1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesian
tahun 2001-2015 menyebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan
Kesehatan menuju Indonesia sehat adalah ditetapkannya misi pembangunan
kesehatan yang salah satunya adalah mendorong kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat, dengan sasaran meningkatkan jumlah penduduk
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sehingga untuk meningkatkan
percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat, salah satu program
unggulan yaitu program perbaikan gizi (Depkes RI, 2011).
Pentingnya mempertahankan gizi yang baik selama kehamilan sudah
diketahui
dengan
baik,
sebagaimana
dicerminkan
dengan
semakin
meningkatnya rekomendasi untuk mengkonsumsi banyak mikronutrien yang di
anggap penting untuk memenuhi kebutuhan tambahan akan nutrient pada
kehamilan dan laktasi. Kendati demikian, sejak tahun 1980-an, telah diakui
pentingnya status gizi yang baik pada seorang ibu, bukan hanya selama
kehamilan dan laktasi, tetapi juga sebelum pembuahan dan pada awal-awal
minggu kehamilan. Secara khusus, status folat maternal kini diketahui
memiliki dampak yang besar atas perkembangan dini embrio sampai 4 minggu
pertama kehamilan, yaitu ketika banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka
sedang hamil. Sekarang terdapat bukti yang diakui mengenai manfaat status
1
2
folat maternal yang optimal pada saat kehamilan ini dalam pencegahan defek
tuba neuralis (Gibney, 2009).
Kehamilan merupakan masa yang sangat penting, karena pada masa ini
kualitas seorang anak ditentukan (Paath, 2005). Ketika kehamilan terus
berjalan, folat terus memainkan peranan yang penting, akan tetapi, pada
minggu-minggu awal kehamilan, yang menjadi fokus perhatian adalah upaya
melindungi ibu terhadap kejadian defisiensi folat pada kehamilan. Defisiensi
folat maternal bukan hanya membawa akibat bagi kesehatan ibu sendiri, tetapi
juga terbukti menimbulkan retardasi pertumbuhan janin, BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah), dan defisiensi folat pada neonatus, dengan implikasi yang
penting bagi kesehatan neonatus serta bayi. Jadi, di sepanjang kehamilan, folat
memainkan peranan kunci dalam hal kesehatan maternal, fetal dan neonatal
(Gibney, 2009).
Menurut Arisman (2004) kebutuhan gizi ibu selama hamil akan
meningkat, yaitu kebutuhan akan protein meningkat sampai 68%, asam folat
100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-300%. Strategi pencegahan kekurangan
asam folat mencakup peningkatan kesadaran akan pentingnya konsumsi
makanan yang kaya akan asam folat, atau suplemen folat sebanyak 400 µg
setiap hari atau keduanya. Food and Drugs Administration (FDA)
merekomendasikan perkayaan produk serealia.
Berbagai
penelitian
menunjukkan
bahwa
kaum
wanita
yang
mengkonsumsi folat 2-3 bulan sebelum dan pada awal kehamilan terbukti
dapat mengurangi risiko kelahiran bayi dengan cacat pada otak. Asam folat
3
juga merupakan enzim untuk memproduksi DNA (deoxyribo nucleic acid) dan
berperan penting dalam perkembangan sel-sel darah merah. Kekurangan asam
folat dapat mengakibatkan penurunan fungsi imunitas tubuh dan terganggunya
fungsi limfosit (Azhar, 2011).
Meski pun pengetahuan ini secara universal sudah diterima oleh
masyarakat ilmiah dan kedokteran, namun masih belum jelas bagaimana cara
terbaik untuk menerjemahkan rekomendasi resmi ini kedalam kebijakan
kesehatan masyarakat agar status folat dapat dioptimalkan pada wanita yang
akan hamil. Bukti yang ada adalah bahwa makan yang dikonsumsi saat ini oleh
sebahagian besar wanita usia subur tidak berhasil memberikan tingkat asupan
folat dan vitamin B yang berhubungan secara metabolic serta berkaitan dengan
status folat maternal yang optimal pada usia kehamilan dini sehingga berkaitan
pula dengan risiko defek tuba neuralis yang rendah (Gibney, 2009).
Berdasarkan penelitian di Amerika setiap tahunnya sekitar
4.000
kehamilan mengalami Neural Tube Birth Defecs (NTD). Dari jumlah tersebut
sekitar 2.500 bayi lahir dengan menderita NTD, sedangkan di Indonesia
memang belum ada data yang pasti mengenai jumlah penderita NTD namun
setiap bulan dari 300 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di RSCM 3
pasien diantaranya terbukti janinnya menderita NTD (Suhardjo, 2009).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis di bidan praktek swasta
Rina jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada bulan Januari Juni 2013 berjumlah 213 orang. Pada bulan Februari 2013 terdapat 62 orang
ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dilakukan wawancara sebanyak
4
10 orang ibu hamil, didapatkan 7 orang ibu hamil yang diwawancarai tidak
mengetahui tentang asam folat baik manfaat atau dampak kekurangan asam
folat, sedangkan 3 orang ibu hamil mengetahui tentang asam folat. Hasil
tersebut menunjukkan masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui tentang
asam folat.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tingkat Pendapatan
Dengan Konsumsi Asam Folat Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek
SwastaRinaTahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka penulis
membuat perumusan masalah yaitu Adakah Hubungan Pengetahuan, Sikap,
Dan Tingkat Pendapatan Dengan Konsumsi Asam Folat Pada Ibu Hamil Di
Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.
C. Tujuan Peneliatian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tingkat
Pendapatan Dengan Konsumsi Asam Folat Pada Ibu Hamil Di Bidan
Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.
5
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan konsumsi asam
folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan
Meuraxa Banda Aceh tahun 2013.
b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan konsumsi asam folat
pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa
Banda Aceh tahun 2013.
c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan dengan konsumsi
asam folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan
Meuraxa Banda Aceh tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehamilan serta
menambah keterampilan dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah.
2.
Bagi institusi
Sebagai bahan bacaan yang dapat menambah referensi perpustakaan
STIKes U’Budiyah jurusan Kebidanan.
3.
Bagi lahan
Sebagai masukan yang berguna terhadap permasalahan yang terjadi di
lapangan mengenai manfaat asam folat dalam kehamilan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
Menurut Manuaba (2007) kehamilan merupakan proses yang fisiologis
dan alamiah, proses kehamilan merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari
konsepsi, nidasi, adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan,
perubahan hormon sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi.
Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim
seorang wanita sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang
wanita melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi atau masa subur
(keadaan ketika rahim melepaskan sel telur matang), dan sperma (air mani)
pria pasangannya akan membuahi sel telur matang wanita tersebut. Telur yang
dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding rahim, lalu tumbuh
dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim pada
kehamilan normal (Suririnah, 2008).
Menurut Bobak (2005) Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut
penanggalan Internasional, atau sekitar 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi
tiga periode bulanan atau disebut trimester. Trimester pertama adalah periode
minggu pertama sampai minggu ke-12, trimester kedua adalah periode minggu
ke-13 sampai ke-24, sedangkan trimester ketiga adalah periode minggu ke-25
sampai kehamilan cukup bulan (38 sampai 40 minggu).
7
Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologis antara lain
perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem traktus
urinarius, sirkulasi darah serta perubahan fisiologis. Kehamilan pada umumnya
berkembang dengan normal, namun kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama
kehamilan ataupun baik-baik saja (Sarwono, 2006).
Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi
dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan
yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan
kekhawatiran bagi sebahagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh,
bentuk payudara, pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara
keseluruhan membuat tubuh ibu hamil tersebut tampak jelek dan tidak percaya
diri. Kekhawatiran dan ketakutan ini sebenarnya tidak berdasar, untuk itu ibu
hamil memerlukan nasihat dan saran khususnya dari bidan dan dokter yang
dapat menjelaskan perubahan yang terjadi selama kehamilan (Helen, 2001).
Setiap ibu hamil pasti ingin memperoleh bayi yang sehat dan tidak
kekurangan suatu apapun. Untuk itu, ibu bukan cuma sehat raga, tapi juga
jiwanya. Tentunya kita semua memahami, selama bayi ada dirahim ibu, segala
sesuatunya masih tergantung pada bagaimana keadaan si ibu. Karenanya,
mudahlah dimengerti bahwa agar bayi sehat, kehamilan yang sehat merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi. Artinya, secara jasmani dan rohani, ibu hamil
harus dalam keadaan normal (Solihah, 2005).
8
Kehamilan dibagi menjadi III trimester, selama kehamilan ibu hamil
dianjurkan melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali untuk mengetahui
masalah kesehatan selama kehamilan, apakah masalah tersebut bersifat
fisiologis atau masalah tersebut bersifat patologis yang dapat mengancam
kehamilan. Komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan antara lain
hiperemesis gravidarum, perdarahan, anemia, eklamsia, nyeri perut yang hebat
(Sarwono, 2006).
Pada trimester pertama kehamilan merupakan masa kritis, karena pada
masa ini terjadi pembentukan sistem saraf, jantung, otak dan organ-organ
reproduksi. Plasenta juga mulai terbentuk, kondisi ini menyebabkan kebutuhan
akan zat-zat gizi tertentu meningkat. Bila kebutuhan gizi pada masa ini tidak
dilakukan, proses tumbuh kembang janin bisa mengalami gangguan. Maka
selain tetap mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang, ibu
hamil perlu memberi perhatian lebih pada zat-zat gizi tertentu seperti asam
folat (Imam, 2007).
B. Kebutuhan Makanan Bergizi pada Awal Kehamilan
Kecukupan konsumsi zat gizi atau yang dikenal dengan istilah
Recommended Dietary Alowances (RDA), adalah jumlah zat gizi yang
dianggap cukup yang harus dikonsumsi seseorang setiap hari agar tubuhnya
sehat. Jumlah yang dianjurkan ini tidak berarti rata-rata. Artinya apabila zat
gizi yang dikonsumsi tidak cukup banyak sesuai dengan RDA, tidak berarti
orang tersebut langsung akan menderita kekurangan gizi. Sebab, barangkali
9
orang yang bersangkutan makan lebih banyak pada hari-hari berikutnya.
Seseorang akan berkurang gizi apabila setiap hari makanan yang di konsumsi
selalu rendah dibandingkan dengan RDA dalam jangka waktu yang relative
lama, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Para ahli gizi menggunakan RDA
sebagai reference, atau standar konsumsi zat gizi. Dari standar ini makanan
yang dikonsumsi setiap hari diterjemahkan kedalam menu seimbang, sesuai
dengan kebudayaan masyarakat setempat. Kecukupan konsumsi setiap hari di
sesuaikan dengan jenis kelamin, umur dan keadaan tertentu, misalnya ibu
hamil dan menyusui (Purba, 2006).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada
masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi
yang sehat, cukup bulan dengan berat badan nomal. Dengan kata lain kualitas
bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan
selama hamil. Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan
mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi
yang sehat bila tingkat kesehatan gizinya berada dalam kondisi yang baik.
Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi,
khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi
(Depkes RI, 2006).
10
C. Asam Folat
Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam
jumlah yang sedikit, tapi penting untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Pada umumnya tubuh sendiri tidak dapat membentuk vitamin, oleh
karena itu harus diperoleh dari makanan.
Vitamin tidak menghasilkan energi, namun kehadirannya sangat
diperlukan karena kalau tubuh kekurangan salah satu vitamin, maka
kesehatan badan akan terganggu, demikian juga halnya apabila kelebihan
(Tirtawinata, 2006).
Asam folat termasuk anggota vitamin B yang esensial, tidak dapat
diproduksi tubuh sehingga harus di dapatkan dari makanan atau suplemen.
Wanita yang merencanakan kehamilan dan masih dalam tahap awal
kehamilan membutuhkan 40 mg asam folat per hari, untuk membantu
perkembangan tulang belakang dan otak bayi secara optimal (Charlish, 2005).
1. Pengertian Asam Folat
Asam folat berasal dari bahasa Inggris yaitu folic acid, folate atau
folacin, yang artinya adalah vitamin larut air. Folat dari bahasa latin
“folium” yang artinya daun (Almatsier, 2004). Asam folat adalah salah
satu vitamin dalam kelompok vitamin B yang sangat penting bagi tubuh
(Azhar, 2011), tidak dapat diproduksi tubuh sehingga harus didapatkan
dari makanan atau suplemen (Charlish,2005).
11
2. Sifat kimia dan fisika asam folat
Bentuk aktif folat terdiri atas cincin pteridin dengan p-asam amino
benzoate (p-aminobenzoic acid/PABA) yang bersama membentuk asam
glutamate.
OH
N
CH2
N
H2N
N
Cincin pteridin
H
O
OH
C O
N
C NH
CH CH2 CH2 C
O
OH
N
p-asam amino benzoate
(PABA)
Asam pteroat
Asam pteroil glutamat
Gambar 2.1 Struktur kimia asam folat
Istilah asam folat menyatakan pteroil glutamate (PteGlu), yaitu bentuk
monoglutamil vitamin tersebut. Reduksi dan substitusi di dalam cincin pteridin
menghasilkan 5-metil-H4 folat (metal tetra hidrofolat), bentuk vitamin yang
bersirkulasi di dalam tubuh. Penambahan dua hingga tujuh glutamate dalam
bentuk ikatan gama-karboksi (PteGlu), yaitu bentuk utama folat yang terdapat
di dalam bahan makanan dan di dalam sel. Reaksi-reaksi ini dibantu oleh
vitamin B12 (Almatsier, 2003).
12
Berbagai bentuk asam folat ini sangat berbeda dalam ketahanannya
terhadap panas dan asam. Asam folat atau folasin dan asam pteroil
glutamate adalah Kristal kuning yang digolongkan dalam kelompok
senyawa pterin. Sebagai asam bebas, asam folat tidak larut dalam air dingin,
namun sebagai garam natriun dapat lebih larut. Folat terdapat dalam 150
bentuk berbeda. Sebagian besar terdapat di dalam makanan dalam bentuk
tereduksi yang sifatnya labil dan mudah direduksi. Sebanyak 50 hingga 95%
folat bias hilang karena pemasakan dan pengolahan (Almatsier, 2003).
3. Absorpsi, metabolisme dan simpanan
Folat dalam makan terdapat sebagai poliglutamat yang terlebih dahulu
harus dihidrolisis menjadi bentuk monoglutamat di dalam mukosa usus
halus, sebelum ditransportasi secara aktif ke dalam sel usus halus.
Pencernaan ini dilakukan oleh enzim hidrolase, terutama conjugase pada
mukosa bagian atas usus halus. Hidrolisis poliglutamat folat dibantu oleh
seng (Almatsier, 2003).
