BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Terdapat

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan
investasi dan return saham di Indonesia. Sebuah penelitian dilakukan oleh
Prima (2013), yang menjadi awal ide penelitian yang penulis lakukan. Prima
(2013) meneliti tentang kelayakan investasi perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan pengukuran Return on Investment (ROI)
investor menggunakan sampel perusahaan perbankan dari tahun 2008-2011.
Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat 18 dari 28
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
menunjukan hasil investasi yang layak menurut ukuran ROI investor.
Trisnawati (2009) meneliti tentang pengaruh economic value added,
arus kas operasi, residual income, earnings, operating leverage dan market
value added terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Burasa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai 2005. Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa economic value added, arus kas operasi,
residual income, earnings, operating leverage, market value added tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
Widyatmaka (2010) meneliti tentang pengaruh Economic Value Added
(EVA), Earnings Per Share (EPS), dan Operating Cash Flow (OCF) terhadap
return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
commit to user
10
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan sampel sebanyak 31 perusahaan. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA), Earnings Per Share
(EPS), dan Operating Cash Flow (OCF) secara simultan berpengaruh positif
terhadap return saham perusahaan manufaktur jenis consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2006 dengan nilai signifikansi
<0,05.
Hermi dan Kurniawan (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh
Earnings Per Share (EPS) pada return saham dalam penelitian mereka tentang
pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan sampel 56
perusahaan manufaktur pada tahun 2008-2010. Dalam penelitian tersebut,
dilakukan pengujian secara parsial terhadap kinerja keuangan dengan 5
macam alat ukur, diantaranya Return on Investment (ROI), Return on Equity
(ROE), Net Profit Margin (NPM), Earnings Per Share (EPS), dan Price to
Book Value (PBV). Pengujian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa hanya
EPS yang secara parsial memengaruhi return saham. Alat ukur lain tidak
memberikan pengaruh terhadap return saham.
Penelitian
tersebut
menggunakan
sampel
seluruh
perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2008
sebanyak 69 perusahaan perbankan. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
bahwa seluruh faktor fundamental secara bersama-sama berpengaruh terhadap
return saham.
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Octaviani (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Hari
Perdagangan Saham terhadap Return Saham pada Indeks Saham LQ45 di
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menguji pengaruh hari perdagangan
terhadap return saham indeks saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Selain itu
juga untuk mengetahui apakah terdapat abnormal return pada indeks saham
tersebut. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sehingga
terpilih 34 saham yang termasuk dalam LQ45 selama tahun 2008. Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh signifikan hari
perdagangan terhadap return saham LQ45 dan terdapat abnormal return pada
indeks saham LQ45 pada tahun 2008.
Wijayanti (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh kinerja
keuangan terhadap return saham perusahaan sektor pertambangan yang go
public di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel 60
perusahaan sektor pertambangan dengan metode pengambilan sampel
purposive sampling selama periode tahun 2009-2011. Kinerja keuangan
digambarkan dengan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, dan rasio pasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Return
on Investment (ROE) cukup memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
return saham dan Price to Book Value (PBV) berpengaruh sangat signifikan
terhadap return saham. Variabel lain seperti Current Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TATO), Return on Equity (ROE),
Return on Investment (ROI), dan Price to Book Value (PBV) secara simultan
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpengaruh
signifikan
terhadap
return
saham
perusahaan
sektor
pertambangan.
Hardyanti
(2013)
melakukan
penelitian
tentang
pengaruh
makroekonomi terhadap return saham pada ukuran perusahaan dan industri
yang berbeda. Metode purposive sampling digunakan untuk memilih sampel
sebanyak 180 saham yang kemudaian dibagi menjadi tiga ukuran perusahaan,
yaitu besar, sedang, dan kecil. Selain itu, juga dilakukan pembagian
berdasarkan dua sektor industri yaitu pengolahan dan keuangan. Penelitian ini
menggunakan variabel makroekonomi berupa inflasi, nilai tukar rupiah, suku
bunga SBI, harga emas, dan harga minyak.
Penelitian Hardyanti (2013) menghasilkan temuan berupa:
1. Inflasi berpengaruh negatif pada return saham perusahaan keuangan;
2. Semakin besar perusahaan tidak mempengeruhi besarnya pengaruh
inflasi terhadap return saham;
3. Pengaruh negatif inflasi terhadap return saham lebih kuat ditemukan
pada perusahaan keuangan;
4. Nilai tukar rupiah hanya berpengaruh pada return saham perusahaan
besar;
5. Semakin besar perusahaan, pengaruh nilai tukar terhadap return saham
semakin kuat;
6. Nilai tukar tidak berpengaruh pada return saham perusahaan pengolahan
dan keuangan;
7. Tingkat bunga berpengaruh negatif pada return saham;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14
digilib.uns.ac.id
8. Semakin besar ukuran perusahaan, pengaruh negatif tingkat bunga
semakin kuat;
9. Pengaruh negatif tingkat bunga pada return saham ditemukan lebih kuat
pada perusahaan pengolahan;
10. Harga emas berpengaruh negatif terhadap return saham;
11. Semakin besar perusahaan, pengaruh negatif harga emas terhadap return
saham semakin kuat;
12. Pengaruh negatif harga saham terhadap return saham lebih kuat pada
perusahaan pengolahan;
13. Harga minyak berpengaruh negatif terhadap return saham;
14. Semakin besar perusahaan, pengaruh negatif harga minyak terhadap
return saham semakin kuat; dan
15. Pengaruh negatif harga minyak terhadap return saham lebih kuat pada
perusahaan pengolahan.
