PENERAPAN HUKUM ADAT PADA MASYARAKAT ADAT DAYAK AGABAG DESA APAS KECAMATAN SEBUKU KABUPATEN NUNUKAN Oleh : JOKO NIM. 090 500 007 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012 PENERAPAN HUKUM ADAT PADA MASYARAKAT ADAT DAYAK AGABAG DESA APAS KECAMATAN SEBUKU KABUPATEN NUNUKAN Oleh : JOKO NIM. 090 500 007 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Penerapan Hukum Adat Pada Masyarakat Adat Dayak Agabag Desa Apas Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan Nama : Joko NIM : 090 500 007 Program Studi : Manajemen Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing Penguji I, Penguji II, Erna Rositah. S. Hut, MP Ir. Fendy Ucche. M. Si NIP. 19731128 199903 2 001 NIP. 19620309 198803 1 003 Meyetujui Ketua Program Studi Manajemen Hutan Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 198803 1 003 Ir. Rita Yuliani NIP. 19630708 199203 2 002 Mengesahkan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005 ABSTRAK JOKO. Penerapan Hukum Adat Pada Masyarakat Adat Dayak Agabag Desa Apas Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan. (di bawah bimbingan Erna Rositah, S.hut,MP). Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui Hukum Adat Dayak Agabag, Masyarakat yang berada di sekitar Hutan Desa Apas Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur. Hasil dari pengamatan ini diawali dari orientasi lapangan pada areal yang akan diamti untuk mendapatkan gambaran menganai lokasi, selanjutnya melakukan wawancara langsung dengan responden berdasarkan pedoman pertanyaan yang telah di persiapkan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan untuk data kualitatif diolah dengan disusun dalam bentuk tabulasi. Hasil dari penelitian bahwa Adat istiadat dan Hukum Adat Dayak Agabag di Kecamatan Sebuku sejak dahulu telah tumbuh dan berkembang serta dipatuhi oleh masyarakat adat Agabag Desa Apas. Hukum adat Daya Agabag mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan pencurian, Perzinahan, penuduhan terhadap orang yang tak bersalah, tanah ulayat, penebangan pohon, Dolob (menyelam). Lembaga adat dan kepala adat berperan penting dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat adat Agabag Desa Apas. Sangsi atau denda terhadap pelanggaran hukum adat sekarang lebih fleksibel, karena denda yang seharusnya dikenakan kepada pelaku pelanggaran saat ini sulit diperoleh. Hukum Adat belum didokumentasiskan secara terlulis hingga mengancam kelesatariannya, khususnya bagi kalangan generasi muda. RIWAYAT HIDUP Joko lahir pada tanggal 03 Mei 1987 di Desa Apas Salap Kab. Nunukan, Kalimantan Timur. Merupakan anak keenam dari Enam bersaudara dari pasangan Bapak Kalajan. dan Ibu Bakiti. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri 015 Desa Apas pada tahun 1997, lulus pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Sebuku lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Sekolah Negeri 1Nunukan dan memperoleh ijazah tahun 2007. Pendidikan tinggi pada tahun 2009 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian. Tanggal 12 Maret 2012 sampai dengan 12 Mei 2012 mengikuti Praktek Kerja Lapang di PT. IHM (ITCI Hutani Manunggal). KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Penyelesaian karya ilmiah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis. 2. Erna Rositah, S. Hut, MP selaku dosen pembimbing karya ilmiah yang mengarahkan penulis mulai dari persiapan sampai penyusunan karya ilmiah. 3. Ir. Fendy Ucche. M. Si dan Ir. Rita Yuliani selaku dosen penguji karya ilmiah 4. Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 5. Ir. Hasanudin, MP selaku ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan karya ilmiah ini, harapan penulis karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Penulis Kampus Sei Keledang, September 2012 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................ v DAFTAR ISI.............................................................................................. vi DAFTAR TABEL...................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... Xi ABSTRAK................................................................................................ X I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... A. Tinjauan Umum Hukum Adat……………………......................... B. Azas-azas Hukum Masyarakat Adat............................................ C. Kepala Adat……………………………........................................ D. Masyarakat Desa Sekitar Hutan…………………………………. E. Gambaran Umum Tentang Masyarakat………………. 