Duodenum

advertisement
MUHAMMAD NURHANIF 1102013182
LI.1.Anatomi Saluran Cerna Bawah
LO.1.1. Makroskopis
Usus Halus dibagi menjadi 3 bagian: Duodenum, Jejenum dan Ileum. Fungsi Utama
usus halus adalah pencernaan dan absorbsi hasil-hasil pencernaan.
Duodenum
Berbentuk huruf C yang
panjangnya 25cm yang
menghubungkan
lambung
dengan
jejenum. Duodenum ini
sangat penting karena
dalam
duodenum
terdapat muara saluran
empedu dan saluran
pankreas.
Duodenum
Terletak pada regio
epigastrium dan regio
umbilicalis dan dibagi dalam 4 bagian:
Bagian Pertama Duodenum
Panjangnya 5cm, dimulai dari pylorus dan berjalan keatas dan belakang pada sisi
kanan vertebra lumbalis pertama. Jadi bagian ini terletak pada bidang transpilorica.
Batas-batas
Anterior
Posterior
Superior
: Lobus Quadratus hati dan kandung empedu
: Bursa Omentalis (hanya 2,5 cm Pertama), a.gastroduodenalis, ductus
choledochus dan V.Porta, serta vena cava inferior.
: Foramen Epiploicum Winslow
Inferior
: Caput Pancreas
Bagian Kedua Duodenum
Panjangnya 8cm.Bagian ini berjalan kebawah didepan hilus ginjal kanan disebelah
kanan vertebra lumbalis kedua dan ketiga.
Batas-batas
Anterior
dan
Posterior
: Fundus Kandung empedu dan lobus kanan hati, colon transversum,
lekukan-lekukan usus halus
: Hilus Ginjal kanan dan ureter kanan.
Lateral
: Colon Ascenden, Flexura coli dextra, dan lobus kanan hati
Medial
: Caput pancreas
Bagian Ketiga Duodenum
Panjangnya 8cm, bagian ini berjalan horizontal kekiri pada bidang subcostalis,
mengikuti pinggir bawah caput pancreas.
Batas-batas
Anterior
terdapat
: Pangkal mesentrium usus halus, AV. Mesenterica superior yang
Posterior
Superior
didalamnya dan lekukan-lekukan jejenum.
: Ureter kanan, M.psoas kanan, V.cava inferior dan aorta
: Caput Pancreas
Inferior
: Lekukan-Lekukan Jejunum
Bagian Keempat Duodenum
Panjangnya 5cm, bagian ini berjalan keatas dan kiri dan kemudia memutar kedepan
pada perbatasan duodenum-jejunum. Disini terlihat jelas lipatan peritoneum yang
dinamakan ligamentum Treitz, berjalan ke atas disebelah kanan crus diaphragma dan
menahan junctura duodeno-jejunalis pada tempatnya.
Batas-batas
Anterior
: Permulaan pangkal mesenterium dan lekukan-lekukan jejunum
Posterior
: Pinggir kiri Aorta dan pinggir medial psoas kiri.
(Sumber : Snell RS. Clinical Anatomi for Medical Student. 3th ed. EGC, Jakarta. 1997)
Lengkung antara pars superior duodeni dan pars descendens duodeni disebut Flexura
duodeni superior.
Lengkung antara pars descendens duodeni dan pars Inferior Duodeni disebut Flexura
duodeni inferior.
Permulaan duodenum yang melebar disebut bulbus duodeni dan berakhir pada
lengkung yang disebut Flexura duodenojejunalis.
Pada duodenum akan bermuara: Ductus
Pancreaticus
accecorius
/
minor
(Santorini, tidak selalu ada), muara lebih
ke oral menonjol disebut pappila
duodeni minor.
Ductus Pancreaticus Major (Wirsungi),
serta ductus choledochus, muara bersama
lebih ke anal, menonjol disebut pappila
duodeni major yang meluas ke kranial
sebagai plica longitudinalis duodeni.
(sumber : Sofwan,Ahmad.Tractus digestivus (Apparatus Digestorius).FK Yarsi.2013.)
Pembuluh arteri yang memperdarahi
separoh bagian atas duodenum adalah a.
Pancreaticoduodenalis superior, suatu
cabang a.gastroduodenalis. Separoh
bawah duodenum diperdarahi oleh
a.pancreaticoduodenalis inferior, suatu
cabang a.mesenterica superior. Vena-vena
duodenum yang sesuai mengalirkan
darahnya ke sirkulasi portal. Vena
Superior mengalirkan langsung ke vena
porta dan vena inferior bermuara pada
vena mesenterica superior.
Pembuluh Limfe Duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan limfe ke atas
melalui nodi lymphatici pancreaticoduodenalis dan kemudian ke nodi lymphatici
coeliacus; dan kebawah, melalui nodi lymphatici pancreatiocoduodenalis ke nodi
lympatici mesentericus superior sekitar pangkal a.mesenterica superior.
Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf parasimpatis (vagus) dari plexus
mesentericus superior dan plexus coeliacus.
(Sumber: Snell RS. Clinical Anatomi for Medical Student. 3th ed. EGC, Jakarta.
1997.)
Jejunum dan Ileum
Panjangnya sekitar 6m, 2/5 bagian atas merupakan jejunum. Jejenum mulai dari
juncuta duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.dalam
keadaan hidup, jejenum dapar dibedakan dari ileum oleh gambaran sebagai berikut:
1. Lekukan-lekukan jejunum terletak pada bagian atas rongga periteneum
dibawah sisi kiri mesocolon transversum; ileum terletak pada bagian bawah
rongga peritoneum dan dalam pelvis.
2. Jejunum lebih besar, berdinding
lebih tebal dan lebih merah
daripada ileum. Dinding jejunum
terasa lebih tebal karena lipatan
mukosa yang lebih permanen
yaitu plica sircularis, lebih besar
lebih banyak dan pada jejunum
lebih berdekatan; sedangkan pada
bagian atas ileum lebar dan pada
bagian bawah lipatan ini tidak
ada.
3. Mesenterium Jejunum melekat
pada dinding posterior abdomen
diatas dan kiri aorta, sedangkan
mesenterium
ileum
melekat
dikanan dan bawah aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk 1-2 arkade dengan
cabang-cabang yang panjang dan jarang yang berjalan ke dinding usus halus.
Ileum menerima banyak pembuluh darah yang pendek, yang berasal dari 3
atau 4 atau lebih arkade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkal dan lemak
jarang ditemukan dekat dinding usus halus. Pada ujung mesenterium ileum
lemak disimpan diseluruh bagian, sehingga lemak ditemukan dari pangkal
sampai dinding usus halus.
6. Kelompok jaringan Limfoid (Agmen Peyer) terdapat pada mukosa ileum
dibagian bawah sepanjang pinggir antimesenterik. Pada orang hidup kelompok
jaringan limfoid ini dapat dilihat pada dinding ileum yang dilihat dari luar.
Pembuluh Arteri yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang
a.mesenterica superior. Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteri dan
berjalan dalam mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh-pembuluh ini
beranastomiasis satu sama lain untuk membentuk serangkaian arkade. Bagian ileum
yang yang terbawah juga diperdarahi oleh a.ileocolica.
