penerapan hukum adat pada masyarakat adat dayak agabag desa

advertisement
PENERAPAN HUKUM ADAT PADA MASYARAKAT ADAT DAYAK
AGABAG DESA APAS KECAMATAN SEBUKU
KABUPATEN NUNUKAN
Oleh :
JOKO
NIM. 090 500 007
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2012
PENERAPAN HUKUM ADAT PADA MASYARAKAT ADAT DAYAK
AGABAG DESA APAS KECAMATAN SEBUKU KABUPATEN
NUNUKAN
Oleh :
JOKO
NIM. 090 500 007
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya
Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Penerapan Hukum Adat Pada Masyarakat Adat Dayak
Agabag Desa Apas Kecamatan Sebuku Kabupaten
Nunukan
Nama
: Joko
NIM
: 090 500 007
Program Studi
: Manajemen Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing
Penguji I,
Penguji II,
Erna Rositah. S. Hut, MP
Ir. Fendy Ucche. M. Si
NIP. 19731128 199903 2 001 NIP. 19620309 198803 1 003
Meyetujui
Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Ir. M. Fadjeri, MP
NIP. 19610812 198803 1 003
Ir. Rita Yuliani
NIP. 19630708 199203 2 002
Mengesahkan
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP
NIP.19630805 198903 1 005
ABSTRAK
JOKO. Penerapan Hukum Adat Pada Masyarakat Adat Dayak Agabag Desa
Apas Kecamatan Sebuku Kabupaten
Nunukan. (di bawah bimbingan Erna
Rositah, S.hut,MP).
Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui Hukum Adat Dayak
Agabag, Masyarakat yang berada di sekitar Hutan Desa Apas Kecamatan
Sebuku Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur.
Hasil dari pengamatan ini diawali dari orientasi lapangan pada areal yang
akan diamti untuk mendapatkan gambaran menganai lokasi, selanjutnya
melakukan wawancara langsung dengan responden berdasarkan pedoman
pertanyaan yang telah di persiapkan. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif dan untuk data kualitatif diolah dengan disusun dalam bentuk tabulasi.
Hasil dari penelitian bahwa Adat istiadat dan Hukum Adat Dayak Agabag di
Kecamatan Sebuku sejak dahulu telah tumbuh dan berkembang serta dipatuhi
oleh masyarakat adat Agabag Desa Apas. Hukum adat Daya Agabag mengatur
tentang hal-hal yang berhubungan dengan pencurian, Perzinahan, penuduhan
terhadap orang yang tak bersalah, tanah ulayat, penebangan pohon, Dolob
(menyelam). Lembaga adat dan kepala adat berperan penting dalam
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat adat Agabag Desa
Apas. Sangsi atau denda terhadap pelanggaran hukum adat sekarang lebih
fleksibel, karena denda yang seharusnya dikenakan kepada pelaku pelanggaran
saat ini sulit diperoleh. Hukum Adat belum didokumentasiskan secara terlulis
hingga mengancam kelesatariannya, khususnya bagi kalangan generasi muda.
RIWAYAT HIDUP
Joko lahir pada tanggal 03 Mei 1987 di Desa Apas Salap Kab.
Nunukan, Kalimantan Timur. Merupakan anak keenam dari
Enam bersaudara dari pasangan Bapak Kalajan. dan Ibu
Bakiti.
Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri 015 Desa Apas pada tahun 1997,
lulus pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 2 Sebuku lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Sekolah Negeri 1Nunukan dan
memperoleh ijazah tahun 2007. Pendidikan tinggi pada tahun 2009 di Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan
Manajemen Pertanian.
Tanggal 12 Maret 2012 sampai dengan 12 Mei 2012 mengikuti Praktek
Kerja Lapang di PT. IHM (ITCI Hutani Manunggal).
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada
waktu yang telah ditetapkan.
Penyelesaian karya ilmiah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
2. Erna Rositah, S. Hut, MP selaku dosen pembimbing karya ilmiah yang
mengarahkan penulis mulai dari persiapan sampai penyusunan karya ilmiah.
3. Ir. Fendy Ucche. M. Si dan Ir. Rita Yuliani selaku dosen penguji karya ilmiah
4. Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
5. Ir. Hasanudin, MP selaku ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih
banyak
terdapat
kekurangan-kekurangan
sehingga
penulis
sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan karya ilmiah ini, harapan
penulis karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
Kampus Sei Keledang,
September 2012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................
v
DAFTAR ISI..............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
Xi
ABSTRAK................................................................................................
X
I.
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
A. Tinjauan Umum Hukum Adat…………………….........................
B. Azas-azas Hukum Masyarakat Adat............................................
C. Kepala Adat……………………………........................................
D. Masyarakat Desa Sekitar Hutan………………………………….
E. Gambaran Umum Tentang Masyarakat……………….
3
3
4
5
6
8
III. METODE PENELITIAN .....................................................................
A. Lokasi dan Waktu Penelitian…....................................................
B. Alat dan Bahan………….............................................................
C. Jenis dan sumber Data................................................................
D. Prosedur Penelitian………………………………………………...
E. Pengolahan dan Analisis Data....................................................
11
11
11
11
12
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
A. GambaranDesa Apas.................................................................
B. Kependudukan.......….................................................................
C. Sejarah Singkat Desa Apas........…………………………………
D. Hukum Adat dan Penerapannya.....………………………………
E. Pelastarian Adat Istiadat..........................................…………….
F. Penerapan Lembaga Adat.……………………………………….
G. Pengelolaan Hutan Adat.............................................................
13
13
13
15
16
18
19
20
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran...........................................................................................
