BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Penelitian Relevan 1. Kajian Teori a. Model Pembelajaran Kooperatif Banyak peneliti atau para ahli yang menjelaskan mengenai model pembelajaran kooperatif, dari penjabaran beberapa peneliti atau para ahli mempunyai inti yang tidak jauh bebeda. Berikut ini adalah pengertian tentang model pembelajaran kooperatif menurut para ahli: Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, Agus, 2010: 54). Mengelompokkan siswa dan mengingstruksikan kegiatan tertentu merupakan salah satu strategi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang dijelasakan oleh Depdiknas, “Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar” (2003: 5). Menurut Jhonson bahwa pembelajaran kooperatif merupakan upaya mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka memiliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Isjoni, 2007: 17). Jadi dari pendapat tersebut pembelajaran kooperatif tidak menggunakan sistem belajar kelompok besar tetapi lebih dipersempit ruangnya menjadi kelompok kecil didukung oleh pendapat Slavin (Isjoni, 2011: 15) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil 7 8 berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya pengelompokan siswa. Pada setiap kelompok terdapat perbedaan kemampuan antara siswa satu dengan yang lain (tinggi, rendah dan sedang). Usaha guru dalam menyusun strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa merupakan tujuan dari pembelajaran kooperatif. Dari berbagai pendapat diatas disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang saling bekerja sama berjumlah 4-6 orang dan mengikuti instruksi atau perintah dari guru untuk mencapai tujuan yang direncanakan. b. Metode Demonstrasi 1) Pengertian Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan (Muhibbin Syah, 2002: 208). Metode demonstrasi adalah cara mengajar guru dengan menunjukan atau memperlihatkan suatu proses sehingga siswa dapat melihat, mengamati, mendengar, meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukan oleh guru (M. Subana dan Sunarti. 2008: 110). Metode pembelajaran ini menggali rasa ingin tahu dan mengajarkan urutan kegiatan sehingga siswa diharapkan mudah dalam menerima pelajaran. Metode demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian pelajaran dengan cara memperagakan bagaimana membuat, mempergunakan serta pempraktekan suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan atau bagaimana mengerjakan suatu perbuatan atau 9 tindakan yang mana dalam memperagakan disertai dengan penjelasan lisan (Darwyn Syah, 2007: 152). Senada dengan pendapat Amiruddin Rasyad, “Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan memperagakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu dihadapan murid di kelas atau diluar kelas” (2002: 8). Jadi bisa dikatakan metode demonstrasi melatih kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam proses pembelajaran. Metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahanbahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan (Syaiful, 2008 : 210). Dengan menggunakan metode demonstrasi pada dasarnya digunakan untuk mempermudah dalam proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan peragaan lebih cepat menangkap materi pelajaran karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran itu sendiri. Metode demonstrasi sangat efektif sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Dari berbagai pendapat diatas disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah pembelajaran yang dilakukan guru dengan cara memperagakan, mempraktekan suatu benda atau alat baik itu asli maupun tiruan dengan penjelasan lisan sesuai pokok bahasan atau materi yang disajikan. 2) Langkah-langkah Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi (Darwyn Syah, 2007:152) : a) Tahap Persiapan Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan: (1) Menetapkan tujuan demonstrasi. (2) Menetapkan langkah-langkah demonstrasi. (3) Menyiapkan alat atau benda yang dibutuhkan untuk demonstrasi. 10 b) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi (1) Mendemonstrasikan sesuatu dengan tujuan yang disertai dengan penjelasan lisan. (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab. (3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan. c) Tahap Mengakhiri Demonstrasi (1) Menugaskan kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan apa yang telah diperagakan. (2) Melakukan penilaian terhadap tugas yang telah diberikan dalam bentuk karya atau perbuatan. 