Vena Jejunum dan ileum sesuai dengan cabang-cabang a.mesenterica superior dan
mengalirkan darahnya ke v.mesenterica superior.
Pembuluh Limfe Jejunum dan Ileum berjalan melalui banyak nodi lymphatici
mesentericus dan akhirnya mencapai nodi lymphatici mesentericus superior, yang
terletak sekitar a.mesenterica superior.
Saraf untuk Jejunum dan Ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (n.vagus)
dari plexus mesentericus superior.
(Sumber : Snell RS. Clinical Anatomi for Medical Student. 3th ed. EGC, Jakarta. 1997)
Usus Besar
Usus Besar dibagi dalam: Caecum, appendix
vermiformis, colon ascenden, colon transversum,
colon descenden, colon sigmoideum, rectum dan
anus.
Caecum
Caecum adalah bagian usus besar yang terletak
dibawah perbatasan antara ileum dan usus besar.
Caecum Terletak pada fossa iliaca, panjangnya
sekitar 6cm, dan seluruhnya diliputi peritoneum.




Seperti kantong dengan ujung buntu
menonjol kebawah
Terletak pada region ileaca dextra
Dibagian bawah terdapat juncture
ileocolica tempat bermuaranya ileum
Pada sisi media bawah caecum terdapat appendix vermiformis:
o Bentuk seperti cacing dengan panjang 8-13 cm
o Pada orang mati dapat ditemukan beberapa tipe:
 Post caecalis (65%), terletak dibelakang caecum
 Diescending = pelvic type (31%), terletak dibawah ileum
 Subcaecalis (2,6%), terletak dibawah caecum
 Ante ilei (1,0%), terletak didepan ileum
 Post ilei (0,4%) terletak di belakang ileum
o Letak diregio iliaca
o Pada orang hidup dapat ditemukan semua type, karena caecum
selalu berkontraksi sehingga ujung appendix berubah-ubah,
sedangkan pada orang mati tetap
o Pada orang hidup dapat ditemukan 2 type:
 Mobile type, bias berubah-ubah dapat ditemukan pada
semua type
 Fixed type, tetap dapat ditemukan bila ujung appendix pada
peritoneum dan type retrocaecal
o Appendix punya penutp peritoneum yang lengkap pada bagian
bawah usus halus diesbut mesiappendix
o Cara pemeriksaan appendix vermiformis dengan sepertiga titik
MC. Burney
o Letak taenia pada colon transversum :
Perlekatan alat penggantung
dibelakang disebut taenia
mesocolica
 Perletakatan
omentum
majus dimuka disebut taenia
omentalis
 Diding caudal tidak ada alat
yang melekat disebut taenia
libera
o Taenia ini, berkas longitudinale,
karena lebih pendek dari stratum
circulare, mengakibatkan stratum
circulare melipat-lipat. Lipatan
keluar disebut haustra dan lipatan
kedalam disebut plica semilunaris.
o Lekuk diantara haustra disebut
incisura
o Pada caecum dilengkapi valvula
ileocolica (valvula ileocaecalis)
yang terdiri dari labium superios
dan labium inferior. Labium ini dibentuk oleh lipatan stratum
circular eke ventral dan dorsal membentuk frenulum

(sumber : Sofwan,Ahmad.Tractus digestivus (Apparatus Digestorius).FK Yarsi.2013.)
Batas-batas
Anterior : lekukan-lekukan usus halus, sebagian
omentum majus, dinding anterior abdomen
pada regio iliaca kanan
Posterior : M.psoas dan M.iliacus, n.Femoralis,
dan n.cutaneus femoralis lateralis. Appendix
vermiformis sering ditemukan di belakang
caecum
Colon ascenden
panjangnya sekitar 13cm dan terletak pada reegio iliaca kanan. Colon ascenden
berjalan ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus kanan hati, dimana
kolon ascenden secara tajam ke kiri, membentuk Flexura coli dextra, dan dilanjutkan
sebagai colon Transversum. Peritoneum menutupi pinggir dan permukaan depan
colon ascenden dan menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen.
Batas-batas
Anterior : lekukan usus halus, omentum majus,
dan dinding anterior abdomen
Posterior : m.iliacus, crista iliaca, m.quadratus
lumborum, origo m.transversus abdominis dan
kutub bawah ginjaln kanan. N ilihypogastricus
dan ilioinguinalis berjalan dibelakangnya.
Pembuluh arteri yang memperdarahi colon
ascenden adalah a.iliocolica dan a.colica dextra
yang merupakan cabang a.mesenterica superior.
Vena sesuai dengan arterinya dan mengalirkan
darahnya ke V.mesenterica superior.
Kelenjar limfe mengalirkan cairan limfe ke
kelenjar limfe yang terletak sepanjang perjalanan av.colica dan akhirnya mencapai
nodi lymphatici mesentericus superior.
Saraf colon ascenden berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (n.vagus) dari
plexus mesentericus superior.
(Sumber : Snell RS. Clinical Anatomi for Medical Student. 3th ed. EGC, Jakarta. 1997)
Colon Transversum
Panjangnya sekitar 38cm dan berjalan menyilang abdomen, menduduki regio
umbilicalis dan hipogastricum. Colon transversum mulai pada flexura coli dextra
(flexura hepatica) dibawah lobus kanan hati dan tergantung kebawah, tergantung pada
mesocolon transversum. Kemudian colon ini berjalan keatas sampai flexura coli
sinistra (flexura lienalis) tepat inferior terhadap limpa. Flexura coli sinistra lebih
tinggi daripada Flexura coli dextra dan tergantung pada diphragma oleh ligamentum
phrenicocolica.
Mesocolon transversum melekat pada pinggir superior colon transversum, dan lapisan
posterior omentum majus melekat pada pinggir inferior. Karena panjang mesocolon
transversum sangat variabel dan dapat mencapai pelvis.
Batas-batas
Anterior
Posterior
jejunum dan
: omentum majus, dan dinding anterior abdomen
: bagian kedua duodenum, caput pancreas, dan lekukan-lekukan
ileum.
Pembuluh arteri 2/3 proksimal colon Transversum adalah a.colica media, suatu
cabang a.mesenterica superior. 1/3 distal diperdarahi oleh a.colica sinistra, suatu
cabang dari a.mesenterica inferior.
Vena-vena sesuai arterinya mengalirkan darah ke v.mesenterica inferior.
Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe yang terletak sepanjang
perjalanan av.colica. cairan limfe dari 2/3 proksimal colon transversum akan masuk
ke nodi lymphatici mesentericus superior. Sedangkan 1/3 distalnya akan masuk ke
nodi lymphatici inferior.
Saraf yang mempersarafi colon transversum berasal dari saraf simpatis dan n.vagus
dan dari saraf parasimpatis pelvis. Serabut simpatis berjalan dari plexus mesentericus
superior dan inferior. Serabut-serabut n.vagus hanya mempersarafi 2/3 proksimal
colon transversum; 1/3 distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis n.pelvicus.