22
22
22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
LAMPIRAN…………….............................................................................
23
24
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Rekapitulasi Hasil Penelitian………………………………………………..14
LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Responden……………………………………………………………..25
2. Daftar pertanyaan Kepada Responden (Kuesioner)..…………………....25
3. Data Responden Masyarakat Desa Apas………………………………....27
4. Tingkat Pendidikan Responden...………………………………………….28
DAFTAR GAMBAR
Lampiran
Nomor
Halaman
1. Tonggak Para Tertuduh Mulai Ditancapkan.…………............................29
2. Ketua Adat dan Kru Melaksanakan Ritual Dolob.....................................29
3. Ritual Dolob Disaksikan Penduduk Setemp............................................30
4. Tradisi Adat Suku Dayak Agabag............................................................30
I. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di antara dua
benua dan dua samudra yang memiliki bahasa daerah, suku, agama, budaya
dan adat istiadat yang beraneka ragam. Adanya keaneka ragaman tersebut
dipatrikan dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti walaupun
berbeda-beda tetapi tetap satu juga.
Keanekaragaman tersebut tidak mungkin diseragamkan karena itu telah
ada dan kita wajib menghargainya, bahkan apabila bangsa Indonesia mampu
menyelaraskan, menyerasikan, dan menyeimbangikan dalam sikap dan tindakan,
maka dengan adanya keaneka ragaman unsur-unsur tersebut akan menjadi
sebuah harmoni kehidupan bagi bangsa Indonesia, karena pada dasarnya
keaneka ragaman tersebut merupakan kekayaan yang berpotensial bagi bangsa
Indonesia yang dapat dibanggakan. Dasar terbentuknya keaneka ragaman yang
keberadaannya tersebar di seluruh wilayah kepulauan nusantara, baik di pulaupulau besar maupun pulau-pulau kecil sebenarnya merupakan hasil dari
pertumbuhan yang terjadi karena tuntutan kehidupan masyarakat pendukungnya
sehubungan dengan dinamika dari kehidupan masyarakat itu sendiri.
Apabila kita berbicara tentang adat “custom” berarti kita berbicara tentang
wujud gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai, norma-norma, aturanaturan serta hukum yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem
yaitu sistem budaya.
Hukum (law) adalah sistem pengendalian kehidupan masyarakat yang
terdiri atas aturan adat, undang-undang, peraturan-peraturan, dan lain-lain
norma tingkah laku yang dibuat, disahkan dan dilaksanakan oleh orang-orang
yang berwenang dalam masyarakat yang bersangkutan.
Hukum adat (customary law) adalah bagian dari hukum, ialah hukum tidak
tertulis dalam suatu masyarakat yang biasanya bermata pencaharian pertanian di
daerah pedesaan.
Hukum adat terjadi dari keputusan-keputusan orang-orang
berkuasa dalam pengadilan.
Menurut Aliansi Masyarakat Adat, masyarakat adat adalah kelompok
komunitas yang memiliki asal usul leluhur (turun temurun), ideologi, politik,
budaya, sosial yang mendiami wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem
nilai dan wilayah sendiri.
Desa Apas
mayoritas masyarakatnya
di huni oleh masyarakat adat
Agabag yang secara nyata dalam kehidupan sehari-hari menerapkan nilai-nilai
hukum adat.
Peran adat istiadat dan hukum adat sangat penting bagi
masyarakat Agabag.
Tujuan dari Penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menginventarisir
Hukum Adat Dayak Agabag dan menginventarisir penerapannya di Desa Apas
Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi
tentang keberadaan hukum
masyarakat Desa Apas.
Adat Dayak Agabag dan penerapannya oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Hukum Adat
Hukum lahir dari pengalaman sehari-hari para individu dalam masyarakat.
pengalaman hidup ini berlangsung
tidak hanya berhari-hari tetapi bertahun-
tahun berabad-abad. Pengalaman hidup seperti ini karena berlangsung dalam
jangka waktu yang sangat lama dan oleh para pelakunya dipandang berguna
dan memberikan kemanfaatan dalam pergaulan hidup mereka kemudian
dipertahankan. Dengan demikian pengalaman itu mengkristal dalam kehidupan
mereka, baik dalam interaksinya antar individu, individu dengan masyarakat dan
antar masyarakat satu sama lain. Kristalisasi pengalaman itu berubah menjadi
nilai yang dianggap luhur, sehingga wajib dipetahankan bahkan diteruskan
kepada anak cucu. Bagi meereka yang menderai nilai itu dianggap sebagai
perbuatan tercela dan dianggap tabu.
Dengan demikian, jika ada yang
mencederai nilai itu wajib dijatuhi hukuman. (Vollenhoven, 1909).
Nilai-nilai ini bersifat abstrak karena terlalu luas dan tidak dapat ditangkap
dengan panca indera.
Nilai ini dianggap sesuatu yang luhur dan sangat
berharga, sehingga wajib dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari.
Akan
tetapi untuk mengaplikasikan nilai itu sangat sulit karena sangat absrak dan luas.
