analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KEMISKINAN
(Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011)
Skripsi
Dimaksudkan Untuk Melengkapi
Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
ACHMAD KHABHIBI
NIM. F 1110001
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sapa wruha yen wus dadi, ingsun weruh pesti nora, ngarani namanireki
(Sunan Kalijaga)
Dalam hidup nyata dan dalam perjuangan yg tak mudah, kita bukan
tokoh dalam dongeng dan mitos yang gagah berani dan penuh sifat
kepahlawanan. Kita,yang bukan tokoh mitos, yang punya anak istri dan
keluarga, mengenal rasa takut.Tapi bahwa meskipun takut kita jalan
terus, dan berani melompati pagar batas ketakutan tadi,mungkin
disitu harga kita ditetapkan
(Gus Dur)
Sabar berarti siap menderita
(Mahatma Gandhi)
Hanya tahu saja tidak cukup, kita harus mempraktekkannya.
Menginginkan saja tidak cukup, kita harus berusaha
(Leonardo da Vinci)
Lebih baik jadi motivator, walaupun kita belum bisa seperti motivasi
yang kita berikan kepada orang lain.
(Astutie Dessy Saputri)
PERSEMBAHAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya.
2. Simbah Kakung & Putri terima kasih atas
doanya.
3. Bapak & Ibu, terima kasih atas doa, dan
pengorbanannya.
4. Semua keluarga serta saudaraku kartasura
& solo terimakasih atas dukungannya.
5. Astutie Dessy Saputri terima kasih atas
motivasinya.
6. Semua teman-teman KP 2007 dan EP 2010
terima kasih telah membantu.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karuniaNya
sehingga penulis selalu diberikan petunjuk, kesabaran dan ketekunan dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat
bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan serta motivasi dengan sabar kepada
penulis.
2. Bapak Drs. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs.Sutanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4. Bapak dan Ibu dosen serta para staf Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama penulis
menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak & Ibu yang tak pernah lelah selalu berdoa dengan memberi
perhatian dan dukungan yang terbaik sehingga penulis dapat semangat
dalam perjuangan penyelesaian studi di Universitas Sebelas Maret.
6. Untuk Adek ku (Achmad Arif Husein / Genk) yang telah memberikan
bantuan dukungan dan motivasi kepada penulis.
7. Simbah Kakung & Putri terimakasih wejangan dan doanya, serta SaudaraSaudara Kartasura dan Solo terimakasih atas perhatiannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Buat semua Sahabat-Sahabatku Mahasiswa Ekonomi Pembangunan
transfer 2010 yang telah memberikan pelajaran berharga berupa solidaritas
yang sangat erat dan berkesan serta game-game tentang canda tawa yang
berawal dari rintisan kelas 207 (kelas paten) sejarah membuka meniti
waktu dan tak pernah lekang oleh waktu di benak serta pikiranku,
semuanya akan menjadi satu lagi Sahabat, setelah nama-nama kalian nanti
terkenal dan terkenang sukses dalam mengarungi waktu. Hidup EP New
Face in future!!
9. Untuk IPNU dan PMII ku, Jayalah selalu Engkau adalah buku
pendewasaanku sampai saat ini. Jaya selalu IPNU! Tangan terkepal maju
ke muka untuk PMII Ku!
10. Para sahabat-sahabat tercinta yang selalu ada dalam suka dan duka serta
setia, Sadhu (sang maha guru), Topik (100% sudah control), Agha
(sertifikasi playboy), Abdul (Gedhul), Arta (sudah kelar), Bang Jerri (guru
cinta), Setyawan (Thengkleng pelipur lara), Widi, Alvian (gonjang
ganjing), Nur Hadi (Tabis), Andre, Rinto, and the others.
11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis
”Matur nuwun sanget”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran demi kebaikan dan kesempurnaan
dalam skripsi ini. Akhir kata penulis mohon maaf atas semua kesalahan baik
disengaja maupun tidak dan semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
ABSTRAK ......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................................................
1
B. Perumusan Masalah
............................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 14
BAB II TINJUAN PUSTAKA .......................................................................... 15
A. Kemiskinan …………………………………………………………… 15
1.
Definisi Kemiskinan …………………………………………….. 15
2.
Sumber dan Sebab terjadinya Kemiskinan………………………… 17
3.
Ciri-Ciri Kemiskinan ……………………………………………… 19
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan …………………. 21
1.
Definisi Pertumbuhan Ekonomi …………………………….. 22
2.
Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pertumbuhan
Ekonomi………………………………………………………. 28
3.
Definisi Upah Minimum……………………………………… 29
4.
Definisi Pengangguran ………………………………………. 34
B. Penelitian Terdahulu
………………………………………………… 39
C. Kerangka Pemikiran Teoritis ………………………………………… 46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Penelitian ………………………………………………….. 48
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 49
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………………………… 49
B. Jenis dan Sumber Data
……………………………………………… 50
C. Metode Analisis Data ………………………………………………… 50
D. Pengujian Statistik……………………………………………………… 52
1.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) …………… 52
2.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) …………………………………. 53
3.
Uji Koefisien Determinasi (
) ……………………………….. 55
E. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik …………………………….. 57
1. Uji Multikolinearitas …………………………………………….. 56
2. Uji Heteroskedastisitas …………………………………………… 57
3. Uji Normalitas …………………………………………………….. 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………. 58
A. Deskripsi Objek Penelitian …………………………………………….. 58
B. Keadaan Geografis ……………………………………………………. 58
C. Kemiskinan …………………………………………………………… 59
D. Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………………….. 63
E. Upah minimum ……………………………………………………….. 65
F. Pengangguran …………………………………………………………. 67
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Analisis Data dan Pembahasan ……………………………………….. 69
1.
Uji Pemilihan Model ……………………………………………… 69
2.
Uji Statistik………………………………………………………… 70
3.
Uji Asumsi Klasik ………………………………………………… 73
H. Interpretasi Ekonomi …………………………………………………. 74
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 78
A. Kesimpulan ........................................................................................... 80
B. Saran
....................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1.1 Tingkat Kemiskinan di Indonesia tahun 2010-2011........................
3
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa
Tengah menurut Daerah Tahun 2010–2011 ...................................
4
Tabel 1.3 Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa 2010-2011 (Persen) ................
6
Tabel 1.4 JumlahKabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Rata-Rata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tingkat Kemiskinan Tahun 2010-2011 ...........................................
7
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2010- 2011 (persen) .............................................................
7
Tabel 1.6 Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) Jawa Tengah
Tahun 2010-2011 (Rupiah) .............................................................
10
Tabel 1.7 Tingkat Pengangguran terbuka di Jawa Tengah
Tahun 2010-2011 (persen)...............................................................
10
Tabel 4.1 Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011 (persen) ........................................................................
62
Tabel 4.2 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011 (persen) ........................................................................
64
Tabel 4.3 Upah Minimum Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2010-2011 (rupiah) ...............................................................
66
Tabel 4.4 Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011 (persen) ........................................................................
68
Tabel 4.5 Hasil Persamaan Regresi Pertumbuhan Ekonomi, Upah
Minimum dan Tingkat Pengangguran, Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2011........................................
69
Tabel 4.6 Uji t .................................................................................................
70
Tabel 4.7 Uji F .................................................................................................
71
Tabel 4.8 Uji R² ...............................................................................................
72
Tabel 4.9 Uji Multikolonieritas .......................................................................
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10
Uji Glejser ...................................................................................
74
Tabel 4.11
Uji Kolmogrov – Smirnov ..........................................................
74
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Halaman
…………………………………………
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI
Achmad Khabhibi
F1110001
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KEMISKINAN (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2011)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi (Y),
Upah Minimum Kabupaten/Kota (U) dan tingkat pengangguran (P) terhadap
tingkat kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011.
Diduga secara parsial variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota dan tingkat
pengangguran berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan dan
variabel Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang
bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan
data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Sampel yang digunakan
sebanyak 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dengan metode ordinary
least square (OLS). Analisis data menggunakan pengujian statistik dengan
bantuan program SPSS 18. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis
regresi linier berganda, dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R²),
serta uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan normalitas).
Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial
(uji t) dengan α = 5% menunjukan dua variabel Upah Minimum
Kabupaten/Kota dan tingkat pengangguran, berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kemiskinan sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hasil Uji F dengan α = 5% menunjukkan
bahwa secara bersama-sama variabel Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum
Kabupaten/Kota dan tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Kata Kunci
: Tingkat kemiskinan (K), Pertumbuhan Ekonomi (Y), Upah
Minimum Kabupaten/Kota (U), tingkat pengangguran (P)
ordinary least square (OLS).
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan dan orang-orang miskin sudah dikenal dan selalu ada di setiap peradaban
manusia. Oleh karena itu beralasan sekali bila mengatakan bahwa kebudayaan umat manusia
dalam setiap zamannya tidak pernah lepas dari orang-orang miskin mulai dari awal
peradaban hingga sekarang ini (Samsubar Saleh, 2002).
Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus
disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan
permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya
pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk 2008).
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu
mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari
standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan
uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, Chambers (dalam
Chriswardani Suryawati, 2005) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated
concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan
(powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4)
ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun
sosiologis.
Dilihat dari sisi etimologis, “kemiskinan” berasal dari kata “miskin” yang artinya tidak
berharta benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Badan Pusat Statistik
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan didefinisikan
sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup
layak (BPS dan Depsos, 2002). Lebih jauh disebutkan kemiskinan merupakan sebuah
kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan
dan non-makanan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan
(poverty treshold). Jadi, seseorang dikatakan miskin jika pendapatannya berada di bawah
garis kemiskinan.
Problematika kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah Indonesia
sebagai sebuah negara. Dalam negara yang salah urus, tidak ada persoalan yang lebih besar,
selain persoalan kemiskinan. Mengamati jumlah dan populasi di bawah garis kemiskinan
penduduk miskin di Indonesia pada periode tahun 2010-2011 (Tabel 1.1) tingkat kemiskinan
mengalami kecenderungan menurun. Berdasarkan laporan BPS, penduduk miskin tingkat
nasional dalam periode 2010-2011 tingkat kemiskinan turun dimana pada tahun 2010 sekitar
13,33 persen dan pada tahun 2011 sekitar 12,49 persen. peristiwa seperti ini bisa menjadi
tolak ukur bagi pemerintah, apakah realisasi dalam mengurangi kemiskinan berjalan dengan
berkelanjutan atau tidak, walaupun fenomena tingkat kemiskinan setiap tahun menurun,
pemerintah juga jangan merasa puas dengan hasil yang ada, tetapi berkelanjutan dalam
mengatasi kemiskinan adalah penting, karena apabila harga barang-barang kebutuhan pokok
naik di tahun mendatang maka akan terjadi inflasi dan berakibat kepada penduduk yang
tergolong tidak miskin dengan penghasilan disekitar garis kemiskinan dan berakibat
pergeseran posisi menjadi miskin.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1.1
Tingkat Kemiskinan di Indonesia tahun 2010-2011
2010
Jumlah Penduduk Miskin
(ribu orang)
Kota +
Kota
Desa
Desa
11.097,80 19.925,60 31.023,40
2011
11.046,75 18.972,18 30.018,93
Tahun
Persentase Penduduk
Garis Kemiskinan
Miskin (%)
(rupiah)
Kota +
Kota +
Kota Desa
Kota
Desa
Desa
Desa
9,87 16,56
13,33 253.016 213.395 233.740
9,23 15,72
12,49 232.988 192.354 211.726
Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) Tahun 2012, diolah
Dari hasil perhitungan di atas, usaha pemerintah dalam penanggulangan masalah
kemiskinan harus di upayakan terus secara berkelanjutan, agar supaya dapat di tekan lagi
tingkat kemiskinan di Indonesia pada umumnya dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
khususnya. Menurut ukuran jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di
Provinsi Jawa Tengah dari periode tahun 2010-2011 (Tabel 1.2) yang terjadi juga
mengalami kecenderungan menurun dimulai pada tahun 2010 dengan jumlah persentase
penduduk miskin di Jawa Tengah sebesar 16,56 persen dan sampai pada tahun 2011 menjadi
16,21 persen. Keberhasilan Provinsi Jawa Tengah memperlihatkan pengaruh yang positif.