3) Manfaat Metode Demonstrasi Menurut S. Nasution yang dikutip Muhibbin Syah (2002:210) yang secara khusus menyoroti manfaat metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga berpendapat, bahwa metode ini dapat : a) Menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut melakukan kegiatan peragaan. b) Menghemat waktu belajar di kelas. c) Menjadikan hasil yang mantap dan permanen. d) Membangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa. e) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas. 4) Kelebihan Metode Demonstrasi Kelebihan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 211): a) Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teiti. Disamping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainnya. b) Dapat membimbing siswa kearah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. c) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dan dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek d) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapat gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. e) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak. f) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. 11 5) Kekurangan Metode Demonstrasi Kekurangan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 211): a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol. b) Untuk mengadakan demonstrasi digunakan alat-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamatisecara seksama. c) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh peserta didik. d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan didalam kelas. e) Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya. f) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. c. Metode Example non Example 1) Pengertian Menurut Susanti (2014) “Example untuk memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas”. Dari pendapat tersebut example memberikan gambaran terkait materi dan sebaliknya non-example memberi gambaran namun tidak berkaitan dengan materi didukung oleh pendapat Warsita. Pengertian Model Examples non examples juga dikemukakan oleh Warsita (2008: 277) bahwa: Contoh (examples) dan noncontoh (nonexamples) adalah benda atau kegiatan yang ada di sekitar peserta didik sebagai wujud materi pembelajaran yang sedang diuraikan baik bersifat positif maupun negatif. Maka guru perlu memberi contoh dan noncontoh yang praktis dan konkret dari uraian konsep yang masih abstrak agar peserta didik jelas. 12 Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Dari berbagai pendapat diatas disimpulkan bahwa metode metode example non example adalah metode pembelajaran yang menggunakan gambar terkait materi pelajaran maupun tidak terkait materi pelajaran sebagai media pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong siswa belajar berfikir kritis dalam memecahkan masalah. 2) Langkah-langkah Menurut (Agus Suprijono, 2009 : 125) Langkah – langkah model pembelajaran Examples Non Examples, diantaranya: a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar-gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan kompetensi dasar. b) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD/OHP/In Focus pada tahap ini guru dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar dan membentuk kelompok siswa. c) Guru memberi petunjuk dan kesempatan kepada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisa gambar. Peserta didik diberi waktu melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama agar detil gambar dapat dipahami oleh peserta didik, dan guru juga memberi deskripsi tentang gambar yang diamati. d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan sebaiknya disediakan guru. e) Tiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya. dilatih peserta didik untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing. f) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. g) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. 13 3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Example non Example Menurut Buehl dalam (Apriani, dkk, 2007: 219) mengemukakan kelebihan model example non example antara lain: a) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks. b) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example c) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example. Sedangkan kekurangan yang terdapat dalam motode pembelajaran example non example antara lain: a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar/alat peraga. b) Memakan waktu yang lama. d. Motivasi Belajar Dalam Sardiman (2006: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pendapat tersebut dorongan yang ada pada diri seseorang menimbulkan perasaan untuk bertindak atau bergerak menuju tujuan tertentu. Dimyati dan Mudjiono (2002: 80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar. Adanya dorongan atau keinginan dari dalam pribadi individu juga dijelaskan oleh Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi 14 yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi. Pada dasarnya motivasi belajar timbul dari berbagai macam, salah satunya dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya kemauan atau keinginan untuk mencapai tujuan dalam hal ini adalah motivasi untuk belajar. Dari berbagai pendapat mengenai motivasi belajar dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu keinginan, dorongan, dan kekuatan yang berasal dari dalam diri setiap individu yang menggerakan sikap dan perilaku ke arah suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini tujuan yang dicapai adalah belajar. 