
sumberdaya laut dalam
312
Laporan
Studi
pengembangan
dan
pengelolaan habitat perairan
dalam serta pemanfaatan
sumberdaya laut dalam
BKKPN
Kupang
Uniconsufish
Universitas
Pemerintah Pusat
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pengembangan
Pengelolaan
menghadapi
perubahan iklim
Kolaborasi antara unit
pengelola,
lembaga
pemerintah, organisasi
konservasi,
sektor
swasta,
dan
masyarakat lokal dalam
pengelolaan
menghadapi perubahan
iklim
Rapat
koordinasi
regular
antara
unit
dengan
stakeholder
terkait
dalam
membahas
kolaborasi
pengelolaan
menghadapi
perubahan iklim
Adanya
koordinasi
dan
kerjasama
dalam
pelaksanaan
pengelolaan
menghadapi perubahan iklim
Pemerintah Pusat
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN
Kupang
LSM
Sosialisasi
dan
penyebaran
informasi
tentang
perubahan
iklim di dalam TNP Laut
Sawu ke masyarakat
dan stakeholder terkait
Sosialisasi dan penyebaran
informasi tentang perubahan
iklim di dalam TNP Laut Sawu
ke
masyarakat
dan
stakeholder terkait
Masyarakat dan stakeholder
terkait di dalam kawasan
TNP Laut Sawu mengetahui
informasi mengenai dampak
perubahan
iklim
dan
bagaimana mitigasinya
BKKPN
Kupang
Pemerintah Pusat
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Penerapan manajemen
adaptif di TNP laut
Sawu
untuk
memungkinkan respon
yang efektif terhadap
perubahan
iklim,
tuntutan, dan tekanan
pada kawasan
Penerapan manajemen adaptif
untuk memungkinkan respon
yang
efektif
terhadap
perubahan iklim
Tersedianya
mekanisme BKKPN Kupang
untuk
mengatasi
ketidakpastian
perubahan
iklim, melindungi daerahdaerah kritis yang tahan
terhadap perubahan iklim
dan yang berfungsi sebagai
tempat perlindungan untuk
mensuplai
daerah
yang
terkena dampak, memahami
dan
mempertahankan
konektivitas antara habitat
313
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
untuk
meningkatkan
penambahan kembali secara
bersama-sama
dan
pemulihan untuk menjaga
hubungan fungsional antar
habitat
terkait
serta
mengelola ekosistem agar
kesehatan
dan
ketahanannya tetap terjaga
dengan memonitor beberapa
indikator
keefektifan
tindakan ini sebagai dasar
bagi pengelolaan adaptif.
Penguatan
dukungan
ilmiah untuk TNP Laut
Sawu
agar
sesuai
dengan kondisi local
untuk
memastikan
kawasan
dikelola,
dirancang dan berhasil
bertahan
terhadap
perubahan iklim.
Studi
identifikasi
dan
inventarisasi
daerah-daerah
serta sumberdaya hayati yang
resilient dan rawan terhadap
perubahan iklim
Laporan studi identifikasi BKKPN
dan inventarisasi daerah- LSM
daerah serta sumberdaya
hayati yang resilient dan
rawan terhadap perubahan
iklim
Kupang
Perancangan zonasi kawasan Rencana zonasi TNP Laut BKKPN
Kupang
yang
resilient
terhadap Sawu yang resilient terhadap Pemprov
NTT
perubahan iklim
perubahan iklim
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
314
No
Strategi
Program
Pengelolaan
populasi setasea
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
setasea
Kelengkapan
data Survey
dengan Data dan analisis hasil
untuk
mendukung menggunakan kapal (cetacean survey
setasea
untuk
zonasi dan pengelolaan boat survey)
kemudian sebagai bahan
dalam
pengambilan
setasea
kebijakan
pengelolaan
kawasan dan setasea
Pengembangan
dan
peningkatan kapasitas
dalam
mendukung
pengelolaan setasea
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang
Kementrian
KP
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Pelibatan
masyarakat
dan
operator wisata secara aktif
untuk melaporkan keberadaan
paus
(penampakan
dan
terdampar)
Adanya kerjasama dengan
masyarakat operator wisata
untuk
secara
aktif
melaporkan
keberadaan
paus
(penampakan
dan
terdampar) di TNP Laut sawu
BKKPN
Kupang
Operator
Wisata
Masyarakat
LSM
Pelatihan dan peningkatan
kapasitas bagi pengelola dan
tim lokal secara langsung
bersamaan dengan kegiatan
survei dan penelitian (misal:
penanganan paus terdampar,
survey
setasea,
incidental
monitoring)
- Terbentuknya kelompok
masyarakat peduli setasea di
tiap kabupaten didalam TNP
Laut Sawu yang mampu
untuk
melakukan
penanganan
setasea
terdampar
Adanya
protocol
penanganan
dan
penyelamatan
setasea
terdampar di TNP Laut Sawu
- Tersedianya SDM pengelola
yang
mampu
untuk
melakukan
survey
dan
penelitian tentang setasea
BKKPN
Kupang
Tim P4KKP Laut
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Masyarakat
LSM
315
No
Strategi
Program
Kegiatan
Pengembangan
melihat setasea
wisata Studi
melihat
lumba
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
kelayakan
paus dan
wisata Dokumen
Studi
yang BKKPN
lumba- mencakup analisis kelayakan LSM
dan
rekomendasi
lokasilokasi yang layak untuk
wisata melihat paus dan
lumba-lumba
dan
aspek
yang berkaitan lainnya
Pengurangan ancaman Kampanye Polusi di Laut - Adanya kerjasama dengan
setasea dari limbah dan (Plastik, sampah, dll) di pada angkutan
perairan
yang
melintas pada perairan TNP
polusi di laut
angkutan feri, kapal, dll.
Laut
Sawu
untuk
mengurangi
ancaman
terhadap setasea dari limbah
dan
polusi
di
laut
- Tersedianya sarana dan
prasarana kebersihan pada
alat angkut yang melintas di
TNP
Laut
Sawu
Tersedianya
publikasi
polusi di laut (stiker, papan
informasi larangan ataupun
melalui suara/mikrofon )
pada angkutan perairan
316
Pelaksana dan Mitra
Kupang
BKKPN
Kupang
Dishub
NTT
Dishub Kabupaten
PT.
ASDP
Indonesia
Ferry
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
No
Strategi
Program
Penelitian,
pengembangan
dan penerapan
ilmu
dan
teknologi
kelautan
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Melakukan
kegiatan Penyusunan
rencana Rencana
penelitian
dan
penelitian
dan penelitian dan pengembangan pengembangan
teknologi
pengembangan
teknologi perikanan budidaya
perikanan budidaya
teknologi
perikanan
budidaya
Inventarisasi, identifikasi dan
analisis
kebutuhan
pengembangan
teknologi
perikanan budidaya
Melakukan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap yang ramah
lingkungan
untuk
mendukung perikanan
yang berkelanjutan
Pengembangan
teknologi
perikanan
budidaya
berdasarkan
hasil
inventarisasi, identifikasi dan
analisis kebutuhan
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang
Uniconsufish
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
BKKPN
Kupang
Uniconsufish
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
Penyusunan
rencana Rencana
penelitian
dan BKKPN
Kupang
penelitian dan pengembangan pengembangan
teknologi Uniconsufish
teknologi perikanan tangkap
perikanan tangkap
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
Inventarisasi, identifikasi dan
analisis
kebutuhan
pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap
yang
ramah lingkungan
317
Pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap
berdasarkan
hasil
inventarisasi, identifikasi dan
analisis kebutuhan
BKKPN
Kupang
Uniconsufish
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Kerjasama untuk pengkajian Adanya
MoU
kerjasama
metode dan alat tangkap yang antara pengelola dan pihak
yang
relevan
dan
ramah lingkungan
terlaksananya
kerjasama
untuk pengkajian metode
dan alat tangkap yang ramah
lingkungan
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LIPI
LSM
Lembaga lain
Survey pendugaan stok jenis Laporan survey pendugaan BKKPN
Kupang
ikan ekonomis penting dan stok jenis ikan ekonomis Uniconsufish
Komnaskajiskan
kritis
penting dan kritis
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
Pengelolaan
pelayaran
Monitoring
evaluasi
Pengelolaan keamanan Rapat
koordinasi
antara
dan
kenyamanan Lembaga Pengelola dengan
dinas
terkait
untuk
pelayaran
pengelolaan alur pelayaran
dan Monitoring dan evaluasi
dengan menggunakan
perangkat
Pedoman
Teknis
E-KKP3K
(Evaluasi
Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi
Perairan,
Pesisir dan Pulau-Pulau
Monitoring
dan
evaluasi
dengan
menggunakan
perangkat Pedoman Teknis EKKP3K (Evaluasi Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi Perairan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil)
318
Tersedianya
sistem
dan
koordinasi yang disepakati
parapihak dalam pengelolaan
keamanan dan pelayaran
BKKPN
Kupang
Dishub
NTT
Dishub Kabupaten
PT.
ASDP
Indonesia Ferry
Terlaksananya
monitoring BKKPN Kupang
dan
evaluasi
dengan
menggunakan
perangkat
Pedoman Teknis E-KKP3K
(Evaluasi
Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi Perairan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil)
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Kecil)
3
Penguatan
sosial
ekonomi dan
budaya
Peningkatan
Kampanye Konservasi
kesadaran
Perairan
dan
masyarakat dan Penyebaran Informasi
pendidikan
TNP Laut Sawu
lingkungan
Diskusi
Rutin
Penyadaran Meningkatnya
kesadaran BKKPN
Kupang
Konservasi Perairan dengan masyarakat akan arti penting Tokoh Masyarakat
kelompok masyarakat dan konservasi perairan
LSM
penerima manfaat lainnya di
wilayah TNP Laut Sawu
Kampanye
Penyadaran
Konservasi
Perairan
dan
penyebarluasan
informasi
Peraturan dan Perundangundangan yang terkait dengan
pengelolaan TNP Laut Sawu
Meningkatnya
kesadaran BKKPN
Kupang
masyarakat akan arti penting Tokoh Masyarakat
konservasi perairan serta LSM
peraturan
perundanganundangan yang berkaitan
dengan
pengelolaan
TNP
Laut Sawu
Pembentukan
dan Identifikasi
kelompok
pembinaan
kelompok masyarakat peduli konservasi
masyarakat
peduli perairan
konservasi perairan
Pembentukan dan pelatihan
Kelompok masyarakat peduli
konservasi perairan
Teridentifikasinya kelompok- BKKPN
Kupang
kelompok masyarakat peduli Pemda Kabupaten
konservasi
LSM
319
Terbentuk dan terlatihnya
Kelompok masyarakat peduli
konservasi
perairan
di
masing-masing Kabupaten di
BKKPN
Kupang
Tokoh Masyarakat
Pemda Kabupaten
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
dalam TNP Laut Sawu
Kerjasama
pengembangan
kurikulum
muatan
lokal
berbasis
konservasi perairan dan
penerapannya
di
sekolah
dasar
dan
menengah
Pengembangan
mekanisme
penyebarluasan
informasi
dan
komunikasi TNP
Monitoring
dan
evaluasi
kegiatan
kelompok
masyarakat peduli konservasi
perairan
BKKPN
Kupang
Tokoh Masyarakat
Pemda Kabupaten
LSM
Pengembangan
kurikulum Kurikulum muatan lokal
muatan
lokal
berbasis berbasis konservasi perairan
konservasi perairan
yang diterapkan di SD dan
SMP
di
KabupatenKabupaten di dalam TNP
Pelatihan
dan
penyegaran Laut Sawu
guru konservasi
BKKPN
Kupang
Dinas Pendidikan
Kabupaten
LSM
Kerja sama kegiatan luar kelas
BKKPN
Kupang
Dinas Pendidikan
Kabupaten
Evaluasi
BKKPN
Kupang
Dinas Pendidikan
Kabupaten
Penyebaran
informasi Penyiapan materi/program
Informasi
mengenai
melalui media massa
Laut Sawu tersebar
(Website, TV, Radio,
melalui media massa
Surat
Kabar
dan Update Ragam Informasi yang
berkaitan dengan TNP Laut
majalah)
Sawu
320
BKKPN
Kupang
Dinas Pendidikan
Kabupaten
LSM
TNP BKKPN
luas LSM
Kupang
BKKPN
LSM
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Laut Sawu
Pengembangan
partisipasi
masyarakat
Diskusi Rutin dengan Jurnalis
Lokal NTT
BKKPN
LSM
Kupang
Pembuatan press release
BKKPN
LSM
Kupang
Memfasilitasi
peliputan media
BKKPN
LSM
Kupang
Desain dan Pembuatan Perancangan
desain
dan Terbitnya material publikasi BKKPN
Material Publikasi TNP materi, pencetakan bahan, TNP Laut Sawu secara LSM
Laut Sawu
penyebarluasan dan evaluasi
berkala
Kupang
Penyebaran Informasi Partisipasi dalam kegiatan
TNP Laut Sawu melalui Pameran, Eksebisi, Festival di
tingkat lokal,regional, nasional
ragam kegiatan Publik
dan internasional
Informasi
mengenai
TNP BKKPN
Laut Sawu disebarluaskan LSM
melalui kegiatan-kegiatan di
tingkat
lokal,
regional,
nasional dan internasional
Kupang
Pelatihan perancangan dan
Pengembangan
kawasan
kapasitas masyarakat pengelolaan
dalam
pemanfaatan konservasi laut
sumberdaya
kelautan
dan perikanan secara
lestari
Terlaksananya
perancangan
pengelolaan
konservasi laut
Kupang
321
kunjungan/
pelatihan BKKPN
dan LSM
kawasan
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Penguatan keterlibatan
masyarakat
dalam
pengelolaan TNP Laut
Sawu
Penguatan
kelompokkelompok
pengguna
sumberdaya
(nelayan
dan
pembudidaya)
melalui
pertemuan
reguler
dan
pelatihan
pengorganisasian
masyarakat
Terlaksananya
pertemuan
reguler kelompok-kelompok
pengguna
sumberdaya
(nelayan dan pembudidaya)
dan
pelatihan
pengorganisasian
masyarakat
BKKPN
Kupang
Tokoh Masyarakat
LSM
Lokal
LSM
Partisipasi masyarakat Pengembangan
pengawasan Mekanisme
pengawasan BKKPN
Kupang
dalam pengelolaan TNP berbasis masyarakat
DKP
Kabupaten
berbasis masyarakat
LSM
Laut Sawu
Fasilitasi
kelompok
pengawas
Pemberdayaan
masyarakat
pesisir
pembentukan Terbentuknya
kelompok DKP
Kabupaten
pengawas
di BKKPN
Kupang
masyarakat masyarakat
masing-masing daerah di LSM
dalam TNP Laut Sawu
Penguatan
kapasitas Pelatihan manajemen usaha Kapasitas
masyarakat DKP
Kabupaten
masyarakat pengguna dan teknis usaha perikanan meningkat
dalam BKKPN
Kupang
manajemen usaha perikanan Uniconsufish
sumberdaya laut
yang berkelanjutan
dan teknis usaha perikanan
yang berkelanjutan
Pelatihan
bencana
322
teknis
mitigasi Kapasitas dan pengetahuan DKP
Kabupaten
masyarakat
meningkat BKKPN
Kupang
dalam
upaya
mitigasi Uniconsufish
bencana
No
Strategi
Program
Pengembangan
mata
pencaharian
yang
berkelanjutan
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pengembangan usaha
ekonomi
masyarakat
pengguna sumberdaya
kelautan dan perikanan
di dalam TNP laut Sawu
Bantuan modal kerja untuk Meningkatnya
meningkatkan skala usaha masyarakat
masyarakat
pengguna
sumberdaya
kelautan
dan
perikanan
Pengembangan
mata
pencaharian
masyarakat
secara
berkelanjutan
(Sustainable livelihood)
Studi pengembangan mata
pencaharian alternatif untuk
mengurangi
tekanan
atas
sumberdaya
dan
meningkatkan
peluangpeluang ekonomi masyarakat
Mata pencaharian alternatif
yang
cocok
diimplementasikan
di
masing-masing
daerah
berdasarkan
survey
dan
analisis
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Demplot dan pelatihan untuk
pengembangan
mata
pencaharian
alternative
masyarakat dan diprioritaskan
masyarakat di sekitar zona
pemanfaatan pariwisata alam
perairan, zona inti dan zona
pemanfaatan pariwisata dan
budidaya
Adanya
demplot
dan
pelatihan mata pencaharian
alternative masyarakat yang
diprioritaskan masyarakat di
sekitar zona pemanfaatan
pariwisata alam perairan,
zona
inti
dan
zona
pemanfaatan pariwisata dan
budidaya yang kemudian
direplikasi di daerah lainnya
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Lokal
LSM
323
usaha DKP
Kabupaten
DKP Provinsi
No
Strategi
Program
Kegiatan
Pelestarian adat Pelestarian
kearifan
dan
budaya local masyarakat pesisir
masyarakat
pesisir
Monitoring
evaluasi
dan Monitoring persepsi
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pelatihan dan pengembangan
ekowisata
bagi
kelompok
masyarakat di dalam TNP Laut
Sawu
dan
diprioritaskan
masyarakat di sekitar zona
pemanfaatan pariwisata alam
perairan, zona inti dan zona
pemanfaatan pariwisata dan
budidaya
Terlaksananya pelatihan dan
pengembangan
ekowisata
bagi kelompok masyarakat di
dalam TNP Laut Sawu dan
diprioritaskan masyarakat di
sekitar zona pemanfaatan
pariwisata alam perairan,
zona
inti
dan
zona
pemanfaatan pariwisata dan
budidaya
BKKPN
Kupang
Disbudpar
NTT
Disbudpar
Kabupaten
LSM
Lokal
LSM
Identifikasi dan inventarisasi Data dan informasi kearifan BKKPN
kearifan
local
masyarakat local masyarakat pesisir di LSM
pesisir di dalam TNP Laut dalam TNP Laut Sawu
Sawu
Kupang
Fasilitasi revitalisasi kearifan
local masyarakat pesisir yang
mendukung konservasi dan
pemanfaatan
sumberdaya
lestari
Terlaksananya
revitalisasi BKKPN
kearifan local masyarakat LSM
pesisir
yang
mendukung LSM
konservasi dan pemanfaatan
sumberdaya lestari
Kupang
Lokal
monitoring BKKPN
Monitoring
persepsi Terlaksananya
masyarakat
terhadap persepsi
masyarakat LSM
terhadap pengelolaan TNP
pengelolaan TNP Laut Sawu
Laut Sawu
Kupang
Monitoring dan evaluasi Monitoring
Kampanye
program
324
dan
evaluasi Terlaksananya
Konservasi dan dan
evaluasi
monitoring BKKPN
Kampanye LSM
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Penyebaran
Laut Sawu
Informasi
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
TNP Konservasi dan Penyebaran
Informasi TNP Laut Sawu
Monitoring
dan
evaluasi Terlaksananya
monitoring BKKPN
pelaksanaan
demplot dan evaluasi pelaksanaan LSM
pengembangan
mata demplot pengembangan mata
pencaharian
alternative pencaharian
alternative
masyarakat
masyarakat
325
Kupang
C. Rencana Jangka Menengah II (5 Tahun Kedua)
1.