Hal ini terlihat dari tingkat kemiskinan yang mengalami pola yang menurun.
Tabel 1.2
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
di Provinsi Jawa Tengah menurut Daerah Tahun 2010–2011
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
(ribu orang)
Kota +
Kota
Desa
Desa
Persentase Penduduk
Miskin
Kota +
Kota Desa
Desa
2010
2.258,94
3.110,22
5.369,16
14,33
18,66
16,56
2011
2.175,82
3.080,17
5.255,99
14,67
17,50
16,21
Sumber BPS, Jawa Tengah Dalam Angka, Tahun 2011
Deklarasi
Milenium
Bangsa‐Bangsa,
menyebutkan
tujuan–tujuan
Millenium
Development Goals (MDGs) di mana tujuannya itu adalah bahwa pada tahun 2015, 189
negara anggota Perserikatan Bangsa‐Bangsa
untuk pertama, Memberantas
commit berkomitmen
to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemiskinan dan kelaparan. Kedua, Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
(Ari muliana G. dan Rasbin, 2010).
Dengan deklarasi Milenium Bangsa-Bangsa di atas, bisa digunakan sebagai motivasi
pemerintah agar upaya penangggulangan kemiskinan di Jawa Tengah selalu di usahakan dan
berkelanjutan, jadi dengan upaya itu, program lima pilar “Grand Strategy” bisa berjalan
dengan baik dan berhasil. Pertama, perluasan kesempatan kerja, ditujukan untuk
menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan
masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan
peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan. Kedua, pemberdayaan masyarakat, dilakukan
untuk mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat dan
memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik
yang menjamin kehormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar. Ketiga,
peningkatan kapasitas, dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan
berusaha masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan. Keempat,
perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi
kelomnpok rentan dan masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan yang
disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi, dan konflik
sosial. Kelima, kemitraan regional, dilakukan untuk pengembangan dan menata ulang
hubungan dan kerjasama lokal, regional, nasional, dan internasional guna mendukung
pelaksanaan ke empat strategi diatas (Bappeda Jateng, 2007).
Tujuan provinsi Jawa Tengah dalam keberhasilan menanggulangi kemiskinan juga
perlu ada perbandingan dengan Provinsi di Pulau Jawa yang lain, meskipun secara
perhitungan dari tahun 2010 sampai pada tahun 2011 mengalami penurunan. terlihat dari
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi, yaitu angka diatas 10 persen. Tabel 1.3
menunjukkan rata-rata tingkat kemiskinan di enam provinsi di pulau Jawa. Rata-rata tingkat
kemiskinan Jawa Tengah masih tinggi dibanding dengan Provinsi lain di Pulau Jawa,
Provinsi Jawa Tengah menempati peringkat kedua yaitu sebesar 16,38 persen. Peringkat
pertama ditempati oleh DI Yogyakarta dengan rata-rata tingkat kemiskinan sebesar 16,45
persen.
Tabel 1.3
Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa 2010-2011
(Persen)
Provinsi
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
2010
3,48
11,27
16,56
16,83
15,26
7,16
2011 Rata-rata
3,75
3,61
10,65
10,96
16,21
16,38
16,08
16,45
14,23
14,74
6,32
6,74
Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2012, diolah
Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah merupakan tingkat kemiskinan agregat dari 35
kabupaten/kota di Jawa Tengah. Tabel 1.4 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di 35
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih tidak merata, dan sebagian besar tingkat
kemiskinannya masih tinggi. Ada tiga Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan
dibawah 10 persen, yaitu Kabupaten Kudus, Kota Salatiga dan Kota Semarang sedangkan
yang lainya diatas 10 persen. Ini mengindikasikan usaha pemerintah dalam menurunkan
tingkat kemiskinan belum merata ke seluruh Kabupaten/Kota. Untuk itu perlu dicari faktorfaktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di seluruh Kabupaten/Kota, sehingga
dapat digunakan sebagai acuan bagi tiap Kabupaten/Kota dalam usaha mengatasi
kemiskinan.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut penelitian yang dilakukan (Ravi Dwi Wijayanto, 2010) faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan adalah PDRB, pendidikan dan pengangguran. Dari ketiga faktor
tersebut memiliki hubungan yang negatif terhadap kemiskinan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan (Adit Agus Prasityo, 2010) selain faktor-faktor tersebut, masih terdapat faktor lain
yaitu Upah Minimum Kabupaten/Kota (U).
Tabel 1.4
JumlahKabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Rata-Rata
Tingkat Kemiskinan Tahun 2010-2011
Rata-Rata
Tingkat Kemiskinan
0%-10%
11%-20%
21%-30%
31%-40%
Jumlah
Kabupaten/Kota
7
20
8
0
Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2011, diolah
Permasalahan kemiskinan harus selalu diupayakan solusi yang tepat karena proses
pembangunan perlu memerlukan pendapatan nasional yang tinggi dan pertumbuhan
ekonomi yang cepat. Pembangunan nasional dilaksanakan merata di seluruh tanah air dan
tidak untuk satu golongan atau sebagian masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat
Indonesia, serta harus benar-benar dapat dirasakan seluruh rakyat, (Suparmoko, 2006).
Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi
biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang dibutuhkan, walaupun begitu
pertumbuhan ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan berarti bagi penurunan masyarakat
miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan (Wongdesmiwati, 2009).
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1.5
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2010- 2011 (persen)
Tahun
2010
2011
PDRB Atas Dasar Harga
Konstan 2000 (Juta Rupiah)
156.280.354
164.295.954
Pertumbuhan Ekonomi
(Persen)
4,92
4,91
Sumber BPS, Jawa Tengah Dalam Angka, Berbagai Tahun Terbitan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah memberikan gambaran
kinerja pembangunan ekonomi dari waktu ke waktu. Produk Domestik regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga konstan digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan dari tahun ke tahun. Tabel 1.5 menunjukkan bahwa dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah mengalami
penurunan dari 4,92 persen di tahun 2010 menjadi 4,91 persen di tahun 2011.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah Kebijakan upah
minimum. Di Indonesia adalah masalah upah yang rendah dan secara langsung dan tidak
langsung berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Gagasan upah minimum yang sudah
dimulai dan dikembangkan sejak awal tahun 1970-an bertujuan untuk mengusahakan agar
dalam jangka panjang besarnya upah minimum paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimum (KHM), sehingga diharapkan dapat menjamin tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup beserta keluarga dan sekaligus dapat mendorong peningkatan produktivitas
kerja dan kesejahteraan buruh (Sonny Sumarsono, 2003). Hal tersebut disebabkan karena
pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan
kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Menurut (Mankiw, 2003), upah merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran. Selain itu, upah juga
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang
yang dibayarkan kepadanya.
Penetapan tingkat upah yang dilakukan pemerintah pada suatu negara akan
memberikan pengaruh terhadap besarnya tingkat pengangguran yang ada. Semakin tinggi
besaran upah yang ditetapkan oleh pemerintah maka hal tersebut akan berakibat pada
penurunan jumlah orang yang bekerja pada negara tersebut (Kaufman dan Hotchkiss, 1999).
Menurut J.R. Hicks (dalam Kaufman dan Hotchkiss, 1999) Teori penetapan upah dalam
suatu pasar bebas sebenarnya merupakan kasus khusus dan teori nilai umum. Upah adalah
harga tenaga kerja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Asep Suryahadi, dkk, 2003), peningkatan
pada upah minimum akan memiliki dampak yang buruk pada tenaga kerja sektor formal di
perkotaan, kecuali pada pekerja ”white-collar”. Jika peningkatan dalam upah minimum
mengurangi pertumbuhan tenaga kerja pada sektor modern di bawah pertumbuhan pada
populasi angkatan kerja, maka akan semakin banyak pekerja yang tidak terampil akan
dipaksa untuk menerima upah yang lebih rendah dengan kondisi kerja yang buruk dalam
sektor informal. Di samping itu, peningkatan upah juga dapat menyebabkan bertambahnya
pengangguran karena perusahaan mengambil kebijakan efisiensi pekerja. Perkembangan
upah minimum di Jawa Tengah mengalami kecenderungan meningkat, dari 660.000 rupiah
di tahun 2010 sampai 675.000 rupiah di tahun 2011.
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1.6
Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) Jawa Tengah
Tahun 2010-2011 (Rupiah)
Tahun
2010
2011
UMP
660.000
675.000
Sumber BPS, Jawa Tengah Dalam Angka, Berbagai Tahun Terbitan
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran.
Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di
suatu negara. Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara
(Tambunan, 2001). Di Jawa Tengah besarnya tingkat pengangguran bergerak secara naik
turun di berbagai tahun. Tetapi, dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran cenderung
mengalami penurunan. Tingkat pengangguran dari tahun 2010 sampai tahun 2011 menurun.
Pada tahun 2011 sebesar 6,21 persen menjadi 5,93 persen pada tahun 2010.
Tabel 1.7
Tingkat Pengangguran terbuka di Jawa Tengah
Tahun 2010-2011 (persen)
Tahun
2010
2011
pengangguran
6,21
5,93
Sumber BPS, Jawa Tengah Dalam Angka, Berbagai Tahun Terbitan
Pada hakekatnya pembangunan daerah dianjurkan tidak hanya memusatkan perhatian
pada pertumbuhan ekonomi saja namun juga mempertimbangkan bagaimana kemiskinan
yang dihasilkan dari suatu proses pembangunan daerah tersebut. Menurut Esmara (dalam
Deni Tisna, 2008) dalam ilmu ekonomi dikemukakan berbagai teori yang membahas tentang
bagaimana pembangunan ekonomi harus ditangani untuk mengejar keterbelakangan. Sampai
akhir tahun 1960, para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar
keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggitingginya, sehingga dapat melampaui tingkat
penduduk. Dengan cara tersebut
commitpertumbuhan
to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
angka pendapatan per kapita akan meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula
peningkatan kemakmuran masyarakat.