3 3 4 5 6 8 III. METODE PENELITIAN ..................................................................... A. Lokasi dan Waktu Penelitian….................................................... B. Alat dan Bahan…………............................................................. C. Jenis dan sumber Data................................................................ D. Prosedur Penelitian………………………………………………... E. Pengolahan dan Analisis Data.................................................... 11 11 11 11 12 12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. A. GambaranDesa Apas................................................................. B. Kependudukan.......…................................................................. C. Sejarah Singkat Desa Apas........………………………………… D. Hukum Adat dan Penerapannya.....……………………………… E. Pelastarian Adat Istiadat..........................................……………. F. Penerapan Lembaga Adat.………………………………………. G. Pengelolaan Hutan Adat............................................................. 13 13 13 15 16 18 19 20 V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. A. Kesimpulan.................................................................................. B. Saran........................................................................................... 22 22 22 DAFTAR PUSTAKA................................................................................. LAMPIRAN……………............................................................................. 23 24 DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian………………………………………………..14 LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Responden……………………………………………………………..25 2. Daftar pertanyaan Kepada Responden (Kuesioner)..…………………....25 3. Data Responden Masyarakat Desa Apas………………………………....27 4. Tingkat Pendidikan Responden...………………………………………….28 DAFTAR GAMBAR Lampiran Nomor Halaman 1. Tonggak Para Tertuduh Mulai Ditancapkan.…………............................29 2. Ketua Adat dan Kru Melaksanakan Ritual Dolob.....................................29 3. Ritual Dolob Disaksikan Penduduk Setemp............................................30 4. Tradisi Adat Suku Dayak Agabag............................................................30 I. PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudra yang memiliki bahasa daerah, suku, agama, budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam. Adanya keaneka ragaman tersebut dipatrikan dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Keanekaragaman tersebut tidak mungkin diseragamkan karena itu telah ada dan kita wajib menghargainya, bahkan apabila bangsa Indonesia mampu menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangikan dalam sikap dan tindakan, maka dengan adanya keaneka ragaman unsur-unsur tersebut akan menjadi sebuah harmoni kehidupan bagi bangsa Indonesia, karena pada dasarnya keaneka ragaman tersebut merupakan kekayaan yang berpotensial bagi bangsa Indonesia yang dapat dibanggakan. Dasar terbentuknya keaneka ragaman yang keberadaannya tersebar di seluruh wilayah kepulauan nusantara, baik di pulaupulau besar maupun pulau-pulau kecil sebenarnya merupakan hasil dari pertumbuhan yang terjadi karena tuntutan kehidupan masyarakat pendukungnya sehubungan dengan dinamika dari kehidupan masyarakat itu sendiri. Apabila kita berbicara tentang adat “custom” berarti kita berbicara tentang wujud gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai, norma-norma, aturanaturan serta hukum yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem yaitu sistem budaya. Hukum (law) adalah sistem pengendalian kehidupan masyarakat yang terdiri atas aturan adat, undang-undang, peraturan-peraturan, dan lain-lain norma tingkah laku yang dibuat, disahkan dan dilaksanakan oleh orang-orang yang berwenang dalam masyarakat yang bersangkutan. Hukum adat (customary law) adalah bagian dari hukum, ialah hukum tidak tertulis dalam suatu masyarakat yang biasanya bermata pencaharian pertanian di daerah pedesaan. Hukum adat terjadi dari keputusan-keputusan orang-orang berkuasa dalam pengadilan. Menurut Aliansi Masyarakat Adat, masyarakat adat adalah kelompok komunitas yang memiliki asal usul leluhur (turun temurun), ideologi, politik, budaya, sosial yang mendiami wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai dan wilayah sendiri. Desa Apas mayoritas masyarakatnya di huni oleh masyarakat adat Agabag yang secara nyata dalam kehidupan sehari-hari menerapkan nilai-nilai hukum adat. Peran adat istiadat dan hukum adat sangat penting bagi masyarakat Agabag. Tujuan dari Penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menginventarisir Hukum Adat Dayak Agabag dan menginventarisir penerapannya di Desa