SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA PRODUKTIF DI PUSKESMAS BIES ACEH TENGAH TAHUN 2015 OLEH: RIYADOHTUN SYANIAH NASUTION 11 02 085 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015 SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA PRODUKTIF DI PUSKESMAS BIES ACEH TENGAH TAHUN 2015 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) Di program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia OLEH: RIYADOHTUN SYANIAH NASUTION 11 02 085 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015 PERNYATAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA PRODUKTIF DI PUSKESMAS BIES ACEH TENGAH TAHUN 2015 SKRIPSI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya tulis saya sendiri dan belum pernah di ajukan orang lain untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan dan sepanjang pengetahuan saya, saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis yang dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, 1 Agustus 2015 Peneliti, (Riyadohtun Syaniah Nasution) DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Data Mahasiswa Nama Lengkap Nim Tempat/Tanggal Lahir Jenis Kelamin Kewarganegaraan Agama Anak Ke Alamat : Riyadohtun Syaniah Nasution :1102085 : Takengon, 08 Januari 1994 : Perempuan : Indonesia : Islam : 5 dari 7 bersaudara : Jl. Sengeda No. 220 Takengon 2. Data Orang Tua Nama Ayah Pekerjaan Nama Ibu Pekerjaan Agama Alamat tengah : H. Ali Sakti Nasution :Wiraswata :Hj. Ramisah Lubis :Ibu rumah tangga : Islam : Jl. Sengeda No.220 Takengon – Aceh 3. Riwayat Pendidikan 1. Tahun 2000 – 2005 : SD Negeri 3 Takengon 2. Tahun 2006 – 2008 : SMP Negeri 1 Takengon 3. Tahun 2009 – 2011 : SMA Negeri 4 Takengon 4. Tahun 2011 – 2015 : SI Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia 4. No Telp/HP : 082360506161 5. Email : [email protected] i PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, 1 Agustus 2015 Riyadohtun Syaniah Nasution Pengaruh Pendidikan Kesehatan SADARI terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 Xi +63 Hal + 8 Tabel + 2 Skema +16 Lampiran ABSTRAK Kanker payudara merupakan tumor ganas pada payudara yang terjadi karena adanya perubahan pada pertumbuhan sel sehingga mengakibatkan terjadinya mutasi gen. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit resiko tinggi yang sering terjadi pada wanita usia produktif. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kanker payudara adalah melakukan deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Salah satu upaya untuk memberikan informasi tentang SADARI adalah melalui pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah. Jenis penelitian ini adalah Quasi eksperiment dengan rancangan One group pre test- post test design. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 orang. Sampel dalam penelitian ini di ambil dengan menggunakan teknik Random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 17 orang. Hasil penelitian pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI mayoritas Baik sebanyak (82,4%) dan sikap mayoritas positif sebanyak (88,2%). Hasil uji statistik menggunakan uji Mc Nemar, menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015, dengan nilai p value =0,001; 0.000 (p< 0,05). Sehingga disarankan kepada wanita usia produktif agar lebih aktif mencari informasi seperti melalui media elektronik, media masa, guna meningkatkan pengetahuan tentang SADARI sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk melakukan SADARI dan rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri setiap bulannya. Kata Kunci Daftar Pustaka : Pendidikan Kesehatan, SADARI, Pengetahuan, Sikap, Deteksi dini kanker payudara. : 28 (2005 -2014) ii SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY SARI MUTIARA INDONESIA OF UNIVERSITY Mini – Thesis, 1 August 2015 Riyadohtun Syaniah Nasution Effect Of Health Education On Breast Self- Examination (BSE) Of Knowledge And Attitudes In The Early Detection Of Breast Cancer In Woman Aged Productive In Health Centers Bies Aceh Tengah 2015 Years Xi+ 63 page + 8 table + 2 scheme + 16 endosune ABSTRACT Breast cancer is recognized a malignant tumor on breast existed due to a changeable cell growth that it may result in gen mutation.Breast cancer constitute one of a highly risk diseases often on productive aged woman. One of efforts in order to prevent breast cancer is early detection of breast cancer through breast self- examination (BSE). One of the efforts is to provide information about BSE is through health education on BSE of knowledge and attitudes in the early detection of breast cancer in woman aged productive in health centers Bies Aceh tengah. This type of research is Quasy experiment with the design of One group pre test- post test design.Total population in this study as many as 80 people. The sample of this research was taken by using Random sampling technigne with number of sample 17 people. Analysis of data using Mc nemar test. The result were obtained for the effect of health education on breast self- examination (BSE) of knowledge and attitudes in the early detection of breast cancer in woman aged productive in health centers bies aceh tengah 2015 years with P value = 0,001; 0,000 ( p< 0,005). It is suggested to women aged productive in order to more actively seek such information through the electronic media, the mass media, to increase knowledge about breast self- examination so as to foster motivation to perform BSE and perform routine breast self- examination every month. Keywords Reference : Health Education, BSE , Knowledge , Attitudes , Early Of Detection Breast Cancer. : 28 ( 2005- 2014 ) iii KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti, dan atas berkat rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan SADARI terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015” Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program sarjana keperawatan di program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015. Selama proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak. Parlindungan Purba, SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia Medan. 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 3. Alhadi,SKM, selaku Kepala Puskesmas Bies Aceh Tengah serta staf yang telah memberikan izin penelitian dan bekerja sama dalam melakukan penelitian. 4. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 5. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 6. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep, selaku Ketua Penguji yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. iv 7. Ns. Flora Sijabat, MNS, selaku Penguji I yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberi saran, masukan demi kelengkapan skripsi. 8. Ns. Bunga Theresia Purba M.Kep, selaku Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberi saran, masukan demi kelengkapan skripsi. 9. Ns. Agnes Marbun, S.Kep, selaku penguji III yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Jayusman, SKM.MM , selaku Kepala Dinas Kabupaten Aceh Tengah serta staf bagian penelitian yang telah memberikan izin penelitian dan pengambilan data. 11. Para dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 12. Keluarga peneliti teristimewa kedua orang tua saya yang sangat saya cintai dan banggakan, ayah (H.Ali Sakti Nasution) dan ibu (Hj.Ramisah Lubis) yang selalu memberikan doa kasih saying, perhatian, semangat, pengorbanan, dan dukungan baik moril maupun material kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini. 13. Teman-teman serta semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Namun peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya peneliti berharap kiranya skripsi ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih. Medan,1 Agustus 2015 Peneliti (Riyadohtun Syaniah NST) v DAFTAR ISI Hal COVER DALAM HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... ABSTRAK ......................................................................................................... ABSTRACT ........................................................................................................ KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................. DAFTAR SKEMA ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... i ii iii iv vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. B. Rumusan Masalah ............................................................................. C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 1. Tujuan Umum ............................................................................... 2. Tujuan Khusus .............................................................................. D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 1 5 6 6 6 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kanker Payudara ..................................................................................... 1. Definisi .............................................................................................. 2. Etiologi .............................................................................................. 3. Manifestasi Klinis ............................................................................. 4. Patofisiologi ...................................................................................... 5. Stadium Kanker payudara ................................................................. 6. Penatalaksanaan ................................................................................ 7. Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 8. Pencegahan ........................................................................................ B. Pendidikan Kesehatan ............................................................................. 1. Definisi .............................................................................................. 2. Tujuan pendidikan kesehatan ............................................................ 3. Sasaran pendidikan kesehatan ........................................................... 4. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ............................................. 5. Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan .............................................. 6. Tahap-tahap Kegiatan Pendidikan Kesehatan ................................... 7. Peran Perawat dalam Pendidikan Kesehatan Masyarakat ................. C. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) ............................................. 1. Definisi .............................................................................................. 2. Tujuan SADARI ............................................................................... 3. Target dan waktu pelaksanaan .......................................................... 4. Langkah - Langkah SADARI............................................................ 8 8 8 11 12 12 13 14 15 16 16 17 18 18 19 20 21 22 22 23 23 24 vi D. Pengetahuan (knowledge)........................................................................ 1. Definisi .............................................................................................. 2. Tingkat Pengetahuan ......................................................................... 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................ 4. Cara Memperoleh Pengetahuan ....................................................... 5. Proses Perilaku “TAHU” .................................................................. 6. Kriteria Tingkat Pengetahuan ........................................................... E. SIKAP (Attitude) ..................................................................................... 1. Definisi .............................................................................................. 2. Komponen Sikap ............................................................................... 3. Tingkatan Sikap ................................................................................ 4. Sifat Sikap ......................................................................................... 5. Ciri-ciri Sikap .................................................................................... 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhui Sikap ...................................... 7. Faktor yang mempengaruhi Sikap wanita dalam SADARI .............. 8. Cara Pengukuran Sikap ..................................................................... 9. Pengukuran Sikap ............................................................................. F. Kerangka Konsep .................................................................................... G. Hipotesa................................................................................................... 25 25 26 28 30 31 32 32 32 33 34 34 36 37 39 39 40 44 44 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. A. Desain Penelitian ..................................................................................... B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................................. 1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 2. Waktu Penelitian................................................................................. C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 1. Populasi .............................................................................................. 2. Sampel ................................................................................................ D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... E. Prosedur Penelitian.................................................................................. 1. Tahap Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 2. Instrumen Penelitian .......................................................................... F. Definisi Operasional................................................................................ G. Aspek Pengukuran .................................................................................. H. Etika Penelitian ....................................................................................... I. Teknik pengolahan Data ......................................................................... J. Metode Analisa Data ............................................................................... 45 45 46 46 46 46 46 46 48 48 48 49 49 50 53 54 55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... B. Hasil penelitian........................................................................................ 