manajemen pembelajaran paud sesuai kerja otak

advertisement
MANAJEMEN PEMBELAJARAN PAUD
SESUAI KERJA OTAK
Desi Kusumawati
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
FKIP –Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Manajemen pembelajaran PAUD adalah cara guru dalam merencanakan, melaksanakan
proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran, seperti yang dinyatakan dalam
Permendikbud 137 Tahun 2014. Mengajar dengan pendekatan multiple intellegencies itu yang
disukai otak. Apple Kids Preschool Salatiga sebagai salah satu sekolah PAUD yang ada di Salatiga
telah menyelenggarakan pendidikan yang memperhatikan kemampuan siswa sesuai kerja otak.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manajemen pembelajaran di Apple Kids
Preschool Salatiga yang sesuai dengan kerja otak. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah (1)
Bagi Penulis: menambah pengetahuan tentang manajemen pembelajaran siswa PAUD yang sesuai
dengan kerja otak; (2) Bagi Sekolah: mengetahui kekurangan dan kelebihan manajemen
pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengamati situasi sosial yang ada
di lapangan. Subyek dalam penelitian ini adalah Apple Kids Preschool Salatiga. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis ini meliputi hal-hal mengenai
gambaran umum tentang alasan atau hal-hal yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran siswa
Apple Kids Preschool Salatiga sesuai dengan kerja otak. Strategi untuk menyikapi pengelolaan
pembelajaran siswa sesuai dengan kerja otak yang ada di Apple Kids Preschool Salatiga disusun
dengan analisis Medan Daya/Kekuatan atau Force Field Analysis (FFA) yang dikembangkan oleh
Kurt Lewin (1951).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan manajemen pembelajaran di Apple Kids
Preschool Salatiga sesuai dengan kerja otak. Pembelajaran yang dilaksanakan memperhatikan
kerja otak (multiple intellegencies), gaya belajar setiap siswanya terbukti dalam diagram medan
kekuatan yang menunjukkan factor pendorong lebih besar dari factor penghambat (18 > 10). Hal
tersebut dapat dilihat dari perencanaan pembelajaran melalui RPPH di mana metode yang
digunakan dalam pembelajaran untuk setiap materi bervariasi, misalnya metode bercerita,
dongeng, pengamatan, tebak gambar, bernyanyi, bermain peran, games dan field trip. Pelaksanaan
pembelajarannya berpusat pada siswa (active learning). Manajemen pembelajaran yang
dilaksanakan di Apple Kids Preschool Salatiga sudah sesuai dengan Permendikbud 137 Tahun
2014
Kata Kunci: Manajemen Pembelajaran, PAUD, Kerja Otak
I.
PENDAHULUAN
Pendidik anak usia dini merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan,
melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan,
pelatihan, pengasuhan dan perlindungan. Pendidik anak usia dini terdiri atas guru PAUD, guru
pendamping, dan guru pendamping muda (Permendikbud No. 137 Tahun 2014 Pasal 24 Ayat 1
dan 2). Supriadi (1999) menuliskan ada 16 negara berkembang yang mana guru memberikan
kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18%,
sarana fisik 26%. Sedangkan di 13 negara industry kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%,
waktu belajar 22%, dan sarana fisik 19%. Data tersebut memberikan arti bahwa manajemen
pembelajaran memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar.
Selain manajemen, guru juga memberikan kontribusi hampir sepertiganya. Guru PAUD
dilihat dari kualifikasi akademik harus memiliki ijasah Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1)
dalam bidang pendidikan anak usia dini yang diperoleh dari program studi terakreditasi atau
memiliki ijasah D-IV/S1 kependidikan yang relevan atau psikologi yang diperoleh dari program
studi terakreditasai dan memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAUD dari Perguruan
Tinggi yang terakreditasi. Sedangkan untuk guru pendamping kualifikasi akademiknya harus
memiliki ijazah D-II PGTK dari program studi terakreditasi atau memiliki ijazah minimal SMA
atau sederajat dan memiliki sertifikat pelatihan/pendidikan/kursus PAUD jenjang guru
pendamping dari lembaga yang kompeten dan diakui pemerintah. Kenyataannya di lapangan,
kualifikasi akademik guru PAUD yang ada di Indonesia belum semuanya berijasah S1.
