NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM KARYA FELIX Y. SIAUW SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) Oleh SETYA UTAMI NIM 111 11 044 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM KARYA FELIX Y. SIAUW SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh SETYA UTAMI NIM 11111044 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 MOTTO ... Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. ... (Ali Imran: 110) PERSEMBAHAN Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan ketulusan hati yang paling dalam, kupersembahkan skripsi ini untuk : 1. Emak dan Bapak tercinta (Sri Hartatik, Zuhri), yang telah memberikan kasih sayang, doa, motivasi, dukungan, bimbingan dan nasihat dalam kehidupan ini. 2. Adik-adikku tersayang (Anisya’ Uswatun Khasanah, Abdul Khakim AlFarizi, dan Marwatus Zahwa) kalian adalah teman sekaligus guru kehidupanku. 3. (Alm. Mbah Rustam), Mbah Rori, Mak Endang, dan Mbok Khosiyah, kalian adalah orang penting bagiku yang selalu menekankan untuk menjadi manusia bermoral. 4. Dosen pembimbing skripsi Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag. yang membimbing dan mendidik ku dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. 5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah mengajar, mendidik, dan memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama perkuliahan. 6. Sahabatku Tari Suprobo, Al Milatul Mizza, Sri Sulastri, dan Fredita Anjar Sari bersama kalian aku menjemput hidayah. 7. Almamaterku tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga. 3. Siti Rukhayati M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). 4. Dr. Imam Sutomo, M. Ag., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. M. Farid Abdullah, S. Pd. I., M. Hum. selaku pembimbing akademik. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak dan ibu serta keluarga besarku yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 8. Ustadz Felix Y. Siauw yang telah bersedia menjadi narasumber. 9. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 12 Agustus 2015 Penulis, Setya Utami NIM.11111044 ABSTRAK Utami, Setya. 2015. Nilai-nilai Edukatif dalam Karya Felix Y. Siauw. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M. Ag. Kata kunci: Nilai-nilai edukatif Penelitian ini merupakan upaya penggalian nilai-nilai edukatif dalam karya Felix Y. Siauw. Rumusan masalah pada skripsi ini adalah apa sajakah nilai-nilai edukatif dalam karya Felix Y. Siauw. Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan untuk memberikan informasi dan masukan kepada semua pihak terutama pada bidang pendidikan, penelitian, dan kepenulisan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskripsi analisis ini mengenai bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil, dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan nilai-nilai edukatif pada buku-buku karya Felix Y. Siauw adalah; 1. Nilai-nilai individual: visioner, motivasi, keseriusan, sabar, rajin, memaafkan, hijrah, mudah beradaptasi, tabayyun, kepemimpinan, ketangkasan, mempelajari sebab-sebab kemenangan, simpati, waspada, tidak terburu-buru, rasional, meluruskan niat, adil, optimis, amanah, tawadhu’, jujur, husnudzan, rindu pada kebaikan, kecerdasan emosional, keberanian, tawakal, tegas, dan ketulusan. 2. Nilai-nilai sosial: Kesetaraan gender dalam Islam, adab berpakaian, jihad, kekompakan, pendidikan prenatal, menjunjung hak asasi manusia, birul walidain, tata tertib, etika pergaulan dalam Islam, etika terhadap musuh, keteladanan, toleransi, serta adab makan dan minum. 3. Nilai-nilai praktis: langkah membentuk habits. 4. Nilai-nilai dakwah: melembaga, menyampaikan kebaikan, dan kewajiban. DAFTAR ISI Halaman SAMPUL .................................................................................................... LEMBAR LOGO ......................................................................................... i JUDUL ......................................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v MOTO ......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii ABSTRAK ................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3 D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 4 E. Metode Penelitian .......................................................................... 4 F. Penegasan Istilah 8 G. Sistematika Penulisan ................................................................... 9 BAB II BIOGRAFI FELIX Y. SIAUW A. Latar Belakang Keluarga .............................................................. 11 B. Latar Belakang Pendidikan ............................................................ 12 C. Karya Tulis Felix Y. Siauw ........................................................... 13 D. Aktivitas Dakwah Felix Y. Siauw ................................................. 13 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN FELIX Y. SIAUW A. Pemikiran Akhlak .......................................................................... 18 B. Pemikiran Sistem Pemerintahan .................................................... 52 C. Pemikiran Sejarah .......................................................................... 65 BAB IV PEMBAHASAN A. Signifikansi Pemikiran ................................................................... 99 B. Relevansi Pemikiran ...................................................................... 100 C. Implikasi ........................................................................................ 102 1. Nilai-nilai individual............................................................... 102 2. Nilai-nilai sosial ...................................................................... 129 3. Nilai-nilai praktis .................................................................... 141 4. Nilai-nilai dakwah .................................................................. 141 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 145 B. Saran .............................................................................................. 145 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Quesioner yang diajukan pada Felix Y. Siauw Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Felix Y. Siauw Lampiran 3 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 4 Daftar Nilai SKK Lampiran 5 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis Lampiran 7 Ringkasan Power Point Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluaran pendidikan1 seharusnya dapat menghasilkan orang “pintar” tetapi juga orang “baik” dalam arti luas. Pendidikan tidak hanya menghasilkan orang “pintar” tetapi “tidak baik”, sebaliknya juga pendidikan tidak hanya menghasilkan orang “baik” tetapi “tidak pintar” (Hidayatullah, 2010: 1). Pendidikan dapat diproleh tidak hanya melalui pendidikan formal tetapi juga in-formal dan non-formal. Dalam Islam, pendidikan senantiasa bersambung (kontinu) dan tanpa batas. Hal ini karena hakikat pendidikan Islam merupakan proses tanpa akhir sejalan dengan konsensus universal yang ditetapkan Allah SWT dan Rasul-Nya, dengan istilah “Life long education” (Muhaimin, 1993: 138). Pentingnya pendidikan ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1-5: } ا ْق َرأْ َو َرب َُّك2{ ق َ اإلن ٍ َسانَ ِم ْن َعل ِ َ} َخ َلق1{ َا ْق َرأْ بِا ْس ِم َربِ َك الَّذِي َخلَق }5{ سانَ َمالَ ْم يَ ْعلَ ْم َ } َعلَّ َم اْ ِإلن4{ } الَّذِي َعلَّ َم ابِ ْالقَلَ ِم3{ اْأل َ ْك َر ُم Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajarkan manusia dari perantaraan kalam. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.” Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan ilmu, ketrampilan, teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aspek lainnya: kepribadian, 1 Dalam bahasa Inggris, pendidikan adalah education dan kata education berasal dari kata educate berarti memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Namun, education dalam pengertian yang sempit berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLoad dalam Islamuddin, 2012: 3-4). etik moral dan lain-lain, yang kesemuanya disebut pendidikan nilai (Kaswardi, 1993: 3). Salah satu sumber belajar yang sangat vital adalah buku. Dengan membaca buku kita dapat menggali nilai-nilai pendidikan. Felix Y. Siauw adalah seorang Islamic Inspirator. Ustadz Felix dalam sapaan akrabnya adalah seorang mualaf yang dapat menjadi sosok ustadz dalam 10 tahun usia muslimnya. Ustadz Felix aktif mengisi kajian di perkantoran, pesantren, radio, dan masjid. Selain itu, Ustadz Felix juga mengisi kajian yang ditayangkan beberapa stasiun televisi, baik nasional yaitu TVRI dalam acara Ispirasi Islam, maupun swasta yaitu Tv One sebagai bintang tamu dalam acara Satu Jam Lebih Dekat dengan Felix Y. Siauw, Trans Tv dalam acara Mozaik Islam, dan Share Channel Tv dalam acara Inspiring Islam. Tidak hanya itu Ustadz Felix juga mengisi kajian di luar negeri. Negara yang pernah mendatangkan Ustadz Felix antara lain: Australia, Jepang, dan Amerika. Hal menarik dari Ustadz Felix adalah sebutannya sebagai ustadz sosial media. Kiprah Ustadz Felix dalam menyampaikan agama di jejaring sosial membuatnya terkenal di dunia maya. Dunia di mana penghuninya didominasi oleh remaja. Tulisan Ustadz Felix di facebook maupun di twitter kerap menggunakan diksi yang tepat, kata-kata Ustadz Felix yang sampai ke lubuk hati, dan tetap mudah dipahami. Analisis logis yang menggunakan fakta-fakta real dan tidak banyak berdalil, menjadikan tulisannya renyah dan mudah diterima para remaja. Buku-buku Ustadz Felix juga ditulis dengan gaya bahasa yang sama. Bahkan dalam beberapa buku disisipkan gambar ilustrasi pernakpernik khas remaja. Dengan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang nilai-nilai pendidikan yang dihubungkan dengan buku-buku karya Ustadz Felix. Sehingga peneliti merumuskan judul NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM KARYA FELIX Y. SIAUW. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013: 302). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apa sajakah nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam karya Felix Y. Siauw? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah (Tim, 2008: 16). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam karya Felix Y. Siauw. D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoretik Secara teoretik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi bidang pendidikan pada umumnya dan bagi pengembangan nilai-nilai edukatif pada khususnya. 2. Manfaat Prakatis Secara praktis, manfaat penyampaian pesan melalui buku ada tiga yaitu: a. Bagi bidang kepenulisan, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat karya buku yang sarat dengan nilai-nilai edukatif. b. Bagi bidang pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mengembangkan metode pembelajaran nilai-nilai edukatif melalui bacaan buku karya Felix Y. Siauw. c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang. E. Metode Penelitian Pengertian metode, berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2010: 24). Metodologi merupakan filosofi atau prinsip umum yang akan memandu penelitian (Dawson, 2010: 15). Sedangkan penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sitematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya observasi secara sistematis, dikontrol, dan mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2009: 4). Adapun komponen dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskripsi analisis ini mengenai bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan (Moleong, 2005: 29). Penelitian ini mengunakan literatur dan teks sebagai objek analisis yaitu buku-buku yang kemudian dideskripsikan dengan cara menjelaskan teks-teks dalam buku-buku itu yang mengandung nilainilai edukatif kemudian memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan. 2. Metode Pengumpulan Data Metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah metode dokumentasi. Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan (Sudaryono, 2013: 41). Metode dokumentasi yang relevan untuk penulisan skripsi ini adalah data dari berbagai literatur, berupa wawancara melalui email, buku, brosur, majalah, dan website. 3. Sumber Data Sumber data dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: sumber data primer dan sekunder (Suryabrata, 1995: 84-85). Adapun yang penulis paparkan adalah sebagai berikut: a. Sumber data primer, merupakan sumber utama yang digunakan untuk penelitian ini, yaitu buku-buku karya Felix Y. Siauw meliputi: How to Master Your Habits; Yuk, Berhijab; Udah Putusin Aja; Beyond The Inspiration; Muhammad Al-Fatih 1453; Khilafah *Remake; The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans; dan The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent. b. Sumber data sekunder, yaitu berbagai literatur yang berhubungan dan relevan dengan objek penelitian, berupa wawancara melalui email, buku, brosur, majalah, dan website. 4. Metode Analisis Data Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan menguraikan dan menganalisis atas teks-teks yang dideskripsikan. Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007: 48). Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Penelitian menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007: 49). Langkah yang digunakan untuk mengelola data adalah: a. Langkah deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku: How to Master Your Habits; Yuk, Berhijab; Udah Putusin Aja; Beyond The Inspiration; Muhammad Al-Fatih 1453; Khilafah *Remake; The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans; dan The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent yang mengandung nilai-nilai edukatif. b. Langkan interpretasi, yaitu pemberian kesan, pendapat atau pandangan yang berhubungan dengan nilai-nilai edukatif. c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari buku yang mengandung nilai-nilai edukatif. d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari buku yang mengandung nilai-nilai edukatif. F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menelaah judul penelitian, maka penulis akan menjelaskan istilah pokok yang terkandung dalam judul, yaitu: 1. Nilai Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar dan halhal yang dianggap buruk dan salah (HMI dalam Muhaimin, 1993: 110). Nilai adalah suatu ideal, suatu paradigma yang menyatakan realitas sosial yang diinginkan dan dihormati. Pada hakikatnya nilai adalah kepercayaan-keparcayaan bahwa cara hidup yang diidealisasi adalah cara yang terbaik bagi masyarakat. Oleh karena nilai adalah kepercayaan maka nilai berfungsi mengilhami anggota-anggota masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan cara yang diterima masyarakat. Oleh karena nilai-nilai adalah gambaran-gambaran yang ideal, maka nilai tersebut merupakan alat untuk menentukan mutu perilaku seseorang (Gabriel dalam Sutomo). 2. Edukatif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edukatif diartikan: 1. Bersifat mendidik; 2. Berkenaan dengan pendidikan. (Purwanto, 2007: 10) menyatakan pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Berdasarkan pendapat di atas peneliti mendefinisikan nilai-nilai edukatif adalah konsep-konsep, suatu ideal, suatu paradigma yang mengilhami anggota masyarakat agar berperilaku sesuai yang diterima masyarakat selanjutnya akan menentukan perilaku seseorang melalui usaha yang mendidik ke arah kedewasaan mengenai hal-hal yang dianggap baik maupun buruk. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah yang mendasari terjadinya penelitian, kemudian menentukan tujuan penelitian, selanjutnya memilih metode penelitian yang tepat untuk memecahkan permasalahan. BAB II BIOGRAFI FELIX Y. SIAUW Dalam bab ini diuraikan mengenai biografi Felix Y. Siauw berdasarkan data yang diperoleh. BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN FELIX Y. SIAUW Bab iii adalah ringkasan dari buku-buku How to Master Your Habits; Yuk, Berhijab; Udah Putusin Aja; Beyond The Inspiration; Muhammad Al-Fatih 1453; Khilafah *Remake; The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans; dan The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent yang telah digali nilai-nilai edukatifnya. BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan mengenai analisis pemikiran Felix Y. Siauw berdasarkan data yang diperoleh pada bab sebelumnya berdasarkan sudut pandang peneliti kemudian disajikan butir-butir nilai edukatif dalam karya Felix Y. Siauw. BAB V PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan dan saran. BAB II BIOGRAFI FELIX Y. SIAUW A. Latar Belakang Keluarga Felix Yanwar Siauw2 merupakan sosok pendakwah yang terkenal di sosial media terutama facebook dan twitter. FX Iwan S. dengan Jarniwati Ishack mempunyai lima orang anak, salah satunya adalah Ustadz Felix. Ustadz Felix kelahiran Palembang, 31 Januari 1984. Berlatar belakang keluarga keturunan etnis Tionghoa. Dibesarkan dalam keluarga Katolik yang taat. Kehidupan Ustadz Felix mulai berubah semenjak keraguannya di dalam agamanya. Membenci agama tetapi masih percaya pada Tuhan. Mulai mendalami Islam sejak masuk di bangku kuliah. Kemudian memutuskan masuk Islam pada tahun 2002. Meskipun Ustadz Felix sudah menjadi mualaf, Ustadz Felix tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya yang kesemuanya berbeda agama. Setelah empat tahun masa keislamannya, tepatnya pada tahun 2006, Ustadz Felix memutuskan untuk menikah. Nama istri Ustadz Felix adalah Parsini. Sampai saat ini Ustadz Felix dikaruniai empat orang anak, dua putra, dan dua putri. Alila Shaffiya Asy-Syarifah (2008), Shifr Muhammad Al-Fatih 1453 (2010), Ghazi Muhammad Al-Fatih 1453 (2011), dan Aia Shaffiya Asy-Syarifah (2013). 2 Data diperoleh melalui tanya jawab dengan email [email protected] pada tanggal 29 Juni sampai 11 Juli 2015. B. Latar Belakang Pendidikan Ustadz Felix mengenyam pendidikan di SD Xaverius II, SMP Xaverius Maria, dan SMA Xaverius I. Kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi di Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Masuk di IPB tahun 2002 dan lulus pada tahun 2006. Di IPB Ustadz Felix belajar tentang Islam di Lembaga Dakwah Kampus Badan Kerohanian Islam Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (LDK BKIM IPB) Fakultas Pertanian. Kiprah dakwahnya juga bermula dari sini. Ustadz Felix mendalami Islam berawal dari dugaan bahwa Islam itu keras, teroris, radikal, mau menang sendiri, tak ada belas kasihan, serampangan, anti-kemajuan, dan gila. Setelah mengenal teman-teman dari HT (Hizbut Tahrir) Ustadz Felix mengenal konsep Islam yang sama sekali berbeda dari yang diketahui, tentang konsep Islam mengenai aqidah aqliyah (akidah dari jalan perpikir), qadha-qadar (tentang takdir, hidayah, nasib), politik, ekonomi, pendidikan, keuangan sampai ideologi Islam, pandangan tentang Islam sama sekali berubah, dari situ Ustadz Felix memahami Islam yang benar-benar sempurna (Siauw, 2015). Banyak komentar-komentar mengenai keanggotaannya di HT, namun bagi Ustadz Felix HT adalah tempat pertama mengenal Islam lebih dekat. Ustadz Felix mengerti bahwa Allah kelak akan menghisabnya sendirian, bukan bersama-sama kelompok, bukan bersama HT, karena itu bagian dari kelompok dakwah saja, bahwa berdakwah itu karena Allah, bukan karena partai, bahwa Islam itu tinggi dari segala-galanya, bahwa ukhuwah Islam itu seutama ikatan. C. Karya Tulis Felix Y. Siauw Karya-karya Ustadz Felix dalam bentuk buku yaitu: 1. How to Master Your Habits. 2. Yuk, Berhijab. 3. Udah Putusin Aja. 4. Beyond The Inspiration. 5. Muhammad Al-Fatih 1453. 6. Khilafah *Remake. 7. The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans. 8. The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent. D. Aktivitas Dakwah Felix Y. Siauw Ustadz Felix terkenal sebagai Islamic Inspirator oleh karena itu, aktivitas dakwah menjadi bagian penting dalam kehidupan Ustadz Felix. Kiprah dakwahnya tidak hanya di dunia maya tetapi juga di perkantoran, pesantren, perguruan tinggi, dan masjid. Selain itu, Ustadz Felix juga mengisi kajian yang ditayangkan beberapa stasiun televisi, baik nasional maupun swasta. Tidak hanya itu Ustadz Felix juga mengisi kajian di beberapa kota di Asia, Eropa, Australia, dan Timur Tengah. Ustadz Felix menaruh perhatian lebih pada daerah-daerah yang rawan pemurtadan seperti Desa Wonolelo, Kecamatan Sawang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Bentuk kepedulian Ustadz Felix yaitu dengan memberikan kajian- kajian berupa penguatan akidah yang berpusat di Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu (Pesantren). Di tengah-tengah kesibukannya sebagai penulis dan marketing manager di perusahaan agro kimia, PT. Biotis Agrindo, dakwah tetaplah menjadi prioritas Ustadz Felix. Ustadz Felix tidak mempunyai manager dalam mengatur jadwal keseharian pun juga tidak memasang tarif dalam berdakwah. Bagi Ustadz Felix yang telah mengabdikan hidup di jalan dakwah, bisnis merupakan biaya untuk berdakwah bukan dakwah untuk biaya bisnis. Bagi ustadz yang bermotto hidup kebenaran hanya satu yaitu Islam. Menyatakan bahwa waktu berdakwah adalah seumur hidup, tempat berdakwah adalah bumi Allah, materi dakwah adalah Al-Qur’an dan AsSunnah, dan audiensi adalah semua manusia. Gaya dakwah Ustadz Felix yang khas yaitu dengan selalu memakai power point dalam setiap penyampaian materi membuat jamaah selalu tertarik. Dengan selalu mengenakan baju batik juga menjadi ciri khas Ustadz Felix dalam berdakwah. Tema dakwah Ustadz Felix sangat bervariasi mulai dari model penyampaiannya hingga tema materinya. Model dakwah berupa tulisantulisan jejaring sosial, menulis buku, bedah buku, dan seminar. Berikut beberapa tema yang sering disampaikan Ustadz Felix sebagai Islamic Inspirator (Alfatih, 2013): 1. Materi Basic Islamic Leadership Training (BILT) a. Materi B-ILT b. Life is Choice c. Muhammad Al-Fatih 1453 2. Materi Training Spiritual Performance Boosting (SPB) a. SPB-Get The Guidance Easier b. SPB-The Way To Belief c. SPB-The True Shahadah d. SPB-Beyond The Ispiration e. SPB-Living After Life 3. Materi Bagaimana Khilafah Diruntuhkan a. Presentasi materi b. Film 1 (Misionaris-Nasionalis) c. Film 2 (Serangan Fisik) d. Film 3 (Ottoman Empire) e. Film 4 (Balfour) 4. Materi Khsus Presentasi Palestina a. Presentasi power point b. Film 1 (Tragedi Palestina HIP Edited) c. Film 2 (Proof of HAMMAS Victory) d. Film 3 (Obama: USD 30 Milliar Buat Israel) e. Film 4 (Deklarasi Balfour) f. Surat Ummu Taqi g. Doa Aku h. Film potongan Ila Mata 5. Materi Kajian Tematik a. Tujuan hakiki hidup manusia b. Islam dan toleransi menyikapi natal dan tahun baru c. Krisis ekonomi 2008 d. Keunggulan dinar dan dirham e. Jihad dalam Islam, makna hijrah Rasulullah f. Syariat Islam mengatasi kemiskinan g. Karunia terbaik buat wanita h. Islam in China i. Tarhib Ramadhan j. Penentuan awal akhir Ramadhan k. Hikmah Nuzul Al-Qur’an 6. Kajian Materi Holistik Revolusioner a. Cloting in Islam b. Mencintai Karena Allah c. Ultimate True Love d. Sistem Peradilan Islam e. Sistem Ekonomi Islam f. Sistem Pendidikan Islam g. Isra-Mi’raj, Titik Tolak Dakwah Rasulullah h. Bahasa dan Sejarah serta Kecerdasan Kaum Muslim Berbagai power point dapat diunduh dengan bebas tanpa pelanggaran hak cipta, karena tujuan Ustadz Felix untuk menyebarkan dakwah Islam. BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN FELIX Y. SIAUW A. Pemikiran Akhlak Pemikiran akhlak oleh Felix Y. Siauw terangkum dalam empat buku yaitu How to Master Your Habits, Yuk Berhijab, Udah Putusin Aja, dan Beyond The Inspiration. Buku How to Master Your Habits yang terdiri dari 169 halaman adalah buku yang menjelaskan bagaimana mengusai keahlian tanpa motivasi, bahkan tanpa berpikir. Buku ini juga dikhususkan untuk para pejuang dakwah Islam. Buku ini akan menuntun bagaimana pekerjaan bisa dilakukan secara otomatis, mendakwahkan Islam, beribadah pada Allah, dan juga melakukan kebaikan secara otomatis. Menurut Ustadz Felix, motivasi saja ternyata tidak cukup untuk membuat seseorang memiliki keahlian-keahlian yang diperlukan dalam berdakwah (Siauw, 2014d: iv). Tulisan yang dibuat Ustadz Felix pada buku ini terinspirasi dari kawan-kawannya yaitu: seorang pengemban dakwah bukan pustakawan yang kecanduan buku-buku sejarah dan referensi Islam lainnya kemudian mampu menceritakannya kembali, Ustadz Felix juga mengenal pengemban dakwah bukan wartawan namun mampu menghasilkan tulisan dakwahnya sama cepatnya dengan dokter menuliskan resep untuk pasien, ada juga pengemban dakwah yang bukan arabian namun mampu membaca literatur Arab gundul sama cepatnya dengan anak SMA membaca komik, selain itu ada pengemban dakwah yang terlahir jauh dari hartawan namun mampu membantu orang-orang kesulitan sama ringannya dengan kapas. Ustadz Felix berharap agar buku ini bukan hanya menginspirasi tapi juga agar mampu mengkondisikan setiap pengemban dakwah untuk menguasai keahlian di jalan dakwah. Dalam buku ini penulisan tidak disajikan daftar isi. Bagian awal dimulai dengan Greet Them ‘The Inspirator’ yang isinya mengajak pembaca untuk menengok orang-orang hebat di dalam Islam yaitu Imam Syafi’i yang mampu menghafal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun dan hafal kitab Al-Muwaththa’ pada usia dua belas tahun. Ath-Thabari setiap hari menulis empat puluh lembar dalam 40 tahun hidupnya. Khalid