Penguatan Kelembagaan
Penguatan kelembagaan dilakukan melalui program:
a. peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola TNP laut Sawu;
b. perencanaan dan pengendalian pengelolaan ;
c. pengembangan kelembagaan mandiri berbentuk Badan Layanan
Umum;
d. pengembangan sistem pengelolaan kolaborasi;
e. pengembangan kerja sama kemitraan pengelolaan TNP Laut Sawu;
f. pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan TNP Laut Sawu;
g. penyelenggaraan urusan tata usaha dan rumah tangga perkantoran;
h. pengembangan peraturan yang mendukung pengelolaan TNP Laut
Sawu;
i. pengembangan jejaring kawasan konservasi perairan;
j. pengembangan Bank Data TNP Laut Sawu;
k. monitoring dan evaluasi.
2.
Penguatan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan
Penguatan pengelolaan sumber Daya kawasan dilakukan melalui program:
a. penataan kawasan TNP Laut Sawu;
b. pengelolaan
perikanan
tangkap
dan
budidaya
laut
yang
berkelanjutan;
c. pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem TNP Laut Sawu;
d. perlindungan, pengawasan dan pengamanan kawasan;
e. pengembangan industri kelautan yang lestari;
f. pengembangan Pengelolaan habitat perairan dalam;
g. pengembangan Pengelolaan menghadapi perubahan iklim;
h. pengelolaan populasi setasea;
i. penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi
kelautan;
j. pengelolaan pelayaran;
k. monitoring dan evaluasi program.
3.
Penguatan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Penguatan sosial, ekonomi, dan budaya dilakukan melalui program:
a. peningkatan kesadaran masyarakat dan pendidikan lingkungan;
b. pengembangan
mekanisme
penyebarluasan
komunikasi TNP Laut Sawu;
c. pengembangan partisipasi masyarakat;
326
informasi
dan
d. pemberdayaan masyarakat pesisir;
e. pelestarian adat dan budaya masyarakat pesisir;
f. monitoring dan evaluasi.
Dengan program dan rencana kegiatan pengelolaan sebagaimana
terdapat dalam matriks sebagai berikut.
327
MATRIK PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN PENGELOLAAN JANGKA MENENGAH 5 TAHUN KE – 2
TNP LAUT SAWU TAHUN 2019-2023
No
Strategi
1
Penguatan
Kelembagaan
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Peningkatan
Penyusunan
rencana Menyusun kualifikasi dan Formasi personel TNP Laut BKKPN Kupang
kapasitas
formasi SDM pengelola klasifikasi kebutuhan SDM Sawu disusun berdasarkan
kelembagaan
TNP Laut Sawu
TNP Laut Sawu
kualifikasi dan klasifikasi
kebutuhan
pengelola
TNP
laut Sawu
Rekruitmen SDM
Formasi personel TNP Laut BKKPN Kupang
Sawu direkruit berdasarkan
kualifikasi dan klasifikasi
kebutuhan
Peningkatan
kemampuan
profesionalisme
pengelola
TNP
Sawu
Diklat/kursus/penyegaran,
dan magang
Laut
SDM Pengelola telah dididik BKKPN Kupang
dan dilatih sesuai dengan
tupoksi untuk mengelola
TNP Laut Sawu
Studi banding ke KKP lain Kemampuan
pengelola BKKPN
yang telah dikelola dengan meningkat dalam mengelola LSM
baik
TNP
Laut
Sawu
dan
mendapatkan lesson learnt
yang dapat diaplikasikan
dalam pengelolaan TNP Laut
Sawu
328
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Peningkatan
prasarana
Perencanaan
dan
pengendalian
pengelolaan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
sarana Pengembangan
dan Gedung kantor pengelola BKKPN Kupang
pembangunan gedung kantor TNP Laut Sawu terbangun
dan terpenuhi fasilitasnya
untuk
menunjang
pengelolaan
Pengadaan alat dan mesin
Alat
dan
menunjang
pengelolaan
mesin
untuk BKKPN Kupang
aktifitas
Pemeliharaan dan operasional
Sarana prasarana terpelihara BKKPN Kupang
dan berfungsi dengan baik
untuk
mendukung
pengelolaan
Penyusunan
Rencana Penyusunan
dan
review Dokumen
Rencana BKKPN
Kupang
Pengelolaan TNP Laut Rencana
Pengelolaan
20 Pengelolaan 20 Tahun TNP Tim P4KKP Laut
Sawu
Tahun TNP Laut Sawu
Laut Sawu
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Penyusunan program dan Dokumen
program
dan BKKPN
Kupang
rencana kegiatan pengelolaan rencana
kegiatan Tim P4KKP Laut
pengelolaan
jangka Sawu
jangka menengah 5 tahun
menengah 5 tahun
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
329
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Penyusunan rencana
pengelolaan tahunan
Penyusunan
Standar
Operasional
Prosedur
(SOP) pengelolaan dan
pelatihan pelaksanaan
SOP
Indikator Capaian
kerja Dokumen
rencana
pengelolaan tahunan
Pelaksana dan Mitra
kerja BKKPN
Kupang
Tim P4KKP Laut
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Sosialisasi dan konsultasi
publik Rencana Pengelolaan
TNP Laut Sawu di tingkat
stakeholder dan masyarakat
Adanya
masukan
dari
stakeholder dan masyarakat
untuk
penyempurnaan
rencana pengelolaan TNP
Laut Sawu
Penyusunan dan pelatihan
implementasi SOP tentang
administrasi perkantoran dan
pengelolaan keuangan
- Dokumen SOP tentang BKKPN Kupang
administrasi
perkantoran
dan pengelolaan keuangan
- Adanya SDM pengelola
yang
terlatih
dan
bertanggung jawab dalam
administrasi
perkantoran
dan pengelolaan keuangan
Penyusunan
SOP
sarana prasarana
330
tentang Dokumen
SOP
sarana prasarana
BKKPN
Kupang
Tim P4KKP Laut
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
tentang BKKPN Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Penyusunan SOP
tentang Dokumen
SOP
tentang BKKPN
Kupang
patroli reguler dan patroli patroli reguler dan patroli DKP Provinsi dan
bersama
bersama
Kabupaten
TNI
AL
Polair
LSM
Penyusunan
SOP
tentang Dokumen
SOP
tentang BKKPN Kupang
penelitian dan pendidikan
penelitian dan pendidikan
Penyusunan
SOP
tentang Dokumen
SOP
tentang BKKPN
Kupang
pelaksanaan
kegiatan pelaksanaan
kegiatan Disbudpar Provinsi
pariwisata alam perairan
dan Kabupaten
pariwisata alam perairan
Penyusunan
pelaksanaan
budidaya
SOP
Penyusunan
SOP
pelaksanaan
perikanan tangkap
tentang Dokumen
SOP
kegiatan pelaksanaan
budidaya
tentang BKKPN
Kupang
kegiatan DKP Provinsi dan
Kabupaten
tentang Dokumen
SOP
kegiatan pelaksanaan
perikanan tangkap
tentang BKKPN
Kupang
kegiatan DKP Provinsi dan
Kabupaten
Penyusunan
SOP
dan
pelatihan monitoring sumber
daya:
331
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
a. Monitoring
Partisipatif
Pemetaan
Indikator Capaian
1) Dokumen
Monitoring
Partisipatif
Pelaksana dan Mitra
SOP BKKPN
Pemetaan LSM
Kupang
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring
pemetaan
partisipatif
b. Monitoring Manta Tow
1) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring Manta Tow
LSM
Kupang
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab
dalam
pelaksanaan monitoring
manta tow
c. Monitoring Kesehatan
Karang
(reef
health
monitoring)
SOP BKKPN
1) Dokumen
Monitoring
Kesehatan LSM
Karang
(Reef
Health
Monitoring)
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab
dalam
pelaksanaan monitoring
Kesehatan Karang (Reef
332
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Health Monitoring)
d. Monitoring Ikan Karang
1) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring Ikan Karang
LSM
Kupang
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab
dalam
pelaksanaan monitoring
Ikan Karang
e. Monitoring Insidental
1) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring Insidental
LSM
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring insidental
333
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
f. Monitoring
Pemanfaatan Sumber
Daya (Resource Use
Monitoring)
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
1) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring Pemanfaatan LSM
Sumber Daya (Resource
Use Monitoring)
Kupang
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Pemanfaatan
Sumber Daya (Resource
Use Monitoring)
g. Monitoring Lamun
1) Dokumen
Monitoring Lamun
SOP BKKPN
LSM
Kupang
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Lamun
h. Monitoring Mangrove
1) Dokumen
SOP BKKPN
Monitoring Mangrove
LSM
Kupang
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Mangrove
i.
Monitoring Setasea
334
1) Dokumen
SOP BKKPN
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Monitoring Setasea
LSM
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Setasea
j.
Monitoring Penyu
1) Dokumen
Monitoring Penyu
SOP BKKPN
LSM
Kupang
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring Penyu
k. Monitoring
SPAG
(Spawning Aggregation
Site)
1) Dokumen
Monitoring
(Spawning
Site)
SOP BKKPN
SPAG LSM
Aggregation
Kupang
2) Tenaga pengelola yang
terlatih dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
monitoring
SPAG
(Spawning
Aggregation
Site)
Pengembangan
sistem
pengelolaan
Pembentukan
Membuat
rancangan/model
pengelolaan
mekanisme pengelolaan mekanisme
kolaborasi
kolaborasi
335
a.
Mekanisme
kolaboratif
pengelolaan BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
kolaborasi
Pelaksana dan Mitra
LSM
b. MoU para pihak dalam
pengelolaan kolaboratif
Pembentukan
Forum
Pengelolaan Kolaborasi
c. Adanya forum pengelolaan
kolaborasi
Penerapan model mekanisme
pengelolaan kolaborasi
Penguatan peran forum Memfasilitasi
peningkatan Meningkatnya peran forum
kolaborasi
para
pihak
kolaborasi para Pihak
kapasitas SDM forum
melalui
peningkatan
kapasitas
SDM
dan
koordinasi rutin
Koordinasi rutin dengan para
pihak
Formulasi
penerapan
keluhan
dan Merancang
mekanisme keluhan
(Grievance Mechanism)
336
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
mekanisme Dokumen
mekanisme BKKPN
Kupang
NTT
(Grievance keluhan
yang
disepakati Pemprov
Pemda Kabupaten
para pihak yang relevan
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Mechanism)
Implementasi dan evaluasi Terlaksananya
dan BKKPN
Kupang
mekanisme
keluhan terevaluasinya implementasi Pemprov
NTT
mekanisme
keluhan Pemda Kabupaten
(Grievance Mechanism)
(Grievance Mechanism)
LSM
Pengembangan
kerjasama
kemitraan
pengelolaan TNP
Laut Sawu
Pengembangan
kerjasama
dengan
institusi/lembaga/piha
k lain dalam rangka
efektifitas
dan
peningkatan kapasitas
pengelolaan
(pemerintah,
LSM,
lembaga
pendidikan,
kelompok/lembaga
masyarakat)
lingkup
lokal, regional, nasional
dan internasional
Kerjasama teknis: penelitian, Adanya kerjasama teknis: BKKPN
Kupang
ilmu
pengetahuan
dan penelitian, ilmu pengetahuan Pemprov
NTT
dan pendidikan (tenaga ahli) Pemda Kabupaten
pendidikan (tenaga ahli)
Uniconsufish
LIPI
LSM
Lembaga lain
Kerjasama
operasional Adanya
kerjasama
pengelolaan (tenaga, dana, operasional
pengelolaan
(tenaga,
dana,
sarana
sarana prasarana)
prasarana)
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LSM
Lembaga lain
Kerjasama dalam survey/ Adanya
MoU
kerjasama
kajian dan penerapan IPTEK
antara pengelola dan pihak
yang
relevan
dan
terlaksananya kerjasama
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LIPI
LSM
Lembaga lain
337
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Monitoring
kerjasama
dan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
evaluasi Terlaksananya
Monitoring BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
dan evaluasi kerjasama
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LSM
Lembaga lain
Pengembangan
Penyusunan MoU kerjasama MoU kerjasama pengelolaan BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
mekanisme kerjasama pengelolaan TNP Laut Sawu
TNP Laut Sawu
Pemda Kabupaten
pengelolaan
LSM
Lembaga lain
Penyusunan
bersama
rencana
kerja Adanya
bersama
Pelaksanaan
bersama
rencana
kerja Terlaksananya rencana kerja BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
bersama
Pemda Kabupaten
LSM
Lembaga lain
338
rencana
kerja BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Lembaga lain
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Monitoring
bersama
Pengembangan
sistem
pendanaan
berkelanjutan
TNP Laut Sawu
Penyusunan
rencana
anggaran
kebutuhan
pengelolaan
dan
peluang
sumber
pendanaan
berkelanjutan
dan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
evaluasi Terlaksananya
Monitoring BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
dan evaluasi bersama
Pemda Kabupaten
LSM
Lembaga lain
Penyusunan
rincian Dokumen rencana anggaran BKKPN
kebutuhan
anggaran
per tahunan
LSM
kegiatan
Kupang
Analisis
peluang
pendanaan
berkelanjutan
Kupang
sumber Hasil
analisis
peluang BKKPN
yang sumber pendanaan yang LSM
berkelanjutan
Pengembangan
Penyusunan
mekanisme a. Dokumen
mekanisme
mekanisme pendanaan pendanaan berkelanjutan
pendanaan berkelanjutan
berkelanjutan
b. Teralokasinya
budget
pengelolaan
secara
Pengusulan
pengalokasian
kontinyu melalui APBN
budget pengelolaan secara
dan
APBD
Tingkat
kontinyu melalui APBN dan
Provinsi
dan
Tingkat
APBD Tingkat Provinsi dan
Kabupaten
Tingkat Kabupaten
339
BKKPN
Pemprov
LSM
Kupang
NTT
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Penggalian sumber dana lain c. Tersedianya sumber dana BKKPN Kupang
dari misalnya pemberlakuan
lain
dari
misalnya
karcis masuk dan tarif atas
pemberlakuan
karcis
kegiatan
wisata
dalam
masuk dan tarif atas
kawasan, menetapkan dana
kegiatan wisata dalam
sanksi pelanggaran sesuai
kawasan,
menetapkan
dana sanksi pelanggaran
aturan pengelolaan, dll.
sesuai
aturan
pengelolaan, dll untuk
mendukung pelaksanaan
fungsi pengelolaan
Penetapan
standar Penyusunan standar biaya
biaya
komponen komponen pengelolaan TNP
Sawu
berdasarkan
pengelolaan TNP Laut Laut
syarat profesionalisme
Sawu
Dokumen
standar
biaya BKKPN Kupang
komponen pengelolaan TNP
Laut
Sawu
berdasarkan
syarat profesionalisme
Akuntabilitas
pendanaan
Dokumen
petunjuk BKKPN Kupang
penggunaan anggaran
BKKPN Kupang
Pengelolaan keuangan
Administrasi keuangan
Penyelenggaraa
Pengelolaan
n urusan tata honorarium
usaha
dan tunjangan
Pelaporan
BKKPN Kupang
Pengawasan
BKKPN Kupang
gaji, Penyediaan gaji, honorarium Gaji,
honorarium
dan BKKPN Kupang
tunjangan terkelola dengan
dan dan tunjangan
baik dan akuntabel
340
No
Strategi
Program
Kegiatan
rumah
tangga
Penyelenggaraan
perkantoran
operasional
perkantoran
Butir Kegiatan
Rapat-rapat
koordinasi/konsultasi
/kerja/dinas
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Operasional
perkantoran BKKPN Kupang
terselenggara dengan baik
Pengadaan ATK
BKKPN Kupang
Langganan daya dan jasa
BKKPN Kupang
Perawatan sarana dan Perawatan gedung/bangunan
prasarana
Perawatan peralatan
Perawatan angkutan air
Perawatan
bermotor
kendaraan
Penyelenggaraan
tata Pencetakan/penerbitan/peng
usaha
perkantoran, gandaan/laminasi/dokument
kearsipan,
asi
perpustakaan
dan
dokumentasi
341
Sarana
dan
prasaranan BKKPN Kupang
pengelola
terawat
dan
digunakan untuk menunjang BKKPN Kupang
pengelolaan
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
Tata usaha perkantoran, BKKPN Kupang
kearsipan, perpustakaan dan
dokumentasi
terlaksana
dengan baik
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pengembangan
peraturan yang
mendukung
pengelolaan TNP
Laut Sawu
Dukungan dalam menyusun
Mendorong
akademik
perda
penyusunan rancangan draft
kolaboratif,
peraturan
yang pengelolaan
pengaturan alat tangkap, tata
mendukung
wilayah,
pengelolaan TNP Laut ruang
pemberlakukan karcis masuk
Sawu
dan tarif atas kegiatan wisata
dalam kawasan
Adanya
dukungan
dari BKKPN
Kupang
pengelola dalam menyusun Pemprov
NTT
draft
akademik
perda Pemda Kabupaten
pengelolaan
kolaboratif,
pengaturan alat tangkap,
tata
ruang
wilayah,
pemberlakukan
karcis
masuk
dan
tarif
atas
kegiatan
wisata
dalam
kawasan
Pengembangan
jejaring
kawasan
konservasi
perairan
Kerjasama antar unit Rapat
koordinasi
regular Terlaksananya
rapat BKKPN
Kupang
antar
unit
organisasi koordinasi regular antar unit BBKSDA
NTT
organisasi pengelola
Pemprov
NTT
pengelola
organisasi pengelola
Pemda Kabupaten
Kerjasama dalam melakukan Adanya kerjasama dalam BKKPN
Kupang
pengawasan BBKSDA
NTT
pengawasan kawasan dan melakukan
Pemprov
NTT
pelatihan
kawasan dan pelatihan
Pemda Kabupaten
Pengembangan
Pengembangan
Bank Data TNP Database
Laut Sawu
Merancang desain database
a.Tersedianya SDM pengelola BKKPN
database.
LSM
Kupang
b. Desain database TNP Laut
Sawu
Pemasukan update data
342
Data
dan
informasi BKKPN Kupang
terbaharui secara reguler
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Penyajian
data
Pembuatan Website
dan
pengelolaan Database TNP Laut Sawu BKKPN Kupang
dikelola dan disajikan dalam
bentuk
peta,
laporan,
maupun terintegrasi didalam
website
Desain
Sawu
Pemasukan update data di
website
a.
Tersedianya
pengelola website.
b.