Tidak terpenuhinya kualifikasi akademik guru PAUD mempengaruhi keterampilan guru
dalam mengajar. Mengajar itu bukan sekedar mentransfer ilmu secara instan tetapi harus sesuai
cara kerja otak. Gravitasi belajar siswa berpusat pada otak. Guru PAUD yang super adalah ketika
guru mengajar, siswa mengalami proses belajar. Hak paling asasi siswa dilihat dari ketika guru
mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa. Hak mengajar itu ada di tangan siswa bukan di tangan
guru. Mengajar yang disukai anak usia dini itu menggunakan otak.
Otak adalah mesin penghasil kepandaian. Cara menggunakan otak dengan berpikir. Berpikir
adalah belajar. Belajar tidak hanya duduk manis memperhatikan guru di kelas, tetapi juga
berinteraksi adalah belajar. Belajar juga dapat dilakukan dengan mengimajinasikan materi, seperti
Einstein mengimajinasikan angka-angka (Said dan Budimanjaya, 2015). Guru dan orang tua
berpandangan bahwa anak PAUD yang belum bisa membaca sampai jelang masuk SD disebut
bodoh sedangkan anak dengan keterampilan yang memadai seperti melukis, olahraga belum
disebut sebagai “anak pintar”. Paradigma guru dan orang tua tersebut salah kaprah.
Goleman (2006), mengidentifikasikan mengenai “kapan yang pintar menjadi bodoh” itu
ketika kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan
menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa dan
manajemen sabra saat tercipta kondisi emosional. Perilaku bodoh tidak ditunjukkan oleh perolehan
angka dari hasil ulangan, tetapi dari ketidakmampuan mengolah perilaku emosional. Menurut
Yohanes Surya siswa berkemampuan rendah dapat menjadi pandai karena dua hal yaitu guru yang
tepat dan strategi/metode pembelajaran yang sesuai. Guru PAUD dapat mengembangkan strategi
pembelajaran inovatif yang relative baru dalam dunia pendidikan melalui strategi pembelajaran
multiple intelligences.
Apple Kids Preschool Salatiga sebagai salah satu sekolah PAUD yang ada di Salatiga telah
menyelenggarakan pendidikan yang memperhatikan kemampuan siswa sesuai kerja otak.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manajemen pembelajaran di Apple Kids
Preschool Salatiga yang sesuai dengan kerja otak. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah (1)
Bagi Penulis: menambah pengetahuan tentang manajemen pembelajaran siswa PAUD yang sesuai
dengan kerja otak; (2) Bagi Sekolah: mengetahui kekurangan dan kelebihan manajemen
pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Pembelajaran PAUD
Manajemen pembelajaran PAUD adalah cara guru dalam merencanakan, melaksanakan
proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran, seperti yang dinyatakan dalam
Permendikbud 137 Tahun 2014. Perencanaan pembelajaran dapat menjadi acuan bagi guru PAUD
dalam melaksanakan pembelajaran yaitu Program Semester (Prosem), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Mingguan (RPPM), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).
Pelaksanaan pembelajaran di PAUD dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) yang mencakup kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Kegiatan pembukaan merupakan upaya mempersiapkan siswa PAUD secara psikis dan
fisik untuk melakukan berbagai aktivitas belajar. Kegiatan inti merupakan upaya pembelajaran
yang dilakukan melalui kegiatan bermain yang memberikan pengalaman belajar secara langsung
kepada anak sebagai dasar pembentukan sikap, perolehan pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan
penutup yang dimaksud di sini adalah upaya menggali kembali pengalaman bermain anak yang
telah dilakukan dalam satu hari, serta mendorong anak mengikuti kegiatan pembelajaran
berikutnya.
