HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DENGAN

advertisement
HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU
DENGAN EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN
DI MTs. ANNIDA AL-ISLAMY RAWA BUGEL
BEKASI UTARA
Skripsi ini diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh :
AHMAD SIROJUDDIN
204011002677
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M
ABSTRAK
Ahmad Sirojuddin (204011002677)
HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DENGAN
EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI MTs. ANNIDA ALISLAMY RAWA BUGEL BEKASI UTARA.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan
kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran. Metode
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analisis.
Metode analisis yang digunakan adalah studi korelasional yaitu dengan
penelaahan hubungan antara dua variabel. Yaitu Kompetensi Profesional Guru
(X) Efektivitas Proses Pembelajaran (Y). Data diperoleh dari penyebaran angket,
sedangkan untuk menunjang penelitian ini diperoleh melalui angket, wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa/i MTs
Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara, kemudian data diolah dengan
menggunakan rumus product moment. Dari hasil pengolahan data tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa rxy sebesar 0,684 sedangkan r tabel 0,497 pada N = 16,
taraf signifikansi 5 % dan 0,623 pada N = 16, taraf signifikansi 1 %. hal ini berarti bahwa
rxy atau “r” hitung lebih besar dari r tabel ( 0,684 > 0,497 dan 0,623). Maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs
Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
Dapat disimpulkan bahwa Terdapat kontribusi hubungan kompetensi
profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs Annida AlIslamy sebesar 41 %. Faktor keterkaitan yang diberikan dalam kategori sedang
dan masih terdapat 59 % faktor-faktor lain yang memiliki keterkaitan antara
kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs
Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
i
KATA PENGANTAR
   
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
rahmat, pertolongan, menganugerahkan tetesan ilmu, kesehatan dan kekuatan,
dengan segala kepayahan dan kecemasan akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Rasa syukur ini dibarengi dengan selalu bermunajat kehadirat Allah
SWT penulis berdo’a semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat pula
mempersembahkan karya yang lebih baik di masa mendatang. Shalawat serta
salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw,
keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Amin.
Penulis menyadari begitu tulisan ini selesai, seketika itu juga penulis
menyadari sekaligus menemukan betapa banyak kekurangan yang ada sehingga
harus diperbaiki dan ditulis ulang. Dan ketika perbaikan telah selesai, maka
kekurangan yang lain muncul lagi.
Hal ini merupakan ungkapan pengakuan dari kekurangan tulisan ini dan
sekaligus permohonan maaf kalau tulisan ilmiah ini terlalu banyak kejanggalan,
kedangkalan dan kesalahan analisis.
Meski demikian penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, menyita
waktu yang tidak sedikit untuk menyelesaikan skripsi ini. Disadari sepenuhnya
bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu saya merasa berhutang budi dan menyampaikan rasa terima kasih
dan persembahan yang setinggi-tingginya antara lain kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Faridal Arkam, M.Pd dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq,
M.Ag, pembimbing skripsi yang tak pernah bosan dalam mengarahkan
penulisan skripsi ini.
ii
iii
4. Bapak H. Mutawakkil Alallah, S.Ag (Kepala MTs Annida Al-Islamy
Rawa Bugel Bekasi Utara) dan Bapak Fahrurozi, yang telah mengizinkan
dan meluangkan waktunya untuk penulis melakukan penelitian.
5. Ayahanda H. Ahmad Zuhdi dan Ibunda Hj. Kholilah yang selalu berjuang
dan berusaha memberikan dukungan moril dan sprituil yang begitu
sucinya, serta merekalah sumber motivasi bagi penulis dalam menjalani
semua aktivitas, sehingga penulis dapat menyelesaikan semua program
perkuliahan dengan baik.
6. Kakanda tercinta Aa Khoirul Anwar, S.Pd dan Imam Aspihani, terima
kasih atas segala bantuan dan kesabarannya.
7. Adinda tercinta Neneng Fitriyanah, Abdul Hafidz dan Elida Zulfa, terima
kasih atas motivasinya.
8. Sahabat-sahabatku Bajul Comunnity: Hariyanto dan keluarga, Dedi
Sumarna, Yana Supriyatna, M. Fakih Assalaf dan Ahmad Fauzi. Mereka
semua sahabat sejati yang seiring selaras dalam berbagai episode
akademik, yang tak bosan-bosannya mengajak berdiskusi, curhat dan
berkeluh kesah.
9. Teman-temanku Mahfud Fauzi, Syahri Setiawan dan keluarga, Susanto,
Bambang Gunawan, Miftahur Rahmat, Habib Masturi, Suryadi diningrat
dan Anggun Mukhlisin. Yang selalu memberikan semangat kepada
penulis.
Terakhir sebagai insan akademik, merasa bangga dan senang apabila ada
kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dari pada cerdik dan cendikia demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis
menyerahkan segalanya dengan harapan semoga karya ini bermanfaat.
Jakarta,
Maret 2011
Penulis
Ahmad Sirojuddin
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ..................................................................................... 8
1. Kompetensi Profesional Guru ...................................................... 8
Pengertian Kompetensi ................................................................ 8
Kompetensi Guru ......................................................................... 10
Pengertian Profesional ................................................................. 17
Profesional Guru .......................................................................... 21
2. Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 24
Pengertian Efektivitas .................................................................. 24
Pengertian Pembelajaran .............................................................. 25
a. Pengertian Belajar ............................................................. 28
b. Pengertian Mengajar ......................................................... 29
Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan .......................... 30
Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran .................. 32
Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 35
3. Hubungan Profesional Guru dengan Efektivitas Proses
Pembelajaran ................................................................................ 37
iv
v
B. Kerangka Berpikir ............................................................................ 41
C. Hipotesis ........................................................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 44
B. Variabel Penelitian ........................................................................... 44
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 47
D. Tekhnik Pengumpulan Data ............................................................. 48
E. Tekhnik Analisa Data ....................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel
Bekasi Utara ..................................................................................... 55
1. Sejarah Berdirinya ........................................................................ 55
2. Struktur Organisasi ...................................................................... 57
3. Visi, Misi dan Tujuan ................................................................... 58
4. Pengadaan Sarana dan Prasarana; Tenaga Pendidikan dan
Karyawan, Siswa, Tanah dan Bangunan ...................................... 59
a. Tenaga Pendidikan dan Karyawan ............................................ 59
b. Data Siswa ................................................................................ 60
c. Tanah dan Bangunan ................................................................. 60
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ....................................................... 60
a. Kompetensi Profesional Guru ...................................................... 62
b. Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 71
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 86
B. Saran ................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Gambar. Mekanisme kerja sekolah sebagai sebuah system ............................... 40
Tabel 1 Variabel Penelitian ................................................................................ 45
Tabel 2 Pengambilan Sampel ............................................................................. 48
Tabel 3 Kisi – kisi Angket ................................................................................. 49
Tabel 4 Pengukuran secara Deskripsi ................................................................ 51
Tabel 5 Interpretasi Data .................................................................................... 53
Tabel 6 Struktur Organisasi MTs Annida Al-Islamy RB ................................... 57
Tabel 7 Keadaan Guru dan Karyawan MTs Annida Al-Islamy RB .................. 59
Tabel 8 Data Siswa MTs Annida Al-Islamy RB ................................................ 60
Tabel 9 Keadaan Ruangan MTs Annida Al-Islamy RB ..................................... 61
Tabel 10 Pemahaman Siswa tentang Materi yang diajarkan ............................ 62
Tabel 11 Penguasaan Guru dari pertanyaan yang diajukan oleh Siswa ............. 63
Tabel 12 Pemberitahuan tentang Indikator (TIK) dari Materi Pelajaran ........... 63
Tabel 13 Menggunakan Metode Kombinasi ...................................................... 64
Tabel 14 Pemberian Teguran kepada siswa yang Mengganggu PBM ............... 65
Tabel 15 Guru Mengatur Murid dalam Kelas .................................................... 65
Tabel 16 Ketegasan dalam Menghukum Siswa yang Melanggar ..................... 66
Tabel 17 Menganjurkan Menggunakan Buku Penunjang .................................. 66
Tabel 18 Penggunaan Media yang relevan dengan Materi Pelajaran ................ 67
Tabel 19 Memberikan Pujian kepada Siswa yang hasil Tesnya Baik ................ 67
Tabel 20 Pemberian Motivasi kepada Siswa ..................................................... 68
Tabel 21 Mengadakan Komunikasi Khusus kepada Siswa yang
Kurang Mengerti ................................................................................. 68
Tabel 22 Pemahaman Siswa terhadap Soal-soal Ujian ...................................... 69
Tabel 23 Pemberian Kesempatan Remedial bagi siswa yang Nilainya Rendah 69
vi
vii
Tabel 24 Memberikan Saran tentang Tugas ....................................................... 70
Tabel 25 Pemanfaatan Jam Belajar di Kelas ...................................................... 71
Tabel 26 Membuat suasana belajar Kondusif dan Menyenangkan .................... 71
Tabel 27 Masuk Kelas dengan Tepat Waktu ..................................................... 72
Tabel 28 Memberikan Giliran Siswa dalam Bertanya ....................................... 72
Tabel 29 Menjawab Pertanyaan Siswa dengan Jelas dan Singkat ..................... 73
Tabel 30 Guru Memberikan Acuan pada Siswa untuk Bertanya ....................... 73
Tabel 31 Menghubungkan Materi Pelajaran dengan Pengalaman ..................... 74
Tabel 32 Menghubungkan Konsep antar Mata Pelajaran .................................. 74
Tabel 33 Menyimpulkan Pelajaran dengan Jelas ............................................... 75
Tabel 34 Menyesuaikan Media Pembelajaran dengan tujuan
Materi Pelajaran .................................................................................. 75
Tabel 35 Menguasai Bahan Pengajaran ............................................................. 76
Tabel 36 Menyediakan Media Pembelajaran yang Sesuai dengan
Kondisi Siswa ..................................................................................... 76
Tabel 37 Membuat Metode Pembelajaran dengan Kreatif ................................ 77
Tabel 38 Menciptakan Media Pembelajaran yang Efektif ................................. 77
Tabel 39 Tidak Mengambil Keuntungan dari Siswa .......................................... 78
Tabel 40 Skor Angket Kompetensi Profesional Guru ........................................ 79
Tabel 41 Skor Efektivitas Proses Pembelajaran ................................................. 80
Tabel 42 Data Variabel Kompetensi Profesional Guru (X) dan
Efektivitas Proses Pembelajaran (Y) .................................................. 81
Tabel 43 Mencari Koefisien Korelasi Antara Kompetensi Profesional Guru
dengan Efektivitas Proses Pembelajaran ............................................. 82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.1
Keberhasilan pendidikan sekolah ditentukan oleh keberhasilan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan
guru dengan kegiatan siswa. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus
memiliki
dan
menguasai
perencanaan
kegiatan
belajar-mengajar,
melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian
terhadap hasil dari proses belajar-mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga harus membuat metode
pembelajaan untuk lebih efektifnya proses pembelajaran, metode
pembelajaran dilakukan untuk menjadikan siswa sebagai sang pembelajar,
1
. Undang-undang SISDIKNAS 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), cet. Ke-4, hal. 2
1
2
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sehingga menjadikan siswa aktif
dengan melibatkan semua sumber pembelajaran.
Intinya education for life. Jadi buku bukan satu-satunya sumber
ilmu dan proses pembelajaran menjadi begitu menyenangkan dan tidak
membosankan bagi para siswa. Metode pembelajaran dengan cara guru
berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pusat dari pembelajaran
memungkinkan anak untuk bisa mengeksploitasi kemampuan yang
dimilikinya.2
Saat ini, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Negara Indonesia adalah dengan
memberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP pada sekolah. Namun, hal
yang paling penting dalm hal ini pun adalah faktor guru, sebab secanggih
apapun kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan tanpa kualitas
guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang
maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan
efisien.
Seorang guru mempunyai nilai lebih. bahwa “Guru disamping
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, ia juga melaksanakan tugas
pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan
kepribadian,
pembinaan
akhlak,
disamping
menumbuhkan
mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para siswa.”
dan
3
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyapaian
informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntunan zaman,
guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan
berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi
kesulitan belajar. Dalam hal itu, guru dituntut memahami berbagai model
2
. Koran Jakarta, Rabu 17 Maret 2010, lembar Rona, edisi. 628, h. 17
. Zakiah Dradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta : CV.
Ruhama, 1994 ), cet. Ke-1, h. 99.
3
3
pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara
optimal.4
Dari penjelasan di atas terlihat tugas seorang guru itu cukup berat,
karena ia tidak hanya mengajar tetapi juga melaksanakan tugas pendidikan
dan pembinaan, maka disini seorang guru harus mempunyai kompetensi
yang lebih pula.
Guru
sebagai
pendidik
mempunyai
peranan
yang
sangat
menentukan dalam proses belajar-mengajar, “Tanpa pendidik, tujuan
pendidikan mana pun yang telah dirumuskan tidak akan dapat dicapai oleh
anak didik.”5 Demikianlah guru harus tahu tujuan pendidikan yang ingin di
capai dengan berpedoman pada kurikulum dan silabus pembelajaran
sehingga mempunyai persiapan yang mantap dalam proses pembelajaran.
Bila guru mengajar tanpa persiapan, itu merupakan jalan pintas dan
tindakan yang berbahaya, yang dapat merugikan perkembangan peserta
didik dan mengancam kenyamanan guru dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian kemampuan guru dalam melaksanakan tugas,
dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya, selain itu guru harus mengikuti banyak kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan bidangnya untuk meningkatkan kompetensi
guru agar menjadi pendidik yang profesional.
Selain meningkatkan kompetensi profesionalnya, guru juga harus
meningkatkan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Karena pada
dasarnya guru yang bermutu tidak hanya sebagai fasilitator pengajaran
bagi siswa saja, tetapi juga meningkatkan serta menumbuh kembangkan
integritas
4
diri
serta
mutu
kompetensi
keguruannya
secara
. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesionai, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
cet. Ke-8, h. 21
5
. Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000
), h. 108.
4
berkesinambungan baik atas inisiatif sendiri maupun karena dorongan atau
bantuan pihak lain yang ikut bertanggung jawab terhadap mutu guru.
Peningkatan mutu guru merupakan tuntutan yuridis seperti yang
tercantum dalam Undang-undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan
Nasional )Tentang Pendidik dan tenaga Kependidikan Bab XI Pasal 40
Ayat 2 :
“Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban : a. menciptakan
suasanan pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogi; b. mempunyai komitmen secara profesional
untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c. memberi teladan dan
menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.”6
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengkaji dan meneliti
lebih lanjut korelasi antara kompetensi guru dengan proses pembelajaran
dalam bentuk skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kompetensi
Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran di Mts
Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara”
Adapun alasan penulis memilih judul di atas adalah sebagai berikut :
1. Guru adalah sosok yang bukan hanya mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada murid-muridnya saja, tetapi ia juga harus
menjadi suri tauladan dalam kesehariannya di sekolah maupun luar
sekolah dalam pembentukan kepribadian, budi pekerti, tumbuh dan
perkembangan iman dan taqwa bagi para muridnya.
2. Kompetensi Profesional guru merupakan tuntutan yang harus
dimilikinya
agar
dapat
meningkatkan
pengatahuan
dan
keterampilan dalam mengajar dan mendidik, sehingga ketika
kegiatan belajar mengajar dilaksanakan murid tidak akan merasa
jenuh dan bosan.
6
. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, ( Jakarta : Sinar Grafika,
2006), cet. Ke-3, h. 21
5
3. Proses pembelajaran merupakan titik temu antara guru dan murid
dalam suatu interaksi edukatif ( pengajaran dan pendidikan ) yang
juga menjadi tolak ukur dalam tercapai atau tidaknya hasil belajar
yang efektif.
4. Penulis tertarik pada profesi guru karena seorang guru juga
mempunyai tanggung jawab, dia tidak hanya mengajar, tetapi juga
melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan terhadap peserta
didik.