bin Walid ahli dalam bidang militer yang mampu memporak-porandakan Persia dan Romawi dalam beberapa tahun. Siti Aisyah penghafal hadis terbanyak dari kalangan sahabiyyah. Serta keteladanan pada sifat kedermawanan Abdurrahman bin Auf. Sayangnya kebanyakan orang Islam hanya berhenti di rasa kagum dan menganggap kelebihan yang dimiliki seseorang adalah takdir Allah. Padahal kenyataannya bertolak belakang dari anggapan seperti itu. Namun, keahlian adalah hasil pilihan, latihan, dan pengulangan pilihanpilihan yang telah dibuat. Tulisan-tulisan berikutnya Ustadz Felix menyatakan bahwa bukan bakat yang lebih berpengaruh dalam keahlian (atau ketidak ahlian) seseorang, melainkan sesuatu yang lain yaitu habits (kebiasaan). Dengan kata lain seseorang yang sukses dalam mengemban dakwah memiliki ‘habits sukses pengemban dakwah’ dan habits inilah yang bertanggung jawab terhadap kebaikan-kebaikan yang muncul. Sebaliknya habits juga bertanggung jawab atas buruknya kehidupan seseorang (Siauw, 2014d: 6). Pada judul Everything are Habits diterangkan habits adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berfikir. Habits adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi bagian dari seseorang. Dia adalah kebiasaan kita. Jadi menguasai bahasa adalah habits, rajin dan malas pun juga habits, kreatif dan jumud juga habits, ramah dan pemarah juga habits, bahkan kaya dan miskin juga hasil dari habits, sampai bersemangat dakwah juga futur adalah hasil habits (Siauw, 2014d: 21). Diri kita mempunyai program-program yang mengatur semua respons kita, dan semua itu adalah habits. Semua tergantung habits, sehingga seorang muslim akan berpikir dengan jalan yang berbeda dengan non-muslim. Sumber pemikiran muslim berasal dari habits taat pada Allah. Habits adalah penentu nilai pribadi kita. Habits adalah pembentuk kepribadian kita di mata orang lain, yang membuat kita berharga di hadapan orang lain. Seseorang yang memiliki banyak habits baik dalam dirinya sudah dapat dipastikan akan lebih berhasil dalam kehidupannya dibandingkan dengan seseorang yang memiliki sedikit habits yang baik (Siauw, 2014d: 29). Proses terbentuknya habits: thoughts, purposes, action, habits, dan person abilities. Pemikiran adalah pangkal daripada kepribadian, karena pemikiranlah yang akan menentukan keyakinan, kecenderungan, tujuan hidup, cara hidup, pandangan hidup, sampai aktivitas seorang manusia. Pemikiran mendasar pada seorang manusia akan menghasilkan cara pandang khas ini, dalam terminologi Islam disebut dengan aqidah (Siauw, 2014d: 30). Faktor yang menentukan habits adalah latihan dan pengulangan. Dalam Al-Qur’an dijelaskan: “Dan demikianlah Kami menurunkan AlQur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (Q. S. Thahaa: 113). Dalam hadis Rasullullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah yaitu yang dikerjakan terus menerus.” (H. R. Bukhori Muslim) (Siauw, 2014d: 80). Menginstal habits awalnya mungkin akan sulit namun setelah terinstal penggunaannya akan sangat mudah dan sangat membantu. Membentuk habits memerlukan kejelasan tujuan, maka sering-seringlah berpikir tentang masa depan, merencanakan masa depan. Karena masa depan menentukan aktivitas apa yang akan kita lakukan pada saat ini (Siauw, 2014d: 57). Untuk membentuk habits kita tidak perlu merasa berubah ataupun memiliki motivasi karena dalam banyak kasus habits bisa terbentuk walaupun seseorang tidak memiliki motivasi sama sekali. Habits bisa terbentuk baik ketika kita rela dengan repetisi aktivitas itu ataukah kita terpaksa melakukannya. Rela ataupun terpaksa, habits akan tetap terbentuk, walaupun habits yang dibentuk atas dasar kerelaan tetap akan lebih berkualitas dibandingkan dengan habits yang terbentuk karena paksaan. Perlu diketahui bahwa mengendalikan habits adalah sebuah pilihan. Shalat khusuk dan tepat waktu, menghafal Al-Qur’an, kebiasaan memberi daripada diberi. Ciptakan keberuntungan dengan habits jangan menunggu keberuntungan (Siauw, 2014d: 94). Seorang pengemban dakwah yang selalu meluaskan pengetahuannya dengan membaca buku, melatih dirinya untuk menulis, berdakwah dengan bersemangat, beribadah dengan khusyuk dan menaati Allah semaksimal mungkin, maka dipastikan dia akan lebih beruntung dalam karir dakwahnya dibandingkan dengan pengemban dakwah yang tidak melakukannya. Keberuntungan adalah hasil kali dari persiapan dan kesempatan. Langkah praktis dan mudah untuk membentuk habits baru: 1. Mulai dari yang kecil Mematok target yang tinggi hanya akan menghasilkan rasa jenuh dan putus di tengah-tengah. Misalnya, ingin membenuk habits membaca buku. Memulai dengan 10 menit sehari. Apabila telah terbiasa target akan meningkat secara otomatis. 2. Temukan tempat habits Menyisipkan habits baru pada habits yang sudah jadi. Kuncinya adalah kata ‘setelah’. Misalnya, saya akan menbaca setelah shalat subuh. 3. Berlatihlah terus Menempel pengingat, meminta teman untuk mengingatkan, dan ingat untuk melakukan setiap hari. Seorang muslim tidak akan merasa puas dengan hanya membentuk habits. Namun ia harus dikembangkan menjadi expertise (keahlian spesialis). Seorang expert mampu memberikan manfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri namun juga bagi orang lain (Siauw, 2014d: 102). Seorang expert menjadikan dirinya sendiri sebagai role model, dan bisa menduplikasi keahlian yang sama pada orang lain, berbagi keahlian. Perlu waktu untuk bisa melakukan sesuatu dengan benar, dan perlu banyak waktu untuk menjadikannya habits, dan lebih banyak waktu untuk menjadikannya expert, dan mungkin perlu waktu seumur hidup untuk menjadikannya master. Tidak ada jalan pintas untuk dapat menguasai suatu keahlian. Perlu kesabaran untuk terus melakukan habits yang ingin kita bentuk (Siauw, 2014d: 109). Gerakan dakwah ibarat tubuh manusia, tidak ada satu bagian yang lebih penting dari bagian yang lain, masing-masing mempunyai fungsi khusus. Dalam gerakan dakwah, setiap bagian mempunyai kontribusi masing-masing. Karena itu, Rasulullah mencontohkan dakwah mesti berjamaah (Siauw, 2014d: 111). Maka yang membuat kita berharga dalam dakwah adalah ketika kita memiliki kelebihan yang signifikan dalam satu keahlian dakwah. Menjadi ahli dalam satu bidang bukanlah kesombongan, karena sombong itu sendiri adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia (Siauw, 2014d: 113). Action adalah pertanda kesungguhan, ia pembeda antara impian dan khayalan. Juga pembeda antara orang munafik dan orang beriman (Siauw, 2014d: 133). Kemudian visioner dijadikan suatu sikap mental wajib bagi para pengemban dakwah. Meyakini visi yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta berjuang sekuat tenaga karenanya tidak akan dapat dilakukan maksimal apabila kita tidak visioner (Siauw, 2014d: 142). Bagi seorang pengemban dakwah yang visioner, kenyataan terpuruknya kaum muslim di zaman ini tidak menjadikan ia yakin bahwa Islam tak akan bangkit kembali, sebaliknya, ia justru semakin yakin bahwa kondisi ini akan dibalik oleh Allah. Buku ini diakhiri dengan epilog yang berkesimpulan, semua orang memiliki keterbatasan dan masalah masing-masing. Semua orang bisa saja mencari alasan untuk gagal, sama seperti dia bisa mencari alasan untuk berhasil (Siauw, 2014d: 168). Semua adalah pilihan kita. Alasan untuk gagal atau alasan untuk sukses, keduanya memerlukan waktu dan juga menguras pikiran. Buku Yuk Berhijab, merupakan sebuah buku yang memotivasi muslimah untuk berhijab, dan bagi muslimah yang sudah berhijab untuk menyempurnakan hijabnya agar sesuai dengan syariat Islam. Buku setebal 148 halaman dengan sampul merah muda dan penuh gambar ilustrasi membuat pembaca tidak mudah bosan dibandingkan dengan membaca buku yang bertuliskan hitam dan dengan latar belakang putih. Di dalam buku Yuk Berhijab disajikan sembilan bab yaitu: Dunia Memandang Wanita, Pandangan Islam tentang Wanita, Wanita dan Aurat, Menutup Aurat dan Pakaian Syar’i Penutup Aurat, Berpakaian tetapi Telanjang, Tabarruj, Hijab Bukan Perhiasan, Kata Orang, Berhijablan dan Taatlah. Dalam setiap bab disajikan catatan si benefiko yaitu seorang muslimah yang bernama asli Emeralda Noor Achni, dipanggil benefiko karena di akun twitternya lebih dikenal dengan @BENEFIKO. Catatan si benefiko berisi cerita dalam bentuk komik mengenai perjalanan berhijab seorang muslimah. Isi dari bab satu yang berjudul Dunia Memandang Wanita diawali dengan pandangan berbagai peradaban tentang wanita. Peradaban Yunani kuno membolehkan wanita diperjual belikan layaknya budak, tidak memiliki hak sipil dan juga hak waris (Siauw, 2015b: 12). Pandangan Romawi pada wanita dapat dilihat dari kisah perselingkuhan para dewa yang menghiasi mitologi Romawi. Kisah selingkuh, hubungan di luar nikah, membentuk pandangan Romawi kuno tentang siapa wanita. Bagi mereka, wanita hanya objek seksual untuk dinikmati, bukan dikasihi (Siauw, 2015b: 15). Di India yang menganut tradisi Hindu mengenal istilah sati sebuah prosesi membakar diri bagi janda yang ditinggal mati suaminya. Saat suaminya meninggal dan dibakar, berakhirlah hak hidupnya sebagai bagian dari loyalitas. Peradaban Cina Kuno wanita ditempatkan sebagai warga kelas dua. Anggapan wajar bahwa wanita hanya diciptakan untuk melayani lelaki. Belajar dan menjadi cendikiawan hanya hak lelaki. Mungkin di antara peradaban yang dahulu dikenal dunia, hanya wanita Mesir berstatus bangsawan, yang sedikit menghirup hak sebagai manusia, setidaknya mereka mengenal Hatshepsut dan Cleopatra sebagai wanita yang memegang tengkuk kekuasaan. Setelah membandingkan berbagai peradaban, di buku Yuk Berhijab kemudian membandingkan berbagai agama. Telah disepakati bahwa agama diturunkan untuk kebaikan (Siauw, 2015b: 16). Kebaikan tidak dikhususkan bagi kaum pria semata, namun juga bagi kaum wanita. Tapi, sejarah mancatat sebaliknya. Tafsir dari teks-teks kitab suci dan pendapat-pendapat agamawan pada agama Yahudi dan Nasrani justru berujung pada diskriminasi wanita. Contoh dalam Talmud, Menahoth 43b-44a tertulis bahwa, “Seorang lelaki Yahudi diwajibkan membaca doa berikut setiap hari: ‘Terima kasih Tuhan! Karena tidak menjadikanku seorang kafir, seorang wanita, atau budak belian.’” (Siauw, 2015b: 17). Dalam toelogi nasrani, wanita dianggap bertanggung jawab atas diusirnya Adam dari surga. Karena wanita termakan rayuan setan. “Lagi pula bukan Adam yang tertipu, melainkan perempuan itulah yang tertipu dan jatuh ke dalam dosa.” (1 Timotius 2: 214) (Siauw, 2015b: 19). Saat Islam bersentuhan dengan budaya Eropa, pemikiran tentang hak asasi manusia mulai bangkit. Dan kaum wanita menuntut kesetaraan yang tidak diberikan oleh agama dan negara. Emansipasi kemudian muncul, kesetaraan gender digelar, bendera feminisme dikibarkan (Siauw, 2015b: 20). Di antara kaum wanita mulai bangkit dan menuntut kesetaraan antara lelaki dan wanita. Perjuangan bukannya berakhir pada hasil yang memuliakan wanita, tetapi berujung pada penghancuran martabat, karena mengingkari fitrah. Bila pada masa lalu wanita direndahkan secara terpaksa, saat ini wanita rela untuk direndahkan. Menghinakan diri demi sekeping emas dengan badan sebagai modal. Pada masa kini hiburan, pertunjukan, iklan, fashion, dan seni menjadi alasan untuk menanggalkan harga diri, atas nama tren, wanitawanita berlaku tanpa rasa malu. Ketika agama berganti dengan sekularisme yang menjadikan standar kebahagiaan dan kesuksesan adalah dunia. Eksploitasi tubuh wanita menjadi bisnis dan wanita itu sendiri menjadi bangga terhadap apa yang dipamerkannya. Saat itulah tiada lagi kehormatan (pelacuran visual). Pada bab dua yang berjudul Pandangan Islam tentang Wanita berisi Islam memandang bahwa kebahagiaan manusia bukan terletak pada harta, tahta, dan cinta semata, tatapi terletak pada ridho Allah. Karenanya, baik lelaki maupun wanita punya kesempatan yang sama untuk meraihnya (Siauw, 2015b: 34). Lelaki dan wanita tidak berkompetisi di jalur yang sama, tetapi berkompetisi di jalur kebaikan yang berbeda. Karena lelaki dan wanita memang berbeda. Dalam timbangan syariat Islam, bila lelaki memperoleh kemuliaan dengan bekerja, wanita mendapatkannya dengan mengurus rumah tangga. Saat lelaki diberikan pahala oleh Allah dengan memperebutkan shalat di shaf terdepan, wanita mendapat pahala yang sama dengan shaf paling belakang. Jika lelaki memperoleh pahala tertinggi dengan jihad fi sabilillah, wanita memperoleh pahala semisal dari melahirkan anak-anaknya, atau melaksanakan umrah dan haji. Islam memberi jalur beribadah kepada wanita, dengan kelebihan-kelebihan yang Allah berikan untuk wanita, bukan beradu dengan lelaki yang Allah beri kelebihan yang berbeda. Konsekuensinya Islam juga memberikan hukum yang berbeda kepada lelaki dan wanita dalam rangka beribadah kepada Allah. Karena itulah, lelaki dan wanita sama di hadapan Allah. Pada masa Arab Jahiliyah, keberadaan keturunan perempuan dianggap sebagai aib karenanya tidak jarang bayi perempuan dikubur hiduphidup. Kemudian Islam datang dengan pencerahan. Al-Qur’an turun dengan nasihat sebagaimana firman Allah pada surat Al-Hujurat ayat 13, yang artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Islam juga memuliakan wanita sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Menuntut ilmu itu adalah wajib atas seluruh kaum muslim dan muslimat.” (H. R. Muslim). Demikianlah Islam menyamakan hak pendidikan bagi muslim laki-laki dan perempuan. Saat menikah, Islam memberi peran sentral kepada wanita dalam urusan rumah tangga. Bila Islam menjadikan lelaki sebagai pemimpin keluarga, Islam menjadikan wanita sebagai pemimpin bagi rumahnya. Walau lelaki dilebihkan Allah untuk memimpin wanita, bukan berarti lelaki dibolehkan bertindak semena-mena. Sirah nabawiyah menjadi teladan bagi orang Islam. Islam tidak hanya berbicara dalam tataran konseptual. Namun mengatur masalah teknis dalam memulikan wanita, dari urusan pendidikan sampai tataran pernikahan, dari masalah keluarga sampai warisan, dari pakaian sampai perhiasan (Siauw, 2015b: 44). Pada bab selanjutnya dibahas khusus bagaimana Islam memuliakan wanita dari aturan berpakaian. Bagaimana Islam memuliakan wanita dengan menutup aurat. Bagaimana wanita dihormati dengan hijab. Bab tiga berjudul Wanita dan aurat membahas tentang Islam mewajibkan jilbab dan kerudung, bukan bermaksud memasung namun agar wanita terhormat dan terlindung. Secara makna syariat, aurat adalah bagian tubuh yang haram dilihat, dan karena itu harus ditutup. Khusus bagi muslimah, auratnya adalah semua bagian tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan. Bab empat berjudul Menutup Aurat dan Pakaian Syar’i Penutup Aurat. Islam adalah agama yang unik dan memuliakan wanita, Islam telah membagi dua kehidupan, yaitu kehidupan umum (hayatul ‘am) dan kahidupan khusus (hayatul khash). Dikatakan kehidupan khusus, yaitu bila seseorang harus meminta izin untuk masuk ke dalamnya. Dan dikatakan kehidupan umum apabila seseorang tidak memerlukan izin untuk berada di dalamnya. Sebagaimana firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (Q. S. An-Nur: 27). Pakaian wanita di kehidupan khusus saat berada di rumahnya, dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang biasa dia lakukan bersama dengan mahramnya, tentu wanita muslimah tidak perlu menutup aurat dengan pakaian lengkapnya sebagaimana keluar rumah. Karena Allah membolehkan mahram wanita muslimah itu untuk meliat bagian tubuh wanita sampai batas tempat melekat perhiasannya. Sebagaimana firman Allah: “ ... Dan janganlah menampakkan periasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudarasaudara laki-laki mereka, atau putra-pura saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan.” (Q. S. An-Nur: 31). Maksud dari perhiasan dalam ayat tersebut menurut para ulama adalah tempat melekatnya perhiasan, seperti leher, pergelangan tangan, ataupun pergelangan kaki. Mahram boleh melihat sesuatu yang biasa tampak dari aurat seorang wanita, seperti anggota-anggota wadhunya. Adapun bila wanita berada di rumah mereka, dan di sana terdapat laki-laki asing (non-mahram) yang memungkinkan lelaki itu memandangnya, wanita muslimah wajib mengenakan pakaian yang menutup semua aurat (al-tsaub), ditambah dengan kain kerudung (khimar) yang menutupi kepala hingga batas dada. Sebagaimana firman Allah: “Katakanlah kepada perempuan yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung hingga batas dadanya ... ” (Q. S. An-Nur: 31). Selain beraktivitas di kehidupan khusus, tentu wanita tidak bisa menghindarkan dirinya untuk beraktivitas di kehidupan umum atau di tempat-tempat umum ketika dia bertemu dengan lelaki asing (nonmahram). Pada kehidupan umum inilah wanita disyariatkan mengenakan pakaiantambahan untuk menutup auratnya, yaitu jilbab. Perinta Allah untuk mengenakan jilbab yaitu: “Hai Nabi! Katakanlah kepada istriistrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya merekalebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-Ahzab: 59). Ulama berbeda pendapat dalam mengartikan jilbab, ada yang mengartikan jilbab itu khimar (yang menutupi kepala, leher, hingga batas dada). Ada yang mengartikan jilbab adalah miqna’ah (kain yang menutup kepala dan muka). Ada yang mengartikan milhafah (mantel). Ada pula izar (baju layaknya selimut yang menyelubungi badan). Ada pula mula’ah (baju kurung yang memiliki lengan). Bab lima berjudul Berpakaian tetapi Telanjang. Rasul bersabda: “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggaklenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperi itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (H. R. Muslim) (Siauw, 2015b: 90). Dan satu hadis yang berbunyi: “ ... wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan berlenggak-lenggok guna membuat manusia memandangnya, mereka tidak akan masuk surga dan tidak mencium aromanya. Padalah aroma surga bisa dicium dari jarak 500 tahun ...” (H. R. Imam Malik) (Siauw, 2015b:91). Pengertian berpakaian tetapi telanjang menurut Imam An-Nawawi ada yang bermakna hakiki dan makna esensi. Semuanya adalah benar dan harus dihindari oleh muslimah yang ingin taat kepada Allah (Siauw, 2015b: 92). Ulama menyepakati maksud berpakaian tetapi telanjang adalah memakai pakaian tipis, atau menyingkap sebagian aurat. Sedangkan kata berlenggak-lenggok di dalam hadis itu adalah wanita yang tidak menjaga kehormatan dan kemaluan mereka, yaitu dengan berjalan menggoyangkan pundak mereka hingga diperhatikan lelaki. Mereka cenderung suka dengan perhatian lelaki ataupun yang tingkahnya ditujukan untuk menggoda lelaki (Siauw, 2014: 93). Bab eman berjudul Tabarruj. Allah berfirman dalam surat An-Nur ayat 31 “... hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya ...”. Perintah ini berlaku tidak hanya bagi wanita Islam tetapi juga untuk lakilaki Islam, artinya sama-sama menjaga. Karenanya seorang muslimah dilarang mendandani diri dengan pakaian ataupun berhias dengan sesuatu yang dapat menarik perhatian laki-laki. Syariat menyebut perilaku semisal dengan nama tabarruj (berhias yang berlebihan). Allah berfirman: “dan janganlah kamu bertabarruj dengan tabarruj jahiliyyah terdahulu.” (Q.S. Al-Ahzab: 33). Tabarruj bisa terjadi dengan dandanan wajah, bisa pula dengan menggunakan parfum, atau mengenakan pakaian yang bercorak mentereng, bertingkah genit, dan menggoda lelaki dengan ucapan ataupun gaya jalan, atau menggunakan hijab yang tidak sempurna semisal ketat, transparan, atau menyingkap sebagian aurat yang harusnya tertutup (Siauw, 2015b: 104). Indikasi kebolehan membuka jilbab bagi wanita tua yang sudah menopause yaitu firman Allah: “Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin nikah (lagi), tiadalah atas mereka dosa meninggalkan pakaian luar (jilbab) mereka dengan tidak (bermaksud) bertabarruj. Dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q. S. An-Nur: 60). Bab tujuh berjudul Hijab Bukan Periasan. Hijab adalah identitas wanita muslimah. Hijab ditujukan untuk menutupi perhiasan wanita dan melindungi keindahannya, bukan justru menjadi perhiasan baru atau pengganti keidahan. Karenanya, kerudung bukanlah pengganti keindahan rambut hingga dibentuk menyerupai rambut, bahkan untuk mendapat perhatian yang lebih dari sekedar rambut. Jilbab bukan pengganti kemolekan tubuh, yang ketat lalu menunjukkanlekuk badan. Rasulullah bersabda: “Siapa yang mengenakan pakaian popularitas (syuhrah) di dunia, maka Allah akan kenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari kiamat.” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2015b: 115). Jadi hakikat jilbab adalah melindungi keindahan wanita hingga ia tidak menjadi perhatian lelaki. Karena wanita terlalu berharga untuk menjadi bahan perhatian semata (Siauw, 2015b: 118). Bab delapan berjudul Kata Orang, berisi motivasi untuk mengabaikan komentar miring tentang wanita berhijab. Sudah sewajarnya seseorang mencari teman dalam kesalahan dan biasanya yang menjadi kompor bagi muslimah untuk menanggalkan hijabnya adalah meraka yang tidak berhijab. Kasarannya ingin mendapat teman sebanyak-banyaknya dalam bermaksiat, hingga seolah-olah apa yang dilakukan dianggap benar karena banyak pendukungnya. Kemudian diingatkan pada suatu hadis: “Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mengajak kepada suatu petunjuk, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka. Dan barang siapa yang mengjak pada suatu kesesatan maka dia memperoleh dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa-dosa mereka.” (H. R. Muslim) (Siauw, 2015b: 135). Bab sembilan berjudul Berhijablah dan Taatlah. Disampaikan bahwa hijab bukanah pernyataan ‘aku sudah baik’ atau ‘aku tiada dosa’. Hijab sederhananya pernyataan ‘aku ingin taat’ (Siauw, 2015b: 140). Hijab adalah usaha muslimah untuk menjauhi maksiat. Hijab memberikan sebuah pengingat bagi diri untuk senantiasa menjauhi dosa. Bahkan berhijab itu sendiri sudah menghindarkan diri dari dosa mengumbar aurat. Udah Putusin Aja dengan tebal 180 halaman adalah buku yang bermuatan dakwah, disajikan beberapa bab yang mengupas tentang maksiat pacaran di dalam Islam, bagaimana menghindarinya, dan bagaimana move on bagi yang telah menyudahi maksiat. Buku Udah Putusin Aja terdiri dari sebelas poin yaitu: cinta itu fitrah; salahkah merasa?; pacaran tanda dewasa atau beradegan dewasa?; pacaran dalam pandangan Islam; udah putusin aja; bagi yang sudah siap; khitbahta’aruf bagi yang sudah siap; bagi yang belum siap; udah putus, galau nih! Gimana bisa move on?; yang muda yang bercinta; kapan aku menikah?. Cinta adalah pemberian Allah dan karunia-Nya. Allah menanamkan rasa cinta pada jiwa sebagai bentuk dari rasa cinta-Nya agar manusia berfikir tentang-Nya. Allah yang menjadikan rasa cinta antara jenis yang berlawanan, sama seperti Allah jadikan rasa cinta manusia terhadap apapun yang diinginkan di dunia. Cinta bagi manusia adalah bagian dari fitrah, bagian dari naluri-naluri, al-ghara’iz. Al-ghara’iz adalah naluri-naluri yang tidak dapat diindra mata, namun terdapat pada manusia dan ia menuntut pemenuhan. Maka wajar saat seseorang sudah balig, ia mulai merasakan naluri ini. Bukan sebagai tanda yang salah, namun sebagai indikasi bahwa ia sudah siap melanjutkan keturunan. Bila cinta adalah karunia Allah, mustahil Allah mengaruniakan sesuatu yang buruk. Cinta bisa dimaknai sebagai potensi maksiat, juga bisa dimaknai sebagai potensi taat. Makna cinta itu luas, maka jangan disempitkan dengan syahwat. Islam adalah agama yang mengajarkan cinta kasih. Islam tidak pernah mengharamkan cinta, Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan pada koridor yang semestinya. Islam mengatur bagaimana menunaikan cinta kepada orang tua, cinta kepada saudara seiman, kepada sesama manusia, juga tentu cinta kepada lawan jenis. Bila berbicara cinta antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah pernikahan yang dengan semuanya cinta jadi halal dan penuh berkah (Siauw, 2013: 23). Islam melarang bentuk interaksi cinta yang tidak halal. Karena, Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-kerusakan yang dapat terjadi pada manusia itu sendiri. Aturan Islam sederhana, bila cinta datangi walinya dan menikahlah, bila belum siap perisapkan diri terlebih dahulu. Islam tidak mengenal hubungan prapernikahan semisal pacaran dan pertunangan (Siauw, 2013: 30). Kebanyakan muslim, khususnya remaja, beranggapan bahwa pacaran adalah tanda kedewasaan. Alasan berkenalan sebelum menikah adalah klise. Bukan pacaran namanya jika tidak berpegangan, berciuman, meraba-raba, atau segala perbuatan lain yang meninggikan syahwat. Tidak diragukan lagi bahwa pacaran adalah jalan bebas hambatan menuju zina dan ini hal yang sangat memprihatinkan (Siauw, 2013: 33). Disajikan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang melakukan penelitian di 12 kota besar di Indonesia pada tahun 2007: 92% pelajar melakukan kissing, petting, dan oral sex; 62% pernah melakukan hubungan intim; 22,7% siswi SMA pernah melakukan aborsi (Siauw, 2013: 34). Bila melihat fakta ini, seharusnya wanita sadar bahwa pacaran bukanlah aktivitas yang aman baginya dan bagi masa depannya. Pacaran dalam pandangan Islam, Islam memandang lelaki dan wanita sama dalam penciptaan dan kemuliaannya, namun berbeda dalam hal fungsi dan penempatannya. Islam memberikan porsi khusus kepada wanita yang tidak diberikan kepada lelaki, begitupun sebaliknya. Karena itulah, aktivitas lelaki dan wanita dibedakan. Dalam kehidupan Islam sebagaimana yang dapat dibaca dalam sejarah Rasulullah atau buku-buku yang dapat menggambarkan kehidupan pada masa Rasulullah, aktivitas kaum lelaki dan wanita terpisah, kecuali dalam aktivitas khusus yang diperbolehkan syariat (jual beli, belajar mengajar, ibadah semisal haji dan umrah, berjihad di jalan Allah, dan segala aktivitas syar’i yang menuntut adanya interaksi). Selain itu, wanita harus menutup aurat di hadapan lelaki bukan mahramnya, menundukkan pandangan, menjaga kehormatan dan kemuliaan di hadapan lelaki. Tidak melakukan tabbaruj yang dapat menggoda lelaki. Islam juga mewajibkan wanita bepergian dengan mahram, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang mengundang fitnah bagi dirinya semisal berkhalwat. Islam juga memberikan batasan bagi muslim secara umum untuk meminta izin dan memberikan salam sebelum memasuki rumah yang bukan rumahnya. Sehingga wanita di dalam rumah yang tidak menutup aurat bisa mempersiapkan diri sebelum menerima tamu (Siauw, 2013: 41). Dalam shalat lelaki diperintahkan oleh Rasulullah untuk melakukannya secara berjamaah di masjid, tidak diperintahkan bagi wanita walau boleh saja mereka ikut berjamaah di masjid. Saat melakukan shalat Rasulullah memisahkan barisan antara lelaki di depan dan wanita di belakang. Pemisahan ini bukan ditujukan untuk mengekang dan menyusahkan, tetapi menjaga kehormatan dan kemuliaan wanita itu sendiri, menjaga masa depannya agar penuh dengan kebaikan (Siauw, 2013: 42). Karena, Islam adalah agama preventif, Allah melarang keras untuk mendekati zina, apalagi melakukannya. Maka Islam menutup jalan untuk menuju perzinaan. Islam mengharamkan aktivitas interaksi antara lelaki dan wanita yang tidak berkepantingan syar’i seperti jalan-jalan bersama, pergi ke masjid atau kajian Islam, bertamasya, nonton bioskop, dan sebagainya. Aktivitas ini adalah pintu menuju kemaksiatan yang lain (Siauw, 2013: 44). Rasulullah bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia berkhalwat dia dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita tersebut karena setan menjadi yang ketiga di antara mereka berdua.” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2013: 45). Cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan hanya kemarin dan kini, tapi nanti (Siauw, 2013:54). Lelaki harus tahu arah saat melangkah, wanita seharusnya tahu bagaimana bertingkah. Bagi lelaki yang tidak lulus ujian tanggung jawab dan komitmen, merekalah yang akhirnya masuk dalam jurusan pacaran. Cinta disempitkan dalam arti pacaran, yang terbatas pada rayuan palsu dan gandengan tangan. Padahal pendamping yang saleh tiada pernah didapatkan dari proses pacaran, karena kesalehan dan kebatilan jelas bertentangan (Siauw, 2013: 56). Jalan yang baik diawali dengan perbuatan yang baik, bukan sebaliknya. Jalan pernikahan yang mulia pun tidak diawali dengan pacaran yang nyata-nyata dilarang Allah. Ketaatan kepada Allah yang merupakan nyawa setiap bahtera rumah tangga haruslah dilatih dari awal. Pasangan yang baik juga datang dari awal yang baik (Siauw, 2013: 59). Lelaki sejati bukanlah lelaki yang pandai mengkaji Al-Qur’an semata, tapi lelaki sejati adalah yang mengkaji dan memahami Islam. Hukum syariat adalah koridornya, karenanya dia tidak akan pernah merugikan wanita yang menjadi istrinya. Lelaki sejati bertanggung jawab kepada umat muslim dan mendakwahkan Islam kepada mereka. Perlu diketahui bahwa pacaran selalu dimulai dengan pengorbanan dan diakhiri saat ada korban. Sebelum semua terjadi, baik kiranya akhiri sekarang (Siauw, 2013: 68). Ada budaya yang didakwahkan oleh kapitalis hedonis misalnya valentine day. Valentine day dijadikan sebagai hari untuk menyatakan cinta, mencari pacar, melakukan aktivitas maksiat dengan kehormatan sebagai taruhan. Remaja memang menjadi target utama dalam menjajakan cinta palsu, yaitu sejenis cinta berbalut syahwat. Wajar saja kenapa remaja yang dipilih, karena masa remaja adalah saat-saat mencari jati diri. Remaja bisa cepat berubah mengikuti lingkungannya. Bila lingkungannya baik, dia ikut baik, bila lingkungannya buruk, dia ikut buruk. Bagi remaja, interaksi antara lawan jenis memang paling menarik (Siauw, 2013: 71). Karena itulah kalangan-kalangan yang tidak suka kepada Islam terus mempropagandakan segala sesuatu yang baerkaitan dengan kenikmatan interaksi lawan jenis, baik hiburan visual-audio, seperti film, sinetron, atau bioskop, bisa juga hanya audio, seperti musik, atau visual-audio, kinetik, seperti pacaran. Allah berfirman: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah ‘sesunggunya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)’. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan Penolong bagimu.” (Q. S. Al-Baqarah: 120). Islam tidak pernah bertentangan dengan fitrah manusia (Siauw, 2013: 84). Dalam Islam, pernikahan adalah jalan untuk menyalurkan cinta dengan bertanggung jawab dan penuh komitmen. Rasulullah bersabda: “Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian berkemampuan untuk menikah, menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membenengi kemaluan. Dan barang siapa belum mampu, hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.” (H. R. Bukhori dan Muslim) (Siauw, 2013: 85). Kemampuan yang dimaksud di sini bukanlah dilihat dari harta, keturunan, atau status sosial, melainkan dari agama semata (Siauw, 2013: 85). Rasulullah bersabda: “Seorang wanita dinikahi kerena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang taat agamanya (memahami Islam), niscaya kamu akan beruntung.” (H. R. Bukhori dan Muslim) (Siauw, 2013: 86). Allah berfirman: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q. S. An-Nur: 32). Islam memandang wanita itu suci dan makhluk terhormat, karenanya Islam merancang sebuah jenis interaksi yang tiada merugikan wanita atau lelaki yang telah sampai pada kemampuan dan kesiapan, lalu menginginkan untuk menikah. Rancangan itu ialah dengan proses khitbah (peminangan) dan ta’aruf (perkenalan). Lelaki atau wanita yang sudah mampu dan siap membina rumah tangga, maka boleh bagi mereka menentukan calon yang mereka sukai karena Allah pun telah membolehkannya: “Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang kalian senangi.” (Q. S. An-Nisa: 3). Bila sudah mendapatkan yang disenangi kemudian dilanjutkan dengan proses khitbah. Khitbah adalah sebuah pernyataan peminangan dari seorang lelaki kepada seorang wanita atau walinya, agar wanita itu bersedia menikahinya dan membina keluarga bersamanya. Berlaku juga sebaliknya dari wanita kepada lelaki (Siauw, 2013: 99). Boleh saja untuk menolak saat dipinang bila yang meminang tidak disukai atau tidak memenuhi syarat yang diinginkan oleh yang dipinang. Pembeda khitbah-ta’aruf dengan pacaran ada dua hal, yaitu: petama adalah akad yang jelas kapan khitbah-ta’aruf itu akan diakhiri dengan pernikahan dan kedua adalah tidak ada interaksi ta’aruf yang berkhalwat atau ada mahram wanita yang terlibat saat terjadi interaksi. Materi ta’aruf adalah bertanya tentang masa depan, visi keluarga yang akan dibangun, nilai-nilai yang dianut, mengevaluasi pemahaman agama yang menjadi tiang pernikahan, menanyakan kepribadian masing-masing, cara pandang, sikap, dan sebagainya. Dalam berinteraksi tidak perlu menyematkan kata-kata cinta yang membuai. Kaidah selanjutnya adalah Islam melarang lelaki muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain. Bila belum siap seharusnya tahu batas kemampuan diri dan jangan dulu melakukan interaksi. Jangan memulai apa yang tidak bisa diselesaikan. Nikahi atau sudahi, halalkan atau tinggalkan (Siauw, 2013: 121). Alihkan cinta ke jalan yang bermanfaat lagi halal juga berpahala. Berjuang di jalan Islam, misalnya, jadi pengemban dakwah Islam, dan menyampaikan kebaikan-kebaikan dari Allah dan Rasulullah kepada seluruh manusia (Siauw, 2013: 123). Beberapa poin yang bisa meminimalisasi galau karena cinta: 1) mengingat Allah akan membuat galau karena cinta menjadi ketenangan; 2) gabungkan diri dalam perjuangan Islam; 3) baca kisah-kisah Rasulullah, sahabat, dan panglimapanglima Islam; 4) temukan hobby positif yang bisa mengalihkan. Perlu diketahui, ada orang-orang kafir, munafik, dan musyrik yang sengaja ingin menjatuhkan agama Islam yang sempurna dengan berbagai upaya yang dilakukan. Mereka mengetahui bahwa pemuda adalah tumpuan umat, ketika rusak pemuda, rusaklah umat itu pada akhirnya (Siauw, 2013: 149). Tujuan mereka sangat jelas yaitu menjauhkan pemuda dari Islam. Membuat pemuda Islam berpikir bahwa pengajian itu kolot, Islam itu ketinggalan zaman, aturan Allah itu kejam, dan lain sebagainya. Satu-satunya yang mereka khawatirkan adalah apabila Al-Qur’an dan Sunnah menyatu dalam akal dan perasaan setiap pribadi pemuda di dalam masyarakat dan menjelma menjadi peraturan hidup yang diterapkan secara formal dalam kehidupan (Siauw, 2013: 150). Banggalah menjadi muslim yang menempatkan Allah lebih dari seluruh ciptaan-Nya. Halalkan yang Allah halalkan, haramkan yang Allah haramkan. Bila belum sanggup mengikat cinta, bersabar adalah pilihan yang utama. Bersabar untuk masa depan, masa yang lebih lama. Allah sayang kepada hamba-hamba-Nya yang berserah dan menjaga diri. Terlebih lagi pemuda yang memperhatikan harga diri (Siauw, 2013: 153). Tujuan pernikahan adalah ibadah. Dengan itu, seorang muslim akan mendapat kesempatan untuk menjadi pemimpin bagi anak-anaknya agar beriman kepada Allah. Muslimah juga mendapatkan kesempatan untuk menjadi pendidik dan pembina genetasi Islam ke depan yang tangguh dan bertakwa (Siauw, 2013: 161). Pernikahan yang bernilai ibadah dapat dicapai dengan dua sebab yaitu: sebab langsung dan sebab tak langsung. Sebab langsung adalah sebab-sebab yang secara langsung memiliki hubungan dengan akibat yang diharapkan. Sebab tak langsung adalah perkara-perkara yang tidak langsung, yang diminta kepada Allah. Pernikahan bukanlah sebuah bahtera yang hanya bisa dijalani dengan cinta. Ia perlu ilmu yang tunjukkan terang agar terang jalannya (Siauw, 2013: 176). Beyond The Inspiration merupakan buku setebal 267 halaman yang mengingatkan suatu masa di mana Islam diingat sebagi suatu peradaban yang terbesar dan terhebat, memberikan kontribusi yang tak terhitung banyaknya dalam bidang sains dan kesejahteraan umat manusia. Islam kala itu diingat bukan hanya sebagai agama, tapi inspirasi agung bagi umatnya dalam menorehkan catatan sejarah dunia dengan tinta emas. Namun pada saat ini, kebanyakan manusia tidak lagi mengingat Islam sebagai inspirasi yang membuat umatnya tegak di hadapan umat lain, namun kaum muslim dikenal sebagai umat pesakitan, terpuruk dalam berbagai bidang kehidupan. Bahkan kaum muslim lupa akan jati diri mereka. Pasti ada sesuatu yang diterapkan di masa lalu yang tidak diterapkan di masa kini. Tujuan penulisan buku Beyond The Inspiration dapat diketahui pada muqaddimahnya yaitu pada kalimat maka satu-satunya pilihan saya, adalah menunaikan kewajiban dakwah mengembalikan kehidupan Islam ke tengahtengah masyarakat (Siauw, 2014c: i). Buku Beyond The Inspiration terdiri dari sembilan pokok bahasan yaitu: Prologue, Life is Choice, Get The Guidance Easier, The Way To Belief, The True Shahadah, As Allah Assign, Beyond The Inspiration, Living After Life, Epilogue. Berikut peneliti paparkan isi dari buku Beyond The Inspiration. Ada sesuatu yang telah hilang dari Islam. Sesuatu yang telah hilang inilah yang akhirnya menimbulkan ketakutan kaum muslim yang luar biasa terhadap Islam. Sesuatu yang telah hilang ini, telah menjadikan virus ketidak percayaan dan ketakutan pengemban dakwah Islam untuk menyuarakan Islam yang mulia. Sesuatu yang telah hilang ini pun, mengakibatkan pemuda-pemuda Islam hidup tanpa tujuan yang jelas, mereka menjadi ilmuwan tanpa agama dan menjadi ahli ibadah tanpa ilmu dunia. Ingin dunia tinggalkan agama dan ingin agama tinggalkan dunia. Keterpurukan umat diakibatkan pada kesalahan dalam membuat pilihan. Padahal hidup adalah pilihan (Siauw, 2014c: 8). Kita akan hidup berdasarkan pilihan-pilihan yang kita buat, kita akan dinilai dengan pilihanpilihan yang kita buat, kita akan dihargai sesuai dengan pilihan yang kita buat, kita akan menjadi seperti apa yang kita pilih dalam setiap segmen dari kehidupan kita. Apa yang terlihat di hari ini adalah hasil pilihan di masa lalu. Kehidupan di masa depan akan ditentukan oleh pilihan saat ini. Kemarin telah berlalu, dan hari esok masih sesuatu yang ghaib, sesungguhnya hari ini adalah milik kita, dan kita memiliki kendali untuk mengisi hari ini dengan pilihan-pilihan. Apabila menginginkan keadaan berubah maka konsekuensinya adalah segera mengganti pilihan-pilihan yang sudah dibuat. Kesungguhan dan keseriusan seseorang dalam mewujudkan keinginan masa depannya dapat dinilai dari pilihan-pilihan yang mereka buat saat ini. Kesungguhan adalah niat yang kuat dan tidak akan putus sebelum keinginannya tercapai. Keseriusan adalah melakukan aksi konkret yang relevan dengan besarnya keinginan (Siauw, 2014c: 16). Hidup senantiasa dihadapkan pada hambatan. Memilih fokus pada tujuan merupakan pilihan. Seorang visioner akan mengubah fakta agar sesuai dengan tujuannya (Siauw, 2014c: 18). Seorang muslim yang menentukan bahwa pilihannya adalah surga Allah, selalu akan menginvestasikan setiap waktu, tenaga, harta, diri, keluarga, bahkan nyawanya di jalan Allah. Dia pun akan menjalani setiap konsekuensinya dengan penuh kesadaran, ketaatan, dan keikhlasan sebagai bagian yang harus dia jalani. Dia tidak akan pernah jemu untuk menjalankan setiap perintah Allah seberapapun sulitnya. Dia akan menghormati orang tuanya, menyayangi anak-anaknya, dan mencintai istrinya sebagaimana dia sangat memedulikan sesamanya. Dia tidak akan bosan menolak segala bentuk kemaksiatan. Dia akan menolak riba dalam bentuk apapun, menjauhi zina dan khalwat, mencegah dirinya dari suap dan disuap, serta menggunjing dan menghibah saudaranya (Siauw, 2014c: 28). Pada judul Get The Guidance Easier berisikan bagaimana memaknai takdir, kaidah pertama dalam memahami takdir tidak boleh mencampur adukkan antara aktivitas Allah dan aktivitas manusia. Maksud dari aktivitas Allah adalah seluruh amal yang dilakukan oleh Allah dan bersifat ghaib, hal ini terbagi menjadi tiga macam yaitu: 1) ilmu Allah, yaitu bahwa Allah mengetahui semua hal yang terjadi baik dahulu, sekarang maupun yang akan datang; 2) kehendak Allah, yaitu bahwa setiap yang besar dan kecil, yang terjadi di muka bumi ini semuanya terjadi karena kehendak Allah; dan 3) lauhul mahfudz, yaitu bahwa setiap yang terjadi pada seluruh kehidupan sesungghnyan terlah tertulis dalam lauhul mahfudz. Sedangkan aktivitas manusia terbagi menjadi dua macam yaitu: 1) peristiwa akativitas yang ada pilihannya atau bisa dikendalikan; dan 2) peristiwa aktivitas yang tidak dapat dikendalikan atau dipilih. Dalam aktivitas yang dapat dikendalikan maka akan dimintai pertanggungjawaban. Sedang aktivitas yang tidak dapat dikendalikan tidak akan dimintai pertanggungjawaban. Untuk meraih kemuliaan, petunjuk teknis yang diikuti adalah akal, wahyu, dan taufiq. Allah memberi akal pada manusia agar manusia dapat menerima wahyu dan bila manusia bersungguh-sungguh dalam memahami wahyu, maka Allah akan menurunkan taufiq. Taufiq adalah pemberian Allah pada hambahamba-Nya yang meminta kepada-Nya (Siauw, 2014c: 76). The Way to Belief berisikan bagi sebagian besar kaum muslim, Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna dan paripurna. Allah menjamin dalam Al-Qur’an: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmad bagi semesta alam.” (Q. S. Al-Anbiyaa: 107). Dan “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan berimanlah kepada Allah.” (Q. S. Ali Imran: 110). Namun, sementara ini kaum muslim menjadi kaum pesakitan yang terpuruk. Contoh di negeri ini, kaum muslim menjadi mayoritas yang terminorkan dalam segala segi, baik secara ekonomi, politik, hukum, budaya, maupun pendidikan dan kesehatan. Semua ini menghantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa ada sesuatu yang salah pada diri kaum muslim dengan keislamannya. Gelar umat terbaik dan rahmad bagi semesta belum dapat terbukti. Tetapi, setiap masalah pasti memiliki sebab dan akibat. Apabila salah menganalisis dan menentukan mana yang merupakan sebab dan mana yang menjadi akibat, pasti akan salah dalam menentukan solusi (Siauw, 2014c: 86). Kemiskinan, ketertinggalan teknologi, akhlak yang buruk, pendidikan yang parah, pergaulan yang amburadul harusnya bukanlah sebab yang menjadikan kaum muslim terpuruk. Lebih tepatnya ini adalah akibat, bukan sebab. Dalam sejarah dunia, peradaban-peradan yang maju untuk memimpin dunia semuanya memiliki satu kesamaan, yaitu meningkatnya taraf berfikir. Meningkatnya taraf berfikir akan membawa perubahan pada sistem pendidikan, ekonomi, sains dan teknologi, akhlak dan lainnya. Meningkatnya taraf berfikir akan mengkristalisasi dan membentuk suatu cara pandang seseorang terhadap kehidupan yang lazim disebut sebagai way of life (Siauw, 2014c: 87). Way of life inilah yang nantinya akan menjadi standar kolektif umat, suatu dasar dimana pemikiran lain akan dibangun di atasnya, way of life akan mempersatukan umat dalam ikatan pemikiran yang sama, selanjutnya akan menarik mereka menuju kebangkitan dan kepemimpinan atas umat lainnya. Inti dari way of life terletak pada tujuan hidup yang mereka rumuskan, yang akhirnya menentukan pandangan terhadap kehidupan. Tujuan manusia hidup di dunia haruslah datang dari sumber yang valid dan dapat diandalkan, yang berasal dari penciptanya, manual instruction yang bersal dari penciptanya. Dari manual instruction inilah manusia akan mengetahui fungsi-fungsi kehidupannya di dunia, fitur-fiturnya, bagaimana cara mengoperasikan, dan penyelesaian masalah yang mungkin timbul. Manual instruction ini adalah Al-Qur’an, tantangan untuk seluruh jin dan manusia agar membuat ayat semisal Al-Qur’an adalah segel yang datang dari Sang Pencipta. Dengan bekal Al-Qur’an adalah manual instruction yang benar, dapat ditemukan bahwa nama Tuhan itu adalah Allah dan tujuan hidup adalah beribadah kepada Allah secara total. Ibadah dalam Islam tidak boleh diartikan sebagai sesuatu yang bersifat sempit yang hanya berkisar sekitar ibadah mahdhah atau ibadah ritual (Siauw, 2014c: 121). Tetapi, ibadah dalam arti sesungguhnya adalah setiap aktivitas manusia yang disesuaikan dengan kehendak Allah. The True Shahadah, iman adalah kondisi yang menjadikan seseorang menjadi muslim, dan kunci keimanan terletak kali pertama mengucapkan syahadatain. Sehingga seorang muslim harus benar-benar memahami arti dari kalimat syahadat, kosekuensinya, dan bagaimana metode untuk membentuk keimanan dari kedua kalimat syahadat tersebut. Syahadat tidak hanya dimaknai aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Tetapi juga harus berkonsekuensi menjadikan Allah sebagai Tuhan sekaligus sesembahan. Syahadat akan menghasilkan iman kemudian iman akan dibina oleh akal. Akal adalah pembeda satu-satunya antara manusia dan hewan, yang dengan akalnya manusia diperintahkan untuk beriman kepada Allah. As Allah Assign. Ada dua potensi kehidupan pada menusia pertama, potensi kehidupan yang membentuk keperluan jasadiyah (needs). Kedua, potensi kehidupan yang berupa keinginan naluriah (wants) (Siauw, 2014c: 156). Ketika manusia telah mendapatkan objek mana yang bisa memenuhi dan memuaskan needs dan wants maka selanjutnya dia melakukan suatu aktivitas sehingga aktivitas ini dapat memenuhi dan memuaskan needs dan wants. Pada titik inilah, manusia memerlukan aturan. Manusia adalah makhluk yang terbatas sehingga sangat masuk akal dan wajar apabila aturan yang dihasilkan akan terbatas. Satu-satunya opsi yang tertinggal hanyalah menggunakan aturan bukan makhluk. Standar yang berasal dari Sang Pencipta yang mengetahui manusia secara utuh dan aturan apa yang seharusnya digunakan dalam kehidupan adalah yang terbaik baginya. AlQur’an adalah job description manusia di dunia untuk menjalani tugasnya sebagai khalifah Allah di atas muka bumi (Siauw, 2014c: 171). Beyond the Inspiration, bisyarah adalah sebuah kabar gembira yang Allah turunkan kepada hamba-Nya, baik melalui Al-Qur’an ataupun melalui ucapan Rasulullah. Bisyarah adalah perlambang janji Allah dan menjadi penyemangat kaum muslim selama berabad-abad lamanya, kayakinan akan janji Allah ini terpatri kuat dalam jiwa kaum muslim dan menjadi harapan di tengah-tengah keputusasaan, mejadi pengingat dalam kealpaan dan menjadi sumber energi yang tidak terbatas sampai kapanpun. Melalui bisyarah inilah kaum muslim berjuang dan menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban dunia (Siauw, 2014c: 186). Dalam judul Beyond the Inspiration disajikan kisah Muhammad AlFatih berisi bisyarah yang dapat mengispirasi setiap muslim. Bisyarah Rasulullah yang disampaikan oleh Abdullah bin Amru kepada para sahabat: Abdullah bin Amru berkata, “ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah saw untuk menulis, tiba-tiba beliau saw ditanya tentang kota manakah yang akan ditakhlukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah saw menjawab, Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel).” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2014c: 191) dan bisyarah yang lain yaitu: “Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat amir (panglima perang) adalah amirnya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya.” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2014c: 192). Para sahabat adalah kaum yang sangat visioner (Siauw, 2014c: 192). Mereka menjadikan perkataan Rasulullah sebagai visi mereka. Hingga lahirlah pemuda bernama Sultan Muhammad II atau lebih dikenal dengan Muhammad Al-Fatih yang mewujudkan bisyarah tentang penaklukan Konstantinopel. Konstantinopel adalah kota yang terbesar dan terkaya di dunia selama Kekaisaran Romawi akhir (Siauw, 2014c: 194). Muhammad Al-Fatih adalah pribadi yang sangat sholih, qiyamul lail dan rowatib tidak pernah ditinggalkan. Sejak kecil Muhammad Al-Fatih dididik oleh ulama pilihan, Syaikh Aaq Syamsuddin yang mengajarkan disiplin ilmu hingga Muhammad Al-Fatih tumbuh menjadi remaja yang memiliki kepribadian unggul. Pada tahun 1453, di usia ke 21 tahun Muhammad Al-Fatih mampu memimpin pasukan dan berhasil menakhlukkan Konstantinopel. Living the Afterlife, pada judul ini berisikan tentang ajakan merenungkan kehidupan setelah kematian. Kehidupan ini adalah ruang tunggu. Artinya, hidup adalah menunggu akhir kehidupan. Hidup adalah pilihan, dan hanya ada dua jenis kematian yang dapat dipilih yaitu, husnul khotimah atau su’ul khotimah. Dampak dari mengingat mati adalah janji untuk mempersembahkan yang terbaik di jalan Islam. B. Pemikiran Sistem Pemerintahan Buku Khilafah *Remake setebal 296 halaman dibuat berdasarkan latar belakang Islam adalah agama yang sempurna. Namun, kesempurnaan Islam belum bisa terwujud dalam kehidupan, baik secara individual maupun secara masyarakat. Kaum muslim terpuruk di segala bidang kehidupan, baik ekonomi, peradilan, pendidikan, keamanan, dan sebagainya. Sehingga nama Islam secara keseluruhan menjadi buruk persepsinya. Tidak tertinggal pada kaum muslim yaitu anggapan sebagai teroris, penyebar agama pedang, dan pecinta anarkisme. Padahal pada suatu masa Islam pernah memimpin di segala bidang. Penemu paling awal di dunia sains, matematika, dan kesehatan. Buku ini akan mengungkap bagaimana mengembalikan kejayaan Islam. Daftar isi buku berisi: Mukaddimah; Pusat Dunia; Kebangkitan Islam; Surat Rasulullah; Kegemilangan Peradaban Islam; Islam Masa Kini; Why? Kenapa; Pilar Pertama: Indivudu yang Bertakwa; Pilar Kedua: Masyarakat yang Berdakwah; Pilar Ketiga: Negara Bersyariah; 3 Objek Seruan Hukum Allah; Problematika Umat; Aktivitas Rasulullah Sebagai Kepala Negara; Khilafah Islam; Kata Mereka Tentang Khilafah; Sebab-sebab Runtuhnya Khilafah; Sistem Pemerintahan Khilafah vs Sekular; Metode Pengangkatan Khalifah: Bai’at; Khilafah dan Bersatunya Umat Islam; Wajibnya Berjamaah; Menginginkan Islam Bangkit; Apa yang Harus Kita Lakukan Sekarang?; Tidak Semua Adalah Islam; Kesimpulan. Pada paragraf selanjutnya akan peneliti uraikan isi dalam buku Khilafah *Remake ini berdasarkan masing-masing judul. Pusat Dunia, dalam penelitian geologis menyatakan bahwa pusat dunia terletak di Timur Tengah. Jika wilayah lempeng bumi yang lain bergerak menjauh, maka wilayah Timur Tengah relatif tidak bergerak, atau bergerak sangat lambat. Di daerah Timur Tengah ini Allah mengutus para Nabi-Nya kepada umat manusia. Nabi Muhammad lahir, berdakwah, dan wafat di wilayah Timur Tengah. Di sinilah episode-episode terbesar sejarah dunia digelar, dan episode-episode sejarah itu terbagi menjadi tiga bagian (Siauw, 2014e: 15). Episode pertama berjudul Imperium Persia dengan luas wilayah 7.400.000 km2 selama 1.400 tahun, peninggalan sejarahnya berupa Cteshiphon. Episode kedua dinamai Imperium Romawi dengan luas wilayah 5.000.000 km2, peninggalan sejarahnya berupa Colloseum. Episode ketiga adalah Islam. Kebangkitan Islam. Pada tahun 622 Masehi terjadi peristiwa yang sangat monumental dalam sejarah Islam (Siauw, 2014e: 26). Tahun 622 Masehi juga menjadi awal tahun 1 Hijriyah. Peristiwa itu adalah hijrahnya Rasulullah Muhammad saw dari Makkah ke Madinah, kemudian menegakkan sesuatu yang para ulama sejarah dikenal dengan nama