BRONKITIS

advertisement
BRONKITIS
Disusun Oleh :
- Anti Promina
- Muhammad Darus M
- Sulastri
PENGERTIAN

a.
Berikut ini merupakan pengertian dari Bronkhitis Kronis :
Bronkhitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yan
berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama dua tahun berturut-turut.
(Bruuuner.2001.600)
b.
Bronkhitis kronis adalah gangguan sebagai suatu gangguan peru yang
obtruktif yang ditandai oleh produksi mokus berlabihan saluran napas bawah
selama panjang kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun
berlarut-larut.(Corwin.2000.435)
c.
Bronkhitis kronis merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh
pembentukan-pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan
bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama
sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam 2 tahun
berturut-turut. (Sylvia.2000.689)
Patofisiologi
Patofisiologi bronkhitis kronik menurut Bruner adalah
Asap mengiritasi jalan nafas, mengakibatkan hipersekresi
lendir. kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir meningkat
jumlahnya dan fungsi silia menurun dan lebih banyak
lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat, bronkiolus menjadi
menyempit dan tersumbat. alveoli yang berdekatan dengan
bronkiolus menjadi rusak, mengakibatkan perubahan
fungsi makrofag yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri.
Pada umumnya, virus merupakan awal dari serangan
bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas.

Lanjutan
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
 Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus
sehingga meningkatkan produksi mukus.
 Mukus lebih kental, Kerusakan fungsi siliari yang
dapat menunjukkan mekanisme pembersihan
mukus.
Lanjutan
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki
kemampuan yang disebut mucocilliary defence,
 Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus
akan mengobstruksi jalan napas terutama
selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya
mengalami kolaps dan udara terperangkap
pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini
menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia, dan acidosis.
 Pada saat penyakit bertambah parah, sering
ditemukan produksi sejumlah sputum yang
hitam, biasanya karena infeksi pulmonari.

Etiologi
Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut,
area infeksi merupakan sumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronkhus.
 Dilatasi bronkhus (bronkInektasi),
menyebabkan gangguan susunan dan fungsi
dinding bronkhus sehingga infeksi bakteri
mudah terjadi.
 Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu
getar selaput lendir bronkhus sehingga
drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir
tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.

Manifestasi klinis

Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk
produktif (berdahak) yang mengeluarkan dahak
putih kuning atau kehijauan. Dalam keadaan
normal atau saluran pernapasaan kita
memproduksi mukus. Apabila saluran pernapasan
utama paru (bronkus) meradang, akan
menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak
yang akan memicu timbulnya dahak.
Tanda Dan Gejala
Menurut Corwin. 2000. hal 434, tanda dan gejala
bronkhitis kronis antara lain adalah sebagai
berikut :
 Batuk yang sangat produktif, mudah memburuk
oleh iritan- iritan, udara dingin atau infeksi.
 Dyspnea
 Komplikasi
Test Diagnostik
 Tes dignostik yang dilakukan pada klien bronkitis
kronik adalah meliputi rotagen thorak,analisa
sputum,tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar gas
darah arteri.
 Gas darah arteri analisa gas darah pa o2 : rendah (
normal 25-100mmhg )
Penatalaksana medis

Penatalaksana umum pada bronkitis koronik bertujuan
untuk memberbaiki kondisi tubuh penderita, mencega
memperburuk penyakit, menghindari faktor resiko dan
mengenali sifat penyakit secara lebih baik. Di samping
itu tujuan utama pengobatan dalah untuk menjaga agar
beronkiolus terbuka dan berfungsi sehingga
memudahkan membuang sekresi bronkhial, mencega
infeksi. Perubahan pola sputum (sifat warna,jumlah
dan ketebalan) dan pla batuk merupakan hal yang
perlu diperhatikan.terapi bronkdilator berguna untuk
menghilangkan bronkosspasme dan mengurangi
obstruksi jalan napas sehingga oksigen lbih banyak
distribusikan.
Penatalaksanaan keperawatan

Pengkajian
Data dasar pengkajian pada pasien dengan
Bronkitis :
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari –
hari.Ketidakmampuan untuk tidur.Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda :,Gelisah, insomnia.Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
2.
Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat.Distensi vena leher.Edema dependent.Bunyi jantung redup.Warna
kulit/membran mukosa normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi.
lanjutan
Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko. Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
3.
4. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia
Ketidakmampuan untuk makan
Penurunan berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, berkeringat.
Penurunan berat badan
Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
Pernafasan
5.
Lanjutan
5.
Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan
berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Episode batuk hilang timbul.
Tanda : Pernafasan biasa cepat. Penggunaan otot bantu pernafasan
Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas ronchi
Perkusi hyperresonan pada area paru.
Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
6.
Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi.
7.
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
8.
Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
Penatalaksaan keperawatan
Diagnosa keperawatan
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret.
 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
broncokontriksi, mukus.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan dispnoe, mual muntah.
 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.
Penatalaksanaan keperawatan

a)
Intervensi keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
o
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat
dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
o
Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya
proses infeksi akut.
o
Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau
kelemahan
o
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme
bronchus.
Lanjutan
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala
distress pernafasan.
Rencana Tindakan:
1.
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan
kronisnya proses penyakit.
2.
Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk
tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas,
dispenea dan kerja nafas.
3.
Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
b)
refernsi

Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002.

Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made
Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, EGC, Jakarta.
PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit, EGC, Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit
FKUI, Jakarta.



Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC;
Jakarta.
 Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan,
Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.

http://wdnurhaeny.blogspot.com/2010/02/askep-asma-bronkhitis-emfisemawnes.html
Download