nilai-nilai edukatif dalam karya felix y. siauw skripsi

advertisement
NILAI-NILAI EDUKATIF
DALAM KARYA FELIX Y. SIAUW
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.)
Oleh
SETYA UTAMI
NIM 111 11 044
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
NILAI-NILAI EDUKATIF
DALAM KARYA FELIX Y. SIAUW
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh
SETYA UTAMI
NIM 11111044
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
MOTTO
...            
Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh
(berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. ...
(Ali Imran: 110)
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan ketulusan hati
yang paling dalam, kupersembahkan skripsi ini untuk :
1. Emak dan Bapak tercinta (Sri Hartatik, Zuhri), yang telah memberikan
kasih sayang, doa, motivasi, dukungan, bimbingan dan nasihat dalam
kehidupan ini.
2. Adik-adikku tersayang (Anisya’ Uswatun Khasanah, Abdul Khakim AlFarizi, dan Marwatus Zahwa) kalian adalah teman sekaligus guru
kehidupanku.
3. (Alm. Mbah Rustam), Mbah Rori, Mak Endang, dan Mbok Khosiyah,
kalian adalah orang penting bagiku yang selalu menekankan untuk
menjadi manusia bermoral.
4. Dosen pembimbing skripsi Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag. yang
membimbing dan mendidik ku dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah mengajar, mendidik,
dan memberikan
begitu banyak ilmu kepada penulis selama
perkuliahan.
6. Sahabatku Tari Suprobo, Al Milatul Mizza, Sri Sulastri, dan Fredita
Anjar Sari bersama kalian aku menjemput hidayah.
7. Almamaterku tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1.
Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3.
Siti Rukhayati M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
4.
Dr. Imam Sutomo, M. Ag., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
M. Farid Abdullah, S. Pd. I., M. Hum. selaku pembimbing akademik.
6.
Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7.
Bapak dan ibu serta keluarga besarku yang telah mendoakan dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih
sayang dan kesabaran.
8.
Ustadz Felix Y. Siauw yang telah bersedia menjadi narasumber.
9.
Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyelesaian skripsi ini
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 12 Agustus 2015
Penulis,
Setya Utami
NIM.11111044
ABSTRAK
Utami, Setya. 2015. Nilai-nilai Edukatif dalam Karya Felix Y. Siauw. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam
Sutomo, M. Ag.
Kata kunci: Nilai-nilai edukatif
Penelitian ini merupakan upaya penggalian nilai-nilai edukatif dalam karya
Felix Y. Siauw. Rumusan masalah pada skripsi ini adalah apa sajakah nilai-nilai
edukatif dalam karya Felix Y. Siauw. Hasil penelitian diharapkan dapat
dipergunakan untuk memberikan informasi dan masukan kepada semua pihak
terutama pada bidang pendidikan, penelitian, dan kepenulisan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research),
dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze
research). Deskripsi analisis ini mengenai bibliografis yaitu pencarian berupa
fakta, hasil, dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis,
membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang
dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan nilai-nilai edukatif pada buku-buku karya
Felix Y. Siauw adalah; 1. Nilai-nilai individual: visioner, motivasi, keseriusan,
sabar, rajin, memaafkan, hijrah, mudah beradaptasi, tabayyun, kepemimpinan,
ketangkasan, mempelajari sebab-sebab kemenangan, simpati, waspada, tidak
terburu-buru, rasional, meluruskan niat, adil, optimis, amanah, tawadhu’, jujur,
husnudzan, rindu pada kebaikan, kecerdasan emosional, keberanian, tawakal,
tegas, dan ketulusan. 2. Nilai-nilai sosial: Kesetaraan gender dalam Islam, adab
berpakaian, jihad, kekompakan, pendidikan prenatal, menjunjung hak asasi
manusia, birul walidain, tata tertib, etika pergaulan dalam Islam, etika terhadap
musuh, keteladanan, toleransi, serta adab makan dan minum. 3. Nilai-nilai praktis:
langkah membentuk habits. 4. Nilai-nilai dakwah: melembaga, menyampaikan
kebaikan, dan kewajiban.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ....................................................................................................
LEMBAR LOGO .........................................................................................
i
JUDUL .........................................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................
v
MOTO .........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
ABSTRAK ...................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
3
D. Kegunaan Penelitian .....................................................................
4
E. Metode Penelitian ..........................................................................
4
F. Penegasan Istilah
8
G. Sistematika Penulisan ...................................................................
9
BAB II BIOGRAFI FELIX Y. SIAUW
A. Latar Belakang Keluarga ..............................................................
11
B. Latar Belakang Pendidikan ............................................................
12
C. Karya Tulis Felix Y. Siauw ...........................................................
13
D. Aktivitas Dakwah Felix Y. Siauw .................................................
13
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN FELIX Y. SIAUW
A. Pemikiran Akhlak ..........................................................................
18
B. Pemikiran Sistem Pemerintahan ....................................................
52
C. Pemikiran Sejarah ..........................................................................
65
BAB IV PEMBAHASAN
A. Signifikansi Pemikiran ...................................................................
99
B. Relevansi Pemikiran ......................................................................
100
C. Implikasi ........................................................................................
102
1. Nilai-nilai individual...............................................................
102
2. Nilai-nilai sosial ......................................................................
129
3. Nilai-nilai praktis ....................................................................
141
4. Nilai-nilai dakwah ..................................................................
141
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................
145
B. Saran ..............................................................................................
145
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Quesioner yang diajukan pada Felix Y. Siauw
Lampiran
2
Hasil Wawancara dengan Felix Y. Siauw
Lampiran
3
Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran
4
Daftar Nilai SKK
Lampiran
5
Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran
6
Riwayat Hidup Penulis
Lampiran
7
Ringkasan Power Point Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluaran pendidikan1 seharusnya dapat menghasilkan orang “pintar”
tetapi juga orang “baik” dalam arti luas. Pendidikan tidak hanya menghasilkan
orang “pintar” tetapi “tidak baik”, sebaliknya juga pendidikan tidak hanya
menghasilkan orang “baik” tetapi “tidak pintar” (Hidayatullah, 2010: 1).
Pendidikan dapat diproleh tidak hanya melalui pendidikan formal tetapi
juga in-formal dan non-formal. Dalam Islam, pendidikan senantiasa
bersambung (kontinu) dan tanpa batas. Hal ini karena hakikat pendidikan Islam
merupakan proses tanpa akhir sejalan dengan konsensus universal yang
ditetapkan Allah SWT dan Rasul-Nya, dengan istilah “Life long education”
(Muhaimin, 1993: 138). Pentingnya pendidikan ditegaskan dalam Al-Qur’an
surat Al-‘Alaq ayat 1-5:
‫} ا ْق َرأْ َو َرب َُّك‬2{ ‫ق‬
َ ‫اإلن‬
ٍ َ‫سانَ ِم ْن َعل‬
ِ َ‫} َخ َلق‬1{ َ‫ا ْق َرأْ بِا ْس ِم َربِ َك الَّذِي َخلَق‬
}5{ ‫سانَ َمالَ ْم يَ ْعلَ ْم‬
َ ‫} َعلَّ َم اْ ِإلن‬4{ ‫} الَّذِي َعلَّ َم ابِ ْالقَلَ ِم‬3{ ‫اْأل َ ْك َر ُم‬
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah, yang mengajarkan manusia dari perantaraan kalam. Dia
mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan ilmu, ketrampilan,
teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aspek lainnya: kepribadian,
1
Dalam bahasa Inggris, pendidikan adalah education dan kata education berasal dari
kata educate berarti memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to
evolve, to develop). Namun, education dalam pengertian yang sempit berarti perbuatan atau
proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLoad dalam Islamuddin, 2012: 3-4).
etik moral dan lain-lain, yang kesemuanya disebut pendidikan nilai (Kaswardi,
1993: 3). Salah satu sumber belajar yang sangat vital adalah buku. Dengan
membaca buku kita dapat menggali nilai-nilai pendidikan.
Felix Y. Siauw adalah seorang Islamic Inspirator. Ustadz Felix dalam
sapaan akrabnya adalah seorang mualaf yang dapat menjadi sosok ustadz
dalam 10 tahun usia muslimnya. Ustadz Felix aktif mengisi kajian di
perkantoran, pesantren, radio, dan masjid. Selain itu, Ustadz Felix juga mengisi
kajian yang ditayangkan beberapa stasiun televisi, baik nasional yaitu TVRI
dalam acara Ispirasi Islam, maupun swasta yaitu Tv One sebagai bintang tamu
dalam acara Satu Jam Lebih Dekat dengan Felix Y. Siauw, Trans Tv dalam
acara Mozaik Islam, dan Share Channel Tv dalam acara Inspiring Islam. Tidak
hanya itu Ustadz Felix juga mengisi kajian di luar negeri. Negara yang pernah
mendatangkan Ustadz Felix antara lain: Australia, Jepang, dan Amerika.
Hal menarik dari Ustadz Felix adalah sebutannya sebagai ustadz sosial
media. Kiprah Ustadz Felix dalam menyampaikan agama di jejaring sosial
membuatnya terkenal di dunia maya. Dunia di mana penghuninya didominasi
oleh remaja. Tulisan Ustadz Felix di facebook maupun di twitter kerap
menggunakan diksi yang tepat, kata-kata Ustadz Felix yang sampai ke lubuk
hati, dan tetap mudah dipahami. Analisis logis yang menggunakan fakta-fakta
real dan tidak banyak berdalil, menjadikan tulisannya renyah dan mudah
diterima para remaja. Buku-buku Ustadz Felix juga ditulis dengan gaya bahasa
yang sama. Bahkan dalam beberapa buku disisipkan gambar ilustrasi pernakpernik khas remaja.
Dengan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang nilai-nilai
pendidikan yang dihubungkan dengan buku-buku karya Ustadz Felix. Sehingga
peneliti merumuskan judul NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM KARYA
FELIX Y. SIAUW.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan
yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup
keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi
dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013: 302). Adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apa sajakah nilai-nilai edukatif
yang terkandung dalam karya Felix Y. Siauw?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai
dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan
rumusan masalah (Tim, 2008: 16). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut: Untuk mengetahui nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam
karya Felix Y. Siauw.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoretik
Secara teoretik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan
bagi
bidang
pendidikan
pada
umumnya
dan
bagi
pengembangan nilai-nilai edukatif pada khususnya.
2. Manfaat Prakatis
Secara praktis, manfaat penyampaian pesan melalui buku ada tiga
yaitu:
a. Bagi bidang kepenulisan, penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat karya
buku yang sarat dengan nilai-nilai edukatif.
b. Bagi bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberi
masukan dalam mengembangkan metode pembelajaran nilai-nilai
edukatif melalui bacaan buku karya Felix Y. Siauw.
c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di
masa yang akan datang.
E. Metode Penelitian
Pengertian metode, berasal dari kata methodos (Yunani) yang
dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan
kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk
memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk
menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2010: 24).
Metodologi merupakan filosofi atau prinsip umum yang akan
memandu penelitian (Dawson, 2010: 15). Sedangkan penelitian adalah
usaha seseorang yang dilakukan secara sitematis mengikuti aturan-aturan
metodologi
misalnya
observasi
secara
sistematis,
dikontrol,
dan
mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada
(Sukardi, 2009: 4). Adapun komponen dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research), dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis
(descriptive of analyze research). Deskripsi analisis ini mengenai
bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran
seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi
serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan
(Moleong, 2005: 29).
Penelitian ini mengunakan literatur dan teks sebagai objek analisis
yaitu buku-buku
yang kemudian dideskripsikan dengan cara
menjelaskan teks-teks dalam buku-buku itu yang mengandung nilainilai edukatif kemudian memberikan pemahaman atas teks-teks yang
dideskripsikan.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah
metode
dokumentasi.
Dokumentasi
adalah
ditujukan
untuk
memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku
yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film
dokumenter, data yang relevan (Sudaryono, 2013: 41).
Metode dokumentasi yang relevan untuk penulisan skripsi ini
adalah data dari berbagai literatur, berupa wawancara melalui email,
buku, brosur, majalah, dan website.
3. Sumber Data
Sumber data dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: sumber data
primer dan sekunder (Suryabrata, 1995: 84-85). Adapun yang penulis
paparkan adalah sebagai berikut:
a. Sumber data primer, merupakan sumber utama yang digunakan
untuk penelitian ini, yaitu buku-buku karya Felix Y. Siauw
meliputi: How to Master Your Habits; Yuk, Berhijab; Udah
Putusin Aja; Beyond The Inspiration; Muhammad Al-Fatih 1453;
Khilafah *Remake; The Chronicles of Ghazi: The Rise of
Ottomans; dan The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and
Crescent.
b. Sumber data sekunder, yaitu berbagai literatur yang berhubungan
dan relevan dengan objek penelitian, berupa wawancara melalui
email, buku, brosur, majalah, dan website.
4. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan menguraikan
dan menganalisis atas teks-teks yang dideskripsikan. Isi dalam metode
analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi.
Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah,
sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai
akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007: 48).
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis
isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode
kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar
penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi
pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam
dokumen-dokumen yang padat isi. Penelitian menekankan bagaimana
memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang
terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007: 49).
Langkah yang digunakan untuk mengelola data adalah:
a. Langkah deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku: How
to Master Your Habits; Yuk, Berhijab; Udah Putusin Aja; Beyond
The Inspiration; Muhammad Al-Fatih 1453; Khilafah *Remake;
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans; dan The
Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent yang
mengandung nilai-nilai edukatif.
b. Langkan interpretasi, yaitu pemberian kesan, pendapat atau
pandangan yang berhubungan dengan nilai-nilai edukatif.
c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari buku yang
mengandung nilai-nilai edukatif.
d.
Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan
dari buku yang mengandung nilai-nilai edukatif.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menelaah judul
penelitian, maka penulis akan menjelaskan istilah pokok yang terkandung
dalam judul, yaitu:
1. Nilai
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia
atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar dan halhal yang dianggap buruk dan salah (HMI dalam Muhaimin, 1993:
110). Nilai adalah suatu ideal, suatu paradigma yang menyatakan
realitas sosial yang diinginkan dan dihormati. Pada hakikatnya nilai
adalah kepercayaan-keparcayaan bahwa cara hidup yang diidealisasi
adalah cara yang terbaik bagi masyarakat. Oleh karena nilai adalah
kepercayaan maka nilai berfungsi mengilhami anggota-anggota
masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan cara yang diterima
masyarakat. Oleh karena nilai-nilai adalah gambaran-gambaran yang
ideal, maka nilai tersebut merupakan alat untuk menentukan mutu
perilaku seseorang (Gabriel dalam Sutomo).
2. Edukatif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edukatif diartikan: 1.
Bersifat mendidik; 2. Berkenaan dengan pendidikan. (Purwanto, 2007:
10) menyatakan pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Berdasarkan pendapat di
atas peneliti mendefinisikan nilai-nilai edukatif adalah konsep-konsep,
suatu ideal, suatu paradigma yang mengilhami anggota masyarakat
agar berperilaku sesuai yang diterima masyarakat selanjutnya akan
menentukan perilaku seseorang melalui usaha yang mendidik ke arah
kedewasaan mengenai hal-hal yang dianggap baik maupun buruk.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga
bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
Bagian isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima
bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah yang
mendasari terjadinya penelitian, kemudian menentukan
tujuan penelitian, selanjutnya memilih metode penelitian
yang tepat untuk memecahkan permasalahan.
BAB II
BIOGRAFI FELIX Y. SIAUW
Dalam bab ini diuraikan mengenai biografi Felix Y. Siauw
berdasarkan data yang diperoleh.
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN FELIX Y. SIAUW
Bab iii adalah ringkasan dari buku-buku How to Master Your
Habits; Yuk, Berhijab; Udah Putusin Aja; Beyond The
Inspiration; Muhammad Al-Fatih 1453; Khilafah *Remake;
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans; dan The
Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent yang
telah digali nilai-nilai edukatifnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan mengenai analisis pemikiran Felix
Y. Siauw berdasarkan data yang diperoleh pada bab
sebelumnya berdasarkan sudut pandang peneliti kemudian
disajikan butir-butir nilai edukatif dalam karya Felix Y.
Siauw.
BAB V
PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
BIOGRAFI FELIX Y. SIAUW
A. Latar Belakang Keluarga
Felix Yanwar Siauw2 merupakan sosok pendakwah yang terkenal di
sosial media terutama facebook dan twitter. FX Iwan S. dengan Jarniwati
Ishack mempunyai lima orang anak, salah satunya adalah Ustadz Felix.
Ustadz Felix kelahiran Palembang, 31 Januari 1984. Berlatar belakang
keluarga keturunan etnis Tionghoa. Dibesarkan dalam keluarga Katolik
yang taat.
Kehidupan Ustadz Felix mulai berubah semenjak keraguannya di
dalam agamanya. Membenci agama tetapi masih percaya pada Tuhan.
Mulai mendalami Islam sejak masuk di bangku kuliah. Kemudian
memutuskan masuk Islam pada tahun 2002. Meskipun Ustadz Felix sudah
menjadi mualaf, Ustadz Felix tetap menjalin hubungan baik dengan kedua
orang tuanya dan saudara-saudaranya yang kesemuanya berbeda agama.
Setelah empat tahun masa keislamannya, tepatnya pada tahun 2006,
Ustadz Felix memutuskan untuk menikah. Nama istri Ustadz Felix adalah
Parsini. Sampai saat ini Ustadz Felix dikaruniai empat orang anak, dua
putra, dan dua putri. Alila Shaffiya Asy-Syarifah (2008), Shifr Muhammad
Al-Fatih 1453 (2010), Ghazi Muhammad Al-Fatih 1453 (2011), dan Aia
Shaffiya Asy-Syarifah (2013).
2
Data diperoleh melalui tanya jawab dengan email [email protected]
pada tanggal 29 Juni sampai 11 Juli 2015.
B. Latar Belakang Pendidikan
Ustadz Felix mengenyam pendidikan di SD Xaverius II, SMP
Xaverius Maria, dan SMA Xaverius I. Kemudian melanjutkan ke perguruan
tinggi di Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Masuk di IPB tahun 2002 dan lulus pada tahun 2006. Di IPB Ustadz
Felix belajar tentang Islam di Lembaga Dakwah Kampus Badan Kerohanian
Islam Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (LDK BKIM IPB) Fakultas
Pertanian. Kiprah dakwahnya juga bermula dari sini.
Ustadz Felix mendalami Islam berawal dari dugaan bahwa Islam itu
keras, teroris, radikal, mau menang sendiri, tak ada belas kasihan,
serampangan, anti-kemajuan, dan gila. Setelah mengenal teman-teman dari
HT (Hizbut Tahrir) Ustadz Felix mengenal konsep Islam yang sama sekali
berbeda dari yang diketahui, tentang konsep Islam mengenai aqidah aqliyah
(akidah dari jalan perpikir), qadha-qadar (tentang takdir, hidayah, nasib),
politik, ekonomi, pendidikan, keuangan sampai ideologi Islam, pandangan
tentang Islam sama sekali berubah, dari situ Ustadz Felix memahami Islam
yang benar-benar sempurna (Siauw, 2015).
Banyak komentar-komentar mengenai keanggotaannya di HT,
namun bagi Ustadz Felix HT adalah tempat pertama mengenal Islam lebih
dekat. Ustadz Felix mengerti bahwa Allah kelak akan menghisabnya
sendirian, bukan bersama-sama kelompok, bukan bersama HT, karena itu
bagian dari kelompok dakwah saja, bahwa berdakwah itu karena Allah,
bukan karena partai, bahwa Islam itu tinggi dari segala-galanya, bahwa
ukhuwah Islam itu seutama ikatan.
C. Karya Tulis Felix Y. Siauw
Karya-karya Ustadz Felix dalam bentuk buku yaitu:
1. How to Master Your Habits.
2. Yuk, Berhijab.
3. Udah Putusin Aja.
4. Beyond The Inspiration.
5. Muhammad Al-Fatih 1453.
6. Khilafah *Remake.
7. The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans.
8. The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent.
D. Aktivitas Dakwah Felix Y. Siauw
Ustadz Felix terkenal sebagai Islamic Inspirator oleh karena itu,
aktivitas dakwah menjadi bagian penting dalam kehidupan Ustadz Felix.
Kiprah dakwahnya tidak hanya di dunia maya tetapi juga di perkantoran,
pesantren, perguruan tinggi, dan masjid. Selain itu, Ustadz Felix juga
mengisi kajian yang ditayangkan beberapa stasiun televisi, baik nasional
maupun swasta. Tidak hanya itu Ustadz Felix juga mengisi kajian di
beberapa kota di Asia, Eropa, Australia, dan Timur Tengah. Ustadz Felix
menaruh perhatian lebih pada daerah-daerah yang rawan pemurtadan
seperti Desa Wonolelo, Kecamatan Sawang, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah. Bentuk kepedulian Ustadz Felix yaitu dengan memberikan kajian-
kajian berupa penguatan akidah yang berpusat di Pesantren Masyarakat
Merapi Merbabu (Pesantren).
Di tengah-tengah kesibukannya sebagai penulis dan marketing
manager di perusahaan agro kimia, PT. Biotis Agrindo, dakwah tetaplah
menjadi prioritas Ustadz Felix. Ustadz Felix tidak mempunyai manager
dalam mengatur jadwal keseharian pun juga tidak memasang tarif dalam
berdakwah. Bagi Ustadz Felix yang telah mengabdikan hidup di jalan
dakwah, bisnis merupakan biaya untuk berdakwah bukan dakwah untuk
biaya bisnis.
Bagi ustadz yang bermotto hidup kebenaran hanya satu yaitu
Islam. Menyatakan bahwa waktu berdakwah adalah seumur hidup, tempat
berdakwah adalah bumi Allah, materi dakwah adalah Al-Qur’an dan AsSunnah, dan audiensi adalah semua manusia.
Gaya dakwah Ustadz Felix yang khas yaitu dengan selalu memakai
power point dalam setiap penyampaian materi membuat jamaah selalu
tertarik. Dengan selalu mengenakan baju batik juga menjadi ciri khas
Ustadz Felix dalam berdakwah.
Tema dakwah Ustadz Felix sangat bervariasi mulai dari model
penyampaiannya hingga tema materinya. Model dakwah berupa tulisantulisan jejaring sosial, menulis buku, bedah buku, dan seminar. Berikut
beberapa tema yang sering disampaikan Ustadz Felix sebagai Islamic
Inspirator (Alfatih, 2013):
1. Materi Basic Islamic Leadership Training (BILT)
a. Materi B-ILT
b. Life is Choice
c. Muhammad Al-Fatih 1453
2. Materi Training Spiritual Performance Boosting (SPB)
a. SPB-Get The Guidance Easier
b. SPB-The Way To Belief
c. SPB-The True Shahadah
d. SPB-Beyond The Ispiration
e. SPB-Living After Life
3. Materi Bagaimana Khilafah Diruntuhkan
a. Presentasi materi
b. Film 1 (Misionaris-Nasionalis)
c. Film 2 (Serangan Fisik)
d. Film 3 (Ottoman Empire)
e. Film 4 (Balfour)
4. Materi Khsus Presentasi Palestina
a. Presentasi power point
b. Film 1 (Tragedi Palestina HIP Edited)
c. Film 2 (Proof of HAMMAS Victory)
d. Film 3 (Obama: USD 30 Milliar Buat Israel)
e. Film 4 (Deklarasi Balfour)
f. Surat Ummu Taqi
g. Doa Aku
h. Film potongan Ila Mata
5. Materi Kajian Tematik
a. Tujuan hakiki hidup manusia
b. Islam dan toleransi menyikapi natal dan tahun baru
c. Krisis ekonomi 2008
d. Keunggulan dinar dan dirham
e. Jihad dalam Islam, makna hijrah Rasulullah
f. Syariat Islam mengatasi kemiskinan
g. Karunia terbaik buat wanita
h. Islam in China
i. Tarhib Ramadhan
j. Penentuan awal akhir Ramadhan
k. Hikmah Nuzul Al-Qur’an
6. Kajian Materi Holistik Revolusioner
a. Cloting in Islam
b. Mencintai Karena Allah
c. Ultimate True Love
d. Sistem Peradilan Islam
e. Sistem Ekonomi Islam
f. Sistem Pendidikan Islam
g. Isra-Mi’raj, Titik Tolak Dakwah Rasulullah
h. Bahasa dan Sejarah serta Kecerdasan Kaum Muslim
Berbagai power point dapat diunduh dengan bebas tanpa
pelanggaran hak cipta, karena tujuan Ustadz Felix untuk menyebarkan
dakwah Islam.
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN FELIX Y. SIAUW
A. Pemikiran Akhlak
Pemikiran akhlak oleh Felix Y. Siauw terangkum dalam empat buku
yaitu How to Master Your Habits, Yuk Berhijab, Udah Putusin Aja, dan
Beyond The Inspiration. Buku How to Master Your Habits yang terdiri dari
169 halaman adalah buku yang menjelaskan bagaimana mengusai keahlian
tanpa motivasi, bahkan tanpa berpikir. Buku ini juga dikhususkan untuk
para pejuang dakwah Islam. Buku ini akan menuntun bagaimana pekerjaan
bisa dilakukan secara otomatis, mendakwahkan Islam, beribadah pada
Allah, dan juga melakukan kebaikan secara otomatis.
Menurut Ustadz Felix, motivasi saja ternyata tidak cukup untuk
membuat seseorang memiliki keahlian-keahlian yang diperlukan dalam
berdakwah (Siauw, 2014d: iv). Tulisan yang dibuat Ustadz Felix pada buku
ini terinspirasi dari kawan-kawannya yaitu: seorang pengemban dakwah
bukan pustakawan yang kecanduan buku-buku sejarah dan referensi Islam
lainnya kemudian mampu menceritakannya kembali, Ustadz Felix juga
mengenal
pengemban
dakwah
bukan
wartawan
namun
mampu
menghasilkan tulisan dakwahnya sama cepatnya dengan dokter menuliskan
resep untuk pasien, ada juga pengemban dakwah yang bukan arabian
namun mampu membaca literatur Arab gundul sama cepatnya dengan anak
SMA membaca komik, selain itu ada pengemban dakwah yang terlahir jauh
dari hartawan namun mampu membantu orang-orang kesulitan sama
ringannya dengan kapas. Ustadz Felix berharap agar buku ini bukan hanya
menginspirasi tapi juga agar mampu mengkondisikan setiap pengemban
dakwah untuk menguasai keahlian di jalan dakwah.
Dalam buku ini penulisan tidak disajikan daftar isi. Bagian awal
dimulai dengan Greet Them ‘The Inspirator’ yang isinya mengajak
pembaca untuk menengok orang-orang hebat di dalam Islam yaitu Imam
Syafi’i yang mampu menghafal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun dan hafal
kitab Al-Muwaththa’ pada usia dua belas tahun. Ath-Thabari setiap hari
menulis empat puluh lembar dalam 40 tahun hidupnya. Khalid bin Walid
ahli dalam bidang militer yang mampu memporak-porandakan Persia dan
Romawi dalam beberapa tahun. Siti Aisyah penghafal hadis terbanyak dari
kalangan sahabiyyah. Serta keteladanan pada sifat kedermawanan
Abdurrahman bin Auf. Sayangnya kebanyakan orang Islam hanya berhenti
di rasa kagum dan menganggap kelebihan yang dimiliki seseorang adalah
takdir Allah. Padahal kenyataannya bertolak belakang dari anggapan seperti
itu. Namun, keahlian adalah hasil pilihan, latihan, dan pengulangan pilihanpilihan yang telah dibuat.
Tulisan-tulisan berikutnya Ustadz Felix menyatakan bahwa bukan
bakat yang lebih berpengaruh dalam keahlian (atau ketidak ahlian)
seseorang, melainkan sesuatu yang lain yaitu habits (kebiasaan). Dengan
kata lain seseorang yang sukses dalam mengemban dakwah memiliki
‘habits sukses pengemban dakwah’ dan habits inilah yang bertanggung
jawab terhadap kebaikan-kebaikan yang muncul. Sebaliknya habits juga
bertanggung jawab atas buruknya kehidupan seseorang (Siauw, 2014d: 6).
Pada judul Everything are Habits diterangkan habits adalah segala
sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa
berfikir. Habits adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara terus menerus
sehingga menjadi bagian dari seseorang. Dia adalah kebiasaan kita. Jadi
menguasai bahasa adalah habits, rajin dan malas pun juga habits, kreatif dan
jumud juga habits, ramah dan pemarah juga habits, bahkan kaya dan miskin
juga hasil dari habits, sampai bersemangat dakwah juga futur adalah hasil
habits (Siauw, 2014d: 21). Diri kita mempunyai program-program yang
mengatur semua respons kita, dan semua itu adalah habits. Semua
tergantung habits, sehingga seorang muslim akan berpikir dengan jalan
yang berbeda dengan non-muslim. Sumber pemikiran muslim berasal dari
habits taat pada Allah.
Habits adalah penentu nilai pribadi kita. Habits adalah pembentuk
kepribadian kita di mata orang lain, yang membuat kita berharga di hadapan
orang lain. Seseorang yang memiliki banyak habits baik dalam dirinya
sudah dapat
dipastikan akan lebih berhasil
dalam kehidupannya
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki sedikit habits yang baik
(Siauw, 2014d: 29). Proses terbentuknya habits: thoughts, purposes, action,
habits, dan person abilities.
