pengembangan lembar kerja siswa dengan pendekatan pendidikan

advertisement
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI MUARA BELITI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh
Monika Juni Rasita 1, Ziko Fakhur Rozi, M.Pd.Si.2, Harmoko, M.Pd.3
Skripsi ini berjudul Pengaruh Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti
Tahun Pelajaran 2016/2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh model kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap hasil belajar
biologi siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes yang terdiri dari 26 soal pilihan
ganda. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
penggunaan kooperatif tipe Numbered Heads Togetherterhadap hasil belajar
sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti. Dari perhitungan uji hipótesis
dua rata-rata diperoleh thitung 4,47 > ttabel = 1,67 untuk taraf signifikansi (α) = 5%
dengan dk = 62, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini diperkuat
dengan adanya perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan
model kooperatif tipe Numbered Heads Togetherdan kelas kontrol yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional. Untuk pretest nilai rata-rata
kelas eksperimen adalah 46,72 dan untuk kelas kontrol adalah 44,88. Sedangkan
untuk postest nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 80,34 dan untuk kelas
kontrol adalah 73,06
Kata kunci: Numbered Heads Together, Hasil Belajar, Biologi
1
Penulis Skripsi
Pembimbing Utama
3
Pembimbing Pembantu
2
A.
Pendahuluan
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi
peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya sehingga menimbulkan perubahan dalam dirinya yang dapat
digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, tujuan pendidikan adalah
seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah
diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan,
yakni bimbingan pengajaran dan latihan diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan (Hamalik, 2008:3).
Tujuan pendidikan merupakan suatu komponen sistem pendidikan
yang menempati kedudukan dan fungsi sentral, penggunaan model
pembelajaran yang tepat, relevan, dan bervariasi adalah salah satu faktor
penentu dalam mencapai keberhasilan belajar. Peran guru sebagai pendidik
sangatlah penting, guru dituntut dapat menerapkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, dapat meningkatkan semangat dan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Model dimaknakan
sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan
sesuatu hal (Trianto, 2014:23).
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran
adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan
oleh peserta didik. Dalam hal ini sangat menuntut siswa untuk
mengembangkan kreativitasnya, berpikir, dan memotivasi diri sendiri.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMP Negeri Muara Beliti pada
tanggal 3 September 2016 dan wawancara guru IPA Terpadu kelas VIII
diperoleh informasi bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata
pelajaran kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti sebesar 75. Masih banyak
siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Dapat dilihat dari ulangan
harian siswa kelas VIII yang berjumlah 289 siswa terdapat 143 siswa
(49,48%) yang tuntas dan sebanyak 146 siswa (50,52%) belum mencapai
KKM yang ditetapkan, sehingga harus mengikuti program remedial. Ini
terjadi
karena
dalam
kegiatan
belajar
mengajar
guru
cenderung
menggunakan model pembelajaran konvensional. Dimana guru menjadi
pusat perhatian dan siswa sebagai penerima informasi yang hanya
mendengarkan dan memperhatikan gurunya saja sehingga siswa kurang aktif
dalam proses belajar mengajar.
Oleh karena itu, untuk membuat siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan juga mampu memperbaiki hasil belajar, guru dapat
menggunakan model pembelajaran inovatif dan kreatif yang salah satunya
model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2010:22) model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat, relevan, dan
bervariasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai keberhasilan
belajar. Peran guru sebagai pendidik sangatlah penting, guru dituntut dapat
menerapkan berbagai model pembelajaran yang efektif, dapat meningkatkan
semangat dan aktivitas serta menarik bagi siswa dalam proses penyampaian
materi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat
proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pendapat di atas, maka guru harus mampu menggunakan
berbagai model pembelajaran yang efektif dan inovatif. Rusman (2010:133)
mengemukakan bahwa model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan,
artinya, di sini para guru boleh memilih model pembelajaran yang efisien
untuk mencapai tujuan pendidikannya. Untuk itulah peneliti memilih model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together karena pada model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together siswa diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pengetahuan awal siswa sebelum
menerima gagasan ataupun pengetahuan lainnya. Begitu sistem belajar siswa
lebih aktif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti
Tahun Pelajaran 2016/2017”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Model Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP
Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017?”
