7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Penelitian Relevan 1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Penelitian Relevan
1. Kajian Teori
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Banyak peneliti atau para ahli yang menjelaskan mengenai model
pembelajaran kooperatif, dari penjabaran beberapa peneliti atau para ahli
mempunyai inti yang tidak jauh bebeda. Berikut ini adalah pengertian
tentang model pembelajaran kooperatif menurut para ahli:
Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, Agus, 2010: 54).
Mengelompokkan
siswa
dan
mengingstruksikan
kegiatan
tertentu
merupakan salah satu strategi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Seperti yang dijelasakan oleh Depdiknas, “Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar” (2003: 5).
Menurut Jhonson bahwa pembelajaran kooperatif merupakan upaya
mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar
siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka
memiliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Isjoni,
2007: 17). Jadi dari pendapat tersebut pembelajaran kooperatif tidak
menggunakan sistem belajar kelompok besar tetapi lebih dipersempit
ruangnya menjadi kelompok kecil didukung oleh pendapat Slavin (Isjoni,
2011: 15) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil
7
8
berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta
didik lebih bergairah dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan adanya pengelompokan siswa. Pada setiap kelompok
terdapat perbedaan kemampuan antara siswa satu dengan yang lain (tinggi,
rendah dan sedang). Usaha guru dalam menyusun strategi pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan siswa merupakan tujuan dari pembelajaran
kooperatif.
Dari berbagai pendapat diatas disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok yang saling bekerja sama berjumlah 4-6 orang dan mengikuti
instruksi atau perintah dari guru untuk mencapai tujuan yang direncanakan.
b. Metode Demonstrasi
1) Pengertian
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
disajikan (Muhibbin Syah, 2002: 208). Metode demonstrasi adalah cara
mengajar guru dengan menunjukan atau memperlihatkan suatu proses
sehingga siswa dapat melihat, mengamati, mendengar, meraba-raba dan
merasakan proses yang dipertunjukan oleh guru (M. Subana dan Sunarti.
2008: 110). Metode pembelajaran ini menggali rasa ingin tahu dan
mengajarkan urutan kegiatan sehingga siswa diharapkan mudah dalam
menerima pelajaran.
Metode demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian
pelajaran
dengan
cara
memperagakan
bagaimana
membuat,
mempergunakan serta pempraktekan suatu benda atau alat baik asli
maupun tiruan atau bagaimana mengerjakan suatu perbuatan atau
9
tindakan yang mana dalam memperagakan disertai dengan penjelasan
lisan (Darwyn Syah, 2007: 152). Senada dengan pendapat Amiruddin
Rasyad, “Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan
memperagakan,
mempertunjukkan
atau
memperlihatkan
sesuatu
dihadapan murid di kelas atau diluar kelas” (2002: 8). Jadi bisa dikatakan
metode
demonstrasi
melatih
kemampuan
kognitif,
afektif
dan
psikomotorik siswa dalam proses pembelajaran.
Metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahanbahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses
maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta
didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala
benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil
kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan (Syaiful, 2008 : 210).
Dengan menggunakan metode demonstrasi pada dasarnya
digunakan
untuk
mempermudah
dalam
proses
pembelajaran.
Pembelajaran menggunakan peragaan lebih cepat menangkap materi
pelajaran karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran itu
sendiri. Metode demonstrasi sangat efektif sebab membantu siswa untuk
mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar.
Dari berbagai pendapat diatas disimpulkan bahwa metode
demonstrasi adalah pembelajaran yang dilakukan guru dengan cara
memperagakan, mempraktekan suatu benda atau alat baik itu asli maupun
tiruan dengan penjelasan lisan sesuai pokok bahasan atau materi yang
disajikan.
2) Langkah-langkah
Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi (Darwyn
Syah, 2007:152) :
a) Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
(1) Menetapkan tujuan demonstrasi.
(2) Menetapkan langkah-langkah demonstrasi.
(3) Menyiapkan alat atau benda yang dibutuhkan untuk demonstrasi.
10
b) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi
(1) Mendemonstrasikan sesuatu dengan tujuan yang disertai dengan
penjelasan lisan.