Apas Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang keberadaan hukum masyarakat Desa Apas. Adat Dayak Agabag dan penerapannya oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hukum Adat Hukum lahir dari pengalaman sehari-hari para individu dalam masyarakat. pengalaman hidup ini berlangsung tidak hanya berhari-hari tetapi bertahun- tahun berabad-abad. Pengalaman hidup seperti ini karena berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama dan oleh para pelakunya dipandang berguna dan memberikan kemanfaatan dalam pergaulan hidup mereka kemudian dipertahankan. Dengan demikian pengalaman itu mengkristal dalam kehidupan mereka, baik dalam interaksinya antar individu, individu dengan masyarakat dan antar masyarakat satu sama lain. Kristalisasi pengalaman itu berubah menjadi nilai yang dianggap luhur, sehingga wajib dipetahankan bahkan diteruskan kepada anak cucu. Bagi meereka yang menderai nilai itu dianggap sebagai perbuatan tercela dan dianggap tabu. Dengan demikian, jika ada yang mencederai nilai itu wajib dijatuhi hukuman. (Vollenhoven, 1909). Nilai-nilai ini bersifat abstrak karena terlalu luas dan tidak dapat ditangkap dengan panca indera. Nilai ini dianggap sesuatu yang luhur dan sangat berharga, sehingga wajib dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi untuk mengaplikasikan nilai itu sangat sulit karena sangat absrak dan luas. Untuk mengaktualisasikan, maka nilai itu diderifasi atau diturunkan kedam bentuk-bentuk yang lebih spesifik. disebut azas-azas hukum. Bentuk spesifik hasil diderafasi nilai ini 1. Tujuan dan manfaat hukum adat Menurut (Vollenhoven, 1917) Belajar hukum adat karena materi hukum adat mempunyai tujuan dan kegunaan. Tujuan hukum adat dibuat adalah untuk menuntun warga masyarakat hukum adat untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia menurut hukum adat ada yaitu yang bersifat materi dan spritual. Oleh karena itu, tuan mempelajri hukum adat sejalan dan searah dengan tujuan hukum adat itu sendiri. 2. Manfaat hukum adat Menurut (Soepomo, R. 1947) Tujuan dan manfaat mempelajari hukum adat. Diatas dibicarakan tentang tujuan hukum adat. Penekanan nya pada hukum adat sebagai hukum asli bangsa indonesia. Dengan mengetahui dan memahami hukum adat kita dapat melayani jiwa masyarakat indonesia, karena sebagaimana dikatakan oleh Von Savigny, hukum adalah jiwa Bangsa. Bagaimana kita mengkonstruksi hukum, maka akan diketahui pula ke arah dan tujuan mana masyarakat itu akan dibawah. Demikian pula kita memahami latar belakang hukum adat itu dibuat pada paparan ini, bukan tujuan hukum adat, melainkan mempelajari hukum adat. B. Azas-azas Hukum Masyarakat Adat Hukum di Indonesia salah satunya bersumber dari costum, dimana sumber tersebut mengikuti perkembangan zaman dan harus disesuaikan de ngan azas-azas hukum yang berlaku dan tidak boleh bertentangan dengan i deologi bangsa (Muhammad,1997). Peraturan yang telah diundangkan haru s disepakati dan dipatuhi bersama dengan tidak ada pengecualian. C. Kepala Adat Kepala Adat adalah Organisasi Kemasyarakatan yang merupakan wadah dalan rangka membina, memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan Adat istiadat sebagai norma, kaidah dengan keyakinan social yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat hukum adat. Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa adat adalah lembaga kemasyarakatan yang tujuannya melakukan suatu upaya penyelesaian berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat yang brkaitan dengan adat istiadat setempat. Lembaga masyarakat adat mempunyai kedudukan, tugas, dan fungsi masyarakat adat, hak, wewenang dan kewajiban adalah sebagai berikut: 1. Kedudukan Lembaga Masyarakat Adat a. Kepala Lembaga Adat Desa/warga berkedudukan sebagai mitra pemerintahan Desa/warga yang bersangkutan. b. Kepala Lembaga Adat Kecamatan berkedudukan sebagai mitra pemerintahan Kecamatan. 2. Tugas dan Fungsi Kepala Adat a. Pembinaan, pemberdayaan, pelastarian dan pengembangan Adat istiadat. b. Menyelesaikan urusan adat istiadat. c. Membantu pemerintah Desa/warga sepanjang menyangkut Adat istiadat. d. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembinaan, pelastarian dan pengembagan adat istiadat masyarakat. e. Mencatat adat istiadat masyarakat yang hidup, tumbu dan berkembang dalam masyarakat Desa/ warga yang bersangkutan. f. Menyelesaikan perselisihan yang menyangkut adat istiadat masyarakat Desa/warga yang bersangkutan. g. Menciptakan hubungan yang harmonis terhadap perbedaan dalam masyarakat. h. Kerja sama antara lembaga masyarakat adat. 3. Hak Lembaga kepala Adat a. Untuk melakukan tindakan diluar maupun didalam pengadilan b. Menjalin hubungan kerja sama antara lembaga masyarakat adat 4. Wewenang Lembaga kepala Adat a. Membantu warga masyarakat dalam melaksanakan adat istiadat. b. Membuat keputusan/Penetapan Hukum Adat. Lembaga masyarakat adat bertujuan untuk mendorong, menunjang dan meningkatkan partisipasi masyarakat guna kelancaran pemerintahan dan pembinaan measyarakat di Desa/Kampung/Kelurahan sehingga warga masyarakat setempat. Berdasarkan uraian dan pendapat diatas,maka lembaga masyarakat adat dalam konteks adat istiadat sangat diperlukan dalam mewujudkan pencapaian tujuan yang dilakukan oleh masyarakat hukum adat. D. Masyarakat Desa Sekitar Hutan Masyarakat Desa di artikan sebagai sekelompok rumah diluar kota yang merupakan kesatuan, sedang kan istilah pendesaan diartikan sebagai pemukiman penduduk yang sangat dipebgaruhi oleh kondisi tanah, iklim dan air sebagai syarat penting bagi pola kehidupan ditempat masyarakat desa sekitar hutan itu. Ciri-ciri masyarakat desa/masyarakat pendesaan adalah pergaulan hidup dipendesaan yaitu. 1. Masyarakat dengan jumlah anggota/penduduk yang relative lebih kecil dari penduduk kota. 2. Hidup dalam suasana yang intim dan saling mengenal melalui komunikasi tatap muka. 3. Hidup dalam suasana rukun dan kekeluargaan. 4. Mata pencarian nafka warga desa pada umumnya betani, nelayan, betrnak dan sebagian telah melakukan pertukangan serta indusri keluarga. 5. Penghayatan akan norma, tradisi dan berbagai pola budaya kelompoknya lebih mendalam apabila dibandingkan masyarakat perkotaan yang majemuk. 6. Sebagian besar desa-desa di wilayah tropis rendah/lembab berlokasi dilingkugan hutan, sehinggah masyarakat seringkali disebut dengan masyarakat desa hutan. Hubungan antara masyarakat dengan hutan khususnya masyarakat pedalaman sudah terjalin lama dan merupakan warisan nenek moyang yang tetap dipertahan hingga saat ini, hubungan tersebut tercipta secara ilmiah baik secara sumber mata pencarian, sumber air, sumber kenyamanan lingkungan dalam mempertahankan hidup dan kehidupan maupun sebagai suatu keterkaitan budaya dan tradisi dalam melakukan upacara keagamaan dan upacara adat. E. Gambaran Umum Tentang Masyarakat Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocok tanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional. Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara. Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama Dirdjosisworo, (1985) Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah ”desa” (village) diartikan sebagai kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan, sedangkan istilah ”pedesaan” (rural) diartikan sebagai pemukiman penduduk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim dan air sebagai syarat penting bagi terwujudnya pola kehidupan penduduk di tempat itu. Ciri-ciri masyarakat desa/masyarakat pedesaan adalah pergaulan hidup di pedesaan yaitu : 1. Masyarakat dengan jumlah anggota/penduduk yang relaif lebih kecil dari penduduk kota. 2. Hidup dalam suasana yang intim dan saling mengenal melalui komunikasi tatap muka. 3. Hidup dalam suasana rukun dan kekeluargaan. 4. Mata pencaharian nafakah warga desa pada umumnya bertani, nelayan, beternak dan sebagian telah melakukan pertukangan serta industri keluarga. Faktor-Faktor/Unsur-Unsur pembentuk Masyarakat Menurut Soerjono Soekanto memuat unsur sebagai berikut ini : 1. Berangotakan minimal dua orang, dari sini lah maka keluarga itu bisa disebut dengan masyarakat. 2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan 3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat 4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat. Menurut Marion Levy dalam Anonim 2012 Ciri/Kriteria Sebuah Masyarakat Yang bisa disebut dengan masyarakat yang tepat dan Baik diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat. 1. Ada sistem tindakan utama Artinya adanya suatu program tertentu yang menjadi tujuan atau perputaran roda dalam kemasyarakatan untuk mencapai tujuan akhir yang disepakati. 2. Saling setia pada sistem tindakan utama 3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota 4. Sebagian ikatan seluruh anggota baru bisa didapat dari kelahiran / reproduksi manusia. III. METODE PENELITIAN A. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Apas, di Rt, 01 dan Rt, 02 Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan. 2. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam pengamatan ini 3 bulan, terhitung dari Juni 2012- Agustus 2012. Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian meliputi orientasi lapangan, pengambilan data, pengolahan data baik data dan penulisan laporan. B. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat dan Bahan yang di gunakan dalam Penelitian ini adalah a. Alat tulis menulis seperti: pulpen, pensil dan buku. b. Kamera, untuk mendokumentasikan objek penelitian 2. Bahan Bahan dalam penelitian ini meliputi a. Lembar kuisioner yang memuat daftar pertanyaan sebagai acuan dalam menggali materi penelitian b. Masyarakat sebagai obyek atau sumber yang dimintai keterangan. C. Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan Dan penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder 1. Data pimer yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan narasumber yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat (key informan) seperti kepala adat, wakil kepala adat, kepala desa dan wakil kepala desa. Responden lainnya terdiri anggota masyarakat biasa. Keseluruhannya jumlah Responden terdiri dari 10 orang. 2. Data sekunder diperoleh melalui sumber-sumber informasi sepeti monografi desa, hasil-hasil laporan terkait dengan topik penelitian. D. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian meliputi kegiatan : 1. Orientasi lapangan, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih tepat mengenai objek penelitan. 2. Melakukan wawancara langsung dengan pertanyaan yang telah dipersiapkan 3. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh 4. Menyusun laporan karya Ilmiah (KI) responden bersasarkan E. Data data. yang Pengolahan dan Analisis Data diperoleh disusun dan dipilah untuk validasi Data kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yang betujuan melukiskan obyek berdasarkan fakta-fakta yang ada diiringi interpretasi yang rasional dan ilmiah. . IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Desa Apas Desa Apas adalah salah satu wilayah Kecamatan Sebuku Selatan dengan luas wilayah ± 3.307 ha. Jarak Desa Apas dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Sebuku Selatan ± 15 km. Aksesibilitas menuju Desa Apas dapat ditempuh melalui perjalanan darat dengan waktu ditempuh 30 menit. Secara administrative pemerintahan, Kecamatan Sebuku berbatasan dengan : a. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Pembeliangan b. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Sanur (SP 1) c. Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Kekayap d. Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Harapan Baru (SP 3) B. Kependudukan Desa Apas memiliki jumlah penduduk 471 jiwa yang terdiri dari Laki-laki sejumlah 240 jiwa dan Perempuan 230 jiwa, dengan 131 kepala keluarga. Jumlah penduduk berdasarkan agama yaitu yang beragama Islam 95 jiwa, Khatolik 33 jiwa, dan Protestan 344 jiwa. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian Jumlah Responden No. Pernyataan Orang(Jiwa) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ada atau tidak ada hukum atau aturan adat Dayak Agabag di Desa Apas? a. Ada b. Tidak C. Tidak tahu Hukum Adat Dayak Agabag di Desa Apas masih berlaku hingga saat tini a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu Hukum adat Dayak Agabag berlaku bagi a. Hanya berlaku bagi masyarakat Desa Agabag b. Hanya berlaku bagi orang pendatang di luar Desa Agabag Berlaku bagi siapa saja c. Berlaku bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran hukum adat Terdapat sangsi/denda bagi pelanggar hukum adat Dayak Agabag a. Iya b. Tidak c. Tidak tahu Jika ada denda. Maka denda tersebut diberikan kepada a. Lembaga adat b.Korban pelanggaran c.Lain-lain………….. % 10 - 100 10 - 100 0 0 - - - 0 10 100 10 - 100 - 10 - 0 100 0 Orang yang mengetahui dan memahami hukum adat Dayak Agabag tersebut ? a. Hanya pengurus adat dan tokoh masyarakat. b. Para generasi tua c. Generasi muda A, B dan C benar - 0 10 0 0 100 Cara mempertahankan dan mewariskan hukum adat tersebut kepada generasi muda a. Disosialisasikan b. Dari cerita orang tua c. Tidak tahu 10 - 100 0 0 Lanjutan Tabel 1 No Jumlah Responden Pernyataan Orang(Jiwa) 8. 9 % Kepedulian generasi muda terhadap keberadaan hukum adat Dayak Agabag? a. Sangat peduli b. Kurang peduli c. Tidak peduli 5 5 - Upacara-upacara adat selalu dipraktekkan/dilaksanakan hingga saat ini? a. Iya, selalu diadakan b. Tidak c. Kadang-kadang 5 5 50 0 50 8 2 80 20 10 100 Peninggalan sejarah atau benda yang dikeramatkan oleh masyarakat? a. Ya, ada b. Tidak ada 11 Sangsi atau denda atas pelanggaran hukum adat tersebut. b. Benda c. Uang d. Benda dan atau uang Sumber : Data primer 50 50 0 10 C. Sejarah Singkat Desa Apas Penduduk Desa Apas merupakan keturunan orang Suku Dayak Agabag yang berasal dari keturunan Aki Kaligot yang pada jaman dulu menempati rumah-rumah panjang (lamin) dan hidup secara berpindah-pindah dari satu tempat