Pemikiran
adalah
pangkal
daripada
kepribadian,
karena
pemikiranlah yang akan menentukan keyakinan, kecenderungan, tujuan
hidup, cara hidup, pandangan hidup, sampai aktivitas seorang manusia.
Pemikiran mendasar pada seorang manusia akan menghasilkan cara
pandang khas ini, dalam terminologi Islam disebut dengan aqidah (Siauw,
2014d: 30).
Faktor yang menentukan habits adalah latihan dan pengulangan.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan: “Dan demikianlah Kami menurunkan AlQur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang
kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau
(agar) Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (Q. S.
Thahaa: 113). Dalam hadis Rasullullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
amalan yang paling disukai Allah yaitu yang dikerjakan terus menerus.”
(H. R. Bukhori Muslim) (Siauw, 2014d: 80). Menginstal habits awalnya
mungkin akan sulit namun setelah terinstal penggunaannya akan sangat
mudah dan sangat membantu. Membentuk habits memerlukan kejelasan
tujuan, maka sering-seringlah berpikir tentang masa depan, merencanakan
masa depan. Karena masa depan menentukan aktivitas apa yang akan kita
lakukan pada saat ini (Siauw, 2014d: 57).
Untuk membentuk habits kita tidak perlu merasa berubah ataupun
memiliki motivasi karena dalam banyak kasus habits bisa terbentuk
walaupun seseorang tidak memiliki motivasi sama sekali. Habits bisa
terbentuk baik ketika kita rela dengan repetisi aktivitas itu ataukah kita
terpaksa melakukannya. Rela ataupun terpaksa, habits akan tetap terbentuk,
walaupun habits yang dibentuk atas dasar kerelaan tetap akan lebih
berkualitas dibandingkan dengan habits yang terbentuk karena paksaan.
Perlu diketahui bahwa mengendalikan habits adalah sebuah pilihan.
Shalat khusuk dan tepat waktu, menghafal Al-Qur’an, kebiasaan
memberi daripada diberi.
Ciptakan
keberuntungan
dengan
habits
jangan
menunggu
keberuntungan (Siauw, 2014d: 94). Seorang pengemban dakwah yang selalu
meluaskan pengetahuannya dengan membaca buku, melatih dirinya untuk
menulis, berdakwah dengan bersemangat, beribadah dengan khusyuk dan
menaati Allah semaksimal mungkin, maka dipastikan dia akan lebih
beruntung dalam karir dakwahnya dibandingkan dengan pengemban
dakwah yang tidak melakukannya. Keberuntungan adalah hasil kali dari
persiapan dan kesempatan.
Langkah praktis dan mudah untuk membentuk habits baru:
1. Mulai dari yang kecil
Mematok target yang tinggi hanya akan menghasilkan rasa
jenuh dan putus di tengah-tengah. Misalnya, ingin membenuk habits
membaca buku. Memulai dengan 10 menit sehari. Apabila telah
terbiasa target akan meningkat secara otomatis.
2. Temukan tempat habits
Menyisipkan habits baru pada habits yang sudah jadi.
Kuncinya adalah kata ‘setelah’. Misalnya, saya akan menbaca
setelah shalat subuh.
3. Berlatihlah terus
Menempel pengingat, meminta teman untuk mengingatkan,
dan ingat untuk melakukan setiap hari.
Seorang muslim tidak akan merasa puas dengan hanya membentuk
habits. Namun ia harus dikembangkan menjadi expertise (keahlian
spesialis). Seorang expert mampu memberikan manfaat tidak hanya bagi
dirinya sendiri namun juga bagi orang lain (Siauw, 2014d: 102). Seorang
expert menjadikan dirinya sendiri sebagai role model, dan bisa
menduplikasi keahlian yang sama pada orang lain, berbagi keahlian. Perlu
waktu untuk bisa melakukan sesuatu dengan benar, dan perlu banyak waktu
untuk menjadikannya habits, dan lebih banyak waktu untuk menjadikannya
expert, dan mungkin perlu waktu seumur hidup untuk menjadikannya
master. Tidak ada jalan pintas untuk dapat menguasai suatu keahlian. Perlu
kesabaran untuk terus melakukan habits yang ingin kita bentuk (Siauw,
2014d: 109).
Gerakan dakwah ibarat tubuh manusia, tidak ada satu bagian yang
lebih penting dari bagian yang lain, masing-masing mempunyai fungsi
khusus. Dalam gerakan dakwah, setiap bagian mempunyai kontribusi
masing-masing. Karena itu, Rasulullah mencontohkan dakwah mesti
berjamaah (Siauw, 2014d: 111). Maka yang membuat kita berharga dalam
dakwah adalah ketika kita memiliki kelebihan yang signifikan dalam satu
keahlian dakwah. Menjadi ahli dalam satu bidang bukanlah kesombongan,
karena sombong itu sendiri adalah menolak kebenaran dan meremehkan
manusia (Siauw, 2014d: 113).
Action adalah pertanda kesungguhan, ia pembeda antara impian dan
khayalan. Juga pembeda antara orang munafik dan orang beriman (Siauw,
2014d: 133). Kemudian visioner dijadikan suatu sikap mental wajib bagi
para pengemban dakwah. Meyakini visi yang diberikan oleh Allah dan
Rasul-Nya, serta berjuang sekuat tenaga karenanya tidak akan dapat
dilakukan maksimal apabila kita tidak visioner (Siauw, 2014d: 142). Bagi
seorang pengemban dakwah yang visioner, kenyataan terpuruknya kaum
muslim di zaman ini tidak menjadikan ia yakin bahwa Islam tak akan
bangkit kembali, sebaliknya, ia justru semakin yakin bahwa kondisi ini akan
dibalik oleh Allah.
Buku ini diakhiri dengan epilog yang berkesimpulan, semua orang
memiliki keterbatasan dan masalah masing-masing. Semua orang bisa saja
mencari alasan untuk gagal, sama seperti dia bisa mencari alasan untuk
berhasil (Siauw, 2014d: 168). Semua adalah pilihan kita. Alasan untuk
gagal atau alasan untuk sukses, keduanya memerlukan waktu dan juga
menguras pikiran.
Buku Yuk Berhijab, merupakan sebuah buku yang memotivasi
muslimah untuk berhijab, dan bagi muslimah yang sudah berhijab untuk
menyempurnakan hijabnya agar sesuai dengan syariat Islam. Buku setebal
148 halaman dengan sampul merah muda dan penuh gambar ilustrasi
membuat pembaca tidak mudah bosan dibandingkan dengan membaca buku
yang bertuliskan hitam dan dengan latar belakang putih.
Di dalam buku Yuk Berhijab disajikan sembilan bab yaitu: Dunia
Memandang Wanita, Pandangan Islam tentang Wanita, Wanita dan Aurat,
Menutup Aurat dan Pakaian Syar’i Penutup Aurat, Berpakaian tetapi
Telanjang, Tabarruj, Hijab Bukan Perhiasan, Kata Orang, Berhijablan dan
Taatlah. Dalam setiap bab disajikan catatan si benefiko yaitu seorang
muslimah yang bernama asli Emeralda Noor Achni, dipanggil benefiko
karena di akun twitternya lebih dikenal dengan @BENEFIKO. Catatan si
benefiko berisi cerita dalam bentuk komik mengenai perjalanan berhijab
seorang muslimah.
Isi dari bab satu yang berjudul Dunia Memandang Wanita diawali
dengan pandangan berbagai peradaban tentang wanita. Peradaban Yunani
kuno membolehkan wanita diperjual belikan layaknya budak, tidak
memiliki hak sipil dan juga hak waris (Siauw, 2015b: 12). Pandangan
Romawi pada wanita dapat dilihat dari kisah perselingkuhan para dewa
yang menghiasi mitologi Romawi. Kisah selingkuh, hubungan di luar nikah,
membentuk pandangan Romawi kuno tentang siapa wanita. Bagi mereka,
wanita hanya objek seksual untuk dinikmati, bukan dikasihi (Siauw, 2015b:
15). Di India yang menganut tradisi Hindu mengenal istilah sati sebuah
prosesi membakar diri bagi janda yang ditinggal mati suaminya. Saat
suaminya meninggal dan dibakar, berakhirlah hak hidupnya sebagai bagian
dari loyalitas. Peradaban Cina Kuno wanita ditempatkan sebagai warga
kelas dua. Anggapan wajar bahwa wanita hanya diciptakan untuk melayani
lelaki. Belajar dan menjadi cendikiawan hanya hak lelaki. Mungkin di
antara peradaban yang dahulu dikenal dunia, hanya wanita Mesir berstatus
bangsawan, yang sedikit menghirup hak sebagai manusia, setidaknya
mereka mengenal Hatshepsut dan Cleopatra sebagai wanita yang memegang
tengkuk kekuasaan.
Setelah membandingkan berbagai peradaban, di buku Yuk Berhijab
kemudian membandingkan berbagai agama. Telah disepakati bahwa agama
diturunkan untuk kebaikan (Siauw, 2015b: 16). Kebaikan tidak dikhususkan
bagi kaum pria semata, namun juga bagi kaum wanita. Tapi, sejarah
mancatat sebaliknya. Tafsir dari teks-teks kitab suci dan pendapat-pendapat
agamawan pada agama Yahudi dan Nasrani justru berujung pada
diskriminasi wanita. Contoh dalam Talmud, Menahoth 43b-44a tertulis
bahwa, “Seorang lelaki Yahudi diwajibkan membaca doa berikut setiap
hari: ‘Terima kasih Tuhan! Karena tidak menjadikanku seorang kafir,
seorang wanita, atau budak belian.’” (Siauw, 2015b: 17). Dalam toelogi
nasrani, wanita dianggap bertanggung jawab atas diusirnya Adam dari
surga. Karena wanita termakan rayuan setan. “Lagi pula bukan Adam yang
tertipu, melainkan perempuan itulah yang tertipu dan jatuh ke dalam dosa.”
(1 Timotius 2: 214) (Siauw, 2015b: 19). Saat Islam bersentuhan dengan
budaya Eropa, pemikiran tentang hak asasi manusia mulai bangkit. Dan
kaum wanita menuntut kesetaraan yang tidak diberikan oleh agama dan
negara.
Emansipasi kemudian muncul, kesetaraan gender digelar, bendera
feminisme dikibarkan (Siauw, 2015b: 20). Di antara kaum wanita mulai
bangkit dan menuntut kesetaraan antara lelaki dan wanita. Perjuangan
bukannya berakhir pada hasil yang memuliakan wanita, tetapi berujung
pada penghancuran martabat, karena mengingkari fitrah. Bila pada masa
lalu wanita direndahkan secara terpaksa, saat ini wanita rela untuk
direndahkan. Menghinakan diri demi sekeping emas dengan badan sebagai
modal. Pada masa kini hiburan, pertunjukan, iklan, fashion, dan seni
menjadi alasan untuk menanggalkan harga diri, atas nama tren, wanitawanita berlaku tanpa rasa malu. Ketika agama berganti dengan sekularisme
yang menjadikan standar kebahagiaan dan kesuksesan adalah dunia.
Eksploitasi tubuh wanita menjadi bisnis dan wanita itu sendiri menjadi
bangga terhadap apa yang dipamerkannya. Saat itulah tiada lagi kehormatan
(pelacuran visual).
Pada bab dua yang berjudul Pandangan Islam tentang Wanita berisi
Islam memandang bahwa kebahagiaan manusia bukan terletak pada harta,
tahta, dan cinta semata, tatapi terletak pada ridho Allah. Karenanya, baik
lelaki maupun wanita punya kesempatan yang sama untuk meraihnya
(Siauw, 2015b: 34). Lelaki dan wanita tidak berkompetisi di jalur yang
sama, tetapi berkompetisi di jalur kebaikan yang berbeda. Karena lelaki dan
wanita memang berbeda.
Dalam timbangan syariat Islam, bila lelaki memperoleh kemuliaan
dengan bekerja, wanita mendapatkannya dengan mengurus rumah tangga.
Saat lelaki diberikan pahala oleh Allah dengan memperebutkan shalat di
shaf terdepan, wanita mendapat pahala yang sama dengan shaf paling
belakang. Jika lelaki memperoleh pahala tertinggi dengan jihad fi sabilillah,
wanita memperoleh pahala semisal dari melahirkan anak-anaknya, atau
melaksanakan umrah dan haji. Islam memberi jalur beribadah kepada
wanita, dengan kelebihan-kelebihan yang Allah berikan untuk wanita,
bukan beradu dengan lelaki yang Allah beri kelebihan yang berbeda.
Konsekuensinya Islam juga memberikan hukum yang berbeda kepada lelaki
dan wanita dalam rangka beribadah kepada Allah. Karena itulah, lelaki dan
wanita sama di hadapan Allah.
Pada masa Arab Jahiliyah, keberadaan keturunan perempuan
dianggap sebagai aib karenanya tidak jarang bayi perempuan dikubur hiduphidup. Kemudian Islam datang dengan pencerahan. Al-Qur’an turun dengan
nasihat sebagaimana firman Allah pada surat Al-Hujurat ayat 13, yang
artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Islam juga
memuliakan wanita sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Menuntut ilmu
itu adalah wajib atas seluruh kaum muslim dan muslimat.” (H. R. Muslim).
Demikianlah Islam menyamakan hak pendidikan bagi muslim laki-laki dan
perempuan.
Saat menikah, Islam memberi peran sentral kepada wanita dalam
urusan rumah tangga. Bila Islam menjadikan lelaki sebagai pemimpin
keluarga, Islam menjadikan wanita sebagai pemimpin bagi rumahnya.
Walau lelaki dilebihkan Allah untuk memimpin wanita, bukan berarti lelaki
dibolehkan bertindak semena-mena. Sirah nabawiyah menjadi teladan bagi
orang Islam.
Islam tidak hanya berbicara dalam tataran konseptual. Namun
mengatur masalah teknis dalam memulikan wanita, dari urusan pendidikan
sampai tataran pernikahan, dari masalah keluarga sampai warisan, dari
pakaian sampai perhiasan (Siauw, 2015b: 44). Pada bab selanjutnya dibahas
khusus bagaimana Islam memuliakan wanita dari aturan berpakaian.
Bagaimana Islam memuliakan wanita dengan menutup aurat. Bagaimana
wanita dihormati dengan hijab.
Bab tiga berjudul Wanita dan aurat membahas tentang Islam
mewajibkan jilbab dan kerudung, bukan bermaksud memasung namun agar
wanita terhormat dan terlindung. Secara makna syariat, aurat adalah bagian
tubuh yang haram dilihat, dan karena itu harus ditutup. Khusus bagi
muslimah, auratnya adalah semua bagian tubuhnya, kecuali wajah dan
telapak tangan.
Bab empat berjudul Menutup Aurat dan Pakaian Syar’i Penutup
Aurat. Islam adalah agama yang unik dan memuliakan wanita, Islam telah
membagi dua kehidupan, yaitu kehidupan umum (hayatul ‘am) dan
kahidupan khusus (hayatul khash). Dikatakan kehidupan khusus, yaitu bila
seseorang harus meminta izin untuk masuk ke dalamnya. Dan dikatakan
kehidupan umum apabila seseorang tidak memerlukan izin untuk berada di
dalamnya. Sebagaimana firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta
izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih
baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (Q. S. An-Nur: 27).
Pakaian wanita di kehidupan khusus saat berada di rumahnya,
dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang biasa dia lakukan bersama
dengan mahramnya, tentu wanita muslimah tidak perlu menutup aurat
dengan pakaian lengkapnya sebagaimana keluar rumah. Karena Allah
membolehkan mahram wanita muslimah itu untuk meliat bagian tubuh
wanita sampai batas tempat melekat perhiasannya. Sebagaimana firman
Allah: “ ... Dan janganlah menampakkan periasannya (auratnya), kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudarasaudara laki-laki mereka, atau putra-pura saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan
Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan laki-laki (tua)
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat perempuan.” (Q. S. An-Nur: 31).
Maksud dari perhiasan dalam ayat tersebut menurut para ulama adalah
tempat melekatnya perhiasan, seperti leher, pergelangan tangan, ataupun
pergelangan kaki. Mahram boleh melihat sesuatu yang biasa tampak dari
aurat seorang wanita, seperti anggota-anggota wadhunya.
Adapun bila wanita berada di rumah mereka, dan di sana terdapat
laki-laki
asing
(non-mahram)
yang
memungkinkan
lelaki
itu
memandangnya, wanita muslimah wajib mengenakan pakaian yang
menutup semua aurat (al-tsaub), ditambah dengan kain kerudung (khimar)
yang menutupi kepala hingga batas dada. Sebagaimana firman Allah:
“Katakanlah kepada perempuan yang beriman, hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa)
tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung
hingga batas dadanya ... ” (Q. S. An-Nur: 31).
Selain beraktivitas di kehidupan khusus, tentu wanita tidak bisa
menghindarkan dirinya untuk beraktivitas di kehidupan umum atau di
tempat-tempat umum ketika dia bertemu dengan lelaki asing (nonmahram). Pada kehidupan umum inilah wanita disyariatkan mengenakan
pakaiantambahan untuk menutup auratnya, yaitu jilbab. Perinta Allah
untuk mengenakan jilbab yaitu: “Hai Nabi! Katakanlah kepada istriistrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukmin, hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian
itu supaya merekalebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q. S. Al-Ahzab: 59).
Ulama berbeda pendapat dalam mengartikan
jilbab, ada yang
mengartikan jilbab itu khimar (yang menutupi kepala, leher, hingga batas
dada). Ada yang mengartikan jilbab adalah miqna’ah (kain yang menutup
kepala dan muka). Ada yang mengartikan milhafah (mantel). Ada pula
izar (baju layaknya selimut yang menyelubungi badan). Ada pula mula’ah
(baju kurung yang memiliki lengan).
Bab lima berjudul Berpakaian tetapi Telanjang. Rasul bersabda:
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat,
yaitu suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul
manusia dan para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggaklenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperi itu
tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun
baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (H. R. Muslim)
(Siauw, 2015b: 90). Dan satu hadis yang berbunyi: “ ... wanita-wanita
yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan berlenggak-lenggok guna
membuat manusia memandangnya, mereka tidak akan masuk surga dan
tidak mencium aromanya. Padalah aroma surga bisa dicium dari jarak
500 tahun ...” (H. R. Imam Malik) (Siauw, 2015b:91). Pengertian
berpakaian tetapi telanjang menurut Imam An-Nawawi ada yang
bermakna hakiki dan makna esensi. Semuanya adalah benar dan harus
dihindari oleh muslimah yang ingin taat kepada Allah (Siauw, 2015b: 92).
Ulama menyepakati maksud berpakaian tetapi telanjang adalah memakai
pakaian tipis, atau menyingkap sebagian aurat. Sedangkan kata
berlenggak-lenggok di dalam hadis itu adalah wanita yang tidak menjaga
kehormatan dan kemaluan mereka, yaitu dengan berjalan menggoyangkan
pundak mereka hingga diperhatikan lelaki. Mereka cenderung suka dengan
perhatian lelaki ataupun yang tingkahnya ditujukan untuk menggoda lelaki
(Siauw, 2014: 93).
Bab eman berjudul Tabarruj. Allah berfirman dalam surat An-Nur
ayat 31 “... hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya ...”.
Perintah ini berlaku tidak hanya bagi wanita Islam tetapi juga untuk lakilaki Islam, artinya sama-sama menjaga. Karenanya seorang muslimah
dilarang mendandani diri dengan pakaian ataupun berhias dengan sesuatu
yang dapat menarik perhatian laki-laki. Syariat menyebut perilaku semisal
dengan nama tabarruj (berhias yang berlebihan). Allah berfirman: “dan
janganlah kamu bertabarruj dengan tabarruj jahiliyyah terdahulu.” (Q.S.
Al-Ahzab: 33). Tabarruj bisa terjadi dengan dandanan wajah, bisa pula
dengan menggunakan parfum, atau mengenakan pakaian yang bercorak
mentereng, bertingkah genit, dan menggoda lelaki dengan ucapan ataupun
gaya jalan, atau menggunakan hijab yang tidak sempurna semisal ketat,
transparan, atau menyingkap sebagian aurat yang harusnya tertutup
(Siauw, 2015b: 104).
Indikasi kebolehan membuka jilbab bagi wanita tua yang sudah
menopause yaitu firman Allah: “Dan perempuan-perempuan tua yang
telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin nikah (lagi),
tiadalah atas mereka dosa meninggalkan pakaian luar (jilbab) mereka
dengan tidak (bermaksud) bertabarruj. Dan berlaku sopan adalah lebih
baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Q. S. An-Nur: 60).
Bab tujuh berjudul Hijab Bukan Periasan. Hijab adalah identitas
wanita muslimah. Hijab ditujukan untuk menutupi perhiasan wanita dan
melindungi keindahannya, bukan justru menjadi perhiasan baru atau
pengganti keidahan. Karenanya, kerudung bukanlah pengganti keindahan
rambut hingga dibentuk menyerupai rambut, bahkan untuk mendapat
perhatian yang lebih dari sekedar rambut. Jilbab bukan pengganti
kemolekan tubuh, yang ketat lalu menunjukkanlekuk badan. Rasulullah
bersabda: “Siapa yang mengenakan pakaian popularitas (syuhrah) di
dunia, maka Allah akan kenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari
kiamat.” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2015b: 115). Jadi hakikat jilbab adalah
melindungi keindahan wanita hingga ia tidak menjadi perhatian lelaki.
Karena wanita terlalu berharga untuk menjadi bahan perhatian semata
(Siauw, 2015b: 118).
Bab delapan berjudul Kata Orang, berisi motivasi untuk
mengabaikan komentar miring tentang wanita berhijab. Sudah sewajarnya
seseorang mencari teman dalam kesalahan dan biasanya yang menjadi
kompor bagi muslimah untuk menanggalkan hijabnya adalah meraka yang
tidak berhijab. Kasarannya ingin mendapat teman sebanyak-banyaknya
dalam bermaksiat, hingga seolah-olah apa yang dilakukan dianggap benar
karena banyak pendukungnya. Kemudian diingatkan pada suatu hadis:
“Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mengajak kepada suatu
petunjuk, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka.
Dan barang siapa yang mengjak pada suatu kesesatan maka dia
memperoleh dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi sedikitpun dosa-dosa mereka.” (H. R. Muslim) (Siauw,
2015b: 135).
Bab sembilan berjudul Berhijablah dan Taatlah. Disampaikan
bahwa hijab bukanah pernyataan ‘aku sudah baik’ atau ‘aku tiada dosa’.
Hijab sederhananya pernyataan ‘aku ingin taat’ (Siauw, 2015b: 140).
Hijab adalah usaha muslimah untuk menjauhi maksiat. Hijab memberikan
sebuah pengingat bagi diri untuk senantiasa menjauhi dosa. Bahkan
berhijab itu sendiri sudah menghindarkan diri dari dosa mengumbar aurat.
Udah Putusin Aja dengan tebal 180 halaman adalah buku yang
bermuatan dakwah, disajikan beberapa bab yang mengupas tentang
maksiat pacaran di dalam Islam, bagaimana menghindarinya, dan
bagaimana move on bagi yang telah menyudahi maksiat. Buku Udah
Putusin Aja terdiri dari sebelas poin yaitu: cinta itu fitrah; salahkah
merasa?; pacaran tanda dewasa atau beradegan dewasa?; pacaran
dalam pandangan Islam; udah putusin aja; bagi yang sudah siap; khitbahta’aruf bagi yang sudah siap; bagi yang belum siap; udah putus, galau
nih! Gimana bisa move on?; yang muda yang bercinta; kapan aku
menikah?.
Cinta
adalah
pemberian
Allah
dan
karunia-Nya.
Allah
menanamkan rasa cinta pada jiwa sebagai bentuk dari rasa cinta-Nya agar
manusia berfikir tentang-Nya. Allah yang menjadikan rasa cinta antara
jenis yang berlawanan, sama seperti Allah jadikan rasa cinta manusia
terhadap apapun yang diinginkan di dunia. Cinta bagi manusia adalah
bagian dari fitrah, bagian dari naluri-naluri, al-ghara’iz. Al-ghara’iz adalah
naluri-naluri yang tidak dapat diindra mata, namun terdapat pada manusia
dan ia menuntut pemenuhan. Maka wajar saat seseorang sudah balig, ia
mulai merasakan naluri ini. Bukan sebagai tanda yang salah, namun
sebagai indikasi bahwa ia sudah siap melanjutkan keturunan. Bila cinta
adalah karunia Allah, mustahil Allah mengaruniakan sesuatu yang buruk.
Cinta bisa dimaknai sebagai potensi maksiat, juga bisa dimaknai sebagai
potensi taat. Makna cinta itu luas, maka jangan disempitkan dengan
syahwat. Islam adalah agama yang mengajarkan cinta kasih. Islam tidak
pernah mengharamkan cinta, Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan
pada koridor yang semestinya. Islam mengatur bagaimana menunaikan
cinta kepada orang tua, cinta kepada saudara seiman, kepada sesama
manusia, juga tentu cinta kepada lawan jenis.
Bila berbicara cinta antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah
pernikahan yang dengan semuanya cinta jadi halal dan penuh berkah
(Siauw, 2013: 23). Islam melarang bentuk interaksi cinta yang tidak halal.
Karena, Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah
kerusakan-kerusakan yang dapat terjadi pada manusia itu sendiri. Aturan
Islam sederhana, bila cinta datangi walinya dan menikahlah, bila belum
siap perisapkan diri terlebih dahulu. Islam tidak mengenal hubungan prapernikahan semisal pacaran dan pertunangan (Siauw, 2013: 30).
Kebanyakan muslim, khususnya remaja, beranggapan bahwa
pacaran adalah tanda kedewasaan. Alasan berkenalan sebelum menikah
adalah klise. Bukan pacaran namanya jika tidak berpegangan, berciuman,
meraba-raba, atau segala perbuatan lain yang meninggikan syahwat. Tidak
diragukan lagi bahwa pacaran adalah jalan bebas hambatan menuju zina
dan ini hal yang sangat memprihatinkan (Siauw, 2013: 33). Disajikan data
dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang melakukan penelitian di
12 kota besar di Indonesia pada tahun 2007: 92% pelajar melakukan
kissing, petting, dan oral sex; 62% pernah melakukan hubungan intim;
22,7% siswi SMA pernah melakukan aborsi (Siauw, 2013: 34). Bila
melihat fakta ini, seharusnya wanita sadar bahwa pacaran bukanlah
aktivitas yang aman baginya dan bagi masa depannya.
Pacaran dalam pandangan Islam, Islam memandang lelaki dan
wanita sama dalam penciptaan dan kemuliaannya, namun berbeda dalam
hal fungsi dan penempatannya. Islam memberikan porsi khusus kepada
wanita yang tidak diberikan kepada lelaki, begitupun sebaliknya. Karena
itulah, aktivitas lelaki dan wanita dibedakan. Dalam kehidupan Islam
sebagaimana yang dapat dibaca dalam sejarah Rasulullah atau buku-buku
yang dapat menggambarkan kehidupan pada masa Rasulullah, aktivitas
kaum lelaki dan wanita terpisah, kecuali dalam aktivitas khusus yang
diperbolehkan syariat (jual beli, belajar mengajar, ibadah semisal haji dan
umrah, berjihad di jalan Allah, dan segala aktivitas syar’i yang menuntut
adanya interaksi). Selain itu, wanita harus menutup aurat di hadapan lelaki
bukan mahramnya, menundukkan pandangan, menjaga kehormatan dan
kemuliaan di hadapan lelaki. Tidak melakukan tabbaruj yang dapat
menggoda lelaki. Islam juga mewajibkan wanita bepergian dengan
mahram, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang mengundang fitnah
bagi dirinya semisal berkhalwat. Islam juga memberikan batasan bagi
muslim secara umum untuk meminta izin dan memberikan salam sebelum
memasuki rumah yang bukan rumahnya. Sehingga wanita di dalam rumah
yang tidak menutup aurat bisa mempersiapkan diri sebelum menerima
tamu (Siauw, 2013: 41). Dalam shalat lelaki diperintahkan oleh Rasulullah
untuk melakukannya secara berjamaah di masjid, tidak diperintahkan bagi
wanita walau boleh saja mereka ikut berjamaah di masjid. Saat melakukan
shalat Rasulullah memisahkan barisan antara lelaki di depan dan wanita di
belakang.
Pemisahan
ini
bukan
ditujukan
untuk
mengekang
dan
menyusahkan, tetapi menjaga kehormatan dan kemuliaan wanita itu
sendiri, menjaga masa depannya agar penuh dengan kebaikan (Siauw,
2013: 42). Karena, Islam adalah agama preventif, Allah melarang keras
untuk mendekati zina, apalagi melakukannya. Maka Islam menutup jalan
untuk menuju perzinaan. Islam mengharamkan aktivitas interaksi antara
lelaki dan wanita yang tidak berkepantingan syar’i seperti jalan-jalan
bersama, pergi ke masjid atau kajian Islam, bertamasya, nonton bioskop,
dan sebagainya. Aktivitas ini adalah pintu menuju kemaksiatan yang lain
(Siauw, 2013: 44). Rasulullah bersabda: “Barang siapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka janganlah ia berkhalwat dia dengan seorang
wanita tanpa ada mahram wanita tersebut karena setan menjadi yang
ketiga di antara mereka berdua.” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2013: 45).
Cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan hanya kemarin dan kini,
tapi nanti (Siauw, 2013:54). Lelaki harus tahu arah saat melangkah, wanita
seharusnya tahu bagaimana bertingkah. Bagi lelaki yang tidak lulus ujian
tanggung jawab dan komitmen, merekalah yang akhirnya masuk dalam
jurusan pacaran. Cinta disempitkan dalam arti pacaran, yang terbatas pada
rayuan palsu dan gandengan tangan. Padahal pendamping yang saleh tiada
pernah didapatkan dari proses pacaran, karena kesalehan dan kebatilan
jelas bertentangan (Siauw, 2013: 56). Jalan yang baik diawali dengan
perbuatan yang baik, bukan sebaliknya. Jalan pernikahan yang mulia pun
tidak diawali dengan pacaran yang nyata-nyata dilarang Allah. Ketaatan
kepada Allah yang merupakan nyawa setiap bahtera rumah tangga
haruslah dilatih dari awal. Pasangan yang baik juga datang dari awal yang
baik (Siauw, 2013: 59).
Lelaki sejati bukanlah lelaki yang pandai mengkaji Al-Qur’an
semata, tapi lelaki sejati adalah yang mengkaji dan memahami Islam.
Hukum syariat adalah koridornya, karenanya dia tidak akan pernah
merugikan wanita yang menjadi istrinya. Lelaki sejati bertanggung jawab
kepada umat muslim dan mendakwahkan Islam kepada mereka. Perlu
diketahui bahwa pacaran selalu dimulai dengan pengorbanan dan diakhiri
saat ada korban. Sebelum semua terjadi, baik kiranya akhiri sekarang
(Siauw, 2013: 68).
Ada budaya yang didakwahkan oleh kapitalis hedonis misalnya
valentine day. Valentine day dijadikan sebagai hari untuk menyatakan
cinta, mencari pacar, melakukan aktivitas maksiat dengan kehormatan
sebagai taruhan. Remaja memang menjadi target utama dalam menjajakan
cinta palsu, yaitu sejenis cinta berbalut syahwat. Wajar saja kenapa remaja
yang dipilih, karena masa remaja adalah saat-saat mencari jati diri. Remaja
bisa cepat berubah mengikuti lingkungannya. Bila lingkungannya baik, dia
ikut baik, bila lingkungannya buruk, dia ikut buruk. Bagi remaja, interaksi
antara lawan jenis memang paling menarik (Siauw, 2013: 71). Karena
itulah
kalangan-kalangan
yang
tidak
suka
kepada
Islam
terus
mempropagandakan segala sesuatu yang baerkaitan dengan kenikmatan
interaksi lawan jenis, baik hiburan visual-audio, seperti film, sinetron, atau
bioskop, bisa juga hanya audio, seperti musik, atau visual-audio, kinetik,
seperti pacaran. Allah berfirman: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah ‘sesunggunya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)’.
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan
Penolong bagimu.” (Q. S. Al-Baqarah: 120).
Islam tidak pernah bertentangan dengan fitrah manusia (Siauw,
2013: 84). Dalam Islam, pernikahan adalah jalan untuk menyalurkan cinta
dengan bertanggung jawab dan penuh komitmen. Rasulullah bersabda:
“Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian berkemampuan untuk
menikah, menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan,
dan lebih membenengi kemaluan. Dan barang siapa belum mampu,
hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi
dirinya.” (H. R. Bukhori dan Muslim) (Siauw, 2013: 85). Kemampuan
yang dimaksud di sini bukanlah dilihat dari harta, keturunan, atau status
sosial, melainkan dari agama semata (Siauw, 2013: 85). Rasulullah
bersabda: “Seorang wanita dinikahi kerena empat hal; karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka hendaklah kamu pilih
wanita yang taat agamanya (memahami Islam), niscaya kamu akan
beruntung.” (H. R. Bukhori dan Muslim) (Siauw, 2013: 86). Allah
berfirman: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi
Maha Mengetahui.” (Q. S. An-Nur: 32).
Islam memandang wanita itu suci dan makhluk terhormat,
karenanya Islam merancang sebuah jenis interaksi yang tiada merugikan
wanita atau lelaki yang telah sampai pada kemampuan dan kesiapan, lalu
menginginkan untuk menikah. Rancangan itu ialah dengan proses khitbah
(peminangan) dan ta’aruf (perkenalan). Lelaki atau wanita yang sudah
mampu dan siap membina rumah tangga, maka boleh bagi mereka
menentukan calon yang mereka sukai karena Allah pun telah
membolehkannya: “Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang kalian
senangi.” (Q. S. An-Nisa: 3). Bila sudah mendapatkan yang disenangi
kemudian dilanjutkan dengan proses khitbah. Khitbah adalah sebuah
pernyataan peminangan dari seorang lelaki kepada seorang wanita atau
walinya, agar wanita itu bersedia menikahinya dan membina keluarga
bersamanya. Berlaku juga sebaliknya dari wanita kepada lelaki (Siauw,
2013: 99). Boleh saja untuk menolak saat dipinang bila yang meminang
tidak disukai atau tidak memenuhi syarat yang diinginkan oleh yang
dipinang. Pembeda khitbah-ta’aruf dengan pacaran ada dua hal, yaitu:
petama adalah akad yang jelas kapan khitbah-ta’aruf itu akan diakhiri
dengan pernikahan dan kedua adalah tidak ada interaksi ta’aruf yang
berkhalwat atau ada mahram wanita yang terlibat saat terjadi interaksi.
Materi ta’aruf adalah bertanya tentang masa depan, visi keluarga yang
akan dibangun, nilai-nilai yang dianut, mengevaluasi pemahaman agama
yang menjadi tiang pernikahan, menanyakan kepribadian masing-masing,
cara pandang, sikap, dan sebagainya. Dalam berinteraksi tidak perlu
menyematkan kata-kata cinta yang membuai. Kaidah selanjutnya adalah
Islam melarang lelaki muslim meminang wanita yang sedang dipinang
oleh orang lain.
Bila belum siap seharusnya tahu batas kemampuan diri dan jangan
dulu melakukan interaksi. Jangan memulai apa yang tidak bisa
diselesaikan. Nikahi atau sudahi, halalkan atau tinggalkan (Siauw, 2013:
121). Alihkan cinta ke jalan yang bermanfaat lagi halal juga berpahala.
Berjuang di jalan Islam, misalnya, jadi pengemban dakwah Islam, dan
menyampaikan kebaikan-kebaikan dari Allah dan Rasulullah kepada
seluruh manusia (Siauw, 2013: 123). Beberapa poin yang bisa
meminimalisasi galau karena cinta: 1) mengingat Allah akan membuat
galau karena cinta menjadi ketenangan; 2) gabungkan diri dalam
perjuangan Islam; 3) baca kisah-kisah Rasulullah, sahabat, dan panglimapanglima Islam; 4) temukan hobby positif yang bisa mengalihkan.
Perlu diketahui, ada orang-orang kafir, munafik, dan musyrik yang
sengaja ingin menjatuhkan agama Islam yang sempurna dengan berbagai
upaya yang dilakukan. Mereka mengetahui bahwa pemuda adalah
tumpuan umat, ketika rusak pemuda, rusaklah umat itu pada akhirnya
(Siauw, 2013: 149). Tujuan mereka sangat jelas yaitu menjauhkan pemuda
dari Islam. Membuat pemuda Islam berpikir bahwa pengajian itu kolot,
Islam itu ketinggalan zaman, aturan Allah itu kejam, dan lain sebagainya.
Satu-satunya yang mereka khawatirkan adalah apabila Al-Qur’an dan
Sunnah menyatu dalam akal dan perasaan setiap pribadi pemuda di dalam
masyarakat dan menjelma menjadi peraturan hidup yang diterapkan secara
formal dalam kehidupan (Siauw, 2013: 150).
Banggalah menjadi muslim yang menempatkan Allah lebih dari
seluruh ciptaan-Nya. Halalkan yang Allah halalkan, haramkan yang Allah
haramkan. Bila belum sanggup mengikat cinta, bersabar adalah pilihan
yang utama. Bersabar untuk masa depan, masa yang lebih lama. Allah
sayang kepada hamba-hamba-Nya yang berserah dan menjaga diri.
Terlebih lagi pemuda yang memperhatikan harga diri (Siauw, 2013: 153).
Tujuan pernikahan adalah ibadah. Dengan itu, seorang muslim
akan mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin bagi anak-anaknya
agar beriman kepada Allah. Muslimah juga mendapatkan kesempatan
untuk menjadi pendidik dan pembina genetasi Islam ke depan yang
tangguh dan bertakwa (Siauw, 2013: 161). Pernikahan yang bernilai
ibadah dapat dicapai dengan dua sebab yaitu: sebab langsung dan sebab
tak langsung. Sebab langsung adalah sebab-sebab yang secara langsung
memiliki hubungan dengan akibat yang diharapkan. Sebab tak langsung
adalah perkara-perkara yang tidak langsung, yang diminta kepada Allah.
Pernikahan bukanlah sebuah bahtera yang hanya bisa dijalani dengan
cinta. Ia perlu ilmu yang tunjukkan terang agar terang jalannya (Siauw,
2013: 176).
Beyond The Inspiration merupakan buku setebal 267 halaman yang
mengingatkan suatu masa di mana Islam diingat sebagi suatu peradaban
yang terbesar dan terhebat, memberikan kontribusi yang tak terhitung
banyaknya dalam bidang sains dan kesejahteraan umat manusia. Islam kala
itu diingat bukan hanya sebagai agama, tapi inspirasi agung bagi umatnya
dalam menorehkan catatan sejarah dunia dengan tinta emas. Namun pada
saat ini, kebanyakan manusia tidak lagi mengingat Islam sebagai inspirasi
yang membuat umatnya tegak di hadapan umat lain, namun kaum muslim
dikenal sebagai umat pesakitan, terpuruk dalam berbagai bidang kehidupan.
Bahkan kaum muslim lupa akan jati diri mereka. Pasti ada sesuatu yang
diterapkan di masa lalu yang tidak diterapkan di masa kini. Tujuan
penulisan
buku
Beyond
The
Inspiration
dapat
diketahui
pada
muqaddimahnya yaitu pada kalimat maka satu-satunya pilihan saya, adalah
menunaikan kewajiban dakwah mengembalikan kehidupan Islam ke tengahtengah masyarakat (Siauw, 2014c: i).
Buku Beyond The Inspiration terdiri dari sembilan pokok bahasan
yaitu: Prologue, Life is Choice, Get The Guidance Easier, The Way To
Belief, The True Shahadah, As Allah Assign, Beyond The Inspiration, Living
After Life, Epilogue.
Berikut peneliti paparkan isi dari buku Beyond The Inspiration. Ada
sesuatu yang telah hilang dari Islam. Sesuatu yang telah hilang inilah yang
akhirnya menimbulkan ketakutan kaum muslim yang luar biasa terhadap
Islam. Sesuatu yang telah hilang ini, telah menjadikan virus ketidak
percayaan dan ketakutan pengemban dakwah Islam untuk menyuarakan
Islam yang mulia. Sesuatu yang telah hilang ini pun, mengakibatkan
pemuda-pemuda Islam hidup tanpa tujuan yang jelas, mereka menjadi
ilmuwan tanpa agama dan menjadi ahli ibadah tanpa ilmu dunia. Ingin dunia
tinggalkan agama dan ingin agama tinggalkan dunia.
Keterpurukan umat diakibatkan pada kesalahan dalam membuat
pilihan. Padahal hidup adalah pilihan (Siauw, 2014c: 8). Kita akan hidup
berdasarkan pilihan-pilihan yang kita buat, kita akan dinilai dengan pilihanpilihan yang kita buat, kita akan dihargai sesuai dengan pilihan yang kita
buat, kita akan menjadi seperti apa yang kita pilih dalam setiap segmen dari
kehidupan kita. Apa yang terlihat di hari ini adalah hasil pilihan di masa
lalu. Kehidupan di masa depan akan ditentukan oleh pilihan saat ini.
Kemarin telah berlalu, dan hari esok masih sesuatu yang ghaib,
sesungguhnya hari ini adalah milik kita, dan kita memiliki kendali untuk
mengisi hari ini dengan pilihan-pilihan. Apabila menginginkan keadaan
berubah maka konsekuensinya adalah segera mengganti pilihan-pilihan
yang sudah dibuat.
Kesungguhan dan keseriusan seseorang dalam mewujudkan
keinginan masa depannya dapat dinilai dari pilihan-pilihan yang mereka
buat saat ini. Kesungguhan adalah niat yang kuat dan tidak akan putus
sebelum keinginannya tercapai. Keseriusan adalah melakukan aksi konkret
yang relevan dengan besarnya keinginan (Siauw, 2014c: 16). Hidup
senantiasa dihadapkan pada hambatan. Memilih fokus pada tujuan
merupakan pilihan. Seorang visioner akan mengubah fakta agar sesuai
dengan tujuannya (Siauw, 2014c: 18).
Seorang muslim yang menentukan bahwa pilihannya adalah surga
Allah, selalu akan menginvestasikan setiap waktu, tenaga, harta, diri,
keluarga, bahkan nyawanya di jalan Allah. Dia pun akan menjalani setiap
konsekuensinya dengan penuh kesadaran, ketaatan, dan keikhlasan sebagai
bagian yang harus dia jalani. Dia tidak akan pernah jemu untuk menjalankan
setiap perintah Allah seberapapun sulitnya. Dia akan menghormati orang
tuanya, menyayangi anak-anaknya, dan mencintai istrinya sebagaimana dia
sangat memedulikan sesamanya. Dia tidak akan bosan menolak segala
bentuk kemaksiatan. Dia akan menolak riba dalam bentuk apapun,
menjauhi zina dan khalwat, mencegah dirinya dari suap dan disuap, serta
menggunjing dan menghibah saudaranya (Siauw, 2014c: 28).
Pada judul Get The Guidance Easier berisikan bagaimana memaknai
takdir, kaidah pertama dalam memahami takdir tidak boleh mencampur
adukkan antara aktivitas Allah dan aktivitas manusia. Maksud dari aktivitas
Allah adalah seluruh amal yang dilakukan oleh Allah dan bersifat ghaib, hal
ini terbagi menjadi tiga macam yaitu: 1) ilmu Allah, yaitu bahwa Allah
mengetahui semua hal yang terjadi baik dahulu, sekarang maupun yang
akan datang; 2) kehendak Allah, yaitu bahwa setiap yang besar dan kecil,
yang terjadi di muka bumi ini semuanya terjadi karena kehendak Allah; dan
3) lauhul mahfudz, yaitu bahwa setiap yang terjadi pada seluruh kehidupan
sesungghnyan terlah tertulis dalam lauhul mahfudz. Sedangkan aktivitas
manusia terbagi menjadi dua macam yaitu: 1) peristiwa akativitas yang ada
pilihannya atau bisa dikendalikan; dan 2) peristiwa aktivitas yang tidak
dapat dikendalikan atau dipilih. Dalam aktivitas yang dapat dikendalikan
maka akan dimintai pertanggungjawaban. Sedang aktivitas yang tidak dapat
dikendalikan tidak akan dimintai pertanggungjawaban. Untuk meraih
kemuliaan, petunjuk teknis yang diikuti adalah akal, wahyu, dan taufiq.
Allah memberi akal pada manusia agar manusia dapat menerima wahyu dan
bila manusia bersungguh-sungguh dalam memahami wahyu, maka Allah
akan menurunkan taufiq. Taufiq adalah pemberian Allah pada hambahamba-Nya yang meminta kepada-Nya (Siauw, 2014c: 76).
The Way to Belief berisikan bagi sebagian besar kaum muslim,
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna dan paripurna. Allah
menjamin dalam Al-Qur’an: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmad bagi semesta alam.” (Q. S. Al-Anbiyaa:
107). Dan “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyeru kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
berimanlah kepada Allah.” (Q. S. Ali Imran: 110). Namun, sementara ini
kaum muslim menjadi kaum pesakitan yang terpuruk. Contoh di negeri ini,
kaum muslim menjadi mayoritas yang terminorkan dalam segala segi, baik
secara ekonomi, politik, hukum, budaya, maupun pendidikan dan kesehatan.
Semua ini menghantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa ada
sesuatu yang salah pada diri kaum muslim dengan keislamannya. Gelar
umat terbaik dan rahmad bagi semesta belum dapat terbukti. Tetapi, setiap
masalah pasti memiliki sebab dan akibat. Apabila salah menganalisis dan
menentukan mana yang merupakan sebab dan mana yang menjadi akibat,
pasti akan salah dalam menentukan solusi (Siauw, 2014c: 86). Kemiskinan,
ketertinggalan teknologi, akhlak yang buruk, pendidikan yang parah,
pergaulan yang amburadul harusnya bukanlah sebab yang menjadikan kaum
muslim terpuruk. Lebih tepatnya ini adalah akibat, bukan sebab. Dalam
sejarah dunia, peradaban-peradan yang maju untuk memimpin dunia
semuanya memiliki satu kesamaan, yaitu meningkatnya taraf berfikir.
Meningkatnya taraf berfikir akan membawa perubahan pada sistem
pendidikan,
ekonomi,
sains
dan
teknologi,
akhlak
dan
lainnya.
Meningkatnya taraf berfikir akan mengkristalisasi dan membentuk suatu
cara pandang seseorang terhadap kehidupan yang lazim disebut sebagai way
of life (Siauw, 2014c: 87).
Way of life inilah yang nantinya akan menjadi standar kolektif umat,
suatu dasar dimana pemikiran lain akan dibangun di atasnya, way of life
akan mempersatukan umat dalam ikatan pemikiran yang sama, selanjutnya
akan menarik mereka menuju kebangkitan dan kepemimpinan atas umat
lainnya. Inti dari way of life terletak pada tujuan hidup yang mereka
rumuskan, yang akhirnya menentukan pandangan terhadap kehidupan.
Tujuan manusia hidup di dunia haruslah datang dari sumber yang valid dan
dapat diandalkan, yang berasal dari penciptanya, manual instruction yang
bersal dari penciptanya. Dari manual instruction inilah manusia akan
mengetahui fungsi-fungsi kehidupannya di dunia, fitur-fiturnya, bagaimana
cara mengoperasikan, dan penyelesaian masalah yang mungkin timbul.
Manual instruction ini adalah Al-Qur’an, tantangan untuk seluruh jin dan
manusia agar membuat ayat semisal Al-Qur’an adalah segel yang datang
dari Sang Pencipta. Dengan bekal Al-Qur’an adalah manual instruction
yang benar, dapat ditemukan bahwa nama Tuhan itu adalah Allah dan
tujuan hidup adalah beribadah kepada Allah secara total.
Ibadah dalam Islam tidak boleh diartikan sebagai sesuatu yang
bersifat sempit yang hanya berkisar sekitar ibadah mahdhah atau ibadah
ritual (Siauw, 2014c: 121). Tetapi, ibadah dalam arti sesungguhnya adalah
setiap aktivitas manusia yang disesuaikan dengan kehendak Allah.
The True Shahadah, iman adalah kondisi yang menjadikan
seseorang menjadi muslim, dan kunci keimanan terletak kali pertama
mengucapkan syahadatain. Sehingga seorang muslim harus benar-benar
memahami arti dari kalimat syahadat, kosekuensinya, dan bagaimana
metode untuk membentuk keimanan dari kedua kalimat syahadat tersebut.
Syahadat tidak hanya dimaknai aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Tetapi juga harus berkonsekuensi menjadikan Allah sebagai Tuhan
sekaligus sesembahan. Syahadat akan menghasilkan iman kemudian iman
akan dibina oleh akal. Akal adalah pembeda satu-satunya antara manusia
dan hewan, yang dengan akalnya manusia diperintahkan untuk beriman
kepada Allah.
As Allah Assign. Ada dua potensi kehidupan pada menusia pertama,
potensi kehidupan yang membentuk keperluan jasadiyah (needs). Kedua,
potensi kehidupan yang berupa keinginan naluriah (wants) (Siauw, 2014c:
156). Ketika manusia telah mendapatkan objek mana yang bisa memenuhi
dan memuaskan needs dan wants maka selanjutnya dia melakukan suatu
aktivitas sehingga aktivitas ini dapat memenuhi dan memuaskan needs dan
wants. Pada titik inilah, manusia memerlukan aturan. Manusia adalah
makhluk yang terbatas sehingga sangat masuk akal dan wajar apabila aturan
yang dihasilkan akan terbatas. Satu-satunya opsi yang tertinggal hanyalah
menggunakan aturan bukan makhluk. Standar yang berasal dari Sang
Pencipta yang mengetahui manusia secara utuh dan aturan apa yang
seharusnya digunakan dalam kehidupan adalah yang terbaik baginya. AlQur’an adalah job description manusia di dunia untuk menjalani tugasnya
sebagai khalifah Allah di atas muka bumi (Siauw, 2014c: 171).
Beyond the Inspiration, bisyarah adalah sebuah kabar gembira yang
Allah turunkan kepada hamba-Nya, baik melalui Al-Qur’an ataupun melalui
ucapan Rasulullah. Bisyarah adalah perlambang janji Allah dan menjadi
penyemangat kaum muslim selama berabad-abad lamanya, kayakinan akan
janji Allah ini terpatri kuat dalam jiwa kaum muslim dan menjadi harapan di
tengah-tengah keputusasaan, mejadi pengingat dalam kealpaan dan menjadi
sumber energi yang tidak terbatas sampai kapanpun. Melalui bisyarah inilah
kaum muslim berjuang dan menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban
dunia (Siauw, 2014c: 186).
Dalam judul Beyond the Inspiration disajikan kisah Muhammad AlFatih berisi bisyarah yang dapat mengispirasi setiap muslim. Bisyarah
Rasulullah yang disampaikan oleh Abdullah bin Amru kepada para sahabat:
Abdullah bin Amru berkata, “ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah
saw untuk menulis, tiba-tiba beliau saw ditanya tentang kota manakah yang
akan ditakhlukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah
saw
menjawab,
Kota
Heraklius
terlebih
dahulu
(maksudnya
Konstantinopel).” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2014c: 191) dan bisyarah yang
lain yaitu: “Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat
amir (panglima perang) adalah amirnya dan sekuat-kuatnya pasukan
adalah pasukannya.” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2014c: 192).
Para sahabat adalah kaum yang sangat visioner (Siauw, 2014c: 192).
Mereka menjadikan perkataan Rasulullah sebagai visi mereka. Hingga
lahirlah pemuda bernama Sultan Muhammad II atau lebih dikenal dengan
Muhammad Al-Fatih yang mewujudkan bisyarah tentang penaklukan
Konstantinopel. Konstantinopel adalah kota yang terbesar dan terkaya di
dunia selama Kekaisaran Romawi akhir (Siauw, 2014c: 194). Muhammad
Al-Fatih adalah pribadi yang sangat sholih, qiyamul lail dan rowatib tidak
pernah ditinggalkan. Sejak kecil Muhammad Al-Fatih dididik oleh ulama
pilihan, Syaikh Aaq Syamsuddin yang mengajarkan disiplin ilmu hingga
Muhammad Al-Fatih tumbuh menjadi remaja yang memiliki kepribadian
unggul. Pada tahun 1453, di usia ke 21 tahun Muhammad Al-Fatih mampu
memimpin pasukan dan berhasil menakhlukkan Konstantinopel.
Living the Afterlife, pada judul ini berisikan tentang ajakan
merenungkan kehidupan setelah kematian. Kehidupan ini adalah ruang
tunggu. Artinya, hidup adalah menunggu akhir kehidupan. Hidup adalah
pilihan, dan hanya ada dua jenis kematian yang dapat dipilih yaitu, husnul
khotimah atau su’ul khotimah. Dampak dari mengingat mati adalah janji
untuk mempersembahkan yang terbaik di jalan Islam.
B. Pemikiran Sistem Pemerintahan
Buku Khilafah *Remake setebal 296 halaman dibuat berdasarkan
latar belakang Islam adalah agama yang sempurna. Namun, kesempurnaan
Islam belum bisa terwujud dalam kehidupan, baik secara individual
maupun secara masyarakat. Kaum muslim terpuruk di segala bidang
kehidupan, baik ekonomi, peradilan, pendidikan, keamanan, dan
sebagainya. Sehingga nama Islam secara keseluruhan menjadi buruk
persepsinya. Tidak tertinggal pada kaum muslim yaitu anggapan sebagai
teroris, penyebar agama pedang, dan pecinta anarkisme. Padahal pada
suatu masa Islam pernah memimpin di segala bidang. Penemu paling awal
di dunia sains, matematika, dan kesehatan. Buku ini akan mengungkap
bagaimana mengembalikan kejayaan Islam.
Daftar isi buku berisi: Mukaddimah; Pusat Dunia; Kebangkitan Islam;
Surat Rasulullah; Kegemilangan Peradaban Islam; Islam Masa Kini; Why?
Kenapa; Pilar Pertama: Indivudu yang Bertakwa; Pilar Kedua: Masyarakat
yang Berdakwah; Pilar Ketiga: Negara Bersyariah; 3 Objek Seruan Hukum
Allah; Problematika Umat; Aktivitas Rasulullah Sebagai Kepala Negara;
Khilafah Islam; Kata Mereka Tentang Khilafah; Sebab-sebab Runtuhnya
Khilafah;
Sistem
Pemerintahan
Khilafah
vs
Sekular;
Metode
Pengangkatan Khalifah: Bai’at; Khilafah dan Bersatunya Umat Islam;
Wajibnya Berjamaah; Menginginkan Islam Bangkit; Apa yang Harus Kita
Lakukan Sekarang?; Tidak Semua Adalah Islam; Kesimpulan. Pada
paragraf selanjutnya akan peneliti uraikan isi dalam buku Khilafah
*Remake ini berdasarkan masing-masing judul.
Pusat Dunia, dalam penelitian geologis menyatakan bahwa pusat dunia
terletak di Timur Tengah. Jika wilayah lempeng bumi yang lain bergerak
menjauh, maka wilayah Timur Tengah relatif tidak bergerak, atau bergerak
sangat lambat. Di daerah Timur Tengah ini Allah mengutus para Nabi-Nya
kepada umat manusia. Nabi Muhammad lahir, berdakwah, dan wafat di
wilayah Timur Tengah. Di sinilah episode-episode terbesar sejarah dunia
digelar, dan episode-episode sejarah itu terbagi menjadi tiga bagian
(Siauw, 2014e: 15). Episode pertama berjudul Imperium Persia dengan
luas wilayah 7.400.000 km2 selama 1.400 tahun, peninggalan sejarahnya
berupa Cteshiphon. Episode kedua dinamai Imperium Romawi dengan
luas wilayah 5.000.000 km2, peninggalan sejarahnya berupa Colloseum.
Episode ketiga adalah Islam.
Kebangkitan Islam. Pada tahun 622 Masehi terjadi peristiwa yang sangat
monumental dalam sejarah Islam (Siauw, 2014e: 26). Tahun 622 Masehi
juga menjadi awal tahun 1 Hijriyah. Peristiwa itu adalah hijrahnya
Rasulullah Muhammad saw dari Makkah ke Madinah, kemudian
menegakkan sesuatu yang para ulama sejarah dikenal dengan nama
Daulah Islam Nabawiyyah atau disebut Negara Islam Nabi. Sebuah negara
yang dipimpin Rasulullah sebagai kepala negaranya. Meski wilayah Islam
hanya seluas Madinah, tapi ternyata tidak menghalangi Rasulullah untuk
mempunyai visi yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia ataupun dinalar
logika, yaitu menyebarkan Islam ke seluruh dunia (Siauw, 2014e: 31).
Surat Rasulullah. Pada tahun 629 M, Allah memerintahkan Rasulullah
untuk mengirim surat kepada seluruh pembesar-pembesar dunia untuk
memeluk agama Islam. Heraklius Kaisar Romawi terkejut dengan isi surat
yang sangat luar biasa itu. Heraklius yang luas pengetahuan itu kemudian
berpikir keras, merenung, dan tertarik tentang Muhammad. Heraklius
mulai meyakini bahwa Muhammad adalah seorang Nabi (Siauw, 2014e:
57). Kemudian Heraklius berdiskusi dengan pejabat-pejabatnya, yang
isinya “Maukah anda semua memperoleh kemenangan dan kemajuan yang
gemilang, sedangkan karajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau,
akuilah Muhammad sebagai Rasulullah” (Siauw, 2014e: 58). Menyadari
situasi dan kondisi tersebut, Heraklius berpikir dan merenungkan sejenak,
betapa ia menjadi putus harapan, pesimis bahwa kaumnya dan rakyatnya
akan beriman kepada kenabian Muhammad (Siauw, 2014e: 59). Surat
Rasulullah juga sampai pada Kisra, Kaisar Persia. Raja Persia nampaknya
orang yang mudah tersinggung, reaksinya sangat murka ketika membaca
surat itu (Siauw, 2014e: 60). Pada saat itu umat Islam begitu berjaya di
hadapan dunia. Dulu umat Islam berada di bawah satu komando. Dulu
umat Islam masih berhukum kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kegemilangan Peradaban Islam. Saat umat Islam masih bersatu dan masih
menerapkan Syariat Islam dalam naungan Khilafah Islamiah, saat itulah
dicapainya kegemilangan peradaban Islam. Saat itulah bertaburan sosok-
sosok ilmuwan yang hingga saat ini masih dirujuk oleh dunia Barat dan
peradaban Islam menjadi peradaban terbaik (Siauw, 2014e: 74). Beberapa
contoh ilmuwan Islam Ibnu Al-Haitsami memberi kontribusi dalam bidang
matematika, fisika, dan astronomi. Abu Qasim Al-Zahrawi memeberikan
sumbangan dalam bidang pengankatan janin. Kegemilangan lain juga
ditandai dengan didirikannya perpustakaan, masjid, tempat pemandian
umum, dan maristan.