B. Identifikasi Masalah
Adapun Identifikasi masalah penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Adanya UU No. 14 Tahun 2005 yang menuntut seorang guru
mempunyai kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan
social. Agar guru lebih berkualitas dalam mengajar.
2. Pentingnya
kompetensi
guru
terhadap
efektivitas
proses
pembelajaran dan perkembangan siswa di kelas.
3. Seorang guru harus lebih profesional dalam menekuni profesinya
sesuai dengan tuntutan zaman.
4. Kurangnya pengetahuan guru terhadap kompetensinya dalam
proses pembelajaran.
5. Para guru kurang mendalami pengetahuan kompetensinya dengan
mencari informasi dan mau belajar lagi.
6. Perlunya peningkatan kompetensi guru terhadap efektivitas proses
pembelajaran di kelas.
6
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan, maka untuk
menghindari pembiasan penulisan dalam memahami pembahasan maka
penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas sebagai
berikut :
1. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan profesional guru
dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas.
2. Efektivitas
proses
pembelajaran
yang
di
maksud
adalah
kemampuan guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).
3. Guru disini adalah guru bidang studi secara umum yang mengajar
pada satuan pendidikan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah
adalah :
1. Bagaimana kompetensi guru di MTs. Annida Al-Islamy Rawa
Bugel Bekasi Utara?
2. Bagaimana keprofesionalan guru dalam mengefektifkan proses
pembelajaran di MTs. Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi
Utara?
3. Bagaimana peran sekolah dalam meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran di MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara?
7
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk :
1. Mengetahui kompetensi profesional guru yang ada di Mts Annida
Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
2. Mengetahui efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida AlIslamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
3. Mengetahui apakah ada hubungan antara kompetensi profesional
guru terhadap efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida AlIslamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Guru,
agar
mengembangkan
kompetensinya
dan
mampu
menciptakan lingkungan pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan (PAKEM) sehingga kelas menjadi kondusif.
2. Siswa, agar dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya ke
arah yang lebih baik dalam segala pelajaran melalui bimbingan dan
arahan dari guru.
3. Sekolah, agar dapat meningkatkan kompetensi para gurunya
dengan mengikuti berbagai kegiatan kependidikan dan dapat
mengeluarkan generasi bangsa yang berakhlak dan bermoral serta
aktif dan inovatif.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Kompetensi Profesional Guru
Pengertian Kompetensi
Kata kompetensi dari bahasa Inggris yaitu “Competency” yang
berarti kecakapan atau kemampuan W.Robert Houston Memberikan
pengertian sebagai berikut : “competence” ordinaliry is defined as
Adequency for a task “or as” posession of require knowledge, skill and
abilities” disini dapat diartikan “kompetensi sebagai suatu tugas yang
memadai
atau kepemilikan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang”.1 Dalam pengertian ini
kompetensi lebih dititik beratkan pada tugas guru dalam mengajar.
Kompetensi juga dapat diartikan sebawai kewenangan atau
kemampuan soorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Barlow yang dikutip oleh Muhibbin Syah “The
ability of a teacher to responsible perform has or her duties approriately”
yang diartikan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung
jawab dan layak.2
1
Ny.Roestiyah Nk, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta, Bina Aksara, 1989), h.18
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Baru), (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1996), cet ke-3, h.230
2
8
9
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
kompetensi berasal dari kata “kompeten” yang berarti cakap, berkuasa,
memutuskan (menentukan) sesuatu.3
Menurut E. Mulyasa, kompetensi dapat diartikan sebagai :
“pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaikbaiknya.”4
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa kompetensi
merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan
seseorang menjadi
kompeten,
dalam
arti
memiliki
pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Ada beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep
kompetensi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang
kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan
identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan
pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif dan
afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru
yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki
pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta
didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan
efisien.
3. Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu
untuk melakukan tugas atau perkerjaan yang dibebankan
kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan
membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik.
4. Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini
dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran,
keterbukaan, demokratis dan lain-lain).
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 518
4
E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung: Rhineka Cipta, 2002), h. 38
10
5. Sikap (attitude); yaitu perasaaan (senang-tidak senang, sukatidak suka) atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang
datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi,
perasaan terhadap upah/gaji dan sebagainya.
6. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk
mempelajari atau melakukan sesuatu.5
Sejalan dengan pendapat diatas W. Gulo juga mempunyai pendapat
tentang kompetensi, ia berpendapat bahwa : “kompetensi atau kemampuan
dapat di pahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang tampak dan aspek
yang tidak tampak.”6 Kompetensi dalam aspek yang tampak disebut
performance atau penampilan, sedangkan kompetensi dalam arti yang
tidak tampak disebut juga kompetensi dalam aspek rasional yang umunya
dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kompetensi Guru
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan
standar kompetensi guru dan dosen, karena badan ini yang memiliki
kewenangan untuk mengembangkan stnadar kompetensi guru Dan dosen
yang hasilnya ditetapkan dengan peraturan Menteri. Namun dapat
dicermati pendapat Johnson (1974) yang mengatakan kompetensi
merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut UU No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat 1, disebutkan :
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi”.7
5
6
E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi…, h. 38
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h.
34
7
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta : Gaung Persada Press,
2006), cet. Ke-2, h. 215
11
Dengan demikian sebagaimana UU No. 14 Tahun 2005 Tentang
guru dan dosen Pasal 10 Ayat 1 dapat dijelaskan yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Yang dimaksud dengan
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.8
Sejalan dengan isi undang-undang tersebut, Cooper (1990),
sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Wina Sanjaya dalam bukunya,
peran yang harus dilakukan guru sebagai penentu keputusan (decision
maker). Terdapat tiga peran utama yang dapat dilakukan guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran yakni :
1. Sebagai perencana program pembelajaran
a. Mengembangkan indikator hasil belajar;
b. Mengembangkan isi dan materi pelajaran sesuai dengan
indikator hasil belajar;
c. Merancang kegiatan pembelajaran baik dalam merancang
strategi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran
serta menentukan skenario pembelajaran;
d. Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan oleh
siswa untuk mencapai indikator hasil belajar; dan
e. Menentukan dan mengembangkan alat evaluasi yang dapat
mengukur keberhasilan siswa mencapai indikator hasil
belajar.
8
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan………….., h. 250
12
2. Kemampuan guru dalam mengimplementasikan program
pembelajaran
a. Kemampuan untuk membuka dan menutup pelajaran;
b. Kemampuan mengembangkan variasi stimulus;
c. Kemampuan bertanya;
d. Kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran
melalui bahasa yang komunikatif;
e. Kemampuan guru untuk memberikan penguatan terhadap
respons siswa dengan bahasa maupun dengan isyarat; dan
f. Kemampuan menggunakan berbagai media pembelajaran
baik media pembelajaran sederhana maupun media
elektronik.
3. Sebagai evaluator
Kemampuan guru untuk menemukan berbagai kelemahan
dirinya dalam mengelola pembelajaran
yang kemudian
dinamakan evaluasi fungsi formatif serta kemampuan untuk
menilai keberhasilan siswa dalam mencapai indikator hasil
belajar yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi sumatif.9
Dengan demikian, sebagaimana penjelasan diatas selain guru harus
mempunyai kompetensi yang harus dimiliki (pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial) sehingga guru dapat mengintegrasikan peran
utamanya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, guru juga harus
dapat mengerti makna dari kompetensi tersebut yang dapat meningkatkan
profesinalitasnya dalam mengajar.
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir),
sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam
bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan
dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi
merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap,
9
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Kencana, 2010), cet. Ke-2, h. 10-12
13
sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik
seseorang untuk merunjuk kerja dalam menjaqlankan tugas atau pekerjaan
guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Jadi, kompetensi
adalah seperangkat pengetahun, keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugastugas profesionalnya.
Rumusan kompetensi di atas mengandung tiga aspek (1)
kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pengelaman, apresiasi
dan harapan yang menjadi cirri dan karekteristik seseorang dalam
menjalankan tugas. Aspek ini menunjuk pada kompetensi sebagai
gambaran subtansi atau materi ideal yang seharusnya dikuasai atau
dipersyaratkan untuk dikasai oleh guru dalam menjalankan pekerjaannya.
Dengan demikian seseorang dapat dipersiapkan atau belajar untuk
menguasai kompetensi tertentu sebagai bekal ia bekerja secara profesional;
(2) ciri dan karekteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek
pertama itu tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan
unjuk kerjanya. Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai gambaran
untuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan
tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara piawai.
Seseorang dapat saja berhasil menguasai secara teoritik seluruh aspek
material kompetensi yang diajarkannya dan dipersyaratkan. Namum begitu
jika dalam praktek tindakan nyata saat menjalankan tugas atau pekerjaan
tidak sesuai dengan standar kualitas yang dipersyaratkanya maka ia tidak
dapat dikatakan sebagai seseorang yang berkompeten atau tidak piawai;
(3) hasil unjuk kerjanya yaitu memenuhi kriteria standar kualitas tertentu.
Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai hasil (out put dan atau out
come ) dari unjuk kerja. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan atau
perilaku serta mahir dalam menjalankan tugas untuk menghasilkan
tindakan kerja yang efektif dan efisien.hasilnya merupakan produk dari
kompetensi seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.
14
Sehingga pihak lain dapat menilai seseorang apakah dalam menjalankan
tugas dan pekerjaannya berkompeten dan profesional atau tidak.10
Dalam
hubungannya
dengan
pembelajaran,
kompetensi
menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi
spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi selalu dilandasi oleh
rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan
“bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian kompetensi
merupakan hasil yang menunjukan perbuatan yang bisa diamati.
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kompetensi merupakan gambaran kualifikasi seseorang, baik yang
sifatnya kualitatif maupun yang kuantitatif dalam melaksanakan profesi
yang digelutinya berdasarkan pendidikan secara bertanggung jawab dan
profesional.
Adapun perangkat kompetensi yang kita kenal dalam kurikulum
sekolah adalah :
1. Kompetensi personal dan sosial, terdiri atas perangkat nilai
kepribadian dan nilai-nilai sosial yang perlu dikuasai sebagai
warga yang bertanggungn jawab.
2. Kompetensi akademik, yaitu perangkat kemampuan keahlian
dalam bidang tertentu yang memungkinkan seorang lulusan
mampu menginterpretasikan tugas-tugas secara ilmiah.
3. Kompetensi profesional, yaitu perangkat kemampuan yang
memungkinkan seorang lulusan mampu menjalankan tugastugas profesinya pada tingkat tertentu.11
Perangkat-perangkat tersebut diuraikan dalam komponenkomponen, kemudian sekelompok yang mirip digabungkan menjadi satu
satuan yang diberi nama mata pelajaran tertentu. Dengan kata lain, mata
pelajaran merupakan satu satuan program yang tertuju pada penguasaan
bagian tertentu dari kompetensi.
10
Syaiful Sagala, Kemampuan Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung : Penerbit
Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 23-24
11
W. Gulo, Strategi…, h. 30
15
Untuk itu kurikulum menuntut kerjasama yang baik antara
pendidikan dengan dunia kerja terutama dalam mengidentifikasi dan
menganalisis kompetensi yang perlu dicapai kepada siswa di sekolah, agar
lulusan dari suatu jenjang pendidikan dapat diterima di masyarakat dan
mempunyai kompetensi yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dalam beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa guru yang berkompeten, adalah guru yang memiliki kemampuan
dan menguasai dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pengajaran
dan sesuai dengan bidang yang ia tekuni sebagai seorang guru, serta
mampu meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya
secara bertanggung jawab.
Dalam dunia pendidikan macam-macam kompetensi guru menurut
para ahli berbeda-beda. Menurut Nana Sudjana misalnya membagi
kompetensi guru tersebut menjadi tiga, yaitu :
1. Kompetensi Kognitif, yaitu kemampuan intelektual, seperti
penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku
individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan,
pengetahuan kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil
pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta lainnya.
2. Kompetensi bidang sikap, adalah kesiapan dan kesedian
terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan
profesi.
3. Kompetensi prilaku, performance menyangkut keterampilan
mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu
belajar siswa, keterampilan menyusun persiapan atau
perencanaan mengajar, keterampilan melakukan administrasi
kelas dan sebagainya.12
Selain ketiga kompetensi di atas, para ahli berpendapat ada tiga
kompetensi yang lain yaitu kompetensi personal atau pribadi, sosial dan
profesional. Sedangkan Nana Sudjana mengunakan istilah untuk
komptensi pribadi dengan istilah kompetensi sikap dan prilaku meskipun
demikian ia merinci kembali antara kompetensi sikap dan kompetensi
perilaku.
12
A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakar Kanisius, 1994), cet ke-1, h. 3
16
Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, sosial dan
kompetensi profesional. Banyak analisa tentang kompetensi keguruan,
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial umumnya disatukan, hal ini
wajar
karena
sosialisasi
manusia
dapat
dipandang
sebagai
pengejewantahan pribadinya.
Dari uraian di atas penulis menfokuskan kompetensi keguruan
pada kompetensi profesionalnya, sebagai seorang pengajar dan pendidik,
profesional dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas dengan
menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan dan
juga menjadi tauladan di luar kelas.
Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dari seorang guru
merupakan modal dasar guru bagi yang bersangkutan dalam melaksanakan
tugas keguruannya secara profesional. Rincian kompetensi tersebut adalah
:
a. Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk
nilai moral dan keimanan)
b. Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab.
c. Guru mampu berperan sebagai pempimpin, baik didalam
lingkungan sejolah maupung di luar lingkungan sekolah.
d. Guru bersifat bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan
siapapun demi tujuan yang baik.
e. Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan
pengembangan budaya masyarakat.
f. Dalam persahabatan dengan siapapun guru tidak kehilangan
prinsip dan nilai yang diyakininya.
g. Guru ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik
dalam lingkungan kesejawatannya maupun dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya.
h. Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil
i. Guru terampil secara pantas dan rapi
j. Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan dalam
keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya.
k. Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya (di luar
tuntutan tugas keguruannya) secara bijaksana dan produktif.13
13
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam… , h.54-57
17
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
seorang guru harus mempunyai kepribadian yang kuat dan integritas
tinggi, maka kemungkinan besar tidak akan banyak mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan berinteraksi dengan
rekan kerja serta siswa. Untuk itu seorang guru yang profesional harus bisa
menciptakan situasi dan kondisi lingkungan belajar yang efektif dan dapat
menyelesaikan kegiatan administrasi sekolah dengan baik.
Pengertian Profesional
Profesionalisme
merupakan
sikap
profesional
yang berarti
melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sabagai profesi dan bukan
sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Seoarang
professional mempunyai kebermaknaan ahli (expert) dengan pengetahuan
yang
dimilki
dalam
melayani
pekerjaannya.
Tanggung
jawab
(responsibility) atas keputusannya baik intelektual maupun sikap dan
memiliki rasa kesejawatan menjunjung tingi etika profesi dalam suatu
organisasi yang dinamis. Seorang profesional memberikan layanan
pekerjaan secara struktur. Hal ini dapat dilihat dari tugas personal yang
memcerminkan suatu pribadi yaitu terdiri dari konsep diri (self concept),
idea yang muncul dari diri sendiri (self idea) dan realita atau kenyataan
dari diri sendiri (self reality).
Dalam kehidupan sehari-hari “profesional dan profesi” telah
menjadi kosa kata umum. Sering sekali terdengar orang mengatakan “Cara
orang itu melaksanakan usaha atau bisnisnya tidak profesional” atau “Pak
mekanik itu mengerjakan usaha bengkelnya tidak profesional, saya tidak
mau memperbaiki mobil saya ke bengkelnya karena cara kerjanya kurang
bermutu” dan sebagainya. Kini sangat banyak yang menganggap bahwa
setiap orang dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan baik, rapi, dan
dapat memuaskan orang lain. Cara kerja yang demikian itu disebut sebagai
telah menyelesaikan pekerjaan secara profesional. Sehingga hampir
18
kepada siapa saja dengan mudah masyarakat memberikan gelar
profesional.14
Dalam Al-Qur’an Surah al-Qashash (cerita-cerita) ayat 26, Allah juga
telah memberikan konsep tentang profesionalisme, yang ayatnya sebagai
berikut :
       ……….