Setelah dihidrolisis, monoglutamat folat diikat oleh reseptor folat
khusus pada mikrovili dinding usus halus yang kemungkinan juga
merupakan alat angkut vitamin tersebut. Folat di dalam sel kemudian diubah
menjadi 5-metil-tetrahidrofolat (5-metil-H4 folat) dan dibawa ke hati melalui
sirkulasi darah portal untuk disimpan. Jumlah simpanan folat di dalam tubuh
orang dewasa sehat ditaksir sebanyak 7,5 mg. Hati merupakan tempat
simpanan utama folat. Dalam hati, 5-metil-tetrahidrofolat diubah menjadi
asam tetrahidrofolat (THFA) dan gugus metil disumbangkan ke metionin.
13
Folat yang hidrolisis meninggalkan hati dan bersirkulasi di dalam plasma
dan empedu sebagai 5-metil-H4 folat. Setelah diambil dan digunakan oleh
sumsum tulang, folat bersirkulasi sebagai poliglutamat
di dalam pool/
simpanan sel darah merah. Folat dikeluarkan melalui feses dan urin sebagai
5-metil-H4 folat. Jumlah folat yang dikeluarkan setiap hari melalui feses dan
urin hampir sama dengan jumlah yang terdapat dalam simpanan tubuh, yang
umurnya adalah kurang lebih 100 hari. Persediaan folat habis dalam waktu
dua puluh minggu (Almatsier, 2003).
4. Fungsi asam folat
Asam folat berperan dalam semua reaksi biologis yang menyangkut
transfers
grup
metil,
misalnya,
pembentukan
serin
dan
histidin,
pembentukan kholin dari etanolamin dan pembentukan metilnikotinamid
(bentuk sekresi asam nikotinat). Selain itu fungsi asam folat adalah sebagai
berikut, (a) mempercepat proses pembelahan sel (sel darah merah/putih atau
sel permukaan usus), (b) sintesis purin, adenin, guadin, primidin, sitosin,
serta timin dan asam nukleat (DNA, RNA), dalam hal ini asam folat
bertindak sebagai koenzim, (c) konversi (oksidasi) fenilalanin menjadi
tirosin, serta oksidasi dan dekarboksilasi tirosin, (d) pembentukan grup
forfirin, untuk sintesis hemoglobin, dan (e) metabolisme asam lemak rantai
panjang di dalam otak(Muchtadi, 2009).
Menurut Charlish (2005) fungsi asam folat dapat melindungi saluran
saraf yang akan membentuk tulang belakang dan akar saraf dan
membantunya menutup dengan sempurna. Hal ini akan memastikan
14
perkembangan otak dan akar saraf yang normal. Asam folat bisa membantu
melindungi janin dari resiko spina bifida (perkembangan saraf tulang
belakang yang tidak normal) dan juga anencephaly (tidak adanya
sebahagian besar otak).
5. Fungsi asam folat dalam pembentukan DNA
Folat terdapat dalam jumlah yang sangat kecil di sel-sel tubuh dan
berbagai bentuk folat yang yang berbeda terus menerus didaur ulang. Segala
hal yang mengganggu pendaur ulangan ini, apakah defisiensi folat yang
merupakan gangguan metabolism bawaan yang utama atau perubahan
metabolism yang kurang signifikan, akan segera mengurangi atau bahkan
menghentikan biosintesis yang berkaitan dengan folat dan mempengaruhi
biosintesis purin serta pirimidin. Ketika lah ini terjadi selanjutnya akan
mengurangi biosintesis DNA yang menyertai pembelahan sel. Sementara
hal ini akan mempengaruhi semua sel tubuh yang mengadakan replikasi,
pengaruhnya yang nyata terlihat pada sel-sel dengan laju replikasi yang
tinggi seperti proses eritroid dalam pembuatan sel-sel darah merah dan
penurunan laju pembelahan sel darah merah ini akan menyebabkan anemia
makrositik. Bentuk anemia ini selanjutnya ditandai oleh berhentinya
maturasi sel darah merah dalam sumsum tulang. Prekursor sel darah merah
yang abnormal yang disebut megaloblas, hanya terbentuk ketika laju
biositesis purin dan pirimidin menurun sehingga mengganggu laju
pembelahan sel yang normal pada saat mitosis (Gibney, 2009).
15
Keadaan ini pada gilirannya akan menghasilkan nukleus abnormal
berukuran besar dengan hasil buruk yang merupakan ciri sel-sel megaloblas.
Megaloblast merupaka sel yang unik yang timbul karena gangguan
biosintesis purin dan pirimidin. Sel-sel ini hanya timbul secara langsung
karena defisiensi folat atau secara tidak langsung karena gangguan
metabolisme folat yang terjadi akibat defisiensi vitamin B12. Satu-satunya
penyebab anemia megaloblastik yang lain adalah penggunaan obat-obat
yang menghambat boisintesis DNA secara langsung (sitosin arabinosid) atau
tidak langsung (metotreksat). Jadi, folat merupakan unsur yang esensial
untuk biosintesis DNA dan replikasi sel, serta dapat dikatakan turut serta
dalam siklus DNA (Gibney, 2009).
6. Fungsi asam folat dalam mencegah terjadinya defek tuba neuralis
Berkurangnya sintesis DNA berkaitan dengan penurunan status folat
atau varian genetik yang memengaruhi siklus ini diperkirakan akan
mencegah pembelahan sel dengan laju yang seharusnya. Semua sel yang
sedang membelah umumnya rentan terhadap penurunan status folat, dan
kerentanan ini terjadi bukan hanya karena peranan folat yang esensial dalam
pembuatan DNA, tetapi juga karena ketika sebuah sel tumbuh dan
membelah maka kandungan folat dalam sel tersebut akan terbagi dua pula
pada setiap kejadian tersebut. Jadi, agar dua buah sel anak dapat bekerja
dengan baik, sel-sel itu harus mengambil folat dari plasma darah atau
lingkaran pendukungnya untuk memenuhi kembali hingga mencapai kadar
folat yang mencukupi, sebelum pembelahan sel berikutnya mengurangi
16
kembali kadar folat intra sel. Jika pengambilan folat ini tidak dapat
mengimbangi kecepatan pembelahan sel karena pasokan folatnya sedikit
atau karena enzimnya terganggu, sel-sel yang sedang mengadakan replikasi
itu akan terus memiliki kadar folat yang semakin sedikit sehingga terjadi
gangguan
metabolik
dalam
sel-sel
tersebut.
Keadaan
ini
akan
mempengaruhi laju pembelahan sel. Pembelahan sel selama stadium dini
perkembangan embrio berjalan sangat cepat. Suatu rangkaian struktur
tumbuh terus tumbuh dengan cara yang terkoordinasi untuk menghasilkan
berbagai fase perkembangan. Secara spesifik, lempeng saraf (neural
plate)akan menjalani transformasi yang dimulai pada hari ke-21
pascapembuahan dan berakhir pada hari ke-27, dengan penutupan yang
lengkap untuk membentuk tuba neuralis. Pada saat yang sama, sebuah
tojolan di luar struktur yang tengah berkembang menjadi cranium ini
(Gibney, 2009).
