BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Investasi Investasi

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Investasi
Investasi merupakan suatu aktiva yang digunakan perusahaan
untuk pertumbuhan kekayaan (Accretion wealth) melaui distribusi hasil
investasi (seperti bunga, royalti, dividen, dan uang sewa) untuk apresiasi
nilai investasi atau untuk mendapat manfaat lain bagi perusahaan yang
berinvestasi,
seperti
manfaat
yangdiperoleh
melalui
hubungan
perdagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukanmerupakan investasi
(SAK, 1999).
Investasi dapat diartikan sebagai kegiatan menanamkan modal
baiklangsung maupun tidak langsung, dengan harapan pada waktunya
nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil
penanaman modal tersebut (Hamid, 1995)
Investasi merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada sebuah
atau sekumpulan aset selama periode tertentu dengan harapan dapat
memperolehpenghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi (Jones,
2004). Pengertian investasi tersebut menunjukkan bahwa tujuan investasi
adalah meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun
dimasa yang akan datang (Dhuwita,2003).
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pasar Modal
Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk
hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan
pemerintah atau perusahaan swasta. Pada dasarnya fungsi pasar modal
sebagai wahana demokratisasi pemilikan saham yang ditunjukkan dengan
semakin banyaknya institusi dan individu yang memiliki saham
perusahaan yang telah go public. (Suad Husnan,1994)
Sebagaimana
telah
disinggung
sebelumnya,
pasar
modal
mempunyai peranan penting dalam mobilisasi dana untuk menunjang
pembangunan nasional. Akses dana dari pasar modal telah mengundang
banyak perusahaan nasional maupun patungan untuk menyerap dana
masyarakat tersebut dengan tujuan yang beragam. Namun, sasaran
utamanya adalah meningkatkan produktivitas kerja melalui ekspansi usaha
dan/atau mengadakan pembenahan struktur modal untuk meningkatkan
daya saing perusahaan.
Instrumen-instrumen pasar modal Indonesia yang memungkinkan
mobilisasi dana masih relatif terbatas jika dibandingkan dengan bursabursa dunia yang sudah mapan. Kendati demikian, dalam usia yang relatif
muda, pasar modal Indonesia telah menjadi wahana penting diluar
perbankan untuk menyediakan 10 dana yang diperlukan dunia usaha
melalui penjualan saham dan obligasi serta derivatifnya.
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001, p5): “Saham dapat
didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan
di perusahaan tersebut”.
Pengertian saham menurut Widoatmojo (2000, p43) “sebagai tanda
penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hokum dalam suatu
perusahaan. Saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high return.
Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang
keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi.” Sedangkan
menurut Tjiptono dan Hendy (2001, p5), saham dapat didefinisikan
sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa saham dapat didefinisikan sebagai suatu tanda penyertaan atau
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas.
3.1)
Jenis-Jenis Saham
Menurut Jogiyanto (2009, pp111-119), terdapat beberapa jenis saham,
yaitu:
a) Saham preferen
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi
dan saham biasa.
b) Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock).
c) Saham treasuri
Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang
sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali
oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagai
treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.
3.2)
Keuntungan Membeli Saham
Menurut Tjiptono dan Hendy (2001, pp8-9), keuntungan yang
diperoleh para investor dengan membeli atau memiliki saham sebagai
berikut:
a) Dividen
Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
commit to user
saham tersebut atas keuntungan
yang dihasilkan perusahaan. Dividen
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam
RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu
yang relative lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada
dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak
mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya
kepada seiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai
dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula
berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham
diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang
dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen saham tersebut.
b) Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham Telkom
(TLKM) dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya
dengan harga per saham Rp3.500 yang berarti pemodal tersebut
mendapatkan capital gainsebesar Rp 500 untuk setiap saham yang
dijualnya. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek
mengejar keuntungan melalui capital gain. Misalnya seorang pemodal
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membeli saham pada pagi hari dan kemudian menjualnya lagi pada
siang hari jika saham mengalami kenaikan.
3.3)
Risiko Investasi pada Saham
Seperti halnya investasi, saham juga dikenal dengan karakteristik
high risk-high return. Yang berarti saham merupakan surat berharga yang
memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan tinggi namun juga
berpotensi risiko tinggi.