1. Analisa Univariat .............................................................................. 2. Analisa Bivariat ................................................................................. C. Pembahasan ............................................................................................. 1. Pengetahuan sebelum di berikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015 ..................................... vii 56 56 57 60 61 61 2. Pengetahuan sesudah di berikan pendidikan kesehatan sadari di puskesmas bies aceh tengah tahun 2015 ........................................... 3. Sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015 ......................................... 4. Sikap sesudah di berikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015 ......................................... 5. Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 ...................................... 6. Perbedaan Sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 ......................................................... D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 63 65 67 68 70 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................. 72 B. Saran ........................................................................................................ 72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1. Definisi operasiona ........................................................................ 49 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur , Pekerjaan , Pendidikan , Informasi tentang SADARI ............................................................................ 57 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan Kesehatan SADARI ....................................................................... 58 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan sesudah diberikan pendidikan Kesehatan SADARI ....................................................................... 58 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sikap sebelum diberikan pendidikan Kesehatan SADARI ....................................................................... 59 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap sesudah diberikan pendidikan Kesehatan SADARI ....................................................................... 59 Tabel 4.6. Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI ..................................................... 60 Tabel 4.7. Perbedaan Sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI ........................................................................ 61 ix DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1. Kerangka konsep penelitian ........................................................... 44 Skema 3.1. Desain penelitian ............................................................................ 45 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permohonan Pengisian Kuesioner Lampiran 2 Informed Consent Kuesioner Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5 Leafleat Pendidikan Kesehatan Lampiran 6 Surat izin memperoleh data dasar dari Universitas sari mutiara Lampiran 7 Surat keterangan selesai melakukan pengambilan data awal dari Dinas kesehatan Kabupaten Aceh tengah. Lampiran 8 Surat izin penelitian dari Universitas Sari Mutira Lampiran 9 Surat izin penelitian dari Dinas kesehatan kabupaten Aceh tengah ke Puskesmas Bies Lampiran10 Surat selesai melakukan penelitian dari Puskesmas Bies Aceh tengah Lampiran 11 Surat keterangan selesai melakukan penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh tengah Lampiran 12 Master Data Penelitian Lampiran 13 Lembar Output SPSS Lampiran 15 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi Lampiran 16 Berita Acara Perbaikan Skripsi xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik yang pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan (migrasi) sel, ketempat yang jauh (metastasis) (Luwia,2003 dalam Olfah,dkk,2013). Kanker payudara yang juga disebut ca mammae merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena terjadi perubahan abnormal dari gen yang berperan dalam pembelahan sel. Kanker payudara sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan jenis kanker yang angka kejadiannya paling tinggi di Indonesia. Kejadian kanker payudara meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Akan tetapi, usia muda juga bukan jaminan aman dari kanker payudara (Yayasan Kanker Indonesia, 2008 dalam Suastina 2013). Menurut data World Health Organication (WHO) setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar 7 juta. Survei terakhir di dunia menunjukkan tiap 3 menit ditemukan penderita kanker payudara dan setiap 11 menit ditemukan seorang perempuan meninggal akibat kanker payudara. WHO juga mengatakan selalu ada kasus baru terkait kanker, selama empat tahun itu jumlah kematian yang disebabkan kanker melonjak dari 7.600.000 menjadi 8.200.000 dan lebih dari setengahnya berasal dari Negara berkembang. Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas. Sedangkan 6%-nya pada usia kurang dari 40 tahun, namun banyak juga wanita yang berusia 30-an menderita penyakit mematikan ini. Kematian akibat penyakit kanker diproyeksikan meningkat 15% secara global antara tahun 2010 dan 2020, hingga mencapai 44 juta 1 2 kematian. Peningkatan tertinggi (diperkirakan sebesar 20%) (WHO, 2010 dalam Umiyati, 2014). Data terbaru dari American Cancer Society (ACS) telah menghitung bahwa di tahun 2013, terdapat 64.640 kasus kanker payudara. Sekitar 39.620 wanita meninggal dunia setiap tahunnya karena kanker payudara. Data Pathology Based Cancer Registry bekerja sama dengan yayasan kanker Indonesia, menunjukkan kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker yang sering diderita (Luwia, 2009 dalam Marlina 2014). Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, didapatkan estimasi insiden kanker payudara di Indonesia sebesar 40 per 100.000 perempuan (Depkes RI ,2014). Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia 21,69%, disusul kanker leher rahim 17%. Di provinsi Aceh pada tahun 2009 insiden rate kanker payudara 28,6 per 100.000 penduduk (Rasjidi, 2009 dalam Marlina, 2014). Menurut Suljipto, Dokter spesialis Bedah kanker Rumah sakit kanker Dharmais menyatakan saat ini penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 100 dari 100.000 penduduk,Sekitar 60-70% dari penderita tersebut datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah (Depkes, 2013 dalam Marlina, 2014). Tingginya angka kejadian kanker payudara mengakibatkan tidak sedikit pula penderita kanker payudara yang berujung pada kematian. Jika tanda dan gejala kanker payudara dapat ditemui sedini mungkin maka tingkat kesembuhan akan semakin tinggi. Ironisnya, permasalahan yang sering muncul adalah penderita kanker di Indonesia 50% datang ke tempat pengobatan dalam kondisi stadium lanjut. Padahal jika ditemukan dalam stadium dini maka angka kesembuhan pasien kanker payudara adalah 90%.Salah satu upaya yang 3 bisa dilakukan untuk mencegah kanker payudara ini adalah dengan melaksanakan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI (Monty, 2012 dalam Suastina,2013 ). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi (Suryaningsih,2009). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sangat bermanfaat bagi para wanita usia dewasa awal karena dapat mengetahui kelainan payudara sedini mungkin, lebih cepat mendeteksi kanker payudara stadium dini sehingga mampu menyelamatkan jiwa para wanita dan lebih sering perempuan melakukan pemeriksaan payudara sendiri maka akan semakin mengenal dan memahami area serta kondisi payudaranya sehingga akan meningkatkan status kesehatan khususnya kesehatan payudara, apabila dijadikan kebiasaan yang rutin dan berkala maka akan lebih banyak kanker payudara dari stadium dini yang dapat di deteksi (Luwia, 2003 dalam Olfah,dkk, 2013). Minimnya pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara membuat pencegahan dan penanganan dini pun sulit dilakukan. Karena pada umumnya gejala kanker tersebut terlihat dari beberapa kasus kecil yang seringkali dirasa tidak penting dan tidak berbahaya. Namun pada kenyataannya, pengenalan terhadap gejala-gejala awal kanker payudara dapat memaksimalkan penanganan sebelum kanker bertumbuh dan menjadi fatal (Siregar, 2012 dalam Susanti, 2013). Pengetahuan atau informasi yang benar tentang suatu objek adalah hal paling utama untuk membentuk suatu konsep yang benar terhadap sesuatu sehingga proses perubahan perilaku secara berurutan dapat terbentuk secara optimal (Depkes RI, 2008). Perubahan perilaku tersebut dapat dilakukan melalui 4 pemberian pendidikan kesehatan. Dimana tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri adalah menanamkan pengetahuan, dengan harapan agar pengetahuan tersebut dapat membentuk sikap yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku (Pickett & George, 2008 dalam Susanti, 2013). Menurut Wawan dan Dewi dalam Notoatmodjo (2011), melalui sikap kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suastina, (2013) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswi tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara di SMA Negeri 1 Manado, diperoleh hasil adanya pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dengan nilai p value 0.000 α < (0,05). Penelitian lain yang mendukung penelitian di atas oleh Susanti, (2013) di Kelurahan Candirejo yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (sadari) terhadap pengetahuan dan sikap pada wanita usia subur, menunjukan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan pengetahuan responden dengan p value = 0,000 < α (0,05) dan ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan sikap responden dengan p value = 0,000 < α (0,05). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Poniyah, (2012) di Dusun 1 Desa Namorambe, yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang SADARI diperoleh hasil bahwa ada peningkatan nilai pengetahuan dan sikap ibu tentang SADARI setelah dilakukan pendidikan kesehatan dimana nilai p = 0,000 (< 0,05), sehingga pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang SADARI menjadi efektif. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas Bies Aceh Tengah di peroleh data jumlah wanita usia produktif tahun 2014 adalah sebanyak 1300 5 orang. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di puskesmas Bies Aceh tengah pada tahun 2015 pada bulan januari sampai bulan mei terdapat sejumlah 4 orang yang berobat masalah pada payudara seperti benjolan dan ada yang berobat sudah mengalami kanker payudara. Dari 1300 orang wanita usia produktif terdapat 15% wanita yang mengalami kanker dan mayoritas adalah penderita kanker payudara. Hasil wawancara dengan petugas kesehatan di puskesmas mengatakan bahwa tingginya angka kejadian kanker payudara disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker payudara, diantaranya adalah tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sehingga terdapat kecenderungan kanker ditemukan pada stadium lanjut. Kurangnya kesadaran masyarakat melakukan tindakan sadari disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat atau kurangnya informasi tentang pentingnya dilakukan tindakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan sadari terhadap pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif di puskesmas bies aceh tengah tahun 2015. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan SADARI terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan SADARI Terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015. 2. Tujuan khusus 6 a. Mengetahui tingkat pengetahuan Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah tentang SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan. b. Mengetahui tingkat pengetahuan Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah tentang SADARI sesudah diberikan pendidikan kesehatan. c. Mengetahui sikap Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah tentang SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan. d. Mengetahui sikap Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah tentang SADARI sesudah diberikan pendidikan kesehatan. e. Mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI pada wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015. f. Mengetahui perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI pada wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Wanita usia produktif Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi Wanita usia produktif tentang SADARI dan dapat menambah pengetahuan dengan penuh kesadaran untuk melakukan SADARI dengan cara di berikan pendidikan kesehatan SADARI. 2. Bagi pendidikan keperawatan Menambah sumber informasi tentang deteksi dini kanker payudara maupun pengobatan kanker payudara dan bekerja sama dengan pelayanan kesehatan untuk mengadakan bakti sosial di masyarakat dengan mengirimkan mahasiswa untuk melakukan penyuluhan kesehatan dengan didampingi dosen maupun tenaga kesehatan. 7 3. Bagi puskesmas Dapat membantu dalam memajukan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri serta memperluas peran meraka sebagai pendidik klien dan bekerja sama dengan puskesmas dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. 4. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan untuk menindak lanjuti pemberian pendidikan kesehatan SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara (Ca Mammae) pada masyarakat luas. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kanker Payudara 1. Definisi Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah satu payudara, kanker payudara juga merupakan benjolan atau masa tunggal yang sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar, benjolan ini keras dan bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakkan. Kanker payudara (Carcinoma Mammae) adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal dari parenchyma (Mansjoer dkk,2003). Jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu), dan jaringan penunjang payudara. Worl Health Organization (WHO) memasukan penyakit ini ke dalam international Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174. Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel sehingga sel tumbuh dan berkembang biak tanpa bisa dikendalikan. Penyebaran kanker getah bening sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula membesar. Kemudian melalui pembuluh darah kanker menyebar ke organ tubuh lain seperti hati,otak dan paru-paru (USU repository,2011 dalam Olfah,dkk,2013). 