Laju pembelahan sel yang terganggu akibat jumlah kofaktor folat
yang tidak mencukupi dapat mengganggu perkembangan secara normal
sehingga tuba neuralis tidak menutup dengan sempurna. Keadaan ini akan
menyebabkan spina bifida atau penutupan cranium yang tidak penuh
sehingga terjadi anensefalus (Gypney, 2009).
7. Menguatkan sistem kekebalan tubuh
Asam folat bekerja dengan menambah produksi sel-sel darah putih,
pertahanan utama tubuh. Kekurangan asam folat akan memicu pengerutan
17
kelenjar thymus dan bongkol getah bening sehingga mengurangi produksi
sel darah putih dan untuk menjaga sistem imun (WHO,2010).
8. Sebagai kesehatan mental
Asam folat merupakan kunci penyeimbang zat kimia otak dan
pengatur keakuratan fungsi nutrisi neuro transmitter. Selain itu, asam folat
juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap otak (WHO,2010).
9. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan
Dosis yang dianjurkan selama kehamilan akan konsumsi asam folat
tentu ada, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Banyak dokter dan
peneliti berbeda pendapat tentang kebutuhan asam folat ini. Dosis yang
dianjurkan untuk wanita hamil dalam mengkonsumsi asam folat adalah
1000 mcg. Namun ada yang menganjurkan antara 0,4 mg sampai 0,8 mg.
Karena asam folat termasuk vitamin yang larut dalam air, maka resiko
overdosis dalam jumlah yang telah disebutkan akan rendah (Wiki Vitamin,
2012).
Dalam bukunya, Muchtadi (2009) mengatakan bahwa AKG untuk
asam folat yang dianjurkan untuk orang dewasa: wanita: 400 ug, yang
hamil: +200 ug dan yang menyusui: + 100ug.
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Vitamin Larut Air
Kelompok
Umur
Tiamin
(mg)
Riboflavin
(mg)
Niasin
(mg)
As.
Folat
(mcg)
Piridoksin
(mg)
Vit. B12
(mcg)
Vit. C
(mg)
0 - 6 bl
0,3
0,3
2
65
0,1
0,4
40
7 - 11 bl
0,4
0,4
4
80
0,3
0,5
50
Anak
18
1 - 3 th
0,5
0,5
6
150
0,5
0,9
40
4 - 6 th
0,8
0,6
8
200
0,6
1,2
45
7 - 9 th
0,9
0,9
10
200
1,0
1,5
45
10 - 12 th
1,1
1,0
12
300
1.3
1,8
50
13 - 15 th
1,2
1,2
14
400
1.3
2,4
75
16 - 18 th
1,3
1,3
16
400
1.3
2,4
90
19 - 29 th
1,3
1,3
16
400
1.3
2,4
90
30 - 49 th
1,2
1,3
16
400
1.3
2,4
90
50 - 64 th
1,2
1,3
16
400
1,7
2,4
90
65 + th
1,0
1,3
16
400
1,7
2,4
90
10 - 12 th
1,1
1,0
12
300
1,2
1,8
50
13 - 15 th
1,2
1,0
13
400
1,2
2,4
65
16 - 18 th
1,1
1,0
14
400
1,2
2,4
75
19 - 29 th
1,0
1,1
14
400
1,3
2,4
75
30 - 49 th
0,9
1,1
14
400
1,3
2,4
75
50 - 64 th
0,9
1,1
14
400
1,5
2,4
75
65 + th
0,8
1,1
14
400
1,5
2,4
75
Trimester 1
0,3
0,3
4
200
0,4
0,2
10
Trimester 2
0,3
0,3
4
200
0,4
0,2
10
Trimester 3
0,3
0,3
4
200
0,4
0,2
10
0,3
0,4
3
100
0,5
0,4
25
0,3
0,4
3
100
0,5
0,4
25
Laki-laki
wanita
Ibu Hamil
(+an)
Ibu
Menyusui
(+an)
6 bl
pertama
6 bl kedua
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) (Muchtadi, 2009).
19
10. Sumber Asam folat
Asam folat terdapat luas di dalam bahan makanan terutama dalam bentuk
poliglutamat (Almatsier, 2003). Bahan makanan secara alami kaya akan
asam folat adalah sayuran berwarna hijau gelap (misalnya bayam, kol brasica
atau brussel sprouts, brokoli), buah-buahan segar (misal pisang, alpukat dan
jeruk), asparagus, bit merah, kacang kedelai, tempe, serealis (misal beras,
gandum), hati, jamur dan ragi bir(brewer’s yeast) (Imam, 2007).
Tabel 2.2 Nilai asam folat berbagai bahan makanan (µg/100 gram)
Bahan Makanan
Hati Ayam
Hati sapi
Ginjal sapi
Ikan kembung
Ganggang laut
Kepiting
Ubi jalar
Gandum
Bungkil kc.tanah
Jeruk mandarin
Sumber : Almatsier, 2003
µg
1128
250
45,3
36,5
61
56
52
49
124
5,1
Bahan Makanan
Asparagus
Bayam
Rumput laut kering
Daun kacang
Daun selada
Kucai
Kacang kedelai
Kacang hijau
Kacang merah
Pindakas
µg
109
134
4700
109,8
88,8
57,8
210
121
180
125
Menurut Sediaoetama (2004), bahan makanan yang membantu penyerapan
asam folat adalah vitamin C yang ada di dalam jeruk, pisang dan buah kiwi. Asam
folat mudah rusak dalam pemanasan sehingga dianjurkan setiap hari makan buah
dan sayuran mentah atau sayuran yang tidak terlalu matang saat di masak.
Diperkirakan bahwa hanya 50% folat berasal dari makanan yang dapat di
absorbsi. Asam folat ternyata disintesis dalam jumlah yang cukup banyak oleh
bakteri usus. Konsumsi minuman beralkohol, teh hijau yang berlebihan dan
konsumsi pil KB akan menghambat penyerapan folat (Suhardjo, 2009).
20
11. Akibat kekurangan asam folat
Kekurangan folat terutama menyebabkan gangguan metabolisme DNA.
Akibatnya terjadi dalam morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat
membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel-sel epitel
lambung dan usus, vagina dan serviks rahim. Kekurangan folat menghambat
pertumbuhan, menyebabkan anemia megaloblastik dan gangguan darah lain,
peradangan lidah (glositis) dan gangguan saluran cerna (Almatsier, 2003).
Kekurangan folat dapat terjadi karena kurangnya konsumsi, terganggunya
absorpsi, kebutuhan metabolisme yang meningkat akan vitamin ini atau pada
pembelahan sel yang berjalan sangat cepat, pengaruh obat-obatan dan
kecanduan alkohol. Kurangnya konsumsi folat terutama terjadi pada
masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak dapat memperoleh makanan
kaya folat secara teratur. Kurang konsumsi dapat juga terjadi pada manula
yang susunan makanannya terbatas. Penggunaan folat dapat terganggu pada
kekurangan protein dan pada keadaan dimana kebutuhan meningkat, seperti
pada kehamilan, anemia hemolitik, leukemia dan penggunaan obat-obatan
tertentu. Gangguan absorpsi terjadi pada kerusakan saluran cerna, pada
penyakit coeliak atau pada sprue tropis. Kebutuhan folat meningkat pada
kehamilan, menyusui, anemia hemolitik, dan leukemia (Almatsier, 2003).