Artinya : “………, karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya”.15
Asbabunnuzzul potongan ayat 26 diatas adalah tentang Nabi Musa
yang sudah menolong dua orang wanita dengan memberikan minum
ternak dua orang wanita itu, lalu Nabi Musa di panggil oleh bapak dua
wanita yang ditolongnya itu yang tak lain adalah Nabi Syu’aib dan Musa
menceritakan kepadanya mengenai dirinya. Singkat cerita salah seorang
dari dua wanita itu meminta kepada bapaknya (Nabi Syu’aib) agar
mengambil Musa sebagai pekerjanya dengan meyakinkan Nabi Syu’aib
dengan
potongan
ayat
diatas.
Dengan
demikian,
penulis
dapat
menyimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan profesional kalau ia
mempunyai kekuatan mental dan fisik serta dapat dipercaya semua orang.
Sedangkan dalam haditsnya, Rasulullah mengingatkan umatnya
agar meyerahkan suatu urusan (pekerjaan) harus kepada ahlinya, karena
apabila suatu urusan (pekerjaan) diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya, maka waspadalah terhadap datangnya kehancurannya, yang mana
haditsnya sebagai berikut :
14
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru………………, h. 1-2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung :
Gema Risalah Press, 1992), h. 613
15
19
.َ‫ّس َد الْاَمْرُإِلَى غَيْرِاَهْلِهِ فَانْ َتظِرِالّسَاعَة‬
ِ ‫ ِإذَا ُو‬..........
Artinya : “…………….., “Apabila suatu urusan (pekerjaan)
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
waspadalah terhadap datangnya saat (kiamat,
kehancuran)”. (HR. Bukhari)16
Dari hadits Rasulullah diatas dapat penulis kesimpulkan bahwa
menyerahkan sesuatu urusan atau pekerjaan kepada orang yang bukan
ahlinya, ialah menyerahkannya kepada orang yang tidak mengerti, tidak
sanggup, tidak cakap, tidak jujur, dan tidak pantas mengerjakannya,
akibatnya ialah kehancuran dan kebinasaan.
Kata profesi berasal dari bahasa Yunani “pbropbaino” yang berarti
menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin disebut “professio” yang
digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh
seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Profesi
mengajar menurut Chandler adalah suatu jabatan yang mempunyai
kekhususan bahwa profesi itu memerlukan kelengkapan mengajar atau
keterampilan atau kedua-duanya yang menggambarkan bahwa seseorang
itu dalam hal melaksanakan tugasnya.
Dalam UU No.14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 7 Ayat 1
bahwa :
“Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :
a. Memilki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. Memilki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas;
d. Memilki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas;
e. Memilki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja;
g. Memilki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
16
Zainuddin Hamidy, dkk., Terjemah Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta : Bumirestu,
1992), jilid. 1, cet. Ke-13, h. 40
20
h. Memilki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan; dan
i. Memilki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru”17
Oxford Dictionary menjelaskan profesional adalah orang yang
melakukan sesuatu dengan memperoleh pembayaran, sedangkan yang
amatir
tanpa
pembayaran.
Artinya
profesionalisme
adalah
suatu
terminologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah
dikerjakan oleh seorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau
profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki
pengetahuan dan ketermpilan bekerja dalam bidangnya. Hakekat profesi
memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan dan perkembangan
masyarakat. Kecakapan atau keahlian seorang profesional bukan sekedar
hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari
wawasan yang mantap, memiliki wawasan sosial yang luas, bermotivasi
dan berusaha untuk berkarya.18
Kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang dimiliki
oleh seorang guru berhubungan langsung dalam pelaksanaan utama tugas
keguruannya sebagai pengajar. Depdikbud sejak tahun 1979 – 1980 telah
merumuskan sepuluh kompetensi profesional guru yang dikenal dengan
rumusan P 3 G (Pendidikan, Pengayaan, Pengajaran Guru), antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
17
18
Menguasai bahan
Mengelola program belajar mengajar
Mengelola kelas
Menggunakan media dan sumer dalam pelaksanaan
pengajaran.
Menguasai landasan-landasan pendidikan.
Mengelola interaksi belajar-mengajar
Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Mengenal fungsi dam program bimbingan dan penyuluhan
di sekolah.
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan……………, h. 214
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan………….., h. 2-3
21
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.19
Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa seorang guru
dapat dikatakan sebagai guru yang profesional di bidangnya, apabila ia
telah memiliki kemampuan teoritis dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak hanya mengetahui tetapi betul- betul melaksanakan apa yang menjadi
tugas serta perannya dengan didasari wawasan yang mantap, memiliki
wawasan sosial yang luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya.
Profesional Guru
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu menigkatkan mutu pendidikan,
berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan
hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No. 4
tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi
keguruan
yang
cukup.
Kompetensi
keguruan
itu
tampak
pada
kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru,
mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan
pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.20
Undang-undang Sistem pendidikan Nasional tahun 2003 Bab XI
tentang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (2)
menyatakan bahwa pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dalam Pasal 40 ayat (2)
seorang pendidik berkewajiban (a) menciptakan suasana pendidikan yang
19
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta. Raja Grafindo
Persada, 1996), cet ke-6, h. 162-178
20
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung :
Penerbit Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 39
22
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai
komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan
(c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.21
Dengan demikian, menjadi guru adalah sebuah profesi yang harus
di kembangkan agar menjadi pendidik yang profesional dengan memiliki
kompetensi
keguruan
yang
cukup,
pandai
dalam
merencanakan
pembelajaran dan meningkatkan wawasan sosial yang luas dan mantap
berdasarkan pada Undang-undang SISDIKNAS 2003.
Profesionalitas guru menjalankan tugasnya dalam pembelajaran
tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai
kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk
memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu
membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu,
guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar
dapat membimbing peserta didik secara optimal.
Guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem,
yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu
seluruh sistem tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan
melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta
merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan perkembangan
zaman.22
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Sebagai seorang profesional guru harus memilki
kompetensi keguruan yang cukup, kompetensi keguruan itu tampak pada
kemampuannya menerapkan konsep, asas kerja sebagai guru, mampu
mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran
yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
21
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), cet. Ke-4,
h. 20 & 21
22
E. Mulyasa., Menjadi Guru Profesionai, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
cet. Ke-8, h. 21 & 22
23
Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi menurut
slamet PH sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala terdiri dari subkompetensi yang mencirikan guru profesional sebagai berikut.
1. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk
mengajar;
2. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran
yang tertera dalam Peraturan Menteri serta bahan ajar yang ada
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);
3. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang
menaungi materi ajar;
4. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
5. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan seharihari.23
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala,
dapat dikemukakan bahwa Peran guru sangat menentukan keberhasilan
proses pembelajaran, guru yang digugu dan ditiru adalah suatu profesi
yang mengutamakan intelektualitas, kepandaian, kecerdasan, keahlian
berkomunikasi, kebijaksanaan dan kesabaran tinggi. Dengan demikian,
penulis dapat kemukakan bahwa 5 ciri-ciri dari kompetensi guru
profesional di atas saling berhubungan apabila salah satunya tidak ada
maka tidak dapat di katakan sebagai guru profesional.
23
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru………………….., h. 39-40
24
2. Efektivitas Proses Pembelajaran
Pengertian Efektivitas
Kata “efektivitas” merupakan kata sifat dari kata efektif yang
berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat
membawa hasil, berhasil guna.24 Sedangkan kata efektivitas yang terdapat
dalam Ensiklopedi Indonesia berarti tercapainya suatu tujuan, suatu usaha
dapat dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya.25
Dalam karya bukunya, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen Suwarno Handayaningrat, efektivitas adalah pengukuran
dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan
yang telah di rencanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi kalau tujuan atau
sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
pekerjaan itu tidak efektif.26
Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi,
yaitu segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid.
Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan
belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
Efektivitas belajar siswa terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran
yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang
ditempuh.27
Ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan
menjadi
beberapa
kategori
yaitu
:
Istimewa/maksimal,
Baik
Sekali/optimal, Baik/minimal, dan kurang.28Yang kriterianya adalah
sebagai berikut :
24
Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , “Kamus Besar
Bahasa Indonesia ,(Jakarta : Balai Pustaka, 1996), cet. Ke-8, h. 961
25
Hasan sadhili, “Ensiklopedia Indonesia”, (Jakarta ; Ikhtiar Baru Van Hoeven), jilid 2.
h. 883
26
Suwarno handayaningrat, “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen”,
(Jakarta : PT. I dayu Press 1990), cet. Ke-10, h. 16
27
Madyo Eko Susilo dan R.B. Kasihadi, “Dasar-dasar Pendidikan”, (Semarang : Effhar
Offset, 1990), cet. Ke-1, h. 63
28
Syaiful Bahri Djamarah, “Strategi Belajar Mengajar…”, h. 107
25
a. Istimewa/maksimal
:Apabila
seluruh
(100%)
bahan
pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai oleh siswa.
b. Baik Sekali/optimal
:Apabila sebagian besar (76%-99%)
bahan pelajaran itu dapat dikuasai
siswa.
c. Baik/maksimal
:Apabila hanya (60%-75%) bahan
pelajaran yang diajarakan dikuasai
oleh siswa.
d. Kurang
: Apabila bahan pelajaran yang
diajarkan itu kurang dari 60% dapat
dikuasai oleh siswa.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas
pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan sebelumnya. Berdasakan ketercapaian tujuan pembelajaran
ini maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat
efektivitas yang baik bila dapat mencapai minimal 60% dari tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pengertian Pembelajaran
Pengertian Pembelajaran dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (20) tentang Ketentuan Umum,
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.29
Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan
asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua
arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan
pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk
mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun
29
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional………….., h. 4
26
mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan
mengembangkan diri. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek
yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai,
menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah.
Pembelajaran, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan
kata benda atau nomina yang berarti proses, cara, perbuatan menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar.30
Gagne mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai “a set event
embedded in purposeful activities that facilitate learning”. Pembelajaran
adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud
untuk memudahkan terjadinya proses belajar.
Yusufhadi Miarso memaknai istilah pembelajaran digunakan untuk
menggantikan istilah “pengajaran” yang lebih bersifat sebagai aktivitas
yang berfokus pada guru (teacher centered). Oleh karenanya, kegiatan
pengajaran
perlu
dibedakan
dari
kegiatan
pembelajaran.
Istilah
pembelajaran telah digunakan secara luas bahkan telah dikuatkan dalam
perundang-undangan, yaitu dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003.
Sejalan dengan pandangan diatas, Gagne dan kawan-kawan dalam
Richey sebagaimana yang dikutip oleh Benny A. Pribadi secara rinci
mengemukakan pandangan yang berbeda antara pengajaran dengan
pembelajaran sebagai berikut :
“…Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas dari
pada istilah pengajaran. Pengajaran hanya merupakan upaya
transfer of knowledge semata dari guru kepada siswa, sedangkan
pembelajaran memiliki makna yang lebih luas, yaitu kegiatan yang
dimulia dari mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan,
dan mengevaluasi kegiatan yang dapat menciptakan terjadinya
proses belajar.”31
30
Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , “Kamus Besar
Bahasa Indonesia , (Jakarta, Balai Pustaka, 1996), h. 17
31
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta, Dian Rakyat, 2009 ),
cet. Ke-1, h. 9-10
27
Walter Dick dan Lou Carey sebagaimana yang dikutip oleh Benny
A. Pribadi, mendefinisikan pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau
kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan
menggunakan sebuah atau beberapa jenis media. Proses pembelajaran
mempunyai tujuan yang dirancang secara sistematik dan sistemik agar
siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan, proses
merancang aktivitas pembelajaran disebut dengan istilah desain sistem
pembelajaran.32
Konsep
belajar
(learning)
dan
pembelajaran
(instruction)
merupakan dua buah konsep kependidikan yang saling berkaitan. Konsep
belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar
pada pihak pendidik (guru) dan keduanya bisa berdiri sendiri dan juga
menyatu, tergantung pada situasi dari kedua kegiatan itu terjadi.
Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja
diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada
peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai.33
Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar
sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan
demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru
merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar
pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan
langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik, yaitu secara utuh
dengan memeperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan
pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu
sistem.34
32
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem……….., h. 10-11
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr.Hamka, 2002), h. 11
34
Aminuddin Rasyad, Teori… , h. 14
33
28
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran adalah
merangsang dan menyukseskan proses belajar untuk mencapai tujuan,
sedangkan fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya
perubahan dalam diri peserta didik.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai konsep
belajar dan pembelajaran, berikut dipaparkan kedua konsep itu.
a. Pengertian Belajar
Abu Ahmadi dalam bukunya psikologi belajar mengungkapkan :
“Bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.35
H.M Arifin mengemukakan pandangannya tentang belajar yang
dikutip Drs. Yunus Namsa dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama
Islam bahwa “Belajar adalah suatu rangkaian proses kegiatan response
yang terjadi dalam rangkaian belajar mengajar yang berakhir pada
terjadinya perubahan tingkah laku baik jasmaniyah maupun rohaniah
akibat pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh”36
Dari definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan melalui
pengalaman dan latihan yang dilakukan manusia selama hidupnya melelui
kegiatan membaca, mengamati, mendengkarkan, meniru, dan lain
sebagainya.
Seorang dapat dikatakan belajar jika terjadi perubahan dalam
dirinya. Dari tidak tahu menjadi tahu dari bodoh menjadi pintar, dari tidak
bisa menjadi bisa dan dari kurang ajar menjadi terpelajar, belajar
merupakan sesuati proses buku suatu hasil. Oleh karena itu belajar
berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai
35
36
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1991), cet ke-1, h. 121
Yunus Namsa, Metodologi…, h. 103
29
bentyk perbuatan untuk mencapai tujuan. Meskipun belajar merupakan
sesuatu proses, tatapi ia juga melihat hasilnya. Karena semua aktivitas dan
prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Dengan belajar,
seorang dapat mengaktifkan berpikir, beraksi, dan berbuat terhadap suatu
objek yang dipelajari melalui berbaai aktivitas sehingga timbul suatu
pengalaman baru dalam dirinya.
b. Pengertian Mengajar
Menurut pengertian lama, mengajar adalah “proses menanamkan
pengetahuan kepada anak atau proses penyampaian kebudayaan kepada
anak”.37 Pengertian semacam ini yang aktif dan memegang peranan utama
adalah guru, sedangkan murid pasif. Padahal murid yang diajar atau
sebagai pihak yang belajar, juga harus aktif, sebab murid tidak dapat
diberlakukan hanya seperti bejana atau wadah yang dengan mudah dapat
diisi, karena murid adalah individu yang juga punya pribadi serta
dinamika. Sedangkan menurut definisi modern menjara diartikan dengan
“Teaching is the guidance of learning”38 mengajar adalah bimbingan
kapada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini menunjukan bahwa
yang aktif adalah anak, yang mengalami proses belajar. Sedangkan guru
hanya
membimbing,
menunjukan
jalan
dengan
memperhatikan
kepribadian anak.
Dalam proses pembelajaran harus terjadi interaksi antara peserta
didik dan pendidik. Interkasi ini dalam dunia pendidikan dikenal dengan
istilah interaksi edukatif. Menurut Syaifuk Bahri Djamarah, interaksi
edukatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :39
1.
2.
3.
4.
5.
6.
