ART OF ADVERTISING: SUBLIMINAL SEXUALITY SEBAGAI BENTUK EKSPLOITASI PEREMPUAN M. Hendra Bachtiar, Koentjoro Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Email : [email protected] Abstrak Sebagai mahluk estetis, kehidupan manusia tidak terlepas dari aspekaspek yang bernilai keindahan dimana keindahan tersebut identik dengan seni.Sebagai pelaku seni, manusia berusaha menciptakan dan mengekspresikan temuan-temuan seni lainnya melalui media disekitarnya. Salah satu seni tersebut adalah seni berkomunikasi yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung lewat bantuan media. Media tersebut antara lain adalah iklan yang merupakan bentuk seni dalam berkomunikasi.Tidak lepas dari apa yang ditawarkan tersebut, iklan memiliki berbagai penyampaian pesan yang didalamnya mengandung berbagai pencitraan yang berkaitan dengan berbagai aspek perempuan. maka tidak diragukan lagi apabila eksploitasi perempuan sering kali terjadi hanya demi kesuksesan komunikasi dalam menawarkan sebuah produk. Kajian tentang subliminal sexuality dan praktik eksploitasi dalam iklan dikaji menggunakan metode studi kasus guna mencari tahu pengertian dan penyebab terjadinya bentuk eksploitasi perempuan dalam iklan tersebut. Dimana ternyata tubuh dan citra perempuan masih menjadi sebuah strategi marketing yang menggiurkan dalam seni periklanan. Adanya sebuah persaingan menuntut pengiklan untuk menggali ide yang lebih kreatif untuk menarik perhatian target marketnya. Berbagai cara dilakukan oleh pengiklan untuk mengejar keuntungan tanpa melihat dampak yang terjadi di masyarakat. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai mahluk estetis, kehidupan manusia tidak terlepas dari aspek-aspek yang bernilai keindahan. Keindahan tersebut identik dengan seni. Untuk menikmati karya seni, manusia menjadikan dirinya menjadi pelaku maupun objek dari seni itu sendiri yang diilhami oleh insting manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan Van Baal,“Manusia dapat membedakan mana yang indah dan mana yang jelek dan selalu menyatakan dirinya dalam simbol-simbol: dalam perkataan, dalam mitos, dan juga dalam seni, dimana ia menemukan pernyataan yang murni dari dorongan hatinya sendiri untuk bebas menciptakan” (J. Van Baal, 1986). Aspek cakupan seni di dalam hidup manusia tidak hanya sebatas karya konvensional yang sudah sering kali kita dengar, lihat, sentuh,dimiliki, bahkan diciptakan. Karya konvensional yang sering kita temukan yaitu berupa musik, tarian, patung, dan lain-lain. Sebagai pelaku seni, manusia berusaha menciptakan dan 1 mengekspresikan temuan-temuan seni lainnya melalui media disekitarnya. Salah satu seni tersebut adalah seni berkomunikasi. Komunikasi sebagai aktivitas fundamental manusia dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung lewat bantuan media. Media tersebut antara lain adalah iklan yang merupakan bentuk seni dalam berkomunikasi. Sandra Moriarty (2011) menggambarkan dengan jelas dalam bukunya yang berjudul Advertising bahwa periklanan adalah bentuk komunikasi yang kompleks yang beroperasi untuk mengejar tujuan dan menggunakan strategi untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen. Dalam hal ini pesan yang dikomunikasikan iklan membutuhkan interpretasi secara individual oleh komunikan. Disini lah konsep sederhana seni komunikasi yang disajikan iklan. Interpretasi individual yang dilakukan komunikan memberikan kepuasan tersendiri baginya. Mereka dapat menghadirkan, melukiskan, mengimajinasikan kehadiran sebuah iklan dalam benak masing-masing dengan kedalam tafsiran yang dibubuhi intuisi pribadi. Komunikasi oleh iklan semakin indah dan mudah karena pesan yang disampaikan ditargetkan pada kebutuhan barang dan jasa komunikan. Sederhanya, iklan membidik komunikan untuk mengkonsumsi produk yang telah dikemas dalam pesan-pesan iklan. Seperti yang diungkapkan oleh Roman, Maas & Nisenholtz (2005), iklan adalah seni menyampaikan apa yang ditawarkan atau dijual untuk mendapatkan