C.
Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat luasnya permasalahan yang mencakup pada penelitian ini,
maka penulis mengadakan pembatasan yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti.
2. Hasil belajar dalam penelitian adalah hasil belajar yang bersifat kognitif,
meliputi pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3).
3. Materi pembelajaran yang dipilih tentang gerak tumbuhan.
4. Model Pembelajaran yang digunakan adalah Numbered Heads Together.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari munculnya pengertian ganda terhadap istilahistilah yang digunakan di dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan
penjelasan sebagai berikut:
1.
Pengaruh adalah akibat yang ditimbulkan atau yang terjadi setelah
diberikan perlakuan. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pengaruh kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap
hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun
Pelajaran 2016/2017.
2.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah
suatu model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dan
bekerjasama dalam kelompok yang heterogen, setiap siswa diberikan
nomor sebagai identitas untuk memecahkan permasalahan yang
diberikan.
3.
Hasil belajar adalah hasil usaha seseorang untuk memperoleh
pengetahuan
setelah
melakukan
proses
belajar
yang
berupa
kemampuan kognitif yang diperoleh siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah hasil belajar ranah kognitif. Ranah kognitif merupakan hasil
belajar yang berhubungan dengan kemampuan intelektual dari
Pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Aplikasi (C3) dengan soal
berbentuk pilihan ganda.
E. Landasan Teori
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu orang atau
benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan seseorang. Menurut
Anwar (2002:318), pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu, orang
atau benda karena yang lain lebih berkuasa yang berkekuatan untuk
mendominasi sesuatu atau yang memiliki peranan besar. Sedangkan
pengaruh menurut Suprijono (2011:44), daya yang menjadikan perubahan
dari sebelumnya. Keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa
maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Selanjutnya Ahmadi (2007:160) menjelaskan pengaruh adalah suatu
efek dari pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan
aktivitas
seluas-luasnya
kepada
siswa
untuk
belajar.
Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya
diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa
pengaruh adalah dorongan yang dapat mengubah sesuatu dari sebelumnya,
disebabkan oleh metode, strategi ataupun metode pembelajaran dengan
harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
2. Hasil belajar
Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Lalu, Hamalik (2008:30) mengatakan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku yang diharapkan pada siswa setelah melakukan
proses belajar mengajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010:3), hasil
belajar merupakan hasil dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah diuraikan para ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
kemampuan yang terlihat setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam aspek
kognitif yang didapatkan dari proses belajar mengajar.
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together
Menurut
Huda,
(2011:138)
Numbered
Heads
Together
merupakan kegiatan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh
„Spencer Kagan‟ untuk melibatkan siswa saling bertukar ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Menurut Amri
(2010:176), model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together adalah model pembelajaran yang menekakan kerja sama
kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa yang
bervariasi.
Sedangkan menurut Trianto (2014:131), Numbered Heads
Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas
tradisional.
Numbered
Heads
Together
(NHT)
pertama
kali
dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercangkup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas
maka penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran
berpikir bersama dalam suatu kelompok dalam mencari, mengolah dan
melaporkan hasilnya di depan kelas.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together
Menurut Huda (2015:138), langkah
model
pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut:
1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, 2) Masing-masing
kelompok diberi nomor, 3) Guru memberikan pertanyaan dan masingmasing kelompok mengerjakannya, 4) Kelompok berdiskusi untuk
menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan
semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut, 5) Guru
memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang di panggil
mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.
Menurut Amri (2010:176) langkah-langkah dalam melaksanakan
kegiatan pembelajarn dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together adalah sebagai berikut:
1) Guru
membentuk kelompok terdiri dari 3-5 siswa dan diberi nomor untuk
setiap siswa, 2) Guru memberikan pertanyaan, 3) Siswa mendiskusikan
jawaban bersama-sama dan memastikan semua anggota tahu
jawabannya, 4) Guru memanggil siswa dengan menyebut nomor secara
acak dan siswa dengan nomor tersebut memberikan jawaban untuk
disampaikan ke seluruh siswa di kelas, 5) Guru menyimpulkan
jawaban yang berhubungan dengan materi.