37
Mempunyai tujuan
Mempunyai prosedur yang direncanakan
Ditandai dengan penggarapan materi khusus
Ditandai dengan aktivitas siswa
Guru berperan sebagai pembimbing
Membutuhkan disiplin
Yunus Namsa, Metodologi… , h.104
Roestiyah, NK, Masalah-masalah…, h. 13
39
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik…………………….., h.15
38
30
7. Mempunyai batas waktu.
8. Diakhiri dengan evaluasi
Dari penjelasan diatas, penulis dapat kemukakan bahwa dalam
proses belajar mengajar, peserta didik, pendidik, bahan, metode dan media
serta tujuan merupakan hal-hal yang sangat esensial, sebab, bila salah satu
diantaranya tidak ada, maka proses belajar mengajar tidak dapat
berlangsung dalam suatu proses enteraksi adukatif. Tidak hanya itu, titik
tekan dalam proses interaksi edukatif yaitu terletak pada posisi guru itu
sendiri. Dimana guru memposisikan dirinya sebagai pembimbing, teman
belajar mendialogkan materi yang sedang dipelajari bersama antara siswa
dan guru.
Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan
Pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponenkomponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Robert Heinich dkk,
membuat kategori sistem pembelajaran ke dalam beberapa tipe, yaitu :
Pembelajaran di kelas (tatap muka), pembelajaran dengan menggunakan
siaran radio dan televisi, pembelajaran mandiri dengan menggunakan
paket bahan ajar pada sistem pembelajaran jarak jauh, pembelajaran
berbasis web, aktivitas belajar di laboratorium dan workshop, seminar,
symposium dan studi lapangan (field study) dan pembelajaran dengan
memanfaatkan komputer (multimedia) dan telekonferensi.
Dalam suatu sistem pembelajaran, output dari sebuah komponen
merupakan input bagi komponen yang lain. Komponen-komponen dari
sebuah sistem pembelajaran yang berinterfungsi meliputi siswa, tujuan,
metode, media, strategi pembelajaran, evaluasi, dan umpan balik.40
40
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta, Dian Rakyat, 2009 ),
cet. Ke-1, h. 30-31
31
Pembelajaran penuh makna sesuai kebutuhan dan minat peserta
didik, dan sedekat mungkin dihubungkan dengan kenyataan dan
kegunaannya dalam kehidupan, inilah yang disebut pembelajaran
bermakna (meaningfull learning). Pembelajaran yang Aktif, Kreatif.
Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) menjadi pilihan dalam pengajaran
yang bermakna dan berhasil. Fokus PAKEM menurut Philip Rekdale
adalah pada kegiatan belajar peserta didik di dalam bentuk group,
individu, dan kelas, partisipasi dalam proyek, penelitian, penyelidikan,
penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari
imaginasi guru.41
Guru harus memahami
dan mengerti bahwa perkembangan
IPTEK, POLITIK, SOSBUD semakin lama semakin cepat, teknologi
informasi/sumber belajar sangat beragam. Oleh karena itu pembelajaran
yang mempersiapkan bekal memenuhi kebutuhan manusia modern,
mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, memecahkan masalah, persaingan
internasional (Globalisasi), belajar lebih efektif/pendalaman menjadi
sangat penting dalam pembelajaran. Proses PAKEM (1) peserta didik
menjadi aktif dan kreatif; (2) guru sebagai fasilitator; (3) penerapan asas
fleksibilitas; (4) persiapan guru matang; (5) multi interaksi; (6) latihan
dan tugas lebih intensif; (7) sumber belajar bermacam-macam; dan (8)
sudah memanfaatkan alat bantu.42
Kata Frida Dwiyanti Widjaya, salah satu guru di Sinarmas World
Academy, agar pembelajaran lebih efektif dalam menggunakan metode
pembelajaran
dilakukan
untuk
menjadikan
siswa
sebagai
sang
pembelajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sehingga menjadi
siswa yang aktif dengan melibatkan semua sumber pembelajaran. “intinya
education for life. Jadi buku bukan satu-satunya sumber ilmu dan proses
pembelajaran menjadi begitu menyenangkan dan tidak membosankan
bagi para siswa.”43
41
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru……………………….., h. 164 & 168
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional……………………, h. 169
43
Koran Jakarta, Rabu 17 Maret 2010, lembar Rona, edisi. 628, h. 17
42
32
Dengan demikian, agar proses pembelajaran lebih aktif kreatif dan
menyenangkan guru harus berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai
pusat dari pembelajaran agar memungkinkan anak untuk bisa
mengeksploitasi kemampuan yang dimilikinya sehingga terciptalah
pendidikan yang aktif, kreatif, dan meyenangkan (PAKEM).
Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran
Secara
umum
surya
subrata
membagi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) itu kepada dua
bagian :
a. Faktor yang berasal dari individu yang meliputi faktor–faktor
fisiologis dan psikologis, seperti motivasi belajar, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan dan sosial ekonomi.
b. Faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi faktor–
faktor sosial dan faktor sosial, seprti lingkungan belajar dan
lain-lain.44
Sedangkan
menurut
Muhibbin
Syah,
faktor–faktor
yang
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yaitu :
1. Karakteristik siswa yang meliputi kematangan dan intelektual,
kondisi jasmani, status ekonomi, usia, dan jenis kelamin.
2. Karakteristik guru yang meliputi intelektual guru, ramah rasa
dan karsa guru, usia, jenis kelamin dan sosial guru.
3. Karakteristik kelompok, sistem kelompok juga bisa
berpengaruh.
4. Fasilitas fisik, baik yang berada di sekolah, maupun di rumah
5. mata pelajaran.
6. Pengaruh lingkungan luar yang meliputi lingkungan sekolah
maupun lingkungan disekitar rumah kita.45
44
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001) cet
ke-10, h. 233
45
Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, ( Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 1996 ), cet. Ke-3, h. 132
33
Itulah beberapa faktor yang harus diperhatikan agar segala kinerja
yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di
sekolah mencapai kesuksesan sebab bila segala faktor yang dapat
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, salah satunya diabaikan atau
tidak diperhatikan, maka hal ini akan mengakibatkan kegiatan belajar
mengajar menjadi tidak efektif sehingga tujuan pembelajaran tidak akan
tercapai sesuai yang diharapkan.
Berbagai penelitian menunjukkan, kemampuan cara mengajar di
depan kelas masih kurang dimiliki guru-guru. Padahal materi pelajaran
yang dipelajari itu dimana-mana sama. Selama ini pembelajaran yang
berlangsung di sekolah cenderung menunjukkan (1) guru lebih banyak
ceramah; (2) media belum dimanfaatkan; (3) pengelolaan belajar
cenderung klasikal dan kegiatan belajar kurang bervariasi; (4) tuntutan
guru terhadap hasil belajar dan produktifitas rendah; (5) tidak ada
pajangan hasil karya peserta didik; (6) guru dan buku sebagai sumber
belajar; (7) semua peserta didik dianggap sama; (8) penilaian hanya berupa
test; (9) latihan dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang; dan (10)
interaksi pembelajaran searah. Pembelajaran yang demikian ini tidak
menunjukkan apapun mengenai upaya dari gurunya, hanya menghabiskan
waktu dan anggaran tanpa kemajuan yang berarti.
Adapun
penulis
menambahkan
bahwa
faktor-faktor
yang
berpengaruh terhadap sistem pembelajaran diantaranya, yaitu : (1) Faktor
guru; (2) Faktor siswa; (3) Faktor sarana dan prasarana; dan (4 )
lingkungan. Keempat faktor diatas sangat penting untuk diperhatikan dan
agar dapat ditingkatkan lagi kualitasnya dalam proses pembelajaran.
Hal penting yang perlu dicermati juga menurut pendapat Hirsch
yang mengatakan dalam setiap sistem yang terbukti berhasil, citra diri
ternyata lebih penting daripada materi pelajaran. Citra diri yang positif
sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Citra
34
diri tentu menyangkut kejujuran, kerja keras, disiplin, inovatif, cinta akan
kualitas, dan pemberdayaan potensi secara optimal.46
Dari pendapat Hirsch diatas penulis menambahkan, selain guru
harus mempunyai citra diri yang baik, guru yang profesional juga harus
memperhatikan komponen proses pembelajaran, yaitu : (1) Proses
pembelajaran; (2) Tujuan terhadap pembelajaran; (3) Materi pembelajaran
yang akan disampaikan; (4) Metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran; (5) Media pembelajaran; dan (6) Evaluasi. Sehingga dengan
keenam komponen diatas guru lebih dapat mengkondisikan kelas agar
dapat tercipta proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan
bagi siswa-siswanya.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian
kegiatan belajar – mengajar adalah tingkat dan fase yang dilakukan anak
didik dalam mempelajari sesuatu melalui bimbingan yang diberikan oleh
pendidik untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Baik pada
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan memperhatikan
komponen proses pembelajaran dan kompetensi keguruan (Pedagogik,
Profesional, Kepribadian dan Sosial).
46
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan, (Bandung,
ALFABETA, 2009) cet. Ke-1, h. 164-165
35
Efektivitas Proses Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan
tentang
materi-materi
pelajaran.
Peserta
didik
belajar
untuk
mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun
mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan
mengembangkan dirinya. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai
subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah,
mengurai, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah.47
Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan ditunut
untuk memilki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih
metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara
guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran mugkin memerlukan
pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya.48
Peter Kline dalam The everiday genius yang dikutip oleh Syaiful
Sagala mengatakan bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Setiap orang adalah guru
dan sekaligus murid. Oleh karena itu ciptakanlah lingkungan yang baik,
maka peserta didik akan berkembang dalam proses belajar mandiri. Jadi,
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)
menjadi pilihan dalam pengajaran yang bermakna dan berhasil. Fokus
PAKEM adalah pada kegiatan belajar peserta didik di dalam bentuk group,
individu, dan kelas, partisipasi dalam proyek penelitian, penyelidikan,
47
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional,,,,, (Bandung, ALFABETA, 2009) cet. Ke-1,
h. 164
48
E. Mulyasa,.”Menjadi Guru Profesional”(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
cet. Ke-8, h. 95
36
penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari
imaginasi guru.49
Efektif dalam belajar menurut Makmun yang dikutip oleh Syaiful
Sagala adalah membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu
(setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relatif tetap dan setiap saat
diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan
masalah (problem solving) baik ujian ulangan dan sebagainya maupun
penyelesaian
diri
mempertahankan
dalam
kehidupan
kelangsungan
sehari-hari
hidupnya.
Efektif
dalam
belajar
rangka
dapat
ditunjukkan (1) tepat waktu, efisien waktu; (2) pertanyaan sederhana dapat
informasi lengkap; (3) cepat menguasai konsep; (4) metode tepat sesuai
dengan kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator; dan (5) irit biaya.
Berikut skema belajar efektif bahwa pelajaran dimulai dari apa yang
diketahui peserta didik.
Konsep belajar adalah membangun makna terhadap pengalaman
informasi oleh si pebelajar dan guru atas dasar pengetahuan yang dimilki.
Makna ini terbangun dari persepsi dan perasaan peserta di dalam kegiatan,
sehingga mereka belajar berbuat menggunakan bahasa/istilah dipahami
oleh peserta didik. Pengalaman belajar ini akan mendorong/dan
merangsang peserta didik unutk mengungkapkan gagasannya, adapun
perbedaan menjadikan peserta didik menjadi lebih kreatif dan saling
menghargai pendapat masing-masing. 50
Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa dalam proses
pembelajaran yang efektif perlu adanya pendekatan dan metode khusus
yang guru kembangkan agar terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif
dan menyenangkan.
49
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesiona Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung,
ALFABETA, 2009) cet. Ke-1, h. 168
50
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesiona Guru…………, h. 174-175
37
3. Hubungan Profesional Guru dengan Efektivitas Proses
Pembelajaran
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggraan
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan,
berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan
hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No.
14 tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru
adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional guru harus harus
memilki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu
tampak kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai
guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah starategi maupun pendekatan
pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
Profesional berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok
sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hoby
belaka. Profesi berarti menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin
disebut “profession” yang di gunakan untuk menunjukkan pernyataan
publik yang di buat oleh seseorang yang bermaksud menduduki suatu
jabatan publik. Guru yang terjamin kualitasnya diyakini mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Penjaminan mutu guru
perlu dilakukan dari waktu ke waktu demi terselenggaranya layanan
pembelajaran yang berkualitas.51
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan
dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah
makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan
orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu
menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam
51
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional,,,,…………, h. 39 & 40
38
perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua
mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan
terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.
Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara
individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memilki
perbedaan yang sangat mendasar.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru profesional dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik . mereka
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membantu
kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara,
dan bangsa.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan
belajar
bagi
seluruh
peserta
didik,
agar
dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus
kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri
sebagai berikut.
1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para
peserta didik.
3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani
peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat
mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan
saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan
(bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antarapeserta didik,
orang lain, dan lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadikan pembantu ketika diperlukan.52
52
E. Mulyasa,.”Menjadi Guru Profesional”(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
cet. Ke-8, h. 35-36
39
Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai
pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan
kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
Pembelajaran, yang didefinisikan sebagai sebuah aktivitas untuk
memfasilitasi berlangsungnya proses pembelajaran dapat dipandang
sebagai sebuah sistem. Melalui pendekatan sistem, kita dapat memahami
proses pembelajaran sebagai suatu hal yang perlu dirancang secara
sistematik dan sistemik. Istilah pendekatan sistem (system approach)
sendiri dapat diartikan sebagai sebuah proses yang logis dan berulang yang
dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu program
pembelajaran.
Dick dkk, yang dikutip oleh Benny A. Pribadi juga berpandangan
bahwa pendekatan sistem adalah sebuah prosedur yang digunakan oleh
perancang
desain
sistem
pebelajaran
untuk
menciptakan
sebuah
pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam menggunakan pendekatan
sistem, setiap langkah yang dilakukan harus memperoleh input dari
langkah sebelumnya. Dengan menerapkan pendekatan sistem, kita dapat
melakukan langkah atau proses secara sistemik dan sistematik.
Cara sistemik adalah cara pandang yang menganggap sebuah
sistem sebagai suatu kesatuan yang utuh dengan komponen-komponen
yang berinterfunngsi. Istilah sistematik merujuk kepada suatu upaya untuk
melakukan tindakan secara terarah dan langkah demi langkah untuk
mencapai suatu tujuan yang telah digariskan. Sekolah melakukan sebuah
proses pendidikan dan pembelajaran yang mengubah siswa agar memilki
kompetensi sesuai dengan yang diharapkan. Sekolah memperoleh input
dari lingkungan dan menghasilkan output yang dikembalikan kepada
lingkungan atau masyarakat.
40
Lingkungan sekolah berperan sebagai pengawas yang memberikan
unpan balik atau feedback tentang kualitas output yang dihasilkan, apabila
output yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan maka sekolah perlu
meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pembelajaran yang
berlangsung di dalamnya. Mekanisme kerja sekolah sebagai suatu sistem
dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut.
Gambar. Mekanisme kerja sekolah sebagai sebuah sistem
Lingkungan/
Masyarakat
Proses
Belajar-Mengajar
Input
Output
Umpan Balik
Input dari sekolah sebagai suatu sistem adalah sumber daya yang
meliputi siswa, anggaran, guru, dan fasilitas yang akan ditransformasikan
menjadi output yaitu lulusan yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan
lingkungan.
Proses
yang
berlangsungdi
sekolah
adalah
proses
pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa agar memilki kompetensi
yang diharapkan.53
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa guru
profesional yang dapat mengefektifkan proses pembelajaran di kelas, guru
profesional
di
tuntut
agar
memilki
kompetensi
keguruan
yang
menjadikannya sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan
sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hoby belaka. Sehingga guru
53
Benny A. Pribadi,. “Model Desain Sistem Pembelajaran”, (Jakarta : Penerbit Dian
Rakyat, 2009), cet. Ke-1, h. 27-30
41
diharapkan bukan sebagai pengajar saja tetapi juga sebagai pendidik,
pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innnovator), model dan
teladan, dsb. Guru yang profesional juga harus bisa memahami komponenkomponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi siswa, tujuan atau
kompetensi, metode, media, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Dengan
begitu akan tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan
dalam proses pembelajaran dikelas.