(Sumber : Snell RS. Clinical Anatomi for Medical Student. 3th ed. EGC, Jakarta. 1997)
Colon descenden
Panjangnya sekitar 25 cm dan terletak pada regio iliaca kiri. Colon descenden berjalan
ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis. Peritoneum meliputi
permukaan depan dan pinggir-pinggir dan menghubungkannya dengan dinding
posterior abdomen.
Batas-batas
Anterior
abdomen.
Posterior
: lekukan-lekukan usus halus, omentum majus, dan dinding anterior
: pinggir lateral ginjal kiri, origo m.transversus abdominis, m.quadratus
lumborum, crista iliaca, m.iliacus, dan m.psoas kiri,
n.iliohypogastricus dan n.ilioinguinalis, n.cutaneus femoris lateralis
dan n.femoralis.
Pembuluh arteri yang memperdarahi colon descenden adalah a.colica sinistra dan
a.sigmoidea (a. colica inferior sinistra) yang merupakan cabang a.mesenterica inferior.
Vena-vena sesuai dengan arterinya, mengalirkan darah ke v.mesenterica inferior.
Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe yang terletak sepanjang
perjalanan av. Colica, dan cairan limfe akhirnya menuju ke nodi lymphatici
mesentericus inferior yang terletak sekitar origo a.mesenterica inferior.
Saraf yang mempersarafi colon descenden berasal dari serabut-serabut simpatis dari
plexus mesentericus inferior dan saraf parasimpatis n.pelvicus.
(Sumber : Snell RS. Clinical Anatomi for Medical Student. 3th ed. EGC, Jakarta. 1997)
Colon sigmoideum
Panjangnya 25-38cm
Batas-batas
Anterior:
Pada pria : Vesica urinaria
Pada wanita : Permukaan posterior uterus dan bagian atas vagina
Posterior: Rectum dan Sacrum
Perdarahan oleh rami sigmoideus a.mesenterica inferior
Vena-venanya oleh vena colon sigmoideum dipercabangkan di sistem vena porta
Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke kelanjar limfe sepanjang a.sigmoidea; dari
kelenjar limfe ini cairan limfe dialirkan nodi lymphatici mesenterica inferior.
Persarafan Plexus hypogastricus inferior. Sara berjalan ke atas pada atap mesocolon
sigmoideum.
LO.1.2.
Mikroskopis
Usus halus (Intestinum Tenue)
Merupakan saluran berkelok-kelok, panjangnya kira-kira 5 meter. Usus ini terbentang
dari batas lambung sampai ke usus besar atau kolon. Usus halus dibagi dalam 3
bagian: Duodenum, Jejenum, Ileum. Peralihan dan perbedaan mikroskopik ketiga
segmen hanya sedikit.
Duodenum
Terdiri Atas 4 Lapisan :
 Mukosa
o Plika Sirkularis adalah lipatan atau peninggian mukosa permanen, berjalan
berpilin dan terjulur kedalam lumen usus; plika yang paling besar terdapat
di bagian proksimal usus halus yang merupakan tempat sebagian besar
absorbsi berlangsung dan makin mengecil ke arah ileum.
o Vili Intestinal adalah Tonjolan permanen mirip jari pada lamina propria
mukosa yang juga terjulur kedalam
lumen. Vili ditutupi oleh epitel
selapis silindris dan lebih banyak
terdapat di bagian proksimal usus
halus. Pusat jaringan ikat setiap vilus
mengandung kapiler limfatik yang
disebut lakteal, kapiler darah dan
berkas otot polos. Terdapat sel-sel
goblet yang terpulas pucat dan kelenjar intestinal tubular pendek (kripti
Lieberkuhn) didalam lamina propria. Lamina Propria juga mengandung
serat-serat jaringan ikat halus dengan sel retikulum, jaringan limfoid difus
dan/atau limfonoduli.
o Mikrovili adalah juluran sitoplasma yang menutupi apeks sel-sel absorptif.
Dalam Mikroskop cahaya mikrovili tampak sebagai striated (brush) border.
 Submukosa
o Di duodenum hampir seluruh submukosanya diisi oleh kelenjar duodenal
tubular yang sangat bercabang (Kelenjar Brunner).
o Di antara lapisan mukosa dan submukosa dipisahkan oleh mukosa
muskularis
 Muskularis Eksterna
o Lapisan Circularis dalam
o Lapisan Longitudinal Luar
o Sel-sel ganglion parasimpatis pleksus saraf mienterikus (Auerbach)
 Serosa (Peritoneum Viseral) Mengandung sel-sel jaringan ikat, pembuluh
darah, dan sel-sel lemak.
Jejenum dan Ileum
Histologi nya serupa dengan duodenum , perkecualiannya adalah tidak ada
kelenjar duodenal (Brunner)
yang hanya tebatas pada
bagian
duodenum.
Vili
memiliki
ukuran
yang
bervariasi pada bagian-bagian
usus halus berbeda. Dibagian
akhir
ileum,
terdapat
kumpulan limfonoduli (plak
peyer)
dengan
interval
tertentu.
Pada dasar kelenjar intestinal / kriptus liberkuhn dapat ditemukan
1. Sel Paneth : Berbentuk Piramid,
Granul
asidofilik
besar
mendesak inti kedasar sel
2. Sel Enteroendokrin : Granul
halus dibagian basal sitoplasma,
inti diatas granul
3. Sel Miotik
Usus Besar
Usus besar terdapat di antara anus dan
ujung terminal ileum. Usus besar tediri atas
segmen awal sekum, kolon asenden, kolon
transversum, kolon desenden, kolon
sigmoid, rektum dan anus. Pada usus Besar
Sel goblet jumlah nya semakin banyak,
bertambah dari sekum sampai kolon
sigmoid. Usus Besar tidak memiliki plika
sirkularis dan vili intestinal, sel paneth dan
sel enteroendokrin. Kelenjar usus /
intestinal lebih dalam daripada usus halus.
Mukosa
Pada Gambar sediaan ini menampakan lipatan Temporer yang bersifat sementara.
Dilapisi oleh epitel selapis silindris dengan sel goblet dan sedikit mikrovili. Epitel
ini berlanjut kedalam kelenjar intestinal, tempat terdapatnya banyak sel goblet
yang terpotong memanjang, melintang atau oblik.
Lamina propria seperti pada usus halus, mengandung banyak jaringan limfoid
difus disebut limfonodus. Terdapat muskularis mukosa, submukosa.
Muskularis Eksterna tampak lain, lapisan memanjang muskularis eksterna disusun
berupa untaian serat otot polos yang disebut taenia koli. Ganglia parasimpatis
pleksus mienterikus, terlihat diantara lapisan otot muskularis eksterna.
Serosa menutupi kolon transversum dan kolon sigmoid, tetapi kolon asenden dan
desenden letaknya retroperitoneal dan lapisan luar permukaan posteriornya adalah
Adventisia.
Apendiks
Potongan melintang dari appendiks
vermiformis dengan pembesaran lemah.
Secara struktural mirip kolon, kecuali
beberapa modifikasi yang khas untuk
appendiks.
