Jurnal Mathedu, Vol. 2, Suplemen, Nopember 2007 Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Topik Persegipanjang Dan Persegi Di Kelas VII SMP Negeri 9 Kendari Saleh Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Haluoleo Kendari 93232 e-mail:[email protected] Abstract: Mathematics for most students is a diffcult subjek as indicated by low achieviment in the subject. This facts havent at all levels of elementary and secondary schools including SMP Negeri 9 Kendari. This happen mostliy because the object of mathematics are abstract. In schools teachers usally teach mathematics formally not giving students to use ther informal mathematics. This is why students only memorize mathematical concepts and procedure. That lead to the low mathematical achievement. In this research, I propose an innovative approach to mathematics learning that provides students to reinvent mathematical concepts and procedure by solving contextual problems. This approach is known as Realistics Mathematics Education (RME). RME is now used national wide in the Netherlands schools. This can be seen through uttilizing instructional materials developed based on the philosophy of RME. This research consists of two stages, that is, instructional material development and quosi experiment. The experiment will test the hypothesis of comparing students’ mathematical achievement from group (using experiment RME approach) and control group (using conventional approach). Applying a modified 4-D models from Thiagarajan, at al. I obtained set of good instructional material for the topic Rectangles and Square consisting of lesson plans, teacher’s guide,activity sheets, and achievement test.From the experimen, I can conslude that mathematics learning using RME approach is effective and students’ mathematical achievement from experiment group is better than those from control group. Keywords : Realistics matehematics educations, effectivenness, student result. learning equipment, learning PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan mendasar dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan sosial, teknologi, maupun ekonomi. Soedjadi (1994:1) mengemukakan bahwa pendidikan satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Berdasarkan hal tersebut berarti pendidikan dituntut untuk menghasilkan lulusan yang diharapkan mampu memecahkan masalah, pemikir kritis dan kreatif sehingga dapat mengekspresikan diri mereka dalam perkembangan zaman. Sekolah adalah salah satu wadah kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai pencipta sumber daya manusia. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah matematika. Matematika mempunyai peran yang cukup besar dalam memberikan berbagai kemampuan kepada siswa untuk keperluan studi lanjut, penataan kemampuan berpikir, dan kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan matematika. Menurut Soedjadi (2000:45), Pendidikan matematika seharusnya memperhatikan dua tujuan, yaitu (1) tujuan yang bersifat formal, yaitu penataan nalar serta pembentukan pribadi anak didik, dan (2) tujuan yang bersifat material, yaitu penerapan matematika serta keterampilan matematika. Dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara matematika serta diharapkan mampu menerapkan matematika itu dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan nyata Berdasarkan hal tersebut, diharapkan siswa memiliki kemampuan matematika yang baik. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa kualitas pendidikan matematika kita mulai dari SD sampai dengan SMA bahkan mungkin sampai Perguruan Tinggi belum memuaskan, data yang bisa dilihat antara lain: (1) prestasi matematika Indonesia di tingkat internasional, IMO (International Mathematics Olympiad) dari tahun 1995 – 2004 yang terbaik berada pada urutan 37 dari 82 negara dengan skor 70 pada tahun 2003 (http://imo.math.ca/results/CRBY.html), (2) dalam TIMSS (Third International Mathematics and Science Study), peserta dari Indonesia hanya berada pada rangking 34 dari 38 negara peserta (Jawa Pos, 8 Desember 2000 dalam Marpaung, 2001:1), (3) 1 2 hasil survei yang dilakukan asosiasi penilaian pendidikan internasional (dalam Maesuri, 2002: 2), bahwa