Analisis Penilaian Kinerja Pemasaran Terhadap Produk Keripik

advertisement
Analisis Penilaian Kinerja Pemasaran Terhadap Produk Keripik Tempe Menggunakan
Potential Gain in Customer Value (PGCV) Index
(Studi Kasus di UKM Keripik Tempe Bu Nurdjanah Malang)
Marketing Performance Assessment Analysis of Tempe Chip Using Potential Gain in Customer
Value (PGCV) Index
(Case Study in SME Tempe Chip Bu Nurdjanah Malang)
Leni Sumawati1)* , Wike Agustin Prima Dania2) , Mas’ud Effendi2)
Jurusan Teknologi Industri Pertanian – FTP – Universtas Brawijaya Jl. Veteran – Malang 65145
2)
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian – FTP – Universitas Brawijaya Jl. Veteran – Malang 65145
1)
*
[email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan atribut apa saja yang diprioritaskan untuk dipertahankan
dan perlu diperbaiki serta menentukan penilaian kinerja pemasaran pada UKM Keripik Tempe Bu Nurdjanah
menggunakan Indeks PGCV. Atribut yang dipertahankan kinerjanya meliputi bentuk keripik tempe yang
bervariasi (3,79), variasi rasa (2,93), rasa keripik tempe (3,44), kondisi kemasan (3,52), harga (3,64), kerenyahan
(3,70), tenggag waktu kadaluarsa (3,80) dan atribut yang perlu diperbaiki kinerjanya meliputi meliputi desain
kemasan (7,13), keterkenalan merek (7,07), kecapatan dan kesabaran karyawan dalam melayani (5,94),
kelengkapan informasi (5,82), keseragaman ukuran (5,51), kemudahan memperoleh keripik tempe (5,43),
sedangkan untuk dimensi yang dipertahankan kinerjanya meliputi Performance (3,59), Reliability (3,52), Feature
(2,93), Conformance (3,79), serta Durrability (3,80) dan dimensi kualitas produk yang harus diperbaiki kinerjanya
meliputi Serviceability (5,69), Aesthetic (6,32), dan Perceived Quaity (6,44). Berdasarkan nilai ACV
menunjukkan bahwa kinerja dari atribut produk keripik tempe yang paling baik terdapat pada atribut rasa keripik
tempe dengan nilai ACV sebesar 19,16, sedangkan kinerja atribut produk yang paling buruk terdapat pada atribut
desain kemasan dengan nilai ACV sebesar 10,02.
Kata kunci : Kinerja Pemasaran, Keripik Tempe, Potential Gain in Customer Value (PGCV) Indeks
Abstract
The purpose of this study is to determine what attributes are prioritized to be maintained and need to be
improved and to define the marketing performance assessment on SMEs Tempe Chips Bu Nurdjanah using PGCV
Index. Attribute that need to be maintained are variation shape (3.79), variation flavor (2.93), flavor (3.44),
packaging condition (3.52), price (3.64), crispness (3.70), the duration of expired date (3.80). Attributes that need
to be improved are the packaging design (7.13), fame brand (7.07), speed and patience employees in serving
(5.94), the completeness of the information (5.82), uniformity of size (5.51) , the ease to get (5.43). Moreover, the
dimension that need to be maintained are performance (3.59), reliability (3.52), feature (2.93), conformance
(3.79), and durrability (3 ,80). On the other hand, the dimension that need to be improved are Serviceability
(5.69), aesthetic (6.32), and perceived quaity (6.44). Based on the value of ACV, it indicates that the best
attributes performance flavor attributes with ACV value of 19.16. While the worst performance is packaging
design attributes with ACV value of 10.02 .
Keywords: Marketing Performance, Chips Tempe, Potential Gain in Customer Value (PGCV) Index
1
PENDAHULUAN
Keripik tempe adalah tempe tipis atau
tempe yang diiris-iris tipis, digoreng kering
seperti kerupuk. Keripik tempe dibuat dari
tempe kedelai. Tempe yang baik akan memiliki
sifat yang kompak dan padat (Suryaningrat dkk,
2010). Makanan ringan berbahan baku tempe
disebut keripik tempe adalah makanan yang
banyak digemari masyarakat. Keripik tempe
memiliki kelebihan dari segi keawetan, dan
kepraktisan untuk dibawa sebagai buah tangan
atau oleh-oleh (Susetyasi, 2013). Pasar keripik
tempe terbuka lebar karena disukai sebagian
besar masyarakat. Faktor lain yang mendukung
adalah kemudahan memperoleh bahan baku,
peralatan yang dibutuhkan sederhana, proses
pengolahan yang mudah, serta sudah sangat
populer di masyarakat.
Meningkatnya konsumsi keripik tempe
menyebabkan perkembangan industri kecil atau
UKM keripik tempe di Kota Malang terus
meningkat, dan permintaan akan produk terus
berdatangan dari dalam ataupun dari luar Kota
Malang. Salah satu industri kecil yang
memproduksi keripik tempe di Kota Malang
yaitu keripik tempe Bu Nurdjanah. Industri ini
merupakan industri yang berjenis home industry
yang memproduksi berbagai macam varian
keripik tempe.