Kelenjar intestinal pada Appendiks
kurang berkembang, lebih pendek, dan
sering berjauhan letaknya. Disini terdapat
sangat banyak limfonoduli dengan pusat
germinal, dan sangat khas untuk appendiks.
Rektum
Histologi potongan melintang
melalui rektum bagian atas tampak
serupa dengan kolon; lapisan
dindingnya sama, termasuk unsurunsur setiap lapisan. Kecuali
lapisan otot longitudinal yang
mengelilingi
lumen.
Lipatan
memanjang pada rektum bagian
atas dan kolon bersifat sementara.
Lipatan memanjnag permanen pada
rektum bagian bawah, yaitu saluran
atau liang anus.
Muskularis Eksternanya kembali seperti saluran cerna lainnya yakni sirkular
dalam dan longitudinal luar. Adventisia menutupi bagian rektum dan serosa
menutupi sisanya.
Liang Anus
Terdapat 2 bagian : bagian liang
atas anus (merupakan bagian
terbawah rektum) dan Bagian
liang bawah anus yang dibatasi
oleh taut anorektal yang terjadi
pada bagian apeks Valvula ani.
Bagian
mukosanya
serupa
dengan mukosa kolon namun
kelenjar intestinal lebih pendek
dan lebih longgar susunannya.
Limfonodulinya lebih banyak.
Mukosa
Muskularis
dan
kelenjar intestinal berakhir di
dekat Valvula ani. Lamina
Propria Rektum diganti oleh
jaringan ikat padat tidak teratur lamina propria liang anus yang merupakan daerah
yang sangat vaskular; Pleksus Vena Hemoroidal internaterletak didalam mukosa
liang anus.
Lapisan otot sirkular eksterna bertambah tebal dibagian atas liang anus dan
membentuk sfingter ani interna. Dibagian bawah sfingter ani interna diganti oleh
otot rangka sfingter ani eksterna. Diluar sfingter ini terdapat muskulus levator ani.
Lapisan longitudinal muskularis eksterna menipis dan hilang di jaringan ikat
sfingter ani eksterna.
(Sumber : Eroschenko VP. Atlas Histologi Di Fiore. 9th ed.Penerbit Buku
Kedokteran.EGC.2001)
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Usus
Biokimia Usus
 Usus halus
Usus halus memiliki tiga bagian yaitu, usus dua belas jari (duodenum), usus
tengah (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Suatu lubang pada dinding duodenum
menghubungkan usus 12 jari dengan saluran getah pancreas dan saluran empedu.
Pankreas menghasilkan enzim tripsin, amilase, dan lipase yang disalurkan menuju
duodenum. Tripsin berfungsi merombak protein menjadi asam amino. Amilase
mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantung
empedu. Getah empedu disalurkan ke duodenum. Getah empedu berfungsi untuk
menguraikan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian ini terjadi
pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap. Zat-zat makanan setelah
melalui jejunum menjadi bentuk yang siap diserap. Penyerapan zat-zat makanan
terjadi di ileum. Glukosa, vitamin yang larut dalam air, asam amino, dan mineral
setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh darah dan diedarkan
ke seluruh tubuh. Asam lemak, liserol, dan vitamin yang larut dalam lemak setelah
diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh getah bening dan akhirnya
masuk ke dalam pembuluh darah.
 Usus besar
Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke dalam usus
besar. Usus besar terdiri atas usus buntu (appendiks), bagian yang menaik (ascending
colon), bagian yang mendatar (transverse colon), bagian yang menurun (descending
colon), dan berakhir pada anus. Bahan makanan yang sampai pada usus besar dapat
dikatakan sebagai bahan sisa. Sisa tersebut terdiri atas sejumlah besar air dan bahan
makanan yang tidak dpat tercerna, misalnya selulosa.
Usus besar berfungsi mengatur kadar air pada sisa makanan. Bil kadar iar pada
sisa makanan terlalu banyak, maka dinding usus besar akan menyerap kelebihan air
tersebut. Sebaliknya bila sisa makanan kekurangan air, maka dinding usus besar akan
mengeluarkan air dan mengirimnya ke sisa makanan. Di dalam usus besar terdapat
banyak sekali mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa-sisa makanan
tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-gas yang berbau
disebut tinja (feses) dan dikeluarkan melalui anus.

PENCERNAAN KARBOHIDRAT
Pencernaan karbohidrat terjadi terutama di usus kecil. Enzim amilase yang
disekresi pank-reas, dengan pH optimum 7 memerlukan ion Cl secara mutlak,
menghidrolisis amilosa menjadi maltosa dan glukosa. Amilum (starch) dan glikogen
yang telah mengalami hidrasi (hydrated starch) akan dicerna oleh amilase pankreas
dan menghasilkan maltosa [α-Glk(1 →4)Glk], trisa-karida maltotriosa [α-Glk(1 → 4)
αGlk(1 → 4) Glk], a-limit dextrins dan sedikit glukosa. Dapat juga menghasilkan
isomaltosa.
Amilase merupakan endopolisakaridase jadi tidak bisa memotong glukosa yang
terletak di ujung cabang; α-amilse tidak bisa memutus ikatan α-(1 → 4) pada glukosa
yang terletak pada titik cabang
Enzim-enzim yang dapat menghidrolisis disakarida terdapat pada "brush border",
dengan nama umum disakaridase. Hasil utama hidrolisis disakarida adalah glukosa,
galaktosa, dan fruk-tosa. Monosakarida yang telah diserap masuk ke vena porta
setelah melalui hepar dan jantung beredar keseluruh tubuh. Selulosa tidak dapat
dicerna oleh manusia, akhirnya akan dikeluarkan bersama/membentuk feses.
Monosakarida diserap dengan kecepatan yang berbeda. Urutan menurut kecepatannya
adalah sebagai berikut : galaktosa, glukosa, fruktosa, mannosa, xilosa (xylosa) dan
arabinosa. Galak-tosa dan glukosa diserap secara aktif.
Fungsi Usus
 Usus Halus (intestinum tenue)
Usus halus mempunyai 2 fungsi utama pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi
dan air. Semua akitivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses
ini.
 Usus Besar (intestinum crissum)
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit,
yang sudah nampir lengkap pada kolon. bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi
sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi
berlangsung.
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Usus
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat
melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam
empedu dan molekul-molekul. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam
empedu karena merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung
hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap keluar menuju
medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan
kolesterol. Jadi asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin-vitamin yang larut
dalam lemak dipertahankan dalam larutan sampai mereka dapat di absorbsi oleh
permukaan sel epitel.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
enteriukus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorbsi. Enzim-enzim utama pencernaan
adalah kelenjar ludah menghasilkan amylase (ptyalin) ludah; kelenjar ludah
menghasilkan pepsin dan lipase lambung; mukosa duodenum menghasilkan
enterokinase; kelenjar eksokrin pankreas menghasilkan tripsin, kemotripsin,
karbosipeptidase, nuclase, lipase pankreas; amilase pankreas; hati menghasilkan asam
empedu (bukan enzim), kelenjar usus menghasilkan aminopeptidase, dipeptidase,
maltase, lactase, sukrosa, lipase usus, nucleotidase.