perhatian dan menempatkan produk secara unik kedalam pikiran konsumen dengan alat bantu.Seni komunikasi yang unik sebagai tuntutan bagi iklan menuntut adanya perubahan performansinya sesuai kebutuhan komunikan. Hal ini diwujudkan dengan memulai perubahan dari konsep iklan yang paling sederhana. Komunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan bermasyarakat. Iklan merupakan sebuah bentuk komunikasi di mana di dalamnya terdapat berbagai macam tanda untuk mengkomunikasikan produk atau jasa yang ditawarkan. Tidak lepas dari apa yang ditawarkan tersebut, iklan memiliki berbagai penyampaian pesan yang didalamnya mengandung berbagai pencitraan yang berkaitan dengan berbagai aspek perempuan. Iklan televisi menempatkan citra perempuan sebagai sosok ideal dengan kriteria kulit putih, langsing, anggun dan sebagainya. Bukan hanya citra perempuan saja, hal tersebut akan berkaitan hingga ke berbagai hal seperti kelas sosial, di mana perempuan ditempatkan sebagai pemuas kebutuhan kaum laki-laki di dalam iklan (Bungin, 2005), maka tidak diragukan lagi apabila eksploitasi perempuan sering kali terjadi hanya demi kesuksesan komunikasi dalam menawarkan sebuah produk. Representasi perempuan dalam iklan tidak lepas dari produk yang ditawarkan dalam iklan-iklan yang memang menawarkan produk khusus untuk perempuan, namun saat ini, berbagai produk, siapapun target marketnya, perempuan selalu ditempatkan sebagai obyek yang 2 digunakan untuk menarik perhatian target market tersebut. Bahkan hingga produk dengan segmen anakanak, seperti permen dan makanan ringan. Eksploitasi perempuan di dalam iklan merupakan bagian dari strategi pengiklan dalam membuat sebuah iklan. Tujuan dari hal tersebut adalah semata-mata untuk menarik konsumen. Eksploitasi tersebut dapat berupa pemunculan gambar-gambar bagian tubuh perempuan atau penggunaan kata yang berkaitan dengan tubuh perempuan (Frith, 2003). Pemunculan gambar-gambar tubuh perempuan dalam sebuah iklan dapat berkaitan dengan produk yang ditawarkan, dimana produk tersebut merupakan komoditi kebutuhan tubuh perempuan, misalnya sabun mandi, parfum, pelambab, dan lain sebagainya, namun terkadang pemunculan gambar-gambar bagian tubuh perempuan juga digunakan dalam iklan produk yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebutuhan tubuh perempuan seperti oli, pompa air, parfum untuk lakilaki bahkan makanan ringan yang kebanyakan merupakan konsumsi remaja dan anak-anak. Adanya sebuah persaingan menuntut pengiklan untuk menggali ide yang lebih kreatif untuk menarik perhatian target marketnya. Penggunaan diksi yang unik merupakan bagian dari upaya kreatif pengiklan untuk menarik perhatian target market-nya, namun terkadang secara sengaja pemilihan diksi tersebut mengandung unsur eksploitasi untuk menarik perhatian audiens. Penggunaan diksi yang mengandung unsur eksploitasi perempuan tersebut tergolong sebagai subliminal advertising atau secara sepesifik disebut subliminal sexuality.Berbagai cara dilakukan oleh pengiklan untuk mengejar keuntungan tanpa melihat dampak yang terjadi di masyarakat. Subliminal advertising merupakan salah satu cara yang digunakan pengiklan untuk memperdaya masyarakat dan di dalamnya terdapat peluang besar untuk mengeksploitasi perempuan.Tubuh perempuan dieksploitasi segala potensinya dalam menghasilkan tanda dan citra tertentu yang dapat menciptakan nilai ekonomi untuk dipertukarkan dengan pertukaran nilai yang ada dalam rangka mencari keuntungan. Tubuh dan citra perempuan menjadi sebuah strategi marketing yang menggiurkan dalam seni periklanan. B. LANDASAN TEORI a. Periklanan (Advertising) Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran, maka apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan harus mampu membujuk khalayak ramai agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan untuk mencetak keuntungan. Periklanan harus mampu mengarahkan konsumen membeli produk yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan pembeli. Singkatnya, 3 periklanan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan calon pembelinya (Jefkins, 1997). Suatu iklan yang baik sangatlah relatif karena dipandang dari tiga segi yaitu kreatif, efektifitas dan normatif. Dari segi kreatif iklan yang baik adalah iklan yang memiliki konsep komunikasi dan visualisasi yang melibatkan estetika dan komunikatif. Suatu iklan baik dari segi ilustrasi maupun dari segi bahasa seringkali mengandung suatu makna muatan tertentu, dimana iklan itu sendiri merupakan dirty ideolical work artinya dibalik iklan sebenarnya beroperasi ideologi pemasang iklan. Iklan merangkum aspekaspek sosial, tetapi iklan tidak mempresentasikan aspekaspek realitas social tersebut secara tidak jujur, atau iklan tidak berbohong tetapi juga tidak menyatakan yang sebenarnya.iklan mempunyai fungsi yang sangat luas. Fungsi-fungsi tersebut meliputi fungsi pemasaran, fungsi komunikasi, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi social. Fungsi pemasaran adalah fungsi iklan yang diharapkan untuk membantu pemasaran atau menjual produk. Artinya iklan digunakan untuk mempengaruhi khalayak untuk membeli, dan mengkonsumsi produk. Fungsi komunikasi artinya bahwa iklan sebenarnya merupakan sebentuk pesan dari komunikator kepada khalayaknya. Fungsi pendidikan mengandung arti bahwa iklan merupakan alat yang dapat membantu mendidik khalayak mengenai sesuatu, agar mengetahui dan mampu melakukan sesuatu. Fungsi ekonomi, maksudnya iklan mampu menjadi penggerak ekonomi agar kegiatan ekonomi tetap dapat berjalan. Fungsi yang terakhir adalah fungsi social, dalam fungsi ini ternyata telah mampu menghasilkan dampak social psikologis yang cukup besar. b. Subliminal Advertisement Menurut Liliweri (2011), pesan subliminal adalah pesan yang mempersuasi alam bawah sadar individu. Sinyal subliminal menyelinap dalam tampilan iklan, terutama pada iklan yang ditayangkan oleh televisi atau radio, namun mereka dipersepsikan pada tingkat bawah sadar. Ada beberapa jenis iklan subliminal yaitu (Liliweri, 2011): 1. Surrogate advertising Kadang-kadang para pengiklan ”bertindak preman” waktu mengiklankan produk merek tertentu. Contoh, televisi menayangkan sebuah produk merek ilegal, seseorang muncul membawa produk merek yang sama namun produk 4 ini ilegal. Produk ilegal seolah menghukum program ilegal, apa akibatnya? Para penonton seolah dilarang untuk membeli produk ilegal. 2. Testimonial Adalah rancangan iklan yang menampilkan kesaksian dari orangorang terkenal yang juga adalah pemakai produk yang diiklankan ini. Kesaksian orang tenar seperti bintang film, tokoh masyarakat, tokoh adat, kaum profesional, sangat membantu audiensi untuk memutuskan memakai produk tersebut. 3. Transfer Iklan ini memproyeksikan kualitas positif atau negatif (memuji atau menyalahkan) sebuah produk tertentu. Tujuan iklan ini adalah membentuk persepsi positif audiens terhadap produk, dan sebaliknya membentuk persepsi negatif terhadap produk. Teknik ini umumnya digunakan untuk membangkitkan tanggapan emosionalyang merangsang audiens untuk mengidentifikasikan diri dengan otoritas yang diakui. 4. Unstated assumption Adalah jenis iklan yang menampilkan pesan secara tersirat, jadi asumsi-asumsi positif terhadap produk tidak disampaikan secara eksplisit. Audiens hanya memahami iklan ini hanya jika mereka memahami makna yang ada di balik pesan iklan ini. Unstated assumption merupakan sebuah cara yang berpeluang terjadinya subordinasi perempuan tanpa disadari oleh masyarakat. Konten dan pemaknaanyang dimunculkan dapat melalui apa saja misalnya saja seksualitas. Berikut akan dijelaskan bagaimana konten seksualitas sebagai pesan subliminal dalam iklan. c. Subliminal Sexuality Eksploitasi perempuan dalam bentuk eksploitasi seksual terkadang menjadi bagian dari periklanan, bahkan muncul pandangan bahwa perempuan hanya menjadi pemuas kebutuhan laki-laki saja (Bungin, 2005). Eksploitasi tersebut terjadi di dalam beberapa iklan yang