Dalam penelitian ini, tingginya tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah menjadi
masalah yang akan diteliti, dimana diperlukan adanya analisis faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tingkat
kemiskinan
35
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tersebut meliputi Pertumbuhan Ekonomi, Upah
Minimum Kabupaten/Kota dan Tingkat Pengangguran.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, Provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat
kemiskinan peringkat kedua di antara Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa. Rata-rata tingkat
kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah selama periode tahun 2010-2011 sebesar 16,38 persen.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi, yang ditunjukkan oleh nilai PDRB atas dasar harga
konstan selama periode tahun 2010-2011 mengalami penurunan dari 4,92 persen pada tahun
2010 dan 4,91 persen pada tahun 2011. Namun, tingkat upah minimum provinsi mengalami
kecenderungan naik dari mulai 660.000 rupiah pada tahun 2010, menjadi 675.000 rupiah
pada tahun 2011. Tingkat pengangguran yang tinggi mempengaruhi tingginya tingkat
kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah, memiliki kecenderungan menurun mulai dari tahun
2010 sekitar 6,21 persen menjadi 5,93 persen pada tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
Kemiskinan merupakan salah satu tolok ukur sosio ekonomi dalam menilai
keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu daerah. Banyak sekali
masalah-masalah sosial yang bersifat negatif timbul akibat meningkatnya kemiskinan.
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di Provinsi Jawa Tengah pada periode tahun 2010-2011 menunjukkan bahwa
penduduk miskin tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 16,38 persen. Hal tersebut
menunjukkan bahwa belum meratanya hasil usaha pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam
mengatasi masalah kemiskinan di seluruh Kabupaten/Kota, padahal dampak kemiskinan
sangat buruk terhadap perekonomian Indonesia. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di seluruh
Kabupaten/Kota,
sehingga
dapat
digunakan
sebagai
dasar
kebijakan
bagi
tiap
Kabupaten/Kota dalam usaha mengatasi kemiskinan di Jawa Tengah.
Atas dasar permasalahan diatas maka persoalan penelitian yang ingin dipecahkan
dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan secara parsial?
2.
Bagaimana pengaruh upah minimum kabupaten/kota terhadap tingkat kemiskinan
secara parsial?
3.
Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap kemiskinan secara parsial?
4.
Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum kabupaten/kota dan tingkat
pengangguran secara bersama-sama?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan secara
parsial.
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Menganalisis pengaruh upah minimum kabupaten/kota terhadap tingkat kemiskinan
secara parsial.
3.
Menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan secara
parsial.
4.
Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum kabupaten/kota dan
tingkat pengangguran secara bersama-sama.
D. Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada:
1.
Pengambil Kebijakan
Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
yang berguna di dalam memberikan informasi yang berguna di dalam memahami
pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum kabupaten/kota dan tingkat
pengangguran, serta menjadi bahan masukan untuk merumuskan berbagai kebijakan di
masa yang akan datang.
2.
Ilmu Pengetahuan
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi
khususnya ekonomi pembangunan. Manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan yakni dapat
melengkapi kajian mengenai tingkat kemiskinan dengan mengungkap secara empiris
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemiskinan
1. Definisi Kemiskinan
Secara etimologis, “kemiskinan” berasal dari kata “miskin” yang artinya tidak berharta
benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Badan Pusat Statistik mendefinisikan
kemiskinan
dari
perspektif
kebutuhan
dasar.
Kemiskinan
didefinisikan
sebagai
ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak
(BPS dan Depsos, 2002). Lebih jauh disebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang
berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan nonmakanan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty
treshold).
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam ukuran kekurangan uang dan
tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lainnya seperti tingkat kesehatan dan
pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum. Pada umumnya terdapat dua indikator
untuk mengukur tingkat kemiskinan di suatu wilayah, yaitu kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif. Mengukur kemiskinan dengan mengacu pada garis kemiskinan disebut
kemiskinan absolut, sedangkan konsep kemiskinan yang pengukurannya tidak didasarkan
pada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif (Tambunan, 2001).
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut merupakan ketidakmampuan seseorang dengan pendapatan
yang diperolehnya untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum yang diperlukan untuk
hidup setiap hari. Kebutuhan minimum tersebut diterjemahkan dalam ukuran finansial
(uang). Nilai minimum tersebut digunakan sebagai batas garis kemiskinan. Garis
kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil, sehingga dapat
ditelusuri kemajuan yang diperolah dalam menanggulangi kemiskinan pada level absolut
sepanjang waktu.
World bank menggunakan ukuran kemiskinan absolut ini untuk menentukan jumlah
penduduk miskin. Menurut world bank, penduduk miskin adalah mereka yang hidup
kurang dari US$1 per hari dalam dolar PPP (Purchasing Power Parity). Akan tetapi,
tidak semua negara mengikuti standar minimum yang digunakan world bank tersebut,
karena bagi negara-negara berkembang level tersebut masihlah tinggi, oleh karena itu
banyak negara menentukan garis kemiskinan nasional sendiri dimana kriteria yang
digunakan disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing negara.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) menentukan kemiskinan absolut
Indonesia merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mencukupi kebutuhan pokok
minimum energi kalori (2.100 kilo kalori per kapita per hari) yang dipergunakan tubuh
dan kebutuhan dasar minimum untuk sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan,
transportasi, dan kebutuhan dasar lain.
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencapai
standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat sehingga proses penentuannya
sangat subyektif. Mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut dikategorikan
sebagai miskin secara relatif. Kemiskinan relatif ini digunakan untuk mengukur
ketimpangan distribusi pendapatan.
2. Sumber dan Sebab terjadinya Kemiskinan
Menurut Nasikun dalam Chriswardani Suryawati (2005), beberapa sumber dan proses
penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:
a. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi
melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan,
tetapi realitanya justru melestarikan,
b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena pola
produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai
petani skala besar dan berorientasi ekspor,
c. Population growth, perspektif yang didasari oleh teori Malthus, bahwa pertambahan
penduduk seperti deret ukur, sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung,
d. Resaurces management and the environment, adalah unsur mismanagement sumber
daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan
menurunkan produktivitas,
e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam. Misalnya tinggal
dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan terjadi banjir, akan tetapi jika
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang
maksimal dan terus-menerus,
f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih dianggap
sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang lebih
rendah dari laki-laki,
g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara
kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pda petani dan nelayan ketika panen raya,
serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan,
h. Exploatif intermediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti rentenir,
i. Internal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang diterapkan pada
suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, yang dapat menjadi penyebab kemiskinan,
j. International processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan kapitalisme)
membuat banyak negara menjadi miskin.
3. Ciri-Ciri Kemiskinan
Menurut (Hartomo dan Aziz, 1997) mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan
memiliki beberapa ciri, yaitu :
a. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup,
modal maupun keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki sendiri sedikit sekali
sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas,
b. Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan
sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan maupun modal usaha,
sedangkan syarat tidak terpenuhi untuk memperoleh kredit perbankan seperti adanya
jaminan kredit dan lain-lain, sehingga mereka yang perlu kredit terpaksa berpaling
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepada “lintah darat” yang biasanya meminta syarat yang berat dan memungut biaya
yang tinggi,
c. Tingkat pendidikan mereka yang rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar. Waktu
mereka habis tersisa untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa lagi untuk belajar.
Anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolah, karena harus membantu orang tua
mencari tambahan penghasilan atau menjaga adik-adik di rumah, sehingga secara turuntemurun mereka terjerat dalam keterbelakangan garis kemiskinan,
d. Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Banyak diantara mereka tidak memiliki tanah,
walaupun ada kecil sekali. Umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja kasar di
luar petani, karena pertanian bekerja dengan musiman maka kesinambungan kerja kurang
terjamin. Banyak diantara mereka kemudian bekerja sebagai “pekerja bebas”, berusaha
apa saja. Dalam keadaan penawaran tenaga kerja yang besar maka tingkat upah menjadi
rendah sehingga mengurung mereka dibawah garis kemiskinan, di dorong dengan
kesulitan hidup di desa maka banyak diantara mereka mencoba berusaha di kota,
e. Kebanyakan diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak
mempunyai keterampilan atau pendidikan, sedangkan kota di banyak negara sedang
berkembang tidak siap menampung gerak urbanisasi penduduk desa. Apabila di negaranegara maju pertumbuhan industri menyertai urbanisasi dan pertumbuhan kota sebagai
penarik bagi masyarakat desa untuk bekerja di kota, maka urbanisasi di negara
berkembang tidak disertai proses penyerapan tenaga dalam perkembangan industri.
Bahkan, sebaliknya perkembangan teknologi di kota justru menarik pekerjaan lebih
banyak tenaga kerja, sehingga penduduk miskin yang pindah ke kota dalam kantong-
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kantong kemelaratan. Menurut (Todaro, 1997) masyarakat miskin mempunyai beberapa
ciri sebagai berikut :
1)
perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan,
2)
perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan,
3)
perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya,
4)
perbedaan peranan sektor swasta dan negara,
5)
perbedaan struktur industri,
6)
perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara lain,
7)
perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam negeri.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan
Pengaruh kemiskinan dengan beberapa aspek ekonomi terdiri dari tiga komponen
utama sebagai penyebab kemiskinan masyarakat, faktor tersebut adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi (PDRB), upah minimum, tingkat pengangguran, pendidikan, kesehatan dan bukan
hanya itu saja seperti Upah Minimum Kabupaten/Kota juga menjadi faktor yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan. penelitian yang dilakukan (Ravi Dwi Wijayanto, 2010)
Dari ketiga faktor tersebut memiliki hubungan yang negatif terhadap kemiskinan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan (Adit Agus Prasityo, 2010) selain faktor-faktor tersebut, masih
terdapat faktor lain yaitu Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Salah satu unsur yang
menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan/upah. Pendapatan
masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full
employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan
masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan (Sadono
Sukirno, 2003).
a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Prof. Simon Kuznets (dikutip dari Budiono, 1999) pertumbuhan ekonomi
adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu
sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi, institusional
(kelembagaan), dan ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Hal tersebut
menjadikan pertumbuhan ekonomi dicirikan dengan 3 hal pokok, antara lain:
1) Laju pertumbuhan perkapita dalam arti nyata (riil),
2) Persebaran atau distribusi angkatan kerja menurut sektor kegiatan produksi yang
menjadi sumber nafkahnya,
3) Pola persebaran penduduk.
Menurut Todaro (dikutip dari Tambunan, 2001) sampai akhir tahun 1960, para ahli
ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah
dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya sehingga dapat
melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut, angka pendapatan per
kapita akan meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula peningkatan kemakmuran
masyarakat dan pada akhirnya akan mengurangi jumlah penduduk miskin. Akibatnya,
sasaran utama dalam pembangunan ekonomi lebih ditekankan pada usaha-usaha
pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi, pembangunan yang
dilakukan pada negara yang sedang berkembang sering mengalami dilema antara
pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan
commit toekonomi
user mensyaratkan pendapatan nasional
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lebih tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan
yang harus diambil. Namun yang menjadi permasalahan bukan hanya soal bagaimana
cara memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak menikmati
hasilnya.