Menurut
Trianto
(2013:131),
langkah-langkah
dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut:
1) penomoran 2) mengajukan pertanyaan 3) berpikir bersama 4)
menjawab.
Berdasarkan 3 pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe
Numbered Heads Together yang akan di terapkan nanti adalah sebagai
berikut:
1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 orang
dan
masing-masing
siswa
dalam
setiap
kelompoknya
mendapatkan nomor urut,
2) Guru meyampaikan materi pembelajaran,
3) Guru
memberikan
tugas
dan
masing-masing
kelompok
mengerjakan tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan,
4) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban,
5) Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang bernomor
tersebut melaporkan hasil kerja kelompok,
6) Guru menunjuk nomor yang lain pada kelompok yang berbeda
agar memberikan tanggapan atau pendapat,
7) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil materi yang telah
disampaikan.
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads
Together
Menurut Amri (2010:177) kelebihan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: 1)
Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi secara bersama dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi, siswa pandai maupun siswa
lemah sama-sama dapat manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif, 2)
Dengan bekerja secara kooperatif, kemungkinan pengetahuan akan
menjadi lebih besar atau kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada
kesimpulan yang diharapkan, 3) Dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi,
dan mengembangkan bakat kepemimpinan.
Menurut Amri (2010:177) kekurangan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: 4)
Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru tidak
semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. 5) Tidak semua siswa
mendapatkan giliran.
F. Desaian Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang digunakan berbentuk pretest posttest
control group design, dimana peneliti membedakan dua perlakuan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen siswa diberi pengajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together sedangkan kelas kontrol
siswa diberi pengajaran dengan
menggunakan model konvensional. Waktu penelitian dilakukan selama 1
bulan dari 31 Maret sampai dengan 29 April 2017. Selama 1 bulan tersebut
peneliti melakukan kegiatan uji coba instrumen, pre-test, treatman dan posttest. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri Muara Beliti dengan alamat Jln.
Raya Palembang Km. 24, Pasar Muara Beliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri Muara Beliti Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak
(sample random) dengan cara pengundian. Sampel random sampling
dilakukan dengan cara pemberian nomor pada kertas yang berisi nomor
kelas populasi, kemudian nomor tersebut diacak dan nomor yang keluar
itulah yang diambil sebagai sampelnya. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data berupa
teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kuantitatif pada data tes
Pertanggungjawaban penelitian pada penelitian ini adalah penentuan
kualitas instrumen. Berdasarkan analsisi dapat disimpulkan bahwa dari 35 soal
yang diujicobakan hanya 26 soal yang dipakaiyaitu soal no 2, 6,7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 33, 34 dan 35.
Sedangkan 9 soalnya tidak dipakai karena tidak valid yaitu soal nomor 1, 3, 4,
5, 19, 21, 22, 27 dan 32. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian
ini jumlah soal yang digunakan sebanyak 26 soal.
G. Hasil Penelitian
1. Uji Coba Instrumen
Adapun kelas yang menjadi objek uji coba instrumen adalah siswa
kelas IX.2 dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Uji coba dilaksanakan
pada hari Selasa, 4 April 2013. Berdasarkan analisis uji coba diketahui
bahwa dari 35 soal yang diujicobakan hanya 26 soal yang dipakai yaitu
soal no 2, 6,7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 23, 24, 25, 26,
28, 29, 30, 31, 33, 34 dan 35. Sedangkan 9 soalnya tidak dipakai karena
tidak valid yaitu soal nomor 1, 3, 4, 5, 19, 21, 22, 27 dan 32. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini jumlah soal yang digunakan
sebanyak 26 soal.
2. Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa merupakan data penelitian yang didapat dari
tes awal atau soal diberikan sebelum siswa mendapatkan pengajaran guru.