Website TNP Laut Sawu
selalu terupdate secara
regular
dan
Evaluasi
TNP penetapan
website
TNP
Laut BKKPN
LSM
Kupang
SDM BKKPN Kupang
pengelolaan Website TNP Laut Sawu bisa BKKPN Kupang
diakses secara global oleh
semua kalangan dan dikelola
dan diupdate secara regular
Monitoring dan Monitoring dan evaluasi Melakukan monev internal
dan
eksternal
(monev
evaluasi
kelembagaan
kelembagaan, pendanaan dan
kerjasama/kemitraan)
Penguatan
Penetapan
pengelolaan
kawasan
sumber daya Laut
Pelaksana dan Mitra
Merancang desain website
Penyajian
website
2
Indikator Capaian
Laporan monev internal dan BKKPN
Kupang
eksternal
(monev Pemprov
NTT
kelembagaan,
pendanaan Pemda Kabupaten
dan kerjasama/kemitraan)
rencana Penyusunan
dokumen
BKKPN
Kupang
Tersedianya
dokumen
kegiatan dan kajian yang
Tim P4KKP Laut
dan
pengkajian Sawu
telah dilaksanakan di TNP kegiatan
yang telah dilakukan di TNP
343
No
Strategi
Program
Kegiatan
kawasan
Butir Kegiatan
Laut Sawu
Laut Sawu sebagai bahan
masukan rencana penetapan
TNP Laut Sawu
Rapat
koordinasi
antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
serta
stakeholder
terkait
untuk membahas rencana
penetapan TNP Laut Sawu
Adanya rencana penetapan
TNP Laut Sawu yang telah
disepakati
bersama
oleh
pemerintah
Pusat
dan
Daerah serta stakeholder
terkait
Rapat
evaluasi
penetapan
Surat
Menteri
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang
Kementerian
KP
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
rencana Adanya evaluasi rencana BKKPN
Kupang
penetapan TNP Laut Sawu
Kementerian
KP
Pemprov
NTT
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Keputusan Penetapan kawasan TNP Laut Diterbitkannya SK Menteri BKKPN
Kupang
Sawu dengan SK Menteri tentang penetapan kawasan Kementerian KP
Kelautan dan Perikanan
TNP Laut Sawu, berdasarkan
rekomendasi Gubernur
Penunjukan
unit Penunjukan unit organisasi
pengelola
kawasan
dan
organisasi pengelola
disahkan dengan SK Menteri
Kelautan dan Perikanan
344
Adanya
unit
organisasi BKKPN
Kupang
pengelola
kawasan
yang Kementerian KP
ditunjuk
dan
disahkan
dengan SK Menteri dengan
tugas pokok dan fungsi
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
sesuai dengan yang telah
ditentukan
Pengumuman
sosialisasi
masyarakat
dan Pengumuman dan sosialisasi Masyarakat
di
dalam BKKPN Kupang
ke ke masyarakat
kawasan dan diluar TNP
Laut Sawu mengetahui TNP
Laut Sawu telah ditetapkan
Penunjukan
Panitia Penunjukan panitia penataan SK panitia penataan batas BKKPN
Kupang
penataan batas
batas
kawasan
yang yang ditetapkan oleh Menteri Kementerian KP
ditetapkan
oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan RI
berdasarkan
usulan
dari
Direktur
Jenderal
atau
Gubernur
Penataan
Kawasan
Batas Perancangan penataan batas Rancangan penataan batas Panitia
Penataan
kawasan;
kawasan
Batas
BKKPN Kupang
Pengukuran batas;
Batas kawasan telah diukur
Pemetaan batas kawasan;
Batas
kawasan
dipetakan
345
Panitia
Penataan
Batas
BKKPN Kupang
telah Panitia
Penataan
Batas
BKKPN Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pemasangan tanda batas dan Tanda batas dan papan BKKPN Kupang
pembuatan papan informasi informasi batas kawasan
batas kawasan;
telah dibuat dan dipasang
Pembuatan berita acara tata Berita acara
batas; dan
kawasan
tata
batas Panitia
Penataan
Batas
BKKPN Kupang
Pengesahan batas kawasan Batas kawasan TNP Laut Panitia
Penataan
Sawu disahkan ditetapkan Batas
konservasi perairan
dengan Keputusan Menteri, BKKPN Kupang
setelah berita acara tata
batas kawasan konservasi
perairan ditandatangani oleh
semua anggota panitia tata
batas
Sosialisasi penandaaan batas Masyarakat
di
dalam BKKPN Kupang
kawasan konservasi perairan; kawasan dan diluar TNP
Laut Sawu mengetahui batas
kawasan TNP Laut Sawu
Penataan kawasan
Penataan
kawasan
TNP
Laut Sawu
Penataan
Sawu
zonasi
346
TNP
Laut Rencana Zonasi TNP Laut
Sawu disusun berdasarkan
data-data yang akurat dan
dianalisis
secara
komprehensif sesuai arahan
dari Permen 30 Tahun 2010
dan
disepakati
oleh
BKKPN
Kupang
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
stakeholder dan masyarakat
di dalam TNP Laut Sawu
Padu serasi zonasi TNP Laut Zonasi TNP Laut Sawu
Sawu
dengan
RTRW terintegrasi di dalam RTRW
Nasional/Provinsi/Kabupaten Nasional, RTRW Provinsi NTT
dan
RTRW
KabupatenKabupaten di dalam TNP
Laut Sawu
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Penataan batas zonasi
Adanya tanda batas zonasi Panitia
Penataan
yang jelas dilapangan
Batas
BKKPN Kupang
Rekonstruksi titik zonasi
Titik-titik batas zonasi telah
direkonstruksi
sesuai
dengan survey lapangan dan
dipetakan
347
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pembuatan papan informasi Papan informasi batas-batas BKKPN Kupang
batas zonasi dan aturan zonasi
yang
telah
menampilkan
peraturandalam zonasi
peraturan di masing-masing
zona TNP Laut Sawu
Dokumentasi zonasi
Dokumen rekaman proses BKKPN Kupang
tahapan
penyusunan
Rencana Zonasi TNP Laut
Sawu
Pengesahan Rencana Zonasi
TNP Laut Sawu oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan yang
sebelumnya sudah disetujui
oleh Gubernur Provinsi NTT
Rencana Zonasi TNP Laut BKKPN
Kupang
Sawu disahkan oleh Menteri Kementerian KP
Kelautan
dan
Perikanan
yang
sebelumnya
sudah
disetujui
oleh
Gubernur
Provinsi NTT
Sosialisasi dan konsultasi
publik zonasi TNP Laut Sawu
ke tingkat stakeholder dan
masyarakat di dalam dan
sekitar kawasan TNP Laut
Sawu
Rencana zonasi TNP Laut
Sawu disosialisasikan dan
dikonsultasi publikkan ke
tingkat
stakeholder
dan
masyarakat di dalam dan
sekitar kawasan TNP Laut
Sawu
dan
mendapatkan
kesepakatan
dari
stakeholder dan masyarakat
348
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pengelolaan
perikanan
tangkap
dan
budidaya
laut
yang
berkelanjutan
Pembuatan
aturan/
batasan alat tangkap,
ukuran
ikan
yang
ditangkap,
daerah
fishing ground, dan
musim
tangkapan
dengan
pendekatan
zonasi
Formulasi kebutuhan aturan/
batasan alat tangkap, ukuran
dan jenis ikan yang boleh
ditangkap,
daerah
fishing
ground,
dan
musim
tangkapan di masing-masing
zona di dalam TNP Laut Sawu
berdasarkan informasi terkini.
Kebutuhan aturan/ batasan
alat tangkap, ukuran dan
jenis
ikan
yang
boleh
ditangkap, daerah fishing
ground,
dan
musim
tangkapan
di masingmasing zona di dalam TNP
Laut
Sawu
berdasarkan
informasi terkini.
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Pembuatan
aturan/batasan
alat tangkap, ukuran dan
jenis
ikan
yang
boleh
ditangkap,
daerah
fishing
ground,
dan
musim
tangkapan di masing-masing
zona di dalam TNP Laut
Sawu.
Aturan/batasan
alat
tangkap, ukuran dan jenis
ikan yang boleh ditangkap,
daerah fishing ground, dan
musim tangkapan di masingmasing zona di dalam TNP
Laut
Sawu
berdasarkan
formulasi
dan
analisis
kebutuhan serta didukung
kajian yang komprehensif
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Koordinasi dengan instansi
terkait di dalam TNP Laut
Sawu
terkait
dengan
penyusunan
mekanisme
perijinan dan rekomendasi
bagi perikanan tangkap dan
budidaya
Pedoman
mekanisme
perijinan dan rekomendasi
bagi perikanan tangkap dan
budidaya di dalam TNP Laut
Sawu yang disepakati semua
pihak
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
LSM
Pembuatan
pedoman
mekanisme kolaborasi
perijinan
bagi
perikanan tangkap dan
budidaya
349
No
Strategi
Program
Kegiatan
Mencegah
dan
merintangi
praktek
perikanan yg menyalahi
hukum,
tidak
dilaporkan dan tidak di
atur (IUU fishing) di
dalam TNP Laut Sawu.
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Penyusunan
pedoman
mekanisme
perijinan
dan
rekomendasi bagi perikanan
tangkap dan budidaya
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten/KPSP
(Kantor Pelayanan
Satu
Pintu)
LSM
Pelaksanaan
mekanisme Terlaksananya
mekanisme
perijinan dan rekomendasi perijinan
dan
pemberian
bagi perikanan tangkap dan rekomendasi bagi perikanan
tangkap dan budidaya sesuai
budidaya
dengan pedomannya
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten/KPSP
(Kantor Pelayanan
Satu
Pintu)
LSM
Pengusulan perda khusus
tentang hal-hal yang tidak
diatur dalam perundangan
dan TNP Laut Sawu
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
Uniconsufish
LSM
Pengelolaan
Survey dan monitoring Rapid Ecological
keanekaragama sumber daya kelautan (10 tahun sekali)
n hayati dan dan perikanan
350
Asessment
Perda khusus tentang halhal yang tidak diatur dalam
perundangan dan TNP Laut
Sawu
a. Tersedianya petugas dari BKKPN
Kupang
pengelola yang memiliki LIPI
keahlian khusus dalam Uniconsufish
No
Strategi
Program
ekosistem TNP
Laut Sawu
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
kegiatan monitoring.
Monitoring Manta
tahun sekali)
Tow
(2
Monitoring
Kesehatan
Terumbu Karang (2 tahun
sekali)
Monitoring
bulan)
Penyu
(setiap
Monitoring Mangrove (2 tahun
sekali)
BKKPN Kupang
b. Survey dan monitoring
sumber daya kelautan
dan
perikanan BKKPN Kupang
terlaksana
sesuai
dengan SOP masingmasing monitoring dan
hasilnya
digunakan BKKPN Kupang
sebagai bahan dalam
pengambilan kebijakan
pengelolaan yang adaptif BKKPN Kupang
Monitoring Lamun (2 tahun
sekali)
BKKPN Kupang
Monitoring
bulan)
SPAGS
(setiap
BKKPN Kupang
Monitoring
tahun)
Setasea
(setiap
BKKPN
LSM
Monitoring
Pemanfaatan
Sumberdaya (Resource use
monitoring) (setiap bulan)
Pengelolaan ekosistem, a. Pemulihan/rehabilitasi
habitat dan populasi
habitat sumber daya
351
Kupang
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP Kabupaten
Terlaksananya
kegiatan BKKPN
Kupang
rehabilitasi
pada
lokasi- DKP
Prov
NTT
lokasi di dalam kawasan DKP
Kabupaten
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
yang
perlu
direhabilitasi Uniconsufish
berdasarkan kajian yang
sebelumnya dilakukan
b. Restocking sumber daya
Perlindungan,
pengawasan
dan
pengamanan
kawasan
Terlaksananya
kegiatan
restocking
sumberdaya
sesuai
kebutuhan
berdasarkan kajian yang
sebelumnya dilakukan
Pengamanan kawasan 1. Patroli
fungsional :
TNP Laut Sawu
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Uniconsufish
pengamanan 1) Patroli
pengamanan
dilakukan oleh pengelola
sesuai
dengan
SOP
a. Patroli rutin/reguler
patroli
yang
telah BKKPN Kupang
disusun
b. Patroli
BKKPN Kupang
2) Berkurangnya
mendadak/insidentil
pelanggaran
dan
gangguan
di
dalam
kawasan
2. Patroli
pengamanan 1) Patroli
bersama/joint patrol:
dilakukan
352
pengamanan
secara
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
a. Patroli rutin/reguler
b. Patroli
mendadak/insidentil
Indikator Capaian
bersama
dengan
stakeholder-stakeholder
terkait (PPNS DKP, TNI
AL,
Polair)
dan
masyarakat
sesuai
dengan
SOP
patroli
bersama
yang
telah
disusun dan disepakati
2) Berkurangnya
pelanggaran
gangguan
di
kawasan
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang
DKP
Provinsi
DKP
Kabupaten
TNI
AL
Polair
Masyarakat
BKKPN
Kupang
DKP
Provinsi
dan DKP
Kabupaten
dalam TNI
AL
Polair
Masyarakat
3. Pemetan daerah rawan Peta
daerah
rawan BKKPN
Kupang
pelanggaran dan gangguan pelanggaran dan gangguan
DKP
Provinsi
DKP
Kabupaten
TNI
AL
Polair
Masyarakat
a. Penyusunan
Penyusunan
mekanisme
pelaporan pelanggaran
mekanisme pelaporan
pelanggaran
b. Pembuatan pusat layanan
pelaporan pelanggaran
353
Mekanisme
pelanggaran
pelaporan BKKPN Kupang
Adanya
pusat
layanan BKKPN Kupang
pelaporan pelanggaran
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
c. Sosialisasi ke masyarakat
dan stakeholder terkait di
dalam kawasan TNP Laut
Sawu tentang mekanisme
pelaporan pelanggaran
Penegakan hukum atas Proses hukum/penyelesaian
pelanggaran
dan kasus secara hukum
gangguan
dalam
kawasan
TNP
Laut
Sawu
Pengembangan
Pengembangan
bioteknologi kelautan
industri
kelautan yang
lestari
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Masyarakat dan stakeholder BKKPN
Kupang
terkait di dalam kawasan DKP Kabupaten
TNP Laut Sawu mengetahui
bagaimana
penyampaian
pelaporan
pelanggaran
sesuai mekanisme yang telah
disusun ke pusat pelaporan
pelanggaran
Semua kasus pelanggaran
dalam kawasan TNP Laut
Sawu diselesaikan secara
hukum
sesuai
dengan
peraturan perundangan yang
berlaku
a. Studi
pengembangan Laporan
pengembangan
bioteknologi kelautan
kelautan
BKKPN
Kupang
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
Polair
TNI AL
studi BKKPN
Kupang
bioteknologi Uniconsufish
Universitas
Pemerintah Pusat
b. Kemitraan
dalam Adanya kerjasama dalam BKKPN
Kupang
pengembangan bioteknologi Uniconsufish
pengembangan
bioteknologi kelautan
Universitas
kelautan
Pemerintah Pusat
354
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
c. Percontohan
pengembangan
bioteknologi kelautan
Pengembangan
terbarukan
Pengembangan
Pengembangan
bahari
dan
pemanfaatan
jasa lingkungan budaya
dan wisata alam
Pelaksana dan Mitra
Percontohan pengembangan BKKPN
Kupang
bioteknologi kelautan
Uniconsufish
Universitas
Pemerintah Pusat
energi a. Studi
pengembangan Laporan
pengembangan
energi terbarukan
terbarukan
studi BKKPN
Kupang
energi Universitas
Pemerintah Pusat
b. Kemitraan
pengembangan
terbarukan
dalam Adanya kerjasama
energi pengembangan
pengelolaan
terbarukan
c. Percontohan
pengembangan
terbarukan
Percontohan pengembangan BKKPN
Kupang
energi energi terbarukan
Universitas
Pemerintah Pusat
wisata a. Promosi dan penyebaran
wisata
informasi
potensi
pariwisata TNP laut Sawu
(expose)
dalam BKKPN
Kupang
dan Universitas
energi Pemerintah Pusat
- Tersedia desain teknik
pengembangan
sarana
prasarana wisata di zona
pemanfaatan
pariwisata
Mekanisme
perijinan
pengusahaan
pariwisata
dapat
membangun
b. Rapat
koordinasi yang
iklim
investasi
dan ijin
pengembangan
pariwisata
(ijin
masuk)
pengelolaan wisata
Adanya
dampak
dan
manfaat
ekonomi
secara
355
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
BKKPN
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
BKKPN
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
nyata bagi masyarakat dan
c. Peningkatan sarana dan Pemerintah Daerah
Disbudpar Provinsi
prasarana destinasi wisata
NTT
Disbudpar
Kabupaten
BKKPN
d. Pemberlakukan
karcis masuk
ijin
dan
BKKPN
Kupang
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
e. Penetapan
dan
pemberlakuan mekanisme
perizinan dan standarisasi
usaha pariwisata alam dan
budaya di dalam TNP Laut
Sawu
BKKPN
Kupang
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
Pengembangan
Studi
dan
kajian Studi kerawanan bencana
Sistem
kerawanan bencana di dan mitigasi bencana di
dalam TNP Laut Sawu
dalam TNP Laut Sawu
Pemantauan
dan
penanggulangan
bencana
alam
356
Laporan studi kerawanan
bencana
dan
mitigasi
bencana di dalam TNP Laut
Sawu
BNPB
BPBD
DKP
Provinsi
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN Kupang
No
Strategi
Program
secara
kolaboratif
dengan
stakeholder
terkait
Kegiatan
Sosialisasi
penanggulangan
bencana
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Sosialisasi
penanggulangan Masyarakat dan stakeholder
bencana ke masyarakat dan mengetahui
ancaman
bencana di lokasinya dan
stakeholder
bagaimana
penanggulangannya
BNPB
BPBD
DKP
Provinsi
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN Kupang
Pelatihan dan simulasi Pelatihan
dan
simulasi Terlaksananya pelatihan dan
simulasi
penanggulangan
penanggulangan
penanggulangan bencana
bencana secara kolaboratif
bencana
dengan stakeholder terkait
BNPB
BPBD
DKP
Provinsi
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN Kupang
Pengembangan fasilitas Pengembangan
fasilitas Adanya
pengembangan
evakuasi
dan evakuasi dan pemulihan
fasilitas evakuasi pada saat
bencana
alam
dan
pemulihan
pemulihan pasca terjadinya
bencana
alam
secara
kolaboratif
dengan
stakeholder terkait
BNPB
BPBD
DKP
Provinsi
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN Kupang
Pengembangan
Pengumpulan data dan Pengumpulan
data
dan Data dan informasi habitat BKKPN
Kupang
informasi
habitat informasi habitat perairan perairan dalam
Pengelolaan
Uniconsufish
Universitas
habitat perairan perairan dalam
dalam
dalam
Pemerintah
Pusat
LSM
357
No
Strategi
Program
Pengembangan
Pengelolaan
menghadapi
perubahan iklim
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Studi
pengembangan
dan pengelolaan habitat
perairan dalam serta
pemanfaatan
sumberdaya laut dalam
Studi
pengembangan
dan
pengelolaan habitat perairan
dalam
serta
pemanfaatan
sumberdaya laut dalam
Laporan
Studi
pengembangan
dan
pengelolaan habitat perairan
dalam serta pemanfaatan
sumberdaya laut dalam
BKKPN
Kupang
Uniconsufish
Universitas
Pemerintah
Pusat
LSM
Kolaborasi antara unit
pengelola,
lembaga
pemerintah, organisasi
konservasi,
sektor
swasta,
dan
masyarakat lokal dalam
pengelolaan
menghadapi perubahan
iklim
Rapat
koordinasi
regular
antara
unit
dengan
stakeholder
terkait
dalam
membahas
kolaborasi
pengelolaan
menghadapi
perubahan iklim
Adanya
koordinasi
dan
kerjasama
dalam
pelaksanaan
pengelolaan
menghadapi perubahan iklim
Pemerintah
Pusat
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN
Kupang
LSM
Sosialisasi
dan
penyebaran
informasi
tentang
perubahan
iklim di dalam TNP Laut
Sawu ke masyarakat
dan stakeholder terkait
Sosialisasi dan penyebaran
informasi tentang perubahan
iklim di dalam TNP Laut Sawu
ke
masyarakat
dan
stakeholder terkait
Masyarakat dan stakeholder
terkait di dalam kawasan
TNP Laut Sawu mengetahui
informasi mengenai dampak
perubahan
iklim
dan
bagaimana mitigasinya
BKKPN
Kupang
Pemerintah
Pusat
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Penerapan manajemen
adaptif di TNP laut
Sawu
untuk
memungkinkan respon
yang efektif terhadap
perubahan
iklim,
Penerapan
manajemen
adaptif untuk memungkinkan
respon yang efektif terhadap
perubahan iklim
Tersedianya
mekanisme BKKPN Kupang
untuk
mengatasi
ketidakpastian
perubahan
iklim, melindungi daerahdaerah kritis yang tahan
terhadap perubahan iklim
358
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
tuntutan, dan tekanan
pada kawasan
Penguatan
dukungan
ilmiah untuk TNP Laut
Sawu
agar
sesuai
dengan kondisi local
untuk
memastikan
kawasan
dikelola,
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
dan yang berfungsi sebagai
tempat perlindungan untuk
mensuplai
daerah
yang
terkena dampak, memahami
dan
mempertahankan
konektivitas antara habitat
untuk
meningkatkan
penambahan kembali secara
bersama-sama
dan
pemulihan untuk menjaga
hubungan fungsional antar
habitat
terkait
serta
mengelola ekosistem agar
kesehatan
dan
ketahanannya tetap terjaga
dengan memonitor beberapa
indikator
keefektifan
tindakan ini sebagai dasar
bagi pengelolaan adaptif.