mengandung konten seksual. Selain mengandung konten seksual, informasi seksual dalam iklan dapat diintregasikan dalam pesan kederajat yang lebih besar atau lebih kecil. Sebagai contoh beberapa iklan memuat gambar telanjang terang-terangan atau model iklan terlibat dalamhubungan 5 yang erotis, di sisi lain beberapa iklan hanya berisi pesan seksual, bisa dalam bentuk sindirian halus atau permainan kata. (Reichert, 2003). Reichert membagi pembahasan mengenai konten seksual dalam iklan sebagai berikut (Reichert, 2003) : 1. Nudity/Dress Konten seksual dimana iklan tersebut menampilkan konten seksual secara langsung baik pakaian yang dikenakan (pakaian dalam, lingere) hingga telanjang. 2. Sexual behavior Konten seksual, dimana iklan tersebut menampilakn gerakangerakan atau sikap-sikap yang merujuk ke arah seksual seperti tatapan mata yang menggoda, hingga interaksi seksual seperti berciuman, rangsangan dan hubungan intim. 3. Physical Attractiveness Iklan yang menampilkan kecantikan atau keindahandari model iklan secara fisik sebagai daya tarik seksual, seperti wajah yang cantik, dan rambut yang indah yang menjadi daya tarik seksual dari model iklan. 4. Sexual referents Sindiran atau makna ganda yang ditampilkan oleh iklan yang bereferensi seksual, di dalamnya ditampilkan faktor-faktor yang meningkatkan dan berkontribusi makna seksual, seperti, setting tempat, pencahayaan, musik, design, elemen, teknik kamera dan editing. 5. Sexual embeds Iklan di mana konten seksual dalam iklan ditujukan secara bawah sadar atau dengan kata lain secara subliminal. Konten dapat secara langsung berkaitan dengan seksual atau bahkan tidak berkaitan sama sekali dengan seksual, termasuk di dalamnya kata-kata seperti seks, objek non seksual yang dapat diartikan menjadi seksual, misalnya seperti bagian telapak tangan yang di tampilakan secara makro hingga berbentuk seperti lekukan tubuh atau terkadang secara langsung menampilkan gambar alat kelamin namun di manipulasi, misalnya gambar alat kelamin dalam ukuran kecil atau digabungkan dengan objek. Efek dari pesan subliminal tidak disadari oleh masyarakat, cara ini biasa digunakan dalam ranah psikologi dan medis untuk mengubah perilaku individu. (Reichert, 2003). Berdasarkan penelitian, pesan 6 subliminal apabila disertakan dalam dimensi komunikasi, dimana informasi yang dibumbui konten seksual akan berdampak sekitar 80% hingga 90% dengan mudah masuk ke dalam otak tanpa disadari. PEMBAHASAN Perempuan tidak pernah luput dari tampilan media, khususnya iklan di televisi, begitu juga pada iklan dengan kategori produk yang bukan untuk perempuan itu sendiri. Kehadiran sosok perempuan dalam iklan dipercaya dapat memperkuat pemasaran itu sendiri, peran perempuan tergambar jelas dalam citra-citra perempuan dalam iklan. Pada umumnya, perempuan digambarkan dengan peran yang bersifat marginal, dimana lebih sering digambarkan sebagai sosok yang memiliki keindahan tubuh dan daya tarik yang tinggi. Keindahan tubuh perempuan sering kali dijadikan sebagai pesan persuasif produk dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli produk, tak heran jika banyak iklan produk untuk laki-laki menggunakan peran perempuan di dalamnya. Perempuan dinilai efektif dalam mempersuasif laki-laki dalam membeli suatu produk, seringkali pihak pengiklan menggunakan unsur sensualitas untuk memperkuat pesan dan semakin melekatkan. Perempuan terkadang hanya dipakai sekedar sebagai pemanis dalam iklan, karena peran didalamnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan pesan pokok iklan. Perempuan ditampilkan dengan pakaian yang seksi, dengan menonjolkan lekuk tubuhnya untuk menimbulkan perhatian saja. Beberapa iklan mengandung konten seksual dengan tingkatan yang besar dimana perempuan diposisikan sepertinya hanya menjadi pemuas kebutuhan laki-laki saja. Beberapa iklan memuat gambar perempuan telanjang terang-terangan atau model iklan terlibat dalamhubungan yang erotis, di sisi lain beberapa iklan