Di luar negeri, Medeiros, Lustosa, dan Dantas (2006) melakukan
penelitian mengenai pengaruh operating leverage terhadap return saham.
Studi ini dilakukan di Brazil. Medeiros, dkk. memiliki kepercayaan bahwa
sebuah keputusan investasi yang rasional harus memperhitungkan variabel
yang mewakili situasi keuangan perusahaan saat ini dan mendukung dalam
membuat prakiraan kelayakan perusahaan di masa yang akan datang. Variabel
operating leverage merupakan yang relevan untuk diuji. Penelitian ini
mengambil sampel perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Sao Paulo Stock
Exchange (Bovespa) yang terdiri dari perusahaan di bidang perminyakan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15
digilib.uns.ac.id
gas, bahan baku, industri, konstruksi, transportasi, dan industri barang
konsumsi. Data yang digunakan yaitu sejak kuartal ke-2 tahun 2001 hingga
kuartal ke-3 tahun 2004. Perusahaan di sektor penyedia jasa telekomunikasi
tidak dimasukkan sebagai sampel. Hal ini dikarenakan dalam rentang waktu
tahun 1995-2004 sektor ini mengalami restrukturisasi dan regulasi perubahan
yang mendalam sebagai hasil dari program privatisasi pemerintah Brasil.
Penghapusan lembaga keuangan dikarenakan karakteristik yang berbeda dari
industri ini dalam hal aset, biaya operasi, struktur modal, dll. Tes empiris
menggunakan regresi panel-data dengan tanpa efek, efek tetap dan efek acak
untuk menguji hipotesis bahwa tingkat pengungkit operasi (The Degree of
Operating Leverage / DOL) merupakan salah satu faktor penentu risiko
sistematis saham. Hasil dari pengujian regresi tersebut sesuai seperti yang
diperkirakan yaitu ditemukan bukti hubungan yang positif dan signifikan
antara operating leverage terhadap return saham.
Ang dan Ciccone (2001) juga meneliti hubungan antara return saham
dan Analyst Forecast Properties. Penelitian ini menggunakan data portofolio
selama 19 tahun buku sejak tahun 1978 sampai 1996 yang didapatkan dari
saham perusahaan-perusahaan domestik yang tercatat di bursa NYSE (New
York Stock Exchange), Amex (American Stock Exchange), dan NASDAQ
(National Association of Securities Dealers Automated Quotations). Analyst
Forecast Properties dalam penelitian diwakili oleh dua alat untuk menguji
transparansi informasi perusahaan yaitu Forecast Dispersion dan Forecast
Error. Hasil pengujian menggunakan portfolio sorts, Fama-MacBeth Crosscommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16
digilib.uns.ac.id
Sectional Regressions, dan Fama and French (1993) Factor Models
menghasilkan indikasi bahwa perusahaan dengan low dispersion or error
memiliki return saham yang lebih besar.
B. Investasi
Setiap orang bekerja untuk mendapatkan upah dari hasil kerjanya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian orang upah dari hasil
kerjaanya mungkin dapat habis hanya untuk dikonsumsi di waktu-waktu ini
saja. Sebagian orang yang lain mungkin dapat menyisihkan sebagian upah
yang didapatnya untuk kebutuhan lain di masa mendatang. Ini merupakan
sebuah bentuk penundaaan konsumsi. Penundaan konsumsi sekarang untuk
konsumsi mendatang dapat dikatakan sebagai sebuah investasi (Hartono:
2000).
Tandelilin (2010) mengartikan investasi sebagai komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan
tujuan memperoleh sejumlah saham di masa depan. Menurut Sunariyah
(2004), investasi diartikan sebagai suatu penanaman modal untuk satu atau
lebih lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan
harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
investasi ialah kegiatan seseorang yang melakukan suatu pengorbanan
ekonomis di masa kini atas suatu sumberdaya yang diharapkan agar
memperoleh keutungan yang lebih besar dalam periode waktu di masa depan.
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara pemahaman yang mudah, pada dasarnya tujuan orang melakukan
investasi adalah untuk „menghasilkan sejumlah uang‟ (Tandelilin: 2010).
Menurut Hartono (2000), investasi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Investasi langsung
Investasi dapat dilakukan dengan membelli langsung aktiva
keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market),
pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market).
Invetasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva
keuangan yang tidak dapat dierjual-belikan biasanya diperoleh melalui
bank komersial. Aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau
sertifikat deposito.
2. Investasi Tidak langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari
perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang
menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik
dan menggunakan dana yang dipeoleh untuk diinvestasikan ke dalam
portofolionya.
Pada dasarnya, saat kita melakukan investasi kita mempertimbangkan
beberapa hal. Seperti yang dikatakan dalam Tandelilin (2010) bahwa terdapat
2 dasar keputusan yang mendasari seseorang untuk melakukan investasi,
yaitu:
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Return
Memperoleh
keuntungan
adalah
alasan
utama
seseorang
melakukan investasi. Investor memang wajar jika mengharapkan tingkat
pengembalian tertentu. Karena hal tersebut merupakan kompensasi bagi
investor atas biaya kesempatan dan risiko penurunan daya beli akibat
adanya pengaruh inflasi. Return bisa saja sesuai yang diharapkan investor,
tapi juga bisa diatas atau bahkan dibawah harapan investor. Menurut
Hartono (2000), return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu
investasi. Return dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi.

Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah
terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return
realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja perusahaan. Return realisasi menjadi dasar pertimbangan
dalam menentukan Return ekspektasi dan risiko di masa mendatang.

Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan
akan diperoleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return
realisasi yang sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Pengukuran return realisasi penting bagi investor untuk menaksir
seberapa baik investasi yang dilakukan.
2. Risiko
Investor memang harus bersiap-siap menghadapi risiko atas
investasi yang dilakukannya. Pada umumnya semakin tinggi tingkat return,
maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang harus dihadapi. Hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19
digilib.uns.ac.id
antara tingkat risiko dan return harapan adalah liniear atau searah. Menurut
Tandelilin (2010) risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan return aktual
yang berbeda atas return harapan, atau dengan kata lain bahwa
kemungkinan realisasi return aktual lebih rendah dari return yang
diharapkan.
C. Pasar Modal
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal
mengartikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Pasar modal beroperasi dengan penyelenggara bursa efek, atau
dengan kata lain dapat disebut sebagai pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara
mereka.
Tandelilin (2010) mendefinisikan pasar modal sebagai pertemuan
antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan
dana dengan cara meperjualbelikan sekuritas. Secara formal, Husnan (1996)
mendefinisikan pasar modal sebagai instrumen keuangan (atau sekuritas)
jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,
maupun perusahaan swasta. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjual surat berharganya di pasar modal baik berupa surat hutang atau
kepemilikan modal. Pasar Modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana
bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2012). memiliki peran
penting dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat
menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang
mempunyai kelebihan dana.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012), terdapat banyak manfaat
keberadaan pasar modal yaitu:
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi.
3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi
negara.
4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan hingga lapisan
masyarakat menengah.
5. Memungkinkan
penyebaran
kepemilikan,
keterbukaan,
dan
profesionalisme serta penciptaan iklim berusaha yang sehat.
6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan memiliki
prospek.
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Menjadi alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan
dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas,
dan diversifikasi investasi.
9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol
sosial.
10. Mendorong penglolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan
pemanfaatan manajemen profesional.
Selain itu, Husnan (1996) berpendapat bahwa pasar modal memiliki
beberapa daya tarik, yakni pertama pasar modal diharapkan akan dapat
menjadi alternatif penghimpunan dana selain perbankan. Kedua, pasar modal
memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai investasi yang sesuai
dengan preferensi mereka. Pemodal (investor) dapat memilih investasi sesuai
dengan risiko yang dapat ditanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkan.
D. Pasar Modal Indonesia
Tandelilin (2010) menyebutkan bahwa sejarah Pasar Modal Indonesia
sudah dimulai sejak awal abad ke-19. Kegiatan pasar modal dilakukan oleh
Pemerintah Kolonial Belanda dengan membentuk Vereniging voor de
Effectenhandel (bursa efek) pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia
(Jakarta). Karena minat investasi semakin besar, di Kota Surabaya juga
dibentuk bursa efek pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Kota Semarang pada
tanggal 1 Agustus 1925. Namun, pada permulaan 1939 kegiatan bursa efek
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipusatkan di Batavia saja karena suhu politik di Benua Eropa memanas.
Bursa Efek di Surabaya dan di Semarang ditutup.
Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal menyebutkan
bahwa kegiatan pasar modal dilaksanakan oleh bursa efek. Tandelilin (2010)
menyatakan sebelum November 2007, terdapat dua bursa efek di Indonesia
yang memperoleh izin usaha perdagangan sekuritas dari Bapepam yaitu Bursa
Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX), dan Bursa Efek
Surabaya (BES) atau Surabaya Stock Exchange (SSX). Namun setelah tanggal
30 Nopember 2007, BEJ dan BES digabung dan berganti nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Dalam Tandelilin (2010) disebutkan bahwa penggabungan ini
dilakukan sesuai Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009 yang disusun
Bapepam. Tujuan penggabungan ini antara lain:
1. Terdapat pengembangan pasar yang lebih terfokus dan terpadu;
2. Efisiensi dalam pengembangan dan pemasaran produk;
3. Penghematan biaya pengembangan teknologi informasi;
4. Perbaikan infrastruktur perdagangan.
Sekuritas yang diperdagangkan di BEI antara lain Saham, Obligasi, Right,
Waran, Reksadana, Kontrak Berjangka Indeks Saham, Kontrak Opsi Saham,
Surat Utang Negara, dan Instrumen Syariah (Darmadji dan Fakhruddin: 2012).
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Saham
Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas
di masyarakat (Darmadji dan Fakhruddin: 2012). Menurut Tandelilin (2007)
Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham. Saham secara sederhana dapat diartikan sebagai tanda
penyertaan modal seseorang/badan terhadap suatu perusahaan. Seseorang
yang menyertakan modalnya di suatu perusahaan memiliki hak atas kekayaan
dan pendapatan perusahaan. Masyarakat luas mengartikan saham hanya
sebatas jenis saham biasa (common stock). Sebenarnya terdapat jenis saham
lainnya yang populer di kalangan pelaku perdagangan efek, seperti saham
preferen.