2. Etiologi Hingga saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti karena termasuk multifaktorial yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluar, 8 Hormonal dan factor lain yang bersifat eksongen / factor luar (manjoer dkk, 2003 dalam Olfah, dkk, 2013) Menurut Prince & Wilson (2006) terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kanker payudara: a. Usia Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat kanker payudara dan resiko ini akan bertambah sampai umur 50 tahun dan setelah menopause. b. Lokasi geografis dan ras Eropa barat dan Amerika utara: lebih dari 6-10 kali keturunan amerika utara perempuan Afrika – Amerika sebelum usia 40 tahun. c. Status perkawinan Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara. d. Paritas Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun yang belum pernah melahirkan memiliki resiko lebih besar dari pada yang melahirkan anak pertama di usia belasan tahun. e. Riwayat menstruasi Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia kurang dari 12 tahun memiliki resiko1,7 hingga 3,4 kali lebih besar dari pada wanita dengan menarche yang datang pada usia lebih 12 tahun. Wanita dengan menopause terlambat yaitu pada usia lebih dari 50 tahun memiliki resiko 2,5 hingga 5 kali lipat lebih tinggi. f. Riwayat keluarga Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara beresiko 2-3 kali lebih besar, sedangkan apabila yang terkena bukan saudara perempuan maka resiko menjadi 6 kali lebih tinggi. g. Bentuk tubuh Obesitas atau setiap penambahan 10kg maka 80% lebih besar terkena kanker payudara. 9 10 h. Penyakit payudara lain Wanita yang mengalami hiperplasia duktus dan lobules dengan atipia memiliki resiko 8 kali lebih besar terkena kanker payudara. i. Terpajan radiasi Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada perempuan muda dan anak – anak bermanifestasi setelah usia 30 tahun. j. Kanker primer kedua Dengan kanker ovarium primer, resiko kanker payudara 3-4 kali lebih besar. Dengan kanker endometrium primer resiko kanker payudara 2 kali lebih besar. Dengan kanker kolorectal resiko kanker payudara 2 kali lebih besar. Beberapa faktor berdasarkan tingkat resiko terkait dengan kanker payudara yang terdiri dari; a. Resiko tinggi : 1) Usia lanjut. 2) Anak pertama lahir sesudah berumur 30 tahun. 3) Ikatan keluarga dekat (ibu, kakak, bibi dari ibu) menderita kanker payudara. 4) Riwayat tumor payudara. 5) Diagnosa sebelum kanker payudara. b. Resiko sedang: 1) Menstruasi dini (sebelum umur 12 tahun). 2) Menopause lambat (sesudah umur 50 tahun). 3) Penggunaan hormon pada gejala menopause. 4) Terkena radiasi berlebihan dibawah umur 35 tahun. 5) Mempunyai riwayat kanker uterus, ovarium atau kolon. 11 c. Kemungkinan beresiko : 1) Penggunaan reserpin prolaktin dalam waktu lama. 2) Kegemukan, konsumsi lemak berlebihan. 3) Stress psikologi kronik (Menurut Olfah dkk,2013) 3. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala umum yang menjadi keluhan terdiri dari keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peud d’orange), pembesaran kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh. Sedangkan jika berdasarkan fasenya tanda dan gejala kanker payudara terdiri dari: a. Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa tanda gejala ). Tanda dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara. Kebanyakan 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Pada stadium dini, kanker payudara tidak menimbulkan keluhan. b. Fase Lanjut 1) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya 2) Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati. 3) Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati. 4) Puting susu sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyususi. 5) Puting susu tertarik kedalam. 6) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange). 12 c. Metastase luas, berupa: 1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal. 2) Hasil rontgen thorax abnormal dengan atau tanpa efusi pleura. 3) Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ketulang. 4) Fungsi hati abnormal (USU respiratory,2011 dalam Olfah,dkk,2013) 4. Patofisiologi Kanker payudara sering terjadi pada wanita diatas umur 40-50 tahun, merupakan penyakit yang mempunyai banyak faktor terkait dan tergantung pada lokasi dan jaringan terserang. Penyebab tidak dapat ditentukan dengan pasti. Ada tiga faktor yang dapat mendukung yaitu hormon,virus dan genetik. Kanker payudara dapat menjalar langsung pada struktur tubuh terdekat atau berjarak oleh emboli sel kanker yang dibawa melalui kelenjar getah bening atau pembuluh darah. Kelenjar getah bening di axilla, supra klavikula atau mediastinal merupakan tempat penyebaran pertama, sedangkan struktur tubuh lain adalah: paru,hati, tulang belakang dan tulang pelvis. Diagnosis ini sangat diperlukan untuk keberhasilan pengobatan prognosa penyakit ini tergantung dari luasnya daerah yang diserang (Olfah,dkk, 2013). 5. Stadium Kanker payudara Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker payudara yaitu dimulai dari pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang dapat dilakukan secara mandiri oleh wanita untuk mengetahui adanya 13 perubahan pada payudara sejak dini (Brunner & Suddarth,2006 dalam Olfah dkk,2013) Berdasarkan berat dan ringannya terdiri dari beberapa stadium, yaitu: a. Stadium I : tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2cm, tidak terinfeksi pada kulit atau otot pektoralis , tanpa dugaan metastasis aksila. b. Stadium II : tumor dengan diameter <2cm dengan metastasis aksila atau tumor dengan diameter 2-5 cm dengan tanpa metastasis aksila. c. Stadium IIIa: tumor dengan diameter >5cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan atau tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lainnya atau tumor dengan metastasis aksila yang melekat. d. Stadium IIIb: tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks. e. 6. Stadium IV : tumor yang telah mengadakan metastasis jauh. Penatalaksanaan Batasan stadium yang masih bisa dioperasi atau diobati adalah stadium III a. Sedangkan, terapi pada Stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi, melainkan pengobatan paliatif. Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi,2003 dalam Olfah, dkk,2013) yaitu: a. Pembedahan/operasi Operasi adalah terapi untuk membuang tumor, memperbaiki komplikasi dan merekontruksi efek yang ada melalui operasi. Namun tidak semua stadium kanker dapat disembuhkan atau dihilangkan dengan cara ini. Semakin dini kanker payudara ditemukan kemungkinan sembuh dengan 14 operasi semakin besar. Jenis-jenis operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker payudara yaitu: 1) Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. 2) Pengangkatan kelenjar getah bening (KGB) ketiak dilakukan terhadap penderita kanker payudara yang menyebar tetapi besar tumornya >2,5 cm. b. Radiasi/penyinaran Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Rasjidi.2007). c. Kemoterapi Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi juga di seluruh tubuh (Rasjidi,2007). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. 7. Pemeriksaan penunjang Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasosnografi (USG) payudara, mammografi dan aspirasi jarum halus (FNAB) untuk menunjang diagnosis, untuk menetukan metastasis dapat dilakukan foto thoraks, bone survey, USG abdomen /hepar. Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi atau tumor yang solid dan kristik.Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang 15 mempunyai jaringan lemak yang domain serta jaringan fibroglandular yang relatif lebih sedikit.Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tandatanda primer dan sekunder.Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnostik yang lebih baik. (Olfah, dkk,2013). 8. Pencegahan Menurut Palupi (2000) dalam Olfah,dkk (2013) Strategi pencegahan yang paling efektif untuk penyakit tidak menular yaitu promosi kesehatan dan deteksi dini, begitupun pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa. a. Pencegahan primer Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri paparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. b. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini melalui beberapa metode seperti mammografi atau SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). c. Pencegahan Tersier. Pencegahan tersier yaitu pencegahan yang lebih diarahkan kepada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat pada kanker payudara sesuai stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tersier penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta 16 mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan (Olfah dkk,2013) B. Pendidikan Kesehatan 1. Defenisi Pendidikan kesehatan adalah suatu proses penyediaan bahwa pendidikan kesehatan adalah pengalaman belajar yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan prilaku yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan atau kelompok ( A joint committe terminology in healt education of united states dikutip dalam susilo,2011). Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menolong individu, kelompok masyarakat dalam meningkatkan kemampuan prilaku untuk mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmojo dikutip dalam Ali, 2010). Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat (Nyswander dikutip dalam Ali,2010 ). Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya kesehatan yang bertujuan : a. Menjadikan kesehatan sesuatu upaya kesehatan masyarakat. b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat. c. Mendorong dan mengembangkan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada (WHO dikutip dalam Ali,2010). Dari pengertian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni : a. Pendidikan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang integral dari program pelayanan kesehatan. 17 b. Pendidikan kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan.Disini ada proses perubahan pengetahuan, sikap dan prilaku masyarakat dari kebiasaan tidak sehat menjadi kebiasaan sehat secara sadar. c. Pendidikan kesehatan masyarakat ini menggunakan metode penyebaran pesan, menanamkan keyakinan secara terus menerus dan berkesinambungan sampai mereka sadar, tahu,mengerti, mau dan mampu melaksanakan pesan tersebut. d. Sasaran utama upaya pendidikan kesehatan masyarakat ini adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit. e. Tempat penyelenggaraan upaya pendidikan kesehatan ini adalah institusi pelayanan kesehatan ( RS, Puskesmas, Klinik, Rumah bersalin, dsb) di keluarga, dimasyarakat, di kantor- kantor dan balai pertemuan dan lain- lain (Ali,2010). 2. Tujuan pendidikan kesehatan a. Tujuan Umum Pendidikan kesehatan masyarakat bertujuan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Tujuan tersebut dapat diperinci menjadi: 1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. 2) Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat. 3) Mendorong pengembangan dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat. 18 4) Agar klien mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan bagaimana caranya tanpa meminta pertolongan kepada sarana pelayanan kesehatan formal. 5) Agar terciptanya suasana yang kondusif dimana individu, keluarga, kelompok dan masyarakat mengubah sikap dan tingkah lakunya. (Ali,2010). 3. 4. Sasaran pendidikan kesehatan a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan. b. Masyarakat dalam kelompok tertentu. c. Sasaran individu dengan teknik pendekatan kesehatan individu. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari tiga dimensi (Notoatmojo 1993 dikutip dalam Ali, 2010) : a. Dimensi sasaran 1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu. 2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu. 3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas. b. Dimensi tempat pelaksanaan 1) Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga. 2) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar. 3) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja. 19 c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan 1) Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion) misalnya peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya. 2) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Spesific Protection) misalnya imunisasi. 3) Pendidikan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment ) misalnya pengenalan gejala dini penyakit melalui pendidikan kesehatan. 4) Pendidikan kesehatan untuk pembatasan cacat (Disability Limitation ) misalnya dengan pengobatan yang layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan. 5) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misalnya dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu. (Ali, 2010). 5. Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan: a. Pendidikan kesehatan bukan hal pelayanan di kelas saja tapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja dapat dilakukan pendidikan kesehatan sepanjang ia dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan prilaku kesehatan. b. Pendidikan kesehatan pada hakekatnya tidak dapat di paksakan oleh seseorang kepada orang lain, akan tetapi individu, kelompok atau masyarakat tersebutlah yang akan mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya dalam hal kesehatan dengan sukarela. 20 c. Pendidik hanya berperan untuk menciptakan suasana agar individu ,kelompok atau masyarakat mengubah sikap dan tingkah lakunya. d. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila yang di didik (individu, kelompok, masyarakat) sudah berubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yaaang telah di tetapkan (Ali, 2010). 6. Tahap-tahap Kegiatan Pendidikan Kesehatan Tahap-tahap pendidikan kesehatan, yaitu: a. Tahap Sensitisasi Tahap ini dilakukan untuk memberi informasi kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan. Misalnya kesadaran akan kesehatan, pelayanan kesehatan, wabah penyakit dan kegiatan imunisasi anak. b. Tahap Publisitas Tahap ini adalah tahap kelanjutan dari tahap sensitisasi, yaitu proses release dikeluarkan oleh Departemen kesehatan untuk menjelaskan lebih lanjut jenis atau macam pelayanan kesehatan. c. Tahap Edukasi Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi. Tujuannya untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap serta, mengarahkan kepada prilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut. d. Tahap Motivasi Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap edukasi perorangan atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan, benar-benar mengubah prilaku sehari-hari (Azwar dikutip dalam susilo, 2011). 