1) Jenis Motivasi Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 86) motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu: a) Motivasi Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya. b) Motivasi Sekunder Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar. 15 2) Sifat Motivasi Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa. Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:90). a) Motivasi Intrinsik Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahui isi atau bahan beripa pengetahuan yang ia dapatkan. b) Motivasi Ekstrinsik Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman. 3) Fungsi Motivasi Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi : a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. b) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai. c) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 4) Ciri-ciri Motivasi Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri : a) Tekun menghadapi tugas. b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 16 d) Lebih senang bekerja mandiri. e) Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin. f) Dapat mempertahankan pendapatnya. g) Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini. h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. e. Prestasi Belajar Menurut Muhibbin Syah (2008: 91) prestasi belajar adalah taraf keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Pendapat ini berarti prestasi belajar akan didapatkan oleh siswa setelah melakukan serangkaian pembelajaran dan dinyatakan dalam bentuk skor. Sedangkan Winkel dalam Sunarto (2009) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Pada dasarnya prestasi belajar sebagai tolak ukur kemampuan siswa setelah melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan belajar (Siti Pratini, 2005). Pendapat ini berarti prestasi belajar tidak akan dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan kegiatan pembelajaran Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai seorang murid dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor. 1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Sesuai dengan pendapat Muhibbin Syah (2008: 132-139) dalam bukunya “psikologi pendidikan” menjelaskan, ada 3 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain: 17 a) Faktor internal Faktor internal merupakan faktor atau penyebab yang berasal dari dalam diri setiap individu tersebut, seperti aspek pisiologis dan aspek psikologis. (1) Aspek pisiologis Aspek pisiologis ini meliputi konsisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menunjukkan kebugaran organorgan tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah akan berdampak secara langsung pada kualitas penyerapan materi pelajaran, untuk itu perlu asupan gizi yang dari makanan dan minuman agar kondisi tetap terjaga. Selain itu juga perlu memperhatikan waktu istirahat yang teratur dan cukup tetapi harus disertai olahraga ringan secara berkesinambungan. Hal ini penting karena perubahan pola hidup akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental. (2) Aspek psikologis Banyak faktor yang masuk dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran, berikut faktor- faktor dari aspek psikologis seperti intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. b) Faktor eksternal Faktor eksternal dibagi menjadi 2 macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial ini meliputi lingkungan orang tua dan keluarga, sekolah serta masyarakat. Lingkungan sosial yang paling banyak berperan dan mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah lingkungan orang tua dan keluarga. Siswa sebagai anak tentu saja akan banyak meniru 18 dari lingkungan terdekatnya seperti sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga. Semuanya dapat memberi dampak dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi yang dapat dicapai siswa. Lingkungan sosial sekolah meliputi para guru yang harus menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta menjadi teladan dalam hal belajar, staf-staf administrasi di lingkungan sekolah, dan teman-teman di sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi karena siswa juga berada dalam suatu kelompok masyarakat dan temanteman sepermainan serta kegiatan-kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat dan pergaulan sehari-hari yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Selain faktor sosial seperti dijelaskan di atas, ada juga faktor non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan bentuknya, rumah tempat tinggal, alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa. c) Faktor pendekatan belajar Selain faktor internal dan faktor eksternal, faktor pendekatan belajar juga mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Menurut hasil penelitian Biggs (1991) dalam Muhibbin Syah (2008: 139) memaparkan bahwa pendekatan belajar dikelompokkan jadi 3 yaitu pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah dan dipengaruhi oleh faktor luar), pendekatan deep (mendalam dan datang dari dalam diri individu), dan pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi/ambisi pribadi). 