Menurut Tjiptono dan Hendy (2001, p10), risiko apa saja yang
dihadapi investor dengan kepemilikan sahamnya adalah sebagai berikut:
a) Tidak mendapat Dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan
menghasilkan
keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak
dapat membagikan dividen jika perusahaan tidak dapat membagikan
dividen jika perusahaan tersebut mengalami
kerugian.
Dengan
demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatka dividen
ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
b) Capital loss
Dalam
aktivitas
perdagangan
mendapatkan capital
gain
saham,
tidak
selalu
pemodal
alias keuntungan atas saham yang
dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga
jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal
mengalami capital loss.
Menurut Sulistyastuti ( 2002, p11), Risiko investasi saham terbagi atas
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
unsystematic risk atau risiko tidak sistematis dan systematic risk atau
risiko sistematis. Risiko tidak sistematis disebut juga risiko unik
adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi dan siklus bisnis. Karena
berkaitan dengan siklus bisnis maka risiko ini disebut risiko bisnis.
Sesuai dengan konsep portofolio, risiko bisnis dapat dikurangi dengan
diversifikasi maka risiko unik atau risiko tidak sistematis ini juga
sering dikatakan sebagai diversified risk. Sedangkan risiko sistematis
terkait dengan kondisi pasar disebut risiko pasar. Risiko sistematis
merupakan risiko yang tidak dapat diversivikasi maka risiko ini sering
disebut undversified risk. Risiko sitematis diukur dengan beta. Beta
inilah yang digunakan sebagai ukuran risiko pasar yang relevan untuk
menentukan tingkat keuntungan yang diharapkan. Suatu saham yang
memiliki indeks beta = 0 berarti saham tersebut bebas risiko. Indeks
beta yang besar menandakan returnsaham tersebut lebih sensitive
terhadap return pasar, yang berarti juga lebih berisiko.
3.4)
Tingkat Pengembalian yang Diharapkan
Menurut Sulistyastuti (2002, p13), tingkat pengembalian yang
diharapkan (The Required Rate of Return) merupakan tingkat keuntungan
yang layak bagi investor. Tingkat keuntungan tersebut ditentukan oleh
Risk Free Rate, Beta (Market Return–Risk Free Rate) Sesuai Capital Asset
Pricing Model yang dikemukakan oleh Hary Markowitz menjelaskan
bahwa market return–risk free ratemerupakan premi risiko. Dimana premi
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
risiko merupakan kombinasi dari beberapa risiko yaitu risiko bisnis, risiko
financial, rasio likuiditas.
3.5)
Penilaian Harga Saham
Penilaian (valuation) adalah proses penentuan harga sekuritas atau
aktiva modal (capital assets). Pendekatan nilai yang dipakai merupakan
salah satu penentuan nilai intrinsik sekuritas, yaitu nilai sekuritas yang
seharusnya berdasarkan fakta. Nilai ini adalah nilai sekarang dari arus kas
yang disediakan untuk investor, didiskontokan pada tingkat pengembalian
yang ditentukan sesuai dengan jumlah risk yang menyertainya.
Nilai dari suatu surat berharga secara umum terbagi 2 :
1) Nilai Pasar, harga pasar pada saat aktiva diperdagangkan
2) Nilai intrinsik, nilai sekuritas yang seharusnya dimiliki
berdasarkan seluruh faktor penilaian
Analisis saham bertujuan untuk menafsir nilai suatu saham dan
kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market
price). Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang
diharapkan dari saham tersebut.
Pedoman yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) NI < harga pasar saat ini : Undervalued ( harga terlalu murah
atau rendah)
b) NI > harga pasar saat ini : Overvalued ( harga terlalu mahal
atau tinggi )
c) NI = harga pasar saat ini : harganya wajar.
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Indeks Harga Saham
Menurut Tjiptono dan Hendy (2001, p95), indeks harga saham
merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham.
Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu:
a. Sebagai indikator trend pasar.
b. Sebagai indikator tingkat keuntungan.
c.
Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.
d.
Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
e.
Memfasilitasi berkembangnya produk derivative.