Robert Solow mengemukakan model pertumbuhan ekonomi yang disebut model
pertumbuhan Solow. Model tersebut berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai
berikut:
Y = A . F (K,L)
Dimana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L
adalah tenaga kerja dan A merupakan teknologi. Faktor yang mempengaruhi pengadaan
modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi perkembangan dalam
kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh karena itu pertumbuhan
perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan input dan perkembangan
kemajuan teknologi yang disebut juga pertumbuhan total faktor produktivitas.
Model solow dapat diperluas sehingga mencakup sumberdaya alam sebagai salah
satu input. Dasar pemikirannya yaitu output nasional tidak hanya dipengaruhi K dan L
tapi juga dipengaruhi oleh lahan pertanian atau sumberdaya alam lainnya seperti
cadangan minyak. Perluasan model solow lainnya adalah dengan memasukkan
sumberdaya manusia sebagai modal (Human Capital). Dalam literatur, teori pertumbuhan
seperti ini terkategori sebagai pertumbuhan endogen dengan pionirnya Lucas dan Romer.
Lucas menyatakan bahwa akumulasi modal manusia, sebagaimana akumulasi modal fisik
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
menentukan
pertumbuhan
digilib.uns.ac.id
ekonomi,
sedangkan
Romer
berpandangan
bahwa
pertumbuhan dipengaruhi oleh tingkat modal manusia melalui pertumbuhan teknologi.
Secara sederhana dengan demikian fungsi produksi agregat dapat dimodifikasi menjadi
sebagai berikut:
Y = A . F (K,H,L)
Pada persamaan diatas, H adalah sumberdaya manusia yang merupakan
akumulasi dari pendidikan dan pelatihan. Menurut (Mankiw et. Al, 1992) kontribusi dari
setiap input pada persamaan tersebut terhadap output nasional bersifat proporsional.
Suatu negara yang memberikan perhatian lebih kepada pendidikan terhadap
masyarakatnya ceteris paribus lebih baik daripada yang tidak melakukannya. Dengan
kata lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan
menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Apabila
investasi tersebut dilaksanakan secara relative merata, termasuk terhadap golongan
berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa apabila pertumbuhan ouput meningkat yang dipengaruhi investasi terhadap
sumberdaya manusia maka dapat menurunkan kemiskinan.
(Kuncoro, 2004) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan tradisional lebih
dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu
provinsi, kabupaten, atau kota. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
pertumbuhan angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Saat ini umumnya PDRB
baru dihitung berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral / lapangan usaha dan
dari sisi penggunaan. Selanjutnya PDRB juga dihitung berdasarkan harga berlaku dan
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
harga konstan. Total PDRB menunjukkan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan
oleh penduduk dalam periode tertentu.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar
harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga pada setiap tahun, sedang Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada tahun tertentu sebagai dasar dimana dalam perhitungan ini digunakan tahun 1993.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Sadono Sukirno, 2005), sedangkan menurut
BPS Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk
menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi.
Untuk lebih jelas dalam menghitung angka-angka Produk Domestik Regional Bruto ada
tiga pendekatan yang cukup kerap digunakan dalam melakukan suatu penelitian :
1) Menurut pendekatan Produksi
Dalam pendekatan produksi, Produk Domestik Regional Bruto adalah menghitung
nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksikan oleh suatu kegiatan ekonomi di
daerah tersebut dikurangi biaya antara masing-masing total produksi bruto tiap
kegiatan sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara yaitu bahan baku/penolong dari
luar yang dipakai dalam proses produksi (Robinson Tarigan, 2005).
2) Menurut pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi
diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi,
yaitu upah dan gaji dan surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung neto
pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus
usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto,
sewa tanah, dan keuntungan. Metode pendekatan pendapatan banyak dipakai pada
sektor jasa, tetapi tidak dibayar setara harga pasar, misalnya sektor pemerintahan. Hal
ini disebabkan kurang lengkapnya data dan tidak adanya metode yang akurat yang
dapat dipakai dalam mengukur nilai produksi dan biaya antara dari berbagai kegiatan
jasa, terutama kegiatan yang tidak mengutip biaya (Robinson Tarigan, 2005).
3) Menurut pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari
barang dan jasa yang diproduksi di dalam negri. Jika dilihat dari segi penggunaan
maka total penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk konsumsi rumah
tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dam ekspor neto.
Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto disusun dalam dua bentuk, yaitu :
1) Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut BPS pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran atau pendapatan yang dihitung menurut
harga tetap. Dengan cara menilai kembali atau mendefinisikan berdasarkan hargaharga pada tingkat dasar dengan menggunakan indeks harga konsumen. Dari
perhitungan ini tercermin tingkat kegiatan ekonomi yang sebenarnya melalui Produk
Domestik Regional Bruto riilnya.
2) Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut BPS
adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di
suatu wilayah. Yang dimaksud nilai tambah yaitu merupakan nilai yang ditambahkan
kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi
sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut
sertanya factor produksi dalam proses produksi.
b. Hubungan Tingkat Kemiskinan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
pembangunan
dan
ekonomi
merupakan
merupakan
syarat
indikator
bagi
untuk
pengurangan
melihat
keberhasilan
tingkat
kemiskinan.
Pembangunan nasional dilaksanakan merata di seluruh tanah air dan tidak untuk satu
golongan atau sebagian masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia, serta
harus benar-benar dapat dirasakan seluruh rakyat, (Suparmoko, 2006). Pertumbuhan
ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya
pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang dibutuhkan, walaupun begitu
pertumbuhan ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan berarti bagi penurunan
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan (Wongdesmiwati,
2009).
Menurut (Sadono Sukirno, 2000), laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan
PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya
pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan produk
domestik regional bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh
mana distribusi pendapatan telah menyebar ke lapisan masyarakat serta siapa yang telah
menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada
kualitas dan pada konsumsi rumah tangga dan apabila tingkat pendapatan penduduk
sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya
ke barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang.
Menurut penelitian (Nurfitri Yanti, 2010) menyatakan bahwa PDRB sebagai
indikator pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap kemiskinan.
c. Definisi Upah Minimum
Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan
rendah, terutama pekerja miskin. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 tentang Upah Minimum adalah upah
bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud
dengan tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap
dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian
prestasi tertentu.
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Teori Upah Minimum
Dalam pasar tenaga kerja sangat penting untuk menetapkan besarnya upah yang
harus dibayarkan perusahaan pada pekerjanya. Undang-undang upah minimum
menetapkan harga terendah tenaga kerja yang harus dibayarkan (Mankiw, 2006).
Menurut (Kaufman, 2000), tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah
memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan
kesejahteraan pekerja. Kebijakan upah minimum di Indonesia tertuang dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 dan UU Ketenagakerjaan
No. 13 tahun 2003. Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan
penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan
termasuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa menafikkan produktifitas
perusahaan dan kemajuannya, termasuk juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi
secara umum. Menurut (Hasanuddin Rachman, 2005), Tujuan penetapan upah
minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro. Secara mikro tujuan penetapan
upah minimum yaitu :
(a) Sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot,
(b) Mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan,
(c) Meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah. Sedangkan secara
makro,
Secara makro tujuan penetapan upah minimum yaitu :
(a) Pemerataan pendapatan,
(b) Peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja,
(c) Perubahan struktur biaya industri
sektoral,
commit
to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(d) Peningkatan produktivitas kerja nasional,
(e) Peningkatan etos dan disiplin kerja,
(f) Memperlancar komunikasi pekerja dan pengusaha dalam rangka hubungan
bipartite.
Pada awalnya upah minimum ditentukan secara terpusat oleh Departemen
Tenaga Kerja untuk region atau wilayah-wilayah di seluruh Indonesia. Dalam
perkembangan otonomi daerah, kemudian mulai tahun 2001 upah minimum ditetapkan
oleh masing-masing provinsi. Upah Minimum ini dapat dibedakan menjadi upah
minimum regional dan upah minimum sektoral.
(a) Upah Minimum Regional
Upah Minimum Regional adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari
upah pokok dan tunjangan tetap bagi seorang pekerja tingkat paling bawah dan
bermasa kerja kurang dari satu tahun yang berlaku di suatu daerah tertentu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja : PER-01/MEN/1999 tentang upah
minimum, upah minimum regional (UMR) dibedakan menjadi dua, yaitu Upah
Minimum Regional Tingkat I (UMR Tk. I) dan Upah Minimum Regional Tingkat
II (UMR Tk. II). Namun sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (KEP-226/MEN/2000) tentang perubahan pada pasal 1, 3, 4, 8, 11,
20 dan 21 PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, maka istilah Upah
Minimum Regional Tingkat I (UMR Tk. I) diubah menjadi Upah Minimum
Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Regional Tingkat I I (UMR Tk. II) diubah
menjadi Upah Minimum Kabupaten /Kota (UM kab/kota).
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(b) Upah Minimum Sektoral
Upah minimum sektoral adalah upah yang berlaku dalam suatu provinsi
berdasarkan kemampuan sektor. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja :
Per-01/MEN/1999 tentang upah minimum, upah minimum sektoral dibedakan
menjadi Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I (UMSR Tk. I) dan Upah
Minimum Sektoral Regional Tingkat I I (UMSR Tk. II).
Dalam perkembangan selanjutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (KEP-226/MEN/2000) tentang perubahan pada pasal 1, 3,
4, 8, 11, 20 dan 21 PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, maka terjadi
perubahan istilah Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I (UMSR Tk. I)
menjadi Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) dan Upah Minimum Sektoral
Regional Tingkat II (UMSR Tk. II) diubah menjadi Upah Minimum Sektoral
Kabupaten /Kota (UMS kab/kota).
Variabel-variabel yang mempengaruhi upah minimum regional (UMR)
Tingkat I dan II sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per01/Men/1999, adalah sebagai beriku : kebutuhan hidup minimum (KHM), indeks
harga
konsumen
(IHK),
kemampuan,
perkembangan
dan
kelangsungan
perusahaan, tingkat upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan antar
daerah, kondisi pasar kerja, dan tingkat perkembangan perekonomian dan
pendapatan per kapita.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-17/Men/VIII/2005 tentang
Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak serta
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 88 (4) tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa besaran upah minimum antara lain didasarkan pada tahap
pencapaian KHL, pertumbuhan PDRB, produktivitas, dan mempertimbangkan
keberadaan
sektor
marjinal
(usaha
yang
paling
tidak
mampu).
Pada
pelaksanaannya, pertimbangan pada usaha tidak mampu ternyata belum dapat
dioperasionalkan.
2) Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Upah Minimum
Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup
minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Penetapan
tingkat upah yang dilakukan pemerintah pada suatu negara akan memberikan
pengaruh terhadap besarnya tingkat pengangguran yang ada. Semakin tinggi besaran
upah yang ditetapkan oleh pemerintah maka hal tersebut akan berakibat pada
penurunan jumlah orang yang bekerja pada negara tersebut (Kaufman dan Hotchkiss,
1999).
Menurut
(Mankiw,
2003),
upah
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi tingkat pengangguran dan pengangguran berpengaruh kepada
kemiskinan. Selain itu, upah juga merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit
tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya.
d. Definisi Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja,
yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak
dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Sadono Sukirno, 1999). Besarnya tingkat
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di suatu negara.
Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara (Tambunan, 2001).
Jenis-jenis pengangguran:
1) Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya:
a) Pengangguran Alamiah
Pengangguran yang berlaku pada tingkat kesempatan kerja penuh. Kesempatan
kerja penuh adalah keadaan dimana sekitar 95 persen dari angkatan kerja dalam
suatu waktu sepenuhnya bekerja. Pengangguran sebanyak lima persen inilah yang
dinamakan sebagai pengangguran alamiah.
b) Pengangguran Friksional
Suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seorang pekerja untuk
meninggalkan pekerjaannya dan mencari kerja yang lebih baik atau lebih sesuai
dengan keinginannya.
c) Pengangguran Struktural
Pengangguran yang diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi. Tiga sumber utama
yang menjadi penyebab berlakunya pengangguran stuktural adalah:
(1) Perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin maju
membuat permintaan barang dari industri yang memproduksi barang-barang
yang kuno menurun dan akhirnya tutup dan pekerja di industri ini akan
menganggur. Pengangguran ini disebut juga sebagai pengangguran teknologi.
(2) Kemunduran yang disebabkan oleh adanya persaingan dari luar negeri atau
daerah lain. Persaingan dari luar negeri yang mampu menghasilkan produk
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lebih baik dan lebih murah akan membuat permintaan akan barang lokal
menurun. Industri local yang tidak mampu bersaing akan bangkrut sehingga
timbul pengangguran.
(3) Kemunduran perkembangan ekonomi suatu kawasan sebagai akibat dari
pertumbuhan yang pesat dikawasan lain.
d) Pengangguran Konjungtur
Penganguran yang melebihi pengangguran alamiah. Pada umumnya pengguran
konjungtur berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat.
Penurunan permintaaan agregat mengakibatkan perusahaan mengurangi jumlah
pekerja atau gulung tikar, sehingga muncul pengangguran konjungtur.
2) Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya:
a) Pengangguran Terbuka
Pengguran ini tercipta sebagai akibat penambahan pertumbuhan kesempatan kerja
yang lebih rendah daripada pertumbuhan tenaga kerja, akibatnya banyak tenaga
kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Menurut Badan Pusat Stsatistik (BPS),
pengangguran terbuka adalah adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan
kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai
bekerja.
b) Pengangguran tersembunyi
Keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang
jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Pengangguran Musiman
Keadaan pengangguran pada masa-masa tertentu dlam satu tahun. Penganguran
ini biasanya terjadi di sektor pertanian. Petani akan mengganggur saat menunggu
masa tanam dan saat jeda antara musim tanam dan musim panen.
d) Setengah Menganggur
Keadaan dimana seseorang bekerja dibawah jam kerja normal. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), di Indonesia jam kerja normal adalah 35 jam seminggu, jadi
pekerja yang bekerja di bawah 35 jam seminggu masuk dalam golongan setengah
menganggur.
3) Dampak Pengangguran:
Salah satu faktor penting yang mementukan kemakmuran suatu masyarakat
adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat tercapai. Penganguran berdampak
mengurangi pendapatan masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat kemakmuran
yang mereka capai.
Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah
ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Keadaan pendapatan menyebabkan
para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Apabila pengangguran
di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan social selalu berlaku dan
menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang (Sadono Sukirno, 2004).
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pengangguran
Menurut (Sadono Sukirno, 2004), efek buruk dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan
masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka
terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran
di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan
menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
Menurut (Dian Octaviani, 2001) mengatakan bahwa sebagian rumah tangga di
Indonesia memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah
yang diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya
sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Lebih jauh, jika masalah pengangguran ini terjadi pada kelompok masyarakat
berpendapatan rendah (terutama kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan
sedikit berada di atas garis kemiskinan), maka insiden pengangguran akan dengan
mudah menggeser posisi mereka menjadi kelompok masyarakat miskin. Yang artinya
bahwa semakin tinggi tingkat pengganguran maka akan meningkatkan kemiskinan.
B. Penelitian Terdahulu
a. Penelitian yang dilakukan (Ravi Dwi Wijayanto, 2010) dengan judul “Analisis Pengaruh
PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Jawa
Tengah Tahun 2005-2008. Penelitian tersebut menganalisis bagaimana pengaruh PDRB,
pendidikan dan pengangguran terhadap
kemiskinan.
commit
to user Variabel independen dari penelitian
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini adalah PDRB, pendidikan dan pengangguran, metode yang digunakan dalam analisis
penelitian ini adalah analisis panel data (kombinasi data cross section dan time series).
Dari hasil penelitian tersebut didapat nilai koefisien regresi sebesar 0,968 yang berarti
bahwa 96,8 persen variasi kemiskinan kabupaten/kota di Jawa Tengah dapat dijelaskan
oleh variasi tiga variabel independennya yakni PDRB, pendidikan dan pengangguran.
Dari hasil uji f nilai fhitung> ftabel, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel
independen secara simultan atau bersama – sama mempengaruhi variabel kemsikinan.
Dari hasil uji t, variabel PDRB berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kemiskinan, variabel pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan, sedangkan variabel pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan.
b. Penelitian yang dilakukan (Adit Agus Prayitno, 2010) dengan judul “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di
Jawa Tengah Tahun 2003-2007)”. Penelitian tersebut menganalisis bagaimana pengaruh
pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat pengangguran terhadap
tingkat kemiskinan. Variabel independen dari penelitian ini adalah pertumbuhan
ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat pengangguran, metode yang
digunakan dalam analisis penelitian ini adalah analisis panel data. Dari hasil penelitian
tersebut didapat nilai koefisien regresi sebesar 0,9826 yang berarti bahwa 98,27 persen
variasi tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi
tiga variabel independennya yakni Pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan
dan tingkat pengangguran. Dari hasil uji f nilai fhitung> ftabel, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa variabel independen secara simultan atau bersama – sama
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi variabel kemsikinan. Dari hasil uji t, variabel pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, variabel upah minimum
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, variabel pendidikan
berpengaruh negatif dan signifikan serta variabel pengangguran berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemiskinan.
c. Penelitian yang dilakukan (Nurfitri Yanti, 2010) dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Inflasi Dan Tingkat Kesempatan Kerja Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia Tahun 1999-2009. Penelitian tersebut menganalisis bagaimana pengaruh
pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja terhadap tingkat
kemiskinan. Variabel independen dari penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi,
inflasi dan tingkat kesempatan kerja, metode yang digunakan dalam analisis penelitian
ini adalah analisis regresi linier berganda adalah uji asumsi klasik. Dari hasil penelitian
tersebut didapat nilai koefisien regresi sebesar 0,6407 yang berarti bahwa 64,07 persen
variasi tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi
tiga variabel independennya yakni pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat
kesempatan kerja. Dari hasil uji f nilai fhitung> ftabel, sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel independen secara simultan atau bersama – sama mempengaruhi
variabel kemsikinan. Dari hasil uji t, variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap kemiskinan, variabel inflasi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemiskinan, serta variabel tingkat kesempatan kerja berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.
d. Penelitian yang dilakukan oleh (Dian Octaviani, 2001) dengan judul “Inflasi,
Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia: Analisis Indeks Forrester Greer &
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Horbecke”. Tulisannya menganalisis tentang pengaruh pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia. Model yang digunakan adalah modifikasi model ekonometri
yang dikemukakan oleh (Cutler dan Katz, 1991), yaitu:
Pt = β0 + β1 (P/Y)T + β2 ρT + β3 μt + β4 Gt + εt
Dimana:
Pt
= tingkat kemiskinan agregat pada tahun ke t diukur dengan indeks FGT
(P/Y)t
= rasio garis kemiskinan terhadap pendapatan rata-rata
ρT
= tingkat inflasi Gt = rasio gini
μt
= tingkat pengangguran εt = error term
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kenaikan angka pengangguran
mengakibatkan peningkatan atas angka kemiskinan, sebaliknya semakin kecil angka
pengangguran akan menyebabkan semakin rendahnya tingkat kemiskinan di Indonesia.
e. Penelitian yang dilakukan oleh (Deny Tisna Amijaya, 2008) dengan judul “Pengaruh
ketidakmerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2003-2004”. Tulisannya meneliti
tentang pengaruh ketidakmerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengangguran terhadap kemiskinan di Indonesia, dalam hal ini untuk seluruh Provinsi di
Indonesia dari tahun 2003–2004. Analisis yang dilakukan adalah analisis Deskriptif dan
ekonometrika dengan menggunakan metode Panel Data. Model yang digunakan adalah
modifikasi model ekonometri sebagi berikut:
MS
= f (GR, PDRB, PG)
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
Y it
digilib.uns.ac.id
= β0 + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + Uit
dimana:
MS
= jumlah kemiskinan.
GR
= variabel ketidakmerataan distribusi pendapatan.
PDRB
= variabel tingkat pertumbuhan ekonomi.
PG
= variabel tingkat pengangguran.
i
= cross section.
t
= time series.
Β0
= konstanta.
Β1, Β2, Β3 = koefisien.
U
= error.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ketidakmerataan distribusi
pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, variabel pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel
pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan.
f. Penelitian yang dilakukan oleh (Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2006) dengan
judul “Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin”.
Tulisannya menganalisis tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia. Analisis yang dilakukan adalah analisis Deskriptif dan
ekonometrika dengan menggunakan metode Panel Data. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa kenaikan PDRB mengakibatkan penurunan atas angka
kemiskinan, kenaikan Jumlah Penduduk mengakibatkan peningkatan atas angka
kemiskinan, kenaikan Inflasi mengakibatkan peningkatan atas angka kemiskinan,
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kenaikan Share pertanian dan industry mengakibatkan penurunan atas angka
kemiskinan, kenaikan tingkat pendidikan mengakibatkan penurunan atas angka
kemiskinan. Dimana pengaruh tingkat pendidik SMP lebih besar daripada pengaruh
share pertanian. Sedangkan kenaikan Dummy krisis mengakibatkan peningkatan atas
angka kemiskinan.
g. Penelitian yang dilakukan oleh (Wongdesmiwati, 2009) dengan judul “Pertumbuhan
Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan” Alat analisa yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan
digunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression) dengan menentukan
variabel-variabel yang mempengaruhi masing-masing fungsi tersebut.
h. Penelitian yang dilakukan (Dadan Hudaya, 2009) dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Indonesia”. Penelitian tersebut menganalisis
bagaimana gambaran kemiskinan di Indonesia dan faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Variabel independen dari penelitian ini adalah
persentase dan jumlah penduduk miskin menurut provinsi, pendapatan perkapita, angka
melek huruf dan tingkat pengangguran, metode yang digunakan dalam analisis
penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis panel data. Dari hasil penelitian
tersebut didapat nilai koefisien regresi sebesar 0,999140 yang berarti bahwa 99,9587
persen variasi tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh
variasi empat variabel independennya yakni persentase dan jumlah penduduk miskin
menurut provinsi, pendapatan perkapita, angka melek huruf dan tingkat pengangguran.
Dari hasil uji f nilai
fhitung> ftabel,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel
independen secara simultan atau bersama – sama mempengaruhi variabel kemsikinan.
