SISTEM PERTUKARAN RUJUKAN SijariEMAS Perbaikan sistem rujukan untuk kegawatdaruratan ibu dan bayi di Indonesia LAPORAN TEKNIS JULI 2015 DAFTAR ISI LATAR BELAKANG......................................................................................................................................... 1 STRATEGI RUJUKAN..................................................................................................................................... 3 SijariEMAS......................................................................................................................................................... 4 PELAKSANAAN......................................................................................................................... 11 HASIL.......................................................................................................................................... 17 PELAJARAN............................................................................................................................... 23 LAMPIRAN................................................................................................................................. 25 a. LAMPIRAN A: Persyaratan Perlengkapan SijariEMAS berdasarkan Model b. LAMPIRAN B: Biaya Implementasi Perlengkapan dan Infrastruktur Sampel c. LAMPIRAN C: Catatan akhir LATAR BELAKANG Walau Indonesia telah membuat perbaikan yang tersebar luas dalam keselamatan ibu dan bayi baru lahir selama beberapa dekade terakhir, kematian ibu dan bayi baru lahir masih tinggi [1,2] Banyak dari kematian ini dapat dicegah dengan akses terhadap perawatan kegawatdaruratan medis yang berkualitas [3]. Rujukan yang efisien dan efektif untuk fasilitas kesehatan yang layak selama kegawatdaruratan – serta perbaikan kualitas perawatan selama kegawatdaruratan – merupakan kunci untuk mengurangi kematian ibu dan bayi. Sebagai negara yang secara geografis sangat luas dan banyak jumlah penduduknya, Indonesia memiliki sistem kesehatan yang mapan, terdesentralisasi dengan jejaring komunitas bidan, puskesmas dan rumah sakit yang luas. Pada tahun 1990-an, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan masyarakat untuk mengatasi keterlambatan dalam mengenali kegawatdaruratan obstetri dan mengupayakan perawatan. Berbagai prakarsa ini telah diangkat ke tingkat nasional untuk meningkatkan kesadaran secara nasional tentang persiapan kelahiran dan kesiapan komplikasi (terkenal sebagai Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi atau P4K) serta untuk memobilisasi desa-desa dalam merespon kasus kegawatdaruratan secara cepat, dengan cara memberitahukan penyedia layanan kesehatan dan mengatur transportasi, donasi darah, dan dana medis (dikenal sebagai desa siaga) [4]. Namun, rujukan antara klinik kebidanan, puskesmas dan rumah sakit seringkali dikoordinasikan dan dikomunikasikan dengan buruk. Akibatnya, keterlambatan yang kritis terjadi selama rujukan kegawatdaruratan dan dalam penerimaan serta tindakan pasien rujukan [5]. Sejumlah isu yang membatasi efektivitas sistem rujukan telah ditemukan [5,6]: Perempuan seringkali dirujuk ke beberapa fasilitas kesehatan sebelum memperoleh tindakan yang seharusnya; rujukan dibuat ke fasilitas kesehatan yang tidak siap, tidak memiliki perlengkapan atau staf untuk menangani kegawatdaruratan; bidan tidak merujuk pasien dengan tepat, yang mungkin dikarenakan kurangnya pengetahuan kapan dan kemana membuat rujukan; pasien di puskesmas tidak distabilisasi dengan selayaknya sebelum mereka dirujuk; fasilitas kesehatan kekurangan protokol yang baku untuk menangani kegawatdaruratan dan membuat rujukan; serta rumah sakit dan puskesmas kekurangan koordinasi yang efektif dalam mengalokasikan dan mengerahkan berbagai sumber daya untuk menangani kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir serta rujukan, juga melaksanakan berbagai kebijakan dan program untuk kegawatdaruratan. Pada tahun 2011, program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) yang didanai USAID [7] diluncurkan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir. Selain memperbaiki kualitas perawatan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal di rumah sakit EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 Page |1 dan puskesmas, EMAS memperkuat sistem rujukan di antara fasilitas kesehatan. EMAS juga bertujuan untuk memperkuat akuntabilitas untuk peningkatan keselamatan ibu dan bayi melalui keterlibatan masyarakat madani. Sebelum EMAS, para bidan desa melaporkan bahwa mereka tidak berkomunikasi dengan RS sebelum membuat rujukan, karena mereka merasa RS akan mengatakan tidak ada ruangan dan menolak pasien [6]. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 Page |2 STRATEGI RUJUKAN Tujuan dari dokumen ini adalah untuk menggambarkan bagaimana EMAS telah mengimplementasikan SijariEMAS, kemajuan yang dibuat hingga saat ini, dan pelajaran terkait penggunaan SijariEMAS untuk memperbaiki rujukan kegawatdaruratan ibu dan anak. EMAS berupaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem rujukan kegawatdaruratan melalui sejumlah intervensi yang saling terkait. Hal ini meliputi: memperkuat keterkaitan dan memformalisasikan jejaring rujukan antara puskesmas dan rumah sakit melalui Perjanjian Kerjasama [8]; memperbaiki komunikasi dan koordinasi rujukan antara penyedia layanan dan fasilitas melalui sebuah sistem pertukaran rujukan; memperkenalkan Alat Pemantauan Kinerja Rujukan di kantor dinas kesehatan daerah dan fasilitas kesehatan untuk menilai, memantau dan memperbaiki proses rujukan [9]; dan mengurangi hambatan keuangan untuk perawatan kegawatdaruratan dengan mendorong pemakaian asuransi kesehatan sosial [10]. Gambar 1: Jalur kausal untuk sistem rujukan EMAS TEORI PERUBAHAN: SISTEM RUJUKAN 1) Kesiapan jejaring rujukan dan mekanisme akuntabilitas daerah untuk menangani kegawatdaruratan diperkuat Jalur rujukan dipetakan PK jejaring rujukan disusun antara rumah sakit dan daerah Seluruh penyedia layanan dan rumah sakit didaftarkan dalam SijariEMAS Kesiapan kegawatdaruratan rujukan dilaksanakan di setiap proses rujukan 2) Komunikasi koordinasi di dalam sistem rujukan diperbaiki Bukti komunikasi rutin antara puskesmas dan rumah sakit mengenai kasus rujukan obstetri&bayi baru lahir Jumlah rujukan yang menggunakan SijariEMAS meningkat terus Kasus rujukan menggunakan SijariEMAS memenuhi SOP 10 menit jarak waktu antara notifikasi fasilitas dan respon EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 3) Meningkatnya efisiensi sistem rujukan dan bukti akuntabilitas daerah Kinerja daerah tentang standar rujukan membaik Bukti bahwa para pasien yang dirujuk mendapatkan perawatan yang tepat waktu setelah tiba Bukti bahwa kejadian rujukan ke beberapa titik tanpa diterima berkurang MENINGKATNYA EFEKTIVITAS PROSES RUJUKAN Tindakan dan stabilisasi yang seharusnya untuk pasien sebelum rujukan yang tepat Membaiknya kesehatan ibu dan bayi baru lahir untuk kasus yang dirujuk Page |3 SijariEMAS SISTEM PERTUKARAN RUJUKAN - SijariEMAS EMAS menyusun sebuah sistem pertukaran rujukan yang inovatif, terkomputerisasi, - Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal & Neonatal (SijariEMAS), untuk memperbaiki komunikasi antara puskesmas dan rumah sakit serta membantu mengurangi keterlambatan dalam mencari perawatan, merujuk pasien dan menyediakan layanan. SijariEMAS mengotomatisasikan proses rujukan ini; sistem ini menghubungkan antara berbagai fasilitas kesehatan dalam rangka memperbaiki komunikasi dan tingkat respon terkait rujukan dalam sebuah daerah. SijariEMAS memperbaiki rujukan kegawatdaruratan ibu atau bayi baru lahir, umumnya dari bidan di dalam komunitas atau di puskesmas yang mendapati kasus komplikasi yang memerlukan perawatan yang lebih khusus (lihat Gambar 2 untuk gambaran sederhana prosesnya). Dulu SijariEMAS berbasis SMS [11], mengingat penggunaan telepon genggam dan pesan singkat yang umum, cakupan jaringan yang baik, serta perkembangan yang relatif mudah di Indonesia. Sistem pertukaran rujukan didukung oleh pemetaaan yang rinci tentang berbagai fasilitas kesehatan umum dan swasta [12] serta perkembangan jalur rujukan yang disepakati untuk sebuah daerah. Hal ini dikukuhkan di dalam sebuah Perjanjian Kerjasamadan diprogramkan ke dalam SijariEMAS untuk mengotomatisasikan jalur rujukan. Sistem ini memungkinkan rumah sakit untuk merespon rujukan secara lebih efisien (idealnya dalam sepuluh menit), sehingga para bidan dapat memberitahukan keluarga (pasien)secara cepat kemana harus pergi. Gambar 2: Bagaimana cara kerja SijariEMAS 2 The system automatically route the message to the nearest hospital An alarm id triggered in the emergency room, maternity ward, and newborn ward. 3 1 Midwife identifies a complication and sends a SMS with patient data, vital-signs, diagnosis and pre-treatment information to the SijariEMAS system. 4 5 Referral hospital staff assess whether they are able to handle the patient (based on bed availability, blood supply, specialists on duty, etc.) and either accept or reject the referral. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 If accepted, the incoming referral notification is automatically forwarded to the emergency team. If rejected, the system routes the message to the next closest hospital, or informs the patient to st up to ay at the puskesmas for treatment based on advice from the hospital. Midwives are kept up to date on the status via SMS. Page |4 Sistem SijariEMAS diciptakan untuk: memperbaiki komunikasi dan koordinasi antara berbagai fasilitas kesehatan selama proses rujukan; memperbaiki kesiapan rumah sakit (yang berada di dalam jejaring rujukan) untuk menangani rujukan kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir yang masuk; menjamin bahwa rujukan ditujukan ke sebuah rumah sakit dengan cara yang efisien untuk mencegah pasien dirujuk ke beberapa rumah sakit sebelum menerima tindakan; dan mendorong pertukaran informasi kasus rujukan kegawatdaruratan di antara para penyedia layanan kesehatan. SijariEMAS juga menyediakan data untuk Dinas Kesehatan Kabupaten dan rumah sakit untuk membantu mereka memahami proses rujukan dan memperbaiki kualitas layanan yang diberikan. Informasi ini disajikan dan dibahas di rapat Pokja [13]. Data kunci yang dikumpulkan melalui sistem ini termasuk: data kasus rujukan, termasuk ciri-ciri penting pasien, diagnosis, dan skema asuransi; ringkasan tindakan yang diberikan kepada pasien pra dan pasca rujukan; komunikasi di antara berbagai fasilitas kesehatan mengenai kasus rujukan, termasuk advis tindakan dari rumah sakit pada puskesmas; dan waktu tanggapan kasus rujukan. “Rumah sakit saya sekarang lebih siap untuk menerima pasien kegawatdaruratan ibu dan bayi, karena sekarang kita mengetahui status dan kondisi pasien sebelumnya. Kami juga dapat memberikan nasihat kepada bidan untuk memberikan sebelum mengangkut pasien. Akibatnya, pasien tiba di rumah sakit dalam kondisiyang stabilisasi yang diperlukan lebih baik.” Kepala SMF Obgyn, RSUD Karawang PERKEMBANGAN SijariEMAS Pada awal 2012, EMAS melaksanakan penilaian sistem rujukan di 10 wilayah (lihatKotak 1) untuk menginformasikan rancangan dan fitur SijariEMAS [14]. EMAS bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk memastikan SijariEMAS selaras dengan berbagai kebijakan yang relevan dan sistem informasi kesehatan yang ada. Dengan menggunakan umpan balik dari penilaian ini, SijariEMAS dirancang untuk mengatasi celah (gap) kunci dalam sistem rujukan yang ada,sehingga menjadi mudah untuk digunakan dan mudah diakses oleh semua fasilitas dan penyedia layanan kesehatan. Perangkat lunak SijariEMAS dikembangkan menjadi ‘tangkas’ [15], sehingga sistem dapat ditinjau dan disetujui berdasarkan umpan balik para pengguna secara terus menerus. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 Page |5 Kotak 1: Temuan penilaian sistem rujukan EMAS - Kurangnya jejaring yang resmi antara para bidan di puskesmas dan rumah sakit atau spesialis - Tidak adanya kriteria yang disepakati untuk rujukan, termasuk ketika kasus yang seharusnya dirujuk— menyebabkan penolakan kasus rujukan dimana staf rumah sakit percaya seharusnya dilakukan tindakan di tempat lain - Tidak adanya layanan hotline di rumah sakit, atau sistem rujukan yang kurang digunakan (underused) dan salah kelola (mismanaged) disertai komunikasi dan konsultasi yang terbatas di antara para penyedia layanan kesehatan - Kurangnya kebijakan tingkat daerah yang memadai tentang pencatatan dan pelaporan kasus rujukan untuk puskesmas dan rumah sakit - Sebagian besar (90%) bidan memiliki telepon genggam dan bersedia menggunakannya untuk merujuk pasien (lewat SMS) - Tidak ada metode yang sistematisdalam pelaporan/pencatatan kematian ibu dan bayi FITUR SijariEMAS Walaupun fungsi yang utama dan paling banyak digunakan adalah fasilitasi rujukan kegawatdaruratan, sistem SijariEMAS dirancang dengan sejumlah fitur lainnya (lihat Gambar 3), berdasarkan umpan balik dari pengguna selama tahap rancangan [16]. Gambar 3: Fitur SijariEMAS Rujukan Kegawatdaruratan - Para bidan dapat menggunakan SijariEMAS untuk memulai rujukan kegawatdaruratan. sistem secara otomatis mengirimkan permintaan rujukan dari bidan ke RS hingga RS menerima kasus rujukan [17]. -Para bidan dan RS juga dapat menggunakan SijariEMAS untuk mengkoordinasikan perawatan dan mencari advis tentang stabilisasi pra-rujukan stabilization. Rujukan Terencana - Para bidan dapat menggunakan SijariEMAS untuk memberikan catatan pendahuluan pada RS tentang ibu teridentifikasi berisiko tinggi - Para bidan juga dapat mencari advis dari RS tentang tindakan terhadap para ibu ini dan perlunya rujukan. Pengawasan Kematian Ibu dan Bayi - Para bidan dapat menggunakan SijariEMAS untuk melaporkan kematian ibu dan bayi (dengan data lapangan yang baku), yang disimpan di dalam sebuah database. Dinkes daerah dan para penyedia layanan kesehatan kemudian dapat mengakses database ini untuk menganalisis kematian ibu dan bayi. Umpan Balik Rujukan - Setelah pasien keluar dari RS, bidan dan rumah sakit dapat menggunakan SijariEMAS memberikan ringkasan pulang (discharge notes) dan aksi yang diperlukan untuk tindak lanjut. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 Page |6 Alat Komunikasi - Para bidan, RS dan Dinkes Daerah dapat menggunakan SijariEMAS sebagai alat komunikasi untuk mengirim pesan atau mengiklankan acara-acara akan datang dan untuk hubungan pelanggan Informasi Kesiapan Rumah Sakit - Rumah sakit dapat menggunakan SijariEMAS untuk menyiarkan informasi tentang kesiapan mereka menerima rujukan kegawatdaruratan, termasuk informasi Ranjang ruang gawat darurat, spesialis, perlengkapan, dan perbekalan. Secara keseluruhan, para penyedia layanan kesehatan dan dinas kesehatan daerah telah memberikan umpan balik positif mengenai fitur SijariEMAS. Secara khusus, dinas kesehatan daerah telah mencatat bahwa alat komunikasi berguna untuk berbagi informasi kesehatan. Namun, beberapa fitur SijariEMAS tidak digunakan dengan baik, seperti: Pengawasan kematian ibu dan bayi: Sedikit bidan yang melaporkan kematian ibu dan bayi melalui sistem SijariEMAS. Jika Dinkes bermaksud menggunakan SijariEMAS untuk mengumpulkan data tentang kematian ibu dan anak, diperlukan lebih banyak aksi untuk mendorong penggunaan fitur ini. Umpan balik rujukan: Sedikit rumah sakit yang memberikan umpan balik rujukan kepada bidan melalui SijariEMAS, yang mungkin disebabkan kurangnya kejelasan siapa yang bertanggung jawab memberikan umpan balik ini. Para penyedia layanan kesehatan dari ruang gawat darurat, bangsal ibu dan anak seringkali perlu mengkoordinasikan ringkasan pulang dan merekomendasikan tindak lanjut. Berbagai peran dan tanggung jawab dalam pemberian umpan balik kepada bidan yang dirujuk mungkin perlu diklarifikasi untuk meningkatkan penggunaan fitur ini. Informasi kesiapan rumah sakit: Sedikit RS yang memberikan informasi ketersediaan ranjang ruangan kegawatdaruratan melalui SijariEMAS. Mungkin mereka lebih memilih menyimpan ranjang gawat darurat terbuka bagi kegawatdaruratan yang memiliki biaya medis lebih tinggi daripada kegawatdaruratan ibu dan bayi. Untuk menjamin rumah sakit transparan mengenai kesiapan mereka untuk menerima rujukan yang akan datang, dinas kesehatan daerah mungkin perlu mengambil tindakan untuk mendorong penggunaan fitur ini. PLATFORM KOMUNIKASI Untuk menjamin sistem SijariEMAS sedapat mungkin diakses para penyedia layanan kesehatan, EMAS telah mengembangkan empat platform komunikasi yang berbeda secara terus menerus yang dapat digunakan untuk pertukaran informasi: SMS, aplikasi telepon genggam, aplikasi web dankomunikasi telepon/suara. Kotak 2 menjelaskan setiap platform komunikasi. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 Page |7 Box 2: Platform Komunikasi SijariEMAS SMS SMS adalah platform komunikasi pertama yang dipakai (2012) karena penggunaannya yang luas dan murah (~Rp.150-250, atau $0.011-.017 per SMS) Para bidan menggunakan kode SMS khusus untuk memulai rujukan melalui SijariEMAS Panggilan telepon dari telepon genggam juga diperbolehkan Aplikasi Telepon Genggam Aplikasi Web Komunikasi Telepon/ Suara Ditambahkan dalam Tahun 2 Ditambahkan dalam Tahun 3 Ditambahkan dalam Tahun 3 Aplikasi telepon genggam gratis, berbasis Android yang dirancang sebagai alternatif dari SMS telepon genggam Aplikas iweb merupakan aplikasi yang gratis yang dapat diakses dari setiap web browser Di beberapa daerah, Dinkes atau rumah sakit memiliki sebuah call center atau saluran telepon khusus untuk rujukan kegawatdaruratan Untuk memulai rujukan melalui SijariEMAS, para bidan mengisi sebuah formulir sederhana Aplikasi juga menampilkan alatalat lainnya, seperti manajemen data pasien, standar klinis nasional, sistem informasi rujukan Untuk memulai sebuah rujukan, para bidan mengisi sebuah formulir online Aplikasi juga menampilkan alatalat lainnya, seperti manajemen data pasien, standar klinis nasional, sistem informasi rujukan Fasilitas Skype ditambahkan dalam Fase 3, agar memungkinkan komunikasi tatap muka selama stabilisasi Para bidan dapat menghubungi call centersecara langsung agar dapat memulai rujukan melalui telepon atau memperoleh advis tindakan dari rumah sakit Staf call center kemudian secara manual memasukan informasi kasus rujukan ke dalam sistem SijariEMAS EMAS sedang merevitalisasi dan menghubungkan call centerke dalam SijariEMAS Secara keseluruhan, diperkirakan 70–80 persen rujukan dibuat menggunakan SMS, diikuti oleh panggilan telepon. Perbaikan sistem digambarkan di dalam bagian, “IMPLEMENTASI DAN PERKEMBANGAN SijariEMAS MENURUT FASE”. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 Page |8 MODEL SijariEMAS SijariEMAS digunakan dalam berbagai konteks – daerah besar dan kecil, lokasi pedesaan dan perkotaan, dan di wilayah dengan konektivitas kuat atau lemah. Dengan demikian, EMAS mengembangkan tiga model SijariEMAS yang berbeda – Model Minimum, Standar, dan Optimal – agarmemungkinkan kebutuhan yang beragam dengan sumber daya yang tersedia dari beberapa daerah yang berbeda. Seluruh model memperbolehkan para bidan memulai rujukan melalui SijariEMAS menggunakan empat platform komunikasi, namun cara bagaimana rujukan diterima dan dikelola oleh setiap rumah sakit yang berbeda. Tabel 1 meringkas berbagai persyaratan dasar dan fitur masing-masing model. Tabel 1: Perbandingan Model SijariEMAS Model Minimum Model Standar Model Optimal Ukuran daerah yang direkomendasikan Daerah kecil Daerah sedang Daerah besar Jumlah fasilitas 1 rumah sakit, 10-15 puskesmas Ruang gawat darurat (ER),saluran telepon (bergerak atautetap, idealnya khusus) Alarm rujukan di satu lokasi di rumah sakit (dimana pasien gawat darurat masuk) 5 rumah sakit 10 rumah sakit atau lebih Hotline khusus untuk rujukan kegawatdaruratan di RS (tetap ataubergerak – dibawa oleh kepala bidan) Alarm rujukan di tigalokasi di RS, alarm rujukan di dinkes daerah [18] Komputer yang khusus dibutuhkan di dinkes daerah untuk pemantauan, dengan 3 monitor di RS Telepon bergerak khusus dibutuhkan di RS untuk menjawab rujukan yang masuk Rendah Call center 24 jam terpadu di dinkes daerah atau RS Hotline telepon bergerak khusus di RS sebagai cadangan Alarm rujukan di lima lokasi di RS [19] Alarm rujukan di dinkes daerah Alarm rujukan di puskesmas Sumber daya yang signifikan diperlukan: staff call center; koneksi internet; dan pembelian perlengkapan untuk call center dan pemantauan dinkes daerah (lihatLampiran A) Menengah RS dan dinkes daerah Menengah Rendah: memastikan perangkat keras dipelihara dan akses internet tersedia di RS dan Dinkes RS dan dinkes daerah Tinggi Rendah: memastikan perangkat keras dipelihara dan akses internet tersedia di RS, Dinkes dan call center Fitur: Hotline Alarm rujukan Persyaratan sumber daya Sumber daya minimal diperlukan; sistem dapat dilaksanakan menggunakan infrastruktur yang ada Persyaratan Administratif Kepemilikan sistem Keterlibatan Dinkes Pemeliharaan Rendah RS Minimal Rendah: memastikan perangkat keras dipelihara dan akses internet tersedia Di seluruh model, ketika rumah sakit menerima permintaan rujukan, sebuah alarm berbunyi, tetapi jumlah dan lokasi alarm berbeda. Staf rumah sakit menilai informasi kasus rujukan yang diberikan (misalnya data pasien, ciri-ciri penting, diagnosis, dan asuransi kesehatan) melalui SijariEMAS dan menentukan apakah mereka dapat menerima rujukan. Respon rumah sakit dikirim pada bidan yang mengirimkan permintaan rujukan melalui SijariEMAS. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 Page |9 Setiap model memiliki nomer telepon/hotline di rumah sakit dimana para bidan dapat menelepon untuk meminta rujukan atau memperoleh advis stabilisasi pra-rujukan. Siapapun yang menerima telepon [20] menanyakan 1 set pertanyaan baku pada bidan yang merujuk (muncul dalam sistem SijariEMAS) untuk memfasilitasi rujukan, dan informasi ini dimasukkan dan dikirim melalui SijariEMAS. Fasilitas yang tidak mampu menyediakan hotline yang khusus untuk rujukan gawat darurat disarankan untuk menggunakan telepon genggam yang dikhususkan sebagai gantinya. Staf rumah sakit dapat mengunduh aplikasi SijariEMAS, dan meninjau rekaman data telepon di telepon genggam ini. Telepon genggam lebih murah biayanya dibandingkan dengan telepon kabel, dan dapat digunakan pada saat tidak ada listrik. Telepon genggam juga dapat dengan mudah diserahterimakan di antara staf rumah sakit yang bertugas secara khusus dan penggantinya (shift-nya). KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL SijariEMAS Faktor kunci untuk menentukan model mana yang paling cocok di daerah tertentu adalah jumlah rumah sakit di daerah tersebut, namun keputusannya biasanya berdasarkan komitmen daerah/Dinkes (dan ditentukan selama pembuatan PK. Sebagai contoh, model optimal paling baik untuk sebuah daerah dengan lebih dari sepuluh rumah sakit [21], sementara model lainnya tidak akan memberikan cakupan atau koordinasi yang memadai di antara berbagai fasilitas kesehatan. Sementara di daerah dengan hanya satu rumah sakit (atau sebuah titik rujukan tunggal) tingkat koordinasi seperti model optimal tidak dibutuhkan dan jauh lebih mudah bagi dinkes untuk mengawasi rujukan di dalam satu daerah tersebut. Daerah yang lebih kecil memiliki keleluasaan lebih untuk meningkat (‘upgrade’) ke model yang lebih kompleks jika mereka memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mendukungnya. Sebagai contoh, Kabupaten Pinrang yang didukung EMAS memilih menggunakan Model Standar SijariEMAS dengan sebuah saluran telepon yang khusus, walaupun daerah ini relatif kecil dengan jumlah fasilitas kesehatan yang lebih sedikit [22]. Kelebihan Model Minimum adalah membutuhkan sedikit atau tidak membutuhkan sumber daya tambahan atau perlengkapan untuk membuatnya. Ini juga berarti lebih cepat mengerahkannya. Namun Model Minimum tidak memperbolehkan koordinasi antara dua atau lebih rumah sakit, sehingga kurang sesuai bagi daerah dengan jumlah rumah sakit yang banyak. Sistem ini juga membatasi keterlibatan dinkes, karena mereka tidak dapat memantau rujukan dan respon pada waktu yang sebenarnya (real time). Model minimum juga mengandalkan satu alarm dan saluran telpon di rumah sakit yang menuntut staf ruang gawat darurat untuk memulai komunikasi dengan unit persalinan. Kelebihan Model Standar dan Optimal dibandingkan dengan Model Minimum adalah: lebih banyak wilayah rumah sakit yang waspada terhadap permintaan rujukan kegawatdaruratan; alarm di dinkes memungkinkan mereka untuk mengintervensi ketika terlihat bahwa rumah sakit menolak kasus rujukan terlalu banyak atau tidak merespon kasus rujukan pada waktu yang tepat. ‘Alarm’ dinkes adalah lampu yang menjadi berwarna merah jika rujukan tidak diterima dalam 10 menit. Dinkes dapat mengintervensi dengan menelepon rumah sakit untuk memeriksa apa yang terjadi; dan Dinkes memiliki pengawasan dan informasi yang lebih baik mengenai bagaimana rujukan dikelola dan membantu mengidentifikasi serta mendukung perbaikan sebagaimana diperlukan. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 10 IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI SijariEMAS DI DAERAH YANG DIDUKUNG EMAS Penting untuk diperhatikan bahwa SijariEMAS dapat menambah banyak manfaat ketika dikoordinasikan dengan prakarsa lainnya untuk memperkuat sistem rujukan. Contohnya, Perjanjian Kerjasama yang sudah disetujui seharusnya sudah ada sebelum SijariEMAS dapat dilaksanakan. Implementasi SijariEMAS serupa untuk ketiga model dan fase. Langkah-langkah implementasi kunci dapat diringkas di dalam gambar 4 di bawah ini. EMAS telah mempromosikan penggunaan SijariEMAS melalui tim provinsi. Lokakarya, seminar, pameran dan pemasaran viral telah diadakan di tingkat daerah untuk mempromosikan dan mendemonstrasikan SijariEMAS kepada para pemangku kepentingan yang relevan [23]. Pejuang SijariEMAS (lihat di bawah), Pokjas, dan Motivator Kesehatan Ibu dan Anak (MKIA [24]) juga mempromosikan SijariEMAS. Gambar 4: Langkah-langkah Implementasi SijariEMAS Bulan 1-3 Instalasi dan konfigurasi SijariEMAS di server nasional Lokakarya daerah untuk mempromosikan dan mendemonstrasikan SijariEMAS pada dinkes dan fasilitas Lokakarya untuk mengidentifikasi kesiapan fasilitas, infrastruktur pendukung, menyepakati jalur rujukan, SOP Pembelian dan instalasi perangkat keras / jaringan ( jika diperlukan) Bulan 4-6 Orientasi para operator dan pengguna (bidan di puskesmas, desa dan RS, TI di RS dan Dinkes) Mendampingi dan memperkuat penggunaan SijariEMAS dengan merujuk bidan Uji coba sistem (untuk memastikan semua Implementasi: menginstal perangkat keras dan meluncurkan Promosi dan sosialisasi SijariEMAS Bulan 7-9 Bulan 10-12 Orientasi Tim Teknis (TI di RS dan Dinkes) agar mereka dapat menginstal, mengoperasikan, memelihara membangun, dan mendampingi daerah lain Lokakarya evaluasi untuk membahas hasil dan tantangan implementasi (rutin, setiap 3 bulan) Lokakarya pemantauan dan evaluasi: evaluasi proses untuk memastikan sistem digunakan dengan benar dan maksimal serta data online dan kunjungan