BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesian tahun 2001-2015 menyebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia sehat adalah ditetapkannya misi pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, dengan sasaran meningkatkan jumlah penduduk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sehingga untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat, salah satu program unggulan yaitu program perbaikan gizi (Depkes RI, 2011). Pentingnya mempertahankan gizi yang baik selama kehamilan sudah diketahui dengan baik, sebagaimana dicerminkan dengan semakin meningkatnya rekomendasi untuk mengkonsumsi banyak mikronutrien yang di anggap penting untuk memenuhi kebutuhan tambahan akan nutrient pada kehamilan dan laktasi. Kendati demikian, sejak tahun 1980-an, telah diakui pentingnya status gizi yang baik pada seorang ibu, bukan hanya selama kehamilan dan laktasi, tetapi juga sebelum pembuahan dan pada awal-awal minggu kehamilan. Secara khusus, status folat maternal kini diketahui memiliki dampak yang besar atas perkembangan dini embrio sampai 4 minggu pertama kehamilan, yaitu ketika banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil. Sekarang terdapat bukti yang diakui mengenai manfaat status 1 2 folat maternal yang optimal pada saat kehamilan ini dalam pencegahan defek tuba neuralis (Gibney, 2009). Kehamilan merupakan masa yang sangat penting, karena pada masa ini kualitas seorang anak ditentukan (Paath, 2005). Ketika kehamilan terus berjalan, folat terus memainkan peranan yang penting, akan tetapi, pada minggu-minggu awal kehamilan, yang menjadi fokus perhatian adalah upaya melindungi ibu terhadap kejadian defisiensi folat pada kehamilan. Defisiensi folat maternal bukan hanya membawa akibat bagi kesehatan ibu sendiri, tetapi juga terbukti menimbulkan retardasi pertumbuhan janin, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), dan defisiensi folat pada neonatus, dengan implikasi yang penting bagi kesehatan neonatus serta bayi. Jadi, di sepanjang kehamilan, folat memainkan peranan kunci dalam hal kesehatan maternal, fetal dan neonatal (Gibney, 2009). Menurut Arisman (2004) kebutuhan gizi ibu selama hamil akan meningkat, yaitu kebutuhan akan protein meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-300%. Strategi pencegahan kekurangan asam folat mencakup peningkatan kesadaran akan pentingnya konsumsi makanan yang kaya akan asam folat, atau suplemen folat sebanyak 400 µg setiap hari atau keduanya. Food and Drugs Administration (FDA) merekomendasikan perkayaan produk serealia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kaum wanita yang mengkonsumsi folat 2-3 bulan sebelum dan pada awal kehamilan terbukti dapat mengurangi risiko kelahiran bayi dengan cacat pada otak. Asam folat 3 juga merupakan enzim untuk memproduksi DNA (deoxyribo nucleic acid) dan berperan penting dalam perkembangan sel-sel darah merah. Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan penurunan fungsi imunitas tubuh dan terganggunya fungsi limfosit (Azhar, 2011). Meski pun pengetahuan ini secara universal sudah diterima oleh masyarakat ilmiah dan kedokteran, namun masih belum jelas bagaimana cara terbaik untuk menerjemahkan rekomendasi resmi ini kedalam kebijakan kesehatan masyarakat agar status folat dapat dioptimalkan pada wanita yang akan hamil. Bukti yang ada adalah bahwa makan yang dikonsumsi saat ini oleh sebahagian besar wanita usia subur tidak berhasil memberikan tingkat asupan folat dan vitamin B yang berhubungan secara metabolic serta berkaitan dengan status folat maternal yang optimal pada usia kehamilan dini sehingga berkaitan pula dengan risiko defek tuba neuralis yang rendah (Gibney, 2009). Berdasarkan penelitian di Amerika setiap tahunnya sekitar 4.000 kehamilan mengalami Neural Tube Birth Defecs (NTD). Dari jumlah tersebut sekitar 2.500 bayi lahir dengan menderita NTD, sedangkan di Indonesia memang belum ada data yang pasti mengenai jumlah penderita NTD namun setiap bulan dari 300 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di RSCM 3 pasien diantaranya terbukti janinnya menderita NTD (Suhardjo, 2009). Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis di bidan praktek swasta Rina jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada bulan Januari Juni 2013 berjumlah 213 orang. Pada bulan Februari 2013 terdapat 62 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dilakukan wawancara sebanyak 4 10 orang ibu hamil, didapatkan 7 orang ibu hamil yang diwawancarai tidak mengetahui tentang asam folat baik manfaat atau dampak kekurangan asam folat, sedangkan 3 orang ibu hamil mengetahui tentang asam folat. Hasil tersebut menunjukkan masih banyak ibu hamil yang belum mengetahui tentang asam folat. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tingkat Pendapatan Dengan Konsumsi Asam Folat Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek SwastaRinaTahun 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka penulis membuat perumusan masalah yaitu Adakah Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tingkat Pendapatan Dengan Konsumsi Asam Folat Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. C. Tujuan Peneliatian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tingkat Pendapatan Dengan Konsumsi Asam Folat Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. 5 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan konsumsi asam folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh tahun 2013. b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan konsumsi asam folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh tahun 2013. c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan dengan konsumsi asam folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh tahun 2013. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehamilan serta menambah keterampilan dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah. 2. Bagi institusi Sebagai bahan bacaan yang dapat menambah referensi perpustakaan STIKes U’Budiyah jurusan Kebidanan. 3. Bagi lahan Sebagai masukan yang berguna terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan mengenai manfaat asam folat dalam kehamilan. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Menurut Manuaba (2007) kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah, proses kehamilan merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari konsepsi, nidasi, adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan hormon sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi. Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim seorang wanita sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi atau masa subur (keadaan ketika rahim melepaskan sel telur matang), dan sperma (air mani) pria pasangannya akan membuahi sel telur matang wanita tersebut. Telur yang dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding rahim, lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim pada kehamilan normal (Suririnah, 2008). Menurut Bobak (2005) Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut penanggalan Internasional, atau sekitar 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode bulanan atau disebut trimester. Trimester pertama adalah periode minggu pertama sampai minggu ke-12, trimester kedua adalah periode minggu ke-13 sampai ke-24, sedangkan trimester ketiga adalah periode minggu ke-25 sampai kehamilan cukup bulan (38 sampai 40 minggu). 7 Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologis antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem traktus urinarius, sirkulasi darah serta perubahan fisiologis. Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal, namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilan ataupun baik-baik saja (Sarwono, 2006). Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebahagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara, pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara keseluruhan membuat tubuh ibu hamil tersebut tampak jelek dan tidak percaya diri. Kekhawatiran dan ketakutan ini sebenarnya tidak berdasar, untuk itu ibu hamil memerlukan nasihat dan saran khususnya dari bidan dan dokter yang dapat menjelaskan perubahan yang terjadi selama kehamilan (Helen, 2001). Setiap ibu hamil pasti ingin memperoleh bayi yang sehat dan tidak kekurangan suatu apapun. Untuk itu, ibu bukan cuma sehat raga, tapi juga jiwanya. Tentunya kita semua memahami, selama bayi ada dirahim ibu, segala sesuatunya masih tergantung pada bagaimana keadaan si ibu. Karenanya, mudahlah dimengerti bahwa agar bayi sehat, kehamilan yang sehat merupakan persyaratan yang harus dipenuhi. Artinya, secara jasmani dan rohani, ibu hamil harus dalam keadaan normal (Solihah, 2005). 8 Kehamilan dibagi menjadi III trimester, selama kehamilan ibu hamil dianjurkan melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali untuk mengetahui masalah kesehatan selama kehamilan, apakah masalah tersebut bersifat fisiologis atau masalah tersebut bersifat patologis yang dapat mengancam kehamilan. Komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan antara lain hiperemesis gravidarum, perdarahan, anemia, eklamsia, nyeri perut yang hebat (Sarwono, 2006). Pada trimester pertama kehamilan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pembentukan sistem saraf, jantung, otak dan organ-organ reproduksi. Plasenta juga mulai terbentuk, kondisi ini menyebabkan kebutuhan akan zat-zat gizi tertentu meningkat. Bila kebutuhan gizi pada masa ini tidak dilakukan, proses tumbuh kembang janin bisa mengalami gangguan. Maka selain tetap mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang, ibu hamil perlu memberi perhatian lebih pada zat-zat gizi tertentu seperti asam folat (Imam, 2007). B. Kebutuhan Makanan Bergizi pada Awal Kehamilan Kecukupan konsumsi zat gizi atau yang dikenal dengan istilah Recommended Dietary Alowances (RDA), adalah jumlah zat gizi yang dianggap cukup yang harus dikonsumsi seseorang setiap hari agar tubuhnya sehat. Jumlah yang dianjurkan ini tidak berarti rata-rata. Artinya apabila zat gizi yang dikonsumsi tidak cukup banyak sesuai dengan RDA, tidak berarti orang tersebut langsung akan menderita kekurangan gizi. Sebab, barangkali 9 orang yang bersangkutan makan lebih banyak pada hari-hari berikutnya. Seseorang akan berkurang gizi apabila setiap hari makanan yang di konsumsi selalu rendah dibandingkan dengan RDA dalam jangka waktu yang relative lama, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Para ahli gizi menggunakan RDA sebagai reference, atau standar konsumsi zat gizi. Dari standar ini makanan yang dikonsumsi setiap hari diterjemahkan kedalam menu seimbang, sesuai dengan kebudayaan masyarakat setempat. Kecukupan konsumsi setiap hari di sesuaikan dengan jenis kelamin, umur dan keadaan tertentu, misalnya ibu hamil dan menyusui (Purba, 2006). Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan nomal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan gizinya berada dalam kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi, khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi (Depkes RI, 2006). 10 C. Asam Folat Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit, tapi penting untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Pada umumnya tubuh sendiri tidak dapat membentuk vitamin, oleh karena itu harus diperoleh dari makanan. Vitamin tidak menghasilkan energi, namun kehadirannya sangat diperlukan karena kalau tubuh kekurangan salah satu vitamin, maka kesehatan badan akan terganggu, demikian juga halnya apabila kelebihan (Tirtawinata, 2006). Asam folat termasuk anggota vitamin B yang esensial, tidak dapat diproduksi tubuh sehingga harus di dapatkan dari makanan atau suplemen. Wanita yang merencanakan kehamilan dan masih dalam tahap awal kehamilan membutuhkan 40 mg asam folat per hari, untuk membantu perkembangan tulang belakang dan otak bayi secara optimal (Charlish, 2005). 1. Pengertian Asam Folat Asam folat berasal dari bahasa Inggris yaitu folic acid, folate atau folacin, yang artinya adalah vitamin larut air. Folat dari bahasa latin “folium” yang artinya daun (Almatsier, 2004). Asam folat adalah salah satu vitamin dalam kelompok vitamin B yang sangat penting bagi tubuh (Azhar, 2011), tidak dapat diproduksi tubuh sehingga harus didapatkan dari makanan atau suplemen (Charlish,2005). 11 2. Sifat kimia dan fisika asam folat Bentuk aktif folat terdiri atas cincin pteridin dengan p-asam amino benzoate (p-aminobenzoic acid/PABA) yang bersama membentuk asam glutamate. OH N CH2 N H2N N Cincin pteridin H O OH C O N C NH CH CH2 CH2 C O OH N p-asam amino benzoate (PABA) Asam pteroat Asam pteroil glutamat Gambar 2.1 Struktur kimia asam folat Istilah asam folat menyatakan pteroil glutamate (PteGlu), yaitu bentuk monoglutamil vitamin tersebut. Reduksi dan substitusi di dalam cincin pteridin menghasilkan 5-metil-H4 folat (metal tetra hidrofolat), bentuk vitamin yang bersirkulasi di dalam tubuh. Penambahan dua hingga tujuh glutamate dalam bentuk ikatan gama-karboksi (PteGlu), yaitu bentuk utama folat yang terdapat di dalam bahan makanan dan di dalam sel. Reaksi-reaksi ini dibantu oleh vitamin B12 (Almatsier, 2003). 12 Berbagai bentuk asam folat ini sangat berbeda dalam ketahanannya terhadap panas dan asam. Asam folat atau folasin dan asam pteroil glutamate adalah Kristal kuning yang digolongkan dalam kelompok senyawa pterin. Sebagai asam bebas, asam folat tidak larut dalam air dingin, namun sebagai garam natriun dapat lebih larut. Folat terdapat dalam 150 bentuk berbeda. Sebagian besar terdapat di dalam makanan dalam bentuk tereduksi yang sifatnya labil dan mudah direduksi. Sebanyak 50 hingga 95% folat bias hilang karena pemasakan dan pengolahan (Almatsier, 2003). 