Untuk mengaktualisasikan, maka nilai itu diderifasi atau diturunkan kedam
bentuk-bentuk yang lebih spesifik.
disebut azas-azas hukum.
Bentuk spesifik hasil diderafasi nilai ini
1.
Tujuan dan manfaat hukum adat
Menurut (Vollenhoven, 1917) Belajar hukum adat karena materi
hukum adat mempunyai tujuan dan kegunaan. Tujuan hukum adat dibuat
adalah untuk menuntun warga masyarakat hukum adat untuk mencapai
tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia menurut hukum adat ada yaitu yang
bersifat materi dan spritual. Oleh karena itu, tuan mempelajri hukum adat
sejalan dan searah dengan tujuan hukum adat itu sendiri.
2.
Manfaat hukum adat
Menurut (Soepomo, R. 1947) Tujuan dan manfaat mempelajari
hukum adat. Diatas dibicarakan tentang tujuan hukum adat. Penekanan nya
pada hukum adat sebagai hukum asli bangsa indonesia. Dengan
mengetahui dan memahami hukum adat kita dapat melayani jiwa
masyarakat indonesia, karena sebagaimana dikatakan oleh Von Savigny,
hukum adalah jiwa Bangsa. Bagaimana kita mengkonstruksi hukum, maka
akan diketahui pula ke arah dan tujuan mana masyarakat itu akan dibawah.
Demikian pula kita memahami latar belakang hukum adat itu dibuat pada
paparan ini, bukan tujuan hukum adat, melainkan mempelajari hukum adat.
B. Azas-azas Hukum Masyarakat Adat
Hukum di Indonesia salah satunya bersumber dari costum, dimana
sumber tersebut mengikuti perkembangan zaman dan harus disesuaikan de
ngan azas-azas hukum yang berlaku dan tidak boleh bertentangan dengan i
deologi bangsa (Muhammad,1997). Peraturan yang telah diundangkan haru
s disepakati dan dipatuhi bersama dengan tidak ada pengecualian.
C. Kepala Adat
Kepala Adat adalah Organisasi Kemasyarakatan yang merupakan
wadah
dalan
rangka
membina,
memberdayakan,
melestarikan
dan
mengembangkan Adat istiadat sebagai norma, kaidah dengan keyakinan
social yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat hukum adat.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa adat adalah
lembaga kemasyarakatan yang tujuannya melakukan
suatu upaya
penyelesaian berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat yang
brkaitan dengan adat istiadat setempat.
Lembaga masyarakat adat mempunyai kedudukan, tugas, dan
fungsi masyarakat adat, hak, wewenang dan kewajiban
adalah sebagai
berikut:
1.
Kedudukan Lembaga Masyarakat Adat
a. Kepala Lembaga Adat Desa/warga berkedudukan sebagai mitra
pemerintahan Desa/warga yang bersangkutan.
b. Kepala Lembaga Adat Kecamatan berkedudukan
sebagai mitra
pemerintahan Kecamatan.
2.
Tugas dan Fungsi Kepala Adat
a. Pembinaan, pemberdayaan, pelastarian dan pengembangan Adat
istiadat.
b. Menyelesaikan urusan adat istiadat.
c. Membantu pemerintah Desa/warga sepanjang menyangkut Adat istiadat.
d. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembinaan,
pelastarian dan pengembagan adat istiadat masyarakat.
e. Mencatat adat istiadat masyarakat yang hidup, tumbu dan berkembang
dalam masyarakat Desa/ warga yang bersangkutan.
f.
Menyelesaikan perselisihan yang menyangkut adat istiadat masyarakat
Desa/warga yang bersangkutan.
g. Menciptakan hubungan yang harmonis terhadap perbedaan dalam
masyarakat.
h. Kerja sama antara lembaga masyarakat adat.
3.
Hak Lembaga kepala Adat
a. Untuk melakukan tindakan diluar maupun didalam pengadilan
b. Menjalin hubungan kerja sama antara lembaga masyarakat adat
4.
Wewenang Lembaga kepala Adat
a. Membantu warga masyarakat dalam melaksanakan adat istiadat.
b. Membuat keputusan/Penetapan Hukum Adat.
Lembaga masyarakat adat bertujuan untuk mendorong, menunjang dan
meningkatkan partisipasi masyarakat guna kelancaran pemerintahan dan
pembinaan
measyarakat di Desa/Kampung/Kelurahan sehingga warga
masyarakat setempat.
Berdasarkan uraian dan pendapat diatas,maka lembaga masyarakat
adat dalam konteks adat istiadat sangat diperlukan
dalam mewujudkan
pencapaian tujuan yang dilakukan oleh masyarakat hukum adat.
D. Masyarakat Desa Sekitar Hutan
Masyarakat Desa di artikan sebagai sekelompok rumah diluar kota yang
merupakan kesatuan, sedang kan istilah pendesaan diartikan sebagai
pemukiman penduduk yang sangat dipebgaruhi oleh kondisi tanah, iklim dan air
sebagai syarat penting bagi pola kehidupan ditempat masyarakat desa sekitar
hutan itu.
Ciri-ciri masyarakat desa/masyarakat pendesaan
adalah pergaulan
hidup dipendesaan yaitu.
1.
Masyarakat dengan jumlah anggota/penduduk yang relative lebih kecil dari
penduduk kota.
2.
Hidup dalam suasana yang intim dan saling mengenal melalui komunikasi
tatap muka.