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil uji t, variabel persentase dan jumlah penduduk miskin menurut provinsi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, variabel pendapatan perkapita
berpengaruh negatif dan signifikan, variabel angka melek huruf berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemiskinan, serta variabel tingkat pengangguran berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.
i. Penelitian yang dilakukan oleh (Harlem Siahaan, 1995) dengan judul “Kemiskinan dan
Pertumbuhan Ekonomi: Pendekatan Teoritik Politik Indonesia 1945 – 1984”. Tulisannya
menganalisis tentang pertumbuhan ekonomi yang cepat (dipercepat) pada umumnya
berpotensi menciptakan berbagai bentuk kesenjangan dan permasalahan yang
menghasilkan kontradiksi sosial-politik. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia maupun perbaikan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi untuk mengatasi krisis ekonomi tersebut, akan berpotensi menciptakan situasi
dan fenomena politik yang tidak menentu karena masalah-masalah ekonomi termasuk
pembangunan ekonomi tidaklah tepat jika dilihat dari sudut dan perspektif ekonomi.
j. Penelitian yang dilakukan oleh (Rasidin K. Sitepul dan Bonar M. Sinaga, 2009) dengan
judul “ Dampak Investasi Sumberdaya Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Kemiskinan Di Indonesia: Pendekatan Model Computable General Equilibrium”.
Tulisannya menganalisis tentang Bagaimana pengaruh investasi sumberdaya manusia
terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan
kombinasi model Komputasi Keseimbangan umum dan metode Foster-GreerThorbecke. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa Peningkatan investasi sumberdaya
manusia secara langsung berdampak pada peningkatan produktivitas tenaga kerja yang
mendorong pada peningkatan Produk Domestik Bruto Riil, yang ditunjukkan oleh
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peningkatan stok kapital, neraca perdagangan dan konsumsi rumah tangga. Investasi
sumberdaya manusia untuk pendidikan dapat menurunkan poverty incidence, poverty
depth dan poverty severity kecuali untuk rumah tangga bukan pertanian golongan atas di
desa, bukan angkatan kerja di kota dan bukan pertanian golongan atas di kota.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa kemiskinan dipengaruhi oleh tiga
variabel antara lain pertumbuhan ekonomi, upah minimum kabupaten/kota dan tingkat
pengangguran. Kemudian variabel-variabel tersebut sebagai variabel independen (bebas) dan
bersama-sama, dengan variabel dependen (terikat) yaitu kemiskinan yang diukur dengan alat
analisis regresi untuk mendapatkan tingkat signifikansinya. Dengan hasil regresi tersebut
diharapkan
mendapatkan
tingkat
signifikansi
setiap
variabel
independen
dalam
mempengaruhi kemiskinan. Selanjutnya tingkat signifikansi setiap variabel independen
tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran kepada pihak yang terkait mengenai
penyebab kemiskinan di Jawa Tengah untuk dapat merumuskan suatu kebijakan di masa
mendatang dalam upaya pengentasan kemiskinan. Secara skema kerangka pemikiran dapat
digambarkan sebagai berikut pada gambar 2.1:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Upah Minimum (U)
Kemiskinan (K)
Pengangguran (P)
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan bahwa Menurut Prof. Simon
Kuznets (dikutip dari Budiono, 1999) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas
dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
ekonomi kepada penduduknya. Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk
mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang
dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan
berarti bagi penurunan masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan
(Wongdesmiwati, 2009).
Menurut (Mankiw, 2003), upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat pengangguran dan pengangguran berpengaruh kepada kemiskinan. Selain itu, upah
juga merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah
uang yang dibayarkan kepadanya. Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah
memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan
pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan
rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah minimum akan
meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga meningkat dan sehingga
terbebas dari kemiskinan (Kaufman dan Hotchkiss, 1999).
Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang
secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat
memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Sadono Sukirno, 1999). Besarnya tingkat
pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di suatu negara.
Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara (Tambunan, 2001).
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang bersifat sementara tentang adanya suatu
hubungan tertentu antara variabel-variabel yang digunakan. Sifat sementara pada hipotesis
ini berarti bahwa hipotesis dapat diubah, diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat. Hal
ini dimungkinkan karena hipotesis yang diperoleh tergantung pada masalah yang diteliti dan
konsep yang digunakan.
Hipotesis ini membahas pengaruh variabel independen yaitu tingkat kemiskinan
terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pengangguran.
Untuk pengujian hipotesis selengkapnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Diduga Pertumbuhan Ekonomi mempunyai pengaruh positif terhadap kemiskinan 35
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
2. Diduga upah minimum kabupaten/kota mempunyai pengaruh negatif terhadap
kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
3. Diduga tingkat pengangguran mempunyai pengaruh negatif terhadap kemiskinan 35
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
4. Diduga Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan tingkat
pengangguran secara bersama-sama mempunyai pengaruh negatif terhadap kemiskinan
35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan konsep yang dapat diukur dengan berbagai macam
nilai untuk memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk memperjelas
dan memudahkan terhadap variabel-variabel yang akan di teliti, dalam penelitian ini
menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan tiga variabel independen (bebas).
Variabel dependen yang digunakan yaitu Tingkat Kemiskinan (K). Sementara tiga
variabel independen yang digunakan antara lain: Pertumbuhan Ekonomi (Y), Upah
Minimum Kabupaten/Kota (U), dan Tingkat Pengangguran (P).
2. Definisi Operasional
Definisi opeasional merupakan langkah berikut setelah menspesifikasi variabel
penelitian. Hal ini bertujuan agar variabel penelitian yang telah ditetapkan dapat
dioperasionalkan, sehingga memberikan petunjuk tentang bagian suatu variabel dapat
terukur.
a. Tingkat kemiskinan (K) adalah persentase penduduk yang berada di bawah garis
kemiskian di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011 (dalam
satuan persen), data diambil dari BPS.
b. Pertumbuhan Ekonomi Regional (Y), adalah dinyatakan sebagai perubahan PDRB atas
dasar harga konstan di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011
(dalam satuan persen), data diambil dari BPS yang dihitung dengan menggunakan
rumus:
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
X100%
Dimana:
Yit
= Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota i, tahun t
PDRBtı = PDRB ADHK Kabupaten/kota i tahun t
PDRBt = PDRB ADHK Kabupaten/kota i tahun t-1
c. Upah minimum kabupaten/kota (U) adalah upah minimum yang berlaku di daerah
kabupaten/kota, yang diterima oleh pekerja per bulan (BPS, 2008). U yang digunakan
dalam penelitian ini adalah upah minimum yang berlaku di masing-masing
kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011 (dalam satuan rupiah), data diambil dari
BPS.
d. Tingkat pengangguran terbuka (P) adalah persentase penduduk dalam angkatan kerja
yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan di masing-masing
kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011 yang diukur (dalam satuan persen), data
diambil dari BPS.
B. Jenis dan Sumber Data
Sumber data utama untuk penelitian ini adalah laporan, Badan Pusat Statistik (BPS).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang
digunakan adalah data deret lintang (cross-section data) yang meliputi 35 kabupaten/kota di
Jawa Tengah pada tahun 2011. Secara umum data-data dalam penelitian ini diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Informasi lain bersumber dari studi
kepustakaan lain berupa jurnal ilmiah dan buku-buku teks.
C. Metode Analisis Data
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Studi ini menggunakan analisis uji Ordinary least square (OLS) sebagai alat
pengolahan data. Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan suatu variable
dependen (tidak bebas) terhadap salah satu atau lebih variable independen (bebas atau
penjelas) untuk mengestimasi dan atau meramalkan nilai‐nilai populasi variabel dependen
berdasarkan nilai tetap variabel independen.
Berdasarkan kerangka pikir analisis
yang dibangun dalam penelitian ini,
variabel‐variabel yang digunakan adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel yang
dijelaskan (dependen variabel), sedangkan variabel yang menjelaskan (explanatory
variabels) adalah pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran. Analisis
regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap perubahan
suatu variabel lainnya yang ada hubungannya untuk menguji model tingkat kemiskinan 35
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang dapat dinotasikan dalam model umum yang
akan dibangun dalam persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
K = β0 + β1 Y + β2 U + β3 P +μ
Variabel-variabel Y, U, P adalah variabel bebas (variabel independen). Sedangkan variabel
tidak bebas (variabel dependen) yang digunakan adalah K.
Dimana :
K
= Tingkat Kemiskinan
Y
= Perumbuhan Ekonomi
U
= Upah Minimum Kabupaten/kota
P
= Tingkat Pengangguran
β0
= Konstanta
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
β1. . . . β3
μ
digilib.uns.ac.id
= Koefisien Variabel Bebas
= Faktor Pengganggu
D. Pengujian Statistik
1. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t pada dasarnya digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing –
masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Tahapan dalam uji t adalah sebagai berikut :
a.
Menentukan Hipotesis
(berarti variabel independen secara individu
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen)
(berarti variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen)
b.
Menentukan nilai α
Nilai α yang dipilih adalah 0,05
c.
Melakukan penghitungan nilai t
1) ttabel
Dimana :
Α
=
derajat signifikasi
N
=
banyak data yang digunakan
K
=
Banyaknya parameter atau koefisien regresi
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
plus konstanta
2) thitung
Dimana
=
Koefisien Regresi
=
Standar error koefisien regresi
d. Kriteria Pengujian
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1)
diterima jika –ttabel< thitung< ttabel.
Variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
2)
ditolak jika –ttabel> thitung atau thitung> ttabel
Variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji f digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara bersama – sama.
Tahapan dalam uji F adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesis
(berarti variabel independen
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara
simultan
berpengaruh
tidak
terhadap
variabel dependen)
(berarti variabel independen
secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependen)
2) Menentukan α
Nilai α yang dipilih adalah 0,05
3) Melakukan penghitungan nilai
a)
tabel
Dimana :
Α
=
derajat signifikasi
N
=
banyak data yang digunakan
K
=
Banyaknya parameter atau koefisien regresi
plus konstanta
b)
hitung
Dimana :
=
Koefisien determinasi berganda
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
K
=
Jumlah seluruh variabel
N
=
Jumlah seluruh observasi
4) Kriteria pengujian
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a)
diterima jika
hitung<
tabel
Variabel independen secara bersama – sama tidak mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan
b)
ditolak jika
hitung>
tabel
Variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan
3.
Uji Koefisien Determinasi (
)
Uji ini digunakan untuk mengetahui berapa persen variasi variable dependen dapat
dijelaskan oleh variable independen. R2 yang digunakan adalah R2 yang telah
memperhitungkan jumlah variable independen dalam suatu model regresi atau disebut
dengan adjusted R2.
