Laporan Resmi Fisika Dasar II + + + + A + Rv + E + + Rg Nama Percobaan : VOLTAMETER Oleh: Mardatila Shafira Zhalsabila S 1413100029 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya i VOLTAMETER (L2) MARDATILA SHAFIRA ZHALSABILA SUDRAJAT 1413100029 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 ABSTRAK Elektrokimia mempelajari tentang perubahan energi listrik menjadi energi kimia didalam sel elektrolisis sebagaimana terjadinya perubahan energi kimia menjadi energi listrik didalam sel galvani atau sel volta. Dalam percobaan ini dipelajari tentang elektrolisis yang prosesnya terjadi karena adanya arus yang mengalir dalam larutan, kemudian energi yang dihasilkan menyebabkan terjadinya reaksi kimia oksidasi-reduksi secara spontan. Pada proses elektrolisis ini dipakai larutan elektrolit sebagai konduktor/penghantar, misalnya asam-basa atau garam karena larutan-larutan tersebut mengandung ion-ion positif dan negatif dalam larutannya. Percobaan ini menggunakan CuSO4 yang bersifat garam sebagai larutan (mediator), pada katoda dipakai lempeng Cu dan Pb pada anoda. Dengan mengalirkan sejumlah arus dari sumber tegangan dan ditunggu selama waktu tertentu maka akan terjadi endapan Cu di katoda yang besarnya dapat kita hitung. Karena endapan yang terjadi pada katoda adalah Cu maka percobaan ini dinamakan voltameter tembaga. Dari data-data yang dihasilkan (seperti waktu, besar arus, dan selisih berat), kemudian diolah, dapat digunakan untuk mengetahui banyaknya endapan pada katoda dan menghitung keseksamaan arus ampermeter dengan arus sesungguhnya sesuai perhitungan secara teori. 1 1 Kata Kunci : Elektrokimia, Elektrolisis, Reaksi Oksidaso-Reduksi, Katoda, Anoda, Voltameter ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Tujuan Percobaan .......................................................................................... 1 1.3 Permasalahan................................................................................................. 2 BAB II DASAR TEORI ........................................................................................ 3 2.1 Elektrokimia .................................................................................................. 3 2.2 Elektrolisis .................................................................................................... 3 2.3 Elektrolisis Katoda dan Anoda CuSO4 ......................................................... 4 2.3 Voltameter .................................................................................................... 5 2.4 Hukum Faraday ............................................................................................. 6 2.5 Arus Listrik Dalam Larutan Elektrolit .......................................................... 8 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN .............................................................. 9 3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 9 3.2 Cara Kerja ..................................................................................................... 9 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ............................................ 10 4.1 Analisa Data ................................................................................................ 10 4.2 Perhitungan ................................................................................................. 11 4.2.1 Perhitungan Mencari Nilai Arus Listrik (i) dengan Katoda Lempengan Dua ............................................................................................ 11 4.2.2 Perhitungan Mencari Nilai Arus Listrik (i) dengan Katoda Lempengan satu ............................................................................................ 