HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DENGAN EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI MTs. ANNIDA AL-ISLAMY RAWA BUGEL BEKASI UTARA Skripsi ini diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Oleh : AHMAD SIROJUDDIN 204011002677 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M ABSTRAK Ahmad Sirojuddin (204011002677) HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DENGAN EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI MTs. ANNIDA ALISLAMY RAWA BUGEL BEKASI UTARA. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analisis. Metode analisis yang digunakan adalah studi korelasional yaitu dengan penelaahan hubungan antara dua variabel. Yaitu Kompetensi Profesional Guru (X) Efektivitas Proses Pembelajaran (Y). Data diperoleh dari penyebaran angket, sedangkan untuk menunjang penelitian ini diperoleh melalui angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa/i MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara, kemudian data diolah dengan menggunakan rumus product moment. Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa rxy sebesar 0,684 sedangkan r tabel 0,497 pada N = 16, taraf signifikansi 5 % dan 0,623 pada N = 16, taraf signifikansi 1 %. hal ini berarti bahwa rxy atau “r” hitung lebih besar dari r tabel ( 0,684 > 0,497 dan 0,623). Maka Ho ditolak dan Ha diterima yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara. Dapat disimpulkan bahwa Terdapat kontribusi hubungan kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs Annida AlIslamy sebesar 41 %. Faktor keterkaitan yang diberikan dalam kategori sedang dan masih terdapat 59 % faktor-faktor lain yang memiliki keterkaitan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara. i KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, pertolongan, menganugerahkan tetesan ilmu, kesehatan dan kekuatan, dengan segala kepayahan dan kecemasan akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur ini dibarengi dengan selalu bermunajat kehadirat Allah SWT penulis berdo’a semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat pula mempersembahkan karya yang lebih baik di masa mendatang. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Amin. Penulis menyadari begitu tulisan ini selesai, seketika itu juga penulis menyadari sekaligus menemukan betapa banyak kekurangan yang ada sehingga harus diperbaiki dan ditulis ulang. Dan ketika perbaikan telah selesai, maka kekurangan yang lain muncul lagi. Hal ini merupakan ungkapan pengakuan dari kekurangan tulisan ini dan sekaligus permohonan maaf kalau tulisan ilmiah ini terlalu banyak kejanggalan, kedangkalan dan kesalahan analisis. Meski demikian penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, menyita waktu yang tidak sedikit untuk menyelesaikan skripsi ini. Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu saya merasa berhutang budi dan menyampaikan rasa terima kasih dan persembahan yang setinggi-tingginya antara lain kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. H. Faridal Arkam, M.Pd dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, pembimbing skripsi yang tak pernah bosan dalam mengarahkan penulisan skripsi ini. ii iii 4. Bapak H. Mutawakkil Alallah, S.Ag (Kepala MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara) dan Bapak Fahrurozi, yang telah mengizinkan dan meluangkan waktunya untuk penulis melakukan penelitian. 5. Ayahanda H. Ahmad Zuhdi dan Ibunda Hj. Kholilah yang selalu berjuang dan berusaha memberikan dukungan moril dan sprituil yang begitu sucinya, serta merekalah sumber motivasi bagi penulis dalam menjalani semua aktivitas, sehingga penulis dapat menyelesaikan semua program perkuliahan dengan baik. 6. Kakanda tercinta Aa Khoirul Anwar, S.Pd dan Imam Aspihani, terima kasih atas segala bantuan dan kesabarannya. 7. Adinda tercinta Neneng Fitriyanah, Abdul Hafidz dan Elida Zulfa, terima kasih atas motivasinya. 8. Sahabat-sahabatku Bajul Comunnity: Hariyanto dan keluarga, Dedi Sumarna, Yana Supriyatna, M. Fakih Assalaf dan Ahmad Fauzi. Mereka semua sahabat sejati yang seiring selaras dalam berbagai episode akademik, yang tak bosan-bosannya mengajak berdiskusi, curhat dan berkeluh kesah. 9. Teman-temanku Mahfud Fauzi, Syahri Setiawan dan keluarga, Susanto, Bambang Gunawan, Miftahur Rahmat, Habib Masturi, Suryadi diningrat dan Anggun Mukhlisin. Yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Terakhir sebagai insan akademik, merasa bangga dan senang apabila ada kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dari pada cerdik dan cendikia demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga karya ini bermanfaat. Jakarta, Maret 2011 Penulis Ahmad Sirojuddin DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6 D. Perumusan Masalah ......................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7 F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ..................................................................................... 8 1. Kompetensi Profesional Guru ...................................................... 8 Pengertian Kompetensi ................................................................ 8 Kompetensi Guru ......................................................................... 10 Pengertian Profesional ................................................................. 17 Profesional Guru .......................................................................... 21 2. Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 24 Pengertian Efektivitas .................................................................. 24 Pengertian Pembelajaran .............................................................. 25 a. Pengertian Belajar ............................................................. 28 b. Pengertian Mengajar ......................................................... 29 Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan .......................... 30 Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran .................. 32 Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 35 3. Hubungan Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran ................................................................................ 37 iv v B. Kerangka Berpikir ............................................................................ 41 C. Hipotesis ........................................................................................... 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 44 B. Variabel Penelitian ........................................................................... 44 C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 47 D. Tekhnik Pengumpulan Data ............................................................. 48 E. Tekhnik Analisa Data ....................................................................... 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara ..................................................................................... 55 1. Sejarah Berdirinya ........................................................................ 55 2. Struktur Organisasi ...................................................................... 57 3. Visi, Misi dan Tujuan ................................................................... 58 4. Pengadaan Sarana dan Prasarana; Tenaga Pendidikan dan Karyawan, Siswa, Tanah dan Bangunan ...................................... 59 a. Tenaga Pendidikan dan Karyawan ............................................ 59 b. Data Siswa ................................................................................ 60 c. Tanah dan Bangunan ................................................................. 60 B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ....................................................... 60 a. Kompetensi Profesional Guru ...................................................... 62 b. Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 71 C. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 80 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 86 B. Saran ................................................................................................. 87 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL Gambar. Mekanisme kerja sekolah sebagai sebuah system ............................... 40 Tabel 1 Variabel Penelitian ................................................................................ 45 Tabel 2 Pengambilan Sampel ............................................................................. 48 Tabel 3 Kisi – kisi Angket ................................................................................. 49 Tabel 4 Pengukuran secara Deskripsi ................................................................ 51 Tabel 5 Interpretasi Data .................................................................................... 53 Tabel 6 Struktur Organisasi MTs Annida Al-Islamy RB ................................... 57 Tabel 7 Keadaan Guru dan Karyawan MTs Annida Al-Islamy RB .................. 59 Tabel 8 Data Siswa MTs Annida Al-Islamy RB ................................................ 60 Tabel 9 Keadaan Ruangan MTs Annida Al-Islamy RB ..................................... 61 Tabel 10 Pemahaman Siswa tentang Materi yang diajarkan ............................ 62 Tabel 11 Penguasaan Guru dari pertanyaan yang diajukan oleh Siswa ............. 63 Tabel 12 Pemberitahuan tentang Indikator (TIK) dari Materi Pelajaran ........... 63 Tabel 13 Menggunakan Metode Kombinasi ...................................................... 64 Tabel 14 Pemberian Teguran kepada siswa yang Mengganggu PBM ............... 65 Tabel 15 Guru Mengatur Murid dalam Kelas .................................................... 65 Tabel 16 Ketegasan dalam Menghukum Siswa yang Melanggar ..................... 66 Tabel 17 Menganjurkan Menggunakan Buku Penunjang .................................. 66 Tabel 18 Penggunaan Media yang relevan dengan Materi Pelajaran ................ 67 Tabel 19 Memberikan Pujian kepada Siswa yang hasil Tesnya Baik ................ 67 Tabel 20 Pemberian Motivasi kepada Siswa ..................................................... 68 Tabel 21 Mengadakan Komunikasi Khusus kepada Siswa yang Kurang Mengerti ................................................................................. 68 Tabel 22 Pemahaman Siswa terhadap Soal-soal Ujian ...................................... 69 Tabel 23 Pemberian Kesempatan Remedial bagi siswa yang Nilainya Rendah 69 vi vii Tabel 24 Memberikan Saran tentang Tugas ....................................................... 70 Tabel 25 Pemanfaatan Jam Belajar di Kelas ...................................................... 71 Tabel 26 Membuat suasana belajar Kondusif dan Menyenangkan .................... 71 Tabel 27 Masuk Kelas dengan Tepat Waktu ..................................................... 72 Tabel 28 Memberikan Giliran Siswa dalam Bertanya ....................................... 72 Tabel 29 Menjawab Pertanyaan Siswa dengan Jelas dan Singkat ..................... 73 Tabel 30 Guru Memberikan Acuan pada Siswa untuk Bertanya ....................... 73 Tabel 31 Menghubungkan Materi Pelajaran dengan Pengalaman ..................... 74 Tabel 32 Menghubungkan Konsep antar Mata Pelajaran .................................. 74 Tabel 33 Menyimpulkan Pelajaran dengan Jelas ............................................... 75 Tabel 34 Menyesuaikan Media Pembelajaran dengan tujuan Materi Pelajaran .................................................................................. 75 Tabel 35 Menguasai Bahan Pengajaran ............................................................. 76 Tabel 36 Menyediakan Media Pembelajaran yang Sesuai dengan Kondisi Siswa ..................................................................................... 76 Tabel 37 Membuat Metode Pembelajaran dengan Kreatif ................................ 77 Tabel 38 Menciptakan Media Pembelajaran yang Efektif ................................. 77 Tabel 39 Tidak Mengambil Keuntungan dari Siswa .......................................... 78 Tabel 40 Skor Angket Kompetensi Profesional Guru ........................................ 79 Tabel 41 Skor Efektivitas Proses Pembelajaran ................................................. 80 Tabel 42 Data Variabel Kompetensi Profesional Guru (X) dan Efektivitas Proses Pembelajaran (Y) .................................................. 81 Tabel 43 Mencari Koefisien Korelasi Antara Kompetensi Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran ............................................. 82 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1 Keberhasilan pendidikan sekolah ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar-mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar-mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga harus membuat metode pembelajaan untuk lebih efektifnya proses pembelajaran, metode pembelajaran dilakukan untuk menjadikan siswa sebagai sang pembelajar, 1 . Undang-undang SISDIKNAS 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), cet. Ke-4, hal. 2 1 2 sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sehingga menjadikan siswa aktif dengan melibatkan semua sumber pembelajaran. Intinya education for life. Jadi buku bukan satu-satunya sumber ilmu dan proses pembelajaran menjadi begitu menyenangkan dan tidak membosankan bagi para siswa. Metode pembelajaran dengan cara guru berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pusat dari pembelajaran memungkinkan anak untuk bisa mengeksploitasi kemampuan yang dimilikinya.2 Saat ini, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Negara Indonesia adalah dengan memberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP pada sekolah. Namun, hal yang paling penting dalm hal ini pun adalah faktor guru, sebab secanggih apapun kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan tanpa kualitas guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Seorang guru mempunyai nilai lebih. bahwa “Guru disamping melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak, disamping menumbuhkan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para siswa.” dan 3 Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyapaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntunan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam hal itu, guru dituntut memahami berbagai model 2 . Koran Jakarta, Rabu 17 Maret 2010, lembar Rona, edisi. 628, h. 17 . Zakiah Dradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta : CV. Ruhama, 1994 ), cet. Ke-1, h. 99. 3 3 pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal.4 Dari penjelasan di atas terlihat tugas seorang guru itu cukup berat, karena ia tidak hanya mengajar tetapi juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan, maka disini seorang guru harus mempunyai kompetensi yang lebih pula. Guru sebagai pendidik mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam proses belajar-mengajar, “Tanpa pendidik, tujuan pendidikan mana pun yang telah dirumuskan tidak akan dapat dicapai oleh anak didik.”5 Demikianlah guru harus tahu tujuan pendidikan yang ingin di capai dengan berpedoman pada kurikulum dan silabus pembelajaran sehingga mempunyai persiapan yang mantap dalam proses pembelajaran. Bila guru mengajar tanpa persiapan, itu merupakan jalan pintas dan tindakan yang berbahaya, yang dapat merugikan perkembangan peserta didik dan mengancam kenyamanan guru dalam proses pembelajaran. Dengan demikian kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, selain itu guru harus mengikuti banyak kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bidangnya untuk meningkatkan kompetensi guru agar menjadi pendidik yang profesional. Selain meningkatkan kompetensi profesionalnya, guru juga harus meningkatkan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Karena pada dasarnya guru yang bermutu tidak hanya sebagai fasilitator pengajaran bagi siswa saja, tetapi juga meningkatkan serta menumbuh kembangkan integritas 4 diri serta mutu kompetensi keguruannya secara . E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesionai, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-8, h. 21 5 . Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000 ), h. 108. 4 berkesinambungan baik atas inisiatif sendiri maupun karena dorongan atau bantuan pihak lain yang ikut bertanggung jawab terhadap mutu guru. Peningkatan mutu guru merupakan tuntutan yuridis seperti yang tercantum dalam Undang-undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional )Tentang Pendidik dan tenaga Kependidikan Bab XI Pasal 40 Ayat 2 : “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban : a. menciptakan suasanan pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogi; b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.”6 Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengkaji dan meneliti lebih lanjut korelasi antara kompetensi guru dengan proses pembelajaran dalam bentuk skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kompetensi Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran di Mts Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara” Adapun alasan penulis memilih judul di atas adalah sebagai berikut : 1. Guru adalah sosok yang bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya saja, tetapi ia juga harus menjadi suri tauladan dalam kesehariannya di sekolah maupun luar sekolah dalam pembentukan kepribadian, budi pekerti, tumbuh dan perkembangan iman dan taqwa bagi para muridnya. 2. Kompetensi Profesional guru merupakan tuntutan yang harus dimilikinya agar dapat meningkatkan pengatahuan dan keterampilan dalam mengajar dan mendidik, sehingga ketika kegiatan belajar mengajar dilaksanakan murid tidak akan merasa jenuh dan bosan. 6 . Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2006), cet. Ke-3, h. 21 5 3. Proses pembelajaran merupakan titik temu antara guru dan murid dalam suatu interaksi edukatif ( pengajaran dan pendidikan ) yang juga menjadi tolak ukur dalam tercapai atau tidaknya hasil belajar yang efektif. 4. Penulis tertarik pada profesi guru karena seorang guru juga mempunyai tanggung jawab, dia tidak hanya mengajar, tetapi juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan terhadap peserta didik. B. Identifikasi Masalah Adapun Identifikasi masalah penulisan skripsi ini sebagai berikut : 1. Adanya UU No. 14 Tahun 2005 yang menuntut seorang guru mempunyai kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan social. Agar guru lebih berkualitas dalam mengajar. 2. Pentingnya kompetensi guru terhadap efektivitas proses pembelajaran dan perkembangan siswa di kelas. 3. Seorang guru harus lebih profesional dalam menekuni profesinya sesuai dengan tuntutan zaman. 4. Kurangnya pengetahuan guru terhadap kompetensinya dalam proses pembelajaran. 5. Para guru kurang mendalami pengetahuan kompetensinya dengan mencari informasi dan mau belajar lagi. 6. Perlunya peningkatan kompetensi guru terhadap efektivitas proses pembelajaran di kelas. 6 C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan, maka untuk menghindari pembiasan penulisan dalam memahami pembahasan maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut : 1. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan profesional guru dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas. 2. Efektivitas proses pembelajaran yang di maksud adalah kemampuan guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). 3. Guru disini adalah guru bidang studi secara umum yang mengajar pada satuan pendidikan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah adalah : 1. Bagaimana kompetensi guru di MTs. Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara? 2. Bagaimana keprofesionalan guru dalam mengefektifkan proses pembelajaran di MTs. Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara? 3. Bagaimana peran sekolah dalam meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara? 7 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk : 1. Mengetahui kompetensi profesional guru yang ada di Mts Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara. 2. Mengetahui efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida AlIslamy Rawa Bugel Bekasi Utara. 3. Mengetahui apakah ada hubungan antara kompetensi profesional guru terhadap efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida AlIslamy Rawa Bugel Bekasi Utara. F. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Guru, agar mengembangkan kompetensinya dan mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) sehingga kelas menjadi kondusif. 2. Siswa, agar dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya ke arah yang lebih baik dalam segala pelajaran melalui bimbingan dan arahan dari guru. 3. Sekolah, agar dapat meningkatkan kompetensi para gurunya dengan mengikuti berbagai kegiatan kependidikan dan dapat mengeluarkan generasi bangsa yang berakhlak dan bermoral serta aktif dan inovatif. BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Kompetensi Profesional Guru Pengertian Kompetensi Kata kompetensi dari bahasa Inggris yaitu “Competency” yang berarti kecakapan atau kemampuan W.Robert Houston Memberikan pengertian sebagai berikut : “competence” ordinaliry is defined as Adequency for a task “or as” posession of require knowledge, skill and abilities” disini dapat diartikan “kompetensi sebagai suatu tugas yang memadai atau kepemilikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang”.1 Dalam pengertian ini kompetensi lebih dititik beratkan pada tugas guru dalam mengajar. Kompetensi juga dapat diartikan sebawai kewenangan atau kemampuan soorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlow yang dikutip oleh Muhibbin Syah “The ability of a teacher to responsible perform has or her duties approriately” yang diartikan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.2 1 Ny.Roestiyah Nk, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta, Bina Aksara, 1989), h.18 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Baru), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), cet ke-3, h.230 2 8 9 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kompetensi berasal dari kata “kompeten” yang berarti cakap, berkuasa, memutuskan (menentukan) sesuatu.3 Menurut E. Mulyasa, kompetensi dapat diartikan sebagai : “pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaikbaiknya.”4 Pengertian tersebut mengandung makna bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Ada beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. 2. Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. 3. Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau perkerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik. 4. Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis dan lain-lain). 3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 518 4 E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Rhineka Cipta, 2002), h. 38 10 5. Sikap (attitude); yaitu perasaaan (senang-tidak senang, sukatidak suka) atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap upah/gaji dan sebagainya. 6. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.5 Sejalan dengan pendapat diatas W. Gulo juga mempunyai pendapat tentang kompetensi, ia berpendapat bahwa : “kompetensi atau kemampuan dapat di pahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang tampak dan aspek yang tidak tampak.”6 Kompetensi dalam aspek yang tampak disebut performance atau penampilan, sedangkan kompetensi dalam arti yang tidak tampak disebut juga kompetensi dalam aspek rasional yang umunya dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kognitif, afektif dan psikomotorik. Kompetensi Guru Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan standar kompetensi guru dan dosen, karena badan ini yang memiliki kewenangan untuk mengembangkan stnadar kompetensi guru Dan dosen yang hasilnya ditetapkan dengan peraturan Menteri. Namun dapat dicermati pendapat Johnson (1974) yang mengatakan kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat 1, disebutkan : “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.7 5 6 E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi…, h. 38 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 34 7 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006), cet. Ke-2, h. 215 11 Dengan demikian sebagaimana UU No. 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 10 Ayat 1 dapat dijelaskan yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.8 Sejalan dengan isi undang-undang tersebut, Cooper (1990), sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Wina Sanjaya dalam bukunya, peran yang harus dilakukan guru sebagai penentu keputusan (decision maker). Terdapat tiga peran utama yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yakni : 1. Sebagai perencana program pembelajaran a. Mengembangkan indikator hasil belajar; b. Mengembangkan isi dan materi pelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar; c. Merancang kegiatan pembelajaran baik dalam merancang strategi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran serta menentukan skenario pembelajaran; d. Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk mencapai indikator hasil belajar; dan e. Menentukan dan mengembangkan alat evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan siswa mencapai indikator hasil belajar. 8 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan………….., h. 250 12 2. Kemampuan guru dalam mengimplementasikan program pembelajaran a. Kemampuan untuk membuka dan menutup pelajaran; b. Kemampuan mengembangkan variasi stimulus; c. Kemampuan bertanya; d. Kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui bahasa yang komunikatif; e. Kemampuan guru untuk memberikan penguatan terhadap respons siswa dengan bahasa maupun dengan isyarat; dan f. Kemampuan menggunakan berbagai media pembelajaran baik media pembelajaran sederhana maupun media elektronik. 3. Sebagai evaluator Kemampuan guru untuk menemukan berbagai kelemahan dirinya dalam mengelola pembelajaran yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi formatif serta kemampuan untuk menilai keberhasilan siswa dalam mencapai indikator hasil belajar yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi sumatif.9 Dengan demikian, sebagaimana penjelasan diatas selain guru harus mempunyai kompetensi yang harus dimiliki (pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial) sehingga guru dapat mengintegrasikan peran utamanya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, guru juga harus dapat mengerti makna dari kompetensi tersebut yang dapat meningkatkan profesinalitasnya dalam mengajar. Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, 9 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Kencana, 2010), cet. Ke-2, h. 10-12 13 sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk merunjuk kerja dalam menjaqlankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Jadi, kompetensi adalah seperangkat pengetahun, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugastugas profesionalnya. Rumusan kompetensi di atas mengandung tiga aspek (1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pengelaman, apresiasi dan harapan yang menjadi cirri dan karekteristik seseorang dalam menjalankan tugas. Aspek ini menunjuk pada kompetensi sebagai gambaran subtansi atau materi ideal yang seharusnya dikuasai atau dipersyaratkan untuk dikasai oleh guru dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan demikian seseorang dapat dipersiapkan atau belajar untuk menguasai kompetensi tertentu sebagai bekal ia bekerja secara profesional; (2) ciri dan karekteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertama itu tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya. Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai gambaran untuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara piawai. Seseorang dapat saja berhasil menguasai secara teoritik seluruh aspek material kompetensi yang diajarkannya dan dipersyaratkan. Namum begitu jika dalam praktek tindakan nyata saat menjalankan tugas atau pekerjaan tidak sesuai dengan standar kualitas yang dipersyaratkanya maka ia tidak dapat dikatakan sebagai seseorang yang berkompeten atau tidak piawai; (3) hasil unjuk kerjanya yaitu memenuhi kriteria standar kualitas tertentu. Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai hasil (out put dan atau out come ) dari unjuk kerja. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan atau perilaku serta mahir dalam menjalankan tugas untuk menghasilkan tindakan kerja yang efektif dan efisien.hasilnya merupakan produk dari kompetensi seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. 14 Sehingga pihak lain dapat menilai seseorang apakah dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya berkompeten dan profesional atau tidak.10 Dalam hubungannya dengan pembelajaran, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian kompetensi merupakan hasil yang menunjukan perbuatan yang bisa diamati. Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kompetensi merupakan gambaran kualifikasi seseorang, baik yang sifatnya kualitatif maupun yang kuantitatif dalam melaksanakan profesi yang digelutinya berdasarkan pendidikan secara bertanggung jawab dan profesional. Adapun perangkat kompetensi yang kita kenal dalam kurikulum sekolah adalah : 1. Kompetensi personal dan sosial, terdiri atas perangkat nilai kepribadian dan nilai-nilai sosial yang perlu dikuasai sebagai warga yang bertanggungn jawab. 2. Kompetensi akademik, yaitu perangkat kemampuan keahlian dalam bidang tertentu yang memungkinkan seorang lulusan mampu menginterpretasikan tugas-tugas secara ilmiah. 3. Kompetensi profesional, yaitu perangkat kemampuan yang memungkinkan seorang lulusan mampu menjalankan tugastugas profesinya pada tingkat tertentu.11 Perangkat-perangkat tersebut diuraikan dalam komponenkomponen, kemudian sekelompok yang mirip digabungkan menjadi satu satuan yang diberi nama mata pelajaran tertentu. Dengan kata lain, mata pelajaran merupakan satu satuan program yang tertuju pada penguasaan bagian tertentu dari kompetensi. 10 Syaiful Sagala, Kemampuan Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 23-24 11 W. Gulo, Strategi…, h. 30 15 Untuk itu kurikulum menuntut kerjasama yang baik antara pendidikan dengan dunia kerja terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang perlu dicapai kepada siswa di sekolah, agar lulusan dari suatu jenjang pendidikan dapat diterima di masyarakat dan mempunyai kompetensi yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa guru yang berkompeten, adalah guru yang memiliki kemampuan dan menguasai dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pengajaran dan sesuai dengan bidang yang ia tekuni sebagai seorang guru, serta mampu meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan macam-macam kompetensi guru menurut para ahli berbeda-beda. Menurut Nana Sudjana misalnya membagi kompetensi guru tersebut menjadi tiga, yaitu : 1. Kompetensi Kognitif, yaitu kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta lainnya. 