Evaluasi pembelajaran PAUD mencakup evaluasi proses dan hasil pembelajaran yang
dilakukan oleh guru untuk menilai keterlaksanaan rencana pembelajaran. Evaluasi hasil
pembelajaran dilaksanakan oleh guru dengan membandingkan antara rencana dan hasil
pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut sebagai dasar bahan pertimbangan tindak lanjut pelaksanaan
pengembangan selanjutnya.
Penelitian tentang manajemen atau pengelolaan pembelajaran pernah dilakukan oleh
Setyawati, dkk tentang analisis pengelolaan pembelajaran oleh guru PAUD di Kecamatan
Pontianak Timur. Hasil penelitiannya menunjukkan guru yang mengajar 59% membuat Rencana
Kegiatan Harian (RKH); guru dalam melaksanakan interaksi pembelajaran dengan siswa, 97%
dapat menyebutkan potensi dan kekurangan siswa; hanya 3 % guru yang menunjukkan lembar
evaluasi penilaian pada saat pembelajaran; 74% guru membimbing siswa mengembangkan
potensi. Selain itu hasil penelitian Setiyadi (2013) menyimpulkan kesiapan perencanaan
pembelajaran yang dilakukan pengelola PAUD Firdausy sudah sesuai dengan acuan menu
pembelajaran yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan; proses pembelajaran di PAUD Firdausy
mengacu pada prinsip belajar sambil bermain, mempunyai delapan sentra kegiatan bermain yaitu
sentra seni, persiapan, imtag, memasak, bahan alam dan sains, main peran, balok dan smot;
evaluasi pembelajarannya melalui pengamatan, pencatatan anekdot dan portofolio.
Mengajar dengan Pendekatan Multiple Intelligences yang Disukai Otak
Mengajar yang disukai otak itu dimulai dari mengenali tipe-tipe kecepatan belajar dengan
baik diantaranya fast learner, normaly learner, slow learner dan very slow learner. Setelah itu
guru perlu membangun rasa percaya diri dan memotivasi siswa. Guru juga perlu mengajar dengan
hati, sabar, humoris dan sesuai dengan kecerdasan majemuk dan gaya belajar siswa. Strategi
mengajar multiple intelligences adalah dengan pembelajaran siswa aktif (active learning)
Belajar yang bermakna terjadi bila siswa berperan secara aktif dalam proses belajar.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian siswa berkurang seiring dengan berlalunya
waktu. Seperti penelitian yang dikemukakan oleh Pollio (1984) mengatakan bahwa perhatian
siswa dalam memperhatikan pelajaran di ruang kelas hanya sekitar 40% dari waktu pembelajaran
yang tersedia. Sedangkan Mc Keachie (1986) menyebutkan bahwa dalam 10 menit pertama
perhatian siswa dapat mencapai 70% dan berkurang sampai 20% pada waktu 10 menit terakhir.
(Siregar dan Nara, 2014).
Menurut Fink (1999) active learning adalah suatu proses pembelajaran untuk
memberdayakan siswa agar belajar dengan menggunakan berbagai cara secara aktif. Penggunaan
strategi active learning dalam pembelajaran akan lebih efektif jika lesson plan guru didesain sesuai
dengan gaya belajar siswa. Gaya belajar terdiri dari empat yaitu gaya belajar visual, kinestetik,
audio, audio-visual. Sedangkan kecerdasan majemuk (multiple intelegencies) menurut Siregar dan
Nara (2014) terdiri dari kecerdasan linguistic, logis-matematis, spasial, musical, naturalis,
kinestetik-jasmani, antarpribadi, intrapribadi, eksistensial.
Mengajar siswa PAUD yang memiliki kecerdasan linguistik dapat menggunakan pendekatan
bercerita dan dongeng. Pendekatan bercerita bersifat monolog. Bercerita memiliki maksud yang
mirip dengan dongeng. Perbedaannya dongeng menitikberatkan pada cerita kisah masa lalu yang
sarat pesan moral dan mengandung makna hidup, sedangkan bercerita adalah cerita yang
disampaikan oleh pencerita, namun kisah cerita yang disampaikan tidak terikat pada masa lalu
saja, tetapi juga cerita masa kini dan juga cerita masa depan. Persamaannya adalah penggunaan
media dan ada pelaku yang menyampaikan dongeng atau pelaku cerita.