Rumusnya adalah :
Dimana :
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
=
Koefisien determinasi berganda
k
=
Jumlah seluruh variabel
N
=
Jumlah seluruh observasi
E. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis data maka data diuji sesuai asumsi klasik, jika terjadi
penyimpangan akan asumsi klasik digunakan pengujian statistik non parametrik sebaliknya
asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan statistik parametrik untuk mendapatkan model
regresi yang baik, agar model regresi yang diajukan menunjukkan persaman hubungan yang
valid atau BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), model tersebut harus memenuhi asumsiasumsi dasar klasik OrdinaryLeast Square (OLS). Asumsi-asumsi tersebut adalah: Pertama,
tidak terjadi multikolinearitas. Kedua, tidak ada heteroskedastisitas (adanya variance yang
tidak konstan dan variabel pengganggu). Ketiga, tidak terdapat autokorelasi (Gujarati, 2003).
Karena ini tidak memakai data time-series maka tidak menggunakan uji autokorelasi.
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas timbul karena satu atau lebih variable independen berkorelasi
secara linear dengan variable independen lainnya. Cara paling mudah untuk mendeteksi
ada tau tidaknya multikolinearitas adalah dengan regresi auxiliary, yaitu dengan melihat
nilai R dan nilai r. Apabila dari hasil pengujian statistic diperoleh r < R berarti tidak ada
multikolinearitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji Heteroskedasitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang
mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir Ordinary Least Square (OLS)
tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara untuk mendeteksi
masalah heteroskedasitas adalah dengan Uji Glejser.
Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residualterhadap variable
independen lainnya dengan persamaan regresi :
Jika β signifikan, maka mengindikasikan terdapat heteroskedasitas dalam model.
3. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak berlaku.
Ada beberapa metode untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi residual
antara lain Kolmogorov – Smirnov (KS) Test dan metode grafik. Uji KS dilakukan
dengan hipotesis:
H0 : Residual terdistribusi normal
HA : Residual tidak terdistribusi normal
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Di dalam penelitian ini, objek yang digunakan adalah 35 Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2011. Pembahasan ini akan menggambarkan kondisi makro ekonomi 35
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah yang mencakup masalah tingkat kemiskinan,
petumbuhan ekonomi, upah minimum kabupaten/kota dan tingkat pengangguran.
B. Keadaan Geografis
Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Pulau Jawa letaknya diapit oleh dua
provinsi besar yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Secara geografis letaknya antara 5040’ dan
8030’ Lintang Selatan dan antara 108030’ dan 110030’ Bujur Timur (termasuk Pulau
Karimunjawa). Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 263 km dan dari utara ke selatan
adalah 226 km (tidak termasuk Pulau Karimunjawa).
Luas wilayah Jawa Tengah tercatat sebesar 3.254.412 hektar atau sekitar 25,04 persen
dari luas Pulau Jawa dan 1,70 persen dari luas Indonesia. Luas wilayah tersebut terdiri dari
991 ribu hektar (30,45 persen) lahan sawah dan 2,26 juta hektar (69,55 persen) bukan lahan
sawah. Provinsi Jawa Tengah dengan pusat pemerintahan di Kota Semarang, secara
administratif terbagi dalam 35 kabupaten/kota (29 kabupaten dan 6 kota) dengan 565
kecamatan yang meliputi 7872 desa dan 622 kelurahan. Secara administratif Provinsi Jawa
Tengah berbatasan oleh :
Sebelah Utara
: Laut Jawa
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
Sebelah Timur
: Jawa Timur
Sebelah Selatan
: Samudera Hindia
Sebelah Barat
: Jawa Barat
digilib.uns.ac.id
C. Kemiskinan
Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang
untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas. Chambers (dalam Chriswardani
Suryawati, 2005) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang
memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3)
kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence),
dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.
Masalah kemiskinan bagi provinsi Jawa Tengah merupakan isu strategis dan
mendapatkan prioritas utama untuk ditangani. Hai ini terbukti dalam Rencana Strategis
(Renstra) Jawa Tengah (Perda No. 11/2003), dan di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Tengah tahun 2005-2025. Upaya penanggulangan kemiskinan
telah diakukan melalui berbagai strategi.. Secara langsung diwujudkan dalam bentuk
pemberian dana bantuan stimulant sebagai modal usaha kegiatan ekonomi produktif dan
bantuan sosial. Bantuan secara tidak langsung dilakukan melalui penyediaan sarana dan
prasarana pendukung kegiatan sosial ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
Problematika kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah Indonesia
sebagai sebuah negara. Dalam negara yang salah urus, tidak ada persoalan yang lebih besar,
selain persoalan kemiskinan. Upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerinyah
Jawa Tengah program lima pilar “Grand Strategy” bisa berjalan dan berhasil dengan baik.
Pertama, perluasan kesempatan kerja, ditujukan untuk menciptakan kondisi dan lingkungan
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh
kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara
berkelanjutan.
Kedua,
pemberdayaan
masyarakat,
dilakukan
untuk
mempercepat
kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat dan memperluas partisipasi
masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin
kehormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar. Ketiga, peningkatan kapasitas,
dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat
miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan. Keempat, perlindungan sosial,
dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelomnpok rentan dan
masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh
bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial. Kelima, kemitraan
regional, dilakukan untuk pengembangan dan menata ulang hubungan dan kerjasama lokal,
regional, nasional, dan internasional guna mendukung pelaksanaan ke empat strategi diatas.
Dari Tabel 4.1 menunjukkan tingkat kemiskinan 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah
tahun 2011, tingkat kemiskinan yang tertinggi adalah Kabupaten Wonosobo dengan
persentase 24,21 persen dan Kabupaten Kebumen sekitar 24,06 persen. Sedangkan tingkat
kemiskinan yang terendah di Jawa Tengah adalah Kota Semarang dengan persentase 5,68
persen dan Kota Salatiga sekitar 7,80 persen.
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011 (persen)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Kabupaten/kota
Kab. Cilacap
Kab. Banyumas
Kab. Purbalingga
Kab. Banjarnegara
Kab. Kebumen
Kab. Purworejo
Kab. Wonosobo
Kab. Magelang
Kab. Boyolali
Kab. Klaten
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri
Kab. Karanganyar
Kab. Sragen
Kab. Grobogan
Kab. Blora
Kab. Rembang
Kab. Pati
Kab. Kudus
Kab. Jepara
Kab. Demak
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
Kab. Kendal
Kab. Batang
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Tegal
Kab. Brebes
Kab. Magelang
Kota Surakarta
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Pekalongan
Kota Tegal
commit to user
55
2011
17,15
21,11
23,06
20,38
24,06
17,51
24,21
15,18
14,97
17,95
11,13
15,74
15,29
17,95
17,38
16,24
23,71
14,69
9,45
10,32
18,21
10,30
13,38
14,26
13,47
15,00
20,68
11,54
22,72
11,06
12,90
7,80
5,68
10,04
10,81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara
yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.
Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya
pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan
ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan berarti bagi penurunan masyarakat miskin jika
tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan.
Dari Tabel 4.2 menunjukkan pertumbuhan ekonomi dari 35 kabupaten/kota di Jawa
Tengah tahun 2011, hal ini diukur berdasarkan kenaikan PDRB non migas atas dasar harga
konstan di masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Kabupaten Sragen memiliki
pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa Tengah, sekitar 6,53 persen kemudian di ikuti Kota
Semarang dengan persentase 6,41 persen. Sedangkan kabupaten yang memiliki pertumbuhan
ekonomi paling rendah adalah Kabupaten Klaten sekitar 1,96 persen dan Kabupaten
Wonogiri dengan persentase 2,03 persen.
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2
Pertumbuhan Ekonomi
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 (persen)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Kabupaten/kota
Kab. Cilacap
Kab. Banyumas
Kab. Purbalingga
Kab. Banjarnegara
Kab. Kebumen
Kab. Purworejo
Kab. Wonosobo
Kab. Magelang
Kab. Boyolali
Kab. Klaten
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri
Kab. Karanganyar
Kab. Sragen
Kab. Grobogan
Kab. Blora
Kab. Rembang
Kab. Pati
Kab. Kudus
Kab. Jepara
Kab. Demak
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
Kab. Kendal
Kab. Batang
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Tegal
Kab. Brebes
Kab. Magelang
Kota Surakarta
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Pekalongan
Kota Tegal
commit to user
57
2011
5,78
5,86
6,07
4,92
4,88
5,02
4,52
4,27
5,28
1,96
4,59
2,03
5,50
6,53
3,59
2,59
4,40
5,43
4,21
5,49
4,48
5,69
4,65
5,99
5,26
4,77
4,83
4,81
4,97
5,48
6,04
5,52
6,41
5,45
4,58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Upah minimum
Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan
rendah, terutama pekerja miskin. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 tentang Upah Minimum adalah upah
bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud
dengan tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap dan
teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi
tertentu.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2011, upah minimum kabupaten/kota di
Jawa Tengah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan mendorong produktivitas
pekerja. Hal ini disebabkan karena kota Semarang merupakan ibu kota provinsi Jawa
Tengah, dimana biaya hidup lebih tinggi, sehingga upah minimum juga lebih tinggi. Melihat
upah minimum tertinggi dimiliki oleh kota Semarang sebesar 961.323 rupiah dan Kabupaten
Semarang sebesar 880.000 rupiah. Sedangkan upah minimum terendah dimiliki oleh
kabupaten Brebes sebesar 717.000 rupiah.
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3
Upah Minimum Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 (rupiah)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Kabupaten/kota
Kab. Cilacap
Kab. Banyumas
Kab. Purbalingga
Kab. Banjarnegara
Kab. Kebumen
Kab. Purworejo
Kab. Wonosobo
Kab. Magelang
Kab. Boyolali
Kab. Klaten
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri
Kab. Karanganyar
Kab. Sragen
Kab. Grobogan
Kab. Blora
Kab. Rembang
Kab. Pati
Kab. Kudus
Kab. Jepara
Kab. Demak
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
Kab. Kendal
Kab. Batang
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Tegal
Kab. Brebes
Kab. Magelang
Kota Surakarta
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Pekalongan
Kota Tegal
2011
718.666,67
750.000
765.000
730.000
727.500
755.000
775.000
802.500
800.500
766.022
790.500
730.000
801.500
760.000
735.000
816.200
757.600
769.550
840.000
758.000
847.987
880.000
779.000
843.750
805.000
810.000
725.000
725.000
717.000
795.000
826.252
843.469
961.323
810.000
735.000
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang
secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat
memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Sadono Sukirno, 1999).
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011. Tingkat pengangguran kabupaten/kota di Jawa
Tengah masih tinggi, kondisi ini menunjukkan usaha pemerintah dalam menurunkan tingkat
pengangguran masih belum berhasil. Daerah yang tercatat memiliki tingkat pengangguran
terbesar adalah Kabupaten Magelang sekitar 8,28 persen dan Kabupaten Pati sekitar 7,36
persen. Untuk daerah yang memiliki tingkat pengangguran terendah adalah Kabupaten
Wonogiri sekitar 3,41 persen dan Kabupaten Purworejo 4,57 persen.