fasilitas Pemantauan dan evaluasi (rutin, setiap bulan) Pendampingan bidan/pengguna (rutin, setiap bulan) Promosi dan Sosialisasi SijariEMAS EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 11 EMAS melakukan pendekatan cascade pada pemangku k e p e n t i n g a n tentang bagaimana menggunakan SijariEMAS. EMAS mengidentifikasi memilih pemangku kepentingan: “SijariEMAS sangat penting dan bermanfaat untuk diterapkan di seluruhdaerah, tidak hanya untuk membantu kasus kegawatdaruratan ibu dan bayi tetapi juga menilai dan meningkatkan kesiapan rumah sakitdi dalam kegawatdaruratan ”. –Kepala Unit Maternal, RSUD Karawang bidan, perawat dan dokter dari dinkes, rumah sakit dan puskesmas; Pengguna SijariEMAS di rumah sakit [25] dan puskesmas; ditambah perwakilan teknologi informasi (TI) dari dinkes dan rumah sakit. ‘Pejuang SijariEMAS’ ini kemudian ditugaskan dengan para penyedia layanan kesehatan lainnya, seperti bidan desa dan staf rumah sakit yang lain, mengenai bagaimana mengoperasikan dan mengelola SijariEMAS. Orientasi bagi daerah yang baru juga dilaksanakan oleh para pejuang/mentor. Orientasi memberikan demostrasi hidup SijariEMAS, memberi kesempatan kepada para peserta untuk menceritakan pengalaman mereka dan tantangan yang dihadapi dalam merujuk pasien, serta memberikan informasi tentang bagaimana SijariEMAS dapat digunakan untuk mengatasi berbagai tantangan ini. Selama orientasi, staf rumah sakit belajar bagaimana menggunakan aplikasi web SijariEMAS, bagaimana memproses rujukan SMS, dan bagaimana menggunakan call center. Para bidan dan staf puskesmas belajar bagaimana mengirim rujukan menggunakan SMS dan bagaimana menggunakan call centeruntuk rujukan. Pada saat penulisan brief ini, EMAS telah meluncurkan SijariEMAS di 23 daerah selama lebih dari duafase: sepuluh daerahdi Fase 1 (Mei 2012 –September 2013) [26] dan 13 daerah di Fase 2 (Oktober 2013– September 2014). Sistem ini sedang dalam proses pengembangan menjadi 7 daerah Fase 3 (Januari 2015–September 2016) [27]. Mayoritas daerah menggunakan Model Standar, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2 di bawah. EMAS terus mendukung daerah Fase 1 dan 2 untuk meningkatkan dan memperluas penggunaan SijariEMAS. Tabel 2: Daerah Fase 1 dan 2 yang menggunakan SijariEMAS menurut jenis modal Jumlah Daerah Daerah Fase 1 Daerah Fase 2 Model Minimum 5 Malang; Sidoarjo (Jawa Timur) Pasuruan; Jombang; Blitar (Jawa Timur) Model Standar 14 Cirebon; Bandung (Jawa Barat) Banyumas; (Jawa Tengah) Serang (Banten) Pinrang (Sulawesi Selatan) Asahan; Deli Serdang (Sumatera Utara) Brebes; Cilacap; Kota Semarang (Jawa Tengah) Bulukumba; Gowa (Sulawesi Selatan) Langkat; Labuhan Batu (Sumatera Utara) Model Optimal 4 Tegal [28] (Jawa Tengah) Karawang (Jawa Barat) Bogor (Jawa Barat) Tangerang (Banten) EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 12 IMPLEMENTASI DAN PERKEMBANGAN SijariEMAS MENURUT FASE FASE 1 Antara bulan September dan Desember 2012, EMAS memperkenalkan dan menguji coba SijariEMAS di beberapa daerah Fase 1. Pada bulan Desember 2012, SijariEMAS diluncurkan secara nasional oleh Kepala Pusat Data Kementerian Kesehatan, dengan partisipasi virtual dari pejabat provinsi dan kabupaten/kota. Setelah peluncuran ini, EMAS diperkenalkan dan dibentuk sistemnya untuk para pemangku kepentingan daerah di seluruh daerah Fase 1. Dalam Fase 1, Model Minimum pada awalnya diimplementasikan di sepuluh daerah (untuk kecepatan pengerahan), dengan opsi meningkat menjadi Model Standar atau Optimal ketika daerah menambah atau mengalokasikan dana yang memadai untuk mengimplementasikan model yang lebih maju. Pada kenyataannya, hanya dua dari sepuluh daerah Fase 1 yang mengimplementasikan model Minimum, sementara delapan lainnya mengerahkan sumber daya mereka sendiri untuk mengimplementasikan Model Standar (lihat Tabel 2 di atas). Spesialis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) EMAS memimpin peluncuran SijariEMAS berkoordinasi dengan tim dari setiap daerah. Untuk mendorong pengerahan yang lebih cepat, dalam Fase 1 EMAS membantu daerah menginstalkomponen perangkat keras dan lunak. Beberapa daerah yang telah memiliki komponen perangkat keras (contohnya, serverdan komputer) wajib mengoperasikan sistemnya; untuk daerah dengan sumber daya yang terbatas, EMAS menyediakan perangkat keras yang diperlukan agar daerah dapat meluncurkan SijariEMAS dengan tepat waktu. Walaupun semua fitur SijariEmas diujicoba, EMAS memfokuskan terutama untuk mendukung para penyedia layanan kesehatan agar dapat menggunakan fitur rujukan kegawatdarutan secara efektif. Perbaikan dilakukan terhadap SijariEmas berdasarkan umpan balik pengguna. Dalam Fase 1, beberapa daerah belum menyusun jalur rujukan. Selama SijariEmas dibuat di daerah-daerah ini, EMAS bekerja bersama mereka menyusun jalur rujukan dan membuat PK untuk rujukan. Kotak 3: Pelajaran dari implementasi SijariEMAS dalam daerah Fase 1 - SijariEMAS seharusnya tidak dikerahkan hingga PK rujukan daerah - Sebagian besar daerah mampu mengerahkan berbagai sumber daya untuk melaksanakan Model Standar SijariEMAS. - Umpan balik pengguna dikumpulkan dan digunakan untuk memperbaiki SijariEMAS. - Pendekatan pejuang/mentor SijariEMAS untuk memberi orientasi staf yang lain berhasil. FASE 2 Dalam Fase 2 SijariEMAS diluncurkan di 13 daerah tambahan [29], menggunakan proses yang serupa dengan Fase 1. Daerah Fase 2 didampingi oleh tim dari daerah Fase 1 yang berhasil. Kriteria tim SijariEMAS dapat mulai mendampingi dijelaskan di Gambar 5. EMAS membantu Model Standar dan Optimal di daerah Fase 2 dengan sumber dayanya untuk mendukung model-model tersebut. Hanya 3 EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 13 daerah Fase 2 yang melaksanakan model Minimal, dengan mayoritas (7) memilih model Standar dan 3 memilih model Optimal dari awal (lihat Gambar 5). Daerah-daerah diharuskan melengkapi penilaian kesiapan intervensi klinis dan telah menyelesaikan PK yang mendefinisikan jalur rujukan sebelum implementasi SijariEMAS. Box 4: SijariEMAS mentoring criteria SijariEMAS teams are able to begin mentoring and are Vanguards when: ü System is deployed and functioning ü Technical team (DHO IT, midwife, doctor in IGD hospital and hospital IT) is trained and able to operate and troubleshoot the systems ü Communication SOP for using SijariEMAS at the hospital is in place Systems are being used: o 90% of MCH providers in the district are registered and oriented o Job aids, routine seminars, etc. ü At least 1 hospital addresses 60% of emergency referral requests within the response time threshold directed in the SOP ü At least 25% of MNH referrals in the district are being facilitated through SijariEMAS Kotak 4: Kriteria Pendampingan SijariEMAS Tim SijariEMAS mampu mulai mendampingi dan menjadi Garda Depan ketika: ü Sistem dikerahkan dan berfungsi ü Tim teknis (TI Dinkes, bidan, dokter di IGD rumah sakit dan IT rumah sakit) dilatih dan ü ü ü ü mampu mengoperasikan serta mengatasi masalah dalam sistem Adanya SOP Komunikasi menggunakan SijariEMAS di rumah sakit Sistem yang digunakan: o 90% penyedia layanan kesehatan maternal di daerah terdaftar dan diorientasi o Instruksi kerja (job aids), seminar rutin, dll. Paling sedikit 1 rumah sakit menangani 60% permintaan rujukan gawat darurat dengan ambang batas waktu respon yang ditentukan dalam SOP Paling sedikit 25% rujukan KIB di daerah tersebut difasilitasi melalui lewat SijariEMAS Pada Januari 2014, Pemerintah Indonesia meluncurkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) [30]. JKN mengamanatkan satu set pola rujukanyang telah ditentukan. Dalam beberapa kasus, pola rujukan yang baru ini tidak konsisten dengan apa yang telah disepakati para pemangku kepentingan sebagai bagian dari PK dan diprogramkan menjadi SijariEMAS sebelum peluncuran sistem. Hal ini mempengaruhi pelaksanaan dan penggunaan SijariEMAS dan menyebabkan kebingungan di bulanbulan awal peluncuran JKN. Akibatnya, jalur rujukan yang baru untuk setiap daerah harus dipetakan ulang dan diprogramkan ulang ke dalam SijariEMAS. Namun, jalur rujukan JKN tidak dirancang secara khusus untuk situasi gawat darurat, dan tidak selalu cocok dengan rujukan untuk ibu dan bayi. Untuk mengatasi hal ini, EMAS menambahkan sebuah fitur baru ke dalam SijariEMAS yang memungkinkan para bidan untuk menolak jalur yang diprogramkan sebelumnya dan memilih rumah sakit pilihannya secara langsung. Setelah peluncuran JKN, jumlah rujukan yang menggunakan SijariEMAS sedikit menurun karena tidak semua rumah sakit (seperti rumah sakit swasta) menerima JKN. Pemetaan kembali hal tersebut adalah sebuah pekerjaan yang signifikan dan menunda peluncuran SijariEMAS di beberapa daerah Fase 2. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 14 Dalam Fase 2, EMAS terus memfokuskan diri pada fitur rujukan kegawatdaruratan SijariEMAS, dan menambahkan fitur rujukan yang direncanakan (sebelumnya). Walaupun SMS adalah platform yang paling banyak digunakan, umpan balik dari para bidan menyatakan bahwa format kode SMS yang dibutuhkan, termasuk tanda pagar (hashtags) terlalu sulit untuk dimasukkan. Hal ini membuat para bidan enggan memberikan rujukan melalui sistem SijariEMAS. Menanggapi umpan balik ini, EMAS menyederhanakan kode SMS yang diperlukan. EMAS juga membuat aplikasi telepon genggam untuk menyediakan sebuah alternatif yang lebih sederhana dibandingkan SMS di telepon genggam, namun, promosi lebih lanjut untuk aplikasi web mungkin diperlukan untuk meningkatkan penggunaannya. Di beberapa daerah, sambungan internet yang tidak dapat diandalkan hingga menyebabkan beberapa fasilitas kesehatan sulit untuk mengakses sistem SijariEMAS menggunakan komputer. Untuk mengatasi hal ini, EMAS menguji coba penggunaan tablet di beberapa fasilitas. Tablet ini dapat beroperasi dengan jaringan telepon bergerak (mobile networks), sehingga memungkinkan para penyedia layanan kesehatan untuk mengakses SijariEMAS walaupun tanpa koneksi internet. Namun, hal ini tidak bekerja sebagaimana yang diharapkan, dan tablet-tablet tersebut sekarang lebih digunakan untuk pemantauan. Dalam fase 2, EMAS juga mulai merevitalisasi dan menghubungkan call center gawat darurat ke SijariEMAS, menambahkan kapasitas komunikasi suara ke platform. Dalam fase 2, EMAS mengidentifikasi bahwa penggunaan SijariEMAS terhambat karena faktanya hanya puskesmas yang didukung EMAS di setiap daerah yang dihubungkan ke dalam sistem. Akibatnya, EMAS memfokuskan diri pada perluasan penggunaan SijariEMAS di dalam daerah Fase 1 dan 2 dengan memasukkan beberapa fasilitas tambahan (umum dan swasta) dan para penyedia layanan ke dalam PK jejaring rujukan daerah yang lebih komprehensif serta sistem SijariEMAS. Dalam Fase 2, pejuang SijariEMAS diidentifikasi dan disorot untuk mempromosikan SijariEMAS ke fasilitas lainnya dalam daerah yang didukung EMAS, baik di tingkat provinsi dan nasional. Petugas TIK EMAS terus mendukung Mentor SijariEMAS dalam daerah Fase 1 dan 2 untuk meningkatkan kapasitas mereka menangani sistem dan mengatasi kesulitan yang muncul. Kotak 5: Pelajaran dari implementasi SijariEMAS di dalam daerah Fase 2 - Diberlakukannya JKN menuntut pemrograman kembali jalur rujukan dalam SijariEMAS. Dalam kurun waktu ini, rujukan melalui SijariEMAS sedikit berkurang (tetapi setelah itu naik kembali). - SMS merupakan platform komunikasi yang paling populer. - Umpan balik pengguna di Fase 2 membantu memperbaiki SijariEMAS, misalnya penyederhanaan kode SMS dan menciptakan aplikasi telepon genggam (mobile application). - Mendorong lebih banyak rumah sakit swasta menggunakan SijariEMAS, lebih banyak fitur mungkin perlu dibuat untuk menjawab kebutuhan spesifik mereka. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 15 FASE 3 Tujuh daerah yang lain akan melaksanakan SijariEMAS dalam Fase 3 EMAS. Seperti Fase 2, SijariEMAS akan diperkenalkan setelah pembuatan PK jejaring rujukan, dan mengikuti proses yang serupa dengan fase sebelumnya. Daerah Fase 3 akan didampingi oleh mentor baik dari daerah Fase 1 maupun Fase 2. Model Standar dan Optimal dipromosikan ke daerah Fase 3, dan EMAS akan terus merevitalisasi dan menghubungkan berbagai call center ke SijariEMAS. Untuk Fase 3, daerah-daerah yang lebih kecil akan menyertakan semua puskesmas di dalam PK dan SijariEMAS dari permulaan. Di daerah-daerah yang besar, puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya akan ditambahkan secara bertahap, karena diperlukan waktu untuk memprogramkan jumlah jalur rujukan yang banyak ke dalam SijariEMAS. Di samping itu, Sistem Pemantauan dan Pengendalian SijariEMAS akan dibangun di tingkat nasional, menggunakan sistem berbasis cloud. Sistem ini dapat memantau jejaring SijariEMAS secara terus menerus pada waktu yang sebenarnya (real time), dan dapat mendeteksi berbagai masalah teknis pada tahap awal sehingga bantuan teknis dapat diberikan. Sistem ini juga dapat melacak semua rujukan yang masuk melalui jaringan dan menyediakan pemantauan tingkat lanjut untuk membantu memastikan bahwa semua rujukan kegawatdaruratan direspon dengan tepat waktu. Dasbor nasional menyediakan data yang dapat digunakan untuk memeriksa dan menetapkan validitas (triangulate) data M&E EMAS, dan untuk menganalisis dan memberikan data ini untuk dialog kebijakan sebagaimana mestinya. Terakhir, EMAS akan bekerja dengan Kemenkes untuk mengidentifikasi dan merencanakan integrasi strategis dan harmonisasi berbagai fungsi dan data SijariEMAS ke sistem informasi yang sudah ada atau yang potensial. Mulai Maret 2015, 16.795 bidan dan dokter sudah terdaftar dalam SijariEMAS, dan sistem ini diinstal 152 rumah sakit dan 661 puskesmas yang didukung EMAS. Para penyedia layanan kesehatan ini telah menggunakan SijariEMAS untuk memfasilitasi sejumlah 39.937 rujukan kegawatdaruratan ibu dan bayi. Tabel 3 meringkas hasil fase program EMAS mulai Maret 2015 [31]. Pada Tahun Tiga, sebanyak 14.774 kasus rujukan difasilitasi melalui SijariEMAS. Jumlah ini kurang lebih mewakili 30 persen dari semua kasus rujukan di seluruh 23 daerah dimana sistem diluncurkan. Data terbaru yang tersedia (Jan-Mar 2015), menunjukkan peningkatan persentase kasus yang ditangani melalui SijariEMAS di rumah sakit Fase 1 dan 2, ketika dibandingkan dengan data Tahun 3 (lihat Gambar 5). Sebuah tinjauan penggunaan daerah per daerah menunjukkan variasi dalam penggunaan dengan tren keseluruhan menunjukkan kenaikan proporsi kasus yang dirujuk melalui sistem. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 16 RESULTS Tiga daerah (Karawang, Cirebon, dan Bogor) juga menangani jumlah rujukan menggunakan SijariEMAS tertinggi, dengan jumlah berkisar 1277-1863 dalam Tahun 4, Triwulan 2 – rata-rata 16 rujukan kegawatdaruratan per hari. Namun, data dari daerah lain menunjukkan penggunaan yang lebih rendah dan tidak sama antar triwulannya. Tabel 3: Hasil SijariEMAS, Tahun 4 Triwulan 2 (Jan-Mar 2015) Daerah Fase 1 Jumlah daerah yang menggunakan SijariEMAS untuk memfasilitasi rujukan Daerah Fase 2 10 13 % kasus rujukan di RS yang didukung EMAS yang menggunakan SijariEMAS 63% 56% % kasus rujukan dengan respon RS terjadi dalam 10 menit setelah menerima notifikasi SijariEMAS 70% 69% Gambar 5: Persentase kasus yang ditangani menggunakan SijariEMAS, rumah sakit Fase 1 & 2, menurut model [32] OPT. FASE 1 14% Tegal 58% 59% Cirebon 18% STANDARD Bandung 36% Pinrang 37% Serang 56% 55% 5% Deli Serdang 16% Banyumas 21% 24% Asahan MINIMAL 54% 6% 2% Malang 45% 64% 82% 83% 96% 71% 68% 57% 36% 34% 98% 7% 3% 10% Sidoarjo 0% 20% YEAR 3 AVG. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 40% YR4 Q1 60% YR4 Q2 80% 100% P a g e | 17 OPTIMAL FASE 2 76% Karawang 50% Bogor Tangerang 16% STANDARD 76% 82% 2% Labuhan Batu Langkat 76% 77% 4% 56% 6% Cilacap Gowa 4% 7% 8% Kota Semarang Pasuruan 3% 2% 6% 8% 8% Jombang 2%5% Blitar 2%5% Brebes MINIMAL 74% 41% 42% Bulukumba 0% 91% 10% 28% 16% 50% 22% 15% 22% 15% 20% 30% YEAR 3 AVG. 40% 50% YR4 Q1 60% 70% 80% 90% 100% YR4 Q2 Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5, daerah-daerah yang menggunakan model Optimal atau Standar SijariEMAS cenderung memiliki tingkat penggunaan SijariEMAS yang lebih tinggi untuk menangani rujukan kegawatdaruratan. Namun, Malang, sebuah daerah Fase 1, telah menunjukkan penggunaan SijariEMAS antara Tahun 4 Triwulan 1 dan Tahun 4 Triwulan 2 yang signifikan hanya menggunakan model Minimal. Kabupaten Karawang dan Bogor, yang menggunakan Model Optimal, telah menunjukkan tingkat penggunaan SijariEMAS yang sangat banyak. Pada saat penulisan laporan ini, Data Tahun 4 Triwulan 2 untuk Karawang dan Bogor masih sedang diverifikasi, tetapi dapat diantisipasi bahwa kedua daerah ini akan menunjukkan tingkat penggunaan mendekati 100% untuk triwulan tersebut. EMAS akan menyelidiki alasan mengapa daerah yang menggunakan model Optimal atau Standar cenderung memiliki tingkat penggunaan SijariEMAS yang lebih tinggi. EMAS juga akan menggunakan kabupaten Malang sebagai studi kasus mengenai bagaimana keberhasilan implementasi SijariEMAS dapat dilakukan menggunkan model Minimal, dan menyajikan pelajaran ini kepada daerah lainnya yang tidak memiliki kapasitas untuk mengimplementasikan model Optimal atau Standar. EMAS secara rutin mengumpulkan data tentang seberapa cepat rumah sakit merespon sebuah rujukan yang baru masuk, untuk mengukur fungsionalitas secara keseluruhan dan penerimaan rumah sakit terhadap sistem ini. Data juga menunjukkan tingkat respon awal. Selama Tahun 4 Triwulan 2, rumah sakit Fase 1 yang merespon notifikasi yang masuk dalam 10 menit setelah penerimaan berjumlah 70 persen dari seluruh kasus. Dalam rumah sakit Fase 2, 69 persen kasus direspon dalam ambang batas EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 18 waktu ini. Walaupun data agregat menunjukkan sedikit perbedaan antar triwulan dalam hal rumah sakit mana yang membutuhkan lebih dari sepuluh menit untuk merespon rujukan yang baru masuk, indikator ini umumnya relatif tetap konstan (sekitar 20 persen). Gambar 6 dan 7 menunjukkan rata-rata jumlah dan persentasi