21 7. Peran Perawat dalam Pendidikan Kesehatan Masyarakat a. Sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan 1) Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya dalam merencanakan program pendidikan kesehatan masyarakat. 2) Memberi pendidikan kesehatan masyarakat kepada klien (individu, kelompok, masyarakat) sesuai dengan rencana. 3) Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk menilai hasil pelaksanaan program pendidikan kesehatan. b. Sebagai Pengelola 1) Membimbing tenaga keperawatan lain (yang lebih rendah), dan kader kesehatan mengenai perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian upaya pendidikan kesehatan masyarakat. 2) Ikut membantu dalam administrasi klien. 3) Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat – alat rumah tangga, perawatan dan medik. 4) Menciptakan dan memelihara hubungan pribadi dan hubungan kerja sama dengan petugas lain dalam unit kerjanya. 5) Ikut serta memberikan masukan dalam pelaksanaan evaluasi penampilan kerja petugas dalam unitnya. 6) Memberi motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja. c. Sebagai pendidik, berfungsi : 1) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya (bagi yang belum mampu) dalam hal kesehatan, pendidikan kesehatan masyarakat dan lain lain, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas penyuluhan. 22 2) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada kader – kader kesehatan, kader posyandu, kader dasa wisma dan lain lain. 3) Memberi pendidikan, bimbingan dan pelatihan kepada klien dan keluarganya. d. Sebagai peneliti, berfungsi : 1) Besama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya atau secara sendiri -sendiri menyusun rencana penelitian kesehatan dalam hal pendidikan kesehatan. 2) Bersama dengan tenaga lain atau secara sendiri-sendiri melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan rencana. 3) Bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain atau secara sendiri -sendiri melaksanakan evaluasi hasil penelitian dan merekomendasikan tindak lanjutnya (Ali,2010). C. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) 1. Defenisi SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker dalam payudara wanita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang berumur 20 tahun ke atas (Olfah,dkk, 2013). Pemeriksaan payudara sendiri tentu sangat penting artinya bagi kesehatan payudara anda. Dalam bahasa medis disebut breast self exam (BSE). Karena itu, pada awal usia 20 tahun,wanita harus diberitahu manfaat dan batasanbatasan dari pemeriksaan payudara itu sendiri (Pamungkas,2011). 23 2. Tujuan Sadari Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik.SADARI hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidaknormalan pada payudara, tidak untuk mencegah kanker payudara. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejakdini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar (Otto,S, 2005 dalam Olfah,dkk 2013). Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan mengamati payudara dari depan,sisi kiri, dan sisi kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, puting bersisik dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah. 3. Target dan waktu pelaksanaan SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia 20 tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia 20 tahun karena pada umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna. Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal 24 atau tidak berubah selama bertahun-tahun. Wanita yang belum menopause sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah menstruasi. Satelah menopause SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut. 4. Langkah - Langkah SADARI Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis, sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani SADARI (pemeriksaan payudara sendiri ) pada saat menstruasi, pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid, dirumah secara rutin dan menyarankan pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan pada payudara. Bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal yang setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal lahirnya) pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk,jari tengah, dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang sedang dilakukan pemeriksaan (Depkes,2009 dalam Pratama, 2014). . Langkah- langkah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI); Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes (2009) dalam Pratama (2014), yaitu: a. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat 25 perubahan dan hal ukuran, bentuk atau warna kulit,atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit. b. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang. c. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. d. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri dan berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring. Diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan di periksa. e. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk,tengah,dan manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakkan memutar keluar di seluruh permukaan payudara. f. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap bulannya. D. Pengetahuan (knowledge) 1. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap subjek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga 26 menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan presepsi terhadap objek (Notoatmodjo,2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo ,2003 dikutip dalam Wawan dan Dewi, 2011). Pengetahuan tentang kanker payudara meliputi pengertian, epidemiologi, penyebab, faktor resiko, tanda gejala, tingkatan klinik, dan pencegahan serta deteksi dini kanker payudara. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari kuliah, membaca, literature, surat kabar, internet dan sumber lainnya. 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : (Notoatmojo, 2003 dikutip dalam Wawan dan Dewi, 2011) a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh 27 bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu ”Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara laian yaitu mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap apa yang dipelajarinya. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real atau nyata. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan katakata kerja, dapat menggambarkan, mengelompokkan dan sebagainya. membedakan, memisahkan, 28 e. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan sendiri, atau menggunakan kriterakriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007dalam Wawan dan Dewi,2011). 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Faktor Internal 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan kepada seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip dalam Notoatmojo (2003), Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap 29 berperan serta dalam pembangunan (Nursalam,2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 2) Pekerjaan Menurut Thomas (1996) dalam Nursalam (2003), Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. 3) Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa di percaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. b. Faktor Eksternal 1) Sosial budaya Sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi cara dan sikap dalam menerima informasi. 30 2) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (Wawan dan Dewi, 2011). 4. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoadmojo,2003) adalah sebagai berikut: a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan 1) Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya perbedaan. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat di pecahkan. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. 31 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagi upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula –mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah (Wawan dan Dewi,2011). 5. Proses Perilaku “ TAHU” Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a. Awareness (kesadaran) diamana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi. d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru. e. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus. 32 6. Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2011) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%. b. Cukup :Hasil presentase 56% - 75%. c. Kurang :Hasil presentase > 56%. E. SIKAP (Attitude) 1. Definisi Sikap (attitude) adalah respon tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapatan dan emosi yang bersangkutan (senang- tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Camplell (1950) mendefinisikan sangat sederhana yakni : “ an individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”.Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,perhatian, dan gejala kejiwaan yang lainnya (Notoatmodjo,2010). Thomaz & Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Aiken (1970) menambahkan bahwa Sikap adalah predisposisi atau kecendrungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara 33 positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain. Definisi yang dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam hal mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri. Predisposisi yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar.Definisi di atas nampaknya konsisten menempatkan sikap sebagai predisposisi atau tendensi yang menentukan respon individu terhadap suatu objek. Predisposisi atau tendensi ini diperoleh individu dari proses belajar, sedangkan objek sikap dapat berupa benda, situasi dan orang. Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu social semenjak awal abad 20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974), mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa italia Attitude yaitu “Manner of placing or holding the body, dan Way of feeling , thinking or behaving “. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Free online dictionary (www.Thefreedictionary.com) mencantumkan sikap sebagai a complex mentol state involving belief and feelings and values and dispositions to act in certain ways. Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu (Wawan dan Dewi,2011). 2. Komponen Sikap Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu Azwar,2000:23 (dalam Wawan dan Dewi,2011): 34 a. Komponen Kognitif Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu sapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang controversial. b. Komponen Afektif Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c. Komponen Konatif Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecendrungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.Dan berkaitan dengan objek yang dihadapi adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. 3. Tingakatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan dewi,2011, sikap mempunyai beberapa tingkatan, yaitu: 35 a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yng diberikan atau obyek. b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi merespon stimulus yang datang. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu adalah indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung Jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. 4. Sifat Sikap Achmadi (1990) dalam Azwar (2005), mengatakan bahwa sikap dibedakan atas: a. Sikap Positif Sikap positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penerimaan, pengukuran, persetujuan serta melaksanakan norma–norma yang berlaku di tempat individu itu berada. 36 b. Sikap Negatif Sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku di tempat individu itu berada. 5. Ciri-Ciri Sikap Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto,1998:63 dalam Wawan dan Dewi,2011:34) a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam berhubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif –motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan- pengetahuan yang dimiliki orang. 37 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap a. Pengalaman Pribadi Apa yang telah dan seseorang alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap adanya stimulus. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Pada umumnya individu cenderung akan memiliki sikap yang konfermis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan di tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.Tanpa kita sadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita, terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan individual. dominasi kebudayaan dalam pembantukan sikap 38 d. Media Massa Media massa sebagai sarana komunikasi, ada berbagai bentuk media yang ada mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap. Bila pesanpesan sugesti cukup kuat akan memberi dasar efektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepeercayaan yang ikut menentukan sikap individu terhadap suatu hal. f. Pengaruh faktor emosional Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai tempat penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat merupakan sikap yang persisten dan bertahan lama (Azwar, 2005). 39 7. Faktor yang mempengaruhi Sikap wanita dalam SADARI Faktor -faktor yang mempengaruhi sikap wanita dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), antara lain : 1. Kurangnya pengetahuan wanita tentang SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri) tentang apa itu SADARI, bagaimana cara melakukan SADARI,dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan SADARI. 2. Masih kurangnya informasi mengenai cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) tentang cara bagaimana cara meraba yang tepat pada payudara. 3. Ketidaksiapan mental dan takut bila ternyata ditemukan adanya benjolan atau kanker didalam tubuhnya, karena bila ditemukan kanker pada payudaranya para wanita merasa menjadi semakin tidak percaya diri dan tidak bias hidup secara normal. 4. Wanita dengan usia lebih muda umumnya kurang memperhatikan kesehatannya, karena merasa lebih kuat dibandingkan dengan wanita usia tua dimana sudah mulai merasakan gejala penyakit yang timbul 5. Kebudayaan pada daerah tertentu yang dapat mempengaruhi seseorang untuk tidak melakukan SADARI. 6. Kepercayaan tertentu yang melarang seorang wanita untuk tidak melihata bagian tubuhnya (seperti payudaranya) dengan cermin dan meraba-raba sendiri payudaranya. 8. Cara Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakn hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya 40 pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan tidak favourable.Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan tidak favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar,2005 dalam Wawan dan Dewi,2011). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat/pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo,2003 dalam Wawan dan Dewi,2011). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap (Hadi,1971), yaitu: 9. a. Keadaan objek yang diukur b. Situasi pengukuran c. Alat ukur yang digunakan d. Penyelenggaraan pengukuran e. Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran Pengukuran Sikap Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap, antara lain: Skala Thrustone, Likert, Unobstrusive Measures, Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif, dan Multi dimensional Scaling. 41 a. Skala Thurstone Metode ini dengan cara memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan perhitungan ukuran yang mencerminkan derajat favorabilitas dari masing– masing pernyataan. Derajat ( ukuran ) favorabilitas ini di sebut nilai suka. Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai (judges). Penilai ini bertugas untuk menetukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu di ekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11. Sangat setuju tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyatan itu. Median atau rata-rata perbedaan penilaian antar penilai terhadap aitem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masingmasing aitem. Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai dari aitem yang memiliki nilai skala terendah hingga tertinggi. Dari aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuisioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuan pada masing-masing aitem sikap tersebut. 42 b. Skala Likert Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang sederhana di bandingkan skala Thurstone.Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing respondennya diminta melakukan egreement atau disagreement nya untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua aitem yang favorable diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk aitem yang unfavorable nilai skala sangat setuju nilainya 1 sedangakan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale). c. Unobstrusive Measures Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan. d. Multidimensional Scaling Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidemensional. Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsiasumsi mengenai stabilitas struktur dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan pada orang lain. e. Pengukuran Involuntary Behavior (Pengukuran terselubung) 1) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden 43 2) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. 3) Pendekatan ini merupakan pendekatan obsevasi terhadap reaksireaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. 4) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture,keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya. 44 F. Kerangka Konsep Skema 2.1 Kerangka Konsep V. Dependent V. Independent Pengetahuan Pendidikan kesehatan SADARI Sikap G. Hipotesa Ha1 : Ada pengaruh Pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif. Ha2 : Ada pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap Sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Quasi experiment. Quasi experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena eksperiment jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperiment yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan- peraturan tertentu (Arikunto,2006), Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan One group pre post design yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Sadari Terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015. Skema 3.1 X1 X3 Y X2 X4 Keterangan : X1 = Tingkat pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan X2 =Tingkat sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan X3 = Tingkat pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan X4 = Tingkat sikap sesudah diberikan pendidikan kesehatan Y = Intervensi (Pemberian pendidikan kesehatan) 45 46 B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Bies Aceh tengah. Jl. TakengonAngkup Sp.Uning niken Kecamatan Bies. 2. Waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan sejak pada bulan Maret – Agustus Tahun 2015. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Wanita Usia Produktif yang berada di Puskesmas Bies, yang berjumlah 80 orang. 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populsai yang akan diteliti atau sebagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,2007). Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan tehnik Simple Random Sampling. penelitian ini menggunakan Standart Deviasi yang telah diteliti oleh Sulastri, “Pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan video dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terhadap perubahan pengetahuan dan sikap remaja putri di Sma 9 Balikpapan”,dengan simpangan baku (9,470 ) perbedaan selisih yang diinginkan d (7), dengan rumus : Besar sampel dalam penelitian ini ditemukan dalam rumus Madiyono,dkk n= [ Keterangan: ] 2 47 n = Perkiraan jumlah sampel Zα = Kesalahan Tipe ( 1,96 ) Zβ = Kesalahan Tipe ( 0,842 ) Sd = Simapangan Baku (9,470) d = Selisih Rerata Kelompok n =[ = [ = [ =[ ] 2 ] ] ] 2 2 2 = = 14,36 = 15 Jadi jumlah sampel yang ingin di capai peneliti dalam penelitian ini adalah 15 responden untuk mengantisipasi kemungkinan berkurangnya sampel dilakukan penambahan responden sebesar 10 % dari jumlah sampel yang ingin dicapai jadi sampel penlitian ini adalah 15 +(15 x 10%) = 16,5 atau 17. Di butuhkan 17 responden untuk setiap kelompok total keseluruhan sampel adalah 17 responden. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 17 orang wanita usia produktif. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wanita usia produktif yang berusia 20 – 45 tahun. 2. Wanita usia produktif Tengah. yang datang berobat ke puskesmas Bies Aceh 48 3. Wanita usia produktif tanpa penyakit kanker. 4. Wanita usia produktif yang bersedia menjadi sampel penelitian. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer diperoleh secara langsung melalui responden dengan wawancara langsung dan mengunakan kuesioner, yaitu dengan memberikan pertanyaan dan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk mendapat tanggapan dan jawaban. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Dinas kesehatan Kabupaten Aceh Tengah dan Puskesmas Bies Aceh tengah. E. Prosedur Penelitian 1. Tahap pelaksanaan penelitian a. Peneliti mengurus surat izin studi pendahuluan dan penelitian dari kampus Universitas sari mutiara. b. Penelti meminta izin penelitian dari Dinas kesehatan untuk dilakukan penelitian di Puskesmas Bies Aceh Tengah. c. Melakukan pertemuan dengan pihak Puskesmas Bies untuk izin penelitian. d. Melakukan pertemuan dengan asisten penelitian untuk melakukan persamaan persepsi. e. Peneliti mendatangi puskesmas pada hari yang telah disepakati dan menemui para calon responden. f. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan kepada responden. g. Peneliti melakukan informant consent. 49 h. Peneliti memberikan kuesioner sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI. i. Peneliti memberikan pendidikan kesehatan SADARI setelah responden mengisi semua pertanyaan dan pernyataan pada kuesioner. j. Memberikan kembali pendidikan kesehatan SADARI setelah seminggu diberikan intervensi. k. Memberikan kuesioner kembali setelah diberikan pendidikan kesehatan SADARI selama 2 kali pemberian, untuk mengukur pengetahuan dan sikap setelah diberikan intervensi. l. Peneliti melakukan analisa data dari hasil pengisian kuesioner sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. 2. Instrumen Penelitian a. Video b. Leafleat c. Kuesioner tingkat pengetahuan dan sikap responden F. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel independen Pendidikan SADARI kesehatan Definisi Operasional Penyampaian materi kesehatan mengenai SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara yang diberikan selama 30 menit yang dilakukan 2 kali penyuluhan pendidikan kesehatan. Alat Ukur 1.Metode ceramah 2.video Hasil ukur Skala ukur Nominal 50 Variabel Dependent Pengetahuan Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pemahaman responden tentang pemeriksaan payudara sendiri dalam upaya deteksi dini kanker payudara. yang diharapkan dimiliki oleh responden meliputi: pengertian SADARI, manfaat SADARI, tanda dan gejala kanker payudara, Faktor resiko kanker payudara,Waktu pelaksanaan SADARI, Cara melakukan Sadari. Kuesioner Nilai total skor: Baik = 14 - 20 Cukup = 7 - 13 Kurang =0–6 Ordinal Sikap Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) Tanggapan responden atau wanita usia produktif dalam melakukan Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) . Kuesioner Nilai total skor: Positif =21 – 30 Negatif =10 – 20 Ordinal G. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan Untuk mengukur tingkat pengetahuan Wanita usia produktif dengan pendidikan kesehatan SADARI diukur dengan menggunakan penilaian skala Guttman, jika dari 10 pertanyaan-pertanyaan kuesioner “benar” memperoleh nilai 1 dan jika “salah” memperoleh nilai 0 (Hidayat,2007). Keterangan : P = Nilai yang dicari Rentang = Nilai jawaban tertinggi dikurang jawaban terendah Banyak kelas = Banyak kelas 51 P = 6,6 P=7 Berdasarkan jumlah nilai skor yang diperoleh maka variabel pengetahuan dapat dikategorikan : Baik = 14 - 20 Cukup = 7 - 13 Kurang = 0 – 6 Kuesioner Pengetahuan mengadopsi dari kuesioner penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Rahmawati (2011), dengan menggunakan skala Guttman. Kuesioner tersebut telah dimodifikasi oleh peneliti dan melakukan uji validitas dan uji reabilitas kembali dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap – tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang digunakan yaitu, pearson product moment (r) (Notoatmodjo,2010). Uji validitas dilakukan pada tanggal 24 April 2015 pada 20 orang wanita usia produktif di Puskesmas Kota Takengon. kuesioner ini terdiri atas 20 pertanyaan, dengan taraf signifikansi 5% (0,05) nilai r table adalah 0,444. Dari hasil uji validitas di dapat nilai koefisien korelasi validitas 0,444 dan koefisien reabilitas alpha cronbach 0,967 > r tabel dari (0.444), hasil ini menunjukan instrument valid dan reliabel untuk digunakan. 52 2. Sikap Untuk mengukur sikap Wanita usia produktif dalam pendidikan kesehatan SADARI diukur dengan menggunakan skala Likert, dari 10 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban; Setuju (skor 3), Ragu – ragu ( skor 2), dan tidak setuju ( skor 1) (Hidayat,2007). Jumlah skor tertinggi 30 dan jumlah skor terendah 10 (Hidayat, 2007). Keterangan: P = Nilai yang dicari Rentang = Nilai jawaban yang tertinggi dikurang jawaban terendah Banyak kelas = Banyak kelas P = 10 Berdasarkan jumlah nilai skor yang diperoleh maka variabel sikap dapat dikategorikan : Positif = 21 - 30 Negatif ` = 10 - 20 Kuesioner Sikap menggunakan skala likert, uji validitas yang dilakukan peneliti pada tanggal 24 April 2015 pada 20 orang wanita usia produktif di puskesmas Kota Takengon. Kuesioner ini terdiri atas 10 pernyataan, engan taraf signifikan 5% ( 0,05) nilai r tabel 0,444. Dari hasil uji validitas terdapat 2 item yang tidak valid dengan nilai koefisien korelasi validitas < 0,444 ( item 6 dengan r hitung 0,317 dan item 8 dengan r hitung 0,189) lalu kedua item tersebut dibuang. Kemudian peneliti mengubah pernyataan untuk item no 6 dan item no 8, lalu 53 diuji validitas kembali pada tanggal 27 April 2015 didapat nilai koefisien korelasi validitas 0,444 dan koefisien reabilitas alpha cronbach 0,924 > r tabel dari (0.444), hasil ini menunjukan instrument valid dan reliabel untuk digunakan. H. Etika Penelitian Sebelumnya peneliti mendapatkan izin dari Kepala Puskesmas Bies Aceh Tengah. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada responden, serta kerahasian data yang di berikan. Responden berhak untuk menerima dan menolak untuk menjadi responden dalam penelitian. Bila calon menyetujui menjadi responden, maka peneliti meminta responden untuk menandatagani persetujuan yang telah disediakan. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan penelitian dengan etika peneliti meliputi : 1. Lembar persetujuan (informed consent) Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelsakan maksud dan tujuan peneliti kepada responden yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari responden baru peneliti mulai melakukan penelitian. 2. Tanpa nama (Anonymity) Tidak mencantumkan nama responden dalam lembar observasi dalam penelitian, tetapi menukarnya dengan kode inisial nama responden, termaksud dalam penyajian hasil penelitian. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi tersebut dijamin oleh peneliti, hanya kelompok tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan hasil penelitian (Notoatmodjo,2010). 54 I. Teknik pengolahan Data Setelah semua data pada lembar kuisioner terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap (Notoatmodjo, 2010 ) yaitu : 1. Editing Setelah selesai melakukan penelitian, maka peneliti melakukan pengecekan kembali data yang telah di dapatkan oleh peneliti. 2. Coding Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategorikategori. Klasifikasi dilakukan dengan member tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Pemberian kode tersebut meliputi karakteristik responden berdasarkan umur diberi kode 1 yaitu umur “20-28”, kode 2 umur “29-37”, kode 3 umur “38-45”. Berdasarkan pekerjaan yang diberi kode 1 “IRT”, kode 2 “PNS”, kode 3 “Swasta”. Berdasarkan pendidikan yang diberi kode 1 “SD”, kode 2 “SMP”, kode 3 “SMA”, kode 4 “Perguruan tinggi”. Berdasarkan informasi tentang SADARI diberi kode 1 “pernah”, kode 2 “tidak pernah”. Berdasarkan kuesioner Pengetahuan kode 1 jika pertanyaan “benar”, kode 0 pertanyaan “salah”. Berdasarkan nilai skor pengetahuan kode 1 yaitu dengan nilai “0-6”, kode 2 nilai “7-13”, kode 3 nilai “14-20” dan pengetahuan yang diberi kode 3 “baik”, kode 2 “cukup”, kode 1 “kurang”. Berdasarkan kuesioner sikap pertanyaan dengan kode 3 “setuju”, kode 2 “ragu-ragu”, kode 1 “tidak setuju” dan sikap dengan kategori “negatif” diberi kode 1, kategori “positif” diberi kode 2 dengan jumlah kategori negatif “10-20” diberi kode 1, kategori positif “21-30” diberi kode 2. 