3.
Hidup dalam suasana rukun dan kekeluargaan.
4.
Mata pencarian nafka warga desa pada umumnya betani, nelayan, betrnak
dan sebagian telah melakukan pertukangan serta indusri keluarga.
5.
Penghayatan akan norma, tradisi dan berbagai pola budaya kelompoknya
lebih mendalam apabila dibandingkan masyarakat perkotaan yang majemuk.
6.
Sebagian besar desa-desa di wilayah tropis rendah/lembab berlokasi
dilingkugan hutan, sehinggah masyarakat seringkali disebut dengan
masyarakat desa hutan.
Hubungan antara masyarakat dengan hutan khususnya masyarakat
pedalaman sudah terjalin lama dan merupakan warisan nenek moyang yang
tetap dipertahan hingga saat ini, hubungan tersebut tercipta secara ilmiah baik
secara sumber mata pencarian, sumber air, sumber kenyamanan lingkungan
dalam mempertahankan hidup dan kehidupan
maupun sebagai suatu
keterkaitan budaya dan tradisi dalam melakukan upacara keagamaan dan
upacara adat.
E. Gambaran Umum Tentang Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok
orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas
yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur.
Sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat
apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan
kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka
berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam
bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat
pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocok tanam, dan
masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai
kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:
berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku,
chiefdom, dan masyarakat negara.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan
persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang
berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial.
Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya
mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan
bersama
Dirdjosisworo, (1985) Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah
”desa” (village) diartikan sebagai kelompok rumah di luar kota yang merupakan
kesatuan, sedangkan istilah ”pedesaan” (rural) diartikan sebagai pemukiman
penduduk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim dan air sebagai
syarat penting bagi terwujudnya pola kehidupan penduduk di tempat itu.
Ciri-ciri masyarakat desa/masyarakat pedesaan adalah pergaulan hidup
di pedesaan yaitu :
1. Masyarakat dengan jumlah anggota/penduduk yang relaif lebih kecil dari
penduduk kota.
2. Hidup dalam suasana yang intim dan saling mengenal melalui komunikasi
tatap muka.
3. Hidup dalam suasana rukun dan kekeluargaan.
4. Mata pencaharian nafakah warga desa pada umumnya bertani, nelayan,
beternak dan sebagian telah melakukan pertukangan serta industri keluarga.
Faktor-Faktor/Unsur-Unsur pembentuk Masyarakat Menurut Soerjono Soekanto
memuat unsur sebagai berikut ini :
1. Berangotakan minimal dua orang, dari sini lah maka keluarga itu bisa disebut
dengan masyarakat.
2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia
baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar
anggota masyarakat
4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Menurut Marion Levy dalam Anonim 2012 Ciri/Kriteria Sebuah
Masyarakat Yang bisa disebut dengan masyarakat yang tepat dan Baik
diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa
dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
1. Ada sistem tindakan utama Artinya adanya suatu program tertentu yang
menjadi tujuan atau perputaran roda dalam kemasyarakatan untuk mencapai
tujuan akhir yang disepakati.
2. Saling setia pada sistem tindakan utama
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota
4. Sebagian ikatan seluruh anggota baru bisa didapat dari kelahiran / reproduksi
manusia.
III. METODE PENELITIAN
A.
1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Apas,
di Rt, 01 dan Rt, 02 Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan.
2.
Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam pengamatan ini 3 bulan, terhitung dari Juni
2012- Agustus 2012. Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian
meliputi orientasi lapangan, pengambilan data, pengolahan data baik data
dan penulisan laporan.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat dan Bahan yang di gunakan dalam Penelitian ini adalah
a. Alat tulis menulis seperti: pulpen, pensil dan buku.
b. Kamera, untuk mendokumentasikan objek penelitian
2.
Bahan
Bahan dalam penelitian ini meliputi
a. Lembar kuisioner yang memuat daftar pertanyaan sebagai acuan dalam
menggali materi penelitian
b. Masyarakat sebagai obyek atau sumber yang dimintai keterangan.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan Dan penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder
1. Data pimer yang
diperoleh
langsung
dari
hasil
wawancara
dengan
narasumber yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat (key informan) seperti
kepala adat, wakil kepala adat, kepala desa dan wakil kepala desa.
Responden lainnya terdiri anggota masyarakat biasa.
Keseluruhannya
jumlah Responden terdiri dari 10 orang.
2. Data sekunder diperoleh melalui sumber-sumber informasi sepeti monografi
desa, hasil-hasil laporan terkait dengan topik penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi kegiatan :
1. Orientasi lapangan, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih
tepat mengenai objek penelitan.
2. Melakukan wawancara
langsung dengan
pertanyaan yang telah dipersiapkan
3. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh
4. Menyusun laporan karya Ilmiah (KI)
responden
bersasarkan
E.
Data
data.
yang
Pengolahan dan Analisis Data
diperoleh
disusun
dan
dipilah
untuk
validasi
Data kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yang betujuan
melukiskan obyek berdasarkan fakta-fakta yang ada diiringi interpretasi yang
rasional dan ilmiah.
.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Desa Apas
Desa Apas adalah salah satu wilayah Kecamatan Sebuku Selatan
dengan luas wilayah ± 3.307 ha. Jarak Desa Apas dari Pusat Pemerintahan
Kecamatan Sebuku Selatan ± 15 km. Aksesibilitas menuju Desa Apas dapat
ditempuh melalui perjalanan darat dengan waktu ditempuh 30 menit.