Menurut Muchtadi (2009), defisiensi asam folat dapat menyebabkan
timbulnya anemia (sebagai akibat pembelahan sel darah merah terhambat),
penyakit infeksi dan radang pada persendian. Sehubungan dengan hal itu,
dokter menganjurkan agar calon ibu meningkatkan asupan asam folat sejak
21
tiga bulan sebelum pembuahan, dan dua bulan pertama setelah hamil.
Komsumsi asam folat yang dianjurkan untuk ibu hamil, terutama selama 12
minggu pertama, adalah 300 mikrogram (mcg) berdasarkan Angka kecukupan
Gizi Indonesia tahun 1998.
12. Akibat kelebihan asam folat
Asam folat yang dikonsumsi dalam jumlah lebih dari cukup tidak
membahayakan ibu hamil, karena secara alamiah dapat diekskresi oleh ginjal
dan dikeluarkan oleh urin. Meskipun ada dugaan bisa menimbulkan resiko
bibir sumbing dan kelainan jantung bawaan pada janin, hanya dugaan tersebut
belum jelas (Sinsin, 2008).
D. Obat-obat yang mengandung asam folat
Berdasarkan ISO (2009-2010), beberapa nama obat yang mengandung
suplemen asam folat yang berperan dalam pertumbuhan janin pada wanita
hamil diantaranya :
1.
Afomix, mengandung vitamin B1 100 mg, vitamin B6 100 mg, vitamin B12
100 mcg, DHA 200 mg, Asam folat 1 mg. Afomix ini diberikan sebagai
suplemen asam folat yang berperan dalam pertumbuhan janin pada wanita
hamil, membantu memenuhi kebutuhan vitamin, dam membantu
mengurangi frekuensi muntah pada wanita hamil.
2.
Folac, mengandung asam folat 400 mg. Folac berperan dalam
pertumbuhan janin normal dan membantu memelihara kesehatan tubuh.
Dosis yang diberikan selama kehamilan 400-800 mg perhari.
22
3.
Folacite, mengandung asam folat 400 mcg. Folacite ini merupakan
suplemen untuk wanita hamil terutama neural tube defect pada janin.
4.
Folaplus, mengandung asam folat 400 mg, vitamin B6 6 gram, vitamin B12
25 mcg. Folaplus ini diberikan untuk memenuhi nutrisi pada ibu hamil
dam menyusui, gangguan anemia pada masa kehamilan dan memelihara
kesehatan tubuh. Dosis yang diberikan 1 kali sehari.
5.
Folas, mengandung asam folat 400mcg/tablet. Pemberian folas pada ibu
hamimengurangi resiko NTD (Neural Tube Defect), mencegah jantung
koroner dan anemia megaloblastik. Dosis yang diberikan, untuk ibu hamil
400 mcg/hari, pencegahan jantung koroner 400-600 mcg/hari, anemia
megaloblastik 400-1000 mcg/hari.
6.
Prenatal, mengandung Vit-A, Vit-D, Vit B1, Vit B6, Vit B12, Vit-C,
niasinamid, asam folat, Ca-karbonat(dari Oyster shell), Fe(II), Iodium.
Prenal merupakan suplemen vitamin, asam folat, kalsium dan zat besi
untuk masa kehamilam dan laktasi, masa pertumbuhan anak, masa
penyembuhan, dan kekurangan gizi. Dosis yang dianjurkan sehari 1 kaplet.
Dan masih banyak obat-obat yang mengandung asam folat lainnya.
E. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera seseorang yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003).
23
Berdasarkan pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan indrawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang
belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman
yang didapatkan oleh setiap manusia. Pada dasarnya pengetahuan akan terus
bertambah dan berfariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang
dialami. Menurut Brunner, proses pengetahuan tersebut melibatkan tiga aspek,
yaitu proses mendapatkan informasi, proses tranformasi dan proses evaluasi.
(Mubarak, 2011)
Menurut Majid (2005), bahwa dengan kurangnya pengetahuan ibu
hamil tentang gizi selama kehamilan dapat mengakibatkan rendahnya asupan
nutrisi. Pengetahuan gizi yang kurang mempengaruhi cara pemilihan bahan
makanan yang banyak mengandung nutrisi tinggi selama kehamilan sehingga
akan mengurangi kandungan gizi yang dikomsumsi selama kehamilan.
Pengetahuan yang dicakup di dalam dominan kognitif mempunyai 6
tingkat, yakni :
1. Tahu ( Know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini
24
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar teentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sriil (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan,
sebagainya.
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan
dan
25
5. Sintesis( Synthesis )
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.Dengan kata lain sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.Misalnya
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang
telah ada.
6. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-krieria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui
atau
diukur
dapat
disesuaikan
dengan
tingkatan-tingkatan
diatas
(Notoatmojo, 2003).
F. Sikap (Attitude)
Menurut Robert Kwick (1974) Sikap adalah hanya suatu kecendrungan
untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang
menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi
26
objek
tersebut.
Sikap
hanyalah
sebagian
dari
perilaku
manusia
(Notoatmodjo,2003).
Sikap adalah perasaan, pikiran dan kecendrungan seseorang yang kurang
lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu stimulusatau objek
yang berdampak pada bagaimana seseorang berhadapan dengan objek tersebut.
Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan, suka atau tidak
suka seseorang terhadap sesuatu (Mubarak,2011).
Menurut Sunaryo (2004) sikap adalah respons tertutup seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat internal maupun
eksternal sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap
secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus
tertentu.
Sikap dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap bukan suatu tindakan atau aktivitas,
melainkan predisposisi tindakan atau perilaku. Alport (1954) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen utama yaitu kepercayaan/keyakinan
(ide dan konsep), kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
objek, dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga
komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude) (Mubarak, 2011).
27
Menurut Purwanto (2008), semakin baik sikap maka tingkat keteraturan
ibu dalam hamil dalam mengkomsumsi makanan yang bergizi selama
kehamilan juga akan semakin baik. Sikap mempunyai kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan pengetahuan. Sedangkan menurut Gerungan (2004),
sikap mempunyai segimotivasi, yang berarti segi dinamis untuk menuju suatu
tujuan dan berusaha mencapai tujuan.
Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap
terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
1. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
28
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan
pendapat responden (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Attkinson dkk, seperti dikutip dalam Sunaryo (2004), sikap
memiliki lima fungsi, yakni sebagai berikut.
1. Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau
manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.
2. Fungsi pertahanan ego yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari
kecemasan atau ancaman harga dirinya.
3. Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada
dirinya. Sistem nilai individu dapat diliahat dari sikap yang diambil
individu bersangkutan.
4. Fungsi pengetahuan. Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu,
ingin mengerti, ingin banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan,
yang diwujudkan dlam kehidupan sehari-hari.
5. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk
adaptasi dengan lingkungannya (Heri, 2009).
29
G. Pendapatan
Sosial ekonomi keluarga erat kaitannya dengan tingkat pendapatan. Bagi
keluarga yang berpenghasilan tinggi, maka pemanfaatan pelayanan kesehatan
dan pencegahan penyakit
juga dapat dilakukan, jika dibandingkan dengan
penghasilan rendah. Akan berdampak kemampuan masyarakat
untuk
meningkatkan derajat kesehatan, karena kurangnya daya beli yang dikeluarkan
oleh rumah tangga untuk memelihara kesehatan. Hal ini berdampak pada
kemampuan keluarga unutk membeli bahan makanan yang diperlukan unutk
dikonsumsi setiap hari (Notoatmodjo, 2003).