Saham berbentuk sertifikat yang terdapat pernyataan perusahaan
penerbit saham (emiten) bahwa tiap lembarnya memiliki nilai tertentu sesuai
yg tercantum. Akan tetapi nilai suatu saham bisa naik di atas nilai yang
tercantum atau dapat pula turun. Naik-turun nilai saham inilah yang
dimanfaatkan orang untuk meraih keuntungan (capital gain) dari selisih harga
beli dan jual saham. Saham memang dapat dipindahtangankan kepada orang
lain baik diberikan secara cuma-cuma atau dapat pula diperdagangkan. Akan
tetapi jika seorang investor mengharap untuk mendapatkan dividen, investor
harus menahan saham itu tetap di tangannya. Supaya saat perusahaan
mengumumkan membagikan dividen, investor pemegang saham mendapatkan
bagiannya.
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam Darmadji dan Fakhruddin (2012) disebutkan bahwa terdapat
berbagai macam jenis saham dilihat dari sudut pandangnya. Salah satunya jika
ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim dibagi atas:
1. Saham Biasa (Common Stocks)
Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya
paling junior terhadap pembagian dividen dan hak atas kekayaan
perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi. Pemilik saham biasa memiliki
hak atas dividen yang diumumkan perusahaan selama perusahaan
beroperasi dan menghasilkan laba. Darmadji dan Fakhruddin (2012: 9)
mengatakan bahwa dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Haknya dalam menerima aset saat perusahaan dilikuidasi
diakhirkan setelah perusahaan membayar kewajiban kepada kreditur dan
membayar hak atas aset pemilik saham preferen. Pembayaran kepada
pemilik saham dilakukan jika masih ada sisa atas aset hasil likuidasi
setelah membayar kewajiban kepada kreditur dan hak pemilik saham
preferen.
2. Saham Preferen (preffered stocks)
Saham preferen memiliki kelebihan dibandingkan saham biasa.
Saham preferen diterbitkan untuk menarik investor lain yg potensial.
Investor akan lebih tertarik untuk menanamkan saham jika saham
memiliki kepastian dalam pengembalian aset yang sudah ditanam dan
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepastian mendapatkan dividen. Oleh karena itu, saham preferen
diterbitkan dengan hak-hak prioritas lebih dari saham biasa.
Saham
preferen
mempunyai
karakter
gabungan.
Sebagian
karakternya mirip seperti yang dimiliki obligasi dan beberapa karakteristik
mirip saham biasa. Kesamaan karakteristik saham preferen yang mirip
obligasi terletak pada 3 hal, yaitu:
(i)
ada klaim atas laba dan aset sebelumnya;
(ii)
dividennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham;
(iii)
memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan
saham biasa.
Kesamaan karakteristik antara saham preferen dengan saham biasa
yaitu:
(i)
mewakili kepentingan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh
tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut;
(ii)
membayar deviden (Darmadji dan Fakhruddin: 2012, 6)
Dengan
beberapa
kemiripan
tersebut,
saham
preferen
dianggap
mempunyai karakter sama dengan saham biasa dan obligasi.
Terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor karena membeli atau
memiliki saham:
a. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu
yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam
periode
dimana
diakui
sebagai
pemegang
saham
yang
berhak
mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai,
artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang
tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula
berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham
diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen
saham tersebut.
b. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder. Menurut Jones (1996) capital gain merupakan komponen
return investasi berupa peningkatan harga aset. Capital gain merupakan
selisih laba yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham
sekarang relatif lebih tinggi dibandingkan harga sebelumnya.
Investor akan tertarik untuk membeli saham yang diprediksi akan
memberikan Earnings per Share yang lebih tinggi di masa yang akan
datang. Karena jika suatu saham diprediksi Earnings per Share-nya
cenderung naik, harga pasar saham bersangkutan akan naik pula. Bahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27
digilib.uns.ac.id
investor terkadang berani membeli di atas harga pasar karena harga saham
diprediksi cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan harga saham
dibandingkan sebelumnya inilah yang memberikan keuntungan bagi
pemegang saham jika menjualnya pada saat itu. Keuntungan dari hasil
kenaikan harga saham inilah yang disebut capital gain.
Sebagai instrumen investasi, saham juga memiliki risiko. antara lain:
a. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana
investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Investor akan
mengalami kerugian karena menjual saham lebih murah daripada saat
membeli. Investor harus benar-benar jeli dan mengetahui kapan harus
membeli, menjual, atau tetap menahan saham dalam genggamannya agar
tak mengalami kerugian.
b. Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh
pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini, hak klaim
dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh
kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada
seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan
perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari
likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28
digilib.uns.ac.id
pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk
secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
Nilai saham dibedakan menurut cara pengalihan dan manfaat yang
diperoleh bagi pemegang saham. Menurut Rusdin (2006), nilai saham terbagi
atas tiga jenis yaitu:
1. Nilai Nominal (Nilai pari)
Merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang
bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai
nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan
harus memiliki satu jenis nilai nominal.
2. Nilai Dasar
Pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat
saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan
dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan
saham, antara lain: right issue, stock split, waran, dll.
3. Nilai Pasar
Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung,
jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga
penutupannya.
F. Hak (Right)
Right juga dikenal dengan sebutan hak memesan efek terlebih dahulu
(HMETD). Right merupakan produk derivatif atau turunan dari saham. Right
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
diterbitkan bersamaan dengan saham dan memiliki masa berlaku yang singkat,
hanya beberapa minggu saja (Tandelilin: 2010). Right merupakan surat berharga
yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menukarkan (exercise)
menjadi saham biasa (Darmadji dan Fakhruddin: 2012).