Pelaksanaan tes awal berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal
tentang
topik
atau
materi
dari
masing-masing
kelompok, baik
kelompok yang diberi model kooperatif tipe Numbered Heads Together
maupun kelompok yang diberi metode ceramah dan tanya jawab. Soal
tes awal diambil dari materi pokok gerak tumbuhan dengan menggunakan
26 soal berbentuk pilihan ganda tentang gerak tumbuhan.
Berdasarkan hasil tes awal pada hari Senin, tanggal 10 April 2017
didapat bahwa nilai rata-rata untuk kelas VIII.2 yang berjumlah 32
sebagai kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe Numbered Heads Together yaitu 46,72 dan simpangan
baku yaitu 7,57, sedangkan nilai rata-rata
untuk
kelas VIII.6 yang
berjumlah 32 sebagai kelas dengan menggunakan model pembelajaran
ceramah tanya jawab yaitu 44,88 dan simpangan baku yaitu 8,57. Nilai
tertinggi untuk kelas eksperimen adalah 58 sedangkan nilai terendah
adalah 31. Sedangkan nilai tertinggi untuk kelas eksperimen adalah 62
sedangkan nilai terendah adalah 37.
2. Kemampuan Akhir Siswa
Kemampuan siswa dalam penguasaan materi pokok gerak tumbuhan
merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Nilai tertinggi kelas eksperimen adalah 92 dan nilai terendah adalah 69.
Sedangkan nilai tertinggi untuk kelas kontrol adalah 85 dan nilai terendah
adalah 58. Jika dilihat berdasarkan nilai rata-rata terdapat perbedaan nilai
pada postes untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol. Perbedaan itu
sebesar 7,28, hal ini menandakan bahwa kelas yang diajarkan dengan
model kooperatif tipe Numbered Heads Together lebih baik dari kelas
yang diberi pengajaran metode ceramah dan tanya jawab.
3. Pengujian Hipotesis
Pengambilan kesimpulan data post-test dapat dilakukan setelah
melakukan pengujian hipotesis secara statistik sebelum dilakukan, maka
terlebih dahulu diadakan uji normalitas dan uji homogenitas varians dari
data tersebut.
a. Uji Normalitas
Rekap hasil perhitungan uji normalitas tes awal dan tes akhir
untuk kedua data kelompok dapat dilihat pada Tabel 1 erikut.
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal dan Akhir
Kelas
Eksperimen Tes Awal
Tes Akhir
Kontrol Tes Awal
Tes Akhir
2hitung
2,187
3,496
1,959
1,190
2tabel
11,070
11,070
11,070
11,070
Kondisi
 hitung ≤ 2tabel
2hitung ≤ 2tabel
2hitung ≤ 2tabel
2hitung ≤ 2tabel
2
Keterangan
Normal
Normal
Normal
Normal
Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa nilai X2hitung data tes awal
maupun tes akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil
dari X2tabel. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan
menggunakan uji X2 (chi kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masingmasing data untuk tes awal maupun tes akhir pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas
ini bertujuan untuk melihat
apakah
hasil
posttest (tes akhir) pada kedua kelas sampel mempunyai varians
tes awal dan tes
akhir pada taraf kesalahan 5% dapat dilihat
pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2
Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Akhir
Tes
Fhitung
Ftabel
Kondisi
Tes Awal
1,28
1,84
Fhitung ≤ Ftabel
Tes Akhir
11,46
1,84
Fhitung ≤ Ftabel
Keterangan
Homogen
Homogen
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa Fhitung tes awal pada kelas
eksperimen dan kontrol sebesar 1,28
dan tes akhir pada kelas
eksperimen dan kontrol sebesar 1,46. Hasil perhitungan tersebut
dibandingkan dengan Ftabel sebesar 1,84. Dengan demikian
varians
kedua kelompok yang dibandingkan pada tes awal dan akhir adalah
homogen, karena Fhitung ≤ Ftabel pada taraf kesalahan 5%.
c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Berdasarkan hasil uji coba normalitas dan homogenitas, maka
kedua kelompok data tes awal adalah normal dan homogen. Begitu
pula dengan hasil tes akhir adalah normal dan homogen juga, dengan
demikian uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk data tes awal maupun data tes akhir dapat di uji dengan
menggunakan uji-t. Uji-t (uji hipotesis) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji kesamaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua
rata-rata ini digunakan untuk melihat perbedaan antara hasil pretes dan
postes untuk kelas treatman dengan kelas kontrol.