Berikut ini adalah beberapa indeks yang dimiliki BEI berdasarkan
pendapat Jogiyanto (2009, pp101-107) :
a.) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
IHSG
merupakan
value-weigthed
index,
yaitu
perhitungannya
menggunakan nilai (value) kapitalisasi pasar. IHSG di BEI meliputi
pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen.
b.) Indeks Liquid 45 (ILQ-45)
Indeks liquid 45 (ILQ-45) dimulai pada tanggal 13 Juni 1994 dan tanggal
ini merupakan hari dasar indeks dengan nilai awal 100. Indeks ini dibentuk
hanya dari 45 saham-saham yang paling aktif diperdagangkan.
Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pemilhan saham yang
masuk ILQ-45 adalah liquiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria
sebagai berikut ini:
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi sahamnya masuk
dalam urutan 60 terbesar di pasar regular.
2) Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya
masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar regular.
3) Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan. ILQ-45
diperbaharui tiap 6 bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari
dan Agustus.
c.) Jakarta Islamic Index(JII)
JII dibuat oleh BEI berkerjasama dengan PT. Danareksa Invesment
Management. JII menggunakan basis tanggal Januari 1995 dengan nilai
awal sebesar 100. JII diperbarui setiap 6 bulan sekali, yaitu pada awal
bulan Januari dan Juli. JII merupakan indeks yang berisi dengan 30 saham
perusahaan yang memenuhi kriteria investasi berdasarkan Syariah Islam.
d.) Indeks Papan Utama dan Indeks Papan pengembangan
Pada tanggal 8 April 2002, BEI memperkenalkan dua indeks lagi,
yaitu Main Board Index(MBX) dan Development Board Index(DBX).
Main Board Index(MBX) dimulai dengan 334 saham dan Development
Board Index(DBX) dimulai dengan 287 saham. Papan Utama (Main
Board) dimaksudkan untuk menampung emiten yang berukuran besar dan
mempunyai
catatan
kinerja
yang
baik.
Papan
Pengembangan
(Development Board) dimaksudkan untuk penyehatan perusahaanperusahaan yang kinerjanya menurun, perusahaan-perusahaan yang
commit
to user
berprospek baik tetapi belum
menguntungkan.
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e.) Indeks Kompas 100
Pada tanggal 10 Agustus 2007, BEJ (Bursa Efek Jakarta) bekerja
sama dengan harian Kompas merilis indeks yang baru yang disebut
dengan Indeks Kompas 100. Indeks ini berisi dengan 100 saham yang
berkategori mempunyai liquiditas yang baik, kapitalisasi pasar yang tinggi,
fundamental yang kuat, serta kinerja perusahaan yang baik.
5. Analisis Investasi Saham
6.1 Analisis Fundamental
Bila seorang investor ingin melakukan investasi jangka panjang,
analisis fundamental mampu memberikan hasil yang optimal dalam
menentukan
menggunakan
keputusan
analisis
investasi.
teknikal,
Sebab
bila
kita
dibandingkan
dengan
menggunakan
analisis
fundamental maka dapat diketahui performa perusahaan secara utuh;
termasuk kondisi perusahaan dimasa yang akan datang. Kondisi perusahaan
ini lah yang akan mempengaruhi pergerakan harga sahamnya. Sebagai
perumpamaan, bila investor memiliki pertimbangan dan perhitungan bahwa
pada masa yang akan datang perusahaan mempunyai prospek yang bagus
maka harga saham perusahaan tersebut akan naik.
Dasar pemikirannya adalah asumsi bahwa harga saham perusahaan
akan selalu mendekati nilai wajarnya, Sehingga perhitungan mengenai nilai
wajar suatu perusahaan dianggap penting, karena dengan dihitungnya nilai
wajar suatu perusahaan dan membandingkannya dengan harga pasar maka
commit to user
dapat diambil kesimpulan apakah saham yang diperdagangkan tersebut
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
harganya dalam keadaan undervalued, overvalued atau fair price. Penilaian
ini selanjutnya digunakan untuk pengambilan keputusan apakah suatu
saham sebaiknya dibeli, dijual, atau disimpan.
6. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah ukuran aktivitas ekonomi yang memberikan
gambaran tentang peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang
diproduksi oleh sistem perekonomian. Dampak dari kenaikan inflasi dapat
mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, dan bahkan inflasi yang
tinggi dapat mendorong timbulnya resesi.
Di sisi lain, kenaikan inflasi mempunyai dampak positif dan
negatif
terhadap
kinerja
perusahaan.
Dampak
positifnyaadalah
meningkatkan pendapatan perusahaan karena naiknya harga jual produk.