12 4.3 Pembahasan ................................................................................................. 13 BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 16 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17 LAMPIRAN .......................................................................................................... 18 RALAT PERHITUNGAN ................................................................................ 18 1.1.1 Ralat Perhitungan Arus Listrik pada Lempengan Dua sebagai Katoda 18 1.1.2 Ralat Perhitungan Arus Listrik pada Lempengan Satu sebagai Katoda ....................................................................................................................... 19 iii DAFTAR TABEL Tabel 1 Data Hasil Percobaan Lempengan Dua Sebagai Katoda ......................... 10 Tabel 2 Data Hasil Percobaan Lempengan Satu Sebagai Katoda ......................... 10 Tabel 3 Data Hasil Perhitungan Arus Listrik (i) Lempengan Dua Sebagai Katoda ............................................................................................................................... 12 Tabel 4 Data Hasil Perhitungan Arus Listrik (i) Lempengan Satu Sebagai Katoda ............................................................................................................................... 13 iv DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Set Up Alat Voltameter .......................................................................... 9 v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tentunya sudah mengenal berbagai macam alat yang menggunakan energi listrik. Contoh yang paling sederhana adalah pada mobil listrik mainan anak-anak, mobil mainan tersebut dapat berjalan dikarenakan adanya suatu batterai yang terdapat rangkaian listrik didalamnya, rangkaian tersebut memiliki sebuah arus listrik, kekuatan arus listrik dapat diukur dengan sebuah alat yang disebut amperemeter. Dengan amperemeter kita bisa mengetahui besarnya kuat arus berdasarkan angka yang ditunjuk oleh jarum penunjuk. Namun, besarnya kuat arus tersebut bukanlah nilai yang mutlak disebabkan karena amperemeter hanyalah sebagai indikator kedua dalam pengukuran amperemeter sehingga nilai dari kuat arus tersebut harus disesuaikan. Dalam pemurnian logam atau pemisahan logam campuran untuk memperoleh logam murni juga diperlukan prinsip dari arus listrik (beda potensial). Dalam hal ini, pemurnian logam dapat dilakukan dengan perantara dari larutan yang mampu menghantarkan arus listrik (beda potensial). Nilai dari potensial listrik dapat diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan voltmeter. Dalam praktikum kali ini, diharapkan praktikan lebih memahami kegunaan dari voltmeter serta mampu menentukan nilai arus listrik berdasarkan amperemeter. 1.2 Tujuan Percobaan Percobaan ini bertujuan untuk menentukan keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan menggunakan voltameter tembaga bila dibandingkan dengan perhitungan dari hasil percobaan berdasarkan teori. 1 1.3 Permasalahan Permasalahan yang timbul dalam percobaan ini adalah berapa besar kuat arus sesungguhnya apabila dihitung berdasarkan teori dan persamaan yang ada. Hasilnya akan dibandingkan dengan nilai dari kuat arus yang diperoleh berdasarkan percobaan dengan amperemeter keseksamaannya. 