UKM keripik Bu Nurdjanah juga
menyediakan tempat atau outlet yang bersih,
rapi dan tertata. UKM keripik tempe juga
menyediakan berbagai fasilitas serta pelayanan
para karyawan yang ramah. Hal tersebut
dilakukan oleh pihak pemilik usaha agar
konsumen puas dan kembali membeli keripik
tempe di UKM Bu Nurdjanah. Meskipun begitu,
masih banyak keluhan dari pelangan seperti
persediaan stok barang yang kurang memadai,
serta keluhan pada saat pengiriman barang
terdapat beberapa produk keripik tempe yang
hancur. Keluhan-keluhan seperti itu perlu
diminimalisir agar nantinya konsumen merasa
puas terhadap pelayanan yang diberikan. UKM
tersebut hendaknya melakukan perbaikan
kinerja serta melakukan pengukuran kinerja
sehingga nantinya akan diketahui apa saja yang
menyebabkan konsumen belum puas terhadap
kinerja dari UKM Bu Nurdjanah. Perbaikan dan
pengukuran tersebt dilakukan dengan tujuan
konsumen akan merasa puas terhadap kinerja
produk dari UKM keripik tempe Bu Nurdjanah.
Hal ini dikarenakan kepuasan konsumen
merupakan salah saah satu variabel indikator
dalam pengukuran kinerja pemasaran yang
harus dicapai.
Menurut Widodo (2008), kinerja
pemasaran merupakan konstruk atau faktor
yang umum digunakan untuk mengukur
dampak dari sebuah strategi perusahaan.
Strategi perusahaan selalu diarahkan untuk
menghasilkan kinerja, baik berupa kinerja
pemasaran ( seperti volume penjualan, porsi
pasar
atau
marketshare
dan
tingkat
pertumbuhan penjualan). Menurut Setinjak dkk
(2004), kepuasan konsumen adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang merupakan
hasil perbandingan dari presespsi seseorang
yang merupakan hasil perbandingan dari
presepsi kinerja produk dan harapannya.
Menurut Siregar (2006), Potential Gain
in Customer Value (PGCV) Index merupakan
suatu metode yang digunakan untuk
mengetahui atribut apa saja yang harus
diperbaiki
untuk
memenuihi
kepuasan
konsumen serta digunaka untuk menentukan
atribut-atribut mana saja yang paling berpotensi
paling besar dalam memberikan nilai tambah
atau keuntungan bagi perusahaan, sehingga
dapat dibuat urutan prioritas perbaikan lainnya.
Langkah pertama dalam menghitung indeks
PGCV adalah mencari nilai ACV atau Achieved
Customer Value, yaitu dengan mengalikan
antara variabel importance dengan variabel
performance.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di outlet
keripik Bu Nurdjanah yang berada di JL. Sanan
No. 124 Malang. Waktu Pelaksanaan penelitian
dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai
dengan Agustus 2014. Pengolahan data
penelitian
dilakukan
di
Laboratorium
Manajemen Agroindustri, Jurusan Teknologi
Industri
Pertanian,
Fakultas
Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya Malang.
1
Batasan Masalah
Penentuan batasan masalah dilakukan
untuk menyederhanakan ruang lingkup masalah
penelitian. Batasan masalah pada penelitian ini
adalah:
1. Responden yang digunakan dalam
penelitian adalah laki-laki dan perempuan
yang pernah membeli dan mengkonsumsi
produk keripik tempe Bu Nurdjanah
dengan rentang usia 17-65 tahun
2. Kinerja pemasaran didasarkan pada atribut
produk
3. Identifikasi atribut produk berdasarkan 8
dimensi kualitas produk yang meliputi
Performance,
Feature,
Reliabilty,
Conformance, Durrability, Serviceability ,
Aesthetics dan Perceived Quality.
Identifikasi Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2007). Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini berupa atribut yang
berhubungan dengan keripik. Identifikasi
atribut didasarkan pada 8 dimensi kualitas
produk yang dapat dilihat pada Tabel 1 .
Tabel 1. Dimensi dan Atribut Kualitas Produk
Dimensi Kualitas
Produk
Performance
Reliability
Atribut Produk Keripik Tempe
1.
2.
3.
4.
Rasa
Harga
Kerenyahan
Kondisi Kemasan
Feature
Durrability
5. Variasi rasa
6. Tenggang waktu kadaluarsa
keripik tempe
Serviceability
7. Kemudahan memperoleh
produk
8. Kecepatan dan kesabaran
karyawan dalam
melayani pembeli
9. Bentuk
Conformance
Aesthetic
10. Keseragaman ukuran
11. Desain kemasan
Perceived Quality
12. Keterkenalan merek
13. Informasi produk
Penentuan Data dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk
penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer
Data primer yang digunakan adalah data
yang diperoleh langsung dari responden yang
berdasarkan kuesioner yang diberikan seperti
data
tentang
karakteristik
responden
(usia,jenjang pendidikan, jenis pekerjaan, dan
frekuensi mengkonsumsi keripik tempe)
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari penelitian- penelitian sebelumnya
baik berupa skripsi, jurnal, buku-buku dan juga
dari internet.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi yang dilakukan dengan
pengamatan langsung terhadap daya terima
konsumen terhadap produk keripik tempe.