prestasi matematika anak Indonesia untuk tingkat SLTP berada pada urutan ke- 34 dari 38 negara. Singapura di urutan teratas, Malaysia di urutan ke-14 dan Amerika Serikat di urutan ke-18. Dari data di atas mengindikasikan bahwa penguasaan siswa terhadap matematika di sekolah masih rendah. Lemahnya penguasaan siswa terhadap matematika tersebut menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Upaya perbaikan pembelajaran matematika sekolah pun sudah banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar di sekolah, misalnya penataran guru-guru, peningkatan kualifikasi pendidikan guru, pembaharuan kurikulum, penelitian tentang kesulitan dan kesalahan siswa dalam belajar matematika, namun hasilnya belum memuaskan. Soedjadi (2001a:1) berpendapat bahwa penyebab kesulitan tersebut bisa bersumber dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa, misalnya cara penyajian materi pelajaran atau suasana pembelajaran yang dilaksanakan. Pembelajaran matematika selama ini guru cenderung mendominasi proses belajar mengajar dengan menerapkan metode konvensional sebagai metode utama, siswa menerima materi pelajaran secara pasif dengan mencatat dan mendengar apa yang ditulis atau dikatakan oleh guru, pengajaran matematika sering sebagai wujud pelimpahan fakta matematis dan prosedur perhitungan kepada siswa dengan menekankan perhitungan bukan penalaran sehingga siswa cenderung menghafal. Soedjadi (2001a,1), mengemukakan bahwa selama ini pengajaran matematika terpateri kebiasaan pada urutan penyajian teori/definisi/teorema dilanjutkan dengan pemberian contoh-contoh yang selanjutnya diberikan soal. Hal ini menyebabkan siswa kurang punya kesempatan untuk menggunakan caranya sendiri dalam memecahkan suatu masalah. Siswa terbiasa bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran. Berkaitan dengan uraian di atas, maka perlu dilakukan perubahan paradigma pembelajaran matematika dari paradigma ‘guru menjelaskan – murid mendengarkan’ ke arah paradigma ‘siswa aktif mengkonstruksi – guru membantu’ dengan cara guru perlu menciptakan suasana yang membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalan yang diberikan. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang membantu keaktifkan siswa untuk berpikir dalam pembentukan pengetahuannya, hal ini dilakukan dengan membiarkan mereka berusaha menyelesaikan persoalan yang diberikan. Cara belajar-mengajar seperti itu sangatlah sesuai dengan prinsip konstruktivisme. Menurut Suparno (1997, 49), Secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme meliputi (1) pengetahuan dibangun oleh murid sendiri baik secara personal maupun secara sosial; (2) pengetahuan tidak dapat di pindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar; (3) murid aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; (4) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi siswa berjalan mulus. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang dijiwai nilai konstruktivisme adalah Realistic Mathematics Education (RME). Dalam bahasa Indonesia RME berarti Pendidikan Matematika Realistik, secara operasional disebut Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Realistic Mathematics Education (RME) pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari (www.pmri.or.id). Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994). Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalanpersoalan “realistik”. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak hanya mengacu pada realitas saja tetapi juga pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa. PMR merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Pendekatan ini menuntut keaktifan siswa dalam proses belajar, siswa mempelajari ide-ide dan konsep-konsep matematika melalui permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan lingkungannya. Pada PMR masalah nyata atau yang dapat dibayangkan dengan baik oleh siswa merupakan titik awal pembelajaran, yang digunakan sebagai sumber munculnya konsep matematika yang semakin meningkat abstrak. Jadi dalam pembelajaran dikelas siswa 3 “seolah-olah menemukan kembali” sifat, definisi atau teorema. Dengan demikian siswa di dorong atau di tantang untuk aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang akan di perolehnya. Salah satu materi matematika yang diajarkan di kelas VII SMP dalam kurikulum 2006 adalah materi “Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya” dengan salah satu topiknya adalah persegipanjang dan persegi. Materi ini menurut informasi beberapa guru, masih merupakan materi yang sulit bagi siswa misalnya siswa masih kesulitan menyelesaikan soalsoal yang terkait dengan keliling, luas persegipanjang dan persegi, padahal topik ini merupakan salah satu materi yang berhubungan erat dengan realita kehidupan sehari-hari. Topik ini juga merupakan bagian yang mendasar dalam belajar matematika lebih lanjut misalnya pada geometri khususnya pada bangun datar. Berdasarkan hal tersebut, maka konsep persegipanjang dan persegi ini hendaknya dapat dipahami secara mendalam oleh siswa sehingga dapat menerapkannya untuk menyelesaikan suatu masalah dalam kehidupan sekitarnya serta yang lebih penting adalah siswa tidak mengalami kesulitan dalam belajar matematika lebih lanjut di kemudian hari terutama yang terkait dengan topik persegipanjang dan persegi. Untuk itu, dengan menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik dalam pembelajaran matematika di sekolah diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi tesebut. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengembangan dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika realistik yang baik untuk topik persegipanjang dan persegi di kelas VII SMP Negeri 9 Kendari? 2. Apakah pembelajaran matematika realistik efektif untuk mengajarkan topik persegipanjang dan persegi di kelas VII SMP Negeri 9 Kendari? 3. Apakah hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika realistik lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika konvensional untuk topik persegipanjang dan persegi di kelas VII SMP Negeri 9 Kendari? METODE PENELITIAN Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian eksperimen semu (quasi experiment), yang diawali dengan penelitian pengembangan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku guru (BG), lembar kegiatan siswa (LKS), dan tes hasil belajar (THB). Pengembangan perangkat mengacu pada model 4-D (four D model) oleh Thiagarajan, Semmel (1974: 5) yang sudah dimodifikasi (hasil modifikasi disajikan pada gambar 1). Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 9 Kendari tahun pelajaran 2006/2007 yang terdiri dari 11 kelas paralel. Sampel penelitian dipilih 2 kelas secara acak untuk ditetapkan menjadi kelas eksperimen (VII4) dan kelas kontrol(VII6). Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan pendekatan PMR, sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran matematika konvensional. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah pretes-postes dua kelompok. Data tentang kemampuan guru mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, respon siswa dan hasil belajar siswa di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Pembelajaran matematika realistik dikatakan efektif jika memenuhi 3 dari 4 aspek berikut, dengan syarat asper ke4 terpenuhi: (1) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran efektif; (2) aktivitas siswa efektif; (3) respon siswa terhadap pembelajaran positif dan (4) hasil belajar secara klasikal tuntas. Analisis statistik inferensial ANAKOVA digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu ”hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan PMR lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional”. Data yang akan dianalisis adalah skor pretes (kemampuan awal siswa) sebagai variabel penyerta (kovariat) dan skor postest (hasil belajar siswa) sebagai variabel terikat. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran Hasil rancangan perangkat pembelajaran selanjutnya di validasi oleh ahli untuk melihat validitas isi dari draft A. Secara umum hasil dari validasi para ahli terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran, buku guru, lembar kegiatan siswa, dan tes hasil belajar dalam kategori baik dan dapat digunakan dengan sedikit revisi. Hasil revisi di sebut Draft B. 4 Draft B yang dihasilkan selanjutnya diujicobakan pada kelas VII5 kelas VII SMP Negeri 9 Kendari. Ujicoba melibatkan seorang guru mitra dan dua orang pengamat yang mempunyai tugas berbeda yakni satu orang mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan yang satunya mengamati aktivitas siswa dalam satu kelompok yang sudah dipilih sebelumnya, terdiridari 1 orang berkemampuan tinggi, 3 sedang dan 1 rendah. Pengamatan di lakukan selama empat kali pembelajaran. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil ujicoba melalui pengamatan selama empat kali pembelajaran disimpulkan bahwa kemampuan guru mengelola pembelajaran untuk setiap pertemuan (RPP) efektif, semua aspek aktivitas siswa berada dalam rentang waktu ideal yang telah ditetapkan, untuk respon siswa diperoleh hasil lebih 80% siswa memberikan respon positif untuk semua aspek yang ditanyakan, sedangkan dari hasil ujicoba tes hasil belajar dengan menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar diperoleh validitas butir soal dalam kategori cukup, tinggi dan sangat tinggi, dengan demikian setiap butir soal dinyatakan valid. Berdasarkan perhitungan reliabilitas tes diperoleh koefisien reliabilitas 0.79 yang berada dalam kategori tinggi sehingga disimpulkan butir tes memenuhi kriteria reliabel. Sedangkan untuk sensitivitas butir tes, semua berada dalam kategori peka. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model 4-D yang telah dimodifikasi, dihasilkan suatu perangkat pembelajaran yang baik, untuk topik persegipanjang dan persegi. Hasil modifikasi model 4-D menjadi tiga tahap yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), dan pengembangan (develop). Ketiga tahap tersebut dapat dilihat pada gambar berikut : 5 DEFINE Analisis awal-akhir Analisis siswa Analisis materi Spesifikasi tujuan pembelajaran Analisis tugas DESIGN Pemilihan media Pemilihan format Draft A Perancangan awal DEVELOP ya Valid? tidak Draft B Analisis uji keterbacaan Revisi Ujicoba ke j, j ≥ 1 Analisis hasil ujicoba Valid/ baik? Draft B(i), i ≥ 1 Revisi Uji keterbacaan Validasi/penilaian ahli tidak Revisi Draft C Draft C(j) ya Perangkat final (digunakan untuk eksperimen) Keterangan: : garis pelaksanaan : garis siklus : jenis kegiatan : hasil kegiatan : pengambilan keputusan Gambar 1 Modifikasi Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran model 4-D Deskripsi Hasil Penelitian Eksperimen Hasil penelitian yang dianalisis secara deskriptif pada kelas VII4 (kelas eksperimen) adalah data mengenai kemampuan guru mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, dan respon siswa. Hasil analisis kemampuan guru mengelola pembelajaran yakni rata-rata setiap aspek untuk semua pertemuan berada dalam kategori baik dan sangat baik sehingga berdasarkan kriteria kemampuan guru mengelola pembelajaran dikatakan efektif. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa diperoleh hasil yaitu persentase aktivitas siswa pada semua aspek di semua RPP berada pada rentang waktu ideal yang ditetapkan, sehingga disimpulkan bahwa aktivitas siswa efektif untuk semua RPP. Untuk angket respon siswa diperoleh hasil lebih dari 80% siswa memberikan respon positif pada setiap aspek yang ditanyakan. Siswa dikatakan tuntas belajarnya jika skor yang diperoleh siswa ≥65% dari skor total. Selanjutnya ketuntasan secara klasikal jika ≥85% siswa tuntas belajarnya. Berdasarkan hasil analisis data pada kelas eksperimen diperoleh bahwa 34 dari 39 siswa (87.18%) siswa tuntas belajarnya. Berdasarkan hasil di atas maka pembelajaran matematika realistik efektif untuk mengajarkan topik persegipanjang dan persegi. Hasil Analisis Statistik Analisis statistik inferensial ANAKOVA digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 6 “Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional untuk topik Persegipanjang dan Persegi” Dari hasil analisis statistik inferensial diperoleh : Model Regresi Model regresi kelas eksperimen adalah YE = 52,33 + 0,75XE. Model regresi kelas kontrol adalah YK = 35,31 + 0,88XK. b. Uji Independensi Hasil analisis untuk uji independensi pada kelas eksperimen disajikan pada tabel berikut. a. Tabel 1. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kelas Eksperimen Source of Variation SS df MS F* Regression 4243.40 1 4243.40 21.39 Error 7340.96 37 198.40 Total 11584.36 38 Untuk taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;1;37) = 4.1. Berarti F* > F(0,95;1;37), sehingga H0 ditolak. Berarti kemampuan awal siswa (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa (Y). Tabel 2. Analisis Varians untuk Uji Independensi Kelas Kontrol Source of Variation SS df MS F* Regression 9152.15 1 9152.15 23.68 Error 14302.82 37 386.56 Total 23454.97 38 Untuk taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;1;37) = 4.1. Berarti F* > F(0,95;1;37), sehingga H0 ditolak. Berarti kemampuan awal siswa (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa (Y). c. Uji Linearitas Hasil analisis uji linearitas untuk model regresi kelas eksperimen disajikan pada tabel berikut. Tabel 3. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Kelas Eksperimen Source of Variation SS df MS F* Regression 4243.40 1 4243.40 Error 7340.96 37 198.40 Lack of Fit 2803.63 23 121.90 0.38 Pure Error 4537.33 14 324.10 Untuk taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;23;14) = 2.36. Berarti F* < F(0,95;8;36), sehingga H0 diterima atau model regresi kelas eksperimen adalah linier. Artinya, pada kelas eksperimen, model regresi yang diperoleh dapat digunakan untuk menunjukkan pengaruh kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa. Hasil uji linearitas untuk model regresi kelas eksperimen disajikan pada tabel berikut. Tabel 4. Analisis Varians untuk Uji Linieritas Kelas Kontrol Source of Variation SS df MS F* Regression 9152.15 1 9152.15 Error 14302.82 37 386.56 Lack of Fit 11819.32 28 422.12 1.53 Pure Error 2483.50 9 275.94 Untuk taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;28;9) = 2.87. Berarti F* < F(0,95;11;32), sehingga H0 diterima atau model regresi kelas kontrol adalah linier. Artinya, pada kelas kontrol, model regresi yang diperoleh dapat digunakan untuk menunjukkan pengaruh kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa. d. Uji Kesamaan Hasil analisis uji kesamaan dua model regresi disajikan pada tabel berikut. 7 Tabel 5. Uji Kesamaan Dua Model Regresi a B SSR (R) SSTO(R) SSE(R) SSE (F) F* F(0.95,2.74) 44.92 0.78 11818.8 37215.54 25396.73 13395.55 33.15 3.10 Berdasarkan Tabel 5. diperoleh regresi linier data gabungan Ŷ = 44.92 + 0.78X, dengan taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;2;74) = 3,10. Dengan demikian, F* > F(0,95;2;74), maka H0 ditolak. Artinya model regresi linier kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama atau tidak berimpit e. Uji Kesejajaran Berdasarkan uji kesamaan model regresi pada poin d, diketahui bahwa kedua model regresi tidak sama, sehingga dilanjutkan dengan menguji kesejajaran model regresi. Hasil uji kesejajaran disajikan pada tabel berikut Tabel 6 Uji Kesejajaran Model Regresi A B F* F(0.95,1,74) 21643.78 21724.63 0.28 3.97 Dari Tabel 6. diketahui F* = 0.28, dengan taraf signifikan α = 5%, diperoleh F(0,95;1;74) = 3.97. Dengan demikian, F* < F(0,95;1;87), maka H0 diterima. Artinya model regresi linier kelas eksperimen dan kelas kontrol sejajar. Berdasarkan hasil uji kesamaan dan uji kesejajaran, diperoleh bahwa kedua model regresi sejajar dan tidak berimpit maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika realistik dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika konvensional untuk topik persegipanjang dan persegi. Sebelumnya telah diperoleh model regresi masing-masing untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol YE = 52.33 + 0.75XE dan YK = 35.31 + 0.88XK. Konstanta garis regresi untuk kelas eksperimen = 52.33 lebih besar daripada konstanta garis regresi kelas control yaitu 35.31. Secara geometris, garis regresi untuk kelas eksperimen di atas garis regresi untuk kelas kontrol. Ini berarti bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika realistik lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika konvensional untuk topik persegipanjang dan persegi di kelas VII SMP Negeri 9 Kendari PENUTUP Kesimpulan 1. 2. 3. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model 4-D yang dimodifikasi dihasilkan perangkat pembelajaran metematika realistik yang baik karena memenuhi kriteria:(a) perangkat pembelajaran dinyatakan valid oleh tim validator; (b) kemampuan guru mengelola pembelajaran efektif; (c) aktivitas siswa efektif; (d) respon siswa terhadap komponen pembelajaran positif; (e) tes hasil belajar valid, reliabel dan sensitiv. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Guru (BG), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh bahwa pembelajaran matematika realistik efektif untuk mengajarkan topik Persegipanjang dan persegi. Hal ini ditunjukkan syarat-syarat keefektifan pembelajaran matematika realistik telah terpenuhi, yaitu: (a) kemampuan guru mengelola pembelajaran efektif; (b) aktivitas siswa efektif; (c) ketuntasan belajar secara klasikal tercapai; (d) respon siswa terhadap pembelajaran positif. Berdasarkan analisis inferensial diperoleh bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika realistik lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika konvensional untuk topik Persegipanjang dan persegi di kelas VII SMP Negeri 9 Kendari. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika realistik yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut: 8 1. 2. 3. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai alternatif dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik pada topik persegipanjang dan persegi. PMR dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan pembelajaran matematika yang efektif pada topik persegipanjang dan persegi. PMR merupakan salah satu alternatif pembelajaran matematika dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada topik persegipanjang dan persegi. DAFTAR PUSTAKA Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: Freudenthal Institute. http://imo.math.ca/results/CRBY.html. Diakses pada tanggal 20 Pebruari 2007 Kemp, J.E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran (terjemahan oleh Asril Marjohan). Bandung: ITB Bandung. Kemp, J.E., G.R. Morrison, dan S.M. Ross. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company. Maesuri. S. 2002. “Sistem Penilaian (Assesment) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Makalah disajikan pada Seminar Nasional KBK di Unesa Surabaya. Tanggal 27 Oktober 2002. Unesa. Marpaung, Y. 2001. “Pendekatan Realistik dan Seni dalam Pembelajaran Matematika”. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika Realistik Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 14-15 Nopember 2001. Yogyakarta. Mukhlis. 2005. Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Materi Pokok Perbandingan di Kelas VII SMPN 1 Palangga. Tesis Magister Pendidikan. PPs Universitas Negeri Surabaya. Nur, M., dan P.R. Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Pusat Studi MIPA Unesa. UNESA Surabaya. Russefendi, ET. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology: Theories and Practice. Fourth Edition. Masschusetss: Allyn and Bacon Publishers. Slavin, R.E. 1997. Educational Psychology Theory into Practice. Edisi 6. Boston: Allyn and Bacon. Soedjadi R. 1994. Dasar-Dasar Matematika. Surabaya: IKIP Surabaya Press. Soedjadi R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (konstatasi keadaan masa kini menuju harapan masa depan). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas. Soedjadi R. 2001a. “Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika.” Makalah disampaikan pada seminar Nasional di FMIPA UNESA tanggal 24 Pebruari 2001. Surabaya. Soedjadi R. 2001b. “Pembelajaran Matematika Realistik: pengenalan awal dan praktis.” Makalah disampaikan pada seminar Nasional di FMIPA UNESA. Surabaya. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, P. 2000. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius. Thiagarajan, S. Semmel, DS. Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomingtn: Central for Innovation on Teaching The Handicapped. Treffers . A. 1991. Didactical Background of a Mathematics Program for Primary Education dalam L.Streefland (Ed) Realistic Mathematics Education in Primary School. Utrechat. Freudenthal Institute-Utrecht University. Yuwono, I. 2001. “Realistic Mathematics Education dan Hasil Studi awal Implementasi di SLTP”. Surabaya. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional RME di Jurusan Matematika FMIPA 24 Februari di UNESA. Unesa.