2 sehingga akan didapatkan BAB II DASAR TEORI 2.1 Elektrokimia Elektrokimia menghubungkan reaksi kimia oksidasi-reduksi dengan fisika aliran muatan. Hal ini membuka kesempatan penggunaan energi bebas yang tersedia dalam reaksi kimia spontan untuk menghasilkan kerja yang berguna serta pemanfaatan energi untuk menghasilkan reaksi yang tidak mungkin dengan jalan lain. Ilmu yang mempelajari reaksi oksidasi-reduksi menyebabkan elektron bergerak pada kawat atau ketika aliran elektron mengakibatkan reaksi oksidasireduksi disebut elektrokimia (Oxtoby, 1999). Aplikasi elektrokimia sangatlah luas. Pada industri, banyak zat kimia penting termasuk cairan pemutih, dibuat melalui reaksi elektrokimia. Baterai yang menghasilkan energi listrik dari reaksi elektrokimia juga digunakan sebagai penyuplai tenaga pada lampu senter, kalkulator elektronik, laptop, alat pemicu jantung dan bahkan mobil (Oxtoby, 1999). Dalam sebuah sel elektrokimia, reaksi oksidasi dan reduksi pada elektroda diletakkan secara terpisah. Satu elektroda mengumpulkan elektron dari bagian yang teroksidasi. Elektron melewati kawat dan dikeluarkan ke bagian tereduksi pada elektroda kedua. Setengah reaksi oksidasi dan reduksi terjadi dalam 2 ruang sel yang berbeda. Setengah reaksi reduksi terjadi pada elektroda katoda, dan setengah reaksi sel oksidasi terjadi pada elektroda anoda. Kedua elektroda yang terpisah dihubungkan oleh sebuah larutan elektrolit. Perpindahan elektron pada sel elektrokimia akan dengan cepat berhenti, kecuali apabila terdapat suatu larutan elektrolit yang mampu menjaga kenetralan dalam aliran listrik. Sehingga, dibuatlah sebuah jembatan garam sebagai tempat perpindahan ion-ion dari satu elektroda ke elektroda yang lain (Oxtoby, 1999). 2.2 Elektrolisis Jika listrik dilewatkan lelehan senyawa ionik atau larutan elektrolit, suatu reaksi kimia yang disebut elektrolisis akan terjadi. Pada sel elektrolisis ini reaksi tidak terjadi secara spontan. Dimana terjadi perubahan energi listrik menjadi 3 energi kimia misalnya pada penyepuhan logam. Peralatan khusus untuk melakukan elektrolisis disebut sel elektrolisis atau sel elektrolitik. Pada sel khusus ini bersisi lelehan senyawa ionik dan elektroda dicelupkan kedalam sel dan kemudian dihubungkan ke sumbeer listrik searah (DC). Saat listrik mulai dialirkan, perubahan kimia mulai terjadi. Pada elektroda positif (anoda) terjadi oksidasi. Sumber arus searah mengalirkan elektron-elektron melalui rangkaian listrik eksternal menuju elektroda negatif (katoda). Di katoda terjadi reaksi reduksi. Pada saat sel elektrolisis dihubungkan dengan sumber arus listrik maka anion yaitu ion negatif dalam elektrolit ditarik ke anoda yang bermuatan positif. Adapun kation yaitu ion positif ditarik ke katoda yang yang bermuatan negatif. Ion yang bereaksi di elektroda menjadi tidak bermuatan. Elektron mengalir dari anoda ke baterai dan dari baterai ke katoda (Sharma, 1994). Apabila lelehan senyawa ionik yang digunakan adalah CuSO4 maka dalam sel elektrolisis tersebut, elektron masuk kedalam larutan pada katoda inert, dan bergabung dengan H+ dalam larutan membentuk H sebagai atom tunggal. Sedangkan ion Cu2+ memberi 2 elektron pada elektroda. Elektron ini mengalir melalui rangkaian luar elektroda ke sumber potensial (Cutnell, 1995). 2.3 Elektrolisis Katoda dan Anoda CuSO4 Pada reaksi elektrolisis dari larutan CuSO4 (tembaga sulfat) dengan elektroda inert, terdapat reaksi: CuSO4 Cu2+ + SO42Katode : Cu2+ +2e- Cu x2 4H+ + O2 + 4e- Anode : 2H2O x1 Redoks : 2 Cu2+ +2H2O 2Cu+4H+ + O2 Reaksi elektrolisis CuSO4 pada ruang katode juga terjadi reduksi / pelepasan elektron dari : 2Cu2+ + 4e- 2Cu sedangkan pada ruang anode terjadi oksidasi / penambahan elektron dari 4 2H2O 4H+ + O2 + 4ehasil akhir dari reaksi elektrolisis CuSO4 adalah 2 Cu2+ +2H2O 2Cu+4H+ + O2 Dari reaksi ini dapat disimpulkan bahwa zat yang terbentuk di anode adalah oksigen (O2) dan zat yang terbentuk di ruang katode adalah tembaga (Cu) (Chang, 2005). 