Bukti right diterbitkan melalui penawaran umum terbatas (right issue)
(Tandelilin: 2010). Kebijakan untuk melakukan right issue merupakan upaya
emiten untuk menambah modal perusahaan, membayar utang, akuisisi, atau
kebutuhan lain dengan menjual saham baru kepada pemegang saham lama.
Penjualan kepada pemegang saham lama dilakukan untuk menjaga proporsi
kepamilikan saham (tandelilin: 2010). Dengan memegang bukti right, investor
dapat memilih untuk membeli saham atau tidak menggunakannya selama masa
berlaku. Selain itu, investor juga dapat menjual bukti right kepada sesama
investor.
G. Waran (Warrant)
Waran (Warrant) adalah suatu hak yang diberikan kepada pemegangnya
untuk membeli saham dari perusahaan bersangkutan dengan harga yang telah
tertentu dalam kurun waktu yang sudah ditentukan (Hartono: 2000). Waran
biasanya dijual bersamaan dengan sekuritas lain misalnya obligasi atau saham.
Pemilik waran dapat juga menjual waran. Keuntungan (capital gain) juga bisa
didapat jika bisa menjual waran tersebut lebih tinggi dari harga beli.
Harga pasar saham dapat berubah-ubah setelah penawaran umum perdana.
Pemilik waran memiliki keuntungan jika akan membeli saham baru. Pemilik
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
waran dapat membeli dengan harga yang telah ditentukan oleh emiten dalam
RUPS sampai selama masa aktif waran. Jika harga saham lebih tinggi dari harga
yang ditentukan dalam waran dan pemegang waran melakukan pembelian saham
perusahaan bersangkutan, maka akan mendapatkan keuntungan karena membeli di
bawah harga pasar saham saat itu. Jika harga pasar saham turun menjadi lebih
rendah, maka pemilik waran akan mengalami kerugian jika melakukan pembelian
saham. Namun, seorang investor yang memegang waran bukan berarti harus
membeli saham perusahaan bersangkutan. Pemegang waran boleh tidak
menggunakan waran atau dengan kata lain bebas memutuskan untuk membeli
atau tidak saham sampai masa berlaku waran habis.
H. Reksa Dana
Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27, reksa
dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh
Manajer Investasi. Keberadaan reksa dana cukup penting dalam mempermudah
investor dalam menanamkan modalnya. Tak perlu memiliki uang ratusan juta atau
milyaran rupiah, beberapa juta pun cukup untuk diinvestasikan. Investor yang
bermodal kecil belum tentu dapat membeli 1 lot saham. Oleh karena itu, investorinvestor yang bermodal kecil dapat melakukan investasi dengan mengumpulkan
puluhan bahkan ribuan investor lain melalui reksa dana dan mendapat return atas
investasi yang dilakukan.
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Investor yang menanamkan modal lewat reksa dana, menurut Pratomo dan
Nugraha (2005) mendapat beberapa manfaat dan kemudahan, yaitu:
1.
Akses yang mudah atas instrumen-instrumen investasi, seperti saham,
obligasi, dan instrumen lainnya. Dikatakan mudah karena investor tak perlu
melakukannya sendiri. Akses instrumen-instrumen investasi sudah diwakili
oleh pengelola reksa dana.
2.
Investor terbebas dari pekerjaan menganalisa, memonitor, serta administrasi
yang rumit. Pekerjaan tersebut sudah dipercayakan pada Manajer Investasi
dan Bank Kustodian.
3.
Diversivikasi investasi dapat dilakukan karena terkumpulnya dana dari
banyak investor dalam satu wadah.
4.
Hasil investasi reksa dana bukan merupakan objek pajak. Kewajiban pajak
sudah dipenuhi oleh reksa dana. Selain itu, kupon obligasi juga bukan
merupakan objek pajak bagi reksa dana sehingga dapat pula dimanfaatkan
oleh investor.
5.
Likuiditasnya tinggi, karena Unit Penyertaan (satuan investasi) reksa dana
dapat dicairkan setiap hari bursa melalui Manajer Investasi.
6.
Dana yang dibutuhkan dalam berinvestasi kecil. Berinvestasi dapat dilakukan
dengan dana mulai Rp200.000,00.
Dalam Prima (2012) disebutkan bahwa reksa dana mengandung berbagai
peluang risiko, antara lain:
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Risiko berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh
turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang
masuk dalam portofolio Reksadana tersebut.
2.
Risiko Likuiditas, risiko ini menyangkkut kesulitan yang dihadapi oleh
Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan
kembali (redemption) unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi
kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
3.
Risiko Wanpretasi, risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko itu
dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan
Reksa dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah
dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti
wanpretasi dari pihak-pihak yang terkait dengan reksa dana, pialang, bank
kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan
penurunan nilai aktiva bersih reksadana.
Menurut Tandelilin (2010) berdasarkan jenisnya, reksa dana yang
ditawarkan dapat dikelompokan menjadi lima jenis, yaitu:
a.
reksa dana pasar uang, merupakan reksa dana yang menginvestasikan
dananya khusus pada berbagai jenis sekuritas di pasar uang;
b.
reksa dana pendapatan tetap, merupakan reksa dana yang menginvetasikan
dananya khusus pada portofolio obligasi;
c.
reksa dana saham, merupakan reksa dana yang menginvetasikan dananya
khusus pada portofolio saham-saham perusahaan;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
d.