B. Kerangka Berfikir
Dalam proses mengajar guru memiliki tugas untuk mendorong,
membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai
tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu
yang terjadi dalam proses belajar mengajar untuk membantu proses
perkembangan siswa.
Kehadiran guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan
oleh mesin, radio, tipe rekorder atau komputer sekalipun, karena msih
banyak unsur–unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan,
motivasi dan lain-lain yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar
mengajar tidak dicapai dengan alat-alat tersebut. Sebagi contoh,
pengajaran melalui radio, guru masih diperlukan terutama dalam
menyusun dan mengembangkan desain pengajaran.
Melihat perkembangan ilmu pengatahuna dan teknologi yang
semakin maju. Maka seorang guru harus sadar dan peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang pendidikan
dan pengajaran juga pada masyarakat pada umumnya. Dunia ilmu
pengatahuan tak pernah berhenti tetapi selalu muncul hal-hal yang baru.
Guru harus dapat mengikuti perkembangan tersebut sehingga ia dapat
lebih dulu mengetahui daripada siswa dan masyarakat pada umumnya.
Akibat dari kemajuan IPTEK tersebut. Seorang guru yang
profesional harus mengetahui dengan pasti kompetensi apa yang dituntut
masyarakat bagi dirinya. Hal ini sebgai pedoman untuk meneliti dirinya
apakah dia sebagai guru dalam menjalankan tugasnya telah dapat
42
memenuhi kompetensi-kompetensi itu, apabila belum guru yang baik
harus berani mengakui kekurangan dan berusaha untuk mencapai
perbaikan.
Dengan
demikian
guru
tersebut
selalu
berusaha
mengembangkan dirinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Zakiah Daradjat
yang dikutip oleh Syaiful Sagala : tidak sembarang orang dapat melakukan
tugas guru. Tetapi orang-orang tertentu yang memenuhi persayaratan yang
dipandang mampu, yakni (1) bertaqwa kepada Allah SWT. Dalam hal ini
mudah dipahami bahwa guru yang tidak bertqwa sangat sulit atau tidak
mungkin bisa mendidik muridnya menjadi bertaqwa kepada Allah SWT;
(2) berilmu, seorang guru bukan hanya harus mempunyai ijazah saja. Akan
tetapi jelas tidak cukup selembar ijazah yang tidak disertai dengan
keluasan dan kedalaman ilmu pengetahuan, terutama bidang ilmu yang
ditekuni. Guru yang dangkal penguasaan ilmunya, akan mengalami
kesulitan dalam berinteraksi dengan para muridnya; (3) berkelakuan baik.
Mengingat tugas guru antara lain untuk mengembangkan akhlak yang
mulia, maka sudah barang tentu dia harus memberikan contoh untuk
berakhlak mulia terlebih dulu; (4) sehat jasmani. Kendatipun kesehatan
psikis jauh lebih penting untuk dimiliki oleh guru, namun bukan berarti
kesehatan pisik dan jasmani tidak perlu. Kesehatan pisik adalah guru
tersebut tidak mengalami sakit yang kronis, menahun, atau jenis penyakit
lain sehingga sangat menghalangi untuk menunaikan tugasnya sebagai
guru54
Guru memiliki tugas yang berat. Seorang guru tidak hanya
mengajar tetapi juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan. Oleh
sebab itu guru dituntut untuk mempersiapkan diri dengan seperangkat
kompetisi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan
memiliki seperangkat kompetensi maka guru akan mampu merealisasikan
fungsi dan peranan guru dalam proses belajar mengajar.
Guru profesional tidak akan merasa lelah dan tidak mungkin
mengembangkan sifat iri hati, munafik, suka menggunjing, menyuap,
malas, marah-marah, dan berlaku kasar terhadap orang lain, apalagi
54
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional………………….., h. 21-22
43
terhadap anak didiknya. Guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak
didik dapat saja dipisahkan kedudukannya, tetapi mereka tidak dapat
dipisahkan dalam mengembangkan diri murid dalam mencapai citacitanya. Di sinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benarbenar dituntut.
Jika guru tidak memiliki kompetisi yang baik. Maka guru tersebut
tidak akan mampu merealisasi fungsi dan peranan guru dalam proses
belajar mengajar dengan baik pula, dan hal tersebut akan berpengaruh
pada hasil belajar siswa.
Dengan demikian, tidak dapat disangkal lagi, bahwa betapa
pentingnya kompetensi profesional guru dalam efektivitas proses
pembelajaran, maka di sini seorang guru harus mempunyai kompetensi
yang lebih pula.
Berdasarkan uraian di atas penulis menduga bahwa MTs Annida
Al-Islamy Rawa Bugel mampu mengembangkan kompetensi profesional
guru-gurunya dalam mengefektifkan prose pembelajaran di kelas.
C. Hipotesis
Dari arti katanya, hipotesis memang berasal dari 2 penggalan kata,
“hypo” yang artinya “dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.
Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan
Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.55
Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesis Nol (Ho) : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran
di Mts Annida AL-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
2. Hipotesis kerja (Ha) : Terdapat hubungan yang signifikan antara
kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran
di Mts Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
55
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2006), cet. Ke-13, h. 71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penulis melakukan penelitian yang bertempat di MTs Annida AlIslamy Rawa Bugel yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Raudlatul
Islam (YAPRI). Yang beralamat di Jl. Jamblang Raya No. 23 Rawa Bugel
Harapan Jaya-Bekasi Utara Kota Bekasi.
Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 12 Februari 2010
s/d 30 Mei 2010.
B. Variabel Penelitian
Yang dimaksud dengan variabel adalah “Objek penelitian yang
bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.1
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
1. Variabel bebas (Independent Variabel) yaitu kompetensi
profesional guru.
2. Variabel terikat (Dependent Variabel) yaitu efektivitas
proses pembelajaran.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2006), cet. Ke-13.h. 116
44
45
Dari dua variabel di atas yaitu variabel bebas (kompetensi
profesional guru) dan variabel terikat (efektivitas proses pembelajaran).
Berikut penulis kemukakan dimensi dan indikator dari kedua variabel di
atas.
Tabel 1
Variabel Penelitian
No
Variabel
1
Variabel X
Kompetensi
Profesional Guru
Dimensi
Indikator
1. Menguasai bahan
a. Mampu menjelaskan
materi dengan baik
b. Bisa menjawab soal
2. Mengelola PBM
a. Menjelaskan TIK
b. Menggunakan metode
yang bervariasi
3. Mengelola kelas
a. Memberi teguran
b. Pengaturan murid
c. Menghukum siswa
4. Mengelola media
belajar
a. Menggunakan buku –
buku penunjang
b. Menggunakan sarana
dan prasarana dengan
baik
5. Mengelola
interaksibelajar
mengajar
a. Memberi pujian
b. Memberi motivasi
c. Memahami siswa
6. Menilai prestasi
siswa
a. Mampu membuat soal
b. Mengadakan
remedial
c. Memberikan saran
46
2
Variabel Y
Efektivitas Proses
Pembelajaran
1. Tepat waktu, efesien
waktu
a. Mampu memanfaatkan
jam belajar dengan
baik
b. Mampu membuat
suasana belajar
kondusif dan
menyenangkan
c. Menggunakan jam
belajar dengan tepat
waktu.
2. Pertanyaan
sederhana dapat
informasi lengkap
3. Cepat menguasai
konsep
4. Metode tepat sesuai
dengan kompetensi
dasar, standar
kompetensi,
indikator
a. Memberikan giliran
pada murid dalam
bertanya
b. Mampu menjawab
pertanyaan dengan
jelas dan singkat
c. Memberikan acuan
kepada siswa
a. Mampu
menghubungkan
pengetahuan dengan
pengalaman
b. Mampu
menghubungkan
konsep antar mata
pelajaran
c. Mampu
menyimpulkan
pelajaran dengan jelas
a. Menyesuaikan media
pembelajaran dengan
tujuan materi
pelajaran
b. Menguasai bahan
pengajaran
c. Memberikan media
pembelajaran sesuai
dengan kondisi siswa
47
5. Irit biaya
a. Membuat metode
pembelajaran dengan
kreatif
b. Menciptakan media
pembelajaran yang
efektif
c. Tidak mengambil
keuntungan dari
siswa.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.2
Populasi yang diambil dalam penelitian ini diambil dengan
berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto: “Apabila subjek kurang
dari 100 orang, maka diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil
antara 10-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan
peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana.3
Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki
sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi.4
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pada penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah siswa kelas 2 (kelas VIII) MTs Annida
Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu secara acak (random) dari populasi yang ada yaitu 15%
dari seluruh jumlah populasi sebanyak 107 orang siswa, maka diambil
sampel sebanyak 16 orang siswa, sabagaimana tabel berikut :
2
Hermawan Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1992), h.49
3
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses, (Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 1996), h.120
4
Nana Sujana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru, 1989), h.84
48
Tabel 2
Pengambilan Sampel
No
Kelas
Populasi
Sampel
1.
VIII – I
35
5
2.
VIII– II
36
5
3.
VIII – III
36
6
Jumlah
107
16
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis melakukan teknik pengumpulan data :
1. Observasi
:
Yaitu
Pengamatan
dan
Pencatatan
secara
sistematis terhadap masalah yang ada di MTs
Annida Al-Islamy, observasi ini dilakukan untuk
mendapatkan data-data yang berkaitan dengan
skripsi ini.
2. Wawancara
: Yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan
orang yang paling banyak mengetahui permasalahan
yaitu Kepala Sekolah dan Tata Usaha, sehingga
diperoleh data dan informasi yang jelas.
3. Angket
: Yaitu menyebarkan pertanyaan dan pernyataan
yang terkait dengan kebiasaan dan pengalaman yang
telah dilakukan oleh siswa atau siswi kelas 2 MTs
Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara yang
diberikan secara random sampling (acak).
49
Angket dibuat dengan model likert yang mempunyai empat
kemungkinan jawaban yang berjumlah genap ini dimaksudkan untuk
menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak
mempunyai jawaban yang jelas. Berikut beberapa kisi-kisi angket yang di
buat:
Tabel 3
Kisi – kisi Angket
No
Indikator Variabel
No. Pertanyaan
1
Bisa menjelaskan materi dengan baik
1
2
Bisa menjawab soal
2
3
Menjelaskan TIK
3
4
Menggunakan metode yang bervariasi
4
5
Memberi teguran
5
6
Pengaturan murid
6
7
Menghukum siswa
7
8
Menggunakan buku-buku penunjang
8
9
Menggunakan sarana dan prasarana dengan baik
9
10
Memberi pujian
10
11
Memberi motivasi
11
12
Memahami siswa
12
13
Mampu membuat soal
13
14
Mengadakan remedial
14
15
Memberikan sarana
15
16
Mampu memanfaatkan jam belajar dengan baik
16
17
Mampu membuat suasana belajar kondusif dan menyenangkan
17
18
Memberikan giliran pada murid dalam bertanya
18
19
Mampu menjawab pertanyaan dengan jelas dan singkat
19
20
Memberikan acuan kepada siswa
20
21
Mampu menghubungkan pengetahuan dengan pengalaman
21
50
22
Mampu menghubungkan konsep antar mata pelajaran
22
23
Menyesuaikan media pembelajaran dengan tujuan materi pelajaran
23
24
Menguasai bahan pengajaran
24
25
Memberikan media pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa
25
26
Membuat metode pembelajaran dengan kreatif
26
27
Menciptakan media pembelajaran yang efektif
27
E. Teknik Analisa Data
Teknik data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data-data diperoleh agar data tersebut dapat
difahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi juga oleh
orang lain. Adpaun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut
:
1. Editing
Yang pertama kali adalah melakukan edit atau memilih/menyortir
data sehingga hanya data yang tercapai saja yang tersisa. Langkah
editing ini bertujuan untuk merapikan data agar bersih, rapi, dan
tinggal menadakan pengolahan lebih lanjut.
2. Skoring
Setelah
melewati
tahap
editing,
maka
selanjutnya
penulis
memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket.
3. Tabulating
Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban responden kedalam
blanko yang telah tersusun rapih dan rinci dalam bentuk tabel.
51
Menganalisa dengan melihat variabelnya, yaitu :
a. Menganalisa satu variabel
Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisa secara
deskriptif, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P =
F
X 100%
N
%
Keterangan :
P
= Prosentase
F
= Frekuensi
N
= Number of Cases (Banyaknya Individu)
b. Menganalisa hubungan dua variabel
Sebelum menganalis hubungan dua variabel, maka terlebih dahulu
semua pernyataan angket diberi skor nilai setiap itemnya. Adapun
pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah :
Selalu ( S ) diberi nilai
4
Sering ( SR ) diberi nilai
3
Kadang-kadang ( KK ) diberi nilai
2
Tidak pernah ( TP ) diberi nilai
1
Untuk lebih memudahkan dalam menyimpulkan hasil penilaian
dari setiap variabel, maka dari jawaban angket yang berupa angka
dideskripsikan dengan kata-kata, yaitu :
Tabel 4
Pengukuran secara Deskripsi
Jawaban
Pengukuran
Jumlah Item
A
4
30
Pengukuran secara
Deskriptif
Sangat Tinggi
B
3
30
Tinggi
C
2
30
Sedang
D
1
30
Kurang
52
Setelah itu, untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut,
digunakan Teknik Analisa Korelasional dengan rumus Product Moment,
rumusan sebagai berikut :
NXY – ( X) (Y)
rxy =
2
[ N  X 2  ( X ) 2 ][N Y  (Y ) 2 ]
Keterangan:
rxy
: Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
N
: Number Of cases
XY
: Jumlah hasil perkalian antar skor X dan Skor Y
X
: Jumlah seluruh skor X
Y
: Jumlah seluruh skor Y
X2
:
Y2
: Jumlah kuadrat seluruh skor Y5
Jumlah kuadrat seluruh skor X
Dengan kriteria pengujian: Jika rhitung > rtabel maka Ho ditolak
Jika rhitung < rtabel maka Ho diterima
5
75
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara 1999), h
53
Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” product moment maka
dilakukan interpretasi secara sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil
penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment sebagai
berikut.6
Tabel 5
Interpretasi Data
Besarnya “r”
Interpretasi
Product moment (rxy)
0,00 – 0,20
Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi
akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah
sehingga korelasi itu diabaikan.
0,20 – 0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sedang atau cukup.
0,70 – 0,90
Antar variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sangat kuat.
Setelah itu dicocokkan dengan tabel nilai koefisien korelasi “r”
product moment baik pada taraf signifikan 5% ataupun pada taraf 1%
kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang
signifikan atau tidak.
6
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2005).
Cet. Ke-15, h. 193
54
Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks
korelasi “r” Product Moment, prosedurnya adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho)
b. Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan,
dengan jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan
“r” yang tercantum dalam tabel nilai (rt), dengan terlebih dahulu
mencari derajat bebasnya (db) atau degress of freedomnya (df).
Adapun rumusnya sebagai berikut :
Df = N-nr
Keterangan :
df = Degrees of Freedom
N = Number of Cases
Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan
Untuk mencari konstribusi variabel X terhadap variabel Y, penulis
menggunakan rumus sebagai berikut :
KD = r X 100 %
Keterangan :
KD = Konstribusi variabel X terhadap variabel Y
r = Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Terbitan UIN Jakarta Press, Jakarta, Cetakan ke-2.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara
1. Sejarah Berdirinya
MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel bisa dikatakan berada di
sebuah perkampungan yang penduduknya sudah padat, tepatnya di Jl.