2.3 Voltameter Voltameter adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur perbedaan potensial antara dua titik pada satu komponen. Kedua terminal voltmeter harus dihubungkan dengan kedua buah titik yang tegangannya akan diukur sehingga terhubung secara parallel dengan komponen tersebut. Nilai perbedaan potensial dapat dilihat berdasarkan penunjukan posisi jarum dengan pembacaan digital atau dengan defleksi elektron. Terdapat dua pertimbangan. Yang pertama, bagaimanakah keakuratan dari pengukuran voltmeter? Untuk pembacaan secara digital, nilai beda potensial telah ditunjukkan berdasarkan angka terakhir yang dimunculkan oleh voltameter tersebut. Sedangkan untuk pembacaan secara analog, keakuratan diberikan dalam presentase skala penuh sehingga memiliki ketelitian yang lebih besar (Wolfson, 1990). Voltmeter biasanya disusun secara paralel (sejajar) dengan sumber tegangan atau peralataan listrik. Cara memasang voltmeter adalah dengan menghubungkan ujung sumber tegangan yang memiliki potensial lebih tinggi (kutub positif) harus dihubungkan ke terminal positif voltmeter, dan ujung sumber tegangan yang memiliki potensial lebih rendah (kutub negatif) harus dihubungkan ke terminal negatif voltmeter. Biasanya voltmeter digunakan untuk mengukur sumber tegangan seperti baterai, elemen volta, atau aki. Bagian-bagian voltmeter hanya terdiri dari skala penunjuk besarnya tegangan, setup pengatur fungsi, dan kutub positif serta negatif (Tipler, 2008). Untuk mengukur tegangan dari sebuah terminal atau dari suatu rangkaian dapat digunakan voltmeter yang dipasang paralel terhadap beban / rangkaian yang 5 hendak diketahui tegangannya. Pada rangkaian arus searah pemasangan kutubkutub voltmeter harus sesuai kutub positif dengan potensial tinggi atau kutub negatif dengan potensial rendah. Biasanya ditandai dengan kabel berwarna hitam dan merah atau biru. Bila pemasangan terbalik akan terlihat angka negatif pada voltmeter digital. Sedangkan pemasangan ampermeter pada rangkain harus secara seri sedangkan pemasangan voltmeter harus dipasng paralel karena agar tegangan yang terbaca pada voltmeter sama dengan hambatan. Apabila pemasangannya tertukar maka hasil pengukuran tidak sesuai dengan yang di inginkan. Pada saat kita ingin mengetahui besar beda potensial atau gaya gerak listrik atau tegangan jepit suatu rangkaian, voltmeter dipasang secara paralel dengan beban. Setelah voltmeter terpasang dengan benar maka hasil pengukuran harus memperhatikan bagaimana menuliskan hasil pengukuran yang benar. Kita dapat menemukan beberapa perbedaan tegangan AC dan tegangan DC sebagai berikut: Tegangan AC mudah dinaikkan atau diturunkan daripada DC. Listrik AC lebih rnudah ditransmisikan dari pembangkit ke pelanggan dari pada listrik DC. Pembangkit listrik DC lebih murah dan sederhana. Tegangan dan arus AC mempunyai nilai maksimurn dan minimum sesuai dengan grafiknya yang berbentuk sinusoidal, sedangkan untuk listrik DC tidak terdapat nilai-nilai tersebut. Prinsip kerja voltmeter hampir sama dengan ampermeter karena desainnya juga terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier. Galvanometer menggunakan prinsip hukum lorenzt dimana interaksi antara medan magnet dan kuat arus akan menimbulkan gaya magnetic. Gaya magnetik inilah yang menggerakkan jarum penunjuk sehingga menyimpang pada saat dilewati oleh arus yang melewati kumparan. Makin besar kuat arus makin besar pula penyimpangannya (Sharma, 1994). 