Daulah Islam Nabawiyyah atau disebut Negara Islam Nabi. Sebuah negara yang dipimpin Rasulullah sebagai kepala negaranya. Meski wilayah Islam hanya seluas Madinah, tapi ternyata tidak menghalangi Rasulullah untuk mempunyai visi yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia ataupun dinalar logika, yaitu menyebarkan Islam ke seluruh dunia (Siauw, 2014e: 31). Surat Rasulullah. Pada tahun 629 M, Allah memerintahkan Rasulullah untuk mengirim surat kepada seluruh pembesar-pembesar dunia untuk memeluk agama Islam. Heraklius Kaisar Romawi terkejut dengan isi surat yang sangat luar biasa itu. Heraklius yang luas pengetahuan itu kemudian berpikir keras, merenung, dan tertarik tentang Muhammad. Heraklius mulai meyakini bahwa Muhammad adalah seorang Nabi (Siauw, 2014e: 57). Kemudian Heraklius berdiskusi dengan pejabat-pejabatnya, yang isinya “Maukah anda semua memperoleh kemenangan dan kemajuan yang gemilang, sedangkan karajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau, akuilah Muhammad sebagai Rasulullah” (Siauw, 2014e: 58). Menyadari situasi dan kondisi tersebut, Heraklius berpikir dan merenungkan sejenak, betapa ia menjadi putus harapan, pesimis bahwa kaumnya dan rakyatnya akan beriman kepada kenabian Muhammad (Siauw, 2014e: 59). Surat Rasulullah juga sampai pada Kisra, Kaisar Persia. Raja Persia nampaknya orang yang mudah tersinggung, reaksinya sangat murka ketika membaca surat itu (Siauw, 2014e: 60). Pada saat itu umat Islam begitu berjaya di hadapan dunia. Dulu umat Islam berada di bawah satu komando. Dulu umat Islam masih berhukum kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kegemilangan Peradaban Islam. Saat umat Islam masih bersatu dan masih menerapkan Syariat Islam dalam naungan Khilafah Islamiah, saat itulah dicapainya kegemilangan peradaban Islam. Saat itulah bertaburan sosok- sosok ilmuwan yang hingga saat ini masih dirujuk oleh dunia Barat dan peradaban Islam menjadi peradaban terbaik (Siauw, 2014e: 74). Beberapa contoh ilmuwan Islam Ibnu Al-Haitsami memberi kontribusi dalam bidang matematika, fisika, dan astronomi. Abu Qasim Al-Zahrawi memeberikan sumbangan dalam bidang pengankatan janin. Kegemilangan lain juga ditandai dengan didirikannya perpustakaan, masjid, tempat pemandian umum, dan maristan. Islam Masa Kini. Kegemilangan di atas hanyalah masal lalu. Kini Islam dikenal beberapa orang sebagai teroris, ekstrimis, fundamentalis, dan segenap fakta buruk yang diingat orang misalnya korupsi, kemiskinan, putus sekolah, narkoba, prostitusi, kepemilikan negara asing atas wilayah migas dan batubara, dan perusakan hutan. Logikanya, pasti ada sesuatu yang diterapkan pada zaman keemasan dahulu, namun tidak diterapkan pada zaman sekarang. Fakta historis telah menunjukkan, bahwasanya ada tiga pilar yang selalu menyokong Islam hingga Islam tetap berjaya. Selama tiga pilar ini mewujud, maka Islam tetap dalam posisi teratas dalam perjalanan sejarah dunia. Pilar pertama adalah pilar individu yang bertaka kepada Allah, pilar kedua adalah pilar masyarakat berdakwah, pilar ketiga adalah pilar negara yang menerapkan syariah (Siauw, 2014e: 112). Pilar Pertama: Individu yang Bertakwa. Islam memiliki seperangkat aturan lengkap dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling kompleks (Siauw, 2014e: 116). Banyaknya aturan dalam Islam tidaklah bermaksud untuk menyusahkan pelakunya, melainkan untuk membentuk manusia terbaik di tengah-tengah umat lainnya. Ibadah-ibadah ritual dalam Islam, sejatinya adalah sebuah pelatihan terpadu bagi seorang manusia agar menjadi manusia yang terbaik, profesional, dan disiplin, serta bermanfaat bagi yang lainnya (Siauw, 2014e: 117). Seorang muslim yang bertakwa kepada Allah akan selalu menjauhi larangan Allah dan memburu ketaatan kepada-Nya, tidak akan mengambil yang bukan haknya, tidak akan menzalimi manusia, selalu berbuat adil, menepati janji dan menunaikan amanah. Hebatnya, kesemua itu bukan dilakukan demi manusia, hingga berkurang kadar kebaikannya tatkala tidak dilihat manusia. Semua itu dia lakukan karena Allah saja, hingga seorang muslim akan konsisten menjadi manusia terbaik di manapun dan kapanpun (Siauw, 2014e: 118). Pilar Kedua: Masyarakat yang Berdakwah. Allah perintahkan bagi masyarakat atau kelompok untuk berdakwah, dalam rangka menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Tidak semua individu sama kadar ketakwaannya kepada Allah. Ada yang masih tipis karena baru belajar, ada pula yang sudah tebal karena sering berlatih. Karenanya perlu dibangkitkan pada masyarakat sebuah kebiasaan saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran, agar yang salah bisa diingatkan dan bersemangat menuju kebaikan (Siauw, 2014e: 125). Masyarakat yang berdakwah dapat tercermin sebagaimana sabda Rasulullah dalam haditsnya: “Siapa yang melihat kemunkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah serendah-rendahnya iman.” (H. R. Muslim) (Siauw, 2014e: 126). Pilar Ketiga: Negara Bersyariah. Dalam sebuah hadits: “Madinah itu seperti tungku api (tukang besi) yang bisa membersihkan debu-debu yang kotor dan membuat cemerlang kebaikan-kebaikannya.” (H. R. Bukhari) (Siauw, 2014e: 137). Maksudnya “tungku api” di sini adalah sebuah sistem, dan tugas sistem adalah membuat seragam output (keluaran). Dalam hal ini, Daulah Madinah menjadi sebuah sistem yang menyeragamkan setiap individu di dalamnya menjadi individu yang baik (Siauw, 2014e: 138). Dengan kata lain, sistem Islam yang penuh dengan kebaikan yang diterapkan di tengah-tengah Daulah Islam Madinah itu akan mengarahkan dan memaksa orang-orang yang ada di dalamnya untuk menjadi baik. Demikian efektifnya sebuah sistem (Siauw, 2014e: 139). Masalah besar yang ada di tengah umat Islam adalah syirik modern bernama sistem sekularisme. Paham ini menganggap bahwa Allah hanya melihat kita pada saat-saat tertentu saja (Siauw, 2014e: 142). Rasulullah mencontohkan dua hal dalam kepemimpinannya, politik dan spiritual. Sayangnya Islam yang dicontohkan beliau yang menyatu dalam kedua sisi baik politik dan spiritual ini kebanyakan tidak dipahami dengan baik oleh masyarakat. Bahkan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai sumber pengetahuan Islam pun menganggap bahwa ide bersatunya politik dan spiritual Islam bukan berasal dari khasanah ilmu Islam (Siauw, 2014e: 149). Padahal Islam diturunkan Allah sempurna, karenanya mencakup segala solusi yang berkaitan dengan masalah manusia semisal ekonomi, politik, pemerintahan, budaya, pernikahan, dan hukum-hukum keseharian (Siauw, 2014e: 150). Jelaslah, bahwa Islam bukanlah agama ritual belaka (Siauw, 2014e: 156). 3 Objek Seruan Hukum Allah. Tiga objek ini meliputi Individu misalnya shalat, puasa, sedekah, tahajud, dan amal-amal lain tanpa memerlukan dukungan masyarakat atau individu lainnya (Siauw, 2014e: 169). Masyarakat misalnya shalat berjamaah di masjid, shalat jum’at, berdakwah menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran, dan lain sebagainya (Siauw, 2014e: 171). Negara misalnya hukum rajam bagi yang berzina, hukum potong tangan bagi para pencuri, penerapan sistem mata uang dinar dan dirham, pelarangan riba, seruan berperang atau berdamai oleh kepala negara, penunjukkan hakim dan pejabat-pejabat negara semisal wazir, mu’awin, amirul jihad, amil, wali, dan sebagainya (Siauw, 2014e: 173). Problematika Umat Hari Ini. Setiap perbuatan Nabi Muhammad baik dalam hal akhlak, ibadah, maupun setiap amal dan tindakan beliau semasa menjabat sebagai kepala negara Madinah, wajib kita teladani (Siauw, 2014e: 180). Maka mencontoh Rasulullah dalam shalat, sama wajibnya seperti mencontoh bagaimana Rasul mengangkat hakim dan menentukan cara penghakiman kepada manusia. Mencontoh Rasulullah banyak bersedekah, sama wajibnya mencontoh kebijakan Rasulullah dalam mengelola sumberdaya alam. Mencontoh akhlak Rasulullah dalam mempergauli manusia, sama wajibnya dengan mencontoh cara Rasulullah dalam menentukan politik ekonomi negara (Siauw, 2014e: 181). Khilafah Islam. “... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu ...” (Q. S. Al-Maidah: 3). Mengatakan bahwa aturan Islam hanya pantas berada di masjid dan tidak pantas untuk mengatur kehidupan sosial juga sama saja menyeru untuk beribadah kepada selain Allah. Karena berarti dia telah menyatakan bahwa ada masa dimana manusia beribadah kepada Allah, dan ada masa manusia tidak beribadah kepada Allah. Padahal Allah telah menentukan bahwa seluruh aspek kehidupan kita, 24 jam adalah hanya untuk beribadah kepada-Nya (Siauw, 2014e: 188). Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan. Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q. S. Al-Baqarah: 208). Maksud dari penguasa yang menerapkan syariah adalah negara yang menerapkan syariah Islam. Dalam terminologi Islam, negara yang menerapkan syariah Islam inilah yang dikenal dengan nama khilafah. Pendapat empat mazhab tentang wajibnya khilafah menurut Syaikh Abdurrahman Al-Jazini: “Para Imam Madzhab yang empat rahimahullah, telah sepakat bahwa Imamah (khilafah) itu fardu, dan bahwa kaum muslim itu harus memiliki seorang imam (khalifah) yang akan menegakkan syiar-syiar agama dan menolong orang yang dizhalimi dari orang-orang zalim. Mereka juga sepakat bahwa kaum muslimin dalam waktu yang sama di seluruh dunia tidak boleh mempunyai dua imam, baik keduanya sepakat atau bertentangan.” (Ibnu Hazm, Al-Fshlu fi Al-Milal wa Ahwa’wan Nihal Juz 4 halaman 78) (Siauw, 2014e: 204). Kata Mereka Tentang Khilafah. Peneliti kutipkan beberapa pendapat tentang khilafah: George W. Bush “Para pasukan perlawanan bersenjata itu meyakini bahwa dengan menguasai satu negara saja, hal itu akan menghimpun seluruh kaum muslim. Dimana hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghancurkan seluruh sistem di wilayah-wilayah itu, dan mendirikan kerajaan fundamentalis Islam dari Spanyol hingga ke Indonesia.” (2005). “Khilafah ini akan menjadi imperium Islam totalitarian yang meliputi seluruh wilayah muslim saat ini dan yang terdahulu, yang membentang dari Eropa sampai Afrika Utara, Timur Tengah, sampai ke Asia Tenggara.” (2006). Tony Blair “Kita sesungguhnya sedang menghadapi sebuah gerakan yang berusaha melenyapkan negara Israel dan mengusir Barat dari dunia Islam serta menegakkan Daulah Islam tunggal yang akan menjadikan syariat Islam sebagai hukum dunia Islam melalui penegakkan khilafah bagi segenap umat Islam.” (2005) (Siauw, 2014e: 210). Pendapat Hasan Al-Banna “Khilafah adalah bentuk persatuan Islam, dan manifestasi dari hubungan antara kaum muslim dan institusi Islam mereka, yang mereka wajib untuk memikirkannya dan berkonsentrasi dengan isu ini. Taqiyuddin An-Nabhani berpendapat “Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum muslimin seluruhnya di dunia, untuk menegakkan hukum-hukum syariah Islam dan mengemban dakwah Islamiyah ke seluruh dunia.” (Siauw, 2014e: 213). Sebab-sebab Runtuhnya Khilafah. Faktor eksternal, evolusi politik dan ekonomi serta sosial yang menjadikan Barat sebagai standar hukum militer, keuangan, ekonomi dan mengambil hukum-hukum diadopsi oleh khilafah. Yeniseri dibubarkan, negara melemah (Siauw, 2014e: 220). Pengaruh filsafat Hindu dan Yunani, pemahaman menyatnya manusia dan Tuhan. Tatkala menaklukkan wilayah-wilayah yang mempunyai filsafat mendalam seperti Yunani dan Persia serta India, kaum muslim menghadapi serangan pemikiran oleh filsafat (Siauw, 2014e: 221). Ghazwul fikri Yahudi dan Nasrani, pada abad ke-17 Masehi Yahudi dan Nasrani mendirikan universitas di wilayah khilafah dan akhirnya menguasai percetakan media dan opini serta ekonomi, pada gilirannya orang-orang Yahudi dan Nasrani inilah yang menyiasati gerakan Turki Muda yang menuntut deformasi khilafah, gerakan Tanzimat Barat juga mengusahakan agar kaum muslim menjadikan Barat sebagai kiblat, kaum Arab mengadakan revolusi Arab yang bertujuan untuk memisahkan diri dari khilafah, Inggris lewat agen-agennya berusaha menanamkan pemahaman racun kepada kaum muslimin, Rusia dan Jerman serta Australia mengadakan serangan fisik pada khilafah yang mulai melemah dan menggerogoti khilafah (Siauw, 2014e: 222-223). Faktor internal, ditinggalkannya bahasa Arab sebagai bahasa Islam, terjadi pemisahan potensi agama dan potensi bahasa, sedangkan Islam tidak mungkin dipahami tanpa bahasa Arab. Ditutupnya pintu ijtihad, pemahaman Islam menjadi lemah dan penyelesaian masalah menjadi tumpul. Sekularisme, terciptanya awal pemahaman sekular bahwa Islam hanya cukup dengan ibadah ritual saja tidak perlu ibadah politik dan sosial. Cinta dunia takut mati, kemenangan berturut-turut menjadikan kaum muslim terlena untuk menikmati dunia dan melupakan Allah sebagai motivasi utama (Siauw, 2014e: 223-225). Setelah memahami bagaimana runtuhnya khilafah, muncul pertanyaan kapan Islam akan bangkit, dengan cara apa Islam akan bangkit, dan bagaimana prosesi kebangkitan Islam. Sistem Pemerintahan Khilafah vs Sekular. Sistem pemerintahan khilafah dalam pemerintahan Islam, kekuatan (power) memang ada di tangan umat, namun kedaulatan (soveregnity) ada di tangan Allah semata sebagai penentu baik dan buruk. Maka umat mengangkat khalifah bukan untuk membuat hukum atau menentukan hukum, tetapi khalifah adalah pelayan rakyat yang diangkat untuk menjamin diterapkannya syariat Islam (AlQur’an dan Sunnah) bagi seluruh umat (Siauw, 2014e: 230). Dalam pemerintahan sekular, kekuatan dan kedaulatan dianggap di tangan rakyat, sehingga rakyat yang berhak menentukah hukum bagi mereka sendiri. Masalahnya tidak mungkin rakyat berkumpul semua dan berembuk menentukan hukum, sehingga kemudian ada proses perwakilan. Di sini muncul masalah karena tatkala wakil mendapatkan kekuatan menetapkan hukum, ia cenderung menguntungkan pribadi, kelompok atau kepentingan salah satu pihak (Siauw, 2014e: 233). Metode Pengangkatan Khalifah. Contoh pada zaman Rasulullah melalui penunjukan yaitu khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khaththab. Penitia pemilihan yaitu khalifah Utsman bin Affan. Aklamasi yaitu khalifah Ali bin Abi Thalib (Siauw, 2014e: 238-239). Islam membolehkan cara apapun untuk memilih pemimpin tatapi, untuk pengangkatan pemimpin tertinggi harus melalui bai’at. Khilafah dan Bersatunya Umat Islam. Ada sebuah ayat dimana Allah menginginkan umat bersatu, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah. Dan janganlah kamu bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliyah musuhmusuhan, maka Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q. S. Ali Imran: 103) (Siauw, 2014e: 248-249). Bergabung dalam jamaah hukumnya wajib, memiliki pemimpin hukumnya juga wajib. Apabila tidak ada kelompok yang mewujudkan jamaah, maka wajib untuk membentuk kelompok jamaah. Wajibnya Berjamaah. Allah berfirman: “Dan haruslah diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q. S. Ali Imran: 104). Setiap umat muslim wajib menggabungkan diri dalam harakah-harakah Islam (gerakan-gerakan Islam) untuk memperjuangkan sesuatu yang wajib (Siauw, 2014e: 258). Ada orang-orang yang menolak bergerak bersama harakah Islam dengan alasan takut memecah belah Islam, yang tidak boleh dalam berkelompok yaitu berbangga-bangga pada urusan masing-masing kelompoknya. Adapun adanya kelompok dan harakah dakwah lebih dari satu tidak menghalangi terbentuknya jamaah. Rasulullah bersabda: “Ikatan-ikatan Islam akan lepas, satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh lepasnya ikatan berikutnya. Ikatan Islam yang pertama kali lepas adalah pemerintahan dan yang terakhir adalah shalat.” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2014e: 269). Satu ikatan akan putus dikarenakan semua saling terkait di dalam Islam, seperti pemimpin, hukum, umat, ilmu, ulama, dan ikatan-ikatan lainnya (Siauw, 2014e: 269). Apa yang Harus Kita Lakukan Sekarang?. Untuk menerapkan Islam secara keseluruhan tidak dimungkinkan apabila umat muslim belum mengetahui dan memahami Islam mulai dari hal-hal mendasar tentang aqidah, hingga masalah besar berupa khilafah (Siauw, 2014e: 274). Langkah pertama adalah mengkaji Islam, mengemban dakwah Islam, bila pemikiran dan perilaku sudah Islami maka umat akan meminta penerapan syariah. Dalam mengkaji Islam terdapat banyak kelompok atau gerakan Islam, pilihan tergantung pada selera, bisa jadi kita berbeda selera dengan saudara kita, namun bukan berarti kita benar dan dia salah (Siauw, 2014e: 278). Dakwah Rasulullah dicontohkan berjamaah dengan pemikiran dan tanpa kekerasan (Siauw, 2014e: 279). Timbul pemikiran bagaimana dengan nasib non muslim, peneliti menyimpulkan bahwa penulis buku mempertanyakan keadilan karena pada saat ini warga negara Indonesia mayoritas muslim, tapi aturan yang diterapkan justru minoritas. C. Pemikiran Sejarah Pemikiran sejarah dalam karya Felix Y. Siauw terangkum dalam tiga buku yaitu Muhammad Al-Fatih 1453; The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans; dan The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent Buku berjudul Muhammad Al-Fatih 1453 dengan tebal 318 halaman. Muqaddimah pada buku ini berisi motivasi agar generasi muda tertarik untuk mempelajari sejarah. Karena, sejarah memberikan kepada seseorang lebih dari sekedar informasi, ia menyusun cara berfikir seseorang saat ini dan menentukan langkah apa yang akan diambil pada masa yang akan datang. Minimnya buku sejarah dan biografi kaum muslim bisa berakibat pada perilaku umat yang selalu membebek, kehilangan kreativitas, dan kepercayaan kepada agama sendiri. Oleh karena itu, buku ini diharapkan mampu memberi kontribusi dalam membentuk generasi yang selevel dengan kesatria Islam. Sebuah kota termasyur pada zamannya bernama Konstantinopel. Konstantinopel terletak di posisi yang sangat strategis, terhampar di daratan berbentuk segitiga seperti tanduk dan terletak di sebelah barat Selat Bosphorus yang memisahkan antara Benua Eropa dan Asia. Di sebelah utara kota ini terdapat Teluk Tanduk Emas (Golden Horn), sebuah pelabuhan alami yang sempurna. Di seberang Selat Bosphorus terhampar daratan yang kaya dengan hasil bumi, semenanjung Asia Kecil atau lebih dikenal dengan Anatolina. Dari Selat Bosphorus ini seseorang dapat berlayar ke utara menuju Laut Hitam (Black Sea) atau ke selatan melewati Selat Dardanela lalu menuju ke Laut Mediterania. Posisinya di tengah dunia membuat Konstantinopel menjadi kota pelabuhan paling sibuk di dunia pada masanya. Inilah kota yang mendapatkan kesempatan terhormat menjadi bagian terpenting dari tiga peradaban besar manusia. “The Gates of The East and West” adalah salah satu julukan yang disematkan kepadanya. Pemandangan paling menonjol dari kota ini adalah sistem pertahanan terbaik pada masanya. Konstantinopel dilindungi tembok yang mengelilingi kota dengan sempurna, baik wilayah laut maupun daratnya. Keseluruhan kota ini nampak seperti sebuah benteng kokoh. Nyali seseorang yang ingin menakhlukkan kota ini pun akan ciut tatkala dia melihat bagian benteng sebelah barat, satu-satunya wilayah Konstantinopel yang berbatasan dengan daratan. Di situ terbangun struktur tembok dua lapis dengan dua tingkatan, yang diperkuat dengan parit besar dan dalam di bagian depannya. Lengkaplah Konstantinopel memiliki gelar “The City with Perfect Defense”. Sebuah ekspedisi besar sedang dikerahkan. Keberangkatan pasukan muslim yang penuh pengorbanan ini bukanlah tanpa dasar yang jelas. Jauh sebelumnya, Utsman sang pendiri kesultanan Utsmani telah lama memimpikan kepemimpinan Islam atas kota ini. Utsman sebagai sultan pertama Utsmani dan sultan-sultan setelahnya mengambil langkah-langkah penakhlukkan Konstantinopel. Keinginan mereka terwariskan pada generasi berikutnya. Keinginan kaum muslim menguasai Konstantinopel lebih mulia dari hanya sekadar penghargaan, kekuasaan, apalagi materi. Konstantinopel lebih daripada itu, ia adalah sebuah kota yang dijanjikan kepada kaum muslim oleh Rasulullah, berkata Abdullah bin Amru bin Ash: “Bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah saw untuk menulis, lalu Rasulullah saw ditanya tentang kota manakah yang akan futuh terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Maka Rasulullah saw menjawab, ‘Kota Heraklius terlebih dahulu’, yakni Konstantinopel.” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2015a: 5). Oleh karena itu, ekspedisi Sultan Mehmed II bukanlah ekspedisi biasa, ekspedisi yang dipimpin kali ini adalah ekspedisi kerinduan selama 825 tahun. Nama yang juga menghantarkannya menjadi panglima terbaik yang sempat diisyaratkan oleh Muhammad Rasulullah saw dari lisannya: “Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.” (H. R. Ahmad) (Siauw, 2015a: 5). Mental kaum muslim pun telah dari awal dididik untuk menjadi seorang kesatria yang mempunyai tugas untuk mengelola dunia dan seisinya (Siauw, 2015a: 6). Buku ini mengisahkan secara detail tentang pembebasan Konstantinopel dan menggambarkan dengan jelas kepribadian Mehmed II Al-Fatih dan keyakinannya pada janji Allah dan Rasul. Nama Mehmed II Al-Fatih dalam dunia Islam juga dikenal dengan nama Muhammad Al-Fatih. Ayah dari Sultan Mehmed adalah Sultan Murad II. Kebanyakan kaum nasionalis fanatik memandang pengepungan dan pembebasan Konstantinopel pada 1453 sebagai permasalahan yang terjadi antara Turki yang diwakili oleh Utsmani dan Byzantium yang diwakili oleh Konstantinopel. Ini adalah reduksionisme yang salah kaprah. Turki sendiri adalah sebuah istilah yang baru dikenal setelah muncul Republik Turki setelah runtuhnya Khilafah Utsmaniyyah tahun 1924, sebelum itu kaum Turki belum pernah menyebut diri mereka dengan Turki. Mereka menyebut diri mereka dengan muslim. Maka sesungguhnya Utsmani sendiri adalah perwakilan kaum muslim dan Byzantium adalah perwakilan dari dunia Kristen (Siauw, 2015a: 7). 1453 adalah momen yang harus menjadi inspirasi bagi setiap muslim akan jati diri mereka. Sebuah janji Allah yang menjadi kenyataan. Berikut kalimat-kalimat dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 yang mengandung nilai-nilai edukatif: 1. Nabi memotivasi mereka dengan ayat Allah, mendisiplinkan mereka dengan shalat berjamaah, dan menempa jiwa mereka dengan tahajud serta mengikat mereka dengan ikatan aqidah yang satu, lalu mentransformasi mereka menjadi suatu kelompok terorganisir yang memiliki kekuatan dan visi yang besar (Siauw, 2015a: 10-11). 2. Rasulullah pun menunjukkan keseriusannya dalam menguasai dunia dengan mengirim surat kepada pembesar-pembesar, termasuk Kisra III Syahansyah Persia, Heraklius Kaisar Romawi, Muqauqis Paderi Mesir, Bazan Raja Yaman, Mundazir AlMusawwa Raja Bahrain dan banyak yang lain (Siauw, 2015a: 11). 3. Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Sa’ad selalu berpesan kepada pasukannya untuk membaca Al-Qur’an, besabar dalam peperangan dan tetap pada posisi mereka masing-masing sampai Allah menghancukan pasukan Byzantium (Siauw, 2015a: 19). 4. Kemenangan ini bukanlah segalanya, tetapi justru menjadi anak tangga pertama menuju Konstantinopel (Siauw, 2015a: 21). 5. Ibnu Kaldun dalam muqaddimah melukiskan tentang karakteristik suku Badui Arab, “Orang yang hidup menetap akan menjadi malas dan merasa nyaman, mereka merasa nyaman dengan dinding yang mengelilingi mereka. Badui tidak memiliki pagar atau dinding. Mereka selalu menenteng senjata di manapun dan mengamati dengan teliti kanan kiri ketika berjalan. Mereka beristirahat sangat sedikit, yaitu ketika sedang di atas kuda. Mereka menyadari setiap gonggongan yang sayup terdengar dan setiap suara. Pertahanan adalah kualitas karakternya dan keberanian adalah sifat alami mereka.” (Siauw, 2015a: 25). 6. Setelah menemui kaisar Romanus yang berada dalam tawanan, Sultan Alp Arslan bertanya kepadanya, “Menurutmu apa yang kamu lakukan bila aku yang menjadi tawananmu?. Romanus menjawab: mungkin aku akan membunuhmu, atau menggiringmu dengan kehinaan di jalan-jalan Konstantinopel. Hukumanku lebih berat daripada itu, engkau kumaafkan dan kubiarkan pergi.” Ujar sultan (Siauw, 2015a: 31). 7. Setiap anak laki-laki diberikan pendidikan yang terbaik oleh ulama-ulama terbaik pada zamannya. Sultan Murad pun selalu mendoakan anak-anaknya agar Allah berkehendak menjadikan mereka sebagai penakluk Konstantinopel (Siauw, 2015a: 44). 8. Sedangkan Aaq Syamsuddin adalah ulama yang nasabnya bersambung pada Abu Bakar Ash-Shidiq dan seorang polymath3 sebagaimana kebanyakan ulama kepada masanya (Siauw, 2015a: 47). 9. Di bawah tempaan Syaikh Al-Kurani, Mehmed mulai menyerap ayat-ayat Al-Qur’an dan menghafalkannya pada usia 8 tahun. Ia juga mempelajari etika belajar dari Syaikh Al-Kurani yang tidak menganggapnya berbeda dari anak-anak lain (Siauw, 2015a: 47). 10. Aaq Syamsuddin setiap hari menceritakan perjuangan Rasulullah dan pengorbanannya dalam menegakkan Islam, serta menanamkan kepribadian Rasul melalui sirahnya kepada Mehmed (Siauw, 2015a: 47). 3 Polymath adalah seorang yang pengetahuannya tidak terbatas hanya pada satu bidang. Seorang polimath juga dapat diartikan sebagai seorang yang memiliki wawasan sangat luas, ulama-ulama Islam awal kebanyakan seorang polimath. 11. Dia adalah satu-satunya panglima yang tidak pernah masbuq dalam shalatnya, bahkan dia selalu menunaikannya dengan berjamaah. Mehmed juga selalu menjaga shalat malamnya sebagai mahkota dirinya dan menjadikan shalat rawatib sebagai pedangnya. Tidak sekalipun Mehmed pernah melewatkan shalat malam dan rawatib semasa baligh hingga ia meninggal (Siauw, 2015a: 50). 