Secara administrative pemerintahan, Kecamatan Sebuku
berbatasan
dengan :
a.
Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Pembeliangan
b.
Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Sanur (SP 1)
c.
Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Kekayap
d.
Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Harapan Baru (SP 3)
B. Kependudukan
Desa Apas memiliki jumlah penduduk 471 jiwa yang terdiri dari Laki-laki
sejumlah 240 jiwa dan Perempuan 230 jiwa, dengan 131 kepala keluarga.
Jumlah penduduk berdasarkan agama yaitu yang beragama Islam 95 jiwa,
Khatolik 33 jiwa, dan Protestan 344 jiwa.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Jumlah Responden
No.
Pernyataan
Orang(Jiwa)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ada atau tidak ada hukum atau aturan
adat Dayak Agabag di Desa Apas?
a. Ada
b. Tidak
C. Tidak tahu
Hukum Adat Dayak Agabag di Desa Apas
masih berlaku hingga saat tini
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Hukum adat Dayak Agabag berlaku bagi
a. Hanya berlaku bagi masyarakat Desa
Agabag
b. Hanya berlaku bagi orang pendatang di
luar Desa Agabag Berlaku bagi siapa
saja
c. Berlaku bagi siapa saja yang
melakukan pelanggaran hukum adat
Terdapat sangsi/denda bagi pelanggar
hukum adat Dayak Agabag
a. Iya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Jika ada denda. Maka denda tersebut
diberikan kepada
a. Lembaga adat
b.Korban pelanggaran
c.Lain-lain…………..
%
10
-
100
10
-
100
0
0
-
-
-
0
10
100
10
-
100
-
10
-
0
100
0
Orang yang mengetahui dan memahami
hukum adat Dayak Agabag tersebut ?
a. Hanya pengurus adat dan tokoh
masyarakat.
b. Para generasi tua
c. Generasi muda
A, B dan C benar
-
0
10
0
0
100
Cara mempertahankan dan mewariskan
hukum adat tersebut kepada generasi
muda
a. Disosialisasikan
b. Dari cerita orang tua
c. Tidak tahu
10
-
100
0
0
Lanjutan Tabel 1
No
Jumlah Responden
Pernyataan
Orang(Jiwa)
8.
9
%
Kepedulian generasi muda
terhadap keberadaan hukum adat Dayak
Agabag?
a. Sangat peduli
b. Kurang peduli
c. Tidak peduli
5
5
-
Upacara-upacara adat selalu
dipraktekkan/dilaksanakan hingga saat
ini?
a. Iya, selalu diadakan
b. Tidak
c. Kadang-kadang
5
5
50
0
50
8
2
80
20
10
100
Peninggalan sejarah atau benda yang
dikeramatkan oleh masyarakat?
a. Ya, ada
b. Tidak ada
11 Sangsi atau denda atas pelanggaran
hukum adat tersebut.
b. Benda
c. Uang
d. Benda dan atau uang
Sumber : Data primer
50
50
0
10
C. Sejarah Singkat Desa Apas
Penduduk Desa Apas merupakan keturunan orang Suku Dayak Agabag
yang berasal dari keturunan Aki Kaligot yang pada jaman dulu menempati
rumah-rumah panjang (lamin) dan hidup secara berpindah-pindah dari satu
tempat di dalam kawasan hutan ke tempat lainnya. Sampai pada
akhirnya
mereka menetap dan bermukim di daerah pinggiran Sungai Apas. Selanjutnya
tempat tinggal mereka kemudian dikenal dengan nama Desa Apas yang
termasuk di wilayah Kecamatan Sebuku.
D. Hukum Adat dan Penerapannya
Hukum Adat sudah ada sejak
jaman nenek moyang masyarakat
keturunan Dayak Agabag. Hukum adat ini mengatur tentang nilai-nilai atau
norma-norma kehidupan di masyarakat Dayak Agabag. Adapun hal-hal yang
diatur oleh hukum adat tersebut antara lain mengatur tentang:
Dolob (menyelam)
Hal-hal yang berhubungan dengan tindakan pencurian dan perzinahan
diatur dalam hukum adat, termasuk denda atau sanksi yang harus diberikan
kepada orang yang melakukan perbuatan atau kesalahan.
Hukum adat juga mengatur tentang tanah ulayat dan penebangan pohon.
Tanah ulayat yang merupakan tanah hutan peninggalan leluhur mereka dikelola
dengan memperhatikan kelesatriannya. Pohon ditebang hanya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan tidak untuk diperjual belikan. Apabila terjadi tindakan
penebangan pohon tanpa ijin dalam hal ini kepala adat, terutama untuk
diperjualbelikan, maka si pelaku penebangan akan diberikan sanksi atau denda.
Besar dan jenis denda tergantung pada tingkat kesalahan.