di dalam kawasan hutan ke tempat lainnya. Sampai pada akhirnya mereka menetap dan bermukim di daerah pinggiran Sungai Apas. Selanjutnya tempat tinggal mereka kemudian dikenal dengan nama Desa Apas yang termasuk di wilayah Kecamatan Sebuku. D. Hukum Adat dan Penerapannya Hukum Adat sudah ada sejak jaman nenek moyang masyarakat keturunan Dayak Agabag. Hukum adat ini mengatur tentang nilai-nilai atau norma-norma kehidupan di masyarakat Dayak Agabag. Adapun hal-hal yang diatur oleh hukum adat tersebut antara lain mengatur tentang: Dolob (menyelam) Hal-hal yang berhubungan dengan tindakan pencurian dan perzinahan diatur dalam hukum adat, termasuk denda atau sanksi yang harus diberikan kepada orang yang melakukan perbuatan atau kesalahan. Hukum adat juga mengatur tentang tanah ulayat dan penebangan pohon. Tanah ulayat yang merupakan tanah hutan peninggalan leluhur mereka dikelola dengan memperhatikan kelesatriannya. Pohon ditebang hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak untuk diperjual belikan. Apabila terjadi tindakan penebangan pohon tanpa ijin dalam hal ini kepala adat, terutama untuk diperjualbelikan, maka si pelaku penebangan akan diberikan sanksi atau denda. Besar dan jenis denda tergantung pada tingkat kesalahan. Dolob adalah tradisi pengadilan adat khas Suku Dayak Agabag di Kalimantan Timur. Tradisi peninggalan leluhur ini masih hidup sampai sekarang dan masih dipraktekkan. Pengadilan ini sungguh unik dan sakti, tak bisa diintervensi oleh uang dan kekuasaan. Para tertuduh yang tidak mau mengakui kesalahannya dibawa ke sungai setempat oleh Ketua Adat, disaksikan beramairamai oleh penduduk setempat. Di sungai tersebut kemudian ditancapkan tonggak-tonggak kayu untuk pegangan para tertuduh dan upacara ritual Dolob segera dilaksanakan. Sang Ketua Adat kemudian berdoa memanggil roh-roh penguasa air, hutan dan gunung untuk datang. Upacaranya sungguh-sungguh mendatangkan suasana magis, sehingga Para tertuduh kemudian harus menyelam ke dalam air sambil berpegangan tonggak tersebut, dan keajaiban pun bisa terjadi. Para tertuduh yang tidak bersalah, meskipun tidak biasa menyelam, bisa bertahan berjam-jam bahkan berhari-hari di dalam air dan tetap selamat tanpa cedera. Sedangkan yang bersalah, sekalipun dia ahli menyelam, tak akan mampu bertahan lama. Kalau tertuduh yang bersalah nekad bertahan, maka dari hidung dan telinganya akan keluar darah, dan terpaksa menyerah untuk akhirnya mengakui perbuatannya. Menurut kesaksian orang yang pernah mengikutinya, memang terjadi keajaiban itu. Kalau orang yang tidak bersalah, ia merasa bisa bernafas biasa saja seperti sedang berada di darat. Tetapi bagi yang bersalah, maka ia merasa seperti diserang oleh segala macam binatang sungai semacam ular, ikan, buaya, dan lain-lainnya, bahkan lumpur dan pasir menjadi hidup dan ikut menyerang dan masuk kedalam mata, hidungdan telinga. Hukum Adat dayak agabag berlaku bagi siapa saja artinya bagi masyarakat Desa Apas dan para pendatang yang melakukan pelanggaran di kawasan Desa Apas. Denda atau sangsi terhadap pelanggar hukum adat dayak agabag sekarang lebih fleksibel, artinya tidak harus mengikuti aturan yang lama atau asli misalnya, bila dahulunya denda berupa benda seperti tempayan, mandau,sumpit, perak, maka sekarang barang-barang tersebut bisa ganti dengan barang lainnya seperti uang, mesin tempel, ketinting dan barang lainya. Kelemahan hukum adat desa agabag hingga saat ini yaitu belum di dokumentasikan secara tertulis sehingga mengancam kelestarian dan keberadaan hukum adat itu sendri. Cara mempertahan kan hukum ada Dayak Agabag, atau mewariskan adat dayak agabag pada generasi muda, dilakukan dengan cara disosialisasikan terus-menerus kepada generasi muda. E. Pelestarian Adat Istiadat Masyarakat Desa Apas tradisional yang juga dikenal masih kokoh mempertahankan istiadat sampai sekarang. sebagai masyarakat dan memelihara nilai-nilai adat- Oleh sebab itu, Penerapan Adat berupaya untuk membina dan membibing masyarakat ke arah yang lebih baik, dengan tetap memelihara baik ritual adat-istiadat, seperti acara kesenian yang diadakan setiap bulan dan upacara adat besar-besaran atau lebih dikenal dengan angkukui yang diadakan setahun sekali di rumah Adat atau Lamin. Tujuan penerapan adat dalam pembinaan dan pemberdayaan adatistiadat itu adalah agar seluruh masyarakat khususnya generasi mudah mewarisi tradisi dan nilai-nilai budaya. Ada banyak kegiatan yang dilakukan oleh lembaga adat, untuk membina masyarakat dalam hal budaya dan adat-istiadat. Pada setiap tahun diadakan acara kesenian yang mempertunjukan tari-tarian seperti Angalang,angkukui, kemudian