3. Absorpsi, metabolisme dan simpanan Folat dalam makan terdapat sebagai poliglutamat yang terlebih dahulu harus dihidrolisis menjadi bentuk monoglutamat di dalam mukosa usus halus, sebelum ditransportasi secara aktif ke dalam sel usus halus. Pencernaan ini dilakukan oleh enzim hidrolase, terutama conjugase pada mukosa bagian atas usus halus. Hidrolisis poliglutamat folat dibantu oleh seng (Almatsier, 2003). Setelah dihidrolisis, monoglutamat folat diikat oleh reseptor folat khusus pada mikrovili dinding usus halus yang kemungkinan juga merupakan alat angkut vitamin tersebut. Folat di dalam sel kemudian diubah menjadi 5-metil-tetrahidrofolat (5-metil-H4 folat) dan dibawa ke hati melalui sirkulasi darah portal untuk disimpan. Jumlah simpanan folat di dalam tubuh orang dewasa sehat ditaksir sebanyak 7,5 mg. Hati merupakan tempat simpanan utama folat. Dalam hati, 5-metil-tetrahidrofolat diubah menjadi asam tetrahidrofolat (THFA) dan gugus metil disumbangkan ke metionin. 13 Folat yang hidrolisis meninggalkan hati dan bersirkulasi di dalam plasma dan empedu sebagai 5-metil-H4 folat. Setelah diambil dan digunakan oleh sumsum tulang, folat bersirkulasi sebagai poliglutamat di dalam pool/ simpanan sel darah merah. Folat dikeluarkan melalui feses dan urin sebagai 5-metil-H4 folat. Jumlah folat yang dikeluarkan setiap hari melalui feses dan urin hampir sama dengan jumlah yang terdapat dalam simpanan tubuh, yang umurnya adalah kurang lebih 100 hari. Persediaan folat habis dalam waktu dua puluh minggu (Almatsier, 2003). 4. Fungsi asam folat Asam folat berperan dalam semua reaksi biologis yang menyangkut transfers grup metil, misalnya, pembentukan serin dan histidin, pembentukan kholin dari etanolamin dan pembentukan metilnikotinamid (bentuk sekresi asam nikotinat). Selain itu fungsi asam folat adalah sebagai berikut, (a) mempercepat proses pembelahan sel (sel darah merah/putih atau sel permukaan usus), (b) sintesis purin, adenin, guadin, primidin, sitosin, serta timin dan asam nukleat (DNA, RNA), dalam hal ini asam folat bertindak sebagai koenzim, (c) konversi (oksidasi) fenilalanin menjadi tirosin, serta oksidasi dan dekarboksilasi tirosin, (d) pembentukan grup forfirin, untuk sintesis hemoglobin, dan (e) metabolisme asam lemak rantai panjang di dalam otak(Muchtadi, 2009). Menurut Charlish (2005) fungsi asam folat dapat melindungi saluran saraf yang akan membentuk tulang belakang dan akar saraf dan membantunya menutup dengan sempurna. Hal ini akan memastikan 14 perkembangan otak dan akar saraf yang normal. Asam folat bisa membantu melindungi janin dari resiko spina bifida (perkembangan saraf tulang belakang yang tidak normal) dan juga anencephaly (tidak adanya sebahagian besar otak). 5. Fungsi asam folat dalam pembentukan DNA Folat terdapat dalam jumlah yang sangat kecil di sel-sel tubuh dan berbagai bentuk folat yang yang berbeda terus menerus didaur ulang. Segala hal yang mengganggu pendaur ulangan ini, apakah defisiensi folat yang merupakan gangguan metabolism bawaan yang utama atau perubahan metabolism yang kurang signifikan, akan segera mengurangi atau bahkan menghentikan biosintesis yang berkaitan dengan folat dan mempengaruhi biosintesis purin serta pirimidin. Ketika lah ini terjadi selanjutnya akan mengurangi biosintesis DNA yang menyertai pembelahan sel. Sementara hal ini akan mempengaruhi semua sel tubuh yang mengadakan replikasi, pengaruhnya yang nyata terlihat pada sel-sel dengan laju replikasi yang tinggi seperti proses eritroid dalam pembuatan sel-sel darah merah dan penurunan laju pembelahan sel darah merah ini akan menyebabkan anemia makrositik. Bentuk anemia ini selanjutnya ditandai oleh berhentinya maturasi sel darah merah dalam sumsum tulang. Prekursor sel darah merah yang abnormal yang disebut megaloblas, hanya terbentuk ketika laju biositesis purin dan pirimidin menurun sehingga mengganggu laju pembelahan sel yang normal pada saat mitosis (Gibney, 2009). 15 Keadaan ini pada gilirannya akan menghasilkan nukleus abnormal berukuran besar dengan hasil buruk yang merupakan ciri sel-sel megaloblas. Megaloblast merupaka sel yang unik yang timbul karena gangguan biosintesis purin dan pirimidin. Sel-sel ini hanya timbul secara langsung karena defisiensi folat atau secara tidak langsung karena gangguan metabolisme folat yang terjadi akibat defisiensi vitamin B12. Satu-satunya penyebab anemia megaloblastik yang lain adalah penggunaan obat-obat yang menghambat boisintesis DNA secara langsung (sitosin arabinosid) atau tidak langsung (metotreksat). Jadi, folat merupakan unsur yang esensial untuk biosintesis DNA dan replikasi sel, serta dapat dikatakan turut serta dalam siklus DNA (Gibney, 2009). 6. Fungsi asam folat dalam mencegah terjadinya defek tuba neuralis Berkurangnya sintesis DNA berkaitan dengan penurunan status folat atau varian genetik yang memengaruhi siklus ini diperkirakan akan mencegah pembelahan sel dengan laju yang seharusnya. Semua sel yang sedang membelah umumnya rentan terhadap penurunan status folat, dan kerentanan ini terjadi bukan hanya karena peranan folat yang esensial dalam pembuatan DNA, tetapi juga karena ketika sebuah sel tumbuh dan membelah maka kandungan folat dalam sel tersebut akan terbagi dua pula pada setiap kejadian tersebut. Jadi, agar dua buah sel anak dapat bekerja dengan baik, sel-sel itu harus mengambil folat dari plasma darah atau lingkaran pendukungnya untuk memenuhi kembali hingga mencapai kadar folat yang mencukupi, sebelum pembelahan sel berikutnya mengurangi 16 kembali kadar folat intra sel. Jika pengambilan folat ini tidak dapat mengimbangi kecepatan pembelahan sel karena pasokan folatnya sedikit atau karena enzimnya terganggu, sel-sel yang sedang mengadakan replikasi itu akan terus memiliki kadar folat yang semakin sedikit sehingga terjadi gangguan metabolik dalam sel-sel tersebut. Keadaan ini akan mempengaruhi laju pembelahan sel. Pembelahan sel selama stadium dini perkembangan embrio berjalan sangat cepat. Suatu rangkaian struktur tumbuh terus tumbuh dengan cara yang terkoordinasi untuk menghasilkan berbagai fase perkembangan. Secara spesifik, lempeng saraf (neural plate)akan menjalani transformasi yang dimulai pada hari ke-21 pascapembuahan dan berakhir pada hari ke-27, dengan penutupan yang lengkap untuk membentuk tuba neuralis. Pada saat yang sama, sebuah tojolan di luar struktur yang tengah berkembang menjadi cranium ini (Gibney, 2009). Laju pembelahan sel yang terganggu akibat jumlah kofaktor folat yang tidak mencukupi dapat mengganggu perkembangan secara normal sehingga tuba neuralis tidak menutup dengan sempurna. Keadaan ini akan menyebabkan spina bifida atau penutupan cranium yang tidak penuh sehingga terjadi anensefalus (Gypney, 2009). 7. Menguatkan sistem kekebalan tubuh Asam folat bekerja dengan menambah produksi sel-sel darah putih, pertahanan utama tubuh. Kekurangan asam folat akan memicu pengerutan 17 kelenjar thymus dan bongkol getah bening sehingga mengurangi produksi sel darah putih dan untuk menjaga sistem imun (WHO,2010). 