Studi
identifikasi
dan
inventarisasi
daerah-daerah
serta sumberdaya hayati yang
resilient dan rawan terhadap
perubahan iklim
359
Laporan studi identifikasi BKKPN
dan inventarisasi daerah- LSM
daerah serta sumberdaya
hayati yang resilient dan
rawan terhadap perubahan
iklim
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
dirancang dan berhasil
Kupang
bertahan
terhadap Perancangan zonasi kawasan Rencana zonasi TNP Laut BKKPN
yang
resilient
terhadap
Sawu
yang
resilient
terhadap
Pemprov
NTT
perubahan iklim.
Pemda Kabupaten
perubahan iklim
perubahan iklim
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Pengelolaan
populasi setasea
Kelengkapan
data Survey
setasea
dengan Data dan analisis hasil
untuk
mendukung menggunakan kapal (cetacean survey
setasea
untuk
zonasi dan pengelolaan boat survey)
kemudian sebagai bahan
dalam
pengambilan
setasea
kebijakan
pengelolaan
kawasan dan setasea
Pelibatan masyarakat dan
operator wisata secara aktif
untuk
melaporkan
keberadaan
paus
(penampakan dan terdampar)
Pengembangan
dan
peningkatan kapasitas
dalam
mendukung
pengelolaan setasea
Pelatihan dan peningkatan
kapasitas bagi pengelola dan
tim lokal secara langsung
bersamaan dengan kegiatan
survei dan penelitian (misal:
penanganan paus terdampar,
survey setasea, incidental
monitoring)
360
Adanya kerjasama dengan
masyarakat operator wisata
untuk
secara
aktif
melaporkan
keberadaan
paus
(penampakan
dan
terdampar) di TNP Laut sawu
a. Terbentuknya kelompok
masyarakat
peduli
setasea di tiap kabupaten
didalam TNP Laut Sawu
yang
mampu
untuk
melakukan penanganan
setasea terdampar
b. Adanya
protocol
penanganan
dan
BKKPN
Kupang
Kementrian
KP
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
BKKPN
Kupang
Operator
Wisata
Masyarakat
LSM
BKKPN
Kupang
Tim P4KKP Laut
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Masyarakat
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Pengembangan
melihat setasea
Butir Kegiatan
wisata Studi
melihat
lumba
kelayakan
paus dan
Indikator Capaian
wisata
lumba-
Pengurangan ancaman Kampanye Polusi di Laut
setasea dari limbah dan (Plastik, sampah, dll) di pada
polusi di laut
angkutan feri, kapal, dll.
361
penyelamatan
setasea
terdampar di TNP Laut
Sawu
c. Tersedianya
SDM
pengelola yang mampu
untuk melakukan survey
dan penelitian tentang
setasea
Dokumen
Studi
yang
mencakup
analisis
kelayakan dan rekomendasi
lokasi-lokasi
yang
layak
untuk wisata melihat paus
dan lumba-lumba dan aspek
yang berkaitan lainnya
a. Adanya
kerjasama
dengan
angkutan
perairan yang melintas
pada perairan TNP Laut
Sawu untuk mengurangi
ancaman
terhadap
setasea dari limbah dan
polusi di laut
b. Tersedianya sarana dan
prasarana
kebersihan
pada alat angkut yang
melintas di TNP Laut
Sawu
c. Tersedianya
publikasi
polusi di laut (stiker,
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
LSM
Kupang
BKKPN
Kupang
Dishub
NTT
Dishub Kabupaten
PT. ASDP Indonesia
Ferry
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
papan informasi larangan
ataupun
melalui
suara/mikrofon ) pada
angkutan perairan
Rencana
penelitian
dan
Penelitian,
Melakukan
kegiatan Penyusunan
rencana pengembangan
Kupang
teknologi BKKPN
pengembangan
penelitian
dan penelitian dan pengembangan perikanan budidaya
Uniconsufish
teknologi perikanan budidaya
dan penerapan pengembangan
DKP Provinsi NTT
ilmu
dan teknologi
DKP
Kabupaten
perikanan
LSM
teknologi
budidaya
kelautan
Inventarisasi, identifikasi dan Pengembangan
teknologi BKKPN
Kupang
analisis
kebutuhan perikanan
budidaya Uniconsufish
pengembangan
teknologi berdasarkan
hasil DKP Provinsi NTT
inventarisasi,
identifikasi DKP
Kabupaten
perikanan budidaya
dan analisis kebutuhan
LSM
Melakukan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap yang ramah
lingkungan
untuk
mendukung perikanan
yang berkelanjutan
Penyusunan
rencana Rencana
penelitian
dan BKKPN
Kupang
teknologi Uniconsufish
penelitian dan pengembangan pengembangan
teknologi perikanan tangkap
perikanan tangkap
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
Inventarisasi, identifikasi dan
analisis
kebutuhan
pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap
yang
ramah lingkungan
362
Pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap
berdasarkan
hasil
inventarisasi,
identifikasi
dan analisis kebutuhan
BKKPN
Kupang
Uniconsufish
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Kerjasama untuk pengkajian Adanya
MoU
kerjasama
metode dan alat tangkap yang antara pengelola dan pihak
yang
relevan
dan
ramah lingkungan
terlaksananya
kerjasama
untuk pengkajian metode
dan alat tangkap yang ramah
lingkungan
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LIPI
LSM
Lembaga lain
Survey pendugaan stok jenis Laporan survey pendugaan BKKPN
Kupang
ikan ekonomis penting dan stok jenis ikan ekonomis Uniconsufish
Komnaskajiskan
kritis
penting dan kritis
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
Pengelolaan
pelayaran
Pengelolaan keamanan Rapat
koordinasi
antara
dan
kenyamanan Lembaga Pengelola dengan
dinas
terkait
untuk
pelayaran
pengelolaan alur pelayaran
Monitoring dan Monitoring dan evaluasi
dengan menggunakan
evaluasi
perangkat
Pedoman
Teknis
E-KKP3K
(Evaluasi
Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi
Perairan,
Pesisir dan Pulau-Pulau
Monitoring
dan
evaluasi
dengan
menggunakan
perangkat Pedoman Teknis EKKP3K (Evaluasi Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi Perairan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil)
363
Tersedianya
sistem
dan
koordinasi yang disepakati
parapihak
dalam
pengelolaan keamanan dan
pelayaran
BKKPN
Kupang
Dishub
NTT
Dishub Kabupaten
PT. ASDP Indonesia
Ferry
Terlaksananya
monitoring BKKPN Kupang
dan
evaluasi
dengan
menggunakan
perangkat
Pedoman Teknis E-KKP3K
(Evaluasi
Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi Perairan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil)
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Kecil)
3
Penguatan
sosial
ekonomi dan
budaya
Peningkatan
kesadaran
masyarakat dan
pendidikan
lingkungan
Kampanye Konservasi
Perairan
dan
Penyebaran Informasi
TNP Laut Sawu
Diskusi Rutin Penyadaran Meningkatnya
kesadaran BKKPN
Kupang
Konservasi Perairan dengan masyarakat
akan
arti Tokoh Masyarakat
kelompok masyarakat dan penting konservasi perairan
LSM
penerima manfaat lainnya di
wilayah TNP Laut Sawu
Kampanye
Penyadaran
Konservasi
Perairan
dan
penyebarluasan
informasi
Peraturan dan Perundangundangan
yang
terkait
dengan pengelolaan TNP Laut
Sawu
Pembentukan
dan Identifikasi
kelompok
pembinaan
kelompok masyarakat peduli konservasi
masyarakat
peduli perairan
konservasi perairan
Pembentukan dan pelatihan
Kelompok masyarakat peduli
konservasi perairan
364
Meningkatnya
kesadaran BKKPN
Kupang
masyarakat
akan
arti Tokoh Masyarakat
penting konservasi perairan LSM
serta
peraturan
perundangan-undangan
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan TNP Laut Sawu
Teridentifikasinya kelompok- BKKPN
kelompok masyarakat peduli Pemda
konservasi
LSM
Terbentuk dan terlatihnya
Kelompok masyarakat peduli
konservasi
perairan
di
masing-masing Kabupaten di
Kupang
Kabupaten
BKKPN
Kupang
Tokoh Masyarakat
Pemda Kabupaten
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
dalam TNP Laut Sawu
Kerjasama
pengembangan
kurikulum
muatan
lokal
berbasis
konservasi perairan dan
penerapannya
di
sekolah
dasar
dan
menengah
Pengembangan
mekanisme
penyebarluasan
informasi
dan
komunikasi TNP
Monitoring
dan
evaluasi
kegiatan
kelompok
masyarakat peduli konservasi
perairan
BKKPN
Kupang
Tokoh Masyarakat
Pemda Kabupaten
LSM
Pengembangan
kurikulum Kurikulum muatan lokal
muatan
lokal
berbasis berbasis konservasi perairan
yang diterapkan di SD dan
konservasi perairan
SMP
di
KabupatenKabupaten di dalam TNP
Pelatihan dan penyegaran Laut Sawu
guru konservasi
BKKPN
Kupang
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
LSM
Kerjasama kegiatan luar kelas
BKKPN
Kupang
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
Evaluasi
BKKPN
Kupang
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
Penyebaran
informasi Penyiapan materi/program
Informasi
mengenai
melalui media massa
Laut Sawu tersebar
(Website, TV, Radio,
melalui media massa
Surat
Kabar
dan Update Ragam Informasi yang
berkaitan dengan TNP Laut
majalah)
Sawu
365
BKKPN
Kupang
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
LSM
TNP BKKPN
luas LSM
Kupang
BKKPN
LSM
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Laut Sawu
Diskusi
Rutin
Jurnalis Lokal NTT
Pengembangan
partisipasi
masyarakat
BKKPN
LSM
Kupang
Pembuatan press release
BKKPN
LSM
Kupang
Memfasilitasi
kunjungan/peliputan media
BKKPN
LSM
Kupang
Desain dan Pembuatan Perancangan
desain
dan Terbitnya material publikasi BKKPN
Material Publikasi TNP materi, pencetakan bahan, TNP Laut Sawu secara LSM
Laut Sawu
penyebarluasan dan evaluasi
berkala
Kupang
Penyebaran Informasi Partisipasi dalam kegiatan
TNP Laut Sawu melalui Pameran, Eksebisi, Festival di
tingkat
lokal,regional,
ragam kegiatan Publik
nasional dan internasional
Informasi
mengenai
TNP BKKPN
Laut Sawu disebarluaskan LSM
melalui kegiatan-kegiatan di
tingkat
lokal,
regional,
nasional dan internasional
Kupang
Pelatihan perancangan dan
Pengembangan
kawasan
kapasitas masyarakat pengelolaan
dalam
pemanfaatan konservasi laut
sumberdaya
kelautan
dan perikanan secara
lestari
Terlaksananya
perancangan
pengelolaan
konservasi laut
Kupang
366
dengan
pelatihan BKKPN
dan LSM
kawasan
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Penguatan keterlibatan
masyarakat
dalam
pengelolaan TNP Laut
Sawu
Penguatan
kelompokkelompok
pengguna
sumberdaya (nelayan dan
pembudidaya)
melalui
pertemuan
reguler
dan
pelatihan
pengorganisasian
masyarakat
Terlaksananya
pertemuan
reguler kelompok-kelompok
pengguna
sumberdaya
(nelayan dan pembudidaya)
dan
pelatihan
pengorganisasian
masyarakat
BKKPN
Kupang
Tokoh Masyarakat
LSM
Lokal
LSM
Partisipasi masyarakat Pengembangan pengawasan Mekanisme
pengawasan BKKPN
dalam pengelolaan TNP berbasis masyarakat
DKP
berbasis masyarakat
LSM
Laut Sawu
Fasilitasi
kelompok
pengawas
Pemberdayaan
masyarakat
pesisir
pembentukan Terbentuknya
kelompok DKP
masyarakat masyarakat pengawas di BKKPN
masing-masing daerah di LSM
dalam TNP Laut Sawu
Kupang
Kabupaten
Kabupaten
Kupang
Penguatan
kapasitas Pelatihan manajemen usaha Kapasitas
masyarakat DKP
Kabupaten
masyarakat pengguna dan teknis usaha perikanan meningkat
dalam BKKPN
Kupang
sumberdaya laut
yang berkelanjutan
manajemen usaha perikanan Uniconsufish
dan teknis usaha perikanan
yang berkelanjutan
Pelatihan
bencana
367
teknis
mitigasi Kapasitas dan pengetahuan DKP
Kabupaten
masyarakat
meningkat BKKPN
Kupang
dalam
upaya
mitigasi Uniconsufish
bencana
No
Strategi
Program
Pengembangan
mata
pencaharian
yang
berkelanjutan
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pengembangan usaha
ekonomi
masyarakat
pengguna sumberdaya
kelautan dan perikanan
di dalam TNP laut Sawu
Bantuan modal kerja untuk Meningkatnya
meningkatkan skala usaha masyarakat
masyarakat
pengguna
sumberdaya kelautan dan
perikanan
Pengembangan
mata
pencaharian
masyarakat
secara
berkelanjutan
(Sustainable livelihood)
Studi pengembangan mata
pencaharian alternatif untuk
mengurangi
tekanan
atas
sumberdaya
dan
meningkatkan
peluangpeluang ekonomi masyarakat
Mata pencaharian alternatif
yang
cocok
diimplementasikan
di
masing-masing
daerah
berdasarkan
survey
dan
analisis
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Demplot dan pelatihan untuk
pengembangan
mata
pencaharian
alternative
masyarakat
dan
diprioritaskan masyarakat di
sekitar zona pemanfaatan
pariwisata
alam
perairan,
zona
inti
dan
zona
pemanfaatan pariwisata dan
budidaya
Adanya
demplot
dan
pelatihan mata pencaharian
alternative masyarakat yang
diprioritaskan masyarakat di
sekitar zona pemanfaatan
pariwisata alam perairan,
zona
inti
dan
zona
pemanfaatan pariwisata dan
budidaya yang kemudian
direplikasi di daerah lainnya
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Lokal
LSM
368
usaha DKP
Kabupaten
DKP Provinsi
No
Strategi
Program
Kegiatan
Pelestarian adat Pelestarian
kearifan
dan
budaya local masyarakat pesisir
masyarakat
pesisir
Monitoring dan Monitoring persepsi
evaluasi
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pelatihan dan pengembangan
ekowisata
bagi
kelompok
masyarakat di dalam TNP
Laut Sawu dan diprioritaskan
masyarakat di sekitar zona
pemanfaatan pariwisata alam
perairan, zona inti dan zona
pemanfaatan pariwisata dan
budidaya
Terlaksananya pelatihan dan
pengembangan
ekowisata
bagi kelompok masyarakat di
dalam TNP Laut Sawu dan
diprioritaskan masyarakat di
sekitar zona pemanfaatan
pariwisata alam perairan,
zona
inti
dan
zona
pemanfaatan pariwisata dan
budidaya
BKKPN
Kupang
Disbudpar
NTT
Disbudpar
Kabupaten
LSM
Lokal
LSM
Identifikasi dan inventarisasi Data dan informasi kearifan BKKPN
kearifan local masyarakat local masyarakat pesisir di LSM
pesisir di dalam TNP Laut dalam TNP Laut Sawu
Sawu
Kupang
Fasilitasi revitalisasi kearifan
local masyarakat pesisir yang
mendukung konservasi dan
pemanfaatan
sumberdaya
lestari
Terlaksananya
revitalisasi BKKPN
kearifan local masyarakat LSM
pesisir yang
mendukung LSM
konservasi dan pemanfaatan
sumberdaya lestari
Kupang
Lokal
Monitoring
persepsi Terlaksananya
monitoring BKKPN
masyarakat
terhadap persepsi
masyarakat LSM
terhadap pengelolaan TNP
pengelolaan TNP Laut Sawu
Laut Sawu
Kupang
Monitoring dan evaluasi Monitoring
Kampanye
program
369
dan
evaluasi Terlaksananya
Konservasi dan dan
evaluasi
monitoring BKKPN
Kampanye LSM
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Penyebaran
Laut Sawu
Informasi
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
TNP Konservasi dan Penyebaran
Informasi TNP Laut Sawu
Monitoring
dan
evaluasi Terlaksananya
monitoring BKKPN
pelaksanaan
demplot dan evaluasi pelaksanaan LSM
pengembangan
pengembangan
mata demplot
pencaharian
alternative mata pencaharian alternative
masyarakat
masyarakat
370
Kupang
D. Rencana Jangka Menengah III (5 Tahun Ke-Tiga)
1.
Penguatan Kelembagaan
Penguatan kelembagaan dilakukan melalui program:
a. peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola TNP laut Sawu;
b. perencanaan dan pengendalian pengelolaan;
c. pengembangan kelembagaan mandiri berbentuk Badan Layanan
Umum;
d. pengembangan sistem pengelolaan kolaborasi;
e. pengembangan kerja sama kemitraan pengelolaan TNP Laut Sawu;
f. pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan TNP Laut Sawu;
g. penyelenggaraan urusan tata usaha dan rumah tangga perkantoran;
h. pengembangan peraturan yang mendukung pengelolaan TNP Laut
Sawu;
i. pengembangan jejaring kawasan konservasi perairan;
j. pengembangan Bank Data TNP Laut Sawu;
k. monitoring dan evaluasi.