Sedangkan dampak negatifnya, kenaikan inflasi dapat menyebabkan
meningkatnya biaya kapital, biaya tenaga kerja, dan biaya bahan baku. Jika
peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang
dapat dinikmati oleh perusahaan, karena kenaikan biaya perusahaan ini
tidak dapat diserap oleh harga jual kepada konsumen, maka profitabilitas
perusahaan akan menurun.
7. Tingkat Suku Bunga
Setiap bulannya, Dewan Gubernur BI akanmengumumkan berapa
tingkat suku bunga (BI Rate) untuk bulan berjalan dalam Rapat Bulanan
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dewan Gubernur. Tingkat suku bunga digunakan sebagai instrumen
kebijakan pemerintah dalam operasional moneter BI dengan tujuanuntuk
mengendalikan jumlah uang beredar.
Pada dasarnya, BI akan menurunkan tingkat suku bunga apabila
inflasi diperkirakan akan berada dibawah target inflasi, dan sebaliknya.
Untuk mendorong investasi, BI akan menurunkan tingkat bunga sehingga
para perusahaan akan lebih mudah melakukan investasi yang kemudian
akan meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Kebijakan ini
akan mendorong masyarakat untuk lebih melakukan investasi dan
konsumsi dibandingkan menabung. Lebih lanjut lagi, peningkatan kegiatan
konsumsi
yang disebabkan
oleh
penurunan
tingkat
bunga
akan
meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan, yang pada akhirnya
akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Sebaliknya, BI akan menerapkan kebijakan uang ketat dengan
meningkatkan suku bunga dalam kondisi inflasi. Tujuannya agar
masyarakat lebih suka menabung daripada melakukan investasi atau
konsumsi. Namun bagi perusahaaan, tingkat suku bunga yang tinggi akan
menurunkan nilai perusahaan sehingga harga sahamnya akan turun.
Peningkatan
suku
bunga
akan
meningkatkan
biaya
modal
perusahaansehingga menurunkan profitabilitas perusahaan, karena secara
langsung akan meningkatkan beban bunga. Perusahaan yang memiliki
banyak hutang akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap
kenaikan tingkat bunga.
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu, tingkat suku bunga jugadigunakan sebagai ukuran
keuntungan investasi yang dapat diperoleh oleh investor dan juga
merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
untuk menggunakan dana dari investor. Sebagai contoh, meningkatnya
tingkat suku bunga dapat menyebabkan berkurangnya minat pemodal untuk
melakukan investasi di saham. Pemodal akan memilih investasi pada
instrumen keuangan dengan imbal balik yang pasti, seperti deposito dan
obligasi. Mengingat perubahan dalam tingkat bunga ini biasanya
mendahului perubahan pada pasar modal, maka sangat penting untuk
mengidentifikasikan perubahan tingkat bunga ini.
8. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar uang suatu negara adalah harga uang negara tersebut
terhadap mata uang negara lain. Dengan demikian, nilai tukar rupiah adalah
harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Kebijakan nilai tukar rupiah
ditetapkan untuk mempengaruhi arus barang dan jasa serta modal dari dan
ke dalam Indonesia.
Nilai tukar Rupiah yang rendah terhadapmata uang negara lain akan
mendorong peningkatan eksport dan dapat mengurangi laju pertumbuhan
import. Laju pertumbuhan impor berkurang karena disebabkan turunnya
daya beli masyarakat terhadap barang impor, yang kemudian akan
membuat barang dalam negeri menjadi kompetitif bila dibandingkan
dengan barang impor. Melemahnya daya beli masyarakat ini diakibatkan
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena turunnya nilai tukar akan meningkatkan biaya impor bahan baku
dan peralatan
yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga dapat
meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan
harga produk yang dihasilkan perusahaan.
Hal ini akan menyebabkan menurunnya tingkat profitabilitas
perusahaan. Meski dapat meningkatkan nilai ekspor, penurunan nilai tukar
Rupiah juga dapat meningkatkan biaya impor bahan baku dan
meningkatkan suku bunga. Bila peningkatan biaya impor bahan baku dan
peningkatan suku bunga lebih besar dari peningkatan nilai ekspor maka hal
ini akan menurunkan profitabilitas perusahaan. Selain itu, nilai tukar rupiah
yang rendah akan menjadi kurang menarik sehubungan dengan tingkat
keuntungan investasi dalam Rupiah.