8. Sebagai kesehatan mental Asam folat merupakan kunci penyeimbang zat kimia otak dan pengatur keakuratan fungsi nutrisi neuro transmitter. Selain itu, asam folat juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap otak (WHO,2010). 9. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan Dosis yang dianjurkan selama kehamilan akan konsumsi asam folat tentu ada, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Banyak dokter dan peneliti berbeda pendapat tentang kebutuhan asam folat ini. Dosis yang dianjurkan untuk wanita hamil dalam mengkonsumsi asam folat adalah 1000 mcg. Namun ada yang menganjurkan antara 0,4 mg sampai 0,8 mg. Karena asam folat termasuk vitamin yang larut dalam air, maka resiko overdosis dalam jumlah yang telah disebutkan akan rendah (Wiki Vitamin, 2012). Dalam bukunya, Muchtadi (2009) mengatakan bahwa AKG untuk asam folat yang dianjurkan untuk orang dewasa: wanita: 400 ug, yang hamil: +200 ug dan yang menyusui: + 100ug. Tabel 2.1 Angka Kecukupan Vitamin Larut Air Kelompok Umur Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) As. Folat (mcg) Piridoksin (mg) Vit. B12 (mcg) Vit. C (mg) 0 - 6 bl 0,3 0,3 2 65 0,1 0,4 40 7 - 11 bl 0,4 0,4 4 80 0,3 0,5 50 Anak 18 1 - 3 th 0,5 0,5 6 150 0,5 0,9 40 4 - 6 th 0,8 0,6 8 200 0,6 1,2 45 7 - 9 th 0,9 0,9 10 200 1,0 1,5 45 10 - 12 th 1,1 1,0 12 300 1.3 1,8 50 13 - 15 th 1,2 1,2 14 400 1.3 2,4 75 16 - 18 th 1,3 1,3 16 400 1.3 2,4 90 19 - 29 th 1,3 1,3 16 400 1.3 2,4 90 30 - 49 th 1,2 1,3 16 400 1.3 2,4 90 50 - 64 th 1,2 1,3 16 400 1,7 2,4 90 65 + th 1,0 1,3 16 400 1,7 2,4 90 10 - 12 th 1,1 1,0 12 300 1,2 1,8 50 13 - 15 th 1,2 1,0 13 400 1,2 2,4 65 16 - 18 th 1,1 1,0 14 400 1,2 2,4 75 19 - 29 th 1,0 1,1 14 400 1,3 2,4 75 30 - 49 th 0,9 1,1 14 400 1,3 2,4 75 50 - 64 th 0,9 1,1 14 400 1,5 2,4 75 65 + th 0,8 1,1 14 400 1,5 2,4 75 Trimester 1 0,3 0,3 4 200 0,4 0,2 10 Trimester 2 0,3 0,3 4 200 0,4 0,2 10 Trimester 3 0,3 0,3 4 200 0,4 0,2 10 0,3 0,4 3 100 0,5 0,4 25 0,3 0,4 3 100 0,5 0,4 25 Laki-laki wanita Ibu Hamil (+an) Ibu Menyusui (+an) 6 bl pertama 6 bl kedua Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) (Muchtadi, 2009). 19 10. Sumber Asam folat Asam folat terdapat luas di dalam bahan makanan terutama dalam bentuk poliglutamat (Almatsier, 2003). Bahan makanan secara alami kaya akan asam folat adalah sayuran berwarna hijau gelap (misalnya bayam, kol brasica atau brussel sprouts, brokoli), buah-buahan segar (misal pisang, alpukat dan jeruk), asparagus, bit merah, kacang kedelai, tempe, serealis (misal beras, gandum), hati, jamur dan ragi bir(brewer’s yeast) (Imam, 2007). Tabel 2.2 Nilai asam folat berbagai bahan makanan (µg/100 gram) Bahan Makanan Hati Ayam Hati sapi Ginjal sapi Ikan kembung Ganggang laut Kepiting Ubi jalar Gandum Bungkil kc.tanah Jeruk mandarin Sumber : Almatsier, 2003 µg 1128 250 45,3 36,5 61 56 52 49 124 5,1 Bahan Makanan Asparagus Bayam Rumput laut kering Daun kacang Daun selada Kucai Kacang kedelai Kacang hijau Kacang merah Pindakas µg 109 134 4700 109,8 88,8 57,8 210 121 180 125 Menurut Sediaoetama (2004), bahan makanan yang membantu penyerapan asam folat adalah vitamin C yang ada di dalam jeruk, pisang dan buah kiwi. Asam folat mudah rusak dalam pemanasan sehingga dianjurkan setiap hari makan buah dan sayuran mentah atau sayuran yang tidak terlalu matang saat di masak. Diperkirakan bahwa hanya 50% folat berasal dari makanan yang dapat di absorbsi. Asam folat ternyata disintesis dalam jumlah yang cukup banyak oleh bakteri usus. Konsumsi minuman beralkohol, teh hijau yang berlebihan dan konsumsi pil KB akan menghambat penyerapan folat (Suhardjo, 2009). 20 11. Akibat kekurangan asam folat Kekurangan folat terutama menyebabkan gangguan metabolisme DNA. Akibatnya terjadi dalam morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah, seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel-sel epitel lambung dan usus, vagina dan serviks rahim. Kekurangan folat menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia megaloblastik dan gangguan darah lain, peradangan lidah (glositis) dan gangguan saluran cerna (Almatsier, 2003). Kekurangan folat dapat terjadi karena kurangnya konsumsi, terganggunya absorpsi, kebutuhan metabolisme yang meningkat akan vitamin ini atau pada pembelahan sel yang berjalan sangat cepat, pengaruh obat-obatan dan kecanduan alkohol. Kurangnya konsumsi folat terutama terjadi pada masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak dapat memperoleh makanan kaya folat secara teratur. Kurang konsumsi dapat juga terjadi pada manula yang susunan makanannya terbatas. Penggunaan folat dapat terganggu pada kekurangan protein dan pada keadaan dimana kebutuhan meningkat, seperti pada kehamilan, anemia hemolitik, leukemia dan penggunaan obat-obatan tertentu. Gangguan absorpsi terjadi pada kerusakan saluran cerna, pada penyakit coeliak atau pada sprue tropis. Kebutuhan folat meningkat pada kehamilan, menyusui, anemia hemolitik, dan leukemia (Almatsier, 2003). Menurut Muchtadi (2009), defisiensi asam folat dapat menyebabkan timbulnya anemia (sebagai akibat pembelahan sel darah merah terhambat), penyakit infeksi dan radang pada persendian. Sehubungan dengan hal itu, dokter menganjurkan agar calon ibu meningkatkan asupan asam folat sejak 21 tiga bulan sebelum pembuahan, dan dua bulan pertama setelah hamil. Komsumsi asam folat yang dianjurkan untuk ibu hamil, terutama selama 12 minggu pertama, adalah 300 mikrogram (mcg) berdasarkan Angka kecukupan Gizi Indonesia tahun 1998. 12. Akibat kelebihan asam folat Asam folat yang dikonsumsi dalam jumlah lebih dari cukup tidak membahayakan ibu hamil, karena secara alamiah dapat diekskresi oleh ginjal dan dikeluarkan oleh urin. Meskipun ada dugaan bisa menimbulkan resiko bibir sumbing dan kelainan jantung bawaan pada janin, hanya dugaan tersebut belum jelas (Sinsin, 2008). D. Obat-obat yang mengandung asam folat Berdasarkan ISO (2009-2010), beberapa nama obat yang mengandung suplemen asam folat yang berperan dalam pertumbuhan janin pada wanita hamil diantaranya : 1. Afomix, mengandung vitamin B1 100 mg, vitamin B6 100 mg, vitamin B12 100 mcg, DHA 200 mg, Asam folat 1 mg. Afomix ini diberikan sebagai suplemen asam folat yang berperan dalam pertumbuhan janin pada wanita hamil, membantu memenuhi kebutuhan vitamin, dam membantu mengurangi frekuensi muntah pada wanita hamil. 2. Folac, mengandung asam folat 400 mg. Folac berperan dalam pertumbuhan janin normal dan membantu memelihara kesehatan tubuh. Dosis yang diberikan selama kehamilan 400-800 mg perhari. 22 3. Folacite, mengandung asam folat 400 mcg. Folacite ini merupakan suplemen untuk wanita hamil terutama neural tube defect pada janin. 