upacara adat besar-besaran diadakakan setahun sekali pada bulan oktober yang disebut (irau adat). Partisipasi masyarakat cukup tinggi dalam kegiatan-kegiatan pertunjukan budaya tersebut. Mereka mempersiapkan segala sesuatunya seperti alat-alat pelengkapan yang digunakan antara lain pakaian adat, gelang (sulow), kalung (manic), bungkas, mandau, timeng, dan alat-alat kesenian lainnya agar pelatihan pembinaan adat-istiadat dapat berjalan dengan baik. Selain dari seni budaya tari-tarian, kepala adat juga berusaha untuk melestarikan bahasa daerah dengan cara mengimbau dan menganjur masyarakat untuk menggunakannya. Beliau mengatakan bahwa bahasa itu merupakan ciri khas dan dapat dijadikan sebagai alat pemersatu masyarakat Desa Apas. Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada hambatan yang dihadapi khususnya oleh tokoh-tokoh adat dalam menanamkan nilai-nilai adat kepada masyarakat. Regenerasi nilai-nilai budaya tradisional juga terancam luntur, khususnya dikalangan generasi muda yang cenderung mengikuti perkembangan zaman pola hidup nya. F. Peranan Lembaga Adat Selain membina/memberdayakan masyarakat dan melestarikan adatistiadat, dewan adat juga memiliki fungsi untuk melakukan penyelesaian suatu upaya berbagai permasalahan dalam kehidupan di masyarakat yang berkaitan dengan adat-istiadat setempat. Sekali lagi terjadi perselisahan antara masyarakat memperebut tanah warisan atau batas-batas tanah. Dalam hal ini, dewan adat berperan sebagai penengah dalam penyelesaian urusan secara kekeluargaan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari yang memicu terjadi hal diluar keinginan. Selain masalah tanah warisan, dewan adat juga perperan menjadi mediator dalam penyelesaian masalah social lainnya seperti perselisihan rumah tanggah. Dalam rangka menyelesaikan sebuah permasalahan yang ada di Desa Apas dewan adat menjadi tuan tempat menerima mempertemukan kegiatan antara kedua belah pihak, dimana masalah yang terjadi harus ada jalan keluar yang baik bagi semua pihak dan tidak merugikan satu dengan yang lain. Masyarakat Desa Apas sangat menghargai dan menghormati dewan adat. Walaupun masyarakat sudah mengenal hukum formal, tetapi mereka cenderung memilih menyelesaikan masalah melalui dewan adat. Apapun keputusan Kepala adat dalam penyelesaian permasalahan di masyarakat, selalu dipatuhi G. Pengelolaan Hutan Adat Sebagai masyarakat yang berada di sekitar hutan dan secara tradisi kehidupan mereka tidak terpisakan dari keberadaan dan manfaat hutan, masyarakat Desa Apas dihadapkan pada pilihan yang sulit. masyarakat sudah semakin menyusut, sementara Saat ini hutan kebutuhan ekonomi masyarakat harus terpenuhi. Peran dewan adat dalam pengelolaan hutan yaitu mengingat dan mengajak masyarakat mempertahankan keberadaan hutan mereka sudah dilakukan. Hanya saja upaya-upaya pembangunan hutan misal dengan penanaman kembali lahan-lahan yang kosong kecapatan tumbuhnya tidak sebanding dengan tingkat kerusakan. Dulu hutan mampu menyediahkan kebutuhan masyarakat seperti bahan bangunan, kayu bakar, dan bahan-bahan kerajinan lainnya seperti rotan. Namun saat ini bahan-bahan tersebut semakin sulit diperoleh. Menyusutnya luas hutan Desa Apas antara lain disebabkan oleh kebutuhan masyarakat untuk bahan ramuan rumah dan lahan pertanian. Salah satu gangguan pihak dari luar juga turut mempercepat tingkat kerusakan hutan mereka. Untuk kebutuhan masyarakat Desa Apas khususnya dalam pemenuhan kebutuhan pedesaan (pumukiman) dan tidak terlelahkan. Itu adalah bagian dari resiko pembangunan masyarakat yang terus berkembang, sementara luas lahan tidak semakin bertambah. Oleh karenanya dikatakan masyarakat dihadapkan pada pilihan yang sulit, dimana disatu sisi tetap menginginkan hutan terus dipilihara dan dipertahankan, namun disisi lainnya, desakan kebutuhan hidup juga harus dipenuhi. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Adat istiadat dan Hukum Adat Dayak Agabag di Kecamatan Sebuku sejak dahulu telah tumbuh dan berkembang serta dipatuhi oleh masyarakat adat Agabag Desa Apas. 2. Hukum adat Daya Agabag mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan pencurian, perzinahan, penuduhan terhadap orang yang tak bersalah, tanah ulayat , penebangan pohon, Dolob (menyelam) 3. Lembaga adat dan kepala adat berperan penting dalam meneyelaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat adat Agabag Desa Apas. 4. Sanksi atau denda terhadap pelanggaran hukum adat sekarang lebih fleksibel, karena denda yang seharusnya dikenakan kepada pelaku pelanggaran saat ini sulit diperoleh. 