2. Kuesioner, merupakan cara pengumpulan
data dengan memberikan atau menyebarkan
daftar pertanyaan kepada responden, dengan
harapan mereka akan memberikan respon
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi
dari responden secara nyata. Kuesioner
disebarkan di outlet keripik tempe “Bu
Nurdjanah” yang ada di Malang.
3. Wawancara dilakukan dengan berkomunikasi
secara langsung dengan pihak yang terkait
dengan penelitian, yaitu responden dan
pengelola keripik tempe “Bu Nurdjanah”. Hal
ini bertujuan untuk memperoleh informasi
tentang preferensi konsumen khususnya keripik
tempe.
4. Dokumentasi, dilakukan untuk memperoleh
data
yang
mendukung
kemudian
di
dokumentasikan.
Perencanan Sampel
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri
dari beberapa anggota populasi. Subset ini di
ambil karena dalam banyak kasus tidak
mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi,
oleh karena itu kita membentuk sebuah
perwakilan yang disebut sampel (Kristina,
2
2012). Dalam penelitian ini, teknik sampel yang
digunakan adalah non-probability sampling
dengan metode accidental sampling dipilih
karena tidak memiliki sejumlah data pelanggan,
jadi tidak bisa ditentukan probabilitasnya.
Perhitungan sampel menggunakan metode
linier time function sehingga didapatkan sampel
sebanyak 108 responden.
Analisis Data menggunakan metode PGCV
Analisis Potential Gain in Customer
Value (PGCV) Index tediri atas nilai ACV dan
nilai UDCV, ACV = I x P (yang diperoleh),
UDCV = I x Pmax nilai maksimum pada skala
likert dimana I adalah Importance dan P adalah
Performance. Selanjutnya indeks PGCV
diperoleh dari hasil pengukuran nilai UDCV
dengan nilai ACV.
Tahapan dalam analisis PGCV akan
dijelaskan
dalam bentuk rumus yang
dinyatakan ;
PGCV = UDCV - ACV…………………(1)
Nilai indeks PGCV diperoleh dengan
rumus :
ACV = I x P ……………………………(2)
Keterangan : I = Skor rata-rata tingkat harapan
P = Skor rata-rata tingkat kinerja
UDCV = I x Pmax ……………………..(3)
Keterangan : I = Skor rata-rata tingkat harapan
Pmax = Nilai tertinggi dari skala
likert
Langkah –langkah dari analisis PGCV adalah
sebagai berikut ;
a. Langkah pertama, dari data hasil pengisian
kuesioner yang diperoleh ditentukan indeks
PGCV yang dihasilkan dari tiap responden
untuk setiap atribut kualitas produk yang
telah ditentukan. Atribut kualitas produk
merupakan bagian dari dimensi produk yang
terdiri atas 13 atribut kualitas produk yaitu
rasa, harga, kondisi kemasan, bahan kemasan,
variasi rasa, tenggang waktu kadaluarsa,
kemudahan memperoleh produk, kecepatan
dan kesabaran karyawan dalam melayani
konsumen, kerenyahan, keseragaman ukuran,
desain kemasan, keterkenalan merek, dan
informasi produk. Data ini diperoleh dari nilai
ACV dan nilai UDCV.
b. Langkah kedua, setelah indeks PGCV dari
tiap responden diperoleh, maka dihitung nilai
tengah (median) dari indeks PGCV per atribut.
Median merupakan ukuran nilai tengah yang
berbeda dengan rata-rata (mean) hanya
menyatakan poosisi tengah dari sederetan
angka hasil pengamatan sedemikian rupa
sehingga membagi dua sama banyak. Rumus
median dinyatakan :
Median = n+1 (jika n Ganjil )………….(4)
2
n+n
2 2 (jika n Genap)……….(5)
2
Keterangan :
n = jumlah pengamatan
Rumus median diatas apabila jumlah
pengamatan ganjil maka digunakan rumus pada
persamaan empat dan apabila jumlah
pengamatan (n) genap maka digunakan rumus
persamaan lima.
c. Langkah ketiga, nilai indeks PGCV per
atribut diplot dalam grafik indeks PGCV tiap
atribut. Grafik tersebut menunjukkan secara
visual, atribut mana yang harus diperhatikan
untuk ditingkat kualitasnya.
d. Langkah keempat dan kelima digunakan
untuk mengetahui tingkat kepuasan setiap
dimensi kualitas produk secara keseluruhan.
Langkah keempat dihitung indeks PGCV tiap
dimensi yang merupakan akumulasi dari butir
ganda pengukuran kualitas produk. Indeks ini
merupakan nilai tengah dari indeks PGCV per
atribut. Perhitungan nilai tengah ini
merupakan pembagian antara jumlah nilai
indeks tiap atribut dalam satu dimensi yang
sama dengan jumlah atribut dalam dimensi
tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang telah dibagikan kepada
responden yakni konsumen produk keripik
tempe sejumlah 108 responden, kemudian
dikumpulkan dan dilakukan uji validitas. Syarat
yang di gunakan untuk uji validitas adalah r
hitung > r kritis yakni 0,3. Jika kurang dari 0,3
maka kita anggap gugur/ tidak dipakai.