12. Dalam jangka waktu 2 tahun, Mehmed membenahi seluruh kekurangan dan kelemahannya lalu membuktikan bahwa dia layak untuk menjadi pemimpin (Siauw, 2015a: 55). 13. Dia meninggalkan kepada Mehmed kekuasaan yang besar dan pasukannya, dia membentuk kepribadian muslim sejati pada diri anaknya dan juga mewariskan prinsip kesatria ghazi pada anaknya. Lebih daripada semua itu, Murad II juga telah mendisain bagi Mehmed sebuah panggung yang kelak akan mematri namanya dalam ingatan setiap muslim setelahnya (Siauw, 2015a: 55). 14. Dia memiliki kecerdikan akal, kecepatan gerak dan keberanian yang kelak akan diingat oleh setiap kawan dan lawannya. Kemudian yang paling menonjol pada Mehmed adalah kemampuannya dalam menentukan sikap dan mengendalikan emosinya, walaupun terkadang tempramental. Dia mampu melakukan tipu muslihat tingkat tinggi dalam peperangan dengan mengandalkan unsur kejutan, strateginya tidak dapat diprediksi. Wajah tenangnya dapat diperlihatkan sementara akalnya strategi yang paling efektif untuk menundukkan lawannya dalam waktu singkat (Siauw, 2015a: 57). 15. Mehmed dan pembesar-pembesar lain bahkan tidak jarang turun tangan untuk mengangkat batu ketika pembangunan. Kombinasi reward dan punishment serta teladan pemimpin ini akhirnya menghasilkan suasana kerja yang semangat bagi para pekerja (Siauw, 2015a: 72). 16. Kaum muslim adalah umat yang terkenal sangat cepat mengadopsi teknologi baru dalam militer, bahkan hal ini adalah perhatian utama bagi setiap pemimpin kaum muslim (Siauw, 2015a: 93). 17. Bagi kaum mengharuskan muslim, usaha jihad terbaik adalah puncak dalam ibadah yang melakukannya dan menyiapkannya sehingga dapat memberikan tekanan kepada pihak musuh (Siauw, 2015a: 93). 18. Walaupun Sultan Mehmed sangat senang dengan meriam barunya, namun keimanan Islam telah mengajarkan kepadanya bahwa hanya Allah sumber kemenangan dan kemuliaan dan hal ini harus diketahui pada seluruh pasukannya, agar mereka tidak bergantung selain kepada Allah swt (Siauw, 2015a: 101). 19. Sebuah keimanan yang sempurna, Mehmed II benar-benar meniru Rasulullah Muhammad saw yang selalu mengusahakan sebab yang pantas untuk mencapai akibat yang pantas (Siauw, 2015a: 102). 20. Setiap muslim adalah tentara yang siap mengamban Islam, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan (Siauw, 2015a:104). 21. Terlepas dari penyesatan yang telah dilakukan para orientalis, sejarah mencatat penaklukkan-penaklukkan dahsyat yang dilakukan kaum muslim. Kecepatan perluasan wilayahnya, perangperang besar dan adopsi teknologi di dalamnya dan administrasi yang dilakukannya di wilayah taklukkannya. Sejarah juga mencatat bahwa daerah yang dibebaskan kaum muslim akan menjadi lebih sejahtera daripada sebelumnya, sebagai bukti ketingian Islam dan sebagai argumen tak terbantahkan bahwa Islam bukan menjajah dan mengeksploitasi, melainkan membebaskan dan membawa umatnya menuju kemuliaan hidup (Siauw, 2015a: 104). 22. Sultan mehmed juga sangat menyadari bahwa selain ia harus menempa dirinya sebagai pemimpin ‘sebaik-baik pemimpin’, ia pun harus menjadikan pasukannya menjadi ‘sebaik-baik pasukan’ karena Konstantinopel hanya dapat ditaklukkan dengan pemimpin dan pasukan yang terbaik (Siauw, 2015a: 105). 23. Tidak sedikit penulis barat yang jujur mengakui kekuatan tentara muslim, sebagaimana yang disampaikan oleh pengembara Prancis, Bertradon de la Broquire yang bertemu tentara muslim pada 1430an: mereka sangat rajin, terbiasa bangun lebih awal dan hidup sederhana... mereka bisa tidur dimanapun, biasanya hanya di tanah... kuda mereka prima, hanya memerlukan pakan sedikit, larinya kencang dan ketahanannya lama... ketaatan pada pemimpinnya tidak terbatas... ketika perintah sudah diberikan, mereka patuh berbaris rapi dalam keheningan, diikuti oleh yang lainnya dengan sama heningnya... 10.000 tentara Turki dalam kejadian yang lama dapat membuat kegaduhan yang lebih kecil dibanding 100 tentara Kristen... saya harus mengakui bahwa dalam semua pengalaman saya yang beragam, saya selalu mengenal orang-orang Turki sebagai orang yang jujur dan loyal serta ketika mereka dibutuhkan untuk menunjukkan keberanian, mereka tidak pernah gagal melakukannya (Siauw, 2015a: 116). 24. Michael sang Yeniseri menggambarkan kekuatan divisi Yeniseri dalam catatannya: pasukan Utsmani laksana kekuatan yang jauh melebihi pasukan manapun... bila pasukan lain mengejarnya mereka bisa mundur dengan cepat; tetapi bila mereka mengejar pasukan musuh maka mereka takkan selamat... kaum Kristen tidak pernah menang melawan Utsmani, apalagi dalam perang terbuka dan kekalahan mereka akibat membiarkan pasukan Turki mengelilingi mereka lalu menyerang mereka dari sayap (Siauw, 2015a: 116). 25. Rene de Lusinge dalam tulisannya di akhir abad 16 mendaftar 17 sebab kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh Khilafah Utsmani, diantaranya: dedikasi mereka pada jihad, inisiatif untuk melakukan penaklukan, ketertarikan mereka yang rendah dalam pertahanan permanen (di dalam benteng), tentara yang sangat terlatih, disiplin yang tinggi, penggunaan tipu muslihat yang sebaik mereka lakukan pada perang terbuka, pemimpin yang baik dan tidak menghabiskan waktunya pada hiburan-hiburan yang melalaikan (Siauw, 2015a:117). 26. Utusan Austria untuk Utsmani, Busbeq menambahkan sebab keberhasilan dan kemenangan Khilafah dari segi militer, dengan pandangan berikut: keberhasilan dari kemah-kemah tentara Utsmani, yang disana tidak akan kita temukan judi maupun minuman keras, atau umpatan dan makian dari mulut tentaranya, kamar kecil yang bersih, serta kesatuan medis yang efektif, mengikuti kemampuan tentara pergi untuk mengobati tentara yang terluka atau sakit (Siauw, 2015a: 117). 27. Penduduk Kristen Ortodoks di Konstantinopel sedang bersiap menyambut hari suci bagi mereka, yaitu Hari Paskah yang jatuh pada 1 April, dalam doa-doa yang mereka panjatkan, mereka memohon agar Hari Paskah dapat mereka lalui dengan tenang. Hak itu tentu diperhatikan oleh Sultan Mehmed dan memberikan mereka kesempatan untuk beribadah dalam kepercayaan mereka dan tidak lebih daripada hari itu saja (Siauw, 2015a: 128). 28. Ketika pasukan telah berhadap-hadapan, sesuai dengan perintah Rasulullah saw dalam etika perang, Sultan Mehmed mengirimkan utusan yang membawa sepucuk surat kepada Kaisar Constantine, surat ini berisi 3 pilihan yang bisa diambil oleh penguasa Byzantium. Bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah lalu menjadi muslim maka serangan fisik akan segera dibatalkan, atau membayar jizyah4 dan tunduk pada syariat Islam, atau diperangi sampai Allah memenangkan kaum muslim (Siauw, 2015a: 139). 29. Nicolo Barbaro juga mengungkapkan kekagumannya pada perilaku pasukan Islam: bila satu atau dua diantara mereka terbunuh, dalam sekejap seorang yang lain datang dan membawa mayat rekannya, memapah dengan bahunya, tanpa peduli seberapa dekat mereka dengan tembok pertahanan kami. Tapi, pasukan kami yang berada di benteng menembak kembali mereka dengan dengan meriam dan crossbow, membidik tentara Utsmani yang sedang memapah rekannya yang sudah meninggal dan seketika itu keduanya jatuh ke tanah dan meninggal, walaupun begitu, tetap saja ada tentara yang datang dan mengambilnya kembali, tanpa takut sedikitpun. Sepertinya mereka lebih suka mengorbankan 10 tentara kembali dibanding harus menanggung malu dengan meninggalkan satupun mayat tentara di depan tembok kota (Siauw, 2015a: 153). 30. Giustinian membuktikan bahwa ia adalah lawan yang patut diperhitungkan oleh Mehmed. Dalam kondisi tak tentu seperti itu, Giustinian dapat mengumpulkan dukungan tentara dan memimpin mereka bertahan dari serangan Utsmani (Siauw, 2015a: 155). 4 Kutipan tahunan yang diambil dari penduduk non-muslim yang mampu, sebagai tanda ketundukan mereka dan atas perlindungan Islam kepada mereka, pada masa Khalifah Umar bin Khaththab jizyah hanya senilai 4-6 dinar per tahun (1 dinar = 4,25 gram emas). 31. Walaupun terdengar mustahil, seluruh pasukan Utsmani tidak ada seorangpun yang menganggapnya begitu, semangat yang ada di dada mereka bergejolak, keimanan mereka hendak diuji, seberapa besar keinginan mereka menjadi pasukan yang terbaik. Sultan selalu mengingatkan mereka bagaimana Rasulullah saw selalu menggunakan elemant of surprise dalam ekspedisi perang beliau dan mengadopsi seluruh ide baru yang belum pernah dikenal sebelumnya, atau seperti dalam surat Syaikh Syamsuddin “sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya” (Siauw, 2015a: 177). 32. Walaupun sekarang Sultan Mehmed telah mempunyai kendali atas Teluk Tanduk Emas, namun dia tidak ingin terburu-buru. Sultan Mehmed menginginkan penaklukkan Konstantinopel dilakukan dengan korban yang seminimal mungkin. Nyawa setiap kaum muslim lebih berarti dari dunia dan seisinya (Siauw, 2015a: 193). 33. Benarlah perkataan sebagian besar orang bahwa ketakutan adalah akumulasi daripada ketidaktahuan dan takhayul adalah efek kemiskinan ilmu (Siauw, 2015a: 212). 34. Namun, Mehmed tetap tegar pada pendiriannya, baginya menyerah bukanlah sebuah opsi (Siauw, 2015a: 219). 35. Sultan juga mengingatkan agar serangan umum yang dilakukan nanti haruslah diniatkan hanya untuk meninggikan kalimat Allah, karena bila hanya untuk harta maka Konstantinopel bukanlah kota yang penuh dengan kekayaan setelah dijarah oleh pasukan salib pada 1204. Sultan juga mengingatkan bahwa penaklukkan Konstantinopel tidaklah sama dengan penjarahan sebagaimana dilakukan kaum Mongol terhadap Baghdad, kaum muslim tidak diperbolehkan melukai penduduk kota ataupun menghancurkan bangunan atas alasan apapun (Siauw, 2015a: 229-230). 36. Keadilan Islam dirasakan hampir seluruh warga Konstantinopel, baik muslim maupun warga Kristen Yunani dan Italia, bayangan mereka tentang muslim seperti yang selama ini diembuskan dan dibantah oleh kejadian di depan mata mereka. Sultan acapkali membagikan sendiri harta-harta dalam jumlah yang banyak kepada para wanita yang ditinggal mati suaminya sehingga dapat menghidupi keluarganya, selain menyuruh para Yeniseri untuk bersama-sama membangun rumah penduduk yang rusak karena perang, meminta mereka juga untuk berlaku baik dan penuh kasih sayang kepada warga tanpa memandang agama mereka (Siauw, 2015a: 259). 37. Segera setelah penaklukkan konstantinopel, Sultan Mehmed memindahkan ibu kota Utsmani ke kota itu dan memerintah rakyatnya dengan sangat adil. Kemampuannya dalam urusan administrasi dan pengelolaan kota sama baiknya ketika ia berhadapan dengan pasukan perang. Mehmed Al-Fatih adalah Sultan pertama yang mengodifikasi aturan-aturan hukum dalam setiap urusan-urusan, yang selanjutnya akan disempurnakan oleh keturunannya, Khalifah Suleyman II yang dikenal sebagai AlQanuni, sang pembuat hukum. Sultan mengatur semuanya dengan hukum-hukum yang rinci, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, kepegawaian, peradilan, kesehatan, militer, seni, dan budaya, perdagangan, sampai hukum-hukum sipil. Tidak heran bila pada masa pemerintahannya, banyak diantara penduduk Yunani yang memilih Islam sebagai agama baru mereka (Siauw, 2015a: 261). 38. Sultan Mehmed tidak pernah menghabiskan waktunya untuk mencari-cari alasan atas kegagalan yang dia peroleh, namun menghabiskan waktunya untuk mencari cara agar apa yang diinginkannya dapat terwujud, walau dengan cara-cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya (Siauw, 2015a: 311). Nama Mehmed Al-Fatih akan selalu disebut sebagai salah satu kesatria Islam terhebat sepanjang masa, yang diinspirasi oleh perkataan Nabi Allah, Muhammad saw dan kepribadiannya, Sultan Mehmed menjadi idola bagi kaum muda Islam dan perjuangannya akan selalu diingat seumur hidup umat Islam. The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans merupakan sebuah buku setebal 320 halaman yang bertemakan sejarah yang dikemas dalam bentuk novel. Buku tersebut berkisahkan di suatu tempat lahir seorang laki-laki yang akan menjadi pemimpin terbaik kaum muslim dan di tempat lain lahir pula laki-laki yang akan menjadi manusia yang paling sadis dalam sejarah. Tokoh tersebut adalah Muhammad Al-Fatih dan Vlad III Dracula menggambarkan pertarungan antara haq dan batil, antara Kesultanan Utsmani dan Kerajaan Eropa Timur. Buku ini memandang permasalahan dari kedua kubu. Buku ini dibuka dengan kata-kata dari Rabi’ah bin Amir, seorang mujahidin, ketika menghadap Hurmuzan Gubernur Persia untuk menyampaikan surat dakwah Rasulullah: “Kami datang untuk membebaskan manusia, menuju penyembahan hanya kepada Allah, Tuhannya manusia. Dan hanya kepada Allah saja. Kami datang untuk mengubah penindasan manusia menjadi keadilan Islam” (Siauw, 2014a: 7). Berikut peneliti tuliskan karater tokoh yang ada di dalam buku ini berdasarkan penggambaran penulisnya dari halaman 9 sampai 13: 1. Lazar Hrebeljanovic – Penguasa Kekaisaran Serbia. Sebagai kaisar, dia memiliki kekuasaan yang besar, tetapi dia adalah penguasa terakhir Serbia. Bosnia termasuk dalam wilayah kekuasaannya. 2. Dejan Debrekovic – Menteri sekaligus tangan kanan Kaisar Lazar. Sebenarnya dia seorang pengecut dan oportunis, yang ada di pikirannya hanya ada harta dan penghormatan. 3. Murad I – Sultan ketiga dari Kesultanan Utsmani. Dia seorang Ghazi yang wafat sebagai syahid dalam pertempuran Kosovo di Kosovo Polje. Dia putra Sultan Orhan dan Nilufer Hatun. 4. Vuk Brankovic – Voivode wilayah Kroasia yang tunduk kepada Kekaisaran Serbia. Seorang oportunis dan penjilat yang licik. 5. Vlatko Vukovic – Voivode wilayah Bosnia yang juga masuk dalam kekuasaan Kekaisaran Serbia. Dia tunduk kepada Kaisar Lazar. 6. Ivan Alexander – Penguasa Kekaisaran Bulgaria yang bertetangga dengan Serbia. Kekuasaannya yang besar terancam oleh gerak maju Kesultanan Utsmani. 7. Vitko Fregadovic – Voivode wilayah Velbudz yang termasuk dalam Kekaisaran Bulgaria. Wilayah ini diduduki pertama kali secara damai oleh Kesultanan Utsmani dalam gerak majunya untuk menaklukkan Eropa. 8. Bayazid – Putra pertama Sultan Murad I yang memiliki julukan Yildirim (kilat). Kelak menggantikan ayahnya menduduki tampuk kekuasaan. 9. Yakub – Putra kedua Sultan Murad I, meraih syahid dalam pertempuran Kosovo. 10. Frado Hasan bin Mahdi – Seorang ulama muda yang merupakan teman kecil Bayazid dan Yakub. Dia selalu memberikan nasihat kepada Sultan Utsmani yang memimpin. 11. Ehseneddin Hizirtoglu – Prajurit yang menjadi penasihat militer utama pada pemerintahan Sultan Murad I. Seorang ahli strategi yang tetap mengabdi hingga usia lanjut. 12. Milos Obilic – Prajurit Serbia yang berasal dari Morea. Dialah yang membunuh Sultan Murad I dengan menikamnya dari belakang. 13. Frado Similovic – Seorang Jendral Besar Kekaisaran Bulgaria. Di bawah kepemimpinannya, Tarnograd bertahan dari kepungan pasukan Turki Utsmani. 14. Mircea – Memiliki gelar Mircea The Elder, atau Mircea I. Dia adalah Voivode Wallachia sekaligus pendahulu dari klan Draculesti yang berkuasa secara kejam dan turun-temurun di Wallachia. 15. Alexandru – Putra pertama Mircea, dipersiapkan untuk memimpin Wallachia sebagai pengganti Mircea. Dia memiliki insting politik yang baik, tetapi masukan-masukannya tidak didengar oleh ayahnya. 16. Vlad – Putra kedua Mircea, dikenal sebagai Vlad II Dracul karena dia bergabung menjadi Ordo Naga (Dracul berarti Naga) yang dibentuk oleh Sigismund. 17. Petru Aron – Seorang bangsawan Wallachia yang menjadi opsisi rahasia dari kepemimpinan klan Draculesti, yakni klan Danesti. Dia memiliki dendam kepada Draculesti. 18. Mihail Nicolae – Seorang bangsawan Wallachia yang mendukung Danesti. Bersama dengan Petru Aron, dia merencanakan sebuah pemberontakan. 19. Sigismund – Raja Hungaria, Raja Bohemia, Raja Lombardia, dan Kaisar Romawi Suci. Dialah yang membentuk dan membangun Ordo Naga yang ditujukan untuk membendung gerak maju Turki Utsmani. 20. Jonas Hunyadi – Jendral Besar Hungaria yang berkepribadian dingin dan kejam. Seorang ahli strategi perang yang tangguh. Salah satu orang kepercayaan Sigismund. 21. Paus Eugene IV – Paus yang melanjutkan Perang Salib untuk menghentikan gerak penaklukan Turki Utsmani. 22. Maria Lockovina – Istri dari Mircea yang memiliki kemampuan untuk mengenali tanda-tanda alam dan selalu memberikan peringatan kepada suaminya tentang banyak hal. 23. Oswal von Wolkenstein – Voivode Lombardia yang tunduk kepada Raja Hungaria, Sigismund. 24. Stephen – Voivode Moldavia yang terletak di sebelah timur Wallachia. 25. Christian Soacesceau – Voivode Transylvania yang terletak di sebelah utara Wallachia. 26. Countess Cneajna – Putri dari Stephen, Voivode Moldavia. Dia menikah dengan Vlad II Dracul, kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Vlad, seperti nama ayahnya. Dialah yang dikenal dengan nama Vlad III Dracula, seorang pembantai yang keji. 27. Cristophe de Lusignan – Dia seorang kesatria tangguh kebanggaan Burgundia. Kutipan dalam buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans yang mengandung nilai-nilai edukatif adalah sebagai berikut: 1. Tak tampak kesombongan dalam gerak laku dan kata-katanya. Pakaiannya bersih dan baik, namun biasa-biasa saja. Ia merasa malu kalau bermagahmegahan. Malu kepada rakyatnya, malu kepada putranya, malu kepada para ulama, malu kepada Rasulullah, dan malu kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam (Siauw, 2014a: 15). 2. Namanya Mehmed. Usianya baru tigabelas tahun. Sejak usia tujuh tahun ia telah hafal seluruh isi Al-Qur’an. Lidahnya mampu bergerak dalam tujuh bahasa: Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia, dan Ibrani. Ia begitu mencintai ilmu dan ia terus dipersiapkan untuk meraih sebuah cita-cita besar oleh ayah dan gurunya itu. Sebuah cita-cita yang dijanjikan oleh Rasulullah delapan ratus tahun yang lalu. Cita-cita yang selalu menjadi bunga tidur dan angan-angan para mujahidin, dan tak terhitung lagi berapa banyak kesatria muslim yang telah syahid untuk mewujudkannya (Siauw, 2014a: 18). 3. Sultan Murad menggenggam tangan putranya dan menatap dengan senyuman. Hari itu akan ia tegaskan sebuah alasan. Alasan yang sudah berkali-kali ia tegaskan kepada putranya itu sejak masih kanak-kanak. Alasan mengapa ia mendidik putranya dengan Islam semenjak putranya berada di dalam rahim ibunya (Siauw, 2014a: 18). 4. Anak itu bernama Radu. Ia baik, lembut, dan tampan. Sebenarnya ia adalah tawanan, namun Kesultanan Utsmani memperlakukannya dengan baik. Ia disekolahkan, dan diizinkan tinggal di istana (Siauw, 2014a: 24). 5. Kekalahan kami sama sekali tidak menunjukkan kelemahan kami. Kami melakukan ini pun bukan karena harta, persenjataan, atau keagungan semata, tapi karena ini semua adalah perintah Tuhan kami (Siauw, 2014a: 39). 6. Lazar terpaku, berpikir. Dia ragu, sebab dia tahu apa yang disampaikan dua utusan Utsmani itu ada benarnya. Ada begitu banyak orang miskin, pengemis, gelandangan, dan orang-orang sengsara di dalam kekaisarannya, bahkan di ibu kotanya sendiri Kosovo. Dia tak bisa menipu dirinya tentang semua itu (Siauw, 2014a: 40). 7. Bahkan Murad memanggil orang-orang miskin dan semua pengemis, lalu membagi-bagikan uang kepada mereka, padahal jelas mereka semua berbeda agama dengan Murad (Siauw, 2014a: 47). 8. Jangan dulu kau berburuk sangka, Islam mengatur bahwa jizyah hanya diambil dari laki-laki dan dari orang-orang mampu, bukan dari anak-anak, perempuan, dan orang-orang miskin (Siauw, 2014a: 48). 9. “Bagi kaum laki-laki yang kaya diantara kalian, Allah telah mewajibkannya membayar jizyah setiap tahun. Hanya bagi kaum laki-laki yang kaya. Tapi, bagi sipapun dari kalian yang sengsara dan kelaparan, tidak punya tempat tinggal, anak-anak yatim, janda-janda miskin, dan siapapun diantara kalian yang membutuhkan, maka datanglah kepadaku. Sebab Allah telah memberi amanah kepadaku untuk menyelesaikan semua kesulitan kalian.” (Siauw, 2014a: 93-94). 10. “Satu hal yang harus benar-benar kita perhitungkan adalah kekuatan angkatan bersenjata kita. Kalau kita ingin memenangkan perang suci kali ini, kekuatan itu harus kita tingkatkan. Terutama kekuatan mental dan semangat pasukan kita. Kalau tidak begitu, kekalahan yang sama yang akan kita derita.” (Siauw, 2014a: 101). 11. Bayazid memerintahkan untuk segera membangun kembali Dobrogea setelah dihancurkan pada pertempuran kemarin. Hari itu ketika hujan berhenti pekerjaan dimulai kembali. Bayazid sendiri bukan hanya mengawasi, ia turun langsung bekerja mencurahkan tenaganya (Siauw, 2014a: 123). 12. “Aku tahu pasukan bantuan tak akan datang tepat waktu. Tapi setidaknya kita berikan peringatan kepada semua orang bahwa serbuan truk adalah ancaman nyata. Tidak bisa kita meremehkan. Harus kita akui juga bahwa kegagalan-kegagalan kita selama ini adalah akibat kita selalu meremehkan mereka (Siauw, 2014a: 136). 13. Suaranya gemetar, dadanya dibuncahi rasa rindu. Rindu kepada ayahnya, kepada saudaranya, kepada para mujahidin. Rindu kepada para ulama. Rindu kepada para sahabat yang gigih mempertahankan din yang suci. Rindu kepada Rasulullah yang kepadanya din itu turun, dan mengorbankan segala miliknya untuk menegakkan din itu. Rindu kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam, pemberi rizki, dan mencurahkan nikmat tiada henti kepada umat manusia (Siauw, 2014a: 138). 14. Bayazid memeluk erat Al-Qur’an itu dan tumpahlah lagi air matanya. Ia menangis tersedu-sedu, sendirian, dan ia benar-benar akan menjadi seorang pemimpin yang dirindukan. Imam yang santun dan tentram. Pelayan yang setia (Siauw, 2014a: 140). 15. Bayazid duduk tegak. Tangannya terletak di atas pahanya. Menatap tajam mata Mircea. Ia tersenyum, sebuah kematangan emosi yang menakjubkan. Padahal orang yang ada di hadapannya adalah musuhnya (Siauw, 2014a: 141). 16. Dua orang komandan perang Utsmani itu masih muda. Usia mereka baru dua puluh tahun. Tapi kemampuan memimpin mereka tak terkalahkan sepuluh ribu tentara. Keberanian mereka pun ada di urutan terdepan. Di dalam dada mereka bersemayam keimanan dan semangat untuk melawan kezaliman musuh-musuh agama (Siauw, 2014a: 162). 17. Dia hadapkan kembali hatinya kepada Allah, dia berdoa dengan penuh kesungguhan, mengharapkan kebaikan bagi semua (Siauw, 2014a: 204). 18. “Pasukan salib sedang mendekati Oryahovo. Siapapun dari kaum muslim yang mampu mengangkat senjata, wajib berjihad melawan kaum kafir membela penerapan syariat Islam. Bagi mereka yang bukan muslim, kalian berhak untuk tetap tinggal di sini atau keluar dari kota ini. Kalian tidak akan dipaksa sama sekali. Kami akan mengembalikan jizyah yang kalian bayarkan kepada kami tanpa dikurangi sedikit pun.” (Siauw, 2014a: 205). 19. “Ah, bagaimana Amir bisa berkata ini bukan perangku?” Pendeta Peter tersenyum. “Engkau yang telah membawakan kepada kami sesuatu yang baru. Sesuatu yang belum pernah kami rasakan sebelumnya. Keadilan dan kesejahteraan, semua itu belum pernah kami rasakan. Kalau kami pergi, mungkin tuhan Yesus akan mengutuk kami, sebab tidak tahu balas budi.” (Siauw, 2014a: 216). 20. Semua tentara Islam geram dan muak, mereka tak kuat mendapatkan berbagai hinaan atas Allah dan Rasul-Nya serta Islam yang dilontarkan tentara salib. Namun mereka tetap bersabar menaati perintah (Siauw, 2014a: 262). 21. Syaikh Hasan menyodorkan sekantung air kepada Yazed. Dengan hormat Yazed mengambilnya dan minum dari kantung itu setelah membaca basmallah. Beberapa detik berlalu, napas Yazed telah tenang (Siauw, 2014a: 283). 22. “Sepuluh ribu tentara Turk bisa bertindak lebih tenang dan lebih sunyi daripada seratus orang tentara salib, mereka berisik, ribut, dan payah.” Gerutu Hunyadi dalam hati (Siauw, 2014a: 286). 23. “Amin. Asalkan kita meluruskan niat dan bersabar,” tambah Syaikh Hasan. Usia ulama itu masih muda, namun kebijaksanaanya melebihi kebanyakan orang tua (Siauw, 2014a: 311). The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent merupakan buku seri ke dua setelah The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans. Buku ini masih berkisah tentang seorang kesatria yang dijanjikan telah lahir, Muhammad Al-Fatih. Seorang pembantai nan keji juga terlahir, Vlad III Dracula. Takdir mempertemukan mereka untuk tumbuh bersama, tetapi menempuh jalan yang berbeda. Di lain sisi Kerajaan Eropa gemetar menghadapi jihad para Ghazi. Berikut kata-kata dalam buku ini yang mengandung nilai-nilai edukatif: 1. Tak terhitung lagi kerugian yang mereka derita, mereka menyadari bahwa bangsa pengelana yang dahulu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, kini telah berubah menjadi adidaya menggunakan Islam sebagai dasarnya (Siauw, 2014b: 15). dengan 2. “Tak seperti pasukan Perang Suci yang terpisah-pisah dan terpecah belah, pasukan Utsmani punya struktur komando dan persatuan yang kokoh. Para prajurit Utsmani pasti akan menaati atasannya, walaupun perintah itu memungkinkan mereka terbunuh. Pasukan Utsmani pun kebanyakan pemberani. Seolah-olah medan perang adalah taman bunga bagi mereka dan mereka senang berada di sana. Mereka tangkas dan lincah. Seolah-olah walau tanpa baju perang sekalipun, mereka akan tetap berangkat berperang. Mereka juga sangat saleh. Kalau pasukan kita mabuk-mabukan dan main perempuan, hal itu tidak kutemukan di tengah-tengah mereka. Sepuluh ribu pasukan Utsmani lebih tenang dan sunyi, daripada seratus orang pasukan Kristen. Mereka suka sekali ribut dan susah diatur.” (Siauw, 2014b: 18). 