(2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab.
(3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan
mempraktekkan.
c) Tahap Mengakhiri Demonstrasi
(1) Menugaskan kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan apa
yang telah diperagakan.
(2) Melakukan penilaian terhadap tugas yang telah diberikan dalam
bentuk karya atau perbuatan.
3) Manfaat Metode Demonstrasi
Menurut S. Nasution yang dikutip Muhibbin Syah (2002:210)
yang secara khusus menyoroti manfaat metode demonstrasi dengan
menggunakan alat peraga berpendapat, bahwa metode ini dapat :
a) Menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut melakukan kegiatan
peragaan.
b) Menghemat waktu belajar di kelas.
c) Menjadikan hasil yang mantap dan permanen.
d) Membangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa.
e) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.
4) Kelebihan Metode Demonstrasi
Kelebihan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2008: 211):
a) Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting
oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teiti.
Disamping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada
proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainnya.
b) Dapat membimbing siswa kearah berfikir yang sama dalam satu
saluran pikiran yang sama.
c) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam
waktu yang panjang dan dapat diperlihatkan melalui demonstrasi
dengan waktu yang pendek
d) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapat
gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
e) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
f) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan
dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
11
5) Kekurangan Metode Demonstrasi
Kekurangan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2008: 211):
a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau
mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan
kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol.
b) Untuk mengadakan demonstrasi digunakan alat-alat yang khusus,
kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan
metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat
diamatisecara seksama.
c) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang
didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini
banyak diabaikan oleh peserta didik.
d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan didalam kelas.
e) Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika
proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.
f) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian
dan kesabaran.
c. Metode Example non Example
1) Pengertian
Menurut Susanti (2014) “Example untuk memberikan gambaran
akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang
dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu
yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas”. Dari
pendapat tersebut example memberikan gambaran terkait materi dan
sebaliknya non-example memberi gambaran namun tidak berkaitan
dengan materi didukung oleh pendapat Warsita.
Pengertian Model Examples non examples juga dikemukakan oleh
Warsita (2008: 277) bahwa:
Contoh (examples) dan noncontoh (nonexamples) adalah benda atau
kegiatan yang ada di sekitar peserta didik sebagai wujud materi
pembelajaran yang sedang diuraikan baik bersifat positif maupun
negatif. Maka guru perlu memberi contoh dan noncontoh yang praktis
dan konkret dari uraian konsep yang masih abstrak agar peserta didik
jelas.
12
Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan
media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan
mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh
gambar yang disajikan.
Dari berbagai pendapat diatas disimpulkan bahwa metode metode
example non example adalah metode pembelajaran yang menggunakan
gambar terkait materi pelajaran maupun tidak terkait materi pelajaran
sebagai media pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong siswa
belajar berfikir kritis dalam memecahkan masalah.
2) Langkah-langkah
Menurut (Agus Suprijono, 2009 : 125) Langkah – langkah model
pembelajaran Examples Non Examples, diantaranya:
a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Gambar-gambar yang digunakan tentunya merupakan
gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan
kompetensi dasar.
b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui
LCD/OHP/In Focus pada tahap ini guru dapat meminta bantuan siswa
untuk mempersiapkan gambar dan membentuk kelompok siswa.
c) Guru memberi petunjuk dan kesempatan kepada peserta didik untuk
memperhatikan/menganalisa gambar. Peserta didik diberi waktu
melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama agar
detil gambar dapat dipahami oleh peserta didik, dan guru juga
memberi deskripsi tentang gambar yang diamati.
d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan
sebaiknya disediakan guru.
e) Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil
diskusinya. dilatih peserta didik untuk menjelaskan hasil diskusi
mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing.
f) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai
menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
g) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
13
3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Example non Example
Menurut Buehl dalam (Apriani, dkk, 2007: 219) mengemukakan
kelebihan model example non example antara lain:
a) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan
lebih kompleks.
b) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari example dan non example
c) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian
non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian
yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan
pada bagian example.