Kegiatan bercerita yang digunakan guru PAUD pada siswa dipercaya melibatkan gaya
belajar audio, kinestetik dan visual. Pendekatan lain yakni pendekatan dongeng. Teknik
penyampaian dongeng disampaikan melalui metode bercerita yang disampaikan secara
komunikatif disertai penggunaan media atau peraga, untuk memvisualisasikan tokoh dalam cerita
tersebut. Pengajaran yang paling disenangi siswa PAUD adalah mendongeng. Pada usia 0-8 tahun
pendekatan dongeng efektif untuk menumbuhkan kemauan membaca pada anak usia dini dapat
melalui cerita melalui media-media buku (Said dan Budimanjaya, 2015).
Kegiatan belajar mendengarkan dongeng merupakan gaya belajar auditori. Merangkum
intisari dongeng merupakan gaya belajar linguistic, sementara dongeng yang disampaikan dengan
media alat bantu dapat memaksimalkan gaya belajar spasial-visual. Kegiatan mendongeng yang
digunakan guru pada siswa dipercaya melibatkan gaya belajar auditori dan visual.
Anak yang memiliki kecerdasan logis matematis dapat menggunakan strategi/pendekatan
pengamatan. Mengamati dalam kegiatan belajar siswa dikondisikan untuk mendeskripsikan suatu
ciri tertentu atau sifat tertentu suatu bahan. Pembelajaran menggunakan kegiatan pengamatan
menjadi inti dari pembelajaran pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013.
Kegiatan mengamati terhadap suatu obyek tertentu melatih nalar dan logika siswa. Bagi
siswa PAUD dengan kemampuan nalar (logis-matematis) sangat menyukai kegiatan pengamatan.
Kegiatan pengamatan yang dilakukan siswa PAUD secara outdoor melibatkan lingkungan alam,
dapat merangsang kemampuan naturalis siswa PAUD. Gaya belajar yang digunakan pada kegiatan
pengamatan adalah visual, auditori dan kinestetik.
Siswa PAUD yang memiliki kecerdasan spasial-visual menggunakan pendekatan tebak
gambar dan menulis di udara. Pendekatan tebak gambar adalah sebuah keterampilan menebak
secara pasti atau kira-kira, objek yang ditebak didasarkan dari ciri-ciri, kriteria tertentu di mana
kebenarannya bersifat belum pasti. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menyebut/menuliskan
nama gambar yang ditampilkan guru dalam aktivitas belajar siswa.
Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengajar siswa PAUD yang memiliki kecerdasan
musik melalui bernyanyi; kecerdasan kinestetik melalui bermain peran dan lari kanan kiri benar
salah; kecerdasan interpersonal menggunakan pendekatan memberi dan menerima; kecerdasan
intrapersonal menggunakan strategi games siapa saya; kecerdasan naturalis menggunakan strategi
tebak suara hewan dan karyawisata.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengamati situasi sosial yang ada
di lapangan. Subyek dalam penelitian ini adalah Apple
Kids Preschool Salatiga. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis ini meliputi hal-hal mengenai
gambaran umum tentang alasan atau hal-hal yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran siswa
Apple Kids Preschool Salatiga sesuai dengan kerja otak. Strategi untuk menyikapi pengelolaan
pembelajaran siswa sesuai dengan kerja otak yang ada di Apple Kids Preschool Salatiga disusun
dengan analisis Medan Daya/Kekuatan atau Force Field Analysis (FFA) yang dikembangkan oleh
Kurt Lewin (1951).