2.
Penguatan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan
Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan dilakukan melalui program:
a. penataan kawasan TNP Laut Sawu;
b. pengelolaan
perikanan
tangkap
dan
budidaya
laut
yang
berkelanjutan;
c. pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem TNP Laut Sawu;
d. perlindungan, pengawasan dan pengamanan kawasan;
e. pengembangan industri kelautan yang lestari;
f. pengembangan pengelolaan habitat perairan dalam;
g. pengembangan pengelolaan menghadapi perubahan iklim;
h. pengelolaan populasi setasea;
i. penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi
kelautan;
j. pengelolaan pelayaran;
k. monitoring dan evaluasi program.
3.
Penguatan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Penguatan sosial, ekonomi, dan budaya dilakukan melalui program:
a. peningkatan kesadaran masyarakat dan pendidikan lingkungan;
b. pengembangan
mekanisme
penyebarluasan
komunikasi TNP Laut Sawu;
c. pengembangan partisipasi masyarakat;
371
informasi
dan
d. pemberdayaan masyarakat pesisir;
e. pelestarian adat dan budaya masyarakat pesisir;
f. monitoring dan evaluasi.
Dengan program dan rencana kegiatan pengelolaan sebagaimana
terdapat dalam matriks sebagai berikut.
372
MATRIK PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN PENGELOLAAN JANGKA MENENGAH 5 TAHUN KE – 3
TNP LAUT SAWU TAHUN 2024-2028
No
Strategi
1
Penguatan
Kelembagaan
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Peningkatan
Penyusunan
rencana
kapasitas
formasi SDM pengelola
kelembagaan
TNP Laut Sawu
pengelola TNP
laut Sawu
Menyusun
kualifikasi
dan Formasi personel TNP Laut BKKPN Kupang
klasifikasi kebutuhan SDM TNP Sawu disusun berdasarkan
kualifikasi dan klasifikasi
Laut Sawu
kebutuhan
Rekruitmen SDM
Formasi personel TNP Laut BKKPN Kupang
Sawu direkruit berdasarkan
kualifikasi dan klasifikasi
kebutuhan
Diklat/kursus/penyegaran,
SDM Pengelola telah dididik BKKPN Kupang
dan magang
dan dilatih sesuai dengan
tupoksi untuk mengelola
Laut
TNP Laut Sawu
Peningkatan
kemampuan
profesionalisme
pengelola
TNP
Sawu
Peningkatan
sarana Pengadaan alat dan mesin
prasarana
Pemeliharaan dan operasional
Perencanaan
dan
pengendalian
pengelolaan
Alat dan mesin untuk BKKPN Kupang
menunjang
aktifitas
pengelolaan
Sarana
prasarana
terpelihara dan berfungsi
dengan
baik
untuk
mendukung pengelolaan
Penyusunan
Rencana Penyusunan
dan
review Dokumen
Rencana
Pengelolaan TNP Laut Rencana Pengelolaan 20 Tahun Pengelolaan 20 Tahun TNP
Sawu
TNP Laut Sawu
Laut Sawu
373
BKKPN Kupang
BKKPN
Kupang,
Tim P4KKP Laut
Sawu,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Penyusunan
program
dan Dokumen
program
dan
rencana kegiatan pengelolaan rencana
kegiatan
pengelolaan
jangka
jangka menengah 5 tahun
menengah 5 tahun
Penyusunan
rencana
pengelolaan tahunan
kerja Dokumen rencana
pengelolaan tahunan
kerja
Adanya
masukan
dari
stakeholder
dan
masyarakat
untuk
penyempurnaan
rencana
pengelolaan TNP Laut Sawu
374
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang,
Tim P4KKP Laut
Sawu,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
LSM
BKKPN
Kupang,
Tim P4KKP Laut
Sawu,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
LSM
BKKPN
Kupang,
Tim P4KKP Laut
Sawu,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pengembangan
kelembagaan
mandiri
berbentuk
Badan Layanan
Umum
Pengembangan
Penetapan implementasi BLU
kelembagaan
mandiri
berbentuk
Badan
Layanan Umum
Pengembangan
sistem
pengelolaan
kolaborasi
Penguatan peran forum Memfasilitasi
peningkatan Meningkatnya peran forum
kolaborasi
para
pihak
kolaborasi para Pihak
kapasitas SDM forum
melalui
peningkatan
kapasitas
SDM
dan
koordinasi rutin
Koordinasi rutin dengan para
pihak
Terbentuknya
Badan BKKPN
Layanan Umum TNP Laut LSM
Sawu yang sudah memiliki
pola tatakelola yang jelas,
standar pelayanan minimal
layanan umum, pelaporan
keuangan keuangan pokok
dan laporan audit sebagai
bentuk
dari
pertanggungjawaban
pelaksanaan
pengelolaan
keuangan
Formulasi
dan Implementasi
dan
evaluasi Terlaksananya
penerapan mekanisme mekanisme keluhan (Grievance terevaluasinya
keluhan
(Grievance Mechanism)
implementasi
Mechanism)
keluhan
Mechanism)
375
Pelaksana dan Mitra
Kupang,
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
LSM
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
LSM
dan BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
mekanisme Pemda Kabupaten,
(Grievance LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Pengembangan
kerjasama
kemitraan
pengelolaan
TNP Laut Sawu
Pengembangan
kerjasama
dengan
institusi/lembaga/piha
k lain dalam rangka
efektifitas
dan
peningkatan kapasitas
pengelolaan
(pemerintah,
LSM,
lembaga
pendidikan,
kelompok/lembaga
masyarakat)
lingkup
lokal, regional, nasional
dan internasional
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Kerjasama teknis: penelitian, Adanya kerjasama teknis:
ilmu
pengetahuan
dan penelitian,
ilmu
pengetahuan
dan
pendidikan (tenaga ahli)
pendidikan (tenaga ahli)
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
Uniconsufish,
LIPI
LSM, Lembaga lain
Kerjasama
operasional Adanya
kerjasama
pengelolaan
(tenaga,
dana, operasional
pengelolaan
(tenaga,
dana,
sarana
sarana prasarana)
prasarana)
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
Uniconsufish,
LSM,
Lembaga lain
Kerjasama
dalam
survey/ Adanya MoU kerjasama
antara pengelola dan pihak
kajian dan penerapan IPTEK
yang
relevan
dan
terlaksananya kerjasama
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
Uniconsufish,
LIPI,
LSM,
Lembaga lain
Monitoring
kerjasama
376
dan
evaluasi Terlaksananya Monitoring BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
dan evaluasi kerjasama
Pemda Kabupaten,
Uniconsufish,
LSM,
Lembaga lain
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Pengembangan
Pelaksanaan
mekanisme kerjasama bersama
pengelolaan
Monitoring
bersama
Pengembangan
sistem
pendanaan
berkelanjutan
TNP Laut Sawu
Penyusunan
rencana
anggaran
kebutuhan
pengelolaan
dan
peluang
sumber
pendanaan
berkelanjutan
Pengembangan
mekanisme pendanaan
berkelanjutan
rencana
dan
Indikator Capaian
kerja Terlaksananya
kerja bersama
Pelaksana dan Mitra
rencana BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
LSM,
Lembaga lain
evaluasi Terlaksananya Monitoring BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
dan evaluasi bersama
Pemda Kabupaten,
LSM,
Lembaga lain
Penyusunan rincian kebutuhan Dokumen
rencana BKKPN
anggaran per kegiatan
anggaran tahunan
LSM
Kupang,
Analisis
peluang
sumber Hasil
analisis
peluang BKKPN
pendanaan yang berkelanjutan sumber pendanaan yang LSM
berkelanjutan
Kupang,
Pengusulan
pengalokasian 1) Dokumen
mekanisme
budget
pengelolaan
secara
pendanaan
kontinyu melalui APBN dan
berkelanjutan
APBD Tingkat Provinsi dan 2) Teralokasinya
budget
Tingkat Kabupaten
pengelolaan
secara
kontinyu melalui APBN
Penggalian sumber dana lain
dan
APBD
Tingkat
dari misalnya pemberlakuan
Provinsi
dan
Tingkat
karcis masuk dan tarif atas
Kabupaten
kegiatan
wisata
dalam
sumber
kawasan, menetapkan dana 3) Tersedianya
dana lain dari misalnya
sanksi
pelanggaran
sesuai
pemberlakuan
karcis
aturan pengelolaan, dll.
masuk dan tarif atas
377
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten
BKKPN Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Akuntabilitas
pendanaan
Penyelenggaraan
urusan
tata
usaha
dan
rumah
tangga
perkantoran
Pengelolaan
honorarium
tunjangan
Penyelenggaraan
operasional
perkantoran
gaji,
dan
Perawatan sarana dan
prasarana
Penyelenggaraan
tata
usaha
perkantoran,
kearsipan,
perpustakaan
dan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
kegiatan wisata dalam
kawasan, menetapkan
dana
sanksi
pelanggaran
sesuai
aturan pengelolaan, dll
untuk
mendukung
pelaksanaan
fungsi
pengelolaan
Pengelolaan keuangan
Dokumen
petunjuk BKKPN Kupang
penggunaan
anggaran
Administrasi keuangan
BKKPN Kupang
Pelaporan
BKKPN Kupang
Pengawasan
BKKPN Kupang
Penyediaan gaji, honorarium Gaji,
honorarium
dan BKKPN Kupang
tunjangan terkelola dengan
dan tunjangan
baik dan akuntabel
Rapat-rapat
Operasional
perkantoran BKKPN Kupang
koordinasi/konsultasi/kerja/di terselenggara dengan baik
nas
Pengadaan ATK
BKKPN Kupang
Langganan daya dan jasa
BKKPN Kupang
Perawatan gedung/bangunan
Sarana dan prasaranan BKKPN Kupang
pengelola
terawat
dan BKKPN Kupang
Perawatan peralatan
digunakan
untuk
Perawatan angkutan air
BKKPN Kupang
menunjang pengelolaan
Perawatan kendaraan bermotor
BKKPN Kupang
Pencetakan/penerbitan/pengga Tata usaha perkantoran, BKKPN Kupang
kearsipan,
perpustakaan
ndaan/laminasi/dokumentasi
dan
dokumentasi
terlaksana dengan baik
378
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
dokumentasi
Pengembangan
peraturan yang
mendukung
pengelolaan
TNP Laut Sawu
Pengembangan
jejaring
kawasan
konservasi
perairan
Mendorong
Dukungan dalam menyusun
penyusunan rancangan draft
akademik
perda
kolaboratif,
peraturan
yang pengelolaan
pengaturan alat tangkap, tata
mendukung
pengelolaan TNP Laut ruang wilayah, pemberlakukan
karcis masuk dan tarif atas
Sawu
kegiatan wisata dalam kawasan
Adanya
dukungan
dari
pengelola dalam menyusun
draft
akademik
perda
pengelolaan
kolaboratif,
pengaturan alat tangkap,
tata
ruang
wilayah,
pemberlakukan
karcis
masuk
dan
tarif atas
kegiatan
wisata
dalam
kawasan
Kerjasama antar unit Rapat koordinasi regular antar Terlaksananya
rapat
koordinasi regular antar
organisasi pengelola
unit organisasi pengelola
unit organisasi pengelola
Pengembangan
Pengembangan
Bank Data TNP Database
Laut Sawu
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten
BKKPN
Kupang,
BBKSDA
NTT,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten
Kerjasama dalam melakukan Adanya kerjasama dalam BKKPN
Kupang,
pengawasan
kawasan
dan melakukan
pengawasan BBKSDA
NTT,
Pemprov
NTT,
pelatihan
kawasan dan pelatihan
Pemda Kabupaten
Merancang desain database
Pemasukan update data
379
1) Tersedianya
SDM BKKPN
Kupang,
pengelola database.
LSM
2) Desain database TNP
Laut Sawu
Data
dan
informasi BKKPN Kupang
terbaharui secara reguler
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Penyajian dan pengelolaan data
Pembuatan Website
Pemasukan
website
Penyajian
website
2
update
dan
data
Database TNP Laut Sawu BKKPN Kupang
dikelola
dan
disajikan
dalam
bentuk
peta,
laporan,
maupun
terintegrasi didalam website
di 1) Tersedianya
SDM BKKPN Kupang
pengelola website.
2) Website TNP Laut Sawu
selalu terupdate secara
regular
pengelolaan Website TNP Laut Sawu
bisa diakses secara global
oleh semua kalangan dan
dikelola
dan
diupdate
secara regular
Monitoring dan Monitoring dan evaluasi Melakukan monev internal dan Laporan monev internal
eksternal
(monev
evaluasi
kelembagaan
eksternal (monev kelembagaan, dan
pendanaan
pendanaan
dan kelembagaan,
dan kerjasama/kemitraan)
kerjasama/kemitraan)
Penguatan
Penataan
Padu serasi zonasi TNP Laut Zonasi TNP Laut Sawu
kawasan
TNP
Sawu
dengan
RTRW terintegrasi di dalam RTRW
pengelolaan
sumber daya Laut Sawu
Nasional/Provinsi/Kabupaten
Nasional, RTRW Provinsi
NTT dan RTRW Kabupatenkawasan
Kabupaten di dalam TNP
Laut Sawu
Penataan batas zonasi
380
BKKPN Kupang
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
Tim P4KKP Laut
Sawu, LSM
Adanya tanda batas zonasi Panitia
yang jelas dilapangan
Batas
Kupang
Penataan
BKKPN
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Rekonstruksi titik zonasi
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Titik-titik batas zonasi telah
direkonstruksi
sesuai
dengan survey
lapangan
dan dipetakan
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
Tim P4KKP Laut
Sawu, LSM
Pembuatan papan informasi Papan
informasi
batasbatas zonasi dan aturan dalam batas zonasi yang telah
menampilkan
peraturanzonasi
peraturan
di
masingmasing zona TNP Laut
Sawu
Dokumentasi zonasi
Dokumen rekaman proses
tahapan
penyusunan
Rencana Zonasi TNP Laut
Sawu
Pengesahan Rencana Zonasi Rencana Zonasi TNP Laut
TNP Laut Sawu oleh Menteri Sawu
disahkan
oleh
Kelautan dan Perikanan yang Menteri
Kelautan
dan
sebelumnya sudah disetujui Perikanan yang sebelumnya
sudah
disetujui
oleh
oleh Gubernur Provinsi NTT
Gubernur Provinsi NTT
Sosialisasi
dan
konsultasi Rencana zonasi TNP Laut
publik zonasi TNP Laut Sawu Sawu disosialisasikan dan
ke tingkat stakeholder dan dikonsultasi publikkan ke
masyarakat di dalam dan tingkat stakeholder dan
sekitar kawasan TNP Laut masyarakat di dalam dan
sekitar kawasan TNP Laut
Sawu
Sawu dan mendapatkan
kesepakatan
dari
381
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
BKKPN
Kupang,
Kementerian KP
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
Tim P4KKP Laut
Sawu, LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
stakeholder
masyarakat
Pengelolaan
perikanan
tangkap
dan
budidaya
laut
yang
berkelanjutan
Pelaksana dan Mitra
dan
Pembuatan
aturan/
batasan alat tangkap,
ukuran
ikan
yang
ditangkap,
daerah
fishing ground, dan
musim
tangkapan
dengan
pendekatan
zonasi
Formulasi kebutuhan aturan/
batasan alat tangkap, ukuran
dan jenis ikan yang boleh
ditangkap,
daerah
fishing
ground, dan musim tangkapan
di masing-masing zona di
dalam
TNP
Laut
Sawu
berdasarkan informasi terkini.
Kebutuhan
aturan/
batasan
alat
tangkap,
ukuran dan jenis ikan yang
boleh ditangkap, daerah
fishing ground, dan musim
tangkapan
di masingmasing zona di dalam TNP
Laut Sawu berdasarkan
informasi terkini.
Pembuatan
pedoman
mekanisme kolaborasi
perijinan
bagi
perikanan tangkap dan
budidaya
Pembuatan
aturan/batasan
alat tangkap, ukuran dan jenis
ikan yang boleh ditangkap,
daerah fishing ground, dan
musim tangkapan di masingmasing zona di dalam TNP Laut
Sawu.
Aturan/batasan
alat
tangkap, ukuran dan jenis
ikan yang boleh ditangkap,
daerah fishing ground, dan
musim
tangkapan
di
masing-masing
zona
di
dalam TNP Laut Sawu
berdasarkan formulasi dan
analisis kebutuhan serta
didukung
kajian
yang
komprehensif
382
BKKPN
Kupang,
DKP
Prov
NTT,
DKP
Kabupaten,
Tim P4KKP Laut
Sawu, LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Mencegah
dan
merintangi
praktek
perikanan yg menyalahi
hukum,
tidak
dilaporkan dan tidak di
atur (IUU fishing) di
dalam TNP Laut Sawu.
Pengelolaan
Survey dan monitoring
keanekaragaman
sumber daya kelautan
hayati
dan dan perikanan
ekosistem
Laut Sawu
TNP
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pengusulan
perda
khusus
tentang hal-hal yang tidak
diatur dalam perundangan dan
TNP Laut Sawu
Perda khusus tentang halhal yang tidak diatur dalam
perundangan dan TNP Laut
Sawu
BKKPN
Kupang,
DKP
Prov
NTT,
DKP
Kabupaten,
Tim P4KKP Laut
Sawu,
Uniconsufish, LSM
Monitoring Manta Tow (2 tahun 1) Tersedianya
petugas
yang memiliki keahlian
sekali)
khusus dalam kegiatan
monitoring.