Sedangkan kekurangan yang terdapat dalam motode pembelajaran
example non example antara lain:
a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar/alat
peraga.
b) Memakan waktu yang lama.
d. Motivasi Belajar
Dalam Sardiman (2006: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pendapat tersebut dorongan
yang ada pada diri seseorang menimbulkan perasaan untuk bertindak atau
bergerak menuju tujuan tertentu.
Dimyati dan Mudjiono (2002: 80) mengutip pendapat Koeswara
mengatakan
bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental,
kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di
dalam diri seorang
terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu
dalam belajar. Adanya dorongan atau keinginan dari dalam pribadi individu
juga dijelaskan oleh Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong
atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan
tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi
14
yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang
disebut motivasi.
Pada dasarnya motivasi belajar timbul dari berbagai macam, salah
satunya dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya kemauan
atau keinginan untuk mencapai tujuan dalam hal ini adalah motivasi untuk
belajar.
Dari berbagai pendapat mengenai motivasi belajar dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar adalah suatu keinginan, dorongan, dan kekuatan
yang berasal dari dalam diri setiap individu yang menggerakan sikap dan
perilaku ke arah suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini tujuan yang dicapai
adalah belajar.
1) Jenis Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 86) motivasi sebagai
kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
a) Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif
dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani
manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku
terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan
dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu
dan sebagainya.
b) Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan
dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen
penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi
sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha
pencapaian prestasi belajar.
15
2) Sifat Motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari
dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa. Yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:90).
a) Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu
sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang
siswa mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia termotivasi untuk
mengetahui isi atau bahan beripa pengetahuan yang ia dapatkan.
b) Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar
perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan
dari luar, contoh: Ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena
takut mendapatkan hukuman.
3) Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi :
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi.
b) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai.
c) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan
menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
4) Ciri-ciri Motivasi
Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki
ciri-ciri :
a) Tekun menghadapi tugas.
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
16
d) Lebih senang bekerja mandiri.
e) Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin.
f) Dapat mempertahankan pendapatnya.
g) Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini.
h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
e. Prestasi Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2008: 91) prestasi belajar adalah taraf
keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi pelajaran tertentu. Pendapat ini berarti prestasi belajar akan
didapatkan oleh siswa setelah melakukan serangkaian pembelajaran dan
dinyatakan dalam bentuk skor. Sedangkan Winkel dalam Sunarto (2009)
menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar
atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
sesuai dengan bobot yang dicapainya. Pada dasarnya prestasi belajar sebagai
tolak ukur kemampuan siswa setelah melakukan serangkaian kegiatan
pembelajaran
Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam
melakukan kegiatan belajar (Siti Pratini, 2005). Pendapat ini berarti prestasi
belajar tidak akan dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan kegiatan
pembelajaran
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai seorang murid dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
skor.
1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Sesuai dengan pendapat Muhibbin Syah (2008: 132-139) dalam
bukunya “psikologi pendidikan” menjelaskan, ada 3 faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain:
17
a) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor atau penyebab yang
berasal dari dalam diri setiap individu tersebut, seperti aspek
pisiologis dan aspek psikologis.
(1) Aspek pisiologis
Aspek pisiologis ini meliputi konsisi umum jasmani dan
tonus (tegangan otot) yang menunjukkan kebugaran organorgan tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah
akan berdampak secara langsung pada kualitas penyerapan
materi pelajaran, untuk itu perlu asupan gizi yang dari makanan
dan minuman agar kondisi tetap terjaga. Selain itu juga perlu
memperhatikan waktu istirahat yang teratur dan cukup tetapi
harus disertai olahraga ringan secara berkesinambungan. Hal
ini penting karena perubahan pola hidup akan menimbulkan
reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental.
(2) Aspek psikologis
Banyak faktor yang masuk dalam aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran,
berikut faktor- faktor dari aspek psikologis seperti intelegensi,
sikap, bakat, minat dan motivasi.
b) Faktor eksternal
Faktor eksternal dibagi menjadi 2 macam, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan
sosial ini meliputi lingkungan orang tua dan keluarga, sekolah serta
masyarakat.