33
digilib.uns.ac.id
reksa dana campuran, merupakan reksa dana yang menginvetasikan dananya
pada berbagai jenis sekuritas yang berbeda baik di pasar modal maupun di
pasar uang;
e.
reksa dana terproteksi, merupakan reksa dana yang memeberikan proteksi
atas nilai investasi awal investor melalui mekanisme pengelolaan portofolio.
I. Investor
Tandelilin (2010) mendefinisikan investor atau sering juga disebut sebagai
pemodal adalah pihak yang menginvestasikan dana pada pada sekuritas. Investor
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu investor perseorangan (individual investor)
yang mewakili dirinya sendiri dan investor intitusional (institutional investor)
yang mewakili suatu institusi investasi. Investor dapat melakukan investasi ke
dalam dua kelompok besar, yaitu investasi riil dan investasi finansial. Investor riil
seperti pada properti, pabrik dan barang tidak bergerak lainnya. Sementara itu,
investasi finansial merupakan investasi pada barang tidak berwujud tetapi
merupakan kepemilikan atas barang tidak bergerak seperti obligasi, saham,
derivatif, reksadana, deposito dan sebagainya.
J. Deposito
Undang-Undang No. 10 tahun 1998, Pasal 1 ayat 7 mendefinisikan
deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Simpanan
Deposito (Time Deposit) merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tertentu (jatuh tempo) dan penarikannya dilakukan sesuai jangka waktu tersebut
(Kasmir: 2005). Orang yang menyimpan dananya dalam bentuk deposito disebut
deposan.
Menurut Latumaerissa (2011) secara garis besar deposito dapat dibagi
dalam tiga jenis, yaitu:
1.
Deposito Berjangka (fixed deposit)
Deposito berjangka (fixed deposit) merupakan simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut
perjanjian antara deposan dan bank. Pada umumnya jika orang menyebut
deposito yang dimaksud adalah deposito berjangka, karena memang yang
paling dikenal masyarakat adalah jenis ini.
Deposito berjangka ini diterbitkan atas nama. Akibatnya, deposito
jenis ini tidak dapat dipindahtangankan, diperjualbelikan, atau dicairkan oleh
selain pemilik nama yang tercantum. Deposito ini memiliki jangka waktu
tertentu. Jangka waktu yang diberikan umumnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan, dan 24 bulan. Karena memiliki jatuh tempo yg sudah ditentukan, maka
tidak bisa dicairkan sebelum jatuh tempo. Jika deposan memutuskan untuk
mencairkan sebelum jatuh tempo, biasanya bank akan mengenakan pinalti.
2.
Deposito Harian (deposit on call)
Deposito harian (deposit on call) adalah simpanan yang memiliki
jangka waktu hanya 1 sampai 30 hari yang pencairannya dapat dilakukan
setiap hari dengan pemberitahuan terlebih dahulu.
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Sertifikat Deposito (certificate of deposit)
Perbedaan deposito ini dengan jenis lain yaitu tidak atas nama.
Deposito ini dapat dipindahtangankan dan diperjualbelikan karena tidak harus
si pemilik awal deposito yang mencairkan deposito ini. Deposito jenis ini
sering pula dijadikan sebagai hadiah. Jangka waktu seperti deposito
berjangka. Proses pencairan pun juga sama.
K. Teori yang Terkait dengan Masalah Investasi
Terdapat beberapa teori yang mendasari terjadinya investasi, antara lain:
1. Teori Keagenan
Perusahaan memiliki sebuah hubungan khusus dengan salah satu
pihak eksternal manajemen. Hubungan khusus yang penulis maksudkan
yaitu kepada pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Pihak
manajemen memang memiliki hubungan dengan sebab pihak manajemen
diberi
hak/wewenang
untuk
mengelola
perusahaan.
Manajemen
diharapkan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan khususnya
pemilik atau pemegang saham yang telah melakukan investasi.
Teori keagenan dapat dipandang sebagai model kontraktual antara
dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan
pihak yang lain disebut principal (Yushita: 2010). Kedua pihak saling
mendapatkan keuntungan dari hubungan mereka. Dari sisi manajemen
sebagai agent sebagai pelaksana
amanah,
commit to
user mereka mendapat keuntungan
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berupa imbal jasa dari pekerjaan yang dilakukannya dari pemilik. Teori ini
menenkankan pada perancangan pengukuran prestasi dan imbalan yang
diberikan agar para manajer berperilaku positif atau menguntungkan
perusahaan secara keseluruhan (Raharjo: 2007). Dengan perilaku positif
yang dilakukan oleh manajemen, pemilik akan mendapatkan keuntungan
dari investasinya secara optimal.
Hubungan antara agent dan principal memiliki beberapa macam
bentuk. Sebagian menyebutkan bahwa terdapat 2 macam bentuk
hubungan. Seperti yang disebutkan oleh Jensen dan Meckling (1976)
berupa dua bentuk hubungan, yaitu antara manajer dengan pemegang
saham dan antara manajer dengan pemberi pinjaman (kreditur). Bentuk
selanjutnya terdapat tiga macam hubungan agent-principal yang tergambar
dalam tiga hipotesis tentang Teori Akuntansi Positif Watts dan
Zimmerman (1986), yaitu:
a. Hipotesis Rencana Bonus (Plan Bonus Hypothesis).