Hasil uji-t untuk tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada Tabel
3 berikut.
Tabel 3
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Tes Awal dan Tes Akhir
thitung
dk
ttabel
Kondisi
Kesimpulam
H0 diterima
Tes awal
0,95
62
2,00
thitung < ttabe
Ha ditolak
Ha diterima
Tes akhir
4,47
62
1,67
thitung > ttabel
H0 ditolak
Pada Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa nilai thitung untuk tes
awal sebesar 0,95 dibandingkan dengan ttabel sebesar 2,00 sehingga
kesimpulan hasil belajar untuk tes awal yaitu Ho diterima, sedangkan
pada tes akhir nilai thitung sebesar 4,47 dibandingkan dengan ttabel
sebesar 1,67 sehingga dapat disimpulkan hasil belajar pada tes akhir
menyatakan Ho ditolak, yang artinya ada pengaruh model kooperatif
tipe Numbered Heads Together Terhadap hasil belajar biologi siswa
kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017.
Hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir menunjukkan
bahwa skor rata-rata siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol.
Hal
ini
pembelajarannya
berarti
bahwa
menggunakan
hasil
belajar
pembelajaran
siswa
yang
kooperatif
tipe
Numbered Heads Together lebih baik dari pada siswa yang
menggunakan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab.
H. Pembahasan
Hasil belajar biologi siswa pada materi peredaran darah pada manusia
dalam penelitian ini hanya meneliti dari segi kognitifnya yaitu dalam bentuk
tes yang berisi pertanyaan untuk mengukur kemampuan pengetahuan siswa
dalam belajar. Setelah dilakukan pengolahan data skor pre-test dan post-test
pada kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh untuk pre-test dari sampel
32 siswa kelas eksperimen dan 32 siswa kelas kontrol, diperoleh skor rata-rata
pre-test kelas eksperimen sebesar 46,72 dan skor rata-rata kelas kontrolnya
sebesar 44,88. Pada nilai pre-test kelas eksperimen untuk Xmin adalah 31 dan
Xmaks adalah 58 dan kelompok kontrol Xmin adalah 62 dan Xmaks adalah 27.
Sedangkan untuk post-test dari jumlah siswa (N) sebanyak 32 siswa
untuk kelas eksperimen dan 32 siswa untuk kelas kontrol, dengan skor ratarata post-test kelompok eksperimen sebesar 80,34 dan skor rata-rata kontrol
sebesar 73,06. Nilai post-test kelas eksperimen untuk Xmin adalah 92 dan
Xmaks adalah 69 dan nilai post-test kelas kontrol untuk Xmin adalah 85 dan
Xmaks adalah 58. Terlihat bahwa rata-rata skor post-tes kelompok eksperimen
lebih besar dari kelompok kontrol.
Berdasarkan
perhitungan
data
dapat
dikatakan
bahwa
model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat mempegaruhi
hasil belajar siswa kelas VIII materi gerak tumbuhan di SMP Negeri Muara
Beliti. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan nilai rata-rata dari pre-test ke
post-test baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada pre-test nilai ratarata kelas eksperimen adalah 46,72 dan nilai rata-rata kelas kontrol adalah
44,88. Setelah dilakukan post-test, nilai rata-rata untuk kelas eksperimen
meningkat menjadi 80,34 dan nilai rata-rata untuk kelas kontrol adalah 73,06.