Jamlang Raya No. 23, Rawa Bugel, Harapan Jaya, Bekasi Utara.
Sekolah ini di bangun dengan luas area 2.445 M², yang terdapat 4
(emapat) Lembaga Pendidikan yaitu Raudlatul Athfal (RA/TK),
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan
Madrasah Aliyah (MA). Madrasah ini di kelola oleh sebuah yayasan
yaitu Yayasan Pendidikan Raudlatul Islam (YAPRI) yang di dirikan
pada tanggal 01 Agustus 1986, yang dikukuhkan oleh Notaris Ny. Siti
Qomariah Suparwo. SH, akte No. 7.1
MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel yang terakreditasi Baik
ini kepalai oleh Bapak H. Mutawakkil S.Ag, di bawah naungan
Yayasan Raudlatul Islam (YAPRI) dengan Dewan Penasehat Bapak
KH. Asmawi dan para pendirinya yaitu H. Mutawakkil, Mahdih, H.
Hamid, Bahruddin, H. Muhammad Toyib, Muhasan, H. Basar, H.
Sopri, Hasan Basri.
1
Hasil wawancara dengan Kepala MTs Annida Al-Islamy RB, tanggal 11 Februari 2010
55
56
Sebagai Lembaga Pendidikan yang bercorak keagamaan,
MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel, bukan hanya menerapkan
program Kurikulum Departemen Agama saja tetapi menerapkan juga
Kurikulum Nasional, dengan mengajarkan 50 % pengetahuan agama
dan 50 % pengetahuan umum. Serta memberikan muatan lokal,
diantaranya : Tarikh (Khulasoh Nurul Yaqin), Nahwu/Sharaf, Fiqh
(Kitab Safinatun Najah), Tafsir Yasin (untuk kelas IX), al-Khot
(Kaligrafi), Mahfudzot, Hadits Arba’in Nawawi.
Sekolah yang sering menjuarai berbagai kegiatan ekstra
kulikuler ini seperti pramuka, paskibra, marawis, rebana, seni baca
Qur’an, teater, di tingkat sekolah, kecamatan, kodya, merupakan
lembaga
pendidikan
formal
yang
merangkul
dan
sangat
memperhatikan kalangan orang tua yang memiliki penghasilan rendah,
meskipun ada juga orang tua siswa yang status sosialnya berada pada
level menengah tapi itu minim sekali. Hal ini berdasarkan wawancara
dengan kepala Madarasah, ini membuktikan bahwa MTs Annida AlIslamy RB bercita-cita tinggi dan mulia dalam meningkatkan sumber
daya manusia.
MTs Annida Al-Islamy RB adalah madrasah yang di kelolah
oleh sebuah Yayasan Islam sebagaimana disebutkan di atas, adapun
maksud dan tujuan dari Yayasan ini ialah :
a. Membentuk manusia susila yang berjiwa Pancasila dan
bertaqwa kepada Allah Swt;
b. Membimbing dan menuntun masyarakat dalam ajaran-ajaran
Islam serta pengetahuan Agama menuju masyarakat Islam
sesuai dengan cita-cita Nabi Muhammad Saw.
c. Membantu Pemerintah dalam meningkatkan kecerdasan
masyarakat dengan menghasilkan tenaga terampil, terbuka
dan dapat menghargai pendapat orang lain, serta memahami
dasar ilmu pengetahuan pada umumnya.
57
2. Struktur Organisasi
Untuk mengetahui struktur organisasi MTs Annida AlIslamy RB dapat dilihat pada bagan di bawah ini :2
Tabel 6
Struktur Organisasi MTs Annida Al-Islamy RB
PENASEHAT
PELINDUNG
YAYASAN
KEPALA MADRASAH
TSANAWIYAH
SEKRETARIS
BENDAHARA
WAKASEK
WAKASEK
WAKASEK
WAKASEK
BIDANG
KURIKULUM
BIDANG
KESISWAAN
BIDANG
SARANA
PRASARANA
BINA
SISWA/KONSELING
DEWAN
GURU
2
Hasil wawancara dengan tenaga Administrasi TU MTs Annida Al-Islamy RB, Tanggal
3 Mei 2010
58
3. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
Unggul dalam Imtaq (Iman dan Taqwa), Cerdas dan terampil dalam
Iptek (Ilmu Pengetahuan).
Visi tersebut diatas mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi
ke depan dengan memperhatikan potensi kodrat manusia dan harapan
masyarakat.
b. Misi
1. mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam kehidupan
pribadi dan masyarakat luas.
2. Pemberdayaan potensi sumber daya tenaga pendidik guna
meningkatkan profesionalisme dalam proses kegaiatan belajar
mengajar.
3. Meningkatkan mutu pelayanan pendidikan melalui usaha-usaha
peningkatan mutu yang sistematis, terarah dan intensional dalam
bidang manajemen, kurikulum, PBM, metode pembelajaran,
fasilitas pendidikan, dan pembinaan kesiswaan.
4. Meningkatkan dan mewujudkan suasana kehidupan lingkungan
madrasah menjadi masyarakat belajar (leaning community) yang
ilmiah dan kondusif.
5. Meningkatkan kerja sama antara Madrasah dengan orang tua,
masyakat, komite dan instansi terkait.
6. Meningkatkan dan mewujudkan lulusan yang berkualitas sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional.
c. Tujuan
1. menyiapkan peserta didik yang memiliki karakteristik keagungan
akhlakul karimah, keluasan ilmu dan kematangan emosional.
2. Menyiapkan peserta didik mandiri berguna bagi lingkungan dan
bangsa.3
3
Hasil wawancara dengan tenaga Administrasi TU …….., Tanggal 3 Mei 2010
59
4. Pengadaan Sarana dan Prasarana ; Tenaga Pendidikan dan
Karyawan, Siswa, Tanah dan Bangunan
a. Tenaga Pendidikan dan Karyawan
Tenaga Kependidikan dan karyawan di MTs Annida AlIslamy RB sebagian besar guru dan karyawan yang mengajar adalah
pegawai tetap, mereka memegang bidang studi sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Keseluruhan dari jumlah guru dan
karyawan berjumlah 31 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :4
Tabel 7
Keadaan Guru dan Karyawan MTs Annida Al-Islamy RB
No.
Nama
1
H. Mutawakkil Alallah
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Abd. Rafik
Abd. Salim
Ahmad Fauzi
Ahmad Firdaus
Ahmad Kurniawan
Amin Purwadi
Badruddin
Deni Damanhuri
Fahrurrozi
Hana Wahdah
Hinayah
Ikin Nurulyakin
Iyon Parlina
Kiki Rifqoh
Lala Latifah
Lukmanul Hakim
M. Jaelani
Muhibbul Khoir
Mulyanah
Murdani Salim
Mustofa
Rosyadi
4
Jabatan
Kep.
Madrasah
Guru
Guru
Guru
Guru
Staf TU
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Jenjang
Pendidikan
Bidang Studi
Mulai Tugas
S1
Akhlak
17 Juli 1986
S1
ALIYAH
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
A.Ma
S1
ALIYAH
S1
A.Ma
Fisika
Mulok/Mahfudzot
SKI
Nahwu 2 & 3
Penjaskes
SKI 2 & 3
PPKn
Mulok/Nahwu 1
Qur'an Hadits
Bahasa Arab
Matematika 2
Geografi
KTK
Komputer
SKI 1
Sejarah/IPS
Aqidah Akhlak
KTK
Mulok/Tarikh
Qur'an Hadits 1
Bahasa Inggris
20 Juli 1995
17 Juli 2001
17 Juli 2007
18 Juli 2002
18 Juli 2006
19 Juli 1993
17 Juli 1996
20 Juli 2000
20 Juli 2000
17 Juli 1994
18 juli 1998
20 Juli 2000
18 Juli 2007
18 Juli 2002
17 Juli 2001
17 Juli 2001
19 Juli 1993
20 Juli 2000
17 Juli 1997
18 Juli 1996
17 Juli 1996
20 Juli 2000
Hasil wawancara dengan Kepala MTs Annida Al-Islamy RB, Tanggal 10 Februari 2010
60
24
25
26
27
28
29
30
Sri Lestari
Syamsurizal
Tuti Alawiyah
Wahyudin
Zaini
Qamaruddin
Hj. Robiatul Adawiyah
31
Ida Farida
Guru
Guru
Kep. TU
Guru
Guru
Guru
Staf TU
S1
S1
A.Ma
S1
S1
S1
S1
Guru
S1
Matematika
Biologi
PKn
Akhlak
Qur'an Hadits
Bahasa
Indonesia
17 Juli 1994
18 Juli 1986
17 Juli 1990
17 Juli 2007
18 Juli 2007
17 Juli 2000
17 Desember 2008
20 Januari 2010
Dari tabel diatas dapat diuraikan, bahwa guru MTs Annida
Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara berjumlah 28 orang dengan
perincian pendidikan terakhir S1 sebanyak 22 orang dan D III 6 orang.
Sedangkan untuk karyawan sebanyak 3 orang dengan perincian
pendidikan terakhir S1 sebanyak 2 orang dan D III 1 orang.5
b. Data Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010
Tabel 8
Data Siswa MTs Annida Al-Islamy RB6
Tahun Pelajaran 2009-2010
Kelas
Keterangan
L
P
Jumlah
I
47
46
93
II
62
45
107
III
58
71
129
Jumlah
167
162
329
c. Tanah dan Bangunan
d.1 Tanah
Luas Tanah
a. Fasilitas Bangunan
b. Lapangan Upacara
c. Kebun Penghijauan
d. Lapangan Olah Raga
e. Parkiran
d.2. Bangunan
a. Gedung
5
6
: 2.445 M²
: 1.498 M²
: 146 M²
: 42 M²
: 472 M²
: 40 M²
: 2 Lantai
Hasil wawancara dengan Kepala MTs…, Tanggal 10 Februari 2010
Terlampir
61
b. Laboratorium
c. Masjid
: 96 M²
: 150 M²
Dari uraian data diatas, bahwa MTs Annida Al-Islamy
Rawa Bugel Bekasi Utara berdiri diatas tanah adat dengan nama wakaf
Radhatullah Islam dan bantuan-bantuan dari pemerintah dan swasta
dalam pengembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar
mengajar.
Tabel 9
Keadaan Ruangan MTs Annida Al-Islamy RB
No.
Peruntukan
Jumlah
1
Ruang Kepala Madrasah
1
2
Ruang Wakil Kepala Madrasah
1
3
Ruang Guru
1
4
Ruang Tata Usaha
1
5
Ruang Bimbingan dan
Penyuluhan
1
6
Ruang Belajar
9
7
Ruang Laboratorium Bahasa
1
8
Ruang Praktek Komputer
1
9
Ruang Perpustakaan
1
10
Ruang Koperasi
1
11
Masjid
1
12
Ruang Gudang
1
13
Pos Penjaga Madrasah
1
14
WC Guru
2
15
WC Siswa
2
16
Dapur
1
Dari uraian tabel keadaan ruangan MTs Annida Al-Islamy
Rawa Bugel Bekasi Utara di atas, bahwa masih banyak saran
penunjang yang belum ada diantaranya lab. IPA, yang saat ini dalam
tahap pembangunan dsb.
62
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket yang
diberikan kepada siswa, kemudian dat tersebut diolah dalam bentuk
tabel deskriptif persentase.
Data hasil Kompetensi Profesional Guru variabel X dan
Efektivitas Proses Pembelajaran variabel Y yang telah diperoleh
melalui angket dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a. Kompetensi Profesional Guru
Tabel 10
Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pelajaran yang diajarkan
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Selalu
9
56,25 %
2
Sering
5
31,25 %
3
Kadang-kadang
2
12,5 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Dari total responden (16 orang) yang menjawab bahwa materi
yang diberikan oleh guru selalu dipahami 9 orang (56,25 %)
responden. Yang menjawab sering sebanyak 5 orang (31,25 %).
Demikian halnya responden yang menjawab kadang-kadang, yaitu
sebanyak 2 orang (12,5 %). Dan responden yang menjawab tidak
pernah paham akan materi yang diajarkan itu tidak ada. Dengan
demikian, materi atau pokok bahasan pada setiap pelajaran yang
diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa dan mengindikasikan
bahwa guru tersebut sangat menguasai materi pelajaran.
63
Tabel 11
Penguasaan Guru Terhadap pertanyaan yang diajukan oleh Siswa
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Selalu
6
37,5 %
2
Sering
6
37,5 %
3
Kadang-kadang
4
25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Dengan memperhatikan tabel di atas, dapat diketahui bahwa
hanya 6 responden (37,5 %) yang menjawab bahwa guru selalu
menguasai jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
Sedangkan yang menjawab sering itu sebanyak 6 orang (37,5 %). Dan
hanya 4 (25 %) responden yang menjawab kadang-kadang. Adapun
responden yang menjawab tidak pernah itu tidak ada. Hal ini
mengindikasikan bahwa guru sangat mengusai materi
dan dapat
memberikan pemahaman lebih atas jawaban –jawaban pertanyaan
yang diajukan oleh siswa.
Tabel 12
Pemberitahuan tentang Indikator (TIK) dari Materi Pelajaran
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Selalu
2
12,5 %
2
Sering
4
25 %
3
Kadang-kadang
10
62,5 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Mengenai pemberitahuan Indikator Pembelajaran (TIK) oleh
guru sebelum memulai pelajaran, hanya 2 orang (12,5 %) yang
menjawab selalu. 4 orang (25 %) menjawab sering, dan kadang-kadang
sebanyak 10 orang (62,5 %). Adapun responden yang menjawab tidak
64
pernah tidak ada. Dengan demikian, setiap materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa sehingga siswa dapat
mengetahui tujuan mempelajari meteri pelajaran tersebut.
Tabel 13
Menggunakan Metode Kombinasi
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
6
37,5 %
2
Sering
6
37,5 %
3
Kadang-kadang
4
25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Berdasrkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada
responden yang menjawab tidak pernah ada metode kombinasi (seperti
ceramah, latihan, pemberian tugas, demonstrasi, dan lain-lain) yang
digunakan oleh guru dalam menyajikan materi pelajaran. Adapun
responden yang menjawab selalu ada penggunaan metode kombinasi
itu hanya 6 orang (37,5 %) dan yang menjawab sering sebanyak 6
orang (37,5 %). Sedangkan yang lainnya, 4 orang (25 %) responden
menjawab kadang-kadang. Hal ini membuktikan bahwa guru sangat
cukup kreatif dalam mengkombinasikan macam-macam metode
belajar sehingga siswa tidak merasa bosan dengan matei yang
diajarkan.
65
Tabel 14
Pemberian Teguran kepada siswa yang Mengganggu PBM
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
6
37,5 %
2
Sering
5
31,25 %
3
Kadang-kadang
4
25 %
4
Tidak pernah
1
6,25 %
Jumlah
16
100 %
Tabel di atas menyatakan bahwa guru cukup tegas dalam
menindak siswa, dengan memberikan teguran, yang mengganggu
aktivitas pembelajaran. Hal ini berdasarkan jawaban responden yang
menjawab selalu sebanyak 6 orang (37,5 %), sering sebanyak 5 orang
(31,25 %), dan kadang-kadang sebanyak 4 orang (25 %). Sedangkan
responden yang menjawab tidak pernah 1 orang (6,25 %).
No
Tabel 15
Guru Mengatur Murid dalam Kelas
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
5
31,25 %
2
Sering
2
12,5 %
3
Kadang-kadang
9
56,25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Mengenai pengaturan guru terhadap siswanya di dalam kelas,
hanya 5 responden (31,25 %) yang menjawab selalu, 2 responden (12,5
%) menjawab sering, 9 responden (56,25 %) menjawab kadangkadang, dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian, guru cukup perhatian dan disiplin dalam mengelola kelas.