Islam Masa Kini. Kegemilangan di atas hanyalah masal lalu. Kini Islam
dikenal beberapa orang sebagai teroris, ekstrimis, fundamentalis, dan
segenap fakta buruk yang diingat orang misalnya korupsi, kemiskinan,
putus sekolah, narkoba, prostitusi, kepemilikan negara asing atas wilayah
migas dan batubara, dan perusakan hutan. Logikanya, pasti ada sesuatu
yang diterapkan pada zaman keemasan dahulu, namun tidak diterapkan
pada zaman sekarang. Fakta historis telah menunjukkan, bahwasanya ada
tiga pilar yang selalu menyokong Islam hingga Islam tetap berjaya. Selama
tiga pilar ini mewujud, maka Islam tetap dalam posisi teratas dalam
perjalanan sejarah dunia. Pilar pertama adalah pilar individu yang bertaka
kepada Allah, pilar kedua adalah pilar masyarakat berdakwah, pilar ketiga
adalah pilar negara yang menerapkan syariah (Siauw, 2014e: 112).
Pilar Pertama: Individu yang Bertakwa. Islam memiliki seperangkat aturan
lengkap dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling kompleks
(Siauw, 2014e: 116). Banyaknya aturan dalam Islam tidaklah bermaksud
untuk menyusahkan pelakunya, melainkan untuk membentuk manusia
terbaik di tengah-tengah umat lainnya. Ibadah-ibadah ritual dalam Islam,
sejatinya adalah sebuah pelatihan terpadu bagi seorang manusia agar
menjadi manusia yang terbaik, profesional, dan disiplin, serta bermanfaat
bagi yang lainnya (Siauw, 2014e: 117). Seorang muslim yang bertakwa
kepada Allah akan selalu menjauhi larangan Allah dan memburu ketaatan
kepada-Nya, tidak akan mengambil yang bukan haknya, tidak akan
menzalimi manusia, selalu berbuat adil, menepati janji dan menunaikan
amanah. Hebatnya, kesemua itu bukan dilakukan demi manusia, hingga
berkurang kadar kebaikannya tatkala tidak dilihat manusia. Semua itu dia
lakukan karena Allah saja, hingga seorang muslim akan konsisten menjadi
manusia terbaik di manapun dan kapanpun (Siauw, 2014e: 118).
Pilar Kedua: Masyarakat yang Berdakwah. Allah perintahkan bagi
masyarakat atau kelompok untuk berdakwah, dalam rangka menyeru
kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Tidak semua individu
sama kadar ketakwaannya kepada Allah. Ada yang masih tipis karena baru
belajar, ada pula yang sudah tebal karena sering berlatih. Karenanya perlu
dibangkitkan pada masyarakat sebuah kebiasaan saling menasihati dalam
kebaikan dan kesabaran, agar yang salah bisa diingatkan dan bersemangat
menuju kebaikan (Siauw, 2014e: 125). Masyarakat yang berdakwah dapat
tercermin sebagaimana sabda Rasulullah dalam haditsnya: “Siapa yang
melihat kemunkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu
maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan
hatinya dan hal tersebut adalah serendah-rendahnya iman.” (H. R. Muslim)
(Siauw, 2014e: 126).
Pilar Ketiga: Negara Bersyariah. Dalam sebuah hadits: “Madinah itu
seperti tungku api (tukang besi) yang bisa membersihkan debu-debu yang
kotor dan membuat cemerlang kebaikan-kebaikannya.” (H. R. Bukhari)
(Siauw, 2014e: 137). Maksudnya “tungku api”
di sini adalah sebuah
sistem, dan tugas sistem adalah membuat seragam output (keluaran).
Dalam hal ini, Daulah Madinah menjadi sebuah sistem yang
menyeragamkan setiap individu di dalamnya menjadi individu yang baik
(Siauw, 2014e: 138). Dengan kata lain, sistem Islam yang penuh dengan
kebaikan yang diterapkan di tengah-tengah Daulah Islam Madinah itu
akan mengarahkan dan memaksa orang-orang yang ada di dalamnya untuk
menjadi baik. Demikian efektifnya sebuah sistem (Siauw, 2014e: 139).
Masalah besar yang ada di tengah umat Islam adalah syirik modern
bernama sistem sekularisme. Paham ini menganggap bahwa Allah hanya
melihat kita pada saat-saat tertentu saja (Siauw, 2014e: 142). Rasulullah
mencontohkan dua hal dalam kepemimpinannya, politik dan spiritual.
Sayangnya Islam yang dicontohkan beliau yang menyatu dalam kedua sisi
baik politik dan spiritual ini kebanyakan tidak dipahami dengan baik oleh
masyarakat. Bahkan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai sumber
pengetahuan Islam pun menganggap bahwa ide bersatunya politik dan
spiritual Islam bukan berasal dari khasanah ilmu Islam (Siauw, 2014e:
149). Padahal Islam diturunkan Allah sempurna, karenanya mencakup
segala solusi yang berkaitan dengan masalah manusia semisal ekonomi,
politik, pemerintahan, budaya, pernikahan, dan hukum-hukum keseharian
(Siauw, 2014e: 150). Jelaslah, bahwa Islam bukanlah agama ritual belaka
(Siauw, 2014e: 156).
3 Objek Seruan Hukum Allah. Tiga objek ini meliputi Individu misalnya
shalat, puasa, sedekah, tahajud, dan amal-amal lain tanpa memerlukan
dukungan masyarakat atau individu lainnya (Siauw, 2014e: 169).
Masyarakat misalnya shalat berjamaah di masjid, shalat jum’at, berdakwah
menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran, dan lain
sebagainya (Siauw, 2014e: 171). Negara misalnya hukum rajam bagi yang
berzina, hukum potong tangan bagi para pencuri, penerapan sistem mata
uang dinar dan dirham, pelarangan riba, seruan berperang atau berdamai
oleh kepala negara, penunjukkan hakim dan pejabat-pejabat negara semisal
wazir, mu’awin, amirul jihad, amil, wali, dan sebagainya (Siauw, 2014e:
173).
Problematika Umat Hari Ini. Setiap perbuatan Nabi Muhammad baik
dalam hal akhlak, ibadah, maupun setiap amal dan tindakan beliau semasa
menjabat sebagai kepala negara Madinah, wajib kita teladani (Siauw,
2014e: 180). Maka mencontoh Rasulullah dalam shalat, sama wajibnya
seperti mencontoh bagaimana Rasul mengangkat hakim dan menentukan
cara penghakiman kepada manusia. Mencontoh Rasulullah banyak
bersedekah, sama wajibnya mencontoh kebijakan Rasulullah dalam
mengelola sumberdaya alam. Mencontoh akhlak Rasulullah dalam
mempergauli manusia, sama wajibnya dengan mencontoh cara Rasulullah
dalam menentukan politik ekonomi negara (Siauw, 2014e: 181).
Khilafah Islam. “... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu ...” (Q. S. Al-Maidah: 3).
Mengatakan bahwa aturan Islam hanya pantas berada di masjid dan tidak
pantas untuk mengatur kehidupan sosial juga sama saja menyeru untuk
beribadah kepada selain Allah. Karena berarti dia telah menyatakan bahwa
ada masa dimana manusia beribadah kepada Allah, dan ada masa manusia
tidak beribadah kepada Allah. Padahal Allah telah menentukan bahwa
seluruh aspek kehidupan kita, 24 jam adalah hanya untuk beribadah
kepada-Nya (Siauw, 2014e: 188). Allah berfirman: “Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan. Dan
janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q. S. Al-Baqarah: 208). Maksud
dari penguasa yang menerapkan syariah adalah negara yang menerapkan
syariah Islam. Dalam terminologi Islam, negara yang menerapkan syariah
Islam inilah yang dikenal dengan nama khilafah. Pendapat empat mazhab
tentang wajibnya khilafah menurut Syaikh Abdurrahman Al-Jazini: “Para
Imam Madzhab yang empat rahimahullah, telah sepakat bahwa Imamah
(khilafah) itu fardu, dan bahwa kaum muslim itu harus memiliki seorang
imam (khalifah) yang akan menegakkan syiar-syiar agama dan menolong
orang yang dizhalimi dari orang-orang zalim. Mereka juga sepakat bahwa
kaum muslimin dalam waktu yang sama di seluruh dunia tidak boleh
mempunyai dua imam, baik keduanya sepakat atau bertentangan.” (Ibnu
Hazm, Al-Fshlu fi Al-Milal wa Ahwa’wan Nihal Juz 4 halaman 78)
(Siauw, 2014e: 204).
Kata Mereka Tentang Khilafah. Peneliti kutipkan beberapa pendapat
tentang khilafah: George W. Bush “Para pasukan perlawanan bersenjata
itu meyakini bahwa dengan menguasai satu negara saja, hal itu akan
menghimpun seluruh kaum muslim. Dimana hal ini akan memungkinkan
mereka untuk menghancurkan seluruh sistem di wilayah-wilayah itu, dan
mendirikan kerajaan fundamentalis Islam dari Spanyol hingga ke
Indonesia.” (2005). “Khilafah ini akan menjadi imperium Islam totalitarian
yang meliputi seluruh wilayah muslim saat ini dan yang terdahulu, yang
membentang dari Eropa sampai Afrika Utara, Timur Tengah, sampai ke
Asia Tenggara.” (2006). Tony Blair “Kita sesungguhnya sedang
menghadapi sebuah gerakan yang berusaha melenyapkan negara Israel dan
mengusir Barat dari dunia Islam serta menegakkan Daulah Islam tunggal
yang akan menjadikan syariat Islam sebagai hukum dunia Islam melalui
penegakkan khilafah bagi segenap umat Islam.” (2005) (Siauw, 2014e:
210). Pendapat Hasan Al-Banna “Khilafah adalah bentuk persatuan Islam,
dan manifestasi dari hubungan antara kaum muslim dan institusi Islam
mereka, yang mereka wajib untuk memikirkannya dan berkonsentrasi
dengan isu ini. Taqiyuddin An-Nabhani berpendapat “Khilafah adalah
kepemimpinan umum bagi kaum muslimin seluruhnya di dunia, untuk
menegakkan hukum-hukum syariah Islam dan mengemban dakwah
Islamiyah ke seluruh dunia.” (Siauw, 2014e: 213).
Sebab-sebab Runtuhnya Khilafah. Faktor eksternal, evolusi politik dan
ekonomi serta sosial yang menjadikan Barat sebagai standar hukum
militer, keuangan, ekonomi dan mengambil hukum-hukum diadopsi oleh
khilafah. Yeniseri dibubarkan, negara melemah (Siauw, 2014e: 220).
Pengaruh filsafat Hindu dan Yunani, pemahaman menyatnya manusia dan
Tuhan. Tatkala menaklukkan wilayah-wilayah yang mempunyai filsafat
mendalam seperti Yunani dan Persia serta India, kaum muslim
menghadapi serangan pemikiran oleh filsafat (Siauw, 2014e: 221).
Ghazwul fikri Yahudi dan Nasrani, pada abad ke-17 Masehi Yahudi dan
Nasrani mendirikan universitas di wilayah khilafah dan akhirnya
menguasai percetakan media dan opini serta ekonomi, pada gilirannya
orang-orang Yahudi dan Nasrani inilah yang menyiasati gerakan Turki
Muda yang menuntut deformasi khilafah, gerakan Tanzimat Barat juga
mengusahakan agar kaum muslim menjadikan Barat sebagai kiblat, kaum
Arab mengadakan revolusi Arab yang bertujuan untuk memisahkan diri
dari khilafah, Inggris lewat agen-agennya berusaha menanamkan
pemahaman racun kepada kaum muslimin, Rusia dan Jerman serta
Australia mengadakan serangan fisik pada khilafah yang mulai melemah
dan menggerogoti khilafah (Siauw, 2014e: 222-223). Faktor internal,
ditinggalkannya bahasa Arab sebagai bahasa Islam, terjadi pemisahan
potensi agama dan potensi bahasa, sedangkan Islam tidak mungkin
dipahami tanpa bahasa Arab. Ditutupnya pintu ijtihad, pemahaman Islam
menjadi lemah dan penyelesaian masalah menjadi tumpul. Sekularisme,
terciptanya awal pemahaman sekular bahwa Islam hanya cukup dengan
ibadah ritual saja tidak perlu ibadah politik dan sosial. Cinta dunia takut
mati, kemenangan berturut-turut menjadikan kaum muslim terlena untuk
menikmati dunia dan melupakan Allah sebagai motivasi utama (Siauw,
2014e: 223-225). Setelah memahami bagaimana runtuhnya khilafah,
muncul pertanyaan kapan Islam akan bangkit, dengan cara apa Islam akan
bangkit, dan bagaimana prosesi kebangkitan Islam.
Sistem Pemerintahan Khilafah vs Sekular. Sistem pemerintahan khilafah
dalam pemerintahan Islam, kekuatan (power) memang ada di tangan umat,
namun kedaulatan (soveregnity) ada di tangan Allah semata sebagai
penentu baik dan buruk. Maka umat mengangkat khalifah bukan untuk
membuat hukum atau menentukan hukum, tetapi khalifah adalah pelayan
rakyat yang diangkat untuk menjamin diterapkannya syariat Islam (AlQur’an dan Sunnah) bagi seluruh umat (Siauw, 2014e: 230). Dalam
pemerintahan sekular, kekuatan dan kedaulatan dianggap di tangan rakyat,
sehingga rakyat yang berhak menentukah hukum bagi mereka sendiri.
Masalahnya tidak mungkin rakyat berkumpul semua dan berembuk
menentukan hukum, sehingga kemudian ada proses perwakilan. Di sini
muncul masalah karena tatkala wakil mendapatkan kekuatan menetapkan
hukum, ia cenderung menguntungkan pribadi, kelompok atau kepentingan
salah satu pihak (Siauw, 2014e: 233).
Metode Pengangkatan Khalifah. Contoh pada zaman Rasulullah melalui
penunjukan yaitu khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khaththab. Penitia
pemilihan yaitu khalifah Utsman bin Affan. Aklamasi yaitu khalifah Ali
bin Abi Thalib (Siauw, 2014e: 238-239). Islam membolehkan cara apapun
untuk memilih pemimpin tatapi, untuk pengangkatan pemimpin tertinggi
harus melalui bai’at.
Khilafah dan Bersatunya Umat Islam. Ada sebuah ayat dimana Allah
menginginkan umat bersatu, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah. Dan janganlah kamu bercerai-berai. Dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliyah musuhmusuhan, maka Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara dan kamu telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.
Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.” (Q. S. Ali Imran: 103) (Siauw, 2014e: 248-249).
Bergabung dalam jamaah hukumnya wajib, memiliki pemimpin hukumnya
juga wajib. Apabila tidak ada kelompok yang mewujudkan jamaah, maka
wajib untuk membentuk kelompok jamaah.
Wajibnya Berjamaah. Allah berfirman: “Dan haruslah diantara kalian
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Q. S. Ali Imran: 104). Setiap umat muslim wajib
menggabungkan diri dalam harakah-harakah Islam (gerakan-gerakan
Islam) untuk memperjuangkan sesuatu yang wajib (Siauw, 2014e: 258).
Ada orang-orang yang menolak bergerak bersama harakah Islam dengan
alasan takut memecah belah Islam, yang tidak boleh dalam berkelompok
yaitu berbangga-bangga pada urusan masing-masing kelompoknya.
Adapun adanya kelompok dan harakah dakwah lebih dari satu tidak
menghalangi terbentuknya jamaah. Rasulullah bersabda: “Ikatan-ikatan
Islam akan lepas, satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti
oleh lepasnya ikatan berikutnya. Ikatan Islam yang pertama kali lepas
adalah pemerintahan dan yang terakhir adalah shalat.” (H. R. Ahmad)
(Siauw, 2014e: 269). Satu ikatan akan putus dikarenakan semua saling
terkait di dalam Islam, seperti pemimpin, hukum, umat, ilmu, ulama, dan
ikatan-ikatan lainnya (Siauw, 2014e: 269).
Apa yang Harus Kita Lakukan Sekarang?. Untuk menerapkan Islam secara
keseluruhan tidak dimungkinkan apabila umat muslim belum mengetahui
dan memahami Islam mulai dari hal-hal mendasar tentang aqidah, hingga
masalah besar berupa khilafah (Siauw, 2014e: 274). Langkah pertama
adalah mengkaji Islam, mengemban dakwah Islam, bila pemikiran dan
perilaku sudah Islami maka umat akan meminta penerapan syariah. Dalam
mengkaji Islam terdapat banyak kelompok atau gerakan Islam, pilihan
tergantung pada selera, bisa jadi kita berbeda selera dengan saudara kita,
namun bukan berarti kita benar dan dia salah (Siauw, 2014e: 278).
Dakwah Rasulullah dicontohkan berjamaah dengan pemikiran dan tanpa
kekerasan (Siauw, 2014e: 279). Timbul pemikiran bagaimana dengan
nasib non muslim, peneliti menyimpulkan bahwa penulis buku
mempertanyakan keadilan karena pada saat ini warga negara Indonesia
mayoritas muslim, tapi aturan yang diterapkan justru minoritas.
C. Pemikiran Sejarah
Pemikiran sejarah dalam karya Felix Y. Siauw terangkum dalam tiga
buku yaitu Muhammad Al-Fatih 1453; The Chronicles of Ghazi: The Rise of
Ottomans; dan The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent
Buku berjudul Muhammad Al-Fatih 1453 dengan tebal 318 halaman.
Muqaddimah pada buku ini berisi motivasi agar generasi muda tertarik
untuk mempelajari sejarah. Karena, sejarah memberikan kepada seseorang
lebih dari sekedar informasi, ia menyusun cara berfikir seseorang saat ini
dan menentukan langkah apa yang akan diambil pada masa yang akan
datang. Minimnya buku sejarah dan biografi kaum muslim bisa berakibat
pada perilaku umat yang selalu membebek, kehilangan kreativitas, dan
kepercayaan kepada agama sendiri. Oleh karena itu, buku ini diharapkan
mampu memberi kontribusi dalam membentuk generasi yang selevel
dengan kesatria Islam.
Sebuah kota termasyur pada zamannya bernama Konstantinopel.
Konstantinopel terletak di posisi yang sangat strategis, terhampar di
daratan berbentuk segitiga seperti tanduk dan terletak di sebelah barat
Selat Bosphorus yang memisahkan antara Benua Eropa dan Asia. Di
sebelah utara kota ini terdapat Teluk Tanduk Emas (Golden Horn), sebuah
pelabuhan alami yang sempurna. Di seberang Selat Bosphorus terhampar
daratan yang kaya dengan hasil bumi, semenanjung Asia Kecil atau lebih
dikenal dengan Anatolina. Dari Selat Bosphorus ini seseorang dapat
berlayar ke utara menuju Laut Hitam (Black Sea) atau ke selatan melewati
Selat Dardanela lalu menuju ke Laut Mediterania. Posisinya di tengah
dunia membuat Konstantinopel menjadi kota pelabuhan paling sibuk di
dunia pada masanya. Inilah kota yang mendapatkan kesempatan terhormat
menjadi bagian terpenting dari tiga peradaban besar manusia. “The Gates
of The East and West” adalah salah satu julukan yang disematkan
kepadanya. Pemandangan paling menonjol dari kota ini adalah sistem
pertahanan terbaik pada masanya. Konstantinopel dilindungi tembok yang
mengelilingi kota dengan sempurna, baik wilayah laut maupun daratnya.
Keseluruhan kota ini nampak seperti sebuah benteng kokoh. Nyali
seseorang yang ingin menakhlukkan kota ini pun akan ciut tatkala dia
melihat bagian benteng sebelah barat, satu-satunya wilayah Konstantinopel
yang berbatasan dengan daratan. Di situ terbangun struktur tembok dua
lapis dengan dua tingkatan, yang diperkuat dengan parit besar dan dalam
di bagian depannya. Lengkaplah Konstantinopel memiliki gelar “The City
with Perfect Defense”.
Sebuah ekspedisi besar sedang dikerahkan. Keberangkatan pasukan
muslim yang penuh pengorbanan ini bukanlah tanpa dasar yang jelas. Jauh
sebelumnya, Utsman sang pendiri kesultanan Utsmani telah lama
memimpikan kepemimpinan Islam atas kota ini. Utsman sebagai sultan
pertama Utsmani dan sultan-sultan setelahnya mengambil langkah-langkah
penakhlukkan Konstantinopel. Keinginan mereka terwariskan pada
generasi berikutnya. Keinginan kaum muslim menguasai Konstantinopel
lebih mulia dari hanya sekadar penghargaan, kekuasaan, apalagi materi.
Konstantinopel lebih daripada itu, ia adalah sebuah kota yang dijanjikan
kepada kaum muslim oleh Rasulullah, berkata Abdullah bin Amru bin
Ash: “Bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah saw untuk
menulis, lalu Rasulullah saw ditanya tentang kota manakah yang akan
futuh terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Maka Rasulullah saw
menjawab, ‘Kota Heraklius terlebih dahulu’, yakni Konstantinopel.” (H.
R. Ahmad) (Siauw, 2015a: 5). Oleh karena itu, ekspedisi Sultan Mehmed
II bukanlah ekspedisi biasa, ekspedisi yang dipimpin kali ini adalah
ekspedisi
kerinduan
selama
825
tahun.
Nama
yang
juga
menghantarkannya menjadi panglima terbaik yang sempat diisyaratkan
oleh Muhammad Rasulullah saw dari lisannya: “Sungguh, Konstantinopel
akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah
pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.” (H. R.
Ahmad) (Siauw, 2015a: 5).
Mental kaum muslim pun telah dari awal dididik untuk menjadi
seorang kesatria yang mempunyai tugas untuk mengelola dunia dan
seisinya (Siauw, 2015a: 6). Buku ini mengisahkan secara detail tentang
pembebasan Konstantinopel dan menggambarkan dengan jelas kepribadian
Mehmed II Al-Fatih dan keyakinannya pada janji Allah dan Rasul. Nama
Mehmed II Al-Fatih dalam dunia Islam juga dikenal dengan nama
Muhammad Al-Fatih. Ayah dari Sultan Mehmed adalah Sultan Murad II.
Kebanyakan kaum nasionalis fanatik memandang pengepungan
dan pembebasan Konstantinopel pada 1453 sebagai permasalahan yang
terjadi antara Turki yang diwakili oleh Utsmani dan Byzantium yang
diwakili oleh Konstantinopel. Ini adalah reduksionisme yang salah kaprah.
Turki sendiri adalah sebuah istilah yang baru dikenal setelah muncul
Republik Turki setelah runtuhnya Khilafah Utsmaniyyah tahun 1924,
sebelum itu kaum Turki belum pernah menyebut diri mereka dengan
Turki. Mereka menyebut diri mereka dengan muslim. Maka sesungguhnya
Utsmani sendiri adalah perwakilan kaum muslim dan Byzantium adalah
perwakilan dari dunia Kristen (Siauw, 2015a: 7). 1453 adalah momen yang
harus menjadi inspirasi bagi setiap muslim akan jati diri mereka. Sebuah
janji Allah yang menjadi kenyataan.
Berikut kalimat-kalimat dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453
yang mengandung nilai-nilai edukatif:
1. Nabi memotivasi mereka dengan ayat Allah, mendisiplinkan
mereka dengan shalat berjamaah, dan menempa jiwa mereka
dengan tahajud serta mengikat mereka dengan ikatan aqidah yang
satu, lalu mentransformasi mereka menjadi suatu kelompok
terorganisir yang memiliki kekuatan dan visi yang besar (Siauw,
2015a: 10-11).
2. Rasulullah pun menunjukkan keseriusannya dalam menguasai
dunia
dengan
mengirim
surat
kepada
pembesar-pembesar,
termasuk Kisra III Syahansyah Persia, Heraklius Kaisar Romawi,
Muqauqis Paderi Mesir, Bazan Raja Yaman, Mundazir AlMusawwa Raja Bahrain dan banyak yang lain (Siauw, 2015a: 11).
3. Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Sa’ad selalu berpesan kepada
pasukannya untuk membaca Al-Qur’an, besabar dalam peperangan
dan tetap pada posisi mereka masing-masing sampai Allah
menghancukan pasukan Byzantium (Siauw, 2015a: 19).
4. Kemenangan ini bukanlah segalanya, tetapi justru menjadi anak
tangga pertama menuju Konstantinopel (Siauw, 2015a: 21).
5. Ibnu Kaldun dalam muqaddimah melukiskan tentang karakteristik
suku Badui Arab, “Orang yang hidup menetap akan menjadi malas
dan merasa nyaman, mereka merasa nyaman dengan dinding yang
mengelilingi mereka. Badui tidak memiliki pagar atau dinding.
Mereka selalu menenteng senjata di manapun dan mengamati
dengan teliti kanan kiri ketika berjalan. Mereka beristirahat sangat
sedikit, yaitu ketika sedang di atas kuda. Mereka menyadari setiap
gonggongan yang sayup terdengar dan setiap suara. Pertahanan
adalah kualitas karakternya dan keberanian adalah sifat alami
mereka.” (Siauw, 2015a: 25).
6. Setelah menemui kaisar Romanus yang berada dalam tawanan,
Sultan Alp Arslan bertanya kepadanya, “Menurutmu apa yang
kamu lakukan bila aku yang menjadi tawananmu?. Romanus
menjawab: mungkin aku akan membunuhmu, atau menggiringmu
dengan kehinaan di jalan-jalan Konstantinopel. Hukumanku lebih
berat daripada itu, engkau kumaafkan dan kubiarkan pergi.” Ujar
sultan (Siauw, 2015a: 31).
7. Setiap anak laki-laki diberikan pendidikan yang terbaik oleh
ulama-ulama terbaik pada zamannya. Sultan Murad pun selalu
mendoakan anak-anaknya agar Allah berkehendak menjadikan
mereka sebagai penakluk Konstantinopel (Siauw, 2015a: 44).
8. Sedangkan Aaq Syamsuddin adalah ulama yang nasabnya
bersambung pada Abu Bakar Ash-Shidiq dan seorang polymath3
sebagaimana kebanyakan ulama kepada masanya (Siauw, 2015a:
47).
9. Di bawah tempaan Syaikh Al-Kurani, Mehmed mulai menyerap
ayat-ayat Al-Qur’an dan menghafalkannya pada usia 8 tahun. Ia
juga mempelajari etika belajar dari Syaikh Al-Kurani yang tidak
menganggapnya berbeda dari anak-anak lain (Siauw, 2015a: 47).
10. Aaq Syamsuddin setiap hari menceritakan perjuangan Rasulullah
dan pengorbanannya dalam menegakkan Islam, serta menanamkan
kepribadian Rasul melalui sirahnya kepada Mehmed (Siauw,
2015a: 47).
3
Polymath adalah seorang yang pengetahuannya tidak terbatas hanya pada satu bidang.
Seorang polimath juga dapat diartikan sebagai seorang yang memiliki wawasan sangat luas,
ulama-ulama Islam awal kebanyakan seorang polimath.
11. Dia adalah satu-satunya panglima yang tidak pernah masbuq dalam
shalatnya, bahkan dia selalu menunaikannya dengan berjamaah.
Mehmed juga selalu menjaga shalat malamnya sebagai mahkota
dirinya dan menjadikan shalat rawatib sebagai pedangnya. Tidak
sekalipun Mehmed pernah melewatkan shalat malam dan rawatib
semasa baligh hingga ia meninggal (Siauw, 2015a: 50).
12. Dalam jangka waktu 2 tahun, Mehmed membenahi seluruh
kekurangan dan kelemahannya lalu membuktikan bahwa dia layak
untuk menjadi pemimpin (Siauw, 2015a: 55).
13. Dia meninggalkan kepada Mehmed kekuasaan yang besar dan
pasukannya, dia membentuk kepribadian muslim sejati pada diri
anaknya dan juga mewariskan prinsip kesatria ghazi pada anaknya.
Lebih daripada semua itu, Murad II juga telah mendisain bagi
Mehmed sebuah panggung yang kelak akan mematri namanya
dalam ingatan setiap muslim setelahnya (Siauw, 2015a: 55).
14. Dia memiliki kecerdikan akal, kecepatan gerak dan keberanian
yang kelak akan diingat oleh setiap kawan dan lawannya.
Kemudian
yang
paling
menonjol
pada
Mehmed
adalah
kemampuannya dalam menentukan sikap dan mengendalikan
emosinya, walaupun terkadang tempramental.
Dia mampu
melakukan tipu muslihat tingkat tinggi dalam peperangan dengan
mengandalkan unsur kejutan, strateginya tidak dapat diprediksi.
Wajah tenangnya dapat diperlihatkan sementara akalnya strategi
yang paling efektif untuk menundukkan lawannya dalam waktu
singkat (Siauw, 2015a: 57).
15. Mehmed dan pembesar-pembesar lain bahkan tidak jarang turun
tangan untuk mengangkat batu ketika pembangunan. Kombinasi
reward dan punishment serta teladan pemimpin ini akhirnya
menghasilkan suasana kerja yang semangat bagi para pekerja
(Siauw, 2015a: 72).