Tahap-tahap FFA menurut Sianipar dan Entang (2003) yaitu: (1) Mengidentifikasi masalah
berdasarkan isu strategis. Isu strategis dapat menyangkut aspek kelembagaan. Melalui aspek
tersebut dapat diidentifikasi masalah-masalah dalam menyikapi perbedaan agama; (2)
Mengelompokkan masalah-masalah tersebut untuk dianalisis; (3) Menganalisis masalah dengan
mengidentifikasi berbagai kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat; (4) Faktor-faktor
pendorong dan penghambat dinilai berdasarkan skor; (5) Skor yang diberikan berdasarkan aspekaspek berikut: a) urgensi atau bobot faktor dalam mencapai kinerja; b) dukungan atau kontribusi
tiap faktor dalam mencapai kinerja; 3) keterkaitan antara faktor dalam mencapai kinerja.
Supriyanto dan Damayanti (2007) memberikan pedoman penilaian faktor penghambat dan
faktor pendorong. Pedoman penilaian untuk faktor penghambat sebagai berikut: faktor sangat kuat
menghambat pencapaian tujuan (81-100 %) nilai 5; faktor kuat menghambat pencapaian tujuan
(61-80 %) nilai 4; faktor cukup kuat menghambat pencapaian tujuan (41-40 %) nilai 3; faktor
kurang menghambat pencapaian tujuan (21-39 %) nilai 2; faktor sangat kurang menghambat
pencapaian tujuan (0-20 %) nilai 1. Sedangkan pedoman penilaian untuk faktor pendorong yaitu
faktor sangat kuat mendorong tercapainya tujuan (81 -100%) nilai 5; faktor kuat mendorong
tercapainya tujuan (61-80 %) nilai 4; faktor cukup kuat mendorong tercapainya tujuan (41-40 %)
nilai 3; faktor kurang mendorong tercapainya tujuan (21-39 %) nilai 3; faktor sangat kurang
mendorong tercapainya tujuan (0-20 %) nilai 1. Diagram medan kekuatan dapat dilihat dalam
gambar di bawah ini.
ARAH YANG DIINGINKAN
D1= 5
H1=5
D2=4
H2=3
D3=5
H3=1
D4=4
H4=1
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
Total Faktor Pendorong = 18 > Total Faktor Penghambat = 10
“D” lebih besar dari “H”
Keterangan:
D1 = Metode pembelajaran bervariasi
H1 = Metode pembelajaran monoton
D2 = Menggunakan semua gaya belajar siswa
(visual, auditorial, kinestetik)
H2 = Menggunakan satu gaya belajar
D3= Memperhatikan kecerdasan majemuk
yang dimiliki siswa
D4 = Ada program pembelajaran
H3= Tidak memperhatikan kecerdasan
majemuk yang dimiliki siswa
H4 = Tidak ada program pembelajaran
Gambar 1 : Diagram Medan Kekuatan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Manajemen pembelajaran yang dilakukan di Apple Kids Preschool Salatiga dapat dilihat dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran Apple Kids Preschool Salatiga dilihat
dari dokumennya ada Program Semester (Prosem), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM),
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Sekolah setiap minggunya selalu membagikan RPPM
atau Apple Kids Preschool menyebutnya dengan weekly schedule kepada setiap siswa. Di dalam RPPH
terdapat metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi apa yang akan diajarkan. Misalnya
materi tentang menanam padi dan menangkap ikan, metode yang digunakan yaitu ke Taman Kelinci. Materi
tentang ekspresi maka metode yang digunakan yaitu bermain peran.
Pelaksanaan pembelajaran di Apple Kids Preschool Salatiga terdiri dari pembukaan, inti dan
penutup. Tahap pembukaan setiap hari dimulai pukul 07.30 WIB (kelas pagi) dan 10.00 WIB (kelas siang).
Kegiatan yang dilakukan adalah seluruh siswa berkumpul di hall untuk bernyanyi, menari, berdoa atau
dikenal dengan nama morning circle. Tujuannya agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti
dilaksanakan di setiap kelas yang terdiri dari 10 siswa dengan 2 orang guru untuk kelas Little Apple, Green
Apple, Yellow Apple (Play Group), sedangkan 20 siswa dengan 3 orang guru untuk kelas Orange Apple
dan Red Apple (Kindergarten). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh informasi bahwa
pembelajaran yang ada di Apple Kids Preschool Salatiga dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan
dilihat dari rasio guru dengan murid sangat ideal yaitu 1:5. Artinya satu orang guru menangani lima orang
siswa. Sedangkan standar dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun
2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menyatakan untuk PAUD dengan anak
didik usia 2-4 tahun maka rasio guru dan anak maksimal 1: 8 (satu guru menangani delapan siswa).
Evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan di Apple Kids Preschool Salatiga dilaksanakan oleh guru
kelas. Evaluasi tersebut disampaikan kepada orang tua setiap semester dua kali. Evaluasi proses
pembelajaran disampaikan pula oleh guru kepada orang tua lewat communication book jika dalam proses
pembelajaran anak dapat menunjukkan sikap, kepandaian atau apapun juga yang dinilai guru luar biasa dan
orang tua perlu mengetahuinya.
Berdasarkan diagram medan kekuatan pada gambar 1 diketahui faktor pendorong untuk menyikapi
manajemen pembelajaran siswa di Apple Kids Preschool Salatiga yang sesuai dengan kerja otak lebih besar
yaitu 18 dibandingkan faktor penghambatnya yaitu 10. Faktor pendorong yang dimiliki Apple Kids
Preschool Salatiga yaitu metode pembelajaran yang dilaksanakan bervariasi (bercerita, dongeng,
pengamatan, tebak gambar, bernyanyi, bermain peran, games dan field trip); menggunakan semua gaya
belajar yang ada (visual, kinestetik dan auditorial); memperhatikan kecerdasan majemuk yang dimiliki
siswa; dan ada program pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) mengenai
pembelajaran yang dilakukan setiap harinya. Keempat faktor pendorong tersebut ikut membantu
manajemen pembelajaran siswa yang sesuai dengan kerja otak .
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan manajemen pembelajaran di Apple Kids
Preschool Salatiga sesuai dengan kerja otak. Pembelajaran yang dilaksanakan memperhatikan kerja otak
(multiple intellegencies), gaya belajar setiap siswanya terbukti dalam diagram medan kekuatan yang
menunjukkan factor pendorong lebih besar dari factor penghambat (18 > 10). Hal tersebut dapat dilihat dari
perencanaan pembelajaran melalui RPPH di mana metode yang digunakan dalam pembelajaran untuk
setiap materi bervariasi, misalnya metode bercerita, dongeng, pengamatan, tebak gambar, bernyanyi,
bermain peran, games dan field trip. Pelaksanaan pembelajarannya berpusat pada siswa (active learning).
Manajemen pembelajaran yang dilaksanakan di Apple Kids Preschool Salatiga sudah sesuai dengan
Permendikbud 137 Tahun 2014
Saran yang dapat diberikan untuk sekolah yaitu: sekolah dapat terus mengembangkan manajemen
pembelajaran yang sesuai dengan kerja otak dan menjadi modal untuk promosi sekolah; model manajemen
pembelajaran yang ada dapat ditularkan ke sekolah-sekolah lain. misalnya dengan mengundang sekolah
lain untuk mengikuti kegiatan seminar atau workshop manajemen pembelajaran sesuai kerja otak. Bagi
penulis selanjutnya dapat melakukan penelitian best practise lain di sekolah ini seperti best practise
manajemen kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Fink, L.Dee. 1999. Active Learning, Reprinted with Permission of the Oklahoma Instructional
Development Program. http://edweb.sdsu.edu/people/bdodge/Active/ActiveLearning. html
Said, Alamsyah., Budimanjaya, Andi. 2015. 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences. Jakarta:
Prenadamedia Group
Setiyadi. 2013. Pengelolaan Pembelajaran Pada PAUD Firdausy Sukoharjo. Naskah Publikasi.
Surakarta:
Program
Pascasarjana
Magister
Manajemen
Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah
Sianipar J.P.G., Entang H.M. 2003. Teknik-Teknik Analisis Manajemen. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara
Siregar, Eveline., Nara, Hartini. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia
Supriadi, D. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Supriyanto, S., Damayanti, Nyoman Anita. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya: Airlangga
University Press
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 Tahun 2014
Download