Dua hormon penting dalam pengaturan usus. Lemak yang bersentuhan dengan
mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kantong empedu yang diperantarai oleh
kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencemaan tak lengkap yang bersentuhan dengan
mukosa duodenum, merangsang sekresi getah pankreas yang kaya akan enzim; hal ini
diperantarai oleh kerja pankreozimin.
Parikreozimin dan kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama,
yang mempunyai efek berbeda, hurmon ini dinamakan CCK (beberapa buku teks
menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini dihasilkan oleh mukosa duodenum.
Asam yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan dikeluarkan hormon lain,
sekretin dan jumlah yang keluarkan sebanding dengan asam yang mengalir melalui
duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang mengandung bikarbonat dari
pankreas, dan empedu dari hati.Sekretin memperbesar kerja CCK.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakkan peristaltik mendorong isi dari
salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal
dan suplai kontinue isi lambung.
Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pengamatan karbohidrat, lemak dan
protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui dindirig
usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel- sel tubuh. Selain itu air,
elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi. Absorbsi berbagai zat berlangsung dengan
mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian besar kurang dimengerti.
Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam duodenum dan abscrbsi kalsium
memerlukan vitamin D, vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K) diabsorbsi
dalam duodenum dan memerlukan garam-garam empedu. Asam folat dan vitaminvitamin lain yang larut dalam air juga diabsorbsi di duodenum. Absorbsi gula, asamasam amino dan lemak sebagian besar diselesaikan menjelang kimus mencapai
jejunum. Absorbsivitamin B12 berlangsung pda ileum terminal melalui mekanisme
transport khusus yang memerlukan faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asamasam empedu yang dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk
membantu pencernaan lemak, akan diabsorbsi pada ileum terminal dan masuk kembali
ke hati. Siklus ini dinamakan sirkulasi enterohepatik garam-garam empedu dan sangat
penting dalam mempertahankan cadangan empedu.
Dengan demikian asam-asam atau garam-garam empedu mampu bekerja mencenakan
leniak berkali-kali sebelum dikeluarkan dalam feses.
Penyakit atau reseksi ileum terminal dapat menyebabkan deifisiensi garam-garam
empedu dan mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam- garam empedu dalam
jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan iritasi kolon dan diare.
 Usus Besar
Kolon mengabsorbsi sckitar 600 ml air per/ hari, bandingkan dengan usus halus yang
mengabsorbsi sekitar 8 000 ml. Kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 2000
ml/hari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya karena adanya kiriman yang berlebihan
dan ileum, maka akan terjadi diare.
Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 g, 75% diantaranya berupa air.
Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak diabsorpsi, bakteri, sel epitel yang
mengelupas, dan mineral yang tidak diabsorbsi.
Sedikitnya pencernaan yang terjadi di usus besar terutama diakibatkan oleh bakteri dan
bukan karena kerja enzim. Usus besar mengsekresikan mucus alkali yang tidak
mengandung enzim. Mukus ini bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa.
Bakteri usus besar munsintesis vitamin K. dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh
bakteri dari sisa-sisa protein menjadi asam amino dan zat- zat yang lebih sederhana
seperti peptida, indol, skatol, fenol dan asam lemak.
Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2 dan CH4 membantu pembentukan
flatus di kolon. Beberapa subtansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lainnya
diabsorpsi dan diangkut ke hati di mana zat-zat ini akan diubah manjadi senyawa
yzng kurang toksik dan diekskresikan melalui kemih. Fermentasi bakteri pada sisa
karbohidrat juga melepaskan CO2 , H2 dan CH4 yang merupakan komponen flatus.
Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1.000 ml flatus. Kelebihan gas dapat
terjadi pada aerofagia (menelan udara secara berlebihan) dan pada peningkatan gas di
dalam lumenusus, yang biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan.
Makanan yang mudah membentuk gas seperti kacang-kacangan mengandung
banyakkarbohidrat yang tidak dapat dicerna.
Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar yarg
khas adalah gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau haustra teregang dan
dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontrasi untuk mengosongkannya.
Pergerakannya tidak progresif, tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan
meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk absorbsi. Terdapat dua jenis
peristaltik propulsif;
(1) kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak
ke depan, menyumbat beberapa haustra, dan
(2) penstaltik massa, merupakan kontraksi yang mengbatkan segmen kolon. Gerakan
peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks
gastrokolik setelah makan, khususnya setelah makanan pertama masuk pada hari itu.
d. Fisiologi Defekasi
Propulsi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan merangsang
refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh stingier ani eksterna dan interna. Sfingter
interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah
kontrol volunter. Refleks defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan
keempat dari medula spinalis.
Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan
bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu
rektum yang mengalami distensi -berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga
menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter intema dan
ekstema berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa feses.
Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen yang terjadi
akibat kontraksi volunter otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara
terus- menerus dari otol-otot abdomen (menuver ata'i peregangan valsava). Defekasi
dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot sfingtcr ekstema dan levator ani.
Dinding rektum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi
menghilang. Kelainan dari proses defekasi adalah konstipasi dan diare. Konstipasi
terjadi karena kegagalan pengosongan rektum saal terjadi peristaltik massa.
Bila defekasi tidak sempurna, rektum relaksasi dan hasrat untuk defekasi hilang. Air
tetap terus diabsorpsi dari massa feses, menyebabkan feses menjadi keras, sehingga
defekasi selaniutnya lebih sukar. Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi
defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/ hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari
200 g/hari) dan konsistensi (feses cair) hal ini biasanya dihubungkan dengan
dorongan, ketidaknyamanan perianal, inkontinensia atau kombinasi dari faktor-faklor
ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorbsi mukosa
atau motilitas dapat menyebabkan diare. Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan
tertentu (penggantian hormone tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik
kemoterapi dan antasida), pemberian makanan per selang, gangguan metabolik dan
endokrin (diabetes, addisnn, tirotoksikosis) serta proses infeksi virus/bakteri (disentri,
shigelosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang dihubungkan dengan diare
adalah gangguan nutrisi dan malabsorbsi (sindrom usus peka, kolitis ulseratif, enteritis
regional, dan penyakit seliaka) defisit sfingter anal, sindrom, zollinger - ellison,
paralitik ileus dan obstruksi usus.
Frekuensi defekasi meningkat bsrsamaan dengan meningkatnya kandungan cairan
dalam feses. Pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh usus (borborigimus),
anoreksia dan haus. Kontraksi spasmodik vang nyeri dan peregangan yang tidak
efektif pada anus (tenesmus), dapat terjadi pada setiap defekasi.
Feses berair adalah karakteristik dari penyakit usus halus, sedangkan feses semi padat
lebih sering dihubungkan dengan gangguan kolon. Feses yang sangat besar dan
berminyak menunjukkan malabsorbsi usus, dan adanya mukus dan pus dalam feses
menunjukkan enteritis inflamasi atau kolitis.