memiliki konten seksual yang lebih kecil, bisa dalam bentuk sindirian halus atau permainan kata. (Reichert, 2003). Eksploitasi perempuan di dalam iklan merupakan bagian dari strategi pengiklan dalam membuat sebuah iklan. Tujuan dari memunculkan gambar-gambar bagian tubuh perempuan atau penggunaan kata yang berkaitan dengan tubuh perempuan sematamata hanya untuk menarik perhatian konsumen. Pemunculan gambargambar tubuh perempuan dalam sebuah iklan dapat berkaitan dengan produk yang ditawarkan, namun terkadang sama sekali tidak ada hubungannya, dimana justru menjadi konsumsi remaja dan anak-anak. Adanya sebuah persaingan menuntut pengiklan untuk menggali ide yang lebih kreatif untuk menarik perhatian target marketnya. Penggunaan diksi yang unik merupakan bagian dari upaya kreatif pengiklan untuk menarik perhatian target market-nya, namun terkadang secara sengaja pemilihan diksi tersebut mengandung unsur eksploitasi untuk menarik perhatian konsumen. Berbagai cara dilakukan oleh pengiklan untuk mengejar keuntungan tanpa melihat dampak 7 yang terjadi di masyarakat. Subliminal advertising merupakan salah satu cara yang digunakan pengiklan untuk memperdaya masyarakat dan di dalamnya terdapat peluang besar untuk mengeksploitasi perempuan.Tubuh perempuan dieksploitasi segala potensinya dalam menghasilkan tanda dan citra tertentu yang dapat menciptakan nilai ekonomi untuk dipertukarkan dengan pertukaran nilai yang ada dalam rangka mencari keuntungan. Efek dari pesan subliminal tidak disadari oleh masyarakat, cara ini biasa digunakan dalam ranah psikologi dan medis untuk mengubah perilaku individu. (Reichert, 2003). Iklan yang dibumbui konten seksual akan berdampak sekitar 80% hingga 90% dengan mudah masuk ke dalam otak tanpa disadari. advertising merupakan salah satu cara yang digunakan pengiklan untuk memperdaya masyarakat dan di dalamnya terdapat peluang besar untuk mengeksploitasi perempuan. Tubuh perempuan dieksploitasi segala potensinya dalam menghasilkan tanda dan citra tertentu yang dapat menciptakan nilai ekonomi untuk dipertukarkan dengan pertukaran nilai yang ada dalam rangka mencari keuntungan. Tubuh dan citra perempuan menjadi sebuah strategi marketing yang menggiurkan dalam seni periklanan. Adanya sebuah persaingan menuntut pengiklan untuk menggali ide yang lebih kreatif untuk menarik perhatian target marketnya. Berbagai cara dilakukan oleh pengiklan untuk mengejar keuntungan tanpa melihat dampak yang terjadi di masyarakat. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran, maka apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar memberikan informasi kepada masyarakat. Periklanan harus mampu membujuk masyarakat agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan untuk mencetak keuntungan. Suatu iklan yang baik sangatlah relatif karena dipandang dari tiga segi yaitu kreatif, efektifitas dan normatif. Suatu iklan seringkali mengandung suatu makna muatan tertentu, dimana iklan itu sendiri merupakan dirty ideolical work artinya dibalik iklan sebenarnya beroperasi ideologi pemasang iklan. Subliminal Jefkins, Frank. (1997). Periklanan. Jakarta: Erlangga Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana Perdana Media Group Reichert, Tom & Jacqueline Lambiase. 2003. Sex in Advertising, Perspectives on the Erotic Appeal. Bungin, Burhan. 2005. Pornomedia, Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika & Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta : Kencana 8 Baal, J. Van, 1988, Sejarah dan Pertemuan Teori Antropologi Budaya (Hingga Dekade 1970), jilid 2, Gramedia, Jakarta. Moriarty Sandra, Nancy Mitchell,William Wells. 2011. Advertising & IMC: Principles and Practice, 9th Edition. New Jersey : Prentice-Hall Roman, Kenneth; Maas, Jane; Nisenholtz, Martin. 2005. How to Advertise: What Works, What Doesn't - and Why. Kogan Page. United Kingdom Frith, Katherine Toland dan Barbara Mueller. 2003. Advertising and Societies. New York : Peter Lang Publishing, Inc. 9