55 3. Entry data Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode katagori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data melalui pengolahan komputer. 4. Tabulating Setelah data dimasukkan dan dilakukan pengolahan melalui komputer, maka didapat hasil pengolahan data tersebut, selanjutnya peneliti memasukkan hasil data kedalam bentuk distribusi frekuensi tabel sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan peneliti untuk mempermudah pengolahan data berikutnya. J. Metode Analisa Data Data penelitian yang telah dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan : 1. Analisa Univariat Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari karakteristik responden yang meliputi: umur, pekerjaan, pendidikan, dan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). 2. Analisa Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap kedua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Uji Mc Nemar dengan nilai α< 0,05 taraf kesalahan 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan nilai p value 0,000 setelah dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Mc Nemar, didapat bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bies Pemerintahan Kabupaten Aceh Tengah. Puskesmas Bies berada di jalan Takengon – Angkup Sp, Uning Niken Kecamatan Bies, Yang berjarak ± 7 km dari ibu kota Aceh tengah, dengan luas wilayah kerja ±27 km². Dengan berbatasan wilayah, bagian utara berbatasan dengan kecamatan bebesen, bagian selatan berbatasan dengan kecamatan silih nara, bagian barat berbatasan dengan kecamatan bebesen, bagian timur berbatasan dengan kecamatan pegasing. Kecamatan Bies memili 12 desa, dengan jumlah penduduk 7650 jiwa, dengan jumlah tenaga medis/petugas kesehatan sebanyak 51 orang. Puskesmas Bies Terdiri dari kebidanan, Poli gigi, Poli THT, Imunisasi, Gizi, Laboraturium. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian yang meliputi analisa univariat dan analia bivariat. Analisis bivariat akan menguraikan gambaran karakteristik responden, sedangkan analisis bivariat melihat perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada wanita usia produktif. B. Hasil penelitian Berdasarkan penelitian yang peneliti laksanakan pada tanggal 06 sampai tanggal 22 juni tahun 2015 pada wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah, tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan SADARI terhadap Pengetahuan dan Sikap Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015, dengan jumlah sampel 17 responden yang di peroleh dari data primer, maka di peroleh hasil sebagai berikut: 56 57 1. Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,2010). a. Karakteristik responden berdasarkan Umur, Pekerjaan, Pendidikan, dan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan Umur, Pekerjaan, Pendidikan, dan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 (n = 17) Karakteristik Responden Umur 20 – 28 29 – 37 38 – 45 Pekerjaan Ibu rumah tangga Swasta Pendidikan SD SMP SMA Perguruan tinggi Informasi tentang Pernah SADARI Tidak pernah n 6 7 4 14 3 1 4 9 3 2 15 % 35,3% 41,2% 23,5% 82,4% 17,6% 5,9% 23,5% 52,9% 17,6% 11,8% 70,6% Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan variabel umur mayoritas umur 29 – 37 tahun yaitu (41,2%). Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden adalah ibu rumah tangga sebanyak (82,4%). Berdasarkan pendidikan mayoritas responden adalah pendidikan SMA sebanyak (52,9%), dan berdasarkan informasi tentang SADARI mayoratis responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang SADARI sebanyak (70,6%). 58 b. Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI Tabel 4.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh Tengah tahun 2015 (n=17) Tingkat Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI Baik Cukup Kurang n % 1 14 2 5,9% 82,4% 11,8% Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah mayoritas responden cukup sebanyak (82,4%). c. Distribusi frekuensi Tingkat Pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI Tabel 4.3. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh Tengah tahun 2015 (n=17) Tingkat Pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI Baik Cukup Kurang n % 14 2 1 82,4% 11,8% 5,9% 59 Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui tingkat pengetahuan responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah mayoritas responden yang berpengetahuan baik sebanyak (82,4%). d. Sikap wanita usia produktif sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI Tabel 4.4. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh Tengah tahun 2015 (n=17) Sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI Negatif Positif n % 14 3 82,4% 17,6% Berdasarkan tabel 4.4. diatas dapat diketahui sikap responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI adalah mayoritas negatif sebanyak (82,4%). e. Sikap wanita usia produktif sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI Tabel 4.5. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Sikap sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh Tengah tahun 2015 (n=17) Sikap sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI Negatif Positif n % 2 15 11,8% 88,2% 60 Berdasarkan tabel 4.5. diatas diketahui sikap responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI adalah mayoritas positif sebanyak (88,2%). 2. Analisa Bivariat Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap tingkat pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015. maka dilakukan analisis bivariat menggunakan uji statistik Mc Nemar dengan hasil: a. Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI Tabel 4.6. Tabel Tabulasi silang pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 (n=17) Pengetahuan Sesudah Pendidikan Kesehatan Kurang Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan % Cukup % Baik % Total % Kurang 1 5,9% 1 5,9% 0 0% 2 11,8% Cukup 0 0% 1 5,9% 13 76,5% 14 82,4% Baik 0 1 0% 5,9% 0 2 0% 11,8% 1 14 5,9% 82,4% 1 17 5,9% 100% Total Berdasarkan hasil uji statistik perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI menggunakan uji Mc Nemar ( Tabel 4.6.) dapat dilihat bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 diperoleh nilai p = 0,001, karena nilai α< 0,05 maka Ha1 diterima. PValue 0,001 61 b. Perbedaan Sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI Tabel 4.7. Tabel Tabulasi Silang Perbedaan Sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 (n=17) Sikap Sesudah Pendidikan Kesehatan SADARI Negatif % Positif % Total Sikap Sebelum Pendidikan Kesehatan SADARI Total % Negatif 2 11,8% 12 70,6% 14 82,4% Positif 0 2 0% 11,8% 3 15 17,6% 88,2% 3 17 17,6% 100% Bedasarkan hasil uji statistik perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI menggunakan uji Mc Nemar ( Tabel 4.7.) dapat dilihat bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap sikap wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 diperoleh nilai p = 0,000, karena nilai α< 0,05 maka Ha2 diterima. C. Pembahasan 1. Pengetahuan sebelum di berikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015. Berdasarkan hasil tabel distribusi frekuensi pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI (Tabel 4.2.) diperoleh hasil bahwa mayoritas responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak (82,4%). Berdasarkan hasil kuesioner penelitian hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang mereka dapat dari tenaga kesehatan, maupun mencari informasi dari media sosial seperti TV, majalah maupun koran tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh P 0,000 62 bebereapa faktor yaitu; pendidikan, usia minat dan kreatifitas, pengalaman, kebudayaan, lingkungan sekitar dan informasi (Notoatmodjo,2005 dalam Pratama,2014). Hal ini didukung juga oleh data karakteristik responden tentang informasi SADARI bahwa mayoritas responden menjawab tidak pernah mendapat informasi tentang SADARI sebanyak (70,6%), dan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas bahwa di Puskesmas Bies belum pernah diadakan penyuluhan tentang pemeriksaan payudara sendiri. Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap subjek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan presepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo ,2003 dikutip dalam Wawan dan Dewi, 2011). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Viviawati (2014) yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan dan prosedur pemeriksaan SADARI karena kurangnya minat responden dalam mencari informasi tentang kanker payudara dan cara pemeriksaan SADARI baik melalui internet, majalah, brosur ataupun media 63 masa. Pengetahuan tentang manfaat dan cara pemeriksaan SADARI sangat penting diketahui oleh responden karena manfaat dan cara pemeriksaan SADARI merupakan bagian terpenting dalam SADARI. Pengetahuan yang baik tentang cara pemeriksaan SADARI sangat penting diketahui oleh remaja putri karena merupakan salah satu alasan untuk mengaplikasikan SADARI sebagai upaya rutin dalam mencegah kanker payudara. Hal ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Simanullang (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang pengetahuan dalam melaksanakan SADARI diperoleh bahwa pengetahuan ibu kurang sebanyak 26 orang (52,0%). Dan penelitian yang di lakukan oleh Viviawati (2014) di SMK N1 Karanganyar tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan “SADARI” sebagai deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan dan sikap diperoleh hasil bahwa pengetahuan remaja putri di SMK N 1 Karanganyar sebelum di berikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI sebagian besar dalam kategori cukup sebesar 26 responden (84%). 2. Pengetahuan sesudah di berikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI pada (Tabel 4.3.) diperoleh hasil bahwa mayoritas responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebanyak (82,4%). Hal ini menunjukan adanya peningkatan pengetahuan wanita usia produktif setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI. Hal ini disebabkan karena berdasarkan data yang diperoleh peneliti pertanyaan – pertanyan sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI mayoritas 64 dijawab salah namun setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas responden menjawab benar. Karena saat diberikan pendidikan kesehatan sebagian wanita usia produktif memperhatikan dengan seksama dan bertanya tentang materi yang disampaikan, dan diharapkan dengan peningkatan pengetahuan mengenai pemeriksaan payudara sendiri maka terbentuk prilaku dalam pencengahan masalah payudara. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu terjadinya perubahan pengetahuan ,sikap dan tingkah laku individu , keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara prilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. (Nursalam, 2008 dalam Pratama,2014). Peningkatan pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan SADARI terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah informasi. Informasi yang didapat dari media massa mempengaruhi fungsi kognitif dan afektif seseorang (Notoadmodjo,2005 dalam Pratama,2014). informasi juga bisa didapatkan dari pendidikan formal maupun nonformal, contohnya penyuluhan. Hal ini sesuasi dengan teori bahwa Pendidikan kesehatan dimaksudkan untuk memberi penerangan maupun mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan, suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat dapat tertarik untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, suatu kegiatan mendidik sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi- informasi, dan kemampuan-kemampuan baru, agar mereka dapat membentuk sikap dan prilaku hidup menurut Simanullang,2012) apa yang seharusnya (Notoadmojo, 2010 dalam 65 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2011) pada siswi kelas XI SMA Negeri I Candiroto tentang Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap Peningkatan pengetahuan diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan tingkat pengetahuan siswi kelas XI SMA Negeri I Candiroto sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI sebagian besar adalah baik sebanyak 56 siswi (73,7%) dan sebagian kecil kurang sebanyak 4 siswi (5,3%). Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Sunaryo (2004) dalam Umiyati (2014) bahwa pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Sunaryo, 2004 dalam Umiyati, 2014). 3. Sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi Sikap Sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI pada (Tabel 4.4.) mayoritas responden yang memiliki Sikap dalam kategori negatif sebanyak (82,4%). Hal ini disebabkan karena berdasarkan data yang diperoleh bahwa responden kurang mengerti cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri sehingga wanita usia produktif kurang menyadari pentingnya pemeriksaan payudara dilakukan. Hal ini sesuai penelitian Viviawati (2014) bahwa pengetahuan yang kurang akan berdampak pada sikap yang negatif karena kurang mengetahui tentang cara melakukan pemeriksaan SADARI, sehingga minat dalam melakukan pemeriksaan SADARI juga kurang. Menurut Aiken (1970) dalam Ali (2010) sikap adalah predisposisi atau kecendrungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap 66 objek, situasi, konsep, atau orang lain. Definisi yang dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam hal mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri. Predisposisi yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar. Definisi diatas nampaknya konsisten menempatkan sikap sebagai predisposisi atau tendensi yang menentukan respon individu terhadap suatu objek. Predisposisi atau tendensi ini diperoleh individu dari proses belajar, sedangkan objek sikap dapat berupa benda, situasi dan orang. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predesposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003 dalam Simanullang,2012). Hal ini didukung oleh teori Wawan & Dewi (2011) dalam Viviawati (2014), bahwa sikap tertentu terhadap suatu objek menunjukkan tentang pengetahuan orang terhadap objek sikap yang bersangkutan. Sikap positif yang harus dimiliki remaja putri yaitu mau menerima cara pemeriksaan SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara dan dilakukan secara rutin. Menerima dapat diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan yang diberikan objek. Hasil penelitian sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI pada wanita usia produktif juga di dukung oleh hasil penelitian Susanti (2013) di kelurahan candirejo tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan Payudara sendiri (sadari) terhadap pengetahuan Dan sikap deteksi dini kanker payudara Pada wanita usia subur (wus) diperoleh hasil bahwa sebagian besar sikap WUS sebelum diberikan pendidikan kesehatan dalam 67 kategori kurang baik, yaitu pada kelompok intervensi (66,7%) dan pada kelompok kontrol (72,2%). dan penelitian yang dilakukan Simanullang,P (2012) di Dusun 1 Desa Namorambe Kecamatan Namorambe tentang efektivitas pendidikan kesehatan tentang sadari terhadap Pengetahuan dan sikap ibu dalam melaksanaan sadari diperoleh Hasil penelitian sikap sebelum dilakukan pendidikan kesehatan diperoleh bahwa sikap ibu tentang SADARI memiliki sikap negatif sebanyak 33 orang (66,0%) 4. Sikap sesudah di berikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi sikap sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI (Tabel 4.5.) mayoritas responden yang memiliki sikap dalam kategori positif sebanyak (88,2%). Hal ini dikarenakan setelah diberikan pendidikan kesehatan SADARI seluruh responden memperhatikan leafleat yang diberikan, video dan penjelasan dari peneliti. Sehingga sikap wanita usia produktif mengalami peningkatan dan menjawab pertanyaan dengan benar. Menurut Setiawan (2010) dalam Umiyati (2014) bahwa penyuluhan kesehatan adalah kegiatan penambahan pengetahuan yang dilakukan dengan penyebaran pesan dan melakukan keyakinan atas pentingnya kesehatan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, mengerti, tetapi dapat berbuat sesuatu dan mengetahui apa yang harus dilakukan (Setiawan, 2010). Selain itu penyuluhan yang menggunakan metode ceramah untuk mencapai tingkatan sikap seseorang agar mengubah persepsi mereka tentang suatu hal. Hal ini sesuai dengan teori Wawan & Dewi (2011) dalam Viviawati (2014) menyatakan bahwa pengalaman pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang. Teori menyebutkan bahwa untuk dapat menjadi 68 dasar pembentukan sikap, pengalam pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Media masa juga berpengaruh terhadap sikap seseorang karena berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya akibatnya akan berpengaruh terhadap sikap konsumennya. (Wawan & Dewi, 2011). Selain faktor pengalaman pribadi dan media masa, ada tahap motivasi yang merubah seseorang setelah mengikuti pendidikan kesehatan benar – benar mengubah perilaku sehari –hari (Azwar dalam Susilo,2011). Hal ini didukung oleh oleh hasil penelitian Susanti (2013) bahwa sebagian besar sikap WUS sesudah diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori baik, yaitu pada kelompok intervensi (94,5%) dan pada kelompok kontrol (61,6%). Dan penelitian yang dilakukan oleh Viviawati (2014) di SMK N1 Karanganyar tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan “SADARI” sebagai deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan dan sikap diperoleh hasil bahwa Sikap remaja putri di SMK N1 Karanganyar sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI sebagian besar dalam kategori positrif yaitu sebanyak 24 responden (77%). 5. Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI pada Wanita Usia Produktif Di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015. Berdasarkan Hasil uji statistik menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p =0,001 dengan nilai α < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada wanita usia produktif di Puskesmas Bies Aceh tengah tahun 2015. Adanya perbedaan pengetahuan wanita usia produktif tentang SADARI dapat diartikan bahwa pendidikan kesehatan memberikan perubahan pengetahuan wanita usia produktif dalam upaya deteksi dini kanker payudara di 69 puskesmas Bies Aceh tengah. Bila dilihat dari nilai pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan mayoritas cukup sebanyak (82,4%) dan setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas baik sebanyak (82,4%), yang berarti pengetahuan sebelum diberi pendidikan kesehatan lebih kecil dari pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.hal ini berarti pendidikan kesehatan memberikan perubahan positif terhadap peningkatan pengetahuan wanita usia produktif tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara. Hal ini didukung oleh penelitian Umiyati (2012) di rw 03 kelurahan Bulustalan semarang tentang perbedaan pengetahuan dan sikap wanita usia subur Tentang praktik SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) Sebelum dan sesudah penyuluhan bahwa ada perbedaan pengetahuan tentang Praktik SADARI sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dilihat dari hasil uji wilcoxon pvalue yaitu 0,000. Menurut Viviawati (2014) Pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI sangat mempengaruhi terhadap pengetahuan remaja putri. Pendidikan kesehatan terjadi karena adanya perubahan kesadaran dalam diri individu sendiri untuk menambah pengetahuan dan kemampuan melalui teknik praktek belajar dengan tujuan untuk mengingat fakta/kondisi nyata dengan cara memberikan dorongan terhadap pengarahan diri (Mubarak, et al 2007 dalam Viviawati,2014). Sehingga dapat disimpulkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan SADARI yang dapat mengubah atau meningkatkan pengetahuan wanita usia produktif. Pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan yang kemudian dapat menciptakan persepsi pada diri seseorang terhadap suatu objek yang kemudian akan mengubah perilaku seseorang, Notoatmodjo (2005). 70 6. Perbedaan Sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI pada Wanita Usia Produktif Di Puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2015 Hasil uji statistik perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p= 0,000 dengan nilai α <0,05, dan dapat disimpulkan ada perbedaan sikap tentang pemeriksaan SADARI sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI. Adanya perbedaan sikap wanita usia produktif tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara di puskesmas Bies Aceh tengah dapat diartikan bahwa pendidikan kesehatan memberikan dampak perubahan sikap pada wanita usia produktif dalam upaya deteksi dini kanker payudara di puskesmas Bies. Bila dilihat dari sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatn mayoritas negatif sebayak (82,4%) dan sikap sesudah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas positif sebanyak (88,2%), yang berarti sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan lebih kecil dari sikap setelah diberi pendidikan kesehatan. hal ini berarti pendidikan kesehatan memberikan perubahan positif terhadap peningkatan sikap wanita usia produktif dalam upaya deteksi dini kanker payudara di Puskesmas Bies Aceh tengah. Menurut Setiawan (2010) dalam Umiyati (2014) Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan penambahan pengetahuan yang dilakukan dengan penyebaran pesan dan melakukan keyakinan atas pentingnya kesehatan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, mengerti, tetapi dapat berbuat sesuatu dan mengetahui apa yang harus dilakukan . Dengan adanya pendidikan kesehatan tersebut diharapkan ada perubahan perilaku kesehatan dari responden yang nantinya akan meningkatkan atau memelihara kesehatan 71 Hal ini didukung oleh penelitian Susanti (2013) di Kelurahan Candirejo tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan Payudara sendiri (SADARI) terhadap pengetahuan dan sikap deteksi dini kanker payudara Pada wanita usia subur (WUS) bahwa Ada perbedaan yang signifikan Ada perbedaan yang signifikan sikap WUS sebelum dan sesudah diberikan pendidikan pada kelompok intervensi dengan nilai p =0,000 < α (0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan dengan nilai p = 0,058 > α (0,05), dan didukung dengan penelitian Umiyati (2012) di Rw 03 kelurahan Bulustalan semarang tentang perbedaan pengetahuan dan sikap e penyuluhan bahwa ada perbedaan sikap waanita usia subur tentang Praktik SADARI sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan terlihat dari hasil uji wilcoxon p-value yaitu 0,000. Dengan adanya pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan dan sikap wanita usia produktif, mereka akan lebih menyadari betapa pentingnya pemeriksaan payudara sendiri dilakukan untuk mendeteksi dini adanya benjolan pada payudaranya. Maka dari itu kesadaran masyarakat akan SADARI sangat penting agar terhindar dari kanker payudara. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan tersebut meliputi : 1. Banyak responden yang bertukar informasi dan bekerja sama saat pengisian kuesioner berlangsung walaupun sudah diperingatkan oleh peneliti. 2. Peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol, peneliti hanya menggunakan kelompok intervensi saja. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan wanita usia produktif sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015 adalah mayoritas cukup (82,4%), dan sikap usia produktif sebelum diberikan pendidikan kesehatan SADARI mayoritas negatif (82,4%). 2. Tingkat pengetahuan wanita usia produktif sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI di Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015 mayoritas Baik (82,4%), dan sikap usia produktif sesudah diberikan pendidikan kesehatan SADARI mayoritas Positif (88,2%). 3. Ada pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan wanita usia produktif tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara di Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015 dengan nilai p-value = 0.000 (p<0,05) 4. Ada pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap sikap wanita usia produktif tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara di Puskesmas Bies Aceh tengah Tahun 2015 dengan nilai p-value = 0.000 (p<0,05) B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Wanita Usia Produktif Disarankan kepada ibu- ibu atau wanita usia produktif agar lebih aktif mencari informasi seperti melalui media elektronik, media masa, guna meningkatkan 72 73 pengetahuan tentang SADARI sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk melakukan SADARI. 2. Bagi Puskesmas Bies Aceh tengah Disarankan kepada Pihak Puskesmas agar memberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri di desa- desa untuk meningkatkan derajat kesehatan wanita usia produktif di kecamatan Bies. 3. Bagi Pendidikan Keperawatan Menambah sumber informasi tentang deteksi dini kanker payudara maupun pengobatan kanker payudara dan bekerja sama dengan pelayanan kesehatan untuk mengadakan bakti sosial di masyarakat. 4. Bagi peneliti lain Disarankan kepada penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian lanjutan dengan cara menggunakan metode ceramah dan demonstasi atau dengan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi agar hasil penelitian lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA Ali,Zaidin. (2010). Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi Kesehatan.Jakarta.TIM. Arikunto,S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta. EGC. Azwar S. (2005). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta. PustakaPelajar Brunner.,suddarth. (2006) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. DepKes R.I.(2014). Angka kejadian kanker payudara. Available http: //www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/170-angka-kejadiankanker-payudara.html.Diakses 26 Maret 2013. DinKes Aceh Tengah. (2015). Data Wanita Usia produktif di puskesmas Bies Aceh Tengah Tahun 2014. Takengon - Aceh Tengah. Hidayat. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Kementerian kesehatan republik Indonesia (2014). www.depkes.go.id/article/print/201407070001/hilangkan-mitos-tentangkanker.html diakses 23 Maret 2015. Marlina, M. (2014).Hubungan Dukungan dan Sikap Suami Dengan Motivasi ibu dalam Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014. Diakses 17 Februari 2015. Notoatmodjo, S.(2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:RinekaCipta. Notoatmodjo,S. (2005).Pendidikan dan Prilaku Kesehatan . Jakarta. RinekaCipta. Olfah,Y et al. (2013). Kanker payudara dan SADARI. Yogyakarta.Nuhamedika. Pamungkas, Z. (2011).Deteksi dini Kanker Payudara.yogyakarta. Bukubiru Pratama, Laras (2014).Efektivitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada remaja putrid di SMPN 3 Tangerang Selatan.Diakses 25 April 2015. Rahmawati, T. (2011). Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap Peningkatan pengetahuan tentang sadari pada siswi Kelas xi di sma n 1 candiroto temanggung. Yogyakarta.StiKes Alma Ata. Diakses 25 April 2015. Riwidikdo, H. (2009).Statistik Kesehatan.Mitra Cendikia. Jogjakarta. Simanullang, P. (2012).Efektivitas pendidikan kesehatan tentang sadari terhadap Pengetahuan dan sikap ibu dalam melaksanaan sadari di dusun 1 desa Namorambe kecamatan namorambe. Jurnal.uda.ac.id/files/jurnal%20poniyah.pdf. Diakses 15 januari 2015. Susilo, R (2011). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan.EGC. Jakarta. Sutjipto.(2013). Jumlah penderita kanker payudara masih cukup tinggi. Available at: //http. www.depkes.co. id. Dilihat tanggal 21 Maret 2015. Susanti,A.(2013). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan Payudara sendiri (sadari) terhadap pengetahuan Dan sikap deteksi dini kanker payudara Pada wanita usia subur (wus) Di kelurahan candirejo. perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3193.pdf. Diakses 15 Januari 2015. Suastina.(2013). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan Siswi tentang sadari sebagai deteksi dini kanker payudara di sma negeri 1 Manado. ejournal.unstrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2188. Diakses 15 Januari 2015 Suhita, Byba M. ( 2008). Pengaruh Health Education terhadap pengetahuan dan sikap wanita dewasa tentang“ sadari “ dalam upaya deteksi dini Ca Mammae di Kediri . core.ac.uk/download/pdf/16506827.pdf. Diakses 3 Februari 2015. Sulastri,dkk. (2012). Pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan video dalam pemeriksaan payudara sendiri (sadari) terhadap Perubahan pengetahuan dan sikap remaja putrid Di sman 9 balikpapan. pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/97d470addf806c90c1ec6e04d850297f.pdf. Diakses 23 April 2015 Umiyati,dkk.(2014). Perbedaan pengetahuan dan sikap wanita usia subur Tentang praktik sadari(pemeriksaan payudara sendiri) Sebelum dan sesudah penyuluhan di rw 03 kelurahan Bulustalan semarang. Diakses 23 April 2015. Viviawati. (2014). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeriksaab “SADARI” sebagai deteksi dini kanker payudara terhadap pengetahuan dan sikap remaj putri di SMK N 1 Karangannyar.Diakses tanggal 1 Juli 2015. Wawan & Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia.Yogyakarta.NuhaMedika. Lampiran 1 PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER Assalamualaikum Wr.Wb Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar S-1 Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia, maka yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Riyadohtun syaniah Nst NIM : 1102085 Judul penelitian : Pengaruh pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara di puskesmas Bies Aceh Tengah tahun 2015. Dengan segala kerendahan hati mohon kepada ibu – ibu berkenan menjadi responden penelitian ini dengan mengisi pertanyaan yang saya ajukan dengan jujur dan sesuai pengetahuan ibu – ibu. Jawaban ibu – ibu sangat saya butuhkan semata–mata hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan jawaban yang ibu –ibu akan saya jaga kerahasiannya. Atas kesediaan dan bantuan ibu – ibu , saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikium Wr.Wb Medan, Juni 2015 Hormat saya, (Riyadohtun Syaniah NST) Lampiran 2 INFORMED CONSENT KUESIONER Dengan ini kami, Nama : Umur : Alamat : Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh : Nama : Riyadohtun syaniah Nst Pendidikan : Program Studi Ilmu Keperawatan,Universitas Sari Mutiara Indonesia. Judul Penelitian : Pendidikan kesehatan SADARI terhadap pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara di puskesmas Bies Aceh Tengah tahun 2015 Bersedia untuk mengisi daftar pertanyaan penelitian yang disusun oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan,Universitas Sari Mutiara Indonesia. tanpa paksaan. Jawaban yang diberikan akan dirahasiakaan dan hanya semata – mata untuk keperluan ilmu pengetahuan. Demikian surat pertanyaan ini kami buat. Medan, Juni 2015 Responden ( ) Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan SADARI Terhadap Pengetahuan dan Sikap Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Wanita Usia Produktif Di Puskesmas Bies Takengon – Aceh Tengah Tahun 2015 A.Data Demografi 1.No.Responden : ……….. 2.Umur : ………..Tahun 3.Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga PNS : SD SMA Swasta 4.Pendidikan SMP Perguruan Tinggi 5. Pernahkah ibu mendapat informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri ? Pernah Tidak pernah B.Petunjuk Pengisian Kuesioner: 1. Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling sesuai dengan pendapat saudara seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang telah tersedia. 2. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list ( √ ) dikotak yang tersedia pada pertanyaan dibawah ini. 3. Isilah Kuesioner ini secara jujur menurut pendapat anda. 4. Apabila merasa kesulitan atau tidak ada yang dimengerti anda boleh bertanya kepada peneliti 5. Terimakasih atas kerja samanya C. Pertanyaan Pengetahuan Berilah tanda check list ( √ ) pada salah satu pilihan yang tertera di belakang pertanyaan untuk menunjukan jawaban yang saudara pilih. Keterangan: B = Benar S = Salah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Pertanyaan SADARI disebut juga dengan pemeriksaan payudara sendiri. SADARI adalah cara sederhana untuk mendeteksi adanya kanker payudara. SADARI sangat mudah dilakukan, dan dapat dikerjakan sendiri SADARI sangat bermanfaat untuk menemukan kelainan pada payudara Melakukan SADARI ditujukan untuk menemukan kanker payudara dalam stadium dini Payudara yang terkena kanker akan berubah bentuk dan ukuran karena terjadi pembengkakan. SADARI dapat dilakukan setiap bulan. SADARI dapat dilakukan antara hari ke-7 sampai ke-10 dari siklus menstruasi dengan menghitung hari pertama haid sebagai hari pertama. Semua wanita dewasa boleh melakukan SADARI SADARI dianjurkan pada wanita pasca menopause (tidak mens lagi) SADARI dilakukan dengan berdiri di depan kaca agar B S 12 13 14 15 16 17 18 19 20 dapat melihat payudara secara jelas Salah satu cara SADARI adalah dengan mengangkat kedua tangan ke atas kepala. Pada payudara yang abnormal, ketika kedua tangan ditarik keatas kepala, maka akan terlihat perubahan warna kulit Pada payudara abnormal, ketika kedua tangan ditarik keatas kepala,maka akan terlihat pembengkakan pada payudara. Saat kedua tangan diletakkan di depan payudara seperti bersilah siku mengarah ke samping, maka tidak akan terjadi perubahan seperti cekungan. Cara melakukan SADARI dengan meraba kedua payudara dengan jari dengan searah jarum jam. Cara melakukan SADARI dengan meraba kedua payudara dengan jari dengan berlawanan jarum jam. SADARI dapat dilakukan dengan posisi berbaring Ketika melakukan SADARI, pada saat menekan daerah sekitar putting, jika keluar cairan yang abnormal maka perlu khawatir SADARI dilakukan pada kedua payudara. D.Pernyataan Sikap Berilah tanda check list ( √ ) pada kolom jawaban pertanyaan dibawah ini : Keterangan: S = Setuju RR = Ragu - ragu TS = Tidak setuju No Pernyataan 1 Sebagai seorang wanita dewasa saya harus selalu waspada terhadap kanker payudara Saya akan melakukan pemeriksaan payudara sendiri sejak usia 20 tahun ke atas. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan sebagai upaya deteksi dini kanker payudara. Saya akan segera memeriksakan diri ke puskesmas jika payudara saya mengalami kemerahan dan terasa nyeri jika ditekan Sebagai seorang wanita sebaiknya melakukan pemeriksaan payudara sendiri sekali dalam sebulan. Saya akan melakukan pemeriksaan payudara sendiri jika sudah muncul keluhan seperti rasa nyeri Saya perlu melakukan pemeriksaan payudara sendiri jika sudah tidak mengalami haid (Menopause). Saya akan melakukan pemeriksaan payudara saya sendiri pada hari ke 7 – 10 dari siklus haid saya dihitung dari hari pertama secara teratur tiap bulannya Jika saya melakukan pemeriksaan payudara sendiri, saya akan melakukannya secara berurutan sesuai tahapnya Saya akan melakukan pemeriksaan payudara lanjut, jika hasil pemeriksaan sadari menunjukan adanya benjolan. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 S RR TS Lampiran 4 SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Deteksi Dini Kanker Payudara Sub Topik : SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Hari/Tanggal : Rabu, 10 Juni 2015 Waktu : 30 menit Tempat : Puskesmas Bies Aceh Tengah Sasaran : Wanita Usia Produktif yang berumur 20 - 45 Tahun A. Tujuan : 1. Tujuan Umum Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharapkan para wanita usia produktif dapat mengerti dan memahami tentang penyakit Kanker payudara, dan cara deteksi dini kanker payudara dengan melakukan SADARI. 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti pendidikan kesehatan ini para wanita usia produktif diharapkan : a. Mengetahui Pengertian SADARI b. Mengetahui Manfaat SADARI c. Mengetahui Tanda dan gejala Kanker Payudara d. Mengetahui Faktor resiko Kanker Payudara e. Mengetahui Waktu Pelaksanaan SADARI. f. Mampu melakukan SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri) dengan tepat B. Metode : - Ceramah - Tanya jawab C. Media : - Leafleat - Video D.Proses Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Tahap Pembukaan Waktu 2 Menit Inti 15 Menit Evaluasi 10 Menit Penutup 3 Menit Kegiatan Peneliti Pembukaan: 1. Memberi salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan penyuluhan 4. Menjelaskan topik penyuluhan dan mekanisme penyuluhan Kegiatan Responden 1. Menjawab salam 2. Mendengarkan Penyampaian Materi: 1. Mengakaji 1.Menjawab pengetahuan dan 2.Mendengarkan dan sikap awal mengenai memperhatikan topik yang akan disampaikan 2. Menyampaikan materi: a) Pengertian SADARI b) Manfaat SADARI c) Tanda dan Gejala Kanker Payudara d) Faktor Resiko Kanker Payudara e) Waktu Pelaksanaan SADARI f) Langkah – langkah SADARI. Evaluasi: 1. Memberi kesempatan 1. Bertanya kepada Wanita usia 2. Menjawab produktif untuk bertanya 2. Menanyakan kembali kepada peserta tentang materi yang disampaikan 1. Menyimpulkan Materi 1. Mendengarkan 2. Memberi salam 2. Menjawab salam Materi Penyuluhan A. Pengertian SADARI SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker dalam payudara wanita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang berumur 20 tahun ke atas ( Olfah,dkk, 2013). B. Manfaat SADARI Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. SADARI hanya untuk mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, tidak untuk mencegah kanker payudara. Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan mengamati payudara dari depan,sisi kiri, dan sisi kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, puting bersisik dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah menstruasi.(Olfah,dkk 2013). C. Tanda dan Gejala Kanker Payudara Tanda dan gejala umum yang menjadi keluhan terdiri dari keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari putting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange), pembesaran kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh (Olfah,dkk 2013). D. Faktor Resiko Kanker Payudara Hingga saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti karena termasuk multifaktorial yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal dan faktor lain yang bersifat eksogen / faktor luar (Mansjoer dkk,2003 dalam Olfah,dkk,2013). Menurut Prince & Wilson (2006) terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kanker payudara: 1) Usia 2) Lokasi geografis dan ras 3) Status perkawinan 4) Paritas 5) Riwayat menstruasi 6) Riwayat keluarga 7) Obesitas 8) Penyakit payudara lain 9) Terpajan radiasi E. Waktu Pelaksanaan SADARI Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak berubah selama bertahun-tahun. Wanita yang belum menopause sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar 5 sampai 10 hari setelah menstruasi. Satelah menopause SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut (Olfah,dkk 2013). F. Langkah – Langkah SADARI Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes (2009) dalam Pratama (2014), yaitu: g. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dan hal ukuran, bentuk atau warna kulit,atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit. h. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang. i. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. j. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri dan berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring. Diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan di periksa. k. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk,tengah,dan manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakkan memutar keluar di seluruh permukaan payudara.s l. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap bulannya. Langkah – langkah pemeriksaan payudara sendiri Langkah 1 Berdiri di depan cermin, tangan disisi tubuh, dan perhatikan ukuran dan bentuk , warna kulit,atau jika ada kerutan pada payudara. Langkah 2 Angkat kedua tangan diatas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang Langkah 3 Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. Langkah 4 Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri dan berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring. Diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan di periksa. (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Langkah 5 Angkat lengan kiri ke atas kepala ,Gunakan tangan kanan untuk menekan paydara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk,tengah,dan manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakkan memutar keluar di seluruh permukaan payudara. Langkah 6 Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap bulannya. Riyadohtun syaniah nasution 1102085 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA SADARI 2. HORMONAL - Haid pertama usia< 12 tahun Apa itu SADARI ? Kanker Payudarara SADARI ( pemeriksaan payudara sendiri) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker dalam payudara - Melahirkan anak pertama usia >35 tahun - Tidak menyusui anak - Riwayat keturunan - Penyakit payudara lain Apa itu Kanker Payudara? Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah satu payudara. kanker payudara juga merupakan benjolan atau masa tunggal yang sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar, benjolan ini keras dan bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakkan. Tanda dan Gejala Kanker payudara Tanda dan gejala umum yang menjadi keluhan terdiri dari keluhan benjolan di payudara, rasa sakit, keluar cairan dar i putting susu, timbulnya kelainan kulit ,kemerahan, kulit payudara seperti kulit jeruk. Faktor Resiko Kanker Payudara 1. DIET - Peningkatan badan berlebihan - Makanan cepat saji - Minuman beralkohol Waktu Pelaksanaan SADARI Wanita sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar 7 sampai 10 hari setelah menstruasi. Satelah menopause SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut Lampiran 13 Lembar Output SPSS Statistics Informasi tentang Umur N Pekerjaan Valid Missing Pendidikan SADARI 17 17 17 17 0 0 0 0 Frequency Table 1.Umur Umur Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 20 - 28 6 35.3 35.3 35.3 29 - 37 7 41.2 41.2 76.5 38 - 45 4 23.5 23.5 100.0 17 100.0 100.0 Total 2. Pekerjaan Pekerjaan Cumulative Frequency Valid Ibu Rumah Tangga Swasta Total Percent Valid Percent Percent 14 82.4 82.4 82.4 3 17.6 17.6 100.0 17 100.0 100.0 3.Pendidikan Pendidikan Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent SD 1 5.9 5.9 5.9 SMP 4 23.5 23.5 29.4 SMA 9 52.9 52.9 82.4 Perguruan tinggi 3 17.6 17.6 100.0 17 100.0 100.0 Total 4.Informasi tentang SADARI Informasi tentang SADARI Frequency Valid Percent pernah Valid Percent Cumulative Percent 2 11.8 11.8 11.8 tidak pernah 15 88.2 88.2 100.0 Total 17 100.0 100.0 UJI Mc Nemar 5.Pengetahuan sebelum dan sesudah Case Processing Summary Cases Valid N Pengetahuan sebelum * Pengetahuan sesudah Missing Percent 17 100.0% N Total Percent 0 .0% N Percent 17 100.0% Pengetahuan Pre test * Pengetahuan Post test Crosstabulation Pengetahuan Post test Kurang Pengetahu Kurang an Pre test Count % of Total Cukup Baik Total 0 2 5.9% 5.9% .0% 11.8% 0 1 13 14 .0% 5.9% 76.5% 82.4% 0 0 1 1 .0% .0% 5.9% 5.9% 1 2 14 17 5.9% 11.8% 82.4% 100.0% Count % of Total Total 1 Count % of Total Baik 1 Count % of Total Cukup Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value McNemar-Bowker Test df 14.000 N of Valid Cases sided) 2 .001 17 UJI Mc Nemar 6.Sikap sebelum dan sesudah Case Processing Summary Cases Valid N Sikap sebelum * sikap sesudah Missing Percent 17 100.0% N Total Percent 0 .0% N Percent 17 100.0% Sikap Pre test* Sikap Post test Crosstabulation Sikap Post test Negatif Sikap Pre Negatif test Count % of Total Positif Total 12 14 11.8% 70.6% 82.4% 0 3 3 .0% 17.6% 17.6% 2 15 17 11.8% 88.2% 100.0% Count % of Total Chi-Square Tests Exact Sig. (2Value sided) McNemar Test N of Valid Cases a. Binomial distribution used. .000 17 Total 2 Count % of Total Positif a