16. Kaum muslim adalah umat yang terkenal sangat cepat mengadopsi
teknologi baru dalam militer, bahkan hal ini adalah perhatian
utama bagi setiap pemimpin kaum muslim (Siauw, 2015a: 93).
17. Bagi
kaum
mengharuskan
muslim,
usaha
jihad
terbaik
adalah
puncak
dalam
ibadah
yang
melakukannya
dan
menyiapkannya sehingga dapat memberikan tekanan kepada pihak
musuh (Siauw, 2015a: 93).
18. Walaupun Sultan Mehmed sangat senang dengan meriam barunya,
namun keimanan Islam telah mengajarkan kepadanya bahwa hanya
Allah sumber kemenangan dan kemuliaan dan hal ini harus
diketahui pada seluruh pasukannya, agar mereka tidak bergantung
selain kepada Allah swt (Siauw, 2015a: 101).
19. Sebuah keimanan yang sempurna, Mehmed II benar-benar meniru
Rasulullah Muhammad saw yang selalu mengusahakan sebab yang
pantas untuk mencapai akibat yang pantas (Siauw, 2015a: 102).
20. Setiap muslim adalah tentara yang siap mengamban Islam, baik
dengan perkataan maupun dengan perbuatan (Siauw, 2015a:104).
21. Terlepas dari penyesatan yang telah dilakukan para orientalis,
sejarah
mencatat
penaklukkan-penaklukkan
dahsyat
yang
dilakukan kaum muslim. Kecepatan perluasan wilayahnya, perangperang besar dan adopsi teknologi di dalamnya dan administrasi
yang dilakukannya di wilayah taklukkannya. Sejarah juga mencatat
bahwa daerah yang dibebaskan kaum muslim akan menjadi lebih
sejahtera daripada sebelumnya, sebagai bukti ketingian Islam dan
sebagai argumen tak terbantahkan bahwa Islam bukan menjajah
dan mengeksploitasi, melainkan membebaskan dan membawa
umatnya menuju kemuliaan hidup (Siauw, 2015a: 104).
22. Sultan mehmed juga sangat menyadari bahwa selain ia harus
menempa dirinya sebagai pemimpin ‘sebaik-baik pemimpin’, ia
pun harus menjadikan pasukannya menjadi ‘sebaik-baik pasukan’
karena Konstantinopel hanya dapat ditaklukkan dengan pemimpin
dan pasukan yang terbaik (Siauw, 2015a: 105).
23. Tidak sedikit penulis barat yang jujur mengakui kekuatan tentara
muslim, sebagaimana yang disampaikan oleh pengembara Prancis,
Bertradon de la Broquire yang bertemu tentara muslim pada 1430an: mereka sangat rajin, terbiasa bangun lebih awal dan hidup
sederhana... mereka bisa tidur dimanapun, biasanya hanya di
tanah... kuda mereka prima, hanya memerlukan pakan sedikit,
larinya
kencang
dan
ketahanannya
lama...
ketaatan
pada
pemimpinnya tidak terbatas... ketika perintah sudah diberikan,
mereka patuh berbaris rapi dalam keheningan, diikuti oleh yang
lainnya dengan sama heningnya... 10.000 tentara Turki dalam
kejadian yang lama dapat membuat kegaduhan yang lebih kecil
dibanding 100 tentara Kristen... saya harus mengakui bahwa dalam
semua pengalaman saya yang beragam, saya selalu mengenal
orang-orang Turki sebagai orang yang jujur dan loyal serta ketika
mereka dibutuhkan untuk menunjukkan keberanian, mereka tidak
pernah gagal melakukannya (Siauw, 2015a: 116).
24. Michael sang Yeniseri menggambarkan kekuatan divisi Yeniseri
dalam catatannya: pasukan Utsmani laksana kekuatan yang jauh
melebihi pasukan manapun... bila pasukan lain mengejarnya
mereka bisa mundur dengan cepat; tetapi bila mereka mengejar
pasukan musuh maka mereka takkan selamat... kaum Kristen tidak
pernah menang melawan Utsmani, apalagi dalam perang terbuka
dan kekalahan mereka akibat membiarkan pasukan Turki
mengelilingi mereka lalu menyerang mereka dari sayap (Siauw,
2015a: 116).
25. Rene de Lusinge dalam tulisannya di akhir abad 16 mendaftar 17
sebab kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh Khilafah
Utsmani, diantaranya: dedikasi mereka pada jihad, inisiatif untuk
melakukan penaklukan, ketertarikan mereka yang rendah dalam
pertahanan permanen (di dalam benteng), tentara yang sangat
terlatih, disiplin yang tinggi, penggunaan tipu muslihat yang sebaik
mereka lakukan pada perang terbuka, pemimpin yang baik dan
tidak
menghabiskan
waktunya
pada
hiburan-hiburan
yang
melalaikan (Siauw, 2015a:117).
26. Utusan Austria untuk Utsmani, Busbeq menambahkan sebab
keberhasilan dan kemenangan Khilafah dari segi militer, dengan
pandangan berikut: keberhasilan dari kemah-kemah tentara
Utsmani, yang disana tidak akan kita temukan judi maupun
minuman keras, atau umpatan dan makian dari mulut tentaranya,
kamar kecil yang bersih, serta kesatuan medis yang efektif,
mengikuti kemampuan tentara pergi untuk mengobati tentara yang
terluka atau sakit (Siauw, 2015a: 117).
27. Penduduk Kristen Ortodoks di Konstantinopel sedang bersiap
menyambut hari suci bagi mereka, yaitu Hari Paskah yang jatuh
pada 1 April, dalam doa-doa yang mereka panjatkan, mereka
memohon agar Hari Paskah dapat mereka lalui dengan tenang. Hak
itu tentu diperhatikan oleh Sultan Mehmed dan memberikan
mereka kesempatan untuk beribadah dalam kepercayaan mereka
dan tidak lebih daripada hari itu saja (Siauw, 2015a: 128).
28. Ketika pasukan telah berhadap-hadapan, sesuai dengan perintah
Rasulullah saw dalam etika perang, Sultan Mehmed mengirimkan
utusan yang membawa sepucuk surat kepada Kaisar Constantine,
surat ini berisi 3 pilihan yang bisa diambil oleh penguasa
Byzantium. Bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah lalu
menjadi muslim maka serangan fisik akan segera dibatalkan, atau
membayar jizyah4 dan tunduk pada syariat Islam, atau diperangi
sampai Allah memenangkan kaum muslim (Siauw, 2015a: 139).
29. Nicolo Barbaro juga mengungkapkan kekagumannya pada perilaku
pasukan Islam: bila satu atau dua diantara mereka terbunuh, dalam
sekejap seorang yang lain datang dan membawa mayat rekannya,
memapah dengan bahunya, tanpa peduli seberapa dekat mereka
dengan tembok pertahanan kami. Tapi, pasukan kami yang berada
di benteng menembak kembali mereka dengan dengan meriam dan
crossbow, membidik tentara Utsmani yang sedang memapah
rekannya yang sudah meninggal dan seketika itu keduanya jatuh ke
tanah dan meninggal, walaupun begitu, tetap saja ada tentara yang
datang dan mengambilnya kembali, tanpa takut sedikitpun.
Sepertinya mereka lebih suka mengorbankan 10 tentara kembali
dibanding harus menanggung malu dengan meninggalkan satupun
mayat tentara di depan tembok kota (Siauw, 2015a: 153).
30. Giustinian membuktikan bahwa ia adalah lawan yang patut
diperhitungkan oleh Mehmed. Dalam kondisi tak tentu seperti itu,
Giustinian dapat mengumpulkan dukungan tentara dan memimpin
mereka bertahan dari serangan Utsmani (Siauw, 2015a: 155).
4
Kutipan tahunan yang diambil dari penduduk non-muslim yang mampu, sebagai tanda
ketundukan mereka dan atas perlindungan Islam kepada mereka, pada masa Khalifah Umar bin
Khaththab jizyah hanya senilai 4-6 dinar per tahun (1 dinar = 4,25 gram emas).
31. Walaupun terdengar mustahil, seluruh pasukan Utsmani tidak ada
seorangpun yang menganggapnya begitu, semangat yang ada di
dada mereka bergejolak, keimanan mereka hendak diuji, seberapa
besar keinginan mereka menjadi pasukan yang terbaik. Sultan
selalu mengingatkan mereka bagaimana Rasulullah saw selalu
menggunakan elemant of surprise dalam ekspedisi perang beliau
dan mengadopsi seluruh ide baru yang belum pernah dikenal
sebelumnya, atau seperti dalam surat Syaikh Syamsuddin “sesuatu
yang belum pernah terjadi sebelumnya” (Siauw, 2015a: 177).
32. Walaupun sekarang Sultan Mehmed telah mempunyai kendali atas
Teluk Tanduk Emas, namun dia tidak ingin terburu-buru. Sultan
Mehmed menginginkan penaklukkan Konstantinopel dilakukan
dengan korban yang seminimal mungkin. Nyawa setiap kaum
muslim lebih berarti dari dunia dan seisinya (Siauw, 2015a: 193).
33. Benarlah perkataan sebagian besar orang bahwa ketakutan adalah
akumulasi daripada ketidaktahuan dan takhayul adalah efek
kemiskinan ilmu (Siauw, 2015a: 212).
34. Namun, Mehmed tetap tegar pada pendiriannya, baginya menyerah
bukanlah sebuah opsi (Siauw, 2015a: 219).
35. Sultan juga mengingatkan agar serangan umum yang dilakukan
nanti haruslah diniatkan hanya untuk meninggikan kalimat Allah,
karena bila hanya untuk harta maka Konstantinopel bukanlah kota
yang penuh dengan kekayaan setelah dijarah oleh pasukan salib
pada 1204. Sultan juga mengingatkan bahwa penaklukkan
Konstantinopel tidaklah sama dengan penjarahan sebagaimana
dilakukan kaum Mongol terhadap Baghdad, kaum muslim tidak
diperbolehkan melukai penduduk kota ataupun menghancurkan
bangunan atas alasan apapun (Siauw, 2015a: 229-230).
36. Keadilan Islam dirasakan hampir seluruh warga Konstantinopel,
baik muslim maupun warga Kristen Yunani dan Italia, bayangan
mereka tentang muslim seperti yang selama ini diembuskan dan
dibantah oleh kejadian di depan mata mereka. Sultan acapkali
membagikan sendiri harta-harta dalam jumlah yang banyak kepada
para wanita yang ditinggal mati suaminya sehingga dapat
menghidupi keluarganya, selain menyuruh para Yeniseri untuk
bersama-sama membangun rumah penduduk yang rusak karena
perang, meminta mereka juga untuk berlaku baik dan penuh kasih
sayang kepada warga tanpa memandang agama mereka (Siauw,
2015a: 259).
37. Segera setelah penaklukkan konstantinopel, Sultan Mehmed
memindahkan ibu kota Utsmani ke kota itu dan memerintah
rakyatnya dengan sangat adil. Kemampuannya dalam urusan
administrasi dan pengelolaan kota sama baiknya ketika ia
berhadapan dengan pasukan perang. Mehmed Al-Fatih adalah
Sultan pertama yang mengodifikasi aturan-aturan hukum dalam
setiap urusan-urusan, yang selanjutnya akan disempurnakan oleh
keturunannya, Khalifah Suleyman II yang dikenal sebagai AlQanuni, sang pembuat hukum. Sultan mengatur semuanya dengan
hukum-hukum yang rinci, baik dalam bidang pendidikan,
pemerintahan, kepegawaian, peradilan, kesehatan, militer, seni, dan
budaya, perdagangan, sampai hukum-hukum sipil. Tidak heran bila
pada masa pemerintahannya, banyak diantara penduduk Yunani
yang memilih Islam sebagai agama baru mereka (Siauw, 2015a:
261).
38. Sultan Mehmed tidak pernah menghabiskan waktunya untuk
mencari-cari alasan atas kegagalan yang dia peroleh, namun
menghabiskan waktunya untuk mencari cara agar apa yang
diinginkannya dapat terwujud, walau dengan cara-cara yang tidak
pernah terbayangkan sebelumnya (Siauw, 2015a: 311).
Nama Mehmed Al-Fatih akan selalu disebut sebagai salah satu
kesatria Islam terhebat sepanjang masa, yang diinspirasi oleh perkataan
Nabi Allah, Muhammad saw dan kepribadiannya, Sultan Mehmed menjadi
idola bagi kaum muda Islam dan perjuangannya akan selalu diingat
seumur hidup umat Islam.
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans merupakan sebuah
buku setebal 320 halaman yang bertemakan sejarah yang dikemas dalam
bentuk novel. Buku tersebut berkisahkan di suatu tempat lahir seorang
laki-laki yang akan menjadi pemimpin terbaik kaum muslim dan di tempat
lain lahir pula laki-laki yang akan menjadi manusia yang paling sadis
dalam sejarah. Tokoh tersebut adalah Muhammad Al-Fatih dan Vlad III
Dracula menggambarkan pertarungan antara haq dan batil, antara
Kesultanan Utsmani dan Kerajaan Eropa Timur. Buku ini memandang
permasalahan dari kedua kubu.
Buku ini dibuka dengan kata-kata dari Rabi’ah bin Amir, seorang
mujahidin, ketika menghadap Hurmuzan Gubernur Persia untuk
menyampaikan
surat
dakwah
Rasulullah:
“Kami
datang
untuk
membebaskan manusia, menuju penyembahan hanya kepada Allah,
Tuhannya manusia. Dan hanya kepada Allah saja. Kami datang untuk
mengubah penindasan manusia menjadi keadilan Islam” (Siauw, 2014a:
7).
Berikut peneliti tuliskan karater tokoh yang ada di dalam buku ini
berdasarkan penggambaran penulisnya dari halaman 9 sampai 13:
1. Lazar Hrebeljanovic – Penguasa Kekaisaran Serbia. Sebagai kaisar, dia
memiliki kekuasaan yang besar, tetapi dia adalah penguasa terakhir Serbia.
Bosnia termasuk dalam wilayah kekuasaannya.
2. Dejan Debrekovic – Menteri sekaligus tangan kanan Kaisar Lazar.
Sebenarnya dia seorang pengecut dan oportunis, yang ada di pikirannya
hanya ada harta dan penghormatan.
3. Murad I – Sultan ketiga dari Kesultanan Utsmani. Dia seorang Ghazi yang
wafat sebagai syahid dalam pertempuran Kosovo di Kosovo Polje. Dia
putra Sultan Orhan dan Nilufer Hatun.
4. Vuk Brankovic – Voivode wilayah Kroasia yang tunduk kepada
Kekaisaran Serbia. Seorang oportunis dan penjilat yang licik.
5. Vlatko Vukovic – Voivode wilayah Bosnia yang juga masuk dalam
kekuasaan Kekaisaran Serbia. Dia tunduk kepada Kaisar Lazar.
6. Ivan Alexander – Penguasa Kekaisaran Bulgaria yang bertetangga dengan
Serbia. Kekuasaannya yang besar terancam oleh gerak maju Kesultanan
Utsmani.
7. Vitko Fregadovic – Voivode wilayah Velbudz yang termasuk dalam
Kekaisaran Bulgaria. Wilayah ini diduduki pertama kali secara damai oleh
Kesultanan Utsmani dalam gerak majunya untuk menaklukkan Eropa.
8. Bayazid – Putra pertama Sultan Murad I yang memiliki julukan Yildirim
(kilat). Kelak menggantikan ayahnya menduduki tampuk kekuasaan.
9. Yakub – Putra kedua Sultan Murad I, meraih syahid dalam pertempuran
Kosovo.
10. Frado Hasan bin Mahdi – Seorang ulama muda yang merupakan teman
kecil Bayazid dan Yakub. Dia selalu memberikan nasihat kepada Sultan
Utsmani yang memimpin.
11. Ehseneddin Hizirtoglu – Prajurit yang menjadi penasihat militer utama
pada pemerintahan Sultan Murad I. Seorang ahli strategi yang tetap
mengabdi hingga usia lanjut.
12. Milos Obilic – Prajurit Serbia yang berasal dari Morea. Dialah yang
membunuh Sultan Murad I dengan menikamnya dari belakang.
13. Frado Similovic – Seorang Jendral Besar Kekaisaran Bulgaria. Di bawah
kepemimpinannya, Tarnograd bertahan dari kepungan pasukan Turki
Utsmani.
14. Mircea – Memiliki gelar Mircea The Elder, atau Mircea I. Dia adalah
Voivode Wallachia sekaligus pendahulu dari klan Draculesti yang
berkuasa secara kejam dan turun-temurun di Wallachia.
15. Alexandru – Putra pertama Mircea, dipersiapkan untuk memimpin
Wallachia sebagai pengganti Mircea. Dia memiliki insting politik yang
baik, tetapi masukan-masukannya tidak didengar oleh ayahnya.
16. Vlad – Putra kedua Mircea, dikenal sebagai Vlad II Dracul karena dia
bergabung menjadi Ordo Naga (Dracul berarti Naga) yang dibentuk oleh
Sigismund.
17. Petru Aron – Seorang bangsawan Wallachia yang menjadi opsisi rahasia
dari kepemimpinan klan Draculesti, yakni klan Danesti. Dia memiliki
dendam kepada Draculesti.
18. Mihail Nicolae – Seorang bangsawan Wallachia yang mendukung Danesti.
Bersama dengan Petru Aron, dia merencanakan sebuah pemberontakan.
19. Sigismund – Raja Hungaria, Raja Bohemia, Raja Lombardia, dan Kaisar
Romawi Suci. Dialah yang membentuk dan membangun Ordo Naga yang
ditujukan untuk membendung gerak maju Turki Utsmani.
20. Jonas Hunyadi – Jendral Besar Hungaria yang berkepribadian dingin dan
kejam. Seorang ahli strategi perang yang tangguh. Salah satu orang
kepercayaan Sigismund.
21. Paus Eugene IV – Paus yang melanjutkan Perang Salib untuk
menghentikan gerak penaklukan Turki Utsmani.
22. Maria Lockovina – Istri dari Mircea yang memiliki kemampuan untuk
mengenali tanda-tanda alam dan selalu memberikan peringatan kepada
suaminya tentang banyak hal.
23. Oswal von Wolkenstein – Voivode Lombardia yang tunduk kepada Raja
Hungaria, Sigismund.
24. Stephen – Voivode Moldavia yang terletak di sebelah timur Wallachia.
25. Christian Soacesceau – Voivode Transylvania yang terletak di sebelah
utara Wallachia.
26. Countess Cneajna – Putri dari Stephen, Voivode Moldavia. Dia menikah
dengan Vlad II Dracul, kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang
diberi nama Vlad, seperti nama ayahnya. Dialah yang dikenal dengan
nama Vlad III Dracula, seorang pembantai yang keji.
27. Cristophe de Lusignan – Dia seorang kesatria tangguh kebanggaan
Burgundia.
Kutipan dalam buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans
yang mengandung nilai-nilai edukatif adalah sebagai berikut:
1. Tak tampak kesombongan dalam gerak laku dan kata-katanya. Pakaiannya
bersih dan baik, namun biasa-biasa saja. Ia merasa malu kalau bermagahmegahan. Malu kepada rakyatnya, malu kepada putranya, malu kepada
para ulama, malu kepada Rasulullah, dan malu kepada Allah, Tuhan seru
sekalian alam (Siauw, 2014a: 15).
2. Namanya Mehmed. Usianya baru tigabelas tahun. Sejak usia tujuh tahun ia
telah hafal seluruh isi Al-Qur’an. Lidahnya mampu bergerak dalam tujuh
bahasa: Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia, dan Ibrani. Ia begitu
mencintai ilmu dan ia terus dipersiapkan untuk meraih sebuah cita-cita
besar oleh ayah dan gurunya itu. Sebuah cita-cita yang dijanjikan oleh
Rasulullah delapan ratus tahun yang lalu. Cita-cita yang selalu menjadi
bunga tidur dan angan-angan para mujahidin, dan tak terhitung lagi berapa
banyak kesatria muslim yang telah syahid untuk mewujudkannya (Siauw,
2014a: 18).
3. Sultan Murad menggenggam tangan putranya dan menatap dengan
senyuman. Hari itu akan ia tegaskan sebuah alasan. Alasan yang sudah
berkali-kali ia tegaskan kepada putranya itu sejak masih kanak-kanak.
Alasan mengapa ia mendidik putranya dengan Islam semenjak putranya
berada di dalam rahim ibunya (Siauw, 2014a: 18).
4. Anak itu bernama Radu. Ia baik, lembut, dan tampan. Sebenarnya ia
adalah tawanan, namun Kesultanan Utsmani memperlakukannya dengan
baik. Ia disekolahkan, dan diizinkan tinggal di istana (Siauw, 2014a: 24).
5. Kekalahan kami sama sekali tidak menunjukkan kelemahan kami. Kami
melakukan ini pun bukan karena harta, persenjataan, atau keagungan
semata, tapi karena ini semua adalah perintah Tuhan kami (Siauw, 2014a:
39).
6. Lazar terpaku, berpikir. Dia ragu, sebab dia tahu apa yang disampaikan
dua utusan Utsmani itu ada benarnya. Ada begitu banyak orang miskin,
pengemis, gelandangan, dan orang-orang sengsara di dalam kekaisarannya,
bahkan di ibu kotanya sendiri Kosovo. Dia tak bisa menipu dirinya tentang
semua itu (Siauw, 2014a: 40).
7. Bahkan Murad memanggil orang-orang miskin dan semua pengemis, lalu
membagi-bagikan uang kepada mereka, padahal jelas mereka semua
berbeda agama dengan Murad (Siauw, 2014a: 47).
8. Jangan dulu kau berburuk sangka, Islam mengatur bahwa jizyah hanya
diambil dari laki-laki dan dari orang-orang mampu, bukan dari anak-anak,
perempuan, dan orang-orang miskin (Siauw, 2014a: 48).
9. “Bagi
kaum
laki-laki
yang
kaya
diantara
kalian,
Allah
telah
mewajibkannya membayar jizyah setiap tahun. Hanya bagi kaum laki-laki
yang kaya. Tapi, bagi sipapun dari kalian yang sengsara dan kelaparan,
tidak punya tempat tinggal, anak-anak yatim, janda-janda miskin, dan
siapapun diantara kalian yang membutuhkan, maka datanglah kepadaku.
Sebab Allah telah memberi amanah kepadaku untuk menyelesaikan semua
kesulitan kalian.” (Siauw, 2014a: 93-94).
10. “Satu hal yang harus benar-benar kita perhitungkan adalah kekuatan
angkatan bersenjata kita. Kalau kita ingin memenangkan perang suci kali
ini, kekuatan itu harus kita tingkatkan. Terutama kekuatan mental dan
semangat pasukan kita. Kalau tidak begitu, kekalahan yang sama yang
akan kita derita.” (Siauw, 2014a: 101).
11. Bayazid memerintahkan untuk segera membangun kembali Dobrogea
setelah dihancurkan pada pertempuran kemarin. Hari itu ketika hujan
berhenti pekerjaan dimulai kembali. Bayazid sendiri bukan hanya
mengawasi, ia turun langsung bekerja mencurahkan tenaganya (Siauw,
2014a: 123).
12. “Aku tahu pasukan bantuan tak akan datang tepat waktu. Tapi setidaknya
kita berikan peringatan kepada semua orang bahwa serbuan truk adalah
ancaman nyata. Tidak bisa kita meremehkan. Harus kita akui juga bahwa
kegagalan-kegagalan kita selama ini adalah akibat kita selalu meremehkan
mereka (Siauw, 2014a: 136).
13. Suaranya gemetar, dadanya dibuncahi rasa rindu. Rindu kepada ayahnya,
kepada saudaranya, kepada para mujahidin. Rindu kepada para ulama.
Rindu kepada para sahabat yang gigih mempertahankan din yang suci.
Rindu kepada Rasulullah yang kepadanya din itu turun, dan mengorbankan
segala miliknya untuk menegakkan din itu. Rindu kepada Allah, Tuhan
seru sekalian alam, pemberi rizki, dan mencurahkan nikmat tiada henti
kepada umat manusia (Siauw, 2014a: 138).
14. Bayazid memeluk erat Al-Qur’an itu dan tumpahlah lagi air matanya. Ia
menangis tersedu-sedu, sendirian, dan ia benar-benar akan menjadi
seorang pemimpin yang dirindukan. Imam yang santun dan tentram.
Pelayan yang setia (Siauw, 2014a: 140).
15. Bayazid duduk tegak. Tangannya terletak di atas pahanya. Menatap tajam
mata Mircea. Ia tersenyum, sebuah kematangan emosi yang menakjubkan.
Padahal orang yang ada di hadapannya adalah musuhnya (Siauw, 2014a:
141).
16. Dua orang komandan perang Utsmani itu masih muda. Usia mereka baru
dua puluh tahun. Tapi kemampuan memimpin mereka tak terkalahkan
sepuluh ribu tentara. Keberanian mereka pun ada di urutan terdepan. Di
dalam dada mereka bersemayam keimanan dan semangat untuk melawan
kezaliman musuh-musuh agama (Siauw, 2014a: 162).
17. Dia hadapkan kembali hatinya kepada Allah, dia berdoa dengan penuh
kesungguhan, mengharapkan kebaikan bagi semua (Siauw, 2014a: 204).
18. “Pasukan salib sedang mendekati Oryahovo. Siapapun dari kaum muslim
yang mampu mengangkat senjata, wajib berjihad melawan kaum kafir
membela penerapan syariat Islam. Bagi mereka yang bukan muslim, kalian
berhak untuk tetap tinggal di sini atau keluar dari kota ini. Kalian tidak
akan dipaksa sama sekali. Kami akan mengembalikan jizyah yang kalian
bayarkan kepada kami tanpa dikurangi sedikit pun.” (Siauw, 2014a: 205).
19. “Ah, bagaimana Amir bisa berkata ini bukan perangku?” Pendeta Peter
tersenyum. “Engkau yang telah membawakan kepada kami sesuatu yang
baru. Sesuatu yang belum pernah kami rasakan sebelumnya. Keadilan dan
kesejahteraan, semua itu belum pernah kami rasakan. Kalau kami pergi,
mungkin tuhan Yesus akan mengutuk kami, sebab tidak tahu balas budi.”
(Siauw, 2014a: 216).
20. Semua tentara Islam geram dan muak, mereka tak kuat mendapatkan
berbagai hinaan atas Allah dan Rasul-Nya serta Islam yang dilontarkan
tentara salib. Namun mereka tetap bersabar menaati perintah (Siauw,
2014a: 262).
21. Syaikh Hasan menyodorkan sekantung air kepada Yazed. Dengan hormat
Yazed mengambilnya dan minum dari kantung itu setelah membaca
basmallah. Beberapa detik berlalu, napas Yazed telah tenang (Siauw,
2014a: 283).
22. “Sepuluh ribu tentara Turk bisa bertindak lebih tenang dan lebih sunyi
daripada seratus orang tentara salib, mereka berisik, ribut, dan payah.”
Gerutu Hunyadi dalam hati (Siauw, 2014a: 286).
23. “Amin. Asalkan kita meluruskan niat dan bersabar,” tambah Syaikh
Hasan. Usia ulama itu masih muda, namun kebijaksanaanya melebihi
kebanyakan orang tua (Siauw, 2014a: 311).
The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent merupakan
buku seri ke dua setelah The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans.
Buku ini masih berkisah tentang seorang kesatria yang dijanjikan telah
lahir, Muhammad Al-Fatih. Seorang pembantai nan keji juga terlahir, Vlad
III Dracula. Takdir mempertemukan mereka untuk tumbuh bersama, tetapi
menempuh jalan yang berbeda. Di lain sisi Kerajaan Eropa gemetar
menghadapi jihad para Ghazi.
Berikut kata-kata dalam buku ini yang mengandung nilai-nilai
edukatif:
1. Tak terhitung lagi kerugian yang mereka derita, mereka menyadari
bahwa bangsa pengelana yang dahulu bukan apa-apa dan bukan
siapa-siapa,
kini
telah
berubah
menjadi
adidaya
menggunakan Islam sebagai dasarnya (Siauw, 2014b: 15).
dengan
2. “Tak seperti pasukan Perang Suci yang terpisah-pisah dan terpecah
belah, pasukan Utsmani punya struktur komando dan persatuan
yang kokoh. Para prajurit Utsmani pasti akan menaati atasannya,
walaupun perintah itu memungkinkan mereka terbunuh. Pasukan
Utsmani pun kebanyakan pemberani. Seolah-olah medan perang
adalah taman bunga bagi mereka dan mereka senang berada di
sana. Mereka tangkas dan lincah. Seolah-olah walau tanpa baju
perang sekalipun, mereka akan tetap berangkat berperang. Mereka
juga sangat saleh. Kalau pasukan kita mabuk-mabukan dan main
perempuan, hal itu tidak kutemukan di tengah-tengah mereka.
Sepuluh ribu pasukan Utsmani lebih tenang dan sunyi, daripada
seratus orang pasukan Kristen. Mereka suka sekali ribut dan susah
diatur.” (Siauw, 2014b: 18).
3. Tapi jika mereka datang, lebih baik kita ikat perjanjian dengan
mereka. Utsmani selalu menepati janji (Siauw, 2014b: 19).
4. Fregadovic memahami Islam dengan baik dan cepat. Ia memimpin
dengan adil dan bijaksana, menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Kaum muslim dan orang Kristen yang hidup di bawah
kepemimpinannya hidup rukun dan sejahtera. Islam telah
membawa rahmad bagi semua (Siauw, 2014b: 34).