2.4 Hukum Faraday Aspek ganda sel elektrokimia (galvani dan elektrolisis) segera disadari setelah penemuan sel tersebut pada tahun 1800 oleh Alessandro Volta. Volta membuat sebuah “aki” yang terdiri dari sejumlah lembaran perak dan seng yang dipisahkan satu sama lainnya oleh lembaran kertas berpori yang dibasahi oleh 6 larutan garam. Sekitar tahun 1870, Sir Humphry Davy telah membuat unsur natrium dan kaliun dengan menggunakan sebuah aki untuk mengelektrolisis masing-masing hidroksidanya. Akan tetapi, dasar ilmiah sel elektrokimia yang digunakan tidak jelas. Penelitian Michael Faraday menunjukkan hubungan kuantitatif langsung antara jumlah zat yang bereaksi di katoda dan anoda serta muatan listrik total yang melewati sel. Pengamatan ini merupakan inti dari Hukum Faraday yang dinyatakan sebagai: “Massa zat tertentu yang dihasilkan atau dipakai pada suatu elektroda berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang melalui sel. Massa ekivalen zat yang berbeda dihasilkan atau dipakai pada elektroda dengan melewatkan sejumlah tertentu muatan listrik melalui sel ” Hukum ini ditemukan pada tahun 1833 lebih dari setengah abad sebelum elektron ditentukan dan dasar atom kelistrikan dipahami (Oxtoby, 1999). Muatan e untuk sebuah elektron tunggal (dinyatakan dalam coulomb) telah ditentukan dengan akurt menjadi : e = 1,6021773 x 10-19 C sehingga jumlah muatan yang ditunjukkan oleh 1 mol elektron adalah : Q = 96.485,31 C mol-1 = 96.500 C Jumlah muatan ini disebut tetapan Faraday. Arus listrik adalah jumlah muatan yang mengalir melalui sebuah rangkaian per satuan waktu. Jika Q adalah besarnya muatan dalam Coulomb dan t adalah waktu dalam detik yang diperlukan untuk melalui sebuah titik dalam rangkaian, maka arus I adalah: I= Q t .....................................................................(2.1) Dimana satuan untuk I adalah ampere (A) atau Coulomb/detik. Selain itu apabila arus I mengalir dalam t detik maka pada kutub negatif (katoda) terdapat endapan seberat W : W = a I t ................................................................(2.2) Dimana : W : Massa Endapan (gram) 7 a : Massa Ekivalen (Ar/valensi atau Mr/valensi) I : Kuat arus (Ampere) T : Waktu (s) (Oxtoby, 1999). 2.5 Arus Listrik Dalam Larutan Elektrolit Arus listrik adalah gerakan sebarang dari muatan yang mengalir dari satu daerah ke daerah lainnya. Pergerakan muatan biasanya terjadi pada bahan yang biasa disebut konduktor. Bahan konduktor biasanya terdiri dari logam dan biasanya dalam logam tersebut terdapat sejumlah elektron yang bergerak bebas didalam material tersebut. Elektron-elektron bebas tersebut bergerak secara acak dalam semua arah mirip seperti molekul-molekul sebuah gas tetapi dengan laju yang jauh lebih besar (Zemansky, 2006). Dalam material pengangkut arus yang berbeda, muatan partikel yang bergerak tersebut dapat berupa muatan positif maupun negatif. Dalam logam muatan yang bergerak selalu elektron (negatif), sedangkan dalam gas yang terionisasi (plasma) atau larutan ion muatan yang bergerak dapat memasukkan kedua elektron dan ion bermuatan positif. Sebaliknya dalam konduktor elektrolit yang termasuk larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah, garam lebur/cair, berapa garam padat misalnya NaCl dan AgNO3, perpindahan elektron berlangsung dengan suatu perpindahan ion-ion baik positif maupun negatif ke arah elektrode. Perpindahan ini tidak hanya melibatkan perpindahan listrik dari suatu elektrode ke elektrode lainnya tetapi juga suatu perpindahan zat dari suatu bagian konduktor ke bagian lainnya (Zemansky, 2006). 8 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah voltameter tembaga dengan perlengkapannya satu set, satu buah amperemeter, satu set timbangan analis, satu buah tahanan geser, satu buah adaptor, satu buah stopwatch, satu buah tahanan variable 10x10 (Rv). 