2. Kompetensi bidang sikap, adalah kesiapan dan kesedian terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesi. 3. Kompetensi prilaku, performance menyangkut keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu belajar siswa, keterampilan menyusun persiapan atau perencanaan mengajar, keterampilan melakukan administrasi kelas dan sebagainya.12 Selain ketiga kompetensi di atas, para ahli berpendapat ada tiga kompetensi yang lain yaitu kompetensi personal atau pribadi, sosial dan profesional. Sedangkan Nana Sudjana mengunakan istilah untuk komptensi pribadi dengan istilah kompetensi sikap dan prilaku meskipun demikian ia merinci kembali antara kompetensi sikap dan kompetensi perilaku. 12 A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakar Kanisius, 1994), cet ke-1, h. 3 16 Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, sosial dan kompetensi profesional. Banyak analisa tentang kompetensi keguruan, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial umumnya disatukan, hal ini wajar karena sosialisasi manusia dapat dipandang sebagai pengejewantahan pribadinya. Dari uraian di atas penulis menfokuskan kompetensi keguruan pada kompetensi profesionalnya, sebagai seorang pengajar dan pendidik, profesional dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas dengan menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan dan juga menjadi tauladan di luar kelas. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dari seorang guru merupakan modal dasar guru bagi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas keguruannya secara profesional. Rincian kompetensi tersebut adalah : a. Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimanan) b. Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab. c. Guru mampu berperan sebagai pempimpin, baik didalam lingkungan sejolah maupung di luar lingkungan sekolah. d. Guru bersifat bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik. e. Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakat. f. Dalam persahabatan dengan siapapun guru tidak kehilangan prinsip dan nilai yang diyakininya. g. Guru ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik dalam lingkungan kesejawatannya maupun dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. h. Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil i. Guru terampil secara pantas dan rapi j. Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan dalam keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya. k. Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya (di luar tuntutan tugas keguruannya) secara bijaksana dan produktif.13 13 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam… , h.54-57 17 Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang guru harus mempunyai kepribadian yang kuat dan integritas tinggi, maka kemungkinan besar tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan berinteraksi dengan rekan kerja serta siswa. Untuk itu seorang guru yang profesional harus bisa menciptakan situasi dan kondisi lingkungan belajar yang efektif dan dapat menyelesaikan kegiatan administrasi sekolah dengan baik. Pengertian Profesional Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sabagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Seoarang professional mempunyai kebermaknaan ahli (expert) dengan pengetahuan yang dimilki dalam melayani pekerjaannya. Tanggung jawab (responsibility) atas keputusannya baik intelektual maupun sikap dan memiliki rasa kesejawatan menjunjung tingi etika profesi dalam suatu organisasi yang dinamis. Seorang profesional memberikan layanan pekerjaan secara struktur. Hal ini dapat dilihat dari tugas personal yang memcerminkan suatu pribadi yaitu terdiri dari konsep diri (self concept), idea yang muncul dari diri sendiri (self idea) dan realita atau kenyataan dari diri sendiri (self reality). Dalam kehidupan sehari-hari “profesional dan profesi” telah menjadi kosa kata umum. Sering sekali terdengar orang mengatakan “Cara orang itu melaksanakan usaha atau bisnisnya tidak profesional” atau “Pak mekanik itu mengerjakan usaha bengkelnya tidak profesional, saya tidak mau memperbaiki mobil saya ke bengkelnya karena cara kerjanya kurang bermutu” dan sebagainya. Kini sangat banyak yang menganggap bahwa setiap orang dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan baik, rapi, dan dapat memuaskan orang lain. Cara kerja yang demikian itu disebut sebagai telah menyelesaikan pekerjaan secara profesional. Sehingga hampir 18 kepada siapa saja dengan mudah masyarakat memberikan gelar profesional.14 Dalam Al-Qur’an Surah al-Qashash (cerita-cerita) ayat 26, Allah juga telah memberikan konsep tentang profesionalisme, yang ayatnya sebagai berikut : ………. Artinya : “………, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.15 Asbabunnuzzul potongan ayat 26 diatas adalah tentang Nabi Musa yang sudah menolong dua orang wanita dengan memberikan minum ternak dua orang wanita itu, lalu Nabi Musa di panggil oleh bapak dua wanita yang ditolongnya itu yang tak lain adalah Nabi Syu’aib dan Musa menceritakan kepadanya mengenai dirinya. Singkat cerita salah seorang dari dua wanita itu meminta kepada bapaknya (Nabi Syu’aib) agar mengambil Musa sebagai pekerjanya dengan meyakinkan Nabi Syu’aib dengan potongan ayat diatas. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan profesional kalau ia mempunyai kekuatan mental dan fisik serta dapat dipercaya semua orang. Sedangkan dalam haditsnya, Rasulullah mengingatkan umatnya agar meyerahkan suatu urusan (pekerjaan) harus kepada ahlinya, karena apabila suatu urusan (pekerjaan) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka waspadalah terhadap datangnya kehancurannya, yang mana haditsnya sebagai berikut : 14 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru………………, h. 1-2 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Gema Risalah Press, 1992), h. 613 15 19 .َّس َد الْاَمْرُإِلَى غَيْرِاَهْلِهِ فَانْ َتظِرِالّسَاعَة ِ ِإذَا ُو.......... Artinya : “…………….., “Apabila suatu urusan (pekerjaan) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka waspadalah terhadap datangnya saat (kiamat, kehancuran)”. (HR. Bukhari)16 Dari hadits Rasulullah diatas dapat penulis kesimpulkan bahwa menyerahkan sesuatu urusan atau pekerjaan kepada orang yang bukan ahlinya, ialah menyerahkannya kepada orang yang tidak mengerti, tidak sanggup, tidak cakap, tidak jujur, dan tidak pantas mengerjakannya, akibatnya ialah kehancuran dan kebinasaan. Kata profesi berasal dari bahasa Yunani “pbropbaino” yang berarti menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin disebut “professio” yang digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Profesi mengajar menurut Chandler adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan bahwa profesi itu memerlukan kelengkapan mengajar atau keterampilan atau kedua-duanya yang menggambarkan bahwa seseorang itu dalam hal melaksanakan tugasnya. Dalam UU No.14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 7 Ayat 1 bahwa : “Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : a. Memilki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. Memilki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d. Memilki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memilki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. Memilki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; 16 Zainuddin Hamidy, dkk., Terjemah Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta : Bumirestu, 1992), jilid. 1, cet. Ke-13, h. 40 20 h. Memilki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i. Memilki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru”17 Oxford Dictionary menjelaskan profesional adalah orang yang melakukan sesuatu dengan memperoleh pembayaran, sedangkan yang amatir tanpa pembayaran. Artinya profesionalisme adalah suatu terminologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki pengetahuan dan ketermpilan bekerja dalam bidangnya. Hakekat profesi memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan dan perkembangan masyarakat. Kecakapan atau keahlian seorang profesional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari wawasan yang mantap, memiliki wawasan sosial yang luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya.18 Kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru berhubungan langsung dalam pelaksanaan utama tugas keguruannya sebagai pengajar. Depdikbud sejak tahun 1979 – 1980 telah merumuskan sepuluh kompetensi profesional guru yang dikenal dengan rumusan P 3 G (Pendidikan, Pengayaan, Pengajaran Guru), antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 17 18 Menguasai bahan Mengelola program belajar mengajar Mengelola kelas Menggunakan media dan sumer dalam pelaksanaan pengajaran. Menguasai landasan-landasan pendidikan. Mengelola interaksi belajar-mengajar Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Mengenal fungsi dam program bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan……………, h. 214 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan………….., h. 2-3 21 10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.19 Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang profesional di bidangnya, apabila ia telah memiliki kemampuan teoritis dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak hanya mengetahui tetapi betul- betul melaksanakan apa yang menjadi tugas serta perannya dengan didasari wawasan yang mantap, memiliki wawasan sosial yang luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya. Profesional Guru Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu menigkatkan mutu pendidikan, berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No. 4 tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.20 Undang-undang Sistem pendidikan Nasional tahun 2003 Bab XI tentang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (2) menyatakan bahwa pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dalam Pasal 40 ayat (2) seorang pendidik berkewajiban (a) menciptakan suasana pendidikan yang 19 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta. Raja Grafindo Persada, 1996), cet ke-6, h. 162-178 20 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 39 22 bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.21 Dengan demikian, menjadi guru adalah sebuah profesi yang harus di kembangkan agar menjadi pendidik yang profesional dengan memiliki kompetensi keguruan yang cukup, pandai dalam merencanakan pembelajaran dan meningkatkan wawasan sosial yang luas dan mantap berdasarkan pada Undang-undang SISDIKNAS 2003. Profesionalitas guru menjalankan tugasnya dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal. Guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu seluruh sistem tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan perkembangan zaman.22 Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sebagai seorang profesional guru harus memilki kompetensi keguruan yang cukup, kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten. 21 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), cet. Ke-4, h. 20 & 21 22 E. Mulyasa., Menjadi Guru Profesionai, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-8, h. 21 & 22 23 Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi menurut slamet PH sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala terdiri dari subkompetensi yang mencirikan guru profesional sebagai berikut. 1. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar; 2. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang tertera dalam Peraturan Menteri serta bahan ajar yang ada dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP); 3. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar; 4. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; 5. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan seharihari.23 Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala, dapat dikemukakan bahwa Peran guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran, guru yang digugu dan ditiru adalah suatu profesi yang mengutamakan intelektualitas, kepandaian, kecerdasan, keahlian berkomunikasi, kebijaksanaan dan kesabaran tinggi. Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa 5 ciri-ciri dari kompetensi guru profesional di atas saling berhubungan apabila salah satunya tidak ada maka tidak dapat di katakan sebagai guru profesional. 23 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru………………….., h. 39-40 24 2. Efektivitas Proses Pembelajaran Pengertian Efektivitas Kata “efektivitas” merupakan kata sifat dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna.24 Sedangkan kata efektivitas yang terdapat dalam Ensiklopedi Indonesia berarti tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya.25 Dalam karya bukunya, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen Suwarno Handayaningrat, efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang telah di rencanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, pekerjaan itu tidak efektif.26 Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar siswa terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.27 Ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori yaitu : Istimewa/maksimal, Baik Sekali/optimal, Baik/minimal, dan kurang.28Yang kriterianya adalah sebagai berikut : 24 Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , “Kamus Besar Bahasa Indonesia ,(Jakarta : Balai Pustaka, 1996), cet. Ke-8, h. 961 25 Hasan sadhili, “Ensiklopedia Indonesia”, (Jakarta ; Ikhtiar Baru Van Hoeven), jilid 2. h. 883 26 Suwarno handayaningrat, “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen”, (Jakarta : PT. I dayu Press 1990), cet. Ke-10, h. 16 27 Madyo Eko Susilo dan R.B. Kasihadi, “Dasar-dasar Pendidikan”, (Semarang : Effhar Offset, 1990), cet. Ke-1, h. 63 28 Syaiful Bahri Djamarah, “Strategi Belajar Mengajar…”, h. 107 25 a. Istimewa/maksimal :Apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. b. Baik Sekali/optimal :Apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran itu dapat dikuasai siswa. c. Baik/maksimal :Apabila hanya (60%-75%) bahan pelajaran yang diajarakan dikuasai oleh siswa. d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh siswa. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Berdasakan ketercapaian tujuan pembelajaran ini maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik bila dapat mencapai minimal 60% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pengertian Pembelajaran Pengertian Pembelajaran dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (20) tentang Ketentuan Umum, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.29 Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun 29 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional………….., h. 4 26 mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan mengembangkan diri. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah. Pembelajaran, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan kata benda atau nomina yang berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.30 Gagne mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai “a set event embedded in purposeful activities that facilitate learning”. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Yusufhadi Miarso memaknai istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah “pengajaran” yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru (teacher centered). Oleh karenanya, kegiatan pengajaran perlu dibedakan dari kegiatan pembelajaran. Istilah pembelajaran telah digunakan secara luas bahkan telah dikuatkan dalam perundang-undangan, yaitu dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Sejalan dengan pandangan diatas, Gagne dan kawan-kawan dalam Richey sebagaimana yang dikutip oleh Benny A. Pribadi secara rinci mengemukakan pandangan yang berbeda antara pengajaran dengan pembelajaran sebagai berikut : “…Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas dari pada istilah pengajaran. Pengajaran hanya merupakan upaya transfer of knowledge semata dari guru kepada siswa, sedangkan pembelajaran memiliki makna yang lebih luas, yaitu kegiatan yang dimulia dari mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegiatan yang dapat menciptakan terjadinya proses belajar.”31 30 Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , “Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta, Balai Pustaka, 1996), h. 17 31 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta, Dian Rakyat, 2009 ), cet. Ke-1, h. 9-10 27 Walter Dick dan Lou Carey sebagaimana yang dikutip oleh Benny A. Pribadi, mendefinisikan pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media. Proses pembelajaran mempunyai tujuan yang dirancang secara sistematik dan sistemik agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan, proses merancang aktivitas pembelajaran disebut dengan istilah desain sistem pembelajaran.32 Konsep belajar (learning) dan pembelajaran (instruction) merupakan dua buah konsep kependidikan yang saling berkaitan. Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik (guru) dan keduanya bisa berdiri sendiri dan juga menyatu, tergantung pada situasi dari kedua kegiatan itu terjadi. Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai.33 Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik, yaitu secara utuh dengan memeperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu sistem.34 32 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem……….., h. 10-11 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.Hamka, 2002), h. 11 34 Aminuddin Rasyad, Teori… , h. 14 33 28 Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran adalah merangsang dan menyukseskan proses belajar untuk mencapai tujuan, sedangkan fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal mungkin sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya perubahan dalam diri peserta didik. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai konsep belajar dan pembelajaran, berikut dipaparkan kedua konsep itu. a. Pengertian Belajar Abu Ahmadi dalam bukunya psikologi belajar mengungkapkan : “Bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.35 H.M Arifin mengemukakan pandangannya tentang belajar yang dikutip Drs. Yunus Namsa dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama Islam bahwa “Belajar adalah suatu rangkaian proses kegiatan response yang terjadi dalam rangkaian belajar mengajar yang berakhir pada terjadinya perubahan tingkah laku baik jasmaniyah maupun rohaniah akibat pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh”36 Dari definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan melalui pengalaman dan latihan yang dilakukan manusia selama hidupnya melelui kegiatan membaca, mengamati, mendengkarkan, meniru, dan lain sebagainya. Seorang dapat dikatakan belajar jika terjadi perubahan dalam dirinya. Dari tidak tahu menjadi tahu dari bodoh menjadi pintar, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari kurang ajar menjadi terpelajar, belajar merupakan sesuati proses buku suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai 35 36 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1991), cet ke-1, h. 121 Yunus Namsa, Metodologi…, h. 103 29 bentyk perbuatan untuk mencapai tujuan. Meskipun belajar merupakan sesuatu proses, tatapi ia juga melihat hasilnya. Karena semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Dengan belajar, seorang dapat mengaktifkan berpikir, beraksi, dan berbuat terhadap suatu objek yang dipelajari melalui berbaai aktivitas sehingga timbul suatu pengalaman baru dalam dirinya. b. Pengertian Mengajar Menurut pengertian lama, mengajar adalah “proses menanamkan pengetahuan kepada anak atau proses penyampaian kebudayaan kepada anak”.37 Pengertian semacam ini yang aktif dan memegang peranan utama adalah guru, sedangkan murid pasif. Padahal murid yang diajar atau sebagai pihak yang belajar, juga harus aktif, sebab murid tidak dapat diberlakukan hanya seperti bejana atau wadah yang dengan mudah dapat diisi, karena murid adalah individu yang juga punya pribadi serta dinamika. Sedangkan menurut definisi modern menjara diartikan dengan “Teaching is the guidance of learning”38 mengajar adalah bimbingan kapada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini menunjukan bahwa yang aktif adalah anak, yang mengalami proses belajar. Sedangkan guru hanya membimbing, menunjukan jalan dengan memperhatikan kepribadian anak. Dalam proses pembelajaran harus terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Interkasi ini dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah interaksi edukatif. Menurut Syaifuk Bahri Djamarah, interaksi edukatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :39 1. 2. 3. 4. 5. 6. 37 Mempunyai tujuan Mempunyai prosedur yang direncanakan Ditandai dengan penggarapan materi khusus Ditandai dengan aktivitas siswa Guru berperan sebagai pembimbing Membutuhkan disiplin Yunus Namsa, Metodologi… , h.104 Roestiyah, NK, Masalah-masalah…, h. 13 39 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik…………………….., h.15 38 30 7. Mempunyai batas waktu. 8. Diakhiri dengan evaluasi Dari penjelasan diatas, penulis dapat kemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik, pendidik, bahan, metode dan media serta tujuan merupakan hal-hal yang sangat esensial, sebab, bila salah satu diantaranya tidak ada, maka proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung dalam suatu proses enteraksi adukatif. Tidak hanya itu, titik tekan dalam proses interaksi edukatif yaitu terletak pada posisi guru itu sendiri. Dimana guru memposisikan dirinya sebagai pembimbing, teman belajar mendialogkan materi yang sedang dipelajari bersama antara siswa dan guru. Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan Pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponenkomponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Robert Heinich dkk, membuat kategori sistem pembelajaran ke dalam beberapa tipe, yaitu : Pembelajaran di kelas (tatap muka), pembelajaran dengan menggunakan siaran radio dan televisi, pembelajaran mandiri dengan menggunakan paket bahan ajar pada sistem pembelajaran jarak jauh, pembelajaran berbasis web, aktivitas belajar di laboratorium dan workshop, seminar, symposium dan studi lapangan (field study) dan pembelajaran dengan memanfaatkan komputer (multimedia) dan telekonferensi. Dalam suatu sistem pembelajaran, output dari sebuah komponen merupakan input bagi komponen yang lain. Komponen-komponen dari sebuah sistem pembelajaran yang berinterfungsi meliputi siswa, tujuan, metode, media, strategi pembelajaran, evaluasi, dan umpan balik.40 40 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta, Dian Rakyat, 2009 ), cet. Ke-1, h. 30-31 31 Pembelajaran penuh makna sesuai kebutuhan dan minat peserta didik, dan sedekat mungkin dihubungkan dengan kenyataan dan kegunaannya dalam kehidupan, inilah yang disebut pembelajaran bermakna (meaningfull learning). Pembelajaran yang Aktif, Kreatif. Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) menjadi pilihan dalam pengajaran yang bermakna dan berhasil. Fokus PAKEM menurut Philip Rekdale adalah pada kegiatan belajar peserta didik di dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imaginasi guru.41 Guru harus memahami dan mengerti bahwa perkembangan IPTEK, POLITIK, SOSBUD semakin lama semakin cepat, teknologi informasi/sumber belajar sangat beragam. Oleh karena itu pembelajaran yang mempersiapkan bekal memenuhi kebutuhan manusia modern, mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, memecahkan masalah, persaingan internasional (Globalisasi), belajar lebih efektif/pendalaman menjadi sangat penting dalam pembelajaran. Proses PAKEM (1) peserta didik menjadi aktif dan kreatif; (2) guru sebagai fasilitator; (3) penerapan asas fleksibilitas; (4) persiapan guru matang; (5) multi interaksi; (6) latihan dan tugas lebih intensif; (7) sumber belajar bermacam-macam; dan (8) sudah memanfaatkan alat bantu.42 Kata Frida Dwiyanti Widjaya, salah satu guru di Sinarmas World Academy, agar pembelajaran lebih efektif dalam menggunakan metode pembelajaran dilakukan untuk menjadikan siswa sebagai sang pembelajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sehingga menjadi siswa yang aktif dengan melibatkan semua sumber pembelajaran. “intinya education for life. Jadi buku bukan satu-satunya sumber ilmu dan proses pembelajaran menjadi begitu menyenangkan dan tidak membosankan bagi para siswa.”43 41 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru……………………….., h. 164 & 168 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional……………………, h. 169 43 Koran Jakarta, Rabu 17 Maret 2010, lembar Rona, edisi. 628, h. 17 42 32 Dengan demikian, agar proses pembelajaran lebih aktif kreatif dan menyenangkan guru harus berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pusat dari pembelajaran agar memungkinkan anak untuk bisa mengeksploitasi kemampuan yang dimilikinya sehingga terciptalah pendidikan yang aktif, kreatif, dan meyenangkan (PAKEM). Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran Secara umum surya subrata membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) itu kepada dua bagian : a. Faktor yang berasal dari individu yang meliputi faktor–faktor fisiologis dan psikologis, seperti motivasi belajar, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan dan sosial ekonomi. b. Faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi faktor– faktor sosial dan faktor sosial, seprti lingkungan belajar dan lain-lain.44 Sedangkan menurut Muhibbin Syah, faktor–faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yaitu : 1. Karakteristik siswa yang meliputi kematangan dan intelektual, kondisi jasmani, status ekonomi, usia, dan jenis kelamin. 2. Karakteristik guru yang meliputi intelektual guru, ramah rasa dan karsa guru, usia, jenis kelamin dan sosial guru. 3. Karakteristik kelompok, sistem kelompok juga bisa berpengaruh. 4. Fasilitas fisik, baik yang berada di sekolah, maupun di rumah 5. mata pelajaran. 6. Pengaruh lingkungan luar yang meliputi lingkungan sekolah maupun lingkungan disekitar rumah kita.45 44 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001) cet ke-10, h. 233 45 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1996 ), cet. Ke-3, h. 132 33 Itulah beberapa faktor yang harus diperhatikan agar segala kinerja yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah mencapai kesuksesan sebab bila segala faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, salah satunya diabaikan atau tidak diperhatikan, maka hal ini akan mengakibatkan kegiatan belajar mengajar menjadi tidak efektif sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai sesuai yang diharapkan. Berbagai penelitian menunjukkan, kemampuan cara mengajar di depan kelas masih kurang dimiliki guru-guru. Padahal materi pelajaran yang dipelajari itu dimana-mana sama. Selama ini pembelajaran yang berlangsung di sekolah cenderung menunjukkan (1) guru lebih banyak ceramah; (2) media belum dimanfaatkan; (3) pengelolaan belajar cenderung klasikal dan kegiatan belajar kurang bervariasi; (4) tuntutan guru terhadap hasil belajar dan produktifitas rendah; (5) tidak ada pajangan hasil karya peserta didik; (6) guru dan buku sebagai sumber belajar; (7) semua peserta didik dianggap sama; (8) penilaian hanya berupa test; (9) latihan dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang; dan (10) interaksi pembelajaran searah. Pembelajaran yang demikian ini tidak menunjukkan apapun mengenai upaya dari gurunya, hanya menghabiskan waktu dan anggaran tanpa kemajuan yang berarti. Adapun penulis menambahkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran diantaranya, yaitu : (1) Faktor guru; (2) Faktor siswa; (3) Faktor sarana dan prasarana; dan (4 ) lingkungan. Keempat faktor diatas sangat penting untuk diperhatikan dan agar dapat ditingkatkan lagi kualitasnya dalam proses pembelajaran. Hal penting yang perlu dicermati juga menurut pendapat Hirsch yang mengatakan dalam setiap sistem yang terbukti berhasil, citra diri ternyata lebih penting daripada materi pelajaran. Citra diri yang positif sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Citra 34 diri tentu menyangkut kejujuran, kerja keras, disiplin, inovatif, cinta akan kualitas, dan pemberdayaan potensi secara optimal.46 Dari pendapat Hirsch diatas penulis menambahkan, selain guru harus mempunyai citra diri yang baik, guru yang profesional juga harus memperhatikan komponen proses pembelajaran, yaitu : (1) Proses pembelajaran; (2) Tujuan terhadap pembelajaran; (3) Materi pembelajaran yang akan disampaikan; (4) Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran; (5) Media pembelajaran; dan (6) Evaluasi. Sehingga dengan keenam komponen diatas guru lebih dapat mengkondisikan kelas agar dapat tercipta proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa-siswanya. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian kegiatan belajar – mengajar adalah tingkat dan fase yang dilakukan anak didik dalam mempelajari sesuatu melalui bimbingan yang diberikan oleh pendidik untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan memperhatikan komponen proses pembelajaran dan kompetensi keguruan (Pedagogik, Profesional, Kepribadian dan Sosial). 46 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan, (Bandung, ALFABETA, 2009) cet. Ke-1, h. 164-165 35 Efektivitas Proses Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan mengembangkan dirinya. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah.47 Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan ditunut untuk memilki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran mugkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya.48 Peter Kline dalam The everiday genius yang dikutip oleh Syaiful Sagala mengatakan bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid. Oleh karena itu ciptakanlah lingkungan yang baik, maka peserta didik akan berkembang dalam proses belajar mandiri. Jadi, pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) menjadi pilihan dalam pengajaran yang bermakna dan berhasil. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan belajar peserta didik di dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi dalam proyek penelitian, penyelidikan, 47 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional,,,,, (Bandung, ALFABETA, 2009) cet. Ke-1, h. 164 48 E. Mulyasa,.”Menjadi Guru Profesional”(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-8, h. 95 36 penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imaginasi guru.49 Efektif dalam belajar menurut Makmun yang dikutip oleh Syaiful Sagala adalah membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (problem solving) baik ujian ulangan dan sebagainya maupun penyelesaian diri mempertahankan dalam kehidupan kelangsungan sehari-hari hidupnya. Efektif dalam belajar rangka dapat ditunjukkan (1) tepat waktu, efisien waktu; (2) pertanyaan sederhana dapat informasi lengkap; (3) cepat menguasai konsep; (4) metode tepat sesuai dengan kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator; dan (5) irit biaya. Berikut skema belajar efektif bahwa pelajaran dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Konsep belajar adalah membangun makna terhadap pengalaman informasi oleh si pebelajar dan guru atas dasar pengetahuan yang dimilki. Makna ini terbangun dari persepsi dan perasaan peserta di dalam kegiatan, sehingga mereka belajar berbuat menggunakan bahasa/istilah dipahami oleh peserta didik. Pengalaman belajar ini akan mendorong/dan merangsang peserta didik unutk mengungkapkan gagasannya, adapun perbedaan menjadikan peserta didik menjadi lebih kreatif dan saling menghargai pendapat masing-masing. 