Dolob adalah tradisi pengadilan adat khas Suku Dayak Agabag di
Kalimantan Timur. Tradisi peninggalan leluhur ini masih hidup sampai sekarang
dan masih dipraktekkan. Pengadilan ini sungguh unik dan sakti, tak bisa
diintervensi oleh uang dan kekuasaan. Para tertuduh yang tidak mau mengakui
kesalahannya dibawa ke sungai setempat oleh Ketua Adat, disaksikan beramairamai oleh penduduk setempat. Di sungai tersebut kemudian ditancapkan
tonggak-tonggak kayu untuk pegangan para tertuduh dan upacara ritual Dolob
segera dilaksanakan. Sang Ketua Adat kemudian berdoa memanggil roh-roh
penguasa air, hutan dan gunung untuk datang. Upacaranya sungguh-sungguh
mendatangkan suasana magis, sehingga Para tertuduh kemudian harus
menyelam ke dalam air sambil berpegangan tonggak tersebut, dan keajaiban
pun bisa terjadi.
Para tertuduh yang tidak bersalah, meskipun tidak biasa menyelam, bisa
bertahan berjam-jam bahkan berhari-hari di dalam air dan tetap selamat tanpa
cedera. Sedangkan yang bersalah, sekalipun dia ahli menyelam, tak akan
mampu bertahan lama. Kalau tertuduh yang bersalah nekad bertahan, maka dari
hidung dan telinganya akan keluar darah, dan terpaksa menyerah untuk akhirnya
mengakui perbuatannya.
Menurut kesaksian orang yang pernah mengikutinya, memang terjadi
keajaiban itu. Kalau orang yang tidak bersalah, ia merasa bisa bernafas biasa
saja seperti sedang berada di darat. Tetapi bagi yang bersalah, maka ia merasa
seperti diserang oleh segala macam binatang sungai semacam ular, ikan, buaya,
dan lain-lainnya, bahkan lumpur dan pasir menjadi hidup dan ikut menyerang
dan masuk kedalam mata, hidungdan telinga.
Hukum Adat dayak agabag berlaku bagi siapa saja artinya bagi masyarakat
Desa Apas dan para pendatang yang melakukan pelanggaran di kawasan Desa
Apas.
Denda atau sangsi terhadap pelanggar hukum adat dayak agabag
sekarang lebih fleksibel, artinya tidak harus mengikuti aturan yang lama atau asli
misalnya,
bila
dahulunya
denda
berupa
benda
seperti
tempayan,
mandau,sumpit, perak, maka sekarang barang-barang tersebut bisa ganti
dengan barang lainnya seperti uang, mesin tempel, ketinting dan barang lainya.
Kelemahan hukum adat desa agabag hingga saat ini yaitu belum di
dokumentasikan
secara
tertulis
sehingga
mengancam
kelestarian
dan
keberadaan hukum adat itu sendri. Cara mempertahan kan hukum ada Dayak
Agabag, atau mewariskan adat dayak agabag pada generasi muda, dilakukan
dengan cara disosialisasikan terus-menerus kepada generasi muda.
E. Pelestarian Adat Istiadat
Masyarakat Desa Apas
tradisional
yang juga dikenal
masih kokoh mempertahankan
istiadat sampai sekarang.
sebagai masyarakat
dan memelihara nilai-nilai adat-
Oleh sebab itu, Penerapan Adat berupaya untuk
membina dan membibing masyarakat ke arah yang lebih baik, dengan tetap
memelihara baik ritual adat-istiadat, seperti acara kesenian yang diadakan
setiap bulan dan upacara adat besar-besaran atau lebih dikenal dengan
angkukui yang diadakan setahun sekali di rumah Adat atau Lamin.
Tujuan penerapan adat dalam pembinaan dan pemberdayaan adatistiadat itu adalah agar seluruh masyarakat khususnya generasi mudah mewarisi
tradisi dan nilai-nilai budaya. Ada banyak kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
adat, untuk membina masyarakat dalam hal budaya dan adat-istiadat. Pada
setiap tahun diadakan acara kesenian yang mempertunjukan tari-tarian seperti
Angalang,angkukui, kemudian upacara adat besar-besaran diadakakan setahun
sekali pada bulan oktober yang disebut (irau adat).
Partisipasi masyarakat cukup tinggi dalam kegiatan-kegiatan pertunjukan
budaya tersebut. Mereka mempersiapkan segala sesuatunya seperti alat-alat
pelengkapan yang digunakan antara lain pakaian adat, gelang (sulow), kalung
(manic), bungkas, mandau, timeng, dan alat-alat kesenian lainnya agar pelatihan
pembinaan adat-istiadat dapat berjalan dengan baik.
Selain dari seni budaya tari-tarian, kepala adat juga berusaha untuk
melestarikan
bahasa daerah dengan cara mengimbau
dan menganjur
masyarakat untuk menggunakannya. Beliau mengatakan bahwa bahasa itu
merupakan ciri khas dan dapat dijadikan sebagai alat pemersatu masyarakat
Desa Apas.
Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada hambatan
yang dihadapi
khususnya oleh tokoh-tokoh adat dalam menanamkan nilai-nilai adat kepada
masyarakat.
Regenerasi nilai-nilai budaya tradisional juga terancam luntur,
khususnya dikalangan generasi muda yang cenderung mengikuti perkembangan
zaman pola hidup nya.
F. Peranan Lembaga Adat
Selain membina/memberdayakan masyarakat dan melestarikan adatistiadat, dewan adat juga memiliki fungsi untuk melakukan
penyelesaian
suatu upaya
berbagai permasalahan dalam kehidupan di masyarakat yang
berkaitan dengan adat-istiadat setempat. Sekali lagi terjadi perselisahan antara
masyarakat memperebut tanah warisan atau batas-batas tanah. Dalam hal ini,
dewan adat berperan sebagai penengah dalam penyelesaian urusan secara
kekeluargaan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari yang memicu
terjadi hal diluar keinginan. Selain masalah tanah warisan, dewan adat juga
perperan menjadi mediator dalam penyelesaian masalah social lainnya seperti
perselisihan rumah tanggah.