kasus kegawatdaruratan menggunakan SijariEMAS. Gambar-gambar ini juga menunjukkan proporsi kasus rumah sakit yang merespon dalam waktu sepuluh menit, menurut jenis model. Secara keseluruhan, lima daerah yang menggunakan model minimal menangani lebih sedikit jumlah dan persentase kasus yang menggunakan SijariEMAS. Para bidan di daerah-daerah ini mungkin lebih memilih berkomunikasi lewat telepon daripada lewat SMS. Daerah-daerah ini juga menunjukkan proporsi yang lebih kecil kasus SijariEMAS yang direspon dalam sepuluh menit. Bagi sebagian besar daerah yang menggunakan Model Standar, jumlah dan persentase kasus yang dirujuk dan direspon dalam sepuluh menit lebih besar, walaupun ada perbedaan yang cukup lebar antar daerah. Empat daerah yang menggunakan Model Optimal menangani lebih banyak jumlah dan persentase kasus yang menggunakan SijariEMAS. Lebih jauh, lebih banyak rujukan ini yang direspon dalam waktu sepuluh menit. Gambar 6: Rata-rata jumlah angka dan persentase kasus kegawatdaruratan yang dirujuk menggunakan SijariEMAS, menurut model 1200 75% 80% 70% 1000 triwulan (dirata-ratakan) 60% 60% 53% 800 44% 47% T4Tw1 rata-rata #(%?) rujukan 50% T4Tw2 rata-rata #(%?) rujukan 40% 600 30% 30% 400 22% 20% 200 T3 rata-rata # (%?) rujukan per 7% 10% T3 rata-rata % rujukan per triwulan (dirata-ratakan) T4Tw1 rata-rata% rujukan T4Tw2 rata-rata % rujukan 3% 0% 0 Minimum Standar EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 Optimal P a g e | 19 Gambar 7: Rata-rata angka dan persentase kasus kegawatdaruratan yang direspon oleh rumah sakit dalam sepuluh menit, menurut model SijariEmas 90% 1200 1000 76% 74% 69% 83% 80% 72% 71% 70% 63% 800 80% 77% T3 rata-rata % rujukan per triwulan (dirata-ratakan) 60% T4Tw1 rata-rata % rujukan 50% T4Tw2 rata-rata % rujukan 40% T3 rata-rata # (%?) rujukan per 600 triwulan (dirata-ratakan) 400 30% T4Tw1 rata-rata # (%?) rujukan 20% T4Tw2 rata-rata % rujukan 200 10% 0% 0 Minimum Standar Optimal Kotak 5. Cerita keberhasilan Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang (Jawa Barat) telah melaporkan persentase rujukan melalui SijariEMAS yang tinggi. Karawang meluncurkan SijariEMAS pada September 2013, dengan memilih melaksanakan Model Optimalyang dilengkapi dengan call center gawat darurat 24 jam yang khusus di Dinkes. Awalnya terhubung dengan tiga rumah sakit dan 11 puskesmas. Call center memungkinkan Dinkes untuk memantau waktu respon rumah sakit, berkoordinasi dengan rumah sakit ketika terjadi keterlambatan, dan menuliskan kembali format SMS ketika diperlukan untuk meningkatkan efisiensi rujukan. SijariEMAS sekarang terhubung dengan 18 rumah sakit dan 51 puskesmas di Karawang, dengan 1560 staf kesehatan terdaftar di dalam sistem. Sebuah faktor kunci keberhasilan SijariEMAS di Karawang adalah dukungan yang kuat dari Dinkes. Selain membangun Model Optimal SijariEMAS, semua rumah sakit di daerah ini sekarang telah memiliki nomer gawat darurat yang terintegrasi dengan call center Dinkes yang dapat dihubungi selama 7 hari 24 jam (24/7). Dinkes Karawang juga memperluas cakupan call center dengan memasukkan juga kasus kegawatdaruratan umum bersama kegawatdaruratan ibu dan bayi. Karawang sekarang berfungsi sebagai model call center kegawatdaruratan. Setelah mengunjungi call center Karawang, Tangerang telah maju dengan rencana untuk membeli perlengkapan dan mengidentifikasi/merekrut staff untuk call center. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah memilih Karawang sebagai satu dari Top 50 Penghargaan Inovasi Publik karena penggunaan SijariEMAS dalam membantu mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 20 BERBAGAI FAKTOR TERKAIT KEBERHASILAN PENGGUNAAN SijariEMAS Penggunaan SijariEMAS lebih tinggi di daerah yang para bidannya dapat mengirimkan SMS atau menelepon sebuah nomor gawat darurat /hotline dengan anggota staf yang tersedia setiap saat untuk merespon. Hal ini dapat diadakan di rumah sakit atau sebuah call center, misalnya Model Standar atau Optimal. Contoh terbaik adalah Kabupaten Karawang (lihat Kotak 5). Kombinasi SMS dan opsi berbasis telepon terus diterima secara luas dan menarik bagi daerahdaerah, yang banyak mencatat bahwa kombinasi tersebut sangat berguna memfasilitasi rujukan. Sebaliknya, Dinkes dan fasilitas yang telah memberikan umpan balik tanpa saluran telepon yang khusus untuk rujukan kegawatdaruratan, menyulitkan para bidan untuk menghubungi ruang gawat darurat rumah sakit. Akibatnya, EMAS sekarang mendorong semua daerah untuk meningkatkan model mereka menjadi Model Standar atau Optimal (tergantung konteks mereka). Call center yang telah di-upgrade dirancang untuk memperbaiki SijariEMAS dengan mengadakan komunikasi suara, “Dengan SijariEMAS, bidan, puskesmas dan kemampuan melacak dan memperbaiki rumah sakit menjalin koordinasi dan komunikasi yang lebih baik selama rujukan kegawatdaruratan pemantauan. Daerah-daerah yang pindah ibu dan bayi. Sekarang Dinkes memiliki data dan ke Model Standar sedang dalam proses informasi akurat untuk setiap rujukan gawat darurat.” membuat hotline untuk rumah sakit atau -Dinkes, Karawang membeli telepon genggam dimana rumah sakit dapat mendedikasikannya untuk panggilan rujukan. Hotline dan telepon genggam rujukan yang khusus ini akan mendukung lebih lanjut proses rujukan dengan menyediakan lebih banyak opsi komunikasi antara bidan dan rumah sakit. Jika seorang bidan menghubungi rumah sakit lewat telepon, informasi akan dimasukkan secara manual ke dalam SijariEMAS oleh operator di rumah sakit. Komitmen dan rasa memiliki Dinkes dapat menghasilkan perluasan SijariEMAS. Kabupaten Bogor (Jawa Barat) adalah sebuah contoh yang baik dari dampak rasa memiliki Dinkes yang kuat. Dinkes Bogor membangun call center yang mencakup kabupaten yang khusus di Dinkes. Bogor mulai mengimplementasikan model Optimal di Fase 2, awalnya dengan 2 rumah sakit dan 10 puskesmas. Sistem ini telah berkembang hingga mencakup tambahan 91 puskesmas dan 3 rumah sakit. Hal ini berarti mayoritas fasilitas kesehatan daerah akan terhubung ke sistem. Kepeloporan yang kuat dan cakupan jaringan yang baik dalam sebuah daerah juga mempengaruhi penggunaan SijariEMAS. Sebagai contoh, Kabupaten Cirebon (Jawa Barat) secara konsisten dilaporkan salah satu darijumlah kasus kegawatdaruratan yang dirujuk menggunakan SijariEMAS tertinggi. Keberhasilan Cirebon disebabkan oleh dukungan yang kuat dari rumah sakit yang berpartisipasi: khususnya, seorang pelopor/pejuang di Ruangan Gawat Darurat yang menyarankan kepada para bidan untuk menggunakan SijariEMAS untuk merujuk kasus kegawatdaruratan. Rumah sakit juga menyerahkan stafnya untuk membantu mengelola SijariEMAS (menerima telepon dan memasukkan informasi ke dalam sistem). Ketika fasilitas Fase 3 terhubung dengan SijariEMAS, daerah tersebut akan memiliki cakupan penuh terhadap sistem. Selain itu, jejaring SijariEMAS di Cirebon telah meluas melampaui fasilitas EMAS dan juga mencakup hampir semua fasilitas di daerah tersebut. Jejaring juga berkembang luas lintas batas provinsi termasuk fasilitas dari daerah tetangga di Jawa Tengah. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 21 LANGKAH KE DEPAN: MEMPERTAHANKAN DAN MENGEMBANGKAN SijariEMAS Secara keseluruhan, berbagai aktivitas saat ini telah berfokus pada menciptakan landasan bagi penggunaan sistem SijariEMAS yang berkelangsungan dan berkembang luas. Untuk mendorong implementasi dan keberlangsungan SijariEMAS, EMAS telah melibatkan para pemangku kepentingan lokal dengan berbagai cara. Dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten/Kota dan Kemenkes terlibat di dalam rancangan dan penyusunan sistem untuk meningkatkan rasa memiliki lokal (local ownership). EMAS juga bekerjasama dengan para pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, untuk membangkitkan infrastruktur SijariEMAS. Tim teknis lokal dan mentor telah berkembang mengelola dan memelihara sistem di daerah. Dinkes telah didorong “SijariEMAS telah menjadi bagian sistem informasi dan dan diberdayakan untuk memantau komunikasi RS sehari-hari. Dibandingkan dengan sebelum rujukan pada waktu yang sebenarnya pelaksanaan SijariEMAS, komunikasi selama (real time), dan berbagai rapat daerah rujukan menjadi lebih efektif – contohnya kasus pasien (contohnya di dalam dan di luar daerah dengan pre-eklampsia sekarang ditangani yang didukung.Bupati (kepala daerah dengan MgSO4. “ kabupaten) telah seringkali terlibat – Kepala of SMF, Ob/Gyn, RSUD Serang dalam peluncuran sistem di kabupaten. Sementara penggunaan SijariEMAS bervariasi antar daerah, beberapa Dinkes suportif dan melaporkan bahwa SijariEMAS telah memperbaiki proses rujukan mereka. Beberapa daerah telah mengalokasikan dana untuk menginstal SijariEMAS pada tambahan fasilitas (yang tidak didukung EMAS) pada tahun-tahun mendatang agar dapat menyediakan cakupan penuh di semua fasilitas di daerah mereka. Daerah yang lain memberikan dananya untuk membeli computer dan perangkat keras untuk mendukung sistem SijariEMAS. Tambahan dana ini membantu mengembangkan