LO 3. Memahami dan Menjelaskan Ileus Obstruktif
LO 3.1 Definisi
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik,
partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma
dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
LO 3.2 Epidemiologi
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson,
2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap
tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan
obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun
2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia
LO 3.3 Etiologi
1. Perlengketan :
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pasda
jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2. Intusepsi :
Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya
akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya
oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling
sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum
kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum
kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3. Volvulus :
Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian
menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat
distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada
mesentriumnya
4. Hernia :
Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen
atau defek di dinding rongga peritoneum yang memungkinkan terbentukkan
tonjolan peritoneum mirip kantong yang dilapisi serosa
5. Tumor :
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus.
6. Inkarserasi (terperangkap)  massa visera yang meningkat di dalam hernia
sehingga massa tersebut terperangkap akibat adanya stasis dan edema secara
permanen.
7. Strangulasi  gangguan lebih lanjut dimana pasokan darah dan drainase
menyebabkan infark segmen yang terperangkap
LO 3.4 Klasifikasi
Ada dua tipe obstruksi yaitu :
1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik.
Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat
karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan
neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan
abses.
2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan
peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes
mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok :
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar
1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah.
2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis
atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh
toksin dari jaringan gangren.
3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar
suatu gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua :
1. Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum
2. Ileus obstruktif usus besar
Obstruksi mekanik, menurut lokalisasinya dibagi menjadi :
1. Obstruksi mekanik rendah
Obstruksi mulai dari caecum sampai anorektal. Obstruksi ini paling banyak
disebabkan oleh tumor ganas, penyebab lainnya adalah :
- Volvulus
- Scibala
- Paralise colon distal (pseudoparalise)
2. Obstruksi mekanik tinggi
Menurut letaknya dapat dibedakan menjadi :
a. Obstruksi diatas pylorus, dapat disebabkan :
- Stenosis pylorus
- Strictur
- Obstruksi oleh karena keganasan
- Bezoar
Pada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah : muntah-muntah dimana
muntahannya dapat dirasakan seperti asam lambung, serangan rasa nyeri lebih
sering, distensi abdomen agak kurang.
b. Obstruksi dibawah pylorus. Obstruksi terjadi mulai dari pylorus sampai
ileocaecal junction, obstruksi ini sering ditemukan pada :
- Adhesion (perlengketan)
- Hernia interna
- Volvulus
- Gumpalan Ascaris
Pada obstruksi ini muntahannya faeculent (feces) warna kuning seperti tinja.
Serangan nyeri perut agak jarang, tetapi perut lebih distensi.
LO 3.5 Patofisiologi
Etiologi1  penyumbatan intestinal  penyempitan lumen usus  pasase lumen usus terganggu
Bagian proksimal3 obstrusi tersumbat  Pengumpulan isi lumen2
Distensi4
Tekanan intralumen
Iskemik
Kehilangan cairan ke
Peritoneum
sekresi kelenjar pencernaan
akumulasi cairan dan gas
terus bertambah
aliran air dan Na +
- Dehidrasi
- Hipotensi
seluruh bagian obstruksi
menyumbat
Nekrosis
Permabilitas
hiperperistaltik
-
Kolik abdomen
Muntah
Kehilangan cairan dan elektrolit
-
Perfusi jaringan
Asidosis metabolit
Syok hipovolumik
LO 3.6 Manifestasi klinis
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung :
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok
hypovolemik, pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap
setiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus
diperiksa.
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi bersifat
kolik. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul setiap
4 sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit
pada ileus obstruktif usus besar. Nyeri dari ileus obstruktif usus halus biasanya
terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang dari ileus
obstruktif usus besar biasanya tampil dengan nyeri intaumbilikus. Dengan
berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang
peristaltik menjadi jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda
dan diganti oleh pegal generalisata menetap di keseluruhan abdomen.
Jika nyeri abdomen terlokalisasi baik, parah, menetap dan tanpa remisi, maka
ileus obstruksi strangulata harus dicurigai. Muntah refleks ditemukan segera setelah
mulainya ileus obstruksi yang memuntahkan apapun makanan dan cairan yang
terkandung, yang juga diikuti oleh cairan duodenum, yang kebanyakan cairan
empedu. Setelah mereda, maka muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika
ileus obstruktif usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri
dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan regurgitasi,
sehingga tak terlihat distensi. Jika ileus obstruktif usus besar, maka muntah timbul
lambat dan setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk
(fekulen) sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnasi.
Karena panjang usus yang terisi dengan isi demikian, maka muntah tidak
mendekompresi total usus di atas obstruksi (Sabiston, 1995).
Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan
makin membesar bila semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltik
terkadang dapat dilihat. Gejala ini terlambat pada ileus obstruktif usus besar dan
bisa minimal atau absen pada keadaan oklusi pembuluh darah mesenterikus.
Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut ( dimana feses
dan gas tidak bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa keluar) (Winslet,
2002). Kegagalan mengerluarkan gas dan feses per rektum juga suatu gambaran
khas ileus obstruktif. Tetapi setelah timbul obstruksi, usus distal terhadap titik
ini harus mengeluarkan isinya sebelum terlihat obstipasi. Sehingga dalam ileus
obstruktif usus halus, usus dalam panjang bermakna dibiarkan tanpa terancam di
usus besar. Lewatnya isi usus dalam bagian usus besar ini memerlukan waktu,
sehingga mungkin tidak ada obstipasi, selama beberapa hari. Sebaliknya, jika ileus
obstruktif usus besar, maka obstipasi akan terlihat lebih dini. Dalam ileus
obstuksi sebagian, diare merupakan gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi
(Sabiston, 1995).
Dehidarasi umumnya terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan
muntah yang berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit
kering dan lidah kering, pengisian aliran vena yang jelek dan mata gantung dengan
oliguria. Nilai BUN dan hematokrit meningkat memberikan gambaran polisitemia
sekunder.
Hipokalemia bukan merupakan gejala yang sering pada ileus obstruktif
sederhana. Peningkatan nilai potasium, amilase atau laktat dehidrogenase di
dalam serum dapat sebagai pertanda strangulasi, begitu juga leukositosis atau
leukopenia. Pireksia di dalam ileus obstruktif dapat digunaklan sebagai petanda:
1. Mulainya terjadi iskemia
2. Perforasi usus
3. Inflamasi yang berhubungan denga penyakit obsruksi
Hipotermi menandakan terjadinya syok septikemia. Nyeri tekan abdomen yang
terlokalisir
menandakan
iskemia
yang mengancam atau sudah terjadi.
Perkembangan peritonitis menandakan infark atau perforasi.
Sangat penting untuk membedakan antara ileus obstruktif dengan strangulasi
dengan tanpa strangulasi, karena termasuk operasi emergensi. Penegakan
diagnosa hanya tergantung gejala kilnis. Sebagai catatan perlu diperhatikan
(Winslet, 2002):
1. Kehadiran syok menandakan iskemia yang sedang berlansung
2. Pada strangulasi yang mengancam, nyeri tidak pernah hilang total
3. Gejala-gejala biasanya muncul secara mendadak dan selalu berulang
4. Kemunculan dan adanya gejala nyeri tekan lokal merupakan tanda yang
sangat penting, tetapi, nyeri tekan yang tidak jelas memerlukan penilaian
rutin.