Dalam rangka menyelesaikan sebuah permasalahan yang ada di Desa
Apas dewan adat menjadi tuan tempat menerima mempertemukan kegiatan
antara kedua belah pihak, dimana masalah yang terjadi harus ada jalan keluar
yang baik bagi semua pihak dan tidak merugikan satu dengan yang lain.
Masyarakat Desa Apas sangat menghargai dan menghormati dewan
adat.
Walaupun masyarakat sudah mengenal hukum formal, tetapi mereka
cenderung
memilih menyelesaikan masalah melalui dewan adat.
Apapun
keputusan Kepala adat dalam penyelesaian permasalahan di masyarakat, selalu
dipatuhi
G. Pengelolaan Hutan Adat
Sebagai
masyarakat yang berada di sekitar hutan dan secara tradisi
kehidupan mereka tidak terpisakan dari keberadaan dan manfaat hutan,
masyarakat Desa Apas dihadapkan pada pilihan yang sulit.
masyarakat
sudah
semakin
menyusut,
sementara
Saat ini hutan
kebutuhan
ekonomi
masyarakat harus terpenuhi.
Peran dewan adat dalam pengelolaan hutan yaitu mengingat dan
mengajak masyarakat mempertahankan keberadaan hutan mereka sudah
dilakukan.
Hanya saja upaya-upaya pembangunan hutan misal dengan
penanaman kembali lahan-lahan yang kosong kecapatan tumbuhnya tidak
sebanding dengan tingkat kerusakan.
Dulu hutan mampu menyediahkan kebutuhan masyarakat seperti bahan
bangunan, kayu bakar, dan bahan-bahan kerajinan lainnya seperti rotan. Namun
saat ini bahan-bahan tersebut semakin sulit diperoleh.
Menyusutnya luas hutan Desa Apas antara lain disebabkan oleh
kebutuhan masyarakat untuk bahan ramuan rumah dan lahan pertanian. Salah
satu gangguan pihak dari luar juga turut mempercepat tingkat kerusakan hutan
mereka. Untuk kebutuhan masyarakat Desa Apas khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan pedesaan (pumukiman) dan tidak terlelahkan. Itu adalah bagian dari
resiko pembangunan masyarakat yang terus berkembang, sementara luas lahan
tidak semakin bertambah.
Oleh karenanya dikatakan masyarakat dihadapkan pada pilihan yang
sulit, dimana disatu sisi tetap menginginkan hutan terus dipilihara dan
dipertahankan, namun disisi lainnya, desakan kebutuhan hidup juga harus
dipenuhi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Adat istiadat dan Hukum Adat Dayak Agabag di Kecamatan Sebuku sejak
dahulu telah tumbuh dan berkembang serta dipatuhi oleh masyarakat adat
Agabag Desa Apas.
2.
Hukum adat Daya Agabag mengatur tentang hal-hal yang berhubungan
dengan pencurian, perzinahan, penuduhan terhadap orang yang tak
bersalah, tanah ulayat , penebangan pohon, Dolob (menyelam)
3.
Lembaga adat dan kepala adat berperan penting dalam meneyelaikan
permasalahan yang terjadi di masyarakat adat Agabag Desa Apas.
4.
Sanksi atau denda terhadap pelanggaran hukum adat sekarang lebih
fleksibel, karena denda yang seharusnya dikenakan kepada pelaku
pelanggaran saat ini sulit diperoleh.
5.
Hukum Adat belum didokumentasikan secara terlulis hingga mengancam
kelesatariannya, khususnya bagi kalangan generasi muda.
B. SARAN
Hukum adat Desa Agabag perlu didokumentasikan secara tertulis agar
tidak luntur oleh perkembangan jaman.
.
DAFTAR PUSTAKA
Hilman H, 1992, Pengantar
Maju,Bandung.
Ilmu
Hukum
Adat
Indonesia,
Mandar
Mahadi, 1991, Uraian Singkat Tentang Hukum Adat, Alumni, Bandung.
Moh. Koesnoe, 1979, Catatan-Catatan Terhadap Hukum AdatDewasa Ini,
Airlangga University Press.
Soerjo W, 1984, Pengantardan Asas-asas Hukum Adat, P.T. Gunung
Agung.
Wiranata, I Gede A.B. 2005. Hukum Adat Indonesia Perkembangan Dari Masa
Ke Masa. Bandung: PT Citra Adutya Bakti.
Bushar Muhammad. 1997. Azas-azas Hukum Adat, Suatu Pengantar.
Jakarta: Prandya Paramita
Hilman Hadikusuma. 1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung
Soekanto. 1955. Meninjau Hukum Adat Indonesia.Jakarta
Soepomo, R. 1947. Kedudukan Hukum Adat Dikemudian Hari. Djogjakarta
Dirdjosisworo, 1985. Ciri-ciri Masyarakat Pendesaan. Bandung
Terhaar. 1960. Azas-azas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta: Prandja
Paramita
Van Vollenhoven. 1917. Perjuangan Membela Hukum Adat.