SijariEMAS mencakup lebih banyak rumah sakit, puskesmas, dan bidan. Contohnya: Jawa Barat telah memberikan dukungan dana penuh untuk melaksanakan pendekatan EMAS, termasuk SijariEMAS, di lima daerah tambahan. Kepala daerah provinsi telah menyatakan keinginannya mengembangkan SijariEMAS ke daerah lainnya melintasi provinsi. Dalam Fase 2, Kabupaten Serang (Banten) mengembangkan SijariEMAS ke seluruh 32 puskesmas di kabupaten menggunakan dana mereka sendiri, dan mendaftarkan 119 bidan di dalam sistem. Dalam Fase 3, Kota Serang telah mengadopsi SijariEMAS untuk kota mereka (termasuk rumah sakit swasta). Setelah mengunjungi Jawa Barat untuk melihat aksi SijariEMAS, Dinkes Provinsi Sumatera Barat mengalokasikan dana untuk memperkuat sistem rujukan mereka berdasarkan pendekatan EMAS, dan telah mulai meluncurkannya di beberapa daerah. Kota Makassar meluncurkan SijariEMAS pada Agustus 2014 menggunakan dana daerah mereka sendiri (contohnya untuk mengorientasi staf di rumah sakit rujukan utama dan menginstal perangkat keras). Kota Makassar berencana untuk mengimplementasikan SijariEMAS ke dua rumah sakit tambahan dan Dinkes Makassar DHO telah memasukkan biaya SijariEMAS ke dalam rencana lima tahun mereka untuk mempertahankan kelangsungan program tersebut. Perluasan SijariEMAS ini secara langsung terhubung dengan daerah-daerah yang didukung EMAS di daerah lain di Sulawesi Selatan, dengan perjanjian antar daerah mengenai rujukan. Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta juga telah menyatakan minatnya terhadap SijariEMAS. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 22 TANTANGAN PENGGUNAAN SijariEMAS Penggunaan SijariEMAS bervariasi antar triwulan dan tetap rendah di beberapa daerah. Sejumlah perubahan telah dibuat di dalam sistem untuk menjawab umpan balik pengguna, seperti dijelaskan di atas. Berbagai tantangan dan hambat berbeda antar daerah, tetapi terdapat sejumlah kesamaan tema yaitu: Tantangan perubahan perilaku: Beberapa fasilitas melaporkan mereka menolak menggunakan SijariEMAS karena preferensi rujukan yang sudah mapan (ke rumah sakit diluar wilayah cakupan SijariEMAS), atau waktu respon terhadap pesan SMS dari fasilitas penerima (disebabkan penundaan telekom dalam menyampaikan pesan). Tantangan teknologi: Hambatan seperti sambungan internet yang buruk, masalah stabilitas sistem, dan masalah dengan perangkat keras yang mengakibatkan penggunaan sistem yang terbatas atau tidak merata di beberapa daerah. Dalam beberapa kasus, berbagai masalah ini telah diselesaikan oleh daerah bersangkutan dengan membeli dan menginstal sistem internet yang lebih baik. Kurangnya komitmen dari beberapa rumah sakit untuk menggunakan sistem. Kendala sumber daya manusia: beberapa Dinkes dan/atau rumah sakit merasa mereka tidak mampu menyediakan staf yang diperuntukkan khusus untuk mendukung call center SijariEMAS. PELAJARAN Melibatkan pengguna akhir dalam rancangan dan secara sistematis menggunakan umpan balik mereka untuk merevisi sistem dan memperbaiki pengalaman pengguna merupakan hal yang bermanfaat untuk menjamin bahwa fitur dari sistem tersebut menjawab kebutuhan mereka. Penggunaan pendekatan sistem yang tangkas berhasil karena memungkinkan fokus yang terus menerus pada perbaikan fungsi dan stabilitas sistem. Karena SijariEMAS diimplementasikan di daerah Fase 1 dan 2, bidang dimana sistem dapat diperkuat diindentifikasi dan ditindak. Sebagai contoh, beberapa bidan menemukan format kode SMS rumit untuk dimasukkan, sehingga EMAS menyederhanakan kode tersebut. EMAS juga membuat aplikasi telepon genggam untuk menyediakan alternatif yang lebih mudah dibandingkan SMS pada telepon genggam. Merancang sistem sehingga dapat diakses melalui platform komunikasi ganda (multiple) dan menggunakan berbagai perangkat yang membantu mengatasi beberapa kendala teknis. Karena SijariEmas berbasis komputer, kendala dan tantangan teknis berdampak signifikan terhadap keberhasilan penggunaan sistem. Sejumlah daerah menghadapi masalah dengan sambungan internet dan listrik, dimana beberapa daerah mengalami listrik padam beberapa jam sekali. EMAS mendorong daerah untuk menyusun Standard Operating Procedures sehingga pengguna mengetahui apa yang harus dilakukan ketika terjadi gangguan teknis. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 23 SijariEMAS mengharuskan jejaring rujukan yang disepakati dan yang sudah ada agar dapat bekerja secara efektif. Semakin kuat dan komprehensif jejaring rujukan (misalnya lebih banyak rumah sakit dan puskesmas yang ikut), semakin efektif jejaring tersebut. SijariEMAS sering mempertimbangkan aspek yang paling nyata dari EMAS dan telah mendapat perhatian yang besar di tingkat kabupaten, provinsi dan nasional. Namun, SijariEMAS tidak mungkin memperbaiki rujukan tanpa jejaring rujukan yang kuat untuk mendukungnya. SijariEMAS paling banyak digunakan jika ada kombinasi antara SMS dan call center. Dengan alasan ini, Model Standar atau Optimal Model direkomendasikan. Dengan membangun sistem ini, EMAS juga mempertimbangkan platform komunikasi yang digunakan secara luas oleh para bidan (misalnya SMS) untuk memastikan bahwa sistem dapat lebih mudah dipakai. Setiap model memiliki pro dan kontra, namun keputusan mengenai model SijariEMAS yang digunakan ditentukan oleh setiap daerah melalui proses PK. Walaupun pada permulaan EMAS, model minimum awalnya dipromosikan, pengalaman membuktikan bahwa kombinasi SMS dan telepon menghasilkan penggunaan yang lebih tinggi. Waktu respon rumah sakit paling cepat di daerah yang menggunakan model Optimal. Dengan menggunakan keberhasilan SijariEMAS dan call centers daerah di Jawa Barat, EMAS akan terus mendukung rumah sakit atau Dinkes yang berupaya membangun atau memperluas call center mereka. Komitmen dari Dinkes dan kepemimpinan fasilitas kesehatan daerah sangat penting untuk implementasi dan adopsi sistem SijariEMAS. Komitmen ini dapat membantu memastikan bahwa daerah mengalokasikan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan model SijariEmas yang cocok, (sebagai contoh alokasi dana, pembelian tambahan TIK, mengalokasikan pegawai yang dikhususkan untuk mengoperasikan call center, dll.) dan melanjutkan penggunaan serta perluasannya. Komitmen dari kepemimpinan daerah juga membuat fasilitas kesehatan merasa didukung dalam penggunaan SijariEMAS. Mendorong perubahan perilaku di antara para penyedia layanan kesehatan sangat penting bagi keberhasilan SijariEMAS. Para penyedia layanan kesehatan harus mengubah cara mereka menangani proses rujukan dan mengadopsi sistem rujukan yang baru. Orientasi untuk membangun efektivitas dan mendemonstrasikan manfaat sistem SijariEMAS merupakan kunci untuk mendorong penggunaannya. Penggunaan para pejuang/pelopor untuk mempromosikan SijariEMAS telah berhasil (contohnya Cirebon). Berbagai peran dan tanggung jawab dapat diperjelas agar penggunaan semua fitur SijariEMAS lebih baik dan memastikan sistem dikelola sebagaimana mestinya. Staf di Dinkes dan rumah sakit juga sering dirotasi; untuk memastikan bahwa sistem dikelola sebagaimana mestinya, pelimpahan wewenang yang lebih jelas untuk tim SijariEMAS mungkin diperlukan. Hubungan dan keterkaitan dengan sistem Kemenkes yang relevant seharusnya meningkatkan skala dan keberlangsungan. Keberlangsungan juga meningkat ketika daerah mendanai/membeli sendiri perlengkapan yang diperlukan, daripada mengandalkan EMAS untuk menyediakan perlengkapan. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 24 Persyaratan Perlengkapan SijariEmas menurut Model LAMPIRAN A MODEL PERLENGKAPAN YANG DIPERLUKAN Lokasi server MODEL MINIMUM MODEL STANDAR MODEL OPTIMAL Nasional (berbasis cloud) Daerah Rumah Sakit Nasional (Berbasis cloud) Dinkes/ rumah sakit PC klien 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit Monitor LED 40” 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit Koneksi internet 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket Server 1 akun pengguna 1 unit 1 unit IP publik 1 paket 1 paket Modem 1 unit 1 unit SIM card 1 unit 1 unit Rak server 1 unit 1 unit Pendingin ruangan (Air Conditioner) 1 unit 1 unit Sambungan listrik 1 paket 1 paket DINKES Pemantauan SijariEMAS Ruangan Call center Server call center 1 unit Kartu telepon 1 unit Sambungan telepon 4 sambungan telepon Pulsa dan langganan telepon 1 paket PC/tablet 4 unit Headset 4 unit EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 25 RUMAH SAKIT Pemantauan SijariEMAS PC klien / tablet 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit Koneksi internet 1 titik 1 titik 1 titik 1 titik 1 titik PC klien / tablet 1 unit 5 unit 1 point 4 unit 5 unit Koneksi internet 1 titik 5 titik 4 titik 5 titik 1 unit 5 unit 4 unit 5 unit 1 unit 1 unit Pengeras suara (Speaker) Monitor LED 40” 1 unit Server 1 unit Modem 1 unit SIM card 1 paket Pulsa SMS 4 unit Koneksi internet 4 titik Pengeras suara (Speaker) Ruangan Call center 1 unit 1 unit Rak server 1 unit Pendingin ruangan (Air conditioner) 1 unit Sambungan listrik 1 paket Saluran telepon 