4. Folaplus, mengandung asam folat 400 mg, vitamin B6 6 gram, vitamin B12 25 mcg. Folaplus ini diberikan untuk memenuhi nutrisi pada ibu hamil dam menyusui, gangguan anemia pada masa kehamilan dan memelihara kesehatan tubuh. Dosis yang diberikan 1 kali sehari. 5. Folas, mengandung asam folat 400mcg/tablet. Pemberian folas pada ibu hamimengurangi resiko NTD (Neural Tube Defect), mencegah jantung koroner dan anemia megaloblastik. Dosis yang diberikan, untuk ibu hamil 400 mcg/hari, pencegahan jantung koroner 400-600 mcg/hari, anemia megaloblastik 400-1000 mcg/hari. 6. Prenatal, mengandung Vit-A, Vit-D, Vit B1, Vit B6, Vit B12, Vit-C, niasinamid, asam folat, Ca-karbonat(dari Oyster shell), Fe(II), Iodium. Prenal merupakan suplemen vitamin, asam folat, kalsium dan zat besi untuk masa kehamilam dan laktasi, masa pertumbuhan anak, masa penyembuhan, dan kekurangan gizi. Dosis yang dianjurkan sehari 1 kaplet. Dan masih banyak obat-obat yang mengandung asam folat lainnya. E. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera seseorang yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003). 23 Berdasarkan pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan indrawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan berfariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami. Menurut Brunner, proses pengetahuan tersebut melibatkan tiga aspek, yaitu proses mendapatkan informasi, proses tranformasi dan proses evaluasi. (Mubarak, 2011) Menurut Majid (2005), bahwa dengan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang gizi selama kehamilan dapat mengakibatkan rendahnya asupan nutrisi. Pengetahuan gizi yang kurang mempengaruhi cara pemilihan bahan makanan yang banyak mengandung nutrisi tinggi selama kehamilan sehingga akan mengurangi kandungan gizi yang dikomsumsi selama kehamilan. Pengetahuan yang dicakup di dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni : 1. Tahu ( Know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini 24 adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami ( Comprehension ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar teentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi ( Application ) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sriil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis ( Analysis ) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, sebagainya. membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan 25 5. Sintesis( Synthesis ) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Dengan kata lain sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi ( Evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-krieria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmojo, 2003). F. Sikap (Attitude) Menurut Robert Kwick (1974) Sikap adalah hanya suatu kecendrungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi 26 objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia (Notoatmodjo,2003). Sikap adalah perasaan, pikiran dan kecendrungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu stimulusatau objek yang berdampak pada bagaimana seseorang berhadapan dengan objek tersebut. Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan, suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu (Mubarak,2011). Menurut Sunaryo (2004) sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat internal maupun eksternal sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu. Sikap dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap bukan suatu tindakan atau aktivitas, melainkan predisposisi tindakan atau perilaku. Alport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen utama yaitu kepercayaan/keyakinan (ide dan konsep), kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) (Mubarak, 2011). 27 Menurut Purwanto (2008), semakin baik sikap maka tingkat keteraturan ibu dalam hamil dalam mengkomsumsi makanan yang bergizi selama kehamilan juga akan semakin baik. Sikap mempunyai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan. Sedangkan menurut Gerungan (2004), sikap mempunyai segimotivasi, yang berarti segi dinamis untuk menuju suatu tujuan dan berusaha mencapai tujuan. Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1. Menerima (Receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespons (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 28 4. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003). Menurut Attkinson dkk, seperti dikutip dalam Sunaryo (2004), sikap memiliki lima fungsi, yakni sebagai berikut. 1. Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan. 2. Fungsi pertahanan ego yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya. 3. Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya. Sistem nilai individu dapat diliahat dari sikap yang diambil individu bersangkutan. 4. Fungsi pengetahuan. Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan dlam kehidupan sehari-hari. 5. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya (Heri, 2009). 29 G. Pendapatan Sosial ekonomi keluarga erat kaitannya dengan tingkat pendapatan. Bagi keluarga yang berpenghasilan tinggi, maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga dapat dilakukan, jika dibandingkan dengan penghasilan rendah. Akan berdampak kemampuan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena kurangnya daya beli yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memelihara kesehatan. Hal ini berdampak pada kemampuan keluarga unutk membeli bahan makanan yang diperlukan unutk dikonsumsi setiap hari (Notoatmodjo, 2003). Pendapatan seseorang atau keluarga dapat membukakan berbagai kemungkinan dari seseorang atau keluarga itu. Pendapatan itu harus mengalir secara teratur setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan setiap tahun, supaya seseorang atau keluarga dapat melanjutkan hidupnya. Kurangnya pendapatan akan dapat menghambat aktifitas, baik yang bersifat materialistis maupun non materialistis, seperti pendidikan, kesehatan, perjalanan dan rekreasi disamping kebutuhan akan pangan, sandang dan perumahan. Besarnya pendapatan seseorang atau keluarga mempunyai hubungan erat dalam pemenuhan untuk kebutuhan hidup keluarganya (Supariasa, 2002). Makin tinggi daya beli rumah tangga semakin beragam pangan yang dikonsumsi, semakin baik kualitas pangan dan cenderung berkurang porsi pendapatan yang dialokasikan untuk makanan, tetapi sebaliknya pendapatan yang rendah. Hal ini dalam waktu yang lama dapat menyebabkan berbagai masalah di antaranya kecerdasan menurun, frekuensi terkana penyakit infeksi 30 meningkat, angka kesakitan dan kematian meningkat, serta produktifitas kerja rendah sehingga produksi pangan rendah, pendapatan rendah dan persediaan pangan juga rendah (Suhardjo, 2002). Status ekonomi maupun sosial sangat mempengaruhi seorang wanita dalam memilih makanan. Status ekonomi, jika yang bersangkutan hidup dibawah garis kemiskinan keluarga prasejahtera berguna untuk pemastian maupun membeli dan memilih bahan makanan yang bernilai gizi tinggi (Arisman, 2010). 