5. Fregadovic dan yang lainnya hanyut dalam selautan ilmu. Otak
mereka berputar. Akal mereka bekerja. Setiap mereka belajar
Islam, setiap kali itu pula semangat mereka terdongkrak, dan
keteguhan mereka penuh. Mereka semakin mengerti untuk apa
mereka menjalani hidup ini, demi taat kepada Allah (Siauw, 2014b:
35).
6. Katenangan telah menyelubungi hatinya, sebab kepasrahan itu
adalah obat bagi jiwa. Apa daya upaya manusia dibandingkan
dengan kekuasaan Allah azza wa jalla (Siauw, 2014b: 134).
7. Syaikh Ahmad Al-Qurani, seperti yang dituturkan Imam Suyuti,
adalah seorang ulama yang faqih. Ia melampaui rekan-rekannya
dalam ilmu ma’qul dan manqul. Ia mahir dalam ilmu ma’ani,
nahwu, bayan, dan fiqh. Serta masyur dalam berbagai keutamaan.
Kepalanya ditutupi sorban putih. Rambut, kumis, dan janggutnya
telah putih semua, usianya sudah enam puluh tujuh tahun, namun
walaupun sudah setua itu ia masih berdiri tegak dan mengajar
murid-muridnya dengan penuh energi (Siauw, 2014b: 144).
8. “Ayahmu memerintahkan aku untuk mengajarimu, dan kalau kau
sulit diatur dan tidak menghormati gurumu, aku akan memukulmu
denga rotan ini.” Wajah Syaikh Qurani tetap dingin tanpa ekspresi
(Siauw, 2014b: 145).
9. Syaikh Qurani melangkah pelan, berjalan melintasi meja guru,
kemudian menghampiri Mehmed. “Bukan karena kota itu adalah
kota yang indah. Atau karena emas dan perak di dalamnya. Tapi
lebih dari itu! Kita mesti menaklukan kota itu karena ada janji
Allah dan Rasul-Nya. Dan ingatlah, Rasulullah saw sendiri yang
akan memberikan gelar sebagai komandan terbaik, bagi siapapun
yang berhasil menaklukkan kota itu. Dan pasukannya adalah
pasukan terbaik.” (Siauw, 2014b: 156).
10. “Untuk menaklukkan Konstantinopel, dan menjadi ghazi yang
paling disegani, tidak bisa tidak, kau harus unggul dalam
segalanya. Kau harus menjadi yang nomor satu. Kau harus menjadi
orang yang paling dekat dengan Allah azza wa jalla. Kau harus
menjadi yang terkuat, yang paling tangkas. Ilmu pengetahuan dan
Al-Qur’an harus kau kauasai. Hatimu harus kokoh dan teguh.
Tekadmu tak boleh goyah. Kau harus mampu memimpin kami
semua meraih kemenangan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan
semua itu adalah dengan belajar, dan terus belajar.” (Siauw, 2014b:
157-158).
11. Rombongan itu berjalan menyusuri rumah-rumah penduduk.
Orang-orang Amasya menyapa Ahmed dan para prajurit saat
berpapasan. Hubungan antara penguasa Amasya dan rakyatnya
berjalan lancar dan harmonis. Ahmed malambaikan tangannya dan
menebarkan senyum untuk melayani rakyatnya. Rakyat begitu
mencintai Ahmed karena kebijaksanaan dan kecintaan kepada
rakyatnya (Siauw, 2014b: 186).
12. Mehmed memerhatikan kata-kata kakaknya, dan menangkap setiap
penjelasannya. Ia tahu nasihat kakaknya itu akan sangat berguna
untuk menjadi seorang ghazi yang kelak akan menaklukkan
Konstantinopel (Siauw, 2014b: 187).
13. Sambil memimpin Amasya, Mehmed terus belajar kepada Syaikh
Aaq Syamsuddin. Berbagai bidang ilmu dikuasainya, baik ilmuilmu syariah, maupun ilmu-ilmu terapan. Sejarah dan bahasapun
tak ketinggalan, begitu juga politik dan militer. Ia belajar taktik
berperang, terus mengasah kemampuan memanah, bermain
pedang, dan menunggang kuda (Siauw, 2014b: 199).
14. “Countess Cneajna sangat ramah dan baik hati. Tidak ada seorang
pun yang tidak mencintainya. Hatinya tulus ketika membantu
sesama. Aku hanya anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti
asuhan di Moldavia. Katika usiaku empat belas tahun, Countess
Cneajna mengambilku untuk menjadi pelayannya. Ia tidak pernah
menganggap kami, para pelayannya, sebagai budak atau bawahan.
Ia menganggap kami semua sebagai sahabatnya. Karena itulah ia
memperlakukan kami dengan baik sekali, hingga seakan-akan kami
bersedia mati untuk membelanya.” (Siauw, 2014b: 252).
15. Sultan mewajibkan mereka semua untuk menghormati dan
menyambut kedatangan tamu, begitulah kemuliaan Islam dalam
memperlakukan tamu (Siauw, 2014b: 284).
16. Rak-rak buku yang panjang dan tinggi berdiam di sisi meja rias.
Buku-buku tebal tentang berbagai tema memenuhinya. Barbara
memang amat gemar membaca. Karena itulah wawasannya
menjadi luas, dan dengan wawasan itulah dia menjadi pengendali
atas banyak hal. Dia memahami betul seberapa pentingnya sebuah
informasi (Siauw, 2014b: 318).
17. Islam mengajarkan bagaimana cara kita bersikap kepada orang tua
kita. Yakni harus bersikap baik dan santun, walaupun orang tua
kita orang kafir atau orang yang suka bermaksiat. Hanya saja jika
kita diperintahkan oleh mereka untuk menyekutukan dan
bermaksiat kepada Allah, kita tidak boleh menaatinya (Siauw,
2014b: 331).
18. Salah satu yang membuatnya ungul daripada siswa-siswa yang lain
adalah ibadahnya yang kuat. Dia selalu membiasakan dirinya
dengan solat tahajud. Setelah tahajud, dia menunggu hingga waktu
subuh dengan membaca Al-Qur’an (Siauw, 2014b: 360).
The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent
merupakan buku seri ke dua setelah The Chronicles of Ghazi: The Rise of
Ottomans dengan tebal 363 halaman. Buku ini masih berkisah tentang
seorang kesatria yang dijanjikan telah lahir, Muhammad Al-Fatih. Seorang
pembantai nan keji juga terlahir, Vlad III Dracula. Takdir mempertemukan
mereka untuk tumbuh bersama, tetapi menempuh jalan yang berbeda. Di
lain sisi Kerajaan Eropa gemetar menghadapi jihad para Ghazi.
Berikut kata-kata dalam buku ini yang mengandung nilai-nilai
edukatif:
1. Tak terhitung lagi kerugian yang mereka derita, mereka menyadari
bahwa bangsa pengelana yang dahulu bukan apa-apa dan bukan
siapa-siapa,
kini
telah
berubah
menjadi
adidaya
dengan
menggunakan Islam sebagai dasarnya (Siauw, 2014b: 15).
2. “Tak seperti pasukan Perang Suci yang terpisah-pisah dan terpecah
belah, pasukan Utsmani punya struktur komando dan persatuan
yang kokoh. Para prajurit Utsmani pasti akan menaati atasannya,
walaupun perintah itu memungkinkan mereka terbunuh. Pasukan
Utsmani pun kebanyakan pemberani. Seolah-olah medan perang
adalah taman bunga bagi mereka dan mereka senang berada di
sana. Mereka tangkas dan lincah. Seolah-olah walau tanpa baju
perang sekalipun, mereka akan tetap berangkat berperang. Mereka
juga sangat saleh. Kalau pasukan kita mabuk-mabukan dan main
perempuan, hal itu tidak kutemukan di tengah-tengah mereka.
Sepuluh ribu pasukan Utsmani lebih tenang dan sunyi, daripada
seratus orang pasukan Kristen. Mereka suka sekali ribut dan susah
diatur.” (Siauw, 2014b: 18).
3. Tapi jika mereka datang, lebih baik kita ikat perjanjian dengan
mereka. Utsmani selalu menepati janji (Siauw, 2014b: 19).
4. Fregadovic memahami Islam dengan baik dan cepat. Ia memimpin
dengan adil dan bijaksana, menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Kaum muslim dan orang Kristen yang hidup di bawah
kepemimpinannya hidup rukun dan sejahtera. Islam telah
membawa rahmad bagi semua (Siauw, 2014b: 34).
5. Fregadovic dan yang lainnya hanyut dalam selautan ilmu. Otak
mereka berputar. Akal mereka bekerja. Setiap mereka belajar
Islam, setiap kali itu pula semangat mereka terdongkrak, dan
keteguhan mereka penuh. Mereka semakin mengerti untuk apa
mereka menjalani hidup ini, demi taat kepada Allah (Siauw, 2014b:
35).
6. Katenangan telah menyelubungi hatinya, sebab kepasrahan itu
adalah obat bagi jiwa. Apa daya upaya manusia dibandingkan
dengan kekuasaan Allah azza wa jalla (Siauw, 2014b: 134).
7. Syaikh Ahmad Al-Qurani, seperti yang dituturkan Imam Suyuti,
adalah seorang ulama yang faqih. Ia melampaui rekan-rekannya
dalam ilmu ma’qul dan manqul. Ia mahir dalam ilmu ma’ani,
nahwu, bayan, dan fiqh. Serta masyur dalam berbagai keutamaan.
Kepalanya ditutupi sorban putih. Rambut, kumis, dan janggutnya
telah putih semua, usianya sudah enam puluh tujuh tahun, namun
walaupun sudah setua itu ia masih berdiri tegak dan mengajar
murid-muridnya dengan penuh energi (Siauw, 2014b: 144).
8. “Ayahmu memerintahkan aku untuk mengajarimu, dan kalau kau
sulit diatur dan tidak menghormati gurumu, aku akan memukulmu
denga rotan ini.” Wajah Syaikh Qurani tetap dingin tanpa ekspresi
(Siauw, 2014b: 145).
9. Syaikh Qurani melangkah pelan, berjalan melintasi meja guru,
kemudian menghampiri Mehmed. “Bukan karena kota itu adalah
kota yang indah. Atau karena emas dan perak di dalamnya. Tapi
lebih dari itu! Kita mesti menaklukan kota itu karena ada janji
Allah dan Rasul-Nya. Dan ingatlah, Rasulullah saw sendiri yang
akan memberikan gelar sebagai komandan terbaik, bagi siapapun
yang berhasil menaklukkan kota itu. Dan pasukannya adalah
pasukan terbaik.” (Siauw, 2014b: 156).
10. “Untuk menaklukkan Konstantinopel, dan menjadi ghazi yang
paling disegani, tidak bisa tidak, kau harus unggul dalam
segalanya. Kau harus menjadi yang nomor satu. Kau harus menjadi
orang yang paling dekat dengan Allah azza wa jalla. Kau harus
menjadi yang terkuat, yang paling tangkas. Ilmu pengetahuan dan
Al-Qur’an harus kau kauasai. Hatimu harus kokoh dan teguh.
Tekadmu tak boleh goyah. Kau harus mampu memimpin kami
semua meraih kemenangan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan
semua itu adalah dengan belajar, dan terus belajar.” (Siauw, 2014b:
157-158).
11. Rombongan itu berjalan menyusuri rumah-rumah penduduk.
Orang-orang Amasya menyapa Ahmed dan para prajurit saat
berpapasan. Hubungan antara penguasa Amasya dan rakyatnya
berjalan lancar dan harmonis. Ahmed malambaikan tangannya dan
menebarkan senyum untuk melayani rakyatnya. Rakyat begitu
mencintai Ahmed karena kebijaksanaan dan kecintaan kepada
rakyatnya (Siauw, 2014b: 186).
12. Mehmed memerhatikan kata-kata kakaknya, dan menangkap setiap
penjelasannya. Ia tahu nasihat kakaknya itu akan sangat berguna
untuk menjadi seorang ghazi yang kelak akan menaklukkan
Konstantinopel (Siauw, 2014b: 187).
13. Sambil memimpin Amasya, Mehmed terus belajar kepada Syaikh
Aaq Syamsuddin. Berbagai bidang ilmu dikuasainya, baik ilmuilmu syariah, maupun ilmu-ilmu terapan. Sejarah dan bahasapun
tak ketinggalan, begitu juga politik dan militer. Ia belajar taktik
berperang, terus mengasah kemampuan memanah, bermain
pedang, dan menunggang kuda (Siauw, 2014b: 199).
14. “Countess Cneajna sangat ramah dan baik hati. Tidak ada seorang
pun yang tidak mencintainya. Hatinya tulus ketika membantu
sesama. Aku hanya anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti
asuhan di Moldavia. Katika usiaku empat belas tahun, Countess
Cneajna mengambilku untuk menjadi pelayannya. Ia tidak pernah
menganggap kami, para pelayannya, sebagai budak atau bawahan.
Ia menganggap kami semua sebagai sahabatnya. Karena itulah ia
memperlakukan kami dengan baik sekali, hingga seakan-akan kami
bersedia mati untuk membelanya.” (Siauw, 2014b: 252).
15. Sultan mewajibkan mereka semua untuk menghormati dan
menyambut kedatangan tamu, begitulah kemuliaan Islam dalam
memperlakukan tamu (Siauw, 2014b: 284).
16. Rak-rak buku yang panjang dan tinggi berdiam di sisi meja rias.
Buku-buku tebal tentang berbagai tema memenuhinya. Barbara
memang amat gemar membaca. Karena itulah wawasannya
menjadi luas, dan dengan wawasan itulah dia menjadi pengendali
atas banyak hal. Dia memahami betul seberapa pentingnya sebuah
informasi (Siauw, 2014b: 318).
17. Islam mengajarkan bagaimana cara kita bersikap kepada orang tua
kita. Yakni harus bersikap baik dan santun, walaupun orang tua
kita orang kafir atau orang yang suka bermaksiat. Hanya saja jika
kita diperintahkan oleh mereka untuk menyekutukan dan
bermaksiat kepada Allah, kita tidak boleh menaatinya (Siauw,
2014b: 331).
18. Salah satu yang membuatnya ungul daripada siswa-siswa yang lain
adalah ibadahnya yang kuat. Dia selalu membiasakan dirinya
dengan solat tahajud. Setelah tahajud, dia menunggu hingga waktu
subuh dengan membaca Al-Qur’an (Siauw, 2014b: 360).
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Signifikansi Pemikiran
Pentingnya nilai-nilai edukatif akan merujuk kembali pada definisi
operasionalnya yaitu
nilai-nilai edukatif adalah konsep-konsep, suatu
ideal, suatu paradigma yang mengilhami anggota masyarakat agar
berperilaku sesuai yang diterima masyarakat selanjutnya akan menentukan
perilaku seseorang melalui usaha yang mendidik ke arah kedewasaan
mengenai hal-hal yang dianggap baik maupun buruk. Nilai-nilai edukatif
adalah konsep pemikirannya yang kemudian akan menjadi landasan bagi
terlaksanakannya “Pendidikan Nilai”.
Munculnya
istilah
pendidikan
nilai
(value
education)
pengertiannya secara substansif sama dengan pendidikan akhlak, tetapi
yang mendasarkan pada temuan penelitian empirik di lapangan.
Epistemologi pendidikan nilai mengakui keabsahan penalaran manusia
semata, dan cenderung menegasikan pada peran wahyu (revelation).
Pendidikan nilai dalam Islam mengakui akal dan wahyu sebagai sumber
moral. Perangkat nilai yang dikembangkan menampilkan panduan
komunikasi vertikal dan horizontal secara seimbang, juga nilai-nilai yang
menumbuhkan kesalehan pribadi dan kepedulian sosial. Integrasi nilainilai al-Islam terwujud dari keadaan penghayatan iman yang direfleksikan
dalam karya nyata (Sutomo). Dalam konteks penelitian ini pentingnya
penggalian nilai-nilai edukatif dalam karya Felix Y. Siauw adalah bentuk
kontribusi penanaman akhlak melalui karya-karya berupa buku.
Penyebaran ide pada karya Felix terdiri dari tiga bagian yaitu bukubuku yang membahas tentang pemikiran akhlak, pemikiran sistem
pemerintahan, dan pemikiran sejarah. Pemikiran akhlah termuat dalam
buku How to Master Your Habits, Yuk Berhijab, Udah Putusin Aja, dan
Beyond The Inspiration. Pemikiran sistem pemerintahan termuat dalam
buku Khilafah Remake. Pemikiran sejarah berada dalam buku Muhammad
Al-Fatih 1453; The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans; dan The
Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent.
Hal selanjutnya yang tidak kalah penting adalah meskipun Felix
bila dilihat dari latar belakang pendidikan tetapi mampu mengedukasi
masyarakat melalui berbagai jejaring sosial dan buku-buku karyanya.
B. Relevansi Pemikiran
Penanaman nilai-nilai edukatif tidak hanya menjadi tanggungan
dari guru agama saja. Akan tetapi semua orang mempunyai tanggug jawab
terhadap terlaksanakannya nilai-nilai edukatif. Nilai-nilai edukatif dapat
diperoleh tidak hanya di sektor pendidikan formal tetapi pada sektor
pendidikan non-formal dan in-formal. Sebagaimana halnya peran Felix Y.
Siauw dalam menanamkan nilai-nilai edukatif melalui jejaring sosial dan
karya-karyanya.
Penanaman nilai-nilai edukatif oleh Felix Y. Siauw belum dapat
dinikmati oleh semua kalangan, karena hanya pada kalangan tertentu yang
dapat menyimak pemikiran Felix Y. Siauw seperti pengguna sosial media
yaitu 2.950.599 (facebook), 1.463.632 (twitter), 269k (instagram). Selain
aktif berdakwah di sosial media Felix juga mengisi berbagai seminar di
mana audiensinya adalah mahasiswa. Dengan diterbitkannya delapan buku
yang dicetak lebih dari satu kali berjudul How to Master Your Habits; Yuk,
Berhijab; Udah Putusin Aja; Beyond The Inspiration; Muhammad AlFatih 1453; Khilafah *Remake; The Chronicles of Ghazi: The Rise of
Ottomans; dan The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent
membuktikan penyimak pemikiran Felix adalah pembaca buku. Felix juga
mengisi kajian yang ditayangkan beberapa stasiun televisi, baik nasional
yaitu TVRI dalam acara Ispirasi Islam, maupun swasta yaitu Tv One
sebagai bintang tamu dalam acara Satu Jam Lebih Dekat dengan Felix Y.
Siauw, Trans Tv dalam acara Mozaik Islam, dan Share Channel Tv dalam
acara Inspiring Islam. Sehingga pemikiran-pemikiran Felix juga dapat di
temui dalam acara-acara tersebut.
Hubungan pemkiran Felix yang berupa pemikiran akhlak, sistem
pemerintahan, dan sejarah dengan bidang pendidikan adalah upaya yang
patut dicontoh dalam mendidik generasi muda yang dapat diterapkan
dalam nilai-nilai individual, sosial, praktis, dan dakwah. Sehingga akan
menghasilkan generasi yang tidak hanya pintar tetapi juga baik. Hubungan
dengan bidang pendidikan selanjutnya adalah memanfaatkan segala sarana
dalam mendidik yaitu berupa tulisan melalui karya pada buku-buku
maupun memanfaatkan jejaring sosial.
C. Implikasi
Merujuk pada bab I yang telah peneliti kemukakan, bahwa tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai edukatif yang
terkandung dalam karya Felix Y. Siauw dan mengacu pada definisi nilainilai edukatif yaitu nilai-nilai edukatif adalah konsep-konsep, suatu ideal,
suatu paradigma yang mengilhami anggota masyarakat agar berperilaku
sesuai yang diterima masyarakat selanjutnya akan menentukan perilaku
seseorang melalui usaha yang mendidik ke arah kedewasaan mengenai
hal-hal yang dianggap baik maupun buruk. Berdasarkan analisis peneliti
dapat mengelompokkan pemikiran nilai-nilai edukatif Felix Y. Siauw
menjadi empat macam yaitu nilai-nilai individual, nilai-nilai sosial, nilainilai praktis, dan nilai-nilai dakwah. Berikut butir-butirnya:
1. Nilai-nilai individual
a. Visioner
Sebagai seorang muslim Islam tidak hanya dijadikan sebatas
sebagai sebuah keyakinan tetapi digunakan sebagai pedoman tujuan
hidup. Keterpurukan tidak akan menghalanginya dalam melaksanakan
tujuan. Seorang yang visioner tidak hanya sebatas pada rencana tetapi
juga melakukan tindakan. Cermin seorang muslim yang visioner
adalah menentukan bahwa pilihannya adalah surga Allah, selalu akan
menginvestasikan setiap waktu, tenaga, harta, diri, keluarga, bahkan
nyawanya
di
jalan
Allah.
Dia
pun
akan
menjalani
setiap
konsekuensinya dengan penuh kesadaran, ketaatan, dan keikhlasan
sebagai bagian yang harus dia jalani. Dia tidak akan pernah jemu untuk
menjalankan setiap perintah Allah seberapapun sulitnya. Dia akan
menghormati orang tuanya, menyayangi anak-anaknya, dan mencintai
istrinya sebagaimana dia sangat memedulikan sesamanya. Dia tidak
akan bosan menolak segala bentuk kemaksiatan.
Hal ini dapat dilihat pada buku How to Master Your Habits:
Meyakini visi yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta berjuang
sekuat tenaga karenanya tidak akan dapat dilakukan maksimal apabila
kita tidak visioner (Siauw, 2014d: 142).
Beyond The Inspiration:
Seorang visioner akan mengubah fakta agar sesuai dengan tujuannya
(Siauw, 2014c: 18).
b. Motivasi
Motivasi adalah usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan yang
dengan perbuatannya (Departemen, 2002: 756). Usaha tersebut berupa
ibadah, penguatan mental, belajar, selalu berlatih, dan selalu
memperhatikan nasihat.
Motivasi dapat dilihat pada buku How to Master Your Habits:
Seorang muslim tidak akan merasa puas dengan hanya membentuk
habits. Namun ia harus dikembangkan menjadi expertise (keahlian
spesialis). Seorang expert mampu memberikan manfaat tidak hanya
bagi dirinya sendiri namun juga bagi orang lain (Siauw, 2014d: 102).
Muhammad Al-Fatih 1453:
Nabi memotivasi mereka dengan ayat Allah, mendisiplinkan mereka
dengan shalat berjamaah, dan menempa jiwa mereka dengan tahajud
serta mengikat mereka dengan ikatan aqidah yang satu, lalu
mentransformasi mereka menjadi suatu kelompok terorganisir yang
memiliki kekuatan dan visi yang besar (Siauw, 2015a: 10-11).
Kemenangan ini bukanlah segalanya, tetapi justru menjadi anak tangga
pertama menuju Konstantinopel (Siauw, 2015a: 21).
Setiap anak laki-laki diberikan pendidikan yang terbaik oleh ulamaulama terbaik pada zamannya. Sultan Murad pun selalu mendoakan
anak-anaknya agar Allah berkehendak menjadikan mereka sebagai
penakluk Konstantinopel (Siauw, 2015a: 44).
Aaq Syamsuddin setiap hari menceritakan perjuangan Rasulullah dan
pengorbanannya dalam menegakkan Islam, serta menanamkan
kepribadian Rasul melalui sirahnya kepada Mehmed (Siauw, 2015a:
47).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
Namanya Mehmed. Usianya baru tigabelas tahun. Sejak usia tujuh
tahun ia telah hafal seluruh isi Al-Qur’an. Lidahnya mampu bergerak
dalam tujuh bahasa: Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia, dan
Ibrani. Ia begitu mencintai ilmu dan ia terus dipersiapkan untuk meraih
sebuah cita-cita besar oleh ayah dan gurunya itu. Sebuah cita-cita yang
dijanjikan oleh Rasulullah delapan ratus tahun yang lalu. Cita-cita
yang selalu menjadi bunga tidur dan angan-angan para mujahidin, dan
tak terhitung lagi berapa banyak kesatria muslim yang telah syahid
untuk mewujudkannya (Siauw, 2014a: 18).
“Satu hal yang harus benar-benar kita perhitungkan adalah kekuatan
angkatan bersenjata kita. Kalau kita ingin memenangkan perang suci
kali ini, kekuatan itu harus kita tingkatkan. Terutama kekuatan mental
dan semangat pasukan kita. Kalau tidak begitu, kekalahan yang sama
yang akan kita derita.” (Siauw, 2014a: 101).
The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent:
Fregadovic dan yang lainnya hanyut dalam selautan ilmu. Otak mereka
berputar. Akal mereka bekerja. Setiap mereka belajar Islam, setiap kali
itu pula semangat mereka terdongkrak, dan keteguhan mereka penuh.
Mereka semakin mengerti untuk apa mereka menjalani hidup ini, demi
taat kepada Allah (Siauw, 2014b: 35).
Syaikh Ahmad Al-Qurani, seperti yang dituturkan Imam Suyuti,
adalah seorang ulama yang faqih. Ia melampaui rekan-rekannya dalam
ilmu ma’qul dan manqul. Ia mahir dalam ilmu ma’ani, nahwu, bayan,
dan fiqh. Serta masyur dalam berbagai keutamaan. Kepalanya ditutupi
sorban putih. Rambut, kumis, dan janggutnya telah putih semua,
usianya sudah enam puluh tujuh tahun, namun walaupun sudah setua
itu ia masih berdiri tegak dan mengajar murid-muridnya dengan penuh
energi (Siauw, 2014b: 144).
“Untuk menaklukkan Konstantinopel, dan menjadi ghazi yang paling
disegani, tidak bisa tidak, kau harus unggul dalam segalanya. Kau
harus menjadi yang nomor satu. Kau harus menjadi orang yang paling
dekat dengan Allah azza wa jalla. Kau harus menjadi yang terkuat,
yang paling tangkas. Ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an harus kau
kauasai. Hatimu harus kokoh dan teguh. Tekadmu tak boleh goyah.
Kau harus mampu memimpin kami semua meraih kemenangan. Satusatunya cara untuk mendapatkan semua itu adalah dengan belajar, dan
terus belajar.” (Siauw, 2014b: 157-158).
Mehmed memerhatikan kata-kata kakaknya, dan menangkap setiap
penjelasannya. Ia tahu nasihat kakaknya itu akan sangat berguna untuk
menjadi seorang ghazi yang kelak akan menaklukkan Konstantinopel
(Siauw, 2014b: 187).
Sambil memimpin Amasya, Mehmed terus belajar kepada Syaikh Aaq
Syamsuddin. Berbagai bidang ilmu dikuasainya, baik ilmu-ilmu
syariah, maupun ilmu-ilmu terapan. Sejarah dan bahasapun tak
ketinggalan, begitu juga politik dan militer. Ia belajar taktik berperang,
terus mengasah kemampuan memanah, bermain pedang, dan
menunggang kuda (Siauw, 2014b: 199).
Rak-rak buku yang panjang dan tinggi berdiam di sisi meja rias. Bukubuku tebal tentang berbagai tema memenuhinya. Barbara memang
amat gemar membaca. Karena itulah wawasannya menjadi luas, dan
dengan wawasan itulah dia menjadi pengendali atas banyak hal. Dia
memahami betul seberapa pentingnya sebuah informasi (Siauw,
2014b: 318).
Salah satu yang membuatnya ungul daripada siswa-siswa yang lain
adalah ibadahnya yang kuat. Dia selalu membiasakan dirinya dengan
solat tahajud. Setelah tahajud, dia menunggu hingga waktu subuh
dengan membaca Al-Qur’an (Siauw, 2014b: 360).
c. Keseriusan
Keseriusan adalah kesungguhan yang tidak hanya sebatas pada
kata-kata tetapi juga pada tindakan yang nyata dalam mewujudkan
cita-cita.
Tercermin dalam kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Rasulullah pun menunjukkan keseriusannya dalam menguasai dunia
dengan mengirim surat kepada pembesar-pembesar, termasuk Kisra III
Syahansyah Persia, Heraklius Kaisar Romawi, Muqauqis Paderi Mesir,
Bazan Raja Yaman, Mundazir Al-Musawwa Raja Bahrain dan banyak
yang lain (Siauw, 2015a: 11).
d. Sabar
Kata shabr maknanya habs, yakni menahan. Maka kata sabar
dimaknai usaha menahan diri dari hal-hal yang tidak disekai dengan
sepenuh kerelaan dan kepasrahan (Ahmadi, 2004: 85). Sabar dibagi
menjadi tiga macam yaitu sabar dalam beribadah, sabar dalam
menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi ujian.
Dapat dilihat pada buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Sa’ad selalu berpesan kepada
pasukannya untuk membaca Al-Qur’an, besabar dalam peperangan dan
tetap pada posisi mereka masing-masing sampai Allah menghancukan
pasukan Byzantium (Siauw, 2015a: 19).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
Semua tentara Islam geram dan muak, mereka tak kuat mendapatkan
berbagai hinaan atas Allah dan Rasul-Nya serta Islam yang dilontarkan
tentara salib. Namun mereka tetap bersabar menaati perintah (Siauw,
2014a: 262).
e. Rajin
Rajin adalah selalu berusaha giat. Kemudian menjadikan hati
mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya
dan kesulitan.