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit Telepon 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit Call center 1 unit 1 unit BEmONC/Puskesmas SijariEMAS PC client / tablet 1 unit 1 unit Koneksi Internet Pengeras Suara (Speaker) 1 point 1 point Telepon 1 unit 1 unit EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 26 LAMPIRAN B Dinkes Biaya Biaya Implementasi Perlengkapan dan Infrastruktur Sampel Server Spesifikasi Medium IBM/HP 1 unit Tidak ada Monitor Komputer di Dinkes Monitor LEDuntukpemantauan di Dinkes Koneksi internet dengan IP publik (1 tahun) 1 unit Rp. 6.000.000 ($429) 1 unit Rp. 7.000.000 ($500) 1 paket Rp. 6.000.000 ($429) Biaya SMS untuk kegawatdaruratan (1 tahun) Biaya SMS untuk menginformasikan ibu hamil dengan risiko tinggi (1 tahun) Modem untuk mengirim SMS dannomor akses Pendingin Ruangan (Air conditioner) 1 paket Rp. 6.000.000 ($429) 1 paket Rp. 15.000.000 ($1,073) 2 unit Rp. 6.000.000 ($429) 1 unit Tidak ada Rak untuk server 1 unit Tidak ada Bahan publikasi (poster, selebaran, kartu nama) Paket Masih akan ditentukan Sosialisasi Pemantauan rutin bulanan – evaluasi data seharusnya dibahas bersama kelompok kerja (Pokja), Dinkes, dan rumah sakit Call center / mekanisme umpan balik Dinkes Komputer PC Monitor LED Telepon genggam untuk kegawatdaruratan (Android) dan nomornya Pulsacall center Petugas call center EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 Bertempat di EMAS Jakarta hingga daerah siap Jika tidak ada koneksi internet sebelumnya Bertempat di EMAS Jakarta hingga daerah siap Bertempat di EMAS Jakarta hingga daerah siap Masih akan ditentukan Masih akan ditentukan 1 unit 1 unit 2 unit Rp. 10.000.000 ($715) Rp. 7.000.000 ($500) Rp. 2.000.000 ($143) 1 paket 6 orang Rp. 2.400.000 ($172) Masih akan ditentukan P a g e | 27 RUMAH SAKIT Akses unit PC SijariEMAS Monitor LED Koneksi internet Telepon genggam kegawatdaruratan (1 tahun) Pulsa call center (1 tahun) BEmONC/Puskesmas SijariEMAS Komputer PC (opsional) Koneksi internet (opsional) Telepon genggam kegawatdaruratan (Android) (1 tahun) Pulsacall center (1tahun) JUMLAH EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 4 unit Rp. 24.000.000 ($1,716) IGD, maternal, neonatal, tindakan 1 unit 4 titik Rp. 7.000.000 ($500) Rp. 6.000.000 ($429) 1 unit Rp. 1.000.000 ($72) IGD, maternal Dapat menggunakan koneksi internet yang ada: IGD, maternal, tindakan 1 paket 1 unit 1 titik Rp. 6.000.000 ($429) Rp. 3.600.000 ($257) IGD IGD 1 unit Rp. 1.000.000 ($72) IGD 1 paket Rp. 1.200.000 ($86) Rp. 117.200.000 (8.380) IGD P a g e | 28 LAMPIRAN C Catatan Akhir [1] World Health Organization, UNICEF, UNFPA, and the World Bank. Trends in Maternal Mortality: 1990 to 2013. [2] United Nations Children’s Fund. Levels and Trends in Child Mortality: Report 2014. New York: UNICEF; 2014 LAMPIRAN C [3] US Global Health Initiative. Indonesia Global Health Initiative Country Strategy 2011: Improved Health Impact Through Collaboration. Diambil8 Desember , 2014, dari http://www.ghi.gov/ whereWeWork/docs/IndonesiaStrategy.pdf [4] Konsep Desa Siaga diperkenalkan pada pertengahan tahun 1990-an dibawah program Maternal and Newborn Health (MNH) yang didanai USAID untuk membantu masyarakat menyiapkan lebih dulu kasus kegawatdaruratan di tingkat desa. [5] Mize, L., Pambudi, E., Koblinsky, M, et al.....And then she died: Indonesia Maternal Health Assessment. World Bank, 2010 [6] Baseline Assessment of Referral Systems in EMAS Program Districts Report, EMAS 2012 [7] EMAS program lima tahun (2011-2016) untuk mendukung Pemerintah Indonesia menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir. EMAS bekerja sama dengan pemerintah (nasional, provinsidan kabupaten), organisasi masyarakat madani, fasilitas kesehatan (umum dan swasta), asosiasi rumah sakit, organisasi profesi dan sektor swasta, di 30 daerah di Indonesia. EMAS merupakan sebuah kemitraan lima organisasi termasuk Jhpiego (mitra utrama), Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan (LKBK), Muhammadiyah, Save the Children, dan RTI International. [8] PK secara formal menetapkan berbagai peran, tanggung jawab dan ekspektasi terhadap fasilitas kesehatan. PK mengatur jejaring rujukan dan memperbaiki kerjasama serta koordinasi di antara fasilitas dan secara formal mengintegrasikan fasilitas kesehatan ke dalam jejaring rujukan daerah. [9] Alat Standar Kinerja Rujukan menilai berbagai aspek seperti: langkah-langkah yang diambil dalam sebuah rujukan (misalnya, apakah pasien telah distabilisasi), faktor-faktor seperti ketersediaan ambulans dan saluran komunikasi di antara fasilitas kesehatan, dan kesiapan tim kegawatdaruratan. Disusun bersama Kemenkes, indikator kinerja yang disepakati memungkinkan fasilitas kesehatan dan Dinkes untuk memantau sistem rujukan dan mengidentifikasi celah (kekurangan) dalam kinerja rujukan. [10] Pasien yang menggunakan skema asuransi kesehatan nasional tidak selalu diterima oleh fasilitas kesehatan atau mendapatkan perawatan yang sama standarnya dengan perawatan pasien swasta/ mereka yang membayar biaya sendiri. EMAS bekerja sama dengan fasilitas untuk menangani berbagai tantangan seputar penerimaan asuransi kesehatan nasional, seperti memperjelas peranan, tanggung jawab dan proses pembayaran kembali (reimbursement). [11] Dengan platform yang lain ditambahkan kemudian – lihat Kotak 2. [12] Pemetaan menentukan kedekatan ( jarak) dari sebuah puskesmas ke sejumlah rumah sakit rujukan, dimulai dari yang terdekat dan paling mudah dijangkau. [13] Pokja merupakan kelompok kerja yang dibentuk di tingkat daerah yang terdiri dari individu berpengaruh yang mampu menyelesaikan berbagai masalah dari masyarakat dan menemukan solusi untuk hambatan sisi suplai dari penyediaan layanan (kebijakan, anggaran, dll). Pokja bekerja sama dengan forum masyarakat madani. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 29 [14] Baseline Assessment of Referral Systems in EMAS Program Districts Report, EMAS 2012 [15] Pengembangan sistem yang tangkas berulang sifatnya dan memiliki fleksibilitas untuk berubah sebagaimana diperlukan. Sistem tersebut berdasarkan keterlibatan pengguna aktif dalam pengembangannya dan terus berubah/berkembang berdasarkan umpan balik dan uji berulang kali untuk membantu mengidentifikasi masalah. Fitur dapat ditambahkan dan sistem dapat merespon dengan cara berubah ketika diperlukan, melalui penerbitan yang bertahap. [16] Sistem ini dirancang agar mampu mengakomodasi semua fungsi yang terdaftar. Fungsi terkait rujukan kegawatdaruratan telah diprioritaskan di bawah EMAS. Penggunaan aktual fungsi yang lain bervariasi. [17] Kode secara otomatis dikirim ke bagian rumah sakit yang paling relevan, misalnya UGD/IGD,unit persalinan (maternity), atau bangsal anak (perinatal ward) [18] UGD/IGD, unit persalinan (maternity), and bangsal anak (perinatal wards) [19] UGD/IGD, unit persalinan (maternity), bangsal anak (perinatal), poliklinik dan administrasi [20] Contohnya bidan dan staf call center [21] Contohnya Bogor mulai dengan model optimal karena ukuran daerahnya.Bogor memiliki populasi 5 juta, 40 rumah sakit dan 101 puskesmas. [22] Walaupun dua rumah sakit Pinrang terhubung dengan SijariEmas, dalam kenyataannya hanya satu yang menerima rujukan kegawatdaruratan ibu dan anak, sementara rumah sakit yang lain fokus pada persalinan normal. Sepuluh puskesmas terhubung dengan rumah sakit melalui SijariEMAS. Enam puskesmas tambahan baru-baru ini dimasukan ke dalam PK dan sistem SijariEMAS. [23] Misalnya Kelompok Kerja TIK, Dinkes, Rumah Sakit, Puskesmas&Organisasi Profesi (IBI). [24] Motivator Kesehatan Ibu dan Anak - MKIA adalah anggota Muhammadiyah/AISYAH di tingkat desa yang bekerja untuk ibu hamil untuk meningkatkan kinerja kesehatan. [25] Ruang gawat darurat, unit persalinan (maternal), dan bangsal anak (perinatal wards) [26] SijariEMAS diuji coba pada September 2012 dan secara resmi diluncurkan pada Desember 2012 [27] Mulai awal tahun 2015, daerah Fase 3 sedang menyusun PK, yang mendukung SijariEMAS, tetapi belum mulai melaksanakan sistem SijariEMAS. [28] KabupatenTegal pada awalnya melaksanakan Model Standar, tetapi pindah ke Model Optimal dengan sebuah call centre pada tahun 2014. Pada Tahun 3, Dinkes dan RSUD Soesilo sepakat mendirikan call centre yang beroperasi 7 hari 24 jam (24/7). [29] Sepuluh pada Tahun 3 dan sisanya pada Triwulan pertama Tahun 4 [30] Jaminan Kesehatan Nasional, dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial/BPJS Kesehatan). [31] Dengan data ini menjadi penting untuk diperhatikan bahwa pembilang adalah jumlah persentase kasus yang ditangani dengan SijariEMAS, sementara penyebut mencerminkan semua rujukan ibu dan bayi baru lahir (gawat darurat dan non-gawat darurat) di seluruh wilayah intervensi, tanpa memandang apakah rujukan berasal dari puskesmas yang didukung oleh EMAS atau pun tidak. Data untuk Kabupaten Asahan, Bogor, dan Karawang masih sedang divalidasi pada saat laporan ini dibuat. EMAS: SijariEMAS Technical Report, July 2015 P a g e | 30