Pada ileus obstruktif tanpa strangulasi kemungkinan bisa terdapat area
dengan nyeri tekan lokal pada tempat yang mengalami obstruksi; pada
strangulasi selalu ada nyeri tekan lokal yang berhubungan dengan kekakuan
abdomen.
1. Nyeri tekan umum dan kehadiran kekakuan abdomen/rebound tenderness
menandakan perlunya laparotomy segera.
2. Pada kasus ileus obstruktif dimana nyeri tetap asa walaupun telah
diterapi konservatif, walaupun tanpa gejala-gejala di atas, strangulasi tetap
harus didiagnosa.
3. Ketika srangulasi muncul pada hernia eksternal dimana benjolan tegang,
lunak, ireponibel, tidak hanya membesar karena reflek batuk dan
benjolan semakin membesar.
Pada ileus obstruksi usus besar juga menimbulkan sakit kolik abdomen yang
sama kualitasnya dengan sakit ileus obstruktif usus halus, tetapi intensitasnya
lebih rendah. Keluhan rasa sakit kadang-kadang tidak ada pada penderita lanjut
usia yang pandai menahan nafsu. Muntah-muntah terjadi lambat, khususnya bila
katup ileocaecal kompeten. Muntah-muntah fekulen paradoks sangat jarang.
Riwayat perubahan kebiasaan berdefekasi dan darah dalam feses yang baru
terjadi sering terjadi karena karsinoma dan divertikulitis adalah penyebab yang
paling sering. Konstipasi menjadi progresif, dan obstipasi dengan ketidakmapuan
mengeluarkan gas terjadi. Gejala-gejala akut dapat timbul setelah satu minggu.
LO 3.7 Diagnosis dan Diagnosis banding
Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia. Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan
di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan di
sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna kehijaun
dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen
harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen.
Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus (Gambar 2.4) yang bisa
bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.
Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik
(Sabiston, 1995; Sabara, 2007)
2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun
atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau
rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal.
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik
gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa
tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di
atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising
usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa
juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata.
COLOK DUBUR
Pemeriksaan colok dubur atau digital rectal examination adalah pemeriksaan rektum
bagian bawah. Dokter menggunakan jari dalam sarung tangan yang dilumasi untuk
memeriksa adanya kelainan.
Beberapa penyakit yang dapat diketahui melalui pemeriksaan colok dubur :
1. Wasir (haemorrhoid). Ada yang di luar (eksterna) dan di dalam (interna). Bila
diluar, langsung keliatan tanpa perlu memasukkan jari ke anus, sedangkan yang
interna, perlu memasukkan jari ke anus.
2. Tumor dubur. Dapat langsung terlihat saat pasien mengedan sebelum
memasukkan tangan, tapi apabila tumornya di dalam dan tidak terlihat, perlu
memasukkan tangan juga.
3. Trauma usus. Biasanya ada darah saat kita memasukkan jari ke anus. Tentu saja
sebelumnya pasien harus ada riwayat trauma pada daerah dada atau daerah perut.
Tapi belum diketahui traumanya disebabkan oleh usus atau otot saja. Bila di
sarung tangan kita ada darah, hampir pasti kalo pasien tsb juga mengalami trauma
pada ususnya, sehingga ususnya berdarah.
4. Gangguan prostat. Pembesaran prostat/ tumor prostat juga bisa ditegakkan tanpa
perlu periksa PSA (Prostat Spesific Antigen). Kalo periksa PSA ini perlu pake lab
(lebih mahal). Tapi untuk prostat perlu jari yang panjang dan agak menjorok
masuk, karena letak prostat di dalam.
5. Kalo didapatkan feces saat pemeriksaan, langsung fecesnya bisa diperiksa lebih
lanjut. Kalo terlihat feces berwarna hitam (melena) atau merah (hematokhezia),
kemungkinan ada perdarahan di saluran pencernaan.
Masih banyak penyakit-penyakit lain yg dpt diketahui, bahkan sampai penyakit
kelamin pun bisa diketahui.
Bagaimana cara melakukan pemeriksaan ?
Pertama, buka lipatan pantat sampai ketemu lubang anusnya, lalu minta pasien untuk
mengedan. Dari mengedan bisa ketahuan, kalo ada wasir atau tumor di luar. Kalo
ditemukan wasir atau tumor, jangan masukkan jari lagi karena merupakan suatu
kontraindikasi.
Selanjutnya, minta pasien tarik nafas panjang > masukkan jari telunjuk ke anus >
rasakan kekuatan otot anus (kalo meningkat atau menurun berarti ada kelainan), raba
sekeliling ototnya (jari muter) mencari ada benjolan atau sesuatu yg abnormal, lalu
masuk ke ampula rekti (kalo kolaps berarti ada kelainan), dan raba lebih jauh ke
prostatnya. Kalo udah, keluarkan jari dan lihat di sarung tangan, ada darah, feces,
atau nanah tidak. Kalo ada, oleskan pada kaca preparat untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
BNO 3 POSISI
Teknik Pemeriksaan
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat
mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan
film ukuran 35 x 43 cm.
Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :
1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi anteroposterior (AP).
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar
horizontal proyeksi AP.
3. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,
proyeksi AP.
Prosedur Kerja
a) Posisi AP supine

Persyaratan teknis : ukuran film 35x43 cm/30x40 cm, posisi memanjang
menggunakan grid yang bergerak maupun statis, dengan variasi 70-80 kV
dan 20-25 mAs.

Sedangkan posisi pasien:
 Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan foto polos abdomen
 Penderita diminta untuk melepaskan
pakaian dan perhiasan untuk
menghindari terjadinya artefak pada film dan memakai perlindungan
untuk daerah gonad, terutama untuk pria
 Pasien tidur terlentang, lengan pasien diletakkkan di samping tubuh,
garis tengah badan terletak tepat pada garis tengah pemeriksaan, kedua
tungkai ekstensi.

Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan batas tepi
bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis dan bahu. Pusat sinar
pada bagian tengah film dengan jarak minimal 102 cm
Gambar 2.1. Posisi AP Supine

Kriteria hasil foto polos abdomen yang baik antara lain :
1. Tampak diafragma sampai dengan tepi atas simphisis pubis
2. Alignment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvis dan
panggul baik.
3. Processus spinosus terletak di tengah daan crista iliaca terletak simetris
4. Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya batas
gambar costae dan gas usus
5. Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral
muskulus psoas dan procesus transversus dari vertebra lumbal.
6. Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat pemeriksaan
b) Posisi Left Lateral Decubitis (LLD)

Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan melingkari kepala. Film diletakan
di depan atau belakang perut pasien. Mengikuti area simphisis pubis pada
film. Titik tengah terletak pada garis tengah film.

Arah sinar horizontal 90o dengan film dengan proyeksi AP untuk melihat
air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.
Gambar 2.2. Posisi LLD
c) Posisi Setengah Duduk/ berdiri

Pasien dapat dengan posisi duduk atau berdiri kalau memungkinkan,
dengan sinar horizontal proyeksi AP 90o dari film.

