PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI MUARA BELITI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh Monika Juni Rasita 1, Ziko Fakhur Rozi, M.Pd.Si.2, Harmoko, M.Pd.3 Skripsi ini berjudul Pengaruh Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes yang terdiri dari 26 soal pilihan ganda. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan kooperatif tipe Numbered Heads Togetherterhadap hasil belajar sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti. Dari perhitungan uji hipótesis dua rata-rata diperoleh thitung 4,47 > ttabel = 1,67 untuk taraf signifikansi (α) = 5% dengan dk = 62, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini diperkuat dengan adanya perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Togetherdan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Untuk pretest nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 46,72 dan untuk kelas kontrol adalah 44,88. Sedangkan untuk postest nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 80,34 dan untuk kelas kontrol adalah 73,06 Kata kunci: Numbered Heads Together, Hasil Belajar, Biologi 1 Penulis Skripsi Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pembantu 2 A. Pendahuluan Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya sehingga menimbulkan perubahan dalam dirinya yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan (Hamalik, 2008:3). Tujuan pendidikan merupakan suatu komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral, penggunaan model pembelajaran yang tepat, relevan, dan bervariasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai keberhasilan belajar. Peran guru sebagai pendidik sangatlah penting, guru dituntut dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang efektif, dapat meningkatkan semangat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal (Trianto, 2014:23). Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik. Dalam hal ini sangat menuntut siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMP Negeri Muara Beliti pada tanggal 3 September 2016 dan wawancara guru IPA Terpadu kelas VIII diperoleh informasi bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti sebesar 75. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Dapat dilihat dari ulangan harian siswa kelas VIII yang berjumlah 289 siswa terdapat 143 siswa (49,48%) yang tuntas dan sebanyak 146 siswa (50,52%) belum mencapai KKM yang ditetapkan, sehingga harus mengikuti program remedial. Ini terjadi karena dalam kegiatan belajar mengajar guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional. Dimana guru menjadi pusat perhatian dan siswa sebagai penerima informasi yang hanya mendengarkan dan memperhatikan gurunya saja sehingga siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, untuk membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan juga mampu memperbaiki hasil belajar, guru dapat menggunakan model pembelajaran inovatif dan kreatif yang salah satunya model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2010:22) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat, relevan, dan bervariasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai keberhasilan belajar. Peran guru sebagai pendidik sangatlah penting, guru dituntut dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang efektif, dapat meningkatkan semangat dan aktivitas serta menarik bagi siswa dalam proses penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pendapat di atas, maka guru harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran yang efektif dan inovatif. Rusman (2010:133) mengemukakan bahwa model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya, di sini para guru boleh memilih model pembelajaran yang efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Untuk itulah peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together karena pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengetahuan awal siswa sebelum menerima gagasan ataupun pengetahuan lainnya. Begitu sistem belajar siswa lebih aktif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017?” C. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat luasnya permasalahan yang mencakup pada penelitian ini, maka penulis mengadakan pembatasan yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti. 2. Hasil belajar dalam penelitian adalah hasil belajar yang bersifat kognitif, meliputi pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). 3. Materi pembelajaran yang dipilih tentang gerak tumbuhan. 4. Model Pembelajaran yang digunakan adalah Numbered Heads Together. D. Definisi Operasional Untuk menghindari munculnya pengertian ganda terhadap istilahistilah yang digunakan di dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Pengaruh adalah akibat yang ditimbulkan atau yang terjadi setelah diberikan perlakuan. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok yang heterogen, setiap siswa diberikan nomor sebagai identitas untuk memecahkan permasalahan yang diberikan. 3. Hasil belajar adalah hasil usaha seseorang untuk memperoleh pengetahuan setelah melakukan proses belajar yang berupa kemampuan kognitif yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif. Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan kemampuan intelektual dari Pengetahuan (C1), Pemahaman (C2), Aplikasi (C3) dengan soal berbentuk pilihan ganda. E. Landasan Teori 1. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu orang atau benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan seseorang. Menurut Anwar (2002:318), pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu, orang atau benda karena yang lain lebih berkuasa yang berkekuatan untuk mendominasi sesuatu atau yang memiliki peranan besar. Sedangkan pengaruh menurut Suprijono (2011:44), daya yang menjadikan perubahan dari sebelumnya. Keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya Ahmadi (2007:160) menjelaskan pengaruh adalah suatu efek dari pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengaruh adalah dorongan yang dapat mengubah sesuatu dari sebelumnya, disebabkan oleh metode, strategi ataupun metode pembelajaran dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. 2. Hasil belajar Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Lalu, Hamalik (2008:30) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan pada siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah diuraikan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang terlihat setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam aspek kognitif yang didapatkan dari proses belajar mengajar. b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Menurut Huda, (2011:138) Numbered Heads Together merupakan kegiatan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh „Spencer Kagan‟ untuk melibatkan siswa saling bertukar ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Menurut Amri (2010:176), model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah model pembelajaran yang menekakan kerja sama kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa yang bervariasi. Sedangkan menurut Trianto (2014:131), Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran berpikir bersama dalam suatu kelompok dalam mencari, mengolah dan melaporkan hasilnya di depan kelas. b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Menurut Huda (2015:138), langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: 1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, 2) Masing-masing kelompok diberi nomor, 3) Guru memberikan pertanyaan dan masingmasing kelompok mengerjakannya, 4) Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut, 5) Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang di panggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka. Menurut Amri (2010:176) langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan pembelajarn dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: 1) Guru membentuk kelompok terdiri dari 3-5 siswa dan diberi nomor untuk setiap siswa, 2) Guru memberikan pertanyaan, 3) Siswa mendiskusikan jawaban bersama-sama dan memastikan semua anggota tahu jawabannya, 4) Guru memanggil siswa dengan menyebut nomor secara acak dan siswa dengan nomor tersebut memberikan jawaban untuk disampaikan ke seluruh siswa di kelas, 5) Guru menyimpulkan jawaban yang berhubungan dengan materi. Menurut Trianto (2013:131), langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: 1) penomoran 2) mengajukan pertanyaan 3) berpikir bersama 4) menjawab. Berdasarkan 3 pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe Numbered Heads Together yang akan di terapkan nanti adalah sebagai berikut: 1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 orang dan masing-masing siswa dalam setiap kelompoknya mendapatkan nomor urut, 2) Guru meyampaikan materi pembelajaran, 3) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan, 4) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban, 5) Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang bernomor tersebut melaporkan hasil kerja kelompok, 6) Guru menunjuk nomor yang lain pada kelompok yang berbeda agar memberikan tanggapan atau pendapat, 7) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil materi yang telah disampaikan. c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together Menurut Amri (2010:177) kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: 1) Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama dapat manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif, 2) Dengan bekerja secara kooperatif, kemungkinan pengetahuan akan menjadi lebih besar atau kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan, 3) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan. Menurut Amri (2010:177) kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: 4) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. 5) Tidak semua siswa mendapatkan giliran. F. Desaian Penelitian Adapun rancangan penelitian yang digunakan berbentuk pretest posttest control group design, dimana peneliti membedakan dua perlakuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen siswa diberi pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together sedangkan kelas kontrol siswa diberi pengajaran dengan menggunakan model konvensional. Waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan dari 31 Maret sampai dengan 29 April 2017. Selama 1 bulan tersebut peneliti melakukan kegiatan uji coba instrumen, pre-test, treatman dan posttest. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri Muara Beliti dengan alamat Jln. Raya Palembang Km. 24, Pasar Muara Beliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak (sample random) dengan cara pengundian. Sampel random sampling dilakukan dengan cara pemberian nomor pada kertas yang berisi nomor kelas populasi, kemudian nomor tersebut diacak dan nomor yang keluar itulah yang diambil sebagai sampelnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data berupa teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif pada data tes Pertanggungjawaban penelitian pada penelitian ini adalah penentuan kualitas instrumen. Berdasarkan analsisi dapat disimpulkan bahwa dari 35 soal yang diujicobakan hanya 26 soal yang dipakaiyaitu soal no 2, 6,7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 33, 34 dan 35. Sedangkan 9 soalnya tidak dipakai karena tidak valid yaitu soal nomor 1, 3, 4, 5, 19, 21, 22, 27 dan 32. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini jumlah soal yang digunakan sebanyak 26 soal. G. Hasil Penelitian 1. Uji Coba Instrumen Adapun kelas yang menjadi objek uji coba instrumen adalah siswa kelas IX.2 dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Uji coba dilaksanakan pada hari Selasa, 4 April 2013. Berdasarkan analisis uji coba diketahui bahwa dari 35 soal yang diujicobakan hanya 26 soal yang dipakai yaitu soal no 2, 6,7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 33, 34 dan 35. Sedangkan 9 soalnya tidak dipakai karena tidak valid yaitu soal nomor 1, 3, 4, 5, 19, 21, 22, 27 dan 32. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini jumlah soal yang digunakan sebanyak 26 soal. 2. Kemampuan Awal Siswa Kemampuan awal siswa merupakan data penelitian yang didapat dari tes awal atau soal diberikan sebelum siswa mendapatkan pengajaran guru. Pelaksanaan tes awal berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal tentang topik atau materi dari masing-masing kelompok, baik kelompok yang diberi model kooperatif tipe Numbered Heads Together maupun kelompok yang diberi metode ceramah dan tanya jawab. Soal tes awal diambil dari materi pokok gerak tumbuhan dengan menggunakan 26 soal berbentuk pilihan ganda tentang gerak tumbuhan. Berdasarkan hasil tes awal pada hari Senin, tanggal 10 April 2017 didapat bahwa nilai rata-rata untuk kelas VIII.2 yang berjumlah 32 sebagai kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Together yaitu 46,72 dan simpangan baku yaitu 7,57, sedangkan nilai rata-rata untuk kelas VIII.6 yang berjumlah 32 sebagai kelas dengan menggunakan model pembelajaran ceramah tanya jawab yaitu 44,88 dan simpangan baku yaitu 8,57. Nilai tertinggi untuk kelas eksperimen adalah 58 sedangkan nilai terendah adalah 31. Sedangkan nilai tertinggi untuk kelas eksperimen adalah 62 sedangkan nilai terendah adalah 37. 2. Kemampuan Akhir Siswa Kemampuan siswa dalam penguasaan materi pokok gerak tumbuhan merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Nilai tertinggi kelas eksperimen adalah 92 dan nilai terendah adalah 69. Sedangkan nilai tertinggi untuk kelas kontrol adalah 85 dan nilai terendah adalah 58. Jika dilihat berdasarkan nilai rata-rata terdapat perbedaan nilai pada postes untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol. Perbedaan itu sebesar 7,28, hal ini menandakan bahwa kelas yang diajarkan dengan model kooperatif tipe Numbered Heads Together lebih baik dari kelas yang diberi pengajaran metode ceramah dan tanya jawab. 3. Pengujian Hipotesis Pengambilan kesimpulan data post-test dapat dilakukan setelah melakukan pengujian hipotesis secara statistik sebelum dilakukan, maka terlebih dahulu diadakan uji normalitas dan uji homogenitas varians dari data tersebut. a. Uji Normalitas Rekap hasil perhitungan uji normalitas tes awal dan tes akhir untuk kedua data kelompok dapat dilihat pada Tabel 1 erikut. Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal dan Akhir Kelas Eksperimen Tes Awal Tes Akhir Kontrol Tes Awal Tes Akhir 2hitung 2,187 3,496 1,959 1,190 2tabel 11,070 11,070 11,070 11,070 Kondisi hitung ≤ 2tabel 2hitung ≤ 2tabel 2hitung ≤ 2tabel 2hitung ≤ 2tabel 2 Keterangan Normal Normal Normal Normal Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa nilai X2hitung data tes awal maupun tes akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari X2tabel. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji X2 (chi kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masingmasing data untuk tes awal maupun tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah hasil posttest (tes akhir) pada kedua kelas sampel mempunyai varians tes awal dan tes akhir pada taraf kesalahan 5% dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Akhir Tes Fhitung Ftabel Kondisi Tes Awal 1,28 1,84 Fhitung ≤ Ftabel Tes Akhir 11,46 1,84 Fhitung ≤ Ftabel Keterangan Homogen Homogen Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa Fhitung tes awal pada kelas eksperimen dan kontrol sebesar 1,28 dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kontrol sebesar 1,46. Hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan Ftabel sebesar 1,84. Dengan demikian varians kedua kelompok yang dibandingkan pada tes awal dan akhir adalah homogen, karena Fhitung ≤ Ftabel pada taraf kesalahan 5%. c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Berdasarkan hasil uji coba normalitas dan homogenitas, maka kedua kelompok data tes awal adalah normal dan homogen. Begitu pula dengan hasil tes akhir adalah normal dan homogen juga, dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal maupun data tes akhir dapat di uji dengan menggunakan uji-t. Uji-t (uji hipotesis) yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kesamaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata ini digunakan untuk melihat perbedaan antara hasil pretes dan postes untuk kelas treatman dengan kelas kontrol. Hasil uji-t untuk tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Tes Awal dan Tes Akhir thitung dk ttabel Kondisi Kesimpulam H0 diterima Tes awal 0,95 62 2,00 thitung < ttabe Ha ditolak Ha diterima Tes akhir 4,47 62 1,67 thitung > ttabel H0 ditolak Pada Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa nilai thitung untuk tes awal sebesar 0,95 dibandingkan