Lingkungan sosial yang paling banyak berperan dan
mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah lingkungan orang tua
dan keluarga. Siswa sebagai anak tentu saja akan banyak meniru
18
dari lingkungan terdekatnya seperti sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga.
Semuanya dapat memberi dampak dampak baik ataupun buruk
terhadap kegiatan belajar dan prestasi yang dapat dicapai siswa.
Lingkungan sosial sekolah meliputi para guru yang harus
menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta menjadi
teladan dalam hal belajar, staf-staf administrasi di lingkungan
sekolah, dan teman-teman di sekolah dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa.
Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi karena
siswa juga berada dalam suatu kelompok masyarakat dan temanteman sepermainan serta kegiatan-kegiatan dalam kehidupan
bermasyarakat dan pergaulan sehari-hari yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar.
Selain faktor sosial seperti dijelaskan di atas, ada juga faktor
non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial
adalah gedung sekolah dan bentuknya, rumah tempat tinggal, alat
belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa.
c) Faktor pendekatan belajar
Selain faktor internal dan faktor eksternal, faktor pendekatan
belajar
juga
mempengaruhi
keberhasilan
dalam
proses
pembelajaran. Menurut hasil penelitian Biggs (1991) dalam
Muhibbin Syah (2008: 139) memaparkan bahwa pendekatan belajar
dikelompokkan jadi 3 yaitu pendekatan surface (permukaan/bersifat
lahiriah dan dipengaruhi oleh faktor luar), pendekatan deep
(mendalam dan datang dari dalam diri individu), dan pendekatan
achieving (pencapaian prestasi tinggi/ambisi pribadi).
19
f. Alat Peraga
Menurut Agus (2007: 91) bahwa alat peraga merupakan hasil
rancangan dan buatan sendiri. Alat peraga sederhana relatif mudah dibuat
oleh guru bahkan siswa dengan kreatifitas dan biaya pembuatan yang relatif
sangat murah. Dari pendapat tersebut alat peraga dibuat guru untuk
membantu penyampaian materi pada proses pembelajaran, sejalan dengan
pendapat sudjana (2009) Pengertian alat peraga pendidikan adalah suatu alat
yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar
proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.
Lebih lanjut Agus (2007: 91) menyatakan bahwa guru hendaknya
mampu membuat alat peraga sederhana meskipun dengan mencontoh
karya cipta orang lain dan tidak harus membeli. Pembuatan alat peraga
sederhana dapat ditempuh dengan biaya rendah misalnya dengan
memanfaatkan barang-barang bekas. Sehingga alat peraga yang
dibutuhkan tidak selamanya hanya dipenuhi dengan biaya tinggi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa alat peraga
memiliki arti yaitu seperangkat alat yang dirancang guru untuk
mempermudah dalam proses pembelajaran agar lebih efektif dan
menumbuhkan minat siswa dalam mendalami materi.
Alat peraga sederhana memiliki manfaat antara lain (Agus, 2007:93):
1) Memberikan daya tarik tersendiri dan hampir semua siswa melibatkan
diri dalam pembuatan, peraga alat, ataupun pengamatan.
2) Suasana belajar didalam kelas akan hidup.
3) Siswa akan memperoleh tambahan informasi atau pengetahuan dari apa
yang didengar, dibaca, dikerjakan, diamati, dan didiskusikan. Proses
tersebut memungkinkan seluruh potensi siswa dapat berperan secara
optimal dalam memahami dan bahkan menemukan informasi baru.
Siswa dituntun untuk mengerti apa yang dipelajarinya dan tidak sekedar
mengingatnya saja.
4) Informasi atau pengetahuan yang diperoleh siswa akan tersimpan lama
dalam ingatan siswa karena aktivitas belajar yang dilakukan merupakan
pengalaman yang unik (contohnya membuat dan memakai alat peraga
buatan sendiri).
5) Mengurangi kesenjangan yang mencolok dalam penguasaan materi
pelajaran antara siswa cerdas dan siswa yang kurang cerdas karena
20
siswa memperoleh pengalaman dan informasi dengan proses
pembelajaran yang sama.