Posisi pasien dalam posisi anteroposterior dengan bagian belakang tegak.
Pastikan punggung tidak rotasi. Letakan lengan dan tangan dalam posisi
anatomi. Pasien tidak boleh bergerak. Point sentral terletak pada garis
tengah tubuh dengan garis tengah film.
Gambar 2.3. Posisi AP

Pengambilan foto dengan posisi ini dipengaruhi oleh gravitasi, sehingga
yang paling utama nampak adalah:
 Udara bebas
 Fluid sinks
 Kidneys drop
 Transverse colon drops
 Small bowel drops
 Breasts drop
 Lower abdomen bulges dan penambahan densitas pada X-ray
a) Herring bone sign
Terjadi pada kondisi ileus obstrukstif. Ileus obstruktif merupakan
penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi akibat pengumpulan gas
dalam lumen usus memberikan gambaran herring bone appearance
pada foto polos abdomen, karena dua dinding usus halus yang menebal
dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan
muskulus yang sirkular menyerupai kostanya.
Gambar 2.16. Herring bone apperance
b) Step ladder appearance
Terjadi pada kondisi ileus obstruksi. Foto polos abdomen sangat
bernilai dalam menegakkan diagnosa ileus obstruksi.
Sedapat
mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar
perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk
melihat batas udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal
lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus
biasanya tidak tampak.
Pada foto polos abdomen tampak gambaran air fluid level yang
pendek-pendek dan bertingkat-tingkat seperti tangga disebut juga step
ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus
yang mengalami distensi.
Gambar 2.17. Step ladder appearance
c) Coffee bean sign
Terjadi pada kondisi kelainan kongenital volvulus, yakni pemuntiran
usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus di usus halus agak
jarang ditemukan. Biasanya volvulus didapatkan di bagian ileum dan
kolon. Pada foto polos abdomen tampak gambaran patognomonik
berupa gambaran segmen sekum yang amat besar berbentuk ovoid di
tengah perut yang disebut coffee bean sign. Gambaran ini merupakan
gambaran khas volvulus dari usus (sigmoid).
Gambar 2.18. Coffee bean sign pada volvulus sigmoid
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada foto polos abdomen tiga posisi pada
kondisi obstruksi usus adalah :
1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran
usus di proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran
seperti duri ikan (herring bone appearance).
2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan
adanya air fluid level dan step ladder appearance.
3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi
usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air
fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedangkan jika
panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang
diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid
level.
Diagnosis Banding
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus,
dan terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak
terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut,
akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut,
apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus
sederhana.
LO 3.8 Komplikasi Ileus
1. Peritonitis septikemia
2. Syok hipovolemia
3. Perforasi usus
4. ganguan elektrolit
5. pnemonia aspirasi dari proses muntah
6. sepsis
7. nekrosis usus
8. perfusi usus
LO 3.9 Prognosis Ileus
Obstruksi yang tak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian sekitar
5%. Kebanyakan yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi
yang disertai dengan strangulasi mempunyai angka kematian 8%. Kalau operasi
dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala yang bersangkutan.
LI 4. Hukum Operasi Menurut Agama Islam
Terkadang seorang muslim diuji oleh Allah dengan suatu penyakit, dia ingin sembuh
dari penyakit tersebut, dia mengetahui bahwa berobat dianjurkan, akan tetapi
penyakit di mana dia diuji oleh Allah dengannya, jalan menuju kepada
kesembuhannya menurut para dokter adalah operasi. Pertanyaannya bagaimana
pandangan syariat terhadap operasi medis yang umumnya adalah tindakan
pembedahan?
Dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah menetapkan dibolehkannya operasi medis
dengan syarat-syaratnya, dan bahwa tidak ada dosa atas seorang muslim
melakukannya untuk meraih kesembuhan dari penyakit yang Allah ujikan kepadanya
dengan izin Allah. Adapun dalil-dalil tersebut maka ia sebagai berikut:
Firman Allah, “Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Al-Maidah: 32).
Dalam ayat ini Allah memuji orang yang berusaha menghidupkan dan
menyelamatkan jiwa dari kematian dan sudah dimaklumi bahwa dalam banyak kasus
operasi medis menjadi sebab terselamatkannya jiwa dari kematian yang hampir
dipastikan.
Tidak sedikit penyakit di mana kesembuhannya tergantung setelah Allah kepada
operasi medis, tanpa operasi penyakit penderita akan memburuk dan
membahayakannya, jika tim medis melakukannya dan penderita sembuh dengan izin
Allah berarti mereka telah menyelamatkannya. Tanpa ragu ini termasuk perbuatan
yang dipuji oleh ayat di atas.
Adapun dari sunnah maka ada beberapa hadits yang bisa dijadikan pijakan dalam
menetapkan dibolehkannya operasi medis, di antaranya
1. Hadits hijamah (berbekam)
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari).
Dari Jabir bahwa dia menjenguk orang sakit. Dia berkata, “Aku tidak
meninggalkan tempat ini sebelum kamu berbekam karena aku mendengar
Rasulullah saw bersabda, ‘Padanya terdapat kesembuhan”. (HR. Al-Bukhari).
Hadits tersebut menetapkannya disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi
bahwa hijamah dilakukan dengan membedah atau menyayat tempat tertentu pada
tubuh untuk menyedot darah kotor dan membuangnya. Jadi disyariatkannya
hijamah merupakan dasar dibolehkannya membedah tubuh untuk membuang
penyakit atau penyebab penyakit.
2. Hadits Jabir bin Abdullah
Jabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah SAW mengirim seorang tabib kepada
Ubay bin Kaab maka tabib tersebut memotong pembuluh darahnya dan
menempelnya dengan besi panas”. (HR. Muslim).
Dalam hadits ini Nabi SAW menyetujui apa yang dilakukan oleh tabib tersebut
terhadap Ubay bin Kaab, dan apa yang dilakukan oleh tabib tersebut adalah salah
satu bentuk operasi medis yaitu pemotongan terhadap anggota tertentu.
Kemudian dari sisi pertimbangan kebutuhan penderita kepada operasi yang tidak
lepas dari dua kemungkinan yaitu menyelamatkan hidup dan menjaga kesehatan,
pertimbangan yang dalam kondisi tertentu bisa mencapai tingkat dharurat maka
tidak ada alasan yang rajih menolak operasi medis.
Inilah syarat-syarat dibolehkannya operasi medis yang diletakkan oleh fuqaha Islam
dalam buku-buku mereka, syarat-syarat ini diambil dari dasar-dasar kaidah syariat.
1) Hendaknya operasi medis disyariatkan.
2) Hendaknya penderita membutuhkannya.
3) Hendaknya penderita mengizinkan.
4) Hendaknya tim medis menguasai.
5) Hendaknya peluang keberhasilan lebih besar.
6) Hendaknya tidak ada cara lain yang lebih minim mudharatnya.
7) Hendaknya operasi medis berakibat baik.
8) Hendaknya operasi tidak berakibat lebih buruk daripada penyakit penderita.
Download