2) Survey dan monitoring
Monitoring Kesehatan Terumbu
sumber daya kelautan
Karang (2 tahun sekali)
dan
perikanan
terlaksana
sesuai
Monitoring Penyu (setiap bulan)
dengan
SOP
masingMonitoring Mangrove (2 tahun
masing monitoring dan
sekali)
hasilnya
digunakan
Monitoring Lamun (2 tahun
sebagai
bahan
dalam
sekali)
pengambilan kebijakan
Monitoring
SPAGS
(setiap
pengelolaan
yang
bulan)
adaptif
Monitoring
Setasea
(setiap
tahun)
BKKPN Kupang
Monitoring
Pemanfaatan
Sumberdaya
(Resource
use
monitoring) (setiap bulan)
BKKPN
Kupang,
DKP
Prov
NTT,
DKP Kabupaten
383
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
BKKPN
LSM
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pengelolaan ekosistem, Pemulihan/rehabilitasi habitat Terlaksananya
kegiatan
rehabilitasi pada lokasihabitat dan populasi
sumber daya
lokasi di dalam kawasan
yang perlu direhabilitasi
berdasarkan kajian yang
sebelumnya dilakukan
Restocking sumber daya
Terlaksananya
kegiatan
restocking
sumberdaya
sesuai
kebutuhan
berdasarkan kajian yang
sebelumnya dilakukan
Perlindungan,
Pengamanan kawasan Patroli pengamanan fungsional: 1) Patroli
pengamanan
pengawasan dan TNP Laut Sawu
dilakukan
oleh
pengamanan
pengelola
sesuai
dengan
1) Patroli rutin/reguler
kawasan
SOP patroli yang telah
2) Patroli mendadak/insidentil
disusun
2) Berkurangnya
pelanggaran
dan
gangguan
di
dalam
kawasan
Patroli
pengamanan 1) Patroli
pengamanan
bersama/joint patrol:
dilakukan
secara
bersama
dengan
Patroli rutin/reguler
stakeholder-stakeholder
terkait (PPNS DKP, TNI
AL,
Polair)
dan
masyarakat
sesuai
dengan
SOP
patroli
bersama
yang
telah
384
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang,
DKP
Prov
NTT,
DKP
Kabupaten,
Uniconsufish
BKKPN
Kupang,
DKP
Prov
NTT,
DKP
Kabupaten,
Uniconsufish
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
BKKPN
Kupang,
DKP
Provinsi,
DKP
Kabupaten,
TNI-AL,
Polair,
Masyarakat
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Patroli mendadak/insidentil
Pengembangan
Pengembangan
industri
bioteknologi kelautan
kelautan yang
lestari
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
disusun dan disepakati
2) Berkurangnya
pelanggaran
dan
gangguan
di
dalam
kawasan
BKKPN
Kupang,
DKP
Provinsi,
DKP
Kabupaten,
TNI-AL,
Polair,
Masyarakat
Pemetan
daerah
rawan Peta
daerah
rawan BKKPN
Kupang,
DKP
Provinsi,
pelanggaran dan gangguan
pelanggaran dan gangguan
DKP
Kabupaten,
TNI-AL,
Polair,
Masyarakat
Studi
pengembangan Laporan
studi BKKPN
Kupang,
pengembangan bioteknologi Uniconsufish,
bioteknologi kelautan
Universitas,
kelautan
Pemerintah Pusat
Kemitraan
pengembangan
kelautan
dalam Adanya kerjasama dalam BKKPN
Kupang,
bioteknologi pengembangan bioteknologi Uniconsufish,
kelautan
Universitas,
Pemerintah Pusat
Percontohan
pengembangan Percontohan
BKKPN
Kupang,
pengembangan bioteknologi Uniconsufish,
bioteknologi kelautan
Universitas,
kelautan
Pemerintah Pusat
Pengembangan
terbarukan
energi Studi pengembangan
terbarukan
385
energi Laporan
pengembangan
terbarukan
studi BKKPN
Kupang,
energi Universitas,
Pemerintah Pusat
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Kemitraan
pengembangan
terbarukan
Indikator Capaian
dalam Adanya kerjasama
energi pengembangan
pengelolaan
terbarukan
Percontohan
pengembangan Percontohan
pengembangan
energi terbarukan
terbarukan
Pengembangan
Pengembangan
bahari
dan
pemanfaatan
jasa lingkungan budaya
dan
wisata
alam
dalam BKKPN
Kupang,
dan Universitas,
energi Pemerintah Pusat
BKKPN
Kupang,
energi Universitas,
Pemerintah Pusat
wisata Promosi
dan
penyebaran 1) Tersedia desain teknik
wisata informasi potensi pariwisata
pengembangan sarana
prasarana
wisata
di
TNP laut Sawu (expose)
zona
pemanfaatan
pariwisata
2) Mekanisme
perijinan
pengusahaan pariwisata
Rapat
koordinasi
yang dapat membangun
pengembangan
pengelolaan
iklim investasi dan ijin
wisata
pariwisata (ijin masuk)
3) Adanya dampak dan
manfaat ekonomi secara
Peningkatan
sarana
dan
nyata bagi masyarakat
prasarana destinasi wisata
dan Pemerintah Daerah
Pemberlakukan ijin dan karcis
masuk
386
Pelaksana dan Mitra
Disbudpar Provinsi
NTT,
Disbudpar
Kabupaten,
BKKPN
Disbudpar Provinsi
NTT,
Disbudpar
Kabupaten,
BKKPN Kupang
Disbudpar Provinsi
NTT,
Disbudpar
Kabupaten,
BKKPN Kupang
BKKPN
Kupang,
Disbudpar Provinsi
NTT,
Disbudpar
Kabupaten
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Penetapan dan pemberlakuan
mekanisme
perizinan
dan
standarisasi usaha pariwisata
alam dan budaya di dalam TNP
Laut Sawu
Pengembangan
Pengelolaan
habitat perairan
dalam
Studi
pengembangan
dan pengelolaan habitat
perairan dalam serta
pemanfaatan
sumberdaya laut dalam
Studi
pengembangan
dan
pengelolaan habitat perairan
dalam
serta
pemanfaatan
sumberdaya laut dalam
Pengembangan
Pengelolaan
menghadapi
perubahan
iklim
Kolaborasi antara unit
pengelola,
lembaga
pemerintah, organisasi
konservasi,
sektor
swasta,
dan
masyarakat lokal dalam
pengelolaan
menghadapi perubahan
iklim
Sosialisasi
dan
penyebaran
informasi
tentang
perubahan
iklim di dalam TNP Laut
Sawu ke masyarakat
dan stakeholder terkait
Rapat koordinasi regular antara
unit dengan stakeholder terkait
dalam membahas kolaborasi
pengelolaan
menghadapi
perubahan iklim
Sosialisasi
dan
penyebaran
informasi tentang perubahan
iklim di dalam TNP Laut Sawu
ke masyarakat dan stakeholder
terkait
387
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang,
Disbudpar Provinsi
NTT,
Disbudpar
Kabupaten
Laporan
Studi
pengembangan
dan
pengelolaan
habitat
perairan
dalam
serta
pemanfaatan sumberdaya
laut dalam
Adanya
koordinasi
dan
kerjasama
dalam
pelaksanaan
pengelolaan
menghadapi
perubahan
iklim
BKKPN
Kupang,
Uniconsufish,
Universitas,
Pemerintah Pusat,
LSM
Masyarakat
dan
stakeholder
terkait
di
dalam kawasan TNP Laut
Sawu mengetahui informasi
mengenai
dampak
perubahan
iklim
dan
bagaimana mitigasinya
BKKPN
Kupang,
Pemerintah Pusat,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
LSM
Pemerintah Pusat,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
BKKPN
Kupang,
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Penerapan manajemen
adaptif di TNP laut
Sawu
untuk
memungkinkan respon
yang efektif terhadap
perubahan
iklim,
tuntutan, dan tekanan
pada kawasan
Penerapan manajemen adaptif
untuk memungkinkan respon
yang
efektif
terhadap
perubahan iklim
388
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Tersedianya
mekanisme BKKPN Kupang
untuk
mengatasi
ketidakpastian perubahan
iklim, melindungi daerahdaerah kritis yang tahan
terhadap perubahan iklim
dan yang berfungsi sebagai
tempat perlindungan untuk
mensuplai daerah yang
terkena
dampak,
memahami
dan
mempertahankan
konektivitas antara habitat
untuk
meningkatkan
penambahan
kembali
secara bersama-sama dan
pemulihan untuk menjaga
hubungan fungsional antar
habitat
terkait
serta
mengelola ekosistem agar
kesehatan
dan
ketahanannya tetap terjaga
dengan
memonitor
beberapa
indikator
keefektifan tindakan ini
sebagai
dasar
bagi
pengelolaan adaptif.
No
Strategi
Program
Pengelolaan
populasi
setasea
Kegiatan
Penguatan
dukungan
ilmiah untuk TNP Laut
Sawu
agar
sesuai
dengan kondisi local
untuk
memastikan
kawasan
dikelola,
dirancang dan berhasil
bertahan
terhadap
perubahan iklim.
Kelengkapan
data
untuk
mendukung
zonasi dan pengelolaan
setasea
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Perancangan zonasi kawasan Rencana zonasi TNP Laut BKKPN
Kupang,
yang
resilient
terhadap Sawu
yang
resilient Pemprov
NTT,
perubahan iklim
terhadap perubahan iklim
Pemda Kabupaten,
Tim P4KKP Laut
Sawu, LSM
Pelibatan
masyarakat
dan
operator wisata secara aktif
untuk melaporkan keberadaan
paus
(penampakan
dan
terdampar)
Adanya kerjasama dengan
masyarakat operator wisata
untuk
secara
aktif
melaporkan
keberadaan
paus (penampakan dan
terdampar) di TNP Laut
sawu
Pengurangan ancaman Kampanye
Polusi di Laut 1) Adanya
kerjasama
setasea dari limbah dan (Plastik, sampah, dll) di pada
dengan
angkutan
perairan yang melintas
polusi di laut
angkutan feri, kapal, dll.
pada perairan TNP Laut
Sawu
untuk
mengurangi
ancaman
terhadap setasea dari
limbah dan polusi di
laut
2) Tersedianya sarana dan
prasarana
kebersihan
pada alat angkut yang
melintas di TNP Laut
Sawu
389
BKKPN
Kupang,
Operator
Wisata,
Masyarakat,
LSM
BKKPN
Kupang,
Dishub
NTT,
Dishub Kabupaten,
PT. ASDP Indonesia
Ferry,
DKP Provinsi NTT,
DKP
Kabupaten,
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
3) Tersedianya
publikasi
polusi di laut (stiker,
papan
informasi
larangan
ataupun
melalui suara/mikrofon)
pada angkutan perairan
Penelitian,
pengembangan
dan penerapan
ilmu
dan
teknologi
kelautan
Melakukan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
teknologi
perikanan
budidaya
Inventarisasi, identifikasi dan
analisis
kebutuhan
pengembangan
teknologi
perikanan budidaya
Pengembangan
teknologi
perikanan
budidaya
berdasarkan
hasil
inventarisasi,
identifikasi
dan analisis kebutuhan
BKKPN
Kupang,
Uniconsufish,
DKP Provinsi NTT,
DKP
Kabupaten,
LSM
Melakukan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap yang ramah
lingkungan
untuk
mendukung perikanan
yang berkelanjutan
Inventarisasi, identifikasi dan
analisis
kebutuhan
pengembangan
teknologi
perikanan tangkap yang ramah
lingkungan
Pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap
berdasarkan
hasil
inventarisasi,
identifikasi
dan analisis kebutuhan
BKKPN
Kupang,
Uniconsufish,
DKP Provinsi NTT,
DKP
Kabupaten,
LSM
Kerjasama untuk pengkajian Adanya MoU kerjasama
metode dan alat tangkap yang antara pengelola dan pihak
yang
relevan
dan
ramah lingkungan
terlaksananya
kerjasama
untuk pengkajian metode
dan alat tangkap yang
ramah lingkungan
BKKPN
Kupang,
Pemprov
NTT,
Pemda Kabupaten,
Uniconsufish,
LIPI,
LSM,
Lembaga lain
390
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Survey pendugaan stok jenis Laporan survey pendugaan BKKPN
Kupang,
ikan ekonomis penting dan stok jenis ikan ekonomis Uniconsufish,
Komnaskajiskan,
kritis
penting dan kritis
DKP Provinsi NTT,
DKP
Kabupaten,
LSM
Pengelolaan
pelayaran
3
Pengelolaan keamanan Rapat
koordinasi
antara
dan
kenyamanan Lembaga
Pengelola
dengan
dinas terkait untuk pengelolaan
pelayaran
alur pelayaran
Monitoring dan Monitoring dan evaluasi
dengan menggunakan
evaluasi
perangkat
Pedoman
Teknis
E-KKP3K
(Evaluasi
Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi
Perairan,
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil)
Penguatan
Peningkatan
Kampanye Konservasi
Perairan
dan
sosial
kesadaran
ekonomi dan masyarakat dan Penyebaran Informasi
budaya
pendidikan
TNP Laut Sawu
lingkungan
Monitoring dan evaluasi dengan
menggunakan
perangkat
Pedoman
Teknis
E-KKP3K
(Evaluasi
Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi Perairan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil)
Tersedianya sistem dan
koordinasi yang disepakati
parapihak
dalam
pengelolaan keamanan dan
pelayaran
BKKPN
Kupang,
Dishub
NTT,
Dishub Kabupaten,
PT. ASDP Indonesia
Ferry
Terlaksananya monitoring BKKPN Kupang
dan
evaluasi
dengan
menggunakan
perangkat
Pedoman Teknis E-KKP3K
(Evaluasi
Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi Perairan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil)
Diskusi
Rutin
Penyadaran Meningkatnya
kesadaran BKKPN
Kupang,
Konservasi Perairan dengan masyarakat
akan
arti Tokoh Masyarakat,
kelompok
masyarakat
dan penting konservasi perairan LSM
penerima manfaat lainnya di
wilayah TNP Laut Sawu
391
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Kampanye
Penyadaran
Konservasi
Perairan
dan
penyebarluasan
informasi
Peraturan
dan
Perundangundangan yang terkait dengan
pengelolaan TNP Laut Sawu
Meningkatnya
kesadaran
masyarakat
akan
arti
penting konservasi perairan
serta
peraturan
perundangan-undangan
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan TNP Laut Sawu
Pembentukan
dan Monitoring
dan
evaluasi Terbentuk dan terlatihnya
pembinaan
kelompok kegiatan kelompok masyarakat Kelompok
masyarakat
masyarakat
peduli peduli konservasi perairan
peduli konservasi perairan
konservasi perairan
di
masing-masing
Kabupaten di dalam TNP
Laut Sawu
Kerjasama
pengembangan
kurikulum
muatan
lokal
berbasis
konservasi perairan dan
penerapannya
di
sekolah
dasar
dan
menengah
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang,
Tokoh Masyarakat,
LSM
BKKPN
Kupang,
Tokoh Masyarakat,
Pemda Kabupaten,
LSM
Pengembangan
kurikulum Kurikulum muatan lokal
konservasi
muatan
lokal
berbasis berbasis
perairan yang diterapkan di
konservasi perairan
SD dan SMP di KabupatenKabupaten di dalam TNP
Pelatihan dan penyegaran guru Laut Sawu
konservasi
BKKPN
Kupang,
Dinas
Pendidikan
Kabupaten,
LSM
Kerjasama kegiatan luar kelas
BKKPN
Kupang,
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
392
BKKPN
Kupang,
Dinas
Pendidikan
Kabupaten,
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Evaluasi
Pengembangan
mekanisme
penyebarluasan
informasi
dan
komunikasi
TNP Laut Sawu
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang,
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
Penyebaran
informasi Penyiapan materi/program
Informasi mengenai TNP BKKPN
melalui media massa
Laut Sawu tersebar luas LSM
(Website, TV, Radio,
melalui media massa
BKKPN
Surat
Kabar
dan Update Ragam Informasi yang
berkaitan
dengan
TNP
Laut
LSM
majalah)
Sawu
Diskusi Rutin dengan Jurnalis
BKKPN
Lokal NTT
LSM
Kupang,
Kupang,
Kupang,
Pembuatan press release
BKKPN
LSM
Kupang,
Memfasilitasi
kunjungan/peliputan media
BKKPN
LSM
Kupang,
Desain dan Pembuatan Perancangan
desain
dan Terbitnya
material BKKPN
Material Publikasi TNP materi,
pencetakan
bahan, publikasi TNP Laut Sawu LSM
Laut Sawu
penyebarluasan dan evaluasi
secara berkala
Kupang,
Penyebaran Informasi Partisipasi
dalam
kegiatan
TNP Laut Sawu melalui Pameran, Eksebisi, Festival di
ragam kegiatan Publik
tingkat lokal,regional, nasional
dan internasional
Kupang,
393
Informasi mengenai TNP BKKPN
Laut Sawu disebarluaskan LSM
melalui kegiatan-kegiatan
di tingkat lokal, regional,
nasional dan internasional
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Pengembangan
partisipasi
masyarakat
Penguatan keterlibatan
masyarakat
dalam
pengelolaan TNP Laut
Sawu
Penguatan kelompok-kelompok
pengguna sumberdaya (nelayan
dan
pembudidaya)
melalui
pertemuan
reguler
dan
pelatihan
pengorganisasian
masyarakat
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Terlaksananya pertemuan BKKPN
Kupang,
reguler kelompok-kelompok Tokoh Masyarakat,
pengguna
sumberdaya LSM
(nelayan dan pembudidaya)
dan
pelatihan
pengorganisasian
masyarakat
Partisipasi masyarakat Pengembangan
pengawasan Mekanisme
pengawasan BKKPN
Kupang,
dalam pengelolaan TNP berbasis masyarakat
DKP
Kabupaten,
berbasis masyarakat
Laut Sawu
LSM
Pemberdayaan
masyarakat
pesisir
Penguatan
kapasitas
masyarakat pengguna Pelatihan manajemen usaha Kapasitas
masyarakat
sumberdaya laut
dan teknis usaha perikanan meningkat
dalam
manajemen
usaha
yang berkelanjutan
perikanan dan teknis usaha
perikanan
yang
berkelanjutan
Pelatihan
teknis
mitigasi Kapasitas dan pengetahuan
masyarakat
meningkat
bencana
dalam
upaya
mitigasi
bencana
Pengembangan usaha Bantuan modal kerja untuk Meningkatnya
usaha
ekonomi
masyarakat meningkatkan
skala
usaha masyarakat
pengguna sumberdaya masyarakat
pengguna
kelautan dan perikanan sumberdaya
kelautan
dan
di dalam TNP laut Sawu perikanan
394
DKP
Kabupaten,
BKKPN
Kupang,
Uniconsufish
DKP
Kabupaten,
BKKPN
Kupang,
Uniconsufish
DKP
Kabupaten,
DKP Provinsi
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelestarian adat Pelestarian
kearifan
dan
budaya local masyarakat pesisir
masyarakat
pesisir
Fasilitasi revitalisasi kearifan
local masyarakat pesisir yang
mendukung konservasi dan
pemanfaatan
sumberdaya
lestari
Monitoring dan Monitoring persepsi
evaluasi
Monitoring persepsi masyarakat
terhadap pengelolaan TNP Laut
Sawu
Terlaksananya revitalisasi
kearifan lokal masyarakat
pesisir yang mendukung
konservasi
dan
pemanfaatan sumberdaya
lestari
Terlaksananya monitoring
persepsi
masyarakat
terhadap pengelolaan TNP
Laut Sawu
Terlaksananya monitoring
dan evaluasi Kampanye
Konservasi dan Penyebaran
Informasi TNP Laut Sawu
Monitoring dan evaluasi Monitoring
dan
evaluasi
Kampanye
Konservasi
dan
program
Penyebaran Informasi TNP Laut
Sawu
395
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
LSM
Kupang,
BKKPN
LSM
Kupang,
BKKPN
LSM
Kupang,
E. Rencana Jangka Menengah IV (5 Tahun Ke-Empat)
1.
Penguatan Kelembagaan
Penguatan kelembagaan dilakukan melalui program:
a. peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola TNP laut Sawu;
b. perencanaan dan pengendalian pengelolaan;
c. pengembangan kelembagaan mandiri berbentuk Badan Layanan
Umum;
d. pengembangan sistem pengelolaan kolaborasi;
e. pengembangan kerja sama kemitraan pengelolaan TNP Laut Sawu;
f. pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan TNP Laut Sawu;
g. penyelenggaraan urusan tata usaha dan rumah tangga perkantoran;
h. pengembangan peraturan yang mendukung pengelolaan TNP Laut
Sawu;
i. pengembangan jejaring kawasan konservasi perairan;
j. pengembangan Bank Data TNP Laut Sawu;
k. monitoring dan evaluasi.
2.