9.
Jumlah Uang Yang Beredar
Uang yang beredar adalah seluruh “ uang kartal “ dan “ uang giral “
yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat ( Boediono, 2001:86 )
Jumlah uang yang beredar adalah kuantitas uang yang ada dalam
perekonomian (Mankiw 2000:155)
Terdapat beberapa ukuran jumlah uang yang beredar yang menjadi
indikator ekonomi moneter yaitu :
a. Uang Primer ( M0 atau uang inti ), terdiri atas uang dan logam yang
diedarkan, saldo gieo bank dan giro perusahaan pada Bank Indonesia
b. Uang Kartal, terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Uang giral, terdiri atas rekening giro, simpanan berjangka dan tabungan
dalam rupiah.
d. Uang kuasi, terdiri atas deposito, simpanan berjangka dan simpanan
valas.
e. MI (uang beredar dalam arti sempit), terdiri atas uang kartal dan uang
giral.
f. M2 terdiri atas M1 dan uang kuasai (tabungan dan deposito berjangka
dalam rupiah dan valuta asing, ditambah giro valas milk masyarakat).
M2 disebut uang beredar dalam arti luas yang sekaligus mencerminkan
likuiditas perekonomian. Jumlah uang yang beredar dalam arti luas
(M2) merupakan indikator yang bermanfaat karena kadang-kadang M2
memperlihatkan stabilitas yang lebih tinggi daripada M1 dan juga telah
terbukti
menjadi
barometer
yang
lebih
baik
bagi
kegiatan
perekonomian.
Jumlah uang yang beredar tidak seluruhnya ditentukan oleh
pemerintah. Perilaku bank-bank dan masyarakat umum ikut menentukan
pula proses timbulnya uang yang beredar. Para pakar moneter meyakini
bahwa jumlah uang beredar ini adalah indikator yang bagus untuk
memprediksi tingkat inflasi.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh variabel-variabel makro ekonomi
terhadap pasar
saham telah banyak dilakukan dengan menggunakan
to user dan hasil yang berbeda-beda .
beberapa pendekatan yangcommit
berbeda-beda
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Namun dilihat secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat variabel
makro terhadap pasar saham.
Kondisi makroekonomi suatu negara dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi
kinerja
perusahaan
di
negara
tersebut.
Faktor
makroekonomi yang secara langsung mempengaruhi kinerja saham
maupun kinerja perusahaan antara lain tingkat suku bunga, tingkat inflasi,
nilai tukar mata uang negara tersebut, jumlah
uang beredar, kondisi
perekonomian internasional (M. Samsul dalam Ardian Agung, 2008 ).
Kementrian Perdagangan RI memberikan suatu indikator perekonomian
yang dipakai di Indonesia yaitu : tingkat inflasi, tingkat suku bunga, nilai
tukar, jumlah uang beredar, dan produk Domestik Bruto (PDB).
Penelitian yang dilakukan pada Istanbul Stock Exchange (ISE) yang
dilakukan oleh Rjoub (2009) menemukan bahwa inflasi, jumlah uang yang
beredar dan nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh negative terhadap
return saham. Thorbecke (1997) menemukan hasil bahwa terdapt hubungan
yang berkebalikan antara tingkat suku bunga dengan saham. Fama (1981)
dalam Barners (1999) menemukan bahwa terdapat pengaruh negatif antara
harga saham dengan inflasi. Jumlah uang yang beredar mempunyai
pengaruh yang sama dengan tingakt inflasi. Kedua aspek tersebut tidak bisa
dipisahkan satu sama lain.
Pada peneltian yang dilakukan oleh Adjasi
(2009) pada Ghana
Stock Exchange ( GSE ) meneliti pengaruh variabel makro yang berasal
dari negara tersebut ( tingkat inflasi, nilai tukar, jumlah uang beredar,
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tingkat suku bunga) serta harga komoditas dunia seperti, harga minyak,
emas, dan komoditas coklat yang dihasilkan oleh Ghana. Hasil dari
penelitian tersebut memperlihatkan bahwa variabel tingkat suku bunga dan
harga coklat yang dihasilkan oleh Ghana mempunyai pengaruh positif
dengan harga saham GSE. Sedangkan variabel lain, mempunyai pengaruh
yang negatif.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Thobarry
(2008)
memperlihatkan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh positif
signifikan dan variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap
indeks harga sahamsektor properti, sedangkan variabel suku bunga dan
pertumbuhan GDP hanya signifikan bila diuji secara bersamaan dan tidak
mempunyai pengaruh signifikan bila diuji secara parsial. Secara parsial
variabel kurs (nilai tukar ) yang memberikan pengaruh signifikan terhadap
IHSG.Variabel tingkat inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang
beredartidak berpengaruh terhadap IHSG.