19 f. Alat Peraga Menurut Agus (2007: 91) bahwa alat peraga merupakan hasil rancangan dan buatan sendiri. Alat peraga sederhana relatif mudah dibuat oleh guru bahkan siswa dengan kreatifitas dan biaya pembuatan yang relatif sangat murah. Dari pendapat tersebut alat peraga dibuat guru untuk membantu penyampaian materi pada proses pembelajaran, sejalan dengan pendapat sudjana (2009) Pengertian alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Lebih lanjut Agus (2007: 91) menyatakan bahwa guru hendaknya mampu membuat alat peraga sederhana meskipun dengan mencontoh karya cipta orang lain dan tidak harus membeli. Pembuatan alat peraga sederhana dapat ditempuh dengan biaya rendah misalnya dengan memanfaatkan barang-barang bekas. Sehingga alat peraga yang dibutuhkan tidak selamanya hanya dipenuhi dengan biaya tinggi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa alat peraga memiliki arti yaitu seperangkat alat yang dirancang guru untuk mempermudah dalam proses pembelajaran agar lebih efektif dan menumbuhkan minat siswa dalam mendalami materi. Alat peraga sederhana memiliki manfaat antara lain (Agus, 2007:93): 1) Memberikan daya tarik tersendiri dan hampir semua siswa melibatkan diri dalam pembuatan, peraga alat, ataupun pengamatan. 2) Suasana belajar didalam kelas akan hidup. 3) Siswa akan memperoleh tambahan informasi atau pengetahuan dari apa yang didengar, dibaca, dikerjakan, diamati, dan didiskusikan. Proses tersebut memungkinkan seluruh potensi siswa dapat berperan secara optimal dalam memahami dan bahkan menemukan informasi baru. Siswa dituntun untuk mengerti apa yang dipelajarinya dan tidak sekedar mengingatnya saja. 4) Informasi atau pengetahuan yang diperoleh siswa akan tersimpan lama dalam ingatan siswa karena aktivitas belajar yang dilakukan merupakan pengalaman yang unik (contohnya membuat dan memakai alat peraga buatan sendiri). 5) Mengurangi kesenjangan yang mencolok dalam penguasaan materi pelajaran antara siswa cerdas dan siswa yang kurang cerdas karena 20 siswa memperoleh pengalaman dan informasi dengan proses pembelajaran yang sama. 6) Dapat meringankan tugas guru dalam menyajikan materi. Guru cukup bertindak sebagai fasilitator dan rekan berdiskusi bagi siswa. Sehingga tidak perlu mendominasi kegiatan pembelajaran. g. Menggambar Interior dan Eksterior Bangunan Mata pelajaran Menggambar Interior dan Eksterior Bangunan merupakan mata pelajaran produktif siswa kelas XI program keahlian Teknik Gambar Bangunan. Silabus mata pelajaran Menggambar Interior dan Eksterior Bangunan berdasarkan kurikulum 2013 mencakup kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagai berikut: Kompetensi Inti: 1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan pro-aktif. 3) Menganalisis pengetahuan faktual, konseptual dan procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan. 4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri. Kompetensi Dasar 1. 1.1. Meyakini penciptaan alam semesta sebagai anugerah yang harus dijaga dan dipelihara keselarasannya dengan menunjukkan perilaku hati-hati, tidak berlebihan, dan berwawasan lingkungan dalam menggambar interior dan eksterior bangunan gedung. 1.2. Menghayati sifat-sifat Tuhan Yang Maha Indah dengan selalu berupaya menghasilkan karya yang terbaik dalam menggambar interior dan eksterior bangunan gedung. 2. 2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari. 21 2.2. Menunjukkan perilaku yang patut dan santun serta menghargai kerja individu maupun kelompok dalam aktivitas sehari-hari. 3. 3.1. Menganalisis beragam desain interior berdasarkan konsep dan gaya interior. 3.2. Menentukan elemen utama interior berdasarkan fungsi. 3.3. Menganalisis aktivitas dan kebutuhan fasilitas dalam menentukan ruang pada interior. 3.4. Mengaitkan komposisi, harmoni, estetika dan fungsi interior. 3.5. Menganalisis elemen pendukung sesuai kebutuhan maupun konsep dan gaya pada interior. 4. 4.1. Menalar konsep dan gaya interior disesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungan. 4.2. Menyajikan elemen utama interior disesuaikan dengan konsep dan gaya interior. 4.3. Menalar dan menyajikan pembagian ruang pada berdasarkan fungsi dengan mempertimbangkan interior komposisi, harmoni, dan estetika. 4.4. Menyajikan gambar dekorasi dan ornamen interior sesuai fungsi ruang pada rumah tinggal, kantor, maupun ruang publik. 4.5. Menyajikan gambar interior dengan mempertimbangkan elemen penunjang yang sesuai dengan kebutuhan maupun konsep dan gaya yang ditentukan. 