Ceteris paribus, manajer sebuah perusahaan dengan rencana bonus
lebih
menyukai
untuk
memilih
prosedur
akuntansi
yang
menggantikan laporan earnings periode mendatang ke periode
sekarang. Aktivitas memindahkan earnings dari periode lain ke
periode sekarang termasuk income smoothing. Manajer tentu akan
cenderung memilih menampakkan earnings yang lebih besar dari
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kenyataannya jika besarnya nilai earnings akan menghasilkan
bonus yang menguntungkan dirinya.
b. Hipotesis Pasal Perjanjian Hutang (Debt Covenant Hypothesis,
Debt/Equity Hypothesis)
Ceteris paribus, berhubungan dengan nilai hutang/modal (rasio
Leverage). Manajer sebuah perusahaan lebih menyukai untuk
memindahkan earnings yang dilaporkan di periode mendatang ke
periode
sekarang.
Tujuannya
yaitu
memperkecil
nilai
hutang/modal. Dengan memindahkan earnings periode mendatang,
nilai modal akan bertambah dalam pelaporannya. Padahal modal
menjadi penyebut dalam perhitungan nilai hutang/modal. Semakin
besar nilai penyebut dalam operasi pembagian, maka hasil operasi
pembagian akan semakin kecil. Jadi, nilai rasio Leverage
(debt/equity)
akan
mempersyaratkan nilai
semakin
rasio
kecil.
Leverage
Kreditur
yang kecil
biasanya
karena
kemungkinan dan kemampuan membayar hutang akan semakin
besar. Ini berarti risiko gagal bayar semakin kecil. Syarat tentang
rasio Leverage biasanya tertulis pada salah satu pasal dalam
perjanjian hutang.
c. Hipotesis Biaya Proses Politik (Politic Process Hypothesis)
Ceteris paribus, pada perusahaan dengan ukuran yang besar
manajernya lebihcommit
memilih
untuk menangguhkan pelaporan
to user
perpustakaan.uns.ac.id
38
digilib.uns.ac.id
earnings periode sekarang ke periode mendatang. Hal ini
dikarenakan dengan earnings yang besar akan menyebabkan biaya
politik yang dibayarkan akan lebih besar, seperti pembayaran
pajak. Perusahaan besar lebih sering melakukan hal ini
dibandingkan perusahaan kecil. Karena berhubungan dengan
ukuran perusahaan, hipotesis ini juga disebut Size Hypothesis.
Berdasarkan tiga hipotesis yang dikembangkan Watt dan Zimmerman
dalam teori akuntansi positif di atas, Januarti (2004) menyimpulkan
terdapat 3 hubungan agen dan principal antara:
a. Manajemen dengan pemilik;
b. Manajemen dengan kreditur; dan
c. Manajemen dengan pemerintah.
Agen dan prinsipal merupakan dua pihak berbeda. Masing-masing
memiliki kepentingan tersendiri. Untuk menjembatani dua kepentingan
yang berbeda dengan membuat kontrak kerja.
Prinsipal yang merupakan pihak yang memiliki perusahaan,
memiliki harapan besar investasi yang dilakukannya menghasilkan return.
Para pemegang saham mungkin saja tidak peduli bagaimanapun keadaan
perusahaan, yang mereka inginkan yaitu meningkatnya nilai saham yang
mereka miliki atau mendapatkan deviden seoptimal mungkin. Sementara
di sisi lain, manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan juga
memiliki kepentingan pribadi
yangtotidak
commit
user mungkin dilepaskan dari dirinya.
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perilaku manajer terkadang tidak sesuai harapan prinsipal. Keinginan
setiap orang untuk mendapatkan keuntungan dari usahanya juga
menyertai. Manajer mungkin saja memanfaatkan kelengahan para
pemegang saham yang tidak melakukan pengawasan secara teliti terhadap
operasi perusahaan. Salah satu yang dapat dilakukan manajer yaitu
cenderung akan menggunakan metode akuntansi yang menampakkan laba
usaha yang lebih tinggi untuk mendapatkan bonus. Semakin tinggi
pencapaian laba, maka bonus yang akan didapatkan semakin besar.
Penggunaan metode akuntansi yang menampakkan laba lebih
tinggi oleh manajer inilah yang harus diwaspadai oleh pemegang saham
atau investor yang akan membeli saham suatu perusahaan. Investor harus
pintar dalam memilih saham mana yang memiliki tingkat pengembalian
investasi yang optimal. Oleh karena itu, investor harus tahu cara menilai
kelayakan suatu perusahaan sebelum melakukan investasi padanya.
Investor harus tahu bagaimana kelangsungan hidup perusahaan di masa
mendatang, bagaimana metode untuk mendapatkan nilai laba pada laporan
keuangan, berapa jumlah deviden yang dibagikan, atau hal lain yang
berkaitan dengan perusahaan tersebut. Jika investor tidak teliti dan hanya
asal-asalan berinvestasi, bisa jadi tidak mendapatkan return malah
mendapatkan kerugian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40
digilib.uns.ac.id
2. Teori Sinyal
Perusahaan lebih mengenal tentang dirinya sendiri, sedangkan
investor dan kreditor tidak terlalu mengetahui tentang kondisi perusahaan
tersebut. Perusahaan memiliki informasi lengkap tentang kondisinya.