31 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka konsep Teori yang dikemukakan L. Green yang diadopsi Notoatmodjo (2007) mengenai perilaku dapat ditinjau dari faktor pengetahuan, sikap dan lingkungan, maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut. Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Konsumsi Asam Folat Sikap Pendapatan Gambar 3.1 Kerangka konsep 32 B. Defenisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Dependen 1. Asam Folat Bagian dari vitamin B kompleks yang dapat diisolasi dari daun hijau. Kuesioner Wawancara reponden - Tidak Dengan kriteria: Cukup - Cukup bila mendapat nilai ≥ AKG (600 mcg) - Tidak cukup bila ≤ AKG(600 mcg) Ordinal Pemahaman responden mengenai konsumsi asam folat Kuesioner Membagikan kuesioner pada reponden dengan kriteria: - Baik bila mendapatkanni lai x > ̅ - Rendah bila mendapat nilai Baik Rendah Ordinal Membagikan kuesioner pada reponden dengan kriteria: Positif: Positif Negatif Ordinal Independen 1. Pengetahuan x< ̅ 2. 3. Sikap Pendapatan Tanggapan responden mengenai konsumsi asam folat Kuesioner Jumlah uang yang Kuesioner Jika jawaban x > ̅ Negatif: jika jawaban x < ̅ Membagikan - Tinggi Ordinal 33 dimiliki/keluarga Dalam 1 bulan kuesioner pada - Rendah reponden dengan kriteria : - Tinggi bila > UMP (Rp. 1.550.000) - Rendah bila < UMP (Rp. 1.550.000) C. Hipotesa 1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan konsumsi asam folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh tahun 2013. 2. Ada hubungan sikap ibu dengan konsumsi asam folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh tahun 2013. 3. Ada hubungan tingkat pendapatan dengan konsumsi asam folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh tahun 2013. 34 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan rangcangan penelitian cross sectional yaitu merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan efek (Hidayat, 2007). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pendapatan dengan konsumsi asam folat pada ibu hamil trimester pertama di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh yang berjumlah 213 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung di Bidan Praktek Swasta Rina. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2005). 35 Keterangan : N : Besarnya populasi n : Besarnya sampel d : Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diujikan 0,1) Maka perhitungan besarnya sampel adalah : Jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berjumlah 68 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Bidan Praktek Swasta Rina di Kecamatan Meuraxa Banda Aceh. Tehnik pengambilan sampel yang dipakai menggunakan metode simple random sampling. Menurut Hidayat (2007) simple random sampling adalah pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. 36 C. Tempat dan Waktu Penelitiaan Penelitian ini akan di laksanakan di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh pada bulan Juli 2013. D. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Menurut Hidayat (2007), kegiatan dalam proses pengolahan data adalah: : a. Editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. b. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa ketegori. c. Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base computer. d. Melakukan teknik analisis, dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistic terapan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dianalisis. 2. Analisa Data 1. Analisa Univariat Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase 37 dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Penilaian hasil ukur menggunakan kriteria penilaian yang terdiri dari: pengetahuan, sikap, dan tingkat pendapatan. Kriteria variabel penatalaksanaan dilakukan dengan menggunakan rumus : Dimana : P = Persentase F = Frekuensi N = Jumlah Sampel 100% = Bilangan tetap (Budiarto, 2002). 2. Analisa Bivariat Diduga mempunyai hubungan dengan variable terikat. Analisa yang digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data kategori ChisSquare Test (x) pada tingkat kemaknaan adalah 95 % (p value < 0,05). Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik. Menggunakan program khusus SPSS for windows. Melalui perhitungan Chis-Square Test selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai p lebih kecil dari nilai 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang 38 menunjukkan ada hubungan bermakna antara variable terikat dengan variable bebas. Perhitungan yang dugunakan pada uji Chi-Square Test untuk program komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut: a. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah fisher axact test. b. Bila pada tabel contingency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty correction. c. Bila pada tabel contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lainnya, maka hasil uji yang digunakan adalah person chisquare. d. Bila pada tabel contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi (harapan) e kurang dari 5, maka dilakukan merger sehingga menjadi tabel contingency 2x2. e. Bila pada tabel 2x2 masih terdapat frekuensi (harapan) e kurang dari 5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yate’s correction continu. f. Pada uji chis-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel (Hastono, 2001). 39 BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Bidan Praktek Swasta Rina terletak di desa Punge Jurong tepatnya jalan Sultan Iskandar Muda no. 117F Banda Aceh yang terletak ± 5 km dari pusat kota. Terdiri dari satu buah ruko berlantai dua yang didalamnya terdapat fasilitas 1 ruang tunggu, 1 ruang periksa, 1 ruang bersalin, 1 ruang PI dan 1 kamar mandi. Bidan Praktek Swasta (BPS) Rina memiliki seorang bidan delima dan dua orang asisten . bidan Praktek Swasta (BPS) Rina melayani pemeriksaan ibu hamil, persalinan, KB, Imunisasi, pengobatan umum, dan konsultasi kesehatan khususnya reproduksi. B. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juli sampai dengan 18 Agustus 2013 Hubungan Konsumsi Asam Folat terhadap Ibu Hamil di Bidan Praktek swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013 dengan jumlah 68 responden dengan cara penyebaran kuesioner. 1. Analisa Univariat Pada pembahasan ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai Hubungan Konsumsi Asam Folat terhadap Ibu Hamil di Bidan Praktek 40 swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013 dapat dilihat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: a. Asam Folat Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil Di Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh No Asam Folat Frekuensi (f) 1. Cukup 16 2. Tidak Cukup 52 Jumlah 68 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013) Pesentase (%) 23,5 76,5 100 Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukan bahwa dari 68 responden, yang diteliti ditemukan 16 responden (23,5%) cukup konsumsi asam folat dan 52 responden (76,5%) tidak cukup konsumsi asam folat. b. Pengetahuan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh No 1. 