66
Tabel 16
Ketegasan dalam Menghukum Siswa yang Melanggar
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
1
6,25 %
2
Sering
-
-
3
Kadang-kadang
9
56,25 %
4
Tidak pernah
6
37,5 %
Jumlah
16
100 %
Pada tabel di atas diketahui, bahwa hanya 1 responden (6,25
%) yang menjawab bahwa guru selalu memberi sangsi terhadap siswa
yang melanggar peraturan, seperti memberikan tugas tambahan.
Adapun responden yang menjawab sering itu tidak ada. Sedangkan
responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 9 orang (56,25 %)
dan yang lainnya sebanyak 6 responden menjawab tidak pernah.
Meskipun ada sebagian kecil responden (6,25 %) yang menjawab
bahwa guru selalu tegas dalam memberi sangsi, tetapi bila dilihat dari
jawaban responden lainnya (56,25 %), maka hal ini membuktikan
bahwa guru cukup tegas dalam menindak siswa yang tidak berdisiplin.
No
Tabel 17
Menganjurkan Menggunakan Buku Penunjang
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
5
31,25 %
2
Sering
2
12,5 %
3
Kadang-kadang
8
50 %
4
Tidak pernah
1
6,25 %
Jumlah
16
100 %
Tabel di atas menjelaskan, bahwa responden sebanyak 5
orang (31,25 %) menjawab guru selalu menggunakan buku penunjang,
selain buku paket, dalam menyampaikan materi pelajaran. Responden
yang menjawab sering hanya berjumlah 2 orang (12,5 %) dan 8 orang
(50 %) yang menjawab kadang-kadang. Sedangkan yang lainnya, 1
67
responden (6, 25 %), menjawab tidak pernah. Hal ini membuktikan
bahwa guru sedikit kurang memberikan perhatian kepada siswa untuk
menggunakan buku selain buku paket dalam proses pembelajaran.
Tabel 18
Penggunaan Media yang relevan dengan Materi Pelajaran
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
10
62,5 %
2
Sering
2
12,5 %
3
Kadang-kadang
4
25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Dalam menyajikan materi, guru sangat kreatif dalam
menggunakan media guna memudahkan siswa dalam menerima
pelajaran, sebagaimana dilihat dari jawaban responden sebanyak 10
orang (62,5 %). Responden yang menjawab sering sebanyak 2 orang
(12,5 %) dan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 4 (25 %).
Sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada.
Tabel 19
Memberikan Pujian kepada Siswa yang hasil Tesnya Baik
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
4
25 %
2
Sering
3
18,75 %
3
Kadang-kadang
9
56,25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, 4 responden (25 %) menjawab
bahwa guru selalu memuji siswa yang berprestasi baik, 3 responden
(18,75 %) menjawab sering, 9 responden (56,25 %) kadang-kadang,
dan sisanya tidak ada yang menjawab tidak pernah. Dengan demkian,
guru tersebut sedikit perhatian dalam memotivasi siswa, dengan
68
memberikan pujian kepadanya, sehingga ia dapat lebih giat lagi untuk
belajar.
No
Tabel 20
Pemberian Motivasi kepada Siswa
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
10
62,5 %
2
Sering
5
31,25 %
3
Kadang-kadang
1
6,25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, guru sangat perhatian dalam
memotivasi siswa agar lebih giat belajar berdasarkan responden 10
(62,5 %) yang menjawab selalu. Dan 5 responden (31,25 %) menjawab
sering, 1 responden (6,25 %) kadang-kadang, dan responden pun yang
menjawab tidak pernah. tidak ada seorang.
Tabel 21
Mengadakan Komunikasi Khusus kepada Siswa yang Kurang Mengerti
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
3
18,75 %
2
Sering
4
25 %
3
Kadang-kadang
9
56,25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, guru kurang perhatian dalam
menjelaskan kembali materi yang kurang dimengerti oleh siswa. Hal
ini berdasarkan jawaban responden, yaitu 3 (18,75 %). Responden
yang menjawab sering sebanyak 4 orang (25 %) , kadang-kadang
sebanyak 9 orang (56,25 %), dan tidak ada responden yang menjawab
tidak pernah. Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa guru
69
kurang memperhatikan siswa yang kurang mengerti dalam memahami
materi pelajaran.
Tabel 22
Pemahaman Siswa terhadap Soal-soal Ujian
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
No
1
Selalu
10
62,5 %
2
Sering
2
12,5 %
3
Kadang-kadang
3
13,75 %
4
Tidak pernah
1
6,25 %
Jumlah
16
100 %
Tabel di atas menjelaskan, bahwa responden sebanyak 10
orang (62,5 %) menjawab bahwa siswa selalu memahami soal-soal
ulangan dan ujian. Responden yang menjawab sering hanya berjumlah
2 orang (12,5 %) dan 3 orang (13,75 %) yang menjawab kadangkadang. Sedangkan yang menjawab tidak pernah 1 orang (6,25 %)
responden. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kebanyakan
siswa dapat memahami butir-butir soal, baik ulangan maupun ujian,
yang mungkin disebabkan oleh giatnya minat belajar siswa.
Tabel 23
Pemberian Kesempatan Remedial bagi siswa yang Nilainya Rendah
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
12
75
2
Sering
2
12,5 %
3
Kadang-kadang
2
12,5 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Ketika seorang siswa mendapat nilai ulangan yang rendah,
guru
selalu
memberikan
kesempatan
kepadanya
untuk
memperbaikinya dengan memberikan remedial seperti memberikan
tugas, hal ini berdasarkan jawaban responden, yaitu 12 responden (75
70
%) . responden yang menjawab sering sebanyak 2 orang (12,5 %),
kadang-kadang sebanyak 2 orang (12,5 %), dan tidak seorang
responden pun yang menjawab tidak pernah ada pemberian remedial.
Hal ini membuktikan, bahwa guru sangat perhatian terhadap nilai
siswa yang dengannya ia lebih giat dan tekun lagi dalam belajar
sehingga ia berkesempatan untuk memperbaiki nilainya.
No
Tabel 24
Memberikan Saran tentang Tugas
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
4
25 %
2
Sering
2
12,5 %
3
Kadang-kadang
9
56,25 %
4
Tidak pernah
1
6,25 %
Jumlah
16
100 %
Berdasarkan tabel di atas, 4 responden (25 %) menjawab
bahwa guru selalu menyarankan siswa agar mengerjakan tugas yang
telah diberikan, 2 responden (12,5 %) menjawab sering, 9 responden
(56,25 %) menjawab kadang-kadang, dan hanya 1 responden (6,25 %)
yang menjawab tidak pernah ada saran. Dengan demikian, guru kurang
profesional dalam meningkatkan efektivitas belajar siswa agar lebih
memahami pelajaran.
71
b. Efektivitas Proses Pembelajaran
No
Tabel 25
Pemanfaatan Jam Belajar di Kelas
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
5
31,25 %
2
Sering
9
56,25 %
3
Kadang-kadang
2
12,5 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas, kemampuan guru dalam memanfaatkan
jam belajar dengan baik, dalam hal ini berdasarkan jawaban responden,
yaitu 5 responden (31,25 %) yang menjawab selalu, responden yang
menjawab sering sebanyak 9 (56,25 %), kadang-kadang 2 orang (12,5
%), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Dengan
demikian dapat dikemukakan, bahwa guru cukup memperhatikan
waktunya dalam memanfaatkan jam belajar dengan baik.
No
Tabel 26
Membuat suasana belajar Kondusif dan Menyenangkan
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
7
43,75 %
2
Sering
5
31,25 %
3
Kadang-kadang
4
25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Ketika proses pembelajaran berlangsung guru selalu dapat
mengkondusifkan suasana belajar dan menyenangkan, hal ini
berdasarkan jawaban responden, yaitu 7 responden (43,75 %).
Responden yang menjawab sering sebanyak 5 orang (31, 25%),
kadang-kadang sebanyak 4 orang (25 %), sedangkan yang menjawab
tidak pernah itu tidak ada. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa
72
guru sangat mengefektifkan suasana belajar dengan memperhatikan
siswa-siswanya.
No
Tabel 27
Masuk Kelas dengan Tepat Waktu
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
9
56,25 %
2
Sering
3
18,75 %
3
Kadang-kadang
4
25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Guru adalah orang yang digugu dan ditiru, dalam mengajar
guru harus selalu tepat waktu, sebagai mana jawaban responden 9
orang (56,25 %), yang menjawab sering sebanyak 3 responden (18,75
%), kadang-kadang 4 orang (25 %), dan yang menjawab tidak pernah
itu tidak ada. Dengan demikian, sebagai seorang guru harus dapat
menjadi contoh bagi siswanya dengan selalu datang tepat waktu saat
mengajar.
No
Tabel 28
Memberikan Giliran Siswa dalam Bertanya
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
8
50 %
2
Sering
3
18,75 %
3
Kadang-kadang
2
12,5 %
4
Tidak pernah
3
18,75 %
Jumlah
16
100 %
Dari tabel di atas menyatakan bahwa guru selalu memberikan
giliran pada siswanya dalam bertanya, berdasarkan jawaban responden
8 (50 %), sering sebanyak 3 responden (18,75 %), kadang-kadang 2
orang (12,5 %), sedangkan responden yang menjawab tidak pernah 3
73
(18,75 %). Dengan demikian, bahwa seorang guru harus dapat berlaku
adil dalam mengajar dan tidak berlaku diskriminatif.
Tabel 29
Menjawab Pertanyaan Siswa dengan Jelas dan Singkat
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
4
25 %
2
Sering
-
-
3
Kadang-kadang
9
56,25 %
4
Tidak pernah
3
18,75 %
Jumlah
16
100 %
Pada tabel di atas diketahui, bahwa hanya 4 responden (25 %)
yang menjawab bahwa guru selalu memjawab pertanyaan siswa
dengan jelas dan singkat. Adapun responden yang menjawab sering itu
tidak ada. Sedangkan responden yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 9 orang (56,25 %) dan yang lainnya sebanyak 3 responden
menjawab tidak pernah. Meskipun ada sebagian kecil responden (25
%) yang menjawab bahwa guru selalu menjawab pertanyaan siswa,
tetapi bila dilihat dari jawaban responden lainnya (56,25 %) maka ini
membuktikan bahwa guru harus lebih meningkatkan responnya dalam
menjawab pertanyaan siswa.
Tabel 30
Guru Memberikan Acuan pada Siswa untuk Bertanya
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
7
43,75 %
2
Sering
6
37,5 %
3
Kadang-kadang
3
18,75 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Dalam proses pembelajaran, guru sangat aktif dalam
memberikan acuan pada siswa untuk bertanya guna memotivasi siswa
74
dalam memahami pelajaran, sebagaimana dilihat dari jawaban
responden sebanyak 7 orang (43,75 %), responden yang menjawab
sering sebanyak 6 orang (37,5 %) dan yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 3 orang (18,75 %). Sedangkan yang menjawab tidak pernah
itu tidak ada.
Tabel 31
Menghubungkan Materi Pelajaran dengan Pengalaman
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
14
87,5 %
2
Sering
2
12,5 %
3
Kadang-kadang
-
-
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Dalam menyajikan materi, guru sangat kreatif dalam
menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman yang ada guna
memberikan pelajaran yang sesuai dengan kenyataan, sebagaimana
dilihat dari jawaban responden sebanyak 14 orang (87,5 %).
Responden yang menjawab sering sebanyak 2 orang (12.5 %) dan yang
menjawab kadang-kadang tidak ada, yang menjawab tidak pernah pun
tidak ada.
No
Tabel 32
Menghubungkan Konsep antar Mata Pelajaran
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
5
31,25 %
2
Sering
2
12,5 %
3
Kadang-kadang
9
56,25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Dalam menyajikan materi, guru kurang kreatif dalam
menghubungkan konsep antar mata pelajaran guna memudahkan siswa
75
dalam memahami pelajaran, sebagaimana dilihat dari jawaban
responden sebanyak 9 orang (56,25 %). Responden yang menjawab
sering sebanyak 2 orang (12,5 %) dan yang menjawab selalu sebanyak
5 orang (31,25). Sedangkan yang menjawab tidak pernah itu tidak ada.
No
Tabel 33
Menyimpulkan Pelajaran dengan Jelas
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
6
37,5 %
2
Sering
2
12,5 %
3
Kadang-kadang
8
50 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, guru kurang perhatian dalam
memberikan kesimpulan mata pelajaran yang di pelajari berdasarkan
responden (37,5 %) yang menjawab selalu. Dan 2 responden (12,5 %)
menjawab sering, 8 responden (50 %) menjawab kadang-kadang, dan
tidak ada seorang responden pun yang menjawab tidak pernah.
Tabel 34
Menyesuaikan Media Pembelajaran dengan tujuan Materi Pelajaran
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
8
50 %
2
Sering
5
31,25 %
3
Kadang-kadang
3
18,75 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Pada tabel di atas diketahui, bahwa hanya 8 responden (50 %)
yang menjawab bahwa guru selalu menyesuaikan media pembelajaran
dengan tujuan materi pelajaran, dengan membuat metode yang efektif.
Adapun responden yang menjawab sering itu sebanyak 5 orang (31,25
%). Sedangkan responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 3
orang (18,75 %) dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah.
76
No
Tabel 35
Menguasai Bahan Pengajaran
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Selalu
9
56,25 %
2
Sering
6
37,5 %
3
Kadang-kadang
1
6,25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Tabel di atas menjelaskan, bahwa responden sebanyak 9
orang (56,25 %) menjawab guru selalu menguasai bahan pengajaran
dengan baik. Responden yang menjawab sering berjumlah 5 orang (37,5
%) dan 1 orang (6,25 %) yang menjawab kadang-kadang. Sedangkan
yang menjawab tidak pernah itu tidak ada. Hal ini membuktikan bahwa
guru sangat memberikan perhatian kepada siswa dengan menguasai
bahan pengajaran agar siswa dapat mengerti apa yang telah diajarkan.
Tabel 36
Menyediakan Media Pembelajaran yang Sesuai dengan Kondisi Siswa
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
8
50 %
2
Sering
5
31,25 %
3
Kadang-kadang
3
18,75 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, 8 responden (50 %) menjawab
bahwa guru selalu memberikan media pembelajaran yang sesuai dengan
keadaan siswanya, 5 responden (31,25 %) menjawab sering, 3 responden
(18,75 %) kadang-kadang, dan yang menjawab tidak pernah itu tida ada.
77
No
Tabel 37
Membuat Metode Pembelajaran dengan Kreatif
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
11
68,75 %
2
Sering
5
31,25 %
3
Kadang-kadang
-
-
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Dengan memperhatikan tabel di atas, dapat diketahui bahwa
guru selalu memberikan metode yang kreatif, berdasarkan jawaban 11
responden (68,75 %). Sedangkan yang menjawab sering itu sebanyak 5
responden (31,25 %). Dan yang menjawab kadang-kadang dan tidak
pernah itu tidak ada. Hal ini mengindikasikan bahwa guru sangat
profesional dalam mengembangkan metode pembelajaran.
No
Tabel 38
Menciptakan Media Pembelajaran yang Efektif
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
4
25 %
2
Sering
6
37,5 %
3
Kadang-kadang
6
37,5 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Dari total responden (16 orang) yang menjawab bahwa media
pembelajaran yang diberika oleh guru selalu efektif hanya 4 orang (25
%) responden. Yang menjawab sering sebanyak 6 orang (37,5 %).
Demikian halnya responden yang menjawab kadang-kadang, yaitu
sebanyak 6 orang (73,5 %). Dan responden yang menjawab tidak pernah
guru memberikan media pembelajaran yang efektif itu tidak ada. Dengan
demikian, media pembelajaran yang dibuat guru kurang efektif dan
mengindikasikan bahwa guru tersebut kurang menguasai pembuatan
media yang efektif.