dengan ttabel sebesar 2,00 sehingga kesimpulan hasil belajar untuk tes awal yaitu Ho diterima, sedangkan pada tes akhir nilai thitung sebesar 4,47 dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,67 sehingga dapat disimpulkan hasil belajar pada tes akhir menyatakan Ho ditolak, yang artinya ada pengaruh model kooperatif tipe Numbered Heads Together Terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini pembelajarannya berarti bahwa menggunakan hasil belajar pembelajaran siswa yang kooperatif tipe Numbered Heads Together lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab. H. Pembahasan Hasil belajar biologi siswa pada materi peredaran darah pada manusia dalam penelitian ini hanya meneliti dari segi kognitifnya yaitu dalam bentuk tes yang berisi pertanyaan untuk mengukur kemampuan pengetahuan siswa dalam belajar. Setelah dilakukan pengolahan data skor pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh untuk pre-test dari sampel 32 siswa kelas eksperimen dan 32 siswa kelas kontrol, diperoleh skor rata-rata pre-test kelas eksperimen sebesar 46,72 dan skor rata-rata kelas kontrolnya sebesar 44,88. Pada nilai pre-test kelas eksperimen untuk Xmin adalah 31 dan Xmaks adalah 58 dan kelompok kontrol Xmin adalah 62 dan Xmaks adalah 27. Sedangkan untuk post-test dari jumlah siswa (N) sebanyak 32 siswa untuk kelas eksperimen dan 32 siswa untuk kelas kontrol, dengan skor ratarata post-test kelompok eksperimen sebesar 80,34 dan skor rata-rata kontrol sebesar 73,06. Nilai post-test kelas eksperimen untuk Xmin adalah 92 dan Xmaks adalah 69 dan nilai post-test kelas kontrol untuk Xmin adalah 85 dan Xmaks adalah 58. Terlihat bahwa rata-rata skor post-tes kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol. Berdasarkan perhitungan data dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat mempegaruhi hasil belajar siswa kelas VIII materi gerak tumbuhan di SMP Negeri Muara Beliti. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan nilai rata-rata dari pre-test ke post-test baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada pre-test nilai ratarata kelas eksperimen adalah 46,72 dan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 44,88. Setelah dilakukan post-test, nilai rata-rata untuk kelas eksperimen meningkat menjadi 80,34 dan nilai rata-rata untuk kelas kontrol adalah 73,06. Pada hasil post-test di kelas eksperimen menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai nilai KKM adalah 31 siswa (88,57%) dari 35 siswa dengan standar nilai yang ditetapkan sebesar 75. Hal ini dikarenakan penulis menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada saat pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Joko & Siti (2011) yang menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together menggunakan peta pikiran dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together menggunakan peta konsep terhadap penalaran formal siswa pada pokok bahasan tekanan kelas VIII semester 2 SMP Futuhiyyah Mranggen Demak tahun ajaran 2010/2011. Penerapan yang dilakukan penulis sebanyak 3 kali pertemuan baik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dilakukan pada tanggal 18 April 2017 untuk pertemuan pertama dan tanggal 22 April 2017 untuk pertemuan kedua. Sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang dilakukan pada tanggal 19 April 2017 untuk pertemuan pertama dan tanggal 22 April 2017 untuk pertemuan kedua. Untuk kelas eksperimen pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal 18 April 2017, banyak kendala yang dihadapi oleh peneliti, salah satunya ributnya siswa dalam belajar terutama dalam menentukan kelompok. Selain itu setelah kelompok terbentu masalah lain timbul saat tiap anggota kelompok kurang berinteraksi, tiap anggota kelompok sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Sehingga pada saat nomor kelompok mereka di panggil mereka bingung apa yang akan dikerjakan. Semua permasalahan ini peneliti catat dan di cari solusinya untuk pertemuan kedua nanti. Hal ini sejalan dengan jurnal pendidikan oleh Siswandi (2011) yang mengatakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together akan berjalan dengan aktif jika guru mampu membimbing siswa dalam diskusi dalam menjawab permasalahan yang diberikan kepada siswa yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Untuk kelas eksperimen pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 22 April 2017. Pada awal pembagian kelompok, peneliti memisahkan siswa yang suka mengobrol pada saat pertemuan pertama dan berusaha menekankan pentingnya interkasi kelompok. Kelompok yang kurang aktif berdiskusi didatangi oleh peneliti untuk membimbing mereka mengenai materi yang dibicarakan. Sehingga pada pertemuan kedua ini siswa aktif dalam berdiskusi dan tidak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran tipe Numbered Heads Together ini dapat dikatakan berjalan dengan baik dan sempurna. Hal ini sejalan dengan jurnal pendidikan oleh Karin (2010) yang mengatakan bahwa model pembelajaran Course Review Horay merupakan implikasi dari pembelajaran yang berorientasi pada diskusi yang bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar Selama proses pembelajaran berlangsung, di kelas eksperimen siswa dimotivasi untuk mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan mengungkapkan pendapatnya. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pembimbing yang menyediakan bantuan, namun siswa berusaha untuk bekerja secara berkelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Selanjutnya diakhir pelajaran, siswa dimotivasi untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan bebas refleksi dari proses pembelajaran yang tadi dilakukan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Martin (dalam Basuki, 2000:22) mengungkapkan bahwa Kooperatif Tipe Numbered Heads Together merupakan petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting dalam materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudojo (2002:9) model pembelajaran tipe Numbered Heads Together adalah keterkaitan antara konsep suatu materi pelajaran yang direpresentasikan dalam jaringan konsep yang dimulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman akan suatu topik pelajaran yang akan diterapkan kepada siswa. Pengajaran biologi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together memungkinkan siswa dapat bekerja sama dengan temannya di mana siswa saling bekerjasama dalam mempelajari materi yang dihadapi. Dari sini siswa memperoleh informasi maupun pengetahuan serta pemahaman yang berasal dari sesama teman dan guru. Perbedaan hasil belajar yang muncul juga disebabkan karena siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together mempunyai pengalaman dalam mempresentasikan pendapatnya dan hasil pekerjaannya kepada teman. Hal ini sejalan dengan menurut Amri (2010:177) kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: (1) Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama dapat manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif, (2) Dengan bekerja secara kooperatif, kemungkinan pengetahuan akan menjadi lebih besar atau kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan, (3) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan Menurut Hudojo (2002:9), model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini kecenderungan guru menjelaskan materi hanya dengan ceramah dapat dikurangi, sehingga siswa lebih bisa mengkontruksi pengetahuannya sendiri sedangkan guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator daripada pengajar. Berbeda dengan pengajaran biologi menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, selama proses belajar mengajar siswa terlihat kurang begitu aktif. Siswa hanya mendengarkan secara teliti serta mencatat poin-poin penting yang dikemukakan oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa pasif, karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru sehingga siswa mudah jenuh, kurang inisiatif dan bergantung kepada guru. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan. Hipotesis yang diajukan adalah H0 ditolak dan Ha diterima dengan nilai thitung = 4,47 dan nilai ttabel = 1,67, maka thitung > ttabel. Sehingga disimpulkan ada Pengaruh Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017. SMP I. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata pretest dan postest kelas eksperimen adalah 46,72 dan 80,34. Sedangkan nilai rata-rata pretest dan postest kelas kontrol adalah 44,88 dan 73,06. Hasil ini diperkuat dengan perhitungan uji "t" (uji hipotesis) dimana thitung (4,47) > ttabel (1,67) untuk taraf signifikan 5% dengan dk = 62, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Sehubungan dengan hasil penelitian dan kesimpulan, penulis menyarankan kepada 1. Siswa Diharapkan dapat lebih memahami pelajaran yang diberikan guru dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Together. Diharapkan siswa lebih aktif dalam belajar dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Guru Diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang tepat bagi siswa seperti menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Together pada KBM karena dapat dijadikan suatu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar. 3. SMP Negeri Muara Beliti dapat dijadikan alternatif bagi sekolah untuk mengambil tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan hasil belajar biologi 4. Penelitian Selanjutnya Penelitian selanjutnya dapat lebih mendalami permasalahan yang ada sebelum melakukan penelitian agar lebih termotivasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik DAFTAR PUSTAKA Amri, E. 2010. Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. Basuki, R. 2010. Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Yogyakarta: Multi Pressindo. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. . 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ferba, S. 2010. Ringkasan Pengetahuan Alam. Yogyakarta: Multi Pressindo. Huda, M. 2015. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hudojo. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Jihad, A. & Haris, A. 2012 Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Karim, S. Kaniawati, I. Fauziah, Y.N & Sopandi, W. 2006. Belajar IPA BSE Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mukminin, P. A. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X MA Negeri 1 Lubuklinggau. Ningrum, A. 2010. Biologi. Bandung: PT. Tarsito Bandung. Rusman, 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Sangkut, A. Pengaruh model kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pembelajaran IPA Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Metro Lampung. Jurnal Biologi. Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudjana. 2005. Metode Stastistik Pendidikan. Bandung: PT. Tarsito Bandung. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media. . 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Putra Grafika. Yulfi, Y. 2015. Pengaruh Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada Pembelajaran IPA Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Palembang. Palembang: Universitas PGRI.