3. Tapi jika mereka datang, lebih baik kita ikat perjanjian dengan mereka. Utsmani selalu menepati janji (Siauw, 2014b: 19). 4. Fregadovic memahami Islam dengan baik dan cepat. Ia memimpin dengan adil dan bijaksana, menerapkan syariat Islam secara kaffah. Kaum muslim dan orang Kristen yang hidup di bawah kepemimpinannya hidup rukun dan sejahtera. Islam telah membawa rahmad bagi semua (Siauw, 2014b: 34). 5. Fregadovic dan yang lainnya hanyut dalam selautan ilmu. Otak mereka berputar. Akal mereka bekerja. Setiap mereka belajar Islam, setiap kali itu pula semangat mereka terdongkrak, dan keteguhan mereka penuh. Mereka semakin mengerti untuk apa mereka menjalani hidup ini, demi taat kepada Allah (Siauw, 2014b: 35). 6. Katenangan telah menyelubungi hatinya, sebab kepasrahan itu adalah obat bagi jiwa. Apa daya upaya manusia dibandingkan dengan kekuasaan Allah azza wa jalla (Siauw, 2014b: 134). 7. Syaikh Ahmad Al-Qurani, seperti yang dituturkan Imam Suyuti, adalah seorang ulama yang faqih. Ia melampaui rekan-rekannya dalam ilmu ma’qul dan manqul. Ia mahir dalam ilmu ma’ani, nahwu, bayan, dan fiqh. Serta masyur dalam berbagai keutamaan. Kepalanya ditutupi sorban putih. Rambut, kumis, dan janggutnya telah putih semua, usianya sudah enam puluh tujuh tahun, namun walaupun sudah setua itu ia masih berdiri tegak dan mengajar murid-muridnya dengan penuh energi (Siauw, 2014b: 144). 8. “Ayahmu memerintahkan aku untuk mengajarimu, dan kalau kau sulit diatur dan tidak menghormati gurumu, aku akan memukulmu denga rotan ini.” Wajah Syaikh Qurani tetap dingin tanpa ekspresi (Siauw, 2014b: 145). 9. Syaikh Qurani melangkah pelan, berjalan melintasi meja guru, kemudian menghampiri Mehmed. “Bukan karena kota itu adalah kota yang indah. Atau karena emas dan perak di dalamnya. Tapi lebih dari itu! Kita mesti menaklukan kota itu karena ada janji Allah dan Rasul-Nya. Dan ingatlah, Rasulullah saw sendiri yang akan memberikan gelar sebagai komandan terbaik, bagi siapapun yang berhasil menaklukkan kota itu. Dan pasukannya adalah pasukan terbaik.” (Siauw, 2014b: 156). 10. “Untuk menaklukkan Konstantinopel, dan menjadi ghazi yang paling disegani, tidak bisa tidak, kau harus unggul dalam segalanya. Kau harus menjadi yang nomor satu. Kau harus menjadi orang yang paling dekat dengan Allah azza wa jalla. Kau harus menjadi yang terkuat, yang paling tangkas. Ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an harus kau kauasai. Hatimu harus kokoh dan teguh. Tekadmu tak boleh goyah. Kau harus mampu memimpin kami semua meraih kemenangan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan semua itu adalah dengan belajar, dan terus belajar.” (Siauw, 2014b: 157-158). 11. Rombongan itu berjalan menyusuri rumah-rumah penduduk. Orang-orang Amasya menyapa Ahmed dan para prajurit saat berpapasan. Hubungan antara penguasa Amasya dan rakyatnya berjalan lancar dan harmonis. Ahmed malambaikan tangannya dan menebarkan senyum untuk melayani rakyatnya. Rakyat begitu mencintai Ahmed karena kebijaksanaan dan kecintaan kepada rakyatnya (Siauw, 2014b: 186). 12. Mehmed memerhatikan kata-kata kakaknya, dan menangkap setiap penjelasannya. Ia tahu nasihat kakaknya itu akan sangat berguna untuk menjadi seorang ghazi yang kelak akan menaklukkan Konstantinopel (Siauw, 2014b: 187). 13. Sambil memimpin Amasya, Mehmed terus belajar kepada Syaikh Aaq Syamsuddin. Berbagai bidang ilmu dikuasainya, baik ilmuilmu syariah, maupun ilmu-ilmu terapan. Sejarah dan bahasapun tak ketinggalan, begitu juga politik dan militer. Ia belajar taktik berperang, terus mengasah kemampuan memanah, bermain pedang, dan menunggang kuda (Siauw, 2014b: 199). 14. “Countess Cneajna sangat ramah dan baik hati. Tidak ada seorang pun yang tidak mencintainya. Hatinya tulus ketika membantu sesama. Aku hanya anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan di Moldavia. Katika usiaku empat belas tahun, Countess Cneajna mengambilku untuk menjadi pelayannya. Ia tidak pernah menganggap kami, para pelayannya, sebagai budak atau bawahan. Ia menganggap kami semua sebagai sahabatnya. Karena itulah ia memperlakukan kami dengan baik sekali, hingga seakan-akan kami bersedia mati untuk membelanya.” (Siauw, 2014b: 252). 15. Sultan mewajibkan mereka semua untuk menghormati dan menyambut kedatangan tamu, begitulah kemuliaan Islam dalam memperlakukan tamu (Siauw, 2014b: 284). 16. Rak-rak buku yang panjang dan tinggi berdiam di sisi meja rias. Buku-buku tebal tentang berbagai tema memenuhinya. Barbara memang amat gemar membaca. Karena itulah wawasannya menjadi luas, dan dengan wawasan itulah dia menjadi pengendali atas banyak hal. Dia memahami betul seberapa pentingnya sebuah informasi (Siauw, 2014b: 318). 17. Islam mengajarkan bagaimana cara kita bersikap kepada orang tua kita. Yakni harus bersikap baik dan santun, walaupun orang tua kita orang kafir atau orang yang suka bermaksiat. Hanya saja jika kita diperintahkan oleh mereka untuk menyekutukan dan bermaksiat kepada Allah, kita tidak boleh menaatinya (Siauw, 2014b: 331). 18. Salah satu yang membuatnya ungul daripada siswa-siswa yang lain adalah ibadahnya yang kuat. Dia selalu membiasakan dirinya dengan solat tahajud. Setelah tahajud, dia menunggu hingga waktu subuh dengan membaca Al-Qur’an (Siauw, 2014b: 360). The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent merupakan buku seri ke dua setelah The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans dengan tebal 363 halaman. Buku ini masih berkisah tentang seorang kesatria yang dijanjikan telah lahir, Muhammad Al-Fatih. Seorang pembantai nan keji juga terlahir, Vlad III Dracula. Takdir mempertemukan mereka untuk tumbuh bersama, tetapi menempuh jalan yang berbeda. Di lain sisi Kerajaan Eropa gemetar menghadapi jihad para Ghazi. Berikut kata-kata dalam buku ini yang mengandung nilai-nilai edukatif: 1. Tak terhitung lagi kerugian yang mereka derita, mereka menyadari bahwa bangsa pengelana yang dahulu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, kini telah berubah menjadi adidaya dengan menggunakan Islam sebagai dasarnya (Siauw, 2014b: 15). 2. “Tak seperti pasukan Perang Suci yang terpisah-pisah dan terpecah belah, pasukan Utsmani punya struktur komando dan persatuan yang kokoh. Para prajurit Utsmani pasti akan menaati atasannya, walaupun perintah itu memungkinkan mereka terbunuh. Pasukan Utsmani pun kebanyakan pemberani. Seolah-olah medan perang adalah taman bunga bagi mereka dan mereka senang berada di sana. Mereka tangkas dan lincah. Seolah-olah walau tanpa baju perang sekalipun, mereka akan tetap berangkat berperang. Mereka juga sangat saleh. Kalau pasukan kita mabuk-mabukan dan main perempuan, hal itu tidak kutemukan di tengah-tengah mereka. Sepuluh ribu pasukan Utsmani lebih tenang dan sunyi, daripada seratus orang pasukan Kristen. Mereka suka sekali ribut dan susah diatur.” (Siauw, 2014b: 18). 3. Tapi jika mereka datang, lebih baik kita ikat perjanjian dengan mereka. Utsmani selalu menepati janji (Siauw, 2014b: 19). 4. Fregadovic memahami Islam dengan baik dan cepat. Ia memimpin dengan adil dan bijaksana, menerapkan syariat Islam secara kaffah. Kaum muslim dan orang Kristen yang hidup di bawah kepemimpinannya hidup rukun dan sejahtera. Islam telah membawa rahmad bagi semua (Siauw, 2014b: 34). 5. Fregadovic dan yang lainnya hanyut dalam selautan ilmu. Otak mereka berputar. Akal mereka bekerja. Setiap mereka belajar Islam, setiap kali itu pula semangat mereka terdongkrak, dan keteguhan mereka penuh. Mereka semakin mengerti untuk apa mereka menjalani hidup ini, demi taat kepada Allah (Siauw, 2014b: 35). 6. Katenangan telah menyelubungi hatinya, sebab kepasrahan itu adalah obat bagi jiwa. Apa daya upaya manusia dibandingkan dengan kekuasaan Allah azza wa jalla (Siauw, 2014b: 134). 7. Syaikh Ahmad Al-Qurani, seperti yang dituturkan Imam Suyuti, adalah seorang ulama yang faqih. Ia melampaui rekan-rekannya dalam ilmu ma’qul dan manqul. Ia mahir dalam ilmu ma’ani, nahwu, bayan, dan fiqh. Serta masyur dalam berbagai keutamaan. Kepalanya ditutupi sorban putih. Rambut, kumis, dan janggutnya telah putih semua, usianya sudah enam puluh tujuh tahun, namun walaupun sudah setua itu ia masih berdiri tegak dan mengajar murid-muridnya dengan penuh energi (Siauw, 2014b: 144). 8. “Ayahmu memerintahkan aku untuk mengajarimu, dan kalau kau sulit diatur dan tidak menghormati gurumu, aku akan memukulmu denga rotan ini.” Wajah Syaikh Qurani tetap dingin tanpa ekspresi (Siauw, 2014b: 145). 9. Syaikh Qurani melangkah pelan, berjalan melintasi meja guru, kemudian menghampiri Mehmed. “Bukan karena kota itu adalah kota yang indah. Atau karena emas dan perak di dalamnya. Tapi lebih dari itu! Kita mesti menaklukan kota itu karena ada janji Allah dan Rasul-Nya. Dan ingatlah, Rasulullah saw sendiri yang akan memberikan gelar sebagai komandan terbaik, bagi siapapun yang berhasil menaklukkan kota itu. Dan pasukannya adalah pasukan terbaik.” (Siauw, 2014b: 156). 10. “Untuk menaklukkan Konstantinopel, dan menjadi ghazi yang paling disegani, tidak bisa tidak, kau harus unggul dalam segalanya. Kau harus menjadi yang nomor satu. Kau harus menjadi orang yang paling dekat dengan Allah azza wa jalla. Kau harus menjadi yang terkuat, yang paling tangkas. Ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an harus kau kauasai. Hatimu harus kokoh dan teguh. Tekadmu tak boleh goyah. Kau harus mampu memimpin kami semua meraih kemenangan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan semua itu adalah dengan belajar, dan terus belajar.” (Siauw, 2014b: 157-158). 11. Rombongan itu berjalan menyusuri rumah-rumah penduduk. Orang-orang Amasya menyapa Ahmed dan para prajurit saat berpapasan. Hubungan antara penguasa Amasya dan rakyatnya berjalan lancar dan harmonis. Ahmed malambaikan tangannya dan menebarkan senyum untuk melayani rakyatnya. Rakyat begitu mencintai Ahmed karena kebijaksanaan dan kecintaan kepada rakyatnya (Siauw, 2014b: 186). 12. Mehmed memerhatikan kata-kata kakaknya, dan menangkap setiap penjelasannya. Ia tahu nasihat kakaknya itu akan sangat berguna untuk menjadi seorang ghazi yang kelak akan menaklukkan Konstantinopel (Siauw, 2014b: 187). 13. Sambil memimpin Amasya, Mehmed terus belajar kepada Syaikh Aaq Syamsuddin. Berbagai bidang ilmu dikuasainya, baik ilmuilmu syariah, maupun ilmu-ilmu terapan. Sejarah dan bahasapun tak ketinggalan, begitu juga politik dan militer. Ia belajar taktik berperang, terus mengasah kemampuan memanah, bermain pedang, dan menunggang kuda (Siauw, 2014b: 199). 14. “Countess Cneajna sangat ramah dan baik hati. Tidak ada seorang pun yang tidak mencintainya. Hatinya tulus ketika membantu sesama. Aku hanya anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan di Moldavia. Katika usiaku empat belas tahun, Countess Cneajna mengambilku untuk menjadi pelayannya. Ia tidak pernah menganggap kami, para pelayannya, sebagai budak atau bawahan. Ia menganggap kami semua sebagai sahabatnya. Karena itulah ia memperlakukan kami dengan baik sekali, hingga seakan-akan kami bersedia mati untuk membelanya.” (Siauw, 2014b: 252). 15. Sultan mewajibkan mereka semua untuk menghormati dan menyambut kedatangan tamu, begitulah kemuliaan Islam dalam memperlakukan tamu (Siauw, 2014b: 284). 16. Rak-rak buku yang panjang dan tinggi berdiam di sisi meja rias. Buku-buku tebal tentang berbagai tema memenuhinya. Barbara memang amat gemar membaca. Karena itulah wawasannya menjadi luas, dan dengan wawasan itulah dia menjadi pengendali atas banyak hal. Dia memahami betul seberapa pentingnya sebuah informasi (Siauw, 2014b: 318). 17. Islam mengajarkan bagaimana cara kita bersikap kepada orang tua kita. Yakni harus bersikap baik dan santun, walaupun orang tua kita orang kafir atau orang yang suka bermaksiat. Hanya saja jika kita diperintahkan oleh mereka untuk menyekutukan dan bermaksiat kepada Allah, kita tidak boleh menaatinya (Siauw, 2014b: 331). 18. Salah satu yang membuatnya ungul daripada siswa-siswa yang lain adalah ibadahnya yang kuat. Dia selalu membiasakan dirinya dengan solat tahajud. Setelah tahajud, dia menunggu hingga waktu subuh dengan membaca Al-Qur’an (Siauw, 2014b: 360). BAB IV PEMBAHASAN A. Signifikansi Pemikiran Pentingnya nilai-nilai edukatif akan merujuk kembali pada definisi operasionalnya yaitu nilai-nilai edukatif adalah konsep-konsep, suatu ideal, suatu paradigma yang mengilhami anggota masyarakat agar berperilaku sesuai yang diterima masyarakat selanjutnya akan menentukan perilaku seseorang melalui usaha yang mendidik ke arah kedewasaan mengenai hal-hal yang dianggap baik maupun buruk. Nilai-nilai edukatif adalah konsep pemikirannya yang kemudian akan menjadi landasan bagi terlaksanakannya “Pendidikan Nilai”. Munculnya istilah pendidikan nilai (value education) pengertiannya secara substansif sama dengan pendidikan akhlak, tetapi yang mendasarkan pada temuan penelitian empirik di lapangan. Epistemologi pendidikan nilai mengakui keabsahan penalaran manusia semata, dan cenderung menegasikan pada peran wahyu (revelation). Pendidikan nilai dalam Islam mengakui akal dan wahyu sebagai sumber moral. Perangkat nilai yang dikembangkan menampilkan panduan komunikasi vertikal dan horizontal secara seimbang, juga nilai-nilai yang menumbuhkan kesalehan pribadi dan kepedulian sosial. Integrasi nilainilai al-Islam terwujud dari keadaan penghayatan iman yang direfleksikan dalam karya nyata (Sutomo). Dalam konteks penelitian ini pentingnya penggalian nilai-nilai edukatif dalam karya Felix Y. Siauw adalah bentuk kontribusi penanaman akhlak melalui karya-karya berupa buku. Penyebaran ide pada karya Felix terdiri dari tiga bagian yaitu bukubuku yang membahas tentang pemikiran akhlak, pemikiran sistem pemerintahan, dan pemikiran sejarah. Pemikiran akhlah termuat dalam buku How to Master Your Habits, Yuk Berhijab, Udah Putusin Aja, dan Beyond The Inspiration. Pemikiran sistem pemerintahan termuat dalam buku Khilafah Remake. Pemikiran sejarah berada dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453; The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans; dan The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent. Hal selanjutnya yang tidak kalah penting adalah meskipun Felix bila dilihat dari latar belakang pendidikan tetapi mampu mengedukasi masyarakat melalui berbagai jejaring sosial dan buku-buku karyanya. B. Relevansi Pemikiran Penanaman nilai-nilai edukatif tidak hanya menjadi tanggungan dari guru agama saja. Akan tetapi semua orang mempunyai tanggug jawab terhadap terlaksanakannya nilai-nilai edukatif. Nilai-nilai edukatif dapat diperoleh tidak hanya di sektor pendidikan formal tetapi pada sektor pendidikan non-formal dan in-formal. Sebagaimana halnya peran Felix Y. Siauw dalam menanamkan nilai-nilai edukatif melalui jejaring sosial dan karya-karyanya. Penanaman nilai-nilai edukatif oleh Felix Y. Siauw belum dapat dinikmati oleh semua kalangan, karena hanya pada kalangan tertentu yang dapat menyimak pemikiran Felix Y. Siauw seperti pengguna sosial media yaitu 2.950.599 (facebook), 1.463.632 (twitter), 269k (instagram). Selain aktif berdakwah di sosial media Felix juga mengisi berbagai seminar di mana audiensinya adalah mahasiswa. Dengan diterbitkannya delapan buku yang dicetak lebih dari satu kali berjudul How to Master Your Habits; Yuk, Berhijab; Udah Putusin Aja; Beyond The Inspiration; Muhammad AlFatih 1453; Khilafah *Remake; The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans; dan The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent membuktikan penyimak pemikiran Felix adalah pembaca buku. Felix juga mengisi kajian yang ditayangkan beberapa stasiun televisi, baik nasional yaitu TVRI dalam acara Ispirasi Islam, maupun swasta yaitu Tv One sebagai bintang tamu dalam acara Satu Jam Lebih Dekat dengan Felix Y. Siauw, Trans Tv dalam acara Mozaik Islam, dan Share Channel Tv dalam acara Inspiring Islam. Sehingga pemikiran-pemikiran Felix juga dapat di temui dalam acara-acara tersebut. Hubungan pemkiran Felix yang berupa pemikiran akhlak, sistem pemerintahan, dan sejarah dengan bidang pendidikan adalah upaya yang patut dicontoh dalam mendidik generasi muda yang dapat diterapkan dalam nilai-nilai individual, sosial, praktis, dan dakwah. Sehingga akan menghasilkan generasi yang tidak hanya pintar tetapi juga baik. Hubungan dengan bidang pendidikan selanjutnya adalah memanfaatkan segala sarana dalam mendidik yaitu berupa tulisan melalui karya pada buku-buku maupun memanfaatkan jejaring sosial. C. Implikasi Merujuk pada bab I yang telah peneliti kemukakan, bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam karya Felix Y. Siauw dan mengacu pada definisi nilainilai edukatif yaitu nilai-nilai edukatif adalah konsep-konsep, suatu ideal, suatu paradigma yang mengilhami anggota masyarakat agar berperilaku sesuai yang diterima masyarakat selanjutnya akan menentukan perilaku seseorang melalui usaha yang mendidik ke arah kedewasaan mengenai hal-hal yang dianggap baik maupun buruk. Berdasarkan analisis peneliti dapat mengelompokkan pemikiran nilai-nilai edukatif Felix Y. Siauw menjadi empat macam yaitu nilai-nilai individual, nilai-nilai sosial, nilainilai praktis, dan nilai-nilai dakwah. Berikut butir-butirnya: 1. Nilai-nilai individual a. Visioner Sebagai seorang muslim Islam tidak hanya dijadikan sebatas sebagai sebuah keyakinan tetapi digunakan sebagai pedoman tujuan hidup. Keterpurukan tidak akan menghalanginya dalam melaksanakan tujuan. Seorang yang visioner tidak hanya sebatas pada rencana tetapi juga melakukan tindakan. Cermin seorang muslim yang visioner adalah menentukan bahwa pilihannya adalah surga Allah, selalu akan menginvestasikan setiap waktu, tenaga, harta, diri, keluarga, bahkan nyawanya di jalan Allah. Dia pun akan menjalani setiap konsekuensinya dengan penuh kesadaran, ketaatan, dan keikhlasan sebagai bagian yang harus dia jalani. Dia tidak akan pernah jemu untuk menjalankan setiap perintah Allah seberapapun sulitnya. Dia akan menghormati orang tuanya, menyayangi anak-anaknya, dan mencintai istrinya sebagaimana dia sangat memedulikan sesamanya. Dia tidak akan bosan menolak segala bentuk kemaksiatan. Hal ini dapat dilihat pada buku How to Master Your Habits: Meyakini visi yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta berjuang sekuat tenaga karenanya tidak akan dapat dilakukan maksimal apabila kita tidak visioner (Siauw, 2014d: 142). Beyond The Inspiration: Seorang visioner akan mengubah fakta agar sesuai dengan tujuannya (Siauw, 2014c: 18). b. Motivasi Motivasi adalah usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan yang dengan perbuatannya (Departemen, 2002: 756). Usaha tersebut berupa ibadah, penguatan mental, belajar, selalu berlatih, dan selalu memperhatikan nasihat. Motivasi dapat dilihat pada buku How to Master Your Habits: Seorang muslim tidak akan merasa puas dengan hanya membentuk habits. Namun ia harus dikembangkan menjadi expertise (keahlian spesialis). Seorang expert mampu memberikan manfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri namun juga bagi orang lain (Siauw, 2014d: 102). Muhammad Al-Fatih 1453: Nabi memotivasi mereka dengan ayat Allah, mendisiplinkan mereka dengan shalat berjamaah, dan menempa jiwa mereka dengan tahajud serta mengikat mereka dengan ikatan aqidah yang satu, lalu mentransformasi mereka menjadi suatu kelompok terorganisir yang memiliki kekuatan dan visi yang besar (Siauw, 2015a: 10-11). Kemenangan ini bukanlah segalanya, tetapi justru menjadi anak tangga pertama menuju Konstantinopel (Siauw, 2015a: 21). Setiap anak laki-laki diberikan pendidikan yang terbaik oleh ulamaulama terbaik pada zamannya. Sultan Murad pun selalu mendoakan anak-anaknya agar Allah berkehendak menjadikan mereka sebagai penakluk Konstantinopel (Siauw, 2015a: 44). Aaq Syamsuddin setiap hari menceritakan perjuangan Rasulullah dan pengorbanannya dalam menegakkan Islam, serta menanamkan kepribadian Rasul melalui sirahnya kepada Mehmed (Siauw, 2015a: 47). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Namanya Mehmed. Usianya baru tigabelas tahun. Sejak usia tujuh tahun ia telah hafal seluruh isi Al-Qur’an. Lidahnya mampu bergerak dalam tujuh bahasa: Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia, dan Ibrani. Ia begitu mencintai ilmu dan ia terus dipersiapkan untuk meraih sebuah cita-cita besar oleh ayah dan gurunya itu. Sebuah cita-cita yang dijanjikan oleh Rasulullah delapan ratus tahun yang lalu. Cita-cita yang selalu menjadi bunga tidur dan angan-angan para mujahidin, dan tak terhitung lagi berapa banyak kesatria muslim yang telah syahid untuk mewujudkannya (Siauw, 2014a: 18). “Satu hal yang harus benar-benar kita perhitungkan adalah kekuatan angkatan bersenjata kita. Kalau kita ingin memenangkan perang suci kali ini, kekuatan itu harus kita tingkatkan. Terutama kekuatan mental dan semangat pasukan kita. Kalau tidak begitu, kekalahan yang sama yang akan kita derita.” (Siauw, 2014a: 101). The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: Fregadovic dan yang lainnya hanyut dalam selautan ilmu. Otak mereka berputar. Akal mereka bekerja. Setiap mereka belajar Islam, setiap kali itu pula semangat mereka terdongkrak, dan keteguhan mereka penuh. Mereka semakin mengerti untuk apa mereka menjalani hidup ini, demi taat kepada Allah (Siauw, 2014b: 35). Syaikh Ahmad Al-Qurani, seperti yang dituturkan Imam Suyuti, adalah seorang ulama yang faqih. Ia melampaui rekan-rekannya dalam ilmu ma’qul dan manqul. Ia mahir dalam ilmu ma’ani, nahwu, bayan, dan fiqh. Serta masyur dalam berbagai keutamaan. Kepalanya ditutupi sorban putih. Rambut, kumis, dan janggutnya telah putih semua, usianya sudah enam puluh tujuh tahun, namun walaupun sudah setua itu ia masih berdiri tegak dan mengajar murid-muridnya dengan penuh energi (Siauw, 2014b: 144). “Untuk menaklukkan Konstantinopel, dan menjadi ghazi yang paling disegani, tidak bisa tidak, kau harus unggul dalam segalanya. Kau harus menjadi yang nomor satu. Kau harus menjadi orang yang paling dekat dengan Allah azza wa jalla. Kau harus menjadi yang terkuat, yang paling tangkas. Ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an harus kau kauasai. Hatimu harus kokoh dan teguh. Tekadmu tak boleh goyah. Kau harus mampu memimpin kami semua meraih kemenangan. Satusatunya cara untuk mendapatkan semua itu adalah dengan belajar, dan terus belajar.” (Siauw, 2014b: 157-158). Mehmed memerhatikan kata-kata kakaknya, dan menangkap setiap penjelasannya. Ia tahu nasihat kakaknya itu akan sangat berguna untuk menjadi seorang ghazi yang kelak akan menaklukkan Konstantinopel (Siauw, 2014b: 187). Sambil memimpin Amasya, Mehmed terus belajar kepada Syaikh Aaq Syamsuddin. Berbagai bidang ilmu dikuasainya, baik ilmu-ilmu syariah, maupun ilmu-ilmu terapan. Sejarah dan bahasapun tak ketinggalan, begitu juga politik dan militer. Ia belajar taktik berperang, terus mengasah kemampuan memanah, bermain pedang, dan menunggang kuda (Siauw, 2014b: 199). Rak-rak buku yang panjang dan tinggi berdiam di sisi meja rias. Bukubuku tebal tentang berbagai tema memenuhinya. Barbara memang amat gemar membaca. Karena itulah wawasannya menjadi luas, dan dengan wawasan itulah dia menjadi pengendali atas banyak hal. Dia memahami betul seberapa pentingnya sebuah informasi (Siauw, 2014b: 318). Salah satu yang membuatnya ungul daripada siswa-siswa yang lain adalah ibadahnya yang kuat. Dia selalu membiasakan dirinya dengan solat tahajud. Setelah tahajud, dia menunggu hingga waktu subuh dengan membaca Al-Qur’an (Siauw, 2014b: 360). c. Keseriusan Keseriusan adalah kesungguhan yang tidak hanya sebatas pada kata-kata tetapi juga pada tindakan yang nyata dalam mewujudkan cita-cita. Tercermin dalam kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Rasulullah pun menunjukkan keseriusannya dalam menguasai dunia dengan mengirim surat kepada pembesar-pembesar, termasuk Kisra III Syahansyah Persia, Heraklius Kaisar Romawi, Muqauqis Paderi Mesir, Bazan Raja Yaman, Mundazir Al-Musawwa Raja Bahrain dan banyak yang lain (Siauw, 2015a: 11). d. Sabar Kata shabr maknanya habs, yakni menahan. Maka kata sabar dimaknai usaha menahan diri dari hal-hal yang tidak disekai dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan (Ahmadi, 2004: 85). Sabar dibagi menjadi tiga macam yaitu sabar dalam beribadah, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi ujian. Dapat dilihat pada buku Muhammad Al-Fatih 1453: Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Sa’ad selalu berpesan kepada pasukannya untuk membaca Al-Qur’an, besabar dalam peperangan dan tetap pada posisi mereka masing-masing sampai Allah menghancukan pasukan Byzantium (Siauw, 2015a: 19). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Semua tentara Islam geram dan muak, mereka tak kuat mendapatkan berbagai hinaan atas Allah dan Rasul-Nya serta Islam yang dilontarkan tentara salib. Namun mereka tetap bersabar menaati perintah (Siauw, 2014a: 262). e. Rajin Rajin adalah selalu berusaha giat. Kemudian menjadikan hati mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan. Hal ini tercermin dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453: Ibnu Kaldun dalam muqaddimah melukiskan tentang karakteristik suku Badui Arab, “Orang yang hidup menetap akan menjadi malas dan merasa nyaman, mereka merasa nyaman dengan dinding yang mengelilingi mereka. Badui tidak memiliki pagar atau dinding. Mereka selalu menenteng senjata di manapun dan mengamati dengan teliti kanan kiri ketika berjalan. Mereka beristirahat sangat sedikit, yaitu ketika sedang di atas kuda. Mereka menyadari setiap gonggongan yang sayup terdengar dan setiap suara. Pertahanan adalah kualitas karakternya dan keberanian adalah sifat alami mereka.” (Siauw, 2015a: 25). Dia adalah satu-satunya panglima yang tidak pernah masbuq dalam shalatnya, bahkan dia selalu menunaikannya dengan berjamaah. Mehmed juga selalu menjaga shalat malamnya sebagai mahkota dirinya dan menjadikan shalat rawatib sebagai pedangnya. Tidak sekalipun Mehmed pernah melewatkan shalat malam dan rawatib semasa baligh hingga ia meninggal (Siauw, 2015a: 50). Tidak sedikit penulis barat yang jujur mengakui kekuatan tentara muslim, sebagaimana yang disampaikan oleh pengembara Prancis, Bertradon de la Broquire yang bertemu tentara muslim pada 1430-an: mereka sangat rajin, terbiasa bangun lebih awal dan hidup sederhana... mereka bisa tidur dimanapun, biasanya hanya di tanah... kuda mereka prima, hanya memerlukan pakan sedikit, larinya kencang dan ketahanannya lama... ketaatan pada pemimpinnya tidak terbatas... ketika perintah sudah diberikan, mereka patuh berbaris rapi dalam keheningan, diikuti oleh yang lainnya dengan sama heningnya... 10.000 tentara Turki dalam kejadian yang lama dapat membuat kegaduhan yang lebih kecil dibanding 100 tentara Kristen... saya harus mengakui bahwa dalam semua pengalaman saya yang beragam, saya selalu mengenal orang-orang Turki sebagai orang yang jujur dan loyal serta ketika mereka dibutuhkan untuk menunjukkan keberanian, mereka tidak pernah gagal melakukannya (Siauw, 2015a: 116). f. Memaafkan Memaafkan adalah membebaskan seseorang dari hukuman. Orang yang hebat bukanlah orang yang membalas kesalahan orang lain saat ia mampu membalasnya. Tetapi, orang hebat adalah orang yang mampu memaafkan kesalahan orang lain dan memberinya balasan dengan kebaikan. Dapat dilihat dari kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Setelah menemui kaisar Romanus yang berada dalam tawanan, Sultan Alp Arslan bertanya kepadanya, “Menurutmu apa yang kamu lakukan bila aku yang menjadi tawananmu?. Romanus menjawab: mungkin aku akan membunuhmu, atau menggiringmu dengan kehinaan di jalanjalan Konstantinopel. Hukumanku lebih berat daripada itu, engkau kumaafkan dan kubiarkan pergi.” Ujar sultan (Siauw, 2015a: 31). g. Hijrah Hijrah berarti pindah akan tetapi dalam konteks ini hijrah adalah bangkit dari keterpurukan menuju semangat baru. Tertuang dalam kutipan buku Muhammad Al-fatih 1453: Dalam jangka waktu 2 tahun, Mehmed membenahi seluruh kekurangan dan kelemahannya lalu membuktikan bahwa dia layak untuk menjadi pemimpin (Siauw, 2015a: 55). h. Mudah beradaptasi Adaptasi adalah kemampuan meyesuaikan diri dengan lingkungan. Agar tidak tertinggal dengan umat yang lain kemampuan ini sangat diperlukan misalnya dalam hal teknologi, militer, dan ilmu pengetahuan. Dapat terlihat pada kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Kaum muslim adalah umat yang terkenal sangat cepat mengadopsi teknologi baru dalam militer, bahkan hal ini adalah perhatian utama bagi setiap pemimpin kaum muslim (Siauw, 2015a: 93). i. Tabayyun Tabayyun atau sering disebut dengan klarifkasi, hal ini penting dilakukan karena untuk membersihkan nama kembali setelah adanya pencemaran. Hal ini dilakukan pada zaman itu saat terjadi perang, setelah perang selesai umat Islam melakukan tabayyun guna menegaskan bahwa Islam adalah agama yang damai. Hal ini senada dengan kutipan pada buku Muhammad Al-fatih 1453: Terlepas dari penyesatan yang telah dilakukan para orientalis, sejarah mencatat penaklukkan-penaklukkan dahsyat yang dilakukan kaum muslim. Kecepatan perluasan wilayahnya, perang-perang besar dan adopsi teknologi di dalamnya dan administrasi yang dilakukannya di wilayah taklukkannya. Sejarah juga mencatat bahwa daerah yang dibebaskan kaum muslim akan menjadi lebih sejahtera daripada sebelumnya, sebagai bukti ketingian Islam dan sebagai argumen tak terbantahkan bahwa Islam bukan menjajah dan mengeksploitasi, melainkan membebaskan dan membawa umatnya menuju kemuliaan hidup (Siauw, 2015a: 104). j. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan yang dilakukan pemimpin kepada yang dipimpin. Dapat tercermin dari kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Sultan mehmed juga sangat menyadari bahwa selain ia harus menempa dirinya sebagai pemimpin ‘sebaik-baik pemimpin’, ia pun harus menjadikan pasukannya menjadi ‘sebaik-baik pasukan’ karena Konstantinopel hanya dapat ditaklukkan dengan pemimpin dan pasukan yang terbaik (Siauw, 2015a: 105). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Bayazid memeluk erat Al-Qur’an itu dan tumpahlah lagi air matanya. Ia menangis tersedu-sedu, sendirian, dan ia benar-benar akan menjadi seorang pemimpin yang dirindukan. Imam yang santun dan tentram. Pelayan yang setia (Siauw, 2014a: 140). The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: Fregadovic memahami Islam dengan baik dan cepat. Ia memimpin dengan adil dan bijaksana, menerapkan syariat Islam secara kaffah. Kaum muslim dan orang Kristen yang hidup di bawah kepemimpinannya hidup rukun dan sejahtera. Islam telah membawa rahmad bagi semua (Siauw, 2014b: 34). k. Ketangkasan Tangkas dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan cepat; cekatan, sigap, dan gesit (Departemen, 2002: 1140). Ketangkasan tercermin dalam kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Dia memiliki kecerdikan akal, kecepatan gerak dan keberanian yang kelak akan diingat oleh setiap kawan dan lawannya. Kemudian yang paling menonjol pada Mehmed adalah kemampuannya dalam menentukan sikap dan mengendalikan emosinya, walaupun terkadang tempramental. Dia mampu melakukan tipu muslihat tingkat tinggi dalam peperangan dengan mengandalkan unsur kejutan, strateginya tidak dapat diprediksi. Wajah tenangnya dapat diperlihatkan sementara akalnya strategi yang paling efektif untuk menundukkan lawannya dalam waktu singkat (Siauw, 2015a: 57). Michael sang Yeniseri menggambarkan kekuatan divisi Yeniseri dalam catatannya: pasukan Utsmani laksana kekuatan yang jauh melebihi pasukan manapun... bila pasukan lain mengejarnya mereka bisa mundur dengan cepat; tetapi bila mereka mengejar pasukan musuh maka mereka takkan selamat... kaum Kristen tidak pernah menang melawan Utsmani, apalagi dalam perang terbuka dan kekalahan mereka akibat membiarkan pasukan Turki mengelilingi mereka lalu menyerang mereka dari sayap (Siauw, 2015a: 116). l. Mempelajari sebab-sebab kemenangan Peristiwa yang telah berlalu dijadikan pelajaran karena sejarah memberikan kepada seseorang lebih dari sekedar informasi, ia menyusun cara berfikir seseorang saat ini dan menentukan langkah apa yang akan diambil pada masa yang akan datang. Dalam konteks ini dapat diambil hikmahnya bahwa keberhasilan dapat dicapai dengan tidak berjudi, tidak meminum minuman keras, tidak mengumpat, menjaga kebersihan, dan menjaga kesehatan. Senada dengan kutipan dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453: Utusan Austria untuk Utsmani, Busbeq menambahkan sebab keberhasilan dan kemenangan Khilafah dari segi militer, dengan pandangan berikut: keberhasilan dari kemah-kemah tentara Utsmani, yang disana tidak akan kita temukan judi maupun minuman keras, atau umpatan dan makian dari mulut tentaranya, kamar kecil yang bersih, serta kesatuan medis yang efektif, mengikuti kemampuan tentara pergi untuk mengobati tentara yang terluka atau sakit (Siauw, 2015a: 117). m. Simpati Simpati adalah rasa kasih, rasa setuju (kpd), rasa suka; keikutsertaan merasakan (senang, susah, dsb) orang lain (Departemen, 2002: 1067). Senada dengan kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Nicolo Barbaro juga mengungkapkan kekagumannya pada perilaku pasukan Islam: bila satu atau dua diantara mereka terbunuh, dalam sekejap seorang yang lain datang dan membawa mayat rekannya, memapah dengan bahunya, tanpa peduli seberapa dekat mereka dengan tembok pertahanan kami. Tapi, pasukan kami yang berada di benteng menembak kembali mereka dengan dengan meriam dan crossbow, membidik tentara Utsmani yang sedang memapah rekannya yang sudah meninggal dan seketika itu keduanya jatuh ke tanah dan meninggal, walaupun begitu, tetap saja ada tentara yang datang dan mengambilnya kembali, tanpa takut sedikitpun. Sepertinya mereka lebih suka mengorbankan 10 tentara kembali dibanding harus menanggung malu dengan meninggalkan satupun mayat tentara di depan tembok kota (Siauw, 2015a: 153). n. Waspada Waspada merupakan kebalikan dari sifat lengah. Lengah diakibatkan oleh sifat sombong yaitu merasa diri bisa mengerjakan segalanya. Larangan sifat lengah ini tercermin dalam kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Giustinian membuktikan bahwa ia adalah lawan yang patut diperhitungkan oleh Mehmed. Dalam kondisi tak tentu seperti itu, Giustinian dapat mengumpulkan dukungan tentara dan memimpin mereka bertahan dari serangan Utsmani (Siauw, 2015a: 155). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: “Aku tahu pasukan bantuan tak akan datang tepat waktu. Tapi setidaknya kita berikan peringatan kepada semua orang bahwa serbuan truk adalah ancaman nyata. Tidak bisa kita meremehkan. Harus kita akui juga bahwa kegagalan-kegagalan kita selama ini adalah akibat kita selalu meremehkan mereka (Siauw, 2014a: 136). The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: Tak terhitung lagi kerugian yang mereka derita, mereka menyadari bahwa bangsa pengelana yang dahulu bukan apa-apa dan bukan siapasiapa, kini telah berubah menjadi adidaya dengan menggunakan Islam sebagai dasarnya (Siauw, 2014b: 15). o. Tidak terburu-buru Terburu-buru adalah kondisi dimana seseorang yang secara emosional ingin cepat-cepat melakukan sesuatu, tanpa melalui pertimbangan yang matang. Karena tanpa pertimbangan yang matang maka aktivitas yang dilakukan menjadi tidak maksimal. Orang yang terburu-buru akan berkata padahal belum tahu, akan menjawab padahal tidak paham, dan akan memberi keputusan padahal tidak mampu. Senada dengan kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Walaupun sekarang Sultan Mehmed telah mempunyai kendali atas Teluk Tanduk Emas, namun dia tidak ingin terburu-buru. Sultan Mehmed menginginkan penaklukkan Konstantinopel dilakukan dengan korban yang seminimal mungkin. Nyawa setiap kaum muslim lebih berarti dari dunia dan seisinya (Siauw, 2015a: 193). p. Rasional Rasional adalah menurut pikiran dan pertimbangan yang logis, menurut pikiran yang sehat, cocok dengan akal (Departemen, 2002: 933). Ketika takhayul dijadikan panduan dan akal merasionalisasikannya, sedangkan keimanan dibangun tanpa ilmu, saat itulah kerendahan berfikir akan tampak. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453: Benarlah perkataan sebagian besar orang bahwa ketakutan adalah akumulasi daripada ketidaktahuan dan takhayul adalah efek kemiskinan ilmu (Siauw, 2015a: 212). q. Meluruskan niat Islam mengatur tentang hal meluruskan niat sebagaimana sabda Rasulullah: “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Ibrahim dari Alqamah bin Waqash dari Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barang siapa niat hijrahnya karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia niatkan.” (Shahih Bukhari) (Hanif, 2014: 2). Niat di sini bukan untuk merampas harta dan balas dendem tetapi untuk mencari ridho Allah dengan menyebarkan agama Islam. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan pada buku Muhammad AlFatih 1453: Sultan juga mengingatkan agar serangan umum yang dilakukan nanti haruslah diniatkan hanya untuk meninggikan kalimat Allah, karena bila hanya untuk harta maka Konstantinopel bukanlah kota yang penuh dengan kekayaan setelah dijarah oleh pasukan salib pada 1204. Sultan juga mengingatkan bahwa penaklukkan Konstantinopel tidaklah sama dengan penjarahan sebagaimana dilakukan kaum Mongol terhadap Baghdad, kaum muslim tidak diperbolehkan melukai penduduk kota ataupun menghancurkan bangunan atas alasan apapun (Siauw, 2015a: 229-230). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Kekalahan kami sama sekali tidak menunjukkan kelemahan kami. Kami melakukan ini pun bukan karena harta, persenjataan, atau keagungan semata, tapi karena ini semua adalah perintah Tuhan kami (Siauw, 2014a: 39). The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: Syaikh Qurani melangkah pelan, berjalan melintasi meja guru, kemudian menghampiri Mehmed. “Bukan karena kota itu adalah kota yang indah. Atau karena emas dan perak di dalamnya. Tapi lebih dari itu! Kita mesti menaklukan kota itu karena ada janji Allah dan RasulNya. Dan ingatlah, Rasulullah saw sendiri yang akan memberikan gelar sebagai komandan terbaik, bagi siapapun yang berhasil menaklukkan kota itu. Dan pasukannya adalah pasukan terbaik.” (Siauw, 2014b: 156). r. Adil Kata adil berasal dari bahasa Arab. Artinya, meletakkan sesuatu pada tempatnya (Ahmad, 2004: 67). Adil dapat terlihat pada kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Di bawah tempaan Syaikh Al-Kurani, Mehmed mulai menyerap ayatayat Al-Qur’an dan menghafalkannya pada usia 8 tahun. Ia juga mempelajari etika belajar dari Syaikh Al-Kurani yang tidak menganggapnya berbeda dari anak-anak lain (Siauw, 2015a: 47). Keadilan Islam dirasakan hampir seluruh warga Konstantinopel, baik muslim maupun warga Kristen Yunani dan Italia, bayangan mereka tentang muslim seperti yang selama ini diembuskan dan dibantah oleh kejadian di depan mata mereka. Sultan acapkali membagikan sendiri harta-harta dalam jumlah yang banyak kepada para wanita yang ditinggal mati suaminya sehingga dapat menghidupi keluarganya, selain menyuruh para Yeniseri untuk bersama-sama membangun rumah penduduk yang rusak karena perang, meminta mereka juga untuk berlaku baik dan penuh kasih sayang kepada warga tanpa memandang agama mereka (Siauw, 2015a: 259). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Bahkan Murad memanggil orang-orang miskin dan semua pengemis, lalu membagi-bagikan uang kepada mereka, padahal jelas mereka semua berbeda agama dengan Murad (Siauw, 2014a: 47). s. Optimis Optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapai segala hal (Departemen, 2002: 801). Dengan sikap optimis ia percaya dapat mengontrol arah hidupnya. Kemudian ia dapat menangani masalah-masalah yang muncul pada masa yang akan datang. Cermin sikap optimis terdapat pada kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Walaupun terdengar mustahil, seluruh pasukan Utsmani tidak ada seorangpun yang menganggapnya begitu, semangat yang ada di dada mereka bergejolak, keimanan mereka hendak diuji, seberapa besar keinginan mereka menjadi pasukan yang terbaik. Sultan selalu mengingatkan mereka bagaimana Rasulullah saw selalu menggunakan elemant of surprise dalam ekspedisi perang beliau dan mengadopsi seluruh ide baru yang belum pernah dikenal sebelumnya, atau seperti dalam surat Syaikh Syamsuddin “sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya” (Siauw, 2015a: 177). Namun, Mehmed tetap tegar pada pendiriannya, baginya menyerah bukanlah sebuah opsi (Siauw, 2015a: 219). Sultan Mehmed tidak pernah menghabiskan waktunya untuk mencaricari alasan atas kegagalan yang dia peroleh, namun menghabiskan waktunya untuk mencari cara agar apa yang diinginkannya dapat terwujud, walau dengan cara-cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya (Siauw, 2015a: 311). Khilafah Remake: Meski wilayah Islam hanya seluas Madinah, tapi ternyata tidak menghalangi Rasulullah untuk mempunyai visi yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia ataupun dinalar logika, yaitu menyebarkan Islam ke seluruh dunia (Siauw, 2014e: 31). t. Amanah Amanah artinya dapat dipercaya. Seseorang yang amanah dapat memegang janji dengan baik dan harus ditunaikan. Dalam hal ini seorang pemimpin mampu menyelesaikan amanahnya terhadap rakyatnya Senada dengan kutipan pada buku Khilafah Remake: Seorang muslim yang bertakwa kepada Allah akan selalu menjauhi larangan Allah dan memburu ketaatan kepada-Nya, tidak akan mengambil yang bukan haknya, tidak akan menzalimi manusia, selalu berbuat adil, menepati janji dan menunaikan amanah. Hebatnya, kesemua itu bukan dilakukan demi manusia, hingga berkurang kadar kebaikannya tatkala tidak dilihat manusia. Semua itu dia lakukan karena Allah saja, hingga seorang muslim akan konsisten menjadi manusia terbaik di manapun dan kapanpun (Siauw, 2014e: 118). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: “Bagi kaum laki-laki yang kaya diantara kalian, Allah telah mewajibkannya membayar jizyah setiap tahun. Hanya bagi kaum lakilaki yang kaya. Tapi, bagi sipapun dari kalian yang sengsara dan kelaparan, tidak punya tempat tinggal, anak-anak yatim, janda-janda miskin, dan siapapun diantara kalian yang membutuhkan, maka datanglah kepadaku. Sebab Allah telah memberi amanah kepadaku untuk menyelesaikan semua kesulitan kalian.” (Siauw, 2014a: 93-94). The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: Tapi jika mereka datang, lebih baik kita ikat perjanjian dengan mereka. Utsmani selalu menepati janji (Siauw, 2014b: 19). u. Tawadhu’ Kata tawadhu’ berasal dari kata wa-da-‘a yang berarti merendahkan. Ia berarti, sifat merendahkan diri atau menempatkan dirinya pada posisi yang lebih rendah dari yang semestinya dimiliki. Tampaknya sikap tawadhu’ mirip dengan menghinakan diri. Namun sesungguhnya keduanya berbeda (Ahmadi, 2004: 108). Cermin tawadhu’ dapat terlihat pada kutipan buku Muhammad AlFatih 1453: Walaupun Sultan Mehmed sangat senang dengan meriam barunya, namun keimanan Islam telah mengajarkan kepadanya bahwa hanya Allah sumber kemenangan dan kemuliaan dan hal ini harus diketahui pada seluruh pasukannya, agar mereka tidak bergantung selain kepada Allah swt (Siauw, 2015a: 101). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Tak tampak kesombongan dalam gerak laku dan kata-katanya. Pakaiannya bersih dan baik, namun biasa-biasa saja. Ia merasa malu kalau bermagah-megahan. Malu kepada rakyatnya, malu kepada putranya, malu kepada para ulama, malu kepada Rasulullah, dan malu kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam (Siauw, 2014a: 15). The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: Rombongan itu berjalan menyusuri rumah-rumah penduduk. Orangorang Amasya menyapa Ahmed dan para prajurit saat berpapasan. Hubungan antara penguasa Amasya dan rakyatnya berjalan lancar dan harmonis. Ahmed malambaikan tangannya dan menebarkan senyum untuk melayani rakyatnya. Rakyat begitu mencintai Ahmed karena kebijaksanaan dan kecintaan kepada rakyatnya (Siauw, 2014b: 186). v. Jujur Shidiq atau sidiq, berasal dari kata sha-da-qa yang artinya benar. Benar di sini bukan lawan kata salah, tapi lawan kata dusta, sehingga lebih tepat dimaknai jujur atau kejujuran. Selain makna jujur, sidiq terkadang juga dimaknai kesetiaan, seperti setia pada janji dan setia pada komitmen. Orang yang jujur adalah orang yang berkata, berpemanpilan, dan bertindak apa adanya tanpa dibuat-buat. Kejujuran adalah sikap yang jauh dari kepalsuan dan kepura-puraan (Ahmadi, 2004: 41). Jujur dapat terlihat dari kutipan dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453: Setiap muslim adalah tentara yang siap mengamban Islam, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan (Siauw, 2015a:104). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Lazar terpaku, berpikir. Dia ragu, sebab dia tahu apa yang disampaikan dua utusan Utsmani itu ada benarnya. Ada begitu banyak orang miskin, pengemis, gelandangan, dan orang-orang sengsara di dalam kekaisarannya, bahkan di ibu kotanya sendiri Kosovo. Dia tak bisa menipu dirinya tentang semua itu (Siauw, 2014a: 40). w. Husnudzan Husnudzan adalah perilaku berbaik sangka. Husnudzan merupakan cara memandang segala sesuatu dari sisi positifnya. Hikmah dari husnudzan adalah hidup menjadi optimis karena merasa tidak teraniaya, lebih percaya diri, dan menyehatkan karena mampu mengelola stres. Allah berfirman: َّ ض َّ الظ ِن َيرا ِمن ْ َياأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا ً ِاجتَنِبُوا َكث َ الظ ِن ِإ َّن َب ْع ضا أَيُ ِحبُّ أ َ َحدُ ُك ْم أَن ً ض ُك ْم بَ ْع ُ سوا َوالَيَ ْغتَب بَّ ْع َّ إِثْ ُمُُ َوالَت َ َج ُ س ُُاب ُ هللا ت َ َّو َ هللا ِإ َّن َ يَأ ْ ُك َل لَ ْح َم أ َ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهت ُ ُموهُ َواتَّقُوا }12{ َُُّر ِحي ُم “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-Hujurat: 12). Sesuai dengan kutipan pada buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Jangan dulu kau berburuk sangka, Islam mengatur bahwa jizyah hanya diambil dari laki-laki dan dari orang-orang mampu, bukan dari anakanak, perempuan, dan orang-orang miskin (Siauw, 2014a: 48). x. Rindu pada kebaikan Rindu pada kebaikan merupakan keinginan untuk selalu berbuat baik. Jika hatinya diisi dengan kerinduan pada saudara, Rasul, dan Tuhannya. Maka, di hatinya tidak akan diisi dengan perilaku-perilaku jahat. Senada dengan kutipan pada buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Suaranya gemetar, dadanya dibuncahi rasa rindu. Rindu kepada ayahnya, kepada saudaranya, kepada para mujahidin. Rindu kepada para ulama. Rindu kepada para sahabat yang gigih mempertahankan din yang suci. Rindu kepada Rasulullah yang kepadanya din itu turun, dan mengorbankan segala miliknya untuk menegakkan din itu. Rindu.kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam, pemberi rizki, dan mencurahkan nikmat tiada henti kepada umat manusia (Siauw, 2014a: 138). y. Kecerdasan emosional Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperi kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan) (Departemen, 2002: 298). Dapat disimpulkan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengendalikan luapan perasaan sesaat. Sebagaimana tercermin dalam kutipan buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Bayazid duduk tegak. Tangannya terletak di atas pahanya. Menatap tajam mata Mircea. Ia tersenyum, sebuah kematangan emosi yang menakjubkan. Padahal orang yang ada di hadapannya adalah musuhnya (Siauw, 2014a: 141). z. Keberanian Keberanian adalah suatu sifat yang dapat mendorong dan memberikan semangat kerja secara terus-menerus lagi teratur untuk semua pelaksana dan pekerja. Dengan memiliki sifat itu, tidak mungkin akan mundurlah para pelaku yang merupakan inti tenaga dari setiap usaha yang sedang dilaksanakan, sehingga dapat memperoleh apa yang dicita-citakan (Al-Ghalayini, 1976: 38). Keberanian nampak pada kutipan buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Dua orang komandan perang Utsmani itu masih muda. Usia mereka baru dua puluh tahun. Tapi kemampuan memimpin mereka tak terkalahkan sepuluh ribu tentara. Keberanian mereka pun ada di urutan terdepan. Di dalam dada mereka bersemayam keimanan dan semangat untuk melawan kezaliman musuh-musuh agama (Siauw, 2014a: 162). aa. Tawakal Tawakal adalah suatu sikap kepasrahan seorang hamba kepada Allah yang disertai usaha, doa, dan menunaikan segala perintahnya. Hal ini didasari oleh kesadaran bahwa segala kekuasaan adalah milik Allah. Keberhasilan tidak akan menjadikan sombong dan kegagalan tidak akan menjadikan putus asa. Sesuai dengan kutipan pada buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Dia hadapkan kembali hatinya kepada Allah, dia berdoa dengan penuh kesungguhan, mengharapkan kebaikan bagi semua (Siauw, 2014a: 204). Hal ini sesuai dengan kutipan dalam buku The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: Katenangan telah menyelubungi hatinya, sebab kepasrahan itu adalah obat bagi jiwa. Apa daya upaya manusia dibandingkan dengan kekuasaan Allah azza wa jalla (Siauw, 2014b: 134). bb. Tegas Tegas adalah jelas dan terang benar, nyata; tebtu dan pasti (tidak ragu-ragu lagi, tidak samar-samar); tandas (Departemen, 2002: 1155). Dalam hal ini hukuman tetap diberlakukan meskipun terhadap anak raja. Hal ini sesuai dengan kutipan dalam buku The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: “Ayahmu memerintahkan aku untuk mengajarimu, dan kalau kau sulit diatur dan tidak menghormati gurumu, aku akan memukulmu denga rotan ini.” Wajah Syaikh Qurani tetap dingin tanpa ekspresi (Siauw, 2014b: 145). cc. Ketulusan Ketulusan yaitu kesungguhan tanpa kepura-puraan. Countess Cneajna walaupun dengan bawahan tidak mengangapnya sebagai budak tetapi sebagai sahabat. Dampak yang ditimbulkan dari ketulusan ini adalah rasa rela berkorban dari bawahannya. Sesuai dengan pernyataan dalam buku The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: “Countess Cneajna sangat ramah dan baik hati. Tidak ada seorang pun yang tidak mencintainya. Hatinya tulus ketika membantu sesama. Aku hanya anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan di Moldavia. Katika usiaku empat belas tahun, Countess Cneajna mengambilku untuk menjadi pelayannya. Ia tidak pernah menganggap kami, para pelayannya, sebagai budak atau bawahan. Ia menganggap kami semua sebagai sahabatnya. Karena itulah ia memperlakukan kami dengan baik sekali, hingga seakan-akan kami bersedia mati untuk membelanya.” (Siauw, 2014b: 252). 