Peningkatan Kualitas Produksi Batu Bata Dengan

advertisement
VUCER
LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2009
Judul
: Peningkatan Kualitas Produksi Batu Bata dengan
Pemanfaatan Lumpur Lapindo
Ketua
: Retno Anggraini, ST. MT, 19750129 200312 2 001
Anggota : 1. Ir. Edhie Wahyuni.S, MT,19570616 198601 2 001
2. Lasmini .A, ST.M.Eng, 19681125 199412 2 001
Dibiayai Oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional, Sesuai Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetitif
Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Riset Dalam Publikasi Domestik Dan
Internasional (Batch I)
Nomor : 026/SP2H/PPM/DP2M/IV/2009
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2009
RINGKASAN
Batu bata adalah bahan bangunan yang terbuat dari bahan tanah liat yang sampai
sekarang masih menjadi kebutuhan dan digunakan dalam jumlah besar. Produksi batu
bata dilakukan sebagai home industri (UKM/ usaha kecil menegah) dengan manajemen
tidak tertata atau bahkan manajemen keluarga. Permasalahan yang sering dialami dari
segi pemasaran yang kurang efektif, padahal kebutuhan batu bata cukup besar. Selain
permasalahan pemasaran, secara kualitas batu bata yang mereka produksi tergantung
bahan baku tanah liat, proses pengeringan dan pembakaran yang sangat tergantung pada
cuaca, dan membutuhkan bahan bakar yang banyak.
Bencana semburan lumpur panas di lokasi pengeboran PT. Lapindo Brantas di
Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, yang telah berlangsung sejak Mei 2006, telah
menghasilkan lumpur dengan volume yang sangat besar. Maka dari itu, diperlukan usahausaha pemanfaatan lumpur hasil semburan yang semakin hari semakin besar volumenya.
Kejadian ini telah menutup lahan-lahan produktif di sekitarnya, sehingga perlu pemikiran
untuk pemanfaatannya sekaligus sebagai pengganti nilai produktif lahan yang telah
digenangi
Berdasarkan diagram Winkler, lumpur Lapindo diklasifikasikan berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai batu bata, keramik dan bahan bangunan lainnya (Triwulan, 2006).
Hasil penelitian di laboratorium kimia menunjukkan bahwa kandungan mineral lumpur
Lapindo sebagian besar adalah mineral silika, sehingga sangat mendukung untuk
digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata dan genteng keramik. Hasil penelitian
pendahuluan tentang kekuatan batu bata lumpur Lapindo (Edhi Wahjuni S., Acief
Sunardi, 2007) dan kekuatan genteng keramik lumpur Lapindo (Edhi Wahjuni S., Agus
Dwiyanto, 2007) menunjukkan bahwa pada prosentase campuran lumpur Lapindo
tertentu akan menghasilkan batu bata dan genteng keramik dengan kekuatan yang cukup
baik.
Adapun metode pendekatan yang digunakan dalam upaya perbaikan sarana
prasarana disini akan memakai konsep TRI DAYA antara lain pemberdayaan manusia,
pemberdayaan usaha dan pemberdayaan lingkungan.
Untuk itu, agar pelaksanaan
program kegiatan tersebut dapat mencapai hasil yang optimal sebagaimana yang
diharapkan, maka diperlukan adanya penyusunan perencanaan secara tepat, menyeluruh
dan terpadu..
Dari hasil analisa diketahui bahwa penambahan lumpur Lapindo secara optimum
pada pembuatan bata akan meningkatkan kuat tekan bahan bata yang ada. Penambahan
lumpur Lapindo pada bata pada komposisi I (20%) dan komposisi II (25%) meningkatkan
nilai kuat tekan bahan rata-rata dari kuat tekan bahan rata-rata bata normal. Nilai kuat
tekan bahan rata-rata bata normal adalah 16,894 kg/cm2 dan nilai kuat tekan bahan ratarata bata Lapindo Komposisi I dan II 17,208 kg/cm2 dan 18,92 kg/cm2. Nilai pengujian
akan dibandingkan dengan nilai kuat tekan bahan rata-rata berdasarkan SII 0021-78.