Pada hasil post-test di kelas eksperimen menunjukkan bahwa jumlah
siswa yang mencapai nilai KKM adalah 31 siswa (88,57%) dari 35 siswa
dengan standar nilai yang ditetapkan sebesar 75. Hal ini dikarenakan penulis
menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
pada saat pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
Joko & Siti (2011) yang menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang
signifikan antara siswa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together
menggunakan
peta
pikiran
dibandingkan
dengan
model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together menggunakan peta
konsep terhadap penalaran formal siswa pada pokok bahasan tekanan kelas
VIII semester 2 SMP Futuhiyyah Mranggen Demak tahun ajaran 2010/2011.
Penerapan yang dilakukan penulis sebanyak 3 kali pertemuan baik
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dilakukan
pada tanggal 18 April 2017 untuk pertemuan pertama dan tanggal 22 April
2017 untuk pertemuan kedua. Sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab yang dilakukan pada tanggal 19 April 2017
untuk pertemuan pertama dan tanggal 22 April 2017 untuk pertemuan kedua.
Untuk kelas eksperimen pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal 18
April 2017, banyak kendala yang dihadapi oleh peneliti, salah satunya
ributnya siswa dalam belajar terutama dalam menentukan kelompok. Selain
itu setelah kelompok terbentu masalah lain timbul saat tiap anggota kelompok
kurang berinteraksi, tiap anggota kelompok sibuk dengan kegiatan mereka
masing-masing. Sehingga pada saat nomor kelompok mereka di panggil
mereka bingung apa yang akan dikerjakan. Semua permasalahan ini peneliti
catat dan di cari solusinya untuk pertemuan kedua nanti. Hal ini sejalan
dengan jurnal pendidikan oleh Siswandi (2011) yang mengatakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together akan berjalan dengan
aktif jika guru mampu membimbing siswa dalam diskusi dalam menjawab
permasalahan yang diberikan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan.
Untuk kelas eksperimen pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal
22 April 2017. Pada awal pembagian kelompok, peneliti memisahkan siswa
yang suka mengobrol pada saat pertemuan pertama dan berusaha menekankan
pentingnya interkasi kelompok. Kelompok yang kurang aktif berdiskusi
didatangi oleh peneliti untuk membimbing mereka mengenai materi yang
dibicarakan. Sehingga pada pertemuan kedua ini siswa aktif dalam berdiskusi
dan tidak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sehingga dapat dikatakan
bahwa model pembelajaran tipe Numbered Heads Together ini dapat
dikatakan berjalan dengan baik dan sempurna. Hal ini sejalan dengan jurnal
pendidikan oleh Karin (2010) yang mengatakan bahwa model pembelajaran
Course Review Horay merupakan implikasi dari pembelajaran yang
berorientasi pada
diskusi yang bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam
belajar
Selama proses pembelajaran berlangsung, di kelas eksperimen siswa
dimotivasi
untuk
mengajukan
pertanyaan,
mencari
informasi
dan
mengungkapkan pendapatnya. Dalam hal ini guru bertindak sebagai
pembimbing yang menyediakan bantuan, namun siswa berusaha untuk bekerja
secara berkelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Selanjutnya
diakhir pelajaran, siswa dimotivasi untuk menyatakan ide-idenya secara
terbuka dan bebas refleksi dari proses pembelajaran yang tadi dilakukan.
Hal ini diperkuat dengan pendapat Martin (dalam Basuki, 2000:22)
mengungkapkan
bahwa
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
merupakan petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan hubungan antara ide-ide
yang penting
dalam materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hudojo (2002:9) model pembelajaran tipe Numbered Heads Together adalah
keterkaitan antara konsep suatu materi pelajaran yang direpresentasikan
dalam
jaringan konsep yang dimulai dari inti permasalahan sampai pada
bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya, sehingga
dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman akan suatu
topik pelajaran yang akan diterapkan kepada siswa.