Penguatan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan
Penguatan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan dilakukan melalui program:
a. penataan kawasan TNP Laut Sawu;
b. pengelolaan
perikanan
tangkap
dan
budidaya
laut
yang
berkelanjutan;
c. pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem TNP Laut Sawu;
d. perlindungan, pengawasan dan pengamanan kawasan;
e. pengembangan industri kelautan yang lestari;
f. pengembangan pengelolaan habitat perairan dalam;
g. pengembangan pengelolaan menghadapi perubahan iklim;
h. pengelolaan populasi setasea;
i. penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi
kelautan;
j. pengelolaan pelayaran;
k. monitoring dan evaluasi Program.
3.
Penguatan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Penguatan sosial, ekonomi, dan budaya dilakukan melalui program:
a. peningkatan kesadaran masyarakat dan pendidikan lingkungan;
b. pengembangan
mekanisme
komunikasi TNP Laut Sawu;
396
penyebarluasan
informasi
dan
c. pengembangan partisipasi masyarakat;
d. pemberdayaan masyarakat pesisir;
e. pelestarian adat dan budaya masyarakat pesisir;
f. monitoring dan evaluasi.
Dengan program dan rencana kegiatan pengelolaan sebagaimana
terdapat dalam matriks sebagai berikut.
397
MATRIK PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN PENGELOLAAN JANGKA MENENGAH 5 TAHUN KE – 4
TNP LAUT SAWU TAHUN 2029-2034
No
Strategi
1
Penguatan
Kelembagaan
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Peningkatan
Penyusunan
rencana Menyusun kualifikasi dan Formasi personel TNP Laut BKKPN Kupang
kapasitas
formasi SDM pengelola klasifikasi kebutuhan SDM Sawu disusun berdasarkan
kelembagaan
kualifikasi
dan
klasifikasi
TNP Laut Sawu
TNP Laut Sawu
kebutuhan
pengelola
TNP
laut Sawu
Rekruitmen SDM
Formasi personel TNP Laut BKKPN Kupang
Sawu direkruit berdasarkan
kualifikasi
dan
klasifikasi
kebutuhan
Peningkatan
kemampuan
profesionalisme
pengelola
TNP
Sawu
Peningkatan
prasarana
Diklat/kursus/penyegaran,
dan magang
Laut
sarana Pengadaan alat dan mesin
Pemeliharaan dan operasional
398
SDM Pengelola telah dididik BKKPN Kupang
dan dilatih sesuai dengan
tupoksi untuk mengelola TNP
Laut Sawu
Alat
dan
menunjang
pengelolaan
mesin
untuk BKKPN Kupang
aktifitas
Sarana prasarana terpelihara BKKPN Kupang
dan berfungsi dengan baik
untuk
mendukung
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
pengelolaan
Perencanaan
dan
pengendalian
pengelolaan
dan
Penyusunan
Rencana Penyusunan
review Dokumen
Rencana BKKPN
Kupang
Pengelolaan TNP Laut Rencana
Pengelolaan
20 Pengelolaan 20 Tahun TNP Tim P4KKP Laut
Sawu
Tahun TNP Laut Sawu
Laut Sawu
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
program
Penyusunan program dan Dokumen
dan BKKPN
Kupang
rencana kegiatan pengelolaan rencana kegiatan pengelolaan Tim P4KKP Laut
jangka menengah 5 tahun
jangka menengah 5 tahun
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Penyusunan rencana
pengelolaan tahunan
kerja Dokumen
rencana
pengelolaan tahunan
kerja BKKPN
Kupang
Tim P4KKP Laut
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Adanya
masukan
dari
stakeholder dan masyarakat
untuk
penyempurnaan
rencana pengelolaan TNP Laut
Sawu
399
BKKPN
Kupang
Tim P4KKP Laut
Sawu
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
LSM
Pengembangan
kelembagaan
mandiri
berbentuk
Badan Layanan
Umum
Penetapan implementasi BLU
Pengembangan
kelembagaan
mandiri
berbentuk
Badan
Layanan Umum
Terbentuknya Badan Layanan BKKPN Kupang
Umum TNP Laut Sawu yang
sudah memiliki pola tatakelola LSM
yang jelas, standar pelayanan
minimal
layanan
umum,
pelaporan
keuangan
keuangan pokok dan laporan
audit sebagai
bentuk
dari
pertanggungjawaban
pelaksanaan
pengelolaan
keuangan
Pengembangan
sistem
pengelolaan
kolaborasi
Penguatan peran forum Memfasilitasi
peningkatan Meningkatnya peran forum
kolaborasi para pihak melalui
kolaborasi para Pihak
kapasitas SDM forum
peningkatan kapasitas SDM
dan koordinasi rutin
Koordinasi rutin dengan para
pihak
400
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Formulasi
dan Implementasi dan evaluasi
penerapan mekanisme mekanisme
keluhan
keluhan
(Grievance (Grievance Mechanism)
Mechanism)
Pengembangan
kerjasama
kemitraan
pengelolaan TNP
Laut Sawu
Pengembangan
kerjasama
dengan
institusi/lembaga/piha
k lain dalam rangka
efektifitas
dan
peningkatan kapasitas
pengelolaan
(pemerintah,
LSM,
lembaga
pendidikan,
kelompok/lembaga
masyarakat)
lingkup
lokal, regional, nasional
dan internasional
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Terlaksananya
dan
terevaluasinya implementasi
mekanisme
keluhan
(Grievance Mechanism)
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
kerjasama
teknis: BKKPN
Kupang
Kerja sama teknis: penelitian, Adanya
ilmu
pengetahuan
dan penelitian, ilmu pengetahuan Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
pendidikan (tenaga ahli)
dan pendidikan (tenaga ahli)
Uniconsufish
LIPI
LSM
Lembaga lain
Kerja
sama
operasional Adanya kerjasama operasional BKKPN
Kupang
pengelolaan (tenaga, dana, pengelolaan (tenaga, dana, Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
sarana prasarana)
sarana prasarana)
Uniconsufish
LSM
Lembaga lain
Kerja sama dalam survey/ Adanya
MoU
kerjasama
kajian dan penerapan IPTEK
antara pengelola dan pihak
yang
relevan
dan
terlaksananya kerjasama
401
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LIPI
LSM
Lembaga lain
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Monitoring
kerjasama
Pengembangan
Pelaksanaan
mekanisme kerjasama bersama
pengelolaan
Monitoring
bersama
Pengembangan
sistem
pendanaan
berkelanjutan
TNP Laut Sawu
Penyusunan
rencana
anggaran
kebutuhan
pengelolaan
dan
peluang
sumber
pendanaan
berkelanjutan
dan
Pelaksana dan Mitra
evaluasi Terlaksananya Monitoring dan BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
evaluasi kerjasama
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LSM
Lembaga lain
rencana
dan
Indikator Capaian
kerja Terlaksananya rencana kerja BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
bersama
Pemda Kabupaten
LSM
Lembaga lain
evaluasi Terlaksananya Monitoring dan BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
evaluasi bersama
Pemda Kabupaten
LSM
Lembaga lain
Penyusunan
rincian Dokumen rencana anggaran BKKPN
kebutuhan
anggaran
per tahunan
LSM
kegiatan
Kupang
Analisis
peluang
pendanaan
berkelanjutan
Kupang
402
sumber Hasil analisis peluang sumber BKKPN
yang pendanaan
yang LSM
berkelanjutan
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Pengembangan
Pengusulan
pengalokasian
mekanisme pendanaan budget pengelolaan secara
kontinyu melalui APBN dan
berkelanjutan
APBD Tingkat Provinsi dan
Tingkat Kabupaten
Penggalian sumber dana lain
dari misalnya pemberlakuan
karcis masuk dan tarif atas
kegiatan
wisata
dalam
kawasan, menetapkan dana
sanksi pelanggaran sesuai
aturan pengelolaan, dll.
Akuntabilitas
pendanaan
Pengelolaan keuangan
Administrasi keuangan
Penyelenggaraa
Pengelolaan
n urusan tata honorarium
usaha
dan tunjangan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Dokumen
mekanisme
pendanaan
berkelanjutan
Teralokasinya
budget
pengelolaan secara kontinyu
melalui APBN dan APBD
Tingkat Provinsi dan Tingkat
Kabupaten
- Tersedianya sumber dana
lain
dari
misalnya
pemberlakuan karcis masuk
dan tarif atas kegiatan wisata
dalam kawasan, menetapkan
dana
sanksi
pelanggaran
sesuai aturan pengelolaan, dll
untuk
mendukung
pelaksanaan
fungsi
pengelolaan
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN Kupang
Dokumen
petunjuk BKKPN Kupang
penggunaan anggaran
BKKPN Kupang
Pelaporan
BKKPN Kupang
Pengawasan
BKKPN Kupang
gaji, Penyediaan gaji, honorarium Gaji,
honorarium
dan BKKPN Kupang
dan dan tunjangan
tunjangan terkelola dengan
baik dan akuntabel
403
No
Strategi
Program
Kegiatan
rumah
tangga
Penyelenggaraan
perkantoran
operasional
perkantoran
Butir Kegiatan
Pelaksana dan Mitra
Rapat-rapat
koordinasi/ Operasional
perkantoran BKKPN Kupang
konsultasi/kerja/dinas
terselenggara dengan baik
Pengadaan ATK
BKKPN Kupang
Langganan daya dan jasa
BKKPN Kupang
Perawatan sarana dan Perawatan gedung/bangunan
prasarana
Perawatan peralatan
Perawatan angkutan air
Perawatan
bermotor
Pengembangan
peraturan yang
mendukung
pengelolaan TNP
Laut Sawu
Indikator Capaian
kendaraan
Sarana
dan
prasaranan BKKPN Kupang
pengelola
terawat
dan
digunakan untuk menunjang BKKPN Kupang
pengelolaan
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
Penyelenggaraan
tata Pencetakan/penerbitan/peng
usaha
perkantoran, gandaan/laminasi/dokument
kearsipan,
asi
perpustakaan
dan
dokumentasi
Tata
usaha
perkantoran, BKKPN Kupang
kearsipan, perpustakaan dan
dokumentasi
terlaksana
dengan baik
Dukungan dalam menyusun
Mendorong
akademik
perda
penyusunan rancangan draft
kolaboratif,
peraturan
yang pengelolaan
pengaturan alat tangkap, tata
mendukung
wilayah,
pengelolaan TNP Laut ruang
Sawu
pemberlakukan karcis masuk
dan tarif atas kegiatan wisata
Adanya
dukungan
dari BKKPN
Kupang
pengelola
dalam menyusun Pemprov
NTT
draft
akademik
perda Pemda Kabupaten
pengelolaan
kolaboratif,
pengaturan alat tangkap, tata
ruang
wilayah,
pemberlakukan karcis masuk
404
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
dalam kawasan
Pengembangan
jejaring
kawasan
konservasi
perairan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
dan tarif atas kegiatan wisata
dalam kawasan
Kerjasama antar unit Rapat
koordinasi
regular Terlaksananya
rapat BKKPN
Kupang
antar
unit
organisasi koordinasi regular antar unit BBKSDA
NTT
organisasi pengelola
Pemprov
NTT
pengelola
organisasi pengelola
Pemda Kabupaten
Kerjasama dalam melakukan Adanya
kerjasama
dalam BKKPN
Kupang
pengawasan kawasan dan melakukan
pengawasan BBKSDA
NTT
Pemprov
NTT
pelatihan
kawasan dan pelatihan
Pemda Kabupaten
Pengembangan
Pengembangan
Bank Data TNP Database
Laut Sawu
Merancang desain database
- Tersedianya SDM pengelola BKKPN
database.
LSM
- Desain database TNP Laut
Sawu
Pemasukan update data
Data dan informasi terbaharui BKKPN Kupang
secara reguler
Penyajian
data
dan
405
Kupang
pengelolaan Database TNP Laut Sawu BKKPN Kupang
dikelola dan disajikan dalam
bentuk peta, laporan, maupun
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
terintegrasi didalam website
Pembuatan Website
Pemasukan update data di - Tersedianya SDM pengelola BKKPN Kupang
website
website.
- Website TNP Laut Sawu
selalu
terupdate
secara
regular
Penyajian
website
dan
pengelolaan Website TNP Laut Sawu bisa BKKPN Kupang
diakses secara global oleh
semua kalangan dan dikelola
dan diupdate secara regular
Monitoring dan Monitoring dan evaluasi Melakukan monev internal
dan
eksternal
(monev
evaluasi
kelembagaan
kelembagaan, pendanaan dan
kerjasama/kemitraan)
2
Penguatan
Penataan
kawasan
TNP
pengelolaan
sumber daya Laut Sawu
kawasan
Laporan monev internal dan BKKPN
Kupang
eksternal
(monev Pemprov
NTT
kelembagaan, pendanaan dan Pemda Kabupaten
kerjasama/kemitraan)
Padu serasi zonasi TNP Laut Zonasi
TNP
Laut
Sawu
Sawu
dengan
RTRW terintegrasi di dalam RTRW
Nasional/Provinsi/Kabupaten
Nasional, RTRW Provinsi NTT
dan
RTRW
KabupatenKabupaten di dalam TNP Laut
Sawu
Penataan batas zonasi
406
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Adanya tanda batas zonasi Panitia
yang jelas dilapangan
Batas
Penataan
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
BKKPN Kupang
Rekonstruksi titik zonasi
Titik-titik batas zonasi telah
direkonstruksi sesuai dengan
survey
lapangan
dan
dipetakan
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Pembuatan papan informasi Papan informasi batas-batas BKKPN Kupang
batas zonasi dan aturan zonasi
yang
telah
menampilkan
peraturandalam zonasi
peraturan di masing-masing
zona TNP Laut Sawu
Dokumentasi zonasi
Dokumen rekaman proses BKKPN Kupang
tahapan penyusunan Rencana
Zonasi TNP Laut Sawu
Pengesahan Rencana Zonasi
TNP Laut Sawu oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan yang
sebelumnya sudah disetujui
oleh Gubernur Provinsi NTT
Rencana Zonasi TNP Laut BKKPN
Kupang
Sawu disahkan oleh Menteri Kementerian KP
Kelautan dan Perikanan yang
sebelumnya sudah disetujui
oleh Gubernur Provinsi NTT
407
No
Strategi
Program
Pengelolaan
perikanan
tangkap
dan
budidaya
laut
yang
berkelanjutan
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Sosialisasi dan konsultasi
publik zonasi TNP Laut Sawu
ke tingkat stakeholder dan
masyarakat di dalam dan
sekitar kawasan TNP Laut
Sawu
Rencana zonasi TNP Laut
Sawu disosialisasikan dan
dikonsultasi publikkan ke
tingkat
stakeholder
dan
masyarakat di dalam dan
sekitar kawasan TNP Laut
Sawu
dan
mendapatkan
kesepakatan dari stakeholder
dan masyarakat
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Pembuatan
aturan/
batasan alat tangkap,
ukuran
ikan
yang
ditangkap,
daerah
fishing ground, dan
musim
tangkapan
dengan
pendekatan
zonasi
Formulasi kebutuhan aturan/
batasan alat tangkap, ukuran
dan jenis ikan yang boleh
ditangkap,
daerah
fishing
ground,
dan
musim
tangkapan di masing-masing
zona di dalam TNP Laut Sawu
berdasarkan informasi terkini.
Kebutuhan aturan/ batasan
alat tangkap, ukuran dan
jenis
ikan
yang
boleh
ditangkap,
daerah
fishing
ground,
dan
musim
tangkapan di masing-masing
zona di dalam TNP Laut Sawu
berdasarkan informasi terkini.
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Pembuatan
pedoman
mekanisme kolaborasi
perijinan
bagi
perikanan tangkap dan
budidaya
Pembuatan
aturan/batasan
alat tangkap, ukuran dan
jenis
ikan
yang
boleh
ditangkap,
daerah
fishing
ground,
dan
musim
tangkapan di masing-masing
zona di dalam TNP Laut
Sawu.
Aturan/batasan alat tangkap,
ukuran dan jenis ikan yang
boleh
ditangkap,
daerah
fishing ground, dan musim
tangkapan di masing-masing
zona di dalam TNP Laut Sawu
berdasarkan formulasi dan
analisis
kebutuhan
serta
didukung
kajian
yang
408
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
komprehensif
Mencegah
dan
merintangi
praktek
perikanan yg menyalahi
hukum,
tidak
dilaporkan dan tidak di
atur (IUU fishing) di
dalam TNP Laut Sawu.