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4
Tingkat Pengangguran Terbuka
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 (persen)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Kabupaten/Kota
Kab. Cilacap
Kab. Banyumas
Kab. Purbalingga
Kab. Banjarnegara
Kab. Kebumen
Kab. Purworejo
Kab. Wonosobo
Kab. Magelang
Kab. Boyolali
Kab. Klaten
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri
Kab. Karanganyar
Kab. Sragen
Kab. Grobogan
Kab. Blora
Kab. Rembang
Kab. Pati
Kab. Kudus
Kab. Jepara
Kab. Demak
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
Kab. Kendal
Kab. Batang
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Tegal
Kab. Brebes
Kab. Magelang
Kota Surakarta
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Pekalongan
Kota Tegal
commit to user
61
2011
6,52
4,95
5,54
5,57
5,18
4,57
5,74
5,98
5,24
6,21
5,48
3,41
5,51
5,69
5,20
6,11
5,92
7,37
6,21
6,26
5,70
6,12
5,24
5,59
5,91
6,12
6,33
6,89
6,63
8,28
6,36
6,39
6,92
7,29
7,14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Analisis Data dan Pembahasan
1. Uji Pemilihan Model
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini digunakan analisis ordinary least
square (OLS) atau regresi linier berganda , sehingga dapat mengetahui pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi (Y), Upah Minimum Kabupaten/Kota (U) dan Pengangguran (P)
terhadap Kemiskinan (K). Berikut hasil penghitungan regresi linear berganda dengan
menggunakan SPSS 18 :
Tabel 4.5
Hasil Persamaan Regresi PDRB, Upah
Minimum dan Tingkat Pengangguran, Terhadap Tingkat Kemiskinan
di Jawa Tengah Tahun 2011
Model
Koefisien Regresi
C
63,934
Y
0,308
U
-5,078
P
-1,676
Sumber : Data diolah, 2013
Berdasarkan tabel diatas dapat diambil persamaan regresi sebagai berikut :
Dimana :
K
=
Tingkat Kemiskinan
Y
=
Pertumbuhan Ekonomi
U
=
Upah Minimum Kabupaten/Kota
P
=
Tingkat Pengangguran
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Uji Statistik
a.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masingmasing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Dalam regresi pengaruh PDRB, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan
pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2011.
Tabel 4.6
Uji t
Model
Sig.
Koefisien Regresi
C
0,000
63,934
Y
0,643
0,308
U
0,000
-5,078
P
0,041
-1,676
Sumber : Data diolah, 2013
1) Pengujian terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi
Variabel Pertumbuhan Ekonomi mempunyai koefisien regresi sebesar 0,308
dengan probabilitas 0,643 yang berarti tidak signifikan terhadap α = 5 persen,
variabel Pertumbuhan Ekonomi secara individual tidak berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan dan memiliki hubungan positif.
2) Pengujian terhadap variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota
Variabel U mempunyai koefisien regresi sebesar -5,078 dengan probabilitas
0,000 yang berarti signifikan terhadap α = 5 persen, variabel U secara
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
individual berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan dan memiliki hubungan
negatif.
3) Pengujian terhadap variabel Pengangguran
Variabel P mempunyai koefisien regresi sebesar -1,676 dengan probabilitas
0,041 yang berarti signifikan terhadap α = 5 persen, variabel P secara
individual berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan dan memiliki hubungan
negatif.
b. Uji signifikansi simultan (Uji F)
Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model
dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F). Uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel Pertumbuhan Ekonomi,
Upah Minimum Kabupaten/Kota dan tingkat pengangguran secara simultan atau
bersama – sama mempengaruhi variabel dependen yaitu tingkat kemiskinan.
Tabel 4.7
Uji F
Nilai F
8,073
Sig.
0,000
Sumber : Data diolah, 2013
Hasil dari tabel uji F memberikan nilai F statistic 8,073 dengan probabilitas
0,000. Karena probabilitas dibawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ketiga
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan.
c.
Uji Koefisien Determinasi (Uji R²)
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Koefisien determinasi (R ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah nol dan satu.
Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Tabel 4.8
Uji R²
Uji R²
0,384
Sumber : Data diolah, 2013
Hasil tabel menunjukkan besarnya adjusted
sebesar 0,384, hal ini brarti
38,4 persen variasi tingkat kemiskinan dapat dijelaskan oleh variasi dari tiga
variable independen, sedangkan sisanya sebesar 61,6 persen dijelaskan oleh sebab
– sebab yang lain di luar model.
3. Uji Asumsi Klasik
a.
Uji Multikoliniearitas
Berikut hasil penghitungan uji asumsi klasik multikoliniearitas dengan
menggunakan SPSS 18 :
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.9
Uji Multikolonieritas
Model
P
U
Y
Corelations P
1,000
-0,141
-0,266
U
-0,141
1,000
-0,217
Y
-0,266
-0,217
1,000
Sumber : Data diolah 2013
Berdasarkan pada hasil matriks korelasi, tidak ada pair-wise korelasi antar
variable independen yang tinggi diatas 0,384, jadi dapat disimpulkan tidak terdapat
multikolinearitas antar variable independen.
b.
Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji adanya Heteroskedastisitas dapat digunakan uji Glejser.
Tabel 4.10
Uji Glejser
Model
(constant)
Sig.
0,009
Y
0,098
U
0,128
P
0,782
Sumber : Data diolah, 2013
Hasil dari output tabel menunjukkan keempat variable independen tidak
signifikan dengan 0.05, yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas.
c.
Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas dapat digunakan uji Kolmogrov-Smirnov.
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11
Uji Kolmogrov – Smirnov
Kolmogrov-Smirnov Z
0,477
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,977
Sumber : Data diolah, 2013
Hasil dari output tabel 4.9 menunjukkan tingkat signifikan > 0,05 yang berarti
terdistribusi secara normal.
H. Interpretasi Ekonomi
1. Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi,
Upah
Minimum
Kabupaten/Kota
(U)
dan
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2011.
Dalam regresi pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan
Pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2011 dengan menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS), diperoleh nilai koefisien regresi untuk setiap
variabel dalam penelitian, yang di tunjukkan tabel 4.5.
Interpretasi dari hasil regresi pengaruh PDRB, upah minimum kabupaten/kota dan
tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2011 adalah sebagai berikut :
a.
Pengaruh variabel Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan
Variabel Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan tanda positif dan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah. Hasil tersebut sesuai
dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan teori dalam penelitian
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini. Menurut (Wongdesmiwati, 2009) Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup
untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan
sesuatu yang dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang bagus pun
menjadi tidak akan berarti bagi penurunan masyarakat miskin jika tidak diiringi
dengan pemerataan pendapatan. Selanjutnya menurut (Sadono Sukirno, 2000)
mengungkapkan laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya
pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan produk
domestik regional bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan
sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar ke lapisan masyarakat serta siapa
yang telah menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah
berdampak pada kualitas dan pada konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat
pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa
merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang
yang berkurang. Menurut penelitian (Nurfitri Yanti, 2010) variabel pertumbuhan
ekonomi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan.
b. Pengaruh variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap Kemiskinan
Dari hasil regresi ditemukan bahwa upah minimum memberikan pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan 35 kabupaten/kota di Provinsi
Jawa Tengah dengan koefisien sebesar -5,078. Hal ini berarti kenaikan upah
minimum sebesar 1 rupiah akan menyebabkan penurunan tingkat kemiskinan
sebesar 5,07 persen. Semakin tinggi upah minimum akan memicu penurunan
tingkat kemiskinan. Hasil ini sesuai dengan tujuan penetapan upah minimum yang
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disampaikan (Mankiw, 2003), upah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat pengangguran dan pengangguran berpengaruh kepada
kemiskinan. Selain itu, upah juga merupakan kompensasi yang diterima oleh satu
unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya. Menurut
penelitian (Adit Agus Prayitno, 2010) variabel upah minimum berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kemiskinan.
c.
Pengaruh variabel Pengangguran terhadap Kemiskinan
Dari hasil regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukan bahwa variabel
pengangguran menunjukkan tanda negatif dan berpengaruh secara signifikan
terhadap kemiskinan di Jawa Tengah dengan koefisien -1,676. Hal ini berarti
kenaikan tingkat pengangguran terbuka sebanyak 1 persen tidak menaikkan
kemiskinan tetapi dari hasil penelitian ini malah akan menurunkan kemiskinan
sebesar 1,67 persen. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu
yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Menurut (Godfrey, 1993) yaitu
bahwa
kemiskinan
mungkin
tidak
selalu
berhubungan
dengan
masalah
ketenagakerjaan. Selain itu juga diperkuat dengan pendapat (Lincolin Arsyad, 1997)
yang menyatakan bahwa salah jika beranggapan setiap orang yang tidak
mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah
orang kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja di perkotaan yang tidak bekerja
secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai dengan
tingkat pendidikannya. Mereka menolak pekerjaan yang mereka rasakan lebih
rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber lain yang
bisa membantu masalah keuangan mereka. Menurut penelitian (Ravi Dwi
commit to userberpengaruh negatif dan signifikan
Wijayanto, 2010) variabel pengangguran
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap kemiskinan. Menurut penelitian (Dian Octaviani, 2001) menyimpulkan
bahwa kenaikan angka pengangguran mengakibatkan peningkatan atas angka
kemiskinan, sebaliknya semakin kecil angka pengangguran akan menyebabkan
semakin rendahnya tingkat kemiskinan di Indonesia. Selanjutnya menurut
penelitian (dadan hudaya, 2009) variabel tingkat pengangguran berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kemiskinan. Selain itu, bahwa tidak semua orang
menganggur itu selalu miskin. Karena seperti halnya penduduk yang termasuk
dalam kelompok pengangguran terbuka ada beberapa macam penganggur, yaitu
mereka yang mencari kerja, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak
mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan yang
terakhir mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian terhadap Tingkat kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2011 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan tingkat signifikasi 5 persen, variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak
signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa
Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan, telah terbukti.
2. Dengan tingkat signifikasi 5 persen, variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan
bahwa upah minimum kabupaten/kota berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan, telah
terbukti.
3. Dengan tingkat signifikasi 5 persen, variabel pengangguran berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa pengangguran
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan
bahwa pengangguran berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan, telah terbukti.
4. Variabel Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan pengangguran
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan, telah terbukti.
B. Saran
1. Upah minimum yang ditetapkan pemerintah juga berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan. Untuk itu kebijakan penetapan upah minimum harus tetap
dilakukan dan tingkat upahnya dinaikkan
KHL (Kebutuhan Hidup Layak) untuk
commitsesuai
to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melindungi pekerja dari kemiskinan dengan catatan jangan terlalu memberatkan
perusahaan.
2. Pengangguran berdasarkan hasil penelitian berpengaruh Negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan, tetapi dengan hasil tersebut diharapkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
lebih memperluas kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat, program pemerintah
(Inpres Daerah Tertinggal/IDT, Kredit Usaha Kecil/KUK, Kredit Modal Kerja
Permanen/KMKP, PNPM Mandiri) dan kemitraan regional. Karena pengangguran dalam
penelitian ini menggunakan data pengangguran terbuka, yang mana di dalamnya terdapat
golongan masyarakat yang sedang dalam tahap menyiapkan usaha atau mendapat
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja yang dimasukkan dalam golongan pengangguran.
Sehingga pentingnya peningkatan kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat dan
kemitraan regional untuk menekan kemiskinan di Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah.
commit to user
72
Download