50 Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa dalam proses pembelajaran yang efektif perlu adanya pendekatan dan metode khusus yang guru kembangkan agar terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. 49 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesiona Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung, ALFABETA, 2009) cet. Ke-1, h. 168 50 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesiona Guru…………, h. 174-175 37 3. Hubungan Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No. 14 tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional guru harus harus memilki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah starategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten. Profesional berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hoby belaka. Profesi berarti menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin disebut “profession” yang di gunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang di buat oleh seseorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Guru yang terjamin kualitasnya diyakini mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Penjaminan mutu guru perlu dilakukan dari waktu ke waktu demi terselenggaranya layanan pembelajaran yang berkualitas.51 Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam 51 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional,,,,…………, h. 39 & 40 38 perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memilki perbedaan yang sangat mendasar. Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru profesional dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik . mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membantu kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut. 1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. 2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik. 3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. 4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. 5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. 6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar. 7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antarapeserta didik, orang lain, dan lingkungannya. 8. Mengembangkan kreativitas. 9. Menjadikan pembantu ketika diperlukan.52 52 E. Mulyasa,.”Menjadi Guru Profesional”(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-8, h. 35-36 39 Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Pembelajaran, yang didefinisikan sebagai sebuah aktivitas untuk memfasilitasi berlangsungnya proses pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Melalui pendekatan sistem, kita dapat memahami proses pembelajaran sebagai suatu hal yang perlu dirancang secara sistematik dan sistemik. Istilah pendekatan sistem (system approach) sendiri dapat diartikan sebagai sebuah proses yang logis dan berulang yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu program pembelajaran. Dick dkk, yang dikutip oleh Benny A. Pribadi juga berpandangan bahwa pendekatan sistem adalah sebuah prosedur yang digunakan oleh perancang desain sistem pebelajaran untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam menggunakan pendekatan sistem, setiap langkah yang dilakukan harus memperoleh input dari langkah sebelumnya. Dengan menerapkan pendekatan sistem, kita dapat melakukan langkah atau proses secara sistemik dan sistematik. Cara sistemik adalah cara pandang yang menganggap sebuah sistem sebagai suatu kesatuan yang utuh dengan komponen-komponen yang berinterfunngsi. Istilah sistematik merujuk kepada suatu upaya untuk melakukan tindakan secara terarah dan langkah demi langkah untuk mencapai suatu tujuan yang telah digariskan. Sekolah melakukan sebuah proses pendidikan dan pembelajaran yang mengubah siswa agar memilki kompetensi sesuai dengan yang diharapkan. Sekolah memperoleh input dari lingkungan dan menghasilkan output yang dikembalikan kepada lingkungan atau masyarakat. 40 Lingkungan sekolah berperan sebagai pengawas yang memberikan unpan balik atau feedback tentang kualitas output yang dihasilkan, apabila output yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan maka sekolah perlu meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Mekanisme kerja sekolah sebagai suatu sistem dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut. Gambar. Mekanisme kerja sekolah sebagai sebuah sistem Lingkungan/ Masyarakat Proses Belajar-Mengajar Input Output Umpan Balik Input dari sekolah sebagai suatu sistem adalah sumber daya yang meliputi siswa, anggaran, guru, dan fasilitas yang akan ditransformasikan menjadi output yaitu lulusan yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan lingkungan. Proses yang berlangsungdi sekolah adalah proses pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa agar memilki kompetensi yang diharapkan.53 Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa guru profesional yang dapat mengefektifkan proses pembelajaran di kelas, guru profesional di tuntut agar memilki kompetensi keguruan yang menjadikannya sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hoby belaka. Sehingga guru 53 Benny A. Pribadi,. “Model Desain Sistem Pembelajaran”, (Jakarta : Penerbit Dian Rakyat, 2009), cet. Ke-1, h. 27-30 41 diharapkan bukan sebagai pengajar saja tetapi juga sebagai pendidik, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innnovator), model dan teladan, dsb. Guru yang profesional juga harus bisa memahami komponenkomponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi siswa, tujuan atau kompetensi, metode, media, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Dengan begitu akan tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran dikelas. B. Kerangka Berfikir Dalam proses mengajar guru memiliki tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam proses belajar mengajar untuk membantu proses perkembangan siswa. Kehadiran guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tipe rekorder atau komputer sekalipun, karena msih banyak unsur–unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi dan lain-lain yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar mengajar tidak dicapai dengan alat-alat tersebut. Sebagi contoh, pengajaran melalui radio, guru masih diperlukan terutama dalam menyusun dan mengembangkan desain pengajaran. Melihat perkembangan ilmu pengatahuna dan teknologi yang semakin maju. Maka seorang guru harus sadar dan peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran juga pada masyarakat pada umumnya. Dunia ilmu pengatahuan tak pernah berhenti tetapi selalu muncul hal-hal yang baru. Guru harus dapat mengikuti perkembangan tersebut sehingga ia dapat lebih dulu mengetahui daripada siswa dan masyarakat pada umumnya. Akibat dari kemajuan IPTEK tersebut. Seorang guru yang profesional harus mengetahui dengan pasti kompetensi apa yang dituntut masyarakat bagi dirinya. Hal ini sebgai pedoman untuk meneliti dirinya apakah dia sebagai guru dalam menjalankan tugasnya telah dapat 42 memenuhi kompetensi-kompetensi itu, apabila belum guru yang baik harus berani mengakui kekurangan dan berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha mengembangkan dirinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Syaiful Sagala : tidak sembarang orang dapat melakukan tugas guru. Tetapi orang-orang tertentu yang memenuhi persayaratan yang dipandang mampu, yakni (1) bertaqwa kepada Allah SWT. Dalam hal ini mudah dipahami bahwa guru yang tidak bertqwa sangat sulit atau tidak mungkin bisa mendidik muridnya menjadi bertaqwa kepada Allah SWT; (2) berilmu, seorang guru bukan hanya harus mempunyai ijazah saja. Akan tetapi jelas tidak cukup selembar ijazah yang tidak disertai dengan keluasan dan kedalaman ilmu pengetahuan, terutama bidang ilmu yang ditekuni. Guru yang dangkal penguasaan ilmunya, akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan para muridnya; (3) berkelakuan baik. Mengingat tugas guru antara lain untuk mengembangkan akhlak yang mulia, maka sudah barang tentu dia harus memberikan contoh untuk berakhlak mulia terlebih dulu; (4) sehat jasmani. Kendatipun kesehatan psikis jauh lebih penting untuk dimiliki oleh guru, namun bukan berarti kesehatan pisik dan jasmani tidak perlu. Kesehatan pisik adalah guru tersebut tidak mengalami sakit yang kronis, menahun, atau jenis penyakit lain sehingga sangat menghalangi untuk menunaikan tugasnya sebagai guru54 Guru memiliki tugas yang berat. Seorang guru tidak hanya mengajar tetapi juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan. Oleh sebab itu guru dituntut untuk mempersiapkan diri dengan seperangkat kompetisi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan memiliki seperangkat kompetensi maka guru akan mampu merealisasikan fungsi dan peranan guru dalam proses belajar mengajar. Guru profesional tidak akan merasa lelah dan tidak mungkin mengembangkan sifat iri hati, munafik, suka menggunjing, menyuap, malas, marah-marah, dan berlaku kasar terhadap orang lain, apalagi 54 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional………………….., h. 21-22 43 terhadap anak didiknya. Guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik dapat saja dipisahkan kedudukannya, tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan diri murid dalam mencapai citacitanya. Di sinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benarbenar dituntut. Jika guru tidak memiliki kompetisi yang baik. Maka guru tersebut tidak akan mampu merealisasi fungsi dan peranan guru dalam proses belajar mengajar dengan baik pula, dan hal tersebut akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Dengan demikian, tidak dapat disangkal lagi, bahwa betapa pentingnya kompetensi profesional guru dalam efektivitas proses pembelajaran, maka di sini seorang guru harus mempunyai kompetensi yang lebih pula. Berdasarkan uraian di atas penulis menduga bahwa MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel mampu mengembangkan kompetensi profesional guru-gurunya dalam mengefektifkan prose pembelajaran di kelas. C. Hipotesis Dari arti katanya, hipotesis memang berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya “dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.55 Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Hipotesis Nol (Ho) : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida AL-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara. 2. Hipotesis kerja (Ha) : Terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara. 55 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), cet. Ke-13, h. 71 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penulis melakukan penelitian yang bertempat di MTs Annida AlIslamy Rawa Bugel yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Raudlatul Islam (YAPRI). Yang beralamat di Jl. Jamblang Raya No. 23 Rawa Bugel Harapan Jaya-Bekasi Utara Kota Bekasi. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 12 Februari 2010 s/d 30 Mei 2010. B. Variabel Penelitian Yang dimaksud dengan variabel adalah “Objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu : 1. Variabel bebas (Independent Variabel) yaitu kompetensi profesional guru. 2. Variabel terikat (Dependent Variabel) yaitu efektivitas proses pembelajaran. 1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), cet. Ke-13.h. 116 44 45 Dari dua variabel di atas yaitu variabel bebas (kompetensi profesional guru) dan variabel terikat (efektivitas proses pembelajaran). Berikut penulis kemukakan dimensi dan indikator dari kedua variabel di atas. Tabel 1 Variabel Penelitian No Variabel 1 Variabel X Kompetensi Profesional Guru Dimensi Indikator 1. Menguasai bahan a. Mampu menjelaskan materi dengan baik b. Bisa menjawab soal 2. Mengelola PBM a. Menjelaskan TIK b. Menggunakan metode yang bervariasi 3. Mengelola kelas a. Memberi teguran b. Pengaturan murid c. Menghukum siswa 4. Mengelola media belajar a. Menggunakan buku – buku penunjang b. Menggunakan sarana dan prasarana dengan baik 5. Mengelola interaksibelajar mengajar a. Memberi pujian b. Memberi motivasi c. Memahami siswa 6. Menilai prestasi siswa a. Mampu membuat soal b. Mengadakan remedial c. Memberikan saran 46 2 Variabel Y Efektivitas Proses Pembelajaran 1. Tepat waktu, efesien waktu a. Mampu memanfaatkan jam belajar dengan baik b. Mampu membuat suasana belajar kondusif dan menyenangkan c. Menggunakan jam belajar dengan tepat waktu. 2. Pertanyaan sederhana dapat informasi lengkap 3. Cepat menguasai konsep 4. Metode tepat sesuai dengan kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator a. Memberikan giliran pada murid dalam bertanya b. Mampu menjawab pertanyaan dengan jelas dan singkat c. Memberikan acuan kepada siswa a. Mampu menghubungkan pengetahuan dengan pengalaman b. Mampu menghubungkan konsep antar mata pelajaran c. Mampu menyimpulkan pelajaran dengan jelas a. Menyesuaikan media pembelajaran dengan tujuan materi pelajaran b. Menguasai bahan pengajaran c. Memberikan media pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa 47 5. Irit biaya a. Membuat metode pembelajaran dengan kreatif b. Menciptakan media pembelajaran yang efektif c. Tidak mengambil keuntungan dari siswa. C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.2 Populasi yang diambil dalam penelitian ini diambil dengan berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto: “Apabila subjek kurang dari 100 orang, maka diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana.3 Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi.4 Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas 2 (kelas VIII) MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara acak (random) dari populasi yang ada yaitu 15% dari seluruh jumlah populasi sebanyak 107 orang siswa, maka diambil sampel sebanyak 16 orang siswa, sabagaimana tabel berikut : 2 Hermawan Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.49 3 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1996), h.120 4 Nana Sujana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru, 1989), h.84 48 Tabel 2 Pengambilan Sampel No Kelas Populasi Sampel 1. VIII – I 35 5 2. VIII– II 36 5 3. VIII – III 36 6 Jumlah 107 16 D. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis melakukan teknik pengumpulan data : 1. Observasi : Yaitu Pengamatan dan Pencatatan secara sistematis terhadap masalah yang ada di MTs Annida Al-Islamy, observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan skripsi ini. 2. Wawancara : Yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan orang yang paling banyak mengetahui permasalahan yaitu Kepala Sekolah dan Tata Usaha, sehingga diperoleh data dan informasi yang jelas. 3. Angket : Yaitu menyebarkan pertanyaan dan pernyataan yang terkait dengan kebiasaan dan pengalaman yang telah dilakukan oleh siswa atau siswi kelas 2 MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara yang diberikan secara random sampling (acak). 