Investor hanya memiliki informasi yang terbatas tentang perusahaan. Hal
ini lah yang menimbulkan information asymmetric karena terdapat pihak
yang menerima informasi yang tidak seimbang. Investor sebagai pihak
eksternal bisa saja tidak mendapatkan informasi secara memadai tentang
perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang merasa memiliki kepentingan
tertentu bisa saja dengan sengaja tidak memberikan informasi secara
memadai. Selain itu, perusahaan juga bisa menutupi informasi-informasi
yang dapat memberikan pengaruh negatif.
Menurut Scott (2009) terdapat dua macam asimetri informasi,
yaitu:
1. Adverse selection
Timbul karena manajer perusahaan dan orang dalam (insider) lain
yang mengetahui lebih banyak mengenai kondisi terkini dan prospek
mendatang dari suatu perusahaan daripada investor sebagai pihak luar.
2. Moral Hazard
Moral hazard timbul dari ketidakmampuan pemegang saham sebagai
pemilik perusahaan untuk mengamati usaha yang dilakukan manajer.
Seharusnya manajer bekerja untuk kepentingan pemegang saham.
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Namun, jika tidak terawasi maka akan menurunkan intensitas kerjanya
dan berakibat pada rendahnya profitabilitas.
Perusahaan sebagai pihak yang diberi amanat oleh
pemegang
saham seharusnya lebih condong untuk memenuhi kepentingan pemegang
saham. Manajemen sebagai penyedia informasi bagi investor. Dengan
sebab itu, perusahaan memiliki kewajiban untuk memberikan sinyal
tentang informasi kondisi perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat
dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan
keuangan.
Investor
mempertimbangkan
yang
akan
membeli
sinyal
yang
diberikan
saham
perlu
perusahaan
untuk
melalui
pengungkapan informasi akuntansi. Investor dapat melihatnya pada
laporan keuangan yang disusun perusahaan. Investor harus teliti dalam
memahami sinyal yang diberikan perusahaan agar investasi yang
dilakukan memberikan return dan tidak sia-sia.
L. Pengembangan Hipotesis
Penelitian ini juga menguji apakah terdapat perbedaan ROI Investor antara
perusahaan yang memiliki saham dengan Price to Book Value (PBV) di atas ratarata dengan perusahaan yang memiliki saham dengan Price to Book Value (PBV)
di bawah rata-rata. PBV merupakan perbandingan harga pasar saham dengan nilai
buku saham. Semakin besar nilai PBV, semakin mahal harga sahamnya.
Perbedaan ini diuji untuk mengetahui apakah jika seorang investor mengorbankan
commit to user
uang lebih banyak untuk membeli saham yang harganya di atas PBV saham rata-
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rata akan mendapatkan return yang berbeda. Penelitian ini dapat mengetahui
apakah pengorbanan investor dalam membeli saham dengan PBV di atas rata-rata
akan memberikan return yang lebih besar pula.
Untuk mengetahui apakah nilai PBV saham yang di atas PBV rata-rata
memberikan return yang berbeda dengan yang di bawah PBV rata-rata, penulis
melakukan uji beda. Sebelum melakukan pengujian, penulis membuat hipotesis
sebagai berikut:
H0:Tidak terdapat perbedaan Return On Investment (ROI) antara
perusahaan yang nilai Price to Book Value (PBV) sahamnya di atas
rata-rata dengan yang memiliki nilai Price to Book Value (PBV) di
bawah rata-rata.
Ha: Terdapat perbedaan Return On Investment (ROI) antara perusahaan
yang nilai Price to Book Value (PBV) sahamnya di atas rata-rata
dengan yang memiliki nilai Price to Book Value (PBV) di bawah ratarata.
M. Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini menggunakan faktor-faktor berupa harga saham, nilai buku,
nilai nominal, Earnings Per Share (EPS), dan ROI investor yang akan
dibandingkan dengan tingkat bunga deposito (12 bulan). Penilaian ini kemudian
digunakan untuk menentukan apakah sebenarnya investasi pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia layak.
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Investasi pada perusahaan manufaktur akan dilihat dari hasil investasi
berupa return saham yang merupakan pendapatan/pengembalian investasi bagi
investor. Besarnya return saham pada penelitian ini digambarkan dengan Return
On Investment (ROI) investor. ROI investor merupakan hasil bersih yang didapat
investor. Hasil investasi pada perusahaan manufaktur akan dibandingkan dengan
return yang didapat dari deposito. Jika nilai ROI Investor lebih besar dari nilai
deposito, maka investasi pada perusahaan manufaktur disebut layak. Jika nilai
ROI Investor lebih kecil, maka investasi pada perusahaan manufaktur disebut
tidak layak. Gambar 2.1 merupakan kerangka pemikiran penelitian.
Gambar 2.2 menunjukkan kerangka uji beda atas Price to Book Value
(PBV). PBV dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan nilainya yang berada di
atas rata-rata dan yang berada di bawah rata-rata PBV. Uji beda dilakukan pada
dua kelompok PBV tersebut. Kedua kelompok PBV diuji apakah masing-masing
kelompok memberikan ROI bagi investor yang berbeda. Hasil uji beda akan
menperlihatkan apakah PBV yang memiliki nilai di atas dan di bawah rata-rata
memberikan pengaruh berbeda atas ROI investor.
commit to user
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian






harga saham
nilai buku
nilai nominal
laba perlembar saham
ROI Investor
 suku
bunga
(1 tahun)
Layak
Tidak layak
Gambar 2.2
Kerangka Uji Beda
commit to user
deposito
Download