2. Penelitian Relevan Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada penelitian yang relevan. Adapun penelitian yang digunakan yaitu : a. Rubiyo (2011) PENGGUNAAN dalam penelitian METODE yang berjudul PEMBELAJARAN “PENGARUH DEMONSTRASI TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI PADA SUB 22 KOMPETENSI PERBAIKAN/SERVIS SISTEM KOPLING DI SMK MA’ARIF 1 NANGGULAN” Penelitian ini pada dasarnya dipilih sebagai reverensi penggunaan metode demonstrasi pada proses pembelajaran. Penelitian dilakukan dengan membagi siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menggunakan media benda nyata pada kegiatan belajarnya, sedangkan kelompok kontrol hanya menggunakan metode ceramah pada kegiatan belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan minat belajar siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol sesudah menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. b. Riska Aprilia Wardani (2011) dalam penelitian yang berjudul “PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH ASKEB II PERSALINAN (STANDART ASUHAN PERSALINAN NORMAL) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA PRODI KEBIDANAN STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO” Dengan hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan metode Demonstrasi dan metode ceramah terhadap prestasi belajar Askeb II persalinan (Fhitung = 17,460 dengan nilai Signifikansi = 0,000), terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara sisa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar askeb II persalinan (Fhitung = 271,519 dengannilai Signifikansi = 0,000), tidak terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode mengajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar askeb II persalinan (Fhitung = 0,012 dengan nilai Signifikasnsi = 0,913). c. Apriana Indi Rigiyanta (2012) dalam penelitian yang berjudul “EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING 23 AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SMP NEGERI 1 SIWALAN TAHUN AJARAN 2011/2012” Peneliti mengkaji bahwa pembelajaran Contextual Teaching and Leaning (CTL) disertai kegiatan demonstrasi efektif diterapkan pada materi pokok Asam, Basa dan Garam siswa kelas VII semester 1 Smp Negeri 1 Siwalan untuk meningkatkan prestasi belajar. Hal ini terlihat dari rata-rata selisih prestasi kognitif sebesar 26,40 untuk kelas eksperimen dan 17,60 untuk kelas kontrol. Rata-rata nilai afektif sebesar 95,67 untuk kelas eksperimen dan 91,90 untuk kelas kontrol, sedangkan berdasakan hasil uji t-pihak kanan, diperoleh thitung sebesar 2,95 untuk prestasi kognitif dan 1,88 untuk nilai afektif dengan ttabel sebesar 1,67 dengan taraf signifikansi 5%. Sehingga peneliti memilih metode demonstrasi untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. d. Resty Dwi Nanda Safitri (2014) dalam penelitian yang berjudul “PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DI MAN YOGYAKARTA II” Peneliti mengkaji bahwa pembelajaran cooperative learning tipe example non example memberikan hasil yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa, hal ini terlihat dari nilai phitung sebesar 0,0006 (p < 0,025). Sedangkan untuk hasil belajar biologi siswa diperoleh nilai phitung sebesar 0,640 (p > 0,025) yang berarti tidak terdapat pengaruh signifikan model cooperative learning tipe example non example terhadap hasil belajar biologi siswa. Hasil uji menunjukan bahwa penerapan model cooperative learning tipe example non example berpengaruh terhadap motivasi belajar biologi siswa tetapi tidak berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. e. Damiati (2013) dalam penelitian yang berjudul ”PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL 24 BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR KELAS VII MTSN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013” Analisis data menggunakan rumus t-tes. Hasil hitung menunjukkan nilai t siswa pada materi bangun datar kelas VII MTsN Karangrejo Tulungagung semester genap tahun ajaran 2012/2013. thitung > ttabel yaitu 3,313 > 1,671 yang artinya menolak H0 dan menerima H1, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh penerapan model pembelajaran example non example terhadap hasil belajar matematika. Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dan metode example non example dapat meningkatkan hasil belajar dan mampu memberikan pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. B. Kerangka Berfikir Berdasarkan uraian teoritis yang telah diuraikan di atas maka kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut: Perlakuan: Metode Demonstrasi Output: Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Siswa Kelas XI TGB SMK Negeri 2 Sukoharjo Perlakuan: Metode Example non Example Gambar 2.1 Kerangka Berfikir 25 C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat ditarik hipotesis tindakan berupa: 1. Terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar menggunakan metode demonstrasi dan metode example non example pada mata pelajaran menggambar interior dan eksterior bangunan di kelas XI TGB SMK N 2 Sukoharjo. 2. Terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa menggunakan metode demonstrasi dan metode example non example pada mata pelajaran menggambar interior dan eksterior bangunan di kelas XI TGB SMK N 2 Sukoharjo.