49 Angket dibuat dengan model likert yang mempunyai empat kemungkinan jawaban yang berjumlah genap ini dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas. Berikut beberapa kisi-kisi angket yang di buat: Tabel 3 Kisi – kisi Angket No Indikator Variabel No. Pertanyaan 1 Bisa menjelaskan materi dengan baik 1 2 Bisa menjawab soal 2 3 Menjelaskan TIK 3 4 Menggunakan metode yang bervariasi 4 5 Memberi teguran 5 6 Pengaturan murid 6 7 Menghukum siswa 7 8 Menggunakan buku-buku penunjang 8 9 Menggunakan sarana dan prasarana dengan baik 9 10 Memberi pujian 10 11 Memberi motivasi 11 12 Memahami siswa 12 13 Mampu membuat soal 13 14 Mengadakan remedial 14 15 Memberikan sarana 15 16 Mampu memanfaatkan jam belajar dengan baik 16 17 Mampu membuat suasana belajar kondusif dan menyenangkan 17 18 Memberikan giliran pada murid dalam bertanya 18 19 Mampu menjawab pertanyaan dengan jelas dan singkat 19 20 Memberikan acuan kepada siswa 20 21 Mampu menghubungkan pengetahuan dengan pengalaman 21 50 22 Mampu menghubungkan konsep antar mata pelajaran 22 23 Menyesuaikan media pembelajaran dengan tujuan materi pelajaran 23 24 Menguasai bahan pengajaran 24 25 Memberikan media pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa 25 26 Membuat metode pembelajaran dengan kreatif 26 27 Menciptakan media pembelajaran yang efektif 27 E. Teknik Analisa Data Teknik data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data diperoleh agar data tersebut dapat difahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi juga oleh orang lain. Adpaun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Editing Yang pertama kali adalah melakukan edit atau memilih/menyortir data sehingga hanya data yang tercapai saja yang tersisa. Langkah editing ini bertujuan untuk merapikan data agar bersih, rapi, dan tinggal menadakan pengolahan lebih lanjut. 2. Skoring Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. 3. Tabulating Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban responden kedalam blanko yang telah tersusun rapih dan rinci dalam bentuk tabel. 51 Menganalisa dengan melihat variabelnya, yaitu : a. Menganalisa satu variabel Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisa secara deskriptif, dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P = F X 100% N % Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi N = Number of Cases (Banyaknya Individu) b. Menganalisa hubungan dua variabel Sebelum menganalis hubungan dua variabel, maka terlebih dahulu semua pernyataan angket diberi skor nilai setiap itemnya. Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah : Selalu ( S ) diberi nilai 4 Sering ( SR ) diberi nilai 3 Kadang-kadang ( KK ) diberi nilai 2 Tidak pernah ( TP ) diberi nilai 1 Untuk lebih memudahkan dalam menyimpulkan hasil penilaian dari setiap variabel, maka dari jawaban angket yang berupa angka dideskripsikan dengan kata-kata, yaitu : Tabel 4 Pengukuran secara Deskripsi Jawaban Pengukuran Jumlah Item A 4 30 Pengukuran secara Deskriptif Sangat Tinggi B 3 30 Tinggi C 2 30 Sedang D 1 30 Kurang 52 Setelah itu, untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut, digunakan Teknik Analisa Korelasional dengan rumus Product Moment, rumusan sebagai berikut : NXY – ( X) (Y) rxy = 2 [ N X 2 ( X ) 2 ][N Y (Y ) 2 ] Keterangan: rxy : Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment N : Number Of cases XY : Jumlah hasil perkalian antar skor X dan Skor Y X : Jumlah seluruh skor X Y : Jumlah seluruh skor Y X2 : Y2 : Jumlah kuadrat seluruh skor Y5 Jumlah kuadrat seluruh skor X Dengan kriteria pengujian: Jika rhitung > rtabel maka Ho ditolak Jika rhitung < rtabel maka Ho diterima 5 75 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara 1999), h 53 Setelah diperoleh angka indeks korelasi “r” product moment maka dilakukan interpretasi secara sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment sebagai berikut.6 Tabel 5 Interpretasi Data Besarnya “r” Interpretasi Product moment (rxy) 0,00 – 0,20 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan. 0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah. 0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup. 0,70 – 0,90 Antar variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. 0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat. Setelah itu dicocokkan dengan tabel nilai koefisien korelasi “r” product moment baik pada taraf signifikan 5% ataupun pada taraf 1% kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak. 6 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2005). Cet. Ke-15, h. 193 54 Untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi “r” Product Moment, prosedurnya adalah sebagai berikut : a. Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho) b. Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan, dengan jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum dalam tabel nilai (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degress of freedomnya (df). Adapun rumusnya sebagai berikut : Df = N-nr Keterangan : df = Degrees of Freedom N = Number of Cases Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan Untuk mencari konstribusi variabel X terhadap variabel Y, penulis menggunakan rumus sebagai berikut : KD = r X 100 % Keterangan : KD = Konstribusi variabel X terhadap variabel Y r = Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Terbitan UIN Jakarta Press, Jakarta, Cetakan ke-2. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara 1. Sejarah Berdirinya MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel bisa dikatakan berada di sebuah perkampungan yang penduduknya sudah padat, tepatnya di Jl. Jamlang Raya No. 23, Rawa Bugel, Harapan Jaya, Bekasi Utara. Sekolah ini di bangun dengan luas area 2.445 M², yang terdapat 4 (emapat) Lembaga Pendidikan yaitu Raudlatul Athfal (RA/TK), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Madrasah ini di kelola oleh sebuah yayasan yaitu Yayasan Pendidikan Raudlatul Islam (YAPRI) yang di dirikan pada tanggal 01 Agustus 1986, yang dikukuhkan oleh Notaris Ny. Siti Qomariah Suparwo. SH, akte No. 7.1 MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel yang terakreditasi Baik ini kepalai oleh Bapak H. Mutawakkil S.Ag, di bawah naungan Yayasan Raudlatul Islam (YAPRI) dengan Dewan Penasehat Bapak KH. Asmawi dan para pendirinya yaitu H. Mutawakkil, Mahdih, H. Hamid, Bahruddin, H. Muhammad Toyib, Muhasan, H. Basar, H. Sopri, Hasan Basri. 1 Hasil wawancara dengan Kepala MTs Annida Al-Islamy RB, tanggal 11 Februari 2010 55 56 Sebagai Lembaga Pendidikan yang bercorak keagamaan, MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel, bukan hanya menerapkan program Kurikulum Departemen Agama saja tetapi menerapkan juga Kurikulum Nasional, dengan mengajarkan 50 % pengetahuan agama dan 50 % pengetahuan umum. Serta memberikan muatan lokal, diantaranya : Tarikh (Khulasoh Nurul Yaqin), Nahwu/Sharaf, Fiqh (Kitab Safinatun Najah), Tafsir Yasin (untuk kelas IX), al-Khot (Kaligrafi), Mahfudzot, Hadits Arba’in Nawawi. Sekolah yang sering menjuarai berbagai kegiatan ekstra kulikuler ini seperti pramuka, paskibra, marawis, rebana, seni baca Qur’an, teater, di tingkat sekolah, kecamatan, kodya, merupakan lembaga pendidikan formal yang merangkul dan sangat memperhatikan kalangan orang tua yang memiliki penghasilan rendah, meskipun ada juga orang tua siswa yang status sosialnya berada pada level menengah tapi itu minim sekali. Hal ini berdasarkan wawancara dengan kepala Madarasah, ini membuktikan bahwa MTs Annida AlIslamy RB bercita-cita tinggi dan mulia dalam meningkatkan sumber daya manusia. MTs Annida Al-Islamy RB adalah madrasah yang di kelolah oleh sebuah Yayasan Islam sebagaimana disebutkan di atas, adapun maksud dan tujuan dari Yayasan ini ialah : a. Membentuk manusia susila yang berjiwa Pancasila dan bertaqwa kepada Allah Swt; b. Membimbing dan menuntun masyarakat dalam ajaran-ajaran Islam serta pengetahuan Agama menuju masyarakat Islam sesuai dengan cita-cita Nabi Muhammad Saw. c. Membantu Pemerintah dalam meningkatkan kecerdasan masyarakat dengan menghasilkan tenaga terampil, terbuka dan dapat menghargai pendapat orang lain, serta memahami dasar ilmu pengetahuan pada umumnya. 57 2. Struktur Organisasi Untuk mengetahui struktur organisasi MTs Annida AlIslamy RB dapat dilihat pada bagan di bawah ini :2 Tabel 6 Struktur Organisasi MTs Annida Al-Islamy RB PENASEHAT PELINDUNG YAYASAN KEPALA MADRASAH TSANAWIYAH SEKRETARIS BENDAHARA WAKASEK WAKASEK WAKASEK WAKASEK BIDANG KURIKULUM BIDANG KESISWAAN BIDANG SARANA PRASARANA BINA SISWA/KONSELING DEWAN GURU 2 Hasil wawancara dengan tenaga Administrasi TU MTs Annida Al-Islamy RB, Tanggal 3 Mei 2010 58 3. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi Unggul dalam Imtaq (Iman dan Taqwa), Cerdas dan terampil dalam Iptek (Ilmu Pengetahuan). Visi tersebut diatas mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kodrat manusia dan harapan masyarakat. b. Misi 1. mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam kehidupan pribadi dan masyarakat luas. 2. Pemberdayaan potensi sumber daya tenaga pendidik guna meningkatkan profesionalisme dalam proses kegaiatan belajar mengajar. 3. Meningkatkan mutu pelayanan pendidikan melalui usaha-usaha peningkatan mutu yang sistematis, terarah dan intensional dalam bidang manajemen, kurikulum, PBM, metode pembelajaran, fasilitas pendidikan, dan pembinaan kesiswaan. 4. Meningkatkan dan mewujudkan suasana kehidupan lingkungan madrasah menjadi masyarakat belajar (leaning community) yang ilmiah dan kondusif. 5. Meningkatkan kerja sama antara Madrasah dengan orang tua, masyakat, komite dan instansi terkait. 6. Meningkatkan dan mewujudkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. c. Tujuan 1. menyiapkan peserta didik yang memiliki karakteristik keagungan akhlakul karimah, keluasan ilmu dan kematangan emosional. 2. Menyiapkan peserta didik mandiri berguna bagi lingkungan dan bangsa.3 3 Hasil wawancara dengan tenaga Administrasi TU …….., Tanggal 3 Mei 2010 59 4. Pengadaan Sarana dan Prasarana ; Tenaga Pendidikan dan Karyawan, Siswa, Tanah dan Bangunan a. Tenaga Pendidikan dan Karyawan Tenaga Kependidikan dan karyawan di MTs Annida AlIslamy RB sebagian besar guru dan karyawan yang mengajar adalah pegawai tetap, mereka memegang bidang studi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Keseluruhan dari jumlah guru dan karyawan berjumlah 31 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :4 Tabel 7 Keadaan Guru dan Karyawan MTs Annida Al-Islamy RB No. Nama 1 H. Mutawakkil Alallah 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Abd. Rafik Abd. Salim Ahmad Fauzi Ahmad Firdaus Ahmad Kurniawan Amin Purwadi Badruddin Deni Damanhuri Fahrurrozi Hana Wahdah Hinayah Ikin Nurulyakin Iyon Parlina Kiki Rifqoh Lala Latifah Lukmanul Hakim M. Jaelani Muhibbul Khoir Mulyanah Murdani Salim Mustofa Rosyadi 4 Jabatan Kep. Madrasah Guru Guru Guru Guru Staf TU Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Jenjang Pendidikan Bidang Studi Mulai Tugas S1 Akhlak 17 Juli 1986 S1 ALIYAH S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 A.Ma S1 ALIYAH S1 A.Ma Fisika Mulok/Mahfudzot SKI Nahwu 2 & 3 Penjaskes SKI 2 & 3 PPKn Mulok/Nahwu 1 Qur'an Hadits Bahasa Arab Matematika 2 Geografi KTK Komputer SKI 1 Sejarah/IPS Aqidah Akhlak KTK Mulok/Tarikh Qur'an Hadits 1 Bahasa Inggris 20 Juli 1995 17 Juli 2001 17 Juli 2007 18 Juli 2002 18 Juli 2006 19 Juli 1993 17 Juli 1996 20 Juli 2000 20 Juli 2000 17 Juli 1994 18 juli 1998 20 Juli 2000 18 Juli 2007 18 Juli 2002 17 Juli 2001 17 Juli 2001 19 Juli 1993 20 Juli 2000 17 Juli 1997 18 Juli 1996 17 Juli 1996 20 Juli 2000 Hasil wawancara dengan Kepala MTs Annida Al-Islamy RB, Tanggal 10 Februari 2010 60 24 25 26 27 28 29 30 Sri Lestari Syamsurizal Tuti Alawiyah Wahyudin Zaini Qamaruddin Hj. Robiatul Adawiyah 31 Ida Farida Guru Guru Kep. TU Guru Guru Guru Staf TU S1 S1 A.Ma S1 S1 S1 S1 Guru S1 Matematika Biologi PKn Akhlak Qur'an Hadits Bahasa Indonesia 17 Juli 1994 18 Juli 1986 17 Juli 1990 17 Juli 2007 18 Juli 2007 17 Juli 2000 17 Desember 2008 20 Januari 2010 Dari tabel diatas dapat diuraikan, bahwa guru MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara berjumlah 28 orang dengan perincian pendidikan terakhir S1 sebanyak 22 orang dan D III 6 orang. Sedangkan untuk karyawan sebanyak 3 orang dengan perincian pendidikan terakhir S1 sebanyak 2 orang dan D III 1 orang.5 b. Data Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010 Tabel 8 Data Siswa MTs Annida Al-Islamy RB6 Tahun Pelajaran 2009-2010 Kelas Keterangan L P Jumlah I 47 46 93 II 62 45 107 III 58 71 129 Jumlah 167 162 329 c. Tanah dan Bangunan d.1 Tanah Luas Tanah a. Fasilitas Bangunan b. Lapangan Upacara c. Kebun Penghijauan d. Lapangan Olah Raga e. Parkiran d.2. Bangunan a. Gedung 5 6 : 2.445 M² : 1.498 M² : 146 M² : 42 M² : 472 M² : 40 M² : 2 Lantai Hasil wawancara dengan Kepala MTs…, Tanggal 10 Februari 2010 Terlampir 61 b. Laboratorium c. Masjid : 96 M² : 150 M² Dari uraian data diatas, bahwa MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara berdiri diatas tanah adat dengan nama wakaf Radhatullah Islam dan bantuan-bantuan dari pemerintah dan swasta dalam pengembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 9 Keadaan Ruangan MTs Annida Al-Islamy RB No. Peruntukan Jumlah 1 Ruang Kepala Madrasah 1 2 Ruang Wakil Kepala Madrasah 1 3 Ruang Guru 1 4 Ruang Tata Usaha 1 5 Ruang Bimbingan dan Penyuluhan 1 6 Ruang Belajar 9 7 Ruang Laboratorium Bahasa 1 8 Ruang Praktek Komputer 1 9 Ruang Perpustakaan 1 10 Ruang Koperasi 1 11 Masjid 1 12 Ruang Gudang 1 13 Pos Penjaga Madrasah 1 14 WC Guru 2 15 WC Siswa 2 16 Dapur 1 Dari uraian tabel keadaan ruangan MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara di atas, bahwa masih banyak saran penunjang yang belum ada diantaranya lab. IPA, yang saat ini dalam tahap pembangunan dsb. 62 B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa, kemudian dat tersebut diolah dalam bentuk tabel deskriptif persentase. Data hasil Kompetensi Profesional Guru variabel X dan Efektivitas Proses Pembelajaran variabel Y yang telah diperoleh melalui angket dapat dideskripsikan sebagai berikut : a. Kompetensi Profesional Guru Tabel 10 Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pelajaran yang diajarkan No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 9 56,25 % 2 Sering 5 31,25 % 3 Kadang-kadang 2 12,5 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Dari total responden (16 orang) yang menjawab bahwa materi yang diberikan oleh guru selalu dipahami 9 orang (56,25 %) responden. Yang menjawab sering sebanyak 5 orang (31,25 %). Demikian halnya responden yang menjawab kadang-kadang, yaitu sebanyak 2 orang (12,5 %). Dan responden yang menjawab tidak pernah paham akan materi yang diajarkan itu tidak ada. Dengan demikian, materi atau pokok bahasan pada setiap pelajaran yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa dan mengindikasikan bahwa guru tersebut sangat menguasai materi pelajaran. 63 Tabel 11 Penguasaan Guru Terhadap pertanyaan yang diajukan oleh Siswa No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 6 37,5 % 2 Sering 6 37,5 % 3 Kadang-kadang 4 25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Dengan memperhatikan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hanya 6 responden (37,5 %) yang menjawab bahwa guru selalu menguasai jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Sedangkan yang menjawab sering itu sebanyak 6 orang (37,5 %). Dan hanya 4 (25 %) responden yang menjawab kadang-kadang. Adapun responden yang menjawab tidak pernah itu tidak ada. Hal ini mengindikasikan bahwa guru sangat mengusai materi dan dapat memberikan pemahaman lebih atas jawaban –jawaban pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Tabel 12 Pemberitahuan tentang Indikator (TIK) dari Materi Pelajaran No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 2 12,5 % 2 Sering 4 25 % 3 Kadang-kadang 10 62,5 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Mengenai pemberitahuan Indikator Pembelajaran (TIK) oleh guru sebelum memulai pelajaran, hanya 2 orang (12,5 %) yang menjawab selalu. 