2. Pengetahuan Frekuensi (f) Baik 17 Rendah 51 Jumlah 68 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013) Pesentase (%) 25,0 75,0 100 Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa dari 68 responden, yang diteliti ditemukan 17 responden (25,0%) 41 berpengetahuan baik, sedangkan 51 responden (75,0%) berpengetahuan rendah. c. Sikap Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh No Sikap Frekuensi (f) 1. Positif 23 2. Negatif 45 Jumlah 68 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013) Pesentase (%) 33,8 66,2 100 Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa dari 68 responden, yang diteliti ditemukan 23 responden (33,8 %) positif dan 45 responden (66,2%) negatif. d. Pendapatan Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan Ibu Hamil Di Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh No Pendapatan Frekuensi (f) 1. Tinggi 19 2. Rendah 49 Jumlah 68 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013) Pesentase (%) 27,9 72,1 100 Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa dari 68 responden, yang diteliti ditemukan 19 responden (27,9%) pendapatan tinggi dan 49 responden (72,1%) pendapatan rendah. 2. Analisa Bivariat 42 a. Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Pengetahuan Tabel 5.5 Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Pengetahuan Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh N o 1 2 Pengetahuan Baik Rendah Jumlah Asam Folat Tidak Cukup Cukup f % f % 14 2 16 82,4 3,9 43,5 3 49 53 17,6 96,1 10,9 Jumlah f % 17 51 68 100 100 100 P Value 0,000 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013) Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari 17 responden yang berpengetahuan baik dan konsumsumsi asam folatnya cukup sebanyak 14 responden (82,4%), sedangkan dari 51 responden yang pengetahuan rendah dan konsumsi asam folatnya tidak cukup sebanyak 49 responden (96,1 %). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square test dengan tingkat kepercayaan 95%, ρ = 0,000 (α < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan komsumsi asam folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. b. Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Sikap 43 Tabel 5.6 Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Sikap Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh N o 1 2 Sikap Positif Negatif Jumlah Asam Folat Tidak Cukup Cukup f % f % 13 3 16 56,5 6,7 23,5 10 42 52 43,5 93,3 76,5 Jumlah f % 23 45 68 100 100 100 P Value 0,000 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013) Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 23 responden responden yang sikap positif dan konsumsi asam folatnya cukup sebanyak 13 responden (56,5%), sedangkan dari 45 responden yang sikap negatif dan asam folatnya tidak cukup 42 responden (93,3%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square test dengan tingkat kepercayaan 95%, ρ = 0,000 (α < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara sikap dengan komsumsi asam folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. c. Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Pendapatan 44 Tabel 5.7 Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Pendapatan Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh N o 1 2 Pendapatan Tinggi Rendah Jumlah Asam Folat Tidak Cukup Cukup f % f % 13 3 16 68,4 6,1 23,5 6 46 52 31,6 93,9 76,5 Jumlah f % 19 49 68 100 100 100 P Value 0,000 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013) Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa dari 19 responden yang pendapatan tinggi dan konsumsi asam folatnya cukup sebanyak 13 responden (68,4%), sedangkan dari 49 responden yang pendapatan dan konsumsi asam folatnya tidak cukup sebanyak 46 responden (93,9%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square test dengan tingkat kepercayaan 95%, ρ = 0,000 (α < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara pendapatan dengan komsumsi asam folat pada ibu hamil di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. C. Pembahasan Pada pembahasan ini akan di uraikan hasil penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tingkat Pendapatan Dengan Komsumsi Asam Folat Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. 1. Hubungan Konsumsi Asam Folat Pengetahuan Ibu Hamil di Tinjau Dari 45 Berdasarkan tabel 5.5 mengenai konsomsi asam folat ibu hamil di tinjau dari segi pengetahuan maka didapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada umumnya konsumsi asam folat ibu hamil tentang pengetahuan baik (0,0%), begitu juga dari 14 responden yang berpengetahuan cukup (20,0%), sedangkan 51 responden yang berpengetahuan rendah hanya sebagian besar yang konsumsi asam folat (96,1%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu-ibu di Bidan Praktek swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh konsumsi asam folat ditinjau dari pengetahuan rendah. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square test dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh P-value (0,000) yang berati lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan sangat bermakna antara pengetahuan terhadap komsumsi asam folat ibu hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Majid (2005), bahwa dengan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang gizi selama kehamilan dapat mengakibatkan rendahnya asupan nutrisi. Pengetahuan gizi yang kurang mempengaruhi cara pemilihan bahan makanan yang banyak mengandung nutrisi tinggi selama kehamilan sehingga akan mengurangi kandungan gizi yang dikomsumsi selama kehamilan. Pengetahuan yang kurang dapat menyebabkan bahan makanan bergizi yang tersedia tidak dikonsumsi secara optimal. Pemilihan bahan 46 makanan dan pola makan yang salah cukup berperan dalam terjadinya kekurangan asam folat selama kehamilan (Depkes, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyosiwi (2011), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan asupan asam folat, dimana hasil uji statistik P=0,000 (P<0,05) dengan nilai OR=0,452. Artinya pengetahuan yang baik tentang asam folat mempunyai peluang 49,2 kali dalam mengkomsumsi asupan asam folat selama kehamilan dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu hamil berhubungan erat dengan komsumsi asam folat selama kehamilan. Semakin baik tingkat pengetahuan ibu ada kecenderungan semakin baik komsumsi asam folat selama kehamilan. Namun sebaliknya semakin kurang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang asam folat maka semakin tidak cukup komsumsi asam folat selama kehamilan. 2. Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Sikap Berdasarkan tabel 5.6 mengenai konsomsi asam folat di tinjau dari segi pengetahuan ibu hamil maka didapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada umumnya konsumsi asam folat ibu hamil tentang sikap positif konsumsi asam folat 23 (43,5%), begitu juga dari 45 responden hanya sebagian besar sikap negatif (93,3%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square test dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh P-value (0,000) yang berati 47 lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan sangat bermakna antara sikap terhadap komsumsi asam folat ibu hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda AcehTahun 2013. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Sarwono (2005), bahwa sikap merupakan potensi tingkahlaku seseorang terhadap sesuatu keinginan yang dilakukan. Maka dapat dikatakan seorang ibu hamil yang bersikap positif terhadap kehamilan cenderung akan mempunyai motivasi tinggi untuk menjaga kesehatan selama kehamilan. Hal ini dikarenakan informasi, pengetahuan dan pemahaman ibu hamil yang baik mengenai pentingnya kesehatan selama kehamilan dapat mencegah bahaya dan risiko yang mungkin terjadi selama hamil. Menurut Purwanto (2008), semakin baik sikap maka tingkat keteraturan ibu dalam hamil dalam mengkomsumsi makanan yang bergizi selama kehamilan juga akan semakin baik. Sikap mempunyai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan. Sedangkan menurut Gerungan (2004), sikap mempunyai segimotivasi, yang berarti segi dinamis untuk menuju suatu tujuan dan berusaha mencapai tujuan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyosiwi (2011), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan asupan asam folat, dimana hasil uji statistik P=0,010 (P<0,05) dengan nilai 48 OR=0,343. Artinya sikap yang positif tentang asam folat mempunyai peluang 34,3 kali dalam mengkomsumsi asupan asam folat selama kehamilan dibandingkan dengan ibu yang mempunyai sikap negative. Peneliti berasumsi bahwa sikap ibu hamil berhubungan erat dengan komsumsi asam folat selama kehamilan. Semakin postif sikap ibu hamil terhadap komsumsi asam folat selama kehamilan ada kecenderungan semakin cukup komsumsi asam folat. Namun sebaliknya semakin negative sikap ibu hamil tentang asam folat maka semakin tidak cukup komsumsi asam folat selama kehamilan. 3. Hubungan Konsumsi Asam Folat Ibu Hamil di Tinjau Dari Pendapatan Berdasarkan tabel 5.6 mengenai konsomsi asam folat di tinjau dari segi pengetahuan ibu hamil maka didapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada umumnya konsumsi asam folat ibu hamil tentang pendapatan tinggi UMP konsumsi asam folat cukup 19 (31,6%), dan 49 responden yang pendapatan rendah UMP hanya sebagian besar yang konsumsi asam folat tidak cukup (93,9%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi- square test dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh P-value (0,000) yang berati lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan sangat bermakna antara pendapatan terhadap komsumsi asam folat ibu hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda AcehTahun 2013. 49 Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Departemen Kesehatan (2003), bahwa tingkat pendapatan akan berpengaruh terhadap penyediaan gizi yang cukup yang berakibat terhadap permasalahan gizi. Golonggan ekonomi yang rendah menggunakan sebagian besar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Arisman (2010), menjelaskan bahwa status ekonomi maupun social sangat mempengaruhi seorang wanita dalam memilih makanan. Status ekonomi, jika yang bersangkutan hidup dibawah garis kemiskinan keluarga prasejahtera berguna untuk pemastian maupun membeli dan memilih bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Supariasa (2002), menambahkan bahwa pendapatan seseorang atau keluarga dapat membukakan berbagai kemungkinan dari seseorang atau keluarga itu. Pendapatan itu harus mengalir secara teratur setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan setiap tahun, supaya seseorang atau keluarga dapat melanjutkan hidupnya. Kurangnya pendapatan akan dapat menghambat aktifitas, baik yang bersifat materialistis maupun non materialistis, seperti pendidikan, kesehatan, perjalanan dan rekreasi disamping kebutuhan akan pangan, sandang dan perumahan. Besarnya pendapatan seseorang atau keluarga mempunyai hubungan erat dalam pemenuhan untuk kebutuhan hidup keluarganya. Hasil penilitian Setiyosiwi (2011), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan asupan asam folat, dengan nilai P=0,001. Dari hasil nilai OR=0,623. Artinya ibu hamil yang 50 mempunyai penghasilan dibawah upah minimum mempunyai kecenderungan 6,23 kali untuk tidak mengkomsumsi asupan asam folat selama kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai penghasilan di atas upah minimum. Peneliti berasumsi bahwa pendapatan ibu hamil berhubungan erat dengan komsumsi asam folat selama kehamilan. Semakin baik pendapatan keluarga ibu hamil terhadap komsumsi asam folat selama kehamilan ada kecenderungan semakin cukup komsumsi asam folat. Namun sebaliknya semakin rendah pendapatan keluarga ibu hamil maka semakin tidak cukup komsumsi asam folat selama kehamilan. 51 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013, maka penulis dapat simpulkan sebagai berikut. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti teradapat ada hubungan antara pengetahuan terhadap komsumsi asam folat ibu hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Dengan hasil uji stastistik chi-squaretest didapat nilai ρ=0,000 (α <0,05), dan semakin baik tingkat pengetahuan ibu ada kecenderungan semakin baik ibu mengkonsumsi asam folat selama kehamilan, Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti teradapat ada hubungan antara sikap terhadap komsumsi asam folat ibu hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Dengan hasil uji stastistik chi-squaretest didapat nilai ρ=0,000 (α <0,05). Dan semakin positif sikap ibu hamil terhadap konsumsi asam folat selama ibu kehamilan kecenderungan semakin cukup mengkonsumsi asam folat. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti teradapat Ada hubungan antara pendapatan terhadap komsumsi asam folat ibu hamil Di Bidan Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Dengan hasil uji stastistik chi-squaretest didapat nilai ρ=0,000 (α <0,05).dan semakin 52 tinggi penghasilan keluarga ibu hamil maka semakin baik asupan asam folat selama kehamilan dibandingkan dengan keluarga ibu hamil yang berpenghasilan rendah. B. Saran 1. Bagi peneliti agar dapat menambahkan pengetahuan dan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya 2. Kepada akademi agar meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang asam folat selama kehamilan. 3. Kepada Tempat Praktek Swasta Rina Kecamatan Meuraxa Banda Aceh agar dapat lebih meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya asam folat selama kehamilan.