2. Nilai-nilai sosial a. Kesetaraan gender dalam Islam Prinsip dalam Islam tidak menyudutkan salah satu pihak baik lakilaki maupun wanita. Laki-laki dan perempuan mempunyai tugas yang sama dalam menjalankan ketaatan pada Allah. Mengenai peran sosial dalam masyarakat tidak ada larangan perempuan berperan di dalamnya. Dapat ditemukan dalam kutipan buku Yuk Berhijab: Islam memandang bahwa kebahagiaan manusia bukan terletak pada harta, tahta, dan cinta semata, tatapi terletak pada ridho Allah. Karenanya, baik lelaki maupun wanita punya kesempatan yang sama untuk meraihnya (Siauw, 2015b: 34). b. Adab berpakaian Dalam Islam, etika menutup berbusana tertuang dalam surat AnNur ayat 30-31 dan Al-Ahzab 59. “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putraputra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putraputra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak memiliki keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kemu beruntung.” (An-Nur: 30-31). Dan pada ayat Al-Qur’an yang lain yaitu: “Wahai nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orangorang mukmin, hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59). Hal ini senada dengan buku Yuk Berhijab: Hijab adalah identitas wanita muslimah. Hijab ditujukan untuk menutupi perhiasan wanita dan melindungi keindahannya, bukan justru menjadi perhiasan baru atau pengganti keidahan. Karenanya, kerudung bukanlah pengganti keindahan rambut hingga dibentuk menyerupai rambut, bahkan untuk mendapat perhatian yang lebih dari sekedar rambut. Jilbab bukan pengganti kemolekan tubuh, yang ketat lalu menunjukkanlekuk badan. Jadi hakikat jilbab adalah melindungi keindahan wanita hingga ia tidak menjadi perhatian lelaki. Karena wanita terlalu berharga untuk menjadi bahan perhatian semata (Siauw, 2015b: 118). c. Jihad Jihad diartikan usaha dengan daya upaya untuk mencapai kebaikan; usaha dengan sungguh-sungguh untuk membela agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan, raga; perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan agama Islam (Departemen, 2002: 473). Dalam konteks kekinian jihad tidak dimaknai dengan perang secara leterleg tetapi perang dalam arti melawan kebodohan, penindasan, kemiskinan, dan hawa nafsu. Dapat terlihat pada kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Bagi kaum muslim, jihad adalah puncak ibadah yang mengharuskan usaha terbaik dalam melakukannya dan menyiapkannya sehingga dapat memberikan tekanan kepada pihak musuh (Siauw, 2015a: 93). d. Kekompakan Kompak adalah bersatu padu (dl menanggapi atau menghadapi suatu perkara dsb) (Departemen, 2002: 584). Kekompakan di sini tercermin dalam latihan, disiplin, menghindar dari hiburan-hiburan yang melalaikan, dan membentuk gerakan-gerakan Islam, . Tercermin dari kutipan dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453: Rene de Lusinge dalam tulisannya di akhir abad 16 mendaftar 17 sebab kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh Khilafah Utsmani, diantaranya: dedikasi mereka pada jihad, inisiatif untuk melakukan penaklukan, ketertarikan mereka yang rendah dalam pertahanan permanen (di dalam benteng), tentara yang sangat terlatih, disiplin yang tinggi, penggunaan tipu muslihat yang sebaik mereka lakukan pada perang terbuka, pemimpin yang baik dan tidak menghabiskan waktunya pada hiburan-hiburan yang melalaikan (Siauw, 2015a:117). Khilafah Remake: Setiap umat muslim wajib menggabungkan diri dalam harakahharakah Islam (gerakan-gerakan Islam) untuk memperjuangkan sesuatu yang wajib (Siauw, 2014e: 258). The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: “Tak seperti pasukan Perang Suci yang terpisah-pisah dan terpecah belah, pasukan Utsmani punya struktur komando dan persatuan yang kokoh. Para prajurit Utsmani pasti akan menaati atasannya, walaupun perintah itu memungkinkan mereka terbunuh. Pasukan Utsmani pun kebanyakan pemberani. Seolah-olah medan perang adalah taman bunga bagi mereka dan mereka senang berada di sana. Mereka tangkas dan lincah. Seolah-olah walau tanpa baju perang sekalipun, mereka akan tetap berangkat berperang. Mereka juga sangat saleh. Kalau pasukan kita mabuk-mabukan dan main perempuan, hal itu tidak kutemukan di tengah-tengah mereka. Sepuluh ribu pasukan Utsmani lebih tenang dan sunyi, daripada seratus orang pasukan Kristen. Mereka suka sekali ribut dan susah diatur.” (Siauw, 2014b: 18). e. Pendidikan prenatal Sultan Murad menunjukan cara mendidik anak sebelum di lahirkan yaitu dengan membangun kedekatan pada anaknya sejak masih di dalam kandungan. Hal ini akan menjadi modal dasar anak dalam menghadapi kehidupan sosial di masa yang akan datang. Pendidikan prenatal bukan hanya tanggung jawab orang tua tetapi juga lingkungan. Misalnya sebagai ayah, mengkondisikan kakak-kakak si janin agar menjadi teladan yang baik. Melihat kenyataan bahwa Mehmed telah hafal Al-Qur’an sejak usia tujuh tahun, dipastikan orang tuanya telah memberi stimulus bacaan Al-Qur’an. Sesuai dengan pernyataan kutipan dalam buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Sultan Murad menggenggam tangan putranya dan menatap dengan senyuman. Hari itu akan ia tegaskan sebuah alasan. Alasan yang sudah berkali-kali ia tegaskan kepada putranya itu sejak masih kanak-kanak. Alasan mengapa ia mendidik putranya dengan Islam semenjak putranya berada di dalam rahim ibunya (Siauw, 2014a: 18). f. Menjunjung hak asasi manusia Etika kaum muslim dalam memperlakukan tahanan yaitu dengan tidak menyiksa. Radu yang masih kanak-kanak tetap mendapat haknya yaitu dengan memperoleh pendidikan dan tempat tinggal yang layak. Tercermin dalam kutipan buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Anak itu bernama Radu. Ia baik, lembut, dan tampan. Sebenarnya ia adalah tawanan, namun Kesultanan Utsmani memperlakukannya dengan baik. Ia disekolahkan, dan diizinkan tinggal di istana (Siauw, 2014a: 24). g. Birul walidain Kutipan tengtang berbakti pada orang tua di atas senada dengan firman Allah: ُصالُه َّ َو َو َ ص ْينَا اْ ِإلن َ ِسانَ بِ َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف } َو ِإن14{ ير ُ ص ِ ى ْال َم َّ َفِي َعا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَي َْك ِإل ْس لَ َك بِ ِه ِع ْل ٌم فَالَ ت ُ ِط ْع ُه َما َ ََجا َهد َ اك َعلَى أَن ت ُ ْش ِر َك بِي َمالَي ى ِ ص َ س ِبي َل َم ْن أَن َ اح ْب ُه َما فِي الدُّ ْن َيا َم ْع ُروفًا َوات َّ ِب ْع َ َو َّ َى ث ُ َّم ِإل َّ ََاب ِإل }15{ ََم ْر ِجعُ ُك ْم فَأُنَبِئ ُ ُكم بِ َما ُكنت ُ ْم ت َ ْع َملُون “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q. S. Luqman: 14-15) Senada dengan kutipan pada buku The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: Islam mengajarkan bagaimana cara kita bersikap kepada orang tua kita. Yakni harus bersikap baik dan santun, walaupun orang tua kita orang kafir atau orang yang suka bermaksiat. Hanya saja jika kita diperintahkan oleh mereka untuk menyekutukan dan bermaksiat kepada Allah, kita tidak boleh menaatinya (Siauw, 2014b: 331). h. Tata tertib Tata tertib atau aturan fungsinya adalah memberi batasan terhadap hal mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Tujuan dari tata tertib sendiri adalah agar manusia lebih teratur dalam kehidupannya. Dalam hal ini Islam difungsikan sebagai aturan dan latihannya diwujudkan dalam hal ibadah ritual kemudian hasil yang diharapkan adalah agar menjadi manusia terbaik, profesional, disiplin, dan bermanfaat. Sesuai dengan kutipan pada buku Khilafah Remake: Banyaknya aturan dalam Islam tidaklah bermaksud untuk menyusahkan pelakunya, melainkan untuk membentuk manusia terbaik di tengah-tengah umat lainnya. Ibadah-ibadah ritual dalam Islam, sejatinya adalah sebuah pelatihan terpadu bagi seorang manusia agar menjadi manusia yang terbaik, profesional, dan disiplin, serta bermanfaat bagi yang lainnya (Siauw, 2014e: 117). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: “Sepuluh ribu tentara Turk bisa bertindak lebih tenang dan lebih sunyi daripada seratus orang tentara salib, mereka berisik, ribut, dan payah.” Gerutu Hunyadi dalam hati (Siauw, 2014a: 286). i. Etika pergaulan dalam Islam Islam mempunyai aturan dalam interaksi antara lawan jenis, bentuk aturan itu bukan melaran sama sekali untuk berinteraksi tetapi cara memeliakan keduanya agar tidak terjadi perzinaan sebagaimana firman Allah: }32{ ًس ِبيال َ اح ِ َالزنَى ِإنَّهُ َكانَ ف َ سآ َء َ شةً َو ِ َوالَت َ ْق َربُوا “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Q. S. AlIsra’: 32). Kebolehan interaksi terbatas pada jual beli, belajar mengajar, ibadah semisal haji dan umrah, berjihad di jalan Allah, dan segala aktivitas syar’i yang menuntut adanya interaksi. Sebagaimana tertuang dalam buku Udah Putusin Aja: Islam melarang bentuk interaksi cinta yang tidak halal. Karena, Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakankerusakan yang dapat terjadi pada manusia itu sendiri. Aturan Islam sederhana, bila cinta datangi walinya dan menikahlah, bila belum siap perisapkan diri terlebih dahulu. Islam tidak mengenal hubungan prapernikahan semisal pacaran dan pertunangan (Siauw, 2013: 30). j. Etika terhadap musuh Dalam berperang pun kaum muslim memiliki etika yaitu tidak langsung menyerang dengan membabi buta tetapi dengan memberi peringatan terlebih dahulu kemudian memberikan berbagai pilihan. Barulah jalan terakhir dipilih untuk perang apabila upaya damai tidak disepakati. Tercermin dari kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Ketika pasukan telah berhadap-hadapan, sesuai dengan perintah Rasulullah saw dalam etika perang, Sultan Mehmed mengirimkan utusan yang membawa sepucuk surat kepada Kaisar Constantine, surat ini berisi 3 pilihan yang bisa diambil oleh penguasa Byzantium. Bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah lalu menjadi muslim maka serangan fisik akan segera dibatalkan, atau membayar jizyah dan tunduk pada syariat Islam, atau diperangi sampai Allah memenangkan kaum muslim (Siauw, 2015a: 139). k. Keteladanan Teladan adalah sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (perbuatan, kelakuan, sifat, dsb) sedangkan keteladanan adalah hal yang dapat ditiru atau dicontoh (Departemen, 2002: 1160). Sebagai seorang pemimpin pekerjaanya bukan hanya menyuruh dan mengawasi tetapi memberikan teladan. Sebelum memimpin seseorang, ia sendiri harus memberi contoh. Tindakan nyata akan lebih berarti dari pada sekedar kata-kata. Dapat dilihat pada kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Mehmed dan pembesar-pembesar lain bahkan tidak jarang turun tangan untuk mengangkat batu ketika pembangunan. Kombinasi reward dan punishment serta teladan pemimpin ini akhirnya menghasilkan suasana kerja yang semangat bagi para pekerja (Siauw, 2015a: 72). Sebuah keimanan yang sempurna, Mehmed II benar-benar meniru Rasulullah Muhammad saw yang selalu mengusahakan sebab yang pantas untuk mencapai akibat yang pantas (Siauw, 2015a: 102). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Bayazid memerintahkan untuk segera membangun kembali Dobrogea setelah dihancurkan pada pertempuran kemarin. Hari itu ketika hujan berhenti pekerjaan dimulai kembali. Bayazid sendiri bukan hanya mengawasi, ia turun langsung bekerja mencurahkan tenaganya (Siauw, 2014a: 123). l. Toleransi Toleran adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dsb) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri (Departemen, 2002: 1204). Sedangkan toleransi adalah sifat atau sikap toleran; batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan (Departemen, 2002: 1204). Tercermin dalam kutipan buku Muhammad Al-Fatih 1453: Penduduk Kristen Ortodoks di Konstantinopel sedang bersiap menyambut hari suci bagi mereka, yaitu Hari Paskah yang jatuh pada 1 April, dalam doa-doa yang mereka panjatkan, mereka memohon agar Hari Paskah dapat mereka lalui dengan tenang. Hak itu tentu diperhatikan oleh Sultan Mehmed dan memberikan mereka kesempatan untuk beribadah dalam kepercayaan mereka dan tidak lebih daripada hari itu saja (Siauw, 2015a: 128). The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: “Pasukan salib sedang mendekati Oryahovo. Siapapun dari kaum muslim yang mampu mengangkat senjata, wajib berjihad melawan kaum kafir membela penerapan syariat Islam. Bagi mereka yang bukan muslim, kalian berhak untuk tetap tinggal di sini atau keluar dari kota ini. Kalian tidak akan dipaksa sama sekali. Kami akan mengembalikan jizyah yang kalian bayarkan kepada kami tanpa dikurangi sedikit pun.” (Siauw, 2014a: 205). m. Adab makan dan minum Suatu hadis menerangkan adab makan dan minum, Amru bin Abi Salamah r. a. berkata: قال رسول هللا صلى هللا:عن عمربن أبي سلمة رضي هللا عنهما قال .متفق عليه. سم هللا وكل بيمنك و كل مما يليك:عليه وسلم “Rasulullah saw mengajarkan kepada saya: Bacalah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu, dan dari yang dekat-dekat kepadamu.” (H. R. Buchary, Muslim) (An-Nawawy, 1986: 590). Sesuai dengan kutipan pada buku The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans: Syaikh Hasan menyodorkan sekantung air kepada Yazed. Dengan hormat Yazed mengambilnya dan minum dari kantung itu setelah membaca basmallah. Beberapa detik berlalu, napas Yazed telah tenang (Siauw, 2014a: 283). n. Menghormati tamu Islam mempunyai akhlak dalam memuliakan tamu sebagaimana Abu Hurairah r. a. Berkata: عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ومن, من كان يؤمن باهلل واليوم االخر فليقل خيرا ً أو ليصمت: قال ومن كان يؤمن باهلل, كان يومن باهلل واليوم االخر فليكرم جاره واليوم االخر فليكرم ضيفه (https://arbaiin.wordpress.com/2007/03/29/hadits-ke-15/) “Bersabda Rasulullah saw siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, hendaknya menghormat tamunya. Dan siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian hendaknya menghubungi famili. Dan siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, harus berkata baik atau diam.” (H. R. Buchary, Muslim) (An-Nawawy, 1986: 569). Sesuai dengan pernyataan dalam buku The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent: Sultan mewajibkan mereka semua untuk menghormati dan menyambut kedatangan tamu, begitulah kemuliaan Islam dalam memperlakukan tamu (Siauw, 2014b: 284). 3. Nilai-nilai praktis a. Langkah praktis dan mudah untuk membentuk habits baru (Siauw, 2014d: 99-101): 1) Mulai dari yang kecil Mematok target yang tinggi hanya akan menghasilkan rasa jenuh dan putus di tengah-tengah. Misalnya, ingin membenuk habits membaca buku. Memulai dengan 10 menit sehari. Apabila telah terbiasa target akan meningkat secara otomatis. 2) Temukan tempat habits Menyisipkan habits baru pada habits yang sudah jadi. Kuncinya adalah kata ‘setelah’. Misalnya, saya akan menbaca setelah shalat subuh. 3) Berlatihlah terus Menempel pengingat, meminta teman untuk mengingatkan, dan ingat untuk melakukan setiap hari. 4. Nilai-nilai dakwah Dakwah adalah menyuruh mengerjakan kebaikan dan menjauhi keburukan; memerintahkan yang makruf dan melarang yang munkar; menjadikan seseorang mencintai sifat terpuji dan membenci sifat tercela; dan memotivasinya untuk mengikuti kebenaran dan mencampakkan kebatilan (Al-Muthlaq, 2008: 13). Nilai dakwah peneliti kelompokkan menjadi sub bab tersendiri karena Felix merupakan da’i. Kekurangan pada penyampaian nilai dakwah dalam buku-buku Felix adalah pembahasan tentang surat An-Nahl ayat 125: َ سبِ ْي ِل َربِ َك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع ي َ ظ ِة ْال َح َ ا ُ ْدعُ إِلَى َ سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ِه َسبِ ْي ِل ِه َو ُه َو أ َ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهت َ ِديْن َ س ُن ِإ َّن َرب ََّك ُه َو أ َ ْعلَ ُم بِ َم ْن َ ض َّل َع ْن َ أ َ ْح }125{ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. Konten yang belum dimasukan adalah cara berdebat dengan baik. Berikut nilai dakwah yang tertuang dalam karya Felix: a. Melembaga Melembaga adalah mempunyai tempat untuk mempertajam hasil tarbiyah, walaupun keberadaannya tidak mutlak. Allah berfirman: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104). Hal ini sesuai dengan isi dari kutipan buku How to Master Your Habits: Gerakan dakwah ibarat tubuh manusia, tidak ada satu bagian yang lebih penting dari bagian yang lain, masing-masing mempunyai fungsi khusus. Dalam gerakan dakwah, setiap bagian mempunyai kontribusi masing-masing. Karena itu, Rasulullah mencontohkan dakwah mesti berjamaah (Siauw, 2014d: 111). Khilafah Remake: Allah perintahkan bagi masyarakat atau kelompok untuk berdakwah, dalam rangka menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Tidak semua individu sama kadar ketakwaannya kepada Allah. Ada yang masih tipis karena baru belajar, ada pula yang sudah tebal karena sering berlatih. Karenanya perlu dibangkitkan pada masyarakat sebuah kebiasaan saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran, agar yang salah bisa diingatkan dan bersemangat menuju kebaikan (Siauw, 2014e: 125). b. Menyampaikan kebaikan Dalam Al-Qur’an di jelaskan: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk menusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah ...” (Ali Imran: 110). Hal ini sesuai dengan kutipan dalam buku Udah Putusin Aja: Alihkan cinta ke jalan yang bermanfaat lagi halal juga berpahala. Berjuang di jalan Islam, misalnya, jadi pengemban dakwah Islam, dan menyampaikan kebaikan-kebaikan dari Allah dan Rasulullah kepada seluruh manusia (Siauw, 2013: 123). c. Kewajiban Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan. Allah berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik ...” (Q. S. An-Nahl: 125). Dapat tercermin dari kutipan buku Beyond the Inspiration: Maka satu-satunya pilihan saya, adalah menunaikan kewajiban dakwah mengembalikan kehidupan Islam ke tengah-tengah masyarakat (Siauw, 2014c: i). BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan pembahasan dan menganalisis dapat peneliti simpulkan nilai-nilai edukatif dalam karya Felix Y. Siauw adalah sebagai berikut: - Nilai-nilai individual: visioner, motivasi, keseriusan, sabar, rajin, memaafkan, hijrah, mudah beradaptasi, tabayyun, kepemimpinan, ketangkasan, mempelajari sebab-sebab kemenangan, simpati, waspada, tidak terburu-buru, rasional, meluruskan niat, adil, optimis, amanah, tawadhu’, jujur, husnudzan, rindu pada kebaikan, kecerdasan emosional, keberanian, tawakal, tegas, dan ketulusan. - Nilai-nilai sosial: Kesetaraan gender dalam Islam, adab berpakaian, jihad, kekompakan, pendidikan prenatal, menjunjung hak asasi manusia, birul walidain, tata tertib, etika pergaulan dalam Islam, etika terhadap musuh, keteladanan, toleransi, serta adab makan dan minum. - Nilai-nilai praktis: langkah membentuk habits. - Nilai-nilai dakwah: melembaga, menyampaikan kebaikan, dan kewajiban. B. Saran 1. Bagi bidang pendidikan Sebagai seorang pendidik harus selalu memperbarui ilmunya terutama perkembangan pemikiran di dunia maya dan buku-buku yang beredar di pasaran agar pendidik dapat mengetahui jalan pemikiran anak didik. Kemudian apabila menemukan permasalahan dapat segera menentukan langkah yang tepat. Pendidik harus berpikiran terbuka, menyerap nilainilai baik, dan meninggalkan nilai-nilai yang tidak sesuai. 2. Bagi bidang penelitian Pengkajian buku-buku tidak hanya sekedar pada buku-buku yang ada di sekolah. Tetapi, juga pada buku yang terbit dari dunia di luar sekolah. 3. Bagi bidang kepenulisan Dalam membuat karya tidak hanya memuat hiburan semata tetapi harus menyajikan pesan moral. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak, Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo: ERA INTERMEDIA. Al-Ghalayini, Syekh Mushthafa. 1976. Bimbingan Menuju Akhlak yang Luhur. Semarang: CV TOHA PUTRA. Al-Muthlaq, Ibrahim bin Abdullah. 2008. Seni Berdakwah. Yogyakarta: Insan Madani. An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf. 1986. Riadhus Shalihin 1 (penerjemah: Salim Bahreisj). Bandung: Al-Ma’arif. Dawson, Catherine. 2010. Partical Research Methods (Metode Penelitian Praktis: Sebuah Panduan). Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Departemen Agama. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya Special for Woman. Bogor: PT SYGMA EXA GRAFIKA. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hanif, Muhammad Lutfi. 2014. Materi Kuliah Hadits Bagian 1. Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Hidayatullah, M Furqon. 2010. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: CV. Orbitus Corp. Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhaimin., Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: PT Trigenda Karya. Purwanto, M Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT REMAJA ROSDA KARYA. Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra Dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Prespektif Wacana Naratif. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Kaswardi, EM, K. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT Gasindo. Siauw, Felix Y. dan Isa, Sayf Muhammad. 2014a. The Chronicles of Ghazi: The Rise of Ottomans. Jakarta: AlFatih Press. . 2014b. The Chronicles of Ghazi: The Clash of Cross and Crescent. Jakarta: AlFatih Press. Siauw, Felix Y. 2013. Udah Putusin Aja. Bandung: Mizania. . 2014c. Beyond the Inspiration. Jakarta: AlFatih Press. . 2014d. How to Master Your Habits. Jakarta: AlFatih Press. . 2014e. Khilafah Remake. Jakarta: AlFatih Press. . 2015a. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta: AlFatih Press. . 2015b. Yuk Berhijab. Jakarta AlFatih Press. Sudaryono., dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: . GRAHA ILMU. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suryabrata, Sumadi. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sutomo, Imam. Pendidikan Nilai. Tidak diterbitkan. Tim STAIN Salatiga. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga: STAIN Salatiga. DAFTAR PUSTAKA DARI INTERNET Alfatih Center. 2013. Materi Dakwah Ustadz Felix Siauw. (http://alfatihcenter.com/2013/01/kumpulan-link-download-materiustadz-felix-siauw/), diakses pada 1 Juni 2015. Siauw, Felix Y. 2015. Hizbut Tahrir Bagiku. (www.felixsiauw.com), diakses pada 1 Juni 2015. https://arbaiin.wordpress.com/2007/03/29/hadits-ke-15/ September 2015) (diakses pada 29 http://www.facebook.com/UstadzFelixSiauw/ (diakses pada 2 September 2015). http://www.instagram.com/felixsiauw/ (diakses pada 3 September 2015). http://www.twitter.com/felixsiauw/ (diakses pada 2 September 2015). DAFTAR PUSTAKA DARI BROSUR Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu. Menghidupkan Dakwah di Nusantara. Magelang: Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu. Quesioner yang diajukan pada Felix Y. Siauw Assalamu’alaikum Wr. Wb. Ustadz, perkenalkan nama saya Setya Utami. Mahasiswa IAIN Salatiga angkatan 2011 Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan, program studi Pendidikan Agama Islam. Di semester ini saya mengambil skripsi dengan judul ‘NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM KARYA FELIX Y. SIAUW’. Untuk mengerjakan bab 2 yang berisi biografi ustadz, saya memohon Ustadz agar bersedia menjawab pertanyaan saya. Berikut pertanyaannya: A. Latar belakang keluarga: 1. Nama orang tua : 2. Jumlah saudara : 3. Nama istri : 4. Nama anak : 5. Agama anggota keluarga: B. Latar belakang pendidikan: 1. SD :.....................................................angkatan...................................... 2. SMP :.....................................................angkatan...................................... 3. SMA :.....................................................angkatan..................................... Jurusan.......................... 4. Perguruan tinggi :........................................ angkatan ............ Fakultas ................................. progdi ..................................... 5. Pengalaman organisasi: C. Karya tulis: D. Aktivitas dakwah: 1. Motto hidup : 2. Profesi : 3. Waktu berdakwah : 4. Tempat berdakwah: 5. Materi dakwah : 6. Audiensi : 7. Aksesoris dakwah : E. Pengalaman dakwah di luar negeri: Mohon balasan dari Ustadz, semoga Ustadz diberi keistiqomahan dalam mengemban amanah dakwah. Terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Hasil Wawancara dengan Felix Y. Siauw Latar belakang keluarga: 1. Nama orang tua : FX Iwan S (Katolik) & Jarniwati Ishack (Katolik) 2. Jumlah saudara : 5 bersaudara 3. Nama istri : Parsini 4. Nama anak : Alila Shaffiya Asy-Syarifah - Shifr Muhammad Al-Fatih 1453 - Ghazi Muhammad Al-Fatih 1453 - Aia Shaffiya Asy-Syarifah 5. Agama anggota keluarga: Islam B. Latar belakang pendidikan: 1. SD : SD Xaverius II angkatan 2. SMP : SMP Xaverius Maria angkatan 3. SMA : SMA Xaverius I angkatan lulus 2001 Jurusan IPA 4. Perguruan tinggi : IPB angkatan 2001 Fakultas Pertanian progdi Hortikultura 5. Pengalaman organisasi: Lembaga Studi Islam Fakultas Pertanian, Badan Kerohanian Islam Mahasiswa C. Karya tulis: D. Aktivitas dakwah : 1. Motto hidup : Kebenaran hanya ada satu, Islam 2. Profesi : Penulis 3. Waktu berdakwah : Seumur hidup 4. Tempat berdakwah : Bumi Allah 5. Materi dakwah : Al-Qur'an dan As-Sunnah 6. Audiensi : Semua manusia 7. Aksesoris dakwah : Tidak ada E. Pengalaman dakwah di luar negeri: Beberapa kota di Asia, Eropa, Australia dan Timur Tengah DAFTAR RIWAYAT HIDUP Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Setya Utami Tempat/tanggal lahir : Kab. Semarang, 26 Oktober 1992 Agama : Islam Pendidikan : SD N Kemetul Tahun 2005 SMP N 1 Suruh Tahun 2008 SMA N 1 Suruh Tahun 2011 Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Hormat saya, Setya Utami NIM. 11111044