3.2 Cara Kerja + + + + A + Rv + E + + Rg Gambar 1 Set Up Alat Voltameter Cara melakukan percobaan ini adalah pertama, dihitung arus maksimum, dengan diukur luas permukaan katoda bila kepadatan arus 0,01-0,02 A/cm2. Kedua, dibersihkan elektroda dengan kertas gosok, massa elektroda diukur dengan neraca analitis. Ketiga, dibuat rangkaian seperti gambar 3.2 , digunakan variasi i ditentukan dengan diatur Rv. Kemudian dicatat harga amperemeter dan diusahakan harga i tetap dengan Rg diatur. Keempat, setelah ± 10 menit, diputus aliran listrik lalu katoda dikeringkan dan ditimbang massa endapan yang menempel pada katoda. Kelima, dilakukan langkah 2-4 sebanyak tiga kali dengan selang waktu yang sama. Keenam, dilakukan langkah 2-5 untuk lempenagn katoda yang berbeda. 9 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Berikut ini adalah analisa data hasil percobaan yang telah dilakukan: Tabel 1 Data Hasil Percobaan Lempengan Dua Sebagai Katoda Perc. i Massa awal Massa akhir G t a ke (A) (mg) (mg) (mg) (detik) (mg/C) 1 0,26 83000 83 0 600 0,3294 2 0,26 82800 83,1 0,3 600 0,3294 3 0,26 82900 83,1 0,2 600 0,3294 Harga i maksimum pada lempengan dua sebagai katoda Diketahui: Panjang lempengan tercelup = 3,8 cm Lebar lempengan tercelup = 8,2 cm Kepadatan arus = 0,01-0,02 A/cm2 Maka, i maksimum0,01 = 2 x luas lempengan x kepadatan arus = 2 x (3,8 x 8,2) x 0,01 = 0,6232 A i maksimum0,02= 2 x luas lempengan x kepadatan arus = 2x (3,8 x 8,2) x 0,02 = 1,2464 A Jadi, i maksimum adalah antara 0,6232 A - 1,2464 A Tabel 2 Data Hasil Percobaan Lempengan Satu Sebagai Katoda Perc. i Massa awal Massa akhir G t a ke (A) (mg) (mg) (mg) (detik) (mg/C) 1 0,26 78200 78300 100 600 0,3294 2 0,26 78150 78200 50 600 0,3294 10 Harga i maksimum pada lempengan satu sebagai katoda Diketahui: Panjang lempengan tercelup = 4,2 cm Lebar lempengan = 8,2 cm Kepadatan arus = 0,01-0,02 A/cm2 Maka, i maksimum0,01 = 2 x luas lempengan x kepadatan arus = 2 x (4,2 x 8,2) x 0,01 = 0,6888 A i maksimum0,02 = 2 x luas lempengan x kepadatan arus = 2x (4,2 x 8,2) x 0,02 = 1,3776 A Jadi, i maksimum adalah antara 0,6888 A - 1,3776 A 4.2 Perhitungan 4.2.1 Perhitungan Mencari Nilai Arus Listrik (i) dengan Katoda Lempengan Dua Nilai arus listrik (i) pada percobaan ini, dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut: G=iat Sehingga, i = G/(a t) Contoh perhitungan: Diketahui: Massa awal lempengan = 82800 mg Waktu (t) = 600 detik Massa akhir lempengan = 83100 mg Ekuivalen Cu (a) = 0,3294 mg/C Massa endapan (G) = massa akhir – massa awal = 83100 – 82800 = 300 mg Ditanya: i =...... Jawab: i = = 𝐺 𝑎𝑡 300 0,3294 (600) = 1,52 A 11 Dengan perhitungan yang sama maka didapat data sebagai berikut: Tabel 3 Data Hasil Perhitungan Arus Listrik (i) Lempengan Dua Sebagai Katoda Perc. a Massa awal Massa akhir G t i ke (mg/C) (mg) (mg) (mg) (detik) (A) 1 0,3294 83000 83000 0 600 0,0 2 0,3294 82800 83100 300 600 1,5 3 0,3294 82900 83100 200 600 1,0 4.2.2 Perhitungan Mencari Nilai Arus Listrik (i) dengan Katoda Lempengan satu Nilai arus listrik (i) pada percobaan ini, dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut: G=iat Sehingga, i = G/(a t) Contoh perhitungan: Diketahui: Massa awal lempengan = 78150 mg Waktu (t) = 600 detik Massa akhir lempengan = 78200 mg Ekuivalen Cu (a) = 0,3294 mg/C Massa endapan (G) = massa akhir – massa awal = 78200 – 78150 = 50 mg Ditanya: i =...... Jawab: i = = 𝐺 𝑎𝑡 50 0,3294 (600) = 0,3 A Dengan perhitungan yang sama maka didapat data sebagai berikut: 12 Tabel 4 Data Hasil Perhitungan Arus Listrik (i) Lempengan Satu Sebagai Katoda Perc. a Massa awal Massa akhir G t i ke (mg/C) (mg) (mg) (mg) (detik) (A) 1 0,3294 78200 78300 100 600 0,5 2 0,3294 78150 78200 50 600 0,3 4.3 Pembahasan Pada percobaan voltameter ini bertujuan agar mendapatkan keseksamaan arus listrik dari penunjukkan jarum amperemeter dengan berdasarkan perhitungan