4 orang (25 %) menjawab sering, dan kadang-kadang sebanyak 10 orang (62,5 %). Adapun responden yang menjawab tidak 64 pernah tidak ada. Dengan demikian, setiap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa sehingga siswa dapat mengetahui tujuan mempelajari meteri pelajaran tersebut. Tabel 13 Menggunakan Metode Kombinasi No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 6 37,5 % 2 Sering 6 37,5 % 3 Kadang-kadang 4 25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Berdasrkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada responden yang menjawab tidak pernah ada metode kombinasi (seperti ceramah, latihan, pemberian tugas, demonstrasi, dan lain-lain) yang digunakan oleh guru dalam menyajikan materi pelajaran. Adapun responden yang menjawab selalu ada penggunaan metode kombinasi itu hanya 6 orang (37,5 %) dan yang menjawab sering sebanyak 6 orang (37,5 %). Sedangkan yang lainnya, 4 orang (25 %) responden menjawab kadang-kadang. Hal ini membuktikan bahwa guru sangat cukup kreatif dalam mengkombinasikan macam-macam metode belajar sehingga siswa tidak merasa bosan dengan matei yang diajarkan. 65 Tabel 14 Pemberian Teguran kepada siswa yang Mengganggu PBM No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 6 37,5 % 2 Sering 5 31,25 % 3 Kadang-kadang 4 25 % 4 Tidak pernah 1 6,25 % Jumlah 16 100 % Tabel di atas menyatakan bahwa guru cukup tegas dalam menindak siswa, dengan memberikan teguran, yang mengganggu aktivitas pembelajaran. Hal ini berdasarkan jawaban responden yang menjawab selalu sebanyak 6 orang (37,5 %), sering sebanyak 5 orang (31,25 %), dan kadang-kadang sebanyak 4 orang (25 %). Sedangkan responden yang menjawab tidak pernah 1 orang (6,25 %). No Tabel 15 Guru Mengatur Murid dalam Kelas Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 5 31,25 % 2 Sering 2 12,5 % 3 Kadang-kadang 9 56,25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Mengenai pengaturan guru terhadap siswanya di dalam kelas, hanya 5 responden (31,25 %) yang menjawab selalu, 2 responden (12,5 %) menjawab sering, 9 responden (56,25 %) menjawab kadangkadang, dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian, guru cukup perhatian dan disiplin dalam mengelola kelas. 66 Tabel 16 Ketegasan dalam Menghukum Siswa yang Melanggar No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 1 6,25 % 2 Sering - - 3 Kadang-kadang 9 56,25 % 4 Tidak pernah 6 37,5 % Jumlah 16 100 % Pada tabel di atas diketahui, bahwa hanya 1 responden (6,25 %) yang menjawab bahwa guru selalu memberi sangsi terhadap siswa yang melanggar peraturan, seperti memberikan tugas tambahan. Adapun responden yang menjawab sering itu tidak ada. Sedangkan responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 9 orang (56,25 %) dan yang lainnya sebanyak 6 responden menjawab tidak pernah. Meskipun ada sebagian kecil responden (6,25 %) yang menjawab bahwa guru selalu tegas dalam memberi sangsi, tetapi bila dilihat dari jawaban responden lainnya (56,25 %), maka hal ini membuktikan bahwa guru cukup tegas dalam menindak siswa yang tidak berdisiplin. No Tabel 17 Menganjurkan Menggunakan Buku Penunjang Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 5 31,25 % 2 Sering 2 12,5 % 3 Kadang-kadang 8 50 % 4 Tidak pernah 1 6,25 % Jumlah 16 100 % Tabel di atas menjelaskan, bahwa responden sebanyak 5 orang (31,25 %) menjawab guru selalu menggunakan buku penunjang, selain buku paket, dalam menyampaikan materi pelajaran. Responden yang menjawab sering hanya berjumlah 2 orang (12,5 %) dan 8 orang (50 %) yang menjawab kadang-kadang. Sedangkan yang lainnya, 1 67 responden (6, 25 %), menjawab tidak pernah. Hal ini membuktikan bahwa guru sedikit kurang memberikan perhatian kepada siswa untuk menggunakan buku selain buku paket dalam proses pembelajaran. Tabel 18 Penggunaan Media yang relevan dengan Materi Pelajaran No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 10 62,5 % 2 Sering 2 12,5 % 3 Kadang-kadang 4 25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Dalam menyajikan materi, guru sangat kreatif dalam menggunakan media guna memudahkan siswa dalam menerima pelajaran, sebagaimana dilihat dari jawaban responden sebanyak 10 orang (62,5 %). Responden yang menjawab sering sebanyak 2 orang (12,5 %) dan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 4 (25 %). Sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Tabel 19 Memberikan Pujian kepada Siswa yang hasil Tesnya Baik No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 4 25 % 2 Sering 3 18,75 % 3 Kadang-kadang 9 56,25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Berdasarkan tabel di atas, 4 responden (25 %) menjawab bahwa guru selalu memuji siswa yang berprestasi baik, 3 responden (18,75 %) menjawab sering, 9 responden (56,25 %) kadang-kadang, dan sisanya tidak ada yang menjawab tidak pernah. Dengan demkian, guru tersebut sedikit perhatian dalam memotivasi siswa, dengan 68 memberikan pujian kepadanya, sehingga ia dapat lebih giat lagi untuk belajar. No Tabel 20 Pemberian Motivasi kepada Siswa Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 10 62,5 % 2 Sering 5 31,25 % 3 Kadang-kadang 1 6,25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Berdasarkan tabel di atas, guru sangat perhatian dalam memotivasi siswa agar lebih giat belajar berdasarkan responden 10 (62,5 %) yang menjawab selalu. Dan 5 responden (31,25 %) menjawab sering, 1 responden (6,25 %) kadang-kadang, dan responden pun yang menjawab tidak pernah. tidak ada seorang. Tabel 21 Mengadakan Komunikasi Khusus kepada Siswa yang Kurang Mengerti No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 3 18,75 % 2 Sering 4 25 % 3 Kadang-kadang 9 56,25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Berdasarkan tabel di atas, guru kurang perhatian dalam menjelaskan kembali materi yang kurang dimengerti oleh siswa. Hal ini berdasarkan jawaban responden, yaitu 3 (18,75 %). Responden yang menjawab sering sebanyak 4 orang (25 %) , kadang-kadang sebanyak 9 orang (56,25 %), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa guru 69 kurang memperhatikan siswa yang kurang mengerti dalam memahami materi pelajaran. Tabel 22 Pemahaman Siswa terhadap Soal-soal Ujian Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) No 1 Selalu 10 62,5 % 2 Sering 2 12,5 % 3 Kadang-kadang 3 13,75 % 4 Tidak pernah 1 6,25 % Jumlah 16 100 % Tabel di atas menjelaskan, bahwa responden sebanyak 10 orang (62,5 %) menjawab bahwa siswa selalu memahami soal-soal ulangan dan ujian. Responden yang menjawab sering hanya berjumlah 2 orang (12,5 %) dan 3 orang (13,75 %) yang menjawab kadangkadang. Sedangkan yang menjawab tidak pernah 1 orang (6,25 %) responden. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kebanyakan siswa dapat memahami butir-butir soal, baik ulangan maupun ujian, yang mungkin disebabkan oleh giatnya minat belajar siswa. Tabel 23 Pemberian Kesempatan Remedial bagi siswa yang Nilainya Rendah No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 12 75 2 Sering 2 12,5 % 3 Kadang-kadang 2 12,5 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Ketika seorang siswa mendapat nilai ulangan yang rendah, guru selalu memberikan kesempatan kepadanya untuk memperbaikinya dengan memberikan remedial seperti memberikan tugas, hal ini berdasarkan jawaban responden, yaitu 12 responden (75 70 %) . responden yang menjawab sering sebanyak 2 orang (12,5 %), kadang-kadang sebanyak 2 orang (12,5 %), dan tidak seorang responden pun yang menjawab tidak pernah ada pemberian remedial. Hal ini membuktikan, bahwa guru sangat perhatian terhadap nilai siswa yang dengannya ia lebih giat dan tekun lagi dalam belajar sehingga ia berkesempatan untuk memperbaiki nilainya. No Tabel 24 Memberikan Saran tentang Tugas Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 4 25 % 2 Sering 2 12,5 % 3 Kadang-kadang 9 56,25 % 4 Tidak pernah 1 6,25 % Jumlah 16 100 % Berdasarkan tabel di atas, 4 responden (25 %) menjawab bahwa guru selalu menyarankan siswa agar mengerjakan tugas yang telah diberikan, 2 responden (12,5 %) menjawab sering, 9 responden (56,25 %) menjawab kadang-kadang, dan hanya 1 responden (6,25 %) yang menjawab tidak pernah ada saran. Dengan demikian, guru kurang profesional dalam meningkatkan efektivitas belajar siswa agar lebih memahami pelajaran. 71 b. Efektivitas Proses Pembelajaran No Tabel 25 Pemanfaatan Jam Belajar di Kelas Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 5 31,25 % 2 Sering 9 56,25 % 3 Kadang-kadang 2 12,5 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Dari tabel di atas, kemampuan guru dalam memanfaatkan jam belajar dengan baik, dalam hal ini berdasarkan jawaban responden, yaitu 5 responden (31,25 %) yang menjawab selalu, responden yang menjawab sering sebanyak 9 (56,25 %), kadang-kadang 2 orang (12,5 %), dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa guru cukup memperhatikan waktunya dalam memanfaatkan jam belajar dengan baik. No Tabel 26 Membuat suasana belajar Kondusif dan Menyenangkan Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 7 43,75 % 2 Sering 5 31,25 % 3 Kadang-kadang 4 25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Ketika proses pembelajaran berlangsung guru selalu dapat mengkondusifkan suasana belajar dan menyenangkan, hal ini berdasarkan jawaban responden, yaitu 7 responden (43,75 %). Responden yang menjawab sering sebanyak 5 orang (31, 25%), kadang-kadang sebanyak 4 orang (25 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah itu tidak ada. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa 72 guru sangat mengefektifkan suasana belajar dengan memperhatikan siswa-siswanya. No Tabel 27 Masuk Kelas dengan Tepat Waktu Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 9 56,25 % 2 Sering 3 18,75 % 3 Kadang-kadang 4 25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Guru adalah orang yang digugu dan ditiru, dalam mengajar guru harus selalu tepat waktu, sebagai mana jawaban responden 9 orang (56,25 %), yang menjawab sering sebanyak 3 responden (18,75 %), kadang-kadang 4 orang (25 %), dan yang menjawab tidak pernah itu tidak ada. Dengan demikian, sebagai seorang guru harus dapat menjadi contoh bagi siswanya dengan selalu datang tepat waktu saat mengajar. No Tabel 28 Memberikan Giliran Siswa dalam Bertanya Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 8 50 % 2 Sering 3 18,75 % 3 Kadang-kadang 2 12,5 % 4 Tidak pernah 3 18,75 % Jumlah 16 100 % Dari tabel di atas menyatakan bahwa guru selalu memberikan giliran pada siswanya dalam bertanya, berdasarkan jawaban responden 8 (50 %), sering sebanyak 3 responden (18,75 %), kadang-kadang 2 orang (12,5 %), sedangkan responden yang menjawab tidak pernah 3 73 (18,75 %). Dengan demikian, bahwa seorang guru harus dapat berlaku adil dalam mengajar dan tidak berlaku diskriminatif. Tabel 29 Menjawab Pertanyaan Siswa dengan Jelas dan Singkat No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 4 25 % 2 Sering - - 3 Kadang-kadang 9 56,25 % 4 Tidak pernah 3 18,75 % Jumlah 16 100 % Pada tabel di atas diketahui, bahwa hanya 4 responden (25 %) yang menjawab bahwa guru selalu memjawab pertanyaan siswa dengan jelas dan singkat. Adapun responden yang menjawab sering itu tidak ada. Sedangkan responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 9 orang (56,25 %) dan yang lainnya sebanyak 3 responden menjawab tidak pernah. Meskipun ada sebagian kecil responden (25 %) yang menjawab bahwa guru selalu menjawab pertanyaan siswa, tetapi bila dilihat dari jawaban responden lainnya (56,25 %) maka ini membuktikan bahwa guru harus lebih meningkatkan responnya dalam menjawab pertanyaan siswa. Tabel 30 Guru Memberikan Acuan pada Siswa untuk Bertanya No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 7 43,75 % 2 Sering 6 37,5 % 3 Kadang-kadang 3 18,75 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Dalam proses pembelajaran, guru sangat aktif dalam memberikan acuan pada siswa untuk bertanya guna memotivasi siswa 74 dalam memahami pelajaran, sebagaimana dilihat dari jawaban responden sebanyak 7 orang (43,75 %), responden yang menjawab sering sebanyak 6 orang (37,5 %) dan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 3 orang (18,75 %). Sedangkan yang menjawab tidak pernah itu tidak ada. Tabel 31 Menghubungkan Materi Pelajaran dengan Pengalaman No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 14 87,5 % 2 Sering 2 12,5 % 3 Kadang-kadang - - 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Dalam menyajikan materi, guru sangat kreatif dalam menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman yang ada guna memberikan pelajaran yang sesuai dengan kenyataan, sebagaimana dilihat dari jawaban responden sebanyak 14 orang (87,5 %). Responden yang menjawab sering sebanyak 2 orang (12.5 %) dan yang menjawab kadang-kadang tidak ada, yang menjawab tidak pernah pun tidak ada. No Tabel 32 Menghubungkan Konsep antar Mata Pelajaran Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 5 31,25 % 2 Sering 2 12,5 % 3 Kadang-kadang 9 56,25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Dalam menyajikan materi, guru kurang kreatif dalam menghubungkan konsep antar mata pelajaran guna memudahkan siswa 75 dalam memahami pelajaran, sebagaimana dilihat dari jawaban responden sebanyak 9 orang (56,25 %). Responden yang menjawab sering sebanyak 2 orang (12,5 %) dan yang menjawab selalu sebanyak 5 orang (31,25). Sedangkan yang menjawab tidak pernah itu tidak ada. No Tabel 33 Menyimpulkan Pelajaran dengan Jelas Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 6 37,5 % 2 Sering 2 12,5 % 3 Kadang-kadang 8 50 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Berdasarkan tabel di atas, guru kurang perhatian dalam memberikan kesimpulan mata pelajaran yang di pelajari berdasarkan responden (37,5 %) yang menjawab selalu. Dan 2 responden (12,5 %) menjawab sering, 8 responden (50 %) menjawab kadang-kadang, dan tidak ada seorang responden pun yang menjawab tidak pernah. Tabel 34 Menyesuaikan Media Pembelajaran dengan tujuan Materi Pelajaran No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 8 50 % 2 Sering 5 31,25 % 3 Kadang-kadang 3 18,75 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Pada tabel di atas diketahui, bahwa hanya 8 responden (50 %) yang menjawab bahwa guru selalu menyesuaikan media pembelajaran dengan tujuan materi pelajaran, dengan membuat metode yang efektif. Adapun responden yang menjawab sering itu sebanyak 5 orang (31,25 %). Sedangkan responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 3 orang (18,75 %) dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. 