Hal ini tercermin dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Ibnu Kaldun dalam muqaddimah melukiskan tentang karakteristik
suku Badui Arab, “Orang yang hidup menetap akan menjadi malas dan
merasa nyaman, mereka merasa nyaman dengan dinding yang
mengelilingi mereka. Badui tidak memiliki pagar atau dinding. Mereka
selalu menenteng senjata di manapun dan mengamati dengan teliti
kanan kiri ketika berjalan. Mereka beristirahat sangat sedikit, yaitu
ketika sedang di atas kuda. Mereka menyadari setiap gonggongan yang
sayup terdengar dan setiap suara. Pertahanan adalah kualitas
karakternya dan keberanian adalah sifat alami mereka.” (Siauw, 2015a:
25).
Dia adalah satu-satunya panglima yang tidak pernah masbuq dalam
shalatnya, bahkan dia selalu menunaikannya dengan berjamaah.
Mehmed juga selalu menjaga shalat malamnya sebagai mahkota
dirinya dan menjadikan shalat rawatib sebagai pedangnya. Tidak
sekalipun Mehmed pernah melewatkan shalat malam dan rawatib
semasa baligh hingga ia meninggal (Siauw, 2015a: 50).
Tidak sedikit penulis barat yang jujur mengakui kekuatan tentara
muslim, sebagaimana yang disampaikan oleh pengembara Prancis,
Bertradon de la Broquire yang bertemu tentara muslim pada 1430-an:
mereka sangat rajin, terbiasa bangun lebih awal dan hidup sederhana...
mereka bisa tidur dimanapun, biasanya hanya di tanah... kuda mereka
prima, hanya memerlukan pakan sedikit, larinya kencang dan
ketahanannya lama... ketaatan pada pemimpinnya tidak terbatas...
ketika perintah sudah diberikan, mereka patuh berbaris rapi dalam
keheningan, diikuti oleh yang lainnya dengan sama heningnya...
10.000 tentara Turki dalam kejadian yang lama dapat membuat
kegaduhan yang lebih kecil dibanding 100 tentara Kristen... saya harus
mengakui bahwa dalam semua pengalaman saya yang beragam, saya
selalu mengenal orang-orang Turki sebagai orang yang jujur dan loyal
serta ketika mereka dibutuhkan untuk menunjukkan keberanian,
mereka tidak pernah gagal melakukannya (Siauw, 2015a: 116).
f. Memaafkan
Memaafkan adalah membebaskan seseorang dari hukuman. Orang
yang hebat bukanlah orang yang membalas kesalahan orang lain saat ia
mampu membalasnya. Tetapi, orang hebat adalah orang yang mampu
memaafkan kesalahan orang lain dan memberinya balasan dengan
kebaikan.
Dapat dilihat dari kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Setelah menemui kaisar Romanus yang berada dalam tawanan, Sultan
Alp Arslan bertanya kepadanya, “Menurutmu apa yang kamu lakukan
bila aku yang menjadi tawananmu?. Romanus menjawab: mungkin aku
akan membunuhmu, atau menggiringmu dengan kehinaan di jalanjalan Konstantinopel. Hukumanku lebih berat daripada itu, engkau
kumaafkan dan kubiarkan pergi.” Ujar sultan (Siauw, 2015a: 31).
g. Hijrah
Hijrah berarti pindah akan tetapi dalam konteks ini hijrah adalah
bangkit dari keterpurukan menuju semangat baru.
Tertuang dalam kutipan buku Muhammad Al-fatih 1453:
Dalam jangka waktu 2 tahun, Mehmed membenahi seluruh kekurangan
dan kelemahannya lalu membuktikan bahwa dia layak untuk menjadi
pemimpin (Siauw, 2015a: 55).
h. Mudah beradaptasi
Adaptasi adalah kemampuan meyesuaikan diri dengan lingkungan.
Agar tidak tertinggal dengan umat yang lain kemampuan ini sangat
diperlukan misalnya dalam hal teknologi, militer, dan ilmu
pengetahuan.
Dapat terlihat pada kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Kaum muslim adalah umat yang terkenal sangat cepat mengadopsi
teknologi baru dalam militer, bahkan hal ini adalah perhatian utama
bagi setiap pemimpin kaum muslim (Siauw, 2015a: 93).
i. Tabayyun
Tabayyun atau sering disebut dengan klarifkasi, hal ini penting
dilakukan karena untuk membersihkan nama kembali setelah adanya
pencemaran. Hal ini dilakukan pada zaman itu saat terjadi perang,
setelah perang selesai umat Islam melakukan tabayyun guna
menegaskan bahwa Islam adalah agama yang damai.
Hal ini senada dengan kutipan pada buku Muhammad Al-fatih 1453:
Terlepas dari penyesatan yang telah dilakukan para orientalis, sejarah
mencatat penaklukkan-penaklukkan dahsyat yang dilakukan kaum
muslim. Kecepatan perluasan wilayahnya, perang-perang besar dan
adopsi teknologi di dalamnya dan administrasi yang dilakukannya di
wilayah taklukkannya. Sejarah juga mencatat bahwa daerah yang
dibebaskan kaum muslim akan menjadi lebih sejahtera daripada
sebelumnya, sebagai bukti ketingian Islam dan sebagai argumen tak
terbantahkan bahwa Islam bukan menjajah dan mengeksploitasi,
melainkan membebaskan dan membawa umatnya menuju kemuliaan
hidup (Siauw, 2015a: 104).
j. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi seseorang untuk
mencapai tujuan yang dilakukan pemimpin kepada yang dipimpin.
Dapat tercermin dari kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Sultan mehmed juga sangat menyadari bahwa selain ia harus menempa
dirinya sebagai pemimpin ‘sebaik-baik pemimpin’, ia pun harus
menjadikan pasukannya menjadi ‘sebaik-baik pasukan’ karena
Konstantinopel hanya dapat ditaklukkan dengan pemimpin dan
pasukan yang terbaik (Siauw, 2015a: 105).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
Bayazid memeluk erat Al-Qur’an itu dan tumpahlah lagi air matanya.
Ia menangis tersedu-sedu, sendirian, dan ia benar-benar akan menjadi
seorang pemimpin yang dirindukan. Imam yang santun dan tentram.
Pelayan yang setia (Siauw, 2014a: 140).
The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent:
Fregadovic memahami Islam dengan baik dan cepat. Ia memimpin
dengan adil dan bijaksana, menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Kaum
muslim
dan
orang
Kristen
yang
hidup
di
bawah
kepemimpinannya hidup rukun dan sejahtera. Islam telah membawa
rahmad bagi semua (Siauw, 2014b: 34).
k. Ketangkasan
Tangkas dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan cepat;
cekatan, sigap, dan gesit (Departemen, 2002: 1140).
Ketangkasan tercermin dalam kutipan buku Muhammad Al-Fatih
1453:
Dia memiliki kecerdikan akal, kecepatan gerak dan keberanian yang
kelak akan diingat oleh setiap kawan dan lawannya. Kemudian yang
paling menonjol pada Mehmed adalah kemampuannya dalam
menentukan sikap dan mengendalikan emosinya, walaupun terkadang
tempramental. Dia mampu melakukan tipu muslihat tingkat tinggi
dalam peperangan dengan mengandalkan unsur kejutan, strateginya
tidak dapat diprediksi. Wajah tenangnya dapat diperlihatkan sementara
akalnya strategi yang paling efektif untuk menundukkan lawannya
dalam waktu singkat (Siauw, 2015a: 57).
Michael sang Yeniseri menggambarkan kekuatan divisi Yeniseri dalam
catatannya: pasukan Utsmani laksana kekuatan yang jauh melebihi
pasukan manapun... bila pasukan lain mengejarnya mereka bisa
mundur dengan cepat; tetapi bila mereka mengejar pasukan musuh
maka mereka takkan selamat... kaum Kristen tidak pernah menang
melawan Utsmani, apalagi dalam perang terbuka dan kekalahan
mereka akibat membiarkan pasukan Turki mengelilingi mereka lalu
menyerang mereka dari sayap (Siauw, 2015a: 116).
l. Mempelajari sebab-sebab kemenangan
Peristiwa yang telah berlalu dijadikan pelajaran karena sejarah
memberikan kepada seseorang lebih dari sekedar informasi, ia
menyusun cara berfikir seseorang saat ini dan menentukan langkah apa
yang akan diambil pada masa yang akan datang. Dalam konteks ini
dapat diambil hikmahnya bahwa keberhasilan dapat dicapai dengan
tidak berjudi, tidak meminum minuman keras, tidak mengumpat,
menjaga kebersihan, dan menjaga kesehatan.
Senada dengan kutipan dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Utusan Austria untuk Utsmani, Busbeq menambahkan sebab
keberhasilan dan kemenangan Khilafah dari segi militer, dengan
pandangan berikut: keberhasilan dari kemah-kemah tentara Utsmani,
yang disana tidak akan kita temukan judi maupun minuman keras, atau
umpatan dan makian dari mulut tentaranya, kamar kecil yang bersih,
serta kesatuan medis yang efektif, mengikuti kemampuan tentara pergi
untuk mengobati tentara yang terluka atau sakit (Siauw, 2015a: 117).
m. Simpati
Simpati adalah rasa kasih, rasa setuju (kpd), rasa suka;
keikutsertaan merasakan (senang, susah, dsb) orang lain (Departemen,
2002: 1067).
Senada dengan kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Nicolo Barbaro juga mengungkapkan kekagumannya pada perilaku
pasukan Islam: bila satu atau dua diantara mereka terbunuh, dalam
sekejap seorang yang lain datang dan membawa mayat rekannya,
memapah dengan bahunya, tanpa peduli seberapa dekat mereka dengan
tembok pertahanan kami. Tapi, pasukan kami yang berada di benteng
menembak kembali mereka dengan dengan meriam dan crossbow,
membidik tentara Utsmani yang sedang memapah rekannya yang
sudah meninggal dan seketika itu keduanya jatuh ke tanah dan
meninggal, walaupun begitu, tetap saja ada tentara yang datang dan
mengambilnya kembali, tanpa takut sedikitpun. Sepertinya mereka
lebih suka mengorbankan 10 tentara kembali dibanding harus
menanggung malu dengan meninggalkan satupun mayat tentara di
depan tembok kota (Siauw, 2015a: 153).
n. Waspada
Waspada merupakan kebalikan dari sifat lengah. Lengah
diakibatkan oleh sifat sombong yaitu merasa diri bisa mengerjakan
segalanya. Larangan sifat lengah ini tercermin dalam kutipan buku
Muhammad Al-Fatih 1453:
Giustinian membuktikan bahwa ia adalah lawan yang patut
diperhitungkan oleh Mehmed. Dalam kondisi tak tentu seperti itu,
Giustinian dapat mengumpulkan dukungan tentara dan memimpin
mereka bertahan dari serangan Utsmani (Siauw, 2015a: 155).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
“Aku tahu pasukan bantuan tak akan datang tepat waktu. Tapi
setidaknya kita berikan peringatan kepada semua orang bahwa serbuan
truk adalah ancaman nyata. Tidak bisa kita meremehkan. Harus kita
akui juga bahwa kegagalan-kegagalan kita selama ini adalah akibat
kita selalu meremehkan mereka (Siauw, 2014a: 136).
The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent:
Tak terhitung lagi kerugian yang mereka derita, mereka menyadari
bahwa bangsa pengelana yang dahulu bukan apa-apa dan bukan siapasiapa, kini telah berubah menjadi adidaya dengan menggunakan Islam
sebagai dasarnya (Siauw, 2014b: 15).
o. Tidak terburu-buru
Terburu-buru adalah kondisi dimana seseorang yang secara
emosional ingin cepat-cepat melakukan sesuatu, tanpa melalui
pertimbangan yang matang. Karena tanpa pertimbangan yang matang
maka aktivitas yang dilakukan menjadi tidak maksimal. Orang yang
terburu-buru akan berkata padahal belum tahu, akan menjawab padahal
tidak paham, dan akan memberi keputusan padahal tidak mampu.
Senada dengan kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Walaupun sekarang Sultan Mehmed telah mempunyai kendali atas
Teluk Tanduk Emas, namun dia tidak ingin terburu-buru. Sultan
Mehmed menginginkan penaklukkan Konstantinopel dilakukan dengan
korban yang seminimal mungkin. Nyawa setiap kaum muslim lebih
berarti dari dunia dan seisinya (Siauw, 2015a: 193).
p. Rasional
Rasional adalah menurut pikiran dan pertimbangan yang logis,
menurut pikiran yang sehat, cocok dengan akal (Departemen, 2002:
933).
Ketika
takhayul
dijadikan
panduan
dan
akal
merasionalisasikannya, sedangkan keimanan dibangun tanpa ilmu, saat
itulah kerendahan berfikir akan tampak.
Hal ini sesuai dengan kutipan dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Benarlah perkataan sebagian besar orang bahwa ketakutan adalah
akumulasi
daripada
ketidaktahuan
dan
takhayul
adalah
efek
kemiskinan ilmu (Siauw, 2015a: 212).
q. Meluruskan niat
Islam mengatur tentang hal meluruskan niat sebagaimana sabda
Rasulullah:
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah berkata,
telah mengabarkan kepada kami Malik dari Yahya bin Sa'id dari
Muhammad bin Ibrahim dari Alqamah bin Waqash dari Umar, bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Semua perbuatan
tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa
yang diniatkan; barang siapa niat hijrahnya karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang
hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena perempuan
yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia
niatkan.” (Shahih Bukhari) (Hanif, 2014: 2). Niat di sini bukan untuk
merampas harta dan balas dendem tetapi untuk mencari ridho Allah
dengan menyebarkan agama Islam.
Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan pada buku Muhammad AlFatih 1453:
Sultan juga mengingatkan agar serangan umum yang dilakukan nanti
haruslah diniatkan hanya untuk meninggikan kalimat Allah, karena
bila hanya untuk harta maka Konstantinopel bukanlah kota yang penuh
dengan kekayaan setelah dijarah oleh pasukan salib pada 1204. Sultan
juga mengingatkan bahwa penaklukkan Konstantinopel tidaklah sama
dengan penjarahan sebagaimana dilakukan kaum Mongol terhadap
Baghdad, kaum muslim tidak diperbolehkan melukai penduduk kota
ataupun menghancurkan bangunan atas alasan apapun (Siauw, 2015a:
229-230).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
Kekalahan kami sama sekali tidak menunjukkan kelemahan kami.
Kami melakukan ini pun bukan karena harta, persenjataan, atau
keagungan semata, tapi karena ini semua adalah perintah Tuhan kami
(Siauw, 2014a: 39).
The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent:
Syaikh Qurani melangkah pelan, berjalan melintasi meja guru,
kemudian menghampiri Mehmed. “Bukan karena kota itu adalah kota
yang indah. Atau karena emas dan perak di dalamnya. Tapi lebih dari
itu! Kita mesti menaklukan kota itu karena ada janji Allah dan RasulNya. Dan ingatlah, Rasulullah saw sendiri yang akan memberikan
gelar sebagai komandan terbaik, bagi siapapun yang berhasil
menaklukkan kota itu. Dan pasukannya adalah pasukan terbaik.”
(Siauw, 2014b: 156).
r. Adil
Kata adil berasal dari bahasa Arab. Artinya, meletakkan sesuatu
pada tempatnya (Ahmad, 2004: 67).
Adil dapat terlihat pada kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Di bawah tempaan Syaikh Al-Kurani, Mehmed mulai menyerap ayatayat Al-Qur’an dan menghafalkannya pada usia 8 tahun. Ia juga
mempelajari etika belajar dari Syaikh Al-Kurani yang tidak
menganggapnya berbeda dari anak-anak lain (Siauw, 2015a: 47).
Keadilan Islam dirasakan hampir seluruh warga Konstantinopel, baik
muslim maupun warga Kristen Yunani dan Italia, bayangan mereka
tentang muslim seperti yang selama ini diembuskan dan dibantah oleh
kejadian di depan mata mereka. Sultan acapkali membagikan sendiri
harta-harta dalam jumlah yang banyak kepada para wanita yang
ditinggal mati suaminya sehingga dapat menghidupi keluarganya,
selain menyuruh para Yeniseri untuk bersama-sama membangun
rumah penduduk yang rusak karena perang, meminta mereka juga
untuk berlaku baik dan penuh kasih sayang kepada warga tanpa
memandang agama mereka (Siauw, 2015a: 259).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
Bahkan Murad memanggil orang-orang miskin dan semua pengemis,
lalu membagi-bagikan uang kepada mereka, padahal jelas mereka
semua berbeda agama dengan Murad (Siauw, 2014a: 47).
s. Optimis
Optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan)
baik dalam menghadapai segala hal (Departemen, 2002: 801). Dengan
sikap optimis ia percaya dapat mengontrol arah hidupnya. Kemudian ia
dapat menangani masalah-masalah yang muncul pada masa yang akan
datang.
Cermin sikap optimis terdapat pada kutipan buku Muhammad Al-Fatih
1453:
Walaupun terdengar mustahil, seluruh pasukan Utsmani tidak ada
seorangpun yang menganggapnya begitu, semangat yang ada di dada
mereka bergejolak, keimanan mereka hendak diuji, seberapa besar
keinginan mereka menjadi pasukan yang terbaik. Sultan selalu
mengingatkan mereka bagaimana Rasulullah saw selalu menggunakan
elemant of surprise dalam ekspedisi perang beliau dan mengadopsi
seluruh ide baru yang belum pernah dikenal sebelumnya, atau seperti
dalam surat Syaikh Syamsuddin “sesuatu yang belum pernah terjadi
sebelumnya” (Siauw, 2015a: 177).
Namun, Mehmed tetap tegar pada pendiriannya, baginya menyerah
bukanlah sebuah opsi (Siauw, 2015a: 219).
Sultan Mehmed tidak pernah menghabiskan waktunya untuk mencaricari alasan atas kegagalan yang dia peroleh, namun menghabiskan
waktunya untuk mencari cara agar apa yang diinginkannya dapat
terwujud, walau dengan cara-cara yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya (Siauw, 2015a: 311).
Khilafah Remake:
Meski wilayah Islam hanya seluas Madinah, tapi ternyata tidak
menghalangi Rasulullah untuk mempunyai visi yang tidak bisa dilihat
oleh mata manusia ataupun dinalar logika, yaitu menyebarkan Islam ke
seluruh dunia (Siauw, 2014e: 31).
t. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Seseorang yang amanah dapat
memegang janji dengan baik dan harus ditunaikan. Dalam hal ini
seorang pemimpin mampu menyelesaikan amanahnya terhadap
rakyatnya
Senada dengan kutipan pada buku Khilafah Remake:
Seorang muslim yang bertakwa kepada Allah akan selalu menjauhi
larangan Allah dan memburu ketaatan kepada-Nya, tidak akan
mengambil yang bukan haknya, tidak akan menzalimi manusia, selalu
berbuat adil, menepati janji dan menunaikan amanah. Hebatnya,
kesemua itu bukan dilakukan demi manusia, hingga berkurang kadar
kebaikannya tatkala tidak dilihat manusia. Semua itu dia lakukan
karena Allah saja, hingga seorang muslim akan konsisten menjadi
manusia terbaik di manapun dan kapanpun (Siauw, 2014e: 118).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
“Bagi kaum laki-laki yang kaya diantara kalian, Allah telah
mewajibkannya membayar jizyah setiap tahun. Hanya bagi kaum lakilaki yang kaya. Tapi, bagi sipapun dari kalian yang sengsara dan
kelaparan, tidak punya tempat tinggal, anak-anak yatim, janda-janda
miskin, dan siapapun diantara kalian yang membutuhkan, maka
datanglah kepadaku. Sebab Allah telah memberi amanah kepadaku
untuk menyelesaikan semua kesulitan kalian.” (Siauw, 2014a: 93-94).
The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent:
Tapi jika mereka datang, lebih baik kita ikat perjanjian dengan mereka.
Utsmani selalu menepati janji (Siauw, 2014b: 19).
u. Tawadhu’
Kata
tawadhu’
berasal
dari
kata
wa-da-‘a
yang
berarti
merendahkan. Ia berarti, sifat merendahkan diri atau menempatkan
dirinya pada posisi yang lebih rendah dari yang semestinya dimiliki.
Tampaknya sikap tawadhu’ mirip dengan menghinakan diri. Namun
sesungguhnya keduanya berbeda (Ahmadi, 2004: 108).
Cermin tawadhu’ dapat terlihat pada kutipan buku Muhammad AlFatih 1453:
Walaupun Sultan Mehmed sangat senang dengan meriam barunya,
namun keimanan Islam telah mengajarkan kepadanya bahwa hanya
Allah sumber kemenangan dan kemuliaan dan hal ini harus diketahui
pada seluruh pasukannya, agar mereka tidak bergantung selain kepada
Allah swt (Siauw, 2015a: 101).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
Tak tampak kesombongan dalam gerak laku dan kata-katanya.
Pakaiannya bersih dan baik, namun biasa-biasa saja. Ia merasa malu
kalau bermagah-megahan. Malu kepada rakyatnya, malu kepada
putranya, malu kepada para ulama, malu kepada Rasulullah, dan malu
kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam (Siauw, 2014a: 15).
The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent:
Rombongan itu berjalan menyusuri rumah-rumah penduduk. Orangorang Amasya menyapa Ahmed dan para prajurit saat berpapasan.
Hubungan antara penguasa Amasya dan rakyatnya berjalan lancar dan
harmonis. Ahmed malambaikan tangannya dan menebarkan senyum
untuk melayani rakyatnya. Rakyat begitu mencintai Ahmed karena
kebijaksanaan dan kecintaan kepada rakyatnya (Siauw, 2014b: 186).
v. Jujur
Shidiq atau sidiq, berasal dari kata sha-da-qa yang artinya benar.
Benar di sini bukan lawan kata salah, tapi lawan kata dusta, sehingga
lebih tepat dimaknai jujur atau kejujuran. Selain makna jujur, sidiq
terkadang juga dimaknai kesetiaan, seperti setia pada janji dan setia
pada komitmen. Orang yang jujur adalah orang yang berkata,
berpemanpilan, dan bertindak apa adanya tanpa dibuat-buat. Kejujuran
adalah sikap yang jauh dari kepalsuan dan kepura-puraan (Ahmadi,
2004: 41).
Jujur dapat terlihat dari kutipan dalam buku Muhammad Al-Fatih
1453:
Setiap muslim adalah tentara yang siap mengamban Islam, baik
dengan perkataan maupun dengan perbuatan (Siauw, 2015a:104).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
Lazar terpaku, berpikir. Dia ragu, sebab dia tahu apa yang disampaikan
dua utusan Utsmani itu ada benarnya. Ada begitu banyak orang
miskin, pengemis, gelandangan, dan orang-orang sengsara di dalam
kekaisarannya, bahkan di ibu kotanya sendiri Kosovo. Dia tak bisa
menipu dirinya tentang semua itu (Siauw, 2014a: 40).
w. Husnudzan
Husnudzan adalah perilaku berbaik sangka. Husnudzan merupakan
cara memandang segala sesuatu dari sisi positifnya. Hikmah dari
husnudzan adalah hidup menjadi optimis karena merasa tidak
teraniaya, lebih percaya diri, dan menyehatkan karena mampu
mengelola stres. Allah berfirman:
َّ ‫ض‬
َّ
‫الظ ِن‬
َ‫يرا ِمن‬
ْ ‫َياأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا‬
ً ِ‫اجتَنِبُوا َكث‬
َ ‫الظ ِن ِإ َّن َب ْع‬
‫ضا أَيُ ِحبُّ أ َ َحدُ ُك ْم أَن‬
ً ‫ض ُك ْم بَ ْع‬
ُ ‫سوا َوالَيَ ْغتَب بَّ ْع‬
َّ ‫إِثْ ُمُُ َوالَت َ َج‬
ُ ‫س‬
ُُ‫اب‬
ُ ‫هللا ت َ َّو‬
َ ‫هللا ِإ َّن‬
َ ‫يَأ ْ ُك َل لَ ْح َم أ َ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهت ُ ُموهُ َواتَّقُوا‬
}12{ ُُ‫َّر ِحي ُم‬
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba sangka itu dosa. Dan
janganlah
mencari-cari
keburukan
orang
dan
janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(Q. S. Al-Hujurat: 12).
Sesuai dengan kutipan pada buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of
Ottomans:
Jangan dulu kau berburuk sangka, Islam mengatur bahwa jizyah hanya
diambil dari laki-laki dan dari orang-orang mampu, bukan dari anakanak, perempuan, dan orang-orang miskin (Siauw, 2014a: 48).
x. Rindu pada kebaikan
Rindu pada kebaikan merupakan keinginan untuk selalu berbuat
baik. Jika hatinya diisi dengan kerinduan pada saudara, Rasul, dan
Tuhannya. Maka, di hatinya tidak akan diisi dengan perilaku-perilaku
jahat.
Senada dengan kutipan pada buku The Chronicles of Ghazi: The Rise
of Ottomans:
Suaranya gemetar, dadanya dibuncahi rasa rindu. Rindu kepada
ayahnya, kepada saudaranya, kepada para mujahidin. Rindu kepada
para ulama. Rindu kepada para sahabat yang gigih mempertahankan
din yang suci. Rindu kepada Rasulullah yang kepadanya din itu turun,
dan mengorbankan segala miliknya untuk menegakkan din itu.
Rindu.kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam, pemberi rizki, dan
mencurahkan nikmat tiada henti kepada umat manusia (Siauw, 2014a:
138).
y. Kecerdasan emosional
Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam
waktu singkat; keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperi
kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan) (Departemen, 2002:
298). Dapat disimpulkan kecerdasan emosional adalah kemampuan
mengendalikan luapan perasaan sesaat.
Sebagaimana tercermin dalam kutipan buku The Chronicles of Ghazi:
The Rise of Ottomans:
Bayazid duduk tegak. Tangannya terletak di atas pahanya. Menatap
tajam mata Mircea. Ia tersenyum, sebuah kematangan emosi yang
menakjubkan. Padahal orang yang ada di hadapannya adalah
musuhnya (Siauw, 2014a: 141).
z. Keberanian
Keberanian adalah suatu sifat yang dapat mendorong dan
memberikan semangat kerja secara terus-menerus lagi teratur untuk
semua pelaksana dan pekerja. Dengan memiliki sifat itu, tidak
mungkin akan mundurlah para pelaku yang merupakan inti tenaga dari
setiap usaha yang sedang dilaksanakan, sehingga dapat memperoleh
apa yang dicita-citakan (Al-Ghalayini, 1976: 38).
Keberanian nampak pada kutipan buku The Chronicles of Ghazi: The
Rise of Ottomans:
Dua orang komandan perang Utsmani itu masih muda. Usia mereka
baru dua puluh tahun. Tapi kemampuan memimpin mereka tak
terkalahkan sepuluh ribu tentara. Keberanian mereka pun ada di urutan
terdepan. Di dalam dada mereka bersemayam keimanan dan semangat
untuk melawan kezaliman musuh-musuh agama (Siauw, 2014a: 162).
aa. Tawakal
Tawakal adalah suatu sikap kepasrahan seorang hamba kepada
Allah yang disertai usaha, doa, dan menunaikan segala perintahnya.
Hal ini didasari oleh kesadaran bahwa segala kekuasaan adalah milik
Allah. Keberhasilan tidak akan menjadikan sombong dan kegagalan
tidak akan menjadikan putus asa.
Sesuai dengan kutipan pada buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of
Ottomans:
Dia hadapkan kembali hatinya kepada Allah, dia berdoa dengan penuh
kesungguhan, mengharapkan kebaikan bagi semua (Siauw, 2014a:
204).
Hal ini sesuai dengan kutipan dalam buku The Chronicles of Ghazi:
The Clash of Cross and Crescent:
Katenangan telah menyelubungi hatinya, sebab kepasrahan itu adalah
obat bagi jiwa. Apa daya upaya manusia dibandingkan dengan
kekuasaan Allah azza wa jalla (Siauw, 2014b: 134).
bb. Tegas
Tegas adalah jelas dan terang benar, nyata; tebtu dan pasti (tidak
ragu-ragu lagi, tidak samar-samar); tandas (Departemen, 2002: 1155).
Dalam hal ini hukuman tetap diberlakukan meskipun terhadap anak
raja.
Hal ini sesuai dengan kutipan dalam buku The Chronicles of Ghazi:
The Clash of Cross and Crescent:
“Ayahmu memerintahkan aku untuk mengajarimu, dan kalau kau sulit
diatur dan tidak menghormati gurumu, aku akan memukulmu denga
rotan ini.” Wajah Syaikh Qurani tetap dingin tanpa ekspresi (Siauw,
2014b: 145).
cc. Ketulusan
Ketulusan yaitu kesungguhan tanpa kepura-puraan. Countess
Cneajna walaupun dengan bawahan tidak mengangapnya sebagai
budak tetapi sebagai sahabat. Dampak yang ditimbulkan dari ketulusan
ini adalah rasa rela berkorban dari bawahannya.
Sesuai dengan pernyataan dalam buku The Chronicles of Ghazi: The
Clash of Cross and Crescent:
“Countess Cneajna sangat ramah dan baik hati. Tidak ada seorang pun
yang tidak mencintainya. Hatinya tulus ketika membantu sesama. Aku
hanya anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan di
Moldavia. Katika usiaku empat belas tahun, Countess Cneajna
mengambilku untuk menjadi pelayannya. Ia tidak pernah menganggap
kami, para pelayannya, sebagai budak atau bawahan. Ia menganggap
kami semua sebagai sahabatnya. Karena itulah ia memperlakukan kami
dengan baik sekali, hingga seakan-akan kami bersedia mati untuk
membelanya.” (Siauw, 2014b: 252).