secara teori. Pada percobaan kali ini digunakan voltameter tembaga untuk mengukur besar tegangan listrik pada larutan, amperemeter berfungsi sebagai pengukuran arus listrik yang mengalir pada rangkaian, timbangan analitis digunakan untuk mengukur besar massa awal lempengan katoda dan massa akhir katoda yang terdapat endapan Cu, tahanan geser (Rg) berfungsi untuk mengatur arus listrik yang mengalir pada rangkaian agar tetap stabil, stopwatch digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan untuk mengalirkan arus listrik (dalam percobaan ini selama 10 menit), tahanan variabel (Rv) berguna untuk mengatur variasi arus listrik yang akan dialirkan ke rangkaian. Dalam percobaan voltameter ini terjadi perubahan secara fisika dan kimia. Perubahan secara kimia terjadi apabila suatu zat mampu menghasilkan zat baru pada percobaan ini perubahan secara kimia terjadi saat reaksi yang disebut reaksi reduksi dan oksidasi berlangsung. Reaksi reduksi oksidasi ini bisa terjadi karena pada sel elektrolisis yang berupa CuSO4 dicelupkan elektroda inert. Elektroda inert ini yaitu elektroda yang tidak mampu bereaksi dengan sel elektrolisis CuSO4. Ketika dialiri arus listrik pada elektroda terjadi reaksi yaitu pada elektroda positif (anoda) terjadi reaksi oksidasi atau pelepasan elektron sebesar 2e- . Dalam percobaan ini yang teroksidasi adalah air, karena pada SO42- bilangan oksidasinya telah mencapai keadaan maksimum sehingga SO42- tidak dapat teroksidasi. Karena anoda adalah bermuatan positif maka anoda menarik SO42- . Lalu elektron 13 pada SO42- dialirkan melalui rangkaian listrik menuju elektroda negatif (katoda). Pada katoda yang bermuatan negatif (katoda) makan ion yang ditarik adalah Cu2+, pada penarikan ion di katoda ini terjadi reaksi secara reduksi atau penangkapan elektron sebesar 2e- sehingga ion Cu2+ menjadi tereduksi dan menghasilkan endapan pada elektroda berupa endapan Cu. Berikut ini adalah reaksi reduksioksidasi uyang terjadi: CuSO4(aq Cu2+ + SO42- Pada anoda: H2O(l) 2H+(aq) + O2(g) + 2e Pada katoda: Cu2(aq)+ + 2e Cu(s) Selain itu, terjadi pula perubahan secara fisika yaitu perubahan yang bersifat sementara pada percobaan ini terjadi saat pembentukan endapan pada elektroda yaitu pembentukan endapan Cu yang berasal dari Cu2+ yang tereduksi. Dalam percobaan ini didapatkan data berupa besar arus listrik (i) yang diukur berdasarkan penunjukkan amperemeter dan besar massa endapan (G) yang diukur dengan neraca analitis. Penentuan nilai arus listrik (i) berdasarkan perhitungan dapa diperoleh berdasarkan data percobaan yaitu endapan (G), waktu yang telah ditentukan dimana pada percobaan ini waktu yang ditentukan sebesar 10 menit (600 detik) serta nilai a pada Cu yang sudah diketahui sebesar 0,3294. Kemudian arus listrik yang dihitung tersebut dapat dibandingkan dengan besar arus listrik berdsarkan penunjukkan jarum amperemeter. Pada percobaan katoda lempengan dua pada amperemeter didapatkan rata rata ketiga percobaan arus listrik sebesar 0,26A sedangkan pada hasil perhitungan arus listrik sebesar 0,83A (rata-rata dari tiga percobaan). Namun pada percobaan yang pertama arus listrik pada perhitungan bernilai 0 karena tidak terdapat endapan. Diasumsikan hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu praktikan kurang teliti dalam melakukan percobaan, alat yang digunakan tidak berfungsi secara maksimal, dan ketidakstabilan arus listrik. Pada percobaan kedua dengan katoda lempengan satu pada amperemeter didapatkan rata rata arus listrik sebesar 0,26A sedangkan pada perhitungan sebesar 0,4A (rata-rata dari dua percobaan). Berdasarkan analisa data tersebut jika arus listrik yang diperoleh dari perhitungan dibandingkan dengan hasil