3
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas
didapatkan bahwa nilai validitas dari 13 atribut
untuk tingkat harapa dan tingkat kepentingan
adalah lebih dari 0,3, hal ini menunjukan bahwa
item soal ke 13 atribut tersebut adalah valid.
Berdasarkan uji reliabilitas yang diukur
dengan mengunakan uji statistik Cronbach
Alpha (α), dengan batasan suatu varibel
dikatakan reliabel jila nilai Cronbach
Alpha>0,60. Uji reliabilitas ini didapatkan hasil
Cronbach Alpha dari data kuesioner tersebut
adalah untuk tingkat harapan sebesar 0,751 dan
untuk tingkat kinerja di dapatkan nilai
Cronbach Alpha sebesar 0,628 sehingga dapat
dikatakan bahwa kuesioner reliabel.
Potential Gain in Customer Value (PGCV)
Index
Tahap ini dilakukan suatu analisa yang
bertujuan untuk mengukur nilai indeks PGCV
untuk setiap atribut dan setiap dimensi kualitas
produk. Analisa ini digunakan asumsi bahwa
atribut yang memiliki nilai indeks PGCV di
bawah median maka atribut tersebut harus
dipertahankan kinerjanya, sedangkan atribut
dengan nilai indeks PGCV di atas median maka
atribut tersebut harus diperbaiki kinerjanya.
Atribut yang memiliki nilai indeks PGCV
terbesar berarti memiliki prioritas utama untuk
diperbaiki kinerjanya. Hal ini berlaku juga
untuk dimensi kualitas produk dimana aribut
kualitas produk yang memiliki nilai di bawah
median maka harus di pertahankan kinerjanya,
sedangkan atribut kualitas produk yang
memiliki nilai indeks PGCV di atas median
maka atribut kualitas produk harus di perbaiki
kinerjanya. Hasil perhitungan Indeks PGCV per
Atribut dapat dilihat pada Tabel 2 serta diagram
indeks PGCV per dimensi pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Indeks PGCV per Dimensi
Tabel 2. Indeks PGCV per Atribut
No.
1.
2.
3.
4.
Atribut
Rasa
Harga
Kerenyahan
Kondisi
kemasan
Variasi rasa
Tanggal
kadaluarsa
Kemudahan
memperoleh
produk
Kecepatan dan
kesabaran
karyawan
Variasi bentuk
Simbol
X1
X2
X3
X4
ACV
19,16
18,81
18,00
18,18
UDCV
22,60
22,45
21,70
21,70
PGCV
3,44
3,64
3,70
3,52
X5
X6
16,07
17,88
19,00
21,68
2,93
3,80
X7
13,82
19,25
5,43
X8
13,11
19,05
5,94
X9
11,81
15,60
3,79
10.
Keseragaman
Ukuran
X10
10,59
16,10
5,51
11.
Desain
kemasan yang
menarik
Keterkenalan
merek
Kelengkapan
informasi
X11
10,02
17,15
7,13
X12
10,18
17,25
7,07
X13
15,73
21,55
5,82
5.
6.
7.
8.
9.
12.
13.
Sumber : Data Primer yang diolah (2014)
Berdasarkan hasil perhitungan Indeks
PGCV per atribut dapat dijelaskan bahwa
terdapat 7 atribut produk yang dipertahankan
kinerjanya dan 6 atribut produk yang diperbaiki.
Untuk nilai median dari indeks per atribut
sebesar 3,80. Nilai median ini diperoleh dengan
cara mengurutkan nilai indeks PGCV terkecil
hingga terbesar kemudian dicari nilai
tengahnya sehinggan diperoleh nilai median
untuk indeks PGCV per atribut sebesar 3,80.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks
PGCV per atribut pada Tabel 2 dapat dijelaskan
bahwa atribut produk keripik tempe yang
kinerjanya perlu dipertahankan meliputi atribut
rasa (3,44), harga (3,64), kerenyahan (3,70),
kondisi kemasan (3,52), variasi rasa (2,93),
variasi bentuk (3,79) dan tanggal kadaluarsa
(3,80), sedangkan untuk atribut yang perlu
diperbaiki kinerjanya terdapat 6 atribut yang
meliputi kemudahan memperoleh produk (5,43),
kecepatan dan kesabaran karyawan dalam
melayani pembeli (5,94), keseragaman ukuran
(5,51), desain kemasan yang menarik (7,13),
4
keterkenalan merek (7,07) dan kelengkapan
informasi (5,82), setelah diketahui atribut apa
saja yang perlu dipertahankan dan diperbaiki
kemudian masing-masing atribut tersebut
diprioritaskan mana yang harus dipertahankan
dan diperbaiki terlebih dahulu. Prioritas ini
dilihat dari nilai indeks PGCV, untuk atribut
yang dipertahankan apabila atribut yang
memiliki nilai indeks PGCV terkecil dibawah
media maka atribut tersebut yang diprioritaskan
terlebih untuk dipertahankan, sedangkan untuk
atribut yang perlu diperbaiki yaitu atribut yang
memiliki indeks PGCV terbesar. Prioritas
atribut yang dipertahankan dan diperbaiki dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Atribut Produk yang Dipertahankan
Kinerjanya
No.