Pengusulan perda khusus
tentang hal-hal yang tidak
diatur dalam perundangan
dan TNP Laut Sawu
Perda khusus tentang hal-hal BKKPN
Kupang
yang tidak diatur dalam DKP
Prov
NTT
perundangan dan TNP Laut DKP
Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
Sawu
Uniconsufish
LSM
Pengelolaan
Survey dan monitoring Rapid Ecological Asessment Tersedianya
petugas
dari
pengelola
yang
memiliki
keanekaragama sumber daya kelautan (10 tahun sekali)
keahlian
khusus
dalam
n hayati dan dan perikanan
kegiatan
monitoring.
ekosistem TNP
Laut Sawu
- Survey dan monitoring
sumber daya kelautan dan
Monitoring Manta Tow (2 perikanan terlaksana sesuai
tahun sekali)
dengan SOP masing-masing
monitoring
dan
hasilnya
Terumbu Karang (2 tahun digunakan
sebagai
bahan
sekali)
409
BKKPN Kupang
LIPI
Uniconsufish
BKKPN Kupang
BKKPN Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
dalam pengambilan kebijakan
BKKPN Kupang
pengelolaan yang adaptif
Monitoring Kesehatan
Monitoring
bulan)
Penyu
Pelaksana dan Mitra
(setiap
BKKPN Kupang
Monitoring Mangrove (2 tahun
sekali)
BKKPN Kupang
Monitoring Lamun (2 tahun
sekali)
BKKPN Kupang
Monitoring
bulan)
SPAGS
(setiap
BKKPN Kupang
Monitoring
tahun)
Setasea
(setiap
BKKPN
LSM
Monitoring
Pemanfaatan
Sumberdaya (Resource use
monitoring) (setiap bulan)
Pengelolaan ekosistem, Pemulihan/rehabilitasi
habitat dan populasi
habitat sumber daya
410
Kupang
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP Kabupaten
Terlaksananya
kegiatan
rehabilitasi pada lokasi-lokasi
di dalam kawasan yang perlu
direhabilitasi
berdasarkan
kajian
yang
sebelumnya
dilakukan
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Uniconsufish
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Restocking sumber daya
Perlindungan,
pengawasan
dan
pengamanan
kawasan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Terlaksananya
kegiatan
restocking sumberdaya sesuai
kebutuhan
berdasarkan
kajian
yang
sebelumnya
dilakukan
BKKPN
Kupang
DKP
Prov
NTT
DKP
Kabupaten
Uniconsufish
Pengamanan kawasan Patroli
fungsional :
TNP Laut Sawu
pengamanan Patroli
pengamanan
dilakukan
oleh
pengelola
sesuai dengan SOP patroli
a. Patroli rutin/reguler
yang
telah
disusun BKKPN Kupang
- Berkurangnya pelanggaran
b. Patroli
mendadak/ dan
gangguan
di
dalam BKKPN Kupang
insidentil
kawasan
Patroli
pengamanan Patroli
pengamanan
bersama/joint patrol:
dilakukan secara bersama
dengan
stakeholdera. Patroli rutin/reguler
stakeholder
terkait
(PPNS
DKP, TNI AL, Polair) dan
masyarakat sesuai dengan
SOP patroli bersama yang
telah disusun dan disepakati
- Berkurangnya pelanggaran
411
BKKPN
Kupang
DKP
Provinsi
DKP
Kabupaten
TNI
AL
Polair
Masyarakat
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
b. Patroli
insidentil
Indikator Capaian
dan
gangguan
mendadak/ kawasan
di
Pelaksana dan Mitra
dalam
BKKPN
Kupang
DKP
Provinsi
DKP
Kabupaten
TNI
AL
Polair
Masyarakat
Pemetan
daerah
rawan Peta
daerah
rawan BKKPN
Kupang
DKP
Provinsi
pelanggaran dan gangguan
pelanggaran dan gangguan
DKP
Kabupaten
TNI
AL
Polair
Masyarakat
Pengembangan
Pengembangan
bioteknologi kelautan
industri
kelautan yang
lestari
Studi
pengembangan Laporan studi pengembangan BKKPN
Kupang
bioteknologi kelautan
bioteknologi kelautan
Uniconsufish
Universitas
Pemerintah Pusat
Kemitraan
pengembangan
kelautan
dalam Adanya
kerjasama
dalam BKKPN
Kupang
bioteknologi pengembangan
bioteknologi Uniconsufish
kelautan
Universitas
Pemerintah Pusat
Percontohan pengembangan Percontohan
pengembangan BKKPN
Kupang
bioteknologi kelautan
bioteknologi kelautan
Uniconsufish
Universitas
Pemerintah Pusat
412
No
Strategi
Program
Kegiatan
Pengembangan
terbarukan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
energi Studi pengembangan energi Laporan studi pengembangan BKKPN
Kupang
terbarukan
energi terbarukan
Universitas
Pemerintah Pusat
Kemitraan
pengembangan
terbarukan
dalam Adanya
kerjasama
dalam BKKPN
Kupang
energi pengembangan
dan Universitas
pengelolaan energi terbarukan Pemerintah Pusat
Percontohan pengembangan Percontohan
pengembangan BKKPN
Kupang
energi terbarukan
energi terbarukan
Universitas
Pemerintah Pusat
Pengembangan
Pengembangan
bahari
dan
pemanfaatan
jasa lingkungan budaya
dan wisata alam
dan
wisata Promosi
penyebaran - Tersedia desain teknik
wisata informasi potensi pariwisata pengembangan
sarana
prasarana wisata di zona
TNP laut Sawu (expose)
pemanfaatan
pariwisata
Mekanisme
perijinan
pengusahaan pariwisata yang
membangun
iklim
Rapat
koordinasi dapat
investasi
dan
ijin
pariwisata
pengembangan
pengelolaan
(ijin
masuk)
wisata
Adanya
dampak
dan
manfaat ekonomi secara nyata
bagi
masyarakat
dan
Pemerintah
Daerah
Peningkatan
sarana
dan
prasarana destinasi wisata
413
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
BKKPN
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
BKKPN
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
BKKPN
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Pemberlakukan
karcis masuk
ijin
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
dan
BKKPN
Kupang
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
Penetapan dan pemberlakuan
mekanisme perizinan dan
standarisasi usaha pariwisata
alam dan budaya di dalam
TNP Laut Sawu
BKKPN
Kupang
Disbudpar Provinsi
NTT
Disbudpar
Kabupaten
Pengembangan
Pengelolaan
habitat perairan
dalam
Studi
pengembangan
dan pengelolaan habitat
perairan dalam serta
pemanfaatan
sumberdaya laut dalam
Studi
pengembangan
dan
pengelolaan habitat perairan
dalam
serta
pemanfaatan
sumberdaya laut dalam
Laporan Studi pengembangan
dan
pengelolaan
habitat
perairan
dalam
serta
pemanfaatan sumberdaya laut
dalam
BKKPN
Kupang
Uniconsufish
Universitas
Pemerintah
Pusat
LSM
Pengembangan
Pengelolaan
menghadapi
perubahan iklim
Kolaborasi antara unit
pengelola,
lembaga
pemerintah, organisasi
konservasi,
sektor
swasta,
dan
masyarakat lokal dalam
pengelolaan
menghadapi perubahan
iklim
Rapat
koordinasi
regular
antara
unit
dengan
stakeholder
terkait
dalam
membahas
kolaborasi
pengelolaan
menghadapi
perubahan iklim
Adanya
koordinasi
dan
kerjasama dalam pelaksanaan
pengelolaan
menghadapi
perubahan iklim
Pemerintah
Pusat
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
BKKPN
Kupang
LSM
414
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Sosialisasi
dan
penyebaran
informasi
tentang
perubahan
iklim di dalam TNP Laut
Sawu ke masyarakat
dan stakeholder terkait
Sosialisasi dan penyebaran
informasi tentang perubahan
iklim di dalam TNP Laut Sawu
ke
masyarakat
dan
stakeholder terkait
Masyarakat dan stakeholder
terkait di dalam kawasan TNP
Laut
Sawu
mengetahui
informasi mengenai dampak
perubahan
iklim
dan
bagaimana mitigasinya
BKKPN
Kupang
Pemerintah
Pusat
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
LSM
Penerapan manajemen
adaptif di TNP laut
Sawu
untuk
memungkinkan respon
yang efektif terhadap
perubahan
iklim,
tuntutan, dan tekanan
pada kawasan
Penerapan
manajemen
adaptif untuk memungkinkan
respon yang efektif terhadap
perubahan iklim
Tersedianya
mekanisme BKKPN Kupang
untuk
mengatasi
ketidakpastian
perubahan
iklim,
melindungi
daerahdaerah kritis yang tahan
terhadap perubahan iklim dan
yang berfungsi sebagai tempat
perlindungan
untuk
mensuplai
daerah
yang
terkena dampak, memahami
dan
mempertahankan
konektivitas antara habitat
untuk
meningkatkan
penambahan kembali secara
bersama-sama dan pemulihan
untuk menjaga hubungan
fungsional
antar
habitat
terkait
serta
mengelola
ekosistem agar
kesehatan
dan
ketahanannya
tetap
terjaga dengan memonitor
beberapa indikator keefektifan
415
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
tindakan ini sebagai dasar
bagi pengelolaan adaptif.
Pengelolaan
populasi setasea
Penguatan
dukungan Perancangan zonasi kawasan Rencana zonasi TNP Laut
ilmiah untuk TNP Laut yang
resilient
terhadap Sawu yang resilient terhadap
Sawu
agar
sesuai perubahan iklim
perubahan iklim
dengan kondisi local
untuk
memastikan
kawasan
dikelola,
dirancang dan berhasil
bertahan
terhadap
perubahan iklim.
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Tim P4KKP Laut
Sawu
LSM
Kelengkapan
data
untuk
mendukung
zonasi dan pengelolaan
setasea
BKKPN
Kupang
Operator
Wisata
Masyarakat
LSM
Pelibatan masyarakat dan
operator wisata secara aktif
untuk
melaporkan
keberadaan
paus
(penampakan dan terdampar)
416
Adanya kerjasama dengan
masyarakat operator wisata
untuk
secara
aktif
melaporkan keberadaan paus
(penampakan dan terdampar)
di TNP Laut sawu
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pengurangan ancaman Kampanye Polusi di Laut - Adanya kerjasama dengan
setasea dari limbah dan (Plastik, sampah, dll) di pada angkutan
perairan
yang
polusi di laut
angkutan feri, kapal, dll.
melintas pada perairan TNP
Laut Sawu untuk mengurangi
ancaman terhadap setasea
dari limbah dan polusi di laut
- Tersedianya sarana dan
prasarana kebersihan pada
alat angkut yang melintas di
TNP
Laut
Sawu
- Tersedianya publikasi polusi
di
laut
(stiker,
papan
informasi larangan ataupun
melalui suara/mikrofon ) pada
angkutan perairan
Penelitian,
pengembangan
dan penerapan
ilmu
dan
teknologi
kelautan
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang
Dishub
NTT
Dishub Kabupaten
PT. ASDP Indonesia
Ferry
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
Melakukan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
teknologi
perikanan
budidaya
Inventarisasi, identifikasi dan
analisis
kebutuhan
pengembangan
teknologi
perikanan budidaya
Pengembangan
teknologi
perikanan
budidaya
berdasarkan
hasil
inventarisasi, identifikasi dan
analisis kebutuhan
BKKPN
Kupang
Uniconsufish
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
Melakukan
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap yang ramah
Inventarisasi, identifikasi dan
analisis
kebutuhan
pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap
yang
ramah lingkungan
Pengembangan
teknologi
perikanan
tangkap
berdasarkan
hasil
inventarisasi, identifikasi dan
analisis kebutuhan
BKKPN
Kupang
Uniconsufish
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
417
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
lingkungan
untuk
MoU
kerjasama
mendukung perikanan Kerja sama untuk pengkajian Adanya
metode
dan
alat
tangkap
yang
antara
pengelola
dan
pihak
yang berkelanjutan
yang
relevan
dan
ramah lingkungan
terlaksananya
kerjasama
untuk pengkajian metode dan
alat tangkap yang ramah
lingkungan
Pelaksana dan Mitra
BKKPN
Kupang
Pemprov
NTT
Pemda Kabupaten
Uniconsufish
LIPI
LSM
Lembaga lain
Survey pendugaan stok jenis Laporan survey pendugaan BKKPN
Kupang
ikan ekonomis penting dan stok jenis ikan ekonomis Uniconsufish
Komnaskajiskan
kritis
penting dan kritis
DKP Provinsi NTT
DKP
Kabupaten
LSM
Pengelolaan
pelayaran
Pengelolaan keamanan Rapat
koordinasi
antara
dan
kenyamanan Lembaga Pengelola dengan
dinas
terkait
untuk
pelayaran
pengelolaan alur pelayaran
Monitoring dan Monitoring dan evaluasi
dengan menggunakan
evaluasi
perangkat
Pedoman
Teknis
E-KKP3K
(Evaluasi
Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi
Perairan,
Pesisir dan Pulau-Pulau
Monitoring
dan
evaluasi
dengan
menggunakan
perangkat Pedoman Teknis EKKP3K (Evaluasi Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi Perairan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil)
418
Tersedianya
sistem
dan
koordinasi yang disepakati
parapihak dalam pengelolaan
keamanan dan pelayaran
BKKPN
Kupang
Dishub
NTT
Dishub Kabupaten
PT. ASDP Indonesia
Ferry
Terlaksananya monitoring dan BKKPN Kupang
evaluasi
dengan
menggunakan
perangkat
Pedoman Teknis E-KKP3K
(Evaluasi
Efektivitas
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi Perairan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil)
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Kecil)
3
Penguatan
sosial
ekonomi dan
budaya
Peningkatan
kesadaran
masyarakat dan
pendidikan
lingkungan
Kampanye Konservasi
Perairan
dan
Penyebaran Informasi
TNP Laut Sawu
Diskusi Rutin Penyadaran Meningkatnya
kesadaran BKKPN
Kupang
Konservasi Perairan dengan masyarakat akan arti penting Tokoh Masyarakat
kelompok masyarakat dan konservasi perairan
LSM
penerima manfaat lainnya di
wilayah TNP Laut Sawu
Kampanye
Penyadaran
Konservasi
Perairan
dan
penyebarluasan
informasi
Peraturan dan Perundangundangan
yang
terkait
dengan pengelolaan TNP Laut
Sawu
Pembentukan
dan
pembinaan
kelompok
masyarakat
peduli
konservasi perairan
Meningkatnya
kesadaran BKKPN
Kupang
masyarakat akan arti penting Tokoh Masyarakat
konservasi
perairan
serta LSM
peraturan
perundanganundangan
yang
berkaitan
dengan pengelolaan TNP Laut
Sawu
Monitoring
dan
evaluasi Terbentuk dan terlatihnya
kegiatan
kelompok Kelompok masyarakat peduli
masyarakat peduli konservasi konservasi
perairan
di
perairan
masing-masing Kabupaten di
dalam TNP Laut Sawu
419
BKKPN
Kupang
Tokoh Masyarakat
Pemda Kabupaten
LSM
No
Strategi
Program
Kegiatan
Kerjasama
pengembangan
kurikulum
muatan
lokal
berbasis
konservasi perairan dan
penerapannya
di
sekolah
dasar
dan
menengah
Pengembangan
mekanisme
penyebarluasan
informasi
dan
komunikasi TNP
Laut Sawu
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Pengembangan
kurikulum Kurikulum
muatan
lokal
muatan
lokal
berbasis berbasis konservasi perairan
yang diterapkan di SD dan
konservasi perairan
SMP di Kabupaten-Kabupaten
di dalam TNP Laut Sawu
Pelatihan dan penyegaran
guru konservasi
BKKPN
Kupang
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
LSM
Kerjasama kegiatan luar kelas
BKKPN
Kupang
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
Evaluasi
BKKPN
Kupang
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
Penyebaran
informasi Penyiapan materi/program
Informasi mengenai TNP Laut
melalui media massa
Sawu tersebar luas melalui
(Website, TV, Radio,
media massa
Surat
Kabar
dan Update Ragam Informasi yang
berkaitan dengan TNP Laut
majalah)
Sawu
Diskusi
Rutin
Jurnalis Lokal NTT
dengan
Pembuatan press release
420
BKKPN
Kupang
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
LSM
BKKPN
LSM
Kupang
BKKPN
LSM
Kupang
BKKPN
LSM
Kupang
BKKPN
Kupang
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
LSM
Memfasilitasi
peliputan media
Pengembangan
partisipasi
masyarakat
kunjungan/
BKKPN
LSM
Kupang
Desain dan Pembuatan Perancangan
desain
dan Terbitnya material publikasi BKKPN
Material Publikasi TNP materi, pencetakan bahan, TNP Laut Sawu secara berkala LSM
Laut Sawu
penyebarluasan dan evaluasi
Kupang
Penyebaran Informasi Partisipasi dalam kegiatan
TNP Laut Sawu melalui Pameran, Eksebisi, Festival di
tingkat
lokal,regional,
ragam kegiatan Publik
nasional dan internasional
Informasi mengenai TNP Laut BKKPN
Sawu disebarluaskan melalui LSM
kegiatan-kegiatan di tingkat
lokal, regional, nasional dan
internasional
Kupang
Penguatan keterlibatan
masyarakat
dalam
pengelolaan TNP Laut
Sawu
Terlaksananya
pertemuan
reguler
kelompok-kelompok
pengguna
sumberdaya
(nelayan dan pembudidaya)
dan
pelatihan
pengorganisasian masyarakat
Penguatan
kelompokkelompok
pengguna
sumberdaya (nelayan dan
pembudidaya)
melalui
pertemuan
reguler
dan
pelatihan
pengorganisasian
masyarakat
BKKPN
Kupang
Tokoh Masyarakat
LSM
Lokal
LSM
Partisipasi masyarakat Pengembangan
pengawasan Mekanisme
pengawasan BKKPN
dalam pengelolaan TNP berbasis masyarakat
DKP
berbasis masyarakat
Laut Sawu
LSM
421
Kupang
Kabupaten
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Penguatan
kapasitas Pelatihan manajemen usaha Kapasitas
masyarakat DKP
Kabupaten
masyarakat pengguna dan teknis usaha perikanan meningkat dalam manajemen BKKPN
Kupang
usaha perikanan dan teknis Uniconsufish
sumberdaya laut
yang berkelanjutan
usaha
perikanan
yang
berkelanjutan
Pemberdayaan
masyarakat
pesisir
Pelatihan
bencana
Pengembangan usaha
ekonomi
masyarakat
pengguna sumberdaya
kelautan dan perikanan
di dalam TNP laut Sawu
teknis
mitigasi Kapasitas dan pengetahuan DKP
Kabupaten
Kupang
masyarakat meningkat dalam BKKPN
Uniconsufish
upaya mitigasi bencana
Bantuan modal kerja untuk Meningkatnya
meningkatkan skala usaha masyarakat
masyarakat
pengguna
sumberdaya kelautan dan
perikanan
usaha DKP
Kabupaten
DKP Provinsi
Pelestarian adat Pelestarian
kearifan
dan
budaya local masyarakat pesisir
masyarakat
pesisir
Fasilitasi revitalisasi kearifan
local masyarakat pesisir yang
mendukung konservasi dan
pemanfaatan
sumberdaya
lestari
Terlaksananya
revitalisasi BKKPN
kearifan
local
masyarakat LSM
pesisir
yang
mendukung LSM
konservasi dan pemanfaatan
sumberdaya lestari
Kupang
Lokal
Monitoring dan Monitoring persepsi
evaluasi
Monitoring
persepsi Terlaksananya
monitoring BKKPN
masyarakat
terhadap persepsi masyarakat terhadap LSM
pengelolaan TNP Laut Sawu
pengelolaan TNP Laut Sawu
Kupang
422
No
Strategi
Program
Kegiatan
Butir Kegiatan
Monitoring dan evaluasi Monitoring
dan
evaluasi
Kampanye Konservasi dan
program
Penyebaran Informasi TNP
Laut Sawu
423
Indikator Capaian
Pelaksana dan Mitra
Terlaksananya monitoring dan BKKPN
evaluasi
Kampanye LSM
Konservasi dan Penyebaran
Informasi TNP Laut Sawu
Kupang
BAB VI
PENUTUP
Rencana Pengelolaan dan Zonasi TNP Laut Sawu dan sekitarnya di
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014–2034 merupakan dokumen yang
memuat kebijakan pengelolaan TNP Laut Sawu dan sekitarnya di Provinsi
Nusa Tenggara Timur, yang meliputi visi dan misi, tujuan dan sasaran
pengelolaan,
dan
strategi
pengelolaan
untuk
mengarahkan
dan
mengendalikan program dan kegiatan pengelolaan TNP Laut Sawu dan
sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur.Rencana Pengelolaan dan
Zonasi TNP Laut Sawu merupakan acuan untuk menyusun rencana kerja
tahunan oleh Satuan Organisasi Unit Pengelola TNP Laut Sawu.
Untuk itu, semua pihak yang terkait dalam pengelolaan TNP Laut
Sawudan
sekitarnya
di
Provinsi
Nusa
Tenggara
Timur
diharapkan
mendukung Rencana Pengelolaan dan Zonasi TNP Laut Sawu dan
sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur secara partisipatif.
Mengingat pengelolaanTNP Laut Sawu dan sekitarnya di Provinsi
Nusa Tenggara Timur bersifat dinamis dan adaptif, maka Rencana
Pengelolaan dan Zonasi TNP Laut Sawu dan sekitarnya di Provinsi Nusa
Tenggara Timur dapat dilakukan peninjauan kembali sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun sekali dengan mempertimbangkan berbagai perkembangan
yang terjadi dan memperhatikan kebijakan nasional dan daerah, serta
mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial budaya, fisik kawasan, ekologis
dan sumberdaya alam yang penting bagi kesejahteraan masyarakat dan
pembangunan ekonomi, dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah
dan pembangunan yang berkelanjutan.
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SHARIF C. SUTARDJO
424
Download