2. Nilai-nilai sosial
a. Kesetaraan gender dalam Islam
Prinsip dalam Islam tidak menyudutkan salah satu pihak baik lakilaki maupun wanita. Laki-laki dan perempuan mempunyai tugas yang
sama dalam menjalankan ketaatan pada Allah. Mengenai peran sosial
dalam masyarakat tidak ada larangan perempuan berperan di
dalamnya.
Dapat ditemukan dalam kutipan buku Yuk Berhijab:
Islam memandang bahwa kebahagiaan manusia bukan terletak pada
harta, tahta, dan cinta semata, tatapi terletak pada ridho Allah.
Karenanya, baik lelaki maupun wanita punya kesempatan yang sama
untuk meraihnya (Siauw, 2015b: 34).
b. Adab berpakaian
Dalam Islam, etika menutup berbusana tertuang dalam surat AnNur ayat 30-31 dan Al-Ahzab 59. “Katakanlah kepada laki-laki yang
beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah
kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga
pandangannya,
dan
memelihara
kemaluannya,
dan
janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan
janganlah menampakan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami
mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putraputra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putraputra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan
mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba
sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak
memiliki keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum
mengerti
tentang
aurat
perempuan.
Dan
janganlah
mereka
menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai
orang-orang yang beriman, agar kemu beruntung.” (An-Nur: 30-31).
Dan pada ayat Al-Qur’an yang lain yaitu: “Wahai nabi! Katakanlah
kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orangorang mukmin, hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk
dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59).
Hal ini senada dengan buku Yuk Berhijab:
Hijab adalah identitas wanita muslimah. Hijab ditujukan untuk
menutupi perhiasan wanita dan melindungi keindahannya, bukan justru
menjadi perhiasan baru atau pengganti keidahan. Karenanya, kerudung
bukanlah pengganti keindahan rambut hingga dibentuk menyerupai
rambut, bahkan untuk mendapat perhatian yang lebih dari sekedar
rambut. Jilbab bukan pengganti kemolekan tubuh, yang ketat lalu
menunjukkanlekuk badan. Jadi hakikat jilbab adalah melindungi
keindahan wanita hingga ia tidak menjadi perhatian lelaki. Karena
wanita terlalu berharga untuk menjadi bahan perhatian semata (Siauw,
2015b: 118).
c. Jihad
Jihad diartikan usaha dengan daya upaya untuk mencapai
kebaikan; usaha dengan sungguh-sungguh untuk membela agama
Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan, raga; perang suci
melawan
orang
kafir
untuk
mempertahankan
agama
Islam
(Departemen, 2002: 473). Dalam konteks kekinian jihad tidak
dimaknai dengan perang secara leterleg tetapi perang dalam arti
melawan kebodohan, penindasan, kemiskinan, dan hawa nafsu.
Dapat terlihat pada kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Bagi kaum muslim, jihad adalah puncak ibadah yang mengharuskan
usaha terbaik dalam melakukannya dan menyiapkannya sehingga dapat
memberikan tekanan kepada pihak musuh (Siauw, 2015a: 93).
d. Kekompakan
Kompak adalah bersatu padu (dl menanggapi atau menghadapi
suatu perkara dsb) (Departemen, 2002: 584). Kekompakan di sini
tercermin dalam latihan, disiplin, menghindar dari hiburan-hiburan
yang melalaikan, dan membentuk gerakan-gerakan Islam, .
Tercermin dari kutipan dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Rene de Lusinge dalam tulisannya di akhir abad 16 mendaftar 17 sebab
kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh Khilafah Utsmani,
diantaranya: dedikasi mereka pada jihad, inisiatif untuk melakukan
penaklukan, ketertarikan mereka yang rendah dalam pertahanan
permanen (di dalam benteng), tentara yang sangat terlatih, disiplin
yang tinggi, penggunaan tipu muslihat yang sebaik mereka lakukan
pada perang terbuka, pemimpin yang baik dan tidak menghabiskan
waktunya pada hiburan-hiburan yang melalaikan (Siauw, 2015a:117).
Khilafah Remake:
Setiap umat muslim wajib menggabungkan diri dalam harakahharakah Islam (gerakan-gerakan Islam) untuk memperjuangkan
sesuatu yang wajib (Siauw, 2014e: 258).
The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent:
“Tak seperti pasukan Perang Suci yang terpisah-pisah dan terpecah
belah, pasukan Utsmani punya struktur komando dan persatuan yang
kokoh. Para prajurit Utsmani pasti akan menaati atasannya, walaupun
perintah itu memungkinkan mereka terbunuh. Pasukan Utsmani pun
kebanyakan pemberani. Seolah-olah medan perang adalah taman
bunga bagi mereka dan mereka senang berada di sana. Mereka tangkas
dan lincah. Seolah-olah walau tanpa baju perang sekalipun, mereka
akan tetap berangkat berperang. Mereka juga sangat saleh. Kalau
pasukan kita mabuk-mabukan dan main perempuan, hal itu tidak
kutemukan di tengah-tengah mereka. Sepuluh ribu pasukan Utsmani
lebih tenang dan sunyi, daripada seratus orang pasukan Kristen.
Mereka suka sekali ribut dan susah diatur.” (Siauw, 2014b: 18).
e. Pendidikan prenatal
Sultan Murad menunjukan cara mendidik anak sebelum di lahirkan
yaitu dengan membangun kedekatan pada anaknya sejak masih di
dalam kandungan. Hal ini akan menjadi modal dasar anak dalam
menghadapi kehidupan sosial di masa yang akan datang. Pendidikan
prenatal bukan hanya tanggung jawab orang tua tetapi juga
lingkungan. Misalnya sebagai ayah, mengkondisikan kakak-kakak si
janin agar menjadi teladan yang baik. Melihat kenyataan bahwa
Mehmed telah hafal Al-Qur’an sejak usia tujuh tahun, dipastikan orang
tuanya telah memberi stimulus bacaan Al-Qur’an.
Sesuai dengan pernyataan kutipan dalam buku The Chronicles of
Ghazi: The Rise of Ottomans:
Sultan Murad menggenggam tangan putranya dan menatap dengan
senyuman. Hari itu akan ia tegaskan sebuah alasan. Alasan yang sudah
berkali-kali ia tegaskan kepada putranya itu sejak masih kanak-kanak.
Alasan mengapa ia mendidik putranya dengan Islam semenjak
putranya berada di dalam rahim ibunya (Siauw, 2014a: 18).
f. Menjunjung hak asasi manusia
Etika kaum muslim dalam memperlakukan tahanan yaitu dengan
tidak menyiksa. Radu yang masih kanak-kanak tetap mendapat haknya
yaitu dengan memperoleh pendidikan dan tempat tinggal yang layak.
Tercermin dalam kutipan buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of
Ottomans:
Anak itu bernama Radu. Ia baik, lembut, dan tampan. Sebenarnya ia
adalah tawanan, namun Kesultanan Utsmani memperlakukannya
dengan baik. Ia disekolahkan, dan diizinkan tinggal di istana (Siauw,
2014a: 24).
g. Birul walidain
Kutipan tengtang berbakti pada orang tua di atas senada dengan
firman Allah:
ُ‫صالُه‬
َّ ‫َو َو‬
َ ‫ص ْينَا اْ ِإلن‬
َ ِ‫سانَ بِ َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬
‫} َو ِإن‬14{ ‫ير‬
ُ ‫ص‬
ِ ‫ى ْال َم‬
َّ َ‫فِي َعا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَي َْك ِإل‬
‫ْس لَ َك بِ ِه ِع ْل ٌم فَالَ ت ُ ِط ْع ُه َما‬
َ َ‫َجا َهد‬
َ ‫اك َعلَى أَن ت ُ ْش ِر َك بِي َمالَي‬
‫ى‬
ِ ‫ص‬
َ ‫س ِبي َل َم ْن أَن‬
َ ‫اح ْب ُه َما فِي الدُّ ْن َيا َم ْع ُروفًا َوات َّ ِب ْع‬
َ ‫َو‬
َّ َ‫ى ث ُ َّم ِإل‬
َّ َ‫َاب ِإل‬
}15{ َ‫َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأُنَبِئ ُ ُكم بِ َما ُكنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q. S.
Luqman: 14-15)
Senada dengan kutipan pada buku The Chronicles of Ghazi: The Clash
of Cross and Crescent:
Islam mengajarkan bagaimana cara kita bersikap kepada orang tua
kita. Yakni harus bersikap baik dan santun, walaupun orang tua kita
orang kafir atau orang yang suka bermaksiat. Hanya saja jika kita
diperintahkan oleh mereka untuk menyekutukan dan bermaksiat
kepada Allah, kita tidak boleh menaatinya (Siauw, 2014b: 331).
h. Tata tertib
Tata tertib atau aturan fungsinya adalah memberi batasan terhadap
hal mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Tujuan dari tata tertib
sendiri adalah agar manusia lebih teratur dalam kehidupannya. Dalam
hal ini Islam difungsikan sebagai aturan dan latihannya diwujudkan
dalam hal ibadah ritual kemudian hasil yang diharapkan adalah agar
menjadi manusia terbaik, profesional, disiplin, dan bermanfaat.
Sesuai dengan kutipan pada buku Khilafah Remake:
Banyaknya
aturan
dalam
Islam
tidaklah
bermaksud
untuk
menyusahkan pelakunya, melainkan untuk membentuk manusia
terbaik di tengah-tengah umat lainnya. Ibadah-ibadah ritual dalam
Islam, sejatinya adalah sebuah pelatihan terpadu bagi seorang manusia
agar menjadi manusia yang terbaik, profesional, dan disiplin, serta
bermanfaat bagi yang lainnya (Siauw, 2014e: 117).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
“Sepuluh ribu tentara Turk bisa bertindak lebih tenang dan lebih sunyi
daripada seratus orang tentara salib, mereka berisik, ribut, dan payah.”
Gerutu Hunyadi dalam hati (Siauw, 2014a: 286).
i. Etika pergaulan dalam Islam
Islam mempunyai aturan dalam interaksi antara lawan jenis, bentuk
aturan itu bukan melaran sama sekali untuk berinteraksi tetapi cara
memeliakan keduanya agar tidak terjadi perzinaan sebagaimana firman
Allah:
}32{ ً‫س ِبيال‬
َ ‫اح‬
ِ َ‫الزنَى ِإنَّهُ َكانَ ف‬
َ ‫سآ َء‬
َ ‫شةً َو‬
ِ ‫َوالَت َ ْق َربُوا‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Q. S. AlIsra’: 32). Kebolehan interaksi terbatas pada jual beli, belajar
mengajar, ibadah semisal haji dan umrah, berjihad di jalan Allah, dan
segala aktivitas syar’i yang menuntut adanya interaksi.
Sebagaimana tertuang dalam buku Udah Putusin Aja:
Islam melarang bentuk interaksi cinta yang tidak halal. Karena, Islam
adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakankerusakan yang dapat terjadi pada manusia itu sendiri. Aturan Islam
sederhana, bila cinta datangi walinya dan menikahlah, bila belum siap
perisapkan diri terlebih dahulu. Islam tidak mengenal hubungan prapernikahan semisal pacaran dan pertunangan (Siauw, 2013: 30).
j. Etika terhadap musuh
Dalam berperang pun kaum muslim memiliki etika yaitu tidak
langsung menyerang dengan membabi buta tetapi dengan memberi
peringatan terlebih dahulu kemudian memberikan berbagai pilihan.
Barulah jalan terakhir dipilih untuk perang apabila upaya damai tidak
disepakati.
Tercermin dari kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Ketika pasukan telah berhadap-hadapan, sesuai dengan perintah
Rasulullah saw dalam etika perang, Sultan Mehmed mengirimkan
utusan yang membawa sepucuk surat kepada Kaisar Constantine, surat
ini berisi 3 pilihan yang bisa diambil oleh penguasa Byzantium.
Bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah lalu menjadi muslim
maka serangan fisik akan segera dibatalkan, atau membayar jizyah dan
tunduk pada syariat Islam, atau diperangi sampai Allah memenangkan
kaum muslim (Siauw, 2015a: 139).
k. Keteladanan
Teladan adalah sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh
(perbuatan, kelakuan, sifat, dsb) sedangkan keteladanan adalah hal
yang dapat ditiru atau dicontoh (Departemen, 2002: 1160). Sebagai
seorang pemimpin pekerjaanya bukan hanya menyuruh dan mengawasi
tetapi memberikan teladan. Sebelum memimpin seseorang, ia sendiri
harus memberi contoh. Tindakan nyata akan lebih berarti dari pada
sekedar kata-kata.
Dapat dilihat pada kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Mehmed dan pembesar-pembesar lain bahkan tidak jarang turun
tangan untuk mengangkat batu ketika pembangunan. Kombinasi
reward dan punishment serta teladan pemimpin ini akhirnya
menghasilkan suasana kerja yang semangat bagi para pekerja (Siauw,
2015a: 72).
Sebuah keimanan yang sempurna, Mehmed II benar-benar meniru
Rasulullah Muhammad saw yang selalu mengusahakan sebab yang
pantas untuk mencapai akibat yang pantas (Siauw, 2015a: 102).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
Bayazid memerintahkan untuk segera membangun kembali Dobrogea
setelah dihancurkan pada pertempuran kemarin. Hari itu ketika hujan
berhenti pekerjaan dimulai kembali. Bayazid sendiri bukan hanya
mengawasi, ia turun langsung bekerja mencurahkan tenaganya (Siauw,
2014a: 123).
l. Toleransi
Toleran adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan,
membolehkan)
pendirian
(pendapat,
pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dsb) yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri (Departemen, 2002: 1204). Sedangkan
toleransi adalah sifat atau sikap toleran; batas ukur untuk penambahan
atau pengurangan yang masih diperbolehkan (Departemen, 2002:
1204).
Tercermin dalam kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453:
Penduduk Kristen Ortodoks di Konstantinopel sedang bersiap
menyambut hari suci bagi mereka, yaitu Hari Paskah yang jatuh pada 1
April, dalam doa-doa yang mereka panjatkan, mereka memohon agar
Hari Paskah dapat mereka lalui dengan tenang. Hak itu tentu
diperhatikan
oleh
Sultan
Mehmed
dan
memberikan
mereka
kesempatan untuk beribadah dalam kepercayaan mereka dan tidak
lebih daripada hari itu saja (Siauw, 2015a: 128).
The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans:
“Pasukan salib sedang mendekati Oryahovo. Siapapun dari kaum
muslim yang mampu mengangkat senjata, wajib berjihad melawan
kaum kafir membela penerapan syariat Islam. Bagi mereka yang bukan
muslim, kalian berhak untuk tetap tinggal di sini atau keluar dari kota
ini. Kalian tidak akan dipaksa sama sekali. Kami akan mengembalikan
jizyah yang kalian bayarkan kepada kami tanpa dikurangi sedikit pun.”
(Siauw, 2014a: 205).
m. Adab makan dan minum
Suatu hadis menerangkan adab makan dan minum, Amru bin Abi
Salamah r. a. berkata:
‫ قال رسول هللا صلى هللا‬:‫عن عمربن أبي سلمة رضي هللا عنهما قال‬
.‫متفق عليه‬. ‫ سم هللا وكل بيمنك و كل مما يليك‬:‫عليه وسلم‬
“Rasulullah saw mengajarkan kepada saya: Bacalah bismillah dan
makanlah dengan tangan kananmu, dan dari yang dekat-dekat
kepadamu.” (H. R. Buchary, Muslim) (An-Nawawy, 1986: 590).
Sesuai dengan kutipan pada buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of
Ottomans:
Syaikh Hasan menyodorkan sekantung air kepada Yazed. Dengan
hormat Yazed mengambilnya dan minum dari kantung itu setelah
membaca basmallah. Beberapa detik berlalu, napas Yazed telah tenang
(Siauw, 2014a: 283).
n. Menghormati tamu
Islam mempunyai akhlak dalam memuliakan tamu sebagaimana
Abu Hurairah r. a. Berkata:
‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ ومن‬, ‫ من كان يؤمن باهلل واليوم االخر فليقل خيرا ً أو ليصمت‬: ‫قال‬
‫ ومن كان يؤمن باهلل‬, ‫كان يومن باهلل واليوم االخر فليكرم جاره‬
‫واليوم االخر فليكرم ضيفه‬
(https://arbaiin.wordpress.com/2007/03/29/hadits-ke-15/)
“Bersabda Rasulullah saw siapa yang percaya kepada Allah dan hari
kemudian, hendaknya menghormat tamunya. Dan siapa yang percaya
kepada Allah dan hari kemudian hendaknya menghubungi famili. Dan
siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, harus berkata
baik atau diam.” (H. R. Buchary, Muslim) (An-Nawawy, 1986: 569).
Sesuai dengan pernyataan dalam buku The Chronicles of Ghazi: The
Clash of Cross and Crescent:
Sultan mewajibkan mereka semua untuk menghormati dan menyambut
kedatangan tamu, begitulah kemuliaan Islam dalam memperlakukan
tamu (Siauw, 2014b: 284).
3. Nilai-nilai praktis
a. Langkah praktis dan mudah untuk membentuk habits baru (Siauw,
2014d: 99-101):
1) Mulai dari yang kecil
Mematok target yang tinggi hanya akan menghasilkan rasa
jenuh dan putus di tengah-tengah. Misalnya, ingin membenuk habits
membaca buku. Memulai dengan 10 menit sehari. Apabila telah
terbiasa target akan meningkat secara otomatis.
2) Temukan tempat habits
Menyisipkan habits baru pada habits yang sudah jadi.
Kuncinya adalah kata ‘setelah’. Misalnya, saya akan menbaca
setelah shalat subuh.
3) Berlatihlah terus
Menempel pengingat, meminta teman untuk mengingatkan,
dan ingat untuk melakukan setiap hari.
4. Nilai-nilai dakwah
Dakwah adalah menyuruh mengerjakan kebaikan dan menjauhi
keburukan; memerintahkan yang makruf dan melarang yang munkar;
menjadikan seseorang mencintai sifat terpuji dan membenci sifat tercela;
dan memotivasinya untuk mengikuti kebenaran dan mencampakkan
kebatilan (Al-Muthlaq, 2008: 13). Nilai dakwah peneliti kelompokkan
menjadi sub bab tersendiri karena Felix merupakan da’i. Kekurangan pada
penyampaian nilai dakwah dalam buku-buku Felix adalah pembahasan
tentang surat An-Nahl ayat 125:
َ ‫سبِ ْي ِل َربِ َك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
‫ي‬
َ ‫ظ ِة ْال َح‬
َ ‫ا ُ ْدعُ إِلَى‬
َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ِه‬
َ‫سبِ ْي ِل ِه َو ُه َو أ َ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهت َ ِديْن‬
َ ‫س ُن ِإ َّن َرب ََّك ُه َو أ َ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
َ ‫ض َّل َع ْن‬
َ ‫أ َ ْح‬
}125{
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk”. Konten yang belum dimasukan adalah cara berdebat dengan
baik. Berikut nilai dakwah yang tertuang dalam karya Felix:
a. Melembaga
Melembaga adalah mempunyai tempat untuk mempertajam hasil
tarbiyah, walaupun keberadaannya tidak mutlak. Allah berfirman:
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(Ali Imran: 104).
Hal ini sesuai dengan isi dari kutipan buku How to Master Your
Habits:
Gerakan dakwah ibarat tubuh manusia, tidak ada satu bagian yang
lebih penting dari bagian yang lain, masing-masing mempunyai fungsi
khusus. Dalam gerakan dakwah, setiap bagian mempunyai kontribusi
masing-masing. Karena itu, Rasulullah mencontohkan dakwah mesti
berjamaah (Siauw, 2014d: 111).
Khilafah Remake:
Allah perintahkan bagi masyarakat atau kelompok untuk berdakwah,
dalam rangka menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari
kemunkaran. Tidak semua individu sama kadar ketakwaannya kepada
Allah. Ada yang masih tipis karena baru belajar, ada pula yang sudah
tebal karena sering berlatih. Karenanya perlu dibangkitkan pada
masyarakat sebuah kebiasaan saling menasihati dalam kebaikan dan
kesabaran, agar yang salah bisa diingatkan dan bersemangat menuju
kebaikan (Siauw, 2014e: 125).
b. Menyampaikan kebaikan
Dalam Al-Qur’an di jelaskan: “Kamu (umat Islam) adalah umat
terbaik yang dilahirkan untuk menusia, (karena kamu) menyuruh
berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah ...” (Ali Imran: 110).
Hal ini sesuai dengan kutipan dalam buku Udah Putusin Aja:
Alihkan cinta ke jalan yang bermanfaat lagi halal juga berpahala.
Berjuang di jalan Islam, misalnya, jadi pengemban dakwah Islam, dan
menyampaikan kebaikan-kebaikan dari Allah dan Rasulullah kepada
seluruh manusia (Siauw, 2013: 123).
c. Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan. Allah berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik ...” (Q. S. An-Nahl: 125).
Dapat tercermin dari kutipan buku Beyond the Inspiration:
Maka satu-satunya pilihan saya, adalah menunaikan kewajiban dakwah
mengembalikan kehidupan Islam ke tengah-tengah masyarakat (Siauw,
2014c: i).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan dan menganalisis dapat peneliti
simpulkan nilai-nilai edukatif dalam karya Felix Y. Siauw adalah sebagai
berikut:
-
Nilai-nilai individual: visioner, motivasi, keseriusan, sabar, rajin,
memaafkan, hijrah, mudah beradaptasi, tabayyun, kepemimpinan,
ketangkasan, mempelajari sebab-sebab kemenangan, simpati, waspada,
tidak terburu-buru, rasional, meluruskan niat, adil, optimis, amanah,
tawadhu’, jujur, husnudzan, rindu pada kebaikan, kecerdasan
emosional, keberanian, tawakal, tegas, dan ketulusan.
-
Nilai-nilai sosial: Kesetaraan gender dalam Islam, adab berpakaian,
jihad, kekompakan, pendidikan prenatal, menjunjung hak asasi
manusia, birul walidain, tata tertib, etika pergaulan dalam Islam, etika
terhadap musuh, keteladanan, toleransi, serta adab makan dan minum.
-
Nilai-nilai praktis: langkah membentuk habits.
-
Nilai-nilai dakwah: melembaga, menyampaikan kebaikan, dan
kewajiban.
B. Saran
1. Bagi bidang pendidikan
Sebagai seorang pendidik harus selalu memperbarui ilmunya terutama
perkembangan pemikiran di dunia maya dan buku-buku yang beredar di
pasaran agar pendidik dapat mengetahui jalan pemikiran anak didik.
Kemudian apabila menemukan permasalahan dapat segera menentukan
langkah yang tepat. Pendidik harus berpikiran terbuka, menyerap nilainilai baik, dan meninggalkan nilai-nilai yang tidak sesuai.
2. Bagi bidang penelitian
Pengkajian buku-buku tidak hanya sekedar pada buku-buku yang ada di
sekolah. Tetapi, juga pada buku yang terbit dari dunia di luar sekolah.
3. Bagi bidang kepenulisan
Dalam membuat karya tidak hanya memuat hiburan semata tetapi harus
menyajikan pesan moral.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak, Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:
ERA INTERMEDIA.
Al-Ghalayini, Syekh Mushthafa. 1976. Bimbingan Menuju Akhlak yang Luhur.
Semarang: CV TOHA PUTRA.
Al-Muthlaq, Ibrahim bin Abdullah. 2008. Seni Berdakwah. Yogyakarta: Insan
Madani.
An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf. 1986. Riadhus Shalihin 1
(penerjemah: Salim Bahreisj). Bandung: Al-Ma’arif.
Dawson, Catherine. 2010. Partical Research Methods (Metode Penelitian Praktis:
Sebuah Panduan). Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Departemen Agama. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Woman.
Bogor: PT SYGMA EXA GRAFIKA.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Hanif, Muhammad Lutfi. 2014. Materi Kuliah Hadits Bagian 1. Salatiga: Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Hidayatullah, M Furqon. 2010. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat
dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.
Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR.
Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: CV. Orbitus Corp.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin., Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis
dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: PT Trigenda Karya.
Purwanto, M Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT
REMAJA ROSDA KARYA.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra Dari
Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Prespektif Wacana Naratif.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Kaswardi, EM, K. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT
Gasindo.
Siauw, Felix Y. dan Isa, Sayf Muhammad. 2014a. The Chronicles of Ghazi: The
Rise of Ottomans. Jakarta: AlFatih Press.
. 2014b. The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent.
Jakarta: AlFatih Press.
Siauw, Felix Y. 2013. Udah Putusin Aja. Bandung: Mizania.
. 2014c. Beyond the Inspiration. Jakarta: AlFatih Press.
. 2014d. How to Master Your Habits. Jakarta: AlFatih Press.
. 2014e. Khilafah Remake. Jakarta: AlFatih Press.
. 2015a. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta: AlFatih Press.
. 2015b. Yuk Berhijab. Jakarta AlFatih Press.
Sudaryono., dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: . GRAHA ILMU.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sutomo, Imam. Pendidikan Nilai. Tidak diterbitkan.
Tim STAIN Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir.
Salatiga: STAIN Salatiga.
DAFTAR PUSTAKA DARI INTERNET
Alfatih
Center.
2013.
Materi
Dakwah
Ustadz
Felix
Siauw.
(http://alfatihcenter.com/2013/01/kumpulan-link-download-materiustadz-felix-siauw/), diakses pada 1 Juni 2015.
Siauw, Felix Y. 2015. Hizbut Tahrir Bagiku. (www.felixsiauw.com), diakses pada
1 Juni 2015.
https://arbaiin.wordpress.com/2007/03/29/hadits-ke-15/
September 2015)
(diakses
pada
29
http://www.facebook.com/UstadzFelixSiauw/ (diakses pada 2 September 2015).
http://www.instagram.com/felixsiauw/ (diakses pada 3 September 2015).
http://www.twitter.com/felixsiauw/ (diakses pada 2 September 2015).
DAFTAR PUSTAKA DARI BROSUR
Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu. Menghidupkan Dakwah di Nusantara.
Magelang: Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu.
Quesioner yang diajukan pada Felix Y. Siauw
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ustadz, perkenalkan nama saya Setya Utami. Mahasiswa IAIN Salatiga angkatan
2011 Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan, program studi Pendidikan Agama
Islam. Di semester ini saya mengambil skripsi dengan judul ‘NILAI-NILAI
EDUKATIF DALAM KARYA FELIX Y. SIAUW’. Untuk mengerjakan bab 2
yang berisi biografi ustadz, saya memohon Ustadz agar bersedia menjawab
pertanyaan saya. Berikut pertanyaannya:
A. Latar belakang keluarga:
1. Nama orang tua
:
2. Jumlah saudara
:
3. Nama istri
:
4. Nama anak
:
5. Agama anggota keluarga:
B. Latar belakang pendidikan:
1. SD
:.....................................................angkatan......................................
2. SMP
:.....................................................angkatan......................................
3. SMA
:.....................................................angkatan.....................................
Jurusan..........................
4. Perguruan tinggi :........................................ angkatan ............ Fakultas
................................. progdi .....................................
5. Pengalaman organisasi:
C. Karya tulis:
D. Aktivitas dakwah:
1. Motto hidup
:
2. Profesi
:
3. Waktu berdakwah :
4. Tempat berdakwah:
5. Materi dakwah
:
6. Audiensi
:
7. Aksesoris dakwah :
E. Pengalaman dakwah di luar negeri:
Mohon balasan dari Ustadz, semoga Ustadz diberi keistiqomahan dalam
mengemban amanah dakwah. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hasil Wawancara dengan Felix Y. Siauw
Latar belakang keluarga:
1.
Nama orang tua
: FX Iwan S (Katolik) & Jarniwati Ishack (Katolik)
2.
Jumlah saudara
: 5 bersaudara
3.
Nama istri
: Parsini
4.
Nama anak
: Alila Shaffiya Asy-Syarifah - Shifr Muhammad
Al-Fatih 1453 - Ghazi Muhammad Al-Fatih 1453 - Aia Shaffiya Asy-Syarifah
5.
Agama anggota keluarga: Islam
B.
Latar belakang pendidikan:
1.
SD
: SD Xaverius II angkatan
2.
SMP
: SMP Xaverius Maria angkatan
3.
SMA
: SMA Xaverius I angkatan lulus 2001
Jurusan IPA
4.
Perguruan tinggi
: IPB angkatan 2001
Fakultas Pertanian progdi Hortikultura
5.
Pengalaman organisasi: Lembaga Studi Islam Fakultas Pertanian, Badan
Kerohanian Islam Mahasiswa
C.
Karya tulis:
D.
Aktivitas dakwah
:
1.
Motto hidup
: Kebenaran hanya ada satu, Islam
2.
Profesi
: Penulis
3.
Waktu berdakwah
: Seumur hidup
4.
Tempat berdakwah
: Bumi Allah
5.
Materi dakwah
: Al-Qur'an dan As-Sunnah
6.
Audiensi
: Semua manusia
7.
Aksesoris dakwah
: Tidak ada
E.
Pengalaman dakwah di luar negeri: Beberapa kota di Asia, Eropa, Australia
dan Timur Tengah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Setya Utami
Tempat/tanggal lahir : Kab. Semarang, 26 Oktober 1992
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD N Kemetul Tahun 2005
SMP N 1 Suruh Tahun 2008
SMA N 1 Suruh Tahun 2011
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Hormat saya,
Setya Utami
NIM. 11111044
Download