Atribut Kualitas Produk
1.
2.
3.
4
Variasi rasa
Rasa keripik
Kondisi kemasan
Harga yang terjangkau
5.
Keripik tempe memiliki
tekstur yang renyah
Keripik tempe memiliki
bentuk yang bervariasi
Tanggal kadaluarsa yang
tercantum pada kemasan
6.
7.
Indeks
PGCV
2,93
3,44
3,52
3,64
Prioritas
3,70
5
3,79
3,80
6
7
1
2
3
4
Sumber : Data Primer yang diolah (2014)
Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan
bahwa atribut produk yang mendapatkan
prioritas pertama yang dipertahankan adalah
atribut variasi rasa (2,93). Hal ini menunjukan
kinerja keripik tempe Bu Nurdjanah yang
dirasakan responden sudah sesuai. Keripik
tempe yang diproduksi oleh UKM Bu
Nurdjanah memiliki berbagai macam rasa yang
terdiri dari rasa balado, original, keju, pedas
manis dan lain sebagainya . Adanya berbagai
macam varian rasa yang disediakan oleh UKM
keripik tempe Bu Nurdjanah ini dapat dijadikan
pilihan oleh konsumen saat membeli keripik
tempe sehingga konsumen tidak merasa bosan
akan produk keripik tempe yang ada. Menurut
Aprah (2005), atribut variasi rasa pada produk
pangan merupakan salah satu penentu yang
handal untuk di terima atau tidaknya suatu
produk pangan oleh konsumen.
Atribut kedua yang nilai indeks PGCV
berada di bawah median adalah rasa dari
keripik tempe (3,44). Hal ini menunjukkan
bahwa kinerja keripik tempe Bu Nurdjanah
yang dirasakan oleh responden sudah sesuai.
Keripik tempe yang diproduksi oleh Bu
Nurdjanah juga memiliki rasa enak dan gurih.
Rasa merupakan sifat penting dalam
penerimaan produk pangan secara umum.
Menurut Tseng (2007), tekstur dan rasa adalah
salah satu penilaian mutu produk pangan.
Atribut ketiga yang nilai indeks PGCV
berada di bawah median adalah kondisi
kemasan saat produk dikonsumsi (3,52). Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja atribut kondisi
kemasan saat produk dikonsumsi yang
dirasakan oleh konsumen sudah sesuai dan
harus dipertahankan kinerjanya. Kinerja dari
produk ini sudah baik karena pada kondisi
dilapangan tidak ditemukan kondisi kemasan
yang rusak serta jika terdapat produk dengan
kemasan yang rusak atau tidak sesuai. Menurut
Nur (2009) mengungkapkan bahwa kondisi
kemasan yang kurang baik atau memiliki
bentuk tidak sesuai dengan semestinya dapat
dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas dari
produk yang dikemasnya.
Atribut kelima yang memiliki nilai
indeks PGCV di bawah median adalah harga
(3,64) yang berarti atribut ini harus
dipertahankan. Atribut harga ini harus
dipertahankan kinerjannya karena menurut
konsumen kinerja dari atribut harga ini sesuai
dengan apa yang di rasakan konsumen yakni
harga yang terjangkau. Harga keripik tempe Bu
Nurdjanah yaitu untuk kemasan ukuran kecil
Rp. 3500,- sedangkan kemasan besar Rp.
6500,-. Berdasarkan harga tersebut konsumen
menilai keripik tempe Bu Nurdjanah masih
layak bila dibandingkan dengan kualitas yang
di tawarkan. Menurut Ghanimata dkk (2012),
harga telah menjadi faktor utama yang
mempengaruhi pilihan para pembeli sehingga
harga menjadi salah satu elemen yang paling
penting dalam menentukan pangsa pasar dan
keuntungan suatu perusahan.
5
Atribut yang perlu dipertahankan
kinerjanya adalah atribut kerenyahan keripik
tempe (3,70). Hal ini menunjukkan kinerja
keripik tempe Bu Nurdjanah dirasakan sudah
sesuai yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya bahwasanya keripik
tempe yang diproduksi oleh Bu Nurdjanah
memiliki tekstur yang renyah sehingga
konsumen menganggap kinerja dari atribut ini
sudah baik dan harus dipertahankan kinerjanya.
Tjiptono (2004), kerenyahan merupakan suatu
keadaan atau kondisi dimana volume ruang
pada bahan yang terisi air teruapkan pada saat
penggorangan dan ruang tersebut terisi oleh
udara, sehingga volume ruang akhir lebih besar
dibandingkan volume ruang awal setelah
adanya penirisan minyak dan menyebabkan
kerenyahan pada bahan.