Oksiana
Jatinigsih
(2007)
meneliti
tentang
penagruh
variabel
makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan
mdoel regresi linear bergand. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan
adalah IHSG, tingkat inflasi, tingkat suku bunga deposito, kurs rupiah
terhadap dollar amerika, dan jumlah uang beredar. Variabel uang beredar,
inflasi dan tingkat suku bunga deposito secara parsial tidak bepengaruh
terhadap IHSG. Variabel kurs rupiah terhadap dollar secara parsial
menunjukkan hasil bahwa mempunyai pengaruh negatif dan signifikan.
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Secara simultan variabel tingkat inflasi,suku bunga deposito, kurs rupiah,
dan uang beredar mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
C. Kerangka pemikiran
INFLASI
TINGKAT SUKU BUNGA
HARGA SAHAM LQ 45
NILAI TUKAR RUPIAH
JUMLAH UANG YANG
BEREDAR
Gambar. 2.1
D. Hipotesis
Dalam penelitian yang dilakukan Solnik (1996) menggunakan
regresi stock market return dengan suku bunga dan perubahan tingkat
menunjukkan penemuan yang konsisten terhadap hubungan negative antara
bunga untuk setiap Negara.
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Enny Pudjiastuti (2000), yang meneliti pengaruh return pasar
terhadap tingkat inflasi, suku bunga deposito terhadap returndi industri
dasar dan kimia yang list 1997 – 1999. Hanya 6 saham (dari 30 saham)
yang menunjukkan bahwa inflasi mempunyai hubungan positif, dan 2
saham menunjukkan hubungan negatif. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut hipotesis penelitian ini :
H1 : Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada harga saham
Penelitian Banerjee dan Bishnu (2007) yang dilakukan di pasar
saham di Bangladesh yang meneliti tentang hubungan antara nilai tukar
dan suku bunga dengan harga saham. Hasil yang diperoleh adalah bahwa
dalam jangka pendek nilai tukar dan suku bunga tidak memiliki pengaruh
yang signifikan. Pengaruh yang signifikan terlihat pada jangka panjang.
Persamaan penelitian dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa dalam
penelitian ini penulis menggunakan variabel nilai tukar dan tingkat suku
bunga dalam upaya mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam hal tempat
penelitian, jumlah variabel yang digunakan serta alat analisis yang
digunakan. Berdasarkan hasil peneltian tersebut hipotesis penelitian ini :
H2 : Tingkat suku bunga berpengaruh negatif pada harga saham
Sa'adah dan Panjaitan (2006) melakukan penelitian dengan
judul Interaksi Dinamis Antara Harga Saham Dengan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dollar Amerika Serikat
dimuat
pada Jurnal Ekonomi dan
commithasil
to user
Bisnis. pp : 46-62 Berdasarkan
penelitian dengan metode VAR (
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Vector Auto Regression ) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi
dinamis
yang
signifikan
antara harga saham dengan nilai tukar.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut hipotesis penelitian ini :
H3 : Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif pada harga saham
Hermanto dan Manurung ( 2002) dalam penelitiannya tenatng
pengaruh variabel makro, investor, dan bursa yang telah maju terhadap
indeks BEJ mengungkapkan bahwa variabel jumlah uang beredar (dalam
arti M2) mempunyai penagruh yang positif terhdap indeks BEJ. Karena
dana yang dipegang oleh masyarakat semakin banyak maka semakin
banyak pula dana yang akan digunakan untuk melakukan investasi di
bursa saham, sehingga akan menaikkan harga saham yang nantinya akan
berpengaruh pada kenaikan IHSG. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
hipotesis penelitian ini :
H4 : Jumlah uang yang beredar berpengaruh positif pada harga
saham.
commit to user
28
Download