percobaan, arus listrik pada perhitungan 14 terlihat lebih besar. Diasumsikan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, kurang bersihnya dalam penggosokan katoda, ketidakstabilan arus listrik, alat yang digunakan tidak berfungsi secara maksimal, dalam menekan stopwatch tidak bersamaan dengan pemberian dan penghentian arus, keakuratan alat ukur dan kurang telitinya praktikan dalam melakukan percobaan. Dalam melakukan percobaan ini banyak sekali kendala yang dialami oleh praktikan yaitu pada saat awal terjadinya kesalahan dalam merangkai alat, power supply yang digunakan tidak berfungsi sehingga harus mengganti yang baru berkali-kali, alat-alat yang lain tidak berfungsi secara maksimal. Sehingga dalam melakukan percobaan ini kurang maksimal dan data yang dihasilkan kurang akurat 15 BAB V KESIMPULAN a. Kurang adanya keseksamaan yang didapat berdasarkan perbandingan arus listrik amperemeter dan berdasarkan perhitungan secara teori. b. Besar arus listrik berdasarkan perhitungan secara teori lebih besar daripada arus listrik penunjukkan amperemeter. c. Pada percobaan pertama yaitu pada lempengan dua sebagai elektroda didapatkan rata-rata nilai ketiga arus listrik berdasarkan percobaan sebesar 0,26 A dan rata-rata nilai ketiga arus listrik berdasarkan perhitungan sebesar 0,83 A. d. Pada percobaan kedua yaitu pada lempengan satu sebagai elektroda didapatkan rata-rata nilai kedua arus listrik berdasarkan percobaan sebesar 0,26 Adan rata-rata nilai kedua arus listrik berdasarkan perhitungan sebesar 0,4 A. e. Faktor yang mempengaruhi ketidakseksamaan antara lain : - Terjadinya kesalahan dalam merangkai alat - Power supply yang digunakan tidak berfungsi - Alat-alat yang lain tidak berfungsi secara maksimal 16 DAFTAR PUSTAKA Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga. Cutnell. (1995). Physics. New York: John Wiley & Sons, Inc. Oxtoby. (1999). Principles Of Modern Chemistry. San Diego: Harcourt Brace College. Sharma. (1994). A Textbook Of Physical Chemistry. New Delhi: Vikas Publishing House PVT LTD. Tipler, P. A. (2008). Physics For Scientist and Engineers. New York: W.H Freeman and Company. Wolfson, R. (1990). Physics Extended With Modern Physics. United Kingdom: HarperCollins Publisher. Zemansky, S. (2006). Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga. 17 LAMPIRAN RALAT PERHITUNGAN 1.1.1 Ralat Perhitungan Arus Listrik pada Lempengan Dua sebagai Katoda Berikut ini adalah hasil perhitungan ralat arus listrik pada lempengan dua sebagai katoda: Tabel 1. Data ralat perhitungan arus listrik pada lempengan dua sebagai katoda. i (arus listrik) i- 𝑖̅ (i- 𝑖̅)2 (A) (A) (A) 1 0,000 -0,843 0,711 2 1,518 0,675 0,455 3 1,012 0,169 0,028 Perc. Ke ∑(i − 𝑖̅)2 = 1,184 𝑖̅= 0,843 Ralat mutlak: ∆ = [ =[ ∑(i− 𝑖̅)2 1/2 𝑛(𝑛−1) ] 1,184 1/2 6 ] = 0,444 ∆ Ralat nisbi: I = x 100% 𝑖̅ = 0,444 0,843 x 100% = 52,669% Keseksamaan: K = 100% - I = 100% - 52,669% = 47,331% Hasil = (0,843 ± 0,444) Jadi, arus listrik yang sebenarnya terletak antara (0,843 - 0,444) A dan (0,843 + 0,444) A 18 1.1.2 Ralat Perhitungan Arus Listrik pada Lempengan Satu sebagai Katoda Berikut ini adalah hasil perhitungan ralat arus listrik pada lempengan satu sebagai katoda: Tabel 1. Data ralat perhitungan arus listrik pada lempengan satu sebagai katoda. i (arus listrik) i- 𝑖̅ (i- 𝑖̅)2 (A) (A) (A) 1 0,506 0,126 0,016 2 0,253 O,127 0,016 Perc. Ke ∑(i − 𝑖̅)2 = 0,032 𝑖̅= 0,380 Ralat mutlak: ∆ = [ =[ ∑(i− 𝑖̅)2 1/2 𝑛(𝑛−1) ] 0,032 1/2 2 ] = 0,126 ∆ Ralat nisbi: I = x 100% 𝑖̅ = 0,126 0,380 x 100% = 33,158% Keseksamaan: K = 100% - I = 100% - 33,158% = 66,842% Hasil = (0,380 ± 0,126) Jadi, arus listrik yang sebenarnya terletak antara (0,380 - 0,126) A dan (0,380 + 0,126) A 19