Atribut bentuk dari keripik memilki
nilai indeks PGCV di bawah dari berarti atribut
ini harus dipertahankan kinerjanya. Pada
umumnya keripik tempe memiliki dua jenis
bentuk yaitu bulat dan kotak. Jenis bentuk
keripik yang bermacam-macam juga akan
menentukan tingkat kesukaan konsumen di
mana konsumen tidak akan cepat bosan dengan
satu bentuk keripik saja. Menurut Essinger dan
Wyle (2003) dalam Sugianto dan Sugiharto
(2013), banyaknya jenis yang ditawarkan
membuat konsumen tidak mudah bosan dengan
produk yang monoton, sehingga konsumen
memiliki banyak pilihan.
Atribut terakhir yang memiliki nilai
indeks PGCV yang berada di bawah median
adalah tenggang waktu kadaluarsa. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja atribut ini yang
dirasakan oleh responden sudah sesuai yakni
adanya pencantuman tanggal kadaluarsa pada
kemasan. Pada kemasan keripik tempe yang
diproduksi oleh Bu Nurdjanah sudah tercantum
tanggal kadaluarsa keripik tempe pada kemasan.
Menurut Kusnanda dkk (2010), kadaluarsa
adalah sudah lewat ataupun habisnya jangka
waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dan
apabila dikonsumsi. Tanggal kadaluarsa wajib
dicamtukan pada kemasan makan atau
minuman.
Tabel 4. Atribut Produk yang Diperbaiki
Kinerjanya
No.
Atribut Kualitas Produk
1.
2.
3.
Desain kemasan
Keterkenalan merek
Kecepatan
dan
kesabaran karyawan
dalam melayani pembeli
Kelengkapan informasi
Keseragaman Ukuran
Kemudahan
memperoleh produk
4.
5
6.
Indeks
PGCV
7,13
7,07
5,94
Prioritas
5,82
5,51
5,43
4
5
6
1
2
3
Sumber : Data Primer yang diolah (2014)
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan
bahwa atribut produk yang mendapatkan
prioritas pertama untuk diperbaiki adalah desain
kemasan (7,13) salah satu hal yang perlu
diperhatikan oleh produsen supaya suatu
produk dapat terlihat menarik di mata
konsumen yaitu desain kemasan. Kemasan
yang dimiliki keripik tempe Bu Nurdjanah
kurang menarik, warna dan huruf pada kemasan
pun tidak terlihat menarik dan kurang jelas.
Alternatif perbaikan yang dapat dilakukan
adalah dengan cara memperbaiki kembali
kemasan yang sudah ada agar lebih terlihat
menarik, seperti halnya pada kemasan terdapat
gambar ataupun logo dari UKM keripik tempe,
warna kemasan yang lebih mencolok.
Suharyadi et al. (2007) mengatakan bahwa,
penampilan produk tidak hanya meliputi
kondisi fisik saja melainkan juga warna, simbol,
bentuk tulisan sehingga penyesuaian dengan
pasar sangatlah berarti dalam pemasaran.
Atribut keterkenalan merek produk
keripik tempe (7,07) perlu mendapatkan
perbaikan dalam kinerjanya karena merek
keripik tempe Bu Nurdjanah belum terlalu di
kenal oleh masyarakat luas, sehingga atribut ini
perlu
diperbaiki
kinerjanya.
Alternatif
perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan
cara melakukan peningkatan dalam hal promosi
seperti promosi di media cetak, iklan dan lain
sebagianya.
Menurut
Wijaya
(2013),
mengatakan bahwa promosi merupakan bentuk
pengenalan perusahaan atau produk kepada
publik, disamping untuk memperkenalkan diri
6
juga bertujuan menarik pelanggan baru atau
meningkatkan penjualan.
Atribut selanjutnya adalah kecepatan
dan kesabaran karyawan dalam melayani
pembeli (5,94) perlu mendapatkan perbaikan
kinerjanya. Pelayanan yang baik dapat
memberikan
kepuasan
tersendiri
bagi
konsumen dalam melakukan pembelian produk
keripik tempe. Pelayanan yang diberikan oleh
pihak UKM Bu Nurdjanah kurang baik seperti
karyawan yang kurang ramah, karyawan yang
lamban dalam melayani pembeli. Alternatif
perbaikannya adalah dengan cara memberikan
pelayanan terbaik seperti bersikap ramah
terhadap konsumen serta sabar dalam melayani
konsumen. Menurut Gea (2005), pelayanan
yang baik sangat mempengaruhi banyaknya
jumlah pelanggan dalam suatu perusahaan.
Atribut selanjutnya yaitu atribut
kelengkapan
informasi
produk
(5,82)
merupakan atribut selanjutnya yang harus
diperbaiki kinerjanya. Atribut ini dianggap
konsumen masih kurang baik kinerjanya atau
kurang lengkap, walaupun informasi seperti
merek dan komposisi produk sudah jelas.
Namun informasi mengenai label halal belum
tertera jelas pada kemasan. Hal ini
menyebabkan kinerja kelengkapan informasi
keripik tempe Bu Nurdjanah dianggap kurang
baik sehingga perlu dilakukan perbaikan.