Pendapatan seseorang atau keluarga dapat membukakan berbagai
kemungkinan dari seseorang atau keluarga itu. Pendapatan itu harus mengalir
secara teratur setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan setiap tahun, supaya
seseorang atau keluarga dapat melanjutkan hidupnya. Kurangnya pendapatan
akan dapat menghambat aktifitas, baik yang bersifat materialistis maupun non
materialistis, seperti pendidikan, kesehatan, perjalanan dan rekreasi disamping
kebutuhan akan pangan, sandang dan perumahan. Besarnya pendapatan
seseorang atau keluarga mempunyai hubungan erat dalam pemenuhan untuk
kebutuhan hidup keluarganya (Supariasa, 2002).
Makin tinggi daya beli rumah tangga semakin beragam pangan yang
dikonsumsi, semakin baik kualitas pangan dan cenderung berkurang porsi
pendapatan yang dialokasikan untuk makanan, tetapi sebaliknya pendapatan
yang rendah. Hal ini dalam waktu yang lama dapat menyebabkan berbagai
masalah di antaranya kecerdasan menurun, frekuensi terkana penyakit infeksi
30
meningkat, angka kesakitan dan kematian meningkat, serta produktifitas kerja
rendah sehingga produksi pangan rendah, pendapatan rendah dan persediaan
pangan juga rendah (Suhardjo, 2002).
Status ekonomi maupun sosial sangat mempengaruhi seorang wanita
dalam memilih makanan. Status ekonomi, jika yang bersangkutan hidup
dibawah garis kemiskinan keluarga prasejahtera berguna untuk pemastian
maupun membeli dan memilih bahan makanan yang bernilai gizi tinggi
(Arisman, 2010).
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Teori yang dikemukakan L. Green yang diadopsi Notoatmodjo (2007)
mengenai perilaku dapat ditinjau dari faktor pengetahuan, sikap dan
lingkungan, maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan
Konsumsi
Asam Folat
Sikap
Pendapatan
Gambar 3.1 Kerangka konsep
32
B. Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Dependen
1.
Asam Folat
Bagian dari
vitamin B
kompleks yang
dapat diisolasi dari
daun hijau.
Kuesioner
Wawancara
reponden
- Tidak
Dengan kriteria:
Cukup
- Cukup bila
mendapat nilai
≥ AKG (600
mcg)
- Tidak cukup
bila ≤
AKG(600
mcg)
Ordinal
Pemahaman
responden
mengenai
konsumsi asam
folat
Kuesioner
Membagikan
kuesioner pada
reponden dengan
kriteria:
- Baik bila
mendapatkanni
lai x > ̅
- Rendah bila
mendapat nilai
Baik
Rendah
Ordinal
Membagikan
kuesioner pada reponden dengan
kriteria: Positif:
Positif
Negatif
Ordinal
Independen
1.
Pengetahuan
x< ̅
2.
3.
Sikap
Pendapatan
Tanggapan
responden
mengenai
konsumsi asam
folat
Kuesioner
Jumlah uang yang
Kuesioner
Jika jawaban x
> ̅
Negatif: jika
jawaban x < ̅
Membagikan
- Tinggi
Ordinal
33
dimiliki/keluarga
Dalam 1 bulan
kuesioner pada
- Rendah
reponden dengan
kriteria :
- Tinggi bila >
UMP (Rp.
1.550.000)
- Rendah bila <
UMP (Rp.
1.550.000)
C. Hipotesa
1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan konsumsi asam folat pada ibu
hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh
tahun 2013.
2. Ada hubungan sikap ibu dengan konsumsi asam folat pada ibu hamil di
Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh tahun
2013.
3. Ada hubungan tingkat pendapatan dengan konsumsi asam folat pada
ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda
Aceh tahun 2013.
34
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan rangcangan penelitian cross
sectional
yaitu merupakan rancangan penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara
faktor risiko/paparan dengan efek (Hidayat, 2007). Dalam hal ini peneliti
ingin mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pendapatan dengan
konsumsi asam folat pada ibu hamil trimester pertama di Bidan Praktek
Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung di
Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh yang
berjumlah 213 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung di
Bidan Praktek Swasta Rina. Besarnya sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2005).
35
Keterangan :
N
: Besarnya populasi
n
: Besarnya sampel
d
: Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diujikan 0,1)
Maka perhitungan besarnya sampel adalah :
Jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berjumlah 68
orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Bidan Praktek Swasta
Rina di Kecamatan Meuraxa Banda Aceh. Tehnik pengambilan sampel yang
dipakai menggunakan metode simple random sampling. Menurut Hidayat
(2007) simple random sampling adalah pengambilan sampel dengan cara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.
36
C. Tempat dan Waktu Penelitiaan
Penelitian ini akan di laksanakan di Bidan Praktek Swasta Rina
Kecamatan Meuraxa Banda Aceh pada bulan Juli 2013.
D. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam
penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar.
Menurut Hidayat (2007), kegiatan dalam proses pengolahan data adalah: :
a. Editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.
b. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa ketegori.
c. Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master tabel atau data base computer.
d. Melakukan teknik analisis, dalam melakukan analisis, khususnya
terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistic terapan yang
sesuai dengan tujuan yang hendak dianalisis.
2. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, pada
umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase
37
dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Penilaian hasil ukur
menggunakan kriteria penilaian yang terdiri dari: pengetahuan, sikap,
dan tingkat pendapatan.
Kriteria variabel penatalaksanaan dilakukan dengan menggunakan
rumus :
Dimana :
P
= Persentase
F
= Frekuensi
N
= Jumlah Sampel
100%
= Bilangan tetap (Budiarto, 2002).
2. Analisa Bivariat
Diduga mempunyai hubungan dengan variable terikat. Analisa
yang digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa
dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data kategori ChisSquare Test (x) pada tingkat kemaknaan adalah 95 % (p value < 0,05).
Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara
statistik. Menggunakan program khusus SPSS for windows. Melalui
perhitungan Chis-Square Test selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila
nilai p lebih kecil dari nilai 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
38
menunjukkan ada hubungan bermakna antara variable terikat dengan
variable bebas.
Perhitungan yang dugunakan pada uji Chi-Square Test untuk
program komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut:
a. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari
5, maka hasil uji yang digunakan adalah fisher axact test.
b. Bila pada tabel contingency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty
correction.
c. Bila pada tabel contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan
lainnya, maka hasil uji yang digunakan adalah person chisquare.
d. Bila pada tabel contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
(harapan) e kurang dari 5, maka dilakukan merger sehingga menjadi
tabel contingency 2x2.
e. Bila pada tabel 2x2 masih terdapat frekuensi (harapan) e kurang dari 5,
maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yate’s correction
continu.
f. Pada uji chis-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan dua variabel (Hastono, 2001).
39
BAB V
HASIL PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Bidan Praktek Swasta Rina terletak di desa Punge Jurong tepatnya jalan
Sultan Iskandar Muda no. 117F Banda Aceh yang terletak ± 5 km dari pusat
kota. Terdiri dari satu buah ruko berlantai dua yang didalamnya terdapat
fasilitas 1 ruang tunggu, 1 ruang periksa, 1 ruang bersalin, 1 ruang PI dan 1
kamar mandi.