6) Dapat meringankan tugas guru dalam menyajikan materi. Guru cukup
bertindak sebagai fasilitator dan rekan berdiskusi bagi siswa. Sehingga
tidak perlu mendominasi kegiatan pembelajaran.
g. Menggambar Interior dan Eksterior Bangunan
Mata pelajaran Menggambar Interior dan Eksterior Bangunan
merupakan mata pelajaran produktif siswa kelas XI program keahlian
Teknik Gambar Bangunan.
Silabus mata pelajaran Menggambar Interior dan Eksterior Bangunan
berdasarkan kurikulum 2013 mencakup kompetensi inti dan kompetensi
dasar sebagai berikut:
Kompetensi Inti:
1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
dan pro-aktif.
3) Menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual
dan
procedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan.
4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri.
Kompetensi Dasar
1. 1.1. Meyakini penciptaan alam semesta sebagai anugerah yang harus
dijaga dan dipelihara keselarasannya dengan menunjukkan perilaku
hati-hati, tidak berlebihan, dan berwawasan lingkungan dalam
menggambar interior dan eksterior bangunan gedung.
1.2. Menghayati sifat-sifat
Tuhan Yang Maha Indah dengan selalu
berupaya menghasilkan karya yang terbaik dalam menggambar
interior dan eksterior bangunan gedung.
2. 2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari.
21
2.2. Menunjukkan perilaku yang patut dan santun serta menghargai
kerja individu maupun kelompok dalam aktivitas sehari-hari.
3. 3.1. Menganalisis beragam desain interior berdasarkan konsep dan gaya
interior.
3.2. Menentukan elemen utama interior berdasarkan fungsi.
3.3. Menganalisis aktivitas dan kebutuhan fasilitas dalam menentukan
ruang pada interior.
3.4. Mengaitkan komposisi, harmoni, estetika dan fungsi interior.
3.5. Menganalisis elemen pendukung sesuai kebutuhan maupun konsep
dan gaya pada interior.
4. 4.1. Menalar konsep dan gaya interior disesuaikan dengan kondisi
dan
situasi lingkungan.
4.2. Menyajikan elemen utama interior disesuaikan dengan konsep dan
gaya interior.
4.3. Menalar
dan
menyajikan
pembagian
ruang
pada
berdasarkan fungsi dengan mempertimbangkan
interior
komposisi,
harmoni, dan estetika.
4.4. Menyajikan gambar dekorasi dan ornamen interior sesuai fungsi
ruang pada rumah tinggal, kantor, maupun ruang publik.
4.5. Menyajikan gambar interior dengan mempertimbangkan elemen
penunjang yang sesuai dengan kebutuhan maupun konsep dan gaya
yang ditentukan.
2. Penelitian Relevan
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada penelitian yang relevan.
Adapun penelitian yang digunakan yaitu :
a. Rubiyo
(2011)
PENGGUNAAN
dalam
penelitian
METODE
yang
berjudul
PEMBELAJARAN
“PENGARUH
DEMONSTRASI
TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI PADA SUB
22
KOMPETENSI PERBAIKAN/SERVIS SISTEM KOPLING DI SMK
MA’ARIF 1 NANGGULAN”
Penelitian ini pada dasarnya dipilih sebagai reverensi penggunaan
metode demonstrasi pada proses pembelajaran. Penelitian dilakukan dengan
membagi siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menggunakan media benda nyata
pada kegiatan belajarnya, sedangkan kelompok kontrol hanya menggunakan
metode ceramah pada kegiatan belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada perbedaan minat belajar siswa yang signifikan antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol sesudah menggunakan metode pembelajaran
demonstrasi.