Alternatif perbaikan yang dapat dilakukan
adalah dengan cara melengkapi informasi yang
berkaitan dengan produk baik itu jaminan label
halal, PIRT maupun komposisi produk. Karena
produk yang memilki label halal, PIRT dan
Depkes sudah terjamin sehingga konsumen
tidak perlu khawatir dalam mengkonsumsi
produk tersebut.
Atribut
selanjutnya
yang
perlu
diperbaiki kinerjanya adalah keseragaman
ukuran dari produk keripik tempe (5,51).
Bentuk keripik tempe yang diproduksi oleh Bu
Nurdjanah sama dengan bentuk keripik tempe
pada umumnya bulat dan kotak. Akan tetapi,
kinerja atribut keseragaman ukuran dianggap
tidak terlalu baik oleh responden, karena masih
ditemukan
sedikit
keluhan
terhadap
keseragaman bentuk keripik tempe yang tidak
sama dengan yang lainnya, untuk itu perlu
dilakukan perbaikan kinerja terhadap atribut
keseragaman
ukuran
dengan
lebih
memperhatikan lagi ukuran dari keripik tempe
sehingga produk yang dihasilkan memiliki
ukuran yang seragam. Menurut Syahyun (2004),
untuk meningkatkan pangsa pasar seiring
semakin selektifnya kosumen, maka hendaknya
produsen bersiap-siap mengubah tampilan
produknya dengan memperbaiki kualitas dan
daya tarik produk, sehingga lebih memenuhi
persyaratan kesehatan dan selera pasar.
Atribut yang memiliki indeks PGCV di
atas median adalah kemudahan memperoleh
keripik tempe (5,43). Atribut ini perlu
diperbaiki
kinerjanya.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa konsumen merasa kurang
puas terhadap kinerja dari atribut ini, hal ini
karena lokasi atau outlet keripik tempe Bu
Nurdajanah ini kurang strategis sehingga
konsumen sulit untuk memperoleh produk
keripik tempe tersebut selain itu pemasaran
produk ini hanya dipasarkan pada satu kios
yang berada di daerah sanan sehingga atribut ini
kinerjanya belum sesuai yang diharapkan
konsumen. Alternatif perbaikan yang harus
dilakukan oleh pihak UKM Bu Nurdajanah
membuka outlet baru serta mendistribusikan
produk keripik tempe kepada toko-toko atau
warung serta kios yang lokasinya mudah
dijangkau dan strategis. Adanya lokasi yang
strategis, usaha atau bisnis akan mengalami
kemajuan. Tempat yang strategis jika lokasinya
mudah di jangkau dan pas dengan jenis usaha
yang akan didirikan(Dwiaryani dkk, 2010).
Konsumen akan semakin puas apabila barang
yang mereka dapat dengan mudah mendapatkan
barang yang mereka inginkan (Irwan, 2008).
Setelah diketahui nilai indeks PGCV per atribut,
maka selanjutnya dilakukan perhitungan untuk
mengetahui nilai indeks PGCV per dimensi.
Nilai indkes PGCV per dimensi dapat dilihat
pada Tabel 6 dan Tabel 7. Dimana nilai indeks
PGCV diperoleh dari rata-rata indeks PGCV
per atribut dalam satu dimensi kualitas produk.
Grafik indeks PGCV per dimensi ditunjukkan
pada Gambar 2.
7
Tabel 6. Indeks PGCV per Dimensi yang
Dipertankan Kinerjanya
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Dimensi
Kualitas
Produk
Simbol
Performance
Reliability
Feature
Durrability
Conformance
Y1
Y2
Y3
Y4
Y6
Dipertahankan
Indeks
PGCV
3,59
3,52
2,93
3,80
3,79
Prioritas
3
2
1
5
4
Sumber : Data Primer yang diolah (2014)
Tabel 7. Indeks PGCV per Dimensi yang
Diperbaiki Kinerjanya
No.
Dimensi Kualitas
Produk
Simbol
Diperbaiki
1.
2.
Serviceability
Aesthetic
Y5
Y7
Indeks
PGCV
5,69
6,32
3.
Perceived Quality
Y8
6,44
Prioritas
3
1
2
Gambar 2. Grafik Indeks PGCV per Dimensi
KESIMPULAN
a. Berdasarkan hasil pengolahan data sehigga
didapatkan nilai ACV menunjukkan bahwa
kinerja dari atribut produk keripik tempe
yang paling baik terdapat pada atribut rasa
keripik tempe dengan nilai ACV sebesar
19,16, sedangkan kinerja atribut produk
yang paling buruk terdapat pada atribut
desain kemasan dengan nilai ACV sebesar
10,02.
b. Atribut produk yang harus dipertahankan
kinerjanya meliputi bentuk keripik tempe
yang bervariasi (3,79), variasi rasa (2,93),
rasa keripik tempe (3,44), kondisi kemasan
(3,52), harga (3,64), kerenyahan (3,70),
tenggag waktu kadaluarsa (3,80), sedangkan
untuk dimensi kualitas produk yang
dipertahankan
kinerjanya
meliputi
Performance (3,59), Reliability (3,52),
Feature (2,93), Conformance (3,79), serta
Durrability (3,80). Atribut produk yang
harus diperbaiki kinerjanya meliputi desain
kemasan (7,13), keterkenalan merek (7,07),
kecapatan dan kesabaran karyawan dalam
melayani (5,94), kelengkapan informasi
(5,82),
keseragaman
ukuran
(5,51),
kemudahan memperoleh keripik tempe
(5,43), sedangkan untuk dimensi kualitas
produk yang perlu diperbaiki kinerjanya
meliputi Serviceability (5,69), Aesthetic
(6,32), dan Perceived Quaity (6,44).