Bidan Praktek Swasta (BPS) Rina memiliki seorang bidan delima dan
dua orang asisten . bidan Praktek Swasta (BPS) Rina melayani pemeriksaan ibu
hamil, persalinan, KB, Imunisasi, pengobatan umum, dan konsultasi kesehatan
khususnya reproduksi.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juli sampai
dengan 18 Agustus 2013 Hubungan Konsumsi Asam Folat terhadap Ibu Hamil
di Bidan Praktek swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda
Aceh Tahun 2013 dengan jumlah 68 responden dengan cara penyebaran
kuesioner.
1. Analisa Univariat
Pada pembahasan ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai
Hubungan Konsumsi Asam Folat terhadap Ibu Hamil di Bidan Praktek
40
swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun
2013 dapat dilihat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
a. Asam Folat
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi
Asam Folat Ibu Hamil Di Di Bidan Praktek Swasta
Rina Kecamatan Meuraxa
Banda Aceh
No
Asam Folat
Frekuensi (f)
1. Cukup
16
2. Tidak Cukup
52
Jumlah
68
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Pesentase (%)
23,5
76,5
100
Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukan bahwa dari 68
responden, yang diteliti ditemukan 16
responden (23,5%)
cukup
konsumsi asam folat dan 52 responden (76,5%) tidak cukup konsumsi
asam folat.
b. Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa
Banda Aceh
No
1.
2.
Pengetahuan
Frekuensi (f)
Baik
17
Rendah
51
Jumlah
68
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Pesentase (%)
25,0
75,0
100
Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa dari 68
responden,
yang
diteliti ditemukan
17
responden (25,0%)
41
berpengetahuan
baik,
sedangkan
51
responden
(75,0%)
berpengetahuan rendah.
c. Sikap
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Hamil
Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa
Banda Aceh
No
Sikap
Frekuensi (f)
1. Positif
23
2. Negatif
45
Jumlah
68
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Pesentase (%)
33,8
66,2
100
Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa dari 68
responden, yang diteliti ditemukan 23 responden (33,8 %) positif dan
45 responden (66,2%) negatif.
d. Pendapatan
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan
Ibu Hamil Di Di Bidan Praktek Swasta
Rina Kecamatan Meuraxa
Banda Aceh
No
Pendapatan
Frekuensi (f)
1. Tinggi
19
2. Rendah
49
Jumlah
68
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Pesentase (%)
27,9
72,1
100
Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa dari 68
responden, yang diteliti ditemukan 19 responden (27,9%) pendapatan
tinggi dan 49 responden (72,1%) pendapatan rendah.
2. Analisa Bivariat
42
a. Hubungan Konsumsi Asam Folat
Ibu Hamil di Tinjau Dari
Pengetahuan
Tabel 5.5
Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau
Dari Pengetahuan Di Bidan Praktek Swasta
Rina Kecamatan Meuraxa
Banda Aceh
N
o
1
2
Pengetahuan
Baik
Rendah
Jumlah
Asam Folat
Tidak Cukup
Cukup
f
%
f
%
14
2
16
82,4
3,9
43,5
3
49
53
17,6
96,1
10,9
Jumlah
f
%
17
51
68
100
100
100
P Value
0,000
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari 17 responden yang
berpengetahuan baik dan konsumsumsi asam folatnya cukup sebanyak 14
responden (82,4%), sedangkan dari 51 responden yang pengetahuan rendah
dan konsumsi asam folatnya tidak cukup sebanyak 49 responden (96,1 %).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square
test dengan tingkat kepercayaan 95%, ρ = 0,000 (α < 0,05) yang berarti
bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan komsumsi asam
folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa
Banda Aceh Tahun 2013.
b. Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Sikap
43
Tabel 5.6
Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau
Dari Sikap Di Bidan Praktek Swasta
Rina Kecamatan Meuraxa
Banda Aceh
N
o
1
2
Sikap
Positif
Negatif
Jumlah
Asam Folat
Tidak Cukup
Cukup
f
%
f
%
13
3
16
56,5
6,7
23,5
10
42
52
43,5
93,3
76,5
Jumlah
f
%
23
45
68
100
100
100
P Value
0,000
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 23 responden responden
yang sikap positif dan konsumsi asam folatnya cukup sebanyak 13
responden (56,5%), sedangkan dari 45 responden yang sikap negatif dan
asam folatnya tidak cukup 42 responden (93,3%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square
test dengan tingkat kepercayaan 95%, ρ = 0,000 (α < 0,05) yang berarti
bahwa ada hubungan bermakna antara sikap dengan komsumsi asam folat
pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda
Aceh Tahun 2013.
c. Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Pendapatan
44
Tabel 5.7
Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau
Dari Pendapatan Di Bidan Praktek Swasta
Rina Kecamatan Meuraxa
Banda Aceh
N
o
1
2
Pendapatan
Tinggi
Rendah
Jumlah
Asam Folat
Tidak Cukup
Cukup
f
%
f
%
13
3
16
68,4
6,1
23,5
6
46
52
31,6
93,9
76,5
Jumlah
f
%
19
49
68
100
100
100
P Value
0,000
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa dari 19 responden yang
pendapatan tinggi dan konsumsi asam folatnya cukup sebanyak 13
responden (68,4%), sedangkan dari 49 responden yang pendapatan dan
konsumsi asam folatnya tidak cukup sebanyak 46 responden (93,9%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square
test dengan tingkat kepercayaan 95%, ρ = 0,000 (α < 0,05) yang berarti
bahwa ada hubungan bermakna antara pendapatan dengan komsumsi asam
folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa
Banda Aceh Tahun 2013.
C. Pembahasan
Pada pembahasan ini akan di uraikan hasil penelitian mengenai Hubungan
Pengetahuan, Sikap Dan Tingkat Pendapatan Dengan Komsumsi Asam Folat
Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda
Aceh Tahun 2013.
1. Hubungan Konsumsi Asam Folat
Pengetahuan
Ibu
Hamil di Tinjau Dari
45
Berdasarkan tabel 5.5 mengenai konsomsi asam folat ibu hamil di
tinjau dari segi pengetahuan
maka didapat hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pada umumnya
konsumsi asam folat ibu hamil
tentang pengetahuan baik (0,0%), begitu juga dari 14 responden yang
berpengetahuan
cukup
(20,0%),
sedangkan
51
responden
yang
berpengetahuan rendah hanya sebagian besar yang konsumsi asam folat
(96,1%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu-ibu di Bidan Praktek
swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh konsumsi
asam folat ditinjau dari pengetahuan rendah.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square
test dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh P-value (0,000) yang berati
lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan sangat bermakna antara pengetahuan
terhadap
komsumsi asam folat ibu hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan
Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Majid (2005),
bahwa dengan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang gizi selama
kehamilan dapat mengakibatkan rendahnya asupan nutrisi. Pengetahuan gizi
yang kurang mempengaruhi cara pemilihan bahan makanan yang banyak
mengandung nutrisi tinggi selama kehamilan sehingga akan mengurangi
kandungan gizi yang dikomsumsi selama kehamilan.
Pengetahuan yang kurang dapat menyebabkan bahan makanan
bergizi yang tersedia tidak dikonsumsi secara optimal. Pemilihan bahan
46
makanan dan pola makan yang salah cukup berperan dalam terjadinya
kekurangan asam folat selama kehamilan (Depkes, 2003).
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Setiyosiwi
(2011),
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan asupan asam folat, dimana hasil uji statistik P=0,000
(P<0,05) dengan nilai OR=0,452. Artinya pengetahuan yang baik tentang
asam folat mempunyai peluang 49,2 kali dalam mengkomsumsi asupan
asam folat selama kehamilan dibandingkan dengan yang berpengetahuan
kurang.
Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu hamil berhubungan erat
dengan komsumsi asam folat selama kehamilan. Semakin baik tingkat
pengetahuan ibu ada kecenderungan semakin baik komsumsi asam folat
selama kehamilan. Namun sebaliknya semakin kurang tingkat pengetahuan
ibu hamil tentang asam folat maka semakin tidak cukup komsumsi asam
folat selama kehamilan.
2. Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Sikap
Berdasarkan tabel 5.6 mengenai konsomsi asam folat
di tinjau dari segi pengetahuan
ibu hamil
maka didapat hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pada umumnya
konsumsi asam folat ibu hamil
tentang sikap positif konsumsi asam folat 23 (43,5%), begitu juga dari 45
responden hanya sebagian besar sikap negatif (93,3%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square
test dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh P-value (0,000) yang berati
47
lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan sangat bermakna antara sikap terhadap komsumsi
asam folat ibu hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa
Banda AcehTahun 2013.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Sarwono (2005),
bahwa sikap merupakan potensi tingkahlaku seseorang terhadap sesuatu
keinginan yang dilakukan. Maka dapat dikatakan seorang ibu hamil yang
bersikap positif terhadap kehamilan cenderung akan mempunyai motivasi
tinggi untuk menjaga kesehatan selama kehamilan. Hal ini dikarenakan
informasi, pengetahuan dan pemahaman ibu hamil yang baik mengenai
pentingnya kesehatan selama kehamilan dapat mencegah bahaya dan risiko
yang mungkin terjadi selama hamil.
Menurut Purwanto (2008), semakin baik sikap maka tingkat
keteraturan ibu dalam hamil dalam mengkomsumsi makanan yang bergizi
selama
kehamilan
juga
akan
semakin
baik.
Sikap
mempunyai
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan. Sedangkan
menurut Gerungan (2004), sikap mempunyai segimotivasi, yang berarti
segi dinamis untuk menuju suatu tujuan dan berusaha mencapai tujuan.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Setiyosiwi
(2011),
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan
asupan asam folat, dimana hasil uji statistik P=0,010 (P<0,05) dengan nilai
48
OR=0,343. Artinya sikap yang positif tentang asam folat mempunyai
peluang 34,3 kali dalam mengkomsumsi asupan asam folat selama
kehamilan dibandingkan dengan ibu yang mempunyai sikap negative.
Peneliti berasumsi bahwa sikap ibu hamil berhubungan erat dengan
komsumsi asam folat selama kehamilan. Semakin postif sikap ibu hamil
terhadap komsumsi asam folat selama kehamilan ada kecenderungan
semakin cukup komsumsi asam folat. Namun sebaliknya semakin negative
sikap ibu hamil tentang asam folat maka semakin tidak cukup komsumsi
asam folat selama kehamilan.
3. Hubungan Konsumsi Asam Folat
Ibu
Hamil di Tinjau Dari
Pendapatan
Berdasarkan tabel 5.6 mengenai konsomsi asam folat
di tinjau dari segi pengetahuan
ibu hamil
maka didapat hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pada umumnya
konsumsi asam folat ibu hamil
tentang pendapatan tinggi UMP konsumsi asam folat cukup 19 (31,6%),
dan 49 responden yang pendapatan rendah UMP hanya sebagian besar
yang konsumsi asam folat tidak cukup (93,9%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square
test dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh P-value (0,000) yang berati
lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan sangat bermakna antara pendapatan terhadap
komsumsi asam folat ibu hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan
Meuraxa Banda AcehTahun 2013.
49
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Departemen
Kesehatan (2003), bahwa tingkat pendapatan akan berpengaruh terhadap
penyediaan gizi yang cukup yang berakibat terhadap permasalahan gizi.
Golonggan ekonomi yang rendah menggunakan sebagian besar dari
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan.
Arisman (2010), menjelaskan bahwa status ekonomi maupun social
sangat mempengaruhi seorang wanita dalam memilih makanan. Status
ekonomi, jika yang bersangkutan hidup dibawah garis kemiskinan keluarga
prasejahtera berguna untuk pemastian maupun membeli dan memilih bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi.
Supariasa (2002), menambahkan bahwa pendapatan seseorang atau
keluarga dapat membukakan berbagai kemungkinan dari seseorang atau
keluarga itu. Pendapatan itu harus mengalir secara teratur setiap hari, setiap
minggu, setiap bulan dan setiap tahun, supaya seseorang atau keluarga dapat
melanjutkan hidupnya. Kurangnya pendapatan akan dapat menghambat
aktifitas, baik yang bersifat materialistis maupun non materialistis, seperti
pendidikan, kesehatan, perjalanan dan rekreasi disamping kebutuhan akan
pangan, sandang
dan perumahan. Besarnya pendapatan seseorang atau
keluarga mempunyai hubungan erat dalam pemenuhan untuk kebutuhan
hidup keluarganya.
Hasil penilitian Setiyosiwi (2011), menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan asupan asam folat,
dengan nilai P=0,001. Dari hasil nilai OR=0,623. Artinya ibu hamil yang
50
mempunyai
penghasilan
dibawah
upah
minimum
mempunyai
kecenderungan 6,23 kali untuk tidak mengkomsumsi asupan asam folat
selama kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai
penghasilan di atas upah minimum.
Peneliti berasumsi bahwa pendapatan ibu hamil berhubungan erat
dengan komsumsi asam folat selama kehamilan. Semakin baik pendapatan
keluarga ibu hamil terhadap komsumsi asam folat selama kehamilan ada
kecenderungan semakin cukup komsumsi asam folat. Namun sebaliknya
semakin rendah pendapatan keluarga ibu hamil maka semakin tidak cukup
komsumsi asam folat selama kehamilan.
51
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan
Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013, maka penulis dapat simpulkan sebagai
berikut.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti teradapat ada
hubungan antara pengetahuan terhadap komsumsi asam folat ibu hamil Di
Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.
Dengan hasil uji stastistik chi-squaretest didapat nilai ρ=0,000 (α <0,05), dan
semakin baik tingkat pengetahuan ibu ada kecenderungan semakin baik ibu
mengkonsumsi asam folat selama kehamilan,
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti teradapat ada
hubungan antara sikap terhadap komsumsi asam folat ibu hamil Di Bidan
Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Dengan
hasil uji stastistik chi-squaretest didapat nilai ρ=0,000 (α <0,05). Dan semakin
positif sikap ibu hamil terhadap konsumsi asam folat selama ibu kehamilan
kecenderungan semakin cukup mengkonsumsi asam folat.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti teradapat Ada
hubungan antara pendapatan terhadap komsumsi asam folat ibu hamil Di Bidan
Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Dengan
hasil uji stastistik chi-squaretest didapat nilai ρ=0,000 (α <0,05).dan semakin
52
tinggi penghasilan keluarga ibu hamil maka semakin baik asupan asam folat
selama
kehamilan
dibandingkan
dengan
keluarga
ibu
hamil
yang
berpenghasilan rendah.
B. Saran
1.
Bagi peneliti agar dapat menambahkan pengetahuan dan menjadi
referensi bagi peneliti selanjutnya
2.
Kepada akademi agar meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang
asam folat selama kehamilan.
3.
Kepada Tempat Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh
agar dapat lebih meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
pentingnya asam folat selama kehamilan.
Download