Van vollenhoven. 1901. Pendesaan Terhadap Hukum Adat.
Van vollenhoven. 1909. Pengikaran Hukum Adat.
29
Lampiran 1. Foto Dekomentasi Dilapangan
Gambar 1. Tonggak Para Tertuduh Mulai Ditancapkan
Gambar 2. Ketua Adat dan Kru Melaksanakan Ritual Dolob
30
Gambar 3. Ritual Dolob Disaksikan Penduduk Setempat
Gambar 4. Tradisi Adat Suku Dayak Agabag
Tabel 2. Data Responden
No…………………………..
Jenis Kelamin
:……………………………..
Umur
:……………………………. Tahun
Pendidikan Terakhir
:…………………………….
Lama Tinggal di Desa
:……………………………. Tahun
Suku Responden
:…………………………….
Jabatan
:…………………………….
Tabel 3. Daftar Pertanyaan Kepada Responden
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Apakah terdapat hukum atau aturan
adat Dayak Agabag di Desa Apas?
a. Ada
b. Tidak
c. Tidak tahu
2.
Apakah Hukum Adat Dayak Agabag di
Desa Apas masih berlaku hingga saat
tini ?
a. ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
3.
Untuk siapa sajakah hukum adat
Dayak Agabag tersebut berlaku?
a. Hanya
berlaku
bagi
masyarakat Desa Agabag
b. Hanya berlaku bagi orang
pendatang di
luar Desa
Agabag
c. Berlaku bagi siapa saja
4.
Apakah terdapat sangsi/denda bagi
pelanggar hukum adat Dayak Agabag?
d. Iya
e. Tidak
f. Tidak tahu
5.
Jika ada, kepada siapa denda tersebut
diberikan?
a. Lembaga adat
b. Korban pelanggaran
c. Lain-lain…………..
Lanjutan Tabel 3
No
6.
Pertanyaan
Siapa sajakah yang mengetahui dan
memahami hukum adat Dayak Agabag
tersebut ?
7.
Menurut Anda, apakah aturan adat
masih perlu dipertahankan dan
dilestarikan ?
8.
Bagaimana cara mempertahankan dan
mewariskan hukum adat
tersebut
kepada generasi muda?
9.
Apakah upacara-upacara adat selalu
dipraktekkan/dilaksanakan hingga saat
ini ?
10. Apakah Di Desa Apas terdapat
peninggalan sejarah atau benda yang
dikeramatkan oleh masyarakat?
11
Berupa apa sajakah sangsi atau denda
atas pelanggaran hukum adat tersebut?.
Sebutkan :
b.
c.
d.
e.
Jawaban
Hanya pengurus adat
dan tokoh masyarakat.
Para generasi tua
Generasi muda
A, B dan C benar
a. Iya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Jika iya, apa alasannya?
............................
Jika idak, apa alasannya
?.......................
a. Di
dokumentasikan
secara tertulis
b. Disosialiasikan
secara terus
menerus
kepada generasi muda
c. Tidak ada upaya apapun
d. Tidak tahu
a.
b.
c.
d.
Iya
Tidak
Kadang-kadang
Tidak tahu
a. Ya, ada
b. Tidak ada
Jika ada,
peninggalan sejarh
atau benda keramat apa?
a……………………
b…………………..
c……………………
d…………………..
Tabel 4. Data Responden Masyarakat Desa Apas
No
Nama
Jabatan
1.
2.
Muhammad
Idris
Muderen
Kepala
Desa
Sekdes
3.
Matius.s
4.
Jenis
Kelamin
L
L
L
5.
Petrus
Kapalat
Jhon.I
Wakil
Kepala
Desa
Kepala
Adat
Masyarakat
6.
Yahok.K
Masyarakat
L
7.
Dinis.G
L
8.
Lukas.s
Wakil
Kepala
Adat
Masyarakat
9.
Yukul
Ketua Rt
L
10.
Tanil
Ketua Rt
L
Data Sekunder:
Keterangan
L = Laka-laki
L
L
L
Kristen
Tingkat
Pendidikan
SLTP
Mata
Pencarian
Utama
Tani
26
Kristen
SMU
Tani
40
Kristen
SD
Tani
Dayak
Agabag
Dayak
Agabag
Dayak
Agabag
Dayak
Agabag
70
Kristen
SD
Tani
35
Kristen
SLTP
Tani
27
Kristen
SMU
Tani
70
Kristen
SD
Tani
Dayak
Agabag
Dayak
Agabag
Dayak
Agabag
45
Kristen
SD
Tani
55
Kristen
SD
Tani
50
Kristen
SD
Tani
Suku
Umur
Agama
Dayak
Agabag
Dayak
Agabag
Dayak
Agabag
39
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden
No
Nama
T.S
T.T. SD
SD
SLTP
SLTA
?
1.
Muhammad Idris
2.
Muderen
3.
Matius.s
?
4.
Petrus Kapalat
?
5.
Jhon.I
6.
Yahok.K
7.
Dinis.G
?
8.
Lukas.s
?
9.
Yukul
?
10. Tanil
Keterangan :
?
?
?
T.S
= Tidak Sekolah
T.T. SD
= Tidak Tamat Sekolah Dasar
SD
= Sekolah Dasar
SLTP
= Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA
= Sekolah Lanjutan Timgkat Atas
?
Download