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan,
saran
untuk
penelitian
selanjutnya diharapkan agar menambahkan
atribut produk yang belum pernah diteliti
sebelumnya seperti atribut bahan kemasan,
bahan baku utama pembuatan keripik, warna
produk serta pergantian produk yang cacat
agar mempermudah dan memberikan
alternatif lain bagi kosumen untuk memilih
ini. Saran yang dapat diberikan untuk UKM
Keripik Tempe Bu Nurdjanah adalah dapat
memperhatikan dan melakukan perbaikan
terhadap atribut dan dimensi kualitas, karena
atribut dan dimensi kualitas produk memiliki
pengaruh yang sangat penting bagi
konsumen. Sehingga nantinya setelah
dilakukannya perbaikan terhadap atribut dan
dimensi tersebut dapat meningkatkan
kepuasan konsumen terhadap keripik tempe.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiaryani., dan Rosinta, F. 2010. Pengaruh
Kualitas
Layanan
Terhadap
Kepuasan
Pelanggan
dalam
Membentuk Loyalitas Pelanggan.
8
Jurnal
Ilmu
Administrasi
dan
Organisasi 17 (2): 114-126.
Ghanimata, F., dan Kamal, M. 2012. Analisis
Pengaruh Harga, Kualitas Produk,
dan Lokasi Terhadap Keputusan
Pembelian. Jurnal Manajemen 1 (2):
1-8.
Irawan, H. 2008. Sepuluh Prinsip Kepuasan
Pelanggan.
PT.
Elex
Media
Komputindo Kelompok Gramedia.
Jakarta.
Kristina, N., dan Wahyudin, N. 2012.
Pengaruh Persepsi Atribut Produk
Terhadap Minat Beli Konsumen
Mobil Merek Isuzu Elf. Jurnal Ilmu
Manajemen dan Akutansi Terapan 3
(1): 1-9.
Kusnanda, F., dan Adawiyah,D., R., dan Fitria,
M. 2010. Pendugaan Umur Simpan
Produk Biskuit Dengan Metode
Akselerasi Berdasarkan Pendekatan
Kadar Air Kritis. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan 19 (2): 117-122.
Nur, M. 2009. Pengaruh Cara Pengemasan,
Jenis Bahan Pengemas, dan Lama
Penyimpanan Terhadap Sifat Kimia,
Mikrobiologi, dan Organoleptik Sate
Bandeng. Jurnal Teknologi Industri
dan Industri Hasil Pertanian 14 (1): 111.
Siregar, S. F. 2006. Analisis Tingkat Kualitas
Pelayanan Dengan Metode Index
Potential Gain Customer Value
(PGCV) di PT . Bank Mualmalat
Indonesia Cabang Medan. Jurnal
Sistem teknik Industri 7(4): 40-47.
Suharyadi, N.A., Purwanto,S.K., Faturrohman,
M.
2007.
Kewirausahaan
:
Membangun Usaha Sukses Sejak
Usia Muda. Salemba Empat. Jakarta.
Hal 121.
Suryaningrat, I.B., Ruriani, E., dan Kurniawati,
I. 2010. Aplikasi Metode Quality
Function Deployment (QFD) Untuk
Peningkatan Kualitas Produk Mie
Jagung. Jurnal Agrotek 4(1): 8-17.
Susetyarsi, T.H. 2013. Analisis Pengaruh
Atribut Produk Pada Mobil Toyota
Avanza Ditinjau Dari Segi Interior,
Eksterior Dan Mesin Terhadap
Loyalitas Konsumen Di Semarang.
Jurnal Stie Semarang 17 (1): 71 – 80.
Tjiptono, 2004. Manajemen Jasa Edisi Kedua.
Andi Offset. Yogyakarta. Hal 45-50
Tseng, H. et all. 2007. The Quality
Improvement
For
Testimony
Statisfaction Enchanment Through
Capabilities of Product Inovativ on Six
Sigma Way. Institute of Bissiness
management of Nation Sun Yat sen
University. Guangzhou.
Widodo. 2008. Meningkatkan Kinerja
Pemasaran
Dengan
Kreatifitas
Startegi. Jurnal Manajemen Bisnis 1
(2) : 151-175.
Wijaya, M.H.P. 2013. Promosi, Citra Merek,
dan Saluran Distribusi Pengaruhnya
Terhadap Keputusan Pembelian Jasa
Terminix di Kota Manado. Jurnal
EMBA 1 (4): 105-114.
9
Download