78
No
Tabel 39
Tidak Mengambil Keuntungan dari Siswa
Alternatif Jawaban
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Selalu
5
31,25 %
2
Sering
6
37,5 %
3
Kadang-kadang
5
31,25 %
4
Tidak pernah
-
-
16
100 %
Jumlah
Dengan memperhatikan tabel di atas, dapat diketahui bahwa
hanya 5 responden (31,25 %) yang menjawab bahwa guru selalu
mengambil keuntungan dari siswa. Sedangkan yang menjawab sering itu
sebanyak 6 orang (37,5 %). Dan 5 responden (31,25 %) yang menjawab
kadang-kadang. Adapun responden yang menjawab tidak pernah itu
tidak ada.
79
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa/i MTs
Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara, maka dapat dikumpulkan
dua kelompok nilai yaitu Kompetensi Profesinal Guru (X) dan
Efektivitas Proses Pembelajaran (Y). Data tersebut dapat disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 40
Skor Angket Kompetensi Profesional Guru
Butir Pernyataan
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah
1
4 2 2 4 4 2 2 4 4
2
4
2
2
2
2
42
2
4 4 2 3 4 2 2 2 3
3
3
3
3
2
3
43
3
4 2 2 3 2 4 2 4 4
4
4
2
2
2
4
45
4
3 2 2 2 4 3 2 3 2
2
2
2
2
3
2
36
5
4 4 2 4 2 2 1 2 4
4
4
2
2
2
2
41
6
4 4 2 2 2 2 2 2 4
2
4
2
2
2
2
38
7
4 2 2 2 3 3 2 3 2
2
4
2
4
2
2
39
8
3 3 2 2 3 2 1 2 3
2
3
2
2
2
2
34
9
3 3 2 3 3 4 2 4 4
2
4
4
4
4
2
48
10
2 3 3 4 3 2 2 2 2
3
4
2
2
2
4
40
11
4 4 4 4 4 4 1 2 4
2
3
3
2
2
2
45
12
4 3 3 4 4 2 2 2 4
4
4
2
2
2
4
46
13
2 4 3 3 1 2 1 2 2
2
3
3
2
2
2
34
14
3 3 3 3 2 2 1 4 4
3
3
3
1
2
1
38
15
3 3 2 3 3 4 1 4 4
2
4
4
3
3
3
46
16
4 4 4 4 4 4 4 1 4
4
4
4
4
4
4
57
80
Tabel 41
Skor Efektivitas Proses Pembelajaran
Butir Pernyataan
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah
1
3 3 4 4 2 4 3 4 4
2
2
2
4
3
4
48
2
4 4 4 2 2 4 4 3 4
2
4
3
4
4
4
52
3
3 2 4 1 2 4 4 2 2
2
4
4
4
3
2
43
4
3 3 3 1 1 4 4 2 3
3
3
3
3
3
3
42
5
4 4 4 2 2 2 4 2 4
2
4
2
4
4
4
48
6
2 4 4 4 4 2 4 4 4
4
4
3
4
2
2
51
7
3 4 2 4 2 2 4 2 2
2
4
2
3
2
3
41
8
3 3 3 3 1 3 4 2 3
3
3
3
3
3
3
43
9
3 4 4 4 4 3 4 2 4
3
4
2
3
2
4
50
10
4 4 4 4 4 3 3 2 2
4
3
2
3
3
2
47
11
3 3 3 4 2 3 4 3 2
2
4
2
4
2
2
43
12
4 2 2 4 4 3 4 2 2
2
4
4
4
4
2
47
13
3 2 2 3 2 4 4 2 2
3
3
2
4
2
3
41
14
2 2 2 1 1 4 4 4 2
2
3
2
4
2
3
38
15
3 3 4 3 2 3 4 4 2
3
3
3
4
4
3
49
16
4 4 4 4 2 4 4 4 4
4
4
4
4
3
4
57
81
Tabel 42
Data Variabel Kompetensi Profesional Guru (X) dan Efektivitas Proses
Pembelajaran (Y)
No
X
Y
1
42
48
2
43
52
3
45
43
4
36
42
5
41
48
6
38
51
7
39
41
8
34
43
9
48
50
10
40
47
11
45
43
12
46
47
13
34
41
14
38
38
15
46
48
16
57
57
Jumlah
672
739
Berdasarkan
pada
tabel
diperoleh
skor
kompetensi
profesional guru variabel (X) 672 dan efektivitas proses pembelajaran
variabel (Y) 739.
82
C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
product moment. Rumus ini digunakan untuk mencari koefisien korelasi
antara dua variabel, yaitu variabel X sebagai variabel bebas (kompetensi
profesional guru), sedangkan variabel Y sebagai variabel terikat
(efektivitas proses pembelajaran), sebagai berikut:
Tabel 43
Mencari Koefisien Korelasi Antara Kompetensi Profesional Guru dengan
Efektivitas Proses Pembelajaran
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
N=16
X
42
43
45
36
41
38
39
34
48
40
45
46
34
38
46
57
672
Y
48
52
43
42
48
51
41
43
50
47
43
47
41
38
48
57
739
XY
2016
2236
1935
1512
1968
1938
1599
1462
2400
1880
1935
2162
1394
1444
2208
3249
31338
X²
1764
1849
2025
1296
1681
1444
1521
1156
2304
1600
2025
2116
1156
1444
2116
3249
28746
Y²
2304
2704
1849
1764
2304
2601
1681
1849
2500
2209
1849
2209
1681
1444
2304
3249
34501
Dari perhitungan di atas, maka diketahui nilai-nilai sebagai berikut:
N= 16
∑X
∑Y
∑XY
∑X²
∑Y²
= 672
= 739
= 31338
= 28746
= 34501
83
Kemudian nilai-nilai yang didapat dimasukan ke dalam
rumus product Moment sebagai berikut:
N XY- ( X) (Y)
rxy =
√ [(N ∑X² - ∑X²)] [(N ∑Y² (Y²)]
16.31338– (672) (739)
=
√[(16.28746 – (672)²] [(16.34501 – (739)²]
501408 – 496608
=
√[(459936– (451584)] [(552016 – (546121)]
4800
=
√
[(8352) . (5895)]
4800
=
√
49235040
4800
=
7016.768487
= 0,684075583
= 0,68
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh hasil nilai
hitung 0,68. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi di atas, terlihat
bahwa
kompetensi
profesional
guru
dengan
efektivitas
proses
pembelajaran terdapat hubungan positif yang signifikan. Angka indeks
korelasinya sebesar 0,68.
84
Untuk menentukan tingkat korelasi tersebut Anas Sudjono
membagi kriteria korelasi koefisien besar “r”, sebagai berikut:
Besarnya “r” product
moment
Interpretasi
0,00-0,20
Antara Variabel X dan Variabel Y memang
terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu
sangat lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan dianggap tidak ada
0,20-0,40
0,40-0,70
korelasi antara Variabel X dan Variabel Y.
Antara Vriabel X dan Variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah.
0,70-0,90
Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
0,90-1,00
Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau tinggi
Sedangkan pemberian interpretasi terhadap angka indeks
korelasi “r” product moment dengan cara menghubungkan pada tabel
nilai “r” product moment, lebih dahulu harus di rumuskan hipotesa
alternatif (Ha) dengan hipotesa nihil atau hipotesa nol (Ho) sebagai
berikut:
Hipotesa alternatif (Ha)
= Terdapat hubungan positif yang
signifikan antara variabel Kompetensi
Profesional Guru dengan Efektivitas
Proses Pembelajaran.
Hipotesa nol (Ho)
= Tidak ada hubungan yang positif yang
signifikan antara variabel Kompetensi
Profesional Guru dengan Efektivitas
Proses Pembelajaran.
85
Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan, bahwa nilai
korelasi sebesar 0,68 termasuk pada katagori adanya korelasi yang
sedang atau cukup. Dengan kata lain terdapat korelasi positif yang
signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses
pembelajaran di MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.
Dari perhitungan statistik, hasil pengujian hipotesa tersebut
diperoleh nilai “r” sebesar 0,68 sedang pada r tabel degree of freedom
(df) sebesar 14, maka taraf signifikan 5% adalah 0,497 dan taraf
signifikan 1% sebesar 0,623. ini berarti r tabel lebih kecil dari r hitung.
Dengan demikian hasilnya menerima hipotesa alternatif serta menolak
hipotesa nol sehingga terdapat hubungan positif yang signifikan antara
kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran.
Demikianlah hasil dari penghitungan antara varibel X yaitu
kompetensi profesional guru dengan variabel Y yaitu efektivitas proses
pembelajaran. Yang mana kedua variabel ini saling berhubungan,
dengan maksud bahwa kompetensi profesional seorang guru sangat
menentukan akan proses pembelajaran di kelas dengan menciptakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sehingga
diharapkan siswa dapat belajar dengan suasana yang kondusif dan tanpa
beban dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di MTs Annida AlIslamy Rawa Bugel Bekasi Utara tentang hubungan kompetensi profesional
guru dengan efektivitas proses pembelajaran, mengantarkan penulis pada
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa Kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang dimiliki
oleh guru berhubungan langsung dalam pelaksanaan utama tugas
keguruannya sebagai pengajar dan pendidik, yang mana guru harus
menguasai bahan ajar, mengelola program pembelajaran, mengelola
kelas, menggunakan media dan sumber dalam proses pembelajaran,
menguasai landasan-landasan pendidikan, mengelola interaksi belajarmengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran,
mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan di sekolah,
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran.
2. Berdasarkan hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara kompetensi profesional guru
dengan efektivitas poses pembelajaran. Hubungan positif yang
signifikan dalam artian seorang guru profesional harus memberikan
86
87
kontribusi dengan menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan di dalam kelas.
3. Berdasarkan obervasi dan penelitian penulis di MTs Annida Al-Islamy
Rawa Bugel Bekasi Utara. Sekolah perlu meningkatkan kompetensi
para gurunya dengan mengikuti atau menyelenggarakan berbagai
kegiatan kependidikan di dalam maupun luar sekolah, agar kinerja
guru dalam proses pembelajaran di kelas lebih berkualitas dengan
memfaatkan segala media yang ada di sekolah dan dapat memacu
siswanya agar lebih aktif dalam belajar
4. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa r = 0,68 yaitu berada pada
kriteria 0,40 – 0,70 yang berarti korelasi yang sedang atau cukup.
Dengan demikian ada korelasi positif yang signifikan antara
kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran.
Namun demikian masih terdapatnya kecenderungan kompetensi
profesional guru yang kurang atau lemah dalam berbagai aspek
diantaranya adalah dalam kegiatan pembelajaran, menciptakan iklim
kelas yang kondusif, dalam mengajarkan materi pembelajaran, dalam
memberdayakan media pendidikan, dalam meningkatkan keterampilan
siswa, mengharuskan siswa membuat tugas, dalam menyediakan alat
Bantu/media, dalam mengatur siswa, membimbing siswa yang
bermasalah dalam belajar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa
saran yang kiranya dapat dijadikan sebagai masukan, antara lain:
1. Guru hendaknya dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengajar dan
pendidik tidak bertujuan untuk mencari-cari kesalahan para siswanya,
tetapi dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pembelajaran
harus menjadi tenaga pendidik yang profesional dengan menciptakan
pembelajaran yang kondusif.
88
2. Para guru hendaknya selalu melaksanakan tugas atau kewajibannya
sebagai pendidik dengan profesional khususnya dalam proses
pembelajaran agar terciptanya suasana kelas yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan dan tercapainya tujuan pendidikan dengan baik.
Dengan kata lain, kepribadian dan ilmu pengetahuan yang dimiliki
seorang guru secara tidak langsung akan ditiru dan diteladani oleh
siswa.
3. Para siswa hendaknya jangan merasa takut apabila seorang guru
melakukan kegiatan bimbingan belajar, karena bimbingan belajar yang
dilaksanakan oleh guru bukanlah bertujuan mencari-cari kesalahan
akan tetapi itu sebagai langkah remedial terhadap segala materi
pelajaran yang mungkin kurang dipahami oleh siswa sehingga tidak
berakibat fatal pada prestasi belajarnya.
4. Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor sekolah
hendaknya selalu memberikan arahan serat bimbingan kepada guru
untuk
meningkatkan
kemampuan
dan
keterampilannya
guna
meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran.
5. Bagi orang tua hendaknya memberikan arahan dan motivasi kepada
anak-anaknya agar lebh giat dalam belajarnya, serta membimbing dan
mengawasi mereka dalam belajar.
6. Untuk siswa diharapkan lebih giat lagi dalam belajar agar nilai yang
diperoleh dapat meningkat dibandingkan nilai sebelumnya.
7. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan mampu
menciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Agama
Republik
Indonesia.,
Al-Qur’an
dan
Terjemahnya, (Bandung : Gema Risalah Press, 1992)
Hamidy, Zainuddin., dkk., Terjemah Shahih Bukhari, (Jakarta :
Wijaya Jakarta, 1992), cet. Ke-13
Sagala, Syaiful, Dr., M.Pd., H., Kemampuan profesional Guru dan
Tenaga Kepedidikan, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2009), cet. Ke-1
A. Pribadi, Benny, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta :
Penerbit Dian Rakyat, 2009), cet. Ke-1
Mulyasa, Enco, Dr., M.Pd., Menjadi Guru Profesional, (Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-8
Koran Jakarta., Lembar Rona “Membentuk Murid yang Lebih Pede”,
(Rabu 17 Maret 2010), Edisi. 628
Ahmadi, Abu, Drs., H., dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi
Belajar, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991 ), Cet. Ke-1
Arikunto, Suharsimi, Drs., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006 ), cet. Ke-13
Arikunto, Suharsimi, Drs., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Proses, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996 )
A. Samana, Drs., M.Pd., Profesionalisme Keguruan, ( Yogyakarta
Kanisius, 1994 ), cet. Ke-1
Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa , “Kamus Besar Bahasa Indonesia ,(Jakarta : Balai Pustaka, 1996),
cet. Ke-8
Sadhili, Hasan, “Ensiklopedi indonesia”, (Jakarta ; Ichtiar Baru Van
Hoeve), jilid 2
Handayaningrat, Suwarno, “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen”, (Jakarta : PT. I dayu Press 1990), cet. Ke-10
Eko Susilo, Madyo dan Kasihadi, R.B,. “Dasar-dasar Pendidikan”,
(Semarang : Effhar Offset, 1990), cet. Ke-1
89
90
Djamarah, Syaiful Bahri,. “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2002)
Daradjat, Dzakiah, Prof., Dr., Pendidikan Islam dalam Keluarga dan
Sekolah, ( Jakarta : CV. Ruhama, 1994 ), cet. Ke-1
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000 )
Namsa, Yunus, Drs., Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta
: Pustaka Firdaus, 2000 )
Ny. Roestiyah Nk, Dra., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, ( Jakarta
: Bina Aksara, 1989 )
Rasito, Hermawan., Pengantar Metodologi Penelitian, ( Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1992 )
Rasyad, Aminuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta :
Universitas Muhamadiyah Prof. Dr. Hamka, 2002 )
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 1996 ), cet. Ke-6
Sudjono, Anas, Prof., Drs., Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ), cet. Ke-15
Sujana, Nana., Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung :
CV. Sinar Baru, 1989 )
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2001 ), cet. Ke-10
Syah,
Muhibbin,
Drs.,
M.Ed.,
Psikologi
Pendidikan
suatu
Pendekatan Baru, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1996 ), cet. Ke-3
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003, ( Jakarta : Sinar
Grafika, 2006 ), cet. Ke-3
Mulyasa, E, Kurikulum BerbasisKompetensi, Konsep Karakteristik dan
Implementasi, (Bandung: Rhineka Cipta, 2002),
Gulo,
W,
Strategi
Widiasarana Indonesia, 2002),
Belajar
Mengajar,
(Jakarta:
Gramedia
91
Arikunto, Suharsimi., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta :
Bumi Aksara, 1999)
FITK UIN Jakarta., Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta : 2007)
Sanjaya, Wina., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Kencana,
2010), cet. Ke-2
Yamin, Martinis., Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta
: Gaung Persada Press, 2007), cet. Ke-2
Download