5. Hukum Adat belum didokumentasikan secara terlulis hingga mengancam kelesatariannya, khususnya bagi kalangan generasi muda. B. SARAN Hukum adat Desa Agabag perlu didokumentasikan secara tertulis agar tidak luntur oleh perkembangan jaman. . DAFTAR PUSTAKA Hilman H, 1992, Pengantar Maju,Bandung. Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Mahadi, 1991, Uraian Singkat Tentang Hukum Adat, Alumni, Bandung. Moh. Koesnoe, 1979, Catatan-Catatan Terhadap Hukum AdatDewasa Ini, Airlangga University Press. Soerjo W, 1984, Pengantardan Asas-asas Hukum Adat, P.T. Gunung Agung. Wiranata, I Gede A.B. 2005. Hukum Adat Indonesia Perkembangan Dari Masa Ke Masa. Bandung: PT Citra Adutya Bakti. Bushar Muhammad. 1997. Azas-azas Hukum Adat, Suatu Pengantar. Jakarta: Prandya Paramita Hilman Hadikusuma. 1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung Soekanto. 1955. Meninjau Hukum Adat Indonesia.Jakarta Soepomo, R. 1947. Kedudukan Hukum Adat Dikemudian Hari. Djogjakarta Dirdjosisworo, 1985. Ciri-ciri Masyarakat Pendesaan. Bandung Terhaar. 1960. Azas-azas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta: Prandja Paramita Van Vollenhoven. 1917. Perjuangan Membela Hukum Adat. Van vollenhoven. 1901. Pendesaan Terhadap Hukum Adat. Van vollenhoven. 1909. Pengikaran Hukum Adat. 29 Lampiran 1. Foto Dekomentasi Dilapangan Gambar 1. Tonggak Para Tertuduh Mulai Ditancapkan Gambar 2. Ketua Adat dan Kru Melaksanakan Ritual Dolob 30 Gambar 3. Ritual Dolob Disaksikan Penduduk Setempat Gambar 4. Tradisi Adat Suku Dayak Agabag Tabel 2. Data Responden No………………………….. Jenis Kelamin :…………………………….. Umur :……………………………. Tahun Pendidikan Terakhir :……………………………. Lama Tinggal di Desa :……………………………. Tahun Suku Responden :……………………………. Jabatan :……………………………. Tabel 3. Daftar Pertanyaan Kepada Responden No Pertanyaan Jawaban 1. Apakah terdapat hukum atau aturan adat Dayak Agabag di Desa Apas? a. Ada b. Tidak c. Tidak tahu 2. Apakah Hukum Adat Dayak Agabag di Desa Apas masih berlaku hingga saat tini ? a. ya b. Tidak c. Tidak tahu 3. Untuk siapa sajakah hukum adat Dayak Agabag tersebut berlaku? a. Hanya berlaku bagi masyarakat Desa Agabag b. Hanya berlaku bagi orang pendatang di luar Desa Agabag c. Berlaku bagi siapa saja 4. Apakah terdapat sangsi/denda bagi pelanggar hukum adat Dayak Agabag? d. Iya e. Tidak f. Tidak tahu 5. Jika ada, kepada siapa denda tersebut diberikan? a. Lembaga adat b. Korban pelanggaran c. Lain-lain………….. Lanjutan Tabel 3 No 6. Pertanyaan Siapa sajakah yang mengetahui dan memahami hukum adat Dayak Agabag tersebut ? 7. Menurut Anda, apakah aturan adat masih perlu dipertahankan dan dilestarikan ? 8. Bagaimana cara mempertahankan dan mewariskan hukum adat tersebut kepada generasi muda? 9. Apakah upacara-upacara adat selalu dipraktekkan/dilaksanakan hingga saat ini ? 10. Apakah Di Desa Apas terdapat peninggalan sejarah atau benda yang dikeramatkan oleh masyarakat? 11 Berupa apa sajakah sangsi atau denda atas pelanggaran hukum adat tersebut?. Sebutkan : b. c. d. e. Jawaban Hanya pengurus adat dan tokoh masyarakat. Para generasi tua Generasi muda A, B dan C benar a. Iya b. Tidak c. Tidak tahu Jika iya, apa alasannya? ............................ Jika idak, apa alasannya ?....................... a. Di dokumentasikan secara tertulis b. Disosialiasikan secara terus menerus kepada generasi muda c. Tidak ada upaya apapun d. Tidak tahu a. b. c. d. Iya Tidak Kadang-kadang Tidak tahu a. Ya, ada b. Tidak ada Jika ada, peninggalan sejarh atau benda keramat apa? a…………………… b………………….. c…………………… d………………….. Tabel 4. Data Responden Masyarakat Desa Apas No Nama Jabatan 1. 2. Muhammad Idris Muderen Kepala Desa Sekdes 3. Matius.s 4. Jenis Kelamin L L L 5. Petrus Kapalat Jhon.I Wakil Kepala Desa Kepala Adat Masyarakat 6. Yahok.K Masyarakat L 7. Dinis.G L 8. Lukas.s Wakil Kepala Adat Masyarakat 9. Yukul Ketua Rt L 10. Tanil Ketua Rt L Data Sekunder: Keterangan L = Laka-laki L L L Kristen Tingkat Pendidikan SLTP Mata Pencarian Utama Tani 26 Kristen SMU Tani 40 Kristen SD Tani Dayak Agabag Dayak Agabag Dayak Agabag Dayak Agabag 70 Kristen SD Tani 35 Kristen SLTP Tani 27 Kristen SMU Tani 70 Kristen SD Tani Dayak Agabag Dayak Agabag Dayak Agabag 45 Kristen SD Tani 55 Kristen SD Tani 50 Kristen SD Tani Suku Umur Agama Dayak Agabag Dayak Agabag Dayak Agabag 39 Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden No Nama T.S T.T. SD SD SLTP SLTA ? 1. Muhammad Idris 2. Muderen 3. Matius.s ? 4. Petrus Kapalat ? 5. Jhon.I 6. Yahok.K 7. Dinis.G ? 8. Lukas.s ? 9. Yukul ? 10. Tanil Keterangan : ? ? ? T.S = Tidak Sekolah T.T. SD = Tidak Tamat Sekolah Dasar SD = Sekolah Dasar SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA = Sekolah Lanjutan Timgkat Atas ?