Untuk pencampuran batu bata dengan proporsi campuran optimum 20% – 25%
akan menghasilkan kekuatan maksimum yang mampu dipikul oleh bata dengan lumpur
lapindo yaitu sekitar 17 Mpa dan ini masih bisa digunakan untuk bangunan – bangunan
yang memikul beban struktural. Sedangkan dengan campuran yang lebih besar hingga
mencapai 70% lumpur lapindo dan 30% tanah liat asli bata masih memiliki kemampuan
yang cukup untuk memikul beban non struktural.
Kekuatan bata diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, sesuai dengan kebutuhan.
Untuk bata dengan campuran lumpur lapindo dapat dikategorikan sebagai bata dengan
kemampuan menengah kebawah dalam memikul beban. Sedangkan untuk bata normal
mampu memikul beban dari kelas menengah hingga keatas.
Untuk pemroduksian batu bata dengan lumpur lapindo pada lokasi yang dekat
dengan sumber semburan lumpur lapindo seperti diwilayah gempol, pandaan, porong dan
sekitarnya maka dapat dipastikan akan membutuhkan biaya produksi yang lebih rendah
daripada di lokasi yang jauh dari lumpur Lapindo.
DAFTAR PUSTAKA
Edhi W & Acief Sunardi. 2007. “Pengaruh Penggunaan Lumpur Lapindo Sidoarjo
Terhadap Kuat Tekan Batu Bata”. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan
Sipil Fakultas Teknik Unibraw, 2007.
Edhi W & Agus Dwiyanto. 2007. “Pengaruh Penggunaan Lumpur Lapindo Terhadap
Kuat Lentur Genteng Keramik”. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Unibraw, 2007.
Mochammad Chanip Harahap. 2007. “Optimalisasi Variasi Kadar Air Pada Campuran
Mortar Terhadap Kuat Tekan Dinding Pasangan Bata Merah”. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Malang: Jurusan Sipil Fakultas Teknik Unibraw, 2007.
Anonim. 2000. ASTM. West Conshohocken: ASTM Int’l.
Anonim. 2006. Banjir Lumpur Panas Sidoarjo. http://id.wikipedia.org.
Anonim. 1965. Bata Merah sebagai Bahan Bangunan NI-10. Bandung: Yayasan Dana
Normalisasi Indonesia.
Anonim. SII 0021-78. Mutu Dan Cara Uji Bata Merah Pejal. Jakarta: Departemen
Perindustrian.
Anonim 2002. SK-SNI 03-6861.1-2002. Spesifikasi Bahan Bangunan – Bagian A Bahan
Bangunan Bukan Logam . Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Anonim. 1998. SNI 03-2095 Genteng Keramik. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Anonim. 1996. SNI 03-4164 Pasangan Bata. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Depudi Bidang TPSA-BPPT. 2006. Pengelolaan Luapan Air dan Lumpur di Porong
Sidoarjo. Sidoarjo: Dinas Lingkungan.
Frick, Heinz dan Ch. Koesmartadi. 1999. Ilmu Bahan Bangunan, Seri Konstruksi
Arsitektur 9. Yogyakarta: Kanisius.
Ismoyo DH. 1984. Bahan Bangunan Teknik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
M. Das, Braja. 1988. Mekanika Tanah, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Mukono dan Triwulan. 2006. Bahan Bangunan dari Lumpur Lapindo Aman bagi
Kesehatan. Surabaya: ITS. http://www.its.ac.id/semuaberita.php.
Noerwarsito, Totok. 2006. Blok Lempung Porits. Surabaya: Laboratorium StrukturArsitektur ITS.
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1995. Bahan Bangunan. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada
Download