b. Riska Aprilia Wardani (2011) dalam penelitian yang berjudul “PENGARUH
METODE DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA
KULIAH
ASKEB
II
PERSALINAN
(STANDART
ASUHAN
PERSALINAN NORMAL) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PADA
MAHASISWA
PRODI
KEBIDANAN
STIKES
DIAN
HUSADA
MOJOKERTO”
Dengan hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan penggunaan metode Demonstrasi dan metode ceramah terhadap
prestasi belajar Askeb II persalinan (Fhitung = 17,460 dengan nilai Signifikansi
= 0,000), terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara sisa yang
memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah terhadap prestasi belajar askeb II persalinan (Fhitung = 271,519
dengannilai Signifikansi = 0,000), tidak terdapat interaksi pengaruh yang
signifikan antara penggunaan metode mengajar dan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar askeb II persalinan (Fhitung = 0,012 dengan nilai Signifikasnsi =
0,913).
c. Apriana
Indi
Rigiyanta
(2012)
dalam
penelitian
yang
berjudul
“EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
23
AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA DAN GARAM KELAS
VII SMP NEGERI 1 SIWALAN TAHUN AJARAN 2011/2012”
Peneliti mengkaji bahwa pembelajaran Contextual Teaching and
Leaning (CTL) disertai kegiatan demonstrasi efektif diterapkan pada materi
pokok Asam, Basa dan Garam siswa kelas VII semester 1 Smp Negeri 1
Siwalan untuk meningkatkan prestasi belajar. Hal ini terlihat dari rata-rata
selisih prestasi kognitif sebesar 26,40 untuk kelas eksperimen dan 17,60 untuk
kelas kontrol. Rata-rata nilai afektif sebesar 95,67 untuk kelas eksperimen dan
91,90 untuk kelas kontrol, sedangkan berdasakan hasil uji t-pihak kanan,
diperoleh thitung sebesar 2,95 untuk prestasi kognitif dan 1,88 untuk nilai
afektif dengan ttabel sebesar 1,67 dengan taraf signifikansi 5%. Sehingga
peneliti memilih metode demonstrasi untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran.
d. Resty Dwi Nanda Safitri (2014)
dalam
penelitian
yang berjudul
“PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON
EXAMPLE TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
SISWA DI MAN YOGYAKARTA II”
Peneliti mengkaji bahwa pembelajaran cooperative learning tipe
example non example memberikan hasil yang signifikan terhadap motivasi
belajar siswa, hal ini terlihat dari nilai phitung sebesar 0,0006 (p < 0,025).
Sedangkan untuk hasil belajar biologi siswa diperoleh nilai phitung sebesar
0,640 (p > 0,025) yang berarti tidak terdapat pengaruh signifikan model
cooperative learning tipe example non example terhadap hasil belajar biologi
siswa. Hasil uji menunjukan bahwa penerapan model cooperative learning
tipe example non example berpengaruh terhadap motivasi belajar biologi
siswa tetapi tidak berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa.
e. Damiati (2013) dalam penelitian yang berjudul ”PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL
24
BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR
KELAS VII MTSN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER
GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013”
Analisis data menggunakan rumus t-tes. Hasil hitung menunjukkan
nilai t siswa pada materi bangun datar kelas VII MTsN Karangrejo
Tulungagung semester genap tahun ajaran 2012/2013. thitung > ttabel yaitu 3,313
> 1,671 yang artinya menolak H0 dan menerima H1, sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh penerapan model pembelajaran example non
example terhadap hasil belajar matematika.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode demonstrasi dan metode example non example dapat
meningkatkan hasil belajar dan mampu memberikan pengaruh positif terhadap
motivasi belajar siswa.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian teoritis yang telah diuraikan di atas maka kerangka
pemikiran penelitian ini sebagai berikut:
Perlakuan:
Metode Demonstrasi
Output:
Motivasi dan Prestasi
Belajar Siswa
Siswa Kelas XI
TGB SMK Negeri
2 Sukoharjo
Perlakuan:
Metode Example non Example
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
25
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat ditarik hipotesis
tindakan berupa:
1. Terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar menggunakan metode
demonstrasi dan metode example non example pada mata pelajaran
menggambar interior dan eksterior bangunan di kelas XI TGB SMK N 2
Sukoharjo.
2. Terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa menggunakan metode
demonstrasi dan metode example non example pada mata pelajaran
menggambar interior dan eksterior bangunan di kelas XI TGB SMK N 2
Sukoharjo.
Download