Pengajaran biologi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together memungkinkan siswa dapat bekerja sama dengan
temannya di mana siswa saling bekerjasama dalam mempelajari materi yang
dihadapi. Dari sini siswa memperoleh informasi maupun pengetahuan serta
pemahaman yang berasal dari sesama teman dan guru. Perbedaan hasil belajar
yang muncul juga disebabkan karena siswa yang diberi pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
mempunyai pengalaman dalam mempresentasikan pendapatnya dan hasil
pekerjaannya kepada teman. Hal ini sejalan dengan menurut Amri (2010:177)
kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
adalah sebagai berikut: (1) Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi
secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, siswa pandai
maupun siswa lemah sama-sama dapat manfaat melalui aktifitas belajar
kooperatif, (2) Dengan bekerja secara kooperatif, kemungkinan pengetahuan
akan menjadi lebih besar atau kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada
kesimpulan yang diharapkan, (3) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan
bakat kepemimpinan
Menurut Hudojo (2002:9), model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together ini kecenderungan guru menjelaskan materi hanya
dengan ceramah dapat dikurangi, sehingga siswa lebih bisa mengkontruksi
pengetahuannya sendiri sedangkan guru lebih banyak berfungsi sebagai
fasilitator
daripada
pengajar.
Berbeda
dengan
pengajaran
biologi
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, selama proses belajar
mengajar siswa terlihat kurang begitu aktif. Siswa hanya mendengarkan secara
teliti serta mencatat poin-poin penting yang dikemukakan oleh guru. Hal ini
mengakibatkan siswa pasif, karena siswa hanya menerima apa yang
disampaikan guru sehingga siswa mudah jenuh, kurang inisiatif dan
bergantung kepada guru.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan model pembelajaran tipe
Numbered Heads Together berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan menggunakan. Hipotesis yang diajukan adalah H0 ditolak
dan Ha diterima dengan nilai thitung = 4,47 dan nilai ttabel = 1,67, maka thitung >
ttabel. Sehingga disimpulkan ada Pengaruh Model Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII
Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017.
SMP
I. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh model kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap hasil
belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran
2016/2017. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata pretest dan postest
kelas eksperimen adalah 46,72 dan 80,34. Sedangkan nilai rata-rata pretest
dan postest kelas kontrol adalah 44,88 dan 73,06. Hasil ini diperkuat dengan
perhitungan uji "t" (uji hipotesis) dimana thitung (4,47) > ttabel (1,67) untuk
taraf signifikan 5% dengan dk = 62, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehubungan dengan hasil penelitian dan kesimpulan, penulis
menyarankan kepada
1. Siswa
Diharapkan dapat lebih memahami pelajaran yang diberikan guru dengan
menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Diharapkan siswa lebih aktif dalam belajar dan mampu meningkatkan
hasil belajar siswa.
2. Guru
Diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang tepat bagi siswa
seperti menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Together
pada KBM karena dapat dijadikan suatu alternatif untuk meningkatkan
hasil belajar.
3. SMP Negeri Muara Beliti
dapat dijadikan alternatif bagi sekolah untuk mengambil tindakan yang
tepat dalam rangka meningkatkan hasil belajar biologi
4. Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya dapat lebih
mendalami permasalahan yang ada
sebelum melakukan penelitian agar lebih termotivasi untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Amri, E. 2010. Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi
2010. Jakarta: Rineka Cipta.
Basuki, R. 2010. Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK.
Yogyakarta: Multi Pressindo.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ferba, S. 2010. Ringkasan Pengetahuan Alam. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Huda, M. 2015. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hudojo. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Jihad, A. & Haris, A. 2012 Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Karim, S. Kaniawati, I. Fauziah, Y.N & Sopandi, W. 2006. Belajar IPA BSE
Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mukminin, P. A. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X MA Negeri 1
Lubuklinggau.
Ningrum, A. 2010. Biologi. Bandung: PT. Tarsito Bandung.
Rusman, 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sangkut, A. Pengaruh model kooperatif tipe Numbered Heads Together pada
pembelajaran IPA Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Metro
Lampung. Jurnal Biologi.
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sudjana. 2005. Metode Stastistik Pendidikan. Bandung: PT. Tarsito Bandung.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media.
. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep,
Landasan, Dan Implementasinya Landasan, dan Implementasinya pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Putra Grafika.
Yulfi, Y. 2015. Pengaruh Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada
Pembelajaran IPA Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Palembang.
Palembang: Universitas PGRI.
Download