76 No Tabel 35 Menguasai Bahan Pengajaran Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 9 56,25 % 2 Sering 6 37,5 % 3 Kadang-kadang 1 6,25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Tabel di atas menjelaskan, bahwa responden sebanyak 9 orang (56,25 %) menjawab guru selalu menguasai bahan pengajaran dengan baik. Responden yang menjawab sering berjumlah 5 orang (37,5 %) dan 1 orang (6,25 %) yang menjawab kadang-kadang. Sedangkan yang menjawab tidak pernah itu tidak ada. Hal ini membuktikan bahwa guru sangat memberikan perhatian kepada siswa dengan menguasai bahan pengajaran agar siswa dapat mengerti apa yang telah diajarkan. Tabel 36 Menyediakan Media Pembelajaran yang Sesuai dengan Kondisi Siswa No Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 8 50 % 2 Sering 5 31,25 % 3 Kadang-kadang 3 18,75 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Berdasarkan tabel di atas, 8 responden (50 %) menjawab bahwa guru selalu memberikan media pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, 5 responden (31,25 %) menjawab sering, 3 responden (18,75 %) kadang-kadang, dan yang menjawab tidak pernah itu tida ada. 77 No Tabel 37 Membuat Metode Pembelajaran dengan Kreatif Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 11 68,75 % 2 Sering 5 31,25 % 3 Kadang-kadang - - 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Dengan memperhatikan tabel di atas, dapat diketahui bahwa guru selalu memberikan metode yang kreatif, berdasarkan jawaban 11 responden (68,75 %). Sedangkan yang menjawab sering itu sebanyak 5 responden (31,25 %). Dan yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah itu tidak ada. Hal ini mengindikasikan bahwa guru sangat profesional dalam mengembangkan metode pembelajaran. No Tabel 38 Menciptakan Media Pembelajaran yang Efektif Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 4 25 % 2 Sering 6 37,5 % 3 Kadang-kadang 6 37,5 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Dari total responden (16 orang) yang menjawab bahwa media pembelajaran yang diberika oleh guru selalu efektif hanya 4 orang (25 %) responden. Yang menjawab sering sebanyak 6 orang (37,5 %). Demikian halnya responden yang menjawab kadang-kadang, yaitu sebanyak 6 orang (73,5 %). Dan responden yang menjawab tidak pernah guru memberikan media pembelajaran yang efektif itu tidak ada. Dengan demikian, media pembelajaran yang dibuat guru kurang efektif dan mengindikasikan bahwa guru tersebut kurang menguasai pembuatan media yang efektif. 78 No Tabel 39 Tidak Mengambil Keuntungan dari Siswa Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Selalu 5 31,25 % 2 Sering 6 37,5 % 3 Kadang-kadang 5 31,25 % 4 Tidak pernah - - 16 100 % Jumlah Dengan memperhatikan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hanya 5 responden (31,25 %) yang menjawab bahwa guru selalu mengambil keuntungan dari siswa. Sedangkan yang menjawab sering itu sebanyak 6 orang (37,5 %). Dan 5 responden (31,25 %) yang menjawab kadang-kadang. Adapun responden yang menjawab tidak pernah itu tidak ada. 79 Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa/i MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara, maka dapat dikumpulkan dua kelompok nilai yaitu Kompetensi Profesinal Guru (X) dan Efektivitas Proses Pembelajaran (Y). Data tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 40 Skor Angket Kompetensi Profesional Guru Butir Pernyataan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah 1 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 4 2 2 2 2 42 2 4 4 2 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 43 3 4 2 2 3 2 4 2 4 4 4 4 2 2 2 4 45 4 3 2 2 2 4 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 36 5 4 4 2 4 2 2 1 2 4 4 4 2 2 2 2 41 6 4 4 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 38 7 4 2 2 2 3 3 2 3 2 2 4 2 4 2 2 39 8 3 3 2 2 3 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 34 9 3 3 2 3 3 4 2 4 4 2 4 4 4 4 2 48 10 2 3 3 4 3 2 2 2 2 3 4 2 2 2 4 40 11 4 4 4 4 4 4 1 2 4 2 3 3 2 2 2 45 12 4 3 3 4 4 2 2 2 4 4 4 2 2 2 4 46 13 2 4 3 3 1 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 34 14 3 3 3 3 2 2 1 4 4 3 3 3 1 2 1 38 15 3 3 2 3 3 4 1 4 4 2 4 4 3 3 3 46 16 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 57 80 Tabel 41 Skor Efektivitas Proses Pembelajaran Butir Pernyataan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah 1 3 3 4 4 2 4 3 4 4 2 2 2 4 3 4 48 2 4 4 4 2 2 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 52 3 3 2 4 1 2 4 4 2 2 2 4 4 4 3 2 43 4 3 3 3 1 1 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 42 5 4 4 4 2 2 2 4 2 4 2 4 2 4 4 4 48 6 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 2 2 51 7 3 4 2 4 2 2 4 2 2 2 4 2 3 2 3 41 8 3 3 3 3 1 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 43 9 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 2 3 2 4 50 10 4 4 4 4 4 3 3 2 2 4 3 2 3 3 2 47 11 3 3 3 4 2 3 4 3 2 2 4 2 4 2 2 43 12 4 2 2 4 4 3 4 2 2 2 4 4 4 4 2 47 13 3 2 2 3 2 4 4 2 2 3 3 2 4 2 3 41 14 2 2 2 1 1 4 4 4 2 2 3 2 4 2 3 38 15 3 3 4 3 2 3 4 4 2 3 3 3 4 4 3 49 16 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 57 81 Tabel 42 Data Variabel Kompetensi Profesional Guru (X) dan Efektivitas Proses Pembelajaran (Y) No X Y 1 42 48 2 43 52 3 45 43 4 36 42 5 41 48 6 38 51 7 39 41 8 34 43 9 48 50 10 40 47 11 45 43 12 46 47 13 34 41 14 38 38 15 46 48 16 57 57 Jumlah 672 739 Berdasarkan pada tabel diperoleh skor kompetensi profesional guru variabel (X) 672 dan efektivitas proses pembelajaran variabel (Y) 739. 82 C. Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Rumus ini digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara dua variabel, yaitu variabel X sebagai variabel bebas (kompetensi profesional guru), sedangkan variabel Y sebagai variabel terikat (efektivitas proses pembelajaran), sebagai berikut: Tabel 43 Mencari Koefisien Korelasi Antara Kompetensi Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 N=16 X 42 43 45 36 41 38 39 34 48 40 45 46 34 38 46 57 672 Y 48 52 43 42 48 51 41 43 50 47 43 47 41 38 48 57 739 XY 2016 2236 1935 1512 1968 1938 1599 1462 2400 1880 1935 2162 1394 1444 2208 3249 31338 X² 1764 1849 2025 1296 1681 1444 1521 1156 2304 1600 2025 2116 1156 1444 2116 3249 28746 Y² 2304 2704 1849 1764 2304 2601 1681 1849 2500 2209 1849 2209 1681 1444 2304 3249 34501 Dari perhitungan di atas, maka diketahui nilai-nilai sebagai berikut: N= 16 ∑X ∑Y ∑XY ∑X² ∑Y² = 672 = 739 = 31338 = 28746 = 34501 83 Kemudian nilai-nilai yang didapat dimasukan ke dalam rumus product Moment sebagai berikut: N XY- ( X) (Y) rxy = √ [(N ∑X² - ∑X²)] [(N ∑Y² (Y²)] 16.31338– (672) (739) = √[(16.28746 – (672)²] [(16.34501 – (739)²] 501408 – 496608 = √[(459936– (451584)] [(552016 – (546121)] 4800 = √ [(8352) . (5895)] 4800 = √ 49235040 4800 = 7016.768487 = 0,684075583 = 0,68 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh hasil nilai hitung 0,68. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi di atas, terlihat bahwa kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran terdapat hubungan positif yang signifikan. Angka indeks korelasinya sebesar 0,68. 84 Untuk menentukan tingkat korelasi tersebut Anas Sudjono membagi kriteria korelasi koefisien besar “r”, sebagai berikut: Besarnya “r” product moment Interpretasi 0,00-0,20 Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan dianggap tidak ada 0,20-0,40 0,40-0,70 korelasi antara Variabel X dan Variabel Y. Antara Vriabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah. 0,70-0,90 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup. 0,90-1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau tinggi Sedangkan pemberian interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment dengan cara menghubungkan pada tabel nilai “r” product moment, lebih dahulu harus di rumuskan hipotesa alternatif (Ha) dengan hipotesa nihil atau hipotesa nol (Ho) sebagai berikut: Hipotesa alternatif (Ha) = Terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel Kompetensi Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran. Hipotesa nol (Ho) = Tidak ada hubungan yang positif yang signifikan antara variabel Kompetensi Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran. 85 Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan, bahwa nilai korelasi sebesar 0,68 termasuk pada katagori adanya korelasi yang sedang atau cukup. Dengan kata lain terdapat korelasi positif yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara. Dari perhitungan statistik, hasil pengujian hipotesa tersebut diperoleh nilai “r” sebesar 0,68 sedang pada r tabel degree of freedom (df) sebesar 14, maka taraf signifikan 5% adalah 0,497 dan taraf signifikan 1% sebesar 0,623. ini berarti r tabel lebih kecil dari r hitung. Dengan demikian hasilnya menerima hipotesa alternatif serta menolak hipotesa nol sehingga terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran. Demikianlah hasil dari penghitungan antara varibel X yaitu kompetensi profesional guru dengan variabel Y yaitu efektivitas proses pembelajaran. Yang mana kedua variabel ini saling berhubungan, dengan maksud bahwa kompetensi profesional seorang guru sangat menentukan akan proses pembelajaran di kelas dengan menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sehingga diharapkan siswa dapat belajar dengan suasana yang kondusif dan tanpa beban dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di MTs Annida AlIslamy Rawa Bugel Bekasi Utara tentang hubungan kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran, mengantarkan penulis pada beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa Kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru berhubungan langsung dalam pelaksanaan utama tugas keguruannya sebagai pengajar dan pendidik, yang mana guru harus menguasai bahan ajar, mengelola program pembelajaran, mengelola kelas, menggunakan media dan sumber dalam proses pembelajaran, menguasai landasan-landasan pendidikan, mengelola interaksi belajarmengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan di sekolah, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. 2. Berdasarkan hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas poses pembelajaran. Hubungan positif yang signifikan dalam artian seorang guru profesional harus memberikan 86 87 kontribusi dengan menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan di dalam kelas. 3. Berdasarkan obervasi dan penelitian penulis di MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara. Sekolah perlu meningkatkan kompetensi para gurunya dengan mengikuti atau menyelenggarakan berbagai kegiatan kependidikan di dalam maupun luar sekolah, agar kinerja guru dalam proses pembelajaran di kelas lebih berkualitas dengan memfaatkan segala media yang ada di sekolah dan dapat memacu siswanya agar lebih aktif dalam belajar 4. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa r = 0,68 yaitu berada pada kriteria 0,40 – 0,70 yang berarti korelasi yang sedang atau cukup. Dengan demikian ada korelasi positif yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran. Namun demikian masih terdapatnya kecenderungan kompetensi profesional guru yang kurang atau lemah dalam berbagai aspek diantaranya adalah dalam kegiatan pembelajaran, menciptakan iklim kelas yang kondusif, dalam mengajarkan materi pembelajaran, dalam memberdayakan media pendidikan, dalam meningkatkan keterampilan siswa, mengharuskan siswa membuat tugas, dalam menyediakan alat Bantu/media, dalam mengatur siswa, membimbing siswa yang bermasalah dalam belajar. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan sebagai masukan, antara lain: 1. Guru hendaknya dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengajar dan pendidik tidak bertujuan untuk mencari-cari kesalahan para siswanya, tetapi dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pembelajaran harus menjadi tenaga pendidik yang profesional dengan menciptakan pembelajaran yang kondusif. 88 2. Para guru hendaknya selalu melaksanakan tugas atau kewajibannya sebagai pendidik dengan profesional khususnya dalam proses pembelajaran agar terciptanya suasana kelas yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dan tercapainya tujuan pendidikan dengan baik. Dengan kata lain, kepribadian dan ilmu pengetahuan yang dimiliki seorang guru secara tidak langsung akan ditiru dan diteladani oleh siswa. 3. Para siswa hendaknya jangan merasa takut apabila seorang guru melakukan kegiatan bimbingan belajar, karena bimbingan belajar yang dilaksanakan oleh guru bukanlah bertujuan mencari-cari kesalahan akan tetapi itu sebagai langkah remedial terhadap segala materi pelajaran yang mungkin kurang dipahami oleh siswa sehingga tidak berakibat fatal pada prestasi belajarnya. 4. Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor sekolah hendaknya selalu memberikan arahan serat bimbingan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya guna meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. 5. Bagi orang tua hendaknya memberikan arahan dan motivasi kepada anak-anaknya agar lebh giat dalam belajarnya, serta membimbing dan mengawasi mereka dalam belajar. 6. Untuk siswa diharapkan lebih giat lagi dalam belajar agar nilai yang diperoleh dapat meningkat dibandingkan nilai sebelumnya. 7. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan mampu menciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman. DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama Republik Indonesia., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Gema Risalah Press, 1992) Hamidy, Zainuddin., dkk., Terjemah Shahih Bukhari, (Jakarta : Wijaya Jakarta, 1992), cet. Ke-13 Sagala, Syaiful, Dr., M.Pd., H., Kemampuan profesional Guru dan Tenaga Kepedidikan, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2009), cet. Ke-1 A. Pribadi, Benny, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Penerbit Dian Rakyat, 2009), cet. Ke-1 Mulyasa, Enco, Dr., M.Pd., Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-8 Koran Jakarta., Lembar Rona “Membentuk Murid yang Lebih Pede”, (Rabu 17 Maret 2010), Edisi. 628 Ahmadi, Abu, Drs., H., dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991 ), Cet. Ke-1 Arikunto, Suharsimi, Drs., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006 ), cet. Ke-13 Arikunto, Suharsimi, Drs., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996 ) A. Samana, Drs., M.Pd., Profesionalisme Keguruan, ( Yogyakarta Kanisius, 1994 ), cet. Ke-1 Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , “Kamus Besar Bahasa Indonesia ,(Jakarta : Balai Pustaka, 1996), cet. Ke-8 Sadhili, Hasan, “Ensiklopedi indonesia”, (Jakarta ; Ichtiar Baru Van Hoeve), jilid 2 Handayaningrat, Suwarno, “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen”, (Jakarta : PT. I dayu Press 1990), cet. Ke-10 Eko Susilo, Madyo dan Kasihadi, R.B,. “Dasar-dasar Pendidikan”, (Semarang : Effhar Offset, 1990), cet. Ke-1 89 90 Djamarah, Syaiful Bahri,. “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002) Daradjat, Dzakiah, Prof., Dr., Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta : CV. Ruhama, 1994 ), cet. Ke-1 Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000 ) Namsa, Yunus, Drs., Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000 ) Ny. Roestiyah Nk, Dra., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, ( Jakarta : Bina Aksara, 1989 ) Rasito, Hermawan., Pengantar Metodologi Penelitian, ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992 ) Rasyad, Aminuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta : Universitas Muhamadiyah Prof. Dr. Hamka, 2002 ) Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996 ), cet. Ke-6 Sudjono, Anas, Prof., Drs., Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 ), cet. Ke-15 Sujana, Nana., Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung : CV. Sinar Baru, 1989 ) Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001 ), cet. Ke-10 Syah, Muhibbin, Drs., M.Ed., Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1996 ), cet. Ke-3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2006 ), cet. Ke-3 Mulyasa, E, Kurikulum BerbasisKompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Rhineka Cipta, 2002), Gulo, W, Strategi Widiasarana Indonesia, 2002), Belajar Mengajar, (Jakarta: Gramedia 91 Arikunto, Suharsimi., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1999) FITK UIN Jakarta., Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